REPORTING STANDARD (IFRS) TERHADAP RELEVANSI NILAI BUKU EKUITAS DAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI
INDONESIA
Oleh
ARIF MAKHSUN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris tentang dampak implementasi IFRS terhadap nilai buku ekuitas dan laba pada perusahaan manufaktur di Indonesia. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 sampai dengan 2013, dengan tahun 2011 sebagai cut-off. Pengujian dilakukan dengan melihat koefisien determinasi yang diseseuaikan (adjusted R Square). Hasilnya menunjukkan bahwa terjadi penurunan nilai ekuitas dan laba yang ditunjukkan dengan nilai Adj R square yang lebih kecil pada dua tahun sesudah penerapan IFRS.
Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa untuk sektor manufaktur, SAK adopsi IFRS tidak terbukti meningkatkan relevansi nilai dibandingkan sebelum adopsi. Berarti investor masih membutuhkan informasi lain untuk mengambil keputusan investasinya. Selain itu para pembaca laporan keuangan lebih mengutamakan informasi laba dibandingkan nilai buku, karena relevansinya yang lebih kuat dibandingkan nilai laba. Keterbatasan penelitian ini adalah penelitian hanya dilakukan pada sektor manufaktur sehingga memiliki kekurangan dalam hal generalisasi hasil penelitian. Keterbatasan lainnya adalah karena hanya menggunakan periode dua tahun sebelum dan dua tahun sesudah implementasi IFRS.
ii
ABSTRACT
THE IMPACT OF THE INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARD ( IFRS) ADOPTION TO VALUE RELEVANCE OF BOOK VALUE OF EQUTY AND INCOME AT MANUFACTURING SECTOR IN
INDONESIA By
ARIF MAKHSUN
The aim of the study is to investigate the empirical evidence about impact of full implementation of IFRS to value relevance on book value of equity and income at manufacturing industry in Indonesia. This research use the sampel of manufacturing industry in Indonesian Stock Exchange during 2009--2013, with the year 2011 as cut-off before and after adopted of IFRS. This study shows that coefficient determination (Adj R2 = adjusted R Square) as measurement of value relevance. Its result indicate that there are incline of value relevance on book value of equity and income because of the value of smaller Adj R square at two year hereafter applying IFRS.
ANALISIS DAMPAK ADOPSI INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARD (IFRS) TERHADAP RELEVANSI NILAI BUKU EKUITAS DAN
LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA
Oleh
Arif Makhsun
NPM 1121031004
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
Magister Sains Akuntansi
pada
Program Magister Ilmu Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
Magister Ilmu Akuntansi
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Caturanom Temanggung Jawa Tengah pada 10 Maret 1975 merupakan anak keempat dari lima bersaudara pasangan Masruri dan Satun. Penulis menempuh pendidikan SD diselesaikan tahun 1988 di SDN Peraduan Waras Abung Timur, kemudian SMP Muhammadiyah Tatakarya tamat 1991 dan SLTA di SMEA Negeri Poncowati Terbanggi Besar tamat 1994. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan jenjang pendidikan tinggi ketika diterima sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi
Universitas Lampung dan selesai pada 2000.
Ayahanda Masruri dan Ibunda Satun yang dengan susah payah
membesarkan ananda meski tak sempat menyaksikan keberhasilan ini. Istri Salihahku Agus Setiawati yang turut “bekerja” mendampingi
penyelesaian studiku ini.
Anandaku Nadya, Zahro, Ghozi dan Fatih..
MOTO
Keberhasilanmu hari ini adalah buah dari langkah-langkah kecilmu di masa lalu.. .
Tolonglah agama Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan mengokohkan
Tesis dengan judul “Analisis Dampak Adopsi International Financial Reporting
Standard (IFRS) Terhadap Relevansi Nilai Buku Ekuitas Dan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Di Indonesia” ini adalah salah ssatu syarat unutk memperoleh gelar
Magister Sains Akuntansi pada program Magister Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada mereka yang telah mendukung dan memotivasi kepada penulis:
1. Bapak Prof.Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si.,selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung .
2. Ibu Susi Sarumpaet, Ph.D, Akt. Selaku ketua program Magister Ilmu Akuntansi Feb Universitas Lampung sekaligus penguji yang banyak memberikan masukan dan saran yang berharga.
3. Bapak Yuliansyah selaku dosen pembimbing Utama yang selalumemberikan motivasi, dukungan n, fasilitas dan waktu serta traktirannya..selama penyusunan tesis ini.
4. Bapak Agus Zahron Idris, S.E, M.Sc., Akt., selaku dosen pembimbing pendamping yang telah memberikan dukungan dan waktunya selama penyusunan tesis ini. 5. Ibu Liza Alvia, yang memberikan banyak masukan kritik dan saran agar semakin
sempurna hasil karya kami.
6. Ayah dan bunda yang tak sempat menyaksikan penulis menyelesaikan studi ini, semoga ini menjadi bagian dari amal soleh yang akan memberatkan timbangan kebaikan mereka.
7. Mar’ah salihah, istriku agus setiawati, pendamping yang tak henti menyemangati dan mendukung bahkan turut serta bersusah payah mengerjakan tesis ini.
9. Sahabat diskusi PIA 2011: Mas Reza, mbak Nolita, Agus, mas Iswanto, Fikri, Nurkholis, pak Mujiman, Sadat, Suhendar,Taufik
10. Rekan PIA angkatan kedua: pak adi, aida, aminah, udin, komang ayu, ari palma, Matson, eryanti ratna, dini
11. Pengelola dan karyawati program Magister Ilmu Akuntansi, mang Ayin,Jaya, mbak Leni dan yang lainnya yang turut membantu kelancaran perkuliahan.
12. Keluarga besar jurusan akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Semoga karya ini membawa banyak manfaat untuk ilmu pengetahuan dan semoga Allah memberikan hidayahNya kepada kita semua, amin.
