• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mekanisme Hubungan Para Pihak Dalam Pengelolaan Wisata Alam Di Zona Pemanfaatan Plengkung Taman Nasional Alas Purwo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Mekanisme Hubungan Para Pihak Dalam Pengelolaan Wisata Alam Di Zona Pemanfaatan Plengkung Taman Nasional Alas Purwo"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

MEKANISME HUBUNGAN PARA PIHAK DALAM PENGELOLAAN

WISATA ALAM DI ZONA PEMANFAATAN PLENGKUNG

TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

NURUL HANDAYANI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Mekanisme Hubungan Para Pihak Dalam Pengelolaan Wisata Alam Di Zona Pemanfaatan Plengkung Taman Nasional Alas Purwo adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

Nurul Handayani

(4)

ABSTRAK

NURUL HANDAYANI. Mekanisme Hubungan Taman Nasional Alas Purwo Dengan Berbagai Pihak Dalam Pengelolaan Wisata Alam Di Zona Pemanfaatan Plengkung. Dibimbing oleh Prof. Dr. E.K.S. HARINI MUNTASIB, MS and Dr. Ir. RINEKSO SOEKMADI,M.Sc.F.

Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) mempunyai potensi wisata yang sangat tinggi, khususnya untuk wisata minat khusus yaitu berselancar di Zona Pemanfaatan Plengkung dimanfaatkan oleh beberapa perusahaan yang mempunyai izin pengusahaan pariwisata alam oleh karena itu perlu diketahui mekanisme hubungan Taman Nasional Alas Purwo dengan berbagai pihak dalam pengelolaan Plengkung. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah Mekanisme Hubungan Taman Nasional Alas Purwo dengan berbagai pihak dalam pengelolaan zona pemanfaatan Plengkung dengan menggunakan metode pengolahan data analisis stakeholder. Pengelolaan wisata alam di zona pemanfaatan Plengkung Taman Nasional Alas Purwo melibatkan dua belas stakeholders yang ada dapat dikelompokkan menjadi lima kategori, yaitu instansi pemerintah, lembaga swasta, kelompok masyarakat, perorangan dan masyarakat. Stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan wisata alam berdasarkan kepentingan dan pengaruh terdiri dari : a) Key Player yaitu TNAP, Dinparbud BWI, PT WPA, PT PIW, PT PEL, PT WWAH b) Subject yaitu biro perjalanan, c) Context Setter yaitu Direktorat PJLKKHL ;d) tidak ada Crowd.

Kata kunci: Hubungan , Mekanisme, Plengkung, Stakeholder

ABSTRACT

NURUL HANDAYANI. Relation Mechanism of Alas Purwo National Park and Internal Stakeholders of Ecotourism Management in Plengkung Use Zone . Supervised by Prof. Dr. E.K.S. HARINI MUNTASIB, MS and Dr. Ir. RINEKSO SOEKMADI, MSc.F

Alas Purwo National Park has very high tourism potential , especially for special interest are surfing in Plengkung utilized by several companies that have permits exploitation of nature tourism, therefore need to know the mechanism of the relationship with Alas Purwo National Park various parties in the management Plengkung . This study aims to examine the mechanism of the Alas Purwo National Park relationship with various stakeholders in the management zone Plengkung utilization data processing using a stakeholder analysis. Tourism management in the utilization zone Plengkung involving twelve existing stakeholders can be grouped into five categories , namely government agencies , private organizations , community groups , individuals and society . Stakeholders involved in the management of nature based on the interests and influences consist of: a) Key Player is TNAP, Dinparbud BWI, PT WPA, PT PIW, PT PEL, PT WWAH b) Subject is a travel agent , c) Context Setter namely Directorate PJLKKHL; d) No Crowd.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

MEKANISME HUBUNGAN PARA PIHAK DALAM PENGELOLAAN

WISATA ALAM DI ZONA PEMANFAATAN PLENGKUNG

TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

NURUL HANDAYANI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Mekanisme Hubungan Para Pihak Dalam Pengelolaan Wisata Alam Di Zona Pemanfaatan Plengkung Taman Nasional Alas Purwo Nama : Nurul Handayani

NIM : E34070111

Disetujui oleh

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

Diketahui oleh Ketua Departemen KSHE

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS NIP. 1958091 198403 1 003

Tanggal Lulus:

Prof. Dr. E. K. S. Harini Muntasib, MS

NIP . 19550410 198203 2 002

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2011 ini adalah Mekanisme Hubungan Para Pihak Dalam Pengelolaan Wisata Alam Di Zona Pemanfaatan Plengkung Taman Nasional Alas Purwo.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Prof. Dr. E.K.S Harini Muntasib, M.S dan Bapak Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, MSc.F selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh petugas Taman Nasioal Alas Purwo dan Warga disekitar Taman Nasional Alas Purwo khususnya Keluarga Pak Wiku Chandra dan Keluarga Ibu Nur yang telah membantu penulis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Yusuf Sudo Hadi M.Agr, ayah, suami Dian Nurdiana S.Kom, keluarga, serta teman-teman atas segala doa, dukungan dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Kerangka Penelitian 2

Analisis Stakeholder 3

METODE 5

Lokasi dan Waktu Penelitian 5

Alat dan Bahan 5

Jenis Data 5

Metode Pengambilan Data 5

Analisis Data 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Identifikasi Stakeholders dan Perannya 8

Pemetaan Stakeholders 11

Identifikasi Tupoksi dan aturan kelembagaan stakeholder 13

Hubungan stakeholder wisata alam 14

Analisis deskriptif kebutuhan 20

SIMPULAN DAN SARAN 24

Simpulan 24

Saran 24

DAFTAR PUSTAKA 24

LAMPIRAN 25

(10)

DAFTAR TABEL

1. Kelompok, kategori dan tingkatan administrasi stakeholders 9

2. Tingkat kepentingan stakeholders 11

3. Tingkat pengaruh stakeholders 11

4. Identifikasi TUPOKSI dan Aturan Kelembagaan Stakeholder 16

5. Hasil analisis kebijakan wisata alam 17

6. Aspek kebutuhan 20

DAFTAR GAMBAR

1. Matriks kepentingan dan pengaruh stakeholders di wisata alam TNAP 12 2. Aliran Manfaat Pengelolaan Wisata di Zona Pemanfaatan Plengkung 21 3.Hubungan Kerjasama Stakeholder dalam pengelolaan Zona Pemanfaaatan

Plengkung 22

DAFTAR LAMPIRAN

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) merupakan Taman Nasional Model yang menggunakan strategi pengelolaan berbasis resort. Pengelolaan berbasis resort ini merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan kualitas pengelolaan suatu kawasan. Dalam bidang ekowisata pengelolaan berbasis resort memiliki peluang yang lebih besar dalam meningkatkan kualitas pengelolaan ekowisata yang ada disetiap resort Taman Nasional Alas Purwo. Setiap resort mempunyai kewenangan dalam pengelolaan khususnya aspek pengembangan wisata.

Resort Pancur sebagai salah satu resort di TNAP mempunyai potensi wisata yang sangat tinggi, khususnya untuk wisata minat khusus yaitu berselancar (surfing). Tempat untuk wisata minat khusus berselancar berada di Zona Pemanfaatan Plengkung. Plengkung termasuk kedalam Resort Pancur dan lebih terkenal oleh wisatawan mancanegara dengan nama “G-Land” hal ini disebabkan lokasi ini berada di Teluk Grajagan dan bentuknya menyerupai huruf G. Areal yang termasuk kedalam pengelolaan TNAP adalah areal darat dan pemanfaatannya sebagai tempat singgah dan penginapan para wisatawan mancanegara. Areal darat ini dimanfaatkan oleh beberapa perusahaan yang mempunyai izin pengusahaan pariwisata alam yang izin tersebut langsung dari Menteri Kehutanan Republik Indonesia melalui PJLKKHL (Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung). Izin pengusahaan pariwisata alam (IPPA) tersebut berlaku selama 30 tahun dan dapat diperpanjang atau dicabut dengan beberapa ketentuan.

Plengkung mempunyai keunikan tersendiri dengan ombak yang sangat bagus untuk olah raga selancar. Menurut para peselancar dunia, ombak di Plengkung termasuk tiga besar terbaik dunia dan empat kali dijadikan lokasi acara tingkat internasional. Plengkung dikelola oleh empat PPA (Pengusahaan Pariwisata Alam) yaitu PT. Plengkung Indah Wisata (PT. PIW), PT. Wanasari Pramudita Ananta (PT. WPA), PT Plengkung Eco Loudge (PT. PEL) dan PT. Wana Wisata Alam Hayati (PT. WWAH). Keempat PPA yang beroperasi di Plengkung tersebut mempunyai sistem pengelolaan yang berhubungan dengan berbagai pihak. Pihak-pihak yang berperan, seperti TNAP, pemerintah daerah, perusahaan swasta, biro jasa wisata, wisatawan dan masyarakat sekitar kawasan TNAP mempunyai kepentingan dan pengaruh terhadap pengelolaan Plengkung.

