LAMPIRAN I
Tabel 5. Analisis Ragam Berat Segar Indigofera zollingeriana Sumber
Galat 18 3795015,750 210834,208
Total 23 7054851,958
Keterangan : “ *’’ merupakan tanda F hitung memiliki nilai lebih besar dari nilai F table 5%, artinya berbeda nyata.
Tabel 6. Analisis Ragam Bahan Kering Indigofera zollingeriana Sumber Galat 18 1,35960000 0,07553333
Total 23 8,43140000
LAMPIRAN II
Data Berat Segar Indigofera zollingeriana
Data Bahan Kering Indigofera zollingeriana
The SAS System 13:45 Thursday, November 20, 2015 The GLM Procedure
Dependent Variable: respon
Sum of
Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F
Model 5 7.07180000 1.41436000 18.72 <.0001
Error 18 1.35960000 0.07553333 Corrected Total 23 8.43140000
Duncan Grouping Mean N perlakuan A 18.6500 4 R1
B 17.7900 4 R5 B
B 17.6900 4 R4 B
C B 17.3900 4 R2 C
C D 17.2400 4 R3 D
LAMPIRAN III
DAFTAR PUSTAKA
AAK., 1983. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja, dan Perah. Kanisius, Yogyakarta
AAK. 1992. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia. Yogyakarta Adams, C.A.2000. Enzim Komponen Penting Dalam Pakan Bebas Antibiotika.
Feed Mix Special.
Akbarillah TD, Kususiyah, Hidayat. 2010. Pengaruh Penggunaan Daun Indigofera Segar Sebagai Suplemen Pakan Terhadap Produksi Dan Warna Yolk Itik. Sains Peternakan Indonesia. 5:27-33.
Apdini TAP. 2011. Pemanfaatan Pellet Indigofera sp. Pada Kambing Perah Peranakan Etawah dan Saanen di Peternakan Bangun Karso Farm [Thesis]. [Bogor (Indonesia)]: Institut Pertanian Bogor.
Ayub, S. P. 2004. Organik Cair. Aplikasi dan Manfaatnya. Agromedia. Jakarta. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Kupang. 2013. Indigofera Sp. Hijauan
Bernutrisi Tinggi Untuk Ternak Kambing.
Dudung. 2013. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. ITB Press. Bandung
Hardjo, S.S., N.S. Indrasti, B. Tajuddin. 1989. Biokonveksi: Pemanfaatan Limbah Industri Pertanian. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB
Hasan, S. 2012. Hijauan Pakan Ternak. IPB Press, Bogor
Hassen A, Rethman NFG, Apostolides Z. 2006. Morphological and Agronomic Characterization of Indigofera species Using Multivariate Analysis. Trop Grassl. 40:45-59.
Hassen A, Rethman NFG, Van Niekerk WA, Tjelele TJ. 2007.Influence of season/year and species on chemical compositionand in vitro digestibilityof five Indigofera accession.J Animal Feed Science and Technology. 136: 312–322.
Haude. 1997. Indigofera Zollingeriana : Sebuah Pakan Menjanjikan dan Semak Legum Tanaman Indonesia
Herdiawan, I. Dan Krisnan R. 2014. Produktivitas dan Pemanfaatan Tanaman Leguminosa Pohon Indigofera zollingeriana pada Lahan Kering. Balai Penelitian Ternak. Bogor.
Hessami, Mir- Akbar, Sky Christensen and Rober Gani. 1996. Anaerobic Digestion on Household Organic Waste To Produce Gas Bio. Department of Mechanical Engineering, Monash University, Clayton, Victoria 3168, Australia.
Huda, K. M. 2013. Pembuatan pupuk organik cair dari urin sapi dengan aditif tetes tebu (Molases) metode fermentasi. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Semarang
Ifradi., Peto, M. dan Elsifitriana. 2003. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Dan Mulsa Jerami Padi Terhadap Produksi Dan Nilai Gizi Rumput Raja (Pennisetum purpuphoides) Pada Tanah Podzolik Merah Kuning. Peternakan dan Lingkungan, Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang. 10: 31 – 40.
Lazcano, C., Gomez Brandon, M., Dominguez, J. 2008. Comparison of The Effectiveness of Composting for The Biological Stabilization of Cattle Manure. Chemosphere 72.
Lingga, P. 1989. Petunjuk Penggunaan Pupuk. CV. Yasaguna, Jakarta
Lingga. 1991. Nutrisi Organik dari Hasil Fermentasi. Yogyakarta: Pupuk Buatan Mengandung Nutrisi Tinggi
Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi. 2012. Kajian Kandungan Urin Ternak. Sulawesi
Loka Kambing Potong. 2015. Menyibak Pakan Murah di Loka Kambing Potong Sungai Putih, Sumatera Utara
Moenandir, J. 2004. Prinsip – prinsip Utama Cara Menyukseskan Produksi Pertanian. Bayumedia Publishing. Malang, Jawa Tengah
Munif. 2012. Pemanfaatan Urin Kambing Menjadi Pupuk Organik Cair. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Musnamar. 2005. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. Yogyakarta
Ngo van Man, Nguyen van Hao, Vuong minh Tri. 1995. Biomass production of some leguminous shrubs and trees in Vietnam. Livesock Res Rural Dev. 7:1-5.
Risnandar. 2014. Cara Membuat Pupuk Organik Cair.
Rosmarkam, A dan Yuwono, N.A., 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius
Sarief, S. 1986. Kesuburan Tanah dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung.
Sembiring, I., Jacob, M dan Sitinjak, R., 2006. Pemanfaatan Hasil Sampingan Perkebunan Dalam Konsentrat Terhadap Persentase Bobot Non- Karkas dan Income Feed Cost Kambing Kacang Selama Penggemukan. Jurnal Agribisnis Peternakan, Vol. 2, No. 2 Agustus.
Simanihuruk, K dan J. Sirait. 2009. Pemanfaatan Leguminosa Pohon Indigofera sp. Sebagai Pakan Basal Kambing Boerka Fase Pertumbuhan. Loka Penelitian Kambing Potong, Po Box 1, Sei Putih Galang 20585, Sumatera Utara
Sirait J, Simanihuruk K, Hutasoit R. 2009. The potency of Indigofera sp. as goat feed: production, nutritive value and palatability. In: Proceeding of International Seminar on Forage Based Feed Resources. Bandung, 3-7 Agustus 2009. Taipei (Taiwan): Food and Fertilizer Technology Centre (FFTC) ASPAC, Livestock Research Centre-COA, ROC and IRIAP. p. 4-7.
Sosrosoedirdjo,s., Rifai B dan Prawira I., 1990. Ilmu Memupuk. Yasaguna, Jakarta. 71 hal.
Sutedjo, M. M dan Kartasapoetra, S.R.T.G. 1995. Tumbuhan dan Organ – organ Pertumbuhannya. Bina Aksara. Jakarta
Suzuki, K, Takesi, W and Volum. 2001. “Concentration and Critalization of Phosphate, Ammonium, and Mineral in the Effluent of Biogas Digesters in the Mekong Delta. Jerean and Contho University Vietnam. Vietnam.
Tjelele TJ. 2006. Dry Matter Production, Intake and Nutritivevalue of Certain Indigofera species. Dissertation. Universityof Pretoria.
Yurnaldi. 2006. Revolusi Pertanian Hijau di Sumbar. Kompas, 13 Februari 2006.
