• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN LKS BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI PENGUKURAN BAGI SISWA KELAS X SMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN LKS BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI PENGUKURAN BAGI SISWA KELAS X SMA"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN LKS BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI PENGUKURAN BAGI SISWA

KELAS X SMA

(Skripsi)

Oleh: SITI FATIMAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

Siti Fatimah

ABSTRAK

PENGEMBANGAN LKS BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI PENGUKURAN BAGI SISWA

KELAS X SMA Oleh Siti Fatimah

Karakteristik materi pembelajaran fisika yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, menuntut untuk mengaitkan fenomena fisika di kehidupan sehari-hari dengan konsep fisika yang dipelajari di bangku pendidikan formal. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung, diketahui bahwa di sekolah tersebut sudah memiliki fasilitas penunjang kegiatan

pembelajaran seperti laboratorium fisika, namun jarang digunakan. Sedangkan kegiatan pembelajaran hanya berlangsung di dalam kelas dan siswa tidak memiliki buku pelajaran sebagai media pembelajaran. Menindaklanjuti masalah tersebut maka diperlukan suatu media yang dapat digunakan sesuai kondisi sekolah tersebut. Media yang baik adalah media yang mampu mengkorelasikan unsur karakteristik pembelajaran fisika kedalam konsep materi, adapun model pembelajaran yang mampu mewujudkannya adalah problem based learning. Salah satu media pembelajaran yang dapat menyampaikan materi secara problem based learning namun dapat digunakan secara mandiri oleh siswa untuk

(3)

Siti Fatimah LKS berbasis problem based learning pada materi pengukuran bagi siswa Kelas X SMA. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dan

pengembangan (Research and Development) yang diadaptasi dari model

pengembangan media instruksional oleh Suyanto dan Sartinem (2009). Prosedur pengembangan LKS ini meliputi: analisis kebutuhan, identifikasi sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan, identifikasi spesifikasi produk yang diinginkan pengguna, pengembangan produk, uji internal: uji kelayakan produk, uji eksternal: uji kemanfaatan produk oleh pengguna dan tahap terakhir, produksi. Uji internal dilakukan oleh ahli desain media pembelajaran dan ahli isi/materi. Sedangkan uji satu lawan satu dilakukan terhadap 3 orang siswa dan uji lapangan dilakukan terhadap 40 siswa kelas X SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung. Hasil uji internal diperoleh beberapa saran perbaikan dari penguji dan setelah dilakukan perbaikan sesuai saran-saran dari penguji, LKS yang dikembangkan dinyatakan layak digunakan sebagai media pembelajaran. Hasil uji eksternal menunjukkan bahwa LKS memiliki kualitas kemenarikan sangat baik dengan rerata skor 3,41, kualitas kemudahan sangat baik dengan rerata skor 3,31, kualitas kebermanfaatan sangat baik dengan rerata skor 3,48, dan LKS efektif digunakan sebagai media pembelajaran berdasarkan perolehan hasil belajar siswa yang mencapai 77,5% siswa tuntas KKM. KKM di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung sebesar 70. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dihasilkan LKS pembelajaran fisika berbasis problem based learning yang telah teruji dan layak digunakan dengan kualitas:

menarik, mudah digunakan, bermanfaat, dan dinyatakan efektif digunakan sebagai media pembelajaran.

(4)
(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

(6)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Pengembangan ... 6

B. Lemba Kerja Siswa ... 9

C. Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 12

D. Materi Pengukuran SMA ... 16

III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 21

B. Prosedur Penelitian Pengembangan ... 22

1. Analisis Kebutuhan ... 22

2. Identifikasi Sumber Daya ... 23

(7)

x

4. Pengembangan Produk ... 24

5. Uji Internal ... 24

6. Uji Eksternal ... 26

7. Produksi ... 27

C. Metode Pengumpulan Data ... 27

1. Metode Observasi ... 27

2. Metode Angket ... 27

3. Metode Tes Khusus ... 27

D. Metode Analisis Data ... 28

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengembangan ... 32

B. Pembahasan ... 39

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 42

B. Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Hasil Angket Analisis Kebutuhan Guru ... 45

2. Hasil Observasi Sarana dan Prasarana... 49

3. Pemetaan ... 51

4. Silabus ... 57

5. Rencana Perangkat Pembelajaran ... 69

6. Kisi-kisi Uji Ahli LKS Pembelajaran Fisika ... 81

7. a. Instrumen Uji Ahli Desain LKS Pembelajaran Fisika ... 86

b. Instrumen Uji Ahli Materi LKS Pembelajaran Fisika ... 92

8. Kisi-kisi Penyusunan Instrumen Uji Satu Lawan Satu LKS Pembelajaran Fisika ... 98

(8)

xi 10. Kisi-kisi Penyusunan Instrumen Uji Kemenarikan, Kemudahan,

dan Kemanfaatan LKS Pembelajaran Fisika ... 103

11. Instrumen Uji Kemenarikan, Kemudahan, dan Kemanfaatan LKS Pembelajaran Fisika ... 105

12. Kisi-Kisi Soal Uji Efektivitas ... 109

13. Instrumen Uji Keefektifan LKS Pembelajaran Fisika ... 123

14. Rangkuman Hasil Uji Satu Lawan Satu ... 130

15. Rangkuman Hasil Uji Kelompok Kecil ... 131

16. Hasil Penilaian Soal Evaluasi ... 135

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

3.1 Skor Penilaian terhadap Pilihan Jawaban ... 30

3.2 Konversi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas ... 30

4.1 Rekapitulasi Hasil Angket... 32

4.2 Rekapitulasi Hasil Observasi Sarana dan Prasarana ... 33

4.3 Rangkuman Penilaian Ahli Desain ... 36

4.4 Rangkuman Hasil Uji Ahli Isi/Materi ... 37

(10)
(11)
(12)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T. yang selalu memberikan limpahan rahmat-Nya. Dengan kerendahan hati, penulis persembahkan lembaran-lembaran sederhana karya kecil ini kepada:

1. Emak dan Ayah tersayang yang telah sepenuh hati membesarkan, mendidik, dan mendo’akan penulis yang tiada pernah kenal kata lelah. Mohon maaf bila

selama ini telah banyak membuat Emak dan Ayah kecewa. Jasa kalian takkan mungkin terbalas walau sampai akhir hayat. Mudah-mudahan kelak dapat lebih banyak memberi kebahagiaan dan membuat kalian bangga.

