RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama : Hami Fazlur Rahman Tempat/Tgl. Lahir : Bengkulu, 30 Maret 1989 Agama : Islam
Alamat : Perumda Deket Gg. V/12 Lamongan No. Tlp/HP : 082116911944
Pendidikan
TK PERMATA BUNDA LAMONGAN (1991 – 1992) SDN DEKET KULON III LAMONGAN (1993 – 1997) SDN UNGGULAN JETIS III LAMONGAN (1998 – 1999) SMPN 1 BABAT (2000 – 2003)
SMAN 1 LAMONGAN (2004 – 2007)
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL (2007 – SEKARANG)
Pengalaman Kerja
MY FOOTBALL TEAM ONLINE SHOP COOKTEES RESTAURANT ONLINE SHOP EVERYTHING CIRCUS ONLINE SHOP APPLE N CINNAMON ONLINE SHOP
Laporan Pengantar Tugas Akhir
PERANCANGAN KAMPANYE ANTI ANARKISME
SUPORTER DI INDONESIA
DK 38315/Tugas Akhir
Semester II 2012-2013
Oleh
Hami Fazlur Rahman
51907104
Program Studi Desain Komunikasi Visual
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
✁✂ ✁✄☎ ✆✝ ✁✆✂ ✁✞
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, nikmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan pengantar proyek tugas akhir yang berjudul KAMPANYE ANTI ANARKISME SUPORTER DI INDONESIA .
Laporan Pengantar Tugas Akhir Ini disusun melalui suatu proses kerja yang cukup panjang, serta mengalami tantangan dan hambatan. Namun saya akhirnya dapat melalui itu semua dan dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Ini semua dapat dilakukan berkat do a, bantuan, bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak.
Walaupun usaha ini belum dapat dilakukan secara maksimal, namun saya menydari laporan pengantar proyek tugas akhir ini belum dikatakn sempurna. Oleh karena itu saya sebagai penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk persepakbolaan Indonesia yang lebih cerah.
Akhir kata, semoga Allah SWT melimpahkan berkat dan rahmat-Nya kepada kita semua khususnya terhadap perkembangan sepak bola di Indonesia.
Bandung, Juli 2013
✟✠ ✡☛✠☞✌✍ ✌
✎EMBAR PENGESAHAN. .. i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ii
HAK EKSLUSIF...iii
KATA PENGANTAR.. ... ... .iv
ABSTRAK ... ...v
ABSTRACT .. ...vi
DAFTAR ISI ..vii
DAFTAR GAMBAR... . ...ix
DAFTAR TABEL .... . ...x
DAFTAR LAMPIRAN...xi
Bab I Pendahuluan . . . ...1
1.1 Latar Belakang Masalah. .. .. .... 1
1.2 Identifikasi Masalah . . ... ..4
1.3 Rumusan Masalah .. . ... ....4
1.4 Pembatasan Masalah ... . ... ...4
1.5 Tujuan Perancangan .. ... ... .5
Bab II Tinjauan Peraturan FIFA, Sepak Bola Di Indonesia
Dan Media Informasi 6
2.1 FIFA. ... . .. 6
2.1.1 Tugas FIFA Sebagai Badan Tertinggi .... .... .. .8
2.2 Sepak Bola Di Indonesia .. ... .9
2.2.1 Sejarah Sepak Bola Indonesia ... .... ..9
2.2.2 Tinjauan Peraturan Sepak Bola Di Indonesia .. .. .... .10
2.3 Suporter Di Indonesia . . ..12
2.3.1 Fanatisme Suporter Di Indonesia .. ... . ..13
2.4 Peran Media Informasi Sebagai Komunikasi Massal ... .15
Bab III Strategi Perancangan Dan Konsep
Visual Kampanye Sosial ... ... 17
3.1 Strategi Perancangan... . . .... . .... .17
3.1.1 Pendekatan Komunikasi... . .. ... ..17
3.1.1.1 Pendekatan Visual ... . ..17
3.1.1.2 Pendekatan Verbal .17
3.1.2 Strategi Kreatif ... . ..18
3.1.3 Strategi Media .. . ..18
3.1.4 Strategi Distribusi... .. . . .21
✏✑✒✓ ✑✔✕✖✗✓✑✘ ✑
✙✚✛✜ ✢✣ ✢✤✥.( 2008).Sepakbola tanpa batas : City of Tolerance,Yogyakarta : KANISIUS.
Pakagula, J. (2009).DIEGO ARMANDO MARDONA:LEGENDA SI TANGAN TUHAN , Yogyakarta : Media Pressindo.
Eng, dkk. (2010, Maret 22). Kerusuhan Mencemaskan: Ada Sistem Pengelolaan Sepak Bola yang Salah.Kompas.Hal. 1, 15.
Tampubolon, M, & L. R. Karam (23 Maret). Sejarah Kompetisi Sepak Bola Indonesia. Tersedia di : http://bola.viva.co.id/news/read/243398-sejarah-kompetisi-sepak-bola-indonesia [26 Agustus 2011]
Pratama, T. (23 Maret) FENOMENA SUPPORTER INDONESIA. Tersedia di : http://tommypratama-sistemkomputer.blogspot.com/2011/04/fenomena-supporter-indonesia.html [18 April 2011]
Produta. (6 April) Teori Psikologi Terkait Pola Perilaku Suporter. Tersedia di: http://produta.com/2012/02/12/teori-psikologi-terkait-pola-perilaku-suporter/ [12 Februari 2012]
Sanjoyo, A. (2010, 1 April). Keluarga, Kelas Menengah, Sepak Bola.Kompas. Hal. 15.
Eyk. (17 Mei) PERBEDAAN ISTILAH ANTARA PENONTON DAN
SUPORTER SEPAKBOLA. Tersedia di: http://aremania.com/888/?p=287 [25 Februari 2012]
Darma, Sulasmi, Prawira. (1989)Warna Sebagai Salah Satu Unsur Desain Dan Seni. Jakarta : DEPDIKBUD.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Sepak bola merupakan salah satu olahraga yang paling digemari diseluruh dunia. Para penikmat dan penggemar sepak bola berasal dari berbagai kalangan, laki-laki maupun perempuan, anak-anak sampai dewasa, kalangan atas maupun bawah. Tidak heran kalau disetiap pertandingan, stadion dipenuhi oleh ribuan bahkan ratusan ribu para penonton untuk menyaksikan tim kesayangannya. Euforia yang dimunculkan oleh olahraga ini sangatlah luar biasa.
Suporter merupakan salah satu elemen penting dalam sepak bola, tanpa suporter, atmosfer pertandingan sepak bola kurang menarik. Suporter sejatinya memang tak bisa lepas dari unsur fanatisme yang terkadang berujung kekerasan maupun perkelahian para pendukung setia sejumlah klubnya. Tidak hanya di Indonesia, untuk level dunia pun sudah banyak bukti nyata yang menggambarkan bahwa olahraga tersebut bukan lagi sekedar pertarungan antara 22 manusia di dalam lapangan.
Dalam catatan FIFA, sudah banyak pelanggaran-pelanggaran oleh suporter yang menyebabkan kerugian materi, fisik maupun tragedi yang tidak bisa dilupakan dalam sejarah sepak bola dunia. Salah satu tragedi yang sangat terkenal dan tidak akan dilupakan penggila bola dunia adalah tragedi Heysel. Tragedi Heysel terjadi pada tanggal 29 Mei 1985 di mana pada saat itu tengah terjadi pertandingan antara Liverpool dan Juventus di Piala Champions (saat ini Liga Champions). Peristiwa ini merupakan sejarah buram persepak bolaan Inggris pada tahun itu, karena saat itu klub-klub Inggris sedang berjaya. Karena peristiwa ini pula tim-tim dari Inggris dilarang bermain di tingkat internasional selama 5 tahun lamanya.
Permasalahan sepak bola yang begitu kompleks membuat nihil prestasi liga maupun timnas. Bahkan jika kita melihat pemberitaan sepak bola nasional di media, hal yang berbau pelanggaran dan kekerasan suporterlah yang menjadi headline surat kabar olahraga maupun di berita.
Berbeda pada era 2000-an, pada era itu dibentuknya fans club ditujukan untuk mempersatukan para suporter di Indonesia. Buktinya suporter Indonesia yang dimotori Aremania, Pasoepati, Jakmania dan Viking berani mendeklarasikan Hari Suporter Nasional pada tanggal 12 Juli 2010. Saat ini sepak bola nasional menjadi ajang pemecah belah persatuan bangsa. Bentrokan antarsuporter menjadi hal biasa bagi kalangan masyarakat. Provokasi melalui lagu, spanduk, kaos dan media lainnya mudah ditemukan di setiap stadion saat pertandingan berlangsung.
Menurut Arista Budiyono, salah satu tokoh suporter Indonesia sekaligus admin media online suporter mengatakan di Indonesia seperti ada pengkotak-kotakan suporter. Blok pertama diwakili dengan Aremania (Malang), Pasoepati (Solo), The Jack (Jakarta), dan Slemania (Sleman). Sedangkan Blok lainnya ada Bonek (Surabaya), Viking (Bandung), dan Brajamusti (Jogja). Hal inilah yang menjadi dasar terjadinya konflik antarsuporter di Indonesia.
