• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Dana Nasabah Dalam Koperasi Simpan Pinjam Syariah (Studi pada KSU Syariah Mitra Amaliyah)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Dana Nasabah Dalam Koperasi Simpan Pinjam Syariah (Studi pada KSU Syariah Mitra Amaliyah)"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN HUKUM TERHADAP PERLINDUNGAN DANA

NASABAH DALAM KOPERASI SIMPAN PINJAM SYARIAH

(Studi pada KSU Syariah Mitra Amaliyah)

S K R I P S I

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum

oleh:

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

RUDI SUNARDI

NIM: 030200052 DEPARTEMEN HUKUM

(2)

TINJAUAN HUKUM TERHADAP PERLINDUNGAN DANA

NASABAH DALAM KOPERASI SIMPAN PINJAM SYARIAH

(Studi pada KSU Syariah Mitra Amaliyah)

S K R I P S I

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan

Memenuhi Syarat-syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum

OLEH:

RUDI SUNARDI NIM: 030200052 DEPARTEMEN HUKUM

PERDATA DAGANG

Disetujui oleh:

KETUA DEPARTEMEN HUKUM PIDANA

Prof. Dr. Tan Kamello, SH.M.S NIP: 031 764 556

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs. Ramlan Yusuf Rangkuti, MA

2009

Rabiatul Syahriah, SH. M. Hum NIP: 131 842 853 NIP: 132 300 072

FAKULTAS HUKUM

(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan yang tiada henti-hentinya akan

kehadhirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya yang telah

memberikan kesempatan penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini,

yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Shalawat dan salam tak lupa penulis

panjatkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan jalan

dan menuntun umatnya dari jalan yang gelap menuju jalan yang terang yang

disinari oleh nur iman dan Islam.

Skripsi ini berjudul: Perlindungan Dana Nasabah dalam Koperasi Simpan

Pinjam Syariah (Studi Kasus pada KSU Syariah Mitra Amaliyah).

Penulis menyadari bahwa di dalam pelaksanaan pendidikan ini banyak

mengalami kesulitan-kesulitan dan hambatan, namun berkat bimbingan, arahan,

serta petunjuk dari dosen pembimbing, maka penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih

banyak kelemahan serta kekurangan-kekurangan, oleh karena itu penulis

mengharapkan adanya suatu masukan serta saran yang bersifat konstruktif di masa

yang akan datang.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan, bimbingan

dan motivasi dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih

(4)

1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM & H, Sp. A(K), sebagai Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M. Hum sebagai Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH, sebagai Pembantu Dekan I Fakultas

Hukum USU.

4. Bapak Prof. Dr. Syafruddin Hasibuan, SH, MH, DFM, sebagai Pembantu

Dekan II Fakultas Hukum USU.

5. Bapak Muhammad Husni, SH, M. Hum sebagai Pembantu Dekan III

Fakultas Hukum USU.

6. Bapak Armansyah, SH, M. Hum sebagai Ketua Jurusan Departemen

Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Drs. Ramlan Yusuf Rangkuti, MA sebagai Dosen Pembimbing I,

terima kasih atas bimbingan dan dukungan Bapak selama ini kepada

penulis.

8. Bapak Ibu Rabiatul Syahriah, SH, M. Hum, sebagai Dosen Pembimbing II,

terima kasih atas perhatian dan bimbingan Ibu kepada penulis selama

penulisan skripsi.

9. Seluruh staf Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum USU.

10.Seluruh Bapak dan Ibu staf pengajar di Fakultas Hukum USU.

11.Ayahanda (Sunardi) dan ibunda (Asiyah) yang tercinta, sembah sujud

ananda haturkan atas curahan dan belaian kasih sayang yang tulus dan

(5)

ananda hingga ananda dapat menyelesaikan studi di perguruan tinggi, serta

seluruh keluarga besar yang memberikan dorongan semangat kepada

penulis selama mengikuti perkuliahan hingga selesai skripsi ini.

12.Buat isteriku, Nisa dan anakku tersayang, Alif, skripsi ini ku

persembahkan buat kalian. Semoga kita terus menjadi keluarga yang

bahagia dan diridhoa oleh Allah SWT.

13.Buat dan Adik-adikku semoga kalian dilindungi-Nya selalu.

14.Juga teman-teman lain yang tidak bisa di sebutkan satu persatu, kalian

akan selalu dihatiku.

15.Buat semua pihak yang telah berpartisipasi atas penulisan skripsi ini yang

tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Demikianlah yang penulis dapat sampaikan, atas segala kesalahan dan

kekurangannya penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.

Medan, 18 Juni 2009

(6)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Permasalahan ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 6

D. Keaslian Penulisan ... 7

E. Tinjauan Kepustakaan ... 8

F. Metode Penelitian ... 12

G. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II Tinjauan Hukum Tentang Koperasi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 ... 16

A. Pengaturan tentang Koperasi dalam Peraturan Perundang-undangan di Indonesia ... 16

B. Mekanisme Pendirian Koperasi ... 18

C. Bentuk Usaha dan Jenis Koperasi ... 22

D. Kegiatan-kegiatan Koperasi ... 26

BAB III Modal-modal dan Prinsip Keuangan pada Koperasi Syariah Dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan ... 29

A. Karakteristik Koperasi Syariah... 29

B. Sumber Modal Koperasi Syariah ... 30

(7)

D. Modal Penyertaan ... 35

BAB IV Perlindungan Dana Nasabah Dalam Koperasi Simpan Pinjam Syariah 38 A. Gambaran Umum Koperasi Syariah Mitra Amaliyah dan Dasar Hukumnya ... 38

B. Aspek Hukum Perikatan dalam Pendirian Koperasi Simpan Pinjam Syariah... 48

C. Prinsip-prinsip Dasar Produk Koperasi Syariah ... 67

D. Perlindungan Dana Nasabah dalam Koperasi Syariah Mitra Amaliyah ... 72

E. Akibat Hukum dalam Hal Terjadinya Wanprestasi Terhadap Dana Nasabah Pada Koperasi Syariah Mitra Amaliyah ... 74

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

A. Kesimpulan... 78

B. Saran ... 79

(8)

ABSTRAKSI

Koperasi syariah sebagai suatu badan usaha yang berbadan hukum dapat melaksanakan kegiatan usaha simpan pinjam sebagai salah satu usaha atau satu-satunya kegiatan usaha koperasi secara umum. Koperasi Simpan Pinjam syariah secara khusus dalam kegiatan usahanya menerima tabungan (penghimpunan dana) dan menyalurkannya, yang berasal dari dan untuk para anggotanya atau koperasi lain dan/atau anggotanya. Seiring dengan perkembangan koperasi syariah yang pesat dan secara umum dapat disimpulkan perkembangannya juga sehat, akan tetapi di dalam praktek pelaksanaannya koperasi syariah tidak terlepas dari berbagai masalah, khususnya masalah kepercayaan dari para nasabah.

Skripsi ini membahas tentang Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Dana Nasabah dalam Koperasi Simpan Pinjam Syariah (studi kasus pada KSU Syariah BMT Mitra Amaliyah dengan pokok bahasan mengenai Landasan Hukum Tentang Koperasi Syariah, penerapan prinsip syariah pada permodalan koperasi syariah di Koperasi Simpan Pinjam Syariah Mitra Amaliyah, dan bentuk perlindungan terhadap dana nasabah dalam Koperasi Simpan Pinjam Syariah Mitra Amaliyah.

Metode penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini adalah metode normatif yuridis, yakni Yaitu mengumpulkan bahan penulisan melalui bacaan, peraturan perundang-undangan, buku-buku, majalah-majalah, hasil seminar, surat kabar dan lain-lain, dan metode penelitian lapangan, yakni dengan pengumpulan data mengenai objek yang diteliti dalam hal ini dilakukan melalui wawancara dengan pengurus LKMS-KSU Syariah BMT Mitra Amaliyah Kec. Patumbak Kabupaten Deli Serdang.

(9)

ABSTRAKSI

Koperasi syariah sebagai suatu badan usaha yang berbadan hukum dapat melaksanakan kegiatan usaha simpan pinjam sebagai salah satu usaha atau satu-satunya kegiatan usaha koperasi secara umum. Koperasi Simpan Pinjam syariah secara khusus dalam kegiatan usahanya menerima tabungan (penghimpunan dana) dan menyalurkannya, yang berasal dari dan untuk para anggotanya atau koperasi lain dan/atau anggotanya. Seiring dengan perkembangan koperasi syariah yang pesat dan secara umum dapat disimpulkan perkembangannya juga sehat, akan tetapi di dalam praktek pelaksanaannya koperasi syariah tidak terlepas dari berbagai masalah, khususnya masalah kepercayaan dari para nasabah.

Skripsi ini membahas tentang Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Dana Nasabah dalam Koperasi Simpan Pinjam Syariah (studi kasus pada KSU Syariah BMT Mitra Amaliyah dengan pokok bahasan mengenai Landasan Hukum Tentang Koperasi Syariah, penerapan prinsip syariah pada permodalan koperasi syariah di Koperasi Simpan Pinjam Syariah Mitra Amaliyah, dan bentuk perlindungan terhadap dana nasabah dalam Koperasi Simpan Pinjam Syariah Mitra Amaliyah.

