• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKIBAT HUKUM KREDIT MACET TANPA JAMINAN PADA KOPERASI SERBA USAHA TRANSPORTASI SEWAKA DANA DI DENPASAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "AKIBAT HUKUM KREDIT MACET TANPA JAMINAN PADA KOPERASI SERBA USAHA TRANSPORTASI SEWAKA DANA DI DENPASAR."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

AKIBAT HUKUM KREDIT MACET TANPA JAMINAN PADA

KOPERASI SERBA USAHA TRANSPORTASI

SEWAKA DANA DI DENPASAR

KOMANG GDE SURYA RADIKA

NIM. 1116051032

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

AKIBAT HUKUM KREDIT MACET TANPA JAMINAN

PADA KOPERASI SERBA USAHA TRANSPORTASI

SEWAKA DANA DI DENPASAR

Skripsi ini dibuat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Udayana

KOMANG GDE SURYA RADIKA NIM. 1116051032

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016

(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang

Hyang Widi Wasa karena atas berkat rahmatnyalah, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Akibat Hukum Kredit Macet Tanpa Jamian Pada Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka Dana Di Denpasar”

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi kewajiban terakhir sebagai mahasiswa guna melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan studi Program Sarjana. Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari masih jauh dari

sempurna, karena masih terdapat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Maka kritik, saran, dan bimbingan yang sifatnya membangun

dari semua pihak sangat penulis harapkan guna kelengkapan dari penyempurnaan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa adanya bantuan

dan dukungan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dikesempatan yang sangat berharga ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-bersarnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana, SH.,M.H, Dekan Fakultas Hukum

Universitas Udayana.

2. Bapak I Ketut Sudiartha, SH.,M.H, Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universita Udayana.

3. Bapak I Wayan Bela Siki Layang, SH.,M.H, Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Udayana.

(6)

4. Bapak I Wayang Suardana, SH.,M.H, Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Udayana.

5. Bapak Anak Agung Gede Oka Parwata, SH.,MSi, sebagai Ketua Program Ekstensi Fakultas Hukum Universitas Udayana.

6. Bapak Anak Agung Ketut Sukranatha, SH.,MH, sebagai Sekertaris Program Ekstensi Fakultas Hukum Universitas Udayana.

7. Bapak Dr. I Wayan Wiryawan, SH.,M.H, Ketua Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Udayana.

8. Bapak I Nyoman Darmadha, SH.,M.H, Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan sehingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.

9. Bapak A. A. Ketut Sukranatha, SH.,M.H, Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan sehingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.

10.Ibu Anak Agung Sri Utari, SH.,M.H, Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan dorongan, arahan, dan semangat selama penulis mengikuti perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Udayana.

11.Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Udayana yang telah

mengajar dan mendidik penulis selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Udayana.

12.Bapak dan Ibu Pegawai Administrasi Fakultas Hukum Universitas Udayana

yang telah banyak membantu dalam pengusrusan proses administrasi.

13.Bapak Gede Darmada, SE.,MM, sebagai Ketua Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka Dana di Denpasar yang telah membantu memberikan

bahan-bahan yang diperlukan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

(7)

14.Bapak I Wayan Nurja, sebagai Manager Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka Dana di Denpasar yang telah membatu memberikan bahan-bahan

yang diperlukan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

15.Kedua orang tua penulis, Ir. Nyoman Wistar dan Ni Nyoman Suryani SE., M.Si dan Kakak penulis Gde Bayu Surya Parwita dan Dama Surya Pardita

yang telah banyak mendukung dan memberikan semangat serta doa kepada penulis baik di dalam menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas

Udayana maupun di dalam penyelesaian skripsi ini.

16.Kekasih penulis Putu Sri Ariandani, yang selalu menemani dan memberikan masukan, motivasi dan doa untuk menyelesaikan skripsi ini.

17.Teman-teman penulis Gung Darma, Gung Wah Anyo, Adis Suta, Komang

Riandika, Amalia Kurniawan, Putri Pradnya, Ima PS, Rengganis, Lia, Laras Janitra, Dyah Paramita, serta seluruh angkatan 2011 yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu mengingatkan, memberikan motivasi dan

dorongan semangat dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna

dan bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan hukum pada khususnya.

Denpasar, Februari 2016

Penulis

(8)

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan 1ru penulis menyatakan bahwa Karya Ilmiah/Penulisan

Hukum/Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis, tidak terdapat karya yang

pemah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi

manapun, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pemah ditulis atau diterbitkan oleh penulis lain, kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila Karya Ilmiah/Penulisan Hukum/Skripsi ini terbukti merupakan

duplikasi ataupun plagiasi dari hasil karya penulis lain dan/atau dengan sengaja

mengajukam karya atau pendapat yang merupakan hasil karya penulis lain, maka

penulis bersedia menerima sanksi akademik dan/ atau sanksi hukum yang berlaku.

Demikian surat Pemyataan ini saya buat sebagai pertanggungjawaban ilmiah

tanpa ada paksaan maupun tekanan dari pihak manapun juga.

Denpasar, 01 Februari 2016

(Komang Ode Surya Radika)

NIM. 1116051032

(9)
(10)
(11)
(12)
(13)

ABSTRAK

Di indonesia terdapat lembaga keuangan yang memiliki peran dalam pemberian kredit salah satunya adalah koperasi. berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Pada dasarnya pemberian kredit oleh koperasi dapat diberikan kepada siapa saja yang memiliki kemampuan untuk membayar kembali dengan syarat melalui suatu perjanjian utang piutang antara kreditur dan debitur. Dalam peminjaman kredit sangat diperlukan adanya jaminan, baik yang bersifat kebendaan maupun perorangan yang berguna untuk meyakinkan koperasi selaku kreditur, bahwa debitur mempunyai kemampuan untuk mengembalikan kredit yang diberikan kepada debitur sesuai dengan persyaratan dan perjanjian kredit yang telah disepakati bersama. Namun realita menunjukan bahwa ada pemberian kredit yang dilakukan tanpa menggunakan jaminan, Mengingat adanya kemudahan dalam memberikan program kredit tanpa menggunakan jaminan yang diberikan oleh koperasi, makan tidak dapat dipungkiri dalam pengembalian kredit ada beberapa debitur yang tidak memenuhi perjanjian dengan baik. permasalahan yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini adalah bagaimana akibat hukum dari adanya kredit macet tanpa jaminan pada Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka Dana dan bagaimana upaya yang dilakukan oleh Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka Dana dalam menyelesaikan kredit bermasalah tanpa menggunakan jaminan.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum empiris, karena mendekati masalah dari peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kenyataan yang ada dalam masyarakat. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer data yang diperoleh langsung dari masyarakat sebagai sumber pertama melalui penelitian langsung dengan melakukan wawancara sedangkan Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan yaitu data yang diperoleh berasal dari beberapa literatur dan peraturan perundang- undangan yang ada hubungannya dengan rumusan masalah.

