• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKADEMIK PENYUSUNAN SKRIPSI PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNNES ANGKATAN TAHUN 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKADEMIK PENYUSUNAN SKRIPSI PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNNES ANGKATAN TAHUN 2009"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKADEMIK

PENYUSUNAN SKRIPSI PADA MAHASISWA FAKULTAS

ILMU PENDIDIKAN UNNES ANGKATAN TAHUN 2009

SKRIPSI

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Bimbingan dan Konseling

oleh

Zahratul Fitriah

1301409033

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)
(3)
(4)

iv

“Procrastination is the bad habbit of putting on until the day after tomorrow what should have been done the day before yesterday” (Napoleon Hill)

PERSEMBAHAN

1) Allah SWT tempat menumpahkan segala kesahku

2) Umi dan Abi, untuk setiap doa dalam sujud-sujud panjang kalian di sepertiga malam 3) Untuk Shofy, izzuddin, zulfa dan Zaid, saudara

yang selalu memintakan kebaikan untukku 4) Hijrah, Ela, dan Iffah Salsabila untuk ada dan

menjadikanku lebih baik setiap hari

5) Untuk sahabat BK Unnes ’09 yang senantiasa berjuang bersama.

(5)

v

kepada hambaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Faktor Penyebab Prokrastinasi Akademik Penyusunan Skripsi Pada Mahasiswa

Fakultas Ilmu Pendidikan Unnes Angkatan Tahun 2009”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan program Strata Satu (S1) pada Fakultas

Ilmu Pendidikan Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Semarang.

Penyusunan skripsi ini berdasarkan pada penelitian survey yang dilakukan

sesuai prosedur terstruktur dan terencana. Banyak kendala yang ditemukan dalam

penulisan skripsi ini, namun Allah selalu melimpahkan rahmatNya dengan

membukakan pikiran dan melapangkan hati hambaNya. Dalam penulisan skripsi

ini, banyak sekali pihak yang telah membantu dengan tulus dan ikhlas, secara

langsung maupun tidak langsung sehingga tidak ada kata yang lebih mulia

diucapkan selain terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah

membantu dan membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena

itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1) Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh studi di

Fakultas Ilmu Pendidikan.

2) Drs. Hardjono, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

(6)

vi

membimbing, memberikan banyak pelajaran dan pencerdasan serta dukungan

yang begitu besar dalam penyusunan skripsi ini.

5) Kusnarto Kurniawan, M.Pd. Kons., sebagai dosen pembimbing II yang

banyak memberikan masukan serta saran-saran yang sangat membangun

dalam penyusunan skripsi.

6) Mahasiswa FIP UNNES angkatan tahun 2009 yang telah membantu penulis

dalam penelitian.

7) Bu Heru Damayanti, murobbi ku yang memberikan kenyamanan rumah

kedua dalam setiap lingkaran kecil akhir pekan kita.

8) Mbak Niswah dan Mbak Apri, kakak yang membikan motivasi untuk terus

memberikan yang terbaik.

9) Teman-teman seperjuangan Ong Didik dan Nyuan serta Ujang untuk

semangat dan motivasi yang menjadikan pengingat ketika akan menyerah

pada lelah.

10)Cahya Dewi dan Irawan atas bantuanya yang mengajarkan banyak hal

bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

11)Serta seluruh pihak yang telah ikut membantu dalam penyusunan skripsi ini

(7)

vii

dapat bermanfaat bagi pembaca yang budiman.

Semarang, 15 Januari 2015

Penulis

(8)

viii

Negeri Semarang. Pembimbing I: Dra. MTh. Sri Hrtati, M.Pd. Pembimbing II: Kusnarto Kurniawan, M.Pd. Kons.

Kata kunci: Prokrastinasi Akademik; Faktor Penyebab Prokrastinasi Akademik Dari data yang ada diketahui 58% mahasiswa angkatan 2009 FIP UNNES masih belum menyelesaikan studinya pada semester 9, padahal seharusnya mereka sudah selesai studinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab prokrastinasi akademik penyusunan skripsi pada mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES angkatan tahun 2009.

Jenis penelitian ini adalah survey deskriptif. Variabel yang digunakan adalah variabel tunggal yaitu faktor penyebab prokrastinasi akademik penyusunan skripsi. Populasinya adalah seluruh mahasiswa FIP Unnes angkatan tahun 2009 yang belum menyelesaikan studinya per 1 september 2013. Sampel diambil dengan teknik cluster sampling untuk membagi perjurusan dan insidental

sampling untuk responden dari tiap jurusan yang jumlahnya dihitungan menggunakan rumus Slovin. Metode pengumpulan data menggunakan angket berbentuk skala psikologis.

Hasil penelitian ini menemukan bahwa faktor penyebab prokrastinasi akademik penyusunan skripsi pada mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Unnes angkatan tahun 2009 yaitu, motivasi 83%, melakukan hal lain yang lebih menyenangkan 79%, tidak asertif 79%, ketidaksukaan terhadap tugas 78%, pemimpi 75%, kecemasan 73% , stres 73%, penentang 74%, penyibuk 74%, menejemen waktu 72%, crisis maker 71%, takut gagal 71%, enjoy working under preasure 71%, self-depreciation 70%, hostility with other 70%, low discomfort tolerance 68%, poor task aproach 66%, perfectionisme 66%, pola asuh orang tua 76%, masalah dosen pembimbing 73%, rumitnya birokrasi 73%, lingkungan belajar 63% dan masalah layanan administrasi 55%. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa prokrastinasi disebabkan oleh diri individu sendiri, kondisi psikis individu yang paling banyak mempengaruhi. Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui mahasiswa tidak memiliki motivasi berprestasi dan kebutuhan aktualisasi diri yang cukup tinggi untuk dapat menyelesaikan tugas skripsinya tepat waktu sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

(9)

ix

PERNYATAAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR DIAGRAM ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.2 Latar Belakang ... 1

1.3 Rumusan Masalah ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 PENELITIAN TERDAHULU ... 8

2.2 PROKRASTINASI AKADEMIK ... 9

2.2.1 Pengertian Prokrastinasi Akademik ... 9

2.2.2 Ciri-ciri Prokrastinasi Akademik ... 11

2.2.3 Jenis-jenis Tugas Pada Prokrastinasi Akademik ... 14

2.2.4 Teori Perkembangan Prokrastinasi Akademik ... 16

2.2.4.1 Psikodinamik ... 16

2.2.4.2 Behavioristik ... 17

2.2.4.3 Kognitif dan behavior-kognitif ... 17

2.2.4.4 Teori Reinforcement ... 18

(10)

x

3.1 Jenis Penelitian ... 37

3.2 Variabel Penelitian ... 38

3.2.1 Identifikasi Fariabel ... 38

3.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 39

3.3 Populasi dan Sampel ... 40

3.3.1 Populasi ... 40

3.3.2 Sampel ... 41

3.4 Instrumen Penelitian, Validitas, dan Reliabilitas... 43

3.4.1 Penyusunan Instrumen ... 43

3.4.2 Uji Coba Instrumen ... 44

3.4.3 Validitas Instrumen ... 44

3.4.4 Reliabilitas Instrumen ... 45

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 46

3.6 Teknik Analisis Data ... 47

BAB 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

4.1 Hasil Penelitian ... 50

4.1.1 Faktor Penyebab Prokrastinasi Akademik Penyusunan Skripsi Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Unnes Angkatan Tahun 2009 ... 51

4.1.1.1 Faktor Internal Penyebab Prokrastinasi Akademik Penyusunan Skripsi Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES Angkatan Tahun 2009 ... 52

4.1.1.2 Faktor Eksternal Penyebab Prokrastinasi Akademik Penyusunan Skripsi Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES Angkatan Tahun 2009 ... 56

(11)

xi

Penyusunan Skripsi Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu

Pendidikan UNNES Angkatan Tahun 2009 ... 60

4.2.1.2 Faktor Eksternal Penyebab Prokrastinasi Akademik Penyusunan Skripsi Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES Angkatan Tahun 2009 ... 73

4.2.2 Keterbatasan penelitian ... 77

BAB 5. Penutup ... 78

5.1 Kesimpulan ... 78

5.2 Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80

(12)

xii

3.1 Jumlah Sampel Masing-masing Jurusan ... 42

3.2 penskoran kategori jawaban ... 44 3.3 Kriteria Persentase ... 48

4.1 Rata-rata Faktor Penyebab Prokrastinasi Akademik Penyusunan

Skripsi Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES

Angkatan Tahun 2009 ... 51

4.2 Faktor Internal Penyebab Prokrastinasi Akademik Penyusunan Skripsi Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES

Angkatan Tahun 2009 ... 54 4.3 Faktor Eksternal Penyebab Prokrastinasi Akademik Penyusunan

Skripsi Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES

(13)

xiii

4.1 Grafik Rata-rata Faktor Penyebab Prokrastinasi Akademik

Penyusunan Skripsi Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan

UNNES Angkatan Tahun 2009 ... 52

4.2 Grafik Komponen Faktor Internal Penyebab Prokrastinasi Akademik Penyusunan Skripsi Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu

Pendidikan UNNES Angkatan Tahun 2009 ... 55 4.2 Grafik Komponen Faktor Eksternal Penyebab Prokrastinasi

Akademik Penyusunan Skripsi Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu

(14)
(15)

xv

Instrumen Penelitian ... 108

Tabulasi Hasil Try Out Instrumen ... 112

Hasil analisis perkomponen ... 124

Tabulasi hasil Penelitian Faktor internal ... 136

Tabulasi Hasil Penelitian Faktor Eksternal ... 141

Dokumentasi ... 143

(16)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Prokrastinasi akademik adalah jenis penundaan yang dilakukan pada jenis

tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik (Ghufron, 2011: 156).

