• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN HIPOKOTIL KECAMBAH KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.) DI BAWAH PENGARUH MEDAN MAGNET

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN HIPOKOTIL KECAMBAH KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.) DI BAWAH PENGARUH MEDAN MAGNET"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

Aji Kurnia Irawan

iii ABSTRAK

PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN HIPOKOTIL KECAMBAH KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.) DI BAWAH

Tujuan penelitian perkecambahan dan pertumbuhan hipokotil kecambah kacang

hijau di bawah pengaruh medan magnet adalah untuk mengetahui pengaruh lama

pemaparan kuat medan magnet 0,1 mT terhadap perkecambahan dan kecepatan

pertumbuhan hipokotil kecambah kacang hijau, membuat LKS sub materi

pertumbuhan tumbuhan pada siswa SMP kelas VIII.

Penelitian ini disusun dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktor

tunggal. Faktor dalam penelitian ini adalah lama pemaparan medan magnet 0,1

mT yang terdiri dari: Kontrol (A), 7 menit 48 detik (B), 11 menit 44 detik (C), dan

15 menit 36 detik (D). Parameter yang diukur adalah persentase perkecambahan,

panjang hipokotil, dan kecepatan pertumbuhan hipokotil. Analisis data diuji

menggunakan BNT pada α = 5% . Hasil analisis data pada α = 5% menunjukkan

bahwa semua perlakuan medan magnet mempengaruhi semua parameter tersebut,

dan lama pemaparan yang secara optimal berpengaruh terhadap persentase

(2)

Aji Kurnia Irawan

iii

lama pemaparan 15 menit 36 detik (D). Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan

sebagai bahan penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS) SMP kelas VIII sub materi

Pertumbuhan Tumbuhan.

(3)

PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN HIPOKOTIL KECAMBAH KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.) DI BAWAH

PENGARUH MEDAN MAGNET

(Aplikasi Penelitian sebagai Lembar Kerja Siswa (LKS) Sub Materi Pertumbuhan Tumbuhan pada Siswa SMP Kelas VIII)

Oleh

Aji Kurnia Irawan

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tambahrejo, Kecamatan Gadingrejo,

Kabupaten Pringsewu pada 12 April 1993, yang merupakan

anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Irman

Subiyanto dan Ibu Mujiem. Penulis beralamat di Tambahrejo

RT 005/RW 003, Kecamatan Gadingrejo, Kabupaten

Pringsewu. Nomor HP 08977572129.

Pendidikan yang ditempuh penulis adalah SD Negeri 2 Tambahrejo (1998-2004),

SMP Negeri 1 Prigsewu (2004-2007), SMA Negeri 1 Pringsewu (2007-2010).

Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP

Unila.

Pada tahun 2013 penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di

SMP Negeri 1 Suoh dan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi

(KKN-KT) di Desa Sukamarga, Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung Barat, dan

melaksanakan penelitian murni di Laboratorium Botani jurusan Biologi FMIPA

Unila dan diaplikasikan dalam penelitian pendidikan di SMP Negeri 2 Gadingrejo

(8)

----

Moto

----

SesungguhnyaAllah tidak mengubah keadaan suatu kaum, sampai ia mengubah

keadaan yang ada pada dirinya”

___Allah SWT. (Q.S Ar-rad:11)___

“Siapa yang bersungguh

-

sungguh, maka pasti akan berhasil.”

___ HR Muslim___

“Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua.”

___Aristoteles___

“Janganlah takut mengambil jalan yang berbeda dari orang lain, karena setiap

jalan akan menemui ujungnya masing-

masing!”

___Aji Kurnia Irawan___

“Berjuanglah yang terbaik untuk masa kini, buk

an untuk masa lalu ataupun masa

depan, karena masa kini adalah masa yang menentukan masa depanmu dan juga

akan menjadi masa lalumu”

(9)

Dengan Menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

PERSEMBAHAN

Segala puji hanya milik Allah SWT, atas rahmat dan nikmat yang tak terhitung Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW

Kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada:

Ayah dan Ibuku, yang telah mendidik dan membesarkan ku dengan penuh keikhlasan dan kasih sayang, serta selalu memberikan yang terbaik untukku, mereka adalah motivasi terbesar dalam hidupku dalam meraih kesuksesan, kesuksesanku adalah kebahagiaan bagi mereka, dan

kebahagiaan mereka adalah senyuman terindah untukku.

Adikku dan Keluarga besarku yang selalu mengiringi langkahku dengan doa, memotivasiku disaat aku terpuruk dan menghiburku di saat lelah.

Guru dan murobbi, yang telah menjadikanku lebih baik , yang telah menuntunku di dunia dengan ilmu yang bermanfaat.

Rekan seperjuangan (Taufik, Ervin, Singgih, Destra, Hanni, Nindy, Arinta, Zora, Yuliani, Eli, Nopi, Renita, Sisca, Gadis, Aini, Oci, Mira, Chris, Ariska, Olba) yang selalu memberikan

semangat dan membantu dalam proses penyelesaian skripsi.

Sahabat -sahabat (Dimas, Angga, Yuda, Irul, Taufik , Deka, Jefri) yang telah bersedia menjadi tempat mencurahkan keluhan hati , yang selalu menghiburku di saat jenuh, yang selalu

memotivasiku disaat aku terpuruk, dan yang menyayangiku seperti keluarga.

Teman-teman sejatiku (Mahasiswa Pendidikan Biologi Angkatan 2010 Unila)

Kalian telah mengajarkanku arti persaudaraan dan juga menjadi bumbu-bumbu terbaik dalam kehidupanku selama perkuliahan. Kalian adalah pelengkap hidupku yang berarti.

(10)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin, Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala

limpahan rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program

Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unila. Skripsi ini

berjudul “Perkecambahan dan Kecepatan Pertumbuhan Hipokotil Kecambah Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) di Bawah Pengaruh Medan Magnet.

(Aplikasi Penelitian sebagai Lembar Kerja Siswa (LKS) Sub Materi Pertumbuhan

Tumbuhan pada Siswa SMP Kelas VIII)”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan

dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung;

3. Pramudiyanti, S.Si., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi;

4. Dr. Rochmah Agustrina, selaku Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini;

5. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini;

6. Dra. Tundjung Tripeni H., M.S., selaku Pembahas yang telah memberikan

(11)

xi

7. Kepala Sekolah dan guru yang telah memberikan izin penelitian di SMP

Negeri 2 Gadingrejo, terima kasih untuk bimbingan dan masukkannya selama

saya penelitian.

8. Orang tua dan keluarga besar, yang telah mendidik dan membesarkan ku

dengan penuh keikhlasan dan kasih sayang, serta selalu memberikan yang

terbaik dalam kehidupanku.

9. Teman-teman seperjuangan (Pendidikan Biologi 2010), kakak dan adik

tingkat Pendidikan Biologi FKIP UNILA terimakasih atas bantuan, dukungan

dan persahabatan yang sangat berharga;

10.Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

11.Almamater tercinta, Universitas Lampung;

12.Negeri tercinta, Indonesia.

