• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Karakteristik Kewirausahaan dan Pengetahuan Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha Pedagang Bakso di Kecamatan Medan Johor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Karakteristik Kewirausahaan dan Pengetahuan Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha Pedagang Bakso di Kecamatan Medan Johor"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Panji. 2002. Koperasi Kewirausahaan dan Usaha Kecil. Rineka Cipta. Jakarta.

Astamoen, P. Moko. 2005. Entrepreneurship. Alfabeta. Jakarta. Basri, Faisal. 2002. Perekonomian Indonesia. Erlangga. Jakarta.

Dalimunthe, Ritha F. 2002. “Pengaruh Karakteristik Individu, Kewirausahaan, Gaya Kepemimpinan Terhadap Kemampuan Usaha Serta Keberhasilan Usaha Industri Kecil Tenun dan Bordir di Sumatera Utara dan Riau”. Disertasi S3 Program Pasca Sarjana tak diterbitkan. Universitas Airlangga.

Dewanti, Retno, 2008. Kewirausahaan. Mitra Wacana Media, Jakarta.

Drucker, Peter. F, 1996. Konsep Kewirausahaan Era Globalisasi, Erlangga, Jakarta.

Harefa, Andrias. 2007. Inovasi Kewirausahaan: Kecerdasan Emosi Wirausaha (Online). (www.pembelajar.com diakses pada 9 Januari 2016)

Hendro. 2011. Dasar-Dasar Kewirausahaan: Panduan Bagi Mahasiswa Untuk Mengenal, Memahami, dan Memasuki Dunia Bisnis. Erlangga. Jakarta.

Longenecker, Justin G. 2001. Kewirausahaan: Manajemen Usaha Kecil Edisi Pertama. Salemba Empat. Jakarta.

Marzuki. 2005. Metodologi Riset Panduan Penelitian Bidang Bisnis dan Sosial. Edisi Kedua. Ekosiana. Yogyakarta.

Meredith, Geoffrey G., Et al. 2000. Kewirausahaan: Teori dan Praktek, terjm. Andre Asparsayogi. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta.

Mutis, Thoby. 1995. Kewirausahaan Yang Berproses. Grasindo. Jakarta.

Noor, Henry Faizal. 2007. Ekonomi Manajerial. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Ranto, Basuki. 2007. Analisis Hubungan Antara Motivasi, Pengetahuan

Kewirausahaan, dan Kemandirian Usaha Terhadap Kinerja Pengusaha Pada Kawasan Industri Kecil di Daerah Pulogadang. Jurnal Usahawan No.10 TH XXXVI Oktober 2007.

(2)

Scarborough, Norman M. dan Thomas, W. Zimmerer. 1993. Effective Small Business Management. Macmillan Publishing Company. Jakarta. Septika, Revina. “Pengaruh Modal, Pemilihan Lokasi, dan Pengetahuan yang

Mendorong Keberhasilan Usaha Mobil Data Internet di Sepanjang Jl. Dr. Mansyur Medan”. Skripsi Sarjana tak diterbitkan. Universitas Sumatera Utara.

Situmorang, Syafrizal H. dan Muslich Luthfi. 2011. Analisis Data Untuk Riset. USU Press. Medan.

Situmorang, Syafrizal H. dan Muslich Luthfi. 2014. Analisis Data Untuk Riset Manajemen dan Bisnis. USU Press. Medan.

Singgih, Santoso. 2002. SPSS Statistik Parametrik. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung.

Sugiyono. 2012. Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&B. Alfabeta. Bandung.

Sukardi, 1991. Keperibadian Wirausaha. Bumi Aksara. Jakarta. Sumarsono, Sonny. 2010. Kewirausahaan. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Sunyoto, Danang. 2009. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis. Edidi Pertama. Media Pressindo. Yogyakarta.

Suryana, 2006. Kewirausahaan Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses, Edisi Ketiga, Penerbit Salemba, Jakarta.

Suryana. 2008. Kewirausahaan. Salemba Empat. Jakarta.

Wijayanto, Andi. “Pengaruh Karakteristik Wirausahawan Terhadap Tingkat Keberhasilan Usaha Pada Sentra Usaha Kecil Pengasapan Ikan di Krobokan Semarang” Skripsi Sarjana tak diterbitkan. Universitas Diponegoro.

Winardi, J. 2007. Motivasi dan Pemotivasian. Salemba Empat. Jakarta.

Wiratmo, Mansyur. 2001. Pengantar Kewirausahaan: Kerangka Dasar Memasuki Dunia Bisnis. BPPE. Yogyakarta.

(3)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian asosiatif, yakni penelitian yang menghubungkan dua variabel atau lebih untuk melihat pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya. (Ginting dan Situmorang, 2008). Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif karena arah dan fokus penelitian ini ialah uji teoritik, yang tiap tahap mengutamakan pengukuran rumus, penggunaan instrumen kuesioner dan data statistik (Ginting dan Situmorang, 2008).

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di beberapa lokasi usahapedagang bakso di kecamatan Medan Johor. Waktu penelitian dilakukan dari bulan Mei 2016 s/d selesai. Pemilihan tempat penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu daerah penelitian ditentukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan penelitian.

3.3. Batasan Operasional

1. Variabel Independen (X1) Karakteristik Kewirausahaan 2. Variabel Independen (X2) Pengetahuan Kewirausahaan

3. Variabel Dependen (Y) keberlangsunganusahapedagang bakso di Kecamatan Medan Johor.

3.4. Definisi Operasional

(4)

memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Definisi operasional diperlukan untuk menjelaskan faktor-faktor yang sudahdiidentifikasi sebagai upaya pemahaman dalam penelitian. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah Pengertahuan Kewirausahaan dan Karakteristik Kewirausahaan.

1. Karakteristik Kewirausahaan (X1)

Didefinisikan sebagai suatu karakteristik yang harus dimiliki setiap pewirausaha untuk menjalankan usahanya dan menjadi pendorong kesuksesan usahanya. Menurut Suryana (2010) dan Mahfoedz (2006) peneliti mengambil lima indikator dari karakteristik wirausaha yaitu sebagai berikut:

1. Percaya diri

2. Berani mengambil resiko 3. Memiliki komitmen 4. Memiliki etos kerja

5. Memiliki sikap kemandirian 2. Pengetahuan Kewirausahaan (X2)

Didefinisikan sebagai dasar dari sumber daya kewirausahaan yang terdapat didalam mandiri individu setiap pewirausaha. Menurut Suryana (2010) dan Scarborough, 2006 (dalam Kristanto, 2009) peneliti mengambil indikator yang terkait dengan pengetahuan kewirausahaan yaitu sebagai berikut:

1. Mengerti tentang bidang usaha yang dijalankan 2. Memiliki pembukuan sederhana

(5)

4. Memiliki pengetahuan manajemen 5. Memiliki pengetahuan pemasaran

3. Keberhasilan Usaha (Y)

Didefinisikan sebagai keberhasilan dari bisnis mencapai tujuannya, suatu bisnis dikatakan berhasil bila mendapat laba, karena laba adalah tujuan dari seseorang melakukan bisnis. Beberapa indokator dalam menentukan keberhasilan usaha menurut Noor (2007) adalah sebagai berikut :

1. Keuntungan Usaha

Variabel Definisi Indikator Skala Ukur

Karakteristik

(6)

Lanjutan Tabel 3.1

Sumber : (Machfoedz, 2006);(Suryana, 2010);(Noor 2007)

3.5. Skala Pengukuran Variabel

Variabel dalam penelitian ini Karakteristik kewirausahaan (X1),Penetahuan kewirausahaan (X2) dan keberlangsungan usaha pedagang bakso (Y) yang diukur dengan menggunakan skala Likert.

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiono,2005). Dalam penelitian ini, responden memilih dari salah satu jawaban yang tersedia, kemudian masing-masing jawaban diberi skor tertentu. Total skor inilah yang ditafsir sebagai posisi responden dalam skala Likert. Peneliti memberikan lima alternatif jawaban kepada responden dengan menggunakan skala 1 sampai dengan 5 yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

(7)

3.6. Populasi Dan Sampel Penelitian 3.6.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2012), Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi pada penelitian ini adalah pedagang bakso di Kecamatan Medan Johor yang berjumlah 33 pedagang.

3.6.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2012), Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.

(8)

3.7 Jenis Data

Data adalah hasil pencatatan penulis, baik yang berupa fakta ataupun angka. Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun informasi, sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk suatu keperluan (Marzuki, 2005).

Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data, yakni : a) Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden terpilih pada lokasi penelitian. Data primer diperoleh dengan memberikan daftar pertanyaan / kuesioner kepada para pedagang bakso di Medan Johor.

b) Data Sekunder

(9)

3.8 Metode Pengumpulan Data 1. Kuesioner

Kuesioner adalah merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukasn dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

2. Studi Dokumentasi

Dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari data-data yang diperoleh dari berbagai macam buku, jurnal dan informasi dari internet yang berhubungan dengan keberlangsungan usaha pedagang bakso.

3.9 Uji Validitas dan Reabilitas

Uji validitas dan reabilitas dilakukan terhadap alat penelitian yaitu kuesioner. Penyebaran kuesioner uji validitas dan reabilitas diberikan kepada 30 pedagang bakso sebagai sampel yang akan diteliti di kecamatan Medan Selayang. Uji validitas dan realibitas kuesioner dalam penelitian ini menggunakan bantuan aplikasi software SPSS 17.0 for Windows.

3.9.1 Uji Validitas

Menurut Situmorang dan Lufti (2011), validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur.

(10)

1. Jika rhitung positif dan rhitung ≥ rtabel, maka butir pertanyaan pada setiap variabel penelitian dinyatakan tidak valid.

2. rhitung dapat dilihat pada kolom corrected item-total correlation.

3. Nilai rtabel dengan responden awal berjumlah 30 orang dan alpha 5% adalah 0,361.

3.9.2 Uji Reliabilitas

Situmorang dan Lufti (2011), Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel. Reliabilitas menunjukkan akurasi dan konsistensi dari pengukurannya. Dikatakan konsisten jika beberapa pengukuran terhadap subjek yang sama diperoleh hasil yang tidak berbeda. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa butir pertanyaan disebut reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan bersifat konsisten dari waktu ke waktu.

Pengukuran reliabilitas menggunakan uji statistik Cronbach Alpha. Suatu konstruk dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha> 0,80.

3.10 Teknik Analisis Data 3.10.1 Metode Analisis Deskriptif

(11)

3.10.2 Uji Asumsi Klasik

Menurut Situmorang dan Lufti (2014) uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square (OLS). Untuk mengetahui apakah model regresi benar-benar menunjukkan hubungan yang signifikan dan representatif, maka model tersebut harus memenuhi asumsi klasik regresi. Uji asumsi klasik yang dilakukan adalah uji normalitas, uji heteroskedastisitas, dan uji multikolinearitas.

Menurut Singgih (2002) ada empat langkah penanganan data tidak normal yaitu

1. Menambah jumlah data

2. Menghilangkan data yang dianggap tidak normalnya data (outlier) 3. Dilakukan transformasi data, missal mengolah data ke logaritma 4. Diterima apa adanya

3.10.2.1 Uji Normalitas

(12)

(signifikansi) > 0,05 dan data berdistribusi tidak normal, jika nilai sig (signifikansi) < 0,05.

3.10.2.2 Uji Heteroskedostisitas

Uji Heteroskedostisitas dipakai untuk menguji sama atau tidaknya varians dari resual observasi yang satu dengan observasi yang lain. Jika residualnya mempunyai varian yang sama maka disebut terjadi heteroskedostisitas dan sebaliknya jika variansnya tidak sama atau berbeda maka dikatakan tidak terjadi heteroskedostisitas. Persamaan yang baik adalah tidak terjadi heteroskedostisitas. Pada penelitian ini uji heteroskedastisitas dilakukan dengan Uji Glejser dimana dapat dilihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Dasar Pengambilan Keputusan (Situmorang dan Lufti, 2011) :

- Tidak terjadi heteroskedostisitas, jika nilai signifikansi > 0,05. - Terjadi heteroskedostisitas, jika nilai signifikansi lebih < 0,05 3.10.2.3 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan linear yang sempurna diantara variabel-variabel bebas dalam regresi. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerence dan VIF (Varians Inflation Factors) melalui program SPSS. Kriteria yang dipakai adalah :

Melihat nilai Tolerance

- Tidak terjadi Multikolinearitas , jika nilai Tolerance lebih besar 0,1.

(13)

Melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor)

- Tidak terjadi Multikonieritas, jika nilai VIF lebih kecil 5,00.

- Terjadi Multikonieritas, jika nilai VIF lebih besar atau sama dengan 5,00. 3.10.3 Regresi Linier Berganda

Menurut Situmorang dan Lufti (2014) metode ini merupakan perluasan dari regresi sederhana. Regresi linier berganda ditujukan untuk menentukan hubungan linear antar beberapa variabel bebas yang biasa disebut X1, X2, X3, dan seterusnya dengan variabel terikat yang disebut Y. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis regresi linear berganda untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas (X) yang terdiri dari Pengetahuan Kewirausahaan (X1) dan Karakteristik Kewirausahaan (X2), terhadap variabel terikat (Y) yaitu Keberhasilan Usaha. Hubungan fungsional antara variabel bebas dan variabel terikat yang digunakan adalah sbb:

Y= a + b1X1 + b2X2 + e Keterangan :

Y : Keberhasilan Usaha a : Konstanta

(14)

3.10.3.1 Koefisien Daterminasi (R2)

Besarnya pengaruh Karakteristik Kewirausahaan secara bersama-sama dalam keberhasilan usaha pedagang bakso ditunjukkan dengan besarnya Nilai Koefisien Determinasi = R square (R2)

Range nilai dari �2 adalah 0-1. 0≤�2 ≤1. Semakin mendekati nol berarti model tidak baik atau variasi model dalam menjelaskan sangat terbatas, sebaliknya semakin mendekati satu maka model semakin baik. (Situmorang dan Lufti, 2012).

Tabel 3.3

Hubungan Antar Variabel

Nilai Interpretasi

0,0 – 0,19 Sangat Tidak Erat

0,2 – 0,39 Tidak Erat

0,4 – 0,59 Cukup Erat

0,6 – 0,79 Erat

0,8 – 0,99 Sangat Erat

Sumber : Situmorang dan Luthfi, 2012 3.10.3.2 Uji Signifikan Simultan (Uji-F)

Untuk menguji pengaruh variabel independen Karakteristik Kewirausahaan dan Pengetahuan Kewirausahaan (X) secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel dependen Keberhasilan Usaha pedagang Bakso (Y)digunakan uji statistik F (Uji-F) dimana sebagai indikator adalah nilai F

hitung

dibandingkan dengan nilai F tabel. Hipotesis awal didefinisikan sbb:

(15)

Ha = Terdapat pengaruh antara Karakteristik Kewirausahaan secara simultan atau serempak dalam Keberhasilan Usaha pedagang Bakso. Setelah dilakukan Uji F jika :

Nilai F

hitung > nilai Ftabel , maka Ho ditolak dan Ha diterima, dan jika Nilai F

hitung < nilai Ftabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. 3.10.3.3 Uji Signifikan Parsial (Uji t)

Untuk menguji pengaruh variabel Karakteristik Kewirausahaan secara parsial dalam keberlangsungan usaha pedagang bakso, digunakan uji statistik t (t test) dimana nilai t

hitung dibandingkan dengan nilai ttabel. Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima dan sebaliknya jika t

hitung < ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak. Nilai t

tabel yang digunakan adalah nilai dengan tingkat kepercayaan 95% atau alpha = 0.05 dan df = 30 maka diperoleh nilai t

(16)

BAB IV

HASIL PENELITIAN& PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kecamatan Medan Johor

Kecamatan Medan Johor merupakan salah satu kecamatan di Kotamadya Medan dan merupakan daerah strategis pengembangan usaha kuliner karena sangat banyak terdapat komplek-komplek perumahan yang sedang dibangun ataupun sudah dihuni. Melihat peluang ini banyak pengusaha kuliner mengembangkannya di daerah Medan Johor ini.

Sumber: Kantor Badan Pusat Statistik Sumatera Utara Gambar 4.1

(17)

4.2 Uji Validitas dan Reabilitas

Valid artinya data-data yang diperoleh dengan penggunaan instrumen dapat menjawab tujuan penelitian.Reliabel artinya konsisten atau stabil.Agar data yang diperoleh valid dan reliabel maka dilakukan uji reliability. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan terhadap alat penelitian, yakni kuesioner. Penyebaran kuesioner khusus uji validitas dan reliabilitas diberikan kepada 30 orang pedagang baksodi kecamatan Medan Selayang.

