• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PAKAN KELELAWAR PEMAKAN BUAH (Megachiroptera) di TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS) dan PERKEBUNAN DI SEKITAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KAJIAN PAKAN KELELAWAR PEMAKAN BUAH (Megachiroptera) di TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS) dan PERKEBUNAN DI SEKITAR"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PAKAN KELELAWAR PEMAKAN BUAH

(Megachiroptera) di TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS) dan PERKEBUNAN DI SEKITAR

Abstrak

Oleh : Koko Yustian

0717021005

Kelelawar pemakan buah (Megachiroptera) merupakan kelompok kelelawar yang mempunyai pakan berupa buah buahan dan berukuran besar dibandingkan dengan kelelawar pemakan serangga (Microchiroptera). Terbatasnya informasi mengenai pakan potensial di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan membuat penelitian ini sangat penting sekali dilakukan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus 2011 di bawah program penelitian Mr. Chun Chia Huang, mahasiswa S3 Texas Tech University, USA dan bekerjasama dengan Wildlife Conservations Society Indonesia Programme (WCS-IP). Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini telah ditemukan 17 jenis tumbuhan yang merupakan pakan kelelawar yaitu : Terminalia bellirica, Terminalia cattapa, Syzygium spp.,

Nephelium spp., Strombosia javanica, Mangifera indica, Mangifera sp., Ficus hispida, Ficus sp.1, Ficus sp. 2, Piper aduncum, Solanum sp., Achras zapota, buah rau, Psidium guajava, Erithrynaindica. dan Ceiba petandra. Piper aduncum dan marga Ficus merupakan tumbuhan yang paling banyak ditemukan di dalam feses. Buah yang dipilih oleh kelelawar berwarna pucat hijau kekuningan. Konsumsi buah oleh kelelawar erat dengan kemampuan kelelawar sebagai pemencar biji.

(2)

Oleh

Koko Yustian

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sains

Pada Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

KAJIAN PAKAN KELELAWAR PEMAKAN BUAH

(Megachiroptera) di TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN dan PERKEBUNAN di SEKITAR

(Skripsi)

Oleh

Koko Yustian

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

Nama Spesies : Cynopterus brachyotis sunda lineage Nama Lokal : Codot

Nama Inggris : Lesser Short-nosed Fruit Bat

Deskripsi : Panjang lengan = 55-65 mm, Panjang ekor =8-10 mm, panjang telinga= 14-16 mm Forearm length is 55-65 mm (2.1-2.6 in), tail length is 8-10 mm Habitat dan Ekologi : Jenis ini membuat sarang dalam kelompok kecil di

pohon, bawah daun, dan gua. Jenis ini mempunyai peran yang sangat penting untuk agen pemencar biji dan agen polinasi.

Distribusi : Sri Lanka, Nepal, Burma, Thailand, Cambodia, Vietnam, Malaysia, Borneo, Sumatra.

Status Konservasi : IUCN/SSC Action Plan (1992) – Not Threatened. IUCN 2003 – Lower Risk (lc)

Pustaka :

1. Simmons, N. B. 2010. In press. Order Chiroptera. In: Mammal species of the World: a taxonomic and geographic reference, Third Edition (D. E. Wilson and D. M Reeder, eds.). Smithsonian

Institution Press.

(5)

70

Nama Spesies : Cynopterus horsfieldii

Nama Lokal : Codot

Nama Inggris : Horsfield’s Fruit Bat.

Deskripsi : Panjang lengan = 64-71 mm, panjang telinga = 19-22, panjang ekor = 12 – 16 mm. Jenis ini dibedakan dari yang lain karena mempunyai permukaan berbentuk cup di gigi gerahan ketiga dan keempat. Habitat dan Ekologi : Jenis ini termasuk kedalamkelompok Generalist

yang banyak ditemukan di habitat dataran rendah, hutan primer, dan taman. Jenis ini biasa ditangkap pada bagian understory dan subcanopy di hutan. Distribusi : Selatan Thailand, semenanjung malaysia, pulau

Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, dan pulau Kalimantan

Status Konservasi : IUCN/SSC Action Plan (1992) – Not Threatened. IUCN 2003 – Lower Risk (lc).

Pustaka :

1. Simmons, N. B. 2010. In press. Order Chiroptera. In: Mammal species of the World: a taxonomic and geographic reference, Third Edition (D. E. Wilson and D. M Reeder, eds.). Smithsonian

Institution Press.

2. Campbel, P. and Thomas H. K. 2006. Cynopterus horsfieldii.

Mammalian Species No. 802, pp 1-, 3 figs

(6)

Nama Spesies : Cynopterus sphinx

Nama Lokal : Codot

Nama Inggris : Greater Short-nosed Fruit Bat

Deskripsi : Panjang lengan = 64-79 mm dan panjang ekor= 18-22 mm. Rambut bagian dorsal berwarna coklat kekuningan dan rambut dibagian ventral lebih gelap daripada dorsal.

Habitat dan Ekologi : Jenis ini banyak ditemukan di area perkebunan, hutan, dan taman di perkotaan. Pakan meliputi buah buahan asli dan buah buahan perkebunan

Distribusi : Sri Lanka, Pakistan, Bangladesh, India, S China, SE Asia including Burma, Vietnam, and Cambodia, W Malaysia, Sumatra, dan kemungkinan Borneo Status Konservasi : IUCN/SSC Action Plan (1992) – Not Threatened.

IUCN 2003 – Lower Risk (lc).

Pustaka :

1. Simmons, N. B. 2010. In press. Order Chiroptera. In: Mammal species of the World: a taxonomic and geographic reference, Third Edition (D. E. Wilson and D. M Reeder, eds.). Smithsonian

Institution Press.

(7)

72

Nama Spesies : Cynopterus minutus

Nama Lokal : Codot

Nama Inggris : Greater Short-nosed Fruit Bat

Deskripsi : Ukurannya hampir sama dengan C. brachyotis. Kondisi taksonominya belum terpecahkan hingga sekarang.

Habitat dan Ekologi : Jenis ini hanya ditemukan di dalam hutan Distribusi : Sumatra, Java, Borneo

Status Konservasi : IUCN/SSC Action Plan (1992) – No Data: Limited Distribution as C. brachyotisminutus. IUCN 2003 – Not listed.

Pustaka :

1. Simmons, N. B. 2010. In pres. Order Chiroptera. In: Mammal species of the World: a taxonomic and geographic reference, Third Edition (D. E. Wilson and D. M Reeder, eds.). Smithsonian

Institution Press.

2. Payne, J., Charles M. F., Karen P., dan Sri N. K. 2000. Panduan Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Serawak, & Brunai darusalam terjemahan dari a Field Guide to the Mammals of Borneo. The sabah Society dan Wildlife Conservation Society bekerjasama dengan WWF Malaysia.

(8)

Nama Spesies : Megaerops ecaudatus

(Temminck, 1837) Nama Lokal : -

Nama Inggris : Temminck’s Tailless Fruit Bat.

Deskripsi : Panjang Lengan = 52.90-58.00, Panjang Ekor = 0, panjang telinga = 12.00-16.00, Tibia = 20.00-22.00, berat = 21.50-32.00, rentang sayap = 358.

Habitat dan Ekologi : Spesies ini dapat ditemukan di hutan dataran rendah hingga hutan sekunder. Spesies ini dimukan tinggal di pohon y ang terdapat buah-buahan. Menurut Lekagul and McNeely (1977), M. ecaudatus telah ditemukan di dataran rendah dan daerah pegunungan yang mencapai ketinggian 3.000 m di Thailand. Distribusi : Kalimantan, Sumatera, Malaysia, Thailand, dan

kemungkinan Vietnam.

