PRODUK KULIT
NON ALAS KAKI DAN NON BUSANA
PRODUK KULIT
NON ALAS KAKI DAN NON BUSANA
PRODUK KULIT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan kekuatan, rahmat dan hidayah-Nya sehingga Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dapat menyelesaikan penulisan modul dengan baik.
Modul ini merupakan bahan acuan dalam kegiatan belajar mengajar peserta didik pada Sekolah Menengah Kejuruan bidang Seni dan Budaya (SMK-SB). Modul ini akan digunakan peserta didik SMK-SB sebagai pegangan dalam proses belajar mengajar sesuai kompetensi. Modul disusun berdasarkan kurikulum 2013 dengan tujuan agar peserta didik dapat memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan di bidang Seni dan Budaya melalui pembelajaran secara mandiri.
Proses pembelajaran modul ini menggunakan ilmu pengetahuan sebagai penggerak pembelajaran dan menuntun peserta didik untuk mencari tahu bukan diberitahu. Pada proses pembelajaran menekankan kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi, pembawa pengetahuan, berpikir logis, sistematis, kreatif, mengukur tingkat berpikir peserta didik dan memungkinkan peserta didik untuk belajar yang relevan sesuai kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) pada program studi keahlian terkait. Disamping itu, melalui pembelajaran pada modul ini, kemampuan peserta didik SMK-SB dapat diukur melalui penyelesaian tugas, latihan, dan evaluasi.
Modul ini diharapkan dapat dijadikan pegangan bagi peserta didik SMK-SB dalam meningkatkan kompetensi keahlian.
Jakarta, Desember 2013
Produk Kulit Non Alas Kaki dan Non Busana (XI,1)
DAFTAR ISI
Cover ... i
Halaman Francis ... ii
Kata Pengantar ... iii
Daftar Isi ... iv
Daftar Tabel ………... Viii Daftar Gambar ………... ix
Glosarium ... xvi
A. Deskripsi Modul ... xvii
B. Petunjuk Penggunaan Modul ... xvii
C. Posisi Modul ... xviii
D. KI / KD ... xxi
UNIT 1 PENGETAHUAN DASAR KULIT ... 1
A. Ruang Lingkup ... 1
B. Tujuan Unit 1 ... 1
C. Kegiatan Belajar .. ... 1
1. Mengamati …... 2
2. Menanya …. ... 3
3. Mengumpulkan informasi/mencoba/bereksperimen ... 3
4. Mengasosiasi/mendiskusikan/mengolah informasi ... 4
5. Mengkomunikasikan/menyajikan/membentuk jejaring 4
D. Penyajian Materi ... 4
1. Pengertian Kulit ………... 5
2. Histologi ... 6
3. Jenis Kulit ... 8
4. Kerusakan Kulit Mentah ... 12
5. Cacat Kulit dan Penyebabnya ... 16
E. Rangkuman …... 18
F. Penilaian …... 19
1. Penilaian Sikap ... 19
2. Penilaian Keputusan ... 20
3. Penilaian Ketrampilan ... 21
G. Refleksi ……... 23
UNIT 2 KOMPETENSI DASAR KRIYA KULIT ………. 24
A. Pendahuluan ……….. 24
1. Kompetensi Pola ………. 24
2. Kompetensi Potong ………. 24
4. Kompetensi Jahit ………. 24
5. Kompetensi Rakit ………. 25
6. Kompetensi Finishing ……….. 25
B. Ruang Lingkup Pembelajaran ………. 25
C. Tujuan ……….. 25
D. Kegiatan Belajar 2 ………. 26
a. Mengamati ………. 26
b. Menanya ………. 27
c. Mengumpulkan informasi/mencoba/bereksperimen 28 d. Mengasosiasikan/mendiskusikan/mengolah informasi ……… 28
e. Mengkomunikasikan/menyajikan/membentuk jejaring ……… 28
E. Penyajian Materi 1 ……… 29
Kompetensi Dasar Pola ………. 29
F. Penyajian Materi 2 ……… 46
1. Kompetensi Potong ………. 46
2. Kompetensi Seset ……… 54
3. Kompetensi Jahit ………. 66
4. Kompetensi Rakit ………. 90
5. Kompetensi Penyelesaian Akhir (finishing) ………. 100
G. Rangkuman ……… 111
H. Penilaian ………. 112
1. Penilaian Sikap ……….. 112
2. Penilaian Pengetahuan ………. 112
3. Penilaian Ketrampilan ………. 114
I. Refleksi ……….. 115
UNIT 3 PERENCANAAN PRODUKSI PRODUK KULIT NON ALAS KAKI DAN NON BUSANA ……… 117
A. Pendahuluan ... 117
B. Ruang Lingkup ... 117
C. Tujuan ... 117
D. Kegiatan Belajar 2 ... 118
1. Mengamati ……….. 118
2. Menanya ... 119
3. Mengumpulkan informasi/mencoba/bereksperimen .... 120
4. Mengasosiasi/mendiskusikan/mengolah informasi ….. 120
5. Mengkomunikasikan/menyajikan/membentuk jejaring 120 E. Penyajian Materi ... 120
2. Proses Pembuatan Gantungan Kunci ……… 123
UNIT 4 PERENCANAAN PRODUKSI SAMPEL PRODUK TEMPAT HANDPHONE ……… 131
A. Pengertian Tempat Handphone ... 131
B. Perencanaan Pembuatan Produk Tempat Handphone ... 131
C. Proses Pembuatan Tempat Handphone ... 131
1. Pembuatan Desain ... 131
2. Pembuatan Pola ... 132
3. Pemotongan Bahan ... 132
4. Menyeset Bahan ... 133
5. Penjahitan dan Perakitan ... 134
6. Finishing ... 136
UNIT 5 PERENCANAAN PRODUKSI SAMPEL PRODUK TAS WANITA ……… 137
A. Pengertian Tas Wanita ... 137
B. Perencanaan Pembuatan Produk Tas Wanita ... 137
C. Penyajian Materi ... 137
D. Visualisasi ... 139
1. Pembuatan Desain ... 139
2. Proses Produksi ... 141
E. Rangkuman ... 156
F. Penilaian ... 157
1. Penilaian Sikap ... 157
2. Penilaian Pengetahuan ... 158
3. Penilaian Ketrampilan ... 159
G. Refleksi ... 160
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Penampang kulit 8
Gambar 1.2. Sketsa bagian-bagian kulit 12
Gambar 2.1. Pisau potong 30
Gambar 2.2. Penggaris potong 30
Gambar 2.3. Penggaris ukur 30
Gambar 2.4. Uncek / penanda 30
Gambar 2.5. Jangka 31
Gambar 2.6. Meja dan landasan seng 31
Gambar 2.7. Batu asah 31
Gambar 2.8. Minyak pelumas 31
Gambar 2.9. Pola master 32
Gambar 2.10. Pola kerja 33
Gambar 2.11. Posisi penerapan pola kerja 33
Gambar 2.12. Cara posisi memegang pisau dan penggaris 35
Gambar 2.13. Bentuk pola sudut 35
Gambar 2.14. Cara menghaluskan bagian sudut dengan
amplas 36
Gambar 2.15. Posisi pemotongan 37
Gambar 2.16. Posisi mengukur dan posisi membuat sudut 37
Gambar 2.17. Mengcopy sebelah 37
Gambar 2.18. Pola jadi 37
Gambar 2.19. Meratakan sudut 38
Gambar 2.20. Kode dan tanda 38
Gambar 2.21. Potongan pola 38
Gambar 2.22. Pengukuran pola 39
Gambar 2.23 Copy pola 39
Gambar 2.24. Penghalusan lengkungan pola 39
Gambar 2.25. Pemberian tanda, kode 40
Gambar 2.26. Potongan tepong 40
Gambar 2.27. Posisi pengukuran 40
Gambar 2.28. Bentuk simetris 41
Gambar 2.29. Menentukan pola lebar jahitan 41
Gambar 2.30. Memindahkan ukuran tepong 41
Gambar 2.31. Menentukan panjang tepong 42
Gambar 2.32. Pola tepong 42
Gambar 2.33. Pola bagian belakang 42
Gambar 2.35. Cara mengcopy bentuk simetris 43
Gambar 2.36. Menghaluskan bagian lengkung 43
Gambar 2.37. Pemberian tanda, kode 44
Gambar 2.38. Garis tengah pola 44
Gambar 2.39. Pola bagian depan 44
Gambar 2.40. Copy pola 45
Gambar 2.41. Kode komponen pola 45
Gambar 2.42. Meja kerja 46
Gambar 2.43. Pisau potong 46
Gambar 2.44. Gunting 47
Gambar 2.45. Penggaris ukur 47
Gambar 2.46. Penggaris potong 47
Gambar 2.47. Pemberat / penindih 47
Gambar 2.48. Uncek 48
Gambar 2.49. Batu asah 48
Gambar 2.50 Trolly 48
Gambar 2.51. Tempat hasil potongan 48
Gambar 2.52. Kulit 49
Gambar 2.53. Minyak pelumas 49
Gambar 2.54. Pola potong 49
Gambar 2.55. Lay out komponen lengkap 50
Gambar 2.56. Komponen sama 50
Gambar 2.57. Persiapan bahan dan alat 52
Gambar 2.58. Identifikasi cacat kulit 52
Gambar 2.59. Pengaturan pola 52
Gambar 2.60. Tanda penempatan komponen 53
Gambar 2.61. Pemotongan bahan 53
Gambar 2.62. Hasil potongan 54
Gambar 2.63. Penampang sesetan miring 55
Gambar 2.64. Sesetan miring 55
Gambar 2.65. Sambungan tumpang 55
Gambar 2.66. Konstruksi-konstruksi komponen digabung 55
Gambar 2.67. Penampang sesetan rata 56
Gambar 2.68. Penggunaan sesetan rata 56
Gambar 2.69. Sesetan rata untuk lipatan 56
Gambar 2.70. Penggunanaan sesetan rata untuk konstruksi
jahitan pitrit 56
Gambar 2.71. Penggunanaan sesetan rata untuk bungkus
