• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN METODE DEMONSTRASI DAN METODE KOMANDO TERHADAP KEMAMPUAN MENENDANG BOLA DALAM PERMAINAN SEPAK BOLA PADA SISWA KELAS VIII BELAMBANGAN UMPU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN METODE DEMONSTRASI DAN METODE KOMANDO TERHADAP KEMAMPUAN MENENDANG BOLA DALAM PERMAINAN SEPAK BOLA PADA SISWA KELAS VIII BELAMBANGAN UMPU TAHUN PELAJARAN 2011/2012"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

ii

P E R B A N D I N G A N M E T O D E D E M O N S T R A S I D A N M E T O D E K O M A N D O TERHADAP KEMAMPUAN MENENDANG BOLA DALAM

PERMAINAN SEPAK BOLA PADA SISWA KELAS VIII SMP N 5 BELAMBANGAN UMPU

TAHUN PELAJARAN 2011-2012

OLEH ENGGA FRASTYA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan Program Studi Penjaskesrek Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

i ABSTRAK

PERBANDINGAN METODE DEMONSTRASI DAN METODE KOMANDO TERHADAP KEMAMPUAN MENENDANG BOLA DALAM PERMAINAN

SEPAK BOLA PADA SISWA KELAS VIII BELAMBANGAN UMPU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

ENGGA FRASTYA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan metode demonstrasi dan metode komando terhadap kemampuan menendang bola, dan pengaruh yang signifikan antara latihan metode demonstrasi dan komando sehingga meningkatkan kemampuan menendang bola.

Teknik pengambilan data untuk tes kemampuan menendang bola ini menggunakan tes menendang, data yang di analisis adalah data dari hasil tes awal dan tes akhir, menghitung hasil tes awal dan hasil tes akhir menendang menggunakan analisis data uji t, dengan persyaratan analisis Uji Normalitas, Uji Homogenitas, dan Uji Hipotesis.

Hasil analisis data menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil menendang bola antara kelompok metode demonstrasi dan metode komando dengan perolehan nilai - t hitung = - 0,127 ≥ - t tabel = -2,017 pada taraf signifikan 0,05 atau taraf kepercayaan 95%. Sedangkan pada tes akhir diperoleh nilai + t hitung = 1,446 < + t tabel = 2,029 maka tolak H0 dan terima Ha artinya pada tes akhir terdapat perbedaan hasil menendang bola antara kelompok metode demonstrasi dan metode komando. Hasil analisis pengaruh metode demonstrasi terhadap hasil menendang bola diperoleh jumlah selisih rata-rata sebesar 740 poin, nilai rata-rata 32,2, nilai standar deviasi 15,7 dan nilai varians 245,1. Berdasarkan data tersebut t hitung = 9,857 > t tabel = 2,074 artinya ada pengaruh yang signifikan metode demonstrasi terhadap hasil menendang bola.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa ternyata kedua jenis metode pembelajaran ini sama-sama memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan hasil menendang bola tetapi hasil belajar dari metode demonstrasi lebih berpengaruh dibandingkan hasil latihan metode komando.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

xii

A. Hasil Penelitian ... 38

1. Deskripsi Data ... 38

2. Uji Prasyarat ... 40

a. Uji Normalitas Data... 40

b. Uji Homogenitas Data ... 41

c. Uji Hipotesis ... 42

B. Pembahasan ... 44

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 46

B. Saran... 46

(8)

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendidikan jasmani adalah bagian integral dari kegiatan pendidikan secara keseluruhan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan para siswa melalui aktivitas jasmani. Melalui pendidikan jasmani dapat di kembangkan kemampuan intelektual, kognitif, hubungan sosial, kesegaran jasmani dan mental. Dengan demikian pendidikan pendidikan jasmani bertujuan

mengembangkan anak didik menuju manusia yang sehat jasmani dan rohani.

Kegiatan belajar mengajar dalam pelajaran pendidikan jasmani amat berbeda pelaksanaanya dari pembelajaran mata pelajaran lainnya. Pada dasarnya program pendidikan jasmani memiliki kepentingan yang relatif sama dengan pendidikan lainnya dalam hal pembelajaran. Namun demikian ada satu keiklasan dan keunikan dari pendidikan jasmani yang tidak dimiliki oleh bidang studi lainnya, yaitu dalam hal pengembangan wilayah psikomotor yang biasanya dikaitkan dengan tujuan mengembangkan kebugaran jasmani siswa, pencapaian kemampuan geraknya dan pencapaian prestasi dalam setiap cabang olahraga.

(9)

tersebut antara lain adalah atletik, permainan, senam, renang dan bela diri. Melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar pendidikan jasmani, maka para siswa diberi pengalaman pola-pola gerakan, merangkainya menjadi suatu kemampuan dan selanjutnya melatih kemampuan tersebut menjadi suatu kebiasaan atau gerakan yang bersifat refleks. Prestasi belajar dalam pendidikan jasmani akan lebih baik jika anak didik melaksanakan latihan secara teratur serta diajar dengan menggunakan metode mengajar yang tepat. Dan metode tersebut disesuakan dengan tujuan dan waktu yang ditetapkan. Untuk melaksanakan latihan yang teratur diperlukan disiplin yang tinggi agar dengan disiplin, prestasi belajar para siswa dapat ditingkatkan.

Berkaitan dengan hal di atas, maka dipandang perlu untuk meningkatkan pelaksanaan pendidikan jasmani baik di sekolah maupun di luar sekolah untuk memelihara perkembangan dan pertumbuhan fisik siswa kearah pembentukan sikap tubuh dan mental yang sempurna, sebab pembinaan dan pengembangan pelajaran pendidikan jasmani di sekolah khusnya sekolah menengah atas merupakan bagian dari peningkatan kualitas manusia Indonesia dalam rangka mengembangkan manusia indonesia seutuhnya sesuai tujuan pendidikan nasional.

(10)

dini, maka diharapkan kelak pada usia 17-25 tahun mencapai puncak prestasi yang maksimal. Salah satu cabang olahraga dalam bentuk permainan yang banyak di gemari dikalangan siswa di sekolah yang cukup diminati adalah cabang olahraga sepak bola,ini di buktikan dengan antusias nya siswa dalam mengikuti setiap pelajaran olahraga dengan materi sepakbola,serta pada saat setiap ada jam pelajaran yang kosong siswa selalu melakukan aktifitas olahraga dengan bermain sepak bola, terkadang tidak perduli mereka

mengenakan pakaian olahraga atau tidak yang terpenting bagi mereka adalah dapat bermain sepak bola di setiap sela waktu yang mereka miliki, baik itu pada saat jam pelajaran olahraga atau bukan,dan di setiap sekolah juga pasti mayoritas sudah memiliki team sepak bola karna minat siswa yang tinggi terhadap cabang olahraga sepak bola.

