JARINGAN KOMUNIKASI DAN PERAN PEREMPUAN
DALAM MEMPERTAHANKAN BUDAYA RUDAT
(Studi Pada Masyarakat Desa Negeri Katon, Kecamatan Negeri Katon,
Lampung Selatan)
ANNA GUSTINA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini Saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Jaringan Komunikasi
dan Peran Perempuan dalam Mempertahankan Budaya Rudat; Studi Pada
Masyarakat Desa Negeri Katon, Kecamatan Negeri Katon, Lampung Selatan adalah
karya Saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau yang dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir tesis ini.
Bogor, Agustus 2007
ABSTRAK
ANNA GUSTINA. Jaringan Komunikasi dan Peran Perempuan dalam Mempertahankan Budaya Rudat; Studi Pada Masyarakat Desa Negeri Katon, Kecamatan Negeri Katon, Lampung Selatan. Dibimbing oleh Hj. AIDA VITAYALA S. HUBEIS dan SUTISNA RIYANTO SUBARNA.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menggambarkan bentuk jaringan komunikasi masyarakat berkaitan dengan penyebaran informasi tentang budaya rudat serta mengkaji peran-peran khusus yang ada dalam jaringan tersebut, (2) Mengkaji peran perempuan dalam proses penyebaran dan pelaksanaan budaya rudat pada masyarakat desa Negeri Katon, (3) Mengkaji hubungan antara jaringan komunikasi masyarakat dengan peran perempuan dalam proses penyebaran dan pelaksanaan budaya rudat pada masyarakat desa Negeri Katon.
Penelitian ini dilaksanakan pada masyarakat desa Negeri Katon, kecamatan Negeri Katon, kabupaten Lampung Selatan. Data primer dikumpulkan melalui metode survei, sosiometri dan wawancara mendalam. Metode survei dilakukan dengan alat bantu kuesioner terhadap 97 responden, dan metode sosiometri untuk analisis jaringan komunikasi, wawancara mendalam dilakukan untuk mengumpulkan data secara kualitatif. Hubungan antar peubah dianalisis dengan uji statistik koefisien korelasi Rank Spearman dan uji Regresi Linier Berganda.
Hasil penelitian menunjukkan: 1) Dalam struktur jaringan komunikasi hanya terbentuk sebuah klik yang besar, 2) Peran khusus yang ada dalam jaringan hanya
star dan neglectee, 3) Peran perempuan dalam proses penyebaran informasi dan proses pelaksanaan prosesi budaya Rudat memiliki peranan yang cukup signifikan terutama pada tahap persiapan prosesi, sedangkan untuk dua tahap lainnya (tahap pelaksanaan dan tahap akhir prosesi) peran perempuan masih, 4) Ada hubungan yang signifikan antara jaringan komunikasi dengan peran perempuan dalam proses penyebaran dan pelaksanaan budaya Rudat di desa Negeri Katon.
ABSTRACT
ANNA GUSTINA. Communication Network and The Role of Women On Maintaining The Rudat Culture; Case Study Upon The People of Desa Negeri Katon, Kecamatan Negeri Katon, South Lampung. Under the direction of Hj. AIDA VITAYALA S. HUBEIS and SUTISNA RIYANTO SUBARNA.
The objective of the research was (1) describing the configuration of communication network related to the dissemination of information about the rudat culture and examining its specific roles in the network (2) examining the role of women in the process of dissemination of information about the rudat culture and the ceremony in Desa Negeri Katon. (3) examining the relation between the peoples communication network and the role of women in the process of dissemination of information about the rudat culture and the ceremony in Desa Negeri Katon.
The Research was held upon the people of Desa Negeri Katon, Kecamatan Negeri Katon, South Lampung, Primary data had been collected by methods of survey, sociometri and indepth interview. The survey was held by means of sets of questionnaire asked to 97 respondent, the sociometri used to analize the communication network, and the depth interviews was used in collecting qualitative data. The intervariable relation then analized using statistical test correlational coefficient rank spearman and the multilinear regression test.
The results shown that 1) the structure communication network composes a mere great clique 2) the specific roles in the network are star and neglectee, 3) there are significant connection between its communication network with the roles of woman in the process of dissemination of information
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Bumi (Lampung Utara) pada tanggal 21 Agustus
1976. Penulis merupakan anak ketiga dari tujuh bersaudara pasangan H. Zainal
Abidin Gani dan Hj. Alina.
Tahun 1988 penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 3
Kalianda, kemudian tahun 1991 menyelesaikan pendidikan di SLTPN 1 Tanjung
Karang. Tahun 1994 penulis menamatkan pendidikan Sekolah Menengah Atas 9
Tanjung Karang, pada tahun yang sama penulis diterima di jurusan Ilmu Komunikasi
FISIP Universitas Diponegoro Semarang dan menyelesaikan pendidikannya pada
Januari 1999.
Sejak tahun 2000 penulis diangkat sebagai staf pengajar di jurusan Ilmu
Komunikasi FISIP Unila. Tahun 2001 penulis menikah dengan Ahmad Rudy Hendra
Akuan, SH dan kini dikaruniai dua orang putra (M. Reinaldi Akuan dan M. Haikal
Keitaro Akuan).Tahun 2005 penulis mendapat tugas belajar di Program Studi
Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, Program Pascasarjana IPB
@ Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007
Hak cipta dilindungi Undang-undang
1.Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penyusunan kritik atau tujuan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2.Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh
JARINGAN KOMUNIKASI DAN PERAN PEREMPUAN
DALAM MEMPERTAHANKAN BUDAYA RUDAT
(Studi Pada Masyarakat Desa Negeri Katon, Kecamatan Negeri Katon, Lampung Selatan)
ANNA GUSTINA
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Komunikasi Pertanian dan Pedesaan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Judul Penelitian : Jaringan Komunikasi dan Peran Perempuan dalam Mempertahankan Budaya Rudat
(Studi Pada Masyarakat Desa Negeri Katon, Kecamatan Negeri Katon, Lampung Selatan)
Nama : Anna Gustina
NPM : P 054050101
Program Studi : Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr.Ir.Hj. Aida Vitayala S. Hubeis Ir. Sutisna Riyanto Subarna,MS
Ketua Anggota
Diketahui,
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana
Komunikasi Pembangunan
Pertanian dan Pedesaan
Dr.Ir.H. Sumardjo, MS Prof.Dr.Ir.H.Khairil A. Notodiputro,MS
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T. atas rahmat dan karunia-Nya penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Tesis dengan judul Jaringan Komunikasi dan Peran Perempuan dalam Mempertahankan Budaya Rudat (Studi Pada Masyarakat Desa Negeri Katon, Kecamatan Negeri Katon, Lampung Selatan), disusun salah satu syarat bagi mahasiswa Sekolah Pascasarjana pada Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan untuk memperoleh gelar Magister Sains.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Dr.Ir.Hj. Aida Vitayala S.Hubeis selaku Ketua Komisi Pembimbing
sekaligus dosen Pembimbing Akademik dan Ir. Sutisna Riyanto Subarna, MS selaku anggota komisi pembimbing, yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan saran serta masukan dengan sabar sejak persiapan hingga dalam menyelesaikan penelitian ini.
2. Dr. Ir. H. Amiruddin Saleh selaku penguji, yang telah memberikan saran, kritik yang sangat membangun berkaitan dengan penyempurnaan tesis ini. 3. Dr. Ir. H. Sumardjo, MS selaku Ketua Program Studi serta seluruh staf
pengajar yang telah membekali ilmu bagi penulis selama menempuh pendidikan Magister di program studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan.
4. Rektor Universitas Lampung, Dekan FISIP Unila beserta seluruh jajarannya, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Unila beserta rekan-rekan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik atas support, doa dan sarannya.
5. Kepala Desa dan Seluruh warga desa Negeri Katon atas dukungan, bantuan dan persaudaraannya.
6. Orang tua H. Zainal Abidin Gani dan Hj. Alina, mertua Gunung Iskandar Akuan dan (Almh) Ratna Djuwita, Kakak-kakak dan Adik-adik atas dukungan dan doanya selama penulis menyelesaikan pendidikan Magister. 7. Suami A.Rudy Hendra Akuan dan kedua buah hati M.Reinaldi Akuan dan
M. Haikal Kaitaro Akuan atas dukungan, pengertian dan kasih sayangnya. 8. Keluarga besar di Lampung dan di Bogor.
9. Teman-teman KMP 2005 (Selly, Ucok, Alief, Ponti, Haris, Etik, Badri, Iksan dan lainnya), Ellyta KMP 2004, Melati, Wawan serta rekan-rekan KMP’06 lainnya atas diskusinya, dukungan, persahabatan dan persaudaraan serta kebersamaannya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan penelitian ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun penulis harapkan. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat. Amin.