tepi produk 56
stik balik )
Gambar 2.73. Penggunaan sesetan rata untuk sambungan
tumpang 56
Gambar 2.74. Penampang sesetan alur/lengkung 57
Gambar 2.75. Sesetan bentuk cekung/alur 57
Gambar 2.76. Hasil sesetan cekung agar mudah di tekuk 57
Gambar 2.77. Penerapan hasil sesetan cekung/alur untuk
saku pada tas 57
Gambar 2.78. Penerapan hasil sesetan cekung/alur pada
produk tempat handphone 57
Gambar 2.79. Mesin seset 58
Gambar 2.80. Micrometer 58
Gambar 2.81. Penggaris besi 58
Gambar 2.82. Gunting 59
Gambar 2.83. Komponen mesin seset 59
Gambar 2.84. Sesetan komponen 64
Gambar 2.85. Bagian komponen mesin seset 64
Gambar 2.86. Penampang sesetan paralel 65
Gambar 2.87. Penampang sesetan miring 65
Gambar 2.88. Jenis-jenis sepatu mesin seset 65
Gambar 2.89. Pengelompokan potongan kulit 68
Gambar 2.90. Lay out mesin jahit 69
Gambar 2.91. Mesin jahit 69
Gambar 2.92. Perangkat mesin jahit 69
Gambar 2.93. Jenis jahitan 70
Gambar 2.94. Rumah skoci 70
Gambar 2.95. Bagian mesin depan 71
Gambar 2.96. Bagian poros engkel 71
Gambar 2.97. Bagian mesin bawah 71
Gambar 2.98. Pemberian minyak pada mesin 72
Gambar 2.99. Gigi mesin jahit diberi pembatas 73
Gambar 2.100. Tutup mesin jahit 73
Gambar 2.101. Mesin jahit industri 74
Gambar 2.102. Mesin jahit cangklong 74
Gambar 2.103. Mesin jahit bumbung ( post bad ) 75
Gambar 2.104. Obeng 75
Gambar 2.105. Gunting 76
Gambar 2.106. Kunci pas 76
Gambar 2.107. Kuas 76
Gambar 2.109. Jenis fungsi komponen mesin jahit, Detail A 77
Gambar 2.110. Jenis fungsi komponen mesin jahit, Detail B 77
Gambar 2.111. Jenis fungsi komponen mesin jahit, Detail C 77
Gambar 2.112. Jenis fungsi komponen mesin jahit, Detail D 77
Gambar 2.113. Skoci 79
Gambar 2.114. Sarangan cara memasukkan skoci ke
sarangan 79
Gambar 2.115. Penggulung benang 80
Gambar 2.116. Jarum 80
Gambar 2.117. Ukuran benang dan jarum 81
Gambar 2.118. Tarikan benang 82
Gambar 2.119. Setelan skrup skoci 82
Gambar 2.120. Skrup setelan benang bagian atas 82
Gambar 2.121. Ikatan benang di tengah-tengah bahan 82
Gambar 2.122. Detail ikatan jahitan yang tepat 83
Gambar 2.123. Hasil jahitan ketarik ke bawah 83
Gambar 2.124. Detail hasil jahitan ketarik ke bawah 83
Gambar 2.125. Hasil jahitan ketarik ke atas 83
Gambar 2.126. Pemasangan jarum 84
Gambar 2.127. Posisi kedudukan jarum 85
Gambar 2.128. Pemasangan benag bagian atas 86
Gambar 2.129. Cara memasukkan spull ke dalam skoci 86
Gambar 2.130. Cara menyetel benang skoci 86
Gambar 2.131. Latihan jahit dengan karton 87
Gambar 2.132. Latihan jahit dengan bahan kulit 87
Gambar 2.133. Latihan jahit bahan kertas marga 90
Gambar 2.134. Kap lampu 91
Gambar 2.135. Mesin seset 92
Gambar 2.136. Mesin jahit datar 92
Gambar 2.137. Mesin jahit bumbung 93
Gambar 2.138. Mesin jahit cangklong 93
Gambar 2.139. Gunting 93
Gambar 2.140. Palu 94
Gambar 2.141. Uncek 94
Gambar 2.142. Penggaris ukur 94
Gambar 2.143. Penggaris potong 94
Gambar 2.144. Pisau potong 94
Gambar 2.145. Mikrometer 95
Gambar 2.146. Batu marmer 95
Gambar 2.148. Plong / pelubang 95
Gambar 2.149. Palu kayu 95
Gambar 2.150. Landasan kayu 96
Gambar 2.151. Landasan besi 96
Gambar 2.152. Benang 96
Gambar 2.153. Kulit 96
Gambar 2.154. Vinyl 97
Gambar 2.155. Karton 97
Gambar 2.156. Lem kuning 97
Gambar 2.157. Merakit komponen kulit bagian kap 98
Gambar 2.158. Merakit komponen kulit bagian tiang 99
Gambar 2.159. Merakit komponen kulit bagian tiang 99
Gambar 2.160. Perangkat kompressor 102
Gambar 2.161. Stik kayu 102
Gambar 2.162. Kain lap 102
Gambar 2.163. Kuas 102
Gambar 2.164. Wadah / tempat cat 103
Gambar 2.165. Solder 103
Gambar 2.166. Gunting 103
Gambar 2.167. Cat tepi 103
Gambar 2.168. Silikon 104
Gambar 2.169. Semir 104
Gambar 2.170. Bensin 104
Gambar 2.171. Karep krep 104
Gambar 2.172. Malam 105
Gambar 2.173. Finishing dengan cat tepi 106
Gambar 2.174. Finishing dengan kompressor / spray gun 107
Gambar 2.175. Finishing dengan karet krep 107
Gambar 2.176. Finishing dengan solder 108
Gambar 2.177. Finishing menggunakan kuas 108
Gambar 2.178. Finishing menggunakan silikon 109
Gambar 2.179. Finishing semir dan bensin 110
Gambar 2.180. Finishing dengan malam/lilin 110
Gambar 3.1. Pisau potong 121
Gambar 3.2. Meteran pita 121
Gambar 3.3. Penggaris ukur 121
Gambar 3.4. Pensil / tinta 122
Gambar 3.5. Uncek 122
Gambar 3.6. Gunting 122
Gambar 3.8. Sket terpilih 123
Gambar 3.9. Membuat aksis 124
Gambar 3.10. Membuat lengkungan 124
Gambar 3.11. Hasil pola bentuk lengkung 124
Gambar 3.12. Pola jadi gantungan kunci 125
Gambar 3.13. Pemotongan 125
Gambar 3.14. Potongan produk 125
Gambar 3.15. Proses seset 126
Gambar 3.16. Hasil seset 126
Gambar 3.17. Proses pengeleman sebelum dirakit 127
Gambar 3.18. Merekatkan dua sisi gantungan kunci 127
Gambar 3.19. Meratakan bagian tepi produk 127
Gambar 3.20. Proses jahit 128
Gambar 3.21. Finishing pengecatan cat tepi 128
Gambar 3.22. Membersihkan benang 129
Gambar 3.23. Penyelesaian akhir ( finishing ) 129
Gambar 3.24. Produk gantungan kunci 129
Gambar 4.1. Pola tempat handphone 132
Gambar 4.2. Pemotongan bahan kulit 133
Gambar 4.3. Pemotongan bahan lapis 133
Gambar 4.4. Hasil pemotongan 133
Gambar 4.5. Proses penyesetan 134
Gambar 4.6. Hasil sesetan 134
Gambar 4.7. Perakitan potongan produk kulit dengan
kertas marga 134
Gambar 4.8. Proses pelipatan 135
Gambar 4.9. Hasil pelipatan 135
Gambar 4.10. Proses jahit 135
Gambar 4.11. Hasil jahitan 136
Gambar 4.12. Produk jadi 136
Gambar 5.1. Model tas wanita 140
Gambar 5.2. Sket 140
Gambar 5.3. Perspektif 140
Gambar 5.4. Gambar kerja 141
Gambar 5.5. Mesin jahit datar 141
Gambar 5.6. Mesin seset kulit 142
Gambar 5.7. Mesin amplas kulit 142
Gambar 5.8. Gunting kulit 142
Gambar 5.9. Tang pelubang 143
Gambar 5.11. Pisau potong kulit 143
Gambar 5.12. Uncek 144
Gambar 5.13. Penggaris potong 144
Gambar 5.14. Penggaris ukur 144
Gambar 5.15. Batu asah 145
Gambar 5.16. Batu marmer 145
Gambar 5.17. Landasan kaki tiga 145
Gambar 5.18. Kulit kuda samak bulu 146
Gambar 5.19. Kulit sapi samak crome 146
Gambar 5.20. Benang jahit 146
Gambar 5.21. Kain lapis 147
Gambar 5.22. Lem 147
Gambar 5.23. Cat tepi 147
Gambar 5.24. Kertas Malaga 148
Gambar 5.25. Keling 148
Gambar 5.26. Emboss logo 148
Gambar 5.27. Kancing magnet 148
Gambar 5.28. Mata ayam 149
Gambar 5.29. Ritsluiting 149
Gambar 5.30. Lay out pemotongan 1 150
Gambar 5.31. Lay out pemotongan 2 150
Gambar 5.32. Pemolaan 151
Gambar 5.33. Pemotongan 152
Gambar 5.34. Penyesetan 152
Gambar 5.35. Jahitan sambungan tutup 153
Gambar 5.36. Jahitan sambungan tumpang 153
Gambar 5.37. Sambungan binding U ( flat ) 153
Gambar 5.38. Jahitan sambungan balik 153
Gambar 5.39. Tusukan kunci 154
Gambar 5.40. Jenis jahitan sambungan dan tusukan 154
Gambar 5.41. Penjahitan 154
Gambar 5.42. Perakitan 155
Gambar 5.43. Finishing 155
GLOSARIUM
ISTILAH KETERANGAN
Landasan Kayu Untuk memahat atau menatah kulit
tersamak jenis kayu yang digunakan adalah kayu serat halus dan padat tidak mudah mematahkan pahat kulit
Tindhih Alat ini biasanya berupa besi fungsinya
utuk menindih kulit agar tidak bergerak dalam proses pemotongan
Kulit Tersamak Kulit yang diproses dengan
menggunakan bahan samak nabati, crome, kombinasi nabati,crome
Split Kulit jadi dari sapi, kuda, kerbau, domba,
kambing yang dibelahdengan mesin belah yang menghasilkan 2 bagian atau lebih.
