• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberian Pakan Pelet dengan Sumber Protein Berbeda terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Sidat Anguilla bicolor bicolor Stadia Yellow eel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemberian Pakan Pelet dengan Sumber Protein Berbeda terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Sidat Anguilla bicolor bicolor Stadia Yellow eel"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

CYNTIA AGUSTIN

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

PEMBERIAN PAKAN PELET DENGAN SUMBER PROTEIN

BERBEDA TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN IKAN

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemberian Pakan Pelet dengan Sumber Protein Berbeda terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Sidat

Anguilla bicolor bicolor Stadia Yellow Eel adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

Cyntia Agustin

(4)

ABSTRAK

CYNTIA AGUSTIN. Pemberian Pakan Pelet dengan Sumber Protein Berbeda Terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Sidat Anguilla bicolor bicolor Stadia Yellow Eel. Dibimbing oleh NUR BAMBANG PRIYO UTOMO dan RIDWAN AFFANDI.

Permasalahan utama pada budidaya ikan sidat adalah pertumbuhan lambat dan konversi pakan yang relatif tinggi. Aspek pakan merupakan salah satu aspek utama yang mempengaruhi kinerja pertumbuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi sumber protein utama yang paling baik diantara tepung rebon, tepung ikan impor, atau kombinasi rebon, ikan impor dan lokal dalam bentuk pelet untuk meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan sidat stadia yellow eel. Sumber protein utama yang digunakan untuk pembuatan pakan uji pada penelitian ini adalah tepung rebon, tepung ikan impor, tepung kombinasi antara tepung rebon, tepung ikan impor, dan tepung ikan lokal sedangkan pakan komersial digunakan sebagai pakan kontrol. Penelitian dilakukan dengan menggunakan 8 buah akuarium berukuran 90 x 50 x 40 cm3 pada volume air 120 liter. Ikan sidat yang digunakan berukuran 100,99 ± 0,88 gram/ekor. Parameter uji meliputi kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, konversi pakan dan fisika kimia air. Berdasarkan hasil skoring parameter pengamatan secara keseluruhan, pakan dengan sumber protein utama tepung ikan impor merupakan perlakuan yang paling baik untuk meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan sidat stadia yellow eel dengan menggunakan pakan pelet. Oleh karena itu tepung ikan impor dapat dijadikan sebagai sumber protein utama dalam pembuatan pakan ikan sidat dikarenakan memiliki komposisi nutrisi yang paling baik dan sesuai dengan kebutuhan ikan sidat.

(5)

ABSTRACT

CYNTIA AGUSTIN. Feeding Pellets With Different Protein Sources On Growth Performance Of Eels Anguilla bicolor bicolor Stage Yellow Eel. Supervised by NUR BAMBANG PRIYO UTOMO and RIDWAN AFFANDI.

The main problems found in Indonesian shortfin eel production were slow growth rate and relatively high feed conversion ratio. Feed is one of main aspects which directly affects growth rate. The purpose of the recent study was to find out the best main protein source for Indonesian shortfin eel feed in form of pellets between shrimp meal, imported fish meal, or combination between shrimp meal, imported fish meal and local fish meal to improve the growth rate of Indonesian shortfin eel at yellow eel stage. Main protein sources used for feed production in the recent study were shrimp meal, imported fish meal, and combination of shrimp meal, imported fish meal and local fish meal. Commercial feed were also used as control. Research was performed using 8 units of aquarium with dimension of 90x50x40 cm3 with total water volume of 120 liters. The average weight of eels used in the recent study was 100,99 ± 0,88 gram/eel. Observed parameters in the recent study consisted of survival rate, daily growth rate, feed conversion ratio, and water quality parameters (water physics and chemistry). Based on overall observed parameters scoring, feed with main protein source of imported fish meal were the best treatment in the recent study to improve growth rate of Indonesian shortfin eel at yellow eel stage using feed in form of pellets. Therefore, imported fish meal could be utilized as main protein source in Indonesian shortfin eel feed production because it was estimated to contain the most compatible nutrient composition with the growth requirements of Indonesian shortfin eel.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

PEMBERIAN PAKAN PELET DENGAN SUMBER PROTEIN

BERBEDA TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN IKAN

SIDAT

Anguilla bicolor bicolor

STADIA

YELLOW EEL

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

(8)
(9)

Judul Skripsi : Pemberian Pakan Pelet dengan Sumber Protein Berbeda terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Sidat Anguilla bicolor bicolor Stadia Yellow eel

Nama : Cyntia Agustin

NIM : C14100012

Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya

Disetujui oleh

Dr. Ir. Nur Bambang Priyo Utomo, M.Si. Pembimbing I

Dr. Ir. Ridwan Affandi, DEA. Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Sukenda, M.Sc. Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September hingga Desember 2013 yang berlokasi di CV.Widya Mandiri Cibanteng ini adalah pakan ikan sidat, dengan judul Pemberian Pakan Pelet dengan Sumber Protein Berbeda terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Sidat Anguilla bicolor bicolor Stadia Yellow Eel.

Terima kasih dan penghargaan penulis ucapkan kepada:

1. Ayahanda Sumartono, Ibunda Sugiarti, Kaka Marina Febriyanti, Adik Agung Nugroho dan Niken Ayu Susanti atas doa, kasih sayang, dan dukungannya. 2. Bapak Dr Ir Nur Bambang Priyo Utomo MSi selaku pembimbing I dan Bapak

Dr Ridwan Affandi DEA selaku pembimbing II yang telah banyak memberi bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Ir Tatag Budiardi MSi, Ibu Hangesti, pegawai di CV Widya Mandiri, Bapak Wasjan dan Mba Retno di Laboratorium Nutrisi Ikan, Kang Yoshi di Pabrik pakan Budi Daya Perairan, dan Kang Abe di Laboratorium Lingkungan atas bantuannya selama pelaksanaan penelitian.

4. Retno Cahya Mukti, Eko Harianto, Sufal Diansyah, Amalia Safitri, Elvani Nur Ilmiah, Sahesti Fitria, dan Siti Nuraidah yang telah memberikan banyak bantuan dan kerja sama.

