ii
P E R B A N D I N G A N M E T O D E D E M O N S T R A S I D A N M E T O D E K O M A N D O TERHADAP KEMAMPUAN MENENDANG BOLA DALAM
PERMAINAN SEPAK BOLA PADA SISWA KELAS VIII SMP N 5 BELAMBANGAN UMPU
TAHUN PELAJARAN 2011-2012
OLEH ENGGA FRASTYA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan Program Studi Penjaskesrek Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
i ABSTRAK
PERBANDINGAN METODE DEMONSTRASI DAN METODE KOMANDO TERHADAP KEMAMPUAN MENENDANG BOLA DALAM PERMAINAN
SEPAK BOLA PADA SISWA KELAS VIII BELAMBANGAN UMPU TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh
ENGGA FRASTYA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan metode demonstrasi dan metode komando terhadap kemampuan menendang bola, dan pengaruh yang signifikan antara latihan metode demonstrasi dan komando sehingga meningkatkan kemampuan menendang bola.
Teknik pengambilan data untuk tes kemampuan menendang bola ini menggunakan tes menendang, data yang di analisis adalah data dari hasil tes awal dan tes akhir, menghitung hasil tes awal dan hasil tes akhir menendang menggunakan analisis data uji t, dengan persyaratan analisis Uji Normalitas, Uji Homogenitas, dan Uji Hipotesis.
Hasil analisis data menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil menendang bola antara kelompok metode demonstrasi dan metode komando dengan perolehan nilai - t hitung = - 0,127 ≥ - t tabel = -2,017 pada taraf signifikan 0,05 atau taraf kepercayaan 95%. Sedangkan pada tes akhir diperoleh nilai + t hitung = 1,446 < + t tabel = 2,029 maka tolak H0 dan terima Ha artinya pada tes akhir terdapat perbedaan hasil menendang bola antara kelompok metode demonstrasi dan metode komando. Hasil analisis pengaruh metode demonstrasi terhadap hasil menendang bola diperoleh jumlah selisih rata-rata sebesar 740 poin, nilai rata-rata 32,2, nilai standar deviasi 15,7 dan nilai varians 245,1. Berdasarkan data tersebut t hitung = 9,857 > t tabel = 2,074 artinya ada pengaruh yang signifikan metode demonstrasi terhadap hasil menendang bola.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa ternyata kedua jenis metode pembelajaran ini sama-sama memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan hasil menendang bola tetapi hasil belajar dari metode demonstrasi lebih berpengaruh dibandingkan hasil latihan metode komando.
xii
A. Hasil Penelitian ... 38
1. Deskripsi Data ... 38
2. Uji Prasyarat ... 40
a. Uji Normalitas Data... 40
b. Uji Homogenitas Data ... 41
c. Uji Hipotesis ... 42
B. Pembahasan ... 44
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 46
B. Saran... 46
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendidikan jasmani adalah bagian integral dari kegiatan pendidikan secara keseluruhan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan para siswa melalui aktivitas jasmani. Melalui pendidikan jasmani dapat di kembangkan kemampuan intelektual, kognitif, hubungan sosial, kesegaran jasmani dan mental. Dengan demikian pendidikan pendidikan jasmani bertujuan
mengembangkan anak didik menuju manusia yang sehat jasmani dan rohani.
Kegiatan belajar mengajar dalam pelajaran pendidikan jasmani amat berbeda pelaksanaanya dari pembelajaran mata pelajaran lainnya. Pada dasarnya program pendidikan jasmani memiliki kepentingan yang relatif sama dengan pendidikan lainnya dalam hal pembelajaran. Namun demikian ada satu keiklasan dan keunikan dari pendidikan jasmani yang tidak dimiliki oleh bidang studi lainnya, yaitu dalam hal pengembangan wilayah psikomotor yang biasanya dikaitkan dengan tujuan mengembangkan kebugaran jasmani siswa, pencapaian kemampuan geraknya dan pencapaian prestasi dalam setiap cabang olahraga.
tersebut antara lain adalah atletik, permainan, senam, renang dan bela diri. Melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar pendidikan jasmani, maka para siswa diberi pengalaman pola-pola gerakan, merangkainya menjadi suatu kemampuan dan selanjutnya melatih kemampuan tersebut menjadi suatu kebiasaan atau gerakan yang bersifat refleks. Prestasi belajar dalam pendidikan jasmani akan lebih baik jika anak didik melaksanakan latihan secara teratur serta diajar dengan menggunakan metode mengajar yang tepat. Dan metode tersebut disesuakan dengan tujuan dan waktu yang ditetapkan. Untuk melaksanakan latihan yang teratur diperlukan disiplin yang tinggi agar dengan disiplin, prestasi belajar para siswa dapat ditingkatkan.
Berkaitan dengan hal di atas, maka dipandang perlu untuk meningkatkan pelaksanaan pendidikan jasmani baik di sekolah maupun di luar sekolah untuk memelihara perkembangan dan pertumbuhan fisik siswa kearah pembentukan sikap tubuh dan mental yang sempurna, sebab pembinaan dan pengembangan pelajaran pendidikan jasmani di sekolah khusnya sekolah menengah atas merupakan bagian dari peningkatan kualitas manusia Indonesia dalam rangka mengembangkan manusia indonesia seutuhnya sesuai tujuan pendidikan nasional.
dini, maka diharapkan kelak pada usia 17-25 tahun mencapai puncak prestasi yang maksimal. Salah satu cabang olahraga dalam bentuk permainan yang banyak di gemari dikalangan siswa di sekolah yang cukup diminati adalah cabang olahraga sepak bola,ini di buktikan dengan antusias nya siswa dalam mengikuti setiap pelajaran olahraga dengan materi sepakbola,serta pada saat setiap ada jam pelajaran yang kosong siswa selalu melakukan aktifitas olahraga dengan bermain sepak bola, terkadang tidak perduli mereka
mengenakan pakaian olahraga atau tidak yang terpenting bagi mereka adalah dapat bermain sepak bola di setiap sela waktu yang mereka miliki, baik itu pada saat jam pelajaran olahraga atau bukan,dan di setiap sekolah juga pasti mayoritas sudah memiliki team sepak bola karna minat siswa yang tinggi terhadap cabang olahraga sepak bola.