Yuhaeni. 1989. Adaptasi Beberapa Jenis Leguminosa Sebagai Hijauan Pakan Di Daerah Ciawi Bogor. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Deptan.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Lahan Loka Penelitian Kambing Potong Sei
Putih Sumatera Utara. Penelitian ini berlangsung selama 6 bulan dengan persiapan
lahan 2 minggu dan telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Agustus
2015.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan
Bahan yang digunakan yaitu bibit leguminosa Indigofera zollingeriana
yang berumur 2 bulan. Pupuk sluri gas bio dan urin kambing fermentasi sebagai
perlakuan pupuk organik cair pada tanaman.
Alat
Alat yang digunakan adalah gembor untuk menyiram tanaman, penyaring
untuk memisahkan bagian padat dan cair dari sluri, timbangan untuk menimbang
berat basah dan berat kering legum, oven untuk mengeringkan hijauan, alat ukut
untuk mengukur tinggi tanaman, gergaji untuk memotong legum, cangkul untuk
membersihkan lahan dan membajak, alat tulis untuk mencatat data penelitian dan
MetodePenelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan petak terbagi
(split plot design) dengan menggunakan dua faktor yaitu:
I. Faktor pertama yang dijadikan sebagai petak utama (main plot) adalah sumber
pupuk.
P1 = Pupuk menggunakan kompos cair dari sluri
P2 = Pupuk menggunakan kompos cair dari sluri yang diperkaya fermentasi
urin kambing
II.Faktor kedua sebagai anak petak (sub plot) yaitu dosis pemupukan yang
berbeda setiap perlakuan antara lain :
R0 = pemberian pupuk dengan dosis 75 mL / plot (0,75 ton/ha)
Dimana setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali. Maka kombinasi setiap
Model linear yang digunakan adalah rancangan petak terbagi (split plot design)
dengan model rancangan sebagai berikut:
Y
i j k=
μ
+
α
i+
β
j+ (
αβ
)
i j+
δ
i k+
ε
i j kKeterangan :
Y i j k = nilai pengamatan pada taraf ke-i faktor A, taraf ke-j faktor B, dan pada
Kelompok ke-k
µ
= nilai tengah umumαi = pengaruh taraf ke-i dari faktor A
βj = pengaruh taraf ke-j dari faktor B
(αβ)i j = pengaruh interaksi taraf ke-i faktor A dengan taraf ke-j faktor B
δi k = pengaruh acak untuk petak utama
ε i j k = pengaruh acak untuk anak petak
Pelaksanaan Penelitian
1. Pembuatan Fermentasi Sluri dan Urin
Pembuatan fermentasi sluri dengan urin menggunakan bahan sluri sebanyak
1 liter, urin kambing 100 ml, air dan larutan molases. Sedangkan alat yang
digunakan adalah jerigen sebagai tempat fermentasi.
Dimasukkan sluri sebanyak 1 liter ke dalam jerigen
Dimasukkan urin kambing sebanyak 100 ml
Dimasukkan molases sebanyak 100 ml
Diaduk secara merata
Ditutup dengan plastik dan dibiarkan selama 14 hari
1. PersiapanLahan
Persiapan lahan diawali dengan pembersihan lahan penelitian dari sisa
tanaman sebelumnya dan gulma - gulma yang terdapat disekitar lahan
penelitian. Kemudian dilakukan pembajakan lahan agar tanah menjadi
gembur. Lalu, bagi lahan menjadi petak – petak kecil sebanyak 24 plot yang
setiap plotnya berukuran 1 kali 1 meter.
2. Pemupukan
Setelah lahan gembur dan bersih dari gulma, maka dilakukan pemupukan
dasar (perbandingan 1:1) dengan pemberian pupuk kompos padat dan pupuk
cair dari sluri pada setiap plot kemudian didiamkan selama satu minggu.
Selanjutnya penanaman dan pengulangan pemupukan selama 4 minggu sekali
sampai minggu kedua puluh empat. Adapun alasan pemberian level dosis
yang berbeda di setiap perlakuan adalah untuk mengetahui apakah dengan
peningkatan penggunaan dosis 75 ml, 150 ml, dan 225 ml pupuk sluri
diperkaya urin kambing fermentasi dapat memberikan pengaruh yang lebih
baik dibandingkan dengan pemberian pupuk sluri dengan level dosis yang
sama.
3. Penanaman
Bibit legum Indigofera zollingeriana ditanam di lahan yang sudah diolah
dan dipupuk. Penanaman legum dilakukan dengan cara membuka plastik
polybag dan memasukkan bibit ke dalam lobang yang sudah dicangkul
4. Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi 1) penyiraman; penyiraman dilakukan setiap hari
dua kali yaitu pada pagi dan sore atau sesuai kebutuhan. Jika musim hujan
tidak perlu untuk penyiraman 2) Penyiangan; penyiangan dilakukan terhadap
gulma - gulma liar yang ada di dalam dan sekitar petak penelitian dan
dilakukan secara manual.
5. Panen (Pemotongan atau Defoliasi)
Trimming untuk keseluruhan legum dilakukan pada saat tanaman berumur
4 minggu setelah penanaman dengan menggunakan gergaji dengan tinggi
pemotongan 30 cm dari permukaan tanah, dengan maksud menyeragamkan
pertumbuhan. Interval pemotongan 60 hari. Tinggi pemotongan panen 1 m
dari permukaan tanah.
Parameter Penelitian
1. Produksi Bahan Segar
Produksi bahan segar dihitung pada saat defoliasi. Berat segar Indigofera
zollingeriana diperoleh dari hasil penimbangan daun dan batang per plot
tanaman. Daun dan batang di potong per plot dan diikat rapi, kemudian
ditimbang , dan hasil penimbangan dirata - ratakan , lalu dikonversikan
dalam satuan ton/ha.
2. Produksi BahanKering
Produksi Bahan kering diperoleh dari produksi bahan segar legume setelah
dilakukan penimbangan. Dari hasil penimbangan diambil sampel sebanyak
200 gram. Sebelum penimbangan terlebih dahulu dijemur dan dianginkan,
kemudian ditimbang berat kering rumput tersebut. Produksi berat segar
dikonversikan ke dalam berat kering untuk mengetahui produksi berat kering.
Untuk menentukan persentase bahan kering dapat digunakan rumus :
%BK = Berat setelah pengeringan Berat segar
x 100 %
Analisis Data
Data produksi bahan segar dan bahan kering, dianalisis dengan ANOVA
menurut rancangan acak lengkap pola faktorial. Perlakuan yang menunjukkan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian diperoleh dari produksi berat segar dan bahan kering.
Produksi berat segar hasil panen ditunjukkan pada Tabel 1.
Produksi Berat Segar
Tabel 1. Produksi Bahan Segar Indigofera zollingeriana ( Kg )
Pupuk Sluri
U1 U2 U3 U4 Rata2
R0 1,665 1,190 0,797 0,714 1,0097a
R1 0,405 0,585 0,892 0,823 0,6762ba
R2 1,278 0,615 1,119 0,880 0,8899bac
Pupuk Sluri Diperkaya Dengan Urin Kambing Fermentasi
R0 2,328 0,835 1, 974 0,959 1,4047bc
R1 1,270 0,820 0,449 1,273 0,9529bc
R2 2,012 1,279 2,322 1,447 1,765c
Produksi bahan segar /pohon pada penelitian yng tertinggi yaitu melalui
pemupukan sluri gas bio yang diperkaya dengan urin kambing fermentasi dengan
dosis 225 ml/pohon menghasilkan 1,765 kg lebih rendah dibandingkan dengan
produksi Indigofera yang ditanam di Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih
yaitu produksi bahan segar per pohon adalah 2,595 kg (Loka Penelitian Kambing
Potong, 2015). Pemupukan standar di Loka Kambing dilakukan dengan pupuk
kimia dimana cara kerja pupuk kimia berbeda dengan pupuk organik sebagaimana
yang dilakukan pada penelitian ini. Oleh (Newsroom, 2007) dikatakan bahwa
pemupukan dengan pupuk organik bekerja lambat namun pupuk organik
dipupuk dengan pupuk organik tidak akan optimal di awal namun sejalan dengan
terjadinya perbaikan pada sifat fisik dan biologi tanah maka akan terjadi perbaikan
sifat kimia tanah sehingga unsur-unsur hara yang terdapat di tanah dimana
sebelumnya belum dapat dimanfaatkan oleh akar tanaman menjadi tersedia
sehingga produksi tanaman akan meningkat lebih baik dari pada pemupukan
dengan pupuk kimia.
