(Studi Kasus : Distributor Amway Indonesia dengan Sistem Network Twentyone)
Oleh :
INDRIA MUKTI EFAYANTI H24101072
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKOMONI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRAK
Indria Mukti Efayanti. Analisis Kelayakan Finansial Bisnis MLM Sebagai Alternatif Berwirausaha ( Studi kasus : Amway Indonesia dengan Sistem Network Twentyone). Di bawah bimbingan Abdul Basith
Dewasa ini banyak kesempatan berwirausaha. Suatu karir kewirausahaan dapat mendukung kesejahteraan masyarakat dan menghasilkan imbalan finansial, selain itu juga dapat menyediakan lapangan kerja baru. Untuk membangun suatu usaha, seorang wirausaha harus menilai kelayakan usaha tersebut dahulu, terlebih dari segi finansial. Hal ini dimaksudkan untuk menilai apakah usaha yang akan dibangun tersebut menguntungkan dan layak untuk dijalankan atau tidak. Metode yang sering digunakan dalam menganalisis kelayakan usaha secara finansial diantaranya metode R/C, pendapatan usaha, PBP, NPV, Net B/C, IRR, dan cashflow. Untuk memulai bisnis Amway sebaiknya dilakukan analisis kelayakan usahanya, agar dapat diketahui bisnis tersebut menguntungkan dan layak atau tidak. Bisnis Amway dikatakan bisnis yang murah, karena modalnya yang relatif kecil. Tetapi dalam pelaksanaannya banyak biaya yang dikeluarkan guna menjalankan bisnis tersebut, oleh karena itu harus diteliti bagaimana kelayakan bisnis Amway. Bila bisnis Amway ternyata menguntungkan, maka bisnis ini dapat dijadikan alternatif berwirausaha.
Penelitian difokuskan pada analisis kelayakan finansial bisnis Amway di Indonesia dengan sistem pendukung Network Twentyone (N21).
Permasalahan utama yaitu : Bagaimana usaha bisnis IBO Amway, dilihat dari segi keuntungan, rasio penerimaan dengan biaya, waktu balik modal, dan analisis kriteria investasi; Bagaimana variabilitas IBO Amway dalam bisnis Amway. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu : Menganalisis usaha bisnis Amway, dilihat dari segi keuntungan, rasio penerimaan dengan biaya, waktu balik, dan analisis kriteria investasi; Menjelaskan variabilitas IBO Amway dalam bisnis Amway.
Metode yang digunakan yaitu metode analisis usaha dan metone analisis criteria investasi. Analisis usaha terdiri dari pendapatan usaha,R/C, PBP. Analisis criteria investasi terdiri dari NPV,Net B/C,dan IRR.
sDari perbandingan keempat IBO dalam pembahasan analisis usaha Amway, bisnis Amway dinyatakan menguntungkan. Hal ini terlihat pada hasil perhitungan pendapatan usaha dan R/C dari keempat IBO, dimana keempat-empatnya menyatakan hasil yang sesuai dengan kriteria menguntungkan. Tetapi berdasarkan analisis kriteria investasi, IBO 4 dinyatakan tidak layak karena hasil NPV, Net B/C, dan IRRnya tidak memenuhi syarat layak. Untuk membuat bisnis Amway menguntungkan dan layak seorang IBO harus memiliki minimal 100.000PV pribadi per bulan dan jaringan yang terus berkembang minimal mensponsori satu orang per bulan, begitu juga Downline-downlinenya.
DEPARTEMEN MANAJEMEN
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BISNIS MLM
SEBAGAI ALTERNATIF BERWIRAUSAHA
(Studi Kasus : Amway Indonesia dengan Sistem Network Twentyone)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
Pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
INDRIA MUKTI EFAYANTI H24101072
Menyetujui, September 2006
Ir. Abdul Basith, M.Sc
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr.Ir. Jono M. Munandar, M.Sc
(Studi Kasus : Amway Indonesia dengan Sistem Network Twentyone)
Oleh :
INDRIA MUKTI EFAYANTI H24101072
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKOMONI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RIWAYAT HIDUP
INDRIA MUKTI EFAYANTI. Lahir di Tasikmalaya pada tangga 16 Desember 1982. Penulis merupakan puteri ke tiga dari enam bersaudara pasangan
Mukiman dan A. Sri Astuti. Sejak usia dua tahun penulis dan keluarga hijrah ke
Jakarta dan selanjutnya menetap di Tangerang, Banten hingga saat ini.
Penulis mengenyam pendidikan sekolah dasar dari tahun 1989 s/d 1995 di
SDN Karang Tengah IX Ciledug. Pada tahun 1995 melanjutkan pendidikan ke
sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTPN I Pondok Aren, Tangerang dan lulus
dengan nilai yang sangat baik. Setelah menyelesaikan pendidikan di SLTP,
penulis melanjutkan pendidikan ke SMU pada tahun 1998 di SMU Yadika 5,
Jakarta Barat dan lulus tahun 2001. Semasa SMU, penulis sering mendapatkan
penghargaan dari yayasan sekolah karena prestasinya di bidang pendidikan.
Penulis memasuki gerbang kehidupan kampus pada tahun 2001 melalui
Jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis duiterima sebagai mahasiswi
Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama studi di IPB,
penulis aktif mengikuti kepanitiaan beberapa acara yang diadakan baik oleh FEM
ataupun IPB. Penulis juga aktif di sebuah majalah kampus FEM, Papyrus, sebagai
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Analisis Kelayakan Finansial Bisnis MLM
Sebagai Alternatif Berwirausaha ( Studi kasus : Distributor Amway Indonesia
dengan Sistem Network Twentyone). Skripsi ini merupakan syarat kelulusan
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manejemen, Fakultas
Ekonomidan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Topik mengenai bisnis MLM diambil karena saat ini pertumbuhan bisnis
MLM di Indonesia sedang berkembang. Dalam penelitian ini, penulis mencoba
menganalisis mengenai kelayakan bisnis Amway dari segi finansial sehubungan
dengan alternatif berwirausaha.
Pada kesempatan ini,penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini yaitu :
1 Keluarga tercinta : Apih, Ibu, Teteh, AA, Cecep, Samsul, dan Dafit yang
senantiasa memberikan doa, kasih sayang, dukungan, serta senantiasa
menghibur penulis dikala penulis mengalami kepenatan dalam menyusun
Skripsi.
2 Bapak Ir. Abdul Basith, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu untuk memberi bimbingan, saran, dan motivasi kepada
penulis.
3 Bapak Ir. Pramono D. Fewidarto, MS selaku pembimbing akademik yang
telah banyak membantu penulis selama masa studi di IPB
4 Ibu Wita Juwita Ermawati, STP, MT selaku moderator seminar
5 Ibu Bea Trice Mantoroadi, SE.Ak, MM selaku dosen penguji yang telah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
6 Ibu Erlin Trisyulianti, STP, M.Si selaku dosen penguji
7 My Best Friends : Ida, Omen, Deni, Rita, Irwan, Carina, Lia, dan Ian yang
merupakan tempat berbagi cerita, kebahagiaan, canda, dan tawa. Khususnya
Ida yang senantiasa mendengarkan cerita curahan hati penulis dan selalu
memberikan nasihat-nasihat yang baik.
8 Tias, salah satu teman dekat penulis yang sering menjadi contoh baik bagi
9 Meidi, Leni, Reni KD, dan Ella yang pernah bersama penulis menjalani
hari-hari bersama di IPB
10 Teman-teman Manajemen 38 atas kebersamaannya selama masa studi
11 Seluruh dosen pengajar dan staf FEM, khususnya Departemen Manajemen
12 Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu oleh penilis.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun sangat dinantikan.Akhir kata, dengan segala
kerendahan hati,penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan
menjadi inspirasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Bogor, September 2006
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Analisis Kelayakan Finansial Bisnis MLM
Sebagai Alternatif Berwirausaha ( Studi kasus : Distributor Amway Indonesia
dengan Sistem Network Twentyone). Skripsi ini merupakan syarat kelulusan
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manejemen, Fakultas
Ekonomidan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Topik mengenai bisnis MLM diambil karena saat ini pertumbuhan bisnis
MLM di Indonesia sedang berkembang. Dalam penelitian ini, penulis mencoba
menganalisis mengenai kelayakan bisnis Amway dari segi finansial sehubungan
dengan alternatif berwirausaha.
Pada kesempatan ini,penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini yaitu :
1 Keluarga tercinta : Apih, Ibu, Teteh, AA, Cecep, Samsul, dan Dafit yang
senantiasa memberikan doa, kasih sayang, dukungan, serta senantiasa
menghibur penulis dikala penulis mengalami kepenatan dalam menyusun
Skripsi.
2 Bapak Ir. Abdul Basith, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu untuk memberi bimbingan, saran, dan motivasi kepada
penulis.
