STRATEGI PENGEMBANGAN
WISATA ALAM BERBASIS MASYARAKAT
(STUD1 KASUS
DI
ZONA PEMANFAATAN
TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAP1
DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA)
ERNA
RISTWANTI
SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul "Strategi Pengembangan Wisata Alam Berbasis Masyarakat (Studi Kasus di Zona Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Merapi Daerah Istimewa Yogyakarta) " adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Da%r Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Januari 2008
Erna Rrjl&anii
ABSTRACT
ERNA RISTIYANTI. The Strategy on Community-based Nature Tourism Development (Case Study in the Use Zone of Gnnnng Merapi National Park, Yogyakarta Special District). Under direction of E.K.S. HARM MUNTASIB and ARZYANA SUNKAR.
Gunung Merapi National Park (GMNP) in Yogyakarta special district has various attractive nature tourism objects with one active vol~ano as the specific and unique object. The community lived around the park have strong relationship with the area, both economical and spiritual relationship. The objective of the research is to compose strategy on community-based nature tourism development in use zone of GMNP. Specific objectives of the research are to identify nature tourism activities in the use zone of GMNP in Yogyakarta; to identify the characteristics of the surrounding community; to obtain information on the community's perception on sustainable nature tourism, community's participation in nature tourism activities and community's expectation toward nature tourism development in GMNP.
More than 50% of the community members lived around the area was native people. Most of the people (35.42%) worked as milk cow breeder using GMNP areas as the cattle's food plant cultivation area. The average income of the community was as much as Rp. 590.224.36. Most of the community members were in productive age.
The community had positive perception on the conservation and sustainable nature tourism. Community participation was still limited in the implementation stage, had not reached the planning or evaluation stages. As many as 60% of the non- participant community members wa".ted to pzrticiprte ir? the nature tourism activities.
Community member joining the tourist guide group expected the area to be free
of scattered garbage, particularly plastic garbage; community involvement in nature tourism management; trainings for skill improvement; while the roving seller, small shop owner, and food and beverage provider tended to expect more of economical factor such as permit to trade, traditional food development, join business, and soft loan.
The strategies on community-based nature tourism development in use zone of GMNP in Yogyakarta were as follow: (1) to socialize the concept of community-based nature tourism to the community, (2) to compose the Standard Operation Procedures (SOP) on community-based nature tourism management in collaboration between office of GMNP, the community and related institutions, (3) to establish the organization of community-based nature tourism management, (4) to develop self- management activities, (5) to attract investments &om local government and donor agencies to ensure the sustainability of the community business, (6) to conduct assistantship to the community in guarding the process of community-based nature tourism management, (7) to improve the capacity of community's human resources through various technical and managerial trainings, (8) to involve the community in GMNP office's activities in the planning, implementation, and evaluation processes.
ERNA RISTIYANTI. StTategi Pengembangan Wisata Alam Berbasis Masyarakat (Studi Kasus di Zona Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Merapi Daerah Istimewa Yogyakarta). Dibimbmg oleh E,KS HARINI MUNTASIB DAN ARZYANA SUNKAR.
Taman Nasional Gunung Merapi mempunyai obyek wisata alam yang menarik dan b a s , temtama aktivitas Gunung Merapi. Di sisi lain masyarakat sekitar memiliki hubungan yang kuat dengan kawasan, baik hubungan yang bersifat ekonomi maupun spiritual.
Penelitian ini bertujuan untuk menyusun strategi pengembangan wisata alam berbasis masyarakat di zona pemanfaatan Taman Nasional Gunung Merapi Daerah Istimewa Yogyakarta W G M DIY) dengan tujuan khusus meliputi identifikasi kegiatan wisata alam di zona pemanfaatan TNGM DIY, identifkasi karakteristik masyarakat sekitar kawasan, persepsi masyarakat mengenai wisata alam yang lestarilberkelanjutan, partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata alam di TNGM DIY dan keinginan masyarakat terhadap pengembangan wisata alam di TNGM DIY.
Penelitian dilakukan di Desa Hargobinangun Kecarnatan Pakem dan Desa Umbulharjo Kecamatan Cangkringan. Kedua desa dipilih karena m e ~ p a k a n desa yang berbatasan dengan kawasan zona pemanfaatan TNGM DIY dan masyarakatnya memiliki variasi keterlibatan dengan kegiatan wisata alam yang paling banyak dibanding desa lainnya. Responden dikelompokkan menjadi dua kelompok. yaitu masyarakat yang telah berpartisipasi dalam kegiatan wisata alam dan masyarakat ?ang t i d a ' h l u m berpartisipasi. Masing-masing diambil sebanyak 30 responden.
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Sedangkan untuk menentukan strategi pengembangan wisata alam berbasis masyarakat di zona pemanfaatan TNGM DIY digunakan analisis SWOT, dan sebagai unit analisis adalah masyarakat.
Hasil penelitian ini adalah, lebih dari 50% masyarakat sekitar kawasan adalah penduduk asli. Mata pencaharian sebagian besar masyarakat (35,42%) adalah sebagai peternak sapi perah dengan memanfaatkan kawasan TNGM sebagai lahan untuk budidaya rumput pakan ternak. Rata-rata pendapatan masyarakat sekitar kawasan sebesar Rp. 590.224,36 (melebihi standar Upah Mmimum Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta). Sebagian besar masyarakat me~pFikaII usia produktif.
sedangkan sebagian lainnya menyatakan bahwa di dalam kawasan banyak ditemui sampah, terutama sampah plastik.
Masyarakat pada umumnya mendukung pengembangan wisata alam di TNGM yaitu sebanyak 78,57% dari kelompok masyarakat yang telah berpartisipasi dan
86,96% untuk kelompok masyamkat tidakhelum berpartisipasi. Sebanyak 21.43% dari kelompok masyarakA yang tilah berpartisipasi dan i3,04% dari keloipok masyarakat yang tidakhelum berpartisipasi menyatakan bahwa mereka
-
akan menyetuiui adanya pengembangan wisa&slam-di
TNGM asalkan masyarakat bisa menikkag hasil d&i pengembangan tersebut (kesejahteraan masyarakat meningkat) dan keamanan terjaga. Alasan utama dukungan masyarakat tersebut adalah karena pengembangan wisata dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu partisipasi masyarakat yang langsung bersinggungan dengan kawasan (dalam kawasan) dan di luar kawasan. Partisipasi masyarakat di dalam kawasan meliputi pemandu wisata, penyedia konsumsi dan pedagang asongan. Sedangkan di luar kawasan meliputi penyedia homestay, penjaga parkir, penjaga loket lava tour, warung, penyedia toilet, penginapan, bagian transportasi, perlengkapan wisata dan souvenir. Partisipasi masyarakat sekitar cendemng bersifat pelaksanaan belum pada tataran perencanaan atau evaluasi. Secara umum alasan partisipasi masyankat dalam kegiatan wisata alam adalah untuk meningkatkan penghasilan. Masyarakat yang belum berpartisipasi memiliki keinginan untuk dapat berpartisipasi. yaitu sebanyak 60%.
Keinginan masyarakat untuk kelompok pemandu wisata alam lebih ditujukan pada kebersihan kawasan, adanya pelibatan masyarakat dalam pengelolaan wisata alam dan adanya pelatihan-pelatihan. sedangkan untuk kelompok pedagang, warung dan penyedia kons~msl keinginm !eEih dltujuka? pada aspek ekonomi, yakrti menginginkan tetap boleh bejualan, pengembangan m a d a n tradisional, usaha bersama, dan adanya pinjaman lunak. Sedangkan untuk kelompok masyarakat yang tidaklbelum berpartisipasi keinginan lebih ditujukan pada kesadaran pengunjung untuk turut menjaga kelestarian dan kebersihan kawasan TNGM. Selain itu kelompok masyarakat ini menginginkan adanya pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah, adanya pelayanan kepada pengunjung berupa pemandu wisata yang handal, adanya fasititas air, tidak perlu dilakukan pembatasan pengunjung, adanya pelibatan masyarakat dalam pengelolaan wisata alam dan adanya kerjasama antara masyarakat dan pemerintah dengan peran pemerintah sebagai fasilitator.
Kebijakan di tingkat pengelola maupun di tingkat regional menunjukkan adanya dukungan terhadap pengembangan wisata alam (termasuk ekowisata) di kawasan TNGM dan adanya dukungan terhadap partisipasi masyarakat.