Pada penelitian ini, hasil pemupukan dengan sluri yang diperkaya dengan
urin kambing fermentasi menunjukkan perbedaan yang sangat siknifikan
dibanding dengan pemupukan memakai sluri. Meskipun demikian, dosis yang
dipakai pada penelitian ini yaitu 2,25 ton/ha jauh dari dosis yang dipakai pada
penelitian Purbajanti (2013) misalnya, yaitu 20 ton/ha sehingga hasil produksi
bahan segar masih jauh di bawah produksi bahan segar yang dilakukan di Loka
Produksi Bahan Kering
Produksi bahan kering hasil panen ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Produksi Bahan Kering Indigofera zollingeriana (%)
PUPUK SLURI
U1 U2 U3 U4 Rata2
R0 17,20 16,95 16,79 16,78 16,93a
R1 18,42 18,75 18,88 18,55 18,65b
R2 17,22 17,05 17,56 17,73 17,14b
PUPUK SLURI DIPERKAYA URIN KAMBING FERMENTASI
U1 U2 U3 U4 Rata2
R0 17,50 16,80 17,61 17,05 17,24bc
R1 17,80 17,23 17,78 17,95 17,69cd
R2 17,89 17,62 17,66 17,99 17,79d
Bahan kering dari tanaman terdiri atas bahan organik yaitu selisih antara bahan
kering dan mineral. Hasil penelitian Purbayanti (2013) bahwa unsur hara yang terdapat
pada pupuk berfungsi meningkatkan pertumbuhan daun dan batang sekaligus
meningkatkan hasil bahan kering. Hasil penelitian Purbayanti sejalan dengan penelitian
ini dimana pemupukan dengan sluri yang diperkaya urin kambing fermentasi
menghasilkan bahan kering yang lebih baik. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh
intensitas cahaya, iklim, temperatur, kesuburan tanah, jenis tanaman, bagian tanaman,
tahapan pertumbuhan , dan stress air. kandungan bahan kering hijauan dipengaruhi oleh
kesuburan tanah karena dosis yang berbeda – beda.
Lingga (1989) yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman adalah kesuburan tanah. Untuk mempertahankan kesuburan tanah dapat
diusahakan pemupukan. Salah satu pupuk yang sangat dibutuhkan tanaman adalah pupuk
dimana menurut Sosrosoedirdjo (1990) dalam Ifradi et al. (2003) bahwa N dalam pupuk
kandang cair mudah diabsorbsi oleh tanaman, sedangkan N dalam pupuk kandang padat
hanya sebagian kecil yang dapat diabsorbsi karena pada pupuk padat, N harus mengalami
berbagai perubahan terlebih dahulu. Pada perubahan-perubahan yang dilakukan oleh
berbagai bakteri biasanya terjadi kehilangan N diantaranya digunakan untuk hidup bakteri
dan ada juga yang menguap. Meningkatnya kandungan N dalam pemupukan dapat
meningkatkan berat bahan kering karena kandungan nitrogen dapat meningkatkan berat
bahan kering daun. Peningkatan ini diduga karena dengan pemberian nitrogen dapat
meningkatkan kandungan unsur hara nitrogen di dalam tanah. Hal ini memungkinkan
tanaman juga lebih banyak menyerap nitrogen, yang merupakan komponen di dalam
pembentukan klorofil. Sehingga memperlancar proses fotosintesis. Keadaan ini yang
menyebabkan terjadinya peningkatan berat bahan kering daun. Nitrogen merupakan
komponen pembentukan klorofil dan penyusun asam amino atau senyawa organik
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian sluri gas bio yang diperkaya urin kambing fermentasi
berpengaruh nyata meningkatkan produksi berat segar dan bahan kering Legum
Indigofera zollingeriana, sehingga layak untuk diproduksi dan digunakan guna
memaksimalkan produksi hijauan untuk memenuhi kebutuhan pakan hijauan
ternak.
Saran
Pertumbuhan Indigofera zollingeriana melalui pemupukan sluri gas bio
yang diperkaya urin kambing fermentasi akan lebih maksimal jika dosisnya
TINJAUAN PUSTAKA
Sluri Gas bio
Pemanfaatan limbah peternakan antara lain dengan mengolah limbah
menjadi gas bio yang merupakan campuran gas metana (CH4), karbon dioksida
(CO2) dan gas lainnya yang didapat dari hasil penguraian bahan organik seperti
kotoran ternak, manusia, dan tumbuhan oleh bakteri metanogenik. Untuk
menghasilkan gas bio, bahan organik yang dibutuhkan ditampung dalam
biodigester. Proses penguraian bahan organik terjadi secara anaerob. Dari reaktor
gas bio dihasilkan limbah cair yang mengandung nitrogen dan senyawa organik
lain yang bisa dimanfaatkan sebagai pupuk yang disebut sluri gas bio
( Lingga, 1991)
Sluri gas bio adalah sisa hasil pengolahan kotoran ternak pada gas bio
yang telah hilang gasnya. Bahan dari sisa proses pembuatan gas bio bentuknya
berupa cairan kental (sluri) yang telah mengalami fermentasi anaerob sehingga
dapat dijadikan pupuk organik dan secara langsung digunakan untuk memupuk
tanaman. Sluri sangat kaya akan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman
(Hessami et al.,1996).
Pemanfaatan sluri sebagai pupuk dapat memberikan keuntungan yang
hampir sama dengan penggunaan kompos. Ayub (2004) menyatakan bahwa
kualitas sluri sisa proses pembuatan gas bio lebih baik daripada kotoran ternak
yang langsung dari kandang. Hal ini disebabkan proses fermentasi di dalam
biodigester terjadi perombakan anaerobik bahan organik menjadi gas bio dan
asam organik yang mempunyai berat molekul rendah sepeti asam asetat, asam
unsur N, P dan K. Dengan keadaan seperti ini, sluri gas bio sudah menjadi pupuk
organik cair.
Sluri dapat ditingkatkan nilai ekonomisnya dengan diolah menjadi pupuk
organik cair. Menurut Oman (2003), sluri yang berasal dari gas bio sangat baik
untuk dijadikan pupuk karena mengandung berbagai macam unsur yang
dibutuhkan oleh tumbuhan seperti P, Mg, Ca, K, Cu dan Zn. Kandungan unsur
hara dalam limbah (sluri) hasil pembuatan gas bio terbilang lengkap tetapi
jumlahnya sedikit sehingga perlu ditingkatkan kualitasnya dengan penambahan
bahan lain yang mengandung unsur hara makro dan penambahan mikroorganisme
yang menguntungkan seperti mikroba penambat nitrogen. Sluri mengalami
penurunan COD sebesar 90% dari kondisi bahan awal dan perbandingan
BOD/COD sluri sebesar 0,37. Nilai ini lebih kecil dari perbandingan BOD/COD
limbah cair sebesar 0,5. Sluri juga mengandung lebih sedikit bakteri pathogen
sehingga aman untuk digunakan sebagai pupuk (Widodo et al, 2007).
