The Influence of Account Receivables Turnover and Inventories
On Working Capital at. Telecomunication Indonesia. Tbk
(Telkom) Bandung
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Jenjang S1
Program Studi Manajemen
Oleh :
Nama : Defi Nugraha NIM : 21207017
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
v
dibawah bimbingan Prof. Dr. Hj. Ria Ratna Ariawati.,MS.,Ak.
Persaingan yang semakin ketat memaksa perusahaan melakukan penjualan secara kredit untuk meningkatkan volume penjualannya. Dengan penjualan secara kredit, maka akan muncul piutang dan dengan munculnya piutang ini berarti perusahaan harus menyisihkan dana yang akan di investasikan ke dalam piutang tersebut. Maka, diperlukan perputaran piutang yang baik agar dana yang di investasikan ke dalam piutang tersebut lebih cepat menjadi kas perusahaan sehingga perusahaan tetap bisa menjaga perkembangan modal kerja.
Tujuan dari penelitian ini yaitu : (1). Untuk mengetahui perputaran piutang pada PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk Bandung dalam 9 tahun terakhir, (2). Untuk mengetahui Persediaan pada PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk Bandung dalam 9 tahun terakhir, (3). Untuk mengetahui Perkembangan Modal Kerja pada PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk Bandung dalam 9 tahun terakhir, dan (4). Untuk mengetahui pengaruh perputaran piutang dan persediaan terhadap perkembangan modal kerja pada PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk Bandung.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adlah metode Deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dokumentasi, studi perpustakaan, wawancara, observasi. Sedangkan analisis data yang digunakan adalah pengujian asumsi klasik regresi, analisis regresi linier berganda, korelasi determinasi, uji hipotesis menggunakan uji “t” dan “f” dengan bantuan program SPSS 13.00 for Windows.
Hasil penelitian penulis menunjukan bahwa perputaran piutang dan persediaan terhadap perkembangan modal kerja tidak berpengaruh secara signifikan. Tingkat hubungan korelasi rendah dan menunjukan korelasi negative. tingkat pengaruh perputaran piutang terhadap perkembangan modal kerja sebesar 29,8%, dan pengaruh persediaan terhadap perkembangan modal kerja sebesar 63,9%, jadi jumlah Tingkat pengaruh yang terjadi adalah sebesar 93,7% antara perputaran piutang dan persediaan terhadap perkembangan modal kerja.
iv
INDONESIA. Tbk BANDUNG”, under tution of Miss. Prof. Dr. Hj. Ria Ratna Ariawati.,MS.,Ak.
Emulation that is increasingly fight forces company to do sale in credit insuranceansi to increase it’s the volume of trading. With sale in credit insuranceansi, hence will receivables and with receivables appearance this means, company must cast aside fund which will be invested into the receivables. Hence, required good receivables turkey turn that fund invested into the quicker receivables become company cash so that company still able to take care of it’s the working capital.
The objective of this research is : (1). To know turnover receivables that has been implemented by PT. Telecomunication Indonesia. Tbk Bandung in last 9 years, (2). To know Inventories that has ben implemented by PT. Telecomunication Indonesia. Tbk Bandung in last 9 years, (3). To know Working Capital that has ben implemented by PT. Telecomunication Indonesia. Tbk Bandung in last 9 years, (4) to know the influence of account receivables Turnover and Inventories on Working Capital at Telecomunication Indonesia. Tbk Bandung.
The method of this research is descriptive method by using quantitative approach. The technique sample of this research is non probability sampling by using purposive sampling approach. The data collection technique that being used are documentation, interview, research of bibliography, and observation. Further more data analysis is using asumtion classic regression, double correlation, and determination, hypothesis test is using “t” and “f” test, and supplementary tools SPSS 13.0 for Windows.
The result of the research show that receivable turnover, and inventories has no influence signification toward working capital. The correlation level turnover on working capital is 29,8%, and inventories on working capital is 63,9%, so the influence of account receivables turnover and inventories on working capital is 93,7%.
vi
yang berjudul “Pengaruh perputaran piutang dan persediaan terhadap Perkembangan Modal Kerja ini tepat pada waktunya.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh jenjang Strata 1 program studi Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
Pada kesempatan kali ini perkenankanlah saya menyampaikan Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tinggi nya kepada semua pihak yang telah memberi bantuan, dorongan dan semangat sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Saya memberikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.
2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
3. Linna Ismawati, SE., M.Si, selaku Ketua Program Studi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
4. Prof. Dr. Hj Ria Ratna Ariawati., MS., Ak, selaku Pembimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan tepat waktu.
vii
7. Keluarga saya yang telah memberikan bantuan moril maupun materil serta doa restu untuk keberhasilan penulis (bpk Jajang Anda serta Lilis Lismawati) selaku orang tua tercinta terima kasih telah mendidik, merawat, menyayangi dan memperhatikan penulis sampai sekarang. 8. Vian Setiana, Mila Sandra Dewi selaku kakak-kakak tercinta dan ponakan
kecil ku Fadli Putra Setiana yang telah selalu memberikan senyuman dan keceriaan.
9. Adek gendut (Frisma Rimba Gilang Kencana) dan keluarga penulis d antapani (mamah Hermina, Teh Ines, Teh Nita) yang sudah memberikan banyak dukungan.
10.Keluarga besar bpk E. Sanusi (Alm), keluarga besar Bpk Sambas di majalaya, tente ning, sepupu ku wina terima kasih sudah jadi keluarga yang baik buat penulis.
11.Teman-teman baik di kampus (Wince, Nita, Nciew, Nha, Echie, Dika) yang sama-sama nyusun skripsi bersama saya, terima kasih atas bantuannya.
12.Seluruh teman spesialisasi keuangan yang telah memberikan bantuan dan dukungan.
viii
Akhir kata “Tak ada gading yang tak retak” begitu pula dengan laporan ini yang masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran perbaikan dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan laporan ini.
Bandung, ……… Penulis
1
1.1.Latar Belakang Penelitian
Globalisasi telah menyebabkan berubahnya peta persaingan ekonomi dan
telekomunikasi di dunia. Tingkat persaingan antar perusahaan kini terbatas lagi
pada lingkup nasional, melainkan meluas ke tingkat global. Dalam situasi seperti
itu hanya perusahaan-perusahaan yang mampu menghasilkan barang atau jasa
dengan harga dan kualitas dunia lah yang akan bertahan. Perusahaan-perusahaan
yang tidak mampu berbuat seperti itu dengan sangat terpaksa harus menyingkir
dari gelanggang persaingan.
Sejak gelombang era globalisasi begitu deras memasuki seluruh lapisan
dunia usaha, tak pelak lagi lembaga usaha harus mampu mempertahankan diri
bahkan harus mampu mengayuh roda usahanya kalau tidak ingin ketinggalan
bahkan tergilas oleh kedinamisan dunia usaha di era pasar bebas sekarang dan hal
tersebut sudah sangat dirasakan oleh lembaga usaha.
Perputaran perputaran piutang perusahaan merupakan segala tagihan dari
penjualan barang-barang atau jasa yang dilakukan secara kredit oleh perusahaan.
Jika tagihan itu didukung dengan tagihan tertulis oleh debitor kepada perusahaan
untuk membayar pada suatu tanggal tertentu.
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk adalah perusahaan yang mayoritas
sahamnya dimiliki oleh negara. TELKOM menyediakan jasa telepon tetap kabel
2 penentuan tujuan pemberian kredit dan batas yang harus dipenuhi dalam
memberikan kredit, termasuk didalamnya adalah program penagihan, maka
apabila penagihan didalam perputaran piutang itu lancar akan berpengaruh besar
terhadap laba perusahaan dan modal kerja.
