• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kegiatan Usaha Pedagang Kaki Lima Dengan Metode SWOT (Studi Pada Pedagang Kaki Lima Jalan Kapten Muslim Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kegiatan Usaha Pedagang Kaki Lima Dengan Metode SWOT (Studi Pada Pedagang Kaki Lima Jalan Kapten Muslim Kota Medan)"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

Tempat Dan Suasana Pedangang Kaki Lima

(2)

(3)

Aktifitas dan Kegiatan Pedagang Kaki Lima

(4)
(5)

DAFTAR PUSTAKA

Augusty, Ferdinand. 2006. Metode Penelitian Manajemen. Semarang: Badan. Penerbit Universitas Diponegoro.

Ali, Faried. 1997. Metodologi Penelitian Sosial Dalam Bidang Ilmu Administrasi.Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada.

Capah, Juita.2012. Kajian Karakteristik Pedagang Kaki Lima Dalam Konteks Pembangunan Wilayah Di Kecamatan Medan Kota (Studi Kasus:

Kawasan Teladan dan Kampus Institut Teknologi Medan).Skripsi.Medan:

Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Danisworo, Mohammad dalam Salmina Ginting, 2004. Pengaruh Keberadaan Pedagang Kaki Lima Terhadap Jumlah Pengunjung Taman Kota Di Medan, Jurnal Teknik Simetrika Vol.3 No.3.

Denzin, Norman K. & Yvonna S. Lincoln. 2009. Handbook of Qualitative Research. Terjemahan oleh Dariyanto dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dina Fujisari, 2010. Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota Medan Dalam Mengelola Pedagang Kaki Lima (Studi Kasus Pada Pedagang Kaki Lima

Di Depan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan) (Skripsi). Departemen

Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

David, Fred R. 2009. Strategic Management (Manajemen Strategis Konsep). Jakarta: Salemba Empat.

Garna, Judistira k, 1993. Teori Perubahan Sosial, Bandung: Program Pascasarjana, UNPAD.

Gilang, Permadi,2007. Pedagang Kaki Lima: Riwayatmu Dulu, Nasibmu Kini, Jakarta: Yudhistira

Hanif, Iswan Kaputra, dkk. 2002. Usaha Kecil & Mikro di Tengah Arus Globalisasi.Medan: Bitra Indonesia.

(6)

Jogiyanto. 2005. Analisis Dan Desain Sistem Informasi. Yogyakarta: Penerbit Andi

Jonni Daniel, 2010. Pandapotan Lubis Kajian Spasial Pedagang Kaki Lima Dalam Pemanfaatan Ruang Publik Kota studi kasus: koridor jalan arif

rahman hakim jalan aksara pasar sukaramai kelurahan sukaramai

kecamatan medan area medan (tesis). Program Studi Magister Teknik

ArsitekturFakultas TeknikUniversitas Sumatera Utara Medan.

Porter, Michael. E dan Maulana, Agus. 2008. 2008. Strategi Bersaing (Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing). Jakarta : Erlangga.

Rangkuty, Fredy. 2009. Analysis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: Gramedia.

---2006.Analisis Swot Teknik Membedah Kasus Bisnis : Reorientasi

Konsep Perencanaan Strategis Untuk Menghadapi Abad 21.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

---1997. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Salmina Ginting, 2009. Pengaruh Keberadaan Pedagang Kaki Lima Terhadap Jumlah Pengunjung Taman Kota Di Medan (Skripsi). Universitas

Sumatera Utara

Susanto, Phil Astrid, 1999. Pengantar Sosiologi Dan Perubahan Sosial.Jakarta: Putra Abardin.

Soerjono Soekanto, 1983. Teori Sosiologi Tentang Perubahan Sosial.Jakarta : Ghalia Indonesia.

Sugiyono, 2004. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta, CV. Bandung. Tata Sutabri, 2003.Analisa Sistem Informasi.Yogjakarta: Andi

Tri Kurniadi, Hessel Nogi s. Tangkilisan, 2003. Ketertiban Umum & Pedagang Kaki Lima Di Dki Jakarta.Analisis Kebijakan Publik, Yogyakarta:

Yayasan Pembaruan Administrasi Publik Indonesia

(7)
(8)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan analisis kualitatif deskriptif.Dimana dalam penelitian ini hanya hendak memahami serta melakukan

interpretasi terhadap interaksi sosial diantara para aktor dalam sebuah konteks sosial, temporal, dan historis tertentu. Dengan kata lain, secara metode, penelitian

ini sedikit atau bahkan tidak mengedepankan metode statistik dan matematik, tetapi memanfaatkan analisis verbal dan kualitatif.

Penelitian ini hanya berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada pada saat sekarang berdasarkan data-data. Maka penelitian deskriptif ini juga akan menyajikan data, menganalisa, dan menginterpretasikan, dan dapat juga

bersifat komparatif dan korelatif. Pendekatan ini menekankan sifat realita yang terbangun secara sosial, hubungan erat antara peneliti dengan subjek yang diteliti,

dan tekanan situasi yang membentuk penyelidikan.Selain itu dalam penelitian ini mementingkan sifat penyelidikan yang sarat-nilai. Mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menyoroti cara munculnya pengalaman sosial

sekaligus perolehan maknanya (Denzin:2009). Oleh karena itu, di dalam penelitian ini akan mengumpulkan data tentang permasalahan yang diteliti lalu

(9)

3.2. Lokasi Penelitian

Dalam penyusunan penelitian ini, penulis melakukan penelitian pada pedagang kaki lima di jalan Kapten Muslim Kota Medan. Alasan penulis memilih

objek tersebut adalah dengan pertimbangan bahwa begitu banyak para pedagang kaki lima yang menjajakan daganganya di sepanjang jalan tersebut. Selain itu, akses yang mudah untuk perolehan data, serta waktu, tenaga dan biaya dapat

digunakan seefisien mungkin.Sedangkan waktu penelitian yang digunakan dalam penulisan ini kurang lebih dua bulan.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Pembahasan ini maka diperlukan adanya data atau informasi.Penulis

memperoleh data yang berhubungan dengan mengunakan metode sebagai perikut.

1. Penelitian Lapangan ( Field Research)

Yaitu penelitian yang dilakukan pada pedagang bersangkutan untuk

memperoleh data yang berhubungan dengan penulisan dengan cara: a. Observasi

Yaitu suatu bentuk penelitian yang dilakukan penulis dengan pengamatan baik secara berhadapan langsung maupun secara tidak langsung seperti memberikan daftar pertanyaan untuk dijawab.

b. Wawancara

Yaitu yaitu penelitian dengan mengadakan wawancara secara langsung

dengan para pedagang yang berhubungan dengan penelitian untuk mencari kekuatan, kelemahan ,peluang dan ancaman.

(10)

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan jalan mengumpulkan dokumen-

dokumen pedagang maupun literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.

2. Penelitian Kepustakaan ( Library Research )

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan membaca beberapa buku literature-literatur, mengumpulkan dokumen, arsip, maupun catatan

penting yang ada hubungannya dengan permasalahan penulisan skripsi ini dan selanjutnya diolah kembali.

3.4. Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari

hasil penelitiannya. Subjek penelitian menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan penelitian ini meliputi tiga macam yaitu ( 1 ) informan kunci, ( key informan ), yaitu mereka

yang mengetahui dan memiliki informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian, ( 2 ) informan biasa, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam

interaksi sosial yang diteliti, ( 3 ) informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang sedang diteliti ( Hendarso dalam Suyanto, 2005).

Dari penjelasan yang sudah diterangkan diatas, maka peneliti menggunakan teknik Purposive Sampling dalam menentukan informannya.Purposive sampling

(11)

Yang menjadi informan peneliti adalah : 1. Informan kunci yaitu terdiri dari

20 orang pedagang kaki lima di Jalan Kapten Muslim Kota Medan. 2. Informan biasa yaitu masyarakat yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang

diteliti. Atau konsumen yang dianggap sebagai pelanggan tetap dan tidak tetap.Dalam usaha menentukan informan biasa, peneliti menggunakan teknik Accidental yaitu penarikan sampel berdasarkan kebetulan.Maka yang menjadi

informan biasanya adalah masyarakat yang melakukan transaksi atau membeli pada saat dilakukan penelitian ini.

3.5. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data

primer dan data sekunder. 1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan cara melakukan

penyebarkan kuesioner kepada responden. Metode yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data primer yaitu melalui wawancara, penyebaran

kuesioner, dan observasi secara langsung kepada individu atau perseorangan.

2. Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh tidak secara langsung dari sumbernya, akan tetapi data hasil olahan dari pengambilan data primer. Data sekunder dalam

(12)

3.6. Metode Analisis Data

Proses penyusunan perencanaan strategis melalui tiga tahap analisis, yaitu: a. Tahap pengumpulan data (evaluasi faktor eksternal dan internal)

b. Tahap analisis (Matriks SWOT, Matriks Internal Eksternal)

c. Tahap pengambilan keputusan dalam analisis usaha pedagang kaki lima

Tahap pengumpulan data adalah tahap yang pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data tetapi juga merupakan suatu kegiatan

pengklasifikasian dan pra analisis dimana tahap ini data dibagi menjadi dua bagian yaitu data internal dan data eksternal.