Metode penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini adalah metode normatif yuridis, yakni Yaitu mengumpulkan bahan penulisan melalui bacaan, peraturan perundang-undangan, buku-buku, majalah-majalah, hasil seminar, surat kabar dan lain-lain, dan metode penelitian lapangan, yakni dengan pengumpulan data mengenai objek yang diteliti dalam hal ini dilakukan melalui wawancara dengan pengurus LKMS-KSU Syariah BMT Mitra Amaliyah Kec. Patumbak Kabupaten Deli Serdang.

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lahirnya lembaga keuangan syariah termasuk “Koperasi Syariah”,

sesungguhnya dilatarbelakangi oleh pelarangan riba (bunga) secara tegas dalam

Al-Qur’an.1

Seiring digulirkannya sistem perbankan syari’ah pada pertengahan tahun

1990-an, beberapa Lembaga Keuangan Syari’ah tumbuh dan berkembang pesat di

Indonesia. Lembaga Keuangan Syari’ah mempunyai kedudukan yang sangat

penting sebagai lembaga ekonomi Islam yang berbasis syari’ah ditengah proses

pembangunan nasional. Berdirinya Lembaga Keuangan Syariah merupakan

implementasi pemahaman umat Islam terhadap prinsip-prinsip muamalah dalam

hukum ekonomi Islam yang selanjutnya direpresentasikan dalam bentuk pranata

ekonomi Islam sejenis lembaga keuangan syari’ah bank dan non bank.

Islam mengangap riba sebagai satu unsur buruk yang merusak

masyarakat secara ekonomi, sosial maupu n moral. Oleh karena itu, Al-Qur’an

melarang umat Islam memberi atau memakan riba.

Lembaga keuangan syariah dengan sistem bagi hasil dirancang untuk

terbinanya kebersamaan dalam menanggung risiko usaha dan berbagi hasil usaha

antara pemilik dana yang menyimpan uangnya dilembaga selaku pengelola dana,

dan masyarakat yang membutuhkan dana yang bisa berstatus peminjam dana atau

pengelola usaha.

1

(11)

Dari sekian banyak lembaga keuangan syari’ah, koperasi syariah

merupakan lembaga ekonomi Islam yang dibangun berbasis keumatan, sebab

dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat. Dari segi jumlah, koperasi syariah pun

merupakan lembaga keuangan syariah yang paling banyak apabila dibandingkan

dengan lembaga-lembaga keuangan syari’ah lainnya. Kehadiran koperasi syariah

di Indonesia, selain ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan

masyarakat di bidang ekonomi, juga memiliki misi penting dalam pemberdayaan

usaha kecil dan menengah di wilayah kerjanya. Hal ini didasarkan pada visi

koperasi syariah bahwa pembangunan ekonomi hendaknya dibangun dari bawah

melalui kemitraan usaha.

Lembaga ekonomi yang berbasis keumatan, koperasi syariah berupaya

memainkan peranannya sesuai dengan ketentuan hukum yang ditetapkan

pemerintah bagi penyelenggaraan lembaga keuangan berdasarkan prinsip syari’ah.

UU No. 7/1992 tentang perbankan ( Kini UU No.10/1998 ) dan PP No.72/1992

tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil telah memberikan peluang positif

bagi Koperasi Syariah/ BMT untuk beropersi secara proporsional.

Dengan berdirinya banyak koperasi syariah, bukan berarti semua koperasi

syariah maju dengan baik. Akan tetapi ada juga koperasi syariah yang mengalami

kesulitan-kesulitan di lapangan. Namun jumlahnya sangat kecil dibandingkan

dengan koperasi syariah yang maju. Menurut penelitian yang dilakukan Junaidi,

ternyata banyak koperasi syariah yang ada di lapangan, asetnya berkisar Rp. 10-30

juta atau sekitar 51 %-nya pada kategori Rp.10-30 juta-an. Memang ada

(12)

jumlahnya 5%. Berdasarkan penelitian Junaidi, ternyata koperasi-koperasi syariah

yang mempunyai aset bermasalah tidak lebih dari 10% atau ternyata cuma 7%

dari total koperasi syariah, sedangkan yang lebih besar adalah koperasi-koperasi

syariah yang tidak mempunyai masalah. Aset yang bermasalah ini merupakan

kredit macet yang disebabkan oleh nasabah koperasi syariah yang tidak

melaksanakan kewajibannya tepat waktu.2

Koperasi syariah sebagai suatu badan usaha yang berbadan hukum dapat

melaksanakan kegiatan usaha simpan pinjam sebagai salah satu usaha atau

satu-satunya kegiatan usaha koperasi secara umum. Koperasi Simpan Pinjam syariah

secara khusus dalam kegiatan usahanya menerima tabungan (penghimpunan dana) Sesuai dengan prinsip bagi hasil, maka hubungan antara koperasi syariah

sebagai pemodal dan pengusaha kecil tidaklah hanya terbatas sebagai hubungan

antara lembaga dan nasabah, dimana bankir tidak mencampuri urusan usaha

nasabah. Hubungan antara koperasi syariah dan pengusaha merupakan hubungan

hukum yang dituangkan dalam perjanjian. Perjanjian antara koperasi syariah dan

pengusaha merupakan perjanjian tertulis yang dibuat sebelum pengusaha

memperoleh pembiayaan.

Seiring dengan perkembangan koperasi syariah yang pesat dan secara

umum dapat disimpulkan perkembangannya juga sehat, akan tetapi di dalam

praktek pelaksanaannya koperasi syariah tidak terlepas dari berbagai masalah,

khususnya masalah kepercayaan dari para nasabah.

2

(13)

dan menyalurkannya, yang berasal dari dan untuk para anggotanya atau koperasi

lain dan/atau anggotanya (Pasal 44 UU No. 25 Th.1992).

Selama ini pembahasan terhadap koperasi, termasuk koperasi syariah lebih

banyak dari aspek ekonomi. Oleh karenanya penulis melalui skripsi ini akan

melakukan tinjauan secara hukum terhadap Perlindungan Dana Nasabah Dalam

Koperasi Simpan Pinjam Syariah. Karena mengingat sekarang ini banyak

bertumbuh kembang penawaran produk investasi berupa simpanan berjangka pada

koperasi syariah dengan janji tingkat pengembalian yang cukup tinggi. Penawaran

produk investasi itu dilakukan secara terbuka kepada masyarakat luas, baik

melalui iklan surat kabar, brosur-brosur maupun menggunakan media internet.

Dengan menempatkan sejumlah uangnya pada koperasi syariah sebagaimana

digambarkan dalam penawaran, para calon nasabah diberikan harapan nantinya

akan mendapatkan pengembalian yang tinggi, tanpa harus bekerja keras

keuntunganpun bisa didapat. Tawaran semacam ini sangatlah menggiurkan,

karena orang akan lebih cenderung bersikap pragmatis untuk mendapatkan sebuah

keuntungan. Dorongan kuat akan memperoleh keuntungan tinggi mampu

membuat orang tanpa perlu lagi mempertimbangkan secara masak terhadap

rasionalitas usaha maupun kemungkinan risikonya. Sehingga banyak warga

masyarakat yang kemudian tertarik dan menginvestasikan uangnya.

Fenomena di atas tentunya harus dicermati secara kritis, karena tidak sedikit yang

kemudian bergulir menjadi kasus hukum, janji-janji semula seperti yang

ditawarkan koperasi kemudian tidak sesuai dengan kenyataan, bahkan ketika dana

(14)

syariah menjadi tersangka dengan sangkaan telah melakukan pelanggaran

terhadap Undang-undang Perbankan, melakukan tindak pidana penipuan dan/atau

penggelapan.

Oleh karena hal tersebut di atas, maka skripsi ini mengangkat sebuah

judul, yaitu Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Dana Nasabah dalam

Koperasi Simpan Pinjam Syariah (studi kasus pada KSU Syariah Mitra

Amaliyah). Judul skripsi ini diangkat untuk memperdalam pengetahuan terhadap

hukum dan prakteknya ditengah-tengah masyarakat terutama mengenai lembaga

keuangan Islam yang ikut ambil bagian dalam memacu pertumbuhan ekonomi dan

pemerataan pendapatan di Indonesia. Adapun alasan lain adalah untuk memotivasi

agar lebih kritis melihat masalah-masalah sosial maupun ekonomi yang terjadi

pada masyarakat ditinjau dari aspek yuridis. Sekaligus mempraktekan

pengetahuan pada masalah hukum yang terjadi pada masyarakat sehingga tidak

apatis.

B. Perumusan Masalah

Permasalahan adalah pernyataan yang menunjukkan jarak antara rencana

dengan pelaksanaan, antara harapan dan kenyataan, antara das sollen dan das sein.

Dari latar belakang yang dikemukakan di atas mengenai judul skripsi ini, maka

dapat disimpulkan pokok-pokok permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini,

yaitu :

(15)

2. Bagaimana penerapan prinsip syariah pada permodalan koperasi syariah di

Koperasi Simpan Pinjam Syariah Mitra Amaliyah?

