ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN
RAW MATERIAL
PRODUK KOSMETIK PADA PT. VWX
Oleh
ANDIKA MARDIANA
H24104021
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN
RAW MATERIAL
PRODUK KOSMETIK PADA PT. VWX
SKRIPSI
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
ANDIKA MARDIANA
H24104021
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Judul Skripsi : Analisis Manajemen Persediaan Raw Material Produk Kosmetik Pada PT. VWX
Nama : Andika Mardiana
NIM : H24104021
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Alim Setiawan, S.TP, M.Si NIP. 19820227 200912 1 002
Mengetahui, Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
RINGKASAN
ANDIKA MARDIANA. H24104021. Analisis Manajemen Persediaan Raw Material Produk Kosmetik Pada PT. VWX. Di bawah bimbingan ALIM SETIAWAN.
Dalam persaingan yang ketat suatu industri membutuhkan proses produksi yang lancar, stabil dan optimal. Manajemen persediaan merupakan salah satu aspek yang penting dalam menjaga kelancaran proses produksi yang pada akhirnya akan berpengaruh pada kelancaran pemenuhan permintaan konsumen. Salah satu klasifikasi persediaan yang digolongkan berdasarkan bentuknya adalah raw material (bahan baku). Penelitian ini bertujuan : (1) Mengidentifikasi manajemen persediaan raw material pada PT. VWX terkait analisa ABC; (2) Menganalisa tingkat safety stock raw material yang optimal pada PT. VWX; (3) Menganalisa metode persediaan dengan membandingkan alat analisis EOQ, Periodic Review System, dan existing system dalam sisi biaya.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari wawancara langsung dengan departemen PPIC, Purchasing, Production, Logistick, RnD, QC dan HRD sedangkan data sekunder, berupa dokumen perusahaan seperti data permintaan terhadap produk skin care dan make up, data kebutuhan raw material, formula produk, data biaya material, data lead time material, literatur, hasil penelitian terdahulu, bahan pustaka. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian adalah klasifikasi ABC, metode Bayes, sistem model Q dan P serta penentuan forecast dengan time series dengan bantuan software Minitab versi 14.
Dengan menggunakan analisis metode Bayes, fokus dari 30 material yang masuk dalam kelas A akan didapat 3 raw material yang mempunyai nilai alternatif tertinggi, yaitu (1D00003) Lanolyn, (1C00004) Tea dan (1F00438) Covalip dengan persentase penggunaan uang masing-masing sebesar 6,97%, 2,32% dan 0,857%. Tingkat safety stock yang optimal untuk raw material yang dianalisa dengan metode Q adalah (1D00003) Lanolyn = 1.543,26 kg, (1C00004) Tea = 1.697,41 kg, (1F00438) Covalip = 232,787 kg, (1C00078) Castor Oil = 266,735 kg. Tingkat safety stock yang optimal untuk raw material yang dianalisa dengan metode P adalah (1D00003) Lanolyn = 1.621,52 kg, (1C00004) Tea = 1.944,26 kg, (1F00438) Covalip = 242,367 kg, (1C00078) Castor Oil = 314,703 kg.
iii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 21 Maret 1987. Penulis
merupakan anak kedua dari dua bersaudara, putri pasangan ayahanda Damianus
Maryono dan ibunda Lusina Waginah.
Penulis lulus dari Sekolah Dasar Strada Dipamarga pada tahun 1999, dan
melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Strada Santa Anna
selama 3 tahun. Pada tahun 2002 penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah
Menengah Atas Negeri 53 Jakarta. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah
menegah atas pada tahun 2005, kemudian melanjutkan pendidikan Diploma 3 di
Institut Pertanian Bogor pada Program Keahlian Perencanaan Dan Pengendalian
Produksi Manufaktur/Jasa (PPMJ). Penulis menyelesaikan pendidikan Diploma 3
Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008. Awal tahun 2009 penulis mulai bekerja
di PT. Gloria Origita Cosmetic (Purbasari). Penulis melanjutkan pendidikan di
Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Bapa Yang Maha
Pengasih karena berkat kasih-Nya sehingga skripsi dengan judul “Analisis
Manajemen Persediaan Raw Material Produk Kosmetik Pada PT.VWX” dapat
diselesaikan dengan baik sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen Institut Pertanian Bogor
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini karena tanpa bantuan serta
motivasi dari mereka penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik
dan lancar. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat
kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
perbaikan kedepannya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Bogor, Februari 2014
v
UCAPAN TERIMAKASIH
Proses penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta
dukungan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis ingin
memberikan pernghargaan terbaik kepada :
1. Bapak Alim Setiawan, S.TP, M.Si selaku dosen pembimbing yang dengan
sabar telah banyak memberikan bimbingan, saran dan semangat dalam
penyusunan skripsi pada penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat
selesai.
2. Dr. Mukhammad Najib, S.TP, M.Si. sebagai Ketua Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.
3. Bapak Drs. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc dan Bapak Drs. Edward H.
Siregar, SE, MM selaku dosen penguji.
4. Bapak Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik.
5. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM dan Ibu Hardiana Widyastuti, S.Hut, MM.
6. Kepada keluargaku, kedua orang tua, Mas Adi dan Wishman terima kasih
atas perhatian, doa, restu, serta dukungan kepada penulis.
7. Kepada jajaran manajemen PT. VWX : Bapak Alvin Jusuf, Ibu Dwi Nurheni,
Ibu Indriana selaku PPIC Manager, Ibu Ceni, Ibu Christine, Lita, Mba Tika,
Mba Indri, seluruh staff PT. VWX, yang telah membantu dalam
pengumpulan dan pengolahan data serta memberikan motivasi hingga skripsi
ini selesai.
8. Seluruh dosen, staf dan pengurus Program Sarjana Alih Jenis Manajemen.
9. Teman-teman kuliah Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Angkatan 8,
terimakasih atas masukan, saran dan motivasinya.
vi
DAFTAR ISI
Halaman RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP ...iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMAKASIH... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ...viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 4
1.4. Manfaat Penelitian ... 4
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1. Manajemen Persediaan ... 6
2.1.1 Faktor Penyebab Persediaan ... 6
2.1.2 Klasifikasi Persediaan ... 6
2.1.3 Biaya Persediaan ... 7
2.2. Analisis Persediaan ABC ... 8
2.3. Metode Bayes ... 8
2.4. Metode Penentuan Jumlah dan Kapan Pemesanan Dilakukan ... 9
2.4.1Metode Sistem Pemeriksaan Terus-menerus atau Continuous Review System ... 9
2.4.2Model Periodic Review System(Sistem Pemeriksaan Periodik) ... 11
2.5. Forecasting (Peramalan) ... 14
2.5.1 Model Peramalan ... 14
2.6. Penelitian Terdahulu ... 17
III. METODE PENELITIAN ... 19
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 19
3.2. Metodologi Penelitian ... 21
3.2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21
3.2.2 Jenis dan Metode Pengumpulan Data ... 21
vii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22
4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 22
4.2. Perencanaan dan Proses Produksi ... 22
4.3. Pengadaan dan Pengendalian Raw Material ... 24
4.3.1 Prosedur Pembelian Raw Material ... 24
4.3.2 Prosedur Penerimaan Raw Material... 25
4.3.3 Prosedur Pemakaian Raw Material ... 25
4.4. Permintaan dan Peramalan Permintaan ... 26
4.4.1 Permintaan Produk ... 26
4.5. Manajemen Pengendalian Persediaan ... 31
4.5.1 Kuantitas Pemesanan Raw Material ... 31
4.5.2 Lead Time ... 31
4.5.3 Tingkat Pemakaian Raw Material ... 32
4.6. Analisis Pengendalian Persediaan ... 32
4.6.1 Analisis ABC dan Metode Bayes ... 33
4.6.2 Analisis Pengendalian Persediaan Perusahaan... 39
4.6.3 Analisis Pengendalian Persediaan dengan Metode P dan Q . 39 4.6.4 Perbandingan Biaya ... 44
4.6.5 Analisis Pengendalian Persediaan di Masa Mendatang ... 47
4.7. Implikasi Manajerial ... 49
KESIMPULAN DAN SARAN ... 51
1. Kesimpulan ... 51
2. Saran ... 51
DAFTAR PUSTAKA ... 52
viii
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. Stock out raw material tahun 2010 dan 2011... 3
2. Model perhitungan Bayes ... 9
3. Perbandingan sistem Q dan sistem P ... 14
4. Data permintaan produk skin care tahun 2010-2012 ... 27
5. Data permintaan produk make up tahun 2010-2012 ... 28
6. Perbandingan MAPE, MAD, dan MSD dengan time series untuk produk skin care... 29
7. Hasil peramalan produk skin care dengan analisis quadratic model tahun 2013-2015 ... 30
8. Perbandingan MAPE, MAD, dan MSD dengan time series untuk produk make up... 30
9. Hasil peramalan produk make up dengan analisis quadratic mode tahun 2013-2015 ... 31
10. Total pemakaian raw material tahun 2010-2012 ... 32
11. Analisis ABC ... 33
12. Nilai mutu kriteria ketepatan waktu kirim ... 35
13. Nilai mutu kriteria kualitas material ... 36
14. Nilai mutu kemampuan komunikasi dari pemasok... 37
15. Nilai mutu harga... 37
16. Nilai mutu lead time... 38
17. Model perhitungan Bayes ... 38
18. Rekapitulasi hasil pengolahan data ... 46
19. Perbandingan MAPE, MAD, dan MSD dengan time series raw material (1C00004) Tea, (1D00003) Lanolyn, (1F00438) Covalip dan (1C00078) Castor Oil ... 47
ix
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Continuous review system inventory ... 10
2. Periodic review system inventory... 12
3. Kerangka pemikiran penelitian ... 19
4. Kerangka alur penelitian ... 20
5. Proses produksi produk skin care... 23
6. Proses produksi produk make up... 24
7. Grafik permintaan produk skin care tahun 2010-2012 ... 27
x
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1. Persentase permintaan normal ... 53
2. Klasifikasi ABC ... 54
3. Hasil analisis quadratic trend model 1C00004... 4. 63 Grafik hasil analisis quadratic trend model 1C00004 ... 64
5. Hasil analisis quadratic trend model 1D00003 ... 6
6. 5 Grafik hasil analisis quadratic trend model 1C00004 ... 66
7. Hasil analisis quadratic trend model 1F00438 ... 67
8. Grafik hasil analisis quadratic trend model 1F00438 ... 68
9. Hasil analisis quadratic trend model 1C00078 ... 69
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perubahan teknologi dan arus informasi yang dewasa ini
berkembang pesat, maka kebutuhan dan keinginan masyarakat akan barang konsumsi
semakin meningkat. Hal ini menjadi alasan bagi konsumen untuk memilih suatu
produk, termasuk produk kosmetik yang akan dikonsumsi.
