• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kegiatan Usaha Pedagang Kaki Lima Dengan Metode SWOT (Studi Pada Pedagang Kaki Lima Jalan Kapten Muslim Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kegiatan Usaha Pedagang Kaki Lima Dengan Metode SWOT (Studi Pada Pedagang Kaki Lima Jalan Kapten Muslim Kota Medan)"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEGIATAN USAHA PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN METODE SWOT

(STUDI PADA PEDAGANG KAKI LIMA JALAN KAPTEN MUSLIM KOTA MEDAN)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Pada Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara

Disusun Oleh : M.FEBRI UTOMO 090907048

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNVERSITAS

SUMATRA UTARA MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS

HALAMAN PERSETUJUAN

Hasil skripsi ini telah di setujui untuk dipertahankan dan di perbanyak oleh:

Nama : M. FEBRI UTOMO

Nim : 090907048

Program studi : Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis

Judul : Analisis Kegiatan Usaha Pedagang Kaki Lima Dengan Metode SWOT (Studi Pada Pedagang Kaki Lima Jalan Kapten Muslim Kota Medan)

Medan, November 2015

Dosen Pembimbing

Ketua Program Studi

M.Arifin Nasution, S.Sos, M.SP Prof. Dr. Marlon Sihombing,M.A NIP: 197970052005077002 NIP: 195908161986011001

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara oleh:

Nama : M. FEBRI UTOMO

Nim : 090907048

Program studi : Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis

Judul : Analisis Kegiatan Usaha Pedagang Kaki Lima Dengan Metode

SWOT (Studi Pada Pedagang Kaki Lima Jalan Kapten Muslim Kota Medan)

Yang dilaksanakan pada :

Hari :

Tanggal :

Waktu :

Panitia Penguji

Ketua Prodi : Prof. Dr. Marlon Sihombing, M.A ( ) NIP : 195908161986011001

Dosen : M.Arifin Nasution, S.Sos, M.SP ( )

Pembimbing

NIP : 197970052005077002

Dosen Penguji : ( )

(4)

ABSTRAK

ANALISIS KEGIATAN USAHA PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN METODE SWOT

(STUDI PADA PEDAGANG KAKI LIMA JALAN KAPTEN MUSLIM KOTA MEDAN)

Nama : M. Febri Utomo Nim : 090907048

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen : Administrasi Niaga/Bisnis Pembimbing : Arifin Nasution, S.Sos, M.SP

Penelitian ini mengkaji dan menganalisis kegiatan usaha pedagang kaki lima dengan metode SWOT. Kajian penelitian ini dilatarbelakangi dari persoalan bahwa pedagang kaki lima, kini telah menjadi fenomena sosial di setiap kota besar dan menjadi persoalan dilematis. Di satu sisi pemerintah Kota Medan membutuhkan tata kota yang indah, bersih, tertib, disisi lain pemerintah juga memiliki tanggung jawab atas warganya dalam persoalan kesejahteraan melalui terbukanya lapangan kerja. Oleh karena itu, dengan berbagai dinamika dan persoalan, pedagang kaki lima harus dapat menyusun strategi dan langkah-langkah yang kongkrit dan tepat untuk menghadapi tantangan dan mampu berkompetisi agar dapat bertahan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor – faktor kekuatan dan kelemahan (lingkungan internal) serta, peluang dan ancaman (lingkungan eksternal) para pedagang kaki lima dalam memformulasikan strategi usaha dalam meningkatkan keuntungan para pedagang kaki lima. Baik dari analisis faktor produk, faktor harga, faktor lokasi, maupun faktor kenyamanan dalam pelayanan terhadap pelanggan yang diberikan oleh pedagang kaki lima.

Untuk menjawab persoalan penelitian, metode yang digunakan adalah menggunakan analisa data kualitatif berbentuk deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa saat ini pedagang kaki lima setidaknya masih mampu bersaing dan bertahan dengan kondisi apa pun. Pedagang memiliki kemampuan untuk merubah potensi menjadi suatu prestasi dan kineja yang lebih baik. Sehingga arah tujuan usaha yang tepat untuk dilaksanakan adalah dengan meningkatkan dan memperbesar usaha. Dalam berbagai persoalan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki sekaligus untuk memperluas peran serta memanfaatkan berbagai peluang yang ada. Berdasarkan analisis bahwa strategi yang tepat bagi pedagang kaki lima adalah meningkatkan kapasitas produksi secara ekonomis dengan mutu yang baik serta kenyamanan bagi pembeli.

(5)

ABSTRACT

THE ANALYSIS OF ACTIVITY OF STREET VENDORS BY SWOT METHOD

(STUDY ON STREET VENDORS IN JALAN KAPTEN MUSLIM MEDAN)

Name : M. F ebri Utomo Reg. No. (Nim) : 090907048

F aculty : Social and Politic Science

Departement : Commerce/business Administration Counselor : Arifin Nasution, S.Sos, M.SP

This research studies and analyzes the business activity of street vendors with SWOT method. This study based on the problem that the street vendor is a social phenomenon in each big city and as dilemmatic issue. In one hand, the government of Medan city requires a nice, tidiness, orderly rural layout and in one hand, the government has responsibility to its citizen for prosperity by the availability of work field. Therefore, with various dynamic a nd problem, the street vendors must have strategy and take concrete steps to face the challenges and have competitive for survive.

The objective of this research is to study factors of strength and weakness (internal environtment) and opportunity and threat (external environment) of the street vendors in order to formulate the business strategy in order to increase their profit, either analysis of product, price, location and confort factors in serve the customer.

In order to answer the research problem, the applied method is quantitative data analysis in descriptive study. The data was collected by observation and interview.

The research indicates that the street vendors must able for complete and survive in any conditions. The vendor must have capability to change the potency to be good performance and achievement, so the right direction of efforts is sued to increase and develop the business in any problem with capability to increase the role and using of available opportunity. Based on analysis indicates that the right strategy for street vendor is to increase production capacity economically with a high quality and confort for the customer.

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji, hormat serta syukur penulis persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, rahmat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyusun skripsi dengan judul “Analisis Kegiatan Usaha Pedagang Kaki Lima Dengan Metode Swot (Studi Pada Pedagang Kaki Lima Jalan Kapten Muslim Kota Medan)”. Penulisan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Bisnis pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Universitas Sumatra Utara.

Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang sangat luar biasa yaitu Bapak dan Ibu yang selalu setia mendukung, memotivasi, mendoakan dan member semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari tanpa bimbingan dan dukungan dari kedua orang tua, penulis tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Penulisan skripsi ini juga tidak lepas dari adanya campur tangan pihak lain yang dengan tulus ikhlas dan rela mengorbankan waktu dan pikiran untuk

membimbing penulis. Pada kesempatan ini pula dengan setulus hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA selaku ketua Program Studi Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan Selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak membantu penulis selama proses perkuliahan.

(7)

4. Bapak selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, pikiran, serta memberikan petunjuk, pengarahan, dan bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 5. Ibu Siswati Saragi, S.Sos, M.sp, selaku administrator Program Studi Ilmu

Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara Medan yang telah banyak membantu penulis selama kuliah dalam menyelesaikan keperluan surat-menyurat, serta memberikan motivasi dan masukan yang luar biasa selama menjalani perkuliahan.

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara Medan tanpa terkecuali yang telah banyak memberikan ilmu, motivasi, masukan serta bimbingan untuk kehidupan yang lebih baik. 7. Pedagang Kaki Lima Jalan Kapten Muslim Medan, Bapak, Ibu yang telah

memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian membantu penulis mengumpulkan data-data yang di perlukan dalam penelitian ini. 8. Para Sahabat Black District dan Keluarga penulis yang selalu mendukung,

menyemangati dan mendoakan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

9. Orang-orang di sekeliling penulis, yang selalu mendukung, mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini. 10.Teman-teman di saat masa perkuliahan mengerjakan tugas dan berbagi

cerita.

11.Seluruh teman-teman mahasiswa Administrasi Niaga/Bisnis lainnya yang tidak dapat di sebutkan satu persatu, khususnya angkatan 2009 kelas B yang telah saling mendukung, memotivasi dan mendoakan satu sama lain. Terima Kasih atas kebersamaannya selama perkuliahan ini.

