• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Ekologi Sosial Kawasan Sungai Baharu Di Kecamatan Hamparan Perak Tahun 1945-2005

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perubahan Ekologi Sosial Kawasan Sungai Baharu Di Kecamatan Hamparan Perak Tahun 1945-2005"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Masalah

Sungai Baharu merupakan satu dari sekian banyak sungai yang ada di Kecamatan

Hamparan Perak1 Kabupaten Deli Serdang. Disebut Sungai Baharu karena pernah

dilakukan pengerukan baru sehingga air sungai dapat mengalir secara lancar menuju

Sungai Belawan2. Sebelumnya sungai ini bernama Sungai Pematang Nibung, yang

pernah mengalami pengerukan pada tahun 1925. Sungai Baharu sendiri berhulu di

Sungai Sunggal dan berhilir di Sungai Belawan. Pemerintah menyebut Sungai Baharu

merupakan bagian dari Sungai Belawan yang memiliki luas 647 km2 yang dihitung

dari hulu hingga hilir. Akan tetapi masyarakat membagi Sungai Belawan menjadi tiga

bagian yaitu pada bagian hulu disebut Sungai Sunggal, kemudian Sungai Baharu, dan

bagian hilir disebut Sungai Belawan.

1

Hamparan Perak adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan

Hamparan Perak terdiri dari 14 desa salah satu desa yang ada di Kecamatan Hamparan Perak adalah Desa Sei Baharu. Laporan Kependudukan Kabupaten Deli Serdang Kecamatan Hamparan Perak Januari 2010.

2

(2)

Sungai Baharu memiliki Karakteristik fisik dengan warna sungai yang

cenderung keruh dan memiliki arus yang lambat, pada bagian hulu sungai air berasa

tawar sementara pada bagian hilir sungai air berasa asin. Dari perihal tersebut

kawasan Sungai Baharu3 masih terdampak pasang-surut air laut. Selain karakteristik

tersebut Sungai Baharu juga memiliki panjang dari hulu hingga hilir + 30 Km,

dengan lebar di bagian hulu + 30-50 meter dan pada bagian hilir + 55-100 meter,

sementara kedalaman di bagian hulu Sungai Baharu + 5-7 meter dan kedalaman di

bagian hilir + 8-12 meter.4 Dengan karakteristik tersebut, Sungai Baharu dapat

dilayari kapal-kapal dengan berbagai macam ukuran yaitu kapal kecil dengan

kapasitas 4 penumpang, kapal sedang dengan kapasitas 8 penumpang hingga kapal

berukuran besar dengan kapasitas 50 penumpang.

Kawasan Sungai Baharu meliputi Desa Sei Baharu yang merupakan desa yang

berada di Kecamatan Hamparan Perak. Desa Sei Baharu mempunyai 5 Dusun, 9 RW

dan 17 RT. Kelima Dusun tersebut adalah Dusun Sei Baharu 1, Dusun Sei Baharu 2,

Dusun Sei Baharu 3, Dusun Sei Baharu 4, dan Dusun Sei Baharu 5. Adapun luas

wilayah Desa Sei Baharu adalah 7,1 Km2, dengan jumlah penduduk 3.470 jiwa, yang

terdiri atas 1.776 laki-laki dan 1.694 perempuan dengan kepadatan 489 jiwa/Km2.5

Kelima Dusun di Desa Sei Baharu tersebut posisinya memanjang dari arah Selatan

3

Kawasan Sungai Baharu adalah sepanjang aliran Sungai Baharu yang masih berpengaruh terhadap Sungai Baharu.

4

Wa wancara , Junaidy Eddy, Hamparan Perak, 01 Pebruari 2017. 5

Laporan Kependudukan Kabupaten Deli Serdang Kecamatan Hamparan Perak Januari 2005,

(3)

menuju Utara yang dibelah oleh Sungai Baharu. Demikianlah sehingga jika kita

melintasi Sungai Baharu dari hulu ke hilir maka di sebelah kiri sungai terdapat Dusun

Sei Baharu 4 dan 5 sedangkan di sebelah kanan terdapat Dusun 1,2, dan 3. Sungai

Baharu mulai digunakan sejak tahun 1945.