4.2.1 Uji Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Sekiranya peneliti ingin mengukur kuisioner didalam pengumpulan data di penelitian, maka kuisioner yang disusunnya harus mengukur apa yang ingin diukurnya. Setelah kuisioner tersebut tersusun dan diuji validitasnya, dalam praktek belum tentu data yang terkumpulkan adalah data yang valid. Banyak hal-hal lain yang akan mengurangi validitas data; misalnya apakah si wawancara yang mengumpulkan data betul-betul mengikuti petunjuk yang telah ditetapkan dalam kuisioner. Selain itu, validitas data akan ditentukan oleh keadaan responden sewaktu di wawancara. Bila di waktu menjawab semua pertanyaan, responden merasa bebas tanpa ada rasa malu atau rasa takut, maka data yang diperoleh akan valid. (Helmi, 2014)

Pengujian validitas instrumen digunakan dengan menggunakan software SPSS for windows, dengan kriteria sebagai berikut:

(18)

2. Jika r hitung < r tabel, maka pertanyaan tersebut dinyatakan tidak valid. Pada hasil pengolahan dengan menggunakan bantuan software SPSS for windows untuk melakukan pengujian terhadap validitas dan realibilitas pada tiap pertanyaan dan kuesioner yang diajukan, diperoleh data output sebagai berikut:

Tabel 4.1

(19)

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 15 variabel semua variabel valid, dengan nilai rhitung > rtabel atau nilai Corrected Item-Total Correlation diatas 0,361.

4.2.2 Uji Realibilitas

Realibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan bila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut reliable (Situmorang, 2014).

Pengujian yang dilakukan dengan program software SPSS for windows. Butir pertanyaan yang ditanyakan sudah valid dalam uji validitas akan ditentukan realibilitasnya dengan kriteria sebagai berikut:

1. Jika r alfa positif atau > r tabel maka pertanyaan reliabel. 2. Jika r alfa negatif atau < r tabel maka pertanyaan tidak reliabel.

Tabel 4.2 Uji Realibilitas Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items

,958 15

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer (Kuesioner, SPSS for Windows, 2016) Tabel 4.2 menunjukan bahwa semua butir instrumen reliabel karena nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,958 lebih besar dari 0,80. Maka kuesioner dinyatakan

(20)

4.3 Analisis Deskriptif

Analisis yang digunakan adalah adalah analisis deskriptif responden. Data yang dijadikan dasar perhitungan adalah data pada saat penulis melakukan penelitian yang dilakukan mulai dari bulan Mei 2016.

4.3.1 Analisis Deskriptif Responden

Responden dalam penelitian ini adalah pedagang bakso yang berjualan di kecamatan Medan Johor. Hal-hal yang dianalisis dari dari responden adalah data pribadi responden yang terdiri dari jenis kelamin, usia pedagang, pendidikan terakhir, dan usia usaha.

Tabel 4.3

Komposisi Pedagang Bakso di Kecamatan Medan Johor

(21)

memiliki persentase sebesar 63,6% dan pengusaha yang berjenis kelamin perempuan memiliki sebesar 36,4%. Hal ini menunjukkan bahwa pedagang berjenis kelamin laki-lakilebih banyak dari pada pedagang berjenis kelamin wanita.

Dilihat dari segi usia, ketiga puluh tigapedagang bakso yang menjadi responden, yang melakukan aktivitasnya di wilayah Kecamatan Medan Johor, didapat informasi bahwa pedagang yang berusia 17-26 tahun memiliki persentase sebesar 9,1%, pedagang yang berusia 27-36 tahun memiliki persentase sebesar 51,5%, pedagang yang berusia 37-46 tahun memiliki persentase sebesar 33,3%, pedagang yang berusia lebih dari 46 tahun memiliki persentase sebesar 6,1%. Hal ini menunjukkan bahwa pedagang bakso di wilayah Kecamatan Medan Johor di dominasi oleh pedagang yang berusia 27-36 tahun, karena memiliki nilai persentase paling tinggi yaitu 51,5%.

(22)

Dilihat dari segi usia usaha, ketiga puluh tigapedagang bakso yang menjadi responden, yang melakukan aktivitasnya di wilayah Kecamatan Medan Johor, didapat informasi bahwa pedagang bakso yang usia usahanya dibawah 3 tahunan memiliki persentase sebesar 21,2%, pedagang bakso yang usia usahanya 3-5 tahun memiliki persentase sebesar 27,3%, dan pedagang bakso yang usia usahanya lebih dari 5 tahun memiliki persentase sebesar 51,5%. Hal ini menunjukkan bahwa pedagang bakso di Kecamatan Medan Johor di dominasi oleh pedagang bakso yang memiliki usia usaha sudah mencapai di atas 5 tahun dengan nilai persentase tertinggi yaitu sebesar 51,5%.

4.3.2 Analisis Deskriptif Variabel

Peneliti meneliti faktor-faktor yang mendorong keberhasilan pedagang bakso di Kecamatan Medan Johor. Didalam wawancara telah diajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai faktor-faktor pendorong keberhasilan usaha kepada para responden. Hasil wawancara yang berisikan pertanyaan-pertanyaan kemudian ditabulasi dan disajikan dalam tabel sebagaimana diuraikan berikut ini. 1. Faktor Karakteristik Kewirausahaan

Tabel 4.4

Distribusi Jawaban Responden untuk Variabel Karakteristik Kewirausahaan (X1)

Item STS TS KS S SS Total

Rata-Rata

F % F % F % F % F % F %

1 0 0 3 9.1 11 33.3 11 33.3 8 24.2 33 100 3.73 2 0 0 1 3.0 16 48.5 11 33.3 5 15.2 33 100 3.61 3 0 0 2 6.1 12 36.4 13 39.4 6 18.2 33 100 3.70 4 0 0 1 3.0 15 45.5 11 33.3 6 18.2 33 100 3.67 5 0 0 3 9.1 13 39.4 9 27.3 8 24.2 33 100 3.67

Total Rata-Rata 3.67

(23)

Tabel 4.4 menunjukan bahwa hasil jawaban kuesioner yang diperoleh dari 33 responden untuk variabel karakteristik kewirausahaan yaitu:

1) Pada pernyataan yang pertama (Saya percaya usaha saya akan berhasil) dari 33 responden, 8 responden (24.2%) menyatakan sangat setuju, 11 responden (33,3%) menyatakan setuju, 11 responden (33,3%) menyatakan kurang setuju, 3 responden (9.1%) menyatakan tidak setuju, dan 0 responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju.

2) Pada pernyataan yang kedua (Saya berani mengambil risiko demi kemajuan usaha yang saya jalankan) dari 33 responden, 5 responden (15.2%) menyatakan sangat setuju, 11 responden (33.3%) menyatakan setuju, 16 responden (48.5%) menyatakan kurang setuju, 1 responden (3%) menyatakan tidak setuju, dan 0 responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju. 


3) Pada pernyataan yang ketiga (Saya akan selalu menjalankan usaha ini meskipun tidak setiap hari dagangan saya terjual sesuai target) dari 33 responden, 6 responden (18.2%) menyatakan sangat setuju, 13 responden (39.4%) menyatakan setuju, 12 responden (36.4%) menyatakan kurang setuju, 2 responden (6.1%) menyatakan tidak setuju, dan 0 responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju. 


(24)

responden (3%) menyatakan tidak setuju, dan 0 responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju. 


5) Pada pernyataan yang kelima (Saya mampu menjalankan usaha ini sendiri) dari 33 responden, 8 responden (24.2%) menyatakan sangat setuju, 9 responden (27.3%) menyatakan setuju, 13 responden (39.4%) menyatakan kurang setuju, 3 responden (9.1%) menyatakan tidak setuju, dan 0 responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju. 


Dari hasil distribusi jawaban responden menunjukkan bahwa pada variabel karakteristik kewirausahaan dari 5 (lima) butir pernyataan yang disebar, pernyataan yang paling dominan adalah pernyataan kedua (Saya berani mengambil resiko demi kemajuan usaha yang saya jalankan) karena dari 33 responden sebanyak 16 responden (48,5%) yang menyatakan kurang setuju.

