• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek

Dalam pelaksanaan kerja praktek ini, penulis ditempatkan di bagian Fasilitas Kepabeanan bidang Fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE). Dimana dalam pelaksanaan kerja praktek tersebut penulis diberikan pengarahan dan bimbingan mengenai tinjauan pemberian fasilitas pembebasan Bea Masuk dan PPN tidak dipungut pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat.

Keputusan Menteri Keuangan RI No.580/KMK.04/2003 tanggal 31 Desember 2003 Tentang Tata Laksana KITE dan Pengawasannya dan keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai No. KEP-205/BC/2003 tanggal 31 Desember Tentang Petunjuk Pelaksanaan Tatalaksana KITE dan Pengawasannya.

Bagian Fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) dibagi menjadi sembilan seksi, yaitu seksi perumus, seksi penelaah bahan telaahan tk. I, seksi penelaah bahan telaahan tk. II, pemroses bahan telaahan tk. I, pemroses bahan telaahan tk. II, penyaji bahan telaahan tk. I, penyaji bahan telaahan tk. II, penatausaha tk. I, penatausaha tk. II. Penulis diberikan kesempatan untuk mendapatkan banyak informasi sekaligus mempelajari petunjuk dan teknis serta prosedur pemberian pembebasan bea masuk untuk barang impor tujuan ekspor.

3.1.1 Prosedur

(2)

Berbagai pendapat telah dikemukakan oleh para ahli tentang pengertian prosedur, setiap ahli memberikan pengertian yang beragam berdasarkan ilmu yang merekan pelajari disertai dengan asumsi, persepsi yang dikemukakan oleh Azhar Susanto (2007;264) menyatakan bahwa:

“Prosedur adalah suatu rangkaian aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara berulang – ulang dengan cara yang sama”.

Sedangkan pengertian prosedur menurut Ardiyos (2004;73) menyatakan bahwa:

“Prosedur adalah suatu bagian sistem yang merupakan rangkaian tindakan yang menyangkut beberapa orang dalam satu atau beberapa bagian yang ditetapkan untuk menjamin agar suatu kegiatan usaha atau transaksi dapat terjadi secara berulang kali dan dilaksanakan secara beragam”

Dari kedua pengertian diatas, Penulis mengambil kesimpulan bahwa prosedur merupakan suatu rangkaian tindakan yang melibatkan beberapa orang dalam suatu lembaga atau lebih agar terjadi suatu penanganan yang seragam. Prosedur juga merupakan suatu kegiatan yang berlangsung secara berulang-ulang dalam lembaga itu sendiri.

3.1.1.2 Karakteristik Prosedur

Karakteristik prosedur yang dikemukakan oleh Mulyadi (2001;6) menyatakan bahwa terdapat beberapa karakteristik prosedur, diantaranya sebagai berikut:

1. Prosedur menunjang tercapainya tujuan organisasi.

2. Prosedur mampu menciptakan adanya pengawasan yang baik dan menggunakan biaya yang semaksimal mungkin.

3. Prosedur menunjukan urutan-urutan yang logis dan sederhana. 4. Prosedur menunjukan adanya penetapan keputusan dan tanggung

jawab.

5. Prosedur menunjukan tidak adanya keterlambatan dan hambatan.

(3)

Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor KEP-205/ BC /2003 tentang petunjuk pelaksanaan tatalaksana Kemudahan Impor Tujuan Impor (KITE) dan pengawasannya disebutkan bahwa pembebasan adalah pembebasan Bea Masuk (BM) dan atau Cukai atas impor barang dan/atau bahan untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang lain dengan tujuan untuk diekspor atau diserahkan ke Kawasan Berikat.

Kawasan Berikat adalah suatu bangunan, tempat atau kawasan dengan batas-batas tertentu yang di dalamnya dilakukan kegiatan usaha industri pengolahan barang dan bahan, kegiatan rancang bangun, perekayasaan, penyortiran, pemeriksaan awal, pemeriksaan akhir, dan pengepakan atas barang dan bahan asal impor atau barang dan bahan dari dalam Daerah Pabean Indonesia Lainnya (DPIL), yang hasilnya terutama untuk tujuan ekspor.

3.1.3 Bea Masuk (Import Duty)

Pengertian pajak Bea Masuk (BM) atau dalam bahasa inggrisnya “import duty”, bea masuk adalah bea yang dikenakan atas barang yang dimasukkan ke dalam daerah pabean dan diperlakukan sebagai barang import, oleh karenanya terutang Bea Masuk.