Pustaka :

1. http://en.wikipedia.org/wiki/Tailess_fruit_bat

2. Bates, P., Bumrungsri, S., Suyanto, A. & Francis, C. 2008.

Megaerops ecaudatus. In: IUCN 2011. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2011.1. <www.iucnredlist.org>. Downloaded on 11 September 2011.

3. Simmons, N. B. 2010. In press. Order Chiroptera. In: Mammal species of the World: a taxonomic and geographic reference, Third Edition (D. E. Wilson and D. M Reeder, eds.). Smithsonian

Institution Press.

(9)

74

Nama Spesies : Rousettus amplexicaundatus Nama Lokal :

Nama Inggris : Geoffroy's Rousette, Common Rousette Deskripsi :

Habitat dan Ekologi : Spesies ini hidup mengelompok di goa dengan ribuan lainnya. Daerah penyebarannya dapat ditemukan didalam variasi tipe habitat meliputi hutan sekunder, area agricultural, pinggiran hutan, taman, dan daerah disturbansi lainnya. Spesies ini dapat melakukan perjalanan dalam jarak yang relatif jauh dengan menggunakan kemampuan ekolokasi primitif untuk menemukan sumber buah-buahan. Distribusi : Kamboja, Thailand, Burma, Laos, semenanjung

Malaysia, Indonesia, Jawa, Bali, Filipina, Papua Newgini pulau Solomon.

Status konservasi : IUCN/SSC Action Plan (1992) – Not Threatened. IUCN 2003 – Lower Risk (lc)

Pustaka

1. Csorba, G., Rosell-Ambal, G. & Ingle, N. 2008. Rousettus amplexicaudatus. In: IUCN 2011. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2011.1. <www.iucnredlist.org>. Downloaded on 11 September 2011.

2. Simmons, N. B. 2010. In press. Order Chiroptera. In: Mammal species of the World: a taxonomic and geographic reference, Third Edition (D. E. Wilson and D. M Reeder, eds.). Smithsonian Institution Press

(10)

Nama Spesies : Rousettus leschenaultii (Desmarest, 1820) Nama Lokal :

Nama Inggris : Leschenault's Rousette

Deskripsi : Rambut dibagian dorsal berwarna coklat. Meliputi kepala, bagian belakang dan kerongkongan. Mempunyai rata-rata panjang lengan 80.6mm (75-86mm) (Bates & Harrison, 1997).

Habitat dan Ekologi : Spesies ini ditemukan dalam variasi habitat mulai dari hutan hujan tropis hingga daerah urban. Mempunyai sistem koloni dalam tempat tingalmya yang terdiri dari beberapa hingga ribuan individu dalam tiap koloninya. Mereka memakan buah dan bunga.

Distribusi : Sri Lanka; Pakistan, Vietnam, China, semenanjung Malaysia; Sumatera, Jawa, Bali, and pulau

Mentawai (Indonesia).

Status konservasi : IUCN/SSC Action Plan (1992) – Not Threatened. IUCN 2003 – Lower Risk (lc).

Pustaka :

1. Bates, P. & Helgen, K. 2008. Rousettus leschenaultii. In: IUCN 2011. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2011.1. <www.iucnredlist.org>. Downloaded on 11 September 2011. 2. http://www.bio.bris.ac.uk/research/bats/China%20bats/rousettuslesc

henaultii.htm

3. Simmons, N. B. 2010. In press. Order Chiroptera. In: Mammal species of the World: a taxonomic and geographic reference, Third Edition (D. E. Wilson and D. M Reeder, eds.). Smithsonian Institution Press

:

(11)

76

Gambar 36. Kelelawar sedang mengunjungi bunga C. petandra

Gambar 37. Piper aduncum

(12)

Gambar 38. Daun Erythrina indica sebagai pakan kelelawar

(13)

78

Gambar 40. Sisa gigitan kelelawar pada buah Syzygium spp.

Gambar 41. Sisa gigitan kelelawar pada buah Achras zapota

Sisa Gigitan

(14)

Gambar 42. Sisa gigitan kelelawar pada buah Psidium guajava

Gambar 43. Sisa pakan Terminalia cattapa di Roosting kelelawar

Sisa Gigitan

(15)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kelelawar sudah dikenal masyarakat Indonesia secara luas, terbukti dari adanya berbagai nama. Di Indonesia bagian timur kelelawar disebut dengan paniki, niki, atau lawa; orang Sunda menyebutnya dengan kampret, lalai; orang Jawa menyebutnya lowo, lawa, codot, kampret; suku Dayak di Kalimantan menyebutnya sebagai hawa, prok, cecadu, kusing dan tayo (Suyanto, 2001).

Kelelawar berbeda dengan mamalia lainnya karena mempunyai sayap dan mempunyai kemampuan terbang (Payne et al., 2000). Kelelawar adalah komponen yang penting dalam biodiversitas. Menurut Simmons (2011) kelelawar di dunia terdiri dari 1116 jenis dan 934 anak jenis. Di Indonesia berdasarkan data yang sudah tercatat terdapat 9 suku yang terdiri atas 205 jenis, sedangkan di Sumatera terdapat 72 jenis dari 9 suku.

Kelelawar dibagi atas dua anak bangsa yaitu Megachiroptera dan

(16)

peranan yang sangat penting di sistem ekologi karena mempunyai fungsi sebagai agen pemencar biji (seed dispersers) (Kingston et al., 2006).

Biji pohon dan tumbuhan di hutan hujan tropis dipencarkan melalui sistem pencernaan oleh fauna lokal. Fauna lokal sangat berpengaruh menjadi

pengaruh utama dalam distribusi pohon. Beberapa fauna lokal yang berfungsi sebagai agen pemencar biji antara lain, kelelawar pemakan buah, primata, burung pemakan buah, dan gajah (Corlet and Hua, 2007). Pemencaran biji dengan bantuan hewan akan mempercepat proses suksesi dan restorasi di hutan (Stoner and Henry, 2008).

Sedikitnya terdapat 31 jenis tumbuhan di Malaysia yang polinasinya dibantu oleh kelompok Megachiroptera antara lain, durian, mangga, pisang, jambu, belimbing, dan pisang. Megachiroptera juga memegang peranan penting sebagai kelelawar agen pemencar biji di ekosistem. Hal ini dikarenakan kelompok ini akan terbang membawa buah dari tempat ditemukanya buah ke habitat yang baru. Survei fenologi yang dilakukan di Krau Wildlife Reserve menyatakan bahwa 13,7 % tumbuhan yang ada dipengaruhi oleh kelompok Megachiroptera sebagai agen polinator dan pemencar biji (Kingston et al., 2006).

(17)

3

kelompok suku Pteropodidae termasuk ke dalam phytophagous yaitu memakan buah, nektar, polen, daun, dan kelompok ini juga memangsa serangga dalam jumlah yang kecil (Funakoshi et al., 1993). Menurut Elangovan et al.(2010), konsumsi buah oleh frugivorous dalam hal ini jenis Cynopterus sphinx akan meningkat selama proses laktasi. Kebutuhan makanan diperlukan sebagai sumber energi. Beberapa buah yang dikonsumsi antara lain, jambu, pisang, anggur, apel, dan pepaya.

