• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kelayakan finansial bisnis MLM sebagai alternatif berwirausaha studi kasus: distributor Amway Indonesia dengan sistem network Twentyone

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kelayakan finansial bisnis MLM sebagai alternatif berwirausaha studi kasus: distributor Amway Indonesia dengan sistem network Twentyone"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Kasus : Distributor Amway Indonesia dengan Sistem Network Twentyone)

Oleh :

INDRIA MUKTI EFAYANTI H24101072

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKOMONI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

Indria Mukti Efayanti. Analisis Kelayakan Finansial Bisnis MLM Sebagai Alternatif Berwirausaha ( Studi kasus : Amway Indonesia dengan Sistem Network Twentyone). Di bawah bimbingan Abdul Basith

Dewasa ini banyak kesempatan berwirausaha. Suatu karir kewirausahaan dapat mendukung kesejahteraan masyarakat dan menghasilkan imbalan finansial, selain itu juga dapat menyediakan lapangan kerja baru. Untuk membangun suatu usaha, seorang wirausaha harus menilai kelayakan usaha tersebut dahulu, terlebih dari segi finansial. Hal ini dimaksudkan untuk menilai apakah usaha yang akan dibangun tersebut menguntungkan dan layak untuk dijalankan atau tidak. Metode yang sering digunakan dalam menganalisis kelayakan usaha secara finansial diantaranya metode R/C, pendapatan usaha, PBP, NPV, Net B/C, IRR, dan cashflow. Untuk memulai bisnis Amway sebaiknya dilakukan analisis kelayakan usahanya, agar dapat diketahui bisnis tersebut menguntungkan dan layak atau tidak. Bisnis Amway dikatakan bisnis yang murah, karena modalnya yang relatif kecil. Tetapi dalam pelaksanaannya banyak biaya yang dikeluarkan guna menjalankan bisnis tersebut, oleh karena itu harus diteliti bagaimana kelayakan bisnis Amway. Bila bisnis Amway ternyata menguntungkan, maka bisnis ini dapat dijadikan alternatif berwirausaha.

Penelitian difokuskan pada analisis kelayakan finansial bisnis Amway di Indonesia dengan sistem pendukung Network Twentyone (N21).

Permasalahan utama yaitu : Bagaimana usaha bisnis IBO Amway, dilihat dari segi keuntungan, rasio penerimaan dengan biaya, waktu balik modal, dan analisis kriteria investasi; Bagaimana variabilitas IBO Amway dalam bisnis Amway. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu : Menganalisis usaha bisnis Amway, dilihat dari segi keuntungan, rasio penerimaan dengan biaya, waktu balik, dan analisis kriteria investasi; Menjelaskan variabilitas IBO Amway dalam bisnis Amway.

Metode yang digunakan yaitu metode analisis usaha dan metone analisis criteria investasi. Analisis usaha terdiri dari pendapatan usaha,R/C, PBP. Analisis criteria investasi terdiri dari NPV,Net B/C,dan IRR.

sDari perbandingan keempat IBO dalam pembahasan analisis usaha Amway, bisnis Amway dinyatakan menguntungkan. Hal ini terlihat pada hasil perhitungan pendapatan usaha dan R/C dari keempat IBO, dimana keempat-empatnya menyatakan hasil yang sesuai dengan kriteria menguntungkan. Tetapi berdasarkan analisis kriteria investasi, IBO 4 dinyatakan tidak layak karena hasil NPV, Net B/C, dan IRRnya tidak memenuhi syarat layak. Untuk membuat bisnis Amway menguntungkan dan layak seorang IBO harus memiliki minimal 100.000PV pribadi per bulan dan jaringan yang terus berkembang minimal mensponsori satu orang per bulan, begitu juga Downline-downlinenya.

(3)

DEPARTEMEN MANAJEMEN

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BISNIS MLM

SEBAGAI ALTERNATIF BERWIRAUSAHA

(Studi Kasus : Amway Indonesia dengan Sistem Network Twentyone)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

Pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

INDRIA MUKTI EFAYANTI H24101072

Menyetujui, September 2006

Ir. Abdul Basith, M.Sc

Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr.Ir. Jono M. Munandar, M.Sc

(4)

(Studi Kasus : Amway Indonesia dengan Sistem Network Twentyone)

Oleh :

INDRIA MUKTI EFAYANTI H24101072

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKOMONI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

RIWAYAT HIDUP

INDRIA MUKTI EFAYANTI. Lahir di Tasikmalaya pada tangga 16 Desember 1982. Penulis merupakan puteri ke tiga dari enam bersaudara pasangan

Mukiman dan A. Sri Astuti. Sejak usia dua tahun penulis dan keluarga hijrah ke

Jakarta dan selanjutnya menetap di Tangerang, Banten hingga saat ini.

Penulis mengenyam pendidikan sekolah dasar dari tahun 1989 s/d 1995 di

SDN Karang Tengah IX Ciledug. Pada tahun 1995 melanjutkan pendidikan ke

sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTPN I Pondok Aren, Tangerang dan lulus

dengan nilai yang sangat baik. Setelah menyelesaikan pendidikan di SLTP,

penulis melanjutkan pendidikan ke SMU pada tahun 1998 di SMU Yadika 5,

Jakarta Barat dan lulus tahun 2001. Semasa SMU, penulis sering mendapatkan

penghargaan dari yayasan sekolah karena prestasinya di bidang pendidikan.

Penulis memasuki gerbang kehidupan kampus pada tahun 2001 melalui

Jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis duiterima sebagai mahasiswi

Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama studi di IPB,

penulis aktif mengikuti kepanitiaan beberapa acara yang diadakan baik oleh FEM

ataupun IPB. Penulis juga aktif di sebuah majalah kampus FEM, Papyrus, sebagai

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Analisis Kelayakan Finansial Bisnis MLM

Sebagai Alternatif Berwirausaha ( Studi kasus : Distributor Amway Indonesia

dengan Sistem Network Twentyone). Skripsi ini merupakan syarat kelulusan

untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manejemen, Fakultas

Ekonomidan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Topik mengenai bisnis MLM diambil karena saat ini pertumbuhan bisnis

MLM di Indonesia sedang berkembang. Dalam penelitian ini, penulis mencoba

menganalisis mengenai kelayakan bisnis Amway dari segi finansial sehubungan

dengan alternatif berwirausaha.

Pada kesempatan ini,penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini yaitu :

1 Keluarga tercinta : Apih, Ibu, Teteh, AA, Cecep, Samsul, dan Dafit yang

senantiasa memberikan doa, kasih sayang, dukungan, serta senantiasa

menghibur penulis dikala penulis mengalami kepenatan dalam menyusun

Skripsi.

2 Bapak Ir. Abdul Basith, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktu untuk memberi bimbingan, saran, dan motivasi kepada

penulis.

3 Bapak Ir. Pramono D. Fewidarto, MS selaku pembimbing akademik yang

telah banyak membantu penulis selama masa studi di IPB

4 Ibu Wita Juwita Ermawati, STP, MT selaku moderator seminar

5 Ibu Bea Trice Mantoroadi, SE.Ak, MM selaku dosen penguji yang telah

banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

6 Ibu Erlin Trisyulianti, STP, M.Si selaku dosen penguji

7 My Best Friends : Ida, Omen, Deni, Rita, Irwan, Carina, Lia, dan Ian yang

merupakan tempat berbagi cerita, kebahagiaan, canda, dan tawa. Khususnya

Ida yang senantiasa mendengarkan cerita curahan hati penulis dan selalu

memberikan nasihat-nasihat yang baik.

8 Tias, salah satu teman dekat penulis yang sering menjadi contoh baik bagi

(7)

9 Meidi, Leni, Reni KD, dan Ella yang pernah bersama penulis menjalani

hari-hari bersama di IPB

10 Teman-teman Manajemen 38 atas kebersamaannya selama masa studi

11 Seluruh dosen pengajar dan staf FEM, khususnya Departemen Manajemen

12 Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu oleh penilis.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena

itu kritik dan saran yang membangun sangat dinantikan.Akhir kata, dengan segala

kerendahan hati,penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan

menjadi inspirasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Bogor, September 2006

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Analisis Kelayakan Finansial Bisnis MLM

Sebagai Alternatif Berwirausaha ( Studi kasus : Distributor Amway Indonesia

dengan Sistem Network Twentyone). Skripsi ini merupakan syarat kelulusan

untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manejemen, Fakultas

Ekonomidan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Topik mengenai bisnis MLM diambil karena saat ini pertumbuhan bisnis

MLM di Indonesia sedang berkembang. Dalam penelitian ini, penulis mencoba

menganalisis mengenai kelayakan bisnis Amway dari segi finansial sehubungan

dengan alternatif berwirausaha.

Pada kesempatan ini,penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini yaitu :

1 Keluarga tercinta : Apih, Ibu, Teteh, AA, Cecep, Samsul, dan Dafit yang

senantiasa memberikan doa, kasih sayang, dukungan, serta senantiasa

menghibur penulis dikala penulis mengalami kepenatan dalam menyusun

Skripsi.

2 Bapak Ir. Abdul Basith, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktu untuk memberi bimbingan, saran, dan motivasi kepada

penulis.

