STUDI STATUS MUTU AIR SUNGAI BELAWAN SEBELUM
INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) SUNGGAL DAN SEBELUM
INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) HAMPARAN PERAK
UNTUK PEMANFAATAN SUMBER AIR BERSIH
TESIS
Oleh
MANGAMAR PORTIBI HARAHAP
057004014/PSL
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) SUNGGAL DAN SEBELUM
INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) HAMPARAN PERAK
UNTUK PEMANFAATAN SUMBER AIR BERSIH
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh
MANGAMAR PORTIBI HARAHAP
057004014/PSL
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : STUDI STATUS MUTU AIR SUNGAI BELAWAN SEBELUM INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) SUNGGAL DAN SEBELUM INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) HAMPARAN PERAK UNTUK PEMANFAATAN SUMBER AIR BERSIH
Nama Mahasiswa : Mangamar Portibi Harahap
Nomor Pokok : 057004014
Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc, Ph.D) Ketua
(Prof. Dr. Erman Munir, MSc) (Drs. Chairuddin, MSc)
Anggota Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc, Ph.D Anggota : 1. Prof. Dr. Erman Munir, MSc
2. Drs. Chairuddin, MSc
3. Ir. O.K. Nazaruddin Hisyam, MS
ABSTRAK
Suplai air bersih di Kota Medan dan sejumlah wilayah kota sekitarnya dilayani oleh PDAM Tirtanadi sebuah perusahaan yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Utara, dan dikenal sebagai perusahaan air yang efisien operasinya, baik secara teknis maupun fungsional di Indonesia.
Namun demikian, realita peningkatan kebutuhan air bersih ini telah menimbulkan isu nasional dan hal managemen pengelolaan air dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat, dan bagi PDAM Tirtanadi sendiri merupakan suatu tantangan yang harus dihadapi dengan serius karena juga merupakan masalah strategis dalam pengembangan dan kemajuan PDAM Tirtanadi.
Permasalahan yang akan diteliti adalah bagaimana karakteristik air Sungai Belawan disebabkan aktivitas masyarakat disepanjang dan di sekitar alur Sungai Belawan, bagaimana status mutu air Sungai Belawan yang dijadikan sebagai bahan baku utama Instalasi Pengolahan Air Sunggal dan Instalasi Pengolahan Air Hamparan Perak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Status Mutu Air Sungai Belawan, untuk parameter-parameter yang mempengaruhi sebelum IPA Sunggal adalah Ammonia (NH3-N) dengan skor -8, BOD dengan skor -10, COD dengan skor -8, jadi jumlah
skor seluruhnya -26 sehingga penentuan status mutu air Sungai Belawan sebelum IPA Sunggal dengan Metode Storet adalah cemar sedang, sedangkan parameter-parameter yang mempengaruhi sebelum IPA Hamparan Perak adalah Flouride (F) dengan skor -2, Mangan (Mn) dengan skor -10, BOD dengan -10, COD dengan skor -8, total Coli form dengan skor -3, coli form tinja dengan skor –12, jadi jumlah skor seluruhnya -45 sehingga penentuan status mutu Air Sungai Belawan sebelum IPA Hamparan Perak adalah cemar berat.
The supply of the drinking water for Medan city and to several districts surroundings is served by PDAM Tirtanadi, a local government-owned enterprise of North Sumatra Province. It is currently more popular as a drinking-water company classified efficient in operation, either technical and functional for Indonesia.
It is indeed, according to the issue in reality, the improvement quality for this clean water has caused a national issue and for the management of water supply for public and how to increase quality service for public is perhaps a specific challenge must deal with, need seriously to handle and got a certain strategic for the improvement and advance for the company.
The problem to study is how the characteristics of Belawan river’s water affected by community activity surrounding and its edge, still how the status of water quality existed on the Belawan river made as primary raw material for daily life on the installation unit of Pengolahan Air Sunggal and installation unit of Pengolahan Air Hamparan Perak.
The result of study shows that the status of quality of Belawan river’s water, for parameters influencing before IPA Sunggal is Ammonia (NH3-N) with score-8, BOD
with score-10, COD with score-8, so total score amount of –26 so the definition status of quality of water on Sungai Belawan before IPA Sunggal with Storet Method is known as an intermediate polluted, while parameters influencing before IPA Hamparan Perak is noted Fluoride (F) with score-2, Mangan (Mn) with score-10, BOD with –10, COD with score-8, total Coli form with score-3, coli form feces with score –12, so total score all -45 that determination status of quality of water on Sungai Belawan before IPA Hamparan Perak is in heavy polluted.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
Penelitian dengan judul “Studi Status Mutu Air Sungai Belawan Sebelum Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal dan Sebelum Instalasi Pengolahan Air (IPA) Hamparan Perak Untuk Pemanfaatan Sumber Air Bersih”
Pengelolaan air bersih yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi disamping tugasnya selama ini menyediakan air bersih, untuk mendukung program pelayanan air bersih dan memelihara kesehatan lingkungan serta sebagai pendukung terciptanya kota bewawasan lingkungan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta ayahanda Maraguna Harahap, SH (Alm) dan ibunda Hj. Nurti Sri Hayati Siregar yang telah memberikan dukungan dan doa kepada penulis. Ucapan terima kasih pula kepada Ketua Program Studi PSL Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH, MS, para pembimbing : Bapak Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc, Ph.D., Prof. Dr. Erman Munir,MSc., Drs. Chairuddin, MSc. Dan para penguji yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Kepada semua rekan yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis dalam pelaksanaan penelitian ini, semoga amal kebaikannya dibalas Allah SWT.
Medan, 9 September 2007
Penulis dilahirkan pada tanggal 4 Nopember 1964, anak pertama dari empat
bersaudara. Putra dari pasangan Maraguna Harahap, SH (Alm) dan Hj. Nurti Sri
Hayati Siregar.
Pada tahun 1971-1977 penulis mengikuti pendidikan Sekolah Dasar di SD
Slipi III pagi Jakarta, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 40 Jakarta lulus tahun
1980. Pada tahun 1983, penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMA
Negeri 24 Jakarta Pusat Jurusan IPA. Penulis melanjutkan studi ke Sekolah Tinggi
Teknik Nasional/Institut Sains dan Tekhnologi Nasional Jurusan Teknik Sipil dan
Perencanaan dan selesai tahun 1996.
Tahun 1997 penulis diterima sebagai Pegawai PDAM Tirtanadi Sumatera
Utara dan melanjutkan pendidikan Strata 2 di Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan pada
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
KATA PENGANTAR ... v
RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 2
1.3. Tujuan Penelitian ... 3
1.4. Kegunaan Penelitian ... 3
1.5. Kerangka Berpikir ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1. Pengertian Dasar Pencemaran Air ... 5
2.2. Indikator Pencemaran Air ... 7
2.3. Sumber Pencemaran (Polutan)... 9
2.4. Mutu Air ... 9
2.5. Pemanfaatan Air Lingkungan Sebagai Sumber Air ... 15
2.6. Sungai Belawan... 16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 17
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 17
3.2. Metode Penelitian ... 17
3.2.1. Pengambilan Sampel ... 17
4.1. Hasil Penelitian ... 21
4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Instalasi Pengolahan Air Sunggal ... 21
4.1.2. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Instalasi Pengolahan Air Hamparan Perak ... 23
4.2. Pembahasan... 27
4.2.1. Sumber dan Karakteristik Air Sungai ... 27
4.2.2. Kegiatan Industri dan Domestik Sebelum IPA Sunggal dan IPA Hamparan Perak... 29
4.2.3. Penentuan Status Mutu Air Sungai Belawan ... 32
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 36
5.1. Kesimpulan ... 36
5.2. Saran ... 36
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
1. Penentuan Sistem Nilai untuk Menentukan Status Mutu Air ... 19
2. Jenis Kegiatan di Sekitar IPA Sunggal ... 23
3. Jenis Kegiatan di Sekitar IPA Hamparan Perak ... 26
4. Karakteristik Air Sungai Sebelum Instalasi Pengolahan Air Sunggal ... 27
5. Karakteristik Air Sungai Sebelum Instalasi Pengolahan Air Hamparan Perak ... 28
No. Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Peta Administratif Wilayah Studi ... 40
2. Hasil Analisis Air Sungai Belawan sebelum IPA Sunggal Tahun 2005... 41
3. Status Mutu Kualitas Air Sungai Belawan Tahun 2005 sebelum IPA
Sunggal... 42
4. Hasil Analisis Air Sungai Belawan IPA Hamparan Perak Tahun 2005 ... 43
5. Status Mutu Kualitas Air Sungai Belawan Tahun 2005 Sebelum IPA Hamparan Perak ... 44
6. Hasil Analisis Air Sungai Belawan Sebelum IPA Sunggal Tahun 2006 .... 45
7. Status Mutu Kualitas Air Sungai Belawan Tahun 2006 sebelum IPA
Sunggal... 46
8. Hasil Analisis Air Sungai Belawan sebelum IPA Hamparan Perak Tahun
2006 ... 47
9. Status Mutu Kualitas Air Sungai Belawan Tahun 2006 sebelum IPA Hamparan Perak ... 48
10.Hasil Analisis Air Sungai Belawan sebelum IPA Sunggal Tahun 2007... 49
11.Status Mutu Kualitas Air Sungai Belawan Tahun 2007 sebelum IPA
Sunggal... 50
12.Hasil Analisis Air Sungai Belawan Sebelum IPA Hamparan Perak Tahun
2007 ... 51
13.Status Mutu Kualitas Air Sungai Belawan Tahun 2007 sebelum IPA Hamparan Perak ... 52
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan Kota Medan maju pesat dengan segala kegiatan yang
dilakukan masyarakatnya. Perkembangan dimaksud diikuti dengan pertumbuhan
penduduk dan pemukiman. Dengan bertambahnya penduduk dan pemukiman di Kota
Medan tersebut maka kebutuhan akan prasarana pendukung juga akan meningkat
terutama akan air bersih yang layak dikonsumsi sesuai dengan persyaratan yang
bertujuan turut menunjang kualitas hidup manusia yang sehat. Sementara itu disisi
lain terjadi keterbatasan sumber-sumber air bersih yang mencukupi dan sesuai
persyaratan air baku untuk air minum yang ditetapkan sesuai P.P. RI No. 82 Tahun
2001.