Puncaknya, pada tahun 2011 Kerusuhan suporter di dalam stadion cenderung meningkat dan semakin anarkis. Pemicunya cukup kompleks, mulai dari fanatisme berlebihan kepada klub, soal wasit, kinerja panitia pertandingan, hingga minimnya sarana ekspresi suporter. Banyak sekali terjadi kerusuhan yang mengatas namakan fanatisme yang berujung dengan kehilangan nyawa. Anarkisme suporter terjadi di seluruh pelosok negeri, sepak bola tak jauh dari kisruh dalam lapangan. Mayoritas suporter di Indonesia selalu melakukan tindakan anarkis jika tim yang mereka bela mengalami kekalahan. Mereka meluapkan kekecewaannya dengan melempar botol, batu serta benda lain ke dalam stadion, menyanyikan lagu-lagu bernada rasis serta merusak fasilitas stadion tim mereka sendiri hingga meluber ke luar stadion.
berperan dalam kerusuhan suporter di Indonesia, maka pendekatan yang struktural diyakini tak akan menyentuh akar masalah kerusuhan antar suporter. Pendekatan kultural wajib dikedepankan untuk menyelesaikan persoalan bentrok antar suporter. Seperti pendekatan kultural yang dilakukan Pasoepati (suporter Persis Solo) dengan Bonek (suporter Persebaya Surabaya). Di tengah konflik yang terjadi, sekelompok Pasoepati dan Bonek secara intens terus melakukan relasi dan komunikasi dua arah.
Selain pendekatan kultural, perlu juga adanya regulasi yang tegas oleh PSSI mengenai kekerasan yang dilakukan oleh para suporter. Peranan orang tua atau para suporter senior juga berpengaruh untuk kebaikan suporter kedepannya, karena tak jarang pelaku kerusuhan antar suporter justru anak-anak yang masih di bawah umur. Kerjasama antara pemerintah, PSSI, Klub dan organisai suporter itu sendiri juga diperlukan sehingga suporter Indonesia kembali ke tujuan awal sebagai suporter cinta damai, atraktif, beradab, santun dan bersahabat. Dengan kerjasama dari keempat unsur tersebut diharapkan para suporter di Indonesia dapat menjadi suporter yang bermoral dan cerdas sehingga pada akhirnya suporter Indonesia terkenal bukan karena tindakan anarkisnya melainkan sikap-sikap kreatifitasnya dalam mendukung tim sepak bola mereka.
Memang kehadiran suporter, adalah hal yang melekat dan identik dengan suatu tim dalam sepak bola khususnya. Namun loyalitas tak boleh berubah menjadi fanatisme sempit seperti dikatakan pemain legendaris Indonesia, Bambang Pamungkas,“Sepak bola harusnya tidak melibatkan hal ini. Nyawa terlalu mahal untuk fanatisme sempit’. Jika hal ini terus berlanjut bukan tidak mungkin tim yang suporter bela akan mendapatkan sanksi berat seperti kode disiplin yang telah ditetapkan oleh PSSI pada pasal 59, 60, 61, 73, 74 dan 75 mengacu pada Kode Disiplin FIFA dan Kode Disiplin AFC.
pihak yang peduli dengan masa depan sepak bola, mulai dari peraturan peraturan yang dikeluarkan PSSI, Klub klub di Indonesia, wasit serta keamanan, dan khususnya suporter sepak bola Indonesia sendiri dalam memahami aturan aturan yang telah dijabarkan oleh FIFA.
Media informasi yang tepat perlu dibuat dengan tujuan memudahkan para suporter memahami tentang laws of the game yang telah dibuat PSSI. Penggunaan visual dan simbol juga harus diperhatikan, visual-visual yang ada di dalam kampanye tidak boleh mewakili salah satu basis suporter di Indonesia.
1.2Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
- Intrik sosial – budaya yang melekat dalam kegiatan suporter.
- Tingginya tingkat anarkisme suporter yang dilakukan pada saat pertandingan berlangsung.
- Suporter Indonesia belum sepenuhnya memahami peraturan FIFA.
1.3Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena di atas peneliti ingin mengetahui beberapa hal yang dirumuskan dalam pertanyaan dibawah ini :
1. Bagaimana caranya agar visual yang dihasilkan tidak mewakili identitas salah satu komunitas suporter?
2. Upaya – upaya apa saja yang dapat meminimalisasi anarkisme suporter di dalam suatu pertandingan?
3. Bagaimana cara komunikasi yang tepat agar kampanye dapat dipahami oleh para suporter di Indonesia?
1.4 Pembatasan Masalah
1. Masalah dibatasi pada kegiatan suporter dalam pertandingan sepak bola Indonesia.
2. Lingkup penelitian seputar kegiatan suporter dalam pertandingan sepak bola di dalam lapangan sepak bola.
3. Objek kampanye merupakan komunitas suporter yang memiliki pengaruh besar.
1.5 Tujuan Perancangan
Adapun tujuan dari laporan yang berjudul “Fanatisme suporter di Indonesia” ini adalah:
- Dengan adanya kampanye sosial ini diharapkan para suporter dapat lebih bijaksana dalam menerima hasil pertandingan.
- Mengarah ke hal yang lebih besar, kampanye sosial ini diharapkan mampu menggerakan fanatisme suporter di Indonesia ke arah yang positif.
✦✧ ✦★ ★
✩★ ✪JAUAN PERATURAN FIFA, SEPAK BOLA DI INDONESIA DAN MEDIA INFORMASI
2.1 FIFA
✫✬✭✮✯ ✬✰✭ ✱✲ ✬✰ ✳ Federation of Association Football atau disebut FIFA adalah badan pengatur internasional sepak bola. Secara Umum FIFA bertugas untuk
mengatur sepak bola di Dunia serta mengadakan Piala Dunia 4 tahun sekali. FIFA
bermarkas di Zürich, Swiss dan didirikan di Paris pada 21 Mei 1904.
FIFA adalah badan organisasi resmi sepak bola, futsal, dan bola pantai di
lingkup internasional. Kantor pusat FIFA berada di kota Zurich, Swiss. Ketua atau
presiden FIFA adalah Sepp Blatter yang berasal dari Swiss. Blatter adalah
presiden kedelapan FIFA, dia menggantikan Joao Havelange dari Brasil. Sepp
Blatter dilantik pada 1998, terpilih kembali pada 2002 dan 2007 lalu.
FIFA bertanggung jawab pada pertandingan-pertandingan kelas dunia
yang melibatkan banyak negara. Selain itu, FIFA juga berhak menentukan
berbagai macam peraturan dan kebijakan yang terkait dengan sepak bola. Salah
satu tugas FIFA yaitu menentukan lokasi tempat penyelenggaraan Piala Dunia.
Piala Dunia sendiri sudah diadakan sejak 1930. Piala Dunia diusahakan diadakan
di berbagai belahan dunia. Sehingga, kemajuan sepak bola tidak terpusat pada satu
negara saja. Selain itu FIFA menjadi pemimpin dan menampung segala macam
aspirasi klub, maupun sepak bola di sebuah negara. FIFA pertama kali dibentuk di
Paris, tahun 1904. Negara-negara yang ikut mempelopori kehadiran FIFA pada
saat itu adalah Belgia, Prancis, Belanda Spanyol, Swedia dan Swiss.
Presiden FIFA pertama adalah Robert Guerin pada tahun 1906. Dua tahun
kemudian, presiden FIFA berganti ke Daniel Burley Wollwall. Sejak dipimpin
Wollwall, FIFA semakin mengajak beberapa negara untuk bergabung, dimulai
dari seluruh Eropa, Afrika Utara, hingga Amerika Latin, seperti Cili dan
terbesar dunia terus melakukan perubahan. Dari waktu ke waktu, setiap beberapa
peraturan sepak bola berubah.
Pada 1930 hingga 1960, sepak bola dunia belum memperkenalkan sarung
tangan yang dipakai kiper. Hingga akhirnya FIFA membuat aturan bahwa seorang
kiper atau penjaga gawang menggunakan sarung tangan untuk melindungi dirinya
sendiri. Masih banyak lagi aturan-aturan lain yang diprakarsai FIFA, di antaranya
hakim garis, offside, peraturan pergantian pemain, hingga aturan transfer seorang
pemain ketika dia pindah klub.
Selain menjadi tempat untuk memprakarsai aturan-aturan sepak bola, FIFA
juga menjadi pemimpin bagi persatuan sepak bola berdasarkan benuanya.
Contohnya:
1. AFC, yang merupakan induk organisasi sepak bola Asia.
2. CAF, induk organisasi sepak bola Afrika.
3. UEFA, induk oganisasi sepak bola Eropa.
4. CONCACAF, induk organisasi sepak bola Amerika Utara, Amerika
tengah, dan kepulauan Karibia.
5. OFC, induk organisasi sepak bola Osenia.
6. CONMENBOL, induk organisasi sepak bola Amerika Selatan.
✴✵✶✵ ✶✷✸✹ ✺✻✼✽ ✼✾✿❀bagai Badan Tertinggi
Selain membuat peraturan dalam permainan sepak bola, FIFA
sering mengambil peran aktif dalam menjalankan dan mengembangkan
olahraga permainan di seluruh dunia. Salah satu sanksi adalah untuk
menangguhkan tim dan anggota terkait dari kompetisi internasional ketika
pemerintah melakukan intervensi dalam menjalankan organisasi asosiasi
anggota FIFA atau jika asosiasi persepak bolaan tidak dapat berfungsi
dengan baik.
Di dalam stadion, FIFA juga mempunyai peraturan yang keras.
sanksi tegas FIFA. Contohnya pada laga el clasico yang mempertemukan
Real Madrid dan Barcelona pada tahun 2003 dimana pada laga itu pemain
Real Madrid dilempar kepala babi oleh suporter garis keras Barcelona Els
Boixos Nois. Ulah fans ini pun berujung pada sanksi denda yang
dijatuhkan RFEF (Federasi Sepak Bola Spanyol) kepada Barcelona.
