• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan Indigofera zollingeriana Melalui Pemupukan Sluri Gas Bio yang Diperkaya Urin Kambing Fermentasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pertumbuhan Indigofera zollingeriana Melalui Pemupukan Sluri Gas Bio yang Diperkaya Urin Kambing Fermentasi"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN I

Tabel 5. Analisis Ragam Berat Segar Indigofera zollingeriana Sumber

Galat 18 3795015,750 210834,208

Total 23 7054851,958

Keterangan : “ *’’ merupakan tanda F hitung memiliki nilai lebih besar dari nilai F table 5%, artinya berbeda nyata.

Tabel 6. Analisis Ragam Bahan Kering Indigofera zollingeriana Sumber Galat 18 1,35960000 0,07553333

Total 23 8,43140000

(2)

LAMPIRAN II

Data Berat Segar Indigofera zollingeriana

(3)

Data Bahan Kering Indigofera zollingeriana

The SAS System 13:45 Thursday, November 20, 2015 The GLM Procedure

Dependent Variable: respon

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 5 7.07180000 1.41436000 18.72 <.0001

Error 18 1.35960000 0.07553333 Corrected Total 23 8.43140000

Duncan Grouping Mean N perlakuan A 18.6500 4 R1

B 17.7900 4 R5 B

B 17.6900 4 R4 B

C B 17.3900 4 R2 C

C D 17.2400 4 R3 D

(4)

LAMPIRAN III

(5)
(6)

DAFTAR PUSTAKA

AAK., 1983. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja, dan Perah. Kanisius, Yogyakarta

AAK. 1992. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia. Yogyakarta Adams, C.A.2000. Enzim Komponen Penting Dalam Pakan Bebas Antibiotika.

Feed Mix Special.

Akbarillah TD, Kususiyah, Hidayat. 2010. Pengaruh Penggunaan Daun Indigofera Segar Sebagai Suplemen Pakan Terhadap Produksi Dan Warna Yolk Itik. Sains Peternakan Indonesia. 5:27-33.

Apdini TAP. 2011. Pemanfaatan Pellet Indigofera sp. Pada Kambing Perah Peranakan Etawah dan Saanen di Peternakan Bangun Karso Farm [Thesis]. [Bogor (Indonesia)]: Institut Pertanian Bogor.

Ayub, S. P. 2004. Organik Cair. Aplikasi dan Manfaatnya. Agromedia. Jakarta. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Kupang. 2013. Indigofera Sp. Hijauan

Bernutrisi Tinggi Untuk Ternak Kambing.

Dudung. 2013. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. ITB Press. Bandung

Hardjo, S.S., N.S. Indrasti, B. Tajuddin. 1989. Biokonveksi: Pemanfaatan Limbah Industri Pertanian. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB

Hasan, S. 2012. Hijauan Pakan Ternak. IPB Press, Bogor

Hassen A, Rethman NFG, Apostolides Z. 2006. Morphological and Agronomic Characterization of Indigofera species Using Multivariate Analysis. Trop Grassl. 40:45-59.

Hassen A, Rethman NFG, Van Niekerk WA, Tjelele TJ. 2007.Influence of season/year and species on chemical compositionand in vitro digestibilityof five Indigofera accession.J Animal Feed Science and Technology. 136: 312–322.

Haude. 1997. Indigofera Zollingeriana : Sebuah Pakan Menjanjikan dan Semak Legum Tanaman Indonesia

(7)

Herdiawan, I. Dan Krisnan R. 2014. Produktivitas dan Pemanfaatan Tanaman Leguminosa Pohon Indigofera zollingeriana pada Lahan Kering. Balai Penelitian Ternak. Bogor.

Hessami, Mir- Akbar, Sky Christensen and Rober Gani. 1996. Anaerobic Digestion on Household Organic Waste To Produce Gas Bio. Department of Mechanical Engineering, Monash University, Clayton, Victoria 3168, Australia.

Huda, K. M. 2013. Pembuatan pupuk organik cair dari urin sapi dengan aditif tetes tebu (Molases) metode fermentasi. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Semarang

Ifradi., Peto, M. dan Elsifitriana. 2003. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Dan Mulsa Jerami Padi Terhadap Produksi Dan Nilai Gizi Rumput Raja (Pennisetum purpuphoides) Pada Tanah Podzolik Merah Kuning. Peternakan dan Lingkungan, Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang. 10: 31 – 40.

Lazcano, C., Gomez Brandon, M., Dominguez, J. 2008. Comparison of The Effectiveness of Composting for The Biological Stabilization of Cattle Manure. Chemosphere 72.

Lingga, P. 1989. Petunjuk Penggunaan Pupuk. CV. Yasaguna, Jakarta

Lingga. 1991. Nutrisi Organik dari Hasil Fermentasi. Yogyakarta: Pupuk Buatan Mengandung Nutrisi Tinggi

Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi. 2012. Kajian Kandungan Urin Ternak. Sulawesi

Loka Kambing Potong. 2015. Menyibak Pakan Murah di Loka Kambing Potong Sungai Putih, Sumatera Utara

Moenandir, J. 2004. Prinsip – prinsip Utama Cara Menyukseskan Produksi Pertanian. Bayumedia Publishing. Malang, Jawa Tengah

Munif. 2012. Pemanfaatan Urin Kambing Menjadi Pupuk Organik Cair. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Musnamar. 2005. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. Yogyakarta

Ngo van Man, Nguyen van Hao, Vuong minh Tri. 1995. Biomass production of some leguminous shrubs and trees in Vietnam. Livesock Res Rural Dev. 7:1-5.

(8)

Risnandar. 2014. Cara Membuat Pupuk Organik Cair.

Rosmarkam, A dan Yuwono, N.A., 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius

Sarief, S. 1986. Kesuburan Tanah dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung.

Sembiring, I., Jacob, M dan Sitinjak, R., 2006. Pemanfaatan Hasil Sampingan Perkebunan Dalam Konsentrat Terhadap Persentase Bobot Non- Karkas dan Income Feed Cost Kambing Kacang Selama Penggemukan. Jurnal Agribisnis Peternakan, Vol. 2, No. 2 Agustus.

Simanihuruk, K dan J. Sirait. 2009. Pemanfaatan Leguminosa Pohon Indigofera sp. Sebagai Pakan Basal Kambing Boerka Fase Pertumbuhan. Loka Penelitian Kambing Potong, Po Box 1, Sei Putih Galang 20585, Sumatera Utara

Sirait J, Simanihuruk K, Hutasoit R. 2009. The potency of Indigofera sp. as goat feed: production, nutritive value and palatability. In: Proceeding of International Seminar on Forage Based Feed Resources. Bandung, 3-7 Agustus 2009. Taipei (Taiwan): Food and Fertilizer Technology Centre (FFTC) ASPAC, Livestock Research Centre-COA, ROC and IRIAP. p. 4-7.

Sosrosoedirdjo,s., Rifai B dan Prawira I., 1990. Ilmu Memupuk. Yasaguna, Jakarta. 71 hal.

Sutedjo, M. M dan Kartasapoetra, S.R.T.G. 1995. Tumbuhan dan Organ – organ Pertumbuhannya. Bina Aksara. Jakarta

Suzuki, K, Takesi, W and Volum. 2001. “Concentration and Critalization of Phosphate, Ammonium, and Mineral in the Effluent of Biogas Digesters in the Mekong Delta. Jerean and Contho University Vietnam. Vietnam.

Tjelele TJ. 2006. Dry Matter Production, Intake and Nutritivevalue of Certain Indigofera species. Dissertation. Universityof Pretoria.

Yurnaldi. 2006. Revolusi Pertanian Hijau di Sumbar. Kompas, 13 Februari 2006.

Yuhaeni. 1989. Adaptasi Beberapa Jenis Leguminosa Sebagai Hijauan Pakan Di Daerah Ciawi Bogor. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Deptan.