3. Bagaimanakah bentuk perlindungan terhadap dana nasabah dalam

Koperasi Simpan Pinjam Syariah Mitra Amaliyah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Menurut Soerjono Soekanto, mengatakan bahwa penelitian hukum

merupakan salah satu tahap aktivitas pelaksanaan pembangunan hukum, oleh

karena itu penelitian hukum merupakan salah satu kegiatan yang bertujuan untuk

menemukan kenyataan-kenyataan tentang hukum yang berlaku dalam

masyarakat.3

1. Untuk mengetahui landasan hukum tentang koperasi syariah

Dengan demikian maka tujuan penelitian hukum adalah untuk menunjang

pembinaan serta pembaharuan hukum dengan mengusahakan

penemuan-penemuan kenyataan. Pembahasan ini juga bertujuan untuk memperdalam serta

memberi gambaran yuridis mengenai aspek hukum perjanjian yang terjadi pada

baitul maal wat tamwil. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, tujuan dalam

penelitian skripsi ini adalah :

2. Meneliti penerapan prinsip syariah pada permodalan koperasi syariah di

Koperasi Simpan Pinjam Syariah Mitra Amaliyah

3. Meneliti bentuk perlindungan terhadap dana nasabah dalam Koperasi

Simpan Pinjam Syariah Mitra Amaliyah

3

(16)

Adapun manfaat yang dapat dipetik dari penulisan ini adalah :

1. Secara teoretis

Menambah wawasan serta pengetahuan lembaga koperasi syariah dalam

hal upaya menyelesaikan sengketa bagi mereka yang bergerak di bisnis

atas perjanjian pembiayaan pada koperasi syariah yang timbul dari

perselisihan mengenai kontrak maupun karena adanya wanprestasi.

2. Secara praktis

Dapat menambah pengetahuan kepada masyarakat khususnya para

pelaku usaha mengenai penyelesaian sengketa bisnis atas perjanjian

pembiayaan pada koperasi syariah. Hal ini disebabkan karena masih

kurangnya pemahaman dan pengalaman masyarakat mengenai

prinsip-prinsip perjanjian dalam Islam dan penyelesaian sengketa dalam

ekonomi Islam.

D. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi yang bertemakan mengenai perjanjian pembiayaan dan

penyelesaian sengketa memang cukup banyak yang diangkat dan dibahas, namun

penulisan dengan judul Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Dana Nasabah

dalam Koperasi Simpan Pinjam Syariah (studi kasus pada KSU Syariah Mitra

Amaliyah), belum pernah ditulis sebagai skripsi. Dengan demikian penulisan

skripsi ini tidak sama dengan penulisan skripsi lainnya, sehingga penulisan skripsi

ini masih asli serta dapat dipertanggung jawabkan baik secara moral maupun

(17)

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Pengertian Koperasi Syariah

Koperasi syariah adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang

atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip

syariah sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas

kekeluargaan. Koperasi bertujuan untuk menyejahterakan anggotanya.

Berdasarkan pengertian tersebut, yang dapat menjadi anggota koperasi

syariah yaitu:

a. Perorangan, yaitu orang yang secara sukarela menjadi anggota koperasi;

b. Badan hukum koperasi, yaitu suatu koperasi syariah yang menjadi anggota

yang memiliki lingkup lebih luas.

Umumnya koperasi, termasuk koperasi syariah dikendalikan secara

bersama oleh seluruh anggotanya, di mana setiap anggota memiliki hak suara

yang sama dalam setiap keputusan yang diambil koperasi. Pembagian keuntungan

koperasi (biasa disebut Sisa Hasil Usaha atau SHU) biasanya dihitung

berdasarkan andil anggota tersebut dalam koperasi, misalnya dengan melakukan

pembagian dividen berdasarkan besar pembelian atau penjualan yang dilakukan

oleh si anggota.

2. Latar Belakang Pendirian Koperasi Syariah

Ketika perekonomian negara kita berkembang pesat, masalah kesenjangan

ekonomi muncul ke permukaan sebagai sebuah fakta yang tidak dapat dipungkiri.

Ketimpangan dalam distribusi pendapatan terjadi dan terus berlangsung antara

(18)

tengah-tengah kita dalam mendorong pertumbuhan ekonomi kelompok masyarakat

berpenghasilan kecil. Sementara kesempatan berusaha maupun pemerataan

kesejahteraan sosial agaknya masih tetap belum terjamin karena tidak menyentuh

kebutuhan dan persoalan mendasar masyarakat bawah.

Selain dari itu ditambah pula adanya suatu keyakinan dari umat Islam

bahwa produk perbankan konvensional mengandung riba. Itu semua berdampak

pada pengusaha kecil yang sulit mengembangkan usahanya karena kesulitan

mendapatkan dana investasi dan modal kerja. Ketimpangan sosial ekonomi akan

semakin nyata antara perkembangan usaha kecil yang puluhan juta unit

banyaknya dengan perkembangan usaha besar yang relatif cepat tetapi berjumlah

sedikit. Hal ini memicu pertentangan sosial dan dapat membahayakan

kelangsungan hidup bangsa.

Selain itu terbentuknya lembaga keuangan Islam juga bersumber dari

adanya larangan riba di dalam Al-Qur’an dan Hadits. Larangan Al-Qur’an yang

berkenaan dengan riba terdapat dalam surat Al Baqarah (ayat 275, 276, 278, 279,

280), Surat Al-Imran (ayat 130), Surat Ar-Rum (ayat 39), Surat An-Nisa (ayat

161).

Selain berdasarkan ketentuan Al-Qur’an dan Hadits, berdirinya lembaga

keuangan Islam juga didasari oleh kenyataan adanya praktek sistem bunga. Yang

dimaksud sistem bunga adalah tambahan pembayaran atas uang pokok pinjaman.

Berdasarkan batasan tersebut pengertian bunga adalah biaya yang dikenakan

(19)

biasanya ditentukan dalam bentuk persentase dan terus dikenakan selama masih

ada simpanan sehingga tidak hanya terbatas pada jangka waktu kontrak.

Di dalam kenyataannya pemerataan sistem bunga membawa akibat negatif

yaitu masyarakat sebagai nasabah menghadapi suatu ketidakpastian, bahwa hasil

perusahaan dari kredit yang diambilnya tidak dapat diramal secara pasti.

Sementara itu dia tetap wajib membayar persentase berupa pengambilan sejumlah

uang tertentu yang tetap berada di atas jumlah pokok pinjaman. Keadaan ini

bertentangan dengan ketentuan Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Luqman ayat 34

yang intinya bahwa hanya Allah yang dapat mengetahui sesuatu yang akan terjadi

di masa datang, sedangkan manusia tidak akan bisa meramalnya.

Selain itu hal ini akan semakin memberatkan nasabah karena dengan

penetapan persentase jumlah bunga akan menjadi kelipatan perseratus dari sisa

pinjaman dikalikan dengan jangka waktu pinjaman, sehingga dalam jangka waktu

tertentu bisa terjadi suatu saat jumlah yang harus dikembalikan nasabah berlipat

ganda dari pokok pinjaman, misalnya pinjaman dikenakan bunga 12 % pertahun,

maka dalam jangka waktu 10 tahun bunganya akan menajdi 120 % dari pokok

pinjaman. Keadaan tersebut akan lebih parah lagi apabila nasabah tidak dapat

mengembalikan tepat pada jatuh temponya karena kewajiban membayar bunga

akan terus berlangsung sebelum pinjaman dilunasi. Sehingga semakin nasabah

tidak mampu untuk membayar, maka nasabah semakin terbebani bunga yang

(20)

Penerapan persentase bunga seperti itu jelas mempunyai pengertian yang

sama dengan pengertian bunga berbunga karena setiap bunga yang sudah jatuh

tempo dan tak terbayar akan dianggap sebagai bagian utang.

Sistem perbankan yang ada sekarang ini memiliki kecendrungan terjadinya

konsentrasi kekuatan ekonomi di tangan kelompok elite, para bankir dan pemilik

modal. Alokasi kekayaan yang tidak seimbang ini bisa menimbulkan

kecemburuan sosial yang pada akhirnya dapat mengakibatkan kerawanan berupa

benturan-benturan, bahkan konflik antar kelas sosial yang pada gilirannya

keadaan seperti ini akan mengganggu stabilitas nasional maupun perdagangan

nasional. Dalam masyarakat yang maju seperti Amerika Serikat, kekuatan pokok

ekonomi bukanlah terletak pada keahlian, melainkan pemulihan dan kendali atas

modal abstrak yaitu kekuatan pokok yang berada di tangan sebagai pemegang

saham utama pada perusahaan besar dan modern.

Bank-bank yang ada sekarang dikatakan tidak berhasil dalam upaya

pemerataan pendapatan karena pranata pembayaran bunga tetap menjamin dari

debitur secara terus-menerus ke arah kreditur. Jumlah debitur semakin lebih

banyak dari pada jumlah kreditur. Peminjaman yang diperoleh pada umumnya

menjadi nilai tambah bagi debitur untuk membayar bunga kepada kreditur,

terutama untuk jenis pinjaman yang bersifat konsumtif. Oleh karena itu bank

dengan pranata bunga menciptakan suatu keadaan yang kaya semakin kaya, dan

yang miskin semakin miskin.

Dengan beroperasinya lembaga keuangan yang berdasarkan prinsip syariat

(21)

ekonomi Islam. Sistem ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang terjadi setelah

prinsip ekonomi yang menjadi pedoman kerjanya dipengaruhi atau dibatasi oleh

ajaran Islam. Sehingga sistem ekonomi Islam bukanlah suatu pemikiran yang

bersifat final melainkan terus berkembang melalui kerja ijtihad.

3. Dasar Hukum Koperasi Syariah

Adapun secara yuridis, pendirian Koperasi Syariah di Indonesia

didasarkan pada kebijakan pemerintah berdasarkan UU No. 25/1992 tentang

Koperasi, UU No. 7/ 1992 (kini UU No. 10/ 1998) tentang Perbankan, yang

diikuti dengan keluarnya PP No. 72/ 1992 tentang Bank Perkreditan Rakyat

Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil.

