HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI PUBLIK
PERUSAHAAN DALAM PROGRAM TANGGUNG JAWAB
SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN KEPUASAN PUBLIK DAN
PERILAKU KONFLIK
(Kasus Konflik Perusahaan BP LNG Tangguh Dengan Masyarakat
Adat Teluk Bintuni di Kabupaten Teluk Bintuni
Provinsi Papua Barat)
Oleh:
AFIA EKSEMINA P. TAHOBA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dengan Kepuasan Publik dan Perilaku Konflik. (Kasus Konflik Perusahan BP LNG Tangguh dengan Masyarakat Adat Teluk Bintuni di Kabupaten Teluk Bintuni Provinsi Papua Barat) adalah karya saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau yang dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Mei 2011
ABSTRACT
AFIA EKSEMINA P. TAHOBA Relation Of Corporate Public Communication Activities In The Program Of Corporate Social Responsibility With Public Satisfaction And Conflict Behavior. (The case of the Company BP LNG Tangguh Conflict With Indigenous People of Bintuni Bay Regency of West Papua Province)
Under Direction of SJAFRI MANGKUPRAWIRA and SUTISNA RIYANTO
The sustainability of a company is not only determined by the financial aspects but it also depends on the dimensions of social and environmental responsibility. BP LNG Tangguh has implemented a corporate social responsibility ((CSR), known as integrated social strategy (ISS) and it has been communicated and realized in the form of activities in various fields by using a convergent communications approach using Participatory Rural Appraisal. This approach if actively carried out can give satisfaction to the community and avoid conflicts with the company. In general, the objective of this research was to analyze: (1) the relations of public communication activities of BP LNG Tangguh in the CSR program with public satisfaction, (2) the relations of public communication activities of BP LNG Tangguh in the CSR program with public satisfaction with conflict behavior of adat people (3) the relations of the corporate public satisfaction with conflict behavior of adat people. This research was analyzed using a statistical test of Spearman Rank Correlation (rs) to find out the relationship between variables. The study results showed that the activities of public communications through the CSR program had a significant positive correlation with public satisfaction. Public communication activities through the CSR program had a very significant negative correlation with conflict behavior and corporate public satisfaction did not have a negative correlation with the conflict behavior of adat people with BP LNG Tangguh.
Key Words : Public Communication Activity, Public Satisfaction, Conflict Behavior, Indigenous Peoples, Corporate Social Responsibility, BP LNG Tangguh.
RINGKASAN
AFIA EKSEMINA P. TAHOBA. Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dengan Kepuasan Publik dan Perilaku Konflik. (Kasus Konflik Perusahan BP LNG Tangguh dengan Masyarakat Adat Teluk Bintuni di Kabupaten Teluk Bintuni Provinsi Papua Barat)
Dibimbing oleh SJAFRI MANGKUPRAWIRA DAN SUTISNA RIYANTO
Perusahaan British Petrolium (BP) yang mengelola proyek Liqufied Natural Gas (LNG) Tangguh di Kabupaten Teluk Bintuni Provinsi Papua Barat merupakan salah satu perusahaan yang telah mengimplementasikan Undang-undang No. 40 tahun 2007, tentang perseroan terbatas, yang mewajibkan setiap perusahaan khususnya perusahaan yang memanfaatkan sumber daya alam, wajib melakukan tanggung jawab sosial perusahaan. Tanggung jawab sosial ini dilakukan karena perusahaan mulai menyadari bahwa menggantungkan semata-mata kesehatan finansial tidak akan menjamin perusahaan bisa tumbuh secara berkelanjutan. Keberlanjutan perusahaan akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan dimensi terkait lainnya termasuk dimensi sosial dan lingkungan. Fakta telah menunjukkan bagaimana resistensi masyarakat sekitar muncul di permukaan terhadap perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan faktor tanggung jawab sosial (Wibisono, 2007)
Perusahaan BP LNG Tangguh menerapkan program CSR yang dikenal sebagai strategi sosial terpadu (Integrated Social Strategy/ ISS) yang telah direalisasikan dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang telah dikomunikasikan kepada masyarakat dengan menggunakan pendekatan komunikasi konvergen yaitu menggunakan Participatory Rural Appraisal (Tabura Newsletter, edisi keempat, Oktober 2003). Hal ini berarti, semua program yang telah dan akan dilaksanakan telah dikomunikasikan atau dikonsultasikan serta mewakili kebutuhan masyarakat, sehingga apabila diterapkan secara efektif dapat memberikan kepuasan terhadap masyarakat sekitar dan menghindari terjadinya konflik-konflik yang mengancam eksistensi dari perusahaan tersebut. Namun masih saja ditemukan potensi-potensi konflik antara masyarakat adat dengan perusahaan di beberapa desa di bagian utara Teluk Bintuni yang merasa kurang puas akibat lemahnya pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan pada masyarakat adat.
bidang pembangunan sarana prasarana dengan kepuasan publik, (6) hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh di bidang kompensasi tanah adat dengan perilaku konflik, (7) hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh di bidang kesehatan masyarakat dengan perilaku konflik, (8) hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh di bidang pendidikan dan pelatihan dengan perilaku konflik, (9) hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh di bidang suplay tenaga kerja dengan perilaku konflik, (10) hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh di bidang pembangunan sarana prasarana dengan perilaku konflik. Tujuan penelitian ini dianalisis menggunakan uji statistik Korelasi Rank Spearman (rs) untuk melihat hubungan antar peubah bebas dan peubah tidak bebas.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas komunikasi publik melalui program tanggung jawab sosial perusahaan memiliki korelasi positif yang signifikan dengan kepuasan publik. Aktivitas komunikasi publik melalui program tanggung jawab sosial perusahaan memiliki korelasi negatif yang sangat signifikan dengan perilaku konflik, kepuasan publik perusahaan tidak memiliki korelasi negatif dengan perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahaan BP LNG Tangguh.
Bidang aktivitas komunikasi publik perusahaan melalui program CSR yang memiliki hubungan korelasi positif yang sangat signifikan dan signifikan dengan kepuasan publik perusahaan BP LNG Tangguh adalah bidang kompensasi tanah adat, suplay tenaga kerja, kesehatan masyarakat dan bidang pembangunan sarana prasarana. Bidang aktivitas komunikasi publik perusahaan melalui program CSR yang memiliki hubungan korelasi negatif yang sangat signifikan dan signifikan dengan perilaku konflik masyarakat adat terhadap perusahaan BP LNG Tangguh adalah bidang kompensasi tanah adat, suplay tenaga kerja, kesehatan masyarakat, pendidikan dan pelatihan dan bidang pembangunan sarana prasarana
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI PUBLIK
PERUSAHAAN DALAM PROGRAM TANGGUNG JAWAB
SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN KEPUASAN PUBLIK DAN
PERILAKU KONFLIK
(Kasus Konflik Perusahaan BP LNG Tangguh Dengan
Masyarakat Adat Teluk Bintuni di Kabupaten Teluk Bintuni Provinsi
Papua Barat)
AFIA EKSEMINA P. TAHOBA
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan.
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tesis : Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dengan Kepuasan Publik dan Perilaku Konflik.
(Kasus Konflik Perusahaan BP LNG Tangguh dengan Masyarakat Adat Teluk Bintuni di Kabupaten Teluk Bintuni Provinsi Papua Barat)
Nama : Afia Eksemina P. Tahoba NRP : I353060061
Program Studi : Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Sjafri Mangkuprawira Ir. Sutisna Riyanto, MS
(Ketua) (Anggota)
Mengetahui,
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Komunikasi Pembangunan
Pertanian dan Pedesaan
Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS Dr. Ir. Dahrul Syah
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jayapura pada tanggal 05 April 1980 sebagai anak pertama dari empat bersaudara pasangan Drs. Christian Tahoba, M.Si (Alm) dan ibu Agustina Harra.
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
atas Berkat dan RakhmatNya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini yang
berjudul “Hubungan Komunikasi Publik Perusahaan dalam Program Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan dengan Kepuasan Publik dan Perilaku Konflik (Studi
Kasus Pada Perusahaan BP LNG Tangguh dan Masyarakat Adat Teluk Bintuni di
Kabupaten Teluk Bintuni Provinsi Papua Barat).
Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Sjafri
Mangkuprawira selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Sutisna Riyanto,
MS selaku anggota komisi pembimbing yang telah meluangkan waktu dan
mengarahkan penulis dengan memberikan saran dan sumbangan pemikiran yang
sangat membantu selama penulisan tesis ini.
