• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PROTEKTIF PEMBERIAN EXTRA VIRGIN OLIVE OIL (EVOO) DAN MADU TERHADAP KADAR LOW DENSITY LIPOPROTEIN (LDL) DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI DIET TINGGI KOLESTEROL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PROTEKTIF PEMBERIAN EXTRA VIRGIN OLIVE OIL (EVOO) DAN MADU TERHADAP KADAR LOW DENSITY LIPOPROTEIN (LDL) DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI DIET TINGGI KOLESTEROL"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PROTEKTIF PEMBERIAN EXTRA VIRGIN OLIVE OIL (EVOO) DAN MADU TERHADAP KADAR LOW DENSITY

LIPOPROTEIN (LDL) DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI DIET TINGGI

KOLESTEROL

Oleh

DIAN LARAS SUMINAR

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRACT

PROTECTIVE EFFECTS OF GRANTING EXTRA VIRGIN OLIVE OIL (EVOO) AND HONEY ON BLOOD LOW DENSITY LIPOPROTEIN (LDL) LEVELS IN MALE WHITE RATS (Rattus norvegicus) Sprague dawley STRAIN THAT INDUCED BY HIGH-CHOLESTEROL DIET

By

Dian Laras Suminar

Hipercholesterolemia is a condition in which the blood cholesterol is increased beyond the normal threshold especially Low Density Lipoprotein (LDL). LDL is a lipoprotein that deliver cholesterol and trigliseride from liver to pheripheral tissues of human body, increased of LDL related to the increase of risk of Cardio Vascular Disease. Consumption of Extra Virgin Olive Oil (EVOO) and honey proved to be able to decrease LDL levels and prevent the oxidation of LDL in the blood because of their antioxidant component, there are MUFA and flavonoid. The aim of this research is to know the influence of granting EVOO and honey to the level of blood LDL in male white rats (Rattus norvegicus) Sprague dawley strain that induced by high-cholesterol diet. This research is experimental research with post test only with control group design, using 25 male white rats that randomly selected and divided into 5 groups. Each group was adapted for 7 days before received the treatment. Group K(-) received a standard diet, K(+) received 3 ml of cow's brain suspension, P.EVOO received 3 ml of cow's brain suspension and 1 ml of EVOO, P.madu received 3 ml of cow’s brain suspension and 1.35 ml of honey, P.kombinasi received 3 ml of cow’s brain suspension and combination of 1.35 ml honey and 1 ml EVOO.

The research results obtained average LDL levels K(-) (24.25 ± 3.95); K(+) (50,93 ± 7,91); P.EVOO (24,14 ± 4,15); P.madu (21,61 ± 3,68); P.kombinasi (8,26 ± 4,55). The LDL levels of P.EVOO, P.madu, P.kombinasi are more fewer than K(+) and get significant difference levels using statistical tests one way ANOVA and post hoc.

(3)

ABSTRAK

PENGARUH PROTEKTIF PEMBERIAN EXTRA VIRGIN OLIVE OIL (EVOO) DAN MADU TERHADAP KADAR LOW DENSITY

LIPOPROTEIN (LDL) DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI DIET TINGGI

KOLESTEROL O l e h

Dian Laras Suminar

Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan dimana kadar kolesterol serum meningkat terutama kadar Low Density Lipoprotein (LDL) melebihi batas normal. LDL merupakan lipoprotein yang membawa kolesterol dan trigliserida dari hati ke jaringan perifer tubuh, peningkatan konsentrasi LDL dalam plasma berhubungan dengan peningkatan risiko Penyakit KardioVaskular. Konsumsi Extra Virgin Olive Oil (EVOO) dan madu diketahui dapat menurunkan LDL dan mencegah oksidasi LDL karena kandungan antioksidan didalamnya yaitu MUFA dan flavonoid.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh protektif pemberian EVOO dan madu terhadap kadar LDL darah pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi diet tinggi kolesterol. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan post test only with control group design, menggunakan 25 ekor tikus jantan yang dipilih secara acak dibagi dalam 5 kelompok. Setiap kelompok diadaptasi selama 7 hari sebelum diberi perlakuan. Kelompok K(-) diberikan diet standar, K(+) diberikan suspensi otak sapi 3 ml, P.EVOO diberikan suspensi otak sapi 3 ml dan EVOO 1 ml, P.madu diberikan suspensi otak sapi 3 ml dan madu 1,35 ml, P.kombinasi diberikan suspensi otak sapi 3 ml dan kombinasi madu 1,35 ml + EVOO 1 ml.

Hasil penelitian didapatkan rerata kadar LDL K(-) (24.25 ± 3.95); K(+) (50,93 ± 7,91); P.EVOO (24,14 ± 4,15); P.madu (21,61 ± 3,68); P.kombinasi (8,26 ± 4,55). Kadar LDL P.EVOO, P.madu, dan P.kombinasi lebih rendah secara signifikan dibandingkan K(+) menggunakan Uji statistik one way ANOVA dan Post Hoc LSD.

(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

C. Low Density Lipoprotein (LDL) ... 24

a. Definisi ... 24

b. Struktur dan Fungsi LDL ... 25

c. Metabolisme LDL ... 27

(7)

ii

III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ... 35

B. Waktu dan Tempat Penelitian... 35

C. Alat dan Bahan Penelitian ... 36

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 37

E. Variabel Penelitian ... 39

F. Definisi Operasional ... 40

G. Prosedur Penelitian ... 40

H. Analisis Data... 46

I. Etika Penelitian ... 46

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil ... 34

a. Data Kadar LDL Tikus Jantan ... 49

b. Uji Normalitas dan Homogenitas ... 50

c. Uji One Way ANOVA... 52

B. Pembahasan ... 55

C.Keterbatasan Penelitian ... 63

V. KESIMPULAN A.Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Persyaratan Mutu Madu ... 23

2. Definisi Operasional ... 40

3. Hasil Penghitungan kadar LDL Tikus Jantan ... 48

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Teori... 8

2. Kerangka Konsep ... 9

3. Komposisi partikel LDL ... 26

4. Metabolisme LDL ... 28

5. Skema ilustrasi uptake LDL oleh LDLR ... 29

6. Diagram Alur Penelitian ... 45

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Hasil Pemeriksaan LDL ... 72

2. Uji Statistik ... 73

3. Dokumentasi Peralatan dan Cara Kerja ... 77

(11)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan dimana kadar kolesterol serum meningkat terutama kadar Low Density Lipoprotein (LDL) yang melebihi batas normal. Low density lipoprotein merupakan suatu lipoprotein berdensitas rendah yang membawa kolesterol dan trigliserida dari hati ke jaringan perifer tubuh, peningkatan konsentrasi LDL dalam plasma berhubungan dengan peningkatan risiko Penyakit KardioVaskular (PKV) (Davidson et al., 2009).

Hiperkolesterolemia merupakan faktor risiko utama terjadinya aterosklerosis yang merupakan penyebab tersering dari penyakit kardiovaskular. Meskipun terdapat faktor risiko lain untuk terbentuknya plak aterosklerosis, hiperkolesterolemia adalah faktor pencetus dari faktor risiko lain seperti tekanan darah tinggi (Bhatnagar et al., 2008).

(12)

kolesterol. Studi epidemiologi yang menilai hubungan antara pajanan makanan dan PKV telah banyak dilakukan, sementara banyak uji klinis telah menunjukkan dampak dari perubahan pola makan terhadap keadaan hiperkolesterolemia yang merupakan faktor risiko PKV (Ros E, 2012).

Penyakit KardioVaskular merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia. Gaya hidup tidak sehat (merokok, kurang olahraga dan kebiasaan diet yang buruk) menyumbang hampir 80% dari populasi menyebabkan risiko PKV. Oleh karena itu, modifikasi gaya hidup adalah landasan dari strategi berbasis populasi untuk pencegahan PKV (Ros E, 2012).

Insidensi PKV biasanya rendah di mana konsentrasi kolesterol plasma populasi rendah. Banyak penelitian menunjukkan bahwa mengurangi prevalensi hiperkolesterolemia merupakan sarana penting penurunan risiko PKV (Bhatnagar et al., 2008).