Selanjutnya pendirian badan hukum Koperasi Syariah harus sesuai dengan

UU No. 16/ 2001 tentang Yayasan, sedangkan dalam pelaksanaan operasi

Koperasi Syariah harus sesuai dengan PP No.72/ 1992 dan Peraturan Bank

Indonesia No. 7/46/PBI/2005 tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran Dana

Bagi Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.

F. Metode Penelitian

Untuk memperoleh data-data dalam penulisan skripsi ini, dipergunakan

metode pengumpulan data sebaga berikut :

1. Penelitian lapangan (Field Research).

Sehubungan dengan pengumpulan data, bahan-bahan yang diperlukan untuk

menyelesaikan penulisan skripsi ini dilakukan studi lapangan yaitu

(22)

melalui wawancara dengan pengurus LKMS-KSU Syariah BMT Mitra

Amaliyah Kec. Patumbak Kabupaten Deli Serdang.

2. Penelitian kepustakaan (Library Research)

Yaitu mengumpulkan bahan penulisan melalui bacaan, peraturan

perundang-undangan, buku-buku, majalah-majalah, hasil seminar, surat kabar dan

lain-lain sebagai bahan bacaan yang relevan dengan penulisan, yang berguna

sebagai dasar pengembangan uraian teoritis dalam penulisan skripsi

Penelitian mengenai “Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Dana

Nasabah dalam Koperasi Simpan Pinjam Syariah (Studi Kasus pada LKMS KSU

Syariah BMT Mitra Amaliyah)”, merupakan penelitian hukum yang bersifat

yuridis empiris, yaitu penelitian yang didasarkan pada penelitian lapangan untuk

mendapatkan data primer. Untuk melengkapi data yang diperoleh dari penelitian

lapangan, dilakukan penelitian kepustakaan sebagai data sekunder.

Data yang telah dikumpulkan baik dari penelitian lapangan maupun dari

penelitian kepustakaan, selanjutnya dianalisa secara kualitatif dengan metoda

deskriptif. Metode kualitatif adalah analisis data yang mengelompokkan dan

menyeleksi data yang diperoleh dari penelitian lapangan menurut kualitas dan

kebenarannya, kemudian dihubungkan dengan teori-teori yang diperoleh dari studi

kepustakaan, sehingga diperoleh jawaban atas permasalahan yang diajukan.

Deskriptif yaitu metode analisis dengan memilih data yang menggambarkan

sebenarnya di lapangan.

Dengan menggunakan metoda pengumpulan bahan-bahan dan data yang

(23)

bahkan dihilangkan kemungkinan terjadinya kesalahan atau kekeliruan yang

timbul dari penulisan ini.

G. Sistematika Penulisan

BAB I : Bab ini merupakan bab Pendahuluan yang isinya antara lain

memuat Latar Belakang, Pokok Permasalahan, Tujuan dan

Manfaat Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode

Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II : Tinjauan Hukum Tentang Koperasi Berdasarkan Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 1992, yang mengulas tentang Pengaturan

tentang Koperasi dalam Peraturan Perundang-undangan di

Indonesia, Mekanisme Pendirian Koperasi, Bentuk Usaha dan Jenis

Koperasi, Kegiatan-kegiatan Koperasi.

BAB III : Bab ini akan membahas tentang Modal-modal dan Prinsip

Keuangan pada Koperasi Syariah Dikaitkan Dengan

Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan yang akan

membahas tentang Karakteristik Koperasi Syariah, Sumber

Modal Koperasi Syariah, Peruntukan Modal Koperasi Syariah,

Modal Penyertaan.

BAB IV: Bab ini akan dibahas tentang Perlindungan Dana Nasabah dalam

Koperasi Simpan Pinjam Syariah, yang mengulas tentang

(24)

Hukumnya, Aspek Hukum Perikatan dalam Pendirian Koperasi

Simpan Pinjam Syariah, Prinsip-prinsip Dasar Produk Koperasi

Syariah, Perlindungan Dana Nasabah dalam Koperasi Syariah

Mitra Amaliyah, Akibat Hukum dalam Hal Terjadinya Wanprestasi

Terhadap Dana Nasabah Pada Koperasi Syariah Mitra Amaliyah.

BAB IV: Bab ini merupakan bab terakhir, yaitu sebagai bab penutup yang

berisi kesimpulan dan saran-saran mengenai permasalahan yang

(25)

BAB II

TINJAUAN HUKUM TENTANG KOPERASI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 1992

A. Pengaturan tentang Koperasi dalam Peraturan Perundang-undangan di Indonesia

Terdapat bermacam-macam definisi koperasi dan jika diteliti secara

seksama, maka tampak bahwa definisi itu berkembang sejalan dengan

perkembangan jaman. Defenisi awal apda umumnya menekankan bahwa koperasi

itu merupakan wadah bagi golongan ekonomi lemah, seperti defenisi yang

diberikan Dr. Fray, yang menyatakan bahwa koperasi adalah suatu perserikatan

dengan persetujuan berusaha bersama yang terdiri atas mereka yang lemah dan

diusahakan selalu dengan semangat tidak memikirkan diri sendiri sedemikian

rupa, sehingga masing-masing sanggup menjalankan kewajibannya sebagai

anggota dan mendapat imbalan sebanding dengan pemanfaatan mereka terhadap

organisasi.4

4

M. Firdaus dan Agus Edhi Susanto, Perkoperasian: Sejarah, Teori dan Praktek, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002, hal. 38-39.

Salah satu faktor penting untuk mewujudkan kinerja koperasi yang baik

adalah adanya peran Pemerintah dalam bentuk peraturan perundang-undangan

yang diatur dan dikeluarkan sedemikian rupa hingga sistem dapat berjalan dengan

baik. Beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang koperasi

(26)

1. Peraturan Pemerintah (PP) No.9 tahun 95 tentang Pengembangan Usaha

Kecil Menengah dan Koperasi

2. Peraturan Pemerintah (PP) No.4 tahun 1994 tentang Kelembagaan

3. Instruksi Presiden (Inpres) No.18 Tahun 1998, tentang Pengembangan

Kelembagaan Koperasi

4. Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Koperasi.

Berdasarkan kajian secara makro dari beberapa Undang-Undang dan

Peraturan-Peraturan yang ada dapat disimpulkan bahwa secara umum perangkat

perundang-undangan yang mendukung sudah cukup memadai, namun masih

memiliki kekurangan. Kekurangan yang muncul dalam bagian-bagian dari uraian

Undang-Undang atau Peraturan-Peraturan yang ada antara lain menyangkut:5

1. Belum adanya penjelasan yang lebih mendalam dari azas “Kekeluargaan”

sebagaimana yang dimaksud dalam ketentuan umum koperasi, misalnya

pada Undang-Undang No. 25 tahun 1992 tentang Koperasi. Hal ini penting

mengingat dalam era keterbukaan sekarang ini perlu adanya klarifikasi

makna tersebut agar jangan disalah artikan dengan pengertian Kolusi,

Korupsi dan Nepotisme (KKN)

2. Belum adanya ketentuan sangsi hukum yang jelas berkaitan dengan

pelaksanaan kegiatan usaha koperasi terutama bila dihubungkan dengan

upaya penegakan hukum yang tegas tanpa memandang siapapun.

Mengingat hingga saat ini pelanggaran atas Undang-Undang dan

5

(27)

Peraturan-Peraturan yang berkaitan dengan penyalahgunaan koperasi tidak

diproses secara hukum dengan tegas.

3. Belum adanya sinergisme diantara lembaga-lembaga terkait dengan

pemberdayaan, pembinaan dan pengembangan koperasi, baik dikalangan

instansi pemerintah maupun swasta. Hal ini tercermin dari belum adanya

kesatuan yang utuh (terpadu) mengenai petunjuk pelaksanaan dan

petunjuk teknis dalam rangka implementasi Undang-Undang dan

Peraturan-Peraturan yang ada. Sehingga masing-masing lembaga terkesan

berjalan sendiri-sendiri dengan misi dan visinya masing-masing.

4. Adanya anggapan bahwa penyusunan produk Undang-Undang dan

Peraturan-Peraturan jauh lebih mudah daripada melaksanakannya.

5. Kendala-kendala umum yang dihadapi dalam pengembangan

perkoperasian terutama yang menyangkut Sumber Daya Manusia (SDM),

penguasaan teknologi permodalan, antisipasi peluang dan kemitraan,

belum dapat dijabarkan secara komprehensif, baik dalam bentuk

Undang-Undang, Peraturan-Peraturan maupun Petunjuk pelaksanaan (Juklak) dan

Petunjuk teknisnya (Juknis). Sehingga pemahaman tentang manajemen

dan pengorganisasian koperasi masih memerlukan pendalaman dan

sosialisasi lebih lanjut.

B. Mekanisme Pendirian Koperasi

Mekanisme pendirian koperasi dapat dijelaskan sebagai berikut:6

6

(28)

1. Fase pembentukan/pendirian

Koperasi sebagai suatu badan usaha, adalah merupakan suatu bentuk

perhimpunan orang-orang dan/atau badan hukum koperasi dengan

kepentingan yang sama.

Oleh karena koperasi ini biasanya didirikan oleh orang-orang yang

mempunyai alat dan kemampuan yang terbatas, yang mempunyai

keinginan untuk memperbaiki taraf hidup dengan cara bergotong royong,

maka prosedur atau persyaratan pendiriannyapun diusahakan sesederhana

mungkin, tidak berbelit-belit, dengan persyaratan modal yang relatif kecil,

dan tanpa dipungut biaya yang tinggi.