Penelitian Lasmana (2008) mengungkapkan bahwa di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) terdapat enam jenis kelelawar yang berfungsi sebagai agen polinator yaitu Cynopterus brachyotis, C. sphinx, C. horsfieldi, Eonycteris spelaea,Macroglossus sobrinus, dan Rousettus amplexicaudatus. Penelitian ini mengungkap fenomena adanya proses penyerbukan tumbuhan dengan bantuan kelelawar.

(18)

Di Stasiun Penelitian dan Pelatihan Konservasi Way Canguk terdapat 12 jenis kelompok Megachiroptera yang telah ditemukan (WCS-IP, Personal Comm) sedangkan berdasarkan inventarisasi yang telah dilakukan dari tahun 2003-2005 terdapat 10 jenis kelelawar. Selain data tersebut masih dimungkinkan ditemukan jenis yang baru di areal Way Canguk. Oleh karena belum ada penelitian tentang konsumsi pakan kelelawar pemakan buah di areal penelitian Way Canguk dengan parameter buah dan biji berdasarkan analisis kotoran dan survei buah, maka penelitian ini sangat penting sekali dilakukan. Hal ini dikarenakan kelelawar yang ditemukan dapat berpotensi sebagai agen pemencar biji melalui konsumsi buah dan biji sebagai pakan mereka.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi jenis buah dan biji sebagai pakan potensial kelelawar. 2. Mengetahui pakan kelelawar pemakan buah.

C. Manfaat Penelitian

(19)

5

D. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dijelaskan dalam bentuk skema (Gambar 1). Hutan hujan tropis merupakan tipe hutan yang terdapat di sekitar daerah ekuator. Hutan ini mempunyai ciri yang berbeda dibandingkan tipe hutan yang terdapat di fitogeografis yang lain di muka bumi. Hutan hujan tropis mempunyai curah hujan yang tinggi sepanjang tahun, kelembaban yang tinggi sepanjang tahun dan biodiversitas yang tinggi. Hutan hujan tropis mempunyai tipe vegetasi yang berkanopi sehingga cahaya tidak dapat menembus lantai

Hutan hujan Tropis Distribusi tumbuhan

Pemencar biji Konsumsi buah dan biji

Kelelawar pemakan buah

Koleksi kelelawar Koleksi buah dan biji

Identifikasi Pengambilan sampel Sisa buah dimuntahkan Buah dan biji feses kelelawar kelelawar pohon

Seedling biji Karakterisasi Identifikasi Identifikasi Identifikasi

(20)

dasar hutan. Vegetasi biasanya berbeda pada perbedaan bentangan yang ada. Hal ini disebabkan distribusi yang berbeda tiap gradasi.

Distribusi tumbuhan dipengaruhi oleh banyak pengaruh antara lain habitat, faktor internal tumbuhan dan adanya agen pemencar biji. Agen pemencar biji adalah hewan yang terdapat di hutan yang menyebarkan buah dan biji ke daerah baru yang jauh dari tumbuhan induk. Di daerah hutan hujan tropis terdapat banyak hewan yang berfungsi sebagai agen pemencar biji antara lain, kelelawar, burung pemakan buah, kelompok primata dan kelompok tupai.

Kelelawar pemakan buah adalah hewan yang mempunyai kemampuan untuk menyebarkan biji dan buah. Kelelawar lebih efektif dalam menyebarkan biji, karena jarak jelajahnya yang bisa mencapai 12 km. Dengan jarak jelajah yang relatif jauh maka biji tumbuhan dimungkinkan akan terbawa ke habitat baru yang berbeda dari habitat pohon induk. Hal ini akan meningkatkan variabilitas tumbuhan itu sendiri.

(21)

7

Kelelawar kelompok Megachiroptera mempunyai empat suku yang

mempunyai perbedaan setiap kelompoknya. Perbedaan meliputi, morfologi, kondisi biologi, dan kemampuan adaptasinya. Dengan adanya perbedaan tersebut maka dimungkinkan setiap jenis dari kelompok tersebut mempunyai kondisi ekologi terhadap lingkungan yang berbeda.

Buah dan biji mempunyai karakteristik yang berbeda antar tumbuhan. Perbedaan yang bisa diamati meliputi perbedaan warna, ukuran, berat dan kandungan kimiawinya. Dengan adanya perbedaan tersebut, kelelawar mempunyai tipe pakan yang berbeda karena adanya tingkat adaptasi yang berbeda pada setiap jenisnya.

Pada umumnya kelelawar akan memuntahkan biji dan buah yang relatif besar dan hanya memakan daging buahnya saja. Pada penelitian ini, pengamatan dilakukan di dekat tumbuhan yang sedang berbuah agar didapatkan sampel buah pakan kelelawar. Buah juga akan diupayakan dikoleksi secara langsung dari pohonnya untuk mengetahui karakterisasinya.

(22)

Sedangkan buah yang mempunyai buah yang relatif besar contohnya mangga tidak bisa ditelan hingga bagian biji. Kelelawar pada umumnya akan memakan daging buah dan memuntahkan bijinya. Oleh karena itu di dalam survei sisa buah pakan kelelawar akan dikoleksi.

Observasi malam juga dilakukan untuk mengetahui pakan potensial kelelawar. Kelelawar akan mencari pakan mulai senja hingga dini hari. Observasi malam dilaksanakan dari senja hingga malam. Kedatangan kelelawar dideteksi

dengan melakuan night scaning yaitu pemberian cahaya di pohon pohon yang diduga merupakan pakan potensial kelelawar.

Dengan dilakukannya analisis pakan dari kelelawar diharapkan bisa diketahui jenis- jenis pakan kelelawar serta dapat diketahui pola peta penyebaran

tumbuhan yang dipencarkan kelelawar di hutan hujan tropis dan daerah sekitar. Data dapat dijadikan dasar untuk mengetahui peran kelelawar dalam

(23)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Stasiun Penelitian dan Pelatihan Konservasi Way Canguk, Hutan Kawasan satu (Sukaraja Atas), Hutan Lindung Sukabanjar (Danau Ranau), Lampung Barat, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dan Laboratorium Botani, Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Lampung pada bulan Juni hingga Oktober 2011. Penelitian ini dibawah program penelitian Joe-Chun Chia Huang,

mahasiswa S3 dari Texas Tech University, Amerika Serikat dan bekerjasama dengan Wildlife Conservations Society-Indonesia Programme

(WCS-IP).

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dibagi atas tiga kelompok, Inventarisasi kelelawar, koleksi buah, preparasi buah dan biji yang akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Inventarisasi Kelelawar

(24)

kerja, kantung, headlamp, Kaliper (± 0,1 mm), timbangan pesola ukuran 50 gram hingga 100 gram, GPS Garmin, kamera, tali plastik, dan buku

identifikasi Kingston et al., 2006 dan Huang (Unpublished). Sedangkan bahan yang dipakai adalah objek jenis kelelawar yang diamati.

2. Koleksi Buah dan Biji

Alat yang digunakan untuk koleksi buah antara lain, parang, kantung, kamera, lembar kerja, dan alat tulis sedangkan bahan yang digunakan yaitu sampel buah. Selanjutnya, alat yang digunakan untuk koleksi biji antara lain, plastik kecil, cawan petri, pinset, alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan antara lain, sampel biji dan buah baik dari tumbuhan atau dari feses.

