• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Keragaan Karakter Dua Lanras Kacang Bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) pada Dua Lingkungan Tumbuh Berbeda.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Keragaan Karakter Dua Lanras Kacang Bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) pada Dua Lingkungan Tumbuh Berbeda."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KERAGAAN KARAKTER DUA LANRAS

KACANG BOGOR (

Vigna subterranea

(L.) Verdcourt) PADA

DUA LINGKUNGAN TUMBUH BERBEDA

MUHAMAD YUSUP

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Keragaan Karakter Dua Lanras Kacang Bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) pada Dua Lingkungan Tumbuh Berbeda adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, November 2013

Muhamad Yusup

(4)

ABSTRAK

MUHAMAD YUSUP. Evaluasi Keragaan Karakter Dua Lanras Kacang Bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) pada Dua Lingkungan Tumbuh Berbeda. Dibimbing oleh YUDIWANTI WAHYU ENDRO KUSUMO.

Kacang bogor merupakan legume sumber karbohidrat yang dapat dikembangkan menjadi tanaman pangan baru. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keragaan karakter dua lanras kacang bogor yang ditanam pada dua lingkungan tumbuh berbeda. Kedua lanras tersebut didapatkan dari petani yang ada di Sumedang dan Sukabumi. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo Kampus IPB Darmaga dari bulan Juni hingga Oktober 2010. Setiap tanaman dijadikan satu satuan amatan. Setiap lanras ditanam pada dua lingkungan dengan dosis pemupukan berbeda, sehingga terbentuk empat populasi berbeda. Karakter yang diamati meliputi lebar kanopi, panjang tangkai, jumlah cabang, jumlah buku, panjang ruas, jumlah polong per tanaman, bobot polong basah per tanaman dan bobot polong kering per tanaman. Hasil uji nilai tengah menunjukkan bahwa lanras Sumedang di lingkungan marjinal memiliki potensi untuk dikembangkan berdasarkan karakter lebar kanopi, jumlah cabang, jumlah buku, bobot polong basah dan bobot polong kering. Pada lanras Sukabumi, tanaman pada lingkungan marjinal memiliki potensi untuk dikembangkan berdasarkan karakter jumlah polong dan tanaman pada lingkungan optimal memiliki potensi untuk dikembangkan berdasarkan karakter panjang tangkai daun dan panjang ruas. Hasil analisis korelasi antar karakter, menunjukkan bahwa karakter vegetatif yang konsisten berkorelasi positif dengan hasil adalah lebar kanopi dan jumlah buku.

Kata kunci : korelasi, lebar kanopi, marjinal, sukabumi, sumedang

ABSTRACT

MUHAMAD YUSUP. Character Performance Evaluation of Two Landraces of Bambara Groundnut (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) in Two Different Growing Environments. Supervised by YUDIWANTI WAHYU ENDRO KUSUMO.

(5)

dry pods. In Sukabumi landrace, crops in marginal environment has the potential to be developed based on number of pods and crops in optimal environment has the potential to be developed based on petiol length character and internodes length. Result of correlation analysis between the characters, the vegetative characters which consistent positively correlated with the crop yield are the width of canopy and number of nodes.

(6)
(7)

EVALUASI KERAGAAN KARAKTER DUA LANRAS

KACANG BOGOR (

Vigna subterranea

(L.) Verdcourt) PADA

DUA LINGKUNGAN TUMBUH BERBEDA

MUHAMAD YUSUP

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Evaluasi Keragaan Karakter Dua Lanras Kacang Bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) pada Dua Lingkungan TumbuhBerbeda.

Nama : MUHAMAD YUSUP

NIM : A24062874

Disetujui oleh

Dr Ir Yudiwanti Wahyu EK, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala limpahan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah evaluasi keragaan karakter lanras kacang bogor, dengan judul Evaluasi Keragaan Karakter Dua Lanras Kacang Bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) pada Dua Lingkungan Tumbuh Berbeda.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Yudiwanti Wahyu EK, MS selaku pembimbing yang dengan sabar membimbing penulis. Terima kasih kepada ayah, ibu, seluruh keluarga dan teman-teman atas segala doa dan dukungannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, November 2013

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 1 Hipotesis 1

TINJAUAN PUSTAKA 2

Sumber Genetik dan Keragaman Kacang Bogor 2

Morfologi Kacang Bogor 2

Syarat Tumbuh Kacang Bogor 3

BAHAN DAN METODE 4

Waktu dan Tempat 4

Baham dan Alat 4

Prosedur Analisis Data 4

Pelaksanaan 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Kondisi Umum 6

Evaluasi Keragaan Populasi 7

Korelasi Antar Karakter 9

Evaluasi Keragaan Tanaman Terpilih 12

KESIMPULAN DAN SARAN 13

Kesimpulan 13 Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 14

LAMPIRAN 15

RIWAYAT HIDUP 19

DAFTAR TABEL

1 Hasil uji nilai tengah masing-masing karakter pada dua lanras kacang

(12)

lingkungan marjinal 10

4 Korelasi antar karakter pada kacang bogor lanras Sumedang di lingkungan optimal 11 5 Korelasi antar karakter pada kacang bogor lanras Sukabumi di lingkungan marjinal 11 6 Korelasi antar karakter pada kacang bogor lanras Sukabumi di lingkungan optimal 12 7 Hasil uji t tanaman terpilih dengan tanaman asal pada masing-masing lanras kacang bogor 13 

DAFTAR GAMBAR

1 Morfologi kacang bogor 3

2 Benih kacang bogor 4

3 Gulma pada pertanaman kacang bogor 6

4 Tanaman kacang bogor terserang penyakit busuk pangkal batang 7

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data iklim bulan Juni sampai Oktober 2010 di Darmaga 15  2 Data hasil uji kehomogenan ragam karakter kacang bogor di lingkungan

marginal dan optimal pada kedua lanras 16 

3 Perbedaan sebaran polong kacang bogor berdasarkan lebar kanopi 16  4 Keragaan kacang bogor lanras Sumedang di lingkungan marjinal 16  5 Keragaan kacang bogor lanras Sumedang di lingkungan optimum 17  6 Keragaan kacang bogor lanras Sukabumi di lingkungan marjinal 17  7 Keragaan kacang bogor lanras Sukabumi di lingkungan optimum 17 

