SATWA BURUNG DI KOTA BOGOR
ENJOYMENT AKBAR SIREGAR
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
ENJOYMENT AKBAR SIREGAR. Jasa Lanskap Pekarangan bagi Habitat Satwa Burung di Kota Bogor. Dibimbing oleh HADI SUSILO ARIFIN.
Berkurangnya ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan akibat penggunaan
lahan menjadi permukiman mengakibatkan menurunnya biodiversitas satwa
burung di perkotaan. Hal ini berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem di
perkotaan. Kebutuhan akan tempat tinggal yang semakin meningkat mendorong
pemanfaatan lahan untuk digunakan sebagai permukiman dan terkadang kurang
memperhatikan keberadaan ruang terbuka hijau. Pada kawasan permukiman
secara umum dijumpai rumah yang memiliki pekarangan sempit. Oleh karena itu,
salah satu upaya untuk menjaga keseimbangan ekosistem di perkotaan adalah
memanfaatkan pekarangan sebagai RTH yang dapat menghadirkan satwa burung.
Pekarangan bisa dijadikan sebagai salah satu habitat satwa burung, dengan
menjaga keberadaan dan keanekaragaman vegetasi, serta menanam vegetasi yang
disukai oleh burung di pekarangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan antara keberadaan jenis tanaman dengan jenis burung
berdasarkan struktur vegetasi di pekarangan. Penelitian ini dilakukan di
perumahan yang dibangun pada tahun 1960-1980 yang berada di sekitar Sempur
Kaler sampai ke Papandayan, tahun 1981-2000 yang berada di perumahanVilla
Indah Padjajaran, dan tahun >2000 yang berada di sekitar Indraprasta, kota Bogor
dengan asumsi bahwa rumah yang dibangun sebelum tahun 2000 memiliki luasan
pekarangan yang lebih besar dibandingkan dengan rumah yang dibangun setelah
tahun 2000 dan terdapat jalur hijau jalan di sekitar rumah.
Burung memanfaatkan pohon, semak, perdu, dan rumput sebagai tempat
makan, bermain, beristirahat, bertengger, dan kawin. Aktivitas yang dilakukan
burung di pekarangan pada pagi hari adalah makan dan bermain, pada siang hari
burung-burung bertengger dan beristirahat, dan pada sore hari burung-burung
makan kembali untuk persediaan ketika istirahat di malam hari.
Untuk menghadirkan burung di pekarangan salah satunya dengan cara
menanami pekarangan dengan tanaman-tanaman yang disukai burung dan
burung atau yang disukai burung sebagai tempat makan secara umum merupakan
tanaman penghasil buah dan bunga.
Pada umumnya tanaman yang banyak mengundang burung adalah
tanaman yang menghasilkan makanan untuk burung tersebut, yaitu kersen
(Muntingia calabura L) “buah kersen”, jambu air (Eugenia equea) “nektar dari
bunga jambu”, bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea) “nektar dan serangga yang
ada di bunga”, rambutan (Nephelium lappaceum) “ulat pada ranting dan daun”, pinang hutan (Pinanga kuhlii) “buahnya yang berwarna merah”, dan pisang hias (Nephelium lappaceum) “nektar bunga dan bakal bunga”. Sedangkan tanaman lainnya berfungsi sebagai tempat bermain, berteduh, dan bertengger burung.
Penentuan strategi pengelolaan konservasi keragaman jenis tanaman untuk
habitat satwa burung di pekarangan dilakukan dengan analisis SWOT. Setelah
disesuaikan pada matriks IE (Internal – Eksternal) pertemuan antara hasil skor faktor internal (IFE- Internal Factor Evaluation) dan hasil skor eksternal (EFE-External Factor Evaluation) berada pada kolom V, yaitu berorientasi strategi untuk mempertahankan dan pemeliharaan (hold dan maintain), dengan kata lain strategi yang disusun adalah mempertahankan keberadaan vegetasi di pekarangan
untuk memelihara habitat satwa burung. Strategi yang dapat dilakukan adalah
mempertahankan vegetasi yang ada di pekarangan untuk mengundang burung,
penataan penanaman dan pemilihan jenis vegetasi sebagai habitat satwa burung,
menggunakan tanaman perdu dan semak yang mampu mengundang burung,
menggunakan pohon tinggi di batas area pekarangan yang berfungsi sebagai
border dan habitat satwa burung, menghindari penggunaan pagar tembok dan diganti dengan pagar tanaman.
Kata kunci: keanekaragaman hayati, ruang terbuka hijau, jalur hijau, tepi sungai,
SATWA BURUNG DI KOTA BOGOR
ENJOYMENT AKBAR SIREGAR
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Jasa Lanskap Pekarangan Bagi Habitat Satwa Burung Di Kota Bogor” adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi baik yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain, telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada Daftar Pustaka skripsi ini.
Bogor, Desember 2012
Enjoyment Akbar Siregar
© Hak cipta milik IPB, tahun 2012
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Nama : Enjoyment Akbar Siregar
NRP : A44080006
Dept. : Arsitektur Lanskap
Menyetujui,
Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S.
NIP. 19591106 198501 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Arsitektur Lanskap
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA
NIP. 19480912 197412 2 001
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Judul dari penelitian ini
adalah Jasa Lanskap Pekarangan bagi Habitat Satwa Burung di Kota Bogor
yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari
Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S. selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini,
2. Dr. Ir. Aris Munandar, M.S. selaku dosen pembimbing akademik selama
masa perkuliahan di Arsitektur Lanskap IPB,
3. Pemilik rumah yang telah memberi izin untuk melakukan penelitian di
pekarangannya,
4. Bapak Fahrul Amama, Bird Life Indonesia yang telah mengajari saya cara-cara mengamati burung dengan binokuler,
5. Lutfi Silvia Rengganis SD, Lidya, Rida, Ndaru, Amin, Ali, Atik, Andre,
Ariel, dan teman-teman ARL 45 lainnya yang belum disebutkan namanya
yang telah membantu dan memberi semangat,
6. Drs. Dahman Siregar. dan Nurliana Harahap, S. Pd. selaku orang tua saya
yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam penulisan skripsi
ini.
Penulis terbuka dalam menerima masukan, kritik dan saran demi
peningkatan kemampuan penulis di waktu yang akan datang. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi kita semua.
Bogor, Desember 2012
Penulis dilahirkan di Gunung Tua, Sumatera Utara pada tanggal 21
September 1990. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari
Pasangan Drs. Dahman Siregar dan Nurliana Harahap.