3 Bapak Ir. Pramono D. Fewidarto, MS selaku pembimbing akademik yang

telah banyak membantu penulis selama masa studi di IPB

4 Ibu Wita Juwita Ermawati, STP, MT selaku moderator seminar

5 Ibu Bea Trice Mantoroadi, SE.Ak, MM selaku dosen penguji yang telah

banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

6 Ibu Erlin Trisyulianti, STP, M.Si selaku dosen penguji

7 My Best Friends : Ida, Omen, Deni, Rita, Irwan, Carina, Lia, dan Ian yang

merupakan tempat berbagi cerita, kebahagiaan, canda, dan tawa. Khususnya

Ida yang senantiasa mendengarkan cerita curahan hati penulis dan selalu

memberikan nasihat-nasihat yang baik.

8 Tias, salah satu teman dekat penulis yang sering menjadi contoh baik bagi

(9)

DAFTAR ISI

III. METODE PENELITIAN ...26

(10)
(11)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1 Beda Prospek Antara Dua Pilihan... 10

2 Tabel Diskon ... 17

3 Tabel Bonus ... 18

4 Amway Distributor Center (ADC) dan Amway Produck Center (APD) di Indonesia ... 38

5 Negara-negara Cakupan Network 21 ... 39

6 Paket-paket Investasi Amway dengan Sistem Network 21... 45

7 Penerimaan IBO Amway Dalam 12 Bulan ... 48

8 Biaya Usaha IBO Amway (per tahun) ... 51

9 Pendapatan Usaha IBO Amway (per tahun) ... 52

10 PBP IBO Amway ... 54

(12)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1 Contoh Penggandaan MLM ... 13

2 PV yang diperoleh IBO dengan 6 Downline... 20

3 PV yang diperoleh IBO dengan 30 Downline... 21

4 PV yang diperoleh IBO dengan 78 Downline... 23

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1 Perusahaan MLM yang terdaftar dalam Keanggotaan APLI... 66

2 Pertumbuhan Jaringan IBO 1 ... 68

3 Pertumbuhan Jaringan IBO 2 ... 68

4 Pertumbuhan Jaringan IBO 3 ... 69

5 Pertumbuhan Jaringan IBO 4 ... 69

6 Perhitungan Penerimaan IBO 1... 70

7 Perhitungan Penerimaan IBO 2... 74

8 Perhitungan Penerimaan IBO 3... 77

9 Perhitungan Penerimaan IBO 4... 81

10 Perkiraan Biaya Usaha Bisnis IBO Amway ... 84

11 Perhitungan PBP IBO 1 ... 85

12 Perhitungan PBP IBO 2 ... 85

13 Perhitungan PBP IBO 3 ... 85

14 Perhitungan PBP IBO 4 ... 85

15 Perkiraan Cashflow IBO 1 ... 86

16 Perkiraan Cashflow IBO 2 ... 89

17 Perkiraan Cashflow IBO 3 ... 91

18 Perkiraan Cashflow IBO 4 ... 93

(14)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Wirausaha adalah seorang pembuat keputusan yang membantu

terbentuknya sistem ekonomi perusahaan yang bebas atau seseorang yang

memulai dan mengoperasikan bisnis (Longanecker, et al., 2001), sedangkan

Multilevel Marketing (MLM) merupakan suatu jaringan kerja dimana seorang

usahawan atau pengusaha yang independen mempunyai penjualan dari produk

atau jasa (Wead, 1997). Berdasarkan pengertian tersebut, bisnis MLM dapat

dikatakan sebagai salah satu kewirausahaan karena dalam pelaksanaannya,

seseorang yang menanamkan investasi di bisnis MLM dapat mengoperasikan

bisnisnya sendiri tanpa dikepalai oleh siapapun.

Dewasa ini banyak kesempatan berwirausaha. Suatu karir

kewirausahaan dapat mendukung kesejahteraan masyarakat dan menghasilkan

imbalan finansial, selain itu juga dapat menyediakan lapangan kerja baru.

Untuk membangun suatu usaha, seorang wirausaha harus menilai kelayakan

usaha tersebut dahulu, terlebih dari segi finansial. Hal ini dimaksudkan untuk

menilai apakah usaha yang akan dibangun tersebut menguntungkan dan layak

untuk dijalankan atau tidak. Metode yang sering digunakan dalam

menganalisis kelayakan usaha secara finansial diantaranya metode R/C,

pendapatan usaha, PBP, NPV, Net B/C, IRR, dan cashflow.

Bisnis MLM masuk ke Indonesia sekitar dua puluh tahun yang lalu

(www.sinarharapan.co.id. 15/04/05). Perkembangannya di Indonesia sangat

meyakinkan, ditandai dengan semakin banyaknya perusahaan yang

menggunakan sistem MLM muncul di Indonesia dari tahun ke tahun, seperti

Amway, Herbalife, Forever Young, Tianshi, Avon, Sophie Martin, Oriflame

dan Tupperware, sementara untuk MLM lokal di Indonesia terdapat

nama-nama, seperti CNI, MQ-Net, Triple-S, Ahad Net dan perusahaan MLM

lainnya.

Amway merupakan salah satu perusahaan MLM yang terdaftar di

APLI. Amway masuk ke Indonesia sejak tahun 1992 dan baru terdaftar di

(15)

terbesar di dunia, sementara di Indonesia Amway berada pada peringkat kedua

setelah PT Citra Nusa Insan atau CNI. (www.sinarharapan.co.id. 15/04/05).

Jumlah distributor Amway di Indonesia mencapai lebih dari 250.000

distributor. (www.kompas.co.id. 22/01/05). Sehubungan dengan

kewirausahaan, dalam membangun bisnis Amway seorang distributor Amway

perlu melakukan suatu analisis kelayakan usaha bisnis Amway guna melihat

kelayakan bisnis Amway sebagai suatu kewirausahaan.

Penelitian difokuskan pada analisis kelayakan finansial bisnis IBO

Amway di Indonesia dengan sistem pendukung Network Twentyone (N21).

Sistem N21 merupakan salah satu organisasi atau asosiasi yang dibangun oleh

IBO Amway itu sendiri unuk mendukung menjalankan bisnis Amway agar

berhasil. N21 dibangun oleh Jim Dornan dan Nancy Dornan. N21 mendukung

bisnis Amway dengan memberikan berbagai pelatihan dan pengajaran dalam

bisnis serta menyediakan alat bantu untuk membantu kesuksesan IBO

Amway.

1.2. Perumusan Masalah

Dalam membangun suatu usaha, dibutuhkan penelitian terlebih

dahulu. Penelitian yang dimaksud yaitu penilaian kelayakan usaha. Hal ini

dimaksudkan untuk mengetahui bisnis tersebut menguntungkan dan layak

untuk dilanjutkan atau tidak, guna mencegah kerugian atau meminimalis

kerugian.

Dalam penelitian ini yang menjadi permasalahan utama yaitu:

1 Bagaimana kelayakan bisnis IBO Amway, dilihat dari segi keuntungan,

rasio penerimaan dengan biaya, waktu balik modal serta analisis kriteria

investasi ?

(16)

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis kelayakan bisnis

Amway dari segi finansial sebagai alternatif berwirausaha.dan menganalisis

hal-hal yang lebih mempengaruhi besarnya penerimaan, dengan perincian

sebagai berikut :

1 Menganalisis kelayakan bisnis IBO Amway, dilihat dari segi keuntungan,

rasio penerimaan dengan biaya, waktu balik modal, dan analisis kriteria

investasi

2 Menjelaskan variabilitas IBO Amway dalam bisnis Amway

1.4. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama duduk di bangku kuliah

dan melatih kemampuan dalam menganalisis masalah berdasarkan data

yang tersedia di lapangan

2. Menambah wacana tentang bisnis MLM bagi para peminat bisnis MLM

3. Dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pengambilan keputusan bagi

siapapun yang sedang merintis usaha baru.

1.5. Batasan Penelitian

Penelitian mengenai bisnis MLM, khususnya Amway, sangat luas.

Penelitian tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek, yaitu aspek pasar, aspek

sumber daya manusia, aspek teknis ataupun aspek finansial. Oleh karena itu,

peneliti membuat batasan penelitian berdasarkan kemampuan peneliti.

Adapun batasan-batasan yang digunakan yaitu :

1 Bisnis MLM yang menjadi objek penelitian adalah Amway di Indonesia

dengan sistem Network Twentyone (N21), dimana N21 merupakan

organisasi pendukung bisnis Amway ada di Indonesia

2 Penelitian difokuskan pada analisis kelayakan bisnis Amway dari aspek

finansial

3 Sampel yang diwawancara terbatas karena ketertutupan individu para IBO

(17)

adanya batasan komunikasi yang tercipta dalam bisnis Amway, dimana

IBO yang bukan berada pada kelompok yang sama tidak diperbolehkan

membicarakan bisnis Amway pada kondisi apapun

4 Digunakan asumsi-asumsi dalam menganalisis kelayakan finansial bisnis

Amway karena variabilitas setiap IBO yang berbeda-beda, yang

(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kewirausahaan

2.1.1. Pengertian Wirausaha

Wirausaha adalah seorang pembuat keputusan yang membantu

terbentuknya sistem ekonomi perusahaan yang bebas atau seseorang

yang memulai dan atau mengoperasikan bisnis. (Longeneker, et al.,

2001).

