ABSTRAK
TINJAUAN HISTORIS KEMENANGAN PASUKAN SULTAN MAHMUD BADARUDDIN II MELAWAN BELANDA DALAM PERANG
PALEMBANG TAHUN 1819 Oleh :
Mida Handayani
Kembalinya Belanda untuk menguasai Kesultanan Palembang menyebabkan terjadi perlawanan-perlawanan dari rakyat Palembang. Hal itu dapat terlihat pada saat Belanda melakukan ekspedisinya di pedalaman Musi Rawas, mereka mendapat serangan-serangan dari rakyat pedalaman. Adanya insiden tersebut membuat Muntinghe selaku Komisaris Belanda pada saat itu merasa tidak dapat mempercayai pihak Kesultanan Palembang. Maka ia pun mengultimatumkan Sultan Mahmud Badadruddin II untuk menyerahkan putranya sebagai tanda kesetiaannya kepada pihak Belanda. Hal itu dilakukan Belanda untuk berjaga-jaga agar pihak Kesultanan Palembang tidak akan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Namun hal itu mendapatkan penolakkan dari Sultan Mahmud Badaruddin II, sehingga ini menjadi salah satu memicu terjadinya Perang Palembang tahun 1819 pada saat itu. Perang itu terbagi menjadi dua babak dan dari kedua babak itu pasukan Sultan Mahmud Badaruddin II dapat memenangkan pertempuran itu.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: faktor-faktor apasajakah yang menyebabkan kemenangan pasukan Sultan Mahmud Badaruddin II dalam Perang Palembang tahun 1819. Adapun metode yang digunakan adalah metode historis dengan teknik pengumpulan data melalui teknik kepustakaan dan teknik dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif. Berdasarkan data-data yang diperoleh dalam hasil peneliti menunjukkan bahwa kemenangan pasukan Sultan Mahmud Badaruddin II melawan Belanda dalam Perang Palembang Tahun 1819 disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor itu berupa keadaan alam, keadaan senjata, keadaan orang, dan keadaan tempo.
TINJAUAN HISTORIS KEMENANGAN PASUKAN SULTAN
MAHMUD BADARUDDIN II MELAWAN BELANDA
DALAM PERANG PALEMBANG TAHUN 1819
(Skripsi)
Oleh
Mida Handayani
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Mida Handayani, dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 09 Februari 1991 merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Datarman, S.Sos dan Ibu Dra. Mirawati. Pendidikan yang telah diselesaikan oleh penulis adalah:
1. SD Negeri 1 Labuhan Ratu, selesai pada tahun 2003 2. SMP Negeri 8 Bandar Lampung, selesai pada tahun 2006
3. SMA Yayasan Pembina Universitas Lampung, selesai pada tahun 2009
Pada tahun 2009 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB) pada tahun 2009.
MOTO
“Tuhan
menaruhmu ditempat yang sekarang, bukan karena kebetulan. Orang yang
hebat tidak dihasilkan melaui kemudahan, kesenangan, kenyamanan. Mereka
dibentuk melalui kesu
karan, tantangan, dan air mata”
.
(DahlanIskan)
“
Kesuksesanakan didapatkan dengan kesungguhan dan kegagalan terjadi akibat
kemalasan. Bersungguh-sungguhlah maka akan mendapatkan dengan segera apa
yang kamu cita-
citakan”.
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur kepada ALLAH SWT yang terhingga yang telah melimpahkan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dengan kerendahan hati kupersembahkan skripsi ini kepada orang yang saya cintai dan saya sayangi yang memiliki arti dalam hidup dan perjuanganku kepada keluarga tercinta kupersembahkan karyaku ini kepada:
1. Mama dan Ayah yang sangat kusayangi yang menjadi saksi sejarah hidupku, ikhlas dalam memberi dukungan, ikhlas selalu berdoa untuk keberhasilanku, yang tak lelah menasehati dan membimbingku, yang mengajarkanku banyak hal. Jasa-jasa kalian takkan pernah bias terbayarkan olehku.
2. Para pendidikku, guru-guruku dan dosen-dosenku yang telah memberikan ilmu kepadaku.
vii
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Tinjauan Historis Kemenangan Pasukan Sultan Mahmud Badaruddin II Melawan Belanda Dalam Perang Palembang Tahun 1819” pada Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Penulis menyadari akan keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki, sehingga mendapat banyak petunjuk dan bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si, Dekan FKIP Unila.
2. Bapak Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S, Pembantu Dekan I FKIP Unila. 3. Bapak Drs. Arwin Ahmad, M.Si, Pembantu Dekan II FKIP Unila. 4. Bapak Drs. Hi. Iskandar Syah M.H, Pembantu Dekan III FKIP Unila. 5. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si, Ketua Jurusan Pendidikan IPS FKIP
Unila.
viii
7. Bapak Drs. Syaiful M, M.Si, Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila. Dan juga Pembimbing I sekaligus Pembimbing Akademik (PA), terimaksih atas nasihat dan bimbingannya kepada penulis selama menjadi mahasiswa, dan terimakasih pula atas arahan dan petunjuknya dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Bapak M.Basri, S.Pd, M.Pd, Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila sekaligus sebagai Dosen Pembimbing II, terimakasih atas saran, kritik, solusi serta bimbingan yang tak kenal lelah dalam proses penyelesaian skripsi ini.
9. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Ibu Dr. Risma M. Sinaga, M.Hum, Ibu Yustina Ekwandari, S.Pd, M.Hum, Bapak Drs. Ali Imron, M.Hum, Bapak Drs. Wakidi, M.Hum, Bapak Hendry Susanto, S.S, M.Hum, Bapak Drs. Tontowi Amsia, M.Si dan Bapak Suparman Arif, S.Pd, M.Pd serta pendidik Unila pada umumnya yang telah membimbing penulis selama menjadi mahasiswa di Program Studi Pendidikan Sejarah.
10.Adik-adikku tercinta Isnaini Maulyana dan Yuli Indah Mulyani yang selalu kubanggakan. You are my spirit. Terima kasih atas dukungan dan doanya.
ix
12.Sepupuku Uswatun Hasanah (Ana), terima kasih untuk semangat, canda tawa serta berbagi cerita saat dalam pembuatan skripsi saya.
13.Sahabat-sahabat seperjuangan Riza Fitriani (Jajo), Dwi Indri Astuti (Mb Uwi), Khatmi Fadhilah (Mimi), Ida Nuryani, Dwi Ika Sari (Acil), Dian Amalia Chasanah, Guskannur, dan Anita Rahmawati, terima kasih atas kebersamaan kita selama ini dalam suka maupun duka, semoga persahabatan dan persaudaraan ini akan tetap terjalin sampai nanti.
