SKRIPSI
ANALISIS DAYA SAING EKONOMI KABUPATEN ASAHAN
OLEH
Wira Pratiwi WH 110501053
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya saing ekonomi yang ada di Kabupaten Asahan pada tahun 2014, dengan menggunakan metode Analisis Hierarki Proses (AHP). Penentuan sampel dilakukan dengan metode Purposive Sampling melalui wawancara langsung terhadap 30 responden. Yang terdiri dari mahasiswa, pengusaha, perbankan, non perbankan, tokoh masyarakat dan staf pengajar.
Hasil uji AHP (Analisis Hierarki Proses) dengan software Expert Choice menunjukkan bahwa terdapat tiga faktor penentu daya saing yang memiliki pengaruh besar yaitu faktor perekonomian daerah, faktor infrastuktur fisik, dan faktor kelembagaan. Prioritas utama untuk faktor perekonomian daerah yaitu permasalahan kesejahteraan masyarakat. Untuk faktor infrastruktur fisik menunjukkan bahwa ketersediaan infrastruktur sudah memadai namun diperlukan adanya perawatan terhadap infrastruktur yang ada. Sementara di sektor kelembagaan kinerja dan pelayanan serta kemudahan yang di berikan para aparatur memberikan dampak yang cukup besar terhadap upaya peningkatan daya saing ekonomi Kabupaten Asahan.
ABSTRACT
This research to purpose for find out economic competitiveness of Asahan Regency in 2014, with use Analytical Hierarchy Process (AHP). Act of determine of this sample use purposive sampling method. Interpretation data did by means of interviewing 30 repondents to consist from University student, enterpreneur, personage banking, persouage society and lecture.
The result test AHP (Analytical Hierarchy Process) with use software Expert Choice to showing that, be found three factors determines economics competitiveness which have a big effect that is economics matters, infratructure factor, and institution factor. The first priority for territory economy is society prosperity problem. For indicate physical infrastructure that, availability infrastructure to past enaugh. However, need to existance treartment tob available infrastructure. While in sector institutions performance and sevice with ease from apparatus to giving big impact to increase eforts economic competitiveness a Asahan Regency.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas kasih dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi berjudul
“ Analisis daya saing ekonomi Kabupaten Asahan”.
Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi di
Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara dan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi.Tentunya dalam
penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, maka penulis dengan
terbuka mengharapkan masukan dari berbagai pihak.
Dalam kesempatan ini, penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini
dan juga penyelesaian studi penulis, terutama kepada :
1. Kepada kedua orang tua tercinta Kompol Waimin Harsono dan AKP
Ragawati Sry Purnama Simbolon, atas kasih dan sayangnya serta dukungan
baik dana maupun semangat. Tidak lupa kepada kakak saya Chairunisah WH
yang selalu memberikan semangat.
2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum SE, M.Ec.Ac,Ak,CA selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen Ekonomi
PembangunanFakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan
Nasution, M.Si selaku Sekertaris Departemen Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc., Ph.D, selaku Ketua Program Studi S1
Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera
Utara.
5. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku sekretaris prodi S1 Ekonomi
Pembangunan dan dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan
waktunya dan memberi masukan dari awal sehingga terselesaikannya skripsi
ini.
6. Bapak Haroni Doli Hamoraon Ritonga, SE, M.Si selaku dosen wali dan dosen
penguji saya yang telah banyak memberikan dukungan dan masukan berupa
saran dan kritik.
7. Seluruh staf pengajar dan staf pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara, terutama Departemen Ekonomi Pembangunan.
8. Kepada semua teman-teman seperjuanganku di fakultas dan juga kepada
berbagai pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu, terima
kasih atas dukungannya selama ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga hasil penelitian skripsi ini dapat
bermanfaat bagi banyak pihak, termasuk bagi penulis sendiri.
Medan, Januari 2015
Penulis,
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. ... 1
2.1.2 Cara Menentukan Daya Saing... 7
2.2 Konsep Daya Saing Daerah ... 8
3.3 Batasan dan Definisi Operasional... 19
3.4 Penentuan Populasi dan Sampel ... 20
3.5 Metode Pengambilan Sampel ... 22
3.6 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 22
3.7 Metode Analisis Data ... 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Asahan... 35
4.1.1 Kondisi Geografis dan Topografis... 35
4.1.2 Kondisi Demografis... 35
4.1.3 Kondisi Perekonomian... 37
4.2 Profil Responden... 38
4.3.4 Faktor Tenaga Kerja dan Produktivitas... 52
4.3.5 Faktor Sosial Politik... 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 58
5.2 Saran ... 59
DAFTAR PUSTAKA... 61
DAFTAR GAMBAR
No.Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ... 18
4.1 Persentase Jenis Kelamin Responden... 39
4.2 Tingkat Pendidikan Responden... 39
4.3 Nilai Bobot dan Faktor Penentu Daya Saing Ekonomi... 41
4.4 Persentase Faktor Penentu Daya Saing Ekonomi... 43
4.5 Persentase Variabel Perekonomian Daerah... 44
4.6 Persentase Variabel Infrastuktur Fisik... 46
4.7 Persentase Variabel Kelembagaan... 49
4.8 Persentase Variabel Tenaga Kerja dan Produktivitas... 53
DAFTAR TABEL
No.Tabel Judul Halaman
1.1 Peringkat Penilaian Menurut Indikator Utama ... 2
1.2 10 Peringkat Daya Saing Kabupaten/Kota ... 3
3.1 Jumlah Sampel Berdasarkan Kelompok Masyarakat ... 21
3.2 Matriks Perbandingan Berpasangan ... 30
3.3 Skala Penilaian Perbandingan ... 31
3.4 Pembangkit Random ... 34
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya saing ekonomi yang ada di Kabupaten Asahan pada tahun 2014, dengan menggunakan metode Analisis Hierarki Proses (AHP). Penentuan sampel dilakukan dengan metode Purposive Sampling melalui wawancara langsung terhadap 30 responden. Yang terdiri dari mahasiswa, pengusaha, perbankan, non perbankan, tokoh masyarakat dan staf pengajar.
Hasil uji AHP (Analisis Hierarki Proses) dengan software Expert Choice menunjukkan bahwa terdapat tiga faktor penentu daya saing yang memiliki pengaruh besar yaitu faktor perekonomian daerah, faktor infrastuktur fisik, dan faktor kelembagaan. Prioritas utama untuk faktor perekonomian daerah yaitu permasalahan kesejahteraan masyarakat. Untuk faktor infrastruktur fisik menunjukkan bahwa ketersediaan infrastruktur sudah memadai namun diperlukan adanya perawatan terhadap infrastruktur yang ada. Sementara di sektor kelembagaan kinerja dan pelayanan serta kemudahan yang di berikan para aparatur memberikan dampak yang cukup besar terhadap upaya peningkatan daya saing ekonomi Kabupaten Asahan.
ABSTRACT
This research to purpose for find out economic competitiveness of Asahan Regency in 2014, with use Analytical Hierarchy Process (AHP). Act of determine of this sample use purposive sampling method. Interpretation data did by means of interviewing 30 repondents to consist from University student, enterpreneur, personage banking, persouage society and lecture.
The result test AHP (Analytical Hierarchy Process) with use software Expert Choice to showing that, be found three factors determines economics competitiveness which have a big effect that is economics matters, infratructure factor, and institution factor. The first priority for territory economy is society prosperity problem. For indicate physical infrastructure that, availability infrastructure to past enaugh. However, need to existance treartment tob available infrastructure. While in sector institutions performance and sevice with ease from apparatus to giving big impact to increase eforts economic competitiveness a Asahan Regency.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut laporan World Economic Forum (WEF) dalam Global Competitivenes
Report tahun 2010 – 2011 (World Economic Forum, 2011) menunjukan bahwa posisi daya saing Indonesia berada diperingkat ke-44 dari 139 negara yang
disurvei.Meski menunjukan kenaikan peringkat dari tahun-tahun sebelumnya,
Indonesia dinilai masih tetap menduduki posisi daya saing terendah dibandingkan
negara-negara Asia lainnya.
Daya saing suatu ekonomi daerah menjadi topik yang menarik untuk dicermati
karena globalisasi mengakibatkan persaingan dalam memperebutkan faktor-faktor
produksi yang semakin meningkat tajam dan tidak lagi dibatasi oleh batas
geografis.