Fasilitas-fasilitas umum yang tersedia di Desa Sei Baharu adalah sekolah,

kantor kepala desa, mushola, jembatan, jalan desa, tempat pemakaman umum,

dermaga dan lain sebagainya. Adapun jumlah dari fasilitas-fasilitas yang ada di Desa

Sei Baharu adalah 4 buah sekolah meliputi, MID/MDTA Al WASHLIYAH yang

berada di dusun 4 Desa Sei Baharu, SEKOLAH DASAR NEGERI NO 106443 di

Dusun 4 Desa Sei Baharu, SEKOLAH MADRASAH AL WASHILIYAH berada di

Dusun 2 Desa Sei Baharu, dan SEKOLAH DASAR NEGERI NO 101742 di dusun 1

Desa Sei Baharu. Fasilitas desa yang lain yaitu Kantor Kepala Desa Sei Baharu yang

terdapat di Dusun 4 Desa Sei Baharu, 1 buah Mushola di Dusun 2 Desa Sei Baharu, 1

jembatan yang terletak antara Dusun 2 dan Dusun 4 Desa Sei Baharu, 2 tempat

pemakaman umum yang terdapat di Dusun 1 dan Dusun 4 Desa Sei Baharu, dan 2

buah dermaga kapal yang terdapat di Dusun 2 dan Dusun 4 Desa Sei Baharu.6

Kondisi Sungai Pematang Nibung pada masa kerajaan Urung Sepuluh Dua

Kuta sangat dangkal dan berlumpur, dalam buku Riwayat Hamparan Perak tertulis

Raja Urung Sepuluh Dua Kuta pindah dan membuat kampung di daerah Sungai Lama

6

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa), Desa Sei Baharu Kecamatan

(4)

dan sering terjadi banjir sehingga harus pindah lagi.7 Dari buku Tengku Lukman

Sinar juga tertulis bahwa untuk menuju kampung Klumpang hingga Sunggal

rombongan Anderson harus melalui jalur darat yang dipenuhi dengan lumpur

dikarenakan sungai yang dangkal tidak dapat dilalui oleh kapal-kapal.8

Kemudian pada tahun 1875 kedatangan jacobus Nienhuys ke Sumatera Timur

untuk membuka lahan perkebunan khususnya tembakau yang sangat laku di pasaran

Eropa. Dikarenakan adanya Perkembangan perkebunan di pedalaman Sumatera

Timur dan untuk memfasilitasi kapal yang masuk dan keluar telah mendorong

pemerintah kolonial Hindia-Belanda mengembangkan Pelabuhan Belawan baik dari

segi fisik, sarana maupun manajemen pelabuhan. Pengembangan fisik pelabuhan

meliputi pengerukan lumpur, pembangunan dermaga, gudang penyimpanan dan

kantor, jalan darat dan jalur kereta api. Pengembangan Pelabuhan Belawan dilakukan

pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 yang telah menjadikan Pelabuhan

Belawan sebagai satu-satunya pelabuhan ekspor-impor terbesar di Sumatera Timur

serta salah satu pelabuhan induk di Hindia Belanda.9

Dikarenakan adanya pengembangan terhadap pelabuhan Belawan pada tahun

1921 dan adanya peningkatan volume dan nilai eksport tembakau. Sehingga pada

7

Azhari , Phili Ichwan, Asal Usul Kota Medan Dalam Riwayat Hamparan Pera k, (Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara, 2012), hlm. 80

8

Tuanku Lukman Luckman, Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera Timur, Medan : tanpa tahun dan penerbit, hlm. 161

9

(5)

tahun 1925 Pihak Belanda dan Kerajaan Urung Sepuluh Dua Kuta melakukan

pengerukan terhadap Sungai Pematang Nibung yang merupakan hulu dari Sungai

Belawan, dikarenakan adanya pengerukan di bagian hulu Sungai Pematang Nibung

tepatnya di belakang istana urung Sepuluh Dua Kuta dan di belakang masjid Al-Hafis

air sungai mengalir secara lancar menuju Sungai Belawan, dan sampan-sampan yang

digunakan untuk mengangkut hasil perkebunan yang berada di kawasan Sungai

Pematang Nibung dapat hilir-mudik dengan lancar. Tingginya permintaan pasar

Eropa terhadap tembakau Deli dan didukung oleh tersedianya fasilitas Pelabuhan

Belawan, terjadi perkembangan volume dan nilai ekspor tembakau pada 1922

mengalami peningkatan hingga 1925.

