ANALISIS BALOK BERSUSUN DARI KAYU LAPIS DENGAN
MENGGUNAKAN PAKU SEBAGAI SHEAR CONNECTOR
(EKSPERIMENTAL)
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh
Ujian Sarjana Teknik Sipil
Disusun oleh
070424001
SRI ELFINA PANJAITAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM PENDIDIKAN EKSTENSION
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISIS BALOK BERSUSUN DARI KAYU LAPIS DENGAN
MENGGUNAKAN PAKU SEBAGAI SHEAR CONNECTOR (EKSPERIMENTAL)
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat Dalam Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil
Dikerjakan oleh :
070 424 001
SRI ELFINA PANJAITAN
Pembimbing :
Nip. 19520901 198112 1 002 Ir. Sanci Barus, MT
Penguji I Penguji II Penguji III
Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan Ir. Faizal Ezeddin, MS
Nip. 19561224 198103 1 002 Nip. 19490713 198003 1 001 Nip. 130 702 136 Ir. Syahril Dulman
Mengesahkan,
Koordinator PPE Ketua Departemen Teknik Sipil
Departemen Teknik Sipil Fak. Teknik USU
Fak. Teknik USU
Ir. Faizal Ezeddin, MS Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan
NIP. 19490713 198003 1 001 NIP. 19561224 198103 1 002
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM PENDIDIKAN EKSTENSION
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR ASISTENSI TUGAS AKHIR
NAMA : SRI ELFINA PANJAITAN
NIM : 070 424 001
JUDUL : ANALISIS BALOK BERSUSUN DARI KAYU LAPIS DENGAN MENGGUNAKAN PAKU SEBAGAI SHEAR
CONNECTOR (EKSPERIMENTAL)
DOSEN : Ir. SANCI BARUS, MT
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas kasih dan karunianya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir.
Tugas akhir ini berjudul “Analisis Balok Bersusun dari Kayu Lapis
dengan Eksperimen” disusun untuk melengkapi tugas-tugas syarat yang harus
dipenuhi untuk mencapai gelar Sarjana Teknik Sipil pada Departemen Teknik
Sipil Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan tugas akhir ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Orang tua (Ajun Albertus Panjaitan dan Rosmayta Sinaga) beserta keluarga besar
yang selalu memberikan dukungan moril dan materil
2. Bapak Ir. Sanci Barus, MT selaku Dosen pembimbing dalam penyusunan Tugas
Akhir ini;
3. Bapak Ir. Faizal Ezeddin MS selaku Koordinator Program Pendidikan Sarjana
Ekstension Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara;
4. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan selaku Ketua Departemen Teknik Sipil
Universitas Sumatera Utara
5. Bapak Ir. Terunajaya, M.Sc selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil
Universitas Sumatera Utara
6. Bapak/Ibu Pegawai Administrasi Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera
Utara
7. Rekan-rekan mahasiswa, serta semua pihak yang telah membantu saya dalam
pengujian sehingga penulisan tugas akhir ini dapat diselesaikan.
Akhir kata, penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat
bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.
Medan, Mei 2010 Penulis,
ABSTRAK
Kayu dikenal sebagai bahan konstruksi yang telah lama dikenal di Indonesia. Kemudahan mendapatkan kayu menjadikannya sebagai salah satu bahan konstruksi yang penting. Dengan perkembangan dan teknologi kayu (Timber Engineering) dewasa ini manusia cenderung membuat bahan-bahan kayu lebih terarah dengan memanfaatkan bahan kayu menjadi kayu lapis yang sangat berguna di dalam berbagai penggunaan kayu umumnya dan kehidupan manusia khususnya.
Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian physical dan mechanical properties kayu yang terdiri dari: pemeriksaan kadar air, berat jenis, kuat tekan sejajar serat, kuat lentur dan elastisitas serta pengujian lentur balok kayu. Balok kayu tersusun ada dua jenis yaitu balok disusun tanpa penahan geser dan balok disusun dengan penahan geser. Balok susun dengan penahan geser menjadikan balok menjadi satu kesatuan (geseran dapat dicegah), lendutan lebih kecil dan daya dukung lebih besar. Pengujian dilakukan terhadap dua jenis kayu yang berbeda yakni kayu sembarang dan kayu lapis (plywood). Dengan kayu sembarang untuk benda uji balok kayu utuh dan kayu lapis untuk benda uji balok bersusun dengan variasi jumlah paku sebagai shear connector yaitu 5 paku, 10 paku dan 15 paku. Pembebanan dilakukan secara bertahap sampai kondisi runtuh dan pada setiap tahap pembebanan dibaca besarnya lendutan yang terjadi.
DAFTAR ISI
DAFTAR NOTASI ··· xiii
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Umum dan Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan Penelitian ... 2
1.3. Perumusan Masalah... 3
1.4. Pembatasan Masalah ... 4
1.5. Metodelogi Penelitian... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum ... 6
2.2. Teori-Teori Tentang Konstruksi Terlentur ... 9
2.3. Metode Penyelesaian untuk Aplikasi Prinsip Energi ... 13
2.3.1. Kalkulus variasi ... 13
2.3.2. Metode Rayleigh-Ritz ... 13
2.3.3. Metode Galerkin ... 14
2.4. Analisa Balok Bersusun dengan Metode Energi ... 14
2.4.1. Energi regangan akibat lentur dan aksial ... 15
2.4.2. Energi regangan akibat slip antar bidang ... 17
2.4.3. Energi potensial akibat gaya luar... 19
2.4.4. Total energi pada balok bersusun ... 19
2.4.5. Penyelesaian persamaan energi ... 20
2.4.6. Aplikasi dari penyelesaian persamaan energi ... 23
2.5.1. Sifat kayu secara umum ... 25
2.5.2. Berat jenis ... 26
2.5.3. Kadar air ... 26
2.5.4. Kekuatan kayu ... 28
2.6. Tata Cara Perencanaan Konstruksi Kayu Indonesia Berdasarkan Revisi PKKI NI-5 ... 35
2.6.1. Persyaratan ... 35
2.6.2. Kuat acuan ... 36
2.6.3. Komponen Struktur Lentur, Momen dan Geser ... 39
2.6.4. Sambungan mekanis ... 41
BAB III PENGUJIAN DAN APLIKASI 3.1. Persiapan dan Perencanaan Pengujian ... 45
3.3.1. Pelaksanaan Penelitian ... 45
3.3.2. Rangka Dudukan Benda Uji ... 52
3.3.3. Perencanaan Benda Uji Balok Kayu ... 52
3.2. Hasil Pengujian ... 54
3.2.1. Pengujian Kadar Air ... 54
3.2.2. Pengujian Berat Jenis ... 55
3.2.3. Pengujian Kuat Tekan Sejajar Serat ... 56
3.2.4. Pengujian Kuat Geser Langsung Paku-Kayu... 57
3.2.5. Pengujian Elastisitas Kayu ... 58
3.2.6. Pengujian Tegangan Lentur Izin Kayu ... 72
3.3. Implementasi Hasil Pengujian Sifat Fisis dan Mekanis Kayu pada Analisa Lendutan dan Regangan Balok Bersusun ... 78
3.3.1. Perhitungan Perpindahan Horizontal dan Vertikal pada balok Bersusun ... 79
3.4. Hasil Pengujian Balok Bersusun ... 85
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan ... 95
4.2. Saran ... 96
DAFTAR PUSTAKA ... 97
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Hal
Tabel 1.1 Variasi shear connector ... 5
Tabel 2.1 Perbandingan persentase kekuatan kayu basah terhadap kayu kering udara menurut Gardner dan Newlin/Wilson (PKKI NI-5) ... 26
Tabel 2.2 Nilai kuat acuan (Mpa) berdasarkan alat pemilahan secara mekanis pada kadar air 15% ... 37
Tabel 2.3 Estimasi kuat acuan berdasarkan atas berat jenis pada kadar air 15% untuk kayu berserat lurus tanpa cacat kayu ... 38
Tabel 2.4 Nilai rasio tahanan ... 38
Tabel 2.5 Cacat maksimum untuk setiap kelas mutu kayu ... 39
Tabel 2.6 Faktor tahanan, φ ... 40
Tabel 2.7 Faktor waktu, λ ... 40
Tabel 2.8 Keberlakuan faktor koreksi (FK) untuk sambungan... 41
Tabel 2.9 Berbagai dimensi paku ... 43
Tabel 3.1 Hasil pengujian kadar air kayu sembarang ... 54
Tabel 3.2 Hasil pengujian kadar air kayu lapis ... 54
Tabel 3.3 Hasil pengujian berat jenis kayu sembarang ... 55
Tabel 3.4 Hasil pengujian berat jenis kayu lapis ... 55
Tabel 3.5 Hasil pengujian kuat tekan sejajar serat ... 56
Tabel 3.7 Hasil pengujian elastisitas ... 58
Tabel 3.8 Perhitungan tegangan regangan kayu sembarang sampel 1 ... 59
Tabel 3.9 Perhitungan tegangan regangan kayu sembarang sampel 2 ... 60
Tabel 3.10 Perhitungan tegangan regangan kayu sembarang sampel 3 ... 62
Tabel 3.11 Perhitungan tegangan regangan kayu sembarang sampel 4 ... 63
Tabel 3.12 Perhitungan tegangan regangan kayu sembarang sampel 5 ... 65
Tabel 3.13 Perhitungan elastisitas lentur kayu dari grafik regresi linier kayu sembarang ... 66
Tabel 3.14 Perhitungan tegangan regangan kayu lapis sampel 1 ... 67
Tabel 3.15 Perhitungan tegangan regangan kayu lapis sampel 2 ... 68
Tabel 3.16 Perhitungan tegangan regangan kayu lapis sampel 3 ... 69
Tabel 3.17 Perhitungan tegangan regangan kayu lapis sampel 4 ... 70
Tabel 3.18 Perhitungan tegangan regangan kayu lapis sampel 5 ... 71