Kebutuhan air bersih masyarakat Kota Medan dan sekitarnya dilayani oleh
PDAM Tirtanadi yang merupakan satu-satunya perusahaan air minum yang
memenuhi kapasitas air minum.
Sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat, maka PDAM Tirtanadi
menargetkan untuk melakukan penambahan kapasitas produksi guna memenuhi
permintaan masyarakat yang cenderung terus meningkat. PDAM Tirtanadi telah
membangun Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal dengan kapasitas terpasang
sebasar 1500 liter/detik yang terletak di Kelurahan Sunggal Pekan Kecamatan Medan
kapasitas 200 liter/detik, yang terletak di Desa Kelambir Kecamatan Hamparan
Perak Kabupaten Deli Serdang.
Air Sungai Belawan merupakan bahan baku utama untuk dijadikan produk air
bersih IPA Sunggal dan IPA Hamparan Perak. Kualitas dan kuantitas air sungai ini
sangat dipengaruhi oleh pemanfaatan lahan, adanya aktivitas masyarakat di hulu
kedua IPA tersebut. Bagian hulu IPA Sunggal sebagian besar adalah pertanian,
pemukiman penduduk, bengkel dan usaha-usaha masyarakat setingkat industri rumah
tangga serta adanya pasar tradisional yang berjarak 500 meter dari IPA Sunggal. Air
sungai ini juga dimanfaatkan oleh penduduk sebagai mandi, cuci dan kakus (MCK).
IPA Hamparan Perak terletak di Hilir dari IPA Sunggal yang tepatnya terletak
di Dusun IV Desa Kelambir. Bagian hulu dari IPA Hamparan ini adalah perladangan,
pemukiman penduduk, kegiatan industri serta aktifitas lainnya. Sesuai dengan
Peraturan Gubernur Sumatera Utara No. 21 Tahun 2006 tentang penetapan Baku
Mutu air sungai dan segmentasi sungai di Propinsi Sumatera Utara telah menetapkan
Sungai Belawan kelas 1. Dengan hal ini diharapkan kualitas air Sungai Belawan
menjadi lebih baik untuk penyediaan air ke dalam IPA tersebut.
1.2. Perumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai
berikut :
a. Bagaimana karakteristik air Sungai Belawan disebabkan aktivitas masyarakat
baku utama Instalasi Pengolahan Air Sunggal dan Instalasi Pengolahan Air
Hamparan Perak.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui status mutu air Sungai
Belawan yang dijadikan sebagai bahan baku utama Instalasi Pengolahan Air Sunggal
dan Instalasi Pengolahan Air Hamparan Perak.
1.4. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang akan diperoleh setelah dilakukan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Memberikan kontribusi kepada PDAM atas pengkajian terhadap status mutu
air Sungai Belawan untuk pemanfaatan sebagai sumber air bersih.
b. Hasil penelitian sebagai masukan bagi lembaga terkait untuk melakukan
tindakan positif guna meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian
lingkungan.
1.5. Kerangka Berpikir
Suplai air bersih Kota Medan dan sejumlah wilayah di sekitarnya dilayani
oleh PDAM Tirtanadi, suatu perusahaan milik Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera
operasionalnya baik secara teknis maupun finansial di Indonesia. Namun dengan
meningkatnya kebutuhan dan permintaan air bersih oleh masyarakat setiap
periodenya, sementara untuk melayani permintaan menuntut penambahan kapasitas
produksinya.
Berdasarkan data yang diterima PDAM Tirtanadi, perusahaan ini berupaya
mencari sumber-sumber air baku sebagai bahan baku utamanya. Dengan menurunnya
kualitas air permukaan yang disebabkan pencemaran lingkungan mendapatkan suatu
persoalan yang harus disikapi dengan bijak serta mampu mensinerjikan kedua
persoalan tersebut sebagaimana terlihat pada gambar skematis di bawah ini.
Kualitas/ Mutu
Pemanfaatan Sungai
Kesehatan Dampak
Aktivitas Berwawasan Lingkungan
Pemanfaatan Sungai Belawan
sebagai bahan utama untuk
produk air bersih bagi IPA Sunggal dan Hamparan Perak bertujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup
yang berkesinambung
an dan berkelanjutan. Pencemaran Air Lingkungan
Sungai Belawan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Dasar Pencemaran Air
Dewasa ini masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama dan cermat
untuk mendapatkan air yang berkualitas baik diperlukan energi dan biaya yang mahal
sesuai dengan yang disyaratkan. Air menjadi barang primadona karena banyaknya
sumber-sumber air sudah tercemar oleh bermacam-macam zat pencemar dari hasil
kegiatan manusia, baik dalam bentuk cair ataupun padat dari aktifitas rumah tangga,
industri dan kegiatan lainnya. Pencemaran air dapat didefinisikan dengan berbagai
cara, tetapi pada dasarnya berpangkal tolak pada konsentrasi pencemar tertentu di
dalam air pada waktu yang cukup lama untuk dapat menimbulkan pengaruh tertentu
(Suratmo, 1992). Walaupun air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbarui,
tetapi air akan dapat dengan mudah terkontaminasi oleh manusia. Air banyak
digunakan oleh manusia untuk tujuan yang bermacam-macam sehingga dengan
mudah dapat tercemar (Darmono, 2001).
Pencemaran air merupakan akibat kegiatan dan perbuatan manusia, yang
dilatarbelakangi berbagai hal. Karena pencemaran, tata lingkungan air mengalami
gangguan. Ekosistem air menjadi tercemar dan rusak setelah menerima kehadiran
bahan-bahan pencemar yang berasal dari manusia dengan perbuatannya (Susilo,
6
Untuk menetapkan standar air yang bersih tidaklah mudah, karena sangat
tergantung pada banyak faktor penentu antara lain :
1. Kegunaan air seperti : air untuk minum, air untuk industri, irigasi dll.
2. Asal sumber seperti : air mata air, air sungai, air danau, air sumur dll.
Walaupun penetapan standar air yang bersih tidak mudah, namun ada
kesepakatan yang telah teruji menyatakan bahwa air bersih tidak ditetapkan pada
kemurnian air, tetapi lebih didasarkan pada keadaan normalnya. Ketika terjadi
penyimpangan dari keadaan normalnya maka dapat disimpulkan air tersebut telah
mengalami pencemaran. Air dari mata air di pegunungan akan mengalami perlakuan
kenormalannya pula meskipun dari aspek kualitas jauh lebih baik dari air sungai
(Wardhana, 2001).
Air yang ada di bumi ini tidak sama satu dengan lainnya ditinjau dari aspek
kualitas dan mutunya dan tidak pernah terdapat dalam keadaan benar-benar murni
bersih, tetapi dapat dipastikan selalu ada senyawa atau mineral (unsur) lain yang
terlarut di dalamnya. Hal ini bukan pula berarti bahwa semua air di bumi ini tercemar.
Selain itu air seringkali mengalami perlakuan khusus dalam perjalanan waktunya
dimana seringkali juga mengandung bakteri atau mikroorganisme lainnya. Air yang
mengandung bakteri tidak dapat langsung digunakan sebagai air layak minum, tetapi
harus mendapat perlakuan-perlakuan fisika atau kimia agar bakteri dimaksud mati.
