• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi pengembangan wisata alam berbasis masyarakat : Studi kasus di zona pemanfaatan taman Nasional Gunugn Merapi Daerah Istimewa Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi pengembangan wisata alam berbasis masyarakat : Studi kasus di zona pemanfaatan taman Nasional Gunugn Merapi Daerah Istimewa Yogyakarta"

Copied!
197
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN

WISATA ALAM BERBASIS MASYARAKAT

(STUD1 KASUS

DI

ZONA PEMANFAATAN

TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAP1

DAERAH

ISTIMEWA YOGYAKARTA)

ERNA

RISTWANTI

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul "Strategi Pengembangan Wisata Alam Berbasis Masyarakat (Studi Kasus di Zona Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Merapi Daerah Istimewa Yogyakarta) " adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Da%r Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Januari 2008

Erna Rrjl&anii

(3)

ABSTRACT

ERNA RISTIYANTI. The Strategy on Community-based Nature Tourism Development (Case Study in the Use Zone of Gnnnng Merapi National Park, Yogyakarta Special District). Under direction of E.K.S. HARM MUNTASIB and ARZYANA SUNKAR.

Gunung Merapi National Park (GMNP) in Yogyakarta special district has various attractive nature tourism objects with one active vol~ano as the specific and unique object. The community lived around the park have strong relationship with the area, both economical and spiritual relationship. The objective of the research is to compose strategy on community-based nature tourism development in use zone of GMNP. Specific objectives of the research are to identify nature tourism activities in the use zone of GMNP in Yogyakarta; to identify the characteristics of the surrounding community; to obtain information on the community's perception on sustainable nature tourism, community's participation in nature tourism activities and community's expectation toward nature tourism development in GMNP.

More than 50% of the community members lived around the area was native people. Most of the people (35.42%) worked as milk cow breeder using GMNP areas as the cattle's food plant cultivation area. The average income of the community was as much as Rp. 590.224.36. Most of the community members were in productive age.

The community had positive perception on the conservation and sustainable nature tourism. Community participation was still limited in the implementation stage, had not reached the planning or evaluation stages. As many as 60% of the non- participant community members wa".ted to pzrticiprte ir? the nature tourism activities.

Community member joining the tourist guide group expected the area to be free

of scattered garbage, particularly plastic garbage; community involvement in nature tourism management; trainings for skill improvement; while the roving seller, small shop owner, and food and beverage provider tended to expect more of economical factor such as permit to trade, traditional food development, join business, and soft loan.

The strategies on community-based nature tourism development in use zone of GMNP in Yogyakarta were as follow: (1) to socialize the concept of community-based nature tourism to the community, (2) to compose the Standard Operation Procedures (SOP) on community-based nature tourism management in collaboration between office of GMNP, the community and related institutions, (3) to establish the organization of community-based nature tourism management, (4) to develop self- management activities, (5) to attract investments &om local government and donor agencies to ensure the sustainability of the community business, (6) to conduct assistantship to the community in guarding the process of community-based nature tourism management, (7) to improve the capacity of community's human resources through various technical and managerial trainings, (8) to involve the community in GMNP office's activities in the planning, implementation, and evaluation processes.

(4)

ERNA RISTIYANTI. StTategi Pengembangan Wisata Alam Berbasis Masyarakat (Studi Kasus di Zona Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Merapi Daerah Istimewa Yogyakarta). Dibimbmg oleh E,KS HARINI MUNTASIB DAN ARZYANA SUNKAR.

Taman Nasional Gunung Merapi mempunyai obyek wisata alam yang menarik dan b a s , temtama aktivitas Gunung Merapi. Di sisi lain masyarakat sekitar memiliki hubungan yang kuat dengan kawasan, baik hubungan yang bersifat ekonomi maupun spiritual.

Penelitian ini bertujuan untuk menyusun strategi pengembangan wisata alam berbasis masyarakat di zona pemanfaatan Taman Nasional Gunung Merapi Daerah Istimewa Yogyakarta W G M DIY) dengan tujuan khusus meliputi identifikasi kegiatan wisata alam di zona pemanfaatan TNGM DIY, identifkasi karakteristik masyarakat sekitar kawasan, persepsi masyarakat mengenai wisata alam yang lestarilberkelanjutan, partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata alam di TNGM DIY dan keinginan masyarakat terhadap pengembangan wisata alam di TNGM DIY.

Penelitian dilakukan di Desa Hargobinangun Kecarnatan Pakem dan Desa Umbulharjo Kecamatan Cangkringan. Kedua desa dipilih karena m e ~ p a k a n desa yang berbatasan dengan kawasan zona pemanfaatan TNGM DIY dan masyarakatnya memiliki variasi keterlibatan dengan kegiatan wisata alam yang paling banyak dibanding desa lainnya. Responden dikelompokkan menjadi dua kelompok. yaitu masyarakat yang telah berpartisipasi dalam kegiatan wisata alam dan masyarakat ?ang t i d a ' h l u m berpartisipasi. Masing-masing diambil sebanyak 30 responden.

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Sedangkan untuk menentukan strategi pengembangan wisata alam berbasis masyarakat di zona pemanfaatan TNGM DIY digunakan analisis SWOT, dan sebagai unit analisis adalah masyarakat.

Hasil penelitian ini adalah, lebih dari 50% masyarakat sekitar kawasan adalah penduduk asli. Mata pencaharian sebagian besar masyarakat (35,42%) adalah sebagai peternak sapi perah dengan memanfaatkan kawasan TNGM sebagai lahan untuk budidaya rumput pakan ternak. Rata-rata pendapatan masyarakat sekitar kawasan sebesar Rp. 590.224,36 (melebihi standar Upah Mmimum Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta). Sebagian besar masyarakat me~pFikaII usia produktif.

(5)

sedangkan sebagian lainnya menyatakan bahwa di dalam kawasan banyak ditemui sampah, terutama sampah plastik.

Masyarakat pada umumnya mendukung pengembangan wisata alam di TNGM yaitu sebanyak 78,57% dari kelompok masyarakat yang telah berpartisipasi dan

86,96% untuk kelompok masyamkat tidakhelum berpartisipasi. Sebanyak 21.43% dari kelompok masyarakA yang tilah berpartisipasi dan i3,04% dari keloipok masyarakat yang tidakhelum berpartisipasi menyatakan bahwa mereka

-

akan menyetuiui adanya pengembangan wisa&

slam-di

TNGM asalkan masyarakat bisa menikkag hasil d&i pengembangan tersebut (kesejahteraan masyarakat meningkat) dan keamanan terjaga. Alasan utama dukungan masyarakat tersebut adalah karena pengembangan wisata dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.

Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu partisipasi masyarakat yang langsung bersinggungan dengan kawasan (dalam kawasan) dan di luar kawasan. Partisipasi masyarakat di dalam kawasan meliputi pemandu wisata, penyedia konsumsi dan pedagang asongan. Sedangkan di luar kawasan meliputi penyedia homestay, penjaga parkir, penjaga loket lava tour, warung, penyedia toilet, penginapan, bagian transportasi, perlengkapan wisata dan souvenir. Partisipasi masyarakat sekitar cendemng bersifat pelaksanaan belum pada tataran perencanaan atau evaluasi. Secara umum alasan partisipasi masyankat dalam kegiatan wisata alam adalah untuk meningkatkan penghasilan. Masyarakat yang belum berpartisipasi memiliki keinginan untuk dapat berpartisipasi. yaitu sebanyak 60%.

Keinginan masyarakat untuk kelompok pemandu wisata alam lebih ditujukan pada kebersihan kawasan, adanya pelibatan masyarakat dalam pengelolaan wisata alam dan adanya pelatihan-pelatihan. sedangkan untuk kelompok pedagang, warung dan penyedia kons~msl keinginm !eEih dltujuka? pada aspek ekonomi, yakrti menginginkan tetap boleh bejualan, pengembangan m a d a n tradisional, usaha bersama, dan adanya pinjaman lunak. Sedangkan untuk kelompok masyarakat yang tidaklbelum berpartisipasi keinginan lebih ditujukan pada kesadaran pengunjung untuk turut menjaga kelestarian dan kebersihan kawasan TNGM. Selain itu kelompok masyarakat ini menginginkan adanya pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah, adanya pelayanan kepada pengunjung berupa pemandu wisata yang handal, adanya fasititas air, tidak perlu dilakukan pembatasan pengunjung, adanya pelibatan masyarakat dalam pengelolaan wisata alam dan adanya kerjasama antara masyarakat dan pemerintah dengan peran pemerintah sebagai fasilitator.

Kebijakan di tingkat pengelola maupun di tingkat regional menunjukkan adanya dukungan terhadap pengembangan wisata alam (termasuk ekowisata) di kawasan TNGM dan adanya dukungan terhadap partisipasi masyarakat.

