• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan produktivitas daging dengan penambahan feed aditive herbal melalui pemanfaatan tepung koro benguk dan koro pedang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan produktivitas daging dengan penambahan feed aditive herbal melalui pemanfaatan tepung koro benguk dan koro pedang"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAGING DENGAN PENAMBAHAN FEED

ADITIVE HERBAL MELALUI PEMANFAATAN TEPUNG KORO BENGUK DAN

KORO PEDANG

BIDANG KEGIATAN:

PKM-Penelitian

Disusun oleh: Siti Adah

Lely Kurniawati

Lukman Maulana

Rifqi Waluyo Djati

Lien Amalia O’neal Elmi

D24110019

D24110028

D24110082

D24100056

D24120014

2011

2011

2011

2010

2012

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

DAFTAR ISI

PENGESAHAN PKM-Penelitian... i

DAFTAR ISI ... ii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 1

1.3 Tujuan ... 2

1.4 Luaran yang Diharapkan ... 2

1.5 Kegunaan ... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 2

2.1 Tikus ... 2

2.2 Koro Benguk (Mucuna pruriens) ... 3

2.3 Koro Pedang (Canavalia gladiate) ... 3

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 3

3.1 Penimbangan Tikus sebelum Pemeliharaan ... 3

3.2 Pembuatan Tepung Koro Benguk dan Koro Pedang ... 4

3.3 Pembuatan Pellet Tikus ... 4

3.4 Pemeliharaan ... 5

3.5 Parameter yang Diukur ... 5

3.6 Rancangan Percobaan ... 5

BAB 4 PELAKSANAAN PROGRAM ... 6

4.1 Lokasi dan waktu penelitian ... 6

4.2 Tahapan Pelaksanaan ... 6

4.3 Rekapitulasi Rancangan dan Realisasi Biaya ... 7

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 8

5.1 Hasil ... 8

5.2 Pembahasan ... 10

(4)

6.1 Kesimpulan ... 11

6.2 Saran ... 11

BAB 7 DAFTAR PUSTAKA ... 11

(5)

ABSTRAK

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan laporan akhir Program Kreatifitas Mahasiswa bidang Penelitian dengan Judul “Peningkatan Produktivitas Daging Dengan Penambahan Feed Aditive Herbal Melalui Pemanfaatan Tepung Koro Benguk Dan Koro Pedang”.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara moril maupun materiil, sehingga laporan ini bisa terselesaikan dengan baik. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini jauh dari sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.

Bogor, 25 Juli 2014

(7)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Daging merupakan salah satu sumber protein hewani yang mengandung nilai gizi baik dan bagus untuk dikonsumsi. Seiring dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi dan peningkatan jumlah penduduk, tingkat konsumsi daging pun mengalami peningkatan. Dewasa ini jumlah produksi daging dalam negeri tidak mencukupi kebutuhan daging seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini menyebabkan peningkatan impor daging beku semakin marak. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan polong-polongan seperti komak, kratok, koro wedus, koro benguk, dan koro pedang. Tanaman koro-koroan sangat mudah dibudidayakan dan produktivitasnya tinggi. Biji koro benguk misalnya mengandung protein yang tinggi sekitar 26,49% dan TDN 72,55% (PPSHB 2013). Jika dilihat dari kandungan fitokimianya koro-koroan mengandung flavonoid dan tanin yang kuat, sehingga kandungan proteinnya akan lolos dari degradasi oleh mikroba rumen dan bisa dimanfaatkan pasca rumen untuk peningkatan produktivitas ternak. Senyawa lain yang disinyalir terdapat dalam koro benguk salah satunya adalah kandungan L-Dopa (L-3,4-dihidroksi fenilalanin) (3-7%) (Haryoto, 2002). L-Dopa ini merupakan pendukung terlepasnya hormon pertumbuhan (growth hormone). Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan pada tikus yang diinjeksi L-Dopa menunjukkan terdeteksinya konsentrasi yang tinggi dalam otot (Romero et al.1973). Hal ini menunjukkan bahwa L-Dopa yang diberikan pada hewan akan memacu peningkatan massa otot berupa protein. Begitu pula dengan kacang koro pedang yang memiliki kandungan protein yang tinggi sehingga diduga dapat meningkatkan kualitas daging.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian tersebut, dalam penelitian ini akan diekplorasi sejauhmana Mucuna pruriens dan Canavalia gladiate dapat berperan dalam meningkatkan pertumbuhan dan kuantitas daging. Penelitian ini tidak menggunakan sapi pedaging tetapi menggunakan tikus sebagai hewan model untuk melihat dampak dari pemberian kedua jenis koro secara langsung melalui pertumbuhan dan massa ototnya. Penggunaan tikus juga dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran mengenai kecernaan pasca rumen dari kedua jenis koro tersebut jika nantinya diberikan pada ternak pedaging.