Bogor, Agustus 2007
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ………. ii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR... ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang………... 1
Perumusan Masalah………... 3
Tujuan Penelitian ………... 3
Kegunaan Penelitian ………... 4
TINJAUAN PUSTAKA ... 5
Konsep Komunikasi ... 5
Jaringan Komunikasi ... 6
Budaya Rudat ... 13
Karakteristik Individu ... 15
Peran Perempuan ... 16
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ... 18
Kerangka Pemikiran ………..……...……… 18
Hipotesis Penelitian ………...……….. 19
METODOLOGI PENELITIAN ... 20
Desain Penelitian ... 20
Penentuan Lokasi Penelitian ... 20
Metode Pengambilan Sampel ... 21
Definisi Operasional ... 21
Data dan Instrumentasi ... 25
Validitas dan Reliabilitas ... 26
Pengolahan Data ... 27
Analisis Data ... 27
Kondisi Umum Wilayah Penelitian ... 29
Letak dan Luas Daerah ... 29
Demografi ... 29
Sosial Budaya ... 31
Pelestarian Budaya ... 31
Karakteristik Responden ... 32
Umur ... 33
Jenis Kelamin ... 33
Pendidikan ... 34
Akses Terhadap Media ... 34
Terpaan Media ... 36
Karakteristik Informasi ... 39
Jaringan Komunikasi ... 40
Deskripsi Sosiogram... 40
Saluran Komunikasi ... 48
Analisis Jaringan Komunikasi ... 55
Tingkat Individu ... 55
Tingkat Klik ... 56
Tingkat Sistem ... 57
Peran Perempuan ... 59
Hubungan Antar Peubah ... 63
Hubungan Karakteristik Individu dengan Jaringan Komunikasi ... 64
Hubungan Karakteristik Informasi dengan Jaringan Komunikasi.. 65
Hubungan Jaringan Komunikasi dengan Peran Perempuan ... 67
KESIMPULAN DAN SARAN ... 69
Kesimpulan ... 69
Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 71
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Persebaran Penduduk Desa Negeri Katon Berdasarkan Jenis kelamin.. 29
2. Persebaran Penduduk Yang Sudah Bekerja ... 30
3. Persebaran Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 30
4. Persebaran Responden Berdasarkan Apakah Pernah Mengalami Kesulitan dalam Memeperoleh Informasi Rudat ... 32
5. Persebaran Responden Berdasarkan Umur ... 33
6. Persebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 33
7. Persebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 34
8. Persebaran Responden Berdasarkan Akses Terhadap Media ... 35
9. Persebaran Responden Berdasarkan Pernah/tidaknya menonton TV, Mendengarkan Radio dan Membaca Koran ... 36
10. Persebaran Responden Berdasarkan Yang Pernah/Tidak Menyaksikan Budaya Rudat di TV,Radio dan Koran ... 37
11. Persebaran Responden Berdasarkan Intensitas Informasi ... 39
12. Ciri-ciri Star dalam Jaringan Komunikasi ... 45
13. Persebaran Responden Berdasarkan Banyaknya Saluran Komunikasi Yang Digunakan ... 49
14. Persebaran Responden Berdasarkan Dari Siapa Responden Pertama Kali Memperoleh Informasi Mengenai Budaya Rudat ... 50
15. Persebaran Responden Berdasarkan Alasan Memilih Seseorang Sebagai Sumber Informasi Mengenai Budaya Rudat ... 51
16. Persebaran Responden Berdasarkan Apakah Sudah Memahami Informasi Mengenai Budaya Rudat Yang Mereka Terima ... 52
17. Persebaran Responden Berdasarkan Apa Yang Dilakukan Bila Tidak Memahami Informasi Yang Mereka Terima ... 53
18. Persebaran Responden Berdasarkan Hal Yang Dilakukan Setelah Memperoleh Informasi Mengenai Budaya Rudat ... 54
19. Derajat Keterhubungan Individu ... 55
21. Rincian Kegiatan Budaya Rudat... 60
22. Persebaran Responden Berdasarkan Apakah Perempuan Layak Berperan Aktif Dalam Prosesi Rudat ... 62
23. Tingkat Peran Perempuan Dalam Mempertahankan Budaya Rudat ... 63
24. Hubungan Karakteristik Individu dengan Jaringan Komunikasi ... 64
25. Hubungan Karakteristik Informasi dengan Jaringan Komunikasi ... 66
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Komponen-komponen dasar dari model konvergen ... 8
2. Skema kerangka pemikiran... 19
3. Sosiogram Jaringan Komunikasi Masyarakat Dalam Mempertahankan
Budaya Rudat... 42
4. Sosiogram Jaringan Komunikasi Perempuan dalam Mempertahankan
Budaya Rudat ……… 47
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1) Peta Wilayah Penelitian ... 74
2) Kuesioner………... 75
3) Daftar Nama Responden ... 82
4) Derajat Koneksi Dan Derajat Integrasi Responden Serta
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sebagai makhluk sosial, manusia dalam kehidupannya sehari-hari butuh
hidup bermasyarakat, berkelompok dan diakui eksistensinya sebagai anggota suatu
kelompok. Untuk menjadi anggota suatu kelompok, setiap individu harus melakukan
komunikasi dengan individu lainnya (Liliweri, 1997). Karena itu dalam suatu
masyarakat pastilah terdapat struktur jaringan komunikasi yang pertumbuhannya
relatif stabil, sebab perilaku orang-orang yang ada dalam jaringan tersebut dapat
diprediksikan (Setiawan, 1989). Hal ini didasari bahwa terbentuknya sikap seorang
individu merupakan akumulasi dari informasi mengenai sesuatu yang diperoleh
individu tersebut sebagai hasil dari pertukaran informasi dengan individu lainnya.
Rogers dan Kincaid(1981), menyatakan bahwa proses pertukaran informasi tersebut
merupakan inti dari aktivitas komunikasi yang dilakukan oleh para partisipan
komunikasi tersebut guna mencapai saling pengertian dan pemahaman secara
bersama tentang sesuatu hal.
Proses pertukaran informasi tersebut akan membentuk suatu hubungan
komunikasi yang terpola di antara para partisipan dalam suatu rangkaian jaringan
yang interaktif. Hal inilah yang menciptakan suatu ‘jaringan komunikasi’ dalam
masyarakat. Melalui analisis jaringan komunikasi suatu masyarakat sangat
memungkinkan untuk dapat memahami struktur sosial masyarakat tersebut sebagai
suatu proses komunikasi (Setiawan, 1989). Adapun struktur jaringan komunikasi itu
sendiri di antaranya memiliki konfigurasi yang terdiri dari star, liason, isolate dan
gate keeper. Sebagai salah satu kelompok masyarakat adat yang ada di daerah
Lampung, masyarakat desa Negeri Katon merupakan masyarakat yang termasuk
masyarakat Lampung yang beradat Pepadun, secara keseluruhan masyarakat adat
Lampung itu terbagi menjadi dua golongan adat, yakni masyarakat golongan adat
Pepadun dan masyarakat golongan adat Peminggir (Hadikusuma, 1988). Dalam
kehidupan sehari-hari, masyarakat desa Negeri Katon masih mempertahankan,
mempercayai dan memegang teguh budaya yang menjadi warisan nenek
Salah satu budaya yang dimiliki masyarakat di desa Negeri Katon yang sampai
saat ini masih ada dan dilaksanakan adalah budaya rudat yang merupakan budaya
masyarakat yang berbentuk kesenian yang diaplikasikan dalam bentuk tarian,
senandung dan tabuhan. Tarian, senandung dan tabuhan tersebut mengandung makna
dan doa-doa yang diperuntukkan terutama bagi keluarga yang melaksanakannya dan
masyarakat desa tersebut pada umumnya. Rudat dilaksanakan pada saat ada
masyarakat yang melaksanakan upacara perkawinan adat ataupun khitanan dengan
tujuan agar pihak keluarga yang melaksanakannya khususnya pengantin atau anak
yang dikhitan diberikan keselamatan dan berkah dalam kehidupannya dikemudian
hari. Selain itu apabila suatu keluarga melaksanakan acara rudat yang menyertai
upacara perkawinan atau khitanan, maka derajat keluarga tersebut juga akan
terangkat di mata masyarakat sekitarnya.
Masih eksisnya budaya rudat dalam masyarakat desa Negeri Katon,
diasumsikan salah satu di antaranya disebabkan masih kuatnya interaksi jaringan
komunikasi yang berkaitan dengan penyebaran informasi tentang budaya rudat
dalam masyarakat desa Negeri Katon. Sebenarnya budaya rudat juga kerap
dilaksanakan oleh beberapa masyarakat di desa-desa yang juga mayoritas masih
dihuni oleh masyarakat yang beradat Pepadun, namun demikian khusus pelaksanaan
rudat di desa Negeri Katon memiliki sedikit perbedaan, yaitu pada salah satu tahap
dari tiga tahapan prosesi Rudat yakni tahap pelaksanaan prosesi oleh masyarakat
desa Negeri Katon, hanya dilakukan oleh kaum laki-laki. Padahal pada kelompok
masyarakat lainnya, tahap itu dapat dilakukan pula oleh kaum perempuan dan hal
tersebut menurut hasil pra survei (wawancara) dengan tokoh adat setempat
sebenarnya sah dan diperbolehkan menurut aturan adat yang berlaku.
Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini diarahkan untuk mengetahui
bagaimanakah bentuk jaringan komunikasi masyarakat berkaitan dengan penyebaran
informasi tentang budaya rudat, peran-peran khusus yang ada dalam jaringan
tersebut serta peran perempuan dalam proses penyebaran dan pelaksanaan budaya
Perumusan Masalah
Manusia tidak dapat hidup tanpa orang lain, itu artinya untuk dapat
berhubungan dengan orang lain maka manusia harus melakukan komunikasi dalam
suatu sistem sosial masyarakat, diasumsikan tidak dapat dihindari pasti akan
terbentuk pula suatu jaringan komunikasi masyarakat tersebut. Hal ini didasari
bahwa sesuai kodratnya sebagai makhluk sosial, sebagaimana dalam kehidupan
masyarakat lainnya, dalam hal pemeliharaan kebudayaan suatu masyarakat hanya
bisa dilakukan bila adanya komunikasi antara orang-orang dalam masyarakat
tersebut. Seperti halnya dalam pelestarian kebudayaan rudat pada masyarakat adat di
desa Negeri Katon, kecamatan Negeri Katon, Lampung Selatan, individu-individu
dalam sistem tersebut melakukan komunikasi dan interaksi.
Bertitik tolak dari fenomena di atas, dirumuskanlah masalah penelitian sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah gambaran bentuk jaringan komunikasi masyarakat berkaitan
dengan penyebaran informasi tentang budaya rudat serta peran-peran khusus
yang ada dalam jaringan tersebut ?
2. Bagaimanakah peran perempuan dalam proses penyebaran dan pelaksanaan
budaya rudat pada masyarakat desa Negeri Katon ?
3. Adakah hubungan antara jaringan komunikasi masyarakat dengan peran
perempuan dalam proses penyebaran dan pelaksanaan budaya rudat pada
masyarakat desa Negeri Katon ?
Tujuan Penelitian
Masih eksisnya keberadaan budaya rudat dalam kehidupan masyarakat desa
Negeri Katon di antaranya diasumsikan karena masih eksisnya jaringan komunikasi
masyarakat dalam menyebarkan informasi mengenai budaya rudat dalam masyarakat
desa Negeri Katon. Dalam pelaksanaan budaya rudat di desa Negeri Katon juga
diasumsikan masih dipengaruhi oleh sistem kekerabatan patrilineal, hal ini tampak
dari keterlibatan atau peran perempuan yang sangat sedikit, terutama dalam proses
pelaksanaan ritual rudat.
1. Menggambarkan bentuk jaringan komunikasi masyarakat berkaitan dengan
penyebaran informasi tentang budaya rudat serta mengkaji peran-peran khusus
yang ada dalam jaringan tersebut
2. Mengkaji peran perempuan dalam proses penyebaran dan pelaksanaan budaya
rudat pada masyarakat desa Negeri Katon.
3. Mengkaji hubungan antara jaringan komunikasi masyarakat berkaitan dengan
penyebaran informasi tentang budaya rudat dengan peran perempuan dalam
proses penyebaran dan pelaksanaan budaya rudat pada masyarakat desa Negeri
Katon.
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang berarti bagi:
1. Pihak yang berkepentingan dalam upaya mempertahankan dan melestarikan
budaya rudat, dalam hal ini masyarakat dan pemerintah daerah Lampung;
2. Pengembangan penelitian ilmu komunikasi, khususnya dalam bidang
TINJAUAN PUSTAKA
Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses yang mana paratisipan-partisipannya saling
membuat dan saling bertukar tanda informasi dari seseorang kepada yang lainnya
dari waktu ke waktu (Gonzales dalam Jahi, 1993). Konsep komunikasi ini
menjelaskan bahwa proses komunikasi sebenarnya merupakan proses pertukaran
informasi (sharing of information) di antara para partisipan. Kemudian Rogers dan
Kincaid (1981) dan Rogers (1983) menjelaskan proses komunikasi sebagai suatu
proses pertukaran informasi secara terus menerus, dimana informasi merupakan
akumulasi dari informasi-informasi sebelumnya yang akhirnya akan menimbulkan
kesamaan pengertian di antara paratisipan. SementaraLittlejhon (2001) memberikan
definisi komunikasi sebagai suatu proses yang membuat adanya kesamaan bagi dua
individu atau lebih, yang semula dimonopoli oleh satu atau beberapa individu saja.
Kemudian Kincaid dan Schramm (1987) memberikan definisi komunikasi
sebagai suatu proses saling membagi atau menggunakan informasi secara bersama
dan saling berhubungan di antara partisipan dalam proses informasi. Selanjutnya
masih menurut Kincaid dan Schramm (1987) dikatakan bahwa untuk dapat
berkomunikasi dengan baik, setiap partisipan dituntut tidak hanya memahami proses
komunikasi, tetapi juga harus mampu menerapkan pengetahuannya secara kreatif.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa proses komunikasi pada hakekatnya bukan
hanya proses pertukaran ilmu pengetahuan dan informasi, tetapi juga merupakan seni
bergaul atau berinteraksi. Melalui komunikasi seseorang dapat menyampaikan
pengalamannya kepada orang lain sehingga pengalaman tersebut dapat menjadi
pengetahuan atau informasi bagi orang lain yang tidak mengalaminya sendiri. Tubbs
dan Moss (1996) mengemukakan bahwa melalui komunikasi, Manusia dapat
menyampaikan informasi atau pesan, pendapat, ide, konsep, pengetahuan, perasaan,
sikap dan perbuatannya kepada orang lain secara timbal balik baik sebagai sumber
Petersen, et al. dalam Mulyana dan Rakhmat (2000) menyatakan bahwa
komunikasi adalah pembawa proses sosial. Komunikasi adalah alat yang dimiliki
manusia untuk mengatur, menstabilkan dan memodifikasi kehidupan sosialnya.
Proses sosial bergantung pada penghimpunan, pertukaran dan penyampaian
pengetahuan. Pada gilirannya pengetahuan itu bergantung pada komunikasi.
Muhammad (1995) menyatakan bahwa komunikasi merupakan aktifitas dasar
manusia. Dengan komunikasi orang dapat saling berhubungan satu sama lain baik
dalam kehidupan sehari-hari maupun dimana pun manusia itu berada.
Dari beberapa pengertian di atas, sesuai dengan area penelitian ini dapat ditarik
kesimpulan bahwa komunikasi merupakan interaksi antara seseorang atau lebih
dengan orang lain dalam suatu sistem sosial yang di dalamnya terjadi pertukaran
informasi atau pesan, pendapat, ide, konsep, pengetahuan, perasaan, sikap,
keterampilan dan perbuatannya kepada orang lain secara timbal balik, baik sebagai
sumber (penyampai pesan) maupun sebagai penerima pesan sehingga tercapai
adanya kesamaan makna dan tujuan terhadap apa yang dipertukarkan tersebut.
Jaringan Komunikasi
Secara sederhana, seperti yang dikemukakan oleh Beebe dan Masterson (1994)
jaringan komunikasi didefinisikan sebagai “siapa berbicara dengan siapa atau kepada
siapa.” Kemudian menurut Gonzales (dalam Jahi, 1993) jaringan komunikasi
dinyatakan sebagai hubungan siapa dengan siapa yang dapat diilustrasikan dalam
sebuah sosiogram yang berguna untuk menelusuri jaringan informasi ataupun difusi
suatu inovasi. Selanjutnya Devito (1997) memberikan definisi jaringan komunikasi
sebagai suatu saluran atau jalan tertentu yang digunakan untuk meneruskan pesan di
satu orang pada orang lain.
Berkaitan dengan terbentuknya jaringan komunikasi, Rogers dan Rogers
(1983) menjelaskan bahwa istilah jaringan dalam konteks komunikasi yang mengacu
pada suatu pengelompokkan sejumlah individu atau lainnya yang berinteraksi satu
sama lain menurut pola hubungan tertentu dari waktu ke waktu. Berdasarkan
beberapa definisi jaringan komunikasi yang dikemukakan di atas,
dengan penelitian ini, yakni suatu rangkaian hubungan antara individu dalam suatu
sistem sosial, sebagai akibat terjadinya pertukaran informasi diantara individu
tersebut sehingga membentuk suatu pola jaringan komunikasi.