Bandarlampung, Juli 2014 Penulis
DAFTAR ISI
Daftar Isi... i
Daftar Tabel ... iii
Daftar Gambar ... iv
Daftar Lampiran ... v
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Batasan Masalah ... 4
1.4 Tujuan dan Manfaat ... 4
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Standar Akuntansi ... 6
2.2 Karakteristik Kualitiatif Laporan Keuangan ... 7
2.3 Perbedaan IFRS dengan GAAP ... 8
2.4 Dampak Perubahan Standar Akuntansi ... 12
ii
2.6 Pengembangan Hipotesis ... 17
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data ... 19
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 20
3.3 Operasional Variabel ... 22
3.4 Pengujian Asumsi ... 23
3.5 Alat Analisis ... 26
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Statistik Deskriptif ... 27
4.2 Hasil Pengujian Hipotesis ... 28
4.2.1 Hasil Pengujian Asumsi ... 28
4.2.2 Hasil Pengujian Hipotesis ... 32
BAB V SIMPULAN 5.1 Simpulan ... 34
5.2 Implikasi ... 36
5.3 Keterbatasan Penelitian ... 36
5.4 Saran ... 37
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Data Sampel ... 20
Tabel 2 Statistik Deskriptif Nilai Total ... 28
Tabel 3 Statistik Deskriptif Nilai per saham ... 30
Tabel 4 Hasil Uji Hipotesis Nilai Total ... 31
Tabel 5 Hasil Uji Hipotesis Nilai per Saham ... 33
Tabel 6 Incremental Value Relevance dengan Nilai Total... 35
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Sampel
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beberapa tahun terakhir International Financial Reporting Standards (IFRS)
menjadi topik yang hangat di tanah air. Pertemuan G-20 tahun 2008 di
Washington (USA) menghasilkan beberapa poin penting. Salah satu poin penting tersebut adalah peningkatan transparansi dan akuntabilitas. Berdasarkan
kesepakatan anggota G20, peningkatan transparansi dan akuntabilitas akan tercapai jika regulator suatu negara menetapkan a single set of high quality global accounting standards (Martani, 2012). Oleh karena itu, konvergensi IFRS adalah suatu keharusan untuk mencapai transparansi dan akuntabilitas yang sesuai dengan standar akuntansi global. Atas kesepakatan tersebut, Indonesia mencanangkan untuk mengadopsi IFRS secara penuh mulai 1 Januari 2012. Selain untuk merespon peningkatan transparansi dan akuntabilitas, manfaat lain IFRS adalah memberikan informasi yang berkualitas di pasar modal internasional. Sehingga dengan adanya persaingan global yang kompetitif saat ini Indonesia dapat bersaing dengan perusahaan asing atau menarik investor asing karena pelaporan keuangan menggunakan IFRS dapat meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menuju “best practise”.
yang lalu, sekarang atau masa depan (relevant). Oleh karena itu, dalam konteks internasional IFRS adalah suatu keharusan untuk dapat memenuhi keempat unsur di atas di pasar global. Akan tetapi yang menjadi pertanyaan adalah apakah penggunaan IFRS dapat memberikan manfaat yang lebih banyak atas laporan keuangan dibandingkan dengan sebelum implementasi IFRS. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah manfaat pelaporan keuangan dengan menggunakan IFRS lebih tinggi dibandingkan sebelum implementasi IFRS.
Penelitian Callao (2007) mengenai pengaruh comparability dan relevance
pelaporan keuangan atas adopsi IFRS di Spanyol menemukan bahwa adopsi IFRS di Spanyol membutuhkan biaya yang besar serta mensyaratkan perubahan
organisasi dan struktur bisnis serta perubahan kebijakan akuntansi. Penelitian mereka dimotivasi oleh penelitian-penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa adopsi IFRS memberikan hasil yang beragam. Selain itu Delvaille, Ebbers dan Saccon (2005) meneliti implementasi IFRS di tiga negara Eropa; Perancis, Jerman dan Italia. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa hanya Jerman yang merasakan bahwa IFRS memberikan manfaat lebih dibandingkan sebelumnya yang menggunakan Continental European Accounting System.
Penelitian Doukakis (2010) atas perusahaan non keuangan yang terdaftar di
3
signifikan antara laba sesudah penerapan IFRS dengan penerapan The Greek Accounting Standard. Studi terkini yang dilakukan oleh Yip & Young (2012) menemukan bahwa konvergensi IFRS dapat meningkatkan kualitas informasi. Diantara karakteristik kualitatif laporan keuangan yang utama adalah relevan, yang menjadikan suatu laporan akan lebih bermanfaat dalam proses pengambilan keputusan manajemen. Sebagaimana kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan (KDPLK) yang menyatakan bahwa laporan keuangan harus memberikan perbedaan hasil keputusan sehingga mampu memenuhi syarat kemampuan memprediksi (predictive value), memberikan umpan balik (feedback value), dan ketepatan waktu (timelines). Penelitian Hung & Subramanyam (2004) menemukan bahwa nilai buku ekuitas relevan sedangkan nilai laba tidak relevan setelah penggunaan standar internasional. Total aset dan nilai buku ekuitas lebih tinggi secara nominal jika menggunakan standar internasional (IAS) dibandingkan HGB (local GAAP Jerman).
Adopsi IFRS tentu manghendaki kualitas pelaporan yang lebih tinggi dari standar lokal. Termasuk didalamnya tingkat relevansi yang lebih baik. Namun apakah hal ini pasti menjadi kenyataan dalam perusahaan di Indonesia setelah dua tahun menyatakan adopsi penuh IFRS, perlu dilakukan penelitian yang akan memberikan bukti empiris akan hal tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah adopsi IFRS (PSAK IFRS) mempunyai pengaruh terhadap relevansi nilai buku ekuitas dan laba pada perusahaan manufaktur di Indonesia?
