• Tidak ada hasil yang ditemukan

Performa Pemijahan Ikan Pelangi Iriatherina Werneri Dengan Perbedaan Lama Waktu Pengistirahatan Induk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Performa Pemijahan Ikan Pelangi Iriatherina Werneri Dengan Perbedaan Lama Waktu Pengistirahatan Induk"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

PERFORMA PEMIJAHAN IKAN PELANGI

Iriatherina

werneri

DENGAN PERBEDAAN LAMA WAKTU

PENGISTIRAHATAN INDUK

RAHMADANI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Performa Pemijahan Ikan Pelangi Iriatherina werneri dengan Perbedaan Lama Waktu Pengistirahatan Induk” adalah benar karya saya dengan arahan Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

Rahmadani

(4)
(5)

ABSTRAK

RAHMADANI. Performa Pemijahan Ikan Pelangi Iriatherina werneri dengan Perbedaan Lama Waktu Pengistirahatan Induk. Dibimbing oleh ODANG CARMAN dan AGUS OMAN SUDRAJAT.

Iriatherina werneri memiliki kebiasaan unik dalam proses pemijahannya yaitu dapat terus terjadi setiap hari (partial spawner) selama >30 hari. Kebiasaan mijah ikan I. werneri ini menghasilkan larva yang memiliki perbedaan umur yang beragam, sehingga relatif diperlukan penanganan khusus dalam pemeliharaan larva berupa pengistirahatan induk dengan harapan, induk yang telah diistirahatkan akan memijah kembali dengan menghasilkan jumlah telur yang lebih banyak dan serentak. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi performa pemijahan induk I. werneri melalui perbedaan pengistirahatan induk yakni selama tiga hari dan tujuh hari. Sebagai kontrol dilakukan juga pemijahan tanpa pengistirahatan induk. Parameter jumlah telur yang dikeluarkan selama pemijahan, derajat penetasan telur (DPT), dan tingkat kelangsungan hidup (TKH) diamati selama 30 hari. Pemijahan

I.werneri dengan pengistirahatan induk tidak berpengaruh terhadap kualitas larva yang dihasilkan. Larva yang dihasilkan tanpa pengistirahatan induk 35% lebih banyak dibanding dengan perlakuan pengistirahatan selama tiga hari dan 42% lebih banyak dari perlakuan pengistirahatan selama tujuh hari.

Kata kunci: Iriatherina werneri, partial spawner, pengistirahatan induk

ABSTRACT

RAHMADANI. Spawning Performance of Rainbowfish Iriatherina werneri in different resting-time intervals of Broodstock. Supervised by ODANG CARMAN and AGUS OMAN SUDRAJAT

Iriatherina werneri has unique spawning behaviour, it can spawn every day (partial spawner) in about 30 days periode. This spawning behaviour of I. werneri

produced larvae varied in ages, so special handling in larval rearing is needed. One of the strategies that could be done is resting the broodstock. The broodstock expected to have another spawning process, produces simultaneously larger number of eggs. This research aimed to evaluate broodstock spawning process of I. werneri

at different resting-time intervals that was three days and seven days. As a control, broodstock without resting time were used. The number of eggs released during spawning, hatching rate and survival were observed for 30 days. Three and seven days of resting time did not affect the quality of the larvae. Broodstock without the resting-time produced 35% more larvae than three days-resting time and 42% more than seven days-resting time broodstock.

(6)
(7)

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

PERFORMA

PEMIJAHAN IKAN PELANGI

Iriatherina

werneri

DENGAN PERBEDAAN LAMA WAKTU

PENGISTIRAHATAN INDUK

RAHMADANI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Performa Pemijahan Ikan Pelangi Iriatherina werneri dengan Perbedaan Lama Waktu Pengistirahatan Induk

Nama : Rahmadani

NIM : C14110019

Disetujui oleh

Dr Ir Odang Carman, MSc Pembimbing I

Dr Ir Agus Oman Sudrajat, MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Sukenda, MSc Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat serta nikmat waktu dan kesempatan sehingga skripsi yang berjudul Performa Pemijahan Ikan Pelangi Iriatherina werneri dengan Perbedaan Lama Waktu Pengistirahatan Induk dapat diselesaikan.

