skripsi
disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Seni Rupa
oleh
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi
Jurusan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : Senin
Tanggal : 15 agustus 2011
Ketua, Sekretaris,
Drs. Dewa Made K., M. Pd. Drs. Syakir, M.Sn.
NIP. 19511118 198403 1 001 NIP. 19650513 199303 1 003
Penguji I,
Drs. Nur Rokhmat, M.Pd. NIP. 19490806 197612 1 001
Penguji II / Pembimbing II, Penguji III / Pembimbing I
Drs. Sudarmono, M. Pd. Drs. Syafi’i, M. Pd.
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar6benar
hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian
atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 15 Agustus 2011 Yang membuat pernyataan,
“Allah akan meninggikan orang6orang yang beriman di antara kamu dan orang6
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat “ (QS. Al6 Mujadalah
ayat:110)
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat
serta hidayah6Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul:
“Pembelajaran Ekstrakurikuler Membatik di SMP Terbuka 1 Tarub Kabupaten
Tegal”.
Penyelesaian skripsi ini banyak melibatkan berbagai pihak. Oleh karena
itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan selama mengikuti
perkuliahan, sehingga peneliti mampu melakukan penelitian ini.
2. Prof. Dr. Rustono, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian.
3. Drs. Syafii, M.Pd., Ketua Jurusan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Semarang serta selaku dosen pembimbing pertama yang
telah memberikan kesempatan dan bimbingan pengarahan kepada penulis
untuk menyusun skripsi ini.
4. Drs. Sudarmono, M.Si., dosen pembimbing kedua yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Segenap Dosen Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri
Semarang, yang telah mendidik dan memberikan bekal ilmu pengetahuan
6. Drs. Soepoyo, S.Pd., Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Tarub yang juga
mendapat tugas sebagai Kepala SMP Terbuka 1 Tarub yang telah memberi
izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di sekolah yang
bersangkutan.
7. Soetrisno, Guru Bina ekstrakurikuler membatik yang telah mendampingi dan
membimbing selama penulis melakukan penelitian.
8. Seluruh karyawan dan guru SMP Terbuka 1 Tarub yang telah mendampingi
dan membimbing selama penulis melakukan penelitian.
9. Fiky Finaltyo yang dengan sabar memberiku semangat dan dukungan.
10. Oktavianita yang selalu membantu dan memberi motivasi selama penyelesaian
skripsi.
11. Sahabat6sahabatku “Citra Kost” (iis, desi, kiki, tia, mba galih, pian, fiqi, widi),
serta teman6teman seperjuangan Seni Rupa angkatan 2006 yang selalu
memberi semangat dan motivasi.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
membantu penyelesaian skripsi.
Semoga segala bantuan baik saudara terhadap penelitian ini akan
mendapat berkah dari Tuhan Yang Maha Esa, dan akhirnya penulis berharap
semoga penelitian ini bermanfaat dan menambah khasanah pengetahuan.
Semarang, 15 Agustus 2011
Arindawati, Nur Alfi. 2011.
. Skripsi. Jurusan Seni Rupa FBS UNNES. Pembimbing: I. Drs. Syafii, M.Pd. II. Drs. Sudarmono, M.Si.
Pembelajaran, Ekstrakurikurikuler, Batik.
Upaya pelestarian karya batik saat ini tidak hanya sekedar pemakaian baju batik lebih jauh lagi memasukkan materi batik dalam kurikulum pendidikan sekolah. Untuk itu, perlu dibina dan diarahkan pengembangan keterampilan melalui pembelajaran ekstrakurikuler membatik dalam berbagai jenjang, yang dalam penelitian ini difokuskan di Sekolah Menengah Pertama Terbuka (SMPT). Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah pembelajaran ekstrakurikuler membatik di SMP Terbuka 1 Tarub Kabupaten Tegal, (2) Bagaimana hasil karya siswa SMP Terbuka 1 Tarub Kabupaten Tegal dalam pembelajaran ekstrakurikuler membatik, (3) Apa faktor yang mempengaruhi dalam pembelajaran ekstrakurikuler membatik di SMP Terbuka 1 Tarub Kabupaten Tegal.
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah SMP Terbuka 1 Tarub Kabupaten Tegal. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data ini meliputi: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan melalui reduksi data, penyajian data, intepretasi data, serta penarikan simpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran ekstrakurikuler membatik yang berlangsung di SMP Terbuka 1 Tarub bertujuan untuk menumbuhkembangkan potensi dan bakat siswa melalui keterampilan membatik, dengan materi berupa batik , dan melalui praktik dan teori. Metode yang digunakan meliputi metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi, dan penugasan. Media yang dipakai menggunakan papan tulis dan contoh karya batik, sumber belajar mengambil dari buku dan internet, serta hasil observasi terhadap tempat6tempat pengrajin batik terdekat di kota Tegal. Kegiatan evaluasi dilakukan dengan dua model evaluasi, yakni uji lisan, dan uji praktek. Hasil karya batik ditunjukkan berupa hasil batik dengan teknik cap berbagai motif yang baik serta berhasilnya meyakinkan konsumen atas karya batik yang dihasilkan. Faktor pendukung pembelajaran ekstrakurikuler membatik di SMP Terbuka 1 Tarub meliputi minat dan bakat siswa, dukungan dan motivasi keluarga, guru bina, sarana berupa alat membatik. Adapun faktor penghambatnya antara lain tidak tersedianya ruang praktek untuk praktik membatik, kurangnya kecakapan bahasa siswa yang baik.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! " !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! " !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! "
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! " !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! # !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! #
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! # " !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
1.5 Sistematika Penulisan Skripsi ... 5
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! $ 2.1 Pembelajaran ... 7
2.2 Pengertian Ekstrakurikuler... 14
2.3 Konsep Hasil Pembelajaran Ekstrakurikuler ... 15
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran ... 18
2.5 Batik ... 19
2.5.1 Pengertian Batik ... 19
2.5.2 Media Batik ... 20
2.5.3 Motif Batik ... 28
2.6 Unsur Rupa dan Prinsip Komposisi ... 38
2.6.1 Unsur Rupa ... 38
3.1 Pendekatan Penelitian ... 46
3.2 Lokasi Penelitian dan Sasaran Penelitian ... 47
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 47
3.2.2 Sasaran Penelitian ... 47
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 47
3.4 Teknik Analisis Data... 49
& !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! ( 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 51
4.1.1 Letak SMP Terbuka 1 Tarub Kabupaten Tegal ... 51
4.1.2 Sarana dan Prasarana SMP Terbuka 1 Tarub Kabupaten Tegal ... 52
4.1.3 Tenaga Pendidik SMP Terbuka 1 Tarub Kabupaten Tegal ... 59
4.1.4 Siswa SMP Terbuka 1 Tarub Kabupaten Tegal ... 60
4.1.5 Kegiatan Intrakurikuler dan Ekstrakurikuler SMP Terbuka 1 Tarub Kabupaten Tegal ... 61
4.2 Pembelajaran Ekstrakurikuler Membatik di SMP Terbuka 1 Tarub Kabupaten Tegal…... 65
4.2.1 Karakteristik Siswa... 65
4.2.2 Guru Bina Khusus Kegiatan Ekstrakurikuler Membatik di SMP Terbuka 1 Tarub…... ... 67
4.2.3 Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler Membatik di SMP Terbuka 1 Tarub... 70
4.2.4 Materi Pembelajaran dan Pengembangan Kegiatan Ekstrakurikuler Membatik di SMP Terbuka 1 Tarub... 72
4.2.5 Metode Pembelajaran Ekstrakurikuler Membatik ... 77