1.3 Batasan Masalah
Mengingat proses adopsi IFRS melalui berbagai tahapan yang kompleks, maka kami membatasi tesis ini dalam hal:
a. SAK adopsi IFRS, adalah PSAK yang berlaku efektif dalam tahun tertentu pada periode penelitian.
5
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris adanya pengaruh adopsi IFRS terhadap relevansi nilai ekuitas dan laba.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan dua manfaat yaitu manfaat teoritis dan praktis.
1.4.2.1 Manfaat Teoritis
a. Memperkaya literatur mengenai dampak IFRS yang diterapkan di Indonesia
b. Menambah khasanah penelitian mengenai pembandingan laporan keuangan setelah adopsi standar internasional. 1.4.2.2 Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan penilaian bagi investor dan pelaku pasar modal tentang kualitas laporan keuangan perusahaan;
sanksi-sanksi untuk setiap ketidakpatuhan, standar memberikan aturan
praktis dan bermanfaat bagi pelaksanaan pekerjaan akuntan. Standar
ditetapkan dengan tujuan untuk mendukung pelaporan secara netral dan
pencarian ketepatan penyajian serta mendukung pengadopsian standar yang
memberikan konsekuensi ekonomi yang baik. (Belkaoui, 2007)
Standar diperlukan untuk kepentingan keseragaman dalam penyusunan
laporan keuangan. Selain itu standar juga dipergunakan untuk pemeriksaan
bagi auditor dan memudahkan pengguna laporan keuangan dalam membaca
dan menginterpretasikan laporan keuangan.
Di Indonesia, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) merupakan organisasi profesi
akuntan yang juga merupakan badan yang menyusun standar akuntansi
keuangan di Indonesia. Pengembangan standar akuntansi keuangan sejak
berdirinya IAI pada tahun 1957 dilakukan secara terus menerus hingga kini.
Sampai dengan tahun 1974 Indonesia mengikuti standar akuntansi Amerika
yang dibuat oleh IAI yang disebut Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI). Tahun
1984 PAI ditetapkan menjadi Standar Akuntansi. Akhir Tahun 1984 Standar
Akuntansi Indonesia mengikuti standar akuntansi yang bersumber dari
7
kepengurusan IAI tahun 1994-1998 nama Komite PAI diubah menjadi
Komite Standar Akuntansi Keuangan (Komite SAK), dan berkomitmen
untuk mengikuti IASC/IFRS. Kongres IAI VIII, tanggal 23-24 September
1998 di Jakarta, Komite SAK diubah menjadi Dewan Standar Akuntansi
Keuangan (DSAK) yang diberi otonomi untuk menyusun dan mengesahkan
PSA (Gamayuni, 2009).
Sampai dengan Januari 2012, semua IFRS sudah diadopsi dalam PSAK
kecuali:
1. IFRS 1 : First-time Adoption of International Financial
Reporting Standards;
2. IAS 41 : Agriculture
3. IFRIC (International Financial Reporting Interpretations Committee) 15
: Agreements for the Construction of Real Estate
Hingga Desember 2012, DSAK IAI telah mempublikasikan 40 standar, 20
interpretasi, and 11 pencabutan PSAK (Sinaga, 2013)
2.2 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Sebagai bahasa informasi dunia usaha, akuntansi sangat identik dengan
pelaporan keuangan beserta seluruh proses yang menyertainya, yang diawali
dengan pencatatan transaksi dan berakhir dengan penyusunan laporan
keuangan.
Para pemakai laporan keuangan sangat membutuhkan informasi yang
laporan dalam membuat keputusan ekonomi atas kejadian yang lalu,
sekarang atau masa depan (relevant). Karakteristik kualitatif yang
dikembangkan oleh Joint Project IASB &FASB (Warsono, 2011) adalah
seperti gambar berikut:
Gambar 1. Karakteristik kualitatif Laporan Keuangan
2.3 Perbedaan IFRS dengan GAAP
2.3.1 Historical Cost dengan Fair Value
Historical Cost
Sebelum adanya IFRS, akuntansi umumnya menggunakan historical cost
untuk pengukuran transaksinya. Historical cost merupakan jumlah kas atau
setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diserahkan
untuk memperoleh aset pada saat perolehan atau konstruksi, atau jumlah kas
atau setara kas yang diperoleh dari kewajiban. Jumlah yang dapat
9
persyaratan tertentu didalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK).
Menurut Suwardjono (2005) kos historis merupakan rupiah kesepakatan
atau harga pertukaran yang telah tercatat dalam sistem pembukuan. Prinsip
historical cost menghendaki digunakannya harga perolehan dalam mencatat
aktiva, utang, modal dan biaya. Maksud dari harga perolehan adalah harga
pertukaran yang disetujui oleh kedua belah pihak yang tersangkut dalam
tranksaksi. Contohnya kendaraan untuk operasional yang diperoleh tahun
2010 senilai 160 juta, berdasarkan konsep historical cost maka pada tahun
2013 kendaraan tersebut tetap dicantumkan sebesar 160 juta sedangkan nilai
sesungguhnya pada tahun 2013 (mungkin) tinggal 140 juta. Konsep fair
value menghendaki kendaraan dicantumkan sebesar 140 juta (sesuai harga
pasar atau nilai wajarnya).
Transaksi dengan menggunakan historical cost memiliki kelemahan yaitu
kurang mencerminkan kondisi yang sebenarnya pada tahun sesudah
transaksi. Sebab dengan adanya pemakaian maka nilai dari suatu aset
(kecuai tanah) akan mengalami penurunan. Sehingga pengakuan aset pada
tanggal neraca tetap dicantumkan sebesar nilai perolehannya, sementara
nilai sesungguhnya dari aset tersebut tidak sebesar yang tercantum.
