• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis daya saing ekonomi Kabupaten Asahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis daya saing ekonomi Kabupaten Asahan"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS DAYA SAING EKONOMI KABUPATEN ASAHAN

OLEH

Wira Pratiwi WH 110501053

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya saing ekonomi yang ada di Kabupaten Asahan pada tahun 2014, dengan menggunakan metode Analisis Hierarki Proses (AHP). Penentuan sampel dilakukan dengan metode Purposive Sampling melalui wawancara langsung terhadap 30 responden. Yang terdiri dari mahasiswa, pengusaha, perbankan, non perbankan, tokoh masyarakat dan staf pengajar.

Hasil uji AHP (Analisis Hierarki Proses) dengan software Expert Choice menunjukkan bahwa terdapat tiga faktor penentu daya saing yang memiliki pengaruh besar yaitu faktor perekonomian daerah, faktor infrastuktur fisik, dan faktor kelembagaan. Prioritas utama untuk faktor perekonomian daerah yaitu permasalahan kesejahteraan masyarakat. Untuk faktor infrastruktur fisik menunjukkan bahwa ketersediaan infrastruktur sudah memadai namun diperlukan adanya perawatan terhadap infrastruktur yang ada. Sementara di sektor kelembagaan kinerja dan pelayanan serta kemudahan yang di berikan para aparatur memberikan dampak yang cukup besar terhadap upaya peningkatan daya saing ekonomi Kabupaten Asahan.

(3)

ABSTRACT

This research to purpose for find out economic competitiveness of Asahan Regency in 2014, with use Analytical Hierarchy Process (AHP). Act of determine of this sample use purposive sampling method. Interpretation data did by means of interviewing 30 repondents to consist from University student, enterpreneur, personage banking, persouage society and lecture.

The result test AHP (Analytical Hierarchy Process) with use software Expert Choice to showing that, be found three factors determines economics competitiveness which have a big effect that is economics matters, infratructure factor, and institution factor. The first priority for territory economy is society prosperity problem. For indicate physical infrastructure that, availability infrastructure to past enaugh. However, need to existance treartment tob available infrastructure. While in sector institutions performance and sevice with ease from apparatus to giving big impact to increase eforts economic competitiveness a Asahan Regency.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas kasih dan

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi berjudul

“ Analisis daya saing ekonomi Kabupaten Asahan”.

Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi di

Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Sumatera Utara dan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi.Tentunya dalam

penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, maka penulis dengan

terbuka mengharapkan masukan dari berbagai pihak.

Dalam kesempatan ini, penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih

kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini

dan juga penyelesaian studi penulis, terutama kepada :

1. Kepada kedua orang tua tercinta Kompol Waimin Harsono dan AKP

Ragawati Sry Purnama Simbolon, atas kasih dan sayangnya serta dukungan

baik dana maupun semangat. Tidak lupa kepada kakak saya Chairunisah WH

yang selalu memberikan semangat.

2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum SE, M.Ec.Ac,Ak,CA selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen Ekonomi

PembangunanFakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan

(5)

Nasution, M.Si selaku Sekertaris Departemen Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc., Ph.D, selaku Ketua Program Studi S1

Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera

Utara.

5. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku sekretaris prodi S1 Ekonomi

Pembangunan dan dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan

waktunya dan memberi masukan dari awal sehingga terselesaikannya skripsi

ini.

6. Bapak Haroni Doli Hamoraon Ritonga, SE, M.Si selaku dosen wali dan dosen

penguji saya yang telah banyak memberikan dukungan dan masukan berupa

saran dan kritik.

7. Seluruh staf pengajar dan staf pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sumatera Utara, terutama Departemen Ekonomi Pembangunan.

8. Kepada semua teman-teman seperjuanganku di fakultas dan juga kepada

berbagai pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu, terima

kasih atas dukungannya selama ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga hasil penelitian skripsi ini dapat

bermanfaat bagi banyak pihak, termasuk bagi penulis sendiri.

Medan, Januari 2015

Penulis,

(6)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. ... 1

2.1.2 Cara Menentukan Daya Saing... 7

2.2 Konsep Daya Saing Daerah ... 8

3.3 Batasan dan Definisi Operasional... 19

3.4 Penentuan Populasi dan Sampel ... 20

3.5 Metode Pengambilan Sampel ... 22

3.6 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 22

3.7 Metode Analisis Data ... 23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Asahan... 35

4.1.1 Kondisi Geografis dan Topografis... 35

4.1.2 Kondisi Demografis... 35

4.1.3 Kondisi Perekonomian... 37

4.2 Profil Responden... 38

(7)

4.3.4 Faktor Tenaga Kerja dan Produktivitas... 52

4.3.5 Faktor Sosial Politik... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 58

5.2 Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA... 61

(8)

DAFTAR GAMBAR

No.Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 18

4.1 Persentase Jenis Kelamin Responden... 39

4.2 Tingkat Pendidikan Responden... 39

4.3 Nilai Bobot dan Faktor Penentu Daya Saing Ekonomi... 41

4.4 Persentase Faktor Penentu Daya Saing Ekonomi... 43

4.5 Persentase Variabel Perekonomian Daerah... 44

4.6 Persentase Variabel Infrastuktur Fisik... 46

4.7 Persentase Variabel Kelembagaan... 49

4.8 Persentase Variabel Tenaga Kerja dan Produktivitas... 53

(9)

DAFTAR TABEL

No.Tabel Judul Halaman

1.1 Peringkat Penilaian Menurut Indikator Utama ... 2

1.2 10 Peringkat Daya Saing Kabupaten/Kota ... 3

3.1 Jumlah Sampel Berdasarkan Kelompok Masyarakat ... 21

3.2 Matriks Perbandingan Berpasangan ... 30

3.3 Skala Penilaian Perbandingan ... 31

3.4 Pembangkit Random ... 34

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

(11)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya saing ekonomi yang ada di Kabupaten Asahan pada tahun 2014, dengan menggunakan metode Analisis Hierarki Proses (AHP). Penentuan sampel dilakukan dengan metode Purposive Sampling melalui wawancara langsung terhadap 30 responden. Yang terdiri dari mahasiswa, pengusaha, perbankan, non perbankan, tokoh masyarakat dan staf pengajar.

Hasil uji AHP (Analisis Hierarki Proses) dengan software Expert Choice menunjukkan bahwa terdapat tiga faktor penentu daya saing yang memiliki pengaruh besar yaitu faktor perekonomian daerah, faktor infrastuktur fisik, dan faktor kelembagaan. Prioritas utama untuk faktor perekonomian daerah yaitu permasalahan kesejahteraan masyarakat. Untuk faktor infrastruktur fisik menunjukkan bahwa ketersediaan infrastruktur sudah memadai namun diperlukan adanya perawatan terhadap infrastruktur yang ada. Sementara di sektor kelembagaan kinerja dan pelayanan serta kemudahan yang di berikan para aparatur memberikan dampak yang cukup besar terhadap upaya peningkatan daya saing ekonomi Kabupaten Asahan.

(12)

ABSTRACT

This research to purpose for find out economic competitiveness of Asahan Regency in 2014, with use Analytical Hierarchy Process (AHP). Act of determine of this sample use purposive sampling method. Interpretation data did by means of interviewing 30 repondents to consist from University student, enterpreneur, personage banking, persouage society and lecture.

The result test AHP (Analytical Hierarchy Process) with use software Expert Choice to showing that, be found three factors determines economics competitiveness which have a big effect that is economics matters, infratructure factor, and institution factor. The first priority for territory economy is society prosperity problem. For indicate physical infrastructure that, availability infrastructure to past enaugh. However, need to existance treartment tob available infrastructure. While in sector institutions performance and sevice with ease from apparatus to giving big impact to increase eforts economic competitiveness a Asahan Regency.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut laporan World Economic Forum (WEF) dalam Global Competitivenes

Report tahun 2010 – 2011 (World Economic Forum, 2011) menunjukan bahwa posisi daya saing Indonesia berada diperingkat ke-44 dari 139 negara yang

disurvei.Meski menunjukan kenaikan peringkat dari tahun-tahun sebelumnya,

Indonesia dinilai masih tetap menduduki posisi daya saing terendah dibandingkan

negara-negara Asia lainnya.

Daya saing suatu ekonomi daerah menjadi topik yang menarik untuk dicermati

karena globalisasi mengakibatkan persaingan dalam memperebutkan faktor-faktor

produksi yang semakin meningkat tajam dan tidak lagi dibatasi oleh batas

geografis.