Memproduksi produk kosmetik yang bervariasi dan berkualitas merupakan
tantangan dalam persaingan industri kosmetik. Kriteria produk kosmetik yang
berkualitas yaitu produk telah lulus uji pengawasan mutu produk. Beragam
perusahaan kosmetik, baik dari dalam dan luar negeri, memberikan tawaran menarik
dan beraneka ragam untuk menarik minat konsumen sehingga menimbulkan
persaingan yang ketat. Konsumen sekarang pun semakin berhati-hati dalam memilih
produk agar terhindar dari efek negatif bahan kimia yang berbahaya untuk tubuh
sehingga perusahaan harus memiliki posisi yang kuat dan dapat memberikan kepuasan
pada konsumen.
Dalam persaingan yang ketat suatu industri membutuhkan proses produksi
yang lancar, stabil dan optimal. Manajemen persediaan merupakan salah satu aspek
yang penting dalam menjaga kelancaran proses produksi yang pada akhirnya akan
berpengaruh pada kelancaran pemenuhan permintaan konsumen.
Hal mendasar yang harus dilakukan sebelum produksi berjalan adalah
pelaksanaan perencanaan dan persediaan material. Divisi atau departemen yang
bertanggungjawab harus dapat menentukan berapa banyak material yang disimpan,
berapa banyak material yang dibutuhkan serta berbagai kondisi lain yang harus
ditentukan yang berkaitan dengan perencanaan material (Nurhasanah, 2005).
Dengan perencanaan kebutuhan material yang tepat, maka perusahaan dapat
mengoptimalkan biaya persediaan serta memperkecil kerugian karena kerusakan
material. Bila perusahaan menanamkan terlalu banyak dananya dalam persediaan,
akan menimbulkan biaya penyimpanan yang berlebihan. Demikian pula bila
perusahaan tidak mempunyai persediaan yang mencukupi dapat mengakibatkan biaya
terjadinya kekurangan bahan (Handoko 2000).
Sistem persediaan adalah serangkaian kebijaksanaan dan pengendalian yang
kapan persediaan harus diisi, dan berapa besar pesanan harus dilakukan (Handoko,
2000). Menjaga persediaan merupakan masalah yang rumit terlebih jika melibatkan
item material yang mencapai ribuan.
PT. VWX merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang
industri kosmetik yang memproduksi produk skin care dan produk make up yang
memiliki pangsa pasar di dalam negeri dan di luar negeri, seperti negara-negara di
Asia Tenggara, Timur Tengah dan Afrika. Sebagaimana halnya dengan perusahaan
manufaktur lain PT. VWX tidak dapat terlepas dari masalah persediaan.
Alasan utama perusahaan memfokuskan perhatian terhadap masalah
pengendalian persediaan adalah karena persediaan merupakan salah satu bagian
pengeluaran perusahaan yang menyerap dana terbesar. Hal khusus dalam masalah
persediaan adalah keputusan yang menyangkut berapa banyak dan kapan harus
melakukan pemesanan dari beberapa jenis material dengan perbedaan pemasok, lead
time, serta anggaran yang terbatas.
Material yang digunakan dalam proses produksi di PT. VWX terdiri dari raw
material dan packaging material. Permasalahan yang sering dialami oleh PT. VWX
salah satunya adalah mengalami kekurangan persediaan material dalam proses
produksi sehingga menjadi salah satu penghambat dalam proses produksi. Pada tahun
2010 perusahaan mengalami 8 kali kekurangan persediaan raw material, diantaranya
raw material dengan nomor kode 1A00436, 1C00453, 1C00498, 1G00302, 1H00165
dan 1H00409 mengalami kekurangan persediaan sebanyak satu kali, sedangkan raw
material dengan nomor kode 1C00010 mengalami kekurangan persediaan sebanyak
dua kali. Pada tahun 2011 perusahaan mengalami 7 kali kekurangan persediaan raw
material, diantaranya raw material dengan nomor kode 1C00010 dan 1C00032
mengalami kekurangan persediaan sebanyak satu kali, raw material dengan nomor
kode 1F00438 mengalami kekurangan persediaan sebanyak dua kali dan raw material
dengan nomor kode 1C00078 mengalami kekurangan persediaan sebanyak tiga kali.
Tabel 1 berikut menunjukkan data kekurangan persediaan raw material yang dialami
Tabel 1 Stock out raw material tahun 2010 dan 2011
NO Kode
Tahun 2010 Kode Tahun 2011 Stock (kg) Permintaan Produksi (kg) Stock (kg) Permintaan Produksi (kg)
1 1A00436 0,07 0,50 1C00078 1,76 3,19
2 1C00010 9,00 20,00 1C00010 2.236,00 5.000,00
3 1C00010 4,00 5,00 1C00078 0,00 3,20
4 1C00453 0,60 0,75 1C00078 0,00 4,79
5 1C00498 0,56 2,50 1C00032 8,97 10,00
6 1G00302 3,29 7,50 1F00438 0,00 2,30
7 1H00165 1,18 1,20 1F00438 0,00 1,80
8 1H00409 0,05 0,30
Sumber : PT. VWX (2012)
Raw material yang digunakan pada PT. VWX merupakan bahan baku dalam
pembuatan produk kosmetik skin care dan make up. Sebagian besar raw material
yang digunakan berasal dari luar negeri (impor). Kekurangan persediaan raw material
dapat disebabkan oleh keterlambatan pemesanan material, ketidaksesuaian rencana
produksi dengan aktual rencana produksi, dan adanya keterlambatan pengiriman dari
supplier sehingga menghambat proses produksi pada PT. VWX.
Pengendalian persediaan raw material perlu mempertimbangkan jumlah raw
material yang dibutuhkan untuk produksi, MOQ (minimal order quantity), waktu
pemesanan dilakukan dan faktor biaya yang minimal. Oleh sebab itu, diperlukan
adanya suatu sistem pengelolaan persediaan raw material dan kebijakan dalam
persediaan material dalam perusahaan sehingga akan tercapai tingkat persediaan yang
optimal dalam perusahaan.