Tabel 3.19 Perhitungan elastisitas lentur kayu dari grafik regresi linier ... 72
Tabel 3.20 Hasil pengujian tegangan lentur kayu sembarang ... 73
Tabel 3.21 Perhitungan tegangan lentur karakteristik kayu sembarang ... 73
Tabel 3.22 Hasil pengujian tegangan lentur kayu lapis... 74
Tabel 3.23 Perhitungan tegangan lentur karakteristik kayu lapis ... 74
Tabel 3.24 Rekapitulasi pengujian mechanical properties kayu sembarang dan kayu lapis ... 75
Tabel 3.25 Hasil perhitungan balok B.5 ... 81
Tabel 3.27 Hasil perhitungan balok B.15 ... 85
Tabel 3.28 Hasil pengujian benda uji balok kayu utuh lendutan
di ¼L dan ½L ... 86
Tabel 3.29 Hasil pengujian kuat lentur kayu bersusun dengan kayu lapis
B.5 lendutan di ¼L dan ½L ... 87
Tabel 3.30 Hasil pengujian kuat lentur kayu bersusun dengan kayu lapis
B.10 lendutan di ¼L dan ½L ... 88
Tabel 3.31 Hasil pengujian kuat lentur kayu bersusun dengan kayu lapis
B.15 lendutan di ¼L dan ½L ... 89
Tabel 3.32 Pengujian lentur balok kayu solid tunggal, pengujian lentur
balok kayu bersusun B.5; B.10; B.15 pada lendutan ½L ... 90
Tabel 3.33 Hubungan antara beban, lendutan teori dan lendutan hasil
Pengujian pada balok kayu utuh ... 92
Tabel 3.34 Hubungan antara beban; lendutan teori balok utuh; lendutan
teori energi dan lendutan hasil pengujian pada balok B.5 ... 93
Tabel 3.35 Hubungan antara beban; lendutan teori balok utuh; lendutan
teori energi dan lendutan hasil pengujian pada balok B.10... 93
Tabel 3.36 Hubungan antara beban; lendutan teori balok utuh; lendutan
teori energi dan lendutan hasil pengujian pada balok B.15... 93
DAFTAR NOTASI
Ei Elastisitas balok kayu lapisan i
Ii Inersia balok kayu lapisan i
Ai Luas penampang balok kayu lapisan i
hi Tinggi balok kayu lapisan i
v1 Perpindahan arah sumbu datar suatu elemen struktur
v2 Perpindahan arah sumbu vertikal suatu elemen struktur
u Perpindahan axial pada pertengahan tinggi suatu lapisan
w Perpindahan arah sumbu tegak pada pertengahan tinggi
z Setengah tinggi suatu lapisan Δ Slip pada pertemuan antar lapisan F Kekuatan penghubung geser
n Jumlah penghubung geser dalam satu baris
s Jarak antar penghubung geser dalam satu baris
P Beban pada balok bersusun
M Momen maksimum
W Momen tahanan terhadap garis netral
m Kadar air (%)
Gx Berat benda uji mula-mula
Gk Berat benda uji setelah di oven (gr)
BJ Berat jenis kayu (gr/cm³)
Wx Berat benda uji dalam keadaan kering udara (gr)
Vx Volume sampel (cm³)
P Beban maksimum (kg
A Luas bagian yang tertekan (cm²)
µ Nilai rata-rata ε Regangan
Ew adalah modulus elastisitas lentur, Mpa
adalah momen terfaktor
adalah faktor tahanan lentur = 0,85
adalah faktor waktu
adalah gaya geser terfaktor
V’ adalah tahanan geser terkoreksi
adalah faktor tahanan geser = 0,75
adalah momen puntir terfaktor
adalah tahanan puntir lentur terkoreksi
RB Rasio kelangsingan
Panjang efektif kolom
I Momen inersia balok untuk arah geser
nf adalah jumlah alat pengencang
ai jumlah alat pengencang efektif pada baris alat pengencang i
ni jumlah alat pengencang dengan spasi yang seragam
Z’ adalah tahanan terkoreksi sambungan
Zu adalah gaya perlu pada sambungan
α adalah sudut antar sumbu penyambung terhadap arah serat (derajat)
Ѳ adalah sudut antara garis kerja gaya dan arah serat kayu
φc// adalah faktor tahanan tekan sejajar serat Cf adalah faktor bentuk
CL adalah faktor stabilitas balok
Ceg adalah faktor penetrasi, untuk memperhitungkan reduksi penetrasi
alat pengencang sesuai Butir 10 (Revisi PKKI NI-2002)
Cg adalah faktor aksi kelompok, untuk memperhitungkan pembebanan
yang tidak merata dari baris alat pengencang majemuk sesuai
dengan Butir 10 (Revisi PKKI-NI 2002)
CM adalah faktor layan basah, untuk memperhitungkan kadar air masa
layan yang lebih tinggi daripada 19% untuk kayu masif dan 16%
Crt adalah faktor tahan api, untuk memperhitungkan pengaruh
perlakuan tahan api terhadap produk-produk kayu dan sambungan.
Ct adalah faktor temperatur, untuk memperhitungkan temperatur
layan lebih tinggi daripada 38°C secara berkelanjutan
Cpt Faktor koreksi pengawetan kayu
CE adalah faktor koreksi aksi komposit
Cr adalah faktor koreksi pembagi beban
CL adalah faktor koreksi stabilitas balok
Cp adalah faktor kestabilan kolom
CI adalah faktor koreksi interaksi tegangan
tm Tebal komponen struktur utama
Fem Kuat tumpu komponen struktur utama
Fes Kuat tumpu komponen struktur sekunder
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Detail pengujian balok kayu ... 4
Gambar 2.1 Perilaku balok yang dibebani P ... 6
Gambar 2.2 Perilaku dua balok yang tidak menyatu dibebani P ... 8
Gambar 2.3 Perilaku dua balok yang menyatu dibebani P ... 9
Gambar 2.4 Perilaku balok dalam melentur ... 10
Gambar 2.5 Suatu balok dengan lenturan murni ... 11
Gambar 2.6 Perpindahan geometrik dari balok ... 15
Gambar 2.7 Hubungan slip dengan perpindahan ... 18
Gambar 2.8 Hubungan antara beban tekan dan deformasi untuk tarikan dan tekanan ... 29
Gambar 2.9 Batang kayu menerima gaya tarik sejajar serat ... 32
Gambar 2.10 Batang kayu menerima gaya tekan sejajar serat ... 32
Gambar 2.11 Batang kayu menerima gaya tekan tegak lurus serat ... 32
Gambar 2.12 Batang kayu yang menerima gaya geser tegak lurus arah serat τ// (kg/cm²) ... 33
Gambar 2.13 Lendutan pada beban P terpusat ... 34
Gambar 2.14 Bahaya kayu yang menerima beban lengkung ... 35
Gambar 2.15 Penempatan paku sambungan horizontal dan vertikal ... 43
Gambar 3.1 Sampel penelitian kadar air ... 46
Gambar 3.3 Sampel penelitian kuat tekan ... 48
Gambar 3.4 Sampel kuat geser langsung paku-kayu ... 49
Gambar 3.5 Sampel penelitian kuat lentur ... 49
Gambar 3.6 Penempatan dial dan beban pada sampel ... 50
Gambar 3.7 Sampel penelitian elastisitas ... 51
Gambar 3.8 Penempatan dial dan beban pada benda uji ... 51
Gambar 3.9 Penampang balok persegi ... 53
DAFTAR GRAFIK
Grafik 3.1 Tegangan regangan dari pengujian elastisitas kayu sembarang
sampel 1 ... 59
Grafik 3.2 Regresi linier tegangan regangan kayu sembarang sampel 1 ... 60
Grafik 3.3 Tegangan regangan dari pengujian elastisitas kayu sembarang
sampel 2 ... 61
Grafik 3.4 Regresi linier tegangan regangan kayu sembarang sampel 2 ... 61
Grafik 3.5 Tegangan regangan dari pengujian elastisitas kayu sembarang
sampel 3 ... 62
Grafik 3.6 Regresi linier tegangan regangan kayu sembarang sampel 3 ... 63
Grafik 3.7 Tegangan regangan dari pengujian elastisitas kayu sembarang
sampel 4 ... 64
Grafik 3.8 Regresi linier tegangan regangan kayu sembarang sampel 4 ... 64
Grafik 3.9 Tegangan regangan dari pengujian elastisitas kayu sembarang
sampel 5 ... 65
Grafik 3.10 Regresi linier tegangan regangan kayu sembarang sampel 5 ... 66
Grafik 3.11 Tegangan regangan dari pengujian elastisitas kayu lapis sampel 1 ... 67
Grafik 3.12 Regresi linier tegangan-regangan kayu lapis sampel 1 ... 67
Grafik 3.13 Tegangan regangan dari pengujian elastisitas kayu lapis sampel 2 ... 68
Grafik 3.14 Regresi linier tegangan-regangan kayu lapis sampel 2 ... 68
Grafik 3.16 Regresi linier tegangan-regangan kayu lapis sampel 3 ... 69
Grafik 3.17 Tegangan regangan dari pengujian elastisitas kayu lapis sampel 4 ... 70
Grafik 3.18 Regresi linier tegangan-regangan kayu lapis sampel 4 ... 70
Grafik 3.19 Tegangan regangan dari pengujian elastisitas kayu lapis sampel 5 ... 71
Grafik 3.20 Regresi linier tegangan-regangan kayu lapis sampel 5 ... 71
Grafik 3.21 Hubungan pembebanan Vs lendutan pada balok kayu utuh ... 86
Grafik 3.22 Hubungan pembebanan Vs lendutan pada balok bersusun
dengan kayu lapis (B.5) ... 87
Grafik 3.23 Hubungan pembebanan Vs lendutan pada balok bersusun
dengan kayu lapis (B.10)... 88
Grafik 3.24 Hubungan pembebanan Vs lendutan pada balok bersusun
dengan kayu lapis (B.15)... 89
Grafik 3.25 Hubungan pembebanan Vs lendutan pada balok bersusun
dengan kayu lapis ... 91
Grafik 3.26 Hubungan antara beban Vs lendutan dari teori dan pengujian
ABSTRAK
Kayu dikenal sebagai bahan konstruksi yang telah lama dikenal di Indonesia. Kemudahan mendapatkan kayu menjadikannya sebagai salah satu bahan konstruksi yang penting. Dengan perkembangan dan teknologi kayu (Timber Engineering) dewasa ini manusia cenderung membuat bahan-bahan kayu lebih terarah dengan memanfaatkan bahan kayu menjadi kayu lapis yang sangat berguna di dalam berbagai penggunaan kayu umumnya dan kehidupan manusia khususnya.
Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian physical dan mechanical properties kayu yang terdiri dari: pemeriksaan kadar air, berat jenis, kuat tekan sejajar serat, kuat lentur dan elastisitas serta pengujian lentur balok kayu. Balok kayu tersusun ada dua jenis yaitu balok disusun tanpa penahan geser dan balok disusun dengan penahan geser. Balok susun dengan penahan geser menjadikan balok menjadi satu kesatuan (geseran dapat dicegah), lendutan lebih kecil dan daya dukung lebih besar. Pengujian dilakukan terhadap dua jenis kayu yang berbeda yakni kayu sembarang dan kayu lapis (plywood). Dengan kayu sembarang untuk benda uji balok kayu utuh dan kayu lapis untuk benda uji balok bersusun dengan variasi jumlah paku sebagai shear connector yaitu 5 paku, 10 paku dan 15 paku. Pembebanan dilakukan secara bertahap sampai kondisi runtuh dan pada setiap tahap pembebanan dibaca besarnya lendutan yang terjadi.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. UMUM DAN LATAR BELAKANG
Sejak permulaan sejarah, manusia telah berusaha memilih bahan yang
tepat untuk membangun tempat tinggalnya dan peralatan-peralatan yang
dibutuhkan. Pemilihan atas suatu bahan konstruksi tergantung dari sifat-sifat
teknis, ekonomis dan dari segi keindahan. Salah satu dari bahan tersebut adalah
kayu. Kayu merupakan bahan konstruksi yang dapat diperoleh langsung dari alam.
Bahan konstruksi pada saat ini juga mengalami peningkatan
diantaranya ditemukannya beton ataupun baja yang mampu menahan kekuatan
tarik dan tekan tanpa memerlukan volume yang besar. Akan tetapi hal itu tidak
membuat kayu dilupakan orang karena dari segi manfaatnya bagi kehidupan
manusia kayu dinilai memiliki sifat-sifat utama, diantaranya karena kayu
merupakan sumber kekayaan alam yang tidak akan habis-habisnya apabila
dikelola dan diusahakan dengan cara baik. Disamping itu sifat kayu yang
memiliki sifat elastis, awet dan mempunyai ketahanan terhadap pembebanan yang
tegak lurus dengan serat kayunya dan sifat-sifat yang seperti ini tidak dimiliki oleh
bahan-bahan yang lain yang dibuat oleh manusia. Bentuk struktur kayu bersifat
Anisotropi, dimana sifat-sifatnya elastis tergantung dari arah gaya terhadap arah
serat-serat dan cincin-cincin pertumbuhan. Tetapi untuk keperluan praktis kayu
dapat dianggap bersifat orthotropis, yang artinya mmempunyai tiga bidang simetri
elastis yang tegak lurus satu pada yang lain yaitu longitudinal (aksial), tangensial
dan radial. Dimana sumbu longitudinal (aksial) adalah sejajar serat-serat, sumbu
tangensial adalah garis singgung cincin pertumbuhan dan sumbu radial adalah
tegal lurus pada cincin-cincin pertumbuhan.
Dengan meningkatnya perkembangan teknologi dewasa ini manusia
cenderung membuat bahan-bahan kayu lebih terarah dengan memanfaatkan bahan
kayu menjadi kayu lapis yang sangat berguna di dalam berbagai penggunaan kayu
umumnya dan kehidupan manusia khususnya. Kayu lapis (plywood) adalah bahan
jumlahnya ganjil dipasang dengan arah serat bersilangan saling tegak lurus,
kemudian direkat menjadi satu pada tekanan tinggi dengan perekat khusus sesuai
tujuan penggunaan kayu lapis. Fingir adalah lembaran kayu yang tipis dari 0.24
mm sampai 6.00 mm yang diperoleh dari penyayatan (pengupasan) kayu. Kayu
lapis dengan tiga lapisan disebut tripleks atau three-ply, lapis 5 (5 ply), lapis 7 (7
ply), lapis 9 (9 ply). Lapis 5 dan selebihnya disebut pula multipleks atau multiply.
Dalam pengujian ini digunakan multipleks yang disusun berlapis
sedemikian sehingga membentuk satu balok dengan tinggi rencana 60 mm dan
lebar rencana 40 mm dan panjang rencana 2000 mm. Pengujian dengan kayu lapis
ini dilakukan karena kayu lapis memiliki beberapa keuntungan dibanding papan
kayu biasa. Antara lain tidak mudah melengkung dan kuat.
Balok pada konstruksi kayu adalah gabungan dari elemen tarik dan
elemen tekan. Balok umumnya dipandang sebagai batang yang terutama memikul
beban gravitasi transfersal, termasuk momen ujung dan menempati posisi penting
didalam sistem struktur bangunan. Kegagalan dari konstruksi balok akan berakibat
langsung pada runtuhnya komponen struktur lain yang berhubungan dengan balok
tersebut. Hal ini dapat dipengaruhi penurunan dan pencapaian kekuatan lentur
maksimum yang dapat diperkecil salah satunya adalah dengan menggunakan paku
sebagai penghubung geser.
Dalam analisa perencanaan suatu konstruksi beberapa hal yang perlu
diperhatikan adalah batang memikul tarik, tekan, momen atau kombinasinya. Pada
umumnya balok pada suatu konstruksi hanya mengalami kombinasi momen
dengan tekan. Banyak orang yang telah mengemukakan teori tentang konstruksi
terlentur berdasarkan penyelidikan di laboratorium dimana perubahan bentuk pada
balok-balok yang terlentur telah diukur. Sehingga penulis ingin mengetahui sejauh
mana keakuratan dan efisiennya, dengan didukung oleh adanya alat penguji
konstruksi terlentur di laboratorium beton.
1.2. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.2.1. Mendapatkan Mechanical Properties yakni Kadar Air, Berat Jenis,
Elastisitas Kayu, Tegangan Tekan Ijin sejajar kayu, Kuat Geser dan
1.2.2. Melakukan perhitungan secara analitis balok bersusun yang
menggunakan shear connector, dengan metode energi dan
menggunakan variasi jarak shear connector seperti pada percobaan di
laboratorium
1.2.3. Mengamati dan membandingkan lendutan yang diperoleh dari
perhitungan analitis dengan hasil pengujian di laboratorium
1.2.4. Mengamati dan membandingkan daya dukung balok dari kayu utuh
dan kayu lapis sampai pada kondisi runtuh
1.3. PERUMUSAN MASALAH
Kayu-kayu yang beredar di pasaran sebagian besar berasal dari hutan
alam yang dikelompokkan atas jenis-jenis komersial seperti kamper, bangkirai,
keruing, kayu campuran (borneo). Karena kecepatan antara pemanenan dan
penanaman tidak seimbang, menyebabkan pasokan kayu dari hutan alam kian
menurun baik volume maupun mutunya yang mengakibatkan harga kayu menjadi
relatif mahal. Akan tetapi, balok monolit memiliki keterbatasan dari segi dimensi.