(13)

3

Selain zaitun, madu merupakan makanan yang sering dikonsumsi masyarakat sebagai nutrisi tambahan yang dipercaya memiliki efek protektif terhadap kesehatan. Penelitian Waili (2004) menemukan bahwa madu alami dapat mempengaruhi profil lipid darah dengan memodulasi atau mengatur kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, triasilgliserol sehingga berperan dalam menurunkan risiko PKV (Yaghoobi et al., 2008).

Dalam konteks kepentingan agama, zaitun dan madu diriwayatkan di dalam Al Quran. Zaitun disebut sebagai pohon yang diberkahi dalam surat An-Nur (Quran 24:35) sedangkan madu disebut sebagai obat atau penyembuh bagi manusia dengan bermacam-macam warnanya yang berasal dari perut lebah (Quran 16:69).

(14)

Madu merupakan produk alami yang telah banyak digunakan karena efek terapeutiknya. Madu alami dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular dengan menurunkan kadar kolesterol LDL serum pada pasien hiperkolesterolemia (Oskouei & Najafi, 2012).

Berdasarkan uraian di atas, pada penelitian ini peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh protektif pemberian minyak zaitun murni atau Extra Virgin Olive Oil (EVOO) dan madu terhadap kadar Low Density Lipoprotein (LDL) darah pada tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi diet tinggi kolesterol. Penelitian ini dilakukan selama 15 hari diawali waktu adaptasi selama 7 hari untuk meneliti kemungkinan adanya efek protektif dari EVOO dan madu terhadap peningkatan kadar LDL darah hewan percobaan yang diberikan pakan tinggi kolesterol.

B.Perumusan Masalah

Tingginya kejadian penyakit jantung yang disebabkan aterogenesis pada pembuluh darah jantung akibat meningginya kadar kolesterol dalam darah atau hiperkolesterolemia, serta konsumsi Ekstra Virgin Olive Oil (EVOO) dan madu yang sudah terbukti memiliki pengaruh terhadap kadar profil lipid darah membuat peneliti tertarik untuk meneliti dan merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

(15)

5

dalam darah tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi diet tinggi kolesterol.

b. Apakah pemberian madu memiliki pengaruh protektif terhadap peningkatan kadar Low Density Lipoprotein (LDL) dalam darah tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi diet tinggi kolesterol.

c. Apakah pemberian kombinasi Extra Virgin Olive Oil (EVOO) dan madu memiliki pengaruh protektif terhadap peningkatan kadar Low Density Lipoprotein (LDL) dalam darah tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi diet tinggi kolesterol.

d. Apakah terdapat potensi terbaik dari perbandingan pengaruh protektif pemberian EVOO, madu, dan kombinasi EVOO & madu terhadap kadar Low Density Lipoprotein (LDL) darah pada tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi diet tinggi kolesterol.

C.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui pengaruh protektif pemberian Extra Virgin Olive Oil (EVOO) terhadap kadar Low Density Lipoprotein (LDL) darah pada tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi diet tinggi kolesterol;

(16)

novergicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi diet tinggi kolesterol;

c. Untuk mengetahui pengaruh protektif pemberian kombinasi Extra Virgin Olive Oil (EVOO) dan madu terhadap kadar Low Density Lipoprotein (LDL) darah pada tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi diet tinggi kolesterol;

d. Untuk mengetahui potensi terbaik dari perbandingan pengaruh pemberian EVOO, madu, dan kombinasi keduanya terhadap kadar Low Density Lipoprotein (LDL) darah pada tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi diet tinggi kolesterol

D.Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagi peneliti, sebagai wujud pengaplikasian disiplin ilmu yang telah dipelajari sehingga dapat mengembangkan wawasan keilmuan peneliti. b. Bagi masyarakat/institusi, dapat memberikan informasi bahwa

penggunaan Extra Virgin Olive Oil (EVOO) dan madu dapat memelihara kesehatan terutama pada masyarakat yang memiliki kadar kolesterol tinggi.

(17)

7

E.Kerangka Teori

Hiperkolesterolemia, atau kadar kolesterol tinggi di dalam darah, terjadi ketika terlalu banyak kolesterol, terutama kolesterol LDL di dalam tubuh. Kolesterol adalah substansi yang lembut, seperti lilin, yang merupakan komponen alami dari semua sel tubuh (UMMC, 2011).

Pada penelitian Fito et al. (2007) membuktikan bahwa diet Mediterania, di mana minyak zaitun merupakan sumber utama lemak, telah dikaitkan dengan menurunnya insidensi PKV dan menurunkan tekanan darah dengan menurunkan kadar kolesterol darah. Minyak zaitun murni, selain mengandung asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA), juga menyandung senyawa fenolik dengan sifat antioksidan.

(18)

Gambar 1.1. Kerangka Teori (Fernandez & West, 2005; Rumanti, 2011) Keterangan:

: Menurunkan

: Menyebabkan

: Meningkatkan

: Mengandung

: Berkerja

EVOO

MADU

Sintesis reseptor LDL enzim HMG-KoA reduktase sekresi Apo B-100

absorbsi kolesterol saluran cerna

LDL Senyawa Fenolik

(Flavonoid) dan MUFA

(19)

9

F. Kerangka Konsep

Pemberian diet tinggi kolesterol dapat meningkatkan kadar LDL darah, namun dengan pemberian EVOO dan madu hal tersebut dapat dicegah. EVOO dan madu memiliki pengaruh terhadap penurunan kadar LDL darah. Pada penelitian ini akan dibandingkan pengaruh protektif pemberian EVOO terhadap kadar LDL darah tikus, pemberian madu terhadap kadar LDL darah tikus, serta pemberian kombinasi madu dan EVOO terhadap kadar LDL darah tikus yang diberi diet tinggi kolesterol.

Gambar 1.2. Kerangka Konsep EVOO + Madu

Kadar LDL darah tikus Madu

(20)

G.Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Terdapat pengaruh protektif pemberian Extra Virgin Olive Oil (EVOO) terhadap kadar Low Density Lipoprotein (LDL) darah pada tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi diet tinggi kolesterol.

b. Terdapat pengaruh protektif pemberian madu terhadap penurunan kadar Low Density Lipoprotein (LDL) darah pada tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi diet tinggi kolesterol.

c. Terdapat pengaruh protektif pemberian kombinasi Extra Virgin Olive Oil (EVOO) dan madu terhadap kadar Low Density Lipoprotein (LDL) darah pada tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi diet tinggi kolesterol.

(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Extra Virgin Olive Oil (EVOO)

a. Definisi

Extra virgin olive oil atau minyak zaitun murni adalah minyak yang didapatkan dengan pemerasan secara langsung buah zaitun baik menggunakan alat maupun tidak, dibawah suhu yang sesuai (cold pressing method) agar tidak merubah atau mempengaruhi komposisi asli minyak zaitun. Dalam hal ini, minyak zaitun yang dihasilkan oleh ekstraksi pelarut atau proses re-esterifikasi, dan dicampur dengan minyak nabati lainnya tidak termasuk kategori EVOO (IOC, 2013).

(22)

Zaitun dikenal sebagai salah satu tanaman buah yang banyak (>750 juta pohon zaitun) dibudidayakan di seluruh dunia. Sekitar 99% dari total produksi zaitun di dunia merupakan milik negara di seluruh cekungan Mediterania dan Timur Tengah. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO) pada tahun 2009, lahan seluas 9,9 juta hektar (ha) di daerah mediterania ditanami dengan pohon-pohon zaitun. Spanyol merupakan produsen terbesar minyak zaitun dengan total luas 2.500.000 ha untuk pembudidayaan zaitun diikuti oleh Italia (1.159.000 ha) dan Yunani (765.000 ha) (Ghanbari et al., 2012).

Produksi minyak zaitun dunia tahun 2008-2009 adalah 2,9 juta ton, dimana Spanyol, menyumbang lebih dari 40% sebagai produsen terbanyak. Setelah Spanyol, Italia menempati urutan ke dua dengan produksi minyak zaitun sebesar 587.000 ton, Yunani memegang posisi ketiga dalam produksi minyak zaitun dunia, memproduksi sekitar 332.600 ton per tahun minyak zaitun, yang 82% adalah EVOO (Ghanbari et al., 2012).

b. Komposisi

(23)

13

acid), α-tokoferol, squalene, klorofil (pigmen warna), dan β-karoten yang berfungsi sebagai antioksidan (Cicerale et al., 2010; Ghanbari et al., 2012).