Dari hasil WEF tersebut, masih lemahnya posisi daya saing Indonesia

dibandingkan dengan negara-negara lainnya, khususnya dengan negara-negara di

kawasan Asia, terutama terkait dengan masalah infrastruktur, ketidakefesienan

birokrasi dan ketidakstabilan penentuan kebijakan. Tingkat persaingan antar

negara dari waktu ke waktu semakin tinggi sebagai dampak dari munculnya

fenomena Globalisasi ekonomi. Globalisasi ini mencerminkan tantangan sekaligus

kesempatan, dimana semakin tinggi tingkat persaingan antar negara ini tidak

hanya akan berdampak pada perekonomian Indonesia secara keseluruhan, tetapi

juga akan berdampak langsung pada perekonomian daerah, terlebih lagi setelah

(14)

Proses pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, kewenangan yang

sangat besar telah diberikan kepada pemerintah daerah. Kondisi ini telah banyak

membuka kesempatan emas bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan

kemakmuran masyarakat melalui inovasi, peningkatan transparansi dan

akuntabilitasi.Serta menciptakan tata kelola ekonomi daerah yang lebih kompetitif

dan berdaya saing tinggi. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi

masyarakatnya dan dengan menggunakan sumber daya yang ada harus mampu

menaksir potensi sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan

membangun perekonomian daerah (Arsyad, 1999). Sehingga tata kelola

ekonomi yang baik merupakan salah satu faktor penting yang dapat dipercaya

dapat menciptakan iklim usaha yang sehat dan mampu meningkatkan daya saing

ekonomi daerah.

Tabel 1.1

Peringkat Penilaian Menurut Indikator di Kabupaten Asahan Peringkat Menurut Indikator Utama

INPUT 114

I Perekonomian Daerah 64

II SDM dan Ketenagakerjaan 107

III Lingkungan Usaha Produktif 407

IV Infrastruktur, SDA, dan Lingkungan 63

V Perbankan dan Lembaga Keuangan 200

OUTPUT 51

I Produktivitas Tenaga Kerja 46

II PDRB Perkapita 57

III Tingkat Kesempatan Kerja 281

Tabel 1.1 merupakan hasil penelitian PPSK Bank Indonesia dan LP3E

(15)

pelayanan dan sistem perbankan dan lembaga keuangan. Dengan demikian

dengan memperbaiki sistem dan pelayanan ini memberikan sambutan baik dari

masyarakat untuk dapat lebih produktif di dalam lingkungan usaha. Karena di

harapkan dengan memiliki lingkungan usaha yang lebih produktif dapat

memperluas ataupun meningkatkan kesempatan kerja. Dengan kesinambungan ini

diharapkan dapat memperbaiki kondisi di Kabupaten Asahan.

Kabupaten Asahan merupakan salah satu kabupaten yang terletak di kawasan

Pantai Timur Sumatera Utara.Wilayah ini memiliki potensi sumber daya yang

sangat besar mulai dari perkebunan, peternakan, perikanan, hidroenergi, wisata

alam, hingga industri. Namun kurangnya fokus kerja pemerintah dalam

pengembangan sektor unggulan mengakibatkan perekonomian Kabupaten Asahan

semakin tahun semakin menurun (Hutasoit, 2013).

Tabel 1.2

10 Peringkat Daya Saing Kabupaten/Kotadi Sumatera Utara NO Nama Kabupaten/Kota Peringkat

1 Kota Medan 23

10 Kabupaten Samosir 146

Dari tabel 1.2 yang merupakan hasil penelitian PPSK Bank Indonesia dan

LP3E FE-UNPAD (2008) menunjukkan bahwa Kabupaten Asahan jika di nilai

(16)

peringkat wilayah Kabupaten/Kota yang ada di Sumatera Utara, Kabupaten

Asahan berada di bawah peringkat Kota Medan dan Kabupaten Labuhan Batu.

Dengan di latar belakangi ini, menunjukkan bahwa betapa pentingnya

kemampuan daerah dalam meningkatkan daya saing daerah sebagai penentu

keberhasilan pembangunan daerah. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk

mengkaji dalam bentuk skripsi yang berjudul “Analisis Daya Saing Ekonomi

Kabupaten Asahan”.

1.2 Perumusan Masalah

Masalah adalah bagian pokok dari kegiatan penelitian (Arikunto, 1998:47)

Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang

menjadi dasar penelitian ini adalah :

a. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penentu daya saing ekonomi di Kabupaten

Asahan ?

b. Faktor mana yang memiliki pengaruh besar dalam penentuan daya saing

ekonomi di Kabupaten Asahan ?

1.3Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi penentu daya saing ekonomi

di Kabupaten Asahan.

b. Untuk mengetahui faktormana yang memiliki pengaruh besar dalam penentuan

(17)

a. Sebagai tambahan pengetahuan untuk penulis agar lebih mengetahui tentang

daya saing.

b. Memudahkan Pemerintah Kabupaten Asahan untuk membuat perencanaan

kebijakan dalam mengembangkan perekonomian berdasarkan daya saing

ekonomi setiap daerah.

c. Sebagai bahan informasi untuk dipertimbangkan oleh Pemerintah Kabupaten

Asahan tentang daerah yang potensial.

d. Menambah refrensi tentang daya saing ekonomi suatu daerah untuk digunakan

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daya Saing

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 tentang

standar proses, mendefenisikan daya saing adalah kemampuan untuk

menunjukkan hasil yang lebih baik, lebih cepat atau lebihbermakna. Kemampuan

yang dimaksud adalah (1) kemampuan memperkokoh pangsa pasarnya, (2)

kemampuan menghubungkan dengan lingkungannya, (3) kemampuan

meningkatkan kinerja tanpa henti, (4) kemampuan menegakkan posisi yang

menguntungkan.

Daya saing adalah kemampuan perusahaan, industri, daerah, negara, atau

antar daerah menghasilkan faktor pendapatan dan faktor pekerjaan yang relatif

tinggi dan berkesinambungan untuk menghadapi persaingan internasional. Oleh

karena itu dalam konteks kabupaten/kota sebagai sebuah organisasi, daya saing

diartikan sebagai kemampuan kabupaten/kota untuk mengembangkan kemampuan

ekonomi sosial wilayahnya guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat di

wilayahnya.

Persoalan penciptaan daya saing di Indonesia khususnya di Kabupaten

Asahan bukanlah persoalan mudah. Berbagai hambatan yang dihadapi bukanlah

permasalahan di tataran satu sektor saja, akan tetapi bersifat sangat multi dimensi.

(19)

rendah dan pertumbuhan ekspor lebih rendah dari impor. Kemampuan penguasaan

iptek yang masih lemah juga tidak mendukung daya saing perekonomian.

2.1.1 Teori Daya Saing

Menurut Porter (1995) dapat di defenisikan sebagai kemampuan usaha suatu

perusahaan dalam industri untuk menghadapi berbagai lingkungan yang di hadapi.

Daya saing ditentukan oleh keunggulan bersaing suatu perusahaan dan sangat

bergantung pada tingkat sumber daya relatif yang dimilikinya atau biasa kita sebut

keunggulan kompetitif. Selanjutnya, Porter menjelaskan pentingnya daya saing

karena tiga hal berikut : (1) mendorong produktivitas dan meningkatkan

kemampuan mandiri, (2) dapat meningkatkan kapasitas ekonomi, baik dalam

konteks regional ekonomi maupun kuantitas pelaku ekonomi sehingga

pertumbuhan ekonomi meningkat, (3) kepercayaan bahwa mekanisme pasar lebih

menciptakan efisiensi.

2.1.2 Cara Menetukan Daya Saing

Berbagai cara dapat dilakukan untuk menentukan daya saing, antara lain :

1. Harga yang murah

Harga murah artinya tidak sekedar murah, namun tetap mempertahankan

kualitas. Kualitas sama tapi harga yang lebih murah tentu saja lebih

menguntungkan kosumen. Akan lebih baik lagi bila harga murah tetapi

mampu memberikan kualitas yang lebih baik dibandingkan pesaing.

Umumnya perusahaan yang menawarkan produk yang lebih murah adalah

perusahaan yang umumnya dapat melakukan efisinsi. Dalam istilah Michael

(20)

Dengan efisiensi ini, perusahaan memperoleh margin yang sama atau lebih

besar meskipun menetapkan harga yang murah karena biaya yang lebih

kecil.

2. Diferensiasi

Melakukan diferensiasi berarti bahwa menawarkan atau melakukan hal yang

berbeda dibandingkan dengan pesaing. Sesuatu yang di tawarkan berbeda,

akan memberikan perhatian bagi konsumen. Berbeda, maksudnya bukan

hanya sekedar berbeda, misalnya berbeda hanya dalam kemasan, tetapi

perbedaan tersebut haruslah unik, atau bisa memberikan nilai tambah yang

tidak bisa diberikan produk pesaing.

3. Pelayanan

Pelayanan juga dapat dijadikan suatu keunggulan kompetitif bagi perusahaan.

Perusahaan yang dapat memberikan service excellence dapat memuaskan

pelanggan dan meningkatkan loyalitas pelanggan. Perusahaan-perusahaan

bersaing terutama dalam memanjakan pelanggannya, yaitu dengan

memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggannya.