2.2. Indikator Pencemaran Air
Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia di bumi ini. Sesuai
dengan kegunaannya, air dipakai sebagai air minum, mandi dan mencuci, pertanian,
perikanan, sanitasi transportasi dan lain-lainnya. Kegunaan air dimaksud disebut
sebagai kegunaan air konvensional. Selain itu air juga dimanfaatkan untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia yaitu untuk menunjang seluruh aktifitas
industri dan teknologi. Kegiatan industri dan teknologi tidak terlepas dari kebutuhan
air yang berkenaan dengan kelancaran proses industri dan teknologi berjalan baik.
Apabila air yang diperlukan dalam kegiatan industri dan teknologi dalam jumlah
besar, maka perlu dipikirkan dari mana air tersebut diperoleh. Pengambilan air dari
sumber air tidak boleh mengganggu keseimbangan lingkungan. Faktor keseimbangan
air lingkungan ini tidak hanya berkaitan dengan jumlah volume (debit) air yang
digunakan saja, akan tetapi yang paling penting adalah bagaimana menjaga agar air
lingkungan tidak menyimpang dari keadaan normalnya (Wardhana, 2001).
Kualitas air ditentukan oleh banyak faktor, yaitu zat yang terlarut, zat yang
tersuspensi, dan makhluk hidup. Khususnya jasad renik, di dalam air. Air murni, yang
tidak mengandung zat yang terlarut, tidak baik untuk kehidupan kita. Sebaliknya zat
yang terlarut ada yang bersifat racun. Apabila zat yang terlarut, zat yang tersuspensi
dan makhluk hidup dalam air membuat kualitas air menjadi tidak sesuai untuk
kehidupan kita, air itu disebut tercemar (Soemarwoto, 1984).
Pembuangan bahan kimia, limbah maupun pencemaran baik ke dalam air akan
8
cukup hanya dengan bahan biologi saja. Pengujian secara kimia bersama-sama
dengan data Biologi barulah dapat memberikan gambaran menyeluruh mengenai
kualitas air (Sastrawijaya, 1991).
Pemantauan kualitas air pada sungai perlu disertai dengan pengukuran atau
pencatatan debit air, agar analisis hubungan parameter pencemaran air debit badan
air, sungai dapat dikaji untuk keperluan pengendalian pencemarannya (Irianto dan
Machbub, 2007)
Wardhana, (2001) dalam bukunya Dampak Pencemar Lingkungan
memberikan beberapa indikator bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya
perubahan yang dapat diamati secara fisik yakni :
1. Terjadinya perubahan suhu air.
2. Terjadinya perubahan pH atau konsentrasi ion hydrogen.
3. Terjadi perubahan warna, bau dan rasa air.
4. Timbulnya endapan koloid, bahan terlarut.
5. Meningkatnya mikroorganisme air lingkungan.
6. Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan.
Pengendalian pencemaran air adalah upaya pencegahan dan penanggulangan
pencemaran air serta pemulihan kualitas air untuk menjamin kualitas air agar sesuai
dengan baku mutu air (PP RI No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air
Dan Pengendalian Pencemaran Air). Sungai adalah elemen alam sekitar yang penting
kepada manusia. Dengan berkembangnya kegiatan industri serta perdagangan,
2.3. Sumber Pencemaran (Polutan)
Proses pengolahan industri dari hampir setiap jenis memproduksi beberapa
kuantitas bahan limbah. Dalam hampir seluruh kasus, dari material limbah ini
memiliki pengaruh yang buruk terhadap lingkungan. (U.S. Environmental Protection
Agency, 1973).
Pencemaran air diakibatkan oleh masuknya bahan pencemar (polutan) yang
dapat berupa gas, bahan-bahan terlarut dan partikelat. Pencemaran memasuki badan
air dengan berbagai cara misalnya melalui limbah domestik, pembuangan limbah
industri dan lain-lain (Effendi, 2003).
Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari bentuk
asal pada keadaannya yang lebih buruk. Pergeseran bentuk tatanan dari kondisi asal
pada yang buruk ini dapat terjadi sebagai akibat masukan dari bahan-bahan pencemar
(Palar, 1994).
Kandungan bahan kimia yang ada di dalam air dapat merugikan lingkungan
melalui berbagai cara. Bahan organik terlarut dapat menghabiskan oksigen dalam
limbah serta akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak sedap pada penyediaan air
bersih (Sugiharta, 1987).
2.4. Mutu Air
Indek mutu air adalah skor numerik yang menjelaskan kondisi mutu air pada
10
menentukan hubungan sebab akibat antara parameter mutu air dan respon biologi.
(Kaurish and Yournos, 2007).
Metode Storet merupakan salah satu metode untuk menentukan status mutu
air yang umum digunakan. Dengan metode storet ini dapat diketahui
parameter-parameter yang telah memenuhi atau melampaui baku mutu air (Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penentuan Status
Mutu Air). Baku mutu limbah cair industri adalah batas maksimum limbah cair yang
diperbolehkan dibuang ke lingkungan. Limbah cair adalah limbah dalam wujud cair
yang dihasilkan oleh kegiatan industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat
menurunkan kualitas lingkungan (KEP-MEN LH NO. KEP-51/ MENLH/10/1995
tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri).
Sungai memiliki peran yang penting bagi masyarakat sehingga kualitas air
sungai harus dikendalikan dan diawasi sesuai dengan peruntukannya dengan cara
menetapkan baku mutu air sungai dan segmentasi sungai. Sasaran penetapan kelas air
sungai adalah meningkatnya manfaat air sungai untuk air baku, air minum atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut. (Peraturan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air
Sungai dan Segmentasi Sungai di Propinsi Sumatera Utara. Gubernur Sumatera
Utara).
Sungai Citarum bersumber dari Gunung Wayang di Desa Cibeureum,
Kecamatan Kertasan Kabupaten Bandung yang mengalir melalui daerah Majalaya
air, dapat digunakan pula cara yang lainnya yaitu indeks Fisiki-Kimia yang telah
dicoba pada Daerah Aliran Sungai Citarum oleh peneliti Balai Lingkungan Keairon,
Pusat Litbang SDA. Klasifikasi ini diharapkan dapat menyajikan kondisi yang lebih
realistis sesuai dengan kondisi lapangan yaitu dengan tujuh kelas yaitu sangat baik,
baik, agak baik, sedang, agar tercemar, tercemar, dan sangat tercemar. Indeks Kimia
Fisika merupakan salah satu cara untuk menilai kualitas air sungai atau suatu sumber
air. Nilai indeks kimia Fisika dihitung berdasarkan 8 parameter kualitas air yaitu :
persen kejenuhan oksigen, BOD, pH, Daya Hantar Listrik, Temperatur, amonium,
Nitrat dan Fosfat. Dari hasil kajian status mutu air menunjukkan bahwa
sumber-sumber air untuk Sungai Citarum pada Orde-I telah tercemar berat hampir
disepanjang ruas sungainya. Hal ini disebabkan karena terlampauinya daya tampung
beban pencemaran airnya. Tetapi untuk anak-anak sungai Citarum yang berada pada
Orde-2 dan seterusnya, umumnya masih berstatus tercemar ringan (Pusat Litbang
SDA, 2004).
Penelitian kualitas perairan beberapa sungai (tukad) di Kabupaten Badung,
yaitu Sungai Dangkang di Beringkit, Sungai Penet di Ayunan, Sungai Mati di Kuta
dan Sungai Yeh Ayung di Carang Sari dan bongkasa telah dilakukan pada musim
kemarau dan musim hujan tahun 2002. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kualitas perairan tersebut yang ditetapkan berdasarkan keputusan Gubernur Bali No.
515 tahun 2000. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air sungai menduduki
derajat terendah. Jumlah parameter yang melampaui ambang batas baku mutu air
12
Coli/ E. Coli dan Coliform. Tukad Penet dan Tukad Dangkang dengan 2 parameter
telah melampaui ambang batas, yaitu pospat dan minyak lemak. Sungai Ayung
dengan 3 parameter, yaitu pospat, minyak lemak dan TDS. Semua sungai telah
tercemar pospat dan minyak lemak baik pada musim kemarau maupun musim huja
(Wijana, 2002).
Kajian kualitas air bagi Sungai Bernam dan Sungai Manjung telah dijalankan
oleh pihak Jabatan Alam Sekitar (JAS) Negeri Perak. Tujuan utama terhadap data
yang ada ialah untuk dianalisa dan menilai tahap kualitas air Sungai Bernam dan
kualitas air Sungai Munjung. Tiga dari parameter utama yang menjadi pilihan untuk
dianalisa ialah BOD, NH3 dan SS. Parameter di Sungai Bernam mengandung BOD,
nh3-N dan SS sebanyak 5 mg/l, 0.16 mg/l dan 100 mg/l untuk SS. Keputusan yang
diperoleh menunjukkan bahwa tahap kualitas air Sungai Bernam dan Sungai Manjung
dalam tahap yang berlainan. Kualitas air Sungai Bernam adalah tercemar
dibandingkan Sungai Manjung yang sedikit tercemar. Parameter SS didapati
terbanyak di dalam kandungan air sungai dibandingkan dengan parameter BOD dan
NH3-N (Yahya, 2007).