2. Udo Feri, Abang Berli, Kak Joni, Uwo Neli, Kak Wawan dan Ngah Rahma, yang selalu menyayangi serta turut memberi semangat dan do’a dalam setiap langkah penulis.

3. Semua Sahabat yang begitu tulus menyayangi dengan segala kekurangan yang penulis miliki, dari kalian penulis belajar memahami arti hidup ini.

4. Para pendidik yang penulis hormati.

(13)

MOTO

“Sukses adalah perjalanan bukan tujuan akhir”

(Dale Carnaige)

“Setelah datang kesulitan pasti ada kemudahan”

(Q.S. Al israh: 4-5)

(14)
(15)

vii

SANWACANA

Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah S.W.T atas rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan LKS Berbasis

Problem Based Learning pada Materi Pengukuran bagi Siswa Kelas X SMA”. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA. 3. Bapak Drs. Eko Suyanto, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Fisika.

4. Bapak Drs. Feriansyah Sesunan, M.Pd. selaku Pembahas atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan bimbingan, saran dan kritik kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Viyanti, S.Pd., M.Pd. selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing I atas keikhlasannya memberikan bimbingan, saran dan motivasi dalam proses penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Wayan Suana, S.Pd., M.Si. selaku Pembimbing II, atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi selama

penyusunan skripsi ini.

(16)

viii 8. Ibu Dra. Hj. Iswani selaku Kepala SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung,

Bapak Sonny Gunawan, S.T. selaku guru mitra dan siswa kelas X MIA2 SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung , serta Bapak/Ibu Guru dan Staf atas bantuan dan kerjasamanya selama penelitian berlangsung.

9. Sahabat seperjuangan Pendidikan Fisika A 2010 (Novi, Kadek, Fitri, Astari, Gledys, Rizki, Cici, Ricca, Rohma, Puspa, Eni, Eva, Paulina, Junia, Apri, Irfan, Yusron, Ajo, Yudhi, Anton, Andre, Ridwan, Fery, Tama, Hadi, Badri, Made, Haekal, Adin, Meitri, Tami, Mawar), dan Pendidikan Fisika B 2010. 10.Sahabat KKN/PPL (Singgih, Hendra, Yadi, Nurul, Nesia, Galuh, Ditta,

Juwiza, dan Ala) terimakasih atas kekompakannya hingga saat ini dan selamanya.

Penulis berdo’a semoga semua amal dan bantuan saudara/i mendapat pahala serta

balasan dari Allah S.W.T. dan semoga skripsi ini bermanfaat. Amiin.

Bandar Lampung, September 2014 Penulis,

(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karakteristik materi pembelajaran fisika yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, menuntut siswa untuk mengaitkan fenomena fisika di kehidupan sehari-hari dengan konsep fisika yang dipelajari di bangku pendidikan formal. Selama ini siswa masih menganggap fisika itu sulit, sedangkan yang diharapkan pendidik adalah sudut pandang pemikiran siswa yang menganggap fisika itu mudah, karena secara tidak langsung fenomena fisika dialami dalam kehidupan nyata.

(18)

2 Konsep yang matang perlu ditanamkan dalam pembelajaran fisika. Konsep yang matang itu harus didukung dengan kurikulum yang sesuai dengan perkembangan zaman, media, sarana dan prasarana sekolah, serta metode pembelajaran.

Sedangkan di SMA Muhammadiyah 2 Bandar lampung berdasarkan hasil analisis angket kebutuhan guru fisika kelas X, belum menerapkan Kurikulum 2013 pada tahun ajaran 2013-2014, karena minimnya pemahaman guru dalam penerapan Kurikulum 2013. Media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran juga belum variatif karena hanya menggunakan buku paket. Sedangkan sarana dan prasarana penunjang kegiatan pembelajaran seperti perpustakaan dan laboratorium sudah ada, namun jarang digunakan. Begitu juga dengan metode yang digunakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran belum mendukung, karena masih didominasi oleh metode ceramah. Hal ini menyebabkan proses pembelajaran berjalan satu arah yaitu berpusat pada guru.

Melihat permasalahan tersebut, maka penulis memberikan alternatif dengan membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis problem based learning pada materi pengukuran bagi siswa kelas X SMA, yang menyajikan materi berdasarkan fenomena kehidupan sehari-hari secara kompleks, agar siswa dapat memahami konsep pembelajaran fisika dengan baik. LKS adalah salah satu bagian dari bahan ajar dalam bentuk cetak yang digunakan siswa sebagai panduan untuk

mempermudah proses belajarnya, dan melatih kemandiriannya dalam upaya mencapai kompetensi dasar.

(19)

3 peningkatan kreatifitas guru dalam mempersiapkan alat dan bahan yang

diperlukan, dan pelayanan individual yang lebih mantap, serta dapat mewujudkan prinsip maju berkelanjutan secara tidak terbatas. Selain itu penulis memilih LKS sebagai media pembelajaran karena LKS memiliki karakteristik khusus, sehingga LKS berperan strategis dalam kegiatan pembelajaran.

Melihat keunggulan LKS baik dari segi fungsi dan karakteristiknya, maka LKS sangat baik jika digunakan sebagai media pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu penulis telah melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan LKS Berbasis Problem Based Learning pada Materi Pengukuran bagi Siswa Kelas X SMA”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam pengembangan ini adalah, bagaimana kemenarikan, kemudahan, kebermanfaatan dan keefektifan LKS berbasis problem based learning pada materi pengukuran yang

dikembangkan.

C. Tujuan Penelitian

(20)

4

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian pengembangan ini adalah:

a. Memberikan alternatif pemecahan masalah dalam kekurangan media belajar di SMA/MA, khususnya materi pengukuran.

b. Tersedianya sumber belajar yang menarik, mudah, bermanfaat dan efektif sebagai sumber belajar, yang dapat digunakan untuk mencapai penguasaan kompetensi belajar, sehingga diharapkan adanya peningkatan hasil belajar siswa.

c. Memberikan motivasi kepada guru untuk meningkatkan mutu proses

pembelajaran, dan memanfaatkan teknologi berbasis cetakan dalam kegiatan pembelajaran.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang Lingkup penelitian ini adalah:

a. Pengembangan adalah proses menterjemahkan spesifikasi desain ke dalam suatu wujud fisik tertentu. Pengembangan yang dimaksud adalah pembuatan LKS berbasis problem based learning pada materi pengukuran bagi siswa kelas X SMA.

b. Problem based learning merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah, sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru. Masalah bisa pada dunia nyata (kehidupan sehari-hari) maupun simulasi atau percobaan.

