KAJIAN TREN FLAVOR PRODUK PANGAN YANG
DILUNCURKAN DI INDONESIA, MALAYSIA, FILIPINA DAN
THAILAND TAHUN 2006 - 2010
LISA NORISZA SJAHWIL
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir Kajian Tren Flavor Produk
Pangan yang Diluncurkan di Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand Tahun
2006 - 2010 adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.
Bogor, Januari 2012
Lisa Norisza Sjahwil
ABSTRACT
LISA NORISZA SJAHWIL. Study on flavours trend of food products launched in
Indonesia, Malaysia, Philippines and Thailand in 2006 – 2010, under direction of
Nuri Andarwulan and Purwiyatno Hariyadi
The application of flavour in all products is mainly aimed at enhancing the
human striving for increased pleasure and indulgence enjoyment. Hedonistic
aspects, therefore, form the basis of flavour industry. Mega-trends of convenient,
connectivity, comfort, sensory, individualism and health are adopted by consumer
nowadays. These behaviors then drive food industries and indirectly require flavor
industries to fulfill minimum one or at least several mega-trends criteria to have
their products to be well accepted. The flavour business in Asia Pacific reached
the 2
ndlargest market in the world. This study aims to review flavours trend of
food products launched within big ASEAN countries of Indonesia, Malaysia,
Philippines and Thailand during 2006 – 2010 where market continues to grow.
Materials used in this study were secondary data-subscribed at company PT.
Givaudan Indonesia via Mintel, Euromonitor, Datamonitor and other literatures
associated with socio-economic status, demographic factor, culinary information.
Product launches had correlation with GDP. The correlation coefficient figures in
descending order were 0.85, 0.84, 0.66, 0.54 respected to Thailand, Indonesia,
Philippines and Malaysia, whereas overall R
2was 0.796. Five common food
categories were non-alcoholic beverages, bakery, sauces and seasonings, snacks
and dairy. There was a slight difference in each country, in example Indonesia
with baby foods, Philippines with sugar and gum confectionary and Thailand with
meals and meal centers. Flavor trends in non-alcoholic beverages were fruits and
chocolate; bakery were chocolate, strawberry, vanilla and dairy such as cheese,
milk and butter; sauces and seasonings were chili-pepper, soy sauce, tomato,
barbeque; snacks were cheese, barbeque, spice/spicy and dairy were chocolate,
strawberry, vanilla.
RINGKASAN
LISA NORISZA SJAHWIL. Kajian Tren Flavor Produk Pangan yang
Diluncurkan di Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand oleh Nuri Andarwulan
dan Purwiyatno Hariyadi.
Flavor tidak diragukan lagi fungsinya sebagai stimulan pemenuhan kebutuhan
manusia untuk peningkatan kesenangan dan kenikmatan. Teknologi pengolahan
pangan yang mengakibatkan hilangnya flavor selama proses juga menjadi alasan
perlunya penambahan flavor. Perkembangan industri flavor seiring dengan
perkembangan industri pangan mengakibatkan terjadinya pergeseran indsutri
flavor dari skala rumah tangga menjadi skala industri. Industri flavor pertama kali
berkembang di Eropa, kemudian Amerika Serikat sehingga mencapai penyebaran
skala internasional. Asia Pasifik merupakan pasar flavor yang menempati urutan
kedua di dunia. Faktor demografi antara lain produk domestik bruto (PDB), total
populasi, komposisi populasi memainkan peranan penting dalam mempengaruhi
budaya kuliner suatu negara; disamping faktor status sosial ekonomi, sejarah,
perbatasan wilayah, hubungan perdagangan, hubungan diplomatik bahkan
pendudukan negara asing. Konsumen di dunia saat ini mengadopsi gaya hidup
mega-trends
yang meliputi kepraktisan, keterkaitan, kenyamanan, sensori,
kepribadian dan kesehatan. Keberhasilan industri di masa depan ditentukan dari
bisa tidaknya menghasilkan produk atau jasa yang memenuhi minimal satu atau
beberapa kriteria
mega-trends
tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tren flavor produk pangan yang
diluncurkan di Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand tahun 2006 – 2010 dan
bermanfaat untuk memberikan informasi kepada perusahaan berkenaan
pengembangan produk, produksi dan perdagangan flavor.
Metode yang dilakukan adalah pengumpulan data-data sekunder jenis flavor
pada produk pangan yang diluncurkan di lndonesia, Malaysia, Filipina dan
Thailand tahun 2006 – 2010 melalui Mintel GNPD dan data-data sosial-ekonomi
dan demografi suatu negara dari Euromonitor tahun 2005 - 2009, menganalisa
tren peluncuran produk pangan di setiap negara, menganalisa korelasi PDB
dengan produk pangan yang diluncurkan, menganalisa produk pangan
berdasarkan kategori pangan yang diluncurkan secara keseluruhan di semua
negara dan membandingkannya untuk masing-masing negara, mengkaji jenis
produk pangan berdasarkan ketegori pangan yang berflavor dan tidak berflavor,
melakukan pemetaan jenis flavor ke dalam bahasa flavor, mengkaji jenis flavor
yang mengalami kenaikan, tetap maupun penurunan tren, mengkaji tren flavor
pada produk pangan berdasarkan lima kategori pangan terpopuler yang
diluncurkan di tiap negara dan membandingkannya dengan semua negara serta
menyusun rekomendasi untuk keperluan industri flavor.
Peluncuran produk baru di Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand
berkorelasi dengan PDB dengan nilai koefisien korelasi untuk Thailand (0,85),
Indonesia (0,84), Filipina (0,66) dan Malaysia (0,54) dan nilai R
2sebesar 0,796.
kategori pangan kelima terbesar di Indonesia terletak pada makanan dan susu bayi
dan anak masa pertumbuhan, Filipina pada produk kembang gula atau permen dan
Thailand pada produk pangan campuran (komposit).
Flavor digunakan di hampir semua kategori pangan kecuali pasta, kentang dan
nasi dan produk sejenisnya. Flavor dapat dideskripsikan sesuai dengan ciri-ciri
sensorinya dan diterjemahkan ke dalam bahasa flavor. Flavor-flavor tersebut ada
yang mengalamai kenaikan, tetap atau mengalami penurunan tren.
Tren flavor minuman ringan tidak beralkohol adalah buah-buahan dan coklat;
produk bakeri adalah coklat, strawberry, vanilla, analog susu (susu, butter, keju);
saus dan bumbu adalah
chili-pepper, soy sauce
, tomat,
barbeque
; makanan ringan
siap santap adalah keju,
barbeque
,
spice/spicy
; produk-produk susu dan analognya
adalah coklat, strawberry, vanilla.
Kajian ini menunjukkan bahwa pemasaran flavor dipengaruhi PDB dan
pemenuhan aspek
mega-trends
. Jenis flavor produk pangan yang diperdagangkan
di empat negara masih berupa flavor dasar (misalnya coklat, strawberry, vanilla).
Untuk mengikuti kemajuan teknologi dan
mega-trends,
pengenalan jenis flavor
baru memerlukan strategi pemasaran yang berbeda. Kajian ini memberikan
informasi mengenai tren flavor pada produk pangan di masing-masing negara dan
dapat digunakan sebagai model untuk mengetahui bisnis flavor di suatu negara.
Rekomendasi hasil kajian bagi perusahaan dan industri flavor berupa
pembuktian bahwa penentuan 5 atau 6 jenis flavor terpopuler pada kategori
pangan tertentu yang diusulkan oleh bagian pemasaran telah mencakup minimum
50% dari total jenis produk pangan berdasarkan kategori pangan tertentu. Selain
itu kajian kategori pangan perlu dipertimbangkan dalam penentuan skala prioritas
penyelesaian
project-project
yang diterima oleh bagian pengembangan produk.
