FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKADEMIK
PENYUSUNAN SKRIPSI PADA MAHASISWA FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN UNNES ANGKATAN TAHUN 2009
SKRIPSI
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Bimbingan dan Konseling
oleh
Zahratul Fitriah
1301409033
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
iv
“Procrastination is the bad habbit of putting on until the day after tomorrow what should have been done the day before yesterday” (Napoleon Hill)
PERSEMBAHAN
1) Allah SWT tempat menumpahkan segala kesahku
2) Umi dan Abi, untuk setiap doa dalam sujud-sujud panjang kalian di sepertiga malam 3) Untuk Shofy, izzuddin, zulfa dan Zaid, saudara
yang selalu memintakan kebaikan untukku 4) Hijrah, Ela, dan Iffah Salsabila untuk ada dan
menjadikanku lebih baik setiap hari
5) Untuk sahabat BK Unnes ’09 yang senantiasa berjuang bersama.
v
kepada hambaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Faktor Penyebab Prokrastinasi Akademik Penyusunan Skripsi Pada Mahasiswa
Fakultas Ilmu Pendidikan Unnes Angkatan Tahun 2009”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan program Strata Satu (S1) pada Fakultas
Ilmu Pendidikan Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Semarang.
Penyusunan skripsi ini berdasarkan pada penelitian survey yang dilakukan
sesuai prosedur terstruktur dan terencana. Banyak kendala yang ditemukan dalam
penulisan skripsi ini, namun Allah selalu melimpahkan rahmatNya dengan
membukakan pikiran dan melapangkan hati hambaNya. Dalam penulisan skripsi
ini, banyak sekali pihak yang telah membantu dengan tulus dan ikhlas, secara
langsung maupun tidak langsung sehingga tidak ada kata yang lebih mulia
diucapkan selain terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah
membantu dan membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1) Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh studi di
Fakultas Ilmu Pendidikan.
2) Drs. Hardjono, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
vi
membimbing, memberikan banyak pelajaran dan pencerdasan serta dukungan
yang begitu besar dalam penyusunan skripsi ini.
5) Kusnarto Kurniawan, M.Pd. Kons., sebagai dosen pembimbing II yang
banyak memberikan masukan serta saran-saran yang sangat membangun
dalam penyusunan skripsi.
6) Mahasiswa FIP UNNES angkatan tahun 2009 yang telah membantu penulis
dalam penelitian.
7) Bu Heru Damayanti, murobbi ku yang memberikan kenyamanan rumah
kedua dalam setiap lingkaran kecil akhir pekan kita.
8) Mbak Niswah dan Mbak Apri, kakak yang membikan motivasi untuk terus
memberikan yang terbaik.
9) Teman-teman seperjuangan Ong Didik dan Nyuan serta Ujang untuk
semangat dan motivasi yang menjadikan pengingat ketika akan menyerah
pada lelah.
10)Cahya Dewi dan Irawan atas bantuanya yang mengajarkan banyak hal
bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.
11)Serta seluruh pihak yang telah ikut membantu dalam penyusunan skripsi ini
vii
dapat bermanfaat bagi pembaca yang budiman.
Semarang, 15 Januari 2015
Penulis
viii
Negeri Semarang. Pembimbing I: Dra. MTh. Sri Hrtati, M.Pd. Pembimbing II: Kusnarto Kurniawan, M.Pd. Kons.
Kata kunci: Prokrastinasi Akademik; Faktor Penyebab Prokrastinasi Akademik Dari data yang ada diketahui 58% mahasiswa angkatan 2009 FIP UNNES masih belum menyelesaikan studinya pada semester 9, padahal seharusnya mereka sudah selesai studinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab prokrastinasi akademik penyusunan skripsi pada mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES angkatan tahun 2009.
Jenis penelitian ini adalah survey deskriptif. Variabel yang digunakan adalah variabel tunggal yaitu faktor penyebab prokrastinasi akademik penyusunan skripsi. Populasinya adalah seluruh mahasiswa FIP Unnes angkatan tahun 2009 yang belum menyelesaikan studinya per 1 september 2013. Sampel diambil dengan teknik cluster sampling untuk membagi perjurusan dan insidental
sampling untuk responden dari tiap jurusan yang jumlahnya dihitungan menggunakan rumus Slovin. Metode pengumpulan data menggunakan angket berbentuk skala psikologis.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa faktor penyebab prokrastinasi akademik penyusunan skripsi pada mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Unnes angkatan tahun 2009 yaitu, motivasi 83%, melakukan hal lain yang lebih menyenangkan 79%, tidak asertif 79%, ketidaksukaan terhadap tugas 78%, pemimpi 75%, kecemasan 73% , stres 73%, penentang 74%, penyibuk 74%, menejemen waktu 72%, crisis maker 71%, takut gagal 71%, enjoy working under preasure 71%, self-depreciation 70%, hostility with other 70%, low discomfort tolerance 68%, poor task aproach 66%, perfectionisme 66%, pola asuh orang tua 76%, masalah dosen pembimbing 73%, rumitnya birokrasi 73%, lingkungan belajar 63% dan masalah layanan administrasi 55%. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa prokrastinasi disebabkan oleh diri individu sendiri, kondisi psikis individu yang paling banyak mempengaruhi. Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui mahasiswa tidak memiliki motivasi berprestasi dan kebutuhan aktualisasi diri yang cukup tinggi untuk dapat menyelesaikan tugas skripsinya tepat waktu sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
ix
PERNYATAAN ... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR DIAGRAM ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.2 Latar Belakang ... 1
1.3 Rumusan Masalah ... 6
1.4 Tujuan Penelitian ... 6
1.5 Manfaat Penelitian ... 7
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1 PENELITIAN TERDAHULU ... 8
2.2 PROKRASTINASI AKADEMIK ... 9
2.2.1 Pengertian Prokrastinasi Akademik ... 9
2.2.2 Ciri-ciri Prokrastinasi Akademik ... 11
2.2.3 Jenis-jenis Tugas Pada Prokrastinasi Akademik ... 14
2.2.4 Teori Perkembangan Prokrastinasi Akademik ... 16
2.2.4.1 Psikodinamik ... 16
2.2.4.2 Behavioristik ... 17
2.2.4.3 Kognitif dan behavior-kognitif ... 17
2.2.4.4 Teori Reinforcement ... 18
x
3.1 Jenis Penelitian ... 37
3.2 Variabel Penelitian ... 38
3.2.1 Identifikasi Fariabel ... 38
3.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 39
3.3 Populasi dan Sampel ... 40
3.3.1 Populasi ... 40
3.3.2 Sampel ... 41
3.4 Instrumen Penelitian, Validitas, dan Reliabilitas... 43
3.4.1 Penyusunan Instrumen ... 43
3.4.2 Uji Coba Instrumen ... 44
3.4.3 Validitas Instrumen ... 44
3.4.4 Reliabilitas Instrumen ... 45
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 46
3.6 Teknik Analisis Data ... 47
BAB 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50
4.1 Hasil Penelitian ... 50
4.1.1 Faktor Penyebab Prokrastinasi Akademik Penyusunan Skripsi Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Unnes Angkatan Tahun 2009 ... 51
4.1.1.1 Faktor Internal Penyebab Prokrastinasi Akademik Penyusunan Skripsi Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES Angkatan Tahun 2009 ... 52
4.1.1.2 Faktor Eksternal Penyebab Prokrastinasi Akademik Penyusunan Skripsi Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES Angkatan Tahun 2009 ... 56
xi
Penyusunan Skripsi Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu
Pendidikan UNNES Angkatan Tahun 2009 ... 60
4.2.1.2 Faktor Eksternal Penyebab Prokrastinasi Akademik Penyusunan Skripsi Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES Angkatan Tahun 2009 ... 73
4.2.2 Keterbatasan penelitian ... 77
BAB 5. Penutup ... 78
5.1 Kesimpulan ... 78
5.2 Saran ... 79
DAFTAR PUSTAKA ... 80
xii
3.1 Jumlah Sampel Masing-masing Jurusan ... 42
3.2 penskoran kategori jawaban ... 44 3.3 Kriteria Persentase ... 48
4.1 Rata-rata Faktor Penyebab Prokrastinasi Akademik Penyusunan
Skripsi Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES
Angkatan Tahun 2009 ... 51
4.2 Faktor Internal Penyebab Prokrastinasi Akademik Penyusunan Skripsi Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES
Angkatan Tahun 2009 ... 54 4.3 Faktor Eksternal Penyebab Prokrastinasi Akademik Penyusunan
Skripsi Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES
xiii
4.1 Grafik Rata-rata Faktor Penyebab Prokrastinasi Akademik
Penyusunan Skripsi Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan
UNNES Angkatan Tahun 2009 ... 52
4.2 Grafik Komponen Faktor Internal Penyebab Prokrastinasi Akademik Penyusunan Skripsi Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu
Pendidikan UNNES Angkatan Tahun 2009 ... 55 4.2 Grafik Komponen Faktor Eksternal Penyebab Prokrastinasi
Akademik Penyusunan Skripsi Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu
xv
Instrumen Penelitian ... 108
Tabulasi Hasil Try Out Instrumen ... 112
Hasil analisis perkomponen ... 124
Tabulasi hasil Penelitian Faktor internal ... 136
Tabulasi Hasil Penelitian Faktor Eksternal ... 141
Dokumentasi ... 143
1 BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Prokrastinasi akademik adalah jenis penundaan yang dilakukan pada jenis
tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik (Ghufron, 2011: 156).