Dari hasil WEF tersebut, masih lemahnya posisi daya saing Indonesia
dibandingkan dengan negara-negara lainnya, khususnya dengan negara-negara di
kawasan Asia, terutama terkait dengan masalah infrastruktur, ketidakefesienan
birokrasi dan ketidakstabilan penentuan kebijakan. Tingkat persaingan antar
negara dari waktu ke waktu semakin tinggi sebagai dampak dari munculnya
fenomena Globalisasi ekonomi. Globalisasi ini mencerminkan tantangan sekaligus
kesempatan, dimana semakin tinggi tingkat persaingan antar negara ini tidak
hanya akan berdampak pada perekonomian Indonesia secara keseluruhan, tetapi
juga akan berdampak langsung pada perekonomian daerah, terlebih lagi setelah
Proses pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, kewenangan yang
sangat besar telah diberikan kepada pemerintah daerah. Kondisi ini telah banyak
membuka kesempatan emas bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan
kemakmuran masyarakat melalui inovasi, peningkatan transparansi dan
akuntabilitasi.Serta menciptakan tata kelola ekonomi daerah yang lebih kompetitif
dan berdaya saing tinggi. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi
masyarakatnya dan dengan menggunakan sumber daya yang ada harus mampu
menaksir potensi sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan
membangun perekonomian daerah (Arsyad, 1999). Sehingga tata kelola
ekonomi yang baik merupakan salah satu faktor penting yang dapat dipercaya
dapat menciptakan iklim usaha yang sehat dan mampu meningkatkan daya saing
ekonomi daerah.
Tabel 1.1
Peringkat Penilaian Menurut Indikator di Kabupaten Asahan Peringkat Menurut Indikator Utama
INPUT 114
I Perekonomian Daerah 64
II SDM dan Ketenagakerjaan 107
III Lingkungan Usaha Produktif 407
IV Infrastruktur, SDA, dan Lingkungan 63
V Perbankan dan Lembaga Keuangan 200
OUTPUT 51
I Produktivitas Tenaga Kerja 46
II PDRB Perkapita 57
III Tingkat Kesempatan Kerja 281
Tabel 1.1 merupakan hasil penelitian PPSK Bank Indonesia dan LP3E
pelayanan dan sistem perbankan dan lembaga keuangan. Dengan demikian
dengan memperbaiki sistem dan pelayanan ini memberikan sambutan baik dari
masyarakat untuk dapat lebih produktif di dalam lingkungan usaha. Karena di
harapkan dengan memiliki lingkungan usaha yang lebih produktif dapat
memperluas ataupun meningkatkan kesempatan kerja. Dengan kesinambungan ini
diharapkan dapat memperbaiki kondisi di Kabupaten Asahan.
Kabupaten Asahan merupakan salah satu kabupaten yang terletak di kawasan
Pantai Timur Sumatera Utara.Wilayah ini memiliki potensi sumber daya yang
sangat besar mulai dari perkebunan, peternakan, perikanan, hidroenergi, wisata
alam, hingga industri. Namun kurangnya fokus kerja pemerintah dalam
pengembangan sektor unggulan mengakibatkan perekonomian Kabupaten Asahan
semakin tahun semakin menurun (Hutasoit, 2013).
Tabel 1.2
10 Peringkat Daya Saing Kabupaten/Kotadi Sumatera Utara NO Nama Kabupaten/Kota Peringkat
1 Kota Medan 23
10 Kabupaten Samosir 146
Dari tabel 1.2 yang merupakan hasil penelitian PPSK Bank Indonesia dan
LP3E FE-UNPAD (2008) menunjukkan bahwa Kabupaten Asahan jika di nilai
peringkat wilayah Kabupaten/Kota yang ada di Sumatera Utara, Kabupaten
Asahan berada di bawah peringkat Kota Medan dan Kabupaten Labuhan Batu.
Dengan di latar belakangi ini, menunjukkan bahwa betapa pentingnya
kemampuan daerah dalam meningkatkan daya saing daerah sebagai penentu
keberhasilan pembangunan daerah. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
mengkaji dalam bentuk skripsi yang berjudul “Analisis Daya Saing Ekonomi
Kabupaten Asahan”.
1.2 Perumusan Masalah
Masalah adalah bagian pokok dari kegiatan penelitian (Arikunto, 1998:47)
Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang
menjadi dasar penelitian ini adalah :
a. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penentu daya saing ekonomi di Kabupaten
Asahan ?
b. Faktor mana yang memiliki pengaruh besar dalam penentuan daya saing
ekonomi di Kabupaten Asahan ?
1.3Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi penentu daya saing ekonomi
di Kabupaten Asahan.
b. Untuk mengetahui faktormana yang memiliki pengaruh besar dalam penentuan
a. Sebagai tambahan pengetahuan untuk penulis agar lebih mengetahui tentang
daya saing.
b. Memudahkan Pemerintah Kabupaten Asahan untuk membuat perencanaan
kebijakan dalam mengembangkan perekonomian berdasarkan daya saing
ekonomi setiap daerah.
c. Sebagai bahan informasi untuk dipertimbangkan oleh Pemerintah Kabupaten
Asahan tentang daerah yang potensial.
d. Menambah refrensi tentang daya saing ekonomi suatu daerah untuk digunakan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Daya Saing
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 tentang
standar proses, mendefenisikan daya saing adalah kemampuan untuk
menunjukkan hasil yang lebih baik, lebih cepat atau lebihbermakna. Kemampuan
yang dimaksud adalah (1) kemampuan memperkokoh pangsa pasarnya, (2)
kemampuan menghubungkan dengan lingkungannya, (3) kemampuan
meningkatkan kinerja tanpa henti, (4) kemampuan menegakkan posisi yang
menguntungkan.
Daya saing adalah kemampuan perusahaan, industri, daerah, negara, atau
antar daerah menghasilkan faktor pendapatan dan faktor pekerjaan yang relatif
tinggi dan berkesinambungan untuk menghadapi persaingan internasional. Oleh
karena itu dalam konteks kabupaten/kota sebagai sebuah organisasi, daya saing
diartikan sebagai kemampuan kabupaten/kota untuk mengembangkan kemampuan
ekonomi sosial wilayahnya guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
wilayahnya.
Persoalan penciptaan daya saing di Indonesia khususnya di Kabupaten
Asahan bukanlah persoalan mudah. Berbagai hambatan yang dihadapi bukanlah
permasalahan di tataran satu sektor saja, akan tetapi bersifat sangat multi dimensi.
rendah dan pertumbuhan ekspor lebih rendah dari impor. Kemampuan penguasaan
iptek yang masih lemah juga tidak mendukung daya saing perekonomian.
2.1.1 Teori Daya Saing
Menurut Porter (1995) dapat di defenisikan sebagai kemampuan usaha suatu
perusahaan dalam industri untuk menghadapi berbagai lingkungan yang di hadapi.
Daya saing ditentukan oleh keunggulan bersaing suatu perusahaan dan sangat
bergantung pada tingkat sumber daya relatif yang dimilikinya atau biasa kita sebut
keunggulan kompetitif. Selanjutnya, Porter menjelaskan pentingnya daya saing
karena tiga hal berikut : (1) mendorong produktivitas dan meningkatkan
kemampuan mandiri, (2) dapat meningkatkan kapasitas ekonomi, baik dalam
konteks regional ekonomi maupun kuantitas pelaku ekonomi sehingga
pertumbuhan ekonomi meningkat, (3) kepercayaan bahwa mekanisme pasar lebih
menciptakan efisiensi.
2.1.2 Cara Menetukan Daya Saing
Berbagai cara dapat dilakukan untuk menentukan daya saing, antara lain :
1. Harga yang murah
Harga murah artinya tidak sekedar murah, namun tetap mempertahankan
kualitas. Kualitas sama tapi harga yang lebih murah tentu saja lebih
menguntungkan kosumen. Akan lebih baik lagi bila harga murah tetapi
mampu memberikan kualitas yang lebih baik dibandingkan pesaing.
Umumnya perusahaan yang menawarkan produk yang lebih murah adalah
perusahaan yang umumnya dapat melakukan efisinsi. Dalam istilah Michael
Dengan efisiensi ini, perusahaan memperoleh margin yang sama atau lebih
besar meskipun menetapkan harga yang murah karena biaya yang lebih
kecil.
2. Diferensiasi
Melakukan diferensiasi berarti bahwa menawarkan atau melakukan hal yang
berbeda dibandingkan dengan pesaing. Sesuatu yang di tawarkan berbeda,
akan memberikan perhatian bagi konsumen. Berbeda, maksudnya bukan
hanya sekedar berbeda, misalnya berbeda hanya dalam kemasan, tetapi
perbedaan tersebut haruslah unik, atau bisa memberikan nilai tambah yang
tidak bisa diberikan produk pesaing.