1.2 Rumusan Masalah
Kekurangan persediaan raw material di PT. VWX dapat disebabkan oleh
keterlambatan pemesanan material, ketidaksesuaian rencana produksi dengan aktual
yang diproduksi, dan adanya keterlambatan pengiriman dari supplier sehingga
menghambat proses produksi pada PT. VWX. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam
pengendalian persediaan raw material yaitu mempertimbangkan jumlah raw material
yang dibutuhkan untuk produksi, MOQ (minimal order quantity), waktu pemesanan
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dirumuskan pertanyaan permasalahan
berikut :
1. Bagaimana manajemen persediaan raw material pada PT. VWX ?
2. Bagaimana tingkat safety stock raw material yang optimal pada PT. VWX ?
3. Bagaimana metode persediaan raw material yang mungkin dilakukan untuk
melancarkan proses produksi pada PT. VWX dalam sisi biaya?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini, yaitu :
1. Mengidentifikasi manajemen persediaan raw material pada PT. VWX terkait
analisa ABC.
2. Menganalisa tingkat safety stock raw material yang optimal pada PT. VWX.
3. Menganalisa metode persediaan dengan membandingkan alat analisis EOQ,
Periodic Review System, dan existing system dalam sisi biaya.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini, yaitu:
1. Perusahaan yang menjadi objek penelitian (PT. VWX) dapat menggunakan
penelitian ini sebagai bahan rujukan mengenai manajemen persediaan raw
material yang dilakukan selama ini.
2. Bagi penulis, dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di perkuliahan
pada dunia industri.
3. Bahan referensi bagi penelitian lain mengenai perencanaan dan pengendalian
persediaan.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
1. Persediaan yang dibahas adalah persediaan untuk raw material (bahan baku).
2. Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu dari bulan
November 2012 - Januari 2013.
3. Data yang diperlukan berupa :
a. Data primer, yang diperoleh dari wawancara langsung dengan departemen
PPIC, Purchasing, Produksi, Logistick, RND, QC, dan HRD.
b. Data sekunder, berupa dokumen perusahaan seperti data permintaan terhadap
produk skin care dan make up, data kebutuhan raw material formula produk,
diperoleh dari literatur, hasil penelitian terdahulu, bahan pustaka dan data dari
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen Persediaan
Setiap sumber yang disimpan dan akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan
pada saat ini atau di masa yang akan datang disebut dengan pengendalian persediaan.
Handoko (2000), mendefinisikan inventory atau persediaan adalah segala sesuatu
atau sumber daya – sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya
terhadap pemenuhan permintaan. Persediaan ini meliputi persediaan bahan mentah,
barang dalam proses, barang jadi atau produk akhir, bahan-bahan pembantu atau
pelengkap, dan komponen-komponen lain yang menjadi bagian keluaran produk
perusahaan.
Sumayang (2003) mendefinisikan inventory merupakan simpanan material
yang berupa bahan mentah, barang dalam proses, dan barang jadi. Dua kondisi yang
dapat terjadi pada masalah persediaan barang adalah:
1. Over stocking, yaitu kondisi dimana jumlah barang yang disimpan terdapat
dalam jumlah yang besar untuk memenuhi permintaan dalam waktu yang
lama.
2. Under stocking, yaitu kondisi persediaan barang dalam jumlah terbatas
untuk memenuhi kebutuhan dalam jangka waktu yang pendek.
2.1.1 Faktor Penyebab Persediaan
Alasan perlu adanya persediaan menurut Sumayang (2003) adalah
sebagai berikut :
1. Menghilangkan pengaruh ketidakpastian. Untuk menghadapi
ketidakpastian maka pada sistem ditetapkan persediaan darurat yang
dinamakan safety stock. Jika sumber dari ketidakpastian dapat dihilangkan
maka jumlah inventory maupun safety stock dapat dikurangi.
2. Memberi waktu luang untuk pengelolaan produksi dan pembelian.
3. Untuk mengantisipasi perubahan pada demand dan supply. Inventory
disiapkan untuk menghadapi perubahan biaya dan persediaan bahan baku.
2.1.2 Klasifikasi Persediaan
1. Berdasarkan bentuknya, persediaan dapat diklasifikasikan menjadi bahan
baku (raw material), barang setengah jadi (WIP), dan produk jadi (finished
goods). Klasifikasi ini biasanya hanya berlaku pada konteks perusahaan
manufaktur.
2. Berdasarkan fungsinya, persediaan dapat dibedakan menjadi :
a. Pipeline/transit inventory. Persediaan ini muncul karena lead time
pengiriman dari satu tempat ke tempat lain.
b. Cycle stock. Persediaan yang mempunyai siklus persediaan tertentu
akibat motif memenuhi skala ekonomi.
c. Persediaan pengaman (safety stock). Berfungsi sebagai perlindungan
terhadap ketidakpastian permintaan maupun pasokan.
d. Anticipation stock adalah persediaan yang dibutuhkan untuk
mengantisipasi kenaikan permintaan akibat sifat musiman dari
permintaan terhadap suatu produk.
3. Persediaan juga dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat ketergantungan
kebutuhan antara satu item dengan item lainnya. Item yang kebutuhannya
tergantung pada kebutuhan item lain dinamakan dependent demand item.
Sebaliknya, kebutuhan independent demand item tidak tergantung pada
kebutuhan item lain. Klasifikasi ini dilakukan karena pengelolaan kedua
jenis item yang berbeda. Yang termasuk dalam dependent demand item
adalah komponen atau bahan baku yang akan digunakan untuk membuat
produk jadi. Produk jadi biasanya digolongkan dalam independent demand
item karena kebutuhan akan satu produk jadi tidak langsung
mempengaruhi kebutuhan produk jadi yang lain.
2.1.3 Biaya Persediaan
Biaya peubah (variable cost) yang harus yang harus dipertimbangkan
dalam menentukan besarnya jumlah persediaan menurut Handoko (2000),
adalah :
1. Biaya penyimpanan (holding cost atau carrying cost), yaitu biaya yang
bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya
penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang
2. Biaya pemesanan (biaya pembelian), yaitu biaya yang ditanggung
perusahaan setiap kali memesan bahan untuk produksi (order cost atau
procurement cost).
3. Biaya penyiapan (manufacturing), yaitu biaya untuk memproduksi
komponen tertentu yang diproduksi sendiri dalam perusahaan (setup cost).
4. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan, yaitu biaya yang timbul bilamana
persediaan tidak mencukupi untuk permintaan bahan. Biaya ini adalah
yang paling sulit untuk diperkirakan.
2.2 Analisis Persediaan ABC
Melalui identifikasi persediaan, manajemen dapat lebih efektif
mengalokasikan sumber daya untuk mengendalikan barang yang relatif sedikit dengan
nilai tertinggi yang memerlukan perhatian lebih besar.
Metode inventory ABC atau analisis aturan 80 - 20 adalah metode pengelolaan
inventory dengan cara mengelompokkan inventory berdasarkan nilai penggunaan yang
akan menjadi tiga kelas, yaitu :
1. Kelas A : sebanyak kurang lebih 20% item dengan nilai penggunaan uang
sebesar 80% dari total biaya persediaan.
2. Kelas B : sebanyak kurang lebih 30% item dengan nilai penggunaan uang
sebesar 15% dari total biaya persediaan.
3. Kelas C : sebanyak kurang lebih 50% item dengan nilai penggunaan uang
sebesar 5% dari total biaya persediaan.
2.3 Metode Bayes
Metode Bayes atau yang lebih dikenal dengan kaidah Bayes dikembangkan
oleh Thomas Bayes (1702 - 1763) merupakan kaidah yang memperbaiki atau merevisi
suatu peluang (probabilitas) dengan cara memanfaatkan informasi tambahan.
Persamaan Bayes yang digunakan untuk menghitung nilai setiap alternatif
yaitu :
m
Total Nilai i = ∑ Nilai ij (Krit j) j=1
………..…...(1) dimana :
Total nilai = total nilai akhir dari alternatif ke-i
Krit j = tingkat kepentingan (bobot) kriteria ke-j
i = 1,2,3,…n; n = jumlah alternatif
j = 1,2,3,…m; m = jumlah kriteria
Informasi awal tentang nilai peluang ini disebut distribusi prior, sedangkan
nilai peluang yang sedang diperbaiki dengan informasi tambahan disebut peluang
posterior. Model persamaan Bayes dapat dilihat dalam Tabel 2.