©Hak Cipta milik IPB, tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
1.
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber
a.
Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah
b.
Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
KAJIAN TREN FLAVOR PRODUK PANGAN YANG
DILUNCURKAN DI INDONESIA, MALAYSIA, FILIPINA DAN
THAILAND TAHUN 2006 - 2010
LISA NORISZA SJAHWIL
Tugas Akhir
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Profesi Teknologi Pangan pada
Program Studi Magister Profesi Teknologi Pangan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tugas Akhir
:
Kajian Tren Flavor Produk Pangan yang
Diluncurkan di Indonesia, Malaysia, Filipina dan
Thailand Tahun 2006 - 2010
Nama
: Lisa Norisza Sjahwil
NIM
: F252090035
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Nuri Andarwulan, MS
Prof. Dr. Purwiyatno Hariyadi, MSc
Ketua
Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi
Dekan
Profesi Teknologi Pangan
Sekolah Pascasarjana
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2011 ini ialah Kajian Tren Flavor
Produk Pangan yang Diluncurkan di Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand
Tahun 2006 - 2010.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Nuri Andarwulan MS,
Bapak Prof. Dr. Ir. Purwiyatno Hariyadi, MSc selaku pembimbing, Bapak Prof.
Dr. Ir. Dedi Fardiaz, MSc, selaku penguji luar dan Ibu Dr. Ir. Lilis Nuraida, MSc
selaku Ketua Program Studi serta Manajemen dan staf tempat penulis bekerja
yang telah banyak memberi saran dan membantu selama pengumpulan data.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada suami, anak, orang tua dan
seluruh keluarga, atas segala doa, kasih sayang dan dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2012
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 1 Desember 1972 dari ayah
Sjahwil Maruddin dan ibu Nurmita Ardim. Penulis merupakan putri kedua dari
empat bersaudara.
Tahun 1991 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Bandung dan pada tahun yang
sama lulus seleksi UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri) diterima di
ITB (Institut Teknologi Bandung), Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik
Kimia hingga lulus pada tahun 1996. Pada tahun 2009 penulis diterima di
Program Studi Magister Profesi Teknologi Pangan pada Program Pascasarjana
IPB.
Penulis pertama kali bekerja sebagai
Quality Control Engineer
di PT. NEC
Semiconductors Indonesia sejak tahun 1996 – 1998. Pada tahun 1999 penulis
bekerja di PT. Akzo Nobel International Coatings Indonesia sebagai
Quality
System Supervisor
. Karena penulis berkeinginan untuk beraktifitas di industri
pangan atau ingridien pangan, pada tahun 1999 – 2001 penulis memutuskan
pindah bekerja di PT. Mane Flavors and Fragrances sebagai
Quality Assurance
Manager
, dilanjutkan ke IFF - PT. Essence Indonesia pada tahun 2001 – 2005
dengan jabatan yang sama. Pada tahun 2005 penulis diterima bekerja di PT. Quest
International Indonesia sebagai
ASEAN Sub-regional Regulatory Affairs Manager
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI……….
i
DAFTAR TABEL………...
iii
DAFTAR GAMBAR………...
iv
DAFTAR ISTILAH..………...
vii
PENDAHULUAN………...
1
Latar Belakang Penelitian……….
1
Tujuan Penelitian ……….
3
Manfaat Penelitian ………...
3
TINJAUAN PUSTAKA………...
5
Flavor...………...
5
Teknologi Pembuatan Senyawa Flavor dan Kompleks Flavor...
6
Industri Flavor………... …………...………...
7
Mega-trends
………...………...………
10
Demografi Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand………...
11
METODOLOGI………...………...
15
Waktu dan Tempat……….………..
15
Bahan dan Alat……….………....
15
Pelaksanaan Penelitian...………..………
15
HASIL DAN PEMBAHASAN………...………...
19
Peluncuran Jenis Produk Pangan………..
19
Peluncuran Jenis Produk Pangan Berdasarkan Kategori Pangan...
21
Peluncuran Jenis Produk Pangan Berdasarkan Kategori Pangan yang
Berflavor dan Tidak Berflavor...
30
Jenis Flavor pada Produk Pangan...
31
Tren Flavor pada Minuman Ringan Tidak Beralkohol...
38
Tren Flavor pada Produk Bakeri...
41
Tren Flavor pada Produk Saus dan Bumbu...
45
Tren Flavor pada Makanan Ringan Siap Santap...
49
Tren Flavor pada Produk-produk Susu dan Analognya….………..
53
Tren Flavor pada Beberapa Kategori Pangan………..
57
Rekomendasi untuk Perusahaan dan Industri Flavor………...
60
ii
Halaman
SIMPULAN DAN SARAN………..
61
DAFTAR PUSTAKA…….………..
63
iii
Halaman
Tabel 1 Data demografi di Indonesia...
12
Tabel 2 Data demografi di Malaysia...
13
Tabel 3 Data demografi di Filipina...
14
Tabel 4 Data demografi di Thailand...
14
Tabel 5 Jenis produk pangan yang diluncurkan di Indonesia, Malaysia,
Filipina dan Thailand tahun 2006 - 2010...
19
Tabel 6 Peluncuran jenis produk pangan berdasarkan kategori pangan di
Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand tahun 2006 – 2010…
22
Tabel 7 Lima kategori pangan terpopuler dari total jenis produk pangan
yang diluncurkan di Indonesia, Filipina, Malaysia danThailand
tahun 2006 – 2010...
28
Tabel 8 Perbandingan jenis produk pangan berdasarkan kategori pangan
yang berflavor dan tidak berflavor yang diluncurkan di
Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand tahun 2006 – 2010…
31
Tabel 9 Jenis flavor pada produk pangan yang diluncurkan di Indonesia,
Malaysia, Filipina dan Thailand tahun 2006 – 2010………..
32
Tabel 10 Pengelompokkan jenis flavor berdasarkan deskripsi...
34
Tabel 11 Tren flavor pada produk pangan yang diluncurkan di Indonesia,
Malaysia, Filipina dan Thailand tahun 2006 – 2010...
37
DAFTAR GAMBAR
iv
Gambar 1
Struktur industri flavor dan aroma...…..………...
8
Gambar 2
Pangsa pasar industri flavor dan aroma tahun 2010...
9
Gambar 3
Penjualan flavor di Indonesia, Malaysia, Filipina dan
Thailand tahun 2005 – 2010………...
9
Gambar 4
Korelasi PDB tahun 2005 – 2009 dan jenis produk pangan
yang diluncurkan di Indonesia, Malaysia, Filipina dan
Thailand tahun 2006 – 2010...
21
Gambar 5
Distribusi jenis produk pangan berdasarkan kategori pangan
yang diluncurkan di Indonesia, Malaysia, Filipina dan
Thailand tahun 2006 – 2010...
23
Gambar 6
Distribusi jenis produk pangan berdasarkan kategori pangan
yang diluncurkan di Indonesia tahun 2006 – 2010...
24
Gambar 7
Distribusi jenis produk pangan berdasarkan kategori pangan
yang diluncurkan di Malaysia tahun 2006 – 2010...
25
Gambar 8
Distribusi jenis produk pangan berdasarkan kategori pangan
di yang diluncurkan di Filipina tahun 2006 – 2010...
26
Gambar 9
Distribusi jenis produk pangan yang diluncurkan berdasarkan
kategori pangan di Thailand tahun 2006 – 2010...
27
Gambar 10 Distribusi jenis flavor pada produk pangan yang diluncurkan
di Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand tahun 2006 –
2010…...