Olahraga sepak bola kini sangat diminati oleh siswa putra, namun dalam proses pembelajarannya tidaklah mudah, karena seluruh siswa baik putra maupun puteri harus bisa menendang bola agar dapat melakukan permainan sepak bola dengan baik,kemampuan tendangan yang harusdimiliki setiap siswa adalah tendangan operan atau pada saat memberikan umpan kepada teman di dalam team nya dan tendangan ke arah gawang atau shooting. Dengan menguasai tendangan shooting maka akan memudahkan setiap siswa untuk mencetak gol ke gawang lawan.Walaupun cabang olahraga sepak bola telah banyak digemari, namun ada kendala yang dihadapi oleh guru untuk mengajarkan kemampuan bermain sepak bola sehinga hasil yang diharapkan tidak sesuai dengan apa yang diinginkan, terkadang metode belajar yang tidak tepat dapat mengakibatkan sulitnya siswa untuk mempraktikkan gerakan tersebut.
Berdasarkan pengamatan peneliti selama ini di SMP N 5 Belambangan Umpu masih mengalami kesulitan apabila menendang bola,terutama pada saat siswa mengoper bola kepada teman satu team nya atau pada saat siswa menendang bola kesasaran gawang,maka hal ini akan mempengaruhi siswa untuk sulit nya mencapai tujuan utama dalam permainan sepak bola yaitu mencetak gol ke gawang lawan.
Berkaitan dengan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, peneliti mencari suatu metode yang tepat sebagai strategi guru dalam menjawab permasalahan tersebut. Pemilihan dan penerapan metode yang tepat setidaknya
memungkinkan keberhasilan dan peningkatan prestasi siswa. Melalui perbandingan metode pembelajaran yang diterapkan oleh peneliti dengan menggunakan metode demonstrasi dan metode komando dalam usaha meningkatkan kemampuanmenendang bola dalam permainan sepak bola diharapkan memiliki perubahan yakni pada kemampuanmenendang bola.
Dilihat dari hasil pengamatan tersebut, bahwa tidak terampilnya menendang bola di duga karena kurang tepat nya metode pembelajaran yang
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah:
1. Masih kurangnya penerapan metode pembelajaran menendang bola pada siswa kelas VIII SMP N 5 Belambangan Umpu Tahun Pelajaran 2011-2012
2. Masih kurang efisien nya waktu yang di gunakan dalam proses belajar menendang bola dengan menggunakan metode belajar yang tidak tepat pada siswa kelas VIII SMP N 5 Belambangan Umpu Tahun Pelajaran 2011-2012.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dideskripsikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yakni:
1. Adakah pengaruh yang signifikan metode demonstrasiterhadap kemampuanmenendang bola pada siswa kelas VIII SMP N 5 Belambangan Umpu Tahun pelajaran 2011-2012?
2. Adakah pengaruh yang signifikan metode komandoterhadap kemampuanmenendang bola pada siswa kelas VIII SMP N 5 Belambangan Umpu Tahun pelajaran 2011-2012?
D. Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang telah di uraikan di atas, untuk memudah kan penelitian perlu membatasan yang berdasarkan tujuan dari penelitian ini, adapun pembatasan masalah tersebut adalah membandingkan metode
demonstrasidan metode komando terhadap kemampuan menendang bola pada siswa kelas VIII SMP N 5 Belambangan Umpu Tahun pelajaran 2011-2012.
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas,diharapkan hasil penelitian
memberikan pengaruh yang signifikan dan dapat melihat perbedaan antara metode demonstrasidan metode komando terhadap kemampuanmenendang bola pada siswa kelas VIII SMP N 5 Belambangan Umpu Tahun pelajaran 2011-2012.
F. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini penulis berharap antara lain : 1. Penulis
Ingin mengetahui secara jelas model latihan mana yang lebih baik antarametode demonstrasidan metode komando terhadap
kemampuanenendangbola pada siswa kelas VIII SMP N 5 Belambangan Umpu Tahun pelajaran 2011-2012.
2. Siswa
3. Guru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi kepada guru pendidikan jasmani dan siswa sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam meningkatkan prestasi belajar penjaskes.
Penelitian ini dapat dijadikan salah satu sumber kepada guru untuk dapat menggunakan metode demonstrasidan metode komando untuk meningkatkan kemampuanmenendang bola.
4. Peneliti lainnya
Sebagai salah satu acuan dalam program dan pelatihan cabang olahraga sepak bola, dan berguna bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang akan di lakukan oleh orang lain.
5. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruanglingkup penelitian ini adalah:
Obyek penelitian : Perbandingan Metode Demonstrasi dan Metode Komando Terhadap KemampuanMenendang Bola Dalam Permainan Sepak Bola Pada Siswa Kelas VIII SMP N 5 Belambangan Umpu Tahun Pelajaran 2011-2012”.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Hakikat Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikulum
di sekolah.Mata pelajaran ini beroreantasi pada pelaksanaan misi pendidikan
melalui aktivitas jasmani dan pembiasaan perilaku hidup sehat
sehari-hari.Tujuan yang ingin dicapai dalam mata pelajaran ini adalah “membantu
peserta didik untuk kesegaran jasmani dan kesehatan melalui pengenalan
dan penanaman sikap positif serta kemampuan gerak dasar dan berbagai
aktivitas jasmani.(Syarifudin, 1997:15).
Untuk memberikan gambaran dan pengertian yang lebih jelas maka di
bawah ini akan diberikan beberapa pengertian atau definisi tentang
pendidikan jasmani dari beberapa ahli dan juga sumber yan lain yaitu
menurut Beley dan Field dalam Heru Suranto (1991:22) mendefinisikan
pendidikan jasmani sebagai proses yang menguntungkan dalam penyesuaian
diri belajar gerak, neuro-mascular, intelektual, social, kebudayaan, baik
emosional dan etika sebagai akibat yang timbul melalui pilihannya yang
(1992:22) mendefinisikan pendidikan jasmani sebagai sebuah aspek dari
proses pendidikan keseluruhan dengan menekankan aktivitas yang
mengembangkan fitness, fungsi organ tubuh, control neuro-muscular,
kekuatan intelektual dan pengendalian emosi.
Menurut Undang-undang No. 4 tahun 1950 dalam Heru Suranto (1991:23)
tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran pasal 9 maka pendidikan
jasmani yang menuju kepada keselarasan antara tumbuhnya badan dan
perkembangan jiwa dan merupakan suatu usaha untuk membuat bangsa
Indonesia menjadi bangsa yang sehat dan kuat lahir batin, diberikan pada
segala jenis sekolah.
