• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PENGUPAHAN TERHADAP TENAGA KERJA BONGKAR MUAT DI PELABUHAN PANJANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELAKSANAAN PENGUPAHAN TERHADAP TENAGA KERJA BONGKAR MUAT DI PELABUHAN PANJANG"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

IMPLEMENTATION OF WAGE LABOR STEVEDORE

IN PORT OF PANJANG

BY

BAYU FAHMY PUJAKESUMA

Remuneration is a very important aspect in the process of loading and

unloading in ports. Wages Stevedoring be something to consider in the loading

and unloading activities so that workers unloading decent gain.

According to the provisions of the Law of the Republic of Indonesia Number 13

Year 2003 on Manpower is "every worker / laborer is entitled to earn a decent

living that meets human beings" As for the loading and unloading of regulated

tariffs in Kepmenhub No. 35 of 2007, which contained about unloading rates in

the port is "For wholesale rates based on the provincial minimum wage".

As for the problem of this research is the implementation of the Wage How

To Stevedoring by Cooperative TKBM in the Port of Panjang and Is the limiting

factor in the implementation of the Wage Against Stevedoring by Cooperative

TKBM in the Port of Panjang

To be able to answer the issues to be discussed, then the juridical and

empirical approach that uses primary data and secondary data. The primary data

obtained through field studies. Secondary data were obtained through literature.

Data analysis was done by descriptive analysis.

Based on the research results it can be concluded that the Form wage labor is

done by cooperatives unloading at the Port of Panjang can be done with the daily

wage or piece rate TKBM While the minimum wage is calculated at the same as a

lack of provincial minimum wage (UMP) / Minimum Wages District / city

designated by the Governor / Regent / Mayor, for the daily minimum wage is

calculated by the formula:Minimum wage divided province twenty-one (21) days

Work

(2)

ABSTRAK

PELAKSANAAN PENGUPAHAN TERHADAP TENAGA KERJA

BONGKAR MUAT DI PELABUHAN PANJANG

OLEH

BAYU FAHMY PUJAKESUMA

Pengupahan merupakan aspek yang sangat penting dalam proses bongkar

muat dipelabuhan. Upah Bongkar Muat menjadi suatu hal yang diperhatikan

dalam aktivitas bongkar muat sehingga tenaga kerja bongkar muat mendapatkan

kesejerahteraan yang layak.

Menurut ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan adalah “setiap pekerja/ buruh berhak memperoleh

penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”

Sedangkan bagi penetapan tarif bongkar muat diatur dalam Kepmenhub Nomor

35 Tahun 2007 yang memuat tentang tarif bongkar muat di pelabuhan

yaitu"Untuk tarif borongan berpedoman pada upah minimum provinsi”.

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah

Bagaimanakah Pelaksanaan Pengupahan Terhadap Tenaga Kerja Bongkar Muat

oleh Koperasi TKBM di Pelabuhan Panjang dan Apakah faktor penghambat

dalam Pelaksanaan Pengupahan Terhadap Tenaga Kerja Bongkar Muat oleh

Koperasi TKBM di Pelabuhan Panjang

Untuk dapat menjawab permasalahan yang akan dibahas, maka dilakukan

pendekatan yuridis dan empiris yang menggunakan data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh melalui studi lapangan. Data sekunder diperoleh

melalui studi pustaka. Analisa data dilakukan dengan cara analisis deskriptif.

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Bentuk

pengupahan yang dilakukan oleh koperasi tenaga kerja bongkar muat di

Pelabuhan Panjang dapat dilakukan dengan upah harian atau upah borongan

Sedangkan Upah minimum TKBM dihitung sekurang-kurangya sama dengan

upah minimum provinsi (UMP)/Upah Minimum Kabupaten/Kota yang ditetapkan

oleh Gubernur/Bupati/Walikota, untuk UMR harian dihitung dengan rumusan :

Upah Minimun Provinsi dibagi dua puluh satu (21) hari Kerja

(3)

PELAKSANAAN PENGUPAHAN TERHADAP

TENAGA KERJA BONGKAR MUAT (TKBM)

DI PELABUHAN PANJANG

Oleh

BAYU FAHMY PUJAKESUMA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

PELAKSANAAN PENGUPAHAN TERHADAP

TENAGA KERJA BONGKAR MUAT (TKBM)

DI PELABUHAN PANJANG

( Skripsi)

Oleh

Bayu Fahmy Pujakesuma

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR ISI

Riwayat Hidup………. vii

Halaman Persembahan………... viii

Motto………. ix

Sanwacana……….... x

Daftar Isi………... xii

I. PENDAHULUAN ...

1

1.1 Latar Belakang ...

1

1.2 Permasalahan Dan Ruang Lingkup ...

5

1.2.1 Permasalahan...

5

1.2.2 Ruang Lingkup...

5

1.3 Tujuan Penelitian ...

6

1.4 Kegunaan Penelitian...

6

II. TINJAUAN PUSTAKA ...

7

2.1 Pengupahan ...

7

2.1.1 Pengertian Pengupahan ...

7

2.1.2 Jenis- Jenis Pengupahan ...

9

2.2 Hukum Perburuhan ...

10

2.2.1 Pengertian Hukum Perburuhan ...

10

2.2.2 Hakekat Hukum Perburuhan ...

10

2.2.3 Sifat Hukum Perburuhan...

13

2.3 Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM)...