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kacang bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) atau yang lebih dikenal masyarakat dunia dengan nama bambara groundnut adalah salah satu tanaman kacang-kacangan yang potensial untuk dikembangkan pada program diversifikasi pangan di Indonesia. Berdasarkan rillis Direktorat Gizi Depertemen Kesehatan RI (1981), perbedaan kandungan gizi kacang bogor dan beras pada per 100 gram bahan dapat dimakan (BDD) masing-masing sebagai berikut : Kadar air (kacang bogor 1%, beras 13%), lemak (kacang bogor 6 g, beras 0.7 g), karbohidrat (kacang bogor 65 g, beras 79 g), protein (kacang bogor 16 g, beras 6.8 g) dan kalori (kacang bogor 370 g, beras 360 g). Kandungan kalori yang lebih tinggi dan komposisi gizi yang cukup seimbang, kacang bogor berpotensi menjadi substitusi beras sebagai makanan pokok dimasa yang akan datang.

Di Indonesia, petani kacang bogor dapat dijumpai di Jawa Barat pada lahan terbatas terutama sekitar Bogor, Bandung, Sumedang dan Sukabumi. Pengusahaan kacang bogor di daerah Bogor sendiri dilakukan kurang intensif sehingga hasil yang diperoleh sekitar 1.2 ton ha-1 polong kering (Lastini 1978). Padahal budidaya kacang bogor pada kondisi lingkungan tumbuh optimal di daerah Zimbabwe, mampu menghasilkan hingga 4 ton ha-1 biji kering (Madamba 1995).

Masih rendahnya produktivitas dan umur kematangan polong yang cukup lama, yaitu tiga sampai enam bulan menjadikan kacang bogor masih kurang menarik minat petani. Penelitian kacang bogor di Indonesia pun masih sedikit, maka sampai saat ini literatur kacang bogor masih terbatas dan masyarakat belum banyak mengetahui potensinya bila dibandingkan dengan tanaman pangan lainnya.

Mengingat potensi yang dimiliki kacang bogor, maka upaya untuk meningkatkan produksi tanaman ini perlu didukung dengan pemahaman yang memadai terkait budidaya dan pemuliaannya. Kegiatan pemuliaan tanaman tidak terlepas dari kegiatan seleksi. Informasi terkait hubungan antara hasil dan komponen hasil sangat penting dalam kegiatan seleksi tanaman. Menurut Johnson

et al. (1955), analisis korelasi antar karakter yang diamati memberikan andil besar dalam menentukan prosedur seleksi yang lebih efektif dalam menentukan sifat unggul tanaman.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi keragaan karakter dua lanras kacang bogor yang ditanam pada dua lingkungan tumbuh berbeda.

Hipotesis

(14)

2

2. Terdapat perbedaan keragaan karakter lanras Sukabumi pada lingkungan marjinal dengan lingkungan optimal.

3. Terdapat peubah vegetatif yang berkorelasi positif dengan hasil.

4. Terdapat peubah yang dapat dijadikan sebagai faktor seleksi produksi kacang bogor.

TINJAUAN PUSTAKA

Sumber Genetik dan Keragaman Kacang Bogor

Centre of origin kacang bogor berasal dari benua Afrika, tepatnya daerah timur laut Nigeria dan Kamerun utara (Goli 1995). Tanaman ini tersebar luas di seluruh daerah Afrika. Pusat keragaman genetik (The centre of genetic diversity) tanaman ini diyakini ada di beberapa negara seperti Filipina, India, Indonesia, Malaysia, Sri-Lanka, Afrika Selatan, dan terutama Brazil (Doku dan Karikari 1971).

Pertama kalinya pengkoleksian dan pengevaluasian plasma nutfah

bambara groundnut dilakukan sekitar abad 19. Menurut Masindeni (2006), Lembaga penelitian pertanian di Negeria menjadikan pengkoleksian kacang bogor sebagai misi utama. Sekitar 80 galur sudah terkumpul, diperbanyak, dipelihara, dan semuanya menjadi subyek untuk percobaan pengevaluasian hasil. The International Institute of Tropical Agriculture (IITA) di Nigeria sangat ekstensif mengkoleksi plasma nutfah kacang bogor, sudah terkumpul sekitar 2035 galur yang diperoleh dari berbagai Negara (Masindeni 2006).

Morfologi Kacang Bogor

Kacang bogor adalah tanaman herbasius, tanaman dengan panjang hari intermediet, dan termasuk juga tanaman tahunan. Perbedaan pada panjang internode menghasilkan tiga tipe yaitu bunched, intermediate (semi-bunched) dan

spreading. Tanaman ini memiliki daun majemuk dengan tiga anak daun yang berbentuk agak elips (Ezedinma dan Maneke 1985). Menurut Masindeni (2006), warna daun berkisar antara hijau terang sampai hijau gelap. Menurut Doku dan Karikari (1971), daun kacang bogor berupa daun trifoliate yang muncul dari setiap buku dengan tangkai daun panjang, tumbuh tegak dan sedikit berambut.

(15)

3

Gambar 1 Morfologi kacang bogor : (1) tangkai daun, (2) bunga, (3) tangkai polong, (4) polong

Di dalam tanah, polong tersebut membesar berbentuk bulat lonjong. Biji akan terbentuk setelah 40 hari setelah penyerbukan. Sebagian besar varietas yang ada menghasilkan polong dengan satu biji, tetapi polong dengan tiga biji sering ditemukan juga pada koleksi ekotipe di Congo. Saat masak, warna dan ukuran biji sangat beragam. Warna biji bervariasi dari krem keputihan, coklat, kuning kecoklatan, merah, berbintik-bintik dan hitam (Doku dan Karikari 1971).