Penghargaan dan terimakasih juga diucapkan kepada Rektor Universitas
Negeri Papua (UNIPA) dan Dekan Fakultas Pertanian atas kesempatan dan
dukungan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti program magister sains di
Sekolah Pascasarjana IPB. Bapak Dr. Ir Djuara P. Lubis selaku Ketua Program
Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan., Ibu Prof. Dr. Ir. Aida
Vitayala S. Hubeis dan Bapak Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS sebagai pengajar mata
kuliah Metodologi Penelitian Komunikasi yang telah memberikan banyak saran dan
dorongan selama perkuliahan. Serta seluruh dosen dan staff yang telah memberikan
didikan selama penulis kuliah di Program Studi Komunikasi Pembangunan
Pertanian dan Pedesaan, Sekolah Pascasarjana IPB.
Penulisis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Pemerintah Daerah
Weriagar, Kepala Distrik Weriagar, Kepala Kampung Wariagar dan Mogotira yang
telah memfasilitasi penulis selama penelitian ini dilakukan. Serta teman – teman
KMP angkatan 2006 (Nurmelati Septiana, Nutriana Riskawati, Nia Rachmawati,
Agustini, Sukarelawati, David Risal Nugroho, Yusuf Safari, Marwan Mahmudi,
Wawan Tolinggi, Irianus Rohi, Sadakita, dan Haryo Radiyanto) atas kebersamaan
dalam suka dan duka selama perkuliahaan, serta semua pihak yang turut
memberikan sumbangan saran dan bantuan serta doa selama penulis kuliah di IPB
yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penghargaan dan terima kasih yang tulus penulis persembahkan kepada
Ayahanda tercinta Drs. Christian Tahoba, M.Si (Alm) dan Ibunda tercinta Agustina
Harra, adik-adikku Federika Agnes Tahoba, Davis Robertho Tahoba, Giorge Bernad
Tahoba dan Flora Bayas Tahoba, serta suami ku David Nauw, SH dan anak-anakku
terkasih Christian, Vania dan Sjafri.
Akhir kata, tesis ini penulis persembahkan kepada pembaca sebagai
pengetahuan dan sumber informasi yang diharapkan berguna bagi semua pihak
yang membutuhkan.
Bogor, Mei 2011
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 9
1.4. Kegunaan Penelitian ... 11
II. TINJUAN PUSTAKA ... 13
2.1 Komunikasi ... 13
2.2. Efektifitas Komunikasi ... 17
2.3. Komunikasi Publik ... 21
2.3.1. Definisi, Tujuan dan Fungsi Komunikasi Publik ... 21
2.3.2. Model Komunikasi Publik Organisasi ... 23
2.4. Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR/ Corporate Social Responsibility ... 29
2.4.1. Pengertian Konsep ... 29
2.4.2. Ukuran Keberhasilan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 35
2.4.3. Manfaat Penerapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 36
2.5. Kepuasan Publik ... 38
2.5.1. Pengetian ... 38
2.5.2. Pelayanan Prima (Service of Excellence) ... 40
2.6 Konflik ... 43
2.6.1. Pengertian ... 43
Halaman
2.6.3. Tipe-Tipe Konflik ... 48
2.6.4. Teori-teori yang Berkaitan dengan Konflik ... 50
2.7. Teory Social Capital ... 51
2.8. Masyarakat Adat ... 56
2.8.1. Definisi Masyarakat Adat ... 56
2.8.2. Hak-hak Masyarakat Adat ... 58
2.9. Keterkaitan antara Penelitian yang Dilakukan dengan Penelitian Sebelumnya ... 61
2.10. Kerangka Pemikiran ... 64
2.11. Hipotesis Penelitian ... 68
III. METODE PENELITIAN ... 71
3.6. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 74
3.7. Operasionalisasi Variabel - Variabel Penelitian ... 75
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN DAN RESPONDEN . 85 4.1. Letak Geografis dan Keadaan Alam Kabupaten Teluk Bintuni ... 85
4.2. Kependudukan ... 87
4.2.1. Jumlah Kepala Keluarga dan Jiwa di daerah penelitian ... 88
4.2.2. Komposisi Penduduk Menurut Agama ... 88
4.2.3. Komposisi Penduduk Menurut Umur ... 89
4.2.4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 90
4.2.5. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 90
4.2.6. Komposisi Penduduk Menurut Matapencaharian ... 91
4.2.7. Komposisi Penduduk Menurut Suku/ Keaslian Penduduk .... 92
4.3.5. Keadaan Perekonomian ... 96
4.4. Keadaan Kelembagaan Kampung ... 97
4.5. Profil Proyek Tangguh BP LNG dan Program CSR ... 98
4.6. Karekteristik Responden ... 102
4.6.1. Komposisi Responden Berdasarkan Umur ... 103
4.6.2. Komposisi Responden Berdasarkan Agama. ... 103
4.6.3. Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal ... 104
4.6.4. Komposisi Responden Berdasarkan Matapencaharian. ... 105
4.6.5. Komposisi Responden Berdasarkan Pendapatan. ... 106
4.6.6. Komposisi Responden Berdasarkan Jumlah Keluarga ... 107
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 109
5.1. Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR/ Corporate Social Responsibility) ... 109
5.1.1. Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Kompensasi Tanah adat ... 116
5.1.2. Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Kesehatan Masyarakat ... 122
5.1.3. Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Pendidkan dan Pelatihan ... 126
5.1.4. Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Demand Tenaga Kerja ... 130
5.1.5. Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Pembangunan Sarana Prasana 135 5.2. Tingkat Kepuasan Publik Perusahaan ... 138
Halaman
5.4. Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui
Program CSR dengan Kepuasan Publik Perusahaan ... 145 5.4.1. Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan
Melalui Program CSR dalam Bidang Kompensasi Tanah
adat dengan Kepuasan Publik Perusahaan ... 151 5.4.2. Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan
Melalui Program CSR dalam Bidang Kesehatan Masyarakat dengan Kepuasan Publik Perusahaan ... 155 5.4.3. Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan
Melalui Program CSR dalam Bidang Pendidkan dan
Pelatihan dengan Kepuasan Publik Perusahaan ... 160 5.4.4. Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan
Melalui Program CSR dalam Bidang Suplay Tenaga Kerja
dengan Kepuasan Publik Perusahaan ... 163 5.4.5. Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan
Melalui Program CSR dalam Bidang Pembangunan Sarana Prasana dengan Kepuasan Publik Perusahaan... 169
5.5. Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui
Program CSR dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat ... 173 5.5.1. Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan
Melalui Program CSR dalam Bidang Kompensasi Tanah
adat dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat ... 178 5.5.2. Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan
Melalui Program CSR dalam Bidang Kesehatan Masyarakat dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat ... 184 5.5.3. Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan
Melalui Program CSR dalam Bidang Pendidkan dan
Pelatihan dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat ... 188 5.5.4. Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan
Melalui Program CSR dalam Bidang Demand Tenaga Kerja dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat ... 193 5.5.5. Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam
Bidang Pembangunan Sarana Prasana dengan Perilaku
Konflik Masyarakat Adat ... 198 5.6. Hubungan Kepuasan Publik Perusahaan dengan Perilaku Konflik
Masyarakat Adat dengan Perusahaan BP LNG Tangguh ... 204 5.7. Analisis Komprehensif Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik
Perusahaan dalam Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Halaman
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 213
... 6.1. Kesimpulan ... 213
... 6.3. Implikasi Kebijakan ... 215
... 6.2. Saran ... 215
DAFTAR PUSTAKA ... 217
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Operasional Variabel Kepuasan Publik... 81
2. Penduduk Berdasarkan Agama di Kampung Weriagar dan
Mogotira tahun 2005... 88
3. Komposisi Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur di Kampung
Wariagar dan Mogotira tahun 2005... 89
4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur di Kampung Wariagar dan
Mogotira tahun 2005... 90
5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kampung
Wariagar dan Mogotira tahun 2005... 90
6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Matapencaharian di Kampung
Wariagar dan Mogotira tahun 2005... 91
7. Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku atau Keaslian Penduduk di
Kampung Wariagar dan Mogotira tahun 2005... 93
8. Komposisi Responden Berdasarkan Umur... 103
9. Komposisi Responden Berdasarkan Agama... 103
10. Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal.. 104