14.Sahabat-sahabat SMA YP Unila Ayu Hervi Maharani, Nirmala Astri Prayogi (Cici), Nirmala Asri Prayogi (Aci), dan Sagita Markawira (Agit), Mutiara Raisa (Mudte), Reffi Angka Wijaya (Reffi), Fei Keinila NN (Upay), dan M. Archi (Archi) terima kasih atas kebersamaan persahabatan kita selama ini dan selalu memberikan semangat, semoga persahabatan dan persaudaraan kita akan tetap terjalin sampai nanti.
15.Teman-teman pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung angkatan 2009 yang selalu saya rindukan.
16.Seluruh Kakak tingkat angkatan 2006, 2007, dan 2008. 17.Seluruh adik tingkat angkatan 2010, 2011, dan 2012.
18.Semua pihak yang telah membantu proses penulisan skripsi ini, terima kasih atas segalanya, semoga kita semua mendapat jalan yang diridhoi Allah SWT.
x
berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Bandar Lampung, Mei 2014 Penulis,
DAFTAR ISI
4. KonsepPasukan Sultan Mahmud Badaruddin II ... 13
5. KonsepPerang Palembang ... 14
B. KerangkaPikir ... 16
C. Paradigma ... 18
III. METODE PENELITIAN ... 19
A. Metode Yang Digunakan ... 19
B. VariabelPenelitian ... 21
C. TeknikPengumpulan Data ... 22
1. TeknikKepustakaan ... 22
2. TeknikDokumentasi ... 23
D. TeknikAnalisis Data ... 24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26
A. HASIL ... 26
1. GambaranUmumKesultanan Palembang ... 26
1.2Reaksi Rakyat Palembang ... 30
1.3TerjadinyaPerang Palembang ... 31
2. Faktor-FaktorPenyebabKemenanganPasukan Sultan Mahmud Badaruddin II ... 35
2.1KeadaanAlam ... 35
2.2KeadaanSenjata ... 38
2.3Keadaan Orang ... 41
2.4Keadaan Tempo ... 47
B. PEMBAHASAN ... 52
3. Faktor-FaktorPenyebabKemenanganPasukan Sultan Mahmud Badaruddin II ... 52
3.1KeadaanAlam ... 52
3.2KeadaanSenjata ... 53
3.3Keadaan Orang ... 54
3.4Keadaan Tempo ... 55
V. SIMPULAN DAN SARAN ... 57
A. SIMPULAN ... 57
B. SARAN ... 58 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
1. Sultan Mahmud Badaruddin II 2. Keraton Pelimbang
3. Kesultanan Palembang
4. Situasi Perang Di Perairan Sungai Musi 5. Pulau Kemaro
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Rencana Judul Kaji Tindakan/Skripsi Makalah 2. Surat Pengesahan Susunan Komisi Pembimbing 3. Surat Izin Penelitian UPTP Universitas Lampung 4. Surat Izin Penelitian Perpustakaan dan Arsip Lampung 5. Surat Izin Penelitian Perpustakaan Provinsi Sumatera Selatan 6. Surat Kegiatan Penelitian
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Palembang merupakan salah satu wilayah terpenting yang berada di Sumatera dikarenakan keadaan geografinya yang kaya akan sumber daya alamnya dan didominasi oleh perairan wilayah sekitarnya. Perairan yang dimaksud bukanlah laut melainkan sungai.
Palembang muncul sebagai Kesultanan Palembang sekitar pada tahun 1659 dan pernah dipimpin oleh beberapa sultan. Salah satu sultan yang terkenal masa pemerintahannya adalah Sultan Mahmud Badaruddin II, ia mampu mengusir bangsa asing di Palembang. “Sultan Mahmud Badaruddin II merupakan anak dari Sultan Muhammad Bahauddin pendiri dari Keraton Kuto Besak. Sultan Mahmud Badaruddin II adalah Sultan Palembang Darussalam yang ketujuh dan memerintah dari tahun 1803-1821” (Dahlan, 1984:7). Ia dikenal oleh para musuhnya baik Inggris maupun Belanda sebagai lawan yang tanggguh. Sehingga, untuk melawannya di daerah pedalaman merupakan sesuatu hal yang sulit.
2
bangsa asing. Selain itu, Palembang juga dijadikan sebagai kota pelabuhan karena adanya akses menuju ke pedalaman dari arah Selat Malaka, sehingga tempat ini selalu terlihat ramai dan sibuk. Hal itulah yang menjadikan daya tarik bangsa asing untuk menguasai wilayah Palembang.
Hubungan antara Belanda dengan Palembang telah terjalin cukup lama dan baik. Hingga pada tanggal 18 September 1811, Belanda harus menyerahkan semua daerah-daerah taklukannya kepada Inggris Hal itu dikarenakan adanya Perjanjian Tuntang. Isi dari perjanjian itu menjelaskan : “Pulau Jawa dan daerah-daerah taklukannya, Timor, Makasar dan Palembang berikut daerah-daerah taklukannya menjadi jajahan Inggris” (Dahlan, 1984: 21).
Tetapi dari perjanjian tersebut Inggris mendapatkan penolakan dari pihak Kesultanan Palembang, sebab pada saat perjanjian berlangsung Palembang telah terlebih dahulu bebas dari Belanda. Yang secara otomatis Palembang beserta wilayahnya tidak menjadi bagian dari isi perjanjian tersebut.
3
baik tidak berkelebihan. Kemudian menjaga ketenangan masyarakat di Palembang” (Hanafiah, 1989: 64-65).
Tetapi kekuasaan Inggris di Palembang tidak berlangsung lama, karena “pada tanggal 13 Agustus 1814 dalam Konvensi London menetapkan bahwa Inggris menyerahkan kembali kepada Belanda semua koloninya dari seberang laut, yang dikuasainya sejak 1803” (Hanafiah, 1989: 72).
Namun penyerahan kekuasaan tersebut baru terlaksana tiga tahun kemudian, dikarenakan ketidak relaan Raffles untuk melepaskan kekuasaannya. Penyerahan kekuasaan tersebut terlaksana pada tanggal 19 September 1816 dari Inggris diwakili oleh M.H. Court diserahkan kepada Belanda yang diwakili oleh K. Heynes (Soetadji dan Hanafiah, 1996: 105). Saat K. Heynes datang ke Palembang untuk melaksanakan tugasnya, disana terdapat dua kekuasaan yaitu Sultan Ahmad Najamuddin II dan Sultan Mahmud Badaruddin II. “Menurut Belanda yang resmi menjadi Sultan adalah Ahmad Najamuddin II tetapi beliau tidak mempunyai kekuasaan terhadap rakyat, karena di pedalaman rakyat berdiri di belakang Sultan Mahmud Badaruddin II” (H.A.