Dasar Hukumnya :

(4)

 Tentang Cukai : Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3613).

Pemungutan bea masuk fungsinya untuk melindungi industri dalam negeri dari limpahan produk luar negeri yang diimpor, dalam bahasa perdagangan sering disebut tariff barier yaitu besaran dalam persen yang ditentukan oleh negara untuk dipungut oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai pada setiap produk atau barang impor. sedang untuk ekspor pada umumnya pemerintah tidak memungut bea demi mendukung industri dalam negeri dan khusus untuk ekspor pemerintah akan memberikan insentif berupa pengembalian (restitusi pajak) terhadap barang yang diekspor.kecuali untuk produk mentah seperti beberapa jenis kayu, rotan dsb pemerintah memungut pajak ekspor dan pungutan ekspor dengan maksud agak para eksportir sedianya dapat mengekspor produk jadi dan bukanlah bahan mentah atau setengah jadi, filosopi pemungutan pajak ekspor pada komoditi ini adalah untuk melindungi sumber daya alam Indonesia.

3.1.3.1 Unsur-unsur Bea Masuk

(5)

Importir bertanggung jawab atas Bea Masuk barang yang diimpornya melalui sistim menghitung dan membayar sendiri Bea Masuk yang terutang (self assessment).

b. Cara Penetapan dan Tujuan Penetapan

Bea Masuk ditetapkan dengan menggunakan “Dasar Penghitungan Bea Masuk (DPBM)” yang ditetapkan oleh peraturan Menteri Keuangan, dan tujuannya adalah untuk kepastian penghitungan dan memperlancar pengajuan pemberitahuan pabean oleh importir.

c. Saat Pembayaran (Pelunasan)

Bea masuk dilunasi selambat-lambatnya pada saat barang akan dikeluarkan dari kawasan pabean (kecuali impor yang biayanya ditangguhkan atau dibebaskan).

d. Besaran Bea Masuk

Kutipan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 491/ KMK.05/ 1996, tanggal 31 Juli 1996 :

“Bea Masuk dihitung berdasarkan tarif Bea Masuk dikalikan dengan Nilai Pabean barang impor yang bersangkutan”.

e. Tarif

Untuk penghitungan Bea Masuk didasarkan pada ketentuan tentang klasifikasi barang dan besarnya tarif Bea Masuk atas barang impor.

(6)

Nilai Pabean untuk penghitungan Bea Masuk dan Pajak dalam rangka impor adalah Nilai pabean dengan kondisi Cost, Insurance, dan Freight (CIF).

g. Cost (FOB Cost)

Harga Barang dimport sampai pada dek Kapal/pesawat pengangkut, atau biasa disebut Free On Board (FOB).

h. Insurance (Asuransi)

Besarnya asuransi untuk menghitung Nilai Pabean ditetapkan sebagai berikut :

 Dalam hal asuransi ditutup di luar negeri, didasarkan pada premi asuransi yang tertera pada polis asuransi.

 Dalam hal asuransi ditutup di dalam negeri, besarnya premi asuransi untuk penghitungan Nilai Pabean dianggap nihil.

 Dalam hal tidak ada polis asuransi, besarnya premi asuransi ditetapkan menurut tata cara yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai.

i. Freight (Biaya Angkut)

Biaya angkut (freight) untuk menghitung Nilai Pabean bagi barang impor didasarkan atas biaya angkut yang sebenarnya dibayar atau yang seharusnya dibayar. Jika memakai angkutan udara (Air Shipment) yang diberlakukan adalah tarif IATA.

(7)

Diperoleh dari perkalian antara Nilai Pabean dalam valuta asing dengan Nilai Dasar Penghitungan Bea Masuk (NDPBM) yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

k. Tempat Pembayaran Bea Masuk

Untuk pelaksanaan pembayaran Bea Masuk dan pungutan negara lainnya dalam rangka impor dibayar melalui Bank Devisa atau Kantor Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

l. Bea Masuk Tidak Dapat Dikreditkan

Bea Masuk tidak dapat dikreditkan, akan tetapi bisa "ditangguhkan" atau "dibebaskan".

3.1.3.2 Klasifikasi Barang Yang Diberi Pembebasan Bea Masuk

a. Barang dan bahan asal impor yang dimasukkan untuk diolah, dirakit atau dipasang pada barang lain dengan tujuan untuk diekspor, dibebaskan dari Bea Masuk. Pembebasan Bea Masuk yang diberikan merupakan fasilitas untuk menghilangkan beban yang dipikul oleh importir produsen yang akan memberikan nilai tambah terhadap barang atau bahan impor dimaksud dengan cara mengolah, merakit, atau memasangnya pada barang lain, kemudian mengekspor barang jadinya.