Uji coba metode analisis kualitas air sungai berdasarkan organisme
Makrobenthos sebagai indikator pencemaran organik telah dilakukan di Sungai
Cikapundung. Tingkat pencemaran air sungai ditentukan berdasarkan dominasi suatu
taksa famili makrobenthos dikorelasikan dengan kondisi dasar sungai dan parameter
air BOD dan DO. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi kualitas air sungai
kualitas air yang masuk ke dalam kategori antara belum hingga tercemar ringan,
karena antara bahan/limbah organik yang masuk ke sungai itu dengan kemampuan
self purification sungai masih berimbang. Berbeda dengan didaerah hulunya, Sungai
Cikapundung setelah daerah Bengkok-Dago ke arah hilirnya menunjukkan tingkat
pencemaran makin berat, sebagai akibat banyaknya limbah/bahan organik yang
masuk ke sungai itu (Bahri, dkk. 2003).
Dalam upaya untuk pengendalian pencemaran air dan monitoring kualitas air
sungai di Jakarta, terutama sekali Sungai Santer dan Ciliwung, analisis status, trend
dan parameter air dilakukan data selama tahun 2000-2005. parameter dari kualitas air
yang digunakan sebagai indikator adalah Total Suspended Solid (TDS), Total
Dissolved Suspended (TDS), Dissolved Oxygen Demand (COD), Total Nitrogen
(TN) dan Phusphate. Status dan trend dari indeks kualitas air dihitung dengan
mengacu pada PP No. 82 Tahun 2001. Secara umum, hasil dari perhitungan
menunjukkan adanya kemunduran indeks kualitas secara spasial (dari hulu ke hilir)
dan musiman (dari musim kemarau ke musim hujan).
Status indeks kualitas air dari sungai Ciliwung buruk sehingga pada bagian
hulu dan tengah dapat diketagorikan untuk peruntukan mutu air kelas III (untuk
budidaya ikan dan pertanian) sedangkan hilir yang dapat dikategorikan sebagai mutu
air kelas IV (untuk pertanian). Sementara di Sungai Sunter indeks kualitas air itu
lebih buruk dan dikategorikan untuk peruntukan mutu air Kelas III dan IV
14
Saat ini Sungai Berantas merupakan salah satu sungai yang tercemar. Hal ini
disebabkan karena adanya banyak limbah yang dibuang ke sungai. Secara umum
limbah yang masuk ke sungai dapat dibagi menjadi dua macam, dari sumber
pencemar yang dapat diketahui dengan pasti asalnya (Point-Sourcess-Pollutant)
antara lain adalah daerah perumahan, perdagangan, perkantoran dan industri. Limbah
domestik merupakan limbah yang berasal dari daerah perumahan, perkantoran, dan
pertanian. Dalam studi ini digunakan model simulasi AVSWAT 2000 untuk
menganalisa kondisi beban pencemar yang berada pada badan sungai sehingga akan
didapatkan kondisi yang diharapkan (Badan Pertimbangan Penelitian, 2006).
Sungai Brantas merupakan sungai terpanjang di Jawa Timur dengan panjang
± 320 km dengan daerah aliran seluas ± 12.000 km2. Air dan sungai Brantas
dipergunakan untuk pertanian, air minum dan sekaligus tempat pembuangan sampah.
Perubahan kualitas air di sungai menyebabkan perubahan komposisi komunitas
makrozoobenthos. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat klassifikasi Sungai
Brantas bagian hulu berdasarkan komunitas hewan makrozoobentosnya serta
menentukan status kualitas perairan Sungai Brantas akibat buangan organik.
Perubahan kualitas di sungai menyebabkan perubahan komposisi komunitas
makrozoobentos. Untuk mengklasifikasikan Sungai Brantas bagian hulu berdaarkan
makrozoobentos digunakan furtran program Twinspan, sedangkan untuk menentukan
2.5. Pemanfaatan Air Lingkungan Sebagai Sumber Air
Air yang tidak dapat dimanfaatkan lagi akibat pencemaran merupakan suatu
kerugian yang sangat besar. Kerugian langsung ini pada umumnya disebabkan
terjadinya pencemaran air oleh berbagai macam komponen pencemar air. Dengan
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga
keseimbangan air lingkungan diharapkan mampu mempertahankan kualitas air
lingkungan sehingga dapat dimanfaatkan kembali bagi kepentingan manusia dalam
jangka waktu panjang (Amsyari,1986).
Sebagian besar keperluan air sehari-hari berasal dari sumber air tanah dan
sungai, air yang berasal dari PAM (air ledeng) juga bahan bakunya berasal dari air
sungai, oleh karena itu kuantitas dan kualitas sungai sebagai sumber air harus
dipelihara (Achmad, 2004).
Air di alam sangat jarang ditemukan dalam keadaan murni. Sekalipun air
hujan, meskipun awalnya murni, telah mengalami reaksi dengan gas-gas di udara
dalam perjalanannya turun ke bumi dan selanjutnya terkontaminasi selama mengalir
diatas permukaan bumi dan dalam tanah. Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian
air terhadap penggunaan tertentu dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, mulai
dari air untuk memenuhi kebutuhan langsung yaitu air minum, mandi dan cuci dan
lain-lain (Suripin, 2004).
Semakin tinggi nilai air sungai bersih bagi masyarakat, seyogyanya semakin
tinggi usaha pemerintah dalam memperbaiki kualitas air sungai. Dengan demikian,
16
dalam rangka melaksanakan pembangunan wilayah, khususnya penyediaan air bersih
(Resosudarmo, 2007).
2.6. Sungai Belawan
Sungai Belawan yang mempunyai luas catchment area dihitung dari garis
pantai/muara sebesar 647 km2, merupakan sungai di wilayah Kabupatan Deli Serdang
yang mempunyai luas terbesar setelah Sungai Padang sebesar 684 km2. Daerah Aliran
Sungai (DAS) Sungai Belawan berada pada daerah Kampung Lalang dengan satu staff
gauge seluas 353,20 km2 (Dokumen UKL/UPL, 2002. PDAM Tirtanadi IPA Sunggal).
Hulu Sungai Belawan berada di daerah Kecamatan Pancur Batu, melintasi
Kecamatan Sunggal, Kecamatan Hamparan Perak dan Kecamatan Labuhan Deli sebelum
akhirnya bermuara di Selat Malaka sepanjang 53 km, dengan lebar sungai rata-rata antara
10-15 meter (Dokumen UKL/UPL, 2003. PDAM Tirtanadi IPA Hamparan Perak).
Dewasa ini masalah utama sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah
tidak mampu memenuhi kebutuhan manusia yang terus meningkat dan kualitas air
untuk keperluan domestik terus menurun khususnya untuk air minum. Salah satu
kondisi geologis yang mempengaruhi. Kualitas secara kimia adalah unsur besi dan
mangan yang berlebihan dalam lapisan tanah tempat sumber air berada (Raini, dkk
2004).
Kajian kualitas air yang intensif melalui pemonitoran berterusan dianggap
sebagai cara yang penting untuk melihat perubahan kualitas air sesuatu sungai dengan
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sungai Belawan yang terletak Kelurahan Sunggal
Kecamatan Medan Sunggal dan di Desa Klambir Kecamatan Hamparan Perak
Kabupaten Deli Serdang pada bulan Maret 2007 sampai dengan bulan Mei 2007.
(Peta lokasi pada Lampiran 1).
3.2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data dengan pengamatan
langsung ke lapangan, analisis sampel dilakukan di laboratorium. Data sekunder
diambil dari PDAM Tirtanadi. Data sekunder adalah data analisis pada tahun 2005
dan tahun 2006.
3.2.1. Pengambilan Sampel
Pengambilan sample air dilakukan di Sungai Belawan pada 2 (dua) lokasi
sampling, yaitu sebelum Instalasi Pengolahan Air Sunggal dan Hamparan Perak.
Sample air diambil pada bulan Maret 2007, April 2007, dan Mei 2007. Sampel air
diambil dengan menggunakan Kemmerrer pada tiga titik pada setiap lokasi sampling
Sample air dianalisis di laboratorium PDAM Tirtanadi. Parameter fisika dan
kimia air diukur berdasarkan kualitas Air Baku sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
3.2.2 Analisis Data
a. Karakteristik air limbah
Hasil pengamatan jenis kegiatan setelah IPA Sunggal dan IPA Hamparan
Perak ditabulasi karakteristik air limbahnya yang masuk ke air Sungai Belawan
berdasarkan Kep-MEN LH No. Kep-51/MENLH/10/1995 dan penentuan literatur
berdasarkan penggunaan bahan baku dan bahan limbah oleh proses produksinya.
b. Penentuan Status Mutu Air
Status mutu air ditentukan dengan metode Storet. Dengan metode ini dapat
diketahui parameter-parameter yang telah memenuhi atau melampaui baku mutu air.
