• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Jenis Tumbuhan Pakan dalam Upaya Konservasi Kelelawar Pemakan Buah dan Nektar di Daerah Perkotaan: Studi kasus kelelawar di Kebun Raya Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Identifikasi Jenis Tumbuhan Pakan dalam Upaya Konservasi Kelelawar Pemakan Buah dan Nektar di Daerah Perkotaan: Studi kasus kelelawar di Kebun Raya Bogor"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI JENIS TUMBUHAN PAKAN DALAM

UPAYA KONSERVASI KELELAWAR PEMAKAN BUAH

DAN NEKTAR DI DAERAH PERKOTAAN:

Studi Kasus Kelelawar di Kebun Raya Bogor

SRI SOEGIHARTO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Identifikasi Jenis Tumbuhan Pakan dalam Upaya Konservasi Kelelawar Pemakan Buah dan Nektar di Daerah Perkotaan: Studi kasus kelelawar di Kebun Raya Bogor adalah karya saya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2009

(3)

SRI SOEGIHARTO. Identification of Feed Plants Species in Conservation Effort of Fruit and Nectar Eating Bats on Urban Area: Case Study Bats on Bogor Botanical Garden. Supervised by AGUS PRIYONO KARTONO and IBNU MARYANTO.

Bats have important role on seeds diversion or flower plants pollination. On the other side, bats considered as agricultural plants pest, especially plants producing fruit. Identification on feed source plants species was very needful in bats conservation efforts. Based on nectar identification, feed source plants species of lalai bats on Bogor Botanical garden consisted of 56 species from 31 families. The family of Bombacaceae were the most find feed source species of fruit bats (10.7%). Similarity of the highest feed source plants species was on Macroglossus sobrinus with Eonycteris spelea where Morisita similarity index was 0.70. The fruit bats utilized different feed source, not only between species but also between sexes. The highest similarity on feed source species utilization between male and female happened on male Macroglossus sobrinus and female Eonycteris spelea that was 0.713. Pollen and nectar eating fruit bats species were Macroglossus sobrinus, Eonycteris spelaea, and Rousettus amplexicaudatus; whereas on fruit-eating was Cynopterus minutus, Cynopterus brachyotis, Cynopterus sphinx, and Cynopterus titthaheileus. Plants species eaten by flying fox of Pteropus vampyrus in Bogor Botanical Garden were Inga sp. and [Euphorbiaceae] sp., Sonneratia sp. (Lythraceae), Durio oblongus (Bombacaeae), [Anacardiaceae] sp., as well as palm Palmae sp.

(4)

SRI SOEGIHARTO. Identifikasi Jenis Tumbuhan Pakan dalam Upaya Konservasi Kelelawar Pemakan Buah dan Nektar di Daerah Perkotaan: Studi kasus kelelawar di Kebun Raya Bogor. Under supervised by AGUS PRIYONO KARTONO and IBNU MARYANTO.

Kelelawar berperan penting dalam pemencaran biji atau penyerbukan tumbuhan berbunga. Di sisi lain, kelelawar dianggap sebagai hama tanaman pertanian, terutama tumbuhan penghasil buah. Identifikasi jenis tumbuhan sumber pakan sangat diperlukan dalam upaya konservasi kelelawar. Berdasarkan identifikasi nektar maka jenis tumbuhan sumber pakan kelelawar lalai di Kebun Raya Bogor terdiri atas 56 spesies dari 31 famili. Tumbuhan dari famili Bombacaceae merupakan jenis sumber pakan kelelawar lalai yang paling banyak ditemukan, yakni mencapai 10,7%. Kesamaan jenis tumbuhan sumber pakan tertinggi adalah pada Macroglossus sobrinus dengan Eonycteris spelaea, yakni dengan indeks kesamaan Morisita sebesar 0,70. Kelelawar lalai memanfaatkan sumber pakan yang berbeda, baik antar spesies maupun antar jenis kelamin. Kesamaan pemanfaatan jenis sumber pakan antar jantan dengan betina tertinggi terjadi pada Macroglossus sobrinus jantan dan Eonycteris spelaea betina, yakni sebesar 0,713. Jenis-jenis kelelawar lalai pemakan polen dan nektar adalah Macroglossus sobrinus, Eonycteris spelaea, dan Rousettus amplexicaudatus; sedangkan pemakan buah adalah Cynopterus minutus, Cynopterus brachyotis, Cynopterus sphinx, dan Cynopterus titthaheileus. Jenis-jenis tumbuhan yang dimakan oleh kalong Pteropus vampyrus di Kebun Raya Bogor adalah Inga sp. dan Euphorbiaceae sp. (Euphorbiaceae), Sonneratia sp. (Lythraceae), Durio oblongus (Bombacaceae), Anacardiaceae sp. (Anacardiaceae), serta jenis palem Palmae sp. Kata kunci: Lalai, Pteropus vampirus, jenis tumbuhan pakan, kesamaan sumber

(5)

© Hak cipta milik IPB, tahun 2009 Hak cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumber.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(6)

IDENTIFIKASI JENIS TUMBUHAN PAKAN DALAM

UPAYA KONSERVASI KELELAWAR PEMAKAN BUAH

DAN NEKTAR DI DAERAH PERKOTAAN:

Studi Kasus Kelelawar di Kebun Raya Bogor

SRI SOEGIHARTO

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Mayor Konservasi Biodiversitas Tropika

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

Kelelawar Pemakan Buah dan Nektar di Daerah Perkotaan: Studi kasus kelelawar di Kebun Raya Bogor

Nama : Sri Soegiharto

NIM : E351070091

Mayor : Konservasi Biodiversitas Tropika

Disetujui Komisi Pembimbing,

Ketua Anggota

Dr. Ir. Agus P. Kartono, M.Si Dr. Ir. Ibnu Maryanto, M.Si NIP. 196602211991031001 NIP. 320 005 297

Diketahui,

Ketua Program Mayor Dekan Sekolah Pascasarjana Konservasi Biodiversitas Tropika

Dr. Ir. Achmad Machmud Thohari, DEA Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS. NIP. 194802081980011001 NIP. 195604041980111002

(8)

Tesis yang berjudul “Identifikasi jenis tumbuhan pakan dalam upaya konservasi kelelawar pemakan buah dan nektar di daerah perkotaan: Studi kasus kelelawar di Kebun Raya Bogor” disusun sebagai salah satu syarat dalam mencapai gelar Master Sains Program Pascasarjana IPB.

Pembuatan tesis ini didasari oleh keprihatinan akan lemahnya perhatian masyarakat akan konservasi kelelawar di daerah perkotaan. Kelelawar seringkali dianggap sebagai satwa yang merugikan disetiap kehadirannya. Peran kelelawar dalam siklus ekologi sebagai penyebar biji dan penyerbuk bunga belum diketahui luas oleh masyarakat. Perlunya identifikasi jenis pakan kelelawar melalui penelitian ini diharapkan dapat membuktikan apakan kelelawar berperan sebagai penyebar biji atau sebagai penyerbuk tanaman.

Dalam tesis lebih lanjut diuraikan tentang pemilihan tipe karakteristik tumbuhan pakan masing-masing jenis kelelawar jantan dan betina. Karakteristik tumbuhan pakan tersebut antara lain : (1) tipe mahkota bunga, (2) tipe polen dan (3) ukuran polen. Jenis kelelawar baik jantan dan betina berbeda dalam pemilihan tipe karakteristik pakan, sebabnya belum bisa dijelaskan mengapa terjadi perbedaan jantan dan betina pada spesies yang sama. Untuk jenis kalong diambil langkah bahwa pengendalian populasi jenis kalong menjadi solusi terbaik dalam manajemen kalong di Kebun Raya Bogor sebagai upaya antisipasi kerusakan yang disebabkan oleh bertenggernya kalong di pohon koleksi.

Akhirnya, disadari bahwa dalam tulisan ini masih terdapat banyak kekurangan, kekelirusan dan kelemahan. Oleh karena itu diharapkan adanya kritik dan saran yang konstruktif untuk perbaikan dan penyempurnaan tesis ini. Semoga hasil-hasil penelitian yang dituangkan dalam tesis ini dapat bermanfaat.

Bogor, Juli 2009

(9)

Syukur Alhamdulillah dipanjatkan kehadlirat Allah SWT karena atas Karunia dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Master Sain dari Institut Pertanian Bogor. Tesis ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat

Selama dalam penyusunan penulis merasa terdidik dan terpacu semangat untuk menulis karya ilmiah yang benar-benar dapat bermanfaat bagi kepentingan ekologi. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Agus P. Kartono dan Dr. Ibnu Maryanto sebagai pembimbing dalam penulisan karya tulis ilmiah ini. Semoga di waktu-waktu mendatang dapat bekerjasama lebih jauh dalam mencoba mengungkap misteri ekologi.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada: 1. yang teramat khusus untuk Istri dan anakku yang telah berkorban mengalah

demi kepentingan penyelesaian tugas akhir ini,

2. dik Mar dan dik Kar yang membantu kesuntukkan dalam pencarian cara menganalisis PCA dan Canoco.

3. Om “teer Braak” yang membantu menyediakan tulisannya tentang “analisis multivariate menggunakan canoco” walaupun hanya bisa baca lewat tulisannya dan karya-karyanya sehingga penulis dapat belajar dan menganalisis data menggunakan analisis multivariate.

4. Teman-teman seangkatan KVT 2007, Glen, Andi, Iman, Paijo, Teddy, Aswan, Dewi, bu Yayuk, bunda Mery, ibu Rosa,

Akhirnya penulis mengharapkan semoga tesis ini dapat berguna sebagai tambahan informasi bagi khasanah keilmuan bidang ekologi.

