• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penilaian Postur Tubuh dan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Pekerja Industri Kayu Kusen dan Pintu Skala Mikro.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penilaian Postur Tubuh dan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Pekerja Industri Kayu Kusen dan Pintu Skala Mikro."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

PENILAIAN POSTUR KERJA DAN KELUHAN

MUSCULOSKELETAL DISORDERS

(MSDs) PADA PEKERJA

INDUSTRI KAYU KUSEN DAN PINTU SKALA MIKRO

ARUM SETYANINGSIH

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penilaian Postur Tubuh dan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Pekerja Industri Kayu Kusen dan Pintu Skala Mikro adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

.

(4)

ABSTRAK

ARUM SETYANINGSIH. Penilaian Postur Tubuh dan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Pekerja Industri Kayu Kusen dan Pintu Skala Mikro. Dibimbing oleh EFI YULIATI YOVI.

Pembuatan kusen dan pintu triplek diduga memiliki risiko musculoskeletal disorders (MSDs). Musculoskeletal disorders merupakan gangguan pada jaringan lunak berupa otot, sendi, ligament, tendon dan tulang rawan serta sistem saraf. Adanya postur janggal saat bekerja dapat menimbulkan risiko MSDs. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis postur tubuh pada setiap unsur kerja dan membandingkan besar risiko postur tubuh yang dapat menyebabkan keluhan MSDs antara pembuatan kusen dan pembuatan pintu triplek serta mengetahui besar keluhan MSDs yang dirasakan dan mengetahui hubungan antara postur tubuh dan keluhan MSDs pada pekerja pembuatan kusen dan pintu triplek. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Data dianalisis menggunakan metode Rapid Entire Body Assessment (REBA). Hasil analisis pada setiap unsur kerja menunjukkan risiko MSDs tingkat rendah sampai tinggi. Bagian tubuh pekerja yang paling besar mendapatkan keluhan MSDs adalah pinggang, serta terdapat hubungan antara postur tubuh yang janggal dengan keluhan MSDs.

Kata kunci: MSDs, postur janggal, REBA

ABSTRACT

ARUM SETYANINGSIH. Assessment of Body Posture and Muculoskeletal Disorders Complaints of manufacturing playwood frames and doors workers. Supervised by EFI YULIATI YOVI.

The process of making window frames and plywood doors, is estimated to have the risk of musculoskeletal disorders (MSDs). Musculoskeletal disorders are disorders of soft tissues such as muscles, joints, ligaments, tendons and cartilages and also the nerve system. The wrong body posture while working can cause the risk of MSDs. The purposes of this study were to analyze the body posture at each work element and to compare the risk of body posture which can cause MSDs complaints among window frame workers and plywood door workers, also to identify the MSDs complaints that workers feel and to identify the connection between body posture and the MSDs complaint among window frame workers and plywood doors workers. The Methods used in this study was observation and interview. Data was analyzed by using Rapid Entire Body Assessment Method (REBA). Analysis of each element of work showed the risk of MSDs in low level to high level. The result of analysis proved that the part of worker’s body which is likely to get MSDs complaint is waist and there was a connection between the wrong body posture with the MSDs complaints.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Manajemen Hutan

PENILAIAN POSTUR TUBUH DAN KELUHAN

MUSCULOSKELETAL DISORDERS

(MSDs) PADA PEKERJA

INDUSTRI KAYU KUSEN DAN PINTU SKALA MIKRO

ARUM SETYANINGSIH

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Pertama-tama penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Penilaian Postur Tubuh dan Keluhan Musculoskeletal disorders (MSDs) Pada Pekerja Industri Kayu Kusen dan Pintu Skala Mikro”.

Penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa dukungan berupa doa, bantuan, serta arahan atau saran dari berbagai pihak. Dengan demikian, penulis mengucapkan terima kasih kepada keluarga tercinta atas dukungan dan doanya. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr Efi Yuliati Yovi, SHut MLife Env Sc, sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing dengan sabar selama proses penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh sahabat Pondok Annisa, MNH 48 dan FAHUTAN 48 yang telah memberikan semangat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 3

METODE 3

Bahan 3

Alat 4

Prosedur Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Proses Pembuatan Kusen 9

Proses Pembuatan Pintu Triplek 15

Perbandingan Keluhan MSDs dengan Hasil Penilaian Metode REBA 21

SIMPULAN DAN SARAN 23

Simpulan 23

Saran 23

DAFTAR PUSTAKA 24

LAMPIRAN 27

(10)

DAFTAR TABEL

1 Grup A dan beban 7

2 Grup B dan coupling 7

3 Tabel C dan skorng aktivitas 8

4 REBA action levels 8

5 Karakteristik dan jumlah responden 9

6 Rata-rata temperatur dan kelembaban udara 9

7 Skor A, Skor B dan Skor C pada proses pembuatan kusen 10 8 Skor REBA dan Action Level pada proses pembuatan kusen 11 9 Skor A, Skor B dan Skor C pada proses pembuatan pintu triplek 16 10 Skor REBA dan Action Level Pada proses pembuatan pintu triplek 16

DAFTAR GAMBAR

1 Grup A pergerakan pada punggung 4

2 Grup A pergerakan pada leher 4

3 Grup A pergerakan pada kaki 5

4 Grup B pergerakan pada lengan atas 5

5 Grup B pergerakan pada lengan bawah 5

6 Grup B pergerakan pada pergelangan tangan 5

7 Postur pekerja pada pengukuran kayu 11

8 Postur pekerja pada pemotongan kayu 11

9 Postur pekerja pada penyerutan kayu 12

10 Postur pekerja pada pembuatan variasi (skonengan) 13 11 Postur pekerja dalam pembuatan galur (propil) 13

12 Postur pekerja dalam pemahatan kayu 14

13 Postur pekerja dalam perakitan kayu 14

14 Postur pekerja dalam pengukuran kayu 16

15 Postur pekerja dalam pemotongan kayu 17

16 Postur pekerja dalam penyerutan kayu 17

17 Postur pekerja dalam pembuatan variasi (pupurus) 18

18 Postur pekerja dalam pemahatan 18

19 Postur pekerja dalam perakitan 19

20 Postur pekerja dalam pengepresan 19

21 Postur pekerja dalam pemasangan triplek 20

22 Keluhan yang dirasakan oleh pekerja pembuat kusen dan pintu triplek 22

DAFTAR LAMPIRAN

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Manajemen hutan adalah satu proses yang secara efektif mengintegrasikan faktor biologi, sosial dan ekonomi yang mempengaruhi keputusan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu tujuan dalam pengelolaan hutan berkelanjutan adalah mengembangkan hutan secara komersial dan profesional dalam kaitan dengan pengembangan industri pengolahan kayu guna memberi nilai tambah kayu (Buongiorno & Gilles 1987). Di Indonesia banyak dikembangkan pembangunan hutan yang berada di luar kawasan hutan yaitu hutan rakyat dengan sistem pengelolaan yang sederhana. Pembangunan hutan rakyat ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri pengolahan kayu.