Akhir kata, semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan berguna bagi

kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, 15 Juli 2014 Penulis

(12)

xiii

D. Pengaruh Medan Magnet TerhadapPertumbuhan ... 24

E. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 26

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 37

(13)

xiii V. SIMPULAN DAN SARAN

C. Simpulan ... 53 D. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Interpretasi penilaian LKS ... 36

2. Rerata persentase perkecambahan biji kacang hijau akibat perlakuan lama pemaparan medan magnet 0,1 mT setelah 25 jam

perkecambahan. ... 38

3. Rerata panjang hipokotil kacang hijau akibat perlakuan lama pemaparan medan magnet 0,1 mT mulai dari hari 1 sampai dengan

hari 5... 40

4. Rerata kecepatan pertumbuhan hipokotil kacang hijau akibat

perlakuan lama pemaparan medan magnet 0,1 mT yang berbeda. ... 43

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hubungan antara variable bebas dan variable terikat ... 8

2. Perkecambahan secara epigeal ... 18

3. Perkecambahan secara hipogeal. ... 19

4. Kutub-kutub magnet yang saling tolak-menolak; yang tidak sama

saling tarik-menarik. ... 23

5. Jika Anda memotong magnet menjadi dua, Anda tidak akan

mendapatkan kutub utara dan selatan sendiri-sendiri. ... 23

6. Rangkaian medan magnet. ... 31

7. Sketsa susunan cawan petri. ... 33

8. (a) kotak germinasi berisi cawan petri. (b) kotak germinasi berisi

cawan petri dilapisi kain hitam ... 33

9. Penampakan biji kacang hijau setelah satu hari dikecambahkan ... 33

10.Papan triplek-penggaris ... 35

11.Persentase perkecambahan kacang hijau akibat perlakuan medan

magnet 0,1mT setelah 25 jam perkecambahan. ... 38

12.Pengaruh lama pemaparan medan magnet yang berbeda terhadap

persentase biji kacang hijau yang berkecambah. ... 39

13.Analisis regresi penambahan panjang hipokotil kecambah kacang hijau mulai dari hari ke-1 sampai dengan hari ke-5 perkecambahan

yang diberi perlakuan lama pemaparan medan magnet 0,1. ... 42

14.Analisis regresi kecepatan pertumbuhan hipokotil kecambah kacang hijau mulai dari hari ke-1 sampai dengan hari ke-5 perkecambahan

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan diperlukan dalam kehidupan manusia untuk memberikan bekal

dalam menjalani dan menyiapkan kehidupan mendatang yang lebih baik.

Melalui pendidikan, peserta didik dilatih untuk mengolah akal pikirannya

melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran adalah kegiatan

pelaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar siswa dapat

mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan pada

dasarnya mengantarkan siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah

laku baik intelektual, moral maupun sosial sehingga mampu hidup mandiri

sebagai individu dan makhluk sosial (Sudjana dan Rivai, 2010: 1).

IPA dalam pembelajarannya mencakup semua materi yang terkait dengan

objek alam serta persoalannya. Ruang lingkup IPA yaitu makhluk hidup,

energi dan perubahannya, bumi dan alam semesta, serta proses materi dan

sifatnya. IPA terdiri dari tiga aspek yaitu Fisika, Biologi dan Kimia. Pada

aspek Fisika IPA lebih memfokuskan pada benda-benda tak hidup. Pada

aspek Kimia IPA mempelajari gejala-gejala kimia baik yang ada pada

(17)

2

aspek Biologi IPA mengkaji pada persoalan yang terkait dengan makhluk

hidup serta lingkungannya.

Pendidikan IPA pada jenjang SMP memiliki tujuan membuat siswa supaya

memiliki kepribadian yang baik, dapat menerapkan sikap ilmiah, dan dapat

mengembangkan potensi yang ada di alam sebagai sumber ilmu, serta dapat

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran

IPA dituntut tidak sekedar teori, tetapi dalam pembelajaran IPA lebih

ditekankan kepada bukti dan aplikasinya dalam kehidupan.

Dalam praktiknya, pembelajaran IPA terutama Biologi tidak akan terlepas

dari persoalan makhluk hidup dan lingkungannya. Misalnya pada materi

SMP kelas VIII semester ganjil siswa akan mempelajari materi tumbuh dan

berkembang. Tumbuh pada makhluk hidup dipengaruhi oleh lingkungan.

Faktor yang memengaruhi pertumbuhan terdiri dari faktor dalam dan faktor

luar. Faktor dalam yaitu gen dan hormon sedangkan faktor luar atau faktor

lingkungan diantaranya ada suhu, kelembaban, cahaya, dan lainnya. Pada

beberapa dekade terakhir ini banyak penelitian pengaruh medan magnet

terhadap pertumbuhan tumbuhan.

Medan magnet dilukiskan dengan garis-garis medan magnet. Garis-garis

medan magnet selalu memancar dari kutub utara ke kutub selatan dan tidak

pernah saling memotong. Garis-garis medan magnet yang dipancarkan oleh

suatu magnet akan mempengaruhi momen-momen dwi kutub magnet yang

terkandung pada sebuah materi. Momen dwi kutub magnet adalah medan

(18)

3

pada orbital dan sumbunya. Semakin besar kekuatan medan magnet suatu

magnet maka semakin besar pula garis-garis medan magnet yang dimilikinya

(Soedojo, 2000: 37). Hasil penelitian Nagy et al., (2005: 138) menunjukkan

bahwa pengaruh pemberian medan magnet pada suatu organisme sangat

dipengaruhi oleh besarnya kuat medan magnet dan lamanya perlakuan yang

diberikan. Pemberian kuat medan magnet yang terlalu tinggi dan terlalu lama

dapat berpengaruh buruk terhadap organisme.

Menurut Aladjadjian dan Ylieva (2003: 136) pengaruh medan magnet sangat

kuat pada biji yang mengalami perendaman. Roniyus (2005: 112) menduga

medan magnet dapat memecah ikatan hidrogen molekul air sehingga lebih

banyak molekul-molekul air yang bebas dan menyebabkan peningkatan

potensial air dan daya hidrasinya. Sementara Morejon (2007:175)

menjelaskan bahwa medan magnet mempengaruhi sifat fisika dan kimia air,

diantaranya tekanan permukaan, konduktivitas, daya melarutkan

garam-garam, relatif indeks, dan PH. Perubahan ini mengakibatkan air menjadi lebih

mudah menghidrasi senyawa-senyawa atau molekul-molekul di sel-sel biji.

Menurut Salisbury dan Ross (1992: 197), hidrasi biji mengaktifkan

enzim-enzim yang berfungsi untuk merombak cadangan makanan dalam biji,

sehingga mempercepat proses perkecambahan yang ditandai dengan

munculnya ujung radikula yang menembus permukaan kulit biji.

Lama pemaparan medan magnet secara tidak langsung juga ikut berpengaruh

pada pertumbuhan tanaman. Nagy et al., (2005: 138-139) melaporkan adanya

(19)

4

dan 24 menit. Pertumbuhan paling baik ditunjukkan pada perlakuan selama 8

menit namun seiring dengan peningkatan lama pemaparan menunjukkan

penurunan pertumbuhan pada tanaman jagung.

Dalam penelitian ini akan diamati salah satu faktor lingkungan yaitu

pengaruh medan magnet dan pengaruhnya terhadap perkecambahan dan

kecepatan pertumbuhan kecambah. Perkecambahan adalah suatu proses yang

melibatkan proses hidrasi atau imbibisi, pengaktifan enzim, pemanjangan sel

radikula, dan diikuti munculnya radikula dari kulit biji (Salisbury, 1995: 197).

Pengamatan dalam penelitian ini difokuskan pada pengaruh lamanya

pemaparan medan magnet 0,1 mT terhadap perkecambahan dan kecepatan

pertumbuhan kecambah kacang hijau. Lama pemaparan medan magnet yang

digunakan adalah kontrol (0 menit), 7 menit 48 detik, 11 menit 44 detik, dan

15 menit 36 detik.

Kacang hijau termasuk tanaman pangan yang telah dikenal luas oleh

masyarakat dan banyak dibudidayakan. Di Indonesia, tanaman kacang hijau

merupakan tanaman kacang-kacangan ketiga yang banyak dibudidayakan

setelah kedelai dan kacang tanah (Purwono, 2005: 5). Dalam setiap 100 g

biji, kacang hijau mengandung 345 kal kalori, 22 g protein, 1,2 g lemak, 62,9

g karbohidrat, 125 mg kalsium, 320 mg fosfor, 6,7 mg besi, 157 SI vitamin A,

0,64 mg vitamin B1, 6 mg vitamin C dan 10 g air (Rukmana dalam Evita,

2009: 5). Hasil penelitian ini akan digunakan dalam pembuatan Lembar

Kerja Siswa (LKS) sub materi pertumbuhan tumbuhan pada siswa SMP kelas

(20)

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

1. Adakah pengaruh lama pemaparan kuat medan magnet 0,1 mT terhadap

perkecambahan dan pertumbuhan hipokotil kecambah kacang hijau

(Phaseolus radiatus L.)?