Tahap analisis adalah setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan pedagang, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model-model kuantitatif

perumusan strategi, yaitu Matrik TOWS atau Matrik SWOT dan Matrik Internal Eksternal kemudian dari hasil yang ada maka ditentukan pengambilan keputusan

yang tepat. Sebuah penelitian yang menunjukan bahwa kinerja penjualan hasil dari strategi pemasaran perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam

(13)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. PersoalanPedagang Kaki Lima: Antara Ketertiban Umum dan Mencari Nafkah

Pedagang kaki limadi Kota Medan, sama seperti halnya di kota-kota besar lainnya. Jumlah pedagang kaki limadi Kota Medan Sumatera Utara juga

meningkat dari tahun ke tahun. Kini jumlah pedagang kaki lima di medan mencapai 30.000 orang (Gilang Permadi, 2007) padahal, pada tahun 1998 jumlah

pedagang kaki lima hanya sekitar 5.000 orang.

Sebagian besar mereka merupakan korban pemutusan hubungan kerja (PHK) ketika krisis ekonomi melanda Indonesia. Para pedagang kaki lima itu

menggelar dagangannya sampai badan jalan. Dampaknya, arus lalu lintas yang melalui pasar tersebut sering macet pada jam-jam padat lalu lintas.

Kawasan yang sering mengalami kemacetan adalah pasar Kampung Lalang yang berada di Jalan Gatot Subroto, pasar Sei Sikambing, di Jalan Kapten Muslim, Pasar Sambu, Pasar Simpang Limun, Pasar Sukaramai, Pasar Melati

Tanjung Selamat. Di pasar Sei Sikambing Jalan Kapten Muslim, misalnya, sedikitnya 50 pedagang kaki lima memakai badan jalan protokol sepanjang 200

meter.Keadaanya pun nampak seperti “pasar tumpah”.Pasar tumpah adalah istilah yang dipakai untuk menyebut para pedagang kaki lima yang berdagang hingga masuk ke jalan raya.Umumnya, lokasi pasar tumpah ini menempel pada pasar

(14)

pedagang kaki lima. Hampir fasilitas jalan protokol digunakan untuk menggelar

dagangannya, bahkan hingga setengah badan jalan.

Pedagang kaki limakini tidak hanya menggunakan trotoar sebagai tempat

jualan, mereka juga mulai berjualan hingga masuk jalan. Tentu saja itu menyebabkan kemacetan dan mengganggu pengguna jalan.Selain itu, banyak pedagang kaki limayang jorok dan tidak menjaga kebersihan sehingga jalanan

menjadi kotor.Apalagi jika musim hujan datang, genangan air membuat sampah buangan pedagang kaki lima berbau busuk. Keindahan kota pun hilang seketika.

Untuk menangani masalah itu, Pemerintah Kota sering melakukan penertiban/penggusuran terhadap para pedagang kaki lima. Pastilah pedagang

kaki lima menolak untuk digusur.Akibatnya (seperti yang sering terlihat di berita-berita televisi) terjadi keributan antara Satuan Polisi Pamong Praja dan pedagang kaki lima. Namun, bagaimanapun juga, pedagang kaki lima juga manusia yang

punya hak mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya. Jika digusur, mereka akan kehilangan pekerjaan dan anak istrinya tidak bisa diberi nafkah. Dilematis

memang.

Untuk menciptakan suatu kota metropolitan, maka Pemerintah Kota Medan telah menetapkan suatu Pola Dasar Pembangunan Kota Medan tahun

2001-2025 yang akan digunakan sebagai acuan dalam merencanakan kegiatan pembangunan. Pola Dasar Pembangunan Kota Medan tersebut telah dituangkan

dalam Peraturan Daerah (Perda) Kota Medan Nomor 1 Tahun 2002.Kemudian, untuk pelaksanaan Perda No. 1 Tahun 2002 tersebut telah ditetapkan suatu Keputusan Walikota Medan Nomor 188.342/070/K2002 tertanggal 20 Maret

(15)

Pasal 2 Perda No. 1 Tahun 2002 menyatakan bahwa pola dasar

pembangunan Kota Medan tahun 2001-2025 merupakan pedoman dalam menetapkan peruntukan dan pemanfaatan tanah atau perencanaan kota bagi

segenap aparatur Pemerintah Kota Medan, DPRD, Lembaga Sosial Kemasyarakatan (LSM), organisasi profesi, perguruan tinggi, dunia usaha, tokoh masyarakat, dan seluruh unsur dalam lapisan masyarakat lainnya di Kota Medan.

Sehubungan dengan itu ada 9 (sembilan) arah kebijakan Pemerintah Kota Medan dalam bidang ekonomi yakni :

1. mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada produktivitas tenaga kerja yang tinggi dengan prinsip persaingan sehat;

2. mengembangkan perekonomian daerah yang berorientasi global sesuai kemajuan teknologi dengan terutama membangun keunggulan kompetitif di samping keunggulan komparatif;

3. memberdayakan usaha kecil, menengah, dan koperasi (PKMK) agar lebih efisien, produktif, berdaya saing dengan menciptakan iklim berusaha yang

kondusif, dan peluang usaha yang seluas-luasnya;

4. mengembangkan industri kecil kerajinan dan rumah tangga;

5. membangun sistem informasi pasar yang tangguh dan lembaga penelitian

serta pengembangan produk daerah sebagai bagian integral dari sistem ekonomi masyarakat;

6. menata Badan Usaha Milik Daerah seperti PD. Pembangunan, PD. Pasar, PD. Rumah Potong Hewan secara efisien, transparan, dan profesional sehingga dapat diandalkan dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat

(16)

7. mengembangkan hubungan kemitraan dalam bentuk keterkaitan usaha

yang saling menunjang dan menguntungkan antara koperasi, usaha swasta menengah dan kecil dalam rangka memperkuat struktur ekonomi kota;

8. mengembangkan ketenagakerjaan secara menyeluruh dan terpadu terutama pada sektor informal yang diarahkan pada peningkatan kemandirian tenaga kerja;

9. mempercepat penyelamatan dan pemulihan ekonomi guna membangkitkan sektor riil terutama bagi usaha kecil, menengah, dan koperasi (PKMK).

Dalam rangka mengantisipasi perubahan tatanan politik, pemerintahan terutama berkaitan dengan kebijakan penyelenggaraan otonomi daerah

berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999, kebutuhan serta aspirasi masyarakat yang berkembang, maka Pemerintah Kota Medan di bawah kepemimpinan Bapak Drs. H. Abdillah, Ak.MBA saat itu telah melakukan penyempurnaan pada beberapa

substansi penyelenggaraan pemerintahan, antara lain :

1. Instruksi Walikota Medan No. 141/079/Ins Tanggal 9 Februari 2001

tentang Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Kelurahan Dalam Rangka Pemberdayaan Kelurahan di Kota Medan. Substansi dari instruksi tersebut adalah kewajiban Lurah untuk meningkatkan sistem penyelenggaraan dan pengembangan

partisipasi amsyarakat, khususnya pada bidang kebersihan, keamanan, ketertiban dan pelayanan masyarakat.

(17)

a. Melaksanakan pembinaan langsung ke lapangan untuk membenahi,

menertibkan, kekurangan dan kelemahan yang ada, baik kondisi fisik kebersihan, ketertiban dan keamanan maupun pelayanan masyarakat serta

disiplin perangkat Kecamatan dan Kelurahan.

b. Melaksanakan pengawasan (cek dan ricek) tentang kondisi dan hasil pembinaan yang dilakukan baik dari segi kwalitas, kwantitas dan

objektivitas hasil kerja terutama :Di bidang kebersihan, ketertiban dan keamanan, sesuai Instruksi Walikota No. 141/079/Ins/2001 tanggal 9

Februari 2001. Menyelesaikan masalah secara tuntas

c. Melaksanakan koordinasi langsung, dengan instansi terkait untuk

menuntaskan permasalahan kebersihan, ketertiban dan keamanan di Kecamatan.

Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka Camat berkewajiban untuk

melakukan penyelenggaraan pembinaan, penataran, penertiban di samping melaksanakan SK Walikota Medan No. 54/SK/1983 tanggal 22 Januari 1983

tentang Larangan untuk berjualan dengan mempergunakan bangunan kios yang menjorok ke depan tanpa izin bangunan dari Pemda Tk. II Medan, termasuk menempatkan barang-barang, mengerjakan pekerjaan dan memarkir/mereperasi

kendaraan bermotor di atas semua trotoir pada jalan umum dan Peraturan Daerah Tk. II Medan Nomor 31 Tahun 1993 tanggal 13 Juli 1993 tentang Pemakaian

(18)

berkoordinasi dengan instansi lain seperti Satuan Polisi, Pamong Praja, Muspika,

Tokoh Masyarakat dan lain-lain.

Program kebersihan, keamanan dan ketertiban adalah merupakan harapan

seluruh masyarakat untuk menjadikan Medan Kota BESTARI (Bersih, Sehat, Tertib, Aman, Rapi dan Indah) untuk mencapai sasaran pembangunan di segala

bidang, dengan berpedoman kepada motto Kota Medan “Bekerjasama dan sama

-sama bekerja untuk kemajuan dan kemakmuran Medan Kota Metropolitan”.