Pendidikan penulis diawali pada tahun 1994 di Taman Kanak-Kanak
Muhammadiyah Aekkanopan dan melanjutkan di SDN 115466 Aekkanopan pada
tahun 1996, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Aekkanopan
diselesaikan pada tahun 2005, dan menyelesaikan pendidikan menengah atas di
SMA Negeri 1 Aekkanopan Labuhan Batu Utara, Sumatera Utara pada tahun
2008. Penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui
program Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2008. Selama
menjalankan studi di IPB penulis aktif mengikuti berbagai kepanitiaan acara di
kampus. Selain itu, penulis aktif dalam organisasi HIMASKAP IPB sebagai
ketua Divisi Eksternal dan pernah menjadi asisten mata kuliah Lanskap Kota dan
DAFTAR TABEL ... i
DAFTAR GAMBAR ... ii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 2
1.2 Tujuan ... 2
1.3 Manfaat ... 2
1.3 Kerangka Pikir ... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1 Pekarangan ... 4
2.2 Keanekaragaman hayati pekarangan ... 5
2.3 Habitat Satwa Burung ... 6
BAB III. METODOLOGI ... 7
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 7
3.2 Alat dan Bahan ... 8
3.3 Metode Penelitian... 8
3.4 Metode Analisis Data ... 9
BAB IV. HASIL ... 17
4.1 Lokasi dan Struktur Pekarangan ... 17
4.2 Struktur Vegetasi Pekarangan ... 17
4.3 Keragaman Vegetasi Pekarangan ... 24
4.4 Jenis Burung di Pekarangan ... 29
4.5 Keragaman Burung di Pekarangan... 52
4.6 Keberadaan Burung pada Vegetasi Pekarangan ... 53
5.1 Struktur Pekarangan ... 69
5.2 Vegetasi Pekarangan ... 75
5.3 Jenis Burung pada Vegetasi Pekarangan ... 77
5.4 Strategi Pengelolaan Vegetasi Pekarangan Untuk Habitat Satwa Burung ... 78
5.4.1 Indentifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman ... 78
5.4.2 Penentuan Nilai Faktor Internal dan Eksternal ... 80
5.4.3 Pembuatan Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan Matriks External Factor Evaluation (EFE) ... 81
5.5 Matriks SWOT ... 83
5.5.1 Penentuan Alternatif Peringkat ... 84
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN ... 87
6.1 Simpulan ... 87
6.2 Saran ... 87
ii
1. Alur Kerangka Pikir ... 3
2. Lokasi Penelitian ... 7
3. Orientasi Strategi Berdasarkan Matriks IE ... 14
4. Cucak Kutilang Sedang Bertengger di Pohon Kersen ... 58
5. Cucak Kutilang Sedang Bertengger di Pohon Rambutan ... 60
6. Cucak Kutilang Sedang Makan Buah Pinang Sirih ... 60
7. Cucak Kutilang Sedang Bertengger di Pohon Kelapa ... 61
8a. Burung Madu Sriganti Sedang Makan di Heliconia sp. ... 64
8b. Bagian Yang Dimakan Cucak Kutilang ... 64
9. Burung Gereja Erasia Sedang Bermain di Rumput ... 64
10. Bagian depan pekarangan sample 2 ... 70
11. Bagian samping pekarangan sampel 2 ... 70
12. Denah Pekarangan sampel 2 ... 71
13. Bagian depan pekarangan sampel 3 ... 72
14. Bagian samping pekarangan sampel 3 ... 72
15. Denah pekarangan sampel 3... 72
16. Bagian depan pekarangan sampel 7 ... 73
17. Bagian samping pekarangan sampel 7 ... 73
18. Denah pekarangan sampel 7 ... 74
19. Bagian depan pekarangan sampel 8 ... 74
20. Bagian depan & samping pekarangan sampel 8 ... 75
21. Denah pekarangan sampel 8... 75
i
1. Data yang Dibutuhkan Untuk Penelitian ... 8
2. Formulir Tingkat Kepentingan Faktor Internal ... 12
3. Formulir Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal ... 12
4. Formulir Pembobotan Faktor Internal ... 13
5. Formulir Pembobotan Faktor Eksternal ... 13
6. Formulir Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) ... 14
7. Formulir Matriks External Factor Evaluation (EFE) ... 14
8. Matriks SWOT ... 15
9. Formulir Perangkingan Alternatif Strategi dari Matriks SWOT ... 16
10. Lokasi dan Struktur Pekarangan ... 17
11. Daftar Jenis Vegetasi di Setiap Pekarangan ... 18
12. Hasil Analisis Keragaman Vegetasi Pekarangan ... 24
13. Daftar Jenis Burung & Aktivitasnya di Pekarangan ... 30
14. Keragaman Burung di Pekarangan... 52
15. Keberadaan Burung pada Setiap Vegetasi Pekarangan ... 53
16. Aktivitas Burung di Vegetasi Pekarangan ... 65
17. Jumlah Jenis Vegetasi Pekarangan dan Jumlah Jenis Burung ... 76
18. Tingkat Kepentingan Faktor Internal Pekarangan ... 80
19. Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal Pekarangan ... 81
20. Pembobotan Faktor Internal ... 81
21. Pembobotan Faktor Eksternal ... 82
22. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) ... 82
23. Matriks External Factor Evaluation (EFE) ... 82
24. Matriks SWOT ... 84
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berkurangnya ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan akibat penggunaan
lahan menjadi permukiman mengakibatkan menurunnya biodiversitas satwa
burung di perkotaan. Hal ini berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem di
perkotaan. Kebutuhan akan tempat tinggal yang semakin meningkat mendorong
pemanfaatan lahan untuk digunakan sebagai permukiman dan terkadang kurang
memperhatikan keberadaan ruang terbuka hijau. Hal ini merupakan salah satu
penyebab menurunnya RTH di perkotaan. Pada kawasan permukiman di daerah
sub-urban dan urban secara umum dijumpai rumah yang memiliki pekarangan
sempit. Pemanfaatan ruang terbuka hijau sebagai pekarangan mampu meminimalisir terdegradasinya kualitas lingkungan secara cepat terutama oleh
run-off dan erosi karena vegetasi yang ada dapat menahan laju run-off dan erosi (Dunnet, Nigel, Clayden 2007), serta meningkatkan kualitas lingkungan (secara estetis, ekologis dan ekonomis) dari ekosistem yang terbentuk dalam sistem pekarangan tersebut.
Pekarangan sebagai salah satu pemanfaatan lahan terbuka pada rumah
(taman rumah ‘khas’ Indonesia) merupakan contoh pemanfaatan RTH pada lahan
di sekitar rumah yang berasas pada konsep ekologis. Konsep ekologis pada
pekarangan dapat dilihat dari keragaman hayati di dalamnya, hal tersebut
dikarenakan di dalam pekarangan terdapat sistem yang saling terkait antara faktor
biotik dan faktor abiotik yang bersinergi secara seimbang sehingga menghasilkan
suatu sistem yang stabil pada lingkungan yang kita kenal dengan pekarangan.
Keberadaan pekarangan pada suatu kawasan pemukiman dapat membantu
menjaga serta memelihara kelestarian dan keseimbangan lingkungan di sekitar
kawasan pemukiman tersebut. Pekarangan dengan konsep ekologis
mempertahankan biota (vegetasi dan satwa) asli (endemik) yang ada, hal tersebut
dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan yang telah terbentuk (Arifin, 2010).
Salah satunya yaitu pekarangan dapat berperan sebagai habitat satwa-satwa liar
2 hanya dengan sedikit input (Octavia, Arifin, Munandar, Takeuci, 2000).
Kota Bogor merupakan salah satu tempat yang harus diperhatikan RTH
kotanya, dan pekarangan yang ada di kota untuk menjaga keseimbangan
ekosistem yang ada di kota tersebut. Oleh karena itu maka dilakukan pemanfaatan
lanskap pekarangan perkotaan sebagai ruang terbuka hijau yang dapat
menghadirkan satwa burung agar keseimbangan ekosistem di kota Bogor tetap
terjaga.
1.2 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara keberadaan
jenis tanaman dengan jenis burung di pekarangan berdasarkan struktur vegetasi di
pekarangan.
1.3 Manfaat
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk
memilih vegetasi yang akan ditanam di pekarangan untuk mengundang burung
dan menjadikan pekarangan sebagai habitat burung sehingga keseimbangan
ekosistem di perkotaan tetap terjaga.
1.3 Kerangka Pikir
Menurunnya RTH kota mengakibatkan berkurangnya ekosistem sebagai
habitat satwa liar. Hal tersebut dapat berdampak pada penurunan keanekaragaman
hayati baik flora maupun fauna. Untuk itu perlu diadakannya perbaikan terhadap
RTH kota untuk meminimalisir turunnya kestabilan ekosistem tersebut. Perbaikan
tersebut dapat kita mulai dari skala kecil RTH kota, yaitu pekarangan.
Secara biofisik di dalam pekarangan perlu diamati struktur vegetasi, dan
keberadaan satwa liar. Untuk itu perlu dilakukan analisis terhadap vegetasi yang
meliputi rumput, semak, perdu, dan pohon untuk mengetahui seberapa besar peran
vegetasi tersebut untuk menyediakan tempat hidup bagi satwa liar. Peran vegetasi
yang dilakukan adalah sebagai sumber pakan, tempat istirahat, tempat kawin,
3
Gambar 1. Alur Kerangka Pikir
Analisis Vegetasi
POHON (RTH) Kota
Biodiversitas Satwa Liar di Kota Bogor
Hutan Kota Pekarangan Taman Kota
Keberadaan Satwa Liar Struktur Vegetasi
RUMPUT SEMAK PERDU
BURUNG
- Jenis Vegetasi - Jumlah Vegetasi
- Fungsi Vegetasi bagi burung - Bagian Vegetasi yang disukai
burung
- Jumlah spesies Burung - Jumlah individu - Jenis aktivitas - Tempat aktivitas
Menyusun strategi pengelolaan konservasi kegunaan jenis tanaman untuk habitat satwa burung di pekarangan.