(8)

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Untuk itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran untuk menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan menjadi bahan masukan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, November 2015 Penulis

M.Febri Utomo 090907048

(9)
(10)
(11)

DAFTAR TABEL

(12)

DAFTAR GAMBAR

(13)

ABSTRAK

ANALISIS KEGIATAN USAHA PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN METODE SWOT

(STUDI PADA PEDAGANG KAKI LIMA JALAN KAPTEN MUSLIM KOTA MEDAN)

Nama : M. Febri Utomo Nim : 090907048

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen : Administrasi Niaga/Bisnis Pembimbing : Arifin Nasution, S.Sos, M.SP

Penelitian ini mengkaji dan menganalisis kegiatan usaha pedagang kaki lima dengan metode SWOT. Kajian penelitian ini dilatarbelakangi dari persoalan bahwa pedagang kaki lima, kini telah menjadi fenomena sosial di setiap kota besar dan menjadi persoalan dilematis. Di satu sisi pemerintah Kota Medan membutuhkan tata kota yang indah, bersih, tertib, disisi lain pemerintah juga memiliki tanggung jawab atas warganya dalam persoalan kesejahteraan melalui terbukanya lapangan kerja. Oleh karena itu, dengan berbagai dinamika dan persoalan, pedagang kaki lima harus dapat menyusun strategi dan langkah-langkah yang kongkrit dan tepat untuk menghadapi tantangan dan mampu berkompetisi agar dapat bertahan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor – faktor kekuatan dan kelemahan (lingkungan internal) serta, peluang dan ancaman (lingkungan eksternal) para pedagang kaki lima dalam memformulasikan strategi usaha dalam meningkatkan keuntungan para pedagang kaki lima. Baik dari analisis faktor produk, faktor harga, faktor lokasi, maupun faktor kenyamanan dalam pelayanan terhadap pelanggan yang diberikan oleh pedagang kaki lima.

Untuk menjawab persoalan penelitian, metode yang digunakan adalah menggunakan analisa data kualitatif berbentuk deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa saat ini pedagang kaki lima setidaknya masih mampu bersaing dan bertahan dengan kondisi apa pun. Pedagang memiliki kemampuan untuk merubah potensi menjadi suatu prestasi dan kineja yang lebih baik. Sehingga arah tujuan usaha yang tepat untuk dilaksanakan adalah dengan meningkatkan dan memperbesar usaha. Dalam berbagai persoalan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki sekaligus untuk memperluas peran serta memanfaatkan berbagai peluang yang ada. Berdasarkan analisis bahwa strategi yang tepat bagi pedagang kaki lima adalah meningkatkan kapasitas produksi secara ekonomis dengan mutu yang baik serta kenyamanan bagi pembeli.

(14)

ABSTRACT

THE ANALYSIS OF ACTIVITY OF STREET VENDORS BY SWOT METHOD

(STUDY ON STREET VENDORS IN JALAN KAPTEN MUSLIM MEDAN)

Name : M. F ebri Utomo Reg. No. (Nim) : 090907048

F aculty : Social and Politic Science

Departement : Commerce/business Administration Counselor : Arifin Nasution, S.Sos, M.SP

This research studies and analyzes the business activity of street vendors with SWOT method. This study based on the problem that the street vendor is a social phenomenon in each big city and as dilemmatic issue. In one hand, the government of Medan city requires a nice, tidiness, orderly rural layout and in one hand, the government has responsibility to its citizen for prosperity by the availability of work field. Therefore, with various dynamic a nd problem, the street vendors must have strategy and take concrete steps to face the challenges and have competitive for survive.

The objective of this research is to study factors of strength and weakness (internal environtment) and opportunity and threat (external environment) of the street vendors in order to formulate the business strategy in order to increase their profit, either analysis of product, price, location and confort factors in serve the customer.

In order to answer the research problem, the applied method is quantitative data analysis in descriptive study. The data was collected by observation and interview.

The research indicates that the street vendors must able for complete and survive in any conditions. The vendor must have capability to change the potency to be good performance and achievement, so the right direction of efforts is sued to increase and develop the business in any problem with capability to increase the role and using of available opportunity. Based on analysis indicates that the right strategy for street vendor is to increase production capacity economically with a high quality and confort for the customer.

(15)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Penelitian ini mengkaji dan menganalisis kegiatan usaha pedagang kaki lima dengan metode SWOT. Adapun fokus lokasi penelitian pada pedagang kaki lima jalan Kapten Muslim Kota Medan. Kajian penelitian ini dilatar belakangi dari persoalan bahwa pedagang kaki lima, kini telah menjadi fenomena sosial di setiap kota besar dan menjadi persoalan dilematis. Di satusisi pemerintah Kota Medan membutuhkan tata kota yang indah, bersih, tertib, disisi lain pemerintah jugamemiliki tanggung jawab atas warganya dalam persoalan kesejahteraan melalui terbukanya lapangan kerja.

Sejak kapan manusia mulai berdagang? Sulit sekali untuk menemukan jawaban tepat atas pertanyaan itu. Namun, sejarawan mencatat bahwa manusia awalnya melakukan perdagangan dengan cara barter (tukar menukar). Setelah ditemukan uang barulah perdagangan dilakukan menggunakan uang seperti sekarang ini.

Orang melakukan perdagangan untuk mencari untung.Keuntungan dari berdagang digunakan untuk menghidupi keluarganya.Karenanya, berdagang adalah salah satu jenis mata pencaharian dan dilakukan oleh orang di seluruh dunia.Orang yang berdagang disebut pedagang.Ada beberapa jenis pedagang. Pedagang besar (grosir), kecil, dan ada juga istilah pedagang kaki lima. Pedagang kaki lima sering kali disingkat dengan PKL atau dengan sebutan kaki lima.

(16)

dimana-mana, tidak hanya di Indonesia. Di Eropa juga ada pedagang kaki lima. Bedanya, di Eropa tidak menimbulkan kemacetan dan kesemrawutan seperti di Indonesia.

Karena hanya membutuhkan modal yang kecil dan tanpa harus mengurus izin berdagang, di Indonesia pedagang kaki limamenjadi profesi yang banyak dipilih masyarakat menengah ke bawah. Krisis ekonomi dan lapangan kerja yang sedikit juga menjadi pendorong menjamurnya pedagang kaki limadi berbagai kota di Indonesia.

Pedagang kaki limahadir di Indonesia dengan berbagai permasalahannya. Kota menjadi semrawut, kotor, macet dimana-mana, bau busuk sampah, becek, dan sebagainnya.Namun, demikian, faktanya ada jutaan, bahkan puluhan juta rakyat Indonesia yang menggantungkan hidupanya dengan menjadi pedagang kaki lima. Sementara, semua orang berharap mempunyai kota yang bersih, indah dan asri. Suatu kondisi yang pelik dan dilematis.

(17)

Kehidupan manusia tidaklah terlepas dari usaha-usaha, ekonomi, dimana usaha ekonomi merupakan tanda-tanda adanya kehidupan. Semakin maju kebudayaan mengakibatkan tingkah laku perekonomian akan semakin sulit dan rumit termasuk bagi pedagang kaki lima. Dengan demikian untuk menjalankan suatu kegiatan usaha merekaakan penuh dengan tantangan dan rintangan baik yang datang dari dalam diri seseorang maupun dan luar.

Pedagang kaki limasecara umum dapat kita ketahui merupakan istilah bagi pedagang yang melakukan aktivitasnya di luar sarana dan prasarana berjualan, seperti di pinggir jalan atau emperan toko. Dalam Peraturan Daerah Pemerintah Kota Medan tidak terdapat istilah pedagang kaki lima. Dengan demikian maka pengertian pedagang kaki lima adalah pedagang yang melakukan aktivitas di tempat-tempat yang bukan tempat berdagang sebagaimana mestinya.Pedagang kaki lima adalah pedagang yang melakukan aktivitasnya bertransaksi di luar sarana berdagang, seperti di pinggir-pinggir jalan atau sarana-sarana lainnya. Namun sejatinya bahwa tujuan dari mereka berdagang adalah tetap mempertahankan dan mengembangkan kelangsungan hidupnya serta untuk memperoleh laba dari kegiatan usahanya yaitu perdagangan

Timbulnya pedagang kaki lima ini pada dasarnya banyak disebabkan berbagai faktor, khususnya sarana perdagangan yang disediakan tidak mampu menampung seluruh pedagang, harga satu stan sarana perdagangan yang terlalu mahal, serta kurangnya pengelolaan oleh instansi terkait. Pasar, sehingga realisasi pendapatan asli daerah tidak dapat mencapai target yang ditetapkan.

(18)

pembangunan nasional yang berbasis kerakyatan, jelas merupakan bagian integral dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam turut mewujudkan tujuan pembangunan nasional pada umumnya dan tujuan pembangunan ekonomi pada khususnya.