11. Komposisi Responden Berdasarkan Mata Pencaharian... 105
12. Komposisi Responden Berdasarkan Pendapatan... 106
13. Komposisi Responden Berdasarkan Jumlah Keluarga... 107
14. Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR
Pada Masyarakat Adat di Daerah Penelitian... 110
15. Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang
Kompensasi Tanah Adat pada Daerah Penelitian ... 118
16. Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang
Nomor Halaman
17. Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Pendidikandan Pelatihan Masyarakat Adat pada Daerah
Penelitian... 127
18. Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Di Bidang Suplay
Tenaga Keja pada Masyarakat Adat di Daerah Penelitian... 131
19. Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Di Bidang Sarana
Prasarana di Daerah Penelitian... 136
20. Kepuasan Publik Terhadap Perusahaan BP LNG Tangguh di
Daerah Penelitian... 138
21. Tingkat Perilaku Konflik Masyarakat Adat dengan Perusahaan
BP LNG Tangguh di Daerah Penelitian... 142
22. Hasil Uji Statistik Korelasi Rank Spearman antara Aktivitas komunikasi Publik Perusahaan dalam Program CSR dengan
kepuasan publik... 149
23. Hasil Uji Statistik Korelasi Rank Spearman antara Lima Bidang Aktivitas komunikasi Publik Perusahaan dalam Program CSR
dengan Kepuasan Publik... 154
24. Hasil Uji Statistik Korelasi Rank Spearman antara Aktivitas komunikasi Publik Perusahaan dalam Program CSR dengan
Perilaku Konflik Masyarakat Adat... 176
25. Hasil Uji Statistik Korelasi Rank Spearman antara Lima Bidang Aktivitas komunikasi Publik Perusahaan dalam Program CSR
dengan Perilaku Konflik... 182
26 Hasil Uji Statistik Korelasi Rank Spearman antara Kepuasan
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Model Komunikasi Publisitas... 24
2. Model Komunikasi Informasi Publik... 25
3. Model Komunikasi Asimetris Dua Arah... 26
4. Model Komunikasi Simetris Dua Arah... 27
5. Triple Bottom Lines dalam Tanggung Jawab Sosial Perusahaan... 34
6. Dimensi Ruang Dari Sumber Konflik... 48
7. Kerangka Pikir Hubungan Komunikasi Publik Perusahaan dengan Kepuasan Publik dan Perilaku Konflik Masyarakat Adat... 67
8. Model Komunikasi di Bidang Demand Tenaga Kerja Menurut Model Komunikasi Shannon Weaver... 134
9. Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dengan Kepuasan Publik Perusahaan... 147
10. Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Kompensasi Tanah Adat dengan Kepuasan Publik Perusahaan... 152
11. Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Kesehatan Masyarakat dengan Kepuasan Publik Perusahaan... 157
Nomor Halaman
14. Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Pembangunan Sarana Prasarana dengan
Kepuasan Publik Perusahaan... 170
15. Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan melalui Program CSR dengan Perilaku Konflik Masyarakat
Adat... 174
16. Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Kompensasi Tanah Adat dengan Perilaku
Konflik Masyarakat Adat... 180
17. Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Kesehatan Masyarakat dengan Perilaku Konflik
Masyarakat Adat... 185
18. Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Pendidikan dan Pelatihan dengan Perilaku
Konflik Masyarakat Adat... 189
19. Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Suplay Tenaga Kerja dengan Perilaku Konflik
Masyarakat Adat... 194
20. Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Pembangunan Sarana Prasarana dengan Perilaku
Konflik Masyarakat Adat... 201
21. Diagram Kontingensi Kepuasan Publik Perusahaan dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat dengan Perusahaan BP
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Peta Lokasi Penelitian... 223
2. Identitas Responden... 224
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gagasan mengenai pembangunan mempunyai latar belakang pemikiran
jauh sejak zaman Renaiscance (Brinton, 1981), yaitu munculnya
pemikiran-pemikiran maju yang melahirkan rasionalisme, perkembangan ilmu pengetahuan
dan kebebasan manusia (humanisme). Pemikiran yang modern tersebut memacu
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang melahirkan revolusi industri
dibarengi dengan perkembangan kapitalisme. Hasil dari revolusi industri itu
adalah semakin berkembangnya teknologi dan mempercepat perkembangan
kapitalisme di negara-negara Eropa di bandingkan dengan negara-negara non
barat. Untuk mengejar ketinggalan tersebut, maka pembangunan yang
dilaksanakan di dunia ke tiga mempunyai ciri sebagai upaya untuk mengejar
ketertinggalan terutama di bidang ekonomi. Untuk itu maka dirancang suatu
model pembangunan pertumbuhan. Salah satu ciri dari penerapan model tersebut
adalah dibangunnya proyek-proyak fisik untuk mendorong pertumbuhan suatu
kawasan dan atau eksploitasi sumber daya alam (SDA) untuk memperoleh devisa
(Ngadisah, 2000)
Model proyek sekaligus eksploitasi SDA terdapat dalam proyak
pertambangan. Pembangunan proyek pertambangan di satu dapat memberikan
dampak positif, seperti meningkatnya demand tenaga kerja sehingga mengurangi
nasional, tetapi disisi lain tidak jarang kehadirannya menimbulkan
konflik-konflik yang cukup serius yang merugikan perusahaan itu sendiri, masyarakat
sekitar bahkan pemerintah. Sebagai contoh, konflik PT Freeport Indonesia, kasus
TPST Bojong di Bogor, kasus PT Newmont di Buyat atau bahkan yang lebih
fenomenal yaitu kasus lumpur panas di ladang migas PT Lapindo Brantas
Sidoarjo. Kasus-kasus tersebut bukan saja memberikan dampak negatif bagi
keberlanjutan perusahaan sebagai akibat dari ketidak-terimaan masyarakat dan
komunitas setempat, tetapi juga menurunkan kredibilitas perusahaan itu sendiri.
Belajar dari kasus-kasus tersebut, ternyata dunia usaha semakin menyadari
bahwa perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada
single bottom line yaitu nilai perusahaan yang direfleksikan dalam kondisi
keuangannya namun juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya.
Dengan kata lain, perusahaan bukan sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan
profit demi kelangsungan usahanya, melainkan juga bertanggung jawab terhadap
sosial dan lingkungannya. Dasar pemikirannya, menggantungkan semata-mata
kesehatan finansial tidak akan menjamin perusahaan bisa tumbuh secara
berkelanjutan. Keberlanjutan perusahaan akan terjamin apabila perusahaan
memperhatikan dimensi terkait lainnya termasuk dimensi sosial dan lingkungan.
Fakta telah menunjukan bagaimana resistensi masyarakat sekitar muncul di
permukaan terhadap perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan faktor sosial
(Wibisono, 2007)
Menghadapi hal tersebut, banyak perusahaan mulai melihat serius
pengaruh dimensi sosial dan lingkungannya. Mereka juga meyakini bahwa
merupakan investasi bagi perusahaan demi pertumbuhan dan keberlanjutan
perusahaan. Artinya bukan lagi dilihat sebagai sentra biaya (cost center)
melainkan sentra laba (profit center) dimasa mendatang.
Wibisono (2007) menegaskan, setidaknya ada tiga alasan penting mengapa
kalangan dunia usaha mesti merespon dan mengembangkan tanggung jawab
sosial sejalan dengan operasi usahanya; (1) Perusahaan adalah bagian dari
masyarakat dan oleh karenanya wajar bila perusahaan memperhatikan
kepentingan masyarakat. Perusahaan musti menyadari bahwa mereka beroperasi
dalam suatu tatanan lingkungan masyarakat. Kegiatan sosial ini berfungsi sebagai
kompensasi atau upaya timbal balik atas penguasaan sumberdaya alam dan
sumber daya ekonomi oleh perusahaan yang kadang bersifat ekspansif dan
eksploitatif disamping sebagai kompensasi sosial karena timbulnya
ketidaknyaman (discomfort). (2) Kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya
memiliki hubungan yang bersifat simbiosa mutualisme. Untuk mendapat
dukungan dari masyarakat, setidaknya licence to operate, wajar bila perusahaan
juga dituntut untuk memberikan kontribusi positif kepada masyarakat sehingga
bisa tercipta harmonisasi hubungan bahkan pendongkrakan cinta dan performa
perusahaan. (3) Kegiatan tanggung jawab sosial merupakan salah satu cara untuk
meredam atau bahkan menghindari konflik sosial. Potensi konflik itu bisa berasal
akibat dampak operasional perusahaan ataupun akibat kesenjangan struktural dan
ekonomis yang timbul antara masyarakat dengan komponen perusahaan.