3. Pelayanan
Pelayanan juga dapat dijadikan suatu keunggulan kompetitif bagi perusahaan.
Perusahaan yang dapat memberikan service excellence dapat memuaskan
pelanggan dan meningkatkan loyalitas pelanggan. Perusahaan-perusahaan
bersaing terutama dalam memanjakan pelanggannya, yaitu dengan
memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggannya.
2.2 Konsep Daya Saing Daerah
Daya saing daerah menjadi salah satu isu utama dalam pembangunan
daerah. Konsep daya saing umumnya dikaitkan dengan kemampuan suatu
perusahaan, kota, daerah, wilayah atau negara dalam mempertahankan atau
meningkatkan keunggulan kompetitif secara berkelanjutan (Porter, 2000).
mendefenisikan daya saing daerah sebagai kemampuan suatu daerah dalam
menghasilkan pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi dengan tetap terbuka
terhadap persaingan domestik maupun internasional. Center For Urban and
Regional Studies (CURDS) mendefenisikan daya saing daerah sebagai kemampuan sektor bisnis atau perusahaan dalam suatu daerah dalam
menghasilkan pendapatan yang tinggi serta tingkat kekayaan yang lebih merata
untuk penduduknya.
Persaingan yang semakin tajam menuntut pemerintah daerah untuk
menyiapkan daerahnya sedemikian rupa sehingga mampu menarik investasi,
orang dan industri.Keberhasilan daerah untuk meningkatkan daya tariknya
terhadap investasi tergantung dari kemampuan daerah dalam merumuskan
kebijakan yang berkaitan dengan investasi (Kuncoro dan Anggi, 2005).Selain itu,
kemampuan daerah untuk menentukan faktor-faktor yang dapat digunakan
sebagai alat ukur daya saing perekonomian daerah relatif terhadap daerah lainnya
juga penting terkait dengan pengembangan sumber daya manusia dan infrastruktur
fisik sebagai upaya untuk meningkatkan daya tariknya dan memenangkan daya
saing global (KPPOD, 2003).
Sedangkan Huggins (2003) dalam publikasi “UKCompetitiveness Index”
mendefenisikan daya saing daerah sebagai kemampuan perekonomian untuk
menarik dan mempertahankan perusahaan-perusahaan dengan kondisi yang stabil
atau dengan pangsa pasar yang meningkatkan dalam aktivitasnya, dengan tetap
mempertahankan atau meningkatkan standar kehidupan bagi semua yang terlibat
BI) menggunakan defenisi daya saing daerah dalam penelitiannya sebagai
kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai pertumbuhan tingkat
kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan
domestik dan internasional.
2.3 Indikator Utama Daya Saing Ekonomi Daerah
Penentuan indikator utama daya saing ekonomi daerah merupakan bagian
terpenting dalam analisis daya saing ekonomi daerah. Pemahaman indikator
utama daya saing ekonomi daerah yang terbatas dan tidak secara komprehensif
menjadikan tidak adanya keseragaman pemahaman yang benar olehstakeholders
ditingkat pemerintahan daerah dan pada gilirannya akan dapat menyebabkan
adanya perbedaan analisis dan kesimpulan terhadap tingkat daya saing yang
dimiliki oleh suatu daerah.
Keunggulan daya saing suatu daerah ditentukan oleh 4 faktor pokok dan 2
faktor penunjang (Porter, 1990).Empat faktor pokok yang dimaksud adalah faktor
produksi (factor condition), kondisi permintaan pasar (demand condition),
industri-industri terkait dan industri-industri pendukung (relatied and supporting
industries) serta strategi perusahaan, sturktur dan persaingan (firm strategy, stucture and rivalary).Sedangkan faktor penunjangnya adalah peluang (chance) dan peranan pemerintah (role of government).
Penelitian yang dilakukan PPSK BI dan UNPAD (2008) menggunakan 9
indikator utama penentu daya saing ekonomi daerah , yang meliputi :
Perekonomian daerah merupakan ukuran knerja secara umum dari
perekonomian makro (daerah) yang meliputi penciptaan nilai tambah, akumulsi
kapital, tingkat konsumsi, kinerja sektoral perekonomian, serta biaya hidup.
Indikator kinerja ekonomi makro mempengaruhi daya saing daerah melalui
prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Nilai tambah merefleksikan produktivitas perekonomian setidaknya dalam
jangka pendek.
2. Akumulasi modal mutlak di perlukan untuk meningkatkan daya saing dalam
jangka panjang.
3. Kemakmuran suatu daerah mencerminkan kinerja ekonomi di masa lalu.
4. Kompetisi yang di dorong mekanisme pasar akan meningkatkan kinerja
ekonomi suatu daerah. Semakin ketat kompetisi pada suatu perekonomian
daerah, maka akan semakin kompetitif perusahaan yang akan bersaing secara
internasional maupun domestik.
2. Keterbukaan
Keterbukaan merupakan ukuran seberapa jauh perekonomian suatu daerah
berhubungan dengan daerah lain yang tercermin dari perdagangan daerah tersebut
dengan daerah lain dalam cakupan nasional maupun internasional. Indikator ini
menentukan daya saing melalui prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Keberhasilan suatu daerah dalam perdagangan internasional merefleksikan
daya saing perekonomian daerah tersebut.
2. Keterbukaan suatu daerah baik dalam perdagangan domestik maupun
3. Investasi internasional mengalokasikan sumber daya secara lebih efisien ke
seluruh penjuru dunia.
4. Daya saing yang di dorong oleh ekspor terkait dengan orientasi pertumbuhan
perekonomian daerah.
5. Mempertahankan standar hidup yang tinggi mengharuskan integrasi dengan
ekonomi internasional.
3. Sistem Keuangan
Indikator sistem keuangan merefleksikan kemampuan sistem finanasial
perbankan dan non perbankan di daerah untuk memfasilitasi aktivitas
perekonomian yang memberikan nilai tambah. Sistem keungan suatu daerah akan
mempengaruhi alokasi faktor produksi yang terjadi di perekonomiandaerah
tersebut. Indikator sistem keuangan ini mempengaruhi daya saing daerah melalui
prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Sistem keuangan yang baik mutlak diperlukan dalam memfasilitasi aktivitas
perekonomian daerah.
2. Sektor keuangan yang efisien dan terintegrasi secara internasional mendukung
daya saing daerah.
4. Infrastruktur dan Sumber Daya Alam
Infrastruktur dalam hal ini merupakan indikator seberapa besar sumber daya
seperti modal fisik, geografis, dan sumber daya alam dapat mendukung aktivitas
perekonomian daerah yang bernilai tambah. Indikator ini mendukung daya saing
1. Modal fisik berupa infrastruktur baik ketersediaan maupun kualitasnya
mendukung aktivitas ekonomi daerah.
2. Modal alamiah baik berupa kondisi geografis maupun kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya juga mendorong aktivitas perekonomian daerah.
5. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Ilmu pengetahuan dan teknologi mengukur kemampuan daerah dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi serta penerapannya dalam aktivitas ekonomi yang
meningkatkan nilai tambah. Indikator ini mempengaruhi daya saing daerah
melalui beberapa prinsip di bawah ini :
1. Keunggulan kompetitif dapat dibangun melalui aplikasi teknologi yang sudah
ada secara efisien dan inovatif.
2. Investasi pada penelitian dasar dan aktivitas yang inovatif yang menciptakan
pengetahuan baru sangat krusial bagi daerah ketika melalui tahapan
pembangunan ekonomi yang lebih maju.
3. Investasi jangka panjang berupa R & D akan meningkatkan daya saing sektor
bisnis.
6. Sumber Daya Manusia
Indikator sumber daya manusia dalam hal ini ditunjukan untuk mengukur
ketersediaan dan kualitas sumber daya manusia. Faktor sumber daya manusia ini
mempengaruhi daya saing daerah berdasarkan prinsip-prinsip berikut :
1. Angkatan kerja dalam jumlah besar dan berkualitas akan meningkatkan daya
2. Pelatihan dan pendidikan adalah cara yang paling baik dalam meningkatkan
tenaga kerja yang berkualitas.
3. Sikap dan nilai yang dianut oleh tenaga kerja juga menentukan daya saing
suatu daerah.
4. Kualitas hidup masyarakat suatu daerah menentukan daya saing daerah
tersebut begitu juga sebaliknya.