Solomon dan Rothblum (Ghufron, 2011: 157) menyebutkan enam area akademik
untuk melihat jenis-jenis tugas yang sering diprokrastinasi oleh pelajar, yaitu
tugas mengarang, tugas belajar menjelang ujian, tugas membaca, kinerja tugas
administratif, menghadiri pertemuan dan penundaan dalam kinerja akademik
secara keseluruhan.
Knaus dalam Solomon dan Rothblum (1984:503) menuliskan bahwa 90%
mahasiswa melakukan prokrastinasi, dan 25% dari mereka merupakan
prokrastinator parah atau kronis dan beberapa diantara mereka biasanya putus
kuliah atau drop-out dari perguruan tinggi. Prokrastinasi juga terjadi dikalangan
umum, dan terjadi secara kronis pada 15-20% orang dewasa (Harriot & Ferrari;
Schowenburg, dkk, 2004: 176).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Solomon dan Rothblum (1984: 505)
menyatakan bahwa prokrastinasi akademik yang paling banyak dilakukan oleh
mahasiswa adalah mengerjakan tugas paper laporan, belajar untuk ujian, dan
membaca tugas mingguan. Ketiga area tersebut mengindikasikan bahwa tugas ini
harus dilihat sebagai sesuatu yang penting. Frekuensi penundaan yang dilakukan
Skripsi adalah karya ilmiah yang disusun atas dasar kajian kepustakaan,
penelitian lapangan, dan/atau uji laboratorium sebagai penelitian ilmiah pada
program jenjang studi S1 dengan bobot 6 SKS. Tugas ini bersifat mandiri,
sehingga mahasiswa memiliki kebebasan untuk mengatur jadwal kerja pribadinya.
Mahasiswa dapat memilih untuk mengerjakan atau tidak tugas menyusun skripsi
karena tidak terikat oleh jadwal perkuliahan. Oleh karena itu pengerjaan tugas
skripsi memerlukan komitmen dan manajemen diri serta waktu yang tinggi. Tugas
mengerjakan skripsi memiliki kesamaan dengan tugas paper mahasiswa
Hasil penelitian dari Jansen dan Carton (1999:440) menyatakan bahwa ada
hubungan antara tugas yang sulit dan perilaku prokrastinasi yang dilakukan
mahasiswa. Tugas yang dirasa sulit cenderung akan ditunda dan tugas yang dirasa
mudah cenderung akan dikerjakan terlebih dahulu. Selain itu mahasiswa juga
cenderung menunda tugas yang menuntut kemandirian tinggi serta memiliki
tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Seperti yang dijelaskan oleh Catrunada dalam
Ursia, dkk (2013:1) bahwa sebagian besar mahasiswa menganggap bahwa skripsi
merupakan salah satu area akademik yang penting karena merupakan salah satu
syarat mahasiswa untuk mendapatkan gelar S1. Namun, hal ini tetap saja ditunda.
Fakultas Ilmu Pendidikan adalah salah satu Fakultas yang terdapat di
Universitas Negeri Semarang (UNNES) yang didalamnya terdapat 6 jurusan yaitu,
Jurusan Teknologi Pendidikan (TP), Jurusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS),
Jurusan Bimbingan dan Konseling (BK), Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
(PGSD), Jurusan Psikologi dan Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia
Fakultas Ilmu Pendidikan ditemukan informasi bahwa masih banyak mahasiswa
FIP UNNES yang belum menyelesaikan tugas skripsinya, seperti dapat dilihat
pada tabel dibawah ini
Tabel jumlah mahasiswa FIP angkatan 2009 yang belum menyelesaikan masa studinya pada semester 9
Jurusan Jumlah
mahasiswa
Menyelesaikan studi 8 semester
Tidak menyelesaikan
studi 8 semester
Teknologi Pendidikan 43 orang 13 orang 28 orang
Pendidikan Luar Sekolah 43 orang 18 orang 20 orang
Bimbingan Konseling 63 orang 5 orang 56 orang
PGSD 404 orang 337 orang 59 orang
Psikologi 74 orang 21 orang 43 orang
PGPAUD 58 orang 7 orang 47 orang
Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa 88% mahasiswa
jurusan BK angakatan tahun 2009 belum menyelesaikan Skripsinya. Diikuti oleh
jurusan PGPAUD dengan persentase sebanyak 81%. Kemudian dibawahnya
jurusan TP dengan persentase sebesar 65%. Pada urutan ke-empat ada jurusan
Psikologi dengan persentase 58%. Serta menyusul dibawahnya Jurusan PLS dan
PGSD dengan persentase masing-masing sebesar 46% dan 14%. Ini artinya bila
dirata-rata ada 58,6% mahasiswa FIP angkatan tahun 2009 yang belum
di Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES hanya terdapat 8 semester dimana pada
semester 7 dan 8 sudah tidak ada lagi mata kuliah teori.
Tingginya Persentase mahasiswa yang tertahan di perkuliahan dengan
alasan-alasan akademis ini, sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Solomon
dan Rothlblum. Solomon dan Rothblum (1984: 503) mengatakan bahwa, semakin
bertambah lamanya masa studi merupakan salah satu indikasi dari prokrastinasi
dalam dunia akademik.
Hasil wawancara dengan mahasiswa FIP UNNES dari tiap Jurusan juga
menunjukan bahwa prokrastinasi akademik penyusunan Skripsi memang banyak
dilakukan oleh mahasiswa FIP. Dari hasil wawancara yang dilakukan, ditemukan
fakta bahwa ada mahasiswa angkatan tahun 2009 yang memang baru memulai
penyusunan skripsinya pada semester 9. Selain itu juga ditemukan mahasiswa
yang lebih memilih menyelesaikan tugas organisasi terlebih dahulu dari pada
menyusun skripsi. Ada juga mahasiswa yang masih bingung menentukan judul
skripsinya pada masa akademiknya yang sudah memasuki tahun kelima. Padahal
menurut tugas-tugas perkembangan Havinghurst (Hurlock, 2001:10) mahasiswa
tingkat akhir sudah memasuki masa dewasa awal yang seharusnya sudah mulai
bekerja, memilih pasangan, mulai membina keluarga, mengasuh anak, mengelola
rumah tangga, dan belajar hidup dengan pasanagan.
Dengan melakukan prokrastinasi penyusunan skripsi banyak dampak
negatif yang akan dialami baik oleh mahasiswa yang bersangkutan maupun oleh
keluarga dan instansi tempatnya mengikuti perkuliahan. Selain terlambatnya
Ghufron (2011: 153) mengungkapkan bahwa prokrastinasi menghasilkan keadaan
emosional yang tidak menyenangkan, misalnya perasaan cemas dan panik.
Prokrastinasi juga menyebabkan buruknya kinerja pada individu dan
menyebabkan hasil yang tidak memuaskan. Prokrastinasi penyusunan Skripsi juga
berarti bertambahnya masa studi yang ditempuh oleh mahasiswa yang
bersangkutan. Dengan bertambahnya masa studi, tanggungan ekonomi yang harus
dipikul oleh orang tua juga menjadi bertambah, karena masih harus membayar
biaya pendidikan. Selain itu prokrastinasi penyusunan Skripsi pada mahasiswa
juga dapat mempengaruhi akreditasi jurusan, karena tepat waktunya mahasiswa
menyelesaikan studi merupakan salah satu unsur yang dinilai dalam proses
akreditasi.
