• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemutuan Buah Jeruk Siam Pontianak (Citrus nobilis var. microcarpa) dengan Teknik Pengolahan Citra.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemutuan Buah Jeruk Siam Pontianak (Citrus nobilis var. microcarpa) dengan Teknik Pengolahan Citra."

Copied!
254
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

$

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis % &'& ( & ) % &* (' ( *

%(+ ( %*( * %(+ , ) ( ' adalah

karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau kutipan dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2008

(3)

SUSANTO BUDI SULISTYO. -& , '. ,& ' ( / (' ( * ' &0

0 (+ +% %00 (+ Under direction of USMAN

AHMAD and I DEWA MADE SUBRATA.

! " #

# SNI

!

$ %&'( $ %'')

* $ $$+&, - .) (/' * $ $$/, 0

./ /+' 1

%2 /3

SNI 41 5 67

4 7 1

%+3 8

1

8 /)

!

4 # 7 #

SNI

(4)

SUSANTO BUDI SULISTYO. % &'& ( & ) % &* (' ( *

%(+ ( %*( * %(+ , ) ( ' Dibimbing oleh

USMAN AHMAD dan I DEWA MADE SUBRATA.

Jeruk memiliki banyak spesies, diantaranya adalah jeruk keprok (termasuk jeruk siam), jeruk manis, jeruk besar, jeruk nipis, jeruk purut, dan jeruk ponsil. Jeruk siam menduduki posisi yang penting dalam dunia jeruk. dan diperkirakan sekitar 60% kebutuhan akan buah jeruk dipenuhi oleh jeruk siam. Jeruk siam memiliki kelebihan antara lain rasa manis, harum dan mengandung banyak air. Jeruk siam pontianak atau biasa disebut dengan istilah jeruk pontianak (5

var. microcarpa), mempunyai ciri fisik kulitnya tipis dan licin mengkilat. Pada tahun 2003, luas panen jeruk siam (siam pontianak) di Kabupaten Sambas mencapai 1413.67 ha dengan produksi 87.75 ton. Jeruk pontianak mempunyai peluang besar untuk dikembangkan.

Proses sortasi buah jeruk siam pontianak masih dilakukan secara manual dengan visual mata manusia. Sortasi manual seperti ini menghasilkan pemutuan buah yang kurang seragam. Hal ini disebabkan oleh kelelahan manusia, keragaman visual manusia, dan perbedaan persepsi mutu buah itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem visual dengan memakai sensor elektro;optika berbasis pada aplikasi komputer sehingga diperoleh hasil sortasi yang seragam karena berdasarkan penilaian yang obyektif dan konsisten. Pengolahan citra ( ) merupakan sebuah teknologi visual yang digunakan untuk mengamati dan menganalisis suatu objek tanpa berhubungan langsung dengan objek tersebut dan dapat dimanfaatkan untuk evaluasi mutu suatu produk tanpa merusak produk itu sendiri atau disebut (NDE). Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan analisis pengolahan citra buah jeruk pontianak untuk mendapatkan parameter visual citra buah yang berhubungan dengan mutu, mengkaji hubungan antara parameter mutu buah jeruk pontianak (SNI dan non SNI) hasil pengukuran langsung dengan parameter visual hasil pengolahan citra, menggolongkan buah jeruk pontianak berdasarkan ukuran buah sesuai syarat SNI dan warna kulit buah menggunakan pengolahan citra, mengembangkan algoritma pemutuan baru untuk menggolongkan mutu buah jeruk pontianak berdasarkan parameter visual citra buah, dan membandingkan hasil pemutuan yang baru menggunakan pengolahan citra dengan hasil pemutuan manual yang dilakukan oleh petani.

(5)

warna (RGB dan HSI), dan fitur tekstur (entropi, energi, kontras, dan homogenitas). Algoritma pemutuan yang baru menggolongkan buah jeruk pontianak ke dalam 12 mutu yang baru berdasarkan ukuran dan warna kulit buah.

Diameter jeruk mempunyai pengaruh yang besar terhadap beratnya dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 0.9533. Parameter kekerasan tidak mempunyai pengaruh yang besar terhadap TPT. Kekerasan jeruk terbesar adalah 0.879 kg dan yang terkecil sebesar 0.183 kg, sedangkan TPT jeruk paling besar 15.0 brix dan yang paling kecil 8.1 brix.

Area citra jeruk pontianak mempunyai korelasi yang besar terhadap berat buah jeruk. Korelasi antara area dan berat mempunyai koefisien determinasi (R2) sebesar 0.9876 dengan persamaan korelasi berat = 0.0048*area – 32.617. Dalam citra berukuran 400 x 300 piksel, area citra buah yang paling besar adalah 53198 piksel dengan berat 234.04 gram, sedangkan area paling kecil 12919 piksel dengan berat 36.2 gram. Area citra jeruk juga berkolerasi besar terhadap diameter buah. Korelasi kedua parameter ini mempunyai koefisien determinasi (R2) sebesar 0.9772 dengan persamaan korelasi diameter = 0.001*area + 31.147. Area citra buah yang paling besar adalah 53198 piksel dengan diameter rata;rata 80.4 mm, sedangkan area paling kecil 12919 piksel dengan diameter rata;rata 40.4 mm. Indeks warna merah, hijau, dan biru serta kompenen warna HSI ternyata tidak mempunyai korelasi yang nyata terhadap kekerasan dan total padatan terlarut. Demikian juga dengan korelasi antara fitur tekstur terhadap kekerasan dan total padatan terlarut. Hal ini ditandai dengan kecilnya nilai koefisien determinasi dari parameter;parameter tersebut.

Penggolongan kelas jeruk pontianak menurut kriteria SNI dari hasil pemutuan manual menghasilkan tingkat keberhasilan rata;rata sebesar 41.3%, sedangkan penggolongan kelas jeruk pontianak menurut kriteria SNI menggunakan pengolahan citra berdasarkan beratnya menghasilkan tingkat keberhasilan rata;rata sebesar 95.1%. Parameter pengolahan citra yang digunakan untuk penggolongan kelas jeruk adalah area citra. Dengan penggolongan ini, buah jeruk dapat digolongkan ke dalam empat kelas berdasarkan ukuran sesuai kriteria SNI, yaitu A, B, C, dan D.

Penggolongan buah jeruk pontianak berdasarkan warna kulitnya menggunakan parameter indeks warna merah menghasilkan tingkat keberhasilan rata;rata sebesar 94%. Buah jeruk pontianak dapat digolongkan ke dalam tiga kategori berdasarkan warna kulitnya, yaitu kuning, hijau kekuningan, dan hijau.

Algoritma pemutuan yang diusulkan menggunakan pengolahan citra dengan parameter area dan indeks warna merah dapat menggolongkan buah jeruk pontianak berdasarkan ukuran sesuai SNI dan warna kulit buah dengan 12 tingkat mutu, yaitu A1, A2, A3, B1, B2. B3, C1, C2, C3, D1, D2, dan D3. Pemutuan jeruk pontianak yang diusulkan menggunakan pengolahan citra menghasilkan pemutuan yang lebih baik daripada pemutuan manual yang dilakukan oleh petani karena lebih seragam dari segi ukuran dan warna kulit buah, serta ukuran buah sesuai dengan ukuran kriteria SNI.

(6)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Departemen Teknik Pertanian

(7)

Judul Tesis : Pemutuan Buah Jeruk Siam Pontianak (5 var. microcarpa) dengan Teknik Pengolahan Citra

Nama : Susanto Budi Sulistyo NIM : F151060011

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Usman Ahmad, M.Agr. Ketua

Dr. Ir. I Dewa Made Subrata, M.Agr. Anggota

Diketahui Ketua Program Studi Ilmu

Keteknikan Pertanian

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Armansyah H. Tambunan, M.Agr. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS.

(8)
(9)

! "#$

! "#$

! "#$

! "#$

& % 0% 1 )* ( * . *% , ( &('&*

. )

2 (' 3 ( 1& &3

' (

0' '% ('

% '

. ('

( (3 '% 0 . (+

(10)

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia;Nya sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam tesis ini adalah pengolahan citra ( ) dengan judul “Pemutuan Buah Jeruk Siam Pontianak (5 var. microcarpa) dengan Teknik Pengolahan Citra”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Usman Ahmad, M.Agr. dan Dr. Ir. I Dewa Made Subrata, M.Agr. selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penelitian sampai pada penulisan tesis ini.

2. Dr. Ir. Suroso, M.Agr. yang telah banyak memberi saran dan masukan untuk lebih menyempurnakan penulisan tesis ini.

3. Bapak Sulyaden yang telah membantu selama pengumpulan data;data.

4. Segenap staf pengajar dan administrasi Program Studi Teknik Pertanian, Fateta IPB.

5. Istri tercinta Pepita Haryanti dan ananda tersayang Naifa Farah Zaida yang telah menjadi penyemangat dalam menyelesaikan studi.

6. Orang tua dan seluruh keluarga atas doanya selama ini.

7. Rekan;rekan S2 TEP IPB angkatan 2006 atas kerjasama dan kekompakkannya selama ini.

8. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas atas bantuan beasiswa BPPS.

9. Semua pihak yang telah banyak membantu hingga terselesaikannya penulisan tesis ini.

Semoga tesis ini dapat bermanfaat untuk turut menyumbang khasanah dunia ilmu pengetahuan dan berguna bagi siapa saja yang membacanya.

(11)
(12)

$

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis % &'& ( & ) % &* (' ( *

%(+ ( %*( * %(+ , ) ( ' adalah

karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau kutipan dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2008

(13)

SUSANTO BUDI SULISTYO. -& , '. ,& ' ( / (' ( * ' &0

0 (+ +% %00 (+ Under direction of USMAN

AHMAD and I DEWA MADE SUBRATA.

