• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konservasi Dan Preservasi Bahan Pustaka Pada Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokementasi Daerah Provinsi Sumaterautara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Konservasi Dan Preservasi Bahan Pustaka Pada Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokementasi Daerah Provinsi Sumaterautara"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

KONSERVASI DAN PRESERVASI BAHAN PUSTAKA PADA BADAN PERPUSTAKAAN,ARSIP DAN DOKUMENTASI

DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA

KERTAS KARYA

OLEH

LYDIA P SIREGAR

102201022

PROGRAM STUDI D-III PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus,Juruselamat yang telah menganugerahkan kasih karunia-Nya selama penulis menempuh masa perkuliahan di Program Studi D-III Ilmu Perpustakaan dan Informasi FIB USU, sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini yang berjudul “ KONSERVASI DAN PRESERVASI BAHAN PUSTAKA PADA BADAN PERPUSTAKAAN, ARSIP DAN DOKEMENTASI DAERAH PROVINSI SUMATERAUTARA ’’.

Selama mengerjakan kertas karya ini penulis mendapatkan banyak pengalaman dan pelajaran berharga, terutama untuk lebih mengenal sekaligus mengetahui kemampuan dan kelemahan penulis dalam banyak hal. Kertas karya ini juga masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengucapkan permohonan maaf atas kekurangan yang ada pada kertas karya ini.

(3)

1. Bapak Dr.Drs.Syahron Lubis,M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, serta PUDEK I,II,III sebagai penyelenggara pendidikan dari Negara sehingga penulis mendapat kesempatan dan fasilitas selama perkuliahan.

2. Ibu Dra.Zaslina Zainuddin,M.Pd, Selaku Ketua Program Studi D-III Ilmu Perpustakaandan sekaligus menjadi pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan banyak memberikan petunjuk,masukan serta bimbingan kepada penulis sejak awal hingga akhir kertas karya ini.

3. Ibu Himma Dewiyana, ST, M. Hum ,selaku dosen pembaca yang telah memberikan waktu dan bimbingan kepada penulis sehingga terselesaikannya kertas karya ini.

4. Seluruh staf pengajar Program Studi D-III Ilmu perpustakaan dan Informasi yang telah banyak memberikan bekal ilmu dan pengetahuannya selama ini kepada penulis.

5. Ibu Dra.Nurjani, M.Si selaku Sekertaris Badan Perpustakaan,Arsip Dan Dokumentasi Daerah Provinsi Sumatera Utara, yang telah member izin kepada penulis sehingga terselesaikannya kertas karya ini.

6. Bang Suryawan yang telah membantu kami dalam mengurus segala keperluan administrasi.

7. Tante ku Sahlina br.Harianja yang telah banyak memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis, ‘ kami merindukan kepulanagn mu ke Indonesia tan’.

8. Seseorang yang sangat saya sayangi yang mendukung selama masa perkuliahan dan mendukung penulisan sampai selesainya kertas karya ini. 9. Buat Amang Boru A.K Simatupang, dan bou tersayang E. Siregar,,

terimakasih banyak buat dukungan yang telah diberikan selama ini kepada penulis baik moril ataupun meteril.

(4)

membantu penulis dalam penyusunan kertas karya ini. “aku pasti merindukan kalian’’.

11.Seluruh anggota IMIP teman-teman seperjuangan 2010 serta adek-adek ku tersayang 2011, 2012 dan semuanya yang selalu memberikan semanagt pada saya. ‘ aku pasti sangat merindukan kalian ’.

12.Seluruh anggota keluarga besar Paduan Suara Mahasiswa USU ( PSM USU ) Bapak Drs.Torang Naiborhu ‘papa’,bang Bonggud Tyson ‘ kondak terbinal ’, bang Senovian Sidabutar ‘ bang Sone Cuma aku yang bisa panggil gitu ’, Chandra Marbun ‘ si autis pokoknya eheemmm lah ’, Erni Banjarnahor ‘ Makasih ya Buuu ’, Bang Jeppry Hutagalung,Lido Hutagalung,David Hutagalung,Roman Hutagalung ‘ Empat ternyata ompung ku di PSM ini wee’, Grace Napitu,Bang Ono,kak Fe,Friska, Rachel ‘ yeyeye lalalala ’, Blessta ‘ Pendengar setia ku ’Stevani,Nerly,semua teman-teman PSM lah pokoknya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ‘‘Terimakasih banyak buat dukungannya suka duka selama ini kenangan-kenangan di secret tercinta’’ (Ayo kemana lagi tahun ini kita,jadinya yang mau ke Vietnam bulan sebelas ini..?? Atau ke Manila blulan dua belas ?? Walaupun sudah alumni ikut nanti aku ya wee, harus bisa nanti kita disana dapat 3emas ya teman-teman di Ambon kemaren aja bisa dapat 2Emas knp sekarang enggak, pasti aku akan sangat merindukan kalian semua).

13.Teman-teman selama di Senina THH “Tim Hore Hore” yang sudah seperti saudara buat penulis, Deby Hutabarat ‘ anak ’, Agnes ‘ Prinssa ’, Trie Malau ‘ Bebeb eh tahe ’, Gok Malau ‘ Ebath ’, makasih banyak buat semuanya ya teman-teman,makasih buat pengertian kalian semua.

(5)

Kepada semua orang yang telah mengiringi hidupku,terimakasih untuk segalanya. Kertas karya ini saya persembahkan untuk semua. Dengan segala kerendahan hati penulis selalu menerima saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan kertas karya ini bagi semua pihak. Mudah-mudahan kertas karya ini bisa bermakna dan berguna bagi orangorang yang membacanya.

Medan,…..2013

Penulis,

Lydia Priskila Siregar

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penulisan ... 3

1.3 Ruang Lingkup ... 3

1.4 Metode Pengumpulan Data ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Konservasi dan Preservasi ... 5

2.2 Maksud dan Tujuan ... 6

2.3 Fungsi Pelestarian ... 7

2.4 Unsur-unsur Dalam Pelestarian (Preservation) Pada Bahan Pustaka ... 8

2.5 Faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka ... 10

2.5.1 Faktor Internal (factor dari dalam) ... 11

2.5.2 Faktor Eksternal (factor dari luar) ... 11

2.6 Perawatan bahan Pustaka ... 13

(7)

2.6.2 Perawatan Pada Bahan Pustaka ... 16

2.6.3 Perbaikan Bahan Pustaka dan Restorasi ... 20

2.7 Penyiangan ... 24

2.8 Stock Opname ... 26

BAB III KONSERVASI DAN PRESERVASI BAHAN PUSTAKA PADA BADAN PERPUSTAKAAN ARSIP DAN DOKUMENTASI DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA 3.1 Sejarah Singkat Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokementasi Daerah Provinsi Sumatera Utara ... 28

3.2 Struktur Organisasi ... 29

3.2.1 Visi ... 32

3.2.2 Misi ... 32

3.3 Sumber Daya Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokementasi Daerah Provinsi Sumatera Utara ... 33

3.4 Koleksi Bahan Pustaka Pada Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokementasi Daerah Provinsi Sumatera Utara ... 34

3.5 Keanggotan Pengguna Pada Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokementasi Daerah Provinsi Sumatera Utara ... 36

3.6 Perawatan Bahan Pustaka Pada Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokementasi Daerah Provinsi Sumatera Utara ... 37

3.7 Perbaikan Bahan Pustaka Pada BPAD PROVSU ... 39

3.7.1 Menambal... 39

(8)

3.7.3 Penjilidan ... 40

3.8 Faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka Pada Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokementasi Daerah Provinsi Sumatera Utara ... 41

3.8.1 Faktor Fisika ... 41

3.8.2 Faktor Biota... 42

3.8.3 Faktor Penggunaan dan Penanganan Yang Salah ... 44

3.9 Pencegahan Kerusakan Bahan Pustaka Pada Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokementasi Daerah Provinsi Sumatera Utara ... 44

3.9.1 Menciptakan Lingkungan Penyimpanan ... 44

3.9.2 Memilih Material Yang Dipakai Dalam Ruang Penyimpanan 47 3.9.3 Mencegah Kerusakan Karena Pengaruh Cahaya ... 47

3.9.4 Mencegah Kerusakan Karena Pengaruh Suhu dan Kelembaban Udara ... 48

3.9.5 Menegah Kerusakan Karena Pengaruh Biotis ... 48

3.10 Kendala yang Dihadapi BPAD PROVSU ... 49

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ... 50

4.2 Saran ... 51

(9)

DAFTAR TABEL

DAFTAR TABEL ... ix

Tabel 1: Subjek utama dari pada DDC ... 34

Tabel 2: Jumlah Perolehan Bahan Pustaka ... 35

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN ... x

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini semakin membawa pengaruh dan perubahan di dalam aspek kehidupan kita. Hal ini menunjukkan bahwa setiap waktu manusia membutuhkan informasi tentang banyak hal, dan untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka manusia membutuhkan sumber informasi.

Hal ini menimbulkan tersedianya perpustakaan-perpustakaan yang merupakan sumber informasi, penelitian ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan, sangat berperan penting dalam mendukung sistem pendidikan nasional. Sehingga pemahaman arti dan manfaat perpustakaan kemudian menjadi sangat penting. Sebab perpustakaan adalah suatu unit kerja yang berupa tempat mengumpulkan, menyimpan, dan memelihara koleksi bahan pustaka yang dikelola dan di atur secara sistematis dengan cara tertentu untuk digunakan secara berkelanjutan oleh pemakainya sebagai sumber informasi.

Selain mengumpulkan dan menyimpan, perpustakaan juga memelihara koleksi bahan pustaka yang dilakukan secara praktis dan sistematis. Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Daerah Provinsi Sumatera telah melakukan langkah kerja yang telah dirumuskan oleh perpustakaan. Perpustakaan ini juga memiliki prinsip konsep pemilihan konservasi bahan pustaka, yaitu dengan mengarahkan konservator, bahwa prosedur perbaikan bahan pustaka mengharuskan nilai bahan pustaka yang diperbaiki tidak berubah, tidak merusak bahan pustaka, dan sedikit tindakan untuk memperbaiki bahan pustaka.