Dengan berkembangnya perkebunan tembakau di kawasan Sungai Pematang

Nibung dan pengembangan sarana dan prasarana yang dilakukan oleh pihak Hindia

Belanda guna memperlancar eksploitasi hasil alam yang ada di kawasan Sungai

Pematang Nibung lambat laun seiring berjalannya waktu menyebabkan terjadinya

perubahan ekologi sosial di kawasan Sungai Pematang Nibung. Perubahan ekologi

sosial yang dimaksud meliputi pertumbuhan penduduk di Desa Sei Baharu,

perubahan pola pemukiman, dan pemanfaatan kawasan sungai. Hal inilah yang

menjadikan daya tarik bagi penulis. Bagaimana perubahan kawasan Sungai Baharu

yang memliki peranan penting pada masa Hindia Belanda.

Penulis memilih tahun 1945 sebagai awal batasan tahun dikarenakan setelah

kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 Sungai Pematang Nibung berubah nama

(6)

masyarakat pada masa kolonial. Sungai Baharu telah menjadi pelabuhan tradisional

dan jalur lalu lintas guna membawa hasil alam yang diperoleh dari kawasan sekitar

sungai. Selain itu sungai juga dimanfaatkan masyarakat untuk mengairi lahan

perkebunan dan kegiatan lainnya. Dan diakhiri pada tahun 2005 karena tahun pada

tahun 2005 telah dibangun objek wisata Bahari yang bernama Siba Island di Desa Sei

Baharu Kecamatan Hamparan Perak.

1.1Rumusan Masalah

Di dalam suatu penelitian, rumusan masalah menjadi landasan yang sangat

penting dari sebuah penelitian karena akan memudahkan peneliti di dalam proses

pengumpulan data dan analisis data. Permasalahan yang dibahas dari penelitian

adalah :

1. Bagaimana kondisi ekologi sosial Sungai Baharu di Kecamatan Hamparan

Perak sebelum tahun 1945?

2. Bagaimana pola perubahan ekologi sosial Sungai Baharu di Kecamatan

Hamparan Perak 1945-2005?

3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan ekologi sosial Sungai

(7)

1.2Tujuan dan Manfaat Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan pasti memiliki tujuan dan manfaat yang

dicapai. Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang

telah dirumuskan sebelumnya.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menjelaskan kondisi ekologi sosial Sungai Baharu Kecamatan Hamparan

Perak sebelum tahun 1945.

2. Menjelaskan pola perubahan ekologi sosial Sungai Baharu Kecamatan

Hamparan Perak tahun 1945-2005.

3. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan ekologi sosial

Sungai Baharu.

Sementara manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Menambah pengetahuan dan Informasi yang baru dalam penelitian serta

memberikan referensi literatur yang berguna terhadap dunia akademik,

terutama dalam Sejarah Maritim guna membuka ruang penulisan sejarah yang

berikutnya.

2. Bagi masyarakat umum, penelitian ini dapat memberi pengetahuan baru

tentang Sungai Baharu di Kecamatan Hamparan Perak.

3. Bagi pemerintah semoga dapat membantu masyarakat yang berada di Sekitar

(8)

1.3Tinjauan Pustaka

Penulisan karya ilmiah merupakan sebuah rangkaian yang saling berkaitan

dengan menggunakan referensi yang berhubungan. Agar pemaparan sebuah karya

ilmiah lebih objektif, maka selayaknyalah menggunakan sumber-sumber yang

berkaitan dengan topik yang dibahas baik berupa buku-buku yang mendukung

paparan secara teoritis maupun paparan fakta-fakta. Maka penulis menggunakan

beberapa buku panduan dasar dalam penelitian.

Tuanku Luckman Sinar Basarshah II, dalam buku “Bangun dan Runtuhnya

Kerajaan Melayu di Sumatera Timur”. Memaparkan sejarah suatu wilayah yang

disebut oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai wilayah Keresidenan Sumatera

Timur, yang terdiri dari wilayah Kerajaan Langkat, Kerajaan Deli, Kerajaan Serdang

(wilayah kini dalam Kabupaten Deli-Serdang dan Kabupaten Serdang Bedagai),

Kerajaan Asahan, Kedatukan di Batubara, Kerajaan Panai, Kerajaan Bilah, Kerajaan

Kota Pinang dan kerajaan Kualuh-Leidong di Kabupaten Asahan dan Kabupaten

Labuhan Batu, Kerajaan Simalungun dan Kerajaan-kerajaan di Tanah Tinggi Karo.