Strategi pengembangan wisata alam berbasis masyarakat di zona pemanfaatan TNGM DIY adalah sebagai berikut:
1. Pengenalan kepada masyarakat mengenai konsep wisata alam berbasis masyarakat
2. Menyusun Standard Operation Procedure (SOP) pengelolaan wisata alam berbasis masyarakat antara Balai TNGM dengan masyamkat dan instansi terkait
3. Pembentukan wadah bagi pengelolaan wisata alam berbasis masyarakat 4. Pengembangan kegiatan-kegiatan swakelola
5. Menarik investor dari pemerintah daenh dan lembaga donor untuk menjamin keberlanjutan usaha masyarakat
7. Peningkatan kemampuan SDM masyarakat melalui berbagai pelatihan teknis dan manajerial
8. Pelibatan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan Balai TNGM dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
0 Hak cipta milik IPB, tahun 2008 Hak eipta dilindungi Undang-undang
I. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh kaiya tulis ini tanpa mencantumkan arm menyebut szrmber.
a P e n g u t i p hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiak penyusunan laporan, penzrlisan kritik atau tinjauan suatu masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
STRATEGI PENGEMBANGAN
WISATA ALAM BERBASIS MASYARAKAT
(STUD1 KASUS DI ZONA QEMANFAATAN
TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA)
ERNA RISTIYANTI
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesi Kehutanan pada
Sub Program Studi Konservasi Keanekaragaman Hayati Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan
SEKOLAH QASGASARJANA
INSTITUT PERT
BOGOR
Nama NIM
: Strategi Pengembangan Wisata Alam Berbasis Masyarakat (Studi Kasus di Zona Pemanfaatan Tainan Nasional Gunung Merapi Daerah Istirnewa Yogyakarta)
: Erna Ristiyanti
: E.05 1054065
Disetujui
Kornisi Peinbiinbing I
Prof. Dr. E.K.S Harini Muntasib. M.S Ir. Arzvana Sunkar, M.Sc
Ketua Anggota
Diketahui
Ketua Prograin Studi ekolah Pascasarjana
Ilmu Pengetahuan Kehutanan
Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, M.Sc. diputro, M.S
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala kamnia- Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian ini adalah Strategi Pengembangan Wisata Alam Berbasis Masyarakat (Studi Kasus di Zona Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Merapi Daemh Istimewa Yogyakarta).
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Prof. Dr. E.K.S Harini Muntasib, M.S dan Ir. Arzyana Sunkar, M.Sc selaku pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan
2. Dr. Ir. H. Yanto Santosa, DEA selaku Ketua Sub Program Studi KKH
3. Ir. Tri Prasetyo selaku Kepala Balai TNGM
4. Ir. Palennery, MP selaku Kepala Balai Besar KSDA Sulawesi Selatan
5. Bapak Edi Mintaryanto, Bapak Asep, Bapak Sukadi, Bapak Tri Hardono dan Bapak Christian Awuy yang telah membantu kami selama pengumpulan data.
6 . Selumh keluarga Bapak, Ibu, suami, anak dan kakak yang tak henti- hentinya memberikan dorongan semangat dan cumhan perhatian
7. Teman-teman karyasiswa S2 KKH yang teiah banyaic memberikan masukan dan dorongan semangat selama penyusunan tesis.
Akhir kata mudah-mudahan tesis ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang memerlukan.
Bogor, Januari 2008
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahiikan di Sleman pada tanggal 24 Juni 1975 dari ayah R. Supriyatno dan ibu Murti Wijayanti. Penulis merupakan putri kedua dari dua bersaudara.
Tahun 1993 penulis lulus dari Negeri 2 Yogyakarta dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Universitas Gadjahmada melalui jalut Ujian Masuk Petguruan T i g g i (UMPTN). Penulis memilih Program Studi Ekonomi Pertanian, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian.
Pada Tahun 2001 penulis diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil Departemen Kehutanan sebagai pegawai fungsional Pengendali Ekosistem Hutan (PEW dan ditempatkan di Balai Taman Nasional Bunaken Sulawesi Utara. Pada tahun 2005 penulis bekerja di Balai Konservasi Sumberdaya Alam Sulawesi Selatan I di Makassar (saat ini telah menjadi Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Sulawesi Selatan) sampai sekarang.
DAFTAR IS1
DAFTAR IS1
...
1...
DAFTAR TABEL
...
~nDAFTAR GAMBAR
...
DAFTAR LAMPIRAN
...
I
.
PENDAHULUAN...
1.1 Latar Belakang...
1.2 Perurnusan Masalah.
.
...
...
1.3 Tujuan Penelltian
.
.
1.4 Manfaat Penel~t~an
. .
...
...
1.5 Kerangka Pem~ktran
...
I1 TINJAUAN PUSTAKA 6
...
2.1 Taman Nasional 6
...
2.2 Pengembangan Wisata Alam 7
...
2.3 Peran Masyarakat Lokal Dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi 10
...
!?I MET9DE PENELIT!AN I4
. .
...
3.1 Lokasi dan Waktu Penelttlan 14
3.2 Metode Penentuan Responden
...
14...
3.3 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data 16
3.4 Metode Analisis Data
...
17IV KONDISI UMUM
...
...
4.1 Taman Nasional Gunung Merapi. .
4.1.1 Kondisi Flslk Kawasan
...
4.1.2 Kondisi Biologis Kawasan...
4.1.3 Balai TNGM...
4.2 Kondisi Sosial Ekonomi Desa Penelitian...
4.2.1 Desa Hargobinangun
...
4.2.2 Desa Umbulharjo...
V HASIL DAN PEMBAHASAN
...
37...
5.1 Identiaasi Kegiatan Wisata Alam di Zona Pemanfaatan TNGM DIY 37 5.2 Karakteristik G y a r a k a t Sekitar Kawasan Zona Pemanfaatan
TNGM DTY
...
44 5.3 Persepsi Masyarakat Mengenai Wisata Alam Lestari...
Di TNGM D N 46
5.4 Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Wisata Alam
...
di TNGM DIY 50
...
Kawasan TNGM DIY
5.6 Kebijakan Pengembangan Wisata Alam
...
...
5.6.1 Kebijakan Balai TNGM...
5.6.2 Kebijakan Regional...
5.6.3 Kebijakan Nasional
5.7 Kebijakan Pemerintah Mengenai Partisipasi Masyarakat
...
5.7.1 Kebijakan Balai TNGM..
...
...
5.7.2 Kebljakan Regional
...
5.7.3 Kebijakan Nasional5.8 Analisis SWOT dan Strategi Pengembangan Wisata Alam Berbasis
...
Masyarakat di Zona Pemanfaatan TNGM DIYVI
KESIMPULAN DAN SARAN...
6.1 Kesimpulan...
6.2 Saran...
DAFTAR
TABEL
Halaman 1 Pergeseran paradigma pengelolaan kawasan konsewasi
...
2 Karakteristik pengelolaan berbasis masyarakat...
3 Matrik SWOT...
4 Karakteristik fisik dan kimia tanah Taman Nasional Gunung Merapi
...
5 Daftar nama jenis tanaman yang ditemukan di petak 7...
6 Daftar spesies tanaman Itegakan yang ada di petak 5...
7 Burung endemik di C N I W A Plawangan Turgo...
8 Jumlah penduduk menurut usia Desa Hargobinangun...
9 Jumlah pendudukDesa
Hargobinangun menurut tingkat pendidikantahun 2006
...
10 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian Desa Hargobinangun tahun2006
...
11 Luas lahan perkebunan menurut jenis tanaman Desa Umbulha rjo ... 12 Jumlah penduduk dirinci menurut umur dan jenis kelamin Desa Umbulhajo.
13 Tingkat pendidikan penduduk berdasarkan jenjang pendidikan yang ditamatkan 14 Jumlah penduduk Desa Umbulhajo yang beke rja di sektorjasalperdagangan 15 Kegiatan wisata alam di zona pemanfaatan TNGM DIY...
16 Pendapat masyarakat mengenai bentuk kegiatan wisata alam yang ramahlingkungan
...
17 Pendapat masyarakat mengenai dampak negatif wisata terhadap lingkungan fisik 18 Alasan dukungan masyarakat terhadap pengembangan wisata alam di kawasanGunung Merapi
...
19 AIasan partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata alam di kawasan TNGM 20 Alasan masyarakat tidak berpartisipasi dalam kegiatan wisata alam di kawasanTNGM DIY
...
21 Potensi masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan wisata alam di kawasanTNGM DIY
...
22 Keinginan masyarakat berdasarkan bentuk partisipasi...
23 Keinginan masyarakat yang tidaMbelum berpartisipasi dalam kegiatan wisata alarrdi TNGM DIY
...
...
24 Matriks SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan lhreats)...
26. Altematif strategi dalam analisis SWOT pengembangan wisata alam berbasisDAFTAR
GAMBAR
Halaman 1 Kerangka pemikiran strategi pengembangan wisata alam berbasis
masyarakat di zona pemanfaatan TNGM DIY
...