Strategi pengembangan wisata alam berbasis masyarakat di zona pemanfaatan TNGM DIY adalah sebagai berikut:

1. Pengenalan kepada masyarakat mengenai konsep wisata alam berbasis masyarakat

2. Menyusun Standard Operation Procedure (SOP) pengelolaan wisata alam berbasis masyarakat antara Balai TNGM dengan masyamkat dan instansi terkait

3. Pembentukan wadah bagi pengelolaan wisata alam berbasis masyarakat 4. Pengembangan kegiatan-kegiatan swakelola

5. Menarik investor dari pemerintah daenh dan lembaga donor untuk menjamin keberlanjutan usaha masyarakat

(6)

7. Peningkatan kemampuan SDM masyarakat melalui berbagai pelatihan teknis dan manajerial

8. Pelibatan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan Balai TNGM dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

(7)

0 Hak cipta milik IPB, tahun 2008 Hak eipta dilindungi Undang-undang

I. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh kaiya tulis ini tanpa mencantumkan arm menyebut szrmber.

a P e n g u t i p hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiak penyusunan laporan, penzrlisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(8)

STRATEGI PENGEMBANGAN

WISATA ALAM BERBASIS MASYARAKAT

(STUD1 KASUS DI ZONA QEMANFAATAN

TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA)

ERNA RISTIYANTI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesi Kehutanan pada

Sub Program Studi Konservasi Keanekaragaman Hayati Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan

SEKOLAH QASGASARJANA

INSTITUT PERT

BOGOR

(9)

Nama NIM

: Strategi Pengembangan Wisata Alam Berbasis Masyarakat (Studi Kasus di Zona Pemanfaatan Tainan Nasional Gunung Merapi Daerah Istirnewa Yogyakarta)

: Erna Ristiyanti

: E.05 1054065

Disetujui

Kornisi Peinbiinbing I

Prof. Dr. E.K.S Harini Muntasib. M.S Ir. Arzvana Sunkar, M.Sc

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Prograin Studi ekolah Pascasarjana

Ilmu Pengetahuan Kehutanan

Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, M.Sc. diputro, M.S

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala kamnia- Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian ini adalah Strategi Pengembangan Wisata Alam Berbasis Masyarakat (Studi Kasus di Zona Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Merapi Daemh Istimewa Yogyakarta).

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Prof. Dr. E.K.S Harini Muntasib, M.S dan Ir. Arzyana Sunkar, M.Sc selaku pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan

2. Dr. Ir. H. Yanto Santosa, DEA selaku Ketua Sub Program Studi KKH

3. Ir. Tri Prasetyo selaku Kepala Balai TNGM

4. Ir. Palennery, MP selaku Kepala Balai Besar KSDA Sulawesi Selatan

5. Bapak Edi Mintaryanto, Bapak Asep, Bapak Sukadi, Bapak Tri Hardono dan Bapak Christian Awuy yang telah membantu kami selama pengumpulan data.

6 . Selumh keluarga Bapak, Ibu, suami, anak dan kakak yang tak henti- hentinya memberikan dorongan semangat dan cumhan perhatian

7. Teman-teman karyasiswa S2 KKH yang teiah banyaic memberikan masukan dan dorongan semangat selama penyusunan tesis.

Akhir kata mudah-mudahan tesis ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang memerlukan.

Bogor, Januari 2008

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahiikan di Sleman pada tanggal 24 Juni 1975 dari ayah R. Supriyatno dan ibu Murti Wijayanti. Penulis merupakan putri kedua dari dua bersaudara.

Tahun 1993 penulis lulus dari Negeri 2 Yogyakarta dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Universitas Gadjahmada melalui jalut Ujian Masuk Petguruan T i g g i (UMPTN). Penulis memilih Program Studi Ekonomi Pertanian, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian.

Pada Tahun 2001 penulis diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil Departemen Kehutanan sebagai pegawai fungsional Pengendali Ekosistem Hutan (PEW dan ditempatkan di Balai Taman Nasional Bunaken Sulawesi Utara. Pada tahun 2005 penulis bekerja di Balai Konservasi Sumberdaya Alam Sulawesi Selatan I di Makassar (saat ini telah menjadi Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Sulawesi Selatan) sampai sekarang.

(13)

DAFTAR IS1

DAFTAR IS1

...

1

...

DAFTAR TABEL

...

~n

DAFTAR GAMBAR

...

DAFTAR LAMPIRAN

...

I

.

PENDAHULUAN

...

1.1 Latar Belakang

...

1.2 Perurnusan Masalah

.

.

...

...

1.3 Tujuan Penelltian

.

.

1.4 Manfaat Penel~t~an

. .

...

...

1.5 Kerangka Pem~ktran

...

I1 TINJAUAN PUSTAKA 6

...

2.1 Taman Nasional 6

...

2.2 Pengembangan Wisata Alam 7

...

2.3 Peran Masyarakat Lokal Dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi 10

...

!?I MET9DE PENELIT!AN I4

. .

...

3.1 Lokasi dan Waktu Penelttlan 14

3.2 Metode Penentuan Responden

...

14

...

3.3 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data 16

3.4 Metode Analisis Data

...

17

IV KONDISI UMUM

...

...

4.1 Taman Nasional Gunung Merapi

. .

4.1.1 Kondisi Flslk Kawasan

...

4.1.2 Kondisi Biologis Kawasan

...

4.1.3 Balai TNGM

...

4.2 Kondisi Sosial Ekonomi Desa Penelitian

...

4.2.1 Desa Hargobinangun

...

4.2.2 Desa Umbulharjo

...

V HASIL DAN PEMBAHASAN

...

37

...

5.1 Identiaasi Kegiatan Wisata Alam di Zona Pemanfaatan TNGM DIY 37 5.2 Karakteristik G y a r a k a t Sekitar Kawasan Zona Pemanfaatan

TNGM DTY

...

44 5.3 Persepsi Masyarakat Mengenai Wisata Alam Lestari

...

Di TNGM D N 46

5.4 Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Wisata Alam

...

di TNGM DIY 50

(14)

...

Kawasan TNGM DIY

5.6 Kebijakan Pengembangan Wisata Alam

...

...

5.6.1 Kebijakan Balai TNGM

...

5.6.2 Kebijakan Regional

...

5.6.3 Kebijakan Nasional

5.7 Kebijakan Pemerintah Mengenai Partisipasi Masyarakat

...

5.7.1 Kebijakan Balai TNGM

..

...

...

5.7.2 Kebljakan Regional

...

5.7.3 Kebijakan Nasional

5.8 Analisis SWOT dan Strategi Pengembangan Wisata Alam Berbasis

...

Masyarakat di Zona Pemanfaatan TNGM DIY

VI

KESIMPULAN DAN SARAN

...

6.1 Kesimpulan

...

6.2 Saran

...

(15)

DAFTAR

TABEL

Halaman 1 Pergeseran paradigma pengelolaan kawasan konsewasi

...

2 Karakteristik pengelolaan berbasis masyarakat

...

3 Matrik SWOT

...

4 Karakteristik fisik dan kimia tanah Taman Nasional Gunung Merapi

...

5 Daftar nama jenis tanaman yang ditemukan di petak 7

...

6 Daftar spesies tanaman Itegakan yang ada di petak 5

...

7 Burung endemik di C N I W A Plawangan Turgo

...

8 Jumlah penduduk menurut usia Desa Hargobinangun

...

9 Jumlah penduduk

Desa

Hargobinangun menurut tingkat pendidikan

tahun 2006

...

10 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian Desa Hargobinangun tahun

2006

...

11 Luas lahan perkebunan menurut jenis tanaman Desa Umbulha rjo ... 12 Jumlah penduduk dirinci menurut umur dan jenis kelamin Desa Umbulhajo

.

13 Tingkat pendidikan penduduk berdasarkan jenjang pendidikan yang ditamatkan 14 Jumlah penduduk Desa Umbulhajo yang beke rja di sektorjasalperdagangan 15 Kegiatan wisata alam di zona pemanfaatan TNGM DIY

...

16 Pendapat masyarakat mengenai bentuk kegiatan wisata alam yang ramah

lingkungan

...

17 Pendapat masyarakat mengenai dampak negatif wisata terhadap lingkungan fisik 18 Alasan dukungan masyarakat terhadap pengembangan wisata alam di kawasan

Gunung Merapi

...

19 AIasan partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata alam di kawasan TNGM 20 Alasan masyarakat tidak berpartisipasi dalam kegiatan wisata alam di kawasan

TNGM DIY

...

21 Potensi masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan wisata alam di kawasan

TNGM DIY

...

22 Keinginan masyarakat berdasarkan bentuk partisipasi

...

23 Keinginan masyarakat yang tidaMbelum berpartisipasi dalam kegiatan wisata alarr

di TNGM DIY

...

...

24 Matriks SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan lhreats)

...

26. Altematif strategi dalam analisis SWOT pengembangan wisata alam berbasis
(16)

DAFTAR

GAMBAR

Halaman 1 Kerangka pemikiran strategi pengembangan wisata alam berbasis

masyarakat di zona pemanfaatan TNGM DIY

...

...