Penelitian ini menunjukan bahwa akibat hukum kredit macet tanpa menggunakan jaminan pada Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka Dana adalah diharuskan membayar ganti kerugian sesuai dengan pinjaman. Dan upaya yang dilakukan oleh Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka Dana dalam menyelesaikan kredit bermasalah tanpa jaminan adalah staff admin melakukan teguran melalui telepon, pemberian surat peringatan 1 dan 2, memperpanjang jangka waktu kredit, penurunan suku bunga, pembebasan bunga dan jika langka tersebut masih belum bisa terselesaikan maka langka terakhir yang ditempuh ialah pemberhentian dari anggota koperasi.

Kata kunci : Kredit, Jaminan, Koperasi

(14)

ABSTRACT

In Indonesia there are financial institutions that have a role in granting credit one is cooperative. Under article 1 Act Number. 25 of 1992 concerning Cooperativ. The cooperative is a business entity that consists of persons or legal entities with cooperative base its activities based on the principle of cooperative movement at the same time the people's economy, based upon the principle of family. Essentially the granting of credit by a cooperative can be given to anyone who has the ability to pay back the debts through an agreement between the creditor and the debtor. In the presence of badly needed credit loan guarantees, either character or an individual material useful to convince the cooperative as a creditor, that the debtor has the ability to restore the credit given to the debtor in accordance with the terms of the credit agreement and the agreed upon together. But reality shows that there are granting credit is done without the use of guarantees, given the existence of the ease in giving credit program without the use of a guarantee given by the cooperative, eating cannot be denied credit in return there are several debtors who do not meet the agreement with good. The problem that becomes a discussion in this study is how the legal consequences of the presence of bad credit without the use of collateral on a Business Cooperative Transportasi Sewaka Dana in Denpasar and how the efforts made by the Business Cooperative Transportasi Sewaka Dana in Denpasar in resolving problematic without using credit guarantees.

The type of research used in this study is the empirical legal research, because it approaches the problem from the applicable legislation and the reality that exists in the community. The research of using primary data and secondary data. Primary data data obtained directly from the community as the source of the first through direct research by doing the interview while the secondary data is data obtained through library research, namely data obtained come from some literature and legislation related to the formulation of the problem.

This research showed that the legal consequences of bad credit without the use of a guarantee on the Business Cooperative Transportasi Sewaka Dana in Denpasar is required to pay damages in accordance with the loan. And the efforts made by the Business Cooperative Transportsi Sewaka Dana in Denpasar in resolving the bad debt unsecured is the admin staff did reprimand over the phone, the giving of the warning letter 1 and 2, extend the term of the credit, a decline in interest rates, the interest exemption and if the rare still can not resolved then the last is rare is the dismissal of the members of the cooperative

Keywords : Loans, Guarantees, Cooperative

(15)
(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bagi perkembangan ekonomi suatu negara, uang merupakan suatu kebutuhan. Bahkan bagi negara maju yang sudah kuat pun, uang sangat berperan dalam perkembangan ekonomi negaranya. Hal ini disebabkan karena di dalam

mengisi kebutuhan pembangunan ekonomi, uang ini masih dianggap sektor yang paling vital menurut tinjauan ekonomi. Pembangunan ekonomi sebagai bagian

dari pembangunan nasional yang merupakan salah satu upaya untuk untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Dalam rangka meneruskan pembangunan yang berkesinambungan, para pelaku pembangunan baik pemerintah maupun masyarakat memerlukan dana

yang besar. Semakin meningkatnya kegiatan pembangunan khususnya dalam pembangunan dalam bidang ekonomi, meningkat pula kebutuhan terhadap pendanaan yang sebagian besar dana yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

tersebut diperoleh melalui pinjam meminjam atau kredit.1

Di indonesia terdapat lembaga keuangan yang juga memiliki peran dalam

pemberian kredit salah satunya adalah koperasi. Secara umum koperasi dipahami sebagai perkumpulan orang yang secara sukarela mempersatukan diri untuk

(17)

2

memperjungkan peningkatan kesejahteraaan ekonomi mereka pada suatu perusahaan yang demokratis.

Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang

atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus gerakan ekonomi rakyat yang berdasrkan atas asas kekeluargaan.

Dalam kehidupan ekonomi seperti ini koperasi seharusnya memiliki ruang gerak dan kesempatan usaha yang luas yang menyangkut kepentingan kehidupan

perekonomian rakyat. Pengembangannya perlu diarahkan agar koperasi benar-benar menerapkan prinsip-prinsip koperasi dan kaedah usaha ekonomi, dengan demikian koperasi merupakan organisasi ekonomi yang demokratis, otonom,

patisipatif dan berwatak sosial.

Peran koperasi bila dilihat dari segi fungsinya hampir sama dengan bank,

yaitu mengelola dana dan menyalurkan kredit kepada masyarakat. Peran koperasi dalam masyarakat sudah tidak diragukan lagi, karena merupakan lembaga kepercayaan, dimana masyarakat percaya untuk menyimpan dananya. Sebaliknya

ketika masyarakat membutuhkan dana, maka koperasi akan menjadi salah satu tempat bagi masyarakat memperoleh bantuan dalam bentuk kredit atau pinjaman

tunai.

Kredit atau pinjaman tunai membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan kehidupan sehari-hari. Banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi

(18)

3

menjadi anggota koperasi merupakan satu sarana dalam membantu memenuhi kebutuhan hidup. Dengan bergabungnya masyarakat kedalam koperasi,

masyarakat secara langsung menjadi anggota koperasi dan dapat diberikan kemudahan dalam mencari dana atau modal usaha dalam bentuk kredit atau

diberikan kesempatan untuk menabung jika anggota koperasi telah memiliki dana atau uang yang dirasa sudah melebihi kebutuhan hidupnya.