2. Dapatkah hasil penelitian ini digunakan sebagai sumber materi dalam

pembuatan Lembar Kerja Siswa (LKS) sub materi Pertumbuhan

Tumbuhan pada siswa SMP kelas VIII?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh lama pemaparan kuat medan magnet 0,1 mT

terhadap perkecambahan dan kecepatan pertumbuhan hipokotil kecambah

kacang hijau.

2. Membuat LKS sub materi Pertumbuhan Tumbuhan pada siswa SMP kelas

(21)

6

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

1. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis

mengenai medan magnet sebagai salah satu faktor luar perkecambahan dan

pertumbuhan hipokotil kecambah.

2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan guru bahwa

faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman tidak hanya

suhu, udara, cahaya, kelembaban saja tetapi juga medan magnet. Hasil

penelitian ini juga dapat digunakan sebagai materi untuk menyusun

Lembar Kerja Siswa (LKS).

3.Bagi masyarakat, terutama bagi masyarakat yang berkecimpung dalam

bidang holtikutura penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai lamanya pemaparan medan magnet yang tepat untuk

meningkatkan kecepatan perkecambahan kacang hijau (Phaseolus radiatus

L.).

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari anggapan yang berbeda terhadap masalah yang akan

dibahas maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut.

1. Biji kacang hijau yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari

varietas Arta Ijo yang diperoleh dari Giant Departement Store Kedaton,

(22)

7

2. Kuat medan magnet yang digunakan dalam penelitian adalah 0,1 mT

dengan lama pemaparan medan magnet selama 0 menit (kontrol), 7 menit

48 detik, 11 menit 44 detik, dan 15 menit 36 detik.

3. Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah perkecambahan dan

kecepatan pertumbuhan hipokotil kecambah kacang hijau. Kecepatan

pertumbuhan hipokotil diukur berdasarkan pertumbuhan panjang hipokotil

mulai dari batas antara radikula dan hipokotil sampai pangkal kotiledon.

Pengukuran dimulai sejak hari pertama perkecambahan hingga hari ke

lima perkecambahan.

F. Kerangka Pikir

Pendidikan IPA pada jenjang SMP memiliki tujuan supaya siswa memiliki

kepribadian yang baik, dapat menerapkan sikap ilmiah dan mengembangkan

potensi yang ada di alam sebagai sumber ilmu yang kemudian dapat

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian,

pembelajaran IPA dituntut tidak sekedar teori, tetapi lebih ditekankan kepada

pembuktian dan aplikasinya dalam kehidupan.

Kacang hijau merupakan sumber protein nabati, vitamin (A,B1, C, dan E),

serta beberapa zat lain yang sangat bermanfaat bagi tubuh manusia, seperti

amilum, besi, belerang, kalsium, minyak lemak, mangan, magnesium, dan

niasin. Selain bijinya, daun kacang hijau muda sering dimanfaatkan sebagai

sayuran. Kacang hijau bermanfaat untuk melancarkan buang air besar dan

(23)

8

Perkecambahan dan pertumbuhan kacang hijau dipengaruhi faktor

lingkungan, salah satunya medan magnet. Medan magnet diketahui

mengubah sifat fisika dan kimia air sehingga daya hidrasinya meningkat.

Hidrasi biji mengaktifkan enzim-enzim yang berfungsi untuk merombak

cadangan makanan dalam biji, sehingga mempercepat proses perkecambahan

yang ditandai dengan munculnya ujung radikula yang menembus permukaan

kulit biji.

Penelitian yang diajukan dalam proposal ini adalah pengaruh lama pemaparan

kuat medan magnet 0,1 mT terhadap perkecambahan dan kecepatan

pertumbuhan hipokotil kecambah (Phaseolus radiatus L.).

Hubungan antara variabel bebas, lama pemaparan kuat medan magnet dengan

variabel terikat, perkecambahan dan kecepatan pertumbuhan hipokotil

kecambah kacang hijau dapat digambarkan dalam diagram di bawah :

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y)

Keterangan:

X: lamanya pemaparan kuat medan magnet

Y: perkecambahan dan kecepatan pertumbuhan hipokotil kecambah kacang hijau

(24)

9

G. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H0 = tidak ada pengaruh yang signifikan lama pemaparan medan magnet

terhadap perkecambahan dan kecepatan pertumbuhan hipokotil

kecambah kacang hijau.

H1 = ada pengaruh yang signifikan lama pemaparan medan magnet terhadap

(25)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan dan Perkembangan tumbuhan merupakan proses yang penting

dalam kehidupan dan perkembangbiakan suatu spesies. Pertumbuhan dan

perkembangan adalah proses yang berlangsung secara terus menerus

sepanjang daur hidup, bergantung pada tersedianya meristem, hasil asimilasi,

hormon dan substansi pertumbuhan lainnya, serta lingkungan yang

mendukung (Gardner, 1991: 247).

Secara empiris, pertumbuhan tanaman dapat dinyatakan sebagai suatu fungsi

dari interaksi genotipe dengan lingkungan. Ciri-ciri tertentu suatu tumbuhan

dipengaruhi oleh genotip dan lainnya dipengaruhi oleh lingkungan. Tingkat

pengaruh masing-masing faktor berganung dari ciri tertentu tersebut. DNA

memberikan kode urutan asam amino protein dan enzim, membangun daya

genetik untuk pertumbuhan, perkembangan, dan melengkapi morfogenesis.

Interaksi antara genetik dengan lingkungan menentukan ekspresi daya genetik

(26)

11

a) Pertumbuhan

Pertumbuhan merupakan resultante dari interaksi berbagai reaksi biokimia,

peristiwa biofisik dan proses fisiologis dalam tubuh tanaman bersama

dengan faktor luar. Titik awalnya adalah sel tunggal zigot, yang tumbuh

dan berkembang menjadi organisme multisel. Sintesis molekul yang besar

dan kompleks berlangsung terus menerus dari ion dan molekul yang lebih

kecil, pembelahan sel menghasilkan sel-sel baru, yang banyak dan

diantaranya tidak hanya membesar tapi juga berubah melalui proses yang

lebih kompleks. Sehingga tidak saja terjadi perubahan bentuk,

pertumbuhan juga menyebabkan terjadinya perubahan aktivitas fisiologi,

susunan biokimia serta struktur dalamnya. Proses ini disebut diferensiasi.

Pertumbuhan serta diferensiasi sel menjadi, jaringan, organ, dan organisme

disebut perkembangan. Perkembangan dinamakan juga morfogenesis,

karena melalui perkembangan tumbuhan mengubah bentuk dirinya dari

zigot menjadi sebatang pohon (Hasnunidah, 2011: 85).

Menurut Hasnunidah (2011:85-86) terdapat lima definisi pertumbuhan

yaitu:

1. Penggandaan protoplasma. Pergandaan protoplasma (bahan hidup sel)

merupakan ukuran pertumbuhan yang paling tepat, karena dalam

tanaman yang sedang tumbuh seperti bibit tanaman, sebagian besar

kandungan karbohidrat, lemak dan proteinnya dikonversi ke dalam

senyawa-senyawa yang lebih berfungsi dalam protoplasma dari sel-sel

(27)

12

2. Perbanyakan sel. Jumlah sel merupakan ukuran pertumbuhan yang

realistis. Jika suatu organisme diamati dan selnya dihitung, maka

pertumbuhannya dapat dinyatakan dalam tingkat pertambahan sel.

3. Pertambahan volume. Pertumbuhan dapat dinyatakan dalam

pertambahan ruang atau volume secara permanen atau tidak dapat

balik (irreversible increase in volume). Volume sel berubah akibat

perubahan kandungan air yang mengiringi sintesis protoplasma.

4. Pertambahan massa. Pertumbuhan juga berarti pertambahan massa

akibat terjadinya sintesis protoplasma. Massa merupakan besaran

dasar yang tidak berubah oleh adanya gaya gravitasi.

5. Fenologi tanaman. Tanaman yang sedang tumbuh tidak hanya

menimbun bahan kering tetapi juga mengalami perubahan-perubahan

secara teratur dan berurutan yang dapat dilihat dari penampilannya.