Setiap 100 gram EVOO mengandung sekitar 95 gram lemak (90-99% fraksi gliserol) yang terdiri dari: MUFA 73,7 gram; SFA 13,5 gram; dan PUFA 7,9 gram (Assy et al, 2009). Asam lemak dengan jumlah banyak yang terdapat di dalam minyak zaitun yaitu SFA [asam palmitat (C16:0), asam stearat (C18:0)], MUFA [asam oleat (C18:1); asam palmitoleat (C16:1)], dan PUFA [asam linoleat (C18:2), dan asam linolenat (C18:3)]. Hampir semua varietas minyak zaitun memiliki C16:0, C18:0, C18:1, dan C18:2 sebagai komponen utama, C16:1 dan C18:3 ada dalam jumlah kecil. Komponen utama EVOO adalah asam oleat, berkontribusi sekitar 55-75% dari total asam lemak (Nugraheni, 2012).

Beberapa parameter seperti bidang produksi, garis lintang, iklim, varietas, dan tahap kematangan buah sangat mempengaruhi komposisi asam lemak dari minyak zaitun. Misalnya, jenis minyak zaitun dari Yunani, Italia, dan Spanyol rendah asam linoleat dan palmitat tetapi mereka memiliki persentase yang tinggi dari asam oleat, sementara minyak zaitun Tunisia tinggi asam linoleat dan palmitat dan rendah asam oleat (Ghanbari et al., 2012).

(24)

dalam jumlah yang tinggi, terutama senyawa fenolik dan vitamin E (α -tokoferol) (Fito et al., 2007). Senyawa fenolik merupakan metabolit sekunder dari tanaman. Senyawa fenolik ini dapat disintesis secara alami oleh tanaman sebagai respon terhadap kondisi stres seperti infeksi, luka, dan radiasi UV (Ghanbari et al., 2012).

Kelas-kelas senyawa fenolik yang terdapat dalam minyak zaitun adalah asam fenolik (vanillic acid, coumaric acid, caffeic acid), fenolik alkohol (hydroxytyrosol), flavonoid, secoiridoid (oleuropein) dan lignan. Asam fenolik adalah kelompok pertama senyawa fenolik yang ditemukan di EVOO, senyawa ini bersama dengan fenil-alkohol dan flavonoid terdapat dalam sejumlah kecil di EVOO, sementara secoiridoids dan lignan adalah senyawa fenolik yang paling banyak ditemukan (Ghanbari et al., 2012).

c. Manfaat

(25)

15

EVOO lebih dari sekedar MUFA melainkan senyawa fenolik dalam 0,4-5% EVOO juga memiliki banyak manfaat kesehatan bahkan lebih besar manfaatnya terhadap profil lipid darah dan juga berperan sebagai antioksidan (Ghanbari et al., 2012).

Asam lemak tak jenuh ganda (PUFA) dengan 18 atom karbon (C18) seperti linoleat (18:02 ω-6) dan linolenat (18:03 ω-3) yang terdapat dalam jumlah

cukup pada EVOO dikenal sebagai Essential Fatty Acid (EFA) dalam gizi manusia. Asam lemak ini merupakan komponen yang tidak terpisahkan untuk perkembangan struktur dan fungsi sel tetapi asam lemak ini tidak dapat disintesis oleh tubuh manusia. Asupan PUFA diperlukan melalui diet, dan seharusnya hanya 6-8% kalori dari lemak (Viola P & Viola M, 2009).

Peningkatan kolesterol akibat SFA menyebabkan turunnya aktivitas reseptor LDL, sementara UFA meningkatkannya. Modifikasi fluiditas membran hepatosit merupakan satu cara dimana diet tinggi UFA dapat mempengaruhi aktivitas receptor LDL dibandingkan dengan diet tinggi SFA. Penelitian in vitro dan penelitian pada hewan percobaan tikus menunjukkan perubahan yang signifikan terjadi pada pengikatan LDL dengan reseptornya sebagai hasil dari perubahan fluiditas membran. Selain itu, ada pula pendapat bahwa diet asam lemak secara langsung dapat mempengaruhi jumlah reseptor yang tersedia untuk ambilan LDL sirkulasi secara spesifik dengan mempengaruhi sintesis reseptor LDL (Fernandez & West, 2005).

(26)

Dalam keadaan normal, tubuh memiliki regulasi kolesterol yaitu ketika sel membutuhkan kolesterol, Sterol Regulatory Element Bound Protein (SREBP) yang normalnya menempel pada retikulum endoplasma sel dikirim ke badan golgi yang kemudian akan mengaktivasi transkripsi gene encoding enzim HMG KoA reduktase dan seluruh enzim yang berguna untuk sintesis kolesterol (Goldstein & Brown, 2009). Endositosis LDL melalui reseptor LDL menghambat mekanisme tersebut, sehingga menurunkan aktivasi enzim HMG KoA reduktase, dan kemudian sel akan menstabilkan kolesterol dan reseptor LDL yang dibutuhkan oleh sel sehingga tidak akan terjadi over load kolesterol di dalam sel (Goldstein & Brown, 2009).

Konsumsi EVOO yang mengandung MUFA dan PUFA dapat meningkatkan sintesis reseptor LDL pada sel jaringan perifer maupun hepatosit, kolesterol yang berlebihan di dalam sel akan diangkut oleh HDL yang kemudian akan diekskresikan melalui feses dalam bentuk asam empedu dan kolesterol (Murray et al., 2006). Senyawa fenolik yaitu flavonoid juga diketahui memiliki pengaruh dalam menurunkan kadar lipid tubuh dengan mekanisme menurunkan sekresi apo B-100 dari sel hepar dan meningkatkan regulasi reseptor LDL (Pal et al., 2003).

(27)

17

memiliki efek protektif dan sifat antiinflamasi. Oleh karena itu, penghambatan pembentukan sel busa LDL yang dihasilkan proses oksidatif, penurunan tingkat trigliserida, kolesterol, dan LDL dengan senyawa alami akan menghasilkan penghambatan perkembangan lesi aterosklerotik. Senyawa fenolik dari berbagai sumber telah dilaporkan dapat mencegah oksidasi LDL in vitro dan menunjukkan aktivitas hipolipidemik pada penelitian in vivo, sehingga menunjukkan efektivitas senyawa fenolik untuk pencegahan dan pengobatan aterosklerosis (Cicerale et al., 2010).

B.Madu

a. Definisi

Madu merupakan cairan alami yang umumnya mempunyai rasa manis yang dihasilkan oleh lebah madu dari sari bunga tanaman (floral nektar) atau bagian lain dari tanaman (ekstra floral nektar) atau eksresi serangga (SNI 01-3545-2004). Madu merupakan produk sampingan dari nektar bunga dan saluran pencernaan bagian atas dari lebah madu, yang terkonsentrasi melalui proses dehidrasi di dalam sarang lebah. Madu memiliki komposisi kimia yang sangat kompleks yang bervariasi tergantung pada sumber botani. Madu telah digunakan baik sebagai makanan maupun obat sejak zaman kuno (Oskouei & Najafi, 2012).

(28)

Nektar sebagian besar tersusun dari air dengan gula terlarut dan jumlah gula sangat bervariasi tetapi biasanya 25-70%. Nektar digambarkan sebagai "hadiah" yang diberikan oleh tanaman untuk menarik lebah. Nektar dihisap oleh lebah madu dengan memasukkan belalainya ke dalam bunga, melalui kerongkongan, dada, dan akhirnya masuk ke dalam perut. Pollen atau serbuk sari diangkut ke sarang dalam bentuk kantung serbuk sari pada kaki belakang sedangkan nektar diangkut dalam perut. Di dalam sarang lebah, nektar ditempatkan ke dalam sel lilin sarang lebah dan kandungan air yang berlebih diuapkan disana hingga komposisi madu menjadi sekitar 83% gula dan 17% air. Hal tersebut membutuhkan waktu beberapa hari. Sel-sel tersebut kemudian ditutup dengan lapisan lilin, yang kemudian dihapus ketika lebah perlu memakan madu. Ketika sejumlah besar nektar sedang dikumpulkan, lebah mempercepat penguapan dengan menggunakan sayap mereka untuk ventilasi sarang. Komposisi gula pun berubah, gula dalam nektar sebagian besar adalah sukrosa, yang memiliki molekul besar. Lebah menghasilkan enzim invertase, yang memecah setiap molekul sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa dengan penguapan kelebihan air (Olaitan et al., 2007).

b. Komposisi

(29)

(28,54-19

31,3%), yang mana 85-95% dari total gula mudah diserap dalam saluran pencernaan (Olaitan et al., 2007). Komponen gula lainnya termasuk disakarida seperti maltosa, sukrosa, isomaltosa turanosa, nigerosa, melibiosa, panosa, maltotriosa, dan melezitosa. Beberapa oligosakarida juga hadir, madu mengandung 4 sampai 5% frukto-oligosakarida, yang berfungsi sebagai agen probiotik (Oskouei & Najafi, 2012).