Peran dan kegiatan yang dilakukan oleh pihak-pihak tersebut mencerminkan kepentingan masing-masing pihak. Kepentingan tersebut salah satunya dalah persaingan pasar wisata yang mengakibatkan konflik pelaku wisata di Plengkung. Kepentingan tersebut akan memimbulkan pengaruh terhadap pengelolaan kawasan pengusahaan pariwisata alam di Zona Pemanfaatan Plengkung. Oleh karena itu, perlu diketahui mekanisme hubungan para pihak yang terkait dalam pengelolaan Plengkung.

(12)

Perumusan Masalah

Zona pemanfaatan Plengkung berada di Resort Pancur Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) Banyuwangi, Jawa Timur. Plengkung dikelola oleh pihak pemda, TNAP, dan pihak swasta. Beragamannya pemahaman dan fungsi dari masing-masing pihak yang terlibat dalam pengelolaan zona pemanfaatan Plengkung dapat mengakibatkan tumpang tindih kepentingan, hal ini menyebabkan kebijakan yang diberlakukan perlu koordinasi yang baik. Selain itu, perlu diketahui sejauh peran masyarakat sekitar kawasan TNAP dalam kegiatan pengelolaan zona pemanfaatan Plengkung.

Oleh karena itu, dalam penelitian ditelaah mengenai Mekanisme Hubungan Para Pihak dalam Pengelolaan Wisata Alam di Zona Pemanfaatan Plengkung. Hal yang ditelaah dirumuskan dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana peran masing-masing pihak tersebut dalam pengelolaan wisata alam di zona pemanfaatan Plengkung serta pemetaan stakeholder?

2. Seberapa besar kepentingan dan pengaruh masing-masing pihak?

3. Kebijakan apa yang diberlakukan oleh para pihak yang mengelola Plengkung?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menelaah Mekanisme Hubungan Taman Nasional Alas Purwo dengan berbagai pihak dalam pengelolaan zona pemanfaatan Plengkung dengan tahapan:

1. Mengetahui peran para pihak dalam penyelenggaraan wisata alam di zona pemanfaatan Plengkung dan pemetaan stakeholder.

2. Mengetahui kepentingan pihak-pihak tersebut Kebijakan-kebijakan pemerintah pusat maupun daerah terkait dengan pengelolaan zona pemanfaatan Plengkung.

3. Menganalisis kebijakan-kebijakan pemerintah pusat maupun daerah yang terkait dalam pengelolaan Zona Pemanfaatan Plengkung.

Manfaat Penelitian

(13)

Kerangka Penelitian

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Analisis Stakeholder

Stakeholder merupakan individu, kelompok atau institusi yang memiliki kepentingan dalam suatu proses atau peristiwa. Sedangkan analisis stakeholder adalah suatu proses yang mendefinisikan aspek dari kejadian atau gejala alami dan sosial yang dipengaruhi oleh suatu pengambilan keputusan, mengidentifikasi individu, kelompok dan organisasi yang dipengaruhi atau mempengaruhi aspek atau gejala-gejala tersebut serta prioritas individu atau kelompok atau organisasi dalam keterlibatannya dalam suatu pengambilan keputusan (Reed et al. 2009).

BTNAP

1. Identifikasi Stakeholder 2. Mengkategorikan

Stakeholder 3. Hubungan

Antar-stakeholder

Mekanisme Hubungan Antar-Stakeholder

 Kebijakan  TUPOKSI

Analisis Isi

Kebijakan

Analisis Stakeholder Data Pokok

(Peran, Kepentingan dan Pengaruh) Pengelolaan Zona

Pemanfaatn Plengkung

Analisis Kebutuhan PT. WPA Disbudpar BWI

Analisis Kebutuhan Stakeholder

PT . PIW PT. WWAH

(14)

Stakeholder akan berpartisipasi dan saling berperan sebagai mitra kerjasama sehingga harus diakomodasikan kepentingannya masing-masing secara seimbang. Dengan demikian perlu untuk membangun suatu mekanisme dimana seluruh stakeholder dapat terlibat secara aktif selaku bagian dari kegiatan (Abbas 2005).

Berbagai lembaga, kelompok sosial dan individuyang memiliki kepentingan langsung, signifikan dan spesifik di kawasan lindung akan disebut sebagai

stakeholder. Kepentingan mereka mungkin berasal dari mandat kelembagaan, kedekatan geografis, asosiasi sejarah, ketergantungan untuk mata pencaharian, kepentingan ekonomi, dan dari berbagai kapasitas dan kekhawatiran lainnya (Stolton et al. 1999).

Analisis stakeholder berguna untuk mengidentifikasi stakeholder yang memiliki peran dalam pengambilan keputusan, mengetahui kepentingan dan pengaruh stakeholder, memetakan hubungan antar pihak berdasarkan besarnya pengaruh dan kepentingan masing-masing stakeholder serta pemahaman

stakeholder dalam pengembangan organisasi (Lindenberg dan Crosby (1981) dalam Reed et al. (2009).

DFID (2006) dalam (Untoro 2006) menjelaskan terdapat beberapa langkah dalam melakukan analisis stakeholder yaitu:

1. Membuat tabel stakeholder

a. Membuat daftar semua stakeholder (termasuk stakeholder primer dan sekunder, pendukung, oposisi, kelompok pemakai, kelompok yang rawan, sub-kelompok, misalnya wanita pedagang).

b. Menuliskan kepentingan awal tentang dampak proyek terhadap kepentingan masing-masing stakeholder (yang tertutup maupun yang terbuka) dalam kaitannya dengan proyek dan tujuannya.

c. Membuat penilaian awal tentang dampak proyek terhadap kepentingan masing-masing stakeholder. Dampaknya ada yang negatif dan positif terhadap kepentingan.

d. Menerapkan prioritas yang harus diberikan oleh proyek kepada masing-masing stakeholder dalam memenuhi kepentingan mereka.

e. Menetapkan tingkat kekuatan pengaruh yang dimiliki oleh stakeholder

terhadap kegiatan proyek/pengelolaan.

2. Memberikan penilaian terhadap tingkat pengaruh dan kepentingan

stakeholder. Stakeholder yang utama sangat berpengaruhatau penting bagikegiatan pengelolaan.

a. Pengaruh adalah kekuatan yang dimiliki oleh stakeholder terhadap proyek, yaitu jumlah yang dapat diusahaklan atau dipaksakan oleh stakeholder

(baik individual, kelompok maupun organisasi) untuk membuat keputusan atau melakukan sesuatu.

b. Kepentingan adalah prioritas yang diberikan oleh proyek untuk memenuhi kebutuhan dari setiap stakeholder.

c. Gabungkan pengaruh dan kepentingan didalam matriks. 3. Identifikasi partisipasi stakeholder yang tepat.

a. Membuat ringkasan matriks partisipasi untuk mengklarifikasi peranan yang harus dilakukan oleh semua stakeholder pada berbagai tahapan siklus proyek.

(15)

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Taman Nasional Alas Purwo, Resort Pancur yang berada di Kecamatan Tegaldlimo, Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan bulan Juli-Agustus 2011.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, panduan wawancara, tape recorder dan kamera. Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan wisata di zona pemanfaatan Plengkung Taman Nasional Alas Purwo serta kebijakan dan peratuan-peraturan yang digunakan alam pengelolaan Zona Pemanfaatan Plengkung.

Jenis Data

Jenis data yang akan diambil dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: Data Pokok

Data pokok yang dimaksud adalah data-data utama yang menjadi bahan penelitian. Data yang termasuk ke dalam jenis data utama adalah data mengenai identitas stakeholer yang terlibat (baik itu instansi pemerintah, swasta maupun masyarakat) serta peran, kepetingan dan pengaruh para stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan Zona Pemanfaatan Plengkung. Data pokok yang lain adalah dokumen-dokumen utama yang meliputi undang-undang, peraturan pemerintah, SK. Menteri Kehutanan, Rencana Karya Jangka Panjang TNAP, Rencana Karya Jangka Pendek TNAP, Rencana Karya Tahunan TNAP, peraturan-peraturan yang dimiliki oleh kelompok masyarakat, rencana pengelolaan setiap stakeholder. Data Penunjang

Data sekunder yang akan diambil dalam penelitian ini adalah data penunjang yang menjadi bagian dalam pengelolaan. Data penunjang dalam penelitian ini meliputi dokumen tentang program kerja/kegiatan, jumlah anggaran, jumlah sumberdaya manusia (SDM), jejaring kerja, dan dokumen lain yang diperlukan untuk menunjang penelitian. Pengambilan data penunjang dilakukan dengan penelusuran pustaka dan observasi lapang.