(9)
(10)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Lahan Loka Penelitian Kambing Potong Sei

Putih Sumatera Utara. Penelitian ini berlangsung selama 6 bulan dengan persiapan

lahan 2 minggu dan telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Agustus

2015.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan

Bahan yang digunakan yaitu bibit leguminosa Indigofera zollingeriana

yang berumur 2 bulan. Pupuk sluri gas bio dan urin kambing fermentasi sebagai

perlakuan pupuk organik cair pada tanaman.

Alat

Alat yang digunakan adalah gembor untuk menyiram tanaman, penyaring

untuk memisahkan bagian padat dan cair dari sluri, timbangan untuk menimbang

berat basah dan berat kering legum, oven untuk mengeringkan hijauan, alat ukut

untuk mengukur tinggi tanaman, gergaji untuk memotong legum, cangkul untuk

membersihkan lahan dan membajak, alat tulis untuk mencatat data penelitian dan

(11)

MetodePenelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan petak terbagi

(split plot design) dengan menggunakan dua faktor yaitu:

I. Faktor pertama yang dijadikan sebagai petak utama (main plot) adalah sumber

pupuk.

P1 = Pupuk menggunakan kompos cair dari sluri

P2 = Pupuk menggunakan kompos cair dari sluri yang diperkaya fermentasi

urin kambing

II.Faktor kedua sebagai anak petak (sub plot) yaitu dosis pemupukan yang

berbeda setiap perlakuan antara lain :

R0 = pemberian pupuk dengan dosis 75 mL / plot (0,75 ton/ha)

Dimana setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali. Maka kombinasi setiap

(12)

Model linear yang digunakan adalah rancangan petak terbagi (split plot design)

dengan model rancangan sebagai berikut:

Y

i j k

=

μ

+

α

i

+

β

j

+ (

αβ

)

i j

+

δ

i k

+

ε

i j k

Keterangan :

Y i j k = nilai pengamatan pada taraf ke-i faktor A, taraf ke-j faktor B, dan pada

Kelompok ke-k

µ

= nilai tengah umum

αi = pengaruh taraf ke-i dari faktor A

βj = pengaruh taraf ke-j dari faktor B

(αβ)i j = pengaruh interaksi taraf ke-i faktor A dengan taraf ke-j faktor B

δi k = pengaruh acak untuk petak utama

ε i j k = pengaruh acak untuk anak petak

Pelaksanaan Penelitian

1. Pembuatan Fermentasi Sluri dan Urin

Pembuatan fermentasi sluri dengan urin menggunakan bahan sluri sebanyak

1 liter, urin kambing 100 ml, air dan larutan molases. Sedangkan alat yang

digunakan adalah jerigen sebagai tempat fermentasi.

Dimasukkan sluri sebanyak 1 liter ke dalam jerigen

Dimasukkan urin kambing sebanyak 100 ml

Dimasukkan molases sebanyak 100 ml

Diaduk secara merata

Ditutup dengan plastik dan dibiarkan selama 14 hari

(13)

1. PersiapanLahan

Persiapan lahan diawali dengan pembersihan lahan penelitian dari sisa

tanaman sebelumnya dan gulma - gulma yang terdapat disekitar lahan

penelitian. Kemudian dilakukan pembajakan lahan agar tanah menjadi

gembur. Lalu, bagi lahan menjadi petak – petak kecil sebanyak 24 plot yang

setiap plotnya berukuran 1 kali 1 meter.

2. Pemupukan

Setelah lahan gembur dan bersih dari gulma, maka dilakukan pemupukan

dasar (perbandingan 1:1) dengan pemberian pupuk kompos padat dan pupuk

cair dari sluri pada setiap plot kemudian didiamkan selama satu minggu.

Selanjutnya penanaman dan pengulangan pemupukan selama 4 minggu sekali

sampai minggu kedua puluh empat. Adapun alasan pemberian level dosis

yang berbeda di setiap perlakuan adalah untuk mengetahui apakah dengan

peningkatan penggunaan dosis 75 ml, 150 ml, dan 225 ml pupuk sluri

diperkaya urin kambing fermentasi dapat memberikan pengaruh yang lebih

baik dibandingkan dengan pemberian pupuk sluri dengan level dosis yang

sama.

3. Penanaman

Bibit legum Indigofera zollingeriana ditanam di lahan yang sudah diolah

dan dipupuk. Penanaman legum dilakukan dengan cara membuka plastik

polybag dan memasukkan bibit ke dalam lobang yang sudah dicangkul

(14)

4. Pemeliharaan

Pemeliharaan meliputi 1) penyiraman; penyiraman dilakukan setiap hari

dua kali yaitu pada pagi dan sore atau sesuai kebutuhan. Jika musim hujan

tidak perlu untuk penyiraman 2) Penyiangan; penyiangan dilakukan terhadap

gulma - gulma liar yang ada di dalam dan sekitar petak penelitian dan

dilakukan secara manual.

5. Panen (Pemotongan atau Defoliasi)

Trimming untuk keseluruhan legum dilakukan pada saat tanaman berumur

4 minggu setelah penanaman dengan menggunakan gergaji dengan tinggi

pemotongan 30 cm dari permukaan tanah, dengan maksud menyeragamkan

pertumbuhan. Interval pemotongan 60 hari. Tinggi pemotongan panen 1 m

dari permukaan tanah.

Parameter Penelitian

1. Produksi Bahan Segar

Produksi bahan segar dihitung pada saat defoliasi. Berat segar Indigofera

zollingeriana diperoleh dari hasil penimbangan daun dan batang per plot

tanaman. Daun dan batang di potong per plot dan diikat rapi, kemudian

ditimbang , dan hasil penimbangan dirata - ratakan , lalu dikonversikan

dalam satuan ton/ha.

2. Produksi BahanKering

Produksi Bahan kering diperoleh dari produksi bahan segar legume setelah

dilakukan penimbangan. Dari hasil penimbangan diambil sampel sebanyak

200 gram. Sebelum penimbangan terlebih dahulu dijemur dan dianginkan,

(15)

kemudian ditimbang berat kering rumput tersebut. Produksi berat segar

dikonversikan ke dalam berat kering untuk mengetahui produksi berat kering.

Untuk menentukan persentase bahan kering dapat digunakan rumus :

%BK = Berat setelah pengeringan Berat segar

x 100 %

Analisis Data

Data produksi bahan segar dan bahan kering, dianalisis dengan ANOVA

menurut rancangan acak lengkap pola faktorial. Perlakuan yang menunjukkan

(16)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian diperoleh dari produksi berat segar dan bahan kering.

Produksi berat segar hasil panen ditunjukkan pada Tabel 1.

Produksi Berat Segar

Tabel 1. Produksi Bahan Segar Indigofera zollingeriana ( Kg )

Pupuk Sluri

U1 U2 U3 U4 Rata2

R0 1,665 1,190 0,797 0,714 1,0097a

R1 0,405 0,585 0,892 0,823 0,6762ba

R2 1,278 0,615 1,119 0,880 0,8899bac

Pupuk Sluri Diperkaya Dengan Urin Kambing Fermentasi

R0 2,328 0,835 1, 974 0,959 1,4047bc

R1 1,270 0,820 0,449 1,273 0,9529bc

R2 2,012 1,279 2,322 1,447 1,765c

Produksi bahan segar /pohon pada penelitian yng tertinggi yaitu melalui

pemupukan sluri gas bio yang diperkaya dengan urin kambing fermentasi dengan

dosis 225 ml/pohon menghasilkan 1,765 kg lebih rendah dibandingkan dengan

produksi Indigofera yang ditanam di Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih

yaitu produksi bahan segar per pohon adalah 2,595 kg (Loka Penelitian Kambing

Potong, 2015). Pemupukan standar di Loka Kambing dilakukan dengan pupuk

kimia dimana cara kerja pupuk kimia berbeda dengan pupuk organik sebagaimana

yang dilakukan pada penelitian ini. Oleh (Newsroom, 2007) dikatakan bahwa

pemupukan dengan pupuk organik bekerja lambat namun pupuk organik

(17)

dipupuk dengan pupuk organik tidak akan optimal di awal namun sejalan dengan

terjadinya perbaikan pada sifat fisik dan biologi tanah maka akan terjadi perbaikan

sifat kimia tanah sehingga unsur-unsur hara yang terdapat di tanah dimana

sebelumnya belum dapat dimanfaatkan oleh akar tanaman menjadi tersedia

sehingga produksi tanaman akan meningkat lebih baik dari pada pemupukan

dengan pupuk kimia.