Pedagang kaki limasebagai bagian dari usaha sektor informal memiliki potensi untuk menciptakan dan memperluas lapangan kerja, terutama bagi tenaga kerja yang kurang memiliki kemampuan dan keahlian yang memadai untuk bekerja di sektor formal karena rendahnya tingkat pendidikan yang mereka miliki. Sejalan dengan uraian di atas, bahwa Usaha kecil (termasuk pedagang kaki lima) merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi yang luas kepada masyarakat, dapat berperandalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional pada umumnya dan stabilitas ekonomi pada khususnya (dalam Penjelasan UU No.9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil).

Bahkan pedagang kaki lima, secara nyata mampu memberikan pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat yang berpenghasilan rendah, sehingga dengan demikian tercipta suatu kondisi pemerataan hasil-hasil pembangunan. Selain itu, kelompok pedagang kaki lima mempunyai potensi yang cukup besar untuk memberikan kontribusi terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di sektor penerimaan retribusi daerah seiring dengan kebutuhan daerah dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah.

(19)

ledakan sosial akibat meningkatnya angka pencari kerja. Alasannya, usaha ini tidak memerlukan tingkat pendidikan formal yang terlalu tinggi dan modal yang diperlukan untuk membuka usaha relatif kecil.Bahkan ketika krisis ekonomi menghantam Indonesia tahun 1997 silam, perusahaan-perusahaan besar di Indonesia terkena imbasnya.Tidak sedikit perusahaan-perusahaan besar tersebut mengurangi jumlah pekerjanya melalui Pemutusan Hubungan Kerja bahkan ada yang tutup. Tetapi para pedagang kaki limaini mampu bertahan, tanpa mengharapkan bantuan modal atau fasilitas lain dari pemerintah, pedagang kaki lima tetap bertahan.

Sampai saat ini fenomena pedagang kaki lima masih memendam banyak persoalan dalam pembangunan perkotaan di Indonesia. Pedagang kaki lima, kini telah menjadi fenomena sosial di setiap kota besar. Namun, sebagai bentuk usaha informal, pedagang kaki lima merupakan sandaran hidup bagi sebagian masyarakat Indonesia yang tak terserap dalam dunia kerja formal. Dengan harganya yang terjangkau serta tempat berjualan yang flexible dan dekat dengan konsumennya, pedagang kaki lima menjadi pilihan praktis berbelanja bagi masyarakat perkotaan. Tidak terkecuali pedagang kaki lima yang berada di kawasan Jalan Kapten Muslim pun menjadi lapak bagi setiap pedagang.

(20)

satu penyebab munculnya berbagai permasalahan seperti kemacetan lalu-lintas, merusak keindahan kota dan kerawanan sosial. Dengan alasan inilah yang sering melatar belakangi para petugas satuan polisi Pamong Praja untuk melakukan penertiban terhadap pedagang kaki lima. Seringkali kita mendengar di media cetak maupun elektronik terjadinya kerusuhan antara pedagang kaki lima dengan petugas. Dengan alasan menjalankan peraturan petugas dengan tegasnya melakukan tugasnya walaupun kekerasan menjadi jalan utamanya. Semakin semerautnya penataan pedagang kaki lima di kawasan jalan Kapten Muslim menjadi alasan terakhir sebagai lokasi penelitian ini dilakukan.

Melihat konteks di atas, pada penelitian ini tidak terfokus pada dampak kehadiran mereka yang biasanya dianggap sebagai pengganggu ketertiban, keamanan ataupun merusak estetika kota, namun lebih melihat bagaimana mereka hadir untuk mempertahankan hidup dengan berdagang serta persoalan dan tantangan yang mereka hadapi.

(21)

menertibkan dan menata pedagang kaki lima baik secara masif maupun paksa membongkar lapak pedagang kaki lima.

1.2. Perumusan Masalah

Agar penelitian ini lebih memiliki arah yang jelas dan memberikan kemudahan dalam menampilkan fakta dan data ke dalam penulisan skripsi, maka diperlukan perumusan masalah yang jelas. Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan pada latar belakang masalah, maka penulis merumuskan suatu masalah pokok dalam penelitian ini sebagai berikut: Bagaimana analisis kegiatan usaha pedagang kaki lima dengan metode swot?

1.3. Batasan Masalah

Pembahasan mengenai persoalan pedagang kaki lima baik dari pedagang itu sendiri maupun dari program tata ruang kota dan pelaksanaannya, termasuk kebijakan penataan pedagang kaki lima merupakan topik yang kompleks. Maka, agar lebih fokus kepada permasalahan yang akan diteliti maka penulis memberikan batasan dalam perumusan masalah. Peneliti hanya membatasi masalah dan hanya mendeskripsikan dari segi faktor kekuatan, peluang, kelemahan dan tantangan yang mempengaruhi kegiatan usaha pedagang kaki lima.

1.4. Tujuan Penelitian

Sebagai sebuah kajian ilmiah dan sesuai dengan prinsip penelitian, maka penelitian ini memiliki tujuan yakni:

(22)

keuntungan para pedagang kaki lima. Baik dari analisis faktor – faktor yaitu faktor produk, faktor harga, faktor lokasi, maupun faktor kenyamanan dalam pelayanan terhadap pelanggan yang diberikan oleh pedagang kaki lima.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis, penelitian diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta kemampuan berpikir dalam melihat dan menganalisa gejala-gejala yang muncul dalam masyarakat. Dan juga dapat menjadi masukan bagi penulis akan pengetahuan tentang analisis kegiatan usaha dengan metode swot

2. Bagi Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis, yaitu untuk bahan referensi, menambah pengetahuan dan ilmu untuk Mahasiswa / Mahasiswi di jurusan Administrasi Bisnis FISIP USU dan pihak – pihak yang membutuhkan informasi sejenis.

(23)

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1. Pedagang Kaki Lima (PKL) 2.1.1. Pengertian Pedagang Kaki Lima

Pengertian pedagang sektor informal sangat terkait dengan ekonomi informal. Kebanyakan usaha informal terdiri dari aktivitas ekonomi yang sah dengan kelembagaan dan organisasi yang lemah, sektor informal terdiri darikegiatan komersil yang sah seperti warung sembako, penjual pakaian di jalanan dan lainnya dengan tanpa persyaratan legal, seperti harus mempunyai ijin dan membayar pajak.

Menurut Lili N. Schock dalam bukunya menyebutkan istilah “kaki lima”

sudah lama dikenal di tepi jalan.Istilah tersebut berasal dari zaman antara tahun 1811-1816, saat Napoleon menguasai benua Eropa dan daerah-daerah koloni Belanda di Asia berada di bawah kekuasaaan administrasi Inggris.Sedangkan istilah pedagang kaki lima pertama kali dikenal pada zaman Hindia Belanda, tepatnya pada saat Gubernur Jenderal Stanford Raffles berkuasa. Ia mengeluarkan peraturan yang mengharuskan pedagang informal membuat jarak sejauh 5 kaki atau sekitar 1,2 meter dari bangunan formal di pusat kota (Danisworo, 2000). Peraturan ini diberlakukan untuk melancarkan jalur pejalan kaki sambil tetap memberikan kesempatan kepada pedagang informal untuk berdagang.

(24)

trotoar, yaitu tepi jalan yang ditinggikan yang biasanya mengitari rumah, bangunan-bangunan. Maksud sebenarnya kaki lima adalah untuk tempat bagi mereka yang berbelanja standar pasar, tetapi biasanya tempat ini menjadi terlalu sempit dan penuh sesak dengan manusia yang saling mendorong karena dari kaki lima biasanya tempatnya tidak terlalu lebar.

Pemahaman pedagang kaki lima saat ini telah berkembang dan dilihat dari berbagai sudut pandang. Dalam pandangan pemerintah disebutkan bahwa pedagang kaki lima adalah pelaku usaha yang melakukan usaha perdagangan dengan menggunakan sarana usaha bergerak maupun tidak bergerak, menggunakan prasarana kota, fasilitas sosial, fasilitas umum, lahan dan bangunan milik pemerintah dan/atau swasta yang bersifat sementara/tidak menetap (Permendagri nomor 41/2012 pasal 1).

Pengertian pedagang kaki lima menurut ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia adalah istilah untuk menyebut penjaja dagangan yang menggunakan gerobak. Kelima kaki tersebut adalah dua kaki pedagang ditambah tiga (kaki) gerobak (yang sebenarnya adalah tiga roda atau dua roda dan satu kaki). Dari beberapa pandangan tersebut dapat diambil satu benang merahnya bahwa yang dimaksud dengan pedagang kaki lima adalah mereka yang berjualan di tempat-tempat umum yang sifatnya tidak permanen, bermodal kecil dan dilakukan secara pribadi atau berkelompok.