B. Hakikat Sepak Bola
Sepak bola merupakan paling popular di dunia dan olahraga permainan
nasional bagi hampir semua Negara Eropa, Amerika Selatan, Asia dan
Afrika dan dikenal secara internasional sebagai “ Bola Kaki” olahraga ini
seakan telah menjadi bahasa persatuan bagi berbagai bangsa saentero dunia
dengan berbagai latar belakang sejarah dan dunia, sebagai alat pemersatu
dunia yang sanggup melampaui batas-batas perbedaan politik, etnik dan
agama. Daya tarik sepak bola secara umum sebenarnya bukan hanya
olahraga ini mudah dimainkan, tetapi karena sepak bola lebih banyak
menuntut kemampuan pemain di bandingkan olahraga lain. Dengan
kemampuan yang dimilikinya, seorang pemain dituntut bermain bagus
mampu menghadapi tekanan-tekanan yang terjadi di dalam pertandingan
Sepak bola merupakan permainan beregu, masing-masing beregu terdiri dari
sebelas pemain utama dan salah satunya penjaga gawang.Permainan ini
hampir seluruhnya menggunakan tungkai.Kadang kala menggunakan kepala
dan dada.Untuk penjaga gawang diperbolehkan menggunakan tanggan dan
lengannya di daerah tendangan hukumanya.Permainan sepak bola dapat
dilakukan dailapangan terbuka out door dan di lapangan tertutup (indoor)
(Mukholid, 2004:24), kemudian di tambahkan bahwa tujuan permainan
sepak bola adalah pemain berusaha memasukan bola sebanyak-banyaknya
kegawang lawan dan berusaha menjaga gawangnya sendiri agar tidak
kemasukan bola. Suatu regu dinyatakan menang apabila regu tersebut dapat
memasukan bola kegawang lawannya dan apabila sama, contoh 0-0 atau 1-1
dan seterusnya, maka pertandingan dinyatakan seri atau draw. Selanjutnya
Muhajir, (2007:1) mengatakan bahwa sepak bola adalah suatu permainan
yang dilakukan dengan jalan menyepak bola, dengan tujuan untuk
memasukan bola ke gawang lawan dan mempertahankan gawang tersebut
agar tidak kemasukan bola. Di dalam memainkan bola, setiap pemain di
perbolehkan menggunakan seluruh anggota badan kecuali tangan dan
lengan, hanya penjaga gawang yang diperbolehkan maemainkan bola
dengan kaki dan tangan.
Permainan sepak bola dilakukan dalam dua babak, yang masing-masing
babak pada umumnya berlangsung selam 45 menit, pada babak kedua
diadakan pertukaran tempat. Para pemain memakai sepatu bola, serta
kostum yang berbeda warna antara kedua regu, sedangkan penjaga gawang
sepak bola diperlukan lapangan yang rata berbetuk segi empat. Lebar
lapangan berbanding 3 dan 4. ebuah bola dari kulit dibutuhkan oleh kedua
regu untuk bermain bersama, sedangkan permainan dipimpin oleh seorang
wasit dibantu oleh dua orang pengawas garis. (Surayin, 1988:61). Untuk
menjalin kerjasama yang baik dalam permainan sepak bola di perlukan
pengertian antara satu pemain dengan pemain lainya, hal ini berlaku baik
dalam situasi menyerang, maupun dalam keadaan bertahan. Pengertian dan
kerjasama ini juga di sesuaikan dengan tugas dan posisi dari setiap pemain
di lapangan. Pengaturan tugas serta fungsi setiap pemain pada umumnya
terdapat dalam sistem permainan. Oleh karennya, baik sebagai pemain
maupun sebagai pembina harus memahami sistem-sistem utama yang di
pakai dalam permainan sepak bola. Sistem ini di kenal dengan formasi, pola
atau cara penempatan pemain, ruang gerak serta pembagian tugas dari setiap
pemain denagan posisi yang ditempatinya. (Surayin, 1988:63).
Hal tersebut berlaku baik pada saat melakukan penyerangan maupun pada
waktu melakukan pertahanan, dengan sistem ini setiap pemain dapat
mengetahui tugas utamanya, daerah atau ruang gerak masing-masing
memahami apa yang harus dilakukan pada saat melakukan menyerang, dan
kemana harus bergerak serta siapa yang harus dijaga kalau pihaknya
kehilangan bola atau diserang lawan. Pada saat pertandingan sepak bola
sedang berlangsung, penggantian hanya boleh dilakukan apabila bola tidak
dalam permainan, dan atas seijin wasit. Jumlah maksimal penggantian
dalam satu kali pertandingan resmi adalah 3 kali, pada pertandingan
maksimal 7 kali kecuali jika ada kesepakatan sebelumnya antara kedua tim
yang bertanding dan wasit. Pemain yang sudah diganti tidak dapat
dimasukkan lagi ke dalam lapangan sepak bola sebagai pemain pengganti.
(Muhajir, 2007:3)
Pemain sepak bola terbagi dalam beberapa posisi, sesuai dengan
kemampuan dan tugasnya. Selain penjaga gawang, pemain dibagi dalam tiga
posisi utama, yaitu pemain bertahan (back), pemain tengah (gelandang), dan
pemain depan (penyerang). Masing-masing posisi utama tersebut masih
terbagi lagi menjadi beberapa posisi. Untuk pemain belakang, posisi yang
dapat ditempati adalah bek tengah, bek sayap, dan sweper. Back tengah
menempati posisi tepat di bagian tengah daerah pertahanan, di depan
penjaga gawang. Back sayap menempati bagian kanan dan kiri daerah
pertahanan, sedangkan sweeper menempati posisi diantara back tengah dan
penjaga gawang, dengan tugas menyapu bersih bola dan pemain lawan yang
berhasil lolos dari hadangan back tengah. Namun saat ini posisi sweeper
sudah jarang digunakan. Hal ini karena para pelatih lebih suka memasang
pemain bertahan yang sejajar, dengan tujuan memungkinkan dilakukannya
jebakan offside.