3 Bapak Ir. Pramono D. Fewidarto, MS selaku pembimbing akademik yang
telah banyak membantu penulis selama masa studi di IPB
4 Ibu Wita Juwita Ermawati, STP, MT selaku moderator seminar
5 Ibu Bea Trice Mantoroadi, SE.Ak, MM selaku dosen penguji yang telah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
6 Ibu Erlin Trisyulianti, STP, M.Si selaku dosen penguji
7 My Best Friends : Ida, Omen, Deni, Rita, Irwan, Carina, Lia, dan Ian yang
merupakan tempat berbagi cerita, kebahagiaan, canda, dan tawa. Khususnya
Ida yang senantiasa mendengarkan cerita curahan hati penulis dan selalu
memberikan nasihat-nasihat yang baik.
8 Tias, salah satu teman dekat penulis yang sering menjadi contoh baik bagi
DAFTAR ISI
III. METODE PENELITIAN ...26
DAFTAR TABEL
No Halaman
1 Beda Prospek Antara Dua Pilihan... 10
2 Tabel Diskon ... 17
3 Tabel Bonus ... 18
4 Amway Distributor Center (ADC) dan Amway Produck Center (APD) di Indonesia ... 38
5 Negara-negara Cakupan Network 21 ... 39
6 Paket-paket Investasi Amway dengan Sistem Network 21... 45
7 Penerimaan IBO Amway Dalam 12 Bulan ... 48
8 Biaya Usaha IBO Amway (per tahun) ... 51
9 Pendapatan Usaha IBO Amway (per tahun) ... 52
10 PBP IBO Amway ... 54
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1 Contoh Penggandaan MLM ... 13
2 PV yang diperoleh IBO dengan 6 Downline... 20
3 PV yang diperoleh IBO dengan 30 Downline... 21
4 PV yang diperoleh IBO dengan 78 Downline... 23
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1 Perusahaan MLM yang terdaftar dalam Keanggotaan APLI... 66
2 Pertumbuhan Jaringan IBO 1 ... 68
3 Pertumbuhan Jaringan IBO 2 ... 68
4 Pertumbuhan Jaringan IBO 3 ... 69
5 Pertumbuhan Jaringan IBO 4 ... 69
6 Perhitungan Penerimaan IBO 1... 70
7 Perhitungan Penerimaan IBO 2... 74
8 Perhitungan Penerimaan IBO 3... 77
9 Perhitungan Penerimaan IBO 4... 81
10 Perkiraan Biaya Usaha Bisnis IBO Amway ... 84
11 Perhitungan PBP IBO 1 ... 85
12 Perhitungan PBP IBO 2 ... 85
13 Perhitungan PBP IBO 3 ... 85
14 Perhitungan PBP IBO 4 ... 85
15 Perkiraan Cashflow IBO 1 ... 86
16 Perkiraan Cashflow IBO 2 ... 89
17 Perkiraan Cashflow IBO 3 ... 91
18 Perkiraan Cashflow IBO 4 ... 93
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Wirausaha adalah seorang pembuat keputusan yang membantu
terbentuknya sistem ekonomi perusahaan yang bebas atau seseorang yang
memulai dan mengoperasikan bisnis (Longanecker, et al., 2001), sedangkan
Multilevel Marketing (MLM) merupakan suatu jaringan kerja dimana seorang
usahawan atau pengusaha yang independen mempunyai penjualan dari produk
atau jasa (Wead, 1997). Berdasarkan pengertian tersebut, bisnis MLM dapat
dikatakan sebagai salah satu kewirausahaan karena dalam pelaksanaannya,
seseorang yang menanamkan investasi di bisnis MLM dapat mengoperasikan
bisnisnya sendiri tanpa dikepalai oleh siapapun.
Dewasa ini banyak kesempatan berwirausaha. Suatu karir
kewirausahaan dapat mendukung kesejahteraan masyarakat dan menghasilkan
imbalan finansial, selain itu juga dapat menyediakan lapangan kerja baru.
Untuk membangun suatu usaha, seorang wirausaha harus menilai kelayakan
usaha tersebut dahulu, terlebih dari segi finansial. Hal ini dimaksudkan untuk
menilai apakah usaha yang akan dibangun tersebut menguntungkan dan layak
untuk dijalankan atau tidak. Metode yang sering digunakan dalam
menganalisis kelayakan usaha secara finansial diantaranya metode R/C,
pendapatan usaha, PBP, NPV, Net B/C, IRR, dan cashflow.
Bisnis MLM masuk ke Indonesia sekitar dua puluh tahun yang lalu
(www.sinarharapan.co.id. 15/04/05). Perkembangannya di Indonesia sangat
meyakinkan, ditandai dengan semakin banyaknya perusahaan yang
menggunakan sistem MLM muncul di Indonesia dari tahun ke tahun, seperti
Amway, Herbalife, Forever Young, Tianshi, Avon, Sophie Martin, Oriflame
dan Tupperware, sementara untuk MLM lokal di Indonesia terdapat
nama-nama, seperti CNI, MQ-Net, Triple-S, Ahad Net dan perusahaan MLM
lainnya.
Amway merupakan salah satu perusahaan MLM yang terdaftar di
APLI. Amway masuk ke Indonesia sejak tahun 1992 dan baru terdaftar di
terbesar di dunia, sementara di Indonesia Amway berada pada peringkat kedua
setelah PT Citra Nusa Insan atau CNI. (www.sinarharapan.co.id. 15/04/05).
Jumlah distributor Amway di Indonesia mencapai lebih dari 250.000
distributor. (www.kompas.co.id. 22/01/05). Sehubungan dengan
kewirausahaan, dalam membangun bisnis Amway seorang distributor Amway
perlu melakukan suatu analisis kelayakan usaha bisnis Amway guna melihat
kelayakan bisnis Amway sebagai suatu kewirausahaan.
Penelitian difokuskan pada analisis kelayakan finansial bisnis IBO
Amway di Indonesia dengan sistem pendukung Network Twentyone (N21).
Sistem N21 merupakan salah satu organisasi atau asosiasi yang dibangun oleh
IBO Amway itu sendiri unuk mendukung menjalankan bisnis Amway agar
berhasil. N21 dibangun oleh Jim Dornan dan Nancy Dornan. N21 mendukung
bisnis Amway dengan memberikan berbagai pelatihan dan pengajaran dalam
bisnis serta menyediakan alat bantu untuk membantu kesuksesan IBO
Amway.
1.2. Perumusan Masalah
Dalam membangun suatu usaha, dibutuhkan penelitian terlebih
dahulu. Penelitian yang dimaksud yaitu penilaian kelayakan usaha. Hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui bisnis tersebut menguntungkan dan layak
untuk dilanjutkan atau tidak, guna mencegah kerugian atau meminimalis
kerugian.
Dalam penelitian ini yang menjadi permasalahan utama yaitu:
1 Bagaimana kelayakan bisnis IBO Amway, dilihat dari segi keuntungan,
rasio penerimaan dengan biaya, waktu balik modal serta analisis kriteria
investasi ?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis kelayakan bisnis
Amway dari segi finansial sebagai alternatif berwirausaha.dan menganalisis
hal-hal yang lebih mempengaruhi besarnya penerimaan, dengan perincian
sebagai berikut :
1 Menganalisis kelayakan bisnis IBO Amway, dilihat dari segi keuntungan,
rasio penerimaan dengan biaya, waktu balik modal, dan analisis kriteria
investasi
2 Menjelaskan variabilitas IBO Amway dalam bisnis Amway
1.4. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama duduk di bangku kuliah
dan melatih kemampuan dalam menganalisis masalah berdasarkan data
yang tersedia di lapangan
2. Menambah wacana tentang bisnis MLM bagi para peminat bisnis MLM
3. Dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pengambilan keputusan bagi
siapapun yang sedang merintis usaha baru.
1.5. Batasan Penelitian
Penelitian mengenai bisnis MLM, khususnya Amway, sangat luas.
Penelitian tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek, yaitu aspek pasar, aspek
sumber daya manusia, aspek teknis ataupun aspek finansial. Oleh karena itu,
peneliti membuat batasan penelitian berdasarkan kemampuan peneliti.
Adapun batasan-batasan yang digunakan yaitu :
1 Bisnis MLM yang menjadi objek penelitian adalah Amway di Indonesia
dengan sistem Network Twentyone (N21), dimana N21 merupakan
organisasi pendukung bisnis Amway ada di Indonesia
2 Penelitian difokuskan pada analisis kelayakan bisnis Amway dari aspek
finansial
3 Sampel yang diwawancara terbatas karena ketertutupan individu para IBO
adanya batasan komunikasi yang tercipta dalam bisnis Amway, dimana
IBO yang bukan berada pada kelompok yang sama tidak diperbolehkan
membicarakan bisnis Amway pada kondisi apapun
4 Digunakan asumsi-asumsi dalam menganalisis kelayakan finansial bisnis
Amway karena variabilitas setiap IBO yang berbeda-beda, yang
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kewirausahaan
2.1.1. Pengertian Wirausaha
Wirausaha adalah seorang pembuat keputusan yang membantu
terbentuknya sistem ekonomi perusahaan yang bebas atau seseorang
yang memulai dan atau mengoperasikan bisnis. (Longeneker, et al.,
2001).
