• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUKUM ADAT Tugas Hukum Adat Delik dan Pe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUKUM ADAT Tugas Hukum Adat Delik dan Pe"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

HUKUM ADAT

Tugas : Hukum Adat Delik dan Peradilan Hukum Adat

Oleh

:

Yosephine Sekar Sari (NPM: 14600129)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN

MEDAN

(2)

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Pada dasarnya suatu adat delik itu merupakan suatu tindakan yang melanggar perasaan keadilan dan kepatuhannya yang hidup dalam masyarakat, sehingga

menyebabkan terganggunya ketentraman serta keseimbangan masyarakat yang bersangkutan, guna memulihkan keadaan ini maka terjadilah reaksi-reaksi adat.Ruang lingkup Delik Adat meliputi lingkup dari hukum perdata adat, yaitu hukum pribadi, hukum harta kekayaan, hukum keluarga dan hukum waris. Didalam setiap masyarakat pasti akan terdapat ukuran mengenai hal apa yang baik dan apa yang buruk. Perihal apa yang buruk atau sikap tindak yang dipandang sangat tercela itu akan mendapatkan imbalan yang negative.

Ketentuan Delik adat antara masyarakat adat yang satu berbeda dengan masyarakat adat yang lain.dikarenakan perbedaan adat maka seringkali dalam menyelesaiakan konflik antar adat menjadi berlarut larut, bahkan kadang tidak tercapai kesepakatan antara kedua pihak dan menimbulkan ketegangan. Jika terjadi konflik seperti ini maka dalam mencari jalan penyelesaianya bukanlah di tangani Pengadilan Agama atau Pengadilan Negri, tetapi ditangani oleh peradilan keluarga atau kerabat yang bersendikan kerukunan , keselarasan, dan kedamaian.

Peradilan adat merupakan suatu lembaga peradilan perdamaian antara para warga masyarakat hukum adat di lingkungan masyarakat hukum adat yang ada.1 Setiap manusia mempunyai kepentingan baik kepentingan kelompok maupun

kepentingan individu, untuk memenuhi dan melindungi kepentingannya itu, menusia memerlukan manusia lain

Kehidupan bersama di dalam suatu masyarakat menimbulkan interaksi, kontak satu sama lain, sehingga bentrokan atau konflik kepentingan antar sesama manusia tidak dapat dihindarkan. Konflik kepentingan itu terjadi apabila dalam melaksanakan atau mengejar kepentingannya seseorang merugikan orang lain. Untuk itu diperlukan suatu pedoman atau kaedah yang mengatur bagaimana manusia harus bertingkah laku di dalam masyarakat agar tidak merugikan orang lain dan dirinya sendiri.

(3)

1. Apa itu delik adat ?

2. Apa saja sifat pelanggaran hukumnya ? 3. Bagaimana lahirnya delik adat

4. Bagaimana terbentuknya delik adat menurut aliran pikiran tradisional 5. Hal apa saja yang menemui hukum adat

6. Bagaimana sifat, tugas dan wewenang hakim peradilan adat 7. Apa itu hakim peradilan adat terikat dan bebas

(4)

Pembahasan

a. Delik Adat

Pengertian

 Soepomo menyatakan bahwa

Delik Adat :“ Segala perbuatan atau kejadian yang sangat menggangu kekuatan batin masyarakat, segala perbuatan atau kejadian yang mencemarkan suasana batin, yang menentang

kesucian masyarakat, merupakan delik terhadap masyarakat seluruhnya”

 Teer Haar :

Suatu delik itu sebagai tiap-tiap gangguan pada barang-barang materiil dan immaterial milik hidup seorang atau kesatuan orang-orang yang menyebabkan timbulnya suatu reaksi adat, yang dengan reaksi ini keseimbangan akan dan harus dapat dipulihkan kembali.

 Van Vollenhoven:

Delik adalah suatu tindakan yang melanggar perasaan keadilan dan kepatutan yang hidup dalam masyarakat sehingga menimbulkan reaksi. Perkara delik adat dapat berupa murni delik adat, contoh pelanggaran peraturan eksogami. Atau delik adat yang juga bersifat delik Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, contoh delik terhadap harta kekayaan seseorang.

Sifat Pelanggaran Hukum Adat

Alam pikiran masyarakat itu mempertautkan antara yang nyata dan tidak nyata, antara alam fana dan alam baka, antara kekuasaan manusia dan kekuasaan gaib, antara hukum manusia dan hukum Tuhan. Oleh karena itu maka pada umumnya masyarakat adat tidak banyak yang dapat berpikir rasionalistis atau liberalistis sebagaimana cara berpikir orang barat atau orang Indonesia yang cara berpikirnya sudah terlalu maju atau kebarat-baratan dengan menyampingkan kepribadian Indonesia.