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui rata-rata jawaban responden terhadap variabel karakteristik kewirausahaan. Agar lebih mempermudah penilaian dari rata- rata tersebut, maka perlu dibuat interval. Dalam penelitian ini, banyak kelas interval sebesar 5 (lima) dengan rumus sebagai berikut:

����������� �� � ��� = Rentang Banyak Kelas Inerval

Berdasarkan rumus tersebut maka panjang kelas interval adalah:

����������� �� � ��� =5−1

5 = 0.8

(25)

Tabel 4.5

Interpretasi Nilai Rata-Rata Jawaban Responden Terhadap Karakteristik Kewirausahaan (X1)

Nilai Keterangan

Dari hasil jawaban responden dapat dilihat bahwa rata-rata jawaban responden mengenai karakteristik kewirausahaan sebesar 3.67 (baik) yang artinya semua responden menyetujui bahwa karakteristik kewirausahaan sangat diperlukan dalam berwirausaha untuk mencapai keberhasilan usaha pedagang bakso di Kecamatan Medan Johor.

2. Faktor Pengetahuan Kewirausahaan Tabel 4.6

Distribusi Jawaban Responden untuk Variabel Pengetahuan Kewirausahaan (X2)

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer (Kuesioner, SPSS for Windows, 2016)

Tabel 4.6 menunjukan bahwa hasil jawaban kuesioner yang diperoleh dari 33 responden untuk variabel pengetahuan kewirausahaan yaitu:

(26)

menyatakan ragu-ragu, 0 responden (0%) menyatakan tidak setuju, dan 0 responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju. 


7) Pada pernyataan yang ketujuh (Saya mampu membuat pembukuan sederhana dalam mengelola keuangan) dari 33 responden, 4 responden (12.1%) menyatakan sangat setuju, 16 responden (48.5%) menyatakan setuju, 12 responden (36.4%) menyatakan ragu-ragu, 1 responden (3%) menyatakan tidak setuju, dan 0 responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju. 


8) Pada pernyataan yang kedelapan (Saya mampu berkomunikasi dengan baik) dari 33 responden, 5 responden (15.2%) menyatakan sangat setuju, 18 responden (54.5%) menyatakan setuju, 10 responden (30.3%) menyatakan ragu-ragu, 2 responden (6.1%) menyatakan tidak setuju, dan 0 responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju.

9) Pada pernyataan yang kesembilan (Saya mengelola usaha ini dengan baik) dari 33 responden, 6 responden (18.2%) menyatakan sangat setuju, 15 responden (45.5%) menyatakan setuju, 12 responden (36.4%) menyatakan ragu-ragu, 0 responden (0%) menyatakan tidak setuju, dan 0 responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju. 


(27)

Dari hasil distribusi jawaban responden menunjukkan bahwa pada variabel pengetahuan kewirausahaan pernyataan yang paling dominan adalah pernyataan kedelapan (Saya mampu berkomunikasi dengan baik) dari 33 responden sebanyak 18 responden (54,5%) yang menyatakan setuju.

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui rata-rata jawaban responden terhadap variabel pengetahuan kewirausahaan. Agar lebih mempermudah penilaian dari rata- rata tersebut, maka perlu dibuat interval. Dalam penelitian ini, banyak kelas interval sebesar 5 (lima) dengan rumus sebagai berikut:

����������� �� � ��� = Rentang Banyak Kelas Inerval

Berdasarkan rumus tersebut maka panjang kelas interval adalah:

����������� �� � ��� =5−1

5 = 0.8

Maka kriteria dari penilaian adalah sebagai berikut: Tabel 4.7

Interpretasi Nilai Rata-Rata Jawaban Responden Terhadap Pengetahuan Kewirausahaan (X1)

Nilai Keterangan

1.00 – 1.79 Sangat Tidak Baik 1.80 – 2.59 Tidak Baik

2.60 – 3.39 Kurang Baik

3.40 – 4.19 Baik

4.20 – 5.00 Sangat Baik Sumber: Data Diolah (2016)

(28)

pedagang bakso di Kecamatan Medan Johor. 3. Keberhasilan Usaha

Tabel 4.8

Distribusi Nilai Rata-Rata Jawaban Responden Terhadap Keberhasilan Usaha (Y)

item STS TS KS S SS Total

Rata-Rata

F % F % F % F % F % F %

1 0 0 1 3.0 11 33.3 12 36.4 12 36.4 33 100 3.97 2 0 0 1 3.0 8 24.2 15 45.5 9 27.3 33 100 3.97 3 0 0 1 3.0 12 36.4 13 39.4 7 21.2 33 100 3.79 4 0 0 1 3.0 11 33.3 12 36.4 9 27.3 33 100 3.88 5 0 0 0 0.0 11 33.3 14 42.4 8 24.2 33 100 3.91

Total Rata-Rata 3.90

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer (Kuesioner, SPSS for Windows, 2016)

Tabel 4.8 menunjukan bahwa hasil jawaban kuesioner yang diperoleh dari 33 responden untuk variabel keberhasilan usaha yaitu:

11)Pada pernyataan yang kesebelas (Saya mengalami peningkatan laba) dari 33 responden, 12 responden (36.4%) menyatakan sangat setuju, 12 responden (36.4%) menyatakan setuju, 11 responden (33.3%) menyatakan ragu-ragu, 1 responden (3%) menyatakan tidak setuju, dan 0 responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju.

(29)

13)Pada pernyataan yang ketigabelas (Saya mengalami peningkatan omset) dari 33 responden, 7 responden (21.2%) menyatakan sangat setuju, 13 responden (39.4%) menyatakan setuju, 12 responden (36.4%) menyatakan ragu-ragu, 1 responden (3%) menyatakan tidak setuju, dan 0 responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju. 


14)Pada pernyataan yang keempatbelas (Saya mengalami peningkatan jumlah konsumen) dari 33 responden, 9 responden (27.3%) menyatakan sangat setuju, 12responden (36.4%) menyatakan setuju, 11 responden (33.3%) menyatakan ragu-ragu, 1 responden (3%) menyatakan tidak setuju, dan 0 responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju. 


15)Pada pernyataan yang kelimabelas (Perputaran dana dalam usaha saya berkembang dengan cepat) dari 33 responden, 8 responden (24.2%) menyatakan sangat setuju, 14responden (42.4%) menyatakan setuju, 11 responden (33.3%) menyatakan ragu-ragu, 0 responden (0%) menyatakan tidak setuju, dan 0 responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju. 


Dari hasil distribusi jawaban responden menunjukkan bahwa pada variabel keberhasilan usaha pernyataan yang paling dominan adalah pernyataan keduabelas (Jumlah karyawan saya bertambah) dari 33 responden sebanyak 15 responden (45,5%) yang menyatakan setuju.

(30)

����������� �� � ��� = Rentang Banyak Kelas Inerval

Berdasarkan rumus tersebut maka panjang kelas interval adalah:

����������� �� � ��� =5−1

5 = 0.8

Maka kriteria dari penilaian adalah sebagai berikut:

Tabel 4.9

Interpretasi Nilai Rata-Rata Jawaban Responden Terhadap Keberhasilan Usaha (Y)

Nilai Keterangan

1.00 – 1.79 Sangat Tidak Baik 1.80 – 2.59 Tidak Baik

2.60 – 3.39 Kurang Baik

3.40 – 4.19 Baik

4.20 – 5.00 Sangat Baik Sumber: Data Diolah (2016)

Dari hasil jawaban responden dapat dilihat bahwa rata-rata jawaban responden mengenai keberhasilan usaha sebesar 3.90 (baik) yang artinya semua responden menyetujui bahwa untuk mencapai keberhasilan usaha pedagang bakso di Kecamatan Medan Johor sangat diperlukan karakteristik dan pengetahuan kewirausahaan yang baik.

4.4 Uji Asumsi Klasik

(31)

4.4.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat normal tidaknya sebaran data yang akan dianalisis. Model regresi yang baik adalah distribusi normal atau mendekati normal. Untuk melihat normalitas data menggunakan pendekatan histogram, grafik dan Kolmogorov-Smirnov.

1. Pendekatan Histogram

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer (Kuesioner, SPSS for Windows, 2016) Gambar 4.2

Hasil Uji Regression Standartized Residual

(32)

2. Pendekatan Grafik

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer (Kuesioner, SPSS for Windows, 2016)

Gambar 4.3

Hasil Uji Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Pada output SPSS P-P Plot of Regression, bahwa data cenderung lurus mengikuti garis diagonal sehingga data dalam penelitian ini cenderung terdistribusi normal seperti terlihat pada Gambar 4.3.

3. Pendekatan Kolmogorv-Sminorv

(33)

Tabel 4.10

Uji Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized

Residual

N 33

Normal Parametersa,b Mean ,0000000 Std.