2.2 Konsep Daya Saing Daerah

Daya saing daerah menjadi salah satu isu utama dalam pembangunan

daerah. Konsep daya saing umumnya dikaitkan dengan kemampuan suatu

perusahaan, kota, daerah, wilayah atau negara dalam mempertahankan atau

meningkatkan keunggulan kompetitif secara berkelanjutan (Porter, 2000).

(21)

mendefenisikan daya saing daerah sebagai kemampuan suatu daerah dalam

menghasilkan pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi dengan tetap terbuka

terhadap persaingan domestik maupun internasional. Center For Urban and

Regional Studies (CURDS) mendefenisikan daya saing daerah sebagai kemampuan sektor bisnis atau perusahaan dalam suatu daerah dalam

menghasilkan pendapatan yang tinggi serta tingkat kekayaan yang lebih merata

untuk penduduknya.

Persaingan yang semakin tajam menuntut pemerintah daerah untuk

menyiapkan daerahnya sedemikian rupa sehingga mampu menarik investasi,

orang dan industri.Keberhasilan daerah untuk meningkatkan daya tariknya

terhadap investasi tergantung dari kemampuan daerah dalam merumuskan

kebijakan yang berkaitan dengan investasi (Kuncoro dan Anggi, 2005).Selain itu,

kemampuan daerah untuk menentukan faktor-faktor yang dapat digunakan

sebagai alat ukur daya saing perekonomian daerah relatif terhadap daerah lainnya

juga penting terkait dengan pengembangan sumber daya manusia dan infrastruktur

fisik sebagai upaya untuk meningkatkan daya tariknya dan memenangkan daya

saing global (KPPOD, 2003).

Sedangkan Huggins (2003) dalam publikasi “UKCompetitiveness Index”

mendefenisikan daya saing daerah sebagai kemampuan perekonomian untuk

menarik dan mempertahankan perusahaan-perusahaan dengan kondisi yang stabil

atau dengan pangsa pasar yang meningkatkan dalam aktivitasnya, dengan tetap

mempertahankan atau meningkatkan standar kehidupan bagi semua yang terlibat

(22)

BI) menggunakan defenisi daya saing daerah dalam penelitiannya sebagai

kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai pertumbuhan tingkat

kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan

domestik dan internasional.

2.3 Indikator Utama Daya Saing Ekonomi Daerah

Penentuan indikator utama daya saing ekonomi daerah merupakan bagian

terpenting dalam analisis daya saing ekonomi daerah. Pemahaman indikator

utama daya saing ekonomi daerah yang terbatas dan tidak secara komprehensif

menjadikan tidak adanya keseragaman pemahaman yang benar olehstakeholders

ditingkat pemerintahan daerah dan pada gilirannya akan dapat menyebabkan

adanya perbedaan analisis dan kesimpulan terhadap tingkat daya saing yang

dimiliki oleh suatu daerah.

Keunggulan daya saing suatu daerah ditentukan oleh 4 faktor pokok dan 2

faktor penunjang (Porter, 1990).Empat faktor pokok yang dimaksud adalah faktor

produksi (factor condition), kondisi permintaan pasar (demand condition),

industri-industri terkait dan industri-industri pendukung (relatied and supporting

industries) serta strategi perusahaan, sturktur dan persaingan (firm strategy, stucture and rivalary).Sedangkan faktor penunjangnya adalah peluang (chance) dan peranan pemerintah (role of government).

Penelitian yang dilakukan PPSK BI dan UNPAD (2008) menggunakan 9

indikator utama penentu daya saing ekonomi daerah , yang meliputi :

(23)

Perekonomian daerah merupakan ukuran knerja secara umum dari

perekonomian makro (daerah) yang meliputi penciptaan nilai tambah, akumulsi

kapital, tingkat konsumsi, kinerja sektoral perekonomian, serta biaya hidup.

Indikator kinerja ekonomi makro mempengaruhi daya saing daerah melalui

prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Nilai tambah merefleksikan produktivitas perekonomian setidaknya dalam

jangka pendek.

2. Akumulasi modal mutlak di perlukan untuk meningkatkan daya saing dalam

jangka panjang.

3. Kemakmuran suatu daerah mencerminkan kinerja ekonomi di masa lalu.

4. Kompetisi yang di dorong mekanisme pasar akan meningkatkan kinerja

ekonomi suatu daerah. Semakin ketat kompetisi pada suatu perekonomian

daerah, maka akan semakin kompetitif perusahaan yang akan bersaing secara

internasional maupun domestik.

2. Keterbukaan

Keterbukaan merupakan ukuran seberapa jauh perekonomian suatu daerah

berhubungan dengan daerah lain yang tercermin dari perdagangan daerah tersebut

dengan daerah lain dalam cakupan nasional maupun internasional. Indikator ini

menentukan daya saing melalui prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Keberhasilan suatu daerah dalam perdagangan internasional merefleksikan

daya saing perekonomian daerah tersebut.

2. Keterbukaan suatu daerah baik dalam perdagangan domestik maupun

(24)

3. Investasi internasional mengalokasikan sumber daya secara lebih efisien ke

seluruh penjuru dunia.

4. Daya saing yang di dorong oleh ekspor terkait dengan orientasi pertumbuhan

perekonomian daerah.

5. Mempertahankan standar hidup yang tinggi mengharuskan integrasi dengan

ekonomi internasional.

3. Sistem Keuangan

Indikator sistem keuangan merefleksikan kemampuan sistem finanasial

perbankan dan non perbankan di daerah untuk memfasilitasi aktivitas

perekonomian yang memberikan nilai tambah. Sistem keungan suatu daerah akan

mempengaruhi alokasi faktor produksi yang terjadi di perekonomiandaerah

tersebut. Indikator sistem keuangan ini mempengaruhi daya saing daerah melalui

prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Sistem keuangan yang baik mutlak diperlukan dalam memfasilitasi aktivitas

perekonomian daerah.

2. Sektor keuangan yang efisien dan terintegrasi secara internasional mendukung

daya saing daerah.

4. Infrastruktur dan Sumber Daya Alam

Infrastruktur dalam hal ini merupakan indikator seberapa besar sumber daya

seperti modal fisik, geografis, dan sumber daya alam dapat mendukung aktivitas

perekonomian daerah yang bernilai tambah. Indikator ini mendukung daya saing

(25)

1. Modal fisik berupa infrastruktur baik ketersediaan maupun kualitasnya

mendukung aktivitas ekonomi daerah.

2. Modal alamiah baik berupa kondisi geografis maupun kekayaan alam yang

terkandung di dalamnya juga mendorong aktivitas perekonomian daerah.

5. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Ilmu pengetahuan dan teknologi mengukur kemampuan daerah dalam ilmu

pengetahuan dan teknologi serta penerapannya dalam aktivitas ekonomi yang

meningkatkan nilai tambah. Indikator ini mempengaruhi daya saing daerah

melalui beberapa prinsip di bawah ini :

1. Keunggulan kompetitif dapat dibangun melalui aplikasi teknologi yang sudah

ada secara efisien dan inovatif.

2. Investasi pada penelitian dasar dan aktivitas yang inovatif yang menciptakan

pengetahuan baru sangat krusial bagi daerah ketika melalui tahapan

pembangunan ekonomi yang lebih maju.

3. Investasi jangka panjang berupa R & D akan meningkatkan daya saing sektor

bisnis.

6. Sumber Daya Manusia

Indikator sumber daya manusia dalam hal ini ditunjukan untuk mengukur

ketersediaan dan kualitas sumber daya manusia. Faktor sumber daya manusia ini

mempengaruhi daya saing daerah berdasarkan prinsip-prinsip berikut :

1. Angkatan kerja dalam jumlah besar dan berkualitas akan meningkatkan daya

(26)

2. Pelatihan dan pendidikan adalah cara yang paling baik dalam meningkatkan

tenaga kerja yang berkualitas.

3. Sikap dan nilai yang dianut oleh tenaga kerja juga menentukan daya saing

suatu daerah.

4. Kualitas hidup masyarakat suatu daerah menentukan daya saing daerah

tersebut begitu juga sebaliknya.

7. Kelembagaan

Kelembagaan merupakan indikator yang mengukur seberapa jauh iklim

sosial, politik, hukum dan aspek keamanan mampu mempengaruhi secara positif

aktivitas perekonomian di daerah. Pengaruh faktor kelembagaan terhadap daya

saing daerah didasarkan pada beberapa prinsip sebagai berikut :

1. Stabilitas sosial dan politik melalui sistem demokrasi yang berfungsi dengan

baik merupakan iklim yang kondusif dalam mendorong aktivitas ekonomi

daerah yang berdaya saing.

2. Peningkatan daya saing ekonomi suatu daerah tidak akan tercapai tanpa adanya

sistem hukum yang baik serta penegakan hukum yang independen.