Solomon dan Rothblum (Ghufron, 2011: 157) menyebutkan enam area akademik

untuk melihat jenis-jenis tugas yang sering diprokrastinasi oleh pelajar, yaitu

tugas mengarang, tugas belajar menjelang ujian, tugas membaca, kinerja tugas

administratif, menghadiri pertemuan dan penundaan dalam kinerja akademik

secara keseluruhan.

Knaus dalam Solomon dan Rothblum (1984:503) menuliskan bahwa 90%

mahasiswa melakukan prokrastinasi, dan 25% dari mereka merupakan

prokrastinator parah atau kronis dan beberapa diantara mereka biasanya putus

kuliah atau drop-out dari perguruan tinggi. Prokrastinasi juga terjadi dikalangan

umum, dan terjadi secara kronis pada 15-20% orang dewasa (Harriot & Ferrari;

Schowenburg, dkk, 2004: 176).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Solomon dan Rothblum (1984: 505)

menyatakan bahwa prokrastinasi akademik yang paling banyak dilakukan oleh

mahasiswa adalah mengerjakan tugas paper laporan, belajar untuk ujian, dan

membaca tugas mingguan. Ketiga area tersebut mengindikasikan bahwa tugas ini

harus dilihat sebagai sesuatu yang penting. Frekuensi penundaan yang dilakukan

(17)

Skripsi adalah karya ilmiah yang disusun atas dasar kajian kepustakaan,

penelitian lapangan, dan/atau uji laboratorium sebagai penelitian ilmiah pada

program jenjang studi S1 dengan bobot 6 SKS. Tugas ini bersifat mandiri,

sehingga mahasiswa memiliki kebebasan untuk mengatur jadwal kerja pribadinya.

Mahasiswa dapat memilih untuk mengerjakan atau tidak tugas menyusun skripsi

karena tidak terikat oleh jadwal perkuliahan. Oleh karena itu pengerjaan tugas

skripsi memerlukan komitmen dan manajemen diri serta waktu yang tinggi. Tugas

mengerjakan skripsi memiliki kesamaan dengan tugas paper mahasiswa

Hasil penelitian dari Jansen dan Carton (1999:440) menyatakan bahwa ada

hubungan antara tugas yang sulit dan perilaku prokrastinasi yang dilakukan

mahasiswa. Tugas yang dirasa sulit cenderung akan ditunda dan tugas yang dirasa

mudah cenderung akan dikerjakan terlebih dahulu. Selain itu mahasiswa juga

cenderung menunda tugas yang menuntut kemandirian tinggi serta memiliki

tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Seperti yang dijelaskan oleh Catrunada dalam

Ursia, dkk (2013:1) bahwa sebagian besar mahasiswa menganggap bahwa skripsi

merupakan salah satu area akademik yang penting karena merupakan salah satu

syarat mahasiswa untuk mendapatkan gelar S1. Namun, hal ini tetap saja ditunda.

Fakultas Ilmu Pendidikan adalah salah satu Fakultas yang terdapat di

Universitas Negeri Semarang (UNNES) yang didalamnya terdapat 6 jurusan yaitu,

Jurusan Teknologi Pendidikan (TP), Jurusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS),

Jurusan Bimbingan dan Konseling (BK), Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

(PGSD), Jurusan Psikologi dan Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia

(18)

Fakultas Ilmu Pendidikan ditemukan informasi bahwa masih banyak mahasiswa

FIP UNNES yang belum menyelesaikan tugas skripsinya, seperti dapat dilihat

pada tabel dibawah ini

Tabel jumlah mahasiswa FIP angkatan 2009 yang belum menyelesaikan masa studinya pada semester 9

Jurusan Jumlah

mahasiswa

Menyelesaikan studi 8 semester

Tidak menyelesaikan

studi 8 semester

Teknologi Pendidikan 43 orang 13 orang 28 orang

Pendidikan Luar Sekolah 43 orang 18 orang 20 orang

Bimbingan Konseling 63 orang 5 orang 56 orang

PGSD 404 orang 337 orang 59 orang

Psikologi 74 orang 21 orang 43 orang

PGPAUD 58 orang 7 orang 47 orang

Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa 88% mahasiswa

jurusan BK angakatan tahun 2009 belum menyelesaikan Skripsinya. Diikuti oleh

jurusan PGPAUD dengan persentase sebanyak 81%. Kemudian dibawahnya

jurusan TP dengan persentase sebesar 65%. Pada urutan ke-empat ada jurusan

Psikologi dengan persentase 58%. Serta menyusul dibawahnya Jurusan PLS dan

PGSD dengan persentase masing-masing sebesar 46% dan 14%. Ini artinya bila

dirata-rata ada 58,6% mahasiswa FIP angkatan tahun 2009 yang belum

(19)

di Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES hanya terdapat 8 semester dimana pada

semester 7 dan 8 sudah tidak ada lagi mata kuliah teori.

Tingginya Persentase mahasiswa yang tertahan di perkuliahan dengan

alasan-alasan akademis ini, sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Solomon

dan Rothlblum. Solomon dan Rothblum (1984: 503) mengatakan bahwa, semakin

bertambah lamanya masa studi merupakan salah satu indikasi dari prokrastinasi

dalam dunia akademik.

Hasil wawancara dengan mahasiswa FIP UNNES dari tiap Jurusan juga

menunjukan bahwa prokrastinasi akademik penyusunan Skripsi memang banyak

dilakukan oleh mahasiswa FIP. Dari hasil wawancara yang dilakukan, ditemukan

fakta bahwa ada mahasiswa angkatan tahun 2009 yang memang baru memulai

penyusunan skripsinya pada semester 9. Selain itu juga ditemukan mahasiswa

yang lebih memilih menyelesaikan tugas organisasi terlebih dahulu dari pada

menyusun skripsi. Ada juga mahasiswa yang masih bingung menentukan judul

skripsinya pada masa akademiknya yang sudah memasuki tahun kelima. Padahal

menurut tugas-tugas perkembangan Havinghurst (Hurlock, 2001:10) mahasiswa

tingkat akhir sudah memasuki masa dewasa awal yang seharusnya sudah mulai

bekerja, memilih pasangan, mulai membina keluarga, mengasuh anak, mengelola

rumah tangga, dan belajar hidup dengan pasanagan.

Dengan melakukan prokrastinasi penyusunan skripsi banyak dampak

negatif yang akan dialami baik oleh mahasiswa yang bersangkutan maupun oleh

keluarga dan instansi tempatnya mengikuti perkuliahan. Selain terlambatnya

(20)

Ghufron (2011: 153) mengungkapkan bahwa prokrastinasi menghasilkan keadaan

emosional yang tidak menyenangkan, misalnya perasaan cemas dan panik.

Prokrastinasi juga menyebabkan buruknya kinerja pada individu dan

menyebabkan hasil yang tidak memuaskan. Prokrastinasi penyusunan Skripsi juga

berarti bertambahnya masa studi yang ditempuh oleh mahasiswa yang

bersangkutan. Dengan bertambahnya masa studi, tanggungan ekonomi yang harus

dipikul oleh orang tua juga menjadi bertambah, karena masih harus membayar

biaya pendidikan. Selain itu prokrastinasi penyusunan Skripsi pada mahasiswa

juga dapat mempengaruhi akreditasi jurusan, karena tepat waktunya mahasiswa

menyelesaikan studi merupakan salah satu unsur yang dinilai dalam proses

akreditasi.

Melihat data dan fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai faktor penyebab prokrastinasi akademik penyusunan Skripsi

pada mahasiswa FakultasIlmuPendidikan UNNES angkatan tahun 2009.