(25)

a. kegiatan usaha tidak terorganisasi secara baik karena timbulnya unit usaha tidak mempergunakan fasilitas atau kelembagaan yang tersedia di sektor formal;

b. pada umumnya unit usaha tidak memiliki ijin usaha;

c. pola kegiatannya tidak teratur, baik dalam arti lokasi maupun jam kerjanya;

d. pada umumnya kebijaksanaan pemerintah untuk membantu golongan ekonomi lemah tidak menyentuh ke sektor tersebut;

e. unit usaha mudah masuk dari sub sektor ke sub sektor lain; f. teknologi yang dipergunakan bersifat tradisional;

g. modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga skala operasinya juga relatif kecil;

h. pendidikan yang diperlukan untuk menjalankan usaha tidak membutuhkan pendidikan khusus;

i. pada umumnya unit usaha termasuk “one man enterprises”, dan kalau

mengerjakan buruh berasal dari keluarga;

j. sumber dana modal usaha pada umumnya berasal dari tabungan sendiri atau lembaga tidak resmi;

k. hasil produksi atau jasa terutama dikonsumsi untuk masyarakat golongan berpenghasilan rendah dan kadang-kadang juga menengah.

(26)

aktivitasnya di mana barang dagangannya diangkut dengan gerobak dorong, bersifat sementara, dengan alas tikar dan atau tanpa meja serta memakai atau tanpa tempat gantungan untuk memajang barang-barang jualannya, dan atau tanpa tenda, dan kebanyakan jarak tempat usaha antara mereka tidak dibatasi oleh batas-batas yang jelas. Para pedagang kaki limaini tidak mempunyai kepastian hak atas tempat usahanya.

Perlu kita akui bahwa kegiatan sektor informal telah memainkan peranan yang penting dalam perekonomian di negara berkembang.Sektor informal bukanlah suatu fenomena yang esklusif dalam ekonomi transisi atau ekonomi berkembang (developing economies) seperti yang terjadi di wilayah Asia Tenggara. Pedagang kaki lima sebagai suatu jenis kegiatan ekonomi pada sektor infomal telah menunjukkan eksistensinya dalam wilayah perkotaan.

Menurut Tri Kurniadi dan Hassel (2003 : 5) bahwa secara kasat mata perkembangan pedagang kaki lima tidak pernah terhentinya timbul seiring dengan pertumbuhan penduduk. Hal ini membawa akibat positif dan negatif.Positifnya perdagangan terlihat dari fungsinya sebagai alternatif dalam mengurangi jumlah pengangguran serta dapat melayani kebutuhan masyarakat ekonomi masyarakat menengah kebawah. Negatifnya dapat menimbulkan masalah dalam pengembangan tata ruang kota seperti mengganggu ketertiban umum dan timbulnya kesan penyimpangan terhadap peraturan akibat sulitnya mengendalikan perkembangan sektor informal ini.

(27)

a. Mudah dimasuki,

b. Fleksibel (waktu dan tempat beroperasinya), c. Bergantung pada sumber daya lokal,

d. Skala operasinya yang kecil.

Sehingga ada kemungkinan para pedagang makanan atau pedagang komoditi lainnya pada saat diperlukan misalnya pada bulan Puasa banting stir dan berdagang bahan-bahan untuk keperluan Lebaran. Keberadaan pedagang sektor informal ini kadang-kadang terlupakan, sehingga pada setiap kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan ekonomi praktis, sektor informal sering terlupakan.

Sebetulnya pedagang sektor informal terutama pedagang kaki lima ini bisa dipakai sebagai penarik wisatawan dari manca negara, seperti misalnya Yogya dengan jalan Malioboronya, Tokyo-Jepang dengan Naka Okachi - Machi dan Harajukunya, Bangkok dengan jalan Petchburi dan jalan Pratunamnya, Singapura dengan Bugis street, Arab street dan Change alley-nya.

Pedagang kakilimamerupakan suatu kelengkapan kota-kota diseluruh dunia dari masa dahulu. Sebagai suatu kelengkapan, pedagang kaki limatidak mungkin dihindari atau ditiadakan. Karena itu kalau ada suatu pemerintahan kota ingin meniadakan pedagang kaki lima akan menjadi kebijaksanaan atau tindakan yang sia-sia.

(28)

kerja tanpa membutuhkan syarat tertentu.Tidak pula dilihat sebagai alternatif lapangan kerja informal yang mudah terjangkau akibat suatu keadaan ekonomi yang sedang merosot. Pedagang kaki limaharuslah dilihat sebagai pusat-pusat konsentrasi kapital, sebagai pusaran kuat yang menentukan proses produksi dan distribusi yang sangat menentukan tingkat kegiatan ekonomi masyarakat dan negara.

Sebagai sebuah fungsi sosial, pedagang kaki lima tidak semestinya hanya dilihat sebagai pedagang yang serba lemah, tidak teratur, berada ditempat yang tidak dapat ditentukan, mengganggu kenyamanan dan keindahan, sehingga harus selalu ditertipkan oleh petugas.Sebagai suatu gejala sosial, pedagang kaki lima menjalankan fungsi sosial yang sangat besar. Mereka lah yang menghidupkan dan membuat kota selalu semarak tidak sepi dan dinamis.

Sebagai pola-pola dan sistem tertentu pedagang kaki limamerupakan daya tarik tersendiri bagi sebuah kota. Demikian pula dari sudut budaya, pedagang kaki limamenjadi pengemban perkembangan budaya bahkan menjadi modal budaya tertentu. Melalui pedagang kaki limakarya-karya budaya diperkenalkan kepada masyarakat. Selain itu, pedagang kaki limasendiri merupakan gejala budaya bagi sebuah kota dan menciptakan berbagai corak budaya tersendiri pula.

(29)

belilapak yang biasanya terjadi baik itu yang dilakukan Pemkot maupun oleh organisasi kepemudaan, dihilangkannya pungutan liar atau uang jago yang biasanya ada. Karena kedua hal yang terakhir disebutkan masih ada maka biasanya pedagang akan bertindak seenaknya karena merasa mereka telah membeli lapak, dan mempunyai penjamin yang menghalalkan mereka untuk bertindak semaunya.

Keberadaan pedagang kaki lima tidak jarang menimbulkan konflik dengan Pemerintah Kota, yang cenderung menganggap mereka sebagai pengganggu kelancaran aktivitas dan ”ketertiban” kota, sehingga perlu disingkirkan. Kemudian

tempat-tempat penampungan pedagang kaki lima ini jika ingin menarik perhatian masyarakat atau turis asing, maka harus dibuat spesifik dengan menjual barang-barang khusus yang laku tidak hanya oleh masyarakat kota juga laku sebagai buah tangan untuk wisatawan asing atau mancanegara. Dan dari segi lokasi harus mudah dijangkau dari segala arah, mempunyai sarana parkir cukup, dan tidak menimbulkan kemacetan yang bisa membebani kota di kemudian hari.

2.2. Analisis SWOT

2.2.1. Pengertian Analisis SWOT

(30)

Analisis adalah penguraian suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagianbagian,komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan mengepaluasipermasalahan-permasalahan yang terjadi serta kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan (Jogiyanto, 2005:129).Berdasarkan dua pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa analisismerupakan proses sistem dalam pengembangan informasi merupakan suatu proseduryang dilakukan utuk pemeriksaan masalah dan penyusunan alternatif pemecahan masalahyang timbul serta membuat spesifikasi sistem yang baru.

Pengertian analisis SWOT menurut Rangkuti (2006:18) adalah “ identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan, dimana setiap perusahaan harus bisa memaksimalkan setiap kekuatan (Strength) dan peluang (Oppourtunities) dan bisa meminimalkan kelemahan (Weakness) serta ancaman (Threats).

Pendekatan ini mencoba menyeimbangkan kekuatan dan kelemahan internal usaha dengan peluang dan ancaman lingkungan eksternal usaha yang ada.Pendekatan ini menganjurkan bahwa isu pertama usaha harus dianalisis secara hati-hati dan cermat.Formulasi strategi harus diarahkan kepada berbagai usaha yang penting dan mendesak untuk segera diselesaikan. Analisis ini akan sangat membantu di dalam merumuskan kebijakan-kebijakan yang sifatnya strategi bagi pedagang.

(31)

perencana strategis harus menganalisis factor-faktor strategis dalam kondisi yang ada saat ini.

