• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan 2.1.1 Pengertian Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan 2.1.1 Pengertian Pendidikan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendidikan

2.1.1 Pengertian Pendidikan

Pada umunya orang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi, formal atau informal akan mempunyai wawasan yang lebih luas terutama dalam penghayatan akan arti pentingnya produktivitas. Tingginya kesadaran akan pentingnya produktivitas, mendorong tenaga kerja bersangkutan melakukan tindakan produktif. Menurut Siagian (2006:273) pendidikan adalah keseluruhan proses teknik dan metode belajar mengajar dalam rangka mengalihkan suatu pengetahuan

dari seseorang kepada orang lain sesuai dengan standar yangtelah ditetapkan.

Sebagaimana dikemukakan oleh Sedarmayanti (2001:32) bahwa melalui

pendidikan, seseorang dipersiapkan untuk memiliki bekal agar siap tahu,

mengenal dan mengembangkan metode berpikir secara sistematik agar dapat

memecahkan masalah yang akan dihadapi dalam kehidupan dikemudian hari.

Dari beberapa definisi tentang pendidikan diatas dapat disimpulkan bahwa

pendidikan adalah segala usaha yang memajukan timbulnya budi pekerti

(kekuatan batin, karakter) yang dilakukan untuk menyiapkan peserta didik agar

mampu mengembangkan potensi yang dimiliki secara menyeluruh dalam

(2)

2.1.2 Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh kegiatan

pendidikan. Adalah suatu logis bahwa pendidikan itu harus dimulai dengan

tujuan, yang diasumsikan sebagai nilai. Adapun tujuan pendidikan terbagi atas

empat yang diungkapkan oleh Tirtarahardja (2005:41) yaitu :

a. Tujuan umum pendidikan nasional yaitu untuk membentuk manusia

pancasila.

b. Tujuan institusional yaitu tujuan yang menjadi tugas dari lembaga

pendidikan tertentu untuk mencapainya.

c. Tujuan kurikuler yaitu tujuan bidang studi atau mata pelajaran.

d. Tujuan instruksional yaitu tujuan materi kurikulum yang berupa bidang

e. studi terdiri dari pokok bahasan dan sub pokok bahasan, terdiri atas tujuan

instruksional umum dan tujuan instruksional khusus.

2.1.3 Unsur – Unsur Pendidikan

Menurut Tirtarahardja (2005:51), proses pendidikan melibatkan banyak

hal yaitu :

1. Subjek yang dibimbing (peserta didik)

2. Orang yang membimbing (pendidik)

3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)

4. Kearah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)

(3)

7. Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan)

2.1.4 Pengklasifikasian Pendidikan

Pada hakekatnya pendidikan merupakan proses yang berlangsung seumur

hidup dan dilaksanakan didalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Oleh karena itu pendidikan adalah tanggungjawab bersama antara keluarga,

masyarakat dan pemerintah. Pendidikan menurut pelaksanaannya dibagi menjadi

pendidikan formal/sekolah dan pendidikan non formal/luar sekolah.

Menurut Sistem Pendidikan Nasional (UU Nomor 2 tahun 1989 pasal10)

mengemukakan bahwa pendidikan terbagi atas :

1. Pendidikan persekolahan yang mencakup berbagai jenjang pendidikandari

tingkat sekolah dasar (SD) sampai perguruan tinggi.

2. Pendidikan Luar Sekolah terbagi atas :

a. Pendidikan non formal. Mencakup lembaga pendidikan diluar

sekolah, misalnya kursus, seminar, kejar paket A.

b. Pendidikan informal. Mencakup pendidikan keluarga, masyarakat dan

program-program sekolah, misalnya ceramah diradio atau televisi dan

informasi yang mendidik dalam surat kabar atau majalah.

Dari jenis pendidikan diatas, pendidikan informal adalah yang paling

dahulu dikenal dan paling penting peranannya. Hal ini disebabkan dalam

masyarakat sederhana satu-satunya bentuk pendidikan yang dikenal adalah

(4)

sangat penting tetapi didalam penelitian ini tidak mencantumkan sebagai salah

satu faktor penunjang produktivitas kerja.