Metode Pengambilan Data

Metode penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data yang diperlukan adalah:

Data Pokok

Penentuan Narasumber

(16)

Plengkung, mempunyai komitmen terhadap pengelolaan Plengkung, terbuka dalam menerima pendapat narasumber lain bersedia mencari konsensus dan dapat menyetujui konsensus (Warner 1997, Rijsberman 1999 dalam Abbas 2005). Narasumber merupakan narasumber kunci. Stakeholder dan institusi diklasifikasikan menurut hirarki pemerintahan yakni level desa/kecamatan, kabupaten dan provinsi yang dipilih secara sengaja (purvosive sampling) (Abbas 2005).

Narasumber yang dimaksud adalah key person dari masing-masing

stakeholder, yaitu kepala dinas, direktur perusahaan, dan ketua organisasi dari masing-masing stakeholder atau orang yang ditunjuk oleh para pemimpin

stakeholder tersebut untuk mewakili stakeholder yang bersangkutan dalam memberikan informasi yang akurat mengenai stakeholder tersebut dalam hubungannnya dengan pengelolaan Zona Pemanfaatan Plengkung Taman Nasional Alas Purwo.

Pengumpulan Informasi dari Narasumber

Data pokok dikumpulkan dengan wawancara semi-terstruktur, metode

snowball dan penelusuran pustaka. Wawancara akan dilakukan dengan cara berdiskusi langsung dengan narasumber sesuai dengan panduan wawancara. Adapun panduan wawancara yang digunakan adalah panduan wawancara untuk instansi pemerintah dan non pemerintah). Wawancara dilanjutkan untuk mengetahui apabila ada stakeholder lain yang terlibat namun belum teridentifikasi. Data dan informasi yang berasal dari narasumber kedua dan selanjutnya digunakan untuk melengkapi data dan informasi dari narasumber awal. Metode penentuan narasumber diatas biasanya disebut snowball sampling (Wildemuth 2009).

Data Penunjang

Data penunjang dikumpulkan dengan cara penelusuran dokumen. Data penunjang dalam penelitian ini meliputi data kondisi umum TNAP, dokumen tentang program kerja/kegiatan, jumlah anggaran, jumlah sumberdaya manusia (SDM), jejaring kerja, dan dokumen lain yang diperlukan untuk menunjang penelitian. Pengambilan data penunjang dilakukan dengan penelusuran pustaka dan observasi lapang.

Observasi Lapang

Observasi lapang merupakan pengamatan langsung dan pencatatan secara teliti terhadap kajian yang diteliti. Observasi lapang dilakukan untuk mengetahui lokasi obyek wisata alam terbaru, mengetahui implementasi kebijakan dan keterangan-keterangan yang didapatkan dari hasil wawancara.

Penelusuran Dokumen

(17)

Analisis Data Stakeholder

Analisis data dilakukan secara deskriftif dengan menggunakan Analisis

Stakeholder. Beberapa tahapan dalam melakukan analisis stakeholder adalah sebagai berikut (Reed et al. 2009):

a. Identifikasi stakeholder dan peranannya

b. Membedakandanmengkategorikanstakeholderberdasarkankepentingandanpen garuhnya dengan metode skoring.

c. Mendefinisikan hubungan antar stakeholder

Stakeholder dipetakan ke dalam matriks analisis stakeholder berdasarkan besarnya kepentingan dan pengaruh. Besarnya kepentingan dinilai berdasarkan keterlibatan stakeholder dalam wisata alam, ketergantuang stakeholder terhadap wisata alam, program kerja masing-masing stakeholder yang berkaitan dengan wisata alam, manfaat yang diperoleh stakeholder dari wisata alam, peran yang dimainkan oleh stakeholder dalam pengelolaan wisata alam. Besarnya pengaruh dinilai berdasarkan intrumen dan sumber kekuatan (power) yang dimiliki masing-masing stakeholder (Reed et al. 2009).

Instrumen kekuatan meliputi kekuatan kondisi (condition power), kekuatan kelayakan (condign power), kekuatan kompensasi (compesatory power) dan sumber kekuatan meliputi kekuatan individu (personality power), kekuatan organisasi (organization power).

Hubungan diantara stakeholder didefinisikan melalui TUPOKSI instansi dan aturan lembaga swasta yang terlibat dalam pengelolaan wisata alam di TNAP. Hubungan tersebut akan dijelaskan dengan mengelompokkan stakeholder ke dalam empat kelompok hubungan yaitu hubungan sinergi, tumpang tindih (overlap), kontradiksi, dan tidak memiliki hubungan. Setiap kelompok hubungan akan dianalisis berdasarkan komponen-komponen wisata alam meliputi konservasi, wisata, pengelolaan, ekonomi, pemanfaatan sumber daya alam, partisipasi, insentif dan dampak lingkungan.

Analisis Isi: Kebijakan, TUPOKSI, Berita dan Isu

Untuk menganalisis kebijakan dan berita atau isu yang ada dalam mekanisme hubungan Taman Nasional Alas Purwo dengan berbagai pihak dalam pengelolaan wisata alam di zona pemanfaatan Plengkung dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan analisis isi.

Analisis isi merupakan definisi mengenai isi kebijakan, mencakup maksud, tujuan, orientasi kebijakan dan implementasi dari kebijakan tersebut serta dampak dari kebijakan atau berita atau isu tersebut terhadap mekanisme hubungan Taman Nasional Alas Purwo dengan berbagai pihak dalam pengelolaan wisata alam di zona pemanfaatan Plengkung. Adapun analisis isi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui maksud dan tujuan serta kaitannya dengan mekanisme hubungan Taman Nasional Alas Purwo dengan berbagai pihak dalam pengelolaan wisata alam di zona pemanfaatan Plengkung.

(18)

Analisis Deskriptif Kebutuhan

Analisis kebutuhan digunakan untuk mengetahui kebutuhan dan harapan stakeholder dalam pengelolaan Zona Pemanfaatan Plengkung.Analisis kebutuhan merupakan upaya pencermatan terhadap faktor-faktor yang menjadi kebutuhan dan keinginan stakeholder terhadap pengelolaan (Abbas 2005). Hasil analisis akan menggambarkan kebutuhan masing-masing stakeholder dalam pengelolaan. Hasil identifikasi kebutuhan akan dikelompokkan menurut kemiripannya. Selanjutnya hasil analisis dijadikan acuan dasar guna menemukan faktor kunci sebagai bahan untuk menyusun perencanaan pengelolaan.

Analisis deskriptif kebutuhan digunakan untuk menggambarkan kebutuhan masing-masing stakeholders terhadap pengelolaan Zona Pemanfaatan Plengkung. Kebutuhan masing-masing stakeholdersdikelompokkan menurut kemiripannya. Analisis deskriptif kebutuhan dilakukan dengan menggunakan daftar kebutuhan

stakeholders.

Analisis Distribusi Manfaat

Analisis aliran manfaat pengelolaan Zona Pemanfaatan Plengkung akan menghasilkan gambar aliran manfaat (flow of benefit). Langkah-langkah untuk melakukan analisis aliran manfaat adalah sebagai berikut:

1. Manfaat apa yang didapatkan oleh stakeholder dalam pengelolaan Zona Pemanfaatn Plengkung TNAP?

2. Berapa dana yang didapatkan oleh stakeholder dalam pengelolaan Zona Pemanfaatn Plengkung TNAP?Apa pertimbangan pembagian persentasi hasil? siapa atau apa?

3. Bagaimana dana itu didapatkan oleh stakeholder dalam pengelolaan Zona Pemanfaatn Plengkung TNAP? Secara langsung atau harus melakukan sesuatu misalkan proposal, bekerja dll?