14

2.3.1 Pengertian Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM)...

14

2.3.2 Bongkar Muat ...

14

2.3.3 Federasi Serikat Tenaga Kerja Bongkar Muat (FSTKBM)

15

2.4 Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat (KTKBM) ...

15

2.4.1 Pengertian Koperasi Tenaga Kerja

Bongkar Muat (KTKBM) ...

15

2.4.2 Landasan dan Asas Koperasi ...

17

2.4.3 Tujuan, Fungsi dan Peranan Koperasi ...

17

2.4.4 Anggaran Dasar Koperasi ...

18

2.4.5 Ciri-ciri Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat...

19

2.4.6 Prinsip Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat ...

19

(6)

III. METODE PENELITIAN ...

21

3.1 Pendekatan Masalah...

21

3.2 Sumber Dan Jenis Data ...

21

3.3 Metode Pengumpulan Dan Pengolahan Data...

22

3.4 Analisis Data ...

23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...

24

4.1 Gambaran Umum Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM)

di Pelabuhan Panjang ...

24

4.1.1` Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat Di

Pelabuhan Panjang ...

25

4.1.2 Uraian Tugas Struktur Organisasi Koperasi TKBM

……...

25

4.2 Pelaksanaan Pengupahan Terhadap Tenaga Kerja

Bongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan Panjang...

26

4.2.1 Pedoman Perhitungan Besaran Tarif...

28

4.2.2 Penjelasan Perhitungan ...

29

4.3 Hambatan-hambatan Dalam Pelaksanaan Pengupahan Terhadap

Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan Panjang ...

39

4.3.1 Faktor Intern...

39

4.3.1 Faktor Ekstern ...

40

V. KESIMPULAN DAN SARAN ...

41

5.1 Kesimpulan ...

41

5.2 Saran...

42

(7)
(8)
(9)
(10)

MOTO

Kesempatan hanya datang sekali dan tidak akan dating untuk kedua kalinya, maka

pergunakannah kesempatan itu sebaik-baiknya.

Hidup itu diibaratkan sebuah jalan terkadang kita menemui jalan yang mulus, jalan

yang berliku, jalan, bebatuan, dan jalan yang terpenuhi dengan lumpur, namun bila

kita menjalaninya dengan sabar dan ikhlas insyaaallah kita dapat melewatinya.

Jangan pernah menyerah dan putus asa selama harapan itu masih ada walaupun

harapan itu kecil

(11)

Kupersembahkan Skripsi ini kepada :

Kepada kedua orang tuaku Ayahandaku Ibnu Farid dan Ibundaku Mira yang telah

setia membimbingku hingga aku mendapat gelar Sarjana.

Asik-adikku yang tercinta Etrika Ayudhia Astrias dan Taufan Maulana

Pamungkas yang selalu berdoa dan menanti keberhasilanku

Seluruh sahabatku yang aku sayangi

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pringsewu pada tanggal 25 September 1986.

Anak

pertama dari tiga bersaudara dari pasangan bapak Ibnu Farid

dan ibu

Mira.Pendidikan dimulai di SD Gula Putih Mataram

Lampung Tengah diselesaikan pada tahun 2000, kemudian dilanjutkan

pada SMP Gula Putih Mataram Lampung Tengah diselesaikan pada tahun 2003, dan

dilanjutkan pendidikan pada SMAN 1 Kasihan Bantul Yogjakarta diselaikan pada

tahun 2006, dan pada tahun 2007 penulis diterima sebagai Mahasiswa di Fakultas

(13)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan

karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul :

“PELAKSANAAN PENGUPAHAN TERHADAP TENAGA KERJA BONGKAR

MUAT DI PELABUHAN PANJANG”

Yang merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana hukum pada Universitas

Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan

motivasi dan saran dari semua pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih kepada :

1.

Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H.,M.S, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Lampung

2.

Bapak Dr. Yuswanto , S.H.,M.Hum selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum

Universitas Lampung

3.

Ibu Yulia Neta, S.H., M.H selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas

Lampung

4.

Bapak Dr. Hamzah, S.H.,M.H selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum

Universitas Lampung

5.

Ibu Upik Hamidah, S.H.,M.H selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara pada

Fakultas Hukum Universitas Lampung

6.

Ibu Nurmayani, S.H.,M.H yang telah memberikan masukan dan semangat untuk

menyelesaikan skripsi ini

(14)

8.

Ibu Sri Sulastuti, S.H.,M.H selaku Pembimbing II yang telah memberikan banyak

waktunya dalam proses bimbingannya.

9.

Bapak Syamsir Syamsu, S.H.,M.H selaku Pembahas I yang banyak memberikan

masukan dalam penulisan skripsi ini.

10.

Bapak Satria Prayoga, S.H.,M.H selaku Pembahas II yang telah memberikan saran

dan masukannya dalam pembuatan skripsi ini.

11.

Seluruh staf bagian Hukum Administrasi Negara.

12.

Terima kasih pula penulis ucapkan kepada instansi-instansi terkait yang telah banyak

memberikan masukannya dalam pembuatan skripsi ini.

13.

Keluarga besarku yang telah banyak memberikan dorongannya untuk menyelesaikan

skripsi ini

14.

Teman-temanku ku tersayang.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan

saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya semoga tulisan ini dapat

bermanfaat bagi kita semua.