Melihat betapa pentingnya penerapan tanggung jawab sosial perusahaan di
kalangan dunia usaha dan dampak negatif yang cukup serius akibat perusahaan
pemerintah telah mewajibkan setiap perusahaan khususnya
perusahaan-perusahaan yang memanfaatkan sumberdaya alam, wajib melakukan tanggung
jawab sosial perusahaan. Hal ini didukung dengan di tetapkannya
Undang-undang No. 40 tahun 2007, tantang perseroan terbatas dalam pasal 74 yang
berisikan ayat 1 dinyatakan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan
usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib
melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Selanjutnya dalam ayat 2
dinyatakan bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan itu merupakan
kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya
perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan
kewajaran. Ayat 3 menyatakan bahwa perseroan yang tidak melaksanakan
kewajiban sebagaimana ayat 1 dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Selanjutnya ayat 4 menyatakan ketentuan lebih lanjut
mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur dengan peraturan
pemerintah. Keberadaan undang-undang ini tentunya berimplikasi pada
perusahaan tidak hanya mengeksploitasi sumberdaya alam tetapi juga wajib
bertanggungjawab pada masyarakat sekitar, sehingga dapat mengurangi rasa
ketidak-puasan yang dapat menyebabkan konflik-konflik yang sering terjadi
antara perusahaan dengan masyarakat.
Penerapan program tanggung jawab sosial perusahaan pada suatu
perusahaan merupakan suatu bentuk penerapan komunikasi publik untuk
membangun hubungan baik dengan masyarakat sekitar dan membentuk
kredibilitas dan citra positif perusahaan demi keberlanjutan perusahaan tersebut.
menggunakan suatu aturan yang baku. Penerapan tanggung jawab sosial
perusahaan sangat disesuaikan dengan kebudayaan dan kebutuhan masyarakat
sekitar. Karena itu diperlukan suatu pendekatan komunikasi yang efektif. Dengan
pendekatan komunikasi yang efektif, tentunya merupakan salah satu faktor yang
dapat memberikan rasa kepuasan masyarakat, mengurangi gejolak konflik sosial
bahkan meningkatkan kredibilitas perusahaan dimata masyarakat. Dalam hal ini,
peranan komunikasi publik dalam program tanggung jawab sosial perusahaan
akan semakin penting pada setiap perusahaan. Dengan demikian, efektifitas
komunikasi publik yang dilakukan perusahaan merupakan salah satu faktor yang
akan menentukan keberhasilan program tanggung jawab sosial perusahaan pada
suatu perusahaan. Tetapi apabila komunikasi publik tidak efektif maka yang
terjadi adalah ketidak puasan masyarakat terhadap program tanggung jawab sosial
perusahaan, meningkatnya perilaku konflik, bahkan menurunkan kredibilitas
perusahaan tersebut.
1.2. Perumusan Masalah
Tingginya resistensi-resistensi masyarakat di sekitar perusahaan dapat
dicontohkan pada beberapa kasus yang terjadi antara masyarakat Papua dengan
PT Freeport Indonesia. Belajar dari pengalaman-pengalaman masa lalu PT
Freeport Indonesia yang sering memicu konflik karena kurang menghargai
hak-hak masyarakat adat, maka sebagai kepedulian pemerintah daerah Papua, di
bentuklah suatu Undang-undang Otonomi Khusus No. 21 Tahun 2001, yang
berisikan perlindungan hak-hak masyarakat adat yaitu pemerintah Provinsi Papua
mengembangkan hak-hak masyarakat adat. Hak masyarakat adat tersebut meliputi
hak ulayat masyarakat hukum adat dan hak perorangan para warga masyarakat
hukum adat yang bersangkutan. Sebagai implemantasinya, perusahaan yang
hendak berinvestasi di wilayah Papua harus juga menghargai hak-hak adat dan
memiliki tanggung jawab sosial terhadap masyarakat adat setempat. Disatu sisi,
salah satu potensi konflik yang pada umumnya terjadi dalam masyarakat Papua
adalah masalah hak ulayat atas tanah. Konflik-konflik tersebut sering terjadi
apabila tidak dilakukan pendekatan komunikasi secara baik antara masyarakat
adat dengan perusahaan yang memanfaatkan tanah adat mereka.
Perusahaan BP LNG Tangguh sebagai perusahaan yang baru beroperasi
tahun 2001 telah mengantisipasi hal tersebut. Salah satu strateginya untuk
menghindari konflik dengan masyarakat adat adalah dengan membangun
hubungan baik dengan masyarakat adat. Pihak pengelola Tangguh bercita-cita
agar proyek tersebut bisa menjadi sebuah kegiatan eksplorasi sumberdaya alam
yang bertanggungjawab baik secara sosial maupun lingkungan. Proyek Tangguh
juga berusaha menjadi katalis bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
dengan menerapkan apa yang dikenal sebagai strategi sosial terpadu (Integrated
Social Strategy/ ISS). ISS merupakan bentuk dari tanggung jawab sosial
perusahaan (Corporate Social Responsibility). Komponen-konponennya meliputi;
strategi pemerataan dan penyebaran pertumbuhan, perencanaan pengelolaan
dampak keuangan, pelatihan dan pengelolaan tenaga kerja, program
pengembangan masyarakat, program keamanan berbasis masyarakat, forum dana
abadi, sistem ekonomi berbasis masyarakat, dan pemukiman kembali kampung
ISS perusahaan BP LNG Tangguh ini sebagian telah direalisasikan dalam
bentuk kegiatan-kegiatan yang telah dikomunikasikan kepada masyarakat.
Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain program community development, berupa
memberikan pelatihan SDM, memberikan dana pengembangan masyarakat,
kegiatan pengendalian malaria, memberikan dana pengembangan hutan,
membangun perumahan masyarakat yang desanya terkena perencanaan
pembangunan kilang, pembangunan jalan kampung, pengadaan peralatan
perikanan, pengadaan sarana air bersih, pembangunan toilet kampung dan
melakukan berbagai macam pelatihan, seperti pelatihan pemeliharaan mesin kapal
nelayan, penyadaran dan pencegahan HIV, pemberdayaan perempuan dan
pelatihan yang terkait dengan masalah pemberdayaan ekonomi dan sosial
masyarakat.
Menurut Agustinus Poluakan, senior officer Tangguh ISS yang
bertangungjawab mengelola pengembangan program ISS sebagai bentuk
tanggung jawab sosial perusahaan dilapangan mengatakan bahwa semua
kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan dengan pendekatan komunikasi yaitu menggunakan
Participatory Rural Appraisal (Tabura Newsletter, edisi keenam, Juli 2004). Hal
ini berarti, semua program yang telah dan akan dilaksanakan telah
dikomunikasikan atau dikonsultasikan dengan masyarakat. Dengan demikian,
program-program tersebut merupakan keinginan dan kebutuhan masyarakat yang
tentunya apabila diterapkan dengan baik dapat memberikan rasa kepuasan karena
tercapainya kebutuhan yang diinginkan masyarakat tersebut.
Pendekatan partisipatori ini dalam istilah populer dikenal sebagai model
konvergen berarti berusaha menuju pengertian yang bersifat timbal balik diantara
partisipan komunikasi dalam perhatian, pengertian dan kebutuhan (Dilla, 2007).
Apabila pendekatan komunikasi yang dilakukan perusahaan BP LNG Tangguh
dapat menghasilkan pengertian yang konvergen antara perusahaan dengan
masyarakat sekitar maka akan mempercepat tercapainya tujuan yang diinginkan
yaitu menciptakan hubungan baik dengan masyarakat adat sehingga dapat
menumbuhkan citra positif perusahaan, meningkatkan kredibilitas perusahaan
dimata masyarat adat sekitar tanpa ada rasa ketidakpuasan atau konflik antara
perusahaan dengan masyarakat adat.
Namun berdasarkan laporan Panel Penasehat Independen Proyek Tangguh
tahun 2005, masih saja ditemukan potensi-potensi konflik bahkan juga terjadi
konflik antara masyarakat adat dengan perusahaan di beberapa desa khususnya
desa-desa di bagian utara Teluk Bintuni yang merasa kurang puas akibat
lemahnya pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan pada masyarakat adat.