Untaian rasa terimakasih atas besarnya dukungan dari kedua orangtua (Ir H Suwardi Tahe dan Hj Nurasiah, SPdi), saudara Mutmainna, Nurul Muflihah dan Rifkatul Amanah beserta keluarga. Bapak Dr Ir Odang Carman, MSc selaku dosen pembimbing pertama dan Bapak Dr Ir Agus Oman Sudrajat, MSc selaku dosen pembimbing kedua yang telah banyak mencurahkan waktunya dalam membimbing penulis selama proses penulisan skripsi serta Ibu Dr Sri Nuryati, SPi MSi selaku dosen penguji dan Ibu Julie Ekasari, SPi MSc selaku ketua program studi. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada rekan-rekan S1 dan S2 sebagai rekan penelitian I. werneri, teman sekontrakan Cendana 53 yang telah banyak memberi dukungan, teman-teman seperjuangan BDP angkatan 48, teman se LDF FPIK, dan saudara serantauan IKAMI SUL-SEL-BAR atas segala dukungannya. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat.

Bogor, September 2015

(12)
(13)
(14)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN...xii

PENDAHULUAN...1

Latar Belakang...1

Tujuan...1

METODE... 1

Rancangan Percobaan...2

Prosedur Penelitian...2

Parameter Pengamatan...4

HASIL DAN PEMBAHASAN... 4

Hasil...4

Pembahasan...6

KESIMPULAN... 10

Kesimpulan...10

DAFTAR PUSTAKA... 10

LAMPIRAN... 12

(15)

DAFTAR TABEL

1 Parameter kualitas air pada pemeliharaan Iriatherina werneri ... ..3 2 Hasil pemijahan induk ikan Iriatherina werneri yang diberi perlakuan

tanpa pengistirahatan, pengistirahatan selama tiga hari dan pengistirahatan selama tujuh hari yang diamati selama 30 hari ... ..5

DAFTAR GAMBAR

1 Induk jantan (A) dan betina (B) ikan Iriatherina werneri ... ..2 2 Rata-rata jumlah telur Iriatherina werneri; (A) tanpa pengistirahatan induk,

(B) pengistirahatan selama tiga hari dan (C) pengistirahatan selama tujuh hari ... ..5

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kegiatan penelitian pemijahan Iriatherina werneri ... 12 2 Ukuran induk Iriatherina werneri sebelum dan setelah pemijahan ... 13 3 Data parameter pemijahan (Jumlah telur, DPT dan TKH) Iriatherina

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan hias merupakan salah satu komoditas yang banyak diminati oleh masyarakat lokal maupun internasional. Salah satu jenis ikan hias yang memiliki harga jual yang cukup tinggi di pasar Internasional yakni ikan pelangi (Rainbowfish) (Kadarusman et al. (2010). Ikan pelangi memiliki banyak spesies tersebar di wilayah Australia dan Papua (Tappin 2011). Sebanyak 65 spesies dari ikan ini telah dideskripsikan karakternya dan 37 spesies di antaranya mendiami daratan Papua Indonesia. Beberapa jenis ikan pelangi yang telah dibudidayakan di Indonesia ialah jenis Glossolopsis sp., Melanotaenia sp. dan Iriatherina werneri

atau sering disebut threadfin rainbowfish atau featherfin rainbowfish. Dari ketiga jenis tersebut, Iriatherina werneri merupakan satu-satunya jenis ikan pelangi yang hanya terdiri dari satu genus. Ikan ini memiliki warna yang cerah dan bentuk sirip yang cantik ketika telah dewasa terutama pada ikan jantan.

Iriatherina werneri memiliki kebiasaan yang unik dalam proses pemijahannya di alam, yaitu dapat terus terjadi setiap hari selama >30 hari dan lama waktu penetasan telurnya relatif lebih lama dibanding dengan ikan lain. Namun berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah dilakukan, diperoleh bahwa pada minggu kedua selama pemijahan berlangsung, jumlah telur yang dihasilkan mulai mengalami penurunan meskipun pada beberapa hari selanjutnya mengalami peningkatan kembali. Kebiasaan unik dari ikan ini, menghasilkan larva yang memiliki perbedaan umur dan ukuran yang beragam, sehingga relatif diperlukan penanganan khusus dalam pemeliharaan larva/benih. Salah satu langkah strategi yang mungkin bisa dilakukan ialah dengan pengistirahatan induk dengan harapan, induk yang telah diistirahatkan akan memijah kembali dengan menghasilkan telur yang memiliki kualitas yang lebih baik dan jumlah yang lebih banyak dan serentak. Bobe dan Labbé (2010) menjelaskan bahwa kualitas telur dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain status nutrisi induk jantan atau betina, penanganan manajemen induk saat pemijahan (tingkat pembuahan), faktor stres dan kondisi lingkungan seperti suhu, lama pencahayaan dan salinitas. Strategi ini diharapkan mampu memberikan informasi pemijahan yang optimum untuk I. werneri yang nantinya dapat memberi keuntungan pada pembudidaya terutama dalam masalah efisiensi dalam proses produksi sehingga diperoleh keuntungan yang maksimal.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi performa pemijahan pada

(18)

2

METODE

Rancangan Percobaan

Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Perlakuan berupa proses pemijahan dengan perbedaan lama waktu pengistirahatan induk yakni tanpa pengistirahatan induk (kontrol) (A), pengistirahatan induk selama tiga hari (B), pengistirahatan induk selama tujuh hari (C) yang masing-masing perlakuan memiliki tiga ulangan.