Sedangkan keunggulan dari historical cost adalah lebih obyektif dan lebih
verifiable karena didasarkan pada transaksi yang terjadi. Artinya bahwa
Fair Value (Nilai wajar)
Nilai wajar adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayar atas perolehan
aktiva saat ini atau nilai tanpa diskonto kas atau setara kas yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan kewajiban saat ini.
Menurut Suwardjono (2005) fair value adalah jumlah rupiah yang
disepakati untuk suatu obyek dalam suatu tranksaksi antara pihak-pihak
yang berkehendak bebas tanpa tekanan atau keterpaksaan.
FASB Concept Statement No. 7 menyatakan bahwa fair value adalah harga
yang akan diterima dalam penjualan aset atau pembayaran untuk
mentransfer kewajiban dalam transaksi yang tertata antara partisipan di
pasar dan tanggal pengukuran.
2.3.2 Principal based dengan Rules Based
Menurut Martani (2012) dengan principle base, IFRS lebih menekankan
pada interpretasi dan aplikasi atas standar sehingga harus berfokus pada
spirit penerapan prinsip tersebut. Standar membutuhkan penilaian atas
substansi transaksi dan evaluasi apakah presentasi akuntansi mencermin-kan
realitas ekonomi. Karena itu IFRS juga lebih membutuhkan professional
11
Adapun basis aturan memiliki keunggulan dalam hal meningkatkan
konsistensi dan keterbandingan antar perusahaan dan antar waktu, namun
ada kemungkinan kurang relevan disebabkan ketidakmampuan
merefleksikan peristiwa ekonomi pada entitas yang berbeda dan waktu yang
berbeda. Standar yang lebih rinci dapat menciptakan peluang bagi
manajemen untuk mengatur transaksi sesuai hasil yang diharapkan
berdasarkan aturan dalam standar.
Kelemahan standar berbasis aturan terletak pada ketidakmampuannya
memenuhi tantangan perubahan kondisi keuangan yang kompleks dan cepat
serta tidak merefleksikan peristiwa ekonomi yang mendasarinya secara
substansial.
Standar akuntansi IFRS berbasis prinsip (principle based). Standar
semacam ini konsisten dengan tujuan pelaporan keuangan yaitu dapat
menggambarkan keadaan yang sesungguhnya di perusahaan. Standar
berbasis prinsip memiliki keunggulan dalam hal memungkinkan pimpinan
perusahaan mengambil pilihan perlakuan akuntansi yang dapat
merefleksikan transaksi atau peristiwa ekonomi yang mendasarinya agar
laporan keuangan tidak sekedar melaporkan transaksi ekonomi sesuai
dengan standar tetapi juga mampu merefleksikan situasi pada tanggal
penyusunan laporan. Kelemahan standar akuntansi berbasis prinsip yaitu
akan dibutuhkan penalaran, judgement, dan pemahaman yang cukup
mendalam dari pembaca aturan dalam penerapannya.
2.4 Dampak Perubahan Standar Akuntansi
Dampak penerapan IFRS bagi perusahaan sangat beragam tergantung jenis
industri, jenis transaksi, elemen laporan keuangan yang dimiliki dan juga
pilihan kebijakan akuntansi. Ada yang perubahannya besar sampai harus
melakukan perubahan sistem operasi dan bisnis perusahaan, namun ada juga
perubahan tersebut hanya terkait dengan prosedur akuntansi. Perusahaan
perbankan, termasuk yang memiliki dampak perubahan cukup banyak.
Perusahaan dalam industri sejenis dapat merumuskan dampak perubahan
standar ini secara bersama-sama sehingga lebih efisien, Standar yang
bersifat principles based dapat diturunkan dalam bentuk pedoman akuntansi
untuk industri spesifik yang dapat dijadikan acuan dalam penyusunan
laporan keuangan perusahaan dalam industri tersebut (Martani, 2008)
Menurut Day (Purba, 2010) konvergensi IFRS akan mempengaruhi
aspek-aspek lain yang ada di perusahaan selain pelaporan keuangan yaitu;
indikator kunci pengukuran kinerja, perencanaan perpajakan, struktur
organisasi, hubungan investor, kebijakan dan prosedur, efisiensi keuangan
dan sistem, lingkungan pengendalian, laba, kebijakan dividen, serta model
penilaian.
Dalam hal penyajian laporan keuangan, dampak yang akan terjadi
13
rugi komprehensif, perubahan definisi, nama laporan keuangan dan tidak
adanya pos luar biasa. Sedangkan dampak dari aspek pengukuran adalah
terjadinya peningkatan penggunaan fair value (nilai wajar) serta
penggunaan judgement.
Dampak perubahan dalam pencatatan misalnya perubahan dalam PSAK 30
(Rev 2007) yang semula masih bersifat rule based dengan adanya program
konvergensi ini menjadi principle based, terdapat perubahan klasifikasi
sewa yaitu operating lease dan finance lease. Banyaknya entitas tak
terkecuali perusahaan BUMN yang terkena dampak perubahan PSAK 30
(R2007) Sewa. Salah satu dampak perubahan ini pada neraca entitas apabila
entitas sebagai penyewa mempunyai transaksi sewa yang semula
diklasifikasikan sebagai sewa operasi (operating lease) karena perubahan
klasifikasi pada PSAK 30 (R2007) sehingga memenuhi klasifikasi sewa
pembiayaan (finance lease) maka harus merubah perlakuan akuntansi yang
sebelumnya diakui sebagai operating lease menjadi finance lease. Aset dan
kewajiban yang timbul dari perjanjian sewa atau mengandung sewa berubah
dari off balance menjadi on balance di PSAK 30 revisi 2007 ini.
Transparansi dan akuntabilitas perusahaan akan jelas terlihat. Setiap
perusahaan tidak lagi bisa menyembunyikan kewajiban akibat adanya sewa
tersebut.