Pada umumnya biji yang berukuran besar berasal dari polong yang berkerut sedangkan biji yang kecil berasal dari polong yang licin. Kultivar berbiji besar biasanya mempunyai tipe tanaman yang lebih menyebar (spreading) dan kematanganya lebih lambat dibandingkan kultivar berbiji kecil (Mergeai 1986).

Syarat Tumbuh Kacang Bogor

Kacang bogor termasuk tanaman hari pendek, dapat dibudidayakan di daerah tropik sampai ketinggian 1600 m di atas permukaan laut. Tanaman ini membutuhkan sinar matahari yang cerah dan temperatur tinggi. Tumbuh baik pada suhu rata-rata 20 oC sampai 28 oC. Daya adaptasi dan tingkat toleransi terhadap kondisi lingkungan kering, kacang bogor jauh lebih baik dari kacang -kacangan lainnya (PROHATI 2010).

(16)

4

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Percobaan dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Oktober 2010, di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor Darmaga yang memiliki ketinggian 190 m di atas permukaan laut dan bertipe tanah Latosol.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah dua lanras kacang bogor yang didapatkan dari petani Sumedang dan Sukabumi. Bahan lain yang digunakan adalah pupuk kandang, Urea, SP-36 dan KCl. Penelitian ini menggunakan dua dosis pemupukan. Pertama, lahan dengan dosis pemupukan 50 kg/ha Urea, 75 kg/ha SP-36 dan 37.5 kg/ha KCl selanjutnya disebut lingkungan marjinal. Kedua lahan dengan dosis pemupukan 200 kg/ha Urea, 300 kg/ha SP-36 dan 150 kg/ha KCl selanjutnya disebut lingkungan optimal. Pengendalian hama digunakan Karbofuran.

Alat yang digunakan antara lain alat tulis, timbangan, meteran/penggaris, kantong benih, label dan alat budidaya.

Gambar 2 Benih kacang bogor

Prosedur Analisis Data

Setiap tanaman pada penelitian ini dijadikan sebagai satu satuan amatan dengan setiap lanras ditanam pada dua lingkungan tumbuh berbeda. Sehingga pada penelitian ini terbentuk empat populasi berbeda. Jumlah tanaman yang tumbuh pada masing-masing lingkungan adalah sebagai berikut : 63 tanaman lanras Sumedang lingkungan marjinal, 61 tanaman lanras Sumedang lingkungan optimal, 60 tanaman lanras Sukabumi lingkungan marjinal dan 72 tanaman lanras Sukabumi lingkungan optimal. Selanjutnya dilakukan pemilihan tanaman sebanyak 10% pada masing-masing lanras berdasarkan keragaan lebar kanopi terbaik, sehingga didapatkan 12 tanaman terpilih pada lanras Sumedang dan 13 tanaman terpilih pada lanras Sukabumi.

(17)

5 buku per tanaman, panjang ruas per tanaman, jumlah polong per tanaman, bobot polong basah per tanaman dan bobot polong kering per tanaman. Pengukuran lebar kanopi per tanaman, dan panjang tangkai daun per tanaman dilakukan pada saat tanaman telah berbunga. Jumlah polong per tanaman, bobot polong basah per tanaman, jumlah cabang per tanaman, jumlah buku per tanaman dan panjang ruas per tanaman dilakukan saat setelah kegiatan pemanenan. Pengukuran bobot polong kering per tanaman dilakukan setelah polong dijemur lima jam selama tiga minggu hingga kadar air memenuhi syarat simpan.

Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dengan uji F, uji t dan untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa memperhatikan ada atau tidak adanya hubungan kausal diantara variabel-variabel maka dipergunakan analisis korelasi.

Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian diawali dengan persiapan lahan berupa pengolahan lahan, pembuatan petakan dan pemberian pupuk kandang sebanyak 10 ton/ha yang dilakukan dua minggu sebelum tanam. Penanaman menggunakan jarak tanam 60 cm x 60 cm pada lubang tanam yang dibuat dengan bantuan tugal tanam. Jarak tanam ini lebih lebar dari jarak tanam yang biasa dipakai oleh para petani. Hal ini diharapkan tanaman mampu tumbuh optimal memperagakan potensi hasil terbaiknya. Setiap lubang tanam ditanam satu biji benih kacang bogor dan diberikan karbofuran dengan dosis 30 kg/ha.

Pemupukan dilakukan dengan cara ditabur pada lubang yang dibuat di samping tiap tanaman. Pupuk diberikan sekaligus pada saat 14 hari setelah tanam (HST) atau setelah semua tanaman berkecambah. Petakan dengan dosis pemupukan 50 kg/ha Urea, 75 kg/ha SP-36, dan 37.5 kg/ha KCl selanjutnya disebut lingkungan marjinal. Petakan dengan dosis pemupukan 200 kg/ha Urea, 300 kg/ha SP-36, dan 150 kg/ha KCl selanjutnya disebut lingkungan optimal. Masing-masing lanras ditanam pada dua lingkungan tersebut, sehingga terdapat empat populasi berbeda yaitu lanras Sumedang lingkungan marjinal, lanras Sumedang lingkungan optimal, lanras Sukabumi lingkungan marjinal dan lanras Sukabumi lingkungan optimal.