Isu rasial pun tak lepas dari perhatian FIFA, Bulgaria dan Hongaria
pernah mendapatkan sanksi pada tahun 2012 karena para suporternya
melakukan tindakan rasisme. FIFA pun member sanksi Bulgaria dan
Hongaria harus memainkan laga PPD 2014 berikutnya tanpa kehadiran
para suporternya. Asosiasi sepak bola Hongaria juga dikenai denda 28.000
pounds (sekitar Rp 420 juta), sementara asosiasi Bulgaria didenda 24.000
pounds(sekitar Rp 360 juta).
❁❂❃ ❂ ❁❄❅❆❇❈ja FIFA Di Indonesia
Indonesia yang diwakili oleh PSSI menjadi anggota resmi FIFA
pada tanggal 1 November 1952. Bergabung ke dalam keanggotaan AFC
pada tahun 1952. Dan bahkan turut memplopori berdirinya AFF. Salah satu
fungsi dari FIFA dan AFC adalah menengahi segala macam persoalan
sepak bola yang terjadi di Negara-negara Asia.
FIFA menjadi mediator dan memfasilitasi permasalahan dualisme
di sepak bola Indonesia dengan cara FIFA dan AFC mengirimkan
wakilnya untuk hadir dalam kongres PSSI untuk membantu dan
membangkitkan sepak bola Indonesia melalui pengalamannya sebagai
mediator dan organisasi sepak bola dunia agar PSSI tidak mendapatkan
sanksi dari FIFA.
Indonesia sudah dua kali menerima sanksi dari FIFA terkait
suporter. Indonesia menerima denda 10 ribu dolar AS waktu ditahan
imbang Kuwait 1-1 pada kualifikasi Piala Asia pada tahun 2009 akibat
lapangan. Indonesia juga pernah dilarang menggunakan Gelora Bung
Karno selama enam bulan pasca final SEA Games 1997 karena penonton
masuk ke lapangan.
❉❊ ❉❋●❍■ ❏❑ ▲▼■◆❖P ◗❘▲◗● ❙ ❖■
Sepak bola indonesia dimulai sejak tahun 1914 saat Indonesia masih
dijajah oleh pemerintah Hindia Belanda. Kompetisi antar kota di jawa tersebut
hanya di juarai oleh dua tim atau di dominasi dua tim saja, yaitu Batavia City,
Soerabaja City.
❉❊ ❉❊❚❋●jarah Sepak Bola Indonesia
Sejarah Sepak Bola Moderen di Indonesia dimulai dengan
terbentuknya PSSI (Persatuan Sepak bola seluruh Indonesia ) pada tanggal
19 April 1930 di Yogyakarta dengan ketuanya Soeratin Sosrosoegondo.
Sebagai organisasi olahraga yang dilahirkan di Zaman penjajahan
Belanda, Kelahiran PSSI betapapun terkait dengan kegiatan politik
menentang penjajahan. Jika meneliti dan menganalisa saat- saat sebelum,
selama dan sesudah kelahirannya, sampai 5 tahun pasca Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945, jelas sekali bahwa PSSI lahir, karena
dibidani politisi bangsa yang baik secara langsung maupun tidak,
menentang penjajahan dengan strategi menyemai benih benih
nasionalisme di dada pemuda-pemuda Indonesia.
Setelah wafatnya Soeratin Sosrosoegondo, prestasi tim nasional
sepak bola Indonesia tidak terlalu memuaskan karena pembinaan tim
nasional tidak diimbangi dengan pengembangan organisasi dan kompetisi.
Pada era sebelum tahun 1970-an, beberapa pemain Indonesia sempat
bersaing dalam kompetisi internasional, di antaranya Ramang, Sucipto
Suntoro, Ronny Pattinasarani, dan Tan Liong Houw.
Dalam perkembangannya, PSSI telah memperluas kompetisi sepak
Indonesia, Divisi Utama, Divisi Satu, dan Divisi Dua untuk pemain non
amatir, serta Divisi Tiga untuk pemain amatir. Selain itu, PSSI juga aktif
mengembangkan kompetisi sepak bola wanita dan kompetisi dalam
kelompok umur tertentu (U-15, U-17, U-19,U21, dan U-23).
❯❱ ❯❱❯❲❳❨jauan Peraturan Sepak Bola Di Indonesia
Sepak bola di Indonesia begitu dekat dengan kekerasan, citra
suporter mendapat cap buruk dari masyarakat karena seringnya terjadi
kekerasan dan kerusuhan pada pertandingan sepak bola
(Handoko,2008:63). Dengan permasalahan suporter yang menjadi titik
kelemahan di Indonesia maka dari itu sebagian besar peraturan organisasi
PSSI banyak yang mengatur permasalahan suporter. Salah satunya adalah
Peraturan Organisasi PSSI tentang Kode Disiplin PSSI.
Dalam salah satu pertimbangannya disebutkan bahwa penegakan
disiplin adalah basis untuk meningkatkan kualitas persepak bolaan
nasional. Dalam Pasal 1 Peraturan Organisasi PSSI tentang Kode Disiplin
PSSI disebutkan bahwa Kode Disiplin PSSI ini ditetapkan dan
diberlakukan dengan tujuan :
1. Mengatur dan menjelaskan jenis-jenis pelanggaran disiplin
terhadap peraturan-peraturan yang dikeluarkan PSSI.
2. Menetapkan tindakan hukuman berupa sanksi agar peraturan
disiplin ditegakkan sehingga pertandingan dan kompetisi
berjalan disiplin sesuai dengan The Laws of the Game,
berlangsung fair, menghibur dan bermartabat bagi kehidupan,
3. Pengaturan tentang organisasi, tugas, kewenangan, fungsi dan
kewajiban badan-badan yang bertanggungjawab dalam
membuat dan mengambil keputusan atas pelanggaran disiplin.
4. Prosedur dan tata cara yang harus diikuti oleh badan-badan
tersebut serta para pihak yang terkait dengan pelanggaran
Kemudian dalam Pasal 3 dijelaskan para pihak yang terikat dengan
Peraturan Organisasi PSSI tentang Kode Disiplin PSSI diantaranya:
a) Seluruh Pengurus PSSI baik di Pusat maupun di Daerah.
b) Pengurus Klub.
c) Klub.
d) Ofisial.
e) Pemain.
f) Perangkat pertandingan.
g) Agen pertandingan dan agen pemain berlisensi.
h) Setiap orang yang memiliki otoritas dari PSSI, khususnya yang
terkait dengan pertandingan, kompetisi atau kegiatan lainnya
yang diselenggarakan oleh PSSI.
i) Penonton.
j) Suporter.
Dalam kasus ini penulis akan memfokuskan pada Penonton dan
Suporter. Berikut Peraturan Organisasi PSSI tentang Kode Disiplin PSSI
yang menjelaskan tentang kedisiplinan suporter :
1. Pasal 59 Peraturan Organisasi PSSI tentang Kode
Disiplin PSSI menjelaskan tentang tingkah laku buruk
melakukan tindakan rasis.
2. Pasal 60 Tingkahlaku buruk melakukan intimidasi,
penghinaan dan atau fitnah
3. Pasal 61 Tingkahlaku buruk dengan melakukan
penganiayaan
4. Pasal 73 Tanggungjawab organisasi pelaksana
pertandingan
5. Pasal 74 Kegagalan menjalankan tanggungjawab
menjaga ketertiban dan keamanan
6. Pasal 75 Tanggungjawab dan kewajiban tuan rumah
Peraturan peraturan tersebut mencakup aksi pelemparan
botol-botol air mineral, batu, ejekan dan cemoohan terhadap pemain dari tim
lawan yang berbau SARA, hingga prilaku anarkis suporter didalam
lapangan yang mengakibatkan terjadinya kerusuhan oleh suporter.
Perilaku anarkis suporter sepak bola ini memang merupakan
sebuah masalah sosial yang harus dicarikan jalan keluarnya oleh PSSI
sebagai induk persepak bolaan nasional. Selain itu, kerusuhan antar
suporter merupakan bentuk lemahnya kedisiplinan di Indonesia, sering
kali pihak keamanan kedodoran mengatasi kemarahan suporter karena
kurangnya kordinasi antara panpel pertandingan, induk suporter dan tim
sepak bola. Pihak klub sendiri terkesan acuh terhadap apa yang suporter
mereka lakukan. Mereka terlalu mengandalkan pihak keamanan dalam hal
ini kepolisian yang sering bersikap kasar kepada suporter yang membuat
kerusuhan melebar dan makin tak terkendali.
Meskipun ada sanksi dari organisasi sepak bola tertinggi di
Indonesia (PSSI), para suporter tak lantas ciut nyali. Seringkali sanksi
tersebut hanya bersifat formalitas dan tidak menghasilkan efek jera
sedikitpun. PSSI sendiri seakan sibuk akan permasalahan organiasi mereka
yang carut marut dan hanya bersikap sebelah mata terhadap masalah
suporter di Indonesia.
❩❬❭❪❫❴❵ ❛❜❝❛❞❡❢ ❣❤❵❣ ❝✐❡❥
Menurut Hinca (2007), Suporter adalah sebuah organisasi yang terdiri dari
sejumlah orang yang bertujuan untuk mendukung sebuah klub sepak bola.
Suporter harus berafiliasi dengan klub sepak bola yang didukungnya, sehingga
perbuatan suporter akan berpengaruh terhadap klub yang didukungnya.
Suryanto (1996) mengatakan Suporter adalah orang-orang yang
sepakbola suporter sering disebut pemain ke dua belas, suporter loyal memberi
dukungan yang dilandasi oleh perasaan cinta dan fanatisme terhadap tim.