Lampung Selatan, Juni 2015

Penulis

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada perkembangannya Pelabuhan Panjang merupakan salah satu pelabuhan yang

memiliki peran yang sangat penting dalam kegiatan arus barang baik impor

maupun ekspor, yang berada di arus lalu lintas selat sunda dan sangat aktif dalam

kegiatan perdagangan.

Pelabuhan Panjang juga merupakan

pelabuhan

internasional yang berfungsi melayani kegiatan dan alih muat angkutan laut

nasional dan internasional dalam jumlah besar dan jangkauan pelayanan yang luas

serta merupakan simpul dalam transportasi laut internasional.

Pelabuhan Panjang juga merupakan pelabuhan yang dijadikan tempat oleh kapal

dagang dalam pelayaran yang singgah untuk memuat atau membongkar

muatannya. Maka dari itu Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) merupakan

faktor yang paling penting dalam menjamin proses bongkar muat dari dan

kedalam kapal. Ketersedian tenaga kerja bongkar muat dengan keterampilan yang

(16)

2

berpengaruh dalam proses bongkar muat seperti mesin crane (mesin pengangkut),

forklift, dan lain sebagainya.

Kegiatan bongkar muat kapal meliputi membongkar dan memuat isi muatan kapal

yang mana setiap kapal memiliki jenis muatan barang tersendiri seperti General

Kargo, Curah Kering, Curah Cerah, Container, Mobil dan Ternak. Banyaknya

barang yang akan di bongkar muat dalam kapal membutuhkan tenaga kerja yang

cukup banyak untuk membongkar isi muatan kapal ke gudang penyimpanan

sementara begitu juga sebaliknya. Sehingga membutuhkan biaya untuk melakukan

aktivitas tersebut yang mana disebut upah.

Kegiatan bongkar muat barang maka dapat dihubungkan dengan Upah Bongkar

Muat yang merupakan salah satu faktor produktivitas tenaga kerja itu sendiri.

Tenaga kerja pelabuhan sangat berperan aktif dalam proses bongkar muat di

pelabuhan, karena mereka yang terjun langsung di lapangan, sehingga sangat

membantu dalam kelancaran proses bongkar muat. Maka dengan demikian Upah

Bongkar Muat menjadi suatu hal yang diperhatikan dalam aktivitas bongkar muat

sehingga tenaga kerja bongkar muat mendapatkan kesejerahteraan yang layak.

Untuk itu sebagai wujud peran serta pemerintah pada tahun 1990 dibentuklah

Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat yang kemudian operasional bongkar muat

dikendalikan oleh Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat.

(17)

3

besaran tarif berkisar Rp 8.000 - Rp 9.600 per ton yang diatur di dalam

kesepakatan kerja bersama (KKB) antara Koperasi TKBM Pelabuhan Panjang dan

Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia (APBMI).

Pembayaran upah dilakukan oleh perusahaan bongkar muat ke koperasi.

Kemudian koperasi membayarkan kepada pekerja/ buruh TKBM

Keuntungan yang didapat dengan adanya Koperasi TKBM adalah pembayaran

dilakukan melalui koperasi serta adanya pemerataan kerja dengan pembagian tiga

shift dalam sehari yang memungkinkan semua TKBM mendapatkan pekerjaan,

dan adanya jaminan sosial tenaga kerja.

Menurut ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003

tentang

Ketenagakerjaan adalah

“setiap pekerja/

buruh berhak memperoleh

penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”

Sedangkan bagi penetapan tarif bongkar muat diatur dalam Kepmenhub Nomor

35 Tahun 2007 yang memuat tentang tarif bongkar muat di pelabuhan

yaitu"Untuk tarif borongan berpedoman pada upah minimum provinsi”.

Sistem pengupahan yang ideal didalam hubungan perburuhan antara majikan dan

buruh, hak pemberian upah tersebut berada pada majikan dan hak menerima upah

tersebut berada pada buruh. Artinya seyogyanya Koperasi TKBM yang memiliki

hak untuk memberikan upah kepada TKBM. .

(18)

4

terkadang upah sering menjadi pemicu konflik antara pihak Koperasi TKBM

dengan para TKBM.

Untuk menunjang pelaksanaan sistem pengupahan yang baik dan dapat

mensejahterakan TKBM maka perlu adanya pengawasan dari lembaga-lembaga

terkait misalnya Administratur Pelabuhan (Adpel) dan Dinas Tenaga Kerja

(Disnaker)

Dengan demikian penulis tertarik untuk meneliti pelaksanaan pengupahan

terhadap tenaga kerja bongkar muat oleh Koperasi TKBM di Pelabuhan Panjang

tahun 2010-

2011. Sehingga penulis membuat judul penelitian ini

“Pelaksanaan

Pengupahan Terhadap Tenaga Kerja Bongkar Muat oleh Koperasi TKBM di

(19)

5

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup

1.2.1 Permasalahan

Dari uraian-uraian diatas maka yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini

adalah :

a. Bagaimanakah Pelaksanaan Pengupahan Terhadap Tenaga Kerja Bongkar

Muat oleh Koperasi TKBM di Pelabuhan Panjang?

b. Apakah faktor penghambat dalam Pelaksanaan Pengupahan Terhadap Tenaga

Kerja Bongkar Muat oleh Koperasi TKBM di Pelabuhan Panjang?