(10)
(11)

IDENTIFIKASI JENIS TUMBUHAN PAKAN DALAM

UPAYA KONSERVASI KELELAWAR PEMAKAN BUAH

DAN NEKTAR DI DAERAH PERKOTAAN:

Studi Kasus Kelelawar di Kebun Raya Bogor

SRI SOEGIHARTO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(12)

MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Identifikasi Jenis Tumbuhan Pakan dalam Upaya Konservasi Kelelawar Pemakan Buah dan Nektar di Daerah Perkotaan: Studi kasus kelelawar di Kebun Raya Bogor adalah karya saya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2009

(13)

SRI SOEGIHARTO. Identification of Feed Plants Species in Conservation Effort of Fruit and Nectar Eating Bats on Urban Area: Case Study Bats on Bogor Botanical Garden. Supervised by AGUS PRIYONO KARTONO and IBNU MARYANTO.

Bats have important role on seeds diversion or flower plants pollination. On the other side, bats considered as agricultural plants pest, especially plants producing fruit. Identification on feed source plants species was very needful in bats conservation efforts. Based on nectar identification, feed source plants species of lalai bats on Bogor Botanical garden consisted of 56 species from 31 families. The family of Bombacaceae were the most find feed source species of fruit bats (10.7%). Similarity of the highest feed source plants species was on Macroglossus sobrinus with Eonycteris spelea where Morisita similarity index was 0.70. The fruit bats utilized different feed source, not only between species but also between sexes. The highest similarity on feed source species utilization between male and female happened on male Macroglossus sobrinus and female Eonycteris spelea that was 0.713. Pollen and nectar eating fruit bats species were Macroglossus sobrinus, Eonycteris spelaea, and Rousettus amplexicaudatus; whereas on fruit-eating was Cynopterus minutus, Cynopterus brachyotis, Cynopterus sphinx, and Cynopterus titthaheileus. Plants species eaten by flying fox of Pteropus vampyrus in Bogor Botanical Garden were Inga sp. and [Euphorbiaceae] sp., Sonneratia sp. (Lythraceae), Durio oblongus (Bombacaeae), [Anacardiaceae] sp., as well as palm Palmae sp.

(14)

SRI SOEGIHARTO. Identifikasi Jenis Tumbuhan Pakan dalam Upaya Konservasi Kelelawar Pemakan Buah dan Nektar di Daerah Perkotaan: Studi kasus kelelawar di Kebun Raya Bogor. Under supervised by AGUS PRIYONO KARTONO and IBNU MARYANTO.

Kelelawar berperan penting dalam pemencaran biji atau penyerbukan tumbuhan berbunga. Di sisi lain, kelelawar dianggap sebagai hama tanaman pertanian, terutama tumbuhan penghasil buah. Identifikasi jenis tumbuhan sumber pakan sangat diperlukan dalam upaya konservasi kelelawar. Berdasarkan identifikasi nektar maka jenis tumbuhan sumber pakan kelelawar lalai di Kebun Raya Bogor terdiri atas 56 spesies dari 31 famili. Tumbuhan dari famili Bombacaceae merupakan jenis sumber pakan kelelawar lalai yang paling banyak ditemukan, yakni mencapai 10,7%. Kesamaan jenis tumbuhan sumber pakan tertinggi adalah pada Macroglossus sobrinus dengan Eonycteris spelaea, yakni dengan indeks kesamaan Morisita sebesar 0,70. Kelelawar lalai memanfaatkan sumber pakan yang berbeda, baik antar spesies maupun antar jenis kelamin. Kesamaan pemanfaatan jenis sumber pakan antar jantan dengan betina tertinggi terjadi pada Macroglossus sobrinus jantan dan Eonycteris spelaea betina, yakni sebesar 0,713. Jenis-jenis kelelawar lalai pemakan polen dan nektar adalah Macroglossus sobrinus, Eonycteris spelaea, dan Rousettus amplexicaudatus; sedangkan pemakan buah adalah Cynopterus minutus, Cynopterus brachyotis, Cynopterus sphinx, dan Cynopterus titthaheileus. Jenis-jenis tumbuhan yang dimakan oleh kalong Pteropus vampyrus di Kebun Raya Bogor adalah Inga sp. dan Euphorbiaceae sp. (Euphorbiaceae), Sonneratia sp. (Lythraceae), Durio oblongus (Bombacaceae), Anacardiaceae sp. (Anacardiaceae), serta jenis palem Palmae sp. Kata kunci: Lalai, Pteropus vampirus, jenis tumbuhan pakan, kesamaan sumber

(15)

© Hak cipta milik IPB, tahun 2009 Hak cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumber.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(16)

IDENTIFIKASI JENIS TUMBUHAN PAKAN DALAM

UPAYA KONSERVASI KELELAWAR PEMAKAN BUAH

DAN NEKTAR DI DAERAH PERKOTAAN:

Studi Kasus Kelelawar di Kebun Raya Bogor

SRI SOEGIHARTO

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Mayor Konservasi Biodiversitas Tropika

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(17)

Kelelawar Pemakan Buah dan Nektar di Daerah Perkotaan: Studi kasus kelelawar di Kebun Raya Bogor

Nama : Sri Soegiharto

NIM : E351070091

Mayor : Konservasi Biodiversitas Tropika

Disetujui Komisi Pembimbing,

Ketua Anggota

Dr. Ir. Agus P. Kartono, M.Si Dr. Ir. Ibnu Maryanto, M.Si NIP. 196602211991031001 NIP. 320 005 297

Diketahui,

Ketua Program Mayor Dekan Sekolah Pascasarjana Konservasi Biodiversitas Tropika

Dr. Ir. Achmad Machmud Thohari, DEA Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS. NIP. 194802081980011001 NIP. 195604041980111002

(18)

Tesis yang berjudul “Identifikasi jenis tumbuhan pakan dalam upaya konservasi kelelawar pemakan buah dan nektar di daerah perkotaan: Studi kasus kelelawar di Kebun Raya Bogor” disusun sebagai salah satu syarat dalam mencapai gelar Master Sains Program Pascasarjana IPB.

Pembuatan tesis ini didasari oleh keprihatinan akan lemahnya perhatian masyarakat akan konservasi kelelawar di daerah perkotaan. Kelelawar seringkali dianggap sebagai satwa yang merugikan disetiap kehadirannya. Peran kelelawar dalam siklus ekologi sebagai penyebar biji dan penyerbuk bunga belum diketahui luas oleh masyarakat. Perlunya identifikasi jenis pakan kelelawar melalui penelitian ini diharapkan dapat membuktikan apakan kelelawar berperan sebagai penyebar biji atau sebagai penyerbuk tanaman.

Dalam tesis lebih lanjut diuraikan tentang pemilihan tipe karakteristik tumbuhan pakan masing-masing jenis kelelawar jantan dan betina. Karakteristik tumbuhan pakan tersebut antara lain : (1) tipe mahkota bunga, (2) tipe polen dan (3) ukuran polen. Jenis kelelawar baik jantan dan betina berbeda dalam pemilihan tipe karakteristik pakan, sebabnya belum bisa dijelaskan mengapa terjadi perbedaan jantan dan betina pada spesies yang sama. Untuk jenis kalong diambil langkah bahwa pengendalian populasi jenis kalong menjadi solusi terbaik dalam manajemen kalong di Kebun Raya Bogor sebagai upaya antisipasi kerusakan yang disebabkan oleh bertenggernya kalong di pohon koleksi.

Akhirnya, disadari bahwa dalam tulisan ini masih terdapat banyak kekurangan, kekelirusan dan kelemahan. Oleh karena itu diharapkan adanya kritik dan saran yang konstruktif untuk perbaikan dan penyempurnaan tesis ini. Semoga hasil-hasil penelitian yang dituangkan dalam tesis ini dapat bermanfaat.

Bogor, Juli 2009

(19)

Syukur Alhamdulillah dipanjatkan kehadlirat Allah SWT karena atas Karunia dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Master Sain dari Institut Pertanian Bogor. Tesis ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat

Selama dalam penyusunan penulis merasa terdidik dan terpacu semangat untuk menulis karya ilmiah yang benar-benar dapat bermanfaat bagi kepentingan ekologi. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Agus P. Kartono dan Dr. Ibnu Maryanto sebagai pembimbing dalam penulisan karya tulis ilmiah ini. Semoga di waktu-waktu mendatang dapat bekerjasama lebih jauh dalam mencoba mengungkap misteri ekologi.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada: 1. yang teramat khusus untuk Istri dan anakku yang telah berkorban mengalah

demi kepentingan penyelesaian tugas akhir ini,

2. dik Mar dan dik Kar yang membantu kesuntukkan dalam pencarian cara menganalisis PCA dan Canoco.

3. Om “teer Braak” yang membantu menyediakan tulisannya tentang “analisis multivariate menggunakan canoco” walaupun hanya bisa baca lewat tulisannya dan karya-karyanya sehingga penulis dapat belajar dan menganalisis data menggunakan analisis multivariate.

4. Teman-teman seangkatan KVT 2007, Glen, Andi, Iman, Paijo, Teddy, Aswan, Dewi, bu Yayuk, bunda Mery, ibu Rosa,

Akhirnya penulis mengharapkan semoga tesis ini dapat berguna sebagai tambahan informasi bagi khasanah keilmuan bidang ekologi.