(12)

bahan pustaka. Namun demikian, kegiatan-kegiatan tersebut tidak sepenuhnya berjalan dengan lancar karena terdapat kendala-kendala seperti kurangnya tenaga kerja yang paham dalam kegiatan konservasi dan preservasi, terbatasnya peralatan, kurang strategisnya letak rak penyimpanan karena berhadapan dengan sumber cahaya matahari, kurangnya kesadaran pengguna perpustakaan tentang pentingnya perawatan bahan pustaka dan kurangnya bimbingan terhadap pemakai tentang tata cara penanganan maupun penggunaan terhadap bahan pustaka.

(13)

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan kertas karya ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui proses konservasi dan preservasi pada Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Daerah Provinsi Sumatera Utara

2. Untuk membantu penanganan proses konservasi dan preservasi pada Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Daerah Provinsi Sumatera Utara

karena kurangnya tenaga kerja yang paham dalam hal tersebut.

3. Mengurangi tingkat kerusakan pada bahan pustaka yang terdapat pada Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Daerah Provinsi Sumatera Utara

4. Membantu mengembangkan dan mengenalkan prosedur dan teknik baru dalam perbaikan bahan pustaka.

1.3 Ruang Lingkup

Sesuai dengan judul kertas karya ini, maka penulis akan mengadakan observasi pada Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Daerah Provinsi Sumatera Utara bagian konservasi dan preservasi. Disini penulis membatasi ruang lingkup observasi yakni hanya membahas tentang konservasi dan preservasi bahan pustaka yang terbuat dari kertas saja.

1.4 Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh dan mengumpulkan data sebagai bahan analisa dalam penulisan kertas karya ini penulis akan mengadakan metode sebagai berikut:

1. Studi Kepustakaan.

Sebelum penulis melakukan penelitian lapangan, terlebih dahulu penulis membaca buku-buku atau bahan pustaka lainnya yang relevan dengan masalah yang akan dibahas baik yang ada di perpustakaan maupun yang ada pada penulis sendiri.

2. Studi Lapangan.

(14)

konservasi dan preservasi bahan pustaka pada Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Daerah Provinsi Sumatera Utara.

3. Wawancara ( Interview ), yaitu:

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Konservasi dan Preservasi

Kata konservasi dan preservasi yang biasa diterjemahkan dengan kata pelestarian berasal dari bahasa inggris yaitu : “conservation’’ dan “preservation’’. Menurut Echols dan Shandly ( 2000: 140,445 ) kedua kata ini memiliki pengertian yang hampir sama. Konservasi berarti perlindungan, pengawetan. Sedangkan preservasi berarti pemeliharaan, penjagaan dan pengawetan.

Sedangkan menurut buku “Dasar-dasar Pelestarian Bahan Pustaka, yang diterbitkan oleh perpustakaan Nasional RI ( 1995: 1-2 ) usaha-usaha untuk menyelamatkan bahan pustaka dari kehancuran meliputi:

a. Konservasi ( Pengawetan ): merupakan kebijakan dan cara tertentu yang dipakai untuk melindungi bahan pustaka dan arsip dari kerusakan dan kehancuran, termasuk metode dan teknik yang diterapkan oleh petugas teknis.

b. Preservasi ( Pelestarian ): mencakup unsur-unsur pengelolaan keuangan, kebijaksanaan, teknik dan metode yang diterapkan untuk melestarikan bahan-bahan pustaka dan arsip serta informasi yang dikandungnya.

Dari uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kata konservasi dan preservasi masih rancu. Namun demikian, penulis menganggap bahwa kedua kata ini mempunyai arti yang sama yaitu pelestarian, selanjutnya pelestarian itu mencakup kegiatan pemeliharaan, perawatan, pengawetan, perbaikan dan reproduksi.

(16)

2.2 Maksud dan tujuan

Maksud dan tujuan pelestarian menurut Martoatmodjo ( 1993: 5-6 ) adalah mengusahakan agar bahan pustaka tidak cepat mengalami kerusakan. Bahan pustaka yang mahal diusahakan agar awet, bisa di pakai lebih lama dan bisa menjangkau lebih banyak pembaca perpustakaan. Koleksi yang dirawat yang dimaksudkan bisa menimbulkan daya tarik, sehingga orang yang tadinya segan membaca atau enggan memakai buku perpustakaan menjadi rajin mempergunakan jasa perpustakaan.

Sedangkan tujuan pelestarian bahan pustaka ini dapat dikatan sebagai berikut: 1. Menyelamatkan nilai informasi dokumen.

2. Menyelamatkan fisik dokumen. 3. Mengatasi kendala kekurangan ruang.

4. Mempercepat perolehan informasi: dokumen yang tersimpan dalam CD (Compact Disc) sangat mudah untuk diakses, baik dari jarak dekat maupun jarak jauh, sehingga pemakaian dokumen atau bahan pustaka menjadi lebih optimal.

Dari hal ini yang perlu diketahui tentang kegiatan konservasi dan preservasi bahan pustaka adalah tentang kebijakan-kebijakan yang diperlukan dalam pelestarian bahan pustaka. Namun demikian, karena pelestarian bahan pustaka penulis menafsirkan secara luas yang meliputi kegiatan pemeliharaan, perawatan, pengawetan, perbaikan dan reproduksi, maka setiap perpustakaan minimal melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan sesederhana, mungkin agar bahan pustakanya selalu tersedia dalam keadaan baik dan menarik untuk dibaca, karena bahan pustaka yang rusak kurang menyenangkan bagi pemakainya dan dapat menimbulkan kurang gairah untuk membaca bahan pustaka tersebut.

(17)

kerja. Lingkungan yang sehat, ruang kerja yang baik, rapi dan menarik, membuat kehidupan pustakawan menjadi lebih berarti dan menyenangkan.

2.3 Fungsi Pelestarian

Perpustakaan sebagai salah satu pusat informasi, bertugas mengumpulkan, mengolah dan menyajikan bahan pustaka untuk dapat dimanfaatkan oleh pemustaka secara efektif dan efisien, agar bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan dapat diinginkan dalam jangka waktu yang relatif lama, perlu suatu penanganan yang lebih serius agar bahan pustaka terhindar dari kerusakan, atau setidaknya diperlambat proses kerusakannya dan mempertahankan kandungan informasi, yang sering kita sebut sebagai preservasi bahan pustaka.

Tugas pemeliharaan, perawatan dan pelestarian bahan pustaka bukanlah tugas yang mudah. Sejak zaman dahulu perpustakaan telah berusaha untuk mencegah dan mengatasi kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh faktor alam, serangga, dan manusia.

Pemustaka manusia sebagai pemustaka juga turut sebagai faktor perusak bahan pustaka, maka perlu sebuah perhatian khusus bagi pengelola perpustakaan agar pemustaka tidak lagi menjadi perusak bahan pustaka dan harus diberdayakan sebagai pihak yang ikut serta dalam pemeliharaan bahan pustaka.

Kegiatan Pemeliharaan bahan pustaka memiliki beberapa fungsi antara lain: 1. Fungsi perlindungan

Upaya melindungi bahan pustaka dari beberapa faktor yang mengakibatkan kerusakan.

2. Fungsi pengawetan

Upaya pengawetan terhadap bahan pustaka agar tidak cepat rusak dan dapat dimanfaatkan lebih lama lagi.

3. Fungsi kesehatan

(18)

4. Fungsi pendidikan

Upaya memberikan pendidikan kepada pembaca, bagaimana memanfaatkan bahan pustaka yang baik dan benar.

5. Fungsi kesabaran

Upaya pemeliharaan bahan pustaka membutuhkan kesabaran dan ketelitian. Misalnya dalam hal menambal buku yang berlubang, membersihkan kotoran hewan-hewan kecil/kutu, menghilangkan noda pada bahan pustaka, semua itu membutuhkan kesabaran.

6. Fungsi sosial

Pemeliharaan bahan pustaka sangat membutuhkan keterlibatan dari orang lain, karena pemeliharaan tidak dapat dikerjakan oleh seorang diri. Pustakawan juga harus mengikut sertakan pengguna perpustakaan untuk menjaga dan merawat bahan pustaka.

7. Fungsi ekonomi

Pemeliharaan yang baik akan berdampak pada keawetan bahan pustaka, yang akhirnya dapat meminimalisasi biaya pengadaan bahan pustaka.

8. Fungsi keindahan

Dengan pemeliharaan yang baik, penataan bahan pustaka yang rapi, perpustakaan tampak menjadi lebih indah, sehingga menambah daya tarik kepada pembacanya.

2.4 Unsur-unsur Dalam Pelestarian (Preservation) Pada Bahan Pustaka

(19)

melestarikan informasi yang direkam dalam bentuk fisiknya, atau dialihkan pada media, agar dapat dimanfaatkan oleh pengguna perpustakaan.

Unsur-unsur dalam pelestarian bahan pustaka meliputi:

1. Pengelolaan meliputi kegiatan bagaimana mengelola bahan pustaka agar dapat dimanfaatkan oleh pengguna dengan baik tanpa mengabaikan kelestarian bahan pustaka tersebut.

2. Keuangan, meliputi seberapa besar anggaran yang dibutuhkan untuk kegiatan pelestarian bahan pustaka, sehingga dengan jelas dalam mengalokasikan biaya untuk kegiatan tersebut. Kebutuhan untuk keperluan pelestarian harus direncanakan dengan matang. Sehingga dana yang terserap dapat dipertanggungjawabkan.

3. Cara penyimpanan, meliputi kegiatan bagaimana memperlakukan bahan-bahan pustaka dalam pengaturan di tempat penyimpanan. Dimana bahan-bahan pustaka harus disimpan dan dipertimbangkan, oleh siapa saja yang menyimpan alat-alat bantu apa yang diperluakn untuk penyimpanan dan kegiatan pelestarian pada umumnya. Alat-alat misalnya alat-alat untuk penjilidan, alat angkut berupa kereta dorong dan lain-lain.