2.1.5 Tingkat Pendidikan

Suprianto (2003:158) menyatakan bahwa tingkat pendidikan mempunyai fungsi sebagai penggerak sekaligus pemacu terhadap potensi kemampuan sumberdaya manusia dalam meningkatkan prestasi kerjanya yang dapat dipupuk melalui program pendidikan, pengembangan dan pelatihan. Menurut Undang-Undang No.2 tahun 1989 tengtang sisitem Pendidikan Nasional, tingkat atau jenjang pendidikan di Indonesia adalah:

1. Pendidikan Dasar

Merupakan pendidikan yang lamanya sembilan tahun yang diselenggarakan selama enam tahun di SD tiga tahun di SLTP atau satuan pendidikan yang sederajat (Pasal 13, hal 82). Pendidikan dasar memberikan bekal dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat berupa pengembangan

sikap, pengetahuan dan ketrampilan dasar. Pendidikan dasar pada prinsipnya

merupakan pendidikan yang memberikan bekal dasar bagaimana. kehidupan, baik

untuk pribadi maupun untuk masyarakat.

2. Pendidikan Menengah

(5)

kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi. Lama waktu pendidikan menengah adalah tiga tahun sesudah pendidikan dasar dan diselenggarakan di SLTA atau satuan pendidikan yang sederajat ( pasal 15, hal 58 dan 83 ).

3. Pendidikan Tinggi

Dijalankan setelah pendidikan menengah. Klasifikasi pendidikan tinggi dijelaskan dalam penjelasan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.27 tahun 1981 tentang peralatan fakultas pada Universitas atau Institut Negeri (Sistem Pendidikan Nasional, 1989,hal 108), yaitu :

1. Stratum 1 (S1), tahun sarjana diselesaikan dalam waktu studi minimum 4 (empat ) dan maksimal 7 ( tujuh ) tahun.

2. Stratum 2 (S2), tahap pasca sarjana termasuk spesialis satu (SP1) diselesaikan dalam waktu studi kurang lebih dua tahun sesudah S1.

3. Stratum 3 (S3), tahap studi doctor termasuk spesialis dua (SP2) diselesaikan dalam waktu studi kurang lebih dua tahun sesudah S2.

4. Stratum nol (S0), Program diploma, terdiri dari berbagai program terminal dan berorientasi pada kebutuhan pembangunan nasional :

1. D1, program diploma yang diselesaikan dalam waktu studi satu tahun. 2. D2, program diploma (termasuk politeknik) yang diselesaikan dalam

waktu studi dua tahun.

(6)

2.1.6 Segi Pendidikan

Pembagian segi-segi pendidikan menurut Purwanto (2008:58) adalah

sebagai berikut:

1. Pendidikan Jasmani

Pendidikan ini bukan merupakan gerak badan melainkan merupakan

pendidikan yang erat kaitannya pada pertumbuhan dan kesehatan anak.

2. Pendidikan Rohani

Pendidikan rohani meliputi:

a. Pendidikan Kecakapan

Pendidikan ini merupakan pendidikan yang bertujuan untuk

mengembangkan daya pikir dan menambah pengetahuan anak.

b. Pendidikan Keagamaan

Pendidikan keagamaan adalah pendidikan yang bertujuan untuk

membiasakan supaya anak taat dan patuh menjalankan ibadah dan

bertingkah laku sesuai dengan masing-masing agama.

c. Pendidikan Kesusilaan

Tujuan dari pendidikan ini tidak hanya mendidik agar anak bertingkah

laku secara sopan, lemah lembut, taat dan berbakti kepada orangtua, lebih

dari itu yaitu agar anak menjadi jujur, konsekuen, dan bertanggungjawab

atas cinta bangsa dan sesama manusia, mengabdi kepada rakyat dan

negara, berkemauan keras dan berperasaan halus dan sebagainya.

(7)

Pendidikan ini bertujuan supaya anak dapat merasakan dan selalu ingin

bertindak serta berbuat menurut norma-norma keindahan.

e. Pendidikan Kemasyarakatan

Tujuan dari pendidikan ini adalah:

1. Menjadikan agar anak tahu akan hak dan kewajiban terhadap

bermacam-macam golongan di masyarakat.