Dahlan HY, 1984:25). Hal ini menjadi tugas Heynes untuk bisa menguasai keadaan Palembang pada saat itu. Namun tugas itu gagal dijalankan oleh Keynes dan tugas itu dilanjutkan oleh Muntinghe.
Setiba Muntinghe tiba di Palembang perlahan-lahan ia mulai menjalankan tugasnya di Palembang. Salah satu tugasnya adalah menurunkan Ahmad Najamuddin II sebagai Sultan. Hal itu guna memperkecil lawan yang akan dihadapi Belanda.
4
dipunyainya atas kerajaan Palembang, kepemimpinan, kesetiaan pengikutnya serta kekayaannya yang menompang. Sehingga dengan mengangkat Sultan Mahmud Badaruddin II, Belanda akan memperkecil lawan-lawan yang akan dihadapinya (Soetadji dan Hanafiah, 1996:107). Ternyata kedatangan Belanda kembali di Palembang tidaklah disambut baik oleh rakyat Palembang. Terbukti adanya reaksi dari rakyat pedalaman pada saat Muntinghe bersama pasukannya yang sedang melakukan ekspedisi ke Musi Rawas untuk memastikan bahwa tidak ada lagi pasukan Inggris yang masih tinggal di Palembang. Namun pasukan Muntinghe, justru mendapatkan penyerangan-penyerangan yang dilakukan rakyat pedalaman Palembang.
Sesampainya Muntinghe di Muara Rawas pada tanggal 17 Mei 1819 maka ia disambut oleh orang-orang dari Benteng Muara Rawas dengan tembakan-tembakan dan mulailah pertempuran sengit antara orang-orang dari Benteng Muara Rawas dengan Belanda yang dimulai dari pagi hari dam berakhir pada sore harinya, dimana Benteng Muara Rawas diduduki oleh Muntinghe dan orang-orang Melayu dari Benteng Muara Waras tersebut mundur keluar. Muntinghe terus milir ke Palembang (Akib, 1979: 50).
Hal itu membuat Muntinghe mempersalahkan Sultan Mahmud Badaruddin II beserta puteranya Pangeran Ratu. Oleh sebab itu, Sultan diminta untuk menyerahkan puteranya sebagai jaminan keloyalitasan Sultan kepada Belanda. Adapun isi ultimatum Muntinghe terhadap Sultan yang berbunyi: “Apa toean Soeltan poenya maoe,, semoeanya Holanda soeda siap. Djikaloe Pangeran Ratoe serta kalian Pangeran yang dibawahnya tiada diberikan, nantinya poekoel doea ini hari djoega Kota Soeltan dipasang dari kapal perang” (H.A. Dahlan HY, 1984:26).
5
mendapat bantuan pasukan dari Batavia yang ditempatkan di Keraton lama. Hingga terjadinya insiden-insiden yang tidak diduga, adanya penembakan-penembakan di Keraton Lama dan Keraton Kuto Besak.
Insiden pertama ketika tertembaknya seorang miji (pegawai) Sultan di daerah Keraton Lama yang ditembak oleh pihak Belanda. Hal ini mendapat perotes dari Sultan, tetapi hal itu tidak digubris oleh Muntinghe. Dan insiden selanjutnya adalah ketika perwira Belanda yang ingin tahu kesibukan Kesultanan Palembang, yaitu mendengar suara zikir dan tahlil diusir dan dikejar oleh priyai-priyai Palembang. Melihat keadaan itu pasukan Belanda melepaskan tembakan dan menewaskan tiga orang (Hanafiah, 1989: 77).
Sehingga terjadinya pertempuran antara Belanda dengan pasukan Sultan Mahmud Badaruddin II tak dapat terhidarkan lagi. Perang antara pasukan Sultan Mahmud Badaruddin II dengan pasukan Belanda ini dibagi menjadi dua babak.
Perang babak pertama terjadi pada tanggal 11 sampai 15 Juni 1819 antara pasukan Sultan yang bertahan di Keraton Kuto Besak dan Pasukan Muntinghe yang berada di Keraton Lama serta dibeberapa kapal perang.
Perang tersebut dikenal dengan “Perang Palembang”. Dalam perang
tersebut pasukan Muntinghe dapat di pukul mundur. Lalu perang babak kedua terjadi pada tanggal 30 Agustus 1819 sampai 30 Oktober 1819 terjadi perang babak kedua antara Belanda dengan Pasukan Sultan Mahmud Badaruddin II. Untuk kedua kalinya pasukan Sultan Badaruddin II berhasil menaklukan Belanda dalam perang tersebut (Soetadji dan Hanafiah, 1996: 15-17).
Dari kemenangan yang dapat diraih oleh pasukan Sultan Mahmud Badaruddin II itu tak lepas adanya beberapa faktor yang menyebakan kemenangan.
6
B. Analisis Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan secara singkat diatas, maka penulis melakukan pengidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:
1. Latar belakang terjadinya Perang Palembang tahun 1819
2. Faktor-faktor penyebab kemenangan pasukan Sultan Mahmud Badaruddin II dalam Perang Palembang tahun 1819
3. Pengaruh yang ditimbulkan dari kemenangan pasukan Sultan Mahmud Badaruddin II dalam Perang Palembang tahun 1819
2. Pembatasan Masalah
Agar dalam penyusunan penelitian ini sesuai dengan apa yang akan diharapkan penulis, maka dalam penelitian ini penulis membatasi masalah pada:
“Faktor-faktor penyebab kemenangan pasukan Sultan Mahmud Badaruddin II
dalam Perang Palembang tahun 1819”
3. Rumusan Masalah
Dari pembatasan masalah diatas maka masalah yang telah dibatasi dapat dirumuskan sebagai berikut :
“Apasajakah faktor-faktor penyebab kemenangan pasukan Sultan Mahmud
7
C. Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kemenagan pasukan Sultan Mahmud Badaruddin II dalam Perang Palembang tahun 1819.
2. Kegunaan Penelitian
Setiap penelitian tentunya akan dapat memberikan berbagai manfaat bagi semua orang yang membutuhkan informasi tentang masalah yang penulis teliti, adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Dapat memberikan sumbangan berupa informasi kepada setiap pembaca yang ingin menggali lebih dalam tentang faktor-faktor penyebab kemenangan pasuka Sultan Mahmud Badaruddin II dalam Perang Palembang pada tahun 1819.