2.1.2. Imbalan dan Tantangan Kewirausahaan
Ketertarikan seseorang akan kewirausahaan adalah karena imbalan
yang kuat, seperti keuntungan dan kebebasan. Beberapa orang
khususnya tertarik hanya pada salah satu imbalan, dan yang lainnya
tertarik pada berbagai kepuasan yang mungkin didapatkannya. Imbalan
berwirausaha dapat dikelompokan menjadi tiga kategori dasar
(Longeneker, et al., 2001) yaitu laba, kebebasan, dan kepuasan dalam
menjalani hidup.
♦ Imbalan Berupa Laba
Hasil finansial dari bisnis apapun harus dapat menggantikan
kerugian waktu dan dana sebelum laba yang sebenarnya dapat
direalisasikan. Wirausaha mengharapkan hasil yang tidak hanya
menggantikan kerugian waktu dan uang yang mereka investasikan,
tapi juga memberikan imbalan yang pantas bagi resiko dan
inisiatif yang mereka ambil dalam mengoperasikan bisnis.
♦ Imbalan Berupa Kebebasan
Kebebasan untuk menjalankan secara bebas perusahaannya
merupakan imbalan lain bagi seorang wirausaha. Kebanyakan
wirausaha meninggalkan pekerjaannya di perusahaan lain untuk
dapat menjadi bos atas perusahaannya sendiri. Sehingga dapat
♦ Imbalan Berupa Kepuasan Menjalani Hidup
Wirausaha seringkali menyatakan kepuasan yang mereka dapatkan
dalam menjalankan bisnisnya sendiri. Kadang beberapa orang
mengatakan bahwa pekerjaan yang mereka lakukan merupakan
suatu keceriaan. Kenikmatan yang mereka dapatkan mungkin
berasal dari kebebasan.
Selain imbalan-imbalan yang didapatkan dari berwirausahaa, ada
juga tantangan yang harus dihadapi oleh para wirausaha. Diantara
tantang-tantangan tersebut adalah biaya yang berhubungan dengan
kepemilikan bisnis atau modal. Memulai dan mengoperasikan bisnis
sendiri, biasanya memerlukan kerja keras, menyita banyak waktu, dan
membutuhkan kekuatan emosi. Wirausaha mengalami tekanan pribadi
yang tidak menyenangkan seperti kebutuhan untuk menginvestasikan
lebih banyak waktu dan tenaga. Kemungkinan gagal dalam bisnis adalah
ancaman yang selalu ada bagi wirausaha dan tidak ada jaminan
kesuksesan.
2.1.3. Karakteristik Wirausaha
Longenecker, et al (2001) wirausaha yang sukses memiliki
beberapa karakteristik, diantaranya :
Kebutuhan akan keberhasilan
Setiap orang memiliki tingkat kebutuhan akan keberhasilan yang
berbeda. Orang yang memiliki tingkat kebutuhan akan
keberhasilan yang rendah, terlihat puas dengan status yang
dimiliki, sedangkan orang yang memiliki tingkat kebutuhan akan
keberhasilan yang tinggi senang bersaing dan memilih untuk
bertanggung jawab secara pribadi atas tugas-tugas yang
dibebankannya.
Keinginan untuk mengambil resiko
Resiko yang diambil wirausaha dalam memulai dan menjalankan
wirausaha menginvestasikan uangnya untuk suatu usaha, resiko
karir terjadi saat seorang wirausaha meninggalkan pekerjaanya
guna menjalankan usaha, dan resiko waktu yang bebih banyak
digunakan untuk mengoperasikan usaha.
Percaya diri
Orang yang memiliki keyakinan pada dirinya sendiri merasa dapat
menjawab tantangan yang ada di depannya. Orang-orang tersebut
mempunyai pemahaman atas segala jenis masalah yang akan
muncul. Wirausaha yang mempercayai bahwa kesuksesan
tergantung pada usaha diri sendiri mempunyai pengendalian yang
disebut Internal Locus of Control ( kepercayaan bahwa kesuksesan
seseorang tergantung pada usahanya), sebaliknya wirausaha yang
merasa bahwa hidup dikendalikan oleh nasib atau keberuntungan
mempunyai pengendalian yang disebut External Locus of Control
(kepercayaan).
Keinginan kuat untuk berbisnis
Wirausaha memperhatikan tingkat keingintahuannya yang dapat
disebut sebagai keinginan kuat untuk berbisnis dengan tujuan
apapun, menciptakan ketabahan dan keamanan untuk bekerja
keras.
2.2. Direct Selling
Direct Selling atau penjualan langsung adalah cara memasarkan
produk maupun jasa langsung kepada pelanggan, yaitu secara temu muka.
Temu muka ini umumnya berlangsung di rumah pelanggan, di rumah teman,
atau di tempat lain di luar lokasi pengecer (www. Amway.co.id/directsale.asp.
24/02/05). Direct Selling mempunyai tiga tipe dasar, yaitu One On One,
Party Plan, dan MLM.
• One On One
Dalam sistem ini, seorang penjual yang merupakan
agen/anggota/kontraktor yang mandiri atau lepas, menarik konsumen yang
menawarkan produk dan juga mendapat komisi atau basis lain.
Pendapatan mereka juga diperoleh dari selisih harga pembelian dari
pemasok dan penjualan ke konsumen.
• Party Plan
Pada metode ini seorang penjual, karyawan lepas atau tetap, bertugas
mencari atau menjadi tuan rumah yang mengundang sekelompok orang di
rumahnya dalam rangka sales party untuk mendemonstrasikan produk.
Penghasilan si penjual atas dasar selisih harga eceran.
• Multilevel Marketing
Multilevel Marketing adalah penjualan secara bertingkat, dimana
distributor mandiri mempunyai penghasilan dalam dua cara. Pertama,
penjualan produk langsung ke konsumen, keuntungan didapatkan atas
dasar selisih antara harga distributor dan harga konsumen. Kedua,
potongan harga atas dasar jumlah produk atau jasa yang dibeli oleh
anggota kelompok bisnis untuk penjualan atau pemakaian, termasuk
jumlah penjualan pribadi.
2.3. Multilevel Marketing
Kishel (1992) mendefinisikan MLM sebagai metode penjualan di mana
konsumen mempunyai kesempatan untuk menjadi distributor pabrik yang
dapat membangun jaringan atau level dibawahnya. Setiap level akan berbagi
keuntungan pada level-level di atasnya.
Tracy (2005) menyatakan MLM adalah gambaran jenis pemasaran
lainnya karena sebuah perusahaan MLM adalah salah satu ragam pemasaran
tertentu dan rancangan kompensasinya melibatkan sejumlah tingkat
pengorganisasian kelompok dan pembayaran komisi, serta dapat menerapkan
segala metode penjualan.
Wead (1997) Network Marketing atau MLM adalah suatu jaringan
kerja dimana seorang usahawan atau pengusaha yang independen mempunyai
penjualan dari suatu produk atau jasa. Selain dari hak penjualan, mereka juga
Dengan kata lain, MLM dapat diartikan sebagai sistem penjualan
secara langsung kepada konsumen yang dilakukan secara berantai, dimana
seorang konsumen dapat menjadi distributor produk dan dapat
mempromosikan orang lain untuk bergabung dengan dalam rangka
memperluas jaringan distributornya.
Dalam rangkaian distributor terdapat istilah ”Upline” dan
”Downline”. Upline adalah distributor tingkat pertama yang mempromosikan
distributor tingkat kedua. Sedangkan Downline adalah pihak yang disponsori
oleh distributor tingkat pertama. Downline juga dapat menjadi Upline bagi
orang lain dengan membangun jaringan baru di bawahnya dengan
mensponsori orang lain ke dalam kelompoknya dan demikian seterusnya.
(Kishel, 1992)
MLM lebih memanfaatkan “kekuatan manusia” daripada institusi ritel
dan lainnya, untuk mempromosikan dan menjual barang atau jasa. MLM juga
menitikberatkan pada kekuatan kontak pribadi dan persuasif dalam penjualan,
dimana si penjual berfungsi lebih dari sekedar seorang juru tulis yang
mencatat hasil penjualan.
MLM berbeda dengan sistem penjualan lainnya. Dalam bisnis MLM,
distributor multilevel tidak hanya berusaha menjual barang kepada konsumen
secara eceran, tetapi juga mencari distributor lain untuk menjual barang atau
jasa kepada konsumen. Karakteristik lain yang menjadi ciri pembeda bisnis
MLM adalah penjual, biasanya disebut distributor, merupakan seorang
kontraktor bebas yang bisa menjual dimana saja, kapan saja, meskipun harus
tunduk pada acuan perusahaan berkenaan dengan iklan maupun cara menjual
produk.
Program-program MLM telah mengalami peningkatan terus-menerus
sejak tahun 1980-an, dikarenakan bisnis MLM menawarkan peluang
memperoleh pendapatan yang tinggi melalui prinsip-prinsip penggandaan
usaha. Seseorang dapat menciptakan sebuah organisasi sebagai wahana dalam
memasarkan produk dan jasa. Penghasilan didasarkan pada apa yang
diperoleh anggota tim maupun usaha sendiri. Proses pengembangan organisasi
dalam membantu distributor mencapai kesuksesan, dengan mengerjakan apa
yang harus dilakukan. Prinsip pokok MLM adalah bahwa seseorang akan
berhasil jika membantu orang lain meraih keberhasilan juga.