2 Peta lokasi penelitian

3 Puncak Gunung Merapi pada malam hari dan siang hari

...

...

4 Kawasan wisata Kaliadem Cangkriigan

...

5 Aktivitas berkemah di Kalikuning dan kondisi lokasi setelah kegiatan 6 Prosesi upacara Labuhan yang dilaksanakan di lereng Merapi dan

...

kegiatan tracking di lereng Merapi

7 Komposisi masyarakat menurut status penduduk

...

8 Struktur masyarakat menurut mata pencaharian utama

...

9 Struktur masyarakat menurut umur dan jenis kelamin

...

10 Struktur masyarakat menurut tingkat pendidikan

...

11 Sumberdaya yang hams dilestarikan di kawasan TNGM

...

12 Upaya yang hams dilakukan untuk mewujudkan wisata alam yang lestari

...

13 Tingkat pendidikan masyarakat berdasarkan bentuk partisipasi masyarakat

dalam kegiatan wisata alam di TNGM

DIY

...

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

[image:17.550.72.493.84.785.2]

1 Tabel Internal Factors Analysis Summmy (IFAS) pengembangan

...

wisata alam berbasis masyarakat di TNGM DIY 84

2 Tabel Ekstemal Factors Analysis Summaiy (WAS) pengembangan

...

wisata alam berbasis masyarakat di TNGM DIY

85

. .

...

(18)

1.1

Latar Belakang

D e f i s i taman nasional menurut Undang-undang

RI

Nomor 5 tahun 1990

tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya adalah

kawasan pelestarian d a m yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem

zonasi yang diianfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.

Luas

kawasan konservasi di Indonesia sampai dengan tahun 2006 adalah

28.260.150,56 ha dan 57,9 % nya atau seluas 16.375.253,31 ha merupakan taman

nasional (PHKA 2006). Salah satu kawasan yang baru ditunjuk sebagai taman

nasional adalah

Taman

Nasional Gunung Merapi yang berada di Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, yang m e ~ p a k a n hasil alih fungsi dari

hutan lindung, taman wisata alam dan cagar dam.

Taman Nasional Gunung Merapi

(TNGM)

memiliki obyek wisata darn

yang cukup potensial, selain memiliki keanekaragaman flora, fauna

dan

bentang alam yang spesifik juga memiliki Kekhasan daya tarik wisata bempa wisata

geologi dan wisata budaya yang cukup dikenal oleh wisatawan baik wisatawan

lokal maupun manca negara. Dephut (Tanpa tahun) menyatakan bahwa salah satu

bentuk kegiatan pemanfaatan secara lestari terhadap sumber daya alam hayati dan

ekosistemnya adalah pariwisata alam yang dilakukan pada zonalblok

pemanfaatan.

Pariwisata dam telah memberikan kontribusi yang penting bagi banyak

negara. Di Kenyz misalnya, sektor

ini

telah menghasilkan 30% dari seluruh devisa

negara, melebibi hasil kopi atau teh sebagai andalan komoditi ekspomya.

Keberhasilan dalam pengelolaan kawasan konservasi untuk kepariwisataan di

Kenya ini telah dapat membantu usaha pembangunan dan pemeliharaan kawasan-

kawasan konservasi lainnya (Limberg 1991, diacu dalam Sukandi 2000).

Pengelolaan

zona

pemanfaatan

akan

menciptakan persepsi positif dari

masyarakat yang berakibat pada keinginan masyarakat untuk memelihara dan

menjaganya (Riyanto 2005). Dengan diperbolehkannya masyarakat sekitar untuk

(19)

dukungan masyarakat terhadap taman nasional. MacKinnon et

al.

(1990) lliengemukakan bahwa keberhasilan pengelolaan banyak tergantung pada kadar

dukungan dan penghargan yang diberikan kepada kawasan yang dilidungi oleh

masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu pariwisata dam yang sesuai

diiembangkm di zona pemanfaatan taman nasional adalah pariwisata darn

berbasis masyarakat. Menurut Soekmadi (2005), pendekatan partisipasi lebih

dipersepsikan sebagai keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan kawasan

konservasi tanpa m e r i t prosesnya sehingga secara m u m masyarakat

diposisikan sebagai obyek pelaksana kegiatan.

BKSDA Yogyakarta & PSA UGM (2004) menyatakan bahwa masyarakat

meyakini adanya hubungan spiritual dan supranatural antara Merapi, kraton

Yogya dan laut selatan, sehingga masyarakat sekitar kawasan Merapi tidak

menganggap Merapi sebagai ancaman tetapi justm sebagai surnber kehidupan.

Selain itu juga terdapat hubungan yang bersifat ekonorni, yaitu adanya

ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya rumput dan kayu bakar untuk

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat karena sebagian besar

masyarakat sekitar kzwasan TNGM adalah petemak sapi perah yang

menggantungkan ketersediaan rumput dari kawasan TNGM.

Mengingat adanya hubungan yang kuat antara masyarakat sekitar dengan

Gunung Merapi tersebut, maka kegiatan wisata alam yang sesuai dikembangkan

di Taman Nasional Gunung Merapi adalah wisata dam berbasis masyarakat.

Pengelolaan yang berbasis masyarakat bersifat lokasi spesifik (site

spesifc),

sehingga dalam pengembangannya diperlukan strategi yang bersifat spesifik pula.

Untuk menentukan strategi pengembangan yang akan dilakukan terlebih dahulu

dilakukan i d e n t i f h i terhadap kegiatan wisata alam yang telah berjalan,

karakteristik masyarakat sekitar kawasan, persepsi masyarakat sekitar mengenai

wisata dam yang lestari/berkelanjutan, partisipasi masyarakat terhadap kegiatan

wisata alam dan keinginan masyarakat terhadap pengembangan wisata alam di

(20)

1.2

Perurnusan Masalah

Tarnan Nasional Gunung Merapi mempunyai sumber daya dam yang

khas,

terutama vulkano yang selalu

aktif,

disamping keragaman flora, fauna clan budaya.

Di sisi lain masyarakat sekitar kawasan memilii hubungan yang kuat dengan

Gunung Merapi, baik hubungan spiritual

dan

supranatural maupun ekonomi. Bagi

masyarakat sekitar, kawasan Gunung Merapi bukanlah suatu ancaman namun

mempakan sumber kehidupan. Masyarakat sekitar kawasan memanfaatkan

kawasan hutan Gunung Merapi sebagai lahan bagi budidaya rumput untuk

keperluan pakan ternak mereka. Di samping itu kawasau Gunung Merapi juga

menjadi tempat upacara ritual Labuhan yang dilaksanakan setiap tahun. Hasil

empsi Merapi juga mendatangkan sumber kehidupan bempa pasir yang banyak

dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk meningkatkan pendapatan mereka

Status kawasan Gunung Merapi sebagai tarnan nasional mengharuskan

adanya sistem pengelolaan zonasi. Dengan dernikian masyarakat sekitar hanya

dapat memanfaatkan ruang-ruang yang telah disediakan bagi kegiatan

pemanfaatan kawasan oleh masyarakat. Kondisi ini belum sepenuhnya dapat

diterima oleh seluruh lapisan masyarakat, masih ada sebagian masyarakat yang menganggap bahwa keberadaan Taman Nasional Gunung Merapi telah mengusik

kebebasan masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya kawasan, terutama

nunput.

Melalui pemanfaatan kawasan oleh rnasyarakat pada zona pemanfaatan akan

mendorong terciptanya dukungan masyarakat sekitar terhadap keberadaan taman

nasional. Potensi wisata dam yang ada di kawasan Taman Nasional Gunung

Merapi merupakan salah s a t - modal bagi pengembangan wisata alam di TNGM

yang berimplikasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Adanya hubungan

yang kuat masyarakat sekitar dengan Gunung Merapi mengindiiasikan bahwa

pengembangan wisata dam yang akan dijalankan h a m dapat memberikan peran

penting bagi masyarakat. Masyarakat tidak hanya dijadiian sebagai obyek dan

pihak yang pasif, namun perlu menempatkan masyarakat sebagai aktor dalam

pengelolaan wisata d a m di TNGM. Oleh karenanya pengembangan wisata dam

berbasis masyankat merupakan salah satu p i l i i yang sesuai

dilakukan

di
(21)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan

akhir

dari penelitian

ini

adalah untuk menyusun strategi

pengembangan wisata dam berbasis masyarakat di zona pemanfaatan Taman

Nasional Gunung Merapi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan tujuan spesifik

yaitu:

1. I d e n t i W i kegiatan wisata d a m

di

zona pemanfaatan TNGM Daerah

Istimewa Yogyakarta

2. Identifikasi karakteristik masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Gunung

Merapi Daerah Istimewa Yogyakarta.

3. Persepsi masyarakat terhadap kegiatan wisata alam yang lestari di TNGM.

4.

Partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata d a m di TNGM Daerah Istimewa

Yogyakarta

5. Identifikasi keinginan masyarakat terhadap pengembangan wisata alam di

TNGM Daerah Istimewa Yogyakarta

.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan bagi pengelola

kawasan Taman Nasional Gunung Merapi dalam pengembangan wisata alam

berbasis masyarakat di zona pemanfaatan TNGM Daerah Istimewa Yogyakarta.

1.5 Kerangka Pemikiran

Taman Nasional Gunung Merapi merupakan taman nasiond baru yang

penunjukkannya berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 134Menhut-U2004.

Taman Nasional

i

n

i

merupakan perubahan Fungsi Kawasan Hutan Lindung,

Cagar Alam dan Taman Wisata Alam pada Kelompok Hutan Gxaung Merapi

Seluas

*

6.410 ha, yang terletak

di

Kabupaten Magelang, Boyolali dan Klaten

Provinsi Jawa Tengah, dan Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta menjadi Taman Nasional Gunung Merapi.

Guna menentukan strategi pengembangan wisata dam berbasis masyarakat

di zona pemanfaatan TNGM Daerah Istimewa Yogyakarta diperlukan kegiatan

identifikasi terhadap kegiatan wisata alam yang telah ada, karakteristik

rnasyarakat sekitar, persepsi masyarakat terhadap wisata dam yang lestari,

(22)

sekitar terhadap pengembangan wisata alam di TNGM Daerah Istimewa

Yogyakarta.

Dalam pengelolaan kawasan taman nasional kegiatan pemanfaatan

pariwisata merupakan sdah satu bagian dari tujuan pengelolaan taman nasional

sehingga dalam pelaksanaanya tidak terlepas dari kebijakan yang a&. Untuk

mengetahui kebijakan pemerintah berkaitan dengan kegiatan wisata d a m dan

partisipasi masyarakat maka dalam penelitian ini dilakukan analisis terhadap

dokurnen-dokwnen

dan

pemturan perundangan yang terkait,

baik

di tingkat

regional maupun nasional. Berdasarkan

hasil

analisis terhadap kebijakan

pemerintah, pengelola kawasan dan analisis te~hadap masyarakat selanjutnya

dilakukan analisis SWOT, yaitu strategi pengembangan yang didasarkan pada

faktor-faktor internal yang meliputi kekuatan (strengths) dan kelemahan

(weaknesses)

dan

faktor eksternal yang terdiri dari peluang (opportunities) dan

ancaman (threats)

untuk

menentukan strategi yang akan dipilih. Sebagai unit analisis adalah rnasyarakat.

Selanjutnya Kerangka pikir dalarn penelitian ini dapzt diganbarkar, pada

bagan berikut:

4

1. Kegiatan wisata alam

Regional terhadap: 2. Kebiiakan TNGM :

1

I

-

Wisata dam

I I

-

Pengembangan wisata alam "

-

Partisipasi masyarakat

-

Partisi~asi masyarakat

I

-

Karakteristik masyarakat

-

Persepsi masyarakat

-

Partisipasi masyarakat

-

Keinginan masyarakat

Strategi pengembangan wisata alam berbasis masyarakat

(23)

11

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taman Nasional

Definisi taman nasional menurut Undang-undang

RI

Nomor 5 tahun 1990

tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya adalah

kawasan pelestarian dam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem

zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Lebih lanjut dalam Peraturan

pemerintah

RI

No. 68

Tahun

1998 tentang kawasan suaka d a m dan kawasan

pelestarian dam menyatakan bahwa suatu kawasan ditunjuk sebagai kawasan

Taman Nasional, apabila telah memenuhi kriteria :

1). Kawasan yang ditetapkan mempunyai iuas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses secara alami;

2). Mernilii sumberdaya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan maupun satwa clan ekosisternnya serta gejala dam yang rnasih utuh dan

a l h ;

3). Memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utub;

4). Memiliki keadaan alam yang asli dan alami untuk dikembangkan sebagai

pariwisata dam;

5). Merupakan kawasan yang dapat dibagi ke dalam zona inti, zona

pemanfaatan, zona rimba dan zona lain karena pertimbangan kepentingan

rehabilitasi kawasan, ketergantungan penduduk sekitar kawasan, dan dalam

rangka mendukung upaya pelestarian surnber daya dam hayati dan

ekosistemnya, dapat ditetapkan sebagai zona tersendiri.

Menurut Mackinnon et al. (1990) laiteria Taman Nasional adalah kawasan

luas yang relatif tidak terganggu yang mempunyai nilai dam yang menonjol

dengan kepentingan pelestarian yang tinggi, potensi relcreasi besar, mudah dicapai

oleh pengunjung dan manfaat yang jelas bagi wilayah tersebut.

Tarnan Nasional merupakan salah satu bentuk kawasan konsewasi yang

mempunyai fungsi paling lengkap bila dibandingkan dengan kawasan k o n s e m i

lainnya Taman nasional mempunyai fungsi sebagai: a) perliidungan sistem

(24)

beserta ekosistemnya, dan c) pelestarian manfaat secara berkelanjutan sumberdaya

alam hayati dan ekosistem untuk pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian,

pendidikan, rekreasi dan wisata dam serta menunjang kepentingan budidaya

(Sapaijadi 1999).

Dalam usianya yang telah mencapai seperempat abad, kinerja pengelolaan

taman nasional yang dievaluasi dari berbagai sisi secara parsial belum optimal

(Komite PPA-MFP & Yayasan WWF-Indonesia 2006). Hasil penelitian

CIFOR

(2004, diacu dalam Komite PPA-MFP & Yayasan WWF-Indonesia 2006)

berdasarkan artikel koran selama periode 1997

-

2003, terlihat adanya peningkatan

fiekuensi terjadinya peristiwa konflik yang tajam, terutama setelah orde baru

menuju masa transisi era reformasi. Penyebab konflik tertinggi adalah

perambahan hutan, pencurian kayu, kerusakan lingkungan, alih fungsi dan tata

2.2 Pengembangan Wisata Alam

Wisata alam didefinisikan sebagai suatu perjalanan ke tempat-tempat

alamiah yang relatif belum terganggu atau terkontaminasi dengan tujuan khusus

berupa studi, mengagumi dan menikmati pemandangan dengan hidupan liar dan

juga budaya lokalnya (Ceballos-Lascwain 1987, diacu dalam Kodhyat 1997).

Sedangkan menurut Rahardjo (2005), wisata dam berkelanjutan merupakan

terminologi yang sangat dekat dengan ekoturisme, tetapi tidak semua sesuai

dengan kriteria ekoturisme yang sebenarnya.

Kegiatan pemanfaatan dan pengembangan obyek wisata dam

harus

menjadi

bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tujuan pengelolaan kawasan taman

nasional. Oleh karena itu dalarn setiap upaya pemanfaatan dm pengembangan

obyek wisata alam di taman nasional harus selalu

m e m i f i

umpan balik pada

upaya pengelolaan kawasan taman nasional sehingga kendala dan evaluasi

terhadap embanan (misi) dari h g s i konsewasi

harus

tetap terpenuhi dalam setiap

langkah pemanfaatan d m pengembangan tersebut (Saparjadi 1999).

Dalam setiap pengembangan pariwisata dam penyusunan perencanaan

merupakan hal yang sangat penting untuk memberikan

arah

dan pedoman bagi

p10gmm atau kegiatan yang

akan

dijalankan. Bebempa aspek utama yang
(25)

perencanaan dalam pengembangan pariwisata alam adalah potensi ODTWA,

kegiatan wisata dam, pengusahaan dan penyediaan saranalprasarana. Kegiatan

pengembangan pariwisata dam dapat mengacu pada hal-hal sebagai berikut

(WAPJL

2003):

1. Lokasi pengembangan kegiatan pariwisata d a m dilaksanakan pada zona/blok

pemanfaatan berdasarkan rencana pengelolaan kawasan hutan.

2. Area pengembangan yang &pat dimanfaatkan secara intensif untuk sarana

dan aktivitas harus memenuhi persyaratadkriteria:

a. Potensi kawasan yang menunjang aktivitas wisata,

b. Aksesibilitas cukup mudah dan layak dikembangkan,

c. Membuka peluang bagi pengembangan sosial, ekonomi

clan

budaya

setempat,

d. Mendukung pengembangan pariwisata daerah,

e. Area yang dikembangkan arnan bagi kawasan dan pengunjung.

3. Perencanaan tata mang pada kawasan hutan secara makro mempakan upaya

pengembangan yang harus mengacu pada rencana pengelolaan kawasan

dm

sistem pengembangan wilayah.

4. Penataan ruang secara mikro di dalam zona/blok pemanfaatan mempakan

upaya perencanaan dan pengembangan kawasan dengan memperhatikan hal-

hal:

a Kapasitas terbangun untuk sarana dan prasarana maksiial 10% dari

zonaiblok pemanfaatan.

b. Penataan ruang lebih ditekankan pada pelestarian dam clan aspek

tradisional daemh setempat.

c. Tidak membah bentang dam.

d. Penataan lansekap agar lebih menarik, rekreatif dan atraktif.

5.