Dalam rangka memberhasilkan program pemberdayaan Kelurahan yang

dicanangkan oleh Pemko sejak tahun 2001 khususnya dalam pelaksanaan kebersihan, keamanan, ketertiban dan pelayanan masyarakat, Pemerintah Kota

Medan telah mengadakan penataan organisasi, mekanisme pembinaan, rencana, pengawasan/ evaluasi serta dukungan dana yang cukup signifikan Penataan pedagang kaki lima artinyaa proses mengatur, merapikan dan sebagainya untuk

menjadi tertib.

Pemerintah kota Medan melakukan penataan terhadap pedagang kaki lima

artinya tindakan terhadap pedagang kaki lima itu, kios-kios di sepanjang jalan dibongkar dan dipindahkan ke tempat usaha yang baru. Yang dimaksud dengan pelaksanaan kebijakan pemerintah kota adalah cara bertindak aparatur pemerintah

dalam melaksanakan penataan pedagang kaki lima di kota Medan.

Dibenci karena membuat jalanan semrawut dan menimbulkan kemacetan,

dirindukan karena banyak yang mencari barang yang dijualnya, itulah para pedagang kaki lima.Mereka sering diburu, digusur atau ditertibkan oleh Satpol PP, alasan dari penggusuran adalah untuk menertibkan kesemrawutan yang

(19)

Tidak mudah memang bagi Satpol PP saat melakukan penggusuran.

Pasalnya, tidak jarang para pedagang kaki lima melakukan perlawanan dengan berbagai cara. Para pedagang kaki lima merasa berhak untuk berjualan di tempat

itu karena telah membayar berbagai pungutan/retribusi, kebersihan dan izin kepada pemerintah.

Karena dua belah pihak (Satpol PP dan pedagang kaki lima) sama-sama

berkeras dengan tujuan mereka masing-masing, tak jarang dalam proses penertiban atau penggusuran terjadi perkelahian di antara mereka, akibatnya

banyak korban berjatuhan. Banyak pedagang kaki limayang menangis histeris dan menjerit meminta agar lapak atau gerobaknya tidak dibawa Satpol PP.

4.1.2. Karakteristik Pedagang Kaki Lima Di Jalan Kapten Muslim Medan Analisis deskriptif tentang karakteristik pedagang kaki limadidapatkan dari pengolahan data yang didapat dari hasil kuesioner yang telah didapat dari

hasil pengisian oleh responden.Dalam analisis deskriptif karakteristik pedagang kaki lima ini sangat diperlukan untuk mengetahui gambaran tentang profil

pedagang kaki lima di Jalan Kapten Muslim, pola berdagang, permodalan dan sarana terhadap penataan pedagang kaki lima oleh pemerintah. Gambaran tentang pedagang kaki limaini akan membantupeneliti mendapatkan informasi terkait

dinamika dan persoalan yang dihadapi baik dari internal maupun dari eksternal mereka.

Penelitian dilaksanakan di sepanjang Jalan Kapten Muslim Kota Medan2015. Populasi pedagang kaki lima yang berada di sekitar Jalan Kapten Muslim sebanyak 112 pedagang kaki lima (data survey peneliti). Sampel

(20)

(random).Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik komunikasi

tidak langsung dengan alat pengumpulan data berupa lembar angket.

Hasil pengumpulan menunjukkan bahwa : (1) , dimana seluruh pedagang

berada pada usia 18-60 tahun; pedagang terdiri dari 60% laki-laki dan 40% perempuan; 25% pedagang bertempat tinggal di luar kawasan Jalan Kapten Muslim; dan 75% berada di sekitar Kapten Muslim; 65% pedagang memilih

lokasi berdagang karena lokasi tersebut ramai pengunjung dan padat lalu lintas; dan 35% karena tinggal di Jalan Kapten Muslim; 30% pedagang tidak memiliki

pekerjaan sebelum menjadi pedagang kaki lima; 30% pedagang berasal dari luar Kota Medan atau merupakan pendatang; selebihnya 70% asli penduduk setempat.

55% pedagang menyatakan usaha dagang adalah milik sendiri. (2) Sarana fisik yang digunakan berupa gerobak/stelling sebanyak 60%, meja/jongkok sebanyak 20% dan menggunakan kendaraan motor atau sepeda 20%; 85% pedagang

mengaku jenis usaha yang mereka jalankan merupakan usaha utama dan 15% usaha tambahan.

Sebanyak 75% pedagang berjualan di trotoar dan lahan parkir dan 25% di depan toko atau ruko orang lain, sebanyak 85%; lama waktu aktivitas pedagang rata-rata 10 jam/perhari 15% di bawah 10 jam; Selain itu, jadwal kegiatan

pedagang itu juga ada yang “musiman”, hanya pada hari besar. Pedagang insidental ini juga bermunculan di saat ada kegiatan hari besar, seperti HUT

Proklamasi kemerdekaan, Hari Raya Idul Fitri, Tahun Baru, Natal.

Modal dan pendapatan tergolong rendah karena 50% dari jumlah pedagang menggunakan modal dan mendapatkan hasil penjualan, 50% lainnya

(21)

dilihat, yang berpenghasilan kurang dari Rp 700 ribu per-bulan mencapai 11,5 %.

Yang berpenghasilan Rp 700 ribu hingga Rp 1juta per-bulan 40,5 % dan yang berpenghasilan lebih Rp juta per-bulan hanya 42 %.Dengan penghasilan yang

sedemikian itu, apakah anak-anak mereka bisa bersekolah? Ternyata ada yang mampu membiayai kuliah anaknya di perguruan tinggi (6,5 %), SMU (32,5 %), SMP (25 %), SD (22,5 %), TK (7,5%).

45% pedagang umumnya baru menjalani profesi antara satu hingga tiga tahun, 55% sudah lebih dari tiga tahun. Alasan mereka memilih menjadi pedagang

kaki lima, karena sulit mencari kerja (46,5 %) dan akibat PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) atau tidak berpendidikan (8,5); 90% pedagang kaki lima tidak

menggunakan jasa tenaga kerja dalam menjalankan usahanya dan 10% menggunakan jasa orang lain. Jenis barang dagangan yang dijual pedagang kaki lima yang lebih banyak adalah makanan dan minuman siap saji serta non

makanan, yakni sama-sama sebesar 50%; 65% pedagang berjualan di tempat yang luasnya tidak lebih dari 3 meter; 75 % pedagang berjualan secara semi menetap

dan sebanyak 25% tidak menetap. 90% pedagang kaki lima di sekitar Jalan Kapten Muslim tidak memiliki izin berdagang dari pemerintah setempat atau instansi terkait.

Pelaku pedagang kaki lima ini umumnya adalah urban dan pekerjaan sebelumnya buruh tani dan petani (39,5 %). Dari jumlah itu sebanyak 69,5 %

memilih sebagai pedagang kaki lima yang menjual makanan dan minuman (kue gorengan, es durian,es cendol,warung nasi, sisanya pedagang buah-buahan (6%), pakaian jadi (5 %), sepatu dan sandal (1%), serta lain-lain (tukang kunci, jual

(22)

Dilihat dari tingkat pendidikan pedagang kaki lima di Jalan Kapten

Muslim ini juga cukup beragam, karena tidak saja dilakukan oleh yang tidak berpendidikan. Mereka adalah lulusan SD (40 %), SMP (25 %), SMA (15 %),

Perguruan Tinggi (5%) dan hanya 15 % yang tidak mencantumkan pendidikannya dalam segi lapangan yang penulis lakukan.Memang, para pedagang kaki lima di Jalan Kapten Muslim itu umumnya menempati lokasi tanpa izin, bahkan ada yang

tidak memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) Medan.Mereka di Medan awalnya menempati rumah saudaranya, kontrak selanjutnya menetap, tidak ada tempat

mereka berjualan berfungsi sebagai tempat tidur atau tempat tinggal.

Dari berbagai jenis pedagang kaki lima itu yang paling menimbulkan

kekumuhan adalah pedagang kaki lima yang menghasilkan sampah basah dari jenis pedagang yang berjualan sayur-mayur dan makanan.Akibat langsung yang dapat dilihat adalah sempit dan kusamnya wajah trotoar, disertai tumpukan

sampah yang tidak segera diangkut ke TPS (Tempat Pembuangan Sementara). Ada yang menarik, pedagang kaki lima ini di samping banyak terdapat di

pusat-pusat perbelanjaan dan perkantoran, juga menjamur di sekitar rumah sakit, kampus perguruan tinggi dan sekolah. Pedagang kaki limajenis makanan dan minuman memang lebih banyak, terutama di sekitar tempat keramaian.Misalnya,

di dekat sekolah, pertokoan, plaza, perkantoran atau ruko.

4.1.3. Kondisi Usaha Pedagang Kaki Lima

(23)

terdapat cukup banyak orang pada lokasi tersebut yang potensial menjadi

konsumen pedagang.

Ketiga lokasi sangat diminati pedagang. Pada saat jam tertentu bahkan

setiap saat dijadikan para pekerja untuk beristirahat sejenak. Karena konsumen terbesar adalah pegawai, maupun pengunjung dari rumah sakit sari mutiara maupun plaza yang terdapat di Jalan Kapten Muslim atau para pengendara yang

lewat di jalan tersebut.