4.2.6 Media dan Sumber Pembelajaran…...………... 82
4.2.7 Media dan Proses Berkarya Batik………... 83
4.2.8 Evaluasi Pembelajaran…..………... 94
4.2.9 Tahap Kegiatan Pembelajaran Ekstrakurikuler Membatik di SMP Terbuka 1 Tarub ... 96
4.4 Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Membatik di SMP Terbuka 1 Tarub ... 113 ( !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! $ 5.1 Simpulan... 117 5.2 Saran... 119
Gambar 1. Motif Hias Pilin dan motif parang ... 30
Gambar 2. Motif Hias Tumpal... 30
Gambar 3. Motif Hias Meander... 31
Gambar 4. Motif Hias Banji……... 32
Gambar 5. Motif Hias Kawung ……... 32
Gambar 6. Motif Hias Manusia... 33
Gambar 7. Motif Hias Burung Merak...…... 34
Gambar 8. Motif Hias Burung Garuda...…... 34
Gambar 9. Motif Hias Burung Phunix...…... 35
Gambar 10. Aneka Motif Burung pada Batik...…... 35
Gambar 11. Aneka Motif Sulur asal Jawa...…... 36
Gambar 12. Motif Hias Megamendung Cirebon... 37
Gambar 13. Motif Hias Lidah Api………... 37
Gambar 14. Macam6macam Jenis …….……... 38
Gambar 15. Lokasi Penelitian SMP Terbuka 1 Tarub Kabupaten Tegal ... 52
Gambar 16. Gedung Kelas untuk Kegiatan Ekstrakurikuler Membatik ... 54
Gambar 17. Halaman Depan Kelas dimanfaatkan Tempat Praktek ... 54
Gambar 18. Wawancara dengan Guru Bina Ekstrakurikuler Membatik SMP Terbuka 1 Tarub... 70
Gambar 19. Guru Menggunakan Metode Ceramah ... 79
Gambar 20. Guru Menerangkan dengan Metode Demontrasi... 81
Gambar 21. Canting Cap...…... 84
Gambar 22. Wajan ... 85
Gambar 23. Kompor... 85
Gambar 24. Meja Cap...…... 86
Gambar 25. Sarung Tangan...…... 87
Gambar 27. Kursi dimanfaatkan sebagai Tempat Penjemuran………... 88
Gambar 28. Kuas untuk ………... 89
Gambar 29. Proses ... 91
Gambar 30. Pencoletan Warna Pertama... 92
Gambar 31. Proses Pencelupan Warna... 93
Gambar 32. Pencucian Kain………... 93
Gambar 33. Hasil Karya Batik Siswa Ekstrakurikuler Membatik SMP Terbuka 1 Tarub Tahun Ajaran 2010/2011... 104
Gambar 34. Hasil Karya Batik Siswa Ekstrakurikuler Membatik SMP Terbuka 1 Tarub Tahun Ajaran 2010/2011... 105
Gambar 35. Motif Kontemporer dari Cap yang digunakan dalam Kain Batik Siswa SMP Terbuka 1 Tarub... 106
Gambar 36. Hasil Karya Batik Siswa Ekstrakurikuler Membatik SMP Terbuka 1 Tarub Tahun Ajaran 2010/2011... 107
Gambar 37. Contoh Hasil Karya Batik dengan Motif Sama namun Warna Berbeda………... 109
Gambar 38. Hasil Karya Batik Siswa Ekstrakurikuler Membatik SMP Terbuka 1 Tarub Tahun Ajaran 2010/2011... 110
Lampiran 1 Surat Keputusan Dekan FBS UNNES. ... 122
Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 123
Lampiran 3 Surat Keterangan Selesai Penelitian... 124
Lampiran 4 Instrumen Penelitian... 125
Lampiran 5 Struktur Organisasi Program Pendidikan Keterampilan(PPK) …... 134
Lampiran 6 Formasi Guru SMP Terbuka 1 Tarub... 135
Lampiran 7 Daftar Pembagian Tugas Guru Bina SMP Terbuka 1 Tarub ... 136
Lampiran 8 Jadwal Pelajaran SMP Terbuka 1 Tarub Tahun 2010/2011 ... 138
Lampiran 9 Rencana Pelaksanaan Ekstrakurikuler Membatik Tahun 2010/2011 ... 140
adalah candi, senjata tradisional (seperti kapak, keris, dan tombak), kapal Pinisi,
wayang, dan batik. Warisan itu tidak semuanya terpelihara dengan baik. Namun
demikian, tetap ada upaya secara giat dari pemerintah, kalangan swasta, dan
masyarakat Indonesia untuk melestarikan semua peninggalan tersebut. Salah satu
upaya konkret yang telah dan terus dilakukan adalah pada pelestarian batik.
Batik merupakan salah satu karya seni yang cukup berkembang sekarang
ini. Seperti yang diketahui, batik sempat diklaim Malaysia sebagai salah satu
budaya mereka. Namun akhirnya !
" # (UNESCO) telah mengakui bahwa batik adalah hasil budaya milik bangsa Indonesia, karena batik6batik di Indonesia memiliki motif
yang beraneka ragam dan memiliki filosofi yang mendalam. Selain itu,
pemerintah dan rakyat Indonesia juga dinilai telah melakukan berbagai langkah
nyata untuk melindungi dan melestarikan warisan budaya itu secara turun6
menurun. Salah satunya adalah pemakaian baju batik di kantor, instansi6instansi
Upaya pelestarian karya batik saat ini tidak hanya sekedar pemakaian baju
batik lebih jauh lagi memasukkan materi batik dalam kurikulum pendidikan
sekolah. Pendidikan memiliki peran penting sebagai penentu perkembangan dan
perwujudan individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan
suatu kebudayaan sangat bergantung pada bagaimana cara mengenali,
menghargai, dan memanfaatkan sumber daya manusia. Hal ini terkait erat dengan
kualitas pendidikan yang diberikan kepada anggota masyarakatnya, yakni kepada
peserta didik (Munandar, 1999:4), melalui pembelajaran batik dalam berbagai
jenjang, yang dalam penelitian ini difokuskan di Sekolah Menengah Pertama
Terbuka (SMPT).
Sebagaimana dipahami bahwa, siswa SMP berada pada tahapan
perkembangan masa puber atau masa pra6remaja (Soeparwoto, 2006:56). Hal itu
ditandai dengan pencarian identitas diri, krisis kepercayaan, anak tidak lagi puas
menjadi sama dengan teman6temannya, dan seringkali mencontoh, mengikuti
gaya guru atau orang tuanya. Karena itu, peranan guru dan orang tua menjadi
sumber penentu utama bagi sikap dan pembentukan karakter anak.
Pembelajaran pendidikan seni atau lebih dikenal dengan seni budaya
sebagai wahana pelestarian batik di sekolah secara umum dapat dipilahkan antara
mata pelajaran seni resmi dalam arti dilaksanakan di dalam kurikulum
pembelajaran atau disebut intrakurikuler, dan mata pelajaran seni yang
dilaksanakan di luar kurikulum pembelajaran disebut kegiatan ekstrakurikuler. Di
antara keduanya memang ada sedikit perbedaan, terutama menyangkut capaian
Kurikulum yang sekarang dipakai adalah Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Mata pelajaran Seni Budaya dibagi menjadi empat subbidang
studi yaitu: seni musik, seni rupa, seni tari, dan seni teater. Setiap siswa berhak
memilih salah satu subbidang studi yang diikuti sesuai dengan minat, bakat, dan
potensi yang dimilikinya. Mengingat hanya dua jam pelajaran per minggu dalam
pelaksanaan pembelajaran Seni Budaya, maka sangatlah sedikit pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa. Berkaitan dengan hal tersebut, untuk
mengatasi keadaan ini maka penyelanggaraan kegiatan ekstrakurikuler sebagai
salah satu pemecahannya.
Menurut Lutan (1986:7), kegiatan ektrakurikuler merupakan pendidikan
yang dilakukan di luar jam pelajaran (sore hari) yang kemudian diberi nilai
tersendiri. Siswa yang mempunyai minat, bakat, dan potensi di bidang seni rupa
perlu dibina dan diarahkan agar bisa mengembangkan seluas6luasnya
keterampilan yang dimiliki ke jenjang yang lebih tinggi.
Berdasarkan observasi awal di beberapa SMP di Kabupaten Tegal, SMP
Terbuka 1 Tarub merupakan salah satu sekolah yang melestarikan batik secara
khusus, melalui bentuk kegiatan ekstrakurikuler membatik bagi siswa yang
berminat. Hasil karyanya mendapatkan apresiasi dari peminat batik. Selain itu,
beberapa karya siswa telah dipamerkan di tingkat provinsi. Hal ini yang
mendorong peneliti untuk mengkaji lebih lanjut, bagaimanakah proses
pembelajaran dan karya batik yang dihasilkan oleh siswa di SMP Terbuka 1 Tarub
!
. /
/ + 0
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pokok permasalahan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.2.1 Bagaimanakah pembelajaran ekstrakurikuler membatik di SMP Terbuka 1
Tarub Kabupaten Tegal?
1.2.2 Bagaimana hasil karya siswa SMP Terbuka 1 Tarub Kabupaten Tegal
dalam pembelajaran ekstrakurikuler membatik?