Dalam pengembangan sarana dan prasarana fisik, perlu mempertimbangkan:

a. Aspek ekologi; dengan memperhatikan konsep

ramah

lingkungan, tidak

memotong jalur sahva, memperhatikan garis sempadan pantailsungai.

(26)

Model pengembangan berdasarkan pada pelaku pengembangan menurut

Choegyal (1999) diacu dalam Sukandi (2000) terdapat empat model

pengembangan ekoturisme, yaitu:

Home-grown

Model ini merupakan suatu pengembangan pariwisata atas usaha

masyarakat setempat dengan memanfaatkan potensi pariwisata lokal. Biasanya

berskala kecil sampai sedang, terjadi secara spontan ketika wisatawan, untuk

suatu keperluan, berhubungan dengan masyarakat. Sebagai contoh, ketika

wisatawan mancanegara tertarik

akan

kegiatan rehabilitasi orang utan di Bohorok

(Sumatem Utara), penduduk setempat mulai menyediakan penginapan-penginapan

sederhana

Imported-Private Sector Led

Dalarn model ini pelaku pengembangan, terutama tenaga-tenaga

terdidiklahli, berasal dari luar masyarakat setempat

dari

sektor swasta. Saat ini

model Imported-Private Sector Led banyak diterapkan untuk mengelola obyek-

obyek wisata darn, baik di lndonesia ataupun di negara-negara lain. Perusahaan

biasanya rnenyewa suatu kawasan wisata untuk jangka waktu tertentu.

Imported-Government Led

Pemerintah mengembangkan kegiatan pariwisata untuk membantu

meningkatkan pertumbuhan priwista. Biasanya jika sudah berjalan lancar,

dilakukan swastanisasi dalam pengoperasiannya. Sebagai contoh. adalah Borneo

Rainforest Lodge di Sabah, Malaysia, yang diimilii dan dikelola oleh Innoprise

Corporation, suatu badan usaha

mil&

pemerintah daerah.

Home-grown with Outside Inflences

Penduduk setempat yang telah mengembangkan suatu obyek wisata

kemudian dibantu oleh pihak di luar masyarakat setempat. P i a k luar dapat

berasal dari pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), penyandang dana

internasional, atau badan swasta. Motif kegiatan dapat berupa konsewasi,

pengembangan masyarakat, atau komersial. Peranan pihak luar adalah 1111tuk

menstimulasi agar suatu kegiatan kepariwisataan yang dimilii dm dioperasikan

(27)

pihak luar dapat berupa pelatihan, dana untuk membangun saranalprasarana, dan

p e m b i i kegiatan penunjang kepariwisataan (kerajinan tangan, usaha tani,

Keempat model ini dapat pula berlaku dalam pengembangan pariwisata

alam secara urnurn.

2.4 Peran Masyakat Lokai Dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi

Dari sudut pandang keefektifan pengelolaannya, keberadaan kawasan

konservasi di Indonesia

masih

belurn dikelola secara optimal. Berbagai

pernasalahan yang dapat dipersepsikan sebagai suatu keterbatasan dapat

dirasakan, seperti alokasi sumberdaya (personil pengelola dan anggaran

pengelolaan), legitimasi pengelolaan, serta pertnasalahan struktural yang

rnenyangkut kebijakan dan instrumen regulasi. Oleh karenanya, pengelolaan

kawasan konservsi hams diadaptasikan terhadap perubahan dan permasalahan

yang dihadapi (Soekmadi 2003).

Merujuk pada hal di atas,

IUCN

(2003 : 4, diacu dalam Soekmadi 2003) teiah menganaiisis berbagai pennasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan

kawasan konservasi, khususnya di negara berkembang, dan menawarkan sebuah

pergesemn paradigma yang rnendasar sebagairnana tabel 1 berikut :

Tabel 1 Pergeseran paradigma pengelolaan kawasan konservasi

Topik Paradigma lama Paradigma baru

Tujuan Hanya untuk tujuan konservasi

*

Mencakup tujuan sosial semata

Dibangun utamanya untuk perlindungan hidupan liar yang istimewa

Dikelola khusus untuk pengunjunglwisatawan Nilai utamanya : sifat liar Aboutprotection

dan ekonomi

Dikembangkan j u g

untuk alasan ilmiah, ekonomi dan budaya Dikelola bersama masyarakat setempat Mencakup juga nilai budaya dari sifat liar yang dilindungi Also about restoration, rehabilitation and social economic purposes Pengelolaan Oleh pemerintah pusat Melibatkan para pihak yang

(28)

Tabel 1 Pergeseran paradigma pengelolaan kawasan konservasi (lanjutan)

Masyatakat Perencanaan dan pengelolaan Setempat "memusuhi" masyarakat

Pengelolaan tanpa

m e m p e d u l i i opinilpeudapat masyarakat

Cakupan peagelolaan a Dikembangkan secara terpisah

Dikelola seperti "pulau"

Persepsi a Dipandang utamanya sebagai

aset nasional (milik pemerintah)

Dipandang hanya untuk kepentingan nasional

Teknik Pebgelolaan

*

Pengelolaan dilakukan sebagai respon jangka pendek

Orientasi pengelolaannya hanya difokuskan pada orientasi teknis

Pendanaan Dibayarkan hanya dari pajak (taxpayer)

3

pemerintah

Kemampuan e Dikelola oleh ilmuwan dan

manajemen para ahli sumberdaya alam Pemimpin : "ahli"

Dikelola bersarna, untuk, dan dan dikelola oleh masyarakat setempat Dikelola deugan mengakomodasikan kepentingan masyarakat setempat Direncanakan dan dikembangkan sebagai bagian dari sistem nasional, regional dan internasional.

Dikembangkan dalam bentuk "jaringan" (PAN

= Protected Area

Network)

+

koridor jalur hijau

Dipandang sebagai aset publik (milik masyarakat) Dipandang juga sebagai kepentingan intemasional Pengelolaan diadaptasikan menurut penpektifjangka panang Orientasi pengelolaan juga mempertimbangkan aspek politik

Dibiayai dari berbagai swnber keuangan yang memungkinkan

+

(daerah, nasional, intemasional) 3

(pemerintah, swasta, masyarakat)

Dielola oleh multi- skilled individuals Dikembangkan dari kearifan lokal (local

knowledge)

IUCN

2003 :

4, diacu

dalarn

Soekmadi 2003
(29)

pelaksanaan, pengawasan dan menikmati pembangunan (Effendi

TN

diacu dalam

Chambers 1996)

Pergeseran kebijaksanaan di sektor kehutanan

dari

timber management ke

multi purpose and multi ficnction management mengindikasikan bahwa hutan

bukan hanya berfimgsi sebagai penghasil kayu

dan

hasil hutan lainnya, akan tetapi

mempunyai fungsi yang lebii luas seperti jasa liigkungan, kepariwisataan dan

sumber plasma nuftah. Selanjutnya dalam penjabaran pelaksanaannya dilakukan

dengan penekanan antara lain kepada partisipasi

aktif

masyarakat dalam

pembangunan, keberpihakan dan pemberdayaan masyarakat (Saparjadi 1999).

Pentingnya partisipasi masyarakat tersebut sejalan dengan pendapat

McNelly (1988) yang menyatakan bahwa partisipasi masyarakat sekitar kawasan

taman nasional perlu dikembangkan dan memperoleh prioritas di dalam kawasan

tersebut, karena masyarakat sekitar memberikan sumbangan yang besar bagi

kesinambungan sumberdaya alam yang terdapat dalam kawasan.

Ketika ruang politik bagi rnasyarakat untuk rnengelola sumber daya dam

semakin luas, yaih dengaq diakuinya pem.

sem

masyarakat dalam pengeioiaan

sumberdaya alam, maka perlu segera dicari bentuk pengelolaan sumber daya alam

yang mampu menjamin kelestarian sumber daya alam dan peningkatan

kesejahteraan masyarakat (Rahardjo 2004).

Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengembangan suatu obyek

wisata alam diharapkan akan dapat meningkatkan usaha pelestarian sumberdaya

pariwisata tersebut. Masyarakat akan mendapatkan penghasilan tambahan, dari

sumberdaya

ini

sehingga berusaha untuk memeliharanya apabila penghasilan

dari

obyek ini ingin berlanjut. Penghasilan tersebut dapat merupakan suatu insentif

untuk berbagai usaha menunjang usaha pelestarian sumberdaya pariwisata. Di

Zambia, perburuan liar dengan memberlkukan hukurn dan sanksinya secara ketat,

akau

tetapi mengalami kegagalan. Namun dengan pola partisipasi masyarakat

setempat dlam pengelolaan kehidupan liar, perburuan liar gajah di Zambia dapat

d i i g i sampai lebii dari 90% dalam

waktu 3

tahun

(FA0

1995).