Desain produk maupun gerobak atau warung tidak menampakkan

kekhususan.Gerobak dijadikan wadah bagi barang dagangan, sedangkan untuk kursi dan meja pembeli dibawa terpisah.Gerobak makanan biasanya terbuat dari

kayu maupun aluminium beroda empat yang dapat dipindah-pindahkan.

Cara penyajian makanan, minuman atau barang dilakukan dengan berbagai cara yaitu;

1. Pedagang menyediakan meja dan kursi untuk pembeli dan pembeli dapat memesan makanan maupun minuman di tempat itu dan menikmatinya.

2. Pedagang yang tidak menyediakan tempat duduk sehingga pembeli harus makan dan membawanya pulang.

Adapun beberapa jenis dagangan yang dijual oleh pedagang kaki lima

diantaranya; di wilayah plaza milenium maupun rumah sakit sari mutiara di dominasi oleh pedagang;

1. Warung makanan dan minuman yang menyajikan banyak jenis; kue ,gorengan, rujak, es.

2. Kios kecil non makanan yaitu kios atau warung kecil atau kereta dorong

(24)

3. Warung mi sop atau bakso. Sebagian besar pedagang melengkapi

dagangannya dengan air mineral kemasan botol.

4. Penjual pisang bakar dan burger. Selain kedua jenis makanan tersebut

dijual pula roti bakar dan pisang coklat. Umumnya pedagang tidak menyediakan tempat untuk duduk dan tidak menyediakan minuman juga. Sama seperti halnya penjual kue martabak.

5. Warung kopi. Warung ini menjual minuman panas dan dingin dengan bahan dasar teh dan kopi. Makanan pelengkap yang disediakan adalah mi

instan rebus/goreng atau nasi goreng dan mi goreng.

6. Warung nasi yang menjual nasi sop, nasi soto, nasi campur, nasi uduk,

bakso. Warung nasi umumnya menyediakan minuman dari buah-buahan atau juice dan sirup serta tenda dan kursi untuk para pembeli.

7. Warung aneka makanan di luar yang dijual oleh warung nasi misalnya mi

(bihun, kwetiaw) goreng, nasi goreng, pecel, rujak, sate padang.

8. Penjual es buah, es cendol, es durian, es koteng, es kelapa yang memiliki

varian rasa yang banyak, dan biasanya penjual tersebut menyediakan lokasi tempat duduk untuk menikmati minuman es yang mereka jual. Sedangkan di wilayah pasar sei sikambing di dominasi oleh para pedagang

sayuran dan buah-buahan.Biasanya mereka berjualan sayuran hanya dimulai sejak subuh hingga siang hari, tidak sampai malam hari.Penjual sayuran maupun

buah-buahan hanya memanfaatkan trotoar jalan untuk menggelar daganganya.Tidak ada gerobak dan tenda yang digunakan seadanya.

Lokasi pedagang kaki lima tersebar merata di ketiga titik tertentu. Di

(25)

buah-buahan.Untuk pedagang makanan dan minuman berada pada titik wilayah plaza

milenium dan rumah sakit sari mutiara. Pada wilayah inilah paling banyak terdapat pedagang kaki lima. Begitu banyaknya pedagang kaki lima di lokasi

tersebut sehingga trotoar jalan mereka gunakan untuk berjualan. Mereka beranggapan lokasi tersebutlah yang paling strategis untuk berjualan.Selebihnya tersebar pada wilayah yang merata.

Selain itu untuk analisis lingkungan fisik, pedagang kaki lima yang berada di sekitar rumah sakit sari mutiara, plaza milenium maupun pasar sei sikambing

jalan ini berada disalah satu jantung kota medan yang termasuk sebagai kota metropolitan. Sepanjang jalan Kapten Muslim terdapat banyak ruko-ruko usaha

dagang lainnya.Juga terdapat bengkel-bengkel dan dealer kendaraan bermotor.Disekitar pedagang terdapat kompleks pemukiman penduduk yang cukup padat.Sepanjang hari jalan ini banyak dilalui kendaraan yang lalu lalang,

karena jalan Kapten Muslim termasuk juga jalan utama yang dilalui oleh banyak kendaraan pada saat hari-hari sibuk ( hari normal bekerja).

Pedagang biasanya bebas memilih lokasi berjualan, namun harus ada pengawasan oleh organisasi pemuda setempat.Desain warung atau tenda bermacam-macam dan tidak teratur.Hanya penjual minuman es yang memiliki

keseragaman yakni di sekitar plaza milenium.Cara penyajian dagangan adalah dengan kursi dan meja pembeli, pengunjung dapat memesan makanan agar diantar

oleh pedagang.

Pelayanan oleh pedagang terbilang baik dan memadai, perlengkapan dan kinerja pedagang juga sangat sederhana bagi konsumen. Selain pelayanan barang

(26)

akan membuat kepuasaan pelanggan meningkat dan akan memunculkan loyalitas

dari konsumen.

Harga makanan dan minuman yang ditawarkan cukup bervariasi dan bisa

dikatakan cukup murah bagi konsumen. Harga yang murah sangat menentukan keberhasilan pedagang, jika harga tarif murah dibarengi dengan tingginya kualitas pelayanan dan rasa dari makanan dan minuman yang enak, maka konsumen akan

lebih tertarik untuk membelinya kembali keesokan hari.

Konsumen terbesar pedagang kaki lima di sekitar rumah sakit dan plaza

milenium adalah konsumen makanan dan minuman es dan nasi. Mereka bukan hanya para pekerja di lokasi tersebut melainkan juga konsumen yang lewat

dengan kendaraan roda dua atau empat yang kebetulan lewat di lokasi tersebut. 4.2. Penyajian Data

4.2.1. Analisis Lingkungan Usaha Pedagang Kaki Lima

Untuk menentukan suatu kebijakan dalam mengembangkan dan mempertahankan usahanya pemilik atau pengelola sangat penting mendapatkan

informasi yang akurat menyangkut manajemen lingkungan internal dan eksternal dalam mengambil keputusan yang strategis. Analisis lingkungan usaha merupakan tahap awal sebelum memulai suatu usaha ataupun kegiatan manajemen di dalam

suatu kegiatan usaha. Lingkungan usaha meliputi analisis lingkungan internal dan lingkungan eksternal perusahaan guna mendapatkan suatu strategi yang dapat

diterapkan dalam mencapai tujuan usaha yaitu mendapatkan keuntungan dari penjualan barang dan jasa.

Setiap usaha, baik yang bergerak di bidang produk ataupun jasa,

(27)

dicapai melalui upaya untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan tingkat

keuntungan atau laba.Hal ini dapat dilakukan, jika pedagang dapat mempertahankan dan meningkatkan penjualan produk atau jasa yang mereka

produksi.Dengan melakukan penerapan strategi yang akurat melalui pemanfaatan peluang dalam meningkatkan penjualan, sehingga posisi atau kedudukan usaha dapat ditingkatkan atau dipertahankan.

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi pedagang dalam meningkatkan penghasilannya.Analisis ini

didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan

kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threat).Selanjutnya, dalam datayang diperolehdari hasil penelitian yang telah dilakukan mulai dari melihat gambaran umum pedagang kaki lima di sepanjang Jalan Kapten Muslim.Serta melihat dan

mengetahui kondisi karakteristik pedagang kaki lima, strategi yang telah dilakukan oleh pedagang kaki lima dapat diketahui beberapa faktor internal dan

eksternal yang dialami oleh para pedagang. Beberapa faktor internal dan eksternal yang pentingdapat diidentifikasikan sebagai berikut :

4.2.2. Analisis Lingkungan Faktor Internal

Analisis lingkungan internal adalah mengidentifikasi apa-apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh pedagang kaki lima agar

(28)

1. Aspek Pemasaran

Aspek Pemasaran adalah kegiatan meneliti kebutuhan dan keinginan konsumen, menghasilkan barang atau jasa, menentukan harga, mempromosikan

dan mendistribusikan barang dan jasa. Atau suatu kegiatan yang mengusahakan agar produk yang dipasarkannya itu dapat diterima dan disenangi oleh pasar.

Selain itu juga pedagang ingin memberikan kepuasan kepada konsumen

atas produk yang dihasilkannya, karena kepuasan konsumen menjadi tolak ukur atas keberhasilan yang diperoleh pedagang dalam menghasilkan produk yang

berkualitas, dan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen.

Untuk mencapai pemasaran yang tepat dan efektif yang harus diterapkan

pedagang salah satunya adalah dilihat dari cara pemasarannya. Hal tersebut penting karena cara pemasaran merupakan salah satu pokok pertimbangan konsumen dalam memilih suatu produk. Jika pedagang tidak peka terhadap apa

yang dibutuhkan oleh konsumen, maka pedagang tersebut akan kehilangan banyak kesempatan untuk menjaring konsumen dan produk yang ditawarkan akan

sia-sia. Oleh karena itu diperlukan metode pemasaran yang tepat untuk menentukan keberhasilan atau tidaknya dalam memasarkan produknya. Apabila metode yang dilaksanakan tersebut mampu memasarkan produknya dengan baik,

hal ini akan berpengaruh terhadap tujuan usaha.