Air adalah komponen yang paling penting kedua dari madu. Komposisinya sangat penting, karena mempengaruhi penyimpanan madu. Kadar air akhir tergantung pada berbagai faktor lingkungan selama produksi seperti cuaca dan kelembaban di dalam sarang, tetapi juga pada kondisi nektar dan perlakuan terhadap madu selama ekstraksi dan penyimpanan. Asam organik terkandung 0,57% dari madu, termasuk asam glukonat yang merupakan produk pencernaan enzimatik glukosa. Asam organik bertanggung jawab untuk keasaman madu dan sebagian besar berkontribusi terhadap rasa yang khas (Olaitan et al., 2012). Komposisi madu dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti: asal geografis, sumber botani nektar, kondisi lingkungan dan iklim serta teknik pengolahan (Erejuwa et al., 2012).

(30)

asam nikotinat, B6, dan asam pantotenat juga ditemukan. Madu mengandung protein hanya sedikit yaitu 0,1-0,5%. Menurut laporan terbaru, jumlah protein spesifik berbeda sesuai dengan asal lebah madu (Olaitan et al., 2012; Oskouei & Najafi, 2012).

Berbagai enzim seperti oksidase, invertase, amilase, katalase dll hadir dalam madu. Namun, enzim utama dalam madu adalah invertase (sakarase), diastase (amilase), dan glukosa oksidase. Mereka memiliki peran penting dalam pembentukan madu. Enzim glukosa oksidase menghasilkan hidrogen peroksida (yang memberikan sifat antimikroba) bersama dengan asam glukonat dari glukosa yang membantu dalam penyerapan kalsium. Enzim invertase mengubah sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa. Dekstrin dan maltosa diproduksi dari rantai pati lama oleh aktivitas enzim amilase. Katalase membantu dalam memproduksi oksigen dan air dari hidrogen peroksida (Bogdanov et al., 2008).

Gula adalah senyawa utama yang memberikan rasa pada madu. Aroma madu tergantung juga pada jumlah dan jenis asam dan asam amino yang ada. Rasa madu adalah kualitas yang penting untuk aplikasi dalam industri makanan dan juga kriteria seleksi untuk pilihan konsumen (Bogdanov et al., 2008).

(31)

21

utama dalam madu adalah flavonoid (misalnya quercetin, luteolin, kaempferol, apigenin, chrysin, galangin). Polifenol lainnya adalah asam fenolik (caffeic acid, coumaric acid, ferulic acid), asam askorbat, tokoferol, katalase, superoksida dismutase, glutation tereduksi dan peptida. Sebagian besar senyawa di atas bekerja sama untuk memberikan efek antioksidan yang sinergis. Konten polifenol di dalam madu dapat bervariasi antara 60 dengan 460μg/100 gram madu dan lebih tinggi pada sampel yang dihasilkan

selama musim kemarau dengan suhu tinggi (Bogdanov et al., 2008).

c. Manfaat

Penggunaan madu telah diketahui sejak delapan ribu tahun yang lalu seperti yang digambarkan oleh lukisan zaman batu. Orang-orang Mesir kuno, Syria, Cina, Yunani dan Romawi menggunakan madu untuk luka dan penyakit pencernaan (Oskouei & Najafi, 2012).

(32)

Penelitian pada 38 individu obesitas, efek madu alami pada kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, triasilgliserol, protein C-reaktif (CRP), glukosa darah puasa, dan berat badan diselidiki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi 70 gram madu alami selama 30 hari menyebabkan penurunan kolesterol total, kolesterol LDL, triasilgliserol, dan CRP secara bermakna. Para penulis menyimpulkan bahwa madu alami mengurangi faktor risiko kardiovaskular, terutama pada subyek dengan faktor risiko tinggi, dan tidak meningkatkan berat badan pada subyek obesitas (Oskouei & Najafi, 2012).

Madu mengandung senyawa antioksidan yang tinggi diantaranya beta karoten, vitamin C, dan flavonoid. Flavonoid memiliki pengaruh dalam mengurangi risiko PKV dengan cara menurunkan aktivitas enzim HMG KoA reduktase yang berfungsi dalam sintesis kolesterol dan menghambat absorbsi kolesterol dari saluran cerna sehingga kolesterol diekskresikan melalui feses ( Asih dkk., 2012; Rumanti, 2011).

(33)

23

serum pada pasien hiperkolesterolemia (Oskouei & Najafi, 2012). Erejuwa et al. (2012) menuliskan bahwa oligosakarida yang terdapat di dalam madu dapat menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, rasio LDL/HDL, dan meningkatkan kadar kolesterol HDL pada pasien diabetes tipe 2.

Di negara Indonesia sendiri telah disusun standar mutu untuk madu oleh Badan Standardisasi Nasional Indonesia (BSNI) pada tahun 2004. Maksud dan tujuan penyusunan standar adalah sebagai acuan sehingga madu yang beredar di pasaran dapat terjamin mutu dan keamanannya. Berikut merupakan tabel persyaratan mutu madu menurut SNI 2004 :

Tabel 2.1. Persyaratan mutu madu

No Jenis uji Satuan Persyaratan

1 Aktivitas enzim diastase, min. DN 3

2 Hidroksimetilfurfural (HMF), maks. mg/kg 50

(34)

C.Low Density Lipoprotein (LDL)

a. Definisi

Low density lipoprotein atau LDL adalah lipoprotein berdensitas rendah, disebut juga lipoprotein β. LDL merupakan golongan lipoprotein yang

bertanggungjawab dalam transpor kolesterol dari hepar ke jaringan ekstrahepar (Dorland, 2010).

Kombinasi lipid dan protein (lipoprotein) adalah konstituen sel yang penting, yang terdapat baik di membran sel maupun di mitokondria, dan juga sebagai alat pengangkut lipid dalam darah (Murray et al., 2009). Lipid plasma terdiri dari ester kolesterol (36%), fosfolipid (30%), trigliserida (16%), kolesterol (14%), dan sedikit asam lemak bebas (FFA) (4%) (Murray et al., 2006).

Lipid tidak larut dalam plasma, sehingga lipid terikat pada protein sebagai mekanisme transpor dalam serum. Karena lipid kurang padat dibandingkan air, berat jenis atau densitas lipoprotein menurun seiring dengan peningkatan proporsi lipid terhadap protein. Ikatan lipid dan protein menghasilkan empat kelas utama lipoprotein : (1) Kilomikron yang berasal dari penyerapan trigliserida dan lipid lain di usus; (2) VLDL, lipoprotein yang berdensitas sangat rendah atau pra-β-lipoprotein, yang berasal dari hati untuk ekspor trigliserida; (3) LDL, lipoprotein berdensitas rendah atau β

(35)

25

HDL, lipoprotein berdensitas tinggi atau α-lipoprotein, yang berperan dalam transpor kolesterol dan pada metabolisme VLDL dan kilomikron (Murray et al., 2006).

b. Struktur dan fungsi LDL

Komponen utama LDL adalah ester kolesterol (CE), fosfolipid, protein, kolesterol dan trigliserida. Trigliserida pada VLDL didegradasi oleh enzim lipoprotein lipase (LPL), suatu enzim yang melekat pada sel endotel kapiler, yang mengubah kilomikron menjadi sisa-sisa kilomikron, mengubah VLDL menjadi IDL, dan mengubah IDL menjadi LDL. LDL diserap dihati melalui proses endositosis yang dibantu oleh reseptor (LDLR) dan dicerna oleh lisosom jaringan hepar maupun ekstrahepar (Marks et al, 2000).