1.2 Perumusan Masalah

(8)

growth promotor. L-Dopa mampu memacu peningkatan massa otot daging berupa protein.

Koro benguk dan koro pedang memiliki kandungan protein tinggi dan berpotensi sebagai antioksidan. Koro benguk dan koro pedang diharapkan dapat berfungsi sebagai pakan imbuhan alami yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan massa otot.

1.3 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung koro benguk dan koro pedang di dalam ransum tikus terhadap peningkatan pertumbuhan dan kuantitas daging. Selain itu, untuk mengetahui rasio antara kandungan protein dan lemak dalam daging yang dihasilkan.

1.4 Luaran yang Diharapkan

Luaran yang diharapkan dari kegiatan penelitian ini adalah menghasilkan imbuhan pakan herbal dari koro benguk (Mucuna pruriens) dan koro pedang (Canavalia gladiate) yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan kuantitas daging.

1.5 Kegunaan

Secara ekonomi, penelitian ini dapat menghasilkan pakan imbuhan alami yang digunakan untuk ternak pedaging. Pakan imbuhan ini dapat meningkatkan pertumbuhan dan kuantitas daging. Sehingga dengan menggunakan pakan imbuhan ini, peternak terutama sapi pedaging lokal diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan kuanitas daging serta memperoleh keuntungan yang lebih tinggi dan dapat meningkatakan kesejahteraan peternak.

Secara ipteks, penelitian ini dapat menyumbangkan teknologi sederhana dengan memanfaatkan tanaman tropik sebagai pakan imbuhan alami, yang sangat diperlukan oleh peternak ternak pedaging dan mudah diaplikasikan di masyarakat.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tikus

(9)

galur Sprague dawley berwarna albino putih, berkepala kecil dan ekornya lebih panjang dari badannya, galur Wistar ditandai dengan kepala besar dan ekor yang lebih pendek, dan galur Long evans yang lebih kecil daripada tikus putih dan memiliki warna hitam pada kepala dan tubuh bagian depan (Nugrahaningsih1991).

2.2 Koro Benguk (Mucuna pruriens)

Tanaman kacang koro benguk (Mucuna pruriens L.) termasuk dalam famili Fabaceae yang merupakan tanaman tropik yang tersebar luas di seluruh daerah di Indonesia. Koro benguk dapat tumbuh di daerah yang kurang subur, kering, serta kondisi cuaca ekstrim. Pada biji koro ini terkandung aktivitas antioksidan yang berasal dari flavonoid yang terkandung di dalamnya. Flavonoid merupakan salah satu jenis antioksidan yang dapat menghambat pelekatan, agregasi, dan sekresi platelet. Senyawa lain yang terdapat dalam koro benguk yaitu mucunain, serotonin , dan L-Dopa (L-3,4-dihidroksifenilalanin). L-Dopa telah dikenal sebagai senyawa penting untuk pengobatan parkison. Kandungannya dalam koro benguk sekitar 3-7% . L-Dopa dalam sistem syaraf pusat akan dikonversi menjadi dopamin sama seperti L-fenilalanin dan L-tirosin. Dopamin dan norepineprin diproduksi dalam hipotalamus juga otak sebagai pendukung produksi kelenjar pituitary dan melepaskan hormon pertumbuhan (Handajani 1993).