Sangat sulit mendapatkan kayu monolit dengan dimensi yang besar. Berdasarkan
latar belakang masalah yang ada, melalui penelitian ini ingin dikembangkan
analisis kekuatan balok monolit dari kayu lapis. Kayu lapis ini diharapkan dapat
menjadi salah satu solusi dalam menangani masalah keterbatasan dimensi balok
monolit. Akhir dari penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar perbandingan
daya dukung antara balok yang disusun dari kayu lapis dengan balok monolit/dari
Gambar 1.1 Detail pengujian balok kayu
1.4. PEMBATASAN MASALAH
Mengingat luasnya ruang lingkup yang timbul dan keterbatasan alat
uji, maka penulis memcoba membuat pembatasan masalah yang akan dibahas,
yaitu:
1.4.1. Kayu bersifat linier elastis sesuai hukum Hooke
1.4.2. Pembebanan yang dialami oleh balok kayu adalah pembebanan
terpusat
1.4.3. Perletakan yang ditinjau adalah perletakan sendi-sendi
1.4.4. Kayu yang digunakan adalah jenis kayu sembarang dan kayu lapis
tebal 20 mm dengan mutu A
1.4.5. Penampang batang balok kayu yang diuji adalah kayu lapis yang
disusun dengan perencanaan sambungan penggunakan paku
1.4.6. Pengaruh gesekan antara lapisan balok pada balok bersusun diabaikan
1.4.7. Balok kayu yang digunakan adalah balok langsing dimana panjang
batang jauh lebih besar dari lebar dan tinggi balok
1.4.8. Jumlah lapisan balok bersusun adalah 3 (tiga lapis)
1.4.9. Analisa perhitungan berdasarkan syarat-syarat pada PKKI NI-5 2002
dan metode energi Rayleigh-Ray
1.4.10. Jumlah sampel adalah 4 (empat) sampel dengan ukuran penampang
untuk keempat kondisi adalah sama, dimana ukuran penampang
1.4.10.1. Ukuran penampang untuk kondisi pengujian balok bersusun
dari kayu lapis (setebal 20 mm) dan kayu utuh dibuat
dengan dimensi lebar 4 cm dan tinggi 6 cm
1.4.10.2. Panjang batang yang diuji disesuaikan dengan panjang kayu
yang tersedia di pasar yaitu 2000 mm
1.5. METODELOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah dengan
menggunakan beberapa cara pendekatan yaitu:
1.5.1. Pengujian Physical dan Mechanical properties kayu dengan British
Method untuk mendapatkan:
1.5.1.1. Kadar Air kayu yang digunakan
1.5.1.2. Berat Jenis kayu yang digunakan
1.5.1.3. Elastisitas kayu lentur
1.5.1.4. Tegangan tekan izin sejajar serat kayu
1.5.1.5. Tegangan lentur izin
1.5.2. Pengujian lentur balok kayu utuh dan balok kayu bersusun dari kayu
lapis
1.5.3. Pada perhitungan secara analitis metode energi dan pengujian di
laboratorium akan dilakukan dengan 4 macam model dengan ukuran
seperti tertulis di atas, namun dengan perbedaan variasi jumlah dan
jarak shear connector yang direncanakan sebagai berikut:
Tabel 1.1 Variasi shear connector
VARIASI SHEAR CONNECTOR
Nama Sampel B.5 B.10 B.15
Jumlah paku 5 10 15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. UMUM
Kapasitas pikul beban batas pada elemen struktur yang mengalami
pembebanan khususnya balok tergantung pada panjang relatif dan karakteristik
dimensional penampang melintang elemen tersebut yaitu dimensi terkecil dari
penampang melintang, selain itu juga bergantung pada sifat material yang
digunakan.
Suatu balok pada umumnya akan mentransfer beban vertikal sehingga
kemudian akan terjadi lenturan. Misalnya, balok dibebani P seperti yang terjadi
pada Gambar 2.1, maka balok akan melentur dengan jari-jari R yang tidak
konstan.
Bagian atas dari garis netral tertekan dan bagian bawah dari garis
netral tertarik sehingga pada bagian atas garis netral terjadi perpendekan dan
bagian bawah garis netral terjadi perpanjangan (Gambar 2.1). Di situ tampak
bahwa suatu balok merupakan kombinasi antara elemen yang tertekan dengan
elemen yang tertarik.
Hal ini sama perilakunya jika ditinjau konstruksi balok tersusun
berlapis maupun konstruksi balok komposit.
garis netral mula-mula garis netral
Balok bersusun dapat disusun dengan balok kayu yang sama ukuran
dan kekuatannya. Namun dapat juga disusun dengan balok kayu yang berbeda
ukuran maupun kekuatannya. Penyusunan balok dengan mutu ataupun ukuran
berbeda lebih menguntungkan karena penggunaan balok kayu disesuaikan dengan
kebutuhan balok. Balok kayu yang lebih kuat dapat diletakkan di posisi yang
memerlukan kekuatan lebih dan demikian juga sebaliknya, balok kayu yang lebih
lemah dapat diletakkan pada posisi yang tidak memerlukan kekuatan tinggi. Dapat
dikatakan penggunaan kualitas kayu disesuaikan dengan diagram tegangan dan
regangan, jadi lebih rasional dan ekonomis.
Konstruksi balok tersusun berlapis adalah konstruksi kayu yang
menggunakan papan-papan tipis yang diletakkan sejajar satu sama lain, dengan
jenis material yang sama, dan arah serat kayu sejajar satu sama lain sehingga
merupakan balok yang berukuran besar, sedangkan konstruksi balok komposit
merupakan sebuah konstruksi yang bahan-bahan penyusunnya terdiri dari dua
jenis material yang berbeda. Di mana sebelum menyatu, tiap-tiap bahan penyusun
konstruksi balok berlapis maupun konstruksi balok komposit tersebut mampu
memikul beban tertentu.
Dalam penelitian-penelitian yang telah dilakukan, terdapat faktor yang
penting pada aksi perpaduan antara lapisan papan yaitu lekatan antara beberapa
lapisan itu sendiri. Lekatan antara beberapa lapisan papan yang memiliki sifat dan
jenis yang sama tersebut dapat dipertinggi dengan menggunakan alat penghubung
geser. Misalnya, alat penghubung geser dengan sambungan paku yang dipakai
pada papan yang tersusun berlapis sehingga nantinya akan membentuk suatu
balok dengan ukuran yang relatif lebih besar.
Aksi dari papan-papan berlapis akan terjadi, apabila beberapa lapisan
papan yang telah membentuk sebuah struktur ikut memikul beban. Misalnya,
beberapa lapisan papan dengan sifat dan jenis yang sama diletakkan sejajar satu
sama lain dengan menggunakan alat penghubung geser sehingga menjadi satu
kesatuan balok, akan melentur secara menyatu. Hal ini dapat diilustrasikan seperti
pada Gambar 2.2 di bawah ini.
Andaikan dua buah balok maupun dua buah papan dilapiskan begitu
balok/papan 2 (sisi kedua balok/papan yang saling berhubungan betul-betul licin).
Apabila balok/papan tersebut dibebani dengan gaya P yang relatif besar maka
akan terjadi lendutan kira-kira seperti pada Gambar 2.2b, di mana balok-balok itu
seolah-olah akan bekerja sendiri-sendiri dan beban P di atasnya sebagian
didukung oleh balok/papan sebelah atas (1) dan sebagian lainnya didukung oleh
balok/papan sebelah bawah (2).
Akibat tegangan tarik dan tegangan tersebut, di mana balok/papan 1
dan 2 terpisah, akan terjadi perpanjangan dan perpendekan pada kedua balok/papan sehingga terlihat nantinya δh dengan jelas, dan akan terlihat pula
bahwa balok/papan 2 akan menonjol keluar di bawah balokl/papan 1 sebesar δh
(δh = perpanjangan dan perpendekan balok/papan akibat adanya lengkungan ).
Andaikan balok/papan 1 dan 2 adalah satu kesatuan, maka tentu tidak akan
nampak penonjolan δh diantara kedua balok/papan karena telah menyatu
(monolit).
Diagram untuk gaya-gaya aksi dan reaksi untuk kejadian di atas,
tentunya gaya-gaya yang ada hanyalah gaya-gaya yang tegak lurus pada sumbu
balok (Gambar 2.2c). Perlawanan aksi horizontal di antara balok/papan 1 dan 2
akibat adanya lendutan tidak ada. Perlawanan aksi horizontal ini hanya di lawan
oleh tegangan lentur dari masing-masing lapisan balok/papan sehingga adanya lenturan telah menimbulkan δh tadi.
Gambar 2.2 : Perilaku dua balok yang tidak menyatu dibebani P Gambar 2.2.a
Gambar 2.2.b
Selanjutnya untuk keadaan lapisan balok/papan yang tersusun berlapis,
di mana balok/papan 1 (satu) diletakkan di atas balok/papan 2 (dua) tetapi dengan
menggunakan alat sambung penghubung geser seperti pada Gambar 2.3.a di
bawah ini. pada Gambar 2.3.b, akibat beban P akan terjadi lendutan pada
balok/papan 1 (satu) dan 2 (dua) telah disatukan dengan alat sambung
penghubung geser, maka pada Gambar 2.3.b diperlihatkan gaya-gaya interaksi
antara 2 (dua) balok/papan tadi. Tampak bahwa gaya-gaya tersebut merupakan
gaya-gaya vertikal dan horizontal terhadap sumbu balok.
Dengan demikian bahwa penghubung balok/papan 1 dan 2 tadi akan
memikul gaya horizontal H atau gaya-gaya sejajar dengan sumbu balok yang
merupakan gaya-gaya geser. Itulah sebabnya penghubung/pemersatu kedua
lapisan balok/papan tadi disebut dengan penghubung geser.
2.2. TEORI TENTANG KONSTRUKSI TERLENTUR
Setelah diketahui distribusi tegangan dalam daerah elastis pada suatu
irisan balok, maka dapat dibuat pernyataan kuantitatif mengenai hubungan antara
momen lentur dengan tegangan.
Dengan mengambil contoh suatu balok yang mengalami pembebanan
terpusat sebesar P pada suatu perlekatan, maka akan terdapat momen lentur pada
sepanjang batang seperti pada Gambar 2.4 di bawah ini:
Sesuai dengan hipotesa Navier bahwa bidang irisan sebelum
pembebanan akan tetap rata (Gambar 2.4a), tetapi setelah pembebanan (setelah
batang melentur) sesaat di atas garis netral akan memendek, sebaliknya sesaat di
bawah garis netral akan memanjang (Gambar 2.4b).