2. Membiasakan anak berbuat dan mematuhi semua tugas dankewajiban

sebagai anggota masyarakat dan warga negara.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa dengan bekal tingkat

pendidikan yang cukup dan memadai diharapkan akan dapat memperbesar

produktivitas kerja.

2.1.7 Indikator-Indikator Tingkat Pendidikan

Menurut Tirtarahardja (2005:53), indikator tingkat pendidikan terdiri dari :

1. Jenjang pendidikan

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan

berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai

dan kemampuan yang dikembangkan.

2. Kesesuaian jurusan

Kesesuaian jurusan adalah sebelum karyawan direkrut terlebih dahulu

perusahaan menganalisis tingkat pendidikan dan kesesuaian jurusan

pendidikan karyawan tersebut agar nantinya dapat ditempatkan pada posisi

(8)

3. Kompetensi

Kompetensi adalah pengetahuan, penguasaan terhadap tugas, keterampilan

dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan

bertindak.

2.2 Spesialisasi Kerja

2.2.1 Pengertian Spesialisasi Kerja

Berbicara mengenai spesialisasi tugas dalam suatu organisasi tidak

terlepas dari struktur organisasi sebagai pola hubungan antara individu dalam

suatu kelompok dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan secara formal

dibagikan kepada kelompok dan di koordinasikan sehingga merupakan satu

kesatuan yang harmonis kemudian diarahkan untuk suatu tujuan tertentu.

Individu-individu dalam kelompok menyiratkan individu-individu yang

bergabung atas dasar kesamaan tujuan dalam suatu wadah yang formal. Tugas dan

pekerjaan dlakukan oleh individu dan dilaksanakan secara terus menerus,

sehingga perlu dikoordinasikan. Sedangkan kesatuan harmonis mencerminkan

aktivitas yang dilakukan individu dalam kelompok tersebut memiliki kesamaan

tujuan yang hendak dicapai oleh seluruh unsur yang terlibat. Struktur organisasi

diperlukan guna menjamin manajemen yang efektif. Tanpa struktur organisasi

individu tidak akan memahami tugas mereka, apa yang harus dilakukan

bagaimana mereka melakukan dan dengan siapa mereka bekerja. Dengan tidak

(9)

Menurut Gibson,dkk (2006:395) ada empat kunci dalam mendesign

sebuah struktur organisasi yaitu :

a) Division of labor

Proccess of dividing work into relatively specialed jobs to acheive

advantages of specialization.

b) Departemental bases

Proccess in which an organization is structurally divided by combining jobs

in departemens according to some shared characteristic or basis.

c) Span of control

Number of individuals who report to a specific manager.

d) Delegation of authority

Process of distributing authority downward in an organization.

Spesialisasi kerja maksudnya adalah sampai tingkat mana tugas dalam

organisasi dipecah-pecah menjadi pekerjaan yang terpisah-pisah. Spesialisasi

meningkatkan efisiensi, tapi pada tingkat tertentu, spesialisasi menimbulkan

kerugian-kerugian. Contoh kerugian yang mungkin timbul adalah kebosanan,

kelelahan, stres, produktifitas kerja rendah, kualitas kerja buruk, meningkatkan

mangkir kerja/membolos, bahkan pada perusahaan swasta bisa meningkatkan

jumlah pekerja yang keluar dari perusahaan. Spesialisasi kerja dalam suatu

organisasi terkait penempatan kerja dari seorang pegawai.

(10)

proses penugasan atau pengisian jabatan baru atau jabatan yang berbeda. Menurut Mathis dan Jackson (2004:32), spesialisasi kerja adalah penempatan sesorang ke posisi pekerjaan yang tepat, hal ini difokuskan dengan kesesuaian dan pencocokan antara pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan (knowledge, skill, and abilities) orang-orang dengan karakteristik-karakteristik pekerjaan.

