• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelas 11 SMK Produk Kulit Non Alas Kaki dan Non Busana 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kelas 11 SMK Produk Kulit Non Alas Kaki dan Non Busana 1"

Copied!
193
0
0

Teks penuh

(1)

PRODUK KULIT

NON ALAS KAKI DAN NON BUSANA

PRODUK KULIT

NON ALAS KAKI DAN NON BUSANA

PRODUK KULIT

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan kekuatan, rahmat dan hidayah-Nya sehingga Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dapat menyelesaikan penulisan modul dengan baik.

Modul ini merupakan bahan acuan dalam kegiatan belajar mengajar peserta didik pada Sekolah Menengah Kejuruan bidang Seni dan Budaya (SMK-SB). Modul ini akan digunakan peserta didik SMK-SB sebagai pegangan dalam proses belajar mengajar sesuai kompetensi. Modul disusun berdasarkan kurikulum 2013 dengan tujuan agar peserta didik dapat memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan di bidang Seni dan Budaya melalui pembelajaran secara mandiri.

Proses pembelajaran modul ini menggunakan ilmu pengetahuan sebagai penggerak pembelajaran dan menuntun peserta didik untuk mencari tahu bukan diberitahu. Pada proses pembelajaran menekankan kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi, pembawa pengetahuan, berpikir logis, sistematis, kreatif, mengukur tingkat berpikir peserta didik dan memungkinkan peserta didik untuk belajar yang relevan sesuai kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) pada program studi keahlian terkait. Disamping itu, melalui pembelajaran pada modul ini, kemampuan peserta didik SMK-SB dapat diukur melalui penyelesaian tugas, latihan, dan evaluasi.

Modul ini diharapkan dapat dijadikan pegangan bagi peserta didik SMK-SB dalam meningkatkan kompetensi keahlian.

Jakarta, Desember 2013

(5)
(6)

Produk Kulit Non Alas Kaki dan Non Busana (XI,1)

DAFTAR ISI

Cover ... i

Halaman Francis ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... iv

Daftar Tabel ………... Viii Daftar Gambar ………... ix

Glosarium ... xvi

A. Deskripsi Modul ... xvii

B. Petunjuk Penggunaan Modul ... xvii

C. Posisi Modul ... xviii

D. KI / KD ... xxi

UNIT 1 PENGETAHUAN DASAR KULIT ... 1

A. Ruang Lingkup ... 1

B. Tujuan Unit 1 ... 1

C. Kegiatan Belajar .. ... 1

1. Mengamati …... 2

2. Menanya …. ... 3

3. Mengumpulkan informasi/mencoba/bereksperimen ... 3

4. Mengasosiasi/mendiskusikan/mengolah informasi ... 4

5. Mengkomunikasikan/menyajikan/membentuk jejaring 4

D. Penyajian Materi ... 4

1. Pengertian Kulit ………... 5

2. Histologi ... 6

3. Jenis Kulit ... 8

4. Kerusakan Kulit Mentah ... 12

5. Cacat Kulit dan Penyebabnya ... 16

E. Rangkuman …... 18

F. Penilaian …... 19

1. Penilaian Sikap ... 19

2. Penilaian Keputusan ... 20

3. Penilaian Ketrampilan ... 21

G. Refleksi ……... 23

UNIT 2 KOMPETENSI DASAR KRIYA KULIT ………. 24

A. Pendahuluan ……….. 24

1. Kompetensi Pola ………. 24

2. Kompetensi Potong ………. 24

(7)

4. Kompetensi Jahit ………. 24

5. Kompetensi Rakit ………. 25

6. Kompetensi Finishing ……….. 25

B. Ruang Lingkup Pembelajaran ………. 25

C. Tujuan ……….. 25

D. Kegiatan Belajar 2 ………. 26

a. Mengamati ………. 26

b. Menanya ………. 27

c. Mengumpulkan informasi/mencoba/bereksperimen 28 d. Mengasosiasikan/mendiskusikan/mengolah informasi ……… 28

e. Mengkomunikasikan/menyajikan/membentuk jejaring ……… 28

E. Penyajian Materi 1 ……… 29

Kompetensi Dasar Pola ………. 29

F. Penyajian Materi 2 ……… 46

1. Kompetensi Potong ………. 46

2. Kompetensi Seset ……… 54

3. Kompetensi Jahit ………. 66

4. Kompetensi Rakit ………. 90

5. Kompetensi Penyelesaian Akhir (finishing) ………. 100

G. Rangkuman ……… 111

H. Penilaian ………. 112

1. Penilaian Sikap ……….. 112

2. Penilaian Pengetahuan ………. 112

3. Penilaian Ketrampilan ………. 114

I. Refleksi ……….. 115

UNIT 3 PERENCANAAN PRODUKSI PRODUK KULIT NON ALAS KAKI DAN NON BUSANA ……… 117

A. Pendahuluan ... 117

B. Ruang Lingkup ... 117

C. Tujuan ... 117

D. Kegiatan Belajar 2 ... 118

1. Mengamati ……….. 118

2. Menanya ... 119

3. Mengumpulkan informasi/mencoba/bereksperimen .... 120

4. Mengasosiasi/mendiskusikan/mengolah informasi ….. 120

5. Mengkomunikasikan/menyajikan/membentuk jejaring 120 E. Penyajian Materi ... 120

(8)

2. Proses Pembuatan Gantungan Kunci ……… 123

UNIT 4 PERENCANAAN PRODUKSI SAMPEL PRODUK TEMPAT HANDPHONE ……… 131

A. Pengertian Tempat Handphone ... 131

B. Perencanaan Pembuatan Produk Tempat Handphone ... 131

C. Proses Pembuatan Tempat Handphone ... 131

1. Pembuatan Desain ... 131

2. Pembuatan Pola ... 132

3. Pemotongan Bahan ... 132

4. Menyeset Bahan ... 133

5. Penjahitan dan Perakitan ... 134

6. Finishing ... 136

UNIT 5 PERENCANAAN PRODUKSI SAMPEL PRODUK TAS WANITA ……… 137

A. Pengertian Tas Wanita ... 137

B. Perencanaan Pembuatan Produk Tas Wanita ... 137

C. Penyajian Materi ... 137

D. Visualisasi ... 139

1. Pembuatan Desain ... 139

2. Proses Produksi ... 141

E. Rangkuman ... 156

F. Penilaian ... 157

1. Penilaian Sikap ... 157

2. Penilaian Pengetahuan ... 158

3. Penilaian Ketrampilan ... 159

G. Refleksi ... 160

(9)
(10)

DAFTAR TABEL

(11)
(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Penampang kulit 8

Gambar 1.2. Sketsa bagian-bagian kulit 12

Gambar 2.1. Pisau potong 30

Gambar 2.2. Penggaris potong 30

Gambar 2.3. Penggaris ukur 30

Gambar 2.4. Uncek / penanda 30

Gambar 2.5. Jangka 31

Gambar 2.6. Meja dan landasan seng 31

Gambar 2.7. Batu asah 31

Gambar 2.8. Minyak pelumas 31

Gambar 2.9. Pola master 32

Gambar 2.10. Pola kerja 33

Gambar 2.11. Posisi penerapan pola kerja 33

Gambar 2.12. Cara posisi memegang pisau dan penggaris 35

Gambar 2.13. Bentuk pola sudut 35

Gambar 2.14. Cara menghaluskan bagian sudut dengan

amplas 36

Gambar 2.15. Posisi pemotongan 37

Gambar 2.16. Posisi mengukur dan posisi membuat sudut 37

Gambar 2.17. Mengcopy sebelah 37

Gambar 2.18. Pola jadi 37

Gambar 2.19. Meratakan sudut 38

Gambar 2.20. Kode dan tanda 38

Gambar 2.21. Potongan pola 38

Gambar 2.22. Pengukuran pola 39

Gambar 2.23 Copy pola 39

Gambar 2.24. Penghalusan lengkungan pola 39

Gambar 2.25. Pemberian tanda, kode 40

Gambar 2.26. Potongan tepong 40

Gambar 2.27. Posisi pengukuran 40

Gambar 2.28. Bentuk simetris 41

Gambar 2.29. Menentukan pola lebar jahitan 41

Gambar 2.30. Memindahkan ukuran tepong 41

Gambar 2.31. Menentukan panjang tepong 42

Gambar 2.32. Pola tepong 42

Gambar 2.33. Pola bagian belakang 42

(13)

Gambar 2.35. Cara mengcopy bentuk simetris 43

Gambar 2.36. Menghaluskan bagian lengkung 43

Gambar 2.37. Pemberian tanda, kode 44

Gambar 2.38. Garis tengah pola 44

Gambar 2.39. Pola bagian depan 44

Gambar 2.40. Copy pola 45

Gambar 2.41. Kode komponen pola 45

Gambar 2.42. Meja kerja 46

Gambar 2.43. Pisau potong 46

Gambar 2.44. Gunting 47

Gambar 2.45. Penggaris ukur 47

Gambar 2.46. Penggaris potong 47

Gambar 2.47. Pemberat / penindih 47

Gambar 2.48. Uncek 48

Gambar 2.49. Batu asah 48

Gambar 2.50 Trolly 48

Gambar 2.51. Tempat hasil potongan 48

Gambar 2.52. Kulit 49

Gambar 2.53. Minyak pelumas 49

Gambar 2.54. Pola potong 49

Gambar 2.55. Lay out komponen lengkap 50

Gambar 2.56. Komponen sama 50

Gambar 2.57. Persiapan bahan dan alat 52

Gambar 2.58. Identifikasi cacat kulit 52

Gambar 2.59. Pengaturan pola 52

Gambar 2.60. Tanda penempatan komponen 53

Gambar 2.61. Pemotongan bahan 53

Gambar 2.62. Hasil potongan 54

Gambar 2.63. Penampang sesetan miring 55

Gambar 2.64. Sesetan miring 55

Gambar 2.65. Sambungan tumpang 55

Gambar 2.66. Konstruksi-konstruksi komponen digabung 55

Gambar 2.67. Penampang sesetan rata 56

Gambar 2.68. Penggunaan sesetan rata 56

Gambar 2.69. Sesetan rata untuk lipatan 56

Gambar 2.70. Penggunanaan sesetan rata untuk konstruksi

jahitan pitrit 56

Gambar 2.71. Penggunanaan sesetan rata untuk bungkus

tepi produk 56

(14)

stik balik )