3. Aktivitas perekonomin suatu daerah tidak akan dapat berjalan secara optimal

tanpa didukung oleh situasi keamanan yang kondusif.

8. Governance dan Kebijakan Pemerintah

IndikatorGovernance dan kebijakan pemerintah dimaksudkan sebagai ukuran

dari kualitas administrasi pemerintah daerah, khususnya dalam rangka

(27)

pengaruh faktor Governance dan Kebijakan Pemerintah bagi daya saing daerah

dapat didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut ini :

1. Dengan tujuan menciptakan iklim persaingan yang sehat intervensi pemerintah

dalam perekonomian sebaliknya diminimalkan.

2. Pemerintah daerah berperan dalam menciptakan kondisi sosial yang terprediksi

serta berperan pula dalam meminimalkan.

3. Efektivitas administrasi pemerintahan daerah dalam menyediakan infrastruktur

dan aturan-aturan berpengaruh terhadap daya saing ekonomi suatu daerah.

4. Efektivitas pemerintah daerah dalam melakukan koordinasi dan menyediakan

informasi tertentu pada sektor swasta dan mendukung daya saing ekonomi

kabupaten Asahan.

5. Flektbilitas pemerintah daerah dalam menyesuaikan kebijakan ekonomi

merupakan faktor yang kondusif dalam mendukung dalam mendukung

peningkatan daya saing daerah.

9. Manajemen dan Ekonomi Mikro

Dalam indikator manajemen dan ekonomi mikro pengukuran yang dilakukan

dengan pertanyaan seberapa jauh perusahaan di daerah dikelola dengan inovatif,

menguntungkan dan bertanggung-jawab. Prinsip-prinsip yang relevan terhadap

daya saing daerah di antaranya adalah :

1. Rasio harga/kualitas yang kompetitif dari suatu produk mencerminkan

(28)

2. Orientasi jangka panjang manajemen perusahaan akan meningkatkan daya

saing daerah dimana perusahaan tersebut berada.

3. Efisiensi dalam aktivitas perekonomian ditambah dengan kemampuan

menyesuaikan diri terhadap perubahan adalah keharusan bagi perusahaan yang

kompetitif.

4. Kewirausahaan sangat krusial bagi aktivitas ekonomi pasa masa-masa awal.

5. Dalam usaha yang sudah mapan, manajemen perusahaan memerlukan keahlian

dalam mengintegrasikan serta membedakan kegiatan-kegiatan usaha.

Sementara itu, hasil penelitian KPPOD (2005) yang meneliti daya tarik

investasi kabupaten/kota di Indonesia dengan menggunakan variabel

kelembagaan, sosial politik, ekonomi daerah, tenaga kerja, produktivitas, dan

variabel infrastruktur fisik.

2.4 Penelitian Terdahulu

KKPOD (2005) dengan judul penelitiannya “Analisis daya tarik investasi 214

kabupaten/kota di Indonesia” dalam penelitian ini KPPOD menyatakan bahwa

beberapa kabupaten/kota di Indonesia hanya mengedepankan upaya-upaya

meningkatkan PAD dan relative mengabaikan aspek-aspek yang mampu menarik

investasi.

Mudrajat Kuncoro (2005) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Daya

Tarik Investasi dan Pungli di DIY” berdasarkan hasil penelitian ini bahwa

menurut presepsi pelaku usaha di DIY, faktor kelembagaan memiliki bobot

(29)

Ira irawati, dkk (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengukuran

Tingkat Daya Saing Daerah berdasarkan Variabel Perekonomian Daerah, Variabel

Infrastruktur dan Sumber Daya Alam serta Variabel Sumber Daya Manusia di

Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara” daya saing terbaik berdasarkan

perekonomian daerah,infrastruktur,sumber daya alam dan sumber daya manusia

pada kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tenggara turut mendukung

kabupaten/kota tersebut menjadi peringkat terbaik secara umum.

Paidi Hidayat (2012) dengan penelitiannya yang berjudul “Analisis Daya

Saing Ekonomi Kota Medan”.Dengan menggunakan metode AHP dapat diambil

kesimpulan bahwa faktor yang paling berpengaruh dalam meningkatkan daya

saing adalah faktor infrastruktur dengan nilai bobot (0,252), diikuti faktor

perekonomian daerah dan selanjutnya faktor sistem keuangan yang

masing-masing bobot nilainya (0,243) dan (0,219).Skala prioritas untuk faktor

infrastruktur adalah ketersediaan infrastruktur dan kualitasnya,seperti kualitas

pelabuhan laut dan udara serta kualitas jalan.Selain itu, skala prioritas

perekonomian daerah adalah tingkat daya beli masyarakat.Sementara, untuk skala

prioritas sistem keuangan adalah kinerja lembaga keuangan.

2.5 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan indikator penentu daya saing ekonomi di

Kabupaten Asahan (Gambar 1). Dimana variabel-variabel yang menjadi indikator

utama dalam penelitian ini berdasarkan penelitian sebelumnya mengenai daya

saing yang di lakukan oleh KPPOD (2005), Mudrajat Kuncoro (2005), Ira Irawati

(30)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Faktor Penentu Daya Saing Ekonomi Daerah

(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mengkaji tentang faktor-faktor penentu daya

saing ekonomi kabupaten Asahan pada tahun 2014 dengan pendekatanAnalytical

Hierarchy Process(AHP).

3.2Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kabupaten Asahan di Provinsi Sumatera Utara

dengan kurun waktu penelitian selama 3 bulan.

3.3 Batasan Operasional dan Definisi Operasional 1. Kelembagaan

Kelembagaan yaitu suatu pola hubungan antara anggota masyarakat yang

saling mengikat, diwadahi dalam suatu jaringan atau organisasi dengan

ditentukan oleh faktor-faktor pembatas dan pengikat berupa norma, kode etik

aturan formal dan nonformal untuk bekerjasama demi mencapai tujuan yang

diinginkan.

2. Sosial Politik

Sosial Politik, yaitu sesuatu yang berhubungan dengan penggunaan kekuasaan

dan wewenang dalam pelaksanaan kegiatan sistem politik, yang banyak

(32)

3. Ekonomi Daerah

Ekonomi Daerah, yaitu ukuran kinerja secara umum dari perekonomian makro

(daerah) yang meliputi penciptaan nilai tambah, akumulasi kapital, tingkat

konsumsi, kinerja sektoral perekonomian, serta tingkat biaya hidup.

4. Tenaga Kerja dan Produktivitas

Tenaga Kerja, yaitu setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri

maupun untuk masyarakat.

5. Infrastruktur Fisik

Infrastruktur fisik, yaitu sebagai kebutuhan dasar fisik pengorganisasian sistem

struktur yang diperlukan untuk jaminan ekonomi sektor publik dan sektor

privat sebagai layanan dan fasilitas yang diperlukan agar perekonomian dapat

berfungsi dengan baik

3.4 Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk yang tinggal dan

bermukim di Asahan. Berdasarkan BPS (2013), jumlah penduduk di Asahan

sebanyak 681.794jiwa.

Berdasarkan rumus Slovin : n= N N(d)2+1

= 594.383

594.383(0,1)2+1 = 99,9831787

Dimana:

(33)

Sesuai dengan penelitian sosial menurut Roscoe (1982:253) dalam buku

Taniredja dan Mustafidah (2011:38) memberikan saran-saran untuk penelitian

sebagai berikut :

1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan

500.

2. Bila sampel dibagi dalam kategori maka jumlah anggota sampel setiap

kategori minimal 30.

3. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi

atau regresi ganda misalnya). Maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali

dari jumlah variabel yang di teliti. Misalnya variabel penelitiannya ada 5 (independent + dependent) maka jumlah anggota sampel = 10 x 5 = 50

4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok

eksperimen dan kelompok control, jumlah anggota sampel masing-masing

antara 10 sampai dengan 20.

Namun, dalam penelitian ini ditetapkan jumlah sample yang sudah cukup

respresentatif yaitu 30 responden yang mewakili seluruh komponen masyarakat

yang terdapat di 25 kecamatan di kabupaten Asahan. Adapun jumlah sampel

berdasarkan kelompok masyarakat adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1

Jumlah Sampel Berdasarkan Kelompok Masyarakat

NO Kelompok Masyarakat Responden

1 Mahasiswa /Pelajar 3

2 Staf Pengajar/Dosen/Guru 3

3 Tokoh Masyarakat 4

4 Birokrasi 4

5 Perbankan 3

6 Non Perbankan 3

(34)

3.5 Metode Pengambilan Sampel

Prosedur pengambilan sampel atau responden dilakukan secara purposive

sampling, yakni dengan menentukan sampel atau responden yang dianggap dapat

mewakili segmen kelompok masyarkat yang dinilai mempunyai pengaruh atau

merasakan dampak besar terkait daya saing ekonomi daerah.