Kekuatan adalah kondisi suatu perusahaan yang mampu untuk melakukan semua tugasnya secara baik dikarenakan semua sarana dan prasarana sangat mencukupi (umumnya diatas rata-rata industri).Rangkuty (2006:18) Kelemahan adalah sebagai dari analisis lingkungan internal perusahaan yang membantu manajemen untuk membantu adanya kelemahan-kelemahan penyimpangan yang membuat posisi perusahaan tidak menguntungkan sehingga mempengaruhi tingkat kemampuan bersaing dengan para pesaing dalam industry manufaktur. Rangkuti (2006:19).

Peluang adalah bagian dari analisis lingkungan eksternal perusahan yang membantu manajemen dalam mencari dan mengetahui apa saja yang menjadi peluang dan kesempatan bagi perusahaan dalam menjalankan bisnisnya sehingga perusahaan tersebut dapat meraih pangsa pasar dengan keuntungan yang lebih besar. Rangkuti (2006:19) Ancaman adalah bagian dari analisis lingkungan eksternal perusahaan yang membantu manajemen untuk mengetahui tantangan yang akan dan telah dihadapi perusahaan yang timbul karena karena adanya suatu kecenderungan atau perkembangan yang tidak menguntungkan di luar perusahaan. Rangkuty (2006:19)

(32)

luas. Untuk keperluan tersebut diperlukan kajian dari aspek lingkungan baik yang berasal dari lingkungan internal maupun eskternal yang mempengaruhi pola strategi institusi/lembaga dalam mencapai tujuan.

Dilihat dari sejarahnya dan penggunaannya saat ini, metode SWOT banyak dipakai di dunia bisnis dalam menetapkan suatu perencanaan strategi perusahaan (strategicplanning) sehingga literatur mengenai metode ini banyak berkaitan dengan aspek penerapan di dunia bisnis meskipun pada beberapa analisa ditemukan pula penggunaan SWOT untuk kepentingan public policy. Metode SWOT pertama kali digunakan oleh Albert Humphrey yang melakukan penelitian di Stamford University pada tahun 1960-1970 dengan analisa perusahaan yang bersumber dalam Fortune 500.

Meskipun demikian, jika ditarik lebih ke belakang analisa ini telah ada sejak tahun 1920-an sebagai bagian dari Harvard Policy Model yang dikembangkan di HarvardBusiness School. Namun pada saat pertama kali digunakan terdapat beberapakelemahan utama di antaranya analisa yang dibuat masih bersifat deskripstif dan belum/tidak menghubungkan dengan strategi-strategi yang mungkin bisadikembangkan dari analisa kekuatan-kelemahan yang telah dilakukan.

(33)

lingkungan internal dan eksternal yang dilakukan. Dari analisa tersebut potensi dari suatu institusi untuk bisa maju dan berkembang dipengaruhi oleh : bagaimana institusi memanfaatkan pengaruh dari luar sebagai kekuatan tambahan serta pengaruh lokal dari dalam yang terdapat empat langkah utama yang harus dilakukan, yaitu :

1. Mengidentifikasi existing strategy yang telah ada dalam institusi sebelumnya.Strategi ini bisa jadi bukan merupakan strategi yang disusun berdasarkankebutuhan institusi menghadapi gejala perubahan lingkungan eskternal yang ada melainkan merupakan strategi turunan yang telah ada sejak lama dipeganginstitusi.

2. Mengidentifikasi perubahan-perubahan lingkungan yang dihadapi institusi dan masih mungkin terjadi di masa mendatang.

3. Membuat cross tabulation antara strategi yang ada saat ini dengan perubahanlingkungan yang ada.

4. Menentukan katagorisasi kekuatan dan kelemahan berdasarkan penilaian apakah strategi yang saat ini ada masih sesuai dengan perubahan lingkungan di masa mendatang : Jika masih sesuai strategi tersebut menjadi kekuatan/peluang, dan sudah tidak sesuai merupakan kelemahan. 2.2.2. Faktor Lingkungan dalam Analisis SWOT

(34)

faktor-faktor ini berada di luar kendali institusi (exogen) sementara faktor internal merupakan faktor-faktor yang lebih bisa dikendalikan.

Faktor-faktor yang menjadi kekuatan-kelemahan peluangdan ancaman. a. Kekuatan dan Kelemahan. Kekuatan adalah faktor internal yang ada

di dalam institusi yang bisa digunakan untuk menggerakkan institusi ke depan. Suatu kekuatan / strenghth (distinctive competence) hanya akan menjadi competitive advantage bagi suatu institusi apabila kekuatan tersebut terkait dengan lingkungan sekitarnya, misalnya apakah kekuatan itu dibutuhkan atau bisa mempengaruhi lingkungan di sekitarnya. Jika pada instutusi lain juga terdapat kekuatan yang dan institusi tersebut memiliki core competence yang sama, maka kekuatan harus diukur dari bagaimana kekuatan relatif suatu institusi dibandingkan dengan institusi yang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak semua kekuatan yang dimiliki institusi harus dipaksa untukdikembangkan karena adakalanya kekuatan itu tidak terlalu penting jika dilihat dari lingkungan yang lebih luas. Hal-hal yang menjadi opposite dari kekuatan adalah kelemahan. Sehingga sama dengan kekuatan, tidak semua kelemahan dari institusi harus dipaksa untuk diperbaiki terutama untuk hal-hal yang tidak berpengaruh pada lingkungan sekitar.

b. Peluang dan Ancaman. Peluang adalah faktor yang di dapatkan denganmembandingkan analisa internal yang dilakukan di suatu institusi (strenghth dan weakness) dengan analisa internal dari kompetitor

(35)

target dan strategi institusi. Peluang dapat dikatagorikan dalam tiga tingkatan :

1. Low, jika memiliki daya tarik dan manfaat yang kecil dan

peluangpencapaiannya juga kecil.

2. Moderate: jika memiliki daya tarik dan manfaat yang besar

namunpeluang pencapaian kecil atau sebaliknya.

3. Best, jika memiliki daya tarik dan manfaat yang tinggi serta peluangtercapaianya besar.

c. Ancaman adalah segala sesuatu yang terjadi akibat trend perkembangan(persaingan) dan tidak bisa dihindari. Ancaman juga bisa dilihat dari tingkatkeparahan pengaruhnya (serousness) dan kemungkinan terjadinya (probabilityof occurance). Sehingga dapat dikatagorikan : 1. Ancaman utama (major threats), adalah ancaman yang

kemungkinan terjadinya tinggi dan dampaknya besar. Untuk ancaman utama ini, diperlukan beberapa contingency planning yang harus dilakukan institusi untuk mengantisipasi.

2. Ancaman tidak utama (minor threats), adalah ancaman yang dampaknya kecil dan kemungkinan terjadinya kecil

3. Ancaman moderate, berupa kombinasi tingkat keparahan yang tinggi namun kemungkinan terjadinya rendah dan sebaliknya.

d. Sehingga dari kacamata analisa lingkungan eksternal dapat dijelaskan bahwa :

(36)

2. Suatu institusi dikatakan spekulatif jika memiliki high opportunity dan threats pada saat yang sama

3. Suatu institusi dikatakan mature jika memiliki low opportunity dan threat

4. Suatu institusi dikatakan in trouble jika memiliki low opportinity dan high threats.

Tujuan penetapan visi antara lain adalah:

1. mencerminkan apa yang akan dicapai

2. memberikan arah dan fokus strategi yang jelas

3. menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan strategik 4. memiliki orientasi terhadap masa depan.

Meskipun sifatnya adalah impian, visi harus memenuhi kriteria di antaranya adalah :

a. Dapat dibayangkan oleh seluruh anggota organisasi

b. Mengandung nilai yang diinginkan oleh anggota organisasi c. Memungkinkan untuk dicapai

d. Terfokus pada efisiensi, efektivitas dan ekonomis

e. Berwawasan jangka panjang tetapi tidak mengabaikan perkembangan zaman

(37)

2.2.3. Metode SWOT

Untuk mendapatkan informasi dari berbagai narasumber melalui analisis SWOT di atas digunakan metode survey dengan frame sample pihak-pihak (stakeholders) yang bisa memberikan penilaian aspek internal dan eksternal yang

mempengaruhi kinerja suatu institusi atau lembaga. Untuk itu, dibutuhkan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Melakukan Focus Group Discussion (FGD) untuk mendapatkan gambaranawal dari peta permasalahan yang ada di institusi. FGD harus dilakukan dengan komprehensif artinya melibatkan seluruh stakeholders sehingga peta yang terbentuk telah mewakili seluruh kepentingan stakeholders. Karena sifatnya yang bersumber dari informasi kualitatif

pemilihan responden yang credible sangat mempengaruhi hasil akhir dari analisa SWOT sehingga hendaknya harus dilakukan dengan beberapa kualifikasi.

