• Tidak ada hasil yang ditemukan

5. Peralatan Rumah Tangga

4.4. Pola Pertumbuhan Bisnis Amway

Bisnis MLM hampir mirip dengan bisnis waralaba, dimana kedua bisnis tersebut sama-sama memiliki sistem yang merupakan kunci sukses dari kedua bisnis tersebut. Sistem yang dimaksud merupakan sebuah pola bisnis atau pola penjualan yang diciptakan oleh seseorang. Seseorang tersebut kemudian menjual sistem tersebut kepada para investor lain. Seseorang yang menginvestasikan uangnya untuk salah satu dari kedua bisnis tersebut, bisa dikatakan orang tersebut membeli sebuah sistem, dimana orang tersebut menduplikasi sistem yang sudah terbukti kesuksesannya. Misalnya saja bisnis waralaba, seperti Mc Donald, KFC, Video Ezy, dan waralaba lainnya, setiap gerainya hampir sama satu sama lain, mulai dari tata interior, cara penyajian,

produk, jenis pelayanan, dan sebagainya. Kesamaan-kesamaan tersebutlah yang merupakan sistem yang diduplikasi oleh investor, selain merk atau nama besar perusahaan waralaba tersebut. Untuk bisnis MLM sendiri, sistem yang diduplikasi para investor yaitu sistem pemasaran bertingkat, dimana para investor atau distributor diberikan arahan untuk melakukan hal yang sama dengan distributor-distributor sebelumnya yaitu memasarkan produk dan mensponsori orang baru.

Kedua bisnis tersebut merupakan trend bisnis saat ini. Meskipun sama-sama memiliki sistem yang unik, tetapi pola pertumbuhan usahanya berbeda. Kebanyakkan usaha menganut pola pertumbuhan linier termasuk waralaba. Maksud dari pola pertumbuhan linier yaitu pendapatan yang diterima akan tumbuh secara gradual, misalnya pada bulan pertama pendapatan yang diterima Rp 5,-, bulan kedua pendapatan meningkat duakali lipat menjadi Rp 10,-, bulan ketiga meningkat lagi menjadi Rp 20,-, dan seterusnya. Sementara bisnis MLM menganut pola pertumbuhan eksponensial (E2). Maksud dari pola pertumbuhan eskponensial yaitu pendapatan yang diterima akan dilipatgandakan setiap bulannya, misalnya pada bulan pertama pendapatan yang diterima sebesar Rp 5,-, bulan kedua meningkat menjadi Rp 25,-, bulan ketiga menjadi Rp 625,-, dan seterusnya. (Hedges, 1997)

4.5. Analisis Usaha

Dalam menganalisis bisnis IBO Amway, peneliti membuat empat skenario IBO yang menjadi objek utama penelitian. Keempat IBO tersebut diasumsikan memiliki investasi dan biaya total yang sama, tetapi penerimaannya berbeda. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui pada tingkat mana bisnis Amway dianggap menguntungkan dan layak, serta hal-hal yang apa saja lebih mempengaruhi besarnya penerimaan.

4.5.1. Investasi

Dalam bisnis MLM, investasi yang dikeluarkan biasanya relatif kecil berkisar antara Rp 50.000,- sampai dengan Rp 1.000.000,-. Untuk dapat bergabung dengan Amway, seseorang harus membayar formulir

pendaftaran seharga Rp 97.000,-. Sementara bagi Amway yang tergabung dengan perusahaan N21 memiliki beberapa paket investasi, diantaranya seperti terlihat pada Tabel 6:

Tabel 6. Paket-paket Investasi Bisnis Amway dengan Sistem N21

Item Paket 1 Paket 2 Paket 3

Paket Member Paket bisnis Amway 1 1 1 1 BDP perdana dan regristasi 1 1 1 1 Paket IBO baru dan pemula 1 1 1 Paket Informasi 1 1 Kaset Passive Income 1 1 Kaset Bincang Solusi 1 1 VCD 1 Tiket BBS 1 1 1 1 Tiket LS 1 Voucher paket produk 1 1 1 1 Harga (Rp) Sumatera, Jawa, Bali 1.099.000,- 599.000,- 379.000,- 236.000,- Kalimantan, NTT, NTB 1.116.000,- 615.000,- 386.000,- 236.000,- Sumber : N21 (2005)

Untuk anggota yang serius menjalankan bisnis Amway biasanya membeli paket 1 seharga Rp 1.099.00,-. Karena dalam paket tersebut sudah termasuk formulir pendaftaran dan beberapa materi pendukung bisnis tersebut. Maka dari itu dalam penelitian ini diasumsikan keempat IBO tersebut adalah anggota Amway yang serius menjalankan bisnis Amway dan membeli paket 1 sebagai modal awal atau investasi. Selain investasi awal, ada juga investasi modal kerja yang terdiri dari pembelian buku dan kaset. Buku dan kaset dianggap investasi karena merupakan alat pendukung bisnis Amway. Untuk pembelian buku,

dikeluarkan dana sebesar Rp. 25.000,- per bulan dan kaset atau BDP sebesar Rp 128.000,- per bulan.

4.5.2. Penerimaan

Penerimaan usaha dalam bisnis MLM bukan hanya dari hasil penjualan produk pribadi tetapi juga dari hasil penjualan orang-orang yang telah disponsori ( orang-orang baru untuk bergabung dalam kelompok bisnisnya).

Perhitungan penerimaan keempat IBO tersebut menggunakan beberapa asumsi guna mempermudah perhitungan penerimaan, dan setiap IBO mempunyai asumsi-asumsi yang berbeda dalam hal jumlah Downline dan jumlah omzet.

Asumsi-asumsi tersebut didasarkan pada hasil wawancara dengan beberapa IBO Amway serta data-data tahun 2005 yang tersedia di Amway. Asumsi-asumsi tersebut yaitu :

™ IBO 1

• Setiap kali seminar IBO mengundang 10 orang untuk datang, dalam sebulan diadakan 10 kali seminar yang terdiri dari Home Meeting, Infonite, NBT, dan BBS. Maka jumlah orang yang diundang sebanyak 100 orang per bulan.

• Dari 100 orang yang diundang hanya 10% yang datang, ini berarti 10 yang turut menghadiri seminar. Dari 10 orang yang datang hanya satu orang yang bergabung, ini berarti IBO berhasil mensponsori satu orang Downline per bulan yang ditempatkan pada tim dibawah IBO*. Asumsi ini didasarkan pada perhitungan statistika N21.

• Setiap Downline mendapat satu Downline baru setiap bulannya yang juga ditempatkan tepat dibawahnya*

• IBO dan Downline-Downlinenya memperoleh omzet 200.000 PV setiap bulannya dan konstan

• Jika tim telah mencapai 21%, maka omzet yang diperoleh dianggap konstan.

• 1 PV disetarakan dengan Rp 4.-.

™ IBO 2

• Setiap bulan IBO mensponsori satu orang Downline yang ditempatkan pada tim dibawah IBO*, dengan proses yang sama seperti IBO 1

• Setiap Downline mendapat satu Downline baru setiap dua bulannya yang juga ditempatkan tepat dibawahnya*

• IBO dan Downline-Downlinenya memperoleh omzet 200.000 PV setiap bulannya dan konstan

• Jika tim telah mencapai 21%, maka omzet yang diperoleh dianggap konstan.

• 1 PV disetarakan dengan Rp 4.-.

™ IBO 3

• Setiap bulan IBO mensponsori satu orang Downline yang ditempatkan pada tim dibawah IBO*, dengan proses yang sama seperti IBO 1

• Setiap Downline mendapat satu Downline baru setiap bulannya yang juga ditempatkan tepat dibawahnya*

• IBO dan Downline-Downlinenya memperoleh omzet 100.000 PV setiap bulannya dan konstan

• Jika tim telah mencapai 21%, maka omzet yang diperoleh dianggap konstan.