Gambar 2.73. Penggunaan sesetan rata untuk sambungan

tumpang 56

Gambar 2.74. Penampang sesetan alur/lengkung 57

Gambar 2.75. Sesetan bentuk cekung/alur 57

Gambar 2.76. Hasil sesetan cekung agar mudah di tekuk 57

Gambar 2.77. Penerapan hasil sesetan cekung/alur untuk

saku pada tas 57

Gambar 2.78. Penerapan hasil sesetan cekung/alur pada

produk tempat handphone 57

Gambar 2.79. Mesin seset 58

Gambar 2.80. Micrometer 58

Gambar 2.81. Penggaris besi 58

Gambar 2.82. Gunting 59

Gambar 2.83. Komponen mesin seset 59

Gambar 2.84. Sesetan komponen 64

Gambar 2.85. Bagian komponen mesin seset 64

Gambar 2.86. Penampang sesetan paralel 65

Gambar 2.87. Penampang sesetan miring 65

Gambar 2.88. Jenis-jenis sepatu mesin seset 65

Gambar 2.89. Pengelompokan potongan kulit 68

Gambar 2.90. Lay out mesin jahit 69

Gambar 2.91. Mesin jahit 69

Gambar 2.92. Perangkat mesin jahit 69

Gambar 2.93. Jenis jahitan 70

Gambar 2.94. Rumah skoci 70

Gambar 2.95. Bagian mesin depan 71

Gambar 2.96. Bagian poros engkel 71

Gambar 2.97. Bagian mesin bawah 71

Gambar 2.98. Pemberian minyak pada mesin 72

Gambar 2.99. Gigi mesin jahit diberi pembatas 73

Gambar 2.100. Tutup mesin jahit 73

Gambar 2.101. Mesin jahit industri 74

Gambar 2.102. Mesin jahit cangklong 74

Gambar 2.103. Mesin jahit bumbung ( post bad ) 75

Gambar 2.104. Obeng 75

Gambar 2.105. Gunting 76

Gambar 2.106. Kunci pas 76

Gambar 2.107. Kuas 76

(15)

Gambar 2.109. Jenis fungsi komponen mesin jahit, Detail A 77

Gambar 2.110. Jenis fungsi komponen mesin jahit, Detail B 77

Gambar 2.111. Jenis fungsi komponen mesin jahit, Detail C 77

Gambar 2.112. Jenis fungsi komponen mesin jahit, Detail D 77

Gambar 2.113. Skoci 79

Gambar 2.114. Sarangan cara memasukkan skoci ke

sarangan 79

Gambar 2.115. Penggulung benang 80

Gambar 2.116. Jarum 80

Gambar 2.117. Ukuran benang dan jarum 81

Gambar 2.118. Tarikan benang 82

Gambar 2.119. Setelan skrup skoci 82

Gambar 2.120. Skrup setelan benang bagian atas 82

Gambar 2.121. Ikatan benang di tengah-tengah bahan 82

Gambar 2.122. Detail ikatan jahitan yang tepat 83

Gambar 2.123. Hasil jahitan ketarik ke bawah 83

Gambar 2.124. Detail hasil jahitan ketarik ke bawah 83

Gambar 2.125. Hasil jahitan ketarik ke atas 83

Gambar 2.126. Pemasangan jarum 84

Gambar 2.127. Posisi kedudukan jarum 85

Gambar 2.128. Pemasangan benag bagian atas 86

Gambar 2.129. Cara memasukkan spull ke dalam skoci 86

Gambar 2.130. Cara menyetel benang skoci 86

Gambar 2.131. Latihan jahit dengan karton 87

Gambar 2.132. Latihan jahit dengan bahan kulit 87

Gambar 2.133. Latihan jahit bahan kertas marga 90

Gambar 2.134. Kap lampu 91

Gambar 2.135. Mesin seset 92

Gambar 2.136. Mesin jahit datar 92

Gambar 2.137. Mesin jahit bumbung 93

Gambar 2.138. Mesin jahit cangklong 93

Gambar 2.139. Gunting 93

Gambar 2.140. Palu 94

Gambar 2.141. Uncek 94

Gambar 2.142. Penggaris ukur 94

Gambar 2.143. Penggaris potong 94

Gambar 2.144. Pisau potong 94

Gambar 2.145. Mikrometer 95

Gambar 2.146. Batu marmer 95

(16)

Gambar 2.148. Plong / pelubang 95

Gambar 2.149. Palu kayu 95

Gambar 2.150. Landasan kayu 96

Gambar 2.151. Landasan besi 96

Gambar 2.152. Benang 96

Gambar 2.153. Kulit 96

Gambar 2.154. Vinyl 97

Gambar 2.155. Karton 97

Gambar 2.156. Lem kuning 97

Gambar 2.157. Merakit komponen kulit bagian kap 98

Gambar 2.158. Merakit komponen kulit bagian tiang 99

Gambar 2.159. Merakit komponen kulit bagian tiang 99

Gambar 2.160. Perangkat kompressor 102

Gambar 2.161. Stik kayu 102

Gambar 2.162. Kain lap 102

Gambar 2.163. Kuas 102

Gambar 2.164. Wadah / tempat cat 103

Gambar 2.165. Solder 103

Gambar 2.166. Gunting 103

Gambar 2.167. Cat tepi 103

Gambar 2.168. Silikon 104

Gambar 2.169. Semir 104

Gambar 2.170. Bensin 104

Gambar 2.171. Karep krep 104

Gambar 2.172. Malam 105

Gambar 2.173. Finishing dengan cat tepi 106

Gambar 2.174. Finishing dengan kompressor / spray gun 107

Gambar 2.175. Finishing dengan karet krep 107

Gambar 2.176. Finishing dengan solder 108

Gambar 2.177. Finishing menggunakan kuas 108

Gambar 2.178. Finishing menggunakan silikon 109

Gambar 2.179. Finishing semir dan bensin 110

Gambar 2.180. Finishing dengan malam/lilin 110

Gambar 3.1. Pisau potong 121

Gambar 3.2. Meteran pita 121

Gambar 3.3. Penggaris ukur 121

Gambar 3.4. Pensil / tinta 122

Gambar 3.5. Uncek 122

Gambar 3.6. Gunting 122

(17)

Gambar 3.8. Sket terpilih 123

Gambar 3.9. Membuat aksis 124

Gambar 3.10. Membuat lengkungan 124

Gambar 3.11. Hasil pola bentuk lengkung 124

Gambar 3.12. Pola jadi gantungan kunci 125

Gambar 3.13. Pemotongan 125

Gambar 3.14. Potongan produk 125

Gambar 3.15. Proses seset 126

Gambar 3.16. Hasil seset 126

Gambar 3.17. Proses pengeleman sebelum dirakit 127

Gambar 3.18. Merekatkan dua sisi gantungan kunci 127

Gambar 3.19. Meratakan bagian tepi produk 127

Gambar 3.20. Proses jahit 128

Gambar 3.21. Finishing pengecatan cat tepi 128

Gambar 3.22. Membersihkan benang 129

Gambar 3.23. Penyelesaian akhir ( finishing ) 129

Gambar 3.24. Produk gantungan kunci 129

Gambar 4.1. Pola tempat handphone 132

Gambar 4.2. Pemotongan bahan kulit 133

Gambar 4.3. Pemotongan bahan lapis 133

Gambar 4.4. Hasil pemotongan 133

Gambar 4.5. Proses penyesetan 134

Gambar 4.6. Hasil sesetan 134

Gambar 4.7. Perakitan potongan produk kulit dengan

kertas marga 134

Gambar 4.8. Proses pelipatan 135

Gambar 4.9. Hasil pelipatan 135

Gambar 4.10. Proses jahit 135

Gambar 4.11. Hasil jahitan 136

Gambar 4.12. Produk jadi 136

Gambar 5.1. Model tas wanita 140

Gambar 5.2. Sket 140

Gambar 5.3. Perspektif 140

Gambar 5.4. Gambar kerja 141

Gambar 5.5. Mesin jahit datar 141

Gambar 5.6. Mesin seset kulit 142

Gambar 5.7. Mesin amplas kulit 142

Gambar 5.8. Gunting kulit 142

Gambar 5.9. Tang pelubang 143

(18)

Gambar 5.11. Pisau potong kulit 143

Gambar 5.12. Uncek 144

Gambar 5.13. Penggaris potong 144

Gambar 5.14. Penggaris ukur 144

Gambar 5.15. Batu asah 145

Gambar 5.16. Batu marmer 145

Gambar 5.17. Landasan kaki tiga 145

Gambar 5.18. Kulit kuda samak bulu 146

Gambar 5.19. Kulit sapi samak crome 146

Gambar 5.20. Benang jahit 146

Gambar 5.21. Kain lapis 147

Gambar 5.22. Lem 147

Gambar 5.23. Cat tepi 147

Gambar 5.24. Kertas Malaga 148

Gambar 5.25. Keling 148

Gambar 5.26. Emboss logo 148

Gambar 5.27. Kancing magnet 148

Gambar 5.28. Mata ayam 149

Gambar 5.29. Ritsluiting 149

Gambar 5.30. Lay out pemotongan 1 150

Gambar 5.31. Lay out pemotongan 2 150

Gambar 5.32. Pemolaan 151

Gambar 5.33. Pemotongan 152

Gambar 5.34. Penyesetan 152

Gambar 5.35. Jahitan sambungan tutup 153

Gambar 5.36. Jahitan sambungan tumpang 153

Gambar 5.37. Sambungan binding U ( flat ) 153

Gambar 5.38. Jahitan sambungan balik 153

Gambar 5.39. Tusukan kunci 154

Gambar 5.40. Jenis jahitan sambungan dan tusukan 154

Gambar 5.41. Penjahitan 154

Gambar 5.42. Perakitan 155

Gambar 5.43. Finishing 155

(19)
(20)

GLOSARIUM

ISTILAH KETERANGAN

Landasan Kayu  Untuk memahat atau menatah kulit

tersamak jenis kayu yang digunakan adalah kayu serat halus dan padat tidak mudah mematahkan pahat kulit

Tindhih  Alat ini biasanya berupa besi fungsinya

utuk menindih kulit agar tidak bergerak dalam proses pemotongan

Kulit Tersamak  Kulit yang diproses dengan

menggunakan bahan samak nabati, crome, kombinasi nabati,crome

Split  Kulit jadi dari sapi, kuda, kerbau, domba,

kambing yang dibelahdengan mesin belah yang menghasilkan 2 bagian atau lebih.