(5)

1. Menyeluruh dan menyatukan karena dijiwai oleh oleh sifat kosmis yang saling berhubungan sehingga sehingga hukum pidana adat tidak membedakan pelanggaran yang bersifat pidana dan perdata. 2. Ketentuan yang terbuka karena didasarkan atas ketidak mampuan

meramal apa yang akan terjadi sehingga tidak bersifat pasti sehingga ketentuannya selalu terbuka untuk segala peristiwa atau perbuatan yang akan terjadi.

3. Membedakan permasalahan dimana bila terjadi peristiwa pelanggaran yang dilihat bukan semata-mata perbuatan dan akibatnya, tetapi dilihat apa yang mejadi latar belakang dan siapa pelakunya. Oleh karena itu, dengan alam pikiran demikian maka dalam mencari penyelesaian dalam suatu peristiwa menjadi berbeda-beda.

4. Peradilan dengan permintaan dimana menyelesaikan pelanggaan adat sebagian besar berdasarkan adanya permintaan ata pengaduan, adanya tuntutan atau gugatan dari pihak yang dirugikan atau diperlakukan tidak adil.

5. Tindakan reaksi atau koreksi tidak hanya dapat dikenankan pada si pelaku tetapi dapat juga dikenakan pada kerabatnya atau keluarganya bahkan mungkin juga dibebankan kepada masyarakat bersangkutan untuk mengembalikan keseimbangan yang terganggu.

Menurut Hilman Hadikusuma, alam pikiran tradisional yang tercermin dalam sifa-sifat hukum pidana adat adalah :

1. Menyeluruh dan Menyatukan. Ketentuan-ketentuan dalam hukum pidana adat bersifat menyeluruh dan meyatukan, ole karena latar belakang yang menjiwai bersifat kosmis, dimana yang satu dianggap bertautan dengan yang lain, maka yang satu tidak dapat dipisah-pisahkan dengan yang lain. Hukum pidana adat tidak membedakan antara pelanggaran yang bersifat pidana, dengan pelanggaran yang bersifat perdata. Kesemuanya akan diperiksa dan diadili oleh hakim adat sebagai satu kesatuan perkara yang pertimbangannya bersifat menyeluruh berdasarkan segala faktor yang mempengaruhinya.

(6)

untuk semua peristiwa yang mungkin terjadi. Yang penting dijadikan ukuran adalah rasa keadilan masyarakat. Dalam menyelesaikan peristiwa akan selalu terbuka dan selalu dapat menerima segaa sesuatu yang baru, karenanya akan selalu tumbuh ketentua-ketentuan yang baru.

3. Membeda-bedakan permasalahan. Apabila terjadi peristiwa pelanggaran maka dilihat bukan semata-mata perbuata dan akibatnya, tetapi juga apa yang menjadi latar belakang dan siapa pelakunya. Dengan alam pemikiran demikian, maka dalam cara mencari penyelesaian dan melakukan tindakan hukum terhadap suatu peristiwa menjadi berbeda-beda.

4. Peradilan dengan permintaan. Untuk memeriksa dan menyelesaikan perkara peanggaran, sebagian besar didasarkan pada adanya permintaan atau pengaduan, adanya gugatan atau mengganggu keseimbangan masyarakat, petugas hukum tidak saja dapat bertindak terhadap pelakunya, tetapi juga terhadap keluarga atau kerabat pelaku itu, atau mungkin diperlukan mebebankan kewajiban untuk mengembalikan keseimbangan.

6. Tidak Prae-Existente. Hukum pidana adat tidak menganut sistem pra existente regel, artinya tidak menganut asa legalitas dalam arti perbuatan pidana dalam ukum pidana adat tidak ditentukan terlebih dahulu sebagai suatu tindak pidana dalam suatu perundang-undangan tertulis, tetapi ditentukan begitu ada perbuatan yang mengganggu keseimbangan dalam masyarakat.

Lahirnya Delik Adat

(7)

lahirnya peraturan baru, sedangkan peraturan baru itu berkembang kemudian lenyap pula begitu seterusnya.

Berdasarkan teori beslissingen teer (ajaran keputusan) bahwa suatu peraturan mengenai tingkah laku manusia akan bersifat hukum manakala diputuskan & dipertahan-kan oleh petugas hukum. Karena manusia itu melakukan sebuah tindakan yang dianggap salah, maka dibuatlah hukuman bagi orang yang melakukan tindakan itu. Maka dari pada itulah lahirnya sebuah delik (Pelanggaran) adat adalah bersamaan dengan lahirnya hukum adat.

b. Peradilan Hukum Adat

Hal yang Menemui Hukum Adat

Untuk menemui bagaimana bunyinya hukum adat terhadap persoalan yang diadili, hakim pengadilan negeri tidak terikat oleh peraturan-peraturan tentang pembuktian di dalam HIR. Dalam hal ini hakim mempunyai kebebasan yang tidak dibatasi oleh undang-undang.