1.2.3 Apa faktor yang mempengaruhi dalam pembelajaran ekstrakurikuler
membatik di SMP Terbuka 1 Tarub Kabupaten Tegal?
!%
1
* *+
Berdasarkan permasalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1.3.1 Untuk mengetahui dan mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran
ekstrakurikuler membatik di SMP Terbuka 1 Tarub Kabupaten Tegal.
1.3.2 Untuk mendeskripsikan hasil karya siswa yang dibuat melalui kegiatan
ekstrakurikuler membatik di SMP Terbuka 1 Tarub Kabupaten Tegal.
1.3.3 Untuk mengetahui dan mendeskripsikan faktor yang mempengaruhi dalam
pembelajaran ekstrakurikuler membatik di SMP Terbuka 1 Tarub
!&
2
* *+
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat adalah sebagai
berikut.
1.4.1 Bagi guru sebagai pengampu ektrakurikuler, hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan materi
pembelajaran membatik
1.4.2 Bagi Kepala Sekolah, informasi penelitian ini akan dapat digunakan
sebagai bahan pengembangan pembelajaran ekstrakurikuler membatik di
SMP Terbuka 1 Tarub Kabupaten Tegal.
1.4.3 Bagi praktisi atau peneliti di bidang pendidikan seni rupa hasil penelitian
ini sebagai bahan rujukan atau masukan untuk melakukan penelitian yang
lain atau penelitian selanjutnya.
1.4.4 Bagi pembaca hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan membatik
dengan lebih baik.
!(
/ *. ,
*
+ /
Secara umum dan menyeluruh, skripsi ini disusun dengan sistematika
penulisan sebagai berikut:
1.5.1 Bagian Awal
Bagian awal terdiri dari halaman judul, halaman pengesahan, halaman
pernyataan penulis, halaman motto dan persembahan, abstrak, daftar isi, daftar
1.5.2 Bagian Isi
Bagian isi terdiri atas lima bab, yaitu bab pendahuluan, landasan
teoretis, metode penelitian, hasil dan pembahasan, dan penutup. Bab 1
pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. Bab 2 landasan teoretis
berisi teori mengenai pembelajaran, ekstrakurikuler, hasil pembelajaran
ekstrakurikuler, faktor yang mempengaruhi pembelajaran, dan teori mengenai
batik. Bab 3 metode penelitian berisi uraian pendekatan penelitian, lokasi dan
sasaran penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
Bab 4 hasil dan pembahasan penelitian berisi: (a) gambaran umum SMP Terbuka
1 Tarub Kabupaten Tegal, (b) pembelajaran ekstrakurikuler membatik di SMP
Terbuka 1 Tarub Kabupaten Tegal, (c) proses pembelajaran ekstrakurikuler
membatik di SMP Terbuka 1 Tarub Kabupaten Tegal, (d) faktor yang
mempengaruhi pembelajaran ekstrakurikuler membatik di SMP Terbuka 1 Tarub
Kabupaten Tegal, (e) hasil karya batik cap dalam pembelajaran ekstrakurikuler
membatik di SMP Terbuka 1 Tarub Kabupaten Tegal, (f) pembahasan hasil karya
batik cap dalam pembelajaran ekstrakurikuler membatik SMP Terbuka 1 Tarub
Kabupaten Tegal. Bab 5 penutup berisi: simpulan dan saran
1.5.3 Bagian Akhir
relatif tetap dalam tingkah laku, sebagai suatu hasil latihan dan pengalaman.
Pengalaman dalam proses belajar tidak lain adalah interaksi antara individu
dengan lingkungannya. Dengan demikian belajar pada dasarnya adalah proses
perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran
merupakan aktivitas yang paling utama. Pembelajaran merupakan terjemahan dari
kata “ % yang memiliki arti pengajaran atau pembelajaran. Sugandi dan Haryanto (2004:9) memberikan makna bahwa pembelajaran merupakan suatu
kumpulan proses yang bersifat individual, yang berupa stimulus dari lingkungan
seseorang ke dalam sejumlah informasi, yang selanjutnya dapat menyebabkan
adanya hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang.
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu upaya yang disengaja dan
direncanakan sedemikian rupa oleh pihak guru sehingga memungkinkan
terciptanya suasana dan aktivitas belajar yang kondusif bagi para siswanya
(Jamaludin, 2003:9). Lebih lanjut Sugandi (2004:9), mendeskripsikan
(1) Pembelajaran menurut pandangan & ' , usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi
hubungan stimulus (lingkungan) dengan tingkah laku si belajar.
(2) Pembelajaran menurut pandangan kognitif, cara guru memberikan
kesempatan kepada si belajar untuk berfikir agar memahami apa yang
dipelajari.
(3) Pembelajaran menurut pandangan & , memberikan kebebasan kepada si belajar untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya
sesuai dengan minat dan kemampuannya.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran
adalah suatu proses interaksi belajar siswa dengan guru sebagai ! yang dapat menciptakan perubahan tingkah laku untuk mencapai tujuan tertentu.
Proses pencapaian tujuan pembelajaran membutuhkan suatu komponen
yang dapat memudahkan para pendidik dalam menyampaikan maksud
pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik secara sistematis dan
terarah. Menurut Rifa’I dan Anni (2009:194) komponen pembelajaran mencakup
tujuan, subjek belajar, materi pelajaran, strategi, media, evaluasi, dan penunjang.
Pembelajaran sebagai suatu sistem yang komponen6komponennya terdiri
dari: (1) Siswa, (2) Guru, (3) Tujuan, (4) Materi, (5) Metode, (6) Sarana/Alat, (7)
Evaluasi, dan (8) Lingkungan/konteks. Masing6masing komponen itu sebagai
bagian yang berdiri sendiri, namun dalam berproses di kesatuan sistem mereka
saling bergantung dan bersama6sama untuk mencapai tujuan (Soetopo, 2005:
Syafi’i (2006:19635) menyatakan komponen pembelajaran terdiri dari: (1)
Karakteristik siswa, (2) Karakteristik guru, (3) Karakteristik lingkungan, (4)
Tujuan pembelajaran, (5) Materi pembelajaran, (6) Strategi pembelajaran, (7)
Evaluasi Pembelajaran.
Dari berbagai pendapat ahli tentang komponen pembelajaran di atas
peneliti menyimpulkan komponen pembelajaran yang digunakan dalam penelitian
ini mencakup siswa, guru, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode
pembelajaran, media pembelajaran dan evaluasi pembelajaran.
Siswa merupakan subjek dalam pembelajaran. menempatkan kedudukan
dan perannya yang amat penting. Siswa turut serta atau bahkan penentu bagi
keberlangsungan dan keberhasilan proses pembelajaran.
Figur guru pada umumnya dianggap sebagai manusia yang ideal,
berpengetahuan luas dengan sikap dan tingkah laku tanpa cela, dan kalau perlu
berpenampilan menarik. Ada duabelas peran yang perlu diemban oleh seorang
guru, yaitu: guru adalah seorang pembimbing, guru adalah seorang guru, guru
adalah seorang moderator, guru adalah seorang pemberi teladan, guru adalah
seorang peneliti, guru adalah seorang penasehat, guru adalah seorang pencipta,
guru adalah penguasa, guru adalah seorang pembaharu, dan guru adalah seorang
juru cerita merangkap pelaku.
Tujuan merupakan komponen utama dan pertama dalam pembelajaran.
Proses pembelajaran tanpa tujuan bagaikan hidup tanpa arah. Oleh sebab itu,
tujuan pendidikan dan pembelajaran secara keseluruhan harus dikuasai oleh guru.
Tujuan belajar adalah sejumah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah
melakukan perbuatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan
dan sikap6sikap yang baru yang diharapkan tercapai oleh siswa (Hamalik, 2003:
73).
Materi pembelajaran sering disebut isi pembelajaran ( ), atau
secara sempit disebut sebagai bahan ajar. Materi atau bahan ajar adalah pesan
yang perlu disampaikan oleh penyelenggara pendidikan kepada peserta didik.
Metode adalah satu cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai
tujuan tertentu (Utomo, 2006:58). Metode dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2005:740) adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan sesuatu
pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan
yang ditentukan.