Pengendalian gulma dan pembumbunan dilakukan bersamaan pada saat tanaman berumur 4 MST, 6 MST, 8 MST, 10 MST, dan 12 MST. Hal ini dimaksudkan agar tanaman bisa tumbuh dengan optimal dan mampu memperagakan potensi hasil terbaiknya. Seperti halnya bunga kacang tanah, setelah diserbuki tangkai bunga kacang bogor akan memanjang dan masuk ke dalam permukaan tanah. Namun tangkai polong yang dimiliki kacang bogor tidak sekuat dan sepanjang kacang tanah. Sehingga penyiapan lingkungan tumbuh dengan tanah gembur dan bisa dijangkau tangkai polong akan membantu tanaman dalam proses pembentukan dan pengisian polong. Tidak dilakukan pengendalian hama pengganggu tanaman selama pertumbuhan, eradikasi dilakukan pada tanaman terserang penyakit.

(18)

6

Sumedang dan 13 tanaman terpilih pada lanras Sukabumi dipanen dengan cara dicabut/digali menggunakan garpu. Hal ini dilakukan agar tidak ada polong yang tertinggal di dalam tanah. Polong setiap tanaman kemudian dimasukkan ke dalam masing-masing kantong kertas yang sudah disiapkan. Brangkasan dipisahkan untuk kemudian diamati. Semua tanaman tidak terpilih dipanen sama seperti halnya tanaman terpilih, dicabut, polong dimasukkan ke dalam kantong dan brangkasan diikat untuk kemudian diamati.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Secara keseluruhan benih kacang bogor mulai tumbuh pada 2 MST. Data iklim pada dua bulan pertama (Juni dan Juli) menunjukkan kondisi cukup baik bagi pertumbuhan tanaman (Lampiran 1) . Pada 4 MST, populasi keseluruhan tanaman mencapai 90%. Kondisi iklim yang cukup baik, penggunaan pupuk kandang dan lingkungan tumbuh yang menunjang bagi pertumbuhan kacang bogor (fase vegetatif) juga menyebabkan banyaknya gulma yang tumbuh di sekitar tanaman. Sehingga diperlukan perawatan tanaman (pengendalian gulma dan pembumbunan) yang intensif. Beberapa gulma yang banyak tumbuh di lahan penelitian ini diantaranya Axonopus compressus (papahitan), Borreria laevis, Cleome rutidosperma (mamam), Mimosa pudica (putri malu) dan Cyperus kyllingia (teki) (Gambar 3).

Gambar 3 Gulma pada pertanaman kacang bogor : Cleome rutidosperma

(19)

7

Gambar 4. Tanaman kacang bogor terserang penyakit busuk pangkal batang Penyakit lain yang menyerang pertanaman adalah bercak daun, penyakit ini disebabkan oleh Cercospora sp. Gejala penyakit ini adalah munculnya bercak kecil yang kemudian membesar dan selanjutnya daun menjadi kering. Penyakit bercak daun umumnya terjadi pada fase generatif dan sering dihubungkan dengan ciri tanaman yang siap panen.

Hama pengganggu tanaman yang teramati menyerang pertanaman adalah belalang (Valanga nigricornis). Hama ini memakan daun pertanaman namun tidak sampai pada tingkat bisa menurunkan hasil. Hama lain yang menyerang pertanaman adalah kutu daun (Aphis sp). Akibat tusukan kutu daun, daun kacang bogor menjadi berlubang-lubang kecil.

Evaluasi Keragaan Populasi

Hasil uji kehomogenan ragam (uji F) populasi lanras Sumedang dan Sukabumi pada semua karakter yang diamati menunjukkan bahwa ragam panjang ruas tanaman pada lingkungan marjinal dan lingkungan optimal masing-masing lanras berbeda (heterogen), sedangkan pada karakter lainnya menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Artinya ragam tanaman pada lingkungan marjinal dan lingkungan optimal karakter lebar kanopi, panjang tangkai daun, jumlah polong, bobot polong basah, bobot polong kering, jumlah cabang dan jumlah ruas pada masing-masing lanras adalah sama (Lampiran 2).

(20)

8

Tabel 1 Hasil uji nilai tengah masing-masing karakter pada dua lanras kacang bogor di lingkungan marginal dan optimal

Karakter Sumedang Sukabumi

M O Pr>t M O Pr>t

LK (cm) 64.91± 8.99 58.52±10.72 0.000** 60.27± 9.38 61.74± 8.45 0.346 PTD (cm) 18.36± 2.48 17.46± 2.67 0.056 17.33± 2.75 18.61± 3.16 0.015* JP 73.51±19.84 49.54±21.31 0.000** 69.73±22.36 61.38±20.85 0.028 * BPB (gram) 213.84± 70.20 125.08± 57.18 0.000** 163.92± 61.53 164.46± 62.68 0.96 BPK (gram) 76.57±25.51 49.20±21.74 0.000** 66.37±24.76 61.76±23.55 0.277 JC 5.32± 0.82 3.39± 0.80 0.000** 3.60± 0.83 4.64± 0.92 0,000** JB 15.91± 4.62 13.61± 3.94 0.004** 16.96± 3.36 15.24± 3.67 0.006** PR (mm) 8.93± 1.41 7.97± 0.95 0.000** 8.09± 1.04 9.40± 3.04 0.001**

Keterangan : M: marjinal, O: optimal, LK: lebar kanopi, PTD: panjang tangkai daun, JP: jumlah polong, BPB : bobot polong basah, BPK: bobot polong kering, JC: jumlah cabang, JB: jumlah buku, PR: panjang ruas, * : berbeda nyata pada taraf 5%, dan **: berbeda nyata pada taraf 1%

Hasil uji t antara lanras Sukabumi lingkungan marjinal dan lingkungan optimal pada karakter tangkai daun, jumlah polong, jumlah cabang, jumlah buku dan panjang ruas menunjukkan hasil yang berbeda nyata (Tabel 1). Karakter jumlah buku dan jumlah polong tanaman pada lingkungan marjinal memiliki nilai tengah lebih besar dari tanaman pada lingkungan optimal. Dengan demikian tanaman pada lingkungan marjinal memiliki keragaan dan potensi hasil yang lebih baik pada karaktet tersebut. Tanaman pada lingkungan optimal memiliki keragaan karakter panjang tangkai daun, jumlah cabang dan panjang ruas lebih baik dari lingkungan marjinal. Hasil uji t pada karakter lebar kanopi, BPB dan BPK menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata, untuk kepentingan pengujian selanjutnya ketiga karakter tanaman pada lingkungan marjinal dan lingkungan optimal tersebut disatukan menjadi satu populasi yaitu Sukabumi.

