• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengelolaan Vegetasi Pekarangan Untuk Habitat Satwa Burung

Penentuan strategi pengelolaan konservasi keragaman jenis tanaman untuk habitat satwa burung di pekarangan dilakukan dengan analisis SWOT. Analisis SWOT merupakan cara dalam menentukan strategi dengan menganalisis faktor internal dan faktor eksternal yang ada pada setiap sample pekarangan. Faktor internal terdiri dari kekuatan (strength), kelemahan (weakness), sedangkan faktor eksternal terdiri dari peluang (opportunity) dan ancaman (threat).

5.4.1 Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman a) Kekuatan (Strenght)

- Strata vegetasi di pekarangan

Setiap pekarangan memiliki keragaman strata dan jenis vegetasi yang bermacam-macam, selain fungsinya sebagai estetika, dan membuat kenyamanan bagi penggunanya, sebagian vegetasi juga mampu mengundang burung untuk hadir di pekarangan dan menjadikan sebagai habitatnya terutama untuk mencari

79 yang datang ke pekarangan.

- Struktur pekarangan

Besar kecilnya luas pekarangan merupakan salah satu faktor yang penting untuk menentukan banyaknya jumlah jenis vegetasi (pohon) yang akan diatur untuk menciptakan suatu pekarangan yang mampu mengundang burung dan menghasilkan estetika. Pekarangan yang luas apabila dikelola dengan baik akan lebih banyak menghasilkan keragaman dan jenis vegetasi terutama pohon untuk mengundang burung dibandingkan dengan pekarangan yang sempit.

b) Kelemahan (Weakness) - Kurangnya pengelolaan pekarangan

Jarang dijumpai pemilik pekarangan yang benar-benar peduli dan merawat pekarangannya. Kebanyakan pemilik pekarangan yang menetap di bogor merupakan pekerja di luar kota bogor sehingga tidak mempunyai waktu untuk merawat pekarangannya. Adapun pemilik yang merawat pekarangannya merupakan golongan lansia sehingga mereka melakukannya sesuai dengan kemampuan mereka yang sudah mulai berkurang.

- Pemilihan jenis vegetasi

Banyaknya vegetasi di pekarangan memang sangat baik untuk kenyamanan pemilik maupun pengguna dan untuk mengundang satwa burung ke pekarangan, namun banyak dijumpai bahwa pemilik tidak terlalu mementingkan pemilihan jenis vegetasi yang seharusnya ditanam di pekarangan agar dapat berfungsi secara maksimal, baik secara estetis, kenyamanan, dan sebagai habitat satwa burung di pekarangan tersebut.

c) Peluang (Opportunity)

- Ruang terbuka hijau kota yang semakin sempit

Ruang terbuka hijau kota di kota bogor yang mampu mendukung habitat satwa burung sudah mulai berkurang, oleh karena itu salah satu alternatif untuk menjaga hal tersebut adalah memanfaatkan pengelolaan yang baik dan benar pada pekarangan agar dapat menjaga habitat burung. Dengan ini maka secara tidak langsung burung-burung akan berdatangan ke pekarangan tanpa diburu dengan secara kasar.

80 - Hilangnya atau menurunnya koridor hijau kota

Koridor hijau kota merupakan salah satu akses perpindahan burung dari satu tempat ke tempat lain, selain sebagai tempat bersarang bagi burung. Pada saat ini koridor tersebut semakin hilang akibat adanya pengalihan fungsi menjadi ruang terbuka terbangun tanpa memperhatikan ruang terbuka hijaunya. Contoh, pembangunan jalan raya pada saat ini tidak memperhatikan ruang terbuka hijaunya yang berada di tepi jalan.

- Penangkapan burung

Tingginya harga jual satwa burung menjadikan sebagian besar masyarakat setempat untuk berburu burung-burung yang unik dan indah kemudian di jual ke pasar atau di jual kepada orang-orang yang telah memesannya. Menurut pengakuan warga setempat, penangkapan burung dilakukan pada malam hari dengan cara mengambil sarangnya yang terdapat di pohon-pohon tepi sungai. Hal ini juga merupakan salah satu faktor yang membuat suatu jenis burung menjadi langka dan punah.