• 1 PV disetarakan dengan Rp 4.-.

™ IBO 4

• Setiap bulan IBO mensponsori satu orang Downline yang ditempatkan pada tim dibawah IBO*, dengan proses yang sama seperti IBO 1

• Setiap Downline mendapat satu Downline baru setiap dua bulannya yang juga ditempatkan tepat dibawahnya*

• IBO dan Downline-Downlinenya memperoleh omzet 100.000 PV setiap bulannya dan konstan

• Jika tim telah mencapai 21%, maka omzet yang diperoleh dianggap konstan.

• 1 PV disetarakan dengan Rp 4.-.

* Pertumbuhan jaringan Downline dan gambaran pertumbuhan jaringan terlihat jelas pada Lampiran 2, 3, 4, dan 5

Tabel 7. Penerimaan IBO Amway dalam 12 bulan

Bulan IBO 1 IBO 2 IBO 3 IBO 4 1 Rp. 240.000,- Rp. 240.000,- Rp. 120.000,- Rp. 120.000,- 2 Rp. 288.000,- Rp. 288.000,- Rp. 120.000,- Rp. 120.000,- 3 Rp. 288.000,- Rp. 312.000,- Rp. 168.000,- Rp. 120.000,- 4 Rp. 480.000,- Rp. 432.000,- Rp. 168.000,- Rp. 180.000,- 5 Rp. 864.000,- Rp. 480.000,- Rp. 360.000,- Rp. 204.000,- 6 Rp. 1.632.000,- Rp. 840.000,- Rp. 744.000,- Rp. 386.000,- 7 Rp. 4.704.000,- Rp. 1.032.000,- Rp. 1.512..000,- Rp. 576.000,- 8 Rp. 12.848.000,- Rp. 1.776.000,- Rp. 4.584.000,- Rp. 1.032.000,- 9 Rp. 16.944.000,- Rp. 2.160.000,- Rp. 11.728.000,- Rp. 1.320.000,- 10 Rp. 21.040.000,- Rp. 3.672.000,- Rp. 14.824.000,- Rp. 1.704.000,- 11 Rp. 25.136.000,- Rp. 5.952.000,- Rp. 18.824.000,- Rp. 2.088.000,- 12 Rp. 29.232.000,- Rp. 9.000.000,- Rp. 22.920.000,- Rp. 3.612.000,- Total Rp.113.696.000,- Rp. 26.232.000,- Rp. 74.952.000,- Rp. 11.412.000,-

Sumber : diolah dari data sekunder

Penerimaan yang diperoleh keempat IBO selama 12 bulan atau satu tahun sejak awal menjalankan bisnis Amway terlihat pada Tabel 7. Pada Tabel 7 terlihat bahwa IBO 1 memperoleh total penerimaan paling besar sebesar Rp 113.696.000,- dibandingkan dengan IBO 2, IBO 3,dan IBO 4. IBO 1 dan IBO 2 memiliki perolehan omzet pribadi yang sama pada masing-masingnya begitu juga dengan Downline-downlinenya, tetapi frekuensi perolehan Downline baru berbeda, dimana IBO 1 setiap

bulannya berhasil memperoleh 1 Downline baru, begitu juga

Downline-downlinenya. Sementara IBO 2, meskipun sama memperoleh 1

Downline baru setiap bulannya, tetapi Downline- downlinenya hanya memperoleh 1 Downline baru setiap dua bulan, ini mempengaruhi besarnya jaringan. Dengan kondisi demikian, IBO 2 memperoleh

penerimaan yang jauh lebih kecil dari pada IBO 1 yaitu sebesar Rp 26.232.000,-

IBO 1 dan IBO 3 memiliki frekuensi perolehan Downline baru yang sama, tetapi Omzet pribadi yang peroleh berbeda setiap bulannya, dimana IBO 3 hanya memperoleh omzet sebesar 100.000PV sedangkan IBO 1 sebesar 200.000 PV. Dengan kondisi tersebut IBO 3 memperoleh penerimaan yang lebih kecil dari IBO 1, yaitu sebesar Rp. 74.952.000,-.