5. Teman-teman BDP angkatan 47, serta pihak lain atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2014

(11)

DAFTAR ISI 1 Komposisi bahan baku pakan uji... 3

2 Target komposisi kimiawi pakan uji... 3

3 Kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, konversi pakan, tingkat konsumsi pakan, retensi protein, retensi lemak, retensi energi ikan sidat dan total skoring... 7

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Skema sistem resirkulasi dan tata letak wadah pemeliharaan ikan sidat... 14

2 Prosedur analisis proksimat... 15

3 Hasil analisis proksimat bahan baku pakan (% bobot kering)... 17

4 Hasil analisis proksimat pakan (% bobot kering)... 18

5 Hasil analisis proksimat tubuh ikan (% bobot kering)... 18

6 Hasil sampling bobot rata-rata ikan sidat... 18

7 Hasil pengukuran fisika kimia air... 18

8 Skor masing-masing parameter uji... 19

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar belakang

Ikan sidat Anguilla bicolor bicolor merupakan salah satu komoditas perikanan ekspor yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Harga ikan sidat ukuran konsumsi mencapai Rp 185.000-200.000,00/kilogram (KKP 2013). Beberapa negara seperti Jepang, China, Taiwan, Jerman, dan Italia merupakan konsumen ikan sidat sehingga potensi ikan sidat sebagai komoditas ekspor sangat tinggi (Affandi 2005). Indonesia juga memiliki potensi sumberdaya ikan sidat yang tinggi dengan sebaran yang cukup luas yakni di perairan-perairan yang bermuara ke perairan laut dalam. Oleh karena itu pemanfaatan sumberdaya ikan sidat di Indonesia mulai berkembang baik secara ekstensif maupun secara intensif (Sutrisno 2008).

Permasalahan utama dalam budidaya ikan sidat antara lain pertumbuhan lambat dan konversi pakan yang tinggi (Handoyo 2012). Aspek pakan merupakan aspek utama yang paling mempengaruhi kinerja pertumbuhan. Kualitas nutrien yang terkandung di dalam pakan memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan. Efisiensi pakan dapat terjadi apabila kualitas dan kuantitas nutrien di dalam pakan sesuai dan seimbang untuk kebutuhan ikan. Menurut Mahi (2000) kualitas nutrien pakan meliputi kandungan protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Protein merupakan komponen nutrien penyusun tubuh yang juga digunakan sebagai sumber energi untuk berbagai aktivitas tubuh ikan. Kualitas dan kuantitas protein yang cukup dalam pakan akan diubah menjadi protein tubuh secara efisien yang selanjutnya akan mempengaruhi pertumbuhan ikan (NRC 1993).

Kebutuhan protein bagi ikan dapat diperoleh dari tumbuhan (nabati) dan hewan (hewani). Ikan sidat termasuk ke dalam jenis ikan karnivora yang membutuhkan protein sekitar 45-55% dengan sumber protein hewani yang memiliki asam amino lengkap (Djajasewaka 2002). Bahan baku yang biasa digunakan sebagai sumber protein hewani adalah tepung ikan dan tepung darah (Afrianto dan Liviawaty 2005). Sumber protein yang digunakan pada pembuatan pakan uji diantaranya adalah tepung rebon, tepung ikan impor, dan tepung ikan lokal. Ketiga jenis tepung yang digunakan memiliki potensi yang tinggi sebagai sumber protein utama dikarenakan kandungan proteinnya yang tinggi dan ketersediaannya yang cukup. Namun pengaruh penggunaan sumber protein berbeda tersebut perlu dibandingkan untuk memperoleh kinerja pertumbuhan ikan yang paling baik.

(14)

alternatif yang dapat meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan sidat stadia yellow eel

dan pakan yang digunakan adalah berbentuk pelet.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi sumber protein utama yang paling baik diantara tepung rebon, tepung ikan impor, atau kombinasi rebon, ikan impor dan lokal dalam bentuk pelet untuk meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan sidat stadia yellow eel.

METODE

Rancangan Penelitian

Penelitian ini terdiri dari empat perlakuan dan dua ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Perlakuan A :pakan ikan dengan menggunakan pakan komersial (kontrol) 2. Perlakuan B :pakan ikan dengan sumber protein utama tepung rebon 3. Perlakuan C :pakan ikan dengan sumber protein utama tepung ikan impor 4. Perlakuan D :pakan ikan dengan sumber protein kombinasi antara tepung rebon,

tepung ikan impor, dan tepung ikan lokal Prosedur Penelitian

Persiapan Wadah dan Media

(15)

3

Pembuatan Pakan Uji

Pakan uji pada penelitian ini berupa pakan buatan yang berbentuk pelet yang dibuat dengan menggunakan sumber protein utama berbeda. Sebelum pakan uji dibuat, dilakukan analisis proksimat terlebih dahulu terhadap bahan baku yang akan digunakan. Hasil analisis proksimat tersebut dijadikan acuan untuk menentukan formulasi pakan yang akan digunakan untuk penelitian (Lampiran 3). Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat pakan uji diantaranya adalah tepung ikan lokal, tepung ikan impor, tepung udang rebon, tepung bungkil kedelai, tepung terigu, minyak ikan, minyak jagung, minyak kelapa, premix, binder CMC (Carboxy Metyl Celoluse), dan tepung cumi sebagai atraktan. Pakan dibuat sesuai dengan komposisi yang telah ditentukan, lalu ditimbang sesuai formulasi, dan dicampur menggunakan mixer dengan adanya penambahan air sebanyak 20% dari total bobot pakan. Setelah itu pakan dimasukkan ke dalam mesin pelleting untuk dicetak. Selanjutnya pakan dimasukkan ke dalam oven selama ± 4 jam. Pakan yang telah dibuat kemudian dianalisis proksimat (Lampiran 4) untuk mengetahui kandungan nutriennya. Komposisi bahan baku pakan uji disajikan pada Tabel 1. Target komposisi kimiawi pakan uji disajikan pada Tabel 2.

Tabel 1 Komposisi bahan baku pakan uji

Bahan Baku Pakan B

Tabel 2 Target komposisi kimiawi pakan uji

Komposisi Kimiawi (%)

(16)

pengadaptasian yang telah disediakan untuk aklimatisasi terhadap suhu dan kondisi air yang baru. Ikan uji diaklimatisasi terlebih dahulu agar kondisinya stabil dan dapat merespons pakan yang diberikan. Setelah itu ikan uji dipuasakan selama 24 jam untuk menghilangkan pengaruh sisa pakan.