(20)
(21)

(i)

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Penelitian ... 2

1.3. Manfaat Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1. Bio-ekologi Kelelawar ... 3

2.1.1. Klasifikasi ... 3

2.1.2. Morfologi Kelelawar . ... 3

2.1.3. Masa Reproduksi ... 4

2.1.4. Perilaku Bertengger dan Mencari Makan ... 4

2.1.5. Wilayah Jelajah ... 6

2.1.6. Jenis Tumbuhan Pakan Kelelawar Buah ... 6

2.2. Tumbuhan ... 7

2.2.1. Mahkota Bunga ... 7

2.2.2. Polen . ... 9

2.2.3. Fenologi ... 11

2.3. Peran Kelalawar ... 12

III. METODE PENELITIAN ... 18

3.1. Tempat dan Waktu ... 18

3.2. Peralatan dan Bahan ... 18

3.3. Jenis Data ... 18

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 19

3.4.1. Pengambilan Sampel Kelelawar ... 19

3.4.2. Pengamatan Polen ... 21

3.2.3. Identifikasi Polen ... 22

3.4.4. Pengukuran Populasi ... 22

3.4.5. Pengukuran Tingkat Kerusakan Pohon Bertengger... 22

3.5. Metode Analisis Data ... 24

3.5.1. Jenis Tumbuhan Pakan ... 24

3.5.2. Teknik Dasar Lalai dalam Mencerna Polen ... 25

3.5.3. Kesamaan Jenis Pakan ... 25

3.5.4. Pendugaan Pertumbuhan Populasi Kalong ... 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

4.1. Hasil ... 27

4.1.1. Jenis Tumbuhan Pakan Lalai ... 27

(22)

(ii)

4.1.4. Kesamaan Jenis Pakan Lalai ... 33 4.1.5. Jenis Tumbuhan Pakan Kalong ... 40 4.1.6. Manajemen Pelestarian Kalong ... 40 4.2. Pembahasan ... 48

(23)

(iii)

No. Halaman 1. Polen yang ditemukan di pencernaan lalai ... 27

(24)

(iv)

No. Halaman 1. Bentuk mahkota bunga ... 8

2. Tipe morfologi polen (Traverse 2007) ... 10 3. Cynopterus sphinx mendatangi Ceiba pentandra untuk memakan

nektar (Nathan 2005) ... 12 4. Pteropus giganteus meminum/memakan nektar dari Ceiba

pentandra (Nathan 2005) ... 12 5. Penempatan lokasi jaring di lapangan ( : pemasangan

rutin, : pemasangan periodik ... 17 6. Sketsa pengukuran diameter pohon dan diameter tajuk ... 22 7. Sketsa pengukuran kerusakan tajuk... 23 8. Sketsa pengukuran pemulihan tajuk ... 23 9. Grafik analisis hCCA jenis lalai berdasarkan karakteristik

mahkota bunga ... 29 10. Grafik analisis hCCA jenis lalai berdasarkan tipe polen... 31 11. Grafik analisis hCCA jenis lalai berdasarkan ukuran polen... 32 12. Pengelompokkan spesies lalai berdasarkan karakteristik mahkota

bunga, tipe polen ... 34 13. Karakteristik ukuran polen yang mempengaruhi pengelompokan

lalai ... 36 14. Jenis tumbuhan pakan yang mempengaruhi pengelompokan lalai ... 38 15. Tingkat kerusakan pohon bertengger yang terjadi untuk jenis

Dyospiros sp, Dipterocarpus cornutus dan Pterocarpus indicus... 41 16. Tingkat kerusakan pohon bertengger yang terjadi untuk jenis

Syzygium syzygiodes dan Pterodotus alata... 43 17. Tingkat kerusakan pohon bertengger yang terjadi pada jenis

(25)

(v)

(26)

(vi)

No. Halaman 1. Tingkat kerusakan tajuk pohon bertengger ... 70

2. Musim berbunga di Kebun Raya Bogor ... 71 3. Jenis tumbuhan sumber pakan kelelawar lalai pada tumbuhan

yang berbunga di Kebun Raya Bogor ... 72 4. Jenis tumbuhan sumber pakan kelelawar lalai pada tumbuhan

yang tidak tercatat berbunga di Kebun Raya Bogor ... 73 5. Jenis polen yang ditemukan pada masing-masing jenis lalai ... 74 6. Persentase jenis polen yang ditemukan pada masing-masing jenis

lalai ... 76 7. Persentase bentuk mahkota bunga yang ditemukan pada

masing-masing jenis lalai ... 78 8. Persentase tipe polen yang ditemukan pada masing-masing jenis

jenis lalai ... 79 9. Persentase ukuran polen yang ditemukan pada masing-masing

jenis lalai ... 80 10. Jenis polen yang ditemukan dalam pencernaan kelelawar ... 81 11. Jenis mikrobiologi selain polen yang ditemukan dalam pencernaan

(27)

1.1. Latar Belakang

Kelelawar merupakan salah satu anggota mamalia yang termasuk dalam ordo Chiroptera. Ordo ini terbagi atas subordo Microchiroptera dan Megachiro-ptera. Ciri morfologi pembeda kedua subordo tersebut antara lain pada mata, telinga, cakar pada jari kedua tangan serta orientasi terhadap sekitarnya. Berdasarkan jenis pakannya, sebagian besar sub ordo Microchiroptera adalah insektivora dan hanya sebagian kecil yang termasuk dalam omnivora, karnivora, piscivora, frugivora, nektarivora atau sanguivora (Yalden & Morris 1975, Feldhamer et al. 1999), sedangkan Megachiroptera merupakan subordo yang memakan buah dan nektar (Feldhamer et al. 1999).

Kelelawar memiliki peran ekologis yang penting karena merupakan pemencar biji buah-buahan seperti sawo, jambu air, jambu biji, duwet dan cendana (Dumont et al. 2004); serta sebagai penyerbuk bunga dari tanaman bernilai ekonomis tinggi seperti petai, durian, bakau, kapuk randu dan mangga. Kelelawar Megachiroptera, terutama pada genus Pteropus sangat berperan penting dalam penyerbukan dan pemencaran biji (Pierson & Rainey 1992, Wiles & Fujita 1992). Spesies pada genus ini mengunjungi kurang lebih 26 spesies tumbuhan berbunga dan 64 tumbuhan buah, serta menyerbuki lebih dari 31 genus dan 14 famili Angiosperma (Marshall 1985).

Keanekaragaman jenis tumbuhan di Kebun Raya Bogor tergolong tinggi. Jumlah koleksi terakhir sampai Januari 2006 terdiri atas 222 famili, 1.257 genera, 3.423 jenis dan lebih dari 13.684 spesimen tanaman hidup (Subarna 2006). Codot Cynopterus sp. di Kebun Raya Bogor memakan 48 jenis tumbuhan yang sebagian besar (74,38%) merupakan tumbuhan hutan dan bagian yang dimakan adalah buah dan daun (Suyanto 2002). Meskipun demikian, kelelawar merupakan salah satu hewan yang masih kurang diperhatikan dalam upaya konservasinya. Hal ini dikarenakan lemahnya pengetahuan masyarakat akan arti penting kelelawar dalam rangkaian mata rantai ekologi.

(28)

2002). Desakan laju urbanisasi juga memaksa kelelawar untuk menyesuaikan diri dan bersarang di antara gedung dan bangunan kota. Jenis Myotis yumanensis di California memiliki 20 tempat sarang dalam gedung dan 18 pohon sarang dalam kota (Evelyn et al. 2004). Gangguan pada tempat sarang, terutama di daerah pemukiman, menjadi ancaman serius bagi kelestarian kelelawar di daerah perkotaan. Sebagai contoh, di Afrika kelelawar jenis Mops condylurus, Tadarida aegyptiaca dan Chaerephon pumilus sering diusir dengan fumigasi karena bersarang di rumah penduduk (Taylor 2000).

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian tentang identifikasi jenis tumbuhan pakan dalam upaya konservasi kelelawar pemakan buah dan nektar di daerah perkotaan ini dilakukan dengan tujuan untuk:

(1) mengidentifikasi jenis-jenis tumbuhan yang dimakan oleh lalai dan kalong (2) mengidentifikasi teknik dasar lalai dalam mencerna polen

(3) mengidentifikasi pengaruh karakteristik tumbuhan yang dipilih sebagai pakan lalai, meliputi tipe mahkota bunga, serta tipe dan ukuran polen.

(4) menentukan kesamaan lalai dalam pemilihan jenis tumbuhan pakan, (5) menentukan manajemen pengelolaan kalong di Kebun Raya Bogor 1.3. Manfaat Penelitian

(29)

2.1. Bio-ekologi Kelelawar

2.1.1. Klasifikasi

Kelelawar termasuk dalam anggota kelas mamalia yang tergolong dalam ordo Chiroptera dengan dua sub ordo yang dibedakan atas jenis pakannya. Ordo Chiroptera memiliki 18 suku, 188 marga dan 977 jenis yang terbagi dalam sub ordo Megachiroptera dan Microchiroptera. Kelelawar pemakan buah atau Mega-chiroptera terdiri atas satu suku, yakni Pteropodidae, yang mencakup 41 marga dan 163 jenis; sedangkan Microchiroptera atau kelelawar pemakan serangga memiliki keanekaragaman yang besar dengan 17 suku, 147 marga, dan 814 jenis (Corbet & Hill 1992).

Kelelawar diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Animalia, Phylum Chordata, Subphylum Vertebrata, Class Mammalia, Ordo Chiroptera, Sub Ordo Megachiroptera dan Microchiroptera (Feldhamer 1990) Jenis kelelawar yang telah diketahui di Indonesia sekitar 205 jenis, yang terbagi ke dalam 9 suku dan 52 marga. Kesembilan famili tersebut adalah Pteropodidae, Megadermatidae, Nycteridae, Vespertilionidae, Rhinolophidae, Hipposideridae, Embllonuridae, Rhinopomatidae dan Molossidae (Suyanto 2001).

2.1.2. Morfologi Kelelawar

Perbedaan ukuran tubuh dan morfologi kelelawar dapat diketahui berdasarkan jenis pakannya. Kelelawar pemakan buah umumnya memiliki ukuran tubuh yang besar, bola mata besar dan memiliki moncong seperti anjing. Kalong kapuk (Pteropus vampyrus) yang terdapat di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, merupakan kelelawar pemakan buah terbesar di dunia. Ukuran sayap P. vampyrus mencapai 1.700 mm dengan bobot tubuh mencapai lebih dari 1.500 gram; sedangkan ukuran lengan bawahnya 36–228 mm. Kelelawar pemakan serangga yang berukuran paling kecil memiliki bobot 2 gram dan paling besar 196 gram dengan ukuran lengan bawah sayapnya 22–115 mm (Suyanto 2001).

(30)

sangat tipis dan melekat pada ruas-ruas tulang jari tangan yang mengalami perpanjangan dan berfungsi sebagai kerangka sayap. Selaput kulit yang melekat pada kerangka sayap membentang hingga jari kaki depan, kaki belakang dan ekor. Selaput kulit yang berfungsi sebagai sayap ini memiliki jaringan ikat yang lentur sehingga selaput sayap dapat dilipat dan tidak menjadi penghalang pada saat berjalan. Selama terbang, selaput sayap ini juga berfungsi sebagai radiator (pendingin) karena selaput terbang yang berisi jaringan ikat urat yang lentur dan serabut otot merupakan tempat mendinginkan darah (Ensiklopedi Indonesia 2003).