Pada penelitian ini, hasil pemupukan dengan sluri yang diperkaya dengan

urin kambing fermentasi menunjukkan perbedaan yang sangat siknifikan

dibanding dengan pemupukan memakai sluri. Meskipun demikian, dosis yang

dipakai pada penelitian ini yaitu 2,25 ton/ha jauh dari dosis yang dipakai pada

penelitian Purbajanti (2013) misalnya, yaitu 20 ton/ha sehingga hasil produksi

bahan segar masih jauh di bawah produksi bahan segar yang dilakukan di Loka

(18)

Produksi Bahan Kering

Produksi bahan kering hasil panen ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Produksi Bahan Kering Indigofera zollingeriana (%)

PUPUK SLURI

U1 U2 U3 U4 Rata2

R0 17,20 16,95 16,79 16,78 16,93a

R1 18,42 18,75 18,88 18,55 18,65b

R2 17,22 17,05 17,56 17,73 17,14b

PUPUK SLURI DIPERKAYA URIN KAMBING FERMENTASI

U1 U2 U3 U4 Rata2

R0 17,50 16,80 17,61 17,05 17,24bc

R1 17,80 17,23 17,78 17,95 17,69cd

R2 17,89 17,62 17,66 17,99 17,79d

Bahan kering dari tanaman terdiri atas bahan organik yaitu selisih antara bahan

kering dan mineral. Hasil penelitian Purbayanti (2013) bahwa unsur hara yang terdapat

pada pupuk berfungsi meningkatkan pertumbuhan daun dan batang sekaligus

meningkatkan hasil bahan kering. Hasil penelitian Purbayanti sejalan dengan penelitian

ini dimana pemupukan dengan sluri yang diperkaya urin kambing fermentasi

menghasilkan bahan kering yang lebih baik. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh

intensitas cahaya, iklim, temperatur, kesuburan tanah, jenis tanaman, bagian tanaman,

tahapan pertumbuhan , dan stress air. kandungan bahan kering hijauan dipengaruhi oleh

kesuburan tanah karena dosis yang berbeda – beda.

Lingga (1989) yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

tanaman adalah kesuburan tanah. Untuk mempertahankan kesuburan tanah dapat

diusahakan pemupukan. Salah satu pupuk yang sangat dibutuhkan tanaman adalah pupuk

(19)

dimana menurut Sosrosoedirdjo (1990) dalam Ifradi et al. (2003) bahwa N dalam pupuk

kandang cair mudah diabsorbsi oleh tanaman, sedangkan N dalam pupuk kandang padat

hanya sebagian kecil yang dapat diabsorbsi karena pada pupuk padat, N harus mengalami

berbagai perubahan terlebih dahulu. Pada perubahan-perubahan yang dilakukan oleh

berbagai bakteri biasanya terjadi kehilangan N diantaranya digunakan untuk hidup bakteri

dan ada juga yang menguap. Meningkatnya kandungan N dalam pemupukan dapat

meningkatkan berat bahan kering karena kandungan nitrogen dapat meningkatkan berat

bahan kering daun. Peningkatan ini diduga karena dengan pemberian nitrogen dapat

meningkatkan kandungan unsur hara nitrogen di dalam tanah. Hal ini memungkinkan

tanaman juga lebih banyak menyerap nitrogen, yang merupakan komponen di dalam

pembentukan klorofil. Sehingga memperlancar proses fotosintesis. Keadaan ini yang

menyebabkan terjadinya peningkatan berat bahan kering daun. Nitrogen merupakan

komponen pembentukan klorofil dan penyusun asam amino atau senyawa organik

(20)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian sluri gas bio yang diperkaya urin kambing fermentasi

berpengaruh nyata meningkatkan produksi berat segar dan bahan kering Legum

Indigofera zollingeriana, sehingga layak untuk diproduksi dan digunakan guna

memaksimalkan produksi hijauan untuk memenuhi kebutuhan pakan hijauan

ternak.

Saran

Pertumbuhan Indigofera zollingeriana melalui pemupukan sluri gas bio

yang diperkaya urin kambing fermentasi akan lebih maksimal jika dosisnya

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Sluri Gas bio

Pemanfaatan limbah peternakan antara lain dengan mengolah limbah

menjadi gas bio yang merupakan campuran gas metana (CH4), karbon dioksida

(CO2) dan gas lainnya yang didapat dari hasil penguraian bahan organik seperti

kotoran ternak, manusia, dan tumbuhan oleh bakteri metanogenik. Untuk

menghasilkan gas bio, bahan organik yang dibutuhkan ditampung dalam

biodigester. Proses penguraian bahan organik terjadi secara anaerob. Dari reaktor

gas bio dihasilkan limbah cair yang mengandung nitrogen dan senyawa organik

lain yang bisa dimanfaatkan sebagai pupuk yang disebut sluri gas bio

( Lingga, 1991)

Sluri gas bio adalah sisa hasil pengolahan kotoran ternak pada gas bio

yang telah hilang gasnya. Bahan dari sisa proses pembuatan gas bio bentuknya

berupa cairan kental (sluri) yang telah mengalami fermentasi anaerob sehingga

dapat dijadikan pupuk organik dan secara langsung digunakan untuk memupuk

tanaman. Sluri sangat kaya akan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman

(Hessami et al.,1996).

Pemanfaatan sluri sebagai pupuk dapat memberikan keuntungan yang

hampir sama dengan penggunaan kompos. Ayub (2004) menyatakan bahwa

kualitas sluri sisa proses pembuatan gas bio lebih baik daripada kotoran ternak

yang langsung dari kandang. Hal ini disebabkan proses fermentasi di dalam

biodigester terjadi perombakan anaerobik bahan organik menjadi gas bio dan

asam organik yang mempunyai berat molekul rendah sepeti asam asetat, asam

(22)

unsur N, P dan K. Dengan keadaan seperti ini, sluri gas bio sudah menjadi pupuk

organik cair.

Sluri dapat ditingkatkan nilai ekonomisnya dengan diolah menjadi pupuk

organik cair. Menurut Oman (2003), sluri yang berasal dari gas bio sangat baik

untuk dijadikan pupuk karena mengandung berbagai macam unsur yang

dibutuhkan oleh tumbuhan seperti P, Mg, Ca, K, Cu dan Zn. Kandungan unsur

hara dalam limbah (sluri) hasil pembuatan gas bio terbilang lengkap tetapi

jumlahnya sedikit sehingga perlu ditingkatkan kualitasnya dengan penambahan

bahan lain yang mengandung unsur hara makro dan penambahan mikroorganisme

yang menguntungkan seperti mikroba penambat nitrogen. Sluri mengalami

penurunan COD sebesar 90% dari kondisi bahan awal dan perbandingan

BOD/COD sluri sebesar 0,37. Nilai ini lebih kecil dari perbandingan BOD/COD

limbah cair sebesar 0,5. Sluri juga mengandung lebih sedikit bakteri pathogen

sehingga aman untuk digunakan sebagai pupuk (Widodo et al, 2007).