2.4. Kelebihan-kelebihan Bisnis MLM
Bisnis MLM berkembang dengan cukup pesat karena memiliki
sejumlah kelebihan bagi orang yang ingin terjun kedalam bisnis ini. Rata-rata
kelebihan tersebut terletak pada bentuk penjualan langsung, sedang beberapa
di antaranya pada bisnis itu sendiri.
Yusuf (2002) mengungkapkan beberapa kelebihan yang dimiliki oleh
bisnis MLM yaitu diantaranya:
(1) Setiap orang dapat melakukannya;
(2) Nyaris tanpa resiko;
(3) Tidak ada atasan;
(4) Pelatihan nasional dan bantuan dari perusahaan yang diberikan dalam
bentuk buku pegangan, seminar dan rapat;
(5) Waktu yang diinvestasikan sekarang untuk berguna dikemudian hari;
(6) Rasa aman karena ada sistem pembagian bonus dan royalti ahli warisnya;
(7) Bisnis siap pakai dan siap dijalankan;
(8) Tidak ada wilayah yang membatasi daerah operasi para distributor;
(9) Modal yang diperlukan untuk memulai bisnis sangat kecil yaitu hanya
membayar formulir pendaftaran dan produk perusahaan;
(10) Mendapatkan penghasilan sesuai dengan penjualan dan pembinaan
jaringan yang dikembangkan.
Selain disebutkan di atas, bisnis MLM masih mempunyai beberapa
kelebihan lainnya yang menjadi kekuatan bisnis ini untuk berkembang.
Seperti yang dikemukakan oleh Tracy (2005) dalam bukunya: MLM Sukses.
Bisnis MLM memberikan kebebasan dan keuntungan pajak yang abadi di
dalamnya. Bisnis ini dapat digunakan sebagai perlindungan pajak untuk
mengurangi pajak pendapatan karena bisnis ini mengurangi pajak berbagai
barang, seperti perangkat rumah dan peralatan yang dipakai dalam bisnis.
rumah sendiri, tidak perlu membangun kantor sendiri atau menyewa tempat.
Tidak perlu menimbun barang apapun. Cocok bagi suami-istri maupun sebuah
keluarga karena dikerjakan di rumah dan bekerja bersama-sama. Bisnis ini
memberikan peluang dalam melakukan perjalanan yang menyenangkan,
berkenalan dengan teman-teman baru dan pengalaman belajar yang positif.
Dilihat dari segi finansial, bisnis MLM menawarkan suatu penghasilan
yang sangat menarik dibandingkan dengan bisnis atau pekerjaan lain,
misalnya waralaba atau bekerja pada suatu perusahaan. Bila dikerjakan
dengan benar, bisnis ini menawarkan peluang peningkatan penghasilan
maupun volume usaha yang dapat meningkat secara eksponensial.
Perbandingan penghasilan antara pilihan menjadi karyawan dengan
pilihan menjalankan bisnis Amway dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Pertama, sebuah pekerjaan dengan penghasilan Rp 10.000.000,- per bulan.
Kedua, sebuah usaha yang menghasilkan Rp 1,- pada bulan pertama, tetapi
hasil tersebut akan berlipat ganda dua kali lipat setiap bulannya. Jika kedua
pilihan tersebut dihitung dengan masa selama 36 bulan, maka hasilnya seperti
yang terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Beda prospek antara dua pilihan
Bulan ke Penghasilan (Rp)
Karyawan Pebisnis MLM
36 10 000.000. 34.359.738.368
Total 360.000.000 68.719.476.735
2.5. Prinsip Penggandaan MLM
Teori dasar yang menjadi pondasi praktek MLM yaitu bahwa
organisasi berkembang secara geometris melalui prinsip penggandaan ke
bawah. Maksudnya, seseorang yang memulai bisnis ini misalnya dengan
hanya mengenal dua orang (atau lebih), kemudian dua orang tersebut
masing-masing mengenalkan dua orang lagi dan begitu seterusnya. Sekelompok orang
tersebut dengan sendirinya akan membentuk sebuah tim yang berada di bawah
kepemimpinan orang pertama.
Pola bisnis MLM yaitu membangun bisnis dari rumah (home based
business) atau pola pemarasan jaringan progresif. Seorang yang mengikuti
pola bisnis MLM merupakan distributor atau member yang menempati suatu
posisi dalam jenjang karir sistem tersebut. Distributor mempunyai seorang
Upline yaitu pihak yang mengajaknya (mensponsori) dalam bisnis MLM,
sedangkan distributor itu sendiri disebut Downline, yaitu pihak yang
disponsori. Seorang Downline akan menjadi Upline jika telah memiliki
Downline lain di bawahnya. Sekumpulan distributor yang membentuk struktur
Upline-Downline akan membentuk suatu jaringan. Dalam jaringan terdapat
“kaki” dan level. Kaki adalah bagian dari jaringan yang ditinjau secara
vertikal, dan level adalah bagian dari jaringan yang ditinjau secara horizontal.
(Tracy, 2005).
Jaringan yang telah terbentuk akan terus tumbuh tanpa ada batasnya,
selama para member terus mensponsori pihak baru untuk masuk dalam bisnis
MLM. Maka jaringan akan terus membesar dan meluas. Dari berawal hanya
mensponsori satu atau dua orang, seorang distributor akan mempunyai
Downline mungkin sampai ratusan. Misalnya seorang distributor mensponsori
dua orang, kemudian masing-masing dari kedua orang tersebut mensponsori
dua orang lagi, demikian seterusnya. Maka dapat dibayangkan berapa
distributor yang akan tergabung dalam kelompok tersebut. Pertumbuhan
Distributor Distributor
2. Level 1 4 Level 2 8
16 Level 3 30 Level 4
Gambar 1. Contoh Sistem Penggandaan MLM Sumber: Tracy (2005)
Dalam program penjualan tradisional, penghasilan didasarkan pada
hasil penjualan perorangan. Komisi hanya didapat dari banyaknya barang
yang dapat dijual sendiri. Tetapi dalam bisnis MLM, penghasilan tergantung
pada beberapa faktor selain hasil penjualan perorangan, seperti besarnya
kelompok, banyaknya produk yang dijual oleh kelompok dan besarnya komisi
pada tiap level dalam kelompok. Maka jika kelompok tumbuh semakin besar
dan produk atau jasa yang terjual semakin banyak, penghasilan pun akan
semakin meningkat.
Menurut Kishel (1992) ada beberapa kompensasi yang diperoleh dari
bisnis MLM, yaitu sebagai berikut: (1) Komisi dari penjualan perorangan; (2)
Bonus kelompok; (3) Bonus kepemimpinan; (4) Pendapatan redusial;(5)
Bonus lainnya dari perusahaan, seperti potongan harga dan royalti.
Bonus-bonus yang disediakan oleh perusahaan merupakan rangsangan
yang diberikan kepada distributor agar mensponsori lebih banyak orang dan
melatihnya untuk dapat menjual lebih banyak barang.
2.6. Independent Business Owner (IBO)
Orang yang menjalankan kedistributoran Amway, anggota atau
member yang tergabung dalam jaringan disebut Independent Business Owner
(IBO).
Untuk menjadi IBO yang sukses dalam bisnis MLM dibutuhkan
kiat-kiat tertentu. Harefa (2002) dalam bukunya: 10 Kiat Sukses Distributor MLM.
1. Merajut cita-cita dan kebangkitan semangat juang
2. Membangun keyakinan yang teguh
3. Menggunakan produk
4. Merekrut siapa saja, kapan saja dan dimana saja
5. Memotivasi diri dan anggota jaringan
6. Membantu proses distribusi
7. Belajar dengan lahap
8. TP x AH x TN > SK
9. Memberikan kesaksian dan menolong orang lain
10.Mengembangkan karakter.
TP x AH x TN > SK merupakan suatu rumus unik gagasan K. Cooper
dan Ayman Sawaf yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dimana
ketidakpuasan (TP) dikalikan Arah hidup (AH) dikalikan Tindakan nyata
(TN) harus lebih besar dari Situasi kini (SK).
2.7. Level-level IBO Dalam Bisnis Amway
Level IBO merupakan tingkatan peringkat yang dicapai IBO Amway
dalam menjalankan bisnis Amway. Setiap level memiliki syarat tersendiri
untuk dapat mencapainya, syarat tersebut yaitu jumlah kelompok bisnis yang
dimiliki dan jumlah PV yang diperoleh. Semakin banyak grup atau kelompok
yang dimiliki dan semakin besar jumlah PV yang diperoleh IBO, maka level
yang dicapai akan semakin tinggi pula. Bagi Amway, level tersebut
merupakan penghargaan bagi IBO-IBOnya dan untuk menjaga tingkat
motivasi yang tinggi bagi IBO Amway. Level-level yang ada dalam bisnis
Amway yaitu (Amway, 2004):
Silver Producer (SP)
Silver Producer merupakan level yang dicapai oleh IBO jika IBO tersebut
memiliki 1 grup yang telah memperoleh PV grup minimal sebesar
16.000.000 PV atau telah mencapai peringkat 21%. Dan jumlah PV
tersebut tidak termasuk jumlah yang diterima dari grup 21% yang
diantara IBO yang merupakan grup 21% yang disponsori secara foster.