3.6 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini maka jenis

data yang digunakan adalah :

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari pihak pertama yang

menjadi objek penelitian.Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari

wawancara dan juga pengisian kuisioner terhadap kelompok masyarakat yang

dijadikan sampel.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi-instansi yang terkait

dengan melakukan studi kepustakaan terhadap bahan-bahan publikasi secara

resmi, buku-buku, majalah-majalah serta laporan lain yang berhubungan

dengan penelitian.

Sedangkan teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah :

1. Kuisioner

(35)

dari kelompok masyarakat yang menjadi sampel dalam penelitian daya saing

ekonomi kabupaten Asahan.

2. Wawancara

Teknik wawancara dilakukan kepada kelompok masyarakat yang menjadi

sampel adalah untuk menggali informasi yang lebih mendalam mengenai saran

atau keluhan masyarakat secara langsung terhadap faktor-faktor penentu daya

saing ekonomi kabupaten Asahan pada tahun 2014.

3.7 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam menganalisis daya saing

ekonomi kabupaten Asahan meliputi analisis deskriptif dan Analytical Hierarchy

Process (AHP). Secara jelasnya, metode yang digunakan antara lain sebagai

berikut :

1. Analisis Deskriptif

Analisis ini memberikan gambaran tentang karakteristik tertentu dari data yang

telah dikumpulkan. Data tersebut akan di analisis sehingga menghasilkan

gambaran mengenai persepi masyarakat terhadap faktor-faktor penentu daya saing

ekonomi kabupaten Asahan pada tahun 2014. Analisis data disajikan dalam

bentuk tabulasi, gambar (chart) dan diagram.

2. Analytical Hierarchy Process (AHP)

Analisis ini digunakan untuk memberikan nilai bobot setiap faktor dan variabel

dalam menghitung faktor-faktor penentu daya saing ekonomi kabupaten Asahan

pada tahun 2014. Proses pemberian bobot indikator dan sub-indikator (variabel)

(36)

kuisioner untuk kelompok masyarakat yang sudah ditentukan sebelumnya dari

berbagai latar belakang disiplin ilmu.

Metode Analytical Hierrchy Process (AHP) awalnya dikembangkan oleh Prof.

Thomas Lorie Saaty dari Wharton Business School sekitar tahun 1970.Metode ini

digunakan untuk mencari rangking atau urutan prioritas dari berbagai alternatif

dalam pemecahan suatu permasalahan.Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang

senantiasa dihadapkan untuk melakukan pilihan dari berbagi alternatif.Disini

diperlukan penentuan prioritas dan uji konsistensi terhadap pilihan-pilihan yang

telah dilakukan.Dalam situasi yang kompleks, pengambilan keputusan tidak

dipengaruhi oleh satu faktor saja melainkan multifaktor dan mencakup berbagai

jenjang maupun kepentingan.

Pada dasarnya AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran yang

digunakan untuk menemukan skala rasio, baik dari perbandingan berpasangan

yang diskrit maupun kontinu.Perbandingan-perbandingan ini dapat diambil dari

ukuran aktual atau skala dasar yang mencerminkan kekuataan perasaan dan

preferensi relatif.

Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan secara

efektif atas persoalan dengan menyederhanakan dan mempercepat proses

pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam

bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi

nilai numerik pada pertimbangansubjektif tentang pentingnya tiap variabel dan

(37)

yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil

pada situasi tersebut.

Analytical Hirerachy Process (AHP) dapat menyederhanakan masalah yang

kompleks dan tidak terstruktur, startegik dan dinamik menjadi bagiannya, serta

menjadikan variabel dalam suatu hierarki(tingkatan).Masalah yang kompleks

dapat diartikan bahwa kriteria dari suatu masalah yang begitu banyak

(multikriteria), struktur masalah yang belum jelas, ketidak pastian pendapat dari

pengambilan keputusan, pengambilan keputusan lebih dari satu orang, serta

ketidakakuratan data yang tersedia.

Metode AHP ini membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan

menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan

menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau

prioritas.Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang

bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan

yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif

sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat.Selain itu

AHP juga memiliki perhatian khusus tentang penyimpangan dari konsistensi,

pengukuran dan ketergantungan di dalam dan di luar kelompok elemen

strukturnya.

Analytical Hierarchy Process (AHP) mempunyai landasan aksiomatik yang terdiri dari :

1. Resiprocal Comparison, yang mengandung arti bahwa matriks perbandingan

(38)

2. Misalnya, jika A adalah k kali lebih penting dari pada B maka B adalah 1/k

lebih penting dari A.

3. Homogenity, yaitu mengandung arti kesamaan dalam melakukan perbanding.

Misalnya, tidak dimungkinkan membandingkan jeruk dengan bola tenis dalam

hal rasa, akan tetapi lebih relevan jika membandingkan dalam hal berat.

4. Dependence, yang berarti setiap level mempunyai kaitan (complate hierarchy)

walaupun mungkin saja terjadi hubungan yang tidak sempurna (incomplate

hierarchy).

5. Expectation, yang berarti menonjolkan penilaian yang bersifat ekspektasi dan

preferensi dari pengambilan keputusan. Penilaian dapat merupakan data

kuantitatif maupun yang bersifat kualitatif.

Secara umum pengambilan keputusan dengan metode AHP didasarkan pada

langkah-langkah-langkah berikut :

1. Mendefenisikan masalah dan menentukan solusi yang di inginkan.

2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan

dengan kriteria-kriteria dan alternatif-alternatif pilihan yang ingin di rangking.

3. Membentuk matriks perbandingan berpasang yang menggambarkan kontribusi

relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria

yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan atau

judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat – tingkat

kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.

(39)

5. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak

konsistensi maka pengambilan data (preferensi) perlu diulangi. Nilai eigen

vector yang dimaksud adalah nilai eigen vector maksimum yang diperoleh

dengan menggunakan matlab maupun dengan manual.

6. Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.

7. Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai

eigen vector merupakan bobot setiap elemen-elemen pada tingkat hirarki

terendah sampai pencapaian tujuan.

8. Mengkaji konsistensi hirarki. Jika tidak memenuhi CR < 0,15 maka penilaian

harus diulang kembali.

Rasio Konsistensi (CR) merupakan batas ketidakkonsistenan (inconsistency)

yang ditetapkan Saaty.Konsistensi (CR) dirumuskan sebagai perbandingan indeks

konsistensi (RI). Angka pembanding pada perbandingan berpasangan adalah skala

1 sampai 9, dimana :

• Skala 1 = setara antara kepentingan yang satu dengan kepentingan yang lainnya.

• Skala 3 = kategori sedang dibandingkan dengan kepentingan lainnya.

• Skala 7 = kategori amat kuat dibandingkan dengan kepentingan lainnya.

• Skala 9 = kepentingan satu secara ekstrim lebih kuat dari kepentingan lainnya.

Prioritas alternatif terbaik dari total rangking yang diperoleh merupakan

rangking yangdicari dalam Analytical Hierarchy Process (AHP) ini. Dalam

menyelesaikan persoalan dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) ada

beberapa prinsip dasar yang harus dipahami antara lain :

(40)

Sistem yang kompleks dapat dengan Sistem yang kompleks dapat dengan

mudah dipahami kalau sistem tersebut dipecah menjadi berbagai elemen pokok,

kemudian elemen-elemen tersebut di susun secara hirarkis masalah disusun untuk

membantu proses pengambilan keputusan dengan memperhatikan seluruh elemen

keputusan yang terlibat dalam sistem. Sebagian besar masalah menjadi sulit untuk

di selesaikan karena proses pemecahan nya dilakukan tanpa memandang masalah

sebagai segala suatu sistem dengan suatu struktur tertentu.

Pada tingkat tertinggi dari hierarki, dinyatakan tujuan, sasaran dari sistem

yang dicari solusi masalahnya.Tingkat berikutnya merupakan penjabaran dari

tujuan tersebut.Suatu hierarki dalam metode AHP merupakan penjabaran elemen

yang tersusun dalam beberapa tingkat, dengan setiap tingkat mencakup beberapa

elemen homogen.Sebuah elemen menjadi kriteria dan patokan bagi

elemen-elemen yang berada di bawahnya.Dalam menyusun suatu hirarki tidak terdapat

suatu pedoman tertentu yang harus diikuti.Hirarki tersebut tergantung pada

kemampuan penyusun dalam memahami permasalahan. Namun tetap harus

bersumber pada jenis keputusan yang akan diambil.

Untuk memastikan bahwa kriteria-kriteria yang dibentuk sesuai dengan

tujuan permasalahan, maka kriteria tersebut harus memilki sifat-sifat berikut :

1) Minimum

Jumlah kriteria diusahakan optimal untuk memudahkan analisis.

2) Independent

(41)

3) Lengkap

Kriteria harus mencakup seluruh aspek penting dalam permasalahan.