(21)

5 d. Objek penelitian yaitu, LKS yang dikembangkan bagi siswa SMA kelas X

pada materi pengukuran berbasis problem based learning.

(22)

III. METODE PENELITIAN

A.Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development). Metode penelitian pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2013: 407). Pengembangan berupa pembuatan media pembelajaran Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis problem based learning pada materi pengukuran kelas X SMA. Subjek uji coba produk

penelitian pengembangan yaitu:

1. Uji ahli desain yaitu seorang yang ahli dalam bidang teknologi pendidikan dalam mengevaluasi desain LKS.

2. Uji ahli bidang isi/materi dilakukan oleh ahli bidang isi/materi yaitu seorang yang berlatar belakang Ilmu Fisika.

3. Uji satu lawan satu yaitu diambil sampel penelitian tiga orang siswa yang dapat mewakili populasi target.

4. Uji kelompok kecil yaitu diambil sampel penelitian satu kelas siswa SMA kelas X dimana sampel diambil dari semua anggota populasi.

(23)

22 dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2014-2015 di kelas X, SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung.

B.Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan ini mengacu pada langkah-langkah penelitian dan pengembangan yang diadaptasi dari Suyanto dan Sartinem (2009), karena langkah-langkah dalam metode tersebut lugas dan prosedural, sehingga sangat membantu proses pengembangan produk yang akan dikembangkan. Desain tersebut meliputi tahapan prosedur pengembangan produk dan uji produk yang perlu dilakukan, yaitu:

1. Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengumpulkan informasi bahwa diperlukan adanya pengembangan media berupa LKS berbasis problem based learning. Analisis kebutuhan ini dilakukan dengan teknik angket dan observasi langsung. Angket ditujukan terhadap guru mata pelajaran fisika kelas X di SMA

(24)

23 ketersediaan buku fisika di perpustakaan, ketersediaan alat-alat praktikum di laboratorium fisika dan pemanfaatan sumber belajar. Hasil pengisian angket dan observasi ini yang menjadi acuan penulisan latar belakang masalah penelitian pengembangan ini.

2. Identifikasi Sumber Daya

Identifikasi sumber daya untuk memenuhi kebutuhan dilakukan dengan menginventarisir segala sumber daya yang dimiliki, baik sumber daya guru maupun sumber daya sekolah seperti perpustakaan, laboratorium, ketersediaan media, dan sumber belajar lainnya yang mendukung kegiatan pembelajaran. Hasil identifikasi tersebut selanjutnya digunakan untuk menentukan spesifikasi produk yang akan dikembangkan.

3. Identifikasi Spesifikasi Produk

Identifikasi spesifikasi produk dilakukan untuk mengetahui ketersediaan sumber daya yang mendukung pengembangan produk hasil analisis kebutuhan, dan identifikasi sumber daya yang dimiliki oleh sekolah. Pada tahap ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menentukan materi pokok pembelajaran yang akan dikembangkan.

b. Mengidentifikasi kurikulum untuk mendapatkan identifikasi materi pelajaran dan indikator ketercapaian dalam pembelajaran.

(25)

24

4. Pengembangan Produk

Tahap pengembangan produk dilakukan pembuatan LKS pembelajaran berbasis problem based learning. Spesifikasi produk yang akan dikembangkan adalah LKS

pembelajaran berbasis problem based learning materi pengukuran, yang tersusun secara sistematis. Kerangka LKS seperti Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Kerangka LKS Diadaptasi Menurut Nurhadi

5. Uji Internal

Dalam penelitian pengembangan, sebuah desain media pembelajaran memerlukan kegiatan uji coba secara bertahap dan berkesinambungan. Pada tahap

Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

Petunjuk Penggunaan LKS I. PENDAHULUAN

1. Kompetensi Inti 2. Kompetensi Dasar 3. Indikator

II.ISI LKS (LKS PEMBELAJARAN) 1. Tujuan Pembelajaran

2. Sumber Bahan Belajar

3. Kegiatan Mengamati Gambar 4. Kegiatan Menanya

5. Kegiatan Mengumpulkan Informasi 6. Kegiatan Mencoba

7. Kegiatan Mengolah Data 8. Kegiatan Menalar

(26)

25 pengembangan ini dilakukan uji internal atau uji kelayakan produk. Uji internal yang dikenakan pada produk terdiri dari uji ahli desain dan uji ahli isi/materi pembelajaran. Produk yang telah dibuat diberi nama prototipe I, kemudian

dilakukan uji kelayakan produk dengan berpedoman pada instrumen uji yang telah dibuat. Uji kelayakan produk ini meliputi:

a. Menyusun instrumen uji kelayakan produk berdasarkan indikator penilaian yang telah ditentukan.

b. Melaksanakan uji kelayakan produk yang dilakukan oleh ahli desain dan ahli isi/materi pembelajaran.

c. Melakukan analisis terhadap hasil uji kelayakan produk dan melakukan perbaikan.

d. Mengkonsultasikan hasil yang telah diperbaiki kepada ahli desain dan ahli isi/materi pembelajaran.

(27)

26 6. Uji Eksternal

Setelah dilakukan uji internal atau uji kelayakan produk dan diperoleh hasil berupa prototipe II, langkah selanjutnya dilakukan uji eksternal yang diberikan kepada siswa untuk digunakan sebagai sumber sekaligus media pembelajaran. Uji eksternal merupakan uji coba kemanfaatan produk. Hal yang diujikan yaitu: kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan menggunakan produk oleh pengguna, serta keefektifan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai dengan

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang harus terpenuhi.