Secara prinsip Metode Storet adalah membandingkan antara data kualitas air dengan
baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya guna menentukan status mutu
air. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penentuan status mutu air dengan
metode Storet sebagai berikut :
1. Pengumpulanan data kualitas air secara periodik.
2. Membandingkan data hasil pengukuran masing-masing parameter air dengan nilai
Penetapan Baku Mutu Air Sungai dan Segmentasi Sungai di Propinsi Sumatera
Utara.
3. Hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran < baku mutu)
maka diberi skor 0.
4. Hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran > baku
mutu), maka diberi skor sebagai berikut :
Tabel 1. Penentuan Sistem Nilai untuk Menentukan Status Mutu Air
Parameter
Jumlah Contoh Nilai
Fisika Kimia Biologi
Maksimum -1 -2 -3
< 10 Minimum -1 -2 -3
Rata-rata -3 -6 -9
Maksimum -2 -4 -6
> 10 Minimum -2 -4 -6
Rata-rata -6 -12 -18
5. Jumlah negatif dari seluruh parameter dihitung dan ditentukan status mutunya
dari jumlah skor yang didapat dengan menggunakan sistem nilai.
Dalam menentukan status mutu air adalah dengan menggunakan sistem nilai dari
“US-EPA (Environmental Protection Agency) dengan mengklasifikasikan mutu air
1. Kelas A : Baik sekali, skor = 0 memenuhi baku mutu
2. Kelas B : Baik, skor = -1 s/d – 10 cemar ringan
3. Kelas C : Sedang, skor = -11 s/d – 30 cemar sedang
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Instalasi Pengolahan Air Sunggal
Lokasi penelitian pertama adalah Kelurahan Sunggal Pekan Kecamatan
Medan Sunggal Kota Medan. Pada kelurahan tersebut terdapat bangunan instalasi
pengolahan air bersih ( IPA ) dari PDAM Tirtanadi.
1. Keadaan Geografis
Kelurahan Sunggal Pekan adalah wilayah Kecamatan Medan
Sunggal yang memiliki luas wilayah 14.116 Km², terletak antara
03° - 32 ° LU dan 98° - 38° BT pada satuan geomorfologi yang
mempunyai tofografi datar hingga bergelombang berada pada
ketinggian 15 meter dari permukaan laut. Wilayah kecamatan
Medan Sunggal terletak di Kota Medan dengan batas-batas wilayah
sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kecamatan Medan Helvetia
Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Selayang
Sebelah Barat : Kabupaten Deli Serdang
Sebelah Timur : Kecamatan Medan Baru dan
2. Demografi
Kelurahan Sunggal Pekan merupakan salah satu kelurahan yang
termasuk dalam Kecamatan Medan Sunggal dengan luas wilayah
4.929 Km² dengan jumlah penduduk sebanyak 24.507 jiwa dan
kepadatan penduduk 4.972 penduduk per Km², terdiri dari 5.997
keluarga dengan rata-rata anggota setip keluarga adalah 4 orang.
3 Hidrologi
Hulu Sungai Belawan berada di daerah Kecamatan Pancur Batu,
melintasi Kecamatan Sunggal, Kecamatan Hamparan Perak dan
Kecamatan Labuhan Deli sebelum akhirnya bermuara di Selat Malaka
sepanjang 53 Km dengan lebar sungai rata-rata antara 10 – 15 meter.
Memiliki fluktuasi debit yang relatif rendah dengan debit rata-rata
tahunan sebesar 35,10 m³/detik. Pada musim kemarau debit minimum
sebesar 8,59 m³/detik dan pada musim penghujan debit maksimum
sebesar 15 m³/detik. Pengambilan air baku oleh PDAM Tirtanadi –
Instalasi Sunggal sebesar 1,9 m³/detik, hal ini berarti 22 % air Sungai
Belawan yang digunakan untuk proses produksi.
4. Pemanfaatan lahan di hulu dan sekitar IPA Sunggal.
Pemanfaatan lahan di hulu dan sekitar kawasan PDAM Tirtanadi IPA
Sunggal sebagian besar adalah pemukiman penduduk, ruko, bengkel
Lebih lanjut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2. Jenis Kegiatan di Sekitar IPA Sunggal
Kategori Domestik Jarak Lokasi (Km)
- Sekolah Dasar - SLTP
- SLTA
- Pasar Tradisional - Mesjid
- Gereja - Rumah sakit - Puskesmas
- Pemukiman Penduduk - Kantor Kepolisian - Kantor Koramil - Peternakan
- Penangkaran buaya
1,950 1,500 0,750 0,500 0,250 0,400 1,500 0,580 0,100 1,375 1,500 0,425 0,500
Sumber : Hasil Survey Lapangan
4.1.2 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Instalasi Pengolahan Air Hamparan
Perak
Lokasi penelitian kedua adalah Desa Klambir Kecamatan Hamparan Perak
Kabupaten Deli Serdang. Di desa tersebut terdapat bangunan instalasi pengolahan air
bersih ( IPA ) dari PDAM Tirtanadi.
1. Keadaan Geografis
Wilayah Kecamatan Hamparan Perak terletak diantara Kota Medan,
Kota Binjai, Kabupaten Langkat dan Selat Malaka. Dengan batas-batas
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Labuhan Deli
dan Selat Malaka.
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Sunggal dan
Kota Medan
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kota Medan dan
Kecamatan Labuhan Deli.
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kota Binjai dan Kabupaten
Langkat.
Luas wilayah Kecamatan Hamparan Perak lebih kurang 23.015 Ha atau
5,09 % dari luas Kabupaten Deli Serdang terdiri dari 20 desa dengan
209 dusun.
2. Fisiografi.
Wilayah Kecamatan Hamparan Perak terletak pada satuan geomorfologi
yang mempunyai tofografi datar hingga bergelombang. Sebagian
wilayah merupakan daerah pantai yang berbatasan dengan Selat Malaka
berada pada ketinggian 0 – 15 meter dari permukaan laut. Tofografi
lokasi studi adalah datar dengan kemiringan lahan 0 – 2% seluas 23.015
hektar.
3. Hidrologi
Potensi sumber air di wilayah studi merupakan air tanah dan air
permukaan yang cukup besar. Hal ini sangat dipengaruhi oleh curah
air tanah dangkal dan air tanah dalam, hampir semua penduduk
menggunakan kedua jenis sumber air baku tersebut. Penggunaan air
permukaan yaitu air sungai Belawan dimanfaatkan oleh penduduk
sepanjang bantaran sungai Belawan yang berhulu dari gugusan bukit
barisan di bagian selatan dan bermuara di Selat Malaka bagian utara.
Masyarakat pinggiran sungai Belawan menjadikan sungai Belawan
sebagai sumber air untuk kebutuhan mandi, cuci, kakus mulai dari batas
wilayah Kota Medan hingga hilirnya di Selat Malaka bagian utara.
4. Pemanfaatan lahan di hulu dan sekitar IPA Hamparan Perak.
Dari luas wilayah Kecamatan Hamparan Perak lebih kurang 23.015 Ha
atau 5.09 % dari luas Kabupaten Deli Serdang, penggunaan lahannya
terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
a. Pemukiman Penduduk
b. Kebun/Tegalan
c. Perkebunan Besar
d. Perkebunan Rakyat
e. Sawah
f. Hutan/Belukar
g. Kolam/Tambak
h. Rawa-Rawa
Dari perincian penggunaan lahan di atas, diketahui bahwa penggunaan
lahan terbesar adalah perkebunan terbesar dan persawahan. Potensi lahan
ini dikuatkan dengan terdapatnya 5 perkebunan negara yang dikelola
oleh PTPN II yang menanam tembakau, tebu, kelapa sawit yang tersebar
pada 6 desa.
Lokasi pembangunan IPA Hamparan Perak berada di Dusun IV Desa
Klambir adalah lahan tidur yang ditumbuhi tanaman non produktif dan
rumpun bambu milik perseorangan, jarak kepemukiman penduduk
setempat ± 30 meter. Sungai Belawan banyak dimanfaatkan untuk
kebutuhan hidup masyarakat khususnya bagi penduduk yang bermukim
di sekitar bantaran sungai, antara lain untuk air minum, MCK (mandi,
cuci dan kakus). Data pemanfaatan lahan di hulu yang terdekat berjarak
antara 7 – 13 km lokasi IPA Hamparan Perak terdapat kegiatan industri
dan aktifitas lainnya antara lain :
Tabel 3. Jenis Kegiatan di sekitar IPA Hamparan Perak
Jenis Kegiatan / Jenis Usaha Jarak lokasi
( km )
- PD. Damai Abadi / Pabrik Alumunium Extruction - PT. Everbright / Pabrik Battery ABC
- PD. Pasar Pemko Medan / Pasar Tradisionil - PT. Klambir Jaya / Pengolahan Kertas Hio - PT. Rubber Hock Lie / Pengolahan Getah Latex - PT. Indoking Aneka Agar-Agar / Pabrik Terigu, dll - PT. Asia / Pengolahan Karet dan Bahan Sepatu
4.2.1. Sumber dan Karakteristik Air Sungai
Data mengenai sumber dari karakteristik air sungai yang diperkirakan akan
mencemari sungai Belawan dari studi literatur dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5.