Dari perbandingan segitiga pada Gambar 2.4b di atas diperoleh :
1
s adalah perubahan panjang spesifik serat pada jarak y dari garis netral.
Sesuai dengan hukum Hooke, bahwa :
σ = E . ε
maka : σx= E . εx = r
y E.
... (2.2)1
Pada konstruksi yang hanya menderita momen lentur murni sumbu
netral terletak pada lapisan yang mengalami tegangan sama dengan nol, dengan
kata lain:
rumus (2.2) menunjukkan bahwa tegangan pada tiap-tiap lapisan berbanding lurus
dengan jarak dari sumbu netral, seperti pada gambar 2.4. Tegangan di atas sumbu
netral bersifat desak dan tegangan di bawah sumbu netral bersifat tarik. Dari
rumus tersebut tidak diketahui letaknya garis netral dan r.
Jika pada suatu lapisan y terdapat tegangan sebesar σy, maka gaya yang
bekerja pada tampang dA pada lapisan tersebut adalah:
dT = σy . dA
atau dT = ...(2.3a)
Dari persamaan (2.3a) dapat dihitung gaya tarik pada bagian tarik sebesar:
...(2.3b)
Dengan cara yang sama didapat pula gaya desak:
...(2.3c)
Hal ini berarti ...(2.3d)2
1
Sumber: “Mekanika Bahan” Sidharta S. Karmawan, 1995: Hal. 48-49
Yang berarti pula sumbu netral didapat bila y = 0 atau berarti bahwa sumbu netral
berimpit dengan sumbu batang. Persamaan (2.3d) disebut momen statik.
Persamaan ini sering digunakan untuk mencari titik berat suatu tampang.
Selanjutnya gaya pada persamaan (2.3a) mengakibatkan momen
terhadap sumbu netral sebesar:
...(2.4a)
Dengan demikian dapat dihitung jumlah momen di seluruh tampang adalah:
...(2.4b)
Berdasarkan keseimbangan maka momen pada persamaan (2.4b) ini
melawan momen lentur . Selanjutnya bila persamaan (2.2) dan (2.4b) disatukan
diperoleh:
atau ...(2.5)
Maka tegangan yang terbesar pada jarak y ialah yang terjauh dari garis
netral, yaitu serat terluar sejauh 1/2 h dari garis netral, jadi persamaan diatas
menjadi :
1 momen tahanan terhadap garis netral, sehingga :
σmax =
2.3. METODE PENYELESAIAN UNTUK APLIKASI PRINSIP
ENERGI
2.3.1. Kalkulus Variasi
Kalkulus variasi adalah generalisasi dari permasalahan maksimum dan
minimum pada kalkulus biasa. Hal ini diperlukan untuk menentukan sebuah
fungsi y = y(x) yang mengekstrimkan (nilai maksimum/ nilai minimum) sebuah
integral yang terdefenisi.
3
Dimana integral tersebut terdiri atas y dan turunannya. Pada mekanika struktur hal
ini untuk menemukan perubahan bentuk suatu sistem yang akan menyebabkan
energi potensial total sistem tersebut memiliki nilai yang tetap. Perubahan bentuk
yang memenuhi kriteria ini berhubungan dengan bentuk kesetimbangan dari
sistem tersebut.
Walaupun kalkulus variasi memiliki kesamaan dengan permasalahan
maksimum dan minimum pada kalkulus biasa, kedua metode tersebut berbeda
pada satu aspek yang penting. Pada kalkulus biasa kita bisa menemukan nilai pasti
dari suatu variabel pada tempat dimana fungsi yang diberikan mencapai titik
ekstrimnya. Namun pada kalkulus variasi kita tidak dapat menemukan fungsi yang
dapat memberikan nilai ekstrim pada integral, kita hanya bisa menemukan
persamaan differensial yang harus dipenuhi oleh fungsi tersebut. Kalkulus variasi
hanyalah alat untuk menemukan persamaan yang menentukan dari suatu
permasalahan.
2.3.2. Metode Rayleigh-Ritz
Aplikasi yang paling ideal dari teori stasioner pada suatu sistem
menerus memerlukan penggunaan kalkulus variasi. Pendekatan ini pada
permasalahan untuk menemukan bentuk kesetimbangan dari suatu struktur
memiliki dua kelemahan. Kelemahan pertama adalah kalkulus variasi yang harus
3
digunakan sangat kompleks. Kelemahan kedua adalah metode ini hanya
menemukan persamaan differensial bukan jawabannya. Untuknya ada suatu
metode dimana prinsip energi potensial stasioner dapat diterapkan dengan
mendekati, dikenal dengan metode Rayleigh-Ritz. Pada metode ini kita
mengasumsikan fungsi lendutan yang tepat dari suatu sistem dan kemudian
mengurangi derajat kebebasan yang sangat banyak menjadi derajat kebebasan
yang terhingga. Prinsip energi potensial stasioner kemudian akan langsung
menuju bentuk kesetimbangannya, dan hanya kalkulus differensial biasa yang
akan digunakan untuk memecahkan masalah.
2.3.3. Metode Galerkin
Metode Galerkin juga menggunakan analisa stabilitas dengan solusi
pendekatan seperti pada metode Rayleigh-Ritz. Namun perbedaannya dengan
metode Rayleigh-Ritz, bila metode Rayleigh-Ritz menyelesaikan dengan melihat
energi dari sistem tersebut, metode Galerkin langsung menyelesaikan persamaan
differensial dari sistem tersebut.
2.4. ANALISA BALOK KAYU BERSUSUN DENGAN METODE
ENERGI
Pada penelitian ini jumlah lapisan material kayu bersusun yang
digabung dibatasi hanya untuk tiga material saja. Ketiga material kayu lapis
tersebut akan digabungkan menjadi satu kesatuan balok bersusun dengan
menggunakan alat penyambung geser (shear connector) berupa paku. Untuk
mengetahui pengaruh jumlah dan jarak paku pada balok, maka akan dilakukan
penurunan rumus untuk mencari pengaruh tersebut pada energi regangan total
balok. Jumlah dan jarak paku akan divariasikan menjadi 3 (tiga) variasi untuk
melihat perbedaan-perbedaan yang ada antara masing-masing variasi. Berikut ini
akan diberikan proses penurunan rumus untuk mendapatkan energi regangan
akibat lentur dan aksial balok, energi regangan akibat alat penyambung, serta
energi potensial akibat gaya luar. Aplikasi dari hasil-hasil tersebut akan dibahas
pada bab selanjutnya dengan memasukkan nilai Mechanical properties material
2.4.1. Energi Regangan Akibat Lentur dan Aksial
Penurunan untuk energi regangan diawali dengan asumsi bahwa
regangan normal kearah sumbu datar setiap lapisan dapat menahan gaya-gaya luar
yang bekerja. Untuk mendapatkan pengaruh dari regangan normal arah sumbu
datar dari perpindahan arah sumbu datar dan juga sumbu tegak, dapat digunakan
persamaan Lagrangian untuk regangan dan perpindahan, yaitu:
... (2.1)4
Gambar 2.6 Perpindahan geometrik dari balok
Perpindahan dan dapat dihitung dengan:
Dimana adalah perpindahan arah sumbu datar dari elemen struktur dan
adalah perpindahan arah sumbu tegak lurus dari elemen struktur. Untuk elemen
struktur yang langsing, regangan ini dapat dihitung dengan melihat bentuk
terdeformasi antara posisi awal dan posisi akhir setiap lapisan dalam elemen
struktur tersebut. Pada gambar 2.6 berikut dapat dilihat perpindahan dari suatu
titik umum yang dinamakan i.
4
...(2.2)
... (2.3)
... (2.4)
u adalah perpindahan axial pada pertengahan tinggi suatu lapisan, w adalah
perpindahan arah sumbu tegak pada pertengahan tinggi suatu lapisan dan z adalah
setengah tinggi dari suatu lapisan. Subsitusikan persamaan (2.2), (2.3), dan (2.4)
ke dalam persamaan (2.1), maka akan didapat:
...(2.5)5
Asumsi bahwa besaran perpindahan pada arah tegak lurus sumbu dapat
mendekati ketinggian elemen, dan asumsi bahwa material-material berperilaku
elastis akan menempatkan batasan dari besarnya rotasi ujung yang akan tercapai
untuk setiap elemen untuk setiap kombinasi yang berguna dari ukuran dan bentang
material. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya untuk
lantai, dinding dan atap (Kamiya 1987, 1988, Wheat 1986, dan wolf 1989, 1991)
menunjukkan bahwa suatu sistem struktur akan mencapai batas ultimit sebelum
rotasi ujung sebesar 10° tercapai. Pengamatan ini memungkinkan kita untuk
menyederhanakan persamaan (2.5) , yang berlaku untuk rotasi setiap besaran. Suatu
studi parameter terhadap persamaan (2.5) telah dilakukan dengan memeriksa setiap
hubungan yang dianggap penting. Hasil dari studi tersebut menyatakan bahwa Persamaan ini menyatakan dengan lengkap hubungan antara regangan-perpindahan
dan kebebasan dari besaran regangan dan perpindahan. Besaran terpenting
diturunkan pada sumbu x.
5
hubungan regangan-perpindahan berikut ini cukup akurat untuk rotasi ujung elemen
yang menjadi bagian dari struktur.