Hasil uji t karakter lebar kanopi antara populasi Sumedang lingkungan marjinal dan populasi Sukabumi menunjukkan hasil yang berbeda nyata (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa lanras Sumedang lingkungan marjinal dan populasi Sukabumi memiliki nilai tengah lebar kanopi berbeda. Nilai tengah lebar kanopi populasi Sumedang marjinal (64.91±9.00 cm) lebih besar dari nilai tengah populasi Sukabumi (61.07± 8.88 cm).

(21)

9 Tabel 2 Hasil uji nilai tengah kacang bogor lanras Sumedang dan Sukabumi

Karakter Sumedang Sukabumi Pr>t

LK (cm) 64.91± 9.00 (M) 61.07± 8.99 (SKB) 0.005** PTD (cm) 17.92± 2.60 (SMD) 18.61± 3.12 (O) 0.096

JP 73.51±19.84 (M) 69.73±22.36 (M) 0.324

BPB (gram) 213.84±70.20 (M) 164.21±61.92 (SKB) 0.000** BPK (gram) 76.57±25.51 (M) 63.86±24.12 (SKB) 0.001** JC 5.32± 0.82 (M) 4.64± 0.92 (O) 0.000** JB 15.90± 4.62 (M) 16.96± 3.36 (M) 0.149 PR (mm) 8.93± 1.41 (M) 9.40± 3.04 (O) 0.24 Keterangan : SMD : Sumedang, SKB : Sukabumi, M : marjinal, O : optimal, LK : lebar kanopi,

PTD : panjang tangkai daun, JP : jumlah polong, BPB : bobot polong basah, BPK : bobot polong kering, JC : jumlah cabang, JB : jumlah buku, PR :panjang ruas, * : berbeda nyata pada taraf 5%, dan **: berbeda nyata pada taraf 1%

Pada karakter BPB, BPK dan jumlah cabang, dari hasil uji t menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa nilai tengah BPB, BPK dan jumlah cabang masing-masing populasi tersebut berbeda. Nilai tengah BPB (213.84±70.20 gram) dan BPK (76.57±25.51 gram) lanras Sumedang lingkungan marjinal lebih besar dari BPB (164.21±61.92 gram) dan BPK (63.86±24.12 gram) lanras Sukabumi. Pada nilai tengah jumlah cabang, lanras Sumedang lingkungan marjinal (5.32±0.82) lebih besar dari lanras Sukabumi lingkungan optimal (4.64±0.92).

Hasil uji t pada karakter jumlah buku antara lanras Sumedang lingkungan marjinal dan lanras Sukabumi lingkungan marjinal menunjukkan hasil tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa nilai tengah jumlah buku populasi Sumedang marjinal sama dengan populasi Sukabumi marjinal. Namun, lanras Sumedang lingkungan marjinal memiliki nilai KK (29.06%) lebih besar dari lanras Sukabumi lingkungan marjinal (19.82%). Pada karakter panjang ruas, lanras Sumedang lingkungan marjinal dan lanras Sukabumi lingkungan optimal memiliki nilai tengah yang sama, akan tetapi lanras Sukabumi lingkungan optimal memiliki nilai KK (32.32%) lebih besar dari lanras Sukabumi lingkungan marjinal (15.83%). Dengan demikian lanras Sumedang marjinal memiliki potensi untuk dikembangkan pada karakter lebar kanopi, jumlah cabang, BPB dan BPK serta memiliki keragaman pada karakter jumlah buku, sedangkan lanras Sukabumi memiliki keragaman pada karakter panjang tangkai daun, jumlah polong dan panjang ruas.

Korelasi Antar Karakter

(22)

10

bahwa bila dua sifat mempunyai korelasi genotipe positif tinggi maka seleksi dapat dilakukan terhadap sifat yang lebih mudah diukur.

Berdasarkan dari hasil banyak penelitian menyatakan bahwa lebar kanopi memiliki korelasi positif dengan karakter produksi, maka komponen yang membentuk lebar kanopi seperti jumlah cabang, jumlah buku dan panjang ruas diduga secara langsung akan berkorelasi dengan karakter produksi (jumlah polong, bobot polong basah dan bobot polong kering) yang diamati pada penelitian ini. Lanras Sumedang

Tabel 3 menyajikan data hasil analisis korelasi antar karakter yang diamati pada lanras Sumedang lingkungan marjinal. Karakter jumlah cabang tidak berkorelasi dengan semua karakter yang diamati. Karakter panjang ruas hanya berkorelasi positif dengan karakter lebar kanopi dan tidak berkorelasi dengan karakter lainnya. Karakter jumlah buku berkorelasi positif dengan semua karakter produksi .

Tabel 3 Korelasi antar karakter pada kacang bogor lanras Sumedang di lingkungan marjinal Keterangan : LK: lebar kanopi, PTD: panjang tangkai daun, JP : jumlah polong, BPB : bobot polong basah, BPK: bobot polong kering, JC: jumlah cabang, JB: jumlah buku, PR :

panjang ruas, * : berkorelasi nyata pada taraf 5%, dan ** berkorelasi nyata pada taraf 1%

Lebar kanopi berkorelasi positif dengan semua karakter produksi (jumlah polong, bobot polong basah dan bobot polong kering). Jumlah polong berkorelasi positif dengan bobot polong basah dan bobot polong kering. Hasil penelitian Damayanti (1991), Goli et al. (1997) dan Masindeni (2006) menyatakan bahwa jumlah polong berkorelasi positif dengan bobot polong basah dan bobot polong kering per tanaman.