Persyaratan untuk mendirikan koperasi yang biasanya telah tertuang dalam

undang-undang ataupun peraturan koperasi antara lain adalah sebagai

berikut:

a. Orang-orang yang akan mendirikan koperasi harus mempunyai

kepentingan ekonomi yang sama

b. Orang-orang yang mendirikan koperasi harus mempunyai tujuan yang

sama

c. Harus memenuhi syarat jumlah mínimum anggota, seperti telah

ditentukan oleh pemerintah.

d. Harus memenuhi persyaratan wilayah tertentu, seperti telah ditentukan

oleh pemerintah

(29)

Jika persyaratan tersebut telah ada, maka orang-orang yang memprakarsai

pembentukan koperasi tersebut mengundang untuk rapat pertama, sebagai rapat

pendirian koperasi. Konsep anggaran dasar koperasi seharusnya telah

dipersiapkan terlebih dahulu oleh panitia pendiri, yang nantinya dibahas dan

disahkan dalam rapat pendirian. Dalam rapat pendirian ini selain disahkan

anggaran dasar koperasi, juga dibentuk pengurus dan pengawas. Setelah perangkat

organisasi koperasi terbentuk dalam rapat pendirian tersebut, maka untuk

selanjutnya pengurus koperasi (yang juga pendiri) mempunyai kewjaiban

mengajukan permohonan pengesahan kepada pejabat yang berwenang secara

tertulis disertai Akta Pendirian Koperasi dan Berita Acara Rapat Pendirian. Dalam

akta pendirian koperasi ini tertuang Anggaran Dasar Koperasi yang telah disahkan

dalam rapat pendirian, serta tertuang pula nama-nama anggota pengurus (yang

pertama) yang diberikan kewenangan untuk melakukan kepengurusan dan

mengajukan permohonan pengesahan kepada pejabat yang berwenang.

2. Fase pengesahan

Atas dasar permohonan pengesahan yang disampaikan oleh pengurus

koperasi (juga merupakan pendiri) secara tertulis tersebut, maka dalam jangka

waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak diterimanya permohonan pengesahan,

pejabat yang bersangkutan harus memberikan putusan apakah permohonan

tersebut diterima atau tidak.

Jika permohonan pengesahan ini ditolak, alasan-alasan penolakan

diberitahukan secara tertulis kepada para pendiri dalam jangka waktu paling

(30)

pengurus dapat mengajukan permohonan ulang paling lama 1 (satu) bulan sejak

diterimanya penolakan permohonan tersebut. Keputusan terhadap pengajuan

permohonan ulang ini, diberikan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan

sejak diterimanya pengajuan permohonan ulang tersebut.

Namun jika permohonan pengesahan tersebut diterima, maka sejak saat itu

koperasi berstatus sebagai badan hukum. Pengesahan ini ditandai dengan

diumumkannya akta pendirian koperasi tersebut (yang di dalamnya termuat pula

anggaran dasarnya), ke dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Dengan diperolehnya status sebagai badan hukum, maka secara hukum,

koperasi tersebut telah diakui keberadaannya seperti orang (person) yang

mempunyai kecakapan untuk bertindak, memiliki wewenang untuk mempunyai

harta kekayaan, melakukan perbuatan-perbuatan hukum seperti: membuat

perjanjian, menggugat dan digugat di muka pengadilan, dan sebagainya, sehingga

dengan demikian, sebagai suatu badan hukum maka koperasi adalah juga

merupakan subjek hukum.

Namun demikian, sebagai suatu subjek hukum, koperasi adalah meruakan

subjek hukum abstrak, yang keberadaannya atas rekayasa manusia untuk

memenuhi kebutuhan ekonomisnya. Karena merupakan subjek hukum abstrak,

maka di dalam menjalankan/ melakukan perbuatan-perbuatan hukum, koperasi

diwakili oleh perangkat organisasi yang ada padanya dalam hal ini adalah

(31)

C. Bentuk Usaha dan Jenis Koperasi

Dalam ketentuan pasal 16 Undang-undang Nomor 25 tahun 1992

dinyatakan bahwa jenis koperasi didasarkan pada kesamaan kegiatan dan

kepentingan ekonomi anggotanya. Sedangkan dalam penjelasan pasal tersebut,

mengenai jenis koperasi ini diuraikan seperti antara lain: koperasi simpan pinjam,

koperasi konsumen, koperasi produsen, koperasi pemasaran, dan koperasi jasa.

Untuk koperasi-koperasi yang dibentuk oleh golongan fungsional seperti pegawai

negeri, anggota ABRI/TNI, karyawan, dan sebagainya, bukanlah merupakan suatu

jenis koperasi tersendiri.

Mengenai penjenisan koperasi ini, jika ditinjau dari berbagai sudut

pendekatan, maka dapat diuraikan seperti berikut:7

1. Berdasar pendekatan sejarah timbulnya gerakan koperasi, maka dikenal

jenis-jenis koperasi seperti berikut:

a. Koperasi konsumsi

b. Koperasi kredit; dan

c. Koperasi produksi

2. Berdasar pendekatan menurut lapangan usaha dan/atau tempat tinggal para

anggotanya, maka dikenal beberapa jenis koperasi antara lain:

a. Koperasi desa

Adalah koperasi yang anggota-anggotanya terdiri dari penduduk desa

yang mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dalam koperasi

7

Nindyo Pramono, Beberapa Aspek Koperasi Pada Umumnya dan Koperasi Indonesia di

(32)

dan menjalankan aneka usaha dalam suatu lingkungan tertentu. Untuk

satu daerah kerja tingkat desa, sebaiknya hanya ada satu koperasi desa

yang tidak hanya menjalankan kegiatan usaha bersifat single purpose,

tetapi juga kegiatan usaha yang bersifat multi purpose (serba usaha)

untuk mencukupi segala kebutuhan para anggotanya dalam satu

lingkungan tertentu, misalnya:

1. Usaha pembelian alat-alat pertanian

2. Usaha pembelian dan penyaluran pupuk

3. Usaha pembelian dan penjualan kebutuhan hidup sehari-hari

4. Dan sebagainya

b. Koperasi unit desa (KUD)

Koperasi unit desa ini berdasar Instruksi Presiden Republik Indonesia

No. 4 Tahun 1973 adalah merupakan bentuk antara dari Badan Usaha

Unit Desa (BUUD) sebagai suatu lembaga ekonomi berbentuk

koperasi, yang pada tahap awalnya dapat merupakan gabungan dari

koperasi-koperasi pertanian atau koperasi desa dalam wilayah Unit

Desa, yang dalam perkembangannya kemudian dilebur atau disatukan

menjadi satu KUD. Dengan keluarnya Instruksi Presiden Republik

Indonesia No. 2 Tahun 1978, KUD bukan lagi merupakan bentuk

antara BUUD telah menjadi organisasi ekonomi yang merupakan

wadah bagi pengembangan berbagai kegiatan ekonomi masyarakat

(33)

itu sendiri serta memberikan pelayanan kepada anggotanya dan

masyarakat pedesaan.

c. Koperasi konsumsi

Koperasi konsumsi adalah koperasi yang anggota-anggotanya terdiri

dari tiap-tiap orang yang mempunyai kepentingan langsung dalam

lapangan konsumsi. Koperasi jenis ini biasanya menjalankan usaha

untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari para anggotanya dan

masyarakat sekitarnya.

d. Koperasi pertanian (Koperta)

Koperta adalah koperasi yang anggota-anggotanya terdiri dari para

petani pemilik tanah, penggadoh atau buruh tani, dan orang-orang yang

berkepentingan serta bermata pencaharian yang berhubungan dengan

usaha-usaha pertanian.

e. Koperasi peternakan

Adalah koperasi yang anggotanya terdiri dari peternak, pengusaha

peternakan yang berkepentingan dan mata pencahariannya langsung

berhubugan dengan soal-soal peternakan.

f. Koperasi perikanan

Adalah koperasi yang anggotanya terdiri dari para peternak ikan,

pengusaha perikanan, pemilik kolam ikan, pemilik alat perikanan,

nelayan, dan sebagainya yang kepentingan serta mata pencahariannya

langsung berhubungan dengan soal-soal perikanan

(34)

Koperasi kerajinan atau koperasi industria adalah koperasi yang

anggota-anggotanya terdiri dari para pengusaha kerajinan/industria dan

buruh yang kepentingan serta mata pencahariannya langsung

berhubungan dengan kerajinan atau industri.

h. Koperasi simpan pinjam atau koperasi kredit

Adalah koperasi yang anggota-anggotanya terdiri dari orang-orang

yang mempunyai kepentingan langsung dalam soal-soal perkreditan

atau simpan pinjam.

3. Berdasar pendekatan menurut golongan fungsional, maka dikenal

jenis-jenis koperasi seperti antara lain:

a. Koperasi Pegawai Negeri (KPN)

b. Koperasi angkatan darat (KOPAD)

c. Koperasi angkatan laut (KOPAL)

d. Koperasi angkatan udara (KOPAU)

e. Koperasi angkatan kepolisian (KOPAK)

f. Koperasi pensiunan angkatan darat

g. Koperasi pensiunan pegawai negeri

h. Koperasi karyawan

i. Dan lain-lain

4. Berdasar pendekatan khusus dari aktivitas dan kepentingan ekonominya,

maka dikenal jenis-jenis koperasinya seperti antara lain:

a. Koperasi batik

(35)

c. Koperasi asuransi

d. Dan sebagainya.