36
Gambar 11 Tren flavor pada produk minuman ringan tidak beralkohol di
Indonesia tahun 2006 – 2010...
38
Gambar 12 Tren flavor pada produk minuman ringan tidak beralkohol di
Malaysia tahun 2006 – 2010...
39
Gambar 13 Tren flavor pada produk minuman ringan tidak beralkohol di
Filipina tahun 2006 – 2010…...……….
39
Gambar 14 Tren flavor pada produk minuman ringan tidak beralkohol di
Thailand tahun 2006 – 2010...
40
Gambar 15 Jenis flavor pada produk minuman ringan tidak beralkohol
yang diluncurkan di Indonesia, Malaysia, Filipina dan
Thailand tahun 2006 – 2010………...
41
Gambar 16 Tren flavor pada produk bakeri di Indonesia tahun 2006 –
2010...
42
Gambar 17 Tren flavor pada produk bakeri di Malaysia tahun 2006 –
2010...
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 18 Tren flavor pada produk bakeri di Filipina tahun 2006 –
2010...
43
Gambar 19 Tren flavor pada produk bakeri di Thailand tahun 2006 –
2010...
44
Gambar 20 Jenis flavor pada produk bakeri yang diluncurkan di
Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand tahun 2006 – 2010
45
Gambar 21 Tren flavor pada produk saus dan bumbu di Indonesia tahun
2006 – 2010...
46
Gambar 22 Tren flavor pada produk saus dan bumbu di Filipina tahun
2006 – 2010...
47
Gambar 23 Tren flavor pada produk saus dan bumbu di Malaysia tahun
2006 – 2010...
48
Gambar 24 Tren flavor pada produk saus dan bumbu di Thailand tahun
2006 – 2010...
48
Gambar 25 Jenis flavor pada produk saus dan bumbu yang diluncurkan di
Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand tahun 2006 – 2010
49
Gambar 26 Tren flavor pada makanan ringan siap santap di Indonesia
tahun 2006 – 2010…………...
50
Gambar 27 Tren flavor pada makanan ringan siap santap di Malaysia
tahun 2006 – 2010...
51
Gambar 28 Tren flavor pada makanan ringan siap santap di Filipina tahun
2006 – 2010...
51
Gambar 29 Tren flavor pada makanan ringan siap santap di Thailand
tahun 2006 – 2010...
52
Gambar 30 Jenis flavor pada makanan ringan siap santap yang
diluncurkan di Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand
tahun 2006 – 2010...
53
Gambar 31 Tren flavor pada produk-produk susu dan analognya di
Indonesia tahun 2006 – 2010…………...
54
Gambar 32 Tren flavor pada produk-produk susu dan analognya di
Malaysia tahun 2006 – 2010...
55
Gambar 33 Tren flavor pada produk-produk susu dan analognya di
Filipina tahun 2006 – 2010...
56
Gambar 34 Tren flavor pada produk-produk susu dan analognya di
Thailand tahun 2006 – 2010...
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 35 Jenis flavor pada produk-produk susu dan analognya yang
diluncurkan di Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand
tahun 2006 – 2010...
56
Gambar 36 Tren flavor pada makanan dan susu bayi dan anak masa
pertumbuhan di Indonesia tahun 2006 – 2010...
58
Gambar 37 Tren flavor pada kembang gula atau permen di Filipina tahun
2006 – 2010...
58
Gambar 38 Tren flavor untuk produk pangan campuran (komposit) di
Thailand tahun 2006 – 2010...
vii
DAFTAR ISTILAH
Produk Domestik Bruto (PDB)
berdasarkan BPS 2011 adalah total pendapatan
yang diterima oleh faktor-faktor produksi dalam kegiatan proses produksi
di suatu negara selama satu periode (setahun)
Produk pangan yang diluncurkan
adalah total jenis produk pangan baru yang
diluncurkan pada periode tertentu di negara tertentu bukan merupakan
total volume keseluruhan produk pangan yang beredar di negara tersebut
Mintel
adalah perusahaan jasa yang memberikan layanan kepada pelanggan
mengenai informasi tren dan inovasi produk baru yang diluncurkan di
suatu negara. Perusahaan ini mempunyai pembeli terlatih yang bertugas
mendapatkan setiap jenis produk pangan yang beredar resmi di
hipermarket, supermarket, minimarket dan toko-toko serta memasukkan
data-data hasil
brand analysis
tersebut ke dalam GNPD (
Global New
Product Database
)
Euromonitor
adalah perusahaan jasa yang memberikan layanan kepada
pelanggan mengenai informasi industri pangan, perilaku dan gaya hidup
konsumen, status ekonomi, keuangan dan perdagangan, kondisi
pemerintahan, status pekerja dan pendidikan, status demografi di suatu
negara
Datamonitor
adalah perusahaan jasa yang memberikan layanan kepada
pelanggan mengenai informasi perilaku kosumen di suatu negara terkait
dengan produk pangan dalam kemasan yang beredar di negara tersebut
Kategori Pangan
adalah pengelompokkan pangan berdasarkan jenis pangan
tertentu yang digolongkan tersendiri oleh Mintel, sedapat mungkin
disesuaikan dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia No. HK.00.05.52.4040 tentang Kategori
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Manusia berdasarkan sejarah sangat terpengaruh oleh flavor dan aroma.
Kehidupan manusia berkaitan erat dengan pengembangan dan penggunaan flavor
dan wangi-wangian. Pada zaman pra-sejarah, penggunaan flavor hanya terbatas
pada rempah-rempah dan saus. Kalau kita melihat kembali peradaban Mesir saat
itu; dimana industri flavor berakar; mereka telah mengenal teknik pembalsaman
dengan menggunakan wangi-wangian yang berkarakteristik aroma saus dan getah.
Di zaman modern saat ini, spektrum flavor menjadi sangat luas, tidak hanya
dilihat dari ketersediaan berbagai jenisnya saja, melainkan juga sisi aplikasinya
dalam kehidupan sehari-hari yang sangat beragam. Aplikasi flavor untuk produk
pangan semata-mata bertujuan untuk memperkaya keinginan manusia akan
peningkatan kesenangan dan kenikmatan. Aspek hedonisme inilah yang menjadi
basis dari industri flavor (Erich & Herta 1998).
Teknologi pengolahan pangan yang mengakibatkan hilangnya flavor selama
proses menjadi alasan perlunya penambahan flavor ke dalam produk pangan. Saat
ini, dimana teknologi pengolahan pangan sudah semakin maju, tetap tidak
mengurangi kebutuhan akan flavor. Kenaikan permintaan flavor untuk produk
pangan secara konstan dalam satu abad terakhir menghasilkan perubahan besar
pada industri flavor, sehingga terjadilah pergeseran industri flavor dari usaha
rumah tangga menjadi skala industri (Erich & Herta 1998).
Di era tahun 1950-an hingga 1960-an, konsumen masih sangat terbuka
dengan cita rasa yang enak dan flavor yang kuat pada produk pangan, akan tetapi
perilaku ini berubah secara drastis dalam beberapa dekade terakhir. Pangan
dengan atribut mutunya kemudian berevolusi menjadi simbol kepribadian yang
diekspresikan dalam slogan
you are what you eat
. Kesehatan, kebugaran dan pola
makan menjadi salah satu gaya hidup masa kini. Erich & Herta (1998)
mengemukakan bahwa faktor demografi memainkan peranan yang semakin
penting dalam industri flavor. Konsumen terdidik abad ini lebih menuntut produk
2
mengandung serat dan vitamin lebih tinggi. Atribut inilah yang menjadi
karakteristik gaya hidup masa kini, dimana konsumen menjadi sangat peka
terhadap korelasi antara kesehatan dan panjangnya usia dengan pola makan yang
sehat dan bergizi (Erich & Herta 1998). Di sisi lain konsumen abad ini tetap
memfokuskan diri kepada ketertarikan, kesenangan dan keinginan untuk mencoba
flavor baru serta tidak terlepas dari tuntutan harga yang lebih terjangkau.