(11)

Olahraga sepak bola kini sangat diminati oleh siswa putra, namun dalam proses pembelajarannya tidaklah mudah, karena seluruh siswa baik putra maupun puteri harus bisa menendang bola agar dapat melakukan permainan sepak bola dengan baik,kemampuan tendangan yang harusdimiliki setiap siswa adalah tendangan operan atau pada saat memberikan umpan kepada teman di dalam team nya dan tendangan ke arah gawang atau shooting. Dengan menguasai tendangan shooting maka akan memudahkan setiap siswa untuk mencetak gol ke gawang lawan.Walaupun cabang olahraga sepak bola telah banyak digemari, namun ada kendala yang dihadapi oleh guru untuk mengajarkan kemampuan bermain sepak bola sehinga hasil yang diharapkan tidak sesuai dengan apa yang diinginkan, terkadang metode belajar yang tidak tepat dapat mengakibatkan sulitnya siswa untuk mempraktikkan gerakan tersebut.

(12)

Berdasarkan pengamatan peneliti selama ini di SMP N 5 Belambangan Umpu masih mengalami kesulitan apabila menendang bola,terutama pada saat siswa mengoper bola kepada teman satu team nya atau pada saat siswa menendang bola kesasaran gawang,maka hal ini akan mempengaruhi siswa untuk sulit nya mencapai tujuan utama dalam permainan sepak bola yaitu mencetak gol ke gawang lawan.

Berkaitan dengan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, peneliti mencari suatu metode yang tepat sebagai strategi guru dalam menjawab permasalahan tersebut. Pemilihan dan penerapan metode yang tepat setidaknya

memungkinkan keberhasilan dan peningkatan prestasi siswa. Melalui perbandingan metode pembelajaran yang diterapkan oleh peneliti dengan menggunakan metode demonstrasi dan metode komando dalam usaha meningkatkan kemampuanmenendang bola dalam permainan sepak bola diharapkan memiliki perubahan yakni pada kemampuanmenendang bola.

Dilihat dari hasil pengamatan tersebut, bahwa tidak terampilnya menendang bola di duga karena kurang tepat nya metode pembelajaran yang

(13)

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah:

1. Masih kurangnya penerapan metode pembelajaran menendang bola pada siswa kelas VIII SMP N 5 Belambangan Umpu Tahun Pelajaran 2011-2012

2. Masih kurang efisien nya waktu yang di gunakan dalam proses belajar menendang bola dengan menggunakan metode belajar yang tidak tepat pada siswa kelas VIII SMP N 5 Belambangan Umpu Tahun Pelajaran 2011-2012.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dideskripsikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yakni:

1. Adakah pengaruh yang signifikan metode demonstrasiterhadap kemampuanmenendang bola pada siswa kelas VIII SMP N 5 Belambangan Umpu Tahun pelajaran 2011-2012?

2. Adakah pengaruh yang signifikan metode komandoterhadap kemampuanmenendang bola pada siswa kelas VIII SMP N 5 Belambangan Umpu Tahun pelajaran 2011-2012?

(14)

D. Batasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah yang telah di uraikan di atas, untuk memudah kan penelitian perlu membatasan yang berdasarkan tujuan dari penelitian ini, adapun pembatasan masalah tersebut adalah membandingkan metode

demonstrasidan metode komando terhadap kemampuan menendang bola pada siswa kelas VIII SMP N 5 Belambangan Umpu Tahun pelajaran 2011-2012.

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas,diharapkan hasil penelitian

memberikan pengaruh yang signifikan dan dapat melihat perbedaan antara metode demonstrasidan metode komando terhadap kemampuanmenendang bola pada siswa kelas VIII SMP N 5 Belambangan Umpu Tahun pelajaran 2011-2012.

F. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini penulis berharap antara lain : 1. Penulis

Ingin mengetahui secara jelas model latihan mana yang lebih baik antarametode demonstrasidan metode komando terhadap

kemampuanenendangbola pada siswa kelas VIII SMP N 5 Belambangan Umpu Tahun pelajaran 2011-2012.

2. Siswa

(15)

3. Guru

 Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi kepada guru pendidikan jasmani dan siswa sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam meningkatkan prestasi belajar penjaskes.

 Penelitian ini dapat dijadikan salah satu sumber kepada guru untuk dapat menggunakan metode demonstrasidan metode komando untuk meningkatkan kemampuanmenendang bola.

4. Peneliti lainnya

Sebagai salah satu acuan dalam program dan pelatihan cabang olahraga sepak bola, dan berguna bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang akan di lakukan oleh orang lain.

5. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruanglingkup penelitian ini adalah:

Obyek penelitian : Perbandingan Metode Demonstrasi dan Metode Komando Terhadap KemampuanMenendang Bola Dalam Permainan Sepak Bola Pada Siswa Kelas VIII SMP N 5 Belambangan Umpu Tahun Pelajaran 2011-2012”.

(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakikat Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikulum

di sekolah.Mata pelajaran ini beroreantasi pada pelaksanaan misi pendidikan

melalui aktivitas jasmani dan pembiasaan perilaku hidup sehat

sehari-hari.Tujuan yang ingin dicapai dalam mata pelajaran ini adalah “membantu

peserta didik untuk kesegaran jasmani dan kesehatan melalui pengenalan

dan penanaman sikap positif serta kemampuan gerak dasar dan berbagai

aktivitas jasmani.(Syarifudin, 1997:15).

Untuk memberikan gambaran dan pengertian yang lebih jelas maka di

bawah ini akan diberikan beberapa pengertian atau definisi tentang

pendidikan jasmani dari beberapa ahli dan juga sumber yan lain yaitu

menurut Beley dan Field dalam Heru Suranto (1991:22) mendefinisikan

pendidikan jasmani sebagai proses yang menguntungkan dalam penyesuaian

diri belajar gerak, neuro-mascular, intelektual, social, kebudayaan, baik

emosional dan etika sebagai akibat yang timbul melalui pilihannya yang

(17)

(1992:22) mendefinisikan pendidikan jasmani sebagai sebuah aspek dari

proses pendidikan keseluruhan dengan menekankan aktivitas yang

mengembangkan fitness, fungsi organ tubuh, control neuro-muscular,

kekuatan intelektual dan pengendalian emosi.

Menurut Undang-undang No. 4 tahun 1950 dalam Heru Suranto (1991:23)

tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran pasal 9 maka pendidikan

jasmani yang menuju kepada keselarasan antara tumbuhnya badan dan

perkembangan jiwa dan merupakan suatu usaha untuk membuat bangsa

Indonesia menjadi bangsa yang sehat dan kuat lahir batin, diberikan pada

segala jenis sekolah.