Melihat data dan fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai faktor penyebab prokrastinasi akademik penyusunan Skripsi
pada mahasiswa FakultasIlmuPendidikan UNNES angkatan tahun 2009.
Fenomena yang terjadi pada mahasiswa angkatan tahun 2009 di FIP sesuai
dengan apa yang dikemukakan oleh Schowenburg (1992: 228) yang menjelaskan
mengenai ciri-ciri tertentu dalam prokrastinasi akademik. Pertama, adanya
penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang
dihadapi. Kedua, kelambatan dalam mengerjakan tugas. Ketiga, kesenjangan
waktu antara rencana dan kinerja aktual. keempat, melakukan aktivitas lain yang
lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan.
Dalam penelitian ini peneliti memilih Mahasiswa FakultasIlmuPendidikan
cukup tingginya persentase mahasiswa FIP Angkatan tahun 2009 yang belum
menyelesaikan tugas skripsinya. Bahkan ada mahasiswa yang baru memulainya
menjelang semester sepuluh.
Dengan diketahuinya faktor-faktor penyebab prokrastinasi akademik
penyusunan Skripsi pada mahasiswa FakultasIlmuPendidikan UNNES angkatan
tahun 2009, akan didapatkan gambaran umum mengenai faktor penyebab
prokrastinasi akademik penyusunan Skripsi pada mahasiswa
FakultasIlmuPendidikan UNNES angkatan tahun 2009. Hal ini akan memberikan
manfaat dalam fungsi pencegahan. Karena dengan mengetahui faktor penyebab
munculnya suatu perilaku prokrastinasi maka dapat dilakukan upaya pencegahan
dengan meminimalisir faktor-faktor yang menyebabkan munculnya perilaku
prokrastinasi tersebut.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dari penelitian ini
adalah, apa saja faktor penyebab prokrastinasi akademik penyusunan Skripsi pada
mahasiswa FakultasIlmuPendidikan UNNES angkatantahun 2009?
1.3Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
faktor- faktor penyebab prokrastinasi akademik penyusunan Skripsi pada
1.4Manfaat Penelitian
Manfaat dilaksanakanya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.5.1 Secara teoritis
Manfaat secara teoritis dari hasil penelitian ini adalah untuk menambah wawasan
mengenai faktor- faktor penyebab prokrastinasi akademik penyusunan Skripsi
pada mahasiswa FakultasIlmuPendidikan UNNES angkatantahun 2009.
1.5.2 Secara praktis
Manfaat secara praktis dari hasil penelitian ini antara lain bagi praktisi bimbingan
dan konseling di lingkungan universitas untuk memberikan perhatian lebih kepada
8 BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian yang dilakukan oleh Siti Qadariah mengenai Gambaran Faktor
Penyebab Prokrastinasi Pada Mahasiswa Prokrastinator yang Mengontrak
Skripsi, diketahui bahwa 54% mahasiswa yang melakukan prokrastinasi skripsi
disebabkan karena rasa takut gagal. Selain hal di atas, penelitian ini juga
mengungkapkan bahwa 39% mahasiswa melakukan prokrastinasi pada
skripsinya sebagai bentuk menghindari tugas dan kemalasan. Penelitian ini
dilakukan terhadap 28 orang mahasiawa Fakultas Psikologi Universitas Islam
Bandung angkatan tahun 2004 (Qadariah, 2012: 119).
Penelitian lain tentang Prokrastinasi Pada Mahasiswa Dalam
Penyelesaian Skripsi yang dilakukan oleh Priska Devy Anggraeni terhadap 3
orang mahasiswa Universitas Gunadarma sebagai subjek penelitian, ditemukan
hasil bahwa terjadinya prokrastinasi dalam penyelesaian skripsi
lebihdikarenakan oleh faktor internal seperti motivasi yang rendah, rasa malas,
dan perasaan subjek yang mudah berubah dalam waktu cepat. Faktor lain yang
menyebabkan penundaan penyelesaian skripsi pada subjek adalah karena
kesibukan lain yang lebih didahulukan.
Sejalan dengan penelitian-penelitian terdahulu yang telah dijelaskan
diatas, peneliti ingin mengungkapkan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan
2009. Dimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa terdapat 58,6% mahasiswa
FIP angkatan tahun 2009 yang tidak menyelesaikan skripsinya tepat waktu.
2.2 PROKRASTINASI AKADEMIK 2.2.1 Pengertian prokrastinasi akademik
Prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastination dengan awalan pro
yang berarti mendorong maju atau bergerak maju, dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jika digabungkan menjadi menangguhkan atau
menunda sampai hari berikutnya (Burka dan Yuen, 2008:5).Pada kalangan
ilmuwan, istilah prokrastinasi digunakan untuk menunjukan suatu kecendrungan
menunda-nunda penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan. Seseorang yang
mempunyai kecendrungan untuk menunda atau tidak segera memulai pekerjaan,
ketika menghadapi suatu pekerjaan dan tugas disebut seseorang yang melakukan
prokrastinasi. Tidak peduli apakah penundaan tersebut mempunyai alasan atau
tidak. Setiap penundaan dalam menghadapi suatu tugas disebut prokrastinasi
(Gufron, 2011:151).Webster New Collegiate Dictionary, 1992 (dalam Ferrari 1995: 8) mendefinisikan prokrastinasi berarti menunda dengan sengaja dan
biasanya tidak baik terhadap sesuatu yang harus kerjakan atau diselesaikan.
Burka dan Yuen (2008: 5) menjelaskan bahwa prokrastinasi merupakan
perilaku menunda yang akan menjadi masalah bila mengakibatkan konsekuensi
eksternal (kehilangan pekerjaan, tidak lulus ujian) dan juga konsekuensi internal
seperti gangguan ringan dan penyesalan hingga penghukuman diri sendiri dan
dengan berbagai sindrom-sindrom psikiatri. Prokrastinator biasanya mempunyai
pola tidur yang tidak sehat, mempunyai depresi yang kronis, menjadi penyebab
stres, dan berbagai penyebab penyimpangan psikologis lainnya. Knaus (2010:
xvi) mendefinisikan prokrastinasi sebagai masalah kebiasaan untuk terus
menunda-nunda melakukan aktivitas atau tugas-tugas penting dan menunda
menyelesaikanya pada waktu lain. Dan perilaku prokrastinasi dapat
menimbulkan banyak dampak negatif bagi pelakunya.
Silver (dalam Ghufron, 2011:152) mengatakan seseorang yang
melakukan prokrastinasi tidak bermaksud untuk menghindari atau tidak mau
tahu dengan tugas yang dihadapi. Akan tetapi mereka hanya menunda-nunda
untuk mengerjakanya sehingga menyita waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan tugas. Menurut Burka dan Yuen (2008:7), prokrastinator sendiri
tidak senang akan perbuatanya dan ingin melakukan perbaikan, tetapi mereka
mengalami kesulitan untuk mengatasinya dan cenderung selalu mengulanginya
kembali.Solomon dan Rothblum (dalam Ferrari, 1995: 72) menjelaskan
prokrastinasi sebagai perilaku menunda tugas tanpa alasan yang bermanfaat
untung menghindari perasaan tidak nyaman akibat beban dari tugas yang harus
diselesaikan. Milgram (dalam ferrari, 1995:11) menekankan bahwa prokrastinasi
tersusun atas empat komponen spesifik, yang meliputi: (1) perilaku yang
melibatkan unsur penundaan; (2) menghasilkan akibat-akibat yang tidak baik;
(3) melibatkan suatu tugas yang dipersepsikan sebagai tugas yang penting untuk
menyenangkan, misalnya perasaan cemas, perasaan bersalah, panik, marah dan
sebagainya.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
prokrastinasi akademik adalah suatu perilaku penundaan pada tugas-tugas
akademik yang dapat menimbulkan banyak dampak negatif bagi pelakunya
yang dilakukan secara sadar dan lebih memilih mengerjakan hal-hal lain yang
dirasa lebih menyenangkan dan prokrastinator melakukan prokrastinasi bukan
sebagai bentuk penghindaran atau tidak mau tahu dengan tugas yang dihadapi
tetapi sebagai bentuk self defense mechanism untuk menghindari perasaan tidak menyenangkan yang disebabkan oleh tugas yang harus diselesaikanya.