Pada dasarnya pemberian kredit oleh koperasi dapat diberikan kepada

siapa saja yang memiliki kemampuan untuk membayar kembali dengan syarat melalui suatu perjanjian utang piutang antara kreditur dan debitur.2 Perjanjian

kredit yang dibuat oleh koperasi selaku kreditur kepada anggota koperasi selaku debitur merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam pemberian kredit. Perjanjian kredit yang merupakan ikatan antara kreditur dan debitur yang isinya

menentukan dan mengatur hak dan kewajiban kedua belah pihak sehubungan dengan pemberian kredit.

Di dalam peminjaman kredit sangat diperlukannya jaminan, baik yang bersifat kebendaan maupun perorangan yang berguna untuk meyakinkan koperasi selaku kreditur, bahwa debitur mempunyai kemampuan untuk mengembalikan

kredit yang diberikan kepadanya sesuai dengan persyaratan dan perjanjian kredit yang telah disepakati bersama. Namun realitas menunjukan bahwa ada

peminjaman kredit yang dilakukan tanpa jaminan. Salah satunya Koperasi Transportasi Sewaka Dana di Denpasar yang merupakan Koperasi Serba Usaha, yang memberikan pinjaman kredit tanpa jaminan kepada angota-anggotanya yang

(19)

4

memiliki usaha, baik yang termasuk dalam usaha kecil dan usaha menengah. Koperasi Serba UsahaTransportasi Sewaka Dana memberikan pinjaman kredit

tanpa jaminan pada para anggotanya yang sebagian besar para pedagang bukan tanpa alasan, salah satu alasan Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka Dana

memberikan pinjaman kredit tanpa jaminan adalah agar para anggotanya mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan untuk membantu pemenuhan modal usaha mereka.

Mengingat adanya kemudahan dalam memberikan program kredit tanpa jaminan yang diberikan oleh Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka Dana di

Denpasar maka tidak dapat dipungkiri dalam pelaksanaan pengembalian kredit itu ada beberapa debitur yang tidak memenuhi perjanjian dengan baik, karena disengaja maupun tidak disengaja, sehingga terjadi atau munculnya kredit macet.

Berkaitan dengan persoalan diatas, makadari penjelasan latar belakang tersebut penulis akan menguraikan dan membahasnya secara mendalam dalam

bentuk skripsi yang berjudul: “Akibat Hukum Kredit Macet Tanpa Jaminan

Pada Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka Dana di Denpasar.”

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana akibat hukum dari adanya kredit macet tanpa jaminan pada

Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka Dana di Denpasar?

(20)

5

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Pembahasan mengenai permasalahan tersebut hanya dibatasi pada hal-hal

yang berkaitan dengan permasalahan pokok, yaitu: pada permasalahan pertama mengenai bagaimana akibat hukum dari adanya kredit macet tanpa jaminan pada

Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka Dana di Denpasar, ruang lingkup permasalahan yang dibahas yaitu: syarat-syarat pemberian kredit tanpa jaminan pada Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka Dana di Denpasar, prosedur

pemberian kredit pada KSU Transportasi Sewaka Dana di Denpasar, dan sanksi bagi debitur yang mengalami kredit macet pada Koperasi Serba Usaha

Transportasi Sewaka Dana di Denpasar. Dan permasalahan kedua bagaimana upaya yang dilakukan oleh Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka Dana dalam menyelesaikan kredit bermasalah tanpa jaminan, ruang lingkup

permasalahan yang dibahas yaitu: faktor-faktor terjadinya kredit macet pada Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka Dana di Denpasar, dan upaya

penyelesaian yang ditempuh oleh Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka Dana dalam mengatasi kredit macet. Sehingga diharapkan diperoleh suatu uraian yang terarah dan sistematis.

1.4 Orisinalitas Penelitian

Dengan ini penulis menyatakan bahwa penulisan skripsi ini merupakan

(21)

6

penelitian yang dibuat dengan menampilkan beberapa judul penelitian terlebih dahulu sebagai pembanding:

No Judul Penulis Rumusan Masalah

(22)

7

Setiap uaha dan kegiatan yang dilaksanakan pasti mempunyai sesuatu

(23)

8

segala kegiatan yang dilaksanakan. Adapun tujuan dari penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.5.1 Tujuan umum

1. Untuk mengetahui akibat hukum dari adanya kredit macet tanpa jaminan.

2. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan dalam menyelesaiakan kredit bermasalah.

1.5.2 Tujuan khusus

1. Untuk memahami akibat hukum dari adanya kredit macet tanpa jaminan pada Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka Dana di Denpasar.

2. Untuk memahami tentang upaya yang dilakukan koperasi dalam menyelesaikan kredit bermasalah tanpa jaminan.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat teoritis

1. Untuk menambah ilmu pengetahuan tentang bidang hukum mengenai

kredit macet

2. Untuk melatih kemampuan penulis dalam melakukan penelitian lapangan 3. Untuk menerapkan ilmu secara teoritis dan menghubungkannya dengan

data yang diperoleh dari penelitian lapangan.

1.6.2 Manfaat praktis

(24)

9

2. Selain itu diharapkan penelitian ini memberikan pengetahuan mengenai upaya yang dilakukan Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka Dana

dalam menyelesaikan kredit bermasalah tanpa jaminan.

1.7 Landasan Teoritis

Landasan atau teori berguna untuk menunjang pembahasan pokok permasalahan. Berdasarkan landasan tersebut, maka akan diuraikan beberapa pengertian-pengertian yang akan dipakai untuk membahas permasalahan

penelitian.

Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana dua orang atau dua pihak saling

berjanji untuk melakukan suatu hal atau persetujuan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, yang masing-masing bersepakat akan menaati apa yang ada dalam persetujuan itu3. Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat terlihat timbulnya

perikatan antara hubungan dua orang terebut. Berdasarkan peristiwa tersebut timbullah suatu hubungan antara dua orang atau atau dua pihak yang

membuatnya4.

Dalam KUHPerdata Pasal 1313 menjelaskan “perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap orang

lain atau lebih”. Dari ketentuan pasal ini jelaslah untuk didapatkan adanya suatu

perjanjian paling sedikitnya harus ada dua pihak sebagai subyek hukum, dimana

masing-masing pihak sepakat untuk mengikat dirinya dalam suatu hal tertentu.