Batu Asah Untuk mengasah / menajamkan pisau
dan alat lain yang yang membutuhkan ketajaman.
Meja potong besar Fasilitas tempat potong bahan sarung tangan dan bahan lain dengan ukuran sekitar, T 960 cm,L 1250 cm,dan panjang 2320 cm.
Penggaris Ukur Penggaris lokal yang menggabungkan
sistim inci ,mllimeter dan centimeter.
Penggaris potong Penggaris yang mempunyai bagian
yang cembung , dengan ukuran panjang antara 40, 60 dan 100 cm.
Pisau Untuk memotong komponen pola
dengan tangan dan bahan lain.
Pola Potong Dibuat dari bahan kertas duplek atau dari
seng yang dipakai sebagai mal untuk memotong bahan kulit dan bahan lain.
Seng Sabagai penahan untuk landasan
pemotongan , agar dipilih yang paling tebal sehingga tetap datar.
Uncek Untuk menandai komponen pola.Sebagai
DESKRIPSI MODUL
Modul dengan judulProduk Kulit Tersamak Non Alas Kaki Dan Non Busana.1dipergunakanuntuk pegangan siswa SMK Seni Budayayang difasilitasi oleh Direktorat Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan Jakarta.
Tujuan penyusunan modul ini agar peserta didik diharapkan memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan di bidang kriya kulit.
Modul ini terdiri dari tiga (3) unit belajar. Pada Unit Belajar I menjelaskan tentang : 1) Pengertian kuit, 2) Histologi, 3) Macam dan jenis kulit, 4) Kerusakan kulit mentah, 5) Cacat kulit dan penyebabnya, dengan uraian materi, kegiatan pembelajaran, evaluasi dan sumber belajar.
Pada unit belajar II menjelaskan tentang: 1) kompetensi pola. 2) Kompetensi Potong, 3) Kompetensi Seset, 4) Kompetensi Jahit 5) Kompetensi Rakit dan 6) Kompetensi Finishing
Unit Belajar III, membuat sample produk kulit meliputi 1)Pembuatan sampel produk kulit berupa gantungan kunci, 2) Sampel produk tempat HP dan sample produk Tas wanita, sampel tersebut untuk memancing siswa untuk berkreasi dan ber inovasi agar wawasan dalam membuat suatu produ berkembang tidak hanya satu model saja, dan sampel tersebut dapat dikembangkan seluas luasnya sesuai perkembangan pasar dan kearifan local dari daerah dimana sekolah berada
Aktivitas dan partisipasi peserta didik dalam mencermati dan melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam modul ini sangat diharapkan sehingga peserta didik untuk mencari tahu materi dan membelajarkan diri secara mandiri. Hal inilah yang menjadi penting dalam modul ini yang membedakannya dengan modul-modul SMK sebelumnya.
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
1. Pelajari daftar isi serta peta kedudukan modul dengan cermat dan teliti. Karena peta kedudukan modul akan nampak kedudukan modul yang sedang anda pelajari dengan modul-modul yang lain.
2. Kerjakan soal-soal dalam cek kemampuan untuk mengukur sampai sejauh mana pengetahuan yang Anda miliki.
3. Anda harus mengikuti kegiatan pembelajaran dalam modul ini dengan benar.
4. Perhatikan langkah-langkah dalam melakukan pekerjaan dengan benar untuk mempermudah dalam memahami suatu proses pekerjaan. 5. Pahami setiap materi teori dasar yang akan menunjang dalam
penguasaan suatu pekerjaan dengan membaca secara teliti. Kemudian kerjakan soal-soal evaluasi sebagai sarana latihan.
6. Untuk menjawab tes formatif usahakan memberi jawaban yang singkat, jelas dan kerjakan sesuai dengan kemampuan Anda setelah mempelajari modul ini.
7. Bila terdapat penugasan, kerjakan tugas tersebut dengan baik dan bilamana perlu konsultasikan hasil tersebut pada guru.
KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH
MENENGAH KEJURUAN (SMK)/
MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (MAK)
Bidang Keahlian : Seni Rupa Dan Kriya
Program Keahlian : Desain Dan Produksi Kriya
Paket Keahlian : Desain Dan Produksi Kriya Kulit
Mata Pelajaran : Produk non alas kaki dan non busana kulit
Kelas XI
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1. Menghayati dan mengamalkan
ajaran agama yang dianutnya 1.1. Menghayati keberhasilan dan kegagalan wirausahawan dan keberagaman produk kerajinan di wilayah setempat dan lainnya sebagai anugerah Tuhan 2. Menghayati dan Mengamalkan
perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
2.1. Menunjukkan motivasi internal dan peduli lingkungan dalam menggali informasi tentang keberagaman produk kerajinan dan kewirausahaan di wilayah setempat dan lainnya
2.2. Menghayati perilaku jujur, percaya diri, dan mandiri dalam memperkenalkan karya
kerajinan di wilayah setempat dan lainnya dan menerapkan wirausaha
semangat usaha
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah.
3.1. Memahami macam dan model, pembentukan dan pelaksanaan penyelesaian akhir produk non alas kaki dan non busana kulit
3.2. Menelaah macam dan model ,
pembentukan dan pelaksanaan penyelesaian akhir produk non alas kaki dan non busana kulit 3.3. Menerapkan macam dan model,
pembentukan dan pelaksanaan penyelesaian akhir, produk non alas kaki dan non busana kulit 3.4. Menganalisis aspek-aspek
perencanaan usaha produk non alas kaki dan non busana kulit berdasarkan pengamatan peluang usaha
3.5. Menganalisis aspek ekonomi, budaya, sosial dan
pengembangan berkelanjutan untuk produk kriya tas kulit. 4. Mengolah, menalar, dan menyaji
dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.
4.1 Mendesain macam dan model ,
pembentukan dan pelaksanaan penyelesaian akhir produk non alas kaki Kulit dan non busana
4.2. Menyajikanmacam dan model ,
pembentukan tas dan
pelaksanaan penyelesaian akhir produk non alas kaki dan non busana kulit
dan model tas, pembentukan tas dan pelaksanaan penyelesaian akhir produk kriya tas Kulit.
4.4. Mengkomunikasikan karya kreatif kriya tas kulit berdasarkan aspek ekonomi kreatif (ekonomi,
budaya, sosial dan
pengembangan berkelanjutan) yang layak jual dengan
menggunakan teknologi tepat guna dan menerapkan desain ramah lingkungan (green design). 4.5 Mendesain proses produksi
usaha kerajinan dari bahan kulit berdasarkan identifikasi
kebutuhan sumberdaya dan prosedur berkarya dengan pendekatan budaya setempat dan lainnya
4.6 Menciptakan usaha karya kerajinan dari bahan kulit yang berkembang di wilayah setempat dan lainnya sesuai teknik dan prosedur
Pengetahuan Dasar Kulit
Pengertian Kulit Tersamak
Histologi
Macam dan Jenis Kulit
Kerusakan Kulit Mentah
Cacat Kulit dan Penyebabnya
PENGETAHUAN DASAR KULIT
A. Ruang Lingkup
B. Tujuan Unit 1
Setelah membaca modul ini siswa diharapkan dapat : 1. Menjelaskan pengertian kulit tersamak dengan benar 2. Menjelaskan histologi kulit secara lengkap
3. Mengidentifikasi macam dan jenis kulit secara benar
4. Mengidentifikasi kerusakan kulit mentah (row material)
5. Mengidentifikasi cacat cacat kulit dan penyebabnya secara benar
C. Kegiatan Belajar
Melalui pembelajaran kolaboratif dimungkinkan peserta didik lebih mudah menemukan pengalaman yang baru. Kolaborasi esensinya merupakan interaksi yang menempatkan dan memaknai kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja agar memudahkan usaha kolektif untuk memudahkan mencapai tujuan bersama.
Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan dan fungsi guru adalah sebagai fasilitator. Sebaliknya peserta didiklah yang aktif. Jika
pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai satu falsafah pribadi, maka ia menyentuh tentang identitas peserta didik, jika mereka berinteraksi dengan yang lain. Peserta didik secara mandiri dapat mencari pengalaman baru yang bermanfaat melalui proses pembelajaran. Untuk mendapatkan pengalaman baru tersebut peserta didik harus melaksanakan langkah-langkah pendekatan sebagai berikut :
1. Mengamati
Dalam kegiatan mengamati ini Anda diminta mengamati beberapa jenis kulit khususnya yang ada di daerah sekitar, misalnya di sekolah, sekitar tempat tinggal, ataupun wilayah yang lebih luas seperti kabupaten/provinsi. Pengamatan ini akan memperkaya pemahaman Anda tentang berbagai jenis kulit sebagai inspirasi untuk mengembangkan formula bahan kriya kulit ketika akan membuat produk kriya kulit. Sebagai panduan dalam pengamatan ini Anda dapat mengikuti instruksi pengamatan dari guru ataupun instruksi dalam modul ini, Andapun dapat memperkaya pengetahuan dengan melakukan pengamatan secara pribadi dan mandiri.
a) Amatilah beberapa jenis kulit yang ada di pasaran.
b) Amatilah beberapa jenis kulit yang Anda temukan tersebut dan bandingkan. Carilah perbedaan maupun kesamaan yang ada pada kulit tersebut.
c) Kelompokkan kulit yang Anda amati berdasarkan jenis, sifat, dan bagian-bagiankulit.
d) Jenis kulit apa saja yang terdapat di sekitar Anda? e) Adakah kulit yang namanya belum Anda kenal?
f) Apakah semua jenis kulit tersebut bisa sebagai bahan untuk membuat produk kriya kulit?
Tuliskan hasil pengamatan Anda berdasarkan penugasan guru dengan membuat format pengamatan sendiri ataupun menggunakan format pengamatan seperti contoh di bawah ini.
Lembar kegiatan mengamati
No. Nama
2. Menanya
Tanyakanlah kepada pengrajin kulit, guru kriya kulit tentang segala hal, khususnya tentang kulit. Galilah segala pertanyaan yang ada di benak Anda agar Anda terbiasa untuk mampu mengidentifikasi, melihat, menggali dan menemukan permasalahan. Beberapa pertanyaan di bawah ini dapat anda gunakan dan Anda kembangkan sendiri.
a) Bagaimana mengidentifikasi kulit baik dan jelek? b) Kulit yang cocok untuk membuat sepatu wanita? c) Identifikasikan cacat kulit permanen?
d) Di mana tempat penyamakan kulit nabati dan kulit samak crome? e) Amati lapisan lapisan kulit secara histologi kulit.?
Lembar kegiatan menanya :
Penggunaan format lembar pertanyaan adalah cara untuk mempermudah dalam menghimpun, mengurutkan pertanyaan yang diperoleh agar mempunyai susunan yang sistematis, dari yang sederhana/mudah ke hal yang sulit/kompleks; atau berdasar urutan waktu, dari yang awal ke yang paling mutakhir, dan seterusnya. Buatlah daftar pertanyaan dengan menggali sebanyak mungkin pertanyaan, agar mudah pencatatannya, Anda dapat membuat
format kegiatan menanya ini secara mandiri atau
mengembangkannya berdasar contoh yang ada di bawah ini:
Lembar pertanyaan
No. Pertanyaan
3. Mengumpulkan informasi / mencoba / bereksperimen
a) Kumpulkan data yang berkaitan dengan objek studi: 1) Kulit yang termasuk berkualitas
2) Bagian-bagian kulit sesuai histologi kulit
b) Laporkan data Anda melalui berbagai media (cetak, elektronik)
4. Mengasosiasikan / mendiskusikan / mengolah informasi
a) Guru meminta peserta didik untuk mencari ciri-ciri khas yang dimiliki setiap jenis kulit.
b) Peserta didik mengidentifikasi: bagian-bagian kulit, jumlah bagian lapisan kulit, dan sifat-sifat kulit.
Diskusikan dengan teman (guru membentuk kelompok diskusi): a) Pengertian kulit
b) Bagian-bagian kulit
c) Fungsi masing-masing jenis kulit. Tulislah hasil diskusi Anda
5. Mengkomunikasikan / menyajikan / membentuk jejaring
a) Peserta didik menyimpulkan jenis-jenis kulit, bagian bagian kulit, fungsi kulit dan sifat-sifat kulit.
b) Peserta didik mempresentasikan (mengkomunikasikan) hasil pengamatan tentang jenis-jeniskulit, lapisan kulit dan sifat - sifat kulit dan dikonfirmasi oleh guru.
D. Penyajian Materi
Buku kriya kulit ini, diharapkan para peserta didik kriya kulit serta pembaca memiliki wawasan kemampuan, apresiasi, dan keterampilan dalam memahami landasan, konsep, tujuan, dan ruang lingkup pembelajaran kriya kulit meliputi: pengetahuan pemilihan bahan baku kulit mulai dari penyamakan kulit, pembuatan desain (gambar), pembuatan kriya kulit,tersamak non persepatuan dan non busana mulai cara membuat pola, memotong kulit, menyeset kulit, menjahit, merakit produk serta finishing produk kulit. Pembuatan kriya kulit tersamak yaitu pembuatan produk kerajinan ikat pinggang, dompet, tas, sepatu sandal, dan produk – produk interior maupun asesoris yang terbuat dari kulit.
Dengan memiliki kompetensi ini para siswa diharapkan dapat mengaplikasikan sikap pengetahuan dan ketrampilan dalam pembelajaran kriya kulit secara nyata sesuai konteks sekolah dan daerah.
konsep dasar, tujuan, ruang lingkup, keteknikan dan pengembangan desain kerajinan kulit yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan siswa dan masyarakat.
1. Pengertian Kulit
Sebelum mempelajari lebih jauh mengenai struktur jaringan kulit dan bagian kulit yang digunakan, terlebih dahulu kita mempelajari pengertian kulit.
Kulit adalah bagian terluar dari struktur manusia, hewan atau tumbuhan. Kulit yang bisa digunakan dalam pembuatan produk adalah kulit jadi, yaitu kulit yang sudah disamak atau diproses menggunakan bahan kimia dengan takaran dan perhitungan waktu tertentu. Kulit mempunyai sifat dan ciri yang unik yang tidak dimiliki oleh bahan yang lain. Satu lembarkulit bisa memiliki sifat yang tidak sama. Oleh sebab itu, pengetahuan untuk dapat menentukan kualitas kulit sangat diperlukan.
Kulit adalah lapisan luar tubuh binatang yang merupakan suatu kerangka luar, tempat bulu binatang itu tumbuh. Dalam Ensiklopedi Indonesia, dijelaskan bahwa kulit adalah lapisan luar badan yang melindungi badan atau tubuh binatang dari pengaruh-pengaruh luar. misalnya panas. Bisa juga pengaruh yang bersifat mekanis, kimiawi, serta merupakan alat penghantar suhu.
Pada saat hidup, kulit mempunyai fungsi antara lain sebagai indra perasa. Selain itu sebagai tempat pengeluaran hasil pembakaran (gegetahan). sebagai pelindung dari kerusakan bakteri kulit, sebagai buffer terhadap pukulan, sebagai penyaring sinar matahari, serta sebagai alat pengatur peralatan tubuh hewan".
Seperti telah disampaikan di muka, dalam dunia perkulitan, jika dilihat dari sisi bahannya, dikenal ada dua kelompok besar kulit. Pertama, kulit yang telah mengalami proses pengolahan penyamakan kulit yang kemudian disebut leather atau kulit jadi (kulit tersamak). Jenis kulit ini digunakan sebagai bahan baku industri persepatuan dan nonpersepatuan, pada umumnya merupakan barang-barang terpakai (fungsional). Kedua, kulit yang belum mengalami pengolahan dengan bahan kimiawi, sehingga masih alami dan merupakan bahan mentah. Jenis kulit yang kedua ini digunakan dalam seni tatah sungging sebagai bahan utama. Kulit yang masih alami ini dalam dunia perkulitan dikenal dengan sebutan kulit perkamen atau kulit mentah. Setiap kulit binatang (hewan). dari jenis yang berbeda. mempunyai sifat dan karakter yang berbeda pula. Oleh karena itu, kulit binatang dapat dibedakan kualitasnya menurut faktor-faktor berikut.
a) Kulit kerbau berbeda dengan kulit sapi (lembu). Kulit kambing berbeda dengan kulit domba.
b) Area geografi (asal) ternak.Kulit sapi Madura berbeda dengan kulit sapi fries Holland.
c) Aktivitas ternak.
Kulit sapi perah berbeda dengan kulit sapi potong. d) Masalah kesehatan ternak
e) Usia ternak.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut di atas, tidak semua kulit binatang memenuhi persyaratan sebagai bahan baku industri perkulitan, terutama dalam industri yang menggunakan bahan kulit alami. Berdasarkan factor-faktor tersebut di atas, tidak semua kulit binatang memenuhi persyaratan sebagai bahan baku industri perkulitan, terutama dalam industri yang menggunakan bahan kulit alami.
2. Histologi
Kulit merupakan satuan tenunan jaringan tubuh hewan (binatang), yang terbentuk dari sel-sel hidup dan merupakan satu kesatuan yang saling mengait.
