• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hubungan Efisiensi Reproduksi dengan Produktivitas Sapi Perah: Studi Kasus di KPBS Pangalengan, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Hubungan Efisiensi Reproduksi dengan Produktivitas Sapi Perah: Studi Kasus di KPBS Pangalengan, Jawa Barat"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUBUNGAN EFISIENSI REPRODUKSI

DENGAN PRODUKTIVITAS SAPI PERAH:

STUDI KASUS DI KPBS PANGALENGAN, JAWA BARAT

BAGUS ADITYA PUTRATAMA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Hubungan Efisiensi Reproduksi dengan Produktivitas Sapi Perah: Studi Kasus di KPBS Pangalengan, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Bagus Aditya Putratama

(4)
(5)

ABSTRAK

BAGUS ADITYA PUTRATAMA. Analisis Hubungan Efisiensi Reproduksi dengan Produktivitas Sapi Perah: Studi Kasus di KPBS Pangalengan, Jawa Barat. Dibimbing oleh YUDI dan ASEP YAYAN RUHYANA.

Penelitian ini bertujuan mengukur penampilan efisiensi reproduksi dan produktivitas sapi perah serta menganalisis hubungan keduanya pada peternakan

KPBS Pangalengan, Jawa Barat pada tahun 2010 – 2012. Penelitian

menggunakan data sekunder yang ada di KPBS Pangalengan, meliputi catatan inseminasi buatan dan kesehatan hewan, kelahiran pedet, produksi susu, distribusi jumlah sapi perah, serta karakteristik tenaga kesehatan hewan pada periode tahun

2010 – 2012. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif dan statistik untuk

mengidentifikasi korelasi S/C (service per conception) dan CR% (conception

rate) dengan produksi susu dan kelahiran pedet. Analisis statistik menggunakan

SPSS 16.0. Duncan range test digunakan untuk melihat nilai beda nyata diantara

variabel antar wilayah. Hasil penelitian menunjukkan penampilan efisiensi reproduksi (S/C dan CR%) dan produktivitas (produksi susu dan kelahiran pedet) sapi perah di KPBS Pangalengan cukup baik. Nilai efisiensi reproduksi terbaik di wilayah Los Cimaung II, produksi susu tertinggi terdapat di Cisangkuy, sedangkan kelahiran pedet tertinggi di Padahurip. Studi ini menunjukkan adanya

hubungan korelasi nyata (α=0.05) antara S/C dengan produksi susu (r=˗0.562) dan

kelahiran pedet (r=˗0.607), juga antara CR% dengan produksi susu (r=0.565) dan

kelahiran pedet (r=0.642).

Kata kunci: CR%, kelahiran pedet, KPBS Pangalengan, produksi susu, S/C

ABSTRACT

BAGUS ADITYA PUTRATAMA. Analysis on Correlation Between Reproduction Efficiency and Productivity of Dairy Cows: Case Study in KPBS Pangalengan, West Java. Supervised by YUDI and ASEP YAYAN RUHYANA.

The aims of this study were to measure the reproductive efficiency and

productivity of dairy cows and to analysis the correlation between them in KPBS

Pangalengan, West Java in the year 2010 – 2012. This research used the

secondary data in KPBS Pangalengan which consisted of artificial insemination and animal health records, calves births, milk production, distribution of dairy cow population, and characteristic of animal health personnel in the period of

2010 – 2012. The data was analysed descriptively and statistically to identify the

(6)

calves births) of dairy cows in KPBS Pangalengan were generally good. The best value of reproductive efficiency in region Los Cimaung II, the highest milk production were in region Cisangkuy, meanwhile the highest calves births was in

region Padahurip. The study showed that there was a significant correlation

(α=0.05) between S/C and milk production (r=˗0.562) and calves births (r=˗0.607), also between CR% and milk production (r=0.565) and calves births (r=0.642).

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

ANALISIS HUBUNGAN EFISIENSI REPRODUKSI

DENGAN PRODUKTIVITAS SAPI PERAH:

STUDI KASUS DI KPBS PANGALENGAN, JAWA BARAT

BAGUS ADITYA PUTRATAMA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Analisis Hubungan Efisiensi Reproduksi dengan Produktivitas Sapi Perah: Studi Kasus di KPBS Pangalengan, Jawa Barat

Nama : Bagus Aditya Putratama

NIM : B04090164

Disetujui oleh

Dr drh Yudi, MSi Pembimbing I

drh Asep Yayan Ruhyana Pembimbing II

Diketahui oleh

drh Agus Setiyono, MS PhD APVet Wakil Dekan

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga skripsi dengan judul Analisis Hubungan Efisiensi Reproduksi dengan Produktivitas Sapi Perah: Studi Kasus di KPBS Pangalengan, Jawa Barat dapat diselesaikan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr drh Yudi, MSi dan drh Asep Yayan Ruhyana selaku pembimbing, atas segala bimbingan, dorongan, kritik, dan saran yang telah diberikan selama penelitian dan penulisan skripsi ini. Ungkapan terimakasih penulis ucapkan kepada drh Fajar Satrija, PhD selaku dosen pembimbing akademik, serta Dr med vet drh Denny Widaya Lukman, MSi dan drh Andriyanto, MSi selaku dosen penguji atas masukan dan motivasinya. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Keluarga Bapak Warsa dan Keluarga Bapak Sopyan, beserta kelompok peternak di Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan yang telah membantu selama pengumpulan data. Tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada KPBS Pangalengan atas kesempatan yang diberikan untuk melakukan penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibunda Dra Sri Kayati, Ayahanda Prof Dr drh Agik Suprayogi, MSc, Yogo, Aris, dan Aji serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Wenny Dwi K atas motivasi, doa, serta bantuannya selama penulisan skripsi ini, dan kepada kawan-kawan satu tim penelitian, Risnia Buatama, Arian Putra, Budi Setiawan, Khairul Ihsan, dan Ganjar Alaydrussani atas segala semangat, bantuan, dan kerjasamanya selama penelitian dan proses penulisan, serta kawan-kawan Geochelone FKH 46, dan Himpro Satwa Liar yang selama ini telah bersama-sama menempuh suka dan duka demi mendapatkan ilmu di almamater tercinta.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Efisiensi Reproduksi pada Sapi Perah 2

Produktivitas pada Sapi Perah 3

METODE 4

Tempat dan Waktu 4

Materi dan Metode 4

Variabel Penelitian 5

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Keadaan Umum KPBS Pangalengan 6

Efisiensi Reproduksi di KPBS Pangalengan 7

Produktivitas di KPBS Pangalengan 8

Efisiensi Reproduksi dan Produktivitas per Wilayah di KPBS Pangalengan

10

Korelasi Efisiensi Reproduksi dengan Produktivitas 11

SIMPULAN DAN SARAN 12

Simpulan 12

Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 12

(13)