(8)

dapat diberikan pada produsen eksportir yang bidang usahanya khusus industri perakitan.

c. Terhadap hasil produksi yang bahan bakunya berasal dari impor yang diserahkan ke Kawasan Berikat untuk diproses lebih lanjut dapat diberikan pembebasan dan/ atau pengembalian Bea Masuk.

3.1.4 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) Tidak Dipungut

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) Tidak Dipungut adalah fasilitas tidak dipungut PPN dan PPnBM atas impor barang dan/atau bahan untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang lain dengan tujuan untuk diekspor, sepanjang atas impor barang dan atau bahan tersebut dibebaskan dari pengenaan bea masuk.

3.1.4.1 Klasifikasi Barang Yang Diberi Pembebasan PPN dan PPnBM Tidak Dipungut

a. Barang dan bahan untuk diolah dengan tujuan ekspor adalah barang dan bahan asal impor yang diolah sehingga menghasilkan barang lain dengan tujuan untuk diekspor, kecuali bahan bakar, bahan pelumas dan peralatan pabrik. Pembebasan Bea Masuk atas barang dan bahan asal impor ini dapat diberikan pada produsen importir.

(9)

c. Hasil produksi dari perusahaan yang bahan bakunya berasal dari impor dapat dijual ke dalam Daerah Pabean Indonesia Lainnya (DPIL) setelah ada realisasi ekspor dan/ atau penyerahan ke Kawasan Berikat.

3.15 Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE)

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 580/ KMK. 04/ 2003 tanggal 13 Desember 2003 sebagai pengganti KMK Nomor : 129/ KMK. 04/ 2003 fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor adalah pemberian pembebasan dan atau Cukai serta PPn dan PPnBm tidak dipungut atas impor barang dan atau bahan untuk diolah, dirakit atau dipasang pada barang lainnya yang hasilnya terutama untuk tujuan ekspor, pemberian fasilitas ini merupakan perwujudan salah satu tugas Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat sebagai pengguna jasa.

3.1.6 Jaminan-jaminan Permohonan Pembebasan Bea Masuk dan PPN Tidak Dipungut

(10)

1. Jaminan Bank

Jaminan Bank adalah garansi dalam bentuk warkat yang diterbitkan oleh bank yang mengakibatkan kewajiban bagi Bank untuk membayar terhadap pihak lain ingkar janji (wan prestasi), jaminan ini mempunyai jangka waktu minimal 6 (enam) bulan dan dapat diperpanjang.

2. Customs Bond

Jaminan ini adalah perikatan penjamin antara tiga pihak, pihak pertama (Surety) terikat untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang timbul dari pihak kedua (Principal) terhadap pihak ketiga (Obligee), dalam hal tidak memenuhi kewajiban-kewajibanya, jangka waktu jaminan Customs Bond:

a. Berkaitan dengan fasilitas pembebasan, masa berlaku Customs Bond sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan dan harus diperpanjang kembali oleh perusahaan dalam masa berlakunya jaminan telah berakhir sedangkan barang impor belum seluruhnya dipertanggungjawabkan realisasi ekspornya dan atau penyerahan ke kawasan berikat oleh perusahaan.

b. Jaminan wajib di perpanjang selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja sebelum tanggal berakhirnya masa berlaku jaminan.

c. Jaminan yang telah diperpanjang harus diperpanjang harus disampaikan kepada kantor wilayah selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja sebelum tanggal berakhirnya masa berlaku jaminan.

3. Surat Sanggup Bayar

(11)

yang telah mendapat persetujuan dari kepala kantor wilayah. Untuk dapat menggunakan jaminan berupa SSB, perusahaan harus mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah dan wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Aktif menggunakan pembebasan serta PPN dan PPnBM tidak dipungut selama 24 bulan terhitung sejak pertama kali diterbitkannya keputusan pemberian pembebasan serta PPN dan PPnBM tidak dipungut kepada perusahaan bersangkutan.

b. Laporan keuangan sudah disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan Indonesia.

c. Laporan keuangan perusahaan telah diperiksa oleh akuntan publik untuk 2 tahun terakhir dan sekurang-kurangnya dinyatakan wajar menurut hasil pemeriksaan akuntan publik.

d. Tidak pernah mempunyai tunggakan BM, cukai, pajak dan pungutan negara lainnya.

e. Tidak pernah melanggar ketentuan kepabaeanan dan cukai yang dikenai sanksi administrasi dalam kurun waktu satu tahun terakhir. 4. Coorporate Guarantee

Adalah jaminan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang mendapat predikat jalur prioritas, Coorporate Guarantee asli harus diserahkan kedirektorat teknis, jaminan Cooporate Guarantee proses monitoring dilakukan seperti pada SSB yaitu melalui monitoring PIB yang jangka waktunya adalah satu tahun.