4. Taraf tenaga kerja, yang diperlukan dalam kegiatan pelestarian bahan pustaka menyangkut kuantitas dan kulitas, maksudnya berapa banyak tenaga kerja yang dibutuhkan dan dengan kualifikasi bidang apa serta kemampuannya. Karena kegiatan bahan pustaka preservasi bahan pustaka ini bersifat preventif disamping juga kuratif, diperlukan kesadaran dan pemahaman dari berbagai pihak, baik dari pustakawan, tenaga administrasi, dan pengguna perpustakaan. 5. Kebijaksanaan, akan berkaitan dengan perencanaan keuangan. Kebijaksanaan

pada tahap awal dilakukan dalam seleksi bahan pustaka, yaitu memutuskan apakah akan menambahkan koleksi atau tidak.

(20)

melestarikan kandungan informasinya ke dalam bentuk fisik yang lain, misalnya dalam bentuk mikro (microfiche/microfilm) atau CD-ROM.

2.5 Faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka

Setiap pustakawan harus dapat mencegah terjadinya kerusakan bahan pustaka. Kerusakan itu dapat dicegah jika kita mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebabnya. Menurut Razak(1996: 9),‘‘bahan pustaka mudah mengalami kerusakan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal”. Sebagian besar bahan pustaka koleksi perpustakaan merupakan bahan tercetak yang umumnya terbuat dari kertas. Bahan dari kertas ini dapat mengalami kerusakan, baik karena faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal yang dapat merusak bahan pustaka antara lain jamur, serangga, binatang pengerat, zat kimia bahkan manusia dan lain-lain. Sedangkan faktor internal yang marusak bahan pustaka adalah zat asam yang terkandung dalam kertas, dengan adanya zat asam ini kertas dapat rusak dari dalam, yaitu akibat sisa-sisa zat kimia pada saat pembuatan kertas.

Oleh karena itu, agar bahan pustaka dapat bertahan lama sehingga informasi yang berada di dalamnya dapat diakses oleh pemakai secara optimal diperlukan usaha pelestarian. Koleksi perpustakaan merupakan bahan tercetak yang umumnya terbuat dari kertas. Bahan dari kertas ini dapat mengalami kerusakan, baik karena faktor eksternal maupun internal. Oleh karena itu, agar bahan pustaka dapat bertahan lama sehingga informasi yang berada di dalamnya dapat diakses oleh pemakai secara optimal diperlukan usaha pelestarian.

(21)

2.5.1 Faktor internal (dari dalam)

Kerusakan yang terjadi pada bahan buku sendiri, yakni pada kertas, tinta cetak, perekat, dan pengawet perekat yang tidak baik kualitasnya, dan pada benang penjilidan yang tidak serasi dengan sampul.

Kerusakan pada bahan perpustakaan non-buku seperti kaset, disket, piringan hitam, CD ROM, dan pustaka renik juga disebabkan oleh kualitas bahannya yang tidak baik atau tidak cocok. Pemrosesan bahan perpustakaan non-buku yang kurang baik menyebabkan mudah tercemari oleh jasad renik sehinggan bahan perpustakaan mudah rusak.

2.5.2 Faktor eksternal (faktor dari luar)

Kerusakan bahan perpustakaan dapat pula disebabkan oleh faktor mekanis atau kimiawi dari lingkungan, dan hayati.

1. Faktor Mekanis: Kecerobohan pengguna yang menimbulkan kehausan pada bahan perpustakaan.

a. Cahaya matahari.

b. Medan magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik atau logam magnet. 2. Faktor Hayati

a. Kerusakan bahan pustaka yang disebabkan pemanfaatan dan perlakuan terhadap bahan pustaka yang kurang tepat. Manusia, meliputi pustakawan sebagai orang yang memberikan layanan, dan pengguna yang terdiri dari mahasiswa, dosen, karyawan dan pihak luar. Larangan membawa makanan, minuman ke dalam ruang perpustakaan bukan merupakan hal yang tanpa alasan, sebab ceceran sisa makanan atau kandungan minyak, jika menempel pada buku akan mengundang serangga atau tikus. Pengguna perpustakaan kadang melipat halaman bagian yang dianggap penting, akan menyebabkan cepat rusaknya buku tersebut.

b. Vandalisme

(22)

Mengenalkan virus secara sengaja pada program komputer atau menekan disket database juga termasuk perbuatan vandalis.

c. Perabot dan peralatan

Perabot yang berhubungan langsung dengan buku/bahan pustaka adalah rak. Jumlah rak jika kurang sesuai dengan kebutuhan akan mengakibatkan buku bertumpuk pada rak tersebut. Ukuran rak yang tidak sesuai dengan ukuran buku, dan penempatan yang terlalu rapat, dapat menyebabkan bahan cepat rusak. Peralatan yang digunakan untuk memindahkan buku dari ruang ke ruang lain atau dari lantai bawah ke lantai atas pada gedung perpustakaan.

d. Bencana Alam

Bencana alam seperti kebanjiran, gempa bumi, kebakaran dan kerusuhan merupakan faktor yang sangat sulit dielakkan. Bencana alam ini dapat memusnahkan bahan pustaka dalam waktu singkat. Kerusakan yang terjadi karena kebanjiran dan air hujan adalah timbulnya noda oleh jamur dan kotoran yang dibawa oleh air. Noda yang ditimbulkan oleh jamur ini sangat sakit di hilangkan karena jamur berakar di sela-sela serat kertas.

3.Faktor Kimiawi

a. Suhu dan kelembapan udara.

(23)

b. Serangga dan binatang pengerat

Beberapa jenis serangga yang dapat merusak bahan pustaka, seperti kecoa, rayap, kutu buku dan lain-lain. Tikus merupakan binatang pengerat yang suka merusak buku, terutama buku-buku yang tertumpuk, apalagi di tempat gelap.

c. Kuat lemahnya cahaya

Sumber cahaya yang digunakan untuk penerangan ruang perpustakaan ada dua, yaitu cahaya matahari dan cahaya lampu listrik. Kita tahu bahwa cahaya matahari maupun cahaya lampu listrik mengandung sinar ultra violet. Ultra violet inilah yang dapat menyebabkan rusaknya kertas/buku. Perhatikanlah kertas yang langsung kena sinar matahari, warnanya akan cepat berubah dan semakin suram.

d. Reaksi Kimia

Kertas tersusun dari senyawa-senyawa kimia, lambat laun akan terurai. Hal ini dikarenakan proses oksidasi dan Hidrolisa bahan sellulose, yang merupakan salah satu bahan campuran kertas. Proses hidrolisa dipercepat oleh adanya asam kuat seperti: HCL, H2OSO4, HNO3 serta unsur-unsur logam berat seperti Fe, Cu yang merupakan residu yang terkandung dalam kertas sebagai katalisator.

e. Pencemaran Udara

Yang ditimbulkan dari gas-gas SO2, H2S, NO2, pada konsenterasi tinggi akan menghasilkan asam-asam yang merusak bahan kertas, film, dan alat-alat dari logam.

2.6 Perawatan Bahan Pustaka

Menurut Perpustakaan Nasional Republik Indonesia 1992, “kegiatan perawatan bahan pustaka terbagi atas tiga bagian yaitu pencegahan kerusakan, perawatan, dan perbaikan”.

2.6.1 Pencegahan Kerusakan Bahan Pustaka

Kerusakan yang disebabkan oleh faktor dari dalam (internal) sulit untuk dicegah, tetapi beberapa upaya berikut dapat dilakukan:

1. Faktor Mekanis

(24)

kotoran, karena sapu dan bulu ayam dapat memindahkan debu dari rak buku ke tempat lain.

b. Menghindarkan bahan perpustakaan dari sinar matahari lansung. 2. Faktor Hayati

Cara mengatasi tindakan pencegahan terhadap bahan pustaka yang terjadi akibat faktor manusia, faktor biota, dan faktor bencana alam. Upaya pencegahan terhadap tindakan penyalahgunaan bahan pustaka dapat dilakukan untuk meminimalkan jumlah bahan pustaka yang dirusak. Hal ini bisa dilakukan dengan cara antara lain: a. Mencegah kerusakan dari faktor manusia (ulah manusia)

1) Mengatur tata ruang layanan bahan pustaka perpustakaan sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan pemustaka melakukan tindakan penyalahgunaan bahan pustaka dengan leluasa.

2) Menciptakan keadaan perpustakaan yang kondusif baik itu untuk membaca ataupun untuk belajar sehingga menciptakan kenyamanan bagi pengunjung perpustakaan.

3) Menyediakan fasilitas mesin fotokopi yang memadai, dengan harga yang terjangkau dan hasil yang memuaskan.

4) Menambah jumlah eksemplar bahan pustaka yang banyak dibutuhkan oleh pemustaka.

5) Pemasangan sistem keamanan elektronik misalnya pemustakaan kamera pengintai untuk memantau kegiatan pemustaka di dalam perpustakaan.

6) Menanamkan kesadaran “book preservation” baik pada orang yang menggunakan buku maupun terhadap staf perpustakaan.

7) Melatih diri sendiri untuk mencintai buku mengingat buku peranannya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, sebagai informasi, pelansung kehidupan Perguruan Tinggi yang perlu dijaga dan diamankan bersama. Juga bagi pemakai buku, hendaknya diperhatikan bagaimana cara memakai buku yang baik, seperti: a) Cara membuka buku

(25)

c) Buku harus dihindarkan dari tangan yang berminyak (bekas memegang makanan), jangan dikenakan air, bahkan pencegahan terhadap kebakaran sangat penting diperhatikan.

3. Faktor Biota

Biota yang merusak bahan pustaka adalah serangga, binatang pengerat seperti tikus dan jamur. Untuk mencegah kerusakan tersebut diperlukan berbagai tindakan yang harus dilakukan, antara lain:

a. Usahakan ruangan agar tetap bersih supaya terhindar dari binatang yang ingin merusak bahan pustaka seperti binatang pengerat seperti tikus, serangga dan jamur. b. Gunakan sarung tangan dan masker jika ingin menangani bahan pustaka yang berjamur.

c. Periksa bahan pustaka yang mengandung serangga, letakkan dekat jendela atau kipas angin, semprotkan pada obyek.