...(2.6)6
2.4.2. Energi Regangan Akibat Slip Antar Bidang
Dimana regangan internal arah sumbu tegak terdefenisikan secara lengkap dalam
bentuk perpindahan. Dengan hanya mempertimbangkan regangan arah sumbu
tegak pada setiap lapisan struktur, persamaan energi regangan untuk balok kayu
yang mengalami perubahan bentuk dapat dinyatakan sebagai berikut:
...(2.7)
Dimana bentuk penjumlahan diatas adalah untuk 3 lapisan struktur dimana E
untuk setiap lapisan adalah sama. Subsitusikan persamaan (2.6) ke persamaan
(2.7), kemudian disederhanakan bentuk integral kepada bentuk panjang bentang,
dan kemudian dengan memasukkan parameter-parameter struktur untuk bentuk
struktur persegi, maka bentuk persamaan diatas menjadi:
...(2.8)
Persamaan diatas adalah energi regangan lentur dan aksial total untuk balok
bersusun dengan tiga lapisan struktur.
Slip antara dua lapisan struktur pada titik sembarang sepanjang balok
bersusun disebabkan oleh perubahan bentuk dari penghubung geser itu sendiri dan
juga perubahan bentuk dari balok kayu yang diakibatkan tegangan kontak antara
lapisan kayu dengan penghubung geser. Walaupun slip memiliki dua komponen
yaitu perubahan bentuk kayu dan penghubung geser, slip akan dijabarkan secara
analitis. Pada penghubung geser berupa paku, slip dijabarkan analitis sebagai gaya
yang disalurkan dengan gaya geser yang dinyatakan sebagai suatu fungsi dari
6
perubahan bentuk titik secara keseluruhan. Slip pada bidang pertemuan antara
kedua lapisan yang diukur pada bidang slip setelah pembebanan dapat dinyatakan
dengan:
...(2.9)7
Gambar 2.7 Hubungan slip dengan perpindahan
Dengan menyatakan Δ sebagai slip pada arah tidak berubah bentuk seperti yang tergambar pada gambar 2.7 diatas, dan dengan membatasi rotasi
sudut sebesar 10° maka:
...(2.10) Dimana adalah perubahan bentuk aksial dari lapisan struktur i sejajar posisi
tidak berubah bentuk, dan adalah ketebalan struktur lapisan i.
Penghubung geser diasumsikan berjarak cukup rappat sepanjang
bentang balok dan dapat digantikan dengan penghubung geser yang menerus. Bila
jumlah penghubung geser dalam satu baris adalah n, dan jarak antar penghubung
7
geser pada baris tersebut adalah s, maka gaya geser per unit panjang disetiap titik
dapat ditulis dengan:
...(2.11)8
2.4.3. Energi Potensial Akibat Gaya Luar
Dimana F adalah kekuatan penghubung geser. Maka total usaha yang dilakukan
oleh penghubung geser sepanjang bentang balok dapat dituliskan dengan
persamaan berikut:
...(2.12)
Dimana Δ adalah slip sesuai dengan persamaan (2.10)
Komponen ini sama dengan nilai negatif dari usaha yang dilakukan
oleh gaya-gaya luar ketika balok mengalami perubahan bentuk. Gaya-gaya luar
yang bekerja pada balok adalah sebuah gaya terpusat P di tengah bentang. Total
panjang bentang yang direncanakan 200 cm. Perpindahan arah sumbu tegak
dibawah beban P dinyatakan dalam w. Dalam penyelesaian persamaan secara
matematis, jarak beban dinyatakan terhadap L.
Dengan demikian, energi akibat gaya luar yang bekerja pada balok,
yaitu akibat gaya lentur dan gaya lintang dapat dinyatakan:
...(2.13)
2.4.4. Total Energi pada balok Bersusun
Persamaan untuk total energi yang terjadi pada suatu balok bersusun
dengan dua lapisan struktur dapat diperoleh dengan menjumlahkan persamaan
(2.8),(2.12) dan (2.13), atau dapat ditulis:
8
... (2.14)
Persamaan (2.14) bila dijabarkan terhadap masing-masing struktur akan menjadi:
...(2.15)9
2.4.5. Penyelesaian Persamaan Energi
Persamaan (2.15) di atas akan diselesaikan dengan metode
Rayleigh-Titz, yaitu metode yang menggunakan pendekatan fungsi matematis untuk
mengasumsikan fungsi lendutan. Untuk balok diatas dua perletakan, fungsi untuk
perpindahan arah sumbu tegak/lendutan (w), dan perpindahan arah sumbu datar
(u) dapat diasumsikan sebagai berikut:
Turunan dan kuadrat turunan dari fungsi-fungsi perpindahan/ lendutan diatas
adalah sebagai berikut:
9
10
10
Sumber: “Analisa dan kajian eksperimental balok komposit tersusun kayu kelapa dengan menggunakan baut sebagai shear connector”M. Agung Handana,2010;Hal:57-
Hasil perkalian sesuai komponen-komponen penyusun persamaan
(2.15) adalah sebagai berikut:
Untuk mendapatkan nilai dari persamaan (2.15), integral-integral dari
persamaan tersebut diselesaikan sebagai berikut:
=
=
11
11
Sumber: “Analisa dan kajian eksperimental balok komposit tersusun kayu kelapa dengan menggunakan baut sebagai shear connector”M. Agung Handana,2010;Hal:57-58
9 2 2 20 23
9 2 2 20 23
9 2 2 20 23
2 4 40 2 +18 4 40 3 +81 2 4 40 23
12
12
Sumber: “Analisa dan kajian eksperimental balok komposit tersusun kayu kelapa dengan menggunakan baut sebagai shear connector”M. Agung Handana,2010;Hal:59-60
Dengan memasukkan nilai-nilai hasil integrasi yang telah dicari pada persamaan
diatas, maka persamaan (2.15) menjadi:
2.4.6. Aplikasi dari Penyelesaian Persamaan Energi
Syarat dari suatu sistem persamaan mengalami keadaan setimbang adalah bila
turunan pertama dari persamaan tersebut hilang. Pada persamaan (2.16) U adalah
fungsi dari lima variabel, yaitu a,b,c,d dan e. Agar persamaan (2.16) mempunyai
nilai stasioner maka turunan parsial persamaan (2.16) terhadap nilai a,b,c,d dan e
nilainya harus sama dengan nol, maka:
13
Dengan memasukkan nilai l (panjang bentang), , E (elastisitas),
A(luas penampang), I (inersia), F(gaya geser langsung), s(jarak antar paku) dan P
(beban yang bekerja) maka persamaan-persamaan diatas dapat diselesaikan. Nilai
- -
13
E,A,I dan F tersebut didapat dari hasil percobaan dan pengujian sampel di
laboratorium.
2.5. SIFAT KAYU
Perkembangan dalam pengerjaan kayu serta pengolahannya berjalan
dengan pesat. Lebih-lebih karena bumi Indonesia mengandung kekayaan yang
luar biasa akan aneka jenis kayu. Karena itu pemerintah mencurahkan
perhatiannya pada bidang itu, maupun pada penyiapan tenaga untuk industri kayu.
Bila dibandingkan dengan bahan struktur bangunan yang lain kayu memiliki
beberapa keunggulan diantaranya:
• Kayu memiliki berat jenis yang ringan sehingga berat sendiri struktur menjadi ringan
• Mudah dalam pelaksanaan pekerjaan dengan peralatan yang sederhana
• Struktur bangunan dari kayu memiliki nilai estetika yang cukup tinggi
• Kayu dapat dibudidayakan
Sebagai bahan dari alam, kayu dapat terurai secara sempurna sehingga
tidak ada istilah limbah pada konstruksi kayu
2.5.1. Sifat Kayu Secara Umum
Kayu berasal dari berbagai jenis pohon yang memiliki sifat yang
berbeda-beda. Bahkan kayu berasal dari satu pohon memiliki sifat agak yang
berbeda-beda pula jika dibandingkan bagian ujung dan pangkalnya. Dalam
hubungan itu ada baiknya jika sifat-sifat kayu tersebut diketahui terlebih dahulu
sebelum kayu itu dipergunakan. Sifat dimaksud antara lain yang bersangkutan
dengan sifat-sifat anatomi kayu. Adapun beberapa sifat kayu itu secara umum
sebagai berikut:
• Semua batang pohon mempunyai pengaturan vertikal dan sifat simetri radial
• Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan susunan dinding selnya terdiri dari senyawa-senyawa kimia berupa
selulosa dan helmiselulosa (unsur karbohidrat) serta berupa lignin
• Semua kayu bersifat anisotropic, yaitu memperlihatkan sifat-sifat yang berlainan jika diuji menurut tiga arah utamanya (longitudinal,
tangensial dan radial). Hal ini disebabkan oleh struktur dan oriensi
selulosanya dalam dinding sel, bentuk memanjang sel-sel kayu dan
pengaturan sel terhadap sumbu vertical dan horizontalnya pada batang
pohon.
• Kayu merupakan suatu bahan yang bersifat hidgroskopik, yaitu dapat kehilangan atau bertambah kelembabannya akibat perubahan
kelembaban dan suhu udara sekitarnya
• Kayu dapat diserang mahluk hidup perusak kayu, dapat juga terbakar terutama jika kondisi kering
2.5.2. Berat Jenis
Kayu memiliki berat jenis berbeda-beda, berkisar antara minimum
antara 0,20 (ky.balsa) hingga 1,28 (Ky.nani). Berat jenis merupakan petunjuk
penting bagi aneka sifat kayu. Makin berat kayu itu, umumnya makin kuat pula
kayunya. Mengingat kayu terbentuk dari sel-sel yang memiliki bermacam-macam
tipe, memungkinkan terjadinya suatu penyimpanan tertentu. Pada perhitungan
berat jenis kayu semestinya berpangkal pada keadaan kering udara, yaitu
sekering-keringnya tanpa pengering udara.