Industri pengolahan kayu merupakan industri yang mengolah barang mentah atau barang setengah jadi seperti kayu, rotan dan lainnya menjadi barang jadi yang mempunyai nilai jual yang lebih tinggi. Industri pengolahan kayu dibagi menjadi dua yaitu industri pengolahan kayu hulu yang mengolah kayu bulat menjadi berbagai sortimen kayu dan industri pengolahan kayu hilir yang merupakan industri yang menghasilkan produk kayu seperti dowel, moulding, pintu, jendela, wood-flooring, dan sejenisnya (Greenomics 2004). Salah satu industri pengolahan kayu hilir adalah industri pembuatan kusen dan pintu triplek. Pekerja pada industri skala mikro ini memiliki latar belakang pendidikan yang rendah serta merupakan pekerja tidak tetap yang benar-benar bergantung pada pekerjaan ini sebagai mata pencaharian (Yovi et al 2012). Kombinasi seperti ini membuat pekerja lebih fokus pada pekerjaannya untuk memperoleh upah yang tinggi daripada bekerja dengan aman dan sehat (Yovi & Prajawati 2015). Di sisi lain, keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya perlindungan yang bertujuan agar pekerja terhindar dari kecelakaan alat kerja, bahan, dan proses produksi serta cara-cara melakukan pekerjaan agar kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dicegah (Suma’mur 1989). Upaya ini berlaku bagi seluruh pekerja industri baik skala mikro, kecil, sedang maupun besar.

Kondisi kerja dengan praktek tidak ergonomi dapat menyebabkan risiko terjadinya sakit atau kecelakaan dalam bekerja. Misalnya saja, seseorang yang terbiasa bekerja dengan posisi membungkuk akan menyebabkan keluhan nyeri atau pegal di daerah punggung. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh ketidaksesuaian pekerja dengan pekerjaannya adalah musculoskeletal disorders (MSDs). MSDs adalah penyakit atau gangguan pada jaringan lunak berupa otot, sendi, ligamen, tendon dan tulang rawan serta pada sistem saraf. MSDs terjadi ketika kemampuan fisik dari pekerja tidak sesuai tuntutan fisik dari pekerjaannya. Adanya paparan yang berkepanjangan dari faktor risiko ergonomi dapat menimbulkan kerusakan pada tubuh (OSHA 2000).

(12)

2

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Puslitbang Biomedia dan Farmasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI pada tahun 2006 mengenai keluhan nyeri MSDs pada pekerja industri di kawasan Pulo Gadung, terdapat 52,8% dari 950 pekerja yang diteliti mengalami keluhan MSDs.

Kegiatan pembuatan barang-barang dari kayu seperti meja, kursi, jendela, pintu dan lainnya membutuhkan waktu yang lama dan terkadang pekerja tidak begitu mempedulikan kesehatan kerja mereka. Sehingga risiko gangguan musculoskeletal disorders dapat dirasakan oleh para pekerja. Pada saat ini penelitian mengenai keluhan dan tingkat risiko musculosketelal disorders (MSDs) pada pekerja industri kayu skala mikro menggunakan teknik REBA masih kurang sehingga data yang terkait dengan gangguan MSDs belum tersedia dengan lengkap. Atas dasar fakta dan pemahaman pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja maka penelitian mengenai keluhan dan tingkat risiko musculosketelal disorders (MSDs) pada postur tubuh setiap unsur kerja dalam pembuatan kusen dan pintu triplek dengan menggunakan metode REBA ini perlu dilakukan.

Perumusan Masalah

Kegiatan industri pembuatan kusen dan pintu triplek berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan seperti musculoskeletal disorders (MSDs) terkait dengan postur tubuh selama bekerja dan aktivitas pekerjaannya. Ketidaksesuaian antara desain tempat kerja, aktivitas kerja dan peralatan yang digunakan dengan ukuran tubuh pekerja dapat menimbulkan postur janggal selama bekerja. Selanjutnya postur janggal ini dapat menyebabkan keluhan atau gangguan pada otot pekerja sehingga dapat menimbulkan penyakit kerja. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut maka perlu dilakukan tindakan pengendalian terhadap faktor-faktor risiko yang terdapat di tempat kerja. Berkaitan dengan hal tersebut, masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Level risiko MSDs atas postur tubuh pekerja pada kegiatan industri pembuatan kusen dan pintu triplek menggunakan teknik REBA.

2. Bagaimana keluhan subjektif pekerja pembuat kusen dan pintu triplek terhadap MSDs yang dirasakan.

3. Perbedaan postur tubuh dalam kaitan dengan keluhan MSDs antara pembuatan kusen dan pembuatan pintu triplek.

4. Bagaimana hubungan antara postur tubuh dan keluhan MSDs pada pekerja pembuatan kusen dan pintu triplek.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis postur tubuh pada setiap unsur kerja dalam pembuatan kusen dan pintu triplek.

2. Membandingkan besar risiko postur tubuh yang dapat menyebabkan keluhan MSDs antara pembuatan kusen dan pembuatan pintu triplek.

(13)

3 4. Mengetahui hubungan antara postur tubuh dan keluhan MSDs pada pekerja

pembuatan kusen dan pintu triplek.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk semua pihak yang memerlukan informasi. Bagi para pemilik dan pekerja industri pembuatan kusen dan pintu triplek, hasil penelitian juga dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk memperbaiki teknik kerja. Bagi institusi dapat dijadikan bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pekerja pada beberapa industri pembuatan kusen dan pintu triplek.

2. Kegiatan pembuatan kusen yaitu pengukuran, pemotongan, penyerutan, pembuatan variasi (skonengan), pembuatan galur (propil), pemahatan dan perakitan.

3. Kegiatan pembuatan pintu triplek yaitu pengukuran, pemotongan, penyerutan, pembuatan variasi (pupurus), pemahatan, perakitan, pengepresan dan pemasangan triplek.