Deviation 2,07116862 Most Extreme

Differences

Absolute ,141

Positive ,141

Negative -,088

Test Statistic ,141

Asymp. Sig. (2-tailed) ,093c

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer (Kuesioner, SPSS for Windows, 2016) Pada Tabel 4.10 terlihat bahwa nilai Asymp. Sig (2-tailed) adalah 0.093 dan diatas nilai signifikansi (0,05) atau 5%. Hal ini berarti residual data berdistribusi normal. Nilai Kolmogorov-Sminorv Z lebih kecil dari 1,97 berarti tidak ada perbedaan antara distribusi teoritik dan distribusi empiric atau dengan kata lain data dikatakan normal.

4.4.2 Uji Heterokedastisitas

(34)

sedangkan jika varians tidak sama dikatakan heterokedastisitas (Situmorang & Lufti , 2014). Gejala heterokedastisitas dapat dideteksi dengan dua cara yaitu: 1. Gejala Grafik

Gejala heterokedastisitas dapat dilihat dengan menggunakan grafik Scatterplot.Apabila data yang berbentuk titik-titik tidak membentuk suatu pola atau menyebar, maka model regresi tidak terkena heterokedastisitas.

Kriteria pengambilan keputusan:

 Jika diagram pencar yang ada membentuk pola-pola tertentu yang

teratur maka regresi mengalami gangguan heterokedastisitas

 Jika diagram pencar yang ada tidak membentuk pola-pola tertentu

yang teratur maka regresi tidak mengalami gangguan heterokedastisitas.

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer (Kuesioner, SPSS for Windows, 2016) Gambar 4.4

(35)

Gambar 4.4 menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol (0) pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak digunakan untuk memprediksi keberhasilan usaha pedagang bakso di Kecamatan Medan Johor, berdasarkan masukkan variabel Karakteristik dan Pengetahuan Kewirausahaan.


2. Analisis Statistik

Kriteria keputusan:

 Jika probabilitas > 0,05 maka tidak mengalami gangguan

heterokedastisitas

 Jika probabilitas < 0,05 maka mengalami gangguan heterokedastisitas

Gejala heterokedastisitas dapat juga dideteksi melalui uji Glejser. Tabel 4.11 berikut akan menampilkan hasil uji heterokedastisitas dengan menggunakan uji Glejser.

Tabel 4.11 Uji Glejser Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 4,871 1,799 2,708 ,011

KARAKTERISTIK -,054 ,119 -,130 -,450 ,656 PENGETAHUAN -,124 ,156 -,229 -,794 ,433 a. Dependent Variable: RES2

(36)

Pada Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa kolom Sig. pada tabel koefisien regresi untuk variabel independen adalah (0.656), (0.433), atau probabilitas lebih besar dari 0,05 maka tidak terjadi gangguan heterokedastisitas. Hal ini menunjukkan semua variabel independent yang terdiri dari karakteristik dan pengetahuan signifikan secara statisik mempengaruhi variabel dependent.

4.4.3 Uji Multikolinieritas

Artinya variabel independen yang satu dengan yang lain dalam model regresi berganda tidak saling berhubungan secara sempurna. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinieritas dapat dilihat dari besarnya nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor) melalui program SPSS. Tolerance mengukur variabilitas variabel terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai umum yang bisa dipakai adalah nilai tolerance >0,1 atau nilai VIF < 5, maka tidak terjadi multikolinieritas (Situmorang & Lufti, 2008). Pengujian multikolinieritas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.12

(37)

Tabel 4.12 menunjukkan bahwa nilai tolerance (0.354), (0.354) > 0,1 sedangkan nilai inflation factor (VIF) (2.821), (2.821) < 5. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas dalam penelitian ini tidak saling berkorelasi atau tidak ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas, sehingga tidak mengandung multikolinearitas.

4.5 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda berfungsi untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (X1 dan X2) dengan variabel terikat (Y) pada pedagang bakso di Kecamatan Medan Johor. Analisis regresi linier berganda menggunakan bantuan program SPSS for windows.

Tabel 4.13 Hasil Metode Enter Variables Entered/Removeda

Model Variables Entered

Variables

Removed Method

1 PENGETAHUAN,

KARAKTERISTIKb . Enter

a. Dependent Variable: KEBERHASILANUSAHA b. All requested variables entered.

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer (Kuesioner, SPSS for Windows, 2016)

(38)

Tabel 4.14

Hasil Regresi Linier Berganda Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 1,610 2,868 ,561 ,579

KARAKTERISTIK ,424 ,191 ,422 2,225 ,034

PENGETAHUAN ,530 ,249 ,405 2,132 ,041

a. Dependent Variable: KEBERHASILANUSAHA

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer (Kuesioner, SPSS for Windows, 2016) Tabel 4.14 menunjukkan bahwa pada kolom unstandardized coefficients diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:

Y = 1.160 + 0.424X1+ 0.530X2+ e

Persamaan regresi linier berganda dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Konstanta sebesar 1.160, artinya apabila variabel Karakteristik dan Pengetahuan dianggap konstan, maka tingkat Keberhasilan Usaha pedagang bakso di Kecamatan Medan Johor sebesar 1.160%.

b. Variabel Karakteristik mempunyai pengaruh yang positif terhadap Keberhasilan Usaha pedagang bakso di Kecamatan Medan Johor dengan koefisien menunjukkan sebesar 0.424 yang berarti apabila Keberhasilan Usaha meningkat sebesar 1 satuan dengan menganggap faktor lain tetap maka akan dapat meningkatkan Keberhasilan Usaha pedagang bakso di Kecamatan Medan Johor meningkat sebesar 0,424%.

(39)

koefisien menunjukkan sebesar 0.530 yang berarti apabila Keberhasilan Usaha meningkat sebesar 1 satuan dengan menganggap faktor lain tetap maka akan dapat meningkatkan Keberhasilan Usaha pedagang bakso di Kecamatan Medan Johor sebesar 0,530%.

Dari variabel-variabel tersebut penentuan variabel dominan dilakukan dengan menggunakan tabel print out coefficient dari data dengan menggunakan bantuan program SPSS (Statistican Product and Service Solution) for windows dengan memakai metode enter yang digunakan untuk melihat faktor mana yang paling dominan dalam Keberhasilan Usaha pedagang bakso di Kecamatan Medan Johor. Dengan asumsi: apabila nilai standarized coefficient variabel bebas memiliki nilai tertinggi (tingkat probabilitas yang paling signifikan), dan juga nilai signifikansi terkecil diantara variabel bebas lainnya. Kesimpulannya adalah kedua variabel bebas tersebut dominan berpengaruh terhadap variabel terikat.

(40)

4.6 Uji Hipotesis

4.6.1 Uji Signifikan Simultan (Uji-F)

Uji F dilaksanakan untuk menguji apakah variabel Karakteristik Kewirausahaan (X1) dan Pengetahuan Kewirausahaan (X2) secara bersama-sama atau serentak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Keberhasilan Usaha (Y).

Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut: 1. Menentukan model hipotesis Ho dan Ha.

2. Mencari nilai Ftabel dengan cara menentukan tingkat kesalahan (α) dan menentukan derajat kebebasan.

3. Menentukan kriteria pengambilan keputusan.

4. Mencari nilai Fhitung dengan menggunakan aplikasi SPSS for windows. 5. Kesimpulan

Hasil pengujian:

1. Model hipotesis yang digunakan adalah:

Ho : bi = 0, artinya variabel bebas secara bersama–sama tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat.

Ha : bi = 0, artinya variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat.

2. Ftabel dapat dilihat pada α = 0,05

Dengan derajat pembilang = k-1 =3-1=2

(41)

3. Mencari nilai Ftabel dengan menggunakan tabel ANOVA dari hasil pengolahan SPSS for windows.

Tabel 4.15 Uji F ANOVAa

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 220,971 2 110,485 24,146 ,000b

Residual 137,272 30 4,576

Total 358,242 32

a. Dependent Variable: KEBERHASILANUSAHA

b. Predictors: (Constant), PENGETAHUAN, KARAKTERISTIK

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer (Kuesioner, SPSS for Windows, 2016)

Tabel 4.15 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 24.146 dengan tingkat signifikan sebesar 0.000. Sedangkan F tabel pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) adalah 3.10. Maka F hitung > F tabel dan tingkat signifikansinya

(0.000) < 0,05 maka Ho diterima. Artinya Karakteristik dan Pengetahuan secara serentak berpengaruh signifikan terhadap Keberhasilan Usaha Pedagang Bakso di Keamatan Medan Johor.