Ketika standar akuntansi internasional tersebut efektif, banyak perusahaan
besar di Indonesia dan investor akan merasakan dampak dari perubahan
Dampak lain yang secara umum dapat ditimbulkan dari program
konvergensi IFRS adalah akses ke pendanaan internasional akan lebih
terbuka, relevansi laporan keuangan akan meningkat, kinerja keuangan
akan lebih fluktuatif apabila harga-harga fluktuatif, Income smoothing
menjadi semakin sulit dengan penggunaan balance sheet approach dan fair
value, Principle-based standards mungkin menyebabkan keterbandingan
laporan keuangan sedikit menurun yakni bila penggunaan professional
judgment ditumpangi dengan kepentingan untuk mengatur laba (earning
management), penggunaan off balance sheet semakin terbatas.(Ismoyo,
2012 ).
Godfrey et. al. (2006) menjelaskan tentang current cost valuation
principles:
“for balance sheet purposes, non-monetary assets should be valued and shown at their current cost. Monetary assets are shown at which they were originally brought to account and represent losses in purchasing power, monetary liabilities are valued at the amounts which are expected to be paid and provide a gain to firm if held when money loses purchasing power”.
Sedangkan Hung & Subramanyam (2004) mendokumentasikan beberapa
item berikut yang memerlukan adjustment dalam rekonsiliasi standar lokal
15
a. Pajak Tangguhan (Deffered Tax), pajak tangguhan meningkat
karena penghapusan pajak yang potensial mempengaruhi setiap
perusahaan.
b. Dana Pensiun. Item ini mengurangi nilai buku secara umum pada
perusahaan di Jerman. Dampak ini berasal dari peningkatan hutang
dana pensiun karena standar mengekspektasi kompensasi masa
depan yang ditunjukkan oleh hutang dana pensiun. c. Property, Plant & Equipment (PPE).
d. Provisi dan Goodwill.
e. Persediaan, standar lokal mengijinkan persediaan dinilai secara
kombinasi baik secara direct dan full cost. f. Sewa
g. Piutang.
h. Instrumen Keuangan
i. Biaya Riset dan pengembangan dan aktiva tak berwujud
(intangible).
Sedangkan item yang membutuhkan adjustment pada komponen laba
adalah: Pajak Tangguhan, Dana Pensiun, Properti Investasi, Provisi dan
Standards) dengan International Accounting Standards (IAS) dengan
kesimpulan bahwa kewajiban menggunakan standar internasional tidak
memberikan manfaat yang lebih besar dilihat dari perbedaan kekuatan
comparability dari laporan keuangan yang menggunakan standar lokal dan
internasional. Sebagai contoh, Callao, Jarne, Laine (2006) menemukan
bahwa adopsi IFRS di Spanyol membutuhkan biaya yang besar serta
mensyaratkan perubahan organisasi dan struktur bisnis serta perubahan
kebijakan akuntansi. Clarkson et. al. (2011) juga membuktikan secara
empiris bahwa comparability meningkat dengan adanya adopsi IFRS pada
negara-negara Australia, Irlandia, Inggris dan 12 negara Eropa lainnya,
karena tidak ada perbedaan kualitas laporan keuangan setelah adopsi,
sedangkan negara negara tersebut memiliki perbedaan kualitas sebelum
adopsi IFRS.
Delvaille, Ebbers dan Saccon (2005) yang meneliti implementasi IFRS di
tiga negara Eropa; Perancis, Jerman dan Italia menunjukkan bahwa hanya
Jerman yang merasakan bahwa IFRS memberikan manfaat lebih
dibandingkan sebelumnya (Continental European Accounting System).
Doukakis (2010) meneliti di Athens Stock Exchange, menemukan bahwa
implementasi IFRS tidak memberikan dampak terhadap persistensi laba. Ini
berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara IFRS dengan The
17
(2012) menemukan bahwa konvergensi IFRS dapat meningkatkan kualitas
komparabilitas informasi akuntansi.
Liu (2010) menganalisis 50 perusahaan Uni Eropa yang listed di USA
menemukan bahwa ada perbedaan signifikan pada net income dibawah
IFRS Uni Eropa dengan US-GAAP. Perbedaan terutama di sebabkan oleh
perlakuan akuntansi pada biaya riset dan pengembangan, dana pensiun,
kombinasi bisnis, dan pajak penghasilan tangguhan.
2.6 Pengembangan Hipotesis
Horton (2010) menemukan adanya peningkatan kualitas lingkungan
informasi setelah adopsi IFRS dengan mengukur ketepatan peramalan dan
pengukuran lain dari kualitas lingkungan informasi.
Penelitian Hung & Subramanyam (2004) menemukan bahwa setelah
penggunaan standar internasional (IAS), nilai buku ekuitas dan laba
memiliki relevansi nilai lebih tinggi dibandingkan dengan standar lokal
(HGB) sedangkan laba kurang relevan. Total aset dan nilai buku ekuitas
lebih tinggi relevansi nilainya ketika menggunakan standar internasional
(IAS) dibandingkan HGB (Handel Gesetbuch--local GAAP Jerman).