Fenomena suporter yang terorganisir pada dasarnya dipelopori oleh
supporter negara-negara di benua biru. Suporter-suporter tersebut terkenal dengan
julukannya masing-masing antara lain Hooligan (suporter Inggris), Ultras
(suporter Italia), Roligan (Denmark), dan Tartan Army (Skotlandia). Hampir
setiap klub di dunia mempunyai komunitas atau suporter masing-masing seperti
Milanisti (AC Milan), Liverpudlian (Liverpool), dan masih banyak lagi yang
lainnya.
Di Indonesia sendiri suporter sudah terbentuk pada era kompetisi sepak
bola Galatama (profesional) dan perserikatan (amatir). Namun tampaknya
pengaruh kompetisi perserikatan yang sangat kental dengan sentiman kedaerahan
lebih mendominasi. Berbeda dengan klub semi profesional ala galatama, klub
perserikatan memang identik dengan sentimen kedaerahan yang akhirnya
melahirkan beberapa kelompok suporter di beberapa kota diantaranya (ISM)
Ikatan Suporter Makassar atau lebih modern disebut The Macz Man, Laskar
Pasoepati, Simo Lodro Indonesia, Jak Mania, Bonek Mania, Bobotoh, Brajamusti
dan KAMPAK FC.
Suporter dalam sepak bola berbeda dengan suporter lainnya. Di lingkungan
sepak bola, suporer erat kaitanya dengan dukungan yang dilandasi oleh perasaan
cinta dan fanatisme terhadap tim yang didukungannya. Perbedaan terletak pada
keakraktifannya saat mendukung tim kebanggan mereka. Suporter juga dikenal
memiliki fanatisme yang tinggi bahkan cenderung suka melampaui batas.
❦❧♠❧ ♥♦♣q ♣rst ✉✈✇①②③④ r✈④⑤s⑥q ⑦③q✈ t s♣
Menurut Guru Besar Psikologi UI Prof. DR Achmad Mubarok MA,
Fanatisme adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyebut suatu
keyakinan atau suatu pandangan tentang sesuatu yang positif atau yang
negatif, pandangan mana tidak memiliki sandaran teori atau pijakan
kenyataan, tetapi dianut secara mendalam sehingga susah diluruskan atau
suporter yang tidak jarang dapat menimbulkan perilaku negatif. Individu
yang fanatik akan cenderung kurang memperhatikan kesadaran sehingga
seringkali perilakunya kurang terkontrol dan tidak rasional
Hal mencolok yang membedakan suporter satu dengan suporter
lainnya adalah atribut yang mereka pakai. Ada sebagian dari suporter yang
memakai syal, topi, jersey klub atau sampai rela mengecet seluruh
tubuhnya. Di samping itu suporter juga memakai warna yang sama sesuai
warna kebesaran klubnya masing-masing.
Suporter di Indonesia juga sering divonis memperburuk citra sepak
bola dan dianggap menjadi problem bangsa. Tindak kekerasan, kerusuhan,
dan jatuhnya korban baik luka, tewas, rusak dan terganggunya ketertiban
merupakan, pranata sosial sampai prasarana umum merupakan citra buruk
yang melekat pada suporter sepak bola Indonesia. Kerusuhan suporter yang
terjadi di Indonesia sebenarnya bukan isu baru, karena sejak lama
sebenarnya sudah sering terjadi (Suyatna, 2007:38).
Di dalam suatu pertandingan sering terjadi pelemparan botol,
penyalaan petasan dan lagu lagu rasis yang berbuntut oleh sanksi dari
PSSI. Seperti pada pertandingan antara Persib melawan Persela, Sabtu
(12/5/2013) lalu, suporter tuan rumah mendapat sangsi dari PSSI terhadap
Persib karena ulah suporter yang dianggap sebagai berperilaku buruk
dengan menyalakan petasan. Karena itu, pihak Komdis pun menjatuhkan
denda sebesar 20 juta kepada Panpel Persib.
Pada dasarnya para suporter berani melakukan tindakan anarkisme
karena sebagian besar dari kelompok mereka juga berbuat anarkis.
Meskipun ada sebagian dari suporter mencegah tetapi itu hanya dalam
jumlah kecil banyak para suporter lain yang bertepuk tangan terhadap
kejadian anarkisme tersebut. Dengan hal itu maka anarkisme selalu terjaga
dalam benak komunitas suporter. Masih adanya sikap anarkisme yang
turun temurun tersebut membuat suporter sepak bola di Indonesia sulit
⑧⑨⑩❶❷❸❹ ❺❻❷ ❼❽❹❾ ❺formasi Sebagai Komunikasi Massal
Media massa sudah menjadi satu institusi sosial yang penting dalam
kehidupan kita. Dalam konteks media massa sebagai institusi sosial itu, tentu
media massa membentuk dirinya sebagai salah satu organisasi yang hidup di
tengah masyarakat.
Domininick (2001) menyebutkan beberapa fungsi komunikasi massa bagi
masyarakat, yaitu :
a) Fungsi pengawasan (surveillance) Fungsi ini terdiri dari 2 bentuk, yaitu
pengawasan peringatan dan pengawasan instrumental. Media massa
menjalankan fungsi pengawasan peringatan, jika menginformasikan
tentang ancaman yang disebabkan oleh beberapa hal, misalnya bencana
alam, serangan militer, inflasi dan krisis ekonomi. Fungsi pengawasan
instrumental dari media massa jika informasi yang disampaikan memiliki
kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari.
b) Fungsi penafsiran (interpretation) Fungsi ini dijalankan jika media selain
menyampaikan fakta dan data kepada khalayak, juga memberi penafsiran
terhadap kejadian-kejadian penting. Media memilih dan memutuskan
peristiwa-peristiwa mana yang layak dan yang tidak layak disajikan.
c) Fungsi keterkaitan (linkage) Media massa dapat menjadi alat pemersatu
anggota masyarakat yang beragam sehingga membentuk pertalian
berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.
d) Fungsi penyebaran nilai (transmission of values) Fungsi ini disebut juga
sosialisasi. Media massa memperlihatkan kepada khalayak tentang
bagaimana seharusnya mereka bertindak dan apa yang diharapkan mereka.
e) Fungsi hiburan (entertainment) Fungsi hiburan selalu dijalankan oleh
setiap media massa. Media yang sangat jelas menjalankan fungsi ini
Selain fungsi-fungsi di atas, ada beberapa fungsi yang bersifat umum lain
dari media massa, yaitu fungsi informasi, pendidikan, memengaruhi, fungsi proses
pengembangan mental, adaptasi lingkungan dan fungsi memanipulasi lingkungan.
Secara lebih khusus media massa mempunyai fungsi, yaitu fungsi meyakinkan,
menganugerahkan status, membius, menciptakan rasa kebersatuan, privitasi dan
hubungan parasosial. (Karlina, dkk, 2002).
Selain itu media massa juga memiliki kekuatan untuk hal yang biasa
menjadi sesuatu bentuk kekerasan yang pada ujungnya bisa menimbulkan
kebencian pada masyarakat terhadap kelompok yang tertentu. Seperti yang ditulis
oleh Jay Rosen (1998), peran civic journalism menjadi sangat penting. Artinya,
dengan keterlibatan publik untuk mengatakan hal yang sebenarnya menjadi kunci
untuk kembali menjernihkan fungsi media massa.
Dengan adanya bantuan media massa, seharusnya kampanye untuk
membuat suporter di Indonesia menjadi lebih baik dapat berjalan dengan lancar.
Jika media massa di Indonesia bekerja sama dengan induk sepak bola di Indonesia
untuk memberikan sebuah kampanye positif bagi suporter di Indonesia, bukan
➢➤ ➥➦➧➨➨ ➨ ➩➫➭➤➯ ➲➤➧➳➦➵➯ ➸➺➻➼ ➸➥➽➺ ➸➤➵➾➦➯➸➤➚➤➾➳➤➵ ➪➦➩
3➶➹ ➘➴➷➬➮ ➱✃❐ ➬❒❮❰
ÏÐ ÑÒ ÓÔ Õ ÖÒ ×ØÙ ÚÓÛ ×ÔØ ÜØ Ñ Ò ×ØÝ × ÜÐÑÒ ÓÔ Ø ÑÞy ßÓÛØ àØÙ áØ Û Ö ßØ âØÒ Ø Õ ÓÛ ßØÙ ãØ ÑÞ áÖÐÙØ â ÚÓ ÑäØáÖ ßØ âØÒ ØÕÖÒ ×ØÙ, á ØÙØ Ú ÜÐÑÒ ÓÔ Õ ÖÒ ×ØÙ ÝÓÛá ØÔØÝ ßÓ ßÓÛØÔ Ø ×ÑÒ ×Û, Ò ÓÔÓÛ Ý Ö ÜÛ ÓØÝ ÖåÖÝØÒæ ÓÒ ÝÓÝ ÖÜØ, ÓåÖÒ ÖÓ ÑÒ Ö, ÜÐÚ× ÑÖÜØÝ Öå á Ø Ñ âØÙ ÙØ ÖÑ Ò Ó ßØÞ Ø ÖÑãØ ØÞ ØÛ á ØÔØÝ áÖÚÓ ÑÞÓÛ Ý Ö ÐÙÓ â ÝØÞ ÓÝ Ø ×á ÖÓ ÑÒç èØÙØ Ú ÚÓ ÑÞÓÙÐ ÙØ â Õ ÖÒ ×ØÙ áÖ×ß ×Ý × âÜØ Ñ ÜÐ ÚÔÐ Ò ÖÒ ÖÙØãÐ×Ý, Ý ÖÔÐ ÞÛ ØåÖ, àØÛÑØ áØ Ñ ÖÙ ×ÝÛ ØÒ Ö ØÞ ØÛ Ú ×Ñé×Ù Õ ÖÒ ×ØÙ ãØ ÑÞ Ü×ØÝ áØ Ñ Ô ÓÒØ ÑãØ ÑÞá ÖÒ Ø ÚÔØ ÖÜØ ÑÚ×áØ â á ÖÝÓÛ ÖÚØÐ ÙÓ âÒ ×ÔÐ ÛÝÓÛÒÓ ßØÞØ ÖÝØÛÞ ÓÝêë ìíîï ð.