2. Sebagai informasi bagi penulis khususnya dalam memperkaya pengetahuan penulis dalam bidang kesejarahan yang mengenai faktor-faktor penyebab kemenangan pasukan Sultan Mahmud Badaruddin II dalam Perang Palembang pada tahun 1819.
3. Ruang Lingkup Penelitian
8
a. Subjek Penelitian : Pasukan Sultan Mahmud Badaruddin II
b. Objek Penelitian : Perang Palembang
c. Tempat Penelitian : Perpustakaan Universitas Lampung,
Perpustakaan Dan Arsip Daerah Lampung, dan Perpustakaan Sumatera Selatan
d. Waktu Penelitian : Tahun 2013
9
REFERENSI
HY, H.A. Dahlan, dkk. 1984. Sejarah Perjuangan Sultan Mahmud Badaruddin II. Sumatera Selatan: Pemerintah Provinsi Daerah TK. I. Halaman 7
HY, H.A. Dahlan, dkk.,Op. Cit. Halaman 21
Hanafiah, Djohan. 1989. KUTO BESAK: Upaya Kesultanan Palembang Menegakkan Kemerdekaan. Jakarta: PT Karya Unipress. Halaman 64-65 Hanafiah, Djohan.,Op. Cit. Halaman 72
Soetadji, Nanang S. dan Djohan Hanafiah. 1996. Perang Palembang Melawan V.O.C. Palembang: Karyasari. Halaman 105
HY, H.A. Dahlan, dkk.,Op. Cit. Halaman 25
Soetadji, Nanang S. dan Djohan Hanafiah., Op. Cit. Halaman 107
R.H.M. Akib. 1979. Sejarah Perjuangan Sri Sultan Mahmoed Baderedin II. Palembang. Halaman 50
HY, H.A. Dahlan, dkk., Op. Cit. Halaman 26 Hanafiah, Djohan.,Op. Cit. Halaman 77
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian. Dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsep-konsep atau generalisasi-generalisasi yang akan dijadikan landasan teoritis bagi penelitian yang akan dilakukan. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian ini antara lain :
1. Konsep Tinjauan Historis
Pada dasarnya konsep tinjauan historis terdiri atas dua kata yaitu tinjauan dan historis. Kata tinjauan dalam bahasa Indonesia berasal dari kata tinjau yang memiliki arti “menjenguk, melihat, memeriksa, dan meneliti untuk kemudian
menarik kesimpulan” (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, 1997:554). Sedangkan
“kata Historis berasal dari bahasa Yunani “istoria” yang berarti ilmu biasanya
diperuntukan bagi penelaahan mengenai gejala-gejala terutama hal-ihwal manusia
secara kronologis” (H. Rustam E Tamburaka, 1999:2). Pada perkembangan
10
masa lampau. Selain itu juga dalam bahasa Indonesia kata histories dikenal dengan istilah sejarah.
Adapun beberapa definisi atau batasan sejarah. “Sejarah merupakan gambaran tentang perubahan-perubahan peristiwa pada masa lampau” (Hugiono dan P.K Poerwantana, 1987: 9-10).
Menurut Ibnu Khaldun dalam bukunya Mukkadimah menjelaskan bahwa sejarah adalah catatan tentang masayarakat umat manusia atas peradaban dunia; tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada watak masyarakat itu, seperti: Kelahiran, keramah-tamahan, dan solidaritas golongan, tentang revolusi dan pemberontakan oleh segolongan rakyat melawan golongan lain, akibat timbulnya kerajaan-kerajaan dan negara lain dengan tingkat bermacam-macam kegiatan dan kedudukan orang, baik untuk mencampai penghidupannya, berbagai macam cabang ilmu pengetahuan dan pertukangan, dan pada umumnya tentang segala macam perubahan yang terjadi di dalam masyarakat karena watak masyarakat itu sendiri (H. Rustam, 1999:10).
Sedangkan pendapat lain menyatakan “sejarah adalah gambaran masa lalu tentang
manusia dan sekitarnya sebagai makhluk sosial, yang disusun secara ilmiah dan lengkap meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan yang memberi pengertian tentang apa yang telah berlalu itu” (Sidi Gazalba, 1981:13).
11
konsep tinjauan historis adalah suatu penelitian terhadap segala peristiwa-peristiwa yang terjadi pada manusia dimasa lampau, kemudian disusun secara sistematis, ilmiah, dan kritis. Sehingga, memiliki penjelasan yang jelas terhadap suatu peristiwa tersebut.
2. Konsep Faktor
Faktor dalam bahasa Inggris adalah factor. “Faktor adalah pelaksana, pembuat, pencipta, factum, tindakan pekerjaan, prestasi, perbuatan, pengamatan peristiwa, kenyataan. Suatu kondisi penyebab atau antiseden yang menimbulkan suatu gejala”
(Komaruddin dan Yooke Tjuparmah, 2000:15-16). Sedangkan pendapat lain menjelaskan “faktor adalah suatu hal (keadaan, peristiwa dan sebagainya) yang ikut
memepengaruhi atau menyebabkan terjadinya sesuatu” (Hugiono dan Poerwantana
, 1987: 109).
Dari berbagai pendapat diatas, maka yang dimaksud dengan faktor ialah suatu hal yang mempengaruhi terjadinya suatu kejadian atau dorongan adanya suatu prestasi. Didalam suatu peristiwa yang terjadi pasti memiliki faktor-faktor yang mempengaruhi, sehingga peristiwa itu dapat terjadi.
12
Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam sebuah pertempuran, sehingga ia dapat memahami keadaan dan situasi saat bertempur melawan musuh, serta dapat memenangkan perang tersebut:
1. Keadaan Alam 2. Keadaan Senjata 3. Keadaan Orang
4. Keadaan Tempo (Tan Malaka, 2012: 29).
Dari hal-hal yang harus diperhatikan dalam sebuah pertempuran saat melawan musuh yang dapat memenangkan dalam sebuah pertempuran atau perang, ada beberapa yang diterapkan oleh pasukan Sultan Mahmud Badaruddin II saat melawan pasukan Belanda yaitu, dukungan masyarakat Palembang, siasat perang, keadaan alam, dan keadaan pihak musuh yang melelah.
Jadi beberapa faktor yang menjadi kemenangan pasukan Sultan Mahmud Badaruddin II dalam melawan Belanda adalah keadaan alam, keadaan senjata, keadaan orang dan keadaan tempo.