Uji ini dilakukan melalui dua tahap yaitu: uji satu lawan satu dan uji kelompok kecil. Tahap uji satu lawan satu ini bertujuan untuk melihat kesesuaian media dalam pembelajaran, sebelum dilakukan tahap uji coba media pada uji kelompok kecil. Uji satu lawan satu dilakukan dengan cara dipilih tiga orang siswa secara acak. Pada tahap ini, siswa menggunakan media secara individu (mandiri) lalu diberikan angket untuk menyatakan apakah media sudah menarik, mudah

digunakan dan membantu siswa dalam pembelajaran dengan pilihan jawaban “ya” dan “tidak”, media akan diperbaiki pada pilihan jawaban tidak.

Pada uji kelompok kecil dikenakan kepada satu kelas sampel pada siswa yang belum pernah mendapatkan materi pengukuran. Uji kelompok kecil dilakukan untuk mengetahui tingkat kemenarikan, kemudahan dalam

menggunakan media, dan keefektifan media. Siswa melakukan pembelajaran dengan menggunakan media berupa LKS berbasis problem based learning pada materi pengukuran, setelah pembelajaran siswa diberikan post-test untuk

(28)

27

7. Produksi

Setelah dilakukan perbaikan dari uji eksternal maka dihasilkan prototipe III

kemudian dilakukan tahap selanjutnya yaitu produksi. Tahap ini merupakan tahap akhir dari penelitian pengembangan.

C.Metode Pengumpulan Data

Penelitian pengembangan ini menggunakan tiga macam metode pengumpulan data. Ketiga metode tersebut yaitu:

1. Metode Observasi

Metode observasi dilakukan untuk mengetahui kelengkapan sarana dan prasarana di sekolah yang menunjang proses pembelajaran.

2. Metode Angket

Metode angket digunakan untuk mengukur indikator program yang berkenaan dengan kriteria pendidikan, tampilan media, dan kualitas teknis. Instrumen meliputi angket uji ahli dan angket respon pengguna. Instrumen angket uji ahli digunakan untuk menilai dan mengumpulkan data kelayakan produk sebagai media pembelajaran. Sedangkan instrumen angket respon pengguna digunakan untuk mengumpulkan data tingkat kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan produk.

3. Metode Tes Khusus

(29)

28

X O

dimana sampel diambil menggunakan teknik sampling jenuh yaitu semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

Untuk memenuhi kebutuhan berdasarkan analisis kebutuhan dan menggunakan desain penelitian One-Shot Case Study. Gambar desain yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 One-Shot Case Study Keterangan: X = Treatment, penggunaan LKS pembelajaran

O = Hasil belajar siswa

Tes khusus ini dilakukan oleh satu kelas sampel siswa kelas X SMA

Muhammadiyah 2 Bandar Lampung, siswa menggunakan LKS sebagai media pembelajaran, selanjutnya siswa tersebut diberi soal post-test. Hasil post-test dianalisis ketercapaian tujuan pembelajaran sesuai dengan nilai KKM yang harus terpenuhi.

D.Metode Analisis Data

(30)

29 untuk digunakan sebagai media pembelajaran. Data kemenarikan, kemudahan penggunaan, dan kemanfaatan produk diperoleh melalui hasil uji kemanfaatan kepada pengguna secara langsung. Data hasil belajar yang diperoleh melalui tes setelah penggunaan produk digunakan untuk menentukan tingkat efektifitas produk sebagai media pembelajaran.

Analisis data berdasarkan instrumen uji ahli dan uji kelompok kecil dilakukan untuk menilai sesuai atau tidaknya produk yang dihasilkan sebagai sumber belajar dan media pembelajaran. Instrumen uji ahli oleh ahli desain dan ahli isi/materi pembelajaran, memiliki dua pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan, yaitu: “ya”

dan “tidak”. Revisi dilakukan pada konten pertanyaan yang diberi pilihan jawaban

“tidak”, atau para ahli memberikan masukkan khusus terhadap media prototipe

yang sudah dibuat.

Analisis data berdasarkan instrumen uji satu lawan satu dilakukan untuk mengetahui respon dari siswa terhadap media yang sudah dibuat. Instrumen uji satu lawan satu memiliki dua pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan, yaitu:

“ya” dan “tidak”. Revisi dilakukan pada konten pertanyaan yang diberi pilihan

jawaban “tidak”. Data kemenarikan, kemudahan, kemanfaatan, dan efektifitas

media sebagai sumber belajar diperoleh dari uji kelompok kecil kepada siswa sebagai pengguna. Angket respon terhadap pengguna produk memiliki empat pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan, yaitu: “sangat menarik”, “menarik”, “kurang menarik” dan “tidak menarik” atau “sangat baik”, “baik”, “kurang baik”

(31)

30 Masing-masing pilihan jawaban memiliki skor berbeda yang mengartikan tingkat kesesuaian produk bagi pengguna. Penilaian instrumen total dilakukan dari jumlah skor yang diperoleh kemudian dibagi dengan jumlah total skor, selanjutnya

[image:31.595.117.347.259.363.2]

hasilnya dikalikan dengan banyaknya pilihan jawaban. Skor penilaian dari tiap pilihan jawaban ini dapat dilihat dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Skor Penilaian terhadap Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban PilihanJawaban Skor

Sangat menarik Sangat baik 4

Menarik Baik 3

Kurang menarik Kurang Baik 2 Tidak menarik Tidak Baik 1

Instrumen yang digunakan memiliki 4 pilihan jawaban, sehingga skor penilaian total dapat dicari dengan menggunakan rumus:

Hasil dari skor penilaian tersebut kemudian dicari rata-ratanya, dari sejumlah sampel uji coba dan dikonversikan ke pernyataan penilaian untuk menentukan kualitas, dan tingkat kemanfaatan produk yang dihasilkan berdasarkan pendapat pengguna. Pengkonversian skor dapat dilihat dalam Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Konversi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas dalam Suyanto dan Sartinem (2009: 20)

[image:31.595.113.367.628.731.2]
(32)

31

Data hasil post-test digunakan untuk mengukur tingkat efektifitas media, sebagai pembanding digunakan nilai KKM pada mata pelajaran fisika di SMA

(33)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Simpulan penelitian pengembangan ini yaitu, penelitian ini menghasilkan produk berupa LKS pembelajaran fisika berbasis problem based learning pada materi pengukuran bagi siswa kelas X SMA. LKS berbasis problem based learning pada materi pengukuran ini memiliki kualitas kemenarikan sangat baik dengan rerata skor 3,41, kualitas kemudahan sangat baik dengan rerata skor 3,31, dan kualitas kebermanfaatan sangat baik dengan rerata skor 3,48. LKS dinyatakan efektif digunakan sebagai media pembelajaran berdasarkan perolehan hasil belajar siswa, yang mencapai nilai rata-rata 75 dengan persentase kelulusan sebesar 77,5 % pada uji lapangan terhadap siswa kelas X SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014-2015.