...
2 Peta lokasi penelitian3 Puncak Gunung Merapi pada malam hari dan siang hari
...
...
4 Kawasan wisata Kaliadem Cangkriigan...
5 Aktivitas berkemah di Kalikuning dan kondisi lokasi setelah kegiatan 6 Prosesi upacara Labuhan yang dilaksanakan di lereng Merapi dan
...
kegiatan tracking di lereng Merapi
7 Komposisi masyarakat menurut status penduduk
...
8 Struktur masyarakat menurut mata pencaharian utama
...
9 Struktur masyarakat menurut umur dan jenis kelamin...
10 Struktur masyarakat menurut tingkat pendidikan
...
11 Sumberdaya yang hams dilestarikan di kawasan TNGM...
12 Upaya yang hams dilakukan untuk mewujudkan wisata alam yang lestari...
13 Tingkat pendidikan masyarakat berdasarkan bentuk partisipasi masyarakatdalam kegiatan wisata alam di TNGM
DIY
...
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
[image:17.550.72.493.84.785.2]1 Tabel Internal Factors Analysis Summmy (IFAS) pengembangan
...
wisata alam berbasis masyarakat di TNGM DIY 84
2 Tabel Ekstemal Factors Analysis Summaiy (WAS) pengembangan
...
wisata alam berbasis masyarakat di TNGM DIY
85
. .
...
1.1
Latar BelakangD e f i s i taman nasional menurut Undang-undang
RI
Nomor 5 tahun 1990tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya adalah
kawasan pelestarian d a m yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem
zonasi yang diianfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.
Luas
kawasan konservasi di Indonesia sampai dengan tahun 2006 adalah28.260.150,56 ha dan 57,9 % nya atau seluas 16.375.253,31 ha merupakan taman
nasional (PHKA 2006). Salah satu kawasan yang baru ditunjuk sebagai taman
nasional adalah
Taman
Nasional Gunung Merapi yang berada di Provinsi DaerahIstimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, yang m e ~ p a k a n hasil alih fungsi dari
hutan lindung, taman wisata alam dan cagar dam.
Taman Nasional Gunung Merapi
(TNGM)
memiliki obyek wisata darnyang cukup potensial, selain memiliki keanekaragaman flora, fauna
dan
bentang alam yang spesifik juga memiliki Kekhasan daya tarik wisata bempa wisatageologi dan wisata budaya yang cukup dikenal oleh wisatawan baik wisatawan
lokal maupun manca negara. Dephut (Tanpa tahun) menyatakan bahwa salah satu
bentuk kegiatan pemanfaatan secara lestari terhadap sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya adalah pariwisata alam yang dilakukan pada zonalblok
pemanfaatan.
Pariwisata dam telah memberikan kontribusi yang penting bagi banyak
negara. Di Kenyz misalnya, sektor
ini
telah menghasilkan 30% dari seluruh devisanegara, melebibi hasil kopi atau teh sebagai andalan komoditi ekspomya.
Keberhasilan dalam pengelolaan kawasan konservasi untuk kepariwisataan di
Kenya ini telah dapat membantu usaha pembangunan dan pemeliharaan kawasan-
kawasan konservasi lainnya (Limberg 1991, diacu dalam Sukandi 2000).
Pengelolaan
zona
pemanfaatanakan
menciptakan persepsi positif darimasyarakat yang berakibat pada keinginan masyarakat untuk memelihara dan
menjaganya (Riyanto 2005). Dengan diperbolehkannya masyarakat sekitar untuk
dukungan masyarakat terhadap taman nasional. MacKinnon et
al.
(1990) lliengemukakan bahwa keberhasilan pengelolaan banyak tergantung pada kadardukungan dan penghargan yang diberikan kepada kawasan yang dilidungi oleh
masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu pariwisata dam yang sesuai
diiembangkm di zona pemanfaatan taman nasional adalah pariwisata darn
berbasis masyarakat. Menurut Soekmadi (2005), pendekatan partisipasi lebih
dipersepsikan sebagai keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan kawasan
konservasi tanpa m e r i t prosesnya sehingga secara m u m masyarakat
diposisikan sebagai obyek pelaksana kegiatan.
BKSDA Yogyakarta & PSA UGM (2004) menyatakan bahwa masyarakat
meyakini adanya hubungan spiritual dan supranatural antara Merapi, kraton
Yogya dan laut selatan, sehingga masyarakat sekitar kawasan Merapi tidak
menganggap Merapi sebagai ancaman tetapi justm sebagai surnber kehidupan.
Selain itu juga terdapat hubungan yang bersifat ekonorni, yaitu adanya
ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya rumput dan kayu bakar untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat karena sebagian besar
masyarakat sekitar kzwasan TNGM adalah petemak sapi perah yang
menggantungkan ketersediaan rumput dari kawasan TNGM.
Mengingat adanya hubungan yang kuat antara masyarakat sekitar dengan
Gunung Merapi tersebut, maka kegiatan wisata alam yang sesuai dikembangkan
di Taman Nasional Gunung Merapi adalah wisata dam berbasis masyarakat.
Pengelolaan yang berbasis masyarakat bersifat lokasi spesifik (site
spesifc),
sehingga dalam pengembangannya diperlukan strategi yang bersifat spesifik pula.
Untuk menentukan strategi pengembangan yang akan dilakukan terlebih dahulu
dilakukan i d e n t i f h i terhadap kegiatan wisata alam yang telah berjalan,
karakteristik masyarakat sekitar kawasan, persepsi masyarakat sekitar mengenai
wisata dam yang lestari/berkelanjutan, partisipasi masyarakat terhadap kegiatan
wisata alam dan keinginan masyarakat terhadap pengembangan wisata alam di
1.2
Perurnusan MasalahTarnan Nasional Gunung Merapi mempunyai sumber daya dam yang
khas,
terutama vulkano yang selalu
aktif,
disamping keragaman flora, fauna clan budaya.Di sisi lain masyarakat sekitar kawasan memilii hubungan yang kuat dengan
Gunung Merapi, baik hubungan spiritual
dan
supranatural maupun ekonomi. Bagimasyarakat sekitar, kawasan Gunung Merapi bukanlah suatu ancaman namun
mempakan sumber kehidupan. Masyarakat sekitar kawasan memanfaatkan
kawasan hutan Gunung Merapi sebagai lahan bagi budidaya rumput untuk
keperluan pakan ternak mereka. Di samping itu kawasau Gunung Merapi juga
menjadi tempat upacara ritual Labuhan yang dilaksanakan setiap tahun. Hasil
empsi Merapi juga mendatangkan sumber kehidupan bempa pasir yang banyak
dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk meningkatkan pendapatan mereka
Status kawasan Gunung Merapi sebagai tarnan nasional mengharuskan
adanya sistem pengelolaan zonasi. Dengan dernikian masyarakat sekitar hanya
dapat memanfaatkan ruang-ruang yang telah disediakan bagi kegiatan
pemanfaatan kawasan oleh masyarakat. Kondisi ini belum sepenuhnya dapat
diterima oleh seluruh lapisan masyarakat, masih ada sebagian masyarakat yang menganggap bahwa keberadaan Taman Nasional Gunung Merapi telah mengusik
kebebasan masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya kawasan, terutama
nunput.
Melalui pemanfaatan kawasan oleh rnasyarakat pada zona pemanfaatan akan
mendorong terciptanya dukungan masyarakat sekitar terhadap keberadaan taman
nasional. Potensi wisata dam yang ada di kawasan Taman Nasional Gunung
Merapi merupakan salah s a t - modal bagi pengembangan wisata alam di TNGM
yang berimplikasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Adanya hubungan
yang kuat masyarakat sekitar dengan Gunung Merapi mengindiiasikan bahwa
pengembangan wisata dam yang akan dijalankan h a m dapat memberikan peran
penting bagi masyarakat. Masyarakat tidak hanya dijadiian sebagai obyek dan
pihak yang pasif, namun perlu menempatkan masyarakat sebagai aktor dalam
pengelolaan wisata d a m di TNGM. Oleh karenanya pengembangan wisata dam
berbasis masyankat merupakan salah satu p i l i i yang sesuai
dilakukan
di1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan
akhir
dari penelitianini
adalah untuk menyusun strategipengembangan wisata dam berbasis masyarakat di zona pemanfaatan Taman
Nasional Gunung Merapi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan tujuan spesifik
yaitu:
1. I d e n t i W i kegiatan wisata d a m
di
zona pemanfaatan TNGM DaerahIstimewa Yogyakarta
2. Identifikasi karakteristik masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Gunung
Merapi Daerah Istimewa Yogyakarta.