! " #

# SNI

!

$ %&'( $ %'')

* $ $$+&, - .) (/' * $ $$/, 0

./ /+' 1

%2 /3

SNI 41 5 67

4 7 1

%+3 8

1

8 /)

!

4 # 7 #

SNI

(14)

SUSANTO BUDI SULISTYO. % &'& ( & ) % &* (' ( *

%(+ ( %*( * %(+ , ) ( ' Dibimbing oleh

USMAN AHMAD dan I DEWA MADE SUBRATA.

Jeruk memiliki banyak spesies, diantaranya adalah jeruk keprok (termasuk jeruk siam), jeruk manis, jeruk besar, jeruk nipis, jeruk purut, dan jeruk ponsil. Jeruk siam menduduki posisi yang penting dalam dunia jeruk. dan diperkirakan sekitar 60% kebutuhan akan buah jeruk dipenuhi oleh jeruk siam. Jeruk siam memiliki kelebihan antara lain rasa manis, harum dan mengandung banyak air. Jeruk siam pontianak atau biasa disebut dengan istilah jeruk pontianak (5

var. microcarpa), mempunyai ciri fisik kulitnya tipis dan licin mengkilat. Pada tahun 2003, luas panen jeruk siam (siam pontianak) di Kabupaten Sambas mencapai 1413.67 ha dengan produksi 87.75 ton. Jeruk pontianak mempunyai peluang besar untuk dikembangkan.

Proses sortasi buah jeruk siam pontianak masih dilakukan secara manual dengan visual mata manusia. Sortasi manual seperti ini menghasilkan pemutuan buah yang kurang seragam. Hal ini disebabkan oleh kelelahan manusia, keragaman visual manusia, dan perbedaan persepsi mutu buah itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem visual dengan memakai sensor elektro;optika berbasis pada aplikasi komputer sehingga diperoleh hasil sortasi yang seragam karena berdasarkan penilaian yang obyektif dan konsisten. Pengolahan citra ( ) merupakan sebuah teknologi visual yang digunakan untuk mengamati dan menganalisis suatu objek tanpa berhubungan langsung dengan objek tersebut dan dapat dimanfaatkan untuk evaluasi mutu suatu produk tanpa merusak produk itu sendiri atau disebut (NDE). Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan analisis pengolahan citra buah jeruk pontianak untuk mendapatkan parameter visual citra buah yang berhubungan dengan mutu, mengkaji hubungan antara parameter mutu buah jeruk pontianak (SNI dan non SNI) hasil pengukuran langsung dengan parameter visual hasil pengolahan citra, menggolongkan buah jeruk pontianak berdasarkan ukuran buah sesuai syarat SNI dan warna kulit buah menggunakan pengolahan citra, mengembangkan algoritma pemutuan baru untuk menggolongkan mutu buah jeruk pontianak berdasarkan parameter visual citra buah, dan membandingkan hasil pemutuan yang baru menggunakan pengolahan citra dengan hasil pemutuan manual yang dilakukan oleh petani.

(15)

warna (RGB dan HSI), dan fitur tekstur (entropi, energi, kontras, dan homogenitas). Algoritma pemutuan yang baru menggolongkan buah jeruk pontianak ke dalam 12 mutu yang baru berdasarkan ukuran dan warna kulit buah.

Diameter jeruk mempunyai pengaruh yang besar terhadap beratnya dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 0.9533. Parameter kekerasan tidak mempunyai pengaruh yang besar terhadap TPT. Kekerasan jeruk terbesar adalah 0.879 kg dan yang terkecil sebesar 0.183 kg, sedangkan TPT jeruk paling besar 15.0 brix dan yang paling kecil 8.1 brix.

Area citra jeruk pontianak mempunyai korelasi yang besar terhadap berat buah jeruk. Korelasi antara area dan berat mempunyai koefisien determinasi (R2) sebesar 0.9876 dengan persamaan korelasi berat = 0.0048*area – 32.617. Dalam citra berukuran 400 x 300 piksel, area citra buah yang paling besar adalah 53198 piksel dengan berat 234.04 gram, sedangkan area paling kecil 12919 piksel dengan berat 36.2 gram. Area citra jeruk juga berkolerasi besar terhadap diameter buah. Korelasi kedua parameter ini mempunyai koefisien determinasi (R2) sebesar 0.9772 dengan persamaan korelasi diameter = 0.001*area + 31.147. Area citra buah yang paling besar adalah 53198 piksel dengan diameter rata;rata 80.4 mm, sedangkan area paling kecil 12919 piksel dengan diameter rata;rata 40.4 mm. Indeks warna merah, hijau, dan biru serta kompenen warna HSI ternyata tidak mempunyai korelasi yang nyata terhadap kekerasan dan total padatan terlarut. Demikian juga dengan korelasi antara fitur tekstur terhadap kekerasan dan total padatan terlarut. Hal ini ditandai dengan kecilnya nilai koefisien determinasi dari parameter;parameter tersebut.

Penggolongan kelas jeruk pontianak menurut kriteria SNI dari hasil pemutuan manual menghasilkan tingkat keberhasilan rata;rata sebesar 41.3%, sedangkan penggolongan kelas jeruk pontianak menurut kriteria SNI menggunakan pengolahan citra berdasarkan beratnya menghasilkan tingkat keberhasilan rata;rata sebesar 95.1%. Parameter pengolahan citra yang digunakan untuk penggolongan kelas jeruk adalah area citra. Dengan penggolongan ini, buah jeruk dapat digolongkan ke dalam empat kelas berdasarkan ukuran sesuai kriteria SNI, yaitu A, B, C, dan D.

Penggolongan buah jeruk pontianak berdasarkan warna kulitnya menggunakan parameter indeks warna merah menghasilkan tingkat keberhasilan rata;rata sebesar 94%. Buah jeruk pontianak dapat digolongkan ke dalam tiga kategori berdasarkan warna kulitnya, yaitu kuning, hijau kekuningan, dan hijau.

Algoritma pemutuan yang diusulkan menggunakan pengolahan citra dengan parameter area dan indeks warna merah dapat menggolongkan buah jeruk pontianak berdasarkan ukuran sesuai SNI dan warna kulit buah dengan 12 tingkat mutu, yaitu A1, A2, A3, B1, B2. B3, C1, C2, C3, D1, D2, dan D3. Pemutuan jeruk pontianak yang diusulkan menggunakan pengolahan citra menghasilkan pemutuan yang lebih baik daripada pemutuan manual yang dilakukan oleh petani karena lebih seragam dari segi ukuran dan warna kulit buah, serta ukuran buah sesuai dengan ukuran kriteria SNI.

(16)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Departemen Teknik Pertanian

(17)

Judul Tesis : Pemutuan Buah Jeruk Siam Pontianak (5 var. microcarpa) dengan Teknik Pengolahan Citra

Nama : Susanto Budi Sulistyo NIM : F151060011

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Usman Ahmad, M.Agr. Ketua

Dr. Ir. I Dewa Made Subrata, M.Agr. Anggota

Diketahui Ketua Program Studi Ilmu

Keteknikan Pertanian

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Armansyah H. Tambunan, M.Agr. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS.

(18)
(19)

! "#$

! "#$

! "#$

! "#$

& % 0% 1 )* ( * . *% , ( &('&*

. )

2 (' 3 ( 1& &3

' (

0' '% ('

% '

. ('

( (3 '% 0 . (+

(20)

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia;Nya sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam tesis ini adalah pengolahan citra ( ) dengan judul “Pemutuan Buah Jeruk Siam Pontianak (5 var. microcarpa) dengan Teknik Pengolahan Citra”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Usman Ahmad, M.Agr. dan Dr. Ir. I Dewa Made Subrata, M.Agr. selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penelitian sampai pada penulisan tesis ini.

2. Dr. Ir. Suroso, M.Agr. yang telah banyak memberi saran dan masukan untuk lebih menyempurnakan penulisan tesis ini.

3. Bapak Sulyaden yang telah membantu selama pengumpulan data;data.

4. Segenap staf pengajar dan administrasi Program Studi Teknik Pertanian, Fateta IPB.

5. Istri tercinta Pepita Haryanti dan ananda tersayang Naifa Farah Zaida yang telah menjadi penyemangat dalam menyelesaikan studi.

6. Orang tua dan seluruh keluarga atas doanya selama ini.

7. Rekan;rekan S2 TEP IPB angkatan 2006 atas kerjasama dan kekompakkannya selama ini.

8. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas atas bantuan beasiswa BPPS.

9. Semua pihak yang telah banyak membantu hingga terselesaikannya penulisan tesis ini.

Semoga tesis ini dapat bermanfaat untuk turut menyumbang khasanah dunia ilmu pengetahuan dan berguna bagi siapa saja yang membacanya.

(21)

5

Penulis dilahirkan di Tegal pada tanggal 25 Mei 1981 sebagai anak keempat dari pasangan M. Prijanto dan Sudartini. Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 1999 dan lulus tahun 2003. Pada tahun 2006, penulis melanjutkan studi S2 di Program Pascasarjana IPB, Program Studi Ilmu Keteknikan Pertanian atas biaya beasiswa dari BPPS Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.