4) Operasional

Kriteria harus dapat diukur dan dianalisis, baik secara kuantitatif maupun

kualitatif dan dapat dikomunikasikan.

b. Comperative Judgment

Prinsip ini berati membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen

pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan kriteria di atasnya. Penilaian

ini merupakan inti dari AHP, karena ia akan berpengaruh dalam menentukan

prioritas dari elemen-elemen yang ada sebagai dasar pengambilan kepurtusan.

Hasil dari penilaian ini disajikan dalam bentuk matriks yang dinamakan matriks

pairwise comparison.

Yang pertama dilakukan dalam menetapkan prioritas elemen-elemen dalam

suatu pengambilan keputusan adalah dengan membuat perbandingan berpasangan,

yaitu membandingkan berpasangan seluruh kriteria untuk setiap sub sistem hiraki.

Dalam perbandingan berpasangan ini, bentuk yang lebih disukai adalah matriks,

karena matriks merupakan alat yang sederhana yang biasa dipakai, serta memberi

kerangka untuk menguji konsistensi. Rancangan matrik ini mencerminkan dua

segi prioritas yaitu, mendominasi dan di dominasi.

Misalkan terdapat suatu sub sistem hirarki dengan kriteria C dan sejumlah n

alternatif, Ai sampai An. Perbandingan antar alternatif untuk sub sistem hirarki itu

dapat dibuat dalam bentuk matriks n x n, seperti pada tabel di bawah ini :

(42)

C A1 A2 A3 ... An

A1 a11 a12 a13 ... a1n

A2 a21 a22 a23 ... a2n

A3 a31 a32 a33 ... a3n

...

An an1 an2 an3 ... ann

Nilai a11 adalah nilai perbandingan elemen A1 (baris) terhadap A1 (kolom) yang

menyatakan hubungan :

a. Seberapa jauh tingkat kepentingan A1 (baris) terhadap kriteria C dibandingkan

dengan A1 (kolom) atau

b. Seberapa jauh dominasi A1 ( baris) terhadap A1 (kolom) atau

c. Seberapa banyak sifat kriteria C terhadap A1 (baris) dibandingkan dengan A1

(kolom).

Nilai numerik yang dikenakan untuk seluruh perbandingan diperoleh dari skala

perbandingan yang disebut Saaty pada tabel. Apabila bobot kriteria Ai dan Wi dan

bobot elemen Wj maka skala dasar 1-9 yang disusun Saaty mewakili

perbandingan (Wi/ Wj)/1. Angka-angka absolute pada skala tersebut merupakan

pendekatan yang amat baik terhadap perbandingan bobot elemen Ai terhadap

elemen Aj.

Tabel 3.3

Skala Penilaian perbandingan Skalatingkat

kepentingan

(43)

memihak satu elemen dibandingkan dengan pasangannya

5 Lebih penting Pengalaman dan penilaian sangat

memihak satu elemen dibandingkan dengan pasangannya

7 Sangat penting Satu elemen sangat disukai dan secara

praktis dominasinya sangat nyata dibandingkam dengan elemen pasangannya

9 Mutlak lebih penting Satu elemen terbukti lebih disukai

dibandingkan dengan pasangannya, pada tingkat keyakinan yang tertinggi

2,4,6,8 Nilai tengah Diberikan bila terdapat keraguan

penilaian antara dua penilaian yang berdekatan

Kebalikan Aij= 1/Aji Bila aktivitas i memperoleh suatu

angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila dibandingkan i Sumber: Thomas L. Saaty (1991)

Saaty menyusun angka-angka absolute sebagai skala penilaian berdasarkan

kemampuan manusia untuk menilai secara kualitatif, yaitu melalui ungkapan

sama, lemah, amat kuat, dan absolute atau ekstrim.

Penilaian yang dilakukan oleh banyak partisipan akan menghasilkan

pendapatan yang berbeda satu sama lain. AHP hanya memerlukan satu jawaban

untuk matriks perbandingan.

Jadi semua jawaban dari partisipan harus dirata-ratakan.Dalam hal ini Saaty

memberikan metode perataan dengan rata-rata geometrik atau geometric mean.

Rata-rata geometrik dipakai karena bilangan yang dirata-ratakan adalah deret

bilangan yang sifatnya rasio dan dapat mengurangi gangguan yang ditimbulkan

salah satu bilangan yang terlalu besar atau terlalu kecil.

Teori rata-rata geometrik menyatakan bahwa jika terdapat n partisipan yang

(44)

tersebut, masing-masing nilai harus dikalikan satu sama lain kemudian hasil

perkalian itu dipangkatkan dengan 1/n.

aij = (z1.z2.z3. ....zn)1/n

Dengan :

aij = Nilai rata-rata perbandingan berpasangan kriteria Ai dengan Aj untuk n partisipan Zi = Nilai perbandingan antara A1 dengan Ai untuk partisipan i, dengan nilai i = 1, 2, 3, ...., n n = Jumlah Partisipan

c. Synthesis of Priority

Dari setiap matriks Pairwise Comparison kemudian dicari eigenvector dari

setiap matriks Pairwise Comparison untuk mendapatkan local priority.Karena

matriks Pairwise Comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk

mendapatkan global priority harus dilakukan sintesis di antara local

priority.Prosedur melakukan sintesis berbeda menurut bentuk hirarki.Pengurutan

elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui presedur sintesis dinamakan

priority setting.

d. Logical Consistency

Salah satu asumsi utama model AHP yang membedakannya dengan

model-model pengambilan keputusan lain adalah tidak adanya syarat konsistensi mutlak.

Dengan model AHP yang memakai persepsi manusia sebagai inputnya maka

ketidakkonsistenan mungkin terjadi karena manusia memiliki keterbatasan dalam

menyatakan persepsinya secara konsisten terutama jika membandingkan banyak

kriteria. Berdasarkan kondisi ini maka manusia dapat menyatakan persepsinya

(45)

Pengukuran konsistensi dari suatu matriks itu sendiri didasarkan atas

eigenvalue maksimum.Dengan eigenvalue maksimum, inkonsistensi yang biasa

dihasilkan matriks perbandingan dapat di miniumkan.

Rumus dari indeks konsistensi adalah :

CI = (λmaks – n) ( n – 1 )

Dengan :

CI = indeks konsistensi

λmaks = eigenvalue maksimum

n = orde matrik

Dengan λ merupakan eigenvalue dan n ukuran matriks. Eigenvalue

maksimum suatu matriks tidak akan lebih kecil dari nilai n sehingga tidak

mungkin ada nilai CI negatif. Makin dekat eigenvalue maksimum dengan

besarnya matriks, makin konsisten matriks tersebut dan apabila sama besarnya

maka matriks tersebut konsisten 100% atau inkonsistensi 0%. Dalam pemakaian

sehari-hari CI tersebut biasa disebut indeks inkonsistensi karena rumus (2.2) di

atas memang lebih cocok untuk mengukur inkonsistensi suatu matriks.

Indeks inkonsistensi diatas kemudian diubah dalam bentuk rasio inkonsistensi

dengan cara membaginya dengan suatu indeks random. Indeks random

menyatakan rata-rata konsistensi dari matriks perbandingan berukuran 1 sampai

10 yang didapatkan dari suatu eksperimen oleh Oak Ridge National Laboratory

dan kemudian dilanjutkan oleh Wharton School.

Tabel 3.4

Pembangkit Random (RI)

N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

(46)

CR = Rasio konsistensi RI = Indeks random

Selanjutnya konsistensi responden dalam mengisi kuisioner diukur.Pengukuran

konsistensi ini dimaksudkan untuk melihat ketidak konsistensinan respon yang

diberikan responden. Sato dalam Chow and Luk (2005) telah menyusun nilai CR

(47)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Asahan

4.1.1 Kondisi Geografis dan Topografis

Kabupaten Asahan merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di

kawasan pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Asahan

berada pada 2030’00’’-3010’00’’ Lintang Utara, 99001-100000 Bujur Timur dengan

ketinggian 0 – 1000 m di atas permukaan laut.

Berdasarkan Keputusan DPRD-GR Tk. II Asahan No. 3/DPR-GR/1963

Tanggal 16 Februari 1963 diusulkan ibukota Kabupaten Asahan dipindahkan dari

Kotamadya Tanjung Balai ke kota Kisaran dengan alasan agar Kotamadya

Tanjung Balai lebih dapat mengembangkan diri dan juga letak kota Kisaran lebih

strategis untuk wilayah Asahan. Namun hal ini baru terealisasi pada tanggal20

Mei 1968 yang diperkuat dengan peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 1980,

Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor 28, Tambahan Negara Nomor 3166.

Kabupaten Asahan menempati area 379.939 Ha yang terdiri dari 25

Kecamatan, 204 Desa/Kelurahan Definitif.Wilayah Kabupaten Asahan berada

Kabupaten Labuhan Batu Utara dan Toba Samosir, di sebelah Barat berbatasan

dengan Kabupaten Simalungun dan di sebelah Timur berbatasan dengan Selat

Malaka.