1.2.2 Ruang Lingkup

Agar penelitian ini lebih berfokus pada permasalahan di atas, maka ruang lingkup

dari penelitian ini yaitu; sumber keilmuan yang digunakan adalah Hukum

Administrasi Negara khususnya hukum tenaga kerja.

Penelitian ini dilakukan pada Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat Pelabuhan

Panjang yang berada di Jln. Sumatra Komplek Pelabuhan Panjang No. 46 Bandar

Lampung. Dengan adanya pembatasan ruang lingkup diharapkan penelitian ini

(20)

6

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pelaksanaan pengupahan terhadap tenaga kerja bongkar

muat oleh Koperasi TKBM di Pelabuhan Panjang.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan pengupahan

terhadap

tenaga kerja bongkar muat oleh Koperasi TKBM di Pelabuhan

Panjang.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk pengembangan ilmu hukum

admininistrasi negara khususnya hukum tenaga kerja yang memiliki

keterkaitan dengan pelaksanaan pengupahan terhadap tenaga kerja bongkar

muat oleh Koperasi TKBM di Pelabuhan Panjang

b. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi sumber rujukan dan menjadi

perbandingan penelitian-penelitian yang akan datang serta menjadi bahan

pertimbangan untuk pihak-pihak yang berkepentingan terutama dalam

(21)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengupahan

2.1.1 Pengertian Pengupahan

Menurut Kartasapoetra (1992: ) upah merupakan balas jasa yang merupakan

pengeluaran-pengeluaran pihak pengusaha, yang diberikan kepada para buruhnya

atas penyerahan jasa jasanya dalam waktu tertentu kepada pihak pengusaha.

Sedangkan menurut Edwin B. Flippo (1992: ) Upah adalah harga untuk jasa yang

telah diterima atau diberikan oleh orang lain bagi kepentingan seseorang atau

badan hukum

Di dalam pasal 1 ayat (30) Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan pengertian upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan

dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja

kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian

kerja, kesepakatan atau peraturan perundang undangan, termasuk tunjangan bagi

pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau

(22)

8

Upah dapat dibedakan menjadi :

1. Upah Minimun Provinsi

Adalah upah minimum yang berlaku untuk seluruh kabupaten atau kota

disatu provinsi. Dasar hukum penetapan UMP adalah Peraturan Menteri

Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor 7 Tahun 2013 Tentang Upah

Minimum. UMP ditetapkan oleh Gubernur dengan memperhatikan

rekomendasi Dewan Pengupahan Provinsi.

2. Upah Minimum Regional

Adalah suatu standar minimum yang diguanakan pengusaha atau pelaku

industry untuk memberikan upah kepada pegawai, karyawan atau buruh

dalam lingkungan usahanya.

Penetapan upah minimum didasarkan kepada kebutuhan hidup layak (KHL) yang

direkomendasikan oleh Dewan Pengupahan Provinsi dan disahkan oleh Gubernur.

Komponen-komponen upah diantaranya,

a. Gaji Pokok

Adalah imbalan dasar

( Basic Salary)

yang dibayarkan kepada pekerja

menurut tingkat atau jenis pekerjaanyang besarnya ditetapkan berdasarkan

kesepakatan

b. Tunjangan Tetap

(23)

9

c. Tunjangan Tidak Tetap

Adalah pembayaran yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan

dengan pekerja yangdiberikan secara tidak tetap dan dibayarkan menurut

satuan waktu yang tidak sama dengan waktu pembayaran upah

pokok,seperti tunjangan transport, tunjangan makan yang didasarkan pada

kehadiran.

2.1.2 Jenis-Jenis Pengupahan

Berdasarkan bentuknya, upah dibagi menjadi beberapa jenis diantaranya:

a. Upah nominal ialah sejumlah uang yang dibayarkan kepada para buruh yang

berhak secara tunai sebagai imbalan atas pengerahan jasa jasa atau

pelayanannya sesuai dengan ketentuan ketentuan yang terdapat dalam

Perjanjian Kerja di bidang industri atau perusahaan ataupun dalam suatu

organisasi kerja, dimana ke dalam upah tersebut tidak ada tambahan atau

keuntungan yang lain yang diberikan kepadanya

b. Upah nyata yang dimaksud dengan upah nyata ini ialah upah uang yang nyata

yang benar benar harus diterima oleh seseorang yang berhak. Upah nyata ini

ditentukan oleh daya beli upah tersebut

c. Upah hidup yakni upah hidup yang lebih luas, yang tidak hanya kebutuhan

pokoknya saja yang dapat dipenuhi melainkan juga sebagian dari kebutuhan

sosial keluarganya, misalnya bagi pendidikan, bagi bahan pangan yang

(24)

10

d. Upah Wajar Upah wajar dimaksudkan sebagai upah yang secara relatif

ditandai cukup wajar oleh pengusaha dan para buruhnya sebagai uang imbalan

atas jasa jasa yang diberikan buruh kepada pengusaha atau perusahaan, sesuai

dengan Perjanjian Kerja di antara mereka.

2.2 Hukum Perburuhan

2.2.1 Pengertian Hukum Perburuhan

Menurut Prof. Iman Soepomo SH, Hukum perburuhan adalah himpunan

peraturan, baik tertulis maupun tidak, yang berkenaan dengan kejadian dimana

seseorang bekerja pada orang lain dengan menerima upah.