Bahkan terdapat pula beberapa desa yang melarang beroperasinya perusahaan PB
LNG Tangguh di daerahnya. Rasa ketidakpuasan ini selanjutnya disampaikan
kepada Dewan Perwakilan Rakyat Propinsi Papua Barat dalam bentuk
demonstrasi yang dilakukan pada akhir maret 2007.
Hamijoyo (2001) menyatakan bahwa adanya konflik dalam aktivitas
komunikasi adalah bukti bahwa adanya kemacetan komunikasi. Hal ini lebih
diperjelas lagi oleh Usman (2001), suatu proses komunikasi untuk memberikan
informasi yang benar akan menimbulkan suatu ketenangan dalam kehidupan
masyarakat, tetapi apabila isu atau informasi yang dikembangkan orang dalam
setiap pertukaran pesan, baik yang bersifat individu, kelompok maupun
masyarakat. Akibatnya benturan sosial tidak dapat dihindari, baik dalam bentuk
fisik maupun penekanan setiap ide yang berkembang dalam setiap komponen
kehidupan masyarakat.
Berdasarkan permasalah yang telah dikemukakan, dirumuskan beberapa
pertanyaan permasalahan pada penelitian ini, sebagai berikut:
1. Bagaimana hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan LNG Tangguh
dalam program tanggung jawab sosial perusahaan dengan kepuasan publik?
2. Bagaimana hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan LNG Tangguh
dalam program tanggung jawab sosial perusahaan dengan perilaku konflik
masyarakat adat?
3. Bagaimana hubungan kepuasan publik terhadap program tanggung jawab
sosial perusahaan dengan perilaku konflik.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan
menganalisis:
1. Hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh dalam
program tanggung jawab sosial perusahaan dengan kepuasan publik.
2. Hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh dalam
program tanggung jawab sosial perusahaan dengan perilaku konflik
3. Hubungan kepuasan publik dalam program tanggung jawab sosial
perusahaan yang dilakukan perusahaan BP LNG Tangguh dengan perilaku
konflik masyarakat adat.
Secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis :
1. Hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh di
bidang kompensasi tanah adat dengan kepuasan publik.
2. Hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh di
bidang kesehatan masyarakat dengan kepuasan publik.
3. Hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh di
bidang pendidikan dan pelatihan dengan kepuasan publik.
4. Hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh di
bidang demand tenaga kerja dengan kepuasan publik.
5. Hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh di
bidang pembangunan sarana prasarana dengan kepuasan publik.
6. Hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh di
bidang kompensasi tanah adat dengan perilaku konflik.
7. Hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh di
bidang kesehatan masyarakat dengan perilaku konflik.
8. Hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh di
bidang pendidikan dan pelatihan dengan perilaku konflik.
9. Hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh di
bidang demand tenaga kerja dengan perilaku konflik.
10. Hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh di
1.4. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menimbulkan beberapa kegunaan
bagi beberapa pihak yang terkait, seperti:
Bagi pengembangan ilmu
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap
pengembangan khazanah keilmuan di bidang komunikasi publik khususnya yang
terkait dengan aktivitas komunikasi publik perusahaan dan hubungannya terhadap
kepuasan publik dan perilaku konflik
Bagi perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perusahaan dalam
merancang kebiijakan komunikasi publik bagi masyarakat adat di sekitar
kawasan pertambangan yang saling menguntungkan kedua belah pihak.
Bagi masyarakat adat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat adat dalam
hal mengangkat kebutuhan, keinginan-keinginan masyarakat adat bagi
perusahaaan guna mengambil suatu kebijakan komunikasi publik yang sesuai
dengan harapan masyarakat serta tidak merugikan kedua belah pihak.
Bagi Pembangunan daerah
Kehadiran perusahaan PB LNG Tangguh secara langsung dapat
memberikan kontribusi bagi APBD kabupaten Teluk Bintuni maupun provinsi
Papua Barat. Namun salah satu penghalangnya ialah apabila terjadi konflik
masyarakat adat dengan perusahaan tersebut. Oleh sebab itu, hasil penelitian ini
untuk mengambil kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan penyelesaikan
konflik antara masyarakat adat dengan perusahaaan PB LNG Tangguh sehingga
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komunikasi
Secara entimologis komunikasi, istilah komunikasi berasal dari bahasa
latin communicatio atau communis yang berarti kesamaan makna tentang suatu
hal. Sehingga komunikasi diartikan sebagai proses sosial dari orang-orang yang
terlibat dalam hubungan sosial dan memiliki kesamaan makna mengenai sesuatu
hal. Sedangkan jika ditinjau dari sudut terminologis, komunikasi diartikan
sebagai suatu proses berbagi pesan melalui kegiatan penyampaian pesan dan
penerimaan pesan (simbol-simbol yang bermakna) baik secara verbal (lisan dan
tulisan) maupun non verbal (gerakan tubuh, wajah, dan mata), sehingga
orang-orang yang berperan sebagai pengirim dan penerima pesan memperoleh makna
yang timbal balik atau sama terhadap pesan yang dipertukarkan (Effendy, 2002)
Thomas M.Scheidel dalam Mulyana (2005), mengemukakan bahwa
berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk
membangun kontak sosial dengan orang di sekitar kita dan untuk mempengaruhi
orang lain untuk merasa, berpikir, atau berperilaku seperti yang kita inginkan.
Hovland dalam Effendi (1998) memberikan pengertian bahwa komunikasi adalah
proses seseorang insan (komunikator) menyampaikan pesan, biasanya berupa
lambang-lambang kata-kata atau kalimat, untuk mengubah sikap atau tingkah laku
insan lainnya. Proses ini akan terjadi apabila hubungan antara komunikator dan
berkesinambungan, tetapi tidak akan terjadi kalau komunikator dan komunikannya
terdapat kesenjangan dan tidak terdapat kesinambungan
Williams (1984) dalam Yuhana, dkk (2008) menguraikan adanya lima
karakteristik dasar komunikasi, dimana dengan mengetahuinya akan memudahkan
kita menganalisis peristiwa komunikasi, yaitu (1) Komunikasi adalah pertukaran
simbol-simbol yang bermakna; Komunikasi merupakan tindakan yang
dilakukan dengan mengunakan lambang-lambang yaitu bahasa verbal dan
lambang non verbal, (2) Komunikasi adalah suatu proses; Yang berarti
komunikasi bukan sesuatu yang statis dan sepenggal-sepenggal tetapi berjalan
secara continue dan lengkap. Komunikasi merupakan suatu rangkaian proses teori
dari tahapan-tahapan yang tersusun secara kronologis sehingga tahapan yang
satu akan menentukan tahapan lain yang terjadi berikutnya. Dalam
komunikasi terdapat unsur-unsur atau komponen yang membentuknya, yang
merupakan suatu kesatuan, (3) Komunikasi memerlukan media, (4) Komunikasi
bersifat transaksional, yaitu komunikasi menuntut tindakan memberi atau
menerima, yang dilakukan secara seimbang oleh masing-masing perilaku
yang terlibat dalam komunikasi. Komunikasi akan berhasil apabila kedua
belah pihak yang terlibat mempunyai kesepakatan tentang hal-hal yang
dikomunikasikan dan (5) komunikasi dilakukan untuk memuaskan kebutuhan
insan.
Setiap komunikasi yang dilakukan pasti memiliki tujuan. Oleh karena itu
tujuan komunikasi menurut Effendy (2006) ada empat, yaitu : (1) mengubah
sikap, (2) mengubah opini pendapat atau pandangan, (3) mengubah perilaku dan
komunikasi terdiri dari tiga macam, yaitu: (a) bersifat informatif, yaitu dengan
menyampaikan ide, gagasan, sesuatu hal dan lain-lain dengan pendekatan pikiran;
(b) persuasif, yaitu bertujuan untuk menggugah perasaan orang, dengan
pendekatan emosional, dan (c) hiburan, yaitu komunikasi yang bertujuan
menghibur atau menyenangkan seseorang melalui peragaan-peragaan tertentu.
Gordon L Zimmerman et al dalam Mulyana (2005), mengatakan kita dapat
membagi tujuan komunikasi menjadi dua kategori besar. Pertama kita
berkomunikasi untuk menyelesaikan tugas - tugas yang penting bagi kebutuhan
kita, untuk memberi makan dan pakaian kepada diri sendiri, memuaskan
kepenasaran kita akan lingkungan dan menikmati hidup. Kedua, kita berkomunikasi
untuk menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang lain. Dengan demikian
komunikasi mempunyai dua fungsi isi, yang melibatkan pertukaran informasi yang
kita perlukan untuk menyelesaikan tugas, dan fungsi hubungan yang melibatkan
pertukaran informasi mengenai bagaimana hubungan kita dengan orang lain.