(23)

11 Tabel 4 Korelasi antar karakter pada kacang bogor lanras Sumedang di

lingkungan optimal Keterangan : LK : lebar kanopi, PTD : panjang tangkai daun, JP : jumlah polong, BPB : bobot

polong basah, BPK : bobot polong kering, JC : jumlah cabang, JB : jumlah buku, PR : panjang ruas, * : berkorelasi nyata pada taraf 5%, dan **: berkorelasi nyata pada taraf 1%

Lanras Sukabumi

Lebar kanopi berkorelasi positif pada taraf 1% dengan tangkai daun, jumlah cabang. Jumlah buku, panjang ruas, jumlah polong, bobot polong basah dan bobot polong kering per tanaman (Tabel 5). Jumlah cabang berkorelasi positif pada taraf 1% dengan jumlah buku, panjang ruas, jumlah polong, bobot polong basah dan bobot polong kering. Jumlah buku berkorelasi positif pada taraf 1% dengan jumlah cabang, jumlah polong, bobot polong basah dan bobot polong kering per tanaman. Jumlah polong per tanaman berkorelasi positif dengan bobot polong basah dan bobot polong kering per tanaman. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Damayanti (1991), Goli et al, (1997), dan Masindeni (2006), bahwa jumlah polong per tanaman berkorelasi positif dengan bobot polong basah dan bobot polong kering per tanaman.

Tabel 5 Korelasi antar karakter pada kacang bogor lanras Sukabumi di lingkungan marjinal Keterangan : LK : lebar kanopi, PTD : panjang tangkai daun, JP : jumlah polong, BPB : bobot

(24)

12

Tabel 6 menyajikan data hasil analisis korelasi antar karakter lanras Sukabumi pada lingkungan optimal. Lebar kanopi berkorelasi positif pada taraf 1 % dengan karakter tangkai daun, jumlah cabang, jumlah polong, bobot polong basah, bobot polong kering dan berkorelasi positif pada taraf 5% dengan karakter panjang ruas.

Tabel 6 Korelasi antar karakter pada kacang bogor lanras Sukabumi di lingkungan optimal Keterangan : LK : lebar kanopi, PTD : panjang tangkai daun, JP : jumlah polong, BPB : bobot

polong basah, BPK : bobot polong kering, JC : jumlah cabang, JB : jumlah buku, PR : panjang ruas, * : berkorelasi nyata pada taraf 5%, dan **: berkorelasi nyata pada taraf 1%

Karakter jumlah cabang berkorelasi positif pada taraf 1 % dengan lebar kanopi, jumlah polong, bobot bacah polong, bobot polong kering dan berkorelasi positif pada taraf 5 % dengan karakter tangkai daun. Jumlah buku berkorelasi positif pada taraf 1 % dengan tangkai daun, jumlah polong, bobot polong basah dan bobot polong kering per tanaman. Jumlah polong berkorelasi positif pada taraf 1 % dengan bobot polong basah dan bobot polong kering.

Evaluasi Keragaan Tanaman Terpilih

Tanaman terpilih merupakan tanaman dengan lebar kanopi paling lebar yang diambil sebanyak 10% dari total tanaman pada setiap lanras. Pemilihan ini untuk menguji hasil uji korelasi yang menunjukkan bahwa karakter vegetatif yang konsisten berkorelasi positif dengan karakter hasil (jumlah polong, BPB, dan BPK) adalah lebar kanopi dan jumlah buku. Seleksi tanaman berdasarkan keragaan lebar kanopi jauh lebih mudah dilakukan di lapang ketimbang pemilihan berdasarkan jumlah buku.

(25)

13 Tabel 7 menyajikan data hasil uji nilai tengah antara tanaman terpilih dengan tanaman asal pada masing-masing lanras. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pemilihan tanaman berdasarkan lebar kanopi terbaik pada lanras Sumedang memberikan hasil yang berbeda nyata pada karakter jumlah polong, jumlah buku, panjang ruas pada taraf 1% dan berbeda nyata pada taraf 5% pada karakter bobot polong basah, bobot polong kering, dan jumlah cabang. Tanaman hasil pemilihan berdasarkan lebar kanopi terbaik memiliki karakter dengan nilai tengah yang lebih besar dari nilai tengah populasi asalnya.

Tabel 7 Hasil uji t tanaman terpilih dengan tanaman asal pada masing-masing lanras kacang bogor JP 59.46±22.44 82.83±26.37 0.001** 62.65±20.60 88.31±20.13 0.000** BPB (gram) 164.57± 76.19 222.50± 76.91 0.014* 158.04±60.14 220.69±49.62 0.000** BPK (gram) 61.46±27.15 78.42±25.22 0.041* 62.03±23.42 80.62±24.90 0.008** JC 4.28± 1.25 5.25± 1.06 0.010* 4.10± 1.00 4.77± 1.01 0.024* JB 14.43± 4.12 18.03± 5.97 0.007** 15.68± 3.57 19.13± 2.56 0.001** PR (mm) 8.38± 1.32 9.21± 0.73 0.003** 8.55±1.36 11.01± 6.37 0.190

Keterangan : LK : lebar kanopi, PTD : panjang tangkai daun, JP : jumlah polong, BPB : bobot polong basah, BPK : bobot polong kering, JC : jumlah cabang, JB : jumlah buku, PR : panjang ruas, * : berbeda nyata pada taraf 5%, dan **: berbeda nyata pada taraf 1%

Hasil pengujian pada lanras Sukabumi menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada karakter panjang tangkai daun, jumlah polong, bobot polong basah, bobot polong kering, jumlah cabang dan jumlah buku. Tanaman hasil pemilihan berdasarkan lebar kanopi terbaik memiliki karakter dengan nilai tengah yang lebih besar dari nilai tengah populasi asalnya (Tabel 7).