Prosedur Penelitian

Persiapan Wadah

Induk dipelihara pada wadah pemeliharaan dan pematangan yang berupa akuarium berukuran 30 cm × 30 cm × 30 cm sebanyak satu buah sebelum dipijahkan. Wadah pemijahan induk yang digunakan berupa wadah plastik berbentuk persegi panjang berukuran 18 cm × 12 cm × 9 cm sebanyak 15 buah dan gelas plastik yang bervolume 330 mL untuk wadah penetasan telur dan pemeliharaan larva. Wadah plastik yang digunakan terlebih dahulu dibersihkan, kemudian dikeringkan dan dilakukan perendaman dengan larutan methylene blue. Setelah itu, wadah diisi air sebanyak 2/3 dari volume wadah (Lampiran 1).

Ikan Uji

Ikan uji yang digunakan adalah induk jantan dan betina ikan I. werneri (Gambar 1) yang telah matang gonad serta mempunyai status biologis yang sehat. Induk yang digunakan rata-rata berbobot 0,17± 0,04 g/ekor induk betina dengan panjang 29,26 mm dan 0,18± 0,04 g/ekor induk jantan dengan panjang 31,15 mm (Lampiran 2) diperoleh dari Pasar Parung dan petani ikan hias di daerah Bogor.

(A) (B)

Gambar 1 Induk jantan (A) dan betina (B) ikan Iriatherina werneri Manajemen Pemberian Pakan

Induk ikan pelangi diberi pakan secara at satiation sebanyak dua kali sehari yaitu pada pagi hari (pukul 08.30 WIB) dan sore hari (pukul 17.00 WIB). Pakan yang digunakan berupa pakan alami yaitu Moina sp.

Manajemen Kualitas Air

(19)

3 oksigen terlarut dan pH air dilakukan pada akhir pemeliharaan, sedangkan pengukuran suhu dilakukan setiap hari pada pagi hari (pukul 09.00 WIB) seperti yang tertera pada Tabel 1.

Tabel 1 Parameter kualitas air pada pemeliharaan Iriatherina werneri

Parameter Satuan Kisaran Nilai Toleransi

Suhu °C 24,2-28,3 22-28 (Tappin,2011)

Pengistirahatan induk dilakukan setelah pemijahan berlangsung selama tujuh hari pada perlakuan B dan C. Pengistirahatan induk dilakukan dengan cara memisahkan antara induk jantan dan induk betina tanpa pemberian substrat pemijahan, selama tiga hari (perlakuan B) dan tujuh hari (perlakuan C). Selanjutnya induk dipasangkan kembali pada wadah pemijahan dan diberi substrat pemijahan. Pada perlakuan tanpa pengistirahatan induk, pemijahan dilakukan secara terus menerus selama 30 hari.

Penghitungan Telur

Penghitungan telur dilakukan setiap sore hari (pukul 16.00 WIB), dengan asumsi induk I. werneri yang dipasangkan tidak menunjukkan aktifitas pemijahan lagi pada hari tersebut (pemijahan umumnya terjadi pada pukul 08.00-15.00). Substrat diambil dari wadah pemijahan kemudian telur yang menempel pada substrat dihitung. Setelah dilakukan penghitungan, telur yang menempel pada substrat dimasukkan ke dalam wadah penetasan dan pemeliharaan larva. Selanjutnya substrat yang baru dimasukkan ke dalam wadah pemijahan.

Penghitungan Larva

Penghitungan larva dilakukan setelah semua telur yang terdapat pada substrat pemijahan menetas yaitu berkisar 5-6 hari masa inkubasi. Substrat pemijahan diambil dari wadah penetasan dan pemeliharaan larva, setelah itu semua larva dipindahkan pada wadah yang memudahkan untuk dilakukan penghitungan. Setelah dihitung, larva dipindahkan kembali pada wadah penetasan dan pemeliharaan yang sama untuk dipelihara. Larva tersebut dipelihara sampai berumur 10 hari kemudian dilakukan penghitungan TKH.

Pemeliharaan Larva

(20)

4

Parameter Pengamatan

Jumlah Telur pada Pemijahan tiap Hari

Jumlah telur pada pemijahan tiap hari adalah jumlah telur yang dikeluarkan pada hari tertentu sebagai hasil pemijahan dari sepasang induk. Telur yang dihitung adalah jumlah total telur baik yang dibuahi maupun telur yang tidak dibuahi.