3. Persepsi masyarakat terhadap kegiatan wisata alam yang lestari di TNGM.
4.
Partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata d a m di TNGM Daerah IstimewaYogyakarta
5. Identifikasi keinginan masyarakat terhadap pengembangan wisata alam di
TNGM Daerah Istimewa Yogyakarta
.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan bagi pengelola
kawasan Taman Nasional Gunung Merapi dalam pengembangan wisata alam
berbasis masyarakat di zona pemanfaatan TNGM Daerah Istimewa Yogyakarta.
1.5 Kerangka Pemikiran
Taman Nasional Gunung Merapi merupakan taman nasiond baru yang
penunjukkannya berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 134Menhut-U2004.
Taman Nasional
i
n
i
merupakan perubahan Fungsi Kawasan Hutan Lindung,Cagar Alam dan Taman Wisata Alam pada Kelompok Hutan Gxaung Merapi
Seluas
*
6.410 ha, yang terletakdi
Kabupaten Magelang, Boyolali dan KlatenProvinsi Jawa Tengah, dan Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta menjadi Taman Nasional Gunung Merapi.
Guna menentukan strategi pengembangan wisata dam berbasis masyarakat
di zona pemanfaatan TNGM Daerah Istimewa Yogyakarta diperlukan kegiatan
identifikasi terhadap kegiatan wisata alam yang telah ada, karakteristik
rnasyarakat sekitar, persepsi masyarakat terhadap wisata dam yang lestari,
sekitar terhadap pengembangan wisata alam di TNGM Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Dalam pengelolaan kawasan taman nasional kegiatan pemanfaatan
pariwisata merupakan sdah satu bagian dari tujuan pengelolaan taman nasional
sehingga dalam pelaksanaanya tidak terlepas dari kebijakan yang a&. Untuk
mengetahui kebijakan pemerintah berkaitan dengan kegiatan wisata d a m dan
partisipasi masyarakat maka dalam penelitian ini dilakukan analisis terhadap
dokurnen-dokwnen
dan
pemturan perundangan yang terkait,baik
di tingkatregional maupun nasional. Berdasarkan
hasil
analisis terhadap kebijakanpemerintah, pengelola kawasan dan analisis te~hadap masyarakat selanjutnya
dilakukan analisis SWOT, yaitu strategi pengembangan yang didasarkan pada
faktor-faktor internal yang meliputi kekuatan (strengths) dan kelemahan
(weaknesses)
dan
faktor eksternal yang terdiri dari peluang (opportunities) danancaman (threats)
untuk
menentukan strategi yang akan dipilih. Sebagai unit analisis adalah rnasyarakat.Selanjutnya Kerangka pikir dalarn penelitian ini dapzt diganbarkar, pada
bagan berikut:
4
1. Kegiatan wisata alamRegional terhadap: 2. Kebiiakan TNGM :
1
I
-
Wisata damI I
-
Pengembangan wisata alam "-
Partisipasi masyarakat-
Partisi~asi masyarakatI
-
Karakteristik masyarakat-
Persepsi masyarakat-
Partisipasi masyarakat-
Keinginan masyarakatStrategi pengembangan wisata alam berbasis masyarakat
11
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Taman Nasional
Definisi taman nasional menurut Undang-undang
RI
Nomor 5 tahun 1990tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya adalah
kawasan pelestarian dam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem
zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Lebih lanjut dalam Peraturan
pemerintah
RI
No. 68Tahun
1998 tentang kawasan suaka d a m dan kawasanpelestarian dam menyatakan bahwa suatu kawasan ditunjuk sebagai kawasan
Taman Nasional, apabila telah memenuhi kriteria :
1). Kawasan yang ditetapkan mempunyai iuas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses secara alami;
2). Mernilii sumberdaya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan maupun satwa clan ekosisternnya serta gejala dam yang rnasih utuh dan
a l h ;
3). Memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utub;
4). Memiliki keadaan alam yang asli dan alami untuk dikembangkan sebagai
pariwisata dam;
5). Merupakan kawasan yang dapat dibagi ke dalam zona inti, zona
pemanfaatan, zona rimba dan zona lain karena pertimbangan kepentingan
rehabilitasi kawasan, ketergantungan penduduk sekitar kawasan, dan dalam
rangka mendukung upaya pelestarian surnber daya dam hayati dan
ekosistemnya, dapat ditetapkan sebagai zona tersendiri.
Menurut Mackinnon et al. (1990) laiteria Taman Nasional adalah kawasan
luas yang relatif tidak terganggu yang mempunyai nilai dam yang menonjol
dengan kepentingan pelestarian yang tinggi, potensi relcreasi besar, mudah dicapai
oleh pengunjung dan manfaat yang jelas bagi wilayah tersebut.
Tarnan Nasional merupakan salah satu bentuk kawasan konsewasi yang
mempunyai fungsi paling lengkap bila dibandingkan dengan kawasan k o n s e m i
lainnya Taman nasional mempunyai fungsi sebagai: a) perliidungan sistem
beserta ekosistemnya, dan c) pelestarian manfaat secara berkelanjutan sumberdaya
alam hayati dan ekosistem untuk pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian,
pendidikan, rekreasi dan wisata dam serta menunjang kepentingan budidaya
(Sapaijadi 1999).
Dalam usianya yang telah mencapai seperempat abad, kinerja pengelolaan
taman nasional yang dievaluasi dari berbagai sisi secara parsial belum optimal
(Komite PPA-MFP & Yayasan WWF-Indonesia 2006). Hasil penelitian
CIFOR
(2004, diacu dalam Komite PPA-MFP & Yayasan WWF-Indonesia 2006)
berdasarkan artikel koran selama periode 1997
-
2003, terlihat adanya peningkatanfiekuensi terjadinya peristiwa konflik yang tajam, terutama setelah orde baru
menuju masa transisi era reformasi. Penyebab konflik tertinggi adalah
perambahan hutan, pencurian kayu, kerusakan lingkungan, alih fungsi dan tata
2.2 Pengembangan Wisata Alam
Wisata alam didefinisikan sebagai suatu perjalanan ke tempat-tempat
alamiah yang relatif belum terganggu atau terkontaminasi dengan tujuan khusus
berupa studi, mengagumi dan menikmati pemandangan dengan hidupan liar dan
juga budaya lokalnya (Ceballos-Lascwain 1987, diacu dalam Kodhyat 1997).
Sedangkan menurut Rahardjo (2005), wisata dam berkelanjutan merupakan
terminologi yang sangat dekat dengan ekoturisme, tetapi tidak semua sesuai
dengan kriteria ekoturisme yang sebenarnya.
Kegiatan pemanfaatan dan pengembangan obyek wisata dam
harus
menjadibagian yang tidak dapat dipisahkan dari tujuan pengelolaan kawasan taman
nasional. Oleh karena itu dalarn setiap upaya pemanfaatan dm pengembangan
obyek wisata alam di taman nasional harus selalu
m e m i f i
umpan balik padaupaya pengelolaan kawasan taman nasional sehingga kendala dan evaluasi
terhadap embanan (misi) dari h g s i konsewasi
harus
tetap terpenuhi dalam setiaplangkah pemanfaatan d m pengembangan tersebut (Saparjadi 1999).
Dalam setiap pengembangan pariwisata dam penyusunan perencanaan
merupakan hal yang sangat penting untuk memberikan
arah
dan pedoman bagip10gmm atau kegiatan yang
akan
dijalankan. Bebempa aspek utama yangperencanaan dalam pengembangan pariwisata alam adalah potensi ODTWA,
kegiatan wisata dam, pengusahaan dan penyediaan saranalprasarana. Kegiatan
pengembangan pariwisata dam dapat mengacu pada hal-hal sebagai berikut
(WAPJL
2003):1. Lokasi pengembangan kegiatan pariwisata d a m dilaksanakan pada zona/blok
pemanfaatan berdasarkan rencana pengelolaan kawasan hutan.
2. Area pengembangan yang &pat dimanfaatkan secara intensif untuk sarana
dan aktivitas harus memenuhi persyaratadkriteria:
a. Potensi kawasan yang menunjang aktivitas wisata,
b. Aksesibilitas cukup mudah dan layak dikembangkan,
c. Membuka peluang bagi pengembangan sosial, ekonomi
clan
budayasetempat,
d. Mendukung pengembangan pariwisata daerah,
e. Area yang dikembangkan arnan bagi kawasan dan pengunjung.
