Jadibh engliau sepeni kupu- kupu,
e'ngan perawakan,
I d a h dipadang,
SediGt tergantung pada yang bin
Gr6a~rg
dari satu taflg/tai
/ie
tangkai yang b i n dan
Dari satu taman
&
taman yang lhilr
Atau.. . .
. .
Ja&hh engkau seperti seetor h6ah
Tang sebCu mmeakan sesuatu yang 6aikdan mengeluar(an ya
Nengeluarkan madu dan tidakmenyengat
Gr6ang dengan rasa cinta dan fiinggap dengan taCi kaszX
"Terimalah apa gang felah Wllah fefapkan
kepadamu, agar engkau menjadi orang paling
kaya"
ganda bcinta, tawis basih
(X@jsan~akeUn
kn
m
t
n
a
t
i
miwah +$,pa saketmrga
&nu getar
k m b q y ku
du'a
.Qnu qabimbinff
5 u r
STUD1 EFEKTIVITAS HERBISDA GLIFOSAT 48
%
DAN
I-IERBISIDA GLIFOSAT 24
%
+
2,4 D 12
%
UNTUK
MENGENDALIKAN GULMA PADA TANAMAN KELAPA
SAWlT
(
Elaeis guilzeeizsis Jacq.)
BELUM MENGHASILKAN
Cleh :
Sri Mulyati
A01400035
DEPARTEhIEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RINGKASAN
SRI MULYATI. Studi Efektivitas Herbisida Glifosat 48 % dan Herbisida
Glifosat 24 % + 2,4 D 12 % untuk Mengendalikan Gulina pada Tanalnan Kelapa
Sawiit (151ueis guineensis Jacq.) Belum Menghasilkan (Di bawah Bimbingan
ADOLF PIETER LONTOIJ).
Penelitian ini hertujuan untuk lnengetahui efektivitas dari herbisida
glifosat 48 % dan herbisida glifosat 24 %
+
2,4 D 12 % pada berbagai tingkatdosis dalarn mengendalikan gulina di areal pertanainan kelapa sawit belum
menghasilkan.
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2003 salnpai dengan
Febrilari 2C04 di PTPN VIIi Cikasungka, Bogor, Jawa Barat. Penelitian disusun
dengan menggunakan rancangan acak keioinpok faktor tunggal. Susunan
perlakuan terdiri atas 12 perlakuan dan 4 tilangan. Perlakuan pengendalian gulma
terdiri atas herbisida glifosat 48 % dan herbisida glifosat 24 O h
+
2,4 D 12 $6masing-inasing dengan dosis (1.5, 3.0, 4.5 dan 6.0) Ilha, herbisida pelnbanding
glifosat 48 % dosis 3.0 Ilha, herbisida pembanding glifosat 30 %
+
2,4 D 12 %dosis 3.0 lha, pengendalian secara manual dan kontrol. Tiap saluan percobaan
terdiri dari 5 piringan kelapa sawit dengan jari-jari 1.5 m, luas lahan per satuan
percobaan ialah 35.33 m2, sehingga total luas lahan percobaan ialah 1 695.6 m2.
Hasil analisis vegetasi awal penelitian menunjukkan terdapat liina y l m a
domiran berturut-turut yaitu Onochlou nodosu, Puspalurn conjugulurn, Ipornoeu
triloba, Isc/zaenzurn linzorense dan Mikuniu nzicrunllzu.
Nerbisida glifosat 48 % dan herbisida glifosat 24 %
+
2,4 D 12 % dapatmengendalikan gulma di perkebunan kelapa sawit beluln menghasilkan.
Berdasarkan bobot kering gullna dan persentase penutupar gulma, herbisida
glifosat 24 % + 2,4 D 12 % inemberikan hasil yang relatif sama dengan herbisida
glifosat 48 %. Pada dosis yang rendah yaitu dosis antara (1.5-3.0) Ilha dari
herbisida glifosat 24 %
+
2,4 D 12 % sudah dapat mengendalikan gullna denganefektif, begitu juga untuk herbisida glifosat 48 % pada dosls reiidah sudah
Herbisida pembailding dengall formulasi glifosat 48 % dosis 3.0 liha
memberikan penekanan terhadap gull~la yang ada di areal pertailalllall deilgan baik
dan hasilnya setara dellgall perlakuan herbisida glifosat 48 % pada selllua raraf
dosis. Untuk herbisida pelllbandillg dellgall forlllulasi glifosat 30 %
+
2,4D
10 %llleillberikall hasil yang setara dengall perlakuail herbisida glifosat 24 %
+
2:1D
12 % pada dosis 4.5 I/ha. Perlakuan secara mallual illelnberikall hasil yang sa~lgat
baik dalaln illellgelldalikall gulma yang ada di areal percobaan.
Pada percobaan iili tidak ditenlukail adanya gejala keracunan pada
tallalllall kelapa sawit belull menghasilkan akibat aplikasi dari herbisida glifosat
48 % dan herbisida glifosat 24 %
+
2,4D
12 % pada setnua tii~gkat dosis yangSTUD1 EFEKTIVITAS HERBISIDA GLIFOSAT 48
%
DAN
HERBISIDA GLIFOSAT 24
%
+
2,4 D 12
%
UNTUK
MENGENDALIKAN GULMA PADA TANAMAN KELAPA
SAWIT
(
Elaeis guineensis
Jacq.)
BELUM MENGIlASILKAN
Skripsi
sebagai salah satu syarzt
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertaniar. Institut Pertanian Bogor
Oleh
Sri Mulyati
A01400035
DEPARTELMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANL4N
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul : STUD1 EFEKTIVITAS HERBISIDA GLIFOSAT 48 %J DAN
HERUISIDA GLIFOSAT 24 %
+
2,4 D 12 % UNTUKMENGENDALIKAN GULMA PADA TANAMAN KELAPA
SAWIT (Elaeisguirteertsis Jacq.) BELUM MENGHASILKAN
Nalna : Sri Mulyati
NRP : A01400035
Menyetujui,
Mengetahui,
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 5 Februari 1980 di Ciamis, Jawa Barat.
Penulis lnerupakan anak ketujuh dari tujuh bersaudara pasangan Bapak Eli Suherli
dan Ibu Siti Maryam.
Tahun 1988 penulis mengawali pendidikan Sekolah Dasar di SDN 111
Panjalu, kemudian pada tahun 1994 melanjurkan Sekolah Menengah Pertarna di
MTsN Maparah Panjalu. Pendidikan Sekolah Menengah Umurn dilalui di SMUN
1 Indihiang Tasikmalaya dan lillus pada tahun 2000.
Pada tahun 2000 penulis diterima di Insiilut Pertanian Bosor (IPB) ~ m l a l u ~
jalur USMI (U;ian Seleksi Masuk IPB) pada Program Studi Agronomi, Jurusan
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Rabb semesta alam atas
liinpahan Rahnat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul "Studi Efelctivitas I-Ierbisida Glifosat 48 % dan I-Ierbisida
Glifosat 24 56
+
2,4 D 12 % untuk Mengendalikan Gullna pada Tanaman KelapaSawit (Iilueis guitzeensis Jacq.) Bellun Menghasilkan" merupakan syarat
penpelesaian tugas akhir di Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian,
I~lstitut Pertailian Bogor.
Penulis inenyarnpailcan rasa teriinakasih kepada:
1. Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS sebagai dosen pembimbing, atas bimbingan,
arzihan dan motivasi selama penyusunan skripsi.
2. Dr. 11-. B. H. Tanpubolon, MS dan Dwi Guntoro, SF, Msi scbagal dosen
penguji atas saran dan lnasukan yang sangat berharga untuk perbaikan
skripsi ixi.
3. Pimpinan dan karyalvan PTPN VIII, kebun kelapa sawit Cikasungka,
Jasinga, Bogor, Jawa Barat atas izin dan kerjasamanya.
4. Bapak Joko, Bapak Mainid dan Bang Pai yang selalu lnembantu selama
penelitian.
5. O r a ~ ~ g tua (Mamah & Apa), A Lilih, A Aan, Teh Heni, A Dida, A Heri,
Teh Yuyu dsn semua keponakan atas doz, dukungan dan kasih sayang
seinuanya.
6. Teman-teman se-kos (Funi, Nia, Lyis, Mba Ika, Mba Uut dan Mba Nurul)
atas semangat dan bantuan yang telah diberikan.
7. Teman- teinan AGR 37, semoga tetap kolnpak dan tetap semangat.
Terakhi~ seinoga skripsi ini bergutia dan bennanfaat bagi yang
memeriukan.
Bogor, Agustus 2004
DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR. ... ix
PENDAHULUAN ... 1
TINJAUAN PUSTAKA ... ... .. ... 4
Masalah Gulma di Tanaman Perkebunan ... 4
Gulma di Perkebunan Kelapa Sawi
4
Pengendalian Gulrna pada Perkebunan Kelapa Sawit ... 56 8 9 10 BAHAN DAN METODE ... 11
Ternpat dan Waktu Bahan dan Alat . . Metode Penelltian ... Pelaksanaan . . .. . .. . . .. .. . .. . . .. . . .. .
. . .
. . . .. . . .. .. . . .. . . ... . ... . . ... . Bobot Kering Gulrn. .
Analisr Vegetasi ....
.
... ... ... Fitotoksisitas terhadap Tanaman Kelapa Sawit ... HAS= DAN PEMBAHASAN ... .: ... . . . ... 14Keadaan Umum ...
Dominansi Gulina ...
Persentase Penutupan Gulma ... ... Bobot Kering Gulrna
Bobot Kering Gulma Total Eobot Kering Gulina Rurnput
Bobot Kering Gulrna Daun Lebar ... Bobot K e r i ~ g Gulrna Onocl110a nodosa ... ... ... ... Bobot Kering Gulrna Paspalum conjugaiu~~z ...
...
Bobot Kering Gulma Mikuniu nzicrun//zu 36
...
Bobot Kering Gul~na Lain 38
...
Herbisida Tunggal dan Campuran 40
. .
...
Fitotoks~s~tas 41
KESIMPULAN DAN SARAN ... 42
Kesimpulan ... 42 ...
Saran 42
...