B. Hakikat Sepak Bola

Sepak bola merupakan paling popular di dunia dan olahraga permainan

nasional bagi hampir semua Negara Eropa, Amerika Selatan, Asia dan

Afrika dan dikenal secara internasional sebagai “ Bola Kaki” olahraga ini

seakan telah menjadi bahasa persatuan bagi berbagai bangsa saentero dunia

dengan berbagai latar belakang sejarah dan dunia, sebagai alat pemersatu

dunia yang sanggup melampaui batas-batas perbedaan politik, etnik dan

agama. Daya tarik sepak bola secara umum sebenarnya bukan hanya

olahraga ini mudah dimainkan, tetapi karena sepak bola lebih banyak

menuntut kemampuan pemain di bandingkan olahraga lain. Dengan

kemampuan yang dimilikinya, seorang pemain dituntut bermain bagus

mampu menghadapi tekanan-tekanan yang terjadi di dalam pertandingan

(18)

Sepak bola merupakan permainan beregu, masing-masing beregu terdiri dari

sebelas pemain utama dan salah satunya penjaga gawang.Permainan ini

hampir seluruhnya menggunakan tungkai.Kadang kala menggunakan kepala

dan dada.Untuk penjaga gawang diperbolehkan menggunakan tanggan dan

lengannya di daerah tendangan hukumanya.Permainan sepak bola dapat

dilakukan dailapangan terbuka out door dan di lapangan tertutup (indoor)

(Mukholid, 2004:24), kemudian di tambahkan bahwa tujuan permainan

sepak bola adalah pemain berusaha memasukan bola sebanyak-banyaknya

kegawang lawan dan berusaha menjaga gawangnya sendiri agar tidak

kemasukan bola. Suatu regu dinyatakan menang apabila regu tersebut dapat

memasukan bola kegawang lawannya dan apabila sama, contoh 0-0 atau 1-1

dan seterusnya, maka pertandingan dinyatakan seri atau draw. Selanjutnya

Muhajir, (2007:1) mengatakan bahwa sepak bola adalah suatu permainan

yang dilakukan dengan jalan menyepak bola, dengan tujuan untuk

memasukan bola ke gawang lawan dan mempertahankan gawang tersebut

agar tidak kemasukan bola. Di dalam memainkan bola, setiap pemain di

perbolehkan menggunakan seluruh anggota badan kecuali tangan dan

lengan, hanya penjaga gawang yang diperbolehkan maemainkan bola

dengan kaki dan tangan.

Permainan sepak bola dilakukan dalam dua babak, yang masing-masing

babak pada umumnya berlangsung selam 45 menit, pada babak kedua

diadakan pertukaran tempat. Para pemain memakai sepatu bola, serta

kostum yang berbeda warna antara kedua regu, sedangkan penjaga gawang

(19)

sepak bola diperlukan lapangan yang rata berbetuk segi empat. Lebar

lapangan berbanding 3 dan 4. ebuah bola dari kulit dibutuhkan oleh kedua

regu untuk bermain bersama, sedangkan permainan dipimpin oleh seorang

wasit dibantu oleh dua orang pengawas garis. (Surayin, 1988:61). Untuk

menjalin kerjasama yang baik dalam permainan sepak bola di perlukan

pengertian antara satu pemain dengan pemain lainya, hal ini berlaku baik

dalam situasi menyerang, maupun dalam keadaan bertahan. Pengertian dan

kerjasama ini juga di sesuaikan dengan tugas dan posisi dari setiap pemain

di lapangan. Pengaturan tugas serta fungsi setiap pemain pada umumnya

terdapat dalam sistem permainan. Oleh karennya, baik sebagai pemain

maupun sebagai pembina harus memahami sistem-sistem utama yang di

pakai dalam permainan sepak bola. Sistem ini di kenal dengan formasi, pola

atau cara penempatan pemain, ruang gerak serta pembagian tugas dari setiap

pemain denagan posisi yang ditempatinya. (Surayin, 1988:63).

Hal tersebut berlaku baik pada saat melakukan penyerangan maupun pada

waktu melakukan pertahanan, dengan sistem ini setiap pemain dapat

mengetahui tugas utamanya, daerah atau ruang gerak masing-masing

memahami apa yang harus dilakukan pada saat melakukan menyerang, dan

kemana harus bergerak serta siapa yang harus dijaga kalau pihaknya

kehilangan bola atau diserang lawan. Pada saat pertandingan sepak bola

sedang berlangsung, penggantian hanya boleh dilakukan apabila bola tidak

dalam permainan, dan atas seijin wasit. Jumlah maksimal penggantian

dalam satu kali pertandingan resmi adalah 3 kali, pada pertandingan

(20)

maksimal 7 kali kecuali jika ada kesepakatan sebelumnya antara kedua tim

yang bertanding dan wasit. Pemain yang sudah diganti tidak dapat

dimasukkan lagi ke dalam lapangan sepak bola sebagai pemain pengganti.

(Muhajir, 2007:3)

Pemain sepak bola terbagi dalam beberapa posisi, sesuai dengan

kemampuan dan tugasnya. Selain penjaga gawang, pemain dibagi dalam tiga

posisi utama, yaitu pemain bertahan (back), pemain tengah (gelandang), dan

pemain depan (penyerang). Masing-masing posisi utama tersebut masih

terbagi lagi menjadi beberapa posisi. Untuk pemain belakang, posisi yang

dapat ditempati adalah bek tengah, bek sayap, dan sweper. Back tengah

menempati posisi tepat di bagian tengah daerah pertahanan, di depan

penjaga gawang. Back sayap menempati bagian kanan dan kiri daerah

pertahanan, sedangkan sweeper menempati posisi diantara back tengah dan

penjaga gawang, dengan tugas menyapu bersih bola dan pemain lawan yang

berhasil lolos dari hadangan back tengah. Namun saat ini posisi sweeper

sudah jarang digunakan. Hal ini karena para pelatih lebih suka memasang

pemain bertahan yang sejajar, dengan tujuan memungkinkan dilakukannya

jebakan offside.

Posisi pemain tengah terbagi atas empat bagian, yaitu gelandang bertahan,

gelandang sayap, gelandang tengah, dan gelandang menyerang. Gelandang

bertahan adalah pemain tengah yang menempati posisi di depan bek tengah,

dengan tugas utama membantu pertahanan. Gelandang tengah merupakan

penyeimbang permainan, dengan tugas membantu pertahanan dan

(21)

banyak dimainkan oleh satu orang pemain, karena posisi dan fungsinya yang

hampir sama. Gelandang sayap menempati posisi di kanan dan kiri lapangan

tengah. Mereka biasanya membantu penyerangan dengan memanfaatkan

lebar lapangan, dan mengirimkan umpan silang ke daerah pertahanan lawan.