Urin Ternak
Urin kambing merupakan salah satu pupuk organik cair yang belum
banyak dimanfaatkan oleh petani. Sementara urin kambing ini mempunyai
kandungan unsur N yang tingggi. Potensinya yakni satu ekor kambing dewasa itu
menghasilkan 2,5 liter urin/ekor/hari, sedangkan kotoran yang dihasilkan adalah 1
karung/ekor/2 bulan. Urin atau kencing ternak mempunyai kandungan nitrogen,
fosfor, kalium dan air lebih banyak jika dibandingkan dengan kotoran sapi padat.
Mengandung zat perangsang tumbuh yang dapat digunakan sebagai pengatur
ini karena kandungan kimiawi yang terdapat dalam urin kambing telah diketahui
lebih banyak , seperti kandungan Nitrogen (N), Phospat (P) dan kalium (K).
Berdasarkan hasil penelitian Universitas Andalas Padang fakultas pertanian, telah
diketahui
Phospat (P) 16,5 - 16,8 ppm dan kalium (K) 0,67 - 1,27 % . Jumlah ini ternyata
lebih dari cukup untuk mengembalikan kesuburan tanah dan tanaman secara
organik, tentu dengan pengolahan serta proses fermentasi yang baik urin kambing
menjadi pupuk organik cair karena alasan tersebut pertanian yang
mengaplikasikan sistem organik akan mendapat manfaat yang besar dari
penggunaa
(Risnandar, 2014)
Dewasa ini urin ternak dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk
tanaman bersamaan dengan kotoran ternak seperti tembakau, nimba, teprosia –
bahan pestisi dan abati lainnya. Cara pemberian pada system budidaya organik
biasanya dikocorkan atau disiramkan ketanaman. Penggunaan urin dengan pukan
kambing sebagai pupuk telah dilakukan di lahan pertanian organik Kecamatan
Koto, Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat (Yunaldi, 2006).
Table 1 Hasil Analisis Proksimat Kompos Cair
No. Lab No. Lapangan
Keterangan:
Po = Sluri dicampur dengan molases
P1 = Sluri kambing dicampur dengan molases dan urin kambing P2 = Sluri kambing dicampur dengan molasses dan urin sapi P3 = Sluri kambing dicampur dengan molasses dan urin kelinci
Tetes tebu (molasses)
Tetes Tebu (molasses) adalah sejenis sirup yang merupakan sisa dari
proses pengkristalan gula pasir. Molase tidak dapat dikristalkan karena
mengandung glukosa dan fruktosa yang sulit untuk dikristalkan. Komposisi tetes
tebu (molasses) mempunyai rentangan batas yang luas dan sulit untuk
menentukan mengenai nilai atau jumlah persentasenya. Berikut adalah tabel data
yang diambil berdasarkan jumlah rata-rata produksi tetes tebu (molasses) yang
diproduksi dari berbagai daerah.
Tabel 2 Komposisi Tetes Tebu (molasses) (Academic Press Inc, 1953)
Komponen Interval Nilai
Persentase
Air 17-25 20
Sukrosa 30-40 35
Dextrosa (Glukosa) Levulosa (Fruktosa) Other reducing substance Other carbohydrates
Sumber: Academic Press Inc (1953)
Tetes tebu merupakan sumber karbon dan nitrogen bagi ragi. Prosesnya
merupakan proses fermentasi. Prinsip fermentasi adalah proses pemecahan
senyawa organik menjadi senyawa sederhana yang melibatkan mikrorganisme.
Mikroorganisme ini berfungsi untuk menjaga keseimbangan karbon (C) dan
Nitrogen (N) yang merupakan faktor penentu keberhasilan dalam proses
mikroba yang ada di dalam tanah, karena dalam tetes tebu (molasses) terdapat
nutrisi bagi bakteri Sacharomyces cereviceae. Sacharomyces cereviceae bertugas
untuk menghancurkan material organik yang ada di dalam urin dan tentunya
mereka juga membutuhkan nitrogen (N) dalam jumlah yang tidak sedikit untuk
nutrisi mereka. Nitrogen (N) akan bersatu dengan mikroba selama penghancuran
material organik. Oleh karena itu dibutuhkan tambahan material tetes tebu yang
mengandung komponen nitrogen sangat diperlukan untuk menambah kandungan
unsur hara agar proses fermentasi urin berlangsung dengan sempurna. Selain itu,
berdasarkan kenyataan bahwa tetes tebu tersebut mengandung karbohidrat dalam
bentuk gula yang tinggi (64%) disertai berbagai nutrien yang diperlukan jasad
renik juga dapat meningkatkan kecepatan proses produksi pengolahan urin
kambing menjadi pupuk dalam waktu yang relatif singkat (Wijaya,2008).
Kualitas Pupuk Cair
Pupuk organik cair memberikan beberapa keuntungan, misalnya dapat
disiramkan atau disemprotkan ke daerah akar dan keseluruh bagian tanaman.
Sehingga proses penyiraman atau penyemprotan dapat menjaga kelembaban
tanah. Penggunaan pupuk organik cair dalam pemupukan jelas lebih merata,
dimana tidak akan terjadi penumpukan konsentrasi pupuk pada satu tempat. Hal
ini disebabkan karena pupuk organik cair 100 persen akan larut, sehingga secara
cepat dapat mengatasi defisiensi hara dan tidak bermasalah dalam pencucian hara
dan juga mampu menyediakan hara bagi tanaman secara cepat( Musnamar, 2005 )
Standar kualitas unsur makro pupuk organik berdasarkan Peraturan
Menteri Pertanian No.28/SNI/Permentan/OT.140/2/2009 dapat di lihat pada tabel
Tabel 3 Standar mutu pupuk organik cair (POC)
Parameter Satuan Persyaratan teknis
keterangan
C-Organik % >=4 kandungan c-organik
N,P,K % <2 jika > 2% diduga sudah mengandung kimia anorganik
Patogen cfu/g <102 slamonella harus negatif karena tingkat bahayanya
Sumber: Peraturan Menteri Pertanian No.28/SNI/Permentan/OT.140/2/2009
Pupuk organik bisa memacu dan meningkatkan populasi mikroba dalam
tanah, jauh lebih besar daripada hanya memberikan pupuk kimia. Pupuk organik
juga mampu membenahi struktur dan kesuburan tanah. Tidak heran jka pupuk
organik mampu mencegah terjadinya erosi tanah. Sebab kandungan nitrogen dan
kandungan unsur hara yang dilepaskan oleh bahan organik pelan-pelan akan
mengalami proses mineralisasi. Jika diberikan secara berkesinambungan, dapat
membantu membangun kesuburan tanah. Memang, pupuk organik mengandung
unsur hara nitrogen (N), phosphor (P), dan kalium (K) yang rendah, tetapi
mengandung hara mikro yang berlimpah serta diperlukan untuk pertumbuhan
tanaman. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan bioaktivator untuk pengayaan
unsur hara dalam tanah. Pupuk organik bisa berasal dari kotoran - kotoran ternak
seperti sapi, kerbau, kambing, ayam, itik dan limbah- limbah pertanian seperti
dedaunan, jerami, batang jagung, sekam padi. Jadi, biaya pembuatan relatif
murah, bahkan tersedia di pedesaan dalam jumlah cukup. Pada dasarnya,
pembuatan pupuk organik cair juga dimaksudkan untuk pengayaan unsur hara
dalam pupuk tersebut. Kita bisa menggunakan urin ternak, dalam hal ini dapat
menggunakan kotoran- kotoran ternak yang padat (feses) atau disebut sebagai
biokultur ( Dudung, 2013).