3. Preparasi Buah dan Biji

Alat yang digunakan untuk preparasi buah antara lain, kertas millimeter, penggaris, dan kamera. Sedangkan alat yang digunakan dalam preparasi biji antara lain, mikroskop binokuler, kamera, kertas millimeter, penggaris, cawan petri, dan pinset.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang akan dipilih dalam penelitian ini meliputi :

(25)

27

2 Kawasan hutan Sukaraja, Lampung Barat di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

3 Perkebunan buah – buahan di sekitar taman nasional meliputi, desa Sumber Rejo (Pemerihan, Lampung Barat), Sukaraja atas, dan Sukabanjar (Lombok, Lampung Barat).

Gambar 6.Plot utara dan selatan Stasiun Penelitian dan Pelatihan Konservasi Way Canguk (Sumber: WCS-IP, 2001)

D. Prosedur Pengamatan

(26)

1. Survei Pendahuluan

Survei dilakukan untuk mengetahui lokasi dan habitat alami kelelawar. Lokasi yang memenuhi syarat untuk pemasangan perangkap jaring kabut selanjutnya akan diambil koordinatnya. Vegetasi dominan di sekitar titik lokasi dilakukan pengamatan dengan menggunakan metode Rapid

Assesment modifikasi pengukuran habitat (Brower, 1990). Hal ini bertujuan untuk mengetahui keadaan habitat sekitar.

Survei pendahuluan dilakukan di Pusat Penalitian Way Canguk dan

perkebunan Sumber Rejo, Pemerihan, Lampung Barat. Buah buahan yang diduga sebagai pakan potensial kelelawar meliputi, rambutan (Nephelium

spp.), jambu air (Syizigium spp.), buah Rau, Ficus spp., Jaha (Terminalia bellarica), Terminalia cattapa, jambu hutan (Eugenia spp.), Sauralia cauliflora, Polyalthia lateriflora, Diospyros cauliflora, mangga hutan, terongan hutan (Strombosia javanica), Garcinia parpifolia, dan Shiponodon chelastrineus.

2. Survei Buah dan Biji

(27)

29

Biji yang mempunyai ukuran yang relatif kecil (contoh : Ficus spp.) selanjutnya akan difoto di bawah mikroskop stereo. Parameter biji antara lain bentuk biji, warna biji, dan ukuran biji (diameter minimal dan diameter maksimal). Biji diukur dengan dengan menggunakan software pengukuran, yaitu Image-J.

3. Inventarisasi Kelelawar

Koleksi kelelawar dilakukan dengan menggunakan jaring kabut (Mist Net). Jaring kabut yang digunakan memiliki lebar mata jaring (mesh) 30-32 mm, dan ketebalan benang jaring 80 Denier (1 Denier= berat 9000 m berat benang nilon dalam gram) serta berat nilon terdiri dari untaian yang rangkap (Suyanto, 2000). Jala kabut yang digunakan terdiri dari dua tipe yaitu ukuran panjang 12 meter dan 9 meter.

(28)

Untuk meningkatkan jumlah tangkapan, jaring akan dipasang melintang pada jalur plot, sungai dan gua (Heaney et al., 1989) dengan beberapa kombinasi pasangan diantaranya bentuk ‘Z’ dan ‘T’ (Kunz et al., 1996).

Gambar 7. Pemasangan jaring kabut yang diikatkan pada pohon (Sumber: Jones et al., 1996)

Di dalam penelitian hidupan liar, keselamatan hewan menjadi prioritas utama. Oleh karena itu sebelum melakukan pengamatan lebih lanjut kelelawar harus ditangani dengan baik. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menangani kelelawar di lapangan, sebagai berikut :

a. Pelepasan kelelawar dari jaring kabut

Pelepasan kelelawar dilakukan dengan sangat hati-hati. Hal ini

(29)

31

Gambar 8. Teknik melepaskan kelelawar. A. Kelelawar tertangkap didalam jaring. B. Kantung jala dibuka. C. Ekor dan dan kaki dilepaskan terlebih dahulu. D. Badannya dipegang dengan lembut tapi kuat sementara jaring dilepaskan dari sayap. E. Tubuh dan sayap dipegang agar tidak mempersulit pelepasan. F. Sayap yang tersisa dilepaskan dari jaring kabut. (Sumber: Jones et al., 1996)

b. Penanganan Kelelawar

(30)

Gambar 9. Teknik penanganan kelelawar. A. Kelelawar dipegang dan geraknya dibatasi jempol dan jemari. B. Variasi dari cara memegang dimana gerak kelelawar hanya dibatasi dengan ibu jari. C. Bagian punggung dipegang dengan hati-hati. E. Pemasangan cincin (sumber: Jones et al., 1996)

4. Identifikasi Kelelawar

Kelelawar yang sudah ditangkap selanjutnya akan dilakukan identifikasi untuk menentukan jenisnya. Kelelawar digolongkan atas jantan dan betina dengan melihat organ genitalia dan puting susu (Gambar 10) dan usia dengan melihat persambungan tulang Metacarpal dan Phalanx di lengan depan kelelawar (Gambar 11).

Gambar 10. A. Puting susu pada betina Cynopterus Brachyotissunda lineage. B. Kondisi Testis pada jantan Macroglossus sobrinus.

A

(31)

33

Menurut Kingston et al. (2006), usia dibedakan atas tiga golongan yaitu

Pup, Anakan (Juvenile), dan Dewasa (Adult). a. Pup (P)

Pada keadaan ini kelelawar masih menempel pada induk betina. Tulang Kartilago masih bersambung antara metacarpal dan phalanx.

b. Juvenile (J)

Pada persambungan antara metacarpal dan phalanx terdapat bentuk seperti pita bila dilakukan penyinaran. Persambungan belum menyatu.

c. Adult (A)

Persambungan tulang metacarpal dan phalanx sudah menyatu.

Gambar 11. Persambungan metacarpal dan phalanx pada

(32)

Kelelawar selanjutnya diamati dan diukur pada bagian morfologi yang lain seperti, panjang lengan depan, telinga, ekor, tibia, panjang tubuh, dan telapak kaki serta berat tubuh (Kingston et al., 2006). Data tersebut akan disesuaikan pada kunci dikotom identifikasi berdasarkan Kingston

et al., (2006) dan Huang (Unpublished, 2011).

5. Koleksi Buah Jatuhan Kelelawar

Sampel akan dikoleksi dari buah yang dijatuhkan oleh kelelawar yang ditemukan sekitar dan sepanjang jaring kabut (Kunz and Parson, 2009). Buah selanjutnya akan diamati karakternya yang meliputi warna buah, ukuran dan bentuk gigitan kelelawar. Buah yang dikoleksi selanjutnya akan diidentifikasi dari data survei buah dan data survei fenologi, WCS-IP.

6. Koleksi Feses

Koleksi feses dilakukan dengan menggunakan kantong. Satu individu kelelawar dimasukkan ke dalam kantong. Selanjutnya ditunggu hingga feses dikeluarkan. Menurut Kunz (2009), kelelawar akan mengeluarkan feses bila dalam keadaan stres seperti saat proses pemegangan kelelawar. Metode ini paling efektif. Feses kelelawar akan diperiksa dalam periode waktu yaitu setiap satu jam sekali (Lopez and Vaughan, 2004).

7. Analisis Feses

(33)

35

preservasi spesimen yang dimaksudkan agar bagian spesimen tidak mengalami kerusakan.

Biji yang terdapat di dalam feses ditaruh di dalam cawan petri yang sebelumnya sudah diberi latarbelakang kertas miliblok. Gambar biji yang didapat selanjutnya diambil dengan menggunakan kamera.