Derajat Penetasan Telur (DPT)

Derajat penetasan telur merupakan persentase perbandingan jumlah telur yang menetas dengan jumlah telur yang dibuahi dan dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:

DPT(%) = x 100

Tingkat Kelangsungan Hidup (TKH)

Tingkat kelangsungan hidup merupakan persentase jumlah ikan yang hidup selama waktu pemeliharaan 10 hari dan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

TKH (%) = x 100 Keterangan: TKH = Tingkat kelangsungan hidup (%)

Nt = Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan (ekor) No = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor) Analisis Data

Data diolah menggunakan Microsoft Excel 2013, dan secara deskriptif pada parameter jumlah telur pada pemijahan tiap hari, sementara analisis sidik ragam (ANOVA) untuk parameter DPT, TKH dan jumlah produksi larva. Data yang memiliki perbedaan yang nyata antar perlakuan (P<0,05) maka dilanjutkan dengan uji Duncan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

(21)

5

Keterangan : Waktu istirahat perlakuan B; Waktu istirahat perlakuan C; Waktu istirahat perlakuan B dan C

Gambar 2 Rata-rata jumlah telur Iriatherina werneri; (A) tanpa pengistirahatan induk, (B) pengistirahatan induk selama tiga hari dan (C) pengistirahatan induk selama tujuh hari.

Total jumlah telur dan jumlah larva hasil pemijahan selama 30 hari berdasarkan perlakuan tanpa pengistirahatan, pengistirahatan selama tiga hari dan pengistirahatan selama tujuh hari serta perbandingannya dengan parameter lain tertera pada Tabel 2.

Tabel 2 Hasil pemijahan induk ikan Iriatherina werneri yang diberi perlakuan tanpa pengistirahatan, pengistirahatan selama tiga hari dan pengistirahatan selama tujuh hari yang diamati selama 30 hari

Perlakuan Induk Bobot Induk

(g) ∑ Telur

(22)

6

Rata-rata jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor betina selama pemijahan 30 hari pada perlakuan A ialah sebanyak 855 butir, kemudian perlakuan B sebanyak 799 butir, dan perlakuan C sebanyak 777 butir yang secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 3. Dari jumlah telur yang dihasilkan, perlakuan A mampu menghasilkan larva berumur satu hari dan larva yang berumur 10 hari yang lebih banyak dibanding dengan perlakuan B dan C. Meski perlakuan A menghasilkan jumlah larva yang lebih banyak, namun jumlah telur, nilai DPT, dan TKH yang diperoleh pada masing-masing perlakuan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata.

Nilai DPT yang diperoleh setelah masa inkubasi telur selama 5-6 hari, menunjukkan bahwa pada perlakuan pengistirahatan induk selama tiga dan tujuh hari menunjukkan nilai DPT yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pengistirahatan induk. Serta perlakuan pengistirahatan yang dilakukan tidak mempengaruhi kualitas telur yang dihasilkan dari induk yang tidak diistirahatkan maupun induk yang diistirahatkan. Pada parameter jumlah larva, penurunan jumlah larva dari hari ke-1 hingga hari ke-10 pada masing-masing perlakuan selama proses pemeliharaan terjadi karena adanya kematian pada larva. Pengistirahatan induk yang dilakukan selama tiga dan tujuh hari memiliki jumlah produksi larva yang lebih rendah jika dibandingkan dengan jumlah larva yang dihasilkan dari proses pemijahan tanpa pengistirahatan induk. Larva yang dihasilkan tanpa proses pengistirahatan induk dapat memproduksi larva D1 dan D10 sebanyak 650 dan 397 ekor, perlakuan pengistirahatan selama tiga hari sebanyak 423 dan 256 ekor, serta perlakuan pengistirahatan selama tujuh hari sebanyak 378 dan 229 ekor. Perbedaan jumlah produksi larva yang dihasilkan dikarenakan adanya sejumlah telur yang tidak terbuahi pada perlakuan pengistirahatan induk selama proses pengistirahatan berlangsung.

Sama halnya dengan nilai DPT, nilai TKH yang diperoleh setelah melakukan pemeliharaan larva selama 10 hari juga menunjukkan tidak adanya pengaruh dari perlakuan pengistirahatan yang dilakukan terhadap kualitas telur yang dihasilkan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai TKH diantara ketiga perlakuan yang tidak berbeda nyata setelah diuji secara statistik (Lampiran 4).