METODE

Pengumpulan Data

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November–Desember 2014. Lokasi penelitian yaitu 12 industri pembuatan kusen dan pintu di wilayah Bogor, Jawa Barat. Objek penelitian adalah pekerja pada proses pembuatan kusen dan pintu triplek. Pada penelitian ini, data yang digunakan adalah data primer dengan melakukan dua cara yaitu:

1. Observasi langsung

Observasi ini untuk mengetahui gambaran postur kerja pada setiap aktivitas. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan teknik Rapid Entire Body Assessment (REBA). REBA merupakan teknik penilaian risiko pekerjaan yang berkaitan dengan cidera tulang belakang (musculoskeletal disorders) ( Hignett & McAtamney 2000).

2. Kuisioner

Kuisioner digunakan untuk mendapatkan informasi langsung dari responden guna mengetahui distribusi dan frekuensi keluhan MSDs pada pekerja. Data keluhan pekerja terhadap gejala-gejala MSDs diolah dengan menggunakan software microsoft excel 2007.

Bahan

(14)

4

primer lain yang diperoleh melalui kuisioner keluhan MSDs yang dirasakan pekerja.

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kamera digital, termometer dry and wet, alat tulis, busur, REBA worksheet, komputer dan kuesioner.

Prosedur Analisis Data

Teknik penilaian Rapid Entire Body Assessment (REBA) digunakan untuk mengolah data pada foto untuk memperoleh skor postur janggal pada pekerja. Teknik ini secara khusus dikembangkan untuk menilai risiko MSDs atau postur kerja. Tahapan yang dilakukan dalam menganalisis risiko ergonomi dengan menggunakan metode REBA adalah sebagai berikut:

1. Pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto. Untuk mendapatkan gambaran postur pekerja dari leher, punggung, lengan, pergelangan tangan hingga kaki secara terperinci dilakukan dengan merekam atau memotret postur tubuh pekerja.

2. Setelah mendapatkan hasil rekaman atau foto postur tubuh dari pekerja lalu dilakukan perhitungan besar sudut yang terbentuk dari postur tubuh tersebut. Pada metode REBA bagian tubuh dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Grup A dan Grup B ( Hignett & McAtamney 2000). Grup A meliputi punggung, leher, dan kaki. Sementara Grup B meliputi lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan. Berikut adalah instrumen gambar yang akan dianalisis dan digunakan dalam penentuan skor REBA.

Gambar 1 Grup A pergerakan pada punggung

Sumber: http://nur-w.blogspot.com/2009/05/rapid-entire-body-assessment-reba.html

Gambar 2 Grup A pergerakan pada leher

(15)

5

Gambar 3 Grup A pergerakan pada kaki

Sumber: http://nur-w.blogspot.com/2009/05/rapid-entire-body-assessment-reba.html

Gambar 4 Grup B pergerakan pada lengan atas

Sumber:http://nur-w.blogspot.com/2009/05/rapid-entire-body-assessment-reba.html

Gambar 5 Grup B pergerakan pada lengan bawah

Sumber: http://nur-w.blogspot.com/2009/05/rapid-entire-body-assessment-reba.html

Gambar 6 Grup B pergerakan pada pergelangan tangan

Sumber: http://nur-w.blogspot.com/2009/05/rapid-entire-body-assessment-reba.html

3. Memberi nilai pada grup A yang terdiri dari punggung, leher dan kaki.

 Postur punggung atau tulang belakang berdasarkan besar sudut yang dibentuk batang tubuh terhadap garis lurus yang ditarik dari pinggang atau pinggul. Jika tegak lurus diberi skor 1, flexion 0–200 diberi skor 2, sedangkan jika mengalami flexion 20–600 atau extension > 600 maka diberi skor 3 dan jika flexion > 600 mendapatkan skor 4. Apabila tulang belakang mengalami perputaran atau miring ke samping maka diberi tambahan skor sebanyak 1.

(16)

6

diperoleh dalam penilaian postur ini adalah 1, sedangkan nilai maksimum yaitu 3 akibat adanya penambahan skor 1 apabila terdapat posisi leher memutar atau miring ke samping.

 Postur kaki ditentukan berdasarkan Apabila tubuh bertumpu pada kedua kaki, dalam posisi duduk atau berjalan maka mendapatkan skor 1. Sebaliknya jika tubuh hanya bertumpu pada salah satu kaki atau dalam keadaan tidak stabil maka mendapatkan skor 2, sedangkan apabila posisi lutut ditekuk dengan sudut 300–600, maka mendapatkan tambahan skor 1. Jika lutut ditekuk > 600 maka akan mendapatkan tambahan skor 2. Skor minimum pada postur kaki adalah 1 dan maksimum adalah 4. (Prajawati 2012). Lalu nilai tersebut dimasukan ke dalam tabel A. Setelah mendapat nilai dari tabel A maka dijumlahkan dengan berat beban yang diangkat. 4. Memberi nilai dari grub B yang terdiri dari lengan atas, lengan bawah dan

pergelangan tangan pada bagian tubuh kanan dan kiri.

 Penilaian postur lengan atas ini dilakukan dengan membedakan sisi kiri dan sisi kanan. Nilai minimum yang diperoleh dalam penilaian postur ini adalah 1, sedangkan nilai maksimum 6 jika ada penambahan skor 1 apabila posisi lengan atas memutar atau lengan atas yang diangkat. Terdapat juga pengurangan skor sebanyak 1 jika tangan ditopang atau bertumpu pada sesuatu.

 Postur lengan bawah atau siku ditentukan berdasarkan besar sudut yang dibentuk oleh lengan bagian bawah terhadap perpanjangan garis lengan bagian atas. Penilaiannya dibedakan bagian sisi kiri dan kanan. Nilai minimum yang diperoleh adalah 1, sedangkan nilai maksimumnya adalah 2 tanpa adanya penambahan skor

 Postur pergelangan tangan ditentukan berdasarkan besar sudut yang dibentuk oleh telapak tangan terhadap garis lurus yang ditarik dari lengan bawah. Penilaiannya juga dibedakan antara sisi kiri dan kanan. Nilai minimum yang diperoleh adalah 1, sedangkan maksimum adalah 3 akibat adanya penambahan skor 1 apabila terdapat posisi pergelangan tangan yang memutar atau menyilang ke samping (Prajawati 2012).

5. Setelah mendapat nilai maka dimasukkan ke tabel B, lalu dijumlahkan dengan nilai genggaman tangan

6. Setelah mendapatkan nilai grup A dan grup B maka dimasukan ke tabel grup C. Kemudian dijumlahkan dengan nilai aktivitas.