Setiap 1 grup memiliki IBO setidaknya 10 IBO.
Gold Producer (GP)
Gold Producer merupakan level yang dicapai IBO jika IBO tersebut
memenuhi persyaratan SP sejumlah 3 kali atau 3 bulan dalam masa 12
bulan sejak pertama kali persyaratan SP dicapai.
Platinum
Platinum merupakan level yang dicapai oleh IBO jika IBO tersebut
memenuhi persyaratan SP sejumlah 6 kali atau 6 bulan dalam masa 12
bulan sejak pertama kali persyaratan SP dicapai, 3 kali diantaranya harus
berturut-turut.
Distributor Langsung Ruby
Distributor langsung Ruby dicapai jika IBO memiliki 1 grup yang
mencapai 22.500.000 PV untuk bulan tertentu.
Distributor Langsung Safir
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk mencapai level Distributor
Langsung Safir yaitu:
1 Mensponsori 2 grup yang mencapai 21% dan memperoleh minimal
6.500.000 PV grup, sekurang-kurangnya 6 bulan dalam satu tahun
fiskal
2 Kombinasi antara no 1 yaitu dengan mensponsori 3 grup yang
mencapai 21% pada bulan yang sama dalam satu tahun fiskal.
Distributor Langsung Emerald
Level Emerald dicapai jika IBO berhasil mensponsori 3 grup baik secara
pribadi, foster, maupun internasional yang masing-masing memenuhi
syarat pada peringkat bonus 21% selama 6 bulan pada tahun fiskal.
Distributor Langsung Diamond
Level ini dapat dicapai IBO jika berhasil mensponsori 6 grup 21% baik
secara internasional, foster, maupun secara pribadi, dimana
masing-masing grup memenuhi syarat selama 6 bulan dalam tahun fiskal. Grup
21% yaitu grup yang berhasil memperoleh PV grup minimal 16.000.000
Distributor Langsung Executive Diamond
Executive Diamond merupakan level dimana IBO berhasil mensponsori 9
grup 21% dan masing-masing memenuhi syarat selama 6 bulan dalam
tahun fiskal.
Distributor Langsung Double Diamond
Persyataran untuk mencapai level ini yaitu mensponsori 12 grup 12%,
dimana masing-masing grup memenuhi syarat selama 6 bulan dalam tahun
fiskal.
Distributor Langsung Triple Diamond
Persyaratan untuk mencapai level ini yaitu mensponsori 15 grup 21%,
dimana masing-masing grup memenuhi syarat selama 6 bulan dalam tahun
fiskal.
Distributor Langsung Crown
Persyaratan untuk mencapai level ini yaitu mensponsori 18 grup 21%,
dimana masing-masing grup memenuhi syarat selama 6 bulan dalam tahun
fiskal.
Distributor Langsung Crown Ambassador
Persyaratan untuk mencapai level ini yaitu mensponsori 20 grup 21%,
dimana masing-masing grup memenuhi syarat selama 6 bulan dalam tahun
fiskal.
2.8. Pedoman Pendapatan Bisnis Amway
Penghasilan yang diperoleh seorang IBO dari usaha Amway berasal
dari (Amway, 2003):
1. Keuntungan Eceran dari Penjualan Produk
Keuntungan Eceran diperoleh dari hasil penjualan produk kepada
pelanggan.
Keuntungan Eceran adalah perbedaan antara Harga Eceran kepada pelanggan dengan Harga Ditributor. Nilai Keuntungan Eceran rata-rata
30% di atas Harga Distributor.
Harga Eceran adalah harga jual yang dikenakan kepada pelanggan.
2. Diskon atas Pembelian Produk dari PT Amindoway Jaya
Setiap produk Amway mempunyai point Value (PV) dan Business
Volume (BV) yang telah ditentukan nilainya. Bahan literature dan alat
Bantu pemasaran produk Amway tidak dimasukan ke dalam perhitungan
volume.
Point Value (PV) adalah nilai angka tertentu yang berhubungan dengan nilai produk itu sendiri. (Amway, 2004)
Business Volume (BV) adalah volume pembelian Distributor yang sama dengan Harga Distributor tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPn).
Diskon dihitung berdasarkan volume pembelian pribadi Distributor selama
satu bulan kalender. Persentase peringkat diskon ditentukan oleh total PV
bulanan pembelian Distributor sebagaimana tercantum dalam tabel 4. Jika
total PV bulanan pembelian pribadi yang didapat oleh seorang IBO
sebesar 350.000 PV atau lebih, berarti IBO tersebut akan mendapatkan
diskon sebesar 3% dari jumlah PV tersebut. Dan jika total PV bulanan
yang didapat oleh seorang IBO sebesar 1.000.000 PV atau lebih, berarti
IBO tersebut akan mendapatkan diskon sebesar 6% dari jumlah Total PV
tersebut, demikian seterusnya. (Amway, 2004)3
Tabel 2. Tabel Diskon
Total PV Bulanan
Pembelian Pribadi % Diskon
3. Bonus atas Pembelian Produk dari PT Amindoway Jaya
Bonus diperoleh apabila (Amway, 2003) :
• Distributor mensponsori prospek/calon Distributor (Downline) untuk
bergabung dalam kelompok.
Distributor yang mensponsori (Upline) memberikan pelatihan kepada
Downlinenya untuk melakukan hal yang sama dengan yang
dilakukannya. Juga memberikan pelatihan untuk meningkatkan jumlah
keanggotaan Downline. Dengan cara membantu dan melatih para
Downline, seorang Distributor (Upline) akan memperoleh bonus yang
dihitung berdasarkan volume pembelian kelompok selama 1 bulan
kalender.
• Menggunakan kartu kredit/debet yang menawarkan ekstra PV/BV serta manfaat yang didapat dari program Aliansi Amway.
Persentase peringkat bonus ditentukan oleh total PV bulanan
pembelian kelompok sebagaimana tercantum dalam tabel 5. Jika
kelompok bisnis seorang IBO Amway mencapai total PV bulanan
pembelian kelompok sebesar 350.000 PV atau lebih, maka IBO
tersebut akan mendapatkan bonus sebesar 3% dari jumlah bonus
tersebut. Dan jika kelompok bisnis seorang IBO Amway memperoleh
total PV bulanan pembelian kelompok sebesar 1.000.000 PV atau
lebih, maka IBO tersebut akan mendapatkan bonus sebesar 6% dari
jumlah total PV tersebut, demikian seterusnya.
Tabel 3. Tabel Bonus
Total PV Bulanan
Pembelian Kelompok % Bonus
2.9. Perhitungan Diskon dan Bonus
Perhitungan Diskon dan Bonus dilakukan dengan cara tersendiri
berdasarkan aturan yang berlaku di PT Amindoway Jaya dan Amway
Corporation secara keseluruhan. Perhitungan Diskon dan Bonus sangat
dipengaruhi oleh PV dan BV. Adapun contoh perhitungan Diskon dan Bonus
dengan asumsi PV:BV = 1:1 adalah sebagai berikut (Amway, 2004) :
Contoh 1 : Peringkat 3%
Misalkan PV pribadi yang diperoleh pada bulan tertentu adalah 350.000 PV,
maka Keuntungan Eceran dan Diskon yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Keuntungan Eceran : (30% x 350.000) = Rp 105.000,-
Diskon Pribadi : ( 3% x 350.000) = Rp 10.500,-
Total Keuntungan Eceran dan Diskon Pribadi = Rp 115.500,-
Cara kerjanya:
Membentuk kelompok pelanggan eceran yang kuat yang memberikan
keuntungan eceran setiap bulannya. Kemudian mensponsori orang lain
(Downline) untuk bergabung dalam kelompok usaha dan memberikan
pelatihan kepada para Downline untuk melakukan hal yang sama. Dengan
demikian artinya usaha akan menjadi besar dan akan terbentuk Grup Usaha
(Business Group) yang mempengaruhi besarnya bonus yang dibayar
perusahaan atas volume kelompok.
Contoh 2 : Peringkat 9%
Misalkan seorang Distributor (Distributor-1) telah mensponsori 6 Distributor
baru dimana masing-masing meraih 350.000 PV dalam satu bulan tertentu.
Sementara Distributor tersebut terus menjual produk dan juga berhasil meraih
Gambar 2. PV yang diperoleh IBO dengan 6 Downline Sumber : Amway, 2003
Total PV Pribadi : 350.000
Total PV Kelompok : 2.450.000 ( 7x 350.000 )
Masing-masing Downline mencapai peringkat 3%, sedangkan Distributor
tersebut mencapai peringkat 9%. Selisih antara peringkat Distributor dengan
peringkat Downline-Downlinenya adalah penghasilan bagi Distributor-1.