3Hermansyah, 2009, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, h. 71

(25)

10

Menurut Subekti, suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk

melaksanakan suatu hal. 5

Sedangkan Edy Putra The Aman, secara lengkap menguraikan pendapat

beberapa ahli tentang pengertian perjanjian sebagai berikut:

1. Menurut Tirtoningrat, perjanjian adalah suatu perbuatan hukum berdasarkan kata sepakat diantara dua atau lebih untuk menimbulkan

kata sepakat diantara dua atau lebih untuk menimbulkan akibat-akibat hukuman yang diperkenankan oleh undang-undang.

2. Wiryo Projodikoro menjelaskan bahwa perjanjian adalah suatu hubungan hukum mengenai harta benda kekayaan antara dua pihak, dalam mana satu pihak berjanji atau tidak untuk melakukan suatu hal,

sedangkan pihak lain berhak menuntu perjanjian itu.6

Perjanjian dinyatakan sah apabila memenuhi 4 syarat yang ada dalam

Pasal 1320 KUH Perdata yaitu: 1. Sepakat mengikat diri

2. Kecakapan dalam membuat perjanjian

3. Hal tertentu

4. Suatu sebab yang halal

Dalam hukum perjanjian mengenal asas-asas yang merupakan dasar dalam pelaksanaan perjanjian yang merupakan pedoman atau patokan serta menjadi

(26)

11

batasan atau rambu dalam mengatur dan membentuk perjanjian yang akan dibuat. Asas-asas yang dimaksud tersebut adalah sebagai berikut:

1. Asas kebebasan berkontrak

Merupakan asas yang menduduki posisi sentral di dalam hukum kontrak,

meskipun asas ini tidak dituangkan menjadi aturan hukum namun mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam hubungan kontraktual para pihak. 7

2. Asas mengikat sebagai undang-undang

Bahwa perjanjian mengikat pihak-pihak yang mengadakannya atau setiap

perjanjian harus ditaati dan ditepati.8 Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang undang bagi mereka yang membuatnya dan perjanjian-perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan

kesepakatan para pihak atau karena alasan-alasan yang telah ditetapkan oleh undang-undang.

3. Asas konsensualisme

Sebagaimana yang tersirat dalam Pasal 1320 KUHPerdata, bahwa sebuah kontrak sudah terjadi dan karenannya mengikat para pihak dalam kontrak

sejak terjadi kata sepakat tentang unsur pokok dari kontrak tersebut. Dengan kata lain, kontrak sudah sah apabila sudah tercapai kesepakatan

mengenai unsur pokok kontrak dan tidak diperlukan formalitas tertentu.

7Firman Floranta Adonara, 2014, Aspek – Aspek Hukum Perikatan, Mandar Maju, Bandung, h. 89

(27)

12

4. Asas itikad baik

Asas itikad baik dalam suatu perjanjian terdapat dalam Pasal 1338 ayat (3)

KUHPerdata. Yang menjelaskan persetujuan-persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik. Akan tetapi dalam pasal tersebut tidak

disebutkan secara ekplisit apa yang dimaksud dengan “itikad baik”. Akibatnya orang akan menemui kesulitan dalam menafsirkan dari itikad baik itu sendiri. Karena itikat baik merupakan suatu pengertian yang

abstrak yang berhubungan dengan apa yang ada dalam alam pikiran manusia. Menurut James Gordley, sebagaimana yang dikutip oleh Ridwan

Khairandy, memang dalam kenyataannya sangat sulit untuk mendefinisikan itikad baik.9

Perjanjian pinjam meminjam dalam Pasal 1754 KUHPerdata adalah suatu

perjanjian yang menentukan pihak pertama menyerahkan sejumlah barang yang dapat habis terpakai kepada pihak kedua dengan syarat bahwa pihak kedua itu

akan mengembalikan barang kepada pihak pertama dalam jumlah dan keadaan yang sama.

Sehingga suatu perjanjian sah apabila kewajiban-kewajiban yang timbul

dari perjanjian itu dipenuhi, tetapi apabila pihak yang berkewajiban tidak memenuhi kewajibannya sesuai dengan apa yang diperjanjiakan maka dapat

dikatakan bahwa pihak tersebut telah melakukan wanprestasi. Wanprestasi adalah

(28)

13

tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur dan debitur.10

Secara etimologi, kata kredit berasal dari bahasa yunani yaitu credere yang di Indonesiakan menjadi kredit, yang mempunyai arti kepercayaan. Seseorang

memperoleh kredit berarti memperoleh kepercayaan. Dengan demikian dasar dari kredit adalah kepercayaan.11

Pengertian kredit menurut Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10

Tahun 1998 tentang Perbankan yaitu :

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga.

Savelberg menyatakan kredit adalah sebagai dasar dari setiap perikatan dimana seseorang berhak menuntut sesuatu dari yang lain, kredit diartikan pula

sebagai jaminan, dimana seseorang menyerahkan sesuatu pada orang lain dengan tujuan untuk memperoleh kembali apa yang diserahkan itu.12

Menurut M. Jakile mengemukakan bahwa kredit adalah suatu ukuran

kemampuan dari seorang untuk mendapatkan sesuatu yang bernilai ekonomis sebagai ganti dari janjinya untuk membayar kembali hutangnya pada tanggal

tertentu.13

10Salim H.S, 2003, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta, h. 98

(29)

14

Kredit adalah penyediaan uang ataupun tagihan-tagihan yang dapat disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam meminjam anatara Bank

dengan pihak lain dalam hal mana pihak peminjam melunsi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditetapkan.14

Dalam dunia bisnis kredit pada umumnya diartikan sebagai kesanggupan akan meminjam uang atau kesanggupan akan mengadakan transaksi dagang atau memperoleh penyerahan barang atau jasa dengan perjanjian akan membayar

kelak.15

Untuk mengetahui atau menentukan bahwa seseorang dipercaya untuk

memperoleh kredit, pada umumnya dunia perbankan menggunakan instrumen analisa yang dikenal dengan prinsip 5C yaitu character (watak), capacity (kemampuan), capital (modal), collateral (agunan) dan condition of economic

(prospek usaha debitur).16

Istilah jaminan itu berasal dari kata “jamin” yang berarti “tanggung”

sehingga jaminan dapat diartikan sebagai tanggungan. Dalam suatu perjanjian kredit diperlukan adanya jaminan, karena merupakan salah satu syarat untuk dikabulkannya permohonan pemberian atas permintaan kredit.