Para manajer dalam suatu organisasi umumnya memusatkan perhatian mereka pada 2 (dua) macam tingkat spesialisasi yaitu:

a. Spesialisasi menurut desain pekerjaan, berupa pengalokasian tugas-tugas pekerjaan tertentu sesuai dengan bidang masing-masing individu atau kelompok-kelompok.

b. Spesialisasi menurut departemenisasi, berupa penciptaan unit-unit kerja atau kelompok-kelompok kerja, dengan jalan menempatkan berbagai macam pekerjaan, di bawah kekuasaan pimpinan organisasi.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa spesialisasi tugas di dalam suatu organisasi disebabkan karena banyaknya tugas yang harus dilaksanakan oleh tidak hanya satu orang atau beberapa orang saja, selain itu jenis pekerjaan beraneka ragam, serta untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil kerja dan produktifitas.

2.2.2 Manfaat Spesialisasi Kerja

Menurut Wibowo (2007:115) manfaat spesialisasi kerja adalah agar

(11)

dengan jelas tujuan suatu organisasi, pegawai atau karyawan yang bertanggung

jawab atas terselenggaranya pekerjaan tersebut.

Sedangkan menurut Daft (2006:142) manfaat spesialisasi kerja adalah:

a. Memudahkan bagi seseorang untuk melaksanakan tugas pekerjaannya tanpa

nunggu perintah atau komando.

b. Diketahui dengan jelas wewenang dan tanggung jawab dari pekerjaan itu.

c. Tidak meragukan dalam pemberian tugas atau pelaksanaan pekerjaan.

d. Memudahkan dalam pengawasan

e. Tidak terjadinya simpang siur atau benturan dalam pelaksanaan pekerjaan.

f. Menjadi dasar pertimbangan dalam penentuan kebutuhan pendidikan.

2.2.3 Pentingnya Spesialisasi Kerja

Adapun alasan diadakan spesialisasi kerja adalah bahwa seseorang tidak

akan melakukan semua pekerjaan yang ada di dalam organisasi seorang diri

tanpabantuan orang lain.

Alasan-alasan tentang pentingnya spesialisasi kerja yang dikemukakan

oleh Hariandja (2002:78) antara lain:

1. Karena orang berbeda dalam pembawaan, kemampuan, kecakapan dan

mencapai ketangkasan yang besar dengan spesialisasi.

2. Karena orang yang sama tidak dapat dapat berada di dua tempat pada saat

yang sama.

(12)

4. Karena bidang pengetahuan dan keahlian bigitu luas, sehingga dalam

rentang hidup tidak mungkin dapat mengetahui lebih banyak dari pada

sebahagian kecil dari padanya.

2.2.4 Indikator-Indikator Spesialisasi Kerja

Menurut Fathoni (2006:87), untuk mengukur spesialisai kerja digunakan indikator-indikator sebagai berikut :

1. Penempatan karyawan

Penempatan karyawan ialah bahwa setiap pegawai atau karyawan telah ditempatkan sesuai dengan kemampuan, keahlian dan pendidikan yang dimiliki sebab ketidaktepatan dalam menetapkan posisi karyawan akan menyebabkan jalannya pekerjaan menjadi kurang lancar dan tidak maksimal. 2. Beban kerja

Beban kerja adalah tugas pekerjaan yang dipercayakan untuk dikerjakan dan tanggung jawabkan oleh satuan organisasi atau seorang pegawai tertentu. Beban kerja yang harus dilaksanakan karyawan hendaknya merata, sehingga dapat dihindarkan adanya seorang karyawan yang mempunyai beban kerja terlalu banyak atau terlalu sedikit. Namun demikian beban kerja yang merata ini tidak berarti bahwa setiap karyawan di perusahaan tersebut harus tetap sama beban kerjanya.

3. Pembagian pekerjaan

(13)

diperlukan dalam setiap organisasi karena tidak semua pekerjaan membutuhkan keahlian dan tidak semua orang mempunyai keahlian yang sama sebab setiap orang mempunyai kelebihan dan keterbatasan sendiri. Agar semua tugas pekerjaan yang ada dapat dilaksanakan dengan baik maka perlu sekali adanya pembagian pekerjaan, pembagian pekerjaan bukan berarti merupakan tujuan mengkotak-kotakan pegawai atau karyawan.