(22)

$

, (

DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR ... xiv DAFTAR LAMPIRAN ... xvi I. PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 4 II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5 A. Jeruk Siam... 5 B. Pengolahan Citra Digital ... 8 1. Citra Digital... 9 2. Fitur Tekstur ... 12 C. Aplikasi Pengolahan Citra Digital dalam Bidang Pertanian ... 13 III. METODOLOGI PENELITIAN... 15 A. Waktu dan Tempat ... 15 B. Alat dan Bahan ... 15 C. Metode Penelitian ... 16 1. Persiapan Penelitian ... 16 2. Pengambilan Citra Buah Jeruk ... 17 3. Algoritma Pengolahan Citra ... 18 4. Pengukuran Langsung Parameter Mutu Buah Jeruk Hasil Pemutuan

Secara Manual... 19 5. Korelasi Parameter Mutu Hasil Pengolahan Citra dan Pengukuran

Langsung ... 22 6. Penggolongan Kelas Buah Jeruk Pontianak Menurut SNI Hasil

Pengukuran Langsung dan Pengolahan Citra... 22 7. Penggolongan Buah Jeruk Pontianak Berdasarkan Visual Warna

Kulit... 23 8. Membangun Algoritma Pemutuan Menggunakan Pengolahan Citra .. 23 9. Membandingkan Hasil Pemutuan Menggunakan Pengolahan Citra

dengan Pemutuan Manual ... 24 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

A. Pengukuran Parameter Mutu Jeruk Pontianak Secara Langsung Dari Hasil Pemutuan Manual ... 26 B. Program Pengolahan Citra untuk Menghitung Parameter Visual Citra

Jeruk Pontianak... 29 C. Korelasi Parameter Mutu Hasil Pengukuran Langsung dengan

Parameter Visual Hasil Pengolahan Citra ... 32 D. Penggolongan Kelas Jeruk Pontianak Menurut SNI Berdasarkan Hasil

Pengukuran Langsung ... 38 E. Penggolongan Kelas Jeruk Pontianak Menurut SNI Menggunakan

(23)

F. Penggolongan Warna Kulit Buah Jeruk Pontianak Menggunakan Pengolahan Citra... 41 G. Algoritma Pemutuan Buah Jeruk Pontianak Menggunakan Pengolahan

Citra Berdasarkan Area dan Warna ... 45 H. Perbandingan Pemutuan Jeruk Pontianak Menggunakan Pengolahan

(24)

$

, (

1 Kandungan gizi jeruk per 100 gram berat buah... 1 2 Perkembangan luas panen, produksi, dan produktivitas jeruk di Indonesia

(1998;2004) ... 2 3 Kriteria kelas jeruk keprok, termasuk jeruk siam (SNI 01;3165;1992)... 7 4 Syarat mutu jeruk keprok, termasuk jeruk siam (SNI 01;3165;1992)... 8 5 Korelasi parameter mutu yang diamati ... 22 6 Kelas mutu dan kriteria dari algoritma pemutuan menggunakan

pengolahan citra ... 24 7 Nilai rata;rata, nilai maksimum dan minimum berat buah jeruk pontianak

hasil pengukuran langsung dari pemutuan manual... 26 8 Nilai rata;rata, nilai maksimum dan minimum diameter buah jeruk

pontianak hasil pengukuran langsung dari pemutuan manual... 26 9 Nilai rata;rata, nilai maksimum dan minimum kekerasan buah jeruk

pontianak hasil pengukuran langsung dari pemutuan manual... 27 10 Nilai rata;rata, nilai maksimum dan minimum TPT buah jeruk pontianak

hasil pengukuran langsung dari pemutuan manual... 27 11 Penggolongan kelas hasil pengukuran langsung berdasarkan berat buah

menurut SNI... 38 12 Penggolongan kelas menurut SNI dan hasil pemutuan manual... 38 13 Kriteria kelas jeruk pontianak (SNI 01;3165;1992) berdasarkan berat dan

hasil konversinya ke area citra... 40 14 Penggolongan kelas menggunakan pengolahan citra dengan hasil

pengukuran langsung berdasarkan berat buah... 40 15 Tingkat keberhasilan penggolongan kelas jeruk pontianak berdasarkan

visual warna kulitnya menggunakan pengolahan citra ... 44 16 Nilai batas indeks warna merah (r) untuk penggolongan buah jeruk

(25)

$

, (

1 Bunga jeruk siam. ... 6

2 Jeruk siam masih muda ... 6 3 Jeruk siam matang... 6

4 Bagan alir pengolahan citra. ... 9 5 Matriks citra yang tersimpan dalam memori komputer. ... 10 6 Contoh jeruk pontianak tiap kelas hasil pemutuan manual yang

digunakan dalam penelitian. ... 16 7 Pengambilan citra jeruk... 18 8 Pengukuran berat jeruk... 20 9 Pengukuran diameter jeruk... 20 10 Pengukuran kekerasan buah jeruk... 21 11 Pengukuran TPT buah jeruk. ... 22 12 Diagram alir penelitian. ... 25 13 Hubungan diameter dan berat buah jeruk pontianak... 28 14 Hubungan kekerasan dan TPT buah jeruk pontianak... 28 15 Tampilan awal program pengolahan citra. ... 29 16 Tampilan program setelah memilih file untuk dianalisis. ... 30 17 Tampilan program setelah dan operasi morfologi. ... 31 18 Tampilan program setelah dilakukan analisis... 32 19 Tampilan database hasil analisis program pengolahan citra... 32 20 Korelasi area citra dan berat buah jeruk. ... 33 21 Korelasi area citra dan diameter rata;rata buah jeruk... 34 22 Korelasi indeks warna dan komponen warna ; terhadap kekerasan

buah jeruk. ... 35 23 Korelasi indeks warna komponen warna ; terhadap total

padatan terlarut buah jeruk. ... 36 24 Korelasi fitur tekstur kekerasan dan total padatan terlarut buah

(26)

25 Penggolongan kelas buah jeruk pontianak hasil pemutuan manual dan perbandingannya dengan kelas menurut kriteria SNI. ... 39 26 Penggolongan kelas buah jeruk pontianak hasil pengolahan citra dan

perbandingannya dengan kelas menurut kriteria SNI. ... 41 27 Contoh jeruk dengan kategori warna kulit hijau. ... 42 28 Contoh jeruk dengan kategori warna kulit hijau kekuningan. ... 43 29 Contoh jeruk dengan kategori warna kulit kuning. ... 43 30 Penggolongan buah jeruk berdasarkan kulit buah menggunakan

parameter indeks warna merah. ... 44 31 Diagram alir algoritma pemutuan dengan pengolahan citra untuk jeruk

pontianak. ... 46 32 Hasil pemutuan manual jeruk pontianak oleh petani untuk kategori kelas

E ... 48 33 Hasil pemutuan jeruk pontianak menggunakan pengolahan citra untuk

mutu C1 ... 49 34 Hasil pemutuan jeruk pontianak menggunakan pengolahan citra untuk

mutu C2. ... 49 35 Hasil pemutuan jeruk pontianak menggunakan pengolahan citra untuk

untuk mutu C3. ... 49 36 Hasil pemutuan jeruk pontianak menggunakan pengolahan citra untuk

untuk mutu D1 ... 49 37 Hasil pemutuan jeruk pontianak menggunakan pengolahan citra untuk

mutu D2. ... 50 38 Hasil pemutuan jeruk pontianak menggunakan pengolahan citra untuk

(27)

$

, (

1 Cara pengujian untuk menentukan mutu buah jeruk menurut SNI (SNI 01;3165;1992). ... 56 2 Hasil pengukuran berat jeruk pontianak secara langsung ... 57 3 Hasil pengukuran diameter rata;rata jeruk pontianak secara langsung... 62 4 Hasil pengukuran parameter visual jeruk pontianak menggunakan

(28)

' %, * (+

Buah jeruk merupakan komoditi buah yang paling populer di dunia, setelah anggur. Jeruk memiliki kandungan nutrisi yang baik bagi kesehatan, terutama kandungan vitamin C;nya. Secara umum, kandungan gizi buah jeruk dapat dilihat pada Tabel 1 (Natawidjaja, 1983).

Tabel 1 Kandungan gizi jeruk per 100 gram berat buah

Kandungan gizi Nilai satuan

Energi 44 kalori

Protein 0.8 g

Lemak 0.3 g

Karbohidrat 10.9 g

Kalsium 0.33 g

Fosfor 0.25 g

Besi 0.004 g

Vitamin A 420 IU

Vitamin B1 0.0007 g

Vitamin C 0.31 g

Dalam periode tahun 1998;2004, luas panen dan produksi buah jeruk di Indonesia mengalami peningkatan cukup pesat (Tabel 2). Pada tahun 2004, luas panen jeruk telah mencapai 70000 ha dengan total produksi sebesar 1600000 ton, sekaligus menempatkan Indonesia sebagai negara penghasil utama jeruk dunia ke; 13 setelah Vietnam (Balitbang Pertanian, 2005).

(29)

Kutoharjo), Jawa Timur (Mojokerto), dan Kalimantan Barat (Sambas dan Pontianak) (Anonim, 1999).

Tabel 2 Perkembangan luas panen, produksi, dan produktivitas jeruk di Indonesia (1998;2004)

Tahun Luas panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha)

1998 23681 490937 20.73

1999 25210 449531 17.83

2000 37120 644052 17.35

2001 35367 691433 19.55

2002 47824 968132 20.24

2003 56290 1441680 25.61

2004 70000 1600000 22.86

Perkembangan (%/th) 17.92 22.41 4.31

Sumber: Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Deptan, 2005.

Jeruk siam pontianak atau biasa disebut dengan istilah jeruk pontianak (5 var. microcarpa), mempunyai ciri fisik kulitnya tipis dan licin mengkilat. Sebenarnya jeruk ini bukanlah hasil produksi pertanian Kota Pontianak. Sentra tanaman jeruk justru berasal dari Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas. Namun sejak lama jeruk ini telah dikenal dengan merek dagang "Jeruk Pontianak" (Wikipedia, 2007).