DAFTAR TABEL

1 Petugas kesehatan hewan pada KPBS Pangalengan, Jawa Barat periode

2010 – 2012 6

2 Jumlah dan distribusi populasi sapi perah di KPBS Pangalengan, Jawa

Barat periode 2010 – 2012 6

3 Rasio petugas kesehatan hewan dan akseptor sapi perah serta nilai S/C

dan CR% di KPBS Pangalengan, Jawa Barat periode 2010 – 2012 7

4 Efisiensi reproduksi (S/C dan CR%) sapi perah di KPBS Pangalengan,

Jawa Barat periode 2010 – 2012 8

5 Produksi susu (ton) dan kelahiran pedet (ekor) pada peternakan rakyat

sapi perah di KPBS Pangalengan, Jawa Barat periode 2010 – 2012 9

6 Rata-rata produksi susu harian per induk (liter/induk/hari) tiap wilayah

di KPBS Pangalengan, Jawa Barat periode 2010 – 2012 9

7 Efisiensi reproduksi (S/C dan CR%) dan produktivitas (produksi susu

dan kelahiran pedet) sapi perah per bulan tiap wilayah di KPBS

Pangalengan, Jawa Barat periode 2010 – 2012 10

8 Nilai korelasi efisiensi reproduksi (S/C dan CR%) dengan produktivitas

(produksi susu dan kelahiran pedet) sapi perah di KPBS Pangalengan,

Jawa Barat periode 2010 – 2012 11

DAFTAR GAMBAR

1 Peta wilayah kerja KPBS Pangalengan, Jawa Barat 4

DAFTAR LAMPIRAN

1 Tabel korelasi efisiensi reproduksi dengan produktivitas sapi perah di

KPBS Pangalengan, Jawa Barat periode 2010 – 2012 16

2 Tabel perhitungan produksi susu per wilayah di KPBS Pangalengan,

Jawa Barat periode 2010 – 2012 17

3 Tabel rata-rata produksi susu harian (liter/induk/hari) per wilayah di

KPBS Pangalengan, Jawa Barat periode 2010 – 2012 20

4 Tabel produksi susu (ton) per wilayah di KPBS Pangalengan, Jawa

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan populasi dan produksi sapi perah di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami kemunduran. Produksi susu sapi nasional pada tahun 2012 sebanyak 959.73 ribu ton mengalami penurunan sekitar 1.54% dibandingkan produksi tahun 2011 sebesar 974.70 ribu ton (Ditjen PKH 2013). Produksi susu tersebut, hanya mencukupi 21% bahan baku industri susu dalam negeri, sedangkan 79% masih harus diimpor (Primandari 2013). Dampak negatif terjadinya peningkatan impor susu adalah terkurasnya devisa negara, ketergantungan kepada susu dari negara lain, dan hilangnya lapangan pekerjaan jika peternakan sapi perah di Indonesia tidak berkembang (Ahmad & Hermiyetti 2008). Populasi dan produktivitas sapi perah di Indonesia harus ditingkatkan untuk mengurangi dampak tersebut.

Upaya peningkatan produktivitas sapi perah dapat dilakukan antara lain dengan meningkatkan populasi sapi perah melalui perbaikan efisiensi reproduksi

baik secara genetik maupun manajemen (Praharani et al. 2010). Efisiensi

reproduksi adalah ukuran kemampuan seekor sapi untuk bunting dan menghasilkan keturunan sehat dalam waktu satu tahun (Niazi & Aleem 2003). Pemantauan efisiensi reproduksi peternakan sapi perah di Indonesia sebagai upaya peningkatan penampilan produktivitas belum banyak dilakukan. Pemantauan efisiensi reproduksi merupakan faktor penting untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu peternakan sapi perah. Parameter yang biasa digunakan untuk

mengukur efisiensi reproduksi adalah service per conception (S/C) dan conception

rate (CR%) (Jainudeen & Hafez 2000). Service per conception (S/C) merupakan jumlah inseminasi yang dibutuhkan untuk terjadinya satu kebuntingan, dengan

nilai S/C yang ideal adalah mendekati 1. Conception rate (CR%) merupakan

angka kebuntingan hasil IB pertama, dengan nilai CR yang ideal adalah di atas 50%. Kedua parameter tersebut dan hubungannya dengan produktivitas sapi perah pada lokasi peternakan rakyat di Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat dipelajari pada penelitian ini.

Wilayah KPBS Pangalengan merupakan salah satu sentra sapi perah di

Indonesia, dengan jenis sapi Friesian Holstein. Wilayah kerja KPBS Pangalengan

meliputi 3 kecamatan yaitu Kecamatan Pangalengan, Kecamatan Kertasari, dan Kecamatan Pacet yang terbagi dalam 5 wilayah (rayon) dan 37 tempat pelayanan koperasi (TPK). Wilayah tersebut dikelilingi pegunungan dengan ketinggian

1000 – 1420 meter di atas permukaan laut, dengan suhu rata-rata berkisar 12 – 28

°C dan kelembapan 60 – 70% (KPBS 2011). Kondisi dengan karakteristik

(15)

2

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengukur penampilan efisiensi reproduksi dan produktivitas sapi perah serta menganalisis hubungan efisiensi reproduksi

(dengan parameter jumlah layanan per kebuntingan, S/C dan angka kebuntingan,

CR%) dengan produktivitas sapi perah (dengan parameter produksi susu dan kelahiran pedet) di wilayah KPBS Pangalengan Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan menjadi kajian bagi manajemen KPBS Pangalengan dan koperasi susu lain di Indonesia dalam meningkatkan efisiensi reproduksi dan produktivitas sapi perah.

TINJAUAN PUSTAKA

Efisiensi Reproduksi pada Sapi Perah

Kesehatan reproduksi merupakan faktor yang sangat penting untuk mendapatkan angka kelahiran pedet dan produksi susu yang tinggi. Dengan demikian reproduksi sangat menentukan keuntungan yang akan diperoleh usaha peternakan sapi perah (Anggraeni 2008). Bila reproduksi berjalan dengan baik maka akan menambah angka populasi dan produksi susu. Pada sapi perah, efisiensi reproduksi merupakan dasar utama untuk memperoleh jumlah produksi susu yang maksimal karena produksi susu mencapai puncak pada beberapa bulan periode setelah partus.

Efisiensi reproduksi merupakan ukuran kemampuan seekor sapi untuk bunting dan menghasilkan keturunan yang sehat dalam waktu satu tahun (Niazi &

Aleem 2003). Efisiensi reproduksi tercapai apabila kapasitas reproduksi sudah

dimanfaatkan secara maksimum (Jainudeen & Hafez 2000b). Sapi dikatakan

memiliki tingkat efisiensi yang baik jika setiap tahun dapat menghasilkan satu anak. Parameter umum yang digunakan untuk menilai efisiensi reproduksi pada sapi perah adalah conception rate (CR%), service per conception (S/C), dan

calving interval (CI) (Prihatini 2011). Conception rate (CR%) merupakan angka kebuntingan hasil IB pertama, dengan nilai CR yang ideal adalah minimal 50% (Jainudeen & Hafez 2000a). Service per conception (S/C) merupakan jumlah inseminasi yang dibutuhkan untuk terjadinyasatu kebuntingan, dengan nilai S/C yang ideal adalah mendekati 1, yang artinya 1 pelayanan perkawinan

menghasilkan 1 kebuntingan. Calving interval (CI) merupakan jarak antara

kelahiran ke kelahiran berikutnya, dengan nilai CI yang ideal pada sapi adalah 12 bulan.

(16)

3

keturunannya. Aspek nutrisi sangat berpengaruh dalam peningkatan efisiensi reproduksi karena pakan yang kualitas dan kuantitasnya rendah dapat

memperpendek periode estrus (Gumilar et al. 2013). Aspek fisiologis ternak

ditunjukkan oleh aktivitas reproduksi ternak, baik status ovarium maupun organ reproduksi lainnya yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal (Wiyono & Umiyasih 1998).

Manajemen kesehatan juga mempengaruhi efisiensi reproduksi dan

produktivitas sapi perah. Menurut Nababan (2008), hambatan reproduksi dapat

disebabkan oleh manajemen ternak yang tidak baik seperti kegagalan mengenali tanda-tanda berahi sehingga sapi dikawinkan pada waktu yang tidak tepat, terlalu cepat mengawinkan kembali sapi setelah partus, kegagalan mengenal pejantan yang kurang subur (infertil) pada peternakan yang menggunakan lebih dari satu pejantan, menukar pejantan jika betina tidak langsung bunting tanpa mempertimbangkan bahaya penularan penyakit koital, tidak dilakukan pemeriksaan kebuntingan secara teratur, terlambat menghubungi tim medis jika ada ternak yang reproduksinya kurang baik, serta sistem pencatatan yang kurang baik Manajemen kesehatan yang baik sebagai upaya pencegahan terhadap terjadinya penyakit meliputi kebutuhan pakan dan minum, sanitasi kandang dari parasit maupun mikroorganisme, pemantauan kesehatan ternak, melakukan pengobatan dini, menghindari kontak terhadap ternak yang sakit dan vaksinasi, melakukan karantina terhadap hewan yang baru datang, serta melakukan pemerahan yang baik dan benar (Andrews & Gibson 2000).