D. Kegiatan-kegiatan Koperasi

Sebagai suatu perusahaan, koperasi harus menjalankan sesuatu usaha

yang mendatangkan keuntungan ekonomis, meskipun koperasi bukan merupakan

bentuk akumulasi modal. Untuk mencapai tujuan mendatangkan keuntungan

ekonomis tersebut, maka koperasi harus menjalankan usahanya secara terus

menerus (kontinyu), terang-terangan, berhubungan dengan pihak ketiga, dan

memperhitungkan rugi laba serta mencatat semua kegiatan usahanya tersebut ke

dalam suatu pembukuan.8

Mengenai lapangan usaha koperasi ind ini di dalam Undang-undang

Nomor 25 Tahun 1992 diatur dalam ketentuan pasal 43 dan pasal 44 beserta

penjelasannya. Dari ketentuan tersebut, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa

koperasi indonesia dapat bergerak di segala kehidupan ekonomi dan berperan

utama dalam kehidupak ekonomi rakyat. Yang dimaksud dengan kehidupan

ekonomi rakyat adalah semua kegiatan ekonomi yang dilaksanakan dan

menyangkut kepentingan orang banyak (rakyat), seperti yang diamanatkan oleh

pasal 33 UUD 1945 beserta penjelasannya. Namun demikian, dalam menjalankan

usaha koperasi ini harus lebih mengutamakan arah pada bidang-bidang usaha

yang berkaitan langsung dengan kepentingan anggotanya, untuk menunjang

usahanya maupun kesejahteraannya.

8

(36)

Oleh karena itu, pengelolaan koperasi harus dilaksanakan secara produktif,

efektif dan efisien. Dalam arti koperasi harus memiliki kemampuan dalam

mewujudkan pelayanan usaha, yang dapat meningkatkan nilai tambah dan

manfaat yang sebesar-besarnya pada anggota, dengan tetap mempertimbangkan

untuk memperoleh sisa hasil usaha yang wajar. Untuk mencapai kemampuan

usaha seperti itu, maka koperasi harus dapat berusaha secar luwes, baik yang

menyangkut industri/produk hulu dan/atau hilir tersebut. Ini berarti koperasi

mempunyai kesempatan dan peluang yang sama dengan pelaku ekonomi lainnya

dalam melakukan kegiatan usahanya.

Oleh karena itu, koperasi dan para pelakunya (pengurus, manajer/

pengelola, dan anggotanya) harus mampu bekerja secara efisien, untuk dapat

bersaing dengan pelaku ekonomi lainnya (Badan Usaha Milik Swasta dan Badan

Usaha Milik Negara) dalam menjalankan kegiatan usaha di segala bidang

kehidupan ekonomi, sehingga mampu untuk meningkatkan kesejahteraan

anggotanya.

Oleh sebab itu, koperasi sebagai suatu badan usaha haruslah bekerja

dengan prinsip dan hukum ekonomi perusahaan, menjalankan asas bussiness

efficiency, yaitu mengupayakan keuntungan finansial untuk menghidupi dirinya.9

9

Bahri Nurdin, Partisipasi Anggota dan Pemantapan Skala Usaha Sebagai Alat Penunjang Pelaksanaan Koperasi Mandiri, dalam “Ekonomi Indonesia Masalah dan Prospek 1989/1990”, UII Press, Jakarta, 1989, hal. 379.

Koperasi harus pula menjalankan asas efisiensi ekonomi (melaksanakan alokasi

sumber daya) sebaik mungkin guna menunjang program kesejahteraan anggota

(37)

Dengan koperasi bekerja efisien baik secara ekonomis maupun bisnis, koperasi

akan dapat melayani kepentingan anggotanya, sekaligus koperasi dapat melayani

masyarakat sekitar dengan baik. Sehingga pada akhirnya koperasi akan sangat

menunjang peningkatan kesejahteraan ekonomi golongan ekonomi lemah di suatu

daerah (pedesaan) pada khususnya dan suatu wilayah perekonomian daerah

(pedesaan) pada umumnya.

Dalam menjalankan kegiatan usahanya, koperasi dalam menjalankan

kegiatan usaha simpan pinjam sebagai salah satu ataupun satu-satunya kegiatan

usaha yang dilakukannya. Kegiatan usaha simpan pinjam ini dilakukan dengan

menghimpun dana dari anggota koperasi, kemudian menyalurkan kembali dana

yang dihimpun tersebut kepada anggota koperasi bersangkutan. Atau

menghimpun dana dari koperasi lain dan/atau anggotanya, kemudian

menyalurkannya kembali kepada koperasi lainnya tersebut dan/atau anggotanya.

Pengertian koperasi di sini adalah termasuk juga calon anggota yang memenuhi

syarat. Sedangkan yang menyangkut koperasi lain dan/atau anggotanya, ketentuan

yang berlaku dilandasi oleh perjanjian kerja sama yang dilakukan oleh antar

koperasi bersangkutan. Artinya antar koperasi dapat melakukan kerja sama usaha

dalam usaha simpan pinjam, dengan jalan menghimpun dana dan menyalurkannya

kembali dari dan untuk mereka dan/atau anggotanya. Namun demikian, sesuai

dengan ketentuan dalam undang-undang yang mengatur tentang perbankan, usaha

simpan pinjam ini diatur secara khusus dalam undang-undang tersebut.10

10

(38)

BAB III

MODAL-MODAL DAN PRINSIP KEUANGAN PADA KOPERASI SYARIAH DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR

10 TAHUN 1998 TENTANG PERBANKAN

A. Karakteristik Koperasi Syariah

Koperasi merupakan sebuah perkumpulan dari orang-orang yang

mempunyai tujuan bersama untuk bekerja sama dalam memperbaiki dan

meningkatkan taraf kemampuan mereka di bidang ekonomi dan perekonomian.

Unsur-unsur penting dari kalimat tersebut adalah adanya orang-orang, yang

berkumpul dalam sebuah perkumpulan, mempunyai tujuan yang sama dengan

bekerja sama, di dalam bidang kesejahteraan ekonomi. Jadi sejak awal sebuah

koperasi termasuk koperasi syariah menjalankan usahanya, para pengurus dan

anggota koperasi secara sadar dan wajib memanfaatkan jasa atau produk yang

dihasilkan oleh koperasi mereka sendiri, sebagai cara utama untuk ikut

memajukan koperasi dalam memupuk modal.

Sedikit berbeda dengan koperasi pada umumnya, koperasi syariah dalam

menjalankan produk simpan pinjam (pembiayaan) menggunakan prinsip-prinsip

syariah.

Koperasi syariah memiliki karakteristik sebagai berikut:11

1. Staf dan karyawan koperasi syariah bertindak aktif dan dinamis,

berpandangan positif dan produktif dalam menarik dan mengelola dana

masyarakat.

11

(39)

2. Kantor koperasi syariah dibuka pada waktu tertentu dan ditunggui oleh

sejumlah staf dan karyawan untuk memberikan pelayanan kepada nasabah.

Sebagian lainnya terjun langsung ke lapangan mencari nasabah, menarik

dan menyalurkan dana kepada nasabah, menyetor dana ke kas, memonitor

dan melakukan supervisi

3. Koperasi syariah memiliki komitmen melakuan pertemuan dengan semua

komponen masyarakat di lapisan bawah melalui fórum-forum pengajian,

dakwah, pendidikan dan kegiatan sosial ekonomi, yang berimplikasi

kepada kegiatan produktif di bidang ekonomi.

4. Manajemen dan operasional koperasi syariah dilakukan menurut

pendekatan profesional dengan cara-cara Islami.

B. Sumber Modal Koperasi Syariah

Pengertian modal dalam sebuah organisasi perusahaan termasuk badan

koperasi adalah sama, yaitu modal yang digunakan untuk menjalankan usaha.

Mengutip pendapat dari Adam Smith penulis the wealth of nations (1776), modal

(capital) diartikan sebagai bagian dari nilai kekayaan yang dapat mendatangkan

penghasilan.12

12

Tom Gunadi, Sistem Perekonomian Menurut Pancasila dan UUD 1945, Angkasa, bandung, 1981, hal. 250.

Koperasi merupakan kumpulan dari orang-orang yang

mengumpulkan modal untu modal usaha dan setiap orang mempunyai hak yang

(40)

Ada dua sumber modal yang dapat dijadikan modal usaha koperasi yaitu:13

a. Secara Langsung

Dalam mendapatkan modal secara langsung ini ada tiga cara klasik yang

dapat dilakukan oleh para pengurus koperasi, yaitu :

1. Mengaktifkan simpanan wajib anggota sesuai dengan besar kecil

penggunaan volume penggunaan jasa pelayanan koperasi yang

dimanfaatkan oleh anggota tersebut;

2. Mengaktifkan pengumpulan tabungan para anggota;

3. Mencari pinjaman dari pihak bank atau non-bank dalam menunjang

elancaran operasional koperasi.

b. Secara Tidak Langsung

Modal yang didapat dari cara ini bukan merupakan modal yang langsung

digunakan oleh koperasi tetapi mengambil manfaat dari kemampuan operasi itu

sendiri dalam rangka menekan biaya, caranya antara lain:

1. Menunda pembayaran yang seharusnya dikeluarkan;

2. Memupuk dana cadangan;

3. Melakukan kerja sama usaha;

4. Mendirikan badan usaha bersubsidi

13

(41)

Modal dalam koperasi terdiri atas:14

1. Modal Sendiri

a. Simpanan Pokok

Simpanan poko adalah sejumlah uang yang wajib disetorkan ke dalam kas

koperasi oleh para pendiri atau anggota koperasi pada saat masuk menjadi

anggota. Simpanan pokok tidak dapat ditarik kembali oleh anggota

koperasi tersebut selama yang bersangkutan masih tercatat menjadi

anggota koperasi.

b. Simpanan Wajib

Konsekwensi dari simpanan ini adalah harus dilakukan oleh semua

anggota koperasi yang dapat disesuaikan besar kecilnya dengan tujuan

usaha koperasi dan kebutuhan dana yang hendak dikumpulkan, arena itu

akumulasi simpanan wajib para anggota harus diarahkan mencapai jumlah

tertentu agar dapat menunjang kebutuhan dana yang akan digunakan

menjalankan usaha koperasi.

c. Dana Cadangan

Dana cadangan ialah sejumlah uang yang diperoleh dari sebagian hasil

usaha yang tidak dibagikan kepad anggoya; tujuannya adalah untuk

memupuk modal sendiri yang dapat digunakan sewaktu-waktu apabila

koperasi membutuhkan dana secara mendadak atau menutup kerugian

dalam usaha.

d. Hibah

14

(42)

Hibah adalah bantuan, sumbangan atau pemberian cuma-cuma yang tida

mengharapkan pengembalian atau pembalasan dalam bentuk apapun.

