DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku
Anoraga, Pandji dan Ninik Widiyanti, 1997, Dinamika Koperasi, Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Djojohadikoesoemo, Margono R. M., 1940, Sepoeloeh Tahoen Koperasi, Batavia
Centrum: Baai Poestaka.
Edilius, dan Sudarsono, 1993, Koperasi dalam Teori dan Praktik, Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Firdaus, M. Dan Agus Edhi Susanto,2002, Perkoperasian: Sejarah, Teori, dan
Praktek, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Fuady, Munir, 2000, “Hukum Perseroan Terbatas”, Jakarta: Ghalia.
Hariyanto, Gunawan, 2012, “Perlindungan Hukum Dana Simpanan Anggota
Koperasi”, Mizan.
Hadikusuma, R.T.Sutantya Rahardja, 2000, Hukum Koperasi Indonesia., PT.
Rajawali Pers, Jakarta.
Ismail, Ahmad Marzuki, 2005, Jati Diri Koperasi, Kim Guan Press Enterprise
SDN. BHD.
Lumbantobing, Juliana, Elvis F. Purba, dkk, 2002, Ekonomi Koperasi, Medan:
Universitas HKBP Nomensen Fakultas Ekonomi.
Rakka, I. G. Gede, 1983, Pengantar Pengetahuan Koperasi, Jakarta: Departemen
Koperasi
Roepke, Jochen, 2000, Ekonomi Koperasi Teori dan Manajemen, Jakarta:
Salemba Empat.
Sitio, Arifin dan Tamba Halomoan, 2001, Koperasi, Teori, dan Praktik, Jakarta:
Erlangga..
Soekanto, Soerjono, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia.
Suwandi, Ima, 1986, Koperasi Organisasi Ekonomi yang Berwatak Sosial, Ujung
Pandang: Penerbit Bharata Karya Aksara.
B. Undang-undang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 Tentang
Perkoperasian
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 3 tahun 2008 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin
Simpanan menjadi Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Simpan Pinjam Oleh Koperasi
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Repubik Indonesia Nomor 3
Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 tahun
2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 2008 Tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2005 tentang Modal
Awal Lembaga Penjamin Simpanan.
Keputusan Menteri Koperasi Nomor 351/Kep/M/XII/1998 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi
C. Lain-lain
Anggaran Dasar Koperasi Serba Usaha Padat Karya (KOPAKAR)
Athreezno, Makalah Lembaga Keuangan Bukan Bank,
Jananto, David, Pengertian Koperasi Simpan Pinjam,
Lisa, Bab II Landasan Teori,
Nasution, Bismar, “Pertanggungjawaban Direksi Dalam Pengelolaan
Perseroan”
Prasetya, Andika, Sejarah Perkembangan Koperasi Di Indonesia,
Rahayu, Nuli, “Perlindungan Hukum Dana Simpanan Anggota Koperasi”,
Rayyan, Ibnu, 2011, Peran Badan Pengawas Dalam Pengawasan Koperasi
berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 Tentang
Perkoperasian, Skripsi.
Sari, Candra Nopita, Pengertian, Tujuan, dan Prinsip-Prinsip Koperasi
Tania, Jenis-Jenis Koperasi,
Widiastuti, 2009, Tanggung jawab penggurus koperasi simpan pinjam yang
berbadan hukum terhadap penyimpanan dana, Jurnal Hukum., Vol VII.
Wikipedia Bahasa Indonesia, Koperasi,
Adipoetra,OrganisasidanManajemenkoperasi,adiputramiu89.blogspot.com/2012/
2011/organisasi-dan-manajemen-koperasi.html,di unduh tanggal 18 desember
BAB III
TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA NON BANK
Lembaga keuangan non bank adalah semua badan yang melakukan
kegiatan di bidang keuangan, yang secara langsung atau tidak langsung
menghimpun dana terutama dengan jalan mengeluarkan kertas berharga dan
menyalurkan dalam masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan.29
29
Athreezno, Makalah Lembaga Keuangan Bukan Bank,
Menurut Surat Keputusan Menteri Keuangan RP No. KEP-38/MK/1V/1972,
Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) adalah semua lembaga (badan) yang
melakukan kegiatan dalam bidang keuangan yang secara langsung atau tidak
langsung menghimpun dana dengan cara mengeluarkan surat-surat berharga,
kemudian menyalurkan kepada masyarakat terutama untuk membiayai investasi
perusahaan-perusahaan.
Keberadaan lembaga keuangan non bank ini diantaranya yaitu untuk
mendorong perkembangan pasar modal, membantu permodalan
perusahaan-perusahaan ekonomi lemah. Selain itu juga memiliki peranan dalam
perekonomian yaitu guna membantu dunia usaha dalam meningkatkan
produktivitas barang/jasa, mempelancar distribusi barang, mendorong terbukanya
lapangan pekerjaan.
Salah satu bentuk dari lembaga non bank ini yaitu koperasi simpan pinjam.
Seperti telah dijelaskan bahwa koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang
bergerak dengan menghimpun dana dari masyarakat dan meminjamkan kembali
kepada anggota atau masyarakat. Adapun landasan dari koperasi yaitu terdiri dari
landasan Idiil yaitu Pancasila, landasan struktural yaitu Pasal 33 ayat (1)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, landasan operasional
yaitu Undang-Undang Nomor 17 tahun 2012 tentang Koperasi, dan landasan
mental yaitu kesetiakawanan dan kesadaran.
A. Tata Cara Pendirian Koperasi
Dalam mendirikan koperasi pemerintah telah bertekad untuk melakukan
langkah dan kebijaksanaan yang strategis, agar perekonomian nasional dapat
semakin tumbuh dan berkembang secara wajar dan proposional. Pendirian suatu
koperasi haruslah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Berdasarkan UU
Perkoperasian Pasal 7 dikatakan bahwa dalam pendirian koperasi primer didirikan
oleh paling sedikit 20 (dua puluh) orang perseorangan dengan memisahkan
sebagian kekayaan pendiri atau anggota sebagai modal awal koperasi primer.
Sedangkan dalam mendirikan koperasi sekunder harus didirikan paling sedikit
oleh 3 (tiga) koperasi primer.
Kemudian Pasal 8 menjelaskan bahwa koperasi harus mempunyai tempat
kedudukan dengan alamat yang lengkap di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang ditentukan dalam Anggaran Dasar yang mana tempat kedudukan
pengumuman yang diterbitkan oleh koperasi, barang cetakan, dan akta dalam hal
koperasi koperasi menjadi pihak harus menyebutkan nama dan alamat lengkap
koperasi. Lalu dalam Pasal 9 dikatakan bahwa pendirian koperasi harus dilakukan
dengan Akta Pendirian Koperasi yang dibuat oleh Notaris dalan bahasa Indonesia.
apabila di suatu kecamatan tidak ada Notaris, maka Akta Pendirian Koperasi
dapat dibuat oleh Camat yang telah disahkan sebagai Pejabat Pembuat Akta
Koperasi oleh Menteri. Perlu ditekankan bahwa Notaris yang membuat Akta
Pendirian Koperasi adalah Notaris yang terdaftar pada kementerian yang
menyelenggarakan urusan Pemerintahan di bidang Koperasi.
UU Perkoperasian juga menjelaskan bahwa Akta Pendirian Koperasi
memuat Anggaran Dasar yang berkaitan dengan pendirian koperasi yang mana
membuat keterangan sekurang-kurangnya:
a. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, tempat tinggal, dan pekerjaan
pendiri perseorangan atau nama, tempat kedudukan, dan alamat lengkap,
serta nomor dan tanggal pengesahan badan hukum Koperasi pendiri bagi
Koperasi Sekunder, dan
b. Susunan, nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, tempat tinggal, dan
pekerjaan Pengawas dan Pengurus yang pertama kali diangkat.
Permohonan Akta Pendirian Koperasi ini diajukan secara tertulis oleh para
pendiri secara bersama-sama atau kuasanya kepada Menteri untuk mendapatkan
pengesahan sebagai badan hukum. Dalam pembuatan Akta Pendirian Koperasi,
Kemudian koperasi akan memperoleh pengesahan sebagai badan hukum setelah
Akta Pendirian Koperasi disahkan oleh Menteri.
Dalam hal koperasi telah disahkan, anggotanya berkurang dari jumlah
sebagaimana yang diwajibkan dalam Undang-undang, maka dalam waktu paling
lambat 6 (enam) bulan terhitung sejak keadaan tersebut, koperasi yang
bersangkutan wajib memenuhi jumlah minimal keanggotaan. Apabila jumlah
minimum tersebut tidak terpenuhi sampai tenggang waktunya, maka anggota
koperasi bertanggung jawab secara pribadi atas segala perikatan atau kerugian
yang terjadi dan koperasi tersebut wajib dibubarkan oleh Menteri.
Mendirikan koperasi penting untuk memperhatikan beberapa hal yaitu:
a. Harus mengetahui persoalan-persoalan pokok tentang koperasi pada
umumnya.
b. Adanya konsep yang kuat sebagai antisipasi penerimaan anggota-anggota
baru secara suka rela dan terbuka.
c. Megembangkan koperasi dengan ketekunan dan kesabaran, karena tidak
mugkin bila koperasi mencapai tujuannya dalam jangka pendek.
d. Pembinaan koperasi di Indonesia sebagian memang tanggung jawab
pemerintah, namun penekanan kemandirian pada koperasi itu sendiri harus
secepatnya bisa diwujudkan.
Secara umum, untuk mendirikan koperasi, langkah-langkah yang harus
1. Mengadakan pertemuan pendahuluan diantara orang-orang yang ingin
mendirikan koperasi.
2. Mengadakan penelitian terhadap lingkungan yang menjadi tempat kerja
koperasi.
3. Mengadakan hubungan dengan kantor departemen koperasi setempat.
4. Membentuk panitia pendirian koperasi yang bertugas mempersiapkan
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.
5. Mengadakan rapat untuk :
- Memilih pengurus
- Memilih pengawas
- Menetapkan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
6. Mengajukan permohonan status badan hukum koperasi dengan
melampirkan petikan berita acara rapat pembentukan koperasi, serta daftar
nama anggota pengurus dan pengawas.
B. Tata Cara Pembubaran Koperasi
Ada pendirian berarti ada pula pembubaran. Sama halnya dengan koperasi
pun dapat dilakukan pembubaran. Berdasarkan Bab XIII UU Perkoperasian
a. Keputusan Rapat Anggota;
b. Jangka waktu berdirinya telah berakhir; dan/atau
c. Keputusan Menteri.
Ad. a. Pembubaran berdasarkan keputusan rapat anggota
Pertama, usul pembubaran koperasi diajukan kepada Rapat Anggota oleh
Pengawas atau Pengurus yang mewakili paling sedikit 1/5 (satu perlima) jumlah
anggota. Usul tersebut kemudian akan diputuskan dalam Rapat Anggota dengan
ketentuan harus memenuhi jumlah anggota minimal yaitu 500 (lima ratus) orang
untuk dapat menyelenggarakan Rapat Anggota melalui delegasi anggota. Pada
Rapat Anggota, Pengurus bertindak sebagai kuasa Rapat Anggota pembubaran
Koperasi apabila Rapat Anggota tidak menunjuk pihak yang lain. Setelah
pembubaran koperasi ditetapkan dalam keputusan Rapat Anggota, selanjutnya
hasil pembubaran koperasi oleh Rapat Anggota diberitahukan secara tertulis oleh
kuasa Rapat Anggota kepada Menteri dan semua Kreditor.
Ad. b. Pembubaran berdasarkan jangka waktu berdirinya telah berakhir
Pembubaran koperasi karena jangka waktu berdirinya ditentukan di dalam
Anggaran Dasar koperasi bahwa koperasi tersebut telah berakhir. Dalam hal ini
menteri dapat memperpanjang jangka waktu berdirinya koperasi atas permohonan
pengurus setelah ditputuskan dalam Rapat Anggota. Permohonan perpanjangan
jangka waktu berdirinya koperasi diajukan dalam jangka waktu paling lambat 90
Keputusan Menteri atas permohonan perpanjangan jangka waktu
berdirinya koperasi diberikan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh)
hari setelah permohonan diterima. Apabila dalam jangka waktu pemberian
keputusan Menteri tersebut tidak terpenuhi, keputusan Rapat Anggota mengenai
perpanjangan jangka waktu berdirinya koperasi dianggap sah.
Ad. c. Pembubaran berdasarkan keputusan Menteri
Selain pembubaran koperasi dikarenakan keputusan dalam Rapat Anggota
maupun karena berakhirnya jangka waktunya, pembubaran koperasi juga dapat
terjadi dikarenakan keputusan Menteri. Pembubaran koperasi berdasarkan
keputusan Menteri terjadi apabila:
a. Koperasi dinyatakan pailit berdasarkan keputusan Pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap; dan/atau
b. Koperasi tidak dapat menjalankan kegiatan organisasi dan usahanya
selama 2 (dua) tahun berturut-turut.
Setelah adanya keputusan terhadap pembubaran suatu koperasi, maka
selanjutnya akan dibentuk tim penyelesai untuk penyelesaian terhadap
pembubaran koperasi. Tim penyelesai untuk penyelesaian terhadap pembubaran
berdasarkan Rapat Anggota dan berakhir jangka waktu berdirinya ditunjuk oleh
kuasa Rapat Anggota. Sedangkan tim penyelesai untuk penyelesaian terhadap
Selama dalam proses penyelesaian terhadap pembubaran, koperasi tersebut
tetap ada dengan status “Koperasi dalam Penyelesaian” dan selama dalam proses
penyelesaian terhadap pembubaran, koperasi tidak boleh melakukan perbuatan
hukum, kecuali untuk memperlancar proses penyelesaian. Tim penyelesaian ini
mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut:
a. Melakukan pencatatan dan penyusunan informasi tentang kekayaan dan
kewajiban koperasi;
b. Memanggil pengawas, pengurus, karyawan, anggota, dan pihak lain yang
diperlukan, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama;
c. Menyelesaikan hak dan kewajiban keuangan terhadap pihak ketiga;
d. Membagikan sisa hasil penyelesaian kepada anggota;
e. Melaksanakan tindakan lain yang perlu dilakukan dalam penyelesaian
kekayaan;
f. Membuat berita acara penyelesaian dan laporan kepada Menteri; dan/atau
g. Mengajukan permohonan untuk diumumkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
C. Hubungan Hukum Anggota Koperasi dan Perangkat Organisasi
Struktur organisasi koperasi dibentuk sedemikian rupa sesuai dengan
ideologi dan strategi pengembangan untuk memperoleh strategic competitiveness
fungsional karena menyesuaikan dengan strategi yang sedang dikembangkan
tetapis secara basic ideologi terutama terkait dengan perangkat organisasi koperasi
menunjukkan kesamaan.
Ropke dalam bukunya The Economic Theory of Cooveratives
mengidentifikasi ciri-ciri organisasi koperasi sebagai berikut30
a. Terdapat sejumlah individu yang bersatu dalam suatu kelompok atas dasar
sekurang-kurangnya satu kepentingan atau tujuan yang sama, yang disebut
sebagai kelompok koperasi.
:
b. Terdapat anggota koperasi yang bergabung dalam kelompok usaha untuk
memperbaiki kondisi sosial ekonomi mereka sendiri, yang disebut sebagai
swadaya dari kelompok koperasi.
c. Anggota yang bergabung dalam koperasi memanfaatkan koperasi secara
bersama, yang disebut sebagai perusahaan koperasi.
d. Koperasi sebagai perusahaan mempunyai tugas untuk menunjang
kepentingan para anggota kelompok koperasi, dengan cara menyediakan
barang dan jasa yang dibutuhkan oleh anggota dalam kegiatan
ekonominya.
Jika diperhatikan ciri-ciri tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
organisasi koperasi terdiri dari:
30
a. Anggota koperasi, baik sebagai konsumen akhir maupun sebagai
pengusaha yang memanfaatkan koperasi dalam kegiatan sosial
ekonominya.
b. Badan usaha koperasi, sebagai satu kesatuan dari anggota, pengelola, dan
pengawas koperasi yang berusaha meningkatkan kondisi sosial ekonomi
anggotanya melalui perusahaan koperasi.
c. Organisasi koperasi, sebagai badan usaha yang bertindak sebagai
perusahaan yang melayani anggota maupun bukan anggota.
Struktur organisasi koperasi di Indonesia dapat diurut berdasarkan perangkat
organisasi koperasi. Berdasarkan UU Perkoperasian perangkat koperasi terdiri
atas, yaitu rapat anggota, pengurus, pengawas dan pengelola.
a. Rapat Anggota
Anggota memiliki kekuasaan tertinggi dalam koperasi yang tercermin
dalam forum Rapat Anggota, sering kali secara teknis disebut RAT (Rapat
Anggota Tahunan). Rapat Anggota berwenang:
1. Menetapkan kebijakan umum koperasi;
2. Mengubah Anggaran Dasar;
3. Memilih, mengangkat, dan memberhentikan Pengawas dan Pengurus;
4. Menetapkan rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja
5. Menetapkan batas maksimum Pinjaman yang dapat dilakukan oleh
Pengurus untuk dan atas nama Koperasi;
6. Meminta keterangan dan mengesahkan pertanggungjawaban Pengawas
dan Pengurus dalam pelaksanaan tugas masing-masing;
7. Menetapkan pembagian Selisih Hasil Usaha;
8. Memutuskan penggabungan, peleburan, kepailitan, dan pembubaran
Koperasi.
b. Pengurus
Pengurus dipilih dari dan oleh Anggota Koperasi, dan berperan mewakili
anggota dalam menjalankan kegiatan organisasi maupun usaha koperasi. Pengurus
dapat menunjuk manajer dan karyawan sebagai pengelola untuk menjalankan
fungsi usaha sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada, sebagaiman tercantum
dalm UU Perkoperasian. Yang dimaksud dengan persorangan adalah mereka yang
harus memenuhi persyaratan:
a. Mampu melaksanakan perbuatan hukum;
b. Memiliki kemampuan mengelola usaha koperasi;
c. Tidak pernah menjadi pengawas atau pengurus suatu koperasi atau
komisaris atau direksi suatu perusahaan yang dinyatakan bersalah karena
d. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan
koperasi, keuangan negara, dan/atau yang berkaitan dengan sektor
keuangan, dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkutan.
Adapun yang menjadi tugas dari pengurus koperasi yaiu:
a. Mengelola koperasi berdasarkan Anggaran Dasar;
b. Mendorong dan memajukan usaha Anggota;
c. Menyusun rancangan rencana kerja serta rencana anggaran pendapatan dan
belanja koperasi untuk diajukan kepada Rapat Anggota;
d. Menyusun laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanan tugas
untuk diajukan kepada Rapat Anggota;
e. Menyusun rencana pendidikan, pelatihan, dan komunikasi Koperasi untuk
diajukan kepada Rapat Anggota;
f. Menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib;
g. Menyelenggarakan pembinaan karyawan secara efektif dan efisien;
h. Memelihara Buku Daftar Anggota, Buku Daftar Pengawas, Buku Daftar
Pengurus, Buku Daftar Pemegang Sertifikat Modal Koperasi, dan risalah
Rapat Anggota;
i. Melakukan upaya lain bagi kepentingan, kemanfaatan, dan kemajuan
Selain itu Pengurus juga memiliki kewenangan untuk mewakili koperasi di
dalam maupun diluar pengadilan. Namun, terdapat batasan terhadap kewenangan
yang dimiliki oleh Pengurus yaitu apabila:
a. Terjadi perkara di depan pengadilan antara koperasi dan Pengurus yang
bersangkutan; atau
b. Pengurus yang bersangkutan mempunyai kepentingan yang bertentangan
dengan kepentingan koperasi.
Sekalipun Pengurus memiliki kewenangan dan tanggung jawab, namun
pengurus koperasi tetap wajib terlebih dahulu mendapatkan persetujuan Rapat
Anggota dalam hal koperasi akan:
a. Mengalihkan aset atau kekayaan koperasi;
b. Menjadikan jaminan utang atas aset atau kekayaan Koperasi;
c. Menerbitkan obligasi atau surat utang lainnya;
d. Mendirikan atau menjadi Anggota Koperasi Sekunder; dan/atau
e. Memiliki dan mengelola perusahaan bukan Koperasi.
Pengurus dalam menjalankan tugasnya wajib menjalankannya dengan
itikad baik dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan dan usaha koperasi.
Pengurus bertanggung jawab atas kepengurusan Koperasi untuk kepentingan dan
pencapaian tujuan Koperasi Kepada Rapat Anggota. Setiap pengurus bertanggung
tugasnya dan dapat digugat ke pengadilan oleh sejumlah Anggota yang mewakili
paling sedikit 1/5 (satu perlima) Anggota atas nama Koperasi.
c. Pengawas
Pengawas sebagai salah satu perangkat organisasi koperasi dipilih dari dan
oleh Anggota pada Rapat Anggota. Berdasarkan UU Perkoperasian, persyaratan
yang harus dipenuhi untuk menjadi pengawas yaitu:
a. Tidak pernah menjadi pengawas atau pengurus suatu koperasi atau
komisaris atau direksi suatu perusahaan yang dinyatakan bersalah karena
menyebabkan koperasi atau perusahaan itu dinyatakan pailit; dan
b. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan
koperasi, keuangan negara, dan/atau yang berkaitan dengan sektor
keuangan, dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatan.
Pasal 50 UU Perkoperasian menjelaskan bahwa seorang pengawas bertugas antara
lain:
a. Mengusulkan calon Pengurus;
b. Memberi nasihat dan pengawas kepada pengurus;
c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan
koperasi yang dilakukan oleh pengurus; dan
Sedangkan wewenang Pengawas adalah:
a. Menetapkan penerimaan dan penolakan Anggota baru serta pemberhentian
Anggota sesuai dengan ketentuan dalam Anggaran Dasar;
b. Meminta dan mendapatkan segala keterangan yang diperlukan dari
pengurus dan pihak lain yang terkait;
c. Mendapatkan laporan berkala tentang perkembangan usaha dan kinerja
Koperasi dari Pengurus;
d. Memberikan persetujuan atau bantuan kepada Pengurus dalam melakukan
perbuatan hukum tertentu yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar; dan
e. Dapat memberhentikan Pengurus untuk sementara waktu dengan
menyebutkan alasannya.
Dalam menjalankan tugasnya, Pengawas wajib menjalankan tugasnya
dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan Koperasi.
Pengawas juga bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Rapat
Anggota. Dalam menjalankan tugasnya dalam hal melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan koperasi yang dilakukan oleh
pengurus, Pengawas dapat meminta bantuan kepada Akuntan Publik untuk
melakukan jasa audit terhadap Koperasi. Penunjukan Akuntan Publik ini
BAB IV
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR YANG
MELAKUKAN PENYIMPANAN DANA PADA KOPERASI
PADAT KARYA
A. Peranan Pemerintah Dalam Melindungi Dana Koperasi
Koperasi umumnya diberikan status badan hukum sesuai dengan undang-undang yang sudah ada atau sesuai dengan sistem yang sudah mantap digunakan
di negara yang bersangkutan sebelum adanya perkumpulan koperasi. Tetapi
dengan cepatnya pertumbuhan perkembangan koperasi dan menyadari adanya
sifat-sifat yang khusus, yang dimiliki oleh koperasi tetapi tidak dimiliki oleh
usaha perseorangan atau perseroan. Maka, dalam perkembangannya
dikeluarkanlah undang-undang tentang perkoperasian demi menciptakan
kepastiaan hukum terhadap badan usaha ini.31
31
Sikap pemerintah dalam pembangunan koperasi dapat di kelompokkan
dalam 4 macam, yaitu;
1. Sikap pemerintah yang netral.
2. Sikap yang menghambat atau menghalang-halangi.
3. Sikap pemerintah yang membantu dan mendorong pertumbuhan dan
perkembangan gerakan koperasi.
4. Sikap pemerintah yang ingin menjadikan koperasi sebagai alat untuk
melaksanakan kebijaksanaan nasional.32
Pembangunan koperasi dalam Pembangunan Jangka Panjang Pertama
telah menunjukkan berbagai keberhasilan yang sangat berarti, baik ditinjau dari Sikap pemerintah yang positif atau aktif membantu pertumbuhan dalam
pembangunan koperasi serta memberikan perlindungan kepada koperasi yang
nyata. Sikap ini diperlihatkan pemerintah setelah kemerdekaan tahun 1945 dalam
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (1) yang menyatakan “perekonomian
disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan”. Berdasarkan
pasal 33 ini diperlihatkan bahwa dalam rangka pemberian perlindungan kepada
koperasi, pemerintah dapat :
1. Menetapkan bidang kegiatan ekonomi yang hanya bisa diusahakan
oleh koperasi
2. Menetapkan bidang kegiatan ekonomi di suatu wilayah yang telah
berhasil di usahakan oleh koperasi untuk tidak di usahakan oleh badan
usaha lainnya.
Ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar inilah yang
merupakan dasar atau landasan yang kuat bagi pemerintah untuk membantu,
mendorong dan melindungi pertumbuhan pembangunan koperasi.
jumlah koperasi, jumlah anggota koperasi, maupun nilai usaha koperasi. Koperasi
juga telah terlihat berperan aktif dalam kegiatan ekonomi rakyat dan sekaligus
mulai dapat meningkatkan kesejahteraan para anggotanya. Keadaan tersebut
tercermin, antara lain dari peningkatan jumlah dan ragam koperasi, jumlah dan
ragam dalam bidang koperasi, jumlah simpanan anggota, jumlah modal usaha,
serta jumlah nilai usaha koperasi.
Kemajuan pembangunan koperasi ini cukup menggembirakan karena
telah menunjukkan bahwa koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat dan badan
usaha semakin berperan aktif dan terlibat lebih luas dalam berbagai kegiatan
ekonomi serta sekaligus telah meningkatkan kesejahteraan para anggotanya yang
pada umumnya masih terbatas kemampuan ekonominya. Keadaan ini, antara lain
merupakan hasil dari berbagai kebijaksanaan perkoperasian, kebijaksanaan makro
dan sekaligus peran tersebut ditempuh melalui program pembinaan kelembagaan
koperasi dan pelatihan magang, penyuluhan dan penerangan, pembinaan dan
konsultasi, serta ditunjang pula dengan berbagai kegiatan penelitian perkoperasian
serta kebijaksanaan makro, baik di bidang fiskal-moneter maupun sektor riil,
berupa perkreditan, substitusi, atau proteksi.33
Namun perkembangan koperasi saat ini membuat banyak kalangan
mencoba berbuat peruntungan dengan membuka koperasi-koperasi yang hanya
bertujuan menguntungkan diri sendiri. Banyaknya koperasi saat ini membuat
semakin ketatnya persaingan usaha ini yang dimana mungkin akan mendorong
KSP (Koperasi Simpan Pinjam) untuk berinovasi dan berlomba menarik calon
anggota dengan memberikan tawaran produk investasi simpanan, serta pemberian
bonus-bonus dan hadiah-hadiah menarik lainnya. Strateginya adalah
memanfaatkan istilah status “calon anggota koperasi” padahal sasarannya
sebenarnya lebih cenderung kepada masyarakat luas. Ketentuan perundangan
yang dijadikan tempat berpijak adalah Pasal 18 PP no. 9 tahun 1995 yang
menyebutkan bahwa: “(2) Calon anggota koperasi sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), harus menjadi anggota dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan
setelah melunasi simpanan pokok.” Pola pencarian calon nasabah seperti telah
tersebut di atas, sebagai alasan pembenarnya lebih pada pertimbangan promosi
sisi bisnis, sehingga kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh koperasi
sesungguhnya sudah bergeser dan semakin jauh dari prinsip dan tujuan koperasi
itu sendiri. Tujuan koperasi yang terutama seharusnya adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan dan memenuhi kebutuhan para anggotanya. Penyimpangan yang
lain yaitu KSP/USP membuka beberapa kantor cabang di kota-kota lain di luar
domisili hukumnya, meskipun tanpa atau belum adanya ijin operasional dari
instansi vertikal yang berwenang, maupun instansi setempat yang
berwenang mengeluarkan perijinan dan melakukan pengawasan. Dalam
praktiknya seringkali KSP (Koperasi Simpan Pinjam)/Unit Simpan Pinjam (USP)
menghimpun dana dari masyarakat yang jelas-jelas notabene bukan anggota
koperasi dalam bentuk deposito berjangka dengan memberikan bunga kepada
anggotanya di atas bunga bank. 34
34
Nuli Rahayu, “Perlindungan Hukum Dana Simpanan Anggota Koperasi”,
diaskes tanggal
Faktor penyebab lain adalah tindakan penyelewengan oleh oknum
pengelola/ pengurus koperasi akibat lemahnya pengawasan/ kontrol. Kemudahan
dalam perijinan pendirian koperasi telah mendorong semakin banyaknya berdiri
koperasi-koperasi, di satu sisi keadaan ini akan membantu perbaikan sektor usaha
kecil, namun di sisi lain, semakin banyaknya berdiri koperasi tanpa
proses perijinan yang selektif dan pengawasan yang ketat juga akan menimbulkan
masalah, karena berpotensi penyimpangan. 35
1. Menjamin simpanan nasabah penyimpan.
Melihat begitu banyak permasalahan koperasi yang terjadi, pemerintah
melakukan beberapa hal dalam melindungi dana-dana masyarakat yang ditanam di
koperasi, dan hal itu ditunjukan melalui aspek yuridis dengan membentuk
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dalam Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 24 tentang Lembaga Penjamin Simpanan. Berdasarkan Undang-Undang
tersebut, LPS dibentuk sebagai suatu lembaga independen yang berfungsi
menjamin simpanan nasabah penyimpan dan turut aktif dalam
memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya.
Fungsi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS):
2. Turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai
dengan kewenangannnya.
Tugas Lembaga Penjamin Simpanan (LPS):
1. Merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan penjaminan
simpanan.
2. Melaksanakan penjaminan simpanan.
3. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam rangka turut aktif
memelihara stabilitas sistem perbankan.
4. Merumuskan, menetapkan, dan melaksanakan kebijakan penyelesaian
Bank Gagal yang tidak berdampak sistemik.
5. Melaksanakan penanganan Bank Gagal yang berdampak sistemik.
Wewenang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) :
1. Menetapkan dan memungut premi penjaminan.
2. Menetapkan dan memungut kontribusi pada saat bank pertama kali
menjadi peserta.
3. Melakukan pengelolaan kekayaan dan kewajiban LPS.
4. Mendapatkan data simpanan nasabah, data kesehatan bank, laporan
keuangan bank, dan laporan hasil pemeriksaan bank sepanjang tidak
melanggar kerahasiaan bank.
5. Melakukan rekonsiliasi, verifikasi, dan/ atau konfirmasi atas data tersebut
pada angka 4.
7. Menunjuk, menguasakan, dan/atau menugaskan pihak lain untuk
bertindak bagi kepentingan dan/atau atas nama LPS, guna melaksanakan
sebagian tugas tertentu.
8. Melakukan penyuluhan kepada bank dan masyarakat tentang penjaminan
simpanan.
9. Menjatuhkan sanksi administratif.
Dasar hukum LPS antara lain:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2004 tentang
Lembaga Penjamin Simpanan
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan Menjadi Undang-Undang.
3. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan
4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan.
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2005 tentang
Paparan tentang LPS di atas menunjukkan bahwa secara yuridis
pemerintah menjamin dana nasabah perbankan nasional. Koperasi sebagai salah
satu pilar ekonomi diharapkan juga memiliki perlakuan yangsama. Peraturan
perundang-undangan tentang Koperasi Simpan Pinjam, yaitu:
1. UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, PP No. 9 Tahun 1995
tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi.
2. Kepmenkop No.351/Kep/M/XII/1998 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi.
Pada peraturan perundangan tersebut belum terdapat adanya pengaturan
secara khusus mengenai perlindungan maupun jaminan penyelesaian bila terjadi
penyimpangan terhadap dana anggota koperasi yang berakibat kerugian bagi
anggota tersebut. Mengingat KSP tergolong bisnis pengelolaan uang yang penuh
dengan risiko, maka untuk perkembangannya diperlukan aturan/kebijakan dari
Pemerintah yang dapat memberikan perlindungan bagi dana anggota. Dalam
beberapa kasus penyimpangan yang dilakukan oleh oknum pengurus KSP,
akhirnya para anggotalah yang tetap dirugikan, apalagi dana miliknya tidak dapat
kembali seutuhnya. Sedangkan asset koperasi sangat minim, bahkan jauh
B. Perlindungan Hukum Dana Simpanan Anggota Koperasi di Padat Karya
Koperasi Serba Usaha Padat Karya (KOPAKAR) berdiri pada tahun 2009.
Koperasi ini berlandaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945
serta azas kekeluargaan.36
a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka
Berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar Rumah
Tangga Koperasi Serba Usaha Padat Karya (KOPAKAR), koperasi ini
melakukan kegiatan berdasarka prinsip-prinsip koperasi yaitu:
b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis
c. Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil
sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota
d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal
e. Kemandirian
f. Melaksanakan pendidikan perkoprasian bagi anggota
g. Kerjasama antar koperasi
Tujuan didirikan koperasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan
taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya dan menjadi
36
gerakan ekonomi rakyat serta ikut membangun tatanan perekonomia nasional.37
Keanggotaan dalam KOPAKAR, dijelaskan pada Bab IV Pasal 6 sampai
Pasal 12 Anggaran Dasar KOPAKAR. Dan berdasarkan Pasal 13 Anggaran Dasar
KOPAKAR dinyatakan bahwa rapat anggota adalah pemegang kekuasaan
tertinggi dalam koperasi. Hal mengenai pengurus ada diatur dalam Pasal 21
Anggaran Dasar KOPAKAR. Dimana pengurus ini dipilih dalam Rapat Anggota.
Didalam Pengurus terdapat 3 orang yaitu seorang ketua, sekertaris dan
Struktur organ dari KOPAKAR terdiri dari;
1. Pengurus Koperasi:
a. Ketua : Tuan Alexander Lumban Gaol
b. Wakil Ketua : Tuan Tauler Silaban
c. Serketaris : Tuan Koko Fransisco Simorangkir
d. Wakil Serketaris : Tuan Roles Panjaitan
e. Bendahara : Nona Rosida Sirait
2.Pengawas Koperasi
a. Ketua : Tuan Manaek Lumban Gaol
b. Anggota : Tuan Zulfahmi Siregar
c. Anggota : Tuan Saud Raja Gukguk
37
bendahara.38
1. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan keijaksanaan dan
pengelolaan Koperasi.
Pengawas juga dipilih dalam Rapat anggota. Pengawas dalam
koperasi harus memenuhi syarat yang ditentukan berdasarkan Anggaran Dasar.
Hal mengenai pengawas terdapat dalam BAB VII Pasal 26 sampai Pasal 31 dalam
Anggaran Dasar KOPAKAR. Jumlah pengawas minimal 3 orang dan dipilih
dalam masa jabatan 5 tahun. Adapun tugas dari Pengawas tersebut di dalam Pasal
28 diatur sebagai berikut:
2. Meneliti catatan dan pembukuan yang ada pada Koperasi
3. Mendapatkan segala keterangan yang diperlukan
4. Memberikan koreksi saran, teguran, dan peringatan kepada
Pengurus.
5. Merahasiakan hasil pengawasannya terhadap pihak ketiga.
6. Membuat laporan tertulis tentang hasil pelaksanaan tugas pengawas
kepada Rapat Anggota
Dalam KOPAKAR terdapat pengurus yang membantu menjalankan
koperasi. Dimana tugas dan kewajiban Pengurus ada diatur dalam Pasal 23
Anggaran Dasar KOPAKAR yaitu:
1) Menyelenggarakan dan mengendalikan usaha Koperasi
38
2) Melakukan seluruh perbuatan hukum atas nama Koperasi
3) Mewakili Koperasi di dalam dan diluar pengadilan
4) Mengajukan rencana kerja, Anggaran Pendapatan dan Belanja
Koperasi.
5) Menyelenggarakan Rapat Anggota serta
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas kepengurusannya
6) Memutuskan penerimaan anggota baru, penolakan anggota serta
pemberhentian anggota.
7) Membantu pelaksanaan tugas pengawas dengan memberikan
keterangan dan memperlihatkan bukti-bukti yang diperlukan
8) Memberikan penjelasan dan keterangan kepada anggota
mengenai jalannya organisasi dan usaha koperasi
9) Memelihara kerukunan diantara anggota dan mencegah segala
hal yang menyebabkan perselisihan.
10)Menanggung kerugian Koperasi sebagai akibat karena
kelalainnya, dengan ketentuan:
a. Jika kerugian yang timbul sebagai akibat kelalaian
seseorang atau beberapa anggota pengurus, maka kerugian
b. Jika kerugian yang timbul sebagai akibat kebijaksanaan
yang telah diputuskan dalam Rapat Penggurus, maka semua
anggota Pengurus tanpa kecuali menanggung kerugian yang
diderita Koperasi.
11)Menyusun ketentuan mengenai tugas dan tanggung jawab
anggota Pengurus serta ketentuan mengenai pelayanan terhadap
anggota.
12)Meminta jasa audit kepada Koperasi jasa audit dan/ atau
Akuntan Publik yang biayanya ditanggung oleh Koperasi dan
biaya audit tersebut dimasukkan dalam Anggaran Biaya
Koperasi.
13)Pengurus atau salah seorang yang ditujukan berdasarkan
ketentuan yang berlaku dapat melakukan tindakan hukum yang
bersifat pengurusan dan pemilikan. Untuk melakukan perbuatan
tertentu harus mendapat persetujuan tertulis dari Keputusan
Rapat Pengurus dan Pengawas Koperasi yaitu dalam hal-hal
sebagai berikut:
a. Meminjam atau meminjamkan uang atas nama Koperasi
dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dalam Anggaran
b. Membeli, menjual atau dengan cara lain memperoleh atau
melepaskan hak atas barang bergerak milik koperasi
dengan jumlah tertentu, yang ditetapkan dalam Anggaran
Rumah Tangga dan Peraturan Khusus Koperasi.
Maka jika dilihat dari tugas pengurus, salah satu bentuk perlindungan yang
diberika KOPAKAR kepada debitur ada didalam Pasal 23 butir 10 yaitu adanya
sanksi tegas jika memang terdapat kelalaian yang dibuat oleh Pengurus. Dan salah
satu bentuk sanksi yang diberikan adalah pemberhentian oleh Rapat Anggota,
seperti yang dijelaskan dala Pasal 25 Anggaran Dasar KOPAKAR.
Jika koperasi tersebut bubar, maka bentuk perlindungan yang diberikan
koperasi kepada para anggota yang juga adalah debitur dari koperasi ada tertuang
dalam BAB XIII Anggaran Dasar KOPAKAR, tertutama dalam Pasal 45 yaitu:
1. Dalam hal koperasi hendak dibubarkan, maka Rapat Anggota membentuk
Tim Penyelesai yang terdiri dari unsur Anggota Pengurus dan pihak lain
yang dianggap perlu (Pembina) dan diberi kuasa untuk menyelesaikan
pembubaran dimaksud;
2. Penyelesaian mempunyai hak dan kewajiban
a. Melakukan perbuatan hukum untuk dan atas nama Koperasi dalam
penyelesaian
c. Memanggil pengurus, anggota dan bekas anggota tertentu yang
diperlukan, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama
d. Memperoleh, menggunakan dan memeriksa segala catatan dan
arsip Koperasi
e. Menggunakan sisa kekayaan Koperasi untuk menyelesaian
kewajiban koperasi baik kepada anggota maupun pihak ketiga
f. Membuat berita acara penyelesaian dan menyampaikan kepada
Rapat Anggota.
3. Pengurus Koperasi menyampaikan keputusan pembubaran koperasi oleh
Rapat Anggota tersebut kepada Pejabat Koperasi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku
4. Pembayaran biaya penyelesaian didahulukan dari pada pembayara
kewajiban lainnya.
Hal mengenai pemabayaran dana diatur dalam Pasal 46 yaitu:
1. Seluruh anggota wajib menaggung kerugian yang timbul pada saat
pembubaran Koperasi
2. Tanggungan anggota terbatas pada simpanan pokok, simpanan wajib yang
sudah dibayarkan
3. Anggota yang telah keluar sebelum Koperasi dibubarkan wajib
bersangkutan masih menjadi anggota Koperasi dan apabila keluarnya
sebagai anggota belum melewati jangka waktu 6 (enam) bulan.
C. Penerapan Prinsip Fiduciary Duty Pada Pengurus Koperasi
Teori fiduciary duty adalah suatu kewajiban yang ditetapkan
undang-undang bagi seseorang yang memanfaatkan seseorang lain, dimana kepentingan
pribadi seseorang yang diurus oleh pribadi lainnya, yang sifatnya hanya hubungan
atasan-bawahan sesaat. Orang yang mempunyai kewajiban ini harus
melaksanakannya berdasarkan suatu standar dari kewajiban (standard of duty)
yang paling tinggi sesuai dengan yang dinyatakan oleh hukum. Sedangkan
fiduciary ini adalah seseorang yang memegang peran sebagai suatu wakil
(trustee) atau suatu peran yang disamakan dengan sesuatu yang berperan sebagai
wakil, dalam hal ini peran tersebut didasarkan kepercayaan dan kerahasiaan
(trust and confidence) yang dalam peran ini meliputi, ketelitian (scrupulous),
itikad baik (good faith), dan keterusterangan (candor). Fiduciary ini termasuk
hubungan seperti, pengurus atau pengelola, pengawas, wakil atau wali, dan
pelindung (guardian). Termasuk juga di dalamnya seorang lawyer yang
mempunyai hubungan fiduciary dengan client-nya.39
Sebagai organisasi, Koperasi tentu memiliki organ-organ yang menjadi
penggerak koperasi tersebut yaitu rapat anggota, pengurus dan pengawas. Rapat
anggota sebagai pemegang kekuasaan tertinggi karena rapat anggota dapat
39
Bismar Nasution “Pertanggungjawaban Direksi Dalam Pengelolaan Perseroan”,
dikategorikan sebagai kumpulan dari pemilik koperasi, yaitu anggota yang telah
menyetorkan simpanan pokok dan wajib sebagai modal koperasi. Dalam
menjalankan usaha koperasi, rapat anggota menunjuk pengurus yang diberi
wewenang untuk mengurus koperasi. Pengurus dipilih dari anggota dan oleh rapat
anggota, sehingga masing-masing anggota mempunyai kesempatan yang sama
menjadi pengurus.40
a. Mengelola Koperasi berdasarkan Anggaran Dasar
Berdasarkan Pasal 58 UU No.17 Tahun 2012 Tentang Koperasi
dinyatakan bahwa pengurus bertugas:
b. Mendorong dan memajukan usaha Anggota
c. Menyusun rancangan kerja serta rancangan anggaran pendapatan
dan belanja koperasi untuk diajukan kepada Rapat Anggota
d. Menyusun laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan
tugas untuk diajukan kepada Rapat anggota
e. Menyusun rencana pendidikan, pelatihan dan komunikasi koperasi
untuk diajukan kepada rapat anggota
f. Menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara
tertib
g. Menyelenggarakan pembinaan karyawan secara efektif dan efisien
40
h. Memelihara Buku Daftar Anggota, Buku Daftar Pengawas dan
Buku daftar Pemegang Sertifikat Modal Koperasi dan risalah Rapat
anggota
i. Melakukan upaya lain bagi kepentingan, kemanfaatan dan
kemajuan koperasi sesuai dengan tanggung jawab dan keputusan
Rapat Anggota
Sedangkan Rapat Anggota berdasarkan Pasal 32 UU No.17 Tahun 2012
menjelaskan bahwa Rapat Anggota-lah pemegang kekuasan tertinggi dalam
koperasi. Yang dimana berdasarkan Pasal 33 Rapat Anggota berwenang :
a. Menetapkan kebijakan umum koperasi
b. Mengubah Anggaran Dasar
c. Memilih, mengangkat dan memberhentikan Pengawas dan Pengurus
d. Menetapkan rencana kerja, anggaran pendapatan dan belanja Koperasi
e. Menetapkan batas maksimum Pinjaman yang dapat dilakukan oleh
Penggurus untuk dan atas nama koperasi
f. Meminta keterangan dan mengesahkan pertanggungjawaban Pengawas
dan Pegurus dalam pelaksanaan tugas masing-masing
h. Memutuskan Penggabungan, Peleburan, Kepailitan dan Pembubaran
Koperasi
i. Menetapkan Keputusan lain dalam batas yang ditentukan oleh
Undang-undang ini.
Sehingga hubungan hukum antara Rapat Anggota dengan pengurus adalah
pemberian kuasa atas dasar perikatan sebagaimana diatur dalam KUHPerdata,
dengan kata lain pengurus adalah pemegang kuasa dari Rapat Anggota untuk
menyelenggarakan usaha koperasi, Adapun yang menjadi pedoman bagi pengurus
untuk melaksanakan tugasnya adalah anggaran dasar.41
(1) Aspek Permodalan yang perlu diperhatikan adalah
Koperasi sebagai badan hukum, perbuatannya diwakili oleh organnya
dalam hal ini adalah pengurus, pengawas dan rapat anggota. Namun dalam
pengelolaannya organ yang menjalankan dan mewakili koperasi adalah pengurus
seperti yang ditetapkan dalam Pasal 58 UU Koperasi.
Berdasarkan Pasal 14 PP Nomor 9 Tahun 1995, dalam pengelolaan KSP
pengurus wajib memperhatikan aspek permodalan, likuiditas, solvabilitas dan
rentabilitas guna menjaga kesehatan usaha dan menjaga kepentingan semua pihak
terkait.
a. Modal sendiri koperasi tidak boleh berkurang jumlahnya dan
harus ditingkatkan;
b. Setiap pembukaan jaringan pelayanan, harus disediakan
tambahan modal sendiri;
c. Antara modal sendiri dengan modal pinjaman dan modal
penyertaan harus berimbang.
(2) Aspek Likuiditas yang perlu diperhatikan sebagai berikut:
a. Penyediaan aktiva lancar yang mencukupi untuk memenuhi
kewajiban jangka pendek.
b. Ratio antara pinjaman yang diberikan dengan dana yang telah
dihimpun.
(3) Aspek solvabilitas yang perlu diperhatikan sebagai berikut:
a. Penghimpunan modal pinjaman dan modal penyertaan
didasarkan pada kemampuan membayar kembali
b. Ratio antara modal pinjaman dan modal penyertaan dengan
kekayaan harus berimbang.
(4) Aspek rentabilitasi yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut
a. Rencana perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) atau keuntungan
ditetapkan dalam jumlah yang wajar untuk dapat memupuk
permodalan, pengembangan usaha, pembagian jasa anggota
b. Ratio antara Sisa Hasil Usaha (SHU) atau keuntungan dengan
aktiva harus wajar.
(5) Untuk menjaga kesehatan usaha, Koperasi Simpan Pinjam atau Unit
Simpan Pinjam tidak dapat menghipotekkan atau menggadaikan harta
kekayaannya.
Ketentuan dalam Pasal 14 PP Nomor 9 Tahun 1995 dapat dimaknai bahwa
kepentingan penyimpan dana wajib diperhitungkan oleh pengurus dalam
mengelola usaha koperasi simpan pinjam. Namun dengan banyaknya KSP yang
mengabaikan ketentuan dalam Pasal 14 tersebut maka dapat dinyatakan bahwa
perbuatan itu adalah perbuatan yang melawan dengan kewajibannya sendiri
sehingga tidak terbayarnya dana penyimpan dana koperasi simpan pinjam dapat
dikategorikan sebgaia perbuatan melawan hukum yang diatur dalam Pasal 1365
KUHPerdata. Sehingga dengan keadaan seperti itu selain koperasi, pengurus
seharusnya dapat dikenai tanggung jawab atas utang perusahaan.42
Dari keadaan tersebut, maka doktrin fiduciary duty dapat dipergunakan
dalam pemberian perlindungan hukum kepada para nasabah. Melihat doktrin
fiduciary duty adalah tugas yang timbul dari hubungan fiduciary antara direksi
atau pengurus dengan perusahaan yang dipimpinnya, yang menyebabkan direksi
berkedudukan sebagai trustee dalam pengertian hukum trust. Oleh sebab itu
seorang direksi haruslah mempunyai kepedulian dan kemampuan itikad baik,
loyalitas dan kejujuran terhadap perusahaannya. Tugas mempedulikan yang
42
diharapkan dari direksi adalah sebgaimana yang dimaksud dalam hukum tentang
perbuatan melawan hukum, dalam arti direksi diharapka untuk berbuat hati-hati
sehingga tehindar dari perbuatan kelalaian yang merugiakan pihak lain.43
(1) Setiap pengurus wajib menjalankan tugas dengan itikad baik dan
penuh tanggung jawab untuk kepentingan dan usaha koperasi. Doktrin fiduciary duty dalam kepengurusan koperasi dapat ditentukan
dalam Pasal 58 butir 1 (a) yang menyatakan pengurus bertugas mengurus koperasi
berdasarkan anggaran dasar; butir 2 yang menyatakan bahwa pengurus berwenang
mewakili koperasi di dalam maupun di luar pengadilan dan Pasal 60 yang
menyatakan bahwa :
(2) Pengurus bertanggung jawab atas kepengurusan koperasi untuk
kepentingan dan pencapaian tujuan koperasi kepada Rapat Anggota
(3) Setiap Pengurus bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila
yang bersangkutan bersalah menjalankan tugasnya sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Sehingga dalam menjalankan amanah untuk mengelola koperasi pengurus
dibebani tanggung jawab seperti diatur dalam Pasal 60. Sehingga apabila
pengurus dalam mengelola koperasi menimbulkan kerugian, maka harus
bertanggung jawab untuk menanggung kerugian seperti diatur dalam Pasal 60 ayat
(3) UU No.17 Tahun 2012.
43
Dalam menjalankan tugasnya pengurus diberi kuasa oleh rapat anggota
untuk melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan serta kemanfaatan
koperasi. Maka ada dua hak yang dapat dilihat:
1. Pengurus diberi kepercayaan (Fiduciary) oleh anggota koperasi
sebgai pemilik modal untuk mengelola koperasi
2. Tugas (duty) pengurus adalah melakukan tindakan dan upaya bagi
kepentingan serta kemanfaatan koperasi.
Secara teoritis doktrin Fiduciary duty dapat diterapkan untuk membebani
pengurus untuk bertanggung jawab pribadi atas utang koperasi karena dua alasan:
1. Kemungkinan kekayaan koperasi tidak mencukupi untuk membayar
hutang kepada kreditur, oleh sebab itu para nasabah membebankan
tanggung jawab kepada pengurus koperasi
2. Pengurus sebagai pihak yang dipercaya mengelola perusahaan telah
menimbulkan kerugian bagi pihak lain.
Sehingga jelas bahwa doktrin fiduciary duty adalah perlindungan yang
dapat diandalakan bagi para nasabah. Karena doktrin ini diterapkan karena pasti
pengurus KSP mempunyai tanggung jawab terhadap dana mereka, maka harus
ada tanggung jawab pribadi membayar kembali modal milik nasabah, jika
diketahui benar terjadi permasalahan didalam koperasi.
Prinsip ini diterapkan oleh Koperasi KOPAKAR, yang dimana jika
menanggung kerugian. Dalam hal kelalaian pengurus, ini tertuang didalam Pasal
23 butir 10 Anggaran Dasar KOPAKAR. Dan dalam hal Direksi dan Manajer
yang melakukan kelalaian, maka berdasarkan Pasal 33 butir 5 dinyatakan
“Menanggung kerugian usaha Koperasi sebagai akibat dari kelalaian dan/ atau
tindakan yang disengaja atas pelakasaaan tugas yang dilimpahkan”
D. Tata Cara Menjadi Anggota Koperasi Serba Usaha Padat Karya
Berdasaran Pasal 6 Anggaran Dasar Koperasi Serba Usaha Padat Karya
menjelaskan mengenai persyaratan untuk diterima menjadi koperasi yaitu:
a. Warga Negara Indonesia;
b. Memiliki kesinambungan kegiatan usaha dengan kegiatan usaha koperasi
c. Memiliki kemampuan penuh untuk melakukan tindakan hukum;
d. Bersedia membayar Simpanan Pokok sebesar Rp.600.000,- (enam ratus
ribu rupiah) dan simpanan wajib sebesar Rp35.000,- (tiga puluh lima ribu
rupiah)
e. Menyetujui Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Ketentuan
yang berlaku dalam koperasi
f. Bertempat tinggal kedudukan dan berdomisili didalam wilayah Repbulik
Setelah menjadi anggota didalam koperasi usaha padat karya, maka setiap
anggota berhak mendapatkan apa yang menjadi haknya, dan hal ini dituliskan di
dalam Anggaran Dasar Koperasi Serba Usaha Padat Karya pada Pasal 8 yaitu:
a. Memperoleh pelayanan dari Koperasi;
b. Menghadiri dan berbicara dalam Rapat Anggota;
c. Memiliki hak suara yang sama;
d. Memilih dan dipilih menjadi pengurus;
e. Mengajukan pendapat, saran dan usul untuk kebaikan dan kemajuan
Koperasi;
f. Memperoleh bagian Sisa Hasil Usaha;
g. Mendapatkkan keterangan mengenai perkembangan Koperasi;
Namun, dari hak yang diperoleh dari setiap anggota tentunya anggota juga
memiliki kewajiban yang harus dilaksanakan sesuai dengan isi Anggaran Dasar
yang telah disetujui. Hal mengenai kewajiban dari setiap anggota koperasi ada di
dalam Pasal 9 Anggaran Dasar Koperasi Usaha Serba Guna Padat Karya. yaitu:
1. Membayar simpanan wajib sesuai ketentuan yang ditetapkan dalam
Anggaran Rumah Tangga atau diutusan dalam Rapat Anggota
3. Memantau ketentuan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga,
Keputusan Rapat Anggota dan Ketentuan lainnya yang berlaku dalam
koperasi;
4. Memelihara serta menjaga nama baik dan kebersamaan dalam koperasi;
Didalam Anggaran Dasar Koperasi Serba Usaha Padat Karya
mencantumkan menganai sistem berakhirnya keanggotaan dari koperasi tersebut.
Hal ini dicantumkan di dalam Pasal 12 Anggaran Dasar Koperasi Serba Usaha
Padat Karya yaitu:
1. Keanggotaan berakhir bila:
(1) Anggota tersebut meninggal dunia
(2) Koperasi membubarkan diri atau dibubarka oleh Pemerintah
(3) Berhenti atas permintaan sendiri
(4) Diberhentikan oleh pengurus karena tidak memenuhi lagi
persyaratan keanggotaan dan/ atau melanggar ketentuan Anggaran
Dasar dan/ atau Anggaran Rumah Tangga dan ketentuan lain yang
berlaku dalam Koperasi
2. Anggota yang diberhentikan oleh Pengurus dapat meminta pertimbangan
3. Simpanan pokok dan simpanan wajib anggota yang diberhentikan oleh
Pengurus, dikembalikan sesuai dengan ketentuan Anggaran Rumah
Tangga atau peraturan khusus
4. Berakhirnya keanggotaan dibuktikan dengan catatan dalam buku daftar
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KesimpulanBerdasarkan uraian pada bab-bab terdahulu, maka pada bab V ini penulis
mencoba mengambil kesimpulan mengenai Perlindungan Hukum Terhadap
Nasabah Koperasi Yang Melakukan Penyimpanan Dana Pada Suatu Lembaga
Non Bank (Studi Pada Usaha Padat Karya di Medan)
1. Sikap pemerintah yang positif atau aktif membantu pertumbuhan
dalam pembangunan koperasi serta memberikan perlindungan kepada
koperasi yang nyata. Melihat begitu banyak permasalahan koperasi
yang terjadi, pemerintah melakukan beberapa hal dalam melindungi
dana-dana masyarakat yang ditanam di koperasi, dan hal itu ditunjukan
melalui aspek yuridis dengan membentuk Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS) dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24
tentang Lembaga Penjamin Simpanan. Berdasarkan Undang-Undang
tersebut, LPS dibentuk sebagai suatu lembaga independen yang
berfungsi menjamin simpanan nasabah penyimpan dan turut aktif
dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai
2. Bentuk perlindungan yang diberikan koperasi kepada para anggota
yang juga adalah debitur dari koperasi ada tertuang dalam BAA XIII
ADRT KOPAKAR, tertutama dala Pasal 45 yaitu:
a. Dalam hal koperasi hendak dibubaran maka Rapat Anggota
membentuk Tim Penyelesai yang terdiri dari unsur Anggota
Pengurus dan pihak lain yang dianggap perlu (Pembina) dan
diberi kuasa untuk menyelesaikan pembubaran dimaksud;
b. Penyelesaian mempunyai hak dan kewajiban
1. Melakukan perbuatan hukum untuk dan atas nama Koperasi
dalam penyelesaian
2. Mengumpulkan keterangan yang diperlukan
3. Memanggil pengurus, anggota dan bekas anggota tertentu
yang diperlukan, baik sendiri-sendiri maupun
bersama-sama
4. Memperoleh, menggunakan dan memeriksa segala catatan
dan arsip Koperasi
5. Menggunakan sisa kekayaan Koperasi untuk menyelesaian
kewajiban koperasi baik kepada anggota maupun pihak
ketiga
6. Membuat berita acara penyelesaian dan menyampaikan
c. Pengurus Koperasi menyampaikan keputusan pembubaran
koperasi oleh Rapat Anggota tersebut kepada Pejabat Koperasi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku
d. Pembayaran biaya penyelesaian didahulukan dari pada
pembayaran kewajiban lainnya.
Hal mengenai pemabayaran dana diatur dalam Pasal 46 yaitu Seluruh
anggota wajib menaggung kerugian yang timbul pada saat
pembubaran Koperasi dan Tanggungan anggota terbatas pada
simpanan pokok, simpanan wajib yang sudah dibayarkan, kemudian
Anggota yang telah keluar sebelum Koperasi dibubarkan wajib
menanggung kerugian, apabila kerugian tersebut selama anggota yang
bersangkutan masih menjadi anggota Koperasi dan apabila keluarnya
sebaga anggota belum melewati jangka waktu 6 enam bulan.
3. Melihat doktrin fiduciary duty adalah tugas yang timbul dari hubungan
fiduciary antara direksi atau pengurus dengan perusahaan yang
dipimpinnya, yang menyebabkan direksi berkedudukan sebagai trustee
dalam pengertian hukum trust. Oleh sebab itu seserorang direksi
haruslah mempunyai kepedulian dan kemampuan itikad baik, loyalitas
dan kejujuran terhadap perusahaannya. Tugas mempedulikan yang
diharapkan dari direksi adalah sebgaimana yang dimaksud dalam
hukum tentang perbuatan melawan hukum, dalam arti direksi
kelalaian yang merugiakan pihak lain. Prinsip ini diterapkan oleh
Koperasi KOPAKAR, yang dimana jika terdapat kelalaian yang
menyebabakan kerugian maka pengurus wajib untuk menanggung
kerugian. Dalam hal kelalaian pengurus, ini tertuang didalam pasal 23
butir 10 ADRT KOPAKAR. Dan dalam hal Direksi dan Manajer yang
melakukan kelalaian maka berdasarkan pasal 33 butir 5 dinyatakan
“Menanggung kerugian usaha Koperasi sebagai akibat dari kelalaian
dan atau tindakan yang disengaja atas pelakasanaan tugas yang
dilimpahkan”.
4. Berdasaran Pasal 6 Anggaran Dasar Koperasi Serba Usaha Padat
Karya menjelaskan mengenai persyaratan untuk diterima menjadi
koperasi yaitu:
a. Warga Negara Indonesia.
b. Memiliki kesinambungan kegiatan usaha dengan kegiatan
usaha koperasi
c. Memiliki kemampuan penuh untuk melakukan tindakan
hukum;
d. Bersedia membayar Simpanan Pokok sebesar Rp.600.000,-
(enam ratus ribu rupiah) dan simpanan wajib sebesar
e. Menyetujui Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan
Ketentuan yang berlaku dalam koperasi
f. Bertempat tinggal kedudukan dan berdomisili didalam wilayah
Repbulik Indonesia;
B. Saran
Berkaitan dengan permasalahan yang ada, maka penulis mencoba
memberikan beberapa saran bagi pemerintah dan seluruh pihak yang
berkepentingan dalam proses perlindungan UMKM, yaitu:
1. Melihat banyaknya masyarakat Indonesia yang melaksanakan
kegiatan penyimpanan dana di koperasi ,penting bagi pemerintah
melakukan peninjauan mengenai peraturan yang berhubungan dengan
perlindungan dana simpanan dikoperasi. Sehingga ketika timbul
permasalahan yang berhubungan dengan dana yang disimpan
dikoperasi, pemerintah dapat dengan bijak dan sigap menyelesaikan
permasalahan tersebut sebab telah terdapat produk hukum yang
mengatur mengenai perlindungan dana di koperasi
2. Melihat mudahnya untuk menjadi nasabah di koperasi padat karya,
maka hendaknya pihak-pihak yang berperan dalam koperasi tersebut
lebih berhati-hati dalam menjalankan dana dari tiap anggota.
Kemudian dapat memberikan jaminan dalam perlindungan dana
anggotanya.
3. Pengaturan-pengaturan mengenai perlindungan yang akan diberikan
Maka hendaknya para setiap organ direksi dapat dengan lebih
bijaksana menjalankan dana dari anggota sehingga tidak menimbulkan
kerugian bagi kedua belah pihak.Dan ketika terjadi kelalaian
hendaknya direksi dari KOPAKAR dapat dengan berani menerapkan
prinsip fiducary duty dalam penyelesaianya.