Kata

“per-buruh-an”, yaitu kejadian atau kenyataan dimana seseorang, biasanya

disebut buruh, bekerja pada orang lain, biasanya disebut majikan, dengan

menerima upah, dengan sekaligus mengenyampingkan persoalan antara pekerjaan

bebas (diluar hubungan kerja) dan pekerjaan yang dilakukan dibawah pimpinan (=

bekerja pada) orang lain, mengenyampingkan pula persoalan antara pekerjaan

(arbeid) dan pekerja (arbeider).

Bahwasanya hukum perburuhan ini

lain halnya dengan hukum tenaga kerja atau

hukum angkatan kerja

tidak juga meliputi pekerjaan bebas (diluar hubungan

kerja) yang menurut Van Esveld adalah bertentangan dengan tujuan yang utama,

yaitu melindungi mereka yang perekonomiannya lemah, tidak usah disimpulkan

bahwa bukan buruh yang perekonomiannya lemah itu, dengan sendirinya tidak

akan mendapat perlindungan pula. Sila keadilan sosial yang ditujukan kepada

(25)

11

buruh. Soalnya hanyalah bahwa perlindungan bagi bukan-buruh ini terletak diluar

bidang hukum perburuhan (Indonesia).

Untuk sekedar membuktikan bahwa perumusan ini adalah selaras dengan

perundang-undangan perburuhan dewasa ini, dapat dilihat antara lain dalam

Undang-Undang Kerja Nomor 12 Tahun 1948 yang dapat dipandang menduduki

tempat yang sangat penting dalam hukum perburuhan, dimana dikatakan bahwa

pekerjaan ialah

“pekerjaan yang dijalankan oleh buruh untuk majikan dalam

hubungan kerja dengan menerima upah.”

Bila kita menyelidiki dengan lebih seksama perumusan itu, maka tampak

beberapa hal yang memerlukan penjelasan,antara lain :

a. Himpunan peraturan

Himpunan atau kumpulan peraturan ini hendaknya jangan diartikan

seolah-olah peraturan-peraturan mengenai perburuhan telah lengkap dan

telah dihimpun secara teratur (sistimatis), misalnya dalam Kitab

Undang-Undang Hukum Perburuhan.

Perlu diperhatikan bahwa peraturan-peraturan itu, baik dalam arti-kata

formil maupun dalam arti-kata materiil, ada yang ditetapkan oleh penguasa

dari atas (heteronoom) dan ada pula yang timbul didunia perburuhan

sendiri, ditetapkan oleh buruh, majikan atau bersama-sama buruh dan

majikan (otonom).

b. Bekerja atau melakukan pekerjaan pada orang lain.

(26)

12

umumnya berarti melakukan pekerjaan dibawah pimpinan pihak lainnya

itu. Tetapi ada kalanya bahwa walaupun pekerjaan itu dilakukan secara

bebas, namun hubungannya adalah hubungan kerja. Sebaliknya ada

pekerjaan yang dilakukan dibawah pimpinan orang lain, tetapi pekerjaan

itu tidak masuk perburuhan, misalnya pekerjaan yang dilakukan orang lain

secara suka rela, pekerjaan yang dilakukan karena perintah negara

(pekerjaan orang hukuman).

c. Dengan menerima upah

Upah ini merupakan imbalan dari pihak majikan yang telah menerima

pekerjaan dari pihak buruh itu dan pada umumnya adalah tujuan dari

buruh untuk melakukan pekerjaan. Bila tiada upah, pada umumnya juga

tiada hubungan kerja.

d. Soal-soal yang berkenaan.

Hukum perburuhan dalam beberapa hal telah mulai berlaku juga sebelum

terjadinya hubungan antara buruh dengan majikan (penempatan dalam

arti-kata yang luas, soal magang), tetap berlaku juga bila pada waktu buruh

tidak dapat melakukan pekerjaan (misalnya sakit, mendapat kecelakaan)

atau tidak mempunyai pekerjaan (pengangguran, latihan kerja, pemberian

pekerjaan darurat dan lain-lain) dan terus berlaku juga bila hubungan

(27)

13

2.2.2 Hakekat Hukum Perburuhan.

Prinsip negara kita adalah : tidak seorangpun boleh diperbudak, diperulur atau

diperhamba; perbudakan, perdagangan budak dan perhambaan dan segala

perbuatan berupa apapun yang bertujuan kepada itu dilarang. Yuridis buruh

adalah memang bebas. Tetapi sosiologis buruh adalah tidak bebas. Karena sebagai

orang yang tidak mempunyai bekal hidup lain daripada tenaganya itu, ia terpaksa

untuk bekerja pada orang lain. Dan majikan inilah yang pada dasarnya

menentukan syarat-syarat kerja itu. Tenaga buruh yang terutama menjadi

kepentingan majikan merupakan sesuatu yang sedemikian melekatnya pada

pribadi buruh, sehingga buruh itu selalu harus mengikuti tenaganya ketempat dan

pada saat majikan memerlukannya serta mengeluarkannya menurut kehendak

majikan itu. Dengan demikian, maka buruh juga jasmaniah dan rohaniah tidak

bebas.

2.2.3

Sifat Hukum Perburuhan

Menempatkan buruh pada suatu kedudukan yang terlindung terhadap kekuasaan

majikan berarti menetapkan peraturan-peraturan yang memaksa majikan bertindak

lain daripada yang sudah-sudah.