Tabel 2 Model perhitungan Bayes (Yusuf Wibisono, 2009)
Alternatif
Kriteria
Nilai
Alternatif Peringkat Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3 Kriteria 4 Kriteria 5 Kriteria n
Alt. 1 V11 V12 V13 V14 V15 Vn Nk1
Alt. 2 V21 V22 V23 V24 V25 V2n Nk2
Alt. 3 V31 V32 V33 V34 V35 V3n Nk3
Alt.m Vm1 Vm2 Vm3 Vm4 Vm5 Vmn Nkm
Bobot
Kriteria B1 B2 B3 B4 B5 Bn
2.4 Metode Penentuan Jumlah dan Kapan Pemesanan Dilakukan
2.4.1 Metode Sistem Pemeriksaan Terus-menerus atau Continuous Review System
Menurut Sumayang (2003), continuous review system disebut juga “Q”
sistem atau sistem jumlah pemesanan tetap atau fixed order quantity system,
mengutamakan pengawasan yang terus menerus pada tingkat persediaan atau
pada stock level. Posisi stock atau tingkat persediaan adalah total inventory
yang tersedia (on hand inventory) ditambah dengan jumlah material yang
sedang dalam pemesanan.
Apabila posisi stock berkurang sampai ke tingkat persediaan yang telah
ditentukan atau re-order point (R) maka sejumlah tetap material akan dipesan.
Karena jumlah yang dipesan tetap, maka waktu antara pemesanan tergantung
pada laju perubahan permintaan.
Persediaan berkurang dengan kecepatan yang tidak beraturan sampai
jumlahnya mencapai re-order point R dimana pemesanan sejumlah Q unit
mulai dilakukan. Pemesanan akan datang setelah tenggat waktu atau lead time
(L). Penjelasan mengenai continus review system tersebut dapat dilihat pada
Inventory Q Q Q
R
L L L
Waktu
Gambar 1 Continuous review system inventory (Sumber Sumayang, 2003)
Dengan demikian metode sistem Q ditentukan oleh dua parameter,
yaitu :
1. Parameter Q ditetapkan dengan metode EOQ
EOQ
=
……….(2)dimana :
EOQ = jumlah pesanan yang paling efisien
S = biaya setiap kali pemesanan atau ordering cost
D = besar laju permintaan dalam unit per tahun
i = biaya pengelolaan atau carrying cost adalah persentase
terhadap nilai inventory per tahun
C = biaya per unit
2. R berdasarkan biaya yang timbul karena persediaan habis atau
stock out cost tetapi karena perkiraan tidak mudah maka digunakan
stock out probability.
Untuk menentukan besarnya safety stock, dapat digunakan dengan
metode berikut :
SS = z x s x ………..(3)
dimana :
SS = safety stock
s = standar deviasi permintaan selama lead time
L = lead time
Waktu pemesanan kembali (reorder point) untuk menjaga kelancaran
kegiatan produksi, dipengaruhi oleh :
1. Lead time, yaitu waktu yang dibutuhkan antara bahan baku dipesan hingga
sampai ke perusahaan. Semakin lama lead time maka akan semakin besar
bahan yang diperlukan selama masa lead time.
2. Tingkat pemakaian bahan baku rata – rata dalam satuan waktu tertentu.
3. Persediaan pengaman (safety stock), yaitu jumlah persediaan bahan
minimum yang harus dimiliki oleh perusahaan untuk menjaga
kemungkinan keterlambatan datangnya bahan baku.
Dari ketiga faktor diatas, maka rumus reorder point adalah sebagai berikut :
ROP = (LD x AU) + SS …….……….(4)
dimana :
ROP = reorder point
LD = lead time
AU = average usage (pemakaian rata-rata) per satuan waktu tertentu
Untuk menentukan biaya total persediaan (Total Cost) sebagai berikut :
TC = DC + S D Q +
Q
2 + SS iC ……….(5)
dimana :
S = biaya setiap kali pemesanan atau ordering cost
D = besar laju permintaan dalam unit per tahun
Q = kuantitas pesanan ekonomis
SS = safety stock
i = biaya pengelolaan atau carrying cost adalah persentase terhadap nilai
inventory per tahun
C = biaya per unit
2.4.2 Model Periodic Review System (Sistem Pemeriksaan Periodik)
Sistem P pengendalian persediaan atau P inventory control system
disebut juga sistem pemesanan periode tetap. Definisi sistem P (Sumayang,
1. Pemeriksaan stock persediaan atau posisi persediaan pada setiap periode
waktu yang tetap yaitu pada periode P.
2. Selisih persediaan target T dengan stock persediaan sama dengan jumlah
yang dipesan.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat diilustrasikan periodic
review system inventory dalam Gambar 2.
T
Q1 Q2 Q3
Q1 Q2 Q3
L L
P P
Waktu
Gambar 2 Periodic review system inventory (Sumber Sumayang, 2003)
Perbedaan dengan metode system Q adalah :
1. Pada metode sistem P tidak ada reorder point sebagai batas waktu untuk
melaksanakan pemesanan. Pemesanan pada metode sistem P dilakukan
pada periode waktu yang tetap.
2. Pada metode sistem P tidak ada EOQ yang merupakan jumlah pesanan
tetap, sedangkan dalam metode P jumlah pesanan tergantung pada laju
perubahan permintaan.
3. Pada metode periodic review system parameter adalah P dan T sedangkan
pada metode economic order quantity parameter adalah Q dan R.
a. P dihitung dengan cara EOQ dimana waktu periodik P
P = …..……….(6)
dimana :
P = periode waktu pemesanan
S = biaya setiap kali pemesanan atau ordering cost
D = besar laju permintaan dalam unit per tahun
nilai inventory per tahun
C = biaya per unit
b. T adalah target persediaan yang ditentukan dengan cara menetapkan
service level di mana target persediaan ditentukan cukup tinggi untuk
mengatasi laju perubahan permintaan selama lead time ditambah
dengan laju perubahan permintaan sampai waktu pemeriksaan yang
akan datang.
Untuk menentukan target persediaan (T), dapat menggunakan rumus
T = ((P + L) x AU) + SS ………...(7)
dimana :
T = target persediaan
SS = safety stock
P = periode selama pemesanan optimal
L = lead time
AU = average usage
Jumlah safety stock (SS), ditentukan dengan rumus :
SS = z x �(P + L) x s ………...(8)
dimana :
SS = safety stock
z = distribusi normal tingkat pelayanan
P = periode selama pemesanan optimal
L = lead time
s = penyimpangan standar permintaan
Total biaya inventory (TC), yaitu
TC = DC + S D Q +
Q
2 + SS iC ………...(9)
dimana :
TC = total cost (biaya total)
D = besar laju permintaan dalam unit per tahun
C = biaya per unit
n = periode (bulan)
P = periode selama pemesanan optimal
SS = safety stock
AU = average usage (pemakaian rata-rata) per satuan waktu tertentu
i = biaya pengelolaan atau carrying cost adalah persentase
terhadap nilai inventory per tahun
Perbedaan antara sistem Q dan sistem P terdapat dalam kriteria periode
pemesanan, jumlah yang dipesan, jumlah barang yang disimpan dan
penanganan dalam administrasi dalam memantau persediaan. Tabel 3 berikut
merupakan perbandingan antara sistem Q dan sistem P.
Tabel 3 Perbandingan sistem Q dan sistem P
Sistem Q Sistem P
Periode pemesanan tidak tetap Periode pemesanan tetap
Jumlah yang dipesan selalu sama Jumlah yang dipesan berbeda dalam setiap pemesanan
Barang yang disimpan relatif lebih sedikit
Membutuhkan safety stock relatif lebih besar, untuk melindungi variansi demand dan juga untuk demand selama periode pesan belum sampai Memerlukan administrasi yang
berat untuk selalu dapat memantau tingkat persediaan agar tidak terlambat pesan
Administrasi ringan
2.5 Forecasting (Peramalan)
Tujuan utama dari peramalan dalam manajemen permintaan adalah untuk
meramalkan permintaan dari item independent demand di masa yang akan datang
(Gaspers, 2005). Pemilihan item independent demand yang akan diramalkan
tergantung pada situasi dan kondisi aktual dari masing - masing industri manufaktur.
Dalam setiap industri manufaktur, produk akhir merupakan item independent demand
yang dipilih untuk diramalkan.