2.1.2. Imbalan dan Tantangan Kewirausahaan

Ketertarikan seseorang akan kewirausahaan adalah karena imbalan

yang kuat, seperti keuntungan dan kebebasan. Beberapa orang

khususnya tertarik hanya pada salah satu imbalan, dan yang lainnya

tertarik pada berbagai kepuasan yang mungkin didapatkannya. Imbalan

berwirausaha dapat dikelompokan menjadi tiga kategori dasar

(Longeneker, et al., 2001) yaitu laba, kebebasan, dan kepuasan dalam

menjalani hidup.

♦ Imbalan Berupa Laba

Hasil finansial dari bisnis apapun harus dapat menggantikan

kerugian waktu dan dana sebelum laba yang sebenarnya dapat

direalisasikan. Wirausaha mengharapkan hasil yang tidak hanya

menggantikan kerugian waktu dan uang yang mereka investasikan,

tapi juga memberikan imbalan yang pantas bagi resiko dan

inisiatif yang mereka ambil dalam mengoperasikan bisnis.

♦ Imbalan Berupa Kebebasan

Kebebasan untuk menjalankan secara bebas perusahaannya

merupakan imbalan lain bagi seorang wirausaha. Kebanyakan

wirausaha meninggalkan pekerjaannya di perusahaan lain untuk

dapat menjadi bos atas perusahaannya sendiri. Sehingga dapat

(19)

♦ Imbalan Berupa Kepuasan Menjalani Hidup

Wirausaha seringkali menyatakan kepuasan yang mereka dapatkan

dalam menjalankan bisnisnya sendiri. Kadang beberapa orang

mengatakan bahwa pekerjaan yang mereka lakukan merupakan

suatu keceriaan. Kenikmatan yang mereka dapatkan mungkin

berasal dari kebebasan.

Selain imbalan-imbalan yang didapatkan dari berwirausahaa, ada

juga tantangan yang harus dihadapi oleh para wirausaha. Diantara

tantang-tantangan tersebut adalah biaya yang berhubungan dengan

kepemilikan bisnis atau modal. Memulai dan mengoperasikan bisnis

sendiri, biasanya memerlukan kerja keras, menyita banyak waktu, dan

membutuhkan kekuatan emosi. Wirausaha mengalami tekanan pribadi

yang tidak menyenangkan seperti kebutuhan untuk menginvestasikan

lebih banyak waktu dan tenaga. Kemungkinan gagal dalam bisnis adalah

ancaman yang selalu ada bagi wirausaha dan tidak ada jaminan

kesuksesan.

2.1.3. Karakteristik Wirausaha

Longenecker, et al (2001) wirausaha yang sukses memiliki

beberapa karakteristik, diantaranya :

™ Kebutuhan akan keberhasilan

Setiap orang memiliki tingkat kebutuhan akan keberhasilan yang

berbeda. Orang yang memiliki tingkat kebutuhan akan

keberhasilan yang rendah, terlihat puas dengan status yang

dimiliki, sedangkan orang yang memiliki tingkat kebutuhan akan

keberhasilan yang tinggi senang bersaing dan memilih untuk

bertanggung jawab secara pribadi atas tugas-tugas yang

dibebankannya.

™ Keinginan untuk mengambil resiko

Resiko yang diambil wirausaha dalam memulai dan menjalankan

(20)

wirausaha menginvestasikan uangnya untuk suatu usaha, resiko

karir terjadi saat seorang wirausaha meninggalkan pekerjaanya

guna menjalankan usaha, dan resiko waktu yang bebih banyak

digunakan untuk mengoperasikan usaha.

™ Percaya diri

Orang yang memiliki keyakinan pada dirinya sendiri merasa dapat

menjawab tantangan yang ada di depannya. Orang-orang tersebut

mempunyai pemahaman atas segala jenis masalah yang akan

muncul. Wirausaha yang mempercayai bahwa kesuksesan

tergantung pada usaha diri sendiri mempunyai pengendalian yang

disebut Internal Locus of Control ( kepercayaan bahwa kesuksesan

seseorang tergantung pada usahanya), sebaliknya wirausaha yang

merasa bahwa hidup dikendalikan oleh nasib atau keberuntungan

mempunyai pengendalian yang disebut External Locus of Control

(kepercayaan).

™ Keinginan kuat untuk berbisnis

Wirausaha memperhatikan tingkat keingintahuannya yang dapat

disebut sebagai keinginan kuat untuk berbisnis dengan tujuan

apapun, menciptakan ketabahan dan keamanan untuk bekerja

keras.

2.2. Direct Selling

Direct Selling atau penjualan langsung adalah cara memasarkan

produk maupun jasa langsung kepada pelanggan, yaitu secara temu muka.

Temu muka ini umumnya berlangsung di rumah pelanggan, di rumah teman,

atau di tempat lain di luar lokasi pengecer (www. Amway.co.id/directsale.asp.

24/02/05). Direct Selling mempunyai tiga tipe dasar, yaitu One On One,

Party Plan, dan MLM.

One On One

Dalam sistem ini, seorang penjual yang merupakan

agen/anggota/kontraktor yang mandiri atau lepas, menarik konsumen yang

(21)

menawarkan produk dan juga mendapat komisi atau basis lain.

Pendapatan mereka juga diperoleh dari selisih harga pembelian dari

pemasok dan penjualan ke konsumen.

Party Plan

Pada metode ini seorang penjual, karyawan lepas atau tetap, bertugas

mencari atau menjadi tuan rumah yang mengundang sekelompok orang di

rumahnya dalam rangka sales party untuk mendemonstrasikan produk.

Penghasilan si penjual atas dasar selisih harga eceran.

Multilevel Marketing

Multilevel Marketing adalah penjualan secara bertingkat, dimana

distributor mandiri mempunyai penghasilan dalam dua cara. Pertama,

penjualan produk langsung ke konsumen, keuntungan didapatkan atas

dasar selisih antara harga distributor dan harga konsumen. Kedua,

potongan harga atas dasar jumlah produk atau jasa yang dibeli oleh

anggota kelompok bisnis untuk penjualan atau pemakaian, termasuk

jumlah penjualan pribadi.

2.3. Multilevel Marketing

Kishel (1992) mendefinisikan MLM sebagai metode penjualan di mana

konsumen mempunyai kesempatan untuk menjadi distributor pabrik yang

dapat membangun jaringan atau level dibawahnya. Setiap level akan berbagi

keuntungan pada level-level di atasnya.

Tracy (2005) menyatakan MLM adalah gambaran jenis pemasaran

lainnya karena sebuah perusahaan MLM adalah salah satu ragam pemasaran

tertentu dan rancangan kompensasinya melibatkan sejumlah tingkat

pengorganisasian kelompok dan pembayaran komisi, serta dapat menerapkan

segala metode penjualan.

Wead (1997) Network Marketing atau MLM adalah suatu jaringan

kerja dimana seorang usahawan atau pengusaha yang independen mempunyai

penjualan dari suatu produk atau jasa. Selain dari hak penjualan, mereka juga

(22)

Dengan kata lain, MLM dapat diartikan sebagai sistem penjualan

secara langsung kepada konsumen yang dilakukan secara berantai, dimana

seorang konsumen dapat menjadi distributor produk dan dapat

mempromosikan orang lain untuk bergabung dengan dalam rangka

memperluas jaringan distributornya.

Dalam rangkaian distributor terdapat istilah ”Upline” dan

”Downline”. Upline adalah distributor tingkat pertama yang mempromosikan

distributor tingkat kedua. Sedangkan Downline adalah pihak yang disponsori

oleh distributor tingkat pertama. Downline juga dapat menjadi Upline bagi

orang lain dengan membangun jaringan baru di bawahnya dengan

mensponsori orang lain ke dalam kelompoknya dan demikian seterusnya.

(Kishel, 1992)

MLM lebih memanfaatkan “kekuatan manusia” daripada institusi ritel

dan lainnya, untuk mempromosikan dan menjual barang atau jasa. MLM juga

menitikberatkan pada kekuatan kontak pribadi dan persuasif dalam penjualan,

dimana si penjual berfungsi lebih dari sekedar seorang juru tulis yang

mencatat hasil penjualan.

MLM berbeda dengan sistem penjualan lainnya. Dalam bisnis MLM,

distributor multilevel tidak hanya berusaha menjual barang kepada konsumen

secara eceran, tetapi juga mencari distributor lain untuk menjual barang atau

jasa kepada konsumen. Karakteristik lain yang menjadi ciri pembeda bisnis

MLM adalah penjual, biasanya disebut distributor, merupakan seorang

kontraktor bebas yang bisa menjual dimana saja, kapan saja, meskipun harus

tunduk pada acuan perusahaan berkenaan dengan iklan maupun cara menjual

produk.

Program-program MLM telah mengalami peningkatan terus-menerus

sejak tahun 1980-an, dikarenakan bisnis MLM menawarkan peluang

memperoleh pendapatan yang tinggi melalui prinsip-prinsip penggandaan

usaha. Seseorang dapat menciptakan sebuah organisasi sebagai wahana dalam

memasarkan produk dan jasa. Penghasilan didasarkan pada apa yang

diperoleh anggota tim maupun usaha sendiri. Proses pengembangan organisasi

(23)

dalam membantu distributor mencapai kesuksesan, dengan mengerjakan apa

yang harus dilakukan. Prinsip pokok MLM adalah bahwa seseorang akan

berhasil jika membantu orang lain meraih keberhasilan juga.