Sanksi terhadap pelanggaran atas pelanggaran atas peraturan ini biasanya ialah

tidak sahnya atau batalnya tindakan yang melanggar itu diancam pula dengan

pidana kurungan atau denda.

(28)

14

keperluan hidup lainnya, majikan wajib memenuhinya menurut kebiasaan

setempat.

2.3 Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM)

2.3.1 Pengertian Tenaga Kerja Bongkar Muat

Menurut peraturan menteri perhubungan Nomor 35 KM tahun 2007 Tentang

Perhitungan Tarif pelayanan jasa bongkar muat barang dari dan ke kapal di

pelabuhan

“ Tenaga Kerja Bongkar Muat adalah semua tenaga kerja yang

terdaftar pada pelabuhan setempat yang melakukan pekerjaan bongkar muat di

pelabuhan”

2.3.2 Bongkar Muat

Adapun ruang lingkup pelaksanaan bongkar muat yang dilalukan oleh tenaga

kerja bongkar muat (TKBM) meliputi kegiatan:

a)

Stevedoring

adalah pekerjaan membongkar barang dari/ kapal ke

dermaga/tongkang/ truk atau memuat barang dari dermaga/ tongkang/ truk ke

dalam kapalsampai dengan tersusun dalam palka dengan menggunakan Derek

kapal atau Derek darat.

b)

Cargodoring

adalah pekerjaan membongkar barang dari tali/ jala-jala di

dermaga dan mengangkut dari dermaga ke gudang/ lapangan penumpukan

selanjutnya menyusun di gudang/lapangan penumpukan barang atau

sebaliknya

(29)

15

sampai tersusun diatas kendaraan di pintu gudang/ lapangan penumpukan atau

sebalikya.

2.3.3 Federasi Serikat Tenaga Kerja Bongkar Muat (FSTKBM)

Federasi serikat tenaga kerja bongkar muat (FSTKBM) adalah organisasi yang

dibentuk dari, oleh dan untuk pekerja/buruh bongkar muat yang bersifat bebas,

terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan,

membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh bongkar muat

beserta keluarganya

2.4 Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat (KTKBM

)

2.4.1 Pengertian Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat (KTKBM

)

Pengertian Koperasi Menurut buku Hukum Koperasi Indonesia oleh R.T Sutantya

Rahardja Hadhikusuma, SH, M.H secara umum koperasi berasal dari kata-kata

latin yaitu

Cum

yang berarti dengan, dan

Aperari

yang berarti bekerja. Dari dua

kata ini, dalam bahasa inggris dikenal istilah

Co

dan

Operation

, dalam bahasa

Belanda disebut dengan istilah

Cooperative Vereneging

yang berarti bekerja sama

dengan orang lain

untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

1

Kata

Cooperation

kemudian diangkat menjadi istilah ekonomi sebagai kooperasi

yang dibakukan menjadi suatu bahasa ekonomi yang dikenal koperasi, yang

berarti organisasi ekonomi dengan keanggotaan yang sifatnya sukarela, oleh

1

(30)

16

karena itu koperasi dapat didefinisikan sebagai berikut : Koperasi adalah suatu

perkumpulan atau organisasi ekonomi yang beranggotakan orang-orang atau

badan-badan yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota

menurut peraturan yang ada, dengan bekerja sama secara kekeluargaan

menjalankan suatu usaha, dengan tujuan mempertinggi kesejahteraan jasmaniah

para anggotanya.

Dalam buku Koperasi oleh Ima Suwandi, koperasi menurut P.E Weeraman adalah

kumpulan orang-orang atau badan hukum yang bertujuan untuk perbaikan sosial

ekonomi anggotanya dengan memenuhi kebutuhan anggotanya dengan jalan

berusaha saling membantu antara yang satu dengan yang lainnya dengan cara

keuntungan, usaha tersebut baru didasarkan atas prinsip-prinsip koperasi.

Masih dalam Buku Koperasi oleh Ima Suwandi, Koperasi menurut Drs. Chaniago

adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum

yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota dengan cara

bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk mempertinggi

kesejahteraan jasmaniah para anggotanya.

Sedangkan Koperasi, menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

Perkoperasian adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan

hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi

sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.

(31)

17

orang-orang atau badan-badan yang memberikan kebebasan masuk dan keluar

sebagai anggota menurut peraturan yang ada, dengan bekerja sama secara

kekeluargaan menjalankan suatu usaha dengan tujuan mempertinggi kesejahteraan

jasmaniah para anggotanya

2.4.2 Landasan dan Asas Koperasi

Menurut ketentuan Bab II, bagian pertama, pasal 2 Undang-Undang Nomor 25

Tahun 1992, tentang Perkoperasian, disebutkan bahwa landasan hukum Koperasi

adalah Pancasila, dengan berasaskan kekeluargaan. Asas kekeluargaan ini adalah

asas yang memang sesuai dengan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia dan telah

berakar-akar dalam jiwa bangsa Indonesia. Berdasarkan Hukum Koperasi

Indonesia oleh R.T Sutantya Rahardja, SH, M.H, Koperasi berasaskan

kekeluargaan.