2.1.3. Masa Reproduksi

Masa bunting kelelawar pada umumnya mencapai 3–6 bulan. Periode melahirkan adalah sekali dalam satu tahun. Jumlah anak yang dilahirkan untuk setiap kelahiran hanya satu, kecuali pada jenis Larsius borealis yang dapat melahirkan sampai lima ekor anak. Bobot rata-rata bayi yang dilahirkan kelelawar mencapai 25–30% dari bobot induknya (Suyanto 2001). Induk kelelawar pada saat terbang rata-rata mampu membawa bayi dengan bobot antara 9,3–73,3% bobot tubuhnya (Davis & Cockrum 1964).

2.1.4. Perilaku Bertengger dan Mencari Makan

(31)

sedangkan sayap kadang-kadang digunakan sebagai penopang untuk memisahkan kepala dari dinding (Ensiklopedi Indonesia 2003).

Jenis-jenis kelelawar memiliki tempat tinggal yang sangat bervariasi, yakni: Pteropus alecto bertengger di pohon, Myotis muricola menempati gulungan dedaunan, Megaderma spasma menempati lubang pada pohon, Tylonycteris pachypus menempati celah-celah pada ruas-ruas bambu, Eonycteris major di goa-goa dan Rhinopoma microphyllum tinggal di terowongan. Beberapa jenis kelela-war hidup secara berpasangan seperti Rhinolopus sedulus, atau dalam kelompok besar seperti Pteropus vampyrus (Kunz & Fenton 2003). Kelelawar goa sebagian besar merupakan sub ordo Microchiroptera pemakan serangga dengan ukuran tubuh dan bola mata relatif kecil. Kemampuan penglihatan kelelawar tidak bergantung pada bola mata, tetapi pada kemampuan penala gema (ekholokasi). Ekholokasi merupakan kemampuan menangkap pantulan gelombang ultrasonik dari suara kelelawar yang mengenai benda diam ataupun benda bergerak. Ketika terbang, kelelawar mengeluarkan suara berfrekuensi tinggi (ultrasonik) rata-rata 50 Khz. Pantulan suara ultrasonik dapat digunakan untuk memandu arah terbang, mengenali dan melacak posisi mangsa (Suyanto 2001).

Saat melakukan aktivitas terbang, kelelawar memerlukan oksigen yang lebih banyak dibanding pada saat diam, yakni pada saat terbang membutuhkan 24 ml oksigen/gram bobot tubuh sedangkan saat diam membutuhkan 7 ml oksigen/gram bobot tubuh. Denyut nadi pada saat terbangpun berdetak lebih kencang dibanding saat istirahat, yakni 822 kali/menit pada saat terbang dan 522 kali/menit pada saat istirahat. Untuk mendukung kebutuhan akan oksigen yang tinggi, jantung kelelawar berukuran relatif lebih besar dibanding dengan kelompok lain. Jantung kelelawar berukuran 0,09% dari bobot tubuhnya, sedangkan hewan lain hanya 0,05% dari bobot tubuhnya (Suyanto 2001).

(32)

2.1.5. Wilayah Jelajah

Wilayah jelajah kelelawar bervariasi menurut ukuran tubuh. Rata-rata wilayah jelajah Macroglossus minimus di hutan dataran rendah wilayah konservasi Kau, Provinsi Madang, Papua New Guinea adalah 5,8±4,6 ha dengan rata-rata areal utama seluas 1,5±1,3 ha. Jarak jelajah datar spesies ini mencapai 495±258 m setiap malam. Aktivitas utama M. minimus adalah memakan bunga pisang (Mussaceae) sebagai pakan utamanya. Tempat roosting bagi M. minimus terletak dalam kisaran 0,5±0,4 ha (Winkelmann et al. 2003).

Berbeda dengan M. minimus, kelelawar Syconyeteris australis yang hidup di hutan dataran rendah wilayah konservasi Kau, Provinsi Madang, Papua New Guinea memiliki wilayah jelajah berkisar antara 2,7–13,6 ha. Wilayah jelajah S. australis jantan tidak berbeda nyata dengan betina. Jarak jelajah spesies ini dapat mencapai 264–725 m (Winkelmann et al. 1999).

Dobsonia minor atau dikenal sebagai lesser bare-backed bats dari famili Pteropodidae di kawasan konservasi Kau Papua New Guinea rata-rata memiliki wilayah jelajah 5,1 ha. Pada ukuran tubuh yang sama maka tidak terdapat perbedaan wilayah jelajah antara jantan dan betina baik pada musim kering ataupun musim lembab. Namun demikian terdapat perbedaan wilayah jelajah berdasarkan ukuran tubuh pada betina. Jarak terjauh yang dapat dicapai oleh D. minor berkisar antara 150–1.150 m (Bonaccorso et al. 2002).

2.1.6. Jenis Tumbuhan Pakan Kelelawar Buah

(33)

A. sapota. Berdasarkan konsentrasi protein dan kalsium maka daun merupakan sumber pakan penting bagi kelelawar C. sphinx (Rubi et al. 2000).

Kelelawar Megachiroptera mengkonsumsi buah, polen dan nektar (Suyanto 2001). Serat polen mengandng protein lebih dari 60%, sedangkan pada lapisan terluar dinding polen (exin) mengandung lemak netral, hidrokarbon, terpenoid, pigmen carotenoid, dan sering terdapat karbohidrat lengkap sporopollenin. Lapisan dinding dalam polen (intin) terdiri atas selulosa dan pektin serta nutrisi cytoplasmic (Roulston & Cane 2000).

Terdapat enam metode dasar dalam mencerna polen, yakni: (a) memecahkan dinding exin secara mekanik, (b) membelah dinding polen dengan bagian tajam pada mulut, (c) memecahkan exin dengan enzim, (d) membuat perkecambahan polen (pseudo-germination), (e) menghancurkan exin dengan tekanan osmotik, serta (f) menembus exin menggunakan enzim pencernaan (Roulston & Cane 2000).

2.2. Tumbuhan

2.2.1. Mahkota Bunga

Mahkota bunga (corolla) dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok utama berdasarkan bentuk mahkota, yakni: (a) beraturan, dan (b) setangkup tunggal dan bersimetri satu. Karakteristik mahkota tersebut adalah sebagai berikut (Tjitrosoepomo 2007):

a). Beraturan (regularis); bunga yang memiliki mahkota beraturan antara lain berbentuk: (1) bintang (rotatus atau stellatus) misalnya mahkota bunga lombok Capsicum annuum L., (2) tabung (tubulosus) misalnya bunga tabung pada bunga matahari Helianthus annuus L., (3) terompet (hypocrteriformis) misalnya bunga jantan pada papaya Carica papaya L., (4) mangkuk (urceolatus), dan (5) corong (infundibuliformis), misalnya bunga kecubung Datura metel L.

(34)

(labiatus), yakni jika tajuk bunga seakan-akan dibelah dua sehingga tepinya menyerupai dua bibir. Bentuk tajuk bunga ini umumnya terdapat pada jenis-jenis tumbuhan yang termasuk dalam suku Labiatae seperti kemangi Ocimum basilicum L. dan beberapa suku lainnya seperti Acanthaceae dan Scrophu-lariaceae; (3) bentuk kupu-kupu (papilionaceus), yakni bunga yang mempu-nyai tajuk tediri atas lima daun tajuk bebas, tetapi dua diantaranya lazimnya bersatu, merupakan suatu badan berbentuk sekoci atau perahu. Umumnya terdapat pada suku Papilionaceae seperti kacang tanah Arachis hypogaea L. dan kedelai Glycine soja Benth., (4) bertopeng atau berkedok (personatus), yakni tajuk bunga mempunyai dua bibir seperti bunga labiatus, tetapi bibir bawah melengkung ke atas (palatum) menutupi lubang buluh tajuk, misalnya pada bunga mulut singa Anthirrhinum majus L., serta (5) berbentuk pita (ligulatus), yakni bagian bawah tajuk bunga merupakan buluh atau tabung yang kecil, biasanya mandul karena tidak mempunyai alat-alat kelamin, misalnya bunga-bunga pinggir pada bunga matahari Helianthus annuus L. Bentuk-bentuk mahkota bunga seperti disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Bentuk mahkota bunga: (a) bintang, (b) tabung, (c) terompet, (d, e, f, h dan i) bertopeng, (g) lonceng, (j) corong, (k) kupu-kupu

(a)

(b) (c)

(d)

(f) (g)

(h) (i) (j) (k)

[image:34.612.217.420.397.655.2]
(35)

2.2.2. Polen

Polen adalah sel hidup yang mempunyai inti dan protoplasma yang terbungkus oleh dinding sel. Dinding sel tersebut tediri atas dua lapis, yakni bagian dalam yang tipis dan lunak disebut intin, sedangkan bagian luar yang keras dan tebal disebut eksine (Tim Fakultas Kehutanan IPB 1992). Polen adalah alat perkembang-biakan pada bunga jantan dan merupakan sumber pakan bagi kelelawar pemakan buah dan nektar (Irawati 2005). Bentuk serbuk sari umumnya radiosimetris, yakni memiliki lebih dari dua buah bidang yang simetris, namun diameter tidak selalu terbentuk karena umumnya elips dan kutub sebagai sumbu rotasi (Erdtman 1952).

Polen dapat dikelompokkan berdasarkan ukuran panjang maksimal sumbu pollen sebagai berikut: spora sangat kecil (sporae perminute, PI) berukuran <10 , spora berukuran kecil (sporae minute, MI) 10–25 , spora sedang (sporae mediae, ME) berukuran 25–50 , spora besar (sporae magnae, MA) berukuran 50–100 , spora sangat besar (sporae permagnae, PA) berukuran 100–200 , dan spora raksasa (sporae giganteae, GI) berukuran >200 (Erdtman 1943).