4. Faktor Bencana Alam

Bencana alam merupakan suatu peristiwa yang tidak daapt di sangka-sangka sebelumya. Bencana alam bisa tiba-tiba terjadi yang tidak diketahui kapan bencana alam tersebut akan datang dan akhirnya mengakibatkan hancurnya bahan pustaka. Dalam menghadapi musibah yang akan terjadi, maka sangat diperlukan kesiagaan dari seluruh jajaran perputakaan untuk menghadapinya. Untuk bencana kebakaran perlu disediaakan alat pemadam kebakaran yang mudah dijangkau kapan saja. Untuk bencana banjir, dan bencana akibat gejala alam seperti gempa dan angin topan, memang sangat sulit untuk dihadapi.

5. Faktor Kimiawi

a. Mencegah kerusakan bahan pustaka dari pengaruh cahaya. Untuk menghindari kerusakan bahan pustaka akibat cahaya, perlu dilakukan berbagai hal sebagai berikut:

1) Gunakan UV filter untuk melindungi ruangan dari UV. 2) Hindari bahan pustaka dari sinar matahari secara lansung.

b. Lampu neon mengandung UV yang sangat tinggi, gunakan UV absoebentnjackets pada lampu neon.

(26)

d. Mencegah kerusakan bahan pustaka dari suhu udara dan kelembapan udara. Ada beberapa cara untuk melindungi bahan pustaka dari kelembapan udara yang tidak ideal, antara lain:

1) Usahakan meletakkan bahan pustaka, baik yang disimpan maupun yang dipermerkan, pada temperatur yang tetap, untuk itu dapat menggunakan tirai atau blinds untuk menghindari panas.

2) Hindari meletakkan bahan pustaka di dekat tembok yang mengalami fluktuasi temperature.

3) Ruangan ber AC dapat mengeringkan bahan pustaka dan apabila temperatur berubah maka akan dapat menambah kelembapan.

e. Mencegah kerusakan dari faktor kimia, partikel debu, jamur dan logam dari udara. Ada banyak masalah kimiawi yang dapat merusak bahan pustaka. Pada dasarnya kerusakan tersebut disebabkan oleh hasil reaksi kimiawi yang terjadi dalam bahan pustaka. Kertas dihasilkan oleh proses kimia, semakin buruk kualitas kertas, maka semakin rentan terhadap populasi Karat yang terdapat dalam bahan pustaka dapat ditimbulkan dari proses pembuaatn kertas, rak yang berkarat dan tinta yang digunakan. Foxing muncul pada ke lembapan udara yang tinggi, apabila jamur merupakan penyebabnya maka perlu diambil tindakan fumigasi, sedangkan apabila karat penyebabnya, bagian yang terkena karat yang berasal dari rak buku perlu dibersihkan.

2.6.2 Perawatan Pada Bahan Pustaka

Perawatan merupakan bagian dari “Concervation” yaitu pengawetan. “Menurut Perpustakaan RI, (1992: 2) pengawetan merupakan kebijaksanaan dan cara tertentu yang dipakai untuk melindungi bahan pustaka dan arsip dari kerusakan dan kehancuran termasuk metode dan teknik yang ditetapkan oleh petugas teknis”.

Dapat disimpulkan bahwa perawatan bahan pustaka berarti suatu usaha yang dilakukan terhadap bahan pustaka untuk melindungi bahan pustaka dari kerusakan dan kehancuran. Usaha-usaha berikut meliputi:

(27)

Noda yang terjadi pada kertas selain memeberikan kesan kotor, juga dapat menimbulakan karat dan zat asam yang dapat membuat tumbuhnya jamur pada bahan pustaka. Pembersihan yang akan dilakukan tergantung pada jenis noda atau kotoran dan keadaan bahan. Menurut perpustakaan Nasional RI, (1992: 28) hal-hal yang menyebabkan terjadinya noda adalah:

a. Debu ( Parikel Padat )

Debu merupakan partikel padat yang berasal dari berbagai macam zat. Partikel logam misalnya, bila teroksidasi akan menimbulkan bercak-bercak kuning pada permukaan bahan. Debu ini dapat dibersihkan dengan kuas atau sikat, penghapus karet, busa atau vacuum cleaner. Noda terjadi hendaknya dibersihkan dengan air, karena air akan menyebabkan noda meresap masuk ke dalam serat kertas dan akan tinggal selamanya. b. Zat cair

1) Minyak

Minyak akan meresap dan menjalar sesuai dengan sifat zat cair. Noda yang dihasilkan ditandai dengan perubahan warna kertas menjadi lebih tua dari warna aslinya.

2) Air

Air yang meresap dan mengalir pada kertas sekaligus akan membawa kotoran ke batas alir air, sehingga noda lebih nampak di daerah tepi alir air. Sedangkan di daerah alirannya sendiri lebih bersih.

3) Tinta Yang Luntur

Noda yang disebabkan oleh tinta yang luntur hanay terjadi pada satu permukaan saja. 4) Asam

Terjadinya asam pada bahan disebabkan karena beberapa hal, misalnya karena lingkungan, partikel debu, pengaruh usia atau dari proses pembuatan kertas itu sendiri. Asam dapat menimbulkan noda diatas permukaan bahn yaitu berubahnya warna bahan menjadi kecoklatan.

2. Fumigasi

(28)

merupakan kegiatan yang dilakukan untuk megasapi bahan pustaka dengan menggunakan uap atau gas peracun membasmi serangga atau jamur yang menyerang bahan pustaka yang ada di perpustakaan. Bahan yang digunakan untuk membunuh serangga dan jamur disebut fumigant yang dapat berbentuk padat, cair atau gas. Pada pelaksanaanya fumigant akan menjadi uap atau gas pada tekanan dan suhu kamar tertentu.

Dalam mengadakan fumigasi pustakawan harus memperhitungkan jumlah bahan yang akan difumigasi dan luas ruang yang diperlukan. Dengan memperhatikan ruang yang ada maka dipilih pula fumigant yang akan dipergunakan, jenis-jenis fumigant, jumlah yang diperlukan serta lama fumigasi.

Pustakawan juga harus memperhatikan bahaya dari pemakai zat-zat kimia untuk fumigasi. Tidak satu pun bahan kimia dapat dipakai tanpa alat pengaman, atau tanpa supervisi oleh orang yang berpengalaman dalam bidang ini.

3. Menghilangkan keasaman pada kertas

Keasaman yang terkandung dalam kertas menyebabkan kertas itu cepat lapuk, terutama kalau kena polusi. Bahan pembuat kertas merupakan bahan organik yang mudah bersenyawa dengan udara luar. Agar pengaruh udara tersebut tidak berlanjut, maka bahan pustaka perlu dilaminasi. Agar laminasi efektif, sebelum dikerjakan, bahan pustaka dihilangkan atau diturunkan tingkat keasamannya. Ada dua cara menghilangkan keasaman pada bahan pustaka, yaitu cara kering dan cara basah. Sebelum ditentukan cara yang mana yang tepat, maka perlu diukur tingkat keasaman pada dokumen. Ada berbagai alat pengukur tingkat keasaman dokumen yang dibicarakan dalam bahan pustaka ini, sehingga pustakawan dapat memilih cara mana yang paling mungkin untuk dikerjakan sesuai dengan kondisinya.

(29)

keasaman kertas dan tidak akan dilaminasi, kiranya cara kering lebih aman, sebab tidak ada kekhawatiran bahan pustaka robek. Cara kering ini dapat diulang setiap enam bulan, sampai bahan pustaka dimaksud sudah kurang keasamannya dan dijamin lebih awet.

4. Laminasi

Laminasi adalah suatu proses pelapisan dua permukaan kertas dengan bahan penguat. Menurut Perpustakaan Nasional RI (1995: 93) “Laminasi maksudnya adalah menutupi satu lembar di antara dua lembar bahan penguat”. Laminasi dapat dilakukan dengan cara manual yakni alaminasi dengan tangan dan laminasi dengan modern dengan menggunakan mesin, dimana bahan laminasi sudah di desain dalam bentuk siap pakai. Proses ini menggunakan untuk melestarikan bahan pustaka yang sudah rusak dan akan lebih parah bila dipergunakan lagi, misalnya bahan yang sudah tua, sobek atau rapuh, dan bersifat asam. Sebelum pekerjaan laminasi dilaksanakan, hendaknya bahan sudah mengalami perawatan.

Perpustakaan Nasional RI, (1992: 35 ) misalnya: a. Telah difumigasi

b. Telah dihilangkan nodanya

c. Telah dihilangkan asam yang terkandung didalamnya

Manuskripsi, dokumen, naskah, yang kuno terutama kertas-kertasnya yang sudah lapuk sehingga mudah hancur, dapat di awetkan dengan cara menyemprotkan bahan kimia atau laminasi.

(30)

laminasi sederhana yang dilakukan secara manual dilakukan dengan cara membentangkan kertas tissue sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan, kemudian diatasnya digelar selembar acetat foil dengan dimensi ukuran yang sama. Lalu diatasnya dihamparkan bahan pustaka yang rusak. Kemudian dipasang lagi kertas tissue dengan ukuran lebih besar daripada halaman yang rusak. Kemudian di ulas dengan cairan acetat pada semua halaman.

Dan dibolak-balik dengan bantuan kapas atau kuas. Persenyawaan cairan aceton menyebabkan acetat foil bersenyawa dengan kertas tissue, baik diatas maupun dihalaman yang rusak, lalu kertas tissue digunting.

