• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PUSKESMAS DI DALAM MASA JKN BPJS D

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN PUSKESMAS DI DALAM MASA JKN BPJS D"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PUSKESMAS DI DALAM MASA JKN (BPJS) DAN PERAN PUSKESMAS DENGAN DOKTER KELUARGA PADA MASA BPJS KE

DEPAN

(Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Rumah Sakit dan Puskesmas Kelas Alih Jenis Semester 2)

Disusun Oleh: Kelompok 2

Maulidia Kawedar (132110101196) Indah Yuliana Dewi (132110101193) Risma Silviana (132110101203) Iffah Normaetika (132110101205)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS JEMBER

(2)

A. JUDUL

PERAN PUSKESMAS DIDALAM MASA JKN (BPJS) DAN PERAN PUSKESMAS DENGAN DOKTER KELUARGA PADA MASA BPJS KE DEPAN

B. LATAR BELAKANG

Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia danuntuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapaitujuan tersebut

diselenggarakan program pembangunan nasional secara

berkelanjutan,terencana dan terarah. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting daripembangunan nasional. Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalahmeningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar tewujudderajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan berperanpenting dalam meningkatkan mutu dan daya saing manusia Indonesia.

Kesehatan adalah pelayanan publik yang bersifat mutlak dan erat kaitannya dengan kesejahteraan masyarakat.Untuk semua pelayanan yang bersifat mutlak, negara dan aparaturnya berkewajiban untuk menyediakan layanan yang bermutu dan mudah didapatkan setiap saat.Salah satu wujud nyata penyediaan layanan publik di bidang kesehatan adalah adanya Puskesmas.Tujuan utama dari adanya Puskesmas adalah menyediakan layanan kesehatan yang bermutu namun dengan biaya yanng relatif terjangkau untuk masyarakat, terutama masyarakat dengan kelas ekonomi menengah ke bawah.

(3)

bayi telah berhasil diturunkan dan sementara ituangka harapan hidup rata-rata bangsa Indonesia telah meningkat secara bermakna. Jika padatahun 1995 angka kematian ibu dan angka kematian bayi masing-masing adalah 373/100.000kelahiran hidup (SKRT 1995) serta 60/1.000 kelahiran hidup (Susenas 1995), maka pada tahun1997 angka kematian ibu turun menjadi 334/100.000 kelahiran hidup (SDKI 1997), sedangkanangka kematian bayi pada tahun 2001 turun menjadi 51/1.000 kelahiran hidup (Susenas 2001).

C. TUJUAN

Tujuan penulis ini adalah untuk mengetahui peran puskesmas didalam masa BPJS serta peran puskesmas dengan dokter keluarga pada masa BPJS kedepannya.

D. KAJIAN TEORITIK 1. Pengertian Puskesmas

Puskesmas (Health Centre) adalah suatu kesatuan organisasi fungsionil yang langsung memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh kepada masyarakat dalam satu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok.Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang sangat besar dalam memelihara kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan status kesehatan masyarakat seoptimal mungkin.

“Suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan yang berada di garda terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu yang telah ditentukan secara mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanan namun tidak mencakup aspek pembiayaan”.

(4)

menyeluruh seiring dengan misinya.Pelayanan kesehatan tersebut harus bersifat menyeluruh atau yang disebut dengan Comprehensive Health Care Service yang meliputi aspek promotive, preventif, curative, dan rehabilitatif.Prioritas yang harus dikembangkan oleh Puskesmas harus diarahkan ke bentuk pelayanan kesehatan dasar (basic health care services) yang lebih mengedepankan upaya promosi dan pencegahan (public health service).

Seiring dengan semangat otonomi daerah, maka Puskesmas dituntut untuk mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanannya yang akan dilaksanakan. Tetapi pembiayaannya tetap didukung oleh pemerintah. Sebagai organisasi pelayanan mandiri, kewenangan yang dimiliki Puskesmas juga meliputi : kewenangan merencanakan kegiatan sesuai masalah kesehatan di wilayahnya, kewenangan menentukan kegiatan yang termasuk public goods atau private goods serta kewenangan menentukan target kegiatan sesuai kondisi geografi Puskesmas. Jumlah kegiatan pokok Puskesmas diserahkan pada tiap Puskesmas sesuai kebutuhan masyarakat dan kemampuan sumber daya yang dimiliki, namun Puskesmas tetap melaksanakan kegiatan pelayanan dasar yang menjadi kesepakatan nasional.

Jadi, yang harus diketahui adalah bahwa peran Puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam mewujudkan kesehatan nasional secara komprehensif, tidak sebatas aspek kuratif dan rehabilitatif saja seperti di Rumah Sakit.