Menurut Kincaid dan Rogers (1981) dalam mempelajari tingkah laku manusia
berdasarkan proses komunikasi yang terjadi di antara partisipan dalam suatu sistem
adalah melalui suatu pendekatan analisis jaringan komunikasi. Analisis jaringan
komunikasi merupakan suatu metode penelitian untuk mengidentifikasikan struktur
komunikasi dalam suatu sistem, dimana hubungan mengenai aliran atau jaringan
komunikasi dianalisis dengan menggunakaan beberapa jenis hubungan interpersonal
sebagai unit analisisnya. Kincaid dan Rogers (1981);Rogers dan Rogers (1983)
mengemukakan bahwa kumpulan individu yang saling berhubungan melalui jaringan
informasi yang disebut sebagai jaringan komunikasi memiliki tingkat struktur
tertentu yang sudah stabil. Berdasarkan hal tersebut, Krech, et al. (1962); Rogers dan
Rogers (1983) menyatakan bahwa hal tersebut disebabkan ada banyak sekali
kemungkinan hubungan antar individu dalam kelompok yang terbentuk dan
hubungan yang akan membentuk jaringan komunikasi.
Muhammad (1995) menyatakan bahwa untuk mengetahui jaringan komunikasi
serta peranan individu di dalamnya digunakan analisis jaringan. Dari hasil analisis
jaringan dapat diketahui bentuk hubungan atau koneksi orang-orang dalam
organisasi serta kelompok tertentu (klik), keterbukaan suatu kelompok dengan
kelompok lainnya dan orang-orang yang memegang peranan utama dalam
organisasi. Penelitian mengenai analisis jaringan komunikasi dan peran perempuan
dalam mempertahankan budaya rudat akan memakai model konvergensi sebagai
salah satu landasan teori. Model konvergensi memunculkan suatu model komunikasi
yang bersifat menyeluruh. Adapun dasar penggunaan model konvergensi
dalam penelitian ini khususnya berkaitan dengan upaya menganalisis jaringan
komunikasi, tidaklah cukup bila hanya menggunakan landasan teori yang bersifat
linier atau hanya berfokus pada efek yang diterima oleh khalayak saja;
tetapi juga harus mempertimbangkan hal-hal dan hubungan yang
terjadi di antara partisipan komunikasi, proses komunikasi yang terjadi
komunikasi, interprestasi terhadap informasi yang dipertukarkan serta perubahan
tingkah laku para partisipan dalam proses komunikasi (Setiawan, 1989). Selain itu,
model konvergensi ini juga menyatakan bahwa adanya informasi dan saling
pengertian merupakan suatu komponen yang dominan dalam suatu jaringan
komunikasi.
Bila hal ini dikaitkan dengan penelitian ini, dapat dijelaskan bahwa proses
penyebaran informasi mengenai budaya Rudat pada diri masing-masing individu
dalam masyarakat pada awalnya dari ada atau tidaknya perasaan (tertarik atau tidak
tertarik) terhadap keberadaan budaya Rudat. Kemudian perasaan itu
diinterpretasikan secara nyata hingga mencapai suatu tingkat pemahaman yang baik
dalam diri individu, yang dapat menimbulkan suatu kepercayaan terhadap
keberadaan budaya rudat tersebut, dari sini diharapkan dapat mendatangkan suatu
aksi yang berguna untuk menciptakan suatu informasi pada proses komunikasi
selanjutnya.
Komponen-lomponen dari model konvergensi itu terbagi menjadi tiga level
“reality”, yaitu : level fisik,level psikologi dan level sosial. Informasi yang dibagi
oleh dua orang atau lebih dalam proses komunikasi bisa mengarahkan kepada
individual understanding, mutual understanding dan collective action:
Gambar 1 Komponen-komponen dasar dari model komunikasi konvergen
Interpreting Perceiving INFORMATION Perceiving Interpreting
Action Action
Sumber: Rogers dan Kincaid, 1981
Dari model konvergensi tersebut, jika dihubungkan dengan fokus penelitian ini
maka dapat diketahui bahwa apabila hubungan komunikasi telah terjadi dalam
budaya rudat, sehingga pemindahan dan penerimaan informasi yang kemudian
lambat laun akan berpengaruh pada orang-orang yang terlibat dalam proses
komunikasi. Secara garis besar pengaruh dari proses komunikasi ada dua macam,
yaitu pengaruh pada pola pikir dan pola tingkah laku (Setiawan,1989).
Untuk dapat menganalisis pola pikir dan pola tingkah laku individu, harus
melihat pada karakteristik masing-masing individu yang terlihat dalam proses
komunikasi, sifat kelompok, dan sifat lingkungan dimana proses komunikasi itu
berlangsung. Hal ini sangat dimungkinkan karena adanya pengaruh dari informasi
yang diterima individu dari lingkungan sekitarnya akan dapat mempengaruhi pola
pikir dan pola tingkah laku masyarakat di desa Negeri Katon. Asumsi ini didasari
juga oleh adanya teori Langkah yang memandang bahwa pengaruh atau efek suatu
media dalam bentuk-bentuk langkah-langkah atau tahap-tahap. Teori multi media
merupakan salah satunya yang dapat digunakan untuk melihat pengaruh khalayak
(DeVito, 1996). Banyaknya tahap-tahap yang harus dilalui dalam penerimaan
informasi itu tergantung pada :
• Tujuan suatu informasi
• Banyaknya media yang menyebarkan informasi
• Isi pesan yang disampaikan; apakah berkenan bagi khalayak atau melibatkan kepentingan khalayak (Depari & Mac Andrews,1992).
Sampai saat ini masih cukup banyak media massa yang memuat hal-hal yang
berkaitan dengan budaya rudat dengan melihat dari berbagai sudut pandang, dimana
dalam hal ini media bekerja dalam konteks sosial. Selain itu diasumsikan pula bahwa
peranan opinion leader dalam kehidupan masyarakat desa Negeri Katon masih
cukup besar, terutama berkaitan dengan penyebaran informasi mengenai budaya
rudat. Hal ini didasarkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari sebagian besar aktivitas
masyarakat di desa Negeri Katon berkaitan erat dengan budaya rudat yang ternyata
masih berkaitan erat dengan agama Islam sebagai agama yang dianut oleh hampir
seluruh masyarakat desa Negeri Katon. Untuk menganalisis bagaimana hubungan
perilaku komunikasi ada tiga tipe analisis hubungan yang dapat digunakan:
a. Pada tingkat jaringan komunikasi personal
Tingkat jaringan komunikasi personal merupakan tingkat terbawah, ciri
individu-individu lainnya dalam jaringan komunikasi. Intergrasi jaringan komunikasi
personal ialah derajat dimana hubungan-hubungan komunikasi ada di antara anggota
jaringan individual jaringan komunikasi. Semakin besar jumlah hubungan ini, maka
semakin besar derajat integrasi hubungan jaringan komunikasi khususnya secara
individual. Derajat integrasi pada jaringan komunikasi ini berhubungan dengan
peranan khusus komunikasi dalam suatu sistem, misalnya liason dan topik-topik
percakapan yang berbeda.
b. Pada tingkat klik
Pada tingkat klik, berbagai variabel struktural yang dapat dipertimbangkan
untuk diukur adalah: (1). Keterhubungan klik, yakni derajat para anggota suatu klik
berhubungan satu sama lainnya, melalui arus komunikasi (2). Kedominan klik,
yakni derajat dimana pola-pola hubungan komunikasi antar klik tidak
memungkinkan adanya kesamaan (3). Keterbukaan klik, yakni derajat dimana
anggota-anggota suatu klik saling bertukar infomasi dengan klik-klik yang ada di
luarnya (4). Keintegrasian klik dalam jaringan yang lebih luas, dapat diukur dengan
ada tidaknya penghubung yang menghubungkan klik dengan jaringan yang lebih
luas.
c. Pada tingkat sistem
Pada tingkat sistem, kita dapat melakukan beberapa analisis: (1). Keterbukaan
sistem, yakni derajat dimana klik-klik dalam suatu sistem berkaitan dengan sistem
lainnya melalui arus komunikasi (2). Kedominan sistem, yakni derajat dimana
pola-pola hubungan komunikasi antar klik dalam suatu sistem sosial yang tidak
memungkinkan adanya kesamaan (3). Keterbukaan sistem, yakni derajat di mana
anggota-anggota suatu klik saling bertukar infomasi dengan lingkungannya.
Jadi pada hakekatnya, suatu jaringan komunikasi adalah hubungan-hubungan
yang bersifat homofili, yaitu kecenderungan manusia untuk melakukan hubungan
dengan orang yang mempunyai atribut yang sama dengan dirinya. Namun demikian
bukan berarti suatu jaringan komunikasi hanya dapat terjadi pada orang-orang yang
memiliki atribut yang sama saja, karena hubungan komunikasi yang terjadi dalam
jaringan akan mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku orang-orang yang terlibat
didalamnya. Dalam penelitian mengenai jaringan komunikasi, biasanya terdapat
a. Tahap pengidentifikasian klik-klik yang terdapat dalam keseluruhan sistem
b. Tahap pengidentifikasian peranan khusus yang ada dalam jaringan, seperti
star, liason, gate keeper.
c. Tahap pengukuran berbagai indeks ukuran struktur komunikasi pada
individu, klik atau sistem (Setiawan,1989).