BURUNG
- Jenis Vegetasi
- Jumlah Individu / Vegetasi - Fungsi Vegetasi bagi burung - Bagian Vegetasi yang disukai
burung
- Jumlah spesies - Jenis aktivitas - Tempat aktivitas
Mengetahui Hubungan antara Fungsi Vegetasi dengan Keberadaan spesies Burung di Pekarangan Kota.
4
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pekarangan
Pekarangan adalah lahan yang berada di sekitar rumah memiliki batas
kepemilikan yang jelas, tempat tumbuh berbagai jenis tanaman dan merupakan
tipe taman indonesia yang berfungsi antara lain sebagai tempat bermain
anak-anak, kegiatan pasca panen, ruang terbuka yang sering dimanfaatkan untuk
kegiatan sosial dan acara keluarga (Arifin, Munandar, Nurhayati, Kaswanto,
2009).
Pekarangan dalam arti luas adalah suatu area/lahan yang berada di sekitar
rumah dan jelas kepemilikannya, batas fisik pekarangan seperti tembok, pagar
besi, pagar tanaman, gundukan tanah, parit, patok, tonggak batu, atau tanaman di
ujung-ujung lahan dicirikan pada berbagai pekarangan tergantung pada adat,
kebiasaan, sosial budaya masyarakat, status ekonomi, letak pekarangan di
desa/kota dan lain-lain (Arifin et al, 1998).
Sedangkan menurut fungsinya secara umum pekarangan adalah tempat
habitat berbagai jenis satwa, sebagai sumber pangan sandang dan papan, sebagai
sumber tambahan pendapatan keluarga, tempat dilakukannya aktifitas santai
selain di dalam rumah seperti duduk-duduk menikmati udara segar dan sebagai
tempat ruang terbuka hijau bagi lingkungan sekitarnya (Arifin et al, 2009). Sebagai perbandingan, Deptan, (2002) menyebutkan bahwa fungsi pekarangan
adalah menghasilkan bahan makanan sebagai tambahan hasil sawah dan
tegalanya; sayur dan buah-buahan; tempat unggas, ternak kecil dan ikan; rempah,
bumbu dan wangi-wangian; dan bahan kerajinan tangan.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi struktur dan fungsi
pekarangan adalah adat dan budaya, misalnya adanya komunitas yang erat dan
adanya tujuan sosial yang biasanya terdapat dalam masyarakat perdesaan
membuat pekarangan dimanfaatkan secara terbuka bukan hanya oleh pemilik
rumah tetapi juga komunitasnya. Sebagai contoh, orang-orang yang membutuhkan
buah-buahan tertentu, daun atau umbi-umbian untuk ritual keagamaan atau
obat-obatan bisa meminta kepada pemilik rumah dan bebas mengambilnya (Arifin,
5 menjadi empat, yaitu pekarangan sempit dengan luasan kurang dari 120 m2, pekarangan sedang dengan luasan antara 120 m2 sampai 400 m2, pekarangan luas dengan ukuran lahan antara 400 m2 sampai 1000 m2, dan pekarangan sangat luas dengan ukuran lahan lebih dari 1000 m2. (Arifin, Munandar, Arifin, Kaswanto, 2009). Selanjutnya, pembagian zonasi pekarangan adalah halaman depan
(buruan), halaman samping (pipir), dan halaman belakang (kebon).
Halaman depan biasanya digunakan sebagai lumbung, untuk menanam
tanaman hias, pohon buah, tempat bermain anak, bangku taman dan tempat
menjemur hasil pertanian. Halaman samping lebih digunakan untuk tempat
menjemur pakaian, pohon penghasil kayu bakar, bedeng tanaman pangan,
tanaman obat, kolam ikan, sumur dan kamar mandi. Halaman belakang digunakan
sebagai tempat bedeng tanaman sayuran, tanaman bumbu, kandang ternak dan
tanaman industri (Arifin et al. 2009).
2.2 Keanekaragaman Hayati Pekarangan
Keragaman tanaman di pekarangan dapat dibedakan menjadi keragaman
vertikal dan horizontal. Keragaman vertikal dikalsifikasikan berdasarkan tinggi
tanaman sedangkan keragaman horizontal diklasifikasikan berdasarkan jenis
pemanfaatan tanaman, yaitu : tanaman hias, tanaman buah, tanaman sayuran,
tanaman obat, tanaman bumbu, tanaman penghasil pati, tanaman industri,
tanaman peneduh, dan tanaman-tanaman penghasil pakan, kayu bakar, bahan
kerajinan tangan (Arifin et al. 2009).
Keanekaragaman hayati di pekarangan akan berhubungan dengan budaya
masyarakat, salah satunya adalah budaya pertanian. Keanekaragaman hayati di
pekarangan Indonesia tercermin pada struktur pekarangan yang merupakan
perubahan bentuk dari hutan alami (Soemarwoto and Conway, 1992). Galluzzi
Eyzaguirre, Valeria (2010) mencatat bahwa kultivar tanaman yang terdapat di
pekarangan merupakan kumpulan dari kultivar-kultivar produk yang dibutuhkan
pasar. Keanekaragaman hayati pekarangan juga berkaitan dengan habitat satwa
liar seperti keragaman jenis burung yang dapat mampir di pekarangan jika
6 Habitat adalah suatu lingkungan dengan kondisi tertentu dimana suatu
spesies atau komunitas hidup. Habitat satwa burung merupakan tempat bersarang,
tempat berlindung, tempat bertengger (beristirahat), tempat makan & minum, dan
tempat untuk berkembang biak (Widuri, 2008). Untuk membuat pekarangan yang
berfungsi sebagai habitat satwa burung seperti yang disebutkan di atas maka yang
harus dilakukan yaitu melakukan pemilihan jenis pohon, mengatur tata letak
penanaman tanaman, membuat dan mengatur kombinasi penanaman tanaman
(Lusli, 2007).
Sebuah habitat, yang dalam bahasa Latin berarti “mendiami" adalah daerah ekologi atau lingkungan yang dihuni oleh spesies tertentu jenis hewan,
tanaman atau organisme lain (Anonim, 2011). Habitat sebagai sumberdaya dan
kondisi yang ada di suatu kawasan yang berdampak ditempati oleh suatu spesies.
Habitat merupakan organism-specific yang menghubungkan kehadiran spesies, populasi, atau idndividu (satwa atau tumbuhan) dengan sebuah kawasan fisik dan
karakteristik biologi (Anonim, 2011).
Habitat yang baik akan mendukung perkembangbiakan organisme yang
hidup di dalamnya secara normal. Habitat memiliki kapasitas tertentu untuk
mendukung pertumbuhan populasi suatu organisme. Kapasitas untuk mendukung
organisme disebut daya dukung.
Habitat alami dari satwa burung adalah hutan, namun sejak beberapa
dekade silam, beragam kemunduran kondisi lingkungan salah satunya yaitu
berkurangnya keunikan flora dan fauna yang ada di dalam hutan mengakibatkan
kepunahan jenis burung (Hidayanto, 2009). Melestarikan lokasi habitat 1 jenis
7
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Waktu kegiatan penelitian ini kurang lebih 5 bulan yaitu pada bulan
Februari 2012 hingga Juni 2012. Lokasi penelitian yaitu di daerah Bogor Tengah
dengan sampel pekarangan dimulai dari tepi Sungai Ciliwung, sekitar Sempur
Kaler sampai ke Bogor Utara, sekitar Indraprasta, Kota Bogor, Provinsi Jawa
Barat (Gambar 2).
*TANPA SKALA
8 Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari handy cam, kamera digital, binokuler, meteran, haga meter, dan kuisioner. Pada saat
pengolahan data, alat dan bahan yang digunakan adalah kuisioner, program
komputer seperti Google earth untuk melihat tapak secara spasial, Autocad 2010 untuk mentrasformasikan keadaan tapak secara umum ke dalam komputer dan
Adobe Photoshop CS4 sebagai pendukung dari software Autocad 2010.