Menurut M. Bahasan jaminan adalah segala sesuatu yang diterima kreditur dan diserahkan debitur untuk menjamin suatu hutang - piutang dalam

masyarakat.17

14 Santosa Sambiring, 2000, Hukum Perbankan, Madar Maju, Bandung, h. 51

15 MunirFaudy, 2002, Hukum Perkreditan Kotemporer, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 5 16 Sutarno, 2009, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Alfabeta, Bandug, h. 93

(30)

15

Menurut Mariam Darus Badrulzalman jaminan adalah suatu tanggungan yang diberikan oleh seorang debitur dengan dan atau pihak ketiga kepada kreditur

untuk menjamin kewajibannya dalam suatu perikatan.18

Adapun fungsi jaminan dalam pemberian kredit menurut Thomas Suyatno

yaitu:

1. Memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan pelunasan dengan barang-barang jaminan (agunan) tersebut.

2. Menjamin agar nasabah berperan serta di dalam transaksi untuk membiayai usaha atau proyeknya sehingga kemungkinan untuk

meninggalkan usaha dengan merugikan diri sendiri atau perusahaannya dapat dicegah .

3. Memberi dorongan kepada debitur untuk memenuhi perjanjian kredit.

Khususnya mengenai pembayaran kembali sesuai dengan syarat-syarat yang telah disetujui agar ia tidak kehilangan kekayaan yang

telah dijaminkan kepada bank.19

Pengertian koperasi dapat di definisikan sebagai perkumpulan atau organisasi ekonomi yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan yang

memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota menurut peraturan yang ada dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan suatu usaha

dengan tujuan mempertinggi kesejahteraan para anggotanya20.

18Frieda Husni Hasbulah, 2002, Hukum Kebendaan Perdata, Hak –hak yang Memberi Jaminan, jilid III, Ind-Hill-Co, Jakarta, h. 6

(31)

16

Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dijelaskan bahwa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan

orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi, sekaligus ssebagai gerakan ekonomi rakyat yang

berdasar atas asas kekeluargaan.

Fungsi dan peran koperasi Indonesia diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian yaitu sebagai berikut :

1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya, untuk meningkatkan

kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.

3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekeuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi.

4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

1.8 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan tahapan untuk mencari kembali sebuah

(32)

17

1.8.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah jenis

penelitian hukum Empiris, karena mendekati masalah dari peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kenyataan yang ada dalam masyarakat. Penelitian

hukum empiris menurut Soerjono Soekanto penelitian hukum empiris atau sosiologis, yang terdiri dari penelitian terhadap identifikasi hukum (tidak tertulis) dan penelitian terhadap efektifitas hukum.21

1.8.2 Jenis pendekatan

Dalam penelitian ini dipergunakan Pendekatan Perundang-undangan (The

Statue Approach) dan Pendekatan Fakta (The Fact Approach). 1. Pendekatan perundang-undangan

Pendekatan yang berdasarkan dengan menelaah Undang-Undang, yang

bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani.22 Maka Undang-Undang dikaitkan dengan permasalahan kredit macet.

2. Pendekatan fakta

Pendekatan fata dengan melihat dan meneliti fakta-fakta yang ada di lapangan mengenai dasar pertimbangan koperasi dalam memberikan kredit tanpa

jaminan serta upaya hukum yang dilakukan koperasi dalam menyelesaikan kredit bermasalah tanpa jaminan.

21Soerjono Soekanto, 2007, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta, h. 51

(33)

18

1.8.3 Sifat penelitian

Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat penelitian

deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan

penyebaran suatu gejala, atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara gejala dengan gejala lainnya dalam masyarakat.

1.8.4 Sumber data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini didapat dari 2 (dua) sumber yaitu: Data Primer (field research) dan Data Sekunder (library research). Adapun

kedua sumber data tersebut dapat diberikan penjelasan sebagai berikut: 1. Data primer (field research)

Data primer adalah data yang didapat langsung dari masyarakat sebagai

sumber pertama melalui penelitian langsung dengan melakukan wawancara atau interview. Wawancara atau interview dilakukan terhadap para informan

di lapangan pada lokasi penelitian yang telah ditetapkan. 2. Data sekunder (library research)

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan

(Library research) yaitu dimana data-data atau bahan penulisan ini diperoleh dari literatur-literatur dan peraturan Perundang-Undangan yang ada kaitannya

dengan masalah. Data sekunder terdiri atas bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang berupa peraturan Perundang-Undangan. Bahan hukum sekunder

(34)

19

tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk, penunjang atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dari bahan hukum sekunder.

1.8.5 Teknik pengumpulan data

Setelah data yang penulis dapatkan, selanjutnya data tersebut

dikumpulkan, diolah dan akhirnya dianalisa. Untuk menganalisa data, tergantung pada sifat data yang dikumpulkan oleh peneliti (tahap pengumpulan data). Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu:

1. Teknik studi dokumen

Teknik studi dokumen merupakan penelitian yang menggunakan data

sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Yang dilakukan dengan cara mencari dan memepelajari peraturan Perundang-Undangan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

2. Teknik wawancara

Wawancara ini dilakukan secara semi struktur dengan menggunakan teknik

dan pedoman wawancara.Teknik wawancara adalahteknik atau metode memperoleh informasi untuk tujuan penelitian dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung (tatap muka), antara pewawancara dengan responden.

1.8.6 Pengolahan data dan analisis data

1. Pengolahan data

(35)

20

suatu kesimpulan akhir secara umum yang nantinya akan dipertanggung jawabkan sesuai dengan kenyataan yang ada.

2. Analisis data

Setelah data primer dan data sekunder diperoleh selanjutnya dilakukan

analisis data yang didapat dengan mengungkapkan kenyataan-kenyataan dalam bentuk kalimat, penulis mengunakan metode analisis secara kualitatif yaitu uraian terhadap data yang terkumpul dengan tidak

(36)

21

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT, JAMINAN, DAN KOPERASI

2.1 Tinjauan Umum Tentang Kredit

2.1.1 Pengertian kredit dan kredit macet

Dalam bahasa sehari-hari kata kredit sering diartikan memperoleh barang dengan membayar cicilan atau angsuran di kemudian hari atau memperoleh pinjaman uang, yang pembayarannya dilakukan di kemudian hari dengan cicilan

atau angsuran sesuai dalam perjanjian. Artinya kredit dapat berbentuk barang maupun kredit berbentuk uang dalam hal pembayarannya dengan menggunakan

metode angsuran atau cicilan tertentu.23

Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, memberi definisi kredit sebagai berikut : “Kredit adalah penyediaan

uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang

mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga”.