DAFTAR PUSTAKA 43
DAFTAR TABEL
Halaman
fikv
1 . Data Curah I-lujan yang Terukur Selama Penelitian ... 14
2 . Nilai Jumlah Dominansi Gulma pada Areal Penelitian ... 15
3 . Nisbah Jumlah Dominansi pada Akhir Penelitian Berdasarkan Perlakuan ... 16
4 . Pengaruh Aplikasi Glifosat terhadap Persentase Penatupan Gulma ... 18
5 . Pengaruh Aplikasi Glifosat terhadap Bobot Ker~ng Total ... 21
6 . Pengaruh Aplikasi Glifosat terhadap Gu!ma Rumput ... 23
7 . Pengaruh Aplikasi Glifcsat terhadap Daun Lebar ... 25
5 . Pengaruh Aplikasi Glifosat terhadap Gulina ... O//oc/zlou nodosu 6 . Pengaruh Aplikasi Glifosat terhadap Gulma l'uspulurn conjugulun~ ... 7 . Pengaruh Aplikasi Glifosat terhadap Gullna Ipon~oea irilobu ... 8 . Pengaruh Aplikasi Glifosat terhadap Gclma ' Isclzaentu17z /i~lzoretzse ... 34
9 . Pengaruh Aplikasi Glifosat terhadap Gulma ... Miku~ziu i?~icran//~a 10 . Pengaruh Aplikasi Glifosat terhadap Gulma Lain ... 39
Larnpirar?
1 . Rekapitulasi Sidik Ragam
2 . Sidik Ragam Persen Penutupan Gulma ...
...
3 . Sidik Ragam Bobot Kering Gulma 'Total
4 . Sidik Ragam Bobot Kering Gullna Rumput ...
5 . Sidik Ragam Bobot Kering Gulma Daun Lebar ...
6 . Sidik Ragam Bobot Kering O/toc/~/ou nodosu ...
. ...
7 Sidik Ragam Bobot Kering Puspulu~~z conjugcriunz
S . Sidik Ragam Bobot Kering Iponzoeu /iriloba ...
. ...
Nolnor Halaman
10. Sidik Ragam Bobot Kering Mikania nzicr.ani/za ... 53
DAFTAR GAMBAR
Nomor IHalaman
l%ks
1 . Run~us Bangun Glifosat 8
2 . Rulnus Bangun 2, 4 D 9
3 . Histogram Persentase Penutupan Gulma ... 20
... 4 . Histogram Bobot Kering Gullna Total 22 5 . Histogram Bobot Kering Gulma Rumput ... 24
... 6 . Histogram Bobot Kering Gulma Daun Lebar 27 7 . Histogram Bobot Kering Gullna O/!oc/~Iou nodosc~ ... 29
S . Histogram Bobo: Kering Gullna Pu.s.nulwn cot~ug~~/utlz ... 31
9 . Histoga~n Bobot Kering Gullna iponzoea trilohu ... 33
10 . Histogram Bobot Kering Gulma Mikuniu t?zi~rutz/l~u ... 37
PENDAHULUAN
L a t a r Belakang
Pembangunan sub sektor perkebunan merupakan salah satu bagian penting
dalaln pembangunan pertanian serta merupakan bagian integral pembangunan
nasional. Salah satu komoditas yang melniliki arti penting bagi pembangunan
perkebunan nasional ialah ianaman kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit
merupakan penggerak utalna pengembangan agibisnis: penyedia lapangan kerja
dan penghasil devisa negars yang cukup besar &ubis, 1992).
Konsuinsi minyak kelapa sawit dari tahun ke tahun terus meningkat, ha1
ini mendorong perluasan areal pertanaman kelapa sawit dengan tujuan terjadinya
peningkatan produksi. Pada tahun 1998 luas areal perkebunan kelapa sawit yaitu,
2 788 783 ha dan pada tahun 2000 menjadi 3 174 726. Sejalan dengan
peningkatan luas areal juga terjadi peningkatan produksi minyak sawit yaitu dari
5 640 154 ton pada tahun 1998 mcnjadi 7 580 501 ton pada tzhun 2000, tetspi
produktivitas minyak sawitnya menurun yaitu, dari 3 318.76 kglha menjadi
3 092.74 kglha (Ditjenbun, 2002).
Perkembangan luas areal pertanaman belum Inenjamin produksi minyak
kelapa sawit menjadi lebih tinggi, karena tinggi rendahnya produksi tanaman
perkebunan ditentukan oleh keberhasilan pengelolaan dari faktor-faktor yang
mernpengar~hi pertuiilbuhan dan produksi tanaman. Faktor-faktor tersebut antara
lain Caktor lingkungan seperti ketersediaan hara, air dan czhaya lnatahari yang
memadai, tidak adanya gangguan harna, penyakit dan gulma yang serius, untuk
lnelnperoleh hasil yang optimal maka ha1 tersebut hams dikelola dengan baik.
Kasasian (1971) mendefinisikan gulma sebagai tumbuhan yang tumbuh
pada tempat yang tidak diinginkan cleh manusia dan dalam konteks pertanian
sederhana gulma diartikan sebagrli segala macam tumbuhan selain tanaman.
Keberadaan gulma di pertanaman kelapa sawit menimbulkan masalah,
karena gulma memiliki potensi untuk menjadi pesaing tanaman dalam
lnemperoleh sarana tumbuh yang riiperlukan. Pengelolaan gulma yang kurang
baik akan mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman terhambat. Di
proses pemeliharaan tanainan lainnya seperti pemupukan, pemanenan dan nienjadi
inang seinentara bagi hama dan penyakit tanaman. Menurut Syalnsudin el ui.
(1992) kehadiran gulina ini menyebabkan berkurangnya produksi sebesar 15-20 %
dan rnengakibatkan tingginya biaya pengendalian gulma, yaitu 20-70 % dari total
biaya pemeliharaan.
Pengendalian g u l ~ n a dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya
ialah dengan cara kimia yaitu dengan menggunakan herbisida. Keunggulan dari
aplikasi herbisida di perkebunan menyangkut kebutuhan tenaga kerja yang lebih
sedikit, kemampuan daiam mengendalikan gulma secara cepai, efektif dan
~nengurangi kerusaken akar serta memperkecil te jadinya erosi tanah.
Pengendalian gulma dengan herbisida selain relatif murah juga bertujuan
untuk mendapatkan pengendalian gulma secara selektif. Peinakaian herbisida
yang selektif terletak pada kemampuannya untuk memztikan gulma tanpa
merusak tanalnan budidaya. Penggunaan herbisida yang kurang hati-hati dapat
meniinbu!kan abiiormalitas pada pertulnbuhan dan pelnbungaan keiapa sawit,
seperti pertumbuhan yang terpuntir (memilin) (Agustia, 1997).
Herbisida yang biasa digunakan di perkebunan ialah glifosat yang
lnerniliki spektrum daya berantas cukup luas, tetapi harganya relatif mahal, oleh
karena itu banyak dilakukan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh efisiensi
penggunaan glifosat tanpa mengurangi efikasi (IJtomo el ul., 1990).
Saat ini banyak herbisida yang digunakan untuk mengendalikan gulma
dicainpur antara satu herbisida dengan herbisida yacg lainnya. Herbisida yang
biasa dipakai dengan dicampur di antaranya ialah herbisida glifosat dan herbisida
2,4 D. Menurut Arif (1988) aplikasi herbisida campuran di areal pertanaman
perkebunan yang belum menghasilkan lebih kuat dan lebih tahan bila
dibandingkan dengan herbisida tunggal.
Menurut Utomo et ul. (1990) keuntungan dari peilcampuran antara
herbisida glifosat dan 2,4 D ialah glifosat dalam keadaan dosis rendah kurang
efektif dalam mengendalikan gulma berdaun lebar sedangkan dengan penambahan
herbisida 2,4 D yang harganya ela at if murah mampu mengendalikan gulma dari
jenis daun lebar. Tjitrosoediidjo et ul. (1984) menainbahkan bahwa manfaat dari
pengendalian terhadap gulma, memperluas daya bunuh herbisida pada berbagai
jenis gulma dan menghindari kebutuhan akan dua putaran penyemprotan dan
penyiraman yang diperlukan bagi kegiatan yang beruntun.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dari herbisida
glifosat 48 % dan herbisida glifosat 24 %
+
2,4 D 12 % pada berbagai tingkatdosis dalam mengendalikan gulma pada tanaman kelapa sawit belum
menghasil kan.
Hipotesis
1. Aplikasi herbisida glifosat 48 %, herbisicia glifosat 24 %
+
2,4 D 12 %,herbisida pembanding dan perlakuan manual akan menunjukkan perbedaan
hasil pengendalian gu!ma.
2. Perbedaan dosis yang diberikan menunjukkan perbedaan respon gulrna di
TINJAUAN PUSTAKA
Masalah Gulma di Tanaman Perkebunan
Gulrna lnerupakan tumbuhan yang tulnbuh di tempat yang tidak
dikehendaki oleh manusia atau tumbuhan yang tidak diketahui kegunaannya. Sifat
umum gullna ialah mudah beradaptasi dengan lingkungan. Daya adaptasi dan
daya saing yang dimilikinya cukup kuat. Di samping itu gullna dapat
menghasilkan biji dengan cepat dan ju~nlahnya banyak, berke~nbang biak dengan
cepat dan rnemiliki masa dormansi yang panjang (Tjitrosoedirdjo ef ul., 1984).
Produksi dari suatu tanarnan perkebunan dapat ditingkatkan dengan
memberikan perhatian secara khusus terhadap peilanganan masalah guln~a. Gvlma
dapat menyebabkan kerugian yang diakibatkan kompetisi langsung dalaln
kebutuhan cahaya, unsur hara, air dan ruang. Selaiil itu gulrna menyebabkan
kerugian secara tidak langsung dalam peranannya sebagai tumbuhan inang bagi
beberapa jenis hama dan penyakit serta adanya gulrna tertentti yang rnenghasilkan
zat pengharnbat pertumbuhan / alelopati (Ismail, 1998).