B.Saran

(34)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Pengembangan

Salah satu kompetensi yang harus dimiliki pendidik ialah mampu melakukan penelitian di bidang pendidikan. Hal ini karena pekerjaan pendidik merupakan profesi yang menuntut peningkatan pengetahuan dan keterampilan terus-menerus, sejalan dengan perkembangan pendidikan di lapangan, sehingga diperlukannya penelitian dalam dunia pendidikan, salah satu jenis penelitian yaitu penelitian pengembangan. Ada beberapa definisi penelitian pengembangan menurut para ahli. Sugiyono (2013: 407) mengemukakan bahwa metode penelitian

(35)

7 Ada beberapa macam prosedur penelitian pengembangan, yaitu menurut Asyhar (2011: 95) memiliki tujuh prosedur pengembangan yang meliputi:

(1) Analisis kebutuhan dan karakteristik siswa, (2) Merumuskan tujuan pembelajaran, (3) Merumuskan butir-butir materi, (4) Menyusun instrumen evaluasi, (5) Menyusun naskah/draft media, (6 ) Melakukan validasi ahli dan (7) Melakukan uji coba/tes dan revisi.

Dapat ditarik makna bahwa prosedur penelitian pengembangan tersebut, pada tahap awal pengembang harus melihat kebutuhan siswa dengan

mempertimbangkan karakteristik siswa. Setelah itu pengembang membuat perencanaan media dengan terlebih dahulu menganalisis butir-butir tujuan pembelajaran dan materi, kemudian menyusun instrumen evaluasi uji media, menyusun naskah media, selanjutnya melakukan validasi ahli meliputi validasi ahli desain dan materi, lalu tahap akhir yaitu melakukan uji coba dan merevisi media berdasarkan saran perbaikan dari uji coba media.

Prosedur penelitian pengembangan menurut Sugiyono (2013) memiliki sepuluh prosedur meliputi:

1. Identifikasi masalah, 2. Pengumpulan data, 3. Desain produk, 4.

Validasi produk, 5. Revisi produk, 6. Uji coba produk, 7. Revisi produk I, 8. Uji coba pemakaian, 9. Revisi produk II, 10. Produksi masal.

(36)

8 berdasarkan saran perbaikan dari hasil ujicoba, selanjutnya produk akan diteliti melalui penggunaan produk sebagai media belajar, dan diakhir pelajaran dilakukan pembagian angket yang bertujuan menilai kelebihan dan kekurangan produk, setelah itu saran perbaikan dari pengguna akan diperbiki sebagai bahan revisi, pada tahap akhir produk siap dicetak dan dipasarkan sebagai media belajar.

Prosedur penelitian pengembangan menurut Suyanto dan Sartinem (2009) memiliki tujuh tahap, yaitu:

(1) Analisis kebutuhan, (2) Identifikasi sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan, (3) Identifikasi spesifikasi produk yang diinginkan pengguna, (4) Pengembangan produk, (5) Uji internal: uji spesifikasi dan uji

operasionalisasi produk, (6) Uji eksternal: uji kemanfaatan produk oleh pengguna, (7) Produksi.

Berdasarkan kutipan di atas dapat diambil makna bahwa prosedur penelitian pengembangan menurut Suyanto dan Sartinem, pada tahap awal pengembang harus menganalisis kebutuhan di lapangan dan mengidentifikasi sumberdaya yang dimiliki, lalu mengidentifikasi sfesifikasi produk yang diinginkan pengguna, mengembangkan produk, melakukan uji internal yang meliputi uji spesifikasi dan uji operasional produk, setelah mendapat saran perbaikan dari uji internal

pengembang melakukan revisi produk, kemudian melakukan uji eksternal yang bertujuan untuk mengetahui kemanfaatan produk oleh pengguna, setelah didapat hasil saran perbaikan melalui uji eksternal maka produk direvisi, dan pada tahap akhir produk sudah dapat dipoduksi.

(37)

9

B. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Saat kegiatan pembelajaran, guru membutuhkan media pembelajaran yang efisien, salah satu contohnya adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). Ada beberapa definisi LKS menurut para ahli, seperti yang diungkapkan oleh Arsyad (2004: 29), bahwa LKS termasuk media cetak hasil pengembangan teknologi cetak yang berupa buku dan berisi materi visual. Menurut Trianto (2007 :73), LKS adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa LKS adalah media cetak hasil pengembangan teknologi cetak berisi materi visual, yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah.

Setiap media pembelajaran memiliki karakteristik masing-masing, yang membedakannya satu dengan yang lainnya, adapun karakteristik LKS menurut Sungkono (2009: 11) yaitu:

(1) LKS memiliki soal-soal yang harus dikerjakan siswa, dan kegiatan-kegiatan seperti percobaan atau terjun ke lapangan yang harus siswa lakukan, (2) Merupakan bahan ajar cetak, (3) Materi yang disajikan

merupakan rangkuman yang tidak terlalu luas pembahasannya tetapi sudah mencakup apa yang akan dikerjakan atau dilakukan oleh peserta didik, (4) Memiliki komponen-komponen seperti kata pengantar, pendahuluan, daftar isi, dan lain-lain.

(38)

10

Selain mengetahui karakterisitik dari LKS itu sendiri, guru juga harus mengetahui tujuan dari penggunaan LKS, agar dalam penggunaanya peserta didik dapat memperoleh hasil yang maksimal dalam penguasaan konsep materi. Adapun tujuannya seperti yang diungkapkan Arsyad (2004: 78) yaitu:

LKS dibuat bertujuan untuk menuntun siswa akan berbagai kegiatan yang perlu diberikan serta mempertimbangkan proses berpikir yang akan

ditumbuhkan pada diri siswa. LKS mempunyai fungsi sebagai urutan kerja yang diberikan dalam kegiatan baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler terhadap pemahaman materi yang telah diberikan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa LKS betujuan untuk menuntun siswa dalam memahami pelajaran dengan mempertimbangkan proses berpikir siswa dalam kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.