Berat jenis didefinisikan sebagai angka berat dari satuan volume suatu
material. Berat jenis diperoleh dengan membagikan berat kepada volume benda
tersebut. Berat diperoleh dengan cara menimbang suatu benda pada suatu
timbangan dengan tingkat keakuratan yang diperlukan. Untuk lebih praktisnya,
digunakan timbangan dengan ketelitian 20% yaitu sebesar 20 gr/kg. Sedangkan
untuk menentukan volume dilakukan dengan mengukur panjang, lebar dan
tingginya dan mengalikan ketiganya
Berat jenis juga didefinisikan berat relatif benda tersebut terhadap
berat jenis standart, dalam hal ini berat jenis air (gr/cm³). Air dipakai sebagai
bahan standard karena berat untuk 1 cm³ adalah 1 gr.
2.5.3. Kadar Air (Kadar Lengas)
Perbedaan kekuatan kayu yang masih basah dari kekuatan yang telah
Tabel 2.1 Perbandingan persentase kekuatan kayu basah terhadap kayu kering udara menurut
Gardner dan Newlin/Wilson (PKKI NI-5)
Jenis Parameter Kekuatan Gardner Newlin/Wilson
Kuat Lentur 74% 54%
Kuat Lentur Absolut 89% 70.5%
Modulus Elastisitas 87.5% 83%
Kuat Hancur - 62%
Kuat Hancur Absolut 77% 76.5%
(Sumber: PKKI NI-V hal:65)
Kayu sebagai bahan bangunan dapat mengikat air dan juga melepaskan
air yang dikandungnya. Keadaan seperti ini tergantung pada kelembaban suhu
udara disekelilingnya, dimana kayu berada.
Kayu mempunyai sifat peka terhadap kelembaban karena pengaruh
kadar airnya menyebabkan pengembang dan menyusutnya kayu serta
mempengaruhi pula sifat-sifat fisik dan mekanisnya. Kadar air sangat besar
pengaruhnya terhadap kekuatan kayu, terutama daya pikulnya terhadap tegangan
desak sejajar serat dan juga tegak lurus arah serat kayu.
Sel-sel kayu mengandung air yang sebagian merupakan bebas yang
mengisi dinding sel. Apabila kayu mengering, air bebas keluar dahulu dan saat air
bebas tersebut habis keadaan tersebut dinamakan titik jenuh serat (Fiber
Saturation Point). Kadar air pada saat itu kira-kira 25% - 30%. Apabila kayu
mengering dibawah titik jenuh serat, dinding sel menjadi semakin padat sehingga
mengakibatkan serat-seratnya menjadi kokoh dan kuat. Maka dapat diambil
kesimpulan bahwa turunnya kadar air mengakibatkan bertambahnya kekuatan
kayu. Pada umumnya kayu-kayu di Indonesia yang kering udara mempunyai
kadar air (kadar lengas) antara 12% - 18%, atau rata-rata 15%.
1. Kadar Air Kayu
Kayu bersifat higrokopis, artinya kayu memiliki daya tarik terhadap
air, baik dalam bentuk uap ataupun cairan. Kemampuan kayu untuk
disekelilingnya. Sehingga banyaknya air dalam kayu berubah-ubah
menurut keadaan udara/atmosfer sekelilingnya.
2. Air di dalam kayu
Keadaan air yang terdapat di dalam kayu terdiri atas 2 macam yaitu:
a. Air bebas, yaitu air yang terdapat dalam rongga-rongga sel, paling
mudah dan terdahulu keluar. Air bebas umumnya tidak
mempengaruhi sifat dan bentuk kayu kecuali berat kayu
b. Air terikat, yaitu air yang berada dalam dinding-dinding sel kayu,
sangat sulit dilepaskan. Zat cair pada dinding-dinding inilah yang
berpengaruh kepada sifat-sifat kayu (penyusutan)
3. Penyusutan kayu
Penambahan air atau zat cair pada suatu zat dinding sel akan
menyebabkan jaringan mikrofibril mengembang, keadaan ini
berlangsung sampai titik jenuh serat tercapai. Dalam proses ini
dikatakan bahwa kayu mengembang atau memuai. Penambahan air
seterusnya pada kayu tidak akan mempengaruhi volume dinding sel,
sebab air yang ditambahkan di atas titik jenuh serat akan ditampung
dalam rongga sel. Pengurangan air selanjutnya dibawah titik jenuh
serat akan menyebabkan dinding sel kayu itu menyusut atau mengerut.
Dalam hal ini dikatakan menyusut atau mengerut. Perubahan dimensi
dinyatakan dalam persen dari dimensi maksimum kayu itu. Dimensi
maksimum adalah dimensi sebelum ada penyusutan. Maka
pengembangan dan penyusutan umumnya dinyatakan dalam persen
dari volume atau ukuran kayu dalam keadaan basah atau diatas titik
jenuh serat.
2.5.4. Kekuatan Kayu
Sifat mekanik kayu adalah kemampuan kayu untuk menahan muatan
(beban) luar. Yang dimaksud dengan muatan luar adalah gaya-gaya di luar kayu
yang mempunyai kecenderungan untuk mengubah bentuk atau besarnya benda.
Gaya ini disebut tegangan, yang dinyatakan dalam pound/ft². Di beberapa negara
Perubahan ukuran atau bentuk ini dikenal dengan deformasi. Jika
beban yang bekerja pada material tersebut kecil maka deformasi yang terjadi pada
material juga kecil begitupun sebaliknya. Jika beban kemudian dihilangkan, maka
material akan kembali ke bentuk semula setelah gaya yang diberikan kepadanya
dihilangkan disebut dengan elastisitas material. Dapat atau tidak suatu material
kembali ke bentuk semula tergantung pada besarnya elastisitas material tersebut.
Deformasi sebanding dengan besarnya beban yang bekerja sampai
pada satu titik. Titik ini adalah limit proporsional. Setelah melewati batas ini
besarnya deformasi akan bertambah lebih cepat dari besarnya beban yang
diberikan. Hubungan antara beban dan deformasi ditunjukkan pada Gambar 2.6
berikut. Jika beban yang diberikan melebihi daya kohesi antar jaringan-jaringan
kayu maka akan terjadi keruntuhan.
Gambar 2.8 Hubungan antara beban tekan dan deformasi untuk tarikan dan tekanan
Kayu memiliki beberapa jenis kekuatan dan kekuatan kayu dalam satu
hal bisa lemah dalam hal lain. Sifat kekuatan yang berbeda misalnya, juga
berpengaruh dalam mempertahankan daya tahan terhadap gaya yang bekerja yang
cenderung meretakkan kayu, terhadap gaya tarik yang cenderung memperpanjang
ataupun gaya geser yang cenderung mengakibatkan suatu bagian bergeser ke
bagian lain. Dalam praktiknya, kayu sering disubyekkan terhadap kombinasi
gaya-gaya dan tegangan yang bekerja sekaligus. Namun sering satu bagian beban
yang dominan bekerja dari bagian lainnya. Kemampuan untuk melentur bebas dan
kembali ke bentuk semula tergantung elastisitas. Dan kemampuan untuk menahan
Modulus Elastisitas adalah ukuran hubungan antara tegangan dan
regangan dalam limit proporsional yang memberikan angka umum untuk
menyatakan kekuatan atau elastis suatu bahan. Semakin besar modulus elastisitas
suatu kayu maka kayu tersebut akan semakin kaku. Untuk setiap jenis tegangan
nilai modulus elastisitas akan berbeda.
Istilah getas digunakan untuk mendeskripsikan deformasi yang terjadi
sebelum patah. Dapat diperhatikan bahwa sifat getas ini bukan menyatakan
kelemahan. Sebagai contoh, besi tuang dan kapas adalah bahan yang getas,
walaupun besarnya beban yang dibutuhkan untuk mengakibatkannya hancur
sangat berbeda.
Dalam mencari karakteristik kekuatan kayu ada dua cara yang dapat
dilakukan. Pertama, dengan pengujian langsung dilapangan. Kedua, dengan
eksperimen di laboratorium. Dengan melakukan pengujian langsung dilapangan
biaya yang dibutuhkan sangat besar. Oleh karena itu pengujian dengan
eksperimen di laboratorium merupakan alternatif pemilihan. Pada eksperimen di
laboratorium ada dua jenis pengujian yang dilakukan. Pengujian dengan
menggunakan sampel kecil dan pengujian kayu sebagai struktural. Pengujian
dengan menggunakan sampel penting untuk tujuan komparatif, yang memberikan
indikasi sifat-sifat kekuatan kayu yang berbeda untuk setiap jenis kayu. Karena
pengujian dirancang untuk menghindari pengaruh kerusakan lain. Hasilnya tidak
menunjukkan beban aktual yang mampu diterima dan faktor harus digunakan
tegangan yang aman. Pengujian kayu dengan bentuk struktural lebih mendekati
kondisi penggunaan yang sebenarnya. Secara khusus dianggap penting karena
dapat mengamati kerusakan seperti pecah-pecah. Kelemahan pada pengujian ini
adalah memerlukan biaya yang besar dan pengerjaannya sulit karena
membutuhkan kayu dalam jumlah yang besar dan butuh waktu yang lama. Selain
itu, pemilihan bahan dalam ukuran besar dengan kualitas seragam menjadi sangat
penting dibandingkan dengan pemilihan sampel dalam ukuran kecil.