3. Perencanaan tata mang pada kawasan hutan secara makro mempakan upaya
pengembangan yang harus mengacu pada rencana pengelolaan kawasan
dm
sistem pengembangan wilayah.
4. Penataan ruang secara mikro di dalam zona/blok pemanfaatan mempakan
upaya perencanaan dan pengembangan kawasan dengan memperhatikan hal-
hal:
a Kapasitas terbangun untuk sarana dan prasarana maksiial 10% dari
zonaiblok pemanfaatan.
b. Penataan ruang lebih ditekankan pada pelestarian dam clan aspek
tradisional daemh setempat.
c. Tidak membah bentang dam.
d. Penataan lansekap agar lebih menarik, rekreatif dan atraktif.
5.
Dalam pengembangan sarana dan prasarana fisik, perlu mempertimbangkan:a. Aspek ekologi; dengan memperhatikan konsep
ramah
lingkungan, tidakmemotong jalur sahva, memperhatikan garis sempadan pantailsungai.
Model pengembangan berdasarkan pada pelaku pengembangan menurut
Choegyal (1999) diacu dalam Sukandi (2000) terdapat empat model
pengembangan ekoturisme, yaitu:
Home-grown
Model ini merupakan suatu pengembangan pariwisata atas usaha
masyarakat setempat dengan memanfaatkan potensi pariwisata lokal. Biasanya
berskala kecil sampai sedang, terjadi secara spontan ketika wisatawan, untuk
suatu keperluan, berhubungan dengan masyarakat. Sebagai contoh, ketika
wisatawan mancanegara tertarik
akan
kegiatan rehabilitasi orang utan di Bohorok(Sumatem Utara), penduduk setempat mulai menyediakan penginapan-penginapan
sederhana
Imported-Private Sector Led
Dalarn model ini pelaku pengembangan, terutama tenaga-tenaga
terdidiklahli, berasal dari luar masyarakat setempat
dari
sektor swasta. Saat inimodel Imported-Private Sector Led banyak diterapkan untuk mengelola obyek-
obyek wisata darn, baik di lndonesia ataupun di negara-negara lain. Perusahaan
biasanya rnenyewa suatu kawasan wisata untuk jangka waktu tertentu.
Imported-Government Led
Pemerintah mengembangkan kegiatan pariwisata untuk membantu
meningkatkan pertumbuhan priwista. Biasanya jika sudah berjalan lancar,
dilakukan swastanisasi dalam pengoperasiannya. Sebagai contoh. adalah Borneo
Rainforest Lodge di Sabah, Malaysia, yang diimilii dan dikelola oleh Innoprise
Corporation, suatu badan usaha
mil&
pemerintah daerah.Home-grown with Outside Inflences
Penduduk setempat yang telah mengembangkan suatu obyek wisata
kemudian dibantu oleh pihak di luar masyarakat setempat. P i a k luar dapat
berasal dari pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), penyandang dana
internasional, atau badan swasta. Motif kegiatan dapat berupa konsewasi,
pengembangan masyarakat, atau komersial. Peranan pihak luar adalah 1111tuk
menstimulasi agar suatu kegiatan kepariwisataan yang dimilii dm dioperasikan
pihak luar dapat berupa pelatihan, dana untuk membangun saranalprasarana, dan
p e m b i i kegiatan penunjang kepariwisataan (kerajinan tangan, usaha tani,
Keempat model ini dapat pula berlaku dalam pengembangan pariwisata
alam secara urnurn.
2.4 Peran Masyakat Lokai Dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi
Dari sudut pandang keefektifan pengelolaannya, keberadaan kawasan
konservasi di Indonesia
masih
belurn dikelola secara optimal. Berbagaipernasalahan yang dapat dipersepsikan sebagai suatu keterbatasan dapat
dirasakan, seperti alokasi sumberdaya (personil pengelola dan anggaran
pengelolaan), legitimasi pengelolaan, serta pertnasalahan struktural yang
rnenyangkut kebijakan dan instrumen regulasi. Oleh karenanya, pengelolaan
kawasan konservsi hams diadaptasikan terhadap perubahan dan permasalahan
yang dihadapi (Soekmadi 2003).
Merujuk pada hal di atas,
IUCN
(2003 : 4, diacu dalam Soekmadi 2003) teiah menganaiisis berbagai pennasalahan yang dihadapi dalam pengelolaankawasan konservasi, khususnya di negara berkembang, dan menawarkan sebuah
pergesemn paradigma yang rnendasar sebagairnana tabel 1 berikut :
Tabel 1 Pergeseran paradigma pengelolaan kawasan konservasi
Topik Paradigma lama Paradigma baru
Tujuan Hanya untuk tujuan konservasi
*
Mencakup tujuan sosial semataDibangun utamanya untuk perlindungan hidupan liar yang istimewa
Dikelola khusus untuk pengunjunglwisatawan Nilai utamanya : sifat liar Aboutprotection
dan ekonomi
Dikembangkan j u g
untuk alasan ilmiah, ekonomi dan budaya Dikelola bersama masyarakat setempat Mencakup juga nilai budaya dari sifat liar yang dilindungi Also about restoration, rehabilitation and social economic purposes Pengelolaan Oleh pemerintah pusat Melibatkan para pihak yang
Tabel 1 Pergeseran paradigma pengelolaan kawasan konservasi (lanjutan)
Masyatakat Perencanaan dan pengelolaan Setempat "memusuhi" masyarakat
Pengelolaan tanpa
m e m p e d u l i i opinilpeudapat masyarakat
Cakupan peagelolaan a Dikembangkan secara terpisah
Dikelola seperti "pulau"
Persepsi a Dipandang utamanya sebagai
aset nasional (milik pemerintah)
Dipandang hanya untuk kepentingan nasional
Teknik Pebgelolaan
*
Pengelolaan dilakukan sebagai respon jangka pendekOrientasi pengelolaannya hanya difokuskan pada orientasi teknis
Pendanaan Dibayarkan hanya dari pajak (taxpayer)
3
pemerintahKemampuan e Dikelola oleh ilmuwan dan
manajemen para ahli sumberdaya alam Pemimpin : "ahli"
Dikelola bersarna, untuk, dan dan dikelola oleh masyarakat setempat Dikelola deugan mengakomodasikan kepentingan masyarakat setempat Direncanakan dan dikembangkan sebagai bagian dari sistem nasional, regional dan internasional.
Dikembangkan dalam bentuk "jaringan" (PAN
= Protected Area
Network)
+
koridor jalur hijauDipandang sebagai aset publik (milik masyarakat) Dipandang juga sebagai kepentingan intemasional Pengelolaan diadaptasikan menurut penpektifjangka panang Orientasi pengelolaan juga mempertimbangkan aspek politik
Dibiayai dari berbagai swnber keuangan yang memungkinkan
+
(daerah, nasional, intemasional) 3(pemerintah, swasta, masyarakat)
Dielola oleh multi- skilled individuals Dikembangkan dari kearifan lokal (local
knowledge)
IUCN
2003 :4, diacu
dalarn
Soekmadi 2003pelaksanaan, pengawasan dan menikmati pembangunan (Effendi
TN
diacu dalamChambers 1996)
Pergeseran kebijaksanaan di sektor kehutanan
dari
timber management kemulti purpose and multi ficnction management mengindikasikan bahwa hutan
bukan hanya berfimgsi sebagai penghasil kayu
dan
hasil hutan lainnya, akan tetapimempunyai fungsi yang lebii luas seperti jasa liigkungan, kepariwisataan dan
sumber plasma nuftah. Selanjutnya dalam penjabaran pelaksanaannya dilakukan
dengan penekanan antara lain kepada partisipasi
aktif
masyarakat dalampembangunan, keberpihakan dan pemberdayaan masyarakat (Saparjadi 1999).
Pentingnya partisipasi masyarakat tersebut sejalan dengan pendapat
McNelly (1988) yang menyatakan bahwa partisipasi masyarakat sekitar kawasan
taman nasional perlu dikembangkan dan memperoleh prioritas di dalam kawasan
tersebut, karena masyarakat sekitar memberikan sumbangan yang besar bagi
kesinambungan sumberdaya alam yang terdapat dalam kawasan.
Ketika ruang politik bagi rnasyarakat untuk rnengelola sumber daya dam
semakin luas, yaih dengaq diakuinya pem.
sem
masyarakat dalam pengeioiaansumberdaya alam, maka perlu segera dicari bentuk pengelolaan sumber daya alam
yang mampu menjamin kelestarian sumber daya alam dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat (Rahardjo 2004).
Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengembangan suatu obyek
wisata alam diharapkan akan dapat meningkatkan usaha pelestarian sumberdaya
pariwisata tersebut. Masyarakat akan mendapatkan penghasilan tambahan, dari
sumberdaya
ini
sehingga berusaha untuk memeliharanya apabila penghasilandari
obyek ini ingin berlanjut. Penghasilan tersebut dapat merupakan suatu insentif
untuk berbagai usaha menunjang usaha pelestarian sumberdaya pariwisata. Di
Zambia, perburuan liar dengan memberlkukan hukurn dan sanksinya secara ketat,
akau
tetapi mengalami kegagalan. Namun dengan pola partisipasi masyarakatsetempat dlam pengelolaan kehidupan liar, perburuan liar gajah di Zambia dapat
d i i g i sampai lebii dari 90% dalam
waktu 3
tahun(FA0
1995).Pengelolaan berbasis masyarakat memiWsi karakteristik yang berbeda
dengan ko-manajemen maupun pengelolaan berbasis negara kakteristik
Tabel
2
Karakteristik pengelolaan berbasis masyarakatNo. Karakteristik Berbasis Masyarakat 1. Penerapan spasial lokasi spesifik (kecil)
2. Pihak otoritas utama Sbuktur pengambilan keputusan lokal dan penduduk Iokal
3. Pihak bertanggung jawab Komunai; badan pengambilan keputusan lokal
4. Tingkat partisipasi Tinggi pada tataran lokal
5. Durasi kegiatan Proses awal cepat; proses pengambilan keputusan lambat
6. Keluwesan pengelolaan Daya penyesuaian tinggi; sensitif dan cepat tanggap terhadap pembahan kondisi lingkungan lokal
7. Investasi fmansial dan sumber Menggunakan sumber daya manusia lokal; daya manusia pengeluaran finansial moderat sampai rendah;
anggaran fleksibel
8. Kelangsungan usaha Jangka pendek, bila tanpa dukungan ekstemal yang berkelanjutan
9. Orientasi prosedural Berfokus pada dampak jangka pendek; didisain hanya untuk lokasi-lokasi spesifik; sanksi moral
10. Orientasi aspek legai Kontrol sumber daya secara de facto; hak properti komunal atau properti swasta I I. Orientasi resolusi konflik Salah satu pihak ada yang dikalabkan;
akomodarif, kompetisi; kekuatan publik; sanksi hukum lokal
12. Tujuan akbir Revitalisasi atau mempeitahankan status-quo penguasaan sumber daya lokal; demokratisasi politik pengelolaan sumber daya alam tingkat lokal
13. Sumber infoimasi pengelolaan Pengetahuan lokal
Sumber: Borrini-Feyerabend (1996, 1997, 2000) diekstraksi oleh PHKA-Dephut, NRh4EPIQ, WWF-Wallacea dan
TNC
2002 diacu dalam Komite PPA-MFP, Yayasan WWF-Indonesia 2006 [image:30.562.86.487.79.713.2]I11 METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi (lan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Taman Nasional Gunung Merapi dengan
mengambil lokasi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan mulai
bulan Juni hingga Agustus 2007.
sumber : Balai KSDA Propinsi DIY yang telah dimodifiisi Garnbar 2. Peta lokasi penelitian
3.2
Metode Penentnan RespondenUntuk mengetahui karakteristik masyarakat sekitar kawasan, persepsi,
partisipasi dan keinginan masyarakat sekitar terhadap pengembangan wisata alam
di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi. Pengambilan sampel desa dilakukan
secarapurposive, yaitu memilii desa-desa yang terdekat dengan kawasan TNGM
terutarna pada zona pemanfaatan serta masyarakatnya memiliii variasi
keterlibatan yang paling banyak terhadap wisata di kawasan Taman Nasional
Kebijakan Balai
TNGM
mengenai pengembangan wisata dam diarahkanpada dua wilayah pengembangan, yaitu wilayah Kaliurang dan wilayah
Cangkringan. Di wilayah K a l i m g kegiatan wisatanya telah lama berkembang
sebingga ke depan pengembangan wisata d a m lebii dipnoritaskan pada wilayah
Cangkringan. Desa Hargobinangun merupakan desa terdekat dengan kawasan
Kaliurang, dan Desa Umbulharjo merupakan desa terdekat dengan kawasan
wisata K a l i i g
dan
jalur tracking Kinahrejo, serta berbatasan dengan kawasanwisata Kaliadem. Di kedua desa tersebut juga memiliki variasi keterlibatan
dengan kegiatan wisata dam lebih banyak dibanding desa lainnya. Sehingga
kedua desa
ini
terpilii untuk d i j a d i i sebagai lokasi penelitian karena dianggapdapat mewakili kedua wilayah pengembangan.
Pengambilan sampel dusun diambil secara proporsional berdasarkan jumlah
dusun pada masing-masing desa. Desa Hargobinangun rnemiliki 12 dusun dan
Desa Umbulharjo memiliki 9 dusun. Ditentukan sebanyak 5 dusun dari kedua
desa sehingga diperoleh sebanyak 3 dusun dari Desa Hargobinangun yang
rneliputi Dusur? K a l i m g Tim=, Kaliurang Barat Oar, Ngipiksaii,
dan
2 dusun dari Desa Umbulharjo yaitu Dusun Kinahrejo dan Pangukrejo. Penentuan dusundilakukan secara purposive berdasarkan letaknya terhadap kawasan dengan
memilih dusun yang paling dekat dengan kawasan.
Pcnentuan responden dilakukan dengan mcmbagi responden rnenjadi dua
kelompok, yaitu responden yang berpartisipasi dalam kegiatan wisata alam dan
responden yang sama sekali tidak berpartisipasi dalam kegiatan wisata alam di
TNGM. Mengingat tidak tersedianya data mengenai populasi masyarakat yang
berpartisipasi dalam wisata dam, maka dalam penentuan responden yang
berpartisipasi digunakan metode snowball sampling (Prasetyo & Jannah 2005).
Jumlah responden yang berpartisipasi diambil sebanyak 30 responden yang dimbil
dari
kedua desa dengan proporsi 70% dari Desa Umbulharjo dan 30% dari DesaHargobiiangun. Hal ini didasarkan pada pertimbangan kebijakan Balai TNGM
terkait dengan prioritas pengembangan pada wilayah Cangkringan.
Sedangkan untuk responden tidak berpartisipasi, pengambilan sampel
dilakukan secara proporsional berdasarkan jumlah pcnduduk pada masing-masing
diperoleh secara kebetulan. Jumlah responden tidak berpartisipasi juga ditetapkan
sebanyak 30 orang.
3 3 Ruang Lingkup Penelitian
1. Masyarakat dalam penelitian ini adalah masyarakat sekitar kawasan
TNGM yang letaknya berbatasan dengan kawasan.
2.
Masyarakat berpartisipasi dalarn penelitianini
adalah masyarakat sekitaryang terlibat secara langsung dengan kegiatan wisata dam di
TNGM
3. Masyarakat tidak berpartisipasi dalam penelitian ini adalah masyarakat
sekitar yang tidak terlibat sama sekali dengan kegiatan wisata dam
di
TNGM
4. Wisata dam dalam penelitian ini adalah wisata alam yang berorientasi
pada produk khusus dan spesifik yang menekankan pada unsw
pengalaman (experience), keunikan dan kualitas (quality travel).
3.4 Jenis Data dan Metode Pengurnpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Kusmayadi & Sugiarto (2000) menyebutkan bahwa data primer adalah
data yang dikumpulkan dari sumber pertama melalui wawancara, tes, observasi
dan lain-lain, sedangkan data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari bahan
pustaka atau hasil penelitian orang lain yang berhubungan dengan penelitian kita.
Data primer dalam penelitian ini terdiri dari kegiatan wisata dam,
karakteristik masyarakat, persepsi, partisipasi, dan keinginan masyarakat terhadap
pengembangan wisata dam di TNGM. Data mengenai kegiatan wisata dam,
karakteristik, persepsi, partisipasi, dan keinginan masyarakat diperoleh melalui
wawancara dan observasi.
Sedangkan data sekunder terdiri dari data sumberdaya biofisik kawasan
TNGM, kondisi umum Balai Taman Nasional Gunung Merapi, kondisi sosial
ekonomi masyarakat sekitar, kebijakan pemerintah terkait dengan pengembangan
wisata alam dan partisipasi masyarakat yang meliputi kebijakan pengelola tarnan
nasional, kebijakan di tingkat nasional dan kebijakan di tingkat regional. Data
yang diambil meliputi peraturan dan dokumen-dokumen, antara lain Rencana
Bulanan Balai
TNGM,
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata KabupatenSleman, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sleman, Peraturan Bupati
Sleman tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Tahun
2005-
2010,peraturan perundangan
di
tingkat nasional, dan dokumen lain yang relevan.3.5
Metode
Analisis DataData yang diperoleh diolah dengan cara tabulasi data dan kemudian
dianalisis sesuai dengan jenis data dan tujuan penelitian. Analisis data pada
masing-masing tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
Karakteristik persepsi, partisipasi dan keinginan masvarakat
Data tentang karakteristik masyarakat diperoleh melalui observasi secara
langsung dan wawancara dengan masyarakat. Persepsi, partisipasi dan keinginan
masyarakat diperoleh dari jawaban kuesioner dan pertanyaan terstruktur..