Persediaan dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu bahan baku, barang
dalam proses, dan barang jadi (atau barang dagang untuk pengecer). Seperti
halnya perputaran piutang perusahaan, tingkat persediaan pun sangat tergantung
pada penjualan. Akan tetapi, kalau perputaran piutang timbul setelah penjualan
dilakukan, maka persediaan harus ada sebelum penjualan berlangsung. Ini
merupakan perbedaan yang kritis, dan karena kita perlu memprakirakan penjualan
sebelum menetapkan berapa jumlah persediaan yang kita targetkan, maka kita
menghadapi bahwa pengelolaan persediaan merupakan suatu tugas yang sulit.
Kesalahan dalam menetapkan tingkat atau jumlah persediaan dapat berakibat
fatal. Persediaan yang terlalu kecil akan menyebabkan hilangnya kesempatan
untuk menjual dan memperoleh laba, sedangkan persediaan yang terlalu besar
akan mengakibatkan biaya yang sangat tinggi sehingga memperkecil laba atau
memperbesar kerugian. Karena itu, pengelolaan persediaan disamping sulit
dilaksanakan, juga penting.
Modal kerja merupakan dana yang harus tersedia dalam perusahaan yang
3 produknya. Laporan sumber dan penggunaan dana dengan sebaik-baiknya untuk
dapat menghindari hal-hal yang tidak diinginkan perusahaan sebab apabila
perusahaan kekurangan dana tentu akan sulit berkembang. Kekurangan modal
kerja terus menerus yang tidak segera diatasi tentu akan menghambat perusahaan
dalam mencapai tujuannya.
Modal kerja yang akan digunakan sebaiknya tersedia dalam jumlah yang
cukup agar dapat memberikan keuntungan maksimal sehingga suatu perusahaan
bisa beroperasi secara ekonomis dan juga modal kerja yang cukup dapat menekan
biaya perusahaan menjadi rendah, menunjang segala kegiatan operasi perusahaan
secara teratur. Selain itu pemilikan modal kerja yang cukup akan memberikan
beberapa keuntungan, antara lain memungkinkan perusahaan dapat membayar
semua kewajibannya tepat pada waktunya, memungkinkan perusahaan tersebut
untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani konsumen,
dan memungkinkan perusahaan tersebut untuk dapat beroperasi dengan lebih
efisien karena tidak ada kesulitan memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan.
Besarnya penjualan kredit dan penyimpanan persediaan yang dilakukan
oleh PT. TELKOM Bandung menyebabkan jumlah perputaran piutang naik turun.
Naik turunya jumlah piutang dan persediaan mengakibatkan perubahan terhadap
4 Tabel Perputaran Piutang, Persediaan, dan Modal Kerja PT. telekomunikasi
Indonesia. Tbk Bandung
(Sumber Laporan Keuangan PT.TELEKOMUNIKASI Tbk, Data Diolah)
Dilihat dari tabel diatas terlihat banwa periode tahun 2001 sampai dengan
2005 PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk Bandung mengalami defisit modal kerja
dan yang paling signifikan terjadi di tahun 2008-2009. Berdasarkan survey awal
yang menyebabkan penurunan modal kerja dikarenakan nilai hutang lancar lebih
tinggi dibandingkan dengan hutang lancar.
Piutang dan persediaan merupakan komponen dari aktiva lancar, sehingga
apabila piutang dan persediaan berubah maka aktiva lancar akan mengalami
perubahan. Perubahan jumlah aktiva lancar akan berpengaruh terhadap modal
kerja, karena modal kerja adalah selisih dari aktiva lancar dengan hutang lancar.
Fenomena diatas merupakan ide yang mendasari dilakukannya replikasi
penelitian dengan judul : “Pengaruh Perputaran piutang dan Persediaan
terhadap Perkembangan Modal Kerja pada PT. TELEKOMUNIKASI
5 jumlah perputaran piutang, persediaan. Sedangkan pada modal kerja Telkom pada
tahun 2002 mengalami kenaikan, tetapi pada tahun 2003 sampai 2009 modal kerja
Telkom terus mengalami penurunan.
1.2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas, maka
penulis ingin mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana perputaran piutang pada PT. Telekomunikasi. Tbk (TELKOM)
Bandung.
2. Bagaimana persediaan pada PT. Telekomunikasi. Tbk (TELKOM) Bandung.
3. Bagaimana perkembangan modal kerja pada PT. Telekomunikasi. Tbk
(TELKOM) Bandung.
4. Bagaimana pengaruh perputaran piutang dan persediaan terhadap
perkembangan modal kerja secara Simultan dan Parsial pada PT.
6 diperoleh pada dunia kerja yang berhubungan dengan perputaran piutang,
persediaan, dan perkembangan modal kerja.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan identifikasi masalah diatas, maka tujuan penelitian yang
ingin di capai adalah :
Untuk mengetahui perputaran piutang pada PT. Telekomunikasi. Tbk
(TELKOM) Bandung.
Untuk mengetahui persediaan pada PT. Telekomunikasi. Tbk (TELKOM)
Bandung.
Untuk mengetahui perkembangan modal kerja pada PT. Telekomunikasi.
Tbk (TELKOM) Bandung.
Untuk mengetahui pengaruh perputaran piutang dan persediaan terhadap
perkembangan modal kerja secara Simultan dan Parsial pada PT.
Telekomunikasi. Tbk (TELKOM) Bandung.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Praktis
• Bagi Perusahaan
Bagi perusahaan yaitu sebagai masukan dalam meningkatkan kegiatan di
7 pengendalian posisi keuangan.
• Bagi Penulis Sendiri
1. untuk menambah wawasan bagi penulis baik teoritis maupun
praktis mengenai pengaruh perputaran piutang dan persediaan
terhadap perkembangan modal kerja pada PT. Telekomunikasi.
Tbk Bandung.
2. Untuk memperoleh pengalaman bagi penulis apabila nanti
memasuki lapangan kerja yang sesuai.
• Bagi Pihak Lain
1. sebagai bentuk pengembangan ilmu dan gambaran bagi mahasiswa
atau mahasiswi dalam penelitian selanjutnya.
2. menambah wawasan keilmuan terutama di bidang keuangan
khususnya untuk mengetahui bagaimana pengaruh piutang dan
persediaan terhadap perkembangan modal kerja.
1.4.2 Kegunaan Akademis
• Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Penambahan metode mengenai pengaruh perputaran piutang dan
persediaan terhadap perkembangan modal kerja. bagi semua perusahaan,
agar tercapainya tujuan yang di inginkan oleh suatu perusahaan yaitu
8 adakannya pelatihan bagi karyawan yang dilakukan oleh pihak intern
yakni perusahaan itu sendiri.
1.5. Lokasi dan waktu Penelitian
Untuk memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan masalah
yang diteliti penulis berencana mengadakan penelitian pada PT.Telekomunikasi.
Tbk Bandung, mulai dari bulan Januari 2011 sampai dengan bulan juli 2011.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Pengertian Piutang
Piutang merupakan harta perusahaan yang timbul karena terjadinya
transaksi penjualan secara kredit atau barang dan jasa yang dihasilkan oleh
perusahaan. Menurut Haryono Yusuf (2001-52) menyatakan bahwa :
“Piutang adalah hak untuk menagih sejumlah uang dari penjual pada pembeli
yang timbul karena adanya suatu transaksi”
Munawir (2004-15) berpendapat bahwa :
“piutang adalah tagihan kepada pihak lain (kepada kreditor atau langganan)
sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan secara kredit”
Pendapat lain mengenai pengertian piutang ditemukan oleh Indriyo
Gitosudarmo dan Basri (2002-81) yaitu bahwa :
“piutang adalah aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari
dilaksanakannya kebijakan penjualan kredit”.
Dari beberapa definisi yang telah diungkapkan di atas, dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan piutang adalah semua tuntutan atau tagihan kepada
pihak lain dalam bentuk yang timbul dengan adanya penjualan secara kredit.