4.6.2 Uji Signifikan Parsial (Uji-T)

(42)

Ho akan diterima bila thitung < ttabel, pada α = 5% Ha akan diterima bila thitung > ttabel, pada α = 5%

Nilai thitung diperoleh dengan menggunakan bantuan program SPSS for windows, seperti terlihat pada Tabel 4.16 berikut ini:

Tabel 4.16 Uji T Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 1,610 2,868 ,561 ,579

KARAKTERISTIK ,424 ,191 ,422 2,225 ,034

PENGETAHUAN ,530 ,249 ,405 2,132 ,041

a. Dependent Variable: KEBERHASILANUSAHA

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer (Kuesioner, SPSS for Windows, 2016) Pada Tabel 4.16 dapat diketahui bahwa nilai t hitung untuk variabel Karakteristik (X1) adalah 2.225 dan untuk variabel Pengetahuan (X2) adalah 2.132. Berdasarkan kriteria uji hipotesis, maka dapat disimpulkan:

(43)

2. Variabel Pengetahuan (X2), berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keberhasilan usaha, hal ini terlihat dari nilai signifikan (0.041) < 0.05 dan nilai t hitung (2.132) > t table (1.988) artinya jika ditingkatkan variabel karakteristik sebesar satu satuan (unit) maka keberhasilan usaha pedagang bakso di Kecamatan Medan Johor (Y) akan meningkat sebesar 0.530 satuan (unit).

4.6.3 Koefisien Determinasi (R2)

Determinan digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika determinan (R2) semakin besar atau mendekati satu, maka pengaruh variabel bebas (X1 dan X2) terhadap variabel terikat (Y) semakin kuat. Jika determinan (R2) semakin kecil atau mendekati nol, maka pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat (Y) semakin lemah.

Tabel 4.17 Uji Determinan R Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,785a ,617 ,591 2,13909

a. Predictors: (Constant), PENGETAHUAN, KARAKTERISTIK b. Dependent Variable: KEBERHASILANUSAHA

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer (Kuesioner, SPSS for Windows, 2016) Keterangan Tabel 4.17 :

(44)

variabel dapat dilihat pada tabel 4.18 berikut: Tabel 4.18

Hubungan Antar Variabel

Nilai Interpretasi

0.0 – 0.19 Sangat Tidak Erat 0.2 – 0.39 Tidak Erat 0.4 – 0.59 Cukup Erat

0.6 – 0.79 Erat

0.8 – 0.99 Sangat Erat Sumber: Situmorang & Lutfi (2014:163)

2. R Square sebesar 0.617 yang artinya faktor Keberhasilan Usaha Pedagang Bakso di Kecamatan Medan Johor dapat dijelaskan oleh Karakteristik dan Pengetahuan sebesar 61.7% dan sisanya 38.3% dapat dijelaskan oleh faktor- faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

3. Adjusted R Square sebesar 0.591 yang artinya faktor Keberhasilan Usaha Pedagang Bakso di Kecamatan Medan Johor dapat dijelaskan oleh Karakteristik dan Pengetahuan sebesar 59.1% dan sisanya 40,9% dapat dijelaskan oleh faktor- faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. 4. Standard Error of Estimate artinya mengukur variasi dari nilai yang

diprediksi. Nilai Standard Error of Estimate 2,13. Semakin kecil Standard Error of Estimate berarti model semakin baik.

4.7 Pembahasan

4.7.1 Pengaruh Karakteristik Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha

(45)

distribudi jawaban responden pada variabel karakteristik kewirausahaan butir penyataan 2 (dua) dari kuesioner yang disebar dan dianalisis, terdapat 48.5% atau 16 responden yang kurang setuju bahwa sebagian besar pedagang bakso di Kecamatan Medan Johorberani mengambil risiko demi kemajuan usahanya.Beberapa responden mengatakan bahwa mereka lebih suka mengambil risiko karena mereka ingin memajukan usahanya. Hal ini dikarenakan keinginan dari pedagang bakso untuk mengembangkan usahanya dan juga demi kemajuan usahanya.

Pada butir pernyataan 2 (dua) dan 4 (empat) dari kuesioner yang disebar dan dianalisis, terdapat 3% atau masing-masing 1 responden yang tidak setuju bahwa pedagang bakso berani mengambil tindakan dalam menjalankan usaha apapun resikonya dan bekerja keras meskipun dagangan tidak laku sesuai target. Hal ini dikarenakan watak dan karakteristik setiap orang berbeda-beda. Dalam berwirausaha, sikap berani mengambil resiko dan bekerja keras sangatlah penting. Keberanian mengambil resiko yang didukung oleh kerja keras akan mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang yang ada sampai mencapai keberhasilan.

(46)

bakso di Kecamatan Medan Johor sudah membantu terhadap tumbuh kembangnya usaha.

Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang diteliti oleh Lia (2015) yang berjudul Apakah Pengetahuan Kewirausahaan dan Karakteristik Kewirausahaan Berpengaruh Positif dan Signifikan Terhadap Keberhasilan Usaha Pada Wirausaha Mikro di Kelurahan Madras Hulu Medan, dalam penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan usaha.

4.7.2 Pengaruh Pengetahuan Kewurausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha

(47)

Pada butir pernyataan 7 (tujuh) dari kuesioner yang disebar dan dianalisis, terdapat 3% atau 1responden yang tidak setuju bahwa para pedagang bakso memiliki mampu membuat pembukuan sederhana dalam mengelola keuangan. Hal ini dikarenakanbeberapa pedagang bakso yang kurang memahami cara membuat laporan keuangan meskipun dalam bentuk yang sederhana. Sebagian dari responden tidak memiliki pembukuan khusus untuk mengelola keuangannya, sehingga mereka tidak membedakan antara pengeluaran untuk usaha dengan pengeluaran pribadi. Dari hasil jawaban responden pada metode analisis statistik dapat diketahui bahwa rata-rata jawaban responden mengenai pengetahuan kewirausahaan sebesar 3.82% termasuk dalam kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan kewirausahaan yang dimiliki para pedagang bakso di Kecamatan Medan Johor sudah cukup membantu tetapi dalam mengelola suatu usaha tidak dapat hanya mengandalkan pengetahuan mengenai kewirausahaan saja, tetapi juga dibutuhkan kemampuan, keahlian (skill), kreativitas dan ketrampilan yang mendukung agar dapat mencapai keberhasilan usaha.

(48)

4.7.3 Pengaruh Karakteristik Kewirausahaan dan Pengetahuan Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha

Berdasarkan uji hipotesis secara simultan (uji F) yang telah dilakukan menunjukkan bahwa variabel Pengetahuan dan Karakteristik Kewirausahaan secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keberhasilan Usaha sehingga dapat dikatakan semakin tinggi atau semakin baik pengetahuan dan karakteristik kewirausahaan seorang pengusaha, maka semakin besar pula tingkat pencapaian keberhasilan usaha pedagang bakso di Kecamatan Medan Johor

(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Hasil uji F menunjukkan bahwa KarakteristikKewirausahaan dan PengetahuanKewirausahaan secara serentak berpengaruh signifikan terhadap Keberhasilan Usaha Pedagang Bakso di Kecamatan Medan Johor, dibuktikan dengan F hitung 24.146, F hitung > 
 F tabel (24.146> 3.10).

2. Variabel KarakteristikKewirausahaan (X1), berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap 
 Keberhasilan Usaha Pedagang Bakso di Kecamatan

Medan Johor (Y) 
 hal ini terlihat dari nilai t hitung (2.225) >t table (1.988).

3. Variabel Pengetahuan Kewirausahaan (X2), berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap 
 Keberhasilan Usaha Pedagang Bakso di Kecamatan

Medan Johor (Y) 
 hal ini terlihat dari nilai t hitung (2.132) > t table

(1.988).

4. Secara parsial diantara variabel bebas yang diteliti ternyata variabel PengetahuanKewirausahaan (X2) yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap Keberhasilan Usaha Pedagang Bakso di Kecamatan Medan Johor (Y). Hal ini diketahui dari nilai Standardizer Coefficients tertinggi sebesar 0.530dan nilai signifikan terkecil sebesar 0,034 di antara variabel bebas lainnya.

(50)

artinya faktor Keberhasilan Usaha Pedagang Bakso di Kecamatan Medan Johor dapat dijelaskan oleh Karakteristik Kewirausahaan dan PengetahuanKewirausahaan sebesar 61,7%. 


5.2 Saran

Adapun saran yang dapat penulis kemukakan berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut:

1. Pedagang Bakso di Kecamatan Medan Johor sebaiknya berani mengambil risiko demi kemajuan usahanya. Berani mengambil risiko berarti kemungkinan untuk berhasil itu ada dan tentunya keberhasilan tersebut lebih baik dari sebelumnya.