Pada awal tahun 1952;1953, luas areal tanaman jeruk di Kalimantan Barat adalah 1000 hektar, kemudian tahun 1978 luas pertanaman jeruk berkembang pesat menjadi 5583.90 hektar, dan peningkatan itu terus berlanjut hingga tahun 1988 mencapai 15733.90 hektar. Dari luas pertanaman tersebut sekitar 13717 hektar (87.18%) berada di Kabupaten Sambas, dan sisanya 2016.90 hektar tersebar di Kabupaten Pontianak, Sanggau, dan Ketapang (Martasari, 2007).

(30)

Menurut situs resmi Provinsi Kalimantan Barat (2007), luas potensi areal pengembangan jeruk pontianak saat ini antara 10000;20000 ha di Kab. Sambas. Berdasarkan rencana pengembangan produk unggulan daerah Kabupaten Sambas, masih tersedia pengembangan komoditas jeruk seluas 7844 ha dan masih memungkinkan untuk diperluas, karena ketersediaan area pertanian lahan kering di Kalbar mencapai seluas 200000 ha. Keunggulan jenis jeruk siam ini antara lain dalam hal popularitasnya yang sudah cukup terkenal baik dalam maupun luar negeri (khususnya ASEAN). Selain itu masa produktifitasnya juga cukup lama (15;20 tahun) dengan (BCR) sebesar 3.59. BCR jeruk siam ini merupakan yang tertinggi dibanding komoditas pertanian lainnya di Kalimantan Barat. Selain itu harga di pasaran relatif stabil dan cenderung terus meningkat.

Dalam proses pengolahan dan pemasaran buah segar, sortasi dan grading sebagai usaha evaluasi mutu agar memenuhi standar merupakan kegiatan yang penting dan mutlak diperlukan. Parameter penting yang terkait dengan usaha evaluasi dan pengkelasan mutu buah adalah berdasarkan sifat fisik dan kimia buah, seperti ukuran, warna, tekstur, kekerasan dan keasaman (Kader, et al., 1985

Rahmadianto, 2001).

Selama ini proses sortasi buah jeruk siam pontianak masih dilakukan secara manual dengan visual mata manusia. Sortasi manual secara visual yang biasa dilakukan oleh petani buah jeruk menghasilkan pemutuan buah yang kurang seragam karena masih bercampur antara buah kualitas baik dengan buah kualitas jelek. Hal ini disebabkan oleh kelelahan manusia, keragaman visual manusia, dan perbedaan persepsi mutu buah itu sendiri.

Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem visual dengan memakai sensor elektro;optika berbasis pada aplikasi komputer sehingga diperoleh hasil sortasi yang seragam karena berdasarkan penilaian yang obyektif dan konsisten. Penggunaan sistem visual dengan sensor elektro;optika ini didasarkan pada kemampuan yang lebih peka dan tepat daripada kemampuan visual manusia dalam menangkap pantulan gelombang elektromagnetik buah yang berubah;ubah akibat perbedaan karakteristik fisiko kimia buah.

(31)

penelitian yang pernah dilakukan menggunakan pengolahan citra diantaranya adalah untuk evaluasi mutu jeruk nipis (Arham, et al., 2004), penentuan jenis cacat biji kopi (Sofi’i, et al., 2005), pemutuan buah mangga (Ahmad, et al., 2004), identifikasi tingkat ketuaan dan kematangan jeruk lemon (Damiri, et al., 2004), identifikasi mutu tingkat ketuaan dan kematangan buah manggis (Nurhasanah, 2005), serta pemutuan dan identifikasi kematangan buah pepaya (Safrizal, 2005). Dengan menggunakan teknik pengolahan citra, penilaian terhadap mutu suatu produk dapat dilakukan secara obyektif dan konsisten sehingga diharapkan dapat menghasilkan pemutuan yang seragam dengan tingkat kesalahan yang dapat diterima.

&2& (

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Melakukan analisis pengolahan citra buah jeruk pontianak untuk mendapatkan parameter visual citra buah yang berhubungan dengan mutu.

2. Mengkaji hubungan antara parameter mutu buah jeruk pontianak (SNI dan non SNI) hasil pengukuran langsung dengan parameter visual hasil pengolahan citra.

3. Menggolongkan buah jeruk pontianak berdasarkan ukuran buah sesuai syarat SNI dan warna kulit buah menggunakan pengolahan citra.

4. Mengembangkan algoritma pemutuan untuk menggolongkan mutu buah jeruk pontianak berdasarkan parameter visual citra buah.

(32)

% &*

Jeruk siam hanya merupakan bagian kecil dari sekian banyak spesies dan varietas jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan. Secara sistematis, tanaman jeruk siam dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Wikipedia, 2007):

Kerajaan : Plantae

Divisio : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Subkelas : Rosidae Ordo : Sapindales Familia : Rutaceae Genus : Citrus

Spesies : 5 var. microcarpa

Jeruk siam merupakan anggota jeruk keprok. Dinamakan jeruk siam karena memang berasal dari Siam (Muangthai). Jeruk siam memiliki ciri khas yang tidak dimiliki jeruk keprok lainnya. Sekilas memang tidak jauh berbeda, jeruk siam memiliki kulit yang lebih tipis dan licin mengkilap. Selain itu, kulit jeruk siam menempel lebih lekat dengan dagingnya, sedangkan pada jeruk keprok lainnya terdapat ruang pemisah yang lebih jelas.

Menurut Sarwono (1994), tanaman jeruk siam paling luas penyebarannya di Indonesia, karena tanaman ini bisa diusahakan di daerah dataran rendah sampai dengan daerah berketinggian 700 meter dpl. Tanaman ini dapat berbuah di daerah; daerah basah, setelah periode kering yang singkat. Tanaman jeruk siam biasanya berbunga pada bulan Oktober;November dan musim berbuahnya pada bulan Juni; Agustus, dengan produksi hingga mencapai 1000;2000 buah tiap tahun.

Umumnya batang pohon jeruk siam yang dibudidayakan secara komersial mempunyai tinggi antara 2.5;3 meter. Pohon tersebut biasanya berasal dari cangkokan atau okulasi (Anonim, 1999).

(33)

sekitar 0.1 cm dari tepi daun. Antara batang dengan daun dihubungkan oleh tangkai daun dengan panjang sekitar 1.3 cm (Anonim, 1999). Daun jeruk siam beraroma spesifik karena mengandung minyak atsiri (Sunarjono, 2005).

Menurut Sunarjono (2005), bunga tanaman jeruk siam (Gambar 1) keluar setelah terbentuk (tunas muda) pada ujung;ujung cabang secara tunggal. Warna mahkota bunga putih, pada ujungnya bercanggap seperti bintang, dan termasuk bunga sempurna (dalam satu bunga terdapat putik dan benang sari).

[image:33.612.251.389.371.502.2]

Buah jeruk siam mempunyai ciri khas, yaitu kulit buah tipis (sekitar 2 mm), permukaannya halus, licin, mengkilap, dan menempel lekat pada daging buahnya. Dasar buahnya berleher pendek dengan puncak berlekuk. Tangkai buahnya pendek dengan panjang sekitar 3 cm dan berdiameter 2.6 mm. Biji buahnya berbentuk ovoid, warnanya putih kekuningan dengan ukuran sekitar 0.9 cm x 0.6 cm, dan jumlah biji per buahnya sekitar 20 biji. Daging buahnya lunak dengan rasa manis dan harum. Berat buah sekitar 75.6 gram (Anonim, 1999).

Gambar 1 Bunga jeruk siam.

[image:33.612.134.307.559.664.2]
(34)

Jeruk siam dapat dipanen pada umur 6;8 bulan setelah bunganya mekar. Ciri;ciri buah jeruk siam yang siap dipanen (Gambar 3) adalah sebagai berikut (Anonim, 1999):

1) Kulit buah kekuning;kuningan (oranye). 2) Buahnya tidak terlampau keras jika dipegang.

3) Bagian bawah buah agak empuk dan bila dijentik dengan jari tidak berbunyi nyaring.

Buah yang telah siap panen, dipetik dan dikumpulkan untuk selanjutnya dilakukan sortasi dan . Di Pontianak, grading dilakukan berdasarkan diameter buah. Dalam prakteknya, grading dilakukan dengan tangan, antara jari tengah dan ibu jari. Grading untuk buah jeruk siam didasarkan atas kelas;kelas sebagai berikut (Anonim, 1999):

; Kelas A : diameter buah rata;rata 7.6 cm, sekitar 6 buah per kg. ; Kelas AB : diameter buah rata;rata 6.7 cm, sekitar 8 buah per kg. ; Kelas C : diameter buah rata;rata 5.9 cm, sekitar 10 buah per kg. ; Kelas D : diameter buah rata;rata 5.8 cm, sekitar 12;14 buah per kg.

Standar Nasional Indonesia (SNI) menggolongkan buah jeruk ke dalam empat kelas berdasarkan berat atau diameter buah, yaitu kelas A, B, C, dan D. Masing;masing kelas digolongkan ke dalam dua jenis mutu, yaitu mutu I dan mutu II. Kriteria kelas dan syarat mutu buah jeruk dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4 di bawah ini, sedangkan cara pengujian untuk menentukan mutu buah jeruk menurut SNI dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tabel 3 Kriteria kelas jeruk keprok, termasuk jeruk siam (SNI 01;3165;1992)

Kelas Berat (gram/buah) Diameter (mm)

A ≥ 151 ≥ 71

B 101;150 61;70

C 51;100 51;60

(35)

Tabel 4 Syarat mutu jeruk keprok, termasuk jeruk siam (SNI 01;3165;1992) . '

*'% 0' *

&'& &'&

%(+&2 (

Kesamaan sifat varietas Seragam Seragam Organoleptik Tingkat ketuaan Tua, tapi tidak

terlalu matang

Tua, tapi tidak terlalu matang

Organoleptik

Kekerasan Keras Cukup Keras Organoleptik

Ukuran Seragam Kurang seragam SP;SMP;309;1981

Kerusakan maks. (jml/jml) (%)

5 10 SP;SMP;309;1981

Kotoran Bebas Bebas Organoleptik

Busuk maks. (jml/jml) (%) 1 2 SP;SMP;309;1981

%(+ , ) ( ' + ' ,

Pengolahan citra digital ( ) merupakan sebuah teknologi visual yang digunakan untuk mengamati dan menganalisis suatu objek tanpa berhubungan langsung dengan objek tersebut. Teknologi ini dapat dimanfaatkan untuk evaluasi mutu suatu produk tanpa merusak produk itu sendiri

atau dikenal dengan istilah (NDE).