2.1.1.1 Klasifikasi Piutang
Piutang merupakan aktiva lancar yang diterapkan dapat dikontroversi
umumnya timbul dari sisa hasil usaha pokok perusahaan. Namun selain itu
piutang dapat juga ditimbulkan dari adanya usaha diluar kegiatan pokok
perusahaan.
Menurut Zaki Badriwan (2000-14) bahwa :
“Tagihan-tagihan yang dimiliki perusahaan dapat dibagi dalam dua kelompok
yaitu :
1. Tagihan-tagihan yang tidak didukung dengan janji tertulis disebut piutang.
2. Tagihan-tagihan yang didukung dengan janji tertulis disebut piutang.
Sebagai tambahan Zaki Badriwan (2000-124) mengklasifikasikan lagi
piutang dalam beberapa judul sebagai berikut :
1. Piutang Dagang Usaha
2. Piutang Bukan Dagang
3. Piutang Penghasilan
Dari pendapat yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
piutang secara garis besarnya dapat digolongkan menjadi piutang dagang atau
piutang usaha dan piutang non dagang atau piutang lain-lain. Piutang dagang atau
piutang usaha adalah piutang yang timbul dari penjualan secara kredit dalam
rangka kegiatan perusahaan. Sedangkan piutang non dagang atau piutang lain-lain
adalah piutang yang timbul bukan dari transaksi penjualan barang dagangan, jasa
dan diluar kegiatan usaha perusahaan misalnya piutang yang timbul dari adanya
penjualan secara kredit atau aktiva perusahaan yang sudah tidak produktif lagi.
2.1.1.2Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Piutang
Piutang merupakan faktor utama yang paling penting dalam perusahaan dan
dapat menjadi bagian yang besar dari likuiditas perusahaan. Besar kecilnya
piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut diantaranya
adalah seperti yang dikemukakan oleh Bambang Riyanto (2001-85-87) sebagai
berikut :
1. Volume Penjualan Kredit
Besar kecilnya penjualan kredit yang ditetapkan oleh perusahaan akan
berpengaruh jumlah piutang yang terdapat dalam perusahaan semakin besar
volume penjualan kredit maka semakin besar pula investasi dalam piutang
perusahaan maka akan semakin besar. Sebaliknya, semakin kecil tingkat
volume penjualan kredit dalam perusahaan maka akan rendah pula tingkat
investasi piutang dalam perusahaan.
2. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit
Syarat penjualan kredit yang ditetapkan pihak perusahaan yang bersifat ketat
atau lunak. Semakin ketat syarat pembayaran yang ditetapkan, maka semakin
cepat pengembalian piutang. Sehingga jumlah piutang perusahaan akan
semakin kecil. Sebaliknya, semakin lunak persyaratan pembayaran yang
ditetapkan, maka pengembalian piutang akan relatif lebih lama dan jumlah
piutang akan lebih besar.
3. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit
Dalam penjualan kredit, perusahaan dapat menetapkan pemberian secara
besar pelanggan membeli secara kredit, sehingga jumlah piutang akan lebih
besar.
4. Kebijakan dalam mengumpulkan piutang
Kebijakan dalam mengumpulkan piutang dapat di lakukan secara aktif
maupun pasif. Bila di gunakan secara aktif, maka perusahaan harus
mengeluarkan biaya tambahan untuk mendanai usaha ini. Dengan
menggunakan cara ini piutang yang ada akan cepat tertagih, sehingga akan
memperkecil jumlah piutang perusahaan. Namun, bila perusahaan
menerapkan cara pasif, maka pengumpulan piutang akan lebih lama sehingga
jumlah piutang perusahaan akan lebih besar.
5. Kebiasaan membayar dari para pelanggan
Kebiasaan para pelanggan untuk membayar dalam periode cash discount akan
mengakibatkan jumlah piutang lebih kecil, sedangkan jika pelanggan
membayar pada periode sesudah cash discount akan mengakibatkan jumlah
piutang lebih besar, karena jumlah dana yang tertanam dalam piutang lebih
lama untuk terealisasi menjadi kas.
Kemudian Sawir (2003-198) menambahkan bahwa jumlah piutang ditentukan
oleh :
1. Volume penjualan
Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan makin besar
pula investasi dalam piutang. Makin besar piutang berarti memperbesar risiko,
2. Rata-rata waktu antara penjualan dan penagihan atau rata-rata jangka waktu
penagihan. Makin panjang jangka waktu rata-rata penagihan, makin banyak
investasi piutang.
2.1.1.3Perputaran Piutang
Kelancaran penerimaan piutang dan pengukuran baik tidaknya investasi
dalam piutang dapat diketahui dari tingkat perputarannya. Perputaran piutang
adalah masa-masa penerimaan piutang dari suatu perusahaan selama periode
tertentu. Piutang yang terdapat dalam suatu perusahaan akan selalu dalam keadaan
berputar. Perputaran piutang akan menunjukan berapa kali piutang yang timbul
sampai piutang tersebut dapat tertagih kembali kedalam kas perusahaan.
Perputaran piutang menurut S Munawir (2004:75) yaitu:
“posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dilihat dengan
menghitung perputaran piutang tersebut (turn over receivable). Yaitu dengan
membagi total penjualan kredit (netto) dengan piutang rata-rata“.
Menurut Darsono (2004:59) memberikan keterangan mengenai perputaran
piutang sebagai berikut:
“perputaran piutang adalah seberapa kali saldo rata-rata piutang di konversikan
kedalam kas selama periode tertentu”.
Darsono (2004:59) menambahkan bahwa untuk menghitung perputaran piutang
menggunakan rumus:
Perputaran piutang = penjualan bersih
2.1.1.4Risiko kerugian piutang
Setiap usaha yang kita jalankan akan selalu mengandung risiko yang tidak
dapat kita hindari. Dalam hal ini risiko hanya bias dikendalikan agar berada
dibatas yang wajar. Risiko yang timbul karena transaksi penjualan secara kredit
disebut risiko kerugian piutang. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri
(2002:81) yaitu :
Kebijakan penjual kredit akan menimbulkan risiko bagi perusahaan akan tidak
dapat ditagihnya sebagian atau bahkan mungkin seluruh dari piutang. Oleh karena
itu maka perlu memperhitungkan biaya risiko tidak dapat ditagihnya risiko
piutang tersebut dalam bentuk bad debt expense.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa risiko kerugian piutang
terdiri dari beberapa macam, yaitu :
1. Risiko tidak dibayarkan seluruh tagihan piutang
Risiko ini terjadi apabila jumlah risiko kerugian piutang tidak dapat
direalisasikan sama sekali. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor,
misalnya karena seleksi yang kurang baik dalam memilih langganan yang
tidak potensial dalam membayar tagihan, juga dapat terjadi karena adanya
stabilitas ekonomi dan kondisi Negara yang tidak menentu sehingga piutang
2. Risiko tidak dibayarkan sebagian piutang
Hal ini akan mengurangi pendapatan perusahaan sehingga bisa mengakibatkan
kerugian bila jumlah piutang yang diterima kurang dari harga pokok barang
yang dijual secara kredit.
3. Risiko keterlambatan pelunasan kredit
Hal ini akan menimbulkan adanya tambahan dana untuk biaya penagihan
kepada peminjam.
4. Risiko tertanamnya modal dalam piutang
Risiko ini terjadi karena adanya tingkat perputaran piutang yang rendah
sehingga akan mengakibatkan jumlah modal kerja yang tertanam dalam
piutang semakin besar. Hal ini pula dapat mengakibatkan adanya modal kerja
yang tidak produktif.