2. Pedagang Bakso di Kecamatan Medan Johor sebaiknya lebih bekerja keras lagi demi mencapai tujuan usahanya yaitu keberhasilan usaha, Dengan bekerja keras kemungkinan berhasil ada meskipun selama ini usaha baksonya tidak terjual sesuai target.

3. Pedagang Bakso di Kecamatan Medan Johor sebaiknya membuat pembukuan sebagai standart yang berlaku meskipun sederhana sehingga pedagang bakso dapat melihat perkembangan usahanya.

(51)
(52)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pengertian Kewirausahaan

Seorang Perancis yang bernama Richard Cantillon, ahli ekonomi Perancis keturunan Irlandia dianggap sebagai orang pertama yang menggunakan istilah entrepreneur dan entrepreneurship. Dalam karya akbarnya yang berjudul : Essai Sur La Nature Du Commerce en General, Cantillon memberikan peranan utama kepada konsep “entrepreneurship” dalam ilmu ekonomi. Dalam karya tersebut,

Cantillon menyatakan seorang entrepreneur sebagai seorang yang membayar harga tertentu untuk produk tertentu, untuk kemudian dijualnya dengan harga yang tidak pasti (an Uncertain Price), sambil membuat keputusan-keputusan tentang upaya mencapai dan memanfaatkan sumber-sumber daya, dan menerima risiko berusaha (The Risk of Enterprise) (Winardi, 2008).

Kata entrepreneurship sendiri sebenarnya berawal dari bahasa Prancis yaitu “entreprende‟ yang berarti petualang, pencipta, dan pengelola usaha. Istilah

ini diperkenalkan pertama kali oleh Richard Cantillon (1755). Istilah ini makin populer setelah digunakan oleh pakar ekonomi J.B Say (1803) untuk menggambarkan para pengusaha yang mampu memindahkan sumber daya ekonomis dari tingkat produktivitas rendah ke tingkat yang lebih tinggi serta menghasilkan lebih banyak lagi (Suryana dan Kartib, 2010).

(53)

Kontrak ini memakai harga tetap keuntungan atau kerugian yang diperoleh dari pekerjaan ini adalah merupakan imbalan dari kegiatan wirausaha. Pengertian wirausaha lebih lengkap dinyatakan oleh Schumpeter entrepreneur as the person who destroys the existing economic order by introducing new products and services, by creating new forms of organizations, or by exploiting new raw material (Seorang wirausaha adalah orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru). Orang tersebut melakukan kegiatan melalui organisasi bisnis yang baru ataupun bisa pula dilakukan dalam organisasi bisnis yang sudah ada, maka dari itu seorang wirausaha dapat melihat adanya peluang kemudian menciptakan sebuah organisasi untuk memanfaatkan peluang tersebut (Alma, 2011).

Sedangkan menurut Hisrich-Peters, entrepreunership is the process of creating something different with value by devoting the necessary time and effort, assuming the accompanying financial, personal satisfaction and independence artinya kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu yang lain dengan menggunakan waktu dan kegiatan disertai modal dan resiko serta menerima balas jasa dan kepuasan seta kebebasan pribadi (Alma, 2011).

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kewiraswastaan berasal dari kata entrepreneur(Bahasa Inggris) adalah “orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya”

(54)

Dalam lampiran keputusan koperasi dan pembinaan pengusahaan kecil no. 961/KEP/M/XI/1995, dicantumkan bahwa:

1. Wirausaha adalah orang yang mempunyai semangat, sikap perilaku dan kemampuan kewirausahaan.

2. Kewirausahaan adalah semangat, sikap perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.

Wirausaha atau wiraswasta atau saudagar merupakan istilah yang

melekat pada diri seseorang yang mampu berdiri sendiri karena keunggulan

yang dimiliki dalam bidang usaha. Hal itu sesuai dengan arti kata wiraswasta

itu, yaitu: Wira: manusia unggul, teladan, berbudi luhur, berjiwa besar,

berani, pahlawan dan pendekar kemajuan dan mempunyai keagungan watak,

Swa: sendiri, dan Sta: berdiri (Djatmiko, 2011).

(55)

Menurut Hendro (2011) Kewirausahaan adalah padanan kata dari entrepreneurship dalam bahasa Inggris, unternehmer dalam bahasa Jerman, ondernamen dalam bahasa Belanda. Sedangkan di Indonesia diberi nama kewirausahaan. Kata entrepreneur berasal dari bahasa Perancis, yaitu entreprende yang berarti petualang. Pengambil risiko, kontraktor, pengusaha (orang yang mengusahakan suatu pekerjaan tertentu), dan pencipta yang menjual hasil ciptaannya.

Wirausahawan (Entrepreneur) adalah seorang yang mempunyai kombinasi unsur-unsur dan elemen-elemen internal berupa motivasi, visi, komunikasi dan dorangan semangat serta kemampuan untuk memenfaatkan peluang usaha dalam konteks bisnis wirausahawan merupakan seorang pengusaha, tapi tidak semua pengusaha adalah wirausahawan. Karena wirausahawan itu merupakan salah satu pelopor dalam bisnis, inovator, penanggung jawab resiko yang mempunyai visi kedepan dan memiliki keunggulan dalam berprestasi dibidang usaha (Suryana,2006).

(56)

dengan misi yang jelas. Wirausaha sekaligus pemimpin yang efektif akan selalu mencari cara -cara yang lebih baik. Dan biasanya seorang wirausaha mempunyai rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi resiko.

2.1.2 Karakteristik Kewirausahaan

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, karakteristik memiliki pengertian yaitu sifat khas sesuai dengan perwatakan. Sementara itu menurut Maxwell, karakteristik lebih jauh lebih baik dari sekedar perkataan. Lebih dari itu, karakteristik merupakan sebuah pilihan yang menentukan tingkat kesuksesan.

Karakteristik kewirausahaan adalah suatu karakteristik yang harus dimiliki setiap pewirausaha untuk menjalankan usahanya dan menjadi pendorong kesuksesannya.(Mahfoeddz,2006)

Karakteristik kewirausahaan merupakan kualitas atau sifat yang tetap terus-menerus atau kekal yang dapat dijadikan ciri untuk mengidentifikasikan seorang pribadi, suatu objek, suatu kejadian, intergrasi, atau sintesis dari sifat-sifat individual dalam bentuk suatu atau kesatuan dan kepribadian seseorang, dipertimbangkan dari titik pandangan etis dan moral. (Faisal, 2002)

Karakteristik kewirausahaan menurut Meredith (2006) dalam Suryana (2008) adalah:

1. Percaya diri dan Optimis

2. Berorientasi pada tugas dan hasil

3. Berani mengambil resiko dan menyukai tantangan 4. Kepemimpinan

(57)

6. Berorientasi pada masa depan

Menurut M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993) mengemukakan delapan karakteristik kewirausahaan yang meliputi:

1. Memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya 2. Lebih memilih resiko moderat

3. Percaya akan kemampuan dirinya untuk berhasil 4. Selalu menghendaki umpan balik yang segera

5. Berorientasi ke masa depan, perspektif, dan berwawasan jauh ke depan 6. Memiliki semangat kerja dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya

demi masa depan yang lebih baik

7. Memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah

8. Selalu menilai prestasi dengan uang.

Menurut Mas’ud dan Mahmud Machfoedz (2006) karakteristik

kewirausahaan meliputi:

1. Menyukai pengendalian segala sesuatu yang mereka kerjakan 2. Tidak suka berpangku tangan

3. Termotivasi oleh hasrat mencapai kesuksesan

4. Menganalisa setiap opsi untuk menjamin keberhasilan dan mengurangi resiko 5. Selalu mencari cara yang lebih baik dalam mengerjakan sesuatu

(58)

Menurut McClelland dalam buku (M. Wiratmo;2001) karakteristik wiraswastawan adalah sebagai berikut:

1. Keinginan untuk berprestasi

Kebutuhan ini didefinisikan sebagai keinginan atau dorongan dalam diri orang yang memotivasi perilaku kearah pencapaian tujuan. Pencapaian tujuan merupakan tantangan dari bagi individu.

2. Keinginan untuk bertanggung jawab

Wiraswastawan menginginkan tanggung jawab pribadi bagai pencapaian tujuan. Mereka memilih menggunakan sumber daya sendiri dengan cara bekerja sendiri untuk mencapai tujuan dan bertanggung jawab sendiri terhadap hasil yang dicapai.