Menurut Madkar, Kuntohartono dan Mangoensoekardjo (1986) cara gulma
menurunkan hasil pada tanaman budidaya ialah dengan menekan pertulnbuhan .
dan mereduksi hasil dengan jalan kompetisi dalarn mendapatkan air, unsul hara,
cahaya dan COz, mengganggu aktifitas panen, menurunkan kualitas hasil,
menbuat panen tidak serempak dan card pengendalian gulma yang seringkali
rnerusak tanaman pokok.
Masalah gulma pada tanaman perkebunan tahunan dirasakan lebih sulit
bila dibandingkan dengan tanaman semusim, ha1 ini dikaitkan dengan faktor
waktu yang terbatas, tenaga kerja dan biaya (Tjitrosoedirdjo et al., 1984).
Gulma di Pzrkebunan Xelapa Sawi!.
Gulma yang tumbuh di suatu perkebunan umumnya sesuai dengan kondisi
perkebunan tersebut. Pada perkebunan yang baru dibuka, penutupan kanopi
tanaman pokok belum penuh, jenis gulma yang tumbuh adalah gulrna sernusim.
Gullna tahunan banyak dijumpai pada perkebunan-perkebunan yang telah
tempat. Di dataran tinggi populasi gulma cenderung lebih banyak dibandingkan
dengan di dataran rendah (Tjitrosoedirdjo ei a/., 1984).
Gulma di perkebunan kelapa sawit ialah semua jenis tumbuhan yang
tu~nbuh dan menimbulkan gangguan bagi pertuinbuhan tanaman kelapa sawit
(Mangoensoekardjo, 1982).
Komposisi gulma yang ada pada suatu perkebunan tergantung pada jenis
komoditas, cara pengelolaan kebun dan kondisi lingkungan. Gulma yang biasa
terdapat di perkebunan kelapa sawit yang beluin menghasilkan yaitu:
Clzromoluenu odarutu L ) I~npe~.ufu cylmdricu (L.) Beauv., Axo~opirs
conipressus (SW.) P.B., ~clzinoclzlou co/otz7rr1z (I.) LK., Patzicur~l repens L.,
Scleriu .sut~zu/retz.~is Retz., Kyllingiu tnoncceplzulu Rottb., Mikaniu nzicrutzthu
H.H.K., Agemtut~z conyzoides I., Lantutzu c;n~zur~z L., ?dit:zosu invisu Mart. Ex
colla., dan Ottocl~!ou nodosu (Kunth) Dandy (Lubis, 1992).
Pengendalian Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit
Sistem budidaya tanalnan perkebunan umumnya monokultur clan ditanain
pada larikan dengan jarak tanam tertentu untuk masing-masing tanaman. Kendala
produksi dari sistem budidaya tersebut adalah gangguan gulma dalam kompetisi
terhadap sarana masukan bagi tanaman perkebunan seperti pupuk, air, sinar
matahari dan lain-lain sejak beradti di persemaian salnpai pada saat tanaman
menghasitkan (Kustanto, i990). Menurut Ismail (1988) koinpetisi gulma terhadap
tanaman pokok unurnnya berbeda satu densan yang laimya, ha1 ini disebabkan
oleh sifat-sifat fisiologis dan morfologis.
Pada perkebunan kelapa sawit beluin menghasilkan, daerah gawangan
biasanya ditanami dengan Legunze Cover Crop (LCC). ~engendalian gulma pada
gawangan dilakukan untuk ~nencegah gulma tumbuh dan berssing dengan LCC,
sedangkan pengendalian gulma pada pirizgan bertujuan agar piringan tersebct
bersih dari gulma dan LCC ( Bintoro, 1988)
Menurut Tjitrosoedirdjo ei ul. (1984) pengendalian gulma yang umum
dilakukan di perkebunan kelapa sawit adslah secara ~nekanis dan kimia. Aplikasi
kedua cara tersebut tergantung pada faktor ekologis, praktis dan pertimbangan
ekonomis. Pengendalian gulma di perkebunan yang belum menghasi1ka.n biasanya
menyebabkan kerusakan akar, tanaman pokok, tanah menjadi cekung dan
tergenang air, rusaknya struktur tanah dan hilangnya sebagian bahan organik dan
pupuk serta memperbesar te jadinya erosi pada tanah-tanah miring.
Keuntungan pengendalian gulma secara kimia dibandingkan manual
adalah pekerjaan lebih cepat dan menggunakan tenaga kerja lebih sedikit,
kerusakan pada akar tanaman akibat pengendalian secara manual dapat dihindari,
erosi tanah pang terjadi lebih kecil dan dapat menghindari terbentuknya cekungan
pada piringan. Kelemahan pengendalian secara kilnia adalah biaya pengendalian
sangat dipengaruhi oleh biaya herbisida, dibutuhkan tenaga kerja yang terampil,
berkurangya lapangan pekerjaan dan adanya kemungkinan tanaman pokok
teracuni (Madkar el a1.,1986).
Herbisida
Herbisida adalah senyawa kimia yang digunakan untuk mengendaiikan
gulma. Menurut Sukman dan Yakup (1991) keuntungan penggunaan herbisida
ialah dapat mengendalikan gulma sebelum mengganggu, dapat mengendalikan
gulrna di larikan tanaman, dapat mencegah kerusakan perakaran tanaman, lebih
efektif dalam membunuh gulma tahunan dan semak belukar, dalam dosis rendah
beberapa herbisida dapat berperan sebagai hormon tumbuh, dan dapat
meningkatkan produksi tanaman budidapa dibandingkan dengan perlakuan
penyiangsn biasa. Menurut Ismail (1988) penggundan herbisida dalam
mengendalikan p l m a pada tanaman perkebunan malnpu meningkatkan efisiensi
pengelolaan perkebunan, dan pemantapan produksi tanaman perkebunan. Selain
itu pengendalian gulma dengan herbisida lebih cepat, lebih ekonomi, tidak
menyebabkan kerusakan pada perakaran tanaman dan menyebabkan tersedianya
lapisan mulsa dari gulma yang mati.
Penggnnaan herbisida hams memperhatikan efekivitas, efisiensi dsn
keamanan serta efek samping yang mungkin timbul. Herbisida yang dibutuhkan
adalah herbisida yang mempunyai selektivitas tinggi. Klingman, Ashton dan
Noordhof (1982) mengemukakan bahwa herbisida yang selektif adalah herbisida
yang hanya mematikan gulma dan tidak mematikan tanaman pokok. Faktor-faktor
yang mempengaruhi efelrtivitas herbisida adalah: (1) herbisida itu sendiri
(kelembaban, keremahan, sifat fisik tanah); (4) cuaca (suhu,cahaya, hujan); dan
(5) pelarut (kej'ernihan). Menurut Tjitrosoedirdjo el 01. (1984) curah hujan yang
tinggi terutama pada saat aplikasi dapat berpengaruh terhadap pengendalian
gulma.
Menurut Zaenudin (1986) hujan yang kurang dari tujuh jam setelah aplikasi
dapat menyebabkan pencucian larutan herbisida, sehingga aplikasi per!u diulang
kembali. Penetrasi herbisida akan lebih baik jika kelembaban udara dan daun
tinggi, karena pada saat itu rongga-rongga kutikula terjenuhi oleh air dan
herbisida dapat dengan mudah meresap ke dalam daun. Tidak szmua herbisida
yang diberikan efektif mencapai pusat reaksi dan menimbulkan iceracunan pada
gulma sasaran sebagian telah hilang sebeluln mencapai permukaan daun, sebagian
lagi hilang setdah mencapai permukaan daun tetapi belurn terserap ke dala~n
jaringan. Herbisida yang telah terserap sebagian dapat tcrdegadasi menjadi
bentuk-bentuk tidak aktif dan sebagian !agi dikeluarkan kembali melalui ekskresi
deri permukaan dauti ke akar.
Menutut tipe gulma yang dikendalikan herbisida dibagi m.enjadi dua
kelompok, yaitu herbisida selektif dan herbisida non-selektif. Herbisida selektif
adalah herbisida yang bila diaplikasikan dalam suatu komunitas campuran akan
mematikarl tumbuhan atau gulma tertentu dan relatif tidak mengganggu tumbuhan
lain, sedangkan herbisida non-selektif mematikan seluruh tu~nbuhan (Crafts dan
Robbins, 1973).
Menumt Madkar et 01. (1986) berdasarkan sifai kerjanya herbisida dapat
digolongkan atas herbisida kontak dan herbisida sistemik. Herbisida kontak
adalah herbisida yang daya bunuhnya hanya terbatas pada bagian-bagian yang
terkena (terkontak) dengan herbisida. Berbeda dengan herbisida kontak, herbisida
sistemik dapat rnerusak atau rnematikan seluruh bagian-bagian guhna walaupun
tidak mengalami kontak langsung pada waktu apiik3si herbisida. Herbisida
golongan ini dapat ditranslokasikan ke seluruh bagizn tumbuhan, baik bagian
yang di atas tanah maupun bagian yang berada di balvah permukaan tanah.
Kasasian (1971) menyatakan bahwa herbisida yang bersifat sistemik sangat baik
untuk mengendalikan gulma golongail rumput dan gulma berdaun lebar. Menurut
tinggi, maka herbisida tersebut akan bersifat konlak dalam menekan gulma. Ha!
ini terjadi karena molekul-molekul herbisida akan termobilisasi dalam jaringan
dan akan membunuh sel-sel f l ~ e m , sehingga proses translokasi terhenti dan
bagian-bagian tuinbuhan lain yang berpotensi tumbuh akan tumbuh kembali.
Herbisida Glifosat
Herhisid8 glifnsat atau N
-
( pr/7,~p,phono1~ze~lzy/ glyc~ne j adalah herbisidapasca tumbuh yang mempunyai daya berantas luas dan bersifat sistemik. Glifosat
~nerupakan bahan aktif yang memi!iki spektrum luas dan efektif da!am
mengendalikan gulma dari goiongan rumput, teki, dan daun lebar serta mampu
mengendalikan gulma semusi~n dan tahunan (Thomson,!979).
Menurut Sastro~.~romo (1992) glifcsat merupakan herbisida sistemik tidak
selektif termasuk golongan organofosforus yang merupakan turunan asam amino
glisin. Senyawa ini diserap melalui ciaun dan diangkut ke semua jaringan
tumbuhan dan mempengaruhi met2bolisme asaln nukleat dan sintesis protein.