Selain memiliki tujuan dalam pengggunannya, LKS juga memilki manfaat umum dan manfaat khusus. Manfaat secara umum menurut Sungkono (2009: 8) adalah:

(1) Membantu guru dalam menyusun rencana pembelajaran, (2)

Mengaktifkan peserta didik dalam proses belajar mengajar, (3) Sebagai pedoman guru dan peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis, (4) Membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang akan dipelajari melalui kegiatan belajar, (5) Membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis, (6) Melatih peserta didik untuk menemukan dan mengembangkan keterampilan proses, (7) Mengaktifkan peserta didik dalam mengembangkan konsep.

(39)

11 memperoleh catatan tentang materi yang akan dipelajari, melatih peserta didik untuk menemukan dan mengembangkan keterampilan proses, dan mengaktifkan peserta didik di kelas.

Secara umum LKS bermanfaat untuk guru dan peserta didik, sebagai pedoman dalam pembelajaran. LKS mengajarkan peserta didik untuk menemukan hal-hal baru secara langsung melalui suatu eksperimen dan penguasaan konsep. Selain memiliki manfaat umum, LKS juga memiliki manfaat khusus. Adapun manfaat khusus LKS menurut Sungkono (2009: 9) adalah:

(a) Untuk tujuan latihan, siswa diberikan serangkaian tugas/aktivitas latihan. Lembar kerja seperti ini sering digunakan untuk memotivasi siswa ketika sedang melakukan tugas latihan, (b) Untuk menerangkan penerapan (aplikasi). Siswa dibimbing untuk menuju suatu metode penyelesaian soal dengan kerangka penyelesaian dari serangkaian soal-soal tertentu. Hal ini bermanfaat ketika kita menerangkan penyelesaian soal aplikasi yang memerlukan banyak langkah. Lembaran kerja ini dapat digunakan sebagai pilihan lain dari metode tanya jawab, dimana siswa dapat memeriksa sendiri jawaban pertanyaan itu, (c) Untuk kegiatan penelitian, siswa ditugaskan untuk mengumpulkan data tertentu, kemudian menganalisis data tersebut. Misalnya dalam penelitian statistika, (d) Untuk penemuan, dalam lembaran kerja ini siswa dibimbing untuk menyelidiki suatu keadaan tertentu, agar menemukan pola dari situasi itu dan kemudian menggunakan bentuk umum untuk membuat suatu perkiraan. Hasilnya dapat diperiksa dengan observasi dari contoh yang sederhana, (e) Untuk penelitian hal yang bersifat terbuka penggunaan lembaran kerja siswa ini mengikutsertakan sejumlah siswa dalam penelitian dalam suatu bidang tertentu.

Dari kutipan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa manfaat khusus penggunaan LKS yaitu untuk memotivasi siswa, menerangkan penerapan aplikasi,

(40)

12 Berdasarkan pandapat beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa LKS adalah salah satu jenis alat bantu pembelajaran, yang digunakan siswa untuk mendalami materi yang sedang dipelajari. Dengan adanya LKS siswa dituntut untuk mengemukakan pendapat dan mampu membuat kesimpulan. LKS ini sangat baik digunakan untuk menggalakkan keterlibatan peserta didik dalam belajar, baik dipergunakan dalam penerapan metode terbimbing maupun untuk memberikan latihan pengembangan. Dalam proses pembelajaran fisika, LKS bertujuan untuk menemukan konsep atau prinsip dan aplikasi konsep atau prinsip. Hal ini menunjukkan bahwa LKS

berfungsi sebagai media yang dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam proses belajar mengajar.

C. Model Pembelajaran Problem Based Learning

Karakteristik materi pembelajaran fisika yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, menuntut untuk mengaitkan fenomena fisika di kehidupan sehari-hari dengan konsep fisika yang dipelajari di bangku pendidikan formal. Dalam proses pembelajaran diperlukan adanya media belajar, contohnya yaitu LKS. LKS yang baik adalah LKS yang mampu mengkorelasikan unsur karakteristik pembelajaran fisika kedalam konsep materi fisika, adapun model pembelajaran yang mampu mewujudkannya adalah problem based learning. Ada beberapa definisi model pembelajaran problem based learning menurut para ahli, seperti yang

diungkapkan Nurhadi (2004: 56) sebagai berikut:

(41)

13 Menurut Riyanto (2009: 288), model problem based learning merupakan model pembelajaran yang dapat membantu peserta didik untuk aktif, dan mandiri dalam mengembangkan kemampuan berpikir memecahkan masalah melalui pencarian data, sehingga diperoleh solusi dengan rasional dan autentik. Menurut Trianto (2007: 96), problem based learning adalah pembelajaran yang realistik dengan kehidupan peserta didik, pemberian konsep untuk menumbuhkan sikap inkuiri peserta didik, dan memupuk kemampuan problem solving. Jadi dapat disimpulkan bahwa problem based learning adalah pembelajaran yang realisitik dengan

kehidupan peserta didik, yang bertujuan mengasah keterampilan pemecahan masalah melalui pencarian informasi agar ditemukan jawaban dari masalah tersebut.

Model pembelajaran problem based learning memiliki karakteristik khusus dari model pembelajaran lainnya. Adapun karakteristik pembelajaran berbasis problem based learning menurut Herman (2007: 3) yaitu:

1) Memposisikan siswa sebagai self-directed problem solver melalui kegiatan kolaboratif, 2) Mendorong siswa untuk mampu menemukan masalah dan mengelaborasinya dengan mengajukan dugaan-dugaan dan merencanakan penyelesaian, 3) Memfasilitasi siswa untuk mengeksplorasi berbagai alternatif penyelesaian dan implikasinya, serta mengumpulkan dan mendistribusikan informasi, 4) Melatih siswa untuk terampil menyajikan temuan, dan 5) Membiasakan siswa untuk merefleksi tentang efektifitas cara berpikir mereka dalam menyelesaikan masalah.

(42)

14 dan membiasakan siswa mengevaluasi kemampuan mereka dalam menyelesaikan masalah.