5. Enkapsulasi

Enkapsulasi adalah salah satu cara preservasi kertas dengan menempatkan lembaran bahan kertas diantara dua film plastik polyster untuk menghindari kerusakan fisik karena sering dipegang atau melindungi kertas dari debu dan pollutant. Pada umumnya kertas yang akan di enkapsulasi adalah lembaran naskah kuno, peta, bahan cetakan atau poster yang sudah rapuh, plastik yang digunakan sebagai bahan pelindung. Sebelum pelaksanaan enkapsulasi, kertas harus bersih, kering, dan dideasidifiaksi untuk menetralkan asam yang terdapat pad kertas.

6. Konservasi Koleksi Audio Visual

Kerusakan suatu film nitrat dapat diperkirakan sebelumnya melalui test kimia dan fisika, misalnya dengan test pelapukan. Dengan test ini dapat disimpulkan berapa tahun film nitrat akan bertahan lama. Daya tahan suatu film juga tergantung dari kondisi penyimpanan dan mutu kerja saat prossing. Dalam merawat koleksi audio visual ini harus disesuaikan dengan temperatur dengan kelembapan udara sehingga bahan pustaka yang berbentuk audio visual dapat bertahan selama mungkin.

2.6.3 Perbaikan Bahan Pustaka dan Restorasi 1. Menambal

(31)

juga dapat dilakuakan dengan bubur kertas (pulp) atau menggunakan kertas tissue yang berperekat.

Adapun cara untuk menambal bahan pustaka adalah sebagai berikut:

a. Pilih kertas yang sesuai dengan kondisi bahan pustaka dan juga kertas yang sesuai untuk menambal.

b. Bagian tepi lubang atau potongan kertas yang hilang dikikis atau dipertipis dengan menggunakan cutter.

c. Oleskan perekat dengan hati-hati pada bagian tepi lubang atau bagian yang terkikis. d. Letakkan kertas penambal di atas lubang atau bagian kertas yang hilang dengan rah serat disesuaikan.

e. Kertas penambal yang terletak diluar bagian berlubang dikikis dengan menggunakan cutter.

f. Kertas yang halus disatukan diatas bagian yang telah di tambal dan sedikit di tekan, agar merekat dengan baik. Setelah kering ratakan dengan menggunakan tulang pelipat.

2. Menyambung

Menyambung dilakukan untuk merekat bagian yang sobek atau lemah karena lipatan, biasanya diperkuat dengan potongan kertas dari jenis tertentu, agar bagian yang sobek tidak bertambah besar atau lebar. Menurut Perpustakaan Nasional RI, (1995: 91) ada berbagai cara dalam menyambung bahan pustaka yang telah sobek, anatara lain:

1. Pilih kertas yang akan digunakan untuk memperkuat sambungan 2. Letakkan penggaris logam diatas kertas dengan arah panjang serat

3. Tarik garis sepanjang tepi penggaris dengan menggunakan trecpen yang telah dicelupkan dalam air

4. Kertas dilipat keatas dengan mengunakan tulang pelipat 5. Kertas ditarik dengan hati-hati menurut garis yang basah 6. Rapatkan bagian kertas yang sobek dengan hati-hati

(32)

8. Letakkan kertas diantara dua lembar kertas penyerap dan letakkan dibawah pemberat. Setelah kering, potong bagian yang berlebih

3. Penjilidan

Penjilidan adalah suatu cara untuk menghimpun atau menggabungkan beberapa lembaran kertas menjadi satu, serta dilapisi oleh cover. Perpustakaan Nasional RI, (1995: 2). Menurut Perpustakaan RI, (1995: 3) penjilidan dibagi menjadi dua bagian, antara lain:

a. Dengan sampul linak (soft cover) yaitu menjilid dengan cover tipis atau kertas yang mempunyai berat antara 165 gram sampai 320 gram.

b. Dengan sampul keras (hard cover) yaitu menjilid dengan cover tebal atau karton yang mempunyai berat diatas 320 gram.

Sebagai pustakawan kita harus dapat memperbaiki dokumen yang rusak, baik itu kerusakan kecil maupun kerusakan berat. Perpustakaan sebaiknya memiliki ruangan khusus untuk melakukan pekerjaan ini. Menambah buku berlubang oleh larva kutu buku atau sebab lainnya, menyambung kertas yang robek, atau menambal halaman buku yang koyak adalah pekerjaan yang mesti dapat dikerjakan. Mengganti sampul buku yang rusak total, menjilid kembali, atau mengencangkan penjilidan yang kendur adalah pekerjaan yang harus dikuasai oleh seorang restaurator. Berbagai macam kerusakan yang lain yang mungkin terjadi, tidak boleh ditolak oleh bagian pelestarian ini. Peralatan yang diperlukan, serta bahan dan cara mengerjakan perbaikan ini harus dipelajari benar-benar oleh seorang pustakawan atau teknisi bagian pelestarian.

Penjilidan dilakukan terhadap bahan pustaka yang sampulnya rusak, benang jahitnya lepas ataupun nomor halamanya yang tidak berurut lagi sehingga perlu dibongkar dan dijilid kembali. Tetapi sebelum melakukan penjilidan, perlu dipikirkan terlebih dahulu bahan-bahan, biaya, dan tenaga penjilidan sama dengan biaya pembelian dengan judul yang sama maka lebih baik membeli bahan pustaka yang baru. Sebagai pustakawan ada perlunya terlebih dahulu mengenal bahan jilidan, perlengkapan penjilidan dan mutu kualitas jilid, antara lain:

(33)

Buku bukan merupakan tumpukan kertas yang berdiri sendiri, tapi merupakan struktur yang satu sama lain saling terikat. Struktur buku terdiri atas:

a) Segi b) foredge

c) kertas hujungan d) papan jilidan e) ikatan timbul f) groove

g) ulang pita kapital dan sebagainya 2) Perlengkapan penjilidan.

Agar struktur itu tidak lepas satu sama lainnya, maka buku perlu dijilid meliputi: a) pisau

b) palu c) pelubang d) Gunting e) tulang pelipat f) penggaris besi g) kuas

h) gergaji i) jarum j) benang k) pengepres l) pemidang jahit

m) mesin potong dan sebagainya 3) Mutu kualitas jilid.

Selain ditentukan oleh kemahiran dalam bekerja juga ditentukan oleh bahan yang digunakan. Bahan penjilid meliputi:

a) kain linen b) perekat

(34)

Arah serat kertas merupakan hal yang penting bagi pekerjaan penjilidan. Arah serat yang salah akan mengakibatkan jilidan tidak rapi dan lemah.

Adapun Persiapan penjilidan yang dilakukan meliputi dua hal yaitu: a) Penghimpunan kertas-kertas atau bahan pustaka,

Penghimpunan harus dikerjakan secara teliti, jangan salah mengurutkan

nomor halaman. Kalau majalah, jangan salah mengurutkan nomor penerbitannya. Panjang-pendek, serta lebar kertas harus disamakan. Rapihkan sisi sebelah kiri agar pemotongan dan perapihan dapat dikerjakan untuk ketiga sisi yang lain. Petunjuk penjilidan harus disertakan, agar hasilnya sesuai dengan yang kita kehendaki.

b) Penggabungan.

Dalam melakukan penggabungan kita harus melihat jilidan macam apa yang dikendaki sesuai dengan slip petunjuk penjili dan.

Ada lima macam jilidan yang dapat dipilih: i. Jilid kaye

ii. Signature binding iii. Jilid lem punggung iv. Jilid spiral

v. Jilid lakban

2.7 Penyiangan

Penyiangan (weeding) adalah kegiatan pemilahan terhadap koleksi bahan pustaka yang ada di perpustakaan. Kegiatan penyiangan dilakukan agar bahan-bahan pustaka yang tidak sesuai lagi diganti dengan bahan pustaka yang baru. Bahan pustaka yang perlu disisngi biasanya bahan pustaka yang isinya tidak relevan lagi, sudah usang, isinya tidak lengkap, bahan pustaka yang sudah ada edisi terbarunya dan bahan pustaka yang fisiknya sudah sangat rusak.

Adapun tujuan kegiatan penyiangan, antara lain:

1. Membina dan memeperbaiki nilai pelayanan informasi pelayanan oleh perpustakaan

(35)

3. Meningkatkan daya guna dan hasil guna ruang dan koleksi 4. Mengetahui mutu, lingkup, dan kedalaman koleksi

5. Menyesuaikan koleksi dengan tujuan dan Program Perguruan Tinggi 6. Mengetahui kekuatan dan kelemahan

7. Menyesuaikan kebijakan penyiangan koleksi 8. Meningkatkan nilai informasi

Menurut Departemen Pendididkan Nasional RI (2005: 65), “Kriteria penyiangan kebijakan penyiangan sering bersifat relative”. Sehingga perpustakaan perlu memilki kebijakan tertulis tentang penyiangan koleksi yang merujuk pada peraturan perundang-undangan.

Dalam menentukan kebijakan penyiangan, perpustakaan perlu meminta bantuan pada ahli para pejabat yang berwenang. Bersama dengan pustakawan, mereka menentukan bahan pustaka mana yang perlu dikeluarkan dari kolesi.

Penyiangan koleksi dapat dilakukan sebagi berikut:

1. Menyingkirkan bahan perpustakaan dari tempatynya ke ruangan penyimpanan khusus

2. Menghapus atau memusnakan pustaka

3. Menukar bahan perpustakaan dengan bahan perpustakaan lain 4. Menghadiahkan bahan perpustakaan kepada perpustakaan lain

Bahan perpustakaan yang perlu disiang untuk itu sangat diperlukan pedoman penyiangan, antara lain:

a. Bahan perpustakaan yang isinya sudah tidak relevan dengan program perguruan tinggi

b. Bahan perpustakaan yang isinya sudah usang

(36)

2.8 Stock Opname

Stock opname merupakan kegiatan perhitungan kembali koleksi bahan pustaka yang memiliki perpustakaan. Menurut Sulistyo-Basuki (1991: 235 ), stock opname adalah “Pemeriksaan fisik terhadap buku yang tercatat milik perpusakaan”. Sebelum melakukan kegiatan ini perlu dipertimbangkan terlebih dahulu pelayanan apa yang dibutukan dan kapan waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan stock opname agar tidak mengganggu pelayanan yang disediakan oleh perpustakaan kepada penggunaanya.