3. Konsep Kemenangan
Kemenangan dalam bahasa Inggris adalah victory. Makna kemenangan adalah “hal menang itu diperolehnya dengan perjuangan berat; keunggulan; kelebihan”
(Kamus Besar Bahasa Indonesia: 644). “Kemenangan suatu perjuangan bukan ditentukan hanya pada persenjataan yang canggih, akan tetapi faktor manusia,
motivasi dan semangat juang ikut memberi andil” (H. Asnawi Mangku Alam,
13
Sedangkan pendapat lain menyatakan “kemenangan adalah satu perkara yang senantiasa menjadi matlamat dalam setiap perjuangan. Tidak dikira perjuangan itu benar (haq) atau batil, perjuangan itu muslim atau tidak, masing-masing meletakkan harapan untuk mencapai kemenangan dengan berusaha untuk mengatasi yang lain (Firdaus Arshad,
http://firdausarshad.blogspot.com/2010/01/konsep-kemenangan-islam.html, di-akses pada 28/01/2013 pukul 15.30 WIB).
Menurut Sun Zi menyatakan “pertahanan itu tidak dapat menjamin kemenangan atas musuh. Agar dapat mengalahkankan musuh, ada kebutuhan untuk melancarkan serangan. Disini Sun Zi mengajarkan orang tidak bisa menang
dengan cara bertahan saja, sementara bisa menang harus menyerang” (Chow-Hou
Wee, 2006: 135).
Sama halnya kemenangan yang diraih oleh pasukan Sultan Mahmud Badruddin II dapat diraih tidak hanya melakukan pertahanan tetapi adanya serangan melawan pasukan Belanda. Seperti yang diungkapkan oleh Soetadji dan Hanafiah:
Pada perang babak pertama serang-menyerang terus berlangsung. Perang berlangsung dari terbitnya matahari pagi hingga berakhir waktu maghrib. Pertempuran berlangsung dari tanggal 11 dan 15 Juni 1819, pasukan Muntinghe dihancurkan, dari semula 500 orang pasukan tinggal 350, Muntinghe bersama sisa pasukan ini lari ke Batavia. Sedangkan pada perang babak kedua yang berlangsung pada 30 Agustus 1819 sampai 30 Oktober 1819 pasukan Belanda berhasil dipukul mundur dengan korban kira-kira 500 orang sepertiga dari seluruh kekuatan semula (Soetadji dan Hanafiah, 1996: 16-17).
Berdasarkan definisi diatas, maka kemenangan adalah suatu hasil yang dicapai atau diperoleh dengan cara perjuangan dan berbagai usaha yang dilakukan agar hasil yang didapatkan sesuai dengan apa yang telah diupayakan.
4. Konsep Pasukan Sultan Mahmud Badaruddin II
Pasukan dalam bahasa Inggris adalah troops. Makna pasukan adalah “kelompok
14
735). “Pasukan ialah sekumpulan orang yang dikaitkan dengan matlamat yang sepunya. Ia biasanya amat sesuai untuk menjalankan tugas yang sangat rumit serta memiliki banyak subtugas yang saling bersandaran” (http://ms.wikipedia.org/wiki/pasukan. di-akses 01/01/2014 pada pukul 20.10 WIB).
Pasukan (Francis dan Young, 1979) “terdiri dari pada sekumpulan orang
sekurang-kurangnya dua orang ahli, yang komited untuk menghasilkan kerja yang
berkualiti” (http://www.management.utm.my, di-akses pada Selasa 08/04/2014
pukul 07.00 WIB).
Berdasarkan definisi diatas, maka pasukan adalah sekelompok orang yang berkumpul menjadi satu yang memiliki suatu hal atau tugas untuk mencapai satu tujuan yaitu untuk menang.
“Pasukan Sultan Mahmud Badaruddin II ini terdiri dari para petinggi hingga
bawahan Kesultanan Palembang, yaitu hulubalang, pembantu, tentara, rakyat, para menteri” (Akib, 1979: 51).
Maka Pasukan Sultan Mahmud Badaruddin II merupakan sekumpulan orang yang terdiri dari para petinggi Kesultanan Palembang hingga bawahannya yang memiliki tugas untuk mencapai suatu yang dituju yaitu sebuah kemenangan melawan pasukan Belanda.
5. Konsep Perang Palembang
Perang dalam bahasa Inggris adalah war. Menurut Clausewitz “perang adalah
15
(Sayidiman Suryohadiprojo, 1981: 6). Sedangkan pendapat lain menyatakan “perang adalah sengketa bersenjata sebagai suatu keadaan legal yang
memungkinkan dua atau lebih gerombolan manusia yang sederajat menurut hukum internasional untuk menjalankan persengketaan bersenjata”
(Mansyur Efendi ,http://mukahukum.blogspot.com/2009/04/pengertian-perang-atau-sengketa.html, di- akses 01/01/2013 pada pukul 07.15 WIB).
Meskipun faktor penyebab terjadinya perang dari zaman dahulu sampai sekarang sangat luas dan kompleks, namun dapat disederhanakan dalam beberapa alasan, yaitu:
1. Perbedaan Ideologi
Ideologi merupakan suatu konsep yang bersistem atau sesuatu paham tertentu yang dianut oleh seseorang. Dalam skala yang lebih luas, paham tersebut menjadi kepercayaan dalam sebuah bangsa dan akan melawan siapa saja yang menentangnya.
2. Keinginan untuk Memperluas Wilayah Kekuasaan
Keinginan untuk memperluas wilayah kekuasaan merupakan faktor penting bagi suatu bangsa yang ingin memperluas pengaruh dan dominasi kekuatannnya dalam berbagai bidang. Ini adalah alasan klasik yang muncul pada era prasejarah sampai sekarang, meskipun dengan bidang yang berbeda
3. Perbedaan Kepentingan
Orang yang berselisih, biasanya disebabkan adanya perbedaan kepentingan. Perbedaan kepentingan sebagai faktor penyebab perang ini bisa terjadi dalam segala bidang, seperti kepentingan ekonomi, politik, agama, dan sebagainya.
4. Perampasan Sumber Daya Alam
Sebuah bangsa yang makmur, biasanya identik dengan kekayaan alamnya yang melimpah. Bangsa yang berhasil menggali dan memanfaatkan kekayaan alamnya tersebut dapat membuat bangsanya makmur dan sejahtera. Akan tetapi, ternyata kekayaan alam ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pihak atau bangsa lain untuk merebutnya. Akhirnya, banyak peperangan yang timbul karena ingin merampas kekayaan alam yang dimiliki bangsa lain (Cahyo, 2012:16-17).
16
1819-1821. Namun disini penulis hanya mengambil batasan perang sekitar tahun 1819. Seperti yang diungkapkan oleh Soetadji dan Hanafiah bahwa: “Perang Palembang 1819-1821 merupakan suatu perang desakan dan perang ini merupakan perang terbesar di Nusantara” (Soetadji dan Hanafiah, 1996: 101).