Selanjutnya dinyatakan bahwa analisis jaringan komunikasi memberikan
informasi mengenai bermacam-macam fungsi yang terdapat dalam jaringan
komunikasi. Fungsi-fungsi tersebut oleh Setiawan (1989) digambarkan sebagai
konfigurasi sosiometris, yang terdiri dari :
• Star (Bintang), yaitu orang yang merupakan pemusatan jalur komunikasi dari beberapa orang dalam jaringan. Contohnya :
• Liason (penghubung), yaitu orang yang menghubungkan dua klik atau lebih
dalam suatu sistem jaringan komunikasi. Contohnya :
Individu yang berperan sebagai liason dapat memperlancar proses
komunikasi dalam suatu sistem jaringan dan para liason berada di luar antara
kedua klik yang dihubungkannya.
Star
• Isolate (pemencil), yaitu orang yang berada dalam lingkungan atau sistem,
tetapi tidak menjadi anggota jaringan. Contohnya :
• Neglectee, yaitu orang yang memilih tetapi tidak dipilih. Contohnya :
• Gate keeper, yaitu orang yang berada dalam suatu struktur jaringan
komunikasi, yang memungkinkan dia melakukan kontrol arus komunikasi.
Contohnya :
Dalam hal ini gate keeper mempunyai kekuasaan dalam memutuskan apakah
suatu informasi penting atau tidak untuk disampaikan kepada publik.
Selanjutnya, Rogers dan Kincaid(1981) membedakan pola atau model jaringan
komunikasi ke dalam jaringan personal jari-jari (radial personal network) dan
jaringan personal saling mengunci (interlocking personal network). Model jaringan
personal saling mengunci mempunyai derajat integrasi yang tinggi, terdiri dari
individu yang homofili namun kurang terbuka terhadap lingkungannya serta
informasi bersifat memusat dan menyebar. Sedangkan jaringan personal jari-jari
mempunyai derajat integrasi yang rendah, namun mempunyai sifat keterbukaan
terhadap lingkungannya. Krech, et al. (1962) dalam Devito (1997) menyatakan
bahwa bentuk umum dari struktur jaringan komunikasi yang terbentuk pada suatu isolate
sistem terdiri dari lima yaitu: lingkaran, semua saluran, rantai, roda, dan bentuk Y.
Seperti terlihat dalam gambar berikut :
Lingkaran Semua Saluran Rantai Roda Y
Struktur lingkaran tidak memiliki pemimpin, semua anggota kelompok berada dalam
posisi yang sama. Struktur semua saluran atau pola bintang hampir sama dengan
struktur lingkaran, dalam arti semua anggota adalah sama dan semuanya memiliki
kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya. Struktur rantai sama
dengan struktur lingkaran, kecuali orang yang paling ujung hanya dapat
berkomunikasi dengan satu orang saja. Srutuktur roda mempunyai pemimpin yang
jelas, yaitu posisinya di pusat. Struktur Y relatif kurang tersentralisasi dbandingkan
dengan struktur roda, tetapi lebih tersentralisasi dibandingkan pola yang lainnya.
Selain itu dalam jaringan komunikasi juga dikenal istilah yang
mengungkapkan hubungan antar manusia dalam berbagi informasi, yaitu (1) tingkat
keeratan (Connectedness Index) adalah derajat keeratan hubungan antara anggota
jaringan yang satu dengan yang lainnya, (2) tingkat keragaman (Diversity Index)
adalah sedikit banyaknya hubungan komunikasi yang terjadi antara anggota jaringan
komunikasi, (3) tingkat integrasi (Integration Index) adalah keadaan anggota suatu
jaringan yang dapat berhubungan dengan anggota lain dalam jaringan yg
ditunjukkan langkah-langkah hubungan komunikasi, (4) tingkat keterbukaan
(Openness Index) adalah tingkat keterbukaan hubungan anggota-anggota klik
terhadap individu lain yang berada di luar klik tersebut dalam suatu jaringan
komunikasi (Rogers dan Kincaid, 1981).
Rudat
Rudat merupakan salah satu seni budaya atau tradisi adat istiadat suku
Lampung, baik suku Lampung Pepadun maupun suku Lampung Sebatin
(Hadikusuma, 1988). Dalam pelaksanaannya rudat diadakan dalam bentuk upacara
arak-arakan dengan diiringi rebana dan mendendangan lagu-lagu, salawat serta
bersautan, terutama bila dilakukan pada acara perkawinan, yaitu antara pihak
pengantin laki-laki dengan pihak pengantin perempuan, hal ini dilakukan sepanjang
perjalanan pengantin dari balai adat setelah melakukan acara adat lainnya hingga
menuju ke rumah tempat sang mempelai laki-laki atau perempuan. Pada kesempatan
tersebut, biasanya dilakukan acara seserahan antara pihak keluarga pengantin
perempuan kepada pihak keluarga pengantin laki-laki. Dalam acara seserahan
tersebut, biasanya pihak keluarga pengantin perempuan membawa beberapa
barang-barang rumahtangga untuk diberikan kepada kedua mempelai sebagai tanda sayang
keluarga perempuan kepada sang pengantin. Pengantin yang diarak diharapkan
kehidupan rumahtangganya kelak dapat membentuk keluarga yang sakinah
mawaddah dan warohmah serta memiliki derajat yang baik di dalam lingkungan
sosialnya.
Jika prosesi rudat dilakukan pada acara khitanan, arak-arakan rudat ini dipakai
untuk mengiringi anak yang dikhitan untuk keliling desanya sebagai pemberitahuan
kepada masyarakat bahwa ia telah di khitan dan mohon doa restu dari warga desa
atas khitanan tersebut, agar anak yang dikhitan dapat menjadi anak yang soleh serta
dapat dibanggakan oleh orang tua, keluarga dan masyarakatnya. Selanjutnya, pada
saat arak-arakan rudat yang mengiringi anak yang dikhitan hampir kembali sampai
di tempat tinggalnya, juga dilakukan acara penerimaan pihak ”kelama” (saudara
laki-laki dari ibu anak yang dikhitan) dari anak yang dikhitan oleh keluarga si
penyelenggara acara. Sebab dalam budaya Lampung, jika anak laki-laki dikhitan
maka pihak ”kelama” akan melakukan kunjungan ke acara tersebut secara adat, yang
dalam budaya Lampung disebut dengan ”manjau kelama.”
Pelaksanaan prosesi rudat ini sebenarnya dapat dilakukan oleh laki-laki dan
perempuan dengan jumlah peserta pelaksana inti prosesi adalah 40 sampai dengan 50
orang. Dari jumlah tersebut kemudian dibagi dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu:
kelompok yang bertugas sebagai penabuh rebana, kelompok yang bertugas sebagai
penari dan kelompok kecil yang bertugas untuk berpantun atau melantunkan
syair-syair atau salawat nabi. Di beberapa daerah Lampung yang juga melaksanakan
budaya rudat tidak langsung mengharuskan pelaksanaan prosesi rudat ini dilakukan
hanya oleh kaum laki-laki, namun dapat juga dilakukan oleh kaum perempuan saja
berdasarkan hasil wawancara prasurvai dengan tokoh adat di desa Negeri Katon,
khusus pelaksanaan budaya rudat di tempatnya, hanya dapat dilaksanakan oleh kaum
laki-laki, hal ini disebabkan oleh berbagai alasan. Salah satu alasan yang kerapkali
diungkapkan terutama yang berkaitan dengan sistem kekerabatan yang dianut oleh
masyarakat Lampung yakni patrilineal.
Budaya rudat yang dilakukan oleh masyarakat Lampung di desa Negeri Katon
sebenarnya hampir sama dengan budaya Rudat yang dilakukan oleh masyarakat di
wilayah Kalimantan, hanya ada beberapa perbedaan dalam pelaksanaan ritualnya,
namun secara umum maksud dan tujuannya hampir sama.
Karakteristik Individu
Karakteristik individu akan sangat mempengaruhi atau menentukan perilaku
komunikasi seseorang (Nelly, 1988). Adapun yang dimaksud dengan karakteristik
individu adalah ciri-ciri atau sifat yang dimiliki seorang individu yang ditampilkan
melalui pola pikir, pola sikap dan pola tindak dalam lingkungannya. Karakteristik
individu merupakan aspek personal seseorang yang meliputi umur, tingkat
pendidikan dan ciri psikologisnya (Lionberger, 1960 dalam Saleh, 1988), selain itu
ditambahkan pula oleh McLeod dan O’keefe bahwa variabel seperti jenis kelamin,
umur, tingkat pendidikan, kepemilikan media dan status sosial merupakan indikator
yang bisa digunakan untuk menjelaskan mengenai perilaku komunikasi seorang
individu (Mcleod dan O’Keefe, 1972 dalam Saleh, 1988), yang dimaksud perilaku
komunikasi di sini adalah aktivitas individu dalam masyarakat guna mencari
informasi dan memilih saluran komunikasi yang tersedia dalam kaitannya dengan
peneyebaran informasi mengenai budaya rudat.