Proses pengolahan citra dan analisisnya banyak melibatkan persepsi visual. Data masukan dan keluaran yang dihasilkan oleh proses ini adalah dalam bentuk citra. Citra yang digunakan adalah citra digital, karena citra jenis ini dapat diproses oleh komputer digital. Citra digital diperoleh secara otomatis dari sistem penangkapan citra digital dan membentuk suatu matriks yang menyatakan intensitas cahaya pada suatu himpunan diskrit dari suatu titik.

Pengembangan algoritma pengolahan citra sangat dipengaruhi oleh perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan. Ada beberapa perangkat keras yang digunakan untuk proses digitasi citra ( # ). Perangkat keras yang pertama adalah sensor citra ( ). Menurut Ahmad (2005), sensor citra digunakan untuk menangkap pantulan cahaya obyek yang kemudian akan disimpan dalam bentuk nilai intensitas di dalam memori komputer. Sensor citra banyak macamnya. Namun jenis sensor citra yang banyak digunakan adalah karena mempunyai banyak kelebihan seperti konsumsi daya listrik yang kecil, ukurannya kecil dan kompak, serta tahan guncangan.

(36)

seperti pembangkit , penguat ( ) dan rangkaian pemroses sinyal. Sinyal yang dihasilkan oleh kamera TV adalah berupa sinyal analog sehingga perlu dikonversi menjadi sinyal digital dengan menggunakan

(ADC). Selanjutnya sinyal digital keluaran ADC ditransmisikan ke memori komputer untuk membentuk citra digital. Bagan alir pengolahan citra dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Bagan alir pengolahan citra.

6 ' + ' ,

Citra (gambar) digital merupakan citra yang dapat dibaca dan diekspresikan secara akurat oleh komputer digital. Menurut Ahmad (2005), sebuah citra digital tersusun dari kumpulan piksel;piksel dalam larik dua dimensi. Sebuah piksel ( 8 atau ) merupakan bagian terkecil dari suatu citra. Setiap piksel diwakili oleh dua buah bilangan bulat (integer) yang menunjukkan lokasi piksel tersebut dalam suatu citra, dan sebuah bilangan bulat untuk menunjukkan intensitas cahaya dari piksel tersebut.

(37)

!!!!!!!!!! " ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! !!!! !!!!!!!!!! " " !!!! !!!!!!!!!! " " " # $ − − − − − − = ×

Gambar 5 Matriks citra yang tersimpan dalam memori komputer.

Berdasarkan intensitas cahaya yang dimiliki oleh piksel dalam sebuah citra, citra digital dibagi menjadi tiga macam, yaitu citra biner, citra abu;abu, dan citra warna.

' (%

Citra biner merupakan citra yag dihasilkan dari proses binerisasi. Setiap piksel dalam suatu citra biner 8;bit hanya memiliki dua intensitas warna yaitu 0 (hitam) atau 255 (putih). Citra biner digunakan untuk memisahkan antara obyek dengan latar belakangnya. Dalam citra biner, piksel dengan intensitas warna 0 dikelompokkan ke dalam latar belakang, sedangkan piksel dengan intensitas warna 255 adalah piksel obyek (Ahmad, 2005).

1 ' 1&7 1& '

(38)

' 5 (

Ahmad (2005) menyatakan bahwa warna ternyata tidak lebih dari sekedar respon dari manusia untuk intensitas penyinaran yang berbeda. Energi dari cahaya tampak dengan panjang gelombang tertentu ditangkap oleh mata dan diterjemahkan oleh otak sebagai warna.

Model pengolahan warna telah banyak dikembangkan oleh para ahli, salah satunya adalah model warna RGB. Model warna RGB menggunakan dasar tiga buah warna pokok yaitu < (merah), = (hijau), dan (biru). Suatu citra warna yang disimpan dalam memori 8;bit, setiap pikselnya akan mengandung informasi intensitas tiga buah warna tersebut (R, G, dan B) dengan selang nilai 0 – 255. Dalam model warna RGB, intensitas warna setiap piksel pada suatu citra dapat diubah dalam bentuk indeks warna, yaitu indeks warna merah (r), indeks warna hijau (g), dan indeks warna biru (b). Proses ini dinamakan normalisasi, dengan cara perhitungan seperti pada persamaan 1;3 (Ahmad, 2005).

= <

<

+ +

= ...(1)

= <

=

+ +

= ...(2)

= <+ +

= ...(3)

dimana:

< = = nilai intensitas warna merah, hijau, dan biru = indeks warna merah, hijau, dan biru

Model pengolahan warna yang lain adalah model warna HSI. Model warna ini menggunakan dasar nilai ; (corak), (kejenuhan), dan

(kecerahan). Model ini dianggap sebagai cara sebenarnya manusia memandang suatu warna, yang biasanya melakukan penilaian warna secara kualitatif (Ahmad, 2005).

(39)

) )( ( ) ( 2 2 cos 2 = < = < = < ; − − + − − − = ...(4) ) , , min( ) 3

1 < =

= <+ + −

= ...(5)

3 = <+ +

= ...(6)

! $ '& %*0'&

Dalam pengolahan citra, tekstur sangat penting peranannya dalam mengidentifikasi karakteristik suatu obyek, seperti pemeriksaan permukaan, pengelompokkan pemandangan, orientasi permukaan, dan penentuan bentuk obyek. Menurut Haralick, et al. (1973) Nurhasanah (2005), untuk menentukan tekstur diperlukan beberapa fitur (14 fitur). Namun dengan hanya melakukan empat buah fitur, bentuk tekstur dari suatu obyek sudah dapat ditentukan. Keempat fitur tersebut adalah fitur entropi, energi, kontras, dan homogenitas.

Menurut Ahmad (2005), entropi adalah fitur untuk mengukur keteracakan dari distribusi intensitas, sedangkan energi adalah fitur untuk mengukur konsentrasi pasangan intensitas pada matriks co;occurrence. Kontras digunakan untuk mengukur kekuatan perbedaan intensitas dalam citra, sedangkan homogenitas digunakan untuk mengukur kehomogenan variasi intensitas dalam citra. Persamaan untuk menentukan keempat fitur tekstur tersebut adalah sebagai berikut (Ahmad, 2005):

) , ( log ) ,

(1 2 1 2

1 2

> =−

∑ ∑

...(7)

∑ ∑

=

1 2

) , (1 2 2 > ...(8)

∑ ∑

− = 1 2 ) , ( )

( 1 2

2 2 1 9 ...(9)

∑ ∑

+ =

1 2 1 2

(40)

, * 0 %(+ , ) ( ' + ' , 3 , 3 (+ % ' ( (

Teknik pengolahan citra telah banyak digunakan dalam bidang pertanian, baik pra panen maupun pasca panen. Dalam bidang pasca panen, pengolahan citra digunakan untuk evaluasi mutu suatu produk pertanian secara non destruktif.

Arham, et al. (2004) menggunakan teknik pengolahan citra dan jaringan syaraf tiruan untuk evaluasi mutu jeruk nipis. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa indeks warna merah, hijau, dan biru dapat digunakan untuk membedakan umur petik jeruk nipis. Selain indeks warna tersebut, fitur kontras dan homogenitas juga dapat membedakan umur petik jeruk nipis.

Sofi’i, et al. (2005) melakukan penelitian untuk menentukan jenis cacat biji

kopi dengan pengolahan citra dan (ANN). Dari

analisisnya, diperoleh hasil diantaranya adalah telah dibangun 2 model ANN untuk menduga jenis cacat biji kopi dengan menggunakan parameter luas, panjang, , , indeks merah, indeks hijau, indeks biru, corak, saturasi, dan intensitas.

Ahmad, et al. (2004) menggunakan teknik pengolahan citra untuk melakukan pemutuan buah mangga. Beberapa hasil penelitian tersebut adalah parameter yang sesuai untuk pemutuan buah mangga Arumanis yaitu area dan fitur kontras, sedangkan untuk mangga Gedong dapat dilakukan dengan menggunakan parameter indeks warna merah.

Damiri, et al. (2004) mengidentifikasi tingkat ketuaan dan kematangan jeruk lemon dengan teknik pengolahan citra dan jaringan syaraf tiruan. Dari hasil analisisnya diperoleh hasil bahwa indeks warna merah, indeks warna hijau, corak ( ), dan fitur energi dapat digunakan untuk membedakan kematangan jeruk lemon. Selain itu, parameter pengolahan citra area, , indeks warna RGB dan fitur tekstur dapat digunakan untuk menentukan tingkat ketuaan dan kematangan jeruk lemon.

(41)
(42)

5 *'& 3 ( % '

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli – Desember 2007 di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.