Pembelajaran berbasis problem based learning memiliki lima tahapan dalam pelaksanannya. Lima tahapan model pembelajaran berbasis problem based learning menurut Nurhadi (2004: 60) yaitu:

Orientasi siswa kepada masalah (tindakan guru menjelaskan tujuan

pembelajaran, logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa aktif, pengajuan masalah, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah), mengorganisasi siswa untuk belajar (guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut), membimbing penyelidikan individual dan kelompok (guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,

melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan pemecahan masalah), mengembangkan dan menyajikan hasil karya (guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, model dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan kelompoknya), menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah (guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap

penyelidikan mereka dalam proses-proses yang mereka gunakan).

Langkah-langkah pembelajaran problem based learning yang dikemukakan oleh Nurhadi dapat ditarik makna bahwa pembelajaran diawali dengan pengenalan masalah kepada peserta didik. Selanjutnya peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok untuk melakukan diskusi penyelesaian masalah. Hasil dari analisis kemudian dipresentasikan kepada kelompok lain. Akhir pembelajaran guru melakukan klarifikasi mengenai hasil penyelidikan peserta didik.

(43)

15 menyimpulkan alternatif pemecahan secara kolaboratif, dan melakukan pengujian hasil (solusi) pemecahan masalah. Kesimpulan dari delapan tahapan belajar problem based learning menurut Sanjaya yaitu, siswa menemukan masalah,

mendefinisikan masalah, mengumpulkan fakta untuk menyusun hipotesis, dan melakukan penyelidikan untuk menguji hipotesis.

Tahapan pembelajaran problem based learning menurut Riyanto (2009: 288) memiliki lima tahapan sebagai berikut :

a.) Guru memberikan permasalahan kepada peserta didik, b.) Peserta didik dibentuk kelompok kecil, kemudian masing-masing kelompok tersebut mendiskusikan masalah dengan pengetahuan dan keterampilan dasar yang mereka miliki. Peserta didik juga membuat rumusan masalah serta

hipotesisnya, c.) Peserta didik aktif mencari informasi dan data yang

berhubungan dengan masalah yang telah dirumuskan, d.) Peserta didik rajin berdiskusi dengan kelompoknya untuk menyelesaikan masalah yang

diberikan dengan melaporkan data-data yang telah diperoleh, e.) Kegiatan diskusi penutup dilakukan apabila proses sudah memperoleh solusi yang tepat.

Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran problem based learning menurut Riyanto, dapat disimpulkan bahwa tugas guru adalah menyajikan permasalahan kepada peserta didik, membagi perserta didik menjadi beberapa kelompok untuk berdiskusi merumuskan masalah, menyusun hipotesis, mencari informasi, mengumpulkan data, dan mempresentasikan hasil diskusi.

(44)

16

D. Materi Pengukuran SMA

Materi pengukuran SMA ini menggunakan standar isi Kurikulum 2013. Bab pengukuran ini terdiri atas tiga sub bab pokok bahasan, yaitu yang pertama besaran, satuan dan dimensi, yang kedua penjumlahan vektor dan yang ketiga pengukuran.

1. Besaran, satuan dan dimensi

Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka. Besaran terbagi menjadi dua golongan, yaitu besaran pokok dan besaran turunan. Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan terlebih dahulu dan tidak diturunkan dari besaran lain, contohnya besaran panjang, massa, waktu, kuat arus listrik, suhu, jumlah zat dan intensitas cahaya. Besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari satu atau lebih besaran pokok contohnya luas, volume, massa jenis, kecepatan, percepatan, gaya, usaha, daya, tekanan dan momentum.

Setiap besaran pasti memiliki satuan, contohnya besaran panjang memiliki satuan meter. Satuan adalah unit yang digunakan untuk memastikan kebenaran

(45)

17 memeriksa ketepatan suatu instrumen. Contoh satuan baku adalah meter,

kilogram, sekon, dan lain-lain. Satuan tidak baku adalah satuan yang digunakan berdasarkan kesepakatan di wilayah setempat saja dan tidak dapat dipakai untuk memeriksa ketepatan suatu instrumen, contoh satuan tidak baku adalah jengkal, depa, hasta, dan lain-lain.

Dimensi dalam besaran adalah cara untuk menyusun suatu besaran yang susunannya berdasarkan besaran pokok dengan menggunakan lambang/huruf tertentu yang ditempatkan dalam kurung siku. Contoh dimensi adalah dimensi dari besaran pokok panjang dengan satuan meter adalah [L], dimensi dari besaran pokok massa dengan satuan kg adalah [M] dan dimensi dari besaran pokok waktu degan satuan sekon adalah [T].

2. Penjumlahan Vektor

Besaran skalar adalah besaran yang hanya memiliki nilai, sedangkan besaran vektor adalah besaran yang memiliki nilai dan arah. Contoh besaran skalar dalam kehidupan sehari-hari adalah: panjang, massa, waktu, suhu, dan jumlah zat. Contoh besaran vektor dalam kehidupan sehari hari yaitu: kecepatan, perpindahan, gaya dan momentum. Lambang suatu vektor dinyatakan dengan satu huruf yang

diberi lambang anak panah diatas huruf tersebut seperti: ⃑ , sedangkan untuk nilai dan arahnya dinyatakan dengan sebuah anak panah yang terdiri dari pangkal dan ujung. Panjang anak panah menyatakan besar vektor atau nilai vektor, sedangkan arah anak panah menyatakan arah vektor. Adapun rumus untuk mencari besar

(46)

18 3. Pengukuran

Kegiatan pengukuran adalah kegiatan membandingkan suatu besaran yang diukur dengan alat ukur yang digunakan sebagai satuan. Teknik pengukuran merupakan aktifitas berprosedur yang bertujuan membandingkan suatu besaran yang diukur dengan alat ukur yang digunakan sebagai satuan. Alat ukur adalah alat yang digunakan untuk mengukur benda atau suatu kejadian tertentu. Alat ukur dasar terdiri dari alat ukur panjang, massa, dan waktu. Adapun golongan alat ukur panjang yaitu mistar, jangka sorong, dan mikrometer skrup. Golongan alat ukur massa yaitu neraca pegas dan neraca ohauss. Golongan alat ukur waktu yaitu stopwatch.