Produktivitas pada Sapi Perah

Peningkatan konsumsi susu di Indonesia memiliki dampak positif bagi perkembangan peternakan sapi perah. Namun, kebutuhan susu nasional hingga saat ini belum terpenuhi. Kondisi tersebut merupakan peluang yang sangat baik bagi peternakan sapi perah untuk meningkatkan produksi susu. Oleh karena produksi susu mencapai puncak beberapa bulan setelah partus, maka peternak harus berupaya untuk dapat menghasilkan anak per induk per tahun. Kelahiran pedet ini juga sekaligus memberi keuntungan secara produksi dan reproduksi, karena pedet dapat dibesarkan dan dijual atau dijadikan sebagai pengganti induk yang sudah tua.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan produktivitas sapi perah yaitu ketepatan formulasi pakan, manajemen pemberian pakan, kenyamanan kandang yang dapat melindungi pada suhu dan kelembaban ekstrim, manajemen pemerahan, pencegahan mastitis, perhatian terhadap estrus dan

ovulasi, serta diagnosa dini terhadap kegagalan kebuntingan (Diggins et al. 1954;

Bath et al. 1985).

(17)

4

FH adalah lingkungan bersuhu sekitar 18.3°C dengan kelembaban sekitar 55% untuk menunjukkan penampilan produksi terbaik (Yani & Purwanto 2006).

METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat pada bulan September 2012 sampai dengan Februari 2013. Wilayah kerja KPBS Pangalengan meliputi 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Pangalengan, Kecamatan Kertasari, dan Kecamatan Pacet serta terbagi dalam 5 wilayah (rayon) yaitu Padahurip, Los Cimaung II, Cisangkuy, Citawa, dan Pajaten (Gambar 1).

Gambar 1 Peta wilayah kerja KPBS Pangalengan, Jawa Barat

Materi dan Metode

Penelitian menggunakan data sekunder yang diperoleh dari seluruh wilayah (rayon) yang ada di KPBS Pangalengan meliputi catatan inseminasi buatan dan kesehatan hewan, kelahiran pedet, produksi susu, distribusi jumlah sapi perah, dan

karakteristik petugas kesehatan hewan pada periode tahun 2010 – 2012. Untuk

(18)

5

Pangalengan, Kebon Jambu, Babakan Kiara, dan Pulosari; rayon Los Cimaung II meliputi wilayah Cipangisikan, Wates, Pangkalan, Cipanas, Rancamanyar, Los Cimaung I, Pintu I, dan Barusulam; rayon Cisangkuy meliputi wilayah Mekarmulya, Bojong Waru, Ciawi, Citere dan Sukamenak; rayon Citawa meliputi wilayah Gunung Cupu I, Gunung Cupu II, Wanasuka I, Wanasuka II, Cisabuk, Kertasari, dan Lodaya; dan rayon Pajaten meliputi wilayah Cikembang I, Cikembang II, Goha, Cibereum, Lembang Sari, Sukapura, dan Cihawuk.

Variabel Penelitian

Variabel yang dinilai pada penelitian ini adalah jumlah layanan per kebuntingan (S/C), angka kebuntingan IB pertama (CR%), produksi susu, dan

kelahiran pedet pada tahun 2010 – 2012. Service per conception (S/C) merupakan

jumlah inseminasi yang dibutuhkan untuk terjadinya satu kebuntingan, dengan perhitungan:

/ = � � �

� �

Conception rate (CR%) merupakan angka kebuntingan hasil IB pertama, dengan perhitungan:

% = � � � ℎ� 1

� �� 1 � 100

Data produksi susu didapatkan dari laporan tempat pelayanan koperasi (TPK) di setiap wilayah yang kemudian direkap oleh bagian produksi KPBS Pangalengan. Data kelahiran pedet didapatkan berdasarkan laporan dari peternak kepada petugas yang kemudian direkap oleh bagian recording KPBS Pangalengan.

Analisis Data

Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif dan statistik. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan tingkat efisiensi reproduksi (S/C dan CR%) dan produktivitas (produksi susu dan kelahiran pedet) sapi perah di wilayah kerja KPBS Pangalengan. Analisis statistik digunakan untuk menguji korelasi S/C dan CR% dengan produksi susu dan kelahiran pedet. Analisis statistik dilakukan menggunakan SPSS 16.0 dan Microsoft Excel 2007. Data dianalisis

dengan uji korelasi pada selang kepercayaan 95% (α=0.05) yang dilanjutkan

dengan uji Duncan range test untuk melihat nilai beda nyata antar-wilayah

(19)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum KPBS Pangalengan

KPBS Pangalengan terletak di Kecamatan Pangalengan yang berjarak sekitar 51 km arah selatan Kota Bandung dan 23 km dari kota Soreang ibukota Kabupaten Bandung. Kecamatan Pangalengan berbatasan dengan Kecamatan Pasir Jambu di sebelah barat, Kecamatan Cimaung di sebelah Utara, serta Kecamatan Pacet dan Kecamatan Kertasari di sebelah Timur.

KPBS Pangalengan memiliki 225 kelompok peternak terdiri dari 4 500 anggota. Koperasi ini memiliki petugas kesehatan hewan yang terdiri dari dokter hewan (5 orang) dan paramedik (22 orang) (Tabel 1). Jumlah populasi sapi perah tiap wilayah di KPBS Pangalengan bervariasi dari tahun ke tahun, dengan populasi total tahun 2012 sebanyak 16 952 dengan total akseptor IB sebanyak 13 089 (Tabel 2).

Tabel 1 Petugas kesehatan hewan pada KPBS Pangalengan, Jawa Barat periode

2010 – 2012

Wilayah (rayon) Petugas Jumlah

(orang) Pendidikan terakhir Masa kerja (tahun)

Padahurip Dokter hewan 1 Dokter hewan 25

Padahurip Los Cimaung II Cisangkuy Citawa Pajaten Total

2010

(20)

7

Berdasarkan Tabel 1 dan Tabel 2, pada tahun 2010 – 2012 seorang dokter

hewan di KPBS Pangalengan menangani sapi perah rata-rata sebanyak 3 113 ekor (kisaran antara 2 778 dan 3 565) dan setiap paramedik menangani sapi perah rata-rata sebanyak 708 ekor (berkisar 534 dan 891). Berdasarkan jumlah petugas kesehatan hewan (dokter hewan dan paramedik) dan jumlah akseptor sapi perah,

rasio jumlah petugas kesehatan hewan dengan jumlah akseptor berkisar 1/457 –

1/713, dan yang terkecil (terbaik) adalah di Los Cimaung II (1/457) (Tabel 3). Di Los Cimaung II nilai S/C dan CR% menunjukkan yang terbaik masing-masing 2.0±0.1 dan 49±3.1 %.

Tabel 3 Rasio petugas kesehatan hewan dan akseptor sapi perah serta nilai S/C

dan CR% di KPBS Pangalengan, Jawa Barat periode 2010 – 2012

Parameter Wilayah/Rayon, (ekor)

Padahurip Los Cimaung II Cisangkuy Citawa Pajaten Rasio Dokter hewan /

Efisiensi Reproduksi Sapi Perah di KPBS Pangalengan

Jumlah inseminasi buatan untuk setiap kebuntingan (S/C) sapi perah di

KPBS Pangalengan berkisar 1.9 – 2.3 dengan rataan pada tahun 2010, 2011, dan

2012 berturut-turut adalah 2.1±0.2, 2.1±0.1, dan 2.1±0.1, serta rataan selama 3

tahun (2010 – 2012) adalah 2.1±0.0 (Tabel 4). Nilai tersebut sedikit lebih besar

daripada nilai S/C yang disarankan oleh Toelihere (1993) yaitu berkisar 1.6 – 2.0

dan nilai S/C di daerah Batu Malang yaitu 1.9 (Gumilar et al. 2013). Semakin

besar nilai S/C maka tingkat efisiensi reproduksi populasi semakin rendah, sehingga dapat diduga bahwa tingkat kesuburan hewan betina rendah. Tingkat kesuburan hewan betina dipengaruhi oleh kesehatan reproduksi dan manajemen pemeliharaan (Fitrianti 2008). Gangguan reproduksi yang sering terjadi pada sapi perah dan menurunkan fertilitas sapi perah adalah endometritis dan retensio

secundinae (Dascanio et al. 2000; Ratnawati et al. 2007). Selain itu, faktor lain

yang mempengaruhi nilai S/C adalah keterampilan inseminator dalam melakukan inseminasi (Oktaviani 2010).