Perubahan penampilan tanaman dikenal dengan istilah perkembangan

fenologi. Setelah biji disemai, biji akan berkecambah dengan

membentuk radikula diikuti dengan pembentukan tunas dan plumula.

Dari uraian di atas, maka secara ringkas pertumbuhan dapat didefinisikan

sebagai pertambahan ukuran. Pertumbuhan tidak saja dalam volume,

tapi juga dalam massa, jumlah sel, banyaknya protoplasma, dan tingkat

(28)

13

b) Perkembangan

Menurut Loomis (dalam Gardner, 1991: 260) perkembangan tanaman

merupakan suatu kombinasi dari sejumlah proses yang kompleks yaitu

proses pertumbuhan dan diferensiasi yang mengarah pada akumulasi

berat kering. Proses diferensiasi mempunyai tiga syarat : (1) hasil

asimilasi yang tersedia dalam keadaan berlebihan untuk dapat

dimanfaatkan pada kebanyakan kegiatan metabolik, (2) temperatur yang

menguntungkan, dan (3) terdapat sistem enzim yang tepat untuk

memperantarai proses diferensiasi. Apabila ketiga persyaratan ini

terpenuhi, salah satu atau lebih dari ketiga respons diferensiasi ini akan

terjadi: (1) penebalan dinding sel, (2) deposit dari sebagian sel, dan (3)

pengerasan protoplasma.

Adanya pertumbuhan alometrik menyebabkan terjadinya morfogenesis.

Analisis morfogenesis menunjukkan bahwa bentuk suatu organ

ditentukan oleh arah pembelahan serta pembentangan selnya.

Morfogenesis lebih tepat disebut sebagai fisiologi dan biokimia perkembangan. Perkembangan dapat didefinisikan sebagai suatu

perubahan teratur dan berkembang, seringkali menuju suatu keadaan

yang lebih tinggi, lebih teratur atau lebih kompleks, atau dapat pula

dikatakan sebagai suatu seri perubahan pada organisme yang terjadi

selama daur hidupnya yang meliputi pertumbuhan dan diferensiasi

(29)

14

Perkembangan dapat terjadi tanpa pertumbuhan dan demikian juga

halnya pertumbuhan dapat terjadi tanpa perkembangan, tapi kedua proses

ini sering bergabung dalam satu proses. Pada perkembangan tidak hanya

perubahan kuantitatif, tetapi juga menyangkut perubahan kualitatif di

antara sel, jaringan dan organ yang disebut diferensiasi. Diferensiasi

menyangkut perubahan aktivitas fisiologi, susunan biokimia serta

struktur dalamnya (Hasnunidah, 2011: 91).

Menurut Hasnunidah (2011: 91) terjadinya diferensiasi pada organ dan

jaringan tumbuhan karena :

1. Semua informasi genetik yang dimiliki oleh tumbuhan diwariskan

kepada sel anakan pada pembelahan sel. Informasi yang pada

jaringan tertentu tidak diperlukan, tetap ada tapi dinonaktifkan.

2. Semua sel anakan mula-mula memperoleh semua informasi

genetic, tetapi bila tidak lagi diperlukan akan mengalami

degenerasi.

3. Semua informasi genetic diwariskan sama banyak, tetapi pada

jaringan tertentu informasi itu dilipatgandakan.

Selain disebabkan oleh perbedaan aktivitas gen, juga dapat disebabkan

karena polaritas pada saat pembelahan sel. Sejak pembelahan zigot yang

pertama telah terjadi perbedaan 2 sel anakan. Perbedaan itu disebabkan

adanya pengumpulan senyawa tertentu di kutub-kutub yang berbeda; arus

plasma mengalir dari kutub yang satu ke kutub yang lainnya, sedang ini

(30)

15

terbagi tidak merata, pada kutub yang satu konsentrasinya rendah, sedang

di kutub yang lain konsentrasinya tinggi (Hasnunidah, 2011: 91).

Diferensiasi juga dapat terjadi akibat pembelahan sel yang tidak setara.

Terlepas dari merata tidaknya plasma di antara 2 sel anakan, bila dinding

pemisah terbentuk tidak ditengah-tengah, maka dihasilkan 2 sel yang

tidak sama. Awal yang tidak sama dari 2 sel anakan ini tentu

menyebabkan perbedaan aktivitas metabolisme karena hambatan atau

pacuan di salah satu atau keduanya. Perbedaan itu dapat sedemikian

besar sehingga salah satu sel anakan itu dapat membelah lagi sedang

yang lain tidak mampu lagi. Contoh yang dapat menerangkan hal ini

adalah pembentukan trikoblas pada epidermis akar (Hasnunidah, 2011 :

91-92).

c) Perkecambahan

Perkecambahan atau germinasi ditandai dengan keluarnya bakal

akar/radikal dari kulit biji. Selama proses ini berlangsung terjadi

mobilisasi cadangan makanan dari jaringan penyimpanan atau keping biji

ke bagian vegetatif yaitu sumbu pertumbuhan embrio atau lembaga.

Selama proses perkecambahan, bahan makanan cadangan diubah menjadi

bentuk yang dapat digunakan, baik untuk tumbuhan maupun manusia

(Astawan, 2008: 165).

Perkecambahan meliputi peristiwa-peristiwa fisiologis dan morfologis

antara lain yaitu imbibisi dan absorbsi air, hidrasi jaringan, absorbsi O2,

(31)

16

ke sumbu embrio, peningkatan respirasi dan asimilasi, inisiasi

pembelahan dan pembesaran sel dan munculnya embrio (Gardner 1991:

291).

Menurut Syamsuri (2004: 8) perkecambahan dimulai dengan proses

penyerapan air ke dalam sel-sel. Proses ini merupakan proses fisika.

Masuknya air pada biji menyebabkan enzim aktif bekerja. Bekerjanya

enzim merupakan proses kimia. Enzim amilase bekerja memecah tepung

menjadi maltose, selanjutnya maltose dihidrolisis oleh maltase menjadi

glukosa. Protein juga dipecah menjadi asam-asam amino. Senyawa

glukosa masuk ke proses metabolisme dan dipecah menjadi energi atau

diubah menjadi senyawa karbohidrat yang menyusun struktur tubuh.

Asam-asam amino dirangkaikan menjadi protein yang berfungsi untuk

menyusun struktur sel dan menyusun enzim-enzim baru. Asam-asam

lemak terutama dipakai untuk menyusun membrane sel.

Perkecambahan sebuah biji menandakan permulaan kehidupan, akan

tetapi pada kenyataannya biji itu sudah mengandung tumbuhan ukuran

miniatur, lengkap dengan akar dan tunas embrionik. Pada

perkecambah-an tumbuhperkecambah-an memulai kehidupperkecambah-an akperkecambah-an tetapi meneruskperkecambah-an pertumbuhperkecambah-an

dengan perkembangan yang temporer dihentikan ketika biji menjadi

dewasa dan embrionya menjadi tidak aktif. Beberapa biji berkecambah

segera setelah mereka berada dalam lingkungan yang sesuai. Biji jenis

lain bersifat dorman dan tidak akan berkecambah, meskipun disemaikan

(32)

17

menyebabkan biji mengkakhiri keadaan dormansi tersebut (Campbell et

al., 2000: 364).

Pada dasarnya perkecambahan merupakan suatu proses pertumbuhan dari

biji setelah mengalami masa dormansi. Bila kondisi sekelilingnya

memungkinkan, ketersediaan air di lingkungan sekitar biji merupakan

faktor penting. Kurang tersedianya air pada lingkungan biji akan

menyebabkan jumlah air yang diambil untuk berkecambah menjadi

semakin rendah atau tidak terpenuhi. Hal ini dapat berpengaruh besar

pada proses perkecambahan. Jika jumlah air yang diserap tidak

mencapai kebutuhan minimum maka proses perkecambahan tidak akan

pernah terjadi. Ada batas minimum serapan air yang harus dilampaui

agar perkecambahan dapat berlangsung (Salisbury & Ross, 1992: 91).

Proses perkecambahan dipengaruhi oleh kondisi tempat biji

dikecambahkan. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh adalah air,

gas, suhu dan cahaya. Temperatur optimum untuk perkecambahan

adalah 340C (Astawan, 2008: 165).