Pengertian kredit menurut para ahli :

 Savelberg menyatakan bahwa kredit adalah sebagai dasar dari setiap

perikatan dimana seseorang berhak menuntut sesuatu dari yang lain, kredit

(37)

22

diartikan pula sebagai jaminan dimana sesorang menyerahkan sesuatu pada orang lain dengan tujuan untuk memperoleh kembali apa yang

diserahkan itu.

 M. Jakile mengemukakan bahwa kredit adalah suatu ukuran kemampuan

dari seorang untuk mendapatkan sesuatu yang bernilai ekonomi sebagai ganti dari janjinya untuk membayar kembali hutangnya pada tanggal

tertentu.

 Selanjutnya Achmad Anwari, memberikan arti kredit sebagai berikut:

kredit adalah suatu prestasi oleh satu pihak kepada pihak lain dan prestasi (jasa) itu akan dikembalikan lagi pada waktu tertentu yang akan datang

dengan disertai suatu kontra prestasi (balas jasa berupa biaya).24

Kredit macet adalah kredit yang angsuran pokok dan bunganya tidak dapat dilunasi selama lebih dari 2 (dua) masa angsuran ditambah 21 (dua satu) bulan

atau penyelesaian kredit telah diserahkan kepada pengadian /BUPLN atau telah diajukan ganti rugi kepada Perusahaan Asuransi Kredit, dengan demikian kredit

macet merupakan kredit bermasalah, tetapi kredit bermasalah belum / atau tidak seluruhnya merupakan kredit macet.25

2.1.2 Unsur-unsur kredit

Pemberian kredit berarti memberikan kepercayaan kepada debitur oleh kreditur meskipun kepercayaan tersebut mengandung resiko yang tertinggi.

24 Achmad Anwari, 1980, Praktek Perbankan di Indonesia (kredit investasi), Balai Aksara, Jakarta, h. 14

(38)

23

Karena itu dalam pemberian kredit terdapat beberapa unsur yang sering disebut sebagai unsur-unsur kredit, yaitu :

1. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa, akan benar-benar

diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu dimana yang akan datang.

2. Tenggang waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian

prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang.

3. Degree of risk, yaitu adanya tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai

akibat jangka waktu yang memisahkan antara pemberian kredit dan pengembalian kredit dikemudian hari.

4. Prestasi yang diberikan adalah suatu prestasi yang dapat berupa barang, jasa, atau uang.26

2.1.3 Jenis-jenis kredit

Secara umum ada 2 (dua) jenis kredit yaitu kredit ditinjau dari segi tujuan penggunaannya dan kredit yang ditinjau dari segi jangka waktunya.

Jenis kredit ditinjau dari segi tujuan penggunaannya dapat berupa:

1. Kredit produktif

(39)

24

Kredit produktif yaitu kredit yang diberikan kepada usaha-usaha yang menghasilkan barang atau jasa sebagai kontribusi dari usahanya. Untuk

kredit jenis ini terdiri dari :

- Kredit modal kerja, yaitu kredit yang diberikan untuk membiayai

kebutuhan usaha-usaha, termasuk guna menutupi biaya produksi dalam rangka peningkatan produksi atau penjualan.

- Kredit investasi, yaitu kredit yang diberikan utuk pengadaan barang

modal maupun jasa yang dimaksudkan untuk menghasilkan suatu barang dan ataupun jasa sebagai usaha yang bersangkutan.

- Kredit likuiditas yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk membatu perusahaan yang sedang kesulitan likuiditasnya. Misalnya kredit likuditas dari bank Indonesia yang diberikan untuk bank-bank

yang memiliki likuditas dibawah bentuk uang.27 2. Kredit konsumtif

Kredit konsumtif, yaitu kredit yang diberikan kepada orang perorangan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif masyarakat umumnya.

Sedangkan jenis kredit ditinjau dari segi jangka waktunya dapat berupa:

1. Kredit jangka pendek

Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang diberikan dengan tidak melebihi

jangka waktu satu (1) tahun. 2. Kredit jangka menengah

(40)

25

Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang diberikan dengan jangka waktu lebih dari satu (1) tahun tetapi tidak lebih dari tiga (3) tahun.

3. Kredit jangka panjang

Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang diberikan dengan jangka waktu lebih dari tiga (3) tahun.28

2.1.4 Fungsi kredit

Dalam manfaat nyata dan manfaat yang diharapkan maka sekarang ini kredit dalam perekonomian dan perdagangan mempunyai beberapa fungsi, yaitu

sebagai berikut :

1. Kredit dapat meningkatkan daya guna dari uang

Dengan adanya kredit dapat meningakatkan daya guna uang maksudnya

jika uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk

menghasilkan barang atau jasa oleh penerima kredit. 2. Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari suatu

wilayah ke wilayah lainnya, sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh

tambahan uang dari daerah lainnya.

3. Kredit dapat meningkatkan daya guna dari barang

(41)

26

Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh debitur untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat.

4. Kredit salah satu alat stabilitas ekonomi

Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat.

5. Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat

Bagi penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha,

apalagi bagi nasabah yang memang modalnya terbatas.

6. Kredit sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional

Semakin banyaknya kredit disalurkan maka semakin baik terutama dalam

hal meningkatkan pendapatan.

7. Kredit sebagai alat hubungan ekonomi internasional

Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan antara penerima kredit dengan pemberi kredit. Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerja sama di bidang lainnya.29

2.2 Tinjauan Umum Tentang Jaminan

2.2.1 Pengertian jaminan

Istilah jaminan itu berasal dari kata “jamin” yang berarti “tanggung”

sehingga jaminan dapat diartikan sebagai tanggungan. Menurut Pasal 2 ayat (1)

(42)

27

Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 23/69/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991 tentang Jaminan Pemberian Kredit menjelaskan bahwa jaminan adalah suatu

keyakinan bank atas kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan perjanjian.