Pengujian dengan menggunakan sampel kecil telah memiliki standar
pengujian. Karena sifat kekuatan kayu sangat dipengaruhi oleh kandungan air,
pengujian dapat dilakukan dalam kondisi terpisah. Pengujian ini dilakukan dengan
dilakukan pada bahan kering udara dengan kadar air yang diketahui dengan
angka-angka kekuatan tersebut dikoreksi terhadap kandungan air standar.
Ketelitian dibutuhkan untuk mengeliminasi faktor-faktor yang dapat membuat
variasi sifat kekuatan.
Pengujian dengan sampel kecil dari banyak jenis kayu yang
berbeda-beda kini telah dilakukan dan banyak batasan data yang diperoleh, angka-angka
yang diterbitkan untuk kayu yang berbeda-beda dapat dibandingkan dengan
metode pengujian yang telah distandartkan. Angka-angka ini sering dipakai dalam
memperhitungkan tegangan kerja karena faktor koreksi telah diperhitungkan.
Nilai tegangan diperoleh dari besarnya beban per luas penampang yang
dibebani, dinyatakan dalan N/mm², atau:
Dan regangan didefinisikan sebagai deformasi per ukuran semula
yaitu:
Ada beberapa jenis tegangan yang dapat dialami oleh suatu material,
yaitu tegangan tekan (Compression Strength), tegangan tarik (Tensile Strength),
tegangan lentur (Bending Strength). Pada tegangan tekan, material mengalami
tekanan pada luasan tertentu yang menyebabkan timbulnya tegangan pada
material dalam menahan tekanan tersebut sampai batas keruntuhan diambil
sebagai nilai tegangan tekan. Demikian pula dengan tarikan. Tegangan tarik
timbul akibat adanya gaya dalam pada material yang berusaha menahan beban
tarikan yang terjadi. Kemampuan maksimum material menahan tarikan adalah
sebagai tegangan tarik.
Kekuatan kayu berhubungan dengan kepadatan dan berat jenis kayu itu
sendiri. Secara teoritis, semakin ringan kayu maka semakin kurang kekuatannya
demikian pula sebaliknya.
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa kayu-kayu yang berat sekali
juga kuat sekali. Kekuatan, kekerasan dan sifat teknik lainnya adalah berbanding
lurus dengan berat jenisnya. Tentunya hal ini tidak selalu sesuai, karena susunan
dari kayu tidak selalu sama.
Dalam hal ini dibedakan beberapa macam kekuatan sebagai berikut:
Kekuatan tarik jenis kayu adalah kekuatan kayu untuk menahan
gaya-gaya yang berusaha menarik kayu. Kekuatan kayu terbesar adalah
sejajar arah serat. Kekuatan tarik tegak lurus arah serat lebih kecil
daripada kekuatan tarik sejajar arah serat dan kekuatan ini mempunyai
hubungan dengan ketahanan kayu terhadap pembelahan. Tegangan
tarik yang diizinkan dimana tidak timbul suatu perubahan atau bahaya
pada kayu.
Gambar 2.9 Batang kayu menerima gaya tarik sejajar serat
b. Kekuatan tekan (kompresi)
Kekuatan kayu memikul gaya tekan dibedakan menjadi 2 macam:
1) Kekuatan kayu tekan tegak lurus arah serat. Kekuatan kayu ini
menentukan ketahanan kayu terhadap beban. Gaya tekan yang bekerja
tegak lurus serat akan menimbulkan retak pada kayu.
2) Kekuatan kayu tekan sejajar arah serat. Gaya tekan yang bekerja
sejajar serat akan menimbulkan bahaya tekuk pada kayu tersebut.
Tekanan tekan yang terbesar dimana tidak menimbulkan adanya bahaya
disebut tegangan tekan yang diizinkan, dengan notasi (kg/cm²).
Gambar 2.11Batang kayu menerima gaya tekan tegak lurus serat
c. Kekuatan geser
Yang dimaksud dengan kekuatan geser adalah kekuatan atau daya
tahan kayu terhadap dua gaya tekan yang bekerja padanya,
kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang membuat suatu
bagian kayu tersebut bergeser atau bergelincir dari bagian lain
didekatnya. Tegangan geser terbesar yang tidak akan menimbulkan
bahaya pada pergeseran serta kayu disebut tegangan geser yang diizinkan, dengan notasi τ // (kg/cm²). Dalam hubungan ini dibedakan 3 macam kekuatan geser yaitu:
1) Kekuatan geser sejajar arah serat
2) Kekuatan geser tegak lurus arah serat
3) Kekuatan geser miring
Gambar 2.12Batang kayu yang menerima gaya geser tegak lurus arah serat τ // (kg/cm²)
d. Keteguhan belah
Sifat ini digunakan untuk menyatakan kekuatan kayu menahan
tegangan yang terjadi karena adanya gaya berperan sebagai baji.
Keteguhan belah rendah pada kayu sangat baik dalam membuat sirap
dan kayu bakar, contohnya kayu ulin sedangkan keteguhan belah tinggi
biasanya digunakan untuk membuat ukiran ataupun popor senjata.
Perlu diketahui bahwa kebanyakan kayu lebih mudah terbelah
sepanjang jari-jari (arah radial) daripada dalam arah sejajar lingkaran
tahun (tangensial).
e. Kekakuan
Kekakuan kayu yang baik yang dipergunakan sebagai blandar ataupun
tiang adalah suatu ukuran kekuatan untuk mampu menahan perubahan
bentuk atau lengkungan. Kekakuan tersebut dinyatakan dengan istilah
modulus elastis yang berasal dari pengujian-pengujian keteguhan
lengkung statik.
Untuk benda yang bertumpu pada dua perletakan sendi rol yang
dibebani beban terpusat pada tengah bentang, penurunan yang terjadi
pada jarak x dari tumpuan untuk kondisi elastis adalah menurut
persamaan.
Gambar 2.13 Lendutan pada beban P terpusat
14
Penurunan maksimum terjadi pada tengah bentang (x= ½ L) yang
besarnya:
14
f. Kekuatan lentur
Ialah kekuatan untuk menahan gaya-gaya yang berusaha
melengkungkan kayu atau untuk menahan beban-beban mati maupun
hidup selain beban pukulan yang harus dipikul oleh kayu tersebut.
Dalam hal ini dibedakan keteguhan lengkung statik dan keteguhan
lengkung pukul. Keteguhan lengkung statik menunjukkan kekuatan
kayu dalam menahan gaya yang mengenainya perlahan-lahan,
sedangkan keteguhan pukul adalah kekuatan kayu menahan gaya yang
mengenainya secara mendadak seperti pukulan. Balok kayu yang
terletak pada dua tumpuan atau lebih, bila menerima beban berlebihan
akan melengkung/melentur. Pada bagian sisi atas balok akan terjadi
tegangan tekan dan pada sisi bawah akan terjadi tegangan tarik yang
besar. Akibat tegangan tarik yang melampaui batas kemampuan kayu
maka akan terjadi regangan yang cukup berbahaya.
Gambar 2.14Bahaya kayu yang menerima beban lengkung
15
Tegangan lentur yang terjadi, yaitu hasil pembagian momen
maksimum yang terjadi terhadap statis momen tampang material,
dalam hal ini tampang persegi empat yaitu 1/6 bh².
1515
2.6. TATA CARA PERENCANAAN KONSTRUKSI KAYU
INDONESIA BERDASARKAN REVISI PKKI NI-5
2.6.1. Persyaratan
Dalam perencanaan struktur kayu harus dipenuhi syarat antara lain:
a. Analisis struktur harus dilakukan dengan cara mekanika teknik yang
baku
b. Analisis dengan komputer, harus menunjukkan prinsip cara kerja dari
program dan harus ditunjukkan dengan jelas data masukan serta
penjelasan data keluaran
c. Percobaan model diperbolehkan bila diperlukan untuk menunjang
analisis teoritis
d. Analisis struktur harus dilakukan dengan model-model matematis yang
menstimulasi keadaan struktur yang sesungguhnya dilihat dari segi
sifat bahan dan kekakuan unsur-unsurnya.
e. Bila cara perhitungan menyimpang dari tata cara ini, maka harus
mengikuti persyaratan sebagai berikut:
a) Struktur yang dihasilkan dapat dibuktikan dengan perhitungan dan atau
percobaan yang cukup aman
b) Tanggung jawab atas penyimpangan, dipikul oleh perencana dan
pelaksana yang bersangkutan
c) Perhitungan dan atau percobaan tersebut diajukan kepada panitia yang
ditunjukkan oleh Pengawas Lapangan yang terdiri dari ahli-ahli yang
diberi wewenang menentukan segala keterangan dan cara-cara
tersebut. Bila perlu, panitia dapat meminta diadakan percobaan ulang,
lanjutan atau tambahan. Laporan panitia yang berisi syarat-syarat dan
ketentuan-ketentuan penggunaan cara tersebut mempunyai kekuatan
yang sama dengan tata cara ini.
2.6.2. Kuat Acuan
Untuk mendapatkan kuat acuan dari kayu yang akan dipakai, dapat
dipergunakan 2 cara, yaitu kuat acuan berdasarkan atas pemilahan secara mekanis