Sedangkan Perang Palembang pada tahun 1819 ini terbagi menjadi dua babak. Perang babak pertama terjadi pada antara tanggal 11-15 Juni 1819 antara pasukan Sultan Mahmud Badaruddin II yang bertahan di Kraton (Benteng) dan pasukan Belanda di Kraton Lama dan di beberapa kapal perang. Pasukan Muntinghe dihancurkan, dari semua 500 orang pasukan tinggal 350, Muntinghe bersama sisa pasukan ini lari ke Batavia. Lalu pada perang babak kedua terjadi pada tanggal 30 Agustus 1819 sampai 30 Oktober 1819 terjadi perang babak kedua antara Belanda dengan Pasukan Sultan Mahmud Badaruddin II. Untuk kedua kalinya pasukan Sultan Badaruddin II berhasil menaklukan Belanda dalam perang tersebut (Soetadji dan Hanafiah, 1996: 15-17).
Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka Perang Palembang adalah suatu pertempuran yang terjadi di Palembang pada tahun 1819, yaitu perang antara pasukan Sultan Mahmud Badaruddin II melawan pasukan Belanda yang berada dibawah pimpinan Komisaris Belanda Muntinghe. Perang itu terjadi dikarenakan untuk mempertahankan daerah Palembang dari Belanda yang ingin menguasai kembali Palembang beserta daerah-daerah yang masih menjadi wilayah Palembang.
B. Kerangka Pikir
17
perlawanan dari rakyat pedalaman yang membuat Muntinghe dan pasukannya kembali ke pusat kota. Dari kejadian itu Muntinghe menghadapi tekanan dan ia menuduh perlawanan yang dilakukan rakyat pedalaman itu disebabkan oleh Sultan Mahmud Badaruddin II beserta anaknya . Untuk itu Muntinghe meminta Sultan Mahmud Badaruddin II untuk menyerahkan putranya sebagai jaminan Sultan kepada Belanda.
Namun hal itu, ditolak dengan tegas oleh Sultan Mahmud Badaruddin II dan akan mengabulkan hal lainnya. Namun yang terjadi hal lainnya terjadi insiden penebakan terhadap priyai-pryai di Keraton Lama, lalu disusul dengan insiden peembakan terhadap pasukan Belanda di Keraton Kuto Besak. Maka adanya insiden itu perang antara pasukan Badaruddin II dan pasukan Muntinghe tidak dapat terhindarkan. Perang itu dikenal dengan Perang Palembang yang terjadi pada tahun 1819. Perang ini terbagi menjadi dua babak dan setiap babak peperangan pasukan Sultan Mahmud Badaruddin II dapat memukul mundur pasukan Belanda. Kemenangan demi kemenangan dapat diraih oleh pasukan Sultan Mahmud Badaruddin II dan hal itu tak lepas adanya beberapa faktor yang menyebabkan kemenangan pasukan Sultan Mahmud Badaruddin II. Faktor-faktor itu adalah keadaan alam, keadaan senjata, keadaan alam, dan keadaan tempo.
C. Paradigma
Keterangan
: Garis Sebab : Garis Pengaruh : Garis Akibat
18
Perang Palembang Tahun 1819
Faktor-Faktor Penyebab Kemenangan Pasukan
Sultan
Mahmud Badaruddin II
Kemenangan Pasukan Sultan Mahmud
Badaruddin II
REFERENSI
Kamisa.1997. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Kartika. Halaman 554 Tamburaka, H. Rustam E. 1999. Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah, dan
IPTEK. Jakarta: PT Rineka Cipta. Halaman 2
Hugiono dan P.K. Porwantara. 1987. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: PT Bina Aksara. Halaman 9-10
Tamburaka, H. Rustam E., Op. Cit. Halaman 10
Sidi Gazalba. 1981.Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu. Jakarta: Bhrata Karya Aksara. Halaman 13
Hugionodan P.K. Porwantara., Op. Cit. Halaman 5
Komarudin dan Tjuparmah, Yooke. 2000. Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara. Halaman 15-16
Hugiono dan P.K. Porwantara., Op. Cit. Halaman 109
Malaka, Tan. 2012. Geriliya Politik Ekonomi. Yogyakarta: Diandra Pustaka Indonesia. Halaman 29
Departemen Pendidikan Nasional. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia: Balai Pustaka. Halaman 644
Alam, H. Asnawi Mangku. 1992. Pasca Perang Kota. Jakarta: PT Sumber Inspirasi. Halaman 17
Hou-Wee, Chou. 2009. Sun Zi Art of War. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer. Halaman 135
Soetadji, Nanang S. dan Djohan Hanafiah. 1996. Perang Palembang Melawan V.O.C. Palembang: Karyasari. Halaman 16-17
Departemen Pendidikan Nasional. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia: Balai Pustaka. Halaman 735
http://ms.wikipedia.org/wiki/pasukan. di-akses 01/01/2014 pada pukul 20.10 WIB
http://www.management.utm.my, di-akses pada Selasa 08/04/2014 pukul 07.00 WIB
R.H.M. Akib. 1979. Sejarah Perjuangan Sri Sultan Mahmoed Baderedin II. Palembang. Halaman 51
Suryohadiprojo, Sayidiman. 1981. Suatu Pengantar Ilmu Perang, Masalah Pertahanan Negara. Jakarta: PT Intermasa. Halaman 6
http://mukahukum.blogspot.com/2009/04/pengertian-perang-atau-sengketa.html, diakses pada 01/01/2013 pukul 07.25 WIB
Cahyo, Agus N. 2012. Perang-Perang Paling Fenomenal: Dari Klasiksampai Modern. Yogyakarta: BukuBiru. Halaman 16-17
Soetadji, Nanang S. dan Djohan Hanafiah. 1996. Perang Palembang Melawan V.O.C. Palembang: Karyasari. Halaman 101
19
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Yang Digunakan
Metode penelitian merupakan faktor penting dalam memecahkan suatu masalah yang turut menentukan keberhasilan suatu penelitian. Dan dalam penelitian ini penulis menggunakan metode historis, yaitu “penelitian yang bertujuan untuk merekonstruksi secara sistematis dan obyektif dengan mengumpulkan, mengevaluasi, serta menganalisa bukti-bukti itu untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan” (Suryadi Suryabrata, 1997:16).
Metode penelitian historis adalah prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan data masa lalu atau peninggalan-peninggalan baik untuk memahami kejadian atau suatu keadaan yang berlangsung pada masa lalu terlepas dari keadaan masa sekarang dalam hubungannya dengan kejadian atau keadaan masa lalu, selanjutnya kerap kali juga hasilnya dapat dipergunakan untuk meramalkan kejadian atau keadaan masa yang akan datang (Basrowi dan Koestoro, 2006: 121).