2.3 Produktivitas Kerja

2.3.1 Pengertian Produktivitas Kerja

Setiap perusahaan selalu berusaha agar karyawan bisaberprestasi dalam bentuk memberikan produktivitas kerja yang maksimal. Produktivitas kerja karyawan bagi suatu perusahaan sangatlah penting sebagai alat pengukur keberhasilan dalam menjalankan usaha. Karena semakin tinggi produktivitas kerja karyawan dalam perusahaan, berarti laba perusahaan dan produktivitas akan meningkat. International Labour Organization (ILO) yang dikutip oleh Hasibuan (2005: 127) mengungkapkan bahwa secara lebih sederhana maksud dari produktivitas adalah perbandingan secara ilmu hitung antara jumlah yang dihasilkan dan jumlah setiap sumber yang dipergunakan selama produksi berlangsung. Sumber tersebut dapat berupa :

1) Tanah

(14)

4) Tenaga kerja

Produktivitas menurut Budiono (2003:263) adalah perbandingan antara keluaran (output) dan masukkan (input). Perumusan ini berlaku untuk perusahaan, industri dan ekonomi secara keseluruhan. Lebih sederhana maka produktivitas adalah perbandingan secara ilmu hitung antara jumlah yang dihasilkan dan jumlah setiap sumber daya yang dipergunakan selama proses berlangsung. Menurut Siagian (2002:13) produktivitas merupakan kemampuan memperoleh manfaat yang sebesar–besarnya dari sarana dan prasarana yang tersedia dengan menghasilkan output yang optimal bahkan mungkin maksimal. Selain itu produktivitas juga diartikan sebagai suatu cara memanfaatkan secara baik terhadap sumber–sumber dalam memproduksi barang–barang.

Dari berbagai pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa produktivitas kerja adalah kemampuan menghasilkan barang dan jasa dari berbagai sumberdaya atau faktor produksi yang digunakan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pekerjaan yang dihasilkan dalam suatu perusahaan.

2.3.2 Unsur Produktivitas Kerja

Menurut Sinungan (2008:105) unsur produktivitas adalah :

a. Mesin dengan peralatannya

b. Tenaga kerja

c. Bahan mentah atau bahan setengah jadi untuk berproduksi

(15)

Menurut Ravianto (1995:203) untuk mengukur produktivitas unsur – unsur yang perlu di perhatikan adalah sebagai berikut :

a. Input atau masukan

Input atau masukan dalam hal ini dapat berupa jumlah tenaga kerja, upah yang dibayarkan selama periode waktu tertentu.

b. Output atau keluaran

Output adalah sesuatu yang dihasilkan. Dalam perhitungannya output atau keluaran dapat menggunakan jumlah satuan fisik atau produk, jasa atau jumlah pekerjaan.

2.3.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja

Dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja karyawan di suatu perusahaan perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan tersebut. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja karyawan baik yang berhubungan dengan tenaga kerja itu sendiri maupun faktor-faktor yang berhubungan dengan lingkungan perusahaan dan kebijakan pemerintah secara keseluruhan.

Menurut Anoraga (2005: 56-60), ada 10 faktor yang sangat diinginkan oleh para karyawan untuk meningkatkan produktivitas kerja yaitu:

1. Pekerjaan yang menarik 2. Upah yang baik

(16)

5. Lingkungan atau sarana kerja yang baik

6. Promosi dan perkembangan diri mereka sejalan dengan perkembangan perusahaan

7. Merasa terlibat dalam kegiatan-kegiatan organisasi 8. Pengertian dan simpati atas persoalan-persoalan pribadi 9. Kesetiaan pimpinan pada diri sipekerja

10.Disiplin kerja yang keras.

Sedangkan menurut Muchdarsyah (dalam Yuli Tri Cahyono dan Lestiyana Indira 2007:227) menyebutkan bahwa yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja adalah sebagai berikut:

1) Tenaga kerja

Kenaikan sumbangan tenaga kerja pada produktivitas adalah karena adanya tenaga kerja yang lebih sehat, lebih terdidik dan lebih giat. Produktivitas dapat meningkat karena hari kerja yang lebih pendek. Imbalan dari pengawas dapat mendorong karyawan lebih giat dalam mencapai prestasi. Dengan demikian jelas bahwa tenaga kerja berperan penting dalam produktivitas.