Industri flavor mulai melakukan perluasan aplikasinya terhadap produk
pangan yang biasanya selama ini tidak ditambahkan flavor, misalnya produk
minuman seperti kopi, susu, teh (Erich & Herta 1998). Permintaan akan pengganti
bahan baku pangan, misalnya pengganti lemak menyebabkan adanya permintaan
kebutuhan flavor di berbagai produk pangan yang menggunakannya sebagai
pengganti kehilangan
mouthfeel
. Berkembangnya standar kehidupan masyarakat
di Eropa Timur dan Asia serta hilangnya sekat-sekat budaya akibat perkembangan
industri pariwisata memberikan peluang yang menjanjikan kepada industri flavor
dalam perluasan bisnisnya berkaitan dengan peningkatan daya beli dan makin
dikenalnya makanan etnis masyarakat Eropa maupun Amerika di negara-negara
berkembang.
Industri flavor yang bertumpu pada formulasi senyawa flavor menjadikan
industri ini bersifat tertutup. Disamping itu sifat industrinya yang berupa
business
to business
mengakibatkan produk flavor tidak dijual secara eceran. Pada kondisi
dimana persaingan antara industri pangan sangat gencar dan para pelaku hanya
memberikan informasi komposisi bahan baku sesedikit mungkin sebagaimana
persyaratan minimal pelabelan yang ditetapkan oleh badan regulasi setempat
semakin menyebabkan informasi mengenai flavor tidak tersedia secara terbuka.
Untuk itu diperlukan suatu kajian untuk mengetahui tren flavor dalam
produk pangan yang beredar di beberapa negara di Asia Tenggara terkait status
sosial ekonomi dan kondisi demografi negara setempat. Kajian ini dipelajari
melalui data-data sekunder dimana perusahaan berlangganan maupun data-data
3
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi tren flavor pada aplikasi
produk pangan yang beredar di negara Asia Tenggara (Indonesia, Filipina,
Malaysia dan Thailand) dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2006 – 2010), (2)
mengidentifikasi flavor dominan pada produk pangan yang beredar di
negara-negara tersebut, (3) mempelajari perkembangan flavor dalam kaitannya dengan
status sosial ekonomi, PDB dan faktor demografi.
Manfaat Penelitian
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi kepada perusahaan berkenaan pengembangan produk, produksi dan
TINJAUAN PUSTAKA
Flavor
Flavor didefinisikan sebagai bahan tambahan pangan berupa konsentrat,
dengan atau tanpa ajudan perisa (
flavoring adjunct
) yang digunakan untuk
memberi flavor, dengan pengecualian rasa asin, manis dan asam, tidak
dimaksudkan untuk dikonsumsi secara langsung dan tidak diperlakukan sebagai
bahan pangan (SNI 2006). CAC (2008) mendefinisikan flavor sebagai
karakteristik dari suatu bahan saat dikonsumsi, diterima oleh indera perasa dan
pembau, juga merupakan respon dari reseptor di dalam mulut saat diterima dan
diterjemahkan oleh otak sebagai persepsi flavor tertentu.
CAC (2008) membagi flavor menjadi tiga bagian, yaitu (1) senyawa flavor
yang merupakan senyawa kimia spesifik, dapat melalui proses sintesis kimia
sehingga disebut sebagai senyawa flavor sintetik maupun diperoleh dari alam
seperti tumbuhan atau hewan, disebut sebagai senyawa flavor alami, (2)
kompleks flavor alami, yaitu preparat yang mengandung senyawa-senyawa flavor
yang diperoleh melalui proses fisik yang secara tidak sengaja dan tidak dapat
dihindarkan dapat menghasilkan perubahan struktur kimia (contoh: distilasi dan
ekstraksi dengan pelarut pengekstrak), atau karena proses enzimatis dan
mikrobiologis suatu tanaman atau hewan. Material tersebut dapat diproses atau
tidak untuk konsumsi manusia secara tradisional seperti pengeringan,
pemanggangan dan proses fermentasi. Contoh kompleks flavor alami adalah
minyak atsiri, esen, ekstrak, hidrolisat protein, distilat, hasil pemanasan, sangrai
atau enzimolisis, (3) flavor asap, yaitu campuran kompleks dari komponen asap
yang diperolah melalui pirolisis kayu yang terkendali, kemudian asap tersebut
dilakukan distilasi dengan pengekstrak cair, dikondensasi untuk menghasilkan
fase cair. Komponen utama dari flavor asap adalah senyawa asam karboksilat,
gugus karbonil dan gugus fenol.
Flavor berdasarkan karakteristik flavornya dibagi menjadi dua bagian besar
6
dengan flavor buah-buahan atau “manis” misalnya kelompok jeruk (jeruk, lemon,
jeruk nipis,
lemon lime
, jeruk bali), berry (strawberry, blueberry, raspberry,
blackcurrant, blackberry), buah tropis (nanas, mangga, pepaya, pisang),
orchard
(apel, pir, persik), melon, anggur,
sweet brown
(coklat, kopi, karamel, toffee,
butterscotch),
dairy
(susu, krim, keju, mentega, yoghurt), kacang-kacangan
(kacang tanah, hazelnut, almond), vanilla, mint, fantasi (tuttifruti, marshmallow),
sereal. Adapun flavor
savoury
yang diidentikkan dengan flavor gurih atau “asin”
dibagi menjadi kelompok daging (ayam, sapi, babi), saus dan rempah yang terdiri
dari kelompok campuran (barbeque, teriyaki, soto), kelompok tunggal (bawang
bombay, bawang putih, jahe, kayumanis), kelompok yang dimasak (asap,
panggang, oriental, kecap),
dairy
(keju, mentega),
seafood
(ikan, udang, kepiting),
sayur-sayuran (jamur, wortel, kentang) dan telur (Givaudan 2011).
Teknologi Pembuatan Senyawa Flavor dan Kompleks Flavor
Teknologi pembuatan senyawa flavor sederhana seperti distilasi dan
ekstraksi minyak atsiri sudah diperkenalkan oleh bangsa Arab sejak jaman
sebelum sejarah Kristen. Sejarah produksi minyak atsiri secara skala industri
dimulai pada setengah abad yang lalu. Senyawa kimia aromatik yang penting
dikenal pada abad ke-19 dan saat itulah pertama kali suatu usaha dilakukan untuk
mengisolasi senyawa-senyawa kimia dari sumber alami yang kemudian diikuti
dengan sintesis menjadi senyawa kimia aromatik lainnya. Beberapa senyawa
kimia aromatik rintisan pertama yang sangat penting saat itu adalah metil salisilat
[1843]
1, sinamat aldehida [1856]
1, benzaldehida [1863]
1dan vanillin [1872]
1yang
merupakan prekursor dari proses sintesis senyawa kimia aromatik lainnya. Dari
sinilah industri flavor dan aroma pertama kali berkembang di Eropa, menyebar ke
Amerika Serikat dan akhirnya menyebar ke seluruh dunia (Erich & Herta 1998).
Teknologi tradisional lainnya yang digunakan untuk menghasilkan senyawa flavor
atau kompleks flavor adalah pengeringan, pirolisis, pemanggangan dan fermentasi
(Arctander 1969).