Aspek pemasaran dibidang baik itu usaha kecil maupun menengah sering

(29)

(product consept), konsep harga (price), konsep tempat (place), penjualan dan

promosi (selling consept).

Usaha pedagang kaki lima adalah usaha kecil yang menjalankan usahanya

dengan pemasaran seadanya bahkan tidak memikirkannya. Konsep pemasaran yang dilakukan oleh pedagang kaki lima adalah pemasaran yang dilakukan secara langsung atau proaktif kepada konsumen. Tidak ada pemasaran khusus yang

dilakukan oleh pedagang kaki lima. Sebab, mereka berasumsi tempatnya yang strategis, karena lokasi berjualan beradadisekitar pedagang terdapat kompleks

pemukiman penduduk yang cukup padat. Sepanjang hari jalan ini banyak dilalui kendaraan yang lalu lalang, karena jalan Kapten Muslim termasuk juga jalan

utama yang dilalui oleh banyak kendaraan pada saat hari-hari sibuk ( hari normal bekerja).

Produk yang dihasilkan usaha pedagang kaki lima adalah sesuai kebutuhan

pembeli. Pedagang kaki lima hanya menjual sejenis barang yang dijual. Sedangkan dari unsur harga. Harganya yang relatif murah. Mungkin harga adalah

salah satu daya tarik konsumen untuk menikmati dagangan kaki lima. Berbeda dengan membeli makanan di lokasi mall/plaza yang jauh lebih mahal.Sehingga keberadaan pedagang juga sangat dibutuhkan oleh konsumen dengan kondisi

keuangan yang pas-pasan. 2. Aspek Keuangan

Usaha pedagang kaki lima memiliki modal yang terbatas dalam mengelola usahanya dan belum menetapkan sistem manajerial keuangan secara sistematis atau standar akuntansi. Pedagang kaki lima menganggap usahanya masih usaha

(30)

atau pelanggan. Sehingga pedagang kaki lima beranggapan tidak perlunya

melakukan perencanaan, pencatatan, dan pelaporan sistem keuangan secara sistematis. Pedagang hanya melakukan perincian keuangan secara kasar tanpa

pengarsipan dan pencatatan yang tersistematis. 3. Aspek Sumber Daya Manusia

Adalah unsur orang/manusia yang melayani terutama dalam menjalankan

sebuah usaha.Sumber Daya Manusia (SDM) adalah salah satu aset usaha yang berharga walaupun dalam skala usaha kecil sebab, berkaitan masalah kepribadian,

kesetiaan dan kemampuanya.Aspek karakter ini adalah untuk melihat apakah mereka memiliki jiwa berwirausaha atau tidak, atau apa yang dilakukannya ini

lebih pada usaha ikut-ikutan karena melihat trend usaha yang berkembang pada saat itu atau memang ia benar-benar memiliki konsep serta model pemikiran berwirausaha.

Hal ini karena usaha pedagang kaki lima hanya skala kecil, semua kegiatan dikelola oleh pemilik usaha sendiri. Pedagang tidak memiliki pegawai

yang tetap dalam mengelola usaha. Semua aktivitas kegiatan produksi dijalankan secara aktif oleh pemilik pedagang langsung. Dan itu dilakukan ketika konsumen atau pembeli atau pelanggan datang membeli daganganya. Selain itu, tidak

membutuhkan soft skill tinggi. Rata-rata pedagang tidak membutuhkan keahlian untuk memasak ataupun meracik minuman, sebab makanan dan minuman tersebut

(31)

4. Aspek Produksi

Produksi adalah kegiatan yang dapat menimbulkan tambahan manfaat atau faedah baru (faedah bentuk, faedah waktu, faedah tempat).Produk adalah hasil

dari kegiatan produksi yang berupa barang dan jasa.Produsen adalah orang, badan atau lembaga-lembaga yang menghasilkan produk.Produktifitas adalah suatu perbandingan dari kegiatan yang seharusnya.

Proses produksi adalah rangkaian kegiatan pembentukan, mengubah dan menciptakan untuk meningkatkan nilai suatu barang.Proses ini oleh pedagang

kaki limadiawali dengan penyediaan bahan baku. Bahan baku yang telah dipersiapkan, kemudian diolah dengan menggunakan tenaga manusia serta mesin

dan ditambah bahan-bahan pembantu. Kegiatan ini berlanjut sampai akhirnya terbentuk barang jadi yang siap dipasarkan.

Proses produksi dilakukan oleh pedagang kaki limayang terus-menerus.

Hal ini berdasarkan pada ramalan penjualan dan bukan berdasarkan jumlah pesanan yang masuk. Proses produksi yang terus-menerus dilakukan untuk

memenuhi kebutuhan pasar, sehingga jumlah produk yang dibuat pada umumnya sesuai taksiran jumlah pembeli setiap harinya.

Jenis dan mutu produk yang akan diproduksi oleh pedagang kaki lima

adalah produk termasuk produk tidak tahan lama seperti makanan, minuman, sayuran. Dan ada pula yang tahan lama seperti bensin, pulsa, rokok dan lain-lain.

Mutu produk oleh pedagang kaki lima cukup baik dan layak. Sebab para pedagang kaki lima sangat mempertimbangkan dan memperhatikan jenis produk. Selain itu, berdekatan dengan sumber bahan baku atau dekat dengan pasar.

(32)

penjualan sehari-harinya. Sifat permintaan terhadap barang yang dijual ada yang

musiman dan ada barang dibuthkan setiap hari.

4.2.3. Analisis Lingkungan Faktor Eksternal

Analisis lingkungan eksternal mencangkup pemahaman berbagai faktor di luar usaha yang mengarah pada munculnya kesempatan bisnis / bahkan ancaman bagi pedagang. Bagi pengembangan strategik, analisis ini di butuhkan tidak hanya

terbatas pada rincian analisis kesempatan dan ancaman saja tetapi juga untuk menentukan dari mana dan untuk apa hasil analisis itu di pergunakan. Menurut

Jatmiko (2004) faktor yang terdapat dalam analisis lingkungan eksternal usaha adalah fisik, ekonomi, sosial politik/hukum, demografi.

1. Lingkungan Fisik

Lingkungan fisik merupakan lingkungan alam yang menyediakan sumber daya bagi usaha. Sebagian besar sumber daya alam menyediakan kebutuhan

usaha. Tidak terjadi kelangkaan bagi pedagang karena kesulitan mendapatkan bahan baku yang dibutuhkan. Sehingga tidak harus mencari sumber alternatif

guna kelangsungan kegiatan produksi usaha pedagang kaki lima tersebut. 2. Lingkungan Ekonomi

Hal ini berpengaruh terhadap penentuan jumlah permintaan produk dan

besarnya biaya yang di keluarkan untuk menghasilkan produk usaha. Lingkungan ekonomi dapat berpengaruh kegiatan usaha dagang. Lingkungan ekonomi

(33)

kebutuhan produksi dan dengan operasi biaya yang minim. Untuk saat ini,

ketidakpastian ekonomi membuat pedagang juga mengalami penurunan produksi. 3. Lingkungan Faktor Politik dan hukum

Faktor politik dan hukum mendefinisikan parameter-parameter hukum dan bagaimana pengaturan perusahaan harus beroperasi. Pemerintah memiliki peran aktif dan besar dalam membuat dan mengatur terutama dalam arah kebijakan

penataan pedagang kaki lima. Pedagang kaki lima sering ditertibkan oleh petugas keamanan (Pol PP). Persoalan ini memang sudah menjadi momok bagi pedagang.

Pedagang sering berhadapan dengan petugas keamanan (Pol PP) bahkan berkonflik demi mempertahankan lokasi mereka berjualan. Para petugas dalam

menjalankan tugasnya bisa melakukan dengan cara paksaaan maupun ancaman bahkan pengrusakan. Sehingga dapat membuat kerugian material bagi pedagang kaki lima.

4. Lingkungan Sosial dan Budaya

Faktor sosial budaya yang mempengaruhi suatu perusahaan adalah

kepercayaan, nilai, sikap, opini dan gaya hidup orang dilingkungan eksternal pedagang. Hal tersebut berkembang dari pengaruh kultural, ekologi, demografi, agama, pendidikan dan etnik. Jika sikap sosial berubah, berubah pulalah berbagai

jenis permintaan barang. Pembeli sebagai konsumen sering tidak percaya terhadap kebersihan makanan. Ketersediaaan lokasi pembuangan sampah sementara yang

(34)

yang sejenis dan harga yang bisa saja berbeda atau lebih murah. Jika tidak

bertahan dengan persaingan akan tersingkir.

4.3. Analisis Data

4.3.1. Analisis SWOT Pedagang Kaki Lima 4.3.1.1. Faktor Strategi Internal

1. Identifikasi Faktor Kekuatan

Kekuatan adalah suatu keunggulan kompetitif yang terjadi apabila suatu usaha pedagang mampu mengerjakan sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh

para pesaingnya. Kekuatan menggambarkan kondisi suatu usaha pedagang yang mampu untuk melakukan semua tugasnya secara baik dikarenakan semua sarana

dan prasarana sangat mencukupi. Adapaun kekuatan (strenght) pedagang kaki lima adalah sebagai berikut

1). Tempatnya yang strategis, karena lokasi berjualan beradadisekitar

pedagang terdapat kompleks pemukiman penduduk yang cukup padat. Sepanjang hari jalan ini banyak dilalui kendaraan yang lalu lalang, karena

jalan Kapten Muslim termasuk juga jalan utama yang dilalui oleh banyak kendaraan pada saat hari-hari sibuk ( hari normal bekerja).