Pengertian jaminan menurut para ahli :

1. Menurut M. Bahasan jaminan adalah segala sesuatu yang diterima kreditur dan diserahkan debitur untuk menjamin suatu hutang-piutang dalam

masyarakat.30

2. Menurut Mariam Darus Badrulzalman jaminan adalah suatu tanggungan

yang diberikan oleh seorang debitur dengan dan atau pihak ketiga kepada kreditur untuk menjamin kewajibannya dalam suatu perikatan.31

3. Sedangkan menurut Sutarno menyebutkan bahwa jaminan adalah segala

sesuatu yang mempunyai nilai mudah untuk diuangkan yang diikat dengan janji sebagai jaminan untuk pembayaran dari hutang debitur berdasarkan

perjanjian kredit yang dibuat kreditur dan debitur.32

2.2.2 Jenis-jenis jaminan

Pada dasarnya jenis-jenis jaminan kredit terdiri dari 2 (dua) yaitu : jaminan

perorangan dan jaminan kebendaan.

1. Jaminan perorangan

30M. Bahasan, op. cit, h. 148

31Frieda Husni Hasbulah, op. cit, h. 6

(43)

28

Hak jaminan perorangan timbul dari perjanjian jaminan antara kreditur dan pihak ketiga. Perjanjian jaminan perorangan merupakan hak relatif, yaitu

hak yang hanya dapat dipertahankan terhadap orang tertentu yang terkait dalam perjanjian.

Jaminan perorangan adalah jaminan berupa pernyataan kesanggupan yang diberikan oleh seseorang pihak ketiga, guna menjamin pemenuhan kewajiban-kewajiban debitur kepada pihak kreditur, apabila

debitur yang bersangkutan ingkar janji (wanprestasi).

Menurut Djuhaendah Hasan dengan adanya jaminan perorangan,

kreditur akan merasa lebih aman dari pada tidak ada jaminan sama sekali, karena dengan adanya jaminan perorangan kreditur dapat menagih tidak hanya kepada debitur, tetapi juga pada pihak ketiga yang menjamin yang

kadang-kadang terdiri dari beberapa orang.33

2. Jaminan kebendaan

Jaminan kebendaan merupakan hak mutlak (absolut) atas suatu benda tertentu yang menjadi objek jaminan suatu hutang, yang suatu waktu dapat diuangkan bagi pelunasan hutang debitur apabila debitur ingkar janji.

Jaminan kebendaan adalah jaminan berupa harta kekayaan, baik benda maupun hak benda, yang diberikan dengan cara pemisahan bagian

dari harta kekayaan, baik dari si debitur maupun pihak ketiga, guna

(44)

29

menjamin pemenuhan kewajiban-kewajiban debitur kepada pihak kreditur, apabila debitur yang bersangkutan cidera janji (wanprestasi).

Menurut sifatnya, jaminan kebendaan ini terbagi 2 (dua), yaitu:

a. Jaminan dengan benda berwujud (materiel)

b. Jaminan dengan benda tidak berwujud (imateriel)

Benda berwujud dapat berupa benda/barang bergerak dan atau benda/barang tidak bergerak. Sedangkan benda/barang tak berwujud yang lazim

diterima oleh bank sebagai jaminan kredit adalah berupa hak tagih debitur terhadap pihak ketiga.

Barang bergerak yang lazim diterima sebagai jaminan kredit oleh bank dapat berupa kendaraan bermotor, logam mulia, stok banrang, dan sebagainya yang dapat dinilai, baik secara kuantitatif maupun kulitatif.

Sedangkan barang yang tidak bergerak yang lazim diterima sebagai jaminan kredit oleh bank dapat berupa tanah, bagunan, dan lain-lain termasuk

mesin-mesin pabrik yang melekat dengan tanah.34

2.2.3 Fungsi jaminan

Fungsi jaminan adalah kepastian hukum pelunasan hutang dalam

perjanjian hutang piutang atau kepastian realisasi suatu prestasi suatu perjanjian dengan mengadakan perjanjian peminjam melalui lembaga-lembaga jaminan yang

dikenal dalam hukum Indonesia.

(45)

30

Fungsi jaminan dalam pemberian kredit menurut Thomas Suyatno adalah

a. Memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan

pelubasan dengan barang-barang jaminan (agunan) tersebut, bila mana nasabah melakukan cidera janji yaitu tidak membayar kembali hutangnya pada waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian.

b. Menjamin agar nasabah berperan serta di dalam transaksi untuk membiayai usaha atau proyeknnya, sehingga kemungkinan untuk

meniggalkan usaha dengan merugikan diri sendiri atau perusahaannya dapat dicegah atau sekurang-kurangnya kemungkinan untuk dapat berbuat demikian diperkecil terjadinya.

c. Memberi dorongan kepada debitur untuk memenuhi perjanjian kredit khususnya mengenai pembayaran kembali sesuai dengan syarat-syarat

yang telah disetujui agar ia tidak kehilangan kekayaan yang telah dijaminkan kepada bank.35

2.3 Tinjauan Umum Tentang Koperasi

2.3.1 Pengertian dan dasar hukum koperasi

Secara etimologi, koperasi berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu

cooperatives merupakan gabungan dua kata co dan operation. Dalam bahasa

(46)

31

belanda disebut cooperatie, yang arinya adalah kerja bersaama. Dalam bahasa Indonesia dilafalkan menjadi koperasi.36

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian

memberikan definisi “koperasi sebagai badan usaha yang beranggotakan orang

seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.

Koperasi di Indonesia adalah organisasi rakyat yang berwatak sosial, yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi yaang merupakan tata

susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.

Adapun pengertian koperasi menurut para ahli :

1. Soeriaatmaja memberikan definisi koperasi sebagai suatu perkumpulan

dari orang-orang yang atas dasar persamaan derajat sebagai manusia dengan tidak memandang haluan agama dan politik dan secara

sukarela memenuhi kebutuhan bersama yang bersifat kebendaan atas tanggungan bersama.

2. Wirjono Prodjodikoro dalam Bukunya Hukum Perkumpulan Perseroan

dan Koperasi Indonesia, mendefinisikan koperasi adalah bersifat suatu kerja sama antara orang-orang yang termasuk golongaan kurang

mampu, yang ingin bersama untuk meringankan beban hidup atau beban kerja.