Pemeliharaan Ikan Penebaran Ikan

Setelah akuarium pemeliharaan selesai distabilisasi dan ikan uji telah diaklimatisasi, maka dilakukan penebaran ikan uji. Penebaran ikan dilakukan pada waktu pagi hari. Kepadatan ikan yang ditebar adalah 5 ekor untuk masing-masing akuarium yang telah diposisikan secara acak, dengan bobot rata-rata ikan awal 100,99 ± 0,88 gram. Setelah itu waring dan penjepit waring dipasangkan sebagai penutup untuk setiap unit akuarium penelitian.

Pemberian Pakan

Pemberian pakan dilakukan dengan metode restricted yakni pada feeding rate (FR) sebesar 3% dan frekuensi pemberian pakan sebanyak empat kali sehari yaitu sekitar pukul 07.00, 12.00, 16.00 dan 21.00 WIB. Proporsi jumlah pakan untuk setiap kali pemberian pakan yang diberikan yaitu 25% dari jumlah pakan per hari. Teknis pemberian pakan dilakukan dengan cara ruangan penelitian digelapkan dan menggunakan headlamp sebagai sumber cahaya.

Pengelolaan Kualitas Air

Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan pengambilan sisa pakan dan kotoran setiap 30 menit sebelum waktu pemberian pakan, pergantian air sebanyak 20% per hari dari volume media pemeliharaan yaitu pada pagi dan sore hari (masing-masing 10%), pencucian komponen filter setiap lima hari sekali serta sistem resirkulasi yang dioperasikan secara kontinyu.

Pengumpulan Data

Pemeliharaan dilakukan selama 40 hari. Selama masa pemeliharaan dilakukan analisis parameter kualitas air, sampling, dan analisis proksimat tubuh ikan. Pengukuran parameter suhu dan pH dilakukan pada waktu pagi dan sore hari. Sedangkan untuk parameter dissolved oxygen (DO), total amonia nitrogen (TAN), dan alkalinitas dilakukan pada awal, tengah, dan akhir pemeliharaan (Lampiran 7). Sampling dilakukan setiap 10 hari sekali untuk mengukur pertumbuhan bobot (Lampiran 6), jumlah ikan yang hidup, dan penyesuaian terhadap jumlah pakan yang diberikan. Analisis proksimat tubuh ikan dilakukan pada awal dan akhir pemeliharaan (Lampiran 5), meliputi pengukuran protein, lemak, kadar abu, serat kasar, dan kadar air. Analisis proksimat ini dilakukan dengan metode AOAC (1984) dalam Takeuchi (1988) (Lampiran 2).

Parameter Pengamatan

(17)

5

Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup ikan uji diamati setiap hari hingga akhir pemeliharaan. Perhitungan kelangsungan hidup dihitung berdasarkan persamaan Effendie (2004):

Keterangan: KH = Kelangsungan hidup ikan

Nt = Jumlah individu ikan uji pada t percobaan (ekor) No = Jumlah individu ikan uji pada awal percobaan (ekor) Pertumbuhan

Untuk mengetahui laju pertumbuhan harian, bobot ikan ditimbang pada awal dan akhir pemeliharaan. Laju pertumbuhan harian ikan uji dihitung dengan menggunakan rumus Huissman (1987):

Keterangan : α = Laju pertumbuhan harian (%)

= Bobot rata-rata individu pada waktu t percobaan (g) = Bobot rata-rata individu pada waktu awal percobaan (g) n = Waktu percobaan (hari)

Tingkat Konsumsi Pakan

Tingkat konsumsi pakan ikan uji diukur dengan cara menimbang jumlah pakan yang dimakan oleh ikan uji selama penelitian. Rumus dari tingkat konsumsi pakan adalah sebagai berikut:

TKP (gram pakan/gram ikan/hari) =

Konversi Pakan

Konversi pakan didefinisikan sebagai peningkatan berat basah daging per unit berat pakan kering. Konversi pakan dianalisis berdasarkan rumus Takeuchi (1988) :

Retensi Protein

Retensi protein merupakan gambaran dari banyaknya protein yang diberikan, yang dapat diserap dan dimanfaatkan untuk pertumbuhan serta dimanfaatkan tubuh untuk metabolisme harian (Halver 1989). Nilai retensi protein dihitung berdasarkan persamaan yang dikemukakan oleh Takeuchi (1988):

KH (%) = 100

KP = F

[(Bt + Bd) – B0]

Keterangan : Bt = Biomassa ikan pada akhir pemeliharaan (gram)

B0 = Biomassa ikan pada awal pemeliharaan(gram)

Bd = Biomassa ikan yang mati selama pemeliharaan (gram)

(18)

Keterangan : RP = Retensi protein (%)

Pt = Bobot protein tubuh pada waktu t (g) Po = Bobot protein tubuh awal (g)

Pp = Bobot protein pakan (g) Retensi Lemak

Retensi lemak merupakan gambaran dari banyaknya lemak yang diberikan, yang dapat diserap dan dimanfaatkan untuk pertumbuhan serta dimanfaatkan tubuh untuk metabolisme harian (Halver 1989). Nilai retensi lemak dihitung berdasarkan persamaan yang dikemukakan oleh Takeuchi (1988):

Keterangan : RL = Retensi lemak (%)

Retensi energi merupakan gambaran dari banyaknya energi yang diberikan, yang dapat diserap dan dimanfaatkan untuk pertumbuhan serta dimanfaatkan tubuh untuk metabolisme harian. Rumus dari retensi energi adalah sebagai berikut:

Keterangan : RE = Retensi energi (%)

Et = Bobot energi tubuh ikan pada waktu t (g) Eo = Bobot energi tubuh ikan awal (g)

Ep = Bobot energi pakan (g) Analisis Data

Data yang telah diperoleh dianalisis secara deskriptif eksploratif. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan metode skoring. Prinsip dari metode skoring adalah mengidentifikasi parameter-parameter yang diamati dalam suatu penelitian dengan cara memberikan skor terhadap berbagai kriteria dan indikator yang digunakan dalam penilaian. Setelah skor untuk setiap parameter diperoleh, selanjutnya dilakukan teknik pembobotan (persentase) untuk masing-masing parameter. Skor dan bobot dengan nilai tertinggi dapat dijadikan indikator parameter dengan nilai terbaik. Nilai skoring untuk setiap parameter uji disajikan pada Lampiran 8 dan hasil skoring disajikan pada Lampiran 9.