Dalam hal ini selisihnya yaitu 9%-3% = 6%. Selisih tersebut dibayarkan oleh
Amway sebagai bonus karena telah mensponsori dan membimbing para
Downline.
Perhitungan keuntungan eceran, diskon dan bonus :
Keuntungan Eceran , Diskon dan Bonus yang diperoleh :
Keuntungan Eceran : 30% x 350.000 = Rp 105.000,-
Diskon Pribadi : 3% x 350.000 = Rp 10.500,-
Bonus untuk selisih peringkat atas seluruh pembelian pribadi :
(9%-3%) x 350.000 = Rp 21.000,-
(pribadi) 350.000 PV
(grup) 2.450.000 PV
350.000 PV 350.000 PV
350.000 PV 350.000 PV
Bonus untuk selisih peringkat Distributor-1(9%) dengan peringkat
Downline (3%) atas seluruh pembelian Downline :
(9%-3%) x 350.000 x 6 Downline = Rp 126.000,-
Total Keuntungan Eceran, Diskon dan Bonus Rp 262.550,-
Contoh 3 : Peringkat 15%
Berhubungan dengan Contoh 2, misalkan ke 6 Downline (Distributor-2)
masing mencapai 350.000 PV dalam satu bulan tertentu, dan
masing-masing mensponsori 4 Distributor baru lainnya yang juga mencapai 350.000
PV. Berarti distributor tersebut telah memiliki 30 Downline.
Total PV Pribadi Distruibutor-1 : 350.000
Total PV Kelompok : 10.850.000 (31 x 350.000)
Total PV Pribadi Distributor-2 : 350.000
Total PV Kelompok : 1.750.000 (5 x 350.000)
350.000 PV 350.000 PV
(Grup 1.750.000 PV) (Grup 1.750.000 PV)
350.000 PV 350.000 PV 350.000 PV
(Grup 1.750.000 PV) (Grup 10.850.000 PV) (Grup 1.750.000 PV)
350.000 PV 350.000 PV 350.000 PV 350.000 PV
(Grup 1.750.000 PV) (Grup 1.750.000 PV)
350.000 PV 350.000 PV
Ke 6 Downline (Distributor-2) masing-masing meraih 350.000 PV dan
berhasil menduplikasi 4 orang Downline baru dalam kelompoknya
sendiri, berarti ke 6 Downline tersebut akan menuju peringkat
6%,sedangkan dengan total PV kelompok Distributor-1 10.850.000 PV,
Distributor-1 akan menuju peringkat 15% sehingga Keuntungan Eceran,
Diskon Pribadi, dan Bonus menjadi :
Perhitungan keuntungan eceran, diskon dan bonus :
Keuntungan Eceran, Diskon dan Bonus yang diperoleh Distributor-1
adalah:
Keuntungan Eceran : 30% x 350.000 = Rp 105.000,-
Diskon Pribadi : 3% x 350.000 = Rp 10.500,-
Bonus untuk selisih antara peringkat Distributor-1 (15%) dengan
peringkat Downline (6%) atas seluruh pembelian Downline:
(15% - 6%) x 1.750.000 x 6 Downline =Rp 945.000,-
Bonus untuk selisih peringkat atas pembelian pribadi :
(15% - 3%) x 350.000 = Rp 42.000,-
Dikurangi PPh Ps 21 = Rp (37.350,-)*
Total Keuntungan Eceran, Diskon dan Bonus = Rp 1.065.150,-
∗Berdasarkan ketetapan perpajakan yang berlaku, jika bonsus yang diperoleh di atas Rp 240.000,-, maka atas bonus tersebut setelah
dikurangi Rp 240.000,- dikenakan pemotongan PPh Ps 21 dengan tariff
5% sampai dengan 35%.
Perhitungan PPh Ps 21 :
Bonus Kotor : Rp 945.000,- + Rp 42.000,- = Rp 987.000,-
Contoh 4 : Peringkat 21%
Berdasarkan contoh sebelumnya, misalkan masing-masing dari 4 Distributor
yang merupakan Distributor baru adari ke 6 Distributor level pertama
mensponsori masing-masing 2 Distributor. Dan setiap Distributor tetap
mencapai 350.000 PV. Maka, grup Distributor tersebut kini terdiri dari 79
Distributor (termasuk Distributor-1)
350.000PV 350.000PV (Grup 4.550.000 PV) (Grup 4.550.000 PV)
350.000 PV 350.000 PV 350.000 PV (Grup 4.550.000 PV) (Grup 27.65000 PV) (Grup 4.550.000 PV)
350.000 PV 350.000 PV (Grup 4.550.000 PV) (Grup 4.550.000 PV)
350.000 PV 350.000 PV 350.000 PV 350.000 PV
350.000 PV 350.000 PV 350.000 PV 350.000 PV 350.000 PV 350.000 PV 350.000 PV 350.000 PV Gambar 4. PV yang Diperoleh IBO dengan 78 Downline
Sumber : Amway, 2003
Total PV Pribadi Distributor-1 : 350.000
Total PV Kelompok : 27.650.000 (79 x 350.000)
Total PV dari masing-masing grup yang disponsori oleh Distributor-1 secara
pribadi (6 orang Frontliner) adalah 4.550.000. artinya, ke 6 Distirbutor
Diskon tertinggi, yaitu 21%. Sehingga perhitungan Keuntungan
Eceran,Diskon dan Bonus menjadi sebagai berikut:
Perhitungan keuntungan eceran, diskon dan bonus :
Keuntungan Eceran, Diskon dan Bonus yang diperoleh Distributor-1
adalah:
Keuntungan Eceran : 30% x 350.000 = Rp 105.000,-
Diskon Pribadi : 3% x 350.000 = Rp 10.500,-
Bonus untuk selisih antara peringkat Distributor-1 (21%) dengan
peringkat Downline (12%) atas seluruh pembelian Downline:
(21% - 12%) x 4.550.000 x 6 Downline = Rp 2.457.000,-
Bonus untuk selisih peringkat atas pembelian pribadi :
(21% - 3%) x 350.000 = Rp 63.000,-
Dikurangi PPh Ps 21 =Rp (114.000,-)*
Total Keuntungan Eceran, Diskon dan Bonus =Rp 2.521.500,-
* Perhitungan PPH Ps 21 :
(RP 2.520.000,- - Rp 240.000,-) x 5% = Rp 114.000,-
2.10. Penelitian Terdahulu
Idris tahun 2004 meneliti tentang kelayakan usaha warung tenda pecel
lele yang berlokasi di Bogor. Peneliti menggunakan metode R/C, Pendapatan
Usaha, NPV, Net B/C, dan IRR. Objek utama penelitian yaitu warung tenda
pecel lele yang berlokasi di Warung Jambu, Pajajaran, Air Mancur, Pakuan,
dan Merdeka.
Hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan tiap-tiap lokasi warung
tenda adalah sebagai berikut, untuk lokasi Warung Jambu diperoleh R/C
sebesar 1,42, NPV sebesar Rp 84.840.954,27, Net B/C sebesar 15,54, dan IRR
sebesar 28,74%. Untuk lokasi Pajajaran diperoleh R/C sebesar 1,28, NPV
sebesar Rp 89.441.164,03, Net B/C sebesar 10,12, dan IRR sebesar 22,12%.
Rp 116.634.510,22, Net B/C sebesar 19,98, dan IRR sebesar 32,49%. Untuk
lokasi Pakuan diperoleh R/C sebesar1,16, NPV sebesar Rp 10.944.940,57, Net
B/C sebesar 3,33, dan IRR sebesar 11,26%. Untuk lokasi Merdeka diperoleh
R/C sebesar 1,49, NPV sebesar Rp 81.449.206,42, Net B/C sebesar 9,13, dan
IRR sebesar 20,97%. Dari hasil-hasil tersebut kelima warung tenda tersebut
dinyatakan menguntungkan dan layak untuk dilanjutkan. Lokasi yang paling
menguntungkan terletak di Warung Jambu.
Sitorus tahun 2004 meneliti tentang prospek pengembangan usaha
budidaya ikan kerapu lumpur pada karamba jaringan apung. Prospek usaha
tersebut diteliti dengan menggunakan metode R/C, Pendapatan Usaha, NPV,
Net B/C, IRR, dan Analisis Sensitivitas. Objek utama penelitian yaitu PT
Sembilan-Sembilan.
Hasil penelitian menunjukan nilai R/C sebesar1,14, NPV sebesar
Rp 78.130.116,31, Net B/C sebesar 1,64, dan IRR sebesar 31,65%. Hal ini
artinya bahwa usaha pembesaran Kerapu Lumpur PT Sembilan-Sembilan
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Penelitian didasarkan pada masalah penilaian kelayakan usaha secara
finansial suatu usaha, dimana penelitian difokuskan pada penilaian kelayakan
bisnis IBO Amway dengan sistem N21.
Bisnis IBO Amway dengan sistem N21 akan diteliti kelayakan usahanya
dari segi finansial dengan menganalisis usaha IBO Amway terlebih dahulu dengan
alat R/C, pendapatan usaha, dan PBP. Kemudian dilanjutkan dengan menganalisis
kelayakan usaha Amway dengan alat NPV, Net B/C, dan IRR. Dari hasil analisis
tersebut dapat ditarik kesimpulan mengenai kelayakan bisnis IBO Amway sebagai
alternatif berwirausaha.