Urin Ternak

Urin kambing merupakan salah satu pupuk organik cair yang belum

banyak dimanfaatkan oleh petani. Sementara urin kambing ini mempunyai

kandungan unsur N yang tingggi. Potensinya yakni satu ekor kambing dewasa itu

menghasilkan 2,5 liter urin/ekor/hari, sedangkan kotoran yang dihasilkan adalah 1

karung/ekor/2 bulan. Urin atau kencing ternak mempunyai kandungan nitrogen,

fosfor, kalium dan air lebih banyak jika dibandingkan dengan kotoran sapi padat.

Mengandung zat perangsang tumbuh yang dapat digunakan sebagai pengatur

(23)

ini karena kandungan kimiawi yang terdapat dalam urin kambing telah diketahui

lebih banyak , seperti kandungan Nitrogen (N), Phospat (P) dan kalium (K).

Berdasarkan hasil penelitian Universitas Andalas Padang fakultas pertanian, telah

diketahui

Phospat (P) 16,5 - 16,8 ppm dan kalium (K) 0,67 - 1,27 % . Jumlah ini ternyata

lebih dari cukup untuk mengembalikan kesuburan tanah dan tanaman secara

organik, tentu dengan pengolahan serta proses fermentasi yang baik urin kambing

menjadi pupuk organik cair karena alasan tersebut pertanian yang

mengaplikasikan sistem organik akan mendapat manfaat yang besar dari

penggunaa

(Risnandar, 2014)

Dewasa ini urin ternak dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk

tanaman bersamaan dengan kotoran ternak seperti tembakau, nimba, teprosia –

bahan pestisi dan abati lainnya. Cara pemberian pada system budidaya organik

biasanya dikocorkan atau disiramkan ketanaman. Penggunaan urin dengan pukan

kambing sebagai pupuk telah dilakukan di lahan pertanian organik Kecamatan

Koto, Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat (Yunaldi, 2006).

Table 1 Hasil Analisis Proksimat Kompos Cair

No. Lab No. Lapangan

(24)

Keterangan:

Po = Sluri dicampur dengan molases

P1 = Sluri kambing dicampur dengan molases dan urin kambing P2 = Sluri kambing dicampur dengan molasses dan urin sapi P3 = Sluri kambing dicampur dengan molasses dan urin kelinci

Tetes tebu (molasses)

Tetes Tebu (molasses) adalah sejenis sirup yang merupakan sisa dari

proses pengkristalan gula pasir. Molase tidak dapat dikristalkan karena

mengandung glukosa dan fruktosa yang sulit untuk dikristalkan. Komposisi tetes

tebu (molasses) mempunyai rentangan batas yang luas dan sulit untuk

menentukan mengenai nilai atau jumlah persentasenya. Berikut adalah tabel data

yang diambil berdasarkan jumlah rata-rata produksi tetes tebu (molasses) yang

diproduksi dari berbagai daerah.

Tabel 2 Komposisi Tetes Tebu (molasses) (Academic Press Inc, 1953)

Komponen Interval Nilai

Persentase

Air 17-25 20

Sukrosa 30-40 35

Dextrosa (Glukosa) Levulosa (Fruktosa) Other reducing substance Other carbohydrates

Sumber: Academic Press Inc (1953)

Tetes tebu merupakan sumber karbon dan nitrogen bagi ragi. Prosesnya

merupakan proses fermentasi. Prinsip fermentasi adalah proses pemecahan

senyawa organik menjadi senyawa sederhana yang melibatkan mikrorganisme.

Mikroorganisme ini berfungsi untuk menjaga keseimbangan karbon (C) dan

Nitrogen (N) yang merupakan faktor penentu keberhasilan dalam proses

(25)

mikroba yang ada di dalam tanah, karena dalam tetes tebu (molasses) terdapat

nutrisi bagi bakteri Sacharomyces cereviceae. Sacharomyces cereviceae bertugas

untuk menghancurkan material organik yang ada di dalam urin dan tentunya

mereka juga membutuhkan nitrogen (N) dalam jumlah yang tidak sedikit untuk

nutrisi mereka. Nitrogen (N) akan bersatu dengan mikroba selama penghancuran

material organik. Oleh karena itu dibutuhkan tambahan material tetes tebu yang

mengandung komponen nitrogen sangat diperlukan untuk menambah kandungan

unsur hara agar proses fermentasi urin berlangsung dengan sempurna. Selain itu,

berdasarkan kenyataan bahwa tetes tebu tersebut mengandung karbohidrat dalam

bentuk gula yang tinggi (64%) disertai berbagai nutrien yang diperlukan jasad

renik juga dapat meningkatkan kecepatan proses produksi pengolahan urin

kambing menjadi pupuk dalam waktu yang relatif singkat (Wijaya,2008).

Kualitas Pupuk Cair

Pupuk organik cair memberikan beberapa keuntungan, misalnya dapat

disiramkan atau disemprotkan ke daerah akar dan keseluruh bagian tanaman.

Sehingga proses penyiraman atau penyemprotan dapat menjaga kelembaban

tanah. Penggunaan pupuk organik cair dalam pemupukan jelas lebih merata,

dimana tidak akan terjadi penumpukan konsentrasi pupuk pada satu tempat. Hal

ini disebabkan karena pupuk organik cair 100 persen akan larut, sehingga secara

cepat dapat mengatasi defisiensi hara dan tidak bermasalah dalam pencucian hara

dan juga mampu menyediakan hara bagi tanaman secara cepat( Musnamar, 2005 )

Standar kualitas unsur makro pupuk organik berdasarkan Peraturan

Menteri Pertanian No.28/SNI/Permentan/OT.140/2/2009 dapat di lihat pada tabel

(26)

Tabel 3 Standar mutu pupuk organik cair (POC)

Parameter Satuan Persyaratan teknis

keterangan

C-Organik % >=4 kandungan c-organik

N,P,K % <2 jika > 2% diduga sudah mengandung kimia anorganik

Patogen cfu/g <102 slamonella harus negatif karena tingkat bahayanya

Sumber: Peraturan Menteri Pertanian No.28/SNI/Permentan/OT.140/2/2009

Pupuk organik bisa memacu dan meningkatkan populasi mikroba dalam

tanah, jauh lebih besar daripada hanya memberikan pupuk kimia. Pupuk organik

juga mampu membenahi struktur dan kesuburan tanah. Tidak heran jka pupuk

organik mampu mencegah terjadinya erosi tanah. Sebab kandungan nitrogen dan

kandungan unsur hara yang dilepaskan oleh bahan organik pelan-pelan akan

mengalami proses mineralisasi. Jika diberikan secara berkesinambungan, dapat

membantu membangun kesuburan tanah. Memang, pupuk organik mengandung

unsur hara nitrogen (N), phosphor (P), dan kalium (K) yang rendah, tetapi

mengandung hara mikro yang berlimpah serta diperlukan untuk pertumbuhan

tanaman. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan bioaktivator untuk pengayaan

unsur hara dalam tanah. Pupuk organik bisa berasal dari kotoran - kotoran ternak

seperti sapi, kerbau, kambing, ayam, itik dan limbah- limbah pertanian seperti

dedaunan, jerami, batang jagung, sekam padi. Jadi, biaya pembuatan relatif

murah, bahkan tersedia di pedesaan dalam jumlah cukup. Pada dasarnya,

pembuatan pupuk organik cair juga dimaksudkan untuk pengayaan unsur hara

dalam pupuk tersebut. Kita bisa menggunakan urin ternak, dalam hal ini dapat

(27)

menggunakan kotoran- kotoran ternak yang padat (feses) atau disebut sebagai

biokultur ( Dudung, 2013).

Fermentasi

Fermentasi adalah segala macam proses metabolisme dengan bantuan dari

enzim mikrobia ( jasad renik ) untuk melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisa, dan

reaksi kimia lainnya, sehingga terjadi perubahan kimia pada suatu substrat

organik dengan menghasilkan produk tertantu. Fermentasi merupakan proses

biokimia yang menyebabkan perubahan sifat bahan pangan sebagai akibat dari

pemecahan kandungan bahan tersebut (Hardjo et al., 1989).