Adapun kegiatan stock opname bertujuan untuk:

1. Mengetahui dengan tepat profil koleksi bahan pustaka yang ada di suatu perpustakaan.

2. Mengetahui jumlah buku (judul atau eksemplar) koleksi bahan pustaka menurut golongan klasifiaksi dengan tepat.

3. Menyediakan jajaran katalog yang tersusun rapi yang mencerminkan kondisi koleksi bahan pustaka.

4. Mengetahui dengan tepat bahan pustaka yang tidak memiliki katalog 5. Mengetahui dengan tepat bahan pustaka yang hilang

6. Mengetahui kondisi bahan pustaka apakah sudah rusak atau tidak lengkap Keuntungan diadakannya stock opname adalah :

a. Dapat disusun daftar bahan pustaka yang disiangi karena sudah tidak sesuai lagi baik subjek, tahun, kondisi bahan pustakanya serta mendaftar susunan bahan pustaka secara mutahir.

b. Mengetahui bahan pustaka yang paling banyak diminati pengguna. Hal ini digunakan sebagai petunjuk pemilihan bahan pustaka.

c. Mengetahui laju kehilangan bahan pustaka di perpustakaan.

d. Dapat diperolehnya susunan bahan pustaka yang rapi di dalam rak. e. Membersihkan bahan pustaka dari debu dan kotoran lain.

Kerugian diadakannya stock opname adalah :

(37)

b. Selama kegiatan stock opname,perpustakaan tidak memberikan pelayanan kepada pengguna. Hal in I kurang diinginkan pengguna. Untuk mengatasinya seringkali stock opname dilakukan pada saat-saat pengguna sedikit (misalnya:waktu libur)

(38)

BAB III

KONSERVASI DAN PRESERVASI BAHAN PUSTAKA PADA BADAN PERPUSTAKAAN, ARSIP DAN DOKUMENTASI DAERAH PROVINSI

SUMATERA UTARA

3.1 Sejarah Singkat Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Daerah Provinsi Sumatera Utara

Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara ( BPAD-SU ) berada di Jalan Brigjend Katamso Nomor 45 K Medan atau tepatnya di depan Istana Maimon, salah satu bangunan bersejarah di Kota Medan.

Pada awalnya BPAD-SU bernama Perpustakaan Negara Departemen Pendidikan dan Kebudayaan berdiri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan RI No. 09103/S/1956 tanggal 23 Mei 1956. Sesuai dengan perubahan sistem pemerintahan sehingga pada 23 Juni 1978 nama perpustakaan Negara berubah menjadi Perpustakaan Wilayah melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0199/0/1978. Pada saat ini Kepala Perpustakaan Wilayah dijabat oleh pejabat eselon IV/A. Berselang kurun waktu lebih kurang 10 tahun terjadi lagi perubahan terhadap Perpustakaan di seluruh Indonesia termasuk di Sumatera Utara sehingga lahir nama baru bagi Perpustakaan Wilayah dengan sebutan Perpustakaan Daerah Sumatera Utara berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) nomor 11 tahun 1989 tepatnya tanggal 8 Maret 1989 dan Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional RI Nomor 001/ORG/9/1990 tanggal 21 September 1990.

(39)

mengelola dokumentasi sehingga akhirnya bernama Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara (BPAD-SU).

Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi memiliki 2 gedung yaitu: 1. Gedung Perpustakaan, Jalan Brigjend. Katamso Nomor 45 K Medan 2. Gedung Arsip, Jalan William Iskandar Medan Estate

3.2 Struktur Organisasi

Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Utara. BPAD-SU adalah unsur wajib Pemerintah Provinsi dipimpin oleh seorang Kepala yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur Sumatera Utara melalui Sekretaris Daerah.

BPAD-SU dipimpin oleh Kepala Badan (pejabat struktural eselon II.a) dan dibantu oleh 5 (lima) orang pejabat struktural eselon III.a yaitu:

1. Sekretaris, yang membawahi 3 Sub Bagian yaitu: a. Sub Bagian Umum

b. Sub Bagian Keuangan c. Sub Bagian Program

2. Bidang Pelayanan Perpustakaan dan Teknologi Informasi, membawahi 2 Sub Bidang yaitu:

a. Sub Bidang Layanan Perpustakaan b. Sub Bidang Teknologi Informasi

3. Bidang Pengolahan Bahan Pustaka dan Deposit Daerah membawahi 2 Sub Bidang yaitu:

a. Sub Bidang pengolahan Bahan Pustaka b. Sub Bidang Deposit Daerah

4. Bidang Pembinaan SDM dan Kelembagaan Perpustakaan, membawahi 2 Sub Bidang yaitu:

(40)

b. Sub Bidang Kelembagaan Perpustakaan

(41)
(42)

3.2.1 Visi

Visi berkaitan dengan pandangan ke depan menyangkut kemana Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara di masa depan, dan diarahkan agar dapat berkarya secara konsisten dan tetap eksis, antipatif, inovatif serta produktif. Mengingat Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Daerah Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu Lembaga Teknis Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, secara logis visinya merupakan turunan dan mendukung visi Provinsi Sumatera Utara. Penetapan visi Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Daerah Provinsi Sumatera Utara sangat penting sebagai sumber acuan pelaksanaan tugas yang diemban oleh seluruh jajaran pimpinan dan staf. Visi tersebut digali dari keyakinan dasar dan nilai-nilai yang dianut oleh seluruh anggota organisasi, dengan mempertimbangkan faktor lingkungan sekitarnya.

Visi Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Daerah Provinsi Sumatera Utara adalah: “Menjadi Lembaga Pembina Dan pengembangan Perpustakaan, Kearsipan Dan Dokumentasi Yang Profesional’’

3.2.2 Misi

Misi adalah sesuatu yang diemban atau dilaksanakan sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan. Dengan adanya misi, diharapkan seluruh pegawai dan pihak-pihak terkait lain yang berkepentingan dapat mengenal Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Daerah Provinsi Sumatera Utara dan mengetahui peran dan program-program serta hasil yang akan datang.

Misi Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Daerah Provinsi Sumatera

Utara terdiri dari lima fokus utama yaitu :

1. Mengumpul dan menyelamatkan karya cetak, karya rekam, karya tulis dan naskah-naskah/ dokumentasi sebagai hasil karya budaya bangsa.

(43)

3. Meningkatkan pelayanan bagi pemustaka, pengguna arsip dan dokumentasi yang berbasis teknologi informasi, guna mendukung kegiatan menulis, meneliti, berdiskusi dan wisata baca.

4. Meningkatkan pembinaan dan pengembangan semua jenis perpustakaan , kearsipan dan dokumentasi pada instansi pemerintah, BUMN, swasta dan masyarakat

5. Mendorong pengembangan kualitas sumber daya manusia guna mendukung tata pemerintahan yang baik

3.3 Sumber Daya Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Daerah Provinsi Sumatera Utara

Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Daerah Provinsi Sumatera Utara memiliki tenaga kerja yang mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda-beda. Jumlah Pegawai Negeri Sipil untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara adalah sebanyak 133 orang.

1. BERDASARKAN JABATAN

- PEJABAT ESELON II = 11 ORANG - PEJABAT ESELON III = 25 ORANG - PEJABAT ESELON IV = 21 ORANG - FUNGSIONAL PUSTAKAWAN = 43 ORANG - FUNGSIONAL ARSIPARIS = 12 ORANG - ANALISIS KEPEGAWAIAN = 21 ORANG 2. BERDASARKAN PENDIDIKAN

- S2 ILMU PERPUSTAKAAN = 1 ORANG - S2 ADMINISTRASI = 5 ORANG

- S1 = 49 ORANG

- D3 = 23 ORANG

(44)

- SLTP = 2 ORANG

- SD = 1 ORANG

3. BERDASARKAN GOLONGAN/RUANG

GOLONGAN/RUANG IV = 11 ORANG GOLONGAN/RUANG III = 91 ORANG GOLONGAN RUANG II = 30 ORANG GOLONGAN RUANG I = 1 ORANG

4. BERDASARKAN GENDER

- LAKI-LAKI = 51 ORANG

- PEREMPUAN = 82 ORANG

Untuk meningkatkan mutu dan kualitas kerja, tenaga kerja Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Daerah Provinsi Sumatera Utara mengikuti berbagai jenis pelatihan antara lain yaitu :

a. Manajemen Perpustakaan ( kepemimpinan ) b. Sistem informasi Perpustakaan

c. Penyetaraan Perpustakaan d. Administrasi

3.4 Koleksi Bahan Pustaka Pada Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara

Koleksi perpustakaan adalah seluruh koleksi bahan pustaka yang dihimpun

dalam perpustakaan dan ditujukan untuk digunakan oleh pemakai perpustakaan.

Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi daerah Provinsi Sumatera Utara

(45)

Bahan pustaka yang berbentuk buku ini sangat banyak. Untuk mengetahui banyaknya pertambahan koleksi buku pada Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Daerah Provinsi Sumatera Utara, maka di bawah ini disajikan perkembangan koleksi bahan pustaka, dan lampiran ini adalah data pada tahun 2012

[image:45.612.134.498.201.444.2]

.