4. Kemana aliran dana digunakan stakeholder dalam pengelolaan Zona Pemanfaatan Plengkung TNAP?

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Stakeholdersdan Perannya

Pengelolaan wisata alam di zona pemanfaatan Plengkung Taman Nasional Alas Purwo melibatkan dua belas stakeholders. Stakeholders yang ada dapat dikelompokkan menjadi lima kategori, yaitu instansi pemerintah, lembaga swasta, kelompok masyarakat, perorangan dan masyarakat. Untuk peran stakeholder

(19)

Tabel 1Kelompok, kategori dan tingkatan administrasi stakeholders

No. Kelompok Stakeholders Kategori

Stakeholders

Tingkat Administrasi

1 TNAP Instansi Pemerintah Pemerintah Pusat

2 Dinparbud Kab Banyuwangi Instansi Pemerintah Pemerintah Daerah 3 Direktorat PJLKKHL Instansi Pemerintah Pemerintah Pusat

4 PT. PIW Lembaga Swasta Pemerintah Daerah

5 PT. WPA Lembaga Swasta Pemerintah Daerah

6 PT. WWAH Lembaga Swasta Pemerintah Daerah

7 PT. PEL Lembaga Swasta Pemerintah Daerah

8 Kelompok Kesenian Gandrung Kelompok Masyarakat

Pemerintah Desa

9 Biro perjalanan Lembaga Swasta Pemerintah Daerah Sumber: hasil analisis (2013)

Instansi Pemerintah

Peran instansi pemerintah didalam pengelolaan wisata alam di TNAP memiliki peran yang tidak sama satu sama lain. TNAP memiliki semua peran pengelolaan, yaitu peran perlindungan sumberdaya, pemberdayaan masyarakat setempat, penyediaan pelayanan wisata, penyediaan data dan informasi wisata alam.Bentuk peran-peran tersebut meliputi perencanaan dan pelaksanaan program-program yang tertera dalam Rencana Kerja Lima Tahun (RKL) maupun Rencana Kerja Tahunan (RKT). Pengelolaan kawasan Taman Nasional Alas Purwo tidak dikelola Balai Taman Nasional Alas Purwo sendirian, melainkan dibantu oleh para pihak melalui kerjasama pengelolaan kolaborasi serta kerjasama dengan para pemegang Izin Pengusahaan Pariwisata Alam (IPPA). Para pihak tersebut yaitu PT. Wanasari Pramudita Ananta (WPA), PT. Wanawisata Alam Hayati (WWAH), PT. Plengkung Indah Wisata (PIW) dan PT. Plengkung Eco Louge (PEL). Pengelolaan kolaborasi dalam hal perlindungan kawasan dan pengelolaan wisata berkelanjutan.

(20)

Lembaga Swasta

Lembaga swasta adalah stakeholders yang memiliki peran paling banyak dan paling lengkap. Hampir semua lembaga swasta yang ada (PT. PIW, PT. WPA, PT. WWAH, dan PT. PEL) memiliki empat peran, yaitu peran perlindungan sumberdaya, pemberdayaan masyarakat setempat, penyediaan pelayanan wisata, penyediaan data dan informasi wisata alam, hanya biro perjalanan saja yang memiliki dua peran, yaitu penyedia pelayanan wisata dan penyedia data dan informasi wisata. Bentuk peran semua lembaga swasta pemegang izin PPA yaitu penyelenggaraan program-program perlindungan perlindungan sumberdaya alam yang tertuang dalam rencana kerja tahunan, pemberdayaan masyarakat sekitar untuk bekerja di area PPA dan sumbangan-sumbangan untuk kepentingan masyarakat sekitar TNAP, melakukan pengelolaan penyediaan pelayanan wisata khususnya wisata selancar, dan membuat laporan mengenai data dan informasi terbaru kawasan misalnya pencatatan perjumpaan satwa liar seperti banteng, rusa dll .

Peran perusahaan swasta dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh TNAP dapat dilihat dari keikutsertaan dalam kegiatan seperti penanaman mangrove di Bedul, pemeliharaan Sadengan dan lainnya. Adapun bentuk peran biro perjalanan yang ada meliputi penyediaan informasi untuk promosi wisata secara langsung di kantor-kantor agen wisata maupun di media elektronik. Biro perjalanan berperan dalam menyaring pasar selancar internasional.

Kelompok Masyarakat

Kelompok masyarakat yang ada di zona pemanfaatan TNAP dan terlibat serta mendukung dalam pengelolaan wisata alam hanya satu saja, yaitu kelompok kesenian gandrung.Kelompok kesenian masyarakat ini memiliki peran, yaitu penyedia pelayanan wisata .Bentuk perannya berupa pertunjungan seni gandrung yang dapat meningkatkan kunjungan wisatawan ke Plengkung. Pertunjukan seni gandrung adalah pertunjukan tarian khas Banyuwangi yang sudah terkenal dan menjadi ikon Kabupaten Banyuwangi. Dinparbud dan Kebudayaan Kabupaten Banyuwangi menjadikan seni gandrung menjadi daya tarik wisata untuk menarik turis lokal dan wisatawan mancanegara. Kelompok kesenian Gandrung “Waringin Puspa” pimpinan Bapak Abraham Suseno melakukan pertunjukan di Plengkung dua kali dalam sebulan, yaitu saat bulan purnama dan akhir bulan Hijriah.

Perorangan dan Masyarakat

Perseorangan yang dimaksud dalam hal ini adalah seseorang yang melakukan kegiatan usaha secara mandiri dan/atau yang ikut menerima manfaat secara langsung dengan ikut serta dalam kegiatan usaha suatu perusahaan. Sedangkan masyarakat dalam hal ini adalah seseorang yang baik secara langsung dan tidak langsung terlibat dalam kegiatan pengelolaan dan/atau penerima manfaat dari adanya pengelolaan wisata alam.

(21)

secara langsung dalam pengelolaan di Plengkung hanya mempunyai peran penyedia informasi mengenai kawasan alas purwo dan sekitarnya.

Pemetaan Stakeholders

Berdasarkan hasil identifikasi stakeholders kemudian dilakukan pemetaan berdasarkan tingkat kepentingan dan pengaruh terhadap pengelolaan wisata alam TNAP. Setiap stakeholders memiliki tingkat kepentingan dan pengaruh yang berbeda-beda. Perbedaan tingkat kepentingan masing-masing stakeholders

dipengaruhi oleh bentuk keterlibatan stakeholders dalam wisata alam, ketergantungan stakeholders terhadap wisata alam, program kerja masing-masing

stakeholders yang berkaitan dengan wisata alam, manfaat yang diperoleh

stakeholders dari wisata alam, peran yang dimainkan oleh stakeholders dalam pengelolaan wisata alam (Tabel 2). Perbedaan tingkat pengaruh stakeholders

dipengaruhi oleh kekuatan kondisi, kekuatan kelayakan, kekuatan kompensasi, kekuatan individu, kekuatan organisasi (Tabel 3) (Gabriel 1983; Reed et al. 2009).

Tabel 2 Tingkat kepentingan stakeholders

No. Stakeholders Nilai Kepentingan Total Skor

I II III IV V

1 TNAP 4 5 4 3 5 21

2 Dinparbud Kab Banyuwangi 2 5 5 3 3 18

3 Direktorat PJLKKHL 3 2 1 3 2 11

4 PT. PIW 4 5 5 5 5 24

5 PT. WPA 4 5 5 5 5 24

6 PT. WWAH 4 5 5 5 5 24

7 PT. PEL 4 5 5 5 5 24

8 Kelompok Kesenian Gandrung 2 3 2 3 2 12

9 Biro perjalanan 2 3 5 4 3 17

Sumber: hasil analisis (2013)

Keterangan: I = keterlibatan; II = manfaat; III = persentasi program kerja; IV = tingkat ketergantungan; dan V = peran

Tabel 3 Tingkat pengaruh stakeholders

No. Stakeholders Nilai Kepentingan Total Skor

I II III IV V

1 TNAP 3 4 5 5 5 22

2 Dinparbud Kab Banyuwangi 5 4 3 3 5 20

3 Direktorat PJLKKHL 3 4 3 2 5 17

4 PT. PIW 4 4 4 5 5 22

5 PT. WPA 4 4 4 5 5 22

6 PT. WWAH 4 4 4 5 5 22

7 PT. PEL 4 4 4 5 5 22

8 Kelompok Kesenian Gandrung 2 2 1 3 3 11

9 Biro perjalanan 2 3 5 4 3 17

(22)

Keterangan: I = kondisi; II = kelayakan; III = kompensasi; IV = kepribadian; dan V = organisasi

Hasil nilai total skor dari tingkat kepentingan dan tingkat pengaruh kemudian diplotkan dalam matriks kepentingan dan pengaruh yang dikategorikan menjadi empat, yaitu key player, subject, context setter dan crowd.

Gambar 1Matriks kepentingan dan pengaruh stakeholders di wisata alam TNAP Berdasarkan kepentingan dan pengaruhnya, stakeholder dibedakan menjadi: 1. Key Player

Key player merupakan stakeholder yang paling aktif dalam pengelolaan dikarenakan stakeholder tersebut memiliki kepentingan dan pengaruh yang besar.Dalam pengelolaan zona pemanfaatan Plengkung yang menjadi key player adalah TNAP, Dinparbud dan Kebudayaan Banyuwangi, PT. WWAH, PT. WPA, PT. PIW, PT. PEL. Para pihak tersebut yang memliki tingkat kepentingan dan pengaruh yang tinggi sehingga hasil skoring menempatkan para pihak tersebut dalam posisi key player. Hasil skoring dan kenyataan dilapangan menujukkan bahwa para pihak tersebut memang mempunyai keterlibatan pengelolaan secara langung di Zona Pemanfaatan Plengkung. Plengkung sebagai tempat wisata minat khusus dikelola secara kolaboratif oleh pihak-pihak tersebut. Namun dalam praktik di lapangan sering terjadi persaingan pasar dalam menarik pengunjung.