2.3 Koro Pedang (Canavalia gladiate)

Kacang koro pedang (Canavalia gladiata) Memiliki kandungan zat gizi yang tinggi antara lain :protein, lemak, dan mineral. Koro pedang merupakan salah satu koro-koroan yang dapat digunakan sebagai sumber protein dengan kandungan karbohidrat sebesar 55% dan protein 24% (Sudarmadji 1997). Memiliki kandungan nir gizi, diantaranya Lectin, dan Canavanine. Kacang koro pedang memiliki kandungan canavanine yang sangat tinggi (88 – 91 %). Menurut Campbell (2003), Canavanine merupakan suatu senyawa asam amino yang mirip Arginin. Kandungan nir gizi ini dapat diatasi dengan perendaman, penghancuran, pemanasan, dan dapat juga dengan fermentasi.

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Penimbangan Tikus sebelum Pemeliharaan

(10)

189 ekor, dengan 7 ekor untuk setiap ulangan ditimbang. Hasil timbangan setiap minggunya kemudian dicatat dan dihitung rata-ratanya.

3.2 Pembuatan Tepung Koro Benguk dan Koro Pedang

3.3 Pembuatan Pellet Tikus

Hasil analisis bahan pakan ternak dan ransum yang digunakana yaitu:

BK Abu Lemak PK SK

%

Kacang koro benguk 93,28 4,18 1,79 24,71 6,86 Kacang koro pedang 89,25 3,33 2,58 28,51 5,76

Kontrol 88,54 4,25 5,42 18,40 2,35

Kontrol +10%koro benguk 89,68 4,00 5,25 17,33 2,60 Kontrol +20%koro benguk 89,10 3,60 5,23 20,19 2,62 Kontrol +30%koro benguk 90,18 3,62 5,34 19,76 2,52 Kontrol +10%koro pedang 90,41 3,79 5,58 19,16 2,95 Kontrol +20%koro pedang 89,68 3,89 5,41 18,01 3,20 Kontrol +30%koro pedang 90,67 3,42 5,12 20,29 3,57

Perendaman biji kacang koro selama 1 hari

Penggilingan menjadi tepung

Pengovenan biji kacang koro benguk dan pedang selama 3 hari

Perebusan/pengukusan biji koro selama 30 menit Persiapan kacang koro benguk dan koro pedang

Bahan pakan dicampur

Pisahkan ransum masing-masing 10 kg

Tepung koro benguk dan pedang ditambahkan

sesuai perlakuan

Masukkan dalam karung sesuai

perlakuan

Pellet yang sudah jadi dibiarkan sampai

dingin

Ransum dicetak menjadi pellet menggunakan

(11)

Gambar 1. Pellet ransum basal

Gambar 2. Pellet dengan penambahan tepung koro pedang

Gambar 3. Pellet dengan penambahan tepung koro benguk

3.4 Pemeliharaan

Pemeliharaan tikus dilakukan selama 1 bulan, dengan 1 minggu tahap penyesuaian dan 3 minggu perlakuan. Pemeliharaan dilakukan di sekitar kandang C. Selama pemeliharaan tikus diberi pakan dua kali, pagi dan siang sebanyak 20 gram/ekor/hari dan pemberian air secara ad libitum.

3.5 Parameter yang Diukur

Parameter yang telah diukur yaitu: 1. Pertambahan bobot badan harian

Pertambahan bobot badan ini diketahui dengan mengukur bobot badan awal dan bobot badan akhir.

2. Bobot karkas

Bobot karkas dihitung dengan cara menimbang berat karkas yaitu daging dan tulang tanpa darah, jeroan (viscera), kulit, kepala, kaki, dan ekor. Untuk persentase karkas didapatkan dari berat karkas dibagi dengan bobot hidup ternak sebelum dipotong dikali 100%

3. Analisis Proksimat Daging Tikus

Analisis proksimat daging tikus diketahui dengan melakukan analisis BK, kandungan protein dan lemak pada bagian daging dada.