2.4. Kelebihan-kelebihan Bisnis MLM

Bisnis MLM berkembang dengan cukup pesat karena memiliki

sejumlah kelebihan bagi orang yang ingin terjun kedalam bisnis ini. Rata-rata

kelebihan tersebut terletak pada bentuk penjualan langsung, sedang beberapa

di antaranya pada bisnis itu sendiri.

Yusuf (2002) mengungkapkan beberapa kelebihan yang dimiliki oleh

bisnis MLM yaitu diantaranya:

(1) Setiap orang dapat melakukannya;

(2) Nyaris tanpa resiko;

(3) Tidak ada atasan;

(4) Pelatihan nasional dan bantuan dari perusahaan yang diberikan dalam

bentuk buku pegangan, seminar dan rapat;

(5) Waktu yang diinvestasikan sekarang untuk berguna dikemudian hari;

(6) Rasa aman karena ada sistem pembagian bonus dan royalti ahli warisnya;

(7) Bisnis siap pakai dan siap dijalankan;

(8) Tidak ada wilayah yang membatasi daerah operasi para distributor;

(9) Modal yang diperlukan untuk memulai bisnis sangat kecil yaitu hanya

membayar formulir pendaftaran dan produk perusahaan;

(10) Mendapatkan penghasilan sesuai dengan penjualan dan pembinaan

jaringan yang dikembangkan.

Selain disebutkan di atas, bisnis MLM masih mempunyai beberapa

kelebihan lainnya yang menjadi kekuatan bisnis ini untuk berkembang.

Seperti yang dikemukakan oleh Tracy (2005) dalam bukunya: MLM Sukses.

Bisnis MLM memberikan kebebasan dan keuntungan pajak yang abadi di

dalamnya. Bisnis ini dapat digunakan sebagai perlindungan pajak untuk

mengurangi pajak pendapatan karena bisnis ini mengurangi pajak berbagai

barang, seperti perangkat rumah dan peralatan yang dipakai dalam bisnis.

(24)

rumah sendiri, tidak perlu membangun kantor sendiri atau menyewa tempat.

Tidak perlu menimbun barang apapun. Cocok bagi suami-istri maupun sebuah

keluarga karena dikerjakan di rumah dan bekerja bersama-sama. Bisnis ini

memberikan peluang dalam melakukan perjalanan yang menyenangkan,

berkenalan dengan teman-teman baru dan pengalaman belajar yang positif.

Dilihat dari segi finansial, bisnis MLM menawarkan suatu penghasilan

yang sangat menarik dibandingkan dengan bisnis atau pekerjaan lain,

misalnya waralaba atau bekerja pada suatu perusahaan. Bila dikerjakan

dengan benar, bisnis ini menawarkan peluang peningkatan penghasilan

maupun volume usaha yang dapat meningkat secara eksponensial.

Perbandingan penghasilan antara pilihan menjadi karyawan dengan

pilihan menjalankan bisnis Amway dapat diilustrasikan sebagai berikut:

Pertama, sebuah pekerjaan dengan penghasilan Rp 10.000.000,- per bulan.

Kedua, sebuah usaha yang menghasilkan Rp 1,- pada bulan pertama, tetapi

hasil tersebut akan berlipat ganda dua kali lipat setiap bulannya. Jika kedua

pilihan tersebut dihitung dengan masa selama 36 bulan, maka hasilnya seperti

yang terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Beda prospek antara dua pilihan

Bulan ke Penghasilan (Rp)

Karyawan Pebisnis MLM

36 10 000.000. 34.359.738.368

Total 360.000.000 68.719.476.735

(25)

2.5. Prinsip Penggandaan MLM

Teori dasar yang menjadi pondasi praktek MLM yaitu bahwa

organisasi berkembang secara geometris melalui prinsip penggandaan ke

bawah. Maksudnya, seseorang yang memulai bisnis ini misalnya dengan

hanya mengenal dua orang (atau lebih), kemudian dua orang tersebut

masing-masing mengenalkan dua orang lagi dan begitu seterusnya. Sekelompok orang

tersebut dengan sendirinya akan membentuk sebuah tim yang berada di bawah

kepemimpinan orang pertama.

Pola bisnis MLM yaitu membangun bisnis dari rumah (home based

business) atau pola pemarasan jaringan progresif. Seorang yang mengikuti

pola bisnis MLM merupakan distributor atau member yang menempati suatu

posisi dalam jenjang karir sistem tersebut. Distributor mempunyai seorang

Upline yaitu pihak yang mengajaknya (mensponsori) dalam bisnis MLM,

sedangkan distributor itu sendiri disebut Downline, yaitu pihak yang

disponsori. Seorang Downline akan menjadi Upline jika telah memiliki

Downline lain di bawahnya. Sekumpulan distributor yang membentuk struktur

Upline-Downline akan membentuk suatu jaringan. Dalam jaringan terdapat

“kaki” dan level. Kaki adalah bagian dari jaringan yang ditinjau secara

vertikal, dan level adalah bagian dari jaringan yang ditinjau secara horizontal.

(Tracy, 2005).

Jaringan yang telah terbentuk akan terus tumbuh tanpa ada batasnya,

selama para member terus mensponsori pihak baru untuk masuk dalam bisnis

MLM. Maka jaringan akan terus membesar dan meluas. Dari berawal hanya

mensponsori satu atau dua orang, seorang distributor akan mempunyai

Downline mungkin sampai ratusan. Misalnya seorang distributor mensponsori

dua orang, kemudian masing-masing dari kedua orang tersebut mensponsori

dua orang lagi, demikian seterusnya. Maka dapat dibayangkan berapa

distributor yang akan tergabung dalam kelompok tersebut. Pertumbuhan

(26)

Distributor Distributor

2. Level 1 4 Level 2 8

16 Level 3 30 Level 4

Gambar 1. Contoh Sistem Penggandaan MLM Sumber: Tracy (2005)

Dalam program penjualan tradisional, penghasilan didasarkan pada

hasil penjualan perorangan. Komisi hanya didapat dari banyaknya barang

yang dapat dijual sendiri. Tetapi dalam bisnis MLM, penghasilan tergantung

pada beberapa faktor selain hasil penjualan perorangan, seperti besarnya

kelompok, banyaknya produk yang dijual oleh kelompok dan besarnya komisi

pada tiap level dalam kelompok. Maka jika kelompok tumbuh semakin besar

dan produk atau jasa yang terjual semakin banyak, penghasilan pun akan

semakin meningkat.

Menurut Kishel (1992) ada beberapa kompensasi yang diperoleh dari

bisnis MLM, yaitu sebagai berikut: (1) Komisi dari penjualan perorangan; (2)

Bonus kelompok; (3) Bonus kepemimpinan; (4) Pendapatan redusial;(5)

Bonus lainnya dari perusahaan, seperti potongan harga dan royalti.

Bonus-bonus yang disediakan oleh perusahaan merupakan rangsangan

yang diberikan kepada distributor agar mensponsori lebih banyak orang dan

melatihnya untuk dapat menjual lebih banyak barang.

2.6. Independent Business Owner (IBO)

Orang yang menjalankan kedistributoran Amway, anggota atau

member yang tergabung dalam jaringan disebut Independent Business Owner

(IBO).

Untuk menjadi IBO yang sukses dalam bisnis MLM dibutuhkan

kiat-kiat tertentu. Harefa (2002) dalam bukunya: 10 Kiat Sukses Distributor MLM.

(27)

1. Merajut cita-cita dan kebangkitan semangat juang

2. Membangun keyakinan yang teguh

3. Menggunakan produk

4. Merekrut siapa saja, kapan saja dan dimana saja

5. Memotivasi diri dan anggota jaringan

6. Membantu proses distribusi

7. Belajar dengan lahap

8. TP x AH x TN > SK

9. Memberikan kesaksian dan menolong orang lain

10.Mengembangkan karakter.

TP x AH x TN > SK merupakan suatu rumus unik gagasan K. Cooper

dan Ayman Sawaf yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dimana

ketidakpuasan (TP) dikalikan Arah hidup (AH) dikalikan Tindakan nyata

(TN) harus lebih besar dari Situasi kini (SK).

2.7. Level-level IBO Dalam Bisnis Amway

Level IBO merupakan tingkatan peringkat yang dicapai IBO Amway

dalam menjalankan bisnis Amway. Setiap level memiliki syarat tersendiri

untuk dapat mencapainya, syarat tersebut yaitu jumlah kelompok bisnis yang

dimiliki dan jumlah PV yang diperoleh. Semakin banyak grup atau kelompok

yang dimiliki dan semakin besar jumlah PV yang diperoleh IBO, maka level

yang dicapai akan semakin tinggi pula. Bagi Amway, level tersebut

merupakan penghargaan bagi IBO-IBOnya dan untuk menjaga tingkat

motivasi yang tinggi bagi IBO Amway. Level-level yang ada dalam bisnis

Amway yaitu (Amway, 2004):

Silver Producer (SP)

Silver Producer merupakan level yang dicapai oleh IBO jika IBO tersebut

memiliki 1 grup yang telah memperoleh PV grup minimal sebesar

16.000.000 PV atau telah mencapai peringkat 21%. Dan jumlah PV

tersebut tidak termasuk jumlah yang diterima dari grup 21% yang

(28)

diantara IBO yang merupakan grup 21% yang disponsori secara foster.