IBO 4 memiliki frekuensi perolehan Downline baru sama dengan IBO 2, tetapi perolehan omzet pribadinya sama dengan IBO 3. Dengan kondisi tersebut, IBO 4 memperoleh total penerimaan yang lebih kecil.

Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut, total penerimaan IBO 3 lebih mendekati total penerimaan IBO 1 dibandingkan dengan IBO 2. hal ini berarti bahwa besarnya jaringan atau banyaknya Downline lebih mempengaruhi kenaikan penerimaan. Perhitungan penerimaan lebih rinci terlihat pada Lampiran 6, 7, 8, dan 9

4.5.3. Biaya Usaha

Biaya usaha meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya tetap, tidak tergantung kepada perubahan tingkat kegiatan dalam menghasilkan produk. Biaya variabel merupakan biaya yang sifatnya tergantung produksi yang dihasilkan.

Biaya yang sifatnya tetap dalam bisnis MLM adalah biaya keanggotaan yang dibayar setiap tahun untuk memperpanjang masa keanggotan dan biaya administrasi seminar dengan asumsi masing-masing IBO menghadiri setiap pertemuan.

Dari asumsi-asumsi tersebut maka biaya tetap yang dikeluarkan oleh masing-masing IBO yaitu :

♦ Biaya seminar sebesar Rp 2.565.000,- per tahun yang terdiri dari : Infonite, sebanyak 48 kali per tahun, maka biayanya

sebesar Rp 480.000,-

NBT, sebanyak 12 kali per tahun, maka biayanya sebesar Rp 120.000,-

BBS, sebanyak 12 kali per tahun, maka biayanya sebesar Rp 540.000,-

Leadership Seminar, sebanyak 3 kali per tahun, maka biayanya sebesar Rp 1.425.000,-

♦ Biaya regristasi tahunan sebesar Rp. 40.000,- per tahun

Dengan demikian didapat biaya tetap yang dikeluarkan oleh masing-masing IBO adalah Rp 2.605.000,- per tahun. Jika dilihat per periode, biaya tetap berubah setiap empat bulan dan pada periode terakhir. Hal ini disebabkan karena adanya seminar yang diselenggarakan empat bulan sekali dan biaya registrasi tahunan yang hanya di bayar setiap tahun sekali. Perincian biaya dapat dilihat pada Lampiran 10.

Sementara untuk biaya tetap, dalam bisnis Amway yang termasuk biaya variabel merupakan biaya tranportasi, komunikasi, dan biaya variabel lainnya guna mendukung bisnis Amway

Untuk menghitung biaya variabel digunakan beberapa asumsi guna mempermudah perhitungan biaya variabel. Asumsi-asumsi yang digunakan yaitu :

♦ Menelepon orang lain dengan maksud mengundang untuk datang ke seminar atau ke rumah IBO itu sendiri. Jika setiap kali seminar, IBO menelepon 10 orang dengan jumlah seminar sebanyak 10 kali per bulan, dan setiap orangnya menghabiskan biaya sebesar Rp. 2000,-, maka biaya komunikasi yang dikeluarkan sebesar Rp. 200.000,- per bulan atau Rp.2.400.000,- per tahun.

♦ Biaya transportasi yang dikeluarkan sebesar Rp. 150.000,- per bulan atau Rp. 1.800.000,- per tahun.

Sehingga didapat biaya variabel yang dikeluarkan oleh seorang IBO adalah Rp 4.200.000,- per tahun.