Gambar 5. Kerangka Pemikiran Penelitian
Bisnis Amway sebagai alternatif berwirausaha
Kelayakan Bisnis IBO Amway dari Segi Finansial Sebagai Alternatif Berwirausaha
Analisis Kriteria Investasi :
NPV Net B/C
IRR Analisis Usaha : Pendapatan Usaha
R/C PBP
3.2. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menganalisis data-data primer dan
sekunder yang tersedia. Dari data-data tersebut akan didapat sebuah hasil
yang selanjutnya akan disimpulkan. Penelitian berfokus pada bisnis Amway,
karena Amway merupakan perusahaan MLM terbesar di Indonesia. Dari
seluruh sistem pendukung yang ada dalam bisnis Amway diambil sistem
N21 sebagai fokus utama penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan
Juni sampai dengan Agustus 2005.
3.3. Jenis Data dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data
primer diperoleh dengan cara wawancara dengan beberapa IBO Amway
mulai dari level Leaders Club hingga Emerald, dan data sekunder diperoleh
dari studi literatur, seperti buku-buku, majalah, internet, dan lain-lain.
3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Dalam menganalisis kelayakan bisnis IBO Amway, digunakan
metode analisis usaha dan metode analisis kriteria investasi. Analisis usaha
terdiri dari perhitungan pendapatan usaha, R/C, dan PBP. Sementara analisis
kriteia investasi terdiri dari perhitungan NPV, Net B/C, dan IRR.
Dari perhitungan-perhitungan tersebut akan diketahui apakah bisnis
Amway merupakan bisnis yang menguntungkan dan dan layak untuk
dijadikan alternatif berwirausaha atau tidak. Untuk mempermudah analisis
usaha tersebut digunakan beberapa asumsi yang selanjutnya dijelaskan pada
3.4.1. Analisis Usaha
3.4.1.1. Analisis Pendapatan Usaha
Analisis pendapatan usaha bertujuan mengetahui besar
keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan
(Hernanto, 1989). Rumus ini diformulasikan sebagai berikut:
Keterangan :
TR = Total Penerimaan
TC = Total pengeluaran
Dengan Kriteria :
TR>TC, Usaha Untung
TR=TC, Usaha Impas
TR>TC,Usaha rugi
3.4.1.2. Analisis Revenue-Cost Ratio (R/C)
Analisis R/C digunakan untuk menguji sejauh mana
hasil yang diperoleh dari usaha tertentu (dihitung selama periode
satu tahun) cukup menguntungkan (Hernanto, 1989). Rumus ini
diformulasikan sebagai berikut :
Dengan kriteria :
R/C>1, maka usaha untung
R/C= 1, maka usaha impas
R/C<1, maka usaha rugi
Keuntungan = TR - TC
R/C =
Penerimaan Total
3.4.1.3. Pay Back Period (PBP)
PBP adalah menghitung seberapa cepat waktu yang
dibutuhkan proyek untuk mengembalikan investasi dan modal
kerja yang ditanam. Kelayakan proyek dari adanya PBP ini
adalah jika nilai PBP lebih pendek dari waktu yang disyaratkan.
Sedangkan jika PBP lebih lama dari yang disyaratkan proyek
tidak layak.
Rumus yang digunakan yaitu : Tahun terakhir negatif +
(absolut (arus kas tahun berjalan) / nilai kumulatif arus kas mulai
tahun ke-0 ).
3.4.2. Analisis Kriteria Investasi 3.4.2.1. Net Present Value (NPV)
NPV adalah nilai sekarang dari keuntungan bersih yang
akan didapatkan pada masa yang akan datang. Secara matematis,
NPV dinyatakan dngan rumus (Kadariah, et al., 1999) :
3.4.2.2. Net Benefit – Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C adalah perbandingan antara jumlah nilai
sekarang dari keuntungan bersih bernilai positif (Bt-Ct >0)
dengan jumlah nilai sekarang dari keuntungan bersih yang
bernilai negatif (Bt-Ct<0). Secara matematis dinyatakan dengan
rumus (Kadariah, et al. 1999) :
Net B/C < 1 : Usaha tidak layak dilaksanakan
3.4.2.3. Internal Rate of Return (IRR)
IRR merupakan nilai suatu tingkat suku bunga yang
membuat NPV dari pada usaha sama dengan nol. Secara
matematis dinyatakan dalam rumus (Kadariah et al. 1999) :
)
i’ = Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV >0
i” = Tingkat suku bunga yang menghasilkan nilai NPV < 0
NPV’= NPV pada saat tingkat subu kunga i’
NPV”= NPV pada saat tingkat suku bunga i”
Dengan kriteria :
IRR ≥ tingkat suku bunga yang berlaku : Usaha layak
3.5. Batasan Pengukuran
Batasan dan pengukursan yang digunakan adalah :
1. Analisis kelayakan investasi ditinjau dari aspek pasar, aspek teknis, dan
aspek finansial, namun dalam penelitian ini lebih difokuskan pada aspek
finansial
2. Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah walaupun ada perubahan dan
dinyatakan dalam satuan rupiah
3. Biaya variabel adalah biaya yang berubah sesuai dengan perubahan
volume produksi dan dinyatakan dalam satuan rupiah
4. Biaya total adalah semua biaya yang digunakan untuk menjalankan usaha
termasuk biaya tetap dan biaya variabel dan dinyatakan dalam satuan
rupiah
5. Investasi adalah pengeluaran yang dilakukan pada kegiatan usaha dan pada
saat tertentu untuk mendapatkan keuntungan dimasa mendatang, dan
dinyatakan dalam satuan rupiah
6. Analisis usaha adalah suatu usaha dilihat dari sudut pandang badan atau
orang-orang yang menanamkan modalnya dalam usaha, dan dinyatakan
dalam satuan rupiah
7. Penerimaan dari bisnis Amway berasal dari jumlah keuntungan eceran,
bonus rabat, dan bonus 4%, dan dinyatakan dalam satuan rupiah
8. pendapatan usaha perusahaan berasal dari selisih antara penerimaan
dengan biaya total yang dikeluarkan pada periode tertentu, dan dinyatakan
dalam satuan rupiah
9. R/C adalah perbandingan antara penerimaan total dengan biaya total
selama satu tahun
10.Cashflow adalah aliran kas dalam suatu usaha yang terdiri dari inflow dan
outflow
11.Analisis kelayakan investasi adalah analisis terhadap kegiatan usaha
dengan memperhitungkan biaya dan manfaat dalam suatu usaha, dengan
alat ukur NPV, Net B/C, dan IRR
13.IRR adalah tingkat suku bunga dari unit usaha dalam rjangka waktu
tertentu yang membuat NPV sama dengan nol dan dinyatakan dalam
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Amway Corporation
4.1.1.1. Sejarah Amway Corporation
Amway didirikan pada tahun 1959 oleh Richard M. DeVos dan Jay Van Andel. Mereka mendirikan Amway
berdasarkan suatu keyakinan, bahwa kesuksessan memasarkan
suatu produk adalah menjualnya secara langsung kepada
pelanggan. Gedung pertama Amway terletak di kota Ada,
Michigan, yang kini menjadi kantor pusat Amway Corporation.
Produk awal yang dijual Amway yaitu LOC (Liquid Organic
Cleaner), suatu cairan pembersih biodegradable yang aman
untuk lingkungan. Amway kemudian terus berkembang menjadi
Amway Corporation, dan saat ini telah mempunyai 59 afiliasi di
berbagai negara.
Bisnis MLM berkembang hingga keluar Amerika Serikat,
dimulai dengan memasuki Kanada pada tahun 1962, Autralia
1971 dan seterusnya sampai ke lebih dari 90 negara. Ini menjadi
suatu peluang bagi Amway untuk ikut mengembangkan
bisnisnya hingga keluar AS. Pada tahun 1972, Amway membeli
perusahaan Nutrilite Inc yang berdiri tahun 1934. Nutrilite Inc.
merupakan perusahaan yang memperkenalkan strategi pemasaran
berjenjang (MLM) pertama di Amerika Serikat untuk
produk-produk vitamin dan makanan tambahan yang diproduk-produksinya.
4.1.1.2. Sejarah PT Amindoway Jaya
Amway mulai beroperasi di Indonesia pada tanggal 17 Juli
1992, melalui PT Amindoway jaya selaku pemegang lisensi
penjualan langsung dan pendistribusian produk-produk Amway
Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI) pada tahun 1993
dengan nomor 0005/06/93.
PT. Amindoway Jaya, mendapat dukungan Amway melalui
PT. Amway Indonesia sebagai 'service company' yang
memberikan konsultasi dalam bidang pemasaran, pengembangan
usaha serta dukungan internasional.
Kantor pusat PT Amindoway Jaya terletak di Wisma
Aldiron Dirgantara Suite 102-103, Jl. Gatot Subroto No.72
Jakarta Selatan 12780, Telp (012) 794 9274 Fax (021) 7949277.