Glifosat bekerja saat pertumbuhan daun aktif sehingga dapat menyerap bahan
aktif yang ditranslokasikan ke seluruh bagian tumbuhan. Herbisida glifosat
termasuk herbisida yang tidak mudah terdegradasi pada tubuh gulma. Gejala
toksik akibat pemakaian herbisida berkisar satu sampai tiga minggu setelah
[image:21.599.173.435.524.622.2]aplikasi (Moenandir, 1988). Struktur kimia glifosat tertera pada Gambar 1.
Gambar 1. Rurnus Bangun Kimia Glifosat (Klin-man e t a / . , 1982)
Herbisida glifosat mempunyai sifat tidak bisa terbakar, tidak mudah
menguap, tidak mempunyai f e k residu dalam tanah karena glifosat bukan
termasuk herbisida tanah dan daya racun terhadap lingkungan rendah. Glifosat
tidak tersedia bagi akar gulrna dan tumbuhan lainnya. Sejumlah kecil molekul
herbisida glifosat yang tidak terikat oleh partikel tanah segera didegradasikan oleh
mikroorganisme tanah. Secara kimia ha1 ini terkait dengan asam amino glycine
yang juga dikandung oleh sistern hewan dan tumbuhan, akibatnya
rnikroorganisme dapat tumbuh mendegradasikan glifosat menjadi COz, air, nitrat,
dan fosfat yang tidak berbahaya (Moenandir, 1988).
Glifosat aman bagi hewan dan rnanusia, saat masuk ke dalain daerah
pencernaan, glifosat langsung dikeluarkan oleh tubuh, sehingga tidak tejadi
keracunan pada tubuh manusia dan hewan akibat akumulasi dari glifosat
(Thompscn, 1979). Gulma daun lebar umumnya termasuk gulmz semusim dengan
organ perbanyakan berupa biji. Glifosat merupakan herbisida yang diaplikasikan
lewat daun, bilz jatuh ke tanah bahan aktifnya menjadi tidak aktif sehingga tidak
mematikan biji gulma yang berkecan~bah (Sukardji dan Tobing, 1987).
Herbisida 2,4 D
Rumus kimia dari herbisida 2,4 D adalah 2,4- DicI7loroplzenoxy acetic
mid. Herbisida 2,4 D berbentuk kristal, daya larut dalam air pada suhu 20°C
adalah 620 mgd, tergolong dalam herbisida sistemik yang merupakan herbisida
pasca tumbuh (postenzergence herbicide) yang berfungsi untuk mengendalikaa
gulma teki, gulma daun lebar, dan gulma air (Ashton dan Monaco,l991).
Herbisida 2,4 D mengendalikan gulna dengan cara mengganggu
pembelanan sel meristem secara cepst dan menghentikan perpanjangan sel.
Gulma yang terkena herbisida 2,4 D akan mengalami kematian secara perlahan,
karena gulrna akan mengalami kehilangan kemampuan akar untuk menyerap air
dan hara, proses fotosintesis terhambat dan tersuinbatnya pembuluh floem dan
gangguan-gangguan tersebut akan membunuh gulma (Ashton dan Crafts, 1973).
0
Herbisida G l i f o s a t
+
2,4 DSalah satu cara yang efektif dan efisien untuk meningkatkan pengendalian
gulma pada areal pertanian adalah dengan mengkombinasikan herbisida dengan
dosis rendah. Interaksi yang ditimbulkan akibat pencampuran herbisida dapat
berupa interaksi antagonistik yang bersifat menurunkan aktivitas biologi dari
campuran herbisida dan interaksi sinergistik yang bersifat memacu aktivitas
biologi dari pencampuran herbisida (Muzik, 1970).
Fonnulasi campuran herbisida glifosat dan 2,4 D dapat menghasilkan
keuntungan lebih jika dibandinzkan dengan penggunean herbisida glifosat yang
tidak diformulasikan dengan herbisida lain, walaupun terdapzt resiko kegagalan
dari pencampuran tersebut (Grossbara dar. Atkinson, 1985). Moenandir dan
Murniningtias (1999) menambahkan herbisida glifosat yang diaplikasikan secara
tunygal kurang efektif dala~n mengendaliken gulma dibandingkan dengen
penamhahan herbisida 2,4-D yang meningkatkan efikasi, fitotoksisitas,
kompatibilitas dan efek sinergis dari glifosat.
Menurut Tjitrosoedirdjo et al. (1984) manfaat dari pencampuran herbisida
diantaranya ialah dapat memperluas spektrum pengendalian terhadap gulma,
memperluas daya bunuh herbisida pada berbagai jenis gulma dan menghindari
kebutuhan akan 2 putaran penyemprotan dan penyiraman pang diperlukan bagi
kegiatan yang beruntun.
Menurut Sukaji dan Tobing (1987) pemakaian herbisida yang
mengandung satu jenis bahan aktif secara terus menerus k u r a ~ g meinuaskan
karena akan tejadi pergeseran komposisi gulma dengan munculnya jenis-jenis
gulma yang resisten terhadap bahan aktif. Motooko (1986) inenambahkan bahwa
alasan digunakamya campuran dari satu atau lebih herbisida adalah untuk
memperluas spelclrum pengendalian gulma, mengurangi penggunaan salah satu
.
komponen dari herbisida calnpuran secara terus menerus dan untuk menghemat
Setiap satuan percobaan terdiri atas 5 piringan tanaman kelapa sawit
dengan jari-jari setiap piringan 1.5 m, sehingga luas efektif herbisida untuk setiap
perlakuan ialah 35.33 m2.
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap percobaan yang diamati,
diynakan model linier sebagai berikut :
Y..
11 = p+
a1+
j3,+
E~;Keterangan :
y.. =
11 Hasil pengamatan pengaruh perlakuan ke- i dan kelompok ke- j
= Nilai rata-rata
a,
= Pengaruh perlakuan ke-i ; = Fengaruh kelornpok ke-j6i.i = Galat percobaan
Jika analisis yang dilakukan rnenunjukkan liasil yang berpengaruh nyata
maka dilakukan uji lanjut DMRT ( D u ~ c u n Multiple l<unge Test) pada taraf 5 %.
Pelaksanaan
Perlakuan dilakukan pada tiap petak percobaan yang terdiri atas 5 piringan
kelapa sawit. Untuk per!akuan herbisida, sebelum penyemprotan dilakuksn
kalibrasi alat agar volume semprot yang diaplikasikan untuk setiap petak
percobaan merata. Aplikasi dilakukan satu kali pada awal percobaan. W a L -
penyemprotan dilakukan pada hari yang diperkirakan tidak turun hujan pada saat
penyemprotan dan selama enam jani seteiah penyemprotan. Untuk perlaKuan
manual dilakukan pada hari yang sama dengan mengunakan kored dan cangkul
dan untuk kontrol, petak percobaan tidak disemprot dan dikored.
Pengamatan
t'engamatan dimulai dua m i n g y setelah aplikasi (IMSA), lneliputi
pengamatan pada tanaman kelapa sawit dan gulma. Parameter yang diamati
meliputi:
Penutupao Gulma
Diamati secara visual pada tiap petak percobaan yang dinyatakan dengan
semua petak percobaan tertutup gulma. Pengamatan dilakukan pada 2 , 4 , 6, 8, 10
dan 12 MSA.
Bobot Kering Gulma
Pada setiap perlakuan diarnbil dua petak contoh derlgan menempatkan
kuadran pada salnpel yang akan diamati. Gullna yang terdapat dalam kuadrat
dipotong sampai pennukaan tanah dan dipisahkan menurut spesiesnya. Setelah
gullna dipisahkan menurut spesiesnya kernudian dikeringkan dalarn oven dengan
temperatur 50 "C selama 72 jam untuk memperoleh bobot yang konstan. Setelah
tahap pengeringan kemudian diiakukan pecimbangan untuk mengetah~i bobot
kering dari setiap spesies gulma dominan dan bobot kering totalnya. Pengamatan
bobot kerii~g gulma dilakukan pada 4 , s dan 12 MSA.
Analisis Vegetasi
Analisi: vegetasi dilakukan pada awal dan akhir perccbaan. Pada a~val
analisis diambil satu kuadrat untuk setiap petak percobaan sehingga terdapat 18
kuadrat dari 48 satuan percobaan, begitu juga pada analisis vegetasi akhir. Tujuan
dari analisis vegetasi ialah untuk mengetahui Nilai Jumlah Dolninansi (NJD).
Nilai Jumlah Dolninansi ditentukan berdasarkan parameter kerapatan, frekuensi
dan bobot kering spesies gulma. Contoh gulma diambii secara sistematis deng-n
rnznggnakan kuadrat yang berukurcn 0.5 m x 0.5 m dan dilakukan padc setiap
petak percobaan.
Fitotoksisitas
Pengamatan terhadap tanaman k e l a p ~ sawit dilakakan untuk melihat
keracunan akibat pemberian herbisida. Pengamatan dilakukan pada 4, 8 dan 12
MSA. Tingkat keracunan tanainan kelapa sawii yang disebabkan oleh aplikasi
herbisida dilakukar. secara visual dengan tingkat keracunan sebagai berikut:
0 = Tidak ada keracunan , 0 % - 5% bentuk dan wama daun rnuda tidak normal
1 = Keracunan ringan, 5% - 10% bentuk dan daun muda tidak normal
2 = Keracunan sedang, 10%
-
20% bentuk dan wama daun tidak normal4 = Keracunan sangat berat, > 50% bentuk dan wama daun muda tidak normal,
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum
Areal penelitian perkebunan kelapa sawit PTPN VIII, Cikasungka,
Cigudeg, Jasinga, Bogor, Jawa Barat memiliki topogafi bergelombang dengan
ketinggian tempat 360 m dpl dan pH tanah berkisar antara 4.9 - 6.1. Gulma pang
terdapat di areal penelitian cenderung beragam. Jenis-jenis gulma yang ditemui
meliputi guhna rumput (grasses) dan gul~na yang berdaun lebar (hroud ieuves).