LEVEL PELAYANAN KESEHATAN

RS Provinsi

RS Kabupaten Puskesmas kecamatan Puskesmas kelurahan

Posyandu 2. Fungsi pokok puskesmas yakni:

(5)

 Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkankemampuan untuk hidup sehat

 Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepadamasyarakat di wilayah kerjanya.

Proses dalam melaksanakan fungsinya, dilaksanakan dengan cara:

a. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalamrangka menolong dirinya sendiri.

b. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali danmenggunakan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien.

c. Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan.

d. Memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.

e. Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program

3. Program Pokok Puskesmas

Kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan sesuai kemampuan tenaga maupun fasilitasnya, karenanya kegiatan pokok di setiap Puskesmas dapat berbeda-beda. Namun demikian kegiatan pokok Puskesmas yang lazim dan seharusnya dilaksanakan adalah sebagai berikut :

 KIA  KB

 Usaha Kesehatan Gizi  Kesehatan Lingkungan

 Pemberantasan dan pencegahan penyakit menular

 Pengobatan termasuk penanganan darurat karena kecelakaan  Penyuluhan kesehatan masyarakat

(6)

 Perawatan KesehatanMasyarakat  Kesehatan kerja

 Kesehatan Gigi dan Mulut  Kesehatan jiwa

 Kesehatan mata

 Laboratorium sederhana

 Pencatatan dan pelaporan dalam rangka SIK  Pembinaan pengobatan tradisional

 Kesehatan remaja  Dana sehat 4. Tugas Puskesmas

Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas (UPTD) kesehatan kabupaten / kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunankesehatan disuatu wilayah. Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, yang meliputi pelayanan kesehatan perorang (private goods) dan pelayanan kesehatan masyarakat (public goods).Puskesmas melakukan kegiatan-kegiatan termasuk upaya kesehatan masyarakat sebagai bentuk usaha pembangunan kesehatan.

Jenis pelayan kesehatan puskesmas disesuaikandengan kemampuan puskesmas, namun terdapat upaya kesehatan wajib yang harus dilaksanakan oleh puskesmas ditambah dengan upaya kesehatan pengembangan yang disesuaikan dengan permasalahan yang ada serta kemampuan puskesmas.Upaya-upaya kesehatan wajib tersebut adalah ( Basic Six):

 Upaya promosi kesehatan  Upaya kesehatan lingkungan

 Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana  Upaya perbaikan gizi masyarakat

 Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular  Upaya pengobatan

(7)

Puskesmas merupakan ujung tombak dari program jaminan kesehatan nasional (JKN).Peran puskesmas sangat krusial dimana merupakan posisi pelayanan kesehatan dasar yang berperan sebagai kontak pertama kepada masyarakat.Untuk mencapai tujuan MDGs maka pembangunan puskesmas perlu direvitalisasi untuk memberikan layanan primer yang lebih baik dan berkualitas.

Pelayanan promotif dan preventif yang diberikan puskesmas meliputi: (berdasarkan perpres no 12 tahun 2013 pasal 21)

 Penyuluhan kesehatan perorangan

 Penyuluhan mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilakuhidup bersih dan sehat

 Imunisasi dasar

Baccile Calmett Guerin (BCG), Difteri Pertusis Tetanus dan Hepatitis-B(DPT-HB), Polio, dan Campak.

 Keluarga Berencana

meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi dan tubektomi bekerjasama dengan lembaga yang membidangi keluarga berencana.

 Skrining kesehatan

diberikan secara selektif yang ditujukan untuk mendeteksi risiko penyakitdan mencegah dampak lanjutan dari risiko penyakit tertentu.Ketentuan mengenai tata cara pemberian pelayanan skrining kesehatanjenis penyakit, dan waktu pelayanan skrining kesehatan diatur denganPeraturan Menteri

 Vaksin untuk imunisasi dasar dan alat kontrasepsi dasar disediakan oleh Pemerintah dan/atauPemerintah Daerah

Sedangkan pelayanan kuratif dan rehabilitative yang diberikan meliputi :  Administrasi pelayanan.

 Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis

(8)

 Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis

 Pemeriksaan penunjang diagnostic laboratorium tingkat pertama.  Rawat inap tingkat pertama sesuai denganindikasi

6. Peranan dokter keluarga dalam masa JKN

Dokter keluarga adalah dokter praktek umum yang menyelenggarakan pelayanan primer yang komprehensif, kontinyu, mengutamakan pencegahan, koordinatif, mempertimbangkan keluarga, komunitas dan lingkungannya dilandasi keterampilan dan keilmuan yang mapan.Pelayanan dokter keluarga melibatkan dokter keluarga sebagai penyaring ditingkat primer, dokter spesialis ditingkat pelayanan sekunder, rumah sakit rujukan dan pihak perdana yang kesemuanya bekerjasama dibawah naungan peraturan dan perundangan. Pelayanan diberikan kepada semua pasien tanpa memandang jenis kelamin, usia maupun jenis penyakitnya.