Batu Asah  Untuk mengasah / menajamkan pisau

dan alat lain yang yang membutuhkan ketajaman.

Meja potong besar  Fasilitas tempat potong bahan sarung tangan dan bahan lain dengan ukuran sekitar, T 960 cm,L 1250 cm,dan panjang 2320 cm.

Penggaris Ukur  Penggaris lokal yang menggabungkan

sistim inci ,mllimeter dan centimeter.

Penggaris potong  Penggaris yang mempunyai bagian

yang cembung , dengan ukuran panjang antara 40, 60 dan 100 cm.

Pisau  Untuk memotong komponen pola

dengan tangan dan bahan lain.

Pola Potong  Dibuat dari bahan kertas duplek atau dari

seng yang dipakai sebagai mal untuk memotong bahan kulit dan bahan lain.

Seng  Sabagai penahan untuk landasan

pemotongan , agar dipilih yang paling tebal sehingga tetap datar.

Uncek  Untuk menandai komponen pola.Sebagai

(21)
(22)

DESKRIPSI MODUL

Modul dengan judulProduk Kulit Tersamak Non Alas Kaki Dan Non Busana.1dipergunakanuntuk pegangan siswa SMK Seni Budayayang difasilitasi oleh Direktorat Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan Jakarta.

Tujuan penyusunan modul ini agar peserta didik diharapkan memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan di bidang kriya kulit.

Modul ini terdiri dari tiga (3) unit belajar. Pada Unit Belajar I menjelaskan tentang : 1) Pengertian kuit, 2) Histologi, 3) Macam dan jenis kulit, 4) Kerusakan kulit mentah, 5) Cacat kulit dan penyebabnya, dengan uraian materi, kegiatan pembelajaran, evaluasi dan sumber belajar.

Pada unit belajar II menjelaskan tentang: 1) kompetensi pola. 2) Kompetensi Potong, 3) Kompetensi Seset, 4) Kompetensi Jahit 5) Kompetensi Rakit dan 6) Kompetensi Finishing

Unit Belajar III, membuat sample produk kulit meliputi 1)Pembuatan sampel produk kulit berupa gantungan kunci, 2) Sampel produk tempat HP dan sample produk Tas wanita, sampel tersebut untuk memancing siswa untuk berkreasi dan ber inovasi agar wawasan dalam membuat suatu produ berkembang tidak hanya satu model saja, dan sampel tersebut dapat dikembangkan seluas luasnya sesuai perkembangan pasar dan kearifan local dari daerah dimana sekolah berada

Aktivitas dan partisipasi peserta didik dalam mencermati dan melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam modul ini sangat diharapkan sehingga peserta didik untuk mencari tahu materi dan membelajarkan diri secara mandiri. Hal inilah yang menjadi penting dalam modul ini yang membedakannya dengan modul-modul SMK sebelumnya.

(23)
(24)

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

1. Pelajari daftar isi serta peta kedudukan modul dengan cermat dan teliti. Karena peta kedudukan modul akan nampak kedudukan modul yang sedang anda pelajari dengan modul-modul yang lain.

2. Kerjakan soal-soal dalam cek kemampuan untuk mengukur sampai sejauh mana pengetahuan yang Anda miliki.

3. Anda harus mengikuti kegiatan pembelajaran dalam modul ini dengan benar.

4. Perhatikan langkah-langkah dalam melakukan pekerjaan dengan benar untuk mempermudah dalam memahami suatu proses pekerjaan. 5. Pahami setiap materi teori dasar yang akan menunjang dalam

penguasaan suatu pekerjaan dengan membaca secara teliti. Kemudian kerjakan soal-soal evaluasi sebagai sarana latihan.

6. Untuk menjawab tes formatif usahakan memberi jawaban yang singkat, jelas dan kerjakan sesuai dengan kemampuan Anda setelah mempelajari modul ini.

7. Bila terdapat penugasan, kerjakan tugas tersebut dengan baik dan bilamana perlu konsultasikan hasil tersebut pada guru.

(25)
(26)

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH

MENENGAH KEJURUAN (SMK)/

MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (MAK)

Bidang Keahlian : Seni Rupa Dan Kriya

Program Keahlian : Desain Dan Produksi Kriya

Paket Keahlian : Desain Dan Produksi Kriya Kulit

Mata Pelajaran : Produk non alas kaki dan non busana kulit

Kelas XI

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1. Menghayati dan mengamalkan

ajaran agama yang dianutnya 1.1. Menghayati keberhasilan dan kegagalan wirausahawan dan keberagaman produk kerajinan di wilayah setempat dan lainnya sebagai anugerah Tuhan 2. Menghayati dan Mengamalkan

perilaku jujur, disiplin,

tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

2.1. Menunjukkan motivasi internal dan peduli lingkungan dalam menggali informasi tentang keberagaman produk kerajinan dan kewirausahaan di wilayah setempat dan lainnya

2.2. Menghayati perilaku jujur, percaya diri, dan mandiri dalam memperkenalkan karya

kerajinan di wilayah setempat dan lainnya dan menerapkan wirausaha

(27)

semangat usaha

3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah.

3.1. Memahami macam dan model, pembentukan dan pelaksanaan penyelesaian akhir produk non alas kaki dan non busana kulit

3.2. Menelaah macam dan model ,

pembentukan dan pelaksanaan penyelesaian akhir produk non alas kaki dan non busana kulit 3.3. Menerapkan macam dan model,

pembentukan dan pelaksanaan penyelesaian akhir, produk non alas kaki dan non busana kulit 3.4. Menganalisis aspek-aspek

perencanaan usaha produk non alas kaki dan non busana kulit berdasarkan pengamatan peluang usaha

3.5. Menganalisis aspek ekonomi, budaya, sosial dan

pengembangan berkelanjutan untuk produk kriya tas kulit. 4. Mengolah, menalar, dan menyaji

dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan

pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu

melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.

4.1 Mendesain macam dan model ,

pembentukan dan pelaksanaan penyelesaian akhir produk non alas kaki Kulit dan non busana

4.2. Menyajikanmacam dan model ,

pembentukan tas dan

pelaksanaan penyelesaian akhir produk non alas kaki dan non busana kulit

(28)

dan model tas, pembentukan tas dan pelaksanaan penyelesaian akhir produk kriya tas Kulit.

4.4. Mengkomunikasikan karya kreatif kriya tas kulit berdasarkan aspek ekonomi kreatif (ekonomi,

budaya, sosial dan

pengembangan berkelanjutan) yang layak jual dengan

menggunakan teknologi tepat guna dan menerapkan desain ramah lingkungan (green design). 4.5 Mendesain proses produksi

usaha kerajinan dari bahan kulit berdasarkan identifikasi

kebutuhan sumberdaya dan prosedur berkarya dengan pendekatan budaya setempat dan lainnya

4.6 Menciptakan usaha karya kerajinan dari bahan kulit yang berkembang di wilayah setempat dan lainnya sesuai teknik dan prosedur

(29)
(30)

Pengetahuan Dasar Kulit

Pengertian Kulit Tersamak

Histologi

Macam dan Jenis Kulit

Kerusakan Kulit Mentah

Cacat Kulit dan Penyebabnya

PENGETAHUAN DASAR KULIT

A. Ruang Lingkup

B. Tujuan Unit 1

Setelah membaca modul ini siswa diharapkan dapat : 1. Menjelaskan pengertian kulit tersamak dengan benar 2. Menjelaskan histologi kulit secara lengkap

3. Mengidentifikasi macam dan jenis kulit secara benar

4. Mengidentifikasi kerusakan kulit mentah (row material)

5. Mengidentifikasi cacat cacat kulit dan penyebabnya secara benar

C. Kegiatan Belajar

Melalui pembelajaran kolaboratif dimungkinkan peserta didik lebih mudah menemukan pengalaman yang baru. Kolaborasi esensinya merupakan interaksi yang menempatkan dan memaknai kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja agar memudahkan usaha kolektif untuk memudahkan mencapai tujuan bersama.

Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan dan fungsi guru adalah sebagai fasilitator. Sebaliknya peserta didiklah yang aktif. Jika

(31)

pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai satu falsafah pribadi, maka ia menyentuh tentang identitas peserta didik, jika mereka berinteraksi dengan yang lain. Peserta didik secara mandiri dapat mencari pengalaman baru yang bermanfaat melalui proses pembelajaran. Untuk mendapatkan pengalaman baru tersebut peserta didik harus melaksanakan langkah-langkah pendekatan sebagai berikut :

1. Mengamati

Dalam kegiatan mengamati ini Anda diminta mengamati beberapa jenis kulit khususnya yang ada di daerah sekitar, misalnya di sekolah, sekitar tempat tinggal, ataupun wilayah yang lebih luas seperti kabupaten/provinsi. Pengamatan ini akan memperkaya pemahaman Anda tentang berbagai jenis kulit sebagai inspirasi untuk mengembangkan formula bahan kriya kulit ketika akan membuat produk kriya kulit. Sebagai panduan dalam pengamatan ini Anda dapat mengikuti instruksi pengamatan dari guru ataupun instruksi dalam modul ini, Andapun dapat memperkaya pengetahuan dengan melakukan pengamatan secara pribadi dan mandiri.

a) Amatilah beberapa jenis kulit yang ada di pasaran.

b) Amatilah beberapa jenis kulit yang Anda temukan tersebut dan bandingkan. Carilah perbedaan maupun kesamaan yang ada pada kulit tersebut.

c) Kelompokkan kulit yang Anda amati berdasarkan jenis, sifat, dan bagian-bagiankulit.

d) Jenis kulit apa saja yang terdapat di sekitar Anda? e) Adakah kulit yang namanya belum Anda kenal?

f) Apakah semua jenis kulit tersebut bisa sebagai bahan untuk membuat produk kriya kulit?

Tuliskan hasil pengamatan Anda berdasarkan penugasan guru dengan membuat format pengamatan sendiri ataupun menggunakan format pengamatan seperti contoh di bawah ini.

Lembar kegiatan mengamati

No. Nama

(32)

2. Menanya

Tanyakanlah kepada pengrajin kulit, guru kriya kulit tentang segala hal, khususnya tentang kulit. Galilah segala pertanyaan yang ada di benak Anda agar Anda terbiasa untuk mampu mengidentifikasi, melihat, menggali dan menemukan permasalahan. Beberapa pertanyaan di bawah ini dapat anda gunakan dan Anda kembangkan sendiri.

a) Bagaimana mengidentifikasi kulit baik dan jelek? b) Kulit yang cocok untuk membuat sepatu wanita? c) Identifikasikan cacat kulit permanen?

d) Di mana tempat penyamakan kulit nabati dan kulit samak crome? e) Amati lapisan lapisan kulit secara histologi kulit.?

Lembar kegiatan menanya :

Penggunaan format lembar pertanyaan adalah cara untuk mempermudah dalam menghimpun, mengurutkan pertanyaan yang diperoleh agar mempunyai susunan yang sistematis, dari yang sederhana/mudah ke hal yang sulit/kompleks; atau berdasar urutan waktu, dari yang awal ke yang paling mutakhir, dan seterusnya. Buatlah daftar pertanyaan dengan menggali sebanyak mungkin pertanyaan, agar mudah pencatatannya, Anda dapat membuat

format kegiatan menanya ini secara mandiri atau

mengembangkannya berdasar contoh yang ada di bawah ini:

Lembar pertanyaan

No. Pertanyaan

3. Mengumpulkan informasi / mencoba / bereksperimen

(33)

a) Kumpulkan data yang berkaitan dengan objek studi: 1) Kulit yang termasuk berkualitas

2) Bagian-bagian kulit sesuai histologi kulit

b) Laporkan data Anda melalui berbagai media (cetak, elektronik)

4. Mengasosiasikan / mendiskusikan / mengolah informasi

a) Guru meminta peserta didik untuk mencari ciri-ciri khas yang dimiliki setiap jenis kulit.

b) Peserta didik mengidentifikasi: bagian-bagian kulit, jumlah bagian lapisan kulit, dan sifat-sifat kulit.

Diskusikan dengan teman (guru membentuk kelompok diskusi): a) Pengertian kulit

b) Bagian-bagian kulit

c) Fungsi masing-masing jenis kulit. Tulislah hasil diskusi Anda

5. Mengkomunikasikan / menyajikan / membentuk jejaring

a) Peserta didik menyimpulkan jenis-jenis kulit, bagian bagian kulit, fungsi kulit dan sifat-sifat kulit.

b) Peserta didik mempresentasikan (mengkomunikasikan) hasil pengamatan tentang jenis-jeniskulit, lapisan kulit dan sifat - sifat kulit dan dikonfirmasi oleh guru.

D. Penyajian Materi

Buku kriya kulit ini, diharapkan para peserta didik kriya kulit serta pembaca memiliki wawasan kemampuan, apresiasi, dan keterampilan dalam memahami landasan, konsep, tujuan, dan ruang lingkup pembelajaran kriya kulit meliputi: pengetahuan pemilihan bahan baku kulit mulai dari penyamakan kulit, pembuatan desain (gambar), pembuatan kriya kulit,tersamak non persepatuan dan non busana mulai cara membuat pola, memotong kulit, menyeset kulit, menjahit, merakit produk serta finishing produk kulit. Pembuatan kriya kulit tersamak yaitu pembuatan produk kerajinan ikat pinggang, dompet, tas, sepatu sandal, dan produk – produk interior maupun asesoris yang terbuat dari kulit.

Dengan memiliki kompetensi ini para siswa diharapkan dapat mengaplikasikan sikap pengetahuan dan ketrampilan dalam pembelajaran kriya kulit secara nyata sesuai konteks sekolah dan daerah.

(34)

konsep dasar, tujuan, ruang lingkup, keteknikan dan pengembangan desain kerajinan kulit yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan siswa dan masyarakat.

1. Pengertian Kulit

Sebelum mempelajari lebih jauh mengenai struktur jaringan kulit dan bagian kulit yang digunakan, terlebih dahulu kita mempelajari pengertian kulit.

Kulit adalah bagian terluar dari struktur manusia, hewan atau tumbuhan. Kulit yang bisa digunakan dalam pembuatan produk adalah kulit jadi, yaitu kulit yang sudah disamak atau diproses menggunakan bahan kimia dengan takaran dan perhitungan waktu tertentu. Kulit mempunyai sifat dan ciri yang unik yang tidak dimiliki oleh bahan yang lain. Satu lembarkulit bisa memiliki sifat yang tidak sama. Oleh sebab itu, pengetahuan untuk dapat menentukan kualitas kulit sangat diperlukan.

Kulit adalah lapisan luar tubuh binatang yang merupakan suatu kerangka luar, tempat bulu binatang itu tumbuh. Dalam Ensiklopedi Indonesia, dijelaskan bahwa kulit adalah lapisan luar badan yang melindungi badan atau tubuh binatang dari pengaruh-pengaruh luar. misalnya panas. Bisa juga pengaruh yang bersifat mekanis, kimiawi, serta merupakan alat penghantar suhu.

Pada saat hidup, kulit mempunyai fungsi antara lain sebagai indra perasa. Selain itu sebagai tempat pengeluaran hasil pembakaran (gegetahan). sebagai pelindung dari kerusakan bakteri kulit, sebagai buffer terhadap pukulan, sebagai penyaring sinar matahari, serta sebagai alat pengatur peralatan tubuh hewan".

Seperti telah disampaikan di muka, dalam dunia perkulitan, jika dilihat dari sisi bahannya, dikenal ada dua kelompok besar kulit. Pertama, kulit yang telah mengalami proses pengolahan penyamakan kulit yang kemudian disebut leather atau kulit jadi (kulit tersamak). Jenis kulit ini digunakan sebagai bahan baku industri persepatuan dan nonpersepatuan, pada umumnya merupakan barang-barang terpakai (fungsional). Kedua, kulit yang belum mengalami pengolahan dengan bahan kimiawi, sehingga masih alami dan merupakan bahan mentah. Jenis kulit yang kedua ini digunakan dalam seni tatah sungging sebagai bahan utama. Kulit yang masih alami ini dalam dunia perkulitan dikenal dengan sebutan kulit perkamen atau kulit mentah. Setiap kulit binatang (hewan). dari jenis yang berbeda. mempunyai sifat dan karakter yang berbeda pula. Oleh karena itu, kulit binatang dapat dibedakan kualitasnya menurut faktor-faktor berikut.

(35)

a) Kulit kerbau berbeda dengan kulit sapi (lembu). Kulit kambing berbeda dengan kulit domba.

b) Area geografi (asal) ternak.Kulit sapi Madura berbeda dengan kulit sapi fries Holland.

c) Aktivitas ternak.

Kulit sapi perah berbeda dengan kulit sapi potong. d) Masalah kesehatan ternak

e) Usia ternak.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut di atas, tidak semua kulit binatang memenuhi persyaratan sebagai bahan baku industri perkulitan, terutama dalam industri yang menggunakan bahan kulit alami. Berdasarkan factor-faktor tersebut di atas, tidak semua kulit binatang memenuhi persyaratan sebagai bahan baku industri perkulitan, terutama dalam industri yang menggunakan bahan kulit alami.

2. Histologi

Kulit merupakan satuan tenunan jaringan tubuh hewan (binatang), yang terbentuk dari sel-sel hidup dan merupakan satu kesatuan yang saling mengait.

Ditinjau secara Histologi (ilmu jaringan tubuh), kulit terdiri atas tiga

lapisan, yaitu: lapisan Epidermis, lapisan Corium (Derma),dan

lapisan Hypodermis (Subcutis). Dalam buku Teknik Penyamakan Kulit

untuk pedesaan, dijelaskan sebagai berikut.

a) Lapisan Epidermis

(36)

b) Lapisan Corium (Derma)

Bagian pokok dari kulit dinamakan lapisan Corium (Derma). Istilah Corium berasal dari kata Latin yang berarti kulit asli. Corium sebagian besar tersusun dari serat tenunan pengikat, yang terdiri atas tiga macam tipe tenunan, yaitu tenunan Collagen, tenunan Elastin, dan tenunan Reticular. Tenunan Collagen merupakan penyusun utama Corium. Corium (Derma) mempunyai dua lapisan, yaitu lapisan Thermostat (rajah) dan lapisan Retic'da atau Corwm asli. Lapisan rajah merupakan lapisan kulit teratas.