3.6 Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan 9 perlakuan dan 3 ulangan. Tikus jantan fase pertumbuhan sebanyak 189 ekor dibagi menjadi 9 perlakuan dengan masing–masing perlakuan terdiri dari 7 ekor tikus. Perlakuannya yaitu: P1 : kontrol negatif (ransum basal) P6 : P1+10% tepung koro pedang

P2 : kontrol positif (Ransum + GH1000) P7 : P1+20% tepung koro pedang P3 : P1+10% tepung koro benguk P8 : P1+30% tepung koro pedang

(12)

P5 : P1+30% tepung koro benguk

Tikus jantan fase pertumbuhan dikelompokkan secara acak. Model matematik dari rancangan percobaan yang digunakan adalah :

Yij =  + i + j + ij

Keterangan :

Yij : respon percobaan dari perlakuan 1,2,3,4 dan kelompok 1,2  : nilai rataan umum dari pengamatan

i : efek perlakuan 1,2,3,4 j : efek pengelompokan 1,2

ij : pengaruh error perlakuan 1,2,3,4 dan kelompok 1,2

BAB 4 PELAKSANAAN PROGRAM

4.1 Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dibeberapa tempat yaitu Laboratorium Nutrisi Perah untuk pengovenan bahan, Laboratorium Industri Pakan untuk Penggilingan koro pedang dan koro benguk serta pembuatan pellet, dan daerah sekitar Kandang C untuk proses pemeliharaan. Waktu Pelaksanaan penelitian yaitu bulan April- Juni 2014.

4.2 Tahapan Pelaksanaan

No Kegiatan Bulan ke- Maret April Mei Juni

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Konsultasi dengan dosen

pembimbing

2 Survei tempat pemeliharaan tikus

3 Survei pembelian kacang koro dan tikus

4 Pembuatan kandang tikus dan persiapan kandang

5 Perebusan dan pengovenan kacang koro

(13)

4.3 Rekapitulasi Rancangan dan Realisasi Biaya 1. Peralatan penunjang

No Spesifikasi Justifikasi Pemakaian Jumlah Satuan Harga Satuan (Rp)

Harga total (Rp)

1 Pembelian Bak plastik 27 buah 27 buah 18.000 486.000 2 Pembelian tempat minum

tikus

27 buah 27 buah 15.000 405.000 3 Pembelian kawat ring 8,5 meter 8,5 meter 16.000 136.000

4 Pembelian paku 0,2 kg 0,2 kg 20.000 4.000

Sub Total 1.031.000

2. Bahan habis pakai

No Spesifikasi Justifikasi Pemakaian Jumlah Satuan Harga Satuan (Rp)

Harga total (Rp)

1 Kacang Koro pedang 15 kg 15 kg 10.000 150.000 2 Kacang Koro benguk 20 kg 20 kg 15.000 300.000 3 Pakan sebelum

pemeliharaan

23 kg 23 kg 7.500 172.500

4 Spidol warna 1 buah 2 buah 7.000 14.000

5 Narikolebel 2 pak 2 pak 2.500 5.000

6 Pembelian pakan, penggilingan dan pembuatan pellet

81 kg 81 kg 12.000 910.500

7 Pembelian tikus 190 ekor 190 ekor 30.000 5.700.000

8 Plastik 5 kg 2 pak 2 pak 10.000 20.000

9 Plastik 2 kg 2 pak 2 pak 9.000 18.000

10 Pembelian plastik 0,5 kg 10 pak 10 pak 7.500 75.000 11 Pembelian ketamin + syring 4 cc 4 cc 35.000 145.000 12 Pembelian xylazine + syring 2 cc 2 cc 35.000 75.000

13 Spoit 1 ml 1 box 1 box 85.000 85.000

14 Needle 24G 1 box 1 box 35.000 35.000

15 Tabung EDTA 1 pak 1 pak 175.000 175.000

16 Konsumsi saat penyembelihan tikus

8 porsi 8 porsi 10.000 80.000 17 Konsumsi ketika pembuatan

pellet

5 porsi 5 porsi 10.000 50.000 18 Analisis daging 9 sampel 9 sampel 120.000 1.080.000 19 Analisis proksimat ransum 9 sampel 9 sampel 95.000 855.000

Sub Total 9.945.000

3. Perjalanan

No Spesifikasi Justifikasi perjalanan Jumlah Satuan Harga Satuan (Rp)

Harga total (Rp)