3.3 Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan adalah pengamatan langsung di
lapangan, melihat dan mencatat permasalahan yang ada di tapak tersebut, dan
melakukan pengambilan data fisik, biofisik, dan sosial (Tabel 1).
Tabel 1. Data yang Dibutuhkan Untuk Penelitian.
Jenis Data Unit Cara Kegunaan / Fungsi
Fisik
- Luas pekarangan
- Lokasi utama dari
sungai
m2 m
Pengukuran
langsung
Membandingkan luasan
dan jarak setiap
pekarangan
Biofisik
- Jenis Vegetasi
- Fungsi Vegetasi
- Jenis Burung
- Jumlah Burung
- Aktivitas
- Waktu aktivitas
Spesies
Spesies
Ekor
-
Pagi,
Siang,
Sore
Survei
Survei
Survei
Keanekaragaman spesies
tanaman
Keragaman burung
Kegiatan burung di
pekarangan
Sosial
- Karakteristik
pemilik
pekarangan
- Wawancara Mengetahui kepedulian
pemilik terhadap
9
Jenis Data Unit Cara Kegunaan / Fungsi
Sejarah Permukiman
- Tahun berdiri
- Pola pekarangan
permukiman
Contoh Wawancara
Survei
Mengetahui hubungan
perkembangan
permukiman dengan
luasan dan jenis vegetasi
yang ada di pekarangan.
3.4Metode Analisis Data
Adapun metode survey yang dilakukan pada kegiatan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Metode survey yang dilakukan untuk pengambilan sampel pekarangan adalah
transect method yaitu metoda yang menggunakan garis pada 2 titik kordinat sebagai suatu dasar penentuan petak contoh pengamatan pada jarak-jarak
tertentu di suatu kawasan. Tahapan penggunaan metoda transect pada kegiatan penelitian ini pertama, menarik garis lurus di peta Bogor Tengah
yang dimulai dari tepi sungai Ciliwung sekitar daerah Sempur Kaler. Kedua,
melakukan pembagian kawasan berdasarkan tahun berdirinya rumah yang
memiliki pekarangan dari tahun 1960-1980, tahun 1981-2000, dan diatas
tahun 2000 dengan asumsi rumah yang dibangun antara tahun 1960-1980
memiliki pekarangan yang lebih luas dibandingkan dengan rumah yang
dibangun setelahnya, pola pekarangan rumah yang berbeda, dan juga
berdasarkan letak jalur hijau yang masih banyak disekitar perumahan yang
lebih dekat dengan sungai, pembagian kawasan ini juga memiliki jarak yang
dibatasi oleh jalan raya Pajajaran dan jalan raya Indraprasta. Ketiga,
melakukan pengamatan pada pekarangan-pekarangan yang terdapat pada
titik-titik yang ada di peta dan mengukur luasan pekarangan.
2. Melakukan pengamatan keberadaan burung yang dilakukan dengan metode
10 burung untuk mengetahui jenis, aktivitas atau kegiatan yang dilakukan burung
pada vegetasi pohon di pekarangan seperti: mencari makan, minum, kawin,
bermain, beristirahat, dan bersarang, yang dilakukan pada pagi sampai sore
hari per jarak waktu yang telah ditentukan, yaitu pada pukul 05.30-07.30 wib; 10.30-12.30 wib; 15.30-17.30 wib. Untuk melakukan pengamatan jenis burung dilakukan dengan metode John MacKinnon, yaitu metode sederhana dengan
membuat daftar nama-nama jenis burung sebanyak-banyaknya yang berisi
jenis baru yang ditemui. Panjang pendeknya daftar disesuaikan dengan
kekayaan jenis burung di suatu lokasi. Prinsip umum dari metode ini yaitu
satu jenis burung hanya tercatat sekali dalam satu daftar dan pengumpulan
data dihentikan sampai tidak ada lagi penambahan jenis burung lagi. Untuk
mengetahui keanekaragaman burung menggunakan metode Shannon Wiener.
3. Membuat daftar jenis vegetasi dan struktur vegetasi yang terdapat di
pekarangan yaitu tinggi vegetasi, letak vegetasi, dan fungsi vegetasi sebagai
habitat burung dengan cara pengamatan langsung dan pengukuran langsung
ke tapak. Melakukan analisis vegetasi dengan menggunakan metode Shannon
Wienner untuk mengetahui keanekaragaman jenis vegetasi pada
masing-masing pekarangan dan mengetahui nilai biologi vegetasi (peranan vegetasi
terhadap satwa burung di pekarangan), menghitung besarnya kerapatan jenis,
frekuensi, dominasi, dan Indeks Nilai Penting dari masing-masing jenis
vegetasi untuk mendapatkan nilai keragaman (Kanara 2012), sebagai berikut :
a. Kerapatan jenis
Kerapatan (K) uas petak ontoh (pekaran an) um ah indi idu
Kerapatan Jenis (KR) erapatan se uruh enis erapatan suatu enis x 100%
b. Frekuensi
11 Dominansi (D) uas petak ontoh (pekaran an) uas idan dasar suatu enis
Dominansi Relatif (DR) ominansi se uruh enis ominansi suatu enis x 100% Indeks Nilai Penting (INP) = KR + FR + DR (untuk pohon)
Indeks Nilai Penting (INP) = KR + FR (untuk perdu dan semak)
Formula perhitungan nilai indeks keragaman Shannon Wiener adalah:
∑
Keterangan:
H’ = Indeks keanekaragaman Shannon Wiener Pi =
ni = Jumlah individu jenis ke-i
N = Jumlah individu dari semua spesies ln = Logaritme natural (bilangan alami) s = Jumlah jenis yang ada
Nilai perhitungan indeks keragaman (H’) tersebut menunjukkan bahwa Jika H’ > 3, keragaman spesies tinggi;
Jika 1 < H’ < 3, keragaman spesies sedang Jika H’ < 1, keragaman spesies rendah
4. Menyusun strategi pengelolaan konservasi keragaman jenis tanaman untuk
habitat satwa burung di pekarangan dengan menggunakan metode analisis
SWOT. Analisis SWOT adalah analisis yang didasarkan pada logika dengan
memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity), tetapi secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threat). Analisis SWOT menganalisis kekuatan dan kelemahan dari faktor internal dan
menganalisis peluang dan ancaman dari faktor eksternal (Rangkuti, 2009).
Kerangka kerja dengan menggunakan pendekatan analisis SWOT adalah
12 Sebelum melakukan pembobotan faktor internal maupun eksternal,
terlebih dahulu ditentukan tingkat kepentingannya. Setiap faktor internal dan
eksternal diberi nilai berdasarkan tingkat kepentingannya (Tabel 2 dan 3).
Tabel 2. Formulir Tingkat Kepentingan Faktor Internal
Simbol Faktor Kekuatan (Srength) Tingkat Kepentingan
S1 Kekuatan yang paling besar
S2 Kekuatan yang besar
S3 Kekuatan yang sedang
Sn
Simbol Faktor Kelemahan (Weakness) Tingkat Kepentingan
W1 Kelemahan yang tidak berarti
W2 Kelemahan kurang berarti
W3 Kelemahan yang cukup berarti
Wn
Tabel 3. Formulir Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal
Simbol Faktor Peluang (Opportunity) Tingkat Kepentingan
O1 Peluang yang sangat tinggi
O2 Peluang yang tinggi
O3 Peluang yang rendah
On
Simbol Faktor Ancaman (Threat) Tingkat Kepentingan
T1 Ancaman yang besar
T2 Ancaman yang sedang
T3 Ancaman yang kecil
13 strategis internal dan eksternal kepada pihak pengelola dan pemilik pekarangan.
Metode ini digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor
penentu internal dan eksternal (Tabel 4 dan Tabel 5).
