• Tidak ada hasil yang ditemukan

MOTIVASI BELAJAR 2.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MOTIVASI BELAJAR 2.docx"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran. Salah satu faktor dari dalam diri yang menentukan berhasil tidaknya dalam proses belajar mengajar adalah motivasi belajar. Dalam kegaitan belajar, motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kealngsungan dari kegiatan belajar. Motivasi belajar adalah faktor psikis yang bersifat non intelektual. Seseorang yang mempunyai intelegensi yang cukup tinggi, bisa gagal karena kurang adanya motivasi dalam belajarnya.

Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar baik guru maupun siswa. Bagi guru mengetahui motivasi belajar dari siswa sangat diperlukan guna memelihara dan meningkatkan semangat belajar sehingga siswa dapat terdorong untuk melakukan prbuatan belajar. Siswa melakukan aktivitas belajar dengan senang karena didorong motivasi. Sedangkan faktor dari luar diri siswa yang dapat mempengarui belajar adalah faktor metode pembelajaran. Selain siswa, faktor terpenting yang ada dalam kegiatan pembelajaran adalah guru. Guru sebagai pengajar yang memberikan ilmu pengetahuan sekaligus pendidik yang mengajarkan nilai-nilai, akhlak, moral maupun sosial dan untuk menjalankan peran tersebut seorang guru dituntut untuk memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, yang nantinya akan diajarkan kepada siswa. Oleh karena itu, motivasi sangat mempengaruhi bagi kelangsungan kegiatan belajar dan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dan akan dibahas lebih mendalam dalam makalah ini.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan motivasi?

(2)

3. Apa saja bentuk-bentuk motivasi belajar? 4. Apa saja indikator-indikator motivasi belajar?

5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar?

6. Bagaimana cara mengukur motivasi belajar siswa dan indicator motivasi siswa? 7. Apa saja teori motivasi belajar?

8. Apa saja peran guru dalam meningkatkan motivasi belajar? 1.3 TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui pengertian motivasi.

2. Untuk mengetahui mengapa motivasi penting dalam kegiatan belajar. 3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk motivasi belajar.

4. Untuk mengetahui indikator-indikator motivasi belajar.

5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar.

6. Untuk mengetahui cara mengukur motivasi belajar siswa dan indicator motivasi siswa. 7. Untuk mengetahui teori motivasi belajar.

8. Untuk mengetahui peran guru dalam meningkatkan motivasi belajar.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 PENGERTIAN MOTIVASI

(3)

sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.Sondang P. Siagian (2004:138), memberikan definisi motivasi sebagai daya dorong yang mengakibatkan seseorang mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan, tenaga dan waktunya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Dengan demikian motivasi merupakan usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu bergerak untuk melakukan sesuatu keinginan mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. Untuk itu, motivasi adalah suatu proses internal yang mengaktifkan, membimbing, dan mempertahankan perilaku dalam rentang waktu tertentu. Dengan kata lain, motivasi adalah apa yang membuat kita berbuat, membuat kita tetap berbuat dan menentukan ke arena mana yang hendak kita perbuat.

Motivasi dapat dikatakan sebagai pengaruh kebutuhan dan keinginan pada intensitas dan arah seseorang yang menggerakkan orang tersebut untuk mencapai tujuan dari tingkat tertentu. Menurut Mc. Donald yang dikutip oleh Oemar Hamalik (2002:1973), motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam diri pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif, dan reaksi untuk mencapai tujuan, juga sebagai dorongan dari dalam diri seseorang dan dorongan ini merupakan motor penggerak.

Oleh karena itu, motivasi sebagai proses batin atau proses psikologis yang terjadi pada diri seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal (lingkungan), dan faktor internal yang melekat pada setiap orang (pembawaan), tingkat pendidikan, pengalaman masa lalu, keinginan atau harapan masa depan.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu proses perubahan tenaga dalam diri individu yang memberi kekuatan baginya untuk bertingkah laku (dengan giat belajar) dalam usaha mencapai tujuan belajarnya.

(4)

dipelajari. Belajar itu bukan hanya sekedar pengalaman, belajar adalah suatu proses, bukan suatu hasil. Oleh karena itu, belajar berlangsung aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai hasil.

W.S Winkel (1996:53) mengatakan, bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya, yang menghasilkan perubahan-perubahan, pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap, serta perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan tetap. Sedangkan yang dimaksud motivasi belajar adalah keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu untuk belajar.

Nana Sudjana (1988:17) mengatakan, bahwa belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan yang ada dalam diri seseorang, perubahan sebagai hasil, dan belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuan, perubahan sikap dan tingkah laku.

Sedangkan Crow yang dikutip oleh A. Tabrani R (1994:121), memperjelas pentingnya motivasi belajar siswa atau motivasi dalam belajar, yaitu bahwa belajar harus diberi motivasi dengan berbagai cara sehingga minat yang dipentingkan dalam belajar itu dibangun dari minat yang telah ada pada diri anak.

Oleh karena itu, pada garis besarnya motivasi mengandung nilai-nilai sebagai berikut:

A. Motivasi menentukan tingkat keberhasilan atau kegagalan perbuatan belajar siswa, karena belajar tanpa adanya motivasi, sulit untuk berhasil.

(5)

C. Pengajaran yang bermotivasi menurut kreativitas dan imajinitas pada guru untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan dan serasi guna membangkitkan dan memelihara motivasi belajar pada siswa. Guru harus senantiasa berusaha agar siswa pada akhirnya mempunyai motivasi yang baik. D. Berhasil atau tidaknya dalam menumbuhkan dan menggunakan motivasi dalam

pengajaran erat kaitannya dengan pengaturan dalam kelas.

E. Asas motivasi menjadi salah satu bagian yang integral dari asas-asas mengajar. Penggunaan motivasi dalam mengajar tidak saja melengkapi prosedur mengajar, tetapi juga menjadi faktor yang menentukan pengajaran yang efektif. Dengan demikian, penggunaan asas motivasi sangat esensial dalam proses belajar mengajar.

Tumbuhkan Motivasi Belajar Siswa

Berikut ini beberapa definisi atau pengertian motivasi belajar menurut para ahli

Menurut H. Mulyadi (Mulyadi, Psikologi Pendidikan, Biro Ilmiah, FT. IAIN Sunan Ampel, Malang, 1991:87) menyatakan bahwa definisi atau pengertian motivasi belajar adalah membangkitkan dan memberikan arah dorongan yang menyebabkan individu melakukan perbuatan belajar

Menurut Tadjab, (Tadjab MA Ilmu Pendidikan. Karya Abditama Surabaya 1990:102) pengertian motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.

Menurut Sardiman ( 1988:75 ) mengatakan bahwa :

(6)

belajar dan memberi arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu tercapai

Menurut (Bophy, 1987) definisi atau pengertian motivasi belajar adalah sebagai a general state dan sebagai a situationspecific state Sebagai a general state, motivasi belajar adalah suatu watak yang permanen yang mendorong seseorang untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan dalam suatu kegiatan belajar. Sebagai a situation-specific state, motivasi belajar muncul karena keterlibatan individu dalam suatu kegiatan tertentu diarahkan oleh tujuan memperoleh pengetahuan atau menguasai keterampilan yang diajarkan.