(26)

14

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Lanras Sumedang dan Sukabumi yang ditanam pada dua lingkungan tumbuh berbeda di Kebun Percobaan Leuwikopo memberikan keragaman yang sama kecuali pada karakter panjang ruas. Hasil uji nilai tengah menunjukkan bahwa lanras Sumedang lingkungan marjinal memiliki potensi untuk dikembangkan pada karakter lebar kanopi, jumlah cabang, jumlah buku, bobot polong basah dan bobot kering polong. Pada lanras Sukabumi, tanaman pada lingkungan marjinal memiliki potensi untuk dikembangkan pada karakter jumlah polong dan tanaman pada lingkungan optimal memiliki potensi untuk dikembangkan pada karakter panjang tangkai daun dan panjang ruas. Hasil analisis korelasi antar karakter, karakter vegetatif yang konsisten berkorelasi positif dengan hasil adalah lebar kanopi dan jumlah buku. Di lapangan, pengamatan lebar kanopi jauh lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan pengamatan jumlah buku tanaman. Pada penelitian ini, pemilihan tanaman berdasarkan lebar kanopi terbaik memberikan hasil yang lebih baik daripada tanaman asalnya.

Saran

Kegiatan evaluasi dan karakterisasi lanras kacang bogor yang ada di Indonesia masih harus terus dilakukan. Pengamatan terhadap tipe lebar kanopi perlu dilakukan untuk menduga pengaruhnya terhadap bobot polong basah per tanaman, jumlah polong bernas dan jumlah polong cipo.

DAFTAR PUSTAKA

Allard RW. 1960. Principles of Plant Breeding. United States of America (US) : John Willey and Sons, Inc.

Bahar H, Zen S. 1993. Parameter genetik, pertumbuhan tanaman, hasil dan komponen hasil jagung. Zuriat 4(1):4-8.

Bari A, Musa S, Sjamsudin E. 1974. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Bogor (ID) : IPB Pr.

Damayanti A. 1991. Pengaruh pemilahan warna benih terhadap hasil dan komponen hasil kacang bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

[Depkes] Departemen Kesehatan, Direktorat Gizi. 1981. Nilai gizi beberapa jenis legum pangan bentuk biji dan beras (per 100 g BDD). Jakarta (ID): Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

(27)

15 Ezedinma FOC, Maneke FO. 1985. Preliminary studies on bambara groundut

(Voandeia subterranean Thouars) in derivied savanna belt of Nigeria. Trop. Grain Legume Bull. 31:39-44.

Goli AEF. 1995. Bibliography review. Di dalam :J. Heller Begemann and J. Mushonga, editor. Proceeding of the Workshop on Conservation and Improvement of Bambara Groundnut (Vigna subterranean (L.) Verdcourt); 1995 November 14-16; Harare, Zimbabwe. Harare (ZW): International Plant Genetik Resources Institute. Hlm 4-10.

Goli AEF, Begemann, N. Q. Ng. 1997. Characterization and evaluation of iita’s bambara groundnut (Vigna subterranea (L.) Verdcourt). Di dalam : Heller, J., F. Begemann and J. Mushonga, editor. Promoting the Conservation and Use of Underutilized and Neglected Crops. Italy (IT) : International Plant genetic Resources Institute Rome. hlm 101-118.

Johnson RW, Robinson HF, Constock RE. 1955. Genotipe and phenotypic correlation in soybean and their implication in selection. Agron. J. 47:477-480.

Kasno A, Bari A, Mattjik AA, Subandi, Somaatmadja S. 1983. Pendugaan parameter genetic sifat-sifat kuantitatif kacang tanah dalam beberapa lingkungan tumbuh dan penggunaannya dalam seleksi. Penelitian Pertanian 3(1):44-48.

Lastini. 1978. Cara bercocok tanam kacang bogor (Voandzeia subterranea) di daerah parung [tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Madamba R. 1995. Breeding Bambara Groundnut varietas Suitable for Zimbabwe Condition. Proceeding of The Workshop on Conservation and Improvement of Bambara Goundnut (Vigna subterranea (L.) Verdc.). vol. 9 : 128-134. Zimbabwe [ZW] : International Plant Genetic Resources Institute.

Masindeni DR. 2006. Evaluation of bambara groundnut (Vigna subterranea) for yield stability and yield related characteristics [disertasi]. Zimbabwe (ZW) : University of The Free State.

Mergeai G. 1986. Bambara groundnut collecting in Togo. Plant Gen. 67:38-40. [NAS] National Academy of Sciences. 1979. Tropical Legume : Resources for the

future. National Academy of Sciences. Washington DC. 331p.

[PROHATI] Plant Resources of South-East Asia – PROSEA dan Yayasan KEHATI. 2010. Detil Data Vigna subterranean (L.) Verdcourt. PROHATI.http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:cSCoJoj ZLKgJ:www.PROHATInet.org/prohati2/browser.php%3Fdocsid%3D213+k acang+bogor+vigna+subterranea&cd=12&hl=id&ct=clnk=id&client=firefo x-a [5 Desember 2010].

Rukmana, Oesman. 2000. Kacang Bogor Budidaya dan prospek Usaha Tani. Yogyakarta (ID) : Kanisius.