Penentuan karakteristik air sungai berdasarkan KEP-MEN LH NO. KEP-51/
MENLH/10/1995 tentang Baku Limbah Cair dari Kegiatan Industri.
Tabel 4. Karakteristik Air Sungai Sebelum Instalasi Pengolahan Air Sunggal
Jenis Kegiatan Sebelum IPA Sunggal
Parameter SD,SLTP,
SLTA
Mesjid,
Gereja Pemukiman Kantor
Polisi
Kantor
Koramil R.Sakit Puskesmas Psr Tradisional
Peternakan Buaya
A. Fisika
Warna √ √ √ √ √ √ √ √ √
Bau dan Rasa √ √ √ √ √ √ √ √ √
Temperatur
Kekeruhan √ √ √ √ √ √ √ √ √
Daya Hantar Listrik √ √ √ √ √ √ √ √ √
Resedu Tersuspensi √ √ √ √ √ √ √ √ √
B. Kimia
Alkalanitas Aluminium (Al)
Ammonia (NH3-N) √ √ √ √ √ √ √ √ √
Besi (Fe) Flouride (F) Kholorida (Cl) Kesadahan (CaCO3) Kromium (Cr+6) Mangan (Mn)
Nitrat (N03) √ √ √ √ √ √ √
Nitrit (NO2) √ √ √ √ √ √ √
pH √ √
DO Seng (Zn)
Sianida (CN) Sulfat (SO4) Sulfida (H2s) Tembaga (Cu)
Total Padatan Terlarut √ √ √ √ √ √ √
BOD √ √ √ √ √ √ √ √ √
COD √ √ √ √ √ √ √ √ √
C. Mikrobiologi
Total Coli form √ √
Tabel 5 . Karakteristik Air Sungai Sebelum Instalasi Pengolahan Air Hamparan Perak
Jenis Kegiatan Sebelum IPA Hamparan Perak Parameter Pabrik Battery
ABC
PT.Klambir Jaya / Pengolahan
kertas Hio
PT.Rubber Hock Lie/ Pengolahan Getah Lotex
PT.Indoking
Temperatur
Kekeruhan √ √ √ √ √ √ √ √
Daya Hantar Listrik √ √ √ √ √ √ √ √
Resedu Tersuspensi √ √ √ √ √ √ √ √
B. Kimia
Alkalanitas
Aluminium (Al) √
Ammonia (NH3-N) √ √ √ √ √
Besi (Fe) Flouride (F) Kholorida (Cl) Kesadahan (CaCO3)
Kromium (Cr+6) √ √
Sulfat (SO4)
Sulfida (H2s) √
Tembaga (Cu) √
Total Padatan Terlarut √ √
BOD √ √ √ √ √ √ √
COD √ √ √ √ √ √ √ √
C. Mikrobiologi
Total Coli form √
Coliform Tinja √
Pada Tabel 4 dan Tabel 5 dapat dilihat parameter-parameter air sungai yang
terkandung pada kegiatan industri dan domestik yang masuk ke air Sungai Belawan
Sumber air sungai yang berasal dari industri sangat bervariasi tergantung dari jenis
dan besar kecilnya industri.
Kegiatan-kegiatan rumah tangga dan industri yang berpotensi, sebagaimana
terlihat pada Tabel 4 dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Kegiatan Industri dan Domestik sebelum IPA Sunggal
Kegiatan Industri dan Domestik sebelum IPA Sunggal yaitu sekolah, Mesjid,
Gereja, Pemukiman, Kantor Polisi, Kantor Koramil, Rumah Sakit, Puskesmas,
Pasar Tradisional, Peternakan Buaya.
b. Kegiatan industri sebelum IPA Hamparan Perak (Terlihat pada Tabel 5)
Kegiatan Industri dan Domestik sebelum IPA Hamparan Perak yaitu pemukiman
PD. Pasar Pemko/Pasar Tradisional, PD Damai Abadi/Pabrik Aluminium
Extruction, PT. Everbraigh/Pabrik Battery ABC, PT. Klambir Jaya/Pengolahan
Kertas Hio, PT. Indo King Aneka Agar-agar/Pabrik Terigu, PT AGA/Pengolahan
Karet dan bahan sepatu.
4.2.2. Kegiatan Industri dan Domestik Sebelum IPA Sunggal dan IPA
Hamparan Perak
Dari kegiatan industri dan domestik sebelum IPA Sunggal yang telah
membuang limbahnya ke Sungai Belawan parameter air yang terkandung adalah
(NH3-N), Nitrat (NO3), Nitrit (NO2), total padatan terlarut, BOD, COD, total
coliform, sebagaimana terlihat pada Tabel 4.
Sedangkan untuk kegiatan industri dan domestik sebelum IPA Hamparan
Perak telah membuang limbahnya ke sungai, parameter air yang terkandung adalah
warna, bau dan rasa, kekeruhan, daya hantar listrik, residu tersuspensi, Ammonia
(NH3-N), kromium (Cr+6), Mangan (Mn), Nitrat (NO3), Nitrit (NO2), pH, seng (Zn),
sianida (CN), sulfida (H2S), tembaga (Cu), total padatan terlarut, BOD, COD, Total
Coliform, Coliform Tinja sebagaimana terlihat pada Tabel 5.
Dari kegiatan sebelum IPA Sunggal dan sebelum IPA Hamparan Perak telah
membuang limbahnya ke sungai, parameter air yang terkandung adalah warna bau
dan rasa yang disebabkan pembusukan bahan organik dari limbah domestik serta
hasil proses industri.
Nilai kekeruhan air sangat tergantung pada zat-zat yang tersuspensi dan
terlarut dalam air. Residu tersuspensi diakibatkan adanya bahan yang tersisa setelah
air sampel mengalami evaporasi dan pengeringan pada suhu tertentu. Residu
dianggap sebagai kandungan total bahan terlarut dan tersuspensi dalam air. Tingginya
kadar zat tersuspensi dapat terlarut terutama zat-zat anorganik dengan meningkat nilai
daya hantar listrik. Terdapatnya ammonia air sangat tergantung pada pH air.
Ammonia berasal dari pemecahan nitrogen organik dan nitrogen anorganik terutama
dari limbah domestik. Amonia dalam air terurai menjadi nitrit dan segera dioksidasi
menjadi nitrat. BOD kebutuhan oksigen biokimia diakibatkan pembusukan bakteri
PPm atau miligram/liter (mg/O2) yang diperlukan untuk menguraikan benda organik
oleh bakteri, sehingga limbah tersebut menjadi jernih kembali. COD disebabkan
parameter lain untuk mengetahui banyaknya oksigen terpakai tetapi COD kandungan
logam Cu, Mn, Zn dan Cn berasal dari industri Aluminium Extraction dan Pabrik
Baterai. Logam Kromium heksavalen (Cr+6) terbanyak salah satu logam yang
berbahaya terhadap manusia, sehingga kadar logam dalam air sangat dipengaruhi oleh
bentuk senyawanya.
Senyawa-senyawa ion logam lain yang dihasilkan dari Sianida (CN)
diakibatkan oleh kelompok senyawa anorganik dan organik logam reduksi adalah CN
(dari pabrik Aluminium Extruction) berikatan dengan ion logam, misalnya tembaga
dan besi. Sulfida diperkirakan terdapat di dalam air Sungai Belawan, bau dari
pembusukan bahan organik dan bahan radioaktif dan ini sangat berbahaya.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa parameter air yang terkandung ke air
Sungai Belawan sebelum IPA Sunggal adalah Ammonia (NH3–N), Nitrat (NO3),
Nitrit (NO2), total padatan terlarut, BOD, COD, Total Coliform. Sebelum IPA
Hamparan Perak adalah Ammonia (NH3-N), Kromium (Cr+6), Mangan (Mn), Nitrat
(NO3), Nitrit (NO2), pH, Seng (Zn), Sianida (CN), Sulfida (H2S), Tembaga (Cu), total
padatan terlarut, BOD, COD, Total Coliform, Coliform Tinja. Dengan demikian hasil
penelitian terdahulu Sukmadewa (2006) yang menjelaskan bahwa parameter air yang
terkandung ke air Sungai Sunter dan Ciliwung adalah Total Suspended Solid (TSS),
Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Total Nitrogen (TN) dan
Phosphate. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, kemungkinan
dikarenakan beberapa kegiatan industri dan domestik telah membuang limbahnya ke
sungai dengan parameter-parameter air yang berbeda.