Berdasarkan posisi kotiledon pada kecambah, tipe perkecambahan dapat

dibedakan menjadi :

1. Perkecambahan epigeal

Tipe perkecambahan epigeal ditandai dengan hipokotil yang tumbuh

memanjang sehingga plumula dan kotiledon terangkat ke atas

(33)

18

daun belum terbentuk. Contoh tumbuhan ini adalah kacang hijau,

kedelai, bunga matahari dan kacang tanah. Organ pertama yang

muncul ketika biji berkecambah adalah radikula. Radikula ini

kemudian akan tumbuh menembus permukaan tanah. Untuk

tanaman dikotil yang dirangsang dengan cahaya, ruas batang

hipokotil akan tumbuh lurus ke permukaan tanah mengangkat

kotiledon dan epikotil. Epikotil akan memunculkan daun pertama

kemudian kotiledon akan rontok ketika cadangan makanan di

dalamnya telah habis digunakan oleh embrio (Campbell et al., 2000:

365).

Gambar 2. Perkecambahan secara epigeal (Campbell et al., 2000:

366).

2. Perkecambahan hipogeal

Perkecambahan hipogeal ditandai dengan epikotil tumbuh

memanjang kemudian plumula tumbuh ke permukaan tanah

menembus kulit biji. Kotiledon tetap berada di dalam tanah. Contoh

(34)

19

kacang kapri, jagung, dan rumput-rumputan embrio (Campbell et al.,

2000: 366).

Gambar 3. Perkecambahan secara hipogeal (Campbell et al., 2000:

366).

B. Kacang Hijau

Kacang hijau termasuk tanaman pangan yang telah dikenal luas dan

dibudidayakan oleh masyarakat. Kacang hijau diduga berasal dari kawasan

India. Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani Soviet, menyebutkan

bahwa India merupakan daerah asal sejumlah besar famili Leguminosae.

Salah satu buktinya adalah ditemukannya plasma nutfah kacang hijau jenis

Phaseolus mungo yang disebut kacang hijau india (Rukmana, 1997: 15).

Di Indonesia, kacang hijau merupakan tanaman kacang-kacangan ketiga yang

banyak dibudidayakan setelah kedelai dan kacang tanah. Dilihat dari

kesesuaian iklim dan kondisi lahan, Indonesia termasuk salah satu negara

(35)

20

Kacang hijau merupakan sumber protein nabati, vitamin (A,B1, C, dan E),

serta beberapa zat lain yang sangat bermanfaat bagi tubuh manusia, seperti

amilum, besi, belerang, kalsium, minyak lemak, mangan, magnesium, dan

niasin. Selain bijinya, daun kacang hijau muda sering dimanfaatkan sebagai

sayuran. Kacang hijau bermanfaat untuk melancarkan buang air besar dan

menambah energi (Purwono, 2005: 8).

Rukmana (1997: 18) mengungkapkan hasil penelitian KAISI, lembaga

penelitian kesehatan tubuh manusia di Korea, menunjukkan bahwa tiap 100 g

taoge kacang hijau mengandung 4,2 g protein, 3,4 g karbohidrat, 1,0 g lemak,

47 g kalori, 9,2 g air, dan 15 g vitamin C.

a) Taksonomi

Rukmana (1997: 15) menyebutkan tanaman kacang hijau termasuk famili

leguminosae yang banyak varietasnya. Kedudukan tanaman kacang hijau

dalam taksonomi tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut.

Regnum : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Classis : Dicotyldonae

Ordo : Leguminales

Familia : Leguminosae

Genus : Phaseolus

(36)

21

b) Morfologi

Susunan tubuh tanaman (morfologi) kacang hijau terdiri atas akar, batang,

daun, bunga, buah, dan biji.

Perakaran tanaman kacang hijau bercabang banyak dan membentuk

bintil-bintil (nodula) akar. Makin banyak nodula akar, makin tinggi kandungan

nitrogen (N) sehingga menyuburkan tanah (Rukmana, 1997 : 16).

Rukmana (1997: 16) mengungkapkan kacang hijau memiliki ukuran

batang yang kecil, berbulu, berwarna hijau kecoklat-cokelatan, atau

kemerah-merahan; tumbuh tegak mencapai ketinggian 30 cm – 110 cm dan bercabang menyebar ke semua arah. Daun tumbuh majemuk, tiga

helai anak daun per tangkai. Helai daun berbentuk oval dengan ujung

lancip dan berwarna hijau.

Rukmana (1997: 16) mengungkapkan bunga kacang hijau berkelamin

sempurna (hermaphrodite), berbentuk kupu-kupu, dan berwarna kuning.

Buah berpolong, panjangnya antara 6 cm – 15 cm. Purwono dan Hartono (2005: 15) menyebutkan proses penyerbukan bunga kacang hijau terjadi

pada bunga yang telah mekar.

Buah kacang hijau berbentuk polong yang bulat silindris atau pipih dengan

ujung agak runcing atau tumpul dengan panjang polong berkisar 5-16 cm.

Setiap polong berisi 10-15 biji. Polong muda berwarna hijau dan akan

berubah menjadi kecoklatan atau kehitaman setelah tua (Anggraini,

(37)

22

Biji kacang hijau berbentuk bulat kecil dengan bobot (berat) tiap butir 0,5

mg – 0,8 mg atau berat per 1000 butir antara 36 g – 78 g, berwarna hijau sampai hijau mengilap (Rukmana, 1997: 16).

C. Magnet

Giancoli (1998: 132) menyebutkan magnet pertama kali ditemukan di suatu

daerah yang bernama Magnesia, berupa batu kecil yang dapat saling tarik

menarik. Batu kecil ini kemudian disebut magnet, sesuai dengan tempat

ditemukannya. Menurut Halliday dan Resnick (dalam Pertiwi, 2011: 6)

setiap batang magnet mempunyai dua kutub, yaitu kutub utara dan kutub

selatan. Jika dua kutub magnet didekatkan, masing-masing akan memberikan

gaya pada yang lainnya. Jika kutub utara suatu magnet didekatkan ke kutub

utara mgnet kedua, gaya akan tolak-menolak. Dengan cara yang sama, jika

dua kutub selatan didekatkan ke kutub selatan, gaya bersifat tolak-menolak.

Tetapi ketika kutub utara didekatkan ke kutub selatan, gaya akan tarik

menarik (Gambar 4). Gaya ini sama dengan gaya antara muatan-muatan

listrik dimana kutub-kutub yang sama tolak-menolak, dan yang tidak sama

tarik-menarik. Perbedaan antara gaya pada magnet dan muatan listrik adalah

bahwa muatan listrik positif atau negatif dapat dipisahkan dengan mudah,

tetapi pemisahan satu kutub magnet tampaknya mustahil. Jika satu batang

magnet dipotong dua, maka akan selalu dihasilkan dua magnet yang baru

(38)

23

Menurut Maharta (1994: 75) adanya kutub-kutub magnet menyebabkan

terbentuknya medan magnet di sekitar batang magnet. Medan magnet

memiliki kemampuan tarik-menarik dan tolak-menolak terhadap benda

magnet lain di sekitarnya, karena medan magnet memiliki dua kutub magnet.

Secara kemagnetan, semua bahan atau unsur yang ada di alam semesta

dibedakan ke dalam bahan atau unsur yang lebih memiliki sifat kemagnetan

feromagnetik, paramagnetik, atau diamagnetik, termasuk unsur-unsur hara

penyusun jaringan tumbuhan dan berbagai senyawa organik di dalam

sitoplasma tumbuhan. Keberadaan medan magnet di sekitarnya diduga

mempengaruhi polarisasinya atau magnetisasinya (Agustrina, 2008: 342).

Unsur atau materi yang bersifat feromagnetik atau paramagnetik jika berada

di sekitar medan magnet akan termagnetisasi yang arahnya searah dengan

arah medan magnet tersebut. Sebaliknya, unsur diamagnetik akan

termagnetisasi dengan arah yang berlawanan dengan arah medan magnet luar Gambar 4. Kutub-kutub

(39)

24

tersebut. Suatu observasi pada kultur tunas nilam (Pogestemon cablin Benth)

yang diletakkan di atas kutub utara magnet menunjukkan adanya pembesaran

diameter batang dan pertumbuhan akar adventitif pada ruas batang.