Liliweri (2004) menyatakan bahwa komunikasi secara otomatis
mempunyai fungsi sosial karena proses komunikasi beroperasi dalam konteks
sosial yang orang orangnya berinteraksi satu sama lain. Dengan demikian fungsi
komunikasi sosial mengandung aspek aspek :
a. Manusia berkomunikasi untuk mempertemukan kebutuhan biologis (makan
dan minum) dan psikologis (rasa aman dan kepastian). Kedua kebutuhan
tersebut harus seimbang, dan melalui komunikasi antar pribadi (interaksi
sosial) maka manusia berusaha mencari dan melengkapi kebutuhannya.
b. Manusia berkomunikasi untuk memenuhi kewajiban sosial. Setiap orang
masyarakatnya. Misalnya nilai dan norma yang telah mengatur kewajiban
kewajiban tertentu secara sosial dalam berkomunikasi sebagai suatu
keharusan yang tidak dapat dielakkan.
c. Manusia berkomunikasi untuk mengembangkan hubungan timbal balik. Kali
pertama ketika berkenalan dengan orang lain bentuk tindakan sosial yang
terjadi biasanya adalah interaksi biasa yang terjadi akibat basa-basi pergaulan.
Baru kemudian meningkat dalam suatu relasi sosial, ekonomi, bisnis di antara
mereka sehingga menghasilkan transaksi yang saling menguntungkan
diantara keduanya. Terjadi pertukaran kepentingan tertentu dalam hubungan
timbal balik itu.
d. Manusia berkomunikasi untuk meningkatkan dan merawat mutu sendiri.
Dengan komunikasi kita mampu menilai, melihat mutu komunikasi orang lain
dan kemudian mengubah diri sendiri, meningkatkannya sehingga dapat
berdampak pada usaha untuk merawat kesehatan jiwa.
e. Manusia berkomunikasi untuk mengatasi konflik, pertentangan antar manusia
kadang tidak dapat dielakkan, melalui komunikasi konflik dapat dihindari
karena telah terjadi pertukaran pesan dan mungkin saja kesamaan makna
mengenai sesuatu makna tertentu.
Berdasarkan pengertian, tujuan dan fungsi komunikasi, ternyata
komunikasi memiliki peranan penting dalam membentuk sikap dan perilaku
seseorang. Dengan kata lain, komunikasi menentukan baik dan buruknya sikap
dan perilaku seseorang. Demikian pula dalam melakukan tanggung jawab sosial
perusahaan, komunikasi yang dilakukan melalui program ini juga akan
komunikasi yang dilakukan perusahaan efektif maka tentu akan mempengaruhi
rasa kepuasan terhadap program tersebut, dan jika masyarakat puas, maka dapat
meningkatkan kredibilitas perusahaan sehingga memberikan perilaku yang baik
tanpa ada konflik antara perusahaan dengan masyarakat sekitar.
2.2. Efektifitas komunikasi
Efektifitas berasal dari kata efektif yang berarti tercapai keberhasilan yang
telah ditetapkan. Menurut Suganda (1988) bahwa prinsip efektif itu adalah
kemampuan untuk mencapai sasaran-sasaran dan tujuan akhir melalui kerjasama
orang-orang dengan memanfaatkan sumber-sumber yang ada seefisien mungkin.
Dalam kaitannya dengan efektifitas komunikasi, selama lebih dari 2.500
tahun para dosen dan ahli teori komunikasi manusia telah membahas
masalah-masalah yang berhubungan dengan keefektifan komunikasi. Setelah usaha yang
berabad-abad untuk memecahkan masalah ini, hasilnya tetap belum terpecahkan.
Fisher (1986), mengemukakan bahwa sepanjang sejarah, konsep
komunikasi yang efektif telah berkembang, baik dalam arti untuk menggambarkan
keefektifan komunikasi maupun dalam menetapkan kriteria untuk menentukan
komunikasi yang efektif. Ada empat tahap perkembangan konsep komunikasi
yang efektif. (1) pengukuran keefektifan komunikasi dalam arti efek yang
ditimbulkan. Kriteria ini mengajukan pertanyaan, ”Berhasilkah?” Jika ia berhasil
maka ia efektif. (2) pendekatan keefektifan komunikasi yang memberi penekanan
pada teknik komunikasi. (3) pendekatan konsep keefektifan yang memberikan
penekanan pada menyesuaikan diri dengan orang lain yang berkomunikasi
(kongruen) dengan internalisasi orang lain. (4) Pendekatan pada keefektifan
komunikasi yang terakhir adalah mengevaluasi keefektifan sistem komunikasi
secara keseluruhannya dari pada hanya dari seorang individu saja.
Mulyana (2005) menyatakan bahwa komunikasi efektif adalah komunikasi
yang hasilnya sesuai dengan harapan para komunikan. Tubbs dan Moss (2001)
mengatakan bahwa ada lima hal yang dijadikan ukuran dalam komunikasi efektif
yaitu: (1) pemahaman, artinya penerima cermat mencermati isi pesan yang
disampaikan oleh komunikator, sehingga tidak terjadi salah penafsiran pesan oleh
komunikan, (2) kesenangan, artinya suasana yang menjadikan hubungan menjadi
hangat, akrab dan menyenangkan, (3) pengaruh pada sikap, artinya kemampuan
persuasif komunikator dalam menyampaikan pesan yang menimbulkan efek pada
diri komunikan, (4) hubungan yang membaik, artinya tumbuh perasaan ingin
bergabung dengan orang lain, ingin mengendalikan dan dikendalikan, serta ingin
mencintai dan dicintai, serta (5) tindakan, artinya tindakan yang nyata yang
dilakukan komunikan setelah terjadi pengertian, pembentukan dan perubahan
sikap serta tumbuhnya hubungan baik. Selanjutnya Effendy (2002) menyatakan
bahwa komunikasi untuk dapat dikatakan efektif, jika dapat menimbulkan dampak
: 1) kognitif, yakni meningkatnya pengetahuan komunikan. 2) Afektif, yaitu
perubahan pandangan komunikan, karena hatinya tergerak akibat komunikasi dan
3) Behavioral yaitu; perubahan perilaku atau tindakan yang terjadi pada
komunikan.
Komunikasi yang efektif dapat terjadi secara sederhana jika orang berhasil
menyampaikan apa yang dimaksudnya. Secara umum komunikasi dinilai efektif
erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh komunikan. Semakin
besar kaitan antara yang dimaksud oleh komunikator dapat direspon oleh
komunikan, maka semakin efektif pula komunikasi yang dilaksanakan. Jika S
adalah pengirim pesan (sumber) dan R adalah penerima pesan, maka komunikasi
disebut mulus dan lengkap bila respons yang diinginkan S dan respons yang
diberikan R identik (Goyer dalam Tubbs dan Moss, 2001).
Nilai 1, yang menunjukkan kesempurnaan. Penyampaian dan penerimaan
pesan jarang diperoleh nilai 1, paling-paling hanya mendekati saja. Semakin besar
kaitan antara yang dimaksud dengan respons yang diterima, semakin efektif pula
komunikasi yang terjadi. Bila R/S bernilai 0, berarti tidak ada kaiatan sama sekali
antara respons yang diinginkan dengan respons yang diperoleh.
Menurut Effendy (2002), komponen-komponen komunikasi yang perlu
diperhatikan supaya komunikasi efektif adalah mulai dari komunikator, pesan,
saluran dan komunikan sebagai sasaran komunikasi. Unsur-unsur komunikasi
tersebut harus dapat memenuhi kriteria sebagai beruikut :
(1) Komunikator
Faktor penting pada diri komunikator bila ia melakukan komunikasi
adalah daya tarik dan kredibilitas. Seorang komunikator akan mampu
mengubah sikap, opini, dan perilaku komunikan melalui mekanisme daya
maka komunikan bersedia taat pada isi pesan yang disampaikan oleh
komunikator. Sedangkan kredibilitas berhubungan dengan profesi atau
keahlian yang dimiliki seorang komunikator. Dengan kata lain seorang
komunikator akan mendapat kepercayaan bila ia membahas suatu
persoalan dengan profesi atau keahliannya.