Setiap 1 grup memiliki IBO setidaknya 10 IBO.

Gold Producer (GP)

Gold Producer merupakan level yang dicapai IBO jika IBO tersebut

memenuhi persyaratan SP sejumlah 3 kali atau 3 bulan dalam masa 12

bulan sejak pertama kali persyaratan SP dicapai.

Platinum

Platinum merupakan level yang dicapai oleh IBO jika IBO tersebut

memenuhi persyaratan SP sejumlah 6 kali atau 6 bulan dalam masa 12

bulan sejak pertama kali persyaratan SP dicapai, 3 kali diantaranya harus

berturut-turut.

Distributor Langsung Ruby

Distributor langsung Ruby dicapai jika IBO memiliki 1 grup yang

mencapai 22.500.000 PV untuk bulan tertentu.

Distributor Langsung Safir

Persyaratan yang harus dipenuhi untuk mencapai level Distributor

Langsung Safir yaitu:

1 Mensponsori 2 grup yang mencapai 21% dan memperoleh minimal

6.500.000 PV grup, sekurang-kurangnya 6 bulan dalam satu tahun

fiskal

2 Kombinasi antara no 1 yaitu dengan mensponsori 3 grup yang

mencapai 21% pada bulan yang sama dalam satu tahun fiskal.

Distributor Langsung Emerald

Level Emerald dicapai jika IBO berhasil mensponsori 3 grup baik secara

pribadi, foster, maupun internasional yang masing-masing memenuhi

syarat pada peringkat bonus 21% selama 6 bulan pada tahun fiskal.

Distributor Langsung Diamond

Level ini dapat dicapai IBO jika berhasil mensponsori 6 grup 21% baik

secara internasional, foster, maupun secara pribadi, dimana

masing-masing grup memenuhi syarat selama 6 bulan dalam tahun fiskal. Grup

21% yaitu grup yang berhasil memperoleh PV grup minimal 16.000.000

(29)

Distributor Langsung Executive Diamond

Executive Diamond merupakan level dimana IBO berhasil mensponsori 9

grup 21% dan masing-masing memenuhi syarat selama 6 bulan dalam

tahun fiskal.

Distributor Langsung Double Diamond

Persyataran untuk mencapai level ini yaitu mensponsori 12 grup 12%,

dimana masing-masing grup memenuhi syarat selama 6 bulan dalam tahun

fiskal.

Distributor Langsung Triple Diamond

Persyaratan untuk mencapai level ini yaitu mensponsori 15 grup 21%,

dimana masing-masing grup memenuhi syarat selama 6 bulan dalam tahun

fiskal.

Distributor Langsung Crown

Persyaratan untuk mencapai level ini yaitu mensponsori 18 grup 21%,

dimana masing-masing grup memenuhi syarat selama 6 bulan dalam tahun

fiskal.

Distributor Langsung Crown Ambassador

Persyaratan untuk mencapai level ini yaitu mensponsori 20 grup 21%,

dimana masing-masing grup memenuhi syarat selama 6 bulan dalam tahun

fiskal.

2.8. Pedoman Pendapatan Bisnis Amway

Penghasilan yang diperoleh seorang IBO dari usaha Amway berasal

dari (Amway, 2003):

1. Keuntungan Eceran dari Penjualan Produk

Keuntungan Eceran diperoleh dari hasil penjualan produk kepada

pelanggan.

Keuntungan Eceran adalah perbedaan antara Harga Eceran kepada pelanggan dengan Harga Ditributor. Nilai Keuntungan Eceran rata-rata

30% di atas Harga Distributor.

(30)

Harga Eceran adalah harga jual yang dikenakan kepada pelanggan.

2. Diskon atas Pembelian Produk dari PT Amindoway Jaya

Setiap produk Amway mempunyai point Value (PV) dan Business

Volume (BV) yang telah ditentukan nilainya. Bahan literature dan alat

Bantu pemasaran produk Amway tidak dimasukan ke dalam perhitungan

volume.

Point Value (PV) adalah nilai angka tertentu yang berhubungan dengan nilai produk itu sendiri. (Amway, 2004)

Business Volume (BV) adalah volume pembelian Distributor yang sama dengan Harga Distributor tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPn).

Diskon dihitung berdasarkan volume pembelian pribadi Distributor selama

satu bulan kalender. Persentase peringkat diskon ditentukan oleh total PV

bulanan pembelian Distributor sebagaimana tercantum dalam tabel 4. Jika

total PV bulanan pembelian pribadi yang didapat oleh seorang IBO

sebesar 350.000 PV atau lebih, berarti IBO tersebut akan mendapatkan

diskon sebesar 3% dari jumlah PV tersebut. Dan jika total PV bulanan

yang didapat oleh seorang IBO sebesar 1.000.000 PV atau lebih, berarti

IBO tersebut akan mendapatkan diskon sebesar 6% dari jumlah Total PV

tersebut, demikian seterusnya. (Amway, 2004)3

Tabel 2. Tabel Diskon

Total PV Bulanan

Pembelian Pribadi % Diskon

(31)

3. Bonus atas Pembelian Produk dari PT Amindoway Jaya

Bonus diperoleh apabila (Amway, 2003) :

• Distributor mensponsori prospek/calon Distributor (Downline) untuk

bergabung dalam kelompok.

Distributor yang mensponsori (Upline) memberikan pelatihan kepada

Downlinenya untuk melakukan hal yang sama dengan yang

dilakukannya. Juga memberikan pelatihan untuk meningkatkan jumlah

keanggotaan Downline. Dengan cara membantu dan melatih para

Downline, seorang Distributor (Upline) akan memperoleh bonus yang

dihitung berdasarkan volume pembelian kelompok selama 1 bulan

kalender.

• Menggunakan kartu kredit/debet yang menawarkan ekstra PV/BV serta manfaat yang didapat dari program Aliansi Amway.

Persentase peringkat bonus ditentukan oleh total PV bulanan

pembelian kelompok sebagaimana tercantum dalam tabel 5. Jika

kelompok bisnis seorang IBO Amway mencapai total PV bulanan

pembelian kelompok sebesar 350.000 PV atau lebih, maka IBO

tersebut akan mendapatkan bonus sebesar 3% dari jumlah bonus

tersebut. Dan jika kelompok bisnis seorang IBO Amway memperoleh

total PV bulanan pembelian kelompok sebesar 1.000.000 PV atau

lebih, maka IBO tersebut akan mendapatkan bonus sebesar 6% dari

jumlah total PV tersebut, demikian seterusnya.

Tabel 3. Tabel Bonus

Total PV Bulanan

Pembelian Kelompok % Bonus

(32)

2.9. Perhitungan Diskon dan Bonus

Perhitungan Diskon dan Bonus dilakukan dengan cara tersendiri

berdasarkan aturan yang berlaku di PT Amindoway Jaya dan Amway

Corporation secara keseluruhan. Perhitungan Diskon dan Bonus sangat

dipengaruhi oleh PV dan BV. Adapun contoh perhitungan Diskon dan Bonus

dengan asumsi PV:BV = 1:1 adalah sebagai berikut (Amway, 2004) :

Contoh 1 : Peringkat 3%

Misalkan PV pribadi yang diperoleh pada bulan tertentu adalah 350.000 PV,

maka Keuntungan Eceran dan Diskon yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Keuntungan Eceran : (30% x 350.000) = Rp 105.000,-

Diskon Pribadi : ( 3% x 350.000) = Rp 10.500,-

Total Keuntungan Eceran dan Diskon Pribadi = Rp 115.500,-

Cara kerjanya:

Membentuk kelompok pelanggan eceran yang kuat yang memberikan

keuntungan eceran setiap bulannya. Kemudian mensponsori orang lain

(Downline) untuk bergabung dalam kelompok usaha dan memberikan

pelatihan kepada para Downline untuk melakukan hal yang sama. Dengan

demikian artinya usaha akan menjadi besar dan akan terbentuk Grup Usaha

(Business Group) yang mempengaruhi besarnya bonus yang dibayar

perusahaan atas volume kelompok.

Contoh 2 : Peringkat 9%

Misalkan seorang Distributor (Distributor-1) telah mensponsori 6 Distributor

baru dimana masing-masing meraih 350.000 PV dalam satu bulan tertentu.

Sementara Distributor tersebut terus menjual produk dan juga berhasil meraih

(33)

Gambar 2. PV yang diperoleh IBO dengan 6 Downline Sumber : Amway, 2003

Total PV Pribadi : 350.000

Total PV Kelompok : 2.450.000 ( 7x 350.000 )

Masing-masing Downline mencapai peringkat 3%, sedangkan Distributor

tersebut mencapai peringkat 9%. Selisih antara peringkat Distributor dengan

peringkat Downline-Downlinenya adalah penghasilan bagi Distributor-1.