Standar pelaksanaan medis dokter keluarga meliputi :

 Anamnesis

 Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang  Penegakan diagnosis dan diagnosis banding  Prognosis

 Konseling dan konsultasi  Rujukan

 Tindak lanjut  Tindakan

 Pengobatan rasional  Pembinaan keluarga

7. Tindakan Medis Dokter Keluarga dan Puskesmas

(9)

kapitasi di rumah sakit pratama berkisar Rp 8.000-Rp 10.000 per layanan, dan pelayanan dokter gigi sebesar Rp 2000,00.

iuran peserta adalah sebesar:

a. Sebesar Rp.25.500,- (dua puluh lima ribu lima ratus rupiah) per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas III.

b. Sebesar Rp.42.500 (empat puluh dua ribu lima ratus rupiah) per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas II.

c. Sebesar Rp.59.500,- (lima puluh sembilan ribu lima ratus rupiah) per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas I.

8. Alur pelayanan kesehatan dalam JKN Pasien gawat darurat

Puskesmas/

dokter keluarga rujuk balik

ya ya

Perlu pemeriksaan/ RS perlu rawat inap RITL tindakan spesialis rujukan

tidak tidak

Pasien pulang RJTL Pelayanan obat

Pasien pulang

8. PELAYANAN PROMOTIF DAN PREVENTIF

MANFAAT KESEHATAN - PROMPREV PERPRES NO 12 TAHUN 2013 pasal 21 :

 PENYULUHAN KESEHATAN PERORANGAN

penyuluhan mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat.

(10)

Baccile Calmett Guerin (BCG), Difteri Pertusis Tetanus dan Hepatitis-B(DPT-HB), Polio, dan Campak.

 KELUARGA BERENCANA

meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi dan tubektomi bekerja sama dengan lembaga yang membidangi keluarga berencana.

 SKRINING KESEHATAN

diberikan secara selektif yang ditujukan untuk mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari risiko penyakit tertentu.

Ketentuan mengenai tata cara pemberian pelayanan skrining kesehatan jenis penyakit, dan waktu pelayanan skrining kesehatan diatur dengan . Vaksin untuk imunisasi dasar dan alat kontrasepsi dasar disediakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.

9. PELAYANAN KESEHATAN YANG DIJAMIN 1. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

Pelayanan kesehatan tingkat pertama, meliputi pelayanan kesehatan non spesialistik yang mencakup:

a. Administrasi pelayanan;

b. Pelayanan promotif dan preventif;

c. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;

d. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif; e. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;

f. Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis;

g. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama h. Rawat Inap Tingkat Pertama sesuai dengan indikasi medis.

2. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, meliputi pelayanan kesehatan rawat jalan dan rawat inap, yang mencakup:

a. Administrasi pelayanan;

(11)

dokter spesialis dan subspesialis;

c. Tindakan medis spesialistik, baik bedah maupun non bedah sesuai dengan indikasi medis;

d. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;

e. Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis;

f. Rehabilitasi medis; g. Pelayanan darah;

h. Pelayanan kedokteran forensik klinik;

i. Pelayanan jenazah pada pasien yang meninggal setelah dirawat inap di fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan bpjs

kesehatan, berupa pemulasaran jenazah tidak termasuk peti mati dan mobil jenazah;

j. Perawatan inap non intensif; dan k. Perawatan inap di ruang intensif.

3. Persalinan. Persalinan yang ditanggung BPJS Kesehatan di Fasilitas

Kesehatan Tingkat Pertama maupun Tingkat Lanjutan adalah persalinan sampai dengan anak ketiga, tanpa melihat anak hidup/

meninggal.

4. Ambulan. Ambulan hanya diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas Kesehatan satu ke fasilitas kesehatan lainnya, dengan tujuan

menyelamatkan nyawa pasien.

10. PELAYANAN KESEHATAN YANG TIDAK DIJAMIN

1. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana diatur dalam peraturan yang berlaku;

2. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, kecuali dalam keadaan darurat;

(12)

4. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan lalu lintas yang bersifat wajib sampai nilai yang ditanggung oleh program jaminan kecelakaan lalu lintas;

5. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri; 6. Pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik;

7. Pelayanan untuk mengatasi infertilitas; 8. Pelayanan meratakan gigi (ortodonsi);

9. Gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau alkohol; 10. Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri.

11. Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk akupuntur, shin she, chiropractic, yang belum dinyatakan efektif berdasarkan penilaian teknologi kesehatan (health technology assessment);

12. Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaan (eksperimen);

13. Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu; 14. Perbekalan kesehatan rumah tangga;

15. Pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat, kejadian luar biasa/wabah; dan

16. Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan manfaat jaminan kesehatan yang diberikan.

17. Klaim perorangan

11. TATA CARA MENDAPATKAN PELAYANAN KESEHATAN 1. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

a. Setiap peserta harus terdaftar pada satu fasilitas kesehatan tingkat pertama yang telah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.

b. Peserta memperoleh pelayanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan tingkat pertama tempat Peserta terdaftar.

(13)

2. Pelayanan Kesehatan T ingkat Lanjutan

a. Peserta datang ke BPJS Center Rumah Sakit dengan menunjukkan Kartu Peserta dan menyerahkan surat rujukan dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama / surat perintah kontrol pasca rawat inap.

b. Peserta menerima Surat Eligibilitas Peserta (SEP) untuk mendapatkan pelayanan lanjutan.

c. Peserta dapat memperoleh pelayanan rawat inap di Fasilitas Kesehatan tingkat lanjutan sesuai dengan indikasi medis.

3. Pelayanan Kegawat Daruratan (Emergency):

a. Pelayanan Gawat Darurat adalah pelayanan kesehatan yang harus diberikan secepatnya untuk mencegah kematian, keparahan dan atau kecacatan, sesuai dengan kemampuan fasilitas kesehatan.

b. Peserta yang memerlukan pelayanan gawat darurat dapat langsung memperoleh pelayanan di setiap fasilitas kesehatan. Kriteria kegawatdaruratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

c. Peserta yang menerima pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, akan segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan setelah keadaan gawat daruratnya teratasi dan pasien dalam kondisi dapat dipindahkan.

d. Biaya akibat pelayanan kegawatdaruratan ditagihkan langsung oleh Fasiltas Kesehatan kepada BPJS Kesehatan.

12. Keluhan dan Kekurangan BPJS

Berikut ini adalah list beberapa Keluhan dan Kekurangan Program BPJS Kesehatan menurut saya pribadi dan juga menurut beberapa narasumber :

a. Proses Registrasi Yang Ribet

(14)

Selain proses registrasi online yang ribet, ternyata website BPJS sendiri mengalami trouble. Hal ini terlihat ketika baru baru ini saya ingin mendaftar lagiuntuk saudara, ternyata hosting website sepertinya down, sehingga kolom pendaftarannya tidak bisa diakses sebagaimana mestinya. Jadi bagi Anda yang ingin registrasi online, sepertinya Anda harusmengurungkan niat Anda, karena memang pihak website BPJS yang mengalami masalah.

b. Pelayanan Yang Kurang Memuaskan

Ibarat makanan, BPJS adalah rogram pemerintah yang masih setengah matang. Bagus di planning, namun sedikitamburadul dalam action atau pelaksanaannya. Beberapa masalah pelayanan yang mungkin akan merepotkan Anda adalah sebagai berikut :

c. Hak peserta Askes dan Jamsostek dikurangi

Salah satu kasus yang sempat mencuat adalah kasus Nabhan Ihsan, seorang anak berusia 5 tahun yang merupakan penderita Hemofilia A. Saat masih menggunakan Askes, obat yang biasa diberikan masih bisa diklaim dan memang masih terdaftar sebagai obat yang bisa diklaimkan. Namun setelah diganti menjadi BPJS, obat yang biasa diberikan bukan lagi termasuk daftar obat yang bisa diklaimkan.

d. Hak peserta Jamkesmas / Jamkesda dikurangi

Sebagaimana kasus yang sama dengan Askes, kasus ini menimpa Inem salah satu penderita kanker payudara. Sebelumnya ketika masih menggunakan Jamkesmas, biaya operasi dan pengobatan semuanya gratis. Namun setelah diganti BPJS, biaya operasi gratis, namun beberapa biaya obat dibebankan kepada pasien. Intinya sama dengan kasus pertama, yaitu kemungkinan pengurangan daftar obat yang bisa diklaimkan.

e. Jampersal tidak berlaku lagi di BPJS

(15)

kartu jamkesmas atau jamkesda sebagai rujukan agar bisa langsung terdaftar sebagai anggota BPJS. Jika hanya memiliki Jampersal, maka harus registrasi kembali sebagaimana Cara Daftar BPJS untuk Karyawan dan Umum.

f. Ruang Perawatan Tidak Sesuai Dengan Jenis Iuran BPJS

Sebagaimana tertera dalam klausul BPJS, jika menjadi anggota non-DPI dengan golongan 1. Tentunya akan mendapatkan perawatan minimal di kelas 1 di RSUD. Namun dalam kenyataannya, ada beberapa rumah sakit yang memang tidak merawat pasien tersebut di kamar yang seharusnya.