2.5.1 Model Peramalan
Secara umum, model peramalan dapat dikelompokkan menjadi 2
kelompok utama, yaitu :
1. Metode kualitatif, model peramalan yang digolongkan sebagai model
kualitatif adalah :
a. Dugaan manajemen (management estimate), di mana peramalan
b. Riset pasar, merupakan metode peramalan berdasarkan hasil - hasil
dari survei pasar yang dilakukan oleh tenaga pemasar.
c. Metode kelompok terstruktur, merupakan teknik berdasarkan opini
beberapa orang atau ahli secara interaktif tanpa menyebutkan
identitasnya (metode Delphi). Dalam metode ini terdapat peranan
fasilitator untuk memperoleh atau menyimpulkan hasil peramalan itu.
d. Analogi historis, merupakan teknik peramalan berdasarkan pola data
masa lalu dari produk yang dapat disamakan secara analogi. Misalnya
peramalan untuk mengembangkan pasar televisi multisistem
menggunakan model permintaan televisi hitam putih atau televisi
berwarna biasa.
2. Model kuantitatif, terbagi menjadi 2 jenis :
a. Model kuantitatif intrinsik, sering disebut sebagai model deret waktu
(time series model). Beberapa model deret waktu yang populer dan
umum diterapkan dalam peramalan permintaan adalah : • Analisis trend (Trend Analysis)
Analisis trend adalah analisis yang digunakan untuk
mengamati kecenderungan data secara menyeluruh pada suatu
kurun waktu yang cukup panjang. Beberapa metode yang dapat
digunakan untuk membuat peramalan dengan trend analysis,
yaitu :
a. Linear Model (model linier) : suatu trend yang
kenaikan/penurunan nilai yang akan diramalkan
naik/turun secara linier.
b. Quadratic Model (model kuadrat) : trend yang nilai
variabel tak bebasnya naik/turun secara linier atau
terjadi parabola bila datanya dibuat secara plot
(hubungan variabel dependen dan independen adalah
kuadratik).
c. Exponential Growth Model (model pertumbuhan
exponensial) : sebuah trend yang nilai variabel tak
d. S- Curve Model (model kurva S) : sebuah trend yang
digunakan untuk data runtun waktu yang mengikuti
kurva bentuk S.
• Rata - rata bergerak (Moving Average)
Model rata - rata bergerak menggunakan sejumlah data
aktual permintaan yang baru untuk meramalkan permintaan di
masa yang akan datang. Metode rata - rata bergerak akan efektif
diterapkan apabila dapat mengasumsikan bahwa permintaan
pasar terhadap produk akan stabil sepanjang waktu. Pada
dasarnya metode rata - rata bergerak terdapat dua jenis, yaitu
metode rata - rata bergerak tidak terbobot (unweighted moving
average) dan metode rata-rata terbobot (weighted moving
average). Metode rata - rata bergerak n periode menggunakan
formula :
∑ (permintaan dalam n – periode terdahulu) ….(10)
n
Permasalahan umum dalam menggunakan model rata -
rata bergerak tidak terbobot adalah bagaimana memilih n
periode yang diperkirakan tepat. Dalam hal ini n periode yang
dipilih adalah n periode yang memiliki MAD (mean absolute
deviation) terkecil.
Sumayang (2003), menyatakan ada empat cara untuk
menghitung error, yaitu :
1. Average error (AE) …………. (11)
2. Mean square error (MSE) ...……(12)
3. Mean absolute deviation of forecast error ( MAD)
…..……….(13)
4. Mean absolute percentage errors, yaitu cara yang paling
akurat untuk membandingkan error dari dua metode time
serries.
• Proyeksi kecenderungan (trend projection)
b. Model kuantitatif ekstrinsik, sering disebut sebagai model kausal.
Model kuantitatif ekstrinsik yang populer adalah model regresi
(regression causal model)
2.6 Penelitian Terdahulu
Novinka (2005) dalam penelitiannya berjudul Kajian Manajemen Persediaan
Perusahaan Jasa Boga Maskapai Penerbangan (Inflight Catering Services) Kasus
PT. Aerowisata Catering Service Jakarta, Indonesia, bertujuan untuk membandingkan
sistem manajemen yang diterapkan dengan teori – teori manajemen persediaan,
mengkaji bentuk kegiatan proses pembelanjaan bahan baku, mengidentifikasi faktor –
faktor pembelanjaan bahan baku dan mengidentifikasi faktor – faktor yang harus
diterapkan dalam mempertahankan mutu produk. Hasil penelitian tersebut yaitu
PT. ACS menyusun rencana pengadaan bahan bakunya dengan sistem penjadwalan
mundur yang dimulai dengan merencanakan produksi produk jadi. Penetapan
kuantitas dan frekuensi persediaan mengikuti pola order point system dan order cycle
system secara bersamaan. Konsep biaya EOQ tidak memungkinkan untuk diterapkan.
Dalam proses produksi dan pengadaan bahan baku PT. ACS telah menerapkan konsep
Just-in-time. ABC analysis tidak diterapkan di bagian persediaan.
Pamela (2011) dalam penelitiannya berjudul Manajemen Persediaan Usaha
Adenium (Studi Kasus PT.Godongijo Asri, Depok, Jawa Barat) menetapkan tujuan
penelitian adalah mempelajari manajemen persediaan tanaman hias, mempelajari
model persediaan, dan menentukan pilihan model pengendalian persediaan. Hasil
penelitiannya yaitu manajemen persediaan yang dilakukan terorganisir dengan baik.
Model pengendalian persediaan adenium yang paling mungkin diterapkan adalah
model EOQ dengan metode two bin system dengan kendala investasi.
Yutik Ernawati dan Sunarsih (2008) dalam jurnal yang berjudul Sistem
Pengendalian Persediaan Model Probabilistik Dengan “Back Order Policy”.
Membahas tentang model persediaan probabilistik untuk kasus back order tanpa
kendala dan dengan kendala. Hasil yang diperoleh yaitu pengendalian persediaan
dengan menggunakan model persediaan probabilistik berkendala (Q,r,λ) dengan
“back orders policy” menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan
Nunung Nurhasanah (2005) dalam jurnal yang berjudul Perencanaan
Pengendalian Produksi Dan Persediaan Industri Pasta PT XYZ. Tujuan dari penelitian
ini adalah mengetahui perencanan dan pengendalian persediaan berdasarkan tingkat
pemesanan optimal bahan baku tepung semolina, mengetahui alternatif perencanaan
agregat yang harus dipilih berdasarkan efisiensi biaya strategi yang dijalankan,
mengetahui prioritas dalam persediaan produk pasta dengan menggunakan analisis
ABC. Hasil dari penelitian tersebut yaitu metode prakiraan untuk menentukan
prakiraan bahan baku tepung semolina 12 periode mendatang adalah double
exponential smoothing 1 parameter dari Brown dengan α = 0,2. Hasil prakiraan untuk
1 tahun adalah 17.886,50 ton tepung. Jumlah pesanan ekonomis adalah sebesar 120
ton tepung semolina, yang dipesan sebanyak 150 kali dalam setahun, dengan interval
pemesanan setiap 2 hari sekali dan ongkos total persediaan yang harus dikeluarkan
adalah Rp 62.707.420.154,00. Altematif yang dipilih dalam perencanaan agregat
adalah strategi dengan hari kerja regular tetap, yaitu selama 23 hari/bulan, dengan
kapasitas produksi 832 unit pasta/hari. Ongkos yang harus dikeluarkan adalah
Rp 558.541.983,00. Analisis ABC Produk pasta jenis elbow macaroni dan spaghetti
adalah produk yang harus mendapat perhatian khusus dalam pengendalian persediaan
III.
METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Persaingan dalam industri kosmetik saat ini semakin tinggi karena banyak
perusahaan kosmetik yang berasal dari dalam dan luar negeri memberikan tawaran
menarik dan beraneka ragam untuk menarik minat konsumen. Di dalam persaingan yang
semakin ketat PT. VWX telah melakukan antisipasi untuk tetap memiliki posisi yang
kuat dalam persaingan. Namun PT. VWX tidak terlepas dari permasalahan dalam proses
produksinya, yaitu dalam hal penyediaan bahan baku/raw material untuk produksi. Agar
kelancaran proses produksi tetap terjaga, maka PT. VWX terus mengembangkan dan
melakukan perbaikan pada sistem persediaan. Perencanaan penyediaan raw material
mempertimbangkan jumlah raw material yang dibutuhkan untuk produksi, tingkat safety
stock, waktu pemesanan dilakukan dan faktor biaya yang minimal. Dengan adanya sistem
pengelolaan persediaan raw material dan kebijakan dalam persediaan material pada
PT. VWX maka tingkat persediaan yang optimal akan tercapai dalam sistem pengelolaan
persediaan raw material. Kerangka pemikiran yang menjadi dasar bagi penelitian ini
[image:32.595.144.461.449.708.2]adalah seperti yang terlihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Kerangka pemikiran penelitian Persaingan industri kosmetik yang
semakin tinggi bagi PT. VWX.