2. Pembuatan kuesioner SWOT berdasarkan informasi yang telah dikumpulkandalam FGD. Secara umum kuesioner ini memiliki katagorisasi penilaian sebagai berkut:

a. Penilaian faktor internal dan eksternal. Di sini responden membrikan preferensi opini terhadap faktor-faktor internal dan eksternal dari institusi pada saat ini dan perkiraan di masa mendatang. b. Penilaian urgensi. Di sini responden diminta untuk menilai tingkat

(38)

c. Faktor inilah yang kemudian terkatagori sebagai kekuatan atau kelemahan(dari analisa internal) dan peluang atau ancaman (dari analisa eksternal).

3. Setelah kuesioner terisi dan terkumpul semua, penilaian faktor dilakukan dengan meranking bobot penilaian pada ”penilaian responden” yang memiliki nilai maksimal 6 dan minimal 1. Faktor-faktor yang memiliki nilai di atas median (atau rata-rata dilihat dari persebaran distribusi probabilitasnya) disebut dengan ”kekuatan” pada analisa internal dan ”peluang” pada analisa eskternal. Sebaliknya faktor-faktor yang memiliki

nilai penilaian di bawah median disebut dengan ”kelemahan” pada analisa internal dan ”ancaman” pada analisa eksternal.

4. Membentuk suatu kuadran faktor pembangunan, yaitu suatu blok yangmenjelaskan posisi dari kombinasi faktor internal dan eksternal pembangunan, dengan kombinasi : peluang (S-O), kekuatan-ancaman (S-T), kelemahan-peluang O) dan kelemahan-kekuatan-ancaman (W-T). Sebelum menentukan kuadran pembangunan, harus dilihat terlebih dahulu uji konsistensi dari pengolahan kuesioner SWOT.

(39)

indeks baik/tinggi. Dari contoh di atas strategi pembangunan yang dilakukan institusi akan bergerak dari WT_ ST_ WO_ SO.

2.2.4. Persiapan Dalam Melakukan Analisis SWOT

Sebelum melakukan diagnosis terhadap usaha, maka yakinkan dulu bahwa seluruh informasi yang berkaitan dengan organisasi telah dengan mudah didapatkan (termasuk SDM anggota).Hal ini agar menghindari kesalahan dalam melakukan diagnosis organisasi. Informasi-informasi tersebut didapatkan dengan cara melibatkan seluruh pelaku organisasi, sehingga para anggota organisasi pun terbuka terhadap segala kompetensi yang mereka miliki, yang nantinya sangat bermanfaat bagi organisasi.

Selanjutnya, janganlah bersikap otoriter dalam mengambil data untuk didiagnosis. Karena jika ada pemimpin yang otoriter dan tidak mampu menampilkan data yang otentik, maka akan terjadi kesalahan dalam mendiagnosis yang berdampak pada kesalahan mengambil strategi kedepan untuk organisasi. Untuk itu bersikap terbukalah dan demokratis terhadap seluruh pelaku organisasi.Dan penting diketahui bahwa dalam melakukan analisis SWOT, pengetahuan dan pemahaman akan visi/ misi organisasi harus diketahui secara baik, sehingga analisis akan mengarah pada pencapaian tujuan organisasi.

2.2.5. Matriks SWOT

(40)

eksternal yang dihadapi organisasi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Analisis ini dalam dunia kedokteran dimisalkan sebagai sebuah alat diagnosa untuk mendeteksi dan menemukan jenis penyakit pada pasien, dengan cara menampung/mendata terlebih dahulu keluhan-keluhan yang diutarakan pasien.

(41)

Tabel 2.1: Diagnosis SWOT

(42)

Tabel 2.2: Matriks SWOT

Setelah anda memasukan data ke matriks SWOT, maka selanjutnya adalah menentukan strategi dengan mempertimbangkan berbagai indikasi yang telah anda data. Adapun strategi-strategi tersebut, yakni :

(43)

2. Strategi OW adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan dalam organisasi. Dalam hal ini perlu dirancang strategi turn around yaitu strategi merubah haluan. Maksudnya, terkadang anda harus mundur satu atau dua langkah ke belakang untuk maju melangkah jauh ke depan. Peluang eksternal yang besar penting untuk diraih, namun permasalahan internal atau kelemahan yang ada pada internal organisasi lebih utama untuk dicarikan solusi, sehingga capaian peluang yang besar tadi perlu diturunkan skalanya sedikit. Dalam hal ini kelemahan-kelemahan organisasi perlu diperbaiki dan dicari solusinya untuk memperoleh peluang tersebut.

3. Strategi TS adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan kekuatan yang dimiliki organisasi untuk mengatasi ancaman yang terdeteksi. Strategi ini dikenal dengan istilah strategi diversifikasi atau strategi perbedaan. Maksudnya, seberapa besar pun ancaman yang ada, kepanikan dan ketergesa-gesaan hanya memperburuk suasana, untuk itu pahamilah bahwa organisasi anda memiliki kekuatan yang besar yang bersifat independen dan dapat digunakan sebagai senjata untuk mengatasi ancaman tersebut. Mulailah mengidentifikasi kekuatan dan menggunankannya untuk mengurangi ancaman dari luar.

(44)

ancaman dari luar juga menyerang. Bila anda tidak mengambil strategi yang tepat, maka kondisi ini bisa berdampak buruk bagi citra dan eksistensi organisasi kedepan, Yang perlu anda lakukan adalah bersama seluruh elemen organisasi merencanakan suatu kegiatan untuk mengurangi kelemahan organisasi, dan menghindar dari ancaman eksternal.

Secara garis besar dalam penentuan strategi, yakni jika kelemahan organisasi besar, walaupun ada peluang ataupun ancaman, maka yang perlu dilakukan adalah mengadakan konsolidasi internal.Konsolidasi internal bertujuan untuk menguatkan kembali kelemahan-kelemahan organisasi, seperti SDM, infrastruktur, pendanaan dan lainnya, sehingga mampu menghadapi ancaman serta menangkap peluang dari eksternal.

(45)

Gambar 2.1: Ilustrasi Analisis SWOT

Sumber: Dalam Freddy Rangkuti (2015)

Penjelasanya bahwa, Kuadran 1 merupakan situasi yang sangat menguntungkan.Usaha memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada.Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.

Kuadran 2, meskipun menghadapi berbagai ancaman, setiap usaha masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).

(46)

Kuadran 4, ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, setiap usaha tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

2.2.6. Pilihan Alternatif Strategi

Freddy (1997:18) bahwa apabila kita telah mengenal kekuatan dankelemahan diri sendiri, dan mengetahui kekuatan dan kelemahan lawan, sudah dapat dipastikan bahwa kita akan memenangkan pertempuran. Dalam perkembangannya saat ini analisis SWOT tidak hanya dipakai untuk menyusun strategi di medan pertempuran, melainkan banyak dipakai untuk menyusun perencanaan strategi bisnis yang bertujuan untuk menyusun strategi-strategi jangka panjang sehingga arah dantujuan perusahaan dapat dicapai dengan jelas dan dapat segera diambil keputusan,berikut semua perubahannya dalam menghadapi pesaing. Lebih lanjut dijelaskan analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknesses) yang menghasilkan pilihan strategi

2.3. Strategi

2.3.1. Konsep Strategi

(47)

a. Distinctive Competence: tindakan yang dilakukan perusahaan agardapat melakukan kegiatan lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya.Distinctive Competence ini meliputi keahlian tenaga kerja dankemampuan sumber daya.

b. Competitive Advantage: kegiatan spesifik yang

dikembangkanperusahaan untuk melakukan yang lebih baik dibanding denganpesaingnya. Strategi yang digunakan untuk memperoleh keunggulandalam bersaing adalah cost leadership, differensial dan focus. Porter menyebutkan competive advantage terbagi menjadi 3(dalamRangkuti, 2009: 6) yaitu:

1) Keunggulan biaya menyeluruh (Cost Leadership)

Pencapaian biaya keseluruhan yang rendah seringkali menuntut bagianpasar relative yang tinggi atau kelebihan yang lain, seperti akses yangmenguntungkan kepada bahan baku. Selain itu juga perlu untukmerancang produk agar mudah didapat, menjual banyak lini produkyang mudah dibuat, menjual banyak lini produk yang berkaitan untukmenebarkan biaya, serta melayani kelompok pelanggan yang besarguna membangun volume.

Penerapan strategi biaya rendah mungkinmemerlukan investasi modal pendahuluan yang besar untuk peralatanmodern, penetapan harga yang agresif dan kerugian awal untukmembina bagian pasar yang tinggi pada akhirnya dapat memungkinkanskala ekonomis dalam pembelian yang akan semakin menekan biaya(Porter,2008: 32).