13. a. MANAGED CARE

Managed care merupakan suatu teknik yang menggunakan pendekatan terintegrasinya pembiayaan dan pelayanan kesehatan melalui penerapan kendali mutu dan kendali biaya yang bertujuan untuk mengurangi biaya dengan cara meningkatkan kelayakan dan efisiensi pelayanan kesehatan (Hardianto, 2006; Murti, 2000; Mukti, tanpa tahun).

 Teknik managed care dimaksudkan untuk memerangi bahaya moral (moral hazard) terhadap pelayanan kesehatan yang tidak menjadi kebutuhan medis pasien yang dapat mengakibatkan kerugian kesejahteraan masyarakat, karena misalokasi biaya kesehatan masyarakat (social cost) yang terselubung atau inefisiensi (Hardianto, 2006).

b. Ciri-Ciri Managed Care

1. kontrak dengan dokter atau rumah sakit yang terpilih untuk memberikan pelayanan komprehensif termasuk promosi dan prevensi kepada populasi peserta,

2. pembayaran pada provider dengan sistem pembayaran prospektif,

3. pembayaran premi per orang per bulan telah ditentukan sebelumnya dan biasanya berdasar kapitasi,

(16)

5. adanya insentif finansial bagi pasien untuk memanfaatkan provider dan fasilitas yang ditunjuk dan adanya risiko finansial bagi dokter ataupun rumah sakit.

E. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Peran Puskesmas dalam masa JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) Jaminan sosial (social security) merupakan salah satu implementasi penyelenggaraan negara kesejahteraan. Dari definisi tentang jaminan sosial yang dikemukakan oleh Williams and Heins and UUSJSN dapat disimpulkan bahwa jaminan sosial mempunyai 3 unsur yaitu:

1) Perlindungan sosial yang diselenggarakan oleh negara sebagai jaminan sosial.

2) Perlindungan sosial ini terhadap risiko atau bahaya seperti kematian, kejadian sakit, pengangguran dan kemiskinan.

3) Pemenuhan kebutuhan dasar hidup yang layak.

(17)

Sosial Nasional (SPSN) yang didukung oleh peraturan perundang-undangan dan pendanaan serta sistem Nomor Induk Kependudukan (NIK) dapat memberikan perlindungan penuh kepada masyarakat luas secara bertahap sehingga pengembangan SPSN dan SJSN dilaksanakan dengan memperhatikan budaya dan sistem yang sudah berakar di kalangan masyarakat luas.”

Menurut Pasal 19 Ayat (1) dan Pasal 20 Ayat (2) UUSJSN, program jaminan kesehatan dilaksanakan dengan mekanisme asuransi sosial Keadaan ini mengakibatkan bahwa prinsip-prinsip asuransi sosial wajib menjadi pegangan dalam pelaksanaaan JKN. Pada asuransi sosial, pengelolaannya bukan untuk memperoleh keuntungan, tetapi memberikan jaminan sosial kepada masyarakat. Beberapa definisi asuransi social dikemukakan oleh Williams & Heins, Baker & Weisbrot, Black’s Law Dictionary, Mehr & Cammack serta Reyda.

1) Merupakan asuransi wajib berdasarkan undang undang. Keuntungannya adalah setiap masyarakat harus ikut serta dalam asuransi ini, sehingga terjadi kegotong royongan antara yang kaya dan miskin, yang sehat dan sakit, yang tua dan muda serta yang berisiko tinggi dan rendah.

2) Perusahaan asuransi (penanggung) merupakan milik negara dan bertujuan untuk memberikan perlindungan dasar bagi kesejahteraan masyarakat. Sesuai dengan UU Usaha Perasuransian, maka pengelola asuransi sosial adalah badan usaha milik negara

3) Tertanggung adalah seluruh masyarakat.

4) Merupakan bagian dari jaring pengaman sosial (social safety net), sehingga tidak bersifat memperoleh keuntungan.

(18)

Dari keterangan tersebut, terdapat 3 komponen utama dalam pelaksanaan asuransi sosial kesehatan yaitu masyarakat, BPJS dan fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan komprehensif.