Pada lapisan ini, terdapat akar rambut, kelenjar-kelenjar, dan urat daging. Lapisan rajah merupakan bagian kecil dari seluruh kulit, yang secara persentase besar kecilnya tergantung pada tipe kulitnya. Pada kulit binatang kecil, persentasenya akan lebih besardibandingkan pada jenis kulit binatang besar. Serat tenunan yang terdapat pada lapisan rajah umumnya kecil, halus, dan susunannya tidak teratur. Gambaran rajah yang dihasilkan oleh lubang-lubang rambut berbeda pada masing-masing spesies. Perbedaan itu nampak pada permukaan kulit. Gambaran rajah dapat mempermudah pengenalan kulit hewan asalnya, misalnya kulit kambing, sapi muda, sapi dewasa, kuda, dan lain sebagainya. Lapisan Reticular sebagian besar terdiri atas anyaman Collagen yang tersusun secara berkas-berkas. Serat-seratnya lebih besar bila dibandingkan dengan serat Collagen yang terdapat pada rajah. Serat Collagen merupakan benang-benang halus yang berkelok-kelok, dalam berkas-berkas yang terbungkus lembaran anyaman atau tenunan Reticular, yang akan mengeras bila dikeringkan. Lapisan Reticular pada kulit binatang besar meliputi 70%-80%, sedangkan pada kulit binatang kecil antara 45%-50% dari seluruh volume kulit.

c) Lapisan Hypodermis (Subcutis)

Tenunan Subcutis merupakan tenunan pengikat longgar yang menghubungkan Corium dengan bagian-bagian lain dari tubuh. Hypodermis sebagian besar terdiri atas serat-serat Collagen dan Elastin. Susunan longgar yang berupa tenunan lemak merupakan tempat timbunan lemak. Pada umumnya disebut lapisan daging. Lapisan Hypodermis ini dihilangkan sebelum disamak.

(37)

Gambar 1.1. Penampang kulit

Sumber. Dokumen Studio Kulit PPPPTK Seni dan Budaya

3.

J

enis kulit

a) Jenis kulit berdasarkan asal hewan

Hewan ternak : sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, babi.

Hewan melata : buaya, biawak, komodo, ular, kodok

Hewan air : ikan pari, ikan kakap, ikan tuna

Hewan liar : gajah, harimau

Burung : burung unta, ayam

b) Pembagian kelompok kulit

Kulit besar (sapi,kerbau, kuda, gajah) Kulit kecil (kambing, domba, kijang, kelinci) Kulit reptil (ular, buaya, biawak, kadal, kodok) Kulit ikan (pari, hiu, tuna).

Kulit merupakan hasil sampingan dari hewan yang dagingnya dikonsumsi. Kulit yang dihasilkan dari binatang yang dagingnya dikonsumsi, harganya terjangkau. Sebaliknya, kulit binatang yang dagingnya tidak dikonsumsi harganya cukup mahal seperti kulit buaya, biawak dsb. Ada jenis binatang langka yang dilindungi dan dilarang untuk diburu misalnya gajah, buaya, harimau dsb. Sehinngga kulit dari jenis binatang ini juga langka.

Penggolongan kulit, jika dagingnya di konsumsi : 1) Kulit sapi

(38)

lebih mengkilat. Dengan demikian harganya pun relatif lebih mahal. Bahkan bagian dalam kulit hasil split dapat diperdagangkan secara terpisah, misalnya untuk pakaian dalam yang tipis tetapi cukup kuat. 2) Kulit kerbau

Kulit kerbau tidak jauh beda dengan kulit sapi, baik dari ukuran, kekuatan, dan keuletannya. Hanya saja kulit kerbau lebih tebal sedikit dibanding kulit sapi.

3) Kulit kambing

Kulit kambing banyak terdapat di Indonesia dan digunakan sebagai bahan baku pembuatan barang kerajinan. Karena tidak asing bagi masyarakat luas dan mudah dicari hasil samakanya di toko-toko, harganyapun menjadi agak murah. Ukurannya tidak terlalu lebar, sekitar 28 x 28 cm dengan hasil samakan mengkilap dan ada pula yang berwarna. Kualitasnya berbeda-beda berdasarkan jenis kulit hasil pengolahannya. Kulit ini disukai para pengusaha (kerajinan) kulit sebab mudah dalam penggarapannya.

4) Kulit domba

Selain ukurannya yang agak kecil dan bentuknya memanjang, kulit domba tidak banyak berbeda dengan kulit kambing. Kulit ini juga mudah didapat di toko-toko kulit dalam aneka warna.

c) Jenis kulit dalam industri perkulitan

Di dalam industri perkulitan banyak dijumpai jenis, corak, warna dan ketebalan kulit yang digunakan untuk proses produksi. Kadang-kadang masih banyak konsumen yang kurang mengerti tentang keadaan kulit dilihat dari penggolongan hasi! jadinya. Beberapa jenis kulit yang dihasilkan dari proses pengolahan kulit adalah :

1) Kulit full grain

Kulit yang disamak dengan zat penyamak full krom dengan nerf atau rajah yang masih asli, tidak dibelah atau digosok. Jenis kulit seperti ini mempunyai kualitas tinggi sehingga dapat menaikkan harga kulit. 2) Kulit Corrected Grain

Kulit yang disamak dengan zat penyamak krom, minyak, dsb karena kualitas kulit tidak baik yang disebabkan oleh cacat alami seperti dicambuk, penyakit cacar, ditusuk, dsb sehingga menimbulkan cacatpada permukaannya. Untuk mengantisipasi cacat yang ada pada permukaan kulit, maka kulit dihaluskan dengan mesin amplas sampai halus, kemudian dicat dengan menggunakan cat sintetis. Kualitas kulit ini kurang baik dan agak kaku.

3) Kulit light buffing

Kulit ini proses pengerjaannya hampir sama dengan kulit

(39)

permukaannya, jadi kulit ini kualitasnya lebih baik. 4) Kulit Artificial

Kulit ini keindahannya terletak pada proses penyelesaian akhir, yaitu dengan cara memberi motif tertentu, misal buaya, biawak, ular, motif kulit jeruk dsb. Tujuan pemberian motif adalah untuk menutupi cacat yang diakibatkan oleh cacat alami atau mekanis. Kulit artificial sering menyerupai aslinya atau disebut kulit buatan

d) Jenis kulit berdasarkan istilahnya 1) Kulit Boks (Full grain, corrected grain).

Kulit jadi yang umumnya dibuat dari kulit sapi dan lazim digunakan untuk kulit sepatu bagian atas (upperleather).

2) Kulit Garaman

Kulit mentah yang diawetkan dengan garam sebelum diproses samak sesuai dengan kebutuhan, agar kulit tersebut tidak cepat busuk atau rusak. Selain itu garam berfungsi sebagai pembunuh bakteri yang merusak kulit.

3) Kulit Split

Kulit jadi dari sapi, kuda, kerbau, yang dibelah dengan mesin belah yang menghasilkan 2 bagian atau lebih, yaitu bagian nerf (grain split)

dan daging (flesh split) yang digunakan untuk sepatu, sandal, ikat pinggang, dan sebagainya.

4) Kulit Glace

Kulit matang dari kulit sapi, kuda, kerbau, domba, kambing yang disamak krom yang biasa digunakan untuk pembuatan sepatu wanita. 5) Kulit Jaket

Kulit jadi/matang yang umumnya dibuat dari kulit domba, kambing yang lazim disamak krom dan umumnya digunakan untuk jaket.

6) Kulit Kering

Kulit segar yang telah dikeringkan, biasanya dengan cara dijemur pada sinar matahari.

7) Kulit Lapis (Lining)

Kulit jadi/matang dari kulit domba, kambing, sapi, kerbau yang lazim disamak nabati, diwarna atau tidak diwarna yang digunakan untuk pelapisan.

8) Kulit Lap

Kulit jadi dari kulit domba, kambing yang disamak minyak dan diamplas pada bagian nerf hingga menghasilkan kulit lunak, rata dan lemas; biasanya digunakan untuk lapkaca, optik, dll.

9) Kulit Perkamen

(40)

10) Kulit Print

Kulit yang dicetak sesuai dengan gambar yang dikehendaki, misal motif kulit jeruk, buaya, biawak, dan sebagainya

11) Kulit Samak Bulu

Kulit dari sapi, kerbau, kuda, kambing, dsb. yang disamak krom atau kombinasi, tidak dilepas bulunya dan digunakan untuk jok mobil, jaket, mebel, dan lain-lain.

12) Kulit Sarung Tangan

Kulit jadi/matang yang dibuat dari kulit sapi, domba, kambing yang disamak krom dan hanya digunakan untuk sarung tangan

13) Kulit Sol

Kulit jadi/matang yang dibuat dari kulit sapi, kerbau yang disamak dengan bahan nabati, biasanya digunakan untuk sepatu bagian bawah, pelana kuda, tempat kamera dan lain-lain.

14) Kulit Tas atau Koper.

Kulit jadi / matang yang dibuat dari kulit sapi, kuda, kerbau yang disamak nabati dan digunakan untuk pakaian kuda, tas, koper, ikat pinggang.

15) Kulit untuk alat olah raga.

Kulit jadi/matang dari kulit sapi, kuda, kerbau, domba, kambing yang digunakan untuk alat olah raga, misal kulit untuk bola, sepatu bola, shuttle cock, sarung tinju, dan lain-lain.

e) Jenis kulit berdasarkan kualitasnya 1) Bagian punggung

Bagian kulit yang letaknya ada pada punggung dan mempunyai jaringan struktur yang paling kompak, luasnya 40 % dari seluruh luas kulit

2) Bagian leher

Kulitnya agak tebal, sangat kompak tetapi ada beberapa kerutan 3) Bagian bahu

Kulitnya lebih tipis, kualitasnya bagus, hanya terkadang ada kerutan yang dapat mengurangi kualitas

4) Bagian perut dan paha

Struktur jaringan kurang kompak, kulit tipis dan mulur.