Dari umpan silang gelandang sayap ini sering terjadi gol yang cukup

menentukan hasil pertandingan.(Mukholid, 2004:32)

Pemain yang berposisi gelandang menyerang menempati wilayah bagian

depan dari lapangan tengah, dekat dengan posisi pemain penyerang. Fungsi

utamanya adalah membantu penyerang dalam upaya membobol gawang

lawan. Karena dekatnya posisi gelandang menyerang dengan posisi pemain

penyerang, maka pemain ini sering disebut juga sebagai penyerang lubang

(tiba-tiba muncul dari celah antara dua pemain penyerang), dan cukup

merepotkan pemain bertahan lawan. Pemain yang paling diwaspadai oleh

pemain bertahan lawan adalah pemain yang memiliki posisi sebagai

penyerang. Posisi penyerang dalam sebuah tim terbagi atas penyerang

tengah dan penyerang sayap. Penyerang tengah adalah pemain yang

menusuk daerah pertahanan lawan dari tengah lapangan. Sedangkan

penyerang sayap memanfaatkan lebar lapangan dan celah pertahanan lawan

dari kanan dan kiri gawang lawan. (Mukholid, 2004:33) Biasanya penyerang

sayap, selain mencetak gol, merupakan “pembantu” dari penyerang utama

dalam melaksanakan tugasnya, tugas utama dari penyerang adalah

memasukkan bola ke dalam lawan. Namun selain itu, penyerang juga dapat

membuka pertahanan lawan dan memberi ruang maupun umpan kepada

(22)

sangat mungkin karena biasanya pemain bertahan terpaku pada pergerakan

penyerang, tanpa menyadari munculnya pemain lain yang menerobos masuk

ke daerah pertahanannya dan mencetak gol. Untuk menjaga keamanan atau

mengindari cedera dalam permainan sepak bola, setiap pemain juga

diwajibkan untuk mengenakan pelindung tulang kering dan sepatu khusus

untuk sepak bola. Pelindung tulang kering berfungsi untuk melindungi

tulang kering dari cidera yang fatal akibat benturan dengan pemain lain.

Benturan tersebut sangat mungkin terjadi dalam melakukan perebutan bola.

Tanpa menggunakan pelindung tulang kering, benturan yang terjadi akan

berakibat fatal bagi pemain yang bersangkutan, bahkan dapat

mengakibatkan berakhirnya karir pemain tersebut. Pelidung tulang kering

yang diakui oleh FIFA terbuat dari bahan karet, plastik, atau bahan sejenis

yang kokoh dan mampu menahan benturan. Pelindung tulang kering ini

harus tertutup kaos kaki pemain pada saat digunakan, (Muhajir, 2007:5).

Disamping itu selain mengenakan perlengkapan yang sama dengan pemain

lain, seorang penjaga gawang juga diharuskan untuk mengenakan sepasang

sarung tangan khusus untuk sepak bola. Sarung tangan ini memiliki

kemampuan untuk mengurangi efek benturan bola dengan telapak tangan.

Selain itu sarung tangan ini juga akan melindungi tangan dan jari penjaga

gawang dari cidera saat harus menangkap atau menghalau bola.

Selain itu seorang penjaga gawang juga mendapat perlindungan khusus

selama berada di daerah pinalti. Perlindungan ini ditujukan untuk

melindungi penjaga gawang dari benturan yang disegaja atau tidak dengan

(23)

sepak bola seperti halnya dengan cabang olahraga lain juga memerlukan alat

dan fasilitas, yaitu sebagai berikut :

a. Lapangan

Lapangan permainan berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran

panjang 90-120 meter dan lebar 45-90 m. Untuk lebih jelasny perhatikan

gambar di bawah ini:

Gambar 1. Lapangan Sepak Bola (Mukholid, 2007:6)

b. Gawang

Tinggi gawang 2.44, ukuran dari tanah. Lebar gawang 7.32 m diukur dari

tiang. Kemudian beri jal/jarring.

c. Bola

Bola harus bulat, bagian luar bola dibuat dari kulit dengan ukuran lingkaran

bola tidak lebih dari 71 cm dan tidak boleh kurang dari 68 cm. berat

(24)

d. Perlengkapan lain

Setiap pemain seharusnya menggunakan sepatu bola dan pakaian latihan

(kostum), (Mukholid, 2004:32)

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa permaina sepak bola

merupakan permainan beregu, dengan penerapan sistem permaian sehingga

setiap pemain mampu untuk melaksanakan setiap tugas di dalam lapangan

.Untuk memainkannya, maka pengertian dan kerjasama di dalam permaian

sangatlah penting. Agar tercipta permaian yang berkualitas,ditunjang pula

dengan faktor fisik pemain, mental pemain serta penguasaan induvidu dari

setiap teknik dasar dalam permainan sepak bola. Dengan demikian melihat

dari ciri khas permainan sepak bola, maka salah satu teknik dasar yang perlu

untuk dikuasai oleh setiap pemain adalah teknik menendang bola, yakni

teknik menendang bola dengan kaki bagian dalam. Didalam permainan

sepak bola memiliki berbagai teknik tendangan yaitu:

1. Operan Inside of The Foot

Muarifin, (2001:45) kemampuan yang paling dasar dan harus anda

pelajari biasanya disebut operan push pass (operan dorong) karena

bagian sanping dalam kaki sebenarnya mendorong bola. Teknik

pengoperan ini digunakan untuk menggerakkan bola sejauh 5 hingga 15

meter. Cara pelaksanaannya sangat sederhana:

1) Berdirilah menghadap target dengan bahu lurus saat mendekati bola

2) Letakkan kaki yang menahan keseimbangan tubuh (yang tidak digunakan

menendang) di samping bola

3) Tempatkan kaki yang akan menendang dalam posisi menyamping dan jari

(25)

4) Tendang bagian tengah bola dengan bagian samping dalam kaki anda

5) Pastikan kaki tetap lurus pada gerakan lanjutan dari tendangan tersebut.

Gambar 2.Teknik dasar Operan Inside of The Foot (Luxbacher, 2001:109)

2. Operan Outside of The Foot

Luxbacher, (2001:52) pada susatu saat pasti anda mungkin harus

melakukan operan sambil menendang bola dengan kecepatan tinggi.

Untuk situasi seperti ini, pengoperan dengan bagian samping luar kaki

merupakan pilihan yang baik. Teknik ini melibatkan elemen dari gerak

tipu dan kurangh diperhatikan oleh lawan. Gunakan teknik outside of the

foot untuk menggerakkan bola pada jarak pendek atau menengah. Cara

pelaksanaanya:

1. letakkan kaki yang menahan keseimbangan sedikit di samping

belakang bola.