2. Subject

Subject memiliki kepentingan yang besar, tetapi pengaruhnya kecil.

Stakeholder jenis ini mungkin bersifat supportive, tetapi memiliki kapasitas yang kecil untuk mengubah keadaan. Stakeholder ini dimungkinkan akan memiliki pengaruh yang jauh lebih besar jika bekerjasama dengan stakeholder

lain. Dalam pengelolaan zona pemanfaatan Plengkung yang menjadi subject

adalah biro perjalanan.

Keterangan: 1. TNAP

2. Dinparbud Kab. Banyuwangi 3. Direktorat

PJLKKHL 4. PT. PIW 5. PT. WPA 6. PT. WWAH 7. PT. PEL 8. Kelompok

(23)

Pihak yang termasuk kedalam posisi ini mempunyai kepentingan tinggi karena terlibat secara tidak langsung dalam pengelolaan Zona Pemanfaatan Plengkung dan memiliki pengaruh yang tidak terlalu tinggi karena mereka tidak dapat memutuskan hal-hal yang berhubungan dengan pembuatan keputusana atupun rencana pengelolaan Plengkung. Kerjasama yang dilakukan oleh subject yaitu biro perjalanan hanya melibatkan perusahaan pariwisata alam dengan pengunjung dan tidak ada kerjasama dengan pihak lainnya. Kerjasama yang dilakukan addalah promosi untuk mendatangkan pengunjung dan pelayanan wisata yang dilakukan di areal pengusahaan pariwisata alam. Promosi dilakukan di situs-situs selancar internasional dan majalah-majalah selancar agar tingkat kunjungan ke plengkung meningkat dan sesuai target.Hal ini menciptakan persaingan pasar dalam penarikan pengunjung baru dan mempertahankan pengunjung langganan. Kerjasama yang tercipta antara biro perjalanan dan pengusaha PPA sangat penting karena jumlah pengunjung akan mempengaruhi pendapatan perusahaan.

3. Context Setter

Context setter memberikan pengaruh yang besar, tetapi memiliki kepentingan yang kecil (Reed et al. 2009). Dalam pengelolaan zona pemanfaatan Plengkung yang menjadi context setter adalah Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung (PJLKKHL) dibawah Dirjen PHKA Kementrian Kehutanan Indonesia yang bertugas memberikan dan/atau mencabut izin pengusahaan pariwisata alam. Direktorat PJLKKHL memiliki kepentingan rendah karena tidak mempunyai peran pengelolaan secara langsung di Zona Pemanfaatan Plengkung, namum pengaruh yang diberikan oleh Direktorat PJLKKHL sangat tinggi karena dapat menberikan izin maupun mencabut izin PPA yang beroperasi di Zona Pemanfataan Plengkung.Direktorat PJLKKHL melakukan hubungan koordianasi dengan pihak TNAP maupun PT PIW, PT WPA, PT WWAH dan PT PEL. Koordinasi dilakukan sesuai jadwal yanmg tertera dalam Rencana Kerja Direktorat PJLKKHL.

4. Crowd

Crowd merupakan stakeholder dengan kepentingan dan pengaruh yang kecil. Stakeholder ini akan mempertimbangkan segala kegiatan yang mereka lakukan. Dalam pengelolaan zona pemaanfaatan Plengkung yang menjadi

crowd tidak ada karena pengelolaan Plengkung berada dalam kawasan Taman Nasional yang pengelolaannya sudah diatur oleh kebijakan-kebijakan yang berlaku.

Identifikasi Tupoksi dan aturan kelembagaan stakeholder

Setiap stakeholderyang berasal dari instansi pemerintah memiliki Tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI) sesuai bidang yang dimandatkan kepada instansi.Sedangkan yang berasal dari lembaga swasta memiliki aturan kelembagaan yang menjelaskan fungsi dan tujuan lembaga. Namun ada beberapa

stakeholder yang belum memiliki aturan kelembagaan secara tertulis.

(24)

prestasi.Komponen wisata paling banyak dijelaskan karena sebagian besar

stakeholder merupakan pelaksana kegiatan wisata di Zona Pemanfaatan Plengkung. Komponen insentif paling sedikit dijelaskan karena saat ini belum diberikan insentif atas prestasi dalam pengelolaan wisata yang telah dilakukan oleh perusahaan pariwisata alam di areal Zona Pemanfaatan Plengkung. Insentif akan merangsang perbaikan pertumbuhan pariwisata di berbagai tempat.

Hubungan stakeholder wisata alam

Hubungan stakeholder dapat dilihat melalui dokumen dan wawancara kepada informan kunci. Dokumen yang dapat menjelaskan hubungan adalah dokumen TUPOKSI instansi pemerintah dan aturann kelembagaan lembaga swata (perusahaan swasta) serta kelompok masyarakat.Hubungan yang dapat dilihat dari wawancara informann kunci merupakan hubungan yang terjadi di lapangan.Hubungan yang dapat dilihat melalui dokumen dan wawancara informan kunci dapat dikelompokkan menjadi hubungan koordinasi, kerjasama, dan komunikasi. Masing-masing kelompok hubungan akan dilihat letak hubungannya berdasarkan komponen wisata alam meliputi wisata, pengelolaan, pemanfaatan sumberdaya alam, konservasi, partisipasi, ekonomi, insentif dan dampak lingkungan.

Koordinasi

Hubungan koordinasi antar stakeholder dalam pengelolaan Zona Pemanfaatan Plengkung terletak dalam komponen wisata, pengelolaan, pemanfaatan sumberdaya alam, dan konservasi.Hubungan dalam komponen-komponen tersebut terjadi antara Dinparbud BWI, TNAP, Direktorat PJLKKHL dan para pengusaha pariwisata alam. Hubungan koordinasi diantara stakeholder

tersebut terlihat dalam dokumen dan kenyataan dilapangan. Hubungan dalam dokumen dapat dilihat pasal per pasal dalam tabel identifikasi TUPOKSI dan aturan kelembagaan. Hubungan dalam komponen wisata dilihat dari program dan rencana kegiatan pengelolaan wisata yang dimiliki para pihak.

Hubungan dalam komponen pengelolaan terlihat dalam hubungan dalam dokumen maupun secara langsung dilapangan yang secara kolaborasi melakukan koordinasi dilapangan. Koordianasi dilakukan oleh TNAP dan Dinparbud Banyuwangi dengan para pengusaha dalam kegiatan-kegiatan pertemuan atau rapat koordinasi pengelolaan Plengkung yang dilakukan sesuai rencana kerja.

Kelompok keseniann gandrung, pegawai, dan masyarakat melakukan hubungan secara langsung dilapangan. Hanya biro perjalanan yang melakukan koordinasi dengan perusahaan pariwisata alam dan belum ada koordinasi dengan pihak lainnya.

(25)

di Kabupaten Banyuwangi, seperti promosi wisata alam utama Banyuwangi yang melibatkan para pengusaha wisata alam salah satunya para pengusaha dan pengelola Plengkung.

Koordinasi antara Direktorat PJLKKHL dalam perannya sebagai context setter terjadi melalui perantara TNAP, semua kegiatan yang dilaksanakan Direktorat PJLKKHL melibatkan juga pihak TNAP baik dalam laporan laporan maupun kegiatan lapangan.

Kerjasama

Kerjasama dapat dibedakan menjadi tiga (Soekanto 2009) yaitu kerjasama spontan, kerjasama langsung, kerjasama kontrak dan kerjasama tradisional. Kerjasama yang akan dibahas adalah kerjasama kontrak. Kerjasama yang dilakukan antara stakeholder wisata alam dalam pengelolaan Zona Pemanfaatan Plengkung atas dasar TUPOKSI, aturan lembaga, rencana kerja diantara lembaga/instansi/kelompok masyarakat. Hubungan kerjasama antara stakeholder

terletak dalam komponen wisata, pengelolaan, pemanfaatan sumberdaya alam, konservasi, partisipasi, ekonomi, maupun dampak lingkungan.TNAP dalam setiap kegiatan yang berhubungan dengan perlindungan kawasan dan pengelolaan wisata selalu melibatkan pengusaha, seperti perbaikan jalan Pancur-Plengkung, pemeliharaan helipad dan fasilitas umum lainnya. Kerjasama para keyplayer

berjalan baik sehingga tingkat kunjungan ke Plengkung terus meningkat dari tahun ke tahun. Kerjasama subject terjadi berupa kerjasama spontan dan kerjasama langsung tanpa ada pedoman atau aturan aturan perundangan yang harus dijalankan karena kerjasama berlangsung sesuai kebutuhan di lapangan.