Ditinjau secara Histologi (ilmu jaringan tubuh), kulit terdiri atas tiga
lapisan, yaitu: lapisan Epidermis, lapisan Corium (Derma),dan
lapisan Hypodermis (Subcutis). Dalam buku Teknik Penyamakan Kulit
untuk pedesaan, dijelaskan sebagai berikut.
a) Lapisan Epidermis
b) Lapisan Corium (Derma)
Bagian pokok dari kulit dinamakan lapisan Corium (Derma). Istilah Corium berasal dari kata Latin yang berarti kulit asli. Corium sebagian besar tersusun dari serat tenunan pengikat, yang terdiri atas tiga macam tipe tenunan, yaitu tenunan Collagen, tenunan Elastin, dan tenunan Reticular. Tenunan Collagen merupakan penyusun utama Corium. Corium (Derma) mempunyai dua lapisan, yaitu lapisan Thermostat (rajah) dan lapisan Retic'da atau Corwm asli. Lapisan rajah merupakan lapisan kulit teratas.
Pada lapisan ini, terdapat akar rambut, kelenjar-kelenjar, dan urat daging. Lapisan rajah merupakan bagian kecil dari seluruh kulit, yang secara persentase besar kecilnya tergantung pada tipe kulitnya. Pada kulit binatang kecil, persentasenya akan lebih besardibandingkan pada jenis kulit binatang besar. Serat tenunan yang terdapat pada lapisan rajah umumnya kecil, halus, dan susunannya tidak teratur. Gambaran rajah yang dihasilkan oleh lubang-lubang rambut berbeda pada masing-masing spesies. Perbedaan itu nampak pada permukaan kulit. Gambaran rajah dapat mempermudah pengenalan kulit hewan asalnya, misalnya kulit kambing, sapi muda, sapi dewasa, kuda, dan lain sebagainya. Lapisan Reticular sebagian besar terdiri atas anyaman Collagen yang tersusun secara berkas-berkas. Serat-seratnya lebih besar bila dibandingkan dengan serat Collagen yang terdapat pada rajah. Serat Collagen merupakan benang-benang halus yang berkelok-kelok, dalam berkas-berkas yang terbungkus lembaran anyaman atau tenunan Reticular, yang akan mengeras bila dikeringkan. Lapisan Reticular pada kulit binatang besar meliputi 70%-80%, sedangkan pada kulit binatang kecil antara 45%-50% dari seluruh volume kulit.
c) Lapisan Hypodermis (Subcutis)
Tenunan Subcutis merupakan tenunan pengikat longgar yang menghubungkan Corium dengan bagian-bagian lain dari tubuh. Hypodermis sebagian besar terdiri atas serat-serat Collagen dan Elastin. Susunan longgar yang berupa tenunan lemak merupakan tempat timbunan lemak. Pada umumnya disebut lapisan daging. Lapisan Hypodermis ini dihilangkan sebelum disamak.
Gambar 1.1. Penampang kulit
Sumber. Dokumen Studio Kulit PPPPTK Seni dan Budaya
3.
Jenis kulit
a) Jenis kulit berdasarkan asal hewan
Hewan ternak : sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, babi.
Hewan melata : buaya, biawak, komodo, ular, kodok
Hewan air : ikan pari, ikan kakap, ikan tuna
Hewan liar : gajah, harimau
Burung : burung unta, ayam
b) Pembagian kelompok kulit
Kulit besar (sapi,kerbau, kuda, gajah) Kulit kecil (kambing, domba, kijang, kelinci) Kulit reptil (ular, buaya, biawak, kadal, kodok) Kulit ikan (pari, hiu, tuna).
Kulit merupakan hasil sampingan dari hewan yang dagingnya dikonsumsi. Kulit yang dihasilkan dari binatang yang dagingnya dikonsumsi, harganya terjangkau. Sebaliknya, kulit binatang yang dagingnya tidak dikonsumsi harganya cukup mahal seperti kulit buaya, biawak dsb. Ada jenis binatang langka yang dilindungi dan dilarang untuk diburu misalnya gajah, buaya, harimau dsb. Sehinngga kulit dari jenis binatang ini juga langka.
Penggolongan kulit, jika dagingnya di konsumsi : 1) Kulit sapi
lebih mengkilat. Dengan demikian harganya pun relatif lebih mahal. Bahkan bagian dalam kulit hasil split dapat diperdagangkan secara terpisah, misalnya untuk pakaian dalam yang tipis tetapi cukup kuat. 2) Kulit kerbau
Kulit kerbau tidak jauh beda dengan kulit sapi, baik dari ukuran, kekuatan, dan keuletannya. Hanya saja kulit kerbau lebih tebal sedikit dibanding kulit sapi.
3) Kulit kambing
Kulit kambing banyak terdapat di Indonesia dan digunakan sebagai bahan baku pembuatan barang kerajinan. Karena tidak asing bagi masyarakat luas dan mudah dicari hasil samakanya di toko-toko, harganyapun menjadi agak murah. Ukurannya tidak terlalu lebar, sekitar 28 x 28 cm dengan hasil samakan mengkilap dan ada pula yang berwarna. Kualitasnya berbeda-beda berdasarkan jenis kulit hasil pengolahannya. Kulit ini disukai para pengusaha (kerajinan) kulit sebab mudah dalam penggarapannya.
4) Kulit domba
Selain ukurannya yang agak kecil dan bentuknya memanjang, kulit domba tidak banyak berbeda dengan kulit kambing. Kulit ini juga mudah didapat di toko-toko kulit dalam aneka warna.
c) Jenis kulit dalam industri perkulitan
Di dalam industri perkulitan banyak dijumpai jenis, corak, warna dan ketebalan kulit yang digunakan untuk proses produksi. Kadang-kadang masih banyak konsumen yang kurang mengerti tentang keadaan kulit dilihat dari penggolongan hasi! jadinya. Beberapa jenis kulit yang dihasilkan dari proses pengolahan kulit adalah :
1) Kulit full grain
Kulit yang disamak dengan zat penyamak full krom dengan nerf atau rajah yang masih asli, tidak dibelah atau digosok. Jenis kulit seperti ini mempunyai kualitas tinggi sehingga dapat menaikkan harga kulit. 2) Kulit Corrected Grain
Kulit yang disamak dengan zat penyamak krom, minyak, dsb karena kualitas kulit tidak baik yang disebabkan oleh cacat alami seperti dicambuk, penyakit cacar, ditusuk, dsb sehingga menimbulkan cacatpada permukaannya. Untuk mengantisipasi cacat yang ada pada permukaan kulit, maka kulit dihaluskan dengan mesin amplas sampai halus, kemudian dicat dengan menggunakan cat sintetis. Kualitas kulit ini kurang baik dan agak kaku.
3) Kulit light buffing
Kulit ini proses pengerjaannya hampir sama dengan kulit
permukaannya, jadi kulit ini kualitasnya lebih baik. 4) Kulit Artificial
Kulit ini keindahannya terletak pada proses penyelesaian akhir, yaitu dengan cara memberi motif tertentu, misal buaya, biawak, ular, motif kulit jeruk dsb. Tujuan pemberian motif adalah untuk menutupi cacat yang diakibatkan oleh cacat alami atau mekanis. Kulit artificial sering menyerupai aslinya atau disebut kulit buatan
d) Jenis kulit berdasarkan istilahnya 1) Kulit Boks (Full grain, corrected grain).
Kulit jadi yang umumnya dibuat dari kulit sapi dan lazim digunakan untuk kulit sepatu bagian atas (upperleather).
2) Kulit Garaman
Kulit mentah yang diawetkan dengan garam sebelum diproses samak sesuai dengan kebutuhan, agar kulit tersebut tidak cepat busuk atau rusak. Selain itu garam berfungsi sebagai pembunuh bakteri yang merusak kulit.
3) Kulit Split
Kulit jadi dari sapi, kuda, kerbau, yang dibelah dengan mesin belah yang menghasilkan 2 bagian atau lebih, yaitu bagian nerf (grain split)
dan daging (flesh split) yang digunakan untuk sepatu, sandal, ikat pinggang, dan sebagainya.
4) Kulit Glace
Kulit matang dari kulit sapi, kuda, kerbau, domba, kambing yang disamak krom yang biasa digunakan untuk pembuatan sepatu wanita. 5) Kulit Jaket
Kulit jadi/matang yang umumnya dibuat dari kulit domba, kambing yang lazim disamak krom dan umumnya digunakan untuk jaket.
6) Kulit Kering
Kulit segar yang telah dikeringkan, biasanya dengan cara dijemur pada sinar matahari.
7) Kulit Lapis (Lining)
Kulit jadi/matang dari kulit domba, kambing, sapi, kerbau yang lazim disamak nabati, diwarna atau tidak diwarna yang digunakan untuk pelapisan.
8) Kulit Lap
Kulit jadi dari kulit domba, kambing yang disamak minyak dan diamplas pada bagian nerf hingga menghasilkan kulit lunak, rata dan lemas; biasanya digunakan untuk lapkaca, optik, dll.
9) Kulit Perkamen
10) Kulit Print
Kulit yang dicetak sesuai dengan gambar yang dikehendaki, misal motif kulit jeruk, buaya, biawak, dan sebagainya
11) Kulit Samak Bulu
Kulit dari sapi, kerbau, kuda, kambing, dsb. yang disamak krom atau kombinasi, tidak dilepas bulunya dan digunakan untuk jok mobil, jaket, mebel, dan lain-lain.