Selanjutnya data dianalisis dengan cara tabulasi dan penghitungan frekuensi
jawaban selanjutnya dijelaskan secara deskriptif
.
Karakteristik masyarakat dianalisis untuk memberikan. gaibaran mengenai
profil masyarakat di sekitar kawasan, persepsi masyarakat untuk mengetahui
pemahaman masyarakat terhadap wisata dam yang memperhatikan aspek
kelestarian kawasan, sedangkan partisipasi masyarakat diandisis untuk
mengetahui bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata alam di
TNGM
Daerah Istimewa Yogyakarta, alasan bepartisipmi, alasan tidakberpartisipasi dan ada tidaknya keinginan masyarakat untuk berpartisipasi.
Sintesis
Menurut Eriyatno (2007) sintesis pada intinya merupakan suatu cara
berpikir suatu sikap,
suatu
pendekatan, cara unhk melakukan yang diikuti dengantindakan untuk mencapai sasaran
akhir,
untuk menghasilkan materilsubstansi.Pendekatan yang diIakukan adalah dengan pendekatan sistem yang mempunyai
karakteristik integrasi, interdisiplin, saliig terkait, imajinatif, dan menyeluruh.
Sintesis dilakukan dengan memadukan antara hasil analisis terhadap
karakteristik masyarakat, persepsi, partisipasi dan keinginan masyarakat,
kebijakan pemerintah baik kebijakan di tingkat regional (Kabupaten Sleman)
berbasis masyarakat. Selanjutnya hasil sintesis d i j a d i i dasar untuk menentukan
strategi pengembangan.
Strategi Pengembangan
Untuk menentukan strategi pengembangan wisata dam berbasis
masyarakat di TNGM digunakan analisis SWOT. Analisis SWOT dimaksudkan
untuk mengetahui gambaran mengenai kekuatan dan kelemahan pengembangan
wisata dam berbasis masyarakat di Taman Nasional Gunung Merapi serta
peluang dan ancaman yang dihadapi. Dalam analisis
SWOT
diidenWasimengenai faktor-faktor internal yang meliputi sfrengths (kekuatan, potensi) dan
weaknesses (kelemahan) dan faktor-faktor eksternal yang meliputi opportunities
(peluang) dan threats (ancaman).
Sebelum dibuat matrik SWOT terlebih dahulu ditentukan faktor strategi
eksternal (EFAS)
dan
faktor strategi internal (IFAS) yang ditentukan dengan cam-cara sebagai berikut (Rangkuti 2006):
a Menyusun 5 sarnpai dengan 10 peluang dan ancaman dalam kolom 1
b. Masing-masing faktor dalam koiom 2 diberi
bobot,
mulaidari
1,O (sangat penting) sampai dengan 0,00 (tidak penting). Faktor-faktor iersebutkemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor stmtegik.
c. Menghitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (sangat baik) sampai dengan 1 (di bawah rata-
rata)
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap pengembangan wisatadam berbasis masyarakat di TNGM. Variabel yang bersifat positif diberi nilai
mulai
dari
+1 sampai +4 (sangat baik), sedangkan variabel yang bersifatnegatif kebalikannya.
d. MengaIikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk
memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor
pembobotan
mtuk
masing-masing faktor yang nilainya b e ~ a r i a s i mulai dari4,O (sangat baik) sampai dengan 1,O (di bawah rata-rata)
e. Memberikan komentar atau catatan pada kolom 5 tentang alasan pemiiihan
f. Menjumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) sehingga diperoleh total skor
pernbobotan yang menunjukkan bagaimana
unit
analisis bereaksi terhadapfaktor-faktor strategis baik eksternal rnaupun intemalnya.
Selanjutnya penyusunan faktor-faktor strategis internal dan ekstemal dibuat
dalam rnatrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman ekstemal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan
dan kelernahan yang dimiliki (Rangkuti 2006).
Tabel 3 Matrik SWOT
Faktor Intemal
STRENGTHS (S) WEAKNESSES (JT)
Faktor Ekstemal
OPPORTUNITIES (0) Strategi SO Strategi
WO
THREATS (T) Strategi ST
-
Keterangan :
a
Strategi SO, strategi yang dibuat berdasarkan pernikiran dengan rnernanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluangsebesar-besamya.
b. Strategi ST, strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk rnengatasi ancaman yang ada
IV
KONDISI
UMUM
4.1
Taman Nasional GunungMerapi
Taman Nasional Gunung Merapi ditunjuk menjadi taman nasional karena
memiliki nilai-nilai penting yaitu
PKSDA
Yogyakarta 2006):1.
Keanekaragaman hayatiBerdasarkan hasil inventarisasi terhadap flora dan fauna yang ada di
kawasan ini sampai saat dilakukan penyusunan Taman Nasional Gunung
Merapi (TNGM),
kawasan
gunung Merapi memiliki potensi lebih dari1
.OOO jenis tumbuhan, termasuk 75 jenis anggrek langka. Sedangkan potensifaunanya meliputi jenis mamalia kecil dan besar, 147 jenis burung termasuk
90 jenis diantamnya burung-burung yang menetap. Beberapa dari jenis
tersebut, 12 jenis merupakan jenis burung endemik di Jawa dan 2 jenis
dikhawatirkan punah seperti b w g Matahari (Crocias albonorarzfi) dan Burung Kuda (Garrulac mjf?on), sedangkan jenis lainnya yang endemik di
Jawa Barat yaitu Berencet (Psaltria miiis).
2. Perlindungan fungsi Hidro-orologi
Gunung Merapi mempakan salah satu gunung aktif di Indonesia
Kawasannya menjadi daerah tangkapan air penting dan mempakan sumber air
dari beberapa sungai yang mengalir di daerah pertanian dan perkotaan. Ke
arah
selatan beberapa sungai mengalir ke wilayah Provinsi DIY, khususnyakota Yogyakarta dan Bantul. Ke
arah
Barat mengalir ke wilayah KabupatenKulon Progo, yang muam akhimya mengalir ke Samudera Hindia. Ke
arah
timur dan utara, anak-anak sungainya mengalir ke wilayah Provinsi Jawa
Tengah, khususnya ke
timw
ke arah Kabupaten Boyolali, danke
utam kearah
Kabupaten Magelang.
3. Potensi Pariwisata Alam
Kawasan Gunung Merapi memiliki banyak potensi yang dapat
dikembangkan sebagai lokasi pariwisata dam baik keunikan dan
keanekaragaman hayatinya, puncak gunung, air terjun maupun panorama
4.1.1 Kondii F i s i Kawasan
4.1.1.1 Luas dan Letak
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan nomor : 134iMenhut-IY2004
tanggal 4 Mei 2004 luas kawasan Taman Nasional Gunung Merapi
(TNGM)
adalah seluas
*
6.410 hektar.Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) secara administratif terletak di
dua propinsi, yakni Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang meliputi
Kabupaten sleman dan Provinsi Jawa Tengah yang meliputi Kabupaten Magelang,
Boyolali
dan
Klaten. Secara fisik kawasan TNGM mempunyai batas sebagaiberikut (BKSDA Yogyakarta 2004):
1.
Bagian utara dilingkupi oleh pegunungan yang mempakan pertemuanantara Gunung Merbabu dan Gunung Merapi. Batas alam ini dibentuk dari
hulu sungai Pepe di wilayah tirnur dan dan hulu sungai Pabelan di
wilayah barat. Secara administratif termasuk dalam Kabupten Boyolali,
Propinsi Jawa Tengah.
2. Kaki gunung bagian timur dan selatan merupakan wilayah yang data. dan
merupakan persawahan dengan kesuburan tanah yang tinggi. Bagian timur
ini membentang sampai bertemu dengan sungai Bengawan Solo dan bagian
selatan bertemu dengan hulu sungai Dengkeng.