Kelompok kesenian gandrung dan biro perjalanan hanya terjadi kerjasama dalam komponen wisata lakukan dan ekonomi yaitu pelayanan pengunjung. Hubungan kerjasama dapat terlihat dalam dokumen maupun secara langung dilapangan. Hubungan kerjasama pegawai, dan masyarakat tidak terdapat dalam dokumen karena stakeholder-stakeholder ini tidak mempunyai aturan tertulis namun dalam kenyataan dilapanganterjadi hubungan kerjasama spontan yang harmonis karena kegiatan yang dilakukan menguntungkan para pihak.

Komunikasi

Komunikasi merupakan proses memahami satusama lainnya dan proses informasi baik berupa fakta, kebijakan, prospek, rumor dan kegagalan dapat disebarkan dalam organisasi (Denise 2011). Komunikasi dalam organisasi juga merupakan proses menciptakan dan saling menukar pesan satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau selalu berubah-ubah (Muhammad 2004). Komunikasi mengandung tujuh konsep kunci yaitu proses, pesan, jaringan, saling tergantung, hubungan, lingkungan dan ketidakpastian.

Hubungan komunikasi antara stakeholder terletak pada komponen wisata, pengelolaan, pemanfaatan sumberdaya alam, konservasi, dan partisipasi. Hubungan komunikasi dalam komunikasi terletak dalam dokumen maupun secara langsung dilapangan.Komunikasi merupakan hubungan yang penting karena komunikasi yang baik dapat meminimalisir konflik yang biasa terjadi dalam suatu pengelolaan bersama. Hubungan komunikasi tersebut terjadi pada seluruh pihak, namunsubject tidak tercatat dalam suatu aturan tapi berlangsung secara spontan di

(26)

Tabel 4 Identifikasi TUPOKSI dan Aturan Kelembagaan Stakeholder

TUPOKSI / ATURAN

KELEMBAGAAN WISATA PENGELOLAAN

PEMANFAATAN

SDA KONSERVASI PARTISIPASI EKONOMI INSENTIF DAMPAK

TUPOKSI

TUJUAN TUJUAN SASARAN SASARAN TUJUAN TUJUAN SASARAN TUJUAN

(27)

Tabel 5 Hasil analisis kebijakan wisata alam

Aturan Perundangan PENGELOLAAN PEMANFAATAN

SDA KONSERVASI PARTISIPASI EKONOMI INSENTIF DAMPAK UU NO 10 TAHUN

pasal 26 3,4,5,6,12, pasal 60, penjelasaan pasal 10

-UU NO 5 1990 (KSDHE)

1,9,16,34 5, 16, 26, 32 1,2,3,4,5,7,8,24,37, 38

pasal 2, 10, 17, 22 1,21 penjelasan pp no 36 2010

1,3,23,30 1,6,8, 23,25,29,30 pasal 1 pasal 39 pasal 46 13,23,54

(28)

Identifikasi kebijakan wisata alam

Kebijakan yang digunakan untuk pengelolaan wisata di Zona Pemanfaatan Plengkung berjumlah sembilan kebijakan.Kebijakan yang digunakan terdiri dari dua undang-undang, dua peraturan pemerintah, tiga peraturan menteri kehutanan, satu keputusan menteri kehutanan dan satu peraturan bupati Banyuwangi. Kebijakan yang digunakan adalah delapan kebijakan nasional, yaitu UU No 10 Tahun 2009 , UU No 5 Tahun 1990, PP No 8 Tahun 1999, PP No 36 Tahun 2010, Permenhut No 53 2006, Permenhut No 48 Tahun 2010, Permenhut 19 tahun 2004, dan Kepmenhut 446/KPTS-II/1996 sedangkan hanya satu peraturan daerah Banyuwangi yaitu Perbup 16 Tahun 2009. Hasil analisis kebijakan disajikan dalam tabel 5.

Undang-undang No 10 tahun 2009

Undang-undang No 10 tahun 2009 merupakan kebijakan nasional tentang kepariwisataan.Undang-undang No 10 tahun 2009 digunakan sebagai dasar kebijakan nasional bagi pengembangan pariwisata termasuk pengelolaan wisata di zona pemanfaatan Plengkung. Undang-undang No 10 tahun 2009 berisi komponen-komponen wisata alam yang meliputi wisata, pengelolaan, pemanfaatan sumberdaya alam, konservasi, partisipasi, ekonomi, dan insentif. Komponen yang paling banyak dijelaskan dalam undang-undang ini adalah wisata sedangkan yang tidak dijelaskan secara implisit adalah komponen dampak lingkungan.

Undang-undang No 5 tahun 1990

Undang-undang No 5 Tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.Undang-undang no 5 tahun 1990 digunakan sebagai dasar konservasi dalam pengelolaan hutan berkelanjutan.Undang-undang No 5 tahun 1990 berisi enam komponen, yaitu dua pasal mengenai wisata, empat pasal mengenai pengelolaan, tiga pasal mengenai pemanfaatan sumberdaya alam, 13 pasal mengenai konservasi dan penjelasan mengenai partisipasi dan dampak lingkungan, sedangkan dalam undang-undang ini tidak terdapat komponen ekonomi dan insentif.

PP No 8 Tahun 1999

PP No 8 Tahun 1999 adalah peraturan pemerintah tentang pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar. Peraturan pemerintah ini menjadi acuan dalam pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar yang berisi beberapa komponen wisata alam yaitu dua pasal mengenai wisata, lima pasal mengenai pemanfaatan sumberdaya alam, tujuh pasal mengenai konservasi, satu pasal mengenai partisipasi dan penjelasan eksplisit mengenai penglolaan, ekonomi dan dampak lingkungan. PP No 8 Tahun 1999 tidak menyebutkan komponen partisipasi dan insentif.

PP No 36 Tahun 2010

(29)

Komponen partisipasi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2010 dijelaskan melalui pelibatan masyarakat setempat di dalam melaksanakan kegiatan pariwisata.Komponen manfaat ekonomi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2010 dijelaskan melalui iuran pemegang izin usaha wisata alam dan pungutan masuk kawasan wisata. Komponen wisata dalam Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2010 dijelaskan melalui penjelasan bentuk kegiatan pariwisata yang dapat dilakukan di taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam yang meliputi mengunjungi, melihat, menikmati keindahan alam, keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta pembanguan sarana pariwisata. Selain itu dijelaskan juga tentang perizinan dalam pengusahaan pariwisata alam, usaha penyedia jasa alam dan usaha penyediaan sarana wisata alam.

Permenhut No 53 Tahun 2006

Permenhut No 53 Tahun 2006 tentang lembaga konservasi paling banyak menyebutkan komponen pengelolaan dan konservasi, serta paling sedikit atau tidak menyebutkan ekonomi, insentif dan dampak lingkungan.

Permenhut No 48 Tahun 2010

Permenhut No 48 Tahun 2010 mengenai pengusahaan pariwisata alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam menjadi acuan dalam pengelolaan pengusahaan pariwisata alam di Plengkung. Permenhut ini merupakan penjelasan dari PP No 36 Tahun 2010. Permenhut No 48 Tahun 2010 semua pasal membahas komponen wisata, lima pasal menyebutkan komponen pengelolaan, empat pasal mnyebutkan komponen konservasi, tiga pasal menyebutkan komponen pemanfaatan sumberdaya alam dan dampak lingkungan, serta satu pasal yang menyebutkan komponen partisipasi, ekonomi, dan insentif.

Permenhut No 19 Tahun 2004

Permenhut No 19 Tahun 2004 mengenai kolaborasi pengelolaan kawasan mngandung sedikit komponen wisata alam, yaitu delapan pasal mengenai pengelolaan, tiga pasal mengenai partisipasi dan konservasi, serta satu pasal yang menyebutkan wisata dan pemanfaatan sumberdaya alam. Ada tiga komponen yang tidak disebutkan dalam permenhut ini adalah ekonomi, insentif dan dampak lingkungan.

Kepmenhut 446/KPTS-II/1996

Kepmenhut 446/KPTS-II/1996 mengatur tentang tata cara permohonan izin pengusahaan pariwisata alam (PPA). Kepmenhut ini mengatur secara detail tata cara dan kewajiban pemohon izin pengusahaan pariwisata alam. Dalam Kepmenhut 446/KPTS-II/1996 terdapat komponen wisata yang disebutkan yaitu semua pasal menjelaskan komponen wisata, tiga pasal mengenai komponen pengelolaan, pemanfaatan sumberdaya alam dan dampak lingkungan. Ada dua pasal yang menyebutkan konservasi dan satu pasal yang menyebutkan komponen ekonomi, sedangkan komponen partisipasi dan ekonomi pun dijelaskan secara ekspisit pada penjelasan pasalnya.