Angka kebuntingan pada IB pertama (CR%) sapi perah di KPBS

Pangalengan berkisar 44 – 51% dengan rataan pada tahun 2010, 2011, dan 2012

berturut-turut adalah 48±3.5%, 48±2.4%, dan 47±2.5%, serta rataan selama 3

tahun (2010 – 2012) adalah 48±0.9% (Tabel 4). Bila dibandingkan dengan nilai

CR% sapi perah di daerah lain seperti Ponorogo sebesar 33% (Fanani et al. 2013),

(21)

8

Jainudeen dan Hafez (2000) untuk sapi perah yaitu di atas 50%. Menurut Toelihere (1993) angka konsepsi dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu kesuburan jantan, kesuburan betina, dan teknik inseminasi. Kesuburan jantan merupakan tanggung jawab Balai Inseminasi Buatan yang memproduksi semen beku dan

manajemen penyimpanan di tingkat inseminator (Fanani et al. 2013). Peternak

bertanggung jawab terhadap kesuburan ternaknya dibantu oleh dokter hewan yang bertugas mengawasi kesehatan sapi, sedangkan pelaksanaan IB merupakan tanggung jawab inseminator (Kurniadi 2002).

Faktor yang mempengaruhi nilai S/C dan CR% di KPBS Pangalengan adalah tingginya gangguan reproduksi seperti retensio secundinae dan endometritis. Kondisi tingginya gangguan reproduksi dipengaruhi oleh rasio petugas kesehatan hewan dengan akseptor, kelonggaran waktu, luasan wilayah dan lain-lain. Menurut Buatama (2013), gangguan reproduksi tertinggi di KPBS

Pangalengan selama tahun 2010 – 2012 adalah retensio secundinae sebanyak 3

482 kasus dan endometritis sebanyak 2 820 kasus. Tingginya kasus gangguan reproduksi mungkin menjadi salah satu penyebab meningkatnya nilai S/C dan menurunnya nilai CR% di KPBS Pangalengan.

Tabel 4 Efisiensi reproduksi (S/C dan CR%) sapi perah di KPBS Pangalengan,

*Catatan: Januari-Mei 2010 dan Agustus-Oktober 2011 data tidak ada

Produktivitas Sapi Perah di KPBS Pangalengan

Rata-rata produksi susu di KPBS Pangalengan tahun 2010 – 2012 adalah

35 782.94±8 120.25 ton/bulan atau setara dengan 11.11±0.74 liter/induk/hari (Tabel 5 dan Tabel 6). Nilai tersebut sedikit lebih tinggi bila dibandingkan dengan rata-rata produksi susu sapi perah nasional yaitu 10 liter/induk/hari

(Sudono et al. 2003), serta diatas rata-rata produksi susu di KPS Bogor, sekitar

6.3 – 8.9 liter/induk/hari (Novianty 2012). Faktor yang mempengaruhi produksi

(22)

9

dan kebuntingan, periode masa kering, lingkungan, penyakit dan obat-obatan

(Foley et al. 1985). Faktor lingkungan dan manajemen menjadi faktor yang

menyebabkan produksi susu di KPBS Pangalengan dan KPS Bogor hampir sama.

Suhu dan kelembapan yang tinggi di Indonesia berkisar 24 – 34°C dan 60 – 90%

dapat mengakibatkan heat stress pada sapi sehingga proses penguapan dari tubuh

sapi akan terhambat dan mengalami cekaman panas (Yani & Purwanto 2006). Ketika terjadi peningkatan suhu lingkungan, produksi susu dan konsumsi pakan secara otomatis akan berkurang untuk mengurangi produksi panas tubuh. Produksi susu di KPBS Pangalengan menunjukkan jumlah yang fluktuatif, hal ini disebabkan karena populasi sapi induk dari tahun ke tahun selalu berubah dan cenderung menurun terutama pada tahun 2012 (Tabel 2).

Jumlah kelahiran pedet pada tahun 2010 – 2012 berkisar 324 – 649

ekor/bulan (Tabel 5). Keadaan ini terkait dengan jumlah akseptor (Tabel 2) yang mengalami penurunan, rasio petugas kesehatan hewan dan akseptor sapi perah (Tabel 3) yang cukup besar, dan nilai efisiensi reproduksi di KPBS Pangalengan yang fluktuatif (Tabel 4).

Tabel 5 Produksi susu (ton) dan kelahiran pedet (ekor) pada peternakan rakyat

sapi perah di KPBS Pangalengan, Jawa Barat periode 2010 – 2012

Bulan 2010 2011 2012

Rata-rata 3 977.32±116.81 457±69 3 937.44±155.00 479±94 3 672.56±348.02 412±50

Catatan: Januari-Mei 2010 dan Agustus-Oktober 2011 data tidak ada

Tabel 6 Rata-rata produksi susu harian per induk (liter/induk/hari) tiap wilayah di

KPBS Pangalengan, Jawa Barat periode 2010 – 2012

Wilayah Rata-rata produksi susu (liter/induk/hari) Rata-rata

(liter/induk/hari)

2010 2011 2012

Padahurip 8.57±0.10 7.92±0.17 10.79±1.11 8.78 ± 1.51

Los Cimaung II 13.54±0.37 9.58±0.34 11.13±0.98 11.11 ± 2.00

Cisangkuy 13.97±0.43 14.95±0.33 16.83±1.32 15.21 ± 1.46

Citawa 10.81±0.22 9.67±0.64 7.62±0.77 9.19 ± 1.62

Pajaten 12.17±0.19 10.32±0.26 14.06±1.74 11.75 ± 1.87

(23)

10

Efisiensi Reproduksi dan Produktivitas Sapi Perah per Wilayah di KPBS Pangalengan

Penampilan efisiensi reproduksi dan produktivitas sapi perah secara keseluruhan telah diuraikan pada Tabel 4 dan Tabel 5. Perbandingan nilai efisiensi reproduksi dan produktivitas antar-wilayah dapat menunjukkan wilayah dengan nilai terbaik. Perbandingan nilai rata-rata S/C, CR%, produksi susu dan kelahiran pedet per wilayah KPBS Pangalengan disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Efisiensi reproduksi (S/C dan CR%) dan produktivitas (produksi susu dan kelahiran pedet) sapi perah per bulan tiap wilayah di KPBS

Pangalengan, Jawa Barat periode 2010 – 2012

Wilayah (Rayon) Efisiensi Reproduksi Produktivitas

S/C CR% Susu (ton) Pedet (ekor)

Huruf superskrip berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji 5%

Hasil analisis ragam menunjukkan wilayah Los Cimaung II memiliki nilai

S/C (2.0±0.1) dan CR% (49±3.1)% per bulan yang nyata lebih baik (α=0.05)

dibandingkan dengan wilayah lainnya (Tabel 7). Hal ini mungkin disebabkan karena jumlah paramedik pada wilayah tersebut lebih banyak dibandingkan dengan wilayah lain, dan masa kerja petugas paramedik di wilayah tersebut yang

sudah cukup lama berkisar 5 – 22 tahun (Tabel 1). Faktor yang mempengaruhi

nilai S/C diantaranya adalah keterampilan petugas paramedik (Johnson et al.

2006). Menurut Wahyudi et al. (2012), paramedik dengan masa kerja minimal 2

tahun memiliki pengalaman menginseminasi setara dengan 4 000 akseptor. Selain itu, rasio paramedik terhadap akseptor pada wilayah tersebut (1/534) lebih baik dibanding wilayah lain (Tabel 3). Kondisi tersebut menyebabkan paramedik dianggap terampil serta optimal dalam melakukan inseminasi pada sapi perah, sehingga peternak mendapatkan pelayanan yang baik, oleh karena itu berpengaruh terhadap peluang terjadinya kebuntingan.

Produksi susu per bulan di wilayah Cisangkuy (1 046.32±64.2 ton) berbeda

nyata (α=0.05) dan lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah lain (Tabel 7). Hal

ini terkait dengan produksi susu per induk per hari di wilayah Cisangkuy (15.21±1.46 liter/induk/hari) lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah lain seperti Los Cimaung II (11.11±2.00 liter/induk/hari), Padahurip (8.78±1.51 liter/induk/hari), Citawa (9.19±1.62 liter/induk/hari), dan Pajaten (11.75±1.87 liter/induk/hari) yang dapat dilihat pada Tabel 6.