3óôó õö÷øù ú ûüýþ ú ÿ
✁✂ ✄☎ ✆✝ ✞ ✟ ✝✞ ✠ ☎ ✡☛☞ ✆ ✞✝✆☎ ✆ y✆☞ ✝✞ ✌✂ ✍ ✝✡✄✎ ✌✡✟✞ ✏☞✍ ☎✡✟✑ ✑✞ ✟ ✆✠✆✟ ✞✠✞ ✄ ✆✟ ✒✓ ☛✡✟ ✑✆✟ ✔✂ ✄☎✆✝ ✌✂ ✄ ✝✄ ✆☞ ✝ ☛ ✆✟ ✏ ✆✟ ☛✍ ✕ ✆✌ ✡✖ ✗ ✡☛✆✟ ✑ ✞✟✝✞✠ ☎✡☛☞ ✆ ✌✡✟☛✞ ✠✞ ✟ ✑ y✆☞ ✝✞ ✘✄✂✍ ✞ ✄☛ ✆✟✔✏y✡✄☛ ✆✟✝✡✄ ☛ ✆✌ ✆✝☎ ✡☛☞ ✆✑☞☎ ☎☞✕ ✠ ✖
3óôó ô✙ú ûú✚ýú ✛t ✜ Layout✢
✣✡✟✞✄ ✞ ✝ ✗✞✄ ☞ ✆✟✝✂ ✤✞ ✍ ✝✆✟✎ ☛☞ ☛✆✡✄✆✥ y✆✟ ✑ ☎ ✡✟ ✑✑✞ ✟ ✆✠✆✟ ✝✞✏☞✍ ✆✟ ✏ ✆✝☞ ✟✞☎ ✞☎✟y✆✂✄✆✟✑☎ ✡☎✘✆✕ ✆☛ ✆✄☞ ✠☞✄ ☞✠✡✠ ✆✟✆✟✆✝✆✞ ☛✆✄☞✆✝✆✍ ✠ ✡✘✆✦✆✥ . ✗ ✡✏ ✆☞ ✟☞ ✝✞ ✆✄ ✆✥✑✡✄ ✆✠☎✆✝✆✧✞✑✆☛☞✌✡✟ ✑✆✄✞ ✥☞✂ ✏ ✡✥✦✆✄ ✟ ✆, ✞ ✠✞✄✆✟✎✍ ✝★✏ ✡, ✔✂ ✟ ✝ ☛ ✆✟ ✏✆☞-✏ ✆☞ ✟✖ ✩✡✘☞ ✆✍ ✆✟ ✏ ✆☞ ✟✟★✆ ★✆☞ ✝✞ ☎ ✡☎✘✆✕ ✆ ✍ ✡✍ ✞✆☞ ☛✡✟ ✑✆✟ ✞✄ ✞ ✝✆✟ ✝✡✄ ✝✡✟ ✝✞ ✖ ✪✆✝✆ ✏ ✡✝✆✠ ★✆✟ ✑ ✆✠ ✆✟ ☛☞ ✑✞ ✟ ✆✠✆✟ ★✆☞ ✝✞ ☛ ✡✟✑ ✆✟ ☎✡✟✡☎ ✌✆✝✠✆✟ ✫☞✍✞✆✏☞✍ ✆✍☞ ☛☞ ✝✡✟✑ ✆✥ ✍ ✡✘✆✑ ✆☞✝☞ ✝☞ ✠✔✂✠✞ ✍ ☛ ✆✟✌✡✍ ✆ ✟ ★✆✟ ✑ ✆✠✆✟ ☛☞✍ ✆☎✌✆☞ ✠✆✟ ✝✡✄✏ ✡✝✆✠ ☛☞✘✆✦✆✥ ✟★✆. ✪✆✄✑✡✝ ✆✠✆✟ ☎ ✡☎✘✆✕ ✆ ☛✆✄ ☞ ✠☞✄☞ ✠✡ ✠✆✟ ✆✟ ✠✡☎ ✞ ☛☞ ✆✟ ☎✡✟★✆☎ ✌☞ ✟ ✑ ✠✡ ✘✆✦✆✥ ☛✆✟ ✌ ✆☛ ✆ ✘✆✑☞ ✆✟ ✘✆✦✆✠ ☎ ✡☎✘✆✕ ✆ ✠ ✡☎ ✆✘✆✏☞ ☛✆✄ ☞ ✠☞✄☞✠ ✡✠✆✟ ✆✟✖
3✽✾✽ ✿❀❁ ❂❃ ❄❅❆❇❁
❈❉❊❋●❍ ■❉❍ ❏❏ ❑❍ ❋▲❋❍ ■ ❉▼●❋ ◆ ●❖❑ ❋❊P ▲ ❋■ ◗❋❍❉y ❘❑❏ ❋ ■ ❉■ ❙❑ ❚❑ ❯▲ ❋❍ ❚❉▲ ❖ ❖❉ ❙❋❏ ❋● ◗❉❍▼ ❑▲ ❑❍ ❏❚❉ ❱❋ ◗❋●❋❍❋y▲ ❲■ ❑❍ ●▲❋ ❖●❳❨❋❊● ❚❑ ▼●❊❋▲❑ ▲❋❍ ▲❋ ❩❉❍ ❋ ▼ ●▲ ❯❋❬❋ ❚● ❩▲❋❍ ❋ ◗❋ ❙●❊❋ ■ ❉▼ ●❋ ▲❋■◗❋❍❭❉ ❯❋❍❭❋ ■❉❍ ❏❏ ❑❍ ❋▲❋❍ ◆ ● ❖❑ ❋❊ ❖❋❘❋, ❋▲ ❋❍❋▼ ❋❍❭❋❖❋❊❋❯◗❉ ❩ ❖❉ ◗ ❖●❲ ❊❉❯❚❋ ❩❏❉ ❚❋❑ ▼●❉❍ ❳
❪❉❍● ❖❫❲ ❍ ❚◗❋▼ ❋■❉▼ ●❋●❍❫❲❩■❋ ❖●❯❋ ❩❑ ❖❘❉❊❋ ❖❋❏ ❋ ❩■ ❑▼ ❋❯▼● ❙❋ ❱❋❲❊❉❯ ❚❋ ❩❏ ❉ ❚ ❋❑ ▼●❉❍ ❳ ❴❋▼ ❋ ▲ ❋■◗❋❍❭❉ ■❉❍ ❏❉❍ ❋● ❈❑◗❲❩❚❉ ❩ ❵❍ ▼❲ ❍❉ ❖●❋ ◗❉❍ ❑❊● ❖ ■❉❍ ❏❏ ❑❍ ❋▲❋❍ ❘❉❍● ❖❫❲❍❚❛❜❝ ❞❡❢ ❛❝❣❡ ❤❞❡ ✐❞ ❤❥❦● ◗●❊●❯❍❭❋❘❉❍● ❖❯❑❩❑❫●❍● ▼ ●▲ ❋ ❩❉❍ ❋▲❋❍ ❙❉❍❚❑▲ ▼ ❋ ❩● ❯ ❑ ❩❑❫ ▼❋ ◗❋ ❚ ■❉❍ ●❍❏ ▲❋ ❚▲ ❋❍ ▲ ❋ ❩❉❋▲ ❚❉❩ ▼❋ ❩● ▲ ❋■ ◗❉❍❭❉ ■❉❍ ❏❉❍ ❋● ❫❋❍ ❋ ❚● ❖■ ❉ ❖❑◗❲❩❚❉ ❩ ❵❍▼ ❲❍ ❉ ❖●❋ ▼ ●❊●❯❋ ❚ ▼❋ ❩● ❙❉❍❚❑▲ ❍❭❋ ❭❋❍ ❏ ❭❋❍ ❏ ▲❑ ❋ ❚ ▼ ❋❍ ❚❉❏ ❋ ❖❳ ❧❉ ❩●▲❑❚ ❋▼❋❊❋❯ ❚❭◗❲❏❩❋❫● ❭❋❍ ❏ ▼● ❏❑❍ ❋▲ ❋❍ ◗❋▼❋ ■❉▼ ●❋▲ ❋■ ◗❋❍❭❉.
❀♠♥♦♣q ❀♥r♣ s♦♣ t♦ s
✉✈✇①✈ ②③③ ③.2 ④ ⑤⑥ ⑦⑧✈✇⑨✈⑥ ⑩ ❶
❈❉❊❋●❍● ❚❑❘❉❍ ● ❖❫❲❍❚●❍ ●❘❑ ❏❋▼● ◗●❊●❯▲❋ ❩❉❍❋❫❲ ❍ ❚■ ❑▼ ❋❯❋ ❚❋❑❍❭❋■ ❋❍ ❑ ❍ ❚❑▲ ▼● ❙❋ ❱❋. ❨❋❊ ● ❚❑ ❖❋❍❏ ❋ ❚ ◗❉❍❚●❍ ❏ ❋ ❏❋ ❩ ◗❋ ❩❋ ❖❑ ◗❲ ❩ ❚❉ ❩▼❋ ◗❋ ❚ ■❉■ ❙❋ ❱❋ ●❍❫❲ ❩■ ❋ ❖●❭❋❍ ❏❋▼❋◗❋▼ ❋■ ❉▼●❋. ❷❲ ❍ ❚●❍ ●▼ ●❏❑❍ ❋▲ ❋❍◗❋▼ ❋ ❚❋❏❊●❍ ❉.