Fenomena yang serupa tidak terlihat pada nilam yang tidak mendapat

perlakuan medan magnet (Agustrina, 2008: 344).

D. Pengaruh Medan Magnet Terhadap Pertumbuhan

Menurut Aladjadjian dan Ylieva (2003: 136) pengaruh medan magnet sangat

kuat pada biji yang mengalami perendaman dalam air. Roniyus (2005: 112)

menduga medan magnet dapat memecah ikatan hidrogen molekul air

sehingga lebih banyak molekul-molekul air yang bebas dan menyebabkan

peningkatan potensial air dan daya hidrasinya. Sementara Morejon (2007:

175) menjelaskan bahwa medan magnet mempengaruhi sifat fisika dan kimia

air, diantaranya tekanan permukaan, konduktivitas, daya melarutkan

garam-garam, relatif indeks, dan PH. Perubahan ini mengakibatkan air menjadi

lebih mudah menghidrasi senyawa-senyawa atau molekul-molekul di sel-sel

biji. Menurut Salisbury dan Ross (1992: 197) hidrasi biji mengaktifkan

enzim-enzim yang berfungsi untuk merombak cadangan makanan dalam biji,

sehingga mempercepat proses perkecambahan yang ditandai dengan

munculnya ujung radikula yang menembus permukaan kulit biji.

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh medan

magnet terhadap tumbuhan, di antaranya yaitu Aladjadjiyan dan Ylieva

(2003: 136) yang membuktikan bahwa medan magnet merangsang

(40)

25

perkecambahan. Agustrina (2008: 342) juga membuktikan bahwa pemaparan

medan magnet mempengaruhi ukuran lebar berkas pengangkut, lebar sel

parenkim serta panjang dan lebar stomata pada tanaman cocor bebek.

Soltani et al., (2006: 1) melakukan pengamatan pada tinggi batang dan

panjang akar Ocimum basilicum yang ditumbuhkan di bawah pengaruh

medan magnet. Hasilnya menunjukkan bahwa perlakuan medan magnet

memengaruhi pertumbuhan akar lateral dan radikal serta jumlah cabang pada

batang. Keberadaan medan magnet menyebabkan amiloplas dalam

sitoplasma protonema Ceratodon purpureus bergerak menjauhi sumber

magnetik yang akhirnya menyebabkan arah pertumbuhan protonema berbelok

menuju medan magnet. Biji Vigna radiata Linn. yang dikecambahkan

dengan perlakuan medan magnet yang arahnya mendekati pusat bumi

menghasilkan hipokotil lebih pendek dibandingkan control (Agustrina dan

Roniyus 2009: 175).

Progestemon cablin Benth. yang diletakkan di atas kutub utara magnet batang dengan posisi kutub selatan dibawah kutub utara atau arah medan magnet

mendekati pusat bumi, menunjukkan adanya pembesaran diameter batang dan

pertumbuhan akar adventif. Gejala serupa tidak terdeteksi pada nilam yang

tidak diberi perlakuan medan magnet. Sebaliknya hipokotil kecambah Vigna

sp yang diberi perlakuan medan magnet dengan arah menjauhi pusat bumi mempunyai hipokotil yang lebih panjang dibandingkan kontrol (Agustrina

(41)

26

E. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar kerja siswa (student word sheet) adalah lembaran-lembaran berisi

tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Lembar kegiatan biasanya berupa

petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas yang

diperintahkan dalam kegiatan harus jelas kompetensi dasar akan dicapainya.

Lembar kegiatan dapat digunakan untuk mata pelajaran apa saja. Tugas-tugas

sebuah lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan oleh siswa secara baik

apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau referensi lain yang terkait

dengan materi tugas-tugasnya. Tugas-tugas yang diberikan pada siswa dapat

berupa teoritis dan atau tugas-tugas praktis. Tugas praktis dapat berupa kerja

laboratorium atau kerja lapangan. (Majid, 2011:176)

Suyanto dkk.,(2011: 2) menjelaskan bahwa LKS merupakan lembaran di

mana siswa mengerjakan sesuatu terkait dengan apa yang sedang

dipelajarinya. Selain itu, LKS juga merupakan bagian dari enam perangkat

pembelajaran. Para guru di negara maju, seperti Amerika Serikat

mengembangkan enam perangkat pembelajaran untuk setiap topik; di mana

untuk IPA disebut science pack. Keenam perangkat pembelajaran tersebut

adalah (1) silabus, (2) Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (3) bahan

ajar, (4) LKS, (5) media (minimal powerpoint), dan (6) lembar penilaian.

Sementara itu, Widjajanti (2008: 1) mengungkapkan bahwa LKS merupakan

salah satu sumber belajar yang dapat dikembangkan oleh guru sebagai

fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. LKS yang disusun dapat dirancang

(42)

27

yang akan dihadapi. LKS juga merupakan media pembelajaran, karena dapat

digunakan secara bersama dengan sumber belajar atau media pembelajaran

yang lain. LKS menjadi sumber belajar dan media pembelajaran tergantung

pada kegiatan pembelajaran yang dirancang. Dalam hal ini, LKS dapat

digolongkan baik sebagai sumber belajar maupun media pembelajaran.

Penggunaan LKS disesuaikan dengan pendekatan/metode pembelajarannya,

dapat di depan atau di belakang kegiatan pembelajaran. Pada pendekatan

eksploratori yang menekankan pentingnya proses inkuiri, Lembar Kerja siswa

(LKS) digunakan di awal pembelajaran. Guru mengemukakan persoalan yang

akan dikaji, membagi LKS, dan siswa melakukan kegiatan belajar sesuai

petunjuk kerja dalam LKS. Hasil belajar/hasil pengamatan dicatat di dalam

tabel atau lembar amatan di dalam Lembar Kerja Siswa (LKS). Siswa

berdiskusi sesuai pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam LKS dan menuliskan

hasilnya di dalam LKS. Hasil belajar ini dipresentasikan di kelas dan dibahas

bersama seluruh siswa. Kelompok lain mungkin menemukan hal-hal yang

berbeda. Guru memberi kesempatan siswa melakukan elaborasi dan

kemudian memberi konfirmasi atas hasil belajar kelas tersebut, lalu menutup

kegiatan pembelajaran. Alur pembelajaran seperti ini mengikuti Standar

Proses (Permendiknas nomor 41 tahun 2007) yang terdiri atas (1) Pembukaan,

(2) Kegiatan Inti terdiri atas (a) eksplorasi, (b) elaborasi, dan (c) konfirmasi,

(43)

28

F. Analisis Materi Pelajaran

IPA merupakan salah satu aspek keilmuan yang wajib di berikan bagi peserta

didik di tingkat SMP. IPA terdiri dari tiga aspek yaitu Fisika, Biologi dan

Kimia. Menurut BNSP (2006: 1), karakteristik mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam dapat dilihat melalui dua aspek yaitu biologis dan fisis.

Aspek biologis, mata pelajaran IPA mengkaji berbagai persoalan yang berkait

dengan berbagai fenomena pada makhluk hidup pada berbagai tingkat

organisasi kehidupan dan interaksinya dengan faktor lingkungan, pada

dimensi ruang dan waktu. Untuk aspek fisis, IPA memfokuskan diri pada

benda tak hidup, mulai dari benda tak hidup yang dikenal dalam kehidupan

sehari-hari seperti air, tanah, udara, batuan dan logam, sampai dengan

benda-benda di luar bumi dalam susunan tata surya dan sistem galaksi di alam

semesta. Dalam penerapannya, IPA juga memiliki peranan penting dalam

perkembangan peradaban manusia, baik dalam hal manusia mengembangkan

berbagai teknologi yang dipakai untuk menunjang kehidupannya, maupun

dalam hal menerapkan konsep IPA dalam kehidupan bermasyarakat dalam

berbagai aspek.