2.2.2 Ciri-ciri prokrastinasi akademik
Menurut Ferrari (1995: 82), prokrastinasi akademik dapat
termanifestasikan dalam indikator tertentu yang dapat diukur dengan ciri-ciri
tertentu berupa:
(1) Penundaan waktu untuk memulai mengerjakan tugas belajar yang dihadapi
Individu yang melakukan prokrastinasi (prokrastinator) tahu bahwa tugas yang
dihadapi harus segera diselesaikan. Akan tetapi, dia menunda-nunda untuk
mulai mengerjakanya atau menunda-nunda untuk menyelesaikan sampai tuntas
jika sebelumnya dia sudah mulai mengerjakanya.
(2) Keterlambatan dalam menyelesaikan tugas
Orang yang melakukan prokrastinasi memerluka waktu yang lebih lama
tugas. Seorang prokrastinator menghabiskan waktu yang dimilikinya untuk
mempersiapkan diri secara berlebihan. Selain itu, juga melakukan hal-hal yang
tidak diperlukan dalam penyelesaian suatu tugas, tanpa memperhitungkan
keterbatasan waktu yang dimilikinya. Kadang-kadang tindakan tersebut
mengakibatkan seseorang tidak berhasil menyelesaikan tugasnya secara
memadai. Kelambanan, dalam arti lambanya kerja seseorang dalam melakukan
suatu tugas dapar menjadi ciri yang utama dalam prokrastinasi akademik.
(3) Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual
Seorang prokrastinator memiliki kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai
dengan batas waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Seorang prokrastinator
sering mengealmi keterlambatan dalam memenuhi deadline yang telah ditentukan, baik oleh orang lain maupun rencana yang dia tentukan sendiri.
Seseorang mungkin telah merencanakan mulai mengerjakan tugas pada waktu
yang telah ia tentukan sendiri. Tetapi, ketika saatnya tiba dia tidak juga
melakukanya sesuai dengan apa yang telah direncanakan sehingga
menyebabkan keterlambatan ataupun kegagalan untuk menyelesaikan tugas
secara memadai.
(4) Melakukan hal lain selain belajar
Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada tugas yang harus
dikerjakan. Seorang prokrastinator dengan sengaja tidak melakukan tugasnya.
Akan tetapi, menggunakan waktu yang dimiliki untuk melakukan aktivitas lain
yang dipandang lebih menyenangkan dan mendatangan hiburan, seperti
mendengarkan musik, dan sebagainya sehingga menyita waktu yang dia miliki
untuk mengerjakan tugas yang harus diselesaikanya.
Schowenburg (1992: 225) menjelaskan mengenai ciri-ciri tertentu dalam
prokrastinasi akademik, antara lain:
1. Adanya penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas
yang dihadapi
Idividu yang melakukan penundaan tugas tahu bahwa tugas yang dihadapi
bermanfaat dan harus diselesaikan, akan tetapi individu menunda untuk
memulai mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang dihadapi.
2. Kelambatan dalam mengerjakan tugas
Individu yang melakukan penundaan tugas memerlukan waktu yang lebih
lama daripada waktu yang dibutuhkan pada umumnya dalam mengerjakan
tugas.
3. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual
Individu yang menunda tugas akan kesulitan mengerjakan tugasnya sesuai
dengan batas waktu yang telah ditentukan.
4. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan
tugas yang harus dikerjakan
Individu yang menunda tugas dengan sengaja tidak segera menyelesaikan
tugas atau pekerjaanya, akan tetapi menggunakan waktu yang dimiliki untuk
melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada mengerjakan
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri
prokrastinasi akademik adalah penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan
kerja pada tugas yang dihadapi, keterlambatan dalam mengerjakan tugas,
kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual dan melakukan aktivitas lain
yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus selesaikan.
2.2.3 Jenis-jenis tugas pada prokrastinasi akademik
prokrastinasi dapat dilakukan pada beberapa jenis pekerjaan. Peterson
(dalam Gufron, 2011:156) mengatakan bahwa seseorang dapat melakukan
prokrastinasi hanya pada hal-hal tertentu saja atau pada semua hal. Jenis-jenis
tugas yang sering ditunda oleh prokrastinator, yaitu tugas membuat keputusan,
tugas-tugas rumah tangga, aktivitas akademik, pekerjaan kantor, dan lainya.
Para ahli membagi jenis prokrastinasi kedalam dua jenis, prokarastinasi
akademik dan non akademik. Pembagian jenis prokrastinasi ini disesuaikan
dengan tugas yang harus diselesaikan. J.R Ferarri dkk, 1995 (dalam Gufron,
2011:156) mendefinisikan prokrastinasi akademik adalah jenis penundaan yang
dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik,
misalnya tugas sekolah atau tugas kursus. Prokrastinasi non-akadeik adalah jenis
penundaan yang dilakukan pada jenis tugas non-formal atau jenis tugas yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, misalnya tugas rumah tangga, tugas
kantor, dan lain sebagainya.
Menurut Green dalam Gufron (2011:157), jenis tugas yang menjadi objek
Perilaku-perilaku yang mencirikan penundaan dalam tugas akademik dipilah dari
perilaku lainya dan dikelompokan menjadi unsur prokrastinasi akademik.
Solomon dan Rothblum (1984) menyebutkan enam area akademik untuk
melihat jenis-jenis tugas yang sering diprokrastinasi oleh pelajar, yaitu:
(1) Tugas mengarang, meliputi penundaan melaksanakan kewajiban atau
tugas-tugas menulis, misalnya menulis makalah, laporan, atau tugas-tugas mengarang
lainya.
(2) Tugas belajar menjelang ujian, mencakup penundaan belajar untuk
menghadapi ujian, misalnya ujian tengah semester, akhir semester, atau
ulangan mingguan.
(3) Tugas membaca, meliputi adanya penundaan untuk membaca buku atau
referensi yang berkaitan dengan tugas akademik yang diwajibkan.
(4) Kinerja tugas administratif, penundaan penyelesaian tugas administratif.
Seperti menyalin catatan, mendaftarkan diri dalam presentasi kehadiran,
daftar peserta praktikum, dan sebagainya.
(5) Menghadiri pertemuan, yaitu penundaan maupun keterlambatan dalam
menghadiri pelajaran, praktikum, dan pertemuan-pertemuan lainya.
(6) Penundaan dalam kinerja akademik secara keseluruhan, yaitu menunda
mengerjakan atau menyelesaikan tugas-tugas akademik secara keseluruhan
(Gufron, 2011:157).
Berdasarkan teori-teori yang dikembangkan oleh para ahli diatas dapat
mengarang, belajar untuk menghadapi ujian, tugas membaca,tugas administrasi,
menghadiri pertemuan dan kinerja akademik secarakeseluruhan.
2.2.4 Teori perkembangan prokrastinasi akademik
Ada beberapa teori yang digunakan oleh para ahli dalam menjelaskan
perilaku prokrastinasi. Masing-masing teori yang dijelaskan oleh para ahli ini
menjelaskan bagaimana perilaku prokrastinasi dapat muncul pada diri individu.
2.2.4.1Psikodinamik
Penganut psikodinamik beranggapan bahwa pengalaman masa
kanak-kanak akan mempengaruhi perkembangan proses kognitif seseorang ketika
dewasa, terutama trauma. Orang yang mengalami trauma akan suatu tugas
tertentu cenderung akan melakukan prokrastinasi jika dihadapkan pada tugas
yang sama.
Menurut Freud (ferrari, 1995; gufron, 2011: 160) berkaitan dengan
penghindaran dalam tugas mengatakan bahwa seseorang yang dihadapkan pada
tugas yang mengancam ego pada alam bawah sadar akan menimbulkan
ketakutan dan kecemasan. Prokrastinasi yang dilakukan merupakan bentuk
mekanisme pertahanan diri dari individu yang bersangkutan. Individu yang
bersangkutan akan secara tidak sadar melakukan prokrastinasi untuk
menghindari penilaian yang dirasa mengancam keberadaan ego atau harga
2.2.4.2Behavioristik
Penganut psikologi behavioristik beranggapan bahwa perilaku
prokrastinasi akademik muncul akibat proses pembelajaran. Seseorang
melakukan prokrastinasi akademik karena ia pernah mendapatkan punishment
atas perilaku tersebut. Seseorang yang pernah merasakan sukses dalam
melakukan tugas sekolah dengan melakukan penundaan, cenderung akan
mengulangi lagi perbuatanya. Sukses yang pernah dia rasakan akan dijadikan
reward untuk mengulangi lagi perilaku yang sama dimasa yang akan datang. Menurut McCown dan Johnson (ibid; gufron, 2010: 161) adanya reward
yang lebih menyenangkan dari objek yang di prokrastinasi dapat memunculkan
perilaku prokrastinasi akademik. Selain itu rendahnya resiko yang didapat dari
tugas yang di prokrastinasi juga menyebabkan individu cenderung untuk
melakukan prokrastinasi.