Sementara kantor pusat PT Amway Indonesia terletak di Wisma
46-Kota BNI, Lantai 36, Ruang 3610-2, Jl. Jend. Sudirman Kav.1
Jakarta 10220, Telp (021) 57980800 fax (021) 57980801-2.
PT Amindoway Jaya juga mengadakan kerja sama dengan
beberapa perusahaan konvensional di Indonesia, diantaranya
Garda Oto, Allianz, Lippobank, Asuransi Ace Ina, Mugen, Optik
Tunggal, Hotel Accor Group, dan beberapa media cetak seperti
Media Indonesia, Gatra, Ayah Bunda, Femina, Fit, dan Swa.
4.1.1.3. Filosofi
Filosofi Amway yaitu “Suatu rancangan pemasaran dan
penjualan yang unik”. Rancangan pemasaran dan penjualan
Amway menawarkan fleksibelitas yang sesuai dengan gaya hidup
seseorang.
4.1.1.4. Visi
Visi Amway adalah menbantu mewujudkan kehidupan
yang lebih baik. Amway sangat menjunjung tinggi semangat
kewirausahaan dan mendukuang segala bentuk usaha mitra yang
bervisi jangka panjang, memiliki ambisi serta dedikasi terhadap
aspirasi untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Amway tidak hanya menawarkan peluang bisnis yang
datang dari pencapaian serta pengakuan atas keberhasilan oleh
mitra dan asosiasi bisnis.
4.1.1.5. Prinsip-Prinsip
Rich DeVos dan Jay Van Andel merintis usaha Amway
atas dasar prinsip-prinsip sebagai berikut:
• Kebebasan
Kebebasan adalah kondisi yang alami dan lingkungan
paling kondusif untuk hidup, bekerja, berprestasi, dan
bertumbuh. Bisnis Amway menjunjung tinggi dan
memperluas kebebasan setiap IBOnya, baik dalam aspek
pribadi maupun ekonomi.
• Keluarga
Keluarga merupakan struktur sosial terutama bagi setiap
orang, sebagai sumber kasih sayang dan pertumbuhan
sekaligus penyambung tradisi dan warisan. Oleh karena itu
Amway menerapkan pada semua IBOnya untuk
menjadikan keluarga sebagai prioritas utama dalam segala
hal.
• Harapan
Harapan merupakan pembangkit semangat untuk merajut
impian, merumuskan tujuan, dan mengantar menuju
cita-cita. Karena adanya harapan itu, Amway membawa
perubahan besar dalam menjawab kebutuhan banyak orang
di seluruh dunia.
• Imbalan
Imbalan mengandung tindakan timbal-balik antara memberi
dan menerima. Mendapat imbalan berarti menerima
penghargaan atas komitmen dan kontribusi seseorang, serta
memperoleh kompensasi atas jerih payah yang
dikerjakannya. Imbalan meningkatkan produktivitas atas
tugas baru. Oleh karena itu Amway menjadikan imbalan
sebagai prinsip dalam bisnis untuk dapat terus memacu
kinerja IBO-IBOnya.
4.1.1.6. Produk-produk PT Amindoway jaya
PT Amindoway Jaya mendistribusikan dan memasarkan 6
produk inti, diantaranya :
1. Kesehatan dan Kebugaran
Makanan tambahan Nutrilite untuk dewasa dan anak-anak
2. Kosmetik dan Perawatan Diri
Kosmetik dan perawatan kulit Artistry
3. Perawatan Diri
Perawatan mulut dan gigi Glister, perawatan tubuh Body
Series, dan perawatan rambut Protique
4. Perawatan Rumah Tangga
Produk perawatan pakaian, perawatan dapur, perawatan
mobil, perawatan rumah dan pewangi ruangan
5. Peralatan Rumah Tangga
Alat masak Amway Queen Cookware dan sistem
pengolahan air bersih Amway Water Treatment Sistem
6. Pertanian
Produk perata dan perekat APSA-800 WSC, pupuk
pelengkap benih Nutrifarm SD dan pupuk pelengkap cair
Nutrifarm AG.
Selain 6 kategori tersebut, Amindoway Jaya juga bekerja
sama dengan produsen dan perusahaan lokal dalam memasarkan
• Kesehatan dan kecantikan
• Perlengkapan rumah tangga
• Permainan edukasi anak
• Alat tulis
• Kartu telepon
• Makanan dan minuman
Jasa dan Manfaat: • Majalah dan Koran
• Asuransi
• Perbankan
• Komputer
• Maskapai Penerbangan
• Hotel
• Optik
• Inernet
• Provider
Produk-produk Amway hanya bisa dibeli di outlet-outlet
Amway yang biasanya disebut dengan Amway Distribution
Center (ADC) dan Amway product Center (APC). ADC
menyediakan semua produk Amway, sedangkan APC hanya
menyediakan 100 produk Amway yang paling diminati. Yang
dapat memesan produk-produk Amway langsung ke ADC atau
APC hanya IBO Amway yang masih aktif atau yang baru
bergabung. Di Indonesia, saat ini telah ada 15 ADC dan 7 APC
Tabel 4. Amway Distribution Center (ADC) dan Amway Product
Network TwentyOne adalah sebuah perusahaan yang
didirikan oleh Jim dan Nancy Dornan. Mereka bergabung dengan
Amway Amerika pada awal tahun 1970-an karena ingin
mendapatkan penghasilan tambahan untuk membiayai biaya
pengobatan anak keduanya yang menderita kelainan tulang
punggung.
Berdasarkan pengalamannya pada tahun-tahun pertama
mereka membangun bisnis, akhirnya mereka mendirikan
perusahan N21 yang mengkhususkan diri dalam hal pelatihan
bagi para IBO Amway.
N21 merupakan organisasi pendukung yang memberikan
pengajaran-pengajaran di seluruh dunia dan berdedikasi tinggi
untuk kesuksesan para pengusaha pemasaran jaringan produk
Amway
Dukungan dan pelatihan N21 terhadap IBO Amway di
struktur lengkap dimana para IBO Amway secara individual
dapat mempelajari bagaimana menjadi produktif dan pemimpin
yang kompeten. Saat ini Network 21 telah mencakupi 39 negara
(www.n21.com), seperti terlihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Negara-negara cakupan Network 21
No No
10 Filipina 30 Romania
11 Finlandia 31 Selandia Baru
12 Hongkong 32 Singapura
13 Hungaria 33 Slovenia
14 India 34 Swedia
15 Indonesia 35 Switzerland
16 Inggris 36 Thailand
17 Italia 37 Turki
18 Jerman 38 Venezuela
19 Kanada 39 Yunani
20 Kolombia Sumber: www.n21.com
4.1.2.2. Materi-materi Network 21
Pendidikan dan materi pendukung yang disusun oleh N21
untuk dapat digunakan IBO Amway yaitu berupa kaset-kaset,
buku-buku pegangan, vcd, dan juga seminar-seminar.
Materi-materi tersebut bertujuan untuk memudahkan IBO Amway dalam
menjalankan bisnis Amway, dan biasanya berisi mengenai
bagaimana caranya menjalankan bisnis Amway yang efektif yang
dapat diduplikasi atau diikuti oleh semua orang. Salah satu
Infonite
Merupakan pertemuan yang diadakan setiap minggu sekali.
Dalam seminar ini dijelaskan bagaiman cara menjalankan
bisnis Amway dan keuntungan yang akan didapat dari hasil
menjalankan bisnis Amway. Sebagai pembicara atau
pengajar biasanya IBO-IBO yang telah mencapai
kesuksesan dalam bisnis Amway. Tujuan dari diadakannya
seminar ini yaitu memberikan pembelajaran pada IBO-IBO
lainnya untuk melakukan hal yang sama yang dilakukan
oleh IBO-IBO sebelumnya yang telah sukses. Untuk
menghadiri seminar ini IBO dikenakan biaya administrasi
sebesar Rp 10.000,-.
Network Building Training (NBT)
NBT diadakan satu kali dalam sebulan. Dalam NBT, IBO
akan mendapatkan pelajaran lebih terperinci mengenai cara
menjalankan bisnis Amway serta motivasi agar tetap eksis
dalam bisnis Amway. Untuk menghadiri NBT, setiap IBO
dikenakan biaya administrasi sebesar Rp 10.000,-.
Business Building Seminar (BBS)
BBS diadakan satu kali dalam sebulan dengan harga tiket
sebesar RP 45.000,-. BBS merupakan seminar yang lebih
besar dibandingkan Infonite dan NBT. Tujuan utama BBS
adalah untuk membangun semangat dan visi para IBO.
Pembicara dalam seminar ini adalah IBO yang telah sukses,
seperti Diamond, pembicara biasanya menceritakan kisah
suksesnya dalam menjalankan bisnis Amway dan kemudian
membagi ilmunya kepada IBO lainnya.
Leadership Seminar (LS)
LS merupakan seminar paling besar dan paling penting
yang diadakan Network 21.LS diadakan setiap 4 bulan
sekali atau 3 kali dalam setahun. Dalam seminar ini yang