Tabel 1 : Subyek utama dari pada DDC Notasi Kelompok Pengetahuan 000 – 099 Ilmu umum

100 – 199 Ilmu Filsafat 200 – 299 Ilmu Agama 300 – 399 Ilmu Sosial 400 – 499 Ilmu Bahasa

500 – 599 Ilmu Pengetahuan Alam 600 – 699 Ilmu Terapan

700 – 799 Seni & Olah Raga 800 – 899 Kesusastraan

900 – 999 Ilmu Sejarah & Geografi

Sumber : Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provsu

Tabel 2: Jumlah Perolehan Bahan Pustaka

No Jenis

Bahan Pustaka

Jumlah

Eks Judul

1 Koleksi Umum • Buku

416.145 69.585

Sub Jumlah 416.145 69.585

2 Koleksi Deposit • Buku langka

[image:45.612.141.504.520.698.2]
(46)

• Jurnal • Majalah • Koran

• Silsilah batak • CD

Sub Jumlah 98.203

3 Koleksi Arsip 15.000

Sub Jumlah 15.000

[image:46.612.140.502.83.280.2]

Sumber : Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provsu

Tabel 3: Jumlah Bahan yang Dirawat

No Jenis Perawatan Jumlah Eksemplar

1 Perbaikan Ringan 268

2 Perbaikan Berat 124

Jumlah 392

Sumber : Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provsu

3.5 Keanggotaan Pengguna Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Daerah Provinsi Sumatera Utara

Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Daerah Provinsi Sumatera

Utara selalu memberikan pelayanan yang terbaik bagi penggunanya.Kepuasan

pengguna perpustakaan sebagai suatu keberhasilan bagi suatu perpustakaan dalam

menjalankan tugasnya sebagai tempat memberi segala informasi yang dibutuhkan

oleh pengguna.

1. Jam kunjung Badan Perpustakaan,Arsip Dan Dokumentasi Provinsi Daerah

(47)

Senin - Jumat: 08.30 - 18.00 WIB Sabtu: 09.00 - 15.00 WIB

Minggu: 09.00 - 15.00 WIB 2. Pendaftaran Anggota

Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Daerah Provinsi Sumatera

Utara terbuka bagi semua kalangan,seperti pelajar,mahasiswa,pegawai dan

umum yang ingin mendaftarkan diri sebagai anggota perpustakaan.

Syarat-syarat untuk menjadi anggota perpustakaan yaitu:

a. Mengisi Formulir Pendaftaran

- Nama Lengkap

- Tempat dan Tanggal Lahir

- Nama Institusi dan alamat, No. Telepon (Perguruan

Tinggi/Sekolah/Kantor)

- Alamat/Tempat Tinggal, No. telepon

- No. Identitas yang digunakan

- Status Keanggotaan

- Pendidikan Terahir

- Pekerjaan

- Agama

- Jenis kelamin

- Status Perkawinan

b. Mengetahui/Membenarkan Kepala Instansi

c. Melampirkan Foto Copy Kartu Identitas Yang Masih Berlaku

d. Melampirkan Pas Photo Ukuran 2x3 sebanyak 1lembar

3. Peraturan Dan Sanksi

Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Daerah Provinsi Sumatera

Utara memiliki peraturan dan sanksi yang harus dipatuhi oleh setiap anggota

Perpustakaan antara lain:

a. Tiap anggota dapat meminjam buku maksimal 2 (dua) buku

(48)

c. Masa perpanjangan peminjaman buku selama 1 (satu) minggu

d. Pengembalian buku terlambat dikenakan sanksi berupa:

- Surat Peringatan I: Terlambat 1 (satu) hari pengembalian buku

- Surat Peringatan II: Terlambat 2 (dua) hari pengembalian buku

- Surat Peringatan III: Terlambat 3 (tiga) hari pengembalian buku

- Surat Pemberitahuan tidak diperkenenkan meminjam buku selama 3

(tiga) bulan bagi yang terlambat 4-10 hari mengembalikan buku

- Surat pemberitahuan pencabuta keanggotaan Perpustakaan bagi yang

terlambat mengembalikan buku lebih 10 (sepuluh) hari selama 1 (satu)

tahun dan harus membuat pernyataan diatas kertas bermaterai bahwa

tidak akan melakukan pelanggaran terhadap aturan yang ada untuk

mengaktifkan keanggotaan kembali

e. Bersedia mengganti buku yang hilang atau rusak dan ditambah dengan

biaya pengolahan buku.

3.6 Perawatan Bahan Pustaka Pada Badan Perpustakaan,Arsip Dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara

Semua bahan pustaka yang pada umumnya terbuat dari kertas pasti akan

mengalami kerusakan. Begitu juga koleksi bahan pustaka yang tersedia pada Badan

Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Daerah Provinsi Sumatera Utara. Untuk

menanggulangi kerusakan-kerusakan terhadap bahan pustaka pada Badan

Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Daerah Provinsi Sumatera Utara maka perlu

di lakukan beberapa perawatan demi kelangsungan ataupun ketahanan dari bahan

pustaka tersebut.

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa serangga seperti silverfish,

kecoa, kutu buku, rayap, ngengat dan sejenisnya adalah binatang perusak bahan

pustaka, terlebih-lebih karena iklim di Indonesia sesuai untuk tempat berkembang

biak bianatang tersebut, sehingga perlu perhatian khusus. Bila dibiarkan bahan

pustaka akan mengalami kerusakan yang cukup parah,bahkan mungkin tidak bisa

(49)

Untuk itu perlu adanya langkah-langkah tindakan pengobatan maupun

pembasmian terhadap perusak maupun musuh-musuh bahan pustaka tersebut, dan

salah satunya dengan cara fumigasi. Yang dimaksud dengan fumigasi menurut Razak

(1992 : 39) adalah “suatu tindakan pengasapan yang bertujuan mencegah, mengobati,

dan mensterilkan bahan pustaka”. Mencegah dimaksudkan supaya kerusakan lebih

lanjut dapat dihindari. Mengobati artinya mematikan atau membunuh

serangga,kuman dan sejenisnya yang telah menyerang dan merusak bahan pustaka,

dan mensterilkan diartikan mensterilkan keadaan seperti menghilangkan bau busuk

yang timbul dari bahan pustaka ,menyegarkan udara ataupun bisa menimbulkan

gangguan ataupun penyakit.

Fumigasi bahan pustaka dapat dilakukan didalam ruangan perpustakaan,

gedung atau ruangan yang sengaja dibuat untuk melakuakan fumigasi. Bahan yang

biasa dipergunakan adalah methybromide. Cara fumigasi ini dilakukan yakni dengan

memasukkan buku kedalam lemari fumigasi,disusun secara berderet dalam keadaan

menganga. Hal ini dimaksudkan agar bau kimia dapat meresap kedalam celah-celah

buku. Dengan demikian kuman-kuman terbunuh akibat dari bau kimia tersebut.

Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Daerah Provinsi Sumatera

Utara sampai pada saat ini belum memiliki lemari fumigasi, sehingga pembasmian

hanya dilakukan melalui cara sederhana,seperti penggunaan kapur barus dan pengusir

serangga lainnya.

Menurut penulis pelaksanaan fumigasi ini sangat penting dilakukan pada

Badan Perpustakaan,Arsip Dan Dokumentasi Dae4rah Provinsi Sumatera Utara

umtuk memperkecil frekuensi kerusakan yang diakibatkan oleh jamur atau serangga.

Karena kalau hanya dengan penempatan anti serangga hasilnya tidak begitu

memuaskan. Hal tersebut penulis ketahui karena masih banyak bahan pustaka yang

rusak terserang hama tadi.

3.7 Perbaikan Bahan Pustaka Pada Badan Perpustakaan,Arsip Dan

Dokumentasi Daerah Provinsi Sumatera Utara

Seperti yang telah disebutkan pada uraian sebelumnya bahwa gigitan

(50)

kertas dari halaman sebuah buku akan hilang, terkikis, tercabik, berlubang atau sobek.

Sedangkan kerapuhan kertas menyebabkan kertas mudah sobek atau patah. Untuk

mencegah bagian yang sobek atau berlubang tidak semakin lebar serta untuk

memulihkan bentuk dan kekuatan kertas,perlu diupayakan perbaikan,disesuaikan

dengan kerusakan yang terjadi pada bahan pustaka. Untuk kertas berlubang atau

sobek dengan keadaan kertas masih baik dan cukuup kuat, cukup ditambal atau

disambung.

3.7.1 Menambal

Menambal atau menutup bagian bahan pustaka yang berlubang dapat di lakukan

dengan kertas jepang, dan perekat kanji. Juga dapat di lakukan dengan bubur kertas

(pulp), atau menggunakan kertas tissue yang berperekat. Dalam penambalan bahan

pustaka ini pada Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Daerah Provinsi

Sumatera Utara masih sering menggunakan sellotape. Penggunaan sellotape

walaupun mudah penggunaanya sebenarnya kurang baik hasilnya. Karena kertas akan

berubah warnanya menjadi kuning kecoklatan pada bagian yang di temple dengan

sellotape.

Untuk mencabut kembali sellotape bukanlah pekerjaan yang mudah,karena dapat

merusak tulisannya. Menurut Penulis cara yang tepat untuk melakukan penabalan ini

adalah menyediakan dan memilih kertas yang sesuai untuk menambal, yang

mempunyai berat dan warna yang sama dengan kertas yang ditambal.

3.7.2 Menyambung

Menyambung dilakukan untuk merekatkan bagian yang sobek atau lemah karena

lipatan, biasanya diperkuat dengan potongan kertas dari jenis tertentu, agar bagian

yang sobek tidak bertambah lebar. Cara yang tepat untuk menyambung bahan pustaka

yang sobek adalah sebagai berikut:

1. Pilih kertas yang akan dipergunakan untuk memperkuat sambungan.

2. Meletakkan penggaris logam di atas kertas penyambung dengan arah panjang

(51)

3. Menarik garis sepanjang tepi penggaris dengan menggunakan trekpen yang

telah dicelupkan dengan air.

4. Kertas dilipat keatas dengan menggunakan tulang pelipat.

5. Kertas ditarik dengan hati-hati menurut garis yang basah.

6. Merapatkan bagian kertas yang sobek dengan hati-hati.

7. Mengoleskan perekat di atas kertas penyambung kemudian letakkan diatas

bagian yang sobek dan tekan dengan hati-hati.

8. Letakkan kertas diantara dua lembar kertas penyerap, dan kemudian

meletakkan di bawah pemberat (dipress), setelah kering potong bagian yang

berlebih/sisa.

Seperti halnya dengan menambal, pekerjaan menyambung pada Badan

Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Sumatera Utara sering menggunakan

sellotape. Maka cara ini seperti yang telah disebutkan di atas mempunyai dampak

yang kurang baik. Menurut penulis pekerjaan menyambung seperti yang telah di

lakukan Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Daerah Provinsi Sumatera

Utara kurang baik. Hal ini tampak kelemahannya bila penyambungan dengan

sellotape akan mengganggu lembaran lain (lengket) apabila sudah lama.