2.1.2 Persediaan
Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk di
jual atau digunakan pada masa atau periode yang akan datang. Persediaan terdiri
dari persediaan bahan baku, persediaan bahan setengah jadi, dan persediaan bahan
jadi. Persediaan bahan baku dan bahan setengah jadi disimpan sebelum digunakan
atau dimasukan kedalam proses produksi, sedangkan persediaan barang jadi atau
barang dagangan disimpan sebelum dijual atau dipasarkan. Dengan demikian
setiap perusahaan yang melakukan kegiatan usaha pada umumnya memiliki
Inventory atau persediaan adalah suatu teknik untuk manajemen material
yang berkaitan dengan persediaan. Manajemen material dalam Inventory
dilakukan dengan beberapa input yang digunakan yaitu: permintaan yang terjadi
(demand) dan biaya-biaya yang terkait dengan penyimpanan, serta biaya apabila
terjadi kekurangan persediaan (short-age).
Pengendalian pengadaan persediaan perlu diperhatikan karena berkaitan
langsung dengan biaya yang harus ditanggung perusahaan sebagai akibat adanya
persediaan. Oleh sebab itu, persediaan yang ada harus seimbang dengan
kebutuhan, karena persediaan yang terlalu banyak akan mengakibatkan
perusahaan menanggung risiko kerusakan dan biaya penyimpanan yang tinggi
disamping biaya investasi yang besar. Tetapi jika kekurangan persediaan akan
berakibat terganggunya kelancaran dalam proses produksinya. Oleh karenanya
diharapkan terjadi keseimbangan dalam pengadaan persediaan sehingga biaya
dapat ditekan seminimal mungkin dan dapat memperlancar jalannya proses
produksi.
Menurut John J. Wild, K. R. Subramanyam, Robert F. Hasley
(2004:265-266) mengemukakan persediaan (inventory) merupakan barang yang dijual
dalam aktivitas operasi normal perusahaan. Dengan pengecualian organisasi
jasa tertentu, persediaan merupakan aktiva inti dan penting dalam
perusahaan. Persediaan harus diperhatikan karena merupakan komponen
utama dari aktiva operasi dan langsung mempengaruhi perhitungan laba.
2.1.2.1 Pentingnya Persediaan
Menurut Darmawan Sjahrial (2007:189) persediaan merupakan unsur utama
dari modal kerja (aktiva lancar). Persediaan merupakan investasi yang sangat
berarti bagi perusahaan.
Bila investasi dalam persediaan lebih besar dibandingkan dengan
keuntungan maka :
a. Akan memperbesar tingkat bunga, terutama sumber modal kerjanya berasal
dari dana pinjaman.
b. Akan memperbesar biaya penyimpanan dan biaya pemeliharaan.
c. Akan memperbesar kerugian karena kerusakan persediaan.
d. Turunnya kualitas persediaan.
e. Persediaan akan mengalami keusangan (absolensence), ketinggalan mode,
semua hal di atas akan mengalami keuntungan.
Sebaliknya investasi pada persediaan yang terlalu kecil mengakibatkan
kekurangan bahan baku sehingga kapasitas produksi tidak penuh yang pada
akhirnya mengakibatkan biaya produksi rata-rata menjadi tinggi. Hal ini juga
mengakibatkan menurunnya keuntungan perusahaan.
2.1.2.2 Faktor Biaya Persediaan
Persediaan merupakan salah satu faktor yang menentukan kelancaran
produksi dan penjualan, maka persediaan harus dikelola secara tepat. Perusahaan
harus dapat menentukan jumlah persediaan optimal, sehingga disuatu sisi
keuntungan. Persediaan yang kurang akan tidak sama baiknya dengan persediaan
yang berlebihan, sebab kondisi keduanya memiliki beban dan akibat
masing-masing.
Menurut Agus Ristono (2009:4) faktor biaya persediaan meliputi :
a. Biaya penyimpanan digudang, semakin banyak barang yang disimpan maka
akan semakin besar biaya penyimpanannya.
b. Risiko kerusakan barang, semakin lama barang tersimpan digudang maka
risiko kerusakan barang semakin tinggi.
c. Risiko keusangan barang, barang-barang yang tersimpan lama akan “out of
date” atau ketinggalan jaman.
2.1.2.3 Fungsi-fungsi Persediaan
Persediaan barang mempunyai fungsi yang sangat penting bagi perusahaan.
Dari berbagai macam persediaan yang ada, seperti persediaan bahan baku, barang
dalam proses dan barang jadi, menurut T. Hani Handoko (2000:335-336)
perusahaan melakukan penyimpanan persediaan atas barang karena berbagai
fungsi, yaitu :
1. Fungsi Decoupling
Fungsi penting persediaan adalah memungkinkan operasi-operasi
perusahaan internal dan eksternal mempunyai kebebasan (Indepedensi).
Persediaan decouples ini memungkinkan perusahaan dapat memenuhi
2. Fungsi Economic Lot Sizing
Melalui penyimpanan persediaan, perusahaan dapat memproduksi dan
membeli sumber-sumber daya dalam kuantitas yang dapat mengurangi
biaya-biaya per unit. Dengan persediaan lost size ini akan mempertimbangkan
penghematan-penghematan.
3. Fungsi Antisipasi
Sering perusahaan mengalami fluktuasi permintaan yang dapat
diperkirakan yang diramalkan berdasar pengalaman atau data masa lalu.
Disamping itu, perusahaan juga sering dihadapkan pada ketidakpastian jangka
waktu pengiriman barang kembali sehingga harus dilakukan antisipasi untuk
cara menanggulanginya.
Sementara itu Lalu Sumayang (2003:201-203) mengatakan tiga fungsi lain
mengapa persediaan barang diperlukan adalah untuk :
1. Menghilangkan pengaruh ketidakpastian
Untuk mengahadapi ketidakpastian maka pada system inventory ditetapkan
persediaan darurat yang dinamakan safety stock.
2. Memberikan waktu luang untuk pengelolaan produksi dan pembelian.
Kadang-kadang lebih ekonomis memproduksi barang dalam proses atau
barang jadi dalam jumlah besar atau jumlah paket yang kemudian disimpan
sebagai persediaan. Selama persediaan masih ada maka proses produksi
dihentikan dan akan mulai lahi jika diketahui persediaan hampir habis.
a. Memberikan keuntungan untuk menyebarkan dan meratakan beban
biaya investasi pada sejumlah besar produk.
b. Memungkinkan penggunaan satu peralatan untuk mengahasilkan
bermacam-macam jenis produk.
3. Mengantisipasi pada demand dan supply
Inventori disiapkan untuk mengahadapi beberapa kondisi yang menunjukan
perubahan demand dan supply, yaitu :
a. Bila ada perubahan perkiraan harga dan persediaan bahan baku.
b. Sebagai persiapan mengahadapi promosi pasar dimana sejumlah besar
barang jadi disimpan menunggu penjualan tersebut.
c. Perusahaan yang melakukan produksi dengan jumlah output tetap akan
mengalami perubahan produk pada kondisi permintaan yang rendah
atau kondisi musim lesu atau low season. kelebihan produk ini akan
disimpan sebagai persediaan yang akan digunakan nanti apabila output
tidak dapat memenuhi lonjakan permintaan pada musim ramai atau
peak season.
Jadi berdasarkan fungsi-fungsi tersebut, dapat dipahami bahwa
perusahaan melakukan penyimpanan atau persediaan barang karena berbagai alas
an yaitu untuk berjaga-jaga pada saat barang dipasar sukar diperoleh, agar
perusahaan dapat memenuhi pesanan pembeli dalam waktu yang cepat. Untuk
menekankan harga pokok per unit barang, serta memberikan waktu luang dalam
2.1.2.4Tujuan Pengelolaan Persediaan
Suatu pengendalian persediaan yang dijalankan oleh suatu perusahaan sudah
tentu memilki tujuan-tujuan tertentu. Pengendalian persediaan yang yang
dijalankan adalah untuk menjaga tingkat persediaan pada tingkat yang optimal
sehingga diperoleh penhematan-penghematan untuk persediaan tersebut. Hal
inilah yang dianggap penting untuk dilakukan perhitungan persediaan sehingga
dapat menunjukan tingkat persediaan yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat
menjaga kontinuitas produksi dengan pengorbanan atau pengeluaran biaya yang
ekonomis.