, ' 3 ( ) (

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah buah jeruk siam pontianak dengan lima tingkat kelas berdasarkan diameter buah (A, B, C, D, dan E) yang merupakan hasil pemutuan secara manual oleh pedagang besar jeruk pontianak (Gambar 6). Total jumlah sampel yang digunakan sebanyak 850 buah, yaitu kelas A sebanyak 125 buah, kelas B 125 buah, kelas C, D, dan E masing;masing 200 buah. Buah jeruk berasal dari petani jeruk di Pontianak dan diperoleh melalui pedagang pengumpul besar di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta.

Alat;alat yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kamera CCD warna, merk VED, model OC;305D.

2. Image frame grabber, merk PXC200A, resolusi maksimum PAL/SECAM: 768 x 576 piksel.

3. Personal computer (PC) dengan prosesor Intel Pentium IV. 4. Lampu TL 4 buah @ 5 watt.

5. Timbangan digital, merk METTLER PM;4800. 6. Jangka sorong

7. Refraktometer digital, merk ATAGO PR;201. 8. Rheometer, model CR;30.

(43)
[image:43.612.138.474.75.504.2]

Gambar 6 Contoh jeruk pontianak tiap kelas hasil pemutuan manual yang digunakan dalam penelitian.

%' 3% %(%, ' (

6 % 0 ( %(%, ' (

Ada beberapa hal yang dilakukan terlebih dahulu sebelum penelitian dimulai, yaitu pembersihan kulit buah jeruk, pengaturan cahaya lampu dalam ruang pengambilan citra, dan pemilihan warna kain untuk latar belakang. Buah

Kelas A

Kelas E Kelas D

(44)

jeruk pontianak yang diperoleh dari pedagang pengumpul di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta dalam keadaan kulit buah kotor dan kusam penuh debu dan kotoran lain. Oleh karena itu, sebelum dilakukan pengambilan citra, buah jeruk pontianak yang dijadikan sampel penelitian dibersihkan kulit buahnya terlebih dahulu dengan menggunakan lap basah. Setelah itu, masing;masing buah jeruk diberi tanda dengan kertas label.

Persiapan selanjutnya adalah mengatur intensitas cahaya dan posisi lampu TL dalam ruang pengambilan citra. Intensitas cahaya dan posisi lampu TL diatur sedemikian rupa sehingga ketika jeruk diambil citranya tidak menimbulkan bayangan di sekitar objek buah dan pantulan cahaya dari buah tidak terlalu kuat. Dengan demikian proses pengolahan citra dapat dilakukan dengan baik sebagaimana mestinya.

Sebelum dilakukan pengambilan citra, terlebih dahulu dicoba beberapa kain dengan warna berbeda untuk dijadikan latar belakang dari objek buah. Warna kain yang dicoba adalah kain warna hitam, merah, dan putih. Dari ketiga kain tersebut, ternyata kain dengan warna putih menghasilkan hasil yang lebih baik dari kain warna yang lain. Oleh karena itu dipilih kain warna putih sebagai latar belakang.

! %(+ 1 , ( ' & ) % &*

(45)

Gambar 7 Pengambilan citra jeruk.

8 ,+ ' %(+ , ) ( '

Setelah citra jeruk diambil dan disimpan dalam memori komputer, selanjutnya dilakukan pengukuran parameter visual citra jeruk. Program pengolahan citra ini dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman Borland Delphi 7. Parameter;parameter visual yang diukur adalah:

a. Pengukuran area

Pengukuran area dilakukan dengan terlebih dahulu mengubah citra warna menjadi citra grayscale yang kemudian diubah menjadi citra biner. Proses ini dilakukan melalui proses dengan nilai tertentu untuk membedakan citra obyek dan latar belakang. Selanjutnya dilakukan perhitungan luas area obyek dengan menghitung jumlah piksel obyek menggunakan persamaan:

[ ]

∑ ∑

= =

=

"

" 1

1 1

, ...(11) dimana:

1 = area obyek

(46)

b. Pengukuran intensitas warna

Intensitas warna diukur dengan menggunakan model warna RGB dan HSI. Intensitas warna merah, hijau, dan biru (<, =, dan ) yang diperoleh dari citra warna yang sudah di; kemudian dinormalisasi dengan persamaan (1) sampai (3) untuk memperoleh nilai index warna merah, index warna hijau, dan index warna biru ( , , dan ). Komponen warna RGB selanjutnya dikonversi ke dalam bentuk model warna HSI dengan menggunakan persamaan (4) sampai (6).

c. Pengukuran tekstur

Fitur tekstur yang diukur adalah fitur entropi, energi, kontras, dan homogenitas. Masing;masing fitur dihitung dengan menggunakan persamaan (7) sampai (10) dengan terlebih dahulu mengubah citra warna menjadi citra

dan membuat matriks .

9 %(+&*& ( (+0&(+ %'% &'& & ) % &* 0 , % &'& (

% (& ,

Pemutuan jeruk pontianak secara manual dilakukan oleh petani dengan melihat dan menduga diameter buah jeruk untuk selanjutnya dikelompokkan ke dalam kelas tertentu, yaitu kelas A, B, C, D, dan E. Sebanyak 850 sampel buah jeruk pontianak hasil pemutuan manual oleh petani ini kemudian dilakukan pengukuran parameter mutu secara langsung di laboratorium. Pengukuran parameter mutu buah jeruk pontianak secara langsung dilakukan secara destruktif. Pengukuran ini meliputi berat (gram), diameter (mm), kekerasan (kg), dan total padatan terlarut (obrix).

a. Pengukuran berat

Pengukuran berat buah jeruk dilakukan satu kali menggunakan timbangan digital merk METTLER PM;4800 dengan ketelitian sampai 0.01 gram (Gambar 8).

b. Pengukuran diameter

(47)

panjang sisi terbesar buah jeruk pada arah horisontal sebanyak dua kali (D1 dan D2) dan arah vertikal sebanyak satu kali (T), seperti terlihat pada Gambar 9. Namun dalam penelitian ini, ukuran diameter yang digunakan adalah diameter rata;rata dari D1 dan D2.

Gambar 8 Pengukuran berat jeruk.

Gambar 9 Pengukuran diameter jeruk. c. Pengukuran kekerasan

Pengukuran kekerasan buah jeruk menggunakan alat Rheometer model CR; 30. Pengukuran ini dilakukan dengan cara menusukkan jarum ke kulit jeruk dengan kecepatan tertentu sampai menembus kulit jeruk sebanyak dua kali pada bagian samping buah jeruk, seperti terlihat pada Gambar 10.

D1

(48)
[image:48.612.188.479.77.488.2]

Gambar 10 Pengukuran kekerasan buah jeruk.

d. Pengukuran total padatan terlarut

Pengukuran total padatan terlarut dilakukan dengan menggunakan refraktometer digital, yaitu dengan cara memeras cairan daging buah jeruk, kemudian cairan tersebut diteteskan pada refraktometer (Gambar 11). Hasilnya dapat terlihat pada display refraktometer. Pengukuran ini dilakukan sebanyak dua kali.

(49)

Gambar 11 Pengukuran TPT buah jeruk.

: %, 0 %'% &'& 0 , %(+ , ) ( ' 3 ( %(+&*& (

(+0&(+

Data parameter visual hasil pengolahan citra selanjutnya dianalisis dan ditentukan korelasinya terhadap parameter mutu buah jeruk pontianak (SNI dan non SNI) yang diukur secara langsung. Parameter;parameter yang dianalisis disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Korelasi parameter mutu yang diamati

Parameter mutu buah No.

SNI Non SNI

Parameter visual pengolahan citra

1. Ukuran ; berat ; diameter

; Luas area obyek

2. Kekerasan Total padatan terlarut

; Indeks warna (r, g, b) ; Komponen warna HSI ; Fitur tekstur

; %(++ , (+ ( %, 0 & ) % &* (' ( * %(& &' 0 ,

%(+&*& ( (+0&(+ 3 ( %(+ , ) ( '

(50)

Setelah itu, sampel buah jeruk digolongkan ke dalam kelas;kelas sesuai SNI dengan parameter area citra buah hasil pengolahan citra. Langkah ini dilakukan dengan terlebih dahulu mengkonversi nilai batas kelas buah jeruk dari besaran berat atau diameter buah ke besaran area citra menggunakan persamaan korelasi yang telah diperoleh sebelumnya.

Buah jeruk pontianak yang sudah digolongkan ke dalam kelas;kelas menurut SNI menggunakan pengolahan citra, selanjutnya dibandingkan dengan penggolongan kelas hasil pengukuran langsung berdasarkan berat atau diameter buah. Dari perbandingan tersebut akan diketahui tingkat keberhasilan penggolongan kelas jeruk hasil pengolahan citra terhadap penggolongan kelas yang seharusnya (hasil pengukuran langsung).

< %(++ , (+ ( & ) % &* (' ( * % 3 0 * ( = 0& , 5 ( &, '

Berdasarkan visual warna kulitnya, buah jeruk pontianak digolongkan ke dalam tiga kelompok, yaitu jeruk dengan kulit kuning, kulit hijau kekuningan, dan kulit hijau. Parameter visual hasil pengolahan citra yang digunakan untuk penggolongan ini adalah parameter warna (RGB dan HSI). Penggolongan ini dilakukan setelah diperoleh nilai batas antar kelompok warna kulit buah dengan analisis statistik sederhana.

# % 1 (+&( ,+ ' % &'& ( %(++&( * ( %(+ , ) ( '

(51)

Tabel 6 Kelas mutu dan kriteria dari algoritma pemutuan menggunakan pengolahan citra

Kriteria Mutu

Kelas SNI Warna kulit buah

A1 A kuning

A2 A hijau kekuningan

A3 A hijau

B1 B kuning

B2 B hijau kekuningan

B3 B hijau

C1 C kuning

C2 C hijau kekuningan

C3 C hijau

D1 D kuning

D2 D hijau kekuningan

D3 D hijau

> % 1 (3 (+* ( 0 , % &'& ( %(++&( * ( %(+ , ) ( '

3%(+ ( % &'& ( (& ,

[image:51.612.185.442.109.357.2]
(52)
[image:52.612.115.523.65.689.2]

Gambar 12 Diagram alir penelitian.