Pemilihan metode dapat dikatakan sebagai salah satu kiat guru dalam
mengajar. Dengan penggunaan metode yang tepat maka pembelajaran menjadi
lebih menarik. Dalam pembelajaran seni rupa guru dapat memanfaatkan metode
yang secara umum digunakan, misalnya ceramah, tanya jawab, diskusi, dan
demonstrasi, di samping metode mencontoh, (latihan), memola, dikte
(bimbingan setahap demi setahap), dan ekspresi bebas (Syafii, 2006:34).
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian,
minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan
Oleh karena proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan
berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi
yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa
media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses
komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal.
Evaluasi pembelajaran dilakukan guna mengetahui sejauh mana perubahan
perilaku siswa telah terjadi, dengan kata lain evaluasi pembelajaran dilakukan
dalam rangka mengetahui ketercapaian tujuan yang telah direncanakan, oleh
karena dalam proses pembelajaran seni rupa, siswa tidak hanya terlibat dalam hal6
hal yang sifatnya kognitif, akan tetapi juga apresiatif dan kreatif (syafii, 2006:35).
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:250), hasil belajar merupakan
tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat
sebelum belajar.
Menurut Hamalik (2006:30), hasil belajar adalah bila seseorang telah
belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari
tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar
adalah kemampuan6kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran
atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai
apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah
laku yang lebih baik lagi.
Hasil belajar menurut Sudjana (1998:49) yang diambil dari
belajar yakni aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Sedangkan
menurut Anni (2007:5) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang
diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar yang mencakup tiga
ranah belajar yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik
yang menjadi perhatian hasil belajar siswa, dan dijelaskan sebagai berikut:
(1) Ranah Kognitif ( ' ( )
Pendapat Bloom yang dikutip oleh Anni (2007:7) yaitu berkaitan dengan
hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah
kognitif mencakup kategori sebagai berikut : (a) pengetahuan ( ),
pengetahuan didefinisikan sebagai perilaku mengingat atau mengenali informasi
(materi pembelajaran) yang telah dipelajari sebelumnya; (b) pemahaman
( & ), kemampuan memperoleh makna dari materi pembelajaran; (c) penerapan () ), penerapan mengacu pada kemampuan menggunakan materi pembelajaran yang telah dipelajari didalam situasi baru dan kongkrit; (d)
analisis () * ), analisis mengacu pada kemampuan memecahkan material kedalam bagian6bagian sehingga dapat dipahami struktur organisasinya; (e)
sintesis ( * ), sintesis mengacu pada kemampuan menggabungkan bagian6 bagian dalam rangka membentuk struktur yang baru; (f) penilaian ( ' ), penilaian mengacu pada kemampuan membuat keputusan tentang nilai materi
pembelajaran untuk tujuan tertentu.
(2) Ranah Afektif ()!! ' ( )
Kemampuan siswa pada ranah afektif dilihat dari sikap dan tingkah
dikutip oleh Anni (2007:8) tentang ranah afektif sebagai berikut: (a) penerimaan
(+ ' ), penerimaan mengacu pada keinginan siswa untuk menghadirkan rangsangan atau fenomena tertentu (aktivitas kelas, buku teks, musik dan
sebagainya) dari sudut pandang pembelajaran; (b) penanggapan (+ ), penanggapan mengacu pada partispasi aktif pada diri siswa; (c) penilaian
(, ), penilaian berkaitan dengan harga atau nilai yang melekat pada objek fenomena atau perilaku tertentu pada diri siswa; (d) pengorganisasian
(" # ), pengorganisasian berkaitan dengan perangkat nilai6nilai yang berbeda, memecahkan kembali konflik6konflik antar nilai dan mulai
menciptakan sistem nilai yang konsisten secara internal; (e) pembentukan pola
hidup (" # * ' -), perilaku pada tingkat ini adalah bersifat persuasif, konsisten.
(3) Ranah Psikomotorik
Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik menunjukkan adanya
kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan
koordinasi saraf. Penjabaran ranah psikomotorik ini sangat sukar karena seringkali
tumpang6tindih dengan ranah kognitif dan afektif.
Kategori untuk ranah psikomotorik menurut Elizabeth Simpson (dalam
Anni, 2007:10) dapat dijabarkan sebagai berikut: (a) persepsi, memilih petunjuk
yang relevan dengan tugas dan menghubungkan persepsi pada petunjuk dengan
tindakan di dalam suatu perbuatan tertentu; (b) kesiapan, mencakup kesiapan
mental dan kesiapan jasmani; (c) gerakan terbimbing, meliputi peniruan dan
gerakan yang telah dipelajari itu telah menjadi biasa dan gerakan dapat dilakukan
dengan sangat menyakinkan dan mahir; (e) gerakan kompleks, berkaitan dengan
kemahiran unjuk kerja dari tindakan motorik yang mencakup pola6pola gerakan
yang kompleks yang sangat terkoordinasi; (f) penyesuaian, berkaitan dengan
keterampilan yang dikembangkan sangat baik sehingga individu siswa dapat
memodifikasi pola6pola gerakan sesuai dengan persyaratan6persyaratan baru atau
ketika menemukan situasi masalah baru; (g) kreativitas, hasil belajar pada tingkat
ini menekankan aktivitas yang didasarkan pada keterampilan yang benar6benar
telah dikembangkan.
Komponen pembelajaran di atas merupakan komponen yang saling
berkaitan dalam suatu pembelajaran. Jadi, suatu proses pembelajaran harus
memperhatikan komponen6komponen tersebut agar proses pembelajaran dapat
berlangsung sesuai dengan pencapaian tujuan pembelajaran.
!
* -*)
,/ ) , ) , +*)
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan di luar jam
pembelajaran tatap muka dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah untuk
memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan atau kemampuan
peningkatan nilai atau sikap dalam rangka menerapkan pengetahuan dan
kemampuan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran dalam kurikulum
menurut pedoman (Depdikbud, 1990:11).
Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperluas pengetahuan siswa mengenai
menyalurkan bakat/ minat yang menunjang pencapaian tujuan instruksional serta
melengkapi upaya6upaya pembinaan manusia seutuhnya, kegiatan secara berkala
pada waktu tertentu (Djamarah, 2000:216).
Menurut Lutan (1986:3) ekstrakurikuler adalah segala aktivitas di sekolah
atau lembaga pendidikan yang dilaksanakan di luar jam pelajaran yang termasuk
dalam kurikulum. Program kegiatan ekstrakurikuler merupakan aktivitas
tambahan, pelengkap dari pelajaran wajib. Lutan (1986:4) mengatakan
ekstrakurikuler dapat ditilik dari beberapa aspek. , menekankan pada
penyaluran bakat, minat, dan potensi siswa. , siswa yang mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler berdasarkan minat dan kemauan tidak ada unsur paksaan.
, dari sudut kegiatan yang dilakukan dapat mencakup berbagai jenis
kegiatan yang menarik minat para siswa.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditegaskan bahwa kegiatan
ekstrakurikuler adalah proses pembelajaran yang dilakukan di luar jam pelajaran
di sekolah sebagai sarana pengembangan dan penyaluran bakat dan minat dan
keterampilan serta dalam pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia
seutuhnya.
!%
4 /*5
/ + *.3*+ 1 )
,/ ) , ) , +*)
Pembelajaran pada dasarnya adalah suatu sistem karena pembelajaran
adalah kegiatan yang memiliki tujuan untuk membelajarkan siswa. Dikatakan
berkaitan dan berkesinambungan untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Pembelajaran juga merupakan suatu proses interaksi belajar siswa dengan
guru sebagai ! dengan berbagai pendekatan, metode yang dapat menciptakan perubahan tingkah laku siswa agar mencapai tujuan tertentu.
Ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan diluar jam pelajaran
kurikulum, yang dilaksanakan di sekolah maupun diluar sekolah sebagai sarana
untuk mengembangkan minat dan bakat serta keterampilan seseorang.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dikatakan bahwa
pembelajaran ekstrakurikuler adalah suatu proses interaksi yang berupa usaha
guru sebagai ! untuk membelajarkan siswa dengan pendekatan dan metode tertentu melalui kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran kurikulum,
yang mampu menumbuhkembangkan minat dan bakat serta keterampilan tertentu
sehingga mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Hamalik (2006:30), hasil belajar adalah bila seseorang telah
belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari
tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar
adalah kemampuan6kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran
atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai
apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah
Dapat disimpulkan bahwa hasil pembelajaran ekstrakurikuler adalah suatu
penilaian akhir dari proses pembelajaran yang dilakukan di luar jam pelajaran di
sekolah sebagai sarana pengembangan dan penyaluran bakat dan minat dan
keterampilan serta dalam pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia
seutuhnya yang akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan
hilang selama6lamanya. Karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi
individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan
merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.