4.1.2 Kondisi Demografis

Berdasarkan BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Asahan, jumlah

penduduk Kabupaten Asahan sebesar 681.794 jiwa dengan kepadatan penduduk

(48)

tangga. Sebagian besar penduduk bertempat tinggal di daerah perkotaan yaitu

sebesar 99.162 dan sisanya 62.621 rumah tangga tinggal di pedesaan. Setiap

rumah tangga rata-rata dihuni oleh sekitar 4 jiwa, sedangkan laju pertumbuhan

penduduk dari tahun 2012-2013 sebesar 0,58 persen.

Jumlah penduduk perempuan lebih sedikit dari penduduk laki-laki dengan

persentase sebesar 49,79 persen dengan rasio jenis kelamin sebesar 100,85 artinya

dari 100 penduduk penduduk perempuan terdapat 101 penduduk laki-laki.

Bila dilihat per kecamatan maka kecamatan Kisaran Timur merupakan

kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar dengan tingkat persebaran penduduk

sebesar 10,33 persen sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil

berada di Kecamatan Sei Kepayang Timur yaitu 1,29 persen. Untuk kecamatan

terpadat adalah kecamatan Kisaran Timur dengan kepadatan 1.809 jiwa per km2,

selanjutnya di susul oleh kecamatan Kisaran Barat dengan kepadatan kepadatan

1.171 jiwa per km2. Sedangkan yang terjarang adalah kecamatan Bandar Pulau.

Hal ini dapat dimaklumi karena Kecamatan Kisaran Barat dan Kisaran Timur

berada di ibukota Kabupaten Asahan.

Dari kelompok umur, persentase penduduk usia 0-14 tahun sebesar 32,38

persen, 15-64 tahun sebesar 63,44 persen dan usia 65 tahun ke atas sebesar 4,18

persen. Artinya jumlah penduduk usia produktif lebih besar dibandingkan

penduduk usia non produktif. Sedangkan bila dilihat, menurut agama yang di anut

(49)

Islam sebesar 607.655 jiwa (89,13%), Katolik sebesar 4.604 jiwa (0,68%),

Prostestan sebesar 62.416 jiwa (9,15%), Budha sebesar 7.004 jiwa (1,03%), dan

Hindu sebesar 109 jiwa (0,02%).

4.1.3 Kondisi Perekonomian Kabupaten Asahan

Asahan merupakan nama salah satu kabupaten yang ada di Sumatera Utara.

Dulunya kabupaten Asahan meliputi daerah kabupaten Batu Bara dan Pemko

Tanjungbalai dan kabupaten Asahan sendiri. Namun dengan seiringnya

berjalannya waktu, daerah ini dimekarkan menjadi dua kabupaten dan satu

pemerintahan kota.

Daerah komersil dan pusat perekonomian serta pusat pemerintahan berada

di wilayah kecamatan Kisaran Barat dan Kisaran Timur. Sedangkan kawasan

pusat pertanian berada dimana kecamatan Rawang Panca Arga merupakan pusat

penghasil padi terbesar, lalu di ikuti oleh Bandar Pasir Mandoge penghasil jagung.

Sedangkan kawasan perikanan berpusat di Silau Laut dan Air Joman. Untuk

kawasan perusahaan perindustrian skala besar/sedang berada di kecamatan Silau

Laut, dan Kisaran Barat merupakan kawasan perindustrian skala kecil/rumah

tangga. Karena di kecamatan Kisaran Barat terkenal dengan usaha pembuatan

sepatu (Bunut).

Secara umum ada empat empat sektor yang cukup dominan dalam

pembentukan total PDRB Kabupaten Asahan. Sektor pertanian yang memberikan

kontribusi paling besar 36,18%, sektor industri memberikan kontribusi 29,86%,

lalu di ikuti dengan sektor perdagangan, jasa dan hotel sebesar 16,16 dan dari

(50)

Kabupaten Asahan merupakan salah satu tempat transit bagi orang yang ingin

menuju ke Tanjungbalai dan Labuhan Batu. Sarana transportasi di dalam

Kabupaten Asahan adalah becak mesin dan mobil angkutan umum. Untuk sarana

transportasi ke luar kota selain jalur darat menggunakan Bus atau yang lainnya

dapat menggunakan kereta api. Kisaran merupakan ibukota Kabupaten Asahan

yang merupakan jalur lalu lintas Medan – Tanjungbalai dan Medan-Rantau

Prapat. Jalan merupakan saran yang sangat penting untuk memperlancar dan

mendorong roda perekonomian. Sarana jalan yang baik dapat meningktkan

mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari suatu daerah ke

daerah yang lain. Kondisi jalan yang ada di kabupaten Asahan kondisinya masih

rusak, terutama untuk jalam kabupaten. Sampai dengan tahun 2013, prasarana

panjang jalan di Kabupaten Asahan menurut jenis permukaan terdiri dari :

• Hotmix : 178,08

•Aspal : 200,70

•Kerikil : 160,09

•Batu : 360,43

•Tanah : 453,94

4.2 Profil Responden

Berdasarkan hasil tabulasi terhadap 30 responden yang menjadi sampel

dalam peneltian ini. Responden berjenis kelamin pria berjumlah 17 orang dengan

(51)

Gambar 4.1

Persentase Jenis Kelamin Responden

Sementara itu untuk tingkat pendidikan, pada umumnya responden

tamatan D3/S1/S2 sebesar 50% dengan jumlah 15 responden dan selanjutnya di

ikuti oleh tamatan SMA/Sederajat sebesar 47% dengan jumlah responden sebesar

14 orang, lalu di ikuti dengan responden dengan tamatan SD/Sederajat berjumlah

1 responden dengan bobot sebesar 3%.

Gambar 4.2

Tingkat Pendidikan Responden

Sedangkan responden yang paling banyak diwawancarai berusia 20-30

tahun berkisar 46% dengan jumlah responden sebanyak 14 orang. Kemudian

diikuti oleh usia 41-50 berkisar sebesar 33% dengan jumlah responden sebanyak

pria 57% wanita

43%

0 5 10 15 20

Tamat SD atau Sederajat Tamat SMP atau Sederajat Tamat SMA atau Sederajat Sarjana Muda/D3/atau lebih

(52)

diatas 50 tahun dengan bobot masing-masing sebesar 7% dengan jumlah

responden 2 orang. Untuk lebih jelasnya, karakteristik responden dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.1.

Karakteristik Responden

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1 Pria 17 57%

2 Wanita 13 43%

No Usia (Tahun) Jumlah Persentase

1 <20 2 7%

2 20-30 14 46%

3 31-40 10 33%

4 41-50 2 7%

5 >50 2 7%

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

1 SD/Sederajat 1 3%

2 SMP/Sederajat

3 SMA/Sederajat 14 47%

4 D3/S1/S2 15 50%

Sumber : Data Primer Diolah

4.3 Pembobotan dan Pemeringkatan Faktor Daya Saing Ekonomi

Daya saing ekonomi daerah merupakan representasi dari dari kinerja

indikator-indikator pembentuknya. Semakin baik kinerja indikator-indikator

pembentuknya, maka akan semakin tinggi daya saing ekonomi suatu daerah.

Sebaliknya, apabila kinerja indikator-indikator pembentuk daya saing ekonomi

tersebut rendah, maka daya saing ekonomi daerah tersebut juga rendah.Untuk

melihat daya saing ekonomi Kabupaten Asahan, maka terlebih dahulu ditentukan

(53)

menggunakanmetode Analytic Hierarchy Proccess (AHP) dengan bantuan

Software yaitu Expert Choice.

Pembobotan ini digunakan sebagai dasar untuk menentukan faktor-faktor

yang menentukan daya saing ekonomi Kabupaten Asahan tahun 2014.Bobot yang

lebih besar dari suatu faktor menunjukkan bahwa faktor tersebut lebih penting

dibandingkat dengan faktor lainnya dalam menentukan daya saing ekonomi

Kabupaten Asahan.Berikut ini hasil pembobotan dari faktor-faktor penentu daya

saing ekonomi Kabupaten Asahan seperti yang dapat dilihat pada gambar di

bawah ini.

Gambar 4.3

(54)

Hasil diatas menunjukkan bahwa faktor penentu daya saing ekonomi

Kabupaten Asahan tahun 2014 adalah faktor perekonomian daerah yang memiliki

bobot paling besar yaitu 0,260. Kemudian di ikuti oleh infrastruktur fisik 0,252.

Lalu di ikuti dengan faktor kelembagaan sebesar 0,177, faktor tenaga kerja dan

produktivitas sebesar 0,167, dan faktor sosial politik yang memiliki bobot

terendah yaitu 0,144.