Menjaga kelancaran proses produksi
Perbaikan sistem persediaan raw material
Kebijakan persediaan raw material
Kegiatan yang dilakukan berkaitan dengan penelitian yang merupakan
langkah-langkah untuk memulai penelitian hingga penelitian berakhir terlihat pada
Gambar 4.
[image:33.595.99.503.195.663.2]
Gambar 4 Kerangka alur penelitian
Berdasarkan Gambar 4 mengenai kerangka alur penelitian dijelaskan bahwa
penelitian dilakukan karena melihat permasalahan yang ada di PT. VWX yaitu
masalah persediaan raw material, sehingga tujuan dari penelitian ini yaitu ingin
mempelajari manajemen persediaan raw material, menganalisa tingkat safety stock,
dan menganalisa metode persediaan raw material yang mungkin diterapkan pada Latar Belakang Masalah
Pokok Masalah
Persediaan raw material sering menjadi kendala untuk rencana produksi. Kekurangan persediaan raw material dapat disebabkan oleh keterlambatan pemesanan material yang impor, ketidaksesuaian rencana produksi dengan aktual yang diproduksi, dan adanya keterlambatan pengiriman dari supplier sehingga menghambat proses produksi pada PT. VWX.
Tujuan Penelitian
1. Mempelajari manajemen persediaan raw material pada PT. VWX.
2. Menganalisa tingkat safety stock raw material yang optimal pada PT. VWX.
3. Menganalisa metode persediaan raw material yang mungkin dilakukan oleh PT. VWX.
Pengumpulan Data
1. Sejarah singkat dan organisasi PT. VWX 2. Data pemakaian raw material
3. Data persediaan raw material
4. Data order produk 5. Data pembiayaan 6. Daftar biaya raw material
7. Data formula produk skin care dan make up
Pengolahan Data
1. Rata-rata pemakaian raw material
2. Klasifikasi ABC 3. Metode Bayes 4. Sistem Model Q & P 5. Forecast dengan time series
Implikasi Manajerial
Kesimpulan & Saran
PT. VWX. Kemudian dilakukan pengumpulan data yang diperlukan sebagai dasar
pengolahan data. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan rata-rata
pemakaian material, klasifikasi ABC, metode Bayes, continuous review system atau
metode Q dan periodic review system atau metode P. Dari hasil pengolahan data
dengan metode Q dan metode P akan didapat data untuk implikasi manajerial yang
dapat dilakukan oleh perusahaan sehingga dapat ditarik kesimpulan dan saran sebagai
masukan untuk perusahaan. Perhitungan forecast permintaan produk dilakukan untuk
meramalkan order di masa yang akan datang sehingga perusahaan dapat
menggunakan forecast tersebut untuk persiapan stock raw material.
3.2 Metodologi Penelitian
3.2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PT. VWX yang berlokasi di Desa Pedurenan,
Gn. Sindur, Bogor, Jawa Barat. Pengambilan data dalam penelitian dilakukan
selama bulan November 2012 - Januari 2013.
3.2.2 Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Data primer, yang diperoleh dari wawancara langsung dengan
departement PPIC, Purchasing, Produksi, Warehouse, RnD, QC, dan HRD
serta data yang terdiri dari data permintaan terhadap produk skin care dan
make up, data kebutuhan raw material tahun 2010 - 2012.
Data sekunder, berupa dokumen perusahaan seperti formula produk,
data biaya material, data lead time material. Disamping itu data sekunder
diperoleh dari literatur, hasil penelitian terdahulu, bahan pustaka dan data dari
perusahaan terkait.
3.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode pengklasifikasian
material dengan analisis ABC, metode Bayes, analisis dengan continuous review
system atau sistem Q dan periodic review system atau sistem P, dan perhitungan
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
PT. VWX merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri
kosmetik. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1993 dan hingga saat ini telah
berkembang menjadi perusahaan yang mempunyai brand kosmetik terkenal di
Indonesia dan beberapa negara di Asia, Timur Tengah dan Afrika.
Produk yang dihasilkan oleh PT. VWX telah menerima sertifikat GMP (Good
Manufacturing Practice) yaitu sertifikat yang dikeluarkan oleh badan kesehatan
internasional, US Food and Drug Administration untuk produk makanan dan obat - obatan yang teruji kualitasnya. Fokus industri PT. VWX yaitu produk skin care antara
lain lulur mandi, sabun mandi, sabun sirih, lotion dan produk make up antara lain alas
bedak, compact powder, blush on, eye shadow, pensil alis, mascara, dan lipstick.
Pada awalnya kegiatan produksi dan kantor pusat PT. VWX berlokasi di
Ciputat, Jakarta Selatan namun karena perkembangan penjualan produk yang
berkembang pesat, menyebabkan tempat yang ada sudah tidak memungkinkan lagi
untuk melakukan proses produksi sehingga pada tahun 1997 kegiatan produksi
PT. VWX dipindahkan ke kawasan industri Lippo Cikarang, Bekasi. Perkembangan
penjualan yang pesat tidak hanya dialami dalam penjualan produk di dalam negeri
namun penjualan produk ke luar negeri pun mengalami peningkatan yang tinggi.
Perkembangan pemasaran ini yang menyebabkan proses produksi PT. VWX terus
meningkat sehingga pada tahun 2012 proses produksi PT. VWX dipindahkan ke Desa
Pedurenan, Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat.
4.2 Perencanaan dan Proses Produksi
Perencanaan produksi merupakan suatu kegiatan yang menentukan apa yang
diproduksi, dalam kualitas berapa, dan sumber-sumber apa yang digunakan.
Berdasarkan waktu pembuatannya, rencana produksi pada PT. VWX terdiri dari 2
macam yaitu :
1. Rencana produksi bulanan, merupakan rencana produksi yang dibuat oleh
planner di tanggal 20 setiap bulan. Rencana produksi bulanan terdiri dari
rencana produksi aktual untuk bulan berjalan, estimasi rencana produksi
Rencana produksi bulanan ini yang menjadi dasar perhitungan inventory
control untuk pemesanan material (raw material dan packaging material).
2. Rencana produksi mingguan, merupakan rencana produksi yang dibuat
oleh planner di setiap minggu. Rencana produksi mingguan pada
PT. VWX dilakukan untuk menentukan apa yang akan diproduksi dilihat
dari prioritas pengerjaan produk yang ditentukan oleh faktor jumlah
permintaan yang paling besar, serta ketersediaan sumber daya yang ada.
Rencana produksi mingguan kemudian didistribusikan ke bagian produksi
sebagai acuan untuk pengerjaan produksi.
Proses produksi yang dilakukan di PT. VWX terdiri dari beberapa tahapan
yaitu diawali dengan penimbangan raw material atau bahan baku sesuai dengan
protap (prosedur tetap) yang dilakukan oleh bagian warehouse raw material. Setelah
penimbangan raw material selesai dilakukan maka bahan baku yang telah ditimbang
sesuai dengan protap diproses dengan cara dimasak dengan mesin mixing di ruang
produksi sehingga menjadi bulk (bahan setengah jadi). Tahap selanjutnya adalah
tahap cooling atau proses pendinginan bulk selama waktu yang telah ditentukan. Bulk
yang telah didinginkan masuk ke dalam tahap filling atau tahap pengisian bulk ke
dalam packaging. Untuk proses skin care, bulk yang sudah melewati tahap filling
dapat masuk ke dalam tahap packing atau proses akhir produksi yaitu pengemasan
produk jadi ke dalam carton box sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
Sedangkan untuk proses make up, bulk yang telah masuk ke dalam tahap filling
tersebut masuk dalam proses pressing atau proses pemadatan bulk dalam wadah
pressing sebelum masuk dalam proses packing. Alur proses produksi di PT VWX
[image:36.595.230.363.575.750.2]digambarkan dalam Gambar 5 dan Gambar 6 berikut.