Perbup 16 Tahun 2009

(30)

konservasi,dan ekonomi. Perbup 16 Tahun 2009 tidak membahas mengenai partisipasi, insentif dan dampak lingkungan.

Analisis deskriptif kebutuhan

Setiap stakeholder memiliki kebutuhan untuk melaksanakan TUPOKSI/aturan kelembagaan/ visi misi/ tujuan lembaga/ dan kebijakan yang ditetapkan.Kebutuhan masing-masing stakeholder harus diketahui secara jelas agar mekanisme yang dibuat dapat menguntungkan semua pihak dan tidak hanya menguntungkan salah satu atau beberapa pihak saja. Hasil identifikasi kebutuhan masing-masing stakeholder wisata alam berdasarkan wawancara dan hasil observasi lapang seperti tersaji pada lampiran 1.

Hasil identifikasi kebutuhan masing-masing stakeholder yang telah dipaparkan dapat dikelompokkan menjadi delapan kelompok kebutuhan berdasarkan kesamaan kebutuhan. Kelompok kebutuhan tersebut terdiri dari infrastruktur, regulasi, forum, promosi, dana, penyuluhan dan bimbingan, serta sumber daya manusia. Masing-masing kebutuhan stakeholder tersebut disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6 Aspek Kebutuhan

aspek kebutuhan stakeholder yang membutuhkan infrastruktur semua stakeholder

fasilitas dinparbud bwi, PT PIW, PT WWAH, PT WPA, PT PEL, biro perjalanan regulasi direktorat pjlkkhl

forum dinparbud bwi, biro perjalanan, PT WWAH,PT PIW, PT WPA, PT PEL, promosi dinparbud bwi, biro perjalanan, PT WWAH,PT PIW, PT WPA, PT PEL

dana biro perjalanan

penyuluhan dan bimbingan

-

sumberdaya manusia TNAP, PT PIW

(31)

pendapatan total

pengeluaran

pajak-pajak

PNP melalui DISPENDA Banyuwangi

Iuran PPA

Negara berdasarkan Kepmenhut

446/KPTS-II/1996

pemberdayaan masyarakat

masyarakat berdasarkan kaewajiban ppa yang

diatur kebijakan-kebijakan

pengelolaan lingkungan

lingkungan untuk KSDHE berdasarkan

kewajiban ppa

retribusi pengunjung karcis dibayar melalui

BTNAP

dll, operasional wisata alam

laba bersih

10% laba bersih dibayar ke negara berdasarkan aturan

yang berlaku

(32)

Gambar 3 Hubungan Kerjasama Stakeholder dalam pengelolaan Zona Pemanfaaatan Plengkung Biro Perjalanan

Pengusaha PPA

Kelompok Kesenian Gandrung

PJLKKHL

BTNAP

Dinparbud BWI

Keterangan :

Koordinasi Komando

(33)

Rumusan mekanisme hubungan stakeholder

Mekanisme hubungan ialah tata kerja yang menghubungkan satu/beberapa pihak dengan pihak lainnya (Fatwa 2009). Mekanisme hubungan dalam ilmu pemerintahan dibedakan menjadi coordinate/subordinate dan independ-ent/dependent (Rusmawardi 2011dalam Riani 2012). Mekanisme hubungan stakeholder dalam pengelolaan Plengkung termasuk dalam kategori subordinate dan independent. Mekanisme hubungan subordinate terjadi antara Dinparbud Kabupaten Banyuwangi, Direktorat PJLKKHL dan TNAP dalam pengelolaan Plengkung. Mekanisme hubungan independent terjadi pada sebagian besar stakeholder kecuali stakeholder dari instansi pemerintah. Perpaduan kedua mekanisme hubungan ini menyebabkan adanya stakeholder yang tidak memiliki mekanisme hubungan dengan stakeholder lainnya padahal stakeholder tersebut juga memiliki kepentingan dan terlibat dalam pengembangan wisata Plengkung. Rumusan mekanisme stakeholder wisata alam disusun untuk merubah mekanisme hubungan antara stakeholder yang bersifat subordinate dan independent menjadi subordinate

dan dependent agar keseluruhan stakeholder memiliki mekanisme hubungan dan agar tata kelola wisata dapat berjalan. Perubahan mekanisme hubungan dapat dilakukan melalui konsorsium. Konsorsium merupakan gabungan para pihak baik dari instansi pemerintah, lembaga swasta, pengusaha perorangan, kelompok masyarakat, dan masyarakat untuk melaksanakan program kerja bersama (Indrajit 2011dalam Riani 2012). Program kerja bersama didasarkan pada hasil analisis kebutuhan stakeholder

yaitu infrastruktur, fasilitas, promosi dan forum.

Konsorsium ini digerakkan TNAP atau Dinparbud BWI selaku stakeholder

yang berada pada posisi key player. Pembuatan program kerja bersama didasarkan pada hasil analisis kebutuhan stakeholder yaitu infrastruktur, fasilitas, promosi dan forum. Program kerja bersama yang telah disepakati kemudian disinkronisasikan dengan TUPOKSI/aturan kelembagaan masing-masing stakeholder wisata alam. Sinkronisasi yang telah dilakukan akan menghasilkan partisipasi masing-masing

stakeholder yang sesuai dengan TUPOKSI/aturan kelembagaan yang dimiliki.

Partisipasi stakeholder akan diwujudkan dalam bentuk implementasi program kerja bersama oleh masing-masing stakeholder. Implementasi program kerja bersama dilakukan melalui tahap pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Tahap pengorganisasian dilakukan melalui pembagian tugas dan tanggung jawab, penempatan sumberdaya manusia, dan penyediaan dana program kerja bersama di dalam masing-masing stakeholder. Tahap pelaksanaan dilakukan melalui penyusunan teknis program, persiapan perlengkapan teknis dan media publikasi. Tahap pengawasan dan evaluasi dilakukan melalui penilaian pelaksanaan program berdasarkan tujuan dan pembuatan laporan evaluasi program. Ketiga tahap tersebut dilaksanakan di masing-masing stakeholder wisata Plengkung. Laporan evalusi program yang telah dilaksanakan dapat dijadikan referensi untuk pelaksanaan program kerja bersama dan partisipasi stakeholder selanjutnya. Laporan evaluasi sebaiknya dikumpulkan ke TNAP untuk disatukan kemudian didistribusikan ke seluruh stakeholder wisata Plengkung.

Simpulan dan Saran

Kesimpulan

(34)

Setter yaitu Direktorat PJLKKHL ;d) tidak ada Crowd. Peran instansi pemerintah dalam pengelolaan wisata Plengkung meliputi perlindungan sumberdaya; pemberdayaan masyarakat setempat, penyediaan pelayanan wisata, dan penyediaan data serta informasi wisata alam.Peran lembaga swasta meliputi, penyediaan pelayanan wisata, penyediaan data dan informasi.

TUPOKSI dan aturan kelembagaan keseluruhan stakeholder wisata Plengkung memiliki komponen konservasi, partisipasi, manfaat ekonomi, pengelolaan, pemanfaatan sda, insentif, dampak dan wisata. Hubungan diantara

stakeholder wisata alam dikelompokkan menjadi koordinasi, kerjasama dan komunikasi. Kebijakan yang digunakan dalam pengelolaan wisata Plengkung meliputi Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990, Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999, Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2010, Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 53 Tahun 2006, nomor 19 tahun 2004 dan Nomor 48 tahun 2010, kepmenhut 446/kpts-II/96 dan peraturan Bupati Banyuwangi No 16 tahun 2009. Keseluruhan kebijakan telah memiliki komponen konservasi, partisipasi, manfaat ekonomi, pengelolaan dan pemanfaatan sda, insentif, dampak dan wisata.Kebutuhan stakeholder wisata alam dikelompokkan menjadi kebutuhan infra-struktur, fasilitas, regulasi, forum, promosi, dana, penyuluhan, dan sumberdaya manusia.

Rumusan mekanisme hubungan stakeholder Plengkung dilakukan melalui konsorsium. Konsorsium digerakan TNAP atau Dinparbud BWI dengan program kerja bersama yang sesuai hasil analisis kebutuhan. Program kerja bersama yang telah disepakati kemudian disinkronisasikan dengan TUPOKSI/aturan kelembagaan masing-masing stakeholder wisata alam yang menghasilkan partisipasi stakeholder

dilanjutkan dengan tahap pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi. Saran

1. Program kerja bersama yang direncanakan/disusun dalam konsorsium harus dapat mengakomodasi peran dan kepentingan seluruh stakeholder wisata Plengkung.

2. Pengawasan dan evaluasi program kerja bersama masing-masing stakeholder

harus dilakukan secara akuntabel dan transparansi. Sehingga tidak ada kecurigaan diantara para pihak.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, R. 2005. Mekanisme Perencanaan Partisipasi Stakeholder Taman Nasional Gunung Rinjani [Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana Pertanian Bogor.