Menurut McCombs (1991) pengertian motivasi belajar adalah kemampuan internal yang terbentuk secara alami yang dapat ditingkatkan atau dipelihara melalui kegiatan yang memberikan dukungan, memberikan kesempatan untuk memilih kegiatan, memberikan tanggung jawab untuk mengontrol proses belajar, dan memberikan tugas-tugas belajar yang bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan pribadi.

Menurut Afifudin (dalam Ridwan, 2008), pengertian motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri anak yang mampu menimbulkan kesemangatan atau kegairahan belajar

Menurut Winkel (2003) dalam Puspitasari (2012) definisi atau pengertian motivasi belajar adalah segala usaha di dalam diri sendiri yang menimbulkan kegiatan belajar, dan menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar serta memberi arah pada kegiatan kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki tercapai. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual dan berperan dalam hal menumbuhkan semangat belajar untuk individu.

(7)

2.2 PENTINGNYA MOTIVASI DALAM BELAJAR

Penelitian psikologi banyak menghasilkan teori-teori motivasi tentang perilaku. Subjek terteliti dalam motivasi ada yang berupa hewan dan ada yang berupa manusia. Peneliti yang menggunakan hewan adalah tergolong peneliti biologis dan behavioris. Peneliti yang menggunakan terteliti manusia adlaah peneliti koginitif, temuan ahli-ahli tersebut bermanfaat untuk bidang industri, tenaga kerja, uursan pemasaran, rekruiting militer, kosultasi, dan pendidikan. para ahli berpendapat bahwa motivasi perilaku manusia berasal dari kekuatan mental umum, insting, dorongan, kebutuhan, proses kognitif, dan interaksi.

Perilaku yang penting bagi manusia adalah belajar dan bekerja, belajar menimbulkan perubahan mental pada diri siswa. Bekerja menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri pelaku dan orang lain. Motivasi belajar dan motivasi bekerja merupakan penggerak kemajuan masyarakat. Kedua motivasi tersebut perlu dimiliki oleh siswa SLTP dan SLTA. Sedangkan guru SLTP dan SLTA dituntut memperkuat motivasi siswa SLTP dan SLTA.

Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagi berikut :

1. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir, contohnya, setelah seorang siswa membaca suatu bab buku bacaan, dibandingkan dengan temannya sekelas yang juga membaca tab tersebut, ia kurang berhasil menangkap isi, maka ia terdorong membaca lagi,

2. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibadningkan dengan teman sebaya; sebagai ilustrasi, jika terbukti usaha belajar seroang siswa belum memadai, maka ia berusaha setekun temanya yang belajar dan berhasil.

3. Mengarahkan kegiatan belajar, sebagai ilustrasi, setelah ia ketahui bahwa dirinya belum belajar secara serius, terbukti banyak bersenda gurau misalnya, maka ia akan mengubah perilaku belajarnya.

(8)

sela-untuk menggunakan kekuatannya sedemikia rupa sehingga dapat berhasil. Sebagai ilustrasi,, setiap hari siswa diharapkan untuk elajar di rumah, mmebantu pekerjaan orang tua, dan bermain dengan temn sebaya; apa yang dilakukan diharapkan dapat berhasil memuaskan, kelima hal tersebut menunjukkan betaa pentingnya motivasi tersebut disadari oleh pelakunya sendiri. Bila motivasi disadari oleh pelaku, maka sesuatu pekerjaan, dalam hal ini tugas belajar akan terselesaikan dengan baik.

Motivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa beranfaat bagi guru, manfaat itu sebagai berikut :

1. Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil; membangkitkan, bila siswa tak bersemangat; meningkatkan, bila semangat belajarnya timbul tenggelam; memelihara, bila semangatnya telah kuat untuk mencapai tujuan belajar. Dalam hal ini, hadiah, pujian, dorongan, atau pemicu semangat dapat digunakan untuk mengorbankan semangat belajar.

2. Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas bermacam-ragam; ada yang acuh tak acuh, ada yang tak memuastkan perhatian, ada yang bermain, di samping yang bersemangat untuk belajar. Diantara yang bersemangat belajar, ada yang tidak berhasil dan berhasil. Dengan bermacam-ragamnya motivasi belajar tersebut, maka guru dapat menggunakan bermacam-macam strategi mengajar belajar.

3. Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-macam peran seperti sebagai penasihat, fasilitator instruktur, teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah, atau pendidik. Peran pedagogis tersebut sudah barang tentu sesuai dengan perilaku siswa.

4. Memberi peluang guru untuk “ujuk kerja” rekayasa pedagogis, tugas guru adalah membuat semua siswa belajar sampai berhasil. Tantangan profesionalnya justru terletak pada “mengubah” siswa tak berminat menjadi bersemangat belajar. “Mengubah” siswa cerdas yang acuh tak acuh menjadi bersemangat belajar.

(9)

Motivasi tumbuh dan berkembang dalam diri seseorang, secara umum dengan jalan sebagai berikut:

A. Datang dalam diri individu itu sendiri atau disebut Motivasi Instrinsik (Motivasi Belajar Instrinsik)

B. Datang dari lingkungan atau sisebut Motivasi Ekstrinsik (Motivasi Belajar Ekstrinsik)

1. Motivasi Instrinsik (Motivasi Belajar Instrinsik)

Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dan dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan sendiri, misalnya siswa belajar karena ingin mengetahui seluk beluk suatu masalah selengkap-lengkapnya, ingin menjadi orang yang terdidik, semua keinginan itu berpangkal pada penghayatan kebutuhan dari siswa berdaya upaya, melalui kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhan itu. Namun sekarang kebutuhan ini hanya dapat dipenuhi dengan belajar giat, tidak ada cara lain untuk menjadi orang terdidik atau ahli, lain belajar. Biasanya kegiatan belajar disertai dengan minat dan perasaan senang. W.S. Winkel mengatakan bahwa : “Motivasi Intrinsik adalah bentuk motivasi yang berasal dari dalam diri subyek yang belajar”.10 Namun terbentuknya motivasi intrinsic biasanya orang lain juga memegang peran, misalnya orang tua atau guru menyadarkan anak akan kaitan antara belajar dan menjadi orang yang berpengetahuan.

Biarpun kesadaran itu pada suatu ketika mulai timbul dari dalam diri sendiri, pengaruh dari pendidik telah ikut menanamkan kesadaran itu. Kekhususan dari motivasi ekstrinsik ialah kenyataan, bahwa satu-satunya cara untuk mencapai tujuan yang ditetapkan ialah belajar.

2. Motivasi Ekstrinsik (Motivasi Belajar Ekstrinsik)

(10)

Perlu ditekankan bahwa dorongan atau daya penggerak ialah belajar, bersumber pada penghayatan atau suatu kebutuhan, tetapi kebutuhan itu sebenarnya dapat dipengaruhi dengan kegiatan lain, tidak harus melalui kegiatan belajar. Motivasi belajar selalu berpangkal pada suatu kebutuhan yang dihayati oleh orangnya sendiri, walaupun orang lain memegang peran dalam menimbulkan motivasi itu, yang khas dalam motivasi ekstrisik bukanlah ada atau tidak adanya pengaruh dari luar, melainkan apakah kebutuhan yang ingin dipenuhi pada dasarnya hanya dapat dipenuhi dengan cara lain. Berdasarkan uraian di atas maka motivasi belajar esktrinsik dapat digolongkan antara lain:

A. Belajar demi memenuhi kewajiban. B. Belajar demi menghindari hukuman.

C. Belajar demi memperoleh hadiah materi yang dijanjikan. D. Belajar demi meningkatkan gengsi sosial.

E. Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting (guru dan orang tua). F. Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi

persyaratan kenaikan jenjang/golongan administrasi.