Tabel 4. Formulir Pembobotan Faktor Internal
Simbol S1 S2 W1 W2 Total Bobot
S1 S2 W1 W2 Total
Tabel 5. Formulir Pembobotan Faktor Eksternal
Simbol O1 O2 T1 T2 Total Bobot
O1 O2 T1 T2 Total
Penentuan bobot setiap variabel menggunakan skala 1, 2, 3, dan 4, (David,
2008 yang disitasi Rangkuti, 2009) yaitu :
1.Jika indikator faktor horizontal kurang penting daripada indikator faktor vertikal
2. Jika indikator faktor horizontal sama penting dengan indikator faktor vertikal
3. Jika indikator faktor horizontal lebih penting daripada indikator faktor vertikal
4. Jika indikator faktor horizontal sangat penting daripada indikator faktor vertikal
b. Penentuan peringkat (Rating)
Penentuan rating tiap variabel terhadap kondisi objek diukur dengan
menggunakan nilai peringkat berskala 1-4 terhadap masing-masing faktor
strategis yang dimiliki masing-masing pekarangan. Nilai dari pembobotan
14 dan Tabel 7) (David, 2008 yang disitasi Rangkuti, 2009).
Tabel 6. Formulir Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor
(BxR) Kekuatan
1.
Kelemahan 1.
Total
Tabel 7. Formulir Matriks External Factor Evaluation (EFE)
Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor
(BxR) Peluang
1.
Ancaman 1.
Total
Ket : B = Bobot; R = Rating
Setelah pembobotan dan pemberian rating, selanjutnya nilai skor
dijumlahkan pada masing-masing faktor internal dan eksternal dan masing-masing
dipetakan ke Matriks Internal-Eksternal. Pemetaan ini dilakukan untuk
mengetahui orientasi strategi yang akan dilakukan selanjutnya. Pemetaan dibagi
menjadi sembilan kolom yang terdiri dari tiga kolom utama yaitu kolom I, II, IV
untuk strategi yang tumbuh dan membangun (growth and build); kolom III, V, VII untuk strategi yang mempertahankan dan pelihara (hold and maintain); serta kolom VI, VII, IX untuk strategi panen dan divesitas (Rangkuti, 2009) (Gambar
15 Gambar 3. Orientasi strategi berdasarkan matriks IE
c. Penyusunan Alternatif Strategi
Hubungan antara kekuatan dan kelemahan dengan peluang dan ancaman
digambarkan dalam matriks SWOT. Matriks ini menghasilkan beberapa alternatif
strategi sehingga kekuatan dan peluang dapat ditingkatkan serta kelemahan dan
ancaman dapat diatasi (Tabel 8).
Tabel 8. Matriks SWOT
Internal
Eksternal
Kekuatan
(Strength)
Kelemahan
(Weakness)
Peluang
(Opportunity)
Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil kesempatan yang ada
Mendapatkan keuntungan dari kesempatan yang ada untuk mengatasi kelemahan-kelemahan
Ancaman
(Threat)
Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi
Meminimumkan kelemahan dan
menghindari ancaman yang ada
d. Pembuatan Tabel Rangking Alternatif Strategi
Penentuan prioritas dari strategi yang dihasilkan dilakukan dengan
memperhatikan faktor-faktor yang saling terkait. Jumlah dari skor pembobotan
akan menetukan rangking prioritas strategi (Tabel 9). Jumlah skor ini diperoleh
dari penjumlahan semua skor di setiap faktor-faktor strategis yang terkait.
Rangking akan ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor terbesar sampai
terkecil dari semua strategi yang ada. Perangkingan ini dilakukan secara subjektif
16 (weakness).
Tabel 9. Formulir Perangkingan Alternatif Strategi dari Matriks SWOT Alternatif
Strategi Keterkaitan dengan Unsur SWOT Skor Rank
SO1 SO2 SO3 …. SOn
Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil kesempatan yang ada
WO1 WO2 WO3 ….. WOn
Mendapatkan keuntungan dari kesempatan yang ada untuk mengatasi kelemahan-kelemahan
ST1 ST2 ST3 ….. STn
Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi
WT1 WT2 WT3 …… WTn
HASIL
4.1 Lokasi dan Struktur Pekarangan
Penentuan lokasi pekarangan berdasarkan metoda transek yang diambil
dari tepi sungai Ciliwung dengan jarak dan luas masing-masing (Tabel 10).
Tabel 10. Lokasi dan Struktur Pekarangan
Cluster
Sample Pekarang
an
Kordinat
Jarak dari Sungai
Tahun Berdiri
Luas tapak (m2)
Pola Pekarangan
1 1 6o35’11.12” S
106o47’56.34” E 100 m 1970-an 100
Depan & Samping kiri 2 6o35’9.46” S
106o48’2.94” E 600 m 1980-an 475
Depan, Samping kiri, Belakang 3 6o35’8.81” S
106o48’12.75” E 900 m 1950-an 335
Depan & Samping kiri
2 4 6o35’6.76” S
106o48’36.25” E 1700 m 1965-an 100
Depan & Samping kanan 5 6o34’57.02” S
106o48’31.49” E 1500 m 1990-an 300
Depan & Samping kanan 6 6o35’3.09” S
106o48’32.78” E 1600 m 1990-an 195
Depan dan Samping kanan
3 7 6o34’49.85” S
106o49’1.27” E 2500 m 1995-an 100
Depan & Samping kanan 8 6o34’46.41” S
106o49’2.95” E 2700 m 1995-an 75 Depan & Samping kanan
9 6o34’45.16” S
106o49’4.32” E 2800 m 2000-an 400
Depan, Samping kiri, belakang
Luas rata-rata masing-masing cluster/ bagian, bagian pertama 303 m2, bagian kedua 198 m2, dan bagian ketiga 191 m2. Berdasarkan rata-rata luasan pekarangannya terlihat bahwa pekarangan yang paling dekat dengan sungai
memiliki luasan pekarangan yang lebih besar, kemudian diikuti pekarangan yang
agak jauh dari sungai yang berada pada bagian ke-dua dan pekarangan yang jauh
dari sungai memiliki rata-rata luasan pekarangan terkecil.
4.2 Struktur Vegetasi Pekarangan
Berdasarkan hasil pengamatan dari 9 pekarangan dengan masing-masing 3
pekarangan di setiap bagiannya yaitu bagian pertama (yang dekat dari sungai),
bagian kedua (agak jauh dari sungai), dan bagian ketiga (jauh dari sungai)
18
Tanaman Keterangan
1 Jln.
(Aglaonema
sp.) - Asparagus
(Asparagus sp.)
(Sansevieria
trifasciata)
10 m
(Nephelium
lappaceum)
- Bunga Kupu-kupu (Bauhinia
purpurea Linn)
- Palem merah
(Cyrtostachis
renda)
- Cemara kipas
(Thuja
orientalis)
19
Tanaman Keterangan
- Palem putri
(Veitchia
merlii)
- Palem botol
(Mascarena
lagenicaulis)
- Kelapa sawit
(Elaeis
guineensis)
- Hanjuang
(Cordyline
terminalis)
- Nolina
(Beaucarnea
recurvata)
- Daun mangkok
(Nothopanax
scutellarium)
- Drasena
(Fimbristylis
globulosa)
- Iris (Neomarica
longifolia)
- Bambu kuning
(Phyllostachys
sulphrurea)
- Pisang hias
(Heliconia sp.)
- Euphorbia
(Euphorbia
milii)
- Rumput paetan
(Axonopus
compressus)
5 m
(Muntingia
calabura L)
- Durian (Durio
zibethinus)
- Bunga Kupu-kupu (Bauhinia
purpurea linn)
20
Tanaman Keterangan
- Nangka
(Artocarpus
heterophyllus) - Mangga
(Mangifera indica) - Hanjuang
(Cardyline
terminalis)
- Cabai kecil
(Hibiscus rosa
sinensis)
- Kucai (Carex
morrowii)
- Teh-tehan
(Acalypha
macrophylla)
- Pisang hias
(Heliconia sp.)