7
Dalam formulasi senyawa-senyawa flavor, sering pula ditambahkan bahan
bukan flavor lainnya seperti bahan tambahan pangan dan bahan pangan yang
diperlukan selama proses produksi, penyimpanan dan penanganan. Bahan ini
berfungsi sebagai zat pembantu proses pelarutan atau dispersi flavor di dalam
produk pangan. Penggunaan bahan bukan flavor sebaiknya diminimasi sampai
batas yang paling mungkin untuk mencapai fungsi teknologinya dan harus
mengikuti standar bahan tambahan pangan untuk produk pangan (CAC 2008).
Proses pencampuran senyawa-senyawa flavor, kompleks flavor maupun bahan
bukan flavor dilakukan dengan teknik pencampuran.
Untuk menjawab tuntutan industri pangan saat ini yang menginginkan agar
flavor masih memiliki flavor yang segar dan otentik sekaligus mempunyai umur
simpan yang panjang dan stabil, dikembangkanlah teknologi
spray drying
.
Teknologi ini mengubah sifat fisik flavor cair menjadi bubuk dengan
menggunakan pembawa yang melindungi senyawa-senyawa flavor tersebut dari
pengaruh lingkungan luar.
Spray drying
konvensional digunakan untuk
melindungi senyawa flavor yang tidak mudah teroksidasi. Teknologi enkapsulasi
dengan penambahan lapisan (
coating
)
digunakan untuk melindungi senyawa
flavor yang mudah menguap dan teroksidasi. Saat ini dikembangkan pula
teknologi
multistage drying
(MSD) untuk meningkatkan sifat
flowability
dan
kelarutan serta mencegah penggumpalan (Givaudan 2011).
Industri Flavor
Fellows (2006) membagi tujuan industri pangan menjadi empat bagian besar,
yaitu (1) memperpanjang umur simpan produk dengan teknik pengawetan untuk
menghambat pertumbuhan mikroba dan perubahan biokimia sehingga
memberikan cukup waktu bagi proses distribusi, penjualan dan penyimpanan, (2)
meningkatkan variasi dalam pangan dengan menyediakan flavor, warna, aroma
dan tekstur yang menarik, (3) menyediakan nutrien bagi kebutuhan tubuh, (4)
menghasilkan pemasukan bagi pabrikan.
Flavor; bersamaan dengan warna, tekstur dan aroma; tidak diragukan lagi
8
itulah perkembangan industri flavor selalu sejalan dengan perkembangan industri
pangan.
Pada dasarnya ada tiga bagian utama pada industri flavor dan aroma yaitu
minyak atsiri dan ekstrak alami, senyawa kimia aromatik dan premiks flavor
maupun aroma (Burdock 1995). Struktur industri flavor dan aroma dapat dilihat
pada Gambar 1.
Gambar 1 Struktur industri flavor dan aroma (Burdock 1995).
Abad 19 merupakan titik awal perkembangan industri flavor dan aroma
yang pertama kali di Eropa sebelum menyebar ke Amerika Serikat sehingga
mencapai penyebaran skala internasional saat ini. Secara umum dinamika industri
flavor dan aroma menjadi cerminan tren di beberapa sektor industri. Melalui
merger, akuisisi dan ekspansi, industri flavor dan aroma berkembang menjadi
perusahaan multinasional yang beroperasi secara global. Sebagai akibat dari
proses konsentrasi ini, bisnis menengah sampai kecil menurun, tren menjadi lebih
seragam dengan pasar yang kurang beragam. Analisis tahun 2010 memperlihatkan
bahwa sekitar 76% dari perputaran bisnis flavor dan aroma dikuasai kurang dari
10 perusahaan dengan nilai bisnis total sebesar US$ 22 miliar (Lefingwell &
Associates 2011). Pangsa pasar industri flavor dan aroma tersebut dapat dilihat
9
Perbandingan pangsa pasar industri flavor dan aroma di tahun 2006 adalah
50,6% dan 49,4% dengan total bisnis berada di kisaran US$ 12,5 milyar. Pola
persebaran bisnis flavor (terpisah dari aroma) di berbagai wilayah dunia yaitu
Amerika Serikat sebesar 30,6%, Asia Pasifik (27,0%), Eropa Barat (23,2%),
Timur Tengah dan Afrika (6,9%), Eropa Timur (6,2%) dan Amerika Selatan
(5,8%) (Lefingwell & Associates 2011).
Total penjualan = US$ 22 milyar
Lainnya 24%
Givaudan 21% Firmenich
15% IFF
12% Symrise
10%
Takasago 7%
Robertet SA 2% T. Hasegawa
3% Sensient Flavors
3% Mane SA
3%
Gambar 2 Pangsa pasar industri flavor dan aroma tahun 2010
(Lefingwell & Associates 2011).
Secara spesifik, perkembangan penjualan flavor di negara Indonesia,
Malaysia, Filipina dan Thailand pada enam tahun terakhir diperlihatkan pada
10
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Tahun
V
o
lu
m
e
(
d
a
la
m
t
o
n
)
Thailand Indonesia Filipina Malaysia
Gambar 3 Penjualan flavor di Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand
tahun 2005 - 2010 (Euromonitor 2011).
Mega-trends
Konsumen di dunia saat ini mengadopsi gaya hidup
mega-trends
(Datamonitor 2011). Keberhasilan industri di masa mendatang ditentukan dari
bisa atau tidaknya industri tersebut menghasilkan produk maupun jasa yang
memenuhi minimal satu atau yang lebih ideal dengan memenuhi beberapa kriteria
mega-trends
. Saat melaksanakan riset dan pengembangan produk baru, industri
pangan secara langsung mempertimbangkan tuntutan konsumen akan
mega-trends
.
Industri flavor sebagai pemasok industri pangan, secara tidak langsung dituntut
untuk memenuhi kriteria
mega-trends
. Adapun unsur-unsur
mega-trends
mencakup hal-hal di bawah ini:
1.
Kepraktisan (
covenience
) mencerminkan kehidupan sehari-hari yang
berkompetisi dengan waktu. Gaya hidup tersebut memaksa konsumen untuk
mencari produk yang efisien dan efektif sehingga dapat membantu
memaksimalkan mereka dalam pemanfaatan waktu. Konsumen mau membayar
barang dan jasa yang bisa membuat mereka dapat lebih memanfaatkan waktu
secara maksimum. Dikaitkan dengan perilaku makan, konsumen lebih memilih
pangan yang persiapannya lebih sederhana dan membutuhkan waktu yang
11
2.
Keterkaitan (
connectivity
) dilambangkan dengan gaya hidup yang serba digital
dan terhubungkan. Konsumen mendambakan dirinya sebagai bagian dari suatu
komunitas yang dapat membantu mereka dalam menemukan jati diri. Contoh
gaya hidup ini adalah sikap konsumen yang jika memutuskan untuk membeli
sesuatu berdasarkan saran orang lain atau membeli sesuatu berdasarkan
identitas dan status.
3.
Kenyamanan (
comfort
) merupakan gaya hidup yang menuntut terbebasnya dari
rasa takut, ketidakpercayaan dan ketidakpastian ekonomi, terutama setelah
terjadinya krisis global finansial di tahun 2008, membuat konsumen
menempatkan makanan sebagai hiburan untuk melepaskan ketegangan.
4.
Sensori (
sensory
) mewakili konsumen yang berkeinginan untuk meningkatkan
tingkat kesenangan dan sensasi dari produk yang mereka konsumsi. Seiring
dengan pengalaman mereka yang beragam, mereka mengharapkan sesuatu
yang lain dari suatu produk pangan. Konsumen mengeksplorasi makanan untuk
merasakan sesuatu yang baru. Sifat hedonisme melihat sensori sebagai sesuatu
yang dapat memuaskan mereka serta mencari rasa yang otentik.