Prokrastinasi akademik juga dapat muncul pada kondisi lingkungan
tertentu. Kondisi yang menimbuilkan stimulus tertentu bisa menjadi
reinforcement bagi munculnya perilaku prokrastinasi. Kondisi yang lenient atau
rendah dalam pengawasan akan mendorong seseorang untuk melakukan
prokrastinasi akademik karena tidak adanya pengawasan akan mendorong
seseorang untuk berperilaku tidak tepat waktu.
2.2.4.3Kognitif dan behavior-kognitif
Ellis dan Knaus (Gufron, 2011:162) menjelaskan menurut pandangan
cognitive-behevioral, prokrastinasi akademik terjadi karena adanya keyakinan
disebabkan suatu kesalahan dalam mempersepsikan tugassekolah. Seseorang
memandang tugas sekolah sebagai sesuatu yang berat dan tidak menyenagkan
(aversiveness of the task and fear of failure). Oleh karena itu seseorang merasa tidak mampu menyelesaikan tugasnya secara memadai sehingga menunda-nunda
menyelesaikan tugas tersebut secara memadai.
Fear of failure adalah ketakutan yang berlebihan untuk gagal. Seseorang
menunda mengerjakan tugas kuliahnya karena takut jika gagal akan
mendatangkan penilaian negatif atas kemampuanya. Akibatnya, seseorang
menunda-nunda untuk mengerjakan tugas yang dihadapinya.Ferrari (M. Gufron,
2003; Gufron, 2010:163) mengatakan bahwa seseorang melakukan prokrastinasi
akademik untuk menghindari informasi diagnostik akan kemampuanaya.
2.2.4.4Teori Reinforcement
Skinner (dalam Ferrari, 1996: 26) mengatakan bahwa perilaku terbentuk
karena adanya penguatan. Teori belajar klesik menekankan pada punishment dan
reinforcement. Teori reinforcement menyatakan bahwa prokrastinasi terjadi pada individu yang diberi penghargaan untuk perilaku tertentu maupun yang tidak
dihukum secara cukup karena hal tersebut. Prokrastinasi juga dapat terjadi
karena ketiadaan reward dan punishment untuk pelaku yang terjadi secara
berulang-ulang. Individu melakukan prokrastinasi dapat juga disebabkan karena
memiliki sejarah pernah menjadi prokrastinator yang sukses atau paling tidak
menemukan tugas-tugas yang lebih menyenangkan daripada belajar (Bijon, dkk.
2.2.4.5Teori Cognitive Behavioral
Teori ini menjelaskan prokastinasi secara lebih terperinci. Teori cognitive behavioralmengatakan bahwa prokrastinasi terjadi karena adanya kesalahan dalam berpikir atau adanya pikiran-pikiran yang irasional terhadap tugas, seperti
takut gagal dalam penyelesaian tugas. Untuk lebih jelasnya teori ini akan
menjelaskan secara logis bagaimana perilaku prokrastinasi pada diri individu:
(1) Kepercayaan irasional
Prokrastitanor menilai bahwa standar yang ada terlalu tinggi sedangkna
kemampuanya tidak sebandingdengna standar yang ditetapkan, sehingga
kegagalan itu sesuatu yang tidak dapat dihindari. Hal ini menimbulkan
ketakutan dalam diri individu untuk menghadapi kegagalan, sehingga ia
mengambil keputusan unutk menunda menyelasaikan tugas.
(2) Locus of Control
Individu yang memiliki kendali internal cenderung tidak melakukan
prokrastinasi atau prokrastinasinya rendah, sebaliknya individu yang memiliki
kendali eksternal cenderung melakukan prokrastinasi. Taylor dalam Ferrari
(1995: 37) menyatakan bahwa variabel kognitif locus of control dapat memberikan lahan yang subur bagi penelitian dimasa yang akan datang.
Selama ini , hasil penelitian dengan variabel ini telah bercampur. Power dala
Ferrari (1995:37) menemukan bahwa locus of control tampak logis secara intuitif. Kumpulan data terbaru menyatakna sebuah hubungan kompleks
dalam keadaan paling baik. Jelasnya, penelitian lebih lanjut dibutuhkan. Trice
controlmungkin kegunaanya tidak sama dalam memprediksi prokrastinasi akademik sebagaimana ukuran spesifik akademis.
(3) Learned Helplessnes
Seseorang yang tidak berdaya dengan tugas-tugas yang dihadapi karena
kecewa dengan hasil yang diperoleh sebelumnya akan mudah melakukan
prokrastinasi karena baginya hal itu lebih aman.
(4) Perfeksionis yang irasional
Prokrastinator selalu berdalih bahwa dia butuh banyak waktu untuk
melengkapi tugas sehingga dapat menyelesaikan tugas dengna hasil yang
sempurna. Irasionalitas disini terlihat pada standar tinggi yang ditetapkan oleh
individu yang bersangkutan pedahal jelas-jelas hal itu melebihi kemampuan
yang dimiliknya.
Secara sederhana dapat dipahami bahwa menurut teori cognitive behavioralmunculnya perilaku prokrastinasi disebabkan oleh kepercayaan irasional, locus of control, learned helplessnesdan perfeksionis yang irasional.
2.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik
Ghufron (2011: 163-166) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi
prokrastinasi akademik kedalam dua kelompok, faktor internal dan faktor
eksternal. Penjelasan mengenai masing-masing faktor akan dijabarkan pada sub
2.2.5.1Faktor intenal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu yang
mempengaruhi prokrastinasi. Faktor-faktor itu meliputi kondisi fisik dan kondisi
psikologis dari individu.
a. Kondisi fisik individu
Faktor dari dalam individu yang turut mempengaruhi munculnya
prokrastinasi akademik adalah keadaan fisik dan kondisi kesehatan individu,
misalnya fatigue. Menurul Millgram (dalam Gufron, 2011: 164) seseorang yang mengalami fatigue akan memiliki kecendrungan yang lebih tinggi untuk
melakukan prokrastinasi dari pada individu yang tidak mengalami fatigue.
Keadaan fisik individu disini artinya berkaitan dengan bagaimana keadaan
anggota tubuh individu yang bersangkutan. Apakah keadaanya utuh secara
fisiologis maupun secara fungsional. Misalnya individu dengan tuna daksa dan
individu dengan gangguan pendengaran atau tuna rungu. Friend dalam Timpe
(1999:341), juga menyebutkan bahwa Jenis kelamin juga memiliki andil sebagai
faktor penyebab prokrastinasi akademik pada individu. Seperti yang dijelaskan
dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahmaini Dini (2010) bahwa subjek
berjenis kelamin laki-laki lebih tinggi derajat perilaku prokrastinasinya ketimbang
subjek berjenis kelamin perempuan.
b. Kondisi psikis individu
Menurut Millgram dkk. terdapat beberapa hal yang mempengaruhi
(1) Trait kepribadian individu
Milgram menjelaskan bahwa trait kepribadian individu turut memengaruhi munculnya perilaku penundaan, misalnya trait kemampuan sosial yang tercermin dalam self-regulationdan tingkat kecemasan dalam berhubungan sosial.
(2) Motivasi
Besarnya motivasi yang dimiliki seseorang juga akan mepengaruhi
prokrastinasi secara negatif. Semakin tinggi motivasi intrinsik yang dimiliki
individu ketika menghadapi tugas, akan semakin rendah kecendrunganya
untuk prokrastinasi akademik. Bimo Walgito (2004: 221) menjelaskan pada
umumnya motivasi memiliki sifat siklas (melingkar), yaitu motivasi timbul,
memicu perilaku tertuju pada tujuan (goal), dan akhirnya setelah tujuan tercapai, motivasi itu berhenti.
Dalam buku Pengantar Psikologi Umum,Bimo Walgito (2004:
224-235) menjelaskan beberapa jenis motivasi, antara lain motivasi fisiologis,
motif sosial, motif kompetensi dan motif aktualisasi diri. Motif fisiologis
pada dasarnya berkar pada keadaan jasmani. Dorongan-dorongan yang
muncul biasanya berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan untuk kalangsungan
hidupnya sebagi mahluk hidup.