Berdasarkan sumber dan proses perkembangannya, maka motivasi atau motif menurut Abin Syamsudin Makmun (2001:75) dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

1. Motif primer (primery motive) atau motif dasar (basic motive), menunjukkan pada motif yang tidak dipelajari. Motif ini sering juga disebut dengan istilah dorongan (drive), dan golongan motif inipun dibedakan lagi ke dalam:

a. Dorongan fisiologis (primary motive) yang bersumber pada kebutuhan organis (organic need) yang mencakup antara lain lapar, haus, seks, kegiatan, pernapasan dan istirahat.

b. Dorongan umum (morgani’s general drive) dan motif darurat (wodworth’s emergency motive), termasuk di dalamnya dorongan kasih sayang, takut, kekaguman dan rasa ingin tahu.

2. Motif sekunder (secondary motive), menunjukkan pada motif yang berkembang pada diri individu karena pengalaman, dan dipelajari (conditioning and reinforcement), yang termasuk di dalamnya antara lain:

(11)

b. Motif-motif sosial (ingin diterima, dihargai, persetujuan, status, merasa aman, dan sebagainya),

c. Motif obyektif dan interes (eksplorasi, manipulasi, minat), d. Maksud (purpose) dan aspirasi,

e. Motif berprestasi (achievement motive). Pupuk Motivasi Belajar Siswa untuk Berprestasi

Menurut WS. Winkel (1983:27) motivasi belajar siswa merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual, peranannya yang khas adalah gairah atau semangat belajar, sehingga seorang siswa yang bermotivasi kuat, dia akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian, siswa yang mempunyai motivasi kuat, dia akan mempunyai semangat dan gairah belajar yang tinggi, dan pada gilirannya akan dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi.

Seorang siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya, kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita, dan kekuatan mental tersebut, dapat tergolong rendah dan tinggi. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi tergantung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku belajar. Setidaknya ada dua komponen utama dalam motivasi, yaitu kebutuhan, dorongan dan tujuan.

Siswa yang termotivasi, ia akan membuat reaksi-reaksi yang mengarahkan dirinya kepada usaha mencapai tujuan dan akan mengurangi ketegangan yang ditimbulkan oleh tenaga di dalam dirinya. Dengan kata lain, motivasi memimpin dirinya ke arah reaksi-reaksi mencapai tujuan, misalnya untuk dapat dihargai dan diakui oleh orang lain.

(12)

jasmani (ekstrinsik) bagi seorang anak, maka orang tualah yang bertanggungjawab pertama kali.

Di dalam mendidik dan memenuhi kebutuhan anaknya, maka diperlukan perhatian dari orang tua. Peran utama bagi orang tua dalam lingkungan keluarga, yang terpenting adalah memberikan pengalaman pertama pada masa anak-anak, sebab pengalaman pertama merupakan faktor penting dalam perkembangan pribadi anak.

Sedangkan bagi seorang anak, ketika melakukan proses belajar ada dua faktor yang menjadi tenaga penggeraknya, yaitu motivasi ekstrinsik, yakni motivasi yang berasal dari luar diri dan motivasi instrinsik yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri. Seorang anak yang belajar dengan motivasi yang rendah atau bahkan tidak mempunyai motivasi, akan susah untuk diajak berprestasi, anak merasa cepat puas dengan hasil yang diperoleh, apatis, tidak kreatif dan tidak fokus.

Dalam kondisi seperti ini, peran orang tua sebagai motivator dituntut untuk mampu membangkitkan motivasi belajar anaknya sehingga segala potensi yang dimiliki anak terekspresikan dalam bentuk perilaku-perilaku belajarnya. Usaha orang tua untuk membantu membangun motivasi belajar pada diri anak-anaknya, bukanlah usaha yang mudah karena motivasi belajar ini sebenarnya harus sudah mulai ditanamkan orang tua kepada anaknya sejak dari kecil. Dengan demikian, anak diharapkan memiliki kesadaran akan pentingnya belajar untuk dirinya.

(13)

2.4 INDIKATOR-INDIKATOR MOTIVASI BELAJAR

Berikut ini beberapa Indikator-indikator Motivasi Belajar, antara lain:

1. Disiplin; disiplin ialah melatih dan mendidik (termasuk pelajaran mental dan moral) orang-orang terhadap peraturan agar ada kepatuhan dan kemudian supaya dapat berjalan dengan tertib dan teratur dalam organisasi." Disiplin merupakan suatu pelatihan dan pendidikan kepada siswa agar dengan senang hati melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan perintah guru di sekolah.

2. Kepuasan; kepuasan belajar adalah cara seorang siswa merasakan apa yang dipelajari dapat bermanfaat bagi dirinya. Kepuasan merupakan generalisasi sikap-sikap terhadap tugasnya yang didasarkan atas aspek-aspek tugasnya. Seorang siswa yang memperoleh kepuasan dari belajarnya akan mempertahankan prestasi belajarnya.

3. Keamanan; rasa aman sangat berpengaruh terhadap semangat belajar siswa karenarasa aman akan menimbulkan ketenangan kepada siswa di dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelajar. Adapun yang dimaksud dengan rasa aman adalah:

A. Aman untuk menghadapi masa depan seperti mempunyai nilai yang tinggi, B. Rasa aman di tempat belajar, barang milik, dan barang fasilitas belajar dari

sekolah. Rasa aman ditempat belajar adalah suasana perasaan tenang pada saat siswa melaksanakan tugas-tugasnya di ruangan belajar. Suasana tersebut dapat dilihat dari perilaku siswa pada saat melakukan tugas-tugasnya. Mereka tidak merasa terancam dan tertekan baik dari atas, sesama rekan siswa, dan pihak luar. Barang-barang milik siswa dan inventaris fasilitas belajar yang ditinggalkan di ruangan belajar maupun di lingkungan tempat belajar pun aman.

2.5 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI BELAJAR

(14)

Menurut Dimyati & Mudjiono (2004:89), unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar adalah:

A. Cita-cita atau aspirasi siswa

Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil. Keberhasilan mencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan bergiat, bahkan dikemudian hari cita-cita dalam kehidupan. Dari segi emansipasi kemandirian, keinginan yang terpuaskan dapat memperbesar kemauan dan semangat belajar. Dari segi pembelajaran, penguatan dengan hadiah atau juga hukuman akan dapat mengubah keinginan menjadi kemauan, dan kemudian kemauan menjadi cita-cita.

B. Kemampuan siswa

Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.

C. Kondisi siswa

Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani sangat mempengaruhi motivasi belajar.

D. Kondisi lingkungan siswa

Lingkungan siswa berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, kehidupan kemasyarakatan. Dengan kondisi lingkungan tersebut yang aman, tentram, tertib dan indah maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat. E. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran

Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar.

(15)

Guru adalah seorang pendidik profesional. Ia bergaul setiap hari dengan puluhan atau ratusan siswa. Sebagai pendidik, guru dapat memilil danmemilah yang baik. Partisipasi dan teladan memilih perilaku yang baik tersebut sudah merupakan upaya membelajarkan dan memotivasi siswa.