(48)

Diferensiasi merupakan strategi yang baik untuk menghasilkan laba diatas rata-rata dalam suatu industri karena strategi ini menciptakan posisiyang aman untuk mengatasi kekuatan pesaing, meskipun dengan carayang berbeda dari strategi keunggulan biaya. Diferensiasi memberikan penyekat kepada persaingan karena adanya loyalitas dari merkpelanggan dan mengakibatkan berkurangnya kepekaan terhadap harga.Diferensiasi juga meningkatkan margin laba yang menghindarkankebutuhan akan posisi biaya rendah (Porter, 2008).

2.3.2. Tipe-tipe Strategi

Menurut Rangkuti (2009), Strategi dapat dikelompokan menjadi3 (tiga) tipe strategi yaitu:

a. Strategi manajemen

Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan olehmanajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro,misalnya strategi pengembangan produk, penerapan harga, akuisisi,pengembangan pasar dan sebagainya.

b. Strategi investasi

Strategi ini merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi,misalnya perusahaan ingin melakukan strategi pertumbuhan yangagresif atau berusaha melakukan penetrasi pasar, strategi bertahan,strategi pembangunan kembali divisi baru dan sebagainya.

c. Strategi bisnis

(49)

pemasaran, produksi atau operasional, distribusi, danstrategi yang berhubungan dengan keuangan

2.4. Kajian Pedagang Kaki Lima Terdahulu

Bab ini saya memaparkan beberapa penelitian terkait persoalan pedagang kaki lima yang pernah dilakukan sebelumnya. Adapun pemaparan yang akan disajikan meliputi beberapa penelitian mengenai pedagang kaki lima dari sudut pandang analisis SWOT. Terkait analisis tersebut lebih terfokus pada bagaimana para pedagang kaki lima menjalankan usahanya ditinjau persoalan internal maupun eksternal para pedagang dalam menjalankan usahanya.

Kajian mengenai pedagang kaki lima sering dibahas sebagai kajian di dalam skripsi maupun tesis, diantaranya;

Salmina Ginting, skripsi studi kasus :Pengaruh Keberadaan Pedagang Kaki Lima Terhadap Jumlah Pengunjung Taman Kota Di Medan. Tahun penelitian 2009 Universitas Sumatera Utara.Penelitian beliau dimaksudkan untuk mengetahui apakah kehadiran pedagang kaki lima merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam meningkatkan jumlah pengunjung di taman kota.

(50)

samasatu dengan lainnya di ketiga taman yang disurvai. Yang berbeda adalah lokasi berjualan pedagang. Di Taman Ahmad Yani dan Taman Gajah Mada tidak satu pun pedagang kaki lima berjualan di dalam taman. Semua pedagang mengambil lokasi di sisi luar taman dekat jalan raya yang melingkupinya. Di Taman Sri Deli, sebagian besar pedagang berjualan di dalam taman dan sisanya di luar taman.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa kehadiran pedagang kaki lima di Taman Ahmad Yani dan Taman Gajah Mada tidak secara signifikan meningkatkan minat warga mengunjungi taman kota. Taman Ahmad Yani dan Taman Gajah Mada tetap ramai meskipun pada hari-hari dan jam tertentu jumlah pedagang kaki lima yang berjualan sangat sedikit. Tetapi di Taman Sri Deli pedagang kaki lima menjadi faktor yang signifikan dalam meningkatkan jumlah pengunjung. Hal ini terjadi karena pedagang rujak yang berjualan di dalam taman sudah sangat terkenal dan hanya terdapat di taman tersebut sehingga selalu dicari oleh warga kota.

Tesis, dengan judul Kajian Spasial Pedagang Kaki Lima Dalam Pemanfaatan Ruang Publik Kota Studi Kasus: Koridor Jalan Arif Rahman Hakim Jalan Aksara Pasar Sukaramai Kelurahan Sukaramai I Kecamatan Medan Area Medan. Oleh Jonni Daniel Pandapotan Lubis, Program Studi Magister Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara tahun 2010.

(51)

mengetahui dampak yang disebabkan oleh pedagang kaki lima terhadap ruang publik yang ada.

Penelitian dilakukan secara kuantitatif dengan mengidentifikasi dan memahami kondisi perebutan ruang dalam penentuan lokasi pedagang kaki lima serta meneliti perilaku pedagang kaki lima melalui pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan menggunakan kuisioner kepada responden sebagai alat pengumpul data.

Dari hasil penelitian dan analisis data dapat disimpulkan antara lain suku dan kekerabatan merupakan faktor bertambahnya jumlah pedagang kaki lima, pedagang kaki lima dibedakan atas pedagang bergerak dan pedagang menetap, jenis dagangan (buah-buahan, sayur-sayuran, hasil laut, daging/ayam dan bahan kebutuhan rumah tanggal lainnya), lokasi berdagang (di badan jalan, trotoar dan bahu jalan), alat bantu berdagang (meja, kereta dorong, lapak dan beca barang).

Karena terbatasnya ruang menyebabkan tidak ada batas yang jelas antar satu pedagang dengan pedagang yang lain. Alasan pedagang kaki lima menggunakan ruang publik adalah karena pembeli yang banyak. Keberadaan pedagang kaki lima menyebabkan kemacetan, penyebab banjir dan menghilangkan keindahan wajah kota. Di sisi lain keberadaan pedagang kaki lima berdampak positif yaitu membuka lapangan pekerjaan dan masih perlu dipertahankan.

(52)

Elisabeth Medan). Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan Tahun 2010.

Penelitian beliau berawal dari persoalan Kebijakan Pemerintah Kota Medan dalam melakukan tindakan penertiban pedagang kaki limayang dilakukan dengan salah satu cara yaitu penggusuran memang dapat dimengerti, mengingat sebagian besar lokasi yang digunakan oleh para pedagang kaki lima untuk melakukan kegiatan dagang merupakan lokasi umum yang dianggap mengganggu ketertiban umum. Namun, tindakan penggusuran tersebut berdampak negatif bagi sebagian besar pedagang kaki lima, yaitu mereka merasa kehilangan sumber pendapatan mereka.Sehingga terkadang masyarakat sering beranggapan bahwa kebijakan pemerintah bersifat tidak adil.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan Pemerintah Kota Medan dalam mengelola pedagang kaki limayang sering dianggap sebagai sektor informal yang mengganggu ketertiban umum. Untuk itu, penelitian ini dilakukan kepada para Pedagang Kaki Lima di depan Rumah Sakit Elisabeth Medan yang merupakan salah satu lokasi tempat berkumpulnya para Pedagang Kaki Lima yang ditata dan dikelola oleh Pemerintah Kota Medan, karena lokasi para Pedagang Kaki Lima ini dianggap tidak mengganggu ketertiban umum, sebab tidak berada di jalan protokol, tidak berada di sekitar perumahan warga, terletak di dekat Taman Ahmad Yani, dan terletak dekat dengan lokasi perkantoran, sekolah, dan rumah sakit.

(53)

para Pedagang Kaki Lima tersebut yang disusun dalam wujud peraturan yang dibuat oleh koperasi. Koperasi ini juga berfungsi sebagai wadah untuk menerima bantuan dari berbagai pihak yang bersedia membantu dalam proses pengelolaan dan penataan para pedagang kaki limadi lokasi ini.

Skripsi ini merupakan perkembangan dari penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh orang lain yang telah dipaparkan di atas. Adapun dalam skripsi ini, saya tidak hanya menyorot pada persoalan eksistensi pedagang kaki lima dan persoalan pedagang kaki lima terhadap parat pemerintah, melainkan hanya menyoroti persoalan kegiatan usaha pedagang kaki lima dengan metode SWOT.

Persoalan diawali bahwa pedagang kaki lima di berbagai kota ini menjadi persoalan yang dilematis. Di satu sisi pemerintah kota bertanggung jawab atas warganya dalam persoalan kesejahteraan. Di sisi lain, Pemerintah Kota membutuhkan wajah kota yang indah, bersih, dan tertata sebagai tuntutan ruang kota yang sehat.Dari pilihan antara tata ruang kota dan kesejahteraan warganya tersebut, Pemerintah Kota sering lebih memilih untuk mengambil sikap pentingngnya mengembalikan ketertiban dan keindahan kota. Maka, konsekuensi dari pilihan tersebut adalah dengan menertibkan dan menata pedagang kaki lima baik secara masif maupun paksa membongkar lapak pedagang kaki lima.