Gambar 5 Proses produksi produk skin care Penimbangan Material
Pemasakan & Mixing
Cooling
Filling
Gambar 6 Proses produksi produk make up
4.3 Pengadaan dan Pengendalian Raw Material
Sistem pengadaan dan pengendalian raw material yang saat ini dilakukan di
PT. VWX yaitu disesuaikan dengan kebutuhan rencana produksi selama tiga bulan
ditambah dengan stock pengaman (safety stock). Besarnya safety stock ditentukan
berdasarkan lead time masing - masing raw material. Raw material yang mempunyai
lead time 3 bulan atau lebih maka safety stock yang digunakan sebesar 100% dari total
kebutuhan rencana produksi aktual selama satu bulan berjalan, sedangkan material
yang mempunyai lead time kurang dari 3 bulan maka safety stock yang digunakan
sebesar 30% dari total kebutuhan rencana produksi aktual satu bulan berjalan.
4.3.1 Prosedur Pembelian Raw Material
Bersamaan dengan proses perencanaan produksi dan jadwal produksi
maka dikerjakan pula perencanaan kebutuhan raw material dan jadwal dari
pemesanan yang baru. Berdasarkan kebutuhan ini maka ditentukan berapa, apa
saja, dan kapan bahan baku akan dipesan dan disediakan agar kebutuhan pada
rencana produksi dapat terpenuhi.
Prosedur pembelian raw material di PT. VWX yaitu :
1. Pembelian dilakukan jika terdapat kekurangan persediaan dari hasil
perhitungan kebutuhan raw material untuk produksi selama tiga
bulan. Perhitungan kebutuhan raw material dilakukan dengan
menghitung jumlah unit bahan baku yang dibutuhkan oleh masing -
Penimbangan Material
Pemasakan & Mixing
Cooling
Filling
Pressing
masing produk dibandingkan dengan data stock, rencana produksi
selama tiga bulan, safety stock dan data outstanding PO (purchased
order) raw material yang ada di supplier. Jika dari hasil
pengolahan data perencanaan kebutuhan material terdapat
kekurangan persediaan maka akan dibuatkan pemesanan raw
material yang baru yang disesuaikan dengan MOQ (minimum
order quantity), lead time dan waktu dibutuhkan. Pemesanan raw
material berupa PR (purchased requisition) diserahkan oleh PPIC
(Production Planner and Inventory Control) ke manajer PPIC
untuk mendapat persetujuan agar dapat diproses oleh bagian
pembelian (purchasing).
2. Purchasing membuat PO (Purchased Order) sesuai dengan
permintaan PPIC. PO tersebut selanjutnya diserahkan kepada
manajer purchasing untuk mendapat persetujuan, jika PO tersebut
disetujui maka purchasing kemudian mengirimkan PO ke supplier
melalui fax dan memastikan bahwa supplier telah menerima PO
tersebut dan mengkonfirmasi mengenai harga dan batas waktu
pengiriman.
4.3.2 Prosedur Penerimaan Raw Material
Prosedur penerimaan raw material di PT. VWX yaitu :
1. Purchasing memonitor kedatangan raw material yang telah
dipesan ke supplier.
2. Penanganan terhadap penerimaan raw material yang dipesan sesuai
dengan karakteristik masing - masing raw material.
3. Sebelum raw material diterima oleh gudang, pihak gudang akan
verifikasi antara surat jalan dan PO. Apabila sesuai, maka raw
material dapat diterima oleh gudang. Apabila ada ketidaksesuaian
antara surat jalan dengan PO, purchasing melakukan konfirmasi
kepada supplier untuk pengembalian atau penukaran raw material.
4.3.3 Prosedur Pemakaian Raw Material
Pemakaian raw material untuk produksi melibatkan bagian produksi
1. Bagian produksi membuat form permintaan bahan baku (PBB)
sesuai dengan produk yang direncanakan untuk diproduksi
kemudian diserahkan kepada gudang.
2. Bagian gudang menyiapkan raw material sesuai dengan
permintaan.
3. Raw material yang telah disiapkan kemudian diserahkan ke bagian
produksi untuk diproses.
4. Bagian gudang kemudian mencatat raw material yang telah
diserahterimakan ke bagian produksi ke dalam sistem sehingga
sistem dapat mengurangi stock persediaan sesuai dengan kuantitas
yang diserahterimakan.
4.4 Permintaan dan Peramalan Permintaan
4.4.1 Permintaan Produk
Pada tahun 2010 - 2012 PT VWX mengalami peningkatan permintaan
produk yang cukup signifikan. Hal ini disebabkan oleh promosi yang
dilakukan oleh divisi marketing secara terus menerus sehingga masyarakat
semakin mengenal produk yang dihasilkan dan meningkatnya kepercayaan
masyarakat akan kualitas produk yang dihasilkan oleh PT. VWX karena
produk yang dihasilkan oleh PT. VWX telah lulus uji kualitas di Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan telah menerima sertifikat halal.
Permintaan produk skin care di tahun 2010 sejumlah 21.328.624 pcs,
di tahun 2011 jumlah permintaan produk skin care meningkat menjadi
23.400.618 pcs dan di tahun 2012 merupakan permintaan tertinggi dengan
jumlah permintaan sebanyak 34.085.503 pcs produk. Persentase kenaikan
permintaan produk skin care di tahun 2011 yaitu naik sebanyak 10% dari
permintaan produk di tahun 2010 dan di tahun 2012 naik sebanyak 50% dari
tahun 2011. Tabel 4 dan Gambar 7 berikut adalah data permintaan produk skin
Tabel 4 Data permintaan produk skin care tahun 2010 - 2012
Bulan Tahun 2010
(Pcs)
Tahun 2011 (Pcs)
Tahun 2012 (Pcs)
Januari 1.535.754 1.555.290 2.035.649
Februari 1.540.935 1.490.006 1.693.855
Maret 1.639.010 1.345.744 1.892.425
April 1.812.525 1.440.047 2.024.704
Mei 1.940.606 1.916.792 2.773.826
Juni 1.984.462 2.050.632 3.292.913
Juli 1.783.463 2.038.114 3.501.770
Agustus 2.343.506 2.317.516 3.831.917
September 1.480.182 2.346.289 3.785.773
Oktober 1.524.500 2.334.661 3.550.813
Nopember 1.606.136 2.453.484 2.960.421
Desember 2.137.563 2.112.044 2.741.436
Total 21.328.642 23.400.618 34.085.503
Sumber : PT VWX (2012)
Gambar 7 Grafik permintaan produk skin care tahun 2010 - 2012
Permintaan produk make up di tahun 2010 sejumlah 2.132.988 pcs,
namun di tahun 2011 jumlah permintaan produk make up turun menjadi
1.955.302 pcs hal ini dapat disebabkan karena PT. VWX kalah bersaing
dengan produk competitor yang gencar melakukan promosi. Penurunan
permintaan produk make up tidak terjadi di tahun 2012 karena di tahun 2012
permintaan produk make up naik menjadi 2.130.739 pcs produk yang dapat
disebabkan kembalinya kepercayaan masyarakat akan produk yang dihasilkan
[image:40.595.141.534.90.591.2]permintaan turun sebesar 8% permintaan produk make up di tahun 2010 dan di
tahun 2012 naik sebanyak 9% dari tahun 2011. Tabel 5 dan Gambar 8 berikut
[image:41.595.144.531.162.394.2]adalah data permintaan produk make up tahun 2010 - 2012.
Tabel 5 Data permintaan produk make up tahun 2010 - 2012
Bulan Tahun
2010 (Pcs) 2011 (Pcs) 2012 (Pcs)
Januari 261.298 147.070 142.187
Februari 169.504 143.178 159.471
Maret 163.017 121.515 162.606
April 181.285 121.705 165.349
Mei 186.465 147.873 172.233
Juni 180.600 148.813 178.114
Juli 161.200 153.599 185.314
Agustus 190.289 160.606 200.889
September 126.445 190.477 200.981
Oktober 145.968 191.537 207.851
Nopember 148.718 206.472 185.797
Desember 218.198 222.455 169.947
Total 2.132.988 1.955.302 2.130.739
[image:41.595.138.543.228.635.2]Sumber : PT VWX (2012)
Gambar 8 Grafik permintaan produk make up tahun 2010 - 2012
4.4.2 Peramalan Permintaan
Berdasarkan data permintaan produk skin care dan make up tahun 2010 -
2012 dapat disimpulkan bahwa data permintaan produk skin care dan make up
(kenaikan) sehingga metode peramalan yang dapat diterapkan untuk membuat
peramalan permintaan di masa depan yaitu dengan analisis time series.