Pemerintah sebagai duty bearers berkewajiban menyediakan fasilitas kesehatan seperti puskesmas yang tersebar di seluruh Indonesia. Puskesmas mempunyai peran strategis dan keunggulan dalam mendukung terlaksananya JKN dibandingkan dengan praktik dokter, dan klinik swasta. Hal ini disebabkan karena puskesmas berfungsi sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Fungsi ini mempunyai makna bahwa puskesmas bertanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat di wilayahnya, tidak hanya menunggu sampai masyarakat menjadi sakit. Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh puskesmas tidak menitikberatkan pada upaya kuratif saja, tetapi juga upaya preventif dan promotif.

(19)

Jaminan Kesehatan Nasional.Untuk itu puskesmas harus dapat mengelola dana kapitasi tersebut sebaik-baiknya, sehingga disatu pihak dapat memenuhi kebutuhan peserta Jaminan Kesehatan Nasional dan di pihak laintetap memberikan keuntungan bagi puskesmas. Tetapi apabila puskesmas hanyabertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat, maka puskesmas hanyaakan menerima dan mengelola dana yang berasal dari pemerintah.

2. Peran Puskesmas dengan Dokter Keluarga pada masa BPJS ke depan

Pelayanan dokter dalam pelayanan kesehatan adalah salah satu jenis medical service yang berbentuk pelayanan individu, atau untuk saat ini dikenal sebagai Upaya Kesehatan Perorangan (UKP). UKP sendiri, terdiri dari berbagai strata, yaitu primer, skunder dan tersier. UKP strata primer seringkali disebut dengan pelayanan atau praktik kedokteran dasar atau di beberapa Negara dikembangkan sebagai praktik kedokteran keluarga.

Dalam SKN disebutkan bahwa, UKP strata pertama adalah UKP tingkat dasar, yaitu yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan dasar yang ditujukan pada perorangan. Penyelengaranya bisa pemerintah, masyarakat atau sektor swasta yang diwujudkan dalam bentuk pelayanan profesional seperti praktik bidan, praktik perawat, praktik dokter, praktik dokter gigi, poliklinik, balai pengobatan, praktik dokter/klinik 24 jam, praktik bersama dan rumah bersalin termasuk pelayanan pengobatan tradisional dan alternatif yang secara ilmiah terbukti keamanan dan khasiatnya, serta pelayanan kebugaran fisik dan kosmetika.

(20)

terpencil masih dipadukan dengan pelayanan Puskesmas. Inilah yang kemudian menjadi landasan bagi pengembangan dokter berbasis dokter keluarga di Indonesia.

Dalam implementasi sistem kesehatan nasional, yang akan menganut prinsip managed care, pelayanan kesehatan primer yang saat ini dilakukan di Puskesmas, dokter umum serta dokter keluarga akan menjadi gerbang utama pasien dalam mengakses pelayanan kesehatan. Untuk itu kualitas pelayanan kesehatan primer ini harus kita jaga, mengingat efek dari implementasi Jaminan Kesehatan nasional ke depan, akan mengakibatkan naiknya permintaan (demand) masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan karena kepastian jaminan sudah didapatkan. Dokter yang bekerja di tingkat pertama (primer) pelayanan kesehatan, harus menguasai hal-hal terbaru mengenai prediksi, tanda, gejala, penegakan diagnosis dan penatalaksanaan komprehensif mengenai berbagai penyakit. Pencegahan penyakit yang kini menjadi produk lokal harus dipahami oleh setiap dokter yang bekerja di tengah masyarakat agar pasien ke depan memperoleh pelayanan.

(21)

dan penghasilan) akan baik di era BPJS mendatang, dengan sistem asuransi sosial.

Optimalisasi pelayanan kesehatan di tingkat pertama ini akan mempengaruhi kompetensi dokter, dimana dokter dituntut keahliannya selain dari segi kuratif, dan yang terpenting adalah bagaimana mendidik peserta dengan upaya promotif dan preventif. Di sisi lain itu beban Puskesmas akan berkurang sehingga dapat fokus dalam upaya usaha-usaha kesehatan masyarakat yang bersifat massal. Misalnya posyandu, fogging, penyuluhan-penyuluhan kesehatan akan kembali aktif. Selain itu dokter sudah memiliki pasar tersendiri di daerah tersebut dan akan menetap pada akhirnya (distribusi dokter berjalan dengan baik).

Mekanisme kerja dokter praktik umum dan dokter keluarga dalam Jaminan Kesehatan Nasional nantinya diharapkan mampu menunjang sistem komunikasi antara sesama PPK, antara PPK dengan peserta serta pihak terkait lainnya memang perlu dipelihara guna menjaga pelayanan PPK tetap bermutu (cost-effective, memuaskan peserta) dan terkendali biayanya. Untuk itu tantangan ini termaktub dalam aturan-aturan yang mengatur tentang berbagai standarisasi baik dari segi kompetensi, pelayananan, tarif, serta distribusi di dokter praktik umum dan dokter keluarga di seluruh Indonesia.