12) Kulit Sarung Tangan
Kulit jadi/matang yang dibuat dari kulit sapi, domba, kambing yang disamak krom dan hanya digunakan untuk sarung tangan
13) Kulit Sol
Kulit jadi/matang yang dibuat dari kulit sapi, kerbau yang disamak dengan bahan nabati, biasanya digunakan untuk sepatu bagian bawah, pelana kuda, tempat kamera dan lain-lain.
14) Kulit Tas atau Koper.
Kulit jadi / matang yang dibuat dari kulit sapi, kuda, kerbau yang disamak nabati dan digunakan untuk pakaian kuda, tas, koper, ikat pinggang.
15) Kulit untuk alat olah raga.
Kulit jadi/matang dari kulit sapi, kuda, kerbau, domba, kambing yang digunakan untuk alat olah raga, misal kulit untuk bola, sepatu bola, shuttle cock, sarung tinju, dan lain-lain.
e) Jenis kulit berdasarkan kualitasnya 1) Bagian punggung
Bagian kulit yang letaknya ada pada punggung dan mempunyai jaringan struktur yang paling kompak, luasnya 40 % dari seluruh luas kulit
2) Bagian leher
Kulitnya agak tebal, sangat kompak tetapi ada beberapa kerutan 3) Bagian bahu
Kulitnya lebih tipis, kualitasnya bagus, hanya terkadang ada kerutan yang dapat mengurangi kualitas
4) Bagian perut dan paha
Struktur jaringan kurang kompak, kulit tipis dan mulur.
Gambar 1.2. Sketsa bagian-bagian kulit
Keterangan gambar : A. Daerah pipi B. Daerah pundak C. Daerah croupon D. Daerah badan E. Daerah pinggul F. Daerah perut
4. Kerusakan kulit mentah
Kulit binatang ada yang bermutu baik. Namun ada pula yang kurang bermutu. Hal ini dapat terjadi karena kerusakan-kerusakan pada kulit tersebut, yang mengakibatkan menurunnya kualitas.
Kerusakan kulit mentah pada dasamya dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
kerusakan ante-mortem dan post-mortem
a) Kerusakan ante-mortem
Kerusakan ante-mortem adalah kerusakan kulit mentah yang terjadi pada
saat hewan (binatang) masih hidup. Kerusakan kulit dapat disebabkan oleh beberapa macam, antara lain sebagai berikut :
1) Parasit
demodecosis, caplak, dan kutu. Beberapa jenis parasit ini mengakibatkan rusaknya rajah pada kulit binatang, yang ditandai dengan adanya lubang-lubang kecil, tidak ratanya permukaan kulit atau adanya lekukan-lekukan kecil.
2) Penyakit
Banyak faktor yang menyebabkan binatang menjadi sakit, misalnya akibat kurang baik dalam pemeliharaan. Bila penyakit tidak segera diobati, akan berpengaruh terhadap kualitas kulitnya, yang kadang sulit diperbaiki. Penyakit demam yang berkepanjangan, misalnya sampar lembu dan trypono-somiosis akan menyebabkan struktur jaringan kulit
menjadi lunak. Lalat hypoderma bowis, menyebabkan kulit
berlubang-lubang kecil yang tersebar di seluruh bagian luar kulit. Kemudian, kerusakan yang disebabkan oleh kutu busuk ini ditandai dengan adanya benjolan-benjolan kecil yang keras pada bagian bulu.
3) Umur tua
Binatang yang berumur tua, memiliki kulit yang berkualitas rendah. Pada kulit b inatang yang telah mati sebelum dipotong, akan terdapat pembekuan-pembekuan darah yang tidak mungkin dihilangkan.
4) Sebab mekanis
Ada beberapa kegiatan yang dilakukan terhadap binatang yang dapat menurunkan kualitas kulitnya. Cap bakar yang dipakai dalam identifikasi atau pengobatan, akan mengakibatkan rusaknya kulit yang tidak mungkin untuk diperbaiki. Cap bakar, menyebabkan Corium
menjadi keras atau kaku dan tidak akan hilang. Goresan-goresan duri, kawat berduri, tanduk, berbagai tekanan, sabetan cemeti (cambuk), alat-alat pengendali, dan lain sebagainya, juga dapat menyebabkan kerusakan kulit. Kerusakan kulit mekanis ini sering dijumpai pada binatang piaraan yang digunakan dalam kepentingan pertanian atau industri. Namun, kerusakan mekanis ini tidak separah kerusakan yang diakibatkan oleh penyakit. Di samping itu, pukulan - pukulan yang dilakukan terhadap binatang sebelum dipotong, dapat menyebabkan memar pada kulit, sehingga darah akan menggumpal. Karena penggumpalan darah itu, pembuluh darah akan mengalami kerusakan, sehingga kulit menjadi berwarna merah kehitam-hitaman. Bila hal ini terjadi, maka akan memudahkan pembusukan pada saat proses pengeringan
b) Kerusakan post-Mortem
1) Pengulitan
Pengulitan merupakan proses pemisahan kulit dari tubuh binatang dengan cara pemotongan serabut kulit lunak. Oleh karena itu, dalam pengulitan ini dibutuhkan keahlian khusus. Pada kegiatan ini, sifat keras kulit dapat terjadi karena kesalahan dalam penggunaan peralatan, misalnya pisau. Hal ini dapat disebabkan karena kurang ahlinya orang yang menggunakan peralatan pada proses pengulitan ini. Pemotongan dan pengulitan harus dilakukan pada tempat yang memenuhi persyaratan, jangan sampai dilakukan di lantai yang kasar, yang dapat mengakibatkan kerusakan rajah kulit akibat pergesekan. Kebersihan binatang sebelum dipotong juga perlu diperhatikan, karena merupakan salah satu faktor penentu mutu kulit yang dihasilkan. Bila pelaksanaan pengulitan ini tidak sesuai dengan aturan, akan berakibat bentuk kulit tidak baik dan tidak normal. Dalam pengulitan ini, pembersihan kulit dari sisa -sisa daging yang melekat pada Corium
harus dilakukan sebaik mungkin, karena sisa daging yang tertinggal dapat menjadi sumber tumbuhnya bakteri pembusuk kulit, yang dapat menyebabkan terjadinya pembusukan kulit.
2) Pengawetan
Kerusakan kulit dapat terjadi pula pada saat pengawetan. Misalnya, pengawetan dengan sinar matahari yang dilakukan di atas tanah akan menurunkan kualitas kulit, karena proses pengeringan tidak merata. Kulit bagian luar terlalu kering. Sedangkan bagian tengah dan dalam masih basah. Dengan demikian masih memungkinkan mikroorganis pembusuk (flek busuk) yang disebut dengan sun-blister tetap hidup dan berkembangbiak. Sebaliknya, kulit bagian luar yang terlalu kering akan membuat rajah menjadi pecah-pccah dan bila dibiarkan dalam kondisi demikian kulit akan berkerut (nglnnlhung).
Mengeringkan kulit pada saat panas matahari dalam kondisi puncak (pada siang hari), akan mengakibatkan Collagen terbakar dan mengalami perubahan sifat (glue-forming), sehingga akan menjadi penghalang dalam pengolahan kulit selanjutnya. Terutama dalam proses perendaman.
mempengaruhi warna dan menyebabkan permukaan rajah menjadi kasar. Kulit yang diawelkan dengan penggaraman basah. Bila disimpan terlalu lama akan rusak karena bakteri pembusuk. Kulit yang disimpan di tempat yang basah atau lembab, lama kelamaan akan ditumbuhi jamur dipermukaannya, sehingga mudah menjadi suram dan bila dicat tidak dapat rata.
3) Transportasi (pengangkutan)
Dalam pengangkutan kulit dapat pula timbul kerusakan yang merugikan misalnya, terjadinya gesekan-gesekan pada waktu pengangkutan yang dapat menyebabkan kerusakan pada rajah kulit. Apalagi bila menggunakan kawat untuk mengikat kulit, maka akan timbul bekas pada rajah yang sulit dihilangkan. Pengangkutan dengan kapal laut daiam waktu yang lama, akan menyebabkan kulit lembab, bercendawan dan akhirnya busuk.
c) Kerusakan dan mutu kulit
Kerusakan akan sangat berpengaruh pada kualitas atau mutu kulit yang dihasilkan. Ada kerusakan yang mengakibatkan cacat-cacat kulit sehingga menurunkan mutunya. Tetapi ada pula kerusakan yang hanya menurunkan mutunya saja. Dalam Buku Penuntun tentang Penyamakan Kulit dijelaskan sebagai berikut. Busuk (rusak) yang terjadi pada kulit mentah, akan semakin parah pada saat proses perendaman. Bila pengolahan dilanjutkan, maka akan dihasilkan kulit yang berkualitas rendah (jelek). Irisan-irisan dalam yang terjadi pada saat pengulitan, akan menimbulkan luka yang berbekas (tidak bisa hilang) dan membuat kulit mudah robek. Kulit yang demikian dikelompokkan dalam kulit berkualitas rendah. Cacat yang disebabkan oleh penyakit kulit misalnya kudis, akan menyebabkan timbulnya benjolan keras atau lekukan-lekukan pada permukaan kulit yang sulit dihilangkan. Bila diadakan pewarnaan, warna tidak akan dapat merata, dan cat pada bagian kulit yang cacat tersebut mudah pecah dan terkelupas. Kulit dengan cacat seperti ini sangat terbatas pemanfaatannya
Flek darah adalah cacat yang disebabkan oleh pukulan, cambukan, atau sebab mekanis lain, yang mengenai tubuh binatang pada masa hidupnya. Cacat flek darah ini dapat terjadi pula pada kulit yang berasal dari binatang yang mati sebelum dipotong. Kulit yang demikian, bila digunakan sebagai kulit perkamen, tidak akan banyak berpengaruh karena kekuatan kulit masih sama, hanya dengan warna yang kurang menarik. Namun, bila kulit tersebut disamak, akan menjadi
d) Struktur Kulit
Secara umum, istilah struktur berarti susunan. Namun dalam dunia perkulitan, yang dimaksudkan dengan struktur kulit ialah kondisi susunan serat kulit yang kosong atau padat, dan bukan mengenai tebal atau tipisnya lembaran kulit. Dengan kata lain, menilai kepadatan jaringan kulit menurut kondisi asal (belum tersentuh pengolahan).