Tipe polen dibedakan berdasarkan kelas permukaannya yang ditentukan melalui perbandingan sumbu polar (P) dengan total lebar polen (E). Berdasarkan rasio P/E maka tipe polen dapat diklasifikasikan ke dalam: (a) peroblate, rasio P/E kurang dari 4/8, (b) oblate, rasio P/E=4/8–6/8, (c) sub-spheroidal, rasio P/E=6/8– 8/6, (d) prolate, rasio P/E=8/6–8/4, dan (e) perprolate, rasio P/E >8/4. Tipe polen sub-spheroidal selanjutnya dapat dibagi lagi ke dalam: (a) sub-oblate, rasio P/E=6/8–7/8, (b) oblate spheroidal, rasio P/E=7/8–8/8, (c) prolate spheroidal, rasio P/E=8/8–8/7, dan (d) sub-prolate, rasio P/E=8/7–8/6 (Erdmant 1952). Tipe morfologi polen menurut Traverse (2007) seperti disajikan pada Gambar 2.

Yulianto (1992) menyatakan bahwa secara paleontologis polen dapat diklasifikasikan berdasarkan:

1). Bentuk dan simetri, yakni:

(36)

b). Monocolpate, simetri bilateral dengan satu colpae, merupakan sifat khas dari tumbuhan monokotil gymnospermae maupun angiospermae.

[image:36.612.136.481.146.573.2]

c). Acolpate, tidak memiliki colpae.

Gambar 2. Tipe morfologi polen (Traverse 2007)

(37)

3). Kehadiran dan tipe aperture serta pore. Butir polen dengan tiga pore (120º) dan cribellate grain (jumlah pore tidak menentu, menyebar, berpola atau tidak).

4). Sifat dasar dan ornamentasi extensine yaitu tectane dan intectane (keduanya memiliki ornamentasi yang bervariasi).

5). Ada atau tidaknya sayap, serta

6). Dimensi butir untuk Angiospermae (10–80 ), Gymnospermae (90–125 ). Polen merupakan bahan makanan yang kaya akan protein dan sangat diperlukan dalam proses kehidupan kelelawar. Pada umumnya jenis tumbuhan spermatophyta merupakan tumbuhan berkayu yang menghasilkan nektar dan polen sehingga jenis-jenis ini merupakan sumber pakan yang baik bagi kelelawar (Tim Fakultas Kehutanan IPB 1992).

2.2.3. Fenologi

Waktu berbunga pada beberapa jenis tumbuhan terjadi secara serempak dan selanjutnya disusul dengan pembuahan sehingga tidak terjadi tumpang-tindih antara periode berbunga dengan berbuah. Jenis-jenis tumbuhan yang termasuk dalam kelompok tersebut antara lain Aglaia elaeagnoidea, Diospyros ebenum, Diospyros ferrea, Ochna obtusata, dan Semecarpus anacardium. Namun demikian, beberapa jenis tumbuhan memiliki periode berbunga dengan berbuah yang bertumpang-tindih, diantaranya adalah jenis Canthium dicoccum, Capparis rotundifolia, Chionanthus zeylanica, Combretum albidum, Drypetes sepiaria, Syzygium bracteata, Garcinia spicata, Glycosmis pentaphyla, Grewia rhamnifolia, Lannea coromandelica, Lepisanthes tetraphylla, Memecylon umbellatum, Pterospermum canescens, Reissantia indica, Strychnos minor, dan Syzygium cumini (Selwyn & Parthasarthy 2006).

(38)

2.3. Peran Kelelawar

Kelelawar pemakan buah dan nektar berperan penting dalam ekologi yaitu sebagai penyebar biji dan penyerbuk bunga. Jenis kelelawar yang memiliki peranan ini mayoritas adalah jenis dari famili Pteropodidae (Dumont 2004). Kelelawar sebagai penyebar biji misalnya pada buah-buahan seperti sawo (Manilkara kauki), jambu air (Syzygium aquea), jambu biji (Psidium guajava), duwet (Syzygium cuminii) dan cendana (Santalum album). Kelelawar sebagai penyerbuk bunga misalnya pada tanaman bernilai ekonomis seperti durian (Durio zibethinus), bakau (Rhizophora conjugate), kapuk (Ceiba pentandra) dan mangga (Mangifera indica).

Peran kelelawar sebagai penyerbuk bunga diawali saat kelelawar memakan madu dengan jalan memasukkan kepalanya ke dalam kelopak bunga. Serbuk sari kemudian menempel pada bulu kelelawar dan menyerbuki bunga pada bunga yang dikunjungi berikutnya (Satyadharma 2007). Nathan (2005) menjelaskan bahwa ada beberapa spesies Pteropodidae yang mengunjungi bunga Ceiba pentandra secara bergerombol sepanjang malam. Spesies tersebut adalah Cynopterus sphinx, Pteropus giganteus dan Rousettus leschenaultia. Peran kelelawar lebih efektif menyerbuki C. pentandra jika dibandingkan dengan penyerbuk serangga.

(39)
[image:39.612.201.436.85.254.2]

Di daerah tropis kurang lebih terdapat 300 spesies tanaman yang pembuahannya bergantung pada peran kelelawar dan diperkirakan 95% regenerasi hutan dilakukan oleh kelelawar jenis pemakan buah dan madu (Satyadharma 2007). Sebagai contoh di hutan tropis Samoa (Cox 1983, 1984) tercatat bahwa Pteropus samoensis memakan buah Cupaniopsis samoensis (Sapindaceae), Ficus graeffii (Moraceae), Dysoxylum maota (Meliaceae), Planchonella sp., Fagraea beretiana, dan Collospermum samoense, dan bunga dari Freycinetia reneckei, Cananga odorata, dan Baringtonia asiatica. Menurut Sykes (1970), Wilson & Graham (1992), P. tonganus di Pasific Selatan memakan bunga Ceiba pentandra (Bombacaceae), Cocos nucifera (Palmae), dan Syzygium malaccense dan buah Syzygium jambos (Myrtaceae), Artocarpus altilis (Moraceae), Carica papaya (Caricaceae), Mangifera indica (Anacardiaceae), Musa paradisiaca (Musaceae), Artocarpus heterophylla (Moraceae), Inocarpus fagifer (Leguminosae), Syzygium malaccense, S. Clusifolium, S. Cuminii, S. Richii, S. inophylloides (Myrtaceae), Psidium guajava (Myrtaceae), Ficus prolixa (Moraceae), Fagraea beretiana (Loganiaceae), Cerbera manghas (Apocynaceae), Persea amaricana (Lauraceae), Terminalia catappa (Combretaceae), Pandanus tecttorius (Pandanaceae), Pometia pinnata (Sapindaceae), Ochrosia oppositifolia (Apocynaceae), Diospyros samoensis (Ebenaceae), Planchonella torricellensis (Sapotaceae), dan Citrus sinensis (Rutaceae).

(40)

Menurut Carstens et al. (2002), Subfamili pemakan nektar antara lain Brachyphyllinae (genus Brachyphylla), Phyllonycterinae (genus Phyllonycteris, erophylla), Glossophaginae (genus Anoura, Choeronyteris, Choeroniscus, Hylonycteris, Lichonycteris, Musonycteris, Scleronycteris, Glossophaga, Leptonycteris, Monophyllus, Lionycteris, Lonchophylla, Platalina). Peran kelelawar sebagai penyerbuk (van Dulmen 2001) antara lain membantu penyerbukan tumbuhan famili Bombacaceae (Quararibea cf. guianensis, Scleronema micranthum Ducke), Leguminosae (Inga sp., Parkia multijuga Benth), Marcgraviaceae (Marcgravia sp.). Nattero et al. (2003), Nicotiana tabacum dibantu penyerbukannya oleh kelelawar hawkmoth. Kelelawar pemakan nectar (Glossophaginae: Phyllostomidae) terlihat mendatangi dan mengisap nektar pada Markea neurantha (Solanaceae), penyerbukan terjadi dikarenakan kelelawar hinggap dan mengayun bunga (Voigt 2004)

Ramirez (2003), ekologi penyerbukan dari total 164 tanaman melalui evaluasi habitat di Venezuela tengah menunjukkan hasil bahwa peran penyerbuk tawon (Hymenoptera) sebesar 38,6%, kupu-kupu (Lepidoptera) 13,9%, lalat (Diptera) 12,7%, penyengat 10,8%, ngengat 6,2%, angin 10,4%, burung 3,1%, kumbang (Coleoptera) 2,3% dan kelelawar (Chiroptera) 1,9%.

Pada tipe hutan tropika kering di pantai Pacific tengah di Mexico, penyerbuk tumbuhan Ceiba grandiflora tercatat spesies kelelawar Glossophaga soricina, Musonycteris harrisoni, dan Leptonycteris curasoae (Quesada et al. 2003). Beberapa tanaman yang diketahui diserbuki oleh kelelawar (Stroo 2000) antara lain:

(1) famili Acanthaceae (Louteridium chartaceum L. Donell-smithii, Trichanthera gigantea),

(2) famili Agavaceae (Agave palmeri, A. schottii, Polianthes bulliana),

(3) famili Bignoniaceae (Crescentia cujete, Kigelia africana, Markhamia stipulata, Oroxylum indicum, Pajanelia multijuga),

(4) famili Brumeliaceae (Puya ferruginea, Vriesea bituminosa, V. gladioliflora), (5) famili Caesalpiniaceae (Bauhinia macrostachya, B. megalandra, B. pauletia,

(41)

disepala, B. marofoliolata, B. ucayalina, Daniellia olivieri, Elizabetha speciosa, Eperua falcata),

(6) famili Capparaceae (Cleome anomala, C. arborea, C. moritziana, C. viridiflora),

(7) famili Caryocaraceae (Caryocar villosum, C. brasiliense), (8) famili Chrysobalanaceae (Couepia longipendula),

(9) famili Cucurbitaceae (Calycophysum pedunculatum), (10) famili Gentianaceae (Irlbachia alata),

(11) famili Lecythidaceae (Lecythis poiteaui, Barringtonia asiatica),

(12) famili Lythraceae (Duabanga grandiflora, D. moluccana, Lafoensia pacari, L. punicifolia, Sonneratia apetala, S. ovata, S. caseolaris),

(13) famili Malvaceae (Adansonia digitata, A. grandidieri, Bombax ceiba, Ceiba pentandra, Durio graveolens, D. kutejensis, D. zibethinus, Ochroma pyramidale, Pachira aquatica, Pseudobombax grandiflorum, P. longiflorum), (14) famili Melastomataceae (Tibouchina grossa),

(15) famili Mimosoideae (Calliandra confusa, Inga spectabilis, I. vera, Parkia decussata, P. pendula, P. platycephala),

(16) famili Musaceae (Musa acuminata, Heliconia solomonensis, H. indica, H. papuana, H. lanata),

(17) famili Papilionaceae (Mucuna mutisiana, M. pruriens), (18) famili Passifloraceae (Passiflora mucronata),

(19) famili Polemoniaceae (Cobaea aschersoniana, C. scandens, C. trianae), (20) famili Strelitziaceae (Phenakospermum guianense),

(21) famili Velloziaceae (Barbacenia rubrovirens).