(47)

32

3. Mohammad Hatta dalam Bukunya The Cooperative Movement in Indonesia, mengemukaan bahwa koperasi adalah usaha bersama untuk

memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong-menolong.37

4. Arifin Chaniago dalam bukunya yang berjudul Koperasi Indonesia, mendefinisikan Koperasi sebagai suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan, yang memberikan

kebebasan dan keluar sebagai anggota, dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha, untuk mempertinggi kesejahteraan

jasmaniah para anggotanya.38

5. Henry Campbell Blacks, dalam Black’s Law Dictionary mendefinisikan cooperative sebagai a cooperative or association

organized for purpose of rendering economic services, whitout gain to

itself, to shareholders or members who own and control its. Type of

business that is owned bay its member-customers.39 Yang artinya Koperasi atau asosiasi yang terorganisir untuk tujuan memberikan layanan ekonomi, tanpa keuntungan untuk dirinya sendiri, untuk

pemegang saham atau pemilik dan pengawas. Jenis bisnis ini dimiliki oleh para anggotanya.

37Sutantya Rahardja Hadhikusuma, 2000, Hukum Koperasi Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 13

38Arifin Chaniago, 2001, Koperasi Indonesia, Angkasa, Bandung, (selanjutnya disebut Arifin Chaniago I), h. 1

(48)

33

Dari berbagai definisi dan pengertian koperasi, pada umumnya terdapat

beragam unsur yang terkandung, tetapi pada pokoknya sama, yaitu :

1. Merupakan perkumplan orang, bukan semata perkumpulan modal; 2. Adanya kesamaan baik dalam tujuan, kepentingan maupun dalam

kegiatan ekonomi, yang menyebabkan lahirnya beragam bentuk dan jenis koperasi;

3. Merupakan usaha yang bersifat sosial, tetapi tetap bermotif ekonomi;

4. Bukan bertujuan untuk keuntungan badan koperasi itu sendiri, tetapi untuk kepentingan kesejahteraan anggota;

5. Diurus bersama, dengan semangat kebersamaan dan gotong royong; 6. Netral;

7. Demokratis;

8. Menghindari persaingan antar anggota;

9. Merupakan suatu sistem (terintegrasi dan terorganisasi);

10.Sukarela;

11.Mandiri dengan kepercayaan diri;

12.Keuntungan dan manfaat sama, proporsional dengan jasa yang

diberikan.40

Dalam pelaksanaan koperasi, perlu adanya dasar hukum untuk

mengaturnya. Disamping untuk pengaturan ekonomi yang stabil juga untuk kegiatan ekonommi yang tertib. Dasar hukum Koperasi Indonesia adalah

(49)

34

Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, dan Pasal 33 ayat (1)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, dijelaskan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

2.3.2 Tujuan koperasi

Koperasi merupakan suatu sistem dan sebagaimana diketahui sistem itu merupakan himpunan komponen-komponen atau bagian yang saling berkaitan

yang secara bersama-sama berfungsi mencapai tujuan.

Pasal 3 Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, tujuan

koperasi indonesia adalah “memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya

dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian

nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945”.

Tujuan koperasi secara umum dapat dibagi dua, yiatu tujuan ekonomi dan

tujuan sosial. Tujuan koperasi secara ekonomi adalah sama halnya dengan tujuan badan-badan usaha lainnya, yaitu untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Sedangkan tujuan koperasi secara sosial adalah lebih kepada hubungan

antar anggota koperasi dimana berkaitan dengan tujuan ekonomi koperasi untuk mencari keuntungan, keuntungan tersebut digunakannya untuk mensejahterakan

kehidupan anggotanya41

2.3.3 Jenis-jenis koperasi

(50)

35

jenis koperasi dapat dibedakan berdasarkan jenis kegiatan usaha, jenis anggota, profesi anggota, fungsi/tujuan, dan kebutuhan koperasi itu sendiri.

Namun pada dasarnya, koperasi itu dapat dibedakan menjadi 2 jenis besar, yaitu jenis koperasi yang dibedakan berdasarkan kegiatan usaha dan jenis koperasi

berdasarkan keanggotaanya.

Jenis koperasi berdasarkan kegiatan usahanya adalah sebagai berikut :

a. Koperasi konsumsi

Koperasi konsumsi adalah koperasi yang menyediakan semua kebutuhan para anggota dalam bentuk barang antara lain berupa: bahan makanan,

pakaian, alat tulis atau peralatan rumah tangga. b. Koperasi produksi

Koperasi produksi adalah koperasi yang bidang usahanya membuat barang

(memproduksi) dan menjual secara bersama - sama. c. Koperasi simpan pinjam

Koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang memiliki usaha tunggal yaitu menampung simpanan anggota dan melayani peminjaman.

d. Koperasi serba usaha

Koperasi serba usaha adalah koperasi yang terdiri atas berbagai jenis usaha. Seperti menjual kebutuhan pokok dan barang-barang hasil produksi

anggota, dan melayani simpan pinjam.

(51)

36

a. Koperasi primer

Koperasi primer dibentuk oleh sekurang - kurangnya 20 (dua puluh) orang.

Lingkup kerja koperasi primer berada pada lingkungan suatu pekerjaan, satu kelurahan, atau satu desa.

b. Koperasi sekunder

Koperasi sekunder merupakan koperasi yang beranggotakan beberapa

koperasi (gabungan koperasi atau induk koperasi). 42

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Kecernaan Total dan Kadar Nutrien Daging Ikan Mas ( Cyprinus carpio ) yang Diberi Pakan Mengandung

Hasil pengujian aktivitas enzim selulase yang dihasilkan oleh Trichoderma viride strain T1 sk terhadap substrat CMC adalah 0,1144 unit dan perolehan kadar

Formula optimum pembuatan tepung pisang Mulu bebe dengan waktu dan suhu pengeringan yang berbeda dengan berbagai kriteria terlihat menonjol untuk komposisi kimia pada

Tidak Terlaksana 2 Program Pembinaan dan Fasilitasi Pemerintahan Daerah 4 Tersusunnya rencana kerja kecamatan Ada/Tidak Ada 3 Program Perencanaan Pembangunan Daerah. 5

.Perilaku informasi remaja menggunakan facebook berkaitan erat dengan keinginan remaja untuk menjadi bagian dari suatu lingkungan sosial, sehingga informasi yang mereka

Dari tabel 8 di atas dapat di jelaskan bahwa dengan menggunakan metode card sort dalam pelajaran Al-Qur’an Hadits materi hukum nun sukun pada siklus I diperoleh prosentase 68,5

Mengapa sepeda motor dan mobil mempunyai ciri dapat bergerak dan mengeluarkan zat sisa, tetapi tidak disebut sebagai makhluk hidup?. Jelaskan jawaban kamu terkait dengan