Alat ukur panjang, massa dan waktu memiliki kegunaan tersendiri. Adapun kegunaan dari beberapa alat ukur tersebut adalah sebagai berikut.

1. Mistar: digunakan untuk mengukur panjang suatu benda, dengan panjang maksimal benda 100 cm. Ketelitian alat ukur ini yaitu 0,5 mm.

2. Jangka sorong: digunakan untuk mengukur diameter dalam, diameter luar, dan kedalaman suatu tabung yang memiliki panjang maksimum 20 cm. Ketelitian alat ukur ini 0,1 mm, 0,02 mm, dan 0,05 mm, bergantung pembagian skala noniusnya.

3. Mikrometer skrup: digunakan untuk mengukur ketebalan suatu benda misalnya tebal kertas dan diameter kawat yang kecil. Tebal maksimal benda yang dapat diukur yaitu 2,50 cm. Ketelitian alat ukur ini yaitu 0,01 mm. 4. Neraca pegas: digunakan untuk mengukur massa suatu benda dengan bantuan

(47)

19 5. Neraca ohauss tiga lengan: digunakan untuk mengukur massa suatu benda

yang memiliki batas ukur maksimal hingga 610 gram. Ketelitian alat ukur ini 0,01 gr.

6. Stopwatch: digunakan untuk mengukur waktu yang diperlukan dalam suatu kegiatan, dengan tingkat ketelitan dalam sekon. Ketelitian alat ukur ini 0,1 s.

Saat menggunakan alat ukur, sering terjadi kesalahan yang menyebabkan ketidaktepatan dalam pengukuran. Adapun penyebabnya terbagi menjadi dua kesalahan, yaitu kesalahan umum dan sistematik.

1. Kesalahan umum: kesalahan umum adalah kesalahan yang disebabkan

keterbatasan pada pengamat saat melakukan pengukuran. Kesalahan ini dapat disebabkan karena kesalahan membaca skala kecil, dan kekurangterampilan dalam menyusun dan memakai alat, terutama untuk alat yang melibatkan banyak komponen.

2. Kesalahan sistematik: kesalahan sistematik merupakan kesalahan yang disebabkan oleh alat yang digunakan atau lingkungan di sekitar alat yang mempengaruhi kinerja alat, misalnya:

a. Kesalahan kalibrasi: kesalahan kalibrasi terjadi karena pemberian nilai skala pada saat pembuatan atau kalibrasi (standarisasi) tidak tepat. Hal ini mengakibatkan pembacaan hasil pengukuran menjadi lebih besar atau lebih kecil dari nilai sebenarnya. Kesalahan ini dapat diatas dengan mengkalibrasi ulang alat ukur.

(48)

20 Akibatnya, hasil pengukuran dapat mengalami penambahan atau

pengurangan sesuai dengan selisih dari skala nol semestinya. Kesalahan titik nol dapat diatasi

dengan melakukan koreksi pada penulisan hasil pengukuran. c. Kesalahan komponen alat: kesalahan komponen alat terjadi karena

kerusakan pada komponen alat. Kesalahan pada komponen alat jelas sangat berpengaruh pada pembacaan alat ukur, misalnya pada neraca pegas. Jika pegas yang digunakan sudah tidak elastis, maka akan berpengaruh pada pengurangan konstanta pegas. Hal ini menjadikan jarum atau skala penunjuk tidak tepat pada angka nol yang membuat skala berikutnya bergeser. Kesalahan ini dapat diatasi dengan mengganti komponen alat yang rusak tersebut.

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. 2004. Media Pengajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Asyhar, Rayandra. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta:

Gaung Persada (GP) Press.

Herman, Tatang. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi. http://jurnal.upi.edu/ penelitian-pendididkan.html. Diakses 4 Mei 2014.

Mustain, Akbar Sutawidjaja, Hery Susanto. 2012. Pengembangan Student Worksheet Bercirikan Problem Based Learning pada Materi Luas Daerah yang Dibatasi oleh Dua Kurva atau Lebih untuk SMA Kelas XII. http:// karyailmiah.um.ac.id. disertasi.article.html. Diakses 10 September 2014.

Nurhadi. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/ CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Malang.

Pariska, Ike Suci. Sri Elniati. Syafriandi. 2012. Pengembangan Lembar Kerja Siswa Matematika Berbasis Masalah. Jurnal Pendidikan Matematika FMIPA UNP. Vol.I No.1, Hal.75-80.

Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Kencana Prenada.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sujadi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta. Sungkono, Djauhar Siddiq. 2009. Pengembangan Bahan Ajar. Yogyakarta:

Universitas Negeri Yogyakarta.

Suyanto, Eko dan Sartinem. 2009. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2009. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka LKS Diadaptasi Menurut Nurhadi
Tabel 3.1 Skor Penilaian terhadap Pilihan Jawaban

Referensi

Dokumen terkait

Modul matematika berbasis LKS dengan pendekatan problem based learning adalah suatu bahan ajar berupa buku, dan materi di dalamnya disusun dengan menyesuaikan dengan soal yang

Lks akuntansi berbasis Problem Based Learning kelas X jurusan Akuntansi SMK Taruna Pulokulon Grobogan dapat memaksimalkan waktu pembelajaran dengan memaksimalkan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa kelas X dengan menggunakan LKS berbasis problem based learning mendapat hasil yang lebih

Manfaat dari LKS ini yaitu dapatdisumbangan kepada sekolah berupa bahan ajar cetak yaitu Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Problem Based Learning (PBL) pada materi

Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan LKS berbasis problem solving pada materi perubahan lingkungan yang dapat melatihkan keterampilan berpikir kritis dan kemampuan

Angket Penilaian Kualitas Lembar Kerja Siswa (LKS) Interaktif Materi Jamur (Fungi) Berbasis Website Untuk Siswa SMA/MA Kelas X Semester I (Ahli Media). Nama

Berdasarkan hasil validasi oleh ahli materi dan ahli media, dapat disimpulkan bahwa LKS yang dikembangkan yaitu LKS fisika berbasis Problem Based Learning pada pokok bahasan

Hasil Rekapitulasi Kelayakan dan Tanggapan Pengguna Terhadap E-LKS SPM-PBL KESIMPULAN E-LKS Sistem Pernapasan Manusia berbasis Model Problem Based Learning sangat layak untuk