(28)

16

LAMPIRAN

Lampiran 1 Data iklim bulan Juni sampai Oktober 2010 di Darmaga

Bulan Temperatur ( Juni 25.89 31.24 23.13 303.40 54.44 253.00 85.85 Juli 25.78 31.45 22.92 270.40 63.13 272.00 83.58 Agustus 25.75 31.78 22.72 477.60 69.31 317.00 83.97 September 25.29 31.38 22.78 601.00 60.77 355.00 83.75 Oktober 25.40 31.50 22.70 436.20 53.50 284.00 86.00 Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga

Lampiran 2 Data hasil uji kehomogenan ragam karakter kacang bogor di lingkungan marginal dan optimal pada kedua lanras

Peubah Sumedang Sukabumi

Marjinal vs Optimal Marjinal vs Optimal ……….. Pr>f ………

Lebar kanopi 0.059 0.400

Panjang tangkai daun 0.565 0.312

Jumlah polong 0.579 0.569

Lampiran 3 Perbedaan sebaran polong tanaman kacang bogor berdasarkan lebar kanopi

(29)

17 Lampiran 4 Keragaan kacang bogor lanras Sumedang di lingkungan marjinal Peubah Keterangan : LK : lebar kanopi, PTD : panjang tangkai daun, JP : jumlah polong, BPB : bobot

polong basah, BPK : bobot polong kering, JC : jumlah cabang, JB : jumlah buku, PR : panjang ruas.

Lampiran 5 Keragaan kacang bogor lanras Sumedang di lingkungan optimal Peubah

Sumedang Optimal (N:61) Maks Min Rataan Simpangan

baku Ragam KK

LK (cm) 0.553 8.933 6.533 10.953 6.787 0.110 PTD (cm) 24.500 12.000 17.464 2.670 7.127 15.287

JP 140.000 11.000 49.541 21.307 453.986 43.009

BPB (gram) 302.000 24.000 125.082 57.177 3269.177 45.711 BPK (gram) 96.000 8.000 49.197 21.738 472.527 44.185

JC 6.000 3.000 3.393 0.802 0.643 23.623

JB 21.333 6.667 13.607 3.940 15.524 28.957

PR (mm) 10.000 4.875 7.967 0.947 0.897 11.885 Keterangan : LK : lebar kanopi, PTD : panjang tangkai daun, JP : jumlah polong, BPB : bobot

polong basah, BPK : bobot polong kering, JC : jumlah cabang, JB : jumlah buku, PR : panjang ruas.

Lampiran 6 Keragaan kacang bogor lanras Sukabumi di lingkungan marjinal Peubah

JP 134.000 26.000 69.733 22.364 500.131 32.070

BPB (gram) 300.000 42.000 163.917 61.529 3785.874 37.537 BPK (gram) 116.000 11.000 66.367 24.755 612.812 37.300

JC 6.000 2.000 3.600 0.827 0.685 22.986

JB 23.000 8.333 16.961 3.363 11.304 19.822

(30)

18

Keterangan : LK : lebar kanopi, PTD : panjang tangkai daun, JP : jumlah polong, BPB : bobot polong basah, BPK : bobot polong kering, JC : jumlah cabang, JB : jumlah buku, PR : panjang ruas.

Lampiran 7 Keragaan kacang bogor lanras Sukabumi di lingkungan optimal Peubah

Sukabumi Optimal (N:72) Maks Min Rataan Simpangan

baku Ragam KK

LK (cm) 78.000 36.000 61.736 8.448 71.373 13.684 PTD (cm) 25.800 11.500 18.613 3.125 9.765 16.789

JP 107.000 14.000 61.375 20.849 434.660 33.969

BPB (gram) 302.000 49.000 164.458 62.679 3928.702 38.113 BPK (gram) 130.000 18.000 61.764 23.548 554.521 38.126

JC 6.000 3.000 4.639 0.924 0.854 19.917

JB 24.000 8.333 15.241 3.674 13.500 24.108

(31)

19

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 7 Juni 1987 dari ayah Manap dan ibu Eni. Penulis adalah anak kelima dari enam bersaudara. Tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Leuwiliang Bogor dan pada tahun yang sama penulis masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Pada tahun 2007 penulis diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum Pendidikan Agama Islam TPB pada tahun 2008/2009 dan 2009/2010. Penulis juga pernah aktif dalam Lembaga Dakwah Fakultas Forum Komunikasi Rohis Departemen Fakultas Pertanian (FKRD-A) 2009-2010.

Gambar

Gambar 1  Morfologi kacang bogor : (1) tangkai daun, (2) bunga,           (3) tangkai polong, (4) polong
Gambar 4. Tanaman kacang bogor terserang penyakit busuk pangkal batang
Tabel 1  Hasil uji nilai tengah masing-masing karakter pada dua lanras kacang      bogor di lingkungan marginal dan optimal
Tabel 2  Hasil uji nilai tengah kacang bogor lanras Sumedang dan Sukabumi
+2

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya, dengan mendasarkan pada Permenakertrans Nomor 19/2012, timbul demo buruh secara nasional untuk merubah status hubungan kerja outsourcing bagi jenis pekerjaan

Dari laporan tugas akhir ini diharapkan lahan praktik lebih meningkatkan mutu pelayanan kebidanan agar dapat memberikan asuhan yang lebih baik sesuai dengan standar

Uraian yang dikemukakan di atas mengenai pentingnya penggunaan komunikasi partisipatif terutama pada pelaksanaan program pembangunan maka dipandang perlu dilakukan

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri fraksi n-heksana daun kesum (Polygonum minus Huds.) terhadap pertumbuhan Salmonella typhi, menentukan

Pemberantasan vektor dilakukan antara lain dengan penyemprotan rumah menggunakan insektisida untuk membunuh nyamuk dewasa, membunuh jentik melalui kegiatan anti larva

Dewasa ini upaya pemberantasan penyakit malaria dilakukan melalui, pemberantasan vektor penyebab malaria (nyamuk Anopheles) dan dilanjutkan dengan melakukan pengobatan kepada

Berada pada persentase sebesar 57% berada pada kategori baik, perhitungan data hasil penelitian menjelaskan penilaian karyawan tentang lingkungan kerja karyawan di

thoracicus pada tanaman kakao yang digunakan dalam penelitian dengan menggunakan plastik nener, mengikat sarang buatan yang berisi semut hitam pada cabang tanaman