5.
Kepribadian (
individualism
) adalah gaya hidup yang mementingkan ekspresi
diri untuk menegaskan identitas pribadi dan keleluasaan untuk menentukan
keinginan sendiri daripada menjadi bagian dari produk massal. Konsumen
mencari produk yang dapat membuat mereka berbeda dari yang lain yang dapat
mencerminkan “inilah saya”. Meskipun sebenarnya sifat individualisme ini
sudah ada sejak dulu, sifat ini kemudian berkembang menjadi masyarakat yang
materialistis seiring dengan kemajuan ekonomi.
6.
Kesehatan (
health
) berkaitan dengan gaya hidup sehat, keamanan pangan dan
pangan fungsional. Gaya hidup ini juga termasuk disiplin, mementingkan
kebersihan, kesehatan, menjaga imunitas, termasuk di dalamnya hidup sehat
secara emosi dan finansial.
Demografi Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand
Indonesia dengan populasi 237 juta penduduk dengan ledakan daya hidup,
12
usia 15 – 29 tahun yang mencapai hampir 85 juta dengan kebanyakan bergaya
hidup konsumtif menjadikan Indonesia saat ini menjadi salah satu kekuatan
ekonomi baru di Asia Pasifik. Para investor melihat Indonesia sebagai pasar masa
depan yang tidak dapat diabaikan (Euromonitor 2011). Gaya hidup masyarakat
Indonesia lainnya adalah mengikuti perkembangan teknologi, senang menjadi
bagian dari suatu komunitas dan mengikuti tren.
Konsumen di Indonesia melihat perubahan kehidupannya yang
porak-poranda ketika terjadi reformasi pada tahun 1998 menjadi kekuatan ekonomi baru
saat ini. Konsumen Indonesia semakin percaya diri terlebih telah mampu melalui
krisis global finansial pada tahun 2008. Populasi kelas menengah dengan
pendapatan per kapita lebih dari US$ 5.000/tahun terus bertambah dan
diperkirakan akan mencapai lebih dari 50 juta orang di tahun 2020 (Euromonitor
[image:30.595.81.502.377.653.2]2011). Data demografi Indonesia digambarkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Data demografi di Indonesia (Euromonitor 2011)
Parameter
Satuan
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
Pertumbuhan
PDB
%
5,7
5,5
6,3
6,0
4,6
PDB
juta US $
285.788
364.431
432.248
511.105
539.348
Populasi
pertengahan
tahun
dalam ribu
220.582
223.311
226.007
228.654
231.240
Angka
kelahiran
per 1000
penduduk
19,8
19,4
19,0
18,6
18,2
Populasi usia
0-14 tahun
%
28,4
28,1
27,7
27,4
27,0
Populasi usia
15-64 tahun
%
66,1
66,3
66,5
66,8
67,0
Populasi usia
65+ tahun
%
5,6
5,6
5,8
5,9
6,0
Populasi
masyarakat
urban
%
48,1
49,3
50,4
51,6
52,6
Malaysia adalah negara penghasil minyak kelapa sawit dan karet terbesar
di dunia. Industri manufaktur menyumbangkan 28% PDB dan didominasi oleh
produk elektronik yang berorientasi ekspor. Sektor jasa menyumbangkan 23%
13
Filipina mengalami peralihan dari negara pertanian menjadi negara industri
dan jasa. Filipina merupakan negara pengekspor tenaga kerja kedua terbesar di
dunia setelah Meksiko tersebar di 182 negara. Hal ini disebabkan karena 1 dari 3
penduduk Filipina hidup di bawah garis kemiskinan (Euromonitor 2011). Data
demografi Filipina disajikan pada Tabel 3.
Thailand adalah negara ekonomi industri baru yang sangat tergantung
ekspor dengan nilai ekspor sebesar 70% PDB. Meskipun tahun sebelumnya
mengalami distraksi pertumbuhan, pada tahun 2010 Thailand mengalami
pertumbuhan ekonomi tertinggi di kawasan Asia Tenggara dan termasuk negara
dengan pertumbuhan ekonomi cepat di Asia dengan angka pertumbuhan PDB
mencapai 7,5%. Industri pariwisata di Thailand menyumbang sekitar 6% PDB
[image:31.595.109.527.376.653.2](Euromonitor 2011). Data demografi Thailand disajikan pada Tabel 4.
Tabel 2 Data demografi di Malaysia (Euromonitor 2011)
Parameter
Satuan
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
Pertumbuhan
PDB
%
5,3
5,8
6,5
4,7
-1,7
PDB
juta US $
137.954
156.601
186.774
222.105
192.846
Populasi
pertengahan
tahun
dalam
ribu
26.384
26.906
27.405
27.868
28.325
Angka
kelahiran
per 1000
penduduk
19,6
18,4
18,0
17,7
17,4
Populasi usia
0-14 tahun
%
32,6
32,4
32,2
31,9
31,7
Populasi usia
15-64 tahun
%
63,1
63,3
63,4
63,6
63,8
Populasi usia
65+ tahun
%
4,3
4,3
4,4
4,4
4,5
Populasi
masyarakat
urban
14
Tabel 3 Data demografi di Filipina (Euromonitor 2011)
Parameter
Satuan
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
PDB
%
5,0
5,3
7,1
3,7
1,1
PDB
juta US $
117.533
117.533
144.070
167.166
161.052
Populasi
pertengahan
tahun
dalam
ribu
98.829
87.686
89.463
91.244
93.030
Angka
kelahiran
per 1000
penduduk
25,9
25,6
25,8
25,6
24,8
Populasi usia
0-14 tahun
%
35,6
35,1
34,7
34,3
33,9
Populasi usia
15-64 tahun
%
60,6
60,9
61,3
61,6
61,9
Populasi usia
65+ tahun
%
3,9
3,9
4,0
4,1
4,2
Populasi
masyarakat
urban
%
62,7
63,5
64,2
65,0
65,7
Tabel 4 Data demografi di Thailand (Euromonitor 2011)
Parameter
Satuan
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
PDB
%
4,6
5,1
4,9
2,5
-2,2
PDB
juta US $
176.602
207.227
247.111
272.428
263.978
Populasi
pertengahan
tahun
dalam
ribu
63.223
63.663
64.099
64.524
64.928
Angka
kelahiran
per 1000
penduduk
14,9
14,8
14,6
14,4
14,2
Populasi usia
0-14 tahun
%
21,7
21,3
21,0
20,7
20,3
Populasi usia
15-64 tahun
%
71,0
71,2
71,3
71,6
71,7
Populasi usia
65+ tahun
%
7,3
7,5
7,7
7,8
8,0
Populasi
masyarakat
urban
[image:32.595.81.493.393.671.2]METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Seluruh tahap penelitian dilakukan dari bulan Maret hingga Juli 2011 di PT.
Givaudan Indonesia, bertempat di Gedung Menara Anugrah, lantai 7 – 9, Kantor
Taman E.3.3, Kawasan Mega Kuningan Lot. 8.6 – 8.7, Jakarta 12950.
Bahan dan Alat
Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah beberapa data
sekunder yang di-
subscribe
perusahaan (Mintel GNPD, Euromonitor,
Datamonitor), literatur yang terkait dengan flavor, status sosial dan ekonomi dan
kondisi demografi di negara-negara Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand
serta perilaku
mega-trends.
Pelaksanaan Penelitian
1.
Mengumpulkan data-data sekunder melalui langkah-langkah
sebagai berikut:
1.1
Melakukan pendaftaran secara elektronik pada portal Mintel melalui
intranet
perusahaan untuk memperoleh
log-in
dan
password
. Memasukkan
log-in
dan
password
pada portal Mintel untuk mendapatkan informasi
mengenai peluncuran jenis produk pangan.