(19)

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Data hasil pengukuran dari kinerja pertumbuhan ikan sidat Anguilla bicolor bicolor selama masa pemeliharaan 40 hari yang meliputi tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, konversi pakan, tingkat konsumsi pakan, retensi protein dan lemak untuk masing-masing perlakuan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Kelangsungan hidup (KH), laju pertumbuhan harian (LPH), konversi pakan (KP), tingkat konsumsi pakan (TKP), retensi protein (RP), retensi lemak (RL), retensi energi (RE) ikan sidat dan total skoring

Parameter

KH (%) 90,00±14,14 100,00±0,00 60,00±28,28 90,00±14,14

LPH (%) 0,71±0,06 0,67±0,11 0,74±0,00 0,50±0,07

KP 3,33±0,25 2,98±0,38 3,55±0,92 3,94±0,6

TKP (g pakan/g ikan/hari) 0,023±0,001 0,021±0,001 0,021±0,003 0,020±0,001

RP (%) 51,11 52,76 66,47 44,50

RL (%) 476,14 383,60 349,57 309,03

RE (%) 83,79 70,77 68,76 64,53

Total Skoring 410 410 430 200

Berdasarkan tabel 2 diketahui secara umum perlakuan pakan komersial, tepung rebon, tepung ikan impor dan tepung kombinasi menunjukkan hasil yang berbeda. Kelangsungan hidup tertinggi diperoleh dari pakan tepung rebon sedangkan nilai terendah diperoleh dari pakan tepung ikan impor. Laju pertumbuhan harian tertinggi diperoleh dari pakan tepung ikan impor sedangkan nilai terendah diperoleh dari tepung kombinasi. Nilai laju pertumbuhan harian ini seiring dengan nilai retensi protein yang dihasilkan. Retensi protein tertinggi diperoleh dari tepung ikan impor sedangkan nilai terendah diperoleh dari pakan tepung kombinasi. Sementara itu tingginya nilai retensi lemak tidak seiring dengan peningkatan laju pertumbuhan. Retensi lemak dan retensi energi tertinggi diperoleh dari pakan komersial sedangkan nilai terendah diperoleh dari pakan tepung kombinasi. Nilai retensi lemak dan energi ini seiring dengan tingkat konsumsi pakan ikan. Tingkat konsumsi pakan tertinggi diperoleh dari pakan komersial sedangkan terendah diperoleh dari tepung kombinasi.

(20)

Gambar 1 Perubahan bobot rata-rata ikan sidat pada perlakuan (♦) pakan komersial, (■) tepung rebon (▲) tepung ikan impor, dan (x) tepung kombinasi selama pemeliharaan

Selama 40 hari pemeliharaan ikan sidat dilakukan pengukuran fisika kimia air meliputi parameter suhu, derajat keasaman (pH), dissolved oxygen (DO), amonia dan alkalinitas. Kondisi fisika kimia air selama penelitian disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Fisika kimia air pada sistem pemeliharaan ikan sidat yang diberi pakan uji selama 40 hari

Amonia mg/L <0,0056 <0,0215 <0,0148 <0,0071 <0,1000d

Alkalinitas mg/L 104-168 56-168 112-168 112-168 20-300e

a

: Hasbullah (2006) ;b Ritonga (2014); cHuet (1975); d Yamagata dan Niwa (1982); eBoyd (1988)

Kondisi fisika kimia air selama pemeliharaan menunjukkan masih berada pada kisaran optimum untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan sidat.

Pembahasan

(21)

9

khususnya perlakuan tepung ikan impor, sedangkan untuk perlakuan tepung rebon menunjukkan kelangsungan hidup yang lebih baik yakni 100%. Pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup merupakan proses biologis yang komplek dimana banyak faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar diantaranya adalah lingkungan dan makanan (Ricker 1975 dalam

Sasono 2001).

Kondisi lingkungan pemeliharaan yang optimum tentunya akan menunjang kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan. Alkalinitas merupakan gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam yang berperan sebagai penyangga perairan terhadap pH, koagulasi dan pelunakan air (Effendie 2003). Nilai alkalinitas yang dihasilkan selama pemeliharaan berkisar antara 56-168 mg/L dengan nilai pH 6,4-7,8. Hal ini sesuai dengan pemaparan Boyd (1988) yang menyatakan bahwa alkalinitas yang baik berada pada kisaran 30-500 mg/L dan hasil penelitian Ritonga (2014) yang menunjukkan bahwa pH optimum untuk ikan sidat adalah 6,0-8,0. Nilai alkalinitas dan pH ini dapat mempengaruhi proses osmoregulasi dalam tubuh ikan. Nilai amonia selama masa pemeliharaan kurang dari 0,0215 mg/L. Menurut Yamagata dan Niwa (1982) ikan sidat mampu bertahan hidup pada kondisi amonia yang kurang dari 0,1 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi amonia media pemeliharaan masih berada pada batas toleransinya sehingga amonia tidak terakumulasi di dalam darah dan eksresi amonia tidak terhambat. Menurut Boyd (1988) akumulasi amonia di dalam darah dapat mengakibatkan transportasi oksigen menjadi berkurang. Hal ini dikarenakan keberadaan amonia dapat menurunkan kemampuan hemoglobin dalam mengangkut oksigen.

Kisaran oksigen terlarut selama pemeliharaan yaitu 4,4-7,4 mg/L. Hal ini sesuai dengan penelitian Huet (1975) yang menunjukkan bahwa ikan sidat dapat bertahan hidup dan tumbuh dengan baik pada oksigen terlarut lebih dari 3,0 mg/L. Secara umum, ikan sidat lebih tahan terhadap konsentrasi oksigen yang rendah. Hal ini dikarenakan organ pernapasan ikan sidat terdiri atas insang dan kulit sehingga ikan sidat memiliki kemampuan untuk mengambil oksigen langsung dari udara (Tesch 1977). Suhu merupakan parameter fisika air yang dapat mempengaruhi proses fisiologis organisme akuatik. Kisaran suhu pada saat pemeliharaan yaitu 26,8-31,0oC. Menurut penelitian Hasbullah (1996) suhu optimum untuk pertumbuhan ikan sidat adalah 25-30oC. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa suhu media pemeliharaan cukup menunjang kelangsungan hidup ikan sidat. Secara keseluruhan parameter fisika kimia air masih berada pada kisaran optimum untuk kelangsungan hidup ikan sidat (Lampiran 8). Hal ini diduga karena sistem resirkulasi berjalan dengan cukup baik, disertai pengelolaan pergantian air dan pengambilan kotoran ikan secara rutin dalam meminimalisasi terakumulasinya bahan organik pada media pemeliharaan.

