• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui hubungan antara keberadaan jenis tanaman dengan jenis burung di pekarangan berdasarkan struktur vegetasi di pekarangan, sebagai berikut:

1. Pekarangan yang berada di sekitarnya terdapat banyak jalur hijau (jalur hijau sungai dan jalur hijau jalan), mampu mengundang lebih banyak burung dibandingkan pekarangan yang terdapat sedikit jalur hijau di sekitarnya.

2. Pekarangan yang memiliki rata-rata luasan yang besar dan rata-rata jumlah jenis tanaman yang banyak, menghasilkan rata-rata jumlah jenis burung yang banyak.

3. Pekarangan yang memiliki rata-rata luasan yang besar dan nilai rata-rata indeks keragaman yang tinggi, menghasilkan nilai rata-rata indeks keragaman burung yang tinggi.

4. Ada 4 jenis tanaman, yaitu kersen (Muntingia calabura L), bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea), jambu air (Eugenia equea), mangga (Mangivera indica) yang diketahui mampu mengundang 11 jenis burung (Pycnonotus goiavier, Pycnonotus aurigaster, Orthotomus sepium, Orthotomus ruficeps, Orthotomus sutorius, Orthotomus cuculatus, Dicaeum trochileum,

Dicaeum concolor, Passer montanus, Nectarinia jugularis, Zosterops palpebrosus) dari 15 jenis burung yang diketahui selama pengamatan yang terletak di pekarangan contoh.

6.2 Saran

Hasil penelitian ini dapat memberikan saran, yaitu bahwa untuk menghadirkan burung ke dalam pekarangan maka diperlukan pemilihan jenis tanaman yang tepat, berbentuk pohon, menghasilkan buah/bunga sebagai pakan, dapat menjadi tempat bermain, atau tempat kawin, atau tempat bersarang.

17 Amama F P. 2009. Menentukan Prioritas Konservasi. Majalah Burung Indonesia.

(III): 34-36.

[Anonim]. 2011. Pengertian Habitat. http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2147794-pengertian-habitat/#ixzz1lZTMZJbN.

[27 November 2011].

[Anonim]. 2011. Pengertian Habitat. http://id.shvoong.com/exactsciences /biology/2177936-pengertian-habitat/#ixzz1lZwt2knc. [27 November 2011].

Arifin, H.S. 1998. Study on the vegetation structure of pekarangan and it’s changes in West Java [Disertation]. Okayama: The Graduate School of Natural Science and Technology (Doctor Course), Okayama University.

Arifin, H.S., A. Munandar, N.H.S. Arifin dan Kaswanto. 2009. Revitalisasi Praktik Agroforestri di Pedesaan: Buku Seri I. Biro Perencanaan Sekjen Deptan bekerjasama dengan Departemen Arsitektur Lanskap, Faperta IPB. Bahan penyuluhan.

Arifin, H.S., A. Munandar, N.H.S. Arifin dan Kaswanto. 2009. Pemanfaatan Pekarangan di Pedesaaan: Buku Seri II. Biro Perencanaan Sekjen Deptan bekerjasama dengan Departemen Arsitektur Lanskap, Faperta IPB. Bahan penyuluhan.

Arifin, H.S., A. Munandar, N.H.S. Arifin dan Kaswanto. 2009. Permukiman Sehat dan Berwawasan Lingkungan: Buku Seri III. Biro Perencanaan Sekjen Deptan bekerjasama dengan Departemen Arsitektur Lanskap, Faperta IPB. Bahan penyuluhan.

[Deptan]. Departemen Pertanian. 2002. Pedoman umum pemanfaatan pekarangan. http://www.smeeda.com. [08 Maret 2008].

Dunnet, Nigel, Clayden A. 2007. Rain Gardens: Managing Water Sustainably in the Garden and Designed Landscape. London: Timber Press.

18 Indonesia. (III): 13-15.

Galluzzi G, Eyzaguirre P, Valeria N. 2010. Home gardens: neglected hotspots of agro-biodiversity and cultural diversity. Biodiversity Conservation. Springer. 19:3635-3654

Hidayanto Y. 2009. Perubahan Iklim Hutan Alam Tropika Untuk Kemaslahatan Global. Majalah Burung Indonesia. (III): 22-23.

Kanara N. 2012. Struktur, Fungsi Dan Dinamika Keanekaragaman Hayati Pertanian Pada Pekarangan Di Hulu Das Kalibekasi, Kabupaten Bogor. [Tesis]. Bogor. Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Lusli S. 2007. Alam Asri, Burung Berseri. Majalah Burung Indonesia. No.5: 2. Mackinnon J, Balen VB, Phillipps K. 2010. Burung-burung di Sumatera, Jawa,

Bali, dan Kalimantan (Termasuk Sabah, Sarawak, dan Brunei Darussalam). Bogor: Burung Indonesia.

Octavia MH, Arifin HS, Munandar A, Takeuchi K. 2000. Ekologi Lanskap Pekarangan Khas Perdesaan di DAS Cianjur Jawa Barat. Studi Ekologi Lanskap pada Pengelolaan Sumberdaya Hayati yang berkelanjutan di Perdesaan Indonesia. Hal 4-6.

Rangkuti F. 2009. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasusu Bisnis: Reorientasi Konsep Perencanaan Strategi untuk Menghadapi Abad 21.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Rosyadi I. 2009. Mencoba Metode Daftar MacKinnon. Majalah burung Indonesia. (III): 37-39.