Penetapan-penetapan (putusan para petugas hukum secara formal mengandung peraturan hukum, akan tetapin kekuatan materiil dari peraturan-peraturan hukum itu tidak sama. Apabila penetapan (putusan) itu didalam kenyataan sosial sehari-hari dipatuhi oleh masyarakat,

Maka kekuatan materiil penetapan itu adalah 100% sebaliknya suatu penetapan yang tidak dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari oleh rakyat meskipun secara formal mengandung peraturan hukum, kekuatan materilnya nihil.

Sifat, Tugas dan Wewenang Hakim Peradilan Adat

Para petugas hukum di dalam masyarakat adat melahirkan di dalam penetapan-penetapannya, apa yang hidup sebagai rasa keadilan di dalam masyarakat. Dengan penetapan itu, rasa keadilan tersebut mendapat gestaltung, mendapat bentuk konkret.

Hakim Peradilan Adat Terikat dan Bebas

(8)

Hakim terikat kepada sistem hukum yang telah berbentuk dan yang berkembang di dalam masyarakat. Dengan tiap-tiap putusannya hakim menyatakan dan memperkuat kehidupan norma hukum yang tidak tertulis.

Hakim terikat kepada sistem hukum yang berlaku, akan tetapi sistem hukum Indonesia tidak mengenal dasar precedent seperti yang berlaku di inggris dan amerika. Ini berarti, bahwa hakim indonesia adalah bebas untuk meninjau secara mendalam, apakah penetapan-penetapan yang diambil pada waktu yang lampau, masih dapat dan harus dipertahankan berhubungan dengan adanya perubahan-perubahan di dalam masyarakat, berhubungan dengan adanya pertumbuhan perasaan-perasaan keadilan baru.

BAB III

Penutup

Kesimpulan

Delik Adat merupakan pelanggaran pidana maupun perdata adat. Dalam penyelesaiannya, diutamakan unsur perdamaian melalui hakim perdamaian desa selaku pengendali delik adat. Jika tidak tercapa perdamaian, maka tetua adat dapat memberikan sanksi sesuai latar belakang serta akibat pelanggaran tersebut.

(9)

Saran

Keaneka ragaman suku, bahasa dan budaya membuat Indonesia kaya akan adat istiadat. Mari kita jaga kelestarian adat istiadat tersebut sebagai bagian dari jati diri dan pribadi bangsa.

Daftar Pustaka

o Undang-undang No.48 tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman.2009.Jakarta : Kementerian Hukum dan HAM

o Soepomo,R.2007.Bab-bab Tentang Hukum Adat.Jakarta : PT. Pradnya Paramita

o Poesponoto,Soebakti.1985.Asas-asas dan Susunan Hukum Adat. Jakarta : PT. Pradnya Paramita

o Hadikusuma,Hilman.1989.Hukum Pidana Adat,Bandung : PT. Alumni

Referensi

Dokumen terkait

Di Indonesia terdapat keragaman dalam pengaturan waris, sehingga tidak dapat diberikan kepastian mengenai aturan yang digunakan apabila terdapat suatu peristiwa

Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil: Untuk Nagari Kinali mulai dari pembentukan KAN (1983) sampai dengan 2002 KAN kurang berperan dalam menyelesaikan sengketa tanah

Alasan mengapa komunitas adat suku bunggu (To Pakava) menyelesaikan perkara-perkara yang tergolong dalam tindak pidana kesusilaan karena masih ada sebagian pelanggaran

6 Adanya respon dan tindakan yang cepat terhadap kritik/saran/keluhan pasien Kesigapan dokter, perawat dan petugas lainnya dalam bertindak Disampaikan dengan jelas dan mudah

Alasan Pemerintah Amerika Serikat mengesahkan dekrit tersebut adalah bahwa operasi militer merupakan tindakan yang efektif dalam mencegah serangan militer, selain

Yang perlu diperhatikan dalam tindakan transplantasi adalah penentuan saat mati seseorang akan diambil organnya,yang dilakukan oleh (2) orang doteryang tidak ada sangkt

Dalam perspektif hukum, baik hukum pengungsi internasional maupun hukum hak asasi manusia, bisa saja tindakan pemerintah Australia merupakan upaya untuk menegakkan

Gambaran Reaksi Stres Mahasiswa dalam Menyelesaikan Skripsi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi Dari hasil penelitian reaksi stres yang dialami oleh