Fenomena yang terjadi pada mahasiswa angkatan tahun 2009 di FIP sesuai

dengan apa yang dikemukakan oleh Schowenburg (1992: 228) yang menjelaskan

mengenai ciri-ciri tertentu dalam prokrastinasi akademik. Pertama, adanya

penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang

dihadapi. Kedua, kelambatan dalam mengerjakan tugas. Ketiga, kesenjangan

waktu antara rencana dan kinerja aktual. keempat, melakukan aktivitas lain yang

lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan.

Dalam penelitian ini peneliti memilih Mahasiswa FakultasIlmuPendidikan

(21)

cukup tingginya persentase mahasiswa FIP Angkatan tahun 2009 yang belum

menyelesaikan tugas skripsinya. Bahkan ada mahasiswa yang baru memulainya

menjelang semester sepuluh.

Dengan diketahuinya faktor-faktor penyebab prokrastinasi akademik

penyusunan Skripsi pada mahasiswa FakultasIlmuPendidikan UNNES angkatan

tahun 2009, akan didapatkan gambaran umum mengenai faktor penyebab

prokrastinasi akademik penyusunan Skripsi pada mahasiswa

FakultasIlmuPendidikan UNNES angkatan tahun 2009. Hal ini akan memberikan

manfaat dalam fungsi pencegahan. Karena dengan mengetahui faktor penyebab

munculnya suatu perilaku prokrastinasi maka dapat dilakukan upaya pencegahan

dengan meminimalisir faktor-faktor yang menyebabkan munculnya perilaku

prokrastinasi tersebut.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dari penelitian ini

adalah, apa saja faktor penyebab prokrastinasi akademik penyusunan Skripsi pada

mahasiswa FakultasIlmuPendidikan UNNES angkatantahun 2009?

1.3Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

faktor- faktor penyebab prokrastinasi akademik penyusunan Skripsi pada

(22)

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat dilaksanakanya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.5.1 Secara teoritis

Manfaat secara teoritis dari hasil penelitian ini adalah untuk menambah wawasan

mengenai faktor- faktor penyebab prokrastinasi akademik penyusunan Skripsi

pada mahasiswa FakultasIlmuPendidikan UNNES angkatantahun 2009.

1.5.2 Secara praktis

Manfaat secara praktis dari hasil penelitian ini antara lain bagi praktisi bimbingan

dan konseling di lingkungan universitas untuk memberikan perhatian lebih kepada

(23)

8 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1PENELITIAN TERDAHULU

Penelitian yang dilakukan oleh Siti Qadariah mengenai Gambaran Faktor

Penyebab Prokrastinasi Pada Mahasiswa Prokrastinator yang Mengontrak

Skripsi, diketahui bahwa 54% mahasiswa yang melakukan prokrastinasi skripsi

disebabkan karena rasa takut gagal. Selain hal di atas, penelitian ini juga

mengungkapkan bahwa 39% mahasiswa melakukan prokrastinasi pada

skripsinya sebagai bentuk menghindari tugas dan kemalasan. Penelitian ini

dilakukan terhadap 28 orang mahasiawa Fakultas Psikologi Universitas Islam

Bandung angkatan tahun 2004 (Qadariah, 2012: 119).

Penelitian lain tentang Prokrastinasi Pada Mahasiswa Dalam

Penyelesaian Skripsi yang dilakukan oleh Priska Devy Anggraeni terhadap 3

orang mahasiswa Universitas Gunadarma sebagai subjek penelitian, ditemukan

hasil bahwa terjadinya prokrastinasi dalam penyelesaian skripsi

lebihdikarenakan oleh faktor internal seperti motivasi yang rendah, rasa malas,

dan perasaan subjek yang mudah berubah dalam waktu cepat. Faktor lain yang

menyebabkan penundaan penyelesaian skripsi pada subjek adalah karena

kesibukan lain yang lebih didahulukan.

Sejalan dengan penelitian-penelitian terdahulu yang telah dijelaskan

diatas, peneliti ingin mengungkapkan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan

(24)

2009. Dimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa terdapat 58,6% mahasiswa

FIP angkatan tahun 2009 yang tidak menyelesaikan skripsinya tepat waktu.

2.2 PROKRASTINASI AKADEMIK 2.2.1 Pengertian prokrastinasi akademik

Prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastination dengan awalan pro

yang berarti mendorong maju atau bergerak maju, dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jika digabungkan menjadi menangguhkan atau

menunda sampai hari berikutnya (Burka dan Yuen, 2008:5).Pada kalangan

ilmuwan, istilah prokrastinasi digunakan untuk menunjukan suatu kecendrungan

menunda-nunda penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan. Seseorang yang

mempunyai kecendrungan untuk menunda atau tidak segera memulai pekerjaan,

ketika menghadapi suatu pekerjaan dan tugas disebut seseorang yang melakukan

prokrastinasi. Tidak peduli apakah penundaan tersebut mempunyai alasan atau

tidak. Setiap penundaan dalam menghadapi suatu tugas disebut prokrastinasi

(Gufron, 2011:151).Webster New Collegiate Dictionary, 1992 (dalam Ferrari 1995: 8) mendefinisikan prokrastinasi berarti menunda dengan sengaja dan

biasanya tidak baik terhadap sesuatu yang harus kerjakan atau diselesaikan.

Burka dan Yuen (2008: 5) menjelaskan bahwa prokrastinasi merupakan

perilaku menunda yang akan menjadi masalah bila mengakibatkan konsekuensi

eksternal (kehilangan pekerjaan, tidak lulus ujian) dan juga konsekuensi internal

seperti gangguan ringan dan penyesalan hingga penghukuman diri sendiri dan

(25)

dengan berbagai sindrom-sindrom psikiatri. Prokrastinator biasanya mempunyai

pola tidur yang tidak sehat, mempunyai depresi yang kronis, menjadi penyebab

stres, dan berbagai penyebab penyimpangan psikologis lainnya. Knaus (2010:

xvi) mendefinisikan prokrastinasi sebagai masalah kebiasaan untuk terus

menunda-nunda melakukan aktivitas atau tugas-tugas penting dan menunda

menyelesaikanya pada waktu lain. Dan perilaku prokrastinasi dapat

menimbulkan banyak dampak negatif bagi pelakunya.

Silver (dalam Ghufron, 2011:152) mengatakan seseorang yang

melakukan prokrastinasi tidak bermaksud untuk menghindari atau tidak mau

tahu dengan tugas yang dihadapi. Akan tetapi mereka hanya menunda-nunda

untuk mengerjakanya sehingga menyita waktu yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan tugas. Menurut Burka dan Yuen (2008:7), prokrastinator sendiri

tidak senang akan perbuatanya dan ingin melakukan perbaikan, tetapi mereka

mengalami kesulitan untuk mengatasinya dan cenderung selalu mengulanginya

kembali.Solomon dan Rothblum (dalam Ferrari, 1995: 72) menjelaskan

prokrastinasi sebagai perilaku menunda tugas tanpa alasan yang bermanfaat

untung menghindari perasaan tidak nyaman akibat beban dari tugas yang harus

diselesaikan. Milgram (dalam ferrari, 1995:11) menekankan bahwa prokrastinasi

tersusun atas empat komponen spesifik, yang meliputi: (1) perilaku yang

melibatkan unsur penundaan; (2) menghasilkan akibat-akibat yang tidak baik;

(3) melibatkan suatu tugas yang dipersepsikan sebagai tugas yang penting untuk

(26)

menyenangkan, misalnya perasaan cemas, perasaan bersalah, panik, marah dan

sebagainya.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

prokrastinasi akademik adalah suatu perilaku penundaan pada tugas-tugas

akademik yang dapat menimbulkan banyak dampak negatif bagi pelakunya

yang dilakukan secara sadar dan lebih memilih mengerjakan hal-hal lain yang

dirasa lebih menyenangkan dan prokrastinator melakukan prokrastinasi bukan

sebagai bentuk penghindaran atau tidak mau tahu dengan tugas yang dihadapi

tetapi sebagai bentuk self defense mechanism untuk menghindari perasaan tidak menyenangkan yang disebabkan oleh tugas yang harus diselesaikanya.

2.2.2 Ciri-ciri prokrastinasi akademik

Menurut Ferrari (1995: 82), prokrastinasi akademik dapat

termanifestasikan dalam indikator tertentu yang dapat diukur dengan ciri-ciri

tertentu berupa:

(1) Penundaan waktu untuk memulai mengerjakan tugas belajar yang dihadapi

Individu yang melakukan prokrastinasi (prokrastinator) tahu bahwa tugas yang

dihadapi harus segera diselesaikan. Akan tetapi, dia menunda-nunda untuk

mulai mengerjakanya atau menunda-nunda untuk menyelesaikan sampai tuntas

jika sebelumnya dia sudah mulai mengerjakanya.