(22)

Efisiensi penggunaan pakan dalam kegiatan budidaya ikan dapat dilihat dari tinggi rendahnya nilai konversi pakan. Hasil pengamatan terhadap nilai konversi pakan (Tabel 2) menunjukkan hasil yang berbeda utnuk masing-masing perlakuan. Berdasarkan hasil penelitian Altun et al (2005) untuk ikan sidat stadia yellow eel

memiliki nilai konversi pakan terbaik sebesar 3,76. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian ini sudah cukup baik. Effendie (2004) menjelaskan bahwa konversi pakan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah spesies meliputi kebiasaan makan dan stadia ikan, kualitas air serta kualitas dan kuantitas pakan. Jika dilihat dari tingkat konsumsi pakan pada ikan sidat, perlakuan pakan komersial menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini diduga karena jenis atraktan yang digunakan dalam pakan komersial lebih baik sehingga ketertarikan ikan terhadap pakan lebih tinggi. Sesuai dengan pemaparan Irawan (2013) yang menyatakan bahwa jumlah konsumsi pakan dipengaruhi oleh adanya atraktan yang dapat mempengaruhi palabilitas ikan terhadap pakan. Pakan dengan atraktan yang sesuai akan mudah dikenali oleh ikan sidat sehingga dapat meningkatkan jumlah konsumsi pakan yang masuk ke dalam tubuh ikan sebagai faktor penunjang pertumbuhan. Hal ini dikarenakan ikan sidat memiliki penglihatan yang kurang baik, namun memiliki organ penciuman yang sensitif (Rovara 2007).

Sementara itu konversi pakan terendah diperoleh dari pakan tepung rebon. Sutrisno (2008) memaparkan bahwa konversi pakan berhubungan dengan tingkat efisiensi ikan dalam memanfaatkan pakan yang dikonsumsi. Rendahnya nilai konversi pakan ini mengindikasikan penggunaan energi oleh ikan untuk aktifitas hidup dan yang hilang melalui jalur ekskresi relatif kecil sehingga ikan memiliki kelebihan energi yang dapat digunakan untuk pertumbuhan, demikian pula sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa pakan tepung rebon lebih dapat dimanfaatkan oleh tubuh ikan sidat sehingga energi yang dihasilkan untuk pertumbuhan lebih besar dan nilai konversi pakan menjadi lebih rendah. Sebaliknya, pakan tepung kombinasi relatif lebih sulit untuk dimanfaatkan oleh tubuh ikan sidat sehingga menghasilkan nilai konversi pakan tertinggi.

Laju pertumbuhan harian menunjukkan hasil yang berbeda untuk masing-masing perlakuan. Laju pertumbuhan harian berkisar antara 0,50-0,74%. Menurut hasil penelitian Altun et al (2005) untuk sidat stadia yellow eel memiliki laju pertumbuhan harian terbaik sebesar 0,33%. Hal ini menunjukkan bahwa laju pertumbuhan harian untuk masing-masing perlakuan jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil penelitian tersebut. Berdasarkan Gambar 1 dapat diketahui nilai pertumbuhan bobot rata-rata tertinggi diperoleh dari pakan tepung impor. Pertambahan bobot rata-rata ini berbanding lurus dengan laju pertumbuhan harian. Tingginya pertambahan bobot pada perlakuan pakan tepung ikan impor diduga karena kandungan nutrisi pakan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan ikan sidat, sehingga mudah dicerna oleh tubuh ikan dan dapat memacu pertumbuhannya. Hal ini sesuai dengan nilai retensi protein yang dihasilkan. Retensi protein ikan sidat (Tabel 2) yang paling tinggi diperoleh dari pakan tepung ikan impor sehingga menghasilkan pertambahan bobot tertinggi.

(23)

11

(1995) dalam Kurniawan (2013) yang menjelaskan bahwa penggunaan energi dengan pemanfaatan lemak dan karbohidrat yang cukup dalam pakan akan mengefisiensikan protein untuk pertumbuhan sehingga jumlah protein yang disimpan dalam tubuh dapat meningkat. Kualitas dan kuantitas protein yang cukup dalam pakan ini akan diubah menjadi protein tubuh secara efisien yang selanjutnya akan mempengaruhi pertumbuhan ikan (NRC 1993). Hal ini sesuai dengan Steffens (1989) yang menyatakan bahwa jika terjadi kesesuaian profil asam amino yang terkandung dalam pakan dengan asam amino yang dibutuhkan oleh ikan, maka akan semakin banyak bagian asam amino yang disintesis menjadi protein. Oleh karena itu diduga tepung ikan impor memiliki kandungan asam amino yang paling sesuai dengan asam amino yang dibutuhkan ikan sidat sehingga jumlah asam amino yang dapat disintesis menjadi protein meningkat dan menghasilkan pertumbuhan yang paling baik. Sementara itu retensi protein yang paling rendah diperoleh dari pakan tepung kombinasi dan menghasilkan pertambahan bobot rata-rata terendah. Nilai retensi yang rendah ini dapat disebabkan oleh mutu protein yang rendah, dan diduga kandungan asam amino esensial di dalam pakan kurang sesuai dengan asam amino yang dibutuhkan oleh ikan sidat. Faktor lain yang mempengaruhi rendahnya pertambahan bobot ini adalah tingkat konsumsi pakan yang lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya, menyebabkan pemasukan nutrisi juga rendah sehingga penggunaan energi untuk menunjang pertumbuhan belum cukup.