7. Kelembagaan
Kelembagaan merupakan indikator yang mengukur seberapa jauh iklim
sosial, politik, hukum dan aspek keamanan mampu mempengaruhi secara positif
aktivitas perekonomian di daerah. Pengaruh faktor kelembagaan terhadap daya
saing daerah didasarkan pada beberapa prinsip sebagai berikut :
1. Stabilitas sosial dan politik melalui sistem demokrasi yang berfungsi dengan
baik merupakan iklim yang kondusif dalam mendorong aktivitas ekonomi
daerah yang berdaya saing.
2. Peningkatan daya saing ekonomi suatu daerah tidak akan tercapai tanpa adanya
sistem hukum yang baik serta penegakan hukum yang independen.
3. Aktivitas perekonomin suatu daerah tidak akan dapat berjalan secara optimal
tanpa didukung oleh situasi keamanan yang kondusif.
8. Governance dan Kebijakan Pemerintah
IndikatorGovernance dan kebijakan pemerintah dimaksudkan sebagai ukuran
dari kualitas administrasi pemerintah daerah, khususnya dalam rangka
pengaruh faktor Governance dan Kebijakan Pemerintah bagi daya saing daerah
dapat didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut ini :
1. Dengan tujuan menciptakan iklim persaingan yang sehat intervensi pemerintah
dalam perekonomian sebaliknya diminimalkan.
2. Pemerintah daerah berperan dalam menciptakan kondisi sosial yang terprediksi
serta berperan pula dalam meminimalkan.
3. Efektivitas administrasi pemerintahan daerah dalam menyediakan infrastruktur
dan aturan-aturan berpengaruh terhadap daya saing ekonomi suatu daerah.
4. Efektivitas pemerintah daerah dalam melakukan koordinasi dan menyediakan
informasi tertentu pada sektor swasta dan mendukung daya saing ekonomi
kabupaten Asahan.
5. Flektbilitas pemerintah daerah dalam menyesuaikan kebijakan ekonomi
merupakan faktor yang kondusif dalam mendukung dalam mendukung
peningkatan daya saing daerah.
9. Manajemen dan Ekonomi Mikro
Dalam indikator manajemen dan ekonomi mikro pengukuran yang dilakukan
dengan pertanyaan seberapa jauh perusahaan di daerah dikelola dengan inovatif,
menguntungkan dan bertanggung-jawab. Prinsip-prinsip yang relevan terhadap
daya saing daerah di antaranya adalah :
1. Rasio harga/kualitas yang kompetitif dari suatu produk mencerminkan
2. Orientasi jangka panjang manajemen perusahaan akan meningkatkan daya
saing daerah dimana perusahaan tersebut berada.
3. Efisiensi dalam aktivitas perekonomian ditambah dengan kemampuan
menyesuaikan diri terhadap perubahan adalah keharusan bagi perusahaan yang
kompetitif.
4. Kewirausahaan sangat krusial bagi aktivitas ekonomi pasa masa-masa awal.
5. Dalam usaha yang sudah mapan, manajemen perusahaan memerlukan keahlian
dalam mengintegrasikan serta membedakan kegiatan-kegiatan usaha.
Sementara itu, hasil penelitian KPPOD (2005) yang meneliti daya tarik
investasi kabupaten/kota di Indonesia dengan menggunakan variabel
kelembagaan, sosial politik, ekonomi daerah, tenaga kerja, produktivitas, dan
variabel infrastruktur fisik.
2.4 Penelitian Terdahulu
KKPOD (2005) dengan judul penelitiannya “Analisis daya tarik investasi 214
kabupaten/kota di Indonesia” dalam penelitian ini KPPOD menyatakan bahwa
beberapa kabupaten/kota di Indonesia hanya mengedepankan upaya-upaya
meningkatkan PAD dan relative mengabaikan aspek-aspek yang mampu menarik
investasi.
Mudrajat Kuncoro (2005) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Daya
Tarik Investasi dan Pungli di DIY” berdasarkan hasil penelitian ini bahwa
menurut presepsi pelaku usaha di DIY, faktor kelembagaan memiliki bobot
Ira irawati, dkk (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengukuran
Tingkat Daya Saing Daerah berdasarkan Variabel Perekonomian Daerah, Variabel
Infrastruktur dan Sumber Daya Alam serta Variabel Sumber Daya Manusia di
Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara” daya saing terbaik berdasarkan
perekonomian daerah,infrastruktur,sumber daya alam dan sumber daya manusia
pada kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tenggara turut mendukung
kabupaten/kota tersebut menjadi peringkat terbaik secara umum.
Paidi Hidayat (2012) dengan penelitiannya yang berjudul “Analisis Daya
Saing Ekonomi Kota Medan”.Dengan menggunakan metode AHP dapat diambil
kesimpulan bahwa faktor yang paling berpengaruh dalam meningkatkan daya
saing adalah faktor infrastruktur dengan nilai bobot (0,252), diikuti faktor
perekonomian daerah dan selanjutnya faktor sistem keuangan yang
masing-masing bobot nilainya (0,243) dan (0,219).Skala prioritas untuk faktor
infrastruktur adalah ketersediaan infrastruktur dan kualitasnya,seperti kualitas
pelabuhan laut dan udara serta kualitas jalan.Selain itu, skala prioritas
perekonomian daerah adalah tingkat daya beli masyarakat.Sementara, untuk skala
prioritas sistem keuangan adalah kinerja lembaga keuangan.
2.5 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan indikator penentu daya saing ekonomi di
Kabupaten Asahan (Gambar 1). Dimana variabel-variabel yang menjadi indikator
utama dalam penelitian ini berdasarkan penelitian sebelumnya mengenai daya
saing yang di lakukan oleh KPPOD (2005), Mudrajat Kuncoro (2005), Ira Irawati
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Faktor Penentu Daya Saing Ekonomi Daerah
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini mengkaji tentang faktor-faktor penentu daya
saing ekonomi kabupaten Asahan pada tahun 2014 dengan pendekatanAnalytical
Hierarchy Process(AHP).
3.2Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kabupaten Asahan di Provinsi Sumatera Utara
dengan kurun waktu penelitian selama 3 bulan.
3.3 Batasan Operasional dan Definisi Operasional 1. Kelembagaan
Kelembagaan yaitu suatu pola hubungan antara anggota masyarakat yang
saling mengikat, diwadahi dalam suatu jaringan atau organisasi dengan
ditentukan oleh faktor-faktor pembatas dan pengikat berupa norma, kode etik
aturan formal dan nonformal untuk bekerjasama demi mencapai tujuan yang
diinginkan.
2. Sosial Politik
Sosial Politik, yaitu sesuatu yang berhubungan dengan penggunaan kekuasaan
dan wewenang dalam pelaksanaan kegiatan sistem politik, yang banyak
3. Ekonomi Daerah
Ekonomi Daerah, yaitu ukuran kinerja secara umum dari perekonomian makro
(daerah) yang meliputi penciptaan nilai tambah, akumulasi kapital, tingkat
konsumsi, kinerja sektoral perekonomian, serta tingkat biaya hidup.
4. Tenaga Kerja dan Produktivitas
Tenaga Kerja, yaitu setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat.
5. Infrastruktur Fisik
Infrastruktur fisik, yaitu sebagai kebutuhan dasar fisik pengorganisasian sistem
struktur yang diperlukan untuk jaminan ekonomi sektor publik dan sektor
privat sebagai layanan dan fasilitas yang diperlukan agar perekonomian dapat
berfungsi dengan baik
3.4 Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk yang tinggal dan
bermukim di Asahan. Berdasarkan BPS (2013), jumlah penduduk di Asahan
sebanyak 681.794jiwa.
Berdasarkan rumus Slovin : n= N N(d)2+1
= 594.383
594.383(0,1)2+1 = 99,9831787
Dimana:
Sesuai dengan penelitian sosial menurut Roscoe (1982:253) dalam buku
Taniredja dan Mustafidah (2011:38) memberikan saran-saran untuk penelitian
sebagai berikut :
1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan
500.
2. Bila sampel dibagi dalam kategori maka jumlah anggota sampel setiap
kategori minimal 30.
3. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi
atau regresi ganda misalnya). Maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali
dari jumlah variabel yang di teliti. Misalnya variabel penelitiannya ada 5 (independent + dependent) maka jumlah anggota sampel = 10 x 5 = 50
4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok
eksperimen dan kelompok control, jumlah anggota sampel masing-masing
antara 10 sampai dengan 20.