Pengelolaan berbasis masyarakat memiWsi karakteristik yang berbeda

dengan ko-manajemen maupun pengelolaan berbasis negara kakteristik

(30)

Tabel

2

Karakteristik pengelolaan berbasis masyarakat

No. Karakteristik Berbasis Masyarakat 1. Penerapan spasial lokasi spesifik (kecil)

2. Pihak otoritas utama Sbuktur pengambilan keputusan lokal dan penduduk Iokal

3. Pihak bertanggung jawab Komunai; badan pengambilan keputusan lokal

4. Tingkat partisipasi Tinggi pada tataran lokal

5. Durasi kegiatan Proses awal cepat; proses pengambilan keputusan lambat

6. Keluwesan pengelolaan Daya penyesuaian tinggi; sensitif dan cepat tanggap terhadap pembahan kondisi lingkungan lokal

7. Investasi fmansial dan sumber Menggunakan sumber daya manusia lokal; daya manusia pengeluaran finansial moderat sampai rendah;

anggaran fleksibel

8. Kelangsungan usaha Jangka pendek, bila tanpa dukungan ekstemal yang berkelanjutan

9. Orientasi prosedural Berfokus pada dampak jangka pendek; didisain hanya untuk lokasi-lokasi spesifik; sanksi moral

10. Orientasi aspek legai Kontrol sumber daya secara de facto; hak properti komunal atau properti swasta I I. Orientasi resolusi konflik Salah satu pihak ada yang dikalabkan;

akomodarif, kompetisi; kekuatan publik; sanksi hukum lokal

12. Tujuan akbir Revitalisasi atau mempeitahankan status-quo penguasaan sumber daya lokal; demokratisasi politik pengelolaan sumber daya alam tingkat lokal

13. Sumber infoimasi pengelolaan Pengetahuan lokal

Sumber: Borrini-Feyerabend (1996, 1997, 2000) diekstraksi oleh PHKA-Dephut, NRh4EPIQ, WWF-Wallacea dan

TNC

2002 diacu dalam Komite PPA-MFP, Yayasan WWF-Indonesia 2006 [image:30.562.86.487.79.713.2]
(31)

I11 METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi (lan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Taman Nasional Gunung Merapi dengan

mengambil lokasi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan mulai

bulan Juni hingga Agustus 2007.

sumber : Balai KSDA Propinsi DIY yang telah dimodifiisi Garnbar 2. Peta lokasi penelitian

3.2

Metode Penentnan Responden

Untuk mengetahui karakteristik masyarakat sekitar kawasan, persepsi,

partisipasi dan keinginan masyarakat sekitar terhadap pengembangan wisata alam

di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi. Pengambilan sampel desa dilakukan

secarapurposive, yaitu memilii desa-desa yang terdekat dengan kawasan TNGM

terutarna pada zona pemanfaatan serta masyarakatnya memiliii variasi

keterlibatan yang paling banyak terhadap wisata di kawasan Taman Nasional

(32)

Kebijakan Balai

TNGM

mengenai pengembangan wisata dam diarahkan

pada dua wilayah pengembangan, yaitu wilayah Kaliurang dan wilayah

Cangkringan. Di wilayah K a l i m g kegiatan wisatanya telah lama berkembang

sebingga ke depan pengembangan wisata d a m lebii dipnoritaskan pada wilayah

Cangkringan. Desa Hargobinangun merupakan desa terdekat dengan kawasan

Kaliurang, dan Desa Umbulharjo merupakan desa terdekat dengan kawasan

wisata K a l i i g

dan

jalur tracking Kinahrejo, serta berbatasan dengan kawasan

wisata Kaliadem. Di kedua desa tersebut juga memiliki variasi keterlibatan

dengan kegiatan wisata dam lebih banyak dibanding desa lainnya. Sehingga

kedua desa

ini

terpilii untuk d i j a d i i sebagai lokasi penelitian karena dianggap

dapat mewakili kedua wilayah pengembangan.

Pengambilan sampel dusun diambil secara proporsional berdasarkan jumlah

dusun pada masing-masing desa. Desa Hargobinangun rnemiliki 12 dusun dan

Desa Umbulharjo memiliki 9 dusun. Ditentukan sebanyak 5 dusun dari kedua

desa sehingga diperoleh sebanyak 3 dusun dari Desa Hargobinangun yang

rneliputi Dusur? K a l i m g Tim=, Kaliurang Barat Oar, Ngipiksaii,

dan

2 dusun dari Desa Umbulharjo yaitu Dusun Kinahrejo dan Pangukrejo. Penentuan dusun

dilakukan secara purposive berdasarkan letaknya terhadap kawasan dengan

memilih dusun yang paling dekat dengan kawasan.

Pcnentuan responden dilakukan dengan mcmbagi responden rnenjadi dua

kelompok, yaitu responden yang berpartisipasi dalam kegiatan wisata alam dan

responden yang sama sekali tidak berpartisipasi dalam kegiatan wisata alam di

TNGM. Mengingat tidak tersedianya data mengenai populasi masyarakat yang

berpartisipasi dalam wisata dam, maka dalam penentuan responden yang

berpartisipasi digunakan metode snowball sampling (Prasetyo & Jannah 2005).

Jumlah responden yang berpartisipasi diambil sebanyak 30 responden yang dimbil

dari

kedua desa dengan proporsi 70% dari Desa Umbulharjo dan 30% dari Desa

Hargobiiangun. Hal ini didasarkan pada pertimbangan kebijakan Balai TNGM

terkait dengan prioritas pengembangan pada wilayah Cangkringan.

Sedangkan untuk responden tidak berpartisipasi, pengambilan sampel

dilakukan secara proporsional berdasarkan jumlah pcnduduk pada masing-masing

(33)

diperoleh secara kebetulan. Jumlah responden tidak berpartisipasi juga ditetapkan

sebanyak 30 orang.

3 3 Ruang Lingkup Penelitian

1. Masyarakat dalam penelitian ini adalah masyarakat sekitar kawasan

TNGM yang letaknya berbatasan dengan kawasan.

2.

Masyarakat berpartisipasi dalarn penelitian

ini

adalah masyarakat sekitar

yang terlibat secara langsung dengan kegiatan wisata dam di

TNGM

3. Masyarakat tidak berpartisipasi dalam penelitian ini adalah masyarakat

sekitar yang tidak terlibat sama sekali dengan kegiatan wisata dam

di

TNGM

4. Wisata dam dalam penelitian ini adalah wisata alam yang berorientasi

pada produk khusus dan spesifik yang menekankan pada unsw

pengalaman (experience), keunikan dan kualitas (quality travel).

3.4 Jenis Data dan Metode Pengurnpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Kusmayadi & Sugiarto (2000) menyebutkan bahwa data primer adalah

data yang dikumpulkan dari sumber pertama melalui wawancara, tes, observasi

dan lain-lain, sedangkan data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari bahan

pustaka atau hasil penelitian orang lain yang berhubungan dengan penelitian kita.

Data primer dalam penelitian ini terdiri dari kegiatan wisata dam,

karakteristik masyarakat, persepsi, partisipasi, dan keinginan masyarakat terhadap

pengembangan wisata dam di TNGM. Data mengenai kegiatan wisata dam,

karakteristik, persepsi, partisipasi, dan keinginan masyarakat diperoleh melalui

wawancara dan observasi.

Sedangkan data sekunder terdiri dari data sumberdaya biofisik kawasan

TNGM, kondisi umum Balai Taman Nasional Gunung Merapi, kondisi sosial

ekonomi masyarakat sekitar, kebijakan pemerintah terkait dengan pengembangan

wisata alam dan partisipasi masyarakat yang meliputi kebijakan pengelola tarnan

nasional, kebijakan di tingkat nasional dan kebijakan di tingkat regional. Data

yang diambil meliputi peraturan dan dokumen-dokumen, antara lain Rencana

(34)

Bulanan Balai

TNGM,

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten

Sleman, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sleman, Peraturan Bupati

Sleman tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Tahun

2005

-

2010,

peraturan perundangan

di

tingkat nasional, dan dokumen lain yang relevan.

3.5

Metode

Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan cara tabulasi data dan kemudian

dianalisis sesuai dengan jenis data dan tujuan penelitian. Analisis data pada

masing-masing tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

Karakteristik persepsi, partisipasi dan keinginan masvarakat

Data tentang karakteristik masyarakat diperoleh melalui observasi secara

langsung dan wawancara dengan masyarakat. Persepsi, partisipasi dan keinginan

masyarakat diperoleh dari jawaban kuesioner dan pertanyaan terstruktur..

Selanjutnya data dianalisis dengan cara tabulasi dan penghitungan frekuensi

jawaban selanjutnya dijelaskan secara deskriptif

.

Karakteristik masyarakat dianalisis untuk memberikan. gaibaran mengenai

profil masyarakat di sekitar kawasan, persepsi masyarakat untuk mengetahui

pemahaman masyarakat terhadap wisata dam yang memperhatikan aspek

kelestarian kawasan, sedangkan partisipasi masyarakat diandisis untuk

mengetahui bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata alam di

TNGM

Daerah Istimewa Yogyakarta, alasan bepartisipmi, alasan tidak

berpartisipasi dan ada tidaknya keinginan masyarakat untuk berpartisipasi.