3.7.3 Penjilidan

Bahan pustaka yang rusak seperti isi buku, lem atau jahitannya terlepas,

lembar pelindung, sampul mengalami kerusakan umpamanya terlepas dari kerusakan

lainnya masih bisa diatasi. Salah satu tindakan adalah dengan mereparasai atau

memperbaiki dan menjilid kembali untuk dapat mempertahankan fisik buku tersebut,

sekaligus mempertahankan kandungan informasi didalamnya.

Pada Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Sumatera Utara,

perbaikan dengan cara penjilidan kembali merupakan cara yang paling banyak

ditempuh. Untuk jenis perbaikan yang biasanya di lakukan di Badan Perpustakaan,

Arsip Dan Dokumentasi Daerah Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut :

- Memperbaiki punggung buku yang longgar

(52)

- Menempel linen baru pada punggung sampul asli

Selain menjilid atau mereparasi kembali buku-buku yang rusak, Badan

Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Sumatera Utara juga melaksanakan penjilidan

atau pembundelan terhadap terbitan berseri seperti majalah. Fungsi dari pembundelan

ini adalah selain bahan pustaka tersebut menjadi rapi dan menarik juga akan

memudahkan dalam mencari informasi yang ingin dicari.

Dalam penjilidan kembali bahan pustaka atau buku pada Badan Perpustakaan,

Arsip Dan Dokumentasi Daerah Provinsi Sumatera Utara di lakukan dengan

menggunakan lem. Penjilidan dengan menggunakan paku dan hekter tidak di lakukan

karena menurut petugas preservasi dapat menimbulkan karat yang meruasak

lembaran bahan pustaka.

Menurut penulis cara/teknik penjilidan sudah di lakukan dengan baik. Yang

perlu diperhatikan adalah penambahan tenaga kerja di bagian penjilidan, karena

dengan tenaga kerja yang ada sekarang masih kurang.

3.8 Faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka Pada Pada Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Daerah Provinsi Sumatera Utara

Sebagian besar bahan pustaka di perpustakaan umumnya terbuat dari bahan

kertas. Dalam penggunaan secara terus-menerus bahan pustaka itu akan mengalami

proses kerusakan dalam penyimpanan meskipun relativ lebih lama. Koleksi bahan

pustaka dari suatu perpustakaan dapat terjadi kerusakan yang timbul dari berbagai

penyebab.

3.8.1 Faktor Fisika a. Cahaya

Cahaya yang digunakan untuk menerangi ruang perpustakaan merupakan

bentuk elektromagnetik yang berasal dari radiasi cahaya matahari dan lampu listrik.

Kerusakan bahan pustaka akibat sinar ultraviolet ini adalah tulisan menjadi pudar,

(53)

Pada Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Daerah Provinsi Sumatera Utara

kerusakan oleh faktor cahaya ini banyak terjadi terutama pada buku-buku yang sudah

termakan usia. Lembaran pada buku-buku tersebut berubah warna menjadi kuning.

b. Suhu dan Kelembaban

Kedua unsur ini bila mempunyai unsur yang berlebihan atau tidak stabil akan

menimbulakan kerusakan pada kertas. Udara yang kelembabannya tinggi

berpengaruh pada kertas yaitu menjadi busuk, berbau apek dan memberi peluang

pada ajamur untuk tumbuh dan berkembang. Sedangkan suhu udara yang terlalu

tinggi menyebabkan rekat pada jilidan buku menjadi kering dan jilidannya semakin

longgar, selain itu juga mengakibatkan kertas menjadi rapuh dan warna kertas

berubah menjadi kuning.

Menurut pendapat penulis kerusakan oleh faktor suhu dan kelembaban ini

juga banyak terdapat pada Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Daerah Provinsi

Sumatera Utara. Hal ini disebabkan karena suhu dan kelembaban di perpustakaan

tersebut tidak diatur sebagaimana mestinya.

3.8.2 Faktor Biota

Komponen-komponen yang terdapat pada kertas serat-serat selulosa, perekat

dan protein merupakan sumber-sumber makanan bagi mahluk-mahluk hidup seperti

jamur, serangga dan binatang pengerat. Untuk mempertahankan kelangsungan

hidupnnya mereka memerlukan kondisi lingkungan yang ideal seperti suhu dan

kelembaban udara.

Oleh karena itu ruang penyimpanan bahan pustaka harus dijaga dan dipelihara

sedemikian rupa sehingga tidak dijadikan sebagai tempat hidup, tumbuh dan

berkembang bagi mahluk-mahluk tersebut. Beberapa contoh jenis jamur,serangga dan

binatang pengerat yang merusak bahan pustaka adalah :

a. Jamur

Jamur merupkan tumbuhan bersel tunggal dan tidak berklorofil, sehingga

makanan yang diperoleh berasal dari sumber lain. Bila buku atau bahan pustaka

(54)

meninggalkan noda pada kertas. Contoh salah satu jenis jamur ini adalah

Asspergillus.

Kerusakan bahan pustaka pada Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Daerah

Provinsi Sumatera Utara oleh faktor ini juga banyak dijumpai terutama pada

buku-buku yang jarang dipergunakan atau dibaca oleh pengunjung. Noda-noda yang

terdapat pada kertas yang disebabkan oleh jamur ini biasanya sulit untuk dihilangkan

dan tulisan menjadi pudar.

b. Serangga

Serangga merupakan masalah yang pelik di Negara tropis dan jenisnya cukup

banyak dengan sumber makanan berasal dari kertas. Lingkungan ideal untuk

pertumbuhan semua jenis serangga adalah tempat hangat, gelap dan sirkulasi udara

yang tidak sempurna. Fase-fase larva mengakibatkan kerusakan terbesar.

Jenis-jenis serangga yang banyak dijumpai sebagai peruasak bahan pustaka

adalah sebagai berikut :

- Kecoa

Kecoa merupakan salah satu jenis serangga yang bersayap dan berbentuk

panjang, senang tinggal ditempat yang gelap. Di sudut-sudut ruangan. Makanan

kegemarannya yaitu sisa-sisa makanan yang busuk, serangga-serangga yang mati.

Kecoa ini mengeluarkan cairan perekat berwarna hitam yang membentuk noda dan

sulit untuk dihilangkan, di samping itu memakan perekat sampul buku dan kain pada

punggung buku.

Informasi yang penulis peroleh dari petugas konservasi maupun petugas lain

bahwa serangga ini juga sebagai penyebab kerusakan punggung buku dan terjadinya

noda pada kertas di Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Daerah Provinsi Sumatera

Utara. Dan menurut penulis hal ini karena kurangnya kebersihan terutama di

sudut-sudut ruangan dan ada sebagian petugas yang membawa makanan ke dalam ruang

perpustakaan sehingga sisa-sisa makanan tersebut sering sebagai penyebab datangnya

kecoa di ruang perpustakaan.

(55)

Rayap merupakan perusak yang paling berbahaya karena dapat menghabiskan

buku dalam waktu singkat. Binatag ini hidup di daerah yang beriklim tropis dan sub

tropis, berbadan lunak dan berwarna putih pucat. Karena bentuknya seperti semut

maka binatang ini sering dinamai semut putih (white ant)

Dari hasil wawancara dengan petugas konservasi dan preservasi Perpustakaan,

Arsip Dan Dokumentasi Daerah Provinsi Sumatera Utara, binatang ini dapat dikatan

sebagai perusak bahan pustaka yang paling merugikan. Dan menurut penulis hal ini

disebabkan karena kurang telatennya para petugas dalam membersihakan bahan

pustaka tersebut.

- Kutu Buku (Booklice)

Selain jenis serangga yang telah disebutkan di atas, masih banyak lagi

jenis-jenis serangga yang dapat merusak dan memakan punggung buku, lem atau perekat

pada buku, dan membuuat lubang seperti ngengat, book worm dan lain-lain. Pada

umumnya semua binatang ini hampir terdapat di semua perpustakaan. Dan menurut

penulis cara yang paling sederhana untuk mengusir atau setidaknya mengurangi

frekuensi kerusakan yang disebabkan oleh jenis-jenis serangga tersebut adalah

dengan menyemprotkan ruangan dengan obat hama (bukan pada buku) dan

menempatkan obat pengusir serangga pada rak-rak buku dan senantiasa menjaga

kebersihannya.

3.8.3 Faktor Penggunaan dan Penanganan yang Salah

Manusia baik sebagai petugas maupunsebagai pemakai perpustakaan

Gambar

Tabel 2: Jumlah Perolehan Bahan Pustaka
Tabel 3: Jumlah Bahan yang Dirawat

Referensi

Dokumen terkait

terbuka poin kedua 150 responden bank BTPN menyatakan bank BTPN menjadi pilihan utama para nasabah dengan alasan nasabah mempunyai hutang sehingga akan terus terkait

Menonton sepakbola dengan kacamata taktik memang memusingkan pada awalnya.Namun, 4 langkah untuk mencatat formasi, melihat natural overload, mengenali playing style dan

The experiment included systems with conventional arable cropping (CON-A), integrated arable-cropping (INT-A), ecological arable cropping (ECO-A), conventional forage cropping

[r]

Dari ke empat kelas tersebut guru yang mengajar hanya satu orang yang mengajar mata pelajaran ekonomi dan tentunya apa yang disampaikan dari setiap kelas akan sama, maka dari

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) meningkatkan kompetensi praktik siswa, dan (2) meningkatkan hasil praktik siswa melalui perancangan work preparation sheet guna

Pelaksanaan pengadaan ini dilaksanakan secara elektronik,dengan mengakses aplikasi Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) pada alamat website LPSE :

TEHYAN DIGESEK DENGAN ALAT KHUSUS PADA BAGIAN SENAR/ DAWAINYA SEPERTI MEMAINKAN BIOLAN. 2 JAWA BARAT ANGKLUNG DI GETARKAN DENGAN