Dalam hal ini selisihnya yaitu 9%-3% = 6%. Selisih tersebut dibayarkan oleh

Amway sebagai bonus karena telah mensponsori dan membimbing para

Downline.

Perhitungan keuntungan eceran, diskon dan bonus :

Keuntungan Eceran , Diskon dan Bonus yang diperoleh :

Keuntungan Eceran : 30% x 350.000 = Rp 105.000,-

Diskon Pribadi : 3% x 350.000 = Rp 10.500,-

Bonus untuk selisih peringkat atas seluruh pembelian pribadi :

(9%-3%) x 350.000 = Rp 21.000,-

(pribadi) 350.000 PV

(grup) 2.450.000 PV

350.000 PV 350.000 PV

350.000 PV 350.000 PV

(34)

Bonus untuk selisih peringkat Distributor-1(9%) dengan peringkat

Downline (3%) atas seluruh pembelian Downline :

(9%-3%) x 350.000 x 6 Downline = Rp 126.000,-

Total Keuntungan Eceran, Diskon dan Bonus Rp 262.550,-

Contoh 3 : Peringkat 15%

Berhubungan dengan Contoh 2, misalkan ke 6 Downline (Distributor-2)

masing mencapai 350.000 PV dalam satu bulan tertentu, dan

masing-masing mensponsori 4 Distributor baru lainnya yang juga mencapai 350.000

PV. Berarti distributor tersebut telah memiliki 30 Downline.

Total PV Pribadi Distruibutor-1 : 350.000

Total PV Kelompok : 10.850.000 (31 x 350.000)

Total PV Pribadi Distributor-2 : 350.000

Total PV Kelompok : 1.750.000 (5 x 350.000)

350.000 PV 350.000 PV

(Grup 1.750.000 PV) (Grup 1.750.000 PV)

350.000 PV 350.000 PV 350.000 PV

(Grup 1.750.000 PV) (Grup 10.850.000 PV) (Grup 1.750.000 PV)

350.000 PV 350.000 PV 350.000 PV 350.000 PV

(Grup 1.750.000 PV) (Grup 1.750.000 PV)

350.000 PV 350.000 PV

(35)

Ke 6 Downline (Distributor-2) masing-masing meraih 350.000 PV dan

berhasil menduplikasi 4 orang Downline baru dalam kelompoknya

sendiri, berarti ke 6 Downline tersebut akan menuju peringkat

6%,sedangkan dengan total PV kelompok Distributor-1 10.850.000 PV,

Distributor-1 akan menuju peringkat 15% sehingga Keuntungan Eceran,

Diskon Pribadi, dan Bonus menjadi :

Perhitungan keuntungan eceran, diskon dan bonus :

Keuntungan Eceran, Diskon dan Bonus yang diperoleh Distributor-1

adalah:

Keuntungan Eceran : 30% x 350.000 = Rp 105.000,-

Diskon Pribadi : 3% x 350.000 = Rp 10.500,-

Bonus untuk selisih antara peringkat Distributor-1 (15%) dengan

peringkat Downline (6%) atas seluruh pembelian Downline:

(15% - 6%) x 1.750.000 x 6 Downline =Rp 945.000,-

Bonus untuk selisih peringkat atas pembelian pribadi :

(15% - 3%) x 350.000 = Rp 42.000,-

Dikurangi PPh Ps 21 = Rp (37.350,-)*

Total Keuntungan Eceran, Diskon dan Bonus = Rp 1.065.150,-

∗Berdasarkan ketetapan perpajakan yang berlaku, jika bonsus yang diperoleh di atas Rp 240.000,-, maka atas bonus tersebut setelah

dikurangi Rp 240.000,- dikenakan pemotongan PPh Ps 21 dengan tariff

5% sampai dengan 35%.

Perhitungan PPh Ps 21 :

Bonus Kotor : Rp 945.000,- + Rp 42.000,- = Rp 987.000,-

(36)

Contoh 4 : Peringkat 21%

Berdasarkan contoh sebelumnya, misalkan masing-masing dari 4 Distributor

yang merupakan Distributor baru adari ke 6 Distributor level pertama

mensponsori masing-masing 2 Distributor. Dan setiap Distributor tetap

mencapai 350.000 PV. Maka, grup Distributor tersebut kini terdiri dari 79

Distributor (termasuk Distributor-1)

350.000PV 350.000PV (Grup 4.550.000 PV) (Grup 4.550.000 PV)

350.000 PV 350.000 PV 350.000 PV (Grup 4.550.000 PV) (Grup 27.65000 PV) (Grup 4.550.000 PV)

350.000 PV 350.000 PV (Grup 4.550.000 PV) (Grup 4.550.000 PV)

350.000 PV 350.000 PV 350.000 PV 350.000 PV

350.000 PV 350.000 PV 350.000 PV 350.000 PV 350.000 PV 350.000 PV 350.000 PV 350.000 PV Gambar 4. PV yang Diperoleh IBO dengan 78 Downline

Sumber : Amway, 2003

Total PV Pribadi Distributor-1 : 350.000

Total PV Kelompok : 27.650.000 (79 x 350.000)

Total PV dari masing-masing grup yang disponsori oleh Distributor-1 secara

pribadi (6 orang Frontliner) adalah 4.550.000. artinya, ke 6 Distirbutor

(37)

Diskon tertinggi, yaitu 21%. Sehingga perhitungan Keuntungan

Eceran,Diskon dan Bonus menjadi sebagai berikut:

Perhitungan keuntungan eceran, diskon dan bonus :

Keuntungan Eceran, Diskon dan Bonus yang diperoleh Distributor-1

adalah:

Keuntungan Eceran : 30% x 350.000 = Rp 105.000,-

Diskon Pribadi : 3% x 350.000 = Rp 10.500,-

Bonus untuk selisih antara peringkat Distributor-1 (21%) dengan

peringkat Downline (12%) atas seluruh pembelian Downline:

(21% - 12%) x 4.550.000 x 6 Downline = Rp 2.457.000,-

Bonus untuk selisih peringkat atas pembelian pribadi :

(21% - 3%) x 350.000 = Rp 63.000,-

Dikurangi PPh Ps 21 =Rp (114.000,-)*

Total Keuntungan Eceran, Diskon dan Bonus =Rp 2.521.500,-

* Perhitungan PPH Ps 21 :

(RP 2.520.000,- - Rp 240.000,-) x 5% = Rp 114.000,-

2.10. Penelitian Terdahulu

Idris tahun 2004 meneliti tentang kelayakan usaha warung tenda pecel

lele yang berlokasi di Bogor. Peneliti menggunakan metode R/C, Pendapatan

Usaha, NPV, Net B/C, dan IRR. Objek utama penelitian yaitu warung tenda

pecel lele yang berlokasi di Warung Jambu, Pajajaran, Air Mancur, Pakuan,

dan Merdeka.

Hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan tiap-tiap lokasi warung

tenda adalah sebagai berikut, untuk lokasi Warung Jambu diperoleh R/C

sebesar 1,42, NPV sebesar Rp 84.840.954,27, Net B/C sebesar 15,54, dan IRR

sebesar 28,74%. Untuk lokasi Pajajaran diperoleh R/C sebesar 1,28, NPV

sebesar Rp 89.441.164,03, Net B/C sebesar 10,12, dan IRR sebesar 22,12%.

(38)

Rp 116.634.510,22, Net B/C sebesar 19,98, dan IRR sebesar 32,49%. Untuk

lokasi Pakuan diperoleh R/C sebesar1,16, NPV sebesar Rp 10.944.940,57, Net

B/C sebesar 3,33, dan IRR sebesar 11,26%. Untuk lokasi Merdeka diperoleh

R/C sebesar 1,49, NPV sebesar Rp 81.449.206,42, Net B/C sebesar 9,13, dan

IRR sebesar 20,97%. Dari hasil-hasil tersebut kelima warung tenda tersebut

dinyatakan menguntungkan dan layak untuk dilanjutkan. Lokasi yang paling

menguntungkan terletak di Warung Jambu.

Sitorus tahun 2004 meneliti tentang prospek pengembangan usaha

budidaya ikan kerapu lumpur pada karamba jaringan apung. Prospek usaha

tersebut diteliti dengan menggunakan metode R/C, Pendapatan Usaha, NPV,

Net B/C, IRR, dan Analisis Sensitivitas. Objek utama penelitian yaitu PT

Sembilan-Sembilan.

Hasil penelitian menunjukan nilai R/C sebesar1,14, NPV sebesar

Rp 78.130.116,31, Net B/C sebesar 1,64, dan IRR sebesar 31,65%. Hal ini

artinya bahwa usaha pembesaran Kerapu Lumpur PT Sembilan-Sembilan

(39)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Penelitian didasarkan pada masalah penilaian kelayakan usaha secara

finansial suatu usaha, dimana penelitian difokuskan pada penilaian kelayakan

bisnis IBO Amway dengan sistem N21.

Bisnis IBO Amway dengan sistem N21 akan diteliti kelayakan usahanya

dari segi finansial dengan menganalisis usaha IBO Amway terlebih dahulu dengan

alat R/C, pendapatan usaha, dan PBP. Kemudian dilanjutkan dengan menganalisis

kelayakan usaha Amway dengan alat NPV, Net B/C, dan IRR. Dari hasil analisis

tersebut dapat ditarik kesimpulan mengenai kelayakan bisnis IBO Amway sebagai

alternatif berwirausaha.