2. Julurkan kaki yang akan menendang ke bawah dan putar sedikit ke

arah dalam

3. Gunakan gerakan menendang terbalik saat anda menendang setengah

(26)

4. Jaga kaki agar tetap lurus

5. Untuk jarak 5 hingga 10 meter, gunakan gerakan menendang yang

pendek seperti menentak pada kaki anda. Untuk operan yang lebih

panjang gunakan gerakan akhir yang penuh untuk mendapatkan jarak

yang lebih jauh dan cepat.

Gambar 3. Teknik dasar Operan Outside of The Foot (Luxbacher, 2001:109)

3. Operan Instep

Gunakan operan instep untuk menggerakkan bola pada jarak 25 meter

atau lebih. Kura-kura kaki adalah bagian dari luar kaki yang ditutupi

dengan tali sepatu yang menyediakan npermukaan yang keras dan rata

untuk menendang bola. Menurut Luxbacher (2001:38) cara

pelaksanaannya:

1. Dekati boal dari posisi sedikit menyudut dan letakkan kaki yang

menahan keseimbangan di samping bola dengan lutut sedikit

ditekukkan

(27)

3. Saat anda mengayunkan kaki yang akan menendang ke belakang,

luruskan dan mantapkan posisi kura-kura kaki

4. Jaga kepala agar tidak bergerak dan fokuskan perhatian pada bola

5. Gunakan gerakan akhir yan penuh saat menggerakkan kura-kura kaki

pada titik kontak dengan bola. Mekanismenya hampir sama dengan

melakukan tendangan (shooting).

Gambar 4. Teknik dasar Operan Instep (Luxbacher, 2001:109)

C. Metode Pembelajaran

Anita, (2007:44) dalam proses belajar-mengajar, kegiatan yang paling

strategis adalah sangat tergantung pada pemilihan dan penetapan strategi

pembelajaran, strategi mengajar dapat dibataskan sebagai pengambilan

keputusan yang berkaitan dengan tindak-tanduk, perilaku atau perbuatan

mengajar. Jenis strategi yang diterapkan, pada dasarnya terletak pada

pendekatan dua strategi pengajaran yang ekstrim, yaitu:

 Pendekatan strategi pengajaran yang berpusat pada guru

(28)

Strategi pengajaran yang berpusat pada guru, menunjukkan ciri yaitu guru

yang mendominasi semua proses belajar-mengajar, artinya semua kegiatan

dimulai dari inisiatif dan keputusan guru. Sedangkan strategi pengajaran yang

berpusat pada siswa menunjukkan ciri bahwa, siswalah yang berinisiatif

dalam menentukan keputusan. Supandi, (1992:78).

Ada istilah lain yang juga sering digunakan untuk menyebut kedua

pendekatan tersebut. Pendekatan yang berpusat pada guru disebut pengajaran

tertutup (closed instruction), dan pendekatan yang berpusat pada siswa

disebut pengajaran terbuka (open instruction). Strategi pengajaran ini sering

juga disebut dalam istilah gaya(style) mengajar. Ada berbagai macam bentuk

strategi pengajaran, yaitu (1) strategi komando, (2) strategi dua kawan

berpasangan, (3) strategi tugas perorangan, (4) strategi pemecahan masalah

tertuntun, (5) metode demonstrasi, (6) metode ceramah.Dalam proses-belajar

mengajar tidak ada satu ketentuan yang menandaskan bahwa hanya satu

strategi yang paling efektif untuk pengajaran pendidikan jasmani. Jadi dalam

menerapkan strategi pengajaran selalu harus disesuaikan dengan situasi dan

kondisi pada waktu proses belajar-mengajar berlangsung. Rusli Lutan,

(1988:52)

D. Metode Komando

Ruswandi, (2012:82) pendekatan proses pembalajaran dalam metode ini

sepenuhnya didominasi guru, gurulah yang membuat tentang bentuk, tempo,

urutan, intensitas, penilaian, dan tujuan proses belajar mengajar untuk setiap

(29)

teoritis bahkan dapat dinyatakan bahwa siswa tidak mempunyai kebebasan

untuk membuat keputusan sehubungan dengan proses belajarnya. Inilah

metode yang menganggap siswa sebagai objek. Pada dasarnya, teori yang

mendasari metode ini adalah teori belajar stimulus-respon yaitu stimulus

(perangsang) X akan menghasilkan respon (reaksi prilaku) Y. Bila siswa

secara berulang-ulang melakukan serangkaian stimulus respon yang telah

direncanakan, maka ia akan menguasai respon tersebut yang relatif tetap.

Artinya, bila ia dirangsang stimulus itu dimana saja, kapan saja, dan oleh

siapa saja maka respon yang telah dikondisikan maka akan muncul lagi

dengan mulus. Inilah proses belajar menurut teori tersebut. Oleh karena siswa

itu harus dirangsang terus menerus.Itulah maka siswa dianggap sebagai

objek, guru adalah yang memproduksi rangsangannya, jadi guru adalah

subjek.Stimulus itu direncanakan dan diberikan sepenuhnya oleh dan dari

guru itu sendiri dan siswa meresponnya secara berulang-ulang.Selain prinsip

ulangan, metode ini juga mengandung prinsip ganjaran (renforcement).

Ganjaran, bila diberikan secara tepat, akan memperkuat hubungan stimulus

dan respon. Makin kuat hubungan ini makin berhasilah proses pengajaran itu.

Ganjaran itu dapar berupa benda, tetapi juga dapat berupa bukan

benda.Termasuk ganjaran yang berupa benda adalah uang dan barang,

termasuk bukan benda adalah pujian atau hadiah seperti piagam dan piala.

Supandi, (1992:78).

Idris, (2008:141) pada umumnya prosedur metode ini mengikuti

(30)

1. Guru menyiapkan seperangkat kegaiatan belajar mengajar yang pada

umumnya berkenaan dengan bentuk, tempo, urutan, frekuensi, intensitas,

penilaian dan tujuan pengajaran.

2. Guru menetapkan bentuk aba-aba atau komando berupa verbal atau bentuk

lambang lainnya, yang termasuk lambang adalah bendera, tepuk

tangan,dan pluit.

3. Pada saat guru mendemonstrasikan kegiatan belajarnya baik berupa

gerakan maupun aba-abanya, demontrasi ini dapat dilakukan oleh guru

sendiri atau model yang diambil dari siswa yang pandai atau orang lain,

guru menyiapkan siswanya untuk menerima aba-aba melakukan gerakan

sesuai dengan komando guru. Gerakan dilakukan berulang-ulang.