Dari hasil pembobotan tersebut, tanggapan responden terhadap faktor

penentu daya saing ekonomi Kabupaten Asahan dipengaruhi oleh lima faktor,

dimana faktor perekonomian daerah, faktor infrastruktur, faktor kelembagaan

merupakan faktor yang lebih memiliki pengaruh lebih besar dibandingkan faktor

tenaga kerja dan produktivitas, dan faktor sosial politik. Faktor Perekonomian

Daerah di anggap paling penting hal ini dikarenakan Perekonomian daerah

merupakan ukuran kinerja secara umum dari perekonomian makro (daerah) yang

meliputi penciptaan nilai tambah, akumulsi kapital, tingkat konsumsi, kinerja

sektoral perekonomian, serta biaya hidup. Berikut akan dijelaskan masing-masing

faktor penentu daya saing ekonomi Kabupaten Asahan berdasarkan

(55)

Gambar 4.4

Persentase Faktor Penentu Daya Saing Ekonomi Kabupaten Asahan 4. 3. 1 Faktor Perekonomian Daerah

Faktor perekonomian daerah berisi variabel potensi ekonomi dan variabel

struktur ekonomi yang merupakan hal yang penting dalam mendukung daya saing

ekonomi suatu daerah. Semakin baik tingkat perekonomian suatu daerah, maka

daya saing daerah tersebut akan semakin tinggi.

Variabel potensi ekonomi memiliki bobot sebesar 0,70 atau 70% dari

keseluruhan bobot faktor perekonomian daerah. Sedangkan Variabel stuktur

ekonomi memiliki bobot sebesar 0,30 atau 30% dari keseluruhan bobot faktor

perekonomian daerah. Persentase dari masing-masing variabel indikator

perekonomian daerah dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

18%

14%

26% 17%

25%

Kelembagaan Sosial Politik

Perekonomian Daerah Tenaga Kerja dan Produktivitas

(56)

Gambar 4.5

Persentase Variabel Faktor Perekonomian Daerah

Dari tanggapan responden, variabel potensi ekonomi dianggap lebih

penting dan yang menjadi prioritas dalam indikator perekonomian daerah dalam

menentukan daya saing ekonomi Kabupaten Asahan.

Dari hasil wawancara persepsi masyarakat dalam variabel potensi

ekonomi, rata-rata 70,5% responden menyatakan setuju bahwa tingkat daya beli

masyarakat cenderung meningkat, perkembangan kondisi ekonomi semakin baik,

kemudian kondisi harga barang dan jasa relatif stabil dan terjangkau masyarakat

ditambah dengan tingkat kesejahteraan masyarakat cenderung semakin membaik.

Tetapi, 29,5% responden menyatakan tidak setuju dengan pernyataan diatas.

Sedangkan dalam variabel struktur ekonomi, 71% responden menyatakan

setuju bahwa nilai tambah atau kontribusi sektor primer semakin meningkat, nilai

tambah atau kontribusi sektor sekunder semakin meningkat, dan nilai tambah atau

kontribusi sektor tersier semakin meningkat. Sementara 26% responden

menyatakan kurang setuju, dan bahkan 3% responden menyatakan kurang setuju

Potensi Ekonomi

70%

Struktur Ekonomi

(57)

Berdasarkan hasil analisis dan wawacara persepsi para responden, variabel

struktur ekonomi dapat dikatakan semakin membaik, dan nilai tambah atau

kontribusi sektor primer, sekunder, dan tersier cenderung semakin

meningkat.Namun potensi ekonomi diharapkan dapat menjadi lebih baik lagi

sehingga dapat meningkatkan daya saing ekonomi.

4. 3. 2 Faktor Infrastruktur Fisik

Infrastruktur fisik merupakan faktor pendukung bagi kelancaran kegiatan

usaha.Ketersediaan dan kualitas infrastruktur fisik sangat mempengaruhi

kelancaran dunia usaha di suatu daerah. Semakin besar skala suatu usaha, maka

kebutuhan akan ketersediaan infrastruktur fisik juga akan semakin besar.

Faktor infrastruktur fisik yang terdiri dari dua variabel yaitu ketersediaan

infrastruktur fisik dan kualitas infrastruktur.Variabel ketersediaan infrastruktur

fisik memiliki bobot sebesar 0,372 atau 37% dari keseluruhan bobot faktor

infrastruktur fisik.Sedangkan variabel kualitas infrastruktur fisik memiliki bobot

sebesar 0,628 atau 63% dari keseluruhan bobot faktor infrastruktur

fisik.Persentase bobot dari masing-masing variabel faktor infrastruktur fisik dapat

(58)

Gambar 4.6

Persentase Variabel Faktor Infrastruktur Fisik

Menurut tanggapan responden menunjukkan bahwa kualitas infrastruktur

fisik lebih menjadi prioritas dalam faktor infrastruktur fisik.Hasil pembobotan ini

didukung oleh hasil wawancara terhadap responden yang menunjukkan bahwa

dalam variabel ketersediaan infrastruktur fisik, 73% responden menyatakan setuju

terdahap ketersediaan jalan yang sudah memadai.Hanya sekitar 17% responden

yang menyatakan tidak setuju bahwa ketersediaan jalan sudah memadai.10%

responden menyatakan kurang setuju kalau ketersediaan jalan sudah baik.Begitu

juga dengan ketersedian pelabuhan laut yang sudah memadai.Hanya 20%

responden yang menyatakan setuju kalau ketersediaan pelabuhan laut sudah

memadai27% responden menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan ini.

Sedangkan 53% menyatakan sangat tidak setuju bahwa ketersediaan pelabuhan

laut sudah memadai. Sedangkan untuk ketersediaan pelabuhan udara, 43%

Ketersediaan Infrastruktur

37% Kualitas

(59)

Kabupaten Asahan sudah memadai.37% responden menyatakan tidak setuju, dan

hanya 20% responden yang menyatakan setuju bahwa ketersediaan pelabuhan

udara sudah memadai.Untuk pelabuhan udara sendiri, Kabupaten Asahan tidak

memiliki pelabuhan udara.Oleh karena itu sebagian besar responden menyatakan

ketidaksetujuannya terhadap pernyataan tersebut.Kemudian untuk ketersediaan

saluran telepon, 70% responden setuju kalau ketersedian saluran telepon sudah

memadai.Hanya 7% responden yang menyatakan tidak setuju, dan 3% responden

menyatakan kurang setuju.

Dalam variabel kualitas infrastruktur fisik, 74% responden menyatakan

setuju terhadap kualitas jalan sudah yang baik. 13% responden menyatakan

kurang setuju.Hanya 13% responden yang menyatakan tidak setuju kualitas jalan

di Kabupaten Asahan sudah baik.Untuk akses dan kualitas pelabuhan laut yang

sudah baik, 33% responden menyatakan sangat tidak setuju bahwa akses dan

kualitas pelabuhan laut sudah baik.27% responden menyatakan kurang setuju.Dan

hanya 20% responden yang menyatakan setuju.Sedangkan untuk akses dan

kualitas pelabuhan udara yang sudah baik, 37% responden menyatakan sangat

tidak setuju.20% responden menyatakan kurang setuju, dan hanya 23% responden

yang menyatakan setuju.Sedangkan untuk kualitas saluran dan sambungan telepon

yang sudah baik, 80% responden menyatakan setuju bahwa kualitas saluran dan

sambungan telepon sudah baik.Dan hanya 6% responden yang menyatakan

kurang setuju.

Berdasarkan analisis menunjukkan bahwa kualitas dan ketersediaan

Gambar

Tabel 1.1 Peringkat Penilaian Menurut Indikator di Kabupaten Asahan
Tabel 1.2  10 Peringkat Daya Saing Kabupaten/Kotadi Sumatera Utara
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Tabel 3.1 Jumlah Sampel Berdasarkan Kelompok Masyarakat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah kapasitas tertinggi mesin pembubuk kopi tipe disk-mill adalah 52 kg/jam dengan bahan yang diumpankan adalah biji ukuran kecil

Makalah pada Temu Ilmiah dan Kongres Nasio nal I Divisi Administrasi Pendidikan ISPI di Bukit-. Udik Budi Hibow (Pengelolaan SD: Studi

Dengan diagnosa ketiga outcomenya yaitu : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan tidak terjadi kerusakan integritas jaringan, dengan

Oleh karena itu perlu dilakukan upaya agar tercipta keseimbangan energi yang baik.Energi alternatif adalah solusi untuk meningkatkan peran energi terbarukan dalam

[r]

The experiences from recent disaster events showed that detailed information derived from high-resolution satellite images could accommodate the requirements from

PENGUMUMAN HASIL PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN LATIHAN GURU (PLPG)

© 2011 Bali Botanic Garden, Indonesian Institute of Sciences, Baturiti, Tabanan, Bali, Indonesia – 82191 available at http://www.krbali.lipi.go.id. Pteris biaurita Pteris biaurita