Motif berikutnya adalah motif sosial. Motif sosial dapat dibedakan
kedalam 3 macam motif yaitu: (1) motivasi berprestasi, orang yang memiliki
berafiliasi, individu dengan motiv ini akan selalu mencari teman, dan juga
mempertahankan hubungan yang telah dibina dengan orang lain; dan (3)
motif berkuasa, individu dengan motif ini akan mengadakan kontrol,
mengendalikan, atau memerintaj orang lain dalam kehidupan sosialnya.
Selanjutnya adalah motif kompetensi. Motif ini berkaitan dengan motif
instrinsik, yaitu kebutuhan seseorang untuk kompetensi dan menentukan
sendiri dalam kaitan dengan lingkunganya. disebut intrinsik karena tujuanya
adalah perasaan internal mengenai kompetensi dan self determinasi. Sebaliknya motif eksrtinsik, yang ditujukan kepada tujuan yang terletak
diluar individu. Motif kompetensi dan yang bersifat instrinsik merupakan
yang sangat penting karena merupakan motivator yang sangat kuat dari
perilaku manusia yang dapat digunakan untuk membuat seseorang lebih
produktif.
Yang terakhir adalah motif aktualisasi diri. motif aktualisasi diri
merupakan motif yang berkaitan dengan kebutuhan atau dorongan untuk
mengaktualisasikan potensi yang ada pada diri individu. Kebutuhan
aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang tertinggi dalam hirarki kebutuhan
yang dikemukakan oleh Maslow.
Sejalan dengan Millgram, Friend dalam Timpe (1999:341), juga
menjelaskan bahwa prokrastinasi akademik dipengaruhi faktor-faktor yang
(1) Tidak yakin diri (tidak percaya diri)
Individu pelaku prokrastinasi biasanya cenderung tidak yakin terhadap
kemampuan dirinya sendiri. Prokrastinator cenderung menganggap dirinya
tidak memiliki kapasitas yang baik untu menyelesaikan tugas-tugasnya.
Padahal pada kenyataanya individu yang bersangkutan mampu untuk
menyelesaikan tugas tersebut dengan baik.
(2) Toleransi frustasi yang rendah
Prokrastinator cenderung tidak tahan dengan keadaan yang membuat dirinya
merasa terbebani. Maka untuk menghindari perasaan tidak menyenangkan
tersebut prokrastinator lebih memilih untuk menghindari tugas-tugasnya
ketimbang menyelesaikanya.
(3) Menuntut kesempurnaan (perfectionism)
Perfectionism turut menjadi salah satu faktor penyebab prokrastinasi. Individu pelaku prokrastinasi yang disebabkan oleh perilaku perfectionism
pada dirinya menuntut hasil kerja yang sempurna. Maka penundaan
pengerjaan maupun penyelesaian tugas biasanya terjadi karena proses
persiapan yang dilakukan terlalu lama.
(4) Pandangan fatalistik
Individu yang memiliki pandangan seperti ini memiliki kepercayaan bahwa
segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya adalah takdir dari tuhan.
Akibatnya individu memiliki pemikiran bahwa dia tidak dapat mengubah
keadaan. Karena semua yang terjadi dalam hidupnya adalah sebuah
Selain Friend, Sapadin (1996: 12-16) juga menjelaskan beberapa faktor
penyebab prokrastinasi yang berkaitan dengan kondisi fisik individu, yaitu:
(1) Perfeksionis (Perfectionism)
Seorang perfeksionis memiliki ketakutan berlebihan untuk mengerjakan suatu
hal yang dirasa akan memberikan hasil yang tidak sempurna. Akibatnya,
seorang perfeksionis memiliki keinginan bahwa tugasnya harus dikerjakan
sebaik-baiknya (sempurna). Ketika individu perfeksionis merasa bahwa tugas
yang akan ia kerjakan akan memberikan hasil yang tidak sempurna maka ia
cenderung akan melakukan prokrastinasi.
(2) Pemimpi (Dreamer)
Para pemimpi sangat ahli dalam mengembangkan ide-ide secara rinci, tetapi
tidak bisa mengubah ide mereka secara garis besar menjadi kenyataan. Hal ini
terjadi lantaran seorang pemimpi menginginkan kehidupan yang gampang
dan menyenangkan. Para pemimpi berfikir bahwa selalu akan ada sesuatu
yang menguntungkan bagi dirinya sehingga senantiasa menunggu dan
akhirnya tugas-tugasnya banyak yang tertunda.
(3) Penghawatir (Worrier)
Seorang penghawatir akan selalu berfikir bahwa tugas yang akan dikerjakan
tidak berjalan dengan baik dan akan gagal. Individu merasa tidak akan dapat
menyelesaikan tugas dengan baik. Penghawatir selalu memiliki kekhawatiran
(4) Penentang (Defender)
Seorang penentang tidak suka diperintah atau dinasehati orang lain. Individu
sering dianggap penunda karena melakukan tindakan yang berlawanan
dengan kebiasaan pada umumnya.
(5) Pembuat Onar (Crisis Maker)
Para pembuat onar menumpuk semua hal disaat terakhir. Bagi seorang crisis
maker, prokrastinasi adalah bentuk dari petualangan. Tetapi seorang crisis
maker yang melaukan prokrastinasi lebih sering menjadi pecundang
ketimbang menjadi pemenang dalam petualanganya. Karena biasanya seorang
crisis maker justru lari pada menit-menit terakhir.
(6) Penyibuk (Over-doer)
Seorang penyibuk cenderung untuk selalu mengatakan “ya” pada semua tugas
yang diberikan kepadanya. Padahal seorang penyibuk yang biasanya
memiliki tipe berfikir memaksa ini cenderung kurang mampu mengatur
waktu, sumberdaya yang ada, dan konflik yang muncul. Akibatnya seorang
penyibuk sering menunda tugas-tugas yang harus diselesaikanya.
Ahli lain yang juga menjelaskan mengenai faktor penyebab prokrastinasi
yang berkaitan dengan kondisi psikis individu adalah Bernard. Bernard (dalam
Catrunada dan puspitawati, 2008: 6-9) menjelaskan hal-hal menyebabkan
(1) Kecemasan (Anxiety)
Kecemasan yang tinggi yang berinteraksi dengna tugas-tugas yang
diharapkan dapat diselesaikan menyebabkan seseorang cenderung menunda
tugas tersebut.
(2) Pencelaan Terhadap Diri Sendiri (Self-Depreciation)
Pencelaan terhadap diri sendiri termanifestasi kedalam penghargaan yang
rendah terhadap dirinya sendiri, selalu menyalahkan dirinya sendiri ketika
terjadi kesalahan, dan rasa tidak percaya diri untuk mendapat masa depan
yang cerah menyebabkan seseorang cenderung melakukan prokrastinasi.
(3) Rendahnya toleransi terhadap ketidak nyamanan (Low Discomfort Tolerance)
Kesulitan pada tugas yang dikerjakan membuat seseorang mengalami
kesulitan untuk mentoleransi rasa frustsi dan kecamasan, sehingga mereka
menggalihkna diri sendiri kepada tugas-tugas yang dapat mengurangi ketidak
nyamanan dalam diri mereka.
(4) Pencari kesenangan (Pleasure-Seeking)
Seorang yang mencari kenyamanan cenderung tidak mau melepaskan situasi
yang membuat dia merasa nyaman. Jika individu memiliki kecenderungan
tinggi dalam mencari situasi yang nyaman, maka individu tersebut memiliki
hasrat yangkuat untuk bersenang-senang dan memiliki kontrol impulsif yang
rendah.
(5) Tidak teraturnya waktu (Time Disorganization)
Lemahnya pengaturan waktu disebabkan sulitnya individu memutuskan
Semua pekerjaan terlihat sangat penting sehingga muncul kesulitan untuk
menentukan apa yang harus dikerjakan terlebih dahulu.
(6) Pendekatan yang lemah terhadap tugas (Poor Task Aproach)
Seseorang merasa siap untuk bekerja, kemungkinan dia akan meletakkan
kembali pekerjaan tersebut karena tidak tahu darimana harus memulai
sehingga cenderung menjadi tertahan oleh ketidaktahuan tentang bagaimana
harus memulai dan menyelesaikan pekerjaan tersebut.