Fermentasi juga sering didefinisikan sebagai pemecahan karbohidrat dan

asam amino secara anaerob yaitu tanpa memerlukan oksigen. Senyawa yang dapat

dipecah dalam proses fermentasi terutama adalah karbohidrat, sedangkan asam

amino dapat difermentasikan oleh beberapa janis bakteri tertentu (Adams, 2000).

Fermentasi Urin dan sluri

Urin yang sudah dicampur bahan organik ditutup dengan rapat dan

dibiarkan mengendap selama 7 hari, supaya mendapatkan hasil fermentasi yang

baik. Urin fermentasi akan berwarna cokelat dan masih berbau. "Untuk

menghilangkan bau amoniak, maka cairan urin fermentasi mendapatkan perlakuan

aerasi dengan menggunakan pompa. Jadi baunya tidak menyengat lagi,” papar

Munif, dosen peneliti FKH UGM Sarmin mengungkapkan, Purinowa telah diuji di

laboratorium. Diketahui, kandungan Nitrogen (N), Phospat (P) dan kalium (K)

dari urin Etawa lebih tinggi dibanding dari urin sapi dan kelinci sehingga sangat

(28)

Akan tetapi fermentasi urin sebagai pupuk organik cair yang dilakukan

oleh bakteri ternyata juga terdapat beberapa kelemahan, diantaranya tidak semua

N diubah menjadi bentuk yang mudah dihisap akan tetapi dipergunakan oleh

bakteri-bakteri itu sendiri untuk keperluan hidupnya. Kemudian dampak lain yang

adalah terjadi perubahan-perubahan yang merugikan dimana N menguap. Di

dalam pupuk cair N terdapat sebagai ureum CO(NH2)2, NH4, NO3 dan asam urin

C3H4N4O3. Yang terpenting dan mempunyai nilai pemupukan tertinggi adalah

ureum karena N yang sangat tinggi (48 %).banyak terdapat dalam air kencing

sangat mudah dan cepat dirubah oleh bakteri-bakteri menjadi amonium karbonat.

CO(NH2)2 + 2 H2O = (NH4)2CO3 (ureum + air = amonium karbonat)

(Huda, 2013).

Upaya untuk mengatasi kelemahan tersebut adalah dengan mengolahnya menjadi

pupuk cair dan agar lebih meningkatkan kandungan haranya, maka perlu

ditambahkan tetes tebu yang memiliki kandungan bahan organik yang dapat

meningkatkan kualitas pupuk yang dihasilkan. Jika kita hanya memanfaatkan

fermentasi urin saja, maka urin yang dijadikan sebagai pupuk cair tidak begitu

maksimal hasilnya pada tanaman. Maka dari itu, proses ini memerlukan material

tambahan dalam pembuatan pupuk tersebut. Material tersebut dapat diperoleh dari

tetes tebu (molasses) (Huda, 2013).

Pada pembuatan biourin kambing, kandungan unsur K melonjak menjadi

1.770 ppm dibanding 759 tanpa perlakuan. C-organik naik menjadi 3.773 ppm

dibanding 3.390 ppm, dan N 0,89% dibanding 0,34%. Tetapi unsur P turun

(29)

inokulan yang ada kurang mampu melarutkan P. Sehingga perlu dicarikan

mikroba yang cocok untuk melarutkan lebih banyak P dalam proses fermentasi

biourine (Ricobain, 2011)

Selama proses fermentasi terjadi, bermacam – macam perubahan

komposisi kimia. Kandungan asam amino, karbohidrat, pH, kelembaban, aroma

serta perubahan nilai gizi yang mencakup terjadinya peningkatan protein dan

penurunan serat kasar. Semuanya mengalami perubahan akibat aktivitas dan

perkembangbiakan mikrooraganisme selama fermentasi. Melalui fermentasi

terjadi pemecahan substrat oleh enzim – enzim tertentu terhadap bahan yang tidak

dapat dicerna, misalnya selulosa dan hemiselulosa menjadi gula sederhana

( Sembiring et al, 2006 )

Indigofera zollingeriana.

Hijauan

Makanan hijauan adalah semua bahan makanan yang berasal dari tanaman

dalam bentuk daun – daunan. Termasuk kelompok makanan hijauan ini ialah

bangsa rumput (graminae), leguminosa dan hijauan dari tumbuh – tumbuhan

lainseperti daun nangka, aur, daun waru, dan lain sebagainya. Kelompok makanan

hijauan ini biasanya disebut makanan kasar. Hijauan sebagai bahan makanan

ternak bisa diberikan dalam dua bentuk, yaitu hijauan segar dan hijauan kering.

- Hijauan segar ialah makanan yang berasal dari hijauan yang diberikan

dalam bentuk segar. Termasuk hijauan segar ialah rumput segar,

lguminosa segar dan silase.

- Hijauan kering ialah makanan yang berasal dari hijauan yang sengaja

(30)

- Sebagai makanan ternak, hijauan memegang peranan penting, sebab

hijauan mengandung hampir semua zat yang diperlukan hewan.

- Khususnya di Indonesia, bahan makanan hijauan memegang peranan

istimewa karena bahan tersebut diberikan dalam jumlah besar.

( AAK, 1983 ).

Legum merupakan jenis hijauan yang bijinya berkeping dua. Pada

umumnya legum mengandung protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan

graminae. Pemanfaatan legum sebagai hijauan pakan tidak boleh diremehkan

karena ia mampu menyuplai kebutuhan protein ternak. Selain itu, tanaman legum

juga banyak memeiliki manfaat lain diantaranya a) sebagai penyubur tanah,

b) sebagai penyuplai nitrogen bagi rumput, dan c) sebagai tanaman vegetasi

pencegah erosi ( Hasan , 2012 )

Deskripsi Tanaman Indigofera

Indigofera Sp adalah hijauan pakan jenis leguminosa pohon yang memiliki

kualitas nutrisi yang tinggi dan tahan terhadap kekeringan, sehingga dapat

menjadi sumber pakan pada musim kemarau. Jenis rumput ini sangat cocok untuk

dikembangkan di propinsi Nusa Tenggara Timur yang memiliki curah hujan yang

sangat rendah yaitu 3 (tiga) bulan basah, selebihnya adalah musim kering.

Indigofera Sp merupakan tanaman dari kelompok kacangan (family : Fabaceae)

dengan genus Indigofera dan memiliki 700 spesies yang tersebar di Benua Afrika,

Asia dan Amerika Utara. Sekitar tahun 1900 Indigofera sp dibawa ke Indonesia,

oleh kolonial Eropa serta terus berkembang secara luas (Tjelele, 2006). Tanaman

ini dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang kaya akan nitrogen, fosfor dan

(31)

pertanian komersial pada daerah tropik dan sub tropik, selanjutnya dapat

digunakan sebagai hijauan pakan ternak dan suplemen kualitas tinggi untuk ternak

ruminansia (Haude, 1997).

Indigofera sp. sangat baik dimanfaatkan sebagai hijauan pakan ternak dan

mengandung protein kasar 27,9%, serat kasar 15,25%, kalsium 0,22% dan fosfor

0,18%. Legum Indigofera Sp. memiliki kandungan protein yang tinggi, toleran

terhadap musim kering, genangan air dan tahan terhadap salinitas (Hassen et al.,

2007). Dengan kandungan protein yang tinggi (26% – 31%) disertai kandungan

serat yang relatif rendah dan tingkat kecernaan yang tinggi (77%) tanaman ini

sangat baik sebagai sumber hijauan baik sebagai pakan dasar maupun sebagai

pakan suplemen sumber protein dan energi, terlebih untuk ternak dalam status

produksi tinggi (laktasi). Karena toleran terhadap kekeringan, maka Indigofera

Sp. dapat dikembangkan di wilayah dengan iklim kering untuk mengatasi

terbatasnya ketersediaan hijauan terutama selama musim kemarau. Keunggulan

lain tanaman ini adalah kandungan tanninnya sangat rendah berkisar antara 0,6 –

1,4 ppm (jauh di bawah taraf yang dapat menimbulkan sifat anti nutrisi).