(14)

tikus perjalanan perjalanan 2 Pengambilan kacang koro

benguk ke Rumpin

1 kali perjalanan

1 kali perjalanan

150.000 150.000 3 Pengangkutan pellet dari

lab. Industri pakan ke tempat pemeliharaan

3 kali perjalanan

3 kali perjalanan

15.000 45.000

4 pemeliharaan 21 kali perjalanan

21 kali perjalanan

10.000 210.000

Sub Total 445.000

4. Lain-lain

No Spesifikasi Justifikasi pemakaian Jumlah Satuan Harga Satuan (Rp)

Harga total (Rp)

1 Penyusunan laporan penelitian

5 buah 5 buah 10.000 50.000 2 Penyusunan laporan

kemajuan

6 buah 6 buah 20.000 120.000 3 Penyusunan laporan akhir 6 buah 6 buah 25.000 150.000 4 Penyusunan logbook 4 buah 4 buah 30.000 120.000

5 Dokumentasi 400.000

Sub Total 840.000

Total 12.261.000

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

Hasil yang didapat dari pengamatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 1. Rata-rata Penambahan Bobot Badan Tikus Selama Pemeliharaan

Perlakuan Minggu ke Rata-rata

I II II

P1 1.43±0,33 1.33±0,68 0.498±0,61 1,086±0,51 P2 2.04±0,13 1.8±0,44 0.75±0,66 1,530±0,69 P3 2.48±0,38 1.69±0,42 1.244±1,05 1,805±0,63 P4 2.88±0,07 2±0,24 1.028±0,96 1,969±0,93 P5 2.65±1,19 2.1±0,05 0.832±0,70 1,861±0,93 P6 2.6±0,35 2.35±0,54 0.927±0,78 1,959±0,90 P7 1.97±0,58 2.5±0,28 1.463±1,23 1,978±0,52 P8 1.73±0,25 1.93±0,35 0.859±0,72 1,506±0,57 P9 2.3±0,52 1.51±0,95 0.852±0,72 1,554±0,73

(15)

Grafik 1. Rata-rata PBBH Tikus

Tabel 2. Rata-rata Persentase Bobot Karkas

Perlakuan bobot karkas (%)

P1 52,61±2,07

P2 44,76±7,89

P3 52,39±3,41

P4 51,11±1,00

P5 48,67±0,17

P6 49,28±1,98

P7 50,84±0,81

P8 35,56±15,26

P9 46,86±7,81

(16)

Tabel 3. Analisis Proksimat Daging Dada Tikus

BK lemak protein Rasio P/L p1 23,32±0,37 3,915±0,29 17,43±0,45 4,45 p2 23,65±1,56 3,21±0,35 18,65±0,30 5,81 p3 26,115±0,57 3,27±0,42 17,155±0,12 5,25 p4 22,85±1,23 3,55±0,49 17,91±0,20 5,05 p5 21,735±0,43 1,365±0,43 18,44±0,37 13,51 p6 27,125±0,66 3,31±0,42 17,69±0,03 5,34 p7 21,725±1,45 1,61±0,20 16,255±0,21 10,10 p8 22,26±0,23 3,22±0,07 17,635±0,45 5,48 p9 23,685±0,15 2,885±0,37 17,725±0,13 6,14

Grafik 3. Analisis Proksimat Daging Dada Tikus

5.2 Pembahasan

(17)

penurunannya. Persentasi bobot karkas setelah di uji secara statistik tidak ada pengaruhnya dengan penambahan tepung kacang koro baik koro benguk maupun koro pedang.

Pengujian protein dan lemak pada daging tikus dilakukan untuk mengetahui rasio antara protein dan lemak dalam kandungan dagingnya. Rasio protein terhadap lemak tertinggi didapat pada perlakuan dengan penambahan 30%tepung kacang koro benguk. Hal ini sesuai dengan literatur yang didapat bahwa kandungan L-Dopa dalam koro benguk yang diberikan pada hewan akan memacu peningkatan massa otot berupa protein. Sedangkan untuk penambahan tepung kacang koro pedang rasio protein atas lemak yang didapat rendah yang menunjukkan bahwa penambahan ini tidak terlalu memacu peningkatan massa otot berupa protein namun lebih peningkatan ke lemak.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Penambahan tepung kacang koro benguk dan koro pedang dalam ransum dapat dimanfaatkan sebagai growth promotor alami untuk menggantikan penggunaan growth promotor sintetis dipasaran. Selain itu untuk memanfaatkan potensi lokal yang tersebar luas di Indonesia.