Feses yang mengandung biji selanjutnya akan diidentifikasi dengan melihat struktur biji di bawah mikroskop stereo. Ukuran biji diketahui dengan cara meletakkan kertas milimeter blok di bawah cawan petri (Gambar 12). Biji yang didapat didalam feses dibandingkan dengan gambar biji referensi. Data biji yang didapat dimasukkan di dalam lembar kerja.

Gambar 12. a. Mikroskop stereo b. Cara meletakkan pembanding di bawah cawan petri

(34)

E. Analisis Data

Data yang didapat dalam penelitian ini dianalisis dengan pendekatan deskriptif. Dalam penelitian ini terdapat beberapa parameter pengamatan yang dibahas antara lain :

1. Pakan kelelawar

Jatuhan buah dan biji yang ditemukan dianalisis morfologinya dan selanjutnya dikaitkan dengan kelelawar yang ditemukan pada masing-masing penangkapan. Buah yang dijatuhkan oleh kelelawar adalah pakan kelelawar (Kunz and Parson, 2009).

2. Analisis Feses

Data biji yang didapat dikaitkan dengan data tangkapan kelelawar pada masing-masing tempat. Keberadaan biji di dalam feses selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan konsep Present and Absent dan

Percentage of Occurrences (Kunz and Parson, 2009).

Biji yang ditemukan di dalam feses disajikan dalam bentuk tabel. Indeks keberadaan biji akan dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut :

(35)

37

Frequency of occurrence per spesies

Focx = sampel biji x X 100 %

∑ Total Jumlah biji dalam sampel

Keterangan :

(36)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Biologi dan Ekologi Chiroptera

Kelelawar adalah kelompok dari mamalia yang sukses beradaptasi di permukaan bumi saat ini, hal ini dibuktikan dengan jumlahnya yang relatif besar dari kelompok mamalia setelah bangsa Rodentia. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan terdapat hampir 178 marga dan 926 jenis. Kelelawar adalah kelompok hewan yang tersebar dimana-mana kecuali pada wilayah zoogeografis Artik dan kutub. Menurut Medway (1983) kelompok Chiroptera mencapai 44 % dari total fauna mamalia yang terdapat di Borneo. Meskipun kelelawar sering ditemukan di daerah sedang tetapi kemelimpahannya tinggi di daerah tropis dan subtropis (Voughan et al., 2000).

(37)

10

Pada dasarnya terdapat dua perbedaan fungsional antara anak bangsa Megachiroptera dan Microchiroptera. Megachiroptera tidak melakukan hibernasi meskipun terdapat beberapa kelelawar pemakan nektar yang akan memasuki fase hipothermia dengan rata-rata metabolisme yang sangat rendah, sedangkan Microchiroptera melakukan hibernasi yang sangat panjang.

Microchiroptera mempunyai kemampuan ekolokasi, yaitu kemampuan

orientasi dengan menggunakan gelombang suara yang digunakan untuk terbang dan menangkap serangga sedangkan Megachiroptera hanya menggunakan kemampuan penglihatan dan penciuman, kecuali marga Rousettus yang mempunyai kemampuan ekolokasi (Voughan et al., 2000).

B. Megachiroptera

Anak bangsa Megachiroptera yang terdapat di dunia mempunyai 42 marga dan 169 jenis (Nowak, 1994) sedangkan menurut Suyanto (2001), di Indonesia anggota dari anak bangsa ini ada 21 marga dan 72 jenis. Anggota suku ini dikenal sebagai pemencar biji, penyerbuk bunga (Eonycteris, Macroglossus, Syconycteris) dan penghasil pupuk guano (Lalai kembang Eonyteris spelaea dan Pentae’n Coboe Penthetor lucasi). Megachiroptera merupakan

phytophagous atau pemakan buah-buahan, bunga (nektar dan polen) atau dedaunan sebagai sumber pakannya.

(38)

perbedaan pakan di dalam suku Pteropodidae, maka suku ini dibagi atas dua anak suku, yaitu pemakan buah yang dimasukkan ke dalam anak suku

Pteropodinae dan pemakan nektar masuk ke dalam Macroglossinae (Kirsch et al., 1995). Anak bangsa dari Macroglossinae terdiri dari marga Eonyteris,

Megaglossus,Syconyteris, Melonycteris, dan Notopteris. Menurut Corbet and Hill (1992), Megachiroptera terdiri atas empat suku yaitu Pteropodidae, Harpyionycterinea, Nycticneninae, dan Macroglossinae. Beberapa marga

Nytimene bahkan memakan serangga.

Kelelawar pemakan buah atau codot mempunyai mata yang besar dan

menonjol seperti cahaya merah pada malam hari. Bentuk telinga relatif kecil dan sederhana. Moncong terlihat seperti bentuk anjing, tanpa modifikasi dan lipatan-lipatan. Lubang hidung berkembang dengan baik, terkadang lubang hidung berbentuk seperti pipa. Ekor pendek atau tidak ada dan membran interfemoral relatif sempit (Payne et al., 2000).

Ukuran kepala dan panjang tubuh bervariasi mulai dari 50 hingga 400 mm tergantung dari jenisnya. Ekornya pendek bahkan kadang menghilang kecuali pada marga Notopteris. Kelompok kelelawar dewasa mempunyai rentang berat mulai dari 15 gram untuk pemakan nectar dan lebih dari 1.500 gram untuk kelelawar pemakan buah (Nowak, 1994).

(39)

12

yang relatif keras mempunyai taring yang pendek (Voughan et al., 2000). Gigi kelelawar beradaptasi sesuai dengan bentuk dan struktur makannya (Lekagul and Mcneely, 1977).

Kelelawar pemakan buah dapat mengetahui makanannya dengan menggunakan indera pembau dan lokasi dirinya dengan penglihatan. Mata kelelawar

pemakan buah sangat unik karena di dalam retinanya berbentuk projeksi sehingga akan memperbesar area karena reseptor terkumpul. Hal ini

membantu kelelawar untuk melihat pada malam hari (Lekagul and Mcneely, 1977).

C. Perilaku Makan

Hampir 260 jenis kelelawar ke dalam kelompok frugivorous dan nektavorous. Frugivorous adalah kelompok hewan pemakan buah-buahan sedangkan

nektavorous adalah kelompok hewan pemakan nektar. Kelompok tersebut masuk ke dalam suku Pteropodidae di dalam area Old Word dan beberapa anak suku dari Phyllostomidae di dalam area New World (Nowak, 1994).

Mamalia yang termasuk frugivorous cenderung membawa, memakan, dan menelan buah kemudian mensekresikan feses yang mengandung biji (Gambar 2). Biji yang termakan biasanya cenderung mempunyai rata-rata waktu semai lebih tinggi daripada biji yang tidak termakan (Voughan et al., 2000).

(40)

(1988) memperkirakan bahwa Carollia perspicillata membutuhkan 4,7 kilokalori /malam mg dan 14 miligram nitrogen dari protein untuk

menyeimbangkan energinya. Selain itu, kelelawar akan memakan enam buah

Chlorophora tinctoria dan 80 buah Ficus ovalis. Kelelawar membutuhkan energi dan nitrogen dengan mengkombinasikan makanannya. Oleh karena itu, kelelawar akan mengurangi aktivitas hariannya hanya untuk aktivitas makan guna mendapatkan protein tinggi (Flemming,1988).

Gambar 2. Kelelawar membawa buah (sumber: Nina fascione and Aza Bat Taxon Adviosary group, 1995)

D. Kelelawar dan Kiropterokori

(41)

14

mengetahui hal ini. Kelelawar pemakan buah mempunyai organ olfaktori yang tajam. Buah yang disukai oleh kelelawar cenderung berbau apek (Pijl, 1990).