F. KESIMPULAN

(22)

(demand) masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan karena kepastian jaminan sudah didapatkan. Untuk masa yang akan datang, bila sistem jaminan kesehatan telah berkembang, pemerintah tidak lagi menyelenggarakan UKP strata pertama melalui Puskesmas. Penyelenggaraan UKP strata pertama akan diserahkan pada masyarakat dan swasta dengan menerapkan konsep dokter keluarga, kecuali daerah yang sangat terpencil masih dipadukan dengan pelayanan Puskesmas.

G. DAFTAR PUSTAKA

http://annaregina25.blogspot.com/2013/06/pengertian-fungsi-puskesmas.html diakses pada tanggal 19 Mei 2014 jam 15.00 WIB.

http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/2013/PUBLIK/BinwilKemenkes Magelang/BPJS-ASKES.pdf diakses pada tanggal 22 Mei 2014 jam 15.00 WIB.

http://eprints.unsri.ac.id/311/1/13._Yandok_berbasis_doga.pdf diakses pada tanggal 19 Mei 2014 jam 17.00 WIB.

http://www.jamsosindonesia.com/cetak/print_externallink/3510 diakses pada tanggal 19 Mei 2014 jam 20.00 WIB.

http://sappk.itb.ac.id/wp-content/uploads/2014/01/Buku-Panduan-Layanan diakses pada tanggal 22 Mei 2015 jam 15.00 WIB.

http://wikimedya.blogspot.com/2011/03/defini-fungsi-tujuan-dan-tugas.html diakses pada tanggal 19 Mei 2014 jam 16.00 WIB.

Kementrian Kesehatan RI. KepMenKes Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.

Man Suparman Sastrawidjaja. Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga. Bandung: Alumni; 2003.

Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan.

(23)

Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

Williams & Heins. Risk Management and Insurance, sixth ed. Singapore: McGraw-Hill Inc.;1989.

Lampiran

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 69 TAHUN 2013

TENTANG

STANDAR TARIF PELAYANAN KESEHATAN PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA DAN FASILITAS KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN DALAM PENYELENGGARAAN PROGRAM

JAMINAN KESEHATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 37 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan bagi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan;

(24)

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456);

2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5256);

4. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 29);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG STANDAR TARIF PELAYANAN KESEHATAN PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA DAN FASILITAS KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN DALAM PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN.

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :

a. Tarif kapitasi adalah besaran pembayaran per-bulan yang dibayar dimuka oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan.

b. Tarif non kapitasi adalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama berdasarkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan.

(25)

Pasal 2

(1) Tarif Pelayanan Kesehatan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama meliputi:

a. Tarif kapitasi b. Tarif non kapitasi

(2) Tarif Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 3

(1) Tarif Kapitasi sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (1) huruf a merupakan rentang nilai yang besarannya untuk setiap Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama ditetapkan berdasarkan seleksi dan kredensial yang dilakukan oleh BPJS Kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

(2) Tarif kapitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberlakukan bagi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang melaksanakan pelayanan kesehatan komprehensif kepada Peserta Program Jaminan Kesehatan berupa Rawat Jalan Tingkat Pertama.

(3) Tarif non kapitasi sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (1) huruf b merupakan nilai besaran yang sama bagi seluruh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang melaksanakan pelayanan kesehatan kepada Peserta Program Jaminan Kesehatan berupa: Rawat Inap Tingkat Pertama, pelayanan ambulans, pelayanan obat rujuk balik, pelayanan Kebidanan dan Neonatal, pelayanan skrining kesehatan tertentu, dan/atau pelayanan kesehatan pada daerah terpencil dan kepulauan.

Pasal 4

(1) Tarif Ina-CBGs meliputi:

a. tarif pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh rumah sakit kelas A, kelas B, kelas C dan kelas D dalam regional 1

b. tarif pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh rumah sakit kelas A, kelas B, kelas C dan kelas D dalam regional 2

c. tarif pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh rumah sakit kelas A, kelas B, kelas C dan kelas D dalam regional 3

(26)

e. tarif pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh rumah sakit kelas A, kelas B, kelas C dan kelas D dalam regional 5

f. tarif pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh rumah sakit umum rujukan nasional

g. tarif pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh rumah sakit khusus rujukan nasional

h. tarif Top Up Special CMG

(2) Penetapan regional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai dengan huruf e, bagi setiap fasilitas kesehatan tingkat lanjutan merupakan hasil kesepakatan bersama antara BPJS Kesehatan dengan Asosiasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan.