Aplikasi herbisida dilakukan pada setiap piringan tanaman kelapa sawit
belum menghasilkan dengan jsri-jari 1.5 m. Waktu aplikasi dilakukan pada pagi
hari dan diperkirakan pada hari itu hujan tidak turun atau maksimal hujan turun
setelah aplikasi dengan keadaan penutupan gullna pada areal percobaan 80 %.
Menurut Zaenudin (1986), pada saat pagi hari kelembaban udara cukup tinggi
sehingga rongga-rongga kutikula pada daun terjenuhi oleh air, keadaan ini dapat
mempercepat pznetrasi hcrbisida ke dslaln daun. Penelitian dilakukan pada musi~n
hujan. Curah hujan yang tumn selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Curah Hujan yang Terukur Selama Penelitian
No Bulan Jumlah Curah Hujan Jumlah Hari Hujan
1 Nove:nber 247 mm 11 hari
2 Desember 199 mm 17 hari
3 Januae 261 mm 15 hari
4 Februan 306 mm 13 hari
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Cikasungka, Jasinga, Bogor. Tahun 2004.
Pertulnbuhan gulma di areal percobaan sangat cepat ha1 ini disebabkan
ctirah hujan yang c u h p tinggi selama dilakukan percobaan. Curah hujan yang
cukup tinggi selama penelitian berpengamh terhadap popdasi gullna pang ada.
Pengaruh iersebut berupa pertumbuhan gulma - kembali (regrowth) dan
lnelnpercepat pertumbuhan biji gulma. Aplikasi pada musim hujan banyak resiko
antara lain yaitu tercucinya herbisida sebelum masuk ke dalam jaringan gul~na
[image:27.599.106.508.465.578.2]Dominansi Gulma
Berdasarkan hasil analisis vegetasi yang dilakukan sebelum aplikasi
herbisida pada areal pertanaman kelapa sawit belum menghasilkan terdapat
Seberapa spesias gulma dominan. Spesies gulma dominan ditunjukkan oleh
besamya Nilai Jumlah Dominan (NJD) yang menempati areal penelitian. NJD
diperoleh dari rata-rata jurnlah nilai kerapatan nisbi, nilai frekuensi nisbi dan nilai
bobot kering nisbi gulma. Adapun gulma dominan yang berada di areal peneiitian
sebelum apikasi herbisida secara berumt ialah Olloclzlou nodosu, l'uspulu~n
conjugaia~n, hIikuniu tnicrun/lzu, ipomoeu irilobu dan Isclzuenz~~n ~inzorense.
[image:28.595.101.503.340.495.2]Spesies gulna dominan tersusun dalam Tabel 2.
Tabel 2. Nisbah Jumlah Dominansi Gulma pada Areal Penelitian
NJD(%)
Spesies Gulma Awal Akhir
. . . ... ... ...( %) ... .. . ... . . .. . . ..
Oi~oclzlo~~ nodosu 37.43 47.52
I'uspulzt~~~ conjugulu~n 23.98 4.96
Mikuniu rnicrun/hu 12.31 11.62
lponzoeu ~rilohu 1 1.90 8.46
Isclzuemt~~n limorense 8.15 2.84
Gulma lain 6.22 24.60
Total 100.00 1CO.00
Analisis vegetasi ;uga dilakukan pada 12 MSA, tujuannya untuk
mengetahui pengaruh aplikasi herbisida glifosat 48 % dan herbisida 24 %+ 2,4 D
12 % terhadap gulma dominan yang berada di areal pertanaman kelapa sawit
b e l u ~ n menghasilkan.
Hasil analisis vegetasi setelah aplikasi pada 12 MSA untuk setisp petak
perlakuan ditunjukan dalam Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3, hasil analisis vegetasi
setelah aplikasi terlihat adanya perubahan dominasi gulma. O/toclzlou nodosu
lnasih mendominasi di areal pertanaman dan mengalami peningkatan NJD yang
cukup tinggi yaitu dari 37.43 % berubah menjadi 47.52 %, ha1 ini mei1unjul:knn
bahwa gulma O/tochlou nodosu belum dapat dikendalikan dengan baik oleh
Tabel 3. Nisbah Julnlah Do~ninansi pada Akhir Penelitian Berdasarkan Perlakuan
-
Spesies Gul~na T 1 T? T3 T4
C
1C2
C3 C4 M I< R G XOIIOCII/OLI nodusu 50.96 37.04 54.80 48.56 54.91 54.62 53.52 50.84 41.66 41.95 43.51 37.89 47.52
Pu.spult~~?z conjugci/znli 6.04 11.53 3.09 0.00 2.85 4.09 0.00 3.45 14.05 11.01 3.51 0.00 4.96
Mikunin nzicr.utz/lzu 10.15 19.00 13.22 8.80 9.50 12.71 6.52 14.52 13.61 11.84 7.12 12.46 11.62
Iponloeu /r.ilobcr 5.59 3.37 9.60 13.78 13.35 10.22 8.75 2.35 2.20 12.52 8.27 11.63 8.46
I.sclicrenizrn~ 1imor.ense 3.05 2.93 0.00 3.75 . 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 6.35 13.04 5.06 2.84 Guhna lain 24.21 26.13 19.29 25.11 19.39 18.36 31.21 28.84 28.48 16.33 24.55 32.96 24.60 Total 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 Keterangan:
T = Perlakuan Herbisida Glifosat 48 % (1- 1.5 )/ha,
2=
3.0 Itha, 3= 4.5 Itha, 4= 6.0 Itha)C = Perlakuan Herbisida Glifosat 24 %
+
2,4 D 12 % ( I = 1.5 Itha,2=
3.0 llha, 3= 4.5 llha, 4= 6.0 Itha) M = Perlakuan ManualI< = Perlakuan IControl
R = Perlakuan Herbisida glifosat 48 % (p) dosis 3.0 ltha
G = Perlakuan Herbisida glifosat 30 % + 2,4 D 10 % (p) dosis 3.0 Itha
n~icrun//zu, Ipornoeu trilobu dan IscJzuenzuriz linzorense pada akhir pengamatan
mengalami penurunan NJD, sedangkan untuk gulma lain nilai NJD mengalami
peningkatan yang cukup tinggi, yaitu dari 6.18 % berubah menjadi 24.70 %, pada
gulma lain ini yang mendominasi di akhir pengamatan ialah spesies Borreriu
Pada awal analisis vegetasi Borreriu alu/u tidak tennasuk ke dalam gulma
dominan. Menurut Zakaria dan Wiroat~ilojo (1981) pada gulma daun lebar seperti
Rorreria ularu terdapat kesempatan biji-biji untuk berkecambah yang berkaitan
dengan suksesi pertumbuhan gulma akiiiat pengendalian gulma dominan sebelum
aplikasi Eerbisida. Adanya pertumbuhan kembali gulma yang bertahan hidup ini
disebabkan cleh dosis herbisida yang diaplikasikan hanya mernatikan 'sebagian
tubuh gulrna, sehingga dengan pertambahan waktu bagian tubuh gullna yang
masih hidup bertahan dan tumhuh kembali. Menurut Utolno et 01. (1990)
populasi gulma yang tinggi pada areal percobaan dapat rnenyebabkan permukaan
tanah cenderung txlindungi oleh jalinar, perakai.an g u l t ~ a dan bahan organi!: pada
berbagai tingkat pelapukan. Hal seperti ini menyebabkan herbisida yang
diaplikasikan tidak dapat mencapai tanah yang mengandung biji-biji gulma.
Menurut Kusnanto (1990) pergeseran spesies gulma dominan dapat
melnpengaruhi kebijakan dan strategi penge~dalian yang ditetapkan. Hal ini
akibat adanya respon yang berbeda dari masing-masing spesies gulma terhadap
tindakan pengendalian. Penggunaan herbisida sering mengakibatkan perubahan
spesies gcllma domiaan dail distribusi gulma dominan dapat lxrbeda pada lokasi
berlainan. Perubahan te jadi akibat pemusnahan populasi awal suatu gulma.
Persentase Penutupun GuIma
Nilai persentase penutupan gullna merupakan persentase penutupan gulma
hijau (gulma hidup) dibagi gulma-gulme mati yang diamati secara visual.
Penutupan gulma diperoleh dari ketahanan gulma terhadap aplikasi herbisida atau
adanya pertumbuhan gulrna baik yang tunibuh kembali atau gulma barn yang
tumbuh berasal dari biji setelah dilakukan aplikasi herbisida (Febrianty, 2002).
Sidik ragam persentase penutupan gulma total selama periode pengamatan
terdapat pada Tabel Lampiran 2. Pengaruh perlakuan herbisida glifosat 48 % dan
gulma total memberikan pengaruh yang sangat nyata. Pengaruh aplikasi herbisida
terhadap persentase penutupan gultna total dapat dilihat pada Tabel 4.
Aplikasi herbisida glifosat 48 % dosis 1.5 l/ha mampu menekan persentase
penutupan gultna hingga 12 MSA. Peningkatan dosis menjadi 3.0 llha
memberikan hasil persentase penutupan gulma yang lebih rendah, demikian juga
dengan penambahan dosis ke tingkat yang lebih tinggi lagi yaitu pada dosis (4.5-
6.0) llha persentase penutupzn gulmanya lebih rendah lagi. Dosis antara (1.5-3.0)
Ilha tnenunjukkan perbedaan nyang nyata selama periode pengamatan. Dosis 3.0
Ilha pada 8, 10 dan 12 MSA memberikan pe~garuh yang cenderung setare dengan
pcrlakuan yang tnemiiiki dosis Iebih tinggi yaitu 4.5 I h a dan 6.0 llha. Aplikasi
herbisida glifosat 48 % efektif menekan gulma satnpai dengan akhir pengamatan.
Aplikasi herbisida glifosat 24 % + 2,4 D 12 % pada dosis 1.5 Ilha
tnetnperlihatkan hasil dari persentase penutupan gultna yang efeictif hanya sampai
10 MSA. Penarnbahan dosis menjadi 3.0 l/ha memberikan hasil yang berbeda
nyata pada setiap pengatnatanya. Pada 12 MSA dengan dosis 3.0 llha persentase
penutupan gulmanya tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan
perlakuan kontrol. Pada dosis 4.5 l/ha persentase penutupan gulmanya lebih
rendah lagi dan hasilnya cendemng lebih baik daripada dosis sebelumnya.