2.6 CARA MENGUKUR MOTIVASI BELAJAR SISWA DAN INDIKATOR MOTIVASI BELAJAR SISWA

Salah satunya yang cukup bagus mendeskripsikan minat dan motivasi belajar siswa adalah Keller, 1987.John Keller berdasarkan model yang diajukannya telah membuat sebuah instrumen pengukur minat dan motivasi belajar.Ia mendeskripsikan minat belajar dan motivasi belajar siswa melalui 4 komponen utama, sesuai dengan nama model yang disuguhkan ARCS (Attention, Relenvace, Confidence, Satisfaction), atau dalam bahasa Indonesia : Atensi (perhatian), Relevansi (kesesuaian), Kepercayaan diri, dan Kepuasan.

Selain dengan model ARCS, Anda dapat membuat sendiri Angket untuk megukur motivasi belajar siswa. Adapun indikator-indikator yang dapat digunakan untuk penyusunan Angket tersebut, seperti yang dikemukakan oleh Makmun (dalam Engkoswara 2010:210), yaitu:

1. Durasi kegiatan (berapa lama penggunaan waktunya untuk melakukan kegiatan). 2. Frekuensi kegiatan (berapa sering kegiatan dalam periode waktu tertentu). 3. Persistensinya (ketetapan dan kelekatannya) pada tujuan kegiatan.

4. Devosi (pengabdian) dan pengorbanan (uang, tenaga, fikiran, bahkan jiwa dan nyawanya).

(16)

6. Tingkat aspirasinya (maksud, rencana, cita-cita, sasaran, atau target, dan ideologinya) yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan.

7. Tingkat kualifikasinya prestasi atau produk atau output yang dicapai dari kegiatannya (berapa banyak, memadai atau tidak, memuaskan atau tidak).

8. Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan (like or dislike, positif atau negatif).

Jadilah orang yang sukes dengan Motivasi Belajar

Atau Anda bisa membuat indicator sendiri seperti sontoh indikator motivasi belajar siswa berikut ini yang dapat digunakan dalam penelitian tindakan adalah sebagai berikut:

1. Keseriusan siswa dalam mengikuti pelajaran.

2. Kemauan siswa menyediakan alat-alat atau sumber/bahan pelajaran yang dibutuhkan.

3. Keterlibatan siswa dalam diskusi kelompok. 4. Keterlibatan siswa dalam diskusi kelas.

5. Keaktifan siswa dalam mendengar penjelasan guru.

6. Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas individu dan kelompok. 7. Disiplin siswa dalam mengikuti pelajaran.

8. Timbulnya rasa keingintahuan dan keberanian siswa.

9. Adanya keinginan untuk mendapatkan hasil yang terbaik terutama dalam diskusi kelompok.

(17)

2.7 TEORI MOTIVASI BELAJAR

Pada bagian ini penulis akan membahas tentang beberapa teori motivasi antara lain adalah :

1. Teori Hedonisme

Hedone adalah bahasa Yunani yang berarti kesukaan, kesenangan, kenikmatan. Seperti dikatakan oleh M Ngalim Purwanto bahwa : “Hedonisme adalah aliran di dalam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan (hedone) yang bersifat duniawi”.6 Menurut pandangan teori ini manusia pada hakekatnya adalah mahluk yang mementingkan kehidupan yang penuh kesenangan dan kenikmatan. Orang yang menganut teori ini setiap menghadapi persoalan yang perlu pemecahan, orang tersebut cenderung memilih alternatif pemecahan yang dapat mendatangkan kesenangan dari pada yang mengakibatkan kesukaran, kesulitan, kesengsaraan, penderitaan dan segala sesuatu yang mengakibatkan tidak enak.

Pengaruh dari teori ini adalah adanya anggapan bahwa semua orang akan cenderung menghindar dari hal-hal yang sulit dan yang menyusahkan diri sendiri dan yang mengandung hal-hal yang beresiko berat, dan lebih suka melakukan sesuatu yang mendatangkan kenangan baginya. Sebagai contoh, siswa di suatu kelas akan bertepuk tangan bila mereka mendengar guru yang akan mengajar matematika tidak akan masuk dikarenakan sakit, seorang karyawan segan bekerja dengan baik dan malas bekerja, akan tetapi menuntut gaji dan upah yang tinggi.

(18)

2. Teori Naluri

Manusia sebagai individu hidup dalam suatu dunia yang bukan dirinya sendiri, tetapi mutlak di perlukan untuk hidupnya, untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, melangsungkan dan mengembangkan, manusia membutuhkan makanan, udara, ilmu, pengetahuan, juga persahabatan, persekutuan dan lain sebagainya yang berhubungan dengan hidup dan kehidupan.

Daya-daya yang mendorong manusia dari dalam untuk melaksanakan perbuatan itu disebut naluri atau dorongan nafsu.

Menurut M. Ngalim Purwanto menyatakan bahwa : “Naluri (dorongan nafsu) adalah kekuatan pendorong maju yang memaksakan dan mengejar kepuasan dengan jalan mencari, mencapai sesuatu yang berupa benda-benda ataupun nilai-nilai tertentu”.

Naluri merupakan kekuatan di dalam diri manusia yang mendorong kita untuk maju dan memiliki benda-benda dan nilai-nilai itu. Naluri adalah bentuk penjelmaan hidup tertentu, manusia sebagai mahluk yang sadar akan diri sendiri, akan tetapi menyadari bahwa ia didorong, ia merasa bahwa ada sesuatu di dalam dirinya yang mendorongnya berbuat dan bertindak. Dalam garis besarnya naluri (dorongan nafsu) dapat dibagi menjadi tiga golongan :

a. Naluri (dorongan nafsu) mempertahankan diri : Mencari makan jika ia lapar, menghindarkan diri dari bahaya, menjaga diri agar tetap sehat, mencari perlindungan diri untuk hidup aman.

b. Naluri (dorongan nafsu) mengembangkan diri : Dorongan ingin tahu, melatih dan mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya. Pada manusia dorongan inilah yang menjadikan kebudayaan manusia makin maju dan makin tinggi. c. Naluri (dorongan nafsu) mempertahankan dan mengembangkan jenis : manusia

(19)

Dengan dimilikinya ketiga naluri pokok itu maka kebiasan-kebiasaan atau tindakan dan tingkah laku manusia yang diperbuatnya sehari-hari mendapat dorongan atau digerakkan oleh ketiga naluri tersebut. Oleh karena itu, menurut teori ini untuk memotivasi seseorang harus berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan. Contoh, seorang pelajar terdorong untuk berkelahi karena sering diejek dan dihina oleh teman-temannya karena ia dianggap bodoh di dalam kelasnya. (naluri mempertahankan diri). Agar pelajar tersebut tidak berkembang ke arah yang negatif, kita perlu memberi motivasi, misalnya menyediakan situasi yang dapat mendorong anak itu menjadi rajin belajar sehingga dapat menyamai teman-teman sekelasnya.

Sering kita melihat seseorang bertingkah dalam melakukan sesuatu karena didorong oleh lebih dari satu naluri pokok sekaligus, sehingga sukar bagi kita untuk menetukan naluri pokok mana yang lebih dominan mendorong orang tersebut melakukan tindakannya yang demikian itu.

Sebagai contoh seorang pelajar sangat tekun dan rajin belajar meskipun ia hidup diidalam kemiskinan bersama keluarganya. Hal apakah yang mendorong pelajar tersebut sangat rajin dan tekun belajar? Mungkin karena ia benar-benar ingin menjadi pandai (naluri mengembangkan diri) tetapi mungkin juga karena ia ingin meningkatkan karir pekerjaannya sehingga pada saatnya ia dapat hidup senang bersama keluarganya dan dapat membiayai anak-anaknya (naluri mengembangjan dan mempertahankan jenis, dan naluri mempertahankan diri).