Hasil belajar yang dilakukan dalam mata pelajaran seni rupa berkaitan
dengan kopentensi yang ingin dicapai, yakni berkaitan dengan aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar aspek kognitif dalam pembelajaran seni
rupa berhubungan dengan pengetahuan kesenirupaan, yaitu kemampuan mengenal
dan memahami berbagai unsur dan prinsip desain, jenis karya seni rupa,
keragaman media, dan sejarah seni rupa. Sedangkan alat evaluasi yang digunakan
yaitu tes objektif dan tes subjektif. Tes objektif meliputi tes benar6salah, isian,
jawaban singkat, pilihan ganda dan perjodohan. Sedangkan tes subjektif meliputi
esai bebas dan esai terstruktur.
Hasil belajar aspek afektif atau apresiatif dapat dilihat pada saat siswa
melakukan apresiasi terhadap suatu karya seni, sejauh mana siswa mampu
mengamati, menghayati, menilai, dan menghargai karya seni rupa. Instrument
yang digunakan dalam aspek apresiasi mengacu pada pengukuran kepekaan
Pada dasarnya pembelajaran ekstrakurikuler seni rupa, merupakan latihan
yang bertujuan untuk melatih siswa agar dapat mengembangkan dan
meningkatkan kreativitas keterampilannya melalui suatu proses untuk
menghasilkan suatu karya seni yang diciptakan. Hasil belajar yang dihasilkan dari
pembelajaran ektrakurikuler tersebut adalah hasil belajar ranah psikomotorik.
Hasil belajar pada aspek psikomotorik atau keterampilan dapat dilihat dari; (1)
pada aspek proses, hal yang dievaluasi yaitu berupa kesungguhan siswa dalam
berkarya, pemanfaatan media, efisiensi waktu yang digunakan, serta kepuasan
siswa saat melakukan proses berkarya; (2) pada aspek hasil karya yang dibuat
siswa dievaluasi dari bentuk visual yang ditampilkan keseluruhan, kesesuaian
bentuk dengan tema yang diungkapkan, serta kreativitas yang ditampilkan seperti
pemanfaatan beragam media sehingga menciptakan bentuk yang baru dan
menarik.
!&
, 4) 6
-
*.5* - ) 0 *.3*+ 1 )
Dalam pembelajaran ada faktor6faktor yang mempengaruhi keberhasilan
pelaksanaan pembelajaran dari proses yang berlangsung. Faktor6faktor tersebut
dari dalam maupun dari luar. Menurut Djamarah (2002:201), ada beberapa faktor
yang mempengaruhi pembelajaran, yaitu:
!&! , 4) *)
Faktor Intern adalah faktor6faktor yang berasal dari dalam diri siswa, yaitu:
(1) Faktor jasmani (biologi), baik bersifat bawaan maupun yang diperoleh.
(2) Kondisi psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang bersifat
perolehan: (a) faktor intelektual yang meliputi faktor potensi, yaitu
kecerdasan dan bakat serta kecakapan nyata; (b) faktor non intelektual yaitu
unsur6unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan,
motivasi, emosi dan penyesuaian diri; (c) faktor kematangan fisik dan psikis.
!&! , 4) *,/ *)
Faktor ekstern merupakan faktor6faktor yang berasal dari luar siswa, yaitu:
(1) Sosial, situasi yang kondusif dan nyaman seperti lingkungan keluarga,
sekolah, masyarakat dan kelompok.
(2) Lingkungan budaya yang mendukung seperti adat istiadat, ilmu
pengetahuan, teknologi dan kesenian.
(3) Lingkungan fisik yang memadai seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar.
(4) Lingkungan spiritual atau keagamaan.
Dari uraian tersebut dapat digaris6bawahi bahwa faktor6faktor yang
mempengaruhi kegiatan pembelajaran meliputi faktor yang berasal dari dalam
yang terdiri dari faktor biologis dan faktor psikologis, serta faktor dari luar yaitu
faktor lingkungan, dan sosial.
!(
,
!(! * -*) ,
Hamzuri (1994:vi) batik adalah lukisan atau gambaran pada mori yang dibuat
menggunakan alat bernama $ Menurut definisi Dewan Standarisasi Tekstil Indonesia dan Standar Industri Indonesia (dalam Susanto 1984:4), batik adalah
kain tekstil, proses pembuatannya menggunakan teknik celup rintang dengan
“ ” atau lilin batik sebagai bahan perintangnya. Hal tersebut juga diperkuat
dengan pendapat Murtihadi (1979:3) yang menyatakan batik adalah cara
pembuatan bahan sandang berupa tekstil yang bercorak.
Pada prinsipnya, yang dimaksud dengan batik adalah menuangkan
/lilin pada kain putih/polos atau dapat juga berarti melukis dengan media
/lilin. /lilin inilah yang nantinya berperan dalam pembentukan motif batik yang akan dibuat, karena sifat /lilin yang tidak tembus warna, maka setelah proses pewarnaan bagian6bagian yang tertutup /lilin inilah yang menjadi motifnya.
!(! *7 ,
Bahan6bahan membatik adalah semua yang diperlukan pada proses
membatik terdiri antara lain; / /
/ & * (untuk mengetel agar warnanya lebi
kuat) (untuk mengkilapkan batik) (untuk membuat kain menjadi kaku
dan memudakan melepas / pada proses / pelepasan )$ adalah bahan baku batik yang terbuat dari katun. Kualitas kain mori
bermacam6macam jenisnya dan sangat menentukan baik dan buruknya kain batik
yang digunakan untuk membatik bermacam6macam kualitasnya. Kualitas ini
berpengaruh terhadap daya serap warna kain batik (Tim Abdi Guru 2007:4).
Berikut ini merupakan jenis6jenis : (1) putih, berasal dari minyak latung
buatan pabrik; (2) kuning, berasal dari minyak latung buatan pabrik; (3)
hitam, berasal dari minyak latung buatan pabrik; (4) tawon, berasal dari
sarang lebah; (5) klenceng, berasal dari sarang lebah klenceng; (6)
dan , sebagai campuran $
Bahan warna batik menggunakan zat warna tekstil yang sesuai dengan
proses dan bahan baku batik. Zat warna tekstil ini tergolong ke dalam cat yang
jumlahnya sangat banyak. Hanya ada beberapa jenis zat warna yang sesuai untuk
batik yaitu yang dapat dipergunakan dalam suu kurang dari 40°C. Pewarna batik
dalam suhu di atas 40°C akan merusak penutup, sehingga tidak seperti yang
dikehendaki.
Menurut Riyanto (2006:18) ada dua macam zat warna batik menurut
asalnya, yaitu:
(1) Zat Warna Alam
Zat warna alam berasal dari tumbuh6tumbuhan dan hewan. Zat warna
tumbuh6tumbuhan diambil dari akar, batang(kayu), kulit, daun dan bunga.
Sedangkan yang berasal dari getah buang (0 * ). Zat6zat warna alam dari tumbuhan6tumbuhan sampai kira6kira abad618 antara lain: (a) daun pohon nila
lawak; (g) kunir; (h) gambir dan pinang; (i) teh; (j) pucuk gebang ( * & ).
(2) Zat Warna Sintetis
Merupakan pewarna yang dapat digunakan dalam suhu yang tidak merusak
lilin, yang termasuk golongan pewarna tersebut adalah: indigo, indigosol, naptol
dan rapid, cat soga, cat basis, cat Indanthreen, cat belerang dan procion dingin (cat
kreatif). Zat warna sintetis berupa cat & $ Cat naphtol ini tidak larut dalam air, atau asam, atau basa encer sekalipun dipanaskan. Pada umumnya sangat tahan
terhadap pencucian, & dan sinar. Tetapi karena menempelnya pada tekstil sebab pengendapan, maka tidak begitu tahan terhadap gosokan.
Warna6warna & ini hampir meliputi semua spektrum warna. Dalam Riyanto (2006:25) menyebutkan jenis6jenis & yang banyak digunakan dalam pembatikan, antara lain: AS6, AS6G, AS6D, AS6OL, AS6BO, AS6LB, AS6
BC, dan AS6Br. Dari jenis6jenis & ini masing6masing dapat dibangkitkan dengan 2 # , dengan garam yang berlainan akan menimbulkan warna yang berlainan juga. Adapun jenis # , antara lain: garam kuning GC, garam oranye GC, garam oranye GR, garam merah 3 GL, garam merah GG,
garam merah R, garam merah GL, garam merah B, garam violet B, garam biru B,
garam biru BB, garam hitam B, dan garam hitam K.