Rendahnya kandungan tannin ini juga berdampak positif terhadap palatabilitasnya

(disukai ternak) ( Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Kupang, 2013 ).

Indigofera zollingeriana dapat tumbuh pada ketinggian antara 0-2200 m

dpl, dengan curah hujan antara 600-3000 mm/tahun dan laju pertumbuhan,

produksi biomasa dan kandungan nutrisinya lebih besar dibandingkan dengan

jenis leguminosa pohon lain pada kondisi tanah dan iklim yang sama. I.

zollingeriana sangat mudah dibudidayakan karena menghasilkan biji sebagai

(32)

cekaman kekeringan, salin, alkalin dan tanah masam, disamping tahan terhadap

pemangkasan oleh karena itu tanaman ini sangat potensial sebagai tanaman pakan

berkualitas yang dapat dijadikan sebagai solusi terhadap keterbatasan pasokan

hijauan pakan ternak terutama bagi daerah kering beriklim kering.

(Herdiwaan dan Krisnan, 2014)

Indigofera sangat baik untuk dikembangkan sebagai hijauan pakan ternak

untuk daerah yang memiliki potensi cekaman biotik dan abiotik tinggi, seperti

halnya pada agroekosistem lahan kering atau lahan marjinal. Herdiawan (2013)

menyatakan bahwa I. zollingeriana masih dapat bertahan hidup dan berproduksi

pada taraf cekaman kekeringan berat (25% kapasitas lapang), sekalipun

mengalami penurunan produktivitasnya. Kandungan PK I. zollingeriana

mengalami sedikit penurunan pada cekaman kekeringan berat, sebaliknya

kandungan SK dan energi meningkat cukup tajam.

Menurut Sirait et al. (2009) I. zollingeriana merupakan leguminosa pohon

yang memiliki pertumbuhan yang cepat dengan tinggi rata-rata 418 cm pada umur

tujuh bulan. Bagian bawah dan tengah batang tanaman berwarna hijau keabuan,

sedangkan bagian atas batang berwarna hijau muda. Diameter batang atas, tengah

dan bawah rata-rata berturut-turut 3,47; 9,26 dan 13,85 cm.

Pertumbuhan I. zollingeriana pada tanah latosol coklat pH 6,8 (netral)

dengan kondisi kapasitas lapang (kontrol) dan cekaman kekeringan sedang

(moderate drought stress) tidak ada perbedaan. Laju pertumbuhan mengalami

sedikit penurunan selama cekaman kekeringan berat (severe drought stress) pada

(33)

cekaman kekeringan (Herdiawan 2013). Indigofera sp. memiliki toleransi yang

luas terhadap tanah masam, salin, genangan dan cekaman kekeringan

(Hassen et al. 2006).

Tanaman Indigofera zollingeriana termasuk tanaman yang responsif

terhadap perlakuan nutrisi. Perlakuan pemberian pupuk cair organik yang dibuat

sendiri dapat memperbaiki pertumbuhan (Budie 2010; Suharlina 2010) dan

memperbaiki komposisi nutrisi dan kecernaan hijauan Indigofera zollingeriana

(Suharlina 2010; Abdullah 2011) serta fermantabilitasnya dalam rumen kambing

(Jovintry 2011). Pengolahan hijauan Indigofera zollingeriana menghasilkan

produk pelet daun murni (100%) bernama Indigofeed (Abdullah 2010), yang telah

diuji daya simpan, daya kemudahan penanganan dan pabrikasinya (Izzah 2011).

Penggunaan Indigofeed dalam ransum kambing menunjukkan terjadi peningkatan

produksi susu hingga 26% dan terjadi peningkatan efisiensi pakan 15-23% dan

efisiensi nutrisi 5-9% (Apdini 2011).

Klasifikasi Indigofera

Klasifikasi tanaman Indigofera sp. (Hassen et al., 2006) sebagai berikut:

Divisi: Spermatophyta, Subdivisio :Angiospermae, Class :Dicotyledonae, Family:

Rosales, Subfamily : Leguminosainosae, Genus: Indigofera, Spesies: Indigofera

zollingeriana. Menurut Ngo van Man et al. (1995) laju pertumbuhan Indigofera

sp. pada tanah masam dengan pH 4,5-5,0, lebih cepat sebesar 9,8 cm per dua

minggu, dari pada Leucaena sp. sebesar 7,8 cm per dua minggu. Sedangkan laju

pertumbuhan tanaman paling lambat adalah, Desmodium dan Flemingia congesta

berturut-turut Sebesar 4,8 dan 4,5 cm per dua minggu. Pertumbuhan I.

(34)

lapang (kontrol) dan cekaman kekeringan sedang (moderate drought stress) tidak

ada perbedaan. Laju pertumbuhan mengalami sedikit penurunan selama cekaman

kekeringan berat (severe drought stress) pada umur tanaman enam bulan,

sehingga dikategorikan tanaman toleran terhadap cekaman kekeringan

(Herdiawan, 2013). Indigofera sp. memiliki toleransi yang luas terhadap tanah

masam, salin, genangan dan cekaman kekeringan (Yuhaeni, 1989).

Kandungan Nutrisi Indigofera zollingeriana.

Leguminosa pohon Indigofera sp. dapat digunakan sebagai pakan basal

ternak kambing pengganti rumput. Taraf penggunaan Indigofera sp. sebagai

pakan basal berkisar antara 25-75% dari total BK pakan (Simanihuruk & Sirait

2009). Pemanfaatan pelet Indigofera sp. Sebagai pengganti konsentrat pada taraf

40% dari total ransum yang diberikan pada kambing Saanen dan PE dapat

memperbaiki efisiensi pemanfaatan nutrien menjadi produk susu. Hal ini dapat

dilihat dari jumlah konsumsi pakan harian, peningkatan nilai kecernaan pakan,

serta peningkatan produksi susu harian kambing PE laktasi ke-2 dan kambing

Saanen laktasi ke-3 (Apdini, 2011). Akbarillah et al. (2010) melaporkan bahwa

penggunaan daun Indigofera segar 15% menurunkan konsumsi pakan,produksi

telur, berat telur dan menaikkan konversi pakan. Penggunaan Indigofera segar

10% masih baik pengaruhnya terhadap produksi telur, berat telur dan perbaikan

warna yolk. Hassen et al. (2007) menyatakan bahwa Indigofera memiliki

palatabilitas yang rendah pada musim hujan, tetapi akan meningkat setelah akhir

(35)

Table 4 Komposisi Nutrisi Indigofera Sp :

Pemupukan merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan kapasitas

produksi tanah. Pupuk yang digunakan dapat berupa pupuk organik, pupuk

anorganik, ataupun campuran keduanya. Menurut Sutedjo (1995), penggunaan

pupuk organik biasanya ditujukan untuk memperbaiki sifat fisik, dan biologi

tanah. Walaupun kandungan unsur hara dalam pupuk organik relatif lebih kecil

dibanding pupuk anorganik namun bila sifat fisik menjadi baik maka sifat kimia

tanah pun akan berubah.

Tujuan pemupukan ialah meningkatkan pertumbuhan dan mutu hasil. Oleh

karena itu, pupuk diberikan pada saat tanaman membutuhkan pupuk agar

diperoleh keuntungan yang maksimal (Moenandir, 2004)

Pupuk Organik

Pupuk organik dapat menambah kandungan bahan organik tanah dan

memperbaiki sifat fisik maupun biologi tanah. Terhadap tanah, bahan organik

dapat meningkatkaan kemantapan agregat, infiltrasi, daya menahan air,

meningkatkan jumlah pori makro dan mikro serta merupakan sumber energi bagi

(36)

lebih berhasil bagi tanaman apabila memperhatikan dosis, macam, dan waktu

pemberian.