Namun, dalam penelitian ini ditetapkan jumlah sample yang sudah cukup
respresentatif yaitu 30 responden yang mewakili seluruh komponen masyarakat
yang terdapat di 25 kecamatan di kabupaten Asahan. Adapun jumlah sampel
berdasarkan kelompok masyarakat adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1
Jumlah Sampel Berdasarkan Kelompok Masyarakat
NO Kelompok Masyarakat Responden
1 Mahasiswa /Pelajar 3
2 Staf Pengajar/Dosen/Guru 3
3 Tokoh Masyarakat 4
4 Birokrasi 4
5 Perbankan 3
6 Non Perbankan 3
3.5 Metode Pengambilan Sampel
Prosedur pengambilan sampel atau responden dilakukan secara purposive
sampling, yakni dengan menentukan sampel atau responden yang dianggap dapat
mewakili segmen kelompok masyarkat yang dinilai mempunyai pengaruh atau
merasakan dampak besar terkait daya saing ekonomi daerah.
3.6 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini maka jenis
data yang digunakan adalah :
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari pihak pertama yang
menjadi objek penelitian.Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari
wawancara dan juga pengisian kuisioner terhadap kelompok masyarakat yang
dijadikan sampel.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi-instansi yang terkait
dengan melakukan studi kepustakaan terhadap bahan-bahan publikasi secara
resmi, buku-buku, majalah-majalah serta laporan lain yang berhubungan
dengan penelitian.
Sedangkan teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah :
1. Kuisioner
dari kelompok masyarakat yang menjadi sampel dalam penelitian daya saing
ekonomi kabupaten Asahan.
2. Wawancara
Teknik wawancara dilakukan kepada kelompok masyarakat yang menjadi
sampel adalah untuk menggali informasi yang lebih mendalam mengenai saran
atau keluhan masyarakat secara langsung terhadap faktor-faktor penentu daya
saing ekonomi kabupaten Asahan pada tahun 2014.
3.7 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam menganalisis daya saing
ekonomi kabupaten Asahan meliputi analisis deskriptif dan Analytical Hierarchy
Process (AHP). Secara jelasnya, metode yang digunakan antara lain sebagai
berikut :
1. Analisis Deskriptif
Analisis ini memberikan gambaran tentang karakteristik tertentu dari data yang
telah dikumpulkan. Data tersebut akan di analisis sehingga menghasilkan
gambaran mengenai persepi masyarakat terhadap faktor-faktor penentu daya saing
ekonomi kabupaten Asahan pada tahun 2014. Analisis data disajikan dalam
bentuk tabulasi, gambar (chart) dan diagram.
2. Analytical Hierarchy Process (AHP)
Analisis ini digunakan untuk memberikan nilai bobot setiap faktor dan variabel
dalam menghitung faktor-faktor penentu daya saing ekonomi kabupaten Asahan
pada tahun 2014. Proses pemberian bobot indikator dan sub-indikator (variabel)
kuisioner untuk kelompok masyarakat yang sudah ditentukan sebelumnya dari
berbagai latar belakang disiplin ilmu.
Metode Analytical Hierrchy Process (AHP) awalnya dikembangkan oleh Prof.
Thomas Lorie Saaty dari Wharton Business School sekitar tahun 1970.Metode ini
digunakan untuk mencari rangking atau urutan prioritas dari berbagai alternatif
dalam pemecahan suatu permasalahan.Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang
senantiasa dihadapkan untuk melakukan pilihan dari berbagi alternatif.Disini
diperlukan penentuan prioritas dan uji konsistensi terhadap pilihan-pilihan yang
telah dilakukan.Dalam situasi yang kompleks, pengambilan keputusan tidak
dipengaruhi oleh satu faktor saja melainkan multifaktor dan mencakup berbagai
jenjang maupun kepentingan.
Pada dasarnya AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran yang
digunakan untuk menemukan skala rasio, baik dari perbandingan berpasangan
yang diskrit maupun kontinu.Perbandingan-perbandingan ini dapat diambil dari
ukuran aktual atau skala dasar yang mencerminkan kekuataan perasaan dan
preferensi relatif.
Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan secara
efektif atas persoalan dengan menyederhanakan dan mempercepat proses
pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam
bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi
nilai numerik pada pertimbangansubjektif tentang pentingnya tiap variabel dan
yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil
pada situasi tersebut.
Analytical Hirerachy Process (AHP) dapat menyederhanakan masalah yang
kompleks dan tidak terstruktur, startegik dan dinamik menjadi bagiannya, serta
menjadikan variabel dalam suatu hierarki(tingkatan).Masalah yang kompleks
dapat diartikan bahwa kriteria dari suatu masalah yang begitu banyak
(multikriteria), struktur masalah yang belum jelas, ketidak pastian pendapat dari
pengambilan keputusan, pengambilan keputusan lebih dari satu orang, serta
ketidakakuratan data yang tersedia.
Metode AHP ini membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan
menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan
menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau
prioritas.Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang
bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan
yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif
sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat.Selain itu
AHP juga memiliki perhatian khusus tentang penyimpangan dari konsistensi,
pengukuran dan ketergantungan di dalam dan di luar kelompok elemen
strukturnya.
Analytical Hierarchy Process (AHP) mempunyai landasan aksiomatik yang terdiri dari :
1. Resiprocal Comparison, yang mengandung arti bahwa matriks perbandingan
2. Misalnya, jika A adalah k kali lebih penting dari pada B maka B adalah 1/k
lebih penting dari A.
3. Homogenity, yaitu mengandung arti kesamaan dalam melakukan perbanding.
Misalnya, tidak dimungkinkan membandingkan jeruk dengan bola tenis dalam
hal rasa, akan tetapi lebih relevan jika membandingkan dalam hal berat.
4. Dependence, yang berarti setiap level mempunyai kaitan (complate hierarchy)
walaupun mungkin saja terjadi hubungan yang tidak sempurna (incomplate
hierarchy).
5. Expectation, yang berarti menonjolkan penilaian yang bersifat ekspektasi dan
preferensi dari pengambilan keputusan. Penilaian dapat merupakan data
kuantitatif maupun yang bersifat kualitatif.
Secara umum pengambilan keputusan dengan metode AHP didasarkan pada
langkah-langkah-langkah berikut :
1. Mendefenisikan masalah dan menentukan solusi yang di inginkan.
2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan
dengan kriteria-kriteria dan alternatif-alternatif pilihan yang ingin di rangking.
3. Membentuk matriks perbandingan berpasang yang menggambarkan kontribusi
relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria
yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan atau
judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat – tingkat
kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.
5. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak
konsistensi maka pengambilan data (preferensi) perlu diulangi. Nilai eigen
vector yang dimaksud adalah nilai eigen vector maksimum yang diperoleh
dengan menggunakan matlab maupun dengan manual.
6. Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
7. Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai
eigen vector merupakan bobot setiap elemen-elemen pada tingkat hirarki
terendah sampai pencapaian tujuan.
8. Mengkaji konsistensi hirarki. Jika tidak memenuhi CR < 0,15 maka penilaian
harus diulang kembali.
Rasio Konsistensi (CR) merupakan batas ketidakkonsistenan (inconsistency)
yang ditetapkan Saaty.Konsistensi (CR) dirumuskan sebagai perbandingan indeks
konsistensi (RI). Angka pembanding pada perbandingan berpasangan adalah skala
1 sampai 9, dimana :
• Skala 1 = setara antara kepentingan yang satu dengan kepentingan yang lainnya.
• Skala 3 = kategori sedang dibandingkan dengan kepentingan lainnya.
• Skala 7 = kategori amat kuat dibandingkan dengan kepentingan lainnya.
• Skala 9 = kepentingan satu secara ekstrim lebih kuat dari kepentingan lainnya.
Prioritas alternatif terbaik dari total rangking yang diperoleh merupakan
rangking yangdicari dalam Analytical Hierarchy Process (AHP) ini. Dalam
menyelesaikan persoalan dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) ada
beberapa prinsip dasar yang harus dipahami antara lain :
Sistem yang kompleks dapat dengan Sistem yang kompleks dapat dengan
mudah dipahami kalau sistem tersebut dipecah menjadi berbagai elemen pokok,
kemudian elemen-elemen tersebut di susun secara hirarkis masalah disusun untuk
membantu proses pengambilan keputusan dengan memperhatikan seluruh elemen
keputusan yang terlibat dalam sistem. Sebagian besar masalah menjadi sulit untuk
di selesaikan karena proses pemecahan nya dilakukan tanpa memandang masalah
sebagai segala suatu sistem dengan suatu struktur tertentu.