Metode penelitian historis adalah penyelidikan yang kritis terhadap keadaan-keadaan perkembangan serta pengalaman dimasa lampau dan menimbang secara cukup teliti dan hati-hati tentang bukti validitas dari sumber sejarah serta interpretasi dari sumber-sumber keterangan tersebut” (Muhammad Nazir, 1984:55).
20
dengan proses pengumpulan dan pengolahan suatu data atau bahan yang telah ditulis berisi tentang peristiwa atau kejadian di masa lalu, yang disusun secara kronologi, sistematis dan saling berkaitan agar dapat memahami kejadian atau keadaan baik masa lalu maupun sekarang.
Adapun langkah-langkah dalam penelitian historis, yaitu:
1.Heuristik adalah proses mencari untuk menemukan sumber-sumber sejarah. 2.Kritik adalah menyelidiki apakah jejak sejarah itu asli atau palsu.
3.Interpretasi adalah setelah mendapatkan fakta-fakta yang diperlukan maka kita harus merangkaikan fakta-fakta itu menjadi keseluruhan yang masuk akal.
4.Historiografi adalah suatu kegiatan penulis dalam bentuk laporan hasil penelitian (Nugroho Notosusanto, 1984:11).
Dari langkah-langkah penelitian historis yang telah diuraikan diatas berdasarkan pendapat Notosusanto, maka inilah langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam menempuh penelitian ini adalah:
1. Heuristik
21
2. Kritik
Kritik; kemudian setelah data terkumpul, kegiatan peneliti selanjutnya adalah melakukan kritik terhadap sumber-sumber yang telah didapatkan untuk menguji data tersebut apakah valid atau layak tidaknya dalam menunjang kegiatan penelitian yang dilakukan. Setelah itu peneliti memilah-milah data yang sesuai dengan kebutuhan peneliti. 3. Interpretasi
Interpretasi; pada tahap ini, yang dilakukan peneliti adalah menafsirkan data-data yang telah didapat dan selanjutnya menghubungkan fakta-fakta tersebut sehingga terbentuk konsep dan generalisasi sejarah.
4. Historiografi
Historiografi; dan tahap terakhir, peneliti melakukan penyusunan dan penuangan seluruh hasil penelitian ke dalam bentuk tulisan mengenai yang akan diteliti.
B. Variable Penelitian
“Variable adalah obyek suatu penelitian atau segala sesuatu yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian” (Suharsimi Arikunto, 1989:91). Sedangkan pendapat lain menyatakan yang dimaksud dengan “variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari atau ditarik kesimpulannya” (Sugiono, 1999:32).
22
penelitian. Dalam penelitian ini variable yang digunakan adalah Kemenangan Pasukan Sultan Mahmud Badaruddin II Melawan Belanda Dalam Perang Palembang Tahun 1819.
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data. Karena untuk mendapatkan data yang sesuai dengan masalah yang penulis teliti diperlukan data-data yang akurat. Maka peneliti menggunakan 2 teknik penggumpulan data yaitu :
1. Teknik Kepustakaan
Studi pustaka adalah “suatu cara pengumpulan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam materi yang terdapat diruangan perpustakaan misalnya koran, catatan-catatan, kisah-kisah sejarah, dokumen, dan sebagainya yang relevan dengan penelitian” (Koentjaraningrat, 1983:81).
Sedangkan menurut pendapat lain menyatakan bahwa teknik kepustakaan juga dapat diartikan sebagai studi penelitian yang dilaksanakan dengan cara mendapatkan sumber-sumber data yang diperoleh di perpustakaan yaitu melalui buku-buku literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti (Nawawi, 1993: 133).
23
Dalam hal ini penulis melakukan kegiatan pengumpulan data melalui teknik kepustakaan dengan beberapa langkah yaitu
1. Mengumpulkan data dengan mencari buku-buku yang berkenaan dengan apa yag akan diteliti dengan mengunjungi perpustakaan Universitas Lampung, perpustakaan Daerah dan Arsip Lampung, perpustakaan Daerah Provinsi Sumatera Selatan, dan mencari data-data tambahan di jejaring internet.
2. Kemudian dari sumber buku-buku yang diadapat peneliti membaca dan memahami isi dari sumber tersebut. Lalu dituangkan dalam kalimat-kalimat yang mudah untk dipahami.
3. Dalam mencatat data-data tersebut dilakukan secara sismatis dan sesuai dengan kronologis peristiwa yang sedang diteliti.
2. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi merupakan “suatu metode atau cara mengumpulkan data melalui sumber tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku, teori, dalil-dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian” (Margono, 2009: 181).
24
Jadi dalam menggunakan teknik dokumentasi untuk mengumpulkan data dapat menggunakan berupa bukti-bukti, catatan, buku dan media lainnya sebagai penunjang dalam sebuah penelitian yang berkaitan dengan Kemenangan Pasukan Sultan Mahmud Badaruddin II Melawan Belanda Dalam Perang Palembang Tahun 1819.
D. Teknik Analisis Data
Setelah data penelitian diperoleh maka langkah selanjutnya adalah mengolah dan menganalisis data untuk diinterpresentasikan dalam menjawab permasalahan penelitian yang telah diajukan. Maka, teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif. Hal tersebut dikarenakan data yang terkumpul berupa data-data tertulis. Penelitian kualitatif adalah “data yang berupa informasi, uraian dalam bentuk bahasa dan prosa kemudian dikaitkan dengan data lainnya untuk mendapatkan kejelasan terhadap suatu kebenaran atau sebaliknya, sehingga memperoleh gambaran baru ataupun menguatkan suatu gambaran yang sudah ada dan sebaliknya” (P. Joko Subagyo, 1997:106).
Sedangkan pendapat lain menyatakan “metode kualitatif lebih berdasar pada filsafat fenomenologis yang mengutamakan penghayatan (verstehen). Metode kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif sendiri (Husaini dan Purnomo, 2011:78).
25
dasarnya proses analisis data dilakukan secara bersamaan dengan penggumpulan data.