Adanya hubungan yang signifikan antara karakteristik individu dengan
keikutsertaannya dalam jaringan komunikasi terlihat dalam berbagai penelitian yang
telah dilakukan, selain itu adanya terpaan media juga memperlihatkan adanya
hubungan dengan keikutsertaan individu dalam jaringan. Hal ini tampak di antaranya
dalam penelitian Sopiana (2002) yang menunjukkan adanya hubungan antara umur,
pendidikan, luas lahan dan terpaan media terhadap perilaku (pengetahuan dan
pelaksanaan) petani usaha tebu. Media massa sebagai salah satu saluran komunikasi
media ini bisa memiliki pengaruh langsung, segera dan sangat menentukan
terhadap khlayaknya. Di samping itu pula media dapat bertindak sebagai pengganda
sumber-sumber daya pengetahuan seseorang
Peran Perempuan
Istilah peran merupakan hasil konseptual perilaku manusia pada tingkat yang
relatif abstrak. Ia terbentuk dari berbagai teori (interdisiplin), yanag
variabel-variabelnya berasal dari kebudayaan (culture), masyarakat (society) dan kepribadian
(personality) (Sarbin, 1954 dalam Sarwono, 1984). Selanjutnya Sarbin
mendefinisikan peran sebagai berikut: ”A role is a patterned sequence of learned
actions or deeds performed by a person in an interaction situasion.” Sementara
Suhardono (1994) mengungkapkan bahwa peran adalah suatu fungsi yang dibawa
seseorang ketika menduduki suatu posisi dalam struktur social.
Konsep peran menunjuk pada organisasi tindakan dalam suatu tipe hubungan
interaksi khusus (Jhonson, 1990), ada dua dimensi peran, yaitu hak dan kewajiban.
Tindakan yang diharapkan akan dilaksanakan oleh seseorang merupakan tanggung
jawab suatu peran; tindakan atau respons orang lain merupakan hak. Konsep peran
berkaitan dengan konsep status. Status menunjukkan pada posisi seseorang dalam
suatu hubungan interaksi, bukan pada prestise yang terdapat pada seseorang
(Jhonson, 1990). Berkaitan dengan konsep peran, Biddle dan Thomas(1966) dalam
Sarwono (1984), mengemukakan unsur-unsur konsep peran, yakni: (1) orang-orang
yang mengambil bagian dalam interaksi sosial, (2) perilaku yang muncul dalam
interaksi tersebut, (3) kedudukan orang-orang dan perilaku, (4) kaitan antara orang
dan perilaku.
Sementara Harahap (1951) dalam Purwadarminto, (1989) mengartikan wanita
sebagai perempuan atau orang perempuan. Istilah perempuan dalam masyarakat
masih lebih sering digunakan, masyarakat yang menyukai istilah perempuan berasal
dari kata ”empu” yang mengandung makna istimewa. Selanjutnya berkaitan dengan
peran perempuan Sarwono, 1984 mengemukakan bahwa peran perempuan adalah
perilaku yang diberikan kepada seorang perempuan yang mempunyai kedudukan
sebagai isteri, ibu, ibu rumah tangga, individu atau anggota masyarakat. Artinya
kelompok sosialnya harus dapat menjalankan perannya dengan baik agar
keberadaannya dapat diakui oleh lingkungan sosialnya.
Mengacu pada uraian di atas terkait dengan penelitian mengenai budaya Rudat,
maka dapat disimpulkan bahwa konsep peran perempuan, paling tidak mencakup
tiga hal penting, yaitu: (1) peran perempuan yang dilakukan, yakni perilaku yang
diperlihatkan seorang perempuan yang menduduki suatu posisi tertentu, (2) peran
yang dirasakan seorang perempuan, yakni perilaku yang dirasakan seorang
perempuan yang berhubungan dengan posisi tertentu yang dipegangnya dalam
sistem sosial menurut caranya sendiri atau lingkungan sekitarnya yang khas, (3)
peran yang diharapkan, yakni sejumlah peranan yang diharapkan dari pemegang
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Kerangka Pemikiran
Budaya rudat sebagai salah satu budaya asli masyarakat Lampung pepadun
dan sebatin keberadaannya sampai saat ini masih tetap eksis dalam kehidupan
masyarakat di desa Negeri Katon. Berbagai upaya untuk melestarikan budaya rudat
terus dilakukan oleh para tokoh adat desa setempat, salah satunya melalui
pengenalan dan pemberian informasi tentang budaya rudat bagi generasi muda. Hal
ini dimaksudkan agar kelak budaya rudat yang diaplikasikan dalam prosesi upacara
adat perkawinan dan khitanan tidak punah. Berkaitan dengan proses pengenalan dan
pemberian informasi mengenai budaya rudat dari generasi ke generasi dalam sistem
kemasyarakatan di desa Negeri Katon dibutuhkan proses komunikasi yang bersifat
timbal balik, yaitu proses pertukaran informasi dan saling mempengaruhi di antara
individu dalam kelompok dan lingkungannya. Hubungan yang terbentuk berupa
hubungan yang bersifat interpersonal dan berlangsung secara interkatif. Berdasarkan
hubungan komunikasi yang terjalin itu akan terbentuk suatu jaringan komunikasi
masyarakat yang berkaitan dengan persebaran budaya rudat.
Secara prosedural analisis jaringan komunikasi pada penelitian ini adalah
peubah jaringan komunikasi pada tingkat individu, yang meliputi; derajat koneksitas
individu dan derajat intergritas individu. Disamping itu juga dianalisis struktur
jaringan komunikasi yang kelak akan terbentuk dan peranan khusus apa saja yang
ada dalam jaringan itu dan saluran komunikasi yang digunakan. Sedangkan berkaitan
dengan karakteristik informasi yang diukur adalah intensitas informasi. Untuk
karakteristik individu yang diukur adalah umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
akses terhadap media dan terpaan media. Sedangkan untuk mengukur peubah peran
perempuan dalam budaya rudat diukur melalui: seberapa besar peran perempuan
dalam turut menyebarkan informasi mengenai budaya rudat dan perannya dalam
penyiapan, pelaksanaan dan tahap akhir prosesi budaya Rudat.
Berdasarkan hal tersebut, maka kerangka pemikiran yang dapat di susun
Gambar 2: Skema kerangka pemikiran
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran dan berbagai paradigma yang berkaitan
peubah-peubah terpilih yang berkaitan dengan jaringan komunikasi dan peran
perempuan dalam mempertahankan budaya rudat, dirumuskan beberapa hipotesis
berikut:
Hipotesis 1: Ada hubungan antara karkteristik informasi dan karakteristik individu
dengan jaringan komunikasi dalam mempertahankan budaya Rudat
Hipotesis 2 : Ada hubungan antara jaringan komunikasi dengan peran perempuan
dalam mempertahankan budaya Rudat
X2
Jaringan komunikasi Y1.1 Struktur prosesi upacara rudat :
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan sebagai penelitian deskriptif korelasional dengan
melakukan analisis terhadap semua peubah dan hubungan antar peubah. Penelitian
ini terdiri dari tiga peubah yaitu peubah bebas, peubah antara dan peubah tidak
bebas. Peubah bebas terdiri dari karakteristik individu dan karakteristik informasi.
Untuk karakteristik informasi dalam penelitian ini terlihat dari: intensitas informasi,
sedangkan untuk karakteristik individu terdiri dari: umur, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, akses terhadap media dan terpaan media. Peubah antara nya adalah
jaringan komunikasi yang terdiri dari struktur komunikasi, saluran komunikasi,
derajat koneksitas individu dan derajat integrasi individu. Fokus penelitian ini adalah
mendeskripsikan peubah jaringan komunikasi yang ditekankan pada struktur
komunikasinya. Struktur komunikasi di sini meliputi tiga tingkat yaitu tingkat
individu, tingkat klik dan tingkat sistem. Sedangkan peubah tidak bebasnya adalah
peran perempuan dalam mempertahankan budaya rudat.
Penentuan Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Desa Negeri Katon, Kecamatan Negeri
Katon, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Pemilihan lokasi ini ditentukan
secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa di desa Negeri Katon
budaya rudat masih eksis dilakukan oleh masyarakatnya terutama pada acara upacara
perkawinan dan khitanan. Letak desa Negeri Katon yang terletak 30 km dari ibukota
provinsi Lampung sangat memungkinkan masuknya budaya luar, tahap pelaksanaan
prosesi Rudat di desa Negeri Katon hanya dilakukan oleh kaum laki-laki, padahal di
tempat lain Rudat dapat dilakukan oleh kaum perempuan juga, masyarakat desa
Negeri Katon sehari-harinya banyak yang bekerja di luar desa Negeri Katon dan
memiliki kedudukan/status sosial yang baik dalam pekerjaannya serta telah memiliki
tingkat pendidikan yang relatif cukup baik. Pengambilan data penelitian ini
dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, yaitu bulan Desember 2006 sampai dengan bulan
Metode Pengambilan Sampel
Populasi penelitian adalah seluruh warga desa Negeri Katon yang berumur
minimal 21 tahun, pernah terlibat langsung dalam persiapan dan prosesi upacara
rudat minimal tiga kali dalam tiga tahun terakhir secara berturut-turut. Berdasarkan
kriteria tersebut hasil prasurvai diketahui populasi penelitian ini sebanyak 97 orang.