3❼❽❼ ❾❿➀ ➁➂➃ ➄➅➂ ❿
➆➇➈ ➉➊➋ ➌➉➍ ➎➍ ➏➈ ➐ ➌➑ ➌➐ ➈ ➐➊➈➑ ➒ ➓➒ ➔ ➓➋ →➓➇ ➌➉ ➎ ➌➐ ➒➓➒ ➔ ➓➋➊ ➓➏➌➉ ➎➌➋➍ ➔ ➓➉➌➐ y➌➐ ➏ ➍➐➏➍➐ ➎➍ ➉ ➌➒ ➔ ➌➍ ➑➌➐ ➎➌➇ ➌➒ ➉ ➓➣➈➌↔ ➑ ➌➒➔➌➐y➓↕ ➐ ➌➒ ➈➐ ➍➇➈➉➊➋ ➌➉➍ →➈ ➏ ➌➎ ➌➔➌➊ ➎➍ ➔➌➑ ➌➍➉ ➓➣➌➏➌➍ ➎➌y➌➊ ➌➋➍ ➑➙➍ ➉➈➌➇➛
➆➇➈ ➉➊➋ ➌➉➍ y➌➐➏ ➎➍ ➏➈➐➌➑➌➐ ➌➎ ➌➇ ➌↔➍➇➈ ➉➊➋ ➌➉➍ ➉➈ ➔➜➋ ➊ ➓➋ y➌➐➏➒ ➓➇ ➌➑➈ ➑ ➌➐ ➊➍➐ ➎ ➌➑➌➐ ➌➐ ➌➋ ➑➍ ➉ ➌➏ ➌➋ ➔ ➌➋ ➌ ➉➈ ➔➜➋ ➊ ➓➋ ➒➓➐ ➏ ➓➋➊➍ →➍ ➑ ➌ ➒ ➓➋ ➓➑ ➌ ➒➓➇➌➑➈ ➑ ➌➐ ➊➍➐ ➎ ➌➑➌➐ ➉ ➓➔➓➋➊➍ ➍➊➈ ➒ ➌➑ ➌ ➑➇➈ ➣ ➒➓➋ ➓➑➌ ➌➑ ➌➐ ➒ ➓➐➎➌➔ ➌➊ ➑➌➐ ➉ ➌➐ ➑ ➉➍ ➎ ➌➐ ➎ ➓➐ ➎ ➌➛
➝ ➞➟➠➞➡➢➢ ➢ ➤➥➢ ➦➦ ➧ ➨➩➡ ➞ ➨➫➭➫ ➨➧➞➦
3❼❽❼➯➲➅➄➳➅
➘➴ ➷➬ ➷➮➱ ✃ ❐❒➷ ❐ ❮➴➷➬ ➷ ➮ ❰ Ï➷Ð➬ ❒➬ ÑÏ➷➴❒➴Ò ❐➮ ❐Ñ❐ Ó➬ ➷Ð➴ ÑÏ Ñ➬Ô➬❮➬ ❮ Ï❮➴❐Ò❐➷ ➴➷Ò➴❮ ÑÏ ÑÕÏ➷ ➮❐❒➴Ó➬❮Ï ÖÏ❒Ð❐❰❐➷➱ ×ÏÒ➬ ❐Õ➴❰❐Ó❐➴ ➷Ò➴❮ ÑÏ➷Ø❐Ð➬❰➴❮❰ Ï❰Ó❐❒➴❰ Ð➬Ù➬ÑÙ➬ ➷➮ÚÔÏÓ ❐❮❐Ô➱ ×Ï Ð❐➷➮❮❐➷Û❐❒ ➷❐ÑÏ❒❐Ó Ð❐➷Õ➴Ò➬Ó Ð➬ ❐ÑÙ➬ÔÐ❐❒➬Û❐❒➷❐ ❮ ÏÙÏ❰❐❒❐➷ ➷Ï➮ ❐❒❐ Ü➷ÐÚ ➷Ï❰➬❐. ✃❐❒ ➷❐ Ó➬Ø❐➴ ÑÏ➷Ø❐Ð➬ ÕÏ ÔÏ➷ ➮❮❐Õ ❰ÏÙ ❐➮ ❐➬ ➬ÐÏ➷Ò➬Ò❐❰ Ô❐Õ❐➷➮ ❐➷ ❰ ÏÕ❐❮ Ù ÚÔ❐, ❮❐ ❒Ï➷❐ Ñ❐❰❐Ô❐Ó Ð➬ Ù ❐Ò❐❰➬ Õ❐Ð❐ ❮ Ï➮➬❐Ò❐➷ ❰➴ÕÚ❒ÒÏ❒❮ÏÒ➬❮❐Ð➬Ð❐Ô❐Ñ❰ Ò❐Ð➬ Ú ➷➱
éê éë ì
íî ïðë ñòóô õöïñë÷î õë ê
øùúíûüýþÿ÷ û þ✁
✂✄☎✄✆✝ ✞✟✠ ✡✠✝ ✞✟☛ ☞✌✠ ✍✆✡☛✍✄✆✡☎✄✌☞✌ ✄✎✆ ✡☎✄☎ ☞ ✍✏✡✏ ✡ ✞✄✝ ✄✑✄ ✒✄✝✄ ✍✑☞y ✓ ✄ ✔ ✕✄ ✒✄✝✠✌ ✡ ✑✠ ✄✄ ✖✄☎
✗✌ ✡ ✑✠✄ ✄ ✖✄☎ ✄☛ ✄☎✄ ✒ ✝✞✟✠ ✡✠ ☞✎✑☞✌ ✆✡✎ ✘✄ ✞✍ ✏✡✎✑☞✌ ✡☎✡✆ ✡✎✙✍✠ ☞✄☎✌ ✄✆✝ ✄✎ ✚✡✚✄✎ ✛✄✌ ✄✎☛ ✍✏☞✄ ✑✜
✏✔ ✕✄ ✒✄✝✡✌✠ ✡✌☞✠ ✍✙✍✠ ☞✄☎
✢✌✠ ✡✌ ☞✠ ✍ ✙✍✠ ☞✄☎ ✄☛ ✄☎✄ ✒ ✑✄ ✒✄✝ ☛ ✍✆✄✎ ✄ ☛✍☎✄✌ ☞✌✄✎ ✝✞✟✠✡✠ ✙✍✠ ☞✄☎✣ ✙✍✠ ☞✄☎ ✚✄✎ ✛ ☛ ✍✛ ☞✎ ✄✌✄✎ ☛✄☎✄✆ ✌✄✆ ✝✄✎ ✚✡ ✍✎✍ ✄☛ ✄☎✄ ✒ ✤✟ ✑✟✣ ☎ ✟✛ ✟ ✡✙✡✎ ✑ ✚✄✎✛ ✏ ✡ ✞✒ ☞✏☞✎ ✛✄✎ ✑✡✎ ✑✄✎ ✛ ✠ ✡✝✄✌ ✏✟☎✄ ✜
✘ ✔ ✕✄ ✒✄✝✝✡ ✞✄✎✘✄✎ ✛✄✎
✥✡ ✞ ☞✝ ✄✌✄✎ ✑✄ ✒✄✝ ✝ ✡✎ ✑✍✎ ✛ ✚✄✎✛ ☛ ✍☎✄☎ ☞ ✍✣ ✚✄✍✑☞ ✆ ✡✎✡✎✑☞✌ ✄✎ ✆ ✡☛ ✍✄ ✄✝✄ ✠✄ ✦✄ ✚✄✎ ✛ ✄✌ ✄✎ ☛ ✍✏☞✄ ✑ ✄✛ ✄ ✞ ☛ ✄✝✄ ✑ ✆ ✡✆✡✘✄ ✒✌✄✎✝ ✡ ✞✆✄✠ ✄☎✄ ✒✄✎✝✄☛ ✄✑☞ ✦☞✄✎✌ ✄✆✝ ✄✎ ✚✡✑✡ ✞✠ ✡✏ ☞ ✑✜ ☛ ✔ ✕✄ ✒✄✝✄✌✒✍✞
✧✄☛✄ ✑✄ ✒✄✝ ✍✎ ✍✣ ✆ ✡☛ ✍✄ ✚✄✎ ✛ ✑✡☎✄ ✒ ☛✍✏ ☞✄ ✑ ☛✍✠ ✍✄✝ ✌✄✎ ☞✎ ✑☞✌ ✆✡☎✄☎ ☞ ✍✝ ✞ ✟✠ ✡✠✘✡ ✑✄✌☛✄✎✝✞✟☛☞✌ ✠ ✍✜
ú ù★íî ïðë ñò óôõöïñë÷îõë ê ✩✡✎✍✠✆✡☛✍✄✚✄✎ ✛✄✌ ✄✎☛ ✍✝✞✟☛ ☞✌✠ ✍✓
✄ ✔ ✧✟✠ ✑✡ ✞
- ✱✲✳✴ ✵✶✷✸✹✹✺ ✻✼
✽ ✾✿❀✾❁❂❃ ❄ ❅❆ ❇❈❉ ❊❁
❋● ✶ ❍✲ ■ ❏✵❑ ▲▼✵ ◆✲✴ ❖ ▲❏✵ ❍✵ ▼▲ ❍ ▲P ▲◗ ▲✴ ❘ ❍ ▲P ▲◗ ▲✴ ✵✴ ❙●■◆ ▲✶✵ ❘ ◗✲ ■✶❚ ▲✶✵❙ ❏ ▲✴ ■✲◆✵✴❏✵✴▼❯✱✵ ▲◗ ❍✵ ▲◗ ❍▲P ▲◗ ▲✴◆ ✲◆ ◗❚ ✴▲✵y ❱ ✻❲❳ ❨❩❬ ✻❏▲✴ ❭❪ ❳❫ ✼✻❴ ✼▲✴▼y ❑ ✲ ■❑✲ ❏ ▲❯
❵✲ ❏✵ ▲◗●✶ ❍✲ ■❏✵ ◗✵❛✵P ✶✲❑▲▼▲✵ ◆✲ ❏✵ ▲❚ ❍▲◆▲✳▲■✲✴▲❑ ✵ ✶▲❛✲❑ ✵P ❜▲■✵ ▲❍✵❙ ❏ ▲❛▲◆ ✶✲ ▼✵ ◗✲✴✲◆◗▲❍ ▲✴ ❯ ❋●✶❍✲ ■ ✵✴✵ ❑✵ ✶ ▲ ❏✵ ◗ ▲✶ ▲✴ ▼ ❏✵ ▲■✲ ▲ ✶ ❍▲❏✵●✴❘ ✳▲✴❍● ■ ✶✲✳ ■✲ ❍▲■✵ ▲❍ ✶❚ ◗● ■ ❍✲ ■ ◆▲❚ ◗❚✴ ❏✵ ❍✲◆ ◗ ▲❍❝❍✲◆◗▲❍ ❞▲✴▼ ◆✲✴ ❖ ▲❏✵ ❍✲◆ ◗▲❍ ❍●✴▼✳■●✴▼ ▲✴◗ ▲■▲✶❚◗●■❍✲ ■ ❯
❡✵ ✶❚▲❛✵ ✶ ▲✶✵ ◗●✶❍✲ ■ ◆✲✴▼▼❚ ✴ ▲✳▲✴ ◆✲ ❏✵ ▲ ❙●❍●▼■▲❙ ✵ ✳ ✲◆❚❏✵ ▲✴ ❏✵✲ ❏✵ ❍ ✶✲ ❏✲◆ ✵✳✵ ▲✴ ■❚◗▲ ◆✲✴▼ ▼❚✴▲✳▲✴ ✺❪ ✹ ✼❢❲❣ ✻ ❤❏●❑ ✲ ❋P ● ❍●✶P●◗ ✐ ❥ ❦ ❯ ❋✲✴✲◆◗▲❍▲✴ ❱ ✻❲❳❨ ❩❬✻ ❏ ▲✴ ❭❪ ❳❫ ✼✻❴ ✼ ❏✵ ▲❍❚ ■ ◆✲✴▼ ▼❚✴▲✳▲✴ ✺❪ ✹ ✼❢❲❣ ✻ ❤❏●❑ ✲ ❧❛❛❚ ✶ ❍■▲❍●■✐❥❦ ❯
q r st✉ ✈ ✇t
- ①②✇t③④⑤⑥⑦ ⑧⑨⑩⑥❶❷❸ - ❹❺②④❻✈⑤❼❽❽❾ ❿➀
➁ ➂➃➄ ➂➅➆ ➇➈ ➉➊ ➅➋ ➌➍ ➅
st✉ ✈ ✇t q❺t ❻ ✈❻② ③④ ❻④➎✉t❸ ③✈❻ ✈❺➏✇➐③t ➑❺④➑ ③ ➑③④ ✈③④②✈❻ y③④➒ q ❻✈③ ➑❻➑③➏ ③➐✉ ➓❺ ➔➏ ③t③✈ ✇➏✉ t➐❺t➑❻→④ ➑✉④❺ ✈❻③➣❻② ③❸❺ ➓③②✇②③④➐❻④ ➑③②③④③t②❻ ✈↔