Pelarutan cat & memerlukan obat6obat pembantu, yaitu: (1) TRO
( & + " ), sebanyak satu setengah kali berat & ; dan (2) Loog 38° Be
(dari larutan 441gram dalam satu liter air), sebanyak satu setengah
Peralatan atau perlengkapan dalam membatik dari dahulu sampai sekarang
memang selalu berubah tetapi ada beberapa alat yang masih sering dipakai oleh
para pengrajin batik (Hamzuri 1994:3). Peralatan yang digunakan dalam
membatik adalah:
(1) Wajan (untuk mencairkan )
(2) Canting, ada beberapa macam canting sesuai fungsinya, antara lain: (a)
canting pola : untuk membuat pola gambar; (b) canting cecek : untuk
membuat titik6titik; (c) canting popok : untuk / 3 (d) canting selasar : untuk batik/gambar sebaliknya.
(3) Meja biasanya meja cap digunakan pada proses batik .
(4) Dandang lorod, berfungsi untuk melorod kain/ melepas yang sudah
diwarnai dengan cara direbus.
(5) Gawangan, terbuat dari bambu yang berfungsi untuk merentangkan kain yang
akan dibatik pada proses membatik tulis.
(6) Bak, ada beberapa macam bak antara lain: (a) bak fungsinya untuk
men kain agar hasil batiknya tidak mudah luntur; (b) bak
fungsinya untuk mewarnai dasar kain sesuai warna yang diinginkan; (c) bak
air bersi, fungsinya untuk mencuci kain batik yang sudah di $ (7) Sarung tangan, untuk melindungi tangan saat proses pewarnaan.
(8) Kerokan, untuk mengerok di bagian kain yang akan diwarnai.
(10) Jemuran, untuk menjemur kain batik yang sudah selesai/ jadi, penjemuran
dilakukan di tempat yang teduh.
(11) Kuas, digunakan saat pemberian warna pada bagian6bagian yang dikehendaki
warna lain atau banyak warna.
Teknik membatik pada umumnya adalah artinya proses
pembuatan motifnya dengan cara bagian6bagian tertentunya untuk
selanjutnya pada pewarna. Ada satu teknik membuat motif pada kain yang
biasa disebut dengan teknik atau (ubar adalah pewarna,
ikat adalah cara membuat motif dengan teknik ikat), artinya proses pembuatan
motifnya dengan cara dan selanjutnya pada pewarna, jadi disebut
ikat celup.
Dilihat dari proses pembuatan pada teknik tutup celup, batik dibedakan
menjadi 4, yakni:
(1) Batik tulis, adalah batik yang proses pembuatan motifnya dibuat/ditulis
dengan tangan menggunakan alat yang disebut $
(2) Batik , adalah batik yang proses pembuatan motifnya dengan
menggunakan alat cap berupa $
(3) Batik colet, adalah batik yang proses pembuatan motifnya menggunakan
kuas. Batik jenis ini disebut juga dengan batik bebas/abstrak.
(4) Batik , adalah batik yang proses pembuatannya dengan
menggunakan mesin cetak. Jenis batik ini dapat diproduksi dalam jumlah
printing dipertanyakan oleh beberapa seniman dan pengrajin batik karena
dianggap merusak tatanan dalam seni batik, sehingga lebih sering
menyebutnya kain bermotif batik.
Sedangkan pada teknik ikat celup biasa disebut dengan batik
(daerah Jawa Tengah) dan (daerah Kalimantan). Batik Jumputan
adalah batik yang dikerjakan dengan cara ikat celup, diikat dengan tali dicelup
dangan warna. Batik ini tidak menggunakan malam tetapi kainnya diikat atau
dijahit dan dikerut dengan menggunakan tali. Tali berfungsi sama halnya dengan
malam yakni untuk menutup bagian yang tidak terkena warna
(http://dethie.blogspot.com/2010/01/18).
Dalam proses membatik ada langkah6langkah tertentu yang harus dilalui
secara beruntun (Riyanto, 2006:4), yaitu:
(1) Proses Pembuatan Kain Batik
Sebelum melakukan kegiatan pokok membuat batik, langkah awal yang
harus dilakukan adalah menyiapkan kain atau yaitu:
(a) / , yaitu biasanya mori dicuci terlebih dahulu dengan air hingga kanji aslinya hilang dan bersih, kemudian di kanji lagi.
(b) tujuan dari ialah agar mori menjadi licin dan lemas.
Untuk maksud ini mori ditaruh di atas sebilah kayu dan dipukul6pukul secara
teratur oleh pemukul kayu pula. Mori yang akan lebih mudah
(2) Teknik Pembuatan Batik
Setelah pengolahan kain yang dilakukakan dengan beberapa langkah
tersebut di atas, maka dilanjutkan pengerjaan batik. Dengan langkah6langkah
sebagai berikut:
(a) Pemolaan/ pelilinan
Proses pemolaan diawali dengan pemberian pola atau motif terlebih
dahulu pada yang akan diberi lilin batik/ setelah itu proses pelilinan
yang terdiri dari beberapa tahap dapat dikerjakan, proses tersebut adalah sebagai
berikut:
1) teknik pembikinan batik terdiri dari pekerjaan utama, dimulai dari
pekerjaan utama, dimulai dengan ialah mengecap atau membatik
motif6motifnya diatas mori dengan menggunakan $
2) dari kata asal “isi” maka memiliki arti memberi isi pada
bidang yang sudah $ Ada dua jenis isen, atau titik dan atau garis.
3) yaitu proses pemberian malam atau lilin batik pada permukaan kain
yang ada di baliknya, nerusi dapat berupa dan $
4) yaitu menutup bagian6bagian tertentu pada mori yang tidak diinginkan
terkena larutan pewarna dengan menggunakan malam.
(b) Pewarnaan
Proses pewarnaan merupakan proses terakhir dalam membatik atau biasa
disebut juga dengan istilah , yaitu proses penyelesaian dari batikan
1) yaitu proses pemberian warna yang pertama setelah mori diberikan
malam batik.
2) yaitu menghilangkan malam batik pada daerah tertentu, dikerok
dengan (semacam pisau tumpul dibuat dari seng) untuk menghilangkan
nya.
3) * yang terdiri dari penutupan dengan malam bagian6bagian kain yang tetap diharapkan berwarna biru, sedangkan bagian yang akan di
tetap terbuka. Pekerjaan ini dikerjakan di dua sisi kain.
4) * yaitu pencelupan kedua. * merupakan proses yang banyak memakan waktu, karena mencelup kedalam . Jika menggunakan soga
alam, tidak cukup hanya satu dua kali saja, harus berulang. Tiap kali
pencelupan harus dikeringkan di udara terbuka. Dengan menggunakan
sintetis maka proses ini bisa diperpendek hanya setengah jam saja. Istilah
menyoga diambil dari kata pohon tertentu yang kulit pohonnya menghasilkan
warna 4 1 bila direndam di air.
5) yaitu proses menghilangkan yang masih tertinggal di mori
harus dihilangkan, caranya dengan dimasukkan kedalam air mendidih yang
disebut $
Dengan demikian jelaslah apa yang dimaksud dengan batik adalah proses
menggambar yang dilakukan pada kain mori dengan alat , menggunakan
bahan pembantu ” ” untuk meghasilkan motif tertentu yang cenderung
lukisan ( ). Pewarnaan dilakukan secara dingin (tanpa pemanasan) dan zat
warna yang dipakai tidak hilang warnanya pada saat pengerjaan menghilangkan
lilin (dengan digunakannya air panas untuk 1$
!(!% 4 2 ,
Ragam hias dalam seni rupa bisa berfungsi mengisi kekosongan suatu
bidang dan juga berfungsi simbolis. Ragam hias berkaitan dengan pola hias dan
motif. Pola hias merupakan unsur dasar yang dapat digunakan sebagai pedoman
dalam merancang suatu hiasan. Sedangkan, motif hias merupakan pokok pikiran
dan bentuk dasar dalam perwujudan ragam hias (Tim Abdi Guru 2007:2).