Penatnbahan lagi dosis tnenjadi 6.0 I h a tidak memberikan hasil yang berbeda
nyata dengan perlakuan dosis 4.5 l/ha. Pada dosis (1.5-4.5) l/ha dari perlakuan
herbisida glifosat 24 %
+
2,4 D 12 % pada akhir pengamatan sudah tidakmemberikan hasil yang berbeda nyata dengan perlakuan kontro!.
Aplikasi herbisida pembanding glifosat 48 % dosis 3.0 l/ha menunjukkan
hasil yang setara dengan aplikasi herbisida glifosat 48 % pada dosis 3.0 Iha.
Herbisida pembanding glifosat 30 % + 2.4 D 10 % dosis 3.0 l h a memberikan
hasil yang cenderune satna dengan perlakuan herbisida glifosat 24 %
+
2,4 D 12% pada dosis 4.5 l/ha dan dosis 6.0 Ilha. Pengendalian g ~ l m a secara manual di
areal pertanaman kelapa sawit menunjukkan hasil yang efektif, persentase
penutupan gultna memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan perlakuan
kontrol pada setiap pengamatan yang dilakukan. Hasil yang ditun;ukkan oleh
perlakuan manual ini cendemng tnendekati perlakuan herbisida glifosat 48 %
Tabel 4. Pengaruh Perlakuan Pengendalian Gulma terhadap Persentase Penutupan Gulma
Minggu Selclah Aplikasi(MSA)
Pcrlakuan Dosis 2 4 6 8 10 12
... (%) ...
Giifosai 48 % 1.5 llha 53.13 b 40.00 c 48.75 c 52.50 c 68.75 bcd 75.63 cde
Glifosat 48 % 3.0 ]/ha 43.40 bc 28.13 de 31.88 d 30.75 ef 33.75 fgh 49.38 f
Glifoszl48 % 4.5 Vha 10.8E d 10.00 fg 16.25 ef 20.13 fg 28.75 gh 48.75 1
Glifosal48 % 6.0Yha 6.13d 4.50 g 3.25f 10.132 19.38h 48.75f
Glifosat 24 % + 2,4 D I2 % 1.5 [/ha 54.13 b 65.00 b 76.25 b 78.75 b 86.25 ab 96.00 a
Glifosal24 % + 2;4 D I2 % 3.0 ]/ha 36.75 c 33.75 cd 46.25 c 68.75 b 80.00 bc 90.00 abc
G!ifosat24%.! 2,4 D I2 % 4.5 ]/ha 11.88 d 17.50 ef 22.50 de 46.25 cd 63.13 cdc 95.!3 ab
Glifosal24 %+ 2.4 D 12 % 6.0 Ilha 7.25 d 16.88 ef 19.38 dcf 43.13 cdc 63.75 cdc 78.75 bcd
Glifosat 48 % (p) 3 . 0 l I h a 3 5 . 0 0 ~ !8.75cf26.2'de37.50de 45.00efg 61.25ef
Glirosat 30 % + 2.4 D 10 % (pj 3.0 Vha 17.5Q d 20.00 cf 30.00 dc 35.00 dc 52.50 dcf 67.50 dc
Manual - 1.00d 4.38 g 7.00 f 8.25 g 15.00 11 21.25 f
Koclrol 1OOa 100 a 100a 100a 100 a 1 0 0 a -
Kererangan: Angka pada kolom yang sama dan diikutui humf yang sama, tidak berbeda nyata
pada taraf 5 % uji Duncan
Kedua jenis herbisida dapat mengendalikan gulma dengan baik.
Untuk herbisida glifosat 48% persentase penutupan gulma berpengaruh sangat
nyata sampai dengan akhir pengamatan, meskipun nilai di akhir pengamatan tidak
serendah dengan nilai persentase penutupan gulma sebelumnya. Menurut Saladin
(2003), peningkatan herbisida sampai dosis tertentu cenderung menumnkan
persentase penctupan gulma, kemudian pada keadaan tertentu nilai perse~ltase
penutupan gulna akan meningkat ke~nbali pada dosis tersebut. Untuk herbisida
glifosat 24 %
+
2,4 D 12 % nilai persentase penutupan gulmanya berbeda nyatahanya sampai 10 MSA, sedangkan pada akhir pengamatan hasilnya sudah tidak
berbeda nyata. Peningkatan dosis mempengaruhi nilai persentase penutupan
gulma. Herbisida glifosat 48 % memberikan nilai persentase penutupan gulma
yang cenderung lebih baik bila dibandingkan dengan nilai persentase penutupal?
gulma dari perlakuan herbisida glifosat 24 % + 2,4 D 12 %.
Gambaran dari peningkatan dosis herbisida yang diaplikasikan dalarn
pengendalian gu!ma selama periode pengamatan dapat dilihat pada histogram
yang terdapat pada Gambar 3. Histogrzm tersebut menggambarkan hubungan
antara waktu setelah aplikasi dan nilai persentase penutupan gulma pada berbagai
Dari Gatnbar 3 terlihat bahwa aplikasi herbisida glifosat 48 % pada dosis
5 Ilia o p i i a ~nenekan gulma sampai 4 MSA, begitu juga dengan dosis 3.0
Iha. Pada dosis 4.5 Ilha dan dosis 6.0 llha persentase penutupan gulrnanya sangat
rendah, tetapi pada setiap pengamatan nilai persentase penutupan gulmanya terus
bertambah sampai akhir pengamatan.
Aplikasi herbisida glifosat dengan dosis 24 % yang dica~npur dengan
herbisida 2,4 D 12 % pada dosis 1.5 llha hasilnya cukup baik, peningkatan dosis
inenjadi 3.0 llha memberikan hasil yang sebanding dengan dosis 3.0 llha. Pada
dosis yang iebih tinggi yaitu 4.5 [/ha dan dosis 6.0 !/ha memberikan hasil yang
lebih baik lapi. Persentase penutupan gulma yang dihasilkan oleh aplikasi
herbisida glifosat 24 %
+
2,4 D 12 O/b pada awal pengainatan lebih rendahdibandingkan pada pengainatan se1arjut.n yang persentase penutupan gulinanya
terus bcrtambah sarnpai dengan akhir perigamatan.
120 7----...-...-p
i I
TI T2 T3 T4
C:
C2 C3 C4 R GFvl
K
[image:33.595.118.472.400.550.2]Perlakuan
Gambar 3. Histogam Persentase Penutupan G~llma
Herbisida pembanding glifosat 48 % dosis 3.0 ]/ha inenunjukkan hasil
yang setara dengan perlakuan herbisida glifosat 48 % dosis 3.0 Ilha, sedangltan
untuk herbisida glifosat 30 %
+
2,4 D 10 % dosis 3.0 1Aia memberikan hasil yangsetara dengan perlakuan herbisida glifosat 24 % yang dica~npur dengan herbisida
2,4 D 12 %. Kedua jenis herbisida dapat menekan gulma dengan baik, untuk
herbisida glifosat 48 Y6 nilai persentase penutupan gul~nanya berpengaruh sangat
nyata sa~npai akhir pengamatan, sedangkan herbisida glifosat 24 % yang dica~npur
Bobot Kering Gulma
Bobot Kering Gulma Total
Sidik ragan bobot kering gulma total terdapat pada Tabel Lampiran 3.
Dari Tabel Lampiran 3 dapat dilihat bahwa perlakuan herbisida berpengaruh
sangat nyata pada 4, 8 dan 12 MSA. Pengaruh perlakuan terhadap bobot kering
gulma total ditunjukkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Pengaruh Perlakuan Pengendalian Gulma terhadap Bobot Kering Gulma Total
Minggu Setelah Aplikasi(MSA)
Perlakuan Dosis 4 8 12
2
. . .
.
. . ..
. . (9/0.25m ). . . Glifosat 48 % 1 . 5 Y h a ( 45.05) 7.45b ( 3 9 . 7 4 ) 7.01bc ( 4 5 . 0 ) 7.68bc Glirosat 48 % 3 . 0 l / h a ( 4 7 . 7 4 ) 7 . 7 4 b ( 3 9 . 1 5 ) 7 . 1 6 b c ( 5 6 . 3 6 ) 8 . 4 5 b Glifusat 48 % 4.5 l/ha ( 59.44 ) 8.33 b ( 40.38 ) 7.28 bc ( 34.56) 6.64 cd Glifosat 48 % 6.0llha ( 31.74 ) 6.52 b ( 4 7 . 5 9 ) 7.82b ( 61.80) 8.80b Glifosat 24 % +2,4 D !2 % 1.5 Yha ( 57.37 ) 8.56 b ( 34.86 ) 6.88 bc ( 49.97) 7.95 bc Glifosat54%+2,4D !2% 3.0 Yha ( 38.95 ) 7.20 b (30.51 ) 6.20 bc ( 58.16) 8.60 b Glifosat 24 %+2,4 D 12 % 4.5 Yha ( 33.41 ) 6.44 b ( 25.92 ) 6.08 bc ( 52.84) 8.25 bc Glifosat24%+2,4D 12% 6.0 Yha ( 41.01 ) 7.32 b ( 3 7 . 4 7 ) 6.89 bc ( 46.90) 7.82 bc Glifosat 48 % (p) 3.0 llha ( 54.38 ) 8.21 b ( 4 0 . 3 6 ) 7.31 bc ( 44.00) 7.60 bcd Glifosat 30%+2,4D 10%(p) 3.0 Yha ( 43.01 ) 7.22 b (40.73 ) 7.22 bc ( 43.12) 7.54 bwl Manual ( 7.67 ) 3.74 c ( 18.91) 5.32 c ( 28.46) 6.24 cd Konlrol (178.74) 14.34 a (159.13)13.61 a (188.30) 14.71a Kereranyan: Angka pada kolom yang sama dan d i i h t i huruf yang sama, tidak berbeda nyata padataraf 5% uji Ducsan. Angka dalam kurung merupakan angka sebenamya, sedangkan a n ~ k a yang ada di luar kurung merupakan angka hasil transformasi dari
4
(x +I)Pen3endalian gulma dengan perlakuan herbisida zlifosat 48 % pada
beberapa tingkat dosis &pat mengendalikan gulma dengan baik. Pada Tabel 5
terlihat perlakuan herbisida glifosat 48 % untuk dosis 1.5 ]/ha, 3.0 ]/ha, 4.5 ]/ha
dan 6.0 ]/ha memberikan pengaruh yang nyata terhadap perlakuan kontrol.