↕❺➑❻③q t✉✈✇t➑❻q③➒❻② ③④➏③➑ ③✈❺➐❻③➏✈❺②t ❺➐③t❻③➐✈ ✇➏✉ t➐❺t✈❺ ➓③④➣✇➐④y③ ②❺➐✇③ ③②③④ ❸❺❸q③➒❻② ③④ ②❺ ③④➒ ➒✉➐③④y③↔ ➙❺ ➓③❻④ ❻➐✇ qt ✉ ✈ ✇t q ❻ ✈③ ➑❻q③➒❻② ③④ ➏ ③➑③ ✈③③➐ ➏❺❸q ❺ ➓❻③④ ➐❻②❺➐ ➑❻ ➙➐③➑❻✉④ ❸ ③✇➏✇④ ➑❻ ➐❺❸➏③➐ ➏❺④➣✇③➓③④ ➐❻②❺➐ y
③④➒➓③❻④↔
➛t✉✈❺ ✈ ➜➝➞ ➟ ➠ ➀ ➑❻➓③②✇② ③④ ❸❺④➒ ➒✇④③② ③④ ➡➑✉q ❺ → ➓➓✇ ✈➐t③➐✉t ➢ ➙ ➤⑧ ✈❺➐❺ ➓③➔ ➏t✉ ✈❺ ✈ ➜ ➝➞ ➟ ➠ ➀ ✈❺ ➓❺ ✈③❻ ✈❺ ➓③④➣✇➐③④ ❸❺❸③✈ ✇② ③④ ➒③❸q③t ➥③④➒ ➐❺ ➓③➔ ➑❻❺➑❻➐ ❸❺④➒ ➒✇④ ③② ③④ ➡➑✉q ❺ ➛➔✉➐✉ ✈ ➔✉➏ ➢➙ ➤ ②❺ ➑ ③➓③❸ ❾➦➝➧❿ ➥③④➒ ➐❺ ➓③➔ ➑❻➐❺④➐✇②③④ ➑ ③➓③❸ ➏t✉ ✈❺✈ ➜ ➝➞ ➟➠➀. ➙❺➐❺ ➓③➔ ➒ ③❸q③t ✈ ✇➑③➔ ➐❺t ✈ ✇✈ ✇④ ➏③➑ ③ ➐❺❸➏③➐④➥③⑧ ✈❺ ➓③④➣✇➐④➥③ ➏❺④❺❸ ➏ ③➐③④ ➑ ③④ ➏❺④➒ ③➐✇t③④ ➐✇➓❻ ✈③④ ③➐③✇ ➀➞➦➟➨➩➝➦➫➞❸❺④➒ ➒✇④③② ③④➡➑✉ q❺→ ➓➓✇✈➐t③➐✉ t ➢ ➙➤↔
➲➳ ➵➸ ➺➻➼
- ➽➾➚➼➪➶➹➘➴➷➚➪➬➚ ➾ ➪ - ➮ ➻➾➶➱✃➹❐❒❒ ✃ ➻❮
❰ ÏÐÑ ÏÒÓÔ ÕÖ×ØyÙÒ
Ú➻Û➱➪ ❒➸y➻➼ Ü➻➼➱ ✃➱ ➱➶❒Ý➼➬➪✃➱ ❮ ➻➶❮➪➶Þ ß ➪➸ àß ➪➸ ➺➪ ➶Þ ❮➱Û➪➾ ÜÝ➸ ➻ß Û➱➸➪➾➚ ➾ ➪➶ ✃➚ á Ý➼❮ ➻➼ Û➪➸➪➬ ➬➻➶Û➚ ➾➚ ➶ Þ ➾➸➚ Ü ➶➺➪ â➱➾➪ ✃➻Û ➪➶Þ Ü➻ ➼❮➪➶Û➱➶ Þ Û➱ Û ➪➸➪➬✃❮➪Û➱Ý ➶ã
ä➪➬➪ ✃ ➻á➻➼❮➱ Ü➼Ý✃➚➼å ➬➻Û➱➪ ❒➸ ➺➻ ➼ â➚Þ➪ Û➱Ü ➪Þ➱➾➪➶ á➪Û ➪ ✃ ➻❮➱➪á ✃ ➻➾➼➻❮➪➼➱➪❮ ✃➚ á Ý➼❮ ➻➼ ✃ ➻➸➪➶â➚❮➶➺➪ ➾➻❮➚➪ ➪➾➪➶ ➬➻➬Ü ➪Þ➱➾ ➪➶ ➾➻ ➪➶ ÞÞ Ý❮➪➶➺➪ã ä➻➸➪➱➶➱❮➚❒ ➸ ➺➻➼Ü➱ ✃➪Û➱Ü ➪ Þ➱➾➪➶á➪Û➪✃➪➪❮á➻➬Ü➻➸➱➪➶❮➱➾➻❮ Û➱ä❮➪Û➱Ý ➶➬➪➚á ➚➶ Û➱❮ ➻➬á➪❮á➻➶â➚ ➪➸➪➶❮➱➾➻❮➺➪➶ Þ➸➪➱➶ã
ùú ûüýþ ùÿ
- ✁ ÿ✂ýþ✄☎✆✝✞ - ✟✠ þ ✡☛✄ûý☞ ✌✍þ
✎ ✏✑✒ ✏✓✔✕ ✖✗✘✙ ✏✚ ✛✜ ✢
ûüýþùÿ ☞✠✂ÿ ÿ✂ýþ ☎✆ ✝ ✞✠✣✠✂ ù✡ üý ☛ýþ✤ ù✡ ☛✠ ✡✣ý✂ ✥ý ✌ýþ ✞✠þ ÿ✥ÿ ✠ ☛✣ý ù✡ ✍þ✦ ûüýþùÿ ✥ÿ✤ý ù✡ üý ☛ýþ✤ ù✡ ùý ✌ý✞ ☛✣ý ù✡ ✍þ ý✤ý✂ ùý üý✣ ù✡ ✌✡✧ý✣ ✍✌✠✧ ☛✠✞ÿ ý ✠ ✌✠✞✠þ ü✠✂✣ýþ ù✡þ✤ýþ ☛✠ ✌ý✡þ ✡✣ÿ ùý üý✣ ù✡ý✞☞ ✡ ✌ ✍ ✌✠✧ ý✞✠✂ý ✣✠ ✌✠★✡ ☛✡ üý ùý☛ýý✣☛✡ý✂ýþü✠✂✣ýþù✡þ✤ýþ✦
✩✂✍ ☛✠ ☛✠ ù✡✣✡þ✤✞✠þ✤ ✤ÿþ ý ýþ✪ù ✍☞ ✠✫✌✌ÿ☛✣ ✂ý✣✍✂✬û✭ ✦û✠✣✠ ✌ý✧ ü✂✍ ☛✠ ☛ ✠ ù✡✣✡þ✤☛✠ ✌✠ ☛ý✡✞ý ý ý ýþ ù✡ ☛ý☞✌✍þ ù✡ ý✣ý ☛ ý✡þ ✟✬✮ ù✠þ✤ýþ ÿ ÿ✂ýþ ☎ x✝ ✞✠✣✠✂ ✦
✠ú û✣✡ ✠✂
- ✁ ÿ✂ýþ✄✭✆☎✯✰✞ - ✟✠ þ ✡☛✄✱✲✲✳ ✴✵
✎✏✑✒✏✓✔✕ ✖✶✘✷ ✸ ✢✹ ✓
✺✻✼✽✾✿ ❀✼❁✾ ✻❂✽ ❀✼ ✽✾✿ ✻❂❃ ❁❄✿❅ ❆❅ ❀✾ ❇❈❂❇ ✻✾ ✽❇ ✼✽ ❉✾ ❇❁✾ ✻❂✽❂❇ ❊❋❋● ❍■. ✺✾ ✻✾❏❂❄ ❉✿❅ ❃ ✾❃ ❉ ✾ ❇❁✾ ✻❂✽❂❇ ❃ ✾❏✾❃❂✼ ❆❂✽❂ ❃ ✻✼✽✾✿ ❂✽❂❇ ❆❂❃❑✽ ❉✿ ❅❃ ✾❃ ▲▼■■◆❖P ❃ ✾ ❄✼❇❈❈❂◗✾ ❇✻❑✽❃ ✻✼✽✾✿❀❂❉❂✻❃✾❃❑ ❂✼❀✾ ❇❈❂❇◗✾ ❇✻❑✽❃ ✾❉✾✿ ✻✼❈❂❆◗❂✿❀✼❂✻❂❃ ❘
❙❚ ❯❱✺❄✼✿ ✻
- ❲✽❑✿❂❇❳A❨❨❩◆❬❍ - ❯✾ ✽❇ ✼❃❳✺❂◗❏❅❇
❭ ❪❫❴ ❪❵❛❜ ❝❞❡ ❢❣ ❤✐❵ ❥
❦✾❀✼❂ ✽❂❆ ❉❂❇ ❧✾ ✽❂❅ ❃ ❀✼❈❑❇❂✽❂❇❅❏✾ ❄ ❉✾❆❂✼❇ ❃❂❂✻ ❃✾ ◗✾❏❑❆ ✽ ✼❁✽❱ ❅❙❙ ❑❇ ✻❑✽ ❀❑✽❑❇❈❂❇ ❂❈❂✿ ❉❂✿❂❃❑❉❅ ✿ ✻✾✿ ✻✼❀❂✽❆✾❏❂✽❑✽❂❇ ✻✼❇❀❂✽❂❇ ❂❇❂✿ ✽ ✼❃ ❘ ✺✾ ✻✾❏❂❄ ✼✻❑ ❉✾❆❂✼❇ ❆ ✾❆ ◗✾✿ ✼✽❂❇ ✽❂❅❃ ❧❂❇❈ ❀✼❃ ✾❀✼❂✽❂❇ ✽✾❉❂ ❀❂ ❃ ✾ ◗❂❈ ✼❂❇ ❉ ✾ ❇❅❇✻❅ ❇ ❘
♠✿❅ ❃✾❃❉✾❆◗❑ ❂✻❂❇✽❂❅❃ ❀✼◗❂❈ ✼❆✾ ❇♥❂ ❀✼♦✻❂❄❂❉❂❇♣ ✻❂❄❂❉❍q ◆■◆❖P❀❂❇ ❉ ✿❅❀❑✽❃ ✼❘ ❯❂❄❂❉ ❍q ◆■◆❖P r✼❃❑ ❂ ❏ ❆ ✾ ❇❈❈❑❇❂✽❂❇ ●❊ ❋■s t ✉❍ ✈❅ ✿✾❏ ✇✿❂ ① X4 dengan mengukur jeda agar sesuai dengan gambar PO. Setelah proses
g) Kalender
- Ukuran : 21 x 29.7 cm
- Teknis :②③③④ ⑤⑥
Gambar IV. 7 Kalender
Media kalender ini dibuat untuk mempersuasi para suporter ketika
melihat hari/tanggal akan melihat isi pesan dari kampanye ini. Kalender
sendiri bisa ditempatkan di rumah, warung dan kantor suporter.
Proses ⑦⑧⑨ ⑩ ❶⑥ dilakukan menggunakan Adobe Illustrator CS 4,