Kelelawar pemakan buah pada umumnya akan menelan biji yang relatif kecil dan memuntahkan biji yang besar. Buah yang dimakan adalah bagian daging buahnya saja. Biji akan dimuntahkan sewaktu kelelawar terbang. Jarak pemencaran biji oleh kelelawar bisa mencapai 200 m. Jenis yang lebih besar (Pteropus) dapat membawa mangga yang berat, tetapi jenis-jenis lain

mempunyai batas mengangkut yang relatif rendah (Pijl, 1990) (Tabel 1).

Tabel 1. Perbandingan ciri-ciri Kiropterikori

Kelelawar buah

Buah yang dipencarkan oleh kelelawar

Kunjungan malam, pandangan terbatas, buta warna

Posisi terbuka, jarang berbau busuk, jarang keputih-putihan Indera pembau baik, lebih suka bau

fermentasi

Apek, masam, dan bau tengik

Agak besar Diaspora agak besar

Geraham yang tumpul memeras cairan buah, usus sederhana, pendek, menyebabkan bobot badan rendah,

Perlindungan lemah, diaspora mengandung banyak cairan, cairan mudah dicernakan Biji dan daging kebanyakan

diludahkan

Bagian yang keras mungkin besar Sistem sonar lemah, kunjungan

kedalam tajuk pohon sukar dilakukan

diaspora dipamerkan diluar tajuk yang rindang (Sumber: Pijl, 1990)

Tumbuhan yang paling populer bagi kelelawar adalah Palmae (termasuk kurma) yang pembentukan buahnya secara terorganisasi, Moraceae (termasuk

(42)

E. Analisis Pakan

Analisis pakan kelelawar sangat penting untuk mengetahui banyak aspek dari kelelawar pemakan buah. Waktu dan ruang dari suatu daerah akan sangat mempengaruhi sumber pakan kelelawar pemakan buah serta populasi dari kelompok kelelawar ini (Flemming, 2005). Fluktuasi dari populasi meliputi struktur dan pola reproduksi sangat dipengaruhi oleh musim buah dan musim berbunga (Kunz and Parson, 2009).

Dalam perkembangannya, terdapat dua teknik analisis pakan kelelawar yaitu, teknik konvensional dan isotop. Teknik konvensional adalah teknik analisis pakan dengan cara investigasi keberadaan bunga dan buah, analisis feses dan kandungan isi perut, observasi langsung, analisis kimia. Sedangkan teknik menggunakan isotop digunakan untuk mengetahui tumbuhan pakan kelelawar yang spesifik (Kunz and Parson, 2009). Menurut Voigt (2009), untuk

mempelajari interaksi pakan dengan kelelawar pemakan buah di ekosistem tropis dapat menggunakan Stable Isotop Analyzer.

Analisis secara konvensional dengan menganalisis pakan melalui cara

mengetahui pakan yang dikonsumsi oleh kelelawar termasuk ke dalam metode yang sederhana. Kelelawar akan memakan sebagian buah atau seluruhnya. Beberapa kelelawar akan menggigit buah, menelan sari buah, dan

(43)

16

dalam feses misal biji Ficus spp. (Kunz and Parson, 2009). Biji yang

ditemukan dalam feses mempunyai persentase dan warna yang berbeda pada masing-masing pengamatan (Tabel 2).

Tabel 2. Persentase dan warna kandungan dalam feses kelelawar

Kenampakan Kandungan feses (Persentase dari kandungan feses) Kuning 84% buah mangga, 11% bunga/ polen, 5% daging buah

Hijau

70% buah mangga, 14% daging buah, 6% buah lain, 6% Ficus

4% bunga/ pollen Cokelat

87% buah mangga, 9% buah lain, 2% daging buah, 2% bunga/ pollen

Putih

57% daging buah, 37% mangga, 4% bunga, 1% Ficus, 1% bunga/ polen, dan buah lain

Hitam

26% mangga, 25% daun, 21 % buah lain, 20 % Ficus, 4% daging buah, 4% bunga/ pollen

(Sumber: Enwistle abigail C. dan Nadia C., 1997)

F. Pakan Kelelawar

Kelelawar pemakan buah pada umumnya adalah pemakan buah. Namun pada beberapa kasus juga ditemukan kelelawar yang memakan nektar, daun,

serangga, dan vertebrata kecil (Kunz, 1996).

Buah mempunyai senyawa seperti feromon pada hewan yang dapat menarik hewan untuk mengadakan interaksi. Senyawa itu meliputi terpenoid, alkaloid, dan fenol. Senyawa tersebut berasal dari hasil metabolisme sekunder

tumbuhan (Harborne, 1988).

(44)

untuk mendekati buah. Kelelawar mempunyai spesifikasi tinggi terhadap pakannya. Hal ini dikarenakan organ olfaktori yang berkembang sangat baik. Buah mengandung tiga komponen gula penting yang berbeda sesuai dengan proporsi masing-masing buah yaitu, glukosa, fruktosa, dan sukrosa.

Komponen inilah yang digunakan kelelawar untuk melangsungkan aktivitasnya, salah satunya adalah aktivitas laktasi pada kelelawar betina (Elangovan et al., 2010).

G. Buah (Fructus)

Buah adalah ovarium yang sudah mengalami pematangan. Secara morfologi buah tersusun dari beberapa bagian bunga. Buah berkembang karena proses polinasi, aktivitas dari asam Indolestik, dan bahan pertumbuhan yang lain. Buah merupakan alat bantu perkembangbiakan dalam siklus generatif (Weier et al., 1950).

Menurut Tjitrosoepomo (2000), pada pembentukan buah, ada kalanya bagian buah selain bakal buah ikut tumbuh dan merupakan suatu bagian pada buah, tetapi pada umumnya setelah terjadi penyerbukan dan pembuahan bagian – bagian tersebut menjadi layu. Buah yang semata-mata terbentuk dari bakal buah disebut buah sejati. Sedangkan buah yang bagian bunga yang lain mengambil bagian juga disebut buah semu (Gambar 3).

(45)

18

buah sejati ganda, dan buah sejati majemuk. Buah sejati selanjutnya dibagi lagi atas buah sejati tunggal kering yang sering dilihat pada buah kacang tanah dan buah sejati tunggal yang berdaging seperti pada buah apel (Mallus spp.) (Tjitrosoepomo, 2000).

Menurut Weier et al. (1950), buah-buah itu mempunyai beragam, sehingga sukarlah rasanya untuk menyusun suatu skema pengelompokan yang dapat mencakup semua macam buah yang telah dikenal orang. Belum lagi adanya kekeliruan-kekeliruan yang mempertukarkan pengertian biji dan buah (misal: 'biji' jagung, yang sesungguhnya adalah buah secara botani). Baik buah sejati (yang merupakan perkembangan dari bakal buah) maupun buah semu, dapat dibedakan atas tiga tipe dasar buah, yakni, buah tunggal, yakni buah yang terbentuk dari satu bunga dengan satu bakal buah, yang berisi satu biji atau lebih. buah ganda, yakni jika buah terbentuk dari satu bunga yang memiliki banyak bakal buah. Masing-masing bakal buah tumbuh menjadi buah

(46)
(47)

20

Buah yang berdaging (Fleshy) sering kali dapat dibedakan menjadi tiga ruangan yaitu (Gambar 4):

1. Kulit luar (Exocarpium atau epicarpium)

Lapisan ini adalah lapisan yang terletak di sebelah paling luar.