7. Setelah nilai grup C yang telah dijumlahkan dengan nilai aktivitas maka akan diketahui skor REBA yang diperoleh

(17)

7

Tabel 2 Skor grup B dan coupling Tabel B

(18)

8

Tabel 3 Skor C dan aktivitas Skor C

+ 1 = jika pengulangan gerakan dalam rentang waktu singkat, diulang lebih dari 4 kali/menit (tidak termasuk berjalan)

+ 1 = jika gerakan menyebabkan perubahan atau pergeseran postur yang cepat dari posisi awal

Sumber: Hignett & McAtamney (2000)

Tabel 4 Skor REBA dan action levels

Skor REBA Action level Level risiko Tindakan perbaikan

1 0 Bisa diabaikan Tidak perlu

(19)

9 Tabel 5 Karakteristik dan jumlah responden

Variabel Jumlah Orang Persentase (%)

Jenis Pekerjaan Pembuat Kusen 15 50,00

Pembuat Pintu 15 50,00

Kondisi lingkungan kerja yang tidak nyaman akan mengurangi konsentrasi pekerja dalam beraktivitas. Salah satu faktor yang mempengaruhi kenyamanan seorang pekerja di lingkungan kerjanya adalah temperatur udara. Namun temperatur udara tidak selalu dapat dijadikan tolak ukur kenyamanan pekerja.

Tabel 6 Rata-rata temperatur dan kelembaban udara

Tempat Temperatur (C°) Kelembaban Udara (%)

Linggar Jati 27,2 92,8 28°C dengan kelembaban rata-rata 83–90% (Tabel 6). Pada dasarnya, kelembaban relatif berkisar antara 40–70% untuk di dalam ruangan sedangkan untuk kondisi di luar ruangan bisa lebih dari 70% karena kondisi yang panas (Purnomo 2000). Kondisi dengan temperatur dan kelembaban yang tinggi akan menyebabkan ketidaknyaman yang dapat mengurangi konsentrasi pekerja dalam melakukan aktivitas sehingga cepat menimbulkan kelelahan. Jika kondisi seperti ini terus dirasakan oleh pekerja maka dapat mempengaruhi mental dan kognitif dalam jangka pendek dan kesehatan dalam jangka panjang (Purnomo 2000).

Proses Pembuatan Kusen

Kegiatan pembuatan kusen dan pintu triplek menggunakan peralatan yang cukup lengkap namun tergolong sederhana. Terdapat 7 tahapan dalam proses pembuatan kusen antara lain:

1. Pengukuran kayu

(20)

10

Setelah diukur, bahan dasar yang berupa papan balok tersebut dipotong sesuai ukuran dengan alat potong yang disebut circle saw

3. Penyerutan kayu

Kayu yang telah dipotong kemudian diserut dengan alat serut yang bertujuan untuk meluruskan permukaan kayu.

4. Pembuatan variasi (skonengan)

Pembuatan variasi (skonengan) dilakukan dengan alat pemotong biasa. Pembuatan variasi ini merupakan salah satu variasi yang dibuat sesuai dengan permintaan pemesan.

5. Pembuatan galur (propil)

Kegiatan ini dilakukan dengan mesin propil untuk membuat variasi ukiran yang disesuaikan dengan permintaan pemesan, jika pemesan tidak menginginkan adanya variasi ini maka proses ini dilewati.

6. Pemahatan kayu

Pemahatan kayu ini berfungsi untuk membuat lubang yang nantinya dijadikan tempat untuk menyambungkan kayu saat perakitan.

7. Perakitan kayu

Kayu yang sudah dipahat kemudian disambungkan menjadi kusen. Setelah perakitan, tahap terakhir adalah finishing yaitu dengan mengamplas agar permukaan kayu menjadi halus.

Berikut adalah skor REBA yang diperoleh pada kegiatan pembuatan kusen. Tabel 7 Skor A, Skor B dan Skor C pada proses pembuatan kusen

Kegiatan Postur Janggal Skor

(21)

11 Tabel 8 Skor REBA dan Action Level pada proses pembuatan kusen

Kegiatan Skor REBA Level Risiko Tindakan perbaikan

Kanan Kiri

Pengukuran kayu 4 4 Sedang Perlu

Pemotongan kayu 4 4 Sedang Perlu

Penyerutan kayu 4* 5* Sedang Perlu

Pembuatan variasi

(skonengan) 3 3 Rendah Mungkin perlu

Pembuatan galur (propil) 3 4 Sedang Perlu

Pemahatan kayu 8* 8* Tinggi Perlu Segera

Perakitan kayu 9 9 Tinggi Perlu Segera

*Penambahan skor aktivitas sebesar 1 karena terjadi pengulangan gerakan lebih dari 4 kali per menit serta terjadi pergeseran yang cepat dalam waktu yang singkat

Penilaian pada Kegiatan Pengukuran Kayu

Gambar 7 Postur pekerja pengukuran kayu

Posisi punggung pekerja membungkuk dan tidak mengalami perputaran atau miring. Sementara itu, posisi leher menunduk dan tidak memutar atau miring. Kaki pekerja dalam kondisi tertopang. Alat yang digunakan yaitu penggaris beratnya kurang dari 5 kg. Lengan atas pekerja tidak terangkat atau tertumpu pada sesuatu. Lengan bawah tidak mengalami perputaran.

Skor REBA yang diperoleh dari kegiatan pengukuran sebesar 4 untuk bagian tubuh kanan dan kiri. Berdasarkan klasifikasi REBA, skor 4 tergolong pekerjaan dengan level risiko sedang sehingga perlu dilakukan tindakan perbaikan. Tingkat risiko MSDs ini disebabkan karena postur tubuh yang janggal yaitu membungkuk dan leher yang menunduk.

Penilaian pada Kegiatan Pemotongan Kayu

(22)

12

Pada unsur kerja pemotongan kayu, bagian punggung membungkuk serta leher menunduk dan keduanya tidak mengalami perputaran serta tidak bengkok ke samping. Sedangkan kaki tertopang dan tidak menekuk. Alat yang digunakan dalam kegiatan pemotongan kayu adalah circle saw yang memiliki berat 4 kg. Lengan atas tidak mengalami perputaran atau miring. Pergelangan tangan tidak memutar dan menyilang ke samping

Skor akhir REBA sebesar 4 untuk bagian kanan dan kiri. Berdasarkan teknik REBA, skor 4 ini diklasifikan ke dalam level risiko sedang dan perlu dilakukan tindakan perbaikan. Postur pekerja saat melakukan pemotongan kayu adalah membungkuk dan menunduk sehingga menyebabkan kegiatan ini memiliki tingkat risiko sedang.