(36)

Gambar 2.1. Komposisi partikel LDL (Sumber: Prassl & Laggner, 2012).

(37)

27

c. Metabolisme LDL

Low Density Lipoprotein yang dihasilkan dari hati merupakan derivat dari VLDL yang mana pengolahannya dimediasi oleh LipoProtein Lipase (LPL), Hepatik Lipase (HL), dan protein pertukaran lipid, seperti Phospholipid Transfer Protein (PLTP) dan Cholesteryl Ester Transfer Protein (CETP). Konversi VLDL menjadi IDL dan selanjutnya ke LDL, mengurangi afinitas pengikatan apolipoprotein E (apo-E) dan apolipoprotein lainnya (seperti apo-C) pada partikel LDL (Heeren & Beisiegel, 2009).

Konversi IDL menjadi LDL pada akhirnya menghasilkan partikel LDL yang mengandung satu molekul protein yaitu apo-B100. Low Density Lipoprotein Receptor (LDLR) memainkan peran utama dalam mengoordinasikan sirkulasi LDL. Hal tersebut menunjukkan pentingnya peran jalur LDLR, sehingga apabila terjadi mutasi pada LDLR dapat menyebabkan hiperkolesterolemia berat dan aterosklerosis dini (Heeren & Beisiegel, 2009).

(38)

Gambar 2.2. Metabolisme LDL (Sumber : Murray et al., 2006).

Hati mengekspor kolesterol ke jaringan-jaringan tubuh, disekresikan dalam VLDL dan dikemas dengan trigliserida. Selain itu, sejumlah kolesterol disekresikan dari hati melalui ATP binding cassette A1 (ABCA1) untuk bergabung dengan partikel HDL kecil yang baru disekresikan (Durrington, 2007).

(39)

29

hepar atau dapat diambil secara langsung dari HDL melalui receptor scavenger kelas B hepar (Bhatnagar et al., 2008).

Setelah mengikat LDLR di jaringan tubuh, LDL bermigrasi ke membran plasma sel yang dilapisi dengan clathrin di sisi sitoplasmanya. Protein clathrin memprakarsai endositosis. Setelah vesikel di dalam sel, secara spontan clathrin berdisosiasi dari vesikel endosomal, dan menurunkan pH vesikel hasil dari disosiasi LDL dengan reseptor. Reseptor LDL didaur ulang ke permukaan sel. Vesikel berfusi dengan lisosom yang kemudian mendegradasikan lipoprotein menjadi komponen utamanya yaitu, asam lemak, gliserol, kolesterol dan asam amino. Kolesterol dimasukkan ke dalam kolam kolesterol intraseluler yang digunakan untuk sintesis membran atau steroid. Hati juga menyerap LDL oleh mekanisme endositosis yang sama. Sekitar 75% dari LDL diserap oleh hati (Jeon & Blacklow, 2005).

(40)

Ketika ada terlalu banyak kolesterol LDL dalam darah, partikel-partikel ini dapat membentuk endapan pada dinding arteri koroner dan lainnya. Endapan tersebut membuat arteri sempit dan menghambat aliran darah. Hal ini dapat menyebabkan serangan jantung atau stroke. Karena itu, kolesterol LDL sering disebut sebagai kolesterol jahat (Landeka et al., 2010).

Kolesterol juga diekskresikan dalam empedu baik sebagai kolesterol bebas maupun asam empedu yang mana keduanya bergantung pada sirkulasi enterohepatik. Sebagian besar plasma kolesterol ada dalam bentuk LDL, dengan sejumlah kecil VLDL dan HDL. Total kadar kolesterol plasma utamanya menggambarkan kadar kolesterol LDL (Bhatnagar et al, 2008).

D.Hiperkolesterolemia

(41)

31

Hiperkolesterolemia, atau lebih khususnya peningkatan kolesterol low density lipoprotein (LDLC) di dalam plasma, merupakan faktor risiko penting bagi pertumbuhan dan perkembangan aterosklerosis. Selain itu, telah dilaporkan bahwa LDL teroksidasi mungkin berperan dalam perkembangan aterosklerosis, karena pada observasi ditemukan bahwa LDL teroksidasi bersifat sitotoksik, kemotaktik, dan kemostatik. Makrofag monosit dalam lingkungan LDL teroksidasi akan sering menghilangkan LDL dari interstitium dan menghasilkan sel busa makrofag, dan akan tampak garis lemak dan plak fibrosa (Jemai et al., 2007). Tikus dianggap hiperkolesterolemia jika kadar kolesterol total >130 mg/dl, kolesterol LDL ≥ 66 mg/dl, dan kolesterol HDL ≤ 25 mg/dl (Iswari, 2009; Nugraheni, 2012).

Lemak dari makanan dapat mempengaruhi risiko penyakit jantung koroner melalui beberapa mekanisme. Salah satu mekanisme tersebut adalah pengaruh dari lemak makanan pada kerentanan LDL terhadap oksidasi. Menurut hipotesis oksidasi, salah satu langkah awal dalam aterogenesis adalah modifikasi oksidatif lipoprotein, terutama LDL, di dinding arteri. LDL teroksidasi diambil oleh makrofag, yang pada gilirannya menjadi sel busa yang berisi lipid (Kratz et al., 2002).

(42)

tak jenuh tunggal yang terdapat pada karbohidrat yang dimakan, baik untuk menurunkan kadar LDL dan meningkatkan kadar HDL (Mensink et al., 2003).

Sumber asam lemak jenuh (SFA) cenderung makanan sumber hewani, termasuk susu, krim, mentega, keju, daging berlemak seperti daging babi dan daging sapi, lemak babi (dan makanan yang terbuat dari ini termasuk kue, kue dan biskuit), dan produk daging (misalnya, daging asap, kue dan sosis). Minyak tertentu seperti kelapa, kelapa sawit, dan minyak inti sawit, juga mengandung jumlah yang relatif tinggi asam lemak jenuh. Tubuh manusia dapat membuat semua lemak jenuh yang kita butuhkan, sehingga kita tidak perlu asupan lemak jenuh sama sekali. Meminimalkan diet asupan lemak jenuh memiliki dampak yang baik terhadap kadar kolesterol serum. Kalori dari lemak jenuh dapat digantikan dengan lemak tak jenuh atau karbohidrat (Landeka et al., 2010).

(43)

33

Asam lemak jenuh (SFA) meningkatkan kadar kolesterol plasma dan bertindak sebagai promotor perkembangan kanker tertentu (misalnya, usus besar, payudara, dan mungkin rahim dan prostat). Ahli gizi merekomendasikan asupan lemak yang seimbang sesuai dengan jumlah total lemak sebesar 25 sampai 30% dari total kalori dengan rasio asam lemak sebagai berikut: 1. Lemak Jenuh (6-8%), 2. MUFA (12-14%) , 3. PUFA sebagai ω-6 (6-7%), dan 4. PUFA sebagai ω-3 (0.5-1.5%) (Viola P & Viola M, 2009).

Terdapat berbagai hal yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol (faktor risiko). Ada faktor yang dapat dipengaruhi dan tidak. Berikut faktor risiko yang dapat dipengaruhi:

1) Diet, Lemak jenuh dan kolesterol dalam makanan dapat meningkatkan kadar kolesterol.

2) Berat, Kelebihan berat badan cenderung meningkatkan kadar kolesterol. 3) Aktivitas fisik, aktivitas fisik yang tidak aktif merupakan faktor risiko

untuk penyakit jantung. Aktivitas fisik yang teratur dapat membantu menurunkan kolesterol LDL dan meningkatkan kolesterol HDL (NHLBI, 2009).

Berikut faktor risiko yang tidak dapat dipengaruhi:

1) Usia dan jenis kelamin, semakin tua seseorang, kadar kolesterol meningkat.