(24)

11

ini dipengaruhi oleh produksi susu per induk per hari yang rendah. Selain itu, rasio petugas kesehatan hewan dan akseptor sapi perah tidak berpengaruh terhadap jumlah kelahiran pedet.

Korelasi Efisiensi Reproduksi dengan Produktivitas

Berdasarkan hasil analisis korelasi antara efisiensi reproduksi dan

produktivitas (Tabel 8) menunjukkan adanya korelasi nyata (α=0.05) antara S/C

dengan produksi susu (r=-0.562) dan kelahiran pedet (r=-0.607). Hal ini menunjukkan bahwa semakin kecil nilai S/C maka semakin tinggi produksi susu

dan kelahiran pedet. Service per conception merupakan faktor yang menentukan

efisiensi reproduksi dan memiliki pengaruh secara tidak langsung terhadap produksi susu serta kelahiran pedet. Nilai S/C yang besar menunjukkan jumlah IB yang dilakukan semakin banyak sehingga masa kosong dan jarak beranak semakin lama. Lamanya masa kosong dapat menurunkan produksi susu selama masa produktif induk, karena menurunkan frekuensi kelahiran sebagai awal proses laktasi (Warwick & Legates 1979).

Menurut Warwick dan Legates (1979) masa kosong pada sapi dara laktasi

sebaiknya adalah 60 hari, sedangkan pada sapi induk laktasi sebaiknya 60 – 90

hari. Masa kosong selain mempengaruhi produksi susu, juga berpengaruh terhadap keberhasilan perkawinan dan jarak beranak (LeBlanc 2005). Jarak

beranak yang ideal pada sapi perah adalah berkisar 12 – 13 bulan (Jainudeen &

Hafez 2000). Lamanya jarak beranak mengakibatkan pendapatan peternak menurun, karena jumlah kelahiran pedet dan produksi susu yang rendah selama masa produktif.

Tabel 8 Nilai korelasi efisiensi reproduksi (S/C dan CR%) dengan produktivitas (produksi susu dan kelahiran pedet) sapi perah di KPBS Pangalengan,

* ada korelasi nyata antar-variabel pada taraf uji 5%

Pada Tabel 8 dapat dilihat pula bahwa nilai CR% memiliki korelasi nyata

(α=0.05) dengan produksi susu (r=0.565) dan kelahiran pedet (r=0.642). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai CR% semakin tinggi pula produksi susu dan kelahiran pedet. Nilai CR% yang tinggi mengindikasikan hewan segera

bunting setelah IB, sehingga akan bermanifestasi pada rendahnya nilai S/C, serta

(25)

12

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penampilan efisiensi reproduksi dan produktivitas sapi perah di KPBS Pangalengan secara umum menunjukkan nilai yang cukup baik, walaupun masih perlu ditingkatkan lagi terutama nilai S/C yang sedikit besar dan CR% yang sedikit rendah. Efisiensi reproduksi dan produktivitas sapi perah di KPBS Pangalengan bervariasi di antara wilayah/rayon; efisiensi reproduksi terbaik terdapat di wilayah Los Cimaung II, produksi susu tertinggi terletak di wilayah Cisangkuy, sedangkan kelahiran pedet tertinggi terdapat di wilayah Padahurip.

Hasil studi ini menunjukkan adanya hubungan korelasi nyata (α=0.05) antara

efisiensi reproduksi (S/C dan CR%) dengan produktivitas (produksi susu dan kelahiran pedet) sapi perah di KPBS Pangalengan, Jawa Barat. Nilai S/C berkorelasi negatif dengan produksi susu 0.562) dan kelahiran pedet (r=-0.607), sedangkan nilai CR% berkorelasi positif dengan produksi susu (r=0.565) dan kelahiran pedet (r=0.642).

Saran

Berdasarkan nilai efisiensi reproduksi dan produktivitas sapi perah di KPBS

Pangalengan selama 2010 – 2012, maka perlu upaya peningkatan kinerja dan rasio

petugas kesehatan hewan terhadap akseptor. Selain itu, perlu adanya perbaikan manajemen beternak untuk menjaga kesehatan reproduksi.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad I, Hermiyetti. 2008. Analisis produksi dan konsumsi susu di Indonesia [abstrak]. Jakarta (ID): Sekolah Tinggi Ekonomi Keuangan dan Perbankan Indonesia. hlm 413-419.

Anderson RR, Collier RJ, Guidry AJ, Heald CW, Jenness R, Larson BL, Tucker

HA. 1985. Lactation. Larson BL, editor. Iowa (US): Iowa State University

Pr.

Andrews AH, Gibson LAS. 2000. Disease Security. Di dalam: Andrews AH,

editor, The Health of Dairy Cattle. Philadelphia (US): Blackwell Science.

hlm: 328-346.

Anggraeni A. 2000. Keragaan produksi susu sapi perah: kajian pada faktor koreksi

pengaruh lingkungan internal. Wartazoa. 9 (2):41 – 49.

Anggraeni A. 2008. Indeks reproduksi sebagai faktor penentu efisiensi reproduksi

sapi perah: fokus kajian pada sapi perah Bos taurus. Di dalam: Semiloka

(26)

13

2008 Apr 21; Jakarta, Indonesia. Bogor (ID): Puslitbang Peternakan. hlm 61-74.

Anggraeni A, Fitriyani Y, Atabany A, Komala I. 2008. Penampilan produksi susu dan reproduksi sapi Friesian Holstein di Balai Pengembangan Pembibitan

Ternak Sapi Perah Cikole, Lembang. [Prosiding]. Di dalam: Seminar

Buatama R. 2013. Pengaruh curah hujan terhadap frekuensi kejadian penyakit reproduksi pada sapi perah : studi kasus di KPBS Pangalengan, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Capuco AV, Akers RM, Smith JJ. 1997. Mammary growth in Holstein cows

during the dry period: Quantification of nucleic acids and histology. J Dairy

Sci. 80:477- 487.

Diggins RV, Bundy CE. 1954. Dairy Production. Ed ke-2. Englewood Cliffs,

New Jersey (US): Prentice-Hall.

[Ditjen PKH] Direktoral Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2013. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012. Jakarta (ID): Kementerian Pertanian RI.

Dascanio J, Ley W, Schweizer C. 2000. How to diagnose and treat fungal

endometritis. Proc. Am. Ass. equine Practnrs. 46:316-318.

Fanani S, Subagyo YBP, Lutojo. 2013. Kinerja reproduksi sapi perah peranakan

Friesian Holstein (PFH) di Kecamatan Pudak, Kabupaten Ponorogo. J Trop

Anim Husband. 2 (1): 21–27.

Fitrianti AT. 2003. Penampilan reproduksi sapi perah di peternakan sapi perah

rakyat wilayah kerja KUD Mojosongo Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.

[skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Foley RC, Bath DL, Dickinson FN, Tucker HA. 1985. Diary Cattle: Principles,

Practices, Problems and Profits. Ed ke-3. Philadelphia (US): Lea & Febiger

Gumilar AS, Susilawati T, Wahyuningsih S. 2013. Tampilan reproduksi sapi

Philadelphia (US): Blackwell. hlm 261-277.

Johnson LA, Weitze KF, Fiser P and Maxwell WMC. 2006. Storage Of Boar

(27)

14

[KPBS] Koperasi Peternakan Bandung Selatan. 2011. Latar belakang [Internet].

Diunduh: 2013 Mei 23. Tersedia pada: http://kpbspangalengan.

blogspot.com/.

Kurnadi A. 2002. Kinerja reproduksi dan keberhasilan inseminasi buatan di KUD Mandiri Bayongbong, Garut. [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

LeBlanc S. 2005. Overall Reproductive Performance Of Canadian Dairy Cows Challenge We Are Facing. J Advan in Dairy Techn 17: 137-148.

Nababan RL. 2008. Kegiatan usaha pemeliharaan sapi perah di PT Taurus Dairy Farm Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi. [laporan praktik kerja]. Purwokerto (ID): Fakultas Peternakan, Universitas Jendral Soedirman.