4.2.3. Penentuan Status Mutu Air Sungai Belawan
Hasil pemantauan air Sungai Belawan yang dilakukan pada tahun 2005, tahun
2006 sampai dengan Mei 2007 dibandingkan dengan Baku Mutu Air peruntukan
kelas I dengan status mutu airnya dihitung menurut metode Storet, status mutu air
sebelum IPA Sunggal sebagaimana terlihat pada Lampiran 3, pada tahun 2005
termasuk Kelas D = buruk. Dengan total skor –37 berarti pencemaran termasuk
tercemar berat. Parameter yang melampaui baku mutu air adalah Ammonia (NH3 –N)
dengan skor –2, mangan (Mn) dengan skor –2, BOD dengan skor –10, COD dengan
skor –8, total coliform dengan skor –3, coliform tinja dengan skor –12. Pada tahun
2006 sebagaimana terlihat pada Lampiran 7 termasuk kelas B = baik dengan total
skor –10, berarti pencemaran termasuk pencemaran ringan. Parameter yang
melampaui baku mutu air adalah BOD dengan skor –8, COD dengan skor –2. Pada
tahun 2007 sebagaimana terlihat pada Lampiran 11 termasuk Kelas C = sedang
dengan total skor –26 berarti pencemaran termasuk pencemaran sedang. Parameter
yang melampaui baku mutu air adalah Ammonia (NH3-N) dengan skor-8, BOD
Hamparan Perak sebagaimana terlihat pada Lampiran 5 pada tahun 2005, termasuk
Kelas D = buruk dimana jumlah total skor –68, berarti pencemaran termasuk
pencemaran berat. Parameter yang melampaui baku mutu air adalah Ammonia (NH3
-N) dengan skor –8, Flourida (F) dengan skor –2, Mangan (Mn) dengan skor –8, BOD
dengan skor –10, COD dengan skor –10, total coli form dengan skor –15, coliform
tinja dengan skor –15.
Pada tahun 2006 sebagaimana terlihat pada Lampiran 9 termasuk kelas D =
buruk dimana jumlah total skor = -60 berarti pencemaran termasuk pencemaran berat.
Parameter yang melampaui baku mutu air adalah Ammonia (NH3-N), dengan skor –8,
Mangan (Mn) dengan skor –10, BOD dengan skor –10, COD dengan skor –8, total
coli form dengan skor –12, coli form tinja dengan skor –12.
Pada tahun 2007, sebagaimana terlihat pada Lampiran 13 termasuk kelas D =
buruk dimana jumlah total skor –45 berarti pencemaran termasuk tercemar berat,
parameter yang melampaui baku mutu air adalah Flouride (F) dengan skor -2,
Mangan (Mn) dengan skor -10, BOD dengan skor -10, COD dengan skor -8, total
Coliform dengan skor -3, Coliform Tinja dengan skor -12.
Parameter yang memiliki skor nilai negatif sebelum IPA Sunggal adalah
Ammonia (NH3-N), Nitrat (NO3), Nitrit (NO2), pH, total padatan terlarut, BOD,
COD, total Coliform, (pada Tabel 4) kecuali Mangan (Mn).
Parameter yang memiliki skor nilai negatif sebelum IPA Hamparan Perak
(NO3), Nitrit (NO2), pH, Seng (Zn), Sianida (CN), Sulfida (H2S), Tembaga (Cu),
Total Padatan terlarut : BOD, COD, Total Coliform, Coliform Tinja (pada Tabel 5)
kecuali Flouride (F).
Beberapa parameter yang diduga menjadi penyebab pencemaran Sungai
Belawan seperti residu tersuspensi, Aluminium (Al), Nitrat (NO3), Nitrit (NO2), pH,
Seng (Zn), Sianida (Cn), Tembaga (Cu) tidak satupun mendapat nilai skor negatif
sesuai metode storet. Hal ini menunjukkan ada beberapa industri telah membuang
limbahnya.
Dari hasil analisis air menurut metode Storet dari tahun 2005 s/d tahun 2007
status mutu air Sungai Belawan dapat dilihat sebagaimana tergambar pada tabel
berikut ini :
Tabel 6. Status Mutu Kualitas Air Sungai Belawan Sebelum IPA Sunggal dan Sebelum IPA Hamparan Perak
Sebelum IPA Sunggal Sebelum IPA Hamparan Perak
No Tahun Status Mutu Air
Sungai Belawan No Tahun
Status Mutu Air Sungai Hamparan Perak
1. 2005 Cemar berat 1. 2005 Cemar berat 2. 2006 Cemar ringan 2. 2006 Cemar berat 3. 2007 Cemar sedang 3. 2007 Cemar berat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa status mutu air Sungai Belawan
berdasarkan penilaian menurut Metode Storet sebelum IPA Sunggal pada tahun 2005
adalah cemar berat, tahun 2006 cemar ringan, pada tahun 2007 cemar sedang.
penelitian terdahulu Pusat Litbang SDA (tahun 2004) yang menunjukkan bahwa
status mutu air Sungai Citarum berdasarkan penilaian Indeks Fisika-Kimia, adalah
cemar berat. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya,
kemungkinan dikarenakan jumlah parameter air yang terkandung ke air sungai
berbeda-beda dan menurut penilaian storet dan Indeks Fisika-Kimia jumlah skornya
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Status mutu air Sungai Belawan sebelum IPA Sunggal tahun 2005 cemar
berat, tahun 2006 cemar ringan dan tahun 2007 cemar sedang.
2. Status mutu air Sungai Belawan sebelum IPA Hamparan Perak pada tahun
2005 cemar berat, tahun 2006 cemar berat, tahun 2007 cemar berat.
5. 2. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan hasil penelitian tersebut, maka beberapa hal
yang perlu mendapat perhatian berupa saran yaitu :
1. Dalam membangun instalasi pengolahan air dan pemnafaatan air Sungai
Belawan, perusahaan hendaknya telah memperhitungkan daya dukung dan
potensi air Sungai Belawan, sehingga dalam rentang waktu tertentu tidak
mengalami kerusakan lingkungan.
2. Perlu meningkatkan tindakan-tindakan yang konkrit berupa penegakan
hukum, studi kelayakan lingkungan. Program sosial dan gerakan moral bagi
seluruh elemen yang mempunyai kewenangan di bidang kelestarian
Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. Andi Yogyakarta.
Amsyari, F. 1986. Prinsip-Prinsip Masalah Pencemaran Lingkungan. Ghalia Indonesia, Surabaya.
Badan Pertimbangan Penelitian, 2006. Pemodelan Penyebaran Polutan Di Daerah
Pengaliran Sungai Waduk Sulami Dan Penyusunan Sistim Informasi Monitoring Kualitas Air. Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.
Bahri S ; Hidayat R ; dan Priadie B. 2003. Analisis Kualitas Air Sungai Secara
Cepat Menggunakan Makrobenthus Studi Kasus Sungai Cikapundung.
Peneliti Bidang lingkungan Keairan, Pusat Litbang Sumber Daya Air.
Darmono, 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Universitas Indonesia Press.
Dokumen UKL/UPL. 2002. PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal. PDAM Tirtanadi Medan.
Dokumen UKL/UPL. 2003. PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Hamparan Perak. PDAM Tirtanadi Medan.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.
Handayani ST; Suharto B dan Marsoedi. 2001. Penentuan Status Kualitas Perairan
Sungai Brantas Hulu dengan Biomonitoring Makrozoobentos : Tinjauan
dari Pencemaran Bahan Organik Alumnus Pascasarjana universitas Brawijaya.
Heng Ly; Modhan M; Sumok P; dan Chukong, L.N. 2007. Pemonitoran Intensif
Beberapa Nutrien Dalam Sungai Serawak di Kuching, Sarawak. Malaysia. Sains Malaysia.
Irianto, E.W. dan Machbub. 2007. Fenomena Hubungan Debit Air dan Kadar Zat
Pencemar Dalam Air Sungai.
Kaurish, F.W. and Yournos, T. 2007. Developing a Standartized Water Quality
Index for Evaluating Surface Water Quality. Journal of The american
Water Resources Association.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2003. Pedoman Penentuan Status
Mutu Air. Menteri Negara Lingkungan Hidup.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. 1995. Baku Mutu Limbah Cair
Bagi Kegiatan Industri. Menteri Negara Lingkungan Hidup.
Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta. Jakarta.
Peraturan Gubernur Sumatera Utara. 2006. Penetapan Baku Mutu Air Sungai dan
Segmentasi Sungai di Propinsi Sumatera Utara. Gubernur Sumatera Utara.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2001. Pengelolaan Kualitas Air Dan
Pengendalian Pencemaran Air. Presiden Republik Indonesia.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Alam. 2004. Status mutu Air
Sungai Citarum. www.pusair-pu.go.id.
Rahman, H.A. 2007. Suatu Tinjauan Terhadap Isu Pencemaran Sungai di
Malaysia. Universitas Sains Malaysia.
Raini, M; Isnawati; dan A. Kurniati. 2004. Kualitas Fisik dan Kimia Air PAM di
Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi Tahun 1999-2001. Media Litbang
Kesehatan.