IPA Biologi dalam pembelajarannya mencakup semua materi yang terkait

dengan objek alam serta persoalannya. Salah satunya terdapat pada materi

Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup pada jenjang SMP kelas

VIII semester I. Menurut BNSP (2006: 1) materi Pertumbuhan dan

Perkembangan Makhluk Hidup terdapat pada Standar Kompetensi Lulusan

(44)

29

membelajarkan materi tersebut, siswa dituntut untuk tidak hanya mempelajari

sebuah teori saja tetapi juga melaksanakan percobaan. Oleh karena itu, guru

juga dituntut untuk dapat menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) Praktikum

sebagai media penunjang pembelajaran.

Hasil dari penelitian mengenai perkecambahan dan pertumbuhan hipokotil

kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) di bawah pengaruh medan

magnet dapat di gunakan sebagai LKS praktikum salah satu pengaruh faktor

luar terhadap pertumbuhan tumbuhan. Percobaan ini dapat dipraktikkan untuk

menambah wawasan siswa di jenjang SMP mengenai faktor luar

(45)

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2013 di Laboratorium

Botani Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1 set solenoid

sebagai sumber medan magnet dengan kuat medan magnet sebesar 0,1 mT

yang terdapat di Laboratorium Botani Jurusan Biologi FMIPA Unila, 1

buah teslameter, 24 buah cawan petri, 1 buah gelas ukur, 24 buah karet

gelang, 1 buah neraca ohaus, 1 buah pinset, 1 buah gunting, 24 buah

penggaris, 24 buah botol air mineral untuk tempat pertumbuhan, 1 gulung

benang, 24 buah papan triplek ukuran 5 x 20 cm, 1 kotak germinasi, 1 kain

(46)

31

(a) (c)

(b)

Gambar 6. Rangkaian medan magnet. (a) teslameter, (b) solenoid 0,1 mT, (c) cawan petri berisi kacang hijau (Koleksi Pribadi Irawan, 2014).

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tissue, kertas

germinasi, kapas, kertas label, biji kacang hijau (Phaseolus radiatus L.)

varietas Arta Ijo yang diperoleh dari Giant Departement Store Propinsi

Lampung dan air keran.

C. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan

Acak Lengkap dengan satu faktor yaitu lama pemaparan yang terdiri dari . 0

menit (kontrol), 7 menit 48 detik, 11 menit 44 detik, dan 15 menit 36 detik

(47)

32

Variabel yang diamati adalah perkecambahan dan kecepatan pertumbuhan

hipokotil kecambah kacang hijau.

D. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

1) Pemilihan Biji

Biji kacang hijau varietas Arta Ijo diperoleh dari Giant Departement Store

Propinsi Lampung. Biji yang dipilih memunyai ukuran dan bentuk yang

seragam.

2) Perlakuan Medan Magnet

Biji diletakkan ke dalam 20 cawan petri yang telah dilapisi dengan kertas

germinasi, masing-masing diisi dengan 50 butir biji, kemudian direndam

dengan air selama 15 menit. Setelah direndam, cawan petri tersebut

dikelompokkan menjadi 4 kelompok perlakuan dan diberi label dengan

huruf A, B, C, dan D. Kelompok yang diberi label A, digunakan sebagai

kontrol. Kelompok B, C dan D masing-masing dipaparkan pada medan

magnet 0,1 mT selama 7 menit 48 detik (7’48”), 11 menit 44 detik (11’44”), dan 15 menit 36 detik (15’36”). Biji dikecambahkan dalam

(48)

33

Gambar 7. Sketsa susunan cawan petri (Koleksi Pribadi, 2014).

Gambar 8. (a) kotak germinasi berisi cawan petri. (b) kotak germinasi berisi cawan petri dilapisi kain hitam (Koleksi Pribadi, 2014).

3) Pengukuran Perkecambahan

Setelah di simpan dalam kotak germinasi selama satu hari, jumlah biji

yang berkecambah di dalam setiap cawan petri dihitung untuk menghitung

presentase perkecambahannya.

Gambar 9. Penampakan biji kacang hijau setelah satu hari dikecambahkan (Koleksi Pribadi, 2014).

A1 B1 C1 D1 B4 C5

C2 D2 A2 D3 A3 B5

D4 A6 C3 B2 D5 C6

(49)

34

Menurut Syaiful (2012: 22) persentase perkecambahan dapat dihitung

dengan rumus :

Keterangan :

KK : persentase perkecambahan kacang hijau (%) Y : jumlah biji yang berkecambah

Z : total biji di cawan petri

4) Pengukuran Panjang Hipokotil dan Kecepatan Pertumbuhan Hipokotil

Memilih satu kecambah kacang hijau yang berukuran kira-kira 2 cm dari

setiap unit perlakuan, kemudian dilap dengan menggunakan kertas tissue.

Kecambah kemudian diletakkan pada papan triplek yang telah dilapisi

kapas basah dan kertas germinasi (di atas kapas basah), menandai

hipokotil kecambah 1 cm dari pangkal kotiledon dengan menggunakan

pena, kemudian ditutup dengan penggaris. Papan triplek dan penggaris

kemudian diikat dengan karet gelang sedemikian rupa, sehingga

kecambah yang terjepit tidak rusak dan dapat tetap tumbuh dengan baik.

Papan triplek-penggaris plastik yang sudah berisi kecambah kemudian

diletakkan dalam botol air mineral 50 ml dengan arah akar di bagian

bawah. Bagian bawah triplek – penggaris plastik dijaga tetap terendam air (± 2 cm) selama pengamatan 5 hari.

KK = x 100%

Y

(50)

35

Menurut Syaiful (2012: 22) pertumbuhan hipokotil dapat dihitung dengan

menggunakan rumus:

Keterangan:

C : laju pertumbuhan hipokotil (cm/hari) Pn : panjang hipokotil hari ke-n (cm) P(n-1) : panjang hipokotil hari ke n-1 (cm) Tn : waktu pengukuran hari ke-n (hari) T(n-1) : waktu pengukuran hari ke n-1 (hari)

Gambar 10. (a). Papan triplek- penggaris, (b) kecambah kacang hijau (Koleksi Pribadi, 2014).

5) Pembuatan LKS

Setelah melakukan analisis terhadap data perkecambahan dan kecepatan

pertumbuhan hipokotil kecambah kacang hijau, kemudian membuat

Lembar Kerja Siswa (LKS) dari hasil penelitian, selanjutnya dilakukan uji

ahli terhadap konstruksi isi dan validitas LKS tersebut.

C =

Pn

P(n-1)

Tn

T(n-1)

(51)

36

E. Analisis Data

Data kecepatan perkecambahan dan kecepatan pertumbuhan hipokotil

kecambah kacang hijau diuji homogenitas, sebelum dianalisis ragam. Data

yang menunjukkan perbedaan yang nyata sebagai akibat perlakuan, dianalisis

lanjut dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5% dengan bantuan

program SPSS 17.0.

F. Pengujian LKS

Setelah melakukan analisis data persentase perkecambahan dan kecepatan

pertumbuhan hipokotil kecambah kacang hijau, kemudian menyusun Lembar

Kerja Siswa (LKS) berdasarkan hasil penelitian, selanjutnya dilakukan uji ahli

terhadap konstruksi isi dan validitas LKS tersebut. Uji ahli yang dilakukan

terhadap LKS meliputi materi, konstruksi, bahasa, dan kemenarikan. LKS

kemudian diujikan pada siswa kelas VIII2 SMP Negeri 2 Gading Rejo. Kriteria

kelayakan LKS dilihat dari hasil uji ahli (materi, konstruksi, dan bahasa) dan

dari nilai rata-rata jawaban siswa pada lembar jawaban LKS (Rohmad dkk.,

2013: 3).

Tabel 1. Interpretasi penilaian LKS

Nilai Jawaban pada LKS Interpretasi

0 – 25 Sangat tidak layak

26 – 50 Tidak layak

51 – 75 Layak

(52)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan simpulan sebagai berikut :

1. Perlakuan lama pemaparan medan magnet memberikan perbedaan yang

nyata terhadap kecepatan perkecambahan, pertumbuhan hipokotil, dan

kecepatan pertumbuhan hipokotil pada kacang hijau varietas Arta Ijo.