Fermentasi
Fermentasi adalah segala macam proses metabolisme dengan bantuan dari
enzim mikrobia ( jasad renik ) untuk melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisa, dan
reaksi kimia lainnya, sehingga terjadi perubahan kimia pada suatu substrat
organik dengan menghasilkan produk tertantu. Fermentasi merupakan proses
biokimia yang menyebabkan perubahan sifat bahan pangan sebagai akibat dari
pemecahan kandungan bahan tersebut (Hardjo et al., 1989).
Fermentasi juga sering didefinisikan sebagai pemecahan karbohidrat dan
asam amino secara anaerob yaitu tanpa memerlukan oksigen. Senyawa yang dapat
dipecah dalam proses fermentasi terutama adalah karbohidrat, sedangkan asam
amino dapat difermentasikan oleh beberapa janis bakteri tertentu (Adams, 2000).
Fermentasi Urin dan sluri
Urin yang sudah dicampur bahan organik ditutup dengan rapat dan
dibiarkan mengendap selama 7 hari, supaya mendapatkan hasil fermentasi yang
baik. Urin fermentasi akan berwarna cokelat dan masih berbau. "Untuk
menghilangkan bau amoniak, maka cairan urin fermentasi mendapatkan perlakuan
aerasi dengan menggunakan pompa. Jadi baunya tidak menyengat lagi,” papar
Munif, dosen peneliti FKH UGM Sarmin mengungkapkan, Purinowa telah diuji di
laboratorium. Diketahui, kandungan Nitrogen (N), Phospat (P) dan kalium (K)
dari urin Etawa lebih tinggi dibanding dari urin sapi dan kelinci sehingga sangat
Akan tetapi fermentasi urin sebagai pupuk organik cair yang dilakukan
oleh bakteri ternyata juga terdapat beberapa kelemahan, diantaranya tidak semua
N diubah menjadi bentuk yang mudah dihisap akan tetapi dipergunakan oleh
bakteri-bakteri itu sendiri untuk keperluan hidupnya. Kemudian dampak lain yang
adalah terjadi perubahan-perubahan yang merugikan dimana N menguap. Di
dalam pupuk cair N terdapat sebagai ureum CO(NH2)2, NH4, NO3 dan asam urin
C3H4N4O3. Yang terpenting dan mempunyai nilai pemupukan tertinggi adalah
ureum karena N yang sangat tinggi (48 %).banyak terdapat dalam air kencing
sangat mudah dan cepat dirubah oleh bakteri-bakteri menjadi amonium karbonat.
CO(NH2)2 + 2 H2O = (NH4)2CO3 (ureum + air = amonium karbonat)
(Huda, 2013).
Upaya untuk mengatasi kelemahan tersebut adalah dengan mengolahnya menjadi
pupuk cair dan agar lebih meningkatkan kandungan haranya, maka perlu
ditambahkan tetes tebu yang memiliki kandungan bahan organik yang dapat
meningkatkan kualitas pupuk yang dihasilkan. Jika kita hanya memanfaatkan
fermentasi urin saja, maka urin yang dijadikan sebagai pupuk cair tidak begitu
maksimal hasilnya pada tanaman. Maka dari itu, proses ini memerlukan material
tambahan dalam pembuatan pupuk tersebut. Material tersebut dapat diperoleh dari
tetes tebu (molasses) (Huda, 2013).
Pada pembuatan biourin kambing, kandungan unsur K melonjak menjadi
1.770 ppm dibanding 759 tanpa perlakuan. C-organik naik menjadi 3.773 ppm
dibanding 3.390 ppm, dan N 0,89% dibanding 0,34%. Tetapi unsur P turun
inokulan yang ada kurang mampu melarutkan P. Sehingga perlu dicarikan
mikroba yang cocok untuk melarutkan lebih banyak P dalam proses fermentasi
biourine (Ricobain, 2011)
Selama proses fermentasi terjadi, bermacam – macam perubahan
komposisi kimia. Kandungan asam amino, karbohidrat, pH, kelembaban, aroma
serta perubahan nilai gizi yang mencakup terjadinya peningkatan protein dan
penurunan serat kasar. Semuanya mengalami perubahan akibat aktivitas dan
perkembangbiakan mikrooraganisme selama fermentasi. Melalui fermentasi
terjadi pemecahan substrat oleh enzim – enzim tertentu terhadap bahan yang tidak
dapat dicerna, misalnya selulosa dan hemiselulosa menjadi gula sederhana
( Sembiring et al, 2006 )
Indigofera zollingeriana.
Hijauan
Makanan hijauan adalah semua bahan makanan yang berasal dari tanaman
dalam bentuk daun – daunan. Termasuk kelompok makanan hijauan ini ialah
bangsa rumput (graminae), leguminosa dan hijauan dari tumbuh – tumbuhan
lainseperti daun nangka, aur, daun waru, dan lain sebagainya. Kelompok makanan
hijauan ini biasanya disebut makanan kasar. Hijauan sebagai bahan makanan
ternak bisa diberikan dalam dua bentuk, yaitu hijauan segar dan hijauan kering.
- Hijauan segar ialah makanan yang berasal dari hijauan yang diberikan
dalam bentuk segar. Termasuk hijauan segar ialah rumput segar,
lguminosa segar dan silase.
- Hijauan kering ialah makanan yang berasal dari hijauan yang sengaja
- Sebagai makanan ternak, hijauan memegang peranan penting, sebab
hijauan mengandung hampir semua zat yang diperlukan hewan.
- Khususnya di Indonesia, bahan makanan hijauan memegang peranan
istimewa karena bahan tersebut diberikan dalam jumlah besar.
( AAK, 1983 ).
Legum merupakan jenis hijauan yang bijinya berkeping dua. Pada
umumnya legum mengandung protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan
graminae. Pemanfaatan legum sebagai hijauan pakan tidak boleh diremehkan
karena ia mampu menyuplai kebutuhan protein ternak. Selain itu, tanaman legum
juga banyak memeiliki manfaat lain diantaranya a) sebagai penyubur tanah,
b) sebagai penyuplai nitrogen bagi rumput, dan c) sebagai tanaman vegetasi
pencegah erosi ( Hasan , 2012 )
Deskripsi Tanaman Indigofera
Indigofera Sp adalah hijauan pakan jenis leguminosa pohon yang memiliki
kualitas nutrisi yang tinggi dan tahan terhadap kekeringan, sehingga dapat
menjadi sumber pakan pada musim kemarau. Jenis rumput ini sangat cocok untuk
dikembangkan di propinsi Nusa Tenggara Timur yang memiliki curah hujan yang
sangat rendah yaitu 3 (tiga) bulan basah, selebihnya adalah musim kering.
Indigofera Sp merupakan tanaman dari kelompok kacangan (family : Fabaceae)
dengan genus Indigofera dan memiliki 700 spesies yang tersebar di Benua Afrika,
Asia dan Amerika Utara. Sekitar tahun 1900 Indigofera sp dibawa ke Indonesia,
oleh kolonial Eropa serta terus berkembang secara luas (Tjelele, 2006). Tanaman
ini dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang kaya akan nitrogen, fosfor dan
pertanian komersial pada daerah tropik dan sub tropik, selanjutnya dapat
digunakan sebagai hijauan pakan ternak dan suplemen kualitas tinggi untuk ternak
ruminansia (Haude, 1997).