Sintesis

Menurut Eriyatno (2007) sintesis pada intinya merupakan suatu cara

berpikir suatu sikap,

suatu

pendekatan, cara unhk melakukan yang diikuti dengan

tindakan untuk mencapai sasaran

akhir,

untuk menghasilkan materilsubstansi.

Pendekatan yang diIakukan adalah dengan pendekatan sistem yang mempunyai

karakteristik integrasi, interdisiplin, saliig terkait, imajinatif, dan menyeluruh.

Sintesis dilakukan dengan memadukan antara hasil analisis terhadap

karakteristik masyarakat, persepsi, partisipasi dan keinginan masyarakat,

kebijakan pemerintah baik kebijakan di tingkat regional (Kabupaten Sleman)

(35)

berbasis masyarakat. Selanjutnya hasil sintesis d i j a d i i dasar untuk menentukan

strategi pengembangan.

Strategi Pengembangan

Untuk menentukan strategi pengembangan wisata dam berbasis

masyarakat di TNGM digunakan analisis SWOT. Analisis SWOT dimaksudkan

untuk mengetahui gambaran mengenai kekuatan dan kelemahan pengembangan

wisata dam berbasis masyarakat di Taman Nasional Gunung Merapi serta

peluang dan ancaman yang dihadapi. Dalam analisis

SWOT

diidenWasi

mengenai faktor-faktor internal yang meliputi sfrengths (kekuatan, potensi) dan

weaknesses (kelemahan) dan faktor-faktor eksternal yang meliputi opportunities

(peluang) dan threats (ancaman).

Sebelum dibuat matrik SWOT terlebih dahulu ditentukan faktor strategi

eksternal (EFAS)

dan

faktor strategi internal (IFAS) yang ditentukan dengan cam-

cara sebagai berikut (Rangkuti 2006):

a Menyusun 5 sarnpai dengan 10 peluang dan ancaman dalam kolom 1

b. Masing-masing faktor dalam koiom 2 diberi

bobot,

mulai

dari

1,O (sangat penting) sampai dengan 0,00 (tidak penting). Faktor-faktor iersebut

kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor stmtegik.

c. Menghitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan

memberikan skala mulai dari 4 (sangat baik) sampai dengan 1 (di bawah rata-

rata)

berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap pengembangan wisata

dam berbasis masyarakat di TNGM. Variabel yang bersifat positif diberi nilai

mulai

dari

+1 sampai +4 (sangat baik), sedangkan variabel yang bersifat

negatif kebalikannya.

d. MengaIikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk

memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor

pembobotan

mtuk

masing-masing faktor yang nilainya b e ~ a r i a s i mulai dari

4,O (sangat baik) sampai dengan 1,O (di bawah rata-rata)

e. Memberikan komentar atau catatan pada kolom 5 tentang alasan pemiiihan

(36)

f. Menjumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) sehingga diperoleh total skor

pernbobotan yang menunjukkan bagaimana

unit

analisis bereaksi terhadap

faktor-faktor strategis baik eksternal rnaupun intemalnya.

Selanjutnya penyusunan faktor-faktor strategis internal dan ekstemal dibuat

dalam rnatrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman ekstemal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan

dan kelernahan yang dimiliki (Rangkuti 2006).

Tabel 3 Matrik SWOT

Faktor Intemal

STRENGTHS (S) WEAKNESSES (JT)

Faktor Ekstemal

OPPORTUNITIES (0) Strategi SO Strategi

WO

THREATS (T) Strategi ST

-

Keterangan :

a

Strategi SO, strategi yang dibuat berdasarkan pernikiran dengan rnernanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang

sebesar-besamya.

b. Strategi ST, strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk rnengatasi ancaman yang ada

(37)

IV

KONDISI

UMUM

4.1

Taman Nasional Gunung

Merapi

Taman Nasional Gunung Merapi ditunjuk menjadi taman nasional karena

memiliki nilai-nilai penting yaitu

PKSDA

Yogyakarta 2006):

1.

Keanekaragaman hayati

Berdasarkan hasil inventarisasi terhadap flora dan fauna yang ada di

kawasan ini sampai saat dilakukan penyusunan Taman Nasional Gunung

Merapi (TNGM),

kawasan

gunung Merapi memiliki potensi lebih dari

1

.OOO jenis tumbuhan, termasuk 75 jenis anggrek langka. Sedangkan potensi

faunanya meliputi jenis mamalia kecil dan besar, 147 jenis burung termasuk

90 jenis diantamnya burung-burung yang menetap. Beberapa dari jenis

tersebut, 12 jenis merupakan jenis burung endemik di Jawa dan 2 jenis

dikhawatirkan punah seperti b w g Matahari (Crocias albonorarzfi) dan Burung Kuda (Garrulac mjf?on), sedangkan jenis lainnya yang endemik di

Jawa Barat yaitu Berencet (Psaltria miiis).

2. Perlindungan fungsi Hidro-orologi

Gunung Merapi mempakan salah satu gunung aktif di Indonesia

Kawasannya menjadi daerah tangkapan air penting dan mempakan sumber air

dari beberapa sungai yang mengalir di daerah pertanian dan perkotaan. Ke

arah

selatan beberapa sungai mengalir ke wilayah Provinsi DIY, khususnya

kota Yogyakarta dan Bantul. Ke

arah

Barat mengalir ke wilayah Kabupaten

Kulon Progo, yang muam akhimya mengalir ke Samudera Hindia. Ke

arah

timur dan utara, anak-anak sungainya mengalir ke wilayah Provinsi Jawa

Tengah, khususnya ke

timw

ke arah Kabupaten Boyolali, dan

ke

utam ke

arah

Kabupaten Magelang.

3. Potensi Pariwisata Alam

Kawasan Gunung Merapi memiliki banyak potensi yang dapat

dikembangkan sebagai lokasi pariwisata dam baik keunikan dan

keanekaragaman hayatinya, puncak gunung, air terjun maupun panorama

(38)

4.1.1 Kondii F i s i Kawasan

4.1.1.1 Luas dan Letak

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan nomor : 134iMenhut-IY2004

tanggal 4 Mei 2004 luas kawasan Taman Nasional Gunung Merapi

(TNGM)

adalah seluas

*

6.410 hektar.

Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) secara administratif terletak di

dua propinsi, yakni Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang meliputi

Kabupaten sleman dan Provinsi Jawa Tengah yang meliputi Kabupaten Magelang,

Boyolali

dan

Klaten. Secara fisik kawasan TNGM mempunyai batas sebagai

berikut (BKSDA Yogyakarta 2004):

1.

Bagian utara dilingkupi oleh pegunungan yang mempakan pertemuan

antara Gunung Merbabu dan Gunung Merapi. Batas alam ini dibentuk dari

hulu sungai Pepe di wilayah tirnur dan dan hulu sungai Pabelan di

wilayah barat. Secara administratif termasuk dalam Kabupten Boyolali,

Propinsi Jawa Tengah.

2. Kaki gunung bagian timur dan selatan merupakan wilayah yang data. dan

merupakan persawahan dengan kesuburan tanah yang tinggi. Bagian timur

ini membentang sampai bertemu dengan sungai Bengawan Solo dan bagian

selatan bertemu dengan hulu sungai Dengkeng.

3. Hulu sungai Progo menjadikan batas dam gunung di bagian barat.

4.1.1.2 Topografi

Kerucut Gunung Merapi berada pada ketinggian antara 50

-

2500

m

dpl.

Pada bagian kerucut tersebut wilayah Kabupaten Klaten memiliki ketinggian

antara 50

-

1000 m dpi, Kabupaten Boyolali 400

-

1500 m dpl, Kabupaten

Magelang antara 200

-

1350 rn dpl, dan Kabupaten Sleman 100 - 1500 m dpl (BKSDA Yogyakarta 2004).

Untuk wilayah Kabupaten Sleman (wilayah Yogyakarta) bagian selatan

mempakan dataran rendah yang subur yang berupa daerah persawahan, sedangkan

di bagian utara sebagian besar mempakan tanah kering yang bempa tegal dan

ladang. Kondisi sekarang kedua wilayah tersebut sudah mulai bergeser unhk

pemukiman. Bagian yang paling utara mempakan lerteng gunung Merapi yang

(39)

bukit Turgo dan Plawangan yang mempakan bagian kawasan wisata kaliumng.

Di bagian lereng puncak Merapi reliefinya curam sampai sangat curam. beberapa

sungai yang mengalir melalui Kabupaten Sleman menuju laut Selatan adalah

Sungai Progo,

Krasak,

Kuning

dan

Boyong. Bagian Selatan masih berupa lahan

persawahan dengan sistem t e r n yang cukup baik. Sedangkan bagian tengah

berupa lahan kering dan paling utara merupakan bagian dari lereng Gunung

Merapi yang bempa hutan (BKSDA Yogyakarta 2004).