2) Seni serta ilmu manajemen

(17)

3) Modal

Modal merupakan landasan gerak suatu usaha perusahaan, karena dengan modal perusahaan dapat menyediakan peralatan bagi manusia yaitu untuk membantu melakukan pekerjaan dalammeningkatkan produktivitas kerja. Fasilitas yang memadai akan membuat semangat kerja bertambah secara tidak langsung produktivitas kerja dapat meningkat.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan kondisi utama karyawan yang semakin penting dan menentukan tingkat produktivitas karyawan yaitu pendidikan dan pelatihan, motivasi, disiplin, keterampilan, tingkat penghasilan, lingkungan dan iklim kerja, penguasaan peralatan. Dengan harapan agar karyawan semakin gairah dan mempunyai semangat dalam bekerja dan akhirnya dapat mempertinggi mutu pekerjaan, meningkatkan produksi dan produktivitas kerja.

Menurut Simanjuntak dalam Umar (2003:80) faktor – faktor yang mempengaruhi produktivitas adalah :

a. Kualitas dan kemampuan fisik pekerja Kualitas dan kemampuan fisik pekerja dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, motivasi kerja, etos kerja, kemampuan fisik dan latihan.

b. Sarana pendukung yang digolongkan menjadi dua yaitu :

1. Menyangkut lingkungan kerja, termasuk teknologi dan produksi, sarana dan peralatan produksi yang digunakan, tingkat keselamatan dan kesehatan kerja, suasana dalam lingkungan.

(18)

3. Supra sarana yaitu sebuah sistem yang digunakan manajemen untuk memaksimalkan dan menciptakan sistem kerja yang optimal yang nantinya akan menentukan tinggi rendahnya produktivitas pekerja dalam sebuah perusahaan, seperti pembagian kerja, memfungsikan manajemen yang ada dan lainnya.

2.3.4 Pengukuran Produktivitas Kerja

Pengukuran produktivitas kerja merupakan alat manajemen yang penting

di semua tingkatan ekonomi. Secara sektoral maupun nasional, produktivitas kerja

menunjukkan kegunaannya dalam membantu mengevaluasi penampilan,

perencanaan, kebijakan pendapatan, upah dan harga melalui identifikasi

faktorfaktor yang mempengaruhi distribusi pendapatan, membandingkan

sektor-sektor ekonomi yang berbeda untuk menentukan tingkat pertumbuhan suatu

sektor atau ekonomi, mengetahui pengaruh perdagangan internasional terhadap

perkembangan ekonomi.

Pengukuran produktivitas terutama digunakan sebagai sarana manajemen

untuk menganalisa dan mendorong efisiensi produksi, manfaat lainnya adalah

untuk menentukan target, dan kegunaan praktisnya sebagai patokan dalam

pembayaran upah karyawan. Kriteria yang dipakai untuk melakukan suatu

pengukuran produktivitas kerja lebih mudah dilakukan apabila diketahui jenis

bidang pekerjaan yang akan diukur produktivitasnya.

(19)

1. Kuantitas, yaitu jumlah yang harus diselesaikan harus dicapai. 2. Kualitas, yaitu mutu yang harus dihasilkan (baik atau tidaknya).

3. Ketepatan waktu, yaitu sesuai tidaknya dengan waktu yang direncanakan.

4. Kepuasan kerja, yaitu sejauh mana para karyawan puas atas hasil yang dikerjakannya.

Pengukuran produktivitas menurut Sinungan (2000:23) berarti perbandingan yang dapat dibedakan dalam tiga jenis yang sangat berbeda, yaitu:

1. Perbandingan-perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan pelaksanaan secara historis yang tidak menunjukkan apakah pelaksanaan sekarang ini memuaskan, namun hanya mengetengahkan apakah meningkat atau berkurang serta tingkatannya.

2. Perbandingan pelaksanaan antara satu unit (perorangan tugas, seksi, proses) dengan lainnya. Pengukuran seperti ini menunjukkan pencapaian secara relatif.

3. Perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya, dan inilah yang terbaik, sebab memusatkan perhatian pada sasaran atau tujuan.

Pengukuran produktivitas tenaga kerja merupakan sesuatu yang

menarik,sebab mengukur hasil-hasil tenaga kerja manusia dengan segala

masalah-masalahyang bervariasi.