Soemarwoto, O. and G.R. Conway. 1992. The Javanese homegarden. Journal for Farming Systems Research-Extension. CIESIN. 2(3):95-118

Widuri TR. 2008. Pilih-Pilih Pakan Burung. Majalah Burung Indonesia. (III): 44-46.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berkurangnya ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan akibat penggunaan lahan menjadi permukiman mengakibatkan menurunnya biodiversitas satwa burung di perkotaan. Hal ini berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem di perkotaan. Kebutuhan akan tempat tinggal yang semakin meningkat mendorong pemanfaatan lahan untuk digunakan sebagai permukiman dan terkadang kurang memperhatikan keberadaan ruang terbuka hijau. Hal ini merupakan salah satu penyebab menurunnya RTH di perkotaan. Pada kawasan permukiman di daerah sub-urban dan urban secara umum dijumpai rumah yang memiliki pekarangan sempit. Pemanfaatan ruang terbuka hijau sebagai pekarangan mampu meminimalisir terdegradasinya kualitas lingkungan secara cepat terutama oleh

run-off dan erosi karena vegetasi yang ada dapat menahan laju run-off dan erosi (Dunnet, Nigel, Clayden 2007), serta meningkatkan kualitas lingkungan (secara estetis, ekologis dan ekonomis) dari ekosistem yang terbentuk dalam sistem pekarangan tersebut.

Pekarangan sebagai salah satu pemanfaatan lahan terbuka pada rumah

(taman rumah ‘khas’ Indonesia) merupakan contoh pemanfaatan RTH pada lahan

di sekitar rumah yang berasas pada konsep ekologis. Konsep ekologis pada pekarangan dapat dilihat dari keragaman hayati di dalamnya, hal tersebut dikarenakan di dalam pekarangan terdapat sistem yang saling terkait antara faktor biotik dan faktor abiotik yang bersinergi secara seimbang sehingga menghasilkan suatu sistem yang stabil pada lingkungan yang kita kenal dengan pekarangan.

Keberadaan pekarangan pada suatu kawasan pemukiman dapat membantu menjaga serta memelihara kelestarian dan keseimbangan lingkungan di sekitar kawasan pemukiman tersebut. Pekarangan dengan konsep ekologis mempertahankan biota (vegetasi dan satwa) asli (endemik) yang ada, hal tersebut dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan yang telah terbentuk (Arifin, 2010). Salah satunya yaitu pekarangan dapat berperan sebagai habitat satwa-satwa liar terutama burung. Pemanfaatan pekarangan secara berkelanjutan dapat

2 hanya dengan sedikit input (Octavia, Arifin, Munandar, Takeuci, 2000).

Kota Bogor merupakan salah satu tempat yang harus diperhatikan RTH kotanya, dan pekarangan yang ada di kota untuk menjaga keseimbangan ekosistem yang ada di kota tersebut. Oleh karena itu maka dilakukan pemanfaatan lanskap pekarangan perkotaan sebagai ruang terbuka hijau yang dapat menghadirkan satwa burung agar keseimbangan ekosistem di kota Bogor tetap terjaga.

1.2 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara keberadaan jenis tanaman dengan jenis burung di pekarangan berdasarkan struktur vegetasi di pekarangan.

1.3 Manfaat

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk memilih vegetasi yang akan ditanam di pekarangan untuk mengundang burung dan menjadikan pekarangan sebagai habitat burung sehingga keseimbangan ekosistem di perkotaan tetap terjaga.

1.3 Kerangka Pikir

Menurunnya RTH kota mengakibatkan berkurangnya ekosistem sebagai habitat satwa liar. Hal tersebut dapat berdampak pada penurunan keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna. Untuk itu perlu diadakannya perbaikan terhadap RTH kota untuk meminimalisir turunnya kestabilan ekosistem tersebut. Perbaikan tersebut dapat kita mulai dari skala kecil RTH kota, yaitu pekarangan.

Secara biofisik di dalam pekarangan perlu diamati struktur vegetasi, dan keberadaan satwa liar. Untuk itu perlu dilakukan analisis terhadap vegetasi yang meliputi rumput, semak, perdu, dan pohon untuk mengetahui seberapa besar peran vegetasi tersebut untuk menyediakan tempat hidup bagi satwa liar. Peran vegetasi yang dilakukan adalah sebagai sumber pakan, tempat istirahat, tempat kawin, tempat bermain, dan tempat bersarang, khususnya bagi burung (Gambar 1).

3

Gambar 1. Alur Kerangka Pikir

Analisis Vegetasi

POHON (RTH) Kota

Biodiversitas Satwa Liar di Kota Bogor

Hutan Kota Pekarangan Taman Kota

Keberadaan Satwa Liar Struktur Vegetasi

RUMPUT SEMAK PERDU

BURUNG

- Jenis Vegetasi - Jumlah Vegetasi

- Fungsi Vegetasi bagi burung - Bagian Vegetasi yang disukai

burung

- Jumlah spesies Burung - Jumlah individu - Jenis aktivitas - Tempat aktivitas

Menyusun strategi pengelolaan konservasi kegunaan jenis tanaman untuk habitat satwa burung di pekarangan.

BURUNG

- Jenis Vegetasi

- Jumlah Individu / Vegetasi - Fungsi Vegetasi bagi burung - Bagian Vegetasi yang disukai

burung

- Jumlah spesies - Jenis aktivitas - Tempat aktivitas

Mengetahui Hubungan antara Fungsi Vegetasi dengan Keberadaan spesies Burung di Pekarangan Kota.

4

Dokumen terkait