2. Pemaparan medan magnet yang optimum untuk setiap parameter adalah

pemaparan dengan lama 15’36”.

3. Hasil penelitian perkecambahan dan pertumbuhan hipokotil kecambah

kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) layak digunakan untuk dijadikan

Bahan penyusun LKS SMP kelas VIII sub materi pertumbuhan tumbuhan.

B. Saran

Penelitian pengaruh medan magnet terhadap pertumbuhan tumbuhan ini

sebaiknya diterapkan sebagai praktikum di jenjang SMP maupun SMA,

praktikum ini dapat dijadikan sebagai wawasan yang baru untuk mengetahui

medan magnet sebagai salah satu faktor luar yang berpengaruh terhadap

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Agustrina, R dan Roniyus. 2009. Pengaruh Arah Medan Magnet Terhadap Anatomi Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata Pers.). Jurusan Biologi Fisika FMIPA Universitas Lampung. Lampung: hal 174-182.

Agustrina, R. 2008. Perkecambahan dan Pertumbuhan Kecambah Leguminoceae di Bawah Pengaruh Medan Magnet. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung. Lampung: hal 342-347.

Aladjadjiyan, Ana dan Teodora Ylieva. 2003. Influence of Stationary Magnetic Field on the Early Stages of the Development of Tobacco Seeds (Nicotiana tabacum L.). Journal of Central European Agriculture.

Anggraeni, Dinastuti. 2013. Anatomi Batang dan Stomata Tomat (Lycopersicum esculentum) yang Dikecambahkan Di Bawah Pengaruh Medan Magnet 0,2 mT. Seminar Nasional Sains dan Teknologi V Lembaga Penelitian

Universitas Lampung. FMIPA Universitas Lampung. Bandarlampung.

Anggraini, Widia. 2012. Isolasi dan Karakterisasi Aktivitas Enzim Amilase pada Kecambah Kedelai Putih (Glycine max (L). Merill) dan Kacang Hijau (Phaseolus radiatus) di Bawah Pengaruh Medan Magnet. (Skripsi). FMIPA Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Astawan, Made. 2008. Sehat dengan Hidangan Kacang dan Biji-bijian. Penebar Swadaya. Depok.

Bilalis, Dimitrios J., et al. 2013. Magnetic Field Pre-sowing Treatment as an Organis Friendly Tecnique to Promote Plant Growth and Chemical Element Accumulation in Early Stages of Cotton. Australian Journal of Cop Science. BSNP. 2006. Standar Isi Mata Pelajaran IPA SMP/MTs. Departemen Pendidikan

Nasional. Jakarta.

_____. 2006. SKL Mata Pelajaran SMP-MTs. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

(54)

Evita. 2009. Pengaruh Beberapa Dosis Kompos Sampah Kota Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Hijau. Universitas Jambi. Jambi.

Gardner, F.P., Pearce R.B, dan Mitchell, R. L. diterjemahkan oleh Susilo, H dan Subiyanto., 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerbit Universitas Indonesia (UI Press). Jakarta.

Gholami, A., Saeed S., dan Hamid A. 2010. Effect of Magnetic Field on Seed Germination of Two Wheat Cultivars. World Academy of Science, Engeneering and Technology.

Giancoli, D.C. 1998. Fisika Jilid 2. Erlangga. Jakarta.

________. 2001. Fisika Jilid 2 Edisi 5. Erlangga. Jakarta.

Hasnunidah, Neni. 2011. Fisiologi Tumbuhan. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Maharta, Nengah. 1994. Fisika Sistematis. ITB. Bandung.

Majid, Abdul. 2011. Perencanaan Pembelajaran. Remaja Rosda Karya. Bandung

Morejon, L.P., J.C. Castro Paloco, Velazcuez Abad dan A.P. Govea. 2007. Simulation of Pinus tropicalis M. Seeds by Magnetically Treated Water. International Agrophysics. Cuba.

Nagy, LI., Georgescu, R., Balaceanu, L. dan Germence, S. 2005. Effects of Pulsed Variable Magnetic Field Over Plant Seed.

http://www.biophysicnet.ro/rib/articles/140/inag.pdf. Diakses tanggal 18 Oktober 2013, Pukul 20.15WIB.

Pertiwi, Ana. 2011. Pengaruh Lama Pemaparan Medan Magnet Terhadap Produktivitas Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill). (Skripsi). FMIPA Universitas Lampung. Bandarlampung.

Purwanto. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung

Purwono, dan R. Hartono. 2005. Kacang Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rohmad, A., Purwadi S., dan Sriyanto. 2013. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi (EEK) serta

(55)

Roniyus, M.S. 2005. Pertumbuhan dan perkembangan Cocor bebek (Kalanchoe pinnata Pers.) di sekitar Medan Listrik, Medan magnet dan Gelombang Elektromagnetik. Laporan penelitian proyek pengembangan Diri. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Rukmana, Rahmat. 1997. Kacang Hijau, Budi Daya &Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta.

Salisburry and C.W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. Penerbit ITB. Bandung.

Salisburry and C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Penerbit ITB. Bandung.

Soedojo, P. 2000. Azas-azas Ilmu Fisika. Penerbit Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Soltani F., A. Kashi, dan M. Arghavani. 2006. Effect of Magnetic Field on Ocimum basilicum Seed Germination and Seedling Growth.

Http://www.actahort.org/member/showpdf?booknrarnr=723_37. Diakses tanggal 09 Oktober 2013, Pukul 18.30 WIB.

Sudjana, dan A. Rivai. 2010. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru Algensindo. Bandung.

Sudjana, dan A. Rivai. 2010. Media Pengajaran (Penggunaan dan Pembuatannya). Sinar Baru Algensindo Offset. Bandung.

Suyanto, Slamet, dkk. 2011. Lembar Kerja Siswa. Paparan Ilmiah. UNY. Yogyakarta.

Syaiful, Syatrianty. 2012. Peran Conditioning Benih dalam Meningkatkan Daya Adaptasi Tanaman Kedelai Terhadap Stres kekeringan. Laporan Penelitian. Universitas Hasanudin. Makasar.

Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi. Erlangga. Jakarta.

Widjajanti, Endang. 2008. Kualitas Lembar Kerja Siswa. Makalah Ilmiah. UNY. Yogyakarta.

Winandari, Ofi P., 2011. Perkecambahan dan Pertumbuhan Tomat (

Gambar

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y)
Gambar 2. Perkecambahan secara epigeal (Campbell et al., 2000:
Gambar 3. Perkecambahan secara hipogeal (Campbell et al., 2000:
Gambar 5. Jika Anda memotong
+4

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “ Kajian Pembuatan Flakes Porang (Amorphophallus Oncophyllus) Yang Diperkaya Tepung Dari Kacang Hijau (Phaseolus Radiatus) ” adalah

Mengetahui kadar protein dan kadar kalsium pada selai dengan komposisi kacang hijau (Phaseolus radiatus) dan kulit pisang ambon (Musa paradisiaca).. Mengetahui

Evans louis Gemayel : Studi Pengaruh Pemberian Mikoriza Vesikular Arbuskular (Mva) Terhadap Beberapa Varietas Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) Pada Media Sub-Optimum, 2008..

Silvi Syafrina : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) Pada Media Sub Soil Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Organik Dapupuk Organik Cair,

bahwa kecambah kacang hijau memiliki tipe saponin yang sama dengan Succus Liquiritiae , yaitu saponin triterpenoid, dengan gugus kromofor yang sama pula. PLAGIAT MERUPAKAN

Pengaruh lama pemaparan medan magnet terhadap aktivitas enzim α -amilase pada kotiledon kecambah kedelai putih menunjukkan bahwa aktivitas enzim α-amilase yang paling

Hasil perhitungan kandungan D -tokoferol, kadar air, lemak, protein, abu dan karbohidrat (by different) pasta kecambah kacang hijau dapat dilihat pada Tabel 1..

Evans louis Gemayel : Studi Pengaruh Pemberian Mikoriza Vesikular Arbuskular (Mva) Terhadap Beberapa Varietas Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) Pada Media Sub-Optimum, 2008..