3. Hulu sungai Progo menjadikan batas dam gunung di bagian barat.
4.1.1.2 Topografi
Kerucut Gunung Merapi berada pada ketinggian antara 50
-
2500m
dpl.Pada bagian kerucut tersebut wilayah Kabupaten Klaten memiliki ketinggian
antara 50
-
1000 m dpi, Kabupaten Boyolali 400-
1500 m dpl, KabupatenMagelang antara 200
-
1350 rn dpl, dan Kabupaten Sleman 100 - 1500 m dpl (BKSDA Yogyakarta 2004).Untuk wilayah Kabupaten Sleman (wilayah Yogyakarta) bagian selatan
mempakan dataran rendah yang subur yang berupa daerah persawahan, sedangkan
di bagian utara sebagian besar mempakan tanah kering yang bempa tegal dan
ladang. Kondisi sekarang kedua wilayah tersebut sudah mulai bergeser unhk
pemukiman. Bagian yang paling utara mempakan lerteng gunung Merapi yang
bukit Turgo dan Plawangan yang mempakan bagian kawasan wisata kaliumng.
Di bagian lereng puncak Merapi reliefinya curam sampai sangat curam. beberapa
sungai yang mengalir melalui Kabupaten Sleman menuju laut Selatan adalah
Sungai Progo,
Krasak,
Kuningdan
Boyong. Bagian Selatan masih berupa lahanpersawahan dengan sistem t e r n yang cukup baik. Sedangkan bagian tengah
berupa lahan kering dan paling utara merupakan bagian dari lereng Gunung
Merapi yang bempa hutan (BKSDA Yogyakarta 2004).
4.1.1.3 Iklii dan Curah hujan
Gunung Merapi terma.uk dalam wilayah b e r i b muson tropis, yang
dicirikan hujan dengan intensitas yang tinggi pada m u s h hujan (November-
April) yang kemudian berganti dengan bdan-bulan kering (April-Oktober). Hujan
tahunannya berkisar antara 2500-3000 rnm. Variasi hujan di sepanjang lereng
Gunung Merapi dipengaruhi oleh hujan orografis. Variasi suhu dan kelembaban
udara pada dasamya tidaklah mencolok, suhu berkisar antara 20'-33°C dan
kelembaban udara bervariasi antara 80%
-
99% (BKSDA Yogyakarta 2004).Berdasarkan tipe iklim Schmidt dan Fergusson, daerah Gunung Merapi mempunyai iklim tipe B dengan nilai Q = 31,42%. Dengan kondisi iklim tersebut
maka kawasan
ini
memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi (BKSDAYogyakarta 2001). Menurut Schmidt dan Fergusson tipe iklim B dimasukkan
dalam kategori kondisi iklim basah.
4.1.1.4 Kondisi Tanah
Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi didominasi oleh tanah berjenis
regosol. Tanah ini berkembang pada topograti berupa lereng vulkan. Bahan induk
tanah adalah material
vulkanik
mengingat Gunung Merapi mempakan gunungyang masih aktif di Indonesia Dengan demikian tanahnya berupa tanah muda
karena belum mengalami perkembangan profil. Tanah di kawasan
ini
dicirikanoleh warna kelabu sampai kehitaman dengan tekstur pasiran. Struktur tanah belum
terbentuk sehingga masih mempakan struktur grander. Struktur tanah tersebut
menyebabkan kemarnpuan untuk menyerap air cukup tinggi, namun kandungan
balm organiknya relatif rendah. Sedangkan keasaman tanah pada umumnya
Karakteristik fisik dan kimia tanah lokasi Cagar Alaml Taman Wisata Alam
Plawangan Turgo yang s e k m g berubah status menjadi taman nasional adalah
sebagai berikut:
Tabel 4 Karakteristik fisik dan kirnia tanah Taman Nasional Gunung Merapi
No Parameter Kisaran
1 Temperatur 19,7 - 20,8 C 2 Kelembaban 68,2 - 79,7 %
3 Kadar air tanah 22,l
-
35,84 PH 6,l
-
6,75 Kadar Bahan organik 1,3 - 2,6 6 Ketinggian 775 - 2000 Sumber: BKSDA Yogyakarta, 2001
4.1.1.5 Geologi
Keadaan geologi di kawasan TNGM cukup beraneka mulai dari batas
selatan yang berupa formasi baturagung dengan batuan breksi andesit dan formasi
kars
dengan batu gamping dan bahan endapan yang miring sampai curam. Menujuke arah utara menembus daerah endapan volkanik muda (kuarter) dengan bahan abu lpasir volkanis dan batuan tufa intermedier yang datar sampai berbukit (3%
sampai lebih dari 45%). Sampai batas utara berupa endapan volkanis tua yang
tinggi dan berbukit dan formasi Notopuro yang berteras-teras
(GMUM
2006). Sedangkan Sutikno et al. 2001 diacu dalam Nuryadi 2004 menyatakanbahwa secara geologi wilayah Taman Nasional Gunung Merapi terletak pada
potongan antara dua sesar, yaitu sesar transversal dan sesar longitudinal Pulau
Jawa.
4.1.2 Kondisi Bioiogis
4.1.2.1 Keadaan Flora Wilayah Dn!
Flora kawasan lereng Merapi yang masuk wilayah I ~ I Y didominasi oleh
hutan campuran yang relatif stabil. Hasil inventarisasi flora di Cagar Alam
Plawangan Turgo dan TWA Kaliurang (sekarang TNGM) yang dilakukan oleh
Balai KSDA Yogyakarta tahun 2001 diperoleh hasil sebagai berikut:
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap petak
7
ditemukantanaman sedangkan 19 jenis lainnya belum teridentifikasi. Berikut
daftar
nama
jenis tanaman yang ditemukan pada petak
7.
Tabel
5
D&
nama
jenis tanaman yang ditemukandi
petak7
No Famili Spesies
01 Polypodiaceae Dynaria querifolia
02 Asplenizim nidus
Blechnum orientale
Cyclophorus namntularifolius Nephrolepis exaltata
Hymenolepis spicata Acrosticum aureum Stenochalaena palustris Ceropteris thalictroides
10 Neuropteris sp
I I Dryopteris spinulosa
12 Adiantum cuneatum
13 Pityrogamma calomelanos
Cyclophorur lanceolatus Caesalpiniaceae Delonir regia
Tamarindus sp Cassia siamea Begonia rexputz Mirnosaceae Leucaena glauca
Albizia chinensis Mimosa pudica
Acacia fmesiana Wild Gramineae Ischaemum timorense
Axonopus sp Sporobolus poirentil Orchidaceae Bolusiella sp
Spatoglothis plicata Arachnis sp
Malvacea Hibisncs similis BI. Sida acuta
Palrnae Arenga pinnata Merr. Salaca edulis
33 Lauraceae Persea arnericana
34 Cinnamomum zeylanicum B1
35 Euphorbiaceae Filicium decipiens
36 Acalypha wilkensiana
37 Gnetaceae Gnetum gnemon 38 Theaceae Camellia sinensis 39 Lythraceae Lagerstroemia speciosa
[image:41.562.88.490.119.740.2]Tabel
5
Daftar nama jenis tanaman yang ditemukan dipetak
7
(lanjutan)No Famili Spesies
41 Papilionaceae Pterocarpus indicus
42 Papilionaceae Crotalaria slriata
43 Asteraceae Elephantopus scaber
44 Begoniaceae Begonia coriaceae
45 Labiatae Ocimum sp
46 Bignoniacea Spathodea campanulata
47 Caryophyllaceae M a r i a cordata
48 Iridaceae Belamcanda chinensis
49 Rubiaceae Coffea arabica
50 Pipemceae Piper sp
5 1 Nepenthaceae Nepenthes spp
52 Araceae Colocasia esculenhim
53 Plurnbaginaceae Flumbago indica
54 Compositae Sonchus amensis
55 Asclepidaceae Ipomoea batatas
56 Goodeniaceae Erechthistes hieracifolia
57 Cannaceae Canna hybrida
58 Araucariaceae Agathis d b a
59 Casuarinaceae Casuarina sp
60 Dilleniaceae Dillenia aurea
6 1 Guttifeme Calophyllum inophyllum
62 Myrtaceae Eugenia womatica
63 Bornbacaceae Dwio zibethinus
64 Cycadaceae Cycas rumphii
65 Moraceae Artocarpus heterophfla Lamk.
68 Bweraceae Melia medarach L
69 Solananceae Solanum sp
70 Selaginellaceae Selaginella martensif
71 Balsaminaceae Impatients balsamina
72 Cyperacea KyIIinga monochepala
73 Leea aquata L.
74 Chinehona pubeschens
75 Altingia exelsa
76 Schima wallichii
Tabel 5 menunjukkan bahwa pada petak
7
tumbuhan yang dominan adalahtumbuhan paku dan rumput.
Sedangkan
dari
hasil
penelitian yang dilakukan mahasiswaUKDW<