3. Teori Reaksi

(20)

Dengan mengetahui latar belakang kebudayaan seseorang kita dapat mengetahui pola tingkah lakunya dan dapat memahami pula mengapa ia bereaksi atau bersikap yang mungkin berbeda dengan orang lain dalam menghadapi sesuatu masalah. Kita mengetahui bahwa bangsa Indonesia terdiri dari berbagai mavam suku yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, banyak kemungkinan seorang guru di suatu sekolah akan menghadapi beberapa macam anak didik yang berasal dari lingkungan kebudayaan yang berbeda-beda perlu adanya pelayanan dan pendekatan yang berbeda-beda pula, termasuk pelayanan dalam pemberian motivasi terhadap mereka.

4. Teori Daya Pendorong

(21)

5. Teori Kebutuhan

Teori motivasi yang sekarang banyak dianut orang adalah teori kebutuhan. Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakekatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya. Baik kebutuhan phisik maupun kebutuhan psikis. Oleh karena itu menurut teori ini apabila seorang pendidik (guru) bermaksud memotivasi siswa ia harus berusaha mengetahui lebih dahulu apa kebutuhan orang yang akan dimotivasinya.

Sekarang ini telah banyak teoritisi psikologi yang telah mengemukakan teori-teorinya tentang kebutuhan dasar manusia. Salah satu teori kebutuhan yang sangat erat hubungannya dengan motivasi adalah teori hirarki kebutuhan yang dikemukakan oleh A. Maslow. Maslow mengemukakan seperti yang dikutip oleh Ibrahim Bafadal adalah : “Kebutuhan dasar manusia itu terbentang, dalam satu garis kontinum dan berbentuk hirarki, dimulai dari kebutuhan terbawah sampai dengan kebutuhan teratas. Semua diklasifikasi menjadi lima macam kebutuhan dasar manusia yaitu

1) Kebutuhan fisiologis, 2) Kebutuhan rasa aman, 3) Kebutuhan sosial, 4) Kebutuhan harga diri dan 5) Kebutuhan aktualisasi diri”.

Maslow, dengan teori Hirarki Kebutuhan menyatakan bahwa: “Kebutuhan fisiologis kemudian dilanjutkan dengan kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan aktualisasi diri bisa juga disebut kebutuhan pertumbuhan, merupakan kebutuhan tertinggi”.

(22)

Aktualis

Harga

Sosial

Rasa aman

Fisiologis

A. Kebutuhan fisiologis : kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar, yang bersifat primer dan vital yang menyangkut fungsi-fungsi biologis dasar dari organisme manusia seperti kebutuhan akan pangan, sandang dan papan, kesehatan fisik, kebutuhan sexs dan sebagainya.

B. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan, seperti terjamin keamannnya, terlindung dari bahaya dan ancaman penyakit, perang, kemiskinan, kelaparan, perlakuan tidak adil dan sebagainya.

C. Kebutuhan sosial yang meliputi antara lain kebutuhan akan dicintai, diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia kawan, dan kerja sama.

D. Kebutuhan akan penghargaan, termasuk kebutuhan dihargai karena prestasi, kemampuan, kedudukan atau status, pangkat dan sebagainya.

E. Kebutuhan akan aktualisasi diri, antara lain kebutuhan mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara maksimum, kreativitas, dan ekspresi diri.

Tingkat atau hirarki kebutuhan dari Maslow ini tidak dimaksudkan sebagai suatu kerangka yang dapat dipakai setiap saat, tetapi lebih merupakan kerangka acuan yang dapat digunakan sewaktu-waktu bilamana diperlukan untuk memprakirakan tingkat kebutuhan mana yang dapat dipakai untuk mendorong seseorang yang akan dimotivasi bertindak melakukan sesuatu.

(23)

Berdasarkan urutan tingkat kebutuhan menurut teori Maslow, kehidupan tiap manusia dapat dijelaskan sebagai berikut : Pada mulanya kebutuhan manusia yang paling mendesak adalah kebutuhan fisiologis seperti pangan, sandang, papan dan kesehatan. Jika kebutuhan-kebutuhan fisiologis ini telah terpenuhi, maka kebutuhan-kebutuhan yang mendesak adalah kebutuhan yang mendesak, amak timbul kebutuhan lain yang mendesak yaitu kebutuhan akan penghargaan. Demikian seterusnya sampai kepada tingkat kebutuhan aktualisasi diri, ingin menjadi orang terkenal dan ternama. Namun janganlah diartikan bahwa kehidupan manusia itu akan mengikuti urutan kelima tingkat kebutuhan fisiologis sampai dengan tingkat kebutuhan aktualisasi diri, proses kehidupan manusia itu berbeda-beda dan tidak selalu menuruti garis lurus yang meningkat, kadang-kadang melompat dari tingkat kebutuhan tertentu ke tingkat kebutuhan lain dengan melampaui tingkat kebutuhan tertentu yang lain dengan melampaui tingkat kebutuhan yang berbeda diatasnya. Atau pula kemungkinan terjadi lompatan balik dari tingkat kebutuhan yang lebih tinggi ke tingkat kebutuhan di bawahnya. Dengan demikian pada saat-saat tertentu tingkat kebutuhan seseorang berbeda dengan orang-orang lain.

Motivasi merupakan proses yang tidak dapat diamati, tetapi ditafsirkan melalui tindakan individu yang bertingkah laku, sehingga motivasi merupakan konstruksi jiwa. Kedudukan motivasi sejajar dengan isi jiwa sebagai cipta (kognisi), karsa (konasi), dan rasa (emosi) yang merupakan tridaya. Apabila cipta, karsa dan rasa yang melekat pada diri seseorang dikombinasikan dengan motivasi dapat menjadi catur daya atau empat dorongan yang dapat mengarahkan individu untuk mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan.

(24)

1. Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi di dalam pribadi. Perubahan-perubahan dalam motivasi timbul dari perbuatan tertentu 2. Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan affective arousal.

Mula-mula merupakan ketegangan psikologis lalu merupakan suasana emosi. Suasana ini menimbulkan kelakuan yang bermotif Perubahanini bisa dan mungkin juga tidak, kita hanya dapat melihatnya dalam perbuatan.

3. Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang bermotivasi mengadakan respons-respons yang tertuju ke arah suatu tujuan. Respons-respons itu berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Setiap respons merupakan suatu langkah ke arah mencapai tujuan.

Sejalan dengan pendapat McDonald di atas Makmun (2001:37) mengatakan bahwa pada esensinya motivasi itu merupakan:

1. Suatu kekuatan (power) atau tenaga (forces) atau daya energi.

2. Suatu keadaan yang kompleks (a complex state) dan kesiapsediaan (preparatory set) dalam diri individu (organisasi) untuk bergerak ( to move, motion, motive) ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari.

Psikolog Gestalt mengatakan bahwa motivasi merupakan produk dari ketidaksesuaian dari sebuah pase kehidupan. Dalam pase kehidupan itu meliputi tujuan-tujuan yang positif atau negatif yang ingin diraih atau dihindarkan. Artinya bahwa motivasi itu timbul akibat adanya dorongan-dorongan lain yang ada dalam organisme. Bigge (2002:73) mengatakan bahwa organism drives such as hunger, thirst and sexual need; and for emotionals such as fear, anger and “love”--produce behaviors that predictable and irresistible.