(41)

Gambar 1.2. Sketsa bagian-bagian kulit

Keterangan gambar : A. Daerah pipi B. Daerah pundak C. Daerah croupon D. Daerah badan E. Daerah pinggul F. Daerah perut

4. Kerusakan kulit mentah

Kulit binatang ada yang bermutu baik. Namun ada pula yang kurang bermutu. Hal ini dapat terjadi karena kerusakan-kerusakan pada kulit tersebut, yang mengakibatkan menurunnya kualitas.

Kerusakan kulit mentah pada dasamya dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

kerusakan ante-mortem dan post-mortem

a) Kerusakan ante-mortem

Kerusakan ante-mortem adalah kerusakan kulit mentah yang terjadi pada

saat hewan (binatang) masih hidup. Kerusakan kulit dapat disebabkan oleh beberapa macam, antara lain sebagai berikut :

1) Parasit

(42)

demodecosis, caplak, dan kutu. Beberapa jenis parasit ini mengakibatkan rusaknya rajah pada kulit binatang, yang ditandai dengan adanya lubang-lubang kecil, tidak ratanya permukaan kulit atau adanya lekukan-lekukan kecil.

2) Penyakit

Banyak faktor yang menyebabkan binatang menjadi sakit, misalnya akibat kurang baik dalam pemeliharaan. Bila penyakit tidak segera diobati, akan berpengaruh terhadap kualitas kulitnya, yang kadang sulit diperbaiki. Penyakit demam yang berkepanjangan, misalnya sampar lembu dan trypono-somiosis akan menyebabkan struktur jaringan kulit

menjadi lunak. Lalat hypoderma bowis, menyebabkan kulit

berlubang-lubang kecil yang tersebar di seluruh bagian luar kulit. Kemudian, kerusakan yang disebabkan oleh kutu busuk ini ditandai dengan adanya benjolan-benjolan kecil yang keras pada bagian bulu.

3) Umur tua

Binatang yang berumur tua, memiliki kulit yang berkualitas rendah. Pada kulit b inatang yang telah mati sebelum dipotong, akan terdapat pembekuan-pembekuan darah yang tidak mungkin dihilangkan.

4) Sebab mekanis

Ada beberapa kegiatan yang dilakukan terhadap binatang yang dapat menurunkan kualitas kulitnya. Cap bakar yang dipakai dalam identifikasi atau pengobatan, akan mengakibatkan rusaknya kulit yang tidak mungkin untuk diperbaiki. Cap bakar, menyebabkan Corium

menjadi keras atau kaku dan tidak akan hilang. Goresan-goresan duri, kawat berduri, tanduk, berbagai tekanan, sabetan cemeti (cambuk), alat-alat pengendali, dan lain sebagainya, juga dapat menyebabkan kerusakan kulit. Kerusakan kulit mekanis ini sering dijumpai pada binatang piaraan yang digunakan dalam kepentingan pertanian atau industri. Namun, kerusakan mekanis ini tidak separah kerusakan yang diakibatkan oleh penyakit. Di samping itu, pukulan - pukulan yang dilakukan terhadap binatang sebelum dipotong, dapat menyebabkan memar pada kulit, sehingga darah akan menggumpal. Karena penggumpalan darah itu, pembuluh darah akan mengalami kerusakan, sehingga kulit menjadi berwarna merah kehitam-hitaman. Bila hal ini terjadi, maka akan memudahkan pembusukan pada saat proses pengeringan

b) Kerusakan post-Mortem

(43)

1) Pengulitan

Pengulitan merupakan proses pemisahan kulit dari tubuh binatang dengan cara pemotongan serabut kulit lunak. Oleh karena itu, dalam pengulitan ini dibutuhkan keahlian khusus. Pada kegiatan ini, sifat keras kulit dapat terjadi karena kesalahan dalam penggunaan peralatan, misalnya pisau. Hal ini dapat disebabkan karena kurang ahlinya orang yang menggunakan peralatan pada proses pengulitan ini. Pemotongan dan pengulitan harus dilakukan pada tempat yang memenuhi persyaratan, jangan sampai dilakukan di lantai yang kasar, yang dapat mengakibatkan kerusakan rajah kulit akibat pergesekan. Kebersihan binatang sebelum dipotong juga perlu diperhatikan, karena merupakan salah satu faktor penentu mutu kulit yang dihasilkan. Bila pelaksanaan pengulitan ini tidak sesuai dengan aturan, akan berakibat bentuk kulit tidak baik dan tidak normal. Dalam pengulitan ini, pembersihan kulit dari sisa -sisa daging yang melekat pada Corium

harus dilakukan sebaik mungkin, karena sisa daging yang tertinggal dapat menjadi sumber tumbuhnya bakteri pembusuk kulit, yang dapat menyebabkan terjadinya pembusukan kulit.

2) Pengawetan

Kerusakan kulit dapat terjadi pula pada saat pengawetan. Misalnya, pengawetan dengan sinar matahari yang dilakukan di atas tanah akan menurunkan kualitas kulit, karena proses pengeringan tidak merata. Kulit bagian luar terlalu kering. Sedangkan bagian tengah dan dalam masih basah. Dengan demikian masih memungkinkan mikroorganis pembusuk (flek busuk) yang disebut dengan sun-blister tetap hidup dan berkembangbiak. Sebaliknya, kulit bagian luar yang terlalu kering akan membuat rajah menjadi pecah-pccah dan bila dibiarkan dalam kondisi demikian kulit akan berkerut (nglnnlhung).

Mengeringkan kulit pada saat panas matahari dalam kondisi puncak (pada siang hari), akan mengakibatkan Collagen terbakar dan mengalami perubahan sifat (glue-forming), sehingga akan menjadi penghalang dalam pengolahan kulit selanjutnya. Terutama dalam proses perendaman.

(44)

mempengaruhi warna dan menyebabkan permukaan rajah menjadi kasar. Kulit yang diawelkan dengan penggaraman basah. Bila disimpan terlalu lama akan rusak karena bakteri pembusuk. Kulit yang disimpan di tempat yang basah atau lembab, lama kelamaan akan ditumbuhi jamur dipermukaannya, sehingga mudah menjadi suram dan bila dicat tidak dapat rata.

3) Transportasi (pengangkutan)

Dalam pengangkutan kulit dapat pula timbul kerusakan yang merugikan misalnya, terjadinya gesekan-gesekan pada waktu pengangkutan yang dapat menyebabkan kerusakan pada rajah kulit. Apalagi bila menggunakan kawat untuk mengikat kulit, maka akan timbul bekas pada rajah yang sulit dihilangkan. Pengangkutan dengan kapal laut daiam waktu yang lama, akan menyebabkan kulit lembab, bercendawan dan akhirnya busuk.

c) Kerusakan dan mutu kulit

Kerusakan akan sangat berpengaruh pada kualitas atau mutu kulit yang dihasilkan. Ada kerusakan yang mengakibatkan cacat-cacat kulit sehingga menurunkan mutunya. Tetapi ada pula kerusakan yang hanya menurunkan mutunya saja. Dalam Buku Penuntun tentang Penyamakan Kulit dijelaskan sebagai berikut. Busuk (rusak) yang terjadi pada kulit mentah, akan semakin parah pada saat proses perendaman. Bila pengolahan dilanjutkan, maka akan dihasilkan kulit yang berkualitas rendah (jelek). Irisan-irisan dalam yang terjadi pada saat pengulitan, akan menimbulkan luka yang berbekas (tidak bisa hilang) dan membuat kulit mudah robek. Kulit yang demikian dikelompokkan dalam kulit berkualitas rendah. Cacat yang disebabkan oleh penyakit kulit misalnya kudis, akan menyebabkan timbulnya benjolan keras atau lekukan-lekukan pada permukaan kulit yang sulit dihilangkan. Bila diadakan pewarnaan, warna tidak akan dapat merata, dan cat pada bagian kulit yang cacat tersebut mudah pecah dan terkelupas. Kulit dengan cacat seperti ini sangat terbatas pemanfaatannya

Flek darah adalah cacat yang disebabkan oleh pukulan, cambukan, atau sebab mekanis lain, yang mengenai tubuh binatang pada masa hidupnya. Cacat flek darah ini dapat terjadi pula pada kulit yang berasal dari binatang yang mati sebelum dipotong. Kulit yang demikian, bila digunakan sebagai kulit perkamen, tidak akan banyak berpengaruh karena kekuatan kulit masih sama, hanya dengan warna yang kurang menarik. Namun, bila kulit tersebut disamak, akan menjadi

(45)

d) Struktur Kulit

Secara umum, istilah struktur berarti susunan. Namun dalam dunia perkulitan, yang dimaksudkan dengan struktur kulit ialah kondisi susunan serat kulit yang kosong atau padat, dan bukan mengenai tebal atau tipisnya lembaran kulit. Dengan kata lain, menilai kepadatan jaringan kulit menurut kondisi asal (belum tersentuh pengolahan).

Struktur kulit dapat di bedakan menjadi lima kelompok berikut : 1) Kulit berstuktur baik

Kulit yang berstruktur baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

Perbandingan antara berat, tebal, dan luasnya seimbang. Perbedaan tebal antara bagian croupon, leher, dan perut hanya sedikit, dan bagian-bagian tersebut permukaannya rata. Kulit terasa padat (berisi). 2) Kulit berstruktur buntal (Gedrongen)

Kulit yang berstruktur buntal memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

Kulit tampak tebal, bila dilihat dari perbandingan antara berat dengan luas permukaan kulitnya. Perbedaan antara croupun, leher, dan perut hanya sedikit.