Posisi pemain tengah terbagi atas empat bagian, yaitu gelandang bertahan,
gelandang sayap, gelandang tengah, dan gelandang menyerang. Gelandang
bertahan adalah pemain tengah yang menempati posisi di depan bek tengah,
dengan tugas utama membantu pertahanan. Gelandang tengah merupakan
penyeimbang permainan, dengan tugas membantu pertahanan dan
banyak dimainkan oleh satu orang pemain, karena posisi dan fungsinya yang
hampir sama. Gelandang sayap menempati posisi di kanan dan kiri lapangan
tengah. Mereka biasanya membantu penyerangan dengan memanfaatkan
lebar lapangan, dan mengirimkan umpan silang ke daerah pertahanan lawan.
Dari umpan silang gelandang sayap ini sering terjadi gol yang cukup
menentukan hasil pertandingan.(Mukholid, 2004:32)
Pemain yang berposisi gelandang menyerang menempati wilayah bagian
depan dari lapangan tengah, dekat dengan posisi pemain penyerang. Fungsi
utamanya adalah membantu penyerang dalam upaya membobol gawang
lawan. Karena dekatnya posisi gelandang menyerang dengan posisi pemain
penyerang, maka pemain ini sering disebut juga sebagai penyerang lubang
(tiba-tiba muncul dari celah antara dua pemain penyerang), dan cukup
merepotkan pemain bertahan lawan. Pemain yang paling diwaspadai oleh
pemain bertahan lawan adalah pemain yang memiliki posisi sebagai
penyerang. Posisi penyerang dalam sebuah tim terbagi atas penyerang
tengah dan penyerang sayap. Penyerang tengah adalah pemain yang
menusuk daerah pertahanan lawan dari tengah lapangan. Sedangkan
penyerang sayap memanfaatkan lebar lapangan dan celah pertahanan lawan
dari kanan dan kiri gawang lawan. (Mukholid, 2004:33) Biasanya penyerang
sayap, selain mencetak gol, merupakan “pembantu” dari penyerang utama
dalam melaksanakan tugasnya, tugas utama dari penyerang adalah
memasukkan bola ke dalam lawan. Namun selain itu, penyerang juga dapat
membuka pertahanan lawan dan memberi ruang maupun umpan kepada
sangat mungkin karena biasanya pemain bertahan terpaku pada pergerakan
penyerang, tanpa menyadari munculnya pemain lain yang menerobos masuk
ke daerah pertahanannya dan mencetak gol. Untuk menjaga keamanan atau
mengindari cedera dalam permainan sepak bola, setiap pemain juga
diwajibkan untuk mengenakan pelindung tulang kering dan sepatu khusus
untuk sepak bola. Pelindung tulang kering berfungsi untuk melindungi
tulang kering dari cidera yang fatal akibat benturan dengan pemain lain.
Benturan tersebut sangat mungkin terjadi dalam melakukan perebutan bola.
Tanpa menggunakan pelindung tulang kering, benturan yang terjadi akan
berakibat fatal bagi pemain yang bersangkutan, bahkan dapat
mengakibatkan berakhirnya karir pemain tersebut. Pelidung tulang kering
yang diakui oleh FIFA terbuat dari bahan karet, plastik, atau bahan sejenis
yang kokoh dan mampu menahan benturan. Pelindung tulang kering ini
harus tertutup kaos kaki pemain pada saat digunakan, (Muhajir, 2007:5).
Disamping itu selain mengenakan perlengkapan yang sama dengan pemain
lain, seorang penjaga gawang juga diharuskan untuk mengenakan sepasang
sarung tangan khusus untuk sepak bola. Sarung tangan ini memiliki
kemampuan untuk mengurangi efek benturan bola dengan telapak tangan.
Selain itu sarung tangan ini juga akan melindungi tangan dan jari penjaga
gawang dari cidera saat harus menangkap atau menghalau bola.
Selain itu seorang penjaga gawang juga mendapat perlindungan khusus
selama berada di daerah pinalti. Perlindungan ini ditujukan untuk
melindungi penjaga gawang dari benturan yang disegaja atau tidak dengan
sepak bola seperti halnya dengan cabang olahraga lain juga memerlukan alat
dan fasilitas, yaitu sebagai berikut :
a. Lapangan
Lapangan permainan berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran
panjang 90-120 meter dan lebar 45-90 m. Untuk lebih jelasny perhatikan
gambar di bawah ini:
Gambar 1. Lapangan Sepak Bola (Mukholid, 2007:6)
b. Gawang
Tinggi gawang 2.44, ukuran dari tanah. Lebar gawang 7.32 m diukur dari
tiang. Kemudian beri jal/jarring.
c. Bola
Bola harus bulat, bagian luar bola dibuat dari kulit dengan ukuran lingkaran
bola tidak lebih dari 71 cm dan tidak boleh kurang dari 68 cm. berat
d. Perlengkapan lain
Setiap pemain seharusnya menggunakan sepatu bola dan pakaian latihan
(kostum), (Mukholid, 2004:32)
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa permaina sepak bola
merupakan permainan beregu, dengan penerapan sistem permaian sehingga
setiap pemain mampu untuk melaksanakan setiap tugas di dalam lapangan
.Untuk memainkannya, maka pengertian dan kerjasama di dalam permaian
sangatlah penting. Agar tercipta permaian yang berkualitas,ditunjang pula
dengan faktor fisik pemain, mental pemain serta penguasaan induvidu dari
setiap teknik dasar dalam permainan sepak bola. Dengan demikian melihat
dari ciri khas permainan sepak bola, maka salah satu teknik dasar yang perlu
untuk dikuasai oleh setiap pemain adalah teknik menendang bola, yakni
teknik menendang bola dengan kaki bagian dalam. Didalam permainan
sepak bola memiliki berbagai teknik tendangan yaitu:
1. Operan Inside of The Foot
Muarifin, (2001:45) kemampuan yang paling dasar dan harus anda
pelajari biasanya disebut operan push pass (operan dorong) karena
bagian sanping dalam kaki sebenarnya mendorong bola. Teknik
pengoperan ini digunakan untuk menggerakkan bola sejauh 5 hingga 15
meter. Cara pelaksanaannya sangat sederhana:
1) Berdirilah menghadap target dengan bahu lurus saat mendekati bola
2) Letakkan kaki yang menahan keseimbangan tubuh (yang tidak digunakan
menendang) di samping bola
3) Tempatkan kaki yang akan menendang dalam posisi menyamping dan jari
4) Tendang bagian tengah bola dengan bagian samping dalam kaki anda
5) Pastikan kaki tetap lurus pada gerakan lanjutan dari tendangan tersebut.