Perlakuan herbisida glifosat 4s % pada 4 dan 8 MSA memberikan pengar~~h yang
tidak beriieda nyata antara setiap taraf dosis, tetapi pa& 12 MSA pedakuan
herbisida glifosat 48 % dengan dosis 4.5 l/hz memiliki nilai bobot kering yang
paling rendah dan cenderung memiliki pengaruh yang nyata terhadap taraf dosis
yang lainnya. Dari Gambar 4 terlihat bahwa apli~asi herbisida glifosat 48 % untuk
setiap taraf dosis memberikzn hasil yang cenderung sama, kecuali pada dosis 4.5
Perlakuan herbisida glifosat 24 % + 2,4 D 12 % pada 4, 8 dan 12 MSA
untuk setiap taraf dosis tidak niemberikan pengaruh yang berbeda nyata. Aplikasi
herbisida glifosat 24 %
+
2,4 D 12 % pada setiap taraf dosis memberikanpengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol. Pada dosis 1.5 ilha
gulma dapat ditekan sampai 12 MSA. Peningkatan dosis menjadi 3.0 Ilha dan 4.5
llha cenderung mernberikan nilai bobot kering yang lebih rendah. Peningkatan
dosis ke tingkat yang lebih tinggi yaitu 6.0 [/ha nilai bobot kering yang dihasilkan
lebih tinggi dan tidak berbeda nyata. Menurut Klinprnan el ul. (1982) apabila
dosis herbisida sistemik yang digunakan sema1:in tinggi, maka herbisida tersebut
akan Sersifat konta!: d a l a ~ n menekan gulma. Dari histogam bobot kering gullna
total terlihat perlakuan herbisida glifosat 24 %
+
2;4 D 12?4
pada setiap tarafdosis merniliki pola respon yang sama te~.hadap herbisida yailg diaplikasikan.
Pada 4 ivfSA nilai bobot kering gulma total ~nasih titlggi, kernudian pada 8 MSA
nilai bobot kering turun dan pada akhir pengamatan nilai bobot kering kernbali
naik.
-,
N
q 15
I
3 4 MSA0,
-
- 8 MSA
I i
/
O12MSArn
-
T I T2 T3 T4 C1 C2 C3 C4 R G M K
[image:35.595.114.495.432.560.2]Perlakuan
Gambar 4. Histograni Bobot Kering Gulma Total
Aplikitsi herbisida pembanding glifosat 48 % rnemberikan hasil y'ang
setara dengar, perlakuan herbisida glifosat 48 % pada setiap dosis dan cenderung
mendekati dosis 4.5 ilha. Begitu juga dengan herbisida glifosat 30 % + 2.4 D 10
% memberikan hasil yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan herbisida
niifosat 24 %
+
2,4 D 12 % pada semsa dosis yang diberikan.-
Pengenaalian secara manual dapat menekan bobot kering gulma paling
perlakuan manual memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap perlakuan
herbisida glifosat 48 % dan herbisida glifosat 24 %
+
2,4 D 12 %. Pada 8 MSAperlakuan manual memiliki pengamh yang berbeda nyata terhadap perlakuan
yang lainnya, karena nilai bobot kering yang diberikannnya lebih rendah daripada
perlakuan yang lainnya. Pada 12 MSA perlakuan manual lr~emberikan pengamh
yang beibeda nyata terhadap perlakuan herbisida glifosat 48 % untuk taraf dosis
3.0 I h a dan 6.0 Ilha, sedangkan ulltuk jenis herbisida glifosat 24 % -1- 2,4 D 12 %
ber+mgawk-nyata terhadap perlakuan manual pada dosis 3.0 llha.
;t4&
Eobo! Kerir~g Gulma R u m p u t
Gulma rumput dominan yang terdapat di areal percobaan adalah Oliochloa
~ ~ o d ( ~ s u , lschaemum /imorer:.se dan I'aspalum conjuga/un~. Hasil sidik ragarn dari
bobot kering gulma rumput diperlihatkan pada Tabel Lampiran 4. Aplikasi
herbisida glifosat 48 % memberikan penzaruh yarlg sangat nyata terhadap bobot
kerine gulma rumput total pa&. 4, 8 dan 12 MSA.
Tabel 6. Pengaruh Perlakuan Pengendalian Gulma terhadap Bobot Kering Gullna Rumput
Minggu Setelah ApLlkasi (MSA)
Perlakuan Dosis 4 8 12
2
... ... ... ... ... ... ... ... ... (g10.25rn )... ... ... ... ... ... ... ... ... Glifosa; 48 % 1.5 Vha (30.77) 6.25 b (19.83) 4.85 b (24.55) 5.83 bc Glifosat 48 % 3.0 Vha (33.02) 6.66 b (26.35) 6.02 ab (33.68) 6.80 b Glifosat 48 % 4.5 l/ha (32.81) 6.42 b (25.83) 5.98 ab (12.99) 4.55 cd Glifosat 48 % 6.0 Vha (20.01) 5.33 bc (33.91) 6.74 ab (30.07) 6.88 b Glifosat 24 % + 2,4 D 12 % 1.5 Vba (41.77) 7.42 b (17.42) 4.58 b (30.63) 6.43 b Glifosal24 % +2;4 D 12 % 3.0 Vha (16.56) 4.7C hc (22.08) 5.04 b (32.61) 6.46 b Glifosat 24 %
+
2,4 D 12 % 4.5 Itha (19.68) 5.08 bc (19.29) 5.28 ab (27.45) 6.20 bc Glilosat 24 %+2,4 D 12 % 6.0 Vha (33.78) 6.71 b (25.69) 5.21 ab (29.66) 6.44 c GliT3sat 48 % (p) 3.9 Vha (43.49) 7.31 b (22.05) 5.66 ab (27.31) 6.15 bc Glifosal30 % +2,4 D 10 % ( 9 ) 3.0 Vha (36.35) 6.67 b (29.93) 6.25 ab (19.41) 5.33 bcdManual (3.77) 2.91 c (7.10) 3.65 b (10.38) 4.00cd Konlrol (105.14) 11.20 a (66.45) 8.64 a (105.96) 11.29 a Kererangan: Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada
taraf 5% uji Duncan. Angka dalam Lvmng mempakan angka sebenamya, sedangkan angka yany ada di luar h m n g merupakan angka hasil transformasi dari .\I (x + I )
Berdasarkan Tabel 6, aplikasi herbisida glifosat 48 % pada dosis 1.5 l/ha
[image:36.602.105.502.456.668.2]~nenjadi (3 . 0 4 . 0 ) I/ha rnemberikan nilai bobot kering yang lebih tinggi, bahkan
pada pengarmatan 8 MSA hasilnya tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol.
Gainbar 5 menunjukkan bahwa perlakuan herbisida glifosat 48 % dosis 4.5 llha
memberikan hasil yang paling baik pada 12 MSA dalain inenekan gulrna rumput.
Pada dosis 4.5 l/ha nilai bobot kering gulrna ruinput terus berkurang sarnpai akhir
pengamatan.
Aplikasi heubisida glifosat 24 %
+
2,4 D 12 % pada dosis 1.5 llha mampumenekan gulma secara efektif. Peningkatan dosis menjadi 3.0 l/ha memberikan
hasil yang lebih baik, tetapi penambahan dosis menjadi 4.5 llha &an 6.0 [/ha tidak
ineinberikan nilai bobot kering gulnia rumput yang lebih rendah. Menurut Sapstra
(1995), gulrna rumput yang dikendalikan oleh herbisida cainpuran dari glilbsat 24
% + 2,4 D 12 % kurans ~neinberikan respon yacg baik, ha1 ini karena herbisida
carnpuran lebih efektif untuk inengendalikan gulina dari jenis daun lebar.
Perlakuan herbisida pernbanding dosis 3.0 llha untuk herbisida glifosat 48
% mernberikan hasil yang setara dengan perlakilan dcsis 3.0 llha. Hal ini terlihat
dari Garnbar 5 yang menujukkan histogram yang hampir rnirip antara respon
gulrna terhadap herbisida pembanding glifosat 48 % dan herbisida glifosat 48 %
dosis 3.0 llha. Herbisida glifosat 30 %
+
2.4 D 10 % dosis 3.0 !/ha menunjukkanhasil yang setara dengan dosis 4.5 ]/ha dan 6.0 llha.
Perlakuan
Garnbar 5. Histogram Bobot Kering Gulma Rumput
Pengendalian secara manual dapat rnenekan gulina sarnpai akhir
pengamatan dan nilai bobot kering gulma ru~nput total yang dihasilkan lebih
Gulma rumput di areal penelitian memiliki komposisi yang lebih besar bila
dibandingkan dengan gulma daun lebar, ha1 ini disebabkan oleh areal pertanaman
kelapa sawit belum menghasilkan masih terbuka sehingga memberikan
kesempatzn pada gulma jenis rurnput yang memiliki morfologi tumbuh menjalar
untuk menutupi pennukaan tanah yang terbuka tersebut (Saputra,1995).