setelah proses ⑦ ⑧⑨ ⑩ ❶⑥ selesai selanjutan memasukan gambar yang telah
diedit menggunakan Adobe Photoshop CS 4 ke dalam ④ ❷⑧❸⑤ yang telah
ditentukan dalam proses ⑦ ⑧⑨ ⑩❶⑥. Setelah gambar sudah tersusun pada
tempatnya, selanjutnya penempatan dan pengaturan tulisan atau
⑥⑨❷⑩❹❺⑧❷❻⑨ menggunakan Adobe Illustrator CS 4.
Setelah proses editing selesai maka kalender akan dicetak
menggunakan teknik ②③③④ ⑤⑥ dengan kertas art paper 150 gram dengan
h) Web Banner
- Ukuran : 728 x 90 px
Gambar IV. 8 Web Banner
Web banner dipasang di portal-portal situs olahraga Indonesia, agar
para pembaca berita mengetahui tentang kampanye dan
mensosialisasikannya ke suporter lain.
Proses ❼❽ ❾❿❾ ➀➁ menggunakan Adobe Illustrator CS 4 dengan hasil
akhir berbentuk ➁ ❾➂ yang dapat bergerak dan berganti slide agar dapat
i) Iklan Koran
- Ukuran : 32,5 x cm
- Teknis :➃➄➄➅➆ ➇
Gambar IV. 9 Iklan Koran
Media iklan Koran bekerja sama dengan koran-koran yang
mempunyai rubik olah raga nasional agar dapat dilihat oleh para suporter
yang intensitas membaca korannya lebih besar daripada browsing di
internet.
Proses ➈➉➊ ➋ ➌➇ dilakukan menggunakan Adobe Illustrator CS 4,
setelah proses ➈ ➉➊ ➋ ➌➇ selesai selanjutan memasukan gambar yang telah
diedit menggunakan Adobe Photoshop CS 4 ke dalam ➆➍ ➉➎➅ yang telah
tempatnya, selanjutnya penempatan dan pengaturan tulisan atau
➏➐➑➒ ➓➔ → ➑➣ ➐menggunakan Adobe Illustrator CS 4.
Setelah proses editing selesai maka selanjutnya file akan dikirim ke
editor koran untuk proses pencetakan.
j) Mug
- Ukuran :A↔↔↕ ➙➛ ➜
- Teknis : Print
Gambar IV. 10 Mug
Media ini biasanya dipakai sehari-hari untuk kebutuhan
mengkonsumsi minuman kopi atau teh untuk para suporter, dengan
memberikan informasi yang cukup jelas tentang tujuan kampanye.
Proses ➜➝➙➏➙➞ ➓ gambar sepenuhnya menggunakan Adobe Illustrator
CS 4, Setelah proses editing di komputer selesai maka selanjutnya akan
diprint ke dalam kertas yang ditempelkan pada mug polos berwarna putih
dan dipanaskan. setelah kertas dicabut, proses terakhir mug akan
dilaminasi.
k) Pin/Bros
- Ukuran : Diameter 6 cm
Gambar IV. 11 Pin
Media pin digunakan sebagai bentuk dukungan suporter terhadap
kampanye ini dan biasa dijadikan asesoris untuk berpergian, pin ini bisa
dijadikan identitas ketika datang ke stadion.
Pin ini berdiameter 6 cm dan dicetak digital dikertas➟➠ ➡➢➟ ➢ ➤➠ 150
gram lalu dilaminasi➥➦➧ ➨ ➨➩kemudian diaplikasikan pada➫➟ ➨ ➤pin.
l) ➭➦➟➥/ Bendera
- Ukuran : 60 x 40 cm
- Teknis : Sablon
Media ini berisi tujuan kampanye, bendera ini akan dibawa oleh
dirigen tiap suporter untuk mempersuasif suporter anggotanya agar tidak
bertindak anarkis.
Proses editing menggunakan Adobe Illustrator CS 4. Setelah proses
editing selesai maka akan disablon di atas kain Poly TC dengan ukuran