Hasil penelitian Nyhagen et al. (2005), beberapa polen yang ditemukan di rambut kelelawar Pteropus sp. antara lain:

(1) famili Anacardiaceae (Mangifera indica), (2) famili Arecaceae (Dypsis lutescens), (3) famili Burseraceae (Protium obtusifolium), (4) famili Celastraceae (Cassine orientalis),

(42)

(7) famili Ebenaceae (Diospyros tessellaria), (8) famili Flacourtiaceae (Aphloia theiformis), (9) famili Melastomataceae (Warneckia trinervis),

(10) famili Moraceae (Artocarpus heterophyllus, Ficus reflexa),

(11) famili Myrtaceae (Callistemon citrinus, Psidium cattleianum, Psidium guajava, Syzygium jambos),

(12) famili Pandanaceae (Pandanus eydouxia, Pandanus utilis),

(13) famili Sapotaceae (Labourdonnaisia glauca, Madhuca latifolia, Mimusops coriaceae, Mimusops petiolaris, Sideroxylon cinereum).

Menurut Quesada et al. (2004), jenis kelelawar Musonycteris harrisoni menyerbuki bunga Ceiba pentandra, C. grandiflora, C. aesculifolia. Hasil penelitian Tan et al. (1998), makanan buah yang ditemukan di tempat sarang Cynopterus brachyotis antara lain:

(1) famili Piperaceae (Piper aduncum), (2) famili Combretaceae (Terminalia catappa),

(3) famili Elaeocarpaceae (Muntingia calabura, Elaecarpus sp., E. stipularis), (4) famili Guttiferae (Calophyllum inophyllum),

(5) famili Moraceae (Ficus fistulosa, Ficus roxburgii, Ficus benjamina, Ficus religiosa, Artocarpus maingayi)

(6) famili Myrtaceae (Syzygium grandis, Psidium guajava, Syzygium sp., Syzygium aquea, Syzygium malaccensis, Syzygium jambos, Syzygium sp.), (7) famili Musaceae (Musa sp.),

(8) famili Sapotaceae (Achras zapota, Mimusops elengi, Palaquium obovatum, Payena maingayi, Pouteria malaccensis, Palaquium gutta, Palaquium clarkeanum, Payena lucida, Madhuca selangorica, Ficus sp., Madhuca selangorica),

(9) famili Loganiaceae (Fragrae fragrans),

(10) famili Anacardiaceae (Polyalthia longifolia, Mangifera indica, Annona squamosa),

(11) famili Rhizophoraceae (Pellacalyx saccardianus), (12) famili Flacourtiaceae (Flacourtia inermis),

(43)

(14) famili Palmae (Livistona rotundifolia, Chrysalindocarpus lutescens, Livistona chinensis, Ptycosperma macarthurii, Roystonea regia, Licuala grandis),

(15) famili Melastomataceae (Pternandra echinata), (16) famili Tiliaceae (Grewia tomentosa),

(17) famili Ebenaceae (Diospyros sp.).

Makanan daun Cynopterus brachyotis (Tan et al. 1998) yang ditemukan di tempat roosting antara lain:

(1) famili Leguminoceae (Erythrina orientalis, Erythrina subumbrans, Cassia spectabilis, Erythrina sp., Erythrina glauca, Erythrina variegata, Cassia fistula, Erythrina variegata),

(2) famili Myrtaceae (Syzygium grandis, Syzygium aquea, Syzygium sp.), (3) famili Moraceae (Artocarpus fulvicortex, Ficus religiosa),

(4) famili Rhizophoraceae (Pellacalyx saccardianus), (5) famili Euphorbiaceae (Hevea brasiliensis),

(44)

3.1. Tempat dan Waktu

Penelitian tentang identifikasi jenis tumbuhan pakan dalam upaya konservasi kelelawar pemakan buah dan nektar di daerah perkotaan ini dilakukan di Kebun Raya Bogor. Pengumpulan data lapangan dilakukan selama 12 bulan, dari Maret 2008 hingga Pebruari 2009, sedangkan identifikasi polen dilakukan di Laboratorium Anatomi Kayu Departemen Hasil Hutan dan Laboratorium Ekologi Satwaliar Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB.

3.2. Peralatan dan Bahan

Peralatan dan perlengkapan untuk inventarisasi kelelawar yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas: pita meter, mistnet (jaring kabut), kain blacu, neraca triple-beam, kaliper, dan kamera; sedangkan untuk pengamatan polen terdiri atas mikroskop mikrometer, gelas objek dan cover glass. Bahan yang digunakan untuk penelitian adalah spesimen kelelawar sub ordo Megachiroptera, sampel serbuk sari (polen) yang terdapat pada bagian pencernaan kelelawar alkohol 70%, gliserol dan kuteks.

3.3. Jenis Data

Data primer yang dikumpulkan adalah berupa,

1. Pengumpulan data mengenai karakteristik morfologis kelelawar dalam upaya identifikasi, yang mencakup:

a. Ukuran tubuh, meliputi panjang ekor (T), panjang lengan bawah sayap (FA), panjang betis (Tb), panjang telinga (E), dan panjang badan - kepala (Hb), panjang telapak kaki (Hf).

b. Bobot tubuh kelelawar (Wt)

(45)

2. Pengumpulan data mengenai karakteristik polen meliputi jenis polen, ukuran polen dan bentuk polen, serta identifikasi tanaman asal polen dari isi pencernaan kelelawar.

3. Pengumpulan data dinamika populasi kalong (Pteropus vampirus), meliputi populasi dewasa jantan, dewasa betina dan anak, jumlah kematian.

4. Pengumpulan data kerusakan pohon bertengger yang digunakan kalong (Pteropusvampirus) di Kebun Raya Bogor.

Sedangkan data Sekunder yang perlu dikumpulkan adalah:

1. Data jenis tanaman koleksi Kebun Raya Bogor, dan data tentang waktu berbunga yang telah tercatat di Kebun Raya Bogor,

2. Data jenis-jenis polen dari tanaman yang ada di Kebun Raya Bogor dan sekitar kota Bogor yang sudah diketahui.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Metode penelitian ini akan dilakukan melalui beberapa tahap, yakni: (1) studi literatur, (2) penangkapan kelelawar menggunakan jaring kabut (mist net), (3) identifikasi polen yang diambil dari bagian pencernaan, serta (4) pengolahan dan analisis data untuk menentukan hubungan karakteristik polen dengan jenis-jenis kelelawar.

3.4.1. Pengambilan Sampel Kelelawar

a. Lalai

Untuk penempatan misnet (jaring kabut) ditempatkan menggunakan teknik purposive sampling sedangkan pengambilan sampel kelelawar menggunakan teknik random sampling.Purposive sampling diterapkan dengan mereduksi objek penelitian dari objek yang lebih luas, agar data yang diperoleh lebih akurat selain itu juga berdasarkan pertimbangan waktu, biaya, tenaga dan peralatan yang ada. Purposive sampling dapat dilakukan jika pemilihan contoh lebih mengutamakan tujuan studi.

(46)

08.00 WIB dilakukan pengecekan jaring kabut dan pengambilan kelelawar. Pengambilan sampel kelelawar dilakukan selama kurun waktu 12 bulan, untuk tiap bulannya dilakukan dengan selang waktu 2 minggu sekali. Jumlah sampel kelelawar yang diambil tiap 2 minggu sekali berjumlah 1-2 ekor untuk tiap masing-masing jenis kelelawar. Penempatan jaring dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu pemasangan secara rutin dan pemasangan secara periodik, gambaran lokasi penempatan secara tepat disajikan pada Gambar 5.

[image:46.612.119.512.214.518.2]

Pengambilan kelelawar lalai dipilih untuk tiap jenis yang mewakili spesiesnya masing-masing dan diusahakan jantan dan betina, kemudian untuk sisanya dilepas dan diberi tanda serta dihitung berapa yang didapat di jaring tersebut. Proses selanjutnya, sampel kelelawar yang kita ambil dicatat jumlahnya, ukuran tubuh, jenis kelamin, dan bobot untuk identifikasi lebih lanjut sesuai karakteristik morfologisnya. Spesies lalai yang diambil adalah Cynopterus minutus, C. brachyotis, C. sphinx, C. titthaheileus, Macroglossus sobrinus, Rousettus amplexicaudatus dan Eonycteris spelaea.

(47)

b. Kalong

Pengambilan kalong (Pteropus vampirus) dilakukan secara acak pada tempat pohon bertengger pada jam 06.00 – 07.00 menggunakan senapan angin 4mm dengan jumlah 1 pasang (1 jantan, 1 betina) kalong tiap minggunya.