Indigofera sp. sangat baik dimanfaatkan sebagai hijauan pakan ternak dan
mengandung protein kasar 27,9%, serat kasar 15,25%, kalsium 0,22% dan fosfor
0,18%. Legum Indigofera Sp. memiliki kandungan protein yang tinggi, toleran
terhadap musim kering, genangan air dan tahan terhadap salinitas (Hassen et al.,
2007). Dengan kandungan protein yang tinggi (26% – 31%) disertai kandungan
serat yang relatif rendah dan tingkat kecernaan yang tinggi (77%) tanaman ini
sangat baik sebagai sumber hijauan baik sebagai pakan dasar maupun sebagai
pakan suplemen sumber protein dan energi, terlebih untuk ternak dalam status
produksi tinggi (laktasi). Karena toleran terhadap kekeringan, maka Indigofera
Sp. dapat dikembangkan di wilayah dengan iklim kering untuk mengatasi
terbatasnya ketersediaan hijauan terutama selama musim kemarau. Keunggulan
lain tanaman ini adalah kandungan tanninnya sangat rendah berkisar antara 0,6 –
1,4 ppm (jauh di bawah taraf yang dapat menimbulkan sifat anti nutrisi).
Rendahnya kandungan tannin ini juga berdampak positif terhadap palatabilitasnya
(disukai ternak) ( Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Kupang, 2013 ).
Indigofera zollingeriana dapat tumbuh pada ketinggian antara 0-2200 m
dpl, dengan curah hujan antara 600-3000 mm/tahun dan laju pertumbuhan,
produksi biomasa dan kandungan nutrisinya lebih besar dibandingkan dengan
jenis leguminosa pohon lain pada kondisi tanah dan iklim yang sama. I.
zollingeriana sangat mudah dibudidayakan karena menghasilkan biji sebagai
cekaman kekeringan, salin, alkalin dan tanah masam, disamping tahan terhadap
pemangkasan oleh karena itu tanaman ini sangat potensial sebagai tanaman pakan
berkualitas yang dapat dijadikan sebagai solusi terhadap keterbatasan pasokan
hijauan pakan ternak terutama bagi daerah kering beriklim kering.
(Herdiwaan dan Krisnan, 2014)
Indigofera sangat baik untuk dikembangkan sebagai hijauan pakan ternak
untuk daerah yang memiliki potensi cekaman biotik dan abiotik tinggi, seperti
halnya pada agroekosistem lahan kering atau lahan marjinal. Herdiawan (2013)
menyatakan bahwa I. zollingeriana masih dapat bertahan hidup dan berproduksi
pada taraf cekaman kekeringan berat (25% kapasitas lapang), sekalipun
mengalami penurunan produktivitasnya. Kandungan PK I. zollingeriana
mengalami sedikit penurunan pada cekaman kekeringan berat, sebaliknya
kandungan SK dan energi meningkat cukup tajam.
Menurut Sirait et al. (2009) I. zollingeriana merupakan leguminosa pohon
yang memiliki pertumbuhan yang cepat dengan tinggi rata-rata 418 cm pada umur
tujuh bulan. Bagian bawah dan tengah batang tanaman berwarna hijau keabuan,
sedangkan bagian atas batang berwarna hijau muda. Diameter batang atas, tengah
dan bawah rata-rata berturut-turut 3,47; 9,26 dan 13,85 cm.
Pertumbuhan I. zollingeriana pada tanah latosol coklat pH 6,8 (netral)
dengan kondisi kapasitas lapang (kontrol) dan cekaman kekeringan sedang
(moderate drought stress) tidak ada perbedaan. Laju pertumbuhan mengalami
sedikit penurunan selama cekaman kekeringan berat (severe drought stress) pada
cekaman kekeringan (Herdiawan 2013). Indigofera sp. memiliki toleransi yang
luas terhadap tanah masam, salin, genangan dan cekaman kekeringan
(Hassen et al. 2006).
Tanaman Indigofera zollingeriana termasuk tanaman yang responsif
terhadap perlakuan nutrisi. Perlakuan pemberian pupuk cair organik yang dibuat
sendiri dapat memperbaiki pertumbuhan (Budie 2010; Suharlina 2010) dan
memperbaiki komposisi nutrisi dan kecernaan hijauan Indigofera zollingeriana
(Suharlina 2010; Abdullah 2011) serta fermantabilitasnya dalam rumen kambing
(Jovintry 2011). Pengolahan hijauan Indigofera zollingeriana menghasilkan
produk pelet daun murni (100%) bernama Indigofeed (Abdullah 2010), yang telah
diuji daya simpan, daya kemudahan penanganan dan pabrikasinya (Izzah 2011).
Penggunaan Indigofeed dalam ransum kambing menunjukkan terjadi peningkatan
produksi susu hingga 26% dan terjadi peningkatan efisiensi pakan 15-23% dan
efisiensi nutrisi 5-9% (Apdini 2011).
Klasifikasi Indigofera
Klasifikasi tanaman Indigofera sp. (Hassen et al., 2006) sebagai berikut:
Divisi: Spermatophyta, Subdivisio :Angiospermae, Class :Dicotyledonae, Family:
Rosales, Subfamily : Leguminosainosae, Genus: Indigofera, Spesies: Indigofera
zollingeriana. Menurut Ngo van Man et al. (1995) laju pertumbuhan Indigofera
sp. pada tanah masam dengan pH 4,5-5,0, lebih cepat sebesar 9,8 cm per dua
minggu, dari pada Leucaena sp. sebesar 7,8 cm per dua minggu. Sedangkan laju
pertumbuhan tanaman paling lambat adalah, Desmodium dan Flemingia congesta
berturut-turut Sebesar 4,8 dan 4,5 cm per dua minggu. Pertumbuhan I.
lapang (kontrol) dan cekaman kekeringan sedang (moderate drought stress) tidak
ada perbedaan. Laju pertumbuhan mengalami sedikit penurunan selama cekaman
kekeringan berat (severe drought stress) pada umur tanaman enam bulan,
sehingga dikategorikan tanaman toleran terhadap cekaman kekeringan
(Herdiawan, 2013). Indigofera sp. memiliki toleransi yang luas terhadap tanah
masam, salin, genangan dan cekaman kekeringan (Yuhaeni, 1989).
Kandungan Nutrisi Indigofera zollingeriana.
Leguminosa pohon Indigofera sp. dapat digunakan sebagai pakan basal
ternak kambing pengganti rumput. Taraf penggunaan Indigofera sp. sebagai
pakan basal berkisar antara 25-75% dari total BK pakan (Simanihuruk & Sirait
2009). Pemanfaatan pelet Indigofera sp. Sebagai pengganti konsentrat pada taraf
40% dari total ransum yang diberikan pada kambing Saanen dan PE dapat
memperbaiki efisiensi pemanfaatan nutrien menjadi produk susu. Hal ini dapat
dilihat dari jumlah konsumsi pakan harian, peningkatan nilai kecernaan pakan,
serta peningkatan produksi susu harian kambing PE laktasi ke-2 dan kambing
Saanen laktasi ke-3 (Apdini, 2011). Akbarillah et al. (2010) melaporkan bahwa
penggunaan daun Indigofera segar 15% menurunkan konsumsi pakan,produksi
telur, berat telur dan menaikkan konversi pakan. Penggunaan Indigofera segar
10% masih baik pengaruhnya terhadap produksi telur, berat telur dan perbaikan
warna yolk. Hassen et al. (2007) menyatakan bahwa Indigofera memiliki
palatabilitas yang rendah pada musim hujan, tetapi akan meningkat setelah akhir
Table 4 Komposisi Nutrisi Indigofera Sp :
Pemupukan merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan kapasitas
produksi tanah. Pupuk yang digunakan dapat berupa pupuk organik, pupuk
anorganik, ataupun campuran keduanya. Menurut Sutedjo (1995), penggunaan
pupuk organik biasanya ditujukan untuk memperbaiki sifat fisik, dan biologi
tanah. Walaupun kandungan unsur hara dalam pupuk organik relatif lebih kecil
dibanding pupuk anorganik namun bila sifat fisik menjadi baik maka sifat kimia
tanah pun akan berubah.