Pembahasan

Iriatherina werneri memiliki kebiasaan yang unik dalam proses pemijahannya di alam, yakni pemijahannya dapat terus berlanjut setiap hari. Betina akan menghasilkan jumlah telur yang sedikit setiap harinya selama beberapa hari. Hal ini diduga berkaitan dengan sifat alami ikan pelangi yang memijah secara parsial (Pusey et al 2001). Menurut Cabrita et al (2009) tipe pemijahan ikan dikelompokkan: 1) big bang spawner yaitu spesies ikan yang hanya memijah sekali seumur hidupnya; 2) total spawner yaitu spesies ikan yang memijahkan telurnya sekaligus pada satu kali pemijahan; dan 3) partial spawner

(23)

7 panjang dan pemijahan sebagian demi sebagian (partial spawner) pada ikan dapat berlangsung sampai beberapa hari.

Berdasarkan data pemijahan yang diperoleh, induk yang diistirahatkan baik pada tiga dan tujuh hari pengistirahatan tetap mengeluarkan telur, yaitu pada hari ke-8 hingga hari ke-10, hari ke-18 hingga hari ke-20, dan hari ke-28 hingga hari ke-30 pada perlakuan B sementara hari ke- 8 hingga hari ke- 14 dan hari ke-22 hingga hari ke-28 pada perlakuan C (Gambar 2). Sedangkan induk yang tidak diistirahatkan tetap menghasilkan telur setiap hari selama 30 hari pemijahan berlangsung. Pola pengeluaran telur pada induk yang diistirahatkan selama tiga dan tujuh hari cenderung sama yakni saat diistirahatkan tetap terjadi ovulasi dan mengeluarkan telur meski ikan jantan dan betina telah dipisahkan pada wadah yang berbeda dan tidak adanya substrat pemijahan. Meskipun tetap mengeluarkan telur saat diistirahatkan, umumnya jumlah telur yang dihasilkan oleh induk dengan perlakuan pengistirahatan lebih sedikit dibanding dengan jumlah telur yang dihasilkan oleh induk dengan perlakuan tanpa pengisitrahatan pada waktu yang bersamaan (Lampiran 3). Pola pemijahan antara induk yang tidak diistirahatkan dengan induk yang diistirahatkan tidak jauh berbeda yakni sama-sama memiliki puncak pemijahan pada hari ke-16 hingga hari ke-21, dan kecenderungan terjadi peningkatan pemijahan pada hari ke-12 hingga hari ke-16. Sementara pada hari-hari lainnya terjadi fluktuasi jumlah telur yang dihasilkan pada masing-masing perlakuan.

Jumlah telur (Tabel 2) yang dihasilkan oleh seekor betina pada perlakuan tanpa pengistirahatan induk rata-rata berjumlah 855 butir, dan telur yang dihasilkan oleh induk yang diistirahatkan selama tiga dan tujuh hari rata-rata berjumlah 799 butir dan 777 butir. Setelah diuji secara statistik, induk yang dipijahkan tanpa adanya proses pengistirahatan, menghasilkan telur yang jumlahnya tidak berbeda nyata dengan induk yang dipijahkan dengan proses pengistirahatan selama tiga hari dan tujuh hari. Pada umumnya, apabila telur yang dihasilkan berukuran kecil maka jumlah telur yang diperoleh relatif lebih banyak dibanding dengan telur yang berukuran relatif besar, hal ini mendukung I. werneri

menghasilkan jumlah telur yang cukup banyak dikarenakan telur dari ikan ini yang berdiameter ± 0,92 mm yang termasuk ke dalam telur yang berdiameter kecil. Telur yang dihasilkan oleh induk betina selama proses pemijahan diletakkan pada subtrat pemijahan berupa tali rafia. Umumnya menurut Tappin (2011), telur yang dikeluarkan oleh ikan I. werneri diletakkan pada daun tanaman atau akar tanaman mengapung, sedangkan saat induk diistirahatkan telur kebanyakan ditemukan di dasar wadah pemijahan atau ditempelkan pada selang dan batu aerasi.

Menurut Tappin (2011) pemijahan dapat dipengaruhi dari faktor lingkungan yang memicu fungsi biologis internal. Faktor lingkungan yang telah terbukti memiliki peran penting dalam siklus reproduksi pada ikan pelangi adalah: penyinaran, suhu air, kualitas air, banjir dan aliran air, curah hujan dan ketersediaan makanan. Faktor-faktor tersebut memiliki keterkaitan antara satu sama lain. Selain itu faktor fisiologi yang berhubungan dengan hormon juga

berpengaruh dalam proses reproduksi (Cabrita et al 2009).