Mempunyai lapisan yang tipis dan seringkali kuat seperti kulit dengan permukaan yang licin.

2. Kulit tengah (Mesocarpium)

Bagian ini mempunyai bentuk yang tebal berdaging atau berserabut. Kemudian lapisan ini dapat dimakan, misalnya mangga

(Mangifera indica L.).

3. Kulit Dalam (Endocarpium)

Kulit ini adalah batas ruang yang mengandung biji. Bagian ini seringkali cukup tebal dan keras.

(48)

H. Lokasi Penelitian

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) merupakan kawasan lindung terbesar ketiga (3.568 km2) di Sumatra. TNBBS berlokasi di ujung barat daya (4o31’ – 5o57’ LS dan 103o34’ – 104o43’ BT), taman nasional terbentang di propinsi Lampung (82% dari luas taman nasional) dan Bengkulu lebih dari 150 km sepanjang Bukit Barisan (Gambar 5).

Gambar 5. Lokasi penelitian Way Canguk, TNBBS (WCS-IP, 2001)

(49)

22

Dua jalan lintas membagi taman nasional di sebelah utara dan selatan. TNBBS juga dikenal sebagai wilayah penting bagi konservasi mamalia besar Sumatra, khususnya harimau, badak dan gajah (WCS-IP, 2001).

Sejak berdirinya TNBBS pada tahun 1981, masih sangat sedikit survei yang sudah dilakukan untuk mendokumentasikan flora dan fauna di kawasan tersebut. Pada tahun 1995, WCS-IP melaksanakan survei sistematis yang pertama di kawasan TNBBS serta studi literatur tentang berbagai survei yang pernah dilakukan di dalam dan sekitar kawasan. Survei tersebut mencatat 44 jenis mamalia (dengan sedikit jenis tikus dan kelelawar) dan 276 jenis burung. Suatu proyek kerjasama antara PHKA/EU telah mengembangkan basis data SIG (Sistem Informasi Geografis) untuk BBS dan melaksanakan beberapa survei awal pada tahun 1997. Survei di hutan perkebunan dekat Krui telah menambah pengetahuan tentang satwa di bagian utara kawasan. Survei-survei lain yang dilaksanakan saat patroli anti perburuan badak (RPU) juga

menambah pengertian sebaran badak dan harimau di dalam kawasan TNBBS (WCS-IP, 2001).

Pada bulan Maret 1997, WCS-IP dan PHKA membangun sebuah stasiun penelitian di Way Canguk yang terletak di antara Desa Way Heni dan desa

(50)

Areal penelitian Way Canguk terletak pada 5o 39’ 325” LS dan 104o24’21” BT, dengan ketinggian berkisar antara 0-100 mdpl. Areal penelitian yang

mengelilingi stasiun mempunyai luas 9 km2 dan didalamnya terdapat hutan primer, hutan terbakar dan hutan yang terganggu secara alami dan dipisahkan oleh sungai Way Canguk. Selain itu juga areal penelitian tersebut sebagian besar merupakan rangkaian hutan primer yang masih baik dan merupakan daerah yang terganggu akibat pembalakan liar dan penggunaan lahan untuk pertanian (WCS-IP, 2001).

Ada lebih dari 290 jenis pohon di plot pengamatan fenologi dan tambahan sekitar 40 jenis pohon lain diluar plot fenologi. Hutan di sekitar stasiun penelitian Way Canguk merupakan mosaik antara hutan yang rusak, hutan sekunder yang sedang tumbuh dan sisa-sisa hutan primer. Keberadaan hutan primer dapat diamati dari adanya jenis-jenis Dipterocarpaceae yang diwakili oleh Dipterocarpus spp., Shorea spp., dan Anisopteracostata yang biasanya membentuk hutan bertajuk tinggi dan rapat dengan bagian bawah yang penuh dengan pancang dan anakan jenis-jenis tersebut. Hutan sekunder ditandai oleh jenis-jenis yang intoleran terhadap naungan yang tumbuh menjadi pohon yang sangat besar misalnya randu hutan (Bombax valetonii), tabu (Tetrameles nudiflora) dan benuang (Octomelessumatrana) keduanya termasuk suku Datiscaceae (WCS-IP, 2001).

(51)

24

(Euphorbiaceae), benuang dan tabu, jabon (Anthocephalus chinensis), dan anggrung (Trema orientalis, Ulmaceae). Beberapa jenis lain yang merupakan pohon berkanopi tinggi di luar suku Dipterocarpaceae adalah kedaung (Parkia roxburgii), sindur (Sindora leiocarpa) keduanya termasuk suku Fabaceae, lumpang batu (Heritiera javanica, Sterculiaceae), beberapa suku Moraceae yaitu jenis Ficus (F. altissima, F. stupenda, F. kerkhovenii) (WCS-IP, 2001).

Di bawah pohon-pohon tersebut adalah jenis-jenis pohon kanopi tengah seperti

Aglaia spp. dan Dysoxylum spp. (Meliaceae) yang merupakan sumber pakan bagi berbagai jenis hewan seperti rangkong, bajing dan primata. Pohon di kanopi tengah lainnya yang penting sebagai sumber pakan adalah jenis-jenis Annonacea (seperti kenanga Cananga odorata, Mitrephora polypyrena, dan

Polyalthia spp.), Euphorbiaceae (Baccaurea spp., dan Drypetes spp.). Euphorbiaceae adalah famili yang paling banyak jumlah jenisnya di hutan sekitar (WCS-IP, 2001).

Selain pohon juga terdapat tumbuhan lain seperti liana yang diwakili oleh suku Menispermaceae, Apocynaceae, Annonaceae, Dilleniaceae dan lain

sebagainya. Epifit diwakili oleh jenis-jenis paku, anggrek dan Rubiaceaae (Myrmecodia sp.). Sedangkan herba penutup tanah yang umum adalah

Scindapsus sp. (Araceae), Geophila repens dan Argostemahavilandii

(52)

Untuk Ibu dan Bapakku tercinta . . . .

Belajar dari pengalaman dan Koreksi

orang lain. . .

untuk menjadi orang sukses kita harus

ingat tiga hal. Yang pertama harus

berani mengucapkan terimakasih, yang

kedua harus berani meminta maaf, dan

yang terakhir harus belajar untuk tetap

mengingat orang lain yang sudah,

sedang, akan, menemani perjalanan

hidup kita.

Terimakasih Ibu, . . . .

Apa saja keburukan yang menimpamu maka

dari (kesalahan) dirimu sendiri.

(53)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dra. Yulianty, M.Si ...

Sekretaris : Meyner Nusalawo, S.P ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Dra. Elly Lestari Rustiati, M.Sc ...

2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Prof. Suharso, Ph.D NIP. 196905301995121001

(54)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Kotagajah, Kabupaten

Lampung Tengah, Provinsi Lampung pada tanggal 5 Juli 1989 dari pasangan Bapak Mujiono dan Ibu

Widyaningrum. Pendidikan yang ditempuh yaitu di SD N 04 Kotagajah (2000), SMP N 02 Kotagajah (2004), SMA N 01 Kotagajah (2007). Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Lampung melalui jalur PKAB pada tahun 2007.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di Rohani Islam FMIPA sebagai anggota bidang keilmuan (2008/2009), Anggota dinas kebijakan publik Badan Esekutif Mahasiswa FMIPA (2008/2009), dan Himpunan Mahasiswa Biologi (Himbio) sebagai sekretaris umum (2009/2010). Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum, Struktur Perkembangan Tumbuhan, Struktur Perkembangan Hewan, Biomedik, dan Zoologi Vertebrata.