3.4.2. Pengamatan Polen

Proses analisis polen dilakukan secara hati hati, menginggat ukuran polen yang sangat kecil 10µm - 200µm menyebabkan mudahnya polen berpindah dari tempat satu ketempat lain. Kehati-hatian analisis tersebut adalah, untuk genus Cynopterus yaitu C. minutus, C. brachyotis, C. sphinx, C. titthaheileus dilakukan analisis polen terpisah dari kelelawar lalai jenis Macroglossus sobrinus, Rousettus sp. dan Eonycteris spelaea. Proses pemisahan juga terjadi antar Macroglossus sobrinus, Rousettus amplexicaudatus dan Eonycteris spelaea pada hari yang berbeda dalam analisis polennya. Pemisahan itu mengingat bahwa jenis Macroglossus sobrinus, Rousettus amplexicaudatus dan Eonycteris spelaea diketahui sebagai spesialis pemakan nektar dan polen menurut Suyanto (2001), sehingga kemungkinan berpindahnya polen dari Macroglossus sobrinus, Rousettus amplexicaudatus dan Eonycteris spelaea dapat dicegah.

Pengambilan sampel polen didapat dari isi pencernaan kelelawar. Hasil dari isi pencernaan kemudian dicampur kedalam alkohol 70% kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dilakukan setrifuse dengan putaran 2000 rpm selama 30 menit, langkah selanjutnya dilakukan pembuangan cairan alkohol yang digunakan dan diganti dengan alkohol yang baru, pengulangan dilakukan sebanyak tiga kali. Endapan yang dihasilkan dari proses sentrifuse diletakkan di gelas objek sebanyak satu tetes kemudian ditetesi dengan gliserol dan ditutup dengan cover glass dan pada bagian tepinya direkatkan menggunakan kuteks kuku. Penggunaan gliserol pada analisis ini diperuntukkan sebagai bahan pengawet. Gliserol merupakan bahan pengawet yang dapat bertahan beberapa tahun (Yulianto 1992).

(48)

selanjutnya dihitung jumlah polen untuk masing-masing jenis polen yang ditemukan.

3.4.3. Identifikasi Polen

Polen yang ditemukan di dalam perut kemudian diidentifikasi sampai tingkat suku dan genus menurut kunci determinasi Erdmant (1952), Nayar (1990) dan Paldat (2005).

3.4.4. Pengukuran Populasi

Pencatatan populasi lalai dilakukan pada saat pengecekan pada pagi hari menggunakan jaring kabut (mist net) pada jam 06.00-08.00 WIB dengan mendata berapa jumlah lalai yang tertangkap sesuai dengan spesies, jenis kelamin, dewasa/anak, dan periode perkembangbiakan. Pencatatan populasi kalong dilakukan dengan metode konsentrasi yaitu ketika kalong bertengger pada pohon yaitu pada jam 09.00-15.00 WIB dengan jumlah ulangan 1 kali per minggu. Jenis data yang dikumpulkan adalah jumlah populasi jantan, betina, dan anakan.

3.4.5. Pengukuran Tingkat Kerusakan Pohon Bertengger

a. Diameter batang dan Tajuk

[image:48.612.125.497.480.651.2]

Pengukuran diameter pohon diukur diameter setinggi dada dan diameter tajuk diukur mendatar pada proyeksi tajuk di tanah. Teknik pengukuran diameter pohon dan diameter tajuk disajikan pada sketsa gambar 6.

(49)

b. Kerusakan Tajuk

Pengukuran kerusakan prosentase tajuk pohon diukur dari jumlah kerusakan yang terjadi dibandingkan dengan kondisi tajuk saat tajuk sempurna (0% kerusakan). Sketsa tingkat kerusakan tajuk dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Sketsa pengukuran kerusakan tajuk. a. Rusak 25%, b. Rusak 50%, c. rusak 75%, d. Rusak 100%

b. Pemulihan Tajuk

Pengukuran pemulihan prosentase tajuk pohon diukur dari jumlah pemulihan yang terjadi dibandingkan dengan kondisi tajuk saat rusak 100%. Gambaran tingkat kerusakan tajuk dapat dilihat pada Gambar 8.

(50)

3.5. Analisis Data

3.5.1. Jenis Tumbuhan Pakan

3.5.1.1. Transformasi Data

Tujuan utama dari transformasi data ini adalah untuk mengubah skala pengukuran data asli menjadi bentuk lain sehingga data dapat memenuhi asumsi-asumsi yang mendasari analisis ragam. Menurut Syahid (2009) ada tiga jenis transformasi data yang sering digunakan yaitu: (a) transformasi akar, (b) tansformasi logaritma, dan (c) transformasi arcsin. Pada penelitian ini digunakan transformasi arcsin dikarenakan data tersaji dalam proporsi (persentase). Bentuk transformasi arcsin ini disebut juga transformasi kebalikan sinus atau transformasi arcus sinus. Kalau X adalah data sebenarnya, maka X’ adalah data hasil transformasi dimana X’ = Arcsin X. Jadi X = X’. Beberapa ketentuan dalam transformasi arcsin yaitu :

a) Apabila data asli menunjukkan sebaran nilai antara 30% - 70%, tidak memerlukan transformasi.

b) Apabila data asli menunjukkan sebaran nilai antara 0% - 30% dan 70% - 100%, maka lakukan transformasi arcsin.

c) Apabila data banyak yang bernilai nol, maka gunakan transformasi arcsin %+0,5

3.5.1.2. hCCA (hiper Canonical Corespondence Analysis)

(51)

3.5.2. Teknik Dasar Lalai dalam Mencerna Polen

Penyusunan data digambarkan kedalam 3 keadaan yaitu: (1) exin, (2) intin, (3) terbelah, (4) busuk. Keadaan exin artinya bahwa polen masih terlihan exin yang jelas, exin yang masih jelas dikarenakan polen tidak bisa dicerna oleh lalai. Keadaan intin artinya bahwa polen sudah terlihat lapisan intinnya, intin yang sudah terlihat dikarenakan terkikisnya lapisan exin oleh enzim pencernaan lalai. Keadaan terbelah artinya bahwa polen sudah terbelah melalui porate ataupun colpate, keadaan terbelah dikarenakan polen sudah terkikis sampai pada isi polen. Keadaan busuk artinya bahwa polen terlihat membusuk atau menghitam, keadaan menghitam.

Penentuan teknik dasar lalai dalam mencerna polen menggunakan klasifikasi menurut Roulston & Cane (2000) yaitu: (1) memecahkan dinding exin secara mekanik, (2) membelah dinding polen dengan bagian tajam pada mulut, (3) memecahkan exin dengan enzim, (4) membuat perkecambahan polen ( pseudo-germination), (5) menghancurkan exin dengan tekanan osmotik, serta (6) menembus exin menggunakan enzim pencernaan.

3.5.3. Kesamaan Jenis Pakan

3.5.3.1. Cluster Analysis

Penggambaran hubungan unimodal kedekatan antara masing-masing jenis jantan dan betina lalai dengan 3 faktor lingkungan yang mempengaruhi disajikan dalam bentuk grafik hDCCA (hibrid Detrend Canonic Corespondence Analysis) menurut ter Braak dan Smilauer (1998). Penyajian hDCCA dari jenis spesies jantan dan betina lalai dengan 3 faktor lingkungan yaitu berupa karakteristik bentuk mahkota bunga, bentuk polen dan ukuran polen menggunakan software canoco for windows 4.5 (Leps & Smilauer 1999).

3.5.3.2. Niche Overlap

(52)

yang digunakan adalah persamaan Simplified Morisita Index atau sering disebut Morisita-Horn Index (Ludwig & Reynold 1988).

+

= 2 2

2 ik ij n i ik ij p p p p CH Keterangan,

CH = indeks simplified morisita antara kelelawar jenis ke-j dan

jenis ke-k

pij = proporsi jenis tumbuhan yang digunakan oleh kelelawar

jenis ke-j (pij = n/N)

pik = proporsi jenis tumbuhan yang digunakan oleh kelelawar

jenis ke-k (pik = n/N)

n = jumlah jenis tumbuhan seluruhnya

3.5.4. Pendugaan Pertumbuhan Populasi Kalong

Untuk mengetahui pendugaan pertumbuhan populasi kalong menggunakan pendugaan pertumbuhan model exponensial (Caughley 1978) dengan rumusan laju pertumbuhan terhingga, dengan asumsi bahwa besarnya laju pertumbuhan sama di tiap tahunnya dan pada lingkungan yang tidak terbatas.

N

N

e

t t r +1

= =λ

Keterangan :

er = = Laju pertumbuhan terhingga Nt = Jumlah populasi tahun ke-t

Setelah diketahui nilai laju pertumbuhan terhingga, kemudian menghitung nilai populasi pada waktu tertentu (t) dengan rumusan :

λ

t t

N

N

= 0.

Keterangan :

Nt = Populasi kelelawar tahun ke-t

No = Populasi kelelawar tahun ke-0

= Laju pertumbuhan terhingga

(53)

4.1. Hasil

4.1.1. Jenis Tumbuhan Pakan Lalai

[image:53.612.112.506.306.652.2]

Hasil pengamatan menggunakan analisis polen ditemukan 56 jenis polen tanaman yang termakan kelelawar dengan rincian seperti pada Tabel 1. Jumlah Famili tumbuhan yang menjadi sumber pakan lalai berjumlah 31 Famili. Famili tumbuhan yang paling banyak ditemukan di dalam saluran pencernaan kelelawar adalah Famili Bombacaceae yaitu sebesar 10,7 persen.

Tabel 1. Polen yang ditemukan di pencernaan lalai

No. Jenis Suku No. Jenis Suku

1. [Anacardiaceae] sp.3 Anacardiaceae 27. [Ericaceae] sp.1 Ericaceae 2. Anacardium sp. Anacardiaceae 28. [Euphorbiaceae] sp.1 Euphorbiaceae

3. [Acanthaceae] sp.1 Acanthaceae 29. Croton sp.1 Euphorbiaceae

4. Annona sp. Annonaceae 30. Croton sp.2 Euphorbiaceae

5. [Apocynaceae] sp. 1 Apocynaceae 31. Mimusa sp. Euphorbiaceae

6. Durio sp. Bombacaceae 32. Adenanthera sp. Fabaceae 7. Durio zibethinus Bombacaceae 33. Acasia sp.1 Fabaceae 8. Ceiba pentandra Bombacaceae 34. Acasia sp.2 Fabaceae 9. Ceiba sp. 1 Bombacaceae 35. [Poaceae] sp. 1 Poaceae 10. Ceiba sp. 2 Bombacaceae 36. [Poaceae] sp. 2 Poaceae

11. Ceiba sp.3 Bombacaceae 37. Salacia sp. Hipocrateaceae 12. Hisbiscus sp. Malvaceae 38 Baringtonia sp. Lecithidaceae

13. [Begoniaceae] sp. 1 Begoniaceae 39. Persea sp. Lauraceae

14. [Betulaceae] sp. 1 Betulaceae 40. Parkia sp. Fabaceae

15. Betula sp. Betulaceae 41. Syzygium sp. 1 Myrtaceae 16. Alnus sp. Betulaceae 42. Syzygium sp.2 Myrtaceae 17. [Convolvulaceae] sp.1 Convulvulaceae 43. [Orchidaceae] sp.1 Orchidaceae 18. [Convolvulaceae] sp.2 Convulvulaceae 44. [Orchidaceae] sp.2 Orchidaceae

19. [Compositae] sp.1 Compositae 45. [Orchidaceae] sp.3 Orchidaceae

20. [Cyperaceae] sp.2 Cyperaceae 46. [Orchidaceae] sp.4 Orchidaceae 21. Crateva sp. Capparaceae 47. [Pinaceae] sp. 1 Pinaceae

22. Bauhinia sp. Caesalpiniodieae 48. [Pinaceae] sp.2 Pinaceae 23. Cyperus sp. Cyperaceae 49. [Typhaceae] sp.1 Typhaceae

24. Licania sp. Chrysobalanaceae 50. Duabanga sp. Sonneratiaceae

25. [Celastraceae]sp.1 Celastraceae 51. Dacrydiumsp. Podocarpaceae

(54)

Family tumbuhan yang paling sedikit ditemukan dalam saluran pencernaan Lalai adalah Family Acanthaceae, Annonaceae, Apocynaceae, Begoniaceae, Compositae, Capparaceae, Chrysobalanaceae, Celastraceae, Dilleniaceae, Ericaceae, Hipocrateaceae, Lecithidaceae, Lauraceae, Typhaceae, Sonneratiaceae, Verbenaceae, Podocarpaceae, dan paku yaitu masing-masing sebesar 1,8 %.

Proporsi jenis polen yang ditemukan pada masing-masing jenis lalai mulai dari Cynopterus minutus, C. brachyotis, C. sphinx, C. titthaheileus, Rousettus amplexicaudatus, Macroglossus sobrinus, dan Eonycteris spelaea disajikan pada Tabel 2. Proporsi polen tumbuhan pakan terbanyak ditemukan pada jenis kelelawar Macroglossus sobrinus yaitu 1617 biji polen tumbuhan Adenanthera sp. dan untuk jumlah polen terkecil berjumlah 1 biji polen yaitu jenis Acasia sp.1, Acasia sp.2, [Apocynaceae] sp.1, [Convulvulaceae] sp.1, [Cyperaceae] sp.1, [Dilleniaceae] sp.1, Durio zibethinus, [Ericaceae] sp.1, Eugenia sp., [Orchidaceae] sp.4, [Pinaceae] sp.2.

Jenis Cynopterus minimus dan C. brachyotis merupakan jenis lalai yang memiliki persentase terbesar (23,6 %) ditemukannya jenis tumbuhan di dalam saluran pencernaannya. Rousettus amplexicaudatus merupakan jenis lalai yang memiliki persentase terkecil (1,12 %) ditemukannya jenis material tumbuhan dan polen di dalam saluran pencernaannya.

4.1.2. Pengaruh Karakteristik Tumbuhan Pakan Lalai

(55)

-0.4 1.0 -0 .4 0 .6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 TA_B BI_T DI_S KU_P LO_C MA_K KE_D BU_L -0.4 1.0 -0 .4 0.8 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 TA_B BI_T DI_S KU_P LO_C MA_K KE_D BU_L

[image:55.612.115.458.88.600.2]

Keterangan : 1. = Cynopterus minutus jantan, 2 = C. minutus betina, 3= C. brachyotis jantan, 4= C. brachyotis betina, 5= C. sphinx jantan, 6= C. sphinx betina, 7= C. titthaheileus jantan, 8=C. titthaheileus betina, 9= Macroglossus sobrinus jantan, 10= Macroglossus sobrinus betina, 11= Rousettus amplexicaudatus betina, 12= Eonycteris spelaea jantan, 13= Eonycteris spelaea betina.; TA_B= Tabung, BI_T= Bintang, DI_S= Disk, KU_P= Kupu-kupu, LO_C= Lonceng, MA_K= Mangkuk, KE_D= Kedok, BU_L=Bulat.

Gambar 9. Grafik analisis hCCA jenis lalai berdasarkan karakteristik mahkota bunga. a). grafik hubungan axis 1 dan axis 2, b). grafik hubungan axis 1 dan axis 3.

(56)

Spesies Eonycteris spelaea jantan dipengaruhi kuat oleh bentuk mahkota bunga kedok, sedangkan betinanya dipengaruhi kuat oleh bentuk disk. Spesies Macroglossus sobrinus jantan dipengaruhi oleh bentuk mahkota bintang, tabung dan bulat, sedangkan betinanya dipengaruhi oleh bentuk mahkota lonceng. Pada gambar 9b untuk hubungan axis 1 dan axis 3 menerangkan lebih lanjut bahwa bentuk mahkota bunga lonceng dan kupu-kupu mempengaruhi kuat spesies Cynopterus minutus jantan, C. sphinx betina. Untuk bentuk mahkota bunga mangkuk mempengaruhi kuat spesies C. titthaheileus betina dan jantan, serta C. brachyotis betina.

Hasil analisis hCCA dari karakteristik tipe polen tersaji pada Gambar 10. menunjukkan hubungan yang bisa diterangkan antara spesies dengan karakteristik tipe polen adalah untuk axis 1 = 0,588, dengan eigenvalue = 0,886; axis 2 = 0,091 dengan eigenvalue = 0,462; axis 3 = 0,047 dengan eigenvalue = 0,356. Hubungan antara axis 1 dan axis 2 disajikan pada Gambar 10a, sedangkan hubungan antara axis 1 dan axis 3 disajikan pada Gambar 10b.

Spesies Macroglossus sobrinus jantan dan Eonycteris spelaea betina dipengaruhi kuat oleh bentuk polen suboblate dan prolate spheroidal. Spesies Eonycteris spelaea jantan dipengaruhi oleh bentuk polen prolate. Untuk jenis C. minutus jantan, C. brachyotis jantan dan C. titthaheileus jantan dipengaruhi kuat oleh bentuk polen oblate. Pada Gambar 10b. menjelaskan bahwa Rousettus amplexicaudatus betina dan C. sphinx jantan dipengaruhi oleh bentuk oblate spheroidal.

(57)

-0.6 1.0 -0 .8 0 .6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 PE_OB OB SB_OB OB_SP PR_SP PR PE_PR -0.6 1.0 -0 .8 0.8 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 PE_OB OB SB_OB OB_SP PR_SP PR PE_PR

[image:57.612.117.440.77.633.2]

Keterangan : 1. = Cynopterus minutus jantan, 2 = C. minutus betina, 3= C. brachyotis jantan,4= C. bracyotis betina, 5= C. sphinx jantan, 6= C. sphinx betina, 7= C. titthaheileus jantan, 8=C. titthaheileus betina, 9= Macroglossus sobrinus jantan, 10= Macroglossus sobrinus betina, 11= Rousettus amplexicaudatus betina, 12= Eonycteris spelaea jantan, 13= Eonycteris spelaea betina.; SB_OB= Sub Oblate, OB= Oblate, PR_SP= Prolate Speroidal, PE_PR= Perprolate, PR= Prolate, PE_OB= Peroblate, OB_SP= Oblate spheroidal.

Gambar 10. Grafik analisis hCCA jenis lalai berdasarkan tipe polen. a). grafik hubungan axis 1 dan axis 2, b). grafik hubungan axis 1 dan axis 3.

(58)

-1.0 1.0

-0

.4

1

.2

1

2 3 4

5

6 7

8 9

10

11

12

13

GI PA

MA

[image:58.612.134.461.113.356.2]

Keterangan : 1. = Cynop

Gambar

Gambar 1. Bentuk mahkota bunga: (a) bintang, (b) tabung, (c) terompet, (d, e, f, h dan i) bertopeng, (g) lonceng, (j) corong, (k) kupu-kupu
Gambar 2. Tipe morfologi polen (Traverse 2007)
Gambar 5.  Pteropus giganteus memakan nektar dari Ceiba pentandra (Nathan 2005).
Gambar 5. Penempatan lokasi jaring di lapangan (
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “ Kajian Tanda Keberadaan Tidak Langsung Kelelawar Pemakan

Di Sub Blok Perhutanan Sosial Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura WAR ditemukan tiga jenis kelelawar pemakan buah dari famili Pteropodidae yaitu

Pengelolaan koleksi kebun raya tiap daerah perlu diarahkan untuk menekankan pada konservasi jenis- jenis tumbuhan terancam kepunahan di daerah setempat.. Data

Hasil analisa data menunjukan bahwa kelelawar pemakan buah yang tertangkap di kawasan Gua Thang Raya terdapat 2 jenis dengan jumlah individu 31 ekor dan individu

Pengelolaan koleksi kebun raya tiap daerah perlu diarahkan untuk menekankan pada konservasi jenis- jenis tumbuhan terancam kepunahan di daerah setempat.. Data

Skripsi ini mengulas mengenai manfaat kesehatan yang diperoleh masyarakat yang bermukim disekitar kawasan konservasi Kebun Raya Bogor, nilai ekonomi dari tanaman langka yang terdapat

HASIL DAN PEMBAHASAN Di Sub Blok Perhutanan Sosial Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura WAR ditemukan tiga jenis kelelawar pemakan buah dari famili Pteropodidae yaitu Cynopterus

Desain penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk mengetahui nilai ekonomi dari pusat konservasi tumbuhan Kebun Raya Bogor, intensitas pengunjung serta faktor- faktor yang