Dari jumlah tersebut diambil seluruhnya (total sampel) sebagai sampel penelitian.
Sebagai unit analisis pada penelitian ini adalah individu, yang meliputi
personal network yang dilakukan masyarakat dalam memperoleh informasi
mengenai Rudat. Sedangkan yang dianalisis adalah hubungan yang terjadi antar
individu yang terlibat dalam jaringan komunikasi.
Definisi Operasional
Peubah yang digunakan dalam penelitian ini didefinisikan secara operasional
guna mendapatkan pengertian dan pemahaman yang sama terhadap istilah-istilah
yang digunakan dalam penelitian ini.
1. Karakteristik Individu adalah aspek personal seseorang yang meliputi umur, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, akses terhadap media dan terpaan media yang
meliputi:
a. Umur,adalah jumlah usia responden yang dihitung sejak yang bersangkutan
lahir sampai wawancara dilakukan. Diukur dalam skala rasio. Kategori umur
terdiri dari: umur muda, yaitu < 40 tahun; umur sedang, yaitu 41-55 tahun;
umur tua, yaitu > 56 tahun.
b. Jenis Kelamin, adalah jenis kelamin responden. Dalam kategori laki-laki dan
perempuan.
c. Tingkat pendidikan, adalah tingkat pendidikan formal tertinggi responden
hingga saat dilakukan wawancara. Diukur dalam skala ordinal. Kategori
tingkat pendidikan terdiri dari: rendah, jika tidak tamat SD atau tamat SD;
sedang, yaitu jika tamat SLTP; tinggi, yaitu jika tamat SLTA atau perguruan
tinggi.
d. Akses terhadap media, diukur berdasarkan akses responden terhadap media
atau alat komunikasi yang dimiliki seperti televisi, radio, telepon, majalah,
dalam enam bulan terakhir. Di ukur dalam skala ordinal. Kategori akses
terhadap media terdiri dari: rendah, yaitu tidak memiliki akses terhadap
media; sedang, yaitu memiliki akses terhadap1-2 media; tinggi, yaitu
memiliki akses terhadap > 3 media.
e. Terpaan media, adalah berkaitan dengan informasi mengenai budaya Rudat
yang diperoleh responden melalui media massa baik cetak maupun
elektronik, diukur dengan berapa kali responden membaca atau
mendengarkan atau menonton media massa yang berkaitan dengan budaya
rudat dalam enam bulan terakhir. Di ukur dalam skala nominal. Kategori
terpaan media terdiri dari: rendah, yaitu tidak pernah membaca atau
menonton atau mendengarkan media dalam enam bulan terakhir; sedang,
yaitu pernah membaca atau menonton atau mendengarkan media 1-2 kali
dalam enam bulan terakhir; tinggi, yaitu pernah membaca atau menonton
atau mendengarkan media >3 kali dalam enam bulan terakhir.
2. Karakteristik informasi; didefinisikan sebagai derajat perbedaan pengetahuan
mengenai budaya rudat antara responden yang satu dengan yang lain dalam suatu
situasi tertentu. Karakteristik informasi yang tercakup dalam penelitian ini
adalah: Intensitas informasi, didefinisikan sebagai kedalaman pemahaman
responden terhadap informasi mengenai budaya Rudat yang diterima dari sumber
informasi. Intensitas informasi diukur berdasarkan total skor jawaban pertanyaan
tentang kedalaman informasi mengenai budaya Rudat, yang ditunjukkan dengan
semakin paham dan mengertinya responden, sehingga menambah pengetahuan
atau tidak setelah responden menerima informasi tersebut.
3. Jaringan Komunikasi; menggambarkan interaksi antara individu yang satu
dengan yang lain berkaitan dengan upaya memperoleh dan memberikan
informasi mengenai budaya Rudat, dari data jaringan yang diperoleh dapat
dilihat :
a. Struktur komunikasi; didefinisikan sebagai susunan dari unsur-unsur yang
teridentifikasi, yang dapat dikenali dalam jaringan informasi yang terpola
dalam suatu sistem masyarakat. Struktur komunikasi ditunjukkan oleh
matriks sosiometri dan sosiogram. Sosiogram merupakan diagram atau bagan
jawaban dari sampel tersebut maka diidentifikasikan siapa saja yang akan
menempati peran-peran khusus dalam jaringan, seperti star/opinion leader,
isolate, bridge, liaison dan berapa jumlah klik yang terbentuk dalam jaringan.
Selain itu juga dianalisis struktur jaringan komunikasi pada tiga tingkatan,
yaitu tingkat individu, tingkat klik dan tingkat sistem, dimana :
Pada tingkat individu yaitu responden sebagai perseorangan, terdiri dari
derajat koneksi inividu dan derajat integrasi individu.
Pada tingkat klik yaitu sebagai bagian dari sistem dimana
anggota-anggotanya relatif lebih sering berinteraksi satu sama lain dibandingkan
dengan anggota-anggota lainnya di luar klik dalam atau luar sistem,
terdiri dari derajat integrasi klik dan derajat keterbukaan klik.
Pada tingkat sistem yaitu seluruh responden di dalam jaringan
komunikasi, tediri dari tingkat keterbukaan klik.
Secara rinci tentang definisi operasional dan pengukuran struktur jaringan
Tabel1 Definisi konseptual dan pengukuran struktur jaringan komunikasi
Indikator Definisi Konseptual Pengukuran 1. Tingkat Individu
1. Keterhubungan
individu (individual
connectedness)
2. Integrasi individu
(individual integration)
Jumlah hubungan nyata antar individu dengan anggota jaringannya dibagi dengan jumlah hubungan yang mungkin terjadi.
Jumlah hubungan tidak langsung di antara individu di dalam sistem dibagi dengan kemungkinan hubungan yang mungkin terjadi.
2. Tingkat Klik
1. Keterhubungan klik
(Clique connectedness)
2. Integrasi klik (Clique
integration)
3. Keterbukaan klik (Clique
openness)
Tingkat hubungan antar satu klik dengan klik lain dalam suatu sistem
Tingkat hubungan suatu klik dengan klik yang terhubungkan dengan klik lainnya
Tingkat hubungan antara anggota klik dengan klik anggota lain di luar klik.
Jumlah hubungan antara satu klik dengan klik lain dalam sistem dibagi dengan jumlah hubungan yang mungkin terjadi.
Jumlah hubungan tidak langsung (dua tahap) antara klik dengan klik lainnya dibagi dengan jumlah hubungan yang mungkin terjadi.
Jumlah hubungan anggota klik yang melintasi batas klik dibagi dengan jumlah hubungan yang mungkin terjadi.
3. Tingkat Sistem
1. Keterbukaan Sistem
(System Openness)
Tingkat hubungan anggota sistem dengan individu lain diluar sistem
Jumlah hubungan dari anggota sistem yang melintasi batas sistem dibagi dengan jumlah hubungan yang mungkin terjadi
b. Saluran komunikasi, yaitu berkaitan dengan banyaknya saluran komunikasi
yang digunakan. Di ukur dengan skala ordinal. Kategori banyak; > 5 saluran
komunikasi; sedang; 3-4 saluran komunikasi; sedikit 1-2 saluran komunikasi
4. Peran perempuan; didefinisikan sebagai perilaku seorang perempuan yang
mempunyai kedudukan sebagai isteri, ibu rumahtangga atau anggota masyarakat
dalam bentuk peranserta mereka dalam menyampaikan informasi kepada orang
lain, memotivasi masyarakat melaksanakan budaya rudat, menghubungkan
rudat, berpartisipasi secara aktif dalam prosesi acara, mulai dari tahap penyiapan,
tahap pelaksanaan dan tahap akhir. Pengukuran tingkat peran perempuan dalam
mempertahankan budaya rudat dalam setiap item pertanyaan diukur
menggunakan skala ordinal yaitu: tidak pernah diberi skor 1; jarang diberi skor
2; selalu diberi skor 3. Skor masing-masing item jawaban, selanjutnya
dijumlahkan sebagai bahan guna menentukan kategori tingkat peranannya.