(44)

Tujuan utama pengobatan penurun kolesterol adalah untuk menurunkan kadar LDL ke ambang normal untuk mengurangi risiko penyakit jantung atau mengalami serangan jantung. Ada dua cara utama untuk menurunkan kadar kolesterol:

1) Terapi perubahan gaya hidup / Therapeutic Lifestyle Changes (TLC), termasuk diet menurunkan kolesterol, aktivitas fisik, dan manajemen berat badan.

2) Terapi obat, jika obat penurun kolesterol diperlukan, obat-obatan digunakan bersama dengan terapi perubahan gaya hidup untuk membantu menurunkan kadar LDL yang diatas normal.

(45)

III. METODE PENELITIAN

A.Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini merupakan suatu penelitian eksperimental laboratorik yang menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan menggunakan pola post test only control group design. Rancangan acak terkontrol dengan pola post test only control group design adalah desain yang paling sederhana dari desain eksperimental (true experimental design), karena sampel benar-benar dipilih secara random, diberi perlakuan serta ada kelompok pengontrolnya, dan dilakukan penilaian hanya pada hasil intervensi dengan membandingkan pada kelompok kontrol (Dahlan, 2010).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

(46)

C. Alat dan bahan penelitian

a. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kandang tikus;

2. botol minum tikus;

3. sonde untuk pemberian oral; 4. spuit oral;

5. minor set;

6. timbangan analitik; 7. kapas;

8. kamera digital.

b. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Extra Virgin Olive Oil (EVOO) dengan persentase murni 100% minyak zaitun dengan merek dagang Pietro Coricelli yang di produksi oleh Italia sebagai negara ke dua penghasil minyak zaitun dan diimpor oleh Indonesia, EVOO ini dibeli di salah satu supermarket di kota Bandar Lampung;

2. Madu asli yang diproduksi oleh Perum Perhutani. Madu asli ini diproduksi dari perkebunan kelengkeng Perum Perhutani dan diolah berdasarkan mutu Standar Nasional Indonesia (SNI). Penjelasan SNI dapat dilihat di bab tinjauan pustaka ;

(47)

37

4. aquades;

5. makanan standar tikus (pelet);

6. pakan tinggi kolesterol yang diberikan adalah berupa otak sapi dengan dosis 3 ml/hari;

7. obat anestesi ketamine+xylazine sebagai narkosis sebelum pengambilan darah tikus.

D.Populasi dan Sampel

a. Populasi penelitian

Populasi penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley berumur 4-5 bulan yang diperoleh dari laboratorium Balai Penelitian Veteriner (BALITVET) Bogor. Pemilihan tikus putih jenis ini dikarenakan memiliki sifat yang lebih tenang dan mudah dikondisikan hiperkolesterolemia.

b. Sampel penelitian

Hewan penelitian adalah tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley umur 4-5 bulan dengan berat badan 150-250 gram. Sampel penelitian dipilih secara simple random sampling berjumlah 35 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley.

(48)

menggunakan lima kelompok perlakuan sehingga penghitungan sampel menjadi:

(t-1) (r-1) ≥ 15 4 (r-1) ≥ 15 4r ≥ 19 r ≥ 19/4 r ≥ 4,75

Jadi sampel yang akan digunakan tiap kelompok percobaan sebanyak 5 ekor dengan 2 tikus putih sebagai cadangan pada masing-masing kelompok sehingga jumlah tikus yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 35 ekor.

c. Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi dari penelitian ini adalah:

1. tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley; 2. berumur ± 4-5 bulan;

3. berat badan 150-250 gram;

4. didapatkan dari tempat pembiakan yang sama, pakan yang sama, dan akses bebas pada air minum.

d. Kriteria Eklusi

Kriteria eklusi dari penelitian ini adalah:

1. terlihat sakit pada masa adaptasi (penampakan rambut kusam, rontok atau botak dan aktivitas kurang atau tidak aktif, keluarnya eksudat yang tidak normal dari mata, mulut, anus atau genital );

(49)

39

E.Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini terdiri dari variabel perlakuan (independen) dan variabel respon (dependen).

a. Variabel perlakuan (independen) adalah pemberian minyak zaitun murni dan madu.

(50)

F. Definisi Operasional

Untuk memudahkan penelitian dan agar penelitian tidak menjadi terlalu luas, maka dibuat definisi operasional sebagai berikut:

Tabel 3.1. Definisi operasional variabel penelitian

Variabel Definisi Skala

Extra Virgin Olive Oil (EVOO)

Madu

Minyak zaitun murni diberikan kepada tikus.

Madu kelengkeng yang diberikan kepada tikus

Kelompok K(-) (kontrol negatif) = pemberian aquades

Kelompok K(+) (kontrol positif) = pemberian diet tinggi kolesterol dengan dosis 3 ml/ekor/hari

Kelompok P.EVOO = pemberian diet tinggi kolesterol dengan dosis 3 ml/ekor/hari dan EVOO sebanyak 1 ml/ekor/hari

Kelompok P.madu = pemberian diet tinggi kolesterol dengan dosis 3 ml/ekor/hari dan madu sebanyak 1,35 ml/ekor/hari

Kelompok P.kombinasi = pemberian diet tinggi kolesterol dengan dosis 3 ml/ekor/hari dan kombinasi

(51)

41

di Italia bermerek dagang Pietro Coricelli yang diimpor oleh Indonesia dan didapatkan dari salah satu supermarket di kota Bandar Lampung. Dosis pemberian EVOO merupakan hasil perhitungan konversi dosis manusia ke hewan coba. Penentuan dosis EVOO untuk tikus putih (Rattus novergicus) galur Sprague dawley ini berpedoman pada dosis rata-rata VOO yang dikonsumsi masyarakat mediterania yaitu 25-50 ml per hari. Dosis paling efektif adalah 50ml/hari yang dikonversikan kepada dosis tikus dengan berat rata-rata 200 gram menjadi 0,9 ml/hari (Nugraheni, 2012). Pada penelitian ini peneliti memutuskan untuk menggunakan pembulatan dosis menjadi 1 ml/hari.

b. Prosedur pemberian dosis madu

(52)

c. Prosedur pemberian diet tinggi kolesterol

Pada penelitian Pratama dan Probosari (2012) digunakan pakan tinggi kolesterol berupa suspensi otak sapi sebanyak 2 ml per hari. Otak sapi diolah dengan cara dikukus dan diblender dengan penambahan air dengan perbandingan 1:1. Dalam 100 gram otak sapi mengandung sekitar 2 gram kolesterol dan 2,9 gram asam lemak jenuh. Berdasarkan kandungan tersebut, suspensi otak sapi yang diberikan mengandung 20 mg kolesterol dalam 2 ml suspensi otak. Pemberian suspensi otak sapi tersebut selama 15 hari terbukti meningkatkan kadar LDL darah tikus secara bermakna. Pada penelitian ini digunakan suspensi otak sebanyak 3 ml dengan perbandingan otak sapi dengan air 2:1 sehingga diperkirakan mengandung 40 mg kolesterol dan 58 mg lemak jenuh untuk memberi efek hiperkolesterolemia yang lebih tinggi pada tikus selama 15 hari.

d. Alur penelitian

1. Mengukur berat badan 25 ekor tikus percobaan ( yang diuji, 10 sebagai cadangan) sebelum perlakuan;

2. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh pemberian minyak zaitun murni dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok K(-), K(+), P.EVOO, P.madu dan P.kombinasi. Tikus – tikus tersebut dipelihara dalam suhu kamar dan pencahayaan yang cukup pada siang hari selama 7 hari dan diberi pakan pelet standar dan minum ad libitum;

(53)

43

4. Pada waktu yang bersamaan kelompok P.EVOO diberi diet tinggi kolesterol yaitu suspensi otak sapi sebanyak 3 ml per tikus per hari dan diet minyak zaitun dengan dosis 1 ml per hari setiap hari selama 15 hari;

5. Pada waktu yang bersamaan kelompok P.madu diberi diet tinggi kolesterol yaitu suspensi otak sapi sebanyak 3 ml per tikus per hari dan diet madu dengan dosis 1,35 ml/hari setiap hari selama 15 hari;

6. Pada waktu yang bersamaan kelompok P.lombinasi diberi diet tinggi kolesterol yaitu suspensi otak sapi sebanyak 3 ml per tikus per hari dan diet kombinasi madu + minyak zaitun dengan dosis 1,35 ml/hari dan 1 ml/hari selama 15 hari;

(54)

8. Darah sebanyak 2 ml didiamkan selama 30 menit kemudian disentrifugasi menggunakan centrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit untuk mendapatkan serumnya. Pengukuran kadar LDL darah tikus dilakukan di Gladish Medical Center, Pesawaran, Bandar Lampung. Kemudian data hasil pemeriksaan LDL dianalisis secara statistik pengaruh pemberian EVOO dan madu terhadap kadar LDL darah.