Tujuan pengelolaan persediaan menurut Agus Ristono (2009:4) adalah :
1. Untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen dengan
cepat (memuaskan konsumen).
2. Untuk menjaga kontinuitas produksi atau menjaga agar perusahaan tidak
mengalami kehabisan persediaan yang mengakibatkan terhentinya proses
produksi, hal ini dikarenakan Kemungkinan barang (bahan baku dan
penolong) menjadi langka sehingga sulit diperoleh.
Lukman Syamsudin (2007:281) menjelaskan bahwa ada tiga bentuk utama
dari persediaan perusahaan yaitu persediaan barang jadi. Sekalipun ketiga macam
persediaan ini biasanya tidak diperlihatkan secara terpisah dalam neraca
perusahaan, tetapi ciri dari masing-masing macam persediaan tersebut adalah
a. Persediaan Bahan Mentah
Bahan mentah adalah merupakan persediaan yang dibeli oleh
perusahaan untuk diproses untuk menjadi barang setengah jadi dan
akhirnya menjadi barang jadi atau produk akhir dari
perusahaan.adapun jumlah bahan mentah yang harus dipertahankan
oleh perusahaan yang akan sangat tergantung pada :
• Lead Time (waktu yang dibutuhkan sejak saat pemesanan
sampai dengan bahan diterima).
• Jumlah pemakaian.
• Jumlah Investasi dalam Persediaan.
• Karakteristik dari bahan mentah yang dibutuhkan.
b. Persediaan Barang dalam Proses
Persediaan barang dalam proses terdiri dari keseluruhan
barang-barang yang digunakan dalam proses produksi tetapi masih
membutuhkan proses lebih lanjut untuk menjadi produk yang siap
untuk dijual (barang jadi). Tingkat penyesuaian dalam sangat
tergantung pada panjang serta kompleksnya proses produksi yang
dilaksanakan. Besarnya persediaan barang dalam proses ini akan
menyebabkan semakin besarnya biaya-biaya persediaan karena modal
yang terikat didalam persediaan tersebut semakin besar, dimana
besarnya modal ini berkaitan langsung dengan lambatnya perputaran
yang paling tidak likuid karena akan cukup sulit bagi perusahaan untuk
dapat menjual barang-barang yang masih dalam bentuk setengah jadi.
c. Persediaan Barang Jadi
Persediaan barang jadi adalah merupakan persediaan barang-barang
yang telah selesai oleh perusahaan, tetapi masih belum terjual.
Modal Kerja
Modal kerja diperlukan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan,
terutama untuk membiayai kewajiban-kewajiban jangka pendek. Apabila
perusahaan kekurangan modal kerja untuk memperluas penjualan dan
meningkatkan produksinya, maka besarnya kemungkinan akan kehilangan
pendapatan dan keuntungan.
2.1.3.1Pengertian Modal Kerja
Adanya modal kerja yang cukup sangat penting bagi perusahaan karena
dengan adanya modal kerja yang cukup itu memungkinkan perusahaan untuk
beroperasi dengan seekonomis mungkin dan perusahaan tidak mengalami
kesulitan atau menghadapi bahaya-bahaya yang timbul karena adanya krisis atau
kekacauan keuangan.
Pengertian modal kerja menurut Agus Sartono (2001:385), menyatakan
sebagai berikut :
Menurut Garison Noreen (2001:793), terjemahan Totok Budisantoso,
menyebutkan modal kerja sebagai berikut :
“kewajiban aktiva lancar di atas kewajiban lancar disebut modal kerja (working
capital)”.
Sedangakn menurut Munawir (2002:115), menyatakan sebagai berikut :
“konsep kualitatif menitik beratkan pada kualitas modal kerja, dalam konsep ini
pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap utang jangka
pendek (net working capital)”.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa modal
kerja dalam konsep kualitatif menitik beratkan pada kualitas modal kerja, yaitu
kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek (net working capital).
2.1.3.2Konsep Modal Kerja
Pengertian modal kerja di atas masih bersifat umum, sehingga masih
megalami kesulitan untuk menetapkan elemen-elemen modal kerja. Untuk
memudahkan dalam menetapkan elemen-elemen modal kerja. Menurut Martono
dan Agus Harjito (2003:72), adalah :
“Ada tiga konsep modal kerja antara lain :
1. Konsep Kuantitatif.
2. Konsep Kualitatif.
3. Konsep Fungsional.
Adapun penjelasan dari ke tiga konsep modal kerja di atas yang di
1. Konsep Kuantitatif
Konsep ini menitik beratkan quantum yang di perlukan untuk mencukupi
kebutuhan perusahaan dalam membiayai biaya operasinya yang bersifat rutin,
atau menunjukan jumlah dana yang tersedia untuk tujuan operasi jangka
pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah
aktiva lancar (gross working capital).
2. Konsep Kuantitatif
Konsep ini menitik beratkan kualitas modal kerja dalam konsep ini pengertian
modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek
(net working capital), yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari pinjaman
jangka panjang maupun dari para pemilik modal. Konsep ini bersifat kualitatif
karena menunjukan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar dari pada
hutang lancarnya (hutang jangka pendek), serta menjamin kelangsungan
operasi di masa mendatang dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh
tambahan pinjaman jangka pendek dengan jaminan aktiva lancarnya.
3. Konsep Fungsional
Konsep ini menitik beratkan fungsi dana yang digunakan selama periode
akuntansi yang dimaksudkan untuk menghasilkan Current Income (laba yang
diperoleh pada suatu akuntansi).
2.1.3.3Pentingnya Modal Kerja
Tersedianya modal kerja yang segera dapat dipergunakan dalam operasi
harus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai
pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan.
Menurut Munawir (2004:116-117) menyatakan :
“Dengan modal kerja yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan,
disamping menguntungkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara
ekonomis dan efisien serta perusahaan tidak mengalami kesulitan
keuangan, juga akan memberikan beberapa keuntungan lain, yaitu :
1. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya
dari nilai aktiva lancar.
2. Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban
tepat pada waktunya.
3. Menjamin di milikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan
memungkinkan bagi perusahaan untuk menghadapi bahaya-bahaya
atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.
4. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup
untuk melayani para konsumennya.
5. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang
lebih menguntungkan kepada para pelanggannya.
6. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih
efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa
yang diperlukan”.
Untuk menentukan jumlah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu
1. Sifat atau tipe dari perusahaan.
2. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau memperoleh barang
atau jasa yang akan dijual.
3. Syarat pembelian bahan-bahan atau barang dagangan.
4. Tingkat perputaran persediaan.
5. Dan lain-lain.
2.1.3.4Faktor-faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja
Modal kerja didefinisikan sebagai selisih antara aktiva lancar dikurangi
hutang lancar. Oleh karena itu, jumlah modal kerja akan naik atau turun bila
dipengaruhi oleh transaksi-transaksi yang berkaitan dengan rekening lancar
sekaligus rekening tidak lancar. Transaksi-transaksi yang hanya mempengaruhi
rekening lancar atau rekening tidak lancar saja, bukan sumber ataupun
penggunaan modal kerja. Jadi, sumber (kenaikan) dan penggunaan (penurunan)
modal kerja timbul dari berbagai macam transaksi atau kejadian, sehingga setiap
transaksi hanya akan mempengaruhi modal kerja bila transaksi tersebut
mempengaruhi rekening lancar dan tidak lancar.
Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2002:86) menyatakan:
“ada dua transaksi yang berkaitan dengan modal kerja yaitu:
1. Transaksi yang tidak mempengaruhi modal kerja.
Adapun penjelasan transaksi-transaksi modal kerja yang dikemukakan
diatas adalah sebagai berikut:
1. Transaksi yang tidak mempengaruhi modal kerja, yaitu:
a. Rekening aktiva lancar saja, misalnya: pembelian surat berharga secara
tunai dan penagihan piutang dagang.
b. Rekening hutang lancar saja, misalnya: menerima wesel sebagai
pelunasan hutang dagang.
c. Rekening aktiva tidak lancar saja, misalnya: menukarakan tanah
dengan peralatan pabrik.
d. Rekening hutang jangka panjang saja, misalnya: menerbitkan saham
untuk melunasi hutang obligasi.
e. Rekening aktiva lancar dan hutang lancar, misalnya: melunasi hutang
dagang dan membeli barang dagangan secara kredit.
f. Rekening aktiva tidak lancar dan hutang jangka panjang, misalnya:
membeli tanah dengan menerbitkan saham baru.
2. Transaksi yang mempengaruhi modal kerja, yaitu:
a. Rekening aktiva lancar dan tidak lancar, misalnya: pembelian gedung
secara tunai dan penjualan mesin secara kredit jangka pendek.
b. Rekening hutang lancar dan aktiva tidak lancar, misalnya: pembelian
mesin secara kredit jangka pendek.
c. Rekening aktiva lancar dan hutang jangka panjang, misalnya:
penerbitan hutang obligasi secara tunai dan penerbitan kembali saham
d. Rekening hutang lancar dan hutang jangka panjang, misalnya:
pelunasan wesel jangka pendek dengan wesel jangka panjang.
2.1.3.5Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Laporan tentang sumber dan penggunaan dana akan memungkinkan
seorang manajer keuangan untuk menganalisa sumber-sumber dan penggunaan
dana secara historis yang terdapat didalam persuhaan.
Menurut Bambang Riyanto (2001:352) menyatakan sebagai berikut:
“kenaikan modal kerja disebabkan karena sumber-sumbernya lebih besar
dari pada penggunaannya, sehingga mempunyai efek netto yang positif
terhadap modal kerja. Sebaliknya, bila penggunaannya lebih besar dari
pada sumbernya, maka efek nettonya adalah memperkecil modal kerja.
Bila besarnya sumber persis dengan besarnya penggunaan, tidak ada efek
nettonya terhadap modal kerja, sehingga besarnya modal kerja, tidak
berubah”.
Sedangkan, menurut Sutrisno (2003:276) menjelaskan bahwa:
“pada laporan sumber dan penggunaan dana dalam arti modal kerja, maka
setiap ada penambahan dana akan menambah modal kerja atau
penggunaan dana akan mengurangi modal kerja”
Dari pendapat diatas, modal kerja dikatakan sebagai modal kerja netto,
berarti selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancarnya. Karena modal kerja
tidak akan mempengaruhi besarnya modal kerja. Atas, penjelasan berikut dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Dana diartikan sebagai modal kerja, maka laporan perubahaan posisi
keuangan menjelaskan sumber dan penggunaan dana, dan juga menunjukan
bagaimana modal kerja berubah dari jumlah pada awal periode menjadi jumlah
pada akhir periode. Setiap transaksi yang menyebabkan naiknya modal kerja
dusebut sumber modal kerja. Sebaliknya, transaksi yang menyebabkan penurunan
modal kerja dosebut penggunaan modal kerja.
Adapun sumber (kenaikan) dan penggunaan (penurunan) modal kerja
menurut Martono dan Agus Hanjito (2003:328) adalah menjelaskan bahwa:
1. “sumber-sumber modal kerja:
a. Berkurangnya aktiva tetap.
b. Bertambahnya hutang jangka panjang.
c. Bertambahnya modal sendiri.
d. Bertambahnya keuntungan dari operasi perusahaan.
2. Penggunaan modal kerja:
a. Bertambahnya aktiva tetap.
b. Berkurangnya hutang jangka panjang
c. Berkurangnya modal sendiri.
d. Adanya pembayaran deviden kas.
e. Adanya kerugiaan.
Penjelasan sumber dan penggunaan modal kerja adalah sebagai berikut:
1. Sumber-sumber modal kerja:
a. Berkurangnya aktiva tetap.
Berkurangnya aktiva tetap kemungkinan karena dijual atau karena
depresiasi. Penjualan aktiva tetap akan menambah uang kas, sehingga akan
menambah modal kerja. Demikian ini merupakan aliran kas masuk yang
akan menambah modal kerja perusahaan.
b. Bertambahnya hutang jangka panjang.
Apabila perusahaan menjual obligasi, maka uang kas perusahaan akan
bertambah. Jika kas bertambah, maka modal kerja akan bertambah.
c. Bertambahnya modal sendiri.
Jika perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT), modal sendiri dapat
berupa saham biasa, saha preferen, cadangan-cadangan dan laba ditahan.
Perusahaan yang menjual sahamnya untuk menambah modal sendiri akan
mendapatkan uang kas sebagai sumber modal kerja.
d. Bertambahnya keuntungan dari operasi perusahaan.
Keuntungan (laba) yang diperoleh dari kegiatan operasi perusahaan
merupakan sumber modal kerja, karena keuntungan tersebut akan
menambah kas. Keuntungan yang menambah kas tersebut adalah
keuntungan yang ditahan atau keuntungan yang tidak dibagi kepada
pemilik perusahaan (para pemegang saham). Oleh karena itu, apabila ada
kenaikan laba ditahan maka didalamnya terdapat tambahan kas yang
2. Penggunaan modal kerja:
a. Bertambahnya aktiva tetap.
Aktiva tetap yang bertambah dapat disebabkan karena ada pembelian.
Bertambahnya aktiva tetap karena pembelian memerlukan uang pasti
sehingga bertambahnya aktiva tetap tersebut merupakan ubsur yang
memperkecil kas atau sebagai penggunaan modal kerja.
b. Berkurangnya hutang jangka panjang.
Apabila perusahaan membeli kembali obligasi yang telah jatuh tempo atau
melunasi hutang jangka panjangnya, maka uang kas perusahaan akan
berkurang. Berkurangnya hutang jangka panjang dalam hal ini merupakan
penggunaan modal kerja.
c. Berkurangnya modal sendiri.
Seperti halnya obligasi, jika perusahaan kembali saham biasa atau saham
preferen maka diperlukan sejumlah kas. Oleh karena itu, saham yang
berkurang berarti modal sendiri perusahaan berkurang. Berkurangnya
modal sendiri tersebut memerlukan kas yang merupakan penggunaan modal
kerja.
d. Adanya pembayaran deviden kas.
Deviden yang dibayarkan kepada pemegang saham dapat berupa saham,
properti maupun kas. Deviden yang dibayarkan dalam bentuk kas akan
mengurangi kas perusahaan. Oleh karena itu, deviden kas ini merupakan
Pengukuran modal kerja dapat diterapkan dengan menggunakan net
working capital. Perubahan-perubahan dalam modal kerja netto (net working
capital) yaitu aktiva lancar dikurangi hutang lancar.
Menurut Lukman Syamsuddin (2000:43) menyatakan:
“perbandingan net working capital dari tahun ke tahun juga bisa
memberikan gambaran tentang jalannya perusahaan”.
Untuk mengetahui besarnya presentase dari perubahan modal kerja netto
pada analisis laporan keuangan menggunakan perbandingan modal kerja tahun
berjalan dengan modal kerja tahun lalu.
Laporan perubahan posisi keuangan menjelaskan sumber penggunaan dana
dan menunjukan dan bagaimana modal kerja tersebut berubah dari jumlah pada
awal periode menjadi jumlah pada akhir periode. Setiap transaksi yang
menyebabkan naiknya modal kerja tersebut sumber modal kerja. Sebaliknya
transaksi yang menyebabkan penurunan modal kerja disebut penggunaan modal
kerja.
Menurut pendapat Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2005:117) menyatakan
sebagai berikut :
“penghasilan yang dicatat berdasarkan basis akrual (accrual basis),
mengakibatkan kenaikan aktiva lancar seperti kas atu piutang, dan oleh
Menurut pendapat Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2005:115) menyatakan
sebagai berikut :
“jumlah modal kerja akan naik atau turun hanya karena transaksi-transaksi
yang mempengaruhi baik rekening lancar maupun rekening tidak lancar
sekaligus”.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa transaksi-transaksi piutang
yang menyebabkan berubahnya modal kerja yaitu transaksi piutang yang
mempengaruhi aktiva lancar yakni piutang usaha, piutang lain-lain, dan
penyisihan piutang tak tertagih.
Oleh karena itu, jumlah modal kerja akan naik atau turun bila dipengaruhi
oleh transaksi-transaksi yang berkaitan dengan rekening lancar atau rekening
tidak lancar saja. Bukan sumber ataupun penggunaan modal kerja.jadi, sumber
(kenaikan) dan penggunaan (penurunan) modal kerja timbul dari berbagai macam
transaksi atau kejadian, sehingga setiap transaksi hanya akan mempengaruhi
modal kerja bila transaksi tersebut mempengaruhi rekening lancar dan tidak
lancar.
2.1.4 Keterkaitan antar variabel Penelitian
2.1.4.1Hubungan Perputaran Piutang dengan Perkembangan Modal Kerja
Menurut Dwi Prastowo Darminto dan Rifka Juliaty dalam bukunya “Analisis
Laporan Keuangan”
“jumlah modal kerja akan naik atau turun karena transaksi-transaksi yang
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perputaran piutang yang
menyebabkan berubahnya modal kerja, yaitu perputaran piutang
mempengaruhi aktiva lancar.
( 2005 : 115 )
2.1.4.2Hubungan Persediaan dengan Perkembangan Modal Kerja
Menurut J. Fred Weston dan Eugene F. Brigham menyatakan bahwa :
“pengelolaan persediaan yang tidak efektif dapat menyebabkan
berlebihnya persediaan yang selanjutnya mengakibatkan rendahnya tingkat
pengembalian atas modal kerja yang tertanam”.
Maka dari kesimpulan diatas dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh
persediaan terhadap modal kerja.
(1990 : 500)
2.2 Kerangka Pemikiran
Untuk memperbesar volume penjualan, banyak perusahaan melakukan
transaksi penjualan secara kredit disamping penjualan secara tunai. Ini akan
menimbulkan perputaran piutang dari tahun ke tahun bagi perusahaan yang
melakukan penjualan tersebut. Biasanya pembatasan pembatasan terhadap jumlah
penjualan kredit tergantung pada bonafiditas pembeli. Apabila pembeli dianggap
bonafid maka plafon kredit yang diberikan agar besar dengan syarat kredit lebih
ringan. Sebaliknya, bila pembeli dianggap kurang bonafid, maka plafon yang
Kelancaran penerimaan piutang dan pengukuran baik tidaknya investasi
dalam piutang dapat diketahui dari tingkat perputarannya. Perputaran piutang
adalah masa-masa penerimaan piutang dari suatu perusahaan selama periode
tertentu. Piutang yang terdapat dalam suatu perusahaan akan selalu dalam keadaan
berputar. Perputaran piutang akan menunjukan berapa kali piutang yang timbul
sampai piutang tersebut dapat tertagih kembali kedalam kas perusahaan.
Dari pengertian diatas, tampak bahwa pengertian perputaran piutang
antara lain adalah semua tuntutan terhadap pelanggan, baik baik berupa perkiraan
uang, barang maupun jasa, serta segala hal yang berbentuk perkiraan seperti
transaksi. Selanjutnya, perputaran piutang merupakan kewajiban pelanggan yang
disepakati dan mereka mengharapkan pembayaran itu diselesaikan dengan tanda
terima yang sah.
Perputaran piutang menurut S Munawir (2004:75) yaitu:
“posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dilihat dengan
menghitung perputaran piutang tersebut (turn over receivable). Yaitu dengan
membagi total penjualan kredit (netto) dengan piutang rata-rata“.
Inventory atau persediaan adalah suatu teknik untuk manajemen material
yang berkaitan dengan persediaan. Manajemen material dalam Inventory
dilakukan dengan beberapa input yang digunakan yaitu: permintaan yang terjadi
(demand) dan biaya-biaya yang terkait dengan penyimpanan, serta biaya apabila
terjadi kekurangan persediaan (short-age).
Lukman Syamsudin (2007:281) menjelaskan bahwa ada tiga bentuk utama
persediaan ini biasanya tidak diperlihatkan secara terpisah dalam neraca
perusahaan, tetapi ciri dari masing-masing macam persediaan tersebut adalah
merupakan suatu faktor yang sangat penting.
a. Persediaan Bahan Mentah
b. Persediaan Barang dalam Proses
c. Persediaan Barang Jadi
Selain itu, perhitungan struktur modal kerja juga diperlukan oleh pihak
manajemen untuk mengetahui titik baik atau buruk nya perusahaan dan modal
kerja sendiri mengandung arti :
Pengertian modal kerja di atas masih bersifat umum, sehingga masih
megalami kesulitan untuk menetapkan elemen-elemen modal kerja. Untuk
memudahkan dalam menetapkan elemen-elemen modal kerja. Menurut Martono
dan Agus Harjito (2003:72), adalah :
“Ada tiga konsep modal kerja antara lain :
4. Konsep Kuantitatif.
5. Konsep Kualitatif.
Tabel 2.1
Perbedaan dengan penelitian sebelumnya
Penulis Tahun Judul Hasil Persamaan Perbedaan
Berdasarkan kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :
2.3 Hipotesis
Menurut Ummi Narimawati (2008:63) “hipotesis adalah kesimpulan
penelitian yang belum sempurna sehingga perlu disempurnakan dengan
membuktikan kebenaran hipotesis itu melalui penelitian”.
Dalam penelitian ini hipotesis yang akan diuji yaitu hipotesis penelitian
yang berkaitan dengan berpengaruh atau tidaknya perputaran piutang dan
persediaan terhadap perkembangan modal kerja.
Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
hipotesa penelitian adalah terdapat pengaruh antara :
perputaran piutang (X1) terhadap perkembangan modal kerja (Y),
Persediaan (X2) terhadap Perkembangan Modal kerja (Y), dan
Perputaran Piutang (X1), dan Persediaan (X2) terhadap Perkembangan Modal
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian menurut Sugiyono (2005:32) diartikan bahwa,
“Objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek
atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari
dan ditarik kesimpulan.”
Berdasarkan pengertian tersebut, objek penelitian merupakan variabel
yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian
yang berjudul Pengaruh perputaran piutang dan persediaan terhadap
perkembangan modal kerja.
Objek penelitian yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian ini
adalah :
1. Perputaran Piutang sebagai variabel bebas (independent)
2. Persediaan sebagai variabel bebas (independent)
3. Perkembangan Modal Kerja sebagai variabel terikat (dependent)
3.2Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan
verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif bertujuan untuk
membuat deskriptif secara sistematik, akrual dan akurat mengenai fakta-fakta,
digunakan untuk meneliti ulang hasil penelitian sebelumnya dengan tujuan untuk
memverifikasikan kebenaran hasil penelitian sebelumnya, serta kuantitatif
merupakan penelitian yang menekankan pada analisis dan numerik (angka).
Pengertian deskriptif menurut Ummi Narimawati (2008:21) adalah :
“metode yang menggambarkan atau menguraikan hasil penelitian melalui
pengungkapan berupa narasi, grafik, maupun gambar”.