(2) Keterlambatan dalam menyelesaikan tugas

Orang yang melakukan prokrastinasi memerluka waktu yang lebih lama

(27)

tugas. Seorang prokrastinator menghabiskan waktu yang dimilikinya untuk

mempersiapkan diri secara berlebihan. Selain itu, juga melakukan hal-hal yang

tidak diperlukan dalam penyelesaian suatu tugas, tanpa memperhitungkan

keterbatasan waktu yang dimilikinya. Kadang-kadang tindakan tersebut

mengakibatkan seseorang tidak berhasil menyelesaikan tugasnya secara

memadai. Kelambanan, dalam arti lambanya kerja seseorang dalam melakukan

suatu tugas dapar menjadi ciri yang utama dalam prokrastinasi akademik.

(3) Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual

Seorang prokrastinator memiliki kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai

dengan batas waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Seorang prokrastinator

sering mengealmi keterlambatan dalam memenuhi deadline yang telah ditentukan, baik oleh orang lain maupun rencana yang dia tentukan sendiri.

Seseorang mungkin telah merencanakan mulai mengerjakan tugas pada waktu

yang telah ia tentukan sendiri. Tetapi, ketika saatnya tiba dia tidak juga

melakukanya sesuai dengan apa yang telah direncanakan sehingga

menyebabkan keterlambatan ataupun kegagalan untuk menyelesaikan tugas

secara memadai.

(4) Melakukan hal lain selain belajar

Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada tugas yang harus

dikerjakan. Seorang prokrastinator dengan sengaja tidak melakukan tugasnya.

Akan tetapi, menggunakan waktu yang dimiliki untuk melakukan aktivitas lain

yang dipandang lebih menyenangkan dan mendatangan hiburan, seperti

(28)

mendengarkan musik, dan sebagainya sehingga menyita waktu yang dia miliki

untuk mengerjakan tugas yang harus diselesaikanya.

Schowenburg (1992: 225) menjelaskan mengenai ciri-ciri tertentu dalam

prokrastinasi akademik, antara lain:

1. Adanya penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas

yang dihadapi

Idividu yang melakukan penundaan tugas tahu bahwa tugas yang dihadapi

bermanfaat dan harus diselesaikan, akan tetapi individu menunda untuk

memulai mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang dihadapi.

2. Kelambatan dalam mengerjakan tugas

Individu yang melakukan penundaan tugas memerlukan waktu yang lebih

lama daripada waktu yang dibutuhkan pada umumnya dalam mengerjakan

tugas.

3. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual

Individu yang menunda tugas akan kesulitan mengerjakan tugasnya sesuai

dengan batas waktu yang telah ditentukan.

4. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan

tugas yang harus dikerjakan

Individu yang menunda tugas dengan sengaja tidak segera menyelesaikan

tugas atau pekerjaanya, akan tetapi menggunakan waktu yang dimiliki untuk

melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada mengerjakan

(29)

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri

prokrastinasi akademik adalah penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan

kerja pada tugas yang dihadapi, keterlambatan dalam mengerjakan tugas,

kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual dan melakukan aktivitas lain

yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus selesaikan.

2.2.3 Jenis-jenis tugas pada prokrastinasi akademik

prokrastinasi dapat dilakukan pada beberapa jenis pekerjaan. Peterson

(dalam Gufron, 2011:156) mengatakan bahwa seseorang dapat melakukan

prokrastinasi hanya pada hal-hal tertentu saja atau pada semua hal. Jenis-jenis

tugas yang sering ditunda oleh prokrastinator, yaitu tugas membuat keputusan,

tugas-tugas rumah tangga, aktivitas akademik, pekerjaan kantor, dan lainya.

Para ahli membagi jenis prokrastinasi kedalam dua jenis, prokarastinasi

akademik dan non akademik. Pembagian jenis prokrastinasi ini disesuaikan

dengan tugas yang harus diselesaikan. J.R Ferarri dkk, 1995 (dalam Gufron,

2011:156) mendefinisikan prokrastinasi akademik adalah jenis penundaan yang

dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik,

misalnya tugas sekolah atau tugas kursus. Prokrastinasi non-akadeik adalah jenis

penundaan yang dilakukan pada jenis tugas non-formal atau jenis tugas yang

berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, misalnya tugas rumah tangga, tugas

kantor, dan lain sebagainya.

Menurut Green dalam Gufron (2011:157), jenis tugas yang menjadi objek

(30)

Perilaku-perilaku yang mencirikan penundaan dalam tugas akademik dipilah dari

perilaku lainya dan dikelompokan menjadi unsur prokrastinasi akademik.

Solomon dan Rothblum (1984) menyebutkan enam area akademik untuk

melihat jenis-jenis tugas yang sering diprokrastinasi oleh pelajar, yaitu:

(1) Tugas mengarang, meliputi penundaan melaksanakan kewajiban atau

tugas-tugas menulis, misalnya menulis makalah, laporan, atau tugas-tugas mengarang

lainya.

(2) Tugas belajar menjelang ujian, mencakup penundaan belajar untuk

menghadapi ujian, misalnya ujian tengah semester, akhir semester, atau

ulangan mingguan.

(3) Tugas membaca, meliputi adanya penundaan untuk membaca buku atau

referensi yang berkaitan dengan tugas akademik yang diwajibkan.

(4) Kinerja tugas administratif, penundaan penyelesaian tugas administratif.

Seperti menyalin catatan, mendaftarkan diri dalam presentasi kehadiran,

daftar peserta praktikum, dan sebagainya.

(5) Menghadiri pertemuan, yaitu penundaan maupun keterlambatan dalam

menghadiri pelajaran, praktikum, dan pertemuan-pertemuan lainya.

(6) Penundaan dalam kinerja akademik secara keseluruhan, yaitu menunda

mengerjakan atau menyelesaikan tugas-tugas akademik secara keseluruhan

(Gufron, 2011:157).

Berdasarkan teori-teori yang dikembangkan oleh para ahli diatas dapat

(31)

mengarang, belajar untuk menghadapi ujian, tugas membaca,tugas administrasi,

menghadiri pertemuan dan kinerja akademik secarakeseluruhan.

2.2.4 Teori perkembangan prokrastinasi akademik

Ada beberapa teori yang digunakan oleh para ahli dalam menjelaskan

perilaku prokrastinasi. Masing-masing teori yang dijelaskan oleh para ahli ini

menjelaskan bagaimana perilaku prokrastinasi dapat muncul pada diri individu.

2.2.4.1Psikodinamik

Penganut psikodinamik beranggapan bahwa pengalaman masa

kanak-kanak akan mempengaruhi perkembangan proses kognitif seseorang ketika

dewasa, terutama trauma. Orang yang mengalami trauma akan suatu tugas

tertentu cenderung akan melakukan prokrastinasi jika dihadapkan pada tugas

yang sama.

Menurut Freud (ferrari, 1995; gufron, 2011: 160) berkaitan dengan

penghindaran dalam tugas mengatakan bahwa seseorang yang dihadapkan pada

tugas yang mengancam ego pada alam bawah sadar akan menimbulkan

ketakutan dan kecemasan. Prokrastinasi yang dilakukan merupakan bentuk

mekanisme pertahanan diri dari individu yang bersangkutan. Individu yang

bersangkutan akan secara tidak sadar melakukan prokrastinasi untuk

menghindari penilaian yang dirasa mengancam keberadaan ego atau harga

(32)

2.2.4.2Behavioristik

Penganut psikologi behavioristik beranggapan bahwa perilaku

prokrastinasi akademik muncul akibat proses pembelajaran. Seseorang

melakukan prokrastinasi akademik karena ia pernah mendapatkan punishment

atas perilaku tersebut. Seseorang yang pernah merasakan sukses dalam

melakukan tugas sekolah dengan melakukan penundaan, cenderung akan

mengulangi lagi perbuatanya. Sukses yang pernah dia rasakan akan dijadikan

reward untuk mengulangi lagi perilaku yang sama dimasa yang akan datang. Menurut McCown dan Johnson (ibid; gufron, 2010: 161) adanya reward

yang lebih menyenangkan dari objek yang di prokrastinasi dapat memunculkan

perilaku prokrastinasi akademik. Selain itu rendahnya resiko yang didapat dari

tugas yang di prokrastinasi juga menyebabkan individu cenderung untuk

melakukan prokrastinasi.

Prokrastinasi akademik juga dapat muncul pada kondisi lingkungan

tertentu. Kondisi yang menimbuilkan stimulus tertentu bisa menjadi

reinforcement bagi munculnya perilaku prokrastinasi. Kondisi yang lenient atau

rendah dalam pengawasan akan mendorong seseorang untuk melakukan

prokrastinasi akademik karena tidak adanya pengawasan akan mendorong

seseorang untuk berperilaku tidak tepat waktu.