(25)

(sexual need) dan dorongan emosi seperti rasa takut, marah keduanya membentuk tingkah laku (behavior) yang dapat diprediksi.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa tingkah laku yang tampak pada diri seseorang itu dipengaruhi oleh stimulus-stimulus dari dalam dan dari luar diri manusia. Seperti rasa lapar, haus, kebutuhan seksual, takut, marah, cinta dan lain-lain. Stimulus-stimulus inilah merupakan motif atau dorongan yang mempengaruhi seseorang untuk berbuat sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya.

Sementara itu Murray (dalam Arikunto 2003:67) mengatakan: bahwa motivasi merupakan konstruk (konsep hipotetik) yang terdiri atas kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi persepsi dan perilaku seseorang dalam upayanya untuk mengubah situasi yang tidak memuaskan dirinya.

Dari teori Murray di atas menunjukkan bahwa rangsangan dari luar memegang peranan penting bagi tumbuhnya motivasi, merkipun motivasi yang timbul dari dalam merupakan hal yang lebih penting dibandingkan dengan motivasi yang ditimbulkan dari luar, namun tetap peranan guru di dalam menimbulkan motivasi siswa tetap diperlukan untuk dapat merubah persepsi dan perilakunya di dalam proses belajar.

Menurut Purwanto (2002: 72), ada dua prinsip yang dapat digunakan untuk meninjau motivasi ialah:

1. Motivasi dipandang sebagai suatu proses. Pengetahuan tentang proses ini akan membantu kita menjelaskan kelakuan yang kita amati dan untuk menjelaskan kelakuan-kelakuan lain pada seseorang;

(26)

kecenderungan mendapat kesenangan. Motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu. Untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan (reinforcement) intensitas dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu.

Komponen lain dalam motivasi, yaitu komponen dalam (inner component), dan komponen luar (outer component). Komponen dalam ialah perubahan dalam diri seseorang, keadaan merasa tidak puas, dan ketegangan psikologis. Komponen luar ialah apa yang diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah kelakuannya. Jadi komponen dalam adalah kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipuaskan, sedangkan komponen luar ialah tujuan yang hendak dicapai.

Motivasi Belajar Siswa akan Menentukan Prestasi Belajar Siswa

Teori stimulus respons (S-R) atau teori rangsang reaksi dalam llmu jiwa menjelaskan bahwa perilaku seseorang ditimbulkan oleh kejadian-kejadian yang datang dari dalam atau pun dari luar dirinya, sedangkan arah dari perilaku tersebut ditentukan oleh hubungan mekanisme dari S-R yang bersangkutan

Motivasi siswa secara alami harus terjadi karena hasratnya untuk berpartisipasi dalam proses belajar. Akan tetapi ini juga berdasarkan alasan-alasan atau cita-cita yang mendasarinya untuk berpartisipasi dalam proses akademik. Karena, walaupun mungkin siswa dapat dimotivasi secara sama untuk melakukan suatu perbuatan, akan tetapi sumber-sumber motivasinya mungkin akan berbeda.

McDonald mengatakan bahwa ahli psikologi telah mempelajari bagaimana seseorang belajar dengan kecenderungan-kecenderungan motivasi yang relatif stabil. Salah satu konsep dasar untuk menerangkan kecenderungan itu adalah adanya kebutuhan. Kebutuhan adalah kecenderungan umum yang termotivasi dengan cara-cara khusus.

(27)

seperti vitalisme, dan kesadaran pada sisi lainnya. Bagi mereka ada beberapa konsep yang berkaitan dengan motivasi, yaitu cita-cita (goal), harapan (expectancy), niat (intention) dan tujuan/sasaran (purpose). Dalam kerangka referensi Gestalt tingkah laku adalah fungsi sebuah situasi total. Orang berinteraksi dalam lapangan (wilayah) dorongan-dorongan psikologis. Lapangan psikologis meliputi tujuan dan cita-cita, interpretasi obyek dan kejadian fisik yang relevan, memori dan antisipasi. Dengan demikian motivasi tidak dapat diuraikan hanya dengan sebuah gerakan hati (an impulse) terhadap perbuatan yang digerakkan oleh stimulus. Lebih dari itu ia timbul dari situasi psikologis yang dinamis yang ditandai dengan hasrat seseorang untuk berbuat sesuatu.

Berdasarkan paparan di atas dapat dipahami bahwa sebenarnya motivasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dilepaskan dari diri manusia, karena pada hakekatnya kehidupan adalah kebutuhan dan harapan. Motivasi yang ada manusia dapat bersumber dari diri manusia itu sendiri (intrinsik) atau juga dari luar (ekstrinsik). Pada umumnya motivasi intrinsik lebih kuat dan lebih baik daripada motivasi ekstrinsik. Oleh karena itu motivasi intrinsik sebaiknya ditimbulkan dan diaktifkan dalam diri setiap individu.

Lepper (1988) mengatakan bahwa motivasi instrinsik mendorong siswa untuk beraktivitas karena adanya kesenangan, harapan, dan timbulnya perasaan sempurna, sedangkan motivasi ekstrinsik mendorong siswa beraktivitas untuk mendapatkan hadiah dan menghindari hukuman.

(28)

Memahami bagaimana pengalaman-pengalaman sekolah yang berbeda dapat mempengaruhi motivasi belajar adalah penting untuk membedakan berbagai kualitas situasi belajar yang dirasakan; menarik, senang, berarti secara pribadi atau relevan versus situasi belajar yang dirasakan membosankan, menjenuhkan, tidak bermakna, atau tidak relevan dari perspektif individu. Pada kasus pertama, motivasi belajar secara alami terdorong oleh tugas-tugas belajar yang dirasa mengasyikkan atau secara pribadi bermakna. Pada kasus yang kedua, motivasi belajar harus dirangsang dari luar untuk menanggulangi kurangnya motivasi intrinsik yang disebabkan oleh persepsi belajar siswa bahwa tugas-tugas belajar membosankan atau secara pribadi tidak bermakna.

Dalam banyak situasi belajar yang ditentukan secara eksternal, pilihan-pilihan dibatasi untuk mengontrol dan memanaj pikiran dan perasaan internal. Pemilihan perilaku itu sedikit. Menurut McCombs. (2002 :1) perbedaan yang penting lainnya, apakah motivasi merupakan respons alami terhadap keingintahuan pembelajar atau pembelajar tersebut harus mengerahkan segenap tenaganya untuk mengatur perasaan-perasaan yang timbul dari pemikiran negatif tentang kondisi-kondisi eksternal (seperti guru, kurikulum, dan praktek-praktek pembelajaran)

Selain motivasi intrinsik dan ekstrinsik di atas ada lagi motivasi lain yaitu motivasi positif dan motivasi negatif. Motivasi positif menimbulkan semangat dan kekuatan dalam diri setiap individu. Hal itu terjadi karena pada setiap diri manusia senang pada hal-hal yang baik dan senang akan pujian. Sementara motivasi negatif akan memberikan dampak yang kurang baik untuk jangka panjang akan tetapi akan berdampak pada semangat kerja yang baik untuk jangka pendek. Hal ini terjadi karena motivasi negatip sifatnya adalah teguran dan peringatan terhadap kekeliruan yang dilakukan dan untuk menjadi perhatian untuk melakukan kegiatan yang akan datang.