Tabel 8. Biaya Usaha IBO Amway (per tahun)

IBO Biaya Tetap Biaya Variabel Total Biaya

1 Rp 2.605.000,- Rp.4.200.000,- Rp. 6.805.000,-

2 Rp 2.605.000,- Rp.4.200.000,- Rp. 6.805.000,-

3 Rp 2.605.000,- Rp.4.200.000,- Rp. 6.805.000,-

4 Rp 2.605.000,- Rp.4.200.000,- Rp. 6.805.000,-

Sumber: diolah dari data sekunder

4.5.4. Analisis Pendapatan Usaha

Pendapatan usaha para IBO Amway dalam menjalankan bisnis Amway diperoleh dari selisih total penerimaan yang didapat dari bisnis Amway dengan total biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan bisnis Amway.

Total penerimaan IBO 1 pada tahun pertama sebesar Rp 113.696.000,- dan total biaya sebesar Rp 6.805.000,-, maka

pendapatan usaha yang diperoleh sebesar Rp 106.891.000,-. Ini berarti bisnis Amway menguntungkan sebesar Rp 106.891.000,- pada tahun pertama.

Total penerimaan IBO 2 pada tahun pertama sebesar Rp 26.232.000,- dan total biaya sebesar Rp 6.805.000,-, maka

pendapatan usaha yang diperoleh sebesar Rp 19.427.000,-. Ini berarti bisnis Amway menguntungkan sebesar Rp 19.427.000,- pada tahun pertama.

Total penerimaan IBO 3 pada tahun pertama sebesar Rp 74.952.000,- dan total biaya sebesar Rp 6.805.000,-, maka

bisnis Amway menguntungkan sebesar Rp 68.147.000,- pada tahun pertama.

Total penerimaan IBO 4 pada tahun pertama sebesar Rp 11.412.000,- dan total biaya sebesar Rp 6.805.000,-, maka

pendapatan usaha yang diperoleh sebesar Rp 4.607.000,-. Ini berarti bisnis Amway menguntungkan sebesar Rp 4.607.000,- pada tahun pertama.

Tabel 9. Pendapatan Usaha IBO Amway (per tahun)

IBO Total

Penerimaan Total Biaya

Pendapatan Usaha 1 113.696.000 6.805.000 106.891.000 2 26.232.000 6.805.000 19.427.000 3 74.952.000 6.805.000 68.147.000 4 11.412.000 6.805.000 4.607.000

Sumber: Diolah dari data sekunder

Berdasarkan Tabel 9, IBO 1 memiliki pendapatan usaha terbesar dibandingkan IBO 2,IBO 3,dan IBO 4. Berdasarkan tabel diatas juga, bisnis Amway bagi keempat IBO tersebut menguntungkan.

4.5.5. Analisis Revenue-Cost Ratio (R/C)

Analisis R/C adalah hasil bagi antara penerimaan total dengan biaya total. Analisis R/C dilakukan untuk melihat apakah biaya yang telah dikeluarkan menghasilkan cukup keuntungan dan menilai efisiensi biaya.

Nilai R/C yang diperoleh IBO 1 dalam menjalankan bisnis Amway pada tahun pertama adalah 16,71 yang artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan untuk bisnis MLM akan mendatangkan penerimaan sebesar Rp 16,71,-. Nilai ini diperoleh dengan membandingkan penerimaan

usaha tahun pertama sebesar Rp 113.696.000,- dengan biaya total tahun pertama sebesar Rp. 6.805.000,-.

Nilai R/C yang diperoleh IBO 2 dalam menjalankan bisnis Amway pada tahun pertama adalah 3,85 yang artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan untuk bisnis MLM akan mendatangkan penerimaan sebesar Rp 3,85,-. Nilai ini diperoleh dengan membandingkan penerimaan usaha tahun pertama sebesar Rp 26.232.000,- dengan biaya total tahun pertama sebesar Rp. 6.805.000,-.