2.2.4.3Kognitif dan behavior-kognitif

Ellis dan Knaus (Gufron, 2011:162) menjelaskan menurut pandangan

cognitive-behevioral, prokrastinasi akademik terjadi karena adanya keyakinan

(33)

disebabkan suatu kesalahan dalam mempersepsikan tugassekolah. Seseorang

memandang tugas sekolah sebagai sesuatu yang berat dan tidak menyenagkan

(aversiveness of the task and fear of failure). Oleh karena itu seseorang merasa tidak mampu menyelesaikan tugasnya secara memadai sehingga menunda-nunda

menyelesaikan tugas tersebut secara memadai.

Fear of failure adalah ketakutan yang berlebihan untuk gagal. Seseorang

menunda mengerjakan tugas kuliahnya karena takut jika gagal akan

mendatangkan penilaian negatif atas kemampuanya. Akibatnya, seseorang

menunda-nunda untuk mengerjakan tugas yang dihadapinya.Ferrari (M. Gufron,

2003; Gufron, 2010:163) mengatakan bahwa seseorang melakukan prokrastinasi

akademik untuk menghindari informasi diagnostik akan kemampuanaya.

2.2.4.4Teori Reinforcement

Skinner (dalam Ferrari, 1996: 26) mengatakan bahwa perilaku terbentuk

karena adanya penguatan. Teori belajar klesik menekankan pada punishment dan

reinforcement. Teori reinforcement menyatakan bahwa prokrastinasi terjadi pada individu yang diberi penghargaan untuk perilaku tertentu maupun yang tidak

dihukum secara cukup karena hal tersebut. Prokrastinasi juga dapat terjadi

karena ketiadaan reward dan punishment untuk pelaku yang terjadi secara

berulang-ulang. Individu melakukan prokrastinasi dapat juga disebabkan karena

memiliki sejarah pernah menjadi prokrastinator yang sukses atau paling tidak

menemukan tugas-tugas yang lebih menyenangkan daripada belajar (Bijon, dkk.

(34)

2.2.4.5Teori Cognitive Behavioral

Teori ini menjelaskan prokastinasi secara lebih terperinci. Teori cognitive behavioralmengatakan bahwa prokrastinasi terjadi karena adanya kesalahan dalam berpikir atau adanya pikiran-pikiran yang irasional terhadap tugas, seperti

takut gagal dalam penyelesaian tugas. Untuk lebih jelasnya teori ini akan

menjelaskan secara logis bagaimana perilaku prokrastinasi pada diri individu:

(1) Kepercayaan irasional

Prokrastitanor menilai bahwa standar yang ada terlalu tinggi sedangkna

kemampuanya tidak sebandingdengna standar yang ditetapkan, sehingga

kegagalan itu sesuatu yang tidak dapat dihindari. Hal ini menimbulkan

ketakutan dalam diri individu untuk menghadapi kegagalan, sehingga ia

mengambil keputusan unutk menunda menyelasaikan tugas.

(2) Locus of Control

Individu yang memiliki kendali internal cenderung tidak melakukan

prokrastinasi atau prokrastinasinya rendah, sebaliknya individu yang memiliki

kendali eksternal cenderung melakukan prokrastinasi. Taylor dalam Ferrari

(1995: 37) menyatakan bahwa variabel kognitif locus of control dapat memberikan lahan yang subur bagi penelitian dimasa yang akan datang.

Selama ini , hasil penelitian dengan variabel ini telah bercampur. Power dala

Ferrari (1995:37) menemukan bahwa locus of control tampak logis secara intuitif. Kumpulan data terbaru menyatakna sebuah hubungan kompleks

dalam keadaan paling baik. Jelasnya, penelitian lebih lanjut dibutuhkan. Trice

(35)

controlmungkin kegunaanya tidak sama dalam memprediksi prokrastinasi akademik sebagaimana ukuran spesifik akademis.

(3) Learned Helplessnes

Seseorang yang tidak berdaya dengan tugas-tugas yang dihadapi karena

kecewa dengan hasil yang diperoleh sebelumnya akan mudah melakukan

prokrastinasi karena baginya hal itu lebih aman.

(4) Perfeksionis yang irasional

Prokrastinator selalu berdalih bahwa dia butuh banyak waktu untuk

melengkapi tugas sehingga dapat menyelesaikan tugas dengna hasil yang

sempurna. Irasionalitas disini terlihat pada standar tinggi yang ditetapkan oleh

individu yang bersangkutan pedahal jelas-jelas hal itu melebihi kemampuan

yang dimiliknya.

Secara sederhana dapat dipahami bahwa menurut teori cognitive behavioralmunculnya perilaku prokrastinasi disebabkan oleh kepercayaan irasional, locus of control, learned helplessnesdan perfeksionis yang irasional.

2.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik

Ghufron (2011: 163-166) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi

prokrastinasi akademik kedalam dua kelompok, faktor internal dan faktor

eksternal. Penjelasan mengenai masing-masing faktor akan dijabarkan pada sub

(36)

2.2.5.1Faktor intenal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu yang

mempengaruhi prokrastinasi. Faktor-faktor itu meliputi kondisi fisik dan kondisi

psikologis dari individu.

a. Kondisi fisik individu

Faktor dari dalam individu yang turut mempengaruhi munculnya

prokrastinasi akademik adalah keadaan fisik dan kondisi kesehatan individu,

misalnya fatigue. Menurul Millgram (dalam Gufron, 2011: 164) seseorang yang mengalami fatigue akan memiliki kecendrungan yang lebih tinggi untuk

melakukan prokrastinasi dari pada individu yang tidak mengalami fatigue.

Keadaan fisik individu disini artinya berkaitan dengan bagaimana keadaan

anggota tubuh individu yang bersangkutan. Apakah keadaanya utuh secara

fisiologis maupun secara fungsional. Misalnya individu dengan tuna daksa dan

individu dengan gangguan pendengaran atau tuna rungu. Friend dalam Timpe

(1999:341), juga menyebutkan bahwa Jenis kelamin juga memiliki andil sebagai

faktor penyebab prokrastinasi akademik pada individu. Seperti yang dijelaskan

dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahmaini Dini (2010) bahwa subjek

berjenis kelamin laki-laki lebih tinggi derajat perilaku prokrastinasinya ketimbang

subjek berjenis kelamin perempuan.

b. Kondisi psikis individu

Menurut Millgram dkk. terdapat beberapa hal yang mempengaruhi

(37)

(1) Trait kepribadian individu

Milgram menjelaskan bahwa trait kepribadian individu turut memengaruhi munculnya perilaku penundaan, misalnya trait kemampuan sosial yang tercermin dalam self-regulationdan tingkat kecemasan dalam berhubungan sosial.

(2) Motivasi

Besarnya motivasi yang dimiliki seseorang juga akan mepengaruhi

prokrastinasi secara negatif. Semakin tinggi motivasi intrinsik yang dimiliki

individu ketika menghadapi tugas, akan semakin rendah kecendrunganya

untuk prokrastinasi akademik. Bimo Walgito (2004: 221) menjelaskan pada

umumnya motivasi memiliki sifat siklas (melingkar), yaitu motivasi timbul,

memicu perilaku tertuju pada tujuan (goal), dan akhirnya setelah tujuan tercapai, motivasi itu berhenti.

Dalam buku Pengantar Psikologi Umum,Bimo Walgito (2004:

224-235) menjelaskan beberapa jenis motivasi, antara lain motivasi fisiologis,

motif sosial, motif kompetensi dan motif aktualisasi diri. Motif fisiologis

pada dasarnya berkar pada keadaan jasmani. Dorongan-dorongan yang

muncul biasanya berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan untuk kalangsungan

hidupnya sebagi mahluk hidup.

Motif berikutnya adalah motif sosial. Motif sosial dapat dibedakan

kedalam 3 macam motif yaitu: (1) motivasi berprestasi, orang yang memiliki

(38)

berafiliasi, individu dengan motiv ini akan selalu mencari teman, dan juga

mempertahankan hubungan yang telah dibina dengan orang lain; dan (3)

motif berkuasa, individu dengan motif ini akan mengadakan kontrol,

mengendalikan, atau memerintaj orang lain dalam kehidupan sosialnya.