Pada tingkat tertinggi dari hierarki, dinyatakan tujuan, sasaran dari sistem
yang dicari solusi masalahnya.Tingkat berikutnya merupakan penjabaran dari
tujuan tersebut.Suatu hierarki dalam metode AHP merupakan penjabaran elemen
yang tersusun dalam beberapa tingkat, dengan setiap tingkat mencakup beberapa
elemen homogen.Sebuah elemen menjadi kriteria dan patokan bagi
elemen-elemen yang berada di bawahnya.Dalam menyusun suatu hirarki tidak terdapat
suatu pedoman tertentu yang harus diikuti.Hirarki tersebut tergantung pada
kemampuan penyusun dalam memahami permasalahan. Namun tetap harus
bersumber pada jenis keputusan yang akan diambil.
Untuk memastikan bahwa kriteria-kriteria yang dibentuk sesuai dengan
tujuan permasalahan, maka kriteria tersebut harus memilki sifat-sifat berikut :
1) Minimum
Jumlah kriteria diusahakan optimal untuk memudahkan analisis.
2) Independent
3) Lengkap
Kriteria harus mencakup seluruh aspek penting dalam permasalahan.
4) Operasional
Kriteria harus dapat diukur dan dianalisis, baik secara kuantitatif maupun
kualitatif dan dapat dikomunikasikan.
b. Comperative Judgment
Prinsip ini berati membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen
pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan kriteria di atasnya. Penilaian
ini merupakan inti dari AHP, karena ia akan berpengaruh dalam menentukan
prioritas dari elemen-elemen yang ada sebagai dasar pengambilan kepurtusan.
Hasil dari penilaian ini disajikan dalam bentuk matriks yang dinamakan matriks
pairwise comparison.
Yang pertama dilakukan dalam menetapkan prioritas elemen-elemen dalam
suatu pengambilan keputusan adalah dengan membuat perbandingan berpasangan,
yaitu membandingkan berpasangan seluruh kriteria untuk setiap sub sistem hiraki.
Dalam perbandingan berpasangan ini, bentuk yang lebih disukai adalah matriks,
karena matriks merupakan alat yang sederhana yang biasa dipakai, serta memberi
kerangka untuk menguji konsistensi. Rancangan matrik ini mencerminkan dua
segi prioritas yaitu, mendominasi dan di dominasi.
Misalkan terdapat suatu sub sistem hirarki dengan kriteria C dan sejumlah n
alternatif, Ai sampai An. Perbandingan antar alternatif untuk sub sistem hirarki itu
dapat dibuat dalam bentuk matriks n x n, seperti pada tabel di bawah ini :
C A1 A2 A3 ... An
A1 a11 a12 a13 ... a1n
A2 a21 a22 a23 ... a2n
A3 a31 a32 a33 ... a3n
...
An an1 an2 an3 ... ann
Nilai a11 adalah nilai perbandingan elemen A1 (baris) terhadap A1 (kolom) yang
menyatakan hubungan :
a. Seberapa jauh tingkat kepentingan A1 (baris) terhadap kriteria C dibandingkan
dengan A1 (kolom) atau
b. Seberapa jauh dominasi A1 ( baris) terhadap A1 (kolom) atau
c. Seberapa banyak sifat kriteria C terhadap A1 (baris) dibandingkan dengan A1
(kolom).
Nilai numerik yang dikenakan untuk seluruh perbandingan diperoleh dari skala
perbandingan yang disebut Saaty pada tabel. Apabila bobot kriteria Ai dan Wi dan
bobot elemen Wj maka skala dasar 1-9 yang disusun Saaty mewakili
perbandingan (Wi/ Wj)/1. Angka-angka absolute pada skala tersebut merupakan
pendekatan yang amat baik terhadap perbandingan bobot elemen Ai terhadap
elemen Aj.
Tabel 3.3
Skala Penilaian perbandingan Skalatingkat
kepentingan
memihak satu elemen dibandingkan dengan pasangannya
5 Lebih penting Pengalaman dan penilaian sangat
memihak satu elemen dibandingkan dengan pasangannya
7 Sangat penting Satu elemen sangat disukai dan secara
praktis dominasinya sangat nyata dibandingkam dengan elemen pasangannya
9 Mutlak lebih penting Satu elemen terbukti lebih disukai
dibandingkan dengan pasangannya, pada tingkat keyakinan yang tertinggi
2,4,6,8 Nilai tengah Diberikan bila terdapat keraguan
penilaian antara dua penilaian yang berdekatan
Kebalikan Aij= 1/Aji Bila aktivitas i memperoleh suatu
angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila dibandingkan i Sumber: Thomas L. Saaty (1991)
Saaty menyusun angka-angka absolute sebagai skala penilaian berdasarkan
kemampuan manusia untuk menilai secara kualitatif, yaitu melalui ungkapan
sama, lemah, amat kuat, dan absolute atau ekstrim.
Penilaian yang dilakukan oleh banyak partisipan akan menghasilkan
pendapatan yang berbeda satu sama lain. AHP hanya memerlukan satu jawaban
untuk matriks perbandingan.
Jadi semua jawaban dari partisipan harus dirata-ratakan.Dalam hal ini Saaty
memberikan metode perataan dengan rata-rata geometrik atau geometric mean.
Rata-rata geometrik dipakai karena bilangan yang dirata-ratakan adalah deret
bilangan yang sifatnya rasio dan dapat mengurangi gangguan yang ditimbulkan
salah satu bilangan yang terlalu besar atau terlalu kecil.
Teori rata-rata geometrik menyatakan bahwa jika terdapat n partisipan yang
tersebut, masing-masing nilai harus dikalikan satu sama lain kemudian hasil
perkalian itu dipangkatkan dengan 1/n.
aij = (z1.z2.z3. ....zn)1/n
Dengan :
aij = Nilai rata-rata perbandingan berpasangan kriteria Ai dengan Aj untuk n partisipan Zi = Nilai perbandingan antara A1 dengan Ai untuk partisipan i, dengan nilai i = 1, 2, 3, ...., n n = Jumlah Partisipan
c. Synthesis of Priority
Dari setiap matriks Pairwise Comparison kemudian dicari eigenvector dari
setiap matriks Pairwise Comparison untuk mendapatkan local priority.Karena
matriks Pairwise Comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk
mendapatkan global priority harus dilakukan sintesis di antara local
priority.Prosedur melakukan sintesis berbeda menurut bentuk hirarki.Pengurutan
elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui presedur sintesis dinamakan
priority setting.
d. Logical Consistency
Salah satu asumsi utama model AHP yang membedakannya dengan
model-model pengambilan keputusan lain adalah tidak adanya syarat konsistensi mutlak.
Dengan model AHP yang memakai persepsi manusia sebagai inputnya maka
ketidakkonsistenan mungkin terjadi karena manusia memiliki keterbatasan dalam
menyatakan persepsinya secara konsisten terutama jika membandingkan banyak
kriteria. Berdasarkan kondisi ini maka manusia dapat menyatakan persepsinya
Pengukuran konsistensi dari suatu matriks itu sendiri didasarkan atas
eigenvalue maksimum.Dengan eigenvalue maksimum, inkonsistensi yang biasa
dihasilkan matriks perbandingan dapat di miniumkan.
Rumus dari indeks konsistensi adalah :
CI = (λmaks – n) ( n – 1 )
Dengan :
CI = indeks konsistensi
λmaks = eigenvalue maksimum
n = orde matrik
Dengan λ merupakan eigenvalue dan n ukuran matriks. Eigenvalue
maksimum suatu matriks tidak akan lebih kecil dari nilai n sehingga tidak
mungkin ada nilai CI negatif. Makin dekat eigenvalue maksimum dengan
besarnya matriks, makin konsisten matriks tersebut dan apabila sama besarnya
maka matriks tersebut konsisten 100% atau inkonsistensi 0%. Dalam pemakaian
sehari-hari CI tersebut biasa disebut indeks inkonsistensi karena rumus (2.2) di
atas memang lebih cocok untuk mengukur inkonsistensi suatu matriks.
Indeks inkonsistensi diatas kemudian diubah dalam bentuk rasio inkonsistensi
dengan cara membaginya dengan suatu indeks random. Indeks random
menyatakan rata-rata konsistensi dari matriks perbandingan berukuran 1 sampai
10 yang didapatkan dari suatu eksperimen oleh Oak Ridge National Laboratory
dan kemudian dilanjutkan oleh Wharton School.
Tabel 3.4
Pembangkit Random (RI)
N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
CR = Rasio konsistensi RI = Indeks random
Selanjutnya konsistensi responden dalam mengisi kuisioner diukur.Pengukuran
konsistensi ini dimaksudkan untuk melihat ketidak konsistensinan respon yang
diberikan responden. Sato dalam Chow and Luk (2005) telah menyusun nilai CR
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Asahan
4.1.1 Kondisi Geografis dan Topografis
Kabupaten Asahan merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di
kawasan pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Asahan
berada pada 2030’00’’-3010’00’’ Lintang Utara, 99001-100000 Bujur Timur dengan
ketinggian 0 – 1000 m di atas permukaan laut.