2). Harganya yang relatif murah. Mungkin harga adalah salah satu daya

tarik konsumen untuk menikmati dagangan kaki lima. Berbeda dengan membeli makanan di lokasi plaza yang jauh lebih mahal. Sehingga

keberadaan pedagang juga sangat dibutuhkan oleh konsumen dengan kondisi keuangan yang pas-pasan

3). Banyak dijumpai berbagai macam makanan. Hampir kebutuhan untuk

(35)

pekerja yang berada di sekitar pedagang kaki lima tidak kerepotan untuk

memilih makanan yang akan dibeli.

4). Buka sejak pagi haridan tutup menjelang malam hari.Sebenarnya tidak

ada jadwal khusus untuk berjualan.Bisa dikatakan jadwal berdagang tergantung oleh kesiapan pedagang untuk memulai usahanya.

5). Biaya sewa lokasi relatif murah bahkan bisa gratis.Untuk hal ini

memang tidak ada harga tetap untuk menggunakan jasa lokasi berjualan.Pedagang hanya cukup membayar uang preman atau membayar

sewa kepada pemilik tanah atau halaman rumah/toko yang mereka gunakan.Dan biasanya tidak terlalu mahal.

6). Modal awal tidak terlalu besar. Kondisi inilah yang secara tidak langsung membuat pedagang kaki lima sangat mudah untuk memulai usahanya. Cukup dengan biaya yang tidak terlalu besar, pedagang sudah

bisa memulai usahanya.

7). Tidak membutuhkan soft skill tinggi. Rata-rata pedagang tidak

membutuhkan keahlian untuk memasak ataupun meracik minuman, sebab makanan dan minuman tersebut bisa dikatakan makanan yang sudah setengah jadi, sehingga dapat diolah dengan pengalaman saja

8). Ketersediaan bahan baku yang mudah. Untuk membeli bahan baku, pedagang tidak terlalu kesulitan. Banyak toko atau grosir yang menjual

peralatan dan bahan baku makanan dan minuman yang tidak jauh pula dari lokasi mereka berjualan.

9). Peralatan produksi bisa dengan alat sederhana.Tidak ada desain khusus

(36)

meja kursi seadanya untuk para pembeli.Alat-alat yang digunakan juga

biasanya dibawa oleh masing-masing pedagang yang biasanya mereka gunakan saat dirumah.

2. Identifikasi Faktor Kelemahan (weaknesses)

Kelemahan oleh pedagang kaki lima adalah faktor internal negatif yang menghambat kemampuan pedagang dalam mencapai tujuannya. Dari defenisi

tersebut menunjukkan bahwa dituntut untuk dapat meminimalisirkan kelemahan yang dimiliki oleh pedagang. Dengan kata lain, pedagang harus mampu

mengidentifikasikan kelemahan sedini mungkin agar dapat meminimalkan kelemahan tersebut dan memaksimalkan kekuatan yang dimilikinya. Faktor

kelemahan pada pedagang kaki lima adalah sebagai berikut:

1). Tergantung pada cuaca. Bila siang hari suhu udara sangat panas. Bila hujan, lokasi berjualan basah dan becek atau terkadang banjir. Kondisi ini

yang terkadang menyurutkan niat konsumen untuk membeli

2). Kebersihan kurang terjaga. Sisa penjualan yang dibuang disamping

atau dibelakang kios mengakibatkan tumpukan sampah berbau. Dinas kebersihan lebih sering terlambat mengangkut sampah walaupun sudah membayar retribusi sampah setiap bulanya.

3). Meja dan bangku sangat terbatas. Akibatnya jumlah konsumen juga terbatas. Kondisi ini bukan disengaja, namun karena memang luas kios

yang hanya sekitar1-3 meter saja, hanya cukup untuk satu steling atau gerobak dan 1-2 kursi dan meja.

4). Banyaknya pengamen/uang preman yang membuat para pengunjung

(37)

kondisi warung atau kios, namun bisa datang dari luar. Seperti halnya

pengamen yang bisa membuat kenyamanan pembeli merasa risih dan terganggu. Walaupun pengamen tidak melakukan onar di lokasi berjualan

para pedagang kaki lima tersebut.

5). Keuangan maupun modal usaha yang dimiliki terbatas. Omzet yang dihasilkan masih terbilang minim. Fokus penghasilan dari berjualan hanya

digunakan untuk kehidupan sehari-hari, bukan untuk investasi usaha lebih besar.

4.3.1.2. Faktor Strategi Eksternal

1. Identifikasi Faktor Peluang (Opportunities)

Peluang adalah kondisi dalam lingkungan umum yang dapat membantu suatu usaha pedagang mencapai daya saing yang strategis. Peluang adalah bagian dari analisis lingkungan eksternal pedagang yang membantudalam mencari dan

mengetahui apa saja yang menjadi peluang dan kesempatan bagi pedagang dalam menjalankan bisnisnya sehingga pedagang tersebut dapat meraih pangsa pasar

dengan keuntungan yang lebih besar. Faktor peluang usaha pedagang kaki lima adalah sebagai berikut:

1. Memberikan peluang usaha untuk banyak orang. Bagi yang tidak memiliki

pendidikan yang tinggi, usaha memang jalan alternatif. Sekaligus hanya dengan modal yang tidak terlalu besar.

2. Dapat membuat tempat usaha yang lebih besar. Dengan modal sedikit dan pendapatan yang besar memberikan peluang untuk mengembangkan usaha yang lebih besar lagi jika mampu memanajemen usaha dengan baik dan

(38)

3. Mendapatkan banyak keuntungan. Tempat yang strategis dan biaya

produksi yang minim akan berdampak pada pendapatan usaha yang dijalankan. Kondisi tersebut akan sejalan apabila usaha yang dijalankan

memiliki keunikan dan keunggulan yang ditawarkan oleh konsumen. 4. Mempunyai pelanggan yang banyak karna tempat yang strategis. Target

konsumen bukan hanya pekerja, warga sekitar. Namun, lebih jauh

memiliki pelanggan yang berasal dari ramainya pengendara motor maupun mobil yang melintas jalan Kapten Muslim

5. Membuat usaha makanan yang lain. Di dalam satu tenda atau kios bisa menjual beberapa varian usaha. Misalnya menjual makanan sekaligus

minumanya.

6. Tingkat permintaan barang tinggi. Setiap orang pasti membutuhkan makanan dan minuman setiap hari. Kondisi inilah yang membuat usaha

makanan dan minuman tetap bertahan. Sama sepertinya usaha pedagang kaki lima yang lain. Penjual pulsa, sayuran, kue, sayuran dan buah-buahan

yang senantiasa selalu dibutuhkan oleh konsumen setiap harinya. 2. Identifikasi Faktor Ancaman (Threats)

Ancaman adalah kondisi dalam lingkungan umum yang dapat

menghambat usaha-usaha pedagang untuk mencapai daya saing. Setiap pedagang pasti akan menghindari ancaman yang ada, karena ancaman merupakan hal yang

dapat merugikan usaha. Ancaman dalam bisnis tidak dapat dihilangkan dan juga dihindari. Ancaman hanya dapat diminimalisirkan dengan kekuatan yang dimiliki oleh pedagang. Faktor-faktor ancaman usaha pedagang kaki lima adalah sebagai

(39)

1. Sering terjadi pungutan liar. Pedagang juga tidak bisa berbuat apa-apa ketika sejumlah preman sekali-kali meminta uang. Dengan alibi bahwa

untuk menjaga keamanan setempat.

2. Banyaknya pesaing (kompetitor). Usaha pedagang banyak yang sejenis dan harga yang bisa saja berbeda atau lebih murah. Jika tidak bertahan

dengan persaingan akan tersingkir.

3. Sering ditertibkan oleh petugas keamanan (Pol PP). Persoalan ini memang

sudah menjadi momok bagi pedagang. Pedagang sering berhadapan dengan petugas keamanan (Pol PP) bahkan berkonflik demi

mempertahankan lokasi mereka berjualan. Para petugas dalam menjalankan tugasnya bisa melakukan dengan cara paksaaan maupun ancaman bahkan pengrusakan. Sehingga dapat membuat kerugian material

bagi pedagang kaki lima.

4. Konsumen sering tidak percaya terhadap kebersihan makanan.

Ketersediaaan lokasi pembuangan sampah sementara yang sangat minim bahkan dibilang tidak ada menjadikan lokasi usaha terlihat kumuh dan jelek. Yang akhirnya mengakibatkan kesan usaha yang dijalankan jauh

dari bersih dan nyaman.