(2) Pesan
Pesan komunikasi terdiri dari isi pesan dan lambang. Isi pesan komunikasi
bisa satu, tetapi lambang yang dipergunakan bisa bermacam macam,
lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi ialah bahasa.
Dalam komunikasi, bahasa memegang peranan yang sangat penting.
Tanpa penggunaan bahasa, hasil pemikiran yang bagaimanapun baiknya
tidak akan dapat dikomunikasikan kepada orang lain secara tepat. Wibur
schram melihat pesan sebagai tanda esensial yang harus dikenal oleh
komunikan. Dalam hal ini komunikator pertama- tama harus mengerti
tujuan pesan komunikasi, sehingga seorang komunikator harus mampu
menyandi dan mengemas pesan dengan baik agar tidak terjadi kegagalan
komunikasi.
(3) Saluran
Saluran komunikasi adalah alat melalui nara sumber komunikasi
menyampaikan pesan-pesan kepada penerima. Saluran komunikasi terdiri
dari berbagai macam, tetapi untuk mecapai sasaran komunikasi yang
diinginkan maka dapat dipilih salah satu atau gabungan dari beberapa
saluran. Pemilihan saluran tergantung pada tujuan yang akan dicapai,
Masing masing saluran komunikasi mempunyai kelebihan dan
kekurangan.
(4) Komunikan
Komunikan adalah anggota suatu sistem sosial yang disebut sebagai
kumpulan unit yang berada secara fungsional dan terkait dalam kerjasama
untuk memecahkan serta dalam rangka mencapai tujuan bersama. Menurut
Bernard dalam Effendi (2001) menyebutkan bahwa komunikan akan
menerima sebuah pesan hanya jika terdapat kondisi sebagai berikut : (a)
komunikan dapat benar-benar mengerti pesan komunikasi, (b) pada saat
mengambil keputusan komunikan sadar, bahwa keputusannya akan sesuai
dengan tujuannya dan bersangkutan dengan kepentingan pribadinya, (c)
komunikan mampu menepatinya, baik secara mental maupun secara fisik.
2.3. Komunikasi Publik
2.3.1. Definisi,Tujuan dan Fungsi Komunikasi Publik
Pengertian publik adalah suatu kelompok yang memiliki minat atau
kepentingan yang sama dan ikut serta dalam pembicaraan suatu isu supaya
melakukan sesuatu tentang isu tersebut (Blumer dan Dewey, dalam Wilson :
1986). Blumer menyebutkan bahwa publik adalah kelompok orang yang: 1)
dihadapkan pada suatu isu-isu, 2) dipisahkan oleh ide-ide mereka seperti
bagaimana untuk melihat isu, 3) ikut serta membicarakan isu. John Dewey
mendefinisikan pubiik adalah suatu kelompok orang yang menghadapi masalah
yang sama, 2) mengakui masalah itu ada, 3) melakukan sesuatu untuk masalah
tersebut. Sedangkan publik organisasi dapat diberikan pengertian adalah
kepentingan yang sama dengan minat dan kepentingan organisasi.
Menurut Muhammad (2004) yang dimaksud dengan komunikasi publik
adalah pertukaran pesan dengan sejumlah orang yang berada dalam organisasi
atau yang di luar organisasi, secara tatap muka atau melalui media. Tetapi dalam
bagian ini yang akan dibicarakan hanyalah kontak tatap muka di antara organisasi
dengan lingkungan eksternal organisasi.
Tujuan umum dari komunikasi publik terutama sekali adalah untuk
memberikan informasi kepada sejumlah besar orang mengenai organisasi
misalnya mengenai aktivitas-aktivitas atau program-program organisasi baik
di dalam lingkungan organisasi mapun di luar lingkungan organisasi. Selain
dari itu komunikasi publik juga bertujuan untuk menjalin hubungan baik
antara organisasi dengan masyarakat luar organisasi, menciptakan kredibilitas
perusahaan di mata masyarakat luar organisasi, komunikasi publik juga dapat
digunakan untuk memberikan hiburan kepada sejumlah orang.
Komunikasi publik berfungsi menumbuhkan semangat kebersamaan
(solidaritas), mempengaruhi orang lain, memberi informasi, mendidik dan
menghibur dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Pengertian-pengertian tersebut paling tidak mempunyai makna sebagai
berikut:
1. Setiap aktivitas satu orang atau lebih, baik sebagai pengirim maupun penerima
pesan yang mempunyai tujuan, harapan, dan efek tertentu terhadap pesan yang
disampaikan.
2. Komunikasi dapat berlangsung secara antar personal karena adanya kerjasama
maupun kelompok besar yang terorganisir dalam bentuk formal maupun
karena kepentingan sesaat.
3. Suatu kelompok orang yang karena memiliki kepentingan yang sama, serta
ikut serta terlibat didalamnya.
4. Membangun image organisasi.
5. Upaya mendapatkan persepsi yang sama untuk tercapainya tujuan-tujuan
organisasi.
6. Efek dari gangguan komunikasi dalam organisasi ini bisa memberikan
dampak terhadap pandangan lingkungan di luar organisasi.
7. Pandangan obyektif (Pace & Faules, 2006) bahwa lingkungan merupakan
kekuatan pendorong di belakang perilaku organisasi, sehingga organisasi
harus mengurus lingkungan eksternal dan menggunakan strategi adaptifnya
yang terbaik untuk tumbuh dan terus hidup.
2.3.2. Model Komunikasi Publik Organisasi
Grunig (1992) dalam Ruslan (2006), mengemukakan bahwa ada empat
model komunikasi publik yang digunakan dalam organisasi atau perusahaan,
yaitu: 1) Model publisitas, 2) Model informasi publik, 3) Model asimetri dua arah,
4) Model Simetris dua arah.
1. Model Publiksitas / Model Press Agentry
Model ini, komunikator melakukan propaganda atau kampanye melalui
proses komunikasi satu arah (one way process). Kegiatan melalui proses
komunikasi searah untuk tujuan publisitas yang menguntungkan dan khususnya
mengabaikan kebenaran informasi sebagai upaya memanipulasi (menutup-nutupi)
unsur-unsur negatif dari organisasinya.
Persuasive
Propagandistic (One way communication)
Dalam komunikasi publik organisasi, inisiatif selalu berada di pihak
pengirim (source of sender). Model ini kerap kali digunakan oleh
organisasi-organisasi dalam proses komunikasi periklanan atau bentuk aktivitas komunikasi
promosi bersifat persuasiv lainnya. Seperti menyampaikan pesan pada khalayak
(publik) baik dalam bentuk berita-berita yang menghiasi koran maupun majalah,
melalui radio, dan televisi. Aplikasi dari model ini biasanya oleh CEO pada
organisasi bisnis menggunakan juru bicaranya atau bagian humas untuk
menyampaikan pesan kepada publik. Hal ini oleh Hahn dan Mangun (1999)
dimaksudkan untuk mencegah orang lain menunjuk seseorang seolah-olah
memiliki semua fakta, padahal kenyataannya sejumlah fakta masih diragukan,
sebab kebenaran tidaklah esensial.
Hal-hal yang mendasarinya adalah ketika berhadapan dengan publik,
impuls pertama adalah merasa sangat penting sehingga yang dibicarakan melebihi
yang diketahui. Impuls kedua adalah merasa takut salah mengucapkan sesuatu
atau takut tidak sanggup mengatakan apa-apa sama sekali.
(Sources) Organization
Receiver (Public)
Gambar 1. Model Komunikasi Publiksitas
2. Model Informasi Publik
Model informasi publik berdasarkan pada pentingnya kebenaran suatu
informasi. Model ini memandang publik sebagai sesuatu yang rasional yang jika
diberi informasi yang cukup maka akan mendatangkan keputusan yang benar pada
suatu isu tertentu. Oleh karena itu komunikasi publik bertugas menyediakan
informasi yang lengkap dan akurat, serta berdasarkan fakta yang ada.