Berdasarkan Keputusan DPRD-GR Tk. II Asahan No. 3/DPR-GR/1963
Tanggal 16 Februari 1963 diusulkan ibukota Kabupaten Asahan dipindahkan dari
Kotamadya Tanjung Balai ke kota Kisaran dengan alasan agar Kotamadya
Tanjung Balai lebih dapat mengembangkan diri dan juga letak kota Kisaran lebih
strategis untuk wilayah Asahan. Namun hal ini baru terealisasi pada tanggal20
Mei 1968 yang diperkuat dengan peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 1980,
Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor 28, Tambahan Negara Nomor 3166.
Kabupaten Asahan menempati area 379.939 Ha yang terdiri dari 25
Kecamatan, 204 Desa/Kelurahan Definitif.Wilayah Kabupaten Asahan berada
Kabupaten Labuhan Batu Utara dan Toba Samosir, di sebelah Barat berbatasan
dengan Kabupaten Simalungun dan di sebelah Timur berbatasan dengan Selat
Malaka.
4.1.2 Kondisi Demografis
Berdasarkan BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Asahan, jumlah
penduduk Kabupaten Asahan sebesar 681.794 jiwa dengan kepadatan penduduk
tangga. Sebagian besar penduduk bertempat tinggal di daerah perkotaan yaitu
sebesar 99.162 dan sisanya 62.621 rumah tangga tinggal di pedesaan. Setiap
rumah tangga rata-rata dihuni oleh sekitar 4 jiwa, sedangkan laju pertumbuhan
penduduk dari tahun 2012-2013 sebesar 0,58 persen.
Jumlah penduduk perempuan lebih sedikit dari penduduk laki-laki dengan
persentase sebesar 49,79 persen dengan rasio jenis kelamin sebesar 100,85 artinya
dari 100 penduduk penduduk perempuan terdapat 101 penduduk laki-laki.
Bila dilihat per kecamatan maka kecamatan Kisaran Timur merupakan
kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar dengan tingkat persebaran penduduk
sebesar 10,33 persen sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil
berada di Kecamatan Sei Kepayang Timur yaitu 1,29 persen. Untuk kecamatan
terpadat adalah kecamatan Kisaran Timur dengan kepadatan 1.809 jiwa per km2,
selanjutnya di susul oleh kecamatan Kisaran Barat dengan kepadatan kepadatan
1.171 jiwa per km2. Sedangkan yang terjarang adalah kecamatan Bandar Pulau.
Hal ini dapat dimaklumi karena Kecamatan Kisaran Barat dan Kisaran Timur
berada di ibukota Kabupaten Asahan.
Dari kelompok umur, persentase penduduk usia 0-14 tahun sebesar 32,38
persen, 15-64 tahun sebesar 63,44 persen dan usia 65 tahun ke atas sebesar 4,18
persen. Artinya jumlah penduduk usia produktif lebih besar dibandingkan
penduduk usia non produktif. Sedangkan bila dilihat, menurut agama yang di anut
Islam sebesar 607.655 jiwa (89,13%), Katolik sebesar 4.604 jiwa (0,68%),
Prostestan sebesar 62.416 jiwa (9,15%), Budha sebesar 7.004 jiwa (1,03%), dan
Hindu sebesar 109 jiwa (0,02%).
4.1.3 Kondisi Perekonomian Kabupaten Asahan
Asahan merupakan nama salah satu kabupaten yang ada di Sumatera Utara.
Dulunya kabupaten Asahan meliputi daerah kabupaten Batu Bara dan Pemko
Tanjungbalai dan kabupaten Asahan sendiri. Namun dengan seiringnya
berjalannya waktu, daerah ini dimekarkan menjadi dua kabupaten dan satu
pemerintahan kota.
Daerah komersil dan pusat perekonomian serta pusat pemerintahan berada
di wilayah kecamatan Kisaran Barat dan Kisaran Timur. Sedangkan kawasan
pusat pertanian berada dimana kecamatan Rawang Panca Arga merupakan pusat
penghasil padi terbesar, lalu di ikuti oleh Bandar Pasir Mandoge penghasil jagung.
Sedangkan kawasan perikanan berpusat di Silau Laut dan Air Joman. Untuk
kawasan perusahaan perindustrian skala besar/sedang berada di kecamatan Silau
Laut, dan Kisaran Barat merupakan kawasan perindustrian skala kecil/rumah
tangga. Karena di kecamatan Kisaran Barat terkenal dengan usaha pembuatan
sepatu (Bunut).
Secara umum ada empat empat sektor yang cukup dominan dalam
pembentukan total PDRB Kabupaten Asahan. Sektor pertanian yang memberikan
kontribusi paling besar 36,18%, sektor industri memberikan kontribusi 29,86%,
lalu di ikuti dengan sektor perdagangan, jasa dan hotel sebesar 16,16 dan dari
Kabupaten Asahan merupakan salah satu tempat transit bagi orang yang ingin
menuju ke Tanjungbalai dan Labuhan Batu. Sarana transportasi di dalam
Kabupaten Asahan adalah becak mesin dan mobil angkutan umum. Untuk sarana
transportasi ke luar kota selain jalur darat menggunakan Bus atau yang lainnya
dapat menggunakan kereta api. Kisaran merupakan ibukota Kabupaten Asahan
yang merupakan jalur lalu lintas Medan – Tanjungbalai dan Medan-Rantau
Prapat. Jalan merupakan saran yang sangat penting untuk memperlancar dan
mendorong roda perekonomian. Sarana jalan yang baik dapat meningktkan
mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari suatu daerah ke
daerah yang lain. Kondisi jalan yang ada di kabupaten Asahan kondisinya masih
rusak, terutama untuk jalam kabupaten. Sampai dengan tahun 2013, prasarana
panjang jalan di Kabupaten Asahan menurut jenis permukaan terdiri dari :
• Hotmix : 178,08
•Aspal : 200,70
•Kerikil : 160,09
•Batu : 360,43
•Tanah : 453,94
4.2 Profil Responden
Berdasarkan hasil tabulasi terhadap 30 responden yang menjadi sampel
dalam peneltian ini. Responden berjenis kelamin pria berjumlah 17 orang dengan
Gambar 4.1
Persentase Jenis Kelamin Responden
Sementara itu untuk tingkat pendidikan, pada umumnya responden
tamatan D3/S1/S2 sebesar 50% dengan jumlah 15 responden dan selanjutnya di
ikuti oleh tamatan SMA/Sederajat sebesar 47% dengan jumlah responden sebesar
14 orang, lalu di ikuti dengan responden dengan tamatan SD/Sederajat berjumlah
1 responden dengan bobot sebesar 3%.
Gambar 4.2
Tingkat Pendidikan Responden
Sedangkan responden yang paling banyak diwawancarai berusia 20-30
tahun berkisar 46% dengan jumlah responden sebanyak 14 orang. Kemudian
diikuti oleh usia 41-50 berkisar sebesar 33% dengan jumlah responden sebanyak
pria 57% wanita
43%
0 5 10 15 20
Tamat SD atau Sederajat Tamat SMP atau Sederajat Tamat SMA atau Sederajat Sarjana Muda/D3/atau lebih
diatas 50 tahun dengan bobot masing-masing sebesar 7% dengan jumlah
responden 2 orang. Untuk lebih jelasnya, karakteristik responden dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.1.
Karakteristik Responden
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase
1 Pria 17 57%
2 Wanita 13 43%
No Usia (Tahun) Jumlah Persentase
1 <20 2 7%
2 20-30 14 46%
3 31-40 10 33%
4 41-50 2 7%
5 >50 2 7%
No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
1 SD/Sederajat 1 3%
2 SMP/Sederajat
3 SMA/Sederajat 14 47%
4 D3/S1/S2 15 50%
Sumber : Data Primer Diolah
4.3 Pembobotan dan Pemeringkatan Faktor Daya Saing Ekonomi
Daya saing ekonomi daerah merupakan representasi dari dari kinerja
indikator-indikator pembentuknya. Semakin baik kinerja indikator-indikator
pembentuknya, maka akan semakin tinggi daya saing ekonomi suatu daerah.
Sebaliknya, apabila kinerja indikator-indikator pembentuk daya saing ekonomi
tersebut rendah, maka daya saing ekonomi daerah tersebut juga rendah.Untuk
melihat daya saing ekonomi Kabupaten Asahan, maka terlebih dahulu ditentukan
menggunakanmetode Analytic Hierarchy Proccess (AHP) dengan bantuan
Software yaitu Expert Choice.