Gambar 2.Teknik dasar Operan Inside of The Foot (Luxbacher, 2001:109)
2. Operan Outside of The Foot
Luxbacher, (2001:52) pada susatu saat pasti anda mungkin harus
melakukan operan sambil menendang bola dengan kecepatan tinggi.
Untuk situasi seperti ini, pengoperan dengan bagian samping luar kaki
merupakan pilihan yang baik. Teknik ini melibatkan elemen dari gerak
tipu dan kurangh diperhatikan oleh lawan. Gunakan teknik outside of the
foot untuk menggerakkan bola pada jarak pendek atau menengah. Cara
pelaksanaanya:
1. letakkan kaki yang menahan keseimbangan sedikit di samping
belakang bola.
2. Julurkan kaki yang akan menendang ke bawah dan putar sedikit ke
arah dalam
3. Gunakan gerakan menendang terbalik saat anda menendang setengah
4. Jaga kaki agar tetap lurus
5. Untuk jarak 5 hingga 10 meter, gunakan gerakan menendang yang
pendek seperti menentak pada kaki anda. Untuk operan yang lebih
panjang gunakan gerakan akhir yang penuh untuk mendapatkan jarak
yang lebih jauh dan cepat.
Gambar 3. Teknik dasar Operan Outside of The Foot (Luxbacher, 2001:109)
3. Operan Instep
Gunakan operan instep untuk menggerakkan bola pada jarak 25 meter
atau lebih. Kura-kura kaki adalah bagian dari luar kaki yang ditutupi
dengan tali sepatu yang menyediakan npermukaan yang keras dan rata
untuk menendang bola. Menurut Luxbacher (2001:38) cara
pelaksanaannya:
1. Dekati boal dari posisi sedikit menyudut dan letakkan kaki yang
menahan keseimbangan di samping bola dengan lutut sedikit
ditekukkan
3. Saat anda mengayunkan kaki yang akan menendang ke belakang,
luruskan dan mantapkan posisi kura-kura kaki
4. Jaga kepala agar tidak bergerak dan fokuskan perhatian pada bola
5. Gunakan gerakan akhir yan penuh saat menggerakkan kura-kura kaki
pada titik kontak dengan bola. Mekanismenya hampir sama dengan
melakukan tendangan (shooting).
Gambar 4. Teknik dasar Operan Instep (Luxbacher, 2001:109)
C. Metode Pembelajaran
Anita, (2007:44) dalam proses belajar-mengajar, kegiatan yang paling
strategis adalah sangat tergantung pada pemilihan dan penetapan strategi
pembelajaran, strategi mengajar dapat dibataskan sebagai pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan tindak-tanduk, perilaku atau perbuatan
mengajar. Jenis strategi yang diterapkan, pada dasarnya terletak pada
pendekatan dua strategi pengajaran yang ekstrim, yaitu:
Pendekatan strategi pengajaran yang berpusat pada guru
Strategi pengajaran yang berpusat pada guru, menunjukkan ciri yaitu guru
yang mendominasi semua proses belajar-mengajar, artinya semua kegiatan
dimulai dari inisiatif dan keputusan guru. Sedangkan strategi pengajaran yang
berpusat pada siswa menunjukkan ciri bahwa, siswalah yang berinisiatif
dalam menentukan keputusan. Supandi, (1992:78).
Ada istilah lain yang juga sering digunakan untuk menyebut kedua
pendekatan tersebut. Pendekatan yang berpusat pada guru disebut pengajaran
tertutup (closed instruction), dan pendekatan yang berpusat pada siswa
disebut pengajaran terbuka (open instruction). Strategi pengajaran ini sering
juga disebut dalam istilah gaya(style) mengajar. Ada berbagai macam bentuk
strategi pengajaran, yaitu (1) strategi komando, (2) strategi dua kawan
berpasangan, (3) strategi tugas perorangan, (4) strategi pemecahan masalah
tertuntun, (5) metode demonstrasi, (6) metode ceramah.Dalam proses-belajar
mengajar tidak ada satu ketentuan yang menandaskan bahwa hanya satu
strategi yang paling efektif untuk pengajaran pendidikan jasmani. Jadi dalam
menerapkan strategi pengajaran selalu harus disesuaikan dengan situasi dan
kondisi pada waktu proses belajar-mengajar berlangsung. Rusli Lutan,
(1988:52)
D. Metode Komando
Ruswandi, (2012:82) pendekatan proses pembalajaran dalam metode ini
sepenuhnya didominasi guru, gurulah yang membuat tentang bentuk, tempo,
urutan, intensitas, penilaian, dan tujuan proses belajar mengajar untuk setiap
teoritis bahkan dapat dinyatakan bahwa siswa tidak mempunyai kebebasan
untuk membuat keputusan sehubungan dengan proses belajarnya. Inilah
metode yang menganggap siswa sebagai objek. Pada dasarnya, teori yang
mendasari metode ini adalah teori belajar stimulus-respon yaitu stimulus
(perangsang) X akan menghasilkan respon (reaksi prilaku) Y. Bila siswa
secara berulang-ulang melakukan serangkaian stimulus respon yang telah
direncanakan, maka ia akan menguasai respon tersebut yang relatif tetap.
Artinya, bila ia dirangsang stimulus itu dimana saja, kapan saja, dan oleh
siapa saja maka respon yang telah dikondisikan maka akan muncul lagi
dengan mulus. Inilah proses belajar menurut teori tersebut. Oleh karena siswa
itu harus dirangsang terus menerus.Itulah maka siswa dianggap sebagai
objek, guru adalah yang memproduksi rangsangannya, jadi guru adalah
subjek.Stimulus itu direncanakan dan diberikan sepenuhnya oleh dan dari
guru itu sendiri dan siswa meresponnya secara berulang-ulang.Selain prinsip
ulangan, metode ini juga mengandung prinsip ganjaran (renforcement).
Ganjaran, bila diberikan secara tepat, akan memperkuat hubungan stimulus
dan respon. Makin kuat hubungan ini makin berhasilah proses pengajaran itu.
Ganjaran itu dapar berupa benda, tetapi juga dapat berupa bukan
benda.Termasuk ganjaran yang berupa benda adalah uang dan barang,
termasuk bukan benda adalah pujian atau hadiah seperti piagam dan piala.
Supandi, (1992:78).