Gambar 5. Kerangka Pemikiran Penelitian

Bisnis Amway sebagai alternatif berwirausaha

Kelayakan Bisnis IBO Amway dari Segi Finansial Sebagai Alternatif Berwirausaha

Analisis Kriteria Investasi :

NPV Net B/C

IRR Analisis Usaha : Pendapatan Usaha

R/C PBP

(40)

3.2. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menganalisis data-data primer dan

sekunder yang tersedia. Dari data-data tersebut akan didapat sebuah hasil

yang selanjutnya akan disimpulkan. Penelitian berfokus pada bisnis Amway,

karena Amway merupakan perusahaan MLM terbesar di Indonesia. Dari

seluruh sistem pendukung yang ada dalam bisnis Amway diambil sistem

N21 sebagai fokus utama penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan

Juni sampai dengan Agustus 2005.

3.3. Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data

primer diperoleh dengan cara wawancara dengan beberapa IBO Amway

mulai dari level Leaders Club hingga Emerald, dan data sekunder diperoleh

dari studi literatur, seperti buku-buku, majalah, internet, dan lain-lain.

3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Dalam menganalisis kelayakan bisnis IBO Amway, digunakan

metode analisis usaha dan metode analisis kriteria investasi. Analisis usaha

terdiri dari perhitungan pendapatan usaha, R/C, dan PBP. Sementara analisis

kriteia investasi terdiri dari perhitungan NPV, Net B/C, dan IRR.

Dari perhitungan-perhitungan tersebut akan diketahui apakah bisnis

Amway merupakan bisnis yang menguntungkan dan dan layak untuk

dijadikan alternatif berwirausaha atau tidak. Untuk mempermudah analisis

usaha tersebut digunakan beberapa asumsi yang selanjutnya dijelaskan pada

(41)

3.4.1. Analisis Usaha

3.4.1.1. Analisis Pendapatan Usaha

Analisis pendapatan usaha bertujuan mengetahui besar

keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan

(Hernanto, 1989). Rumus ini diformulasikan sebagai berikut:

Keterangan :

TR = Total Penerimaan

TC = Total pengeluaran

Dengan Kriteria :

TR>TC, Usaha Untung

TR=TC, Usaha Impas

TR>TC,Usaha rugi

3.4.1.2. Analisis Revenue-Cost Ratio (R/C)

Analisis R/C digunakan untuk menguji sejauh mana

hasil yang diperoleh dari usaha tertentu (dihitung selama periode

satu tahun) cukup menguntungkan (Hernanto, 1989). Rumus ini

diformulasikan sebagai berikut :

Dengan kriteria :

R/C>1, maka usaha untung

R/C= 1, maka usaha impas

R/C<1, maka usaha rugi

Keuntungan = TR - TC

R/C =

Penerimaan Total

(42)

3.4.1.3. Pay Back Period (PBP)

PBP adalah menghitung seberapa cepat waktu yang

dibutuhkan proyek untuk mengembalikan investasi dan modal

kerja yang ditanam. Kelayakan proyek dari adanya PBP ini

adalah jika nilai PBP lebih pendek dari waktu yang disyaratkan.

Sedangkan jika PBP lebih lama dari yang disyaratkan proyek

tidak layak.

Rumus yang digunakan yaitu : Tahun terakhir negatif +

(absolut (arus kas tahun berjalan) / nilai kumulatif arus kas mulai

tahun ke-0 ).

3.4.2. Analisis Kriteria Investasi 3.4.2.1. Net Present Value (NPV)

NPV adalah nilai sekarang dari keuntungan bersih yang

akan didapatkan pada masa yang akan datang. Secara matematis,

NPV dinyatakan dngan rumus (Kadariah, et al., 1999) :

(43)

3.4.2.2. Net Benefit – Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C adalah perbandingan antara jumlah nilai

sekarang dari keuntungan bersih bernilai positif (Bt-Ct >0)

dengan jumlah nilai sekarang dari keuntungan bersih yang

bernilai negatif (Bt-Ct<0). Secara matematis dinyatakan dengan

rumus (Kadariah, et al. 1999) :

Net B/C < 1 : Usaha tidak layak dilaksanakan

3.4.2.3. Internal Rate of Return (IRR)

IRR merupakan nilai suatu tingkat suku bunga yang

membuat NPV dari pada usaha sama dengan nol. Secara

matematis dinyatakan dalam rumus (Kadariah et al. 1999) :

)

i’ = Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV >0

i” = Tingkat suku bunga yang menghasilkan nilai NPV < 0

NPV’= NPV pada saat tingkat subu kunga i’

NPV”= NPV pada saat tingkat suku bunga i”

Dengan kriteria :

IRR ≥ tingkat suku bunga yang berlaku : Usaha layak

(44)

3.5. Batasan Pengukuran

Batasan dan pengukursan yang digunakan adalah :

1. Analisis kelayakan investasi ditinjau dari aspek pasar, aspek teknis, dan

aspek finansial, namun dalam penelitian ini lebih difokuskan pada aspek

finansial

2. Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah walaupun ada perubahan dan

dinyatakan dalam satuan rupiah

3. Biaya variabel adalah biaya yang berubah sesuai dengan perubahan

volume produksi dan dinyatakan dalam satuan rupiah

4. Biaya total adalah semua biaya yang digunakan untuk menjalankan usaha

termasuk biaya tetap dan biaya variabel dan dinyatakan dalam satuan

rupiah

5. Investasi adalah pengeluaran yang dilakukan pada kegiatan usaha dan pada

saat tertentu untuk mendapatkan keuntungan dimasa mendatang, dan

dinyatakan dalam satuan rupiah

6. Analisis usaha adalah suatu usaha dilihat dari sudut pandang badan atau

orang-orang yang menanamkan modalnya dalam usaha, dan dinyatakan

dalam satuan rupiah

7. Penerimaan dari bisnis Amway berasal dari jumlah keuntungan eceran,

bonus rabat, dan bonus 4%, dan dinyatakan dalam satuan rupiah

8. pendapatan usaha perusahaan berasal dari selisih antara penerimaan

dengan biaya total yang dikeluarkan pada periode tertentu, dan dinyatakan

dalam satuan rupiah

9. R/C adalah perbandingan antara penerimaan total dengan biaya total

selama satu tahun

10.Cashflow adalah aliran kas dalam suatu usaha yang terdiri dari inflow dan

outflow

11.Analisis kelayakan investasi adalah analisis terhadap kegiatan usaha

dengan memperhitungkan biaya dan manfaat dalam suatu usaha, dengan

alat ukur NPV, Net B/C, dan IRR

(45)

13.IRR adalah tingkat suku bunga dari unit usaha dalam rjangka waktu

tertentu yang membuat NPV sama dengan nol dan dinyatakan dalam

(46)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Amway Corporation

4.1.1.1. Sejarah Amway Corporation

Amway didirikan pada tahun 1959 oleh Richard M. DeVos dan Jay Van Andel. Mereka mendirikan Amway

berdasarkan suatu keyakinan, bahwa kesuksessan memasarkan

suatu produk adalah menjualnya secara langsung kepada

pelanggan. Gedung pertama Amway terletak di kota Ada,

Michigan, yang kini menjadi kantor pusat Amway Corporation.

Produk awal yang dijual Amway yaitu LOC (Liquid Organic

Cleaner), suatu cairan pembersih biodegradable yang aman

untuk lingkungan. Amway kemudian terus berkembang menjadi

Amway Corporation, dan saat ini telah mempunyai 59 afiliasi di

berbagai negara.

Bisnis MLM berkembang hingga keluar Amerika Serikat,

dimulai dengan memasuki Kanada pada tahun 1962, Autralia

1971 dan seterusnya sampai ke lebih dari 90 negara. Ini menjadi

suatu peluang bagi Amway untuk ikut mengembangkan

bisnisnya hingga keluar AS. Pada tahun 1972, Amway membeli

perusahaan Nutrilite Inc yang berdiri tahun 1934. Nutrilite Inc.

merupakan perusahaan yang memperkenalkan strategi pemasaran

berjenjang (MLM) pertama di Amerika Serikat untuk

produk-produk vitamin dan makanan tambahan yang diproduk-produksinya.

4.1.1.2. Sejarah PT Amindoway Jaya

Amway mulai beroperasi di Indonesia pada tanggal 17 Juli

1992, melalui PT Amindoway jaya selaku pemegang lisensi

penjualan langsung dan pendistribusian produk-produk Amway

(47)

Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI) pada tahun 1993

dengan nomor 0005/06/93.

PT. Amindoway Jaya, mendapat dukungan Amway melalui

PT. Amway Indonesia sebagai 'service company' yang

memberikan konsultasi dalam bidang pemasaran, pengembangan

usaha serta dukungan internasional.

Kantor pusat PT Amindoway Jaya terletak di Wisma

Aldiron Dirgantara Suite 102-103, Jl. Gatot Subroto No.72

Jakarta Selatan 12780, Telp (012) 794 9274 Fax (021) 7949277.

Sementara kantor pusat PT Amway Indonesia terletak di Wisma

46-Kota BNI, Lantai 36, Ruang 3610-2, Jl. Jend. Sudirman Kav.1

Jakarta 10220, Telp (021) 57980800 fax (021) 57980801-2.