Bobot Kering Gulma Daun Lebar
Xasil sidik ragarn dari bobot kering gulma daun lebar total terdapat pada
Tabel Lainpiran 5. Aplikasi herbisida glifosat 48 % dan herbisida glifosat 24 %+
2,4 D 12 % memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap bobot kering gulma
daun lebar total pada 4, 8 dan 12 MSA. Pengaruh perlakuan pengendalian gulma
[image:38.595.103.500.390.609.2]terhadap bobot kering gulma daun lebar total dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Pengaruh Ferlakuan Pengendalian Gu!ma terhadap Bobot Kering Gulma Daun Lebar
M i n g u Setelah Aplikasi (MSA)
Perlakuan Dosis 4 8 12
2
... . . . ... ... ... ... . .. (dO.25m )... ... ... .. . ... .. . ... . . .. Glifosat 48 % 1.5 Itha (14.23) 4.58'bc (20.05) 5.35 b (20.64) 5.52 b Glifosat 48 % 3.0 Itha (14.85) 4.54 bc (12.80) 4.53 bc (22.67) 5.63 b Glifosat 48 % 4.5 Itha (26.13)5.13 bc ( 14.5) 4.77bc (21.56) 5.63 b Glifosal48 % 6.0 ]/ha (i0.73) 4.13 bc (13.68) 4.66 bc (25.74) 6.07 b Glifosat24 %+2,4 D 12 % 1.5 Vha (15.55) 4.80 bc (17.44) 5.12bc (19.34) 5.26 b Glirosat 24 % + 2,4 D 12 % 3.0 ]/ha (21.74) 5.66 b ( 8.49) 3.86 c (30.53) 6.38 b Glifos;lt24%+2,4 D !2 % 4.5 Vha (13.72) 4.56 bc (13.99) 4.68 bc (25.39) 5.96 b Glifosat 24 %+2,4 D 12% 6.0 Vha ( 7.23) 3.62 bc (11.78) 4.37 bc (17.11) 5.05 b Glifosat 48 %(p) 3.0 Vha (12.37) 4.20 bc (18.31) 5.20 bc (16.66) 5.06 b Glifosat30%+2,4 D I0 %(p) 3.0 Vha ( 6.66) 3.31 c (11.62) 4.38 bc (23.71) 5.86 b Manual ( 4.39) 3.04 c (1 1.80) 4.40 bc (18.07) 5.12 b Kontrol (73.39) 9.57 a (92.68) 10.50 a (82.48) 10.04 a Kererangan: Angka pada kolom yang sama dan diikuti humf yang sama, tidak berbeda nyata pada
taraf 5 "4 uji Duncan.Angka dalam k u ~ n g mempakan angka sebenarn,.a, sedangkan
angka yang ada di luar kumng mempakan angka hasil transformasi dari ui (x +I)
Berdasarkan Tabel 7, aplikasi herbisida glifosat 48 % mampu menekan
peiturnbuhan gulma hingga akhir pengamatan. Hal ini berkaitan dengan pengaruh
yang diberikan oleh perlakuan herbisida glifosat 48 % pada berbagai taraf dosis
memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol. Aplikasi
secara efektif hingga 12 MSA. Nilai bobot kering gulma paling rendah terdapat
pada 4 MSA. Pada 8 MSA nilai bobot kering gulma terrendah ditulijukkan pada
tingkat dosis 6.0 llha, sedangkan pada 12 MSA nilai bobot kering gulma daun
lebar paling rendah ditunjukkan pada tingkat dosis 1.5 Ilha.
Dari Gambar 6 terlihat bahwa histogain untuk setiap taraf dosis dari
herbisida tunggal ini cenderung sama, walaupun pada alval pengalnatan herbisida
glifosat 48 Oio dengan dosis 6.0 llha menekan gulma dengan baik, tetapi keadaan
ini tidak dapat bertahan lama karena pada akhir pengainatan g u l ~ n a daun lebar ini
memiiiki nilai bobot kering yang pallng tinggi di antara semua dosis yang
diberikan. Aplikasi herbisida glifosat 24 O/b
+
2,4 D 12 % pada dosis 1.5 llha dapat~nenekan gul~na secara efektif sainpai dengan akhir pengainatan. Penambahan
dosis ke tingkat yai:g lebih tinggi yaitv 3.0 ]/ha tidak iiiemberikan pengaruh yang
berbeda nyata dengan dcsis 1.5 \/ha. Begitupun juga penslmbahan dosis ke t i n ~ k a t
yang lebih tinggi lagi yaitu (4.5-6.0) I h a pe~~garuhnya masih tidak berbeda nyata.
Dari 5a;nbar 6 dapst diketahui bahwr pada dosis 3.0 Ilha dari herbisida
cainpuran ini sudah mampu menekan gulma daun lebar yang ada di areal
penelitian dengan baik. Keadaan ini tidak dapat bertahan sanipai akhir
pengamatan. begitu iuga dengan semua taraf dosis daii herbisida glifosat 24 %
'
2,4 D 1 2 % yang diaplikasikan rne~nberikan hasil yang cenderung
sama.
T I T2 T3 T4 C l C2 C3 C4
' R G M
K
[image:39.608.122.504.443.707.2]Perlakuan
Perlakuan herbisida pembanding glifosat 48 % dosis 3.0 llha mernberikan
hasil yang setara dengan herbisida glifosat 48 % pada semua taraf dosis, begitu
juga dengan herbisida pembanding glifosat 30 % + 2.4 D 10 % basilnya setara
dengan semua perlakuan herbisida glifosat 24 % + 2,4 D 12 %. Perlakuan secara
manual cukup efektif dalam mengendalikan gulma berdaun lebar hingga 12 MSA.
Dalaln penelitian ini kedua jenis herbisida yang diaplikasikan memiliki
keniampuan yang sama dalam ha1 mengendalikan gulma berdaun lebar di
perkebunan kelapa sawit belurn menghasilkan, tetapi bila dilihat dari nilai bobot
keringriya herbisida glifosat 24 O/o
+
2,4 D 12 % memiliki nilai y m g lehih rendahdar~pada nilz! bobot kering dari perlakuan herbisida glifosat 48 %.
Bobot Kering Ottoclzloa nodosu
Gulma ini tumbuh menjalar, pada setiap buku mampu mengeluarkan akar
dan tunas baru dan rnengeluarkan bunga, Ot~~clzlou t7odo.s~ menjadi pesaing
tanaman dalam ha1 unsur hara, air, ruang serta sangat mengganggu bagi penutup
tanah dan dapat merugikan sampai 10 % dari produksi. Secara manual gulrna ini
sulit diberantas dan secara kimia dapat diberantas dengan herbisida sistemik
(Syamsudin ef ol., 1992).
Hasil sidik ragam dari bobot kering gulma O//oc/z/ou nodosa diperlihatkan
pada Tabel Lampiren 6. Aplikasi herbisida glifosat 48 % dan herbisida glifosat 24
% 2,4 D 12 % memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap bobot kering
gulma Ottoclz!oo nodoso pada 4 , 8 dan 12 MSA.
Bobot kering spesies gulma tertera dalam Tabel 8. Perlakuan herbisida
glifosat 48 % efekqif menekan gulma ini hingga 12 MSA. Pada dosis 1.5 l h a
perlakuan . . ini mampu menekan .gulma dengan baik, ha1 ini ditunjukkan oleh bobot
kering gulma yang berbeda nyata dengan perlakuan kontrol. Peningkatan dosis
menjadi 3.0 l h a tidak memberikan hasil yang lebih bark dari dosis sebelumnya,
kecuali pada 8 MSA. Penambahan dosis menjadi 4.5 l k a memberikan hasil yang
setara dengan dosis 1.5 Itha. Pada dosis 4.5 liha nilai bobot kering gulma di areal
pengarnatan masih tinggi, tetapi pengamatan berikutnya nilai bobot keringnya
terus berkurang sampai akhir pengamatan. Dari Gambar 7 dapat dilihat bahwva
herbisida glifosat 48 % pada dosis 4.5 liha memperlihatkan penurunan dari
Tabel 8. Pengaruh Perlakuan Pengendalian Gulma terhadap Bobot Kering Gulma O(foc/z/ou nodosu
Minggu Setelah Aplikasi (MSA)
Perlakuan Dosis 4 8 12
2
. . .
.
. . , . . . ( ~ O 0 2 5 t n ). . .Glifosat 48 % 1.5 llha (16.66)4.47 bc (16.13 )4.43 bc (21.40) 5.34 bc Glifosot48 % 3.0 Ilha (24.66) 5.83 abc (17.12) 5.10 abc (29.77) 6.44 b Glifosat 48 % 4.5 Wha (19.87)5.30 bc (20.12)5.31 ab ( 7.84) 3.41 d GliSoset 48 % 5.0 Ilha (17.99) 5.01 bc (22.37) 5.69 ab (29.38) 5.99 b GliSosa124 % +2;4D 12 % 1.5 ]/ha (27.30) 6.19ab (14.52)4.18 bc (29.30) 6.29 b GliSosat 24 % + 2.4 D 12 % 3.0 llha ( 2.40) 2.26 de ( 19.60) 4.7s bc (28.76) 6.1 5 b Glif~sal24%+2_4 D l i % 4.5 ilha (10.40) 3.76 cd (12.70) 4.06 bc (22.43) 5.61 bc Glirosat 24 %+2.4 D :Z % 6.0 llha (13.35) 4.51 hc (17.50) 4.48 bc (28.54) 6.33 b Glifosal48 % (p) 3.0 Ilha ( S.5G ) 3.89 cd (16.86) 5.lC abc (13.45) 4.47 bcd Glilosat3O2~+2.J D 10%(p) 3.0 Wha (13.84)4.52 bc (18.30) 5.15 abc (l3.10)4.54 bcd Manuill ( 0.66) 1.40 e
:
3.06) 2.50 c ( 3.90) 2.63 d KonL-01 (42.291 7.46 a (45.76) 7.76 a (63.36) 8.90 a Kereranzan: Anzka oada kolom vans sama dan diikuti huntf-
- .
.
-
van^ . - sama. tidak herbeda nvata pada . .taraf 5% uji Duncan.Angka dalam kurung merupakan angka sebe~~arnya, sedangkan angka yang ada di luar kurung merupakan angka hasil transformasi dari J'(s + I )
Aplikasi iiefbisida glifosat 24 % + 3,4 D 12 % pada dosis 1.5 ]/ha
mernberikan hasil yang kurang memuaskan pada awal pengamatan, tetapi pada
pengamatan selanjutnya nilai bobot kering gulma ini dapat ditekan dengan baik.
Peningkatan dosis menjadi 3.0 !/ha memberikan hasil yang lebih baik, tetapi
keadaan ini tidak dapat bertahan sampai akhir pengamatan. Penambahan dosis
menjadi (4.5-6.0) llha memberikan hasil