Analisis time series merupakan model peramalan runtut waktu untuk
meramalkan kejadian di waktu yang akan datang atas dasar serangkaian data
masa lalu. Metode peramalan dengan time series dapat digunakan untuk
membuat peramalan permintaan dengan analisis trend (trend analysis), yaitu :
1. Linear Model (model linear)
2. Quadratic Model (model kuadrat)
3. Exponential Growth Model (model pertumbuhan eksponensial)
4. S- Curve (data runtun waktu yang mengikuti kurva bentuk S)
Hasil pengolahan data permintaan produk skin care untuk tahun 2010 -
2012 dengan menggunakan software Minitab 14 analisis time series didapat
tingkat akurasi peramalan yang tinggi untuk produk skin care dengan nilai
MAD, MAPE dan MSD yang semakin kecil adalah peramalan dengan
menggunakan analisis quadratic model dengan MAD = 3,32E+05, MAPE =
1,54E+01, MSD = 1,57E+11 dan Yt = 199339 - 4764,16*t + 136/725*t**2 .
Tingkat akurasi peramalan produk skin care yang terendah adalah dengan
menggunakan analisis Linear Model dan S Curve Model. Perbandingan hasil
analisis time series antara linear model, quadratic model, exponential growth
[image:42.595.139.543.525.626.2]model dan s curve model dapat dilihat dalam Tabel 6 berikut.
Tabel 6 Perbandingan MAPE, MAD dan MSD dengan time series untuk produk skin care
Trend Analysis MAPE MAD MSD Fitted Trend Equation Linear Model 1,81E+01 3,74E+05 2,10E+11 Yt = 1279026 + 49203,9*t
Quadratic Model 1,54E+01 3,32E+05 1,57E+11 Yt = 199339 - 4764,16*t + 136/725*t**2
Exponential
Growth Model 1,63E+01 3,52E+05 1,96E+11 Yt =1425102*(1,02105**t)
S Curve Model 1,66983E+01 3.86932E+05 2.57286E+11
Yt = (10**8)/(58.7621 – 0.591600*(1.12088**t))
Peramalan permintaan produk skin care dengan perhitungan analisis
quadratic model software Minitab 14 untuk permintaan tahun 2013 - 2015
dihasilkan forecast permintaan produk skin care tertinggi berada pada periode
61-72 yaitu sebesar 117.472.829 pcs sedangkan permintaan skin care terendah
berada dalam periode 37 - 48 yaitu sebesar 54.107.490 pcs. Tabel 7 merupakan
Tabel 7 Hasil peramalan produk skin care dengan analisis quadratic model tahun 2013-2015 Periode Forecast Forecast (pcs) Periode Forecast Forecast (pcs) Periode Forecast Forecast (pcs)
37 3.655.510 49 5.640.943 61 8.309.635
38 3.794.866 50 5.837.237 62 8.562.867
39 3.938.967 51 6.038.277 63 8.820.845
40 4.087.813 52 6.244.061 64 9.083.567
41 4.241.404 53 6.454.589 65 9.351.034
42 4.399.739 54 6.669.863 66 9.623.246
43 4.562.819 55 6.889.882 67 9.900.202
44 4.730.645 56 7.114.645 68 10.181.904
45 4.903.215 57 7.344.153 69 10.468.350
46 5.080.529 58 7.578.406 70 10.759.542
47 5.262.589 59 7.817.404 71 11.055.478
48 5.449.394 60 8.061.147 72 11.356.159
Total 54.107.490 81.690.607 117.472.829
Berdasarkan hasil pengolahan data permintaan produk make up tahun
2010 - 2012 dengan menggunakan software Minitab 14 analisis time series
didapat tingkat akurasi peramalan yang tinggi untuk produk make up dengan
nilai MAD, MAPE dan MSD yang semakin kecil yaitu peramalan dengan
menggunakan analisis quadratic model dengan MAD = 20058, MAPE = 12,
MSD = 689468383 dan Yt = 199339 - 4764,16*t + 136,725*t**2. Tingkat
akurasi peramalan produk make up yang terendah adalah dengan
menggunakan analisis Linear Model dengan MAD = 23237, MAPE = 14,
MSD = 863231138 dan Yt = 167299 + 294,674*t. Perbandingan hasil analisis
time series antara linear model, quadratic model, exponential growth model
dan s curve model dapat dilihat dalam Tabel 8.
Tabel 8 Perbandingan MAPE, MAD dan MSD dengan time series untuk produk make up
Peramalan permintaan produk Make Up untuk permintaan tahun 2013
- 2015 dengan analisis quadratic model software Minitab 14 dihasilkan
Trend Analysis MAPE MAD MSD Fitted Trend Equation
Linear Model 14 23237 863231138 Yt = 167299 + 294,674*t
Quadratic Model 12 20058 689468383 Yt = 199339 - 4764,16*t + 136,725*t**2
Exponential Growth
[image:43.595.137.532.619.719.2]forecast permintaan produk make up tertinggi berada pada periode 61-72 yaitu
sebesar 5.865.410 pcs sedangkan proses permintaan make up terendah berada
dalam periode 37-48 yaitu sebesar 2.945.413 pcs. Tabel 9 menunjukkan
[image:44.595.135.540.194.431.2]forecast produk make up untuk tahun 2013 - 2015.
Tabel 9 Hasil peramalan produk make up dengan analisis quadratic model tahun 2013 - 2015
Periode
Forecast Forecast (pcs)
Periode
Forecast Forecast (pcs)
Periode
Forecast Forecast (pcs)
37 210.241 49 294.172 61 417.479
38 215.732 50 302.944 62 429.532
39 221.495 51 311.989 63 441.859
40 227.533 52 321.307 64 454.459
41 233.843 53 330.899 65 467.332
42 240.427 54 340.765 66 480.479
43 247.285 55 350.904 67 493.899
44 254.416 56 361.316 68 507.593
45 261.820 57 372.002 69 521.560
46 269.498 58 382.961 70 535.801
47 277.449 59 394.194 71 550.315
48 285.674 60 405.700 72 565.102
Total 2.945.413 4.169.153 5.865.410
4.5 Manajemen Pengendalian Persediaan 4.5.1 Kuantitas Pemesanan Raw Material
Besarnya kuantitas pemesanan raw material yang dipesan oleh
PT. VWX didapat dari hasil perhitungan data stock dibandingkan dengan
rencana produksi selama tiga bulan, safety stock dan data outstanding PO
(purchased order) raw material yang ada di supplier. Jika dari hasil
pengolahan data perencanaan kebutuhan material terdapat kekurangan
persediaan maka akan dibuatkan pemesanan raw material yang baru yang
disesuaikan dengan MOQ (minimum order quantity), lead time dan waktu
dibutuhkannya raw material tersebut.
4.5.2 Lead Time
Lead time atau jangka waktu antara pemesanan dan pengiriman raw
material antara material yang satu dengan material yang lainnya berbeda satu
sama lain. Pembelian raw material terdiri dari 2 jenis, yaitu :
2. Pembelian raw material lokal
Pembelian raw material impor membutuhkan lead time selama 3 – 4
bulan sedangkan raw material yang dibeli secara lokal membutuhkan lead
time selama 2 minggu.
4.5.3 Tingkat Pemakaian Raw Material
Total pemakaian raw material tahun 2010 – 2012 pada PT. VWX
mengalami peningkatan pemakaian raw material yang cukup signifikan. Hal
ini seiring dengan adanya peningkatan permintaan produk skin care dari tahun
2010 - 2012. Tingkat pemakaian di tahun 2010 sebesar 711.374,918 kg, di
tahun 2011 sebesar 764.640,369 kg dan tingkat pemakaian raw material
terbesar adalah di tahun 2012 yaitu sebesar 910.529,723 kg. Data tingkat
pemakaian raw material tahun 2010 – 2012 pada PT. VWX dapat dilihat
dalam Tabel 10.
Tabel 10 Total pemakaian raw material tahun 2010 – 2012
Tahun 2010 (kg) Tahun 2011 (kg) Tahun 2012 (kg)
711.374,918 764.640,369 910.529,723
Sumber PT. VWX (2012)
4.6 Analisis Pengendalian Persediaan
Fungsi persediaan raw material di PT. VWX termasuk dalam fungsi
persediaan pengaman (safety stock) atau sebagai perlindungan terhadap ketidakpastian
permintaan produk dan beberapa persediaan raw material di PT. VWX juga termasuk