5. Bila terjadi hujan lebat,rawan pohon tumbang ataupun banjir. Banjir dan

panas suatu hal yang tidak bisa diduga. Persoalannya adalah bagaimana menghadapinya. Sebab usaha yang dijalankan berada pada lokasi badan jalan tepatnya di atas trotoar atau parit yang diberi papan sebagai

(40)

genangan air di lokasi usaha. Begitu juga kalau cuaca panas, aroma parit

akan terasa bauk karena air parit tidak mengalir.

6. Tidak stabilnya harga bahan baku. Krisis ekonomi yang berdampak

kenaikan kurs rupiah mengakibatkan sejumlah bahan baku pun menjadi naik. Sehingga biaya produksi menjadi meningkat pula. Sementara para konsumen lebih mencari produk yang dijual berharga murah dan enak.

Dilematis memang bagi pedagang. Kenaikan harga yang dilakukan oleh para pedagang terhadap dagangannya terkadang juga tidak terlalu tinggi

7. Adanya pesaing dari jenis dagangan yang sama dengan inovasi baru 4.3.2. Matriks SWOT Sebagai Alat Analisis

Analisis ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi pedagang dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.kombinasi tersebut menghasilkan empat strategi

yaitu strategi SO (strengths-opportunity), strategi WO (weaknesses-opportunity), strategi ST (strengths-threats) dan strategi WT (weaknesses-threats).

Strategi SO menggunakan kekuatan internaluntuk memanfaatkan peluang eksternal. Ini adalah posisi pedagang yang sangat baik, dimana semua pedagang akan mengarahkan usahanya menuju ke kondisi yang memungkinkan mereka

untuk menerapkan strategi SO, setelah sebelumnya menggunakan strategi WO, ST dan WT.Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan

memanfaatkan peluang eksternal. Terkadang pedagang memiliki peluang yang baik, namun karena kelemahan yang dimilikinya, dia tidak dapatmemanfaatkan peluang tersebut menjadi sebuah keuntungan. Misalanya, terdapat permintaan

(41)

untuk memproduksimaka perusahaan menjalin joint venture atau kerjasama

dengan pedagang lainnya dalam memproduksi, joint venture tadi adalah bentuk penerapaan strategi WO ini.

Strategi ST menggunakan kekuatan pedagang untuk menghindari atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal. Pedagang pesaing yang meniru ide, inovasi, dan produk yang dipatenkan adalah ancaman utama di banyak

pedagang.Hal ini masih menjadi masalah utama pedagang.Strategi WT adalah taktik defensif yang diarahkan pada pengurangan kelemahan internal dan

menghindari ancaman eksternal. Sebuah organisasi menghadapi berbagai ancaman eksternal dan kelemahan internal akan berada pada posisi yang tidak

aman. Kenyataannya, perusahaan seperti itu mungkin harus berusaha bertahan hidup, bergabung, mengurangi ukuran, mendeklarasikan kebangkrutan.

1. Strategi Strength-Opportunity

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran pedagang dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang yang

sebesar-besarnya.

a. Peningkatan kapasitas produksi

Peningkatan kapasitas produksi perlu dilakukan agar usaha tidak mengecawakan konsumen dan proses pendidiran usaha juga tidak menjadi

proses yang rumit. Untuk itu, setiap usaha dagang perlu menjual barang lainnya dengan tidak menghilangkan dagangan utama.

(42)

Penerapan harga merupakan strategi salah satu dari pemilik dagangan

dalam menerapkan strategi bersaingnya. Terjadi harga yang bersaing pada usaha-usaha yang sejenis di lokasi penelitian. Dimana warung/kios yang

menerapkan harga lebih murah, memiliki pelanggan lebih banyak dibandingkan yang lainnya. Terutama oleh pembeli tetap seperti para pekerja di plaza milenium maupun rumah sakit sari mutiara.

c. Penyediaan barang dagangan sesuai kebutuhan konsumen

Sama seperti kebutuhan akan pakaian yang digunakan setiap hari atau

mengikuti perkembangan zaman, kebutuhan makanan dan barang lain juga demikian. Oleh karena itu, pedagang perlu menyediakan dan menjual yang

mengikuti perkembangan selera konsumen. d. Perluasan pangsa pasar

Dari gambaran umum letak usaha dagang ada beberapa pedagang yang

posisinya saling berdekatan. Dengan analisis strategi pemasaran yang baik maka sebaiknya pangsa pasar dapat dilakukan dengan membuka usaha baru atau

mendesain lokasi dan gerobak menjadi lebih menarik dan baik. Tentunya dengan strategi perencanaan yang matang sehingga tercipta kesan usaha yang berbeda dari yang lain.

e. Memberikan kenyamanan pada pembeli

Kenyamanan pembeli memang kunci dari usaha. Kondisi ini untuk memperkuat

eksistensi usaha agar pembeli mau kembali untuk membeli. Sehingga kenyamanan dan layanan merupakan hal yang penting dalam berdagang.

(43)

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara

meminimalkan kelemahan yang ada;

a. Pengelolaan Keuangan Yang Lebih Baik

Sekalipun usaha ini adalah merupakan usaha kecil, namun perlu diperhatikan laporan keuangan dari usaha ini. Sehingga dapat dibuat rencana keuangan dan keuntungannya dapat lebih jelas dihitung. Tujuan dari rencana

keuangan meringkaskan secara terperinci tentang biaya-biaya pengembangan usaha, dan memproyeksikan kebutuhan biaya pokok dalam rumah tangga

b. Meningkatkan Efisiensi Biaya

Para pedagang usaha ini menggunakan modal yang berasal dari dana

sendiri. Dimana dana itu sendiri sangat terbatas jumlahnya, sedang mereka tidak familiar dengan lembaga keuangan atau kredit di bank. Maka untuk itu, perlu mengintensifkan dan pengefisienkan biaya karena untuk modal awal saja mereka

mengeluarkan dana yang sangat berat dan sulit. Walaupun dana yang dibutuhkan kecil namun itu tetap sulit bagi pedagang.

c. Fasilitas Kios/Gerobak Yang Menarik dan Layak

Pandangan pertama memang berlaku untuk usaha. Sehingga pedagang harus membuat orang tertarik untuk menghampiri dagangan kita. Dengan tampilan yang

menarik dengan kesan yang bersih, konsumen akan otomatis tertarik untuk membeli dan melihat usaha yang dijual.

3. Strategi Strength-Threat

Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman yang ada;

(44)

Daya saing sangatlah penting dalam keberhasilan usaha. Usaha kecil

memiliki daya saing bila pelanggannya memperoleh kesan bahwa produk atau dagangannya lebih baik daripada usaha pesaing lainnya. Dengan persaingan yang

semakin kompleks dalam jumlah unit dagangan yang sejenis, para pedagang harus mampu memiliki strategi tersendiri untuk meraih pasar pembeli. Namun, strategi yang dimiliki usaha tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang ditetapkan

oleh dinas kesehatan. Hal ini untuk menghindari kecurangan yang bisa membahayakan konsumen.

b. Pemusatan Pada Produk Barang dan Kepuasan Pelanggan

Banyak hal yang membuat usaha kaki lima menjadi kurang menarik bagi

konsumen, terbilang kumuh dan jorok. Hal ini membuat kurangnya kesetiaan pembeli untuk selalu membeli di tempat usaha mereka. Mereka harus menyadari bahwa segala sesuatu yang ada dalam usaha dagang, termasuk usaha itu sendiri

bergantung kepada kepuasan pelanggan. Pedagang harus selalu berupaya menemukan hal-hal yang dapat memuaskan kebutuhan konsumen, dan yang

terpenting dengan memberikan kenyamanan dan layanan yang baik kepada pembeli.

c. Mempertahankan Ciri Khas Produk

Dengan strategi ini, cita rasa produk dan kualitas yang terjamin akan tetap mampu bersaing dengan produk lain. Konsumen lebih senang untuk membeli dan

merasakan hal-hal yang unik dan baru. Maka tidak ada salahnya pedagang selalu berimprovisasi dengan kreatif.

d. Memperbaiki Lokasi Dagang Menjadi Lebih Baik

(45)

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha

meminimalkan kelemahan yang ada, serta menghindari ancaman. a. Perhatikan Kebersihan dan Kenyamanan

Kebersihan dan kenyamanan adalah hal utama dan menentukan dalam usaha dagang. Maka pedagang harus menaikkan tingkat kenyamanan dan kebersihan usahanya. Hal ini untuk mendapatkan kesan baik dan mengenai

kepuasan pembeli.

b. Membeli Bahan Baku Termurah dan Berkualitas

Membeli bahan baku murah oleh pedagang bukanlah hal mudah jika kita tidak mengetahui lokasi distributornya. Padahal membeli yang murah untuk

meminimalkan pengeluaran saat produksi. Oleh karena itu pedagang harus jeli untuk mengetahui distributor yang menjual bahan baku dengan harga lebih murah, namun dengan kualitas yang baik. Dengan demikian pedagang dapat memperoleh

keuntungan yang lebih besar dengan pengeluaran minim. c. Barang Dagang Baik dan Murah

Memberikan produk yang baik dan murah bahkan dengan inovasi yang baru. Ide kreatifitas memang dituntut untuk menghadapi pesaing lain. Sehingga tidak menimbulkan kesan monoton dari usaha yang diperdagangkan. Tidak harus

mahal, kesan yang baik dan murah dari kemasan dagang akan menimbulakn ketertarikan konsumen untuk membelinya.

d. Inovasi Baru

Strategi untuk menghadapi kelemahan juga termasuk menciptakan inovasi dalam pengemasan produk, penambahan jenis produk jual agar memiliki daya

(46)

Tabel4.1: Matrik Analisis SWOT

Opportunity (O) Peluang Strategi SO Strategi WO

1. Memberikan

Treath (T)/Ancaman Strategi ST Strategi WT

(47)

oleh petugas

Hasil yang diperoleh dalam pengolahan data, selanjutnya akan dianalisis

untuk menentukan strategi yang harus dilakukan. Dari pengolahan data diperoleh matriks SWOT yang menunjukkan gambaran keseluruhan dari kondisi internal dan eksternal. Matriks SWOT tersebut yang akan dijadikan pedoman

dalammenentukan setiap strategi yang harus dilakukan.