(7) Kurangnya pernyataan yang tegas (Lack of Assertion)
Kurangny apernyataan yang tegas disebabkan seseorang mengalami kesulitan
untuk berkata “tidak” terhadap permintaan yang ditujukan kepadanya ketika
banyak hal yang harus dikerjakan karena telah dijadwalkan terlebih dahulu.
Hal ini bisa terjadi karena mereka kurang memberikan rasa hormat atas
semua komitmen dan tanggung jawab yang dimiliki.
(8) Permusuhan terhadap orang lain (Hostility With Others)
Kemarahan yang terus menerus bisa menimbulkan dendam dan sikap
bermusuhan sehingga bisa menuju sikap menolak atau menentang apapun
yang dikatakan oleh orang tersebut.
(9) Stres dan kelelahan (Stress and Fatigue)
Stres adalah hasil dari sejumlah intensitas tuntutan negatif dalam hidup yang
digabung dengan gaya hidup dan kemampuan mengatasi masalah pada diri
sendri. Semakin banyak tuntutan dan semakin lemah sikap sesesorang dalam
memecahka masalah, dan gaya hidup yang kurang baik, semakin tinggi stres
Sedangkan Steele (2007) menjelaskan faktor-faktor yang berkaitan dengan
kondisi psikis individu yang dapat menyebabkan individu melakukan
prokastinasi adalah:
(1) Ketidaksukaan terhadap tugas
Individu cenderung untuk menghindari tugas yang dirasa sulit, tidak
menyenangkan, dan membosankan untuk waktu selama yang dimungkinkan.
(2) Depresi atau masalah mood
Rendahnya semangat atau motivasi terhadap tugas, atau hanya merasa tidak
mood dengan tugas yang dibelikan, atau meningkatnya tekanan yang
disebakan oleh tugas menyebabkna individu menghindari tugas dan akhirnya
melakukan prokrastinasi.
(3) Pemberontakan
Prokrastinasi bisa jadi sebagai respon terhadap situasi ketika individu
mendapatkan tugas yang dirasa tidak wajar, tidak berguna, atau dirasa sangat
berat untuk diselesaikan dalam satu waktu tertentu yang sudah ditentukan.
Menunda untuk memulai mengerjakan tugas karena kebencian terhadap
tugasnya, atau terhadap orang yang memberikan tugas tersebut.
(4) Takut gagal
Perasaan takut akan kegagalan; lebih suka bila orang lain melihat dan menilai
(5) Masalah menejemen waktu
Masalah dalam menejemen waktu dan kesalahan dalam memperkirakan
waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu tugas menjadikan
individu melakukan prokrastinasi.
(6) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan seperti misalnya tempat belajar memiliki memiliki
pengaruh yang kuat terhadap motivasi untuk memuli tugas.
(7) Menikmati bekerja dibawah tekanan
Menyukai bekerja dibawah tekanan mendekati waktu akhir penyelesaian
tugas yang telah ditentukan.
(8) Selalu menuruti keinginan hati mengerjakan hal lain yang lebih
menyenangkan
Individu yang selalu mengikuti keinginan hatinya ini sering kali dengan
mudahnya berpindah-pindah dari satu tugas ke tugas yang lain dalam rangka
mengejar kesenangan sesaat yang diberikan, dan masalah adalah urusan
belakangan.
2.2.5.2 Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat diluar diri individu yang
mempengaruhi prokrastinasi. Faktor-faktor tersebut adalah:
(a) Gaya pengasuhan orang tua
Pendidikan dan karakter pada anak terbentuk dari hubungan serta
kurang tepat dapat mempengaruhi kondisi psikologis anak yang berujung
pada perilaku yang kurang tepat. Salah satu gaya pengasuhan yang sering
berpengaruh adalah otoriter. Hasil penelitian Ferrari (1995:14) menemukan
bahwa tingkat pengasuhan otoriter ayah menyebabkan munculnya
kecenderungan perilaku prokrastinasi. Pengasuhan yang otoriter membentuk
pribadi yang cenderung tertutup sehingga menjadi kurang mandiri serta
kreatif dalam menyelesaikan tugas, hanya melakukan apa yang diperintahkan
oleh orang tua. Dengan kondisi yang demikian, inisiatif untuk berkembang
aktif menjadi terhambat.
Secara umum kita mengenal 3 macam gaya pengasuhan orang tua yaitu
gaya pengasuhan otoriter, gaya pengasuhan permisif, dan gaya pengasuhan
demokratis. Orang tua yang mempunyai gaya otoriter cenderung memberi
dukungan rendah, tetapi mempunyai ekspektasi yang tinggi terhadap anak.
Orang tua otoriter cenderung memfokuskan pada kesalahan anak, anak dari
keluarga otoriter biasanya tidak belajar untuk berpikir mandiri. Sedangkan
orang tua yang mempunyai gaya pengasuhan permisif cenderung memberi
dukungan tinggi, tetapi mempunyai ekspektasi yang rendah terhadap
anak.Anak yang dibesarkan dengan gaya pengasuhan permisif cenderung
kurang bertanggung jawab, agresif, menuruti impuls seksual, egois dan suka
menuntut. Dan yang terakhir, orang tua yang mempunyai gaya demokratis
memberi dukungan tinggi dan mempunyai ekspektasi yang tinggi terhadap
anak.Orang tua demokratis juga tegas, disiplin, dan konsisten dalam mentaati
(b) Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan yang mempengaruhi prokrastinasi pada diri
individu mencakup lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan tempat
belajar. Prokrastinasi akademik lebih banyak dilakukan pada lingkungan yang
rendah pengawasan dari pada lingkungan yang penuh pengawasan. Pergaulan
siswa pun turut mempengaruhinya. Lingkungan rendah pengawasan yang
dimaksud adalah tidak adanya kontrol dari pihak lain dalam melakukan
aktivitas, sehingga individu akan terbiasa dengan keadaan yang bebas dalam
artian hanya melakukan hal – hal yang disukai saja, tanpa memperhatikan adanya tanggung jawab terhadap tugas.
Berbeda dengan lingkungan yang rendah pengawasan, lingkungan
yang penuh pengawasan bukan berarti lingkungan yang otoriter, membetuk
individu untuk bertindak sesuai dengan apa yang seharusnya dilakukan dan
lingkungan sebagai kontrol menjadi pembatas agar individu tidak melakukan
hal-hal yang tidak perlu, sehingga dapat menekan terjadinya prokrastinasi.
Selain faktor pola asuh orang tua dan lingkungan, lingkungan keluarga,
masyarakat dan sekolah juga sangat berperan terhadap timbulnya perilaku
prokrastinasi akademik.
Stelle (2007) juga mengemukakan bahwa faktor lingkungan seperti
misalnya tempat belajar memiliki memiliki pengaruh yang kuat terhadap
motivasi untuk memulai tugas.Sependapat dengan Stelle, Bernard (dalam
Catrunada dan Puspitawati: 2008: 6-9) juga mengemukakan bahwa tidak
munculnya perilaku prokrastinasi pada diri individu. Bernard menjelaskan,
tidak teraturnya lingkungan bisa berbentuk interupsi (gangguan) dari orang
lain, kurangnya privasi, kertas yang bertebaran dimana-mana, dan alat-alat
yang dibutuhkan dalam tugas yang akan diselesaikan tidak tersedia.
Kenyataanya, ketidakteraturan lingkunganini disebabka oleh individu yang
bersangkutan itu sendiri. Padahal banyaknya gangguan pada area kerja
menyulitkan seseorang untuk berkosentrasi sehingga pekerjaan tersebut tidak
bisa selesai tepat pada waktunya.
Dalam penyusunanya, skripsi melibatkan banyak pihak dari lingkungan
sekolah mahasiswa. Adapun pihak-pihak yang terkait dengan penyusunan
skripsi mahasiswa antara lain:
(1) Dosen pembimbing
Pembimbingan skripsi dilakukan oleh dosen pembimbing yang telah
ditetapkan oleh jurusan melalui SK yang diterbitkan oleh fakultas. Untuk
dapat melakukan ujian mahasiswa sedikitnya telah melakukan bimbingan
sebanyak 8 kali dengan masing-masing dosen pembimbing untuk 2 orang
dosen pembimbing, atau 12 kali untuk mahasiswa dengan 1 orang dosen
pembimbing.