Mulai

Sampel jeruk

Pengambilan citra dengan kamera CCD

Citra disimpan dalam format BMP

Program pengolahan citra digital

Citra warna

! Citra biner

Area Analisis warna RGB

Analisis warna HSI

Analisis fitur tekstur

Perhitungan area obyek

Fitur tekstur

(Entropi, Energi, Kontras, Homogenitas)

Nilai warna

(RGB, HSI)

Pengukuran diameter

Pengukuran berat

Pengukuran kekerasan

Pengukuran total padatan trelarut

(TPT)

Diameter, berat, kekerasan, TPT

Korelasi parameter mutu (SNI dan non SNI) dan parameter pengolahan citra

Selesai Penggolongan kelas

SNI

Penggolongan warna kulit

Algoritma pemutuan baru

(53)

=

%(+&*& ( %'% &'& % &* (' ( * % (+0&(+

0 , % &'& ( (& ,

Pemutuan jeruk pontianak secara manual dilakukan oleh pedagang besar dengan melihat diameter buah atau menduga berat jeruk untuk selanjutnya dikelompokkan ke dalam kelas tertentu, yaitu kelas A, B, C, D, dan E. Sebanyak 850 sampel buah jeruk pontianak hasil pemutuan manual oleh petani ini kemudian dilakukan pengukuran parameter mutu secara langsung di laboratorium. Parameter mutu yang diukur adalah berat, diameter, kekerasan, dan total padatan terlarut (TPT). Nilai rata;rata, standar deviasi, nilai maksimum dan minimum parameter mutu hasil pengukuran secara langsung disajikan pada Tabel 7 – Tabel 10. Data hasil pengukuran ini selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.

Tabel 7 Nilai rata;rata, nilai maksimum dan minimum berat buah jeruk pontianak hasil pengukuran langsung dari pemutuan manual

Kelas

A B C D E

Rata;rata (gram) 162.70 125.41 103.08 84.05 64.54

Standar deviasi (gram) 19.26 9.03 9.16 6.36 10.35

Maksimum (gram) 234.04 146.80 127.72 99.31 90.14

Minimum (gram) 123.08 96.02 82.44 67.13 36.20

Tabel 8 Nilai rata;rata, nilai maksimum dan minimum diameter buah jeruk pontianak hasil pengukuran langsung dari pemutuan manual

Kelas

A B C D E

Rata;rata (mm) 69.8 63.6 59.0 55.3 49.9

Standar deviasi (mm) 3.0 1.6 1.9 1.4 3.1

Maksimum (mm) 80.4 67.8 62.6 58.5 58.4

(54)

Tabel 9 Nilai rata;rata, nilai maksimum dan minimum kekerasan buah jeruk pontianak hasil pengukuran langsung dari pemutuan manual

Kelas

A B C D E

Rata;rata (kg) 0.567 0.495 0.447 0.399 0.367

Standar deviasi (kg) 0.104 0.085 0.103 0.086 0.072

Maksimum (kg) 0.879 0.768 0.791 0.754 0.632

Minimum (kg) 0.358 0.327 0.268 0.246 0.183

Tabel 10 Nilai rata;rata, nilai maksimum dan minimum TPT buah jeruk pontianak hasil pengukuran langsung dari pemutuan manual

Kelas

A B C D E

Rata;rata (obrix) 10.5 10.7 10.8 11.0 11.5

Standar deviasi (obrix) 0.7 0.8 1.1 1.1 1.2

Maksimum (obrix) 12.9 13.7 14.3 14.2 15.0

Minimum (obrix) 8.9 9.1 8.1 8.5 8.3

Diameter jeruk mempunyai pengaruh yang besar terhadap beratnya. Hal ini ditunjukkan dengan kecenderungan semakin besar diameter jeruk, maka akan semakin berat, seperti terlihat pada grafik Gambar 13. Berdasarkan grafik tersebut, korelasi antara diameter dan berat jeruk pontianak mempunyai koefisien determinasi (R2) sebesar 0.9533 atau dengan kata lain grafik tersebut mempunyai nilai kesesuaian sebesar 95.33%. Dari 850 sampel jeruk yang diamati, diameter jeruk terbesar adalah 80.4 mm dan yang terkecil sebesar 40.4 mm, sedangkan berat jeruk paling besar 234 gram dan yang paling kecil 36.2 gram.

(55)

! " #$ %

&% ' ((

# # % %

[image:55.612.135.504.81.334.2]

( ) $

Gambar 13 Hubungan diameter dan berat buah jeruk pontianak.

&% #' %

$ ' # ## #% #( # # #)

# % ( ) $ ' #

[image:55.612.136.503.398.642.2]
(56)

+ %(+ , ) ( ' &('&* %(+) '&(+ %'% = 0& , '

% &* (' ( *

Parameter visual citra buah jeruk pontianak diperoleh dengan menggunakan program pengolahan citra yang dibangun dengan bahasa pemrograman Borland Delphi 7. Program tersebut dapat digunakan untuk menghitung area, indeks warna merah ( ), indeks warna hijau ( ), indeks warna biru ( ), corak ( ), kejenuhan ( ), intensitas, dan fitur tekstur (entropi, energi, kontras, dan homogenitas).

[image:56.612.145.491.353.690.2]

Tampilan program pengolahan citra terdiri atas menu perintah, gambar obyek, gambar histogram, dan hasil analisis. Tampilan awal program pada saat dieksekusi seperti terlihat pada Gambar 15. Langkah pertama dari program tersebut adalah membuka file citra jeruk dengan format bitmap (*.bmp) pada menu File;Open Image, kemudian pilih file citra yang akan dianalisis, maka akan terlihat tampilan seperti Gambar 16.

(57)
[image:57.612.146.492.81.420.2]

Gambar 16 Tampilan program setelah memilih file untuk dianalisis.

Langkah berikutnya adalah proses untuk memisahkan antara obyek dan latar belakang. Pemilihan nilai disesuaikan sehingga obyek dapat dipisahkan dari latar belakangnya. Dari proses ini akan dihasilkan tiga buah citra baru, yaitu citra warna yang sudah di; , citra abu;abu, dan citra biner. Kemudian untuk menghasilkan citra biner yang bebas dari noise, dilakukan operasi morfologi menggunakan proses opening, closing, dilasi, dan erosi. Caranya adalah dengan mengklik menu Morphology Operation, lalu pilih operasi yang dinginkan sampai menghasilkan citra biner yang bebas dari noise, seperti terlihat pada Gambar 17.

(58)
[image:58.612.145.492.216.554.2]

histogram yang menunjukkan jumlah piksel dengan intensitas tertentu juga dapat ditampilkan, seperti terlihat pada Gambar 18. Langkah terakhir adalah menyimpan hasil analisis ke dalam sebuah database pada menu File;Save Data Results, sehingga nantinya dapat diolah lebih lanjut. Tampilan data ketika disimpan terlihat seperti pada Gambar 18. Hasil analisis citra jeruk untuk tiap kelas disajikan pada Lampiran 3.

(59)
[image:59.612.142.495.79.418.2]

Gambar 18 Tampilan program setelah dilakukan analisis.

Gambar 19 Tampilan database hasil analisis program pengolahan citra.

%, 0 %'% &'& 0 , %(+&*& ( (+0&(+ 3%(+ (

%'% = 0& , 0 , %(+ , ) ( '

(60)

sebesar 0.9876 dengan persamaan korelasi berat = 0.0048*area – 32.617 atau area = 204.64*berat + 7018.7, seperti terlihat pada grafik Gambar 20. Dari grafik tersebut terlihat bahwa semakin besar area citra buah maka berat buah juga akan semakin besar. Dalam citra berukuran 400 x 300 piksel, area citra buah yang paling besar adalah 53198 piksel dengan berat 234.04 gram, sedangkan area paling kecil 12919 piksel dengan berat 36.2 gram.

Area citra jeruk juga berkolerasi besar terhadap diameter rata;ratanya. Semakin besar area citra buah maka diameter buah juga akan semakin besar. Korelasi kedua parameter ini mempunyai koefisien determinasi (R2) sebesar 0.9772. Persamaan korelasinya adalah diameter = 0.001*area + 31.147 atau area = 1002.5*diameter ; 30590, seperti terlihat pada grafik Gambar 21. Dalam citra berukuran 400 x 300 piksel, area citra buah yang paling besar adalah 53198 piksel dengan diameter rata;rata 80.4 mm, sedangkan area paling kecil 12919 piksel dengan diameter rata;rata 40.4 mm.

! " (% )#$ &% ' $)

# # % %

[image:60.612.137.502.374.626.2]

# # % % ( (

(61)

#! * (# # $ &% '$$%

( ) ) $ $

[image:61.612.135.505.81.325.2]

# # % % ( (

Gambar 21 Korelasi area citra dan diameter rata;rata buah jeruk.

(62)
[image:62.612.128.517.98.541.2]

Gambar 22 Korelasi indeks warna dan komponen warna ; terhadap kekerasan buah jeruk.

&% #$# # % ( ) $ ' (( ( ( () ($ ( (' #

&% $ %

# % ( ) $ ' (% (( ( ( () ($ (

&% #((

# % ( ) $ ' % % %) %$ % %' ( # % ( ) $ ' ' #% # # %# % %$ &% $

&% %

# % ( ) $ ' ( ) $ '

&% #+"

(63)
[image:63.612.127.518.95.534.2]

Gambar 23 Korelasi indeks warna dan komponen warna ; terhadap total padatan terlarut buah jeruk.