Data dan Instrumentasi
Pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dengan menggunakan metode survai, observasi, sosiometri
dan wawancara mendalam (Indepth Interview). Metode survai dan wawancara
mendalam dilakukan dengan menggunakan alat bantu kuesioner. Selain itu peneliti
juga melakukan observasi lapangan dan memanfaatkan data-data tertulis lainnya
yang berkaitan dengan topik penelitian, termasuk hasil-hasil penelitian terdahulu
yang sejenis. Pengumpulan data dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu :
1. Survai pendahuluan, yakni tahap awal dengan melakukan pengamatan dan
penelitian pendahuluan guna mengumpulkan data-data yang berguna untuk
memperkuat permasalahan yang terjadi sehingga peneliti yakin penelitian ini
perlu dan dapat dilaksanakan.
2. Pengumpulan data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil
wawancara
3. Pengumpulan data sekunder, yaitu data-data pendukung yang berkaitan dengan
penelitian.
Validitas dan Reliabilitas
Validitas adalah indeks yang menunjukan sejumlah mana suatu alat pengukur
(dalam hal ini kuesioner) betul-betul dapat mengukur apa yang perlu diukur
(Singarimbun dan Effendi, 1989). Guna mendapatkan alat atau instrumen yang valid,
maka kuesioner disusun dengan cara :
1. Mendefinisikan konsep yang diukur secara operasional
2. Mempertimbangkan teori, kenyataan yang ada dan cara-cara yang pernah
dilakukan oleh peneliti terdahulu mengenai topik sejenis guna mendapatkan data
3. Menyesuaikan isi pertanyaan dan pernyataan dengan situasi dan kondisi
responden
4. Melakukan diskusi dan memperhatikan nasehat pembimbing.
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat ukur yang
digunakan dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas juga menunjukkan
konsistensi alat ukur dalam mengukur gejala yang sama (Singarimbun, 1989).
Dalam penelitian ini guna menentukan reliabilitas alat ukur yang digunakan, peneliti
terlebih dahulu melakukan uji coba kuesioner pada masyarakat yang memiliki
karakteristik yang sama dengan responden. Jumlah masyarakat untuk uji coba
sebanyak 15 orang.
Teknik penghitungan reliabilitas menggunakan teknik belah dua, yaitu dengan
membagi item (pernyataan/pertanyaan) berdasarkan nomer genap-ganjil. Kemudian
skor total kedua belahan dikorelasikan dengan teknik korelasi product moment,
dengan rumus:
N ( X Y) – ( X Y ) r .tt =
(N X - ( X) ( X Y - ( Y ) Dimana : N = jumlah responden
X = total belahan pertama Y = total belahan kedua
Nilai korelasi yang diperoleh, kemudian dikoreksi kembali untuk mencari nilai
korelasi keseluruhan pernyataan, dengan menggunakan rumus :
2 (r .tt)
r.tot = 1+ r.tt
dimana : r.tot = angka koefisien reliabilitas keseluruhan item
r.tt = angka korelasi kedua belahan.
Pengolahan Data
Dalam penelitian ini, data yang sudah diperoleh kemudian diolah melalui
• Editing
Kegiatan memeriksa atau memilih kembali jawaban responden untuk
mengetahui kelengkapan dan kejelasannya.
• Koding
Kegiatan mengelompokkan jawaban responden, menentukan kategori
• Penyusunan Tabulasi
Yaitu dengan menyusun jawaban-jawaban yang sama (identik) dalam
bentuk tabel
Analisis Data
Dalam penelitian ini teknik analisa data yang digunakan adalah:
1. Analisis Sosiometri
Analisis ini digunakan untuk melihat jaringan komunikasi masyarakat dalam
mempertahankan budaya rudat. Cara yang digunakan adalah dengan membuat
matriks hubungan komunikasi yang terjadi dalam masyarakat terlebih dahulu, hal ini
didapat dari jawaban atas pertanyaan sosiometris yang diajukan dalam kuesioner,
selanjutnya dibuat sosiogram. Melalui sosiogram ini akan terlihat pola hubungan
antar individu dalam masyarakat desa Negeri Katon dalam mempertahankan budaya
Rudat dan peranan masing-masing individu dalam jaringan komunikasi tersebut.
2. Analisis Struktur Jaringan Komunikasi
Guna mengetahui tingkat keterhubungan rata-rata hubungan antar individu
dalam jaringan komunikasi dihitung dengan cara:
Jumlah hubungan nyata antar individu
dengan anggota dalam sistem
Tingkat keterhubungan =
Jumlah hubungan yang mungkin terjadi dalam sistem
Jumlah kemungkinan hubungan dalam jaringan ini dirumuskan:
N (N-1) Jumlah kemungkinan hubungan dalam jaringan =
Dimana: N = Jumlah anggota dalam sistem
N-1 = Jumlah anggota dikurangi 1, karena tidak mungkin seseorang menunjuk dirinya sendiri sebagai sumber informasi
Tingkat integrasi individu dihitung dengan cara:
Jumlah hubungan tidak langsung (dua tahap)
dalam suatu sistem
Tingkat integritas =
Jumlah hubungan yang mungkin terjadi
dalam sistem
Indeks keterbukaan sistem dalam jaringan komunikasi dihitung dengan cara:
Jumlah hubungan dari anggota
Sistem yang melintasi batas sistem
Tingkat keterbukaan =
Jumlah hubungan yang mungkin terjadi di luar sistem
3. Analisis Hubungan
Data mengenai hubungan antara karkteristik informasi dan karakteristik
masyarakat dengan jaringan komunikasi dalam mempertahankan budaya Rudat,
hubungan antara jaringan komunikasi dengan peran perempuan dalam
mempertahankan budaya Rudat di analisis dengan menggunakan analisis rangking
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Wilayah Penelitian Letak dan Luas Daerah
Kecamatan Negeri Katon merupakan salah satu dari 24 kecamatan yang
berada di Daerah Tingkat II Kabupaten Lampung Selatan. Luas wilayah kecamatan
Negeri Katon 278.123 Ha. Secara administrasi Kecamatan Negeri Katon terdiri dari
12 desa, yang salah satu diantaranya adalah Desa Negeri Katon yang memiliki luas
3600 ha, terdiri dari 92 ha tanah sawah, 631 ha tanah ladang, 1200 ha tanah
perkebunan rakyat, 1641 ha tanah perkebunan negara dan 62 ha permukiman. Desa
Negeri Katon memiliki batas wilayah yaitu: Utara berbatasan dengan desa Halang
Ratu, sebelah selatan berbatasan dengan desa Kalirejo, kemudian sebelah barat
berbatasan dengan desa Pujo Rahayu dan sebelah timur berbatasan dengan desa
Tanjung Rejo.
Jarak Desa Negeri Katon dengan ibukota kecamatan sejauh 2 km, jarak
dengan ibukota kabupaten Lampung Selatan adalah 120 km sedangkan jarak dengan
ibukota propinsi 45 km. Sarana perhubungan di daerah penelitian sangat memadai
dan lancar, karena letak Desa Negeri Katon berada hanya 1 km dari jalan raya utama
yang menghubungkan Kabupaten Lampung Selatan-Kabupaten Tanggamus,
sehingga akses transpotasi baik dari ibukota kabupaten maupun dari ibukota propinsi
serta ibukota kecamatan ke daerah penelitian sangat lancar.
Demografi
Berdasarkan data desa Negeri Katon tahun 2006 diketahui Desa Negeri
Katon saat ini dihuni oleh 2.298 orang dengan rincian tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1 Persebaran penduduk desa Negeri Katon berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Jumlah (orang) Prosentase (%)
Laki-laki 1.136 49,4
Perempuan 1.162 50,6
Jumlah 2.298 100,0
Sumber: Data Desa Negeri Katon 2006
Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa persebaran penduduk desa Negeri
perempuan. Dari total jumlah penduduk desa Negeri Katon tersebut, diketahui
bahwa hanya 615 orang (26,8 persen) penduduk yang telah memiliki pekerjaan tetap.
Dari penduduk yang sudah bekerja tersebut mayoritas berprofesi sebagai petani.
Ragam pekerjaan penduduk desa Negeri Katon yang sudah bekerja dapat dilihat
dalam Tabel 2.
Tabel 2 Persebaran penduduk yang sudah bekerja berdasarkan pekerjaan
Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang) Prosentase (%)
Petani 361 58,6
Sumber: Data Desa Negeri Katon 2006
Tingkat pendidikan penduduk desa ini cukup beragam dengan sebagian besar
berpendidikan tamat SD dan SLTP. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran
masyarakat desa Negeri Katon akan pentingnya pendidikan sekolah/formal sudah
cukup baik. Persebaran penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat
dalam Tabel 3.
Tabel 3 Persebaran penduduk berdasarkan tingkat pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah
(Orang)
Prosentase (%)
Belum sekolah 385 16,7
Tidak pernah sekolah 169 7,3
Pernah sekolah tapi tidak tamat SD/sederajat 293 12,7
SD/sederajat 699 30,4
Sumber: Data Desa Negeri Katon 2006
Meskipun data pendidikan penduduk menunjukkan adanya kesadaran yang sudah