Penilaian pada Kegiatan Penyerutan Kayu

Gambar 9 Postur pekerja penyerutan kayu

Pada unsur kerja ini punggung pekerja membungkuk dan leher menunduk, keduanya tidak mengalami perputaran namun punggung miring ke samping. Lalu kaki pekerja dalam keadaaan tertopang dan terhitung lurus. Alat yang digunakan yaitu mesin serut dengan berat 4 kg. Lengan atas baik kanan dan kiri tidak memutar dan menyilang ke samping.

(23)

13

Penilaian pada Kegiatan Variasi (Skonengan)

Gambar 10 Postur pekerja variasi (skonengan)

Pada kegiatan ini punggung pekerja membungkuk tidak memutar atau bengkok ke samping. Begitu pula dengan leher yang menunduk tidak mengalami perputaran atau bengkok dan kaki pekerja tertopang dengan baik. Alat yang digunakan berupa circle saw mempunyai berat 4 kg.

Skor REBA yang diperoleh sebesar 3 untuk sebelah kanan dan kiri. Berdasarkan teknik REBA, skor ini diklasifikasikan ke dalam level risiko rendah dan mungkin perlu perbaikan. Kegiatan ini berlangsung dalam waktu singkat dan tidak ada pengulangan gerakan yang dilakukan oleh pekerja.

Penilaian pada Kegiatan Pembuatan Galur (Propil)

Gambar 11 Postur pekerja pembuatan galur (propil)

(24)

14

Penilaian pada Kegiatan Pemahatan Kayu

Gambar 12 Postur pekerja pemahatan kayu

Pada saat melakukan pemahatan, punggung pekerja sedikit membungkuk dan leher pekerja menunduk serta tidak ada perputaran atau miring. Sedangkan posisi kaki pekerja tidak tertopang. Alat yang digunakan berupa pisau pahat yang beratnya kurang dari 5 kg. Sementara itu, lengan atas tidak memutar atau menyilang. Begitu pula dengan pergelangan tangan.

Nilai akhir REBA yang diperoleh sebesar 8 untuk bagian kanan dan kiri. Skor REBA ini diklasifikasikan ke dalam level risiko tinggi dan perlu tindakan perbaikan segera. Postur janggal pada kegiatan ini adalah kaki kanan pekerja yang tidak tertopang serta posisi punggung pekerja yang membungkuk. Selain itu, pada unsur kerja pemahatan ini dilakukan pengulangan gerakan dalam waktu yang singkat.

Penilaian pada Kegiatan Perakitan Kayu

Gambar 13 Postur pekerja perakitan kayu

(25)

15

Aksi Ergonomi

Dari semua unsur kerja dalam pembuatan kusen, yang memiliki level risiko tinggi dan perlu tindakan perbaikan segera adalah unsur kerja pemahatan kayu dan perakitan kayu.

 Kegiatan pemahatan kayu

Pada kegiatan ini posisi pekerja duduk sejajar kayu yang akan dipahat dengan kaki pekerja terangkat. Hal ini diduga terjadi karena pekerja merasa lelah saat melakukan pekerjaan dengan posisi berdiri. Saat melakukan pemahatan, pekerja melakukan banyak gerakan berulang sehingga dapat mengiritasi tendon dan meningkatkan tekanan pada saraf. Postur dan cara kerja seperti ini berisiko menimbulkan keluhan musculoskeletal disorders bila tidak segera dilakukan tindakan perbaikan. Tindakan yang perlu dilakukan oleh pekerja maupun pemilik industri adalah menyediakan kursi kerja untuk mempermudah saat melakukan pekerjaan sehingga dapat meminimalisir kemungkinan pekerja membungkuk atau kelelahan. Keuntungan bekerja dengan posisi duduk adalah kurangnya kelelahan pada kaki, terhindarnya sikap-sikap yang tidak alamiah, berkurangnya pemakaian energi dan tingkat keperluan sirkulasi darah (Suma’mur 1989).

 Kegiatan perakitan kayu

Saat kegiatan perakitan, posisi kayu yang akan dirakit menjadi kusen berada di lantai (tanah) sehingga membuat pekerja membungkuk dengan kaki tidak tertopang. Bekerja dengan posisi membungkuk cenderung lebih cepat menimbulkan kelelahan dan nyeri pada tulang belakang. Hal ini dikarenakan pada saat membungkuk, beban kerja akan tertumpu di ruas tulang belakang dan membuatnya tertekan sehingga dapat menyebabkan cidera. Pekerja dan pemilik industri dapat menyediakan meja kerja sebagai upaya mengurangi risiko cidera. Dengan disediakannya meja dan kursi kerja, pekerja tidak perlu lagi melakukan postur janggal membungkuk dan kaki yang menekuk. Selain itu, menyediakan meja dan kursi kerja dapat mempermudah proses perakitan kusen.

Apabila tidak dilakukan tindakan perbaikan segera, maka postur janggal seperti membungkuk, menunduk dan kaki menekuk tidak dapat dihindari karena unsur kerja pemahatan maupun perakitan tersebut akan memaksa pekerja melakukan postur janggal. Menurut Suma’mur (1989), posisi kerja yang baik adalah bergantian antara posisi duduk dengan berdiri tetapi lebih baik dalam posisi duduk.

Proses Pembuatan Pintu Triplek

Sementara itu, untuk pembuatan pintu triplek tahapannya tidak jauh berbeda dengan pembuatan kusen. Terdapat 8 tahapan yaitu:

1. Pengukuran kayu 2. Pemotongan kayu 3. Penyerutan kayu

4. Pembuatan variasi (pupurus) 5. Pemahatan kayu

Pemahatan kayu pada pembuatan pintu triplek ini tidak dilakukan secara manual tetapi menggunakan mesin pahat.

(26)

16

7. Pengepresan

8. Pemasangan triplek

Tabel 9 Skor A, Skor B dan Skor C pada proses pembuatan pintu triplek

Kegiatan Postur Janggal Skor A Skor B Skor C

Kanan Kiri Kanan Kiri

Pengukuran kayu Membungkuk 5 4 4 5 5

Pemotongan kayu Membungkuk 4 1 1 3 3

Penyerutan kayu Membungkuk 2 2 2 2 2

Pembuatan variasi

Pengepresan Membungkuk 3 2 1 3 2

Pemasangan triplek Membungkuk 4 1 2 3 4

* Penambahan skor beban sebesar 2 karena pekerja memikul balok kayu yang beratnya lebih dari 10 kg.