4.3.3.1. Deskripsi Analisis Matriks SWOT

Matriks SWOT yang diperoleh dari pengolahan data menunjukkan hasil yang tergambarkan secara menyeluruh. Gambaran ini selanjutnya akan menunjukkan setiap strategi yang kemungkinan dapat dilakukan oleh pihak

(48)

1. Analisis Faktor Kekuatan a. Reputasi Pedagang

Reputasi pedagang selama ini sudah mulai baik. Walaupun masih terbilang

kumuh, pedagang selalu menjaga kualitas dan harga dagangan agar tetap terjangkau. Selain itu pedagang juga selalu berusaha memenuhi permintaan konsumen dengan baik. Hal ini yang menjadikan kekuatan perusahaan sehingga

kecenderungan konsumen untuk berpindah sangat kecil.

b. Keputusan Pembeli

Pembeli dari produk yang dihasilkan oleh pedagangberasaldari berbagai kalangan, baik kalangan menengah ke bawah maupun menengahkeatas karena

pedagang menjual berbagai kebutuhan pokok orang banyak dengan harga yang terjangkau. Kepercayaan pembeli terhadap produk yang dihasilkan dan dijual cukup tinggi. Sampai saat ini pedagang belum pernahmenerima komplain dari

konsumen mengenai produk yang dijual. Selain itu,dari pihak konsumen juga merasa puas dengan produk yang dihasilkan oleh pedagang

c. Kualitas produk

Selama ini pedagang selalu menjaga kualitas produknyadengan cara memproduksi makanan dan minuman tidak menggunakan borak atau zat kimia

yang berbahaya bagi tubuh. Hal itu dapat menghindari resikokerugian bagi pedagang jika ketahuan menggunakan bahan zat kimia berbahaya.

d. Keahlian Yang Cakap Dan Pengalaman

Rata-rata pedagang sudah menjalankan produksinya selama 1-3 tahun. Dengan pengalaman selam itu, pedagang sudah menghadapi berbagai macam

(49)

merupakan mata pencaharian utama sehingga keseriusan sangat diutamakan baik

dari pengalamannya sendiri maupun informasi dari orang sekitar. Banyaknya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki pemilik usaha merupakan kekuatan

yang dimiliki pedagang untuk dapat mengantisipasi perubahan yangterjadi di lingkungan usaha.

e. Kecil Resiko

Pedagang mempunyai pengalaman yang cukup lama dalam proses pembuatan makanan dan minuman. Selain itu proses pembuatan makanan dan

minuman atau barang dagangan lainnya sangat sederhana dan tidak rumit, sehingga resiko kegagalan dalam produksi sangat kecil atau hampir tidak ada.

Kecilnya resiko kegagalan dalam produksi dapat mengurangi resiko kerugian. 2. Analisis Faktor Kelemahan

a. Perhatikan Kebersihan dan kenyaman

Usaha dagang kaki lima sangat membutuhkan inovasi dalam pengemasan produk, penambahan jenis produk agar memiliki daya tarik yang tinggi.

Mengadakan kerja sama dengan pedagang lain di luar wilayah agar proses pendistribusian lebih luas. Memberikan produk barang yang baik dan murah bahkan dengan inovasi yang baru. Bahkan menciptakan inovasi dalam

pengemasan produk, penambahan jenis produk agar memiliki daya tarik yang tinggi.

3. Analisis Faktor Peluang a. Perbaikan produktivitas

Adanya teknologi yang semakin berkembang dewasa ini dapat

(50)

meningkatkan kualitas produk dan kehandalan dalam memenuhi

kebutuhankonsumen.

b. Perkembangan Teknologi

Perkembangan teknologi yang terus mengalami kemajuan membawa dampak yang cukup besar pada perkembangan usaha. Kemajuan teknologi dapat meningkatkan perkembangan usaha. Perkembangan teknologiinformasi dan

komunikasi juga sangat berpengaruh pada perkembangan usaha Adanya teknologi internet membawa kemudahan bagi pedagang dalam mengembangkan usahanya.

Persaingan dunia usaha yang cukup tinggi membuat beberapa pedagang menggunakan fasilitas internet sebagaimedia promosi untuk meningkatkan

volume penjualan.

c. Posisi Produk Dalam Pandangan Pembeli

Pedagang kaki lima biasanya mempunyai pelanggan tetap dan tidak tetap

yaitu dari para pekerja disekitar kios dan dari masyarakat yang melintas. Pedagang yang memiliki konsumen tetap yang biasanya langsung datang ke lokasi

jualan untuk membeli. Kapasitas produksi dagangan yang cukup besarmempunyai peluang untukmeningkatkan jumlah konsumen dengan mengadakan kerjasama dengan kios lain di sekitar.Kepercayaan pembeli terhadap produk yang dihasilkan

pedagang cukup tinggi. Sampai saat ini pedagang belum pernah menerimakomplain dari pembeli mengenai produk yang dijual. Karena pembeli

(51)

4. Analisis Faktor Ancaman

a. Kenaikan nilai tukar mata uang asing

Kenaikan nilai tukar mata uang asing akhir-akhir ini sangat fluktuatif. Hal

ini dapat mempengaruhi kegiatan produksi pedagang. Kenaikan nilai tukar mata uang asing dapat berpengaruh juga pada kenaikan harga bahan baku produksi. Ini disebabkan pada waktu harga bahan baku naik, kapasitas produksi menurun dan

harga jual meningkat. Padahal disatu sisi konsumen menuntut harga rendah. Kenaikan nilai tukar mata uang asing dapat menjadi ancaman tersendiri bagi

pedagang dalam mempetahankan loyalitas konsumen. b. Perubahan Gaya Hidup Masyarakat

Kondisi sosial masyarakat terus mengalami perkembangan dan cenderung berubah-ubah. Pada masa sekarang ini gaya hidup masyarakat yang serba cepat menuntut konsumsi produk yang cepat saji dan instan, bersih, enak dan murah.

Pedagang harus mampu melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap tuntutan sosial yang selalu berubah. Produk yang dijual pedagang merupakan produk yang

dapat langsung dikonsumsi sehingga gaya hidup masyarakat yang serba cepat dan instan dapat menjadi peluang pedagang untuk terus meningkatkan penjualan usahanya.

c. Pangsa Pasar Pesaing

Pedagang yang menghasilkan dan memasarkan produk sejenis semakin

banyak, hal ini terjadi karena pergeseran dalam hal perilaku konsumen, serta peningkatan kemampuan ekonomi pelanggan yang mengubah orientasi mereka dari harga ke kualitas produk dan pelayanan. Ini yang menjadi ancaman bagi

Gambar

Tabel4.1: Matrik Analisis SWOT
Tabel 2.1: Diagnosis SWOT
Tabel 2.2: Matriks SWOT
Gambar 2.1: Ilustrasi Analisis SWOT

Referensi

Dokumen terkait

Informan yang bereaksi menerima Kinerja Sat Pol PP Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam penertiban Pedagang Kaki Lima beralasan bahwa penertiban yang dilakukan

Informan yang bereaksi menerima Kinerja Sat Pol PP Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam penertiban Pedagang Kaki Lima beralasan bahwa penertiban yang dilakukan

REAKSI PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP KINERJA SAT POL PP PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM PENERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA. (Stdudi di Pasar Bambu Kuning

Keberadaan Pedagang Kaki Lima di Jalan Kokrosono dan Jalan Kartini Timur merupakan suatu fenomena kegiatan perekonomian rakyat kecil. Kehadiran Pedagang Kaki Lima menimbulkan

Dalam penelitian ini yang menjadi batasan masalah adalah: karakteristik pedagang kaki lima dilihat dari pendidikan, suku, tempat tinggal dan karakteristik usaha pedagang

Dari lokasi yang telah ditentukan oleh Pemerintah Kota Surabaya, kawasan Taman Bungkul Surabaya merupakan lokasi yang tepat sebagai lokasi Pedagang Kaki Lima karena

PENGARUH KEBERADAAN PEDAGANG KAKI LIMA TERHADAP KENYAMANAN JALUR PEJALAN KAKI (Studi Kasus : Jalan Iskandar Muda Medan, Kecamatan Medan

Pedagang Kaki Lima Terhadap Kenyamanan Jalur Pejalan kaki ( Studi Kasus: Jalan Iskandar Muda Medan, Kecamatan Medan Baru )“ yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan