• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Koperasi Yang Melakukan Penyimpanan Dana Pada Suatu Lembaga Non Bank (Study Pada Koperasi Serba Usaha Padat Karya Di Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Koperasi Yang Melakukan Penyimpanan Dana Pada Suatu Lembaga Non Bank (Study Pada Koperasi Serba Usaha Padat Karya Di Medan)"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku

Anoraga, Pandji dan Ninik Widiyanti, 1997, Dinamika Koperasi, Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

Djojohadikoesoemo, Margono R. M., 1940, Sepoeloeh Tahoen Koperasi, Batavia

Centrum: Baai Poestaka.

Edilius, dan Sudarsono, 1993, Koperasi dalam Teori dan Praktik, Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

Firdaus, M. Dan Agus Edhi Susanto,2002, Perkoperasian: Sejarah, Teori, dan

Praktek, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Fuady, Munir, 2000, “Hukum Perseroan Terbatas”, Jakarta: Ghalia.

Hariyanto, Gunawan, 2012, “Perlindungan Hukum Dana Simpanan Anggota

Koperasi”, Mizan.

Hadikusuma, R.T.Sutantya Rahardja, 2000, Hukum Koperasi Indonesia., PT.

Rajawali Pers, Jakarta.

Ismail, Ahmad Marzuki, 2005, Jati Diri Koperasi, Kim Guan Press Enterprise

SDN. BHD.

(2)

Lumbantobing, Juliana, Elvis F. Purba, dkk, 2002, Ekonomi Koperasi, Medan:

Universitas HKBP Nomensen Fakultas Ekonomi.

Rakka, I. G. Gede, 1983, Pengantar Pengetahuan Koperasi, Jakarta: Departemen

Koperasi

Roepke, Jochen, 2000, Ekonomi Koperasi Teori dan Manajemen, Jakarta:

Salemba Empat.

Sitio, Arifin dan Tamba Halomoan, 2001, Koperasi, Teori, dan Praktik, Jakarta:

Erlangga..

Soekanto, Soerjono, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Penerbit

Universitas Indonesia.

Suwandi, Ima, 1986, Koperasi Organisasi Ekonomi yang Berwatak Sosial, Ujung

Pandang: Penerbit Bharata Karya Aksara.

B. Undang-undang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 Tentang

Perkoperasian

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga

(3)

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang Nomor 3 tahun 2008 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin

Simpanan menjadi Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

Simpan Pinjam Oleh Koperasi

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Repubik Indonesia Nomor 3

Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 tahun

2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4

Tahun 2008 Tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2005 tentang Modal

Awal Lembaga Penjamin Simpanan.

Keputusan Menteri Koperasi Nomor 351/Kep/M/XII/1998 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi

C. Lain-lain

Anggaran Dasar Koperasi Serba Usaha Padat Karya (KOPAKAR)

Athreezno, Makalah Lembaga Keuangan Bukan Bank,

(4)

Jananto, David, Pengertian Koperasi Simpan Pinjam,

Lisa, Bab II Landasan Teori,

Nasution, Bismar, “Pertanggungjawaban Direksi Dalam Pengelolaan

Perseroan”

Prasetya, Andika, Sejarah Perkembangan Koperasi Di Indonesia,

Rahayu, Nuli, “Perlindungan Hukum Dana Simpanan Anggota Koperasi”,

Rayyan, Ibnu, 2011, Peran Badan Pengawas Dalam Pengawasan Koperasi

berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 Tentang

Perkoperasian, Skripsi.

Sari, Candra Nopita, Pengertian, Tujuan, dan Prinsip-Prinsip Koperasi

(5)

Tania, Jenis-Jenis Koperasi,

Widiastuti, 2009, Tanggung jawab penggurus koperasi simpan pinjam yang

berbadan hukum terhadap penyimpanan dana, Jurnal Hukum., Vol VII.

Wikipedia Bahasa Indonesia, Koperasi,

Adipoetra,OrganisasidanManajemenkoperasi,adiputramiu89.blogspot.com/2012/

2011/organisasi-dan-manajemen-koperasi.html,di unduh tanggal 18 desember

(6)

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA NON BANK

Lembaga keuangan non bank adalah semua badan yang melakukan

kegiatan di bidang keuangan, yang secara langsung atau tidak langsung

menghimpun dana terutama dengan jalan mengeluarkan kertas berharga dan

menyalurkan dalam masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan.29

29

Athreezno, Makalah Lembaga Keuangan Bukan Bank,

Menurut Surat Keputusan Menteri Keuangan RP No. KEP-38/MK/1V/1972,

Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) adalah semua lembaga (badan) yang

melakukan kegiatan dalam bidang keuangan yang secara langsung atau tidak

langsung menghimpun dana dengan cara mengeluarkan surat-surat berharga,

kemudian menyalurkan kepada masyarakat terutama untuk membiayai investasi

perusahaan-perusahaan.

Keberadaan lembaga keuangan non bank ini diantaranya yaitu untuk

mendorong perkembangan pasar modal, membantu permodalan

perusahaan-perusahaan ekonomi lemah. Selain itu juga memiliki peranan dalam

perekonomian yaitu guna membantu dunia usaha dalam meningkatkan

produktivitas barang/jasa, mempelancar distribusi barang, mendorong terbukanya

lapangan pekerjaan.

(7)

Salah satu bentuk dari lembaga non bank ini yaitu koperasi simpan pinjam.

Seperti telah dijelaskan bahwa koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang

bergerak dengan menghimpun dana dari masyarakat dan meminjamkan kembali

kepada anggota atau masyarakat. Adapun landasan dari koperasi yaitu terdiri dari

landasan Idiil yaitu Pancasila, landasan struktural yaitu Pasal 33 ayat (1)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, landasan operasional

yaitu Undang-Undang Nomor 17 tahun 2012 tentang Koperasi, dan landasan

mental yaitu kesetiakawanan dan kesadaran.

A. Tata Cara Pendirian Koperasi

Dalam mendirikan koperasi pemerintah telah bertekad untuk melakukan

langkah dan kebijaksanaan yang strategis, agar perekonomian nasional dapat

semakin tumbuh dan berkembang secara wajar dan proposional. Pendirian suatu

koperasi haruslah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Berdasarkan UU

Perkoperasian Pasal 7 dikatakan bahwa dalam pendirian koperasi primer didirikan

oleh paling sedikit 20 (dua puluh) orang perseorangan dengan memisahkan

sebagian kekayaan pendiri atau anggota sebagai modal awal koperasi primer.

Sedangkan dalam mendirikan koperasi sekunder harus didirikan paling sedikit

oleh 3 (tiga) koperasi primer.

Kemudian Pasal 8 menjelaskan bahwa koperasi harus mempunyai tempat

kedudukan dengan alamat yang lengkap di wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang ditentukan dalam Anggaran Dasar yang mana tempat kedudukan

(8)

pengumuman yang diterbitkan oleh koperasi, barang cetakan, dan akta dalam hal

koperasi koperasi menjadi pihak harus menyebutkan nama dan alamat lengkap

koperasi. Lalu dalam Pasal 9 dikatakan bahwa pendirian koperasi harus dilakukan

dengan Akta Pendirian Koperasi yang dibuat oleh Notaris dalan bahasa Indonesia.

apabila di suatu kecamatan tidak ada Notaris, maka Akta Pendirian Koperasi

dapat dibuat oleh Camat yang telah disahkan sebagai Pejabat Pembuat Akta

Koperasi oleh Menteri. Perlu ditekankan bahwa Notaris yang membuat Akta

Pendirian Koperasi adalah Notaris yang terdaftar pada kementerian yang

menyelenggarakan urusan Pemerintahan di bidang Koperasi.

UU Perkoperasian juga menjelaskan bahwa Akta Pendirian Koperasi

memuat Anggaran Dasar yang berkaitan dengan pendirian koperasi yang mana

membuat keterangan sekurang-kurangnya:

a. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, tempat tinggal, dan pekerjaan

pendiri perseorangan atau nama, tempat kedudukan, dan alamat lengkap,

serta nomor dan tanggal pengesahan badan hukum Koperasi pendiri bagi

Koperasi Sekunder, dan

b. Susunan, nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, tempat tinggal, dan

pekerjaan Pengawas dan Pengurus yang pertama kali diangkat.

Permohonan Akta Pendirian Koperasi ini diajukan secara tertulis oleh para

pendiri secara bersama-sama atau kuasanya kepada Menteri untuk mendapatkan

pengesahan sebagai badan hukum. Dalam pembuatan Akta Pendirian Koperasi,

(9)

Kemudian koperasi akan memperoleh pengesahan sebagai badan hukum setelah

Akta Pendirian Koperasi disahkan oleh Menteri.

Dalam hal koperasi telah disahkan, anggotanya berkurang dari jumlah

sebagaimana yang diwajibkan dalam Undang-undang, maka dalam waktu paling

lambat 6 (enam) bulan terhitung sejak keadaan tersebut, koperasi yang

bersangkutan wajib memenuhi jumlah minimal keanggotaan. Apabila jumlah

minimum tersebut tidak terpenuhi sampai tenggang waktunya, maka anggota

koperasi bertanggung jawab secara pribadi atas segala perikatan atau kerugian

yang terjadi dan koperasi tersebut wajib dibubarkan oleh Menteri.

Mendirikan koperasi penting untuk memperhatikan beberapa hal yaitu:

a. Harus mengetahui persoalan-persoalan pokok tentang koperasi pada

umumnya.

b. Adanya konsep yang kuat sebagai antisipasi penerimaan anggota-anggota

baru secara suka rela dan terbuka.

c. Megembangkan koperasi dengan ketekunan dan kesabaran, karena tidak

mugkin bila koperasi mencapai tujuannya dalam jangka pendek.

d. Pembinaan koperasi di Indonesia sebagian memang tanggung jawab

pemerintah, namun penekanan kemandirian pada koperasi itu sendiri harus

secepatnya bisa diwujudkan.

Secara umum, untuk mendirikan koperasi, langkah-langkah yang harus

(10)

1. Mengadakan pertemuan pendahuluan diantara orang-orang yang ingin

mendirikan koperasi.

2. Mengadakan penelitian terhadap lingkungan yang menjadi tempat kerja

koperasi.

3. Mengadakan hubungan dengan kantor departemen koperasi setempat.

4. Membentuk panitia pendirian koperasi yang bertugas mempersiapkan

anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.

5. Mengadakan rapat untuk :

- Memilih pengurus

- Memilih pengawas

- Menetapkan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga

6. Mengajukan permohonan status badan hukum koperasi dengan

melampirkan petikan berita acara rapat pembentukan koperasi, serta daftar

nama anggota pengurus dan pengawas.

B. Tata Cara Pembubaran Koperasi

Ada pendirian berarti ada pula pembubaran. Sama halnya dengan koperasi

pun dapat dilakukan pembubaran. Berdasarkan Bab XIII UU Perkoperasian

(11)

a. Keputusan Rapat Anggota;

b. Jangka waktu berdirinya telah berakhir; dan/atau

c. Keputusan Menteri.

Ad. a. Pembubaran berdasarkan keputusan rapat anggota

Pertama, usul pembubaran koperasi diajukan kepada Rapat Anggota oleh

Pengawas atau Pengurus yang mewakili paling sedikit 1/5 (satu perlima) jumlah

anggota. Usul tersebut kemudian akan diputuskan dalam Rapat Anggota dengan

ketentuan harus memenuhi jumlah anggota minimal yaitu 500 (lima ratus) orang

untuk dapat menyelenggarakan Rapat Anggota melalui delegasi anggota. Pada

Rapat Anggota, Pengurus bertindak sebagai kuasa Rapat Anggota pembubaran

Koperasi apabila Rapat Anggota tidak menunjuk pihak yang lain. Setelah

pembubaran koperasi ditetapkan dalam keputusan Rapat Anggota, selanjutnya

hasil pembubaran koperasi oleh Rapat Anggota diberitahukan secara tertulis oleh

kuasa Rapat Anggota kepada Menteri dan semua Kreditor.

Ad. b. Pembubaran berdasarkan jangka waktu berdirinya telah berakhir

Pembubaran koperasi karena jangka waktu berdirinya ditentukan di dalam

Anggaran Dasar koperasi bahwa koperasi tersebut telah berakhir. Dalam hal ini

menteri dapat memperpanjang jangka waktu berdirinya koperasi atas permohonan

pengurus setelah ditputuskan dalam Rapat Anggota. Permohonan perpanjangan

jangka waktu berdirinya koperasi diajukan dalam jangka waktu paling lambat 90

(12)

Keputusan Menteri atas permohonan perpanjangan jangka waktu

berdirinya koperasi diberikan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh)

hari setelah permohonan diterima. Apabila dalam jangka waktu pemberian

keputusan Menteri tersebut tidak terpenuhi, keputusan Rapat Anggota mengenai

perpanjangan jangka waktu berdirinya koperasi dianggap sah.

Ad. c. Pembubaran berdasarkan keputusan Menteri

Selain pembubaran koperasi dikarenakan keputusan dalam Rapat Anggota

maupun karena berakhirnya jangka waktunya, pembubaran koperasi juga dapat

terjadi dikarenakan keputusan Menteri. Pembubaran koperasi berdasarkan

keputusan Menteri terjadi apabila:

a. Koperasi dinyatakan pailit berdasarkan keputusan Pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap; dan/atau

b. Koperasi tidak dapat menjalankan kegiatan organisasi dan usahanya

selama 2 (dua) tahun berturut-turut.

Setelah adanya keputusan terhadap pembubaran suatu koperasi, maka

selanjutnya akan dibentuk tim penyelesai untuk penyelesaian terhadap

pembubaran koperasi. Tim penyelesai untuk penyelesaian terhadap pembubaran

berdasarkan Rapat Anggota dan berakhir jangka waktu berdirinya ditunjuk oleh

kuasa Rapat Anggota. Sedangkan tim penyelesai untuk penyelesaian terhadap

(13)

Selama dalam proses penyelesaian terhadap pembubaran, koperasi tersebut

tetap ada dengan status “Koperasi dalam Penyelesaian” dan selama dalam proses

penyelesaian terhadap pembubaran, koperasi tidak boleh melakukan perbuatan

hukum, kecuali untuk memperlancar proses penyelesaian. Tim penyelesaian ini

mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut:

a. Melakukan pencatatan dan penyusunan informasi tentang kekayaan dan

kewajiban koperasi;

b. Memanggil pengawas, pengurus, karyawan, anggota, dan pihak lain yang

diperlukan, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama;

c. Menyelesaikan hak dan kewajiban keuangan terhadap pihak ketiga;

d. Membagikan sisa hasil penyelesaian kepada anggota;

e. Melaksanakan tindakan lain yang perlu dilakukan dalam penyelesaian

kekayaan;

f. Membuat berita acara penyelesaian dan laporan kepada Menteri; dan/atau

g. Mengajukan permohonan untuk diumumkan dalam Berita Negara

Republik Indonesia.

C. Hubungan Hukum Anggota Koperasi dan Perangkat Organisasi

Struktur organisasi koperasi dibentuk sedemikian rupa sesuai dengan

ideologi dan strategi pengembangan untuk memperoleh strategic competitiveness

(14)

fungsional karena menyesuaikan dengan strategi yang sedang dikembangkan

tetapis secara basic ideologi terutama terkait dengan perangkat organisasi koperasi

menunjukkan kesamaan.

Ropke dalam bukunya The Economic Theory of Cooveratives

mengidentifikasi ciri-ciri organisasi koperasi sebagai berikut30

a. Terdapat sejumlah individu yang bersatu dalam suatu kelompok atas dasar

sekurang-kurangnya satu kepentingan atau tujuan yang sama, yang disebut

sebagai kelompok koperasi.

:

b. Terdapat anggota koperasi yang bergabung dalam kelompok usaha untuk

memperbaiki kondisi sosial ekonomi mereka sendiri, yang disebut sebagai

swadaya dari kelompok koperasi.

c. Anggota yang bergabung dalam koperasi memanfaatkan koperasi secara

bersama, yang disebut sebagai perusahaan koperasi.

d. Koperasi sebagai perusahaan mempunyai tugas untuk menunjang

kepentingan para anggota kelompok koperasi, dengan cara menyediakan

barang dan jasa yang dibutuhkan oleh anggota dalam kegiatan

ekonominya.

Jika diperhatikan ciri-ciri tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

organisasi koperasi terdiri dari:

30

(15)

a. Anggota koperasi, baik sebagai konsumen akhir maupun sebagai

pengusaha yang memanfaatkan koperasi dalam kegiatan sosial

ekonominya.

b. Badan usaha koperasi, sebagai satu kesatuan dari anggota, pengelola, dan

pengawas koperasi yang berusaha meningkatkan kondisi sosial ekonomi

anggotanya melalui perusahaan koperasi.

c. Organisasi koperasi, sebagai badan usaha yang bertindak sebagai

perusahaan yang melayani anggota maupun bukan anggota.

Struktur organisasi koperasi di Indonesia dapat diurut berdasarkan perangkat

organisasi koperasi. Berdasarkan UU Perkoperasian perangkat koperasi terdiri

atas, yaitu rapat anggota, pengurus, pengawas dan pengelola.

a. Rapat Anggota

Anggota memiliki kekuasaan tertinggi dalam koperasi yang tercermin

dalam forum Rapat Anggota, sering kali secara teknis disebut RAT (Rapat

Anggota Tahunan). Rapat Anggota berwenang:

1. Menetapkan kebijakan umum koperasi;

2. Mengubah Anggaran Dasar;

3. Memilih, mengangkat, dan memberhentikan Pengawas dan Pengurus;

4. Menetapkan rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja

(16)

5. Menetapkan batas maksimum Pinjaman yang dapat dilakukan oleh

Pengurus untuk dan atas nama Koperasi;

6. Meminta keterangan dan mengesahkan pertanggungjawaban Pengawas

dan Pengurus dalam pelaksanaan tugas masing-masing;

7. Menetapkan pembagian Selisih Hasil Usaha;

8. Memutuskan penggabungan, peleburan, kepailitan, dan pembubaran

Koperasi.

b. Pengurus

Pengurus dipilih dari dan oleh Anggota Koperasi, dan berperan mewakili

anggota dalam menjalankan kegiatan organisasi maupun usaha koperasi. Pengurus

dapat menunjuk manajer dan karyawan sebagai pengelola untuk menjalankan

fungsi usaha sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada, sebagaiman tercantum

dalm UU Perkoperasian. Yang dimaksud dengan persorangan adalah mereka yang

harus memenuhi persyaratan:

a. Mampu melaksanakan perbuatan hukum;

b. Memiliki kemampuan mengelola usaha koperasi;

c. Tidak pernah menjadi pengawas atau pengurus suatu koperasi atau

komisaris atau direksi suatu perusahaan yang dinyatakan bersalah karena

(17)

d. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan

koperasi, keuangan negara, dan/atau yang berkaitan dengan sektor

keuangan, dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkutan.

Adapun yang menjadi tugas dari pengurus koperasi yaiu:

a. Mengelola koperasi berdasarkan Anggaran Dasar;

b. Mendorong dan memajukan usaha Anggota;

c. Menyusun rancangan rencana kerja serta rencana anggaran pendapatan dan

belanja koperasi untuk diajukan kepada Rapat Anggota;

d. Menyusun laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanan tugas

untuk diajukan kepada Rapat Anggota;

e. Menyusun rencana pendidikan, pelatihan, dan komunikasi Koperasi untuk

diajukan kepada Rapat Anggota;

f. Menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib;

g. Menyelenggarakan pembinaan karyawan secara efektif dan efisien;

h. Memelihara Buku Daftar Anggota, Buku Daftar Pengawas, Buku Daftar

Pengurus, Buku Daftar Pemegang Sertifikat Modal Koperasi, dan risalah

Rapat Anggota;

i. Melakukan upaya lain bagi kepentingan, kemanfaatan, dan kemajuan

(18)

Selain itu Pengurus juga memiliki kewenangan untuk mewakili koperasi di

dalam maupun diluar pengadilan. Namun, terdapat batasan terhadap kewenangan

yang dimiliki oleh Pengurus yaitu apabila:

a. Terjadi perkara di depan pengadilan antara koperasi dan Pengurus yang

bersangkutan; atau

b. Pengurus yang bersangkutan mempunyai kepentingan yang bertentangan

dengan kepentingan koperasi.

Sekalipun Pengurus memiliki kewenangan dan tanggung jawab, namun

pengurus koperasi tetap wajib terlebih dahulu mendapatkan persetujuan Rapat

Anggota dalam hal koperasi akan:

a. Mengalihkan aset atau kekayaan koperasi;

b. Menjadikan jaminan utang atas aset atau kekayaan Koperasi;

c. Menerbitkan obligasi atau surat utang lainnya;

d. Mendirikan atau menjadi Anggota Koperasi Sekunder; dan/atau

e. Memiliki dan mengelola perusahaan bukan Koperasi.

Pengurus dalam menjalankan tugasnya wajib menjalankannya dengan

itikad baik dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan dan usaha koperasi.

Pengurus bertanggung jawab atas kepengurusan Koperasi untuk kepentingan dan

pencapaian tujuan Koperasi Kepada Rapat Anggota. Setiap pengurus bertanggung

(19)

tugasnya dan dapat digugat ke pengadilan oleh sejumlah Anggota yang mewakili

paling sedikit 1/5 (satu perlima) Anggota atas nama Koperasi.

c. Pengawas

Pengawas sebagai salah satu perangkat organisasi koperasi dipilih dari dan

oleh Anggota pada Rapat Anggota. Berdasarkan UU Perkoperasian, persyaratan

yang harus dipenuhi untuk menjadi pengawas yaitu:

a. Tidak pernah menjadi pengawas atau pengurus suatu koperasi atau

komisaris atau direksi suatu perusahaan yang dinyatakan bersalah karena

menyebabkan koperasi atau perusahaan itu dinyatakan pailit; dan

b. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan

koperasi, keuangan negara, dan/atau yang berkaitan dengan sektor

keuangan, dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatan.

Pasal 50 UU Perkoperasian menjelaskan bahwa seorang pengawas bertugas antara

lain:

a. Mengusulkan calon Pengurus;

b. Memberi nasihat dan pengawas kepada pengurus;

c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan

koperasi yang dilakukan oleh pengurus; dan

(20)

Sedangkan wewenang Pengawas adalah:

a. Menetapkan penerimaan dan penolakan Anggota baru serta pemberhentian

Anggota sesuai dengan ketentuan dalam Anggaran Dasar;

b. Meminta dan mendapatkan segala keterangan yang diperlukan dari

pengurus dan pihak lain yang terkait;

c. Mendapatkan laporan berkala tentang perkembangan usaha dan kinerja

Koperasi dari Pengurus;

d. Memberikan persetujuan atau bantuan kepada Pengurus dalam melakukan

perbuatan hukum tertentu yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar; dan

e. Dapat memberhentikan Pengurus untuk sementara waktu dengan

menyebutkan alasannya.

Dalam menjalankan tugasnya, Pengawas wajib menjalankan tugasnya

dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan Koperasi.

Pengawas juga bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Rapat

Anggota. Dalam menjalankan tugasnya dalam hal melakukan pengawasan

terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan koperasi yang dilakukan oleh

pengurus, Pengawas dapat meminta bantuan kepada Akuntan Publik untuk

melakukan jasa audit terhadap Koperasi. Penunjukan Akuntan Publik ini

(21)

BAB IV

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR YANG

MELAKUKAN PENYIMPANAN DANA PADA KOPERASI

PADAT KARYA

A. Peranan Pemerintah Dalam Melindungi Dana Koperasi

Koperasi umumnya diberikan status badan hukum sesuai dengan undang-undang yang sudah ada atau sesuai dengan sistem yang sudah mantap digunakan

di negara yang bersangkutan sebelum adanya perkumpulan koperasi. Tetapi

dengan cepatnya pertumbuhan perkembangan koperasi dan menyadari adanya

sifat-sifat yang khusus, yang dimiliki oleh koperasi tetapi tidak dimiliki oleh

usaha perseorangan atau perseroan. Maka, dalam perkembangannya

dikeluarkanlah undang-undang tentang perkoperasian demi menciptakan

kepastiaan hukum terhadap badan usaha ini.31

31

Sikap pemerintah dalam pembangunan koperasi dapat di kelompokkan

dalam 4 macam, yaitu;

1. Sikap pemerintah yang netral.

2. Sikap yang menghambat atau menghalang-halangi.

(22)

3. Sikap pemerintah yang membantu dan mendorong pertumbuhan dan

perkembangan gerakan koperasi.

4. Sikap pemerintah yang ingin menjadikan koperasi sebagai alat untuk

melaksanakan kebijaksanaan nasional.32

Pembangunan koperasi dalam Pembangunan Jangka Panjang Pertama

telah menunjukkan berbagai keberhasilan yang sangat berarti, baik ditinjau dari Sikap pemerintah yang positif atau aktif membantu pertumbuhan dalam

pembangunan koperasi serta memberikan perlindungan kepada koperasi yang

nyata. Sikap ini diperlihatkan pemerintah setelah kemerdekaan tahun 1945 dalam

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (1) yang menyatakan “perekonomian

disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan”. Berdasarkan

pasal 33 ini diperlihatkan bahwa dalam rangka pemberian perlindungan kepada

koperasi, pemerintah dapat :

1. Menetapkan bidang kegiatan ekonomi yang hanya bisa diusahakan

oleh koperasi

2. Menetapkan bidang kegiatan ekonomi di suatu wilayah yang telah

berhasil di usahakan oleh koperasi untuk tidak di usahakan oleh badan

usaha lainnya.

Ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar inilah yang

merupakan dasar atau landasan yang kuat bagi pemerintah untuk membantu,

mendorong dan melindungi pertumbuhan pembangunan koperasi.

(23)

jumlah koperasi, jumlah anggota koperasi, maupun nilai usaha koperasi. Koperasi

juga telah terlihat berperan aktif dalam kegiatan ekonomi rakyat dan sekaligus

mulai dapat meningkatkan kesejahteraan para anggotanya. Keadaan tersebut

tercermin, antara lain dari peningkatan jumlah dan ragam koperasi, jumlah dan

ragam dalam bidang koperasi, jumlah simpanan anggota, jumlah modal usaha,

serta jumlah nilai usaha koperasi.

Kemajuan pembangunan koperasi ini cukup menggembirakan karena

telah menunjukkan bahwa koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat dan badan

usaha semakin berperan aktif dan terlibat lebih luas dalam berbagai kegiatan

ekonomi serta sekaligus telah meningkatkan kesejahteraan para anggotanya yang

pada umumnya masih terbatas kemampuan ekonominya. Keadaan ini, antara lain

merupakan hasil dari berbagai kebijaksanaan perkoperasian, kebijaksanaan makro

dan sekaligus peran tersebut ditempuh melalui program pembinaan kelembagaan

koperasi dan pelatihan magang, penyuluhan dan penerangan, pembinaan dan

konsultasi, serta ditunjang pula dengan berbagai kegiatan penelitian perkoperasian

serta kebijaksanaan makro, baik di bidang fiskal-moneter maupun sektor riil,

berupa perkreditan, substitusi, atau proteksi.33

Namun perkembangan koperasi saat ini membuat banyak kalangan

mencoba berbuat peruntungan dengan membuka koperasi-koperasi yang hanya

bertujuan menguntungkan diri sendiri. Banyaknya koperasi saat ini membuat

semakin ketatnya persaingan usaha ini yang dimana mungkin akan mendorong

KSP (Koperasi Simpan Pinjam) untuk berinovasi dan berlomba menarik calon

(24)

anggota dengan memberikan tawaran produk investasi simpanan, serta pemberian

bonus-bonus dan hadiah-hadiah menarik lainnya. Strateginya adalah

memanfaatkan istilah status “calon anggota koperasi” padahal sasarannya

sebenarnya lebih cenderung kepada masyarakat luas. Ketentuan perundangan

yang dijadikan tempat berpijak adalah Pasal 18 PP no. 9 tahun 1995 yang

menyebutkan bahwa: “(2) Calon anggota koperasi sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1), harus menjadi anggota dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan

setelah melunasi simpanan pokok.” Pola pencarian calon nasabah seperti telah

tersebut di atas, sebagai alasan pembenarnya lebih pada pertimbangan promosi

sisi bisnis, sehingga kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh koperasi

sesungguhnya sudah bergeser dan semakin jauh dari prinsip dan tujuan koperasi

itu sendiri. Tujuan koperasi yang terutama seharusnya adalah untuk meningkatkan

kesejahteraan dan memenuhi kebutuhan para anggotanya. Penyimpangan yang

lain yaitu KSP/USP membuka beberapa kantor cabang di kota-kota lain di luar

domisili hukumnya, meskipun tanpa atau belum adanya ijin operasional dari

instansi vertikal yang berwenang, maupun instansi setempat yang

berwenang mengeluarkan perijinan dan melakukan pengawasan. Dalam

praktiknya seringkali KSP (Koperasi Simpan Pinjam)/Unit Simpan Pinjam (USP)

menghimpun dana dari masyarakat yang jelas-jelas notabene bukan anggota

koperasi dalam bentuk deposito berjangka dengan memberikan bunga kepada

anggotanya di atas bunga bank. 34

34

Nuli Rahayu, “Perlindungan Hukum Dana Simpanan Anggota Koperasi”,

diaskes tanggal

(25)

Faktor penyebab lain adalah tindakan penyelewengan oleh oknum

pengelola/ pengurus koperasi akibat lemahnya pengawasan/ kontrol. Kemudahan

dalam perijinan pendirian koperasi telah mendorong semakin banyaknya berdiri

koperasi-koperasi, di satu sisi keadaan ini akan membantu perbaikan sektor usaha

kecil, namun di sisi lain, semakin banyaknya berdiri koperasi tanpa

proses perijinan yang selektif dan pengawasan yang ketat juga akan menimbulkan

masalah, karena berpotensi penyimpangan. 35

1. Menjamin simpanan nasabah penyimpan.

Melihat begitu banyak permasalahan koperasi yang terjadi, pemerintah

melakukan beberapa hal dalam melindungi dana-dana masyarakat yang ditanam di

koperasi, dan hal itu ditunjukan melalui aspek yuridis dengan membentuk

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dalam Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 24 tentang Lembaga Penjamin Simpanan. Berdasarkan Undang-Undang

tersebut, LPS dibentuk sebagai suatu lembaga independen yang berfungsi

menjamin simpanan nasabah penyimpan dan turut aktif dalam

memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya.

Fungsi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS):

2. Turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai

dengan kewenangannnya.

Tugas Lembaga Penjamin Simpanan (LPS):

(26)

1. Merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan penjaminan

simpanan.

2. Melaksanakan penjaminan simpanan.

3. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam rangka turut aktif

memelihara stabilitas sistem perbankan.

4. Merumuskan, menetapkan, dan melaksanakan kebijakan penyelesaian

Bank Gagal yang tidak berdampak sistemik.

5. Melaksanakan penanganan Bank Gagal yang berdampak sistemik.

Wewenang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) :

1. Menetapkan dan memungut premi penjaminan.

2. Menetapkan dan memungut kontribusi pada saat bank pertama kali

menjadi peserta.

3. Melakukan pengelolaan kekayaan dan kewajiban LPS.

4. Mendapatkan data simpanan nasabah, data kesehatan bank, laporan

keuangan bank, dan laporan hasil pemeriksaan bank sepanjang tidak

melanggar kerahasiaan bank.

5. Melakukan rekonsiliasi, verifikasi, dan/ atau konfirmasi atas data tersebut

pada angka 4.

(27)

7. Menunjuk, menguasakan, dan/atau menugaskan pihak lain untuk

bertindak bagi kepentingan dan/atau atas nama LPS, guna melaksanakan

sebagian tugas tertentu.

8. Melakukan penyuluhan kepada bank dan masyarakat tentang penjaminan

simpanan.

9. Menjatuhkan sanksi administratif.

Dasar hukum LPS antara lain:

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2004 tentang

Lembaga Penjamin Simpanan

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2009 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3

Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun

2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan Menjadi Undang-Undang.

3. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Republik Indonesia

Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24

Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan

4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang Republik Indonesia

Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan.

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2005 tentang

(28)

Paparan tentang LPS di atas menunjukkan bahwa secara yuridis

pemerintah menjamin dana nasabah perbankan nasional. Koperasi sebagai salah

satu pilar ekonomi diharapkan juga memiliki perlakuan yangsama. Peraturan

perundang-undangan tentang Koperasi Simpan Pinjam, yaitu:

1. UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, PP No. 9 Tahun 1995

tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi.

2. Kepmenkop No.351/Kep/M/XII/1998 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi.

Pada peraturan perundangan tersebut belum terdapat adanya pengaturan

secara khusus mengenai perlindungan maupun jaminan penyelesaian bila terjadi

penyimpangan terhadap dana anggota koperasi yang berakibat kerugian bagi

anggota tersebut. Mengingat KSP tergolong bisnis pengelolaan uang yang penuh

dengan risiko, maka untuk perkembangannya diperlukan aturan/kebijakan dari

Pemerintah yang dapat memberikan perlindungan bagi dana anggota. Dalam

beberapa kasus penyimpangan yang dilakukan oleh oknum pengurus KSP,

akhirnya para anggotalah yang tetap dirugikan, apalagi dana miliknya tidak dapat

kembali seutuhnya. Sedangkan asset koperasi sangat minim, bahkan jauh

(29)

B. Perlindungan Hukum Dana Simpanan Anggota Koperasi di Padat Karya

Koperasi Serba Usaha Padat Karya (KOPAKAR) berdiri pada tahun 2009.

Koperasi ini berlandaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945

serta azas kekeluargaan.36

a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka

Berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar Rumah

Tangga Koperasi Serba Usaha Padat Karya (KOPAKAR), koperasi ini

melakukan kegiatan berdasarka prinsip-prinsip koperasi yaitu:

b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis

c. Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil

sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota

d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal

e. Kemandirian

f. Melaksanakan pendidikan perkoprasian bagi anggota

g. Kerjasama antar koperasi

Tujuan didirikan koperasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan

taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya dan menjadi

36

(30)

gerakan ekonomi rakyat serta ikut membangun tatanan perekonomia nasional.37

Keanggotaan dalam KOPAKAR, dijelaskan pada Bab IV Pasal 6 sampai

Pasal 12 Anggaran Dasar KOPAKAR. Dan berdasarkan Pasal 13 Anggaran Dasar

KOPAKAR dinyatakan bahwa rapat anggota adalah pemegang kekuasaan

tertinggi dalam koperasi. Hal mengenai pengurus ada diatur dalam Pasal 21

Anggaran Dasar KOPAKAR. Dimana pengurus ini dipilih dalam Rapat Anggota.

Didalam Pengurus terdapat 3 orang yaitu seorang ketua, sekertaris dan

Struktur organ dari KOPAKAR terdiri dari;

1. Pengurus Koperasi:

a. Ketua : Tuan Alexander Lumban Gaol

b. Wakil Ketua : Tuan Tauler Silaban

c. Serketaris : Tuan Koko Fransisco Simorangkir

d. Wakil Serketaris : Tuan Roles Panjaitan

e. Bendahara : Nona Rosida Sirait

2.Pengawas Koperasi

a. Ketua : Tuan Manaek Lumban Gaol

b. Anggota : Tuan Zulfahmi Siregar

c. Anggota : Tuan Saud Raja Gukguk

37

(31)

bendahara.38

1. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan keijaksanaan dan

pengelolaan Koperasi.

Pengawas juga dipilih dalam Rapat anggota. Pengawas dalam

koperasi harus memenuhi syarat yang ditentukan berdasarkan Anggaran Dasar.

Hal mengenai pengawas terdapat dalam BAB VII Pasal 26 sampai Pasal 31 dalam

Anggaran Dasar KOPAKAR. Jumlah pengawas minimal 3 orang dan dipilih

dalam masa jabatan 5 tahun. Adapun tugas dari Pengawas tersebut di dalam Pasal

28 diatur sebagai berikut:

2. Meneliti catatan dan pembukuan yang ada pada Koperasi

3. Mendapatkan segala keterangan yang diperlukan

4. Memberikan koreksi saran, teguran, dan peringatan kepada

Pengurus.

5. Merahasiakan hasil pengawasannya terhadap pihak ketiga.

6. Membuat laporan tertulis tentang hasil pelaksanaan tugas pengawas

kepada Rapat Anggota

Dalam KOPAKAR terdapat pengurus yang membantu menjalankan

koperasi. Dimana tugas dan kewajiban Pengurus ada diatur dalam Pasal 23

Anggaran Dasar KOPAKAR yaitu:

1) Menyelenggarakan dan mengendalikan usaha Koperasi

38

(32)

2) Melakukan seluruh perbuatan hukum atas nama Koperasi

3) Mewakili Koperasi di dalam dan diluar pengadilan

4) Mengajukan rencana kerja, Anggaran Pendapatan dan Belanja

Koperasi.

5) Menyelenggarakan Rapat Anggota serta

mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas kepengurusannya

6) Memutuskan penerimaan anggota baru, penolakan anggota serta

pemberhentian anggota.

7) Membantu pelaksanaan tugas pengawas dengan memberikan

keterangan dan memperlihatkan bukti-bukti yang diperlukan

8) Memberikan penjelasan dan keterangan kepada anggota

mengenai jalannya organisasi dan usaha koperasi

9) Memelihara kerukunan diantara anggota dan mencegah segala

hal yang menyebabkan perselisihan.

10)Menanggung kerugian Koperasi sebagai akibat karena

kelalainnya, dengan ketentuan:

a. Jika kerugian yang timbul sebagai akibat kelalaian

seseorang atau beberapa anggota pengurus, maka kerugian

(33)

b. Jika kerugian yang timbul sebagai akibat kebijaksanaan

yang telah diputuskan dalam Rapat Penggurus, maka semua

anggota Pengurus tanpa kecuali menanggung kerugian yang

diderita Koperasi.

11)Menyusun ketentuan mengenai tugas dan tanggung jawab

anggota Pengurus serta ketentuan mengenai pelayanan terhadap

anggota.

12)Meminta jasa audit kepada Koperasi jasa audit dan/ atau

Akuntan Publik yang biayanya ditanggung oleh Koperasi dan

biaya audit tersebut dimasukkan dalam Anggaran Biaya

Koperasi.

13)Pengurus atau salah seorang yang ditujukan berdasarkan

ketentuan yang berlaku dapat melakukan tindakan hukum yang

bersifat pengurusan dan pemilikan. Untuk melakukan perbuatan

tertentu harus mendapat persetujuan tertulis dari Keputusan

Rapat Pengurus dan Pengawas Koperasi yaitu dalam hal-hal

sebagai berikut:

a. Meminjam atau meminjamkan uang atas nama Koperasi

dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dalam Anggaran

(34)

b. Membeli, menjual atau dengan cara lain memperoleh atau

melepaskan hak atas barang bergerak milik koperasi

dengan jumlah tertentu, yang ditetapkan dalam Anggaran

Rumah Tangga dan Peraturan Khusus Koperasi.

Maka jika dilihat dari tugas pengurus, salah satu bentuk perlindungan yang

diberika KOPAKAR kepada debitur ada didalam Pasal 23 butir 10 yaitu adanya

sanksi tegas jika memang terdapat kelalaian yang dibuat oleh Pengurus. Dan salah

satu bentuk sanksi yang diberikan adalah pemberhentian oleh Rapat Anggota,

seperti yang dijelaskan dala Pasal 25 Anggaran Dasar KOPAKAR.

Jika koperasi tersebut bubar, maka bentuk perlindungan yang diberikan

koperasi kepada para anggota yang juga adalah debitur dari koperasi ada tertuang

dalam BAB XIII Anggaran Dasar KOPAKAR, tertutama dalam Pasal 45 yaitu:

1. Dalam hal koperasi hendak dibubarkan, maka Rapat Anggota membentuk

Tim Penyelesai yang terdiri dari unsur Anggota Pengurus dan pihak lain

yang dianggap perlu (Pembina) dan diberi kuasa untuk menyelesaikan

pembubaran dimaksud;

2. Penyelesaian mempunyai hak dan kewajiban

a. Melakukan perbuatan hukum untuk dan atas nama Koperasi dalam

penyelesaian

(35)

c. Memanggil pengurus, anggota dan bekas anggota tertentu yang

diperlukan, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama

d. Memperoleh, menggunakan dan memeriksa segala catatan dan

arsip Koperasi

e. Menggunakan sisa kekayaan Koperasi untuk menyelesaian

kewajiban koperasi baik kepada anggota maupun pihak ketiga

f. Membuat berita acara penyelesaian dan menyampaikan kepada

Rapat Anggota.

3. Pengurus Koperasi menyampaikan keputusan pembubaran koperasi oleh

Rapat Anggota tersebut kepada Pejabat Koperasi sesuai dengan ketentuan

yang berlaku

4. Pembayaran biaya penyelesaian didahulukan dari pada pembayara

kewajiban lainnya.

Hal mengenai pemabayaran dana diatur dalam Pasal 46 yaitu:

1. Seluruh anggota wajib menaggung kerugian yang timbul pada saat

pembubaran Koperasi

2. Tanggungan anggota terbatas pada simpanan pokok, simpanan wajib yang

sudah dibayarkan

3. Anggota yang telah keluar sebelum Koperasi dibubarkan wajib

(36)

bersangkutan masih menjadi anggota Koperasi dan apabila keluarnya

sebagai anggota belum melewati jangka waktu 6 (enam) bulan.

C. Penerapan Prinsip Fiduciary Duty Pada Pengurus Koperasi

Teori fiduciary duty adalah suatu kewajiban yang ditetapkan

undang-undang bagi seseorang yang memanfaatkan seseorang lain, dimana kepentingan

pribadi seseorang yang diurus oleh pribadi lainnya, yang sifatnya hanya hubungan

atasan-bawahan sesaat. Orang yang mempunyai kewajiban ini harus

melaksanakannya berdasarkan suatu standar dari kewajiban (standard of duty)

yang paling tinggi sesuai dengan yang dinyatakan oleh hukum. Sedangkan

fiduciary ini adalah seseorang yang memegang peran sebagai suatu wakil

(trustee) atau suatu peran yang disamakan dengan sesuatu yang berperan sebagai

wakil, dalam hal ini peran tersebut didasarkan kepercayaan dan kerahasiaan

(trust and confidence) yang dalam peran ini meliputi, ketelitian (scrupulous),

itikad baik (good faith), dan keterusterangan (candor). Fiduciary ini termasuk

hubungan seperti, pengurus atau pengelola, pengawas, wakil atau wali, dan

pelindung (guardian). Termasuk juga di dalamnya seorang lawyer yang

mempunyai hubungan fiduciary dengan client-nya.39

Sebagai organisasi, Koperasi tentu memiliki organ-organ yang menjadi

penggerak koperasi tersebut yaitu rapat anggota, pengurus dan pengawas. Rapat

anggota sebagai pemegang kekuasaan tertinggi karena rapat anggota dapat

39

Bismar Nasution “Pertanggungjawaban Direksi Dalam Pengelolaan Perseroan”,

(37)

dikategorikan sebagai kumpulan dari pemilik koperasi, yaitu anggota yang telah

menyetorkan simpanan pokok dan wajib sebagai modal koperasi. Dalam

menjalankan usaha koperasi, rapat anggota menunjuk pengurus yang diberi

wewenang untuk mengurus koperasi. Pengurus dipilih dari anggota dan oleh rapat

anggota, sehingga masing-masing anggota mempunyai kesempatan yang sama

menjadi pengurus.40

a. Mengelola Koperasi berdasarkan Anggaran Dasar

Berdasarkan Pasal 58 UU No.17 Tahun 2012 Tentang Koperasi

dinyatakan bahwa pengurus bertugas:

b. Mendorong dan memajukan usaha Anggota

c. Menyusun rancangan kerja serta rancangan anggaran pendapatan

dan belanja koperasi untuk diajukan kepada Rapat Anggota

d. Menyusun laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan

tugas untuk diajukan kepada Rapat anggota

e. Menyusun rencana pendidikan, pelatihan dan komunikasi koperasi

untuk diajukan kepada rapat anggota

f. Menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara

tertib

g. Menyelenggarakan pembinaan karyawan secara efektif dan efisien

40

(38)

h. Memelihara Buku Daftar Anggota, Buku Daftar Pengawas dan

Buku daftar Pemegang Sertifikat Modal Koperasi dan risalah Rapat

anggota

i. Melakukan upaya lain bagi kepentingan, kemanfaatan dan

kemajuan koperasi sesuai dengan tanggung jawab dan keputusan

Rapat Anggota

Sedangkan Rapat Anggota berdasarkan Pasal 32 UU No.17 Tahun 2012

menjelaskan bahwa Rapat Anggota-lah pemegang kekuasan tertinggi dalam

koperasi. Yang dimana berdasarkan Pasal 33 Rapat Anggota berwenang :

a. Menetapkan kebijakan umum koperasi

b. Mengubah Anggaran Dasar

c. Memilih, mengangkat dan memberhentikan Pengawas dan Pengurus

d. Menetapkan rencana kerja, anggaran pendapatan dan belanja Koperasi

e. Menetapkan batas maksimum Pinjaman yang dapat dilakukan oleh

Penggurus untuk dan atas nama koperasi

f. Meminta keterangan dan mengesahkan pertanggungjawaban Pengawas

dan Pegurus dalam pelaksanaan tugas masing-masing

(39)

h. Memutuskan Penggabungan, Peleburan, Kepailitan dan Pembubaran

Koperasi

i. Menetapkan Keputusan lain dalam batas yang ditentukan oleh

Undang-undang ini.

Sehingga hubungan hukum antara Rapat Anggota dengan pengurus adalah

pemberian kuasa atas dasar perikatan sebagaimana diatur dalam KUHPerdata,

dengan kata lain pengurus adalah pemegang kuasa dari Rapat Anggota untuk

menyelenggarakan usaha koperasi, Adapun yang menjadi pedoman bagi pengurus

untuk melaksanakan tugasnya adalah anggaran dasar.41

(1) Aspek Permodalan yang perlu diperhatikan adalah

Koperasi sebagai badan hukum, perbuatannya diwakili oleh organnya

dalam hal ini adalah pengurus, pengawas dan rapat anggota. Namun dalam

pengelolaannya organ yang menjalankan dan mewakili koperasi adalah pengurus

seperti yang ditetapkan dalam Pasal 58 UU Koperasi.

Berdasarkan Pasal 14 PP Nomor 9 Tahun 1995, dalam pengelolaan KSP

pengurus wajib memperhatikan aspek permodalan, likuiditas, solvabilitas dan

rentabilitas guna menjaga kesehatan usaha dan menjaga kepentingan semua pihak

terkait.

a. Modal sendiri koperasi tidak boleh berkurang jumlahnya dan

harus ditingkatkan;

(40)

b. Setiap pembukaan jaringan pelayanan, harus disediakan

tambahan modal sendiri;

c. Antara modal sendiri dengan modal pinjaman dan modal

penyertaan harus berimbang.

(2) Aspek Likuiditas yang perlu diperhatikan sebagai berikut:

a. Penyediaan aktiva lancar yang mencukupi untuk memenuhi

kewajiban jangka pendek.

b. Ratio antara pinjaman yang diberikan dengan dana yang telah

dihimpun.

(3) Aspek solvabilitas yang perlu diperhatikan sebagai berikut:

a. Penghimpunan modal pinjaman dan modal penyertaan

didasarkan pada kemampuan membayar kembali

b. Ratio antara modal pinjaman dan modal penyertaan dengan

kekayaan harus berimbang.

(4) Aspek rentabilitasi yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut

a. Rencana perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) atau keuntungan

ditetapkan dalam jumlah yang wajar untuk dapat memupuk

permodalan, pengembangan usaha, pembagian jasa anggota

(41)

b. Ratio antara Sisa Hasil Usaha (SHU) atau keuntungan dengan

aktiva harus wajar.

(5) Untuk menjaga kesehatan usaha, Koperasi Simpan Pinjam atau Unit

Simpan Pinjam tidak dapat menghipotekkan atau menggadaikan harta

kekayaannya.

Ketentuan dalam Pasal 14 PP Nomor 9 Tahun 1995 dapat dimaknai bahwa

kepentingan penyimpan dana wajib diperhitungkan oleh pengurus dalam

mengelola usaha koperasi simpan pinjam. Namun dengan banyaknya KSP yang

mengabaikan ketentuan dalam Pasal 14 tersebut maka dapat dinyatakan bahwa

perbuatan itu adalah perbuatan yang melawan dengan kewajibannya sendiri

sehingga tidak terbayarnya dana penyimpan dana koperasi simpan pinjam dapat

dikategorikan sebgaia perbuatan melawan hukum yang diatur dalam Pasal 1365

KUHPerdata. Sehingga dengan keadaan seperti itu selain koperasi, pengurus

seharusnya dapat dikenai tanggung jawab atas utang perusahaan.42

Dari keadaan tersebut, maka doktrin fiduciary duty dapat dipergunakan

dalam pemberian perlindungan hukum kepada para nasabah. Melihat doktrin

fiduciary duty adalah tugas yang timbul dari hubungan fiduciary antara direksi

atau pengurus dengan perusahaan yang dipimpinnya, yang menyebabkan direksi

berkedudukan sebagai trustee dalam pengertian hukum trust. Oleh sebab itu

seorang direksi haruslah mempunyai kepedulian dan kemampuan itikad baik,

loyalitas dan kejujuran terhadap perusahaannya. Tugas mempedulikan yang

42

(42)

diharapkan dari direksi adalah sebgaimana yang dimaksud dalam hukum tentang

perbuatan melawan hukum, dalam arti direksi diharapka untuk berbuat hati-hati

sehingga tehindar dari perbuatan kelalaian yang merugiakan pihak lain.43

(1) Setiap pengurus wajib menjalankan tugas dengan itikad baik dan

penuh tanggung jawab untuk kepentingan dan usaha koperasi. Doktrin fiduciary duty dalam kepengurusan koperasi dapat ditentukan

dalam Pasal 58 butir 1 (a) yang menyatakan pengurus bertugas mengurus koperasi

berdasarkan anggaran dasar; butir 2 yang menyatakan bahwa pengurus berwenang

mewakili koperasi di dalam maupun di luar pengadilan dan Pasal 60 yang

menyatakan bahwa :

(2) Pengurus bertanggung jawab atas kepengurusan koperasi untuk

kepentingan dan pencapaian tujuan koperasi kepada Rapat Anggota

(3) Setiap Pengurus bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila

yang bersangkutan bersalah menjalankan tugasnya sesuai dengan

ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

Sehingga dalam menjalankan amanah untuk mengelola koperasi pengurus

dibebani tanggung jawab seperti diatur dalam Pasal 60. Sehingga apabila

pengurus dalam mengelola koperasi menimbulkan kerugian, maka harus

bertanggung jawab untuk menanggung kerugian seperti diatur dalam Pasal 60 ayat

(3) UU No.17 Tahun 2012.

43

(43)

Dalam menjalankan tugasnya pengurus diberi kuasa oleh rapat anggota

untuk melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan serta kemanfaatan

koperasi. Maka ada dua hak yang dapat dilihat:

1. Pengurus diberi kepercayaan (Fiduciary) oleh anggota koperasi

sebgai pemilik modal untuk mengelola koperasi

2. Tugas (duty) pengurus adalah melakukan tindakan dan upaya bagi

kepentingan serta kemanfaatan koperasi.

Secara teoritis doktrin Fiduciary duty dapat diterapkan untuk membebani

pengurus untuk bertanggung jawab pribadi atas utang koperasi karena dua alasan:

1. Kemungkinan kekayaan koperasi tidak mencukupi untuk membayar

hutang kepada kreditur, oleh sebab itu para nasabah membebankan

tanggung jawab kepada pengurus koperasi

2. Pengurus sebagai pihak yang dipercaya mengelola perusahaan telah

menimbulkan kerugian bagi pihak lain.

Sehingga jelas bahwa doktrin fiduciary duty adalah perlindungan yang

dapat diandalakan bagi para nasabah. Karena doktrin ini diterapkan karena pasti

pengurus KSP mempunyai tanggung jawab terhadap dana mereka, maka harus

ada tanggung jawab pribadi membayar kembali modal milik nasabah, jika

diketahui benar terjadi permasalahan didalam koperasi.

Prinsip ini diterapkan oleh Koperasi KOPAKAR, yang dimana jika

(44)

menanggung kerugian. Dalam hal kelalaian pengurus, ini tertuang didalam Pasal

23 butir 10 Anggaran Dasar KOPAKAR. Dan dalam hal Direksi dan Manajer

yang melakukan kelalaian, maka berdasarkan Pasal 33 butir 5 dinyatakan

Menanggung kerugian usaha Koperasi sebagai akibat dari kelalaian dan/ atau

tindakan yang disengaja atas pelakasaaan tugas yang dilimpahkan

D. Tata Cara Menjadi Anggota Koperasi Serba Usaha Padat Karya

Berdasaran Pasal 6 Anggaran Dasar Koperasi Serba Usaha Padat Karya

menjelaskan mengenai persyaratan untuk diterima menjadi koperasi yaitu:

a. Warga Negara Indonesia;

b. Memiliki kesinambungan kegiatan usaha dengan kegiatan usaha koperasi

c. Memiliki kemampuan penuh untuk melakukan tindakan hukum;

d. Bersedia membayar Simpanan Pokok sebesar Rp.600.000,- (enam ratus

ribu rupiah) dan simpanan wajib sebesar Rp35.000,- (tiga puluh lima ribu

rupiah)

e. Menyetujui Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Ketentuan

yang berlaku dalam koperasi

f. Bertempat tinggal kedudukan dan berdomisili didalam wilayah Repbulik

(45)

Setelah menjadi anggota didalam koperasi usaha padat karya, maka setiap

anggota berhak mendapatkan apa yang menjadi haknya, dan hal ini dituliskan di

dalam Anggaran Dasar Koperasi Serba Usaha Padat Karya pada Pasal 8 yaitu:

a. Memperoleh pelayanan dari Koperasi;

b. Menghadiri dan berbicara dalam Rapat Anggota;

c. Memiliki hak suara yang sama;

d. Memilih dan dipilih menjadi pengurus;

e. Mengajukan pendapat, saran dan usul untuk kebaikan dan kemajuan

Koperasi;

f. Memperoleh bagian Sisa Hasil Usaha;

g. Mendapatkkan keterangan mengenai perkembangan Koperasi;

Namun, dari hak yang diperoleh dari setiap anggota tentunya anggota juga

memiliki kewajiban yang harus dilaksanakan sesuai dengan isi Anggaran Dasar

yang telah disetujui. Hal mengenai kewajiban dari setiap anggota koperasi ada di

dalam Pasal 9 Anggaran Dasar Koperasi Usaha Serba Guna Padat Karya. yaitu:

1. Membayar simpanan wajib sesuai ketentuan yang ditetapkan dalam

Anggaran Rumah Tangga atau diutusan dalam Rapat Anggota

(46)

3. Memantau ketentuan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga,

Keputusan Rapat Anggota dan Ketentuan lainnya yang berlaku dalam

koperasi;

4. Memelihara serta menjaga nama baik dan kebersamaan dalam koperasi;

Didalam Anggaran Dasar Koperasi Serba Usaha Padat Karya

mencantumkan menganai sistem berakhirnya keanggotaan dari koperasi tersebut.

Hal ini dicantumkan di dalam Pasal 12 Anggaran Dasar Koperasi Serba Usaha

Padat Karya yaitu:

1. Keanggotaan berakhir bila:

(1) Anggota tersebut meninggal dunia

(2) Koperasi membubarkan diri atau dibubarka oleh Pemerintah

(3) Berhenti atas permintaan sendiri

(4) Diberhentikan oleh pengurus karena tidak memenuhi lagi

persyaratan keanggotaan dan/ atau melanggar ketentuan Anggaran

Dasar dan/ atau Anggaran Rumah Tangga dan ketentuan lain yang

berlaku dalam Koperasi

2. Anggota yang diberhentikan oleh Pengurus dapat meminta pertimbangan

(47)

3. Simpanan pokok dan simpanan wajib anggota yang diberhentikan oleh

Pengurus, dikembalikan sesuai dengan ketentuan Anggaran Rumah

Tangga atau peraturan khusus

4. Berakhirnya keanggotaan dibuktikan dengan catatan dalam buku daftar

(48)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab-bab terdahulu, maka pada bab V ini penulis

mencoba mengambil kesimpulan mengenai Perlindungan Hukum Terhadap

Nasabah Koperasi Yang Melakukan Penyimpanan Dana Pada Suatu Lembaga

Non Bank (Studi Pada Usaha Padat Karya di Medan)

1. Sikap pemerintah yang positif atau aktif membantu pertumbuhan

dalam pembangunan koperasi serta memberikan perlindungan kepada

koperasi yang nyata. Melihat begitu banyak permasalahan koperasi

yang terjadi, pemerintah melakukan beberapa hal dalam melindungi

dana-dana masyarakat yang ditanam di koperasi, dan hal itu ditunjukan

melalui aspek yuridis dengan membentuk Lembaga Penjamin

Simpanan (LPS) dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24

tentang Lembaga Penjamin Simpanan. Berdasarkan Undang-Undang

tersebut, LPS dibentuk sebagai suatu lembaga independen yang

berfungsi menjamin simpanan nasabah penyimpan dan turut aktif

dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai

(49)

2. Bentuk perlindungan yang diberikan koperasi kepada para anggota

yang juga adalah debitur dari koperasi ada tertuang dalam BAA XIII

ADRT KOPAKAR, tertutama dala Pasal 45 yaitu:

a. Dalam hal koperasi hendak dibubaran maka Rapat Anggota

membentuk Tim Penyelesai yang terdiri dari unsur Anggota

Pengurus dan pihak lain yang dianggap perlu (Pembina) dan

diberi kuasa untuk menyelesaikan pembubaran dimaksud;

b. Penyelesaian mempunyai hak dan kewajiban

1. Melakukan perbuatan hukum untuk dan atas nama Koperasi

dalam penyelesaian

2. Mengumpulkan keterangan yang diperlukan

3. Memanggil pengurus, anggota dan bekas anggota tertentu

yang diperlukan, baik sendiri-sendiri maupun

bersama-sama

4. Memperoleh, menggunakan dan memeriksa segala catatan

dan arsip Koperasi

5. Menggunakan sisa kekayaan Koperasi untuk menyelesaian

kewajiban koperasi baik kepada anggota maupun pihak

ketiga

6. Membuat berita acara penyelesaian dan menyampaikan

(50)

c. Pengurus Koperasi menyampaikan keputusan pembubaran

koperasi oleh Rapat Anggota tersebut kepada Pejabat Koperasi

sesuai dengan ketentuan yang berlaku

d. Pembayaran biaya penyelesaian didahulukan dari pada

pembayaran kewajiban lainnya.

Hal mengenai pemabayaran dana diatur dalam Pasal 46 yaitu Seluruh

anggota wajib menaggung kerugian yang timbul pada saat

pembubaran Koperasi dan Tanggungan anggota terbatas pada

simpanan pokok, simpanan wajib yang sudah dibayarkan, kemudian

Anggota yang telah keluar sebelum Koperasi dibubarkan wajib

menanggung kerugian, apabila kerugian tersebut selama anggota yang

bersangkutan masih menjadi anggota Koperasi dan apabila keluarnya

sebaga anggota belum melewati jangka waktu 6 enam bulan.

3. Melihat doktrin fiduciary duty adalah tugas yang timbul dari hubungan

fiduciary antara direksi atau pengurus dengan perusahaan yang

dipimpinnya, yang menyebabkan direksi berkedudukan sebagai trustee

dalam pengertian hukum trust. Oleh sebab itu seserorang direksi

haruslah mempunyai kepedulian dan kemampuan itikad baik, loyalitas

dan kejujuran terhadap perusahaannya. Tugas mempedulikan yang

diharapkan dari direksi adalah sebgaimana yang dimaksud dalam

hukum tentang perbuatan melawan hukum, dalam arti direksi

(51)

kelalaian yang merugiakan pihak lain. Prinsip ini diterapkan oleh

Koperasi KOPAKAR, yang dimana jika terdapat kelalaian yang

menyebabakan kerugian maka pengurus wajib untuk menanggung

kerugian. Dalam hal kelalaian pengurus, ini tertuang didalam pasal 23

butir 10 ADRT KOPAKAR. Dan dalam hal Direksi dan Manajer yang

melakukan kelalaian maka berdasarkan pasal 33 butir 5 dinyatakan

Menanggung kerugian usaha Koperasi sebagai akibat dari kelalaian

dan atau tindakan yang disengaja atas pelakasanaan tugas yang

dilimpahkan”.

4. Berdasaran Pasal 6 Anggaran Dasar Koperasi Serba Usaha Padat

Karya menjelaskan mengenai persyaratan untuk diterima menjadi

koperasi yaitu:

a. Warga Negara Indonesia.

b. Memiliki kesinambungan kegiatan usaha dengan kegiatan

usaha koperasi

c. Memiliki kemampuan penuh untuk melakukan tindakan

hukum;

d. Bersedia membayar Simpanan Pokok sebesar Rp.600.000,-

(enam ratus ribu rupiah) dan simpanan wajib sebesar

(52)

e. Menyetujui Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan

Ketentuan yang berlaku dalam koperasi

f. Bertempat tinggal kedudukan dan berdomisili didalam wilayah

Repbulik Indonesia;

B. Saran

Berkaitan dengan permasalahan yang ada, maka penulis mencoba

memberikan beberapa saran bagi pemerintah dan seluruh pihak yang

berkepentingan dalam proses perlindungan UMKM, yaitu:

1. Melihat banyaknya masyarakat Indonesia yang melaksanakan

kegiatan penyimpanan dana di koperasi ,penting bagi pemerintah

melakukan peninjauan mengenai peraturan yang berhubungan dengan

perlindungan dana simpanan dikoperasi. Sehingga ketika timbul

permasalahan yang berhubungan dengan dana yang disimpan

dikoperasi, pemerintah dapat dengan bijak dan sigap menyelesaikan

permasalahan tersebut sebab telah terdapat produk hukum yang

mengatur mengenai perlindungan dana di koperasi

2. Melihat mudahnya untuk menjadi nasabah di koperasi padat karya,

maka hendaknya pihak-pihak yang berperan dalam koperasi tersebut

lebih berhati-hati dalam menjalankan dana dari tiap anggota.

Kemudian dapat memberikan jaminan dalam perlindungan dana

anggotanya.

3. Pengaturan-pengaturan mengenai perlindungan yang akan diberikan

(53)

Maka hendaknya para setiap organ direksi dapat dengan lebih

bijaksana menjalankan dana dari anggota sehingga tidak menimbulkan

kerugian bagi kedua belah pihak.Dan ketika terjadi kelalaian

hendaknya direksi dari KOPAKAR dapat dengan berani menerapkan

prinsip fiducary duty dalam penyelesaianya.

4. Melihat dengan mudahnya menjadi anggota koperasi saat ini, maka

hendaknya masyarakat perlu lebih berhati-hati dalam memilih

koperasi dalam menyimpan dananya.. Pilihlah koperasi yang sehat dan

jelas dalam pembagian hasil usaha,sehingga tidak menimbulkan

(54)

BAB II

TINJAUAN UMUM MENGENAI KOPERASI SIMPAN

PINJAM

Koperasi pada dasarnya bagi bangsa Indonesia merupakan suatu bentuk

badan kemasyarakatan dan juga bentuk perusahaan yang berasal dari luar yang

dasar-dasar usahanya sesuai dengan beberapa kegiatan tradisional masyarakat

Indonesia. Koperasi bukan saja sebagai organisasi masyarakat tetapi juga

perusahaan yang dapat berjalan sekaligus dan saling mengisi yang hidup dalam

kekeluargaan dan kegotongroyongan. Dewasa ini banyak koperasi yang

mengesampingkan prinsip-prinsip koperasi dalam praktek sehari-hari karena ingin

mendapatkan pengakuan dari masyarakat lingkungannya yaitu di tempat koperasi

yang bersangkutan beroperasi.

Koperasi yang dicita-citakan ialah perpaduan antara kedua bentuk seperti

yang tersebut di atas walaupun masih ada yang berpandangan bahwa koperasi

adalah sebuah organisasi masyarakat seperti yang di kemukakan oleh Ivan

Emilianoft bahwa “Koperasi adalah organisasi masyarakat sebab hubungan antara

anggota dengan anggota dalam koperasi merupakan usaha bersama (joint venture)

berbeda dengan hubungan antara suatu badan usaha dengan pasar”.13

13

(55)

A. Sejarah Koperasi dan Pengertian Koperasi Simpan Pinjam

1. Sejarah Koperasi

Di Indonesia koperasi telah dikenal lebih dari setengah abad yang lalu, dan

pastinya koperasi yang berdiri pada saat itu telah mengalami pasang surut dalam

kehidupannya. Cita-cita untuk mendirikan koperasi telah lama terkandung dalam

pikiran bangsa Indonesia. Koperasi diperkenalkan di Indonesia oleh R. Aria

Wiriatmadja di Purwokerto, Jawa Tengah pada tahun 1896. Dia mendirikan

koperasi kredit dengan tujuan membantu rakyatnya terjerat hutang dengan

rentenir. Hal ini menyebabkan koperasi yang pada saat itu berjatuhan karena tidak

mendapatkan izin koperasi dari Belanda. Namun, setelah para tokoh Indonesia

mengajukan protes, Belanda akhirnya mengeluarkan Undang-Undang Nomor 91

Tahun 1927, yang isinya lebih ringan dari UU No. 431 seperti :8

- Hanya membayar 3 gulden untuk materai

- Bisa menggunakan bahasa daerah

- Hukum dagang sesuai daerah masing-masing

- Perizinan bisa di daerah setempat

Pertumbuhan koperasi di Indonesia dimulai sejak tahun 1896 yang

selanjutnya berkembang dari waktu ke waktu sampai sekarang. Perkembangan

koperasi di Indonesia mengalami pasang naik dan turun dengan titik berat lingkup

8

Andika Prasetya, Sejarah Perkembangan Koperasi Di Indonesia,

(56)

kegiatan usaha secara menyeluruh yang berbeda-beda dari waktu ke waktu sesuai

dengan iklim lingkungannya. Pada awalnya pertumbuhan koperasi yang pertama

di Indonesia menekankan pada kegiatan simpan pinjam selanjutnya berkembang

dan menekankan pada kegiatan penyediaan barang-barang konsumsi dan

kemudian koperasi menekankan pada kegiatan penyediaan barang-barang untuk

keperluan produksi.

R. Aria Wiriatmadja Patih di Purwokerto mendirikan koperasi yang

bergerak dibidang simpan pinjam. Untuk memodali koperasi simpan pinjam

tersebut di samping banyak menggunakan uangnya sendiri, beliau juga

menggunakan kas mesjid yang dipegangnya. Setelah baliau mengetahui bahwa hal

tersebut tidak boleh, maka uang kas mesjid telah dikembalikan secara utuh pada

posisi yang sebenarnya. Kagiatan patih ini kemudian dikembangkan oleh De Wolf

Van Westerrode asisten Residen Wilayah Purwokerto di Banyumas. Ketika ia cuti

ke Eropa dipelajarinya cara kerja Wolksbank secara Raiffeisen (Koperasi Simpan

Pinjam untuk kaum tani) dan Schulze-Delitzsch (koperasi simpan pinjam untuk

kaum buruh di kota) di Jerman. Setelah ia kembali dari cuti mulailah ia

mengembangkan koperasi simpan-pinjam sebagaimana telah dirintis oleh R. Aria

Wiratmadja. Dalam hubungan ini kegiatan simpan-pinjam yang dapat

(57)

dari zakat.9 Beliau menganjurkan akan mengubah Bank Pertolongan Tabungan

yang sudah ada menjadi Bank Pertolongan, Tabungan dan Pertanian.10

Selanjutnya, Boedi Oetomo yang didirikan pada tahun 1908 menganjurkan

berdirinya koperasi untuk keperluan rumah tangga. Demikian pula Serikat Islam

yang didirikan tahun 1911 juga mengembangkan koperasi yang bergerak di

bidang keperluan sehari-hari dengan cara membuka toko koperasi. Perkembangan

yang pesat dibidang perkoperasian di Indonesia yang menyatu dengan kekuatan

sosial dan politik menimbulkan kecurigaan Pemerintah Hindia Belanda. Oleh

karenanya pemerintah Hindia Belanda ingin mengaturnya tetapi dalam kenyataan

lebih cenderung menjadi suatu penghalang atau penghambat perkembangan

koperasi. Dalam hubungan ini pada tahun 1915 diterbitkan Ketetapan Raja No.

431 yang berisi antara lain:11

a. Akte pendirian koperasi dibuat secara notariil;

b. Akte pendirian harus dibuat dalam bahasa Belanda;

c. Harus mendapat ijin dari Gubernur Jenderal;

d. Biaya materai sebesar 50 gulden.

9 Ibid. 10

Wikipedia Bahasa Indonesia, Koperasi,

tanggal 11 Desember 2013.

11

(58)

Pada akhir tahun 1930 didirikan Jawatan Koperasi, yang dipimpin oleh

J.H. Boeke, dengan tugas:12

a. Memberikan penerangan kepada pengusaha-pengusaha Indonesia

mengenai seluk beluk perdagangan;

b. Dalam rangka peraturan Koperasi No. 91, melakukan pengawasan dan

pemeriksaan terhadap koperasi-koperasi, serta memberikan

penerangannya;

c. Memberikan keterangan-keterangan tentang perdagangan pengangkutan,

cara-cara perkreditan dan hal ihwal lainnya yang menyangkut

perusahaan-perusahaan;

d. Penerangan tentang organisasi perusahaan;

e. Menyiapkan tindakan-tindakan hukum bagi pengusaha Indonesia.

Adapun kesulitan dalam hal pembentukan koperasi pada zaman Belanda

dikarenakan:13

1. Belum adanya instansi pemerintah ataupun badan non pemerintah yang

memberikan penerangan dan penyuluhan tentang koperasi.

2. Belum ada Undang-Undang yang mengatur kehidupan koperasi.

12 Ibid. 13

(59)

3. Pemerintah jajahan sendiri masih ragu-ragu menganjurkan koperasi karena

pertimbangan politik, khawatir koperasi itu akan digunakan oleh kaum

politik untuk tujuan yang membahayakan pemerintah jajahan itu.

Perkembangan koperasi semenjak berdirinya Jawatan Koperasi tahun 1930

menunjukkan suatu tingkat perkembangan yang terus meningkat. Jikalau pada

tahun 1930 jumlah koperasi 39 buah, maka pada tahun 1939 jumlahnya menjadi

574 buah dengan jumlah anggota pada tahun 1930 sebanyak 7.848 orang

kemudian berkembang menjadi 52.555 orang. Sedangkan kegiatannya dari 574

koperasi tersebut diantaranya 423 koperasi adalah koperasi yang bergerak

dibidang simpan-pinjam, sedangkan selebihnya adalah koperasi jenis konsumsi

ataupun produksi. Dari 423 koperasi simpan-pinjam tersebut diantaranya 19 buah

adalah koperasi lumbung.14

Kemudian tahun 1942 Jepang menduduki Indonesia dan mendirikan

Koperasi Kumiyai. Awalnya koperasi ini berjalan mulus. Namun fungsinya

berubah drastis dan menjadi alat Jepang untuk mengeruk keuntungan, dan

menyengsarakan rakyat Indonesia.

15

Pemerintahan bala tentara Jepang di Indonesia menetapkan bahwa semua

badan-badan Pemerintahan dan kekuasaan hukum serta undang-undang dari

Pemerintah yang terdahulu tetap diakui sementara waktu, asal saja tidak

bertentangan dengan Peraturan Pemerintah Militer. Berdasarkan atas ketentuan

14

Margono R. M. Djojohadikoesoemo, Sepoeloeh Tahoen Koperasi, (Jakarta : Balai Poestaka, 1940), hal. 9.

15

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi ini membahas tentang Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Dana Nasabah dalam Koperasi Simpan Pinjam Syariah (studi kasus pada KSU Syariah BMT Mitra Amaliyah dengan

Skripsi ini membahas tentang Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Dana Nasabah dalam Koperasi Simpan Pinjam Syariah (studi kasus pada KSU Syariah BMT Mitra Amaliyah dengan

dengan jaminan kepercayaan yang diberikan oleh koperasi simpan pinjam,. upaya penyelesaian jika debitur wanprestasi, dan hambatan-hambatan

Selain itu, penelitian ini juga membahas tentang bagaimana perlindungan hukum bagi nasabah debitur apabila terjadi kredit macet yang bisa berakibat pada

Selain perkembangan signifikan yang diperoleh koperasi ini, dalam hal pinjaman dan aset koperasi, ada juga anggota yang bersikap pasif dalam melaksanakan kewajiban

Di tujukan kepada pemerintah, bentuk perlindungan hukum terhadap bank dalam akad hiwalah yang telah dibahas oleh penulis hendaknya juga dimuat dalam Undang-

Perlindungan hukum terhadap anggota penyimpan dana pada koperasi CU Khatulistiwa Bakti belum sepenuhnya terakomodir dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang

Untuk itu kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan di KSU-KM Desa Mentulik yang melibatkan seluruh pengurus Koperasi yang berjumlah 5 orang dimana