3) Kulit berstruktur cukup baik

Kulit yang berstruktur cukup baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut : Kulit tidak begitu tebal, bila dilihat dari perbandingan antara berat dengan luas permukaan kulit. Kulit berisi dan tebalnya merata. 4) Kulit berstruktur kurang baik

Kulit yang berstruktur kurang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut : Bagian croupun dan perut agak tipis, sedangkan bagian leher cukup tebal. Peralihan dari bagian kulit yang tebal ke bagian kulit yang tipis tampak begitu menyolok. Luas bagian perut agak berlebihan, sehingga bagian croupun luasnya berkurang.

5) Kulit berstruktur buruk

Kulit yang berstruktur buruk memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

Bagian croupon tampak tipis dan kulit tidak berisi, sedangkan kulit bagian perut dan leher agak tebal. Pada umumnya berasal dari kulit binatang yang berusia tua, luas croupon agak berkurang dan bagian perut lebar.

5. Cacat kulit dan penyebabnya

(46)

berkaitan dengan kualitas kulit binatang agar tidak mengalami kecacatan dan berkualitas baik.

a) Pengaruh usaha ternak terhadap kualitas kulit

Pada dasarnya usaha peternakan ditujukan untuk menghasilkan bahan makanan berupa daging, susu, bagi kebutuhan manusia. Akan tetapi usaha peternakan juga bisa menghasilkan kulit yang merupakan komoditas unggulan dan sejajar dengan hasil yang berupa bahan makanan. Karenaharganya yang cukup tinggi, maka sekarang usaha peternakan juga sangat memperhatikan faktor-faktor yang bisa meningkatkan kualitas kulit.

b) Pengaruh keadaan kulit terhadap kualitas kulit

Kulit yang berkualitas baik adalah kulit yang dihasilkan dari hewan yang sehat dan gizinya baik, sehingga menghasilkan kulit yang lemas dan dapat dilipat. Sedangkan kulit yang kualitasnya kurang adalah kulit yang dihasilkan dari hewan yang sakit atau kondisinya tidak sehat, sehingga kondisi kulit menjadi kaku dan kering. Bila kita memotong hewan yang akan diambil dagingnya, maka hewan tersebut harus dalam keadaan sehat, sehingga kulitnya pun berkualitas baik.

c) Pengaruh iklim terhadap kualitas kulit

Temperatur, tekanan udara, kelembaban dan sebagainya merupakan faktor-faktor yang periu diperhatikan sebagai pengaruh iklim terhadap kualitas kulit. Peternakan hewan yang bertujuan untuk menghasilkan kulit binatang harus memperhatikan faktor-faktor tersebut agar kualitas kulit yang dihasilkan tetap baik. Setiap daerah mempunyai iklimnya sendiri, sehingga ternak yang kulitnya akan diambil harus dipelihara sesuai dengan iklim yang cocok untuknya.

d) Pengaruh adaptasi terhadap kualitas kulit

Perpindahan tempat akan berpengaruh terhadap hewan yang kulitnya akan diambil. Ada kalanya hewan tidak tahan terhadap bibit penyakit yang ada pada suatu daerah tempat ia berpindah. Hewan yang terkena penyakit akan menghasilkan kulit yang tidak berkualitas juga. Untuk itu, adaptasi hewan terhadap tempat baru juga harus mendapatkan perhatian.

e) Pengaruh makanan terhadap kualitas kulit

Makanan yang baik akan berpengaruh terhadap berat badan hewan dan kesehatannya. Berat badan hewan berpengaruh terhadap kualitas kulit yang dihasilkannya.

f) Perawatan terhadap kualitas kulit

(47)

penyamakan akan menimbulkan tanda atau cacat yang mengurangi kualitas kulit. Dalam penentuan kualitas kulit hewan, disamping factor-faktor yang disebutkan di atas, ada factor-faktor-factor-faktor lain yang juga menentukan, yaitu pemotongan hewan, pengulitan dan proses penyamakan.

Contoh-contoh penurunan kualitas kulit yang menyebabkan kecacatan kulit antara lain :

1) Pemeliharaan

Hewan tidak dirawat dengan baik. Kesehatan hewan tidak diperhatikan.

2) Makanan

Hewan tidak mendapatkan makanan secara teratur. Makanan hewan tidak bergizi.

2) Perlakuan

Hewan dicambuk sampai luka. Hewan luka karena penyakit. Hewan tidak diobati.

3) Pengulitan

Cara pengulitan hewan tidak benar. Pisau sayat tidak tajam/tumpul. 4) Penyamakan

Proses pengawetan yang tidak benar. Terjadinya kesalahan pada proses penyamakan.

E. Rangkuman

1. Kulit adalah bagian terluar dari struktur manusia, hewan atau tumbuhan. Kulit yang bisa digunakan dalam pembuatan produk adalah kulit jadi, yaitu kulit yang sudah disamak atau diproses menggunakan bahan kimia dengan takaran dan perhitungan waktu tertentu. Kulit mempunyai sifat dan ciri yang unik yang tidak dimiliki oleh bahan yang lain. Satu lembar kulit bisa memiliki sifat yang tidak sama.

2. Kulit merupakan satuan tenunan jaringan tubuh hewan (binatang), yang terbentuk dari sel-sel hidup dan merupakan satu kesatuan yang saling mengait.

3. Ditinjau secara Histologi (ilmu jaringan tubuh), kulit terdiri atas tiga

lapisan, yaitu : lapisan Epidermis, lapisan Corium (Derma), dan

(48)

4. Kulit binatang sangat besar manfaatnya dan tinggi nilai harganya dalam pembuatan produk dari kulit untuk kebutuhan manusia. Karena besarnya manfaat dan tingginya harga kuiit binatang ini, maka faktor-faktor yang mempengaruhi peternakan hewan terhadap kualitas kulit binatang perlu diperhatikan, seperti pengaruh iklim, perkembangbiakan, makanan ternak, perawatan, dsb.

F. Penilaian

1. Penilaian sikap

Instrumen pengamatan/observasi

Instrumen sikap peduli terhadap lingkungan Nama : __________________

Kelas : __________________

Aktivitas peserta didik

Peserta didik mengidentifikasi/mencari jenis kulit di sekolah/di pasaran dan mencari referensi pendukungnya melalui berbagai sumber belajar seperti nara sumber/ahli, internet ataupun buku di perpustakaan.

Lembar observasi

No. Aspek – aspek yang dinilai BT MT MB MK Skor

1. Menggunakan bahan secara efisien 1 2 3 4

2. Menjaga kebersihan tempat kerja 1 2 3 4

3. Menjaga kelestarian alam (tidak

merusak alam lingkungan) 1 2 3 5

Jumlah Skor

Rubrik Petunjuk: Lingkarilah

1. bila aspek karakter belum terlihat (BT) 2. bila aspek karakter mulai terlihat (MT) 3. bila aspek karakter mulai berkembang (MB) 4. bila aspek karakter menjadi kebiasaan (MK)

(49)

2. Penilaian pengetahuan

Nama : ______________________________ Kelas : ______________________________

Soal isian :

Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban singkat ! a) Jelaskan pengertian kulit jadi secara singkat. b) Jenis kulit menurut kelompok hewan sebutkan. c) Bagaimana kulit dikatakan berkualitas baik. d) Histologi kulit terdiri dari apasaja jelaskan. e) Jelaskan dengan singkat bagian bagian kulit.

Kunci jawaban penilaian pengetahuan :

a) Kulit yang sudah disamak atau diproses menggunakan bahan kimia dengan takaran dan perhitungan waktu tertentu

b) Kulit besar (sapi,kerbau, kuda, gajah) Kulit kecil (kambing, domba, kijang, kelinci) Kulit reptil (ular, buaya, biawak, kadal, kodok) Kulit ikan (pari, hiu, tuna).

c) Perbandingan antara berat, tebal, dan luasnya seimbang. Perbedaan tebal antara bagian croupon, leher, dan perut hanya sedikit, dan bagian-bagian tersebut permukaannya rata. Kulit terasa padat (berisi)

d) Epidermis Corium (Derma) Hypodermis (Subcutis) e) Bagian punggung

Bagian kulit yang letaknya ada pada punggung dan mempunyai jaringan struktur yang paling kompak; luasnya 40 % dari seluruh luas kulit

Bagian leher

Kulitnya agak tebal, sangat kompak tetapi ada beberapa kerutan Bagian bahu

Kulitnya lebih tipis, kualitasnya bagus, hanya terkadang ada kerutan yang dapat mengurangi kualitas

Bagian perut dan paha

Struktur jaringan kurang kompak, kulit tipis dan mulur. Bagian punggung

Bagian kulit yang letaknya ada pada punggung dan mempunyai jaringan struktur yang paling kompak; luasnya 40 % dari seluruh luas kulit

Bagian leher

(50)

Kulitnya lebih tipis, kualitasnya bagus, hanya terkadang ada kerutan yang dapat mengurangi kualitas

Bagian perut dan paha

Struktur jaringan kurang kompak, kulit tipis dan mulur.

Pedoman penskoran :

Setiap jawaban benar diberi skor 2, sedangkan jawaban salah diberi skor 0. Karena soal berjumlah 5 butir, maka jumlah skor berkisar antara 0 sampai 10.

Soal uraian :

Buatlah kesimpulan tentang sifat-sifat kulit dengan kategori kulit berkualitas

Pedoman penilaian soal uraian

No. Soal Kunci Jawaban Deskriptor Skor

1. Kulit yang berstruktur baik

memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

• Perbandingan antara berat, tebal, dan luasnya seimbang.