4. Guru menghentikan pengajaran bila ia menganggap bahwa siswa telah

menguasai gerakan yang dimaksud. Contoh bila mengajarkan renang

massal, renang konfigurasi dan dayung beregu.

5. Sangat efektif bila ingin membina keseragaman dan keserentakan gerakan

sesuai dengan bentuk yang diinginkan guru, mempertinggi disiplin dan

kepatuhan.

Dari segi proses pengajaran metode ini memberikan keuntungan tidak terlalu

menuntut pengetahuan yang banyak dari bahan ajarnya, pengontrolan laju

informasi sepenuhnya dikuasai guru dan menunjukkan bahwa metode yang

paling efektif dan efisien dalam mengembangkan gerak yang diajarkan. Hal

ini menunjukkan bahwa metode ini memberikan kesempatan untuk

menyampaikan bahan ajar atau praktek yang cukup banyak dengan waktu

(31)

siswa sering kehilangan kemandiriannya, sangat bergantung pada guru dan

menurunkan daya kreasinya. Dari segi proses belajar mengajar, metode ini

mengandung kelemahan penggunaan alat pelajaran tidak efisien karena tidak

dapat bergiliran, bisa menimbulkan salah ajar yang mungkin timbul dari

proses belajar mengajar menjadi tidak muncul karena tersisihkan oleh

aba-aba guru. Kelemahan lain yang penting dipertimbangkan ialah metode ini

sering mematikan motivasi untuk belajar lanjutan atau secara ekstra.

E. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memeragakan

suatu proses kejadian, metode demonstrasi biasanya diaplikasikan dengan

menggunakan alat-alat bantu pengajaran seperti benda-benda miniatur,

gambar, perangkat alat-alat laboratorium dan lain-lain. (Cecep, 2005:57).

Anita, (2007:43) mengungkapkan bahwa metode demonstrasi adalah metode

mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian,aturan, dan urutan

melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui

penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau

materi yang sedang disajikan. Dalam penggunaan metode ini guru bisa

menjadi demonstrator dan bisa juga orang lain yang ahli dalam bidang

pelajaran itu, metode ini menggugah rasa ingin tahu siswa dan rangsangan

visual siswa, metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang sangat

efektif untuk menolong kesulitan yang dialaminya.

Menurut Anita, (2007:43) Manfaat psikologis dari metode demonstrasi

(32)

1. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.

2. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.

3. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam

diri siswa.

Kelebihan metode demonstrasi yang diungkapkan oleh Anita, (2007:43)

adalah sebagai berikut:

1. Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses

atau kerja suatu benda.

2. Memudahkan berbagai jenis penjelasan.

3. Kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki

melalui pengamatan dan contoh konkret, dengan menghadirkan obyek

sebenarnya.

Kelemahan metode demonstrasi yang diungkapkan oleh Anita, (2007:43)

adalah sebagai berikut:

1. Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan

dipertunjukkan.

2. Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang

menguasai apa yang didemonstrasikan.

Demonstrasi menjadi tidak efektif bila benda yang didemonstrasikan tidak

dapat diamati dengan jelas oleh siswa, siswa tidak dilibatkan untuk

mencoba, dan bila tidak dilakukan ditempat yang sebenarnya. Agar metode

demonstrasi dapat menjadikan hasil yang maksimal, maka guru harus

(33)

demonstrasi dilakukan, mencoba alat-alat yang akan digunakan dalam

demonstrasi, supaya waktu diadakan demonstrasi tidak gagal,

memperkirakan jumlah siswa apakah memungkinkan diadakan metode

demonstrasi, menetapkan garis besar langkah yang akan dilaksanakan,

memperhitungkan waktu yang dibutuhkan.

F. Kerangka Pikir

Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa di dalam perbandingan metode

demonstrasi dan metode komando digunakan sebagai salah satu cara untuk

meningkatkan kemampuanmenendang bola dalam permainan sepak bola,

sehingga dapat melakukan permainan dengan baik.

G. Hipotesis

Menurut Suharsimi Arikunto (1998:67) hipotesis adalah jawaban yang

bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui

data yang terkumpul. Hipotesis adalah jawaban yang masih bersifat

sementara dan bersifat teoritis. Sukardi, (2003:42)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah

suatu konsep yang berfungsi sebagai jawaban sementara terhadap masalah

penelitian, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah:

1. Adakah pengaruh yang signifikan metode demonstrasiterhadap

kemampuan menendang bola pada siswa kelas VIII SMP N 5

(34)

2. Adakah pengaruh yang signifikan metode komando terhadap

kemampuan menendang bola pada siswa kelas VIII SMP N 5

Belambangan Umpu Tahun pelajaran 2011-2012

3. Adakah perbedaan yang signifikan antara metode demonstrasidan

metode komando terhadap kemampuan menendang bola pada siswa

(35)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara tertentu yang digunakan untuk meneliti suatu permasalahan sehingga mendapatkan hasil atau tujuan yang diinginkan. Menurut Arikunto (1991:3) penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu perlakuan.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan metode demonstrasi dan metode komando terhadap ketarampilan menendang bola danpengaruh yang signifikan antara latihan metode demonstrasi dan komando sehingga meningkatkan ketarampilan menendang bola.

Maka metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen perbandingan yaitu untuk mengetahui pengaruh setiap variabel bebas

terhadap variabel terikat. Rancangan penelitian yang digunakan “pre-test and post-test design”.

Gambar 4. Desain Penelitiansumber Ridwan (2005:141)

Pre test

P S OP

X1

X2

T1

(36)

Keterangan :

P : Populasi S : Sampel

OP : Ordinal Pairing

Pretest : Tes awal kemampuan mengambil bola jauh X 1 : Kelas eksperimen dengan T1

X 2 : Kelas eksperimen dengan T2 T1 : Latihan metode demonstrasi T2 : Latihan metode komando Posttest : Tes

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu gejala yang bervariasi yang menjadi obyek penelitian (Arikunto, 1991:118). Sedangkan dalam penelitian ini ada dua variabel bebas dan satu variabel terikat.

1. Variabel bebas adalah yang mempengaruhi, yaitu metode demostrasi (X1) dan metode komando (X2).

2. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi, yaitu ketarampilan menendang bola (Y).

C. Definisi Operasional Variabel

Untuk menyamakan persepsi mengenai variabel-variabel yang akan diukur dalam penelitian ini, maka perlu dipaparkan definisi operasional variabel sebagai berikut:

1.Perbandingan

(37)

dan mempelajari secara mendalam dua hal atau aspek dari system pendidikan, untuk mencari dan menemukan kesamaan–kesamaan dan perbedaan–perbedaan yang ada dari kedua hal tersebut.

2. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memeragakan suatu proses kejadian, metode demonstrasi biasanya diaplikasikan dengan menggunakan alat-alat bantu pengajaran seperti benda-benda miniatur, gambar, perangkat alat-alat laboratorium dan lain-lain.

3. Metode Komando

Pendekatan proses pembalajaran dalam metode ini sepenuhnya didominasi guru, gurulah yang membuat tentang bentuk, tempo, urutan, intensitas, penilaian, dan tujuan proses belajar mengajar untuk setiap tahap proses belajar mengajar. Siswa sangat mematuhi perintah guru, secara teoritis bahkan dapat dinyatakan bahwa siswa tidak mempunyai kebebasan untuk membuat keputusan sehubungan dengan proses belajarnya.

D. Populasi dan Sampel 1) Populasi

Menurut Sukardi (2003:53), populasi adalah semua anggota kelompok manusia,

binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan

secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian.

Populasi dibatasi sebagai jumlah penduduk sedikit mempunyai sifat yang sama

atau homogen, sedangkan Suharsimi Arikunto (2006:130), bahwa populasi

adalah keseluruhan objek penelitian, populasi dalam penelitian ini adalah siswa

(38)

2) Sampel

Dalam suatu proses penelitian, tidak perlu seluruh populasi diteliti akan tetapi dapat dilakukan terhadap sebagian dari jumlah populasi tersebut. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2002:109) menjelaskan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Apabila kurang dari 100, lebih baik diambil semua hingga

penelitian merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subjek besar dapat diambil antara 10-25% atau 20-25% atau lebih besar dari itu. Sesuai dengan pendapat di atas, maka penulis memberikan hak yang sama kepada setiap subyek untuk memperoleh kesempatan dipilih sebagai sampel sebanyak 46 orang siswa (20-25% dari populasi) yang terdiri dari 23 putra dan 23 putri.

E. Instrument Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes menendang bola ke sasaran (shotting test), tes ini dimaksudkan untuk mengukur kemampuan menendang bola anak, tes ini berlaku untuk pelajar, dengan tingkat validitas tes 0,65 dan reabilitas 0,77. (Nurhasan, 1986:112)

Pelaksanaan tes menendang bola ke sasaran (shotting test) adalah: 1. Bola diletakkan pada sebuah titik 13 m dari gawang tepat pertengahan

gawang.

2. Lakukan menandang bola tadi ke sasaran (shotting).

(39)

4. Skor tembakan, angka pada gawang yang dikenai oleh bola, bila bola mengenai garis-garis antara kotak di dalam gawang maka skor tertinggi yang dicatat sebagai skornya.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar di bawah ini:

1.Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian

Dilaksanakan di tempat SMP N 5 Belambangan umpu b. Waktu Penilitian

Waktu penelitian dilakukan 6 minggu atau 2 bulan, Sajoto (1988:70) mengatakan dengan memakai frekuensi 3 kali dalam 1 minggu selama latihan dilakukan, dapat meningkat gerak pada latihan tersebut. Program latihan adalah 18 kali pertemuan terdiri dari pertemuan pertama (satu) untuk tes awal, pertemuan ke 2-16 untuk melakukan latihan, dan pertemuan ke-18 untuk tes akhir. Latihan menendangdengan metode demonstrasi dan metode komando.

(40)

2. Pelakasanaan Tes

a. Alat dan Perlengkapan

Alat yang dibutuhkan dalam tes menendang bola ke sasaran (shotting test), yaitu:

 Pluit  Bola kaki  Tali Rapia  Kapur

 Blangko dan alat tulis untuk mencatat hasil tes.

Pelaksanaan tes menendang bola ke sasaran (shotting test) adalah:

1. Bola diletakkan pada sebuah titik 13 m dari gawang tepat pertengahan gawang.

2. Lakukan menandang bola tadi ke sasaran (shotting).

3. Waktu tembakan, diambil pada saat kaki si penembak mengenai bola sampai bola mengenai tembok atau gawang

4. Skor tembakan, angka pada gawang yang dikenai oleh bola, bila bola mengenai garis-garis antara kotak di dalam gawang maka skor tertinggi yang dicatat sebagai skornya.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar di bawah ini:

F. Teknik Analisis Data

(41)

Data yang di analisis adalah data dari hasil tes awal dan tes akhir, menghitung hasil tes awal dan hasil tes akhir menendang menggunakan analisis data uji t. Adapun syarat dalam mengunakan uji t adalah: 1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji untuk melihat apakah data penelitian yang diperoleh mempunyai distribusi atau sebaran normal atau tidak.Untuk pengujian normalitas ini adalah menggunakan uji liliefors. Langkah pengujiannya mengikuti produser Sudjana (2005 : 466) yaitu:

a. Pengamatan , dijadikan bilangan baku , dengan menggunakan rumus ( dan s masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel)

b. Untuk bilangan baku ini dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F( ) = P (z ≤ )

c. Selanjutnya dihitung proporsi , yang lebih kecil atau sama dengan . Jika proporsi ini dinyatakan dengan S (Zi) maka

d. Hitung selisih F( ) – S( ) kemudian tentukan harga mutlaknya. e. Ambil harga paling besar di antara harga mutlak selisih tersebut.

(42)

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh informasi apakah kedua kelompok sample memiliki varian yang homogen atau tidak. Menurut Sudjana (2002 : 250) untuk pengujian homogenitas digunakan rumus sebagai berikut :

Varians dinyatakan homogen apabila Ho diterima (Fhit Ftabel), dan varians dinyatakan tidak homogen apabila Ha diterima (Fhit> Ftabel) dimana distribusi F yang digunakan mempunyai dk pembilang = n1– 1 dan dk penyebut = (n2– 1)

Menurut Sudjana (2005), berdasarkan kriteria normal atau tidaknya serta homogen atau tidaknya varians antar kedua kelompok sampel maka analisis yang digunakan ada beberapa alternatif :

a. Data berdistribusi normal dan kedua kelompok mempunyai varians yang homogen (12 ) maka uji t- tes yang dipergunakan adalah:

X : Rerata kelompok eksperimen A X : Rerata kelompok eksperimen B

1

(43)

2

S : Simpangan baku kelompok eksperimen B 1

n : Jumlah sampel kelompok eksperimen A 2

n : Jumlah sampel kelompok eksperimen B

b. Salah satu data berdistribusi normal dan data yang lain tidak berdistribusi normal (

) kedua kelompok sampel yang

mempunyai varians yang homogen atau tidak homogen, maka rumus yang digunakan:

X : Rerata kelompok eksperimen A X : Rerata kelompok eksperimen B

1

S : Simpangan baku kelompok eksperimen A 2

S : Simpangan baku kelompok eksperimen B 1

n : Jumlah sampel kelompok eksperimen A 2

n : Jumlah sampel kelompok eksperimen B

c. Bila kedua data berdistribusi tidak normal, kedua kelompok sampel homogen atau tidak, maka rumus yang digunakan adalah :

(44)

Pengujian taraf signifikan perbedaan antara kelompok eksperimen A dan kelompok eksperimen B adalah bila Z hitung < dari Z tabel berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen A dan kelompok eksperimen B, sebaliknya bila Z hitung > dari Z tabel berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok

eksperimen A dan kelompok eksperimen B.