1.2
Melakukan
query
pada
database
Mintel GNPD dengan pilihan masukan
berupa data peluncuran jenis produk pangan yang dipublikasikan antara
Januari hingga Desember pada tahun 2006 untuk semua kategori pangan di
Indonesia dengan pilihan luaran berupa semua jenis kategori pangan dan
‘50+lain-lain’ jenis flavor.
1.3
Mengumpulkan data-data sekunder yang diperoleh melalui langkah 1.2
berupa jumlah jenis produk pangan yang diluncurkan di Indonesia selama
Januari hingga Desember 2006 yang sudah terbagi ke dalam 19 kategori
16
1.4
Mengulangi langkah 1.2 dan 1.3 masing-masing untuk tahun 2007, 2008,
2009 dan 2010.
1.5
Mengulangi langkah 1.2 – 1.4 masing-masing untuk Malaysia, Filipina,
dan Thailand.
1.6
Mengulang langkah 1.1 pada portal Euromonitor untuk mendapatkan
informasi mengenai data demografi, status sosial dan ekonomi dan industri
pangan untuk masing-masing negara Indonesia, Malaysia, Filipina dan
Thailand.
1.7
Mengulang langkah 1.1 pada portal Datamonitor untuk mendapatkan
informasi mengenai perilaku konsumen.
2.
Mengelompokkan data-data yang diperoleh melalui langkah 1.2 – 1.5
berdasarkan tahun, negara, kategori pangan dan jenis flavor dalam format
excel
. Kumpulan data-data sekunder secara detil dapat dilihat pada Lampiran 1.
3.
Mengolah data-data yang diperoleh melalui langkah 2 dengan aplikasi pivot.
Merekayasa berbagai luaran sebagai berikut:
3.1
Jenis produk pangan yang diluncurkan di Indonesia, Malaysia, Filipina
dan Thailand tahun 2006 - 2010.
3.2
Jenis produk pangan berdasarkan kategori pangan yang diluncurkan di
Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand tahun 2006 - 2010.
3.3
Jenis flavor pada produk pangan berdasarkan kategori pangan yang
diluncurkan di Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand tahun 2006 -
2010.
4.
Melakukan analisa korelasi PDB dengan peluncuran jenis produk pangan
melalui langkah – langkah berikut:
4.1
Mengumpulkan data-data PDB untuk Indonesia, Malaysia, Filipina dan
Thailand masing-masing tahun 2005 - 2009 yang diperoleh melalui
langkah 1.6.
4.2
Mengumpulkan data-data jenis peluncuran produk pangan di Indonesia,
Malaysia, Filipina dan Thailand masing-masing tahun 2006 - 2010 yang
diperoleh melalui langkah 3.1.
4.3
Menjumlahkan jenis peluncuran produk pangan yang diluncurkan di tahun
17
Malaysia, Filipina dan Thailand. Asumsi siklus peluncuran jenis produk
pangan adalah 2 tahun sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh
internal perusahaan.
4.4
Menghitung korelasi (r) antara data-data yang diperoleh melalui langkah
4.1 dan 4.3 untuk setiap negara Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand
dengan menggunakan fungsi yang tersedia di
excel
:
4.5
Mengurutkan data-data yang diperoleh melalui langkah 4.1 sebagai sumbu
x dan data-data yang diperoleh melalui langkah 4.3 sebagai sumbu y,
masing-masing diurutkan dari nilai yang terkecil sampai terbesar.
4.6
Memplotkan data – data x dan y yang diperoleh melalui langkah 4.5.
4.7
Melakukan regresi linear untuk mendapatkan nilai R
2.
5.
Melakukan analisa kategori pangan dengan cakupan minimum 60% dari total
jenis produk pangan yang diluncurkan secara keseluruhan di keempat negara
berdasarkan data-data perolehan langkah 3.2.
6.
Membandingkan perbedaan kategori pangan dengan cakupan minimum 60%
dari total jenis produk pangan yang diluncurkan di masing-masing negara
berdasarkan data-data perolehan langkah 3.2.
7.
Membandingkan jenis produk pangan berdasarkan kategori pangan yang
berflavor dan tidak berflavor dengan mengolah data-data yang diperoleh
melalui langkah 3.3.
8.
Mengurutkan semua jenis flavor pada jenis produk pangan yang paling sering
diluncurkan sampai paling sedikit dengan mengolah data-data yang diperoleh
melalui langkah 3.3. Sesuai kebijakan internal perusahaan, jenis flavor
lain-lain dikecualikan karena flavor tersebut umumnya ditujukan untuk
niche
market
dengan jenis produk pangan yang sangat spesifik.
9.
Melakukan pemetaan cakupan 80% jenis flavor yang diperoleh melalui
langkah 8 terhadap bahasa flavor yang dideskripsikan oleh perusahaan.
10.
Melakukan kajian cakupan 60% jenis flavor yang diperoleh melalui langkah 8.
11.
Melakukan analisa tren pergerakan jenis flavor yang diperoleh melalui
18
melakukan regresi linear terhadap jenis flavor pada jenis produk pangan yang
diluncurkan tahun 2006 – 2010. Ditetapkan nilai gradien di bawah 0 untuk
penurunan tren, nilai gradien di atas 5 untuk kenaikan tren. Nilai gradien
antara 0 – 5 dianggap tetap dengan asumsi pertumbuhan organik berada pada
kisaran tersebut.
12.
Melakukan kajian tren flavor dengan cakupan minimum 50% pada produk
pangan berdasarkan kategori pangan yang diperoleh melalui langkah 5 dan 6
untuk masing-masing negara dan dihubungkan dengan status sosial dan
ekonomi, kondisi demografi dan perilaku konsumen negara tersebut.
13.
Membandingkan jenis flavor pada produk pangan berdasarkan kategori
pangan yang diperoleh melalui langkah 5 untuk keempat negara.
14.
Menyusun rekomendasi hasil kajian untuk keperluan perusahaan dan industri
SIMPULAN DAN SARAN
Peluncuran produk baru di Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand
berkorelasi dengan PDB dengan nilai koefisien korelasi (r) untuk Thailand (0,85),
Indonesia (0,84), Filipina (0,66) dan Malaysia (0,54) dengan nilai R
20,796.
Lima kategori pangan utama di Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand
adalah minuman ringan tidak beralkohol, produk bakeri, saus dan bumbu,
makanan ringan siap santap dan produk-produk susu dan analognya. Perbedaan
kategori pangan kelima terbesar di Indonesia terletak pada makanan dan susu bayi
dan anak masa pertumbuhan, Filipina pada produk kembang gula atau permen dan
Thailand pada produk pangan campuran (komposit).
Flavor digunakan di hampir semua kategori pangan kecuali pasta, kentang
dan nasi dan produk sejenisnya. Flavor dapat dideskripsikan sesuai dengan
ciri-ciri sensorinya dan diterjemahkan ke dalam bahasa flavor.
Tren flavor minuman ringan tidak beralkohol adalah buah-buahan dan
coklat; produk bakeri adalah coklat, strawberry, vanilla, analog susu (susu, butter,
keju); saus dan bumbu adalah
chili-pepper, soy sauce
, tomat,
barbeque
; makanan
ringan siap santap adalah keju,
barbeque
,
spice/spicy
; produk-produk susu dan
analognya adalah coklat, strawberry, vanilla.
Penelitian ini menunjukkan bahwa pemasaran flavor dipengaruhi PDB dan
pemenuhan aspek
mega-trends
. Jenis flavor produk pangan yang diperdagangkan
di empat negara masih berupa flavor dasar (misalnya coklat, strawberry, vanilla).