Niazi AAK, Aleem M. 2003. Comparative studies on the reproductive efficiency

of imported and local born Friesian cows in Pakistan. J Biol Sci. 3:388-395.

Novianty H. 2012. Keterkaitan antara ketinggian tempat dengan ragam pakan dan produksi susu sapi perah Fries Holland di Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor.

Oktaviani TT. 2010. Kinerja reproduksi sapi perah peranakan Friesian Holstein

(PFH) di Kecamatan Musuk Boyolali [skripsi]. Surakarta (ID): Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.

Praharani L, Kusnadi U, Talib C, Matondang R, Wibowo B, Rusdiana S, Purwanto H, Rusmana N. 2010. Seleksi kelahiran kembar sapi perah (50%) dengan tingkat pertumbuhan pra sapih > 0.7 kg/ekor/hari [laporan akhir]. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Kementerian Pertanian.

Prihatini R. 2011. Hubungan retensio sekundinae dan endometritis dengan efisiensi reproduksi pada sapi perah: studi kasus di Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Primandari T. 2013. Produksi susu lokal menurun [Internet]. Diunduh: 2013 Mei 23. Tersedia pada: http://www.tempo.co/read/news/2013/05/18/090481385/ Produksi-Susu-Lokal-Menurun.

Ratnawati D, Pratiwi WC, Affandhy L. 2007. Petunjuk Teknis Penanganan

Gangguan Reproduksi pada Sapi Potong. Pasuruan (ID): Agro Inovasi

Sudono A, Rosdiana RF, Setiawan BS. 2003. Beternak Sapi Perah Secara

Intensif. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka.

Toelihere MR. 1993. Inseminasi Buatan pada Ternak. Bandung (ID): Angkasa.

Wahyudi L, Susilawati T, Wahyuningsih S. 2012. Tampilan reproduksi sapi perah berbagai paritas di Desa Kemiri Kecamatan Jabung Kabupaten Malang [skripsi]. Malang (ID): Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.

Warwick EJ, Legates JE. 1979. Breeding and Improvement of Farm Animals.

(28)

15

Wiyono DB, Umiyasih U. 1998. Tampilan status reproduksi sapi perah pada tingkat kondisi badan yang berbeda dan sistem pengelolaan di peternakan

rakyat. [Prosiding]. Di dalam: Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan

Veteriner. Bogor (ID): Puslitbang Peternakan. hlm 297-304.

Yani A, Purwanto BP. 2006. Pengaruh iklim mikro terhadap respons fisiologis sapi peranakan fries holland dan modifikasi lingkungan untuk meningkatkan

(29)

16

Lampiran 1 Tabel korelasi efisiensi reproduksi dengan produktivitas sapi perah di

KPBS Pangalengan, Jawa Barat periode 2010 – 2012

S/C CR% Susu Pedet

Spearman's rho

S/C Correlation Coefficient 1.000 -0.984(**) -0.562(**) -0.607(**)

Sig. (2-tailed) . 0.000 0.002 0.001

N 28 28 28 28

CR% Correlation Coefficient -0.984(**) 1.000 0.565(**) 0.642(**)

Sig. (2-tailed) 0.000 . 0.002 0.000

N 28 28 28 28

Susu Correlation Coefficient -0.562(**) 0.565(**) 1.000 0.444(*)

Sig. (2-tailed) 0.002 0.002 . 0.018

N 28 28 28 28

Pedet Correlation Coefficient -0.607(**) 0.642(**) 0.444(*) 1.000

Sig. (2-tailed) 0.001 0.000 0.018 .

N 28 28 28 28

(30)

Catatan: aBerat jenis (BJ) susu 1.028, bJumlah hari mengikuti hari per bulan di kalender * data tidak ada

Lampiran 2 Tabel perhitungan produksi susu per wilayah di KPBS Pangalengan, Jawa Barat periode 2010 – 2012

a. Tabel perhitungan produksi susu per wilayah di KPBS Pangalengan, Jawa Barat Tahun 2010

Jan* Feb* Mar* Apr* Mei* Jun Jul Agu Sept Okt Nov Des

Susu (kg) ˗ ˗ ˗ ˗ ˗ 703253.08 734618.00 719046.10 688983.50 728385.00 698693.00 736043.00 5009021.68

Susu (liter) ˗ ˗ ˗ ˗ ˗ 722944.17 755187.30 739179.39 708275.04 748779.78 718256.40 756652.20 5149274.29

Induk ˗ ˗ ˗ ˗ ˗ 2807 2807 2807 2807 2807 2807 2807 2807

Jumlah hari ˗ ˗ ˗ ˗ ˗ 30 31 31 30 31 30 31 214

Produksi per induk per hari ˗ ˗ ˗ ˗ ˗ 8.59 8.68 8.49 8.41 8.60 8.53 8.70 8.57±0.10

Susu (kg) ˗ ˗ ˗ ˗ ˗ 783518.50 816049.50 828627.00 801421.50 856870.50 819480.50 873591.00 5779558.50

Susu (liter) ˗ ˗ ˗ ˗ ˗ 805457.02 838898.89 851828.56 823861.30 880862.87 842425.95 898051.55 5941386.14

Induk ˗ ˗ ˗ ˗ ˗ 2050 2050 2050 2050 2050 2050 2050 2050

Jumlah hari ˗ ˗ ˗ ˗ ˗ 30 31 31 30 31 30 31 214

Produksi per induk per hari ˗ ˗ ˗ ˗ ˗ 13.1 13.2 13.4 13.4 13.9 13.7 14.1 13.54±0.37

Susu (kg) ˗ ˗ ˗ ˗ ˗ 994616.8 1032753.5 1053240.0 1022755.5 1094576.5 1051929.5 1113716.5 7363588.3

Susu (liter) ˗ ˗ ˗ ˗ ˗ 1022466.1 1061670.6 1082730.7 1051392.7 1125224.6 1081383.5 1144900.6 7569768.8

Induk ˗ ˗ ˗ ˗ ˗ 2532 2532 2532 2532 2532 2532 2532 2532

Jumlah hari ˗ ˗ ˗ ˗ ˗ 30 31 31 30 31 30 31 214

Produksi per induk per hari ˗ ˗ ˗ ˗ ˗ 13.46 13.53 13.79 13.84 14.34 14.24 14.59 13.97±0.43

Susu (kg) ˗ ˗ ˗ ˗ ˗ 613323.50 653166.50 659947.03 637177.00 664830.00 647518.50 674914.50 4550877.03

Susu (liter) ˗ ˗ ˗ ˗ ˗ 630496.56 671455.16 678425.55 655017.96 683445.24 665649.02 693812.11 4678301.59

Induk ˗ ˗ ˗ ˗ ˗ 2022 2022 2022 2022 2022 2022 2022 2022

Jumlah hari ˗ ˗ ˗ ˗ ˗ 30 31 31 30 31 30 31 214

Produksi per induk per hari ˗ ˗ ˗ ˗ ˗ 10.39 10.71 10.82 10.80 10.90 10.97 11.07 10.81±0.22

Susu (kg) ˗ ˗ ˗ ˗ ˗ 726085.50 753607.00 754432.10 709587.00 754395.00 705434.50 734642.00 5138183.10

Susu (liter) ˗ ˗ ˗ ˗ ˗ 746415.89 774708.00 775556.20 729455.44 775518.06 725186.67 755211.98 5282052.23

Induk ˗ ˗ ˗ ˗ ˗ 2028 2028 2028 2028 2028 2028 2028 2028

Jumlah hari ˗ ˗ ˗ ˗ ˗ 30 31 31 30 31 30 31 214

Produksi per induk per hari ˗ ˗ ˗ ˗ ˗ 12.27 12.32 12.34 11.99 12.34 11.92 12.01 12.17±0.19

Total produksi susu (kg) ˗ ˗ ˗ ˗ ˗ 3820797.38 3990194.50 4015292.23 3859924.50 4099057.00 3923056.00 4132907.00 27841228.61

Total produksi susu (liter) ˗ ˗ ˗ ˗ ˗ 3927779.71 4101919.95 4127720.41 3968002.39 4213830.60 4032901.57 4248628.40 28620783.01