2.4.3 Tujuan, Fungsi dan Peranan Koperasi

a.Tujuan

Berdasarkan Hukum Koperasi Indonesia oleh R.T Sutantya Rahardja, SH, M.H,

pada bab II, bagian kedua pasal 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

Perkoperasian, tertuang tujuan koperasi, yaitu memajukan kesejahteraan anggota

pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan

perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil

(32)

18

b.Fungsi dan Peranan Koperasi

Tertuang dalam pasal 4 bahwa fungsi dan peran Koperasi adalah :

1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi

anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk

meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

2. Berperan serta aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan

manusia dan masyarakat.

3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan

perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya.

Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional

yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan

demokrasi ekonomi.

2.4.4 Anggaran Dasar Koperasi

Menurut buku Hukum Koperasi Indonesia oleh R.T Sutantya Rahardja

Hadikusuma, SH, M.H, anggaran dasar adalah merupakan keseluruhan aturan

yang mengatur secara langsung kehidupan dan hubungan antara koperasi dengan

para anggotanya untuk terselenggaranya tertib organisasi.

2

Didalam praktek,

biasanya anggaran dasar koperasi memuat ketentuan-ketentuan pokok, yang

antara lain :

a) Nama koperasi

b) Maksud dan Tujuan

2

(33)

19

c) Syarat keanggotaan

d) Tentang Permodalan

e) Hak, kewajiban dan tanggung jawab anggota

f) Pengurus dan pengawas koperasi

g) Rapat anggota dan keputusan rapat anggota

h) Penetapan tahun buku

2.4.5 Ciri-ciri Koperasi TKBM

Berdasarkan hukun Koperasi Indonesia oleh R.T Sutantya Rahardjo, SH,M.H.

Ciri-ciri Koperasi adalah :

1. Koperasi bukan suatu organisasi perkumpulan modal, tetapi perkumpulan

orang-orang yang berasaskan sosial, kebersamaan bekerja dan

bertanggung jawab.

2. Keanggotaan koperasi tidak mengenal adanya paksaan apapun dan oleh

siapapun, bersifat sukarela, netral terhadap berbagai aliran.

3. Koperasi bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota dengan cara

bekerja sama secara kekeluargaan.

2.4.6 Prinsip Koperasi TKBM

Berdasarkan Hukum Koperasi Indonesia oleh R.T Sutantya Rahardja SH, M.H.

Dalam Bab II bagian Kedua pasal 5 Undang-Undang Dasar 1945 Nomor 25

Tahun 1992 Tentang Perkoperasian, diuraikan bahwa koperasi melaksanakan

prinsip koperasi sebagai berikut :

(34)

20

b) Pengelolaan dilakukan secara demokratis

c) Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding

dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota

d) Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal

e) Kemandirian

2.5 Pelabuhan Panjang

Dalam peraturan pemerintah RI No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhan

Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya

dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan

ekonomi, dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun

penumpang dan/atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas

keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat

perpindahan intra dan antar moda transportasi.

Pelabuhan Panjang terletak di Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung. Ada 4

(empat) fungsi Pelabuhan Panjang layaknya fungsi sebuah pelabuhan pada

umumnya, yaitu:

1. Sebagai tempat pertemuan (

interface

)

2. Gapura (

gateaway

)

3. Entitas Industri

(35)

21

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Masalah

Pendekatan Masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

normatif

empiris

. Pendekatan normatif adalah dengan mempelajari

ketentuan-ketentuan hukum dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

pendapat para ahli hukum yang berhubungan Pelaksanaan Pengupahan Terhadap

Tenaga Kerja Bongkar Muat oleh Koperasi TKBM di Pelabuhan Panjang.

Sedangkan pendekatan secara empiris dilakukan melihat kenyataan dalam praktek

mengenai Pelaksanaan Pengupahan Terhadap Tenaga Kerja Bongkar Muat oleh

Koperasi TKBM di Pelabuhan Panjang.

Penelitian ini bersifat

deskriptif

, yaitu menggambarkan suatu keadaan kemudian

menguraikan secara detail berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian.

3.2 Sumber dan Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

a. Data Primer

(36)

22

dan responden yang ditunjuk, dan mengetahui tentang pokok permasalahan yang

ditulis.

b. Data Sekunder

Adalah data yang bersumber dari hasil penelitian bahan-bahan kepustakaan dan

dokumentasi seperti buku-buku, literatur, ketentuan perundang-undangan dan

bahan tertulis lainnya yang memiliki keterkaitan dengan permasalahan yang

dibahas.

3.3 Metode Pengumpulan Dan Pengolahan Data

a. Metode Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan teknik sebagai berikut:

1. Studi Pustaka

Studi pustaka adalah prosedur pengumpulan data-data sekunder yang dilakukan

dengan cara membaca, menginventarisir, dan memahami referensi yang berupa

literatur, dokumen-dokumen, dan hasil penelitian yang berkaitan dengan obyek

penelitian, setelah itu dilakukan pengutipan dan penyusunan sesuai dengan

masalah yang dibahas. Studi ini dimaksudkan untuk referensi agar memperoleh

data yang konkret.

2. Studi Lapangan

Studi lapangan yaitu prosedur pengumpulan data primer dengan melakukan

penelitian lapangan dengan cara yaitu:

(37)

23

b. Mengadakan wawancara dengan informan yang mengetahui dan

memahami tentang pokok permasalahan yang akan dibahas.

b. Pengolahan Data

Data diolah dengan cara sebagai berikut:

1.