- Rumput paetan mini
(Axonophus
compressus)
- Spathiphyllum
wallisii
14 polybag
2 batang
4 Jln.Brawi jaya 58
zibethinus)
- Mangga
(Mangifera
indica)
- Rambutan
(Nephelium
nappaceum)
- Palem putri
(Veitchia
merilii)
- Palem hijau
(Ptychosperma
macarthurii)
- Kamboja
(Plumeria
rubra)
- Nusa indah
(Mussaenda
erythrophylla)
21
Tanaman Keterangan
- Rumput paetan mini
(Axonophus
compressus)
- Anturium
(Anthurium
crystallinum)
1 cm
5 Jln.Brawi jaya No.
(Mangifera
indica)
- Palem merah
(Cyrtostachis
renda)
- Jeruk nipis
(Citrus
aurantifolia)
- Jeruk purut
(Citrus hytrix)
- Cemara norflok
(Araucaria
heterophylla)
- Jambu biji
(Nephelium
nappaceum)
- Puring
(Codiaeum
vairegatum)
- Pisang hias
pygmaenus)
22
Tanaman Keterangan
- Lidah mertua
(Sansevieria
trifasciata)
- Opipogon
(Ophiopogon
japanicus)
25 cm
1 cm
10 polybag
260 m2
(Ptychosperma
macarthurii)
- Palem putri
(Veitchia
merlii)
- Cemara kipas
(Thuja
orientalis)
- Palem raja
(Roystonea
regia)
- Pinus (Pinus
mercusii)
- Cemara
(Juniperus
chinensis)
- Palem ekor tupai (Wodyetia
bifurcate)
- Rumput paetan
(Axonopus
compressus)
- Bugenvil
(Bouganvillea
sp.)
(Nephelium
lappaceum)
- Jambu air
(Bouganvillea
23
Tanaman Keterangan
- Bambu biasa
- Rumput paetan
(Axonopus
compressus)
4 m
(Mangifera
indica)
- Rambutan
(Nephelium
lappaceum)
- Tanjung
(Mimusoph
elengi)
- Sawo kecik
(Manilkara
kauki)
- Mahkota dewa
(Phaleria
macrocarpa)
8 m
zibethinus)
- Rambutan
(Nephelium
nappaceum)
- Mangga
(Mangifera
indica)
- Jambu air
(Eugenia
equea)
- Belimbing
(Averrhoa
carambola)
- Alpukat
(Persea
americana)
- Pepaya (Carica
papaya)
- Bugenvil
(Bougainvillea
sp)
- Bambu kuning
(Phyllostachys
sulphrurea)
24
Tanaman Keterangan
- Rumput paetan (Axonophus compressus)
- Opipogon
(Ophiopogon
sp.)
- Lidah mertua
(Sansevieria
trifasciata)
- Sri rezeki
(Aglaonema
sp.)
Pekarangan yang memiliki rata-rata jumlah jenis vegetasi paling banyak
adalah pekarangan bagian pertama dengan jumlah 16 jenis dengan rata-rata luasan
pekarangan paling besar yaitu 303 m2, pekarangan bagian ke-dua memiliki rata-rata jumlah jenis vegetasi 12 jenis dan rata-rata-rata-rata luasan pekarangan 198 m2, pekarangan bagian ke-tiga memiliki rata-rata jumlah vegetasi 9 jenis dan rata-rata
luasan pekarangan 191 m2. Setiap bagian sample pekarangan didominasi oleh vegetasi pohon, bagian pertama memiliki jumlah jenis vegetasi pohon terbanyak,
kemudian diikuti pada bagian ke-dua dan bagian ke-ketiga memiliki jumlah jenis
vegetasi pohon terkecil.
4.3 Keragaman Vegetasi Pekarangan
Berdasarkan hasil analisis vegetasi, didapat kerapatan (K), kerapatan
relatif (KR), frekuensi (F), frekuensi relatif (FR), dominansi (D), dominansi
relative (DR), Indeks Nilai Penting (INP) suatu vegetasi di setiap pekarangan dan
juga secara keseluruhan untuk mengetahui kedudukan ekologis suatu vegetasi
dalam komunitas, dan juga untuk menentukan nilai keragaman vegetasi (H’) di
setiap pekarangan maupun secara keseluruhan (Tabel 12).
Tabel 12. Hasil Analisis Keragaman Vegetasi Pekarangan
25 No.
Pek Nama Vegetasi K KR F FR D DR INP H’
- Sri rezeki (Aglaonema sp.)
- Asparagus (Asparagus sp.) - Keladi hias (Caladium
bicolor)
- Maranta (Calathea sp.)
- Fitonia (Fittonia sp.) - Polisota (Polisota
barteri)
- Daun mutiara (Pilea sp.)
- Lidahmertua
(Sansevieria
trifasciata)
lappaceum)
- Bambu kuning
(Phyllostachys
sulphrurea)
- Bunga Kupu-kupu
(Bauhinia purpurea
linn) - Palem merah
(Cyrtostachis renda)
- Cemara kipas (Thuja
orientalis)
- Kelapa
- Palem putri (Veitchia
merlii)
- Plm botol (Mascarena
lagenicaulis)
- Nolina (Beaucarnea
recurvata)
- Drasena (Dracaena
laureiri)
- Kelapa sawit (Elaeis
guineensis)
- Iris (Neomarica
longifolia)
- Mendong
(Fimbristylis
globulosa)
26 No.
Pek Nama Vegetasi K KR F FR D DR INP H’
- Euphorbia (Euphorbia milii)
- Pisang hias (Heliconia sp.)
- Rumput paetan
(Axonopus
compressus)
- Daun mangkok
(Nothopanax
scutellarium)
- Hanjuang (Cordyline
terminalis)
- Palem wregu (Rhapis
(Muntingia calabura)
- Durian (Durio
zibethinus)
- Bunga Kupu-kupu
(Bauhinia purpurea
linn)
- Nangka (Artocarpus heterophyllus) - Mangga
(Mangifera indica) - Kembang sepatu
(Hibiscus rosa
sinensis)
- Teh-tehan (Acalypha
macrophylla)
- Kucai (Carex
morrowii)
- Soka (Ixora coccinea) - Cabai kecil (Capsicum
annum)
- Hanjuang (Cardyline
terminalis)
- Pisang hias (Heliconia sp.)
- Rumput paetan mini
(Axonophus
compressus)
- Spathiphyllum wallisii
0.01
zibethinus)
- Kamboja (Plumeria
rubra)
- Mangga
(Mangifera indica)
- Rambutan
(Nephelium
nappaceum)
27 No.
Pek Nama Vegetasi K KR F FR D DR INP H’
- Nusa indah
(Mussaenda
erythrophylla)
- Anturium (Anthurium
crystallinum)
- Palem hijau
(Ptychosperma
macarthurii)
- Rumput paetan mini
(Axonophus
compressus)
- Palem putri (Veitchia
merilii)
(Mangifera indica)
- Rambutan (Nephelium
nappaceum)
- Jeruk nipis (Citrus
aurantifolia)
- Jeruk purut (Citrus
hytrix)
- Cemara norflok
(Araucarua
heterophylla)
- Jambu biji (Psidium
guajava)
- Pinus (Pinus merkusii) - Keladi (Caladium sp.) - Pandan variegate
(Pandanus
pygmaenus)
- Lidah mertua
(Sansevieria
trifasciata)
- Kaktus (eriosyce
vairegatum)
- Opipogon
(Ophiopogon
japanicus)
- Palem merah
(Cyrtostachis renda)
- Pisang hias (Heliconia sp.)
(Ptychosperma
macarthurii)
- Palem putri (Veitchia
28 No.
Pek Nama Vegetasi K KR F FR D DR INP H’
- Pinus (Pinus mercusii) - Rumput paetan
(Axonopus
compressus)
- Bugenvil
(Bouganvillea sp.)
- Cemara kipas (Thuja
orientalis)
- Palem raja (Roystonea
regia)
- Cemara lilin
(Juniperus chinensis)
- Palem ekor tupai
(Wodyetia bifurcate)
0.02
lappaceum)
- Jambu air (Eugenia
aquea)
- Sawo manila (Achras
zapota)
- Walisongo (Schefflera
actinophylla)
- Kayu manis
(Cinnamomum
burmanii)
- Rumput paetan
(Axonopus
compressus)
- Keladi (Caladium
- Pohon rambutan
(Nephelium
lappaceum)
- Tanjung (Mimusoph
elengi)
- Sawo kecik
(Manilkara kauki)
- Mahkota dewa
(Phaleria
macrocarpa)
0.02
zibethinus)
- Rambutan (Nephelium
nappaceum)
- Mangga (Mangifera
indica)
- Jambu air (Eugenia
equea)
- Belimbing (Averrhoa
carambola)
29 No.
Pek Nama Vegetasi K KR F FR D DR INP H’
- Sri rezeki (Aglaonema sp.)