Dan untuk mengetahui perbandingan metode demonstrasi dan metode komando mana yang lebih baik terhadap pengembangan kemampuan menendang bola dapat diketahui dengan membandingkan kedua Mean dari kelompok tersebut.

3. Analisis uji t pengaruh

Berdasarkan kenormalan atau tidaknya serta homogen atau tidaknya varians antara kedua kelompok latihan, maka analisis yang digunakan dapat

dikemukakan berdasarkan alternative. Menurut Sujana, 2005 : 242 untuk menguji perbandingan metode demonstrasi dan metode komando adalah sebagai berikut:

n B S

B hitung

(45)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analasis dan pembahasan dari hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Terdapat pengaruh metode demonstrasi terhadap hasil kemampuan menendang bola pada siswa kelas VIII SMP N 5 Belambangan Umpu Tahun pelajaran 2011-2012.

2. Terdapat pengaruh metode komando terhadap hasil kemampuan menendang bola pada siswa kelas VIII SMP N 5 Belambangan Umpu Tahun pelajaran 2011-2012.

3. Terdapat perbedaan yang signifikan hasil kemampuan menendang bola pada siswa kelas VIII SMP N 5 Belambangan Umpu Tahun pelajaran 2011-2012 yang diberikan metode demonstrasidan metode komando.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan maka penulis menyarankan bagi :

(46)

2. Bagi guru pendidikan jasmani bahwa metode komando dan metode demontrasi dapat menjadi acuan dalam upaya peningkatan kemampuan menendang pada siswa.

3. Bagi Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan diharapkan dapat dijadikan salah satu acuan dalam memilih metode pembelajaran yang tepat bagi siswa sekolah menengah.

4. Bagi siswa dengan penelitian ini di harapkan adanya peningkatan kemampuan menendang bola pada permainan sepak bola di sekolah menengah pertama.

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Anita, Sri. (2007). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta : Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian, Rineka Cipta : Yogyakarta.

Cecep. (2005). Penggunaan Metode Demonstrasi. Jakarta : Balai Pustaka.

Hero Susanto. (1991). Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta : Yudistira.

Idris. (2008). Strategi dan Metode Pengajaran. Ar-Ruz Media : Yogyakarta.

Lutan Rusli dan Agung Suherman. (2000). Perencanaan Pembelajaran

Penjaskes, Depdikbud, Jakarta.

Luxbacher. (2001). Sepak Bola. Jakarta : PT. Raja Graindo Persada.

Muarifim. (2001). Materi Perkuliahan Sepak Bola 1. Malang. Universitas Negeri Malang

Mukholid, Agus. (2007). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Yudhistira : Surakarta.

Mukholid. (2004). Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta : Yudistira

Muhajir. 2003. Pendidikan Jasmani Untuk Kelas 1 SMP. Bandung: Yudhistira

………….. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Untuk SMA

Kelas X Jilid 1 KTSP Standar Isi. Jakarta : Erlangga.

Nurhasan. (1986). Tes dan Pengukuran, Karunika Universitas Terbuka : Jakarta.

Pamungkas. 1999. Pedoman Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. EYD.

Surabaya: Giri Surya.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (2009). Universitas Lampung : Bandar Lampung.

Ridwan, (2005). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan

(48)

Rusli Lutan, (1988). Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode. Jakarta : Depdikbud.

Ruswandi. Irfan. (2012). Gaya Komando Pembelajaran Penjas.

http://lagilaga.blogspot.com/2012/06/gaya Komando Pembelajaran Penjas.html

Sajoto M. (1988). Pembinaan dan Peningkatan Kondisi Fisik dalam Olahraga, Jakarta : Dahara Prize

Saputra M Yudha. (2002). Rencana Mengajar, Jakarta:Yudhistira.

Subagio DKK. 2004. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan

Kesehatan. Materi Pokok, Universitas Terbuka.

Sukardi. (2003). Metodelogi Penelitian Pendidikan, Yogyakarta : Bumi Aksara

Supandi. (1992). Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud

Suranto, Heru. (1991). Pengetahuan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Jakarta : Universitas Terbuka

Surayin. (1998). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Jakarta : Yudhistira.

Syarifudin Aip (1997). Filsafah dan Sejarah Pendidikan Jasmani : Jakarta

TariganHerman. (2008). Belajar Motorik. Bandar Lampung.

_____(2006). Gerak Dasar Perkembangan Motorik. Bandar Lampung.

Gambar

gambar di bawah ini:
Gambar 2.Teknik dasar Operan Inside of The Foot (Luxbacher, 2001:109)
Gambar 4. Teknik dasar Operan Instep            (Luxbacher, 2001:109)
Gambar 4. Desain Penelitiansumber Ridwan (2005:141)
+3

Referensi

Dokumen terkait

meningkatkan pendapatan melalui sistem penjualan yang jauh lebih efektif daripada bank konvensional. Tanpa adanya aplikasi teknologi informasi dalam internet banking,

Oleh karena itu, masyarakat-masyarakat tertentu (termasuk Melayu di Riau) berlomba dengan waktu untuk merengkuh kembali unsur-unsur budaya yang bisa meneguhkan diri

Pada tulisan ini metode yang digunakan adalah metode survei dengan mengamati secara langsung terhadap objek yang diteliti, berupa lubang pertahanan dari tinggalan masa

Penyesuaian diri siswa tunarungu yang baik ketika berada di sekolah inklusi, mungkin juga disebabkan oleh adanya hubungan yang baik dengan teman sebayanya, dan

Ketiga, seluruh madrasah dampingan menyatakan bahwa kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk pembuatan website madrasah ini sejalan dengan visi dan misi

Bilangan iodin merupakan metode yang sederhana dan cepat untuk mengetahui kandungan kimia dari minyak atau lemak namun tidak dapat menunjukkan asam lemak spesifik yang

Berdasarkan keseluruhan variabel-variabel independen yang diuji secara individual dapat diketahui bahwa untuk model umum dari hasil uji F menunjukkan bahwa variabel

Sehubungan dengan telah selesainya koreksi aritmatik yang dilakukan oleh Pokja V Unit Layanan.. Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Musi Banyuasin