Tingginya retensi lemak (Tabel 2) dengan nilai di atas 100% untuk masing-masing perlakuan ini diduga karena terjadinya biosintesis lemak dari unsur nutrisi lain contohnya karbohidrat, yang berarti sumber lemak yang dihasilkan bukan hanya berasal dari lemak dalam pakan (Afrianto dan Liviawaty 2005). Karbohidrat dapat disintesis menjadi lemak dikarenakan adanya kesesuaian gugus C, H, O dengan gugus lemak. Lemak memiliki peranan yang penting sebagai sumber energi serta untuk memelihara struktur dan fungsi membran jaringan sel pada organ tubuh tertentu (NRC 1993). Deposit lemak pada ikan sidat stadia yellow eel ini diduga sebagai strategi untuk pemijahan. Ikan sidat merupakan jenis ikan katadromous yang pada stadia dewasa akan melakukan ruaya ke laut untuk bereproduksi (Affandi 2005). Oleh karena itu ikan sidat memerlukan cadangan energi yang cukup banyak untuk proses fisiologi selama migrasi. Selain itu cadangan energi yang berasal dari asam lemak esensial memiliki peranan yang penting dalam fisiologis reproduksi seperti pembentukan gonad (Afrianto dan Liviawaty 2005).

(24)

selanjutnya akan ditimbun dalam jaringan tubuh sebagai lemak di dalam tubuh, demikian pula sebaliknya.

Kinerja pertumbuhan ikan dapat dilihat dari parameter tingkat kelangsungan hidup, konversi pakan, dan laju pertumbuhan harian. Berdasarkan hasil skoring parameter pengamatan secara keseluruhan, pakan dengan sumber protein utama tepung ikan impor merupakan perlakuan yang paling baik untuk meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan sidat stadia yellow eel dengan menggunakan pakan pelet. Oleh karena itu tepung ikan impor dapat dijadikan sebagai sumber protein utama dalam pembuatan pakan ikan sidat dikarenakan memiliki komposisi nutrisi yang paling baik dan sesuai dengan kebutuhan ikan sidat.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penggunaan sumber protein utama berupa tepung ikan impor menunjukkan hasil yang paling baik dalam meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan sidat

Anguilla bicolor bicolor dengan menggunakan pakan pelet. Oleh karena itu tepung ikan impor dapat dijadikan sebagai sumber protein utama dalam pembuatan pakan ikan sidat dikarenakan memiliki komposisi nutrisi yang paling baik dan sesuai dengan kebutuhan ikan sidat.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memaksimalkan penggunaan tepung ikan lokal dengan melakukan kombinasi dalam formulasi pembuatan pakan.

DAFTAR PUSTAKA

Affandi R. 2005. Strategi pemanfaatan sumberdaya ikan sidat Anguilla spp. di Indonesia. Jurnal Ikhtiologi Indonesia. Vol.5 (2): 77-81.

Afrianto E, Liviawaty E. 2005. Pakan Ikan. Yogyakarta (ID): Kanisius.148 hlm. Altun T, Nazmi T, Erdal N, Yusuf S. 2005. Some growth parameters on european

eel (Anguilla Anguilla 1758) fed with different feeds. J. Fish & Aqua Scie.

Vol. 22 (1-2): 215-219.

Boyd CE. 1988. Water Quality in Warm Water Fish Ponds. Fourth Printing. Alabama (US): Auburn University Agriculture Experiment Station. 359 p. Djajasewaka H. 2002. Pengaruh pemberian pakan buatan dalam bentuk pelet, pasta

dan campuran keduanya terhadap pertumbuhan benih sidat Anguilla bicolor.

Prosiding Sumberdaya Perikanan Sidat Tropik. UPT Baruna Jaya. Jakarta (ID) : BPPT-DKP. Hlm. 55-58.

Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelola Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta (ID): Kanisius. 258 hlm.

Effendi I. 2004. Pengantar Akuakultur. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

(25)

13

Handoyo B. 2012. Respon benih ikan sidat terhadap hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang melalui perendaman dan oral. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hasbullah. 1996. Pengaruh tingkat salinitas (0, 3, 6, dan 9 ppt) dan suhu (23, 26, 28, dan 32oC) terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan sidat Anguilla bicolor pada masa pemeliharaan 0-2 minggu setelah penangkapan dari alam. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Huet M. 1975. Text book of fish culture. Breeding and cultivation of fish. England

(GB): Fishing News (Book) Ltd. p 201-333.

Huissman EA. 1987. Principle of fish production. Departement of Fish Culture and Fisheries, Wageningen Agricultural University, The Netherlands.

Irawan WS. 2013. Evaluasi tepung bungkil biji karet Hevea brasiliensis yang dihidrolisis cairan rumen domba sebagai pengganti bungkil kedelai dalam pakan ikan patin Pangasius sp. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2013. Statistik perikanan budidaya kolam [Internet]. [diunduh 2014 Mar 25]. Tersedia pada http://sidatik.kkp.go.id

Kurniawan A. 2013. Palatabilitas dan pertumbuhan sidat Anguilla bicolor bicolor

dengan pemberian atraktan tepung cumi 2%. tepung udang rebon 2%. serta kombinasi keduanya masing-masing. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Mahi II. 2000. Pengaruh kadar protein dan imbangan energi protein pakan berbeda terhadap retensi protein dan pertumbuhan benih ikan sidat Anguilla bicolor bicolor. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2000. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab Jilid I. Edisi Kedua. Bogor (ID): IPB-Press.

National Research Council. 1993. Nutrient Requirement of Fish. Washington D.C (US): National Academic Press. 115 pp.

Retnosari D. 2007. Pengaruh Subtitusi Tepung Ikan oleh Tepung Belatung Terhadap Pertumbuhan Benih Nila Oreochromis niloticus. [skripsi]. Bandung (ID): Universitas Padjajaran.

Ritonga T. 2014. Respon benih ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) terhadap derajat keasaman (pH). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rovara O. 2007. Karakteristik reproduksi. upaya maskulinisasi dan pematangan

gonad ikan sidat betina Anguilla bicolor bicolor melalui penyuntikan ekstrak hipofisis. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sasono AD. 2001. Kebiasaan makanan ikan sidat Anguilla bicolor di Desa Citepus. Kecamatan Pelabuhan Ratu dan Desa Cimaja. Kecamatan Cisolok. Kabupaten Sukabumi. Jawa Barat. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Steffens W. 1989. Principle of Fish Nutrition. Chichester (GB): Ellis Horwood Limited.

(26)

Takeuchi T. 1988. Laboratory work chemical evaluation of dietary nutrition. In Watanabe T, ed. Fish Nutrition and Mariculture, JICA Textbook the General Aquaculture Course. Tokyo (JP): Kanagawa internat. Fish. Training Center. p 179-229.