Menurut Muchdarsyah (2003:25) pengukuran produktivitas tenaga kerja dapat

dicari dengan rumus :

(20)

Dari pengertian pengukuran produktivitas kerja diatas, maka dalam

penelitian ini pengukuran produktivitas kerja dihitung dengan melihat kuantitas

produk yang dihasilkan tiap karyawan per satuan waktu. Tujuan diadakannya

pengukuran produktivitas adalah untuk membandingkan hasil:

a. Pertambahan produksi dari waktu ke waktu

b. Pertambahan pendapatan dari waktu ke waktu

c. Pertambahan kesempatan kerja dari waktu ke waktu

d. Jumlah hasil sendiri dengan orang lain

e. Komponen prestasi sendiri dengan komponen prestasi utama orang lain.

2.3.5 Indikator-Indikator Produktivitas Kerja.

Dimensi produktivitas Menurut Umar (2004:97) dalam Salinding (2011:35) menyebutkan ada dua dimensi pada produktivitas, yaitu :

1. Efektivitas

Efektivitas yang mengarah kepada pencapaian unjuk kerja yang maksimal yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas, dan waktu. 2. Efisiensi

Efisiensi yang berkaitan dengan upaya membandingkan input (masukan) dengan realisasi pengguanaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut terlaksana.

(21)

1. Dimensi individu

Melihat produktivitas dalam kaitannya dengan karakteristik-karakteristik kepribadian individu yang muncul dalam bentuk sikap mental dan mengandung makna keinginan dan upaya individu yang selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas kehidupannya.

2. Dimensi keorganisasian

Melihat produktivitas dalam kerangka hubungan teknisantara masukan (input) dan keluaran (output).

Pandangan dalam dimensi ini, terjadinya peningkatan produktivitas tidak hanya dilihat dari aspek kuantitas, tetapi juga dapat dilihat dari aspek kualitas. Kedua pengertian produktivitas tersebut mengandung cara atau metode pengukuran tertentu yang secara karakter sukar dilakukan. Kesulitan-kesulitan itu dikarenakan, pertama karakteristik-karakteristik kepribadian individu bersifat kompleks, sedangkan yang kedua disebabkan masukan-masukan sumber daya bermacam-macam dan dalam proporsi yang berbeda-beda.

2.4 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian telah dilakukan terkait dengan pendidikan, dan

(22)
[image:22.595.91.531.128.755.2]

Tabel 2.5 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Hasil Penelitian

1. Kusumadewi (2004) Pengaruh Tingkat Pendidikan, Penerimaan, Pengalaman Kerja dan Hubungan dengan

Pimpinan terhadap Produktivitas Kerja Auditor

pada kantor Akuntan Publik Semarang

Penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan antara hubungan dengan pimpinan, tingkat pendidikan, penerimaan, dan pengalaman kerja terhadap produktivitas kerja.

2. Adhanari (2005) Pengaruh Tingkat Pendidikan

terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Produksi Pada Maharani Handicraft Di Kabupaten Bantul

Penelitian menunjukkan bahwa tingkat

pendidikan mempengaruhi produktivitas kerja karyawan bagian

produksi pada Maharani Handicraft di Kabupaten Bantul

3. Silvy Alfrida (2012) Pengaruh tingkat pendidikan dan insentif terhadap kinerja pegawai pada biro hukum sekretariat daerah Provinsi Sumatera Utara

Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel tingkat pendidikan (XI) memiliki nilai signifikan 0,006 < 0,05 artinya signifikan. Sedangkan terhitung = 2,957 dan tabel = 1,694 sehingga terhitung > tabel dengan nilai beta 0,539 yang artinya memiliki arti yang positif. Maka secara parsial variabel tingkat pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai pada biro hukum sekretariat daerah Provinsi Sumatera Utara.

4. Faisal (2013) Pengaruh Tingkat Pendidikan,

Kesehatan terhadap Produktivitas dan Jumlah

Penduduk Miskin di Provinsi Kalimantan Barat

Penelitian ini menujukkan pola hubungan yang searah dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,138. Artinya dalam jangka panjang dengan meningkatnya tingkat pendidikan akan meningkatkan produktifitas.