Total induk ˗ ˗ ˗ ˗ ˗ 11439 11439 11439 11439 11439 11439 11439 11439

Jumlah hari ˗ ˗ ˗ ˗ ˗ 30 31 31 30 31 30 31 214

Produksi per induk per hari ˗ ˗ ˗ ˗ ˗ 11.45±2.04 11.57±2.01 11.64±2.16 11.56±2.19 11.88±2.33 11.75±2.29 11.98±2.40 11.69±2.20

(31)

18

b Tabel perhitungan produksi susu per wilayah di KPBS Pangalengan, Jawa Barat Tahun 2011

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu* Sept* Okt* Nov Des

Susu (kg) 727631.00 645403.00 700243.00 669239.00 691491.00 675025.08 688165.86 ˗ ˗ ˗ 705061.35 711848.50 6214107.79

Susu (liter) 748004.67 663474.28 719849.80 687977.69 710852.75 693925.78 707434.50 ˗ ˗ ˗ 724803.07 731780.26 6388102.81

Induk 2954 2954 2954 2954 2954 2954 2954 ˗ ˗ ˗ 2954 2954 2954

Jumlah hari 31 28 31 30 31 30 31 ˗ ˗ ˗ 30 31 273

Produksi per induk per hari 8.17 8.02 7.86 7.76 7.76 7.83 7.73 ˗ ˗ ˗ 8.18 7.99 7.92±0.17

Susu (kg) 867597.50 780687.50 841240.50 782817.00 804131.50 792966.50 799705.00 ˗ ˗ ˗ 828933.00 874797.50 7372876.00

Susu (liter) 891890.23 802546.75 864795.23 804735.88 826647.18 815169.56 822096.74 ˗ ˗ ˗ 852143.12 899291.83 7579316.53

Induk 2897 2897 2897 2897 2897 2897 2897 ˗ ˗ ˗ 2897 2897 2897

Jumlah hari 31 28 31 30 31 30 31 ˗ ˗ ˗ 30 31 273

Produksi per induk per hari 9.93 9.89 9.63 9.26 9.20 9.38 9.15 ˗ ˗ ˗ 9.80 10.01 9.58±0.34

Susu (kg) 1102322.00 980400.50 1081575.00 1049589.50 1076095.50 1060221.54 1088966.10 ˗ ˗ ˗ 1108128.50 1135217.35 9682515.99

Susu (liter) 1133187.02 1007851.71 1111859.10 1078978.01 1106226.17 1089907.74 1119457.15 ˗ ˗ ˗ 1139156.10 1167003.44 9953626.44

Induk 2439 2439 2439 2439 2439 2439 2439 ˗ ˗ ˗ 2439 2439 2439

Jumlah hari 31 28 31 30 31 30 31 ˗ ˗ ˗ 30 31 273

Produksi per induk per hari 14.99 14.76 14.71 14.75 14.63 14.90 14.81 ˗ ˗ ˗ 15.57 15.43 14.95±0.33

Susu (kg) 666938.00 603666.00 658744.00 623713.00 632292.50 627970.88 629006.00 ˗ ˗ ˗ 716229.00 750163.10 5908722.48

Susu (liter) 685612.26 620568.65 677188.83 641176.96 649996.69 645554.06 646618.17 ˗ ˗ ˗ 736283.41 771167.67 6074166.71

Induk 2300 2300 2300 2300 2300 2300 2300 ˗ ˗ ˗ 2300 2300 2300

Jumlah hari 31 28 31 30 31 30 31 ˗ ˗ ˗ 30 31 273

Produksi per induk per hari 9.62 9.64 9.50 9.29 9.12 9.36 9.07 ˗ ˗ ˗ 10.67 10.82 9.67±0.64

Susu (kg) 736340.00 662466.50 720134.00 686406.00 683249.00 685947.21 701886.00 ˗ ˗ ˗ 693773.50 688516.50 6258718.71

Susu (liter) 756957.52 681015.56 740297.75 705625.37 702379.97 705153.73 721538.81 ˗ ˗ ˗ 713199.16 707794.96 6433962.83

Induk 2284 2284 2284 2284 2284 2284 2284 ˗ ˗ ˗ 2284 2284 2284

Jumlah hari 31 28 31 30 31 30 31 ˗ ˗ ˗ 30 31 273

Produksi per induk per hari 10.69 10.65 10.46 10.30 9.92 10.29 10.19 ˗ ˗ ˗ 10.41 10.00 10.32±0.26

Total produksi susu (kg) 4100828.50 3672623.50 4001936.50 3811764.50 3887259.50 3842131.21 3907728.96 ˗ ˗ ˗ 4052125.35 4160542.95 35436940.97

Total produksi susu (liter) 4215651.70 3775456.96 4113990.72 3918493.91 3996102.77 3949710.88 4017145.37 ˗ ˗ ˗ 4165584.86 4277038.15 36429175.32

Total induk 12874 12874 12874 12874 12874 12874 12874 ˗ ˗ ˗ 12874 12874 12874

Jumlah hari 31 28 31 30 31 30 31 ˗ ˗ ˗ 30 31 273

Produksi per induk per hari 10.56±2.58 10.47±2.52 10.31±2.57 10.15±2.66 10.01±2.64 10.23±2.69 10.07±2.73 ˗ ˗ ˗ 10.79±2.77 10.72±2.77 10.37±2.65

Wilayah Produktivitas (Bulan) KPBS Pangalengan

(32)

19

c Tabel perhitungan produksi susu per wilayah di KPBS Pangalengan, Jawa Barat Tahun 2012

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sept Okt Nov Des

Susu (kg) 705358.40 652308.00 667058.00 637467.00 669887.50 636940.50 666946.50 650091.50 587904.00 566211.00 509005.50 509004.50 7458182.40 Susu (liter) 725108.44 670572.62 685735.62 655316.08 688644.35 654774.83 685621.00 668294.06 604365.31 582064.91 523257.65 523256.63 7667011.51

Induk 1941 1941 1941 1941 1941 1941 1941 1941 1941 1941 1941 1941 1941

Jumlah hari 31 29 31 30 31 30 31 31 30 31 30 31 366

Produksi per induk per hari 12.05 11.91 11.40 11.25 11.44 11.24 11.39 11.11 10.38 9.67 8.99 8.70 10.79±1.11

Susu (kg) 863331.00 791370.50 817675.00 777595.00 783022.00 734813.50 761586.00 752395.00 702194.58 696078.00 643201.50 654692.00 8977954.08 Susu (liter) 887504.27 813528.87 840569.90 799367.66 804946.62 755388.28 782910.41 773462.06 721856.03 715568.18 661211.14 673023.38 9229336.79

Induk 2266 2266 2266 2266 2266 2266 2266 2266 2266 2266 2266 2266 2266

Jumlah hari 31 29 31 30 31 30 31 31 30 31 30 31 366

Produksi per induk per hari 12.63 12.38 11.97 11.76 11.46 11.11 11.15 11.01 10.62 10.19 9.73 9.58 11.13±0.98

Susu (kg) 1139907.00 1073717.00 1090075.00 1031497.00 1063147.00 1008728.36 1074625.00 1060219.00 972511.00 962649.00 887831.50 886209.50 12251116.36 Susu (liter) 1171824.40 1103781.08 1120597.10 1060378.92 1092915.12 1036972.75 1104714.50 1089905.13 999741.31 989603.17 912690.78 911023.37 12594147.62

Induk 2044 2044 2044 2044 2044 2044 2044 2044 2044 2044 2044 2044 2044

Jumlah hari 31 29 31 30 31 30 31 31 30 31 30 31 366

Produksi per induk per hari 18.49 18.62 17.69 17.29 17.25 16.91 17.43 17.20 16.30 15.62 14.88 14.38 16.83±1.32

Susu (kg) 761469.00 712390.50 719799.50 685023.00 709810.50 679567.00 711120.00 689990.50 631365.50 593875.50 542830.50 571391.00 8008632.50 Susu (liter) 782790.13 732337.43 739953.89 704203.64 729685.19 698594.88 731031.36 709310.23 649043.73 610504.01 558029.75 587389.95 8232874.21