3. Referensi kepada risiko-risiko menengah

Wiraswastawan bukanlah penjudi, mereka memilih menentapkan tujuan-tujuan yang membutuhkan tungkat kinerja yang tinggi, suatu tingkakan yang mereka percaya akan menuntut usaha keras tetapi yang dipercaya bisa mereka penuhi

4. Persepsi pada kemungkinan berhasil

(59)

5. Rangsangan oleh umpan balik

Wiraswastawan ingin mengetahui bagaimana hal mereka kerjakan, apakah umpan baliknya baik atau buruk. Mereka dirangsang untuk mencapai hasil kerja yang lebih tinggi dengan mempelajari seberapa efektif usaha mereka. 6. Aktivitas enerjik

Wiraswastawan menunjukan energi yang jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata orang. Mereka besifat aktif mempunyai proporsi waktu yang besar dalam mengerjakan tugas dengan cara baru. Mereka sangat menyadari perjalanan waktu. Kesadaran ini merangsang mereka untuk terlibat secara mendalam pada kerja yang mereka lakukan.

7. Orientasi ke masa depan

Wiraswastawan melakukan perencanaan dan berpikir kedepan, mencari dan mengantisipasi kemungkinan yang terjadi jauh di masa depan.

8. Keterampilan dalam pengorganisasian

Wiraswastawan menunjukkan keterampilan dalam mengorganisasi kerja dan orang-orang dalam mencapai tujuan. Mereka sangat obuektif di dalam memilih individu-individu untuk tugas tertentu. Mereka akan memilih yang ahli dan bukannya teman agar pekerjaan bisa dilakukan dengan efisien. 9. Sikap terhadap uang

(60)

Karakteristik wirausahawan menurut ByGrave dikenal dengan istilah 10 D yaitu sebagai berikut :

1. Dream

Karakteristik kewirausahaan yang pertama adalah dream atau cita-cita/mimpi. Di mana seorang wirausahawan harus mempunyai visi atau keinginan terhadap masa depan baik yang bersifat personal/pribadi dan juga usaha yang dijalaninya, ditambah lagi seorang wirausahawan juga harus memiliki kemampuan untuk mewujudkan impian atau cita-citanya.

2. Decisiveness

Karakteristik kewirausahaan yang kedua adalah decisiveness. Decicive mempunyai arti tegas. Jadi untuk menjadi seorang wirausahawan harus mempunyai ketegasan, tidak bekerja lambat. Mereka harus membuat keputusan yang cepat dan tepat serta dengan penuh perhitungan. Kecepatan dan ketepatan dalam pengambilan keputusan ini merupakan salah satu kunci untuk meraih kesuksesan bisnisnya.

3. Doers

(61)

4. Determination

Karakteristik kewirausahaan yang keempat adalah determination. Determination ini mempunyai arti kebulatan tekad, ketetapan hati. Jadi seseorang yang berwirausaha harus memiliki kebulatan tekad atau ketetapan hati sehingga dalam menjalankan usahanya dapat memperoleh hasil yang terbaik. Kebulatan tekad juga berarti mempunyai keinginan yang kuat untuk sukses, disamping itu juga memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi dan tidak mudah menyerah begitu saja.

5. Dedication

Karakteristik kewirausahaan yang ke lima adalah dedication yang mempunyai arti pengabdian, persembahan. Jadi seseorang yang berwirausaha harus memiliki pengabdian terhadap bisnisnya, dengan kata lain harus menjalankan udahanya dengan serius atau tidak setengah-setengah, terkadang juga orang yang memiliki dedication sangat tinggi terhadap usahanya rela mengorbankan kepentingan keluarga demi usaha yang dijalankannya.

6. Devotion

(62)

7. Details

Karakteristik kewirausahaan yang ke tujuh adalahdetail yang mempunyai arti rinci. Jadi seorang wirausahawan sangat memperhatikan faktor-faktor kritis dengan sangat rinci dan teliti. Mereka tidak mau mengabaikan faktor-faktor kecil yang dapat menghambat kegiatan usahanya.

8. Destiny

Karakteristik kewirausahaan yang ke delapan adalah destiny, artinya adalah nasib. Jadi seorang wirausaha akan bertanggung jawab terhadap nasib dan tujuan yang hendak dicapainya.

9. Dollars

Karakteristik kewirausahaan yang ke sembilan adalah dollars, maksudnya disini adalah uang. Dimana seorang wirausaha tidak mengutamakan hal-hal yang berkaitan dengan uang atau kekayaan. Motivasinya bukan karena uang saja. Karena uang ini dianggap sebagai ukuran kesuksesan bisnisnya. Ia berasumsi jika berhasil dalam bisnis naka ia layak memperoleh untung/laba (uang), bonus/hadiah.

10. Distribute

(63)

Dalam buku (Justin, dkk; 2001) karakteristik wirausaha yaitu kebutuhan akan keberhasilan, setiap orang berbeda dalam tingkat kebutuhan keberhasilannya.

2.1.3 Pengetahuan Kewirausahaan

Menurut Anas Sudjono (2009) pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat kembali kejadian-kejadian yang sudah pernah dialami, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya.

Sedangkan menurut Djaali (2007) pengetahuan (knowledge) merupakan salah satu faktor kognitif yang merupakan kemampuan menghafal, mengingat sesuatu atau melakukan pengulangan suatu informasi yang sudah diresapi atau ditangkap.

Menurut Suryana (2010) “Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses”, inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan

sesuatu yang baru dan berbeda melalui pemikiran kreatif dan tindakan inovatif demi terciptanya peluang. Seorang wirausaha tidak akan berhasil apabila tidak memiliki pengetahuan, kemampuan dan kemauan.

(64)

Sedangkan menurut Nurbaya dan Moerdiyanto (2012), Pengetahuan kewirausahaan didefinisikan sebagai ilmu, seni maupun prilaku, sifat, ciri, dan watak seseorang yang mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif. Berpikir sesuatu yang baru (kreatifitas) dan bertindak melakukan sesuatu yang baru (keinovasian) guna menciptakan nilai tambah agar mampu bersaing dengan tujuan menciptakan kemakmuran individu dan masyarakat. Karya dari wirausaha dibangun berkelanjutan, dilembagakan agar kelak berjalan dengan efektif ditangan orang lain.

Menurut Hisrich dalam Sarwono dan Nugroho (2013) pengetahuan kewirausahaan adalah dasar dari sumber daya kewirausahaan yang terdapat didalamdiri individu.

Beberapa bekal pengetahuan yang harus dimiliki wirausaha (Suryana, 2010) adalah:

1. Bekal pengetahuan mengenai bidang usaha yang akan dirintis dan lingkungan usaha yang ada disekitarnya.

2. Bekal pengetahuan tentang peran dan tanggung jawab. 3. Pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis.

Menurut Scarborough Kristanto (2009) beberapa pengetahuan dan kapabilitas yang sangat diperlukan wirausaha agar unggul yaitu sebagai berikut: 1. Mengetahui bidang usaha yang dirintis, wirausaha dalam melakukan

Gambar

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
Tabel 3.2 Instrumen Skala
Tabel 3.3 Hubungan Antar Variabel
Gambar 4.1 Denah Lokasi Kecamatan Medan Johor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Demikian berita acara ini dibuat dengan sebenarnya untuk diketahui oleh seluruh calon peserta Lelang Pekerjaan Konsultan Pengawas Pembangunan Gedung Kanwil

48 ASRM ASURANSI RAMAYANA Tbk BSRE1 - BSR INDONESIA PT... BSRE1 - BSR

penanggung jawab informasi ikhtisar kas sebelum masuk ke sistem informasi di setiap Jum’at atau berkala, telah mendapatkan otorisasi ketua takmir pada data

Setiap Pemegang saham public DVLA yang secara tegas memberikan suara tidak setuju atas rencana Penggabungan Usaha pada saat RUPSLB DVLA dan bermaksud untuk

Sumber motif adalah ransangan (stimulasi), sehingga terjadi perubahan tersebut pada perbedaan afektif saat munculnya motif dalam pencapaian yang diharapkan. Dengan demikian,

[r]

Mengarahkan dan mengendalikan kegiatan koordinasi dan kerja sama dengan unit kerja terkait dalam menyelesaikan ketidaklaziman atas bukti-bukti pendukung transaksi keuangan

untuk itu peneliti tertarik mengamati pasar modal Negara-negara tersebut khususnya yang terkait dengan efisiensi pasar dan anomaly pasar, tetapi penelitian ini