Definisi Kenneth F.Bates (dalam Riyanto 1997:15) mengungkapkan
bahwa yang membentuk motif secara fisik adalah unsur (berupa goresan,
warna, tekstur) (garis) dan (massa/berupa gambar) dalam sebuah
kesatuan. Kemudian motif tersebut diduplikasikan atau diberi variasi dengan
perulangan untuk membentuk pola atau ! $
Terdapat beberapa pola untuk menyusun motif batik pada seni batik
tradisional terutama di Jawa ( Riyanto, 1997:15), antara lain: (1) membentuk garis
miring atau diagonal, misalnya bermacam6macam motif parang; (2) membentuk
kelompok6kelompok, misalnya motif6motif ceplok; (3) membentuk garis tepi
(motif pinggiran); (4) membentuk tumpal atau karangan bunga, misalnya batik
Buketan.
Dalam ornamen, pola merupakan bentuk pengulangan motif. Artinya,
sejumlah motif yang diulang6ulang secara struktural dipandang sebagai pola
(1) Motif geometris, menggunakan unsur6unsur rupa seperti garis dan bidang
yang pada umumnya bersifat abstrak, artinya bentuknya tak dapat dikenali sebagai
bentuk objek6objek alam. Sejumlah motif geometris antara lain berupa; pilin,
tumpal, meander, swastika atau banji dan kawung.
(a) Motif hias pilin, merupakan garis lengkung spiral atau lengkung kait.
Beberapa motif pilin dapat dibedakan menjadi pilin tunggal yang berbentuk
ikal, pilin ganda yang berbentuk dasar huruf S, dan pilin tegar yakni pola ikal
bersambung dan berganti arah. Semuanya itu dalam ornamen disusun secara
berulang dan berderet sambung menyambung. Peda motif pilin tegar,
umumnya berkembang menjadi motif sulur, yang menggambarkan gubahan
tumbuh6tumbuhan menjalar. Motif dalam batik antara lain
[image:43.595.125.511.210.628.2], sangat terkenal sebagai motif di Jawa.
Gambar 1. Motif hias pilin dan motif parang
(b) Motif hias tumpal, memiliki bentuk dasar bidang segitiga. Bidang segitiga itu
biasanya membentuk pola berderet, yang kerapkali digunakan sebagai
pesisiran. Biasanya motif tumpal diterapkan sebagai hiasan pinggir, dalam
berbagai variasinya motif tumpal yang berbentuk segitiga sama kaki diisi
oleh aneka motif tumbuh6tumbuhan, bahkan dapat pula terisi bentuk6bentuk
[image:44.595.118.512.212.595.2]pergayaan dari lidah api.
Gambar 2. Motif hias tumpal
(c) Motif hias meander, pada umumnya merupakan hiasan pinggir yang bentuk
dasarnya berupa garis berliku atau berkelok6kelok. Kata berarti
kelak6kelok sungai (dalam Sunaryo 2006:12). Sebagai ornamen geometris,
dikenal sebagai hiasan pinggir Yunani. Dari Yunani kemudian
dibawa ke Cina, dan dari sini kemudian menyebar ke Asia Tenggara,
termasuk Indonesia. Motif sangat beragam bentuknya, mulai dari
berbentuk kelokan ”u” dan ”n” yang saling bertaut, yang berkait seperti huruf
”J”, yang berkonfigurasi huruf ”T” berkebalikan, baik yang patah6patah atau
yang meliuk6liuk, hingga bergelombang berkelok bagai awan, dan kemudian
Gambar 3. Motif hias meander
(d) Motif hias swastika/ banji, motif banji hanya dikenal di Jawa. Meskipun kata
banji sesungguhnya berasal dari kata China 2 (dalam Sunaryo 2006:13), motif ini memiliki bentuk dasar garis tekuk yang bersilangan mirip bentuk
baling6baling seperti halnya pada swastika.
Gambar 4. Motif hias banji
(e) Motif kawung, terjadi dari bentuk6bentuk lingkaran yang saling berpotongan
berjajar ke kiri atau kanan dan ke bawah atau atas. Istilah dalam
bahasa Sunda berarti buah aren (enau). Bentuk bidang6bidang hasil
persilangan lingkaran yang menjadi motif kawung memang mirip buah aren
lingkaran sebagaimana kawung, ialah motif yang juga banyak
[image:46.595.116.512.160.590.2]terdapat pada batik.
Gambar 5. Motif hias kawung
(2) Motif nongeometris, dapat bermotifkan bentuk6bentuk abstrak, yang
dimaksudkan ialah motif hias yang melukiskan objek6objek di alam dan dapat
dikenali kembali bentuk objek asalnya. Selain bercorak kealaman, ornamen motif
nongeometris dibentuk oleh unsur6unsur garis lengkung bebas atau oleh bentukan
yang menyarankan kehidupan. Motif ini berupa; manusia, binatang, dan
tumbuhan.
(a) Motif hias manusia, ornamen Nusantara dengan motif hias manusia telah ada
sejak kebudayaan prasejarah. Penggambaran motif hias manusia dapat dalam
bentuk sosok manusia seutuhnya atau dapat dalam bentuk sebagian saja.motif
hias manusia hampir dapat ditemui di seluruh wilayah Nusantara, diterapkan
pada benda6benda berukir dari kayu, logam, gading atau tulang. Juga dapat
ditemukan pada kain tenun misalnya tenun Sumba, Batak, Toraja, dan batik di
Gambar 6. Motif hias manusia
(b) Motif hias binatang, jenis binatang yang sering digunakan sebagai motif hias
pada batik adalah dari jenis unggas seperti diantaranya ialah burung merak,
burung enggang, jago (ayam jantan), nuri, garuda, dan phunix. Motif burung
merak digambarkan dengan ekornya yang panjang dan biasanya digambarkan
dalam keadaan terbuka dengan pola6pola bulatan pada bulu ekornya itu
merupakan cirinya yang menonjol. Ciri lain ialah leher yang panjang dan
kepalanya berjambul.
Gambar 7. Motif hias burung merak
Motif lain yang biasanya diterapkan pada batik yaitu motif burung garuda
setangkup, disebut ; dan (3) kedua sayap ditambah ekor di tengahnya atau
bagian dada, disebut . Sering kali ketiga motif sayap garuda itu dilukiskan
[image:48.595.119.509.179.636.2]dalam batik berbagai macam variasi.
Gambar 8. Motif hias burung garuda
Motif hias unggas lainnya yang sering ditemukan pada batik adalah motif
hias burung phunix. Motif hias burung phunix banyak terdapat di daerah pesisiran
yang mendapat pengaruh China, misalnya di Cirebon, Pekalongan, Lasem, juga di
Bali. Bentuknya mirip burung merak, tetapi ciri yang menonjol ialah pada ekornya
yang panjang bergelombang tanpa bulatan.
Gambar 9. Motif hias burung phunix
Ornamen motif hias jago diterapkan pada kain tenun ikat dan songket,
batik, ukiran. Bentuk ayam jantan yang indah dan gagahh merupakan motif hias
Gambar 10. Aneka motif burung pada batik Sumber: Aryo Sunaryo, 2006.
(c) Motif hias tumbuhan, motif tumbuhan atau motif flora dikenal dengan motif
hias pilin dalam kesenian prasejarah, kemudian dikembangkan menjadi motif
pilin tegar dengan gubahan bentuk sulur, sejenis tanaman menjalar dengan
pola ikal berulang secara bergantian arah. Dalam batik, terdapat banyak sekali
motif hias tumbuhan dalam bentuk: (1) motif hias bunga, pada batik umumnya
berpola geometris dan merupakan kelompok ragam hias dan ; (2)
motif hias patra, lung, dan sulur, umumnya motif hias (daun) berbentuk
stilisasi sehelai daun yang berulang6ulang tersusun berderet, tetapi juga
dapat berupa gubahan. Kata dalam bahasa Jawa menunjuk pada sejenis
tunas atau batang tanaman menjalar yang masih muda dan melengkung6
lengkung bentuknya. Sementara dipakai untuk menamakan motif hias
Gambar 11. Aneka motif sulur asal Jawa Sumber: Aryo Sunaryo, 2006
(3) Motif hias benda alam, diciptakan dengan mengambil inspirasi dari alam
berupa; air, api, awan, batu, gunung dan bebatuan. Motif hias yang sering muncul
pada batik yaitu motif hias awan dan motif hias api. Motif hias awan dalam
sebuah ornamen ada kalanya dikembangkan dari motif $ Terdapat pula motif awan hasil pengaruh kesenian China (dalam Aryo Sunaryo, 2006:58), yakni
motif yang sangat terkenal di daerah Cirebon. Bentuknya yang
khas beraut jajar genjang atau belah ketupat dengan kontur bergelombang dan
liukan sudut. Sedangkan motif hias api biasanya diwujudkan dalam bentuk lidah
api dipandang sebagai lambang sumber kehidupan, semangat hidup dan juga
kesaktian (dalam Aryo Sunaryo,2006:58). Dalam batik motif hias lidah api
digubah menjadi motif , yang berupa deretan nyala api, misalnya pada
batik Cuwiri, Semen Rama. Motif lidah api juga digunakan untuk mengisi motif
Gambar 12. Motif hias megamendung Cirebon
Gambar 13. Motif hias lidah api
Penyusunan motif pada batik juga dilengkapi dengan beberapa motif isian
atau yang biasa disebut , berfungsi sebagai pengisi atau pelengkap
ornamen. Berbentuk kecil dan sederhana misalnya berupa titik6titik. Isen yang
masih berkembang sampai saat ini antara lain adalah cecek6cecek, cecek pitu,
sisik melik, cecek sawut, cecek sawut daun, herangan, sisik, gringsing, sawut,
Gambar 14. Macam6macam jenis
!'