Tabel 10 Skor REBA dan Action Level Pada proses pembuatan pintu triplek

Kegiatan Skor REBA Level

Risiko Tindakan perbaikan Kanan Kiri

Pengukuran kayu 5 5 Sedang Perlu

Pemotongan kayu 3 3 Rendah Mungkin perlu

Penyerutan kayu 3* 3* Rendah Mungkin perlu

Pembuatan variasi

(pupurus) 4* 4* Sedang Perlu

Pemahatan kayu 10 9 Tinggi Perlu segera

Perakitan kayu 1 1 Bisa

diabaikan Tidak perlu

Pengepresan 3 2 Rendah Mungkin perlu

Pemasangan triplek 3 4 Sedang Perlu

*Penambahan skor aktivitas sebesar 1 karena terjadi pengulangan gerakan lebih dari 4 kali per menit.

Penilaian pada Kegiatan Pengukuran Kayu

Gambar 14 Postur pekerja pengukuran kayu

(27)

17 menyilang. Sementara itu, kaki pekerja dalam keadaan tertopang baik. Alat yang digunakan berupa penggaris dan alat tulis.

Skor akhir REBA yang diperoleh sebesar 5 untuk tubuh bagian kanan dan tubuh bagian kiri. Dalam metode REBA, skor ini digolongkan ke dalam action level sedang dan perlu dilakukan perbaikan. Namun postur janggal membungkuk pada kegiatan ini memang merupakan keharusan untuk memperoleh pengukuran yang akurat.

Penilaian pada Kegiatan Pemotongan Kayu

Gambar 15 Postur pekerja pemotongan kayu

Pada kegiatan pemotongan kayu, pekerja sedikit membungkuk dan menunduk. Punggung dan leher pekerja tidak mengalami perputaran atau miring ke samping, begitupula dengan lengan atas dan pergelangan tangan pekerja tidak tertumpu ataupun menyilang. Alat yang digunakan untuk memotong kayu adalah circle saw yang beratnya 4 kg. Skor akhir REBA yang diperoleh adalah sebesar 3 untuk bagian kanan dan kiri. Skor ini digolongkan ke action level rendah dan mungkin perlu tindakan perbaikan.

Penilaian pada Kegiatan Penyerutan Kayu

Gambar 16 Postur pekerja penyerutan kayu

(28)

18

Penilaian pada Kegiatan Pembuatan Variasi (Pupurus)

Gambar 17 Postur pekerja pembuatan variasi (pupurus)

Pada kegiatan pembuatan variasi (pupurus), alat yang digunakan sama dengan kegiatan pemotongan kayu yaitu circle saw. Punggung dan leher pekerja tidak memutar ataupun miring ke samping, namun sedikit membungkuk dan menunduk. Lengan atas dan pergelangan tangan pekerja tidak dalam kondisi tertumpu atau menyilang. Berdasarkan Tabel 10, skor akhir REBA yang diperoleh sebesar 4 untuk bagian tubuh kanan dan kiri. Skor ini termasuk action level sedang dan perlu tindakan perbaikan.

Penilaian pada Kegiatan Pemahatan

Gambar 18 Postur pekerja pemahatan

(29)

19

Penilaian pada Kegiatan Perakitan Kayu

Gambar 19 Postur pekerja perakitan kayu

Pada kegiatan perakitan, punggung pekerja lurus dan leher menunduk serta tidak mengalami perputaran atau miring. Lengan atas tidak tertumpu, memutar atau menyilang. Kaki pekerja tertopang dengan baik. Dalam pengerjaannya, kegiatan ini tidak menggunakan alat. Skor akhir REBA yang diperoleh sebesar 1 untuk bagian tubuh kanan dan kiri. Skor ini digolongkan action level bisa diabaikan dan tidak perlu tindakan perbaikan.

Penilaian pada Kegiatan Pengepresan

Gambar 20 Postur pekerja pengepresan

(30)

20

Penilaian pada Kegiatan Pemasangan Triplek

Gambar 21 Postur pekerja pemasangan triplek

Pekerja melakukan kegiatan ini dengan posisi membungkuk dan tidak memutar atau miring. Lengan atas maupun pergelangan tangan tidak mengalami perputaran atau menyilang. Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah palu. Skor REBA yang diperoleh sebesar 3 untuk bagian kanan dan 3 untuk bagian kiri, skor ini tergolong sedang dan perlu tindakan perbaikan.

Aksi Ergonomi

Dari semua unsur kerja pada pembuatan pintu triplek, unsur kerja yang memiliki action level tertinggi dan perlu tindakan perbaikan segera adalah pemahatan. Unsur kerja ini mengharuskan pekerja melakukan postur janggal membungkuk karena memberi tekanan pada tangan untuk menggerakkan mesin pahat sehingga memusatkan tenaga pada bagian kecil dari tubuh. Hal ini dapat mengurangi aliran darah dan trasmisi saraf yang dapat merusak tendon dan selubung tendon. Selain itu, lokasi mesin pahat ini tidak berada dekat dengan lokasi kerja sehingga pekerja harus memikul kayu balok ke lokasi mesin pahat. Kegiatan mengangkat, memikul dan getaran dapat menyebabkan peradangan tendon dan sendi yang akan menekan dan merusak saraf sehingga menimbulkan nyeri, kesemutan dan kelelahan (Lusianawaty et al 2009). Kaki pekerja juga tidak tertopang sempurna karena kursi yang digunakan terlalu tinggi (tidak ergonomi). Tindakan perbaikan yang harus dilakukan adalah mengganti kursi yang sesuai dengan ukuran tubuh pekerja dan memindahkan mesin pahat ke lokasi yang lebih dekat dengan lokasi kerja sehingga jarak yang ditempuh pekerja untuk memahat tidak terlalu jauh.

(31)

21 tempat kerja yang kurang sesuai misalnya area kerja terlalu rendah sehingga pekerja harus menunduk, membungkuk maupun jongkok.

Berdasarkan analisis tingkat risiko MSDs diatas, dapat diketahui bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat risiko MSDs pada pembuatan kusen dan pintu triplek yaitu:

1. Postur Janggal

Kegiatan pembuatan kusen dan pintu triplek mengharuskan pekerja melakukan beberapa postur janggal seperti posisi punggung yang membungkuk, posisi leher yang menunduk atau bekerja dengan posisi berjongkok. Bekerja dengan posisi jongkok dapat menyebabkan tekanan yang besar pada lutut untuk mempertahankan posisi dan menahan berat tubuh. Postur tubuh seseorang ketika bekerja dipengaruhi oleh tiga hal yaitu karakteristik pekerjaan, desain tempat kerja dan faktor individu (Bridger 1995). 2. Gerakan berulang

Gerakan berulang menjadi berisko ketika melibatkan otot dan sendi yang sama secara terus menerus dalam waktu yang lama. Hal ini dapat menyebabkan kelelahan dan ketegangan pada otot karena tidak memiliki waktu untuk pemulihan. Kegiatan pemahatan merupakan unsur kerja yang paling banyak melakukan gerakan berulang dimana tangan melakukan gerakan yang sama dan terus menerus.