Induk yang sedang diistirahatkan tetap mengeluarkan telur diduga karena

faktor internal dan eksternal yang sangat mendukung terjadinya ovulasi dan

(24)

8

pemijahan ikan pelangi kurumoi berlangsung setiap hari selama pemijahan. Namun, menurut Lam dan Sharma (1985), apabila rangsangan diberikan pada saat telur berada pada fase dorman, yakni fase setelah pembentukan kuning telur, maka akan menyebabkan terjadinya migrasi inti ke perifer, kemudian inti pecah atau melebur pada saat pematangan oosit, ovulasi (pecahnya folikel), dan oviposisi. Apabila kondisi lingkungan tidak cocok dan rangsangan tidak tersedia maka telur dorman tersebut akan mengalami degenerasi (rusak) lalu diserap kembali oleh lapisan folikel yang disebut atresia. Faktor-faktor eksternal lain yang menyebabkan terjadinya atresia adalah ketersediaan pakan (Bagenal 1963), sedangkan faktor internal adalah umur telur. Perbedaan jumlah telur yang dihasilkan antara induk yang diistirahatkan dengan yang tidak diistirahatkan, menunjukkan bahwa pengistirahatan induk memungkinkan induk betina tidak mengeluarkan semua telur yang berada di dalam gonadnya karena telah terjadi atresia pada sebagian telur. Effendie (1997) lebih lanjut mengatakan bahwa dalam satu tingkat kematangan gonad, komposisi telur yang dikandungnya tidak homogen melainkan terdiri dari beberapa macam ukuran telur; komposisi telur ini ada hubungannya dengan frekuensi dan lama musim pemijahan.

Pengamatan mengenai parameter derajat penetasan telur (DPT) adalah

kemampuan telur untuk berkembang dalam proses embriogenesis hingga telur

menetas. Pada perlakuan tanpa pengistirahatan induk diperoleh DPT sebesar

76,19%, pengistirahatan induk selama tiga hari sebesar 77,64% dan pengistirahatan induk selama tujuh hari diperoleh DPT sebesar 82,79%. Tappin (2011) mengatakan bahwa pemijahan ikan pelangi dapat berlangsung dengan tingkat keberhasilan pembuahan umumnya sekitar 70-80% dan pada aspek pembenihan nilai DPT >70-90% terbilang bagus. Menurut Said (2008) daya tetas telur atau derajat penetasan embrio dapat dipengaruhi oleh faktor intrinsik dari embrio itu sendiri dan juga faktor eksternal atau lingkungan tempat embrio tersebut diinkubasi. Sementara menurut Effendie (1997) daya tetas telur dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain kualitas telur, media penetasan, dan kualitas air yang meliputi : suhu, pH, tekanan osmotik, cahaya dan oksigen.

(25)

9 tujuh hari diperoleh nilai DPT yang lebih tinggi jika dibanding dengan perlakuan yang lainnya. Dalam banyak kasus, penuaan telur pasca ovulasi dapat menyebabkan penurunan yang signifikan dalam kapasitas perkembangan telur tanpa terjadi perubahan morfologi yang terlihat dalam penampakan telur. Penurunan kualitas telur terjadi tergantung pada spesies dan juga sangat tergantung pada faktor-faktor eksternal seperti suhu. Dalam kebanyakan spesies ikan, penurunan kualitas telur terjadi sangat cepat setelah ovulasi.

Menurut Tappin (2011) telur menetas menjadi larva yang kemudian dapat

berkembang dengan baik setelah masa inkubasi sekitar 4-9 hari, tergantung pada suhu. Telur yang menetas menghasilkan larva dengan ukuran sekitar 3-4 mm. Tingkat kematian yang tinggi dapat sering terjadi, terutama pada tahap awal ikan mulai dapat memperoleh makanan dari luar tubuhnya. Kematian pada larva biasanya disebabkan karena kualitas air, kondisi saat masa inkubasi dan kekurangan nutrisi. Kualitas air (Tabel 1) pada proses pemijahan yang berlangsung selama 30 hari diperoleh sesuai dengan literatur (Tappin 2011) yang memungkinkan parameter kualitas air yang optimum untuk menunjang kehidupan

I. werneri. Tingkat kelangsungan hidup (TKH) larva dapat menjadi salah satu

parameter yang digunakan untuk melihat kualitas telur yang dihasilkan. Hasil uji

nilai TKH yang diperoleh di antara ketiga perlakuan tidak berbeda nyata, sehingga sama halnya dengan parameter DPT, pengistirahatan induk yang dilakukan juga tidak mempengaruhi kualitas telur dari segi nilai TKH larva yang dipelihara selama 10 hari. Namun, dalam waktu pemijahan yang sama seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada paramater DPT, rata- rata nilai TKH pada perlakuan pengistirahatan induk selama tiga hari memiliki nilai yang lebih tinggi dibanding dengan perlakuan lainnya (Lampiran 3).