Nilai R/C yang diperoleh IBO 3 dalam menjalankan bisnis Amway pada tahun pertama adalah 11,01 yang artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan untuk bisnis MLM akan mendatangkan penerimaan sebesar Rp 11,01,-. Nilai ini diperoleh dengan membandingkan penerimaan usaha tahun pertama sebesar Rp 74.952.000,- dengan biaya total tahun pertama sebesar Rp. 6.805.000,-.

Nilai R/C yang diperoleh IBO 4 dalam menjalankan bisnis Amway pada tahun pertama adalah 1,68 yang artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan untuk bisnis MLM akan mendatangkan penerimaan sebesar Rp 1,68,-. Nilai ini diperoleh dengan membandingkan penerimaan usaha tahun pertama sebesar Rp 74.952.000,- dengan biaya total tahun pertama sebesar Rp. 6.805.000,-.

4.5.6. Pay Back Period (PBP)

Perhitungan PBP pada bisnis MLM tidak serumit seperti perhitungan PBP pada bisnis konvensional, karena biaya investasi yang dikeluarkan relatif sangat kecil. Seorang IBO bisa saja mencapai PBP pada bulan pertama menjalankan usaha jika berhasil menjual beberapa produk.

Dalam kasus yang digunakan peneliti, investasi awal yang dikeluarkan masing-masing IBO sebesar Rp 1.099.000,- dan investasi bulanan atau modal berjalan yang dikeluarkan sebesar Rp 153.000.- yang digunakan untuk pembelian kaset dan buku panduan bisnis

Amway. PBP yang terjadi pada masing-masing IBO terihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Perhitungan PBP dari Bisnis Amway

IBO PBP

1 5 bulan

2 6 bulan

3 7 bulan

4 8 bulan

Sumber : Diolah dari data sekunder

Berdasarkan Tabel 10, PBP IBO 1 terjadi pada periode ke 5 atau bulan ke 5 sejak menjalankan bisnis Amway. PBP IBO 2 terjadi pada periode ke 6, PBP IBO 3 terjadi pada periode ke 7, sedangkan PBP IBO 4 terjadi pada periode ke 8.

Meskipun IBO 3 memiliki total penerimaan yang lebih besar dibandingkan IBO 2, tetapi PBP IBO 3 terjadi lebih lama dari pada IBO 2. Ini disebabkan karena penerimaan IBO 3 pada periode 1 sampai dengan 6 lebih kecil dari pada IBO 2. Perhitungan PBP lebih rinci terlihat pada Lampiran 11, 12, 13, dan 14.

4.5.7. Perkiraan Cash Flow

Cash Flow merupakan arus manfaat bersih tambahan sebagai akibat pengurangan biaya bersih tambahan selama umur proyek. Dalam cash flow atau aliran kas diperlukan asumsi-asumsi yang mendukung. Untuk menyusun aliran kas bisnis Amway, asumsi yang digunakan adalah :

1. Umur usaha 1 tahun atau 12 periode, ini berdasarkan waktu registrasi keanggotaan IBO Amway

2. Investasi awal Rp. 1.099.000,- berupa paket awal yang didalamnya termasuk formulir pendaftaran IBO Amway

3. Modal berjalan yang dikeluarkan IBO sebesar Rp. 153.000,- per periode yang terdiri dari pembelian buku sebesar Rp. 25.000,- dan pembelian kaset sebesar Rp. 128.000,- per bulan

4. Penerimaan berasal dari penjualan pribadi dan bonus

kepemimpinan

5. Nilai biaya tetap bulan 4, 8, dan 12 berbeda, karena adanya biaya administrasi seminar empat bulanan

6. Nilai biaya variabel setiap bulannya cenderung sama

7. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah tingkat suku bunga bank sentral sebesar 12% per tahun atau 1% per bulan.

Perkiraan cash flow pada bisnis Amway dapat dilihat pada lampiran , 15,16,17, dan 18.

Dokumen terkait