Dalam praktik rutin, konsentrasi LDL (mg/dL) dihitung secara tidak langsung (indirect) dari pengukuran kadar trigliserida (TG), High Density Lipoprotein (HDL), dan kolesterol total (TC) dengan menggunakan persamaan Friedewald:

LDL = TC - HDL - (TG / 5)

(55)

45

Gambar 3.1. Diagram alur penelitian

B C E

A

Kelompok K(-) diberi diet standar, K(+) diberi diet tinggi kolesterol dan P.EVOO, P.madu, P.kombinasi diberi diet tinggi kolesterol disertai diet EVOO dan madu selama 15 hari

K(-) K(+) P.EVOO P.madu

Periksa kadar LDL darah (post test) pada hari ke 23

Analisis Hasil

(56)

H. Analisis Data

Data yang diperoleh dari masing–masing kelompok perlakuan yang merupakan hasil penelitian diuji menggunakan program komputer yaitu dengan uji Saphiro-Wilk dan uji homogenitas Levene untuk mengetahui apakah data pada masing–masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p>0,05). Data dari masing–masing kelompok kemudian dianalisis menggunakan uji parametrik One Way ANOVA untuk melihat perbedaan kelompok perlakuan dengan syarat data berdistribusi normal dan homogen. Derajat kemaknaan (taraf signifikansi) yang dipakai adalah (α=0,05), sehingga bila p<0,05 maka paling tidak terdapat dua kelompok data yang mempunyai perbedaan rerata yang bermakna dan bila p>0,05 maka kelompok data tidak mempunyai perbedaan rerata yang bermakna. Selanjutnya dilakukan analisis Post Hoc Least Significant Difference (LSD) untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki perbedaan bermakna.

I. Etika Penelitian

Penelitian ini telah diajukan kepada Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dan telah disetujui dengan menerapkan prinsip 3R dalam protokol penelitian, yaitu:

(57)

47

b. Reduction, adalah pemanfaatan hewan dalam penelitian sesedikit mungkin, tetapi tetap mendapatkan hasil yang optimal. Dalam penelitian ini sampel dihitung berdasarkan rumus Frederer yaitu (r-1)(t-1)≥15, dengan r adalah jumlah hewan yang diperlukan dan t adalah jumlah kelompok perlakuan.

c. Refinement, adalah memperlakukan hewan percobaan secara manusiawi, dengan prinsip dasar membebaskan hewan coba dalam beberapa kondisi, yaitu:

1. Bebas dari rasa lapar dan haus, pada penelitian ini hewan coba diberikan pakan standar dan minum secara ad libitum.

2. Bebas dari ketidaknyamanan, pada penelitian hewan coba ditempatkan di animal house dengan suhu terjaga 20-25°C, kemudian hewan coba terbagi menjadi 3-4 ekor tiap kandang. Animal house berada jauh dari gangguan bising dan aktivitas manusia serta kandang dijaga kebersihannya sehingga, mengurangi stress pada hewan coba.

(58)
(59)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Dari hasil penelitian mengenai pengaruh pemberian Extra Virgin Olive Oil (EVOO) dan madu terhadap kadar LDL darah tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague dawley yang diberikan diet tinggi kolesterol diperoleh simpulan sebagai berikut:

a. Terdapat pengaruh protektif pemberian Extra Virgin Olive Oil (EVOO) terhadap peningkatan kadar LDL darah tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague dawley yang diberikan diet tinggi kolesterol;

b. Terdapat pengaruh protektif pemberian madu terhadap peningkatan kadar LDL darah tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague dawley yang diberikan diet tinggi kolesterol;

c. Terdapat pengaruh protektif pemberian kombinasi EVOO dan madu terhadap peningkatan kadar LDL darah tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague dawley yang diberikan diet tinggi kolesterol;

(60)

B.Saran

Adapun saran untuk pengembangan dan perbaikan penelitian ini, yaitu:

a. Peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih lanjut dengan membandingkan pengaruh pemberian EVOO dan madu dengan obat sintetik yang sering digunakan sebagai terapi untuk menurunkan LDL untuk mengetahui manakah yang lebih efektif dalam menurunkan kadar LDL;

b. Peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh pemberian EVOO dan madu secara histopatologi terhadap paparan perusak organ atau pembentukan plak pembuluh darah;

c. Peneliti lain disarankan untuk meneliti lebih lanjut dengan jangka waktu lebih lama terkait konteks yang sama;

(61)

DAFTAR PUSTAKA

American Veterinary Medical Association. 2013. Guidelines for Euthanasia of Animals. pp. 30, 38, 48.

Asih, I.A.R.A.A, Ratnayani, K., Swardana, I.B. 2012. Isolasi dan identifikasi senyawa golongan flavonoid dari madu kelengkeng (Nephelium longata L.). Jurnal Kimia 6 (1): 72-78.

Assy, N., Nassar, F., Nasser, G., Grosovski, M. 2009. Olive oil consumption and non-alcoholic fatty liver disease. World Journal Gastroenterol 15(15): 1809-1815

Bhatnagar, D., Soran, H.H., Durrington, P.N. 2008. Hypercholesterolaemia and its management. BMJ, 337.

Bogdanov, S., Juvendic, T., Sieber., Gallmann, P. 2008. Honey for nutrition and health: a review. American Journal of The College of Nutrition 27: 677-689. Bonafonte, J.M., Fitό, M., Covas, M.I., Farras, M., Osada, J. 2012. HDL-related mechanisms of olive oil protection in cardiovascular disease (abstract). Curr Vasc Pharmacol;10(4):392-409.

Charlton-Menys, V., Durrington, P.N. 2007. Human cholesterol metabolism and therapeutic molecules. Exp Physiol 93 (1): 27–42.

Corona,G., Spencer, J.P.E., Dessì, M.A. 2009. Extra virgin olive oil phenolics: absorption, metabolism, and biological activities in the GI tract. Toxicol Ind Health; 25: 285.

(62)

Dahlan, M.S. 2010. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba medika.

Davidson, M.H., Gandhi, S.K., Ohsfeldt, R.L., Fox, K.M. 2009. Hypercholesterolemia treatment patterns and low-density lipoprotein cholesterol monitoring in patients with a diagnosis of atherosclerosis in clinical practice. The American Journal of medicine: S51-S59.

Dorland, W.A.N. 2010. Kamus kedokteran dorland, edisi 31. EGC. hlm 1238-1239.

Ekawati, Nurlaili. 2012. Peningkatan kadar trombosit oleh kapsul monascus powder (MP) pada hewan uji tikus putih Sprague dawley. Skripsi. Bogor: Repository IPB.

Erejuwa, O.O., Sulaiman, S.A., Wahab, M.S.A. 2012. Honey a novel antidiabetic agent. Int J Biol Sci . 8(6): 913-934.

Estruch, R, Gonzales, M.A.M., Corella, D., Salvado, J.S., Gutierrez, V.R., Covas, M.I., et al. 2006. Effects of a Mediterranean Style Diet on Cardiovascular Risk Factors. Annals of internal medicine.

Fernandez, M.L., West, K.L. 2005. Mechanisms by which dietary fatty acids modulate plasma lipids. Nutrition Journal : 2075-2078.

Fitό, M., De La Torre, R., Farre-Albaladejo, M., Khymenetz. O., Marrugat, J., Covas, M. 2007. Bioavailability and antioxidant effects of olive oil phenolic compounds in humans : a review. Ann Ist Super Sanita ;43(4):375-81. Gani, N., Momuat, L.I., Pitoj, M.M. Profil lipida plasma tikus wistar yang

hiperkolesterolemia pada pemberian gedi merah (Abelmoschus manihot L.). Jurnal MIPA UNSRAT online 2 (1) : 44-49.