Tesch FW. 1977. The Eel – Biology and Management of Anguillid Eels. London (ENG): Chapman and Hall.

(27)

15

Lampiran 1 Skema dan tata letak wadah pemeliharaan ikan sidat

Ruang Filter Ruang Wadah Budidaya

Pipa Inlet

Aerasi

Shelter Paralon Pipa

Penyerapan Pompa

(28)

Lampiran 2 Prosedur analisis proksimat A. Kadar Protein

Tahap Oksidasi

1. Sampel ditimbang sebanyak 0,5 gram dan dimasukkan ke dalam labu Kjedahl.

2. Katalis (K2SO4+CuSO4.5H2O) dengan rasio 9:1 ditimbang sebanyak 1,5 gram

dan dimasukkan ke dalam labu Kjedahl.

3. 10 ml H2SO4 pekat ditimbahkan ke dalam labu Kjedahl dan kemudian labu

tersebut dipanaskan dalam rak oksidasi/digestion pada suhu 400ºC selama 3-4 jam sampai terjadi perubahan warna cairan dalam labu menjadi hijau bening. 4. Larutan didinginkan lalu ditambahkan air destilasi 100 ml. Kemudian larutan

dimasukkan ke dalam labu takar dan diencerkan dengan akuades sampai volume larutan mencapai 100 ml. Larutan sampel siap didestilasi.

Tahap Destilasi

1. Beberapa tetes H2SO4 dimasukkan kedalan labu. sebelumnya labu diisi

setengahnya dengan akuades untuk menghindari kontaminasi oleh amonia lingkungan. Kemudian didihkan selama 10 menit.

2. Erlenmeyer diisi 10 ml H2SO4 0,05 N dan ditambahkan 2 tetes indikator

methyl blue green diletakkan di bawah pipa pembuangan kondensor dengan cara dimiringkan sehingga ujung pipa tenggelam dalam cairan.

3. 5 ml larutan sampel dimasukkan ke dalam tabung destilasi melalui corong yang kemudian dibilas dengan akuades dan ditambahkan 10 ml NaOH 30% lalu dimasukkan melalui corong tersebut dan ditutup.

4. Campuran alkalin dalam labu destilasi disuling menjadi uap air selama 10 menit sejak terjadi pengembunan pada kondensor.

Tahap Titrasi

1. Larutan hasil destilasi dititrasi dengan larutan NaOH 0,05 N 2. Volume hasil titrasi dicatat

3. Prosedur yang sama juga dilakukan pada blanko

Kadar Protein (%) = x 100

Keterangan :

Vb = Volume hasil titrasi blanko (ml) Vs = Volume hasil titrasi sampel (ml) S = Bobot Sampel (gram)

* = Setiap ml 0,05 NaOH ekivalen dengan 0,0007 gram Nitrogen ** = Faktor Nitrogen

B. Kadar Lemak

Metode ekstraksi Soxhlet

(29)

17

2. Sampel ditimbang sebanyak 3-5 gram (A). dan dimasukkan ke dalam selongsong tabung filter dan dimasukkan ke dalam soxhlet dan pemberat diletakkan di atasnya.

3. N-hexan 100-150 ml dimasukkan ke dalam soxhlet sampai selongsong terendam dan sisa N-hexan dimasukkan ke dalam labu.

4. Labu yang telah dihubungkan dengan soxhlet dipanaskan di atas water bath

sampai cairan yang merendam sampel dalam soxhlet berwarna bening. 5. Labu dilepaskan dan tetap dipanaskan hingga N-hexan menguap

6. Labu dan lemak yang tersisa dipanaskan dalam oven selama 60 menit. kemudian didinginkan dalam desikatot selama 30 menit dan ditimbang (X2). Metode Folch

1. Sampel ditimbang sebanyak 2-3 gram (A) dan dimasukkan ke dalam gelas homogenize dan ditambahkan larutan kloroform / methanol(20xA). sebagian disisakan untuk membilas pada saat penyaringan.

2. Sampel dihomogenizer selama 5 menit setelah itu disaring dengan vacuum pump.

3. Sampel yang telah disaring tersebut dimasukkan dalam labu pemisah yang telah diberi larutan MgCl2 0,03 N (0,2xC). kemudian dikocok dengan kkuat

minimal selama 1 menit kemudian ditutup dengan alumunium foil dan didiamkan selama 1 malam.

4. Labu silinder dioven terlebih dahulu pada suhu 110ºC selama 1 jam. didinginkan dalam desikator selama 30 menit kemudian ditimbang (X1). 5. Lapisan bawah yang terdapat dalam labu pemisah disaring kedalam labu

silinder kemudian dievaporator sampai kering. Sisa kloroform/methanol yang terdapat dalam labu ditiup dengan menggunakan vacuum.

6. Stelah sisa kloroform / methanol dalam labu habis. labu dimasukkan kedalam oven selama 1 jam. didinginkan dalam desikator selama 30 menit kemudian ditimbang (X2).

Kadar Lemak (%) = x 100 C. Kadar Air

1. Cawan dipanaskan dalam oven pada suhu 100ºC selama 1 jam dan kemudian dimasukkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X1)

2. Bahan ditimbang 2-3 gram.

(30)

D. Kadar Abu

1. Cawan dan bahan dipanaskan dlama oven pada suhu 100ºC selama 1 jam dan kemudian dimasukkan dalam desikator selama 30 menit dan dtimbang )X1) 2. Bahan ditimbang 2-3 gram(A)

3. Cawan dan bahan dipanaskan dalam tanur pada suhu 600ºC sampai menjadi abu kemudian dimasukkan kedalam oven selama 15 menit. didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang. (X2)

Kadar Abu (%) = x 100 E. Kadar Serat Kasar

1. Kertas filter dipanaskan dalam oven selama 1 jam pada suhu 110ºC setelah itu didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang (X1)

2. Sampel ditimbang sebanyak 0,5 gram (A) dimasukkan kedalam Erlemeter 250 ml

3. H2SO4 0,3 N sebanyak 50 ml ditambahakan ke dalam erlemeyer kemudian di

panaskan diatas pembakar bunsen selama 30 menit. Setelah itu NaOH 1,5 N sebanyak 25 ml ditambahkan ke dalam Erlemeyer dan dipanaskan kembali 30 menit.