Analisis data kualitatif terdiri dari tiga alur kegiatan yang secara bersamaan. Dibawah ini merupakan tiga alur kegiatan dalam proses analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman meliputi:
a. Reduksi Data
Yaitu sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data „kasar‟ yang muncul dari catatan-catatan lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengatergorisasikan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga akhirnya data yang terkumpul dapat diverifikasi.
b. Penyajian Data
Yaitu pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif. Penyajian juga dapat berbentuk matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk yang padu dan mudah dipahami.
c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Data
Yaitu merupakan kegiatan akhir penelitian kualitatif. Peneliti harus sampai pada kesimpulan dan melakukan verifikasi, baik dari segi makna maupun kebenaran kesimpulan yang disepakati oleh subjek tempat penelitian itu dilaksanakan. Makna yang dirumuskan peneliti dari data harus diuji kebenaran, kecocokan, dan kekokohannya (Husaini dan Purnomo, 2011:85).
Adapun tiga alur kegiatan yang dilakukan peneliti sebagai berikut :
a. Melakukan memilih dan memilah data yang dibutuhkan, sehingga data-data tersebut dapat terkumpul.
b. Setelah itu data-data yang terkumpul disusun agar mudah untuk dipahami
26
REFERENSI
Suryabrata, Suryadi. 1997. Metode Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Halaman 16
Koestoro, Budi dan Basrowi. 2006. Strategi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Yayasan Kampusina
Nazir, Muhammad. 1984. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Halaman 55
Notosusanto, Nugroho. 1984. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer. Jakarta: Inti Idayo Press. Halaman 11
Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. Halaman 91
Sugiono. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Halaman 32 Koentjaraningrat. 1983. Metode-Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Gramedia.
Halaman 81
Nawawi, Hadari. 1993. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Halaman 133
Margono. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT RinekaCipta. Halaman 181
Sayuti, Husindan M. Thoha B. Sampurna Jaya. 1995. Metode Penelitian Sosial dan Humaniora. Jakarta: Fajar Agung. Halaman 85
Subagyo, P. Joko. 1997. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 106
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady A. 2011.Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT Bumi Akasara. Halaman 78
57
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan data dan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada 2 faktor yang berpengaruh secara besar mengenai Kemenangan Pasukan Sultan Mahmud Badaruddin II Melawan Belanda Dalam Perang Palembang Tahun 1819 yaitu : keadaan alam dan keadaan orang.
58
2. Keadaan orang menjadi faktor lain selain keadaan alam. Sebab adanya rasa loyalitas dan kesetiaan rakyatnya kepada Kesultanan Palembang membuat kekuatan yang kuat untuk menghadapi pasuakn Belanda. Selain itu adanya kepemimpinan Sultan Mahmud Badaruddin II yang baik membuat kerjasama antar pasukannya menjadi kuat dan ternyata ini menjadi salah satu yang menyebabkan kemenangan dapat diraih pada saat melawan pasukan Belanda, sebab adanya komunikasi dan kordinasi yang baik saat memimpin menjadikan perang itu dapat dikuasai oleh pasukan Sultan Mahmud Badaruddin II.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mengajukan saran sebagai berikut :
1. Dalam sebuah kekuasaan ternyata wilayah, rakyat, dan pertahanannya merupakan hal penting yang harus dimiliki dalam suatu bangsa. Terlebih adanya rasa kesetiaan rakyat kepada pemimpinnya merupakan hal yang harus ditanamkan setiap bangsa. Karena dengan adanya rasa kesetiaan dan loyalitas tehadap bangsanya, membuat bangsa ini akan menjadi kuat. Sehingga adanya peristiwa yang tejadi pada masa lampau dapat kita ambil nilai-nilai yang baik dan kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. 2. Penulis mengharapkan mengenai materi Perang Palembang tahun 1819
59
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Makmun, dkk. 1984/1985. Kota Palembang Sebagai “Kota Dagang
Dan Industri”: DPKDSNT Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah
Nasional
Alam, H. Asnawi Mangku. 1992. Pasca Perang Kota. Jakarta: PT Sumber Inspirasi
Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta
Cahyo, Agus N. 2012. Perang-Perang Paling Fenomenal: Dari Klasik sampai Modern. Yogyakarta: BukuBiru
Departemen Pendidikan Nasional. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia: Balai Pustaka
Gadjahnata dan Sri-Edi Swasono.1986. Masuk Dan Berkembangnya Islam Di Sumatera Selatan. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press)
Hanafiah, Djohan. 1989. KUTO BESAK: Upaya Kesultanan Palembang Menegakkan Kemerdekaan. Jakarta: PT Karya Unipress
Hou-Wee, Chou. 2009. Sun Zi Art of War. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer Hugiono dan P.K. Porwantara. 1987. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: PT Bina
Aksara
HY, H.A. Dahlan dkk. 1984. Sejarah Perjuangan Sultan Mahmud Badaruddin II. Sumatera Selatan: Pemerintah Provinsi Daerah TK. I
Kamisa. 1997. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Kartika
Koentjaraningrat. 1983. Metode-Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Gramedia Koestoro, Budi dan Basrowi. 2006. Strategi Penelitian Sosial dan Pendidikan.
Jakarta: Yayasan Kampusina
Malaka, Tan. 2012. Gerilya Politik Ekonomi. Yogyakarta: Diandra Pustaka Indonesia
Margono. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta Nawawi, Hadari. 1993. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press
Nawawi, Hadari dan Mimi Martini. 2001. Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gajah Mada Press
Nazir, Muhammad. 1984. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Notosusanto, Nugroho. 1984. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer. Jakarta: Inti Idayo Press
Purbakawatja, Sugarda. 1971. Lukisan Tentang Ibukota Palembang. Djakarta: Bharata
R.H.M. Akib. 1979. Sejarah Perjuangan Sri Sultan Mahmoed Baderedin II.
Palembang
Sayuti, Husin dan M. Thoha B. Sampurna Jaya. 1995. Metode Penelitian Sosial dan Humaniora. Jakarta: Fajar Agung
Sidi Gazalba. 1981. Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu. Jakarta: Bhrata Karya
Sugiono. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta Suryabrata, Suryadi. 1997. Metode Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta
Suryohadiprojo, Sayidiman. 1981. Suatu Pengantar Ilmu Perang, Masalah Pertahanan Negara. Jakarta: PT Intermasa
Tamburaka, H. Rustam E. 1999. Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah, dan IPTEK. Jakarta: PT Rineka Cipta
SUMBER LAIN
http://firdausarshad.blogspot.com/2010/01/konsep-kemenangan-islam.html, diakses pada 28/01/2013 pukul 15.30 WIB
http://imajie.com/2011/07/mengenali-sejarah-palembang-lewat-e.html, diakses pada 01/01/2013 pada pukul 20.00 WIB
http://mukahukum.blogspot.com/2009/04/pengertian-perang-atau-sengketa.html, diakses pada 01/01/2013 pukul 07.25 WIB
http://www.management.utm.my, di-akses pada Selasa 08/04/2014 pukul 07.00 WIB