Perbandingan Keluhan MSDs dengan Hasil Penilaian Metode REBA

(32)

22

Gambar 22 Keluhan yang dirasakan oleh pekerja pembuat kusen dan pintu triplek

Gambar 22 menggambarkan keluhan yang dirasakan oleh pekerja pembuatan kusen dan pintu triplek. Bagian tubuh yang paling banyak merasakan keluhan oleh pembuat kusen maupun pintu triplek adalah pinggang sebanyak 23 dan 24 keluhan. Bagian tubuh lain seperti leher, punggung, lengan atas, dan bahu juga mendapat penilaian di atas 20. Pada pembuatan kusen, pekerja cenderung bekerja dengan posisi punggung membungkuk serta leher menunduk terutama pada kegiatan perakitan (Gambar 7), sehingga sering dirasakan pegal dan sakit pada bagian tubuh tersebut. Seperti telah dikemukakan di atas bahwa membungkuk dapat menyebabkan stres pada punggung bagian bawah sehingga akan menyebabkan sakit pada pinggang. Pada pembuatan pintu triplek, unsur kerja yang memiliki action level tertinggi yaitu pemahatan. Hal ini dikarenakan kayu yang akan dipahat harus diangkat menuju mesin pahat yang berada di dalam ruangan. Bahu menerima beban yang berat ketika mengangkat kayu serta dalam pemahatan pekerja dalam posisi duduk dan tangan yang mengoperasikan mesin pahat. Menurut pengakuan dari pekerja berdasarkan hasil wawancara, keluhan pegal dan sakit pada bagian punggung, pinggang dan leher biasanya dirasakan malam hari setelah bekerja. Sementara itu untuk bagian tubuh lainnya, keluhan MSDs biasanya dirasakan pada saat bekerja. Rasa pegal dan sakit pada pinggang akan berkurang jika pekerja beristirahat selama kurang lebih satu hari setelah mereka bekerja.

Untuk mengetahui rata-rata nilai pada setiap bagian tubuh masing-masing jenis pekerjaan, maka dilakukan perhitungan rata-rata dari data keluhan MSDs ini dengan menggunakan microsoft excel. Berdasarkan perhitungan rata-rata keluhan MSDs yang dirasakan oleh pekerja, diketahui bahwa ada bagian tubuh yang mengalami pegal dan sakit. Hal ini dapat menunjukan bahwa setiap unsur kerja dalam pembuatan kusen dan pintu triplek ini memiliki risiko MSDs dari action level rendah sampai tinggi sehingga selain perlu tindakan perbaikan, juga

(33)

23 diperlukan tindakan pengendalian. Menurut Kurniawidjaja (2011), tindakan pengendalian tersebut dapat didasarkan pada masing-masing faktor yaitu

a. Postur janggal

Misalnya persendian diletakan pada posisi netral, hindari posisi membungkuk dan perputaran tulang belakang, hindari bekerja dengan tangan di atas bahu, hindari posisi yang sama dalam waktu yang lama serta modifikasi tinggi tempat kerja.

b. Gerakan berulang

Misalnya pengaturan pekerjaan untuk menghindari gerakan yang tidak perlu, hindari pergerakan yang sama dalam waktu yang lama serta modifikasi pola kerja.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan analisis risiko MSDs dengan metode REBA, proses pembuatan kusen dan pembuatan pintu triplek sama-sama dapat menyebabkan risiko MSDs. Pada pembuatan kusen, unsur kerja yang memiliki tingkat risiko MSDs paling tinggi adalah pemahatan dan perakitan dengan skor 8–9 sedangkan untuk pembuatan pintu triplek unsur kerja yang memiliki tingkat risiko paling tinggi adalah pemahatan dengan skor 10 sehingga perlu tindakan perbaikan segera. Terdapat perbedaan action level antara proses pembuatan kusen dan pintu triplek, hal ini dikarenakan posisi pekerja pembuat kusen membungkuk dan hampir jongkok Bagian tubuh yang memiliki keluhan terbanyak adalah pinggang, punggung, leher dan bahu untuk pembuatan kusen maupun pembuatan pintu triplek. Berdasarkan hasil perhitungan postur tubuh dengan menggunakan metode REBA dan berdasarkan hasil dari distribusi keluhan pekerja terhadap gejala-gejala MSDs menunjukkan adanya keselarasan antara hasil perhitungan postur tubuh dengan keluhan pekerja. Dengan adanya tindakan perbaikan sederhana yaitu penambahan fasilitas kerja seperti kursi dan meja dapat membantu menurunkan risiko MSDs pekerja.

Saran

1. Memberikan saran kepada pemilik industri pembuatan kusen dan pintu triplek untuk menyediakan meja kerja bagi pekerja agar pekerja tidak melakukan pekerjaan dengan posisi membungkuk.

2. Memberikan saran kepada pemilik industri untuk menciptakan desain tempat kerja yang efektif dan efisien.

3. Memberikan saran kepada pekerja agar semua alat yang diperlukan dalam pembuatan kusen dan pintu diletakkan ditempat yang datar atau mudah dijangkau.

(34)

24

DAFTAR PUSTAKA

Bridger RS. 1995. Introdution to Ergonomic CCOSH. Work-related Musculoskeletal Disorders. [internet]. [diacu 2015 Mei 5]. Tersedia dari

http://www.ccohs.ca/oshanswers/diseases/rmirsi.html#top.

Buongiorno J, Gilles J K. 1987. Forest Management and Economics. A Primer in Quantitative Methods. Macmillan Publishing Company – New York, Collier Macmillan Publishers – London, 285 S.

[CCOSH] Canadian Center for Occupational Safety and Health. Work-related Musculoskeletal Disorders (WMSDs)- Risk Factors. [internet]. [diacu

2015 Mei 5]. Tersedia pada

http://www.ccohs.ca/oshanswers/ergonomics/risk.html.

Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat, Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat. 2006. Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal di Indonesia (Cetakan II). Jakarta (ID): Departemen Kesehatan.

Greenomics Indonesia. 2004. Industri Pengolahan Kayu: Evolusi Terhadap Mekanisme Perizinan, Kewenangan dan Pembinaan Industi Pengolahan Kayu. [internet]. [diacu 2015 Mei 5]. Tersedia dari: http://www.greenomics.org/docs/wp08.pdf

Hignett S, McAntamney L. 2000. Technical Note Rapid Entire Body Assessment (REBA). Applied Ergonomics 31 (201–205). [internet]. [diacu 2015 Januari 10]. Tersedia dari www.safetynet.co.kr//2008227134434123. Kurniawidjaja. 2011. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta (ID): Penerbit

Universitas Indonesia.