Struktur kulit dapat di bedakan menjadi lima kelompok berikut : 1) Kulit berstuktur baik
Kulit yang berstruktur baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
Perbandingan antara berat, tebal, dan luasnya seimbang. Perbedaan tebal antara bagian croupon, leher, dan perut hanya sedikit, dan bagian-bagian tersebut permukaannya rata. Kulit terasa padat (berisi). 2) Kulit berstruktur buntal (Gedrongen)
Kulit yang berstruktur buntal memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Kulit tampak tebal, bila dilihat dari perbandingan antara berat dengan luas permukaan kulitnya. Perbedaan antara croupun, leher, dan perut hanya sedikit.
3) Kulit berstruktur cukup baik
Kulit yang berstruktur cukup baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut : Kulit tidak begitu tebal, bila dilihat dari perbandingan antara berat dengan luas permukaan kulit. Kulit berisi dan tebalnya merata. 4) Kulit berstruktur kurang baik
Kulit yang berstruktur kurang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut : Bagian croupun dan perut agak tipis, sedangkan bagian leher cukup tebal. Peralihan dari bagian kulit yang tebal ke bagian kulit yang tipis tampak begitu menyolok. Luas bagian perut agak berlebihan, sehingga bagian croupun luasnya berkurang.
5) Kulit berstruktur buruk
Kulit yang berstruktur buruk memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Bagian croupon tampak tipis dan kulit tidak berisi, sedangkan kulit bagian perut dan leher agak tebal. Pada umumnya berasal dari kulit binatang yang berusia tua, luas croupon agak berkurang dan bagian perut lebar.
5. Cacat kulit dan penyebabnya
berkaitan dengan kualitas kulit binatang agar tidak mengalami kecacatan dan berkualitas baik.
a) Pengaruh usaha ternak terhadap kualitas kulit
Pada dasarnya usaha peternakan ditujukan untuk menghasilkan bahan makanan berupa daging, susu, bagi kebutuhan manusia. Akan tetapi usaha peternakan juga bisa menghasilkan kulit yang merupakan komoditas unggulan dan sejajar dengan hasil yang berupa bahan makanan. Karenaharganya yang cukup tinggi, maka sekarang usaha peternakan juga sangat memperhatikan faktor-faktor yang bisa meningkatkan kualitas kulit.
b) Pengaruh keadaan kulit terhadap kualitas kulit
Kulit yang berkualitas baik adalah kulit yang dihasilkan dari hewan yang sehat dan gizinya baik, sehingga menghasilkan kulit yang lemas dan dapat dilipat. Sedangkan kulit yang kualitasnya kurang adalah kulit yang dihasilkan dari hewan yang sakit atau kondisinya tidak sehat, sehingga kondisi kulit menjadi kaku dan kering. Bila kita memotong hewan yang akan diambil dagingnya, maka hewan tersebut harus dalam keadaan sehat, sehingga kulitnya pun berkualitas baik.
c) Pengaruh iklim terhadap kualitas kulit
Temperatur, tekanan udara, kelembaban dan sebagainya merupakan faktor-faktor yang periu diperhatikan sebagai pengaruh iklim terhadap kualitas kulit. Peternakan hewan yang bertujuan untuk menghasilkan kulit binatang harus memperhatikan faktor-faktor tersebut agar kualitas kulit yang dihasilkan tetap baik. Setiap daerah mempunyai iklimnya sendiri, sehingga ternak yang kulitnya akan diambil harus dipelihara sesuai dengan iklim yang cocok untuknya.
d) Pengaruh adaptasi terhadap kualitas kulit
Perpindahan tempat akan berpengaruh terhadap hewan yang kulitnya akan diambil. Ada kalanya hewan tidak tahan terhadap bibit penyakit yang ada pada suatu daerah tempat ia berpindah. Hewan yang terkena penyakit akan menghasilkan kulit yang tidak berkualitas juga. Untuk itu, adaptasi hewan terhadap tempat baru juga harus mendapatkan perhatian.
e) Pengaruh makanan terhadap kualitas kulit
Makanan yang baik akan berpengaruh terhadap berat badan hewan dan kesehatannya. Berat badan hewan berpengaruh terhadap kualitas kulit yang dihasilkannya.
f) Perawatan terhadap kualitas kulit
penyamakan akan menimbulkan tanda atau cacat yang mengurangi kualitas kulit. Dalam penentuan kualitas kulit hewan, disamping factor-faktor yang disebutkan di atas, ada factor-faktor-factor-faktor lain yang juga menentukan, yaitu pemotongan hewan, pengulitan dan proses penyamakan.
Contoh-contoh penurunan kualitas kulit yang menyebabkan kecacatan kulit antara lain :
1) Pemeliharaan
Hewan tidak dirawat dengan baik. Kesehatan hewan tidak diperhatikan.
2) Makanan
Hewan tidak mendapatkan makanan secara teratur. Makanan hewan tidak bergizi.
2) Perlakuan
Hewan dicambuk sampai luka. Hewan luka karena penyakit. Hewan tidak diobati.
3) Pengulitan
Cara pengulitan hewan tidak benar. Pisau sayat tidak tajam/tumpul. 4) Penyamakan
Proses pengawetan yang tidak benar. Terjadinya kesalahan pada proses penyamakan.
E. Rangkuman
1. Kulit adalah bagian terluar dari struktur manusia, hewan atau tumbuhan. Kulit yang bisa digunakan dalam pembuatan produk adalah kulit jadi, yaitu kulit yang sudah disamak atau diproses menggunakan bahan kimia dengan takaran dan perhitungan waktu tertentu. Kulit mempunyai sifat dan ciri yang unik yang tidak dimiliki oleh bahan yang lain. Satu lembar kulit bisa memiliki sifat yang tidak sama.
2. Kulit merupakan satuan tenunan jaringan tubuh hewan (binatang), yang terbentuk dari sel-sel hidup dan merupakan satu kesatuan yang saling mengait.
3. Ditinjau secara Histologi (ilmu jaringan tubuh), kulit terdiri atas tiga
lapisan, yaitu : lapisan Epidermis, lapisan Corium (Derma), dan
4. Kulit binatang sangat besar manfaatnya dan tinggi nilai harganya dalam pembuatan produk dari kulit untuk kebutuhan manusia. Karena besarnya manfaat dan tingginya harga kuiit binatang ini, maka faktor-faktor yang mempengaruhi peternakan hewan terhadap kualitas kulit binatang perlu diperhatikan, seperti pengaruh iklim, perkembangbiakan, makanan ternak, perawatan, dsb.
F. Penilaian
1. Penilaian sikap
Instrumen pengamatan/observasi
Instrumen sikap peduli terhadap lingkungan Nama : __________________
Kelas : __________________
Aktivitas peserta didik
Peserta didik mengidentifikasi/mencari jenis kulit di sekolah/di pasaran dan mencari referensi pendukungnya melalui berbagai sumber belajar seperti nara sumber/ahli, internet ataupun buku di perpustakaan.
Lembar observasi
No. Aspek – aspek yang dinilai BT MT MB MK Skor
1. Menggunakan bahan secara efisien 1 2 3 4
2. Menjaga kebersihan tempat kerja 1 2 3 4
3. Menjaga kelestarian alam (tidak
merusak alam lingkungan) 1 2 3 5
Jumlah Skor
Rubrik Petunjuk: Lingkarilah
1. bila aspek karakter belum terlihat (BT) 2. bila aspek karakter mulai terlihat (MT) 3. bila aspek karakter mulai berkembang (MB) 4. bila aspek karakter menjadi kebiasaan (MK)
2. Penilaian pengetahuan
Nama : ______________________________ Kelas : ______________________________
Soal isian :
Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban singkat ! a) Jelaskan pengertian kulit jadi secara singkat. b) Jenis kulit menurut kelompok hewan sebutkan. c) Bagaimana kulit dikatakan berkualitas baik. d) Histologi kulit terdiri dari apasaja jelaskan. e) Jelaskan dengan singkat bagian bagian kulit.