(2) Fasilitas kampus
Hal-hal yang berkaitan dengan fasilitas kampus antara lain, fasilitas kelas,
perpustakaan dan ketersediaan buku-buku di perpustakaan, jaringan
(3) Birokrasi kampus
Birokrasi pada dasarnya merupaka suatu sistem yang menerapkan
fungsi-fungsi menejemen untuk mencapai output yang maksimal. Birokrasi
kampus adalah suatu sistem pemerintahan yang terdapat pada instansi
kampus itu sendiri.
(4) Pelayanan administrasi kampus
Pelayanan administrasi kampus adalah pelayanan yang berkaitan dengan
administrasi atau berkas-berkas yang menunjang proses studi mahasiswa
di kampus yang bersangkutan. yang termasuk kedalam layanan
administrasi kampus antara lain, penerbitan Kartu Rencana Studi, Kartu
Hasil Studi, surat-surat perizinan dan Surat Kerja.
Merujuk pada penjelasan-penjelasan yang dikemukakan oleh Ghufron,
Friend, Spadin, Bernard dan Stelee tersebut di atasa, maka peneliti
menyimpulkan bahwa faktor penyebab munculnya perilku prokrastinasi pada diri
individu dipengaruhi oleh 2 faktor utama yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Merujuk pada penjelasan para ahli terdapat 18 faktor internal yang
mempengaruhi perilaku prokrastinasi, yaitu: (1) Rendahnya motivasi; (2)
Pemimpi; (3)Penentang; (4) Pembuat onar; (5) Penyibuk; (6) Kecemasan; (7)
Pendekatan yang lemah terhadap tugas; (8) Tidak asertif; (9) Permusuhan
terhadap orang lain; (10) Stres; (11) Ketidaksukaan terhadap tugas; (12) Takut
gagal; (13) Manajemen waktu; (14) Menyukai bekerja dibawah tekanan; (15)
Melakukan hal lain yang lebih menyenangkan; (16) Pencelaan terhadap diri
Perfectionism. Sedangkan faktor eksternal yang menjadi faktor penyebab
prokrastinasi adalah: (1) Gaya pengasuhan orang tua; (2) Dosen pembimbing; (3)
36 BAB 3
METODE PENELITIAN
Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan kegunaan tertentu. Terdapat empat kata kunci
yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, kegunaan tertentu. Cara
ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu
rasional,empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan
dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia.
Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indra manusia,
sehingga orang lain dapat mengetahui dan mengamati cara-cara yang digunakan.
Sistematis artinya, proses yang digunakan dalm penelitian itu menggunakan
langkah-langkah tertentu yang bersifat logis (Sugiyono, 2013:3)
Penelitian ilmiah merupakan suatu usaha untuk menemukan,
mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan. Penelitian
merupakan serangkaian kegiatan ilmiah yang memiliki karakteristik kerja ilmiah
yaitu kegiatan yang mempunyai tujuan, kegiatan yang dilakukan secara
sistematik, terkendali, objektif dan tahan uji (Azwar, 2003:2)
Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian ilmiah adalah suatu penelitian
yang berdasarkan pada metode yang harus dapat dipertanggungjawabkan
kebenaranya dan berdasar dari teori-teori relevan yang ada. Oleh karena itu
diperlukan pemilihan serta penentuan metode penelitianyang tepat untuk
akan dibahas mengenai jenis penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel,
instrumen penelitian, validitas dan reliabilitas, teknik pengumpulan data dan yang
terakhir teknik analisis data.
3.1Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik
dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang
tertentu (Azwar, 2007:7). Sedangkan menurut Sukmadinata (2010:90) penelitian
deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan
fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena-fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa
manusi. Jadi simpulan dari penelitian deskriptif adalah penelitian yang memiliki
tujuan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada secara sistematik
dan akurat. Maka secara sederhana deskriptif adalah penelitian yang memiliki
tujuan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada secara sistematik
dan akurat.
Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan survey.
Penelitan survey adalah penelitian yang mengambil sample dari satu populasi dan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun,
2008:3). Penelitian survey ditujukan untuk memperoleh gambaran umum tentang
Hasil penelitian ini disajikan secara deskriptif untuk memberikan
gambaran tentang hasil penelitian yang diperoleh. Jenis penelitian deskriptif
dalam penelitian ini sejalan dengan tujuan penelitian, yang ingin mendapatkan
informasi mengenai faktor penyebab Prokrastinasi Akademik Penyusunan Skripsi
Pada Mahasiswa FakultasIlmuPendidikan UNNESAngkatanTahun 2009.
3.2Variabel Penelitian
Arikunto berpendapat bahwa variabel adalah objek penelitian, atau apa
yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006:118). Sedangkan
menurut Sugiyono (2013:60) variabel penelitian adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulanya. Dan
menurut Hatch dan Farhady (1981, dalam Sugiyono, 2013:60) variabel adalah
atribut seseorang atau proyek, yang mempunyai variasi antara satu orang dengan
yang lain atau satu objek dengan objek yang lain. Berdasarkan pendapat para ahli
dapat dimengerti bahwa variabel adalah fokus dari suatu penelitian dan
merupakan faktor yang berperan dalam peristiwa yang akan diteliti.
3.2.1 Identifikasi Variabel
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal. Menurut Hadari
Nawawi dan Martini Hadari (1992:45), variabel tunggal adalah “...variabel yang hanya mengungkapkan variabel untuk dideskripsikan unsur atau faktor-faktor
didalam setiap gejala yang termasuk variabel tersebut, penelitian seperti ini
penyebab Prokrastinasi Akademik Penyusunan Skripsi Pada Mahasiswa Fakultas
Ilmu Pendidikan UNNES Angkatan Tahun 2009”.
3.2.2 Devinisi Operasional Variabel
Prokrastinasi akademik adalah suatu perilaku penundaan pada tugas-tugas
akademik yang dapat menimbulkan banyak dampak negatif bagi pelakunya yang
dilakukan secara sadar dan lebih memilih mengerjakan hal-hal lain yang dirasa
lebih menyenangkan dan prokrastinator melakukan prokrastinasi bukan sebagai
bentuk penghindaran atau tidak mau tahu dengan tugas yang dihadapi tetapi
sebagai bentuk self defense mechanism untuk menghindari perasaan tidak menyenangkan yang disebabkan oleh tugas yang harus diselesaikanya Sedangkan
mahasiswa FakultasIlmuPendidikan UNNESAngkatanTahun 2009 adalah
mahasiswa yang masa studinya sudah lebih dari 8 semester dan belum
menyelesaikan tugas Skripsinya. Jadi faktor penyebab Prokrastinasi Akademik
Penyusunan Skripsi Pada Mahasiswa FakultasIlmuPendidikan
UNNESAngkatanTahun 2009 adalah faktor-faktor yang menyebabkan mahasiswa
FakultasIlmuPendidikan UNNESAngkatanTahun 2009 yang masa studinya sudah
lebih dari 8 semester dan melakukan prokrastinasi akademik penyusunan Skripsi
sehingga waktu lulus dari universitas menjadi lebih lama.
Prokrastinasi disebabkan oleh faktor internal dan eksternal, terdapat 18
faktor internal yang menyebabkan prokrastinasi yaitu: (1) Rendahnya motivasi;
lain(hostility with other); (10) Stres; (11) Ketidaksukaan terhadap tugas; (12) Takut gagal; (13) Manajemen waktu; (14) Menyukai bekerja dibawah tekanan
(enjoy working under preasure); (15) Melakukan hal lain yang lebih menyenangkan; (16) Pencelaan terhadap diri sendiri (self-depreciation); (17) Toleransi yang rendah terhadap ketidaknyamanan (low discomfort tolerance); (18)
Perfectionism; (19) Keadaan kesehatan; (20) Cacat tubuh yang diderita. Sedangkan faktor eksternal yang menjadi faktor penyebab prokrastinasi terdiri
atas: (1) Gaya pengasuhan orang tua; (2) Dosen pembimbing; (3) Rumitnya
birokrasi; (4) Lamanya layanan administrasi; (5) Lingkungan belajar.
3.3Populasi dan sampel 3.3.1 Populasi
Menurut Sugiyono populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kasimpulanya (Sugiyono,
2013: 279). Menurut Arikunto populasi adalah keseluruhan subjek penelitian
(Arikunto, 2006: 130). Sedangkan menurut Azwar populasi adalah kelompok
subyek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian (Azwar, 2003: 77).
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah
kelompok subjek penelitian yang memiliki karakteristik tertentu menurut peneliti
untuk ditarik kesimpulannya.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah mahasiswa