Pengertian verifikatif menurut Umi Narimawati (2008:21) adalah:
“Metode pengujian hipotesis melalui alat analisis statistik”
Pengertian data kuantitatif menurut Sugiyono (2006:13) adalah:
“Data yang berbentuk angka atau data kuantitatif yang diangkakan”.
Berdasarkan pernyataan diatas bahwa metode deskriptif adalah metode
yang berisi mengungkapkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan
data yang aktual, yakni dengan menyajikan data, menganilis serta
menginterprestasikannya. Sedangkan penelitian verifikatif adalah suatu jenis
penelitian yang bertujuan menguji kebenaran hipotesis yang dilakukan melalui
pengumpulan data-data dilapangan sehingga diketahui pengaruh variabel (X1)
yaitu perputaran piutang dan variabel (X2) yaitu persediaan terhadap variabel (Y)
yaitu perkembangan modal kerja melalui alat analisis statistik.
3.2.1 Desain Penelitian
Dalam melakukan suatu penelitian sangat perlu dilakukan perencanaan
dan perancangan penelitian, agar penelitian dapat berjalan dengan baik dan
Menurut M. Nasir (2003:84) :
“Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan
pelaksanaan penelitian”.
Langkah-langkah yang akan dilakukan penulis dalam melakukan penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data-data mengenai perputaran piutang pada PT.
Telekomunikasi Indonesia. Tbk (TELKOM) Bandung.
2. Mengumpulkan data-data mengenai persediaan pada pada PT.
Telekomunikasi Indonesia. Tbk (TELKOM) Bandung.
3. Mengumpulkan data-data mengenai perkembangan modal kerja pada PT.
Telekomunikasi Indonesia. Tbk (TELKOM) Bandung.
4. Melakukan pengujian hipotesis untuk membuktikan hubungan atau
pengaruh piutang dan persediaan terhadap perkembangan modal kerja.
5. Membuat kesimpulan terhadap hasil uji hipotesis.
Dari pemaparan diatas maka dapat dikatakan bahwa desain penelitian
merupakan semua proses penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam
melaksanakan penelitian mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan
3.2.2 Operasionalisasi Variabel
Sugiyono (2010:33) mengemukakan bahwa, “Variabel bebas adalah
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel terikat (dependen)”.
Variabel bebas merupakan variabel stimulus atau variabel yang dapat
mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas merupakan variabel yang diukur,
dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan
suatu gejala yang diobservasi.
Variabel bebas yang diteliti dalam penelitian ini ada dua, pertama (X1)
adalah perputaran piutang dan persediaan (X2) adalah perkembangan modal
kerja.
Sesuai dengan judul yang telah dipilih oleh penulis yaitu : “pengaruh
perputaran piutang dan persediaan terhadap perkembangan modal kerja”, maka
penulis menetapkan 3 variabel penelitian yaitu :
1. Perputaran Piutang sebagai variabel Independent (X1)
Menurut Sugiyono (2008:59) variabel Independent adalah:
“Merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel Independent (terikat)”.
Dalam hal ini Piutang merupakan harta perusahaan yang timbul
karena terjadinya transaksi penjualan secara kredit atau barang dan jasa
yang dihasilkan oleh perusahaan. Semakin cepat piutang tertagih maka kas
2. Persediaan sebagai variabel Independent (X2)
Menurut Sugiyono (2008:59) variabel Independent adalah:
“Merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel Independent (terikat)”.
Dalam hal ini persediaan menunjukan seberapa cepat dan banyak
nya persediaan dalam siklus produksi normal. Semakin baik jumlah
persediaan maka kegiatan penjualan berjalan cepat.
3. Perkembangan Modal Kerja sebagai variabel Dependent (Y)
Menurut Sugiyono (2008:59) variabel Dependent adalah:
“Merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi sebab, karena
adanya variabel bebas”.
Dalam hal ini variabel Dependent adalah perkembangan modal
kerja merupakan kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek
(net working capital).
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Konsep Variabel Indikator Ukuran Skala Sumber Data
Piutang
persediaan bahan baku, Persediaan awal + Pembelian bersih
Variabel X) persediaan bahan
3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data
3.2.3.1Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder, di mana
data diperoleh secara tidak langsung, artinya data-data tersebut berupa data yang
telah diolah lebih lanjut dan data yang disajikan oleh pihak lain.
Sugiyono (2010:137) mengungkapkan bahwa, “Sumber sekunder adalah
sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya
lewat orang lain atau dokumen.”
Data sekunder dapat diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan
memahami melalui media lain yang bersumber pada literatur dan buku-buku
perpustakaan atau data-data dari perusahaan yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti.
Data-data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
laporan-laporan yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti yaitu data tentang
perputaran piutang, persediaan dan perkembangan PT. Telekomunikasi. Tbk.
Adapun macam-macam sumber data sebagai berikut:
a. Data Primer
Merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu
maupun perorangan seperti hasil wawancara atau hasil pengisian
kuisioner yang bisa dilakukan oleh peneliti.
b. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh melalui perantara, sehingga informasi tidak
diperoleh langsung dari sumber pertama.
3.2.3.2Teknik Penentuan Data
3.2.3.2.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2002:74) menjelaskan bahwa:
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
mempelajari kemudian ditarik kesimpulan”.
Dalam hal ini sasaran populasi yang dipilih oleh penulis adalah data
laporan keuangan pada PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk (TELKOM) Bandung.
3.2.3.2.2 Sampel
Menurut Sugiyono (2007:73) menjelaskan bahwa :
“Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut”.
Dalam penelitian ini yang di jadikan sampel adalah data laporan keuangan
sampai dengan 2009. Teknik sampel yang digunakan adalah dengan
menggunakan Rancangan Sampel Nonprobabilitas (Nonprobability Sampling
Design) bahwa suatu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang
atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel.
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Metode ini dilakukan dengan cara mempelajari, meneliti dan menelah
berbagai sumber berupa buku-buku yang menunjang, majalah-majalah
serta studi yang telah didapat di perkuliahan yang berhubungan dengan
masalah yang dibahas.
2. Pengamatan (Observation)
Merupakan teknik yang menuntut adanya pengamatan dari peneliti baik
secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitiannya.
Hasil dari observasi dapat dijadikan data pendukung dalam menganalisis
dan mengambil kesimpulan. Observasi dalam penelitian ini akan
dilaksanakan di PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk Bandung.
3. Wawancara (Interview)
Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab
langsung secara lisan dengan pihak-pihak yang dianggap dapat
memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan khususnya yang
Adapun sumber informasi dalam penelitian ini adalah pihak bagian
keuangan perusahaan.
3.2.5 Metode Analisis dan Pengujian Hipotesis
3.2.5.1Metode Analisis
Kegiatan penelitian setelah data dari seluruh sumber data terkumpul
adalah melakukan analisis data. Menurut Wirartha (2006: 261) dijelaskan bahwa,
“menganalisis data dapat digunakan dengan dua teknik (metode) yaitu teknik
analisis kualitatif dan teknik analisis kuantitatif (analisis statistika).”
a. Analisis Kualitatif
Pengertian analisis kualitatif menurut Wirartha (2006: 261), “analisis
kualitatif pada dasarnya menggunakan pemikiran logis analisis dengan
logika, induksi, deduksi, analogi, komparasi dan sejenisnya.”
b. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif menurut Sugiyono (2010: 31) sebagai berikut,
“Dalam penelitian kuantitatif analisis data menggunakan statistik.
Statistik yang digunakan dapat berupa statistik deskriptif dan inferensial/induktif.
Statistik inferensial dapat berupa statistik parametris dan statistik nonparametris.
Peneliti menggunakan statistik inferensial bila penelitian dilakukan pada sampel
yang dilakukan secara random.”
Adapun langkah-langkah analisis kuantitatif yang digunakan pada