/ )
5 7
) / 5
4.54/ /
!'! / ) 5
Unsur6unsur rupa merupakan aspek6aspek bentuk yang terlihat, konkret,
yang lain. Menurut Sunaryo (2002:5) yang termasuk unsur6unsur rupa ialah: (1)
garis ( 13 (2) raut atau bangun 4 & 13 (3) warna 4 13 (4) gelap terang atau nada ( & 2 ); (5) tekstur atau barik ( - ); dan (6) ruang ( ).
Sebelum unsur rupa garis, ada yang memandang titik atau noktah ( 1 sebagai unsur yang paling sederhana (Bates dalam Sunaryo, 2002:7) sebab unsur
rupa garis dapat dihasilkan melalui rangkaian noktah. Sebagai unsur visual,
menurut Sunaryo (2002:7) garis merupakan pengertian (1) tanda atau marka yang
memanjang yang membekas pada suatu permukaan dan mempunyai arah; (2)
batas suatu bidang atau permukaan bentuk, atau warna; (3) sifat atau kualitas yang
melekat pada obyek lanjar/ memanjang. Ditinjau dari segi jenisnya, terdapat garis
lurus, garis lengkung, dan garis tekuk atau zigzag.
Istilah raut dipakai untuk menerjemahkan kata & dalam bahasa Inggris. Istilah itu seringkali dipadankan dan dikacaukan dengan kata bangun,
bidang, atau bentuk. Pengertian & sendiri menurut Kartika (2004:41), adalah suatu bidang kecil yang terjadi karena dibatasi oleh sebuah kontur (garis) dan atau
dibatasi oleh adanya warna yang berbeda atau oleh gelap terang pada arsiran atau
karena adanya tekstur. Menurut Sunaryo (2002:9), unsur rupa raut adalah
pengenal bentuk yang utama. Sebuah bentuk dapat dikenali dari rautnya, apakah
sebagai suatu bangun yang pipih datar, yang menggumpal padat atau berongga
bervolume, lonjong, bulat, persegi dan sebagainya. Tetapi raut juga dapat
Menurut segi perwujudannya, raut dapat dibedakan menjadi; (1) raut
geometris; (2) raut organis; (3) raut bersudut banyak; dan (4) raut tak beraturan
(wong dalam Sunaryo, 2002:10). Sebagaimana halnya dengan garis, raut memiliki
dimensi, warna, arah, dan sifat permukaan. Dimensi terkecil sebuah raut akan
tampak sebagai noktah atau titik dalam bidang gambar. Sementara warnanya
dapat mempengaruhi kesan besaran raut. Selanjutnya, arah atau kedudukan raut
dalam bidang gambar dapat tegak, miring atau mendatar.
Warna merupakan unsur yang sangat penting baik dibidang seni murni atau
seni terapan, bahkan lebih jauh dari pada itu warna sangat berperan dalam segala
aspek kehidupan manusia. Warna ialah kualitas rupa yang dapat membedakan
kedua obyek atau bentuk yang identik raut, ukuran, dan nilai gelap terangnya. Le
Blond, Johann Wolfgang Von Goethe, M.E. Chevreul, dan Charles Blanc (dalam
Sunaryo, 2002:13) mengemukakan tiga warna pokok (primer) yakni merah,
kuning, dan biru. Goethe menempatkan ketiga warna pokok ini ke dalam segitiga
warna, Chevruel ke dalam lingkaran warna. Segitiga warna ialah sistem susunan
warna berbentuk segitiga yang menggambarkan ketiga warna primer dan
campurannya menjadi warna skunder dan tersier. Lingkaran warna atau roda
warna merupakan sistem susunan warna yang menggambarkan penempatan dan
urutan warna6warna di sekeliling lingkaran, dengan warna6warna primer, skunder,
dan warna selang ( ), yakni warna di antara warna primer dan
Unsur gelap terang disebut unsur cahaya, yang berasal dari matahari yang
berubah6ubah intensitasnya, maupun sudut jatuhnya yang menghasilkan bayangan
dengan keanekaragaman kepekatannya (Sunaryo, 2002: 19). Ungkapan gelap
terang sebagai hubungan pencahayaan dan bayangan dinyatakan dengan gradasi
mulai dari yang paling putih untuk menyatakan sangat terang, sampai kepada
yang paling hitam untuk bagian yang gelap (Sunaryo, 2002:20). Pada karya seni
rupa, cahaya sengaja dihadirkan untuk kepentingan nilai estetis, artinya untuk
memperjelas kehadiran unsur6unsur seni rupa lainnya. Unsur rupa gelap terang
dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan antara lain: (1) memperkuat kesan
trimatra suatu bentuk, (2) mengilusikan kedalaman atau ruang, (3) menciptakan
kontras atau suasana tertentu.
Tekstur ( - ) atau barik, ialah sifat permukaan. Sifat permukaan dapat halus, polos, kasap, licin, mengkilap, berkerut, lunak, keras, dan sebagainya.
Setiap material atau bahan memiliki teksturnya masing6masing. Permukaan kullit
kayu, batu atau marmer, kaca, tekstil, anyaman bambu, dan lain6lain, memiliki
tekstur masing6masing yang khusus (Sunaryo, 2002:17).
Tekstur dibedakan menjadi dua yaitu: (1) tekstur nyata yaitu adanya
kesamaan antara kesan yang diperoleh dari hasil penglihatan dengan rabaan (2)
tekstur semu yaitu tidak adanya kesamaan antara kesan yang diperoleh dari hasil
Ruang adalah unsur atau daerah yang mengelilingi sosok bentuknya.
Ruang sesungguhnya tak terbatas, dapat kosong, sebagian terisi, atau dapat pula
penuh padat terisi. Bentuk dan ukuran ruang baru dapat disadari dan dikenali
justru setelah ada sosok atau bentuk yang mengisinya atau terdapat unsur yang
melingkupinya (Sunaryo, 2002:21). Dalam desain dwimatra atau bentuk dua
dimensi, ruang bersifat maya, karena itu disebut ruang maya. Ruang maya dapat
bersifat pipih, datar dan rata, atau seolah jeluk. Berkesan trimatra, terdapat kesan
jauh dan dekat, yang lazim disebut kedalaman ( &). Kedalaman merupakan ruang ilusif, bukan ruang nyata, sebagaimana ruang yang kita rasakan dalam
cermin. Ruang nyata dapat ditempati benda dan bersifat trimatra.
!'! ) / 5 4.54/ /
Penyusunan atau komposisi dari unsur6unsur estetik merupakan prinsip
pengorganisasian unsur dalam desain. Hakekat suatu komposisi yang baik, jika
suatu proses penyusunan unsur pendukung karya seni, senantiasa memperhatikan
prinsip6prinsip komposisi manurut Sunaryo (2002: 31) menyatakan bahwa,
prinsip6prinsip desain terdiri dari prinsip kesatuan 4 *1 keserasian 4& *1 irama 4 &* & ), dominasi 4 ! ), keseimbangan 4 1, dan kesebandingan 4 1.
penerapan prinsip6prinsip desain yang lain, seperti keseimbangan, kesebandingan,
irama, dan lainnya adalah untuk mewujudkan