Tiap jenis tanaman mempunyai kebutuhan unsur hara yang berrbeda.

Tanaman keras (tahunan) lebih banyak mengambil unsur hara yang berbeda.

Tanaman keras lebih banyak mengambil unsur hara dibanding tanaman semusim

(legum maupun rumputan). Tanaman legum dapat memfiksasi N melalui

simbiosis dengan bakteri Rhizobium, sedangkan rerumputan menyerap N dari

dalam tanah. Unsur utama yang dibutuhkan tanaman adalah N, P, dan K.

Tanaman yang kekurangan ke -3 unsur ini akan mengalami gejala defisiensi yang

terlihat pada organ tanaman ( Rosmarkam dan Yuwono, 2002 ).

Pemupukan dengan pupuk organik hendaknya dilakukan bersamaan pada

saat pengolahan tanah itu dikerjakan, yakni satu minggu sebelum tanaman

ditanam. Pupuk organik sangat bermanfaat dalam perbaikan tekstur tanah, dan

memperbaiki kemampuan menahan air. Pada umumnya, leguminosa memerlukan

unsur P, sedang rumput tropis lebih peka terhadap pemupukan unsur N. Untuk

bisa memperoleh pemupukan yang optimal perlu diketahui : unsur hara dalam

(37)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pemanfaatan sluri gas bio sebagai pupuk dapat memberikan keuntungan

yang hampir sama dengan penggunaan kompos. Sisa keluaran gas bio ini telah

mengalami fermentasi anaerob sehingga bisa langsung digunakan untuk memupuk

tanaman. Pupuk organik termasuk pupuk majemuk lengkap karena kandungan

unsur haranya lebih dari satu unsur dan mengandung unsur makro dan mikro.

Suzuki et al, (2001) menunjukkan bahwa sluri gas bio kaya akan unsur makro

yaitu N, P , dan K serta unsur mikro seperti Ca, Mg, Fe, Mn, Cu dan Zn.

Pupuk hasil keluaran gas bio (sluri) adalah pupuk organik karena bahan

dasarnya merupakan limbah organik. Limbah hasil keluaran gas bio tersebut

berbentuk padatan dan cairan. Limbah tersebut dapat diolah menjadi pupuk

organik padat dan cair. Pupuk organik cair sendiri memiliki beberapa keuntungan

daripada pupuk organik padat karena pengaplikasiannya lebih mudah dan unsur

hara yang terkandung di dalamnya lebih mudah diserap tanaman. Pengolahan

hasil keluaran gas bio ini diharapkan dapat mengurangi limbah dari hasil keluaran

gas bio sehingga menurunkan kadar pencemaran terhadap lingkungan.

Menurut Lazcano et al., (2008), kotoran ternak merupakan sumber daya

alam yang bernilai yang dapat digunakan sebagai pupuk, karena mengandung

unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman. Bahan

dari sisa proses gas bio yang berupa cairan kental (sluri) dapat dijadikan sebagai

(38)

Beberapa jenis pupuk organik asal limbah antara lain adalah pupuk

kandang, kompos dan pupuk hijau. Urin ternak merupakan salah satu limbah

organik cair yang belum banyak dimanfaatkan oleh petani. Urin ternak seperti

urin kambing yang berasal dari kandang peternak dan petani dengan jumlah yang

tidak sedikit dibuang begitu saja tanpa ada pemanfaatan terhadap tanaman.

Padahal, petani – petani sekarang mengalami kesulitan dalam mendapatkan pupuk

an-organik apalagi harganya yang cukup tinggi. Bila petani dan peternak berusaha

untuk memanfaatkan kotoran dan urin ternak kambing, petani akan mudah

mendapatkan pupuk yang aman bagi lahan tanam dan lingkungan. Kualitas hara

pupuk tersebut juga dapat ditingkatkan dengan proses fermentasi, agar mudah dan

cepat diserap oleh tanaman.

Hijauan leguminosa indigofera zollingeriana memerlukan pupuk organik

sebagaimana tanaman lainnya. Hijauan ini merupakan tanaman legum berbatang

kayu dan memiliki masa produktif yang panjang. Hal ini sesuai dengan data

penelitian dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Kupang (2013) yang

menjelaskan, bahwa tanaman ini sangat bagus digunakan sebagai pakan ternak

karena mengandung kandungan nutrisi yang cukup lengkap untuk pertumbuhan

dan produksi ternak serta masa produktif yang panjang. Agar produksinya tetap

tinggi, harus dipupuk dengan bahan pupuk yang mudah diserap tanaman dan

aman bagi lingkungan. Salah satu alternatif sumber pupuk yang mudah diserap

dan aman bagi lingkungan adalah pupuk organik yaitu menggunakan kotoran

(39)

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang pertumbuhan Indigofera zollingeriana melalui pemupukan sluri gas bio

yang diperkaya urin kambing fermentasi.

Tujuan Penelitian

Mengetahui pertumbuhan Indigofera zollingeriana melalui pemupukan

sluri gas bio yang diperkaya urin kambing fermentasi.

Hipotesis Penelitian

Pertumbuhan Indigofera zollingeriana melalui pemupukan sluri gas bio

yang diperkaya urin kambing fermentasi akan meningkatkan produksi berat segar

dan bahan kering Indigofera zollingeriana.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan manfaat bagi

kalangan akademis, peneliti, praktisi peternakan, dan masyarakat tentang

pertumbuhan Indigofera zollingeriana melalui pemupukan sluri gas bio yang

(40)

ABSTRAK

FENRIS SANDRO SINAGA, 2015 : Pertumbuhan Indigofera Zollingeriana Melalui Pemupukan Sluri Gas Bio Yang Diperkaya Urin Kambing Fermentasi Terhadap Produksi Bahan Segar Dan Kering Indigofera zollingeriana”. Dibimbing oleh NURZAINAH GINTING dan ISKANDAR SEMBIRING.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan Indigofera zollingeriana melalui pemupukan sluri gas bio yang diperkaya urin kambing fermentasi terhadap produksi bahan segar dan kering Indigofera zollingeriana. Penelitian dilaksanakan di Lahan Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih, Kecamatan Galang Lubuk Pakam Sumatera Utara, pada bulan Maret sampai dengan Agustus 2015 menggunakan 24 buah bibit tanaman Indigofera zollingeriana. Rancangan yang dipakai dalam penelitian ini adalah rancangan split plot design ( petak terbagi ) dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan. Selanjutnya dianalisis dengan ANNOVA RAL. Parameter yang diteliti adalah berat segar dan bahan kering.

Hasil penelitian menunjukkan rataan produksi bahan segar (Kg) memakai pupuk sluri R0: 1,0097, R1: 0,6762, R2: 0,8899, memakai pupuk sluri diperkaya urin kambing fermentasi R0: 1,4047, R1: 0,9529, R2: 1,765. Rataan produksi bahan kering (%) memakai pupuk sluri R0: 16,93, R1: 18,65, R2: 17,14, memakai pupuk sluri diperkaya urin kambing fermentasi R0: 17,24, R1: 17,69, R2: 17,79. Hasil analisis statistik menunjukkan pertumbuhan Indigofera zollingeriana melalui pemupukan sluri gas bio yang diperkaya urin kambing fermentasi berpengaruh nyata meningkatkan produksi bahan segar dan bahan kering. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa pertumbuhan Indigofera zollingeriana melalui pemupukan sluri gas bio yang diperkaya urin kambing fermentasi dapat menggantikan penggunaan pupuk an-organik.