Kunci jawaban penilaian pengetahuan :
a) Kulit yang sudah disamak atau diproses menggunakan bahan kimia dengan takaran dan perhitungan waktu tertentu
b) Kulit besar (sapi,kerbau, kuda, gajah) Kulit kecil (kambing, domba, kijang, kelinci) Kulit reptil (ular, buaya, biawak, kadal, kodok) Kulit ikan (pari, hiu, tuna).
c) Perbandingan antara berat, tebal, dan luasnya seimbang. Perbedaan tebal antara bagian croupon, leher, dan perut hanya sedikit, dan bagian-bagian tersebut permukaannya rata. Kulit terasa padat (berisi)
d) Epidermis Corium (Derma) Hypodermis (Subcutis) e) Bagian punggung
Bagian kulit yang letaknya ada pada punggung dan mempunyai jaringan struktur yang paling kompak; luasnya 40 % dari seluruh luas kulit
Bagian leher
Kulitnya agak tebal, sangat kompak tetapi ada beberapa kerutan Bagian bahu
Kulitnya lebih tipis, kualitasnya bagus, hanya terkadang ada kerutan yang dapat mengurangi kualitas
Bagian perut dan paha
Struktur jaringan kurang kompak, kulit tipis dan mulur. Bagian punggung
Bagian kulit yang letaknya ada pada punggung dan mempunyai jaringan struktur yang paling kompak; luasnya 40 % dari seluruh luas kulit
Bagian leher
Kulitnya lebih tipis, kualitasnya bagus, hanya terkadang ada kerutan yang dapat mengurangi kualitas
Bagian perut dan paha
Struktur jaringan kurang kompak, kulit tipis dan mulur.
Pedoman penskoran :
Setiap jawaban benar diberi skor 2, sedangkan jawaban salah diberi skor 0. Karena soal berjumlah 5 butir, maka jumlah skor berkisar antara 0 sampai 10.
Soal uraian :
Buatlah kesimpulan tentang sifat-sifat kulit dengan kategori kulit berkualitas
Pedoman penilaian soal uraian
No. Soal Kunci Jawaban Deskriptor Skor
1. Kulit yang berstruktur baik
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
• Perbandingan antara berat, tebal, dan luasnya seimbang.
• Perbedaan tebal antara bagian croupon, leher, dan perut hanya sedikit. • Bagian-bagian tersebut
permukaannya rata. • Kulit terasa padat (berisi)
Apabila 4 jawaban
disebutkan 4
Apabila 3 jawaban
disebutkan 3
Apabila 2 jawaban
disebutkan 2
Apabila 1 jawaban
disebutkan 1
3. Penilaian Keterampilan
1) Teknik Penilaian : Tes praktik 2) Bentuk Instrumen : Tes uji petik kerja
3) Kisi-kisi :
Lembar penilaian ketrampilan
No. Indikator No. Butir
1. Memilih kulit dengan kualias baik 1
2.
Instrumen penilaian keterampilan
Nama : ______________________________ Kelas : ______________________________
Soal :
1. Pilihlah jenis kulit berkualitas baik
2. Presentasikan di depan teman-temanmu ciri-ciri kedua jenis kulit tersebut .
Instrumen penilaian memilih dan mempresentasikan jenis kulit
No. Aspek yang dinilai Skor
1 2 3 4
1 Pemilihan jenis kulit yang baik dan berkualitas v
2 Argumentasi tentang jenis kulit baik dan berkualitas v
3 Presentasi dilakukan secara sistematis dan benar subtansinya. v
Rubrik penilaian memilih dan mempresentasikan jenis kulit
No. Aspek yang dinilai 1 Kriteria 2 3 4
1 Pemilihan jenis kulit yang baik dan berkualitas Tidak bisa
2 Argumentasi tentang jenis kulit baik dan berkualitas v
3 Presentasi dilakukan secara sistematis dan benar subtansinya. v Keterangan :
A = Sangat Baik B = Baik
G. Refleksi
a. Apa manfaaat yang anda peroleh dari modul ini ?
KOMPETENSI DASAR KRIYA KULIT
A. Pendahuluan
Dalam pembuatan suatu produk kulit tidak bisa lepas dari kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa SMK seni budaya khususnya program keahlian kria kulit, oleh sebab itu sebelum melangkah membuat produk kulit non alas kaki dan non busana siswa harus menguasai kompetensi dasar secara menyeluruh.
Adapun kompetensi yang harus dikuasai ada enam keteknikan yaitu: Kompetensi Pola, Kompetensi Potong, Kompetensi Seset, Kompetensi jahit, kompetensi rakit dan kompetensi finishing.
1. Kompetensi pola
Proses pembuatan pola yang harus dikuasai meliputi, pengukuran pola, membuat garis aksis, cara membuat lengkungan, penandaan bagian komponen, serta konstruksi pola sesuai produk yang akan dibuat. Pola teridiri dari pola master, pola potong dan pola kerja.
2. Kompetensi potong
Memotong kulit tidak sederhana, perlu keahlian dan ketelitian, karena kulit mempunyai sifat yang khusus dan tidak dimiliki bahan lain. Sifat tersebut yaitu plastisitas dan elastisitas, sifat ini yang perlu diperhatikan dalam proses pemotongan, selain hal tersebut dalam proses pemotongan juga perlu efektifitas tata letak.
3. Kompetensi seset
Kompentensi seset bertujuan untuk mengurangi ketebalan kulit yang akan dilipat, adapun jenis sesetan meliputi: seset miring, seset datar dan seset cekung.
4. Kompetensi jahit
Kompetensi jahit diharapkan siswa mampu menguasai kompetensi dasar jahit, dengan menjahit diatas kertas karton atau malaga dan kulit dengan berbagai model jahitan, sehingga bila menjahit produk yang sebenarnya siswa tidak canggung lagi.
Kompetensi kriya kulit
Kompetensi Dasar Pola
Kompetensi Dasar Potong Kompetensi Dasar Seset
Kompetensi Dasar Jahit Kompetensi Dasar Rakit
Kompetensi Dasar Finishing
5. Kompetensi rakit
Kompetensi perakitan dilakukan setelah kompetensi menjahit dikuasai dengan benar sesuai spesifikasinya, perakitan juga tidak terlepas dari kompetensi jahit karena dalam perakitan juga ada proses merakit dengan dijahit.
6.
Kompetensi finishing
Kompetensi finishing ini pekerjaan terakhir dalam proses pembuatan produk kulit tersamak non alas kaki dan non busana. Pekerjaan finishing juga salah satu pekerjaan yang penting, karena pekerjaan ini menentukan kualitas produk sebelum dikemas, maupun dijual, dipamerkan dan lain sebagainya.
Dari keenam kompetensi dasar tersebut siswa harus menguasai, karena kompetensi tersebut merupakan kunci pokok dalam membuat karya produk kulit tersamak.
B. Ruang Lingkup Pembelajaran
C. Tujuan
Setelah membaca modul ini peserta didik diharapkan dapat :
1.
Menjelaskan pengertian kompetensi dasar :2.
Mengidentifikasi pola, potong, seset, jahit, rakit dan finishing dengan benar3.
Menjelaskan pengetahuan alat dan bahan4.
Mengidentifikasi alat dan bahan5.
Membuat pola, potong, seset, jahit, rakit dan finishing denganbenar
D. Kegiatan Belajar 2
Melalui pembelajaran kolaboratif dimungkinkan peserta didik lebih mudah menemukan pengalaman yang baru. Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi yang menempatkan dan memaknai kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja untuk memudahkan usaha kolektif untuk memudahkan mencapai tujuan bersama.
Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan dan fungsi guru adalah sebagai fasilitator. Sebaliknya peserta didiklah yang aktif. Jika pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai satu falsafah pribadi, maka ia menyentuh tentang identitas peserta didik jika mereka berinteraksi dengan yang lain. Peserta didik secara mandiri dapat mencari pengalaman baru yang bermanfaat melalui proses pembelajaran. Untuk mendapatkan pengalaman baru tersebut peserta didik harus melaksanakan langkah-langkah pendekatan sebagai berikut :
1. Mengamati
Dalam kegiatan mengamati ini anda diminta mengamati beberapa jenis kulit khususnya yang ada di daerah sekitar, misalnya di sekolah , sekitar tempat tinggal, ataupun wilayah yang lebih luas seperti kabupaten/provinsi. Pengamatan ini akan memperkaya pemahaman anda tentang berbagai kompetensi dasar kriya kulit sebagai inspirasi untuk mengembangkan kompetensi kriya kulit ketika akan membuat produk kriya kulit. Sebagai panduan dalam pengamatan ini anda dapat mengikuti instruksi pengamatan dari guru ataupun instruksi dalam modul ini, Andapun dapat memperkaya sendiri dengan melakukan pengamatan secara pribadi dan mandiri.
1) Amatilah kompetensi dasar kriya kulit sebagai dasar dalam pembuatan produk kriya kulit tersamak.
3) Amati cara memotong kulit yang baik dan benar sesuai langkah kerja dan spesifikasi dalam memotong kulit
4) Amati cara menyeset kulit dengan benar
5) Amati cara menjahit kulit sesuai spesifikasi jahitan atau standar jahitan kulit
6) Amati cara merakit produk kulit tersamak dengan seksama sesuai urutan kerja
7) Amati cara melakukan finishing produk kulit dengan seksama
Tuliskan hasil pengamatan anda berdasarkan penugasan guru dengan membuat format pengamatan sendiri ataupun menggunakan format pengamatan seperti contoh di bawah ini.
Lembar kegiatan mengamati
No. Kompetensi dasar Uraian
1 Pola
2 Potong
3 Seset
4 Jahit
5 Rakit
6 Finishing
2. Menanya
Tanyakanlah kepada pengrajin kulit, guru kriya kulit tentang segala hal, khususnya tentang Kompetensi dasar kriya kulit. Galilah segala pertanyaan yang ada di benak anda agar anda terbiasa untuk mampu mengidentifikasi, melihat, menggali dan menemukan permasalahan. Beberapa pertanyaan di bawah ini dapat saja anda gunakan dan anda kembangkan sendiri.
a) Bagaimana cara, membuat pola, memotong, menyeset, menjahit, merakit, serta finishing produk ku