4. Melihat dengan mudahnya menjadi anggota koperasi saat ini, maka
hendaknya masyarakat perlu lebih berhati-hati dalam memilih
koperasi dalam menyimpan dananya.. Pilihlah koperasi yang sehat dan
jelas dalam pembagian hasil usaha,sehingga tidak menimbulkan
BAB II
TINJAUAN UMUM MENGENAI KOPERASI SIMPAN
PINJAM
Koperasi pada dasarnya bagi bangsa Indonesia merupakan suatu bentuk
badan kemasyarakatan dan juga bentuk perusahaan yang berasal dari luar yang
dasar-dasar usahanya sesuai dengan beberapa kegiatan tradisional masyarakat
Indonesia. Koperasi bukan saja sebagai organisasi masyarakat tetapi juga
perusahaan yang dapat berjalan sekaligus dan saling mengisi yang hidup dalam
kekeluargaan dan kegotongroyongan. Dewasa ini banyak koperasi yang
mengesampingkan prinsip-prinsip koperasi dalam praktek sehari-hari karena ingin
mendapatkan pengakuan dari masyarakat lingkungannya yaitu di tempat koperasi
yang bersangkutan beroperasi.
Koperasi yang dicita-citakan ialah perpaduan antara kedua bentuk seperti
yang tersebut di atas walaupun masih ada yang berpandangan bahwa koperasi
adalah sebuah organisasi masyarakat seperti yang di kemukakan oleh Ivan
Emilianoft bahwa “Koperasi adalah organisasi masyarakat sebab hubungan antara
anggota dengan anggota dalam koperasi merupakan usaha bersama (joint venture)
berbeda dengan hubungan antara suatu badan usaha dengan pasar”.13
13
A. Sejarah Koperasi dan Pengertian Koperasi Simpan Pinjam
1. Sejarah Koperasi
Di Indonesia koperasi telah dikenal lebih dari setengah abad yang lalu, dan
pastinya koperasi yang berdiri pada saat itu telah mengalami pasang surut dalam
kehidupannya. Cita-cita untuk mendirikan koperasi telah lama terkandung dalam
pikiran bangsa Indonesia. Koperasi diperkenalkan di Indonesia oleh R. Aria
Wiriatmadja di Purwokerto, Jawa Tengah pada tahun 1896. Dia mendirikan
koperasi kredit dengan tujuan membantu rakyatnya terjerat hutang dengan
rentenir. Hal ini menyebabkan koperasi yang pada saat itu berjatuhan karena tidak
mendapatkan izin koperasi dari Belanda. Namun, setelah para tokoh Indonesia
mengajukan protes, Belanda akhirnya mengeluarkan Undang-Undang Nomor 91
Tahun 1927, yang isinya lebih ringan dari UU No. 431 seperti :8
- Hanya membayar 3 gulden untuk materai
- Bisa menggunakan bahasa daerah
- Hukum dagang sesuai daerah masing-masing
- Perizinan bisa di daerah setempat
Pertumbuhan koperasi di Indonesia dimulai sejak tahun 1896 yang
selanjutnya berkembang dari waktu ke waktu sampai sekarang. Perkembangan
koperasi di Indonesia mengalami pasang naik dan turun dengan titik berat lingkup
8
Andika Prasetya, Sejarah Perkembangan Koperasi Di Indonesia,
kegiatan usaha secara menyeluruh yang berbeda-beda dari waktu ke waktu sesuai
dengan iklim lingkungannya. Pada awalnya pertumbuhan koperasi yang pertama
di Indonesia menekankan pada kegiatan simpan pinjam selanjutnya berkembang
dan menekankan pada kegiatan penyediaan barang-barang konsumsi dan
kemudian koperasi menekankan pada kegiatan penyediaan barang-barang untuk
keperluan produksi.
R. Aria Wiriatmadja Patih di Purwokerto mendirikan koperasi yang
bergerak dibidang simpan pinjam. Untuk memodali koperasi simpan pinjam
tersebut di samping banyak menggunakan uangnya sendiri, beliau juga
menggunakan kas mesjid yang dipegangnya. Setelah baliau mengetahui bahwa hal
tersebut tidak boleh, maka uang kas mesjid telah dikembalikan secara utuh pada
posisi yang sebenarnya. Kagiatan patih ini kemudian dikembangkan oleh De Wolf
Van Westerrode asisten Residen Wilayah Purwokerto di Banyumas. Ketika ia cuti
ke Eropa dipelajarinya cara kerja Wolksbank secara Raiffeisen (Koperasi Simpan
Pinjam untuk kaum tani) dan Schulze-Delitzsch (koperasi simpan pinjam untuk
kaum buruh di kota) di Jerman. Setelah ia kembali dari cuti mulailah ia
mengembangkan koperasi simpan-pinjam sebagaimana telah dirintis oleh R. Aria
Wiratmadja. Dalam hubungan ini kegiatan simpan-pinjam yang dapat
dari zakat.9 Beliau menganjurkan akan mengubah Bank Pertolongan Tabungan
yang sudah ada menjadi Bank Pertolongan, Tabungan dan Pertanian.10
Selanjutnya, Boedi Oetomo yang didirikan pada tahun 1908 menganjurkan
berdirinya koperasi untuk keperluan rumah tangga. Demikian pula Serikat Islam
yang didirikan tahun 1911 juga mengembangkan koperasi yang bergerak di
bidang keperluan sehari-hari dengan cara membuka toko koperasi. Perkembangan
yang pesat dibidang perkoperasian di Indonesia yang menyatu dengan kekuatan
sosial dan politik menimbulkan kecurigaan Pemerintah Hindia Belanda. Oleh
karenanya pemerintah Hindia Belanda ingin mengaturnya tetapi dalam kenyataan
lebih cenderung menjadi suatu penghalang atau penghambat perkembangan
koperasi. Dalam hubungan ini pada tahun 1915 diterbitkan Ketetapan Raja No.
431 yang berisi antara lain:11
a. Akte pendirian koperasi dibuat secara notariil;
b. Akte pendirian harus dibuat dalam bahasa Belanda;
c. Harus mendapat ijin dari Gubernur Jenderal;
d. Biaya materai sebesar 50 gulden.
9 Ibid. 10
Wikipedia Bahasa Indonesia, Koperasi,
tanggal 11 Desember 2013.
11
Pada akhir tahun 1930 didirikan Jawatan Koperasi, yang dipimpin oleh
J.H. Boeke, dengan tugas:12
a. Memberikan penerangan kepada pengusaha-pengusaha Indonesia
mengenai seluk beluk perdagangan;
b. Dalam rangka peraturan Koperasi No. 91, melakukan pengawasan dan
pemeriksaan terhadap koperasi-koperasi, serta memberikan
penerangannya;
c. Memberikan keterangan-keterangan tentang perdagangan pengangkutan,
cara-cara perkreditan dan hal ihwal lainnya yang menyangkut
perusahaan-perusahaan;
d. Penerangan tentang organisasi perusahaan;
e. Menyiapkan tindakan-tindakan hukum bagi pengusaha Indonesia.
Adapun kesulitan dalam hal pembentukan koperasi pada zaman Belanda
dikarenakan:13
1. Belum adanya instansi pemerintah ataupun badan non pemerintah yang
memberikan penerangan dan penyuluhan tentang koperasi.
2. Belum ada Undang-Undang yang mengatur kehidupan koperasi.
12 Ibid. 13
3. Pemerintah jajahan sendiri masih ragu-ragu menganjurkan koperasi karena
pertimbangan politik, khawatir koperasi itu akan digunakan oleh kaum
politik untuk tujuan yang membahayakan pemerintah jajahan itu.
Perkembangan koperasi semenjak berdirinya Jawatan Koperasi tahun 1930
menunjukkan suatu tingkat perkembangan yang terus meningkat. Jikalau pada
tahun 1930 jumlah koperasi 39 buah, maka pada tahun 1939 jumlahnya menjadi
574 buah dengan jumlah anggota pada tahun 1930 sebanyak 7.848 orang
kemudian berkembang menjadi 52.555 orang. Sedangkan kegiatannya dari 574
koperasi tersebut diantaranya 423 koperasi adalah koperasi yang bergerak
dibidang simpan-pinjam, sedangkan selebihnya adalah koperasi jenis konsumsi
ataupun produksi. Dari 423 koperasi simpan-pinjam tersebut diantaranya 19 buah
adalah koperasi lumbung.14
Kemudian tahun 1942 Jepang menduduki Indonesia dan mendirikan
Koperasi Kumiyai. Awalnya koperasi ini berjalan mulus. Namun fungsinya
berubah drastis dan menjadi alat Jepang untuk mengeruk keuntungan, dan
menyengsarakan rakyat Indonesia.
15
Pemerintahan bala tentara Jepang di Indonesia menetapkan bahwa semua
badan-badan Pemerintahan dan kekuasaan hukum serta undang-undang dari
Pemerintah yang terdahulu tetap diakui sementara waktu, asal saja tidak
bertentangan dengan Peraturan Pemerintah Militer. Berdasarkan atas ketentuan
14
Margono R. M. Djojohadikoesoemo, Sepoeloeh Tahoen Koperasi, (Jakarta : Balai Poestaka, 1940), hal. 9.
15