Selanjutnya Andriantomo (2013) meneliti relevansi nilai kualitas informasi
di Bursa Efek Indonesia sepanjang periode 2000—2009, yang kemudian
membuktikan secara empiris bahwa secara simultan nilai buku dan laba
memiliki relevansi nilai terhadap harga saham. Selain itu, secara umum
penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan pada relevansi nilai. Namun
masih menunjukkan penurunan pada sebagian kecil periode (2005
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis mengajukan hipotesis berikut:
H1: Nilai buku ekuitas dan laba secara bersamaan relevansinya
meningkat setelah adopsi IFRS
Selain itu juga bukti empiris yang dihasilkan Adriantomo (2013)
menunjukkan bahwa secara individual nilai buku ekuitas lebih relevan
dibandingkan laba dalam menjelaskan harga saham. Hal ini ditunjukkan
dengan nilai koefisien determinasi (R2) nilai buku ekuitas yang lebih tinggi
dibandingkan variabel laba. Nilai buku ekuitas mampu menjelaskan nilai
saham sebesar 54,1%, sedangkan variabel laba menjelaskan harga saham
sebesar 40,8%. Sejalan dengan hasil tersebut, penelitian Hung menyebutkan
bahwa penyesuian terhadap standar internasional menunjukkan nilai relevan
pada nilai buku ekuitas namun irrelevan pada variabel net income. Dengan
diterapkannya SAK adopsi IFRS diharapkan semakin relevan nilai buku
ekuitas dan laba perusahaan agar lebih bermanfaat bagi investor dan calon
investor dalam mengambil keputusan investasinya.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis mengajukan hipotesis berikut:
H2: Nilai buku ekuitas dan laba relevansinya meningkat secara
individual setelah adopsi IFRS.
Namun demikian, Puspitaningtiyas (2012) menunjukkan bahwa beberapa
19
akuntansi dan nilai-nilai pasar dengan analisis regresi linier berganda
menunjukkan koefisien determinasi (R2) yang relatif kecil. Hal ini
menyiratkan bahwa kemampuan informasi akuntansi dalam menjelaskan
variasi-variasi nilai pasar (market values) relatif kecil. Seperti penelitian
oleh Belkaoui (1978) menunjukkan nilai R2 sebesar 34,1%, Dhingra (1982)
menunjukkan nilai R2 sebesar 13%, Farrelly et al. (1985) menunjukkan nilai
R2 sebesar 66%, Chun dan Ramasamy (1989) menunjukkan nilai R2 sebesar
22%, Tandelilin (1997) menunjukkan nilai R2 sebesar 15,78%,
Puspitaningtyas (2006) menunjukkan R2 sebesar 12,6%, Ulusoy (2008)
menunjukkan nilai R2 sebesar 8,4%, dan Puspitaningtyas (2011)
bersumber dari laporan keuangan dan atau laporan tahunan perusahaan
sektor manufaktur yang dipublikasikan di situs resmi masing-masing
perusahaan maupun di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Data yang digunakan setiap perusahaan merupakan data laporan keuangan
tahun 2009 –2013. Data tahun 2011 tidak digunakan karena dijadikan
sebagai cut-off antara sebelum dan sesudah penerapaan SAK adopsi IFRS.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi sekaligus sampel dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan sampel adalah
perusahaan manufaktur yang memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan
mempublikasikan laporan keuangan tahunan selama periode penelitian.
Perusahaan manufaktur tercatat pada periode penelitian (2009—2013)
secara berurutan masing-masing adalah 139, 136, 138, 138, dan141. 2. Perusahaan tidak mengalami delisted di Bursa Efek Indonesia selama
periode penelitian (2009—2013).
3. Tidak memiliki nilai buku ekuitas dan laba negatif. Penggunaan angka
20
4. Menggunakan satuan rupiah.
5. Laporan keuangan tersedia lengkap.
Berdasarkan kriteria pemilihan sampel yang telah ditetapkan tersebut,
diperoleh jumlah sampel seperti tampak dalam Tabel 1.
Tabel 1. Data Sampel
4. Perusahaan delisting (5) (0) (0) (2)
(2004) adalah sebagai berikut:
MCit = a0 + a1BVEit + a2NIit + eit (1)
Keterangan:
MCit = Nilai Kapitalisasi Pasar perusahaan i pada akhir tahun t a1BVEit = Nilai Buku Ekuitas perusahaan i pada akhir tahun t a2NI it = Laba Bersih perusahaan i pada akhir tahun t
Model di atas untuk menjelaskan relevansi nilai yang mencerminkan nilai
kapitalisasi pasar perusahaan merupakan gambaran dari nilai buku ekuitas
dan laba bersih perusahaan. Nilai kapitalisasi pasar adalah jumlah dari
saham beredar dikalikan dengan harga saham (close) pada akhir tahun.
Untuk mengukur relevansi secara individual pada variabel diatas maka
digunakan persamaan berikut:
MCit = b0 + b1BVEit + eit (2)
Keterangan:
MCit = Nilai Kapitalisasi Pasar perusahaan i pada akhir tahun t b1BVEit = Nilai Buku Ekuitas perusahaan i pada akhir tahun t
MCit = c0 + c1NIit + eit (3)
Keterangan:
MCit = Nilai Kapitalisasi Pasar perusahaan i pada akhir tahun t C1NI it = Laba Bersih perusahaan i pada akhir tahun t
Sedangkan untuk mengukur nilai setiap lembar saham yaitu dengan
22
Sehingga persamaan menjadi sebagai berikut:
Pit = a0 + a1BVEPSit + a2NIPSit + eit (4)
Keterangan:
Pit = Harga Saham perusahaan i pada akhir tahun t
a1BVEPSit = Nilai Buku Ekuitas per saham perusahaan i pada akhir tahun t a2NIPS it = Laba Bersih per saham perusahaan i pada akhir tahun t
Pit = b0 + b1BVEPSit + eit (5)
Keterangan:
Pit = Harga Saham perusahaan i pada akhir tahun t
b1BVEPSit = Nilai Buku Ekuitas per saham perusahaan i pada akhir tahun t
Pit = c0 + c1NIPSit + eit (6)
Keterangan:
Pit = Harga Saham perusahaan i pada akhir tahun t
C1NIPS it = Laba Bersih per saham perusahaan i pada akhir tahun t
2. Relevansi Incremental Nilai Buku Ekuitas dan Laba
Pengukuran relevansi incremental dilakukan dengan cara mengurangkan
R2 total (simultan) dengan R2 (BVE,individual) dan atau adj R2 (NI).