6.2 Saran

Pemanfaatan koro benguk memiliki potensi yang bagus sebagai growth promotor alami. Penelitian ini perlu dilakukan lebih lanjut untuk mengetahui pengaruhnya secara langsung terhadap hewan ternak sehingga dapat dlakukan hak paten dan dimanfaatkan oleh peternak secara umum.

BAB 7 DAFTAR PUSTAKA Campbell. 2003. Biologi. Jakarta (ID): Erlangga.

Handajani S.1993.Analisa sifat Phisis-Khemis Beberapa Biji Kacang-Kacangan, kekerasan, Kualitas Tanak, Protein, dan Kandungan Mineralnya.Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret

Haryoto. 2002. Tempe Benguk. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Nugrahaningsih, 1991. Pengaruh Bahan Penggumpal Tahu Kecipir terhadap Availabilitas zat Besi secara in- Vitro Majalah Eksakta N0.57- XXI-1991. Malang (ID): IKIP

Purwoko,T. dkk. 2003. Aktivitas Antioksidasi Ampas Tahu Terfermentasi terhadap Oksidasi Minyak Kedelai..Biosmart. Journal of Biological Science. Vol. 5 No. 1

(18)

Sudarmadji S, et al. 1997. Proceeding InternationalTempeSymposium.Reinventing The Hidden Miracle ofTempe. Indonesian Tempe Foundation.Jakarta

LAMPIRAN

DOKUMENTASI KEGIATAN

Gambar 4. Koro pedang (kiri) dan benguk (kanan) Gambar 5. Proses Perebusan Koro

Gambar 6. Proses Pencampuran Pakan Gambar 7. Pembuatan Kandang Tikus

Gambar 5. Ransum yang sudah dicampur Gambar 6. Proses Penggilingan Pellet

Gambar 9. Pellet Tikus Gambar 8. Pembuatan Pellet

(19)

Gambar 12. Pemisahan Tikus berdasarkan perlakuan Gambar 13. Tikus dalam satu ulangan

Gambar

Gambar 1. Pellet ransum
Tabel 1. Rata-rata Penambahan Bobot Badan Tikus Selama Pemeliharaan
Grafik 1. Rata-rata PBBH Tikus
Tabel 3. Analisis Proksimat Daging Dada Tikus
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data tersebut kandungan karbohidrat tepung kacang koro benguk dapat dijadikan potensi sebagai bahan pengisi pada naget ayam, selain itu dengan kandungan protein yang

Pada mie yang dihasilkan, makin banyak penambahan tepung koro pedang putih, kehilangan padatan akibat pemasakan ( cooking loss ) dan gaya pada tensile strength meningkat,

penyusunan laporan penelitian yang berjudul “ Pemanfaatan Tepung Kacang Koro Pedang ( Canavalia ensiformis [L.] DC) dan Tepung MOCAF (M odified Cassava Flour )

dikarenakan pada perlakuan P6 tanpa penambahan tepung labu kuning dan tepung koro pedang memiliki warna tepung putih dibandingkan tepung

Kesimpulan yang didapat dari penelitian cookies bahwa perbandingan tepung kacang koro pedang dengan tepung terigu berpengaruh terhadap aroma dan tekstur, kadar

Kesimpulan yang didapat dari pemberian tepung koro pedang dalam bakso ayam menunjukan bahwa hasil yang berbeda sangat nyata (P>0.01) pada perlakuan K4 untuk

Tujuan penelitian Untuk mempelajari pengaruh proposi Jagung ( Zea mays L ) dan Kacang koro pedang putih ( Canavalia ensiformis ) dengan penambahan susu skim

Semakin tinggi penambahan tepung koro pedang yang digunakan, maka semakin tinggi kadar protein dan kadar abu mie kering, tetapi semakin rendah kadar air mie