4.1.1.3 Iklii dan Curah hujan

Gunung Merapi terma.uk dalam wilayah b e r i b muson tropis, yang

dicirikan hujan dengan intensitas yang tinggi pada m u s h hujan (November-

April) yang kemudian berganti dengan bdan-bulan kering (April-Oktober). Hujan

tahunannya berkisar antara 2500-3000 rnm. Variasi hujan di sepanjang lereng

Gunung Merapi dipengaruhi oleh hujan orografis. Variasi suhu dan kelembaban

udara pada dasamya tidaklah mencolok, suhu berkisar antara 20'-33°C dan

kelembaban udara bervariasi antara 80%

-

99% (BKSDA Yogyakarta 2004).

Berdasarkan tipe iklim Schmidt dan Fergusson, daerah Gunung Merapi mempunyai iklim tipe B dengan nilai Q = 31,42%. Dengan kondisi iklim tersebut

maka kawasan

ini

memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi (BKSDA

Yogyakarta 2001). Menurut Schmidt dan Fergusson tipe iklim B dimasukkan

dalam kategori kondisi iklim basah.

4.1.1.4 Kondisi Tanah

Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi didominasi oleh tanah berjenis

regosol. Tanah ini berkembang pada topograti berupa lereng vulkan. Bahan induk

tanah adalah material

vulkanik

mengingat Gunung Merapi mempakan gunung

yang masih aktif di Indonesia Dengan demikian tanahnya berupa tanah muda

karena belum mengalami perkembangan profil. Tanah di kawasan

ini

dicirikan

oleh warna kelabu sampai kehitaman dengan tekstur pasiran. Struktur tanah belum

terbentuk sehingga masih mempakan struktur grander. Struktur tanah tersebut

menyebabkan kemarnpuan untuk menyerap air cukup tinggi, namun kandungan

balm organiknya relatif rendah. Sedangkan keasaman tanah pada umumnya

(40)

Karakteristik fisik dan kimia tanah lokasi Cagar Alaml Taman Wisata Alam

Plawangan Turgo yang s e k m g berubah status menjadi taman nasional adalah

sebagai berikut:

Tabel 4 Karakteristik fisik dan kirnia tanah Taman Nasional Gunung Merapi

No Parameter Kisaran

1 Temperatur 19,7 - 20,8 C 2 Kelembaban 68,2 - 79,7 %

3 Kadar air tanah 22,l

-

35,8

4 PH 6,l

-

6,7

5 Kadar Bahan organik 1,3 - 2,6 6 Ketinggian 775 - 2000 Sumber: BKSDA Yogyakarta, 2001

4.1.1.5 Geologi

Keadaan geologi di kawasan TNGM cukup beraneka mulai dari batas

selatan yang berupa formasi baturagung dengan batuan breksi andesit dan formasi

kars

dengan batu gamping dan bahan endapan yang miring sampai curam. Menuju

ke arah utara menembus daerah endapan volkanik muda (kuarter) dengan bahan abu lpasir volkanis dan batuan tufa intermedier yang datar sampai berbukit (3%

sampai lebih dari 45%). Sampai batas utara berupa endapan volkanis tua yang

tinggi dan berbukit dan formasi Notopuro yang berteras-teras

(GMUM

2006). Sedangkan Sutikno et al. 2001 diacu dalam Nuryadi 2004 menyatakan

bahwa secara geologi wilayah Taman Nasional Gunung Merapi terletak pada

potongan antara dua sesar, yaitu sesar transversal dan sesar longitudinal Pulau

Jawa.

4.1.2 Kondisi Bioiogis

4.1.2.1 Keadaan Flora Wilayah Dn!

Flora kawasan lereng Merapi yang masuk wilayah I ~ I Y didominasi oleh

hutan campuran yang relatif stabil. Hasil inventarisasi flora di Cagar Alam

Plawangan Turgo dan TWA Kaliurang (sekarang TNGM) yang dilakukan oleh

Balai KSDA Yogyakarta tahun 2001 diperoleh hasil sebagai berikut:

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap petak

7

ditemukan
(41)

tanaman sedangkan 19 jenis lainnya belum teridentifikasi. Berikut

daftar

nama

jenis tanaman yang ditemukan pada petak

7.

Tabel

5

D&

nama

jenis tanaman yang ditemukan

di

petak

7

No Famili Spesies

01 Polypodiaceae Dynaria querifolia

02 Asplenizim nidus

Blechnum orientale

Cyclophorus namntularifolius Nephrolepis exaltata

Hymenolepis spicata Acrosticum aureum Stenochalaena palustris Ceropteris thalictroides

10 Neuropteris sp

I I Dryopteris spinulosa

12 Adiantum cuneatum

13 Pityrogamma calomelanos

Cyclophorur lanceolatus Caesalpiniaceae Delonir regia

Tamarindus sp Cassia siamea Begonia rexputz Mirnosaceae Leucaena glauca

Albizia chinensis Mimosa pudica

Acacia fmesiana Wild Gramineae Ischaemum timorense

Axonopus sp Sporobolus poirentil Orchidaceae Bolusiella sp

Spatoglothis plicata Arachnis sp

Malvacea Hibisncs similis BI. Sida acuta

Palrnae Arenga pinnata Merr. Salaca edulis

33 Lauraceae Persea arnericana

34 Cinnamomum zeylanicum B1

35 Euphorbiaceae Filicium decipiens

36 Acalypha wilkensiana

37 Gnetaceae Gnetum gnemon 38 Theaceae Camellia sinensis 39 Lythraceae Lagerstroemia speciosa

[image:41.562.88.490.119.740.2]
(42)

Tabel

5

Daftar nama jenis tanaman yang ditemukan di

petak

7

(lanjutan)

No Famili Spesies

41 Papilionaceae Pterocarpus indicus

42 Papilionaceae Crotalaria slriata

43 Asteraceae Elephantopus scaber

44 Begoniaceae Begonia coriaceae

45 Labiatae Ocimum sp

46 Bignoniacea Spathodea campanulata

47 Caryophyllaceae M a r i a cordata

48 Iridaceae Belamcanda chinensis

49 Rubiaceae Coffea arabica

50 Pipemceae Piper sp

5 1 Nepenthaceae Nepenthes spp

52 Araceae Colocasia esculenhim

53 Plurnbaginaceae Flumbago indica

54 Compositae Sonchus amensis

55 Asclepidaceae Ipomoea batatas

56 Goodeniaceae Erechthistes hieracifolia

57 Cannaceae Canna hybrida

58 Araucariaceae Agathis d b a

59 Casuarinaceae Casuarina sp

60 Dilleniaceae Dillenia aurea

6 1 Guttifeme Calophyllum inophyllum

62 Myrtaceae Eugenia womatica

63 Bornbacaceae Dwio zibethinus

64 Cycadaceae Cycas rumphii

65 Moraceae Artocarpus heterophfla Lamk.

68 Bweraceae Melia medarach L

69 Solananceae Solanum sp

70 Selaginellaceae Selaginella martensif

71 Balsaminaceae Impatients balsamina

72 Cyperacea KyIIinga monochepala

73 Leea aquata L.

74 Chinehona pubeschens

75 Altingia exelsa

76 Schima wallichii

Tabel 5 menunjukkan bahwa pada petak

7

tumbuhan yang dominan adalah

tumbuhan paku dan rumput.

Sedangkan

dari

hasil

penelitian yang dilakukan mahasiswa

UKDW<

Gambar

Tabel Internal Factors Analysis Summmy (IFAS) pengembangan
Tabel 2 Karakteristik pengelolaan berbasis masyarakat
Tabel 5 D& nama jenis tanaman yang ditemukan di petak 7
Tabel 5 menunjukkan bahwa pada petak 7 tumbuhan yang dominan adalah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan kondisi sector ini diakibatkan oleh lemahnya tiga sector yang kontribusiya paling besar terhadap tingkat keselamatan pelayaran yang terjadi disuatu daerah yakni

Untuk itu Pasar Modal memberikan solusi yang dapat dipertimbangkan dalam hal pendanaan yaitu dengan cara mengubah status perusahaan dari perusahaan tertutup

Bahwa Pasal 25 ayat (6) Peraturan Bawaslu Nomor 8 tahun 2018 menyatakan bahwa syarat formil laporan dugaan pelanggaran administratif pemilu meliputi identitas

mencegah, melarang, menutup jalan atau wasilah suatu pekerjaan yang awalnya dibolehkan, tetapi karena dapat menimbulkan sesuatu yang menyebabkan terjadinya

Pembangunan Jaringan Pipa Air Minum Desa Mulya Abadi Kecamatan Muara Belido. ( HPS =

  Diagram fasa merupakan suatu gambar yang menyatakan daerah   Diagram fasa merupakan suatu gambar yang menyatakan daerah  fasa yang stabil dengan dekomposisi

bahasa Inggris semakin baik kualitasnya. Siswa masih bisa saling komunikasi dan berkonsultasi dengan siswa lain dan guru di luar kegiatan belajar mengajar di