3.2 Teknik Pelaksanaan Kerja Praktek

(12)

2009 sampai dengan tanggal 5 Agustus 2009. Penulis diberikan pengarahan dan bimbingan baik secara teori maupun petunjuk dan teknis melaksanakan pemberian pembebasan bea masuk untuk barang impor tujuan ekspor.

Teknis pelaksanaan yang dilakukan penulis dalam melaksanakan kerja praktek di kantor wilayah bea dan cukai Jawa Barat adalah dengan melakukan beberapa kegiatan diantaranya sebagai berikut:

1. Penulis terlebih dahulu harus mengenal ruang lingkup, keadaan dan kondisi tempat kerja praktek.

2. Mempelajari peraturan-peraturan sebagai dasar hukum dalam melakukan proses pemberian pembebasan bea masuk.

3. Penulis melakukan tanya jawab langsung mengenai hal-hal yang berkaitan dengan proses pemberian pembebasan bea masuk, yaitu dengan para pelaksana seksi bagian Kemudahan Impor Tujuan Ekspor. 4. Mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan pemberian

pembebasan bea masuk.

Diluar prosedur pelaksanaan, Penulis juga melakukan tugas-tugas sebagai berikut:

1. Mempelajari peraturan-peraturan sebagai dasar hukum dalam melakukan perhitungan pembebasan bea masuk.

2. Menyusun dokumen-dokumen PEB dan PIB perusahaan-perusahaan yang mendapat fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor.

(13)

3.3 Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek

3.3.1 Prosedur Pemberian Fasilitas Pembebasan Bea Masuk dan PPN Tidak Dipungut

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 580 / KMK.04/2003 tanggal 31 Desember 2003 tentang tatalaksana kemudahan impor tujuan ekspor dan pengawasannya Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor 205 /BC/ 2003 tanggal 31 Desember 2003 tentang petunjuk pelaksanaan tatalaksana kemudahan impor tujuan ekspor dan pelaksanaannya.

Prosedur Pemberian Fasilitas Pembebasan Bea Masuk dan PPN tidak dipungut atas kemudahan impor tujuan ekspor adalah sebagai berikut:

1. Setiap perusahaan yang akan mengajukan permohonan untuk memperoleh pembebasan PPN dan PPnBM tidak dipungut harus memiliki Nomor Induk Perusahaan (NIPER) yang diterbitkan oleh Kantor Wilayah. Untuk mendapatkan NIPER, perusahaan harus mengajukan Data Induk Perusahaan (DIPER) secara lengkap dan benar kepada Kepala Kantor Wilayah DJBC secara elektronik.

(14)

3. Persetujuan atau penolakan terhadap permohonan NIPER diberikan dalam jangka waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak tanggal Berita Acara.

4. Untuk memperoleh Pembebasan serta PPN dan PPnBM tidak dipungut Perusahaan mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah. 5. Permohonan untuk memperoleh pembebasan PPN dan PPnBM tidak

dipungut dilampiri Formulir BCF.KT01 yang berisi rencana impor dan ekspor serta rincian kebutuhan barang dan/atau bahan baku impor dan hasil produksi selama 12 (dua belas) bulan serta Kantor Pabean tempat pengeluaran barang dan/atau bahan baku asal impor ke Kantor Wilayah secara elektronik.

6. Bagi perusahaan yang baru pertama kali mengajukan permohonan Pembebasan serta PPN dan PPnBM tidak dipungut, dilampiri Formulir BCF.KT01 harus melampirkan: kontrak ekspor atau bukti realisasi ekspor selama 1 (satu) tahun sebelumnya, fotocopy NPWP, dan uraian proses produksi secara elektronik.