(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan analisis kualitatif deskriptif.Dimana dalam penelitian ini hanya hendak memahami serta melakukan interpretasi terhadap interaksi sosial diantara para aktor dalam sebuah konteks sosial, temporal, dan historis tertentu. Dengan kata lain, secara metode, penelitian ini sedikit atau bahkan tidak mengedepankan metode statistik dan matematik, tetapi memanfaatkan analisis verbal dan kualitatif.

(55)

3.2. Lokasi Penelitian

Dalam penyusunan penelitian ini, penulis melakukan penelitian pada pedagang kaki lima di jalan Kapten Muslim Kota Medan. Alasan penulis memilih objek tersebut adalah dengan pertimbangan bahwa begitu banyak para pedagang kaki lima yang menjajakan daganganya di sepanjang jalan tersebut. Selain itu, akses yang mudah untuk perolehan data, serta waktu, tenaga dan biaya dapat digunakan seefisien mungkin.Sedangkan waktu penelitian yang digunakan dalam penulisan ini kurang lebih dua bulan.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Pembahasan ini maka diperlukan adanya data atau informasi.Penulis memperoleh data yang berhubungan dengan mengunakan metode sebagai perikut.

1. Penelitian Lapangan ( Field Research)

Yaitu penelitian yang dilakukan pada pedagang bersangkutan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan penulisan dengan cara:

a. Observasi

Yaitu suatu bentuk penelitian yang dilakukan penulis dengan pengamatan baik secara berhadapan langsung maupun secara tidak langsung seperti memberikan daftar pertanyaan untuk dijawab.

b. Wawancara

Yaitu yaitu penelitian dengan mengadakan wawancara secara langsung dengan para pedagang yang berhubungan dengan penelitian untuk mencari kekuatan, kelemahan ,peluang dan ancaman.

(56)

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan jalan mengumpulkan dokumen- dokumen pedagang maupun literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.

2. Penelitian Kepustakaan ( Library Research )

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan membaca beberapa buku literature-literatur, mengumpulkan dokumen, arsip, maupun catatan penting yang ada hubungannya dengan permasalahan penulisan skripsi ini dan selanjutnya diolah kembali.

3.4. Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Subjek penelitian menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan penelitian ini meliputi tiga macam yaitu ( 1 ) informan kunci, ( key informan ), yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian, ( 2 ) informan biasa, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang diteliti, ( 3 ) informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang sedang diteliti ( Hendarso dalam Suyanto, 2005).

(57)

Yang menjadi informan peneliti adalah : 1. Informan kunci yaitu terdiri dari 20 orang pedagang kaki lima di Jalan Kapten Muslim Kota Medan. 2. Informan biasa yaitu masyarakat yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Atau konsumen yang dianggap sebagai pelanggan tetap dan tidak tetap.Dalam usaha menentukan informan biasa, peneliti menggunakan teknik Accidental yaitu penarikan sampel berdasarkan kebetulan.Maka yang menjadi

informan biasanya adalah masyarakat yang melakukan transaksi atau membeli pada saat dilakukan penelitian ini.

3.5. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan cara melakukan penyebarkan kuesioner kepada responden. Metode yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data primer yaitu melalui wawancara, penyebaran kuesioner, dan observasi secara langsung kepada individu atau perseorangan.

2. Data Sekunder

(58)

3.6. Metode Analisis Data

Proses penyusunan perencanaan strategis melalui tiga tahap analisis, yaitu: a. Tahap pengumpulan data (evaluasi faktor eksternal dan internal) b. Tahap analisis (Matriks SWOT, Matriks Internal Eksternal)

c. Tahap pengambilan keputusan dalam analisis usaha pedagang kaki lima

Tahap pengumpulan data adalah tahap yang pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra analisis dimana tahap ini data dibagi menjadi dua bagian yaitu data internal dan data eksternal.

(59)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. PersoalanPedagang Kaki Lima: Antara Ketertiban Umum dan Mencari Nafkah

Pedagang kaki limadi Kota Medan, sama seperti halnya di kota-kota besar lainnya. Jumlah pedagang kaki limadi Kota Medan Sumatera Utara juga meningkat dari tahun ke tahun. Kini jumlah pedagang kaki lima di medan mencapai 30.000 orang (Gilang Permadi, 2007) padahal, pada tahun 1998 jumlah pedagang kaki lima hanya sekitar 5.000 orang.

Sebagian besar mereka merupakan korban pemutusan hubungan kerja (PHK) ketika krisis ekonomi melanda Indonesia. Para pedagang kaki lima itu menggelar dagangannya sampai badan jalan. Dampaknya, arus lalu lintas yang melalui pasar tersebut sering macet pada jam-jam padat lalu lintas.

(60)

pedagang kaki lima. Hampir fasilitas jalan protokol digunakan untuk menggelar dagangannya, bahkan hingga setengah badan jalan.

Pedagang kaki limakini tidak hanya menggunakan trotoar sebagai tempat jualan, mereka juga mulai berjualan hingga masuk jalan. Tentu saja itu menyebabkan kemacetan dan mengganggu pengguna jalan.Selain itu, banyak pedagang kaki limayang jorok dan tidak menjaga kebersihan sehingga jalanan menjadi kotor.Apalagi jika musim hujan datang, genangan air membuat sampah buangan pedagang kaki lima berbau busuk. Keindahan kota pun hilang seketika.

Untuk menangani masalah itu, Pemerintah Kota sering melakukan penertiban/penggusuran terhadap para pedagang kaki lima. Pastilah pedagang kaki lima menolak untuk digusur.Akibatnya (seperti yang sering terlihat di berita-berita televisi) terjadi keributan antara Satuan Polisi Pamong Praja dan pedagang kaki lima. Namun, bagaimanapun juga, pedagang kaki lima juga manusia yang punya hak mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya. Jika digusur, mereka akan kehilangan pekerjaan dan anak istrinya tidak bisa diberi nafkah. Dilematis memang.

(61)

Pasal 2 Perda No. 1 Tahun 2002 menyatakan bahwa pola dasar pembangunan Kota Medan tahun 2001-2025 merupakan pedoman dalam menetapkan peruntukan dan pemanfaatan tanah atau perencanaan kota bagi segenap aparatur Pemerintah Kota Medan, DPRD, Lembaga Sosial Kemasyarakatan (LSM), organisasi profesi, perguruan tinggi, dunia usaha, tokoh masyarakat, dan seluruh unsur dalam lapisan masyarakat lainnya di Kota Medan. Sehubungan dengan itu ada 9 (sembilan) arah kebijakan Pemerintah Kota Medan dalam bidang ekonomi yakni :

1. mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada produktivitas tenaga kerja yang tinggi dengan prinsip persaingan sehat; 2. mengembangkan perekonomian daerah yang berorientasi global sesuai

kemajuan teknologi dengan terutama membangun keunggulan kompetitif di samping keunggulan komparatif;

3. memberdayakan usaha kecil, menengah, dan koperasi (PKMK) agar lebih efisien, produktif, berdaya saing dengan menciptakan iklim berusaha yang kondusif, dan peluang usaha yang seluas-luasnya;

4. mengembangkan industri kecil kerajinan dan rumah tangga;

5. membangun sistem informasi pasar yang tangguh dan lembaga penelitian serta pengembangan produk daerah sebagai bagian integral dari sistem ekonomi masyarakat;

Gambar

Tabel 2.1: Diagnosis SWOT
Tabel 2.2: Matriks SWOT
Gambar 2.1: Ilustrasi Analisis SWOT
Tabel4.1: Matrik Analisis SWOT

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian 1m yang akan dilakukan adalah membuat kandidat bahan acuan serbuk standar uranium oksida (U02 dan U308) yang mengandung kadar unsur pengotor logam Co, AI, Cd, Be dan

Pada bagian ini terdiri dari 16 birama dan masih menggunakan pola ritme bass drum dan snare drum yang sama dengan bagian sebelumnya.. Pola modulasi ritme ride cymbal

Impact of Procurement on Management Knowledge 211 © 2012 Blackwell Publishing Ltd and Society for the Advancement of Management Studies... interviews we also analysed

Accept correct answer from three correct terms without factorisation Or incomplete working for Kk2... Do not accept any solutions solved not using

Bagian Eksposisi terdapat pada birama pertama sampai 84 yang terdiri dari tema utama satu, tema utama dua, subtema satu, subtema dua, dan subtema tiga. Tonalitas

[r]

(a)Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia nomor HK.02.1.23.07.11.6662 tentang analisis kosmetika.. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

dan siswa, catatan lapangan, hasil wawancara, dan Lembar Kerja Siswa (LKS). 1) Data Hasil Observasi Guru Dan Siswa dan Catatan Lapangan.. Data ini didapatkan dari lembar observasi