(55)

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung (2010), Departemen Pengkajian Teknologi Pertanian di Bandar Lampung (2011). Penulis pernah menjadi Asistant research (AR) Mr. Chun Chia Huang mahasiswa S3 Texas Tech University, USA (2010-2011) dan survey Biodiversitas burung air di Tulang Bawang dengan

Wetland Conservations-Indonesian Programme (2011). Penulis juga berpartisipasi dalam seminar nasional Sains dan Teknologi (2010) sebagai

pemakalah dengan judul “Kajian diversitas kelelawar di daerah urban: Survei pendahuluan keragaman kelelawar di Kampus Universitas Lampung : Diversity study on Bats in Urban Areas; An Initial Survey of Bats in the University of Lampung “ dan 2 nd International Southeast Asia Bats Conference di Bogor (2011) dengan judul “ A Preliminary Study on Sexual Size

Dimorphism Patterns of Insectivorous Bats in Bukit Barisan Selatan National Park, Sumatra, Indonesia”.

(56)
(57)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin penulis ungkapkan rasa puji syukur kepada Alloh

SWT yang telah memberikan kelancaran, kekuatan, rahmat dan, hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi dengan judul “ Kajian Pakan Kelelawar Pemakan Buah (Megachiroptera) di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dan

Perkebunan di Sekitar” adalah syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains di Universitas Lampung.

Ucapan terimakasih dan penghargan yang sebesar besarnya penulis tujukan kepada semua yang telah membentu sejak memulai kegiatan sampai

terselesaikannya skripsi ini, yaitu kepada :

1. Orang tua yang telah memberi dukungan, doa, sabar yang tak terbatas dan harapan kepada penulis. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan ridho-Nya untuk ayah dan ibu.

2. Ibu Dra Yulianty, M.Si selaku pembimbing I atas bimbingan, arahan, perhatian yang besar kepada penulis

(58)

yang besar dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Mr. Chun Chia Huang, M.Sc atas kesempatan yang berharga yang telah diberikan untuk mengikuti penelitian ini.

6. Ibu Prof. Dr. Ida farida Rivai selaku pembimbing akademik atas dukungan,motivasi, dan bimbingan di perkuliahan.

7. Ibu Dra. Sri Wahyuningsih, M.Si atas bimbingan dan arahan dalam mengerjakan penulisan proposal penelitian.

8. Bapak Prof. Suharso, Ph.D selaku dekan FMIPA Unila

9. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc. selaku ketua jurusan Biologi FMIPA Unila atas dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. 10.Bapak Kepala Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) dan staff

jajaran atas izin dan bantuan yang telah diberikan selama penelitian. 11.Wildlife Conservations Society – Indonesia Programme (WCS-IP) dan

staff jajaran atas kesempatan yang telah diberikan sehingga penulis dapat melakukan penelitian.

12.Ibu Rochmah Agustrina, Ph.D, selaku kepala laboratorium botani atas izin menggunakan Laboratorium Botani.

13.Bapak Hambali dan Mb. Ida selaku laboran di laboratorium botani atas perhatian dan dukungan selama penulis mengambil data.

(59)

15.Tigga Kingston, Ph.D, Dr. Paul Racey, atas pemberian jurnal dan koreksi penelitian penulis.

16.Tim “Bat Boys (BB Team)”, Krisantus U. E. Kusuma, Miswandi, Syaipul

Bachril atas kebersamaan, perjuangan, senyuman, dan semangat bersama di lapangan. Serta penerus Bat Boys, Eka Sulphin, Rahmat, Novriadi tetap tetap semangat untuk melangkah kedepan.

17.Asisten Way Canguk, mas Janji, Mas Rahman, Lek Wariono, Mas Jayus Mas Laji, Mas Gawik dan tukang masak mb Harni, mb Marmi dan mb Susi.

18.Bapak Bonikan dan keluarga, Bapak Sarto dan keluarga, bapak Saiman dan keluarga, serta bapak Samsun dan keluarga atas izin menginap selama penulis sedang mengambil data di lapangan.

19.Teman- teman seperjuangan di kampus, Himbio, Rois FMIPA, dan BEM FMIPA atas kebersamaan dan perjuangan menorah mimpi di kehidupan nyata.

20.Teman- teman satu angkatan Biologi FMIPA Unila, Rohman, Pius, Endru, Anton, Miswandi, Bakti, Putra, Ovi, Mika, Eka, Tiwi, Tria, Wiwik, Desy, Anjar, Lia, Dwi, Ratna, Diah, Zahra, Eca, Iik, Asnita, Dita, Tika, Rya, Tata, Lian, Theo, Marra, Ana, Muti, Mpud, Gina, Nina, Heni, Ara, Eni, Iu, Suci yang telah mengisi kebersamaan penulis selama di kampus.

(60)

penyusunan skripsi.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pribadi maupun para pembaca.

Bandar Lampung, Januari 2012 Penulis

(61)

61

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari pengamatan yang telah dlakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Jenis pakan kelelawar di TNBBS dan perkebunan di sekitar yang ditemukan sebanyak 17 jenis tumbuhan

2. Buah buahan yang menjadi pakan kelelawar mempunyai ciri warna hijau kekuningan dan sudah masak.

3. Piper aduncum dan kelompok Ficus adalah jenis tumbuhan yang paling banyak ditemukan di dalam feses.

B. Saran

1. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat dilakukan dengan berbagai metode penelitian seperti, survei roosting, analisis feses, dan wawancara dengan tujuan untuk memahami serta melindungi ekologis kelelawar di habitat aslinya.

2. Perlu dilakukan penelitian tentang kandungan nutrisi dari pakan kelelawar yang telah ditemukan.

(62)

4. Penelitian selanjutnya diharapkan dilakukan pada saat musim penghujan.

Gambar

Gambar 29. Cynopterus brachyotis sunda Lineage
Gambar 30. Cynopterus horsfieldii
Gambar 31. Cynopterus sphinx
Gambar 32. Cynopterus minutus
+7

Referensi

Dokumen terkait

Usaha penangkapan dilakukan sebanyak 146 dan diperoleh 1083 individu kelelawar yang termasuk dalam 34 spesies dan 252 individu dilakukan pengukuran luas sayap menggunakan

Kajian tentang pakan gajah sumatera dilakukan pada bulan Januari – Februari 2014 bekerjasama dengan WWF-Indonesia di Resort Pemerihan, Taman Nasional Bukit

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “ Kajian Tanda Keberadaan Tidak Langsung Kelelawar Pemakan

Hasil pengamatan terhadap jenis kupu- kupu pemakan buah busuk di habitat penelitian menunjukkan bahwa jenis kupu-kupu pemakan buah busuk yang ditemukan (11 jenis)

Di Sub Blok Perhutanan Sosial Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura WAR ditemukan tiga jenis kelelawar pemakan buah dari famili Pteropodidae yaitu

Jenis pakan yang diberikan pada anoa di TMR yaitu berupa hijauan, sayur-sayuran dan buah-buahan yaitu pisang, ubi jalar, wortel, kangkung, jagung, rumput gajah, dan

Hasil analisa data menunjukan bahwa kelelawar pemakan buah yang tertangkap di kawasan Gua Thang Raya terdapat 2 jenis dengan jumlah individu 31 ekor dan individu

HASIL DAN PEMBAHASAN Di Sub Blok Perhutanan Sosial Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura WAR ditemukan tiga jenis kelelawar pemakan buah dari famili Pteropodidae yaitu Cynopterus