Damanik, Jonianton dan Helmut F. Weber. 2006. Perencanaan Ekowisata : Dari Teori ke Aplikasi. Jogjakarta : Pusat Studi Pariwisata UGM dan Penerbit Andi Jogjakarta.

Eden C, Auckermen F. 1998.Making Strategy: The Journey of Strategic Management. London: Sage Publications..

Riani, WM. 2012. Mekanisme hubungan para pihak Dalam pengelolaan wisata alam Di kota bandar lampung dan sekitarnya, provinsi Lampung [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor.

(35)

Stolton et al. 1999. Partnerships For Protection New Strategies For Planning And Management For Protected Areas. IUCN. London: Earthscan Publications Ltd.

The International Ecotourism Society. 2000. Ecotourism Statistical Fact Sheet. Di dalam Jonianton Damanik dan Helmut F. Weber. 2006. Perencanaan Ekowisata : Dari Teori ke Aplikasi. Jogjakarta : Pusat Studi Pariwisata UGM dan Penerbit Andi Jogjakarta.

Untoro. 2006. Evaluasi Pelaksanaan Kesepakatan Konservasi Desa (KKD) Dalam Kerinci Seblat –Integrated Conservation Development Project (KS-ICDP) Melalui Analisis Stakeholder. DepartemenKonservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Wildemuth BM. 2009. Application of Social Research Methods To Question In Informan and Libriry Science. London: Grennwood Publishing Group.

Lampiran 1 Daftar Identifikasi Kebutuhan Para Pihak

Dinparbud BWI

1. dukungan, kerjasama, kemitraan dan koordinasi pihak-pihak terkait serta pemantapan koordinasi kemitraan dan kerjasama melalui pertemuan, MOU, dsb.

2. terjadi efek ganda dari sektor pariwisata terhadap sektor-sektor lainnya dan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

3. pemberdayaan masyarakat sekitar Plengkung

4. perbaikan sarana seperti jalan menuju ke Plengkung karena kondisi saat ini jalan rusak

5. promosi dengan agen wisata dalam maupun luar negeri BTNAP 1. dukungan, kerjasama, kemitraan dan koordinasi pihak-pihak

terkait serta pemantapan koordinasi kemitraan dan kerjasama melalui pertemuan, MOU, dsb.

2. penambahan sdm lapang yang dapat meningkatan pengawasan zona pemanfaatan Plengkung

3. pengembangan wisata terbatas

PT WWAH 1. kerjasama dan koordinasi dengan berbagai pihak (PPA lainnya, BTNAP, masyarakat dll) dalam kawasan untuk melakukan berbagai kegiatan seperti pembinaan habitat Sadengan,

2. perbaikan jalan dari Pancur menjuju Plengkung di saat musim basah (Oktober-Desember), pemberdayaan masyarakat dan perbaikan fasilitas umum

3. promosi dengan agen wisata dalam maupun luar negeri serta media elektronik agar terjadi peningkatan pengunjung

4. plengkung menjadi tempat kompetisi selancar internasional 5. pengembangan target pasar dengan promosi ke sekolah-sekolah dan perguruan tinggi

(36)

PT WPA 1. kerjasama dan koordinasi dengan berbagai pihak (PPA lainnya, BTNAP, masyarakat dll) dalam kawasan untuk melakukan berbagai kegiatan seperti pembinaan habitat Sadengan,

2. perbaikan jalan dari Pancur menjuju Plengkung di saat musim basah (Oktober-Desember), pemberdayaan masyarakat dan perbaikan fasilitas umum

3. promosi dengan agen wisata dalam maupun luar negeri serta media elektronik agar terjadi peningkatan pengunjung

4. plengkung menjadi tempat kompetisi selancar internasional 5. peningkatan sosial ekonomi masyarakat dengan

pemberdayaan masyarakat

6. promosi dengan agen wisata dalam maupun luar negeri dan maspakai penerbangan negara target pasar selancar

PT PIW 1. kerjasama dan koordinasi dengan berbagai pihak (PPA lainnya, BTNAP, masyarakat dll) dalam kawasan untuk melakukan berbagai kegiatan seperti pembinaan habitat Sadengan,

2. perbaikan jalan dari Pancur menjuju Plengkung di saat musim basah (Oktober-Desember), pemberdayaan masyarakat dan perbaikan fasilitas umum

3. promosi dengan agen wisata dalam maupun luar negeri serta media elektronik agar terjadi peningkatan pengunjung

4. plengkung menjadi tempat kompetisi selancar internasional 5. tambahan pekerja di musim ramai

6. membidik pangsa pasar keluarga dan rombongan untuk kegiatan selain surfing agar terjadi pengembangan wisata PT PEL 1. kerjasama dan koordinasi dengan berbagai pihak (PPA lainnya, BTNAP, masyarakat dll) dalam kawasan untuk melakukan berbagai kegiatan seperti pembinaan habitat Sadengan,

2. perbaikan jalan dari Pancur menjuju Plengkung di saat musim basah (Oktober-Desember), pemberdayaan masyarakat dan perbaikan fasilitas umum

3. promosi dengan agen wisata dalam maupun luar negeri serta media elektronik agar terjadi peningkatan pengunjung

4. plengkung menjadi tempat kompetisi selancar internasional 5. peningkatan jumlah pengunjung dariwaktu ke waktu PJKKHL 1. data dan informasi yang sesuai antara laporan dan data

lapang, regulasi yang lebih baik

2. perbaikan arana menuju pLengkung agar mempermudah proses pengawasan

3. ada kegiatan yang melibatkan seluruh pemegang izin PPA agar tercipta hubungan yang baik

pegawai dari masyarakat

(37)

2. penyuluhan dan hubungan yng harmonis sesama pegawai ppa dan staff TNAP sehingga tercipta suasana menyenangkan di dalam hutan

3. perbaikan jalan dari Kutrejo menuju Plengkung

4.pesangon di saat musim libur agar kesejahteraan terjamin pendarung

(pemijat)

1. bertambah pengunjung yang menggunakan jasa pijat 2.kenaikan tarif pijat

3. mendapatkan penyuluhan, bimbingan, dan izin resmi dari BTNAP sebagai salah satu upaya pemberdayaan masyarakat kelompok

kesenian gandrung

1. penambahan frekuensi manggung (biasanya 2x dalam sebulan)

2. ada kegiatan pesta rakyat yang melibatkan keseian gandrung 3. perbaikan jalan menuju Plengkung

masyarakat 1. pemberdayaan masyarakat sekitar Plengkung, mendapatkan penyuluhan, bimbingan

peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Plengkung

penambahan pekerja yang berasal dari masyarakat sekitar adanya kerjasama dengan pihak BTNAP dalam berbagai kegiatan

travel agen data dan informasi yang lengkap untuk kepentingan promosi Plengkung

(38)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor Jawa Barat pada tanggal 28 Mei 1988 dari Ayah Teuku Rozali Saydi dan Ibu Narsih. Penulis adalah anak ketiga dari delapan bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2001 di SD Islam Al-Mustarih, menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTPN 4 Bogor tahun 2004, menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMAN 5 Bogor tahun 2007 dan melanjutkan pendidikan pendidikan tinggi di IPB pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan melalui jalur SPMB.

Gambar

Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Tabel 1Kelompok, kategori dan tingkatan administrasi stakeholders
Tabel 2 Tingkat kepentingan stakeholders
Gambar 1Matriks kepentingan dan pengaruh stakeholders di wisata alam TNAP
+6

Referensi

Dokumen terkait

Kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Indragiri Hulu untuk dapat memberikan anggaran yang lebih memadai dan untuk dapat memberikan kesempatan pegawai Bagian Hubungan

Kendala utama yang dihadapi keluarga Bapak I Wayan Dangin ini adalah keadaan perekonomian yang bergantung pada penghasilan Pak Wayan sebagai buruh serta keadaan anak kedua

Interaksi antara varietas kedelai dengan ZPT 2,4D dan kinetin berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan kalus embriogenik tanaman kedelai pada kondisi hipoksia secara in

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan rahmat, perlindungan, kesehatan, dan kemudahan bagi penulis dalam

Serangan hebat hama tersebut pada musim kemarau dengan memakan bagian dalam bunga atau putik bunga dengan mengorek sel pokok dan menghisap cairan makanan pada permukaan daun di

I will also perform a thorough literature study and review on Six Sigma, Statistical Process Control tools, Implementation of Six Sigma in the semiconductor

In theories of residual oil in decanter cake it might to be a potential solid fuel based on their calorific values, same as the coal, charcoal, wood or briquette

Allah yang telah membimbing penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam penulis aturkan pada Uswah tercinta Rasullullah SAW semoga penulis selalu dapat