- Lidah mertua
(Sansevieria
trifasciata)
- Rumput paetan (Axonophus compressus)
- Bugenvil
(Bougainvillea sp)
- Alpukat (Persea
americana)
- Pepaya (Carica
papaya)
- Bambu kuning
(Phyllostachys
sulphrurea)
- Opipogon
Dari Tabel 12, sampel pekarangan yang memiliki rata-rata jumlah vegetasi
paling banyak dari seluruh bagian sampel adalah pekarangan pada bagian pertama
dengan rata-rata nilai indeks keragaman 1.83 yang berlokasi dekat dari sungai
dengan rata-rata luasan pekarangan 303 m2, kemudian diikuti pekarangan pada bagian ke-dua dengan rata-rata nilai indeks keragaman 1.38 yang berlokasi agak
jauh dari sungai dan memiliki rata-rata luasan pekarangan 198 m2, pekarangan pada bagian ke-tiga memiliki nilai indeks keragaman terkecil 1.05 yang berlokasi
jauh dari sungai dan memiliki rata-rata luasan pekarangan 191 m2. Nilai rata-rata indeks keragaman yang dimiliki oleh ketiga bagian sample pekarangan di atas
masih tergolong memiliki keragaman vegetasi sedang. Berdasarkan pengamatan,
rendahnya keragaman vegetasi pada pekarangan disebabkan oleh kepedulian
pemilik terhadap fungsi pekarangan secara ekologi dan estetik masih kurang, serta
pengelolaan terhadap pekarangan.
4.4 Jenis Burung di Pekarangan
Keanekaragaman vegetasi yang ada di setiap pekarangan mampu
mengundang beberapa jenis burung yang berbeda-beda, hampir ditemukan jenis
burung yang sama di setiap pekarangan, berikut adalah daftar jenis burung yang
didapat setelah melakukan pengamatan selama 4 hari di masing-masing
30 bagian ketiga (jauh dari sungai) (Tabel 13).
Tabel 13. Daftar Jenis Burung dan Aktivitasnya di Pekarangan
No Alamat
Rumah
Hari ke
Waktu
Keberadaan Nama Jenis Burung Aktivitas 1. Jl. Sempur
Kaler No. 11 Bogor
1 Pagi
- Burung gereja erasia
(Passer montanus)
- Cabai jawa
(Dicaeum trochileum)
- Merbah cerukcuk
(Pycnonotus goiavier)
- Burung layang-layang rumah
(Delichon dasypus)
- Bermain di pohon jambu air - Bermain di
pohon jambu air - Bertengger di
pucuk pohon jambu - Terbang bolak
balik di sekitar pekarangan
Siang
- Burung gereja erasia
(Passer montanus)
- Cabai jawa
(Dicaeum trochileum)
- Berteduh di pohon jambu air - Berteduh di
pohon jambu air
Sore
- Burung gereja erasia
(Passer montanus)
- Merbah cerukcuk
(Pycnonotus goiavier)
- Burung layang-layang rumah
(Delichon dasypus)
- Bermain di pohon jambu air dan di rumput - Bermain di
pucuk pohon jambu air - Terbang bolak
balik di sekitar pekarangan
2 Pagi
- Cabai jawa
(Dicaeum trochileum)
- Kacamata biasa
(Zosterops palpebrosus)
- Burung madu sriganti
(Nectarinia jugularis)
- Burung layang-layang rumah
(Delichon dasypus)
- Bermain di pucuk pohon jambu air - Makan di pohon
jambu air - Makan di pohon
jambu air - Terbang bolak
balik di sekitar pekarangan
Siang
- Cabai jawa
(Dicaeum trochileum)
- Burung gereja erasia
(Passer montanus)
- Berteduh di pohon jambu air - Berteduh di
pohon jambu air
Sore
- Cabai jawa
(Dicaeum trochileum)
- Kacamata biasa
(Zosterops palpebrosus)
- Burung gereja erasia
(Passer montanus)
- Bermain di pohon jambu air - Makan di pohon
jambu air - Bermain di
pohon jambu air
3 Pagi
- Cabai jawa
(Dicaeum trochileum)
- Burung madu sriganti
(Nectarinia jugularis)
- Merbah cerukcuk
(Pycnonotus goiavier)
- Makan di pohon jambu air - Makan di pohon
jambu air - Bertengger di
31
Keberadaan Nama Jenis Burung Aktivitas - Burung layang-layang
rumah
- (Delichon dasypus)
- Terbang bolak balik di sekitar pekarangan
Siang
- Cabai jawa
(Dicaeum trochileum)
- Burung gereja erasia
(Passer montanus)
- Berteduh di pohon jambu air
- Berteduh di pohon jambu air
Sore
- Merbah cerukcuk
(Pycnonotus goiavier)
- Burung gereja erasia
(Passer montanus)
- Cabai jawa
(Dicaeum trochileum)
- Bermain di pucuk pohon jambu air - Bermain di
pohon jambu air dan dipagar rumah
- Makan di pohon jambu air
4 Pagi
- Merbah cerukcuk
(Pycnonotus goiavier)
- Burung gereja erasia
(Passer montanus)
- Burung madu sriganti
(Nectarinia jugularis)
- Kacamata biasa
(Zosterops palpebrosus)
- Burung layang-layang rumah
(Delichon dasypus)
- Bertengger di pucuk pohon jambu air - Bermain di
pohon jambu air - Makan di pohon
jambu air - Makan di pohon
jambu air - Terbang bolak
balik di sekitar pekarangan
Siang
- Burung gereja erasia
(Passer montanus)
- Cabai jawa
(Dicaeum trochileum)
- Berteduh di pohon jambu air dan bermain dipagar rumah - Berteduh di
pohon jambu air
Sore
- Merbah cerukcuk
(Pycnonotus goiavier)
- Cabai jawa
(Dicaeum trochileum)
- Burung layang-layang rumah
(Delichon dasypus)
- Bertengger di pucuk pohon jambu air - Bermain di
pohon jambu air - Terbang bolak
balik di sekitar pekarangan
- Burung layang-layang rumah
(Delichon dasypus)
- Cucak kutilang
(Pycnonotus aurigaster)
- Burung gereja erasia
(Passer montanus)
- Terbang bolak balik di sekitar pekarangan - Makan di pohon
pinang hutan - Bermain di
32
Keberadaan Nama Jenis Burung Aktivitas - Cinenen jawa
(Orthotomus sepium)
- Burung madu sriganti
(Nectarinia jugularis)
- Bondol haji (Lonchura
maja)
- Merbah cerukcuk
(Pycnonotus goiavier)
- Cabai jawa
(Dicaeum trochileum)
- Cinenen kelabu
(Orthotomus ruficeps)
- Kacamata biasa
(Zosterops palpebrosus)
- Makan di pohon - Bertengger di
pucuk pohon palem hijau - Bertengger di
pohon aren - Makan di pohon
bunga kupu-kupu - Bermain di
pohon sawo - Makan di pohon
bunga kupu-kupu
Siang
- Cinenen jawa
(Orthotomus sepium)
- Cucak kutilang
(Pycnonotus aurigaster)
- Burung gereja erasia
(Passer montanus)
- Cabai jawa
(Dicaeum trochileum)
- Bermain di pohon bunga kupu-kupu - Bertengger di
pucuk pohon kelapa dan pohon rambutan - Bermain di
pohon rambutan - Bermain di
pohon bunga kupu-kupu dan pohon rambutan
Sore
- Cucak kutilang
(Pycnonotus aurigaster)
- Burung layang-layang rumah
(Delichon dasypus)
- Cinenen kelabu
(Orthotomus ruficeps)
- Burung gereja erasia
(Passer montanus)
- Bondol haji (Lonchura
maja)
- Makan dan bertengger di pohon pinang hutan
- Terbang bolak balik di sekitar pekarangan - Bermain di pohon bunga kupu-kupu dan pohon sawo manila - Bermain di
pohon rambutan dan di pohon bambu kuning - Bertengger di
33
Keberadaan Nama Jenis Burung Aktivitas - Kacamata biasa
(Zosterops palpebrosus)
- Makan dan bermain di pohon bunga kupu-kupu