5. Kampelmann and Rycx (2012)

The Impact of Educational Mismatch on Firm Productivity:Evidence from Linked Panel Data

(23)

Produktivitas Kerja Karyawan pada PT. Galangan Balikpapan Utama

variabel pembagian kerja berpengaruh positif secara signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan, sedangkan variabel wewenang karyawan juga berpengaruh positif secara signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan.

7. Asmuniansyah1, dkk (2014)

Pengaruh Spesialisasi Tugas dan Gaya Kepemimpinan terhadap Efektivitas Kerja Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kutai Timur

Spesialisasi tugas dan gaya kepemimpinan dinilai sebagai pendukung untuk meningkatkan motivasi kerja pegawai, serta memberi dampak yang baik atau buruk pada peningkatan efektivitas kerja pegawai di dalam suatu organisasi.

8. Staats and Francesca Gino (2012)

Specialization and Variety in Repetitive Tasks : Evidence from a Japanese Bank

We find that over thecourse of a single day, specialization, as compared to variety, is related to improved worker productivity.Our results identify new ways to improveoperational performance through theeffective allocation of work.

9. Herawati (2013) Analisis Pengaruh Pendidikan,

Upah, Pengalaman Kerja, Jenis Kelamin dan Umur terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Industri Shuttlecock Kota Tegal

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel upah, pengalaman kerja, jenis kelamin dan umur berpengaruh positif terhadap produktivitas tenaga kerja industri shuttlecock.

2.6 Kerangka Konseptual

Kerangka konsep penelitin pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara

konsep – konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan

dilakukan menurut (Notoatmodjo 2002:73). Berdasarkan landasan teori terkait,

(24)

variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen (variabel bebas)

merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel

dependen (terikat).

Variabel independen dalam penelitian ini adalah Pengaruh Tingkat

Pendidikan, Dan Spesialisasi Kerja berpengaruh pada variabel dependen yaitu

Produktivitas Kerja, yang akan di teliti di PT.Langkat Nusantara Kepong (LNK).

Berdasarkan teori pendukung dan perumusan masalah yang dikemukakan berarti kerangka konseptual merupakan suatu kerangka konsep yang berfungsi sebagai penuntun, sekaligus mencerminkan alur pikiran yang merupakan dasar bagi perumusan hipotesis.

Berdasarkan paparan tersebut kerangka konseptual dapat digambarkan sebagai berikut :

 

[image:24.595.115.511.455.583.2]

Sumber : Hasibuan (2006)

Gambar 2.6 Kerangka Konseptual

2.7 Hipotesis

Berdasarkan teori dan peneliti terdahulu dapat dirumuskan hipotesis

sebagai berikut : Pendidikan

(X1)

Spesialisasi Kerja

(X2)

Produktivitas Kerja

Gambar

Tabel 2.5 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.6 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Sastrohadiwiryo dalam Septawan (2014:5) adalah imbalan jasa atau balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada para tenaga kerja karena tenaga kerja tersebut telah

merupakan faktor yang akan dapat meningkatkan produktivitas kerja, karena tenaga kerja merasa. diperhatikan dengan profesional yang dimiliki, sehingga tenaga kerja akan

“Administrasi adalah keseluruhan proses pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang terlibat dalam suatu bentuk usaha kerja sama demi tercapainya

Produktivitas tenaga kerja pemanen kelapa sawit adalah kemampuan tenaga kerja dalam melakukan kegiatan panen, yaitu pemotongan tandan buah matang panen dan pengutipan brondolan,

Produktivitas merupakan hasil dari efisiensi pengelolaan masukan dan efektivitas pencapaian sasaran yang berhubungan upah tenaga kerja, pengalaman, curahan waktu kerja untuk

Produktivitas kerja menurut Sagir (dalam Azziza, 2008) merupakan perbandingan antara jumlah pengeluaran dengan nilai tambah terhadap jumlah tenaga kerja yang digunakan

Pengukuran produktivitas tenaga kerja menurut sistem pemasukan fisik perorangan atau per jam kerja orang diterima secara luas, namun dari sudut pandang pengawasan

Pengaruh risiko operasional terhadap ROA adalah negatif, karena kenaikan pada biaya operasional yang lebih besar dibandingkan dengan kenaikan pendapatan