(41)

PERTUMBUHAN INDIGOFERA ZOLLINGERIANA

MELALUI PEMUPUKAN SLURI GAS BIO YANG

DIPERKAYA URIN KAMBING FERMENTASI

SKRIPSI

Oleh :

Fenris Sandro Sinaga 110306046

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(42)

PERTUMBUHAN INDIGOFERA ZOLLINGERIANA

MELALUI PEMUPUKAN SLURI GAS BIO YANG

DIPERKAYA URIN KAMBING FERMENTASI

SKRIPSI

Oleh :

FENRIS SANDRO SINAGA 110306046/PETERNAKAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Peternakan Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(43)

Judul Skripsi :Pertumbuhan Indigofera zollingeriana Melalui Pemupukan Sluri Gas Bio yang Diperkaya Urin Kambing Fermentasi

Nama : Fenris Sandro Sinaga

NIM : 110306046

Program Studi : Peternakan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Nurzainah Ginting, M. Sc Ir. Iskandar Sembiring, MM Ketua Anggota

Mengetahui,

Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M. Si Ketua Program Studi Peternakan

(44)

ABSTRAK

FENRIS SANDRO SINAGA, 2015 : Pertumbuhan Indigofera Zollingeriana Melalui Pemupukan Sluri Gas Bio Yang Diperkaya Urin Kambing Fermentasi Terhadap Produksi Bahan Segar Dan Kering Indigofera zollingeriana”. Dibimbing oleh NURZAINAH GINTING dan ISKANDAR SEMBIRING.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan Indigofera zollingeriana melalui pemupukan sluri gas bio yang diperkaya urin kambing fermentasi terhadap produksi bahan segar dan kering Indigofera zollingeriana. Penelitian dilaksanakan di Lahan Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih, Kecamatan Galang Lubuk Pakam Sumatera Utara, pada bulan Maret sampai dengan Agustus 2015 menggunakan 24 buah bibit tanaman Indigofera zollingeriana. Rancangan yang dipakai dalam penelitian ini adalah rancangan split plot design ( petak terbagi ) dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan. Selanjutnya dianalisis dengan ANNOVA RAL. Parameter yang diteliti adalah berat segar dan bahan kering.

Hasil penelitian menunjukkan rataan produksi bahan segar (Kg) memakai pupuk sluri R0: 1,0097, R1: 0,6762, R2: 0,8899, memakai pupuk sluri diperkaya urin kambing fermentasi R0: 1,4047, R1: 0,9529, R2: 1,765. Rataan produksi bahan kering (%) memakai pupuk sluri R0: 16,93, R1: 18,65, R2: 17,14, memakai pupuk sluri diperkaya urin kambing fermentasi R0: 17,24, R1: 17,69, R2: 17,79. Hasil analisis statistik menunjukkan pertumbuhan Indigofera zollingeriana melalui pemupukan sluri gas bio yang diperkaya urin kambing fermentasi berpengaruh nyata meningkatkan produksi bahan segar dan bahan kering. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa pertumbuhan Indigofera zollingeriana melalui pemupukan sluri gas bio yang diperkaya urin kambing fermentasi dapat menggantikan penggunaan pupuk an-organik.

(45)

ABSTRACT

FENRIS SANDRO SINAGA, 2015: Growth Through Fertilization Indigofera zollingeriana Gas

Bio enriched slurry Goat Urine Fermentation Production Of Fresh And Dry Indigofera

zollingeriana ". Guided by NURZAINAH GINTING and ISKANDAR SEMBIRING.

This study aims to determine the growth Indigofera zollingeriana through fertilizing

biogas slurry enriched goat urine fermentation of fresh and dry matter production Indigofera

zollingeriana. Research conducted at the Goat Farm Research Station Sei Putih, District Galang

Lubuk pakam North Sumatra, in March until August 2015 using 24 pieces of plant seeds

Indigofera zollingeriana. The design used in this research is the design of split plot design (split

plot) with 3 treatments and 4 replications. Annova then analyzed by RAL. Parameters studied were

fresh weight and dry matter.

The results showed the average production of fresh material (Kg) uses slurry fertilizer

R0: 1.0097, R1: 0.6762, R2: 0.8899, using manure slurry enriched fermented goat urine R0:

1.4047, R1: 0.9529, R2: 1.765. The average production of dry matter (%) taking manure slurry

R0: 16.93, R1: 18.65, R2: 17.14, wearing goat urine fertilizer enriched slurry fermentation R0:

17.24, R1: 17.69, R2: 17 , 79. Statistical analysis showed growth Indigofera zollingeriana through

fertilizing biogas slurry enriched fermented goat urine significantly increase the production of

fresh and dried ingredients. The conclusion from this study is that growth Indigofera zollingeriana

through fertilizing biogas slurry enriched fermented goat urine can replace the use of inorganic

fertilizers.

(46)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Kandang Kerbau pada tanggal 27 September 1992 dari Ayah S. Sinaga dan Ibu L. Nainggolan. Penulis merupakan putra pertama dari tujuh bersaudara.

Tahun 2011, penulis lulus dari SMA Sultan Iskandar Muda dan pada tahun yang sama masuk ke Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur ujian tertulis Ujian Masuk Bersama (UMB).

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Kristen Peternakan (IMAKRIP), anggota Ikatan Mahasiswa Katolik (IMK) St. Fransiskus Xaverius Fakultas Pertanian. Penulis juga aktif sebagai asisten Laboratorium Ilmu Reproduksi dan Inseminasi Buatan.

(47)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pertumbuhan Indigofera zollingeriana Melalui Pemupukan Sluri Gas

Bio yang Diperkaya Urin Kambing Fermentasi’’.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua

orang tua penulis yaitu Bapak S. Sinaga dan Ibu L. Nainggolan yang telah

mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Ibu

Dr. Ir. Nurzainah Ginting, M. Sc dan Bapak Ir. Iskandar Sembiring, MM selaku

ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan

berbagai masukan kepada penulis. Penulis juga menyampaikan terima kasih

kepada Dr. Ir. Simon Ginting, M. Sc selaku dosen pembimbing di lapangan, juga

kepada Ir. Edhy Mirwandhono, MSi dan Prof. Dr. Ir. Sayed Umar MSi selaku

dosen undangan yang telah memberikan berbagai masukan kepada penulis.

Disamping itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak

Misro selaku rekan kerja di lapangan dan semua civitas akademika di Program

Studi Peternakan serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu

per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

penyempurnaan skripsi ini ke depannya. Akhir kata, penulis mengucapkan terima

(48)
(49)
(50)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Hasil Analisis Proksimat Kompos Cair... 6

2. Kompisisi Tetes Tebu (Molases). ... 7

3. Standar Mutu Pupuk Organik Cair (POC). ... 9

4. Komposisi Nutrisi Indigofera sp. ... 18

5. Produksi Berat Segar Indigofera zollingeriana. ... 26

(51)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Tabel Analisis Ragam Berat Segar dan Bahan Kering Indigofera

zollingeriana...35

Gambar

GAMBAR 1. FOTO INDIGOFERA  UMUR 2 BULAN
GAMBAR 2. FOTO INDIGOFERA PANEN UMUR 8 BULAN
Tabel 1. Produksi Bahan Segar Indigofera zollingeriana ( Kg )
Tabel 2. Produksi Bahan Kering Indigofera zollingeriana (%)
+5

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

There were three sources of data used in this research, namely documentation of curriculum 2013 of SMA Negeri 1 Bengkayang, interview and direct-observation

surya, pengaruh sinar matahari pada kulit, sediaan pencerah wajah (bleaching), sediaan deodoran dan antiprespiran, sediaan hair tonic, pewarna rambut, sediaan kosmetika

Sudarwan Danim (2012:212) membagi gaya kepemimpinan dengan tiga gaya yaitu: (a) gaya pemimpin otokratik, yaitu prilaku atau sikap yang ditampilkan pimpinan ingin

Tujuan utama pengguanaan kosmetik pada masyarakat modern adalah untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make up, meningkatkan rasa percaya diri dan

Validasi instrumen beserta rancangan definitif sebagai pedoman validasi yang terdiri dari 4 aspek (materi, konstruksi, bahasa dan kepraktisan) yang dimodifikasi

ayam, yang merupakan bahan baku yang sangat tepat digunakan sebagai bahan.. baku pengganti