Resosudarmo, I.A.P. 2007. Pengembangan Wilayah Dalam Hal Perbaikan
Kualitas Air Sungai. Peneliti Center For International Forestry Research.
Sastrawijaya, AT. 1991. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta.
Soemarwoto, O. 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Rajawali Jakarta.
Sugiharta. 1987. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. Universitas Indonesia Press.
Suratmo, FG. 1992. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. University Press Gajah Mada. Yogyakarta.
Susilo, Y. 2003. Menuju Keselarasan Lingkungan. Averroes Press.
United States. Environmental Protection Agency. 1973. Handbook For Monitoring
Industrial Westewater. United States.
Whardhana, WA. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi Yogyakarta.
Wijana, IMA. 2002. Studi Kualitas Perairan Beberapa Sungai Kabupaten
Badung. Fakultas MIPA Universitas Udayana.
World Health Organization Geneva. 1993. Guidelines for Drinking-Water Quality. Printed in France.
Yahya, H. A. B. 2007. Perbandingan Kualitas Air Sungai Bernam dan Sungai
Manjung, Perak Darul Ridzuan. Universitas Teknologi Malaysia.
Lampiran 2. Hasil Analisis Air Sungai Belawan Sebelum IPA Sunggal Tahun 2005
BULAN Rata2
No PARAMETER SATUAN *) Kadar
Tanggal dan jam Pengambilan
A. Fisika
Warna Bau dan Rasa Temperatur Kekeruhan Daya Hantar Listrik Resedu Tersuspensi
B. Kimia Anorganik
Alkalinitas Aluminium (Al) Ammonia (NH3-N) Besi (Fe)
Flourida (F) Khlorida (Cl)
Keasadahan (sebagai CaCO3
Kromium (Cr+6) Mangan (Mn) Sianida (CN) Sulfat (SO4)
Sulfida (H2s) Tembaga (Cu) Total Padatan Terlarut BOD COD
C. Kimia Organik
Zat Organik (Sbg KMn4)
D. Mikrobiologi
HASIL PENGUKURAN
NO PARAMETER SATUAN BAKU
MUTU MAKS MIN RATA –
RATA
SKOR (Storet)
1
E. Fisika
Warna Pl-Co - 88 63 73,5 0
2 Bau dan Rasa - - - tt - 0
3 Temperatur 0C Deviasi 3 29,4 20,5 25,8 0
4 Kekeruhan NTU - 80,40 16,55 40,79 0
5 Daya Hantar Listrik Us/cm - 102 92 95,3 0
6 Resedu Tersuspensi mg/l 5000 124 15 71,0 0
1
B. Kimia Anorganik
Alkalanitas mg/l - 43 28 35,8 0
2 Aluminium (Al) mg/l - 0,05 0,005 0,023 0
3 Ammonia (NH3-N) mg/l 0,5 0,61 0,16 0,34 - 2
4 Besi (Fe) mg/l 5 1,78 1,06 1,32 0
5 Flouride (F) mg/l 0,5 0,08 0,00 0,04 0
6 Kholorida (Cl) mg/l - 5,14 3,94 4,75 0
7 Kesadahan (CaCO3) mg/l - 56 33 42,0 0
8 Kromium (Cr+6) mg/l 0,05 0,00 0,00 0,00 0
9 Mangan (Mn) mg/l 0,1 0,126 0,050 0,095 -2
10 Nitrat (NO3) mg/l 10 0,17 0,02 0,11 0
11 Nitrit (NO2) mg/l 1 0,191 0,005 0,052 0
12 pH mg/l 6-9 7,1 6,7 7,0 0
13 DO mg/l * 6,2 5,3 5,8 0
14 Seng (Zn) mg/l 5 0,01 0,01 0,01 0
15 Sianida (CN) mg/l 0,2 0,001 0,000 0,001 0
16 Sulfat (SO4) mg/l 400 15 3 9,0 0
17 Sulfida (H2s) mg/l 0,1 0,048 0,001 0,025 0
18 Tembaga (Cu) mg/l 1 0,04 0,03 0,03 0
19 Total Padatan Terlarut mg/l 1000 52,7 44,0 47,6 0
20 BOD mg/l 2 4 4 4 -10
21 COD mg/l 10 17 6 11 -8
1
C. Kimia Organik
Zat Organik (Sbg KMn4) mg/l - 11,932 5,252 10,270 0
1
F. Mikrobiologi
Total Coli form Jlh/100 M 10.000 14000 130 5933 -3
2 Coliform Tinja Jlh/100 M 2000 11000 80 3390 -12
Total -37
Lampiran 4. Hasil Analisis Air Sungai Belawan IPA Hamparan Perak Tahun 2005
Tanggal dan jam Pengambilan
A. Fisika
Warna Bau dan Rasa Temperatur Kekeruhan Daya Hantar Listrik
B. Kimia Anorganik
Alkalinitas Aluminium (Al) Ammonia (NH3-N) Besi (Fe)
Flourida (F) Khlorida (Cl)
Keasadahan (sebagai CaCO3
Kromium (Cr+6) Mangan (Mn) Sianida (CN) Sulfat (SO4) Sulfida (H2s) Tembaga (Cu) Total Padatan BOD COD
C. Kimia Organik
Zat Organik (Sbg KMn4)
D. Mikrobiologi
Total Colifiform Coliform Tinja berasa dan tidak berbau
* Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tanggal 14
Desember 2001 (Baku Mutu Kelas
I)
• Data Sekunder
HASIL PENGUKURAN
NO PARAMETER SATUAN BAKU
MUTU MAKS. MIN. RATA–
RATA
SKOR (Storet)
1
A. Fisika
Warna Pl-Co - 146 33 96 0
2 Bau dan Rasa - - - - - -
3 Temperatur 0C Deviasi 3 23,7 22,0 22,6 0
4 Kekeruhan NTU - 112,00 65,10 90,83 0
5 Daya Hantar Listrik Us/cm - 192 71,9 117,9 0
1
B. Kimia Anorganik
Alkalanitas mg/l - 59 24 39 0
2 Aluminium (Al) mg/l - 0,219 0,02 0,131 0
3 Ammonia (NH3-N) mg/l 0,5 1,80 0,50 1,00 -8
4 Besi (Fe) mg/l 0,3 1,04 0,54 0,82 0
5 Flouride (F) mg/l 0,5 0,60 0,00 0,22 -2
6 Kholorida (Cl) mg/l - 7,94 1,49 3,97 0
7 Kesadahan (CaCO3) mg/l - 54 29 38 0
8 Kromium (Cr+6) mg/l 0,05 0,00 0,00 0,00 0
9 Mangan (Mn) mg/l 0,1 0,222 0,055 0,160 -8
10 Nitrat (N) mg/l 10 0,32 0,21 0,27 0
11 Nitrit (N) mg/l 0,06 0,048 0,003 0,025 0
12 pH mg/l 6-9 7,4 6,82 7,06 0
13 DO mg/l - - - - -
14 Seng (Zn) mg/l 5 0,030 0,00 0,02 0
15 Sianida (CN) mg/l 0,2 0,001 0,001 0,001 0
16 Sulfat (SO4) mg/l 400 21 8 16,7 0
17 Sulfida (H2s) mg/l 0,1 0,039 0,032 0,036 0
18 Tembaga (Cu) mg/l 1 0,11 0,03 0,08 0
19 Total Padatan Terlarut mg/l 1000 91,8 35,8 57,5 0
20 BOD mg/l 2 33 - 33 -10
21 COD mg/l 10 43 - 43 -10
1
C. Kimia Organik
Zat Organik (Sbg KMn4) mg/l - 60,028 10,393 33,754 0
1
D. Mikrobiologi
Total Coli form Jlh/100 M 10000 17000 17000 17000 -15
2 Coliform Tinja Jlh/100 M 2000 17000 17000 17000 -15
Lampiran 6. Hasil Analisis Air Sungai Belawan IPA Sunggal Tahun 2006
BULAN No PARAMETER SATUAN
*) Kadar
Tanggal dan jam Pengambilan
A. Fisika
Warna Bau dan Rasa Temperatur Kekeruhan Daya Hantar Listrik Resedu Tersuspensi
B. Kimia Anorganik
Alkalinitas Aluminium (Al) Ammonia (NH3-N) Besi (Fe)
Flourida (F) Khlorida (Cl)
Keasadahan (sebagai CaCO3
Kromium (Cr+6) Mangan (Mn) Nitrat (sebagai N) Nitrit (sebagai N) pH
DO Seng (Zn) Sianida (CN) Sulfat (SO4) Sulfida (H2s) Tembaga (Cu) Total Padatan BOD COD
C. Kimia Organik
Zat Organik (Sbg KMn4)
D. Mikrobiologi
Total Colifiform Coliform Tinja
Tdk berbau & tdk berasa
Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No.82 Tanggal 14
Desember 2001 (Buku Mutu
Kelas I)
• Data Sekunder