Siapa pun dapat memberikan hibah kepada koperasi dalam bentuk apapun

sepanjang memiliki pengertian seperti itu; untuk menghindarkan koperasi

menjadi tergantung dengan pemberi hibah sehingga dapat mengganggu

prinsip-prisnsip dan asas koperasi.

2. Modal Pinjaman

a. Pinjaman dari Anggota

Pinjaman yang diperoleh dari anggota koperasi dapat disamakan dengan

simpanan sukarela anggota. Kalau dalam simpanan sukarela, maka besar

kecil dari nilai yang disimpan tergantung dari kerelaan anggota. sebaliknya

dalam pinjaman, koperasi meminjam senilai uang atau yang dapat dinilai

dengan uang yang berasal dari anggota.

b. Pinjaman dari Koperasi Lain

Pada dasarnya diawali dengan adanya kerja sama yang dibuat oleh sesama

badan usaha koperasi untuk saling membantu dalam bidang kebutuhan

modal. Bentuk dan lingkup kerja sama yang dibuat bisa dalam lingkup

yang luas atau dalam lingkup yang sempit; tergantung dari kebutuhan

modal yang diperlukan.

c. Pinjaman dari Lembaga Keuangan

Pinjaman komersial dari lembaga keuangan untuk badan usaha koperasi

mendapat prioritas dalam persyaratan. Prioritas tersebut diberikan kepada

(43)

yang bersangkutan untuk mengangkat kemampuan ekonomi rakyat

khususnya usaha koperasi.

d. Obligasi dan Surat Utang

Untuk menambah modal koperasi juga dapat menjual obligasi atau surat

utang kepada masyarakat investor untuk mencari dana segar dari

masyarakat umum diluar anggota koperasi. Mengenai persyaratan untuk

menjual obligasi dan surat utang tersebut diatur dalam ketentuan otoritas

pasar modal yang ada.

e. Sumber Keuangan Lain

Semua sumber keuangan, kecuali sumber keuangan yang berasal dari dana

yang tidak sah dapat dijadikan tempat untuk meminjam modal.

C. Peruntukan Modal Koperasi Syariah

Sedikitnya ada tiga alasan koperasi membutuhkan modal, antara lain:15

Kedua, untuk membeli barang-barang modal. Seperti antara lain

membayar kompensasi tempat usaha baik berupa lahan ataupun bangunan,

mesin-mesin, alat-alat industri atau produksi, dan lain kebutuhan jangka panjang sesuai

dengan jenis usaha koperasi. Barang-barang modal ini dalam perhitungan Pertama, untuk membiayai proses pendirian sebuah koperasi atau disebut

biaya pra-organisasi untuk keperluan: pembuatan akta pendirian atau anggaran

dasar, membayar biaya administrasi pengurusan izin yang diperlukan, sewa

tempat bekerja, ongkos transportasi, dan lain-lain.

15

(44)

perusahaan digolongkan menjadi harta tetap (fixed assets) atau barang modal

jangka panjang. Jenis dan nilainya juga berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan

pokok dari koperasi yang bersangkutan.

Ketiga, untuk modal kerja. Modal kerja biasanya digunakan untuk

membiayai operasional koperasi dalam menjalankan usahanya, termasuk dalam

koperasi syariah, antara lain biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah,

gaji, sewa tempat, listrik, transportasi, bahan baku, alat-alat tulis, dan lain-lain.

D. Modal Penyertaan

Pemupukan modal koperasi yang berasal dari modal penyertaan baik yang

berasal dari dana pemerintah maupun dari dana masyarakat dilakukan dalam

rangka memperluas kemampuan untuk menjalankan kegiatan usaha koperasi;

terutama usaha-usaha yang membutuhkan dana untuk usaha yang memerlukan

proses jangka panjang. Kedudukan dari modal penyertaan ini sama dengan equity

jadi mengandung risiko bisnis. Dalam lembaga koperasi, pemilik modal

penyertaan tidak mempunyai hak suara sama sekali dalam rapat anggota dan

dalam menentukakn kebijaksanaan koperasi secara keseluruhan. Namun

demikian, di Indonesia, ada ketentuan yang dibuat oleh pemerintah yang mengatur

bahwa pemilik modal penyertaan dapat ikut serta dalam pengelolaan dan

(45)

secara rinci di dalam akta perjanjian penyertaan modal yang dibuat oleh koperasi

dan (para) pemodal.16

Penanaman modal penyertaan dapat diperoleh dari pemerintah, dunia

usaha dan badan usaha lainnya baik yang berkedudukan di dalam negeri maupun

di luar negeri, serta dari masyarakat umum. Untuk menawarkan atau mengundang

para pemodal yang mau ikut memasukkan modal penyertaan ke dalam usaha

koperasi, dapat dilakukan melalui media masa. Dari ketentuan inilah maka

koperasi dapat menghimpun modal dari masyarakat luas di lingkungan sekitarnya,

bahkan menarik modal dari luar negeri, baik secara manual konvensional maupun

secara modern.17

Manajer koperasi (dengan dasar persetujuan rapat pengurus dan rapat

anggota sesuai yang ditentukan oleh anggaran dasar) dapat melakukan

penggalangan dasar sesuai dengan kebutuhan koperasi akan modal usaha. Manajer

koperasi melalui kebijakan dan berdasarkan perhitungan bisnis yang profesional

dapat menentukan alternatif penggalangan dana yang dapat memberi keuntungan

kepada badan usaha koperasi. Hal yang demikian dapat juga dilakukan dengan

bekerja sama dengan perusahaan lain yang memiliki modal (joint operation)

sehingga keperluan modal dan cukup untuk bersama-sama menjadi mitra dari

badan usaha lain atau institusi-institusi pemberi kerja. Dengan demikian, dalam

praktik, untuk mencari tambahan modal usaha yang cukup, koperasi dapat

16

Lihat pasal 42 Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 besreta penjelasannya dan lihat PP No. 33 Tahun 1998 tentang Modal Penyertaan pada Koperasi serta SK Menkop No. 145 Tahun 1998.

17

(46)

mencari berbagai alternatif penggalangan dana yang disebut sebagai dana untuk

modal penyertaan.18

Apabila koperasi membutuhkan dana segar dari pihak ketiga baik dari

anggotya maupun bukan anggota dana tersebut dapat dikualifikasikan sebagai

dana pinjaman. Bentuk pinjaman itu dapat disesuaikan berdasarkan perjanjian

yang dibuat oleh koperasi dengan pihak ketiga yang bersangkutan.

Alternatif-alternatif lain yang dilakukan untuk menggalang dana khusus, misalnya

untuk dapat mengerjakan suatu usaha yang membutuhkan dana besar koperasi

dapat menggalang dana, antara lain sebagai berikut:19

1. Menerbitkan obligasi dan surat utang;

2. Meminjam dana dari pihak ketiga

3. Bekerja sama modal dengan pihak ketiga untuk pekerjaan atau

usaha-usaha tertentu;

4. memberi kesempatan kepada masyarakat umum untuk menanm modal ke

dalam koperasi dalam menjalankan usaha-usaha yang membutuhkan

modal besar.

Dengan demikian, pada dasarnya semua alternatif-alternatif tersebut

maksudnya adalah sama, yaitu sebagai modal pinjaman ataupun sebagai modal

penyertaan di dalam sistem permodalan dan modal usaha dari organisasi badan

usaha koperasi. Perbedaan dan macam-macam cara tersebut hanya merupakan

perbedaan yang muncul dari berbagai alternatif-alternatif yang ada.

18

Andjar Pachta……, Op.Cit, hal. 126.

19

(47)

BAB IV

PERLINDUNGAN DANA NASABAH DALAM KOPERASI SIMPAN PINJAM SYARIAH

A. Gambaran Umum Koperasi Syariah Mitra Amaliyah dan Dasar Hukumnya

1. Tentang Perusahaan

LKMS-KSU SYARIAH BMT MITRA AMALIYAH dirintis pertama kali

pada awal tahun 2007 oleh dua orang, yaitu: M. Nizar Lubis dan Aidillah. Kedua

orang pendiri tersebut pada waktu itu masih berstatus sebagai mahasiswa aktif

Jurusan Syariah IAIN Sumatera Utara.20

LKMS-KSU SYARIAH BMT MITRA AMALIYAH badan usaha

menghimpun dana masyarakat dengan akad investasi mudhorobah yang kemudian

disalurkan untuk membiayai kebutuhan masyarakat baik yang bersifat produktif

maupun konsumtif dengan tujuan untuk mendapatkan profit atas jasa dan usaha

yang dijalankan. LKMS-KSU SYARIAH BMT MITRA AMALIYAH berfungsi

sebagai lembaga intermediary (fasilitator dan mediator) antara masyarakat/

nasabah yang menabung (investasi) dengan masyarakat/ nasabah pengguna modal.

Sehingga nasabah pengguna modal/ unit usaha yang membutuhkan modal dapat

terpenuhi kebutuhannya, sedangkan investor/ nasabah penabung mendapatkan

keuntungan atas kerjasama dan investasi yang diamanahkan pada LKMS-KSU

SYARIAH BMT MITRA AMALIYAH.21

Wawancara dengan Manajer LKMS-KSU Syariah BMT Mitra Amaliyah Kec. Patumbak.20

21

(48)

Visi dan Misi lembaga Visi :

“ Memberdayakan Ekonomi Umat “

Misi :

“Membantu peningkatan dan pengembangan ekonomi umat terutama ekonomi

kecil dan menengah dengan pemberdayaan permodalan, pemeberdayaan

manajemen dan pemeberdayaan sumberdaya manusia”

Maksud dan Tujuan

1. Memperkokoh ketahanan aqidah dari serbuan budaya dan ideologi yang

tidak Islami dan mempererat serta meningkatkan ukhuwah Islamiyah.

2. Membantu peningkatan dan pengembangan ekonomi umat terutama

ekonomi kecil dan menengah

3. Membantu masyarakat dalam menunaikan kewajiban agama secara materi

(Zakat, Infak dan Shodaqoh)

4. Membentuk Jaringan ekonomi Islam yang menjadikan rahmatan lil alamin

(kemakmuran bagi seluruh masyarakat )

5. Meraih kesuksesan dan keberkahan usaha berdasarkan prinsip mu’amalah

(49)

2. Struktur Perusahaan Dewan Pendiri22

1. Ir. Imasda Tanjung

2. Syarifuddin

3. Syafaruddin

4. Kana’ati, S.Pd.I

5. M. Nizar Lubis, SHI

6. Yeni Efrianti, S.Pd.I

7. Abdul Razak

8. Perhimpunan Lubis

9. Nurjainah

10.Mutiara Sembiring

11.M. Zainun S. Meliala, SH

12.Yusnizar Barus

13.Zainal Arifin Marpaung, M. Ag

14.Ade Irma Suryani

15.Asnuan

16.Amiruddin

17.H. Yaroh Mustafa

18.Agung Muanah

19.Indrawan Harefa

20.Selima Azizah

22

(50)

Pengawas Syariah

Awaluddin

Dewan Manajemen

1. Manajer Umum

M. Nizar Lubis, SHI

2. Sekretaris

Yeni Efrianti, S.Pd.I

3. Bendahara

Kana’ati, S.Pd.I

3. Produk – Produk23 a. Funding

Funding adalah kegiatan penghimpunan dana masyarakat baik berupa

titipan amanah (wadiah) ataupun Investasi mudhorobah yang akan digunakan

sebagai dana pembiayaan bagi masyarakat sesuai akad kebutuhan masing-masing.

1. Wadiah

Adalah dana titipan masyarakat yang dapat di ambil sewaktu-waktu yang

bersifat amanah yang mana pihak penitip harus memberikan ujroh kepada pihak

yang dititipi, sedangkan pihak yang dititipi berkewajiban menjaga amanah dengan

sebaik-baiknya tanpa memberikan imbalan kepada orang yang titip. Adapun

imbalan atas manfaat barang titipan hanyalah sebatas bonus semata.

23

(51)

2. Mudharabah

Adalah dana yang diamanahkan oleh masyarakat untuk diinvestasikan

kepada pembiayaan yang produktif, syar’i dan aman dengan kesepakatan bagi

hasil atas keuntungan dan kerugian yang ada, akan tetapi apabila kerugian

diakibatkan kelalaian pengelola maka yang menanggung risiko dan yang

bertanggung jawab adalah pihak pengelola. Untuk menjamin keamanan dan

produktivitas dana investasi, maka pihak pengelola harus dapat menunjukkan

prinsip profesionalisme, prudensial, dan amanah. Untuk produk ini LKMS-KSU

SYARIAH BMT MITRA AMALIYAH menerbitkan produk simpanan

mudhorobah berjangka, yaitu investasi mudhorobah yang dapat diambil pada

jangka waktu tertentu dengan perhitungan bagi hasil keuntungan setiap bulan.

Jangka waktu simpanan tersebut adalah :

Simpanan Berjangka 1 bulan

Simpanan Berjangka 3 Bulan

Simpanan Berjangka 6 Bulan

Simpanan Berjangka 12 Bulan

Simpanan Berjangka 24 Bulan

3. Simpanan Qurban

Simpanan yang prioritas kegunaan dan hasil diperuntukkan untuk

pembelian hewan korban dengan jangka waktu tertentu. Dengan spesifikasi harga

hewan korban sesuai standar harga kambing. Contoh :

Kelas A. Rp.850.000,-

(52)

Kelas C. Rp.600.000,-

Apabila setoran perbulan sudah memenuhi spesifikasi harga di atas maka

pihak BMT akan membelikan kambing yang digunakan sebagai ibadah korban

nasabah.

4. Simpanan Haji

Simpanan investasi yang prioritas kegunaan dan hasil diperuntukkan untuk

biaya perjalanan ibadah haji. Dengan setoran awal yang telah ditentukan,

contohnya Rp.5.000.000,-. Apabila saldo investasi nasabah sudah memenuhi

biaya yang diperlukan, maka pihak BMT akan mendaftarkan pihak nasabah ke

biro perjalanan haji guna mendapatkan quota keberangkatan

5. Simpanan Wisata

Adalah simpanan investasi yang prioritas kegunaannya diperuntukkan

untuk kegiatan perjalanan tertentu .(Karya Wisata, Ziarah, Tour, dll). Setelah dana

simpanan perbulan memenuhi target biaya wisata yang direncanakan maka pihak

Koperasi akan menjadi Event Organizer pelaksanaan kegiatan.

6. Simpanan Pendidikan

Adalah simpanan investasi yang prioritas kegunaannya diperuntukkan

untuk perencanaan biaya pendidikan anak dengan jenjang pendidikan tertentu.

7. Simpanan Masa Depan

Adalah jenis simpanan yang berorientasi hari esok. Jenis simpanan ini bisa

diambil setelah jatuh tempo masa simpanan (3 tahunan atau 5 tahunan). Nominal

(53)

mendapatkan bagi hasil atas simpanan, contohnya dengan memperoleh nisbah

60% dari keuntungan per bulan lembaga.

b. Lending

Adalah kegiatan pendistribusian dana Investasi masyarakat untuk

pembiayaan masyarakat yang membutuhkan dengan prinsip Syar’i, produktif dan

aman melalui beberapa akad.

1. Murobahah

Yaitu pembiayaan berupa pembelian barang yang dibutuhkan masyarakat

yang kemudian dijual kepada nasabah dengan kesepakatan harga baru dengan

system pembayaran sesuai kesepakatan pula baik secara cash, tempo, ataupun

angsur dengan rincian sebagai berikut:

a. Nasabah mengajukan pembiayaan dengan spesifikasi barang tertentu.

b. Lembaga mencari dan membeli barang yang dikehendaki Nasabah pada

merchan yang menyediakan barang.

c. Merchan mengantar barang ke Lembaga

d. Lembaga menyerahkan barang kepada nasabah dengan akad jual beli dan

dengan kesepakatan harga yang telah ditentukan.

Apabila Lembaga tidak dapat menyediakan barang sendiri maka,

pembelian dapat diwakilkan kepada nasabah secara langsung, dengan dengan

rincian:

a. Nasabah mengajukan pembiayaan pembelian barang

b. Karena lembaga tidak dapat menyediakan barang sendiri maka lembaga

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengelolaan dana simpan pinjam di Koperasi Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta yang ditinjau dari segi hukum

Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah ( KSPPS ) Berkah Mitra Hasanah.. Dilihat dari segi kedudukan dan peranan lembaga keuangan

SISTEM INFORMASI PENILAIAN KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM PEMBIAYAAN SYARIAH (KSPPS)... Update

Tabungan Koperasi Wadi’ah adalah simpanan anggota / calon anggota pada Koperasi Simpan Pinjam (KOSPIN) JASA Layanan Syariah berdasarkan prinsip wadi’ah

Tujuan penelitian ini adalah : (1) untuk mengetahui pengaruh program koperasi terhadap keberhasilan Koperasi Simpan Pinjam Syariah BMT Usaha Gabungan Terpadu Sidogiri

Dilihat dari sistem yang sedang berjalan pada koperasi KSU Tandangsari khususnya dalam bidang simpan pinjam masih belum efektif karena masih dijumpai masalah –

Penerapan sistem pencatatan data simpanan dan pinjaman di KSP Mitra Mandiri Jetak perlu diperhatikan, karena dengan menerapkan sistem informasi simpan pinjam maka Koperasi Mitra

Sehingga penulis ingin meneliti lebih dalam dengan mengangkat judul “Tinjauan Sosiologi Hukum Islam Terhadap Praktik Pembiayaan di Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah KSPPS