3.4 Pengujian Asumsi
3.4.1. Normalitas
Untuk menguji normalitas dari residual hasil regresi, dapat digunakan 2
cara, yaitu: histogram residual dan uji Jarque-Bera. Suatu residual
dikatakan memiliki distribusi normal apabila histogram residual bentuknya
menyerupai lonceng seperti distribusi t, maka residual tersebut dapat
dikatakan berdistribusi normal (Widarjono: 2009).
Jika nilai probabilitas
ρ
dari statistik Jarque Bera (JB) besar atau dengandistribusi normal karena nilai statistik JB tidak sama dengan nol. 3.4.2. Multikolinearitas
Pelanggaran asumsi berikutnya disebut multikolinearitas, yaitu suatu
keadaan yang menunjukkan adanya hubungan linear antara variabel
independen di dalam regresi berganda. Hubungan linear antara variabel
independen dapat terjadi dalam bentuk hubungan linear yang sempurna
(perfect) dan hubungan yang kurang sempurna (imperfect) (Widarjono,
2009).
Salah satu cara untuk mendeteksi masalah multikolinearitas ini
adalah dengan menggunakan nilai koefisien korelasi yang tersedia
pada software Eviews.
Menurut Nachrowi dan Usman (2006), jika VIF > 5, maka terjadi
multikolinearitas. Artinya, jika VIF = 5, maka Rj
2
=0,8 . Jadi korelasi
yang diperkenankan antar variabel bebasnya hanya sampai 0,8.
Apabila nilai VIF sudah lebih dari 5, maka korelasi antar variabel
bebasnya sudah lebih dari 0,8, sehingga dapat disimpulkan telah
terjadi multikolinearitas.
Berbeda dengan pelanggaran asumsi yang lainnya, menurut Widarjono
24
menghasilkan estimator yang BLUE (Best Linear Unbiased Estimator).
Karena untuk menghasilkan estimator yang BLUE tidak memerlukan
asumsi tidak adanya korelasi antar variabel independen.
3.4.3. Autokorelasi
Autokorelasi menunjukkan adanya korelasi antara anggota observasi satu
dengan observasi yang berbeda waktunya. Pada analisis regresi, autokorelasi
merupakan korelasi antara satu variabel gangguan dengan variabel gangguan
yang lain (Widarjono, 2009). Masalah autookorelasi dapat dideteksi dengan
metode Durbin-Watson (DW), dan atauBreusch-Godfrey (Lagrange
Multiplier, LM). Masing-masing dapat disembuhkan dengan fasilitas yangada
pada software.
3.4.4. Heteroskedastisitas
Apabila terdapat keadaan ketika variabel gangguan memiliki varian yang
tidak konstan disebut sebagai Heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas
menyebabkan estimator β1 topi tidak lagi mempunyai varian yang minimum
jika kita menggunakan metode OLS. Konsekuensi heteroskedastisitas
menurut Widarjono (2009), adalah sebagai berikut:
1. Jika varian tidak minimum maka menyebabkan perhitungan standard
error metode OLS tidak lagi bias dipercaya kebenarannya.
2. Akibat nomor 1 tersebut maka interval estimasi maupun uji hipotesis
yang didasarkan pada distribusi t maupun F tidak lagi bisa dipercaya
H1 : Terdapat peningkatan pada relevansi nilai buku ekuitas dan laba
secara bersamaan (simultaneuously) sesudah diterapkan secara
penuh SAK adopsi IFRS.
H2 : Terdapat peningkatan yang signifikan pada relevansi nilai buku dan
laba secara individual sesudah diterapkan secara penuh SAK
adopsi IFRS.
Penarikan simpulannya berdasarkan perbandingan adjustedR2 (diperoleh
dari hasil regresi dengan Eviews) antara periode sebelum dengan periode
setelah penerapan penuh IFRS. Apabila adjusted R2 periode sebelum <
adjustedR2 periode sesudah penerapan, maka simpulannya adalah terjadi
kenaikan relevansi nilai laporan keuangan. Sebaliknya jika nilai
adjusted R2 periode sebelum > adjustedR2 periode sesudah penerapan,
maka simpulannya adalah terjadi penurunan relevansi nilai laporan
BAB V SIMPULAN
5.1. Simpulan
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan adanya peningkatan relevansi nilai sesudah penerapan penuh SAK adopsi IFRS pada perusahaan sektor manufaktur pada Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada peningkatan relevansi nilai buku ekuitas dan laba terhadap harga saham sesudah adopsi IFRS
Analisis menunjukkan bahwa penurunan nilai adjusted R square dari hasil penelitian terjadi antar periode sebelum dengan sesudah penerapan, meskipun pada masing-masingperiode terjadi peningkatan. Hal ini berarti nilai buku ekuitas dan laba berkurang relevansi nilainya sesudah adopsi IFRS. Justifikasi dari penurunan ini adalah “hipotesis informasi alternatif” yang ditunjukkan oleh Ponziani (Ponziani) yang menyatakan bahwa semakin banyak informasi tersedia dari waktu ke waktu yang akan semakin banyak digunakan investor dalam penilaian perusahaan. Hal ini menyebabkan investor beralih kepada informasi non-akuntansi. Namun demikian dari data incremental value relevance
menunjukkan bahwa informasi laba lebih kuat relevansinya dibandingkan nilai buku dalam menggambarkan harga saham.
5.2. Implikasi
dibanding sebelum adopsi. Berarti investor masih membutuhkan informasi lain untuk mengambil keputusan investasinya.
2. Pembaca laporan keuangan lebih mengutamakan informasi laba
dibandingkan nilai buku, karena relevansinya yang lebih kuat.
5.3. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dari suatu penelitian dapat mempengaruhi hasil penelitian itu sendiri. Keterbatasan dari penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya terbatas pada sektor manufaktur sehingga belum dapat digeneralisasi hasilnya untuk sektor lain dan seluruh perusahaan di pasar modal.