Induk 2951 2951 2951 2951 2951 2951 2951 2951 2951 2951 2951 2951 2951

Jumlah hari 31 29 31 30 31 30 31 31 30 31 30 31 366

Produksi per induk per hari 8.56 8.56 8.09 7.95 7.98 7.89 7.99 7.75 7.33 6.67 6.30 6.42 7.62±0.77

Susu (kg) 697058.50 653971.00 678671.00 638532.50 657846.10 632409.00 666274.00 658187.00 593177.30 546377.00 480878.50 471398.00 7374779.90 Susu (liter) 716576.14 672282.19 697673.79 656411.41 676265.79 650116.45 684929.67 676616.24 609786.26 561675.56 494343.10 484597.14 7581273.74

Induk 1473 1473 1473 1473 1473 1473 1473 1473 1473 1473 1473 1473 1473

Jumlah hari 31 29 31 30 31 30 31 31 30 31 30 31 366

Produksi per induk per hari 15.69 15.74 15.28 14.85 14.81 14.71 15.00 14.82 13.80 12.30 11.19 10.61 14.06±1.74

Total produksi susu (kg) 4167123.90 3883757.00 3973278.50 3770114.50 3883713.10 3692458.36 3880551.50 3810883.00 3487152.38 3365190.50 3063747.50 3092695.00 44070665.24 Total produksi susu (liter) 4283803.37 3992502.20 4084530.30 3875677.71 3992457.07 3795847.19 3989206.94 3917587.72 3584792.65 3459415.83 3149532.43 3179290.46 45304643.87

Total induk 10675 10675 10675 10675 10675 10675 10675 10675 10675 10675 10675 10675 10675

Jumlah hari 31 29 31 30 31 30 31 31 30 31 30 31 366

Produksi per induk per hari 12.94±3.78 12.90±3.85 12.34±3.70 12.10±3.57 12.06±3.55 11.85±3.50 12.05±3.67 11.84±3.68 11.19±3.45 10.45±3.32 9.83±3.15 9.61±2.92 11.60±3.50

Citawa

(33)
(34)

Lampiran 3 Tabel rata-rata produksi susu per wilayah di KPBS Pangalengan,

Jawa Barat periode 2010 – 2012

2010 2011 2012

Total produksi susu (kg) 5009021.68 6214107.79 7458182.40 6227103.96 ± 1224632.08 Total produksi susu (liter) 5149274.29 6388102.81 7667011.51 6401462.87 ± 1258921.78

Total induk 2807 2954 1941 2567 ± 547.38

Jumlah hari 214 273 366 284 ± 76.63

Produksi per induk per hari 8.57±0.10 7.92±0.17 10.79±1.11 8.78 ± 1.51

Total produksi susu (kg) 5779558.5 7372876 8977954.08 7376796.19 ± 1599201.39 Total produksi susu (liter) 5941386.14 7579316.53 9229336.79 7583346.49 ± 1643979.03

Total induk 2050 2897 2266 2404 ± 440.12

Jumlah hari 214 273 366 284 ± 76.63

Produksi per induk per hari 13.54±0.37 9.58±0.34 11.13±0.98 11.11 ± 2.00 Total produksi susu (kg) 7363588.3 9682515.99 12251116.36 9765740.22 ± 2444826.65 Total produksi susu (liter) 7569768.77 9953626.44 12594147.62 10039180.94 ± 2513281.79

Total induk 2532 2439 2044 2338 ± 259.11

Jumlah hari 214 273 366 284 ± 76.63

Produksi per induk per hari 13.97±0.43 14.95±0.33 16.83±1.32 15.21 ± 1.46 Total produksi susu (kg) 4550877.03 5908722.48 8008632.5 6156077.34 ± 1742098.32 Total produksi susu (liter) 4678301.59 6074166.71 8232874.21 6328447.50 ± 1790877.07

Total induk 2022 2300 2951 2424 ± 476.82

Jumlah hari 214 273 366 284 ± 76.63

Produksi per induk per hari 10.81±0.22 9.67±0.64 7.62±0.77 9.19 ± 1.62

Total produksi susu (kg) 5138183.10 6258718.71 7374779.90 6257227.24 ± 1118299.15

Total produksi susu (liter) 5282052.23 6433962.83 7581273.74 6432429.60 ± 1149611.52

Total induk 2028 2284 1473 1928 ± 414.58

Jumlah hari 214 273 366 284 ± 76.63

Produksi per induk per hari 12.17±0.19 10.32±0.26 14.06±1.74 11.75 ± 1.87

Total produksi susu (kg) 27841228.61 35436940.97 44070665.24 35782944.94 ± 8120248.91 Total produksi susu (liter) 28620783.01 36429175.32 45304643.87 36784867.40 ± 8347615.88

Total induk 11439 12874 10675 11661 ± 1116.43

Jumlah hari 214 273 366 284 ± 76.63

Produksi per induk per hari 11.69±2.20 10.37±2.65 11.60±3.50 11.11 ± 0.74

(35)

20

Padahurip Los Cimaung II Cisangkuy Citawa Pajaten

Jan

Lampiran 4 Tabel produksi susu (ton) per wilayah di KPBS Pangalengan,

Jawa Barat periode 2010 – 2012

21

(36)

21

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Malang pada tanggal 24 Oktober 1991 dari ayah Agik Suprayogi dan ibu Sri Kayati. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2009 penulis menyelesaikan pendidikan menengah di SMA Negeri 9 Bogor dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Talenta Mandiri (UTM) dan diterima di Fakultas Kedokteran Hewan program studi Kedokteran Hewan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum Anatomi Veteriner I pada tahun ajaran 2010/2011, asisten praktikum Pengelolaan Kesehatan Hewan Tropis pada tahun ajaran 2012/2013, asisten praktikum Pengelolaan Kesehatan Hewan dan Lingkungan pada tahun ajaran 2013/2014, dan asisten praktikum Higiene Pangan pada tahun ajaran 2013/2014. Penulis juga aktif dalam kegiatan-kegiatan intra kampus, yaitu: Agria Swara, Agri FM, Gita Klinika, serta Himpunan Minat dan Profesi Satwa Liar (Himpro Satli). Bulan Juni-Juli 2012 dan 2013 penulis mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat (IPB Goes to Field) di Kabupaten Kudus. Selain itu, penulis pernah menjadi panitia pemeriksaan hewan kurban Fakultas Kedokteran Hewan IPB di DKI Jakarta, Kepulauan Seribu, Bogor, dan Depok.

Gambar

Gambar 1 Peta wilayah kerja KPBS Pangalengan, Jawa Barat
Tabel 2 Jumlah dan distribusi populasi sapi perah di KPBS Pangalengan,
Tabel 3 Rasio petugas kesehatan hewan dan akseptor sapi perah serta nilai S/C dan CR% di KPBS Pangalengan, Jawa Barat periode 2010 – 2012
Tabel 4 Efisiensi reproduksi (S/C dan CR%) sapi perah di KPBS Pangalengan, Jawa Barat periode 2010 – 2012
+2

Referensi

Dokumen terkait

“Konsep belajar dimana gur u menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya

maka hasil dalam penelitian ini membuktikan bahwa tidak ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi antara sebelum dan sesudah akuisisi.. Saran peneliti, bagi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai nilai estetis kesenian Sintren Retno Asih Budoyo di Desa Sidareja Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap, dapat

Pertama, masyarakat sipil bisa terlibat dalam pengiriman informasi tambahan yang akan digunakan oleh Komite untuk memeriksa laporan dari negara peserta KHA.. Cara kedua

Untuk melakukan pengenalan terhadap pola tanda tangan, input gambar scan tanda tangan akan dilakukan proses pengambangan (thresholding), untuk menghasilkan gambar biner (hitam

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan angket kemampuan penalaran siswa dan angket soal untuk hasil belajar matematika siswa setelah

Jual beli follower Twitter sama halnya dengan jual beli yang ada dalam dunia maya lainnya, yaitu jual beli yang terdapat penjual, pembeli, barang yang dijual,

Lambung kapal adalah untuk menyediakan daya apung ( bouyancy ) yang mencegah kapal tenggelam dan menyediakan displacement. Bentuk lambung kapal juga akan