Selanjutnya adalah motif kompetensi. Motif ini berkaitan dengan motif

instrinsik, yaitu kebutuhan seseorang untuk kompetensi dan menentukan

sendiri dalam kaitan dengan lingkunganya. disebut intrinsik karena tujuanya

adalah perasaan internal mengenai kompetensi dan self determinasi. Sebaliknya motif eksrtinsik, yang ditujukan kepada tujuan yang terletak

diluar individu. Motif kompetensi dan yang bersifat instrinsik merupakan

yang sangat penting karena merupakan motivator yang sangat kuat dari

perilaku manusia yang dapat digunakan untuk membuat seseorang lebih

produktif.

Yang terakhir adalah motif aktualisasi diri. motif aktualisasi diri

merupakan motif yang berkaitan dengan kebutuhan atau dorongan untuk

mengaktualisasikan potensi yang ada pada diri individu. Kebutuhan

aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang tertinggi dalam hirarki kebutuhan

yang dikemukakan oleh Maslow.

Sejalan dengan Millgram, Friend dalam Timpe (1999:341), juga

menjelaskan bahwa prokrastinasi akademik dipengaruhi faktor-faktor yang

(39)

(1) Tidak yakin diri (tidak percaya diri)

Individu pelaku prokrastinasi biasanya cenderung tidak yakin terhadap

kemampuan dirinya sendiri. Prokrastinator cenderung menganggap dirinya

tidak memiliki kapasitas yang baik untu menyelesaikan tugas-tugasnya.

Padahal pada kenyataanya individu yang bersangkutan mampu untuk

menyelesaikan tugas tersebut dengan baik.

(2) Toleransi frustasi yang rendah

Prokrastinator cenderung tidak tahan dengan keadaan yang membuat dirinya

merasa terbebani. Maka untuk menghindari perasaan tidak menyenangkan

tersebut prokrastinator lebih memilih untuk menghindari tugas-tugasnya

ketimbang menyelesaikanya.

(3) Menuntut kesempurnaan (perfectionism)

Perfectionism turut menjadi salah satu faktor penyebab prokrastinasi. Individu pelaku prokrastinasi yang disebabkan oleh perilaku perfectionism

pada dirinya menuntut hasil kerja yang sempurna. Maka penundaan

pengerjaan maupun penyelesaian tugas biasanya terjadi karena proses

persiapan yang dilakukan terlalu lama.

(4) Pandangan fatalistik

Individu yang memiliki pandangan seperti ini memiliki kepercayaan bahwa

segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya adalah takdir dari tuhan.

Akibatnya individu memiliki pemikiran bahwa dia tidak dapat mengubah

keadaan. Karena semua yang terjadi dalam hidupnya adalah sebuah

(40)

Selain Friend, Sapadin (1996: 12-16) juga menjelaskan beberapa faktor

penyebab prokrastinasi yang berkaitan dengan kondisi fisik individu, yaitu:

(1) Perfeksionis (Perfectionism)

Seorang perfeksionis memiliki ketakutan berlebihan untuk mengerjakan suatu

hal yang dirasa akan memberikan hasil yang tidak sempurna. Akibatnya,

seorang perfeksionis memiliki keinginan bahwa tugasnya harus dikerjakan

sebaik-baiknya (sempurna). Ketika individu perfeksionis merasa bahwa tugas

yang akan ia kerjakan akan memberikan hasil yang tidak sempurna maka ia

cenderung akan melakukan prokrastinasi.

(2) Pemimpi (Dreamer)

Para pemimpi sangat ahli dalam mengembangkan ide-ide secara rinci, tetapi

tidak bisa mengubah ide mereka secara garis besar menjadi kenyataan. Hal ini

terjadi lantaran seorang pemimpi menginginkan kehidupan yang gampang

dan menyenangkan. Para pemimpi berfikir bahwa selalu akan ada sesuatu

yang menguntungkan bagi dirinya sehingga senantiasa menunggu dan

akhirnya tugas-tugasnya banyak yang tertunda.

(3) Penghawatir (Worrier)

Seorang penghawatir akan selalu berfikir bahwa tugas yang akan dikerjakan

tidak berjalan dengan baik dan akan gagal. Individu merasa tidak akan dapat

menyelesaikan tugas dengan baik. Penghawatir selalu memiliki kekhawatiran

(41)

(4) Penentang (Defender)

Seorang penentang tidak suka diperintah atau dinasehati orang lain. Individu

sering dianggap penunda karena melakukan tindakan yang berlawanan

dengan kebiasaan pada umumnya.

(5) Pembuat Onar (Crisis Maker)

Para pembuat onar menumpuk semua hal disaat terakhir. Bagi seorang crisis

maker, prokrastinasi adalah bentuk dari petualangan. Tetapi seorang crisis

maker yang melaukan prokrastinasi lebih sering menjadi pecundang

ketimbang menjadi pemenang dalam petualanganya. Karena biasanya seorang

crisis maker justru lari pada menit-menit terakhir.

(6) Penyibuk (Over-doer)

Seorang penyibuk cenderung untuk selalu mengatakan “ya” pada semua tugas

yang diberikan kepadanya. Padahal seorang penyibuk yang biasanya

memiliki tipe berfikir memaksa ini cenderung kurang mampu mengatur

waktu, sumberdaya yang ada, dan konflik yang muncul. Akibatnya seorang

penyibuk sering menunda tugas-tugas yang harus diselesaikanya.

Ahli lain yang juga menjelaskan mengenai faktor penyebab prokrastinasi

yang berkaitan dengan kondisi psikis individu adalah Bernard. Bernard (dalam

Catrunada dan puspitawati, 2008: 6-9) menjelaskan hal-hal menyebabkan

(42)

(1) Kecemasan (Anxiety)

Kecemasan yang tinggi yang berinteraksi dengna tugas-tugas yang

diharapkan dapat diselesaikan menyebabkan seseorang cenderung menunda

tugas tersebut.

(2) Pencelaan Terhadap Diri Sendiri (Self-Depreciation)

Pencelaan terhadap diri sendiri termanifestasi kedalam penghargaan yang

rendah terhadap dirinya sendiri, selalu menyalahkan dirinya sendiri ketika

terjadi kesalahan, dan rasa tidak percaya diri untuk mendapat masa depan

yang cerah menyebabkan seseorang cenderung melakukan prokrastinasi.

(3) Rendahnya toleransi terhadap ketidak nyamanan (Low Discomfort Tolerance)

Kesulitan pada tugas yang dikerjakan membuat seseorang mengalami

kesulitan untuk mentoleransi rasa frustsi dan kecamasan, sehingga mereka

menggalihkna diri sendiri kepada tugas-tugas yang dapat mengurangi ketidak

nyamanan dalam diri mereka.

(4) Pencari kesenangan (Pleasure-Seeking)

Seorang yang mencari kenyamanan cenderung tidak mau melepaskan situasi

yang membuat dia merasa nyaman. Jika individu memiliki kecenderungan

tinggi dalam mencari situasi yang nyaman, maka individu tersebut memiliki

hasrat yangkuat untuk bersenang-senang dan memiliki kontrol impulsif yang

rendah.

(5) Tidak teraturnya waktu (Time Disorganization)

Lemahnya pengaturan waktu disebabkan sulitnya individu memutuskan

(43)

Semua pekerjaan terlihat sangat penting sehingga muncul kesulitan untuk

menentukan apa yang harus dikerjakan terlebih dahulu.

(6) Pendekatan yang lemah terhadap tugas (Poor Task Aproach)

Seseorang merasa siap untuk bekerja, kemungkinan dia akan meletakkan

kembali pekerjaan tersebut karena tidak tahu darimana harus memulai

sehingga cenderung menjadi tertahan oleh ketidaktahuan tentang bagaimana

harus memulai dan menyelesaikan pekerjaan tersebut.

(7) Kurangnya pernyataan yang tegas (Lack of Assertion)

Kurangny apernyataan yang tegas disebabkan seseorang mengalami kesulitan

untuk berkata “tidak” terhadap permintaan yang ditujukan kepadanya ketika

banyak hal yang harus dikerjakan karena telah dijadwalkan terlebih dahulu.

Hal ini bisa terjadi karena mereka kurang memberikan rasa hormat atas

semua komitmen dan tanggung jawab yang dimiliki.

(8) Permusuhan terhadap orang lain (Hostility With Others)

Kemarahan yang terus menerus bisa menimbulkan dendam dan sikap

bermusuhan sehingga bisa menuju sikap menolak atau menentang apapun

yang dikatakan oleh orang tersebut.

(9) Stres dan kelelahan (Stress and Fatigue)

Stres adalah hasil dari sejumlah intensitas tuntutan negatif dalam hidup yang

digabung dengan gaya hidup dan kemampuan mengatasi masalah pada diri

sendri. Semakin banyak tuntutan dan semakin lemah sikap sesesorang dalam

memecahka masalah, dan gaya hidup yang kurang baik, semakin tinggi stres

(44)

Sedangkan Steele (2007) menjelaskan faktor-faktor yang berkaitan dengan

kondisi psikis individu yang dapat menyebabkan individu melakukan

prokastinasi adalah:

(1) Ketidaksukaan terhadap tugas

Individu cenderung untuk menghindari tugas yang dirasa sulit, tidak

menyenangkan, dan membosankan untuk waktu selama yang dimungkinkan.