Idris, (2008:141) pada umumnya prosedur metode ini mengikuti
1. Guru menyiapkan seperangkat kegaiatan belajar mengajar yang pada
umumnya berkenaan dengan bentuk, tempo, urutan, frekuensi, intensitas,
penilaian dan tujuan pengajaran.
2. Guru menetapkan bentuk aba-aba atau komando berupa verbal atau bentuk
lambang lainnya, yang termasuk lambang adalah bendera, tepuk
tangan,dan pluit.
3. Pada saat guru mendemonstrasikan kegiatan belajarnya baik berupa
gerakan maupun aba-abanya, demontrasi ini dapat dilakukan oleh guru
sendiri atau model yang diambil dari siswa yang pandai atau orang lain,
guru menyiapkan siswanya untuk menerima aba-aba melakukan gerakan
sesuai dengan komando guru. Gerakan dilakukan berulang-ulang.
4. Guru menghentikan pengajaran bila ia menganggap bahwa siswa telah
menguasai gerakan yang dimaksud. Contoh bila mengajarkan renang
massal, renang konfigurasi dan dayung beregu.
5. Sangat efektif bila ingin membina keseragaman dan keserentakan gerakan
sesuai dengan bentuk yang diinginkan guru, mempertinggi disiplin dan
kepatuhan.
Dari segi proses pengajaran metode ini memberikan keuntungan tidak terlalu
menuntut pengetahuan yang banyak dari bahan ajarnya, pengontrolan laju
informasi sepenuhnya dikuasai guru dan menunjukkan bahwa metode yang
paling efektif dan efisien dalam mengembangkan gerak yang diajarkan. Hal
ini menunjukkan bahwa metode ini memberikan kesempatan untuk
menyampaikan bahan ajar atau praktek yang cukup banyak dengan waktu
siswa sering kehilangan kemandiriannya, sangat bergantung pada guru dan
menurunkan daya kreasinya. Dari segi proses belajar mengajar, metode ini
mengandung kelemahan penggunaan alat pelajaran tidak efisien karena tidak
dapat bergiliran, bisa menimbulkan salah ajar yang mungkin timbul dari
proses belajar mengajar menjadi tidak muncul karena tersisihkan oleh
aba-aba guru. Kelemahan lain yang penting dipertimbangkan ialah metode ini
sering mematikan motivasi untuk belajar lanjutan atau secara ekstra.
E. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memeragakan
suatu proses kejadian, metode demonstrasi biasanya diaplikasikan dengan
menggunakan alat-alat bantu pengajaran seperti benda-benda miniatur,
gambar, perangkat alat-alat laboratorium dan lain-lain. (Cecep, 2005:57).
Anita, (2007:43) mengungkapkan bahwa metode demonstrasi adalah metode
mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian,aturan, dan urutan
melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui
penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau
materi yang sedang disajikan. Dalam penggunaan metode ini guru bisa
menjadi demonstrator dan bisa juga orang lain yang ahli dalam bidang
pelajaran itu, metode ini menggugah rasa ingin tahu siswa dan rangsangan
visual siswa, metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang sangat
efektif untuk menolong kesulitan yang dialaminya.
Menurut Anita, (2007:43) Manfaat psikologis dari metode demonstrasi
1. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.
2. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
3. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam
diri siswa.
Kelebihan metode demonstrasi yang diungkapkan oleh Anita, (2007:43)
adalah sebagai berikut:
1. Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses
atau kerja suatu benda.
2. Memudahkan berbagai jenis penjelasan.
3. Kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki
melalui pengamatan dan contoh konkret, dengan menghadirkan obyek
sebenarnya.
Kelemahan metode demonstrasi yang diungkapkan oleh Anita, (2007:43)
adalah sebagai berikut:
1. Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan
dipertunjukkan.
2. Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang
menguasai apa yang didemonstrasikan.
Demonstrasi menjadi tidak efektif bila benda yang didemonstrasikan tidak
dapat diamati dengan jelas oleh siswa, siswa tidak dilibatkan untuk
mencoba, dan bila tidak dilakukan ditempat yang sebenarnya. Agar metode
demonstrasi dapat menjadikan hasil yang maksimal, maka guru harus
demonstrasi dilakukan, mencoba alat-alat yang akan digunakan dalam
demonstrasi, supaya waktu diadakan demonstrasi tidak gagal,
memperkirakan jumlah siswa apakah memungkinkan diadakan metode
demonstrasi, menetapkan garis besar langkah yang akan dilaksanakan,
memperhitungkan waktu yang dibutuhkan.
F. Kerangka Pikir
Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa di dalam perbandingan metode
demonstrasi dan metode komando digunakan sebagai salah satu cara untuk
meningkatkan kemampuanmenendang bola dalam permainan sepak bola,
sehingga dapat melakukan permainan dengan baik.
G. Hipotesis
Menurut Suharsimi Arikunto (1998:67) hipotesis adalah jawaban yang
bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui
data yang terkumpul. Hipotesis adalah jawaban yang masih bersifat
sementara dan bersifat teoritis. Sukardi, (2003:42)
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah
suatu konsep yang berfungsi sebagai jawaban sementara terhadap masalah
penelitian, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah:
1. Adakah pengaruh yang signifikan metode demonstrasiterhadap
kemampuan menendang bola pada siswa kelas VIII SMP N 5
2. Adakah pengaruh yang signifikan metode komando terhadap
kemampuan menendang bola pada siswa kelas VIII SMP N 5
Belambangan Umpu Tahun pelajaran 2011-2012
3. Adakah perbedaan yang signifikan antara metode demonstrasidan
metode komando terhadap kemampuan menendang bola pada siswa
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu cara tertentu yang digunakan untuk meneliti suatu permasalahan sehingga mendapatkan hasil atau tujuan yang diinginkan. Menurut Arikunto (1991:3) penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu perlakuan.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan metode demonstrasi dan metode komando terhadap ketarampilan menendang bola danpengaruh yang signifikan antara latihan metode demonstrasi dan komando sehingga meningkatkan ketarampilan menendang bola.
Maka metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen perbandingan yaitu untuk mengetahui pengaruh setiap variabel bebas
terhadap variabel terikat. Rancangan penelitian yang digunakan “pre-test and post-test design”.