Dalam prakteknya kedua jenis motivasi itu sering digunakan dalam suatu kelompok aktivitas. Yang harus diperhatikan adalah kapan motivasi positif atau negatif dapat merangsang secara efektif kegairahan beraktivitas dalam diri individu. Motivasi positip untuk jangka panjang sementara motivasi negatip untuk jangka pendek.

(29)

“Another key to motivation to learn is helping students see ways they can change negative thinking and make learning fun by relation to the personal interest, working with other in meeting learning goals and being able to make choices—have a voice—in their own learning process”.(Salah satu cara memotivasi siswa untuk belajar adalah dengan menolong mereka untuk melihat cara-cara yang dapat merubah pemikiran negatif dan membuat belajar menyenangkan dengan mengkaitkannya kepada kepentingan pribadi, bekerja sama dalam mencapai tujuan dan dapat membuat pilihan, memiliki pendapat dalam proses pembelajaran mereka).

Dorongan yang ada pada diri seseorang itu sering berwujud kebutuhan (needs), kemauan (willingness), rangsangan (drive) dan kata hati. Dorongan tersebut disadari atau tidak disadari oleh seseorang mengarah pada suatu tujuan. Dorongan itu pun pada dasarnya akan mempengaruhi tingkah laku seseorang dan menjadi alasan mengapa seseorang itu melakukan suatu tindakan atau kegiatan. Dorongan kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang menggerakkan tingkah laku orang itu untuk dan dalam mencapai tujuan. Dengan demikian dorongan akan menimbulkan kegiatan yang bertujuan dan akan mempengaruhi tingkah laku seseorang yang memiliki dorongan itu.

McClelland (dalam Arikunto 2003:67) telah mengadakan penelitian tentang motivasi yang dikenal dengan studi pengukuran “N’ Ach”, merupakan sebuah istilah popular di dalam bidang pendidikan, yaitu singkatan dari “need for achievement”, suatu bentuk kebutuhan (need) yang dimiliki oleh seseorang untuk suatu pencapaian (achievement). Biasanya orang yang memiliki keinginan untuk memperoleh sesuatu di dalam dirinya akan terdapat suatu dorongan yang kuat untuk mencapai keinginannya itu. Dorongan kuat itulah yang dinamakan motivasi.

Dilihat dari segi motifnya setiap gerak perilaku manusia itu selalu mengandung tiga aspek, yang kedudukannya bertahap dan berurut (sequential), yaitu:

1. Motivating states (timbulnya kekuatan dan terjadinya kesiapsediaan sebagai akibat terasanya kebutuhan jaringan atau sekresi, hormonal dalam diri organisme atau karena terangsang oleh stimulasi tertentu).

(30)

3. Satisfied conditions (dengan berhasilnya dicapai tujuan yang dapat memenuhi kebutuhan yang terasa, maka keseimbangan dalam diri organisme pulih kembali).

Gibson dan kawan-kawan (dalam Gito dan Mulyana 2001:178) melukiskan proses motivasi pola awal berasal adanya kebutuhan individu yang belum terpenuhi/tidak terpenuhi yang kemudian menyebabkan orang mencari jalan memenuhi berbagai macam kebutuhannya. Pencarian jalan itu akan diwujudkan kepada perilaku yang diarahkan pada tujuan individu yang belum terpenuhi/tidak terpenuhi).

Kebutuhan adalah kecenderungan-kecenderungan permanen dalam diri seseorang yang menimbulkan dorongan dan menimbulkan kelakuan untuk mencapai tujuan. Kebutuhan itu timbul karena adanya perubahan (internal change) dalam organisme atau disebabkan oleh perangsang kejadian-kejadian di lingkungan organisme. Begitu terjadi perubahan tadi, maka timbul energi yang mendasari kelakuan ke arah tujuan. Jadi, timbulnya kebutuhan inilah yang menimbulkan motivasi pada kelakuan seseorang.

Kebutuhan dapat mendorong, menguatkan, dan mengarahkah perilaku seseorang baik untuk melakukan kegiatan dalam memenuhi kebutuhan tersebut maupun untuk memcapai suatu tujuan. Tingkatan kebutuhan menurut Maslow menurut Sudjana (2000:167).dimulai dari kebutuhan yang paling rendah dan menuju kebutuhan yang paling tinggi. Kebutuhan pada tingkat yang lebih rendah menjadi syarat untuk memenuhi setiap kebutuhan yang lebih tinggi. Maslow mengemukakan lima macam kebutuhan yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan untuk diakui dan dihargai, dan kebutuhan pengembangan diri/ aktualisasi diri.

Bila dijelaskan dari kelima kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan primer yang menyangkut fungsi biologis dari organisme individu sebagai manusia, seperti kebutuhan sandang, papan, pangan, kesehatan dan sebagainya.

(31)

3. Kebutuhan sosial adalah kebutuhan yang meliputi keinginan untuk diperhitungkan dan diakui dalam kelompok, seperti kebutuhan untuk dicintai, kerjasama dan lain-lain.

4. Kebutuhan diakui dan dihargai adalah kebutuhan karena prestasi, kemampuan, kedudukan ataupun status individu dalam kelompok.

5. Kebutuhan akan aktualisasi diri adalah kebutuhan untuk mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki individu untuk mengembangkan diri secara maksimal, berkreativitas dan mengekspresikan diri.

Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat disintesiskan bahwa motivasi belajar siswa adalah keseluruhan daya penggerak atau tenaga dorong yang mempengaruhi persepsi dan perilaku siswa dalam belajar dan menimbulkan adanya keinginan untuk melakukan kegiatan atau aktivitas dalam belajar sebagai seorang siswa yang dilakukan secara sistematis, kontinyu dan progresif mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.

2.8 PERAN GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

Dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa, guru mempunyai peran penting dalam keberhasilan belajar siswa, beberapa peran itu antara lain :

(32)

keadaan dan kemampuan serta kesulitan dan kekuatan yang dimiliki setiap siswa itu.

2. Mampu memperlihatkan interaksi yang menyenangkan, interaksi yang menyenangkan ini akan menimbulkan suasana aman dalam kelas. Para siswa bebas dari ketakutan akan melakukan perbuatan yang tidak berkenan bagi gurunya. Interaksi yang menyenangkan ini dapat membuat suasana sehat dalam kelas, suasana yang menyenangkan dan sehat itu menimbulkan suasana yang mendukung untuk terjadinya belajar. Dengan demikian motivasi belajar siswa menjadi lebih baik.

3. Menguasai berbagai metode dan teknik mengajar dan menggunakan secara tepat. Penguasaan berbagai metode dan teknik mengajar serta penerapannya secara tepat membuat guru mampou mengubah-ubah cara mengajarnya sesuai dengan suasana kelas. Pada para siswa, tes utama di sekolah dasar sering timbul Susana cepat bosan dengan keadaan yang tidak berubah. Guru harus menyimak perubahan suasana kelas sebagai akibat dari kebosanan siswa akan suasana yang tidak berubah itu. Guru dapat mengembalikan gairah belajar siswa antara lain dengan merubah metode dan teknik mengajar pada waktu Susana bosan itu mulai muncul.

4. Menjaga suasana kelas supaya para siswa terhindari konflik dan frustasi. Suasana konflik dan frustasi di kelas menimbulkan gairah belajar siswa menurun. Perhatian mereka tidak lagi terhadap kegiatan belajar, melainkan pada upaya menghilangkan konflik dan fustasi itu. Energi mereka habis terkuras untuk memecahkan konflik dan frustasi, sehingga mereka tidak dapat belajar dengan baik. Apabila guru dapat menjaga suasana kelas dan meniadakan konflik dan frustasi itu, maka konsentrasi siswa secara penuh akan dapat dikembalikan kepada kegiatan belajar. konsentrasi penuh terhadap belajar itu dapat meningkatkan motivasi belajar anak dan pada gilirannya akan meningkatkan hasil belajarnya.