Seleksi data, yaitu memilih data yang sesuai dengan permasalahan yang

akan dibahas, melengkapi data yang kurang lengkap dan membuang data

yang dirasakan kurang perlu.

2.

Klasifikasi data, yaitu mengelompokan data yang telah diseleksi dengan

mempertimbangkan jenis dan hubungannya guna mengetahui tempat

masing-masing data

3.

Sistematika data, yaitu menempatkan data pada posisi pokok bahasan atau

permasalahan dengan susunan sistematis

3.4 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara

kualitatif, komprehensif

, dan lengkap. Secara

kualitatif

artinya menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang

teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih, dan efektif, sehingga memudahkan

pemahaman dan interpretasi data.

Komprehensif

artinya analisis data secara

(38)

1

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari pembahasan-pembahasan dan uraian-uraian yang dikemukan dalam bab-bab

sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1.

Bentuk pengupahan yang dilakukan oleh koperasi tenaga kerja bongkar muat

di Pelabuhan Panjang dapat dilakukan dengan upah harian atau upah

borongan Sedangkan Upah minimum TKBM dihitung sekurang-kurangya

sama

dengan

upah

minimum

provinsi

(UMP)/Upah

Minimum

Kabupaten/Kota yang ditetapkan oleh Gubernur/Bupati/Walikota, untuk

UMR harian dihitung dengan rumusan :

2.

Faktor penghambat dari pelaksanaan Pengupahan Terhadap Tenaga Kerja

Bongkar Muat adalah:

a. Faktor intern

1. Pengupahan tenaga kerja bongkar muat tidak secara langsung

mengenai sasaran.

(39)

✁2

3. Upah tidak diterima secara langsung melainkan melalui supervisi

yang kemudian diberikan kepada kepala rombongan dan barulah ke

diberikan kepada setiap anggota TKBM

4. Tidak adanya keterbukaan antara pengurus koperasi TKBM dengan

para anggota TKBM

b. Faktor ektern

1. Lemahnya pengawasan dari pemerintah

2. Masih menggunakan cara yang konvensional dalam pembayaran upah

TKBM

5.2 Saran

Sebagai upaya untuk menunjang dalam pelaksanaan pengupahan perlu adanya

koordianasi antara semua pihak-pihak yang terkait untuk mengusakan beberapa

hal yaitu:

1. Menggunakan sistem yang lebih mudah efektif efisien dan tidak

merugikan pekerja

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Atmosudirjo.S. Prajudi. 1994.

Hukum Administrasi Negara

. Ghalia Indonesia.

Jakarta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2003

Kamus Besar Bahasa

Indonesia

, Balai Pustaka, Jakarta

Muhamad, Abdulkadir, 2004,

Hukum dan Penelitian Hukum

, Citra Aditya

Bakti, Bandung

Nasir, Moh, 1998

, Metode Penelitian

, Ghalia Indonesia, Jakarta

R.T Sutantya Rahardja Hadhikusuma, SH, M.H 2001,

Hukum Koperasi

Indonesia,

Raja Grafindo Persada, Jakarta,

Universitas Lampung. 2011

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

. Universitas

Lampung Press. Bandar lampung

Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Peraturan pemerintah RI No. 82 Tahun1999 tentang Angkutan perairan

Peraturan Pemerintah RI No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhan

Keputusan Menteri Perhubungan No. Km 14 Tahun 2002 tentang Tata Cara

Bongkar Muat Barang

Keputusan Menteri Perhubungan No. KM No. 35 Tahun 2007 tentang Pedoman

Dasar perhitungan Tarif Pelayanan Jasa Bongkar Muat

Kesepakatan bersama antara DPW APBMI Lampung dengan DPP. APINDO

Provinsi Lampung

Referensi

Dokumen terkait

Pekerjaan bongkar muat adalah pekerjaan yang menggunakan fisik untuk mengangkat dan mengangkut barang.Pekerjaan pada tenaga kerja bongkar muat mempunyai potensi

Pekerjaan bongkar muat adalah pekerjaan yang menggunakan fisik untuk mengangkat dan mengangkut barang.Pekerjaan pada tenaga kerja bongkar muat mempunyai potensi

Setelah dilakukan analisis data terhadap 132 pekerja tenaga kerja bongkar muat di pelabuhan soekarno-hatta makassar tahun 2012 untuk melihat gambaran kejadian nyeri

Pastinya, penyelesaian Skripsi dengan judul “PENILAIAN RISIKO KECELAKAAN KERJA PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT DI PELABUHAN TELUK NIBUNG TANJUNG BALAI ASAHAN TAHUN 2015” ini

Artikel ini menyoroti tentang implementasi Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Kepada Tenaga Kerja Bongkar Muat yang berada di Koperasi Samudra Sejahtera (KOMURA)

PELAKSANAAN PERJANJIAN BONGKAR MUAT BARANG OLEH PERUSAHAAN BONGKAR MUAT BARANG PADA PELABUHAN.. TANJUNG

Hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel Jumlah Kapal, Tenaga Kerja, dan Waktu Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Volume Bongkar Muat Barang di Pelabuhan

Berdasarkan penelitian sebelumnya terhadap 30 pekerja bongkar muat barang di Pelabuhan Tenau Kupang menunjukkan sebanyak 18 pekerja 60% mengalami keluhan dan cedera otot saat melakukan