(2) Depresi atau masalah mood

Rendahnya semangat atau motivasi terhadap tugas, atau hanya merasa tidak

mood dengan tugas yang dibelikan, atau meningkatnya tekanan yang

disebakan oleh tugas menyebabkna individu menghindari tugas dan akhirnya

melakukan prokrastinasi.

(3) Pemberontakan

Prokrastinasi bisa jadi sebagai respon terhadap situasi ketika individu

mendapatkan tugas yang dirasa tidak wajar, tidak berguna, atau dirasa sangat

berat untuk diselesaikan dalam satu waktu tertentu yang sudah ditentukan.

Menunda untuk memulai mengerjakan tugas karena kebencian terhadap

tugasnya, atau terhadap orang yang memberikan tugas tersebut.

(4) Takut gagal

Perasaan takut akan kegagalan; lebih suka bila orang lain melihat dan menilai

(45)

(5) Masalah menejemen waktu

Masalah dalam menejemen waktu dan kesalahan dalam memperkirakan

waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu tugas menjadikan

individu melakukan prokrastinasi.

(6) Faktor lingkungan

Faktor lingkungan seperti misalnya tempat belajar memiliki memiliki

pengaruh yang kuat terhadap motivasi untuk memuli tugas.

(7) Menikmati bekerja dibawah tekanan

Menyukai bekerja dibawah tekanan mendekati waktu akhir penyelesaian

tugas yang telah ditentukan.

(8) Selalu menuruti keinginan hati mengerjakan hal lain yang lebih

menyenangkan

Individu yang selalu mengikuti keinginan hatinya ini sering kali dengan

mudahnya berpindah-pindah dari satu tugas ke tugas yang lain dalam rangka

mengejar kesenangan sesaat yang diberikan, dan masalah adalah urusan

belakangan.

2.2.5.2 Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat diluar diri individu yang

mempengaruhi prokrastinasi. Faktor-faktor tersebut adalah:

(a) Gaya pengasuhan orang tua

Pendidikan dan karakter pada anak terbentuk dari hubungan serta

(46)

kurang tepat dapat mempengaruhi kondisi psikologis anak yang berujung

pada perilaku yang kurang tepat. Salah satu gaya pengasuhan yang sering

berpengaruh adalah otoriter. Hasil penelitian Ferrari (1995:14) menemukan

bahwa tingkat pengasuhan otoriter ayah menyebabkan munculnya

kecenderungan perilaku prokrastinasi. Pengasuhan yang otoriter membentuk

pribadi yang cenderung tertutup sehingga menjadi kurang mandiri serta

kreatif dalam menyelesaikan tugas, hanya melakukan apa yang diperintahkan

oleh orang tua. Dengan kondisi yang demikian, inisiatif untuk berkembang

aktif menjadi terhambat.

Secara umum kita mengenal 3 macam gaya pengasuhan orang tua yaitu

gaya pengasuhan otoriter, gaya pengasuhan permisif, dan gaya pengasuhan

demokratis. Orang tua yang mempunyai gaya otoriter cenderung memberi

dukungan rendah, tetapi mempunyai ekspektasi yang tinggi terhadap anak.

Orang tua otoriter cenderung memfokuskan pada kesalahan anak, anak dari

keluarga otoriter biasanya tidak belajar untuk berpikir mandiri. Sedangkan

orang tua yang mempunyai gaya pengasuhan permisif cenderung memberi

dukungan tinggi, tetapi mempunyai ekspektasi yang rendah terhadap

anak.Anak yang dibesarkan dengan gaya pengasuhan permisif cenderung

kurang bertanggung jawab, agresif, menuruti impuls seksual, egois dan suka

menuntut. Dan yang terakhir, orang tua yang mempunyai gaya demokratis

memberi dukungan tinggi dan mempunyai ekspektasi yang tinggi terhadap

anak.Orang tua demokratis juga tegas, disiplin, dan konsisten dalam mentaati

(47)

(b) Kondisi lingkungan

Kondisi lingkungan yang mempengaruhi prokrastinasi pada diri

individu mencakup lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan tempat

belajar. Prokrastinasi akademik lebih banyak dilakukan pada lingkungan yang

rendah pengawasan dari pada lingkungan yang penuh pengawasan. Pergaulan

siswa pun turut mempengaruhinya. Lingkungan rendah pengawasan yang

dimaksud adalah tidak adanya kontrol dari pihak lain dalam melakukan

aktivitas, sehingga individu akan terbiasa dengan keadaan yang bebas dalam

artian hanya melakukan hal – hal yang disukai saja, tanpa memperhatikan adanya tanggung jawab terhadap tugas.

Berbeda dengan lingkungan yang rendah pengawasan, lingkungan

yang penuh pengawasan bukan berarti lingkungan yang otoriter, membetuk

individu untuk bertindak sesuai dengan apa yang seharusnya dilakukan dan

lingkungan sebagai kontrol menjadi pembatas agar individu tidak melakukan

hal-hal yang tidak perlu, sehingga dapat menekan terjadinya prokrastinasi.

Selain faktor pola asuh orang tua dan lingkungan, lingkungan keluarga,

masyarakat dan sekolah juga sangat berperan terhadap timbulnya perilaku

prokrastinasi akademik.

Stelle (2007) juga mengemukakan bahwa faktor lingkungan seperti

misalnya tempat belajar memiliki memiliki pengaruh yang kuat terhadap

motivasi untuk memulai tugas.Sependapat dengan Stelle, Bernard (dalam

Catrunada dan Puspitawati: 2008: 6-9) juga mengemukakan bahwa tidak

(48)

munculnya perilaku prokrastinasi pada diri individu. Bernard menjelaskan,

tidak teraturnya lingkungan bisa berbentuk interupsi (gangguan) dari orang

lain, kurangnya privasi, kertas yang bertebaran dimana-mana, dan alat-alat

yang dibutuhkan dalam tugas yang akan diselesaikan tidak tersedia.

Kenyataanya, ketidakteraturan lingkunganini disebabka oleh individu yang

bersangkutan itu sendiri. Padahal banyaknya gangguan pada area kerja

menyulitkan seseorang untuk berkosentrasi sehingga pekerjaan tersebut tidak

bisa selesai tepat pada waktunya.

Dalam penyusunanya, skripsi melibatkan banyak pihak dari lingkungan

sekolah mahasiswa. Adapun pihak-pihak yang terkait dengan penyusunan

skripsi mahasiswa antara lain:

(1) Dosen pembimbing

Pembimbingan skripsi dilakukan oleh dosen pembimbing yang telah

ditetapkan oleh jurusan melalui SK yang diterbitkan oleh fakultas. Untuk

dapat melakukan ujian mahasiswa sedikitnya telah melakukan bimbingan

sebanyak 8 kali dengan masing-masing dosen pembimbing untuk 2 orang

dosen pembimbing, atau 12 kali untuk mahasiswa dengan 1 orang dosen

pembimbing.

(2) Fasilitas kampus

Hal-hal yang berkaitan dengan fasilitas kampus antara lain, fasilitas kelas,

perpustakaan dan ketersediaan buku-buku di perpustakaan, jaringan

(49)

(3) Birokrasi kampus

Birokrasi pada dasarnya merupaka suatu sistem yang menerapkan

fungsi-fungsi menejemen untuk mencapai output yang maksimal. Birokrasi

kampus adalah suatu sistem pemerintahan yang terdapat pada instansi

kampus itu sendiri.

(4) Pelayanan administrasi kampus

Pelayanan administrasi kampus adalah pelayanan yang berkaitan dengan

administrasi atau berkas-berkas yang menunjang proses studi mahasiswa

di kampus yang bersangkutan. yang termasuk kedalam layanan

administrasi kampus antara lain, penerbitan Kartu Rencana Studi, Kartu

Hasil Studi, surat-surat perizinan dan Surat Kerja.