(33)

Dengan penerapan peranan seperti di atas, maka guru akan mampu menempatkan diri dalam lingkungan siswa secara tepat. Pada gilirannya guru akan mampu pla mengunakan teknik, motivasi secara tepat, baik dalam suasana kelompok maupun dalam suasana individual.

Adapun upaya lain untuk meningkatkan motivasi belajar menurut Robert (1990:153) yaitu:

A. Optimalisasi penerapan prinsip belajar

Kehadiran siswa di kelas merupakan awal dari motivasi belajar. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa merupakan bimbingan tindak pembelajaran bagi guru. Dalam upaya pembelajaran, guru harus berhadapan dengan siswa dan menguasai seluk beluk bahan yang diajarakan kepada siswa. Upaya pembelajaran terkait dengan beberapa prinsip pembelajaran.

Beberapa prinsip pembelajaran tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Belajar menjadi bermakna jika siswa memahami tujuan belajar, oleh karena itu guru harus menjelaskan tujuan belajar secara hierarkis.

2. Belajar menjadi bermakna bila siswa dihadapkan pada pemecahana masalah yang menantangnya, oleh karena itu peletakan urutan masalah yang menantang harus disusun guru dengan baik.

3. Belajar menjadi bermakna bila guru mampu memusatkan segala kemampuan mental siswa dalam program kegiatan tertentu oleh karena itu guru sebaiknya membuat pembelajaran dalam pengajaran unit atau proyek.

(34)

5. Belajar menjadi menantang bila siswa memahami prinsip penilaian dan faedah nilai belajarnya bagi kehidupan dikemudian hari, oleh karena itu guru perlu memberi tahukan kriteria keberhasilan atau kegagalan belajar. B. Optimalisasi unsur dinamis belajar dan pembelajaran

Unsur-unsur yang ada di lingkungan maupun dalam diri siswa ada yang mendorong dan ada yang menghambat kegiatan belajar. Oleh karena itu guru yang lebih memahami keterbatasan waktu bagi siswa dapat mengupayakan optimalisasi unsur-unsur dinamis tersebut dengan jalan :

1. Pemberian kesempatan pada siswa untuk mengungkap hambatan belajar yang dialaminya.

2. Memelihara minat, kemauan, dan semangat belajarnya sehingga terwujud tindak belajar.

3. Meminta kesempatan pada orang tua atau wali, agar member kesempatan kepada siswa untuk beraktualisasi diri dalam belajar.

4. Memanfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar.

5. Menggunakan waktu secara tertib, penguat dan suasana gembira terpusat pada perilaku belajar.

6. Guru merangsang siswa dengan penguat memberi rasa percaya diri. C. Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa

Guru wajib menggunakan pengalaman belajar dan kemampuan siswa dalam mengelola siswa belajar. Upaya optimalisasi pemanfaatan pengalaman siswa tersebut dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Siswa ditugasi membaca bahan belajar sebelumnya dan bertanya kepada guru apa yang mereka tidak mengerti.

2. Guru mempelajari hal-hal yang sukar bagi siswa. 3. Guru memecahkan hal-hal yang sukar.

4. Guru mengajarkan cara memecahkan kesukaran tersebut dan mendidik kebenaran mengatasi kesukaran.

5. Guru mengajak siswa mengalami dan mengatasi kesukaran. 6. Guru memberi kesempatan siswa untuk menjadi tutor sebaya.

(35)

8. Guru menghargai pengalaman dan kemampuan siswa agar belajar secara mandiri.

D. Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar

Pengembangan cita-cita belajar dilakukan sejak siswa masuk sekolah dasar. Pengembangan cita-cita tersebut ditempuh dengan jalan membuat kegiatan belajar sesuatu. Penguat berupa hadiah diberikan pada setiap siswa yang berhasil. Sebaliknya dorongan keberanian untuk memiliki cita-cita diberikan kepada siswa yang berasal dari semua lapisan masyarakat.

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Motivasi memegang peranan yang penting dalam proses belajar. Apabila guru dan orang tua dapat memberikan motivasi yang baik pada sisiw atau anaknya, maka dalam diri siswa atau anak akan timbul dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik. memberikan motivasi yang baik dan sesuai, maka anak dapat menyadari akan manfaat belajar dan tujuan yang hendak dicapai dengan belajar tersebut. motivasi bealjar juga diharapkan mampu menggugah semangat belajar, terutama bagi para siswa. Berdasarkan definisi-definisi para ahli, maka motivasi belajar adalah dorongan atau hasrat kemauan untuk melaksanakan kegiatan belajar dalam rangka mencapai tujuan.

(36)

membantu memberikan pengetahuan kepada jiwa anak-anak didik kita. Keterlibatan jiwa seorang murid dalam suatu kegiatan belajar mengajar, akan memberikan motivasi kuat kepada mereka. Anak-anak didik kita akan merasa dirinya berharga untuk melakukan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.

3.2 SARAN

Apa yang dijelaskan penyusun dalam makalah hanya sedikit tentang penjelasan tentang motivasi belajar siswa. Oleh karena itu, bagi para pembaca yang sudah membaca makalah ini diharapkan membaca sumber lain yang berhubungan dengan materi tersebut untuk memperoleh materi dan wawasan yang lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA

A. Tabrani R (1994) Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosda Karya

Abin Syamsudin Makmun (2001), Psikologi Kependidikan, Jakarta: Remaja Rosda Karya

Depdikbud (1996), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka

Nana Sudjana dan Daeng Arifin. (1988). Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Oemar Hamalik. (2002). Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo

Sondang P. Siagian. (2004). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta,

WS. Winkel. (1983) Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia, 1983

W.S. Winkel. (1996). Psikologi Pengajaran, Jakarta: Grasindo.

Referensi

Dokumen terkait

Jika kesadaran itu telah timbul, maka anak akan melakukan kegiatan belajar dengan kesadarannya sendiri, tanpa perlu ada paksaan dari pihak manapun, atau hanya pada saat akan

h.. belajar yang berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri”. Dorongan dari internal individu memiliki kunci

a) Motivasi intrinsik berdasarkan determinasi diri dan pilihan personal. Dalam pandangan ini, murid ingin percaya bahwa mereka melakukan sesuatu karena kemauan sendiri, bukan

Motivasi merupakan dorongan yang timbul pada diri seseorang karena adanya rangsangan dari pihak lain, sehingga menimbulkan usaha dan kemauan keras dalam mencapai tujuan

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan, bahwa motivasi ekstrinsik adalah suatu dorongan, ajakan atau paksaan yang datang dari luar diri anak itu sendiri, artinya ada pengaruh

Motivasi merupakan serangkaian usaha dalam kondisi tertentu yang membuat seseorang mau dan ingin melakukan suatu kegiatan, yang mana timbul dari dalam diri individu itu

Selain motivasi intrinsik yang telah dipaparkan diatas, terdapat pula motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang timbul akibat dorongan dari luar individu untuk melakukan sesuatu,

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang untuk melakukan kegiatan tertentu tanpa adanya rangsangan dari luar “Intrinsic motivations are