Lusianawaty, Delima, Sulistyowati Tuminah. 2009. Hubungan Lama Kerja Dengan Keluhan Otot Rangka Leher dan Ekstremitas Atas pada Pekerja Garmen Perempuan Di Jakarta Utara. 37(1): 2-22.

Prajawati W. 2012. Rapid Entire Body Assessment (REBA) dan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Dalam Kegiatan Pemanenan Hutan. [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. [NIOSH] National Institute for Occupational Safety and Health. 1997.

Musculoskeletal Disorders and Workplace Factor. [internet]. [diacu 2015 Mei 5]. Tersedia dari:

http://www.cdc.gov/niosh/docs/97-141/pdfs/97-141.pdf.

[OSHA] Occupational Safety and Health Administration. 2000. Ergonomics: The study of work. U.S.Department of Labour Occupational Safety and Health Administration. [internet]. [diacu 2015 Januari 10]. Tersedia dari:

www.osha.gov/Publications/osha3125.pdf.

(35)

25 Tana L, Delima, Sulityowati Tuminah. 2009. Hubungan Lama Kerja dan Posisi Kerja dengan Keluhan Otot Rangka Leher dan Ektremitas Atas pada Pekerja Garmen Perempuan di Jakarta Utara. Jurnal 37(1):12–33. [internet]. [diacu 2015 Juni 5]. Tersedia dari:

http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/BPK/article/view/129/1492.

Yovi EY, Gandaseca S, Adiputra IN. 2012. Worker's competency and perception toward safety and health on forest harvesting operation in Indonesian long rotation plantation forest. Jurnal Manajemen Hutan Tropika 1 8 ( 3 ): 1 9 8 – 2 0 5 . [internet]. [diacu 2015 Juni 11]. Tersedia dari:

http://journal.ipb.ac.id/index.php/jmht/article/view/5987/4645.

(36)
(37)

27 Lampiran 1 Kuesioner Analisis risiko Musculoskeletal disorders (MSDs)

I. Identitas Responden

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis kelamin :

4. Pendidikan terakhir : 5. Lama bekerja (jam/hari) : 6. Pengalaman bekerja (tahun) :

7. Alamat :

II. Berdasarkan keluhan yang anda rasakan, jawablah pertanyaan dibawah ini.

No Lokasi rasa

sakit

Keluhan yang dirasa Tingkat

keluhan

(38)

28

Keterangan:

1. Keluhan : 1.Sakit/nyeri, 2. Panas, 3. Kr amp , 4. M ati r asa, 5 . Be ngka k, 6 . Kaku/Kesemutan, 7. Pegal

(JAWABAN BOLEH > 1)

2. Tingkat keluhan : 1. Sedikit sakit 2. Sakit 3. Sangat sakit

3. Waktu timbulnya : 1. Saat Bekerja 2. Setelah Bekerja 3. Malam Hari/Saat Istirahat

4. Frekuensi munculnya : 1. Setiap Hari (beberapa kali) 2. Setiap Hari (satu kali) 3. 3-4 kali/minggu 4. 1 -2

kali/minggu

Pertanyaan tambahan

No Pertanyaan Jawaban

1 Unsur kerja apa yang paling banyak menyebabkan keluhan pegal dan nyeri pada tubuh?

2 Bagian tubuh mana yang sering mengalami keluhan pegal dan nyeri setelah bekerja ?

3 Berapa lama keluhan pegal dan nyeri yang anda rasakan setelah melakukan pekerjaan tersebut ? 4 Sudah berapa lama anda merasakan keluhan pegal

dan nyeri pada bagian tubuh tersebut ?

5 Apakah yang anda lakukan ketika merasakan pegal dan nyeri ?

6 Postur kerja seperti apa yang menyebabkan anda merasakan keluhan pegal dan nyeri ?

7 Apakah menurut anda keluhan pegal dan nyeri yang anda rasakan tersebut disebabkan oleh faktor pekerjaan?

8 Jenis alat dan ukuran alat yang digunakan ?

(39)

29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Metro, Lampung, pada tanggal 12 Juni 1993 dari

pasangan Imam Rofe’i dan Mardiyah. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri 10 Kota Metro pada tahun 2005 kemudian melanjutkan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kota Metro dan lulus pada tahun 2008. Selanjutnya penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas pada tahun 2011. Tahun 2011 penulis masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur undangan di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan.

Selama masa perkuliahan, penulis ikut berpartisipasi dalam organisasi dan kepanitiaan yaitu anggota Ikatan Keluarga Muslim TPB IPB, Anggota Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia, serta Panitia Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru 49.

Gambar

Gambar 3 Grup A pergerakan pada kaki
Tabel 1 Skor grup A dan beban
Tabel 3 Skor C dan aktivitas
Tabel 6 Rata-rata temperatur dan kelembaban udara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Just with the device that always be with your almost everywhere, you can read this book Histories (Hackett Classics) By Herodotus, James Romm So, it will be so rapidly to

Operasional pengumpulan dan pengangkutan sampah mulai dari sumber sampah hingga ke lokasi pemerosesan akhir atau ke lokasi pembuangan akhir, dapat dilakukan dengan dua cara,

Motivasi yang penting dalam model ini adalah penggembangan tanggung jawab bersama untuk mencapai tujuan organisasi dengan cara setiap anggota atau karyawan menyumbangkan

lagi sejak menikah (pengingat) -Berkesan lucu penjualan Arm - Merokok sejak kecil karena ikut- ikutan teman - Sekarang merokok jadi kebiasaan dan kecanduan

Kelompok Pangalengan yang terletak di bagian tengah, dengan elevasi tertinggi yang dikelilingi oleh beberapa gunungapi purba (misal: G. Kancana) dan kemudian terpatahkan oleh

Miller (1967) menyatakan bahwa untuk anak yang memiliki saudara kembar menderita leukemia sebelum umur 7 tahun memiliki risiko 2 kali lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang

Dengan selesainya skripsi yang berjudul “Formulasi Tablet Hisap Ekstrak Pegagan (Centella asiatica L.) Dengan Basis Manitol (Pengaruh Kadar Pengikat PVP K-30

Berdasarkan tinjauan pustaka yang ada maka peneliti membuat Sistem Pendukung Keputusan Penyeleksian Bantuan Dana Rumah Tidak Layak Huni Berbasis Web pada