Secara khusus buku ini membantu penulis di dalam memaparkan Kerajaan yang

berada di wilayah Sungai Baharu Kecamatan Hamparan Perak.

Tengku Admansyah, dalam buku “Butir-butir Sejarah Suku Melayu Pesisir

Sumatera Timur”. Memaparkan uraian tentang pokok-pokok sejarah suku Melayu

Pesisir Sumatera Timur serta kaitannya dengan Suku karo dan Suku Simalungun,

(9)

lampau ada kaitannya dengan apa yang dinamakan bekas rakyat Haru (Aru). Secara

khusus buku ini sangat membantu penulis untuk melihat bagaimana masyarakat suku

Melayu di Pesisir Sumatera Timur dan melihat perbandingan terhadap masyarakat

Melayu di Sungai Baharu (Sei Baharu).

Mangamar Portibi Harahap, dalam “Studi Status Mutu Air Sungai Belawan

Sebelum Instalasi Pengelolaan Air (IPA) Sunggal dan Sebelum Instalasi Pengelolaan

Air (IPA) Hamparan Perak Untuk Pemanfaatan Sumber Air Bersih” (Tesis)

membahas tentang bagaimana karakteristik sungai Belawan disebabkan aktifitas

masyarakat di sepanjang dan disekitar alur sungai Belawan, bagaimana status mutu

air Sungai Belawan yang dijadikan sebagai bahan baku utama Isnstalasi Pengelolaan

Air Sunggal dan Instalasi Pengelolaan Air Hamparan Perak. Tesis ini menambah

referensi penulis di dalam penulisan tentang pemanfaatan Sungai Baharu ( Sei Baharu

) di Kecamatan Hamparan Perak yang bermuara ke Sungai Belawan.

Etty Rayuana , dalam “Hubungan Genangan Air Pasang dengan Keluhan

Penyakit pada Masyarakat Pesisir Pantai Desa Sei Baharu di Kecamatan Hamparan

Perak Kabupaten Deli Serdang” (Tesis) membahas tentang analisis hubungan antara

karakteristik air pasang, kondisi sanitasi dan fisik rumah dengan keluhan penyakit

pada masyarakat pesisir pantai di Desa Sei Baharu. Tesis ini menambah referensi

penulis di dalam penulisan tentang Sungai Baharu ( Sei Baharu ) di Kecamatan

(10)

A.Adi Sukadana, dalam buku “Antro-ekologi”. Memaparkan uraian tentang

penanganan masalah-masalah interdisipliner dan multidisipliner , bagi peneliti atau

pekerja lapangan yang mengalami kesulitan karena latar belakang keahlian yang

sifatnya monodisipliner, Secara khusus buku ini sangat membantu penulis untuk

melihat bagaimana hubungan ilmu sejarah dengan ilmu-ilmu lain seperti antropologi

dan juga ilmu ekologi.

Gusti Asnan, dalam buku “ Sungai dan Sejarah Sumatera”. Memaparkan

uraian tentang keberadaan sungai sebagai salah satu rupa bumi di Sumatra dan sungai

mempunyai peran yang besar dalam perkembangan penduduk dan ikut

mempengaruhi berbagai perubahan dalam aspek sosial, politik, ekonomi dan budaya,

secara khusus buku ini sangat membantu penulis untuk melihat bagaimana peran

sungai Baharu terhadap perkembangan penduduk, perubahan aspek sosial, politik,

(11)

1.4Metode Penelitian

Untuk merekonstruksi kembali peristiwa masa lampau dibutuhkan metode dalam

menuliskannya. Metode yang penulis pakai yaitu metode sejarah dengan

merekontruksi secara imajinatif dari masa lampau berdasarkan data yang diperoleh

melalui proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa

lalu, sehingga di dapatkan hasil penelitian yang objektif.10 Di dalam metode

penelitian sejarah, ada beberapa teknik ataupun langkah-langkah yang terlebih dahulu

dilakukan oleh penulis sebelum merampungkan tulisan yang akan dibuatnya. Adapun

langkah-langkah yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah heuristik atau

pengumpulan data atau bahan-bahan sebanyak mungkin yang memberi penjelasan

tentang Sungai Baharu di Kecamatan Hamparan Perak. Pengumpulan data selama

prose penelitian cukup sulit dirasakan penulis, mengingat beberapa instansi terkait

yang diharapkan menjadi sumber data (informasi) tidak dapat memberikan data yang

diperlukan dengan berbagai alasan. Beberapa lembaga pemerintah atau instansi

banyak berdiri setelah tahun 2000-an, sehingga tidak memiliki data yang dibutuhkan.