Salah satu parameter yang menjadi acuan dalam keberhasilan produksi yakni dari aspek kuantitas dan kualitas larva yang dihasilkan. Meski kualitas telur dapat mempengaruhi kelangsungan hidup larva, namun dalam pemeliharaan larva, ketersediaan pakan yang sesuai merupakan faktor yang sangat krusial dan menjadi titik kritis ketika cadangan makanan pada larva sudah habis dan harus mendapat

makanan dari luar tubuhnya. Larva yang dihasilkan pada proses pemijahan tanpa

pengistirahatan induk dan dengan pengistirahatan memiliki jumlah yang cukup berbeda. Larva yang diperoleh pada pemijahan tanpa pengistirahatan induk sebanyak 650 ekor, sementara larva yang diperoleh pada perlakuan pengistirahatan induk selama tiga hari sebanyak 423 ekor dan pada perlakuan pengistirahatan induk selama tujuh hari diperoleh larva sebanyak 378 ekor, namun selama proses pemeliharaan yang dilakukan hingga larva berumur 10 hari terjadi kematian larva. Kematian larva selama proses pemeliharaan menyebabkan penurunan jumlah larva seperti yang dapat di lihat pada Tabel 2. Perbedaan jumlah larva pada ketiga perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda nyata setelah dilakukan uji statistik disebabkan karena pada perlakuan pengistirahatan induk, telur yang dihasilkan saat proses pengistirahatan tidak terbuahi. Tidak adanya kontribusi sperma dari induk jantan menyebabkan telur yang dihasilkan tidak terbuahi dan akhirnya mengalami kematian sehingga menyebabkan perbedaan jumlah larva yang dihasilkan cukup tinggi. Tingkat pertumbuhan ikan I. werneri

(26)

10

KESIMPULAN

Kesimpulan

Pemijahan Iriatherina werneri tanpa pengistirahatan induk menghasilkan larva 35% lebih banyak dibanding dengan larva yang dihasilkan dari induk yang diistirahatkan selama tiga hari dan 42% lebih banyak dari induk yang diistirahatkan selama tujuh hari, serta pemijahan dengan pengistirahatan induk selama tiga atau tujuh hari tidak berpengaruh terhadap kualitas larva yang dihasilkan.

DAFTAR PUSTAKA

Bagenal TB. 1963. Variation in plaice fecundity in the Clyde Area. Journal of Marine Biological Association of the United Kingdom. 43 : 391 – 399. Bobe J, C. Labbé. 2010. Egg and sperm quality in fish. General and Comparative

Endocrinology, 165(3):535-548.

Cabrita E, Robles V, Herraez P. 2009. Methods in Reproductive Aquaculture

Marine and Freshwater Species. London. New York.CRC Press.549p

Effendie MI, 1997. Biologi Perikanan. Perikanan IPB. Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta. 163 hal.

Kadarusman S, E. Paradis, L. Pouyaud. 2010. Description of Melanotaenia fasinensis, a new species of rainbowfish (melanotaeniidae) from West Papua, Indonesia with comments on the rediscovery of M. ajamaruensis and the endangered status of M. parva. Cybium 2010, 34(2): 207-215 pp.

Lam TJ, R Sharma. 1985. Effects of salinity and thyroxin on growth and development in the carp, Cyprinus carpio. Aquaculture, 44:201-212.

(27)

11 Pusey BJ, AH Arthington, JR Bird, PG Close. 2001. Reproduction in three species of rainbowfish (melanotaeniidae) from rainforest streams in Northern Queensland, Australia. Ecology of Freshwater Fish 2001: 10: 75-87 pp.

Said DS, Triyanto, SH Nasution. 2008. Pengembangan ikan beseng-beseng

Telmatherina ladigesi melalui habitat buatan. Prosiding Seminar Nasional Tahunan IV. Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan. BI-2, 1-9 pp.

(28)

12

LAMPIRAN

Lampiran 1 Kegiatan penelitian pemijahan Iriatherina werneri

Wadah pemijahan induk Wadah penetasan telur dan pemeliharaan larva

Penimbangan dan pengukuran induk Pemijahan

Penghitungan telur Inkubasi telur

(29)

13 Lampiran 2 Ukuran Iriatherina werneri sebelum dan setelah pemijahan

2.1 Bobot dan panjang I. werneri sebelum pemijahan Induk

2.2 Bobot dan panjang I. werneri setelah pemijahan

(30)

14

Lampiran 3 Data parameter pemijahan (jumlah telur, DPT dan TKH) Iriatherina werneri pada perlakuan A, B dan C

(31)

15 3.2 Data parameter pemijahan I.werneri pada perlakuan B

(32)

16

3.3 Data parameter pemijahan I.werneri pada perlakuan C

(33)