(3) Tarif Ina-CBGs sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 5

Pedoman Teknis Pelaksanaan Peraturan ini ditetapkan oleh BPJS Kesehatan setelah berkoordinasi dengan Menteri.

Pasal 6

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2014.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

AMIR SYAMSUDIN

(27)

LAMPIRAN I

PERATURAN MENTERI KESEHATAN

NOMOR 69 TAHUN 2013

TENTANG STANDAR TARIF PELAYANAN KESEHATAN PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA DAN FASILITAS KESEHATAN TINGKAT

LANJUTAN DALAM PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN

STANDAR TARIF PELAYANAN KESEHATAN PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

I. TARIF KAPITASI UNTUK PELAYANAN KESEHATAN RAWAT JALAN TINGKAT PERTAMA

A. TARIF KAPITASI DI PUSKESMAS

NO PUSKESMAS TARIF (Rp)

1 Puskesmas 3.000 - 6.000

B. TARIF KAPITASI DI RS PRATAMA, KLINIK PRATAMA, DOKTER PRAKTEK, DOKTER GIGI PRAKTEK

(28)

SWASTA

1 RS. Pratama, Klinik Pratama, Praktek Dokter dan Fasilitas Kesehatan yang setara

8.000 - 10.000

2 Praktik Dokter Gigi 2.000

II. TARIF NON KAPITASI UNTUK PELAYANAN KESEHATAN RAWAT INAP TINGKAT PERTAMA DAN PELAYANAN MATERNAL DAN NEONATAL

A. TARIF NON KAPITASI

NO JENIS PELAYANAN TARIF (Rp)

1 Paket Rawat Inap per hari 100.000

B. TARIF NON KAPITASI PELAYANAN KESEHATAN KEBIDANAN DAN NEONATAL

NO JENIS PELAYANAN TARIF (Rp)

1 Pemeriksaan ANC 25.000

2 Persalinan pervaginam normal 600.000

3 Penanganan perdarahan paska keguguran, persalinan pervaginam dengan tindakan emergensi dasar

750.000

4 Pemeriksaan PNC/neonatus 25.000

5 Pelayanan tindakan paska persalinan (mis. placenta manual)

175.000

6 Pelayanan pra rujukan pada komplikasi kebidanan dan neonatal

125.000

7 Pelayanan KB pemasangan:

- IUD/Implant

- Suntik

100.000

15.000

(29)

MENTERI KESEHATAN,

ttd

(30)

LAMPIRAN II

PERATURAN MENTERI KESEHATAN

NOMOR 69 TAHUN 2013

TENTANG STANDAR TARIF PELAYANAN KESEHATAN PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA DAN FASILITAS KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN DALAM PENYELENGGARAAN PROGRAM

JAMINAN KESEHATAN

STANDAR TARIF PELAYANAN KESEHATAN PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN

(31)

MENTERI KESEHATAN,

ttd

Referensi

Dokumen terkait

3.1 perum gema echo sounder peralatan yang digunakan untuk menentukan kedalaman air dengan cara mengukur interval waktu antara pemancaran gelombang suara dengan penerimaan

patofisiologi antara lain: 1) Penurunan aliran darah serebral akut, seperti pada sinkop vasovagal, gangguan jantung, penyumbatan pembuluh darah paru dan obstruksi

Di sisi luar pusaran dan di dekat muka air, kecepatan berkisar 15 di zona groin awal, dan berku- rang menjadi 10 di zona groin hilir untuk jarak antar groin s/l = 2.. Aliran di

(4) Ijin Usaha Pemanfaatan Tahura untuk Kegiatan Penangkaran Jenis Tumbuhan dan/atau Satwa Liar sebagaimana dimaksud pada ayat (3), diberikan oleh Bupati, yang

Pada penggunaan kontrasepsi pil kurang dari 5 tahun berisiko 0,90 kali lebih kecil untuk meng- alami menopause dini daripada wanita yang tidak pernah menggunakan kontrasepsi pil

Walaupun penebangan hutan membawa banyak impak dan kesan yang buruk kepada kita. semua dan juga

Elektrolit  adalah suatu zat, yang ketika dilarutkan dalam air  akan menghasilkan larutan yang dapat menghantarkan arus listrik.. Nonelektrolit  merupakan zat yang tidak

“ Pengaruh Metode Memilih dan Memilih Kartu ( Card – Sort ) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas XI SMA N 2 Koto Baru Kabupaten Dharmasraya