PT Amindoway Jaya juga mengadakan kerja sama dengan

beberapa perusahaan konvensional di Indonesia, diantaranya

Garda Oto, Allianz, Lippobank, Asuransi Ace Ina, Mugen, Optik

Tunggal, Hotel Accor Group, dan beberapa media cetak seperti

Media Indonesia, Gatra, Ayah Bunda, Femina, Fit, dan Swa.

4.1.1.3. Filosofi

Filosofi Amway yaitu “Suatu rancangan pemasaran dan

penjualan yang unik”. Rancangan pemasaran dan penjualan

Amway menawarkan fleksibelitas yang sesuai dengan gaya hidup

seseorang.

4.1.1.4. Visi

Visi Amway adalah menbantu mewujudkan kehidupan

yang lebih baik. Amway sangat menjunjung tinggi semangat

kewirausahaan dan mendukuang segala bentuk usaha mitra yang

bervisi jangka panjang, memiliki ambisi serta dedikasi terhadap

aspirasi untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

Amway tidak hanya menawarkan peluang bisnis yang

(48)

datang dari pencapaian serta pengakuan atas keberhasilan oleh

mitra dan asosiasi bisnis.

4.1.1.5. Prinsip-Prinsip

Rich DeVos dan Jay Van Andel merintis usaha Amway

atas dasar prinsip-prinsip sebagai berikut:

Kebebasan

Kebebasan adalah kondisi yang alami dan lingkungan

paling kondusif untuk hidup, bekerja, berprestasi, dan

bertumbuh. Bisnis Amway menjunjung tinggi dan

memperluas kebebasan setiap IBOnya, baik dalam aspek

pribadi maupun ekonomi.

Keluarga

Keluarga merupakan struktur sosial terutama bagi setiap

orang, sebagai sumber kasih sayang dan pertumbuhan

sekaligus penyambung tradisi dan warisan. Oleh karena itu

Amway menerapkan pada semua IBOnya untuk

menjadikan keluarga sebagai prioritas utama dalam segala

hal.

Harapan

Harapan merupakan pembangkit semangat untuk merajut

impian, merumuskan tujuan, dan mengantar menuju

cita-cita. Karena adanya harapan itu, Amway membawa

perubahan besar dalam menjawab kebutuhan banyak orang

di seluruh dunia.

Imbalan

Imbalan mengandung tindakan timbal-balik antara memberi

dan menerima. Mendapat imbalan berarti menerima

penghargaan atas komitmen dan kontribusi seseorang, serta

memperoleh kompensasi atas jerih payah yang

dikerjakannya. Imbalan meningkatkan produktivitas atas

(49)

tugas baru. Oleh karena itu Amway menjadikan imbalan

sebagai prinsip dalam bisnis untuk dapat terus memacu

kinerja IBO-IBOnya.

4.1.1.6. Produk-produk PT Amindoway jaya

PT Amindoway Jaya mendistribusikan dan memasarkan 6

produk inti, diantaranya :

1. Kesehatan dan Kebugaran

Makanan tambahan Nutrilite untuk dewasa dan anak-anak

2. Kosmetik dan Perawatan Diri

Kosmetik dan perawatan kulit Artistry

3. Perawatan Diri

Perawatan mulut dan gigi Glister, perawatan tubuh Body

Series, dan perawatan rambut Protique

4. Perawatan Rumah Tangga

Produk perawatan pakaian, perawatan dapur, perawatan

mobil, perawatan rumah dan pewangi ruangan

5. Peralatan Rumah Tangga

Alat masak Amway Queen Cookware dan sistem

pengolahan air bersih Amway Water Treatment Sistem

6. Pertanian

Produk perata dan perekat APSA-800 WSC, pupuk

pelengkap benih Nutrifarm SD dan pupuk pelengkap cair

Nutrifarm AG.

Selain 6 kategori tersebut, Amindoway Jaya juga bekerja

sama dengan produsen dan perusahaan lokal dalam memasarkan

(50)

• Kesehatan dan kecantikan

• Perlengkapan rumah tangga

• Permainan edukasi anak

• Alat tulis

• Kartu telepon

• Makanan dan minuman

Jasa dan Manfaat: • Majalah dan Koran

• Asuransi

• Perbankan

• Komputer

• Maskapai Penerbangan

• Hotel

• Optik

• Inernet

• Provider

Produk-produk Amway hanya bisa dibeli di outlet-outlet

Amway yang biasanya disebut dengan Amway Distribution

Center (ADC) dan Amway product Center (APC). ADC

menyediakan semua produk Amway, sedangkan APC hanya

menyediakan 100 produk Amway yang paling diminati. Yang

dapat memesan produk-produk Amway langsung ke ADC atau

APC hanya IBO Amway yang masih aktif atau yang baru

bergabung. Di Indonesia, saat ini telah ada 15 ADC dan 7 APC

(51)

Tabel 4. Amway Distribution Center (ADC) dan Amway Product

Network TwentyOne adalah sebuah perusahaan yang

didirikan oleh Jim dan Nancy Dornan. Mereka bergabung dengan

Amway Amerika pada awal tahun 1970-an karena ingin

mendapatkan penghasilan tambahan untuk membiayai biaya

pengobatan anak keduanya yang menderita kelainan tulang

punggung.

Berdasarkan pengalamannya pada tahun-tahun pertama

mereka membangun bisnis, akhirnya mereka mendirikan

perusahan N21 yang mengkhususkan diri dalam hal pelatihan

bagi para IBO Amway.

N21 merupakan organisasi pendukung yang memberikan

pengajaran-pengajaran di seluruh dunia dan berdedikasi tinggi

untuk kesuksesan para pengusaha pemasaran jaringan produk

Amway

Dukungan dan pelatihan N21 terhadap IBO Amway di

(52)

struktur lengkap dimana para IBO Amway secara individual

dapat mempelajari bagaimana menjadi produktif dan pemimpin

yang kompeten. Saat ini Network 21 telah mencakupi 39 negara

(www.n21.com), seperti terlihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Negara-negara cakupan Network 21

No No

10 Filipina 30 Romania

11 Finlandia 31 Selandia Baru

12 Hongkong 32 Singapura

13 Hungaria 33 Slovenia

14 India 34 Swedia

15 Indonesia 35 Switzerland

16 Inggris 36 Thailand

17 Italia 37 Turki

18 Jerman 38 Venezuela

19 Kanada 39 Yunani

20 Kolombia Sumber: www.n21.com

4.1.2.2. Materi-materi Network 21

Pendidikan dan materi pendukung yang disusun oleh N21

untuk dapat digunakan IBO Amway yaitu berupa kaset-kaset,

buku-buku pegangan, vcd, dan juga seminar-seminar.

Materi-materi tersebut bertujuan untuk memudahkan IBO Amway dalam

menjalankan bisnis Amway, dan biasanya berisi mengenai

bagaimana caranya menjalankan bisnis Amway yang efektif yang

dapat diduplikasi atau diikuti oleh semua orang. Salah satu

(53)

Infonite

Merupakan pertemuan yang diadakan setiap minggu sekali.

Dalam seminar ini dijelaskan bagaiman cara menjalankan

bisnis Amway dan keuntungan yang akan didapat dari hasil

menjalankan bisnis Amway. Sebagai pembicara atau

pengajar biasanya IBO-IBO yang telah mencapai

kesuksesan dalam bisnis Amway. Tujuan dari diadakannya

seminar ini yaitu memberikan pembelajaran pada IBO-IBO

lainnya untuk melakukan hal yang sama yang dilakukan

oleh IBO-IBO sebelumnya yang telah sukses. Untuk

menghadiri seminar ini IBO dikenakan biaya administrasi

sebesar Rp 10.000,-.

Network Building Training (NBT)

NBT diadakan satu kali dalam sebulan. Dalam NBT, IBO

akan mendapatkan pelajaran lebih terperinci mengenai cara

menjalankan bisnis Amway serta motivasi agar tetap eksis

dalam bisnis Amway. Untuk menghadiri NBT, setiap IBO

dikenakan biaya administrasi sebesar Rp 10.000,-.

Business Building Seminar (BBS)

BBS diadakan satu kali dalam sebulan dengan harga tiket

sebesar RP 45.000,-. BBS merupakan seminar yang lebih

besar dibandingkan Infonite dan NBT. Tujuan utama BBS

adalah untuk membangun semangat dan visi para IBO.

Pembicara dalam seminar ini adalah IBO yang telah sukses,

seperti Diamond, pembicara biasanya menceritakan kisah

suksesnya dalam menjalankan bisnis Amway dan kemudian

membagi ilmunya kepada IBO lainnya.

Leadership Seminar (LS)

LS merupakan seminar paling besar dan paling penting

yang diadakan Network 21.LS diadakan setiap 4 bulan

sekali atau 3 kali dalam setahun. Dalam seminar ini yang

Gambar

Gambar 2. PV yang diperoleh IBO dengan 6 Downline
Tabel 4. Amway Distribution Center (ADC) dan Amway Product
Tabel 5. Negara-negara cakupan Network 21
Tabel 6. Paket-paket Investasi Bisnis Amway dengan Sistem N21
+4

Referensi

Dokumen terkait