&% %( %

$ ' # ## #% #( # # #) (( ( ( () ($ ( (' #

&% (%

$ ' # ## #% #( # # #) (% (( ( ( () ($

&% '

$ ' # ## #% #( # # #) % % %) %$ % %' (

&% (( '

$ ' # ## #% #( # # #) ( ) $ '

&% ((

$ ' # ## #% #( # # #) ' ## #( # #$ #' %# %( % %$

&% )

(64)
[image:64.612.125.510.76.655.2]

Gambar 24 Korelasi fitur tekstur terhadap kekerasan dan total padatan terlarut buah jeruk.

&% )

# % ( ) $ ' ( $ ' # # # ( &% # % ( ) $ ' # % ( ) $

&% %%%

# % ( ) $ ' # % ( ) $

&% ##)

# % ( ) $ ' $ % ) ' '% ' ')

&% #(

$ ' # ## #% #( # # #) ( $ ' # # # ( &% $ ' # ## #% #( # # #) # % ( ) $ &% $ ' # ## #% #( # # #) # % ( ) $

&% #

(65)

%(++ , (+ ( %, 0 % &* (' ( * %(& &' % 3 0 * ( 0 ,

%(+&*& ( (+0&(+

Buah jeruk pontianak dapat digolongkan menurut SNI berdasarkan berat atau diameternya. Kriteria penggolongan buah jeruk pontianak sesuai SNI berdasarkan berat dan diameternya dapat dilihat pada Tabel 3.

Dari uraian sebelumnya telah diperoleh koefisien determinasi antara parameter berat buah dan area citra lebih besar daripada koefisien determinasi antara parameter diameter buah dan area citra. Oleh karena itu, dalam pembahasan selanjutnya parameter berat buah akan digunakan sebagai kriteria penggolongan kelas menurut SNI.

Dari 850 sampel buah jeruk yang digunakan, hasil penggolongan kelas menurut SNI berdasarkan berat buah adalah sebagai berikut: 91 buah jeruk yang masuk ke dalam kelas A, dan 269 buah jeruk yang digolongkan ke kelas B. Buah jeruk yang masuk kelas C ada 467 buah, sedangkan yang masuk kelas D ada 23 buah (Tabel 11). Hasil penggolongan kelas menurut SNI ini apabila dibandingkan dengan penggolongan kelas hasil pemutuan manual dapat dilihat pada Tabel 12 dan Gambar 25.

Tabel 11 Penggolongan kelas hasil pengukuran langsung berdasarkan berat buah menurut SNI

Kelas Jumlah (buah)

A 91

B 269

C 467

D 23

Total 850

Tabel 12 Penggolongan kelas menurut SNI dan hasil pemutuan manual

Manual (berat) SNI Pengukuran

Langsung (berat) A B C D E Jumlah

A >6 6""? 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 91

B 34 (#% ),) 6!9 9; 6? 111 (41.3%) 0 (0%) 0 (0%) 269

C 0 (0%) 1 (0.2%) #> 6> 6? 200 (42.8%) 177 (37.9%) 467

D 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) " "? 23 (100%) 23

Jumlah 125 125 200 200 200 850

(66)
[image:66.612.136.503.136.422.2]

Dari Tabel 12 terlihat tingkat keberhasilan penggolongan pada kelas A sebesar 100%, kelas B 46.1%, kelas C 19.1%, dan kelas D 0%. Dengan demikian tingkat keberhasilan rata;rata penggolongan kelas ini adalah 41.3%.

Gambar 25 Penggolongan kelas buah jeruk pontianak hasil pemutuan manual dan perbandingannya dengan kelas menurut kriteria SNI.

%(++ , (+ ( %, 0 % &* (' ( * %(& &' %(++&( * (

%(+ , ) ( '

Menurut SNI, jeruk pontianak digolongkan ke dalam empat kelas berdasarkan berat atau diameternya, yaitu kelas A, B, C, dan D (Tabel 3). Dengan menggunakan pengolahan citra, maka penggolongan kelas ini dapat dilakukan dengan menggunakan parameter area citra buah.

Area citra buah dapat digunakan untuk penggolongan kelas buah jeruk pontianak dengan terlebih dahulu mengkonversi nilai batas parameter berat ke parameter area citra. Persamaan yang digunakan adalah area = 204.64*berat + 7018.7. Kriteria penggolongan kelas berdasarkan berat menurut SNI dan hasil konversi ke area citra dapat dilihat pada Tabel 13.

# # % %

- . +

(67)

-Tabel 13 Kriteria kelas jeruk pontianak (SNI 01;3165;1992) berdasarkan berat dan hasil konversinya ke area citra

Kelas Berat (gram/buah) Area citra (piksel)

A ≥ 151 ≥ 37919

B 101;150 27687;37715

C 51;100 17455;27483

D ≤ 50 ≤ 17251

Dari 850 sampel buah jeruk yang digunakan, ada 45 buah jeruk hasil penggolongan menggunakan pengolahan citra (area) yang tidak sesuai dengan penggolongan hasil pengukuran secara langsung (berat). Hasil penggolongan kelas menurut SNI menggunakan pengolahan citra dengan hasil pengukuran langsung disajikan pada Tabel 14 dan Gambar 26. Dari Tabel 14 terlihat tingkat keberhasilan penggolongan pada kelas A sebesar 87.9%, kelas B 98.5%, kelas C 94.0%, dan kelas D 100%. Dengan demikian tingkat keberhasilan rata;rata penggolongan ini adalah 95.1%.

Tabel 14 Penggolongan kelas menggunakan pengolahan citra dengan hasil pengukuran langsung berdasarkan berat buah

Pengolahan Citra (area) SNI Pengukuran

Langsung (berat) A B C D Jumlah

A #" #< >? 11 (12.1%) 0 (0%) 0 (0%) 91

B 0 (0%) !;: ># :? 4 (1.5%) 0 (0%) 269

C 0 (0%) 14 (3.0%) 98> >9 "? 14 (13.0%) 467

D 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) !8 6""? 23

Jumlah 80 290 443 37 850

Keterangan: Tingkat keberhasilan yang dicetak tebal.

(68)

C, sedangkan sisanya masuk ke dalam kelas B dan D masing;masing sebanyak 14 buah. Penggolongan kelas D menghasilkan tingkat keberhasilan terbesar (100%). Dari 23 buah jeruk yang seharusnya masuk kelas D, semuanya masuk ke dalam kelas D menggunakan pengolahan citra.

[image:68.612.133.500.158.442.2]

Gambar 26 Penggolongan kelas buah jeruk pontianak hasil pengolahan citra dan perbandingannya dengan kelas menurut kriteria SNI.

Tingkat keberhasilan rata;rata penggolongan kelas menggunakan pengolahan citra belum sepenuhnya 100%. Hal ini mungkin dikarenakan proses untuk memperoleh citra biner yang kurang sempurna, sehingga nilai area citra yang diperoleh tidak sesuai dengan yang seharusnya.

$ %(++ , (+ ( 5 ( &, ' & ) % &* (' ( * %(++&( * (

%(+ , ) ( '

Pemutuan buah jeruk pontianak selama ini dilakukan oleh petani jeruk secara manual dan hanya berdasarkan ukuran buah (berat atau diameter). Pemutuan manual ini tidak memperhatikan warna kulit buah sehingga hasil

# # % %

- .

# # % %

- .

(69)

-pemutuan menjadi kurang seragam baik dalam hal ukuran maupun warna buah. Hal ini terbukti dengan adanya hasil pemutuan manual pada kelas yang sama namun ukuran buah berbeda dan warna kulit buah beragam (hijau, hijau kekuningan, dan kuning). Jika pemutuan buah jeruk pontianak dilakukan dengan memperhatikan parameter warna kulit buah, selain parameter ukuran, tentu akan diperoleh hasil pemutuan yang lebih seragam, baik dari segi ukuran maupun warna kulit buah

Pada umumnya, para konsumen jeruk akan lebih memilih buah jeruk den

Gambar

Gambar 1  Bunga jeruk siam.
Gambar 6  Contoh jeruk pontianak tiap kelas hasil pemutuan manual yang digunakan dalam penelitian
Gambar 10  Pengukuran kekerasan buah jeruk.
Tabel 6 Kelas mutu dan kriteria dari algoritma pemutuan menggunakan pengolahan citra
+7

Referensi

Dokumen terkait

Area Cukup Ruang? Alokasi Penyimpanan Barang Usulan Selesai Slot Terdekat Spesifikasi Gudang Spesifikasi &amp; Karakteristik Barang Data SKU Data I/O Barang Kapasitas Maksimum

Disarankan penjahit dengan durasi kerja &gt;8 jam harus merubah waktu kerjanya guna menghindari terjadinya keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) menjadi lebih tinggi yang

Hasil-hasil penelitian lain juga menunjukkan semakin tinggi konsentrasi Fe dalam larutan semakin tinggi kemungkinan keracunan besi pada tanaman dan bahwa skor

Peraturan Daerah Kabupaten Grobogan Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Grobogan Tahun 2006 Nomor

Telah dilakukan Perbandingan Bilangan Iodin pada sampel Crude Palm Kernel Oil (CPKO) dan Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil (RBD PKO) dari Wilayah Dumai, dengan

Dari pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa pendidikan agama Islam merupakan suatu usaha pemberian bimbingan atau asuhan terhadap peserta didik agar nantinya

Dilihat dari asal tamu, terjadi peningkatan pada jumlah domestik yang menginap sebesar 13,91 persen, sementara itu jumlah tamu asing mengalami pemnurunan sebesar