Pembobotan ini digunakan sebagai dasar untuk menentukan faktor-faktor
yang menentukan daya saing ekonomi Kabupaten Asahan tahun 2014.Bobot yang
lebih besar dari suatu faktor menunjukkan bahwa faktor tersebut lebih penting
dibandingkat dengan faktor lainnya dalam menentukan daya saing ekonomi
Kabupaten Asahan.Berikut ini hasil pembobotan dari faktor-faktor penentu daya
saing ekonomi Kabupaten Asahan seperti yang dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
Gambar 4.3
Hasil diatas menunjukkan bahwa faktor penentu daya saing ekonomi
Kabupaten Asahan tahun 2014 adalah faktor perekonomian daerah yang memiliki
bobot paling besar yaitu 0,260. Kemudian di ikuti oleh infrastruktur fisik 0,252.
Lalu di ikuti dengan faktor kelembagaan sebesar 0,177, faktor tenaga kerja dan
produktivitas sebesar 0,167, dan faktor sosial politik yang memiliki bobot
terendah yaitu 0,144.
Dari hasil pembobotan tersebut, tanggapan responden terhadap faktor
penentu daya saing ekonomi Kabupaten Asahan dipengaruhi oleh lima faktor,
dimana faktor perekonomian daerah, faktor infrastruktur, faktor kelembagaan
merupakan faktor yang lebih memiliki pengaruh lebih besar dibandingkan faktor
tenaga kerja dan produktivitas, dan faktor sosial politik. Faktor Perekonomian
Daerah di anggap paling penting hal ini dikarenakan Perekonomian daerah
merupakan ukuran kinerja secara umum dari perekonomian makro (daerah) yang
meliputi penciptaan nilai tambah, akumulsi kapital, tingkat konsumsi, kinerja
sektoral perekonomian, serta biaya hidup. Berikut akan dijelaskan masing-masing
faktor penentu daya saing ekonomi Kabupaten Asahan berdasarkan
Gambar 4.4
Persentase Faktor Penentu Daya Saing Ekonomi Kabupaten Asahan 4. 3. 1 Faktor Perekonomian Daerah
Faktor perekonomian daerah berisi variabel potensi ekonomi dan variabel
struktur ekonomi yang merupakan hal yang penting dalam mendukung daya saing
ekonomi suatu daerah. Semakin baik tingkat perekonomian suatu daerah, maka
daya saing daerah tersebut akan semakin tinggi.
Variabel potensi ekonomi memiliki bobot sebesar 0,70 atau 70% dari
keseluruhan bobot faktor perekonomian daerah. Sedangkan Variabel stuktur
ekonomi memiliki bobot sebesar 0,30 atau 30% dari keseluruhan bobot faktor
perekonomian daerah. Persentase dari masing-masing variabel indikator
perekonomian daerah dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
18%
14%
26% 17%
25%
Kelembagaan Sosial Politik
Perekonomian Daerah Tenaga Kerja dan Produktivitas
Gambar 4.5
Persentase Variabel Faktor Perekonomian Daerah
Dari tanggapan responden, variabel potensi ekonomi dianggap lebih
penting dan yang menjadi prioritas dalam indikator perekonomian daerah dalam
menentukan daya saing ekonomi Kabupaten Asahan.
Dari hasil wawancara persepsi masyarakat dalam variabel potensi
ekonomi, rata-rata 70,5% responden menyatakan setuju bahwa tingkat daya beli
masyarakat cenderung meningkat, perkembangan kondisi ekonomi semakin baik,
kemudian kondisi harga barang dan jasa relatif stabil dan terjangkau masyarakat
ditambah dengan tingkat kesejahteraan masyarakat cenderung semakin membaik.
Tetapi, 29,5% responden menyatakan tidak setuju dengan pernyataan diatas.
Sedangkan dalam variabel struktur ekonomi, 71% responden menyatakan
setuju bahwa nilai tambah atau kontribusi sektor primer semakin meningkat, nilai
tambah atau kontribusi sektor sekunder semakin meningkat, dan nilai tambah atau
kontribusi sektor tersier semakin meningkat. Sementara 26% responden
menyatakan kurang setuju, dan bahkan 3% responden menyatakan kurang setuju
Potensi Ekonomi
70%
Struktur Ekonomi
Berdasarkan hasil analisis dan wawacara persepsi para responden, variabel
struktur ekonomi dapat dikatakan semakin membaik, dan nilai tambah atau
kontribusi sektor primer, sekunder, dan tersier cenderung semakin
meningkat.Namun potensi ekonomi diharapkan dapat menjadi lebih baik lagi
sehingga dapat meningkatkan daya saing ekonomi.
4. 3. 2 Faktor Infrastruktur Fisik
Infrastruktur fisik merupakan faktor pendukung bagi kelancaran kegiatan
usaha.Ketersediaan dan kualitas infrastruktur fisik sangat mempengaruhi
kelancaran dunia usaha di suatu daerah. Semakin besar skala suatu usaha, maka
kebutuhan akan ketersediaan infrastruktur fisik juga akan semakin besar.
Faktor infrastruktur fisik yang terdiri dari dua variabel yaitu ketersediaan
infrastruktur fisik dan kualitas infrastruktur.Variabel ketersediaan infrastruktur
fisik memiliki bobot sebesar 0,372 atau 37% dari keseluruhan bobot faktor
infrastruktur fisik.Sedangkan variabel kualitas infrastruktur fisik memiliki bobot
sebesar 0,628 atau 63% dari keseluruhan bobot faktor infrastruktur
fisik.Persentase bobot dari masing-masing variabel faktor infrastruktur fisik dapat
Gambar 4.6
Persentase Variabel Faktor Infrastruktur Fisik
Menurut tanggapan responden menunjukkan bahwa kualitas infrastruktur
fisik lebih menjadi prioritas dalam faktor infrastruktur fisik.Hasil pembobotan ini
didukung oleh hasil wawancara terhadap responden yang menunjukkan bahwa
dalam variabel ketersediaan infrastruktur fisik, 73% responden menyatakan setuju
terdahap ketersediaan jalan yang sudah memadai.Hanya sekitar 17% responden
yang menyatakan tidak setuju bahwa ketersediaan jalan sudah memadai.10%
responden menyatakan kurang setuju kalau ketersediaan jalan sudah baik.Begitu
juga dengan ketersedian pelabuhan laut yang sudah memadai.Hanya 20%
responden yang menyatakan setuju kalau ketersediaan pelabuhan laut sudah
memadai27% responden menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan ini.
Sedangkan 53% menyatakan sangat tidak setuju bahwa ketersediaan pelabuhan
laut sudah memadai. Sedangkan untuk ketersediaan pelabuhan udara, 43%
Ketersediaan Infrastruktur
37% Kualitas
Kabupaten Asahan sudah memadai.37% responden menyatakan tidak setuju, dan
hanya 20% responden yang menyatakan setuju bahwa ketersediaan pelabuhan
udara sudah memadai.Untuk pelabuhan udara sendiri, Kabupaten Asahan tidak
memiliki pelabuhan udara.Oleh karena itu sebagian besar responden menyatakan
ketidaksetujuannya terhadap pernyataan tersebut.Kemudian untuk ketersediaan
saluran telepon, 70% responden setuju kalau ketersedian saluran telepon sudah
memadai.Hanya 7% responden yang menyatakan tidak setuju, dan 3% responden
menyatakan kurang setuju.
Dalam variabel kualitas infrastruktur fisik, 74% responden menyatakan
setuju terhadap kualitas jalan sudah yang baik. 13% responden menyatakan
kurang setuju.Hanya 13% responden yang menyatakan tidak setuju kualitas jalan
di Kabupaten Asahan sudah baik.Untuk akses dan kualitas pelabuhan laut yang
sudah baik, 33% responden menyatakan sangat tidak setuju bahwa akses dan
kualitas pelabuhan laut sudah baik.27% responden menyatakan kurang setuju.Dan
hanya 20% responden yang menyatakan setuju.Sedangkan untuk akses dan
kualitas pelabuhan udara yang sudah baik, 37% responden menyatakan sangat
tidak setuju.20% responden menyatakan kurang setuju, dan hanya 23% responden
yang menyatakan setuju.Sedangkan untuk kualitas saluran dan sambungan telepon
yang sudah baik, 80% responden menyatakan setuju bahwa kualitas saluran dan
sambungan telepon sudah baik.Dan hanya 6% responden yang menyatakan
kurang setuju.
Berdasarkan analisis menunjukkan bahwa kualitas dan ketersediaan