2 Pagi
- Burung layang-layang rumah
(Delichon dasypus)
- Cucak kutilang
(Pycnonotus aurigaster)
- Burung gereja erasia
(Passer montanus)
- Cinenen jawa
(Orthotomus sepium)
- Burung madu sriganti
(Nectarinia jugularis)
- Merbah cerukcuk
(Pycnonotus goiavier)
- Cabai jawa
(Dicaeum trochileum)
- Kacamata biasa
(Zosterops palpebrosus)
- Terbang bolak balik di sekitar pekarangan - Makan di pohon
pinang hutan dan bertengger di pohon kelapa - Makan di pohon
bunga kupu-kupu dan bermain di pohon rambutan - Bermain di
pohon damar dan pohon sawo manila - Bertengger di
pohon palem raja
- Bermain di pohon bunga kupu-kupu dan pohon damar - Makan di pohon
bunga kupu-kupu
Siang
- Burung gereja erasia
(Passer montanus)
- Cinenen kelabu
(Orthotomus ruficeps)
- Cinenen jawa
(Orthotomus sepium)
- Bersarang di atap rumah - Berteduh di
pohon kelapa dan pohon sawo manila
- Berteduh di pohon sawo manila
Sore
- Kacamata biasa
(Zosterops palpebrosus)
- Burung gereja erasia
(Passer montanus)
- Makan di pohon bunga kupu-kupu dan bermain di pohon damar - Bermain di
34
Keberadaan Nama Jenis Burung Aktivitas - Cabai jawa
(Dicaeum trochileum)
- Cucak kutilang
(Pycnonotus aurigaster)
- Burung layang-layang rumah
(Delichon dasypus)
- Bermain di pohon damar dan di pohon bunga kupu-kupu
- Bertengger dan bermain di pucuk pohon rambutan - Terbang bolak
balik di sekitar pekarangan
3 Pagi
- Burung gereja erasia
(Passer montanus)
- Cinenen kelabu
(Orthotomus ruficeps)
- Cabai jawa
(Dicaeum trochileum)
- Kacamata biasa
(Zosterops palpebrosus)
- Cipoh kacat (Aegithina
tiphia)
- Cucak kutilang
(Pycnonotus aurigaster)
- Burung layang-layang rumah
(Delichon dasypus)
- Makan di pohon bunga kupu-kupu dan bermain di pohon rambutan - Makan dan
bermain di pohon pinang hutan
- Makan di pohon bunga kupu-kupu dan bermain di pohon rambutan - Makan di pohon
bunga kupu-kupu
- Makan ulat di pohon rambutan - Makan di pohon
pinang hutan dan bertengger di pohon kelapa - Terbang bolak
balik di sekitar pekarangan
Siang
- Burung gereja erasia
(Passer montanus)
- Kacamata biasa
(Zosterops palpebrosus)
- Cabai jawa
(Dicaeum trochileum)
- Berteduh di pohon sawo manila - Bermain di
pohon cemara kipas
- Bermain di pohon damar dan bunga kupu-kupu
Sore
- Burung gereja erasia
(Passer montanus)
- Burung layang-layang rumah
(Delichon dasypus)
(*)
- Bersarang di atap rumah
35
Keberadaan Nama Jenis Burung Aktivitas
4 Pagi
- Burung gereja erasia
(Passer montanus)
- Cinenen kelabu
(Orthotomus ruficeps)
- Cabai jawa
(Dicaeum trochileum)
- Kacamata biasa
(Zosterops palpebrosus)
- Cipoh kacat (Aegithina
tiphia)
- Cucak kutilang
(Pycnonotus aurigaster)
- Burung layang-layang rumah
(Delichon dasypus)
- Makan di pohon bunga kupu-kupu dan bermain di pohon rambutan - Makan di pohon
pinang hutan dan bermain di pohon kelapa - Makan di pohon pohon rambutan - Makan dan
bertengger di pohon pinang hutan
- Terbang bolak-balik di sekitar pekarangan
Siang
- Cucak kutilang
(Pycnonotus aurigaster)
- Cinenen kelabu
(Orthotomus ruficeps)
- Bertengger di pucuk pohon rambutan dan di pohon kelapa - Bermain di
pohon sawo dan di pohon damar
Sore
- Cabai jawa
(Dicaeum trochileum)
- Burung layang-layang rumah
(Delichon dasypus)
*
- Bermain di pohon bunga kupu-kupu dan di pohon rambutan - Terbang
bolak-balik di sekitar pekarangan
(Dicaeum trochileum)
- Burung madu sriganti
(Nectarinia jugularis)
- Cinenen kelabu
(Orthotomus ruficeps)
- Kacamata biasa
(Zosterops palpebrosus)
- Merbah cerukcuk
(Pycnonotus goiavier)
- Burung layang-layang rumah (Delichon dasypus)
- Makan di pohon
36
Keberadaan Nama Jenis Burung Aktivitas
Siang
- Cabai jawa
(Dicaeum trochileum)
- Merbah cerukcuk
(Pycnonotus goiavier)
- Berteduh di pohon nangka - Bertengger di pucuk pohon seri
Sore
- Merbah cerukcuk
(Pycnonotus goiavier)
- Burung layang-layang rumah
(Delichon dasypus)
*
- Makan dan bermain di pohon seri - Terbang
bolak-balik di sekitar pekarangan
2 Pagi
- Burung gereja erasia
(Passer montanus)
- Merbah cerukcuk
(Pycnonotus goiavier)
- Burung madu sriganti
(Nectarinia jugularis)
- Kacamata biasa
(Zosterops palpebrosus)
- Cabai jawa
(Dicaeum trochileum)
- Cabai polos (Dicaeum
concolor)
- Cinenen kelabu
(Orthotomus ruficeps)
- Burung layang-layang rumah
(Delichon dasypus)
- Cinenen jawa
(Orthotomus sepium)
- Cucak kutilang
(Pycnonotus aurigaster)
- Bermain di rumput - Makan dan
bermain di pohon seri - Makan di
- Terbang bolak-balik di sekitar pekarangan
- Cinenen kelabu
(Orthotomus ruficeps)
- Cinenen jawa
(Orthotomus sepium)
- Berteduh di pohon nangka - Berteduh di
pohon nangka
Sore
- Merbah cerukcuk
(Pycnonotus goiavier)
- Cabai jawa
(Dicaeum trochileum)
*
- Makan dan bermain di pohon seri - Makan di pohon
seri
3 Pagi
- Burung layang-layang rumah
(Delichon dasypus)
- Burung madu sriganti
(Nectarinia jugularis)
- Merbah cerukcuk
(Pycnonotus goiavier)
- Cinenen jawa
(Orthotomus sepium)
37
Keberadaan Nama Jenis Burung Aktivitas - Burung gereja erasia
(Passer montanus)
- Bertengger di pucuk pohon mangga
Siang
- Cinenen kelabu
(Orthotomus ruficeps)
- Burung gereja erasia
(Passer montanus)
- Berteduh di pohon nangka - Berteduh dan
bermain di pohon mangga
Sore
- Merbah cerukcuk
(Pycnonotus goiavier)
- Burung layang-layang rumah
(Delichon dasypus)
*
- Bermain dan makan di pohon seri
- Terbang bolak-balik di sekitar pekarangan
4 Pagi
- Burung layang-layang rumah
(Delichon dasypus)
- Burung gereja erasia
(Passer montanus)
- Merbah cerukcuk
(Pycnonotus goiavier)
- Burung madu sriganti
(Nectarinia jugularis)
- Cabai jawa
(Dicaeum trochileum)
- Cinenen kelabu
(Orthotomus ruficeps)
- Kacamata biasa
(Zosterops palpebrosus)
- Terbang bolak-balik di sekitar pekarangan - Bertengger di
pucuk pohon mangga - Makan dan
bermain di pohon seri - Makan di pohon seri dan pohon jambu air - Makan dan
bermain di pohon jambu air
Siang
- Cinenen kelabu
(Orthotomus ruficeps)
- Cabai jawa
(Dicaeum trochileum)
- Berteduh di pohon nangka - Bermain dan
berteduh di pohon seri
Sore
- Merbah cerukcuk
(Pycnonotus goiavier)
- Kacamata biasa
(Zosterops palpebrosus)
*
- Bertengger di pucuk pohon jambu air dan di pohon seri - Bermain di
pohon durian