4. Larutan dan bahan yang telah dipanaskan kemudian disaring dalam corong Buchner dan hubungkan pada vacuum pump untuk memepercepat filtrasi. 5. Larutan dan bahan yang ada pada corong Buchner kemudian dibilas secra

berturut-turut dengan 50 ml air panas. 50 ml H2SO4 0,3 N. 50 ml air panas.

dan 25 ml aseton.

6. Kertas saring dan residu bahan dimasukkan dalam cawan porselin. Lalu dipanaskan dalam oven 105–110ºC selama 1 jam kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (x2)

7. Setelah itu di panaskan dalam tanur 600ºC hingga berwarna putih atau menjadi abu (±4 jam). Kemudian dimasukkan dalam oven 105-110ºC selama 15 menit. didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X3) Kadar Serat Kasar (%) = x 100

Lampiran 3 Hasil analisis proksimat bahan baku pakan (% bobot kering)

(31)

19

Lampiran 4 Hasil analisis proksimat pakan (% bobot kering)

Lampiran 5 Hasil analisis proksimat tubuh ikan (% bobot kering)

Bahan Lemak Serat Kasar Abu Protein BETN Karbohidrat GE

Lampiran 6 Hasil sampling bobot rata-rata ikan sidat

Perlakuan Bobot rata-rata (gram)

Sampling 0 Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3 Sampling 4

A1 100,24 106,18 120,00 129,93 135,50

Lampiran 7 Hasil pengukuran fisika kimia air

DO (mg/L) TAN (mg/L)

Perlakuan Pengukuran ke- Perlakuan Pengukuran ke-

(32)

Alkalinitas (mg/L) Amonia (mg/L)

Perlakuan Pengukuran ke- Perlakuan Pengukuran ke-

1 2 3 1 2 3

A1 168 128 136 A1 0,0045 0,0034 0,0005 A2 168 112 104 A2 0,0033 0,0056 0,0055 B1 168 104 112 B1 0,0021 0,0005 0,0012 B2 168 80 56 B2 0,0045 0,0215 0,0080 C1 168 112 144 C1 0,0045 0,0067 0,0051 C2 168 120 112 C2 0,0045 0,0148 0,0074 D1 168 152 144 D1 0,0045 0,0006 0,0005 D2 168 112 152 D2 0,0033 0,0071 0,0044

Lampiran 8 Skor masing-masing parameter uji

TKP Kelangsungan Hidup LPH

Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai

1 0,005-0,008 1 0-20 1 0,46-0,52 2 0,009-0,012 2 21-40 2 0,53-0,59 3 0,013-0,016 3 41-60 3 0,60-0,66 4 0,017-0,020 4 61-80 4 0,67-0,73 5 0,021-0,024 5 81-100 5 0,74-0,80

Konversi Pakan Retensi protein Retensi lemak

Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai

1 3,91-4,20 1 44,50-48,89 1 201-260 2 3,61-3,90 2 48,90-53,29 2 261-320 3 3,31-3,60 3 53,30-57,69 3 321-380 4 3,01-3,30 4 57,70-62,09 4 381-440 5 2,71-3,00 5 62,10-66,49 5 441-500

Retensi Energi

Skor Nilai

(33)

21

Lampiran 9 Hasil skoring parameter uji

Parameter

Perlakuan

1 2 3 4

B S BXS B S BXS B S BXS B S BXS

TKP 10 5 50 10 5 50 10 5 50 10 4 40 FCR 10 3 30 10 5 50 10 3 30 10 1 10 RP 10 2 20 10 2 20 10 5 50 10 1 10 RL 10 5 50 10 4 40 10 3 30 10 2 20 RE 10 5 50 10 4 40 10 4 40 10 3 30 SR 10 5 50 10 5 50 10 3 30 10 5 50 LPH 40 4 160 40 4 160 40 5 200 40 1 40

Total 410 410 430 200

(34)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta tanggal 15 Agustus 1992 dari ayahanda Sumartono dan ibunda Sugiarti. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah SDN Margajaya I (1998-2004), SMP Negeri 4 Bogor (2004-2007), dan SMA Negeri 3 Bogor (2007-2010). Penulis diterima menjadi mahasiswa Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) pada tahun 2010.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif sebagai pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa divisi Sosial Masyarakat (SOSMAS) pada periode kepengurusan 2011/2012. Penulis juga pernah menjadi pengurus HIMAKUA pada tahun 2010/2011 dan pengurus FKM-C pada tahun 2010/2011. Penulis juga pernah menjadi asisten mata kuliah Metode Statistika (2012), Teknologi Pembuatan dan Pemberian Pakan Ikan (2013), Fisiologi Hewan air (2013),(2014), dan Nutrisi Ikan (2014).

Gambar

Tabel 3  Kelangsungan hidup (KH), laju pertumbuhan harian (LPH), konversi  pakan (KP), tingkat konsumsi pakan (TKP), retensi protein (RP), retensi lemak (RL), retensi energi (RE) ikan sidat dan total skoring
Gambar 1 Perubahan bobot rata-rata ikan sidat pada perlakuan ( ♦) pakan komersial,

Referensi

Dokumen terkait

Ketika active router dari masing – masing VLAN sudah dapat kembali bekerja secara normal, kondisi ( state ) dari active router tersebut akan berubah menjadi dari Init menjadi

Penelitian ini juga menduga bahwa terdapat reverse causality, yakni perusahaan dengan nilai yang lebih tinggi akan mengadopsi praktik corporate governance yang lebih

Dalam rangka mendekatkan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat serta memperpendek proses pelayanan guna mewujudkan pelayanan yang cepat, mudah, murah, transparan dan

Judul KKN PPM : Peningkatan Peran Mahasiswa Universitas Udayana dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa Tembuku Guna Menuju Desa Wisata yang Sehat dan Produktif...

It elaborates the previous study, notion of subtitling, types of subtitling, notion of translation, translation process, translation shift, readability of

Tanda ini biasanya merupakan tanda dini dari OMSK tipe maligna, sedangkan pada kasus yang sudah lanjut dapat terlihat; abses atau fistel retro aurikuler (belakang telinga),

ANALISIS KETERLAMBATAN PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH DENGAN KONSEP LEAN CONSTRUCTION.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sebuah skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Sipil S1. © Mufqi Fauzi