Terdapat juga sejumlah Dinas Perpustakaan dan Arsip tidak memiliki data tahun

kajian penulis karena proses pengarsipan yang tidak baik. Untuk menutupi

kekurangan tersebut penulis berusaha memperoleh data dari kajian ilmiah yang

tertulis maupun informasi Dinas Pembangunan Umum. Sumber data lain yakni

10

(12)

dokumen-dokumen pemerintah mengenai pembangunan daerah, maupun dokumen

pemerintah daerah dan pusat yang memiliki keterkaitan dengan kajian. Sumber lain

diperoleh dengan study kepustakaan seperti laporan penelitian, dan buku-buku. Untuk

melengkapi sumber tertulis dari studi kepustakaan, maka peneliti akan melakukan

wawancara dengan berbagai informan yang kompeten, yaitu dengan mewawancarai

perangkat Desa Sei Baharu, perangkat Kecamatan Hamparan Perak, warga desa, dan

para nelayan.

Langkah berikutnya, melakukan kritik terhadap sumber. Untuk memeriksa

keabsahan sumber melalui kritik intern yang bertujuan untuk memperoleh fakta yang

jelas dengan cara menganalisis isi ataupun penjelasan dalam sumber tertulis dan kritik

ekstern dalam memperoleh fakta yang otentik dengan cara meneliti asli atau tidaknya

sumber tersebut. Data yang ada tentang Sungai Baharu di Kecamatan Hamparan

Perak sangat perlu dilakukan kritik sumber. Sesudah melakukan langkah pertama dan

langkah kedua berupa heuristik dan kritik sumber, langkah selanjutnya interpretasi.

Tahap ini dilakukan penafsiran dengan menganalisa dan menguraikan dari fakta-fakta

yang memiliki arti. Disini penulis berusaha untuk merangkai setiap fakta secara

kronologis. Adapun penulis menggunakan metode time series untuk membantu

menganalisis data tunggal secara kronologis seperti laju angka (linear trend), laju

pertumbuhan (rate of growth), serta menghitung perbedaan data. 11

11

(13)

Langkah terakhir yang dilakukan dalam metode penelitian ini adalah metode

penulisan sejarah atau historiografi. Langkah ini penulis menjabarkan data hasil

penelitian sekaligus rangkaian secara kronologis dan sistematis dalam bahasa tulisan

dapat berbentuk deskriptif naratif sehingga menghasilkan sebuah karya ilmiah

sejarah. Langkah ini menuliskan hasil yang didapatkan selama penelitian yaitu

Perubahan Ekologi Sosial Kawasan Sungai Baharu di Kecamatan Hamparan Perak

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat pengetahuan tentang SADARI dan praktik SADARI merupakan variabel dari perilaku SADARI, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh penyuluhan tentang

Hasil penelitian ini didapatkan bila nilai P value lebih kecil dari nilai α atau (0,01< 0,05) maka disimpulkan ada hubungan umur ibu dengan kejadian abortus pada ibu

dengan menggunakan metode pengumpulan data yang sesuai.. Sumber primer tersebut berupa Al- Qur‟an dan terjemah, kitab -kitab tafsir, dan buku-buku terjemah lainnya

urutan-urutan yang sesuai dengan susunan ayat-ayat dalam al- Qur‟an, yang disusun ayat demi. ayat, surah demi surah, yang dimulai dari Surah al-Fatihah dan diakhiri

Keluarga merupakan salah satu pranata yang penting dalam

Hasil: Penelitian melibatkan pasien kanker payudara yang dilakukan tindakan MRM dengan dan tanpa fiksasi flap kulit sebanyak 78 subjek penelitian dengan

Dibuat oleh : Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen tanpa ijinA. tertulis dari Fakultas Teknik Universitas

Pengaruh Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan Price to Book Value (PBV) Terhadap Harga Saham pada