Ghanbari, R., Anwar, F., Alkharfy, K.M., Gilani AH, Saari N. 2012. Valuable Nutrients and Functional Bioactives in Different Parts of Olive (Olea europaea L.) : A Review. Int. J. Mol. Sci 13: 3291-3340.

Goldstein, J.L., Brown, M.S. 2009. The LDL receptor. Arterioscler Thromb Vasc Biol 29: 431-438.

Heeren, J., Beisiegel, U. 2009. Receptor-Mediated Endocytosis and Intracellular Trafficking of Lipoproteins. Cellular Lipid Metabolism; 8: 214-215.

International Olive Council. 2013. The Olive World.

(63)

68

Jemai, H., Fki, I., Bouaziz, M., Bouallagui, Z., El Feki, A., Isoda, H., Sayadi, S. 2007. Lipid-lowering and antioxidant effects of hydroxytyrosol and its triacetylated derivative recovered from olive tree leaves in cholesterol-fed rats. Journal of Agricultural and Food Chemistry. Faculté des Sciences de Sfax dan University of Tsukuba.

Jeon, H., Blacklow, S.C. 2005. Structure and physiologic function of the low density lipoprotein receptor. Annual Review Biochemistry74: 535–562. Juheini. 2002. Pemanfaatan herba seledri (Apium graveolens L.) untuk

menurunkan kolesterol dan lipid dalam darah tikus putih yang diberi diet tinggi kolesterol dan lemak. MAKARA SAINS Vol.6 No.2: 65–69.

Kratz, M., Cullen, P., Kannenberg, F., Kassner, A., Fobker, M., Abuja, P.M., Assmann, G., Wahrburg, U. 2002. Effects of dietary fatty acids on the composition and oxidizability of low-density lipoprotein. European Journal of Clinical Nutrition 56: 72-81.

Kromhout, D., Bennie B., Edith F., Alessandro M., Aulikki, N. 2000. Saturated Fat, Vitamin C and Smoking Predict Long Term Population All Cause Mortality Rates in the Seven Countries Study. International Journal of Epidemiology 29: 260-265.

Landeka, I., Teparic, R., Perica, T., Dikic, D., Rogic, D. 2010. Effects of dietary lipids on lipoprotein profile : a review. Croatian Journal of Food Technology, Biotechnology and Nutrition 5 (3-4): 114-126.

Lieberman, M., Allan, M., Coleen, S. 2007. Cholesterol absorption, synthesis, metabolism, and fate. Marks' Essential Medical Biochemistry, 2nd Edition; 28: 440.

Lucock, M. 2007. Molecular Nutrition and Genomics: Nutrition and the ascent of humankind. Jon Wiley & Sons, Inc: 83.

Marks, D.B., Marks, A.D., Smith, C.M. 2000. Biokimia kedokteran dasar. Jakarta. EGC.

McDermott, Michael T. 2013. Cholesterol and triglycerides. Endocrine secrets. Philadelphia: Elsevier.

Mensink, R.P., Zock, P.L., Kester, A., Katan, M.B. 2003. Effects of dietary fatty acids and carbohydrate on the ratio of serum total to HDL cholesterol and on serum lipids and apolipoprotein: a meta-analysis of 60 controlled trials. Am J Clin Nutr 77: 1146-1155.

(64)

Murray, R.K., Granner, D.K., Rodwell, V.W. 2006. Cholesterol synthesis, transport, & excretion. Harper’s Illustrated Biochemistry 27th edition. The

McGraw Hill’s companies.

National Heart Lung and Blood Institute. 2009. What you need to know about high blood cholesterol. US Department of Health and Human Service. Nugraheni, Kartika. 2012. Pengaruh pemberian minyak zaitun ekstra virgin

terhadap profil lipid serum tikus putih (Rattus novergicus) strain Sprague dawley hiperkolesterolemia. Skripsi. Semarang: Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro.

Oskouei, T.E, Najafi, M. 2012. Traditional and modern uses of natural honey in human diseases: a review. Iranian Journal of Basic Medical sciences vol 16 No 6: 731-742.

Olaitan, P.B., Adeleke, E.O., Ola, O.I. 2007. Honey: a reservoir for microorganisms and an inhibitory agent for microbes. African Health Science 7: 159–165.

Pal, S., Ho, N., Santos, C., Dubois, P., Mamo, J., Croft, K., Allister, E. 2003. Red wine polyphenolics increase LDL receptor expression and activity and supress the secretion of ApoB100 from human HepG2 cells. Journal of nutrition: 700-706.

Perdido. 2011. Efek pemberian jus avokad (Persea americana mill) terhadap kadar kolesterol HDL dan LDL tikus putih (Rattus norvegicus). Skripsi. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Prassl, Ruth., Laggner, Peter. 2012. Lipoprotein Structure and Dynamics: Low Density Lipoprotein Viewed as a Highly Dynamic and Flexible Nanoparticle. Institute of Biophysics and Nanosystems Research, Austrian Academy of Sciences.

Pratama, S.E., Probosari, E. 2012. Pengaruh pemberian kefir susu sapi terhadap kadar kolesterol LDL tikus jantan sprague dawley hiperkolesterolemia. Semarang : Journal of Nutrition College 1: 358-364.

Quran 16: 69 24: 35

Ridwan, E. 2013. Etika Pemanfaatan Hewan Percobaan dalam Penelitian Kesehatan. J Indon Med Assoc. 63(3): 112-116

(65)

70

Ros, Emilio. 2012. How important is dietary management in hypercholesterolemia?. Clinical Lipidology 7(5): 489-492.

Rumanti, Rizna T. 2011. Efek propolis terhadap kadar kolesterol total pada tikus model tinggi lemak. JKM 11 (1): 17-22.

Supranto, J. 2000. Teknik Sampling untuk Survei dan Eksperimen. Jakarta: PT Rineka Cipta.

SNI 01-3545-2004. 2004. Madu. Badan Standardisasi Nasional. University of Maryland Medical Center. 2011. Hypercholesterolemia.

Viola, P., Viola, M. 2009. Virgin olive oil as a fundamental nutritional component and skin protector. Clinical Dermatology 27, 159–165.

Wiviott, S.D., Cannon, C.P., Morrow, D.A., Ray K.K., Pfeffer, M.A., Braunwald E. 2005. Can low density lipoprotein be too low? The safety and efficacy of achieving very low density lipoprotein with intensive statin therapy. Journal of the American College of Cardiology Vol. 46 No. 8.

Gambar

Gambar 1.1. Kerangka Teori (Fernandez & West, 2005; Rumanti, 2011)
Gambar 1.2. Kerangka Konsep
Tabel 2.1. Persyaratan mutu madu
Gambar 2.1. Komposisi partikel LDL (Sumber: Prassl & Laggner, 2012).
+4

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat 15 siswa yang dikategorikan memiliki kemampuan pada tingkat unistruktural karena memenuhi indikator kemampuan pemecahan masalah pada tingkat unistruktural

Dan yang paling jelas fenomena QDLNQ\D ,VODP ³PDUDK´ GL ,QGRQHVLD WDPSDN GL Surakarta, Jawa Tengah, yang terkait dengan Pesantren Ngruki, seperti dipaparkan Muhammad

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa, apakah terdapat perbedaan nilai sebelum dan sesudah penggunaan model pembelajaran, dan respon

malu ataupun rendah diri, AD menjadikannya motivasi agar menjadi pribadi yang baik dan berprestasi meskipun dengan segala keterbatasannya. Sedangkan pada subjek 2

Evaluasi validitas klaster dengan menggunakan Partition Coeficient (PC), Classification Entropy (CE) dan Xie-Beni Index, juga membuktikan bahwa gravitational search

Penelitian ini bertujuan merancang sistem informasi sumber daya manusia yang dapat meningkatkan kuaIitas SDM di departemen musik dan pujian yang dapat mendukung Gereja

Reformasi birokrasi merupakan suatu pembaharuan dan perubahan terhadap aspek kelembagaan , ketatalaksanaan dan sumber daya manusia aparatur, dimana apabila telah

Pelaku pun tidak dapat berlindung dengan alasan perintah atasan (superior order) karena Pasal 9 draft konvensi telah menyatakan secara tegas tidak satupun perintah atau instruksi