Model ini juga menggambarkan bahwa kehumasan bertindak seolah-olah
sebagai “Journalist in residence”, artinya bertindak sebagai wartawan dalam
menyebarkan informasi kepada publik dan mengendalikan berita atau
informasinya kepada media massa. Bentuk ini lebih baik dan mengandung lebih
banyak kebenaran karena penyebarannya dilakukan melalui news letter, brosur
dan surat langsung. Unsur kebenaran dan objektivitas pesan atau informasi selalu
diperhatikan oleh sumber informan. Namun penyampaian pesannya tidak
berdasarkan riset atau perencanaan. Seperti model publisitas, model ini juga
menggunakan model satu arah dan dapat digambarkan sebagai berikut:
Moor or Less Objective
Truthfull (One way communication) (Source
(Organizaton)
Receiver (Public)
Gambar 2. Model Komunikasi Informasi Publik
3. Model Asimetris Dua Arah (Two way Asymmetrical Model)
Tahapan model ini, komunikator menyampaikan pesan dengan
komunikasinya dua arah dan penyampaian pesannya berdasarkan hasil riset serta
strategi persuasif secara ilmiah (scientific persuasive). Dalam model ini, unsur
kebenaran informasi diperhatikan untuk membujuk publik agar mau bekerja sama,
bersikap terbuka serta berpikir sesuai dengan harapan organisasi. Dalam hal ini,
feedback dan feedforward dari publiknya selalu diperhatikan, serta berkaitan
dengan informasi mengenai khalayak sangat diperlukan sebelum melaksanakan
komunikasi. Maka kekuatan membangun hubungan (relationship) dan
pengambilan inisiatif selalu didominasi oleh komunikator (source)
Komunikasi publik mencakup gagasan bahwa manajemen perlu mengetahui
posisi publik pada suatu isu. Hal ini merupakan salah satu tugas spesialis
komunikasi publik untuk memelihara manajemen dalam menyampaikan
pandangan organisasi pada publik, dengan memakai prinsip persuasi
(meyakinkan) sehingga diperoleh dukungan publik. Model ini diciptakan oleh
Grunig dan Hunt, dan dapat digambarkan sebagai berikut :
Communication with Persuasive aim
Feedback from or
Feedforward about receiver (public) Source
(Organizati)
Receiver (Public)
Gambar 3. Model Komunikasi Asimetris Dua Arah
4. Model Simetris Dua Arah (Two way Symmetrical Model)
Model simetris dua arah menggambarkan suatu komunikasi propaganda
atau kampanye dua arah timbal balik yang berimbang. Model ini menggunakan
teknik komunikasi untuk dapat memecahkan atau menghindari terjadinya suatu
konflik dan memperbaiki pemahaman publik secara strategis. Model ini dapat
diterima dan dianggap lebih etis dalam penyampaian pesan atau informasi melalui
teknik komunikasi yang dapat membujuk (persuasive communication) untuk
membangun saling pengertian (konvergen), pemahaman, dan mempercayai antara
kedua belah pihak sehingga saling menguntungkan bagi kedua belah pihak juga.
Balanced
Communication
Flow
Model publiksitas dan model informasi publik merupakan tujuan utama
organisasi atau perusahaan yang selalu berorientasi pada model komunikasi satu
arah dengan publik sebagai khalayak sasarannya. Konsep pokok yang mendasari
penggunaan model ini adalah dimana pihak organisasi tidak memerlukan
perubahan sikap dan nilai-nilai atau tindakan-tindakan tertentu tetapi tugas dan
kewajiban pihak source adalah untuk menciptakan pemenuhan kepatuhan dan
persuasif dari pihak publik sebagai khalayak sasaran. Source
Organization Receiver Public
Gambar 4. Model Komunikasi Simetris Dua Arah
Sebaliknya, dua model lain yaitu model asimetris dua arah dan simetris
dua arah sebagaimana digambarkan oleh Grunig yang meliputi model komunikasi
dua arah dan khalayaknya yang saling beradaptasi satu sama lainnya. Para ahli
komunikasi berpendapat bahwa koorientasi model komunikasi dua arah adalah
bertujuan untuk membangun saling beradaptasi. Model asimetris dua arah
bertujuan membujuk secara ilmiah (scientific persuasive) dan model simetris dua
arah bertujuan untuk membangun saling pengertian (mutual understanding) antara
pihak organisasi dengan khalayak.
Model-model komunikasi diatas, dalam komunikasi publik dapat
digunakan dengan model yang berbeda untuk tujuan yang berbeda dan dalam
situasi yang berbeda pula secara tepat serta efektif baik tujuan penelitian maupun
kegiatan secara praktikal.
2.4. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility)
2.4.1. Pengertian Konsep
Sebenarnya konsep tanggung jawab sosial perusahaan telah ada sejak
puluhan tahun lalu. Di dasawarsa 90-an, konsep ini makin menguat dan menyita
perhatian banyak kalangan. Tetapi apakah sebenarnya tanggung jawab sosial
perusahaan itu? Berikut ini beberapa defenisi tentang tanggung jawab sosial
perusahaan yang dikutip dalam Majalah Bisnis dan CSR, edisi Oktober, 2007.
1. Komitmen dan kemampuan dunia usaha untuk memberi kepedulian, melaksanakan kewajiban sosial, membangun kebersamaan, melakukan
program/kegiatan kesejahteraan sosial/pembangunan sosial/kesejahteraan
ekosistem di sekelilingnya. (Departemen Sosial RI, 2007)
2. Komitmen bisnis yang memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerja sama dengan para karyawan dan perwakilan
mereka, keluarga mereka, baik masyarakat setempat maupun umum, untuk
meningkatkan kualitas hidup dengan cara-cara yang bermanfaat baik bagi bisnis
itu sendiri maupun pembangunan. (BankDunia)
3. Komitmen yang berkesinambungan dari kalangan bisnis, untuk berperilaku
secara etis dan memberi kontribusi bagi perkembangan ekonomi, seraya
meningkatkan kualitas kehidupan dari karyawan dan keluarganya, serta
komunitas lokal dan masyarakat luas padaumumya. (World Business
Council for Sustainable Development)
4. Kegiatan usaha yang mengintegrasikan ekonomi, lingkungan dan sosial ke dalam nilai, budaya, pengambilan keputusan, strategi, dan operasi
perusahaan, yang dilakukan secara transparan dan bertanggung jawab
untuk menciptakan masyarakat yang sehat dan berkembang. (Pemerintah
Kanada)
5. Komitmen dunia usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal, dan memberikan kontribusi untuk peningkatan ekonomi wiring dengan
peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarga, komunitas, dan
masyarakat secara lebih luas. (Trinidad and Tobacco Bureau Standard)
6. Tanggung jawab perusahaan untuk menyesuaikan diri terhadap kebutuhan dan harapan stakeholders sehubungan dengan isu-isu etika, sosial dan
7. Secara sukarela mengintegrasikan kepedulian sosial dan lingkungan ke dalam operasi bisnis keseharian dari suatu perusahaan. (Hasanuddin
Rachman, Ketua Komite Tetap Hubungan Industrial KADIN)
8. Komitmen dunia bisnis untuk menyumbang sesuatu bagi kelangsungan
pembangunan ekonomi, bekerja sama dengan para karyawan dan keluarga
mereka, komunitas lokal dan masyarakat luas untuk meningkatkan kualitas
hidup bagi dunia bisnis dan lingkungan. (Noke Kiroyan, ketua IBL, dalam
CSR Conference, Jakarta 7-8 September 2006)
9. Suatu kegiatan yang dilakukan perusahaan sebagai bagian tanggung jawab
sosial bagi kepentingan lingkungan di sekitarnya. (Aviliani, Komisaris BRI,
dosen, dan peneliti Indef)
10. Kalau perusahaan menyumbang korban bencana alam semata, fidak ikut lebih
lanjut dalam penanganan bencana dan sesudahnya, itu filantrofis. Kalau
tanggung jawab sosial perusahaan, perusahaan ikut lebih lanjut. Misalnya,
selain memberikan beasiswa, perusahaan juga memberdayakan penerima
dengan membolehkannya magang di perusahaan dan pada akhirmya membuat
dia menjadi mandiri. (Franky Welirang, Wakil Dirut PTIndofood Sukses
Makmur Tbk., dalam The Executive Network, 30 Januari 2007).
Definisi tanggung jawab sosial perusahaan boleh saja beragam. Tetapi, dari
beragam definisi tersebut, ada satu kesamaan bahwa tanggung jawab sosial
perusahaan tak bisa lepas dari kepentingan stakeholder dan stakeholder perusahaan.
Mereka adalah pemilik perusahaan, karyawan, masyarakat, negara, dan lingkungan.
Konsep inilah yang kemudian diterjemahkan oleh John Elkington sebagai triple