• Perbedaan tebal antara bagian croupon, leher, dan perut hanya sedikit. • Bagian-bagian tersebut

permukaannya rata. • Kulit terasa padat (berisi)

Apabila 4 jawaban

disebutkan 4

Apabila 3 jawaban

disebutkan 3

Apabila 2 jawaban

disebutkan 2

Apabila 1 jawaban

disebutkan 1

3. Penilaian Keterampilan

1) Teknik Penilaian : Tes praktik 2) Bentuk Instrumen : Tes uji petik kerja

3) Kisi-kisi :

Lembar penilaian ketrampilan

No. Indikator No. Butir

1. Memilih kulit dengan kualias baik 1

2.

(51)

Instrumen penilaian keterampilan

Nama : ______________________________ Kelas : ______________________________

Soal :

1. Pilihlah jenis kulit berkualitas baik

2. Presentasikan di depan teman-temanmu ciri-ciri kedua jenis kulit tersebut .

Instrumen penilaian memilih dan mempresentasikan jenis kulit

No. Aspek yang dinilai Skor

1 2 3 4

1 Pemilihan jenis kulit yang baik dan berkualitas v

2 Argumentasi tentang jenis kulit baik dan berkualitas v

3 Presentasi dilakukan secara sistematis dan benar subtansinya. v

Rubrik penilaian memilih dan mempresentasikan jenis kulit

No. Aspek yang dinilai 1 Kriteria 2 3 4

1 Pemilihan jenis kulit yang baik dan berkualitas Tidak bisa

2 Argumentasi tentang jenis kulit baik dan berkualitas v

3 Presentasi dilakukan secara sistematis dan benar subtansinya. v Keterangan :

A = Sangat Baik B = Baik

(52)

G. Refleksi

a. Apa manfaaat yang anda peroleh dari modul ini ?

(53)

KOMPETENSI DASAR KRIYA KULIT

A. Pendahuluan

Dalam pembuatan suatu produk kulit tidak bisa lepas dari kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa SMK seni budaya khususnya program keahlian kria kulit, oleh sebab itu sebelum melangkah membuat produk kulit non alas kaki dan non busana siswa harus menguasai kompetensi dasar secara menyeluruh.

Adapun kompetensi yang harus dikuasai ada enam keteknikan yaitu: Kompetensi Pola, Kompetensi Potong, Kompetensi Seset, Kompetensi jahit, kompetensi rakit dan kompetensi finishing.

1. Kompetensi pola

Proses pembuatan pola yang harus dikuasai meliputi, pengukuran pola, membuat garis aksis, cara membuat lengkungan, penandaan bagian komponen, serta konstruksi pola sesuai produk yang akan dibuat. Pola teridiri dari pola master, pola potong dan pola kerja.

2. Kompetensi potong

Memotong kulit tidak sederhana, perlu keahlian dan ketelitian, karena kulit mempunyai sifat yang khusus dan tidak dimiliki bahan lain. Sifat tersebut yaitu plastisitas dan elastisitas, sifat ini yang perlu diperhatikan dalam proses pemotongan, selain hal tersebut dalam proses pemotongan juga perlu efektifitas tata letak.

3. Kompetensi seset

Kompentensi seset bertujuan untuk mengurangi ketebalan kulit yang akan dilipat, adapun jenis sesetan meliputi: seset miring, seset datar dan seset cekung.

4. Kompetensi jahit

Kompetensi jahit diharapkan siswa mampu menguasai kompetensi dasar jahit, dengan menjahit diatas kertas karton atau malaga dan kulit dengan berbagai model jahitan, sehingga bila menjahit produk yang sebenarnya siswa tidak canggung lagi.

(54)

Kompetensi kriya kulit

Kompetensi Dasar Pola

Kompetensi Dasar Potong Kompetensi Dasar Seset

Kompetensi Dasar Jahit Kompetensi Dasar Rakit

Kompetensi Dasar Finishing

5. Kompetensi rakit

Kompetensi perakitan dilakukan setelah kompetensi menjahit dikuasai dengan benar sesuai spesifikasinya, perakitan juga tidak terlepas dari kompetensi jahit karena dalam perakitan juga ada proses merakit dengan dijahit.

6.

Kompeten

si finishing

Kompetensi finishing ini pekerjaan terakhir dalam proses pembuatan produk kulit tersamak non alas kaki dan non busana. Pekerjaan finishing juga salah satu pekerjaan yang penting, karena pekerjaan ini menentukan kualitas produk sebelum dikemas, maupun dijual, dipamerkan dan lain sebagainya.

Dari keenam kompetensi dasar tersebut siswa harus menguasai, karena kompetensi tersebut merupakan kunci pokok dalam membuat karya produk kulit tersamak.

B. Ruang Lingkup Pembelajaran

C. Tujuan

Setelah membaca modul ini peserta didik diharapkan dapat :

1.

Menjelaskan pengertian kompetensi dasar :
(55)

2.

Mengidentifikasi pola, potong, seset, jahit, rakit dan finishing dengan benar

3.

Menjelaskan pengetahuan alat dan bahan

4.

Mengidentifikasi alat dan bahan

5.

Membuat pola, potong, seset, jahit, rakit dan finishing dengan

benar

D. Kegiatan Belajar 2

Melalui pembelajaran kolaboratif dimungkinkan peserta didik lebih mudah menemukan pengalaman yang baru. Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi yang menempatkan dan memaknai kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja untuk memudahkan usaha kolektif untuk memudahkan mencapai tujuan bersama.

Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan dan fungsi guru adalah sebagai fasilitator. Sebaliknya peserta didiklah yang aktif. Jika pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai satu falsafah pribadi, maka ia menyentuh tentang identitas peserta didik jika mereka berinteraksi dengan yang lain. Peserta didik secara mandiri dapat mencari pengalaman baru yang bermanfaat melalui proses pembelajaran. Untuk mendapatkan pengalaman baru tersebut peserta didik harus melaksanakan langkah-langkah pendekatan sebagai berikut :

1. Mengamati

Dalam kegiatan mengamati ini anda diminta mengamati beberapa jenis kulit khususnya yang ada di daerah sekitar, misalnya di sekolah , sekitar tempat tinggal, ataupun wilayah yang lebih luas seperti kabupaten/provinsi. Pengamatan ini akan memperkaya pemahaman anda tentang berbagai kompetensi dasar kriya kulit sebagai inspirasi untuk mengembangkan kompetensi kriya kulit ketika akan membuat produk kriya kulit. Sebagai panduan dalam pengamatan ini anda dapat mengikuti instruksi pengamatan dari guru ataupun instruksi dalam modul ini, Andapun dapat memperkaya sendiri dengan melakukan pengamatan secara pribadi dan mandiri.

1) Amatilah kompetensi dasar kriya kulit sebagai dasar dalam pembuatan produk kriya kulit tersamak.

(56)

3) Amati cara memotong kulit yang baik dan benar sesuai langkah kerja dan spesifikasi dalam memotong kulit

4) Amati cara menyeset kulit dengan benar

5) Amati cara menjahit kulit sesuai spesifikasi jahitan atau standar jahitan kulit

6) Amati cara merakit produk kulit tersamak dengan seksama sesuai urutan kerja

7) Amati cara melakukan finishing produk kulit dengan seksama

Tuliskan hasil pengamatan anda berdasarkan penugasan guru dengan membuat format pengamatan sendiri ataupun menggunakan format pengamatan seperti contoh di bawah ini.

Lembar kegiatan mengamati

No. Kompetensi dasar Uraian

1 Pola

2 Potong

3 Seset

4 Jahit

5 Rakit

6 Finishing

2. Menanya

Tanyakanlah kepada pengrajin kulit, guru kriya kulit tentang segala hal, khususnya tentang Kompetensi dasar kriya kulit. Galilah segala pertanyaan yang ada di benak anda agar anda terbiasa untuk mampu mengidentifikasi, melihat, menggali dan menemukan permasalahan. Beberapa pertanyaan di bawah ini dapat saja anda gunakan dan anda kembangkan sendiri.

a) Bagaimana cara, membuat pola, memotong, menyeset, menjahit, merakit, serta finishing produk ku

Gambar

Gambar 2.6. Meja dan landasan seng
gambar di bawah ini )
Gambar 2.24. Penghalusan lengkungan pola                                                                                   Sumber.Dokumen PPPPTK Seni dan Budaya
gambar kerja di atas, buatlah bentuk separuh
+7

Referensi

Dokumen terkait

Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi sistem kompensasi yang diterapkan oleh UMKM alas kaki dan alat rumah tangga di Kota Bogor, mengidentifikasi tingkat kesejahteraan

Biasanya adukan yang dibuat dengan menggunakan mesin pengaduk/molen/ hasilnya akan lebih baik, jika dibandingkan dengan adukan yang dibuat dengan menggunakan

Modul ini terdiri dari tiga (3) Unit belajar. Unit belajar II menjelaskan tentang pembuatan produk : 1) Pembuatan produk maskot kulit, 2) Pembuatan produk kipas tunggal

Setelah rancang bangun alat selesai, dilakukan pengujian mesin tersebut dan dicatat hasil pengujiannya sesuai atau tidak dengan gambar perencanaan, perencanaan

Setelah diindentifikasi jenis teknologi yang sesuai dengan kbutuhan dilapangan, langkah selanjutnya adalah pembuatan prototipe alat berikut ujicoba dan implementasi desain

Hidayat masuk dalam daftar pegawai yang disampaikan pemberi kerja pada saat pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26 Masa Pajak

Setelah rancang bangun alat selesai, dilakukan pengujian mesin tersebut dan dicatat hasil pengujiannya sesuai atau tidak dengan gambar perencanaan, perencanaan

setelah prinsip dasar rancangan alat telah berhasil, maka langkah selanjutnya adalah membuat alat dengan fungsi penuh yakni sebagai mesin pcb milling yang kemudian akan diuji coba