5.4.2 Penentuan Nilai Faktor Internal dan Eksternal

Setiap faktor memiliki tingkat kepentingan dan nilai tersendiri begitu juga dengan setiap faktor internal dan eksternal memiliki nilai berdasarkan tingkat kepentingannya untuk memudahkan dalam menentukan strategi yang tepat, dari pengamatan disusun 4 faktor strategis internal yang terdiri atas 2 faktor kekuatan (strength) dan 2 faktor kelemahan (weakness). Berdasarkan tingkat kekuatannya keragaman vegetasi di pekarangan, dan luas pekarangan merupakan kekuatan yang besar pada faktor kekuatan. Selanjutnya, pemilihan jenis vegetasi dan kurangnya pengelolaan terhadap pekarangan merupakan kelemahan yang berarti (Tabel 18).

Tabel 18. Tingkat Kepentingan Faktor Internal Pekarangan

Simbol Faktor Kekuatan (Strength) Tingkat Kepentingan

S1 Keragaman strata vegetasi di

pekarangan Kekuatan yang paling besar

81

Simbol Faktor Kelemahan (Weakness) Tingkat Kepentingan

W1 Pemilihan jenis vegetasi Kelemahan yang sangat berarti

W2 Kurangnya pengelolaan pekarangan Kelemahan yang cukup berarti

Untuk faktor strategis eksternal disusun 5 faktor yang terdiri dari 1 faktor peluang (opportunity) dan 4 faktor ancaman (threat). Berdasarkan tingkat kepentingannya, ruang terbuka hijau kota yang semakin sempit merupakan peluang yang sangat penting pada faktor peluang. Selanjutnya pada faktor ancaman, terdapat hilangnya atau menurunnya koridor hijau kota, dan penangkapan burung merupakan ancaman yang besar (Tabel 19).

Tabel 19. Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal Pekarangan

Simbol Faktor Peluang (Oportunity) Tingkat Kepentingan

O1 Ruang terbuka hijau kota yang semakin sempit Peluang yang sangat tinggi

Simbol Faktor Ancaman (Threats) Tingkat Kepentingan

T1 Hilangnya atau menurunnya koridor hijau kota

Ancaman yang sangat besar

T3 Penangkapan burung Ancaman yang besar

5.4.3. Pembuatan Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan Matriks External Factor Evaluation (EFE)

Setelah diperoleh nilai kepentingan dari faktor strategis intenal dan eksternal, tahap berikutnya adalah memberikan bobot penilaian dari setiap variabel yang digabungkan. Penilaian bobot ditentukan dengan pemberian skala 1 sampai dengan 4 (Tabel 20 dan Tabel 21). Nilai dari pembobotan dikalikan dengan peringkat pada setiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total skor pembobotan (David, 2008 yang disitasi Rangkuti, 2009).

Tabel 20. Pembobotan Faktor Internal

Simbol S1 S2 W1 W2 Total Bobot

S1 1 2 1 4 0.148

82

Simbol S1 S2 W1 W2 Total Bobot

W1 2 1 1 4 0.148

W2 4 3 4 11 0.407

Total 27 1

Tabel 21. Pembobotan Faktor Eksternal

Simbol O1 T1 T2 Total Bobot

O1 2 1 3 0.25

T1 2 1 3 0.25

T2 4 2 6 0.5

Total 12 1

Tabel 22. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)

Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skoring Kekuatan

Keragaman strata vegetasi di

pekarangan 0.148 4 0.592

Luas pekarangan 0.296 3 0.888

Kelemahan

Pemilihan jenis vegetasi 0.148 1 0.148

Kurangnya pengelolaan pekarangan 0.407 3 1.221

Total 1 10 2.849

Tabel 23. Matriks External Factor Evaluation (EFE)

Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skoring Peluang

Ruang terbuka hijau kota yang semakin sempit 0.25 4 1 Ancaman

Hilangnya atau menurunnya koridor hijau kota 0.25 1 0.25

Penangkapan burung 0.5 2 1

Total 1 7 2.25

Dari tabel IFE dan EFE di atas menunjukkan bahwa faktor strategis internal memiliki total rating 10 dengan jumlah skor faktor 2.85, sedangkan faktor

83 nilai tersebut dipetakan ke matriks internal-eksternal untuk mengetahui orientasi strategi yang akan dilakukan selanjutnya (Gambar 22).

Gambar 22. Orientasi strategi berdasarkan matriks Internal-Eksternal

Setelah disesuaikan pada matriks IE (Internal – Eksternal) pertemuan antara hasil skor faktor internal (IFE- Internal Factor Evaluation) dan hasil skor eksternal (EFE- External Factor Evaluation) berada pada kolom V, yaitu berorientasi strategi untuk mempertahankan dan pemeliharaan (hold and maintain), dengan kata lain strategi yang disusun adalah mempertahankan keberadaan vegetasi di pekarangan untuk memelihara habitat satwa burung.

Dokumen terkait