Tujuan pemupukan ialah meningkatkan pertumbuhan dan mutu hasil. Oleh
karena itu, pupuk diberikan pada saat tanaman membutuhkan pupuk agar
diperoleh keuntungan yang maksimal (Moenandir, 2004)
Pupuk Organik
Pupuk organik dapat menambah kandungan bahan organik tanah dan
memperbaiki sifat fisik maupun biologi tanah. Terhadap tanah, bahan organik
dapat meningkatkaan kemantapan agregat, infiltrasi, daya menahan air,
meningkatkan jumlah pori makro dan mikro serta merupakan sumber energi bagi
lebih berhasil bagi tanaman apabila memperhatikan dosis, macam, dan waktu
pemberian.
Tiap jenis tanaman mempunyai kebutuhan unsur hara yang berrbeda.
Tanaman keras (tahunan) lebih banyak mengambil unsur hara yang berbeda.
Tanaman keras lebih banyak mengambil unsur hara dibanding tanaman semusim
(legum maupun rumputan). Tanaman legum dapat memfiksasi N melalui
simbiosis dengan bakteri Rhizobium, sedangkan rerumputan menyerap N dari
dalam tanah. Unsur utama yang dibutuhkan tanaman adalah N, P, dan K.
Tanaman yang kekurangan ke -3 unsur ini akan mengalami gejala defisiensi yang
terlihat pada organ tanaman ( Rosmarkam dan Yuwono, 2002 ).
Pemupukan dengan pupuk organik hendaknya dilakukan bersamaan pada
saat pengolahan tanah itu dikerjakan, yakni satu minggu sebelum tanaman
ditanam. Pupuk organik sangat bermanfaat dalam perbaikan tekstur tanah, dan
memperbaiki kemampuan menahan air. Pada umumnya, leguminosa memerlukan
unsur P, sedang rumput tropis lebih peka terhadap pemupukan unsur N. Untuk
bisa memperoleh pemupukan yang optimal perlu diketahui : unsur hara dalam
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemanfaatan sluri gas bio sebagai pupuk dapat memberikan keuntungan
yang hampir sama dengan penggunaan kompos. Sisa keluaran gas bio ini telah
mengalami fermentasi anaerob sehingga bisa langsung digunakan untuk memupuk
tanaman. Pupuk organik termasuk pupuk majemuk lengkap karena kandungan
unsur haranya lebih dari satu unsur dan mengandung unsur makro dan mikro.
Suzuki et al, (2001) menunjukkan bahwa sluri gas bio kaya akan unsur makro
yaitu N, P , dan K serta unsur mikro seperti Ca, Mg, Fe, Mn, Cu dan Zn.
Pupuk hasil keluaran gas bio (sluri) adalah pupuk organik karena bahan
dasarnya merupakan limbah organik. Limbah hasil keluaran gas bio tersebut
berbentuk padatan dan cairan. Limbah tersebut dapat diolah menjadi pupuk
organik padat dan cair. Pupuk organik cair sendiri memiliki beberapa keuntungan
daripada pupuk organik padat karena pengaplikasiannya lebih mudah dan unsur
hara yang terkandung di dalamnya lebih mudah diserap tanaman. Pengolahan
hasil keluaran gas bio ini diharapkan dapat mengurangi limbah dari hasil keluaran
gas bio sehingga menurunkan kadar pencemaran terhadap lingkungan.
Menurut Lazcano et al., (2008), kotoran ternak merupakan sumber daya
alam yang bernilai yang dapat digunakan sebagai pupuk, karena mengandung
unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman. Bahan
dari sisa proses gas bio yang berupa cairan kental (sluri) dapat dijadikan sebagai
Beberapa jenis pupuk organik asal limbah antara lain adalah pupuk
kandang, kompos dan pupuk hijau. Urin ternak merupakan salah satu limbah
organik cair yang belum banyak dimanfaatkan oleh petani. Urin ternak seperti
urin kambing yang berasal dari kandang peternak dan petani dengan jumlah yang
tidak sedikit dibuang begitu saja tanpa ada pemanfaatan terhadap tanaman.
Padahal, petani – petani sekarang mengalami kesulitan dalam mendapatkan pupuk
an-organik apalagi harganya yang cukup tinggi. Bila petani dan peternak berusaha
untuk memanfaatkan kotoran dan urin ternak kambing, petani akan mudah
mendapatkan pupuk yang aman bagi lahan tanam dan lingkungan. Kualitas hara
pupuk tersebut juga dapat ditingkatkan dengan proses fermentasi, agar mudah dan
cepat diserap oleh tanaman.
Hijauan leguminosa indigofera zollingeriana memerlukan pupuk organik
sebagaimana tanaman lainnya. Hijauan ini merupakan tanaman legum berbatang
kayu dan memiliki masa produktif yang panjang. Hal ini sesuai dengan data
penelitian dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Kupang (2013) yang
menjelaskan, bahwa tanaman ini sangat bagus digunakan sebagai pakan ternak
karena mengandung kandungan nutrisi yang cukup lengkap untuk pertumbuhan
dan produksi ternak serta masa produktif yang panjang. Agar produksinya tetap
tinggi, harus dipupuk dengan bahan pupuk yang mudah diserap tanaman dan
aman bagi lingkungan. Salah satu alternatif sumber pupuk yang mudah diserap
dan aman bagi lingkungan adalah pupuk organik yaitu menggunakan kotoran
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang pertumbuhan Indigofera zollingeriana melalui pemupukan sluri gas bio
yang diperkaya urin kambing fermentasi.
Tujuan Penelitian
Mengetahui pertumbuhan Indigofera zollingeriana melalui pemupukan
sluri gas bio yang diperkaya urin kambing fermentasi.
Hipotesis Penelitian
Pertumbuhan Indigofera zollingeriana melalui pemupukan sluri gas bio
yang diperkaya urin kambing fermentasi akan meningkatkan produksi berat segar
dan bahan kering Indigofera zollingeriana.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan manfaat bagi
kalangan akademis, peneliti, praktisi peternakan, dan masyarakat tentang
pertumbuhan Indigofera zollingeriana melalui pemupukan sluri gas bio yang
ABSTRAK
FENRIS SANDRO SINAGA, 2015 : Pertumbuhan Indigofera Zollingeriana Melalui Pemupukan Sluri Gas Bio Yang Diperkaya Urin Kambing Fermentasi Terhadap Produksi Bahan Segar Dan Kering Indigofera zollingeriana”. Dibimbing oleh NURZAINAH GINTING dan ISKANDAR SEMBIRING.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan Indigofera zollingeriana melalui pemupukan sluri gas bio yang diperkaya urin kambing fermentasi terhadap produksi bahan segar dan kering Indigofera zollingeriana. Penelitian dilaksanakan di Lahan Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih, Kecamatan Galang Lubuk Pakam Sumatera Utara, pada bulan Maret sampai dengan Agustus 2015 menggunakan 24 buah bibit tanaman Indigofera zollingeriana. Rancangan yang dipakai dalam penelitian ini adalah rancangan split plot design ( petak terbagi ) dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan. Selanjutnya dianalisis dengan ANNOVA RAL. Parameter yang diteliti adalah berat segar dan bahan kering.