7. Persetujuan atau penolakan permohonan untuk memperoleh pembebasan PPN dan PPnBM tidak dipungut diberikan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja sejak permohonan diterima dengan lengkap dan benar. 8. Dalam hal permohonan untuk mendapat Pembebasan serta PPN dan

PPnBM tidak dipungut:

a. Disetujui, Kepala Kantor Wilayah menerbitkan Surat Keputusan Pembebasan Bea Masuk dan/atau Cukai serta PPN dan PPnBM tidak dipungut; atau

(15)

 menyerahkan jaminan berupa Jaminan Bank, Customs Bond atau Surat Sanggup Bayar (SSB) kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebesar BM dan/atau Cukai serta PPN dan PPnBM yang terutang sebelum pengeluaran barang dilakukan;

 menyimpan dan memelihara dokumen, buku-buku dan laporan yang berkaitan dengan kegiatan impor dan ekspor sekurangkurangnya 10 (sepuluh) tahun pada tempat usahanya di Indonesia;

 menyampaikan laporan-laporan ke Kantor Wilayah sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali.

10.Meneruskan surat penolakan atau Surat Keputusan

Pembebasan serta PPN dan PPnBM tidak dipungut kepada

Tata Usaha untuk dikirimkan kepada Perusahaan secara

elektronik

11.Surat Keputusan Pembebasan Bea Masuk dan/atau Cukai serta PPN dan

PPnBM tidak dipungut dikirimkan secara elektronik ke Kantor Pabean tempat pengeluaran barang atau bahan baku asal impor.

3.3.2 Bagian-bagian Yang Terkait Dalam Pemberian Fasilitas Pembebasan Bea Masuk dan PPN Tidak Dipungut atas KITE

Adapun bagian-bagian yang terkait dalam pemberian pembebasan bea masuk dan PPN tidak dipungut yaitu:

(16)

Menerima SK Pencairan Jaminan yang sudah diparaf dari Pejabat yang menangani pembebasan, menandatangani SK pencairan jaminan, meneruskan SK pencairan jaminan ke Tata Usaha untuk diadministrasikan, digandakan dan dikirim kepada: Dirjen Pajak, Dirjen Anggaran, penjamin (bank devisa atau perusahaan asuransi), perusahaan yang bersangkutan, dan arsip.

2. Kepala Seksi Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE)

Menyiapkan Surat Keputusan penerbitan dan pencabutan Nomor Induk Perusahaan (NIPER), Surat Persetujuan pemutakhiran Data Induk Perusahaan (DIPER), surat keputusan pembebasan Bea Masuk dan/atau Cukai serta PPN dan/atau PPnBM tidak dipungut. Melaksanakan penerimaan jaminan dalam rangka fasilitas KITE.

3. Seksi Penelaah Bahan Telaahan

Melakukan penelaahan penerbitan surat keputusan pemberian dan pencabutan NIPER, penelaahan penerbitan surat keputusan pembebasan Bea Masuk dan/atau Cukai serta PPN dan/atau PPnBM tidak dipungut, penelaahan penerimaan dan pengelolaan jaminan. Melakukan penelaahan monitoring status perusahaan, jaminan, dan PIB dalam rangka fasilitas KITE.

4. Seksi Pemroses Bahan Telaahan

(17)

5. Seksi Penyaji Bahan Telaahan

Referensi

Dokumen terkait

e. Mengungkapkan data pribadi saya kepada afiliasi lain anggota International FPSB Council dan FPSB Ltd untuk tujuan statistik. Saya memahami bahwa saya dapat menolak untuk

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu yang mempunyai batita tentang gizi batita terhadap pola pemberian asupan

Perencanaan ulang (untuk memperbaiki pada siklus pertama dan kegiatan ini menjadi awal siklus kedua, yang dilanjutkan dengan observasi, refleksi, dan perencanaan kembali.

Kemudahan Impor Tujuan Ekspor Pembebasan, yang selanjutnya disebut KITE Pembebasan, adalah pembebasan Bea Masuk, serta Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai

KPU Barang Contoh - Bebas BM - Tidak dipungut PPN / PPnBM Impor Impor dari LDP / Kawasan Bebas - Bebas BM - Tidak dipungut PPN / PPnBM Impor - Tidak dikenakan PPN / PPnBM

Apat na taon nang nag-aaral si Placido ngunit hindi pa rin siya nakikilala at napapansin ng kaniyang guro kaya sumulat siya sa kaniyang ina na payagan na siyang huminto sa

ZON PENEMPATAN JOHOR BAHRU SEKOLAH MENENGAH KEBANGSAAN SKUDAI BARU KOD SEKOLAH :JEA 10541. BIL NAMA SEKOLAH MENENGAH

 Dengan meletakkan tumit dilan Dengan meletakkan tumit dilantai tai jari-jari di jari-jari di kedua belah kaki diluruskan keatas lalu. kedua belah kaki diluruskan keatas