Untuk mengikuti kemajuan teknologi dan
mega-trends,
pengenalan jenis flavor
baru memerlukan strategi pemasaran yang berbeda. Penelitian ini memberikan
informasi mengenai tren flavor pada produk pangan di masing-masing negara dan
dapat digunakan sebagai model untuk mengetahui bisnis flavor di suatu negara.
Rekomendasi hasil kajian bagi perusahaan dan industri flavor berupa
pembuktian bahwa penentuan 5 atau 6 jenis flavor utama pada jenis kategori
pangan tertentu yang selama ini dilakukan telah mencakup minimum 50% dari
keseluruhan jenis flavor. Selain itu kajian kategori pangan perlu dipertimbangkan
DAFTAR PUSTAKA
Arctander, S. 1969. Perfume and Flavor Chemicals (Aroma Chemicals). New
Jersey: Montclair.
Asia Pacific Security Studies 2004:
Trouble in Thailand’s Muslim South
http://www.apcss.org/Publications/APSSS/TroubleinThailandsMuslimSouth
.pdf.
[15 Desember 2011]
[Bappenas] Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional. 2010. Ridho, Sari
Lestari Zainal dan Al Rasyid, Muhammad Zainal. Partisipasi Angkatan
Kerja Perempuan dan Rasio Jenis Kelamin: Studi Kasus Negara Anggota
Asean.
http://www.bappenas.go.id/blog/?p=297
[31 Desember 2011]
[BPS] Biro Pusat Statistik 2009. Istilah statistik
http://www.bps.go.id/aboutus.php?glos=1&ist=1
[14 Desember 2011]
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2006. Keputusan Kepala Badan
Pengawasan
Obat
dan
Makanan
Republik
Indonesia
Nomor:
HK.00.05.52.4040 tentang Kategori pangan. Jakarta: Badan POM RI.
Jakarta.
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2010. Keputusan Kepala Badan
Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor: HK.
00.05.52.0085 tentang Pengelompokkan Produk Formula Bayi dan Formula
Lanjutan. Jakarta: Badan POM RI. Jakarta.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1996. Formula Lanjutan. SNI-01
4123-1996. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2006. Bahan Tambahan Pangan –
Persyaratan Perisa dan penggunaan dalam Produk Pangan. SNI-01
7152-2006. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.
Burdock, G.A. 1994. Fenaroli’s Handbook of Flavor Ingredients. Third edition.
Virginia: CRC.
[CAC] Codex Alimentarius Commission. 1981. General Standard for the
Labelling of Food Additives when sold as such, Codex Stan 107-1981.
Rome: CAC.
[CAC] Codex Alimentarius Commission. 1987. General Standard for Natural
Flavorings, Codex Stan 29-1987. Rome: CAC.
[CAC] Codex Alimentarius Commission. 2005. General Standard for Food
Additives, Codex Stan 192-1995 (rev. .6-2005). Rome: CAC.
64
Datamonitor. 2011.
Mega-trendsds
ds:
Profiting from Consumer-Mega Trends in
Asia Pacific
http://www.datamonitor.com/store/Browse/?N=355&Ntt=mega+trends
[13
Juli 2011]
Euromonitor. 2011. Indonesia, Malaysia, Philippines, Thailand:
Country Factfile
http://www.portal.euromonitor.com/Portal/Pages/Search/SearchResultsList
.aspx
[13 Juli 2011]
Euromonitor. 2011.
Overview of Confectionary in the Philippines
http://www.portal.euromonitor.com/Portal/Pages/Search/SearchResultsList
.aspx
[November 2011]
Euromonitor. 2011.
Sauces, dressings and Condiments in Indonesia
http://www.portal.euromonitor.com/Portal/Pages/Search/SearchResultsList
.aspx
[Oktober 2011]
Euromonitor. 2011.
Tea in Indonesia
http://www.portal.euromonitor.com/Portal/Pages/Search/SearchResultsList
.aspx
[February 2011]
Euromonitor. 2010.
Baby Food in Indonesia
http://www.portal.euromonitor.com/Portal/Pages/Search/SearchResultsList
.aspx
[Oktober 2010]
Euromonitor. 2010. Ingredients Flavours:
Historic, volume consumption, tonnes
http://www.portal.euromonitor.com/Portal/Pages/Search/SearchResultsList
.aspx
[13 Juli 2011]
Euromonitor. 2010.
Noodles – Thailand;
Country Sector Briefing
http://www.portal.euromonitor.com/Portal/Pages/Search/SearchResultsList
.aspx
[November 2010]
Euromonitor. 2010.
Packaged Food – Indonesia;
Country Market Insight
http://www.portal.euromonitor.com/Portal/Pages/Search/SearchResultsList
.aspx
[November 2010]
Euromonitor. 2010.
Packaged Food – Malaysia;
Country Market Insight
http://www.portal.euromonitor.com/Portal/Pages/Search/SearchResultsList
.aspx
[November 2010]
Euromonitor. 2010.
Packaged Food – Philippines;
Country Market Insight
http://www.portal.euromonitor.com/Portal/Pages/Search/SearchResultsList
.aspx
[November 2010]
Euromonitor. 2010.
Packaged Food – Thailand
;
Country Market Insight
http://www.portal.euromonitor.com/Portal/Pages/Search/SearchResultsList
.aspx
[November 2010]
Euromonitor. 2010.
Ready Meals – Thailand;
Country Sector Briefing
65
Fellow, JP. 2000. Food Processing Technology; Principles and Practise. New
York; CRC.
Food Export Association of the Midwest USA. 2011.
http://www.foodexport.org/Resources/CountryProfileDetail.cfm?ItemNumb
er=1032
[31 Desember 2011]
Frisian Flag. 2011. Konsumsi Susu di Indonesia Tumbuh Tertinggi di ASEAN
http://www.frisianflag.com/id/ruang-media/liputan-media/5666-konsumsi-susu-di-indonesia-tumbuh-tertinggi-di-asean
[31 Desember 2011]
Indonesian cuisine 2010. Taste of exotic Indonesia:
A Brief Guide
http://www.embassyofindonesia.org/culinary/pdf/indonesiancuisine1.pdf
[30 October 2011]
Kompas Health 2012. Konsumsi Nasional Susu Rendah.
http://health.kompas.com/read/2010/12/14/05342571/Konsumsi.Susu.Nasio
nal.Rendah
[31 Desember 2011]
Lefingwell & Associates. 2011. Flavors and Fragrances Industry Leader
http://www.leffingwell.com/top_10.htm
[13 Juli 2011]
Malaysian Food 2003. What is Eurasian Food?
http://www.malaysianfood.net/Eurasianfood.html
[30 Oktober 2011]
Philippines Country Study Guide 2007. Filipino Food [30 June 2011]
By IBP USA, USA International Business Publications
Thailand Exports, Imports and Trade. 2010.
http://www.economywatch.com/world_economy/thailand/export-import.html
[31 Desember 2011]
Thailand Kitchen of the World 2004.
Characteristic of Thai people’s diet
http://thailand.prd.go.th/ebook/kitchen/ch3.html
[2 November 2011]
Trading Economics 2011. Thailand Export
http://www.tradingeconomics.com/thailand/exports
World Bank 2011. Perkembangan Triwulan Perekonomian Indonesia. Mengulang
Tahun 2008?
http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/COUNTRIES/EASTASIA
PACIFICEXT/INDONESIAINBAHASAEXTN/0,,contentMDK:22858408~
pagePK:1497618~piPK:217854~theSitePK:447244,00.html
[31 Desember
2011]
Tahun Negara Kategori Pangan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan anak masa pertumbuhan
2006 Indonesia Makanan dan susu bayi dan a