38
5.4. Saran
Berdasarkan keterbatasan yang telah disampaikan di atas, maka peneliti menyarankan hal-hal berikut ini:
1. Penelitian berikutnya agar memperluas cakupan industri agar dapat digeneralisasi lebih luas.
2. Penelitian mendatang disarankan untuk melakukan perbaikan dengan
model yang berbeda.
3. Penelitian mendatang juga disarankan untuk menambah tahun observasi
dan memperluas cakupan wilayah penelitian agar lebih komprehensif dalam mengambil kesimpulan relevansi nilainya.
4. Penambahan atau perubahan variabel yang diukur juga disarankan agar
Belkaoui, A. (1978). Accounting Determinants of Systematic Risk in Canadian Com- mon Stocks: a Multivariate Approach. Accounting and Business
Research 3-10.
Belkaoui, Ahmed R. (2007). Accounting Theory, Edisi Kelima. Salemba Empat.
Callao S, Jarne JI, Lainez JA (2007). Adoption of IFRS in Spain: Effect on the Comparability and Relevance Of Financial Reporting. Journal of International accounting and Taxation 148-178.
Callao S, Lainez JA (2000). The Effect of Accounting Diversity on International Financial Analysis: Empirical Evidence. International Journal of Accounting pp.65-83.
Chun, L. S. dan M. Ramasamy (1989). Accounting Variables as Determinants of Systematic Risk in Malaysian Common Stocks. Asia Pacific Journal of
Management 6(2): 339-350.
Clarkson P, Hanna JD, Ricardson GD,Thompson R (2011) The Impact of IFRS Adoption on The Value Relevance of Book Value and Earnings.
http://www.ssrn.com/abstract=1614362
De Fond, X. Hu,M. Hung, S Li. (2010). “The Impact Of Mandatory IFRS
Adoption on Foreign Mutual Fund Ownership: The Role of Comparability”. Journal of accounting and Economics 51(3):240-258.
Delvaille, P., Ebbers, G., & Saccon, C. (2005). International Financial Reporting Convergence: Evidence From Three Continental European Countries.
Accounting In Europe, 2, 137–164.
Dhingra, H. L. (1982). The Impact of Accounting Variables on Stock Market Measures of Risk. Accounting and Business Research 193-201.
39
Farelly, G. E., K. R. Ferris, dan W. R. Reichenstein (1985). Perceived Risk, Market Risk, and Accounting Determined Risk Measures. The Accounting
Review 278-288.
Gamayuni, R.R. (2009) Perkembangan Standar Akuntansi KeuanganIndonesia menuju International Financial Reporting standards. Jurnal Akuntansi dan KeuanganVol 14 No 2 Juli 2009, pp 153--164.
Ghozali, Imam (2005). Aplikasi Analisis Mutivariate dengan Program SPSS. Edisi Ketiga, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang
Godfrey J, et. al. (2006) Accounting Theory, Sixth Edition, Wiley.
Horton, Joanne, George S, and Ionna S (2010).”Does mandatory IFRS adoption improve the information environment?”. Contemporary Accounting Research.
Hung M, Subramanyam KR (2004) Financial Statement Effect of Adopting International Accounting Standard: The case of Germany.
http://www.ssrn.com/abstract=622921
Ikatan akuntan Indonesia, (2009) Diskusi Dampak Penerapan PSAK 30 (Revisi 2007) terhadap Bisnis. http://www.iaiglobal.or.id/v02/berita/detail.php? catid=&id=64
Ismoyo, Rudi (2010). Dampak Konvergensi IFRS di Indonesia. http://acctbuzz.blogspot.com
Konvergensi Standar Akuntansi di Indonesia ke IFRS. http://fathir32.wordpress.com
Liu C., O Farrel G., Yao LJ. Net Income Comparability Between EU-IFRS And US-GAAP Before Relesase No.33-8879: Evidence From Fifty US-Listed European Union Companies. International Journal of Business, ccounting and Finance. Vol 4 No 1 winter 2010, pp 49--62.
Martani, Dwi (2012). Dampak Implementasi IFRS Bagi Perusahaan.
Martani, Dwi (2012). Perkembangan PSAK – IFRS. Materi presentasi kuliah.
Nachrowi D, dan Hardius Usman (2006). Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Jakarta. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga Surabaya
Puspaningtyas,Zarah (2011). Manfaat Informasi Akuntansi untuk Memprediksi Risiko Investasi Saham Berdasarkan Pendekatan Decision Usefulness.
Disertasi. Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga Surabaya.
Puspaningtyas,Zarah (2012). Relevansi Nilai Informasi Akuntansi dan
Manfaatnya Bagi Investor, Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Vol. 16 hal. 164-183.
Qing Liao, Thorsten Sellhorn, and Hollis A. Skaife. “The Cross-Country
Comparability of IFRS Earnings and Book Values: Evidence from France and Germany.” Journal of International Accounting Research Vol. 11, No. 1 201pp. 155–184.
Sinaga, Rosita Uli (2013). Overview of IFRS Convergence Process In Indonesia. http://www.iaiglobal.or.id.
Suwardjono (2005). Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan, Edisi Ketiga. BPFE Yogyakarta.
Tandelilin, E., (1997). Determinants of Systematic Risk: The Experience of Some Indonesian Common Stock. Kelola: Gadjah Mada University 4(16): 101-114.
Ulusoy, T. (2008). Systematic Risk and Firm Financial Structure: Evidence on Istanbul Stock Exchange. The Business Review, Cambridge 11(2): 226-231.
Widarjono, Agus (2009). Ekonometrika: Pengantar dan Aplikasinya.
Ekonisia Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Yip Rita W.Y., D. Young (2012) ”Does Mandatory IFRS Adoption Improve The Information Comparability?.” Accounting Review, 87(5)pp. 1767-1789.
Zamzani, Faiz (2011) Perkembangan Konvergensi International Financial