Hasil penelitian menunjukkan rataan produksi bahan segar (Kg) memakai pupuk sluri R0: 1,0097, R1: 0,6762, R2: 0,8899, memakai pupuk sluri diperkaya urin kambing fermentasi R0: 1,4047, R1: 0,9529, R2: 1,765. Rataan produksi bahan kering (%) memakai pupuk sluri R0: 16,93, R1: 18,65, R2: 17,14, memakai pupuk sluri diperkaya urin kambing fermentasi R0: 17,24, R1: 17,69, R2: 17,79. Hasil analisis statistik menunjukkan pertumbuhan Indigofera zollingeriana melalui pemupukan sluri gas bio yang diperkaya urin kambing fermentasi berpengaruh nyata meningkatkan produksi bahan segar dan bahan kering. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa pertumbuhan Indigofera zollingeriana melalui pemupukan sluri gas bio yang diperkaya urin kambing fermentasi dapat menggantikan penggunaan pupuk an-organik.
PERTUMBUHAN INDIGOFERA ZOLLINGERIANA
MELALUI PEMUPUKAN SLURI GAS BIO YANG
DIPERKAYA URIN KAMBING FERMENTASI
SKRIPSI
Oleh :
Fenris Sandro Sinaga 110306046
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERTUMBUHAN INDIGOFERA ZOLLINGERIANA
MELALUI PEMUPUKAN SLURI GAS BIO YANG
DIPERKAYA URIN KAMBING FERMENTASI
SKRIPSI
Oleh :
FENRIS SANDRO SINAGA 110306046/PETERNAKAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Peternakan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Skripsi :Pertumbuhan Indigofera zollingeriana Melalui Pemupukan Sluri Gas Bio yang Diperkaya Urin Kambing Fermentasi
Nama : Fenris Sandro Sinaga
NIM : 110306046
Program Studi : Peternakan
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Nurzainah Ginting, M. Sc Ir. Iskandar Sembiring, MM Ketua Anggota
Mengetahui,
Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M. Si Ketua Program Studi Peternakan
ABSTRAK
FENRIS SANDRO SINAGA, 2015 : Pertumbuhan Indigofera Zollingeriana Melalui Pemupukan Sluri Gas Bio Yang Diperkaya Urin Kambing Fermentasi Terhadap Produksi Bahan Segar Dan Kering Indigofera zollingeriana”. Dibimbing oleh NURZAINAH GINTING dan ISKANDAR SEMBIRING.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan Indigofera zollingeriana melalui pemupukan sluri gas bio yang diperkaya urin kambing fermentasi terhadap produksi bahan segar dan kering Indigofera zollingeriana. Penelitian dilaksanakan di Lahan Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih, Kecamatan Galang Lubuk Pakam Sumatera Utara, pada bulan Maret sampai dengan Agustus 2015 menggunakan 24 buah bibit tanaman Indigofera zollingeriana. Rancangan yang dipakai dalam penelitian ini adalah rancangan split plot design ( petak terbagi ) dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan. Selanjutnya dianalisis dengan ANNOVA RAL. Parameter yang diteliti adalah berat segar dan bahan kering.
Hasil penelitian menunjukkan rataan produksi bahan segar (Kg) memakai pupuk sluri R0: 1,0097, R1: 0,6762, R2: 0,8899, memakai pupuk sluri diperkaya urin kambing fermentasi R0: 1,4047, R1: 0,9529, R2: 1,765. Rataan produksi bahan kering (%) memakai pupuk sluri R0: 16,93, R1: 18,65, R2: 17,14, memakai pupuk sluri diperkaya urin kambing fermentasi R0: 17,24, R1: 17,69, R2: 17,79. Hasil analisis statistik menunjukkan pertumbuhan Indigofera zollingeriana melalui pemupukan sluri gas bio yang diperkaya urin kambing fermentasi berpengaruh nyata meningkatkan produksi bahan segar dan bahan kering. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa pertumbuhan Indigofera zollingeriana melalui pemupukan sluri gas bio yang diperkaya urin kambing fermentasi dapat menggantikan penggunaan pupuk an-organik.
ABSTRACT
FENRIS SANDRO SINAGA, 2015: Growth Through Fertilization Indigofera zollingeriana Gas
Bio enriched slurry Goat Urine Fermentation Production Of Fresh And Dry Indigofera
zollingeriana ". Guided by NURZAINAH GINTING and ISKANDAR SEMBIRING.
This study aims to determine the growth Indigofera zollingeriana through fertilizing
biogas slurry enriched goat urine fermentation of fresh and dry matter production Indigofera
zollingeriana. Research conducted at the Goat Farm Research Station Sei Putih, District Galang
Lubuk pakam North Sumatra, in March until August 2015 using 24 pieces of plant seeds
Indigofera zollingeriana. The design used in this research is the design of split plot design (split
plot) with 3 treatments and 4 replications. Annova then analyzed by RAL. Parameters studied were
fresh weight and dry matter.
The results showed the average production of fresh material (Kg) uses slurry fertilizer
R0: 1.0097, R1: 0.6762, R2: 0.8899, using manure slurry enriched fermented goat urine R0:
1.4047, R1: 0.9529, R2: 1.765. The average production of dry matter (%) taking manure slurry
R0: 16.93, R1: 18.65, R2: 17.14, wearing goat urine fertilizer enriched slurry fermentation R0:
17.24, R1: 17.69, R2: 17 , 79. Statistical analysis showed growth Indigofera zollingeriana through
fertilizing biogas slurry enriched fermented goat urine significantly increase the production of
fresh and dried ingredients. The conclusion from this study is that growth Indigofera zollingeriana
through fertilizing biogas slurry enriched fermented goat urine can replace the use of inorganic
fertilizers.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Kandang Kerbau pada tanggal 27 September 1992 dari Ayah S. Sinaga dan Ibu L. Nainggolan. Penulis merupakan putra pertama dari tujuh bersaudara.
Tahun 2011, penulis lulus dari SMA Sultan Iskandar Muda dan pada tahun yang sama masuk ke Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur ujian tertulis Ujian Masuk Bersama (UMB).
Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Kristen Peternakan (IMAKRIP), anggota Ikatan Mahasiswa Katolik (IMK) St. Fransiskus Xaverius Fakultas Pertanian. Penulis juga aktif sebagai asisten Laboratorium Ilmu Reproduksi dan Inseminasi Buatan.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pertumbuhan Indigofera zollingeriana Melalui Pemupukan Sluri Gas
Bio yang Diperkaya Urin Kambing Fermentasi’’.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua
orang tua penulis yaitu Bapak S. Sinaga dan Ibu L. Nainggolan yang telah
mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Ibu
Dr. Ir. Nurzainah Ginting, M. Sc dan Bapak Ir. Iskandar Sembiring, MM selaku
ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan
berbagai masukan kepada penulis. Penulis juga menyampaikan terima kasih
kepada Dr. Ir. Simon Ginting, M. Sc selaku dosen pembimbing di lapangan, juga
kepada Ir. Edhy Mirwandhono, MSi dan Prof. Dr. Ir. Sayed Umar MSi selaku
dosen undangan yang telah memberikan berbagai masukan kepada penulis.
Disamping itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak
Misro selaku rekan kerja di lapangan dan semua civitas akademika di Program
Studi Peternakan serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu
per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan skripsi ini ke depannya. Akhir kata, penulis mengucapkan terima
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Hasil Analisis Proksimat Kompos Cair... 6
2. Kompisisi Tetes Tebu (Molases). ... 7
3. Standar Mutu Pupuk Organik Cair (POC). ... 9
4. Komposisi Nutrisi Indigofera sp. ... 18
5. Produksi Berat Segar Indigofera zollingeriana. ... 26
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Tabel Analisis Ragam Berat Segar dan Bahan Kering Indigofera
zollingeriana...35