17 Lampiran 4 Analisis anova dan uji Duncan

Uji Anova

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

DPT Between Groups 50,648 2 25,324 ,689 ,538

Within Groups 220,504 6 36,751

Total 271,151 8

Jumlah telur Between Groups 9704,000 2 4852,000 ,271 ,771

Within Groups 107406,000 6 17901,000

Total 117110,000 8

TKH Between Groups 60,042 2 30,021 ,367 ,707

Within Groups 490,574 6 81,762

Total 550,615 8

Jumlah

larva

Between Groups 49170,667 2 24585,333 21,644 ,002

Within Groups 6815,333 6 1135,889

Total 55986,000 8

Uji Duncan

Jumlah larva

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2

3,00 3 228,6667

2,00 3 256,0000

1,00 3 397,3333

(34)

18

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Rahmadani dilahirkan di Maros, 12 Maret 1993 dari pasangan Ir H Suwardi Tahe dan Hj Nurasiah, SPdi. Pendidikan formal dijalani penulis mulai dari TK Bustanul Athfal Turikale, Maros (1998-1999), SD Neg. 02 Unggulan Maros (1999-2005), SMP Neg. 02 Maros (2005-2008), dan SMA Neg. 01 Maros (2008-2011). Pada tahun 2011, penulis diterima menjadi mahasiswa Departemen Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Serta pendidikan non formal pada tahun 2012 yakni English Course Special Speaking and Pronunciation Program in Mahesa Institut and ACCESS, Pare Kediri. Semasa SMA penulis aktif dalam beberapa organisasi yakni sebagai Ketua Divisi Budipekerti Luhur dan anggota Divisi Kewirausahaan OSIS SMA Neg.01 Maros, bendahara IKRAMULLA (Ikatan Remaja Musholla Ulul Albab) dan anggota English Fans Club.

Pengalaman kerja penulis adalah sebagai asisten praktikum MK. Fisiologi Reproduksi Organisme Akuatik tahun 2013-2014 dan 2014-2015. Penulis juga aktif menjadi panitia di beberapa kegiatan pada Tingkat Persiapan Bersama dan kepanitiaan dalam kegiatan fakultas, selain itu penulis sempat aktif dalam beberapa organisasi kampus yakni sebagai bendahara Gedung Asrama A5, anggota dari IKAMI SUL-SEL-BAR, anggota divisi ISC (Islamic Student Centre) di FKM-C 1434 H, Ketua Divisi Cantik Muslimah di FKM-C 1435 H, dan anggota Divisi Multimedia di FKN-C 1436 H. Prestasi yang pernah diraih penulis semasa kuliah ialah peserta seleksi Mahasiswa Berprestasi dalam lingkup departemen, peserta PKM-P IPB yang lolos dan didanai DIKTI. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi berjudul “Performa Pemijahan Ikan Pelangi Iriatherina werneri dengan Perbedaan Lama Waktu

Gambar

Gambar 1 Induk jantan (A) dan betina (B) ikan  Iriatherina werneri
Tabel 1 Parameter kualitas air pada pemeliharaan Iriatherina werneri
Gambar 2  Rata-rata jumlah telur Iriatherina werneri; (A) tanpa pengistirahatan

Referensi

Dokumen terkait

mempunyai suatu makna yang penting. Bagi kebanyakan orang yang belum paham akan kebudayaan atau tradisi itu akan menjadi suatu pertanyaan besar dalam benak mereka mengapa

Meskipun ruas jalan tersebut tergolong sempurna secara kondisi, akan tetapi masih terdapat kerusakan yang terjadi pada ruas tersebut, untuk itu perlu dilakukan pemeliharaan jalan

Metode geolistrik resistivitas atau tahanan jenis adalah salah satu dari jenis metode geolistrik yang digunakan untuk mempelajari keadaan bawah permukaan dengan

Ia mendasarkan analisis atas filsafat berdasarkan akal sehat (common sense). Atas dasar common sense ini Moore berusaha mengajak orang untuk menyadari bahwa

Buku anak-anak Pandawa Lima sebagai pengenalan tokoh pewayangan yang dikemas dengan gaya gambar populer dan cerita yang bermoral, dengan konsep adaptasi dari pagelaran

Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa tekanan eksternal tidak mempengaruhi keputusan auditor internal dalam mengadopsi software audit, sedangkan faktor

Dalam rangka memelihara fungsi sungai tersebut, maka diperlukan instrumen lingkungan yang mampu menjaga pelestarian fungsi sungai berupa: pengintegrasian ke dalam

Perancangan tugas akhir ini bertujuan untuk membantu untuk memberikan informasi dan cara untuk menghadapi penolakan sosial untuk remaja, karena penolakan dapat menyebabkan