Merujuk pada penjelasan-penjelasan yang dikemukakan oleh Ghufron,

Friend, Spadin, Bernard dan Stelee tersebut di atasa, maka peneliti

menyimpulkan bahwa faktor penyebab munculnya perilku prokrastinasi pada diri

individu dipengaruhi oleh 2 faktor utama yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. Merujuk pada penjelasan para ahli terdapat 18 faktor internal yang

mempengaruhi perilaku prokrastinasi, yaitu: (1) Rendahnya motivasi; (2)

Pemimpi; (3)Penentang; (4) Pembuat onar; (5) Penyibuk; (6) Kecemasan; (7)

Pendekatan yang lemah terhadap tugas; (8) Tidak asertif; (9) Permusuhan

terhadap orang lain; (10) Stres; (11) Ketidaksukaan terhadap tugas; (12) Takut

gagal; (13) Manajemen waktu; (14) Menyukai bekerja dibawah tekanan; (15)

Melakukan hal lain yang lebih menyenangkan; (16) Pencelaan terhadap diri

(50)

Perfectionism. Sedangkan faktor eksternal yang menjadi faktor penyebab

prokrastinasi adalah: (1) Gaya pengasuhan orang tua; (2) Dosen pembimbing; (3)

(51)

36 BAB 3

METODE PENELITIAN

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan kegunaan tertentu. Terdapat empat kata kunci

yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, kegunaan tertentu. Cara

ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu

rasional,empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan

dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia.

Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indra manusia,

sehingga orang lain dapat mengetahui dan mengamati cara-cara yang digunakan.

Sistematis artinya, proses yang digunakan dalm penelitian itu menggunakan

langkah-langkah tertentu yang bersifat logis (Sugiyono, 2013:3)

Penelitian ilmiah merupakan suatu usaha untuk menemukan,

mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan. Penelitian

merupakan serangkaian kegiatan ilmiah yang memiliki karakteristik kerja ilmiah

yaitu kegiatan yang mempunyai tujuan, kegiatan yang dilakukan secara

sistematik, terkendali, objektif dan tahan uji (Azwar, 2003:2)

Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian ilmiah adalah suatu penelitian

yang berdasarkan pada metode yang harus dapat dipertanggungjawabkan

kebenaranya dan berdasar dari teori-teori relevan yang ada. Oleh karena itu

diperlukan pemilihan serta penentuan metode penelitianyang tepat untuk

(52)

akan dibahas mengenai jenis penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel,

instrumen penelitian, validitas dan reliabilitas, teknik pengumpulan data dan yang

terakhir teknik analisis data.

3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik

dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang

tertentu (Azwar, 2007:7). Sedangkan menurut Sukmadinata (2010:90) penelitian

deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan

fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena-fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa

manusi. Jadi simpulan dari penelitian deskriptif adalah penelitian yang memiliki

tujuan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada secara sistematik

dan akurat. Maka secara sederhana deskriptif adalah penelitian yang memiliki

tujuan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada secara sistematik

dan akurat.

Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan survey.

Penelitan survey adalah penelitian yang mengambil sample dari satu populasi dan

menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun,

2008:3). Penelitian survey ditujukan untuk memperoleh gambaran umum tentang

(53)

Hasil penelitian ini disajikan secara deskriptif untuk memberikan

gambaran tentang hasil penelitian yang diperoleh. Jenis penelitian deskriptif

dalam penelitian ini sejalan dengan tujuan penelitian, yang ingin mendapatkan

informasi mengenai faktor penyebab Prokrastinasi Akademik Penyusunan Skripsi

Pada Mahasiswa FakultasIlmuPendidikan UNNESAngkatanTahun 2009.

3.2Variabel Penelitian

Arikunto berpendapat bahwa variabel adalah objek penelitian, atau apa

yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006:118). Sedangkan

menurut Sugiyono (2013:60) variabel penelitian adalah segala sesuatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulanya. Dan

menurut Hatch dan Farhady (1981, dalam Sugiyono, 2013:60) variabel adalah

atribut seseorang atau proyek, yang mempunyai variasi antara satu orang dengan

yang lain atau satu objek dengan objek yang lain. Berdasarkan pendapat para ahli

dapat dimengerti bahwa variabel adalah fokus dari suatu penelitian dan

merupakan faktor yang berperan dalam peristiwa yang akan diteliti.

3.2.1 Identifikasi Variabel

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal. Menurut Hadari

Nawawi dan Martini Hadari (1992:45), variabel tunggal adalah “...variabel yang hanya mengungkapkan variabel untuk dideskripsikan unsur atau faktor-faktor

didalam setiap gejala yang termasuk variabel tersebut, penelitian seperti ini

(54)

penyebab Prokrastinasi Akademik Penyusunan Skripsi Pada Mahasiswa Fakultas

Ilmu Pendidikan UNNES Angkatan Tahun 2009”.

3.2.2 Devinisi Operasional Variabel

Prokrastinasi akademik adalah suatu perilaku penundaan pada tugas-tugas

akademik yang dapat menimbulkan banyak dampak negatif bagi pelakunya yang

dilakukan secara sadar dan lebih memilih mengerjakan hal-hal lain yang dirasa

lebih menyenangkan dan prokrastinator melakukan prokrastinasi bukan sebagai

bentuk penghindaran atau tidak mau tahu dengan tugas yang dihadapi tetapi

sebagai bentuk self defense mechanism untuk menghindari perasaan tidak menyenangkan yang disebabkan oleh tugas yang harus diselesaikanya Sedangkan

mahasiswa FakultasIlmuPendidikan UNNESAngkatanTahun 2009 adalah

mahasiswa yang masa studinya sudah lebih dari 8 semester dan belum

menyelesaikan tugas Skripsinya. Jadi faktor penyebab Prokrastinasi Akademik

Penyusunan Skripsi Pada Mahasiswa FakultasIlmuPendidikan

UNNESAngkatanTahun 2009 adalah faktor-faktor yang menyebabkan mahasiswa

FakultasIlmuPendidikan UNNESAngkatanTahun 2009 yang masa studinya sudah

lebih dari 8 semester dan melakukan prokrastinasi akademik penyusunan Skripsi

sehingga waktu lulus dari universitas menjadi lebih lama.

Prokrastinasi disebabkan oleh faktor internal dan eksternal, terdapat 18

faktor internal yang menyebabkan prokrastinasi yaitu: (1) Rendahnya motivasi;

(55)

lain(hostility with other); (10) Stres; (11) Ketidaksukaan terhadap tugas; (12) Takut gagal; (13) Manajemen waktu; (14) Menyukai bekerja dibawah tekanan

(enjoy working under preasure); (15) Melakukan hal lain yang lebih menyenangkan; (16) Pencelaan terhadap diri sendiri (self-depreciation); (17) Toleransi yang rendah terhadap ketidaknyamanan (low discomfort tolerance); (18)

Perfectionism; (19) Keadaan kesehatan; (20) Cacat tubuh yang diderita. Sedangkan faktor eksternal yang menjadi faktor penyebab prokrastinasi terdiri

atas: (1) Gaya pengasuhan orang tua; (2) Dosen pembimbing; (3) Rumitnya

birokrasi; (4) Lamanya layanan administrasi; (5) Lingkungan belajar.

3.3Populasi dan sampel 3.3.1 Populasi

Menurut Sugiyono populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kasimpulanya (Sugiyono,

2013: 279). Menurut Arikunto populasi adalah keseluruhan subjek penelitian

(Arikunto, 2006: 130). Sedangkan menurut Azwar populasi adalah kelompok

subyek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian (Azwar, 2003: 77).

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah

kelompok subjek penelitian yang memiliki karakteristik tertentu menurut peneliti

untuk ditarik kesimpulannya.

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah mahasiswa

Gambar

Tabel jumlah mahasiswa FIP angkatan 2009 yang belum
Tabel 3.1
Tabel 3.2 Penskoran Kategori Jawaban
Tabel 3.3 Kriteria Presentase
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan antara Self Efficacy dengan Prokrastinasi Penyelesaian Skripsi (Studi Korelasional pada Mahasiswa FIP UPI Angkatan 2006-2009). Latar belakang penelitian ini

digunakan kerena penelitian ini bermaksud untuk memperoleh data kuantitatif sekaligus data kualitatif mengenai gambaran faktor penyebab prokrastinasi pada mahasiswa

digunakan kerena penelitian ini bermaksud untuk memperoleh data kuantitatif sekaligus data kualitatif mengenai gambaran faktor penyebab prokrastinasi pada mahasiswa

Prokrastinasi akademik pada mahasiswa angkatan 2008 Fakultas Psikologi yang mengontrak usulan penelitian di Universitas “X” Bandung berkaitan dengan keyakinan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kontribusi penyebab prokrastinasi terhadap empat area prokrastinasi akademik pada mahasiswa yang telah menempuh

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran prokrastinasi akademik pada mahasiswa Angkatan 2007 yang sedang skripsi di Program Studi PG PAUD. Jenis

Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui hubungan antara Kematangan Emosi dengan Prokrastinasi Dalam Penyusunan Skripsi Mahasiswa Fakultas Psikologi

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara perfeksionis dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa fakultas psikologi dalam menyelesaikan skripsi,