Gambar 4. Desain Penelitiansumber Ridwan (2005:141)
Pre test
P S OP
X1
X2
T1
Keterangan :
P : Populasi S : Sampel
OP : Ordinal Pairing
Pretest : Tes awal kemampuan mengambil bola jauh X 1 : Kelas eksperimen dengan T1
X 2 : Kelas eksperimen dengan T2 T1 : Latihan metode demonstrasi T2 : Latihan metode komando Posttest : Tes
B. Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu gejala yang bervariasi yang menjadi obyek penelitian (Arikunto, 1991:118). Sedangkan dalam penelitian ini ada dua variabel bebas dan satu variabel terikat.
1. Variabel bebas adalah yang mempengaruhi, yaitu metode demostrasi (X1) dan metode komando (X2).
2. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi, yaitu ketarampilan menendang bola (Y).
C. Definisi Operasional Variabel
Untuk menyamakan persepsi mengenai variabel-variabel yang akan diukur dalam penelitian ini, maka perlu dipaparkan definisi operasional variabel sebagai berikut:
1.Perbandingan
dan mempelajari secara mendalam dua hal atau aspek dari system pendidikan, untuk mencari dan menemukan kesamaan–kesamaan dan perbedaan–perbedaan yang ada dari kedua hal tersebut.
2. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memeragakan suatu proses kejadian, metode demonstrasi biasanya diaplikasikan dengan menggunakan alat-alat bantu pengajaran seperti benda-benda miniatur, gambar, perangkat alat-alat laboratorium dan lain-lain.
3. Metode Komando
Pendekatan proses pembalajaran dalam metode ini sepenuhnya didominasi guru, gurulah yang membuat tentang bentuk, tempo, urutan, intensitas, penilaian, dan tujuan proses belajar mengajar untuk setiap tahap proses belajar mengajar. Siswa sangat mematuhi perintah guru, secara teoritis bahkan dapat dinyatakan bahwa siswa tidak mempunyai kebebasan untuk membuat keputusan sehubungan dengan proses belajarnya.
D. Populasi dan Sampel 1) Populasi
Menurut Sukardi (2003:53), populasi adalah semua anggota kelompok manusia,
binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan
secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian.
Populasi dibatasi sebagai jumlah penduduk sedikit mempunyai sifat yang sama
atau homogen, sedangkan Suharsimi Arikunto (2006:130), bahwa populasi
adalah keseluruhan objek penelitian, populasi dalam penelitian ini adalah siswa
2) Sampel
Dalam suatu proses penelitian, tidak perlu seluruh populasi diteliti akan tetapi dapat dilakukan terhadap sebagian dari jumlah populasi tersebut. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2002:109) menjelaskan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Apabila kurang dari 100, lebih baik diambil semua hingga
penelitian merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subjek besar dapat diambil antara 10-25% atau 20-25% atau lebih besar dari itu. Sesuai dengan pendapat di atas, maka penulis memberikan hak yang sama kepada setiap subyek untuk memperoleh kesempatan dipilih sebagai sampel sebanyak 46 orang siswa (20-25% dari populasi) yang terdiri dari 23 putra dan 23 putri.
E. Instrument Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes menendang bola ke sasaran (shotting test), tes ini dimaksudkan untuk mengukur kemampuan menendang bola anak, tes ini berlaku untuk pelajar, dengan tingkat validitas tes 0,65 dan reabilitas 0,77. (Nurhasan, 1986:112)
Pelaksanaan tes menendang bola ke sasaran (shotting test) adalah: 1. Bola diletakkan pada sebuah titik 13 m dari gawang tepat pertengahan
gawang.
2. Lakukan menandang bola tadi ke sasaran (shotting).
4. Skor tembakan, angka pada gawang yang dikenai oleh bola, bila bola mengenai garis-garis antara kotak di dalam gawang maka skor tertinggi yang dicatat sebagai skornya.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar di bawah ini:
1.Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian
Dilaksanakan di tempat SMP N 5 Belambangan umpu b. Waktu Penilitian
Waktu penelitian dilakukan 6 minggu atau 2 bulan, Sajoto (1988:70) mengatakan dengan memakai frekuensi 3 kali dalam 1 minggu selama latihan dilakukan, dapat meningkat gerak pada latihan tersebut. Program latihan adalah 18 kali pertemuan terdiri dari pertemuan pertama (satu) untuk tes awal, pertemuan ke 2-16 untuk melakukan latihan, dan pertemuan ke-18 untuk tes akhir. Latihan menendangdengan metode demonstrasi dan metode komando.
2. Pelakasanaan Tes
a. Alat dan Perlengkapan
Alat yang dibutuhkan dalam tes menendang bola ke sasaran (shotting test), yaitu:
Pluit Bola kaki Tali Rapia Kapur
Blangko dan alat tulis untuk mencatat hasil tes.
Pelaksanaan tes menendang bola ke sasaran (shotting test) adalah:
1. Bola diletakkan pada sebuah titik 13 m dari gawang tepat pertengahan gawang.
2. Lakukan menandang bola tadi ke sasaran (shotting).
3. Waktu tembakan, diambil pada saat kaki si penembak mengenai bola sampai bola mengenai tembok atau gawang
4. Skor tembakan, angka pada gawang yang dikenai oleh bola, bila bola mengenai garis-garis antara kotak di dalam gawang maka skor tertinggi yang dicatat sebagai skornya.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar di bawah ini:
F. Teknik Analisis Data
Data yang di analisis adalah data dari hasil tes awal dan tes akhir, menghitung hasil tes awal dan hasil tes akhir menendang menggunakan analisis data uji t. Adapun syarat dalam mengunakan uji t adalah: 1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji untuk melihat apakah data penelitian yang diperoleh mempunyai distribusi atau sebaran normal atau tidak.Untuk pengujian normalitas ini adalah menggunakan uji liliefors. Langkah pengujiannya mengikuti produser Sudjana (2005 : 466) yaitu:
a. Pengamatan , dijadikan bilangan baku , dengan menggunakan rumus ( dan s masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel)
b. Untuk bilangan baku ini dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F( ) = P (z ≤ )
c. Selanjutnya dihitung proporsi , yang lebih kecil atau sama dengan . Jika proporsi ini dinyatakan dengan S (Zi) maka
d. Hitung selisih F( ) – S( ) kemudian tentukan harga mutlaknya. e. Ambil harga paling besar di antara harga mutlak selisih tersebut.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh informasi apakah kedua kelompok sample memiliki varian yang homogen atau tidak. Menurut Sudjana (2002 : 250) untuk pengujian homogenitas digunakan rumus sebagai berikut :
Varians dinyatakan homogen apabila Ho diterima (Fhit Ftabel), dan varians dinyatakan tidak homogen apabila Ha diterima (Fhit> Ftabel) dimana distribusi F yang digunakan mempunyai dk pembilang = n1– 1 dan dk penyebut = (n2– 1)
Menurut Sudjana (2005), berdasarkan kriteria normal atau tidaknya serta homogen atau tidaknya varians antar kedua kelompok sampel maka analisis yang digunakan ada beberapa alternatif :
a. Data berdistribusi normal dan kedua kelompok mempunyai varians yang homogen (12 ) maka uji t- tes yang dipergunakan adalah:
X : Rerata kelompok eksperimen A X : Rerata kelompok eksperimen B
1
2
S : Simpangan baku kelompok eksperimen B 1
n : Jumlah sampel kelompok eksperimen A 2
n : Jumlah sampel kelompok eksperimen B
b. Salah satu data berdistribusi normal dan data yang lain tidak berdistribusi normal (
) kedua kelompok sampel yangmempunyai varians yang homogen atau tidak homogen, maka rumus yang digunakan:
X : Rerata kelompok eksperimen A X : Rerata kelompok eksperimen B
1
S : Simpangan baku kelompok eksperimen A 2
S : Simpangan baku kelompok eksperimen B 1
n : Jumlah sampel kelompok eksperimen A 2
n : Jumlah sampel kelompok eksperimen B
c. Bila kedua data berdistribusi tidak normal, kedua kelompok sampel homogen atau tidak, maka rumus yang digunakan adalah :
Pengujian taraf signifikan perbedaan antara kelompok eksperimen A dan kelompok eksperimen B adalah bila Z hitung < dari Z tabel berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen A dan kelompok eksperimen B, sebaliknya bila Z hitung > dari Z tabel berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok
eksperimen A dan kelompok eksperimen B.
Dan untuk mengetahui perbandingan metode demonstrasi dan metode komando mana yang lebih baik terhadap pengembangan kemampuan menendang bola dapat diketahui dengan membandingkan kedua Mean dari kelompok tersebut.
3. Analisis uji t pengaruh
Berdasarkan kenormalan atau tidaknya serta homogen atau tidaknya varians antara kedua kelompok latihan, maka analisis yang digunakan dapat
dikemukakan berdasarkan alternative. Menurut Sujana, 2005 : 242 untuk menguji perbandingan metode demonstrasi dan metode komando adalah sebagai berikut:
n B S
B hitung
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analasis dan pembahasan dari hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Terdapat pengaruh metode demonstrasi terhadap hasil kemampuan menendang bola pada siswa kelas VIII SMP N 5 Belambangan Umpu Tahun pelajaran 2011-2012.
2. Terdapat pengaruh metode komando terhadap hasil kemampuan menendang bola pada siswa kelas VIII SMP N 5 Belambangan Umpu Tahun pelajaran 2011-2012.
3. Terdapat perbedaan yang signifikan hasil kemampuan menendang bola pada siswa kelas VIII SMP N 5 Belambangan Umpu Tahun pelajaran 2011-2012 yang diberikan metode demonstrasidan metode komando.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan maka penulis menyarankan bagi :
2. Bagi guru pendidikan jasmani bahwa metode komando dan metode demontrasi dapat menjadi acuan dalam upaya peningkatan kemampuan menendang pada siswa.
3. Bagi Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan diharapkan dapat dijadikan salah satu acuan dalam memilih metode pembelajaran yang tepat bagi siswa sekolah menengah.
4. Bagi siswa dengan penelitian ini di harapkan adanya peningkatan kemampuan menendang bola pada permainan sepak bola di sekolah menengah pertama.
DAFTAR PUSTAKA
Anita, Sri. (2007). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta : Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian, Rineka Cipta : Yogyakarta.
Cecep. (2005). Penggunaan Metode Demonstrasi. Jakarta : Balai Pustaka.
Hero Susanto. (1991). Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta : Yudistira.
Idris. (2008). Strategi dan Metode Pengajaran. Ar-Ruz Media : Yogyakarta.
Lutan Rusli dan Agung Suherman. (2000). Perencanaan Pembelajaran
Penjaskes, Depdikbud, Jakarta.
Luxbacher. (2001). Sepak Bola. Jakarta : PT. Raja Graindo Persada.
Muarifim. (2001). Materi Perkuliahan Sepak Bola 1. Malang. Universitas Negeri Malang
Mukholid, Agus. (2007). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Yudhistira : Surakarta.
Mukholid. (2004). Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta : Yudistira
Muhajir. 2003. Pendidikan Jasmani Untuk Kelas 1 SMP. Bandung: Yudhistira
………….. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Untuk SMA
Kelas X Jilid 1 KTSP Standar Isi. Jakarta : Erlangga.
Nurhasan. (1986). Tes dan Pengukuran, Karunika Universitas Terbuka : Jakarta.
Pamungkas. 1999. Pedoman Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. EYD.
Surabaya: Giri Surya.
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (2009). Universitas Lampung : Bandar Lampung.
Ridwan, (2005). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan
Rusli Lutan, (1988). Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode. Jakarta : Depdikbud.
Ruswandi. Irfan. (2012). Gaya Komando Pembelajaran Penjas.
http://lagilaga.blogspot.com/2012/06/gaya Komando Pembelajaran Penjas.html
Sajoto M. (1988). Pembinaan dan Peningkatan Kondisi Fisik dalam Olahraga, Jakarta : Dahara Prize
Saputra M Yudha. (2002). Rencana Mengajar, Jakarta:Yudhistira.
Subagio DKK. 2004. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan. Materi Pokok, Universitas Terbuka.
Sukardi. (2003). Metodelogi Penelitian Pendidikan, Yogyakarta : Bumi Aksara
Supandi. (1992). Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud
Suranto, Heru. (1991). Pengetahuan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Jakarta : Universitas Terbuka
Surayin. (1998). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Jakarta : Yudhistira.
Syarifudin Aip (1997). Filsafah dan Sejarah Pendidikan Jasmani : Jakarta
TariganHerman. (